Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA


UTSMAN BIN AFFAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Intensif Ulumul Quran
Dosen Pembimbing:
Haji Hamli, M.Pd

Oleh:
Al Madani
Hamidan
Hirmi

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan” sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah Intensif Ulumul Quran program studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amutai dapat
diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim Haji Hamli, M.Pd yang telah banyak memberikan bimbingan dan
petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah
memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-
literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt memberi ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, tanggal

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Latar Belakang Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin
Affan 3
B. Proses Pengumpulan dan Standarisasi Al-Qur’an pada masa
Utsman bin Affan 4
C. Karateristik Umum Mushaf Utsmani 8

BAB III PENUTUP 9


A. Kesimpulan 9
B. Saran 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan
tuntunan komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia
merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun
kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpelihara dan terjamin
sepanjang zaman.

Al-Qur’an turun kepada Nabi Saw. secara tidak sekaligus, melainkan


secara berangsurangsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak
zaman Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa menjelang
wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Qur’an belum sempat dibukukan seperti
adanya sekarang, karena Al-Qur’an sendiri secara keseluruhan ketika itu belum
selesai diturunkan.

Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa


itu tetap berjalan. Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-Qur’an yang
diwahyukan kepadanya, Nabi lalu memerintahkan kepada para sahabat tertentu
untuk menuliskannya di samping juga menghafalnya. Penulisan ayat-ayat al-
Qur’an tidaklah seperti mana yang kita saksikan sekarang. Selain karena mereka
belum mengenal alat-alat tulis, al-Qur’an hanya ditulis pada kepingan-kepingan
tulang, pelepah kurma, atau batu-batu tipis, sesuai dengan peradaban masyarakat
waktu itu.

Tulisan yang akan dituangkan ini mengupas tentang sejarah pengumpulan


dan penulisan al-Qur’an, yang menitik beratkan bahasannya mengenai upaya
pemeliharaan al-Qur’an sejak masa Nabi Saw., masa shabahat hingga sampai
kepada tahap penyempurnaan dan pengkodifikasiannya.1

1
Ali Akbar, “Mebalik Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur’an,” Jurnal
Ushuluddin, 2008, 1.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya pengumpulan Al-Qur’an pada masa
Utsman bin Affan ?
2. Bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan ?
3. Bagaimana karakteristik umum mushaf Utsmani ?

C. Tujuan

1. Mengetahui latar belakang pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin


Affan.
2. Mengetahui proses pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan.
3. Mengetahui karakteristik umum mushaf Utsmani.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan


Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam sejerah islam setelah
wafatnya nabi Muhammad SAW, yang memerintah dari tahun 644 hingga 656 M.
Beliau dikenal sebagai seorang yang cakap dalam urusan administrasi.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan terjadi perluasan wilayah islam
diluar Jazirah Arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari
bangsa Arab saja. Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Salah
satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-Qur’an bacaan mereka
berbeda dengan bangsa Arab.2 Hal ini berdasarkan laporan sahabat Hudzaifah Ibn
Al-Yammah tentang penduduk beberapa daerah yang berbeda dalam hal bacaan
Al-Qur’an diantaranya Irak yang berguru kepada syaikh Al-Qur’an Ibn Mas’ud
dan ahli Syam berguru kepada guru besar mereka Ubay Ibn Ka’ab, saat terjadi
peperangan penaklukan wilayah utara; Armenia dan Azerbaijan.
Dampak dari perbedaan bacaan tersebut, antara satu dengan yang lain
menganggap hanya bacaan mereka yang benar, dan menganggap bacaan yang lain
bathil serta membanggabanggakan bacaan mereka lebih terhormat dan lebih benar
dari bacaan orang lain “bacaanku lebih baik dari bacaanmu”, hal ini yang
membuat khawatir Hudzaifah ibn al-Yammah bila peristiwa ini tidak diselesaikan
dan dicarikan jalan keluarnya, niscaya dikemudian hari akan terjadi perselisihan
antar umat Islam sebagaimana berselisihnya umat Yahudi dan Nashrani.footnote
Riwayat lain dari Ibn Atsir menjelaskan bahwa Hudzaifah Ibn Al-Yammah
keluar bersama Sa’id Ibn ‘Ash menuju Azerbaijan melihat pasukan dari Ahli
Hasm” salah satu kota di daerah Suriah berbangga bahwa bacaan mereka lebih
baik dari yang lainnya, dimana mereka menerima bacaan dari Miqdad, pasukan
Damaskus berbangga dengan versi bacaan alquran mereka sedangkan mereka
mengambil bacaan Al-Qur’an dari Ubay Ibn Ka’ab, pasukan dari Kuffah pun
berkata demikian, dalam hal ini ahli Kuffah mengambil bacaannya dari Ibn
Mas’ud, begitupun pasukan dari Bashrah mengatakan hal yang serupa, bahwa
2
Miftakhul Munir, “Metode Pengumpulan Al-Qur’an,” Kariman 9, no. 1 (Juni 2021):
153.

3
bacaan Al-Qur’an mereka lebih baik dari bacaan Al-Qur’an yang lain, sedangkan
mereka menerima bacaan dari abu Musa al-Asy‘ari, semuanya adalah sahabat
rasul yang mulia, menerima bacaan Al-Qur’an langsung dari rasul.
Laporan Hudzaifah inilah yang menginisiasi Khalifah Ustman ibn Affan
untuk menulis ulang Mushaf atau menyalin shuhuf yang ada pada Hafshah untuk
ditulis dan disalin oleh panitia yang ditetapkan melalui surat keputusan Khalifah
Utsman binn Affan tentang panitia pengumpulan Mushaf yang diketuai oleh Zaid
ibn Tsabit.3
B. Proses Pengumpulan dan Standarisasi Al-Qur’an pada masa Utsman bin
Affan
Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan nama-nama para sahabat yang
ditunjuk oleh Khalifah Utsman bin Affan sebagai tim pelaksana pekerjaan besar
untuk menaskah ulang Al-Qur’an yang akan dijadikan sebagai standar Al-Qur’an
yang dipedomani umat Islam. Nama-nama tersebut adalah Zaid bin Tsabit
(sebagai ketua tim), Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin al-Ash dan nama terakhir
adalah Abdurrahman bin al-Harits. Yang jelas nama-nama ini ditunjuk langsung
oleh Utsman bin Affan.
Komisi yang terdiri dari Zaid bin Tsabit adalah berasal dari Madinah atau
kalangan Anshar, sedangkan tiga orang lainnya Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin al-
Ash dan Abdurrahman bin al-Harits adalah kalangan muhajirin yang berasal dari
Makkah dan mereka termasuk orang-orang pilihan dan orang-orang kepercayaan.
Dalam tim ini memang terlihat lebih banyak kaum Muhajirin dibanding kaum
Anshar dikarnakan mereka bertiga (dari kaum Muhajirin) lebih mengetahui
bahasa Quraisy dan khalifah Utsman bin Affan mau membuat standar Al-Qur’an
dengan bahasa Quraisy. Disamping itu, kenapa Dzaid bin Tsabit yang berasal dari
kaum Anshar menjadi pemimpin tim ini ? Dzaid bin Tsabit menjadi pemimpin tim
ini dikarnakan Dzaid adalah orang yang dipercaya menjadi penulis wahyu pada
masa Nabi Muhammad SAW, orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan
Al-Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar dan beberapa alasan lainnya.4

3
Sofian Effendi, “Mushaf Utsmani (Kajian Historis Penulisan Mushaf Al-Qur’an Kriteria
dan Jumlah Mushaf),” Nida’ Al-Qur’an 19, no. 02 (2021): 83–84.
4
Lavinatus Sholikhah, Mardiati, dan Linda Rosyidah, “Sejarah Kodifikasi al-Qur’an
Mushaf Utsmani,” Ta’wiluna : Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam 1, no. 2 (2020):
73–75.

4
Dari riwayat Bukhari terlihat instruksi dari Utsman bi Affan tentang teknik
penulisan yang harus diikuti dan dilakukan oleh tim pelaksana yaitu pertama
adalah jika kamu berbeda pendapat tentang Al-qur’an, maka kembalikan kepada
bahasa Quraisy. Kedua mushaf yang dijadikan landasan adalah mushaf yang
sudah dikumpulkan pada masa Abu Bakar dan tetap dipelihara Umar ketika
mereka masih hidup , namun setelah mereka wafat naskah ini disimpan oleh
Hafsah.
Perintah Utsman untuk menjadikan naskah yang disimpan pada Hafsah
sebagai standar penulisan walaupun mereka sendiri adalah para penghafal Al-
Qur’an dengan alasan supaya penulisan-penulisan mushaf mesti merujuk kepada
apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan juga telah dilakukan Umar Bin Khathab.
Abu Bakar sendiri meruju pada apa yang ditulis para sahabat atas petunjuk Nabi
Muhammad SAW.
Diantara riwayat yang sangat penting dalam menggambarkan teknik
penulisan mushaf adalah riwayat dari Husain bin Faris dari Hani’. Dia
menceritakan suatu ketika saya bertemu khalifah Utsman bin Affan pada saat
mereka (tim penyusun) sedang menulis mushaf-mushaf. Khalifah Utsman
mengutusku dengan membawa tulang unta yang lebar untuk menemui Ubay bin
Ka’ab. Pada potongan tulang tersebut tertulis ‫فا مهل‬, ‫ لم يتسن‬dan ‫ للخلق‬. Ubay bin
Ka’ab meminta diambilkan tinta lalu menghapus salah satu huruf “lam” dan
mengganti dengan lafaz “allah” ‫ لخلق هللا‬, kemudian mengganti ‫ فا مهل‬dengan ‫فمهل‬
dan kemudian dia menulis ‫ لم يتسنه‬dengan tambahan huruf “ha” diakhir. Hal ini
menggambarkan bahwa penulisan ini juga melibatkan sahabat yang lainnya selain
dari tim yang ditunjuk secara resmi oleh Utsman bin Affan. Dimana Ubay bin
Ka’ab termasuk seorang sahabat Nabi yang terkenal mempunyai pengetahuan
yang luas terhadap Al-Qur’an.
Setelah pekerjaan penaskahan ulang diselesaikan oleh tim yang ditunjuk
oleh Utsman. Mushaf-mushaf yang sudah ditulis tersebut dikirim ke berbagai
daerah Islam sebagai pedoman penulisan dan pengajaran oleh para sahabat dan
umat Islam secara keseluruhan. Mushaf-mushaf ini otomatis menjadi mushaf

5
resmi yang digunakan mulai masa Utsman bin Affan dan diberi nama Mushaf
Utsmani.5
Setelah pembukuan Al-Qur’an(Mushaf Utsmani) selesai khalifah Utsman
bin Affan membuat suatu keputusan yaitu membakar Mushaf yang lain selain
Mushaf Utsmani. Keputusan yang diambil Utsman bin Affan adalah sebagai
kebijakan resmi sebagai kepala pemerintahan Islam pada waktu itu. Sehingga
penyalinan kembali mushaf pada masa berikutnya berdasarkan kepada Mushaf
Utsmani yang sudah ditetapkan secara resmi.6Tetapi , menurut pernyataan dari Ibn
Hajjar mushaf-mushaf pribadi buatan masing-masing sahabat tergantung yang
memiliki mushaf, apakah hendak dihapus, dibakar atau disobek-sobek, Ibn Hajar
selanjutnya mengemukakan, ada kemungkinan lain, beberapa memilih untuk
memperbaiki dan mengubah mushaf pribadi mereka sesuai dengan mushaf standar
yang dikeluarkan pemerintah saat itu.
Pernyataan Ibn Hajjar tersebut didukung oleh Abdul A’la ibn Hakam al-
Kitabi yang mengungkapkan: “Ketika masuk ke rumah Ibu Musa al-’Asy’ari, saya
menjumpai dia ditemani Hudzifah ibn al-Yammah sedang Abdullah ibn Mas’ud
diatas lantai, mereka berkumpul mengelilingi mushaf yang dikirim oleh Utsman,
dengan membawa mushaf masing-masing secara teratur untuk membetulkan
mushaf mereka menurut standar mushaf Utsmani.
Perintah selanjutnya, agar tidak membaca sesuatu yang bertentangan dengan
skrip mushaf Utsmani, kesepakatan sebagaian besar untuk mengubah semua
naskah telah melahirkan mushaf utsmani sebagai mushaf standar baru, sejak saat
itu setiap muslim ketika belajar Al-Qur’an haruslah sesuai dengan teks yang
dikirim Utsman, apabila bertentangan maka tidak boleh membaca dan
mengajarkan dengan cara yang berbeda, solusi yang ditawarkan pada saat itu
adalah dengan menhadiri grup pembaca resmi yang ada dimasing-masing daerah
pada saat itu.
Menurut sumber riwayat ini jelas, bahwa masyarakat didorong untuk
menulis mushaf untuk keperluan pribadi bersandarkan dari mushaf Utsmani yang
telah didistribusikan ke berbagai daerah tadi, dari riwayat ini juga dapat diambil

5
Ilhami, “Pembukuan Al-Qur’an Pda Masa Utsman bin Affan (644-656),” Jurnal
Ulunnuha 6, no. 2 (Desember 2017): 139.
6
Ilhami, 140.

6
kesimpulan sementara bahwa, mungkin saja sahabat yang sudah mempunyai
mushaf sendiri memperbaiki tulisan dan dialeg tulisan yang tidak sesuai dengan
mushaf Utsmani, dari pada dibakar.7
C. Karakteristik Umum Mushaf Utsmani
Mushaf Utsmani yang dihasilkan oleh panitia memiliki karakteristik yang
sedikit berbeda dengan mushaf sahabat yang lain, Karakteristik yang pertama
adalah mushaf Utsmani ditulis dan disalin dengan menggunakan Tartib Mushafi
bukan Tartib Nuzuly, dalam hal ini Perbedaan pendapat tentang tartib as-suwar
dalam mushaf Ustmani apakah Tauqifi ataupun Ijtihadi, masih menjadi
perdebatan panjang para ilmuan. Adapun yang berpendapat Tartib Suwar dalam
mushaf Utsmani adalah Tauqifi dan ini adalah pendapat jumhur dari ulama,
alasannya adalah hal ini sesuai dengan perintah rasul kepada sekretaris rasul-
khususnya Zaid ibn Tsabi-ketika turunnya ayatayat Al-Qur’an untuk meletakkan
ayat-ayat yang diturunkan di dalam surah ini dan setelah ayat ini.
Pendapat kedua bahwa Tartib Quran adalah ijtihad dari sahabat sendiri,
dengan dalil perbedaan urutan surat dari mushaf pribadi yang dimiliki sahabat,
seperti mushaf ibn Ma’sud mushaf ali ibn abu Thalib Mushaf Ubay ibn ka’ab,
mushaf ibn Abbas dan beberapa mushaf yang sahabat yang lain.
Pendapat yang ketiga adalah tartib Al-Qur’an sebagiannya tauqifi sedangkan
sebagian yang lain adalah Ijtihadi, Menurut az-Zarqani, pendapat ketiga ini
merupakan pendapat yang paling baik dan didukung oleh ulama-ulama
terkemuka. Hal ini menurut beliau karena merangkum dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa sebagian tertib surah memang bersifat tauqifi dan atsar dari
Ibn ‘Abbas yang menunjukkan tertib sebagian surah yang lain bersifat ijtihadi.
Dengan membuat prinsip penyusunannya yaitu dimulai dari surah-surat yang
panjangke arah surah yang pendek, prinsip ini diikuti sebahagian besar sahabat
nabi dalam aransemen mushaf mushaf mereka, kecuali aramsemen mushaf Ubay
Ibn Ka’ab.
Karakteristik yang kedua adalah Jumlah surah dalam mushaf Utsmani
sebanyak 114 surah, jumlah pertengahan antara jumlah surah yang ada dalam

Effendi, “Mushaf Utsmani (Kajian Historis Penulisan Mushaf Al-Qur’an Kriteria dan
7

Jumlah Mushaf),” 92–93.

7
mushaf Ubay Ibn Ka’ab yang menghitung jumlah surah sebanyak 116 surat, dan
mushaf ibn Mas’ud sebanyak 111/ 112 surat.
Karakteristik yang ketiga adalah ditulis dengan dialeg Quraisy, ini
berdasarkan perintah khalifah Utsman saat penulisan mushaf Ustmani jika terjadi
perbedaan pendapat antar penulis wahyu saat penyalinan mushaf maka mereka
harus menulisnya dalam dialeg quraisy karena AlQur’an diturunkan dalam bahasa
mereka. Sebagaimana perkataan Khalifah Utsman bin Affan yaitu : “Bila kamu
berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dari Al-Qur’an, maka
tulislah dengan logat Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
Quraisy.”
Adapun pola penulisan mushaf yang ditentukan dalam mushaf Utsmani,
seperti dikukuhkan Ahmad Adil Kamal dalam ‘Ulum Al-Qur’an yang kadang
menyimpang dari kaidah bahasa Arab, berikut pola tulisan tersebut :
1. Al-khadfu, yaitu berupa pengurangan huruf seperti pengurangan huruf
waw pada AlQur’an surat al-Isra’ ayat 11 dan alif pada Al-Qur’an surat
al-Maidah atat 41.
2. Az-ziyadah, yaitu penambahan huruf seperti yang terjadi pada Al-Qur’an
surat al-Kahfi ayat 23 dan penambahan ya pada Al-Qur’an surat ar-Rum
ayat 8.
3. Al-Badlu, yaitu berupa penggantian suatu huruf dengan huruf lain, seperti
mengganti alif dengan huruf waw pada Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 43
dan 276.
4. Al-washlu dan al-fashlu , yaitu meenggabungkan suatu lafal lain yang
lazimnya dipisahkan, dan sebaliknya. Seperti menggabungkan lafal an
dengan lan dalam AlQur’an surat al-Qiyamah ayat 3 sengan surat al-Kahfi
ayat 48.
5. Mafihi qira’atani, yaitu menyangkut ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki
versi qiraat berbeda. Dalam hal ini, bila memungkinkan ditulis dalam
bentuk tulisan yang sama maka pola penulisannya sama dalam setiap
mushaf Utsmani. Sebagai contoh dapat dilihat dalam surat al-Fatihah ayat
4. Lafal dapat dibaca maaliki dan bisa dibaca maliki.8

8
Effendi, 86–88.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan terjadi perluasan wilayah
islam diluar Jazirah Arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri
dari bangsa Arab saja. Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-Qur’an bacaan mereka
berbeda dengan bangsa Arab. Hal ini berdasarkan laporan sahabat Hudzaifah Ibn
Al-Yammah tentang penduduk beberapa daerah yang berbeda dalam hal bacaan
Al-Qur’an diantaranya Irak yang berguru kepada syaikh Al-Qur’an Ibn Mas’ud
dan ahli Syam berguru kepada guru besar mereka Ubay Ibn Ka’ab, saat terjadi
peperangan penaklukan wilayah utara; Armenia dan Azerbaijan. Dampak dari
perbedaan bacaan tersebut, antara satu dengan yang lain menganggap hanya
bacaan mereka yang benar, dan menganggap bacaan yang lain bathil serta
membanggabanggakan bacaan mereka lebih terhormat dan lebih benar dari bacaan
orang lain “bacaanku lebih baik dari bacaanmu”, hal ini yang membuat khawatir
Hudzaifah ibn al-Yammah bila peristiwa ini tidak diselesaikan dan dicarikan jalan
keluarnya, niscaya dikemudian hari akan terjadi perselisihan antar umat Islam
sebagaimana berselisihnya umat Yahudi dan Nashrani.
Pengumpulan AlQur'an pada masa Utsman bin Affan merupakan salah
satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dengan adanya mushaf resmi yang
sama persis dengan bacaan Nabi Muhammad SAW, umat Islam dapat
menghindari perselisihan dan perbedaan bacaan yang dapat memicu konflik di
antara mereka Selain itu, pengumpulan AlQur'an juga memudahkan proses
pengajaran dan pembelajaran AlQur'an di seluruh dunia Islam. Hal ini membantu
penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia dan memperkuat persatuan umat
Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, pengumpulan AlQur'an pada masa
Utsman bin Affan sangatlah penting dan masih relevan hingga saat ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. “Mebalik Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur’an.” Jurnal


Ushuluddin, 2008.
Effendi, Sofian. “Mushaf Utsmani (Kajian Historis Penulisan Mushaf Al-Qur’an
Kriteria dan Jumlah Mushaf).” Nida’ Al-Qur’an 19, no. 02 (2021).
Ilhami. “Pembukuan Al-Qur’an Pda Masa Utsman bin Affan (644-656).” Jurnal
Ulunnuha 6, no. 2 (Desember 2017).
Munir, Miftakhul. “Metode Pengumpulan Al-Qur’an.” Kariman 9, no. 1 (Juni
2021).
Sholikhah, Lavinatus, Mardiati, dan Linda Rosyidah. “Sejarah Kodifikasi al-
Qur’an Mushaf Utsmani.” Ta’wiluna : Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan
Pemikiran Islam 1, no. 2 (t.t.).

10

Anda mungkin juga menyukai