Anda di halaman 1dari 9

FINAL TES MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN

Untuk memenuhi tugas final ilmu pendidikan


Dosen Pengampu : Husin M.Pd

Oleh :
Sohwan 22.86232.01032
Mahasiswa Prodi PGMI semester 1 Lokal C

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) RAKHA AMUNTAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2022-2023
RESUME UNTUK FINAL TES ILMU
PENDIDIKAN

Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia


dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia, tepatnya
pada pada 17 November 1896, dan berkuturunan Yahudi.
Ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun.
Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra. Awalnya, ia
menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namum pihak
sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernah
mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah skenario yang
membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah
di program studi psikologi Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya
mengenai ”Psychology of Art”.

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia dan hidup pada masa revolusi
Rusia. Vygotsky dalam menelurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap
menghadapi rintangan oleh pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya meluas
setelah ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC. Vygotsky pun sering
dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget,
seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anak yang membangun
pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih
berusia tigapuluh tujuh tahun.

Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen bahwa
pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seseorang yang
belajar dipahami sebagai seseorang yang membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan
terus-menerus
vygotsky mengungkapkan pentingnya faktor-faktor sosial dalam belajar, dan selama belajar
terdapat saling pengaruh antara bahasa dan tindakan dalam kondisi sosial. Vygotsky lebih
memperluas pandangannya terhadap penggunaan bahasa. Hal ini dapat disimak dari
ungkapannya yaitu :
a. A child’s speech is an important as the role of action in attaining the goal. Children not
only speak about what they are doing; their speech and action are part of one and the
same complex psychological function, directed toward the solution of te problem at hand
b. The more complex the action demanded by the situation and the less direct its solution,
the greater the importance by speech in the operation as a whole. Sometimes speech
becomes of such vital importance, if not permitted to use it, young children cannot
accomplish the given.
Selanjutnya bahwa vygotsky berpendapat bahwa fungsi-fungsi psikologi yang lebih tinggi ,
seperti logical memory, voluntary action dan pembentukan konsep merupakan proses
internalisasi. Fungsi-fungsi ini dimulai sejak bayi sebagai aktivitas yang dtujukan pada benda di
sekitarnya; kemudian fungsi-fungsi ini mengalami transformasi karena hubungan antara manusia
untuk memperoleh kebermaknaan interpersonal yang mungkin baru tercapai selang waktu yang
cukup lama. Jadi pengembangan fungsi-fungsi psikologi tinggi ini merupakan suatu proses yang
lambat dan kadang-kadang tidak sampai pada tingkat final.
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran
sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan
“eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut
teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam
konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal
development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan
tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada
seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke
dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki
setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal
development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif
terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru
dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental
yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir
dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat
kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan
pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman
pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin
mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap
anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level
konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan
menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi
seperti sekolah, penemuan seperti komputer dan mengenal huruf. Interaksi institusional memberi
kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya.
Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental
anak. Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan
hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan
manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di
dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena
ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya,
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan
kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:

Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)


Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu
tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development
dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development
membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial dapat memudahkan
perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan
mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa
seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis
dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam
berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian
mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini
adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulation).

Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami
proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan
kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif.
Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self
regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan
self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media
kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan
(yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Inti Teori Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual
atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi
sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan
budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami
kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada
hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak
logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari
pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah
sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model
yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa
sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan
orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang
menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia
juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk
berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi
lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah
sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa
adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan
Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat.
Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah
penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti
bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim
besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis
dan ditafsirkan. Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk
percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk
mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai
menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya.
Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar
belakang sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih
tahu. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari
pelajar, dalam hal ini termasuk guru, teman sebaya, atau bahkan komputer.
Seorang pelajar perlu berinteraksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari
dirinya. Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial
dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif anak.
Perkembangan Bahasa
Bagi Vygotsky bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya,
satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi
selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa
untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah.
Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar
lagi.
Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari


dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa
mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman,
pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian
baru ini. Pada bagian ini, dapat dilihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman
siswa dalam belajar, dan cara mengasimilasi pengertiannya.
Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam
filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini ditemukan pada abad
ke-5 SM. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek
pemecahan masalah aliran konstruktivisme. Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman
pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme.
Pendukung konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan
mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya,
membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing pelajar harus
mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu
pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan
tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan
merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para konstruktivisme menekankan peranan motivasi guru untuk membantu siswa belajar
mencintai pelajaran. Tidak seperti behaviourist yang menggunakan sanksi berupa reward,
konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat
daripada reward eksternal.
Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 dan yang bekerja
sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau sangat tertarik pada efek interaksi
siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan
orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subjek yang dipelajari
berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode
pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesain kurikulum
sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.
Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar pembahasan tentang teori Vygotsky langsung terasa bagi usaha pengembangan
kognitif, banyak usaha konkret yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut,
misalnya:
1. Teori Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas
belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan
demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa.
2. Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus.
3. Banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang
dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena
faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.
Analisis Psikologi Pendidikan
Analisis awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang
menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan
dalam pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial
dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian, zone
proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan
kognitif mengalami keselarasan dengan pandangan dalam psikologi pendidikan. Dalam filsafat
pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia
membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan atau ia mempelajari bahasa yang
berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses transfer
ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen
perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat bimbingan dari orang lain yang mempunyai
pengetahuan yang lebih dari dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu
meningkatkan perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam
bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam psikologi
pendidikan. Dalam psikologi pendidikan kita dapat menemukan beberapa konsep tentang agen-
agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan
dalam psikologi pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah
menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kognitif atau intelektual. Peran mereka sangat
sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi pengetahuan yang
lebih tertata, sistematis, dan logis.
Kesimpulan
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur
psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori
Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita
temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya
kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu. Beberapa konsep dalam psikologi pendidikan juga
selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan
landasan filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.

Anda mungkin juga menyukai