Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Nur Aini Zaida, M.Pd
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Profil Vygotsky Curriculum dan Filosofi Anak............................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vygotsky banyak membahas tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kedua tokoh ini memiliki sudut pandang yang
khas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sudut pandang
Vygotsky terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diwarnai oleh
lingkungan social atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya disebut
dengan konstruktivis social (social constructivist). Tidak seperti Piaget
yang beranggapan bahwa anak secara individual aktif mengkonsturk
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Piaget lebih
menekannya interaksi anak dengan lingkungan fisik. Sedikit berbeda
dengan Piaget, Vygotsky beranggapan bahwa anak mengkonstruk
pengetahuannya dalam sebuah kontek social. Anak mengkonstruk secara
aktif pengetahuanya secara mandiri dalam konteks interaksi dengan
pengasuh, keluarga atau komunitas dan masyarakat
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam
perkembangan kognitif anak. Bahasa sebagai alat komunikasi yang
digunakan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada dilingkungan
sosialnya (pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan banyak membantu
anak menyelesaikan persoalan-persoalannya yang tidak dapat ia selesaikan
dengan sendiri. Dengan Bahasa, anak akan mengkomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang dia hadapi kepada orang lain yang dia
anggap memiliki kemampuan untuk membantunya menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.1
Teruntuk itu, dalam penelitian kali ini penulis mencoba
menganalisis kurikulum dan sistem pembelajaran terkait Tk dan Tokoh
Pendidikan yang kami teliti.
B. Rumusan Masalah
1
Icam Sutisna. Teori-teori Perkembangan Kognitif Anak. Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, FIP-UNG, 2021. Hal 6
4
1. Apa profil Vygotsky Curriculum dan Filosofi Anak?
2. Apa Peran Pendidik Menurut Vygotsky Curriculum?
3. Apa Tujuan Pendidikan Menurut Vygotsky Curriculum?
4. Bagaimana Konten Pendidikan Menurut Vygotsky Curriculum?
5. Bagaimana Proses Pembelajaran Menurut Vygotsky Curriculum?
6. Bagaimana Pengaturan Ruangan Menurut Vygotsky Curriculum?
7. Bagaimana Asesmen?
8. Bagaimana Profil TK Islam Ruhama?
9. Bagaimana Rencana persiapan pembelajran harian (RPPH)
10. Bagaimana Implementasi dalam Pembelajaran AUD?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana profilVygotsky Curriculum dan
Filosofi anak.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Pendidik Menurut Vygotsky
Curriculum.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Tujuan Pendidikan Menurut Vygotsky
Curriculum.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Konten Pendidikan Menurut Vygotsky
Curriculum.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Proses Pembelajaran Menurut
Vygotsky Curriculum.
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaturan Ruangan Menurut
Vygotsky Curriculum.
7. Untuk mengetahui Bagaimana Asesmen.
8. Untuk mengetahui Bagaimana Profil TK Islam Ruhama.
9. Untuk mengetahui Bagaimana Rencana persiapan pembelajran harian
(RPPH).
10. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi dalam Pembelajaran
AUD
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Vygotsky Curriculum dan Filosofi Anak
Nama lengkap Vygotsky adalah Lev Semenovich Vygotsky Dia
adalah seorang psikolog yang berkebangsan rusia, dia sezaman dengan
Piaget tapi dia meninggal pada tahun 1934, Ia lahir di Rusia pada tanggal 5
November 1896. Pada tanggal 11 Juni 1934 ia telah menjadi ahli psikologi
perkembangan di Soviet dan ia mendasarkan pada psikologi kultural -
historis. Vygotsky telah belajar privat pada Solomon Ashpiz dan lulus dari
Universitas negeri di moskow 1917. Setelah itu, dia memberikan kuliah
tentang psikologi di moskow pada tahun 1924. Dimana ia bekerja dengan
khusus pada pemikiran (ide) tentang perkembangan kognitif, terutama
hubungan antara bahasa dan pikiran, tulisannya menitik beratkan pada peran
latar sejarah, budaya, dan faktor sosial.2
Filosofi Anak
Perkembangan kognitif pada manusia dipengaruhi oleh
lingkungan. Manusia bukan hanya berkembang dalam arti sosial
biologis, namun fungsi-fungsi psikologis terus meningkat sejak lahir.
Fungsi-fungsi psikologi itu seperti persepsi, perhatian, memori, yang
terus berkembang karena manusia terus bertransformasi dalam kontek
sosial dan pendidikan. Melalui bahasa, sarana dan kebudayaan,
hukum-hukum sosial manusia terus berkembang sampai mencapai
fungsi psikologi kognitif tingkat tinggi. Disamping itu Vygotsky telah
mengusulkan suatu mekanisme yang didalamnya budaya menjadi
bagian dari hakekat (nature) setiap individu. Melalui berbagai pikiran
atau mental yang berkelanjutan, wawasan atau “pikiran”
ditransmisikan atau disalurklan dari generasi kegenerasi. Melalui
bahasa dan produknya, misalnya ilmu pengetahuan, huruf, teknologi
dan literatur. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan
2
L. S. Vygotsky Mind In SocietyThe Development Of Higher Psychological (Processes
Amerika. 1979) h. 85.
6
tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi
elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus respon, faktor sosial
sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi
untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan
keputusan, teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek social
dari pembelajaran. Dan ini sejalan dengan teori konvergensi yang
dipelopori oleh Wlliam Stern, Ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk3.
7
pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi
bergerak antara inter-psikologi (interpsychological) melalui interaksi
sosial dan intrapsikologi (intrapsychological) dalam benaknya.
Internalisasi dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke
internal. Ini terjadi pada individu bergerak antara inter-psikologi (antar
orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu). Berkaitan dengan
perkembangan intelektual siswa, vygotsky mengemukakandua ide;
Pertama, bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami
hanyadalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa (van der veer
dan valsiner dalam Slavin, (2000)
Kedua, vygotsky mempercayai bahwa perkembangan intelektual
bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu
berkembang Ratner dalam Slavin, 2004:43). Sistem tanda adalah simbol-
simbolyang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang
berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya
bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan.
Ide Vygotsky adalah peran penting guru dalam menyediakan
bimbingan kepada siswa, memberikan masukan dan saran serta
menawarkan berbagai macam strategi dalam memecahkan masalah. 4
8
dengan peranti fisik yang menambah kemampuan fisik kita dengan
berperan sebagai tambahan tubuh kita, peranti mental menambah
kemampuan mental kita dengan berperan sebagai perluasan pikiran kita.
Seperti peranti fisik, peranti mental memudahkan hidup kita namun
tidak seperti peranti fisik, semua tidak terlalu membantu kita mengubah
lingkungan kita tapi membantu mengubah diri kita sendiri. Persamaan
lain antara peranti fisik dan mental adalah manusia mengajari anak-anak
mereka bagaimana menggunakan keduannya dengan kata lain anak-anak
tidak terlahir dengan mengetahui bagaimana menggunakan peranti yang
ada atau menemukan peranti baru.
Bagi Vygotsky salah satu tujuan utama pendidikan baik formal
maupun informal dalah membantu anak-anak menguasai peranti
kebudayaan mereka. Mengajari anak-anak bagaimana menggunakan
peranti mental berakibat pada penguasaan anak-anak atas perilakuan
mereka sendiri, memperoleh kemandirian dan meraih tingkat
perkembangan mental yang lebih tinggi. Saat anak-anak diajari dan
melakukan semakin banyak peranti mental yang beragam, ini tidak hanya
mengubah perilaku luar mereka tapi pikiran mereka yang mengarah pada
munculnya kategori baru fungsi mental.5
5
Mely. “Pendekatan Vygotsky pada Pendidikan Anak Usia Dini” dalam blog
http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/01/pendekatan-vygotsky-pada-
pendidikan_1.html#:~:text=Bagi%20Vygotsky%20salah%20satu%20tujuan,anak%20menguasai
%20peranti%20kebudayaan%20mereka. Diakses pada tanggal 01 Januari 2013.
9
daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert
Bandura, dan Michael Tomasello. Teori perkembangan kognitif
Vygotsky kerap dijadikan salah satu bahasan kajian.
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan
pembelajaran koopertif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan
temannya. (slavin,1994)
Contoh aplikasi pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran
adalah siswa belajar bersama dalam kelompk-kelompok kecil dan saling
membantu satu sam lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari
4 atau 5 siswa, campuran siswa berkemapuan tinggi, sedang dan rendah.
Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu. Mereka
diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
didalam kelompoknya, selama kerja dalam kelompk, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang ditugaskan guru dan
saling membantu teman sekelompk guru berkeliling memberikan pujian
kepada sekelompok yang sedang bekerja denga baik, dan memberikan
bimbingan kepada kelompok yang engalami kesulitan.
Maka dasarnya aliran konstuktivisme menghendaki bahwa
pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan
kunci untama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan
terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku
10
tentang pengalaman orang lain.6
6
Trianto, 2009. Mengembangkan Model pembelajaran Tematik, Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya.
7
L.S.Vygotsky, Thought and language. Cambridge, MA: MIT Press. (Original work
published 1934) NY: Cambridge University Press. 1962.
11
konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona
perkembangan terdekat mereka. A range tasks too difficult for the
child to do alone but possible with help of adults and more skilled
peers.8 The zone of proximal development is theVygotskian concept
that defines development as the space between the child’s level of
independent performance and the child’s level of maximally assisted
performance. 9Artinya, suatu jarak antara keterampilan yang sudah
dimiliki oleh anak dengan keterampilan baru yang diperoleh dengan
bantuan dari orang dewasa (adult/caregiver/parents/teacher) atau
orang yang terlebih dahulu menguasai ketrampilan tersebut
(knowledgeable person/peer/siblings).
ZPD adalah bahwa wilayah antara apa yang pelajar dapat
dilakukan secara independen (tingkat penguasaan) dan apa yang
dapat dicapai dengan bantuan orang dewasa yang kompeten atau
rekan (tingkat instruksional)" (Ellis, Larkin, Worthington, nd). Zona
ini hadir di untuk memberikan kesempatan melimpah bagi anak
untuk membangun konsep dan internalisasi pemahaman dalam
dirinya tentang berbagai hal.
2. Tahap Pemagangan Kognitif
Pemagangan kognitif atau cognitive apprenticeship adalah
suatu istilah untuk proses pembelajaran dimana guru menyediakan
dukungan kepada anak usia dini dalam bentuk scaffold hingga anak
usia dini berhasil membentuk pemahaman kognitifnya. Pemagangan
kognitif atau cognitive apprenticeship juga merupakan suatu budaya
belajar dari dan di antara teman sebaya melalui interaksi satu sama
scaffolding merupakan bentuk bantuan yang tepat waktu yang juga
harus ditarik tepat waktu ketika interaksi belajar sedang terjadi.
Scaffolding pada Pendidikan Anak Usia Dini lain sehingga
8
Laura E Berk, Child development 7 th Edition. USA: Pearson International Edition,
2006.
L.S. Vygotsky, Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes.
9
12
membentuk suatu konsep tentang sesuatu pengalaman umum dan
kemudian membagikan pengalaman membentuk konsep tersebut di
antara teman sebayanya.10 Wilson and Cole (1994) mendeskripsikan
ciri khas pemagangan kognitif yaitu “heuristic content, situated
learning, modeling, coaching, articulation, reflection, exploration,
and order in increasing complexity”.
Dalam pandangan Vygotsky, pelajar tidak belajar dalam
isolasi. Sebaliknya belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial,
yang terjadi dalam konteks yang bermakna. Interaksi sosial anak-
anak dengan lebih berpengetahuan atau mampu orang lain dan
lingkungan mereka secara signifikan dampak cara mereka berpikir
dan menafsirkan situasi. Seorang anak mengembangkan
kecerdasannya melalui mendasarkan konsep internalisasi atau
interpretasi sendiri aktivitas yang terjadi dalam pengaturan sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam pengaturan ini dengan lebih
berpengetahuan atau mampu orang lain (orangtua, guru, teman
sebaya, orang lain) membantu anak membangun pemahaman
konsep.11
3. Scaffolding atau Mediated Learning
Mediated Learning adalah dukungan tahap demi tahap untuk
belajar dan pemecahan masalah sebagai suatu hal yang penting
dalam pemikiran konstruktivisme modern. Scaffoldingis adjusting
the support offered during a teaching session to fit the child’s current
level of performance. Scaffolding sebagian besar ditemukan
dilakukan oleh orang dewasa (adult/care giver/parent/teacher) atau
orang yang lebih dahulu tahu (knowledgeable person/ siblings/peer)
tentang suatu keterampilan yang seharusnya dicapai oleh anak usia
dini.
10
Collins, A., Brown, J. S., & Newman, S. (1989). Cognitive apprenticeship: Teaching
the craft of reading, writing, and mathematics. In L. B. Resnick (Ed.). Knowing, learning, and
instruction: Essays in honor of Robert Glaser.
11
Bransford, Brown J. A. & Cocking, R, Bagaimana Orang Pelajari: Brain, Mind, dan
Pengalaman & Sekolah. Washington, DC: National Academy Press, 2000.
13
Scaffolding adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yang
merupakan pengembangan teori belajar konstruktivisme modern.
Scaffolding pertama kali disebut sebagai istilah dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini oleh Vygotsky
(1846). Dalam pendidikan usia dini, scaffolding mengambil peran
yang sangat penting dalam proses pembelajaran di setiap aspek
menuju pada pencapaian tahap perkembangan anak (child
development). Setiap kali seorang anak mencapai tahap
perkembangan yang ditandai dengan terpenuhinya indikator dalam
aspek tertentu, maka anak membutuhkan scaffolding. Vygotsky
menuliskan bahwa scaffolding merupakan bentuk bantuan yang tepat
waktu yang juga harus ditarik tepat waktu ketika interaksi belajar
sedang terjadi saat anak-anak mengerjakan puzzle, membangun
miniature bangunan, mencocokkan gambar dan tugastugas pelajaran
lainnya. Saat interaksi belajar berlangsung, scaffolding kadang
dibutuhkan secara bersamaan dan terintegrasi dalam aspek fisik,
intelektual, seni dan emosional.12
Kebalikan dari scaffolding adalah interferensi. Seringkali
langsung muncul keinginan orang dewasa baik guru maupun
orangtua untuk datang membantu anak menyelesaikan tugas
perkembangannya. Akibatnya, bantuan malah menginterferensi
proses pembelajaran anak. Keinginan tersebut sesungguhnya wajar
dan natural, karena selain ungkapan kasih sayang, juga merupakan
ungkapan kekhawatiran orang dewasa terhadap anak. Namun,
dengan porsi yang tepat, tidak akan menjadi interferensi dan tidak
akan merebut peran scaffolding yang lebih dibutuhkan anak.
Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa
pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan
keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses
dalam kognisi diarahkan melalui adaptasi intelektual dalam konteks
12
Vygotsky, loc. cit.....1962.
14
sosial budaya. Proses penyesuaian itu equivalen dengan
pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui
proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis
Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar
gagasan antar individual.
Konstruktivisme menekankan bahwa perubahan kognitif
hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah
melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai
informasi-informasi baru. Hakikat dari teori konstruktivism adalah
ide bahwa peserta didik harus menjadikan informasi itu miliknya
sendiri. Teori ini memandang peserta didik secara terus menerus
memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan
aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut. Salah
satu prinsip paling penting adalah guru tidak dapat hanya semata-
mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik, peserta didik
harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru
hanya membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang
membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
bagi peserta didik dengan memberikan kesimpulan kepada peserta
didik untuk menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak peserta didik
agar peserta didik menyadari dan secara sadar menggali strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar.
Telah kita ketahui bahwa teori belajar konstruktivisme
modern secara umum menyatakan bahwa siswa harus secara pribadi
menemukan dan menerapkan informasi yang kompleks kemudian
mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan
memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Dengan demikian
guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan
kepada siswa, melainkan siswa harus membangun pengetahuan ini di
dalam benaknya sendiri. Guru hanya membantu proses ini dengan
cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
15
bermakna dan sangat relevan bagi siswa; sedemikian hingga siswa
mampu menarik kesimpulan untuk menerapkan sendiri ide-ide.
16
dilaksanakan secara benar, hal tersbut dapat berkontribusi terhadap
kemajuan berpikir serta perkembangan kognitif anak.
17
Untuk mengimplementasikan strategi asesmen dinamis ini,
guru menggunakan bentuk penilaian observasi dalam bentuk
checklist, hasil kerja anak dan portofolio.
18
Kompetensi Dasar (KD) : 2.5 - 3.1 - 4.1 – 3.10 – 4.10 – 3.15 – 4.15 –
3.10
Materi Kegiatan :
• Membaca surah Al-Kautsar
• Sholat Dhuha
• Story telling kisah Nabi Adam
• Mewarnai Asmaul Husna Ar-Razaq
• Mengenal huruf hijaiyah
Materi Pembiasaan:
• Doa sebelum dan sesudah belajar
• Terbiasa memberi salam pada guru dan teman
• Menjawab dengan tepat ketika ditanya
Media : APE gambar huruf hijaiyyah, buku tema, buku juz ‘ama, buku
kumpulan do’a do’a sholat, buku para nabi, lembar kerja.
BAB III
IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN AUD
Menurut vygotsky konsep teorinya adalah dengan menggunakan ZPD (Zona
Proximal Development) adalah berbagai tugas yang terlalu suit bagi anak namun
dapat dipelajari dengan bombingan orang dewasa (guru orangtua). selanjutnya
19
yaitu Scaffolding, teori ini membahas tentang pemberian dukungan kepada anak
selama tahap-tahap pembelajaran. Yang terakhir adalah bahasa dan pemikiran.
menurut vygotsky anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk
percakapan saja, namun juga untuk membantu pemecahan masalah
DAFTAR PUSTAKA
20
SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM. Tesis. IAIN
Bengkulu.
Chang, K., Chen, I., & Sung, Y. 2002. Efek Pemetaan Konsep untuk
Meningkatkan Pemahaman Teks dan Summarization. The Journal of
Experimental Education 71 (1), 5-23.
Dewi, Agustin Vera. Teori Belajar Konstruktivisme,
http://beaminstitute.net/kampus/penerapan-teori-pembelajaran-
vygotsky.pdf. Diunduh tanggal 6 oktober 2015.
Mely. “Pendekatan Vygotsky pada Pendidikan Anak Usia Dini” dalam blog
http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/01/pendekatan-vygotsky-pada-
pendidikan_1.html#:~:text=Bagi%20Vygotsky%20salah%20satu
%20tujuan,anak%20menguasai%20peranti%20kebudayaan%20mereka.
Diakses pada tanggal 01 Januari 2013.
Sutisna, Icam. (2021). Teori-teori Perkembangan Kognitif Anak. Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP-UNG.
Trianto, (2009). Mengembangkan Model pembelajaran Tematik, Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya.
21