Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Tumbuh Kembang Anak

Tentang

Masa Anak Perkembangan Kognitif

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Ike Krisnawati : 23216043


Yuris Zulmi : 23216009

Dosen Pembimbing:

Dr. Dewi fitriana M.Psy

PROGRAM MAGISTER (S2) PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillahirobbil ‘alamin.Segalapuji hanya milik Allah SWT.atas segala

nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang takterhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah buat

Rasululah Muhammad SAW. Sebagai uswah dan qudwah bagi kita dalam menjalani

kehidupan ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pembuatan

makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tumbuh kembang

dan memberikan manfaat untuk para pembaca.

Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna masil banyak

kekurangan yang terdapat didalamnya. Untuk itu, besar harapan penulis untuk saran dan

kritikan yang membangun dari pembaca dan dosen pengampu Dr. Dewi fitriana M.Psy demi

kesempurnaan makalah ini. Atas saran dan kritikan yang diberikan penulis mengucapkan

terimakasih.

Padang, 1 Desember 2023

Tim Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 7
A. Teori piaget ...........................................................................................7
B. Perkembangan motorik …………………………………………………9
C. Belajar akademis ....................................................................................19
D. Pendidikan multikultural ........................................................................22
E. Kajian ilmiah ..........................................................................................23
BAB III PENUTUP..........................................................................................25
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorang
profesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang
dinamis, inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia suka
mengamati burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya ia
sangat tertarik pada pelajaran biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah
menerbitkan karangannya yang pertama tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu
pengetahuan alam. Piaget juga mulai belajar tentang moluska dan menerbitkan seri
karangannya tentang moluska, karena karangan yang bagus, pada umur 15 tahun ia
ditawari suatu kedudukan sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alam di
Geneva. Ia menolak tawaran tersebut ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih
dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11).
Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai
bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama
masa remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat
membuat pikiran Piaget menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi
Piaget dengan memperkenalkan filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada
bidang epistimologi, suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu
pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh. Piaget berkonsentrasi pada dua
bidang itu: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengan kehidupan
sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan. Biologi menggunakan metode ilmiah,
sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget
menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua
tahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan
memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12)

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori piaget ?
2. Bagaimana perkembangan intelektual ?
3. Bagaimana belajar akademis ?
4. Bagaimana pendidikan multicultural ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Teori piaget
2. Mengetahui perkembangan intelektual
3. Mengetahui belajar akademis
4. Mengetahui pendidikan multicultural

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori piaget

Piaget lebih menitikberatkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia

meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.

Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara

berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena

kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga

bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat

mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A.

King:152).

Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak

mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and Miriam.

W. Schustack. 2006: 59).

Menurut Piaget (Waseso, 2018) tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan

pada kognisi, yakni suatu tindakan untuk mengenal atau memikirkan kondisi dimana

suatu perilaku itu terjadi. Secara tidak langsung pribadi anak terbentuk melalui

proses belajar yang melibatkan proses berfikir kompleks dan merupakan peristiwa

mental yang nantinya dapat mendorong terjadinya sikap dan perilaku.

Pandangan dunia anak tahap operasional konkret (7-12 tahun) berbeda

dengan pandangan orang tua atau yang lebih dewasa, jadi pendidik harus mampu

mendorong anak untuk membentuk konsep yang tepat khususnya dalam

pembelajaran matematika. Pelaksanaan praktik pembelajaran matematika di

7
Indonesia sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif. Berbagai upaya yang telah

dirintis untuk memperbaiki praktek pembelajaran matematika dengan berpegang

pada aliran kognitif. Teori belajar kognitif diyakini sebagai upaya pembaharuan atau

inovasi belajar yang diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan

matematika di Indonesia

Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori

ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic

mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan).

(B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor,

yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya.

Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan

kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di

respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan

pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap

pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur

kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah,

dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut

Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang

dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual

yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus

berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan

mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya

8
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak

dari kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini

anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi

(tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk

menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan

intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan.

Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif

anak mengkonstruksi lingkungan fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson,

2010:325).

B. Perkembangan Intelektual

a. Struktur

Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat

hubungannya dengan struktur yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat

bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan

perkembangan berfikir logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada

perkembangan operasi dan operasi selanjutnya menuju pada perkembangan

struktur. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:34).

Operasi-operasi ini mempunyai empat ciri, yaitu: Pertama, Operasi merupakan

tindakan yang terinternalisasi. Ini berarti antara tindakan-tindakan itu. Baik

tindakan mental maupun tindakan fisik tidak terdapat pemisah-misah, misalnya

seorang anak mengumpulkan semua kelerang kuning dan merah, tindakannya

ialah merupakan baik tindakan mental maupun fisik. Secara fisik ia

memindahkan kelereng-kelereng itu, tetapi tindakannya itu dibimbing oleh

9
hubungan “sama” dan “berbeda” yang diciptakannya dalam pikirannya. Kedua,

Operasi-operasi itu reversible.

Misalnya menambah dan mengurangi merupakan operasi yang sama yang

dilakukan dengan arah yang berlawanan. Sebagai contoh: 2 dapat ditambahkan

dengan 1 untuk memperoleh 3, atau 1 dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh

2. Ketiga, tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu

berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya operasi

penambahan-pengurangan berhubungan dengan operasi klasifikasi, pengurutan,

dan konservasi bilangan. Operasi itu asli saling membutuhkan. Jadi operasi itu

adalah tindakan-tindakan mental yang terinternalisasi, reversible, tetap dan

terintegrasi dengan struktur-struktur dan operasi-operasi lainnya. Selanjutnya

yang terakhir struktur juga disebut skemata merupakan organisasi mental yang

tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan

lingkungannya. Struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu

menghadapi tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya.

Diperolehnya suatu struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu perubahan

dalam perkembangan intelektual anak. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:134)

b. Isi

Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin

pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi-situasi

yang dihadapinya. Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam

penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan dalam

kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga agak besar, konsepsi anak

10
tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan konsepsi

tentang beberapa peristiwa alam. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:134)

c. Fungsi

Fungsi ialah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-

kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada

2 fungsi yaitu organisme dan adaptasi. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:135).

Fungsi organisme untuk mensistematikkan proses fisik atau psikologi menjadi

sistem yang teratur dan berhubungan atau berstruktur, seperti halnya seorang

bayi mempunyai struktur-struktur perilaku untuk memfokuskan visual dan

memegang benda secara terpisah.

Pada suatu saat dalam perkembangannya, bayi itu dapat mengorganisasi

kedua struktur perilaku ini menjadi struktur tingkat tinggi dengan memegang

suatu benda sambil melihat benda itu, dengan organisasi, struktur fisik dan

psikologis diintergrasi menjadi struktur tingkat tinggi. Piaget melihat

perkembangan intelektual sebagai proses membangun model realitas dalam diri

dalam rangka memperoleh informasi mengenai cara-cara membangun gambaran

batin tentang dunia luar, sebagian besar masa kecil kita dihabiskan untuk aktif

mempelajari diri kita sendiri dan dunia luar. Mungkin anda pernah

memperhatikan, anak-anak yang masih sangat belia pun sudah punya rasa ingin

tahu yang besar tentang kemampuan diri dan lingkungan sekitarnya. (Ratna Wilis

Dahar, 2011:136).

11
Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Sebagai

proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui proses yang tidak

dipisahkan, yaitu:

Asimilasi ialah penyatuan (pengintegrasian) informasi, persepsi, konsep dan

pengalaman baru kedalam yang sudah ada dalam benak seseorang. (Wina

Sanjaya, 2010:132). Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur

atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya

dalam lingkungannya. (Ratna Wilis, 2011:135).

Akomodasi ialah individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa

yang diterima dari lingkungannya. (Mohd. Surya, 2003:56). Sebagai proses

penyesuaian atau penyesuian atau penyusunan kembali skema ke dalam situasi

yang baru. ( Riyanto Yatim, 2009:123).

Proses penyerapan ini saling berkaitan, sebagai contoh ketika seorang

anak belum mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa sakit karena

terpercik api, maka berdasarkan pengalamannya terbentuk struktur penyesuaian

skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang

membahayakan oleh karena itu harus dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan

demikian, ketika ia melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin anak

dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat

ibunya memasak memakai api, ketika anak melihat bapaknya merokok

menggunakan api, maka skema yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api

12
bukan harus dihindari tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyesuaian skema

tentang api yang dilakukan oleh anak itu dinamakan asimilasi.

Semakin anak dewasa, pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika

anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kenderaan

memerlukan api, dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api.

bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat

dimanfaatkan, akan tetapi api sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

Proses penyempurnaan skema itu dinamakan proses akomodasi. ( Wina Sanjaya,

2010:132).

Tahap Perkembangan Intelektual Perkembangan kognitif merupakan

pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget

perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu:

a. Tahap sensori-motor : 0 – 1,5 tahum

b. Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun

c. Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun

d. Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas

Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun

mungkin setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika

otak kita sudah cukup matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau

operasi. (Matt Jarvis, 2011:148). Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi

dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6

tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang

berumur 8 tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun

13
urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat

sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat

berikutnya. (Ratna Wilis, 2011:137).

a. Tahap Sensorimotor Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia

dua tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka

melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas

motor. ( Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin

Feldman, 2008:212). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria

(sensori) dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya

mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya

dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan

kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses

penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

( Mohd. Surya, 2003: 57).

b. Tahap pra-operasional Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas

kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas

berfikirnya belum mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah

dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda –

tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak

sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.

Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif

atau deduktif tetapi tidak logis

14
2. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal

hubungan sebabakibat secara tidak logis

3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup

seperti dirinya

4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di

lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia

5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa

yang dilihat atau di dengar

6. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk

menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya

c. Tahap Operasional Konkrit

Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan

pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada

saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap

animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya

dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek

fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional kongkrit

masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas

logika. (Matt Jarvis, 2011:149- 150).

Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka dengan warna

rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan

untuk mengidentifikasikan boneka yang berambut paling gelap. Namun

ketika diberi pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut susan.

15
Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang

paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami

kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan

menggunakan lambanglambang.

d. Tahap Operasional Formal Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode

operasi baru. Periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi

konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. ( Matt Jarvis,

2011:111). Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu

berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai

kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami

bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu

disebut operasional formal.

C. Belajar Akademis

Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan otak.

Perkembangan otak yaitu perkembangan yang menyangkut ukuran (volume) dan

fungsi otak. Kecepatan perkembangan otak berpengaruh terhadap perkembangan

kognitif manusia. Pada usia 10 tahun berat otak sudah mencapai 95% dari otak

orang dewasa, berbeda ketika bayi baru dilahirkan yang beratnya hanya 25% otak

orang dewasa.5 Perkembangan otak akan mempengaruhi fungsi otak untuk

berfikir, seperti mengetahui, memahami, menganalisis, mensintesis, beride,

bernalar, berkreatifi tas dan bertindak. Perkembangan otak terbagi menjadi dua

bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Perkembangan otak kiri meliputi

kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, analitis, dan berkaitan dengan

16
kemampuan belajar membaca, berhitung dan bahasa. Perkembangan otak kanan

meliputi kemampuan berfi kir holistik, non-linier, non-verbal, intuitif, imajinatif

dan kreatifitas

Pada belajar akademis Usia 7-11 tahun merupakan usia ketika anak sudah

memasuki masa sekolah. Sebagaimana menurut teori kognitif Piaget, pemikiran

anakanak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkret (concrete

operational). Makna operasional konkret yang dimaksud oleh Piaget yaitu kondisi

dimana anak-anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis

terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran

logis menggantikan pemikiran intuitif (naluri) dengan syarat pemikiran tersebut

dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifi Akan tetapi,

kekurangan dari pada fase ini adalah ketika anak dihadapkan dengan pemasalahan

yang bersifat abstrak (secara verbal) tanpa adanya objek nyata, maka ia akan

mengalami kesulitan bahkan tidak mampu untuk menyelesaikannya dengan baik.

a. Penalaran anak masih terbatas

Menalar secara logis dan memahami hubungan-hubungan kausal,

mereka belum dapat melakukan penalaran hipotesis atau abstrak. Anak hanya

dapat memecahkan suatu masalah ketika objek dari masalah tersebut bersifat

empirik (nyata) atau ditangkap oleh paca indra mereka, bukan yang bersifat

khayal.

Misalnya, pada anak kelas satu, ketika diberi pernyataan ada tiga gelas

berwarna merah, hitam dan putih. Kemudian ditanyakan, gelas berwarna apa

yang akan terlihat lebih terang dan jelas. Pada kondisi ini, anak akan

17
mengalami kesulitan dalam menjawab, kemampuan kognitif anak memiliki

keterbatasan untuk bernalar, sehingga kemungkinan jawaban anak akan

bervariasi karena tidak berdasarkan penalaran ilmiah dan objektif. Pertanyaan

tersebut akan terjawab dengan baik ketika ketiga gelas berwarna tersebut

dihadirkan dihadapan si anak.

Pada fase ini, kemampuan kognitif anak mengalami perkembangan yang

pesat. Dalam keadaan normal, kemampuan anak usia sekolah dasar

berkembang secara bertahap. Pada masa sebelumnya kemampuan berfi kir

anak masih bersifat imajinatif, subjektif dan egosentris, sedangkan ketika anak

memasuki masa sekolah, daya pikir anak akan berkembang secara perlahan

kearah berfi kir konkret dan egosentris juga berkurang. Ketika memandang

sesuatu dihadapannya, anak mulai memfungsikan akal untuk berfi kir secara

rasional dan objektif serta sudah dapat memecahkan suatu masalah secara

logis.

Pada tahap operasional konkret, anak memiliki pemahaman yang lebih

baik dari pada anak praoperasional (2-7 tahun) mengenai konsep spasial,

sebab-akibat, pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi

serta konsep angka/matamatik.11 Adapun pengertian mengenai konsep-

konsep tersebut yaitu, pertama, konsep sebab-akibat adalah suatu kemampuan

kognitif seorang anak dalam mengetahui proses terjadinya suatu perubahan

dari suatu objek yang ia lihat.

Misalnya, anak bisa mengetahui bahwa ketika suatu wadah (botol)

semakin diisi air maka akan semakin berat, anak dapat menarik kesimpulan

18
bahwa penyebab bertambahnya berat karena air dan pada waktu itu juga anak

akan berfi kir bahwa setiap air memiliki berat.

b. konsep pengelompokan

kemampuan kognitif seorang anak dalam menggolongkan suatu objek

yang memiliki kesamaan atau perbedaan jenis, warna dan ukuran.

Kemampuan kognitif anak usia dasar pada tahap operasional konkret

mengenai pengelompokan meliputi berbagai kemampuan yang relative

canggih, seperti serasi (seriation), penyimpulan transitif, dan inklusi kelas,

yang secara bertahap meningkat antara masa kanak-kanak awal dan

menengah.

1. Serasi (seration) adalah kemampuan untuk menyusun stimulus atau

suatu objek berdasarkan dimensi kuantitatif, seperti panjang, warna,

berat dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, anak diberi 10 jenis pensil yang berukuran panjang

yang berbeda dan diletakan secara acak di atas meja, anak-anak sudah

bisa mengurutkan pensil tersebut dari ukuran terpendek hingga yang

paling panjang.

2. Penyimpulan transitif (transitive inference) adalah kemampuan untuk

menggabungkan secara logis hubungan untuk memahami kesimpulan

tertentu. Misalnya, seorang anak ditunjukan tiga buah bola yang

berwarna merah, kuning dan hijau. Merah berukuran lebih besar,

kuning berukuran sedikit lebih kecil dari merah dan hijau berukuran

lebih kecil dari kuning. Tanpa melakukan perbandingan, ia akan dapat

19
menyimpulkan bahwa bola warna merah memiliki ukuran yang paling

besar.

3. inklusi kelas (class inclusion) adalah kemampuan melihat hubungan

antara keseluruhan dan bagian-bagiannya.Misalnya, ketika anak diberi

seikat bunga yang berisi 5 tangkai melati-3 tangkai mawar berwarna

putih dan disetiap tangkai memiliki banyak kelopak bunga. Ketika

anak ditanya, apakah lebih banyak bunga melati atau lebih banyak

jumlah kelopak bunga, maka anak akan menjawab jumlah kelopak

bunga yang lebih banyak, karena setiap bunga terdapat banyak kelopak

bunga. Berbeda dengan anak pada tahap praoperasioal, mereka akan

cenderung menjawab jumlah bunga melati lebih banyak, karena anak

hanya melihat perbandingan bunga melati dengan bunga mawar putih.

c. penalaran induktif dan deduktif.

Penalaran induktif yaitu suatu cara berfikir dengan melihat fakta secara

umum kemudian menarik kesimpulan secara khusus, sedangkan penalaran

deduktif sebaliknya. Menurut Piaget, anak-anak pada tahap operasional

konkret hanya menggunakan penalaran induktif, mulai dari pengamatan

mengenai anggota partikular dari kelas orang-orang, hewan, objek, atau

kejadian, kemudian mereka mengambil kesimpulan umum mengenai kelas

sebagai keseluruhan. Anak yang berfi kir operasional konkret, ketika harus

menyelesaikan suau masalah, maka ia langsung memasuki masalahnya.

Berbeda dengan anak yang berfi kir formal (11 tahun ke atas), mereka akan

terlebih dahulu berfi kir secara teoritis, kemudian mengidentifi kasi atau

20
mengkalisifi kasi, baru kemudian mencari solusi dan bergerak menyelesaikan

masalahnya. Sebagai contoh, jambu berwarna merah memiliki rasa yang

manis, anak akan berkesimpulan bahwa setiap jambu berwarna merah rasanya

manis, padahal belum tentu demikian.

d. konsep konservasi yakni pemahaman bahwa karakteristik fisik suatu benda

mati akan tetap meskipun wujudnya berubah. Anak yang berada pada tahap

operasional konkret telah mampu menyadari konservasi, sebagaimana dalam

sebuah eksperimen, seorang anak dihadapkan dengan dua gumpalan tanah liat

dengan ukuran tanah yang sama tetapi dibuat kedalam bentuk yang berbeda,

yang satu berbentuk panjang dan yang satu lagi berbentuk bulat. Kemudian,

anak diberi pertanyaan apakah gumpalan tanah yang berbentuk panjang lebih

banyak dibandingkan dengan yang berbentuk bulat. Anak pada usia 7 atau 8

tahun, sebagian besar menjawab bahwa ukuran tanah tetap sama. Pemahaman

tentang konsep konservasi memberikan pemahaman bahwa suatu ukuran

benda (panjang, berat, volume dan massa) tidak akan berubah kendati

bentuknya mengalami perubahan.

e. konsep angka/matematik yaitu kemampuan anak dalam mengolah angka,

seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada usia 6

atau 7 tahun, banyak anak dapat menghitung di dalam kepala. Kemampuan

mengelola angka ini menjadi pembeda dengan kemampuan dalam disiplin

ilmu lain yang secara umum mesti dihadirkan objeknya. Setiap level usia atau

tingkatan kelas, anak-anak memiliki kemampuan matematik yang berbeda,

21
semakin tinggi tingkatan kelas, maka akan semakin baik kemampuan

matematikanya.

Berdasarkan penjelasan diatas, bukan berarti bahwa setiap tahapan usia 7-11

tahun, anak-anak memiliki kemampuan yang sama. Penjelasan menurut Piaget

tersebut hanya menggambarkan secara umum bahwa pada saat anak- anak menginjak

usia operasional konkret, anak-anak memiliki kemampuan sebagaimana yang

dijelaskan. Setiap tingkatan usia, anak-anak tentu memiliki kemampuan yang

berbeda-beda baik kemampuan dalam bernalar, berfi kir logis, mengingat,

menghafal, memahami dan menganalisis. Anak-anak memiliki kemampuan berfi kir

tentang suatu hal dengan tingkat kesukaran yang berbeda dan perbedaan-perbedaan

itu yang menjadi dasar dalam menentukan tingkat kesukaran materi ajar, Strategi,

model dan metode pembelajaran di SD/MI

Kemampuan kognitif anak akan semakin meningkat disetiap waktunya.

Misalnya, semakin tinggi kelas maka materi yang dipelajari akan semakin sukar atau

kompleks. Peningkatan daya kognitif dapat terjadi karena dipengaruhi oleh banyak

faktor, seperti volume otak, makananan, pendidikan, pengalaman dan lingkungan.

Akan tetapi, dalam konteks perkembangan kognitif dari suatu proses, faktor yang

sangat berpengaruh adalah faktor pengalaman dan lingkungan. Sebagaimana yang

dikemukanan oleh Piaget bahwa manusia yang akif secara terus menerus

mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) dalam proses interaksinya terhadap

lingkungan. Alasan logis selanjutnya yaitu ketika anak sudah melewati berbagai

aktifi tas atau proses pendidikan maka pengetahuan dan wawasan anak bertambah.

Ketika anak mendapatkan hal yang lebih rumit, anak sudah memiliki kesiapan untuk

22
berfi kir tentang hal itu, baik untuk mempelajari maupun memecahkan suatu

permasahan yang ada.

D. Pendidikan Multikultural

Dalam pendidikan multikultural dikembangkan pemaknaan dan pemahaman

terhadap multikulturalisme, yaitu sebuah paham tentang kultur yang beragam. Dalam

keragaman kultur ini meniscayakan adanya pemahaman, saling pengertian, toleransi,

dan sejenisnya, agar tercipta suatu kehidupan yang damai dan sejahtera serta

terhindar dari konflik berkepanjangan (Naim, 2008:125).

Menurut James Blank terdapat lima dimensi pendidikan multikultural yang saling

berkaitan, antara lain:

1) Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan

konsep mendasar, generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran)

2) Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata

pelajaran

3) Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka

memfasilitasi prestasi akademik

4) Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode

pengajarannya

5) Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, berinteraksi

dengan seluruh siswa dan staf yang berbeda ras dan etnis untuk menciptakan

budaya akademik.

23
Pendidikan multikultural memiliki peranan penting dalam pengembangan

ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa, Pendidikan multikultural adalah

sebuah proses pendidikan untuk membangun sikap saling menghargai antara sesama

warga negara tanpa membedakan latar belakang etnik, ras, budaya, bahasa, dan

agama serta aliran dalam beragama. Pendidikan multikultural juga diartikan proses

pendidikan yang memberikan penghargaan sama antara semua siswa tanpa

membedakan latar belakang etnik, ras, agama, budaya, bahasa, aliran keagamaan,

dan bahkan strata sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan multikultural

dikembangkan dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan, identitas nasional,

dan citra bangsa di mata dunia internasional (Rosyada, 2008).

E. Kajian ilmiah

Nama Tahun Isi Penelitian


No Judul
Penulis Terbit
1. Dian 2018 Analisis Manusia sebagai makhluk hidup mesti
Andesta Perkembangan mengalami perkembangan disetiap waktunya,
Bujuri Kognitif Anak tak terkecuali pada anak usia dasar (7-13
tahun). Salah satu aspek penting dari
Usia Dasar dan perkembangan adalah aspek kogntif.
Implikasinya Perkembangan kognitif merupakan suatu
dalam perkembangan yang sangat komprehensif yaitu
Kegiatan berkaitan dengan kemampuan berfi kir, seperti
Belajar kemampuan mengingat, bernalar, beride,
berimajinasi dan kreatifi tas.
Mengajar
Menurut teori kognitif Piaget, perkembangan
kognitif anak usia dasar berada pada dua fase
yaitu pertama fase operasional konkret (7-11
tahun) adalah fase dimana anak sudah dapat
memfungsikan akalnya untuk berfi kir logis,
rasional dan objektif, tetapi terhadap objek
yang bersifat konkret. Kedua fase operasional
formal (11-12 tahun ke atas) adalah fase
dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu
yang akan atau mungkin terjadi (hipotesis) dan
sesuatu bersifat abstrak. Kendati berada pada
fase yang sama, perkembangan kognitif anak
memiliki perbedaan di setiap tingkatan usianya

24
yang sangat penting dipahami khususnya
dalam lingkup pendidikan yaitu pada kegiatan
belajar megajar (KBM)..

2. Leny 2020 TEORI Perkembangan kognitif adalah tahapan-


Marinda PERKEMBAN tahapan perubahan yang terjadi dalam rentang
GAN kehidupan manusia untuk memahami,
mengolah informasi, memecahkan masalah
KOGNITIF dan mengetahui sesuatu. Jean Piaget adalah
JEAN PIAGET salah satu tokoh yang meneliti tentang
DAN perkembangan kognitif dan mengemukakan
PROBLEMAT tahapan-tahapan perkembangan kognitif. Jean
IKANYA Piaget yang juga ahli Biologi menghubungkan
tahapan perkembangan kematangan fisik
PADA ANAK
dengan tahapan perkembangan kognitif.
USIA Tahapantahapan tersebut adalah
SEKOLAH tahap sensory motorik (0–2 tahun),
DASAR praoperasional (2–7 tahun), operasional
konkret (7–11 tahun) dan operasional formal
(11–15 tahun). Dalam memahami dunia secara
aktif, anak menggunakan skema, asimilasi,
akomodasi, organisasi dan equilibrasi.
Pengetahuan anak terbentuk secara berangsur
sejalan dengan pengalaman tentang informasi-
informasi yang ditemui. Menurut Piaget, anak
menjalani urutan yang sudah pasti dari tahap-
tahap perkembangan kognitif.
Pada teori ini, anak diprediksi memiliki
kematangan secara kuantitas maupun kualitas
berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaluinya.
Perkembangan kognitif pada satu tahap
merupakan lanjutan dari perkembangan
kognitif tahap sebelumnya. Problem kognitif
yang muncul pada anak usia sekolah dasar
dilihat dari teori perkembangan kognitif ala
Piaget diantaranya disleksia, disgrafia dan
diskalkulia
3. Rizal 2018 Menumbuhkan Pada era globalisasi ini pendidikan seni
Wahyu Karakter Peserta budaya memiliki peran penting dalam
Bagas Didik melalui pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu
Pendidikan diperlukannya pembelajaran seni budaya
Pradana
Multikultural berbasis multikultural sebagai solusi dalam
Pada mengatasi permasalah karakter peserta didik
Pembelajaran dewasa ini. Hal ini penting sebagai bagian dari
Seni Budaya upaya mencegah dan menangulangi
radikalisme, separatisme, konflik etnis hingga
agama, dan sebagai upaya menumbuhkan

25
sikap menghargai pluralitas, heterogenitas,
keberagaman budaya dan cinta tanah air.
Dalam pembelajaran seni budaya berbasis
pendidikan multikultural terdapat tiga aspek
didalamnya, ketiga aspek inilah yang nantinya
akan dapat menyukseskan pendidikan
multikultural.
Tanpa adanya ketiga aspek tersebut sangat
tidak mungkin tercapainya pembelajaran
multikultural, ketiga aspek tersebut adalah
estetika, apresiasi, dan humanisasi. Dengan
adanya ketiga aspek tersebut akan
mempermudah dalam memaksimalkan
pengembangan ranah kognititf, psikomotorik,
afektif siswa dan sebagai solusi pendidikan
karakter melalui pendidikan multikultural.
Nuryati 2021 implementasi Tujuan penelitian ini adalah untuk
teori mengkaji lebih jauh tentang teori
perkembangan perkembangan kognitif oleh Jean Piaget
kognitif jean terhadap pembelajaran matematika sesuai
piaget dalam tingkat berfikir anak pada tahap usia Sekolah
pembelajaran Dasar. Sumber data yang digunakan dalam
matematika di penelitian ini yaitu buku, jurnal, artikel, dan
SD karya ilmiah lainnya. Teknik pengumpulan
datanya adalah Studi Pustaka.
Analisis data menggunakan content
analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perkembangan kognitif anak pada tahap
usia operasional konkret (7-12 tahun) dalam
pembelajaran matematika ini berbeda-beda
hampir pada setiap fase usianya. Pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar disesuaikan
dengan tahapan usia. Hal ini sesuai dengan
implementasi teori perkembangan Jean Piaget.
Merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang
perjalanan hidupnya melalui perkembangan
fisik, perkembangan kepribadian,
perkembangan sosioemosi, perkembangan
kognisi (pemikiran), dan perkembangan
bahasa.
Selain tingkat pemahaman model dan
metode serta penanganan yang digunakan juga
bervariatif. Hasil penelitian dapat menjadi
landasan guru mengajar sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien,

26
dan tepat sasaran. Terlebih untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB III
PENUTUP

27
A. Kesimpulan

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang

memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si

anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian

yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan

karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui

pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen

unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak.

Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan

memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini

adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang

sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan

respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di

mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental

mengeksplorasi kemungkinan akibatnya

B. Saran

Demikianlah makalah ini buat,kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih

Banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap

menggali informasi yang menunjang pembelajaran kita pada materi ini. Semoga makalah

dapat bermanfaat bagi semua kedepannya kami akan lebih memperbaiki makalah ini agar

lebih baik, segala segala kekurangan nya kami mohon maaf sekian makalah dari kami.

DAFTAR RUJUKAN

28
Andesta dian, 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya dalam
Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI, Volume IX, No. 1

Fatimah Ibda ,2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget Intelektualita - Volume 3,
Nomor 1, Januari-Juni

Marinda, leny.2020. teori perkembangan kognitif jean piaget dan problematika pada anak usia
sekolah dasar. Jurnal Kajian Perempuan & Keislaman Vol. 13, No. 1,
April 2020 p-ISSN:2086 -0749 e-ISSN:2654-4784

Wahyu rizal , 2018.. Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No Menumbuhkan Karakter


Peserta Didik melalui Pendidikan Multikultural Pada Pembelajaran Seni
Budaya) 95-104 ISSN. 2548-6160

29
30

Anda mungkin juga menyukai