Tentang
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah buat
Rasululah Muhammad SAW. Sebagai uswah dan qudwah bagi kita dalam menjalani
kehidupan ini.
kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tumbuh kembang
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna masil banyak
kekurangan yang terdapat didalamnya. Untuk itu, besar harapan penulis untuk saran dan
kritikan yang membangun dari pembaca dan dosen pengampu Dr. Dewi fitriana M.Psy demi
kesempurnaan makalah ini. Atas saran dan kritikan yang diberikan penulis mengucapkan
terimakasih.
Tim Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 7
A. Teori piaget ...........................................................................................7
B. Perkembangan motorik …………………………………………………9
C. Belajar akademis ....................................................................................19
D. Pendidikan multikultural ........................................................................22
E. Kajian ilmiah ..........................................................................................23
BAB III PENUTUP..........................................................................................25
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorang
profesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang
dinamis, inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia suka
mengamati burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya ia
sangat tertarik pada pelajaran biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah
menerbitkan karangannya yang pertama tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu
pengetahuan alam. Piaget juga mulai belajar tentang moluska dan menerbitkan seri
karangannya tentang moluska, karena karangan yang bagus, pada umur 15 tahun ia
ditawari suatu kedudukan sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alam di
Geneva. Ia menolak tawaran tersebut ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih
dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11).
Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai
bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama
masa remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat
membuat pikiran Piaget menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi
Piaget dengan memperkenalkan filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada
bidang epistimologi, suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu
pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh. Piaget berkonsentrasi pada dua
bidang itu: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengan kehidupan
sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan. Biologi menggunakan metode ilmiah,
sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget
menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua
tahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan
memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12)
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori piaget ?
2. Bagaimana perkembangan intelektual ?
3. Bagaimana belajar akademis ?
4. Bagaimana pendidikan multicultural ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Teori piaget
2. Mengetahui perkembangan intelektual
3. Mengetahui belajar akademis
4. Mengetahui pendidikan multicultural
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori piaget
meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.
berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena
kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga
King:152).
pada kognisi, yakni suatu tindakan untuk mengenal atau memikirkan kondisi dimana
suatu perilaku itu terjadi. Secara tidak langsung pribadi anak terbentuk melalui
proses belajar yang melibatkan proses berfikir kompleks dan merupakan peristiwa
dengan pandangan orang tua atau yang lebih dewasa, jadi pendidik harus mampu
7
Indonesia sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif. Berbagai upaya yang telah
pada aliran kognitif. Teori belajar kognitif diyakini sebagai upaya pembaharuan atau
matematika di Indonesia
Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori
Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan
kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di
respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan
pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap
kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah,
Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang
dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual
yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan
8
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak
dari kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini
intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan.
Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif
2010:325).
B. Perkembangan Intelektual
a. Struktur
Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat
bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan
9
hubungan “sama” dan “berbeda” yang diciptakannya dalam pikirannya. Kedua,
2. Ketiga, tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu
dan konservasi bilangan. Operasi itu asli saling membutuhkan. Jadi operasi itu
yang terakhir struktur juga disebut skemata merupakan organisasi mental yang
tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan
Diperolehnya suatu struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu perubahan
b. Isi
Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin
yang dihadapinya. Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam
kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga agak besar, konsepsi anak
10
tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan konsepsi
c. Fungsi
sistem yang teratur dan berhubungan atau berstruktur, seperti halnya seorang
kedua struktur perilaku ini menjadi struktur tingkat tinggi dengan memegang
suatu benda sambil melihat benda itu, dengan organisasi, struktur fisik dan
batin tentang dunia luar, sebagian besar masa kecil kita dihabiskan untuk aktif
mempelajari diri kita sendiri dan dunia luar. Mungkin anda pernah
memperhatikan, anak-anak yang masih sangat belia pun sudah punya rasa ingin
tahu yang besar tentang kemampuan diri dan lingkungan sekitarnya. (Ratna Wilis
Dahar, 2011:136).
11
Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Sebagai
proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui proses yang tidak
dipisahkan, yaitu:
pengalaman baru kedalam yang sudah ada dalam benak seseorang. (Wina
atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya
anak belum mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa sakit karena
skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang
membahayakan oleh karena itu harus dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan
demikian, ketika ia melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin anak
dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat
menggunakan api, maka skema yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api
12
bukan harus dihindari tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyesuaian skema
memerlukan api, dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api.
bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat
2010:132).
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun
mungkin setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika
otak kita sudah cukup matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau
operasi. (Matt Jarvis, 2011:148). Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi
dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6
tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang
berumur 8 tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun
13
urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat
a. Tahap Sensorimotor Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia
dua tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka
(sensori) dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya
tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak
14
2. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal
seperti dirinya
pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada
saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap
rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan
ketika diberi pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut susan.
15
Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang
menggunakan lambanglambang.
2011:111). Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu
bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu
C. Belajar Akademis
kognitif manusia. Pada usia 10 tahun berat otak sudah mencapai 95% dari otak
orang dewasa, berbeda ketika bayi baru dilahirkan yang beratnya hanya 25% otak
bernalar, berkreatifi tas dan bertindak. Perkembangan otak terbagi menjadi dua
bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Perkembangan otak kiri meliputi
16
kemampuan belajar membaca, berhitung dan bahasa. Perkembangan otak kanan
dan kreatifitas
Pada belajar akademis Usia 7-11 tahun merupakan usia ketika anak sudah
operational). Makna operasional konkret yang dimaksud oleh Piaget yaitu kondisi
terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran
dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifi Akan tetapi,
kekurangan dari pada fase ini adalah ketika anak dihadapkan dengan pemasalahan
yang bersifat abstrak (secara verbal) tanpa adanya objek nyata, maka ia akan
mereka belum dapat melakukan penalaran hipotesis atau abstrak. Anak hanya
dapat memecahkan suatu masalah ketika objek dari masalah tersebut bersifat
empirik (nyata) atau ditangkap oleh paca indra mereka, bukan yang bersifat
khayal.
Misalnya, pada anak kelas satu, ketika diberi pernyataan ada tiga gelas
berwarna merah, hitam dan putih. Kemudian ditanyakan, gelas berwarna apa
yang akan terlihat lebih terang dan jelas. Pada kondisi ini, anak akan
17
mengalami kesulitan dalam menjawab, kemampuan kognitif anak memiliki
tersebut akan terjawab dengan baik ketika ketiga gelas berwarna tersebut
anak masih bersifat imajinatif, subjektif dan egosentris, sedangkan ketika anak
memasuki masa sekolah, daya pikir anak akan berkembang secara perlahan
kearah berfi kir konkret dan egosentris juga berkurang. Ketika memandang
sesuatu dihadapannya, anak mulai memfungsikan akal untuk berfi kir secara
rasional dan objektif serta sudah dapat memecahkan suatu masalah secara
logis.
baik dari pada anak praoperasional (2-7 tahun) mengenai konsep spasial,
semakin diisi air maka akan semakin berat, anak dapat menarik kesimpulan
18
bahwa penyebab bertambahnya berat karena air dan pada waktu itu juga anak
b. konsep pengelompokan
menengah.
yang berbeda dan diletakan secara acak di atas meja, anak-anak sudah
paling panjang.
kuning berukuran sedikit lebih kecil dari merah dan hijau berukuran
19
menyimpulkan bahwa bola warna merah memiliki ukuran yang paling
besar.
anak ditanya, apakah lebih banyak bunga melati atau lebih banyak
bunga yang lebih banyak, karena setiap bunga terdapat banyak kelopak
Penalaran induktif yaitu suatu cara berfikir dengan melihat fakta secara
sebagai keseluruhan. Anak yang berfi kir operasional konkret, ketika harus
Berbeda dengan anak yang berfi kir formal (11 tahun ke atas), mereka akan
terlebih dahulu berfi kir secara teoritis, kemudian mengidentifi kasi atau
20
mengkalisifi kasi, baru kemudian mencari solusi dan bergerak menyelesaikan
manis, anak akan berkesimpulan bahwa setiap jambu berwarna merah rasanya
mati akan tetap meskipun wujudnya berubah. Anak yang berada pada tahap
sebuah eksperimen, seorang anak dihadapkan dengan dua gumpalan tanah liat
dengan ukuran tanah yang sama tetapi dibuat kedalam bentuk yang berbeda,
yang satu berbentuk panjang dan yang satu lagi berbentuk bulat. Kemudian,
anak diberi pertanyaan apakah gumpalan tanah yang berbentuk panjang lebih
banyak dibandingkan dengan yang berbentuk bulat. Anak pada usia 7 atau 8
tahun, sebagian besar menjawab bahwa ukuran tanah tetap sama. Pemahaman
benda (panjang, berat, volume dan massa) tidak akan berubah kendati
ilmu lain yang secara umum mesti dihadirkan objeknya. Setiap level usia atau
21
semakin tinggi tingkatan kelas, maka akan semakin baik kemampuan
matematikanya.
Berdasarkan penjelasan diatas, bukan berarti bahwa setiap tahapan usia 7-11
tersebut hanya menggambarkan secara umum bahwa pada saat anak- anak menginjak
tentang suatu hal dengan tingkat kesukaran yang berbeda dan perbedaan-perbedaan
itu yang menjadi dasar dalam menentukan tingkat kesukaran materi ajar, Strategi,
Misalnya, semakin tinggi kelas maka materi yang dipelajari akan semakin sukar atau
kompleks. Peningkatan daya kognitif dapat terjadi karena dipengaruhi oleh banyak
Akan tetapi, dalam konteks perkembangan kognitif dari suatu proses, faktor yang
dikemukanan oleh Piaget bahwa manusia yang akif secara terus menerus
lingkungan. Alasan logis selanjutnya yaitu ketika anak sudah melewati berbagai
aktifi tas atau proses pendidikan maka pengetahuan dan wawasan anak bertambah.
Ketika anak mendapatkan hal yang lebih rumit, anak sudah memiliki kesiapan untuk
22
berfi kir tentang hal itu, baik untuk mempelajari maupun memecahkan suatu
D. Pendidikan Multikultural
terhadap multikulturalisme, yaitu sebuah paham tentang kultur yang beragam. Dalam
dan sejenisnya, agar tercipta suatu kehidupan yang damai dan sejahtera serta
Menurut James Blank terdapat lima dimensi pendidikan multikultural yang saling
pelajaran
pengajarannya
dengan seluruh siswa dan staf yang berbeda ras dan etnis untuk menciptakan
budaya akademik.
23
Pendidikan multikultural memiliki peranan penting dalam pengembangan
sebuah proses pendidikan untuk membangun sikap saling menghargai antara sesama
warga negara tanpa membedakan latar belakang etnik, ras, budaya, bahasa, dan
agama serta aliran dalam beragama. Pendidikan multikultural juga diartikan proses
membedakan latar belakang etnik, ras, agama, budaya, bahasa, aliran keagamaan,
E. Kajian ilmiah
24
yang sangat penting dipahami khususnya
dalam lingkup pendidikan yaitu pada kegiatan
belajar megajar (KBM)..
25
sikap menghargai pluralitas, heterogenitas,
keberagaman budaya dan cinta tanah air.
Dalam pembelajaran seni budaya berbasis
pendidikan multikultural terdapat tiga aspek
didalamnya, ketiga aspek inilah yang nantinya
akan dapat menyukseskan pendidikan
multikultural.
Tanpa adanya ketiga aspek tersebut sangat
tidak mungkin tercapainya pembelajaran
multikultural, ketiga aspek tersebut adalah
estetika, apresiasi, dan humanisasi. Dengan
adanya ketiga aspek tersebut akan
mempermudah dalam memaksimalkan
pengembangan ranah kognititf, psikomotorik,
afektif siswa dan sebagai solusi pendidikan
karakter melalui pendidikan multikultural.
Nuryati 2021 implementasi Tujuan penelitian ini adalah untuk
teori mengkaji lebih jauh tentang teori
perkembangan perkembangan kognitif oleh Jean Piaget
kognitif jean terhadap pembelajaran matematika sesuai
piaget dalam tingkat berfikir anak pada tahap usia Sekolah
pembelajaran Dasar. Sumber data yang digunakan dalam
matematika di penelitian ini yaitu buku, jurnal, artikel, dan
SD karya ilmiah lainnya. Teknik pengumpulan
datanya adalah Studi Pustaka.
Analisis data menggunakan content
analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perkembangan kognitif anak pada tahap
usia operasional konkret (7-12 tahun) dalam
pembelajaran matematika ini berbeda-beda
hampir pada setiap fase usianya. Pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar disesuaikan
dengan tahapan usia. Hal ini sesuai dengan
implementasi teori perkembangan Jean Piaget.
Merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang
perjalanan hidupnya melalui perkembangan
fisik, perkembangan kepribadian,
perkembangan sosioemosi, perkembangan
kognisi (pemikiran), dan perkembangan
bahasa.
Selain tingkat pemahaman model dan
metode serta penanganan yang digunakan juga
bervariatif. Hasil penelitian dapat menjadi
landasan guru mengajar sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien,
26
dan tepat sasaran. Terlebih untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan nasional
BAB III
PENUTUP
27
A. Kesimpulan
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si
anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian
yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang
sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan
respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di
mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental
B. Saran
Banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap
menggali informasi yang menunjang pembelajaran kita pada materi ini. Semoga makalah
dapat bermanfaat bagi semua kedepannya kami akan lebih memperbaiki makalah ini agar
lebih baik, segala segala kekurangan nya kami mohon maaf sekian makalah dari kami.
DAFTAR RUJUKAN
28
Andesta dian, 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya dalam
Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI, Volume IX, No. 1
Fatimah Ibda ,2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget Intelektualita - Volume 3,
Nomor 1, Januari-Juni
Marinda, leny.2020. teori perkembangan kognitif jean piaget dan problematika pada anak usia
sekolah dasar. Jurnal Kajian Perempuan & Keislaman Vol. 13, No. 1,
April 2020 p-ISSN:2086 -0749 e-ISSN:2654-4784
29
30