Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

TOKOH DAN TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu:

Ike Utia Ningsih, S.Psi.I., M.A.

Disusun oleh:

Devi Alfiyanti 1907015010

Defa Tri Kusumastuti 1907015070

Widya Wulandari 1907015100

Kelas:

3E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tokoh dan
teori-teori psikologi perkembangan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas utama psikologi perkembangan yang berkaitan dengan tokoh dan teori-teori
psikologi perkembangan pada mata kuliah Psikologi Perkembangan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tokoh dan teori-
teori psikologi perkembangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ike Utia Ningsih selaku dosen


bidang studi/mata kuliah psikologi perkembangan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 Oktober2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL........................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan.................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Biopsikologi.............................................. 5
B. Perkembangan Perilaku Biopsikologi................................... 5
C. Pengertian Teori Psikoanalisis.............................................. 7
D. Tingkatan dan Struktur Kepribadian dalam Psikoanalisis.... 7
E. Pengertian Teori Psikososial................................................. 10
F. Tahap-tahap Perkembangan Psikososial............................... 11
G. Pengertian Teori Kognitif...................................................... 13
H. Teori kognitif menurut tokoh dan pemikirannya.................. 14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh individu sendiri
melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam
berinteraksi dengan lingkungan, individu mampu beradaptasi dan mengorganisasikan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitifnya, pengetahuan,
wawasannya dan pemahamannya semakin berkembang. Individu juga mampu
memodivikasi pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan, sehingga melahirkan
pengetahuan atau temuan-temuan baru.
Dalam proses pembelajaran bukan hanya dalam teori dalam dunia pendidikan
saja yang dilihat,diajar tetapi juga dalam proses perkembangan seorang anak murid
yang mampu dalam memahami perkembangan dirinya sendiri. Seperihalnya ia
mampu dalam berinteraksi kepada temannya. Selain perkembangan dalam otaknya ia
juga sudah termasuk berkembang dalam suatu mengedalikan tubuhnya karena tidak
mudah seseorang berani dalam berinteraksi.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori biopsikologi ?
2. Apa pengertian dari teori psikoanalisa ?
3. Apa pengertian dari teori psikososial ?
4. Apa pengertian dari teori kognitif ?

C. TujuanPenulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian serta bagian-bagian dalam teori biopsikologi.
2. Mengetahui pengertian serta bagian-bagian dalam teori psikoalanisa.
3. Mengetahui pengertian serta bagian-bagian dalam teori psikososial.
4. Mengetahui pengertian serta bagian-bagian dalam teori kognitif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Biological
Secara termologi biopsikologi adalah ilmu yang membahas keterkaitan antara
aspek biologis dan aspek psikologi yang khusus berobjek pada manusia. Tujuan
dalam memahami teori biopsikologi yaitu memahami perilaku sesuai dengan sisi
psikologisnya. Dasar perilaku menurut biopsikologi yaitu :
a. Adanya rangsangan yang memberikan suatu pengaruh ke dalam tubuh.
b. Perilaku manusia dikendalikan oleh sistem endokrim dan sistem saraf dalam
struktur orgensme yang kompleks.
Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan, dan juga
manusia merupakan hasil perkembangan evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang
berbentuk lebih sederhana, bermula dari adanya satu atau beberapa bentuk makhluk
hidup sangat sederhana pada awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan
berkembang menjadi berbagai spesies organisme.

Biopsikologi yaitu pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada


dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya
secara genetik. Ciri-ciri ini tampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit,
warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya.
Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahwa sifat dan tingkah laku manusia juga
mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat pendiam, talkative,
dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari melalui
pengalaman.

Mempelajari perilaku dalam psikologi perlu dilakukan secara menyeluruh


yaitu dengan meninjau perilaku dari tiga sisi pengaruh: psikologis, biologis, dan
lingkungan.

5
a. Perkembangan Perilaku Biopsikologi

Banyak sekali seseorang beranggapan bahwa keturunan seorang anak identik


dengan seorang ayah atau ibunya. Seperti kata pepatah “buah jatuh tak jauh dari
pohonnya”. Namun, itu tidak semuanya benar karena bagaimanapun ada faktor
lain yang membuat perilaku seorang anak berbeda.

Penelitian J. B. Watson menunjukkan bayi yang keturunan penipu, perampok,


pembunuh dapat tumbuh tanpa sama sekali menunjukkan perilaku yang mirip
dengan orangtuanya apabila diasuh dalam lingkungan yang sama sekali berbeda
dengan lingkungan orangtuanya malah sebaliknya seorang yang keturunan orang
kaya, pengusaha pintar dapat menjadi sangat bodoh dan berperilaku negatif
apabila berada di lingkungan yang salah.

Penganut ethologhy menyatakan perilaku didasarkan instinctive behavior


perilaku yang umumnya muncul pada spesies sama, meskipun tidak dipelajari
sebelumnya.

Asumsi dasar perilaku biologi adalah penentu dari perilaku, sama perilaku ada
faktor genetiknya, perilaku memiliki fungsi adiktif dan revolusi, perilaku memiliki
hubungan asal usul pada otak dan lokasinya.

b. Kelompok Besar Biopsikologi


Ada 4 kelompok besar dalam teori biopsikologi, yaitu :
1) Dualism
Dikembangkan oleh deskrates. Meskipun tubuh dan pikiran terpisah,tetapi
saling berinteraksi melalui kelenjar pineal otak.
2) Materialism
Mengamsumsikan aspek fisik untuk semua perilaku. \Dilandasi oleh studi
genetik hewan dan manusia menunjukkan evolusi gen dalam waktut yang
sangat lama.
3) Heredity
Mengamsumsikan bahwa ciri-ciri perilaku merupakan karakteristik hasil
pewarisan melalui transfer gen dari 1 generasi ke generasi selanjutnya.

6
4) Natural selection
Variasi acak pada organism meyebabkan keberhasilan reproduksi yang lebih
baik dan memastikan pewarisan sifat-sifat ke generasi selanjutnya.

B. Teori Psikoanalisis
Dalam teori psikoanalisis menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh
personalitasnya atau kepribadiannya. Pelopor dari psikoanalisis ialah Sigmund
Freud, yang telah menunjukkan berapa besar sumbangan karyanya pada bidang
psikologi termasuk pada konsep suatu tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental.
Beliau juga menandaskan bahwa hampir semua kegiatan mental adalah tidak dapat
diketahui dan tidak bisa didekati secara mudah bagi setiap individu, namun kegiatan
tertentu dari mental dapat mempengaruhi kegiatan manusia.1
Teori ini sangat digandrungi dan diterima luas sebagai basis utama dalam
mengkaji perilaku dan kejiwaan manusia, bahkan oleh sebagian psikolog muslim.
Pengaruh aliran Freud ini cukup besar, tak hanya meliputi kedokteran dan psikologi,
namun juga ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti filsafat, agama, seni, sastra,
antropologi, politik.

a. Tingkatan dan Struktur Kepribadian Dalam Psikoanalisis


Psikonalisis menurut definisi modern memiliki beberapa pengertian, diantaranya
adalah:2
1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang mengedepankan pada
dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia serta
pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian
masa depan.
2) Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
3) Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang
sifat manusia dan metode psikoterapi.

Di saat psikologi sedang berkembang dengan pesatnya mengadakan


penelitian-penelitian psikologis secara eksperimental (strukturalisme dan
fungsionalisme) di saat itu muncul aliran baru yang dikembangkan melalui dasar-

1
Faiqatul Husna, “Aliran Psikoanalisis Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Sosial & Budaya Syar-iVol. 5 No.2 (2018),
hlm 100
2
Ibid, hlm 101

7
dasar tinjauan klinis dan psikiatris guna memperdalam psikologi dalam bidang
kedokteran, yang dipelopori oleh seorang dokter psikiater yaitu Sigmund Freud
pada tahun 1856-1939, seorang psikiater kebangsaan Australia. Sigmund Freud
dilahirkan di kota kecil, Freiberg, Moravia. Psikoloanalisis merupakan salah satu
aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa definisi dan
sebutan, adakalanya psikoloanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian,
sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.

Kemunculan teori ini menganggap bahwa psikologi behaviorisme tidak


mampu atau secara sengaja menafikan faktor kesadaran manusia. Bagi aliran
behaviorisasi dalam kesadaran maupun tidak sadar tidak perlu diperhitungkan,
sedangkan dalam teori ini mengatakan bahwa, alam bawah sadar atau alam tidak
sadar merupakan penggerak utama bagi munculnya perilaku. Artinya semua
perilaku manusia baik yang tampak ataupun yang tersembunyi didorong oleh
energi alam bawah sadar.3

Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan


berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut adalah
sebagai berikut:

Freud membagi tingkatan kepribadian menjadi 3 tingkatan yaitu:

a) Kesadaran (Conscious): Segala sesuatu yang disadari berkaitan dengan makna


dalam kehidupan sehari, termasuk sensasi dan pengalaman, yang membuat kita
menyadari setiap peristiwa yang kita alami.
b) Pra-sadar (Pre-conscious): Pra-sadar merupakan lapisan jiwa dibawah
kesadaran, dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Pra-sadar sebagai
penampung ingatan-ingatan yang dibutuhkan sedikit usaha untuk dibawa ke
kesadaran, misalnya kenangan yang sudah tersedia dengan mudah kita panggil
ke alam sadar.
c) Ketidaksadaran (Unconsious): Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar dari
kehidupan mental dan berada dibawah permukaan air. Disamping itu,
ketidaksadaran juga merupakan utama dalam teori psikoanalisis. Berisi
insting-insting atau pengalaman. Dengan kata lain kenangan yang sukar sekali
muncul ke dalam kesadaran.

3
Ibid, hlm 102

8
b. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki sesuatu struktur yang terdiri
dari id (da es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Struktur kepribadian
tersebut akan saling berinteraksi dan akan menentukan perilaku seseorang.
Struktur psikis manusia meliputi tiga sistem utama, yaitu Id (das es), Ego (das
ich),dan Super Ego (ueber ich).4

Pertama; Id (da es). Id adalah bagian paling orisinil dalam kepribadian


manusia dan merupakan gudang penyimpan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar,
seperti makan, minum, istirahat atau rangsangan agresivitas dan seksualitas. Id ini
merupakan sumber energy psikis yang menggerakkan kegiatan psikis manusia,
karena berisi instink-instink, baik instin kehidupan atau instink kematian. Sistem
kepribadian biologis yang asli, berisikan sesuatu yang telah ada sejak lahir. Id
memiliki prinsip kerja yang serba mengejar kenikmatan (pleasure principle) dan
cenderung bersifat primitif, impulsif, dan agresif, tidak logis atau tidak rasional.

Kedua; Ego (das ich). Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan
berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai
mediator antara id yakni keinginan untuk mencapai kepuasan dan kondisi
lingkungan atau dunia nyata. Ego juga disebut eksekutif kepribadian, karena ia
mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk memberi respon, memuaskan
instink yang dikehendaki dan berperan sebagai pengendali konflik antara id dan
super ego.

Ketiga; Super ego (das ueber ich). Super ego memiliki fungsi merintangi
dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual. Selain mendorong ego untuk
menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan moral dan mengejar
kesempurnaan.

Freud mengumpamakan struktur ini ibarat gunung es yang mengambang


ditengah lautan, dimana bagian permukaan yang timbul hanyalah sebagian kecil
dar iapa yang dapat diobservasi tentang keadaan dalam jiwa itu. Bagian terbesar
justru tidak tampak dan tenggelam di bawah permukaan, yang merupakan alam
ketidaksadaran.

4
Ibid, hlm 102

9
Baginya, alam ketidaksadaran inilah yang paling penting diperhatikan untuk
memahami apa yang menjadi isi pikiran dan perasaan manusia, karena itu untuk
memahami gangguan perilaku dibutuhkan teknik untuk menganalisis alam
ketidaksadaran yang tertutup oleh alam kesadarannya sebagaimana yang
digambarkan Freud.

C. Teori Psikososial
Salah satu ahli yang mendasari5 teorinya dari sudut sosialialah Erik H. Erikson
dengan menyebut pendekatannya “Psikososial” atau “Psikohistoris”. Erikson berusaha
menjelaskan bahwa ada hubungan timbale balik antarapribadi dan kebudayaan sampai
orang tersebut menjadi dewasa. Disini terlihat bahwa lingkungan hidup seseorang dari
awal sampai akhir dipengaruhi oleh sejarah seluruh masyarakat karena perkembangan
relasi antara sesame manusia, masyarakat serta kebudayaan semua saling terkait. Itu
berarti tiap individu punya kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang senantiasa berkembang dari orang-orang atau institusi supaya ia bisa menjadi
bagian dari perhatian kebudayaan secara terus-menerus.

Erikson berusaha menemukan perkembangan psikososial ego melalui berbagai


organisasi sosial dalam kelompok atau kebudayaan tertentu. Ia mencoba meletakkan
hubungan antara gejala psikis, edukatif dan gejala budaya masyarakat. Dalam
penelitiannya, Erikson membuktikan bahwa masyarakat atau budaya melalui
kebiasaan mengasuh anak, struktur keluarga tertentu, kelompok sosial maupun
susunan institusional, membantu perkembangan anak dalam berbagai macam daya
ego yang diperlukan untuk menerima berbagai peran serta tanggungjawab sosial.

a. Tahap-tahap Perkembangan Psikososial

Erikson berpendapat bahwa sepanjang sejarah hidup manusia, setiap orang


mengalami tahapan perkembangan dari bayi sampai dengan usia lanjut.
Perkembangan sepanjang hayat tersebut diperhadapkan dengan delapan tahapan
yang masing-masing mempunyai nilai kekuatan yang membentuk karakter positif
atau sebaliknya, berkembang sisi kelemahan sehingga karakter negatif yang
mendominasi pertumbuhan seseorang. Erikson menyebut setiap tahapan tersebut

5
Yeni Krismawati, Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson dan Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan
Kristen DewasaIni, Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 2, No. 1, Oktober 2014, hlm 46

10
sebagai krisis atau konflik yang mempunyai sifat sosial dan psikologis yang
sangat berarti bagi kelangsungan perkembangan di masa depan. Delapan tahapan
perkembangan tersebut sebagai berikut:

 Tahap I usia 0-2 tahun


Pada masa bayi atau tahun pertama adalah titik awal pembentukan
kepribadian. Bayi belajar mempercayai orang lain agar kebutuhan-kebutuhan
dasarnya terpenuhi. Peran ibu atau orang-orang terdekat seperti pengasuh yang
mampu menciptakan keakraban dan kepedulian dapat mengembangkan
kepercayaan dasar. Persepsi yang salah pada diri anak tentang lingkungannya
karena penolakan dari orangtua atau pengasuh mengakibatkan bertumbuhnya
perasaan tidak percaya sehingga anak memandang dunia sekelilingnya sebagai
tempat yang jahat. Pada tahap ini kekuatan yang perlu ditumbuhkan pada
kepribadian anak ialah “harapan”.6
 Tahap II, usia 2-3 tahun
Konflik yang dialami anak pada tahap ini ialah otonomi vs rasa malu
serta keragu-raguan. Kekuatan yang seharusnya ditumbuhkan adalah
“keinginan atau kehendak” dimana anak belajar menjadi bebas untuk
mengembangkan kemandirian. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui
motivasi untuk melakukan kepentingannya sendiri seperti belajar makan atau
berpakaian sendiri, berbicara, bergerak atau mendapat jawaban dari sesuatu
yang ditanyakan.
 Tahap III, usia 3-6 tahun
Anak pada tahap ini belajar menemukan keseimbangan antara
kemampuan yang ada dalam dirinya dengan harapan atau tujuannya. Itu
sebabnya anak cenderung menguji kemampuannya tanpa mengenal potensi
yang ada pada dirinya. Konflik yang terjadi adalah inisiatif atau terbentuknya
perasaan bersalah. Bila lingkungan sosial kurang mendukung maka anak
kurang memiliki inisiatif.

6
Ibid, hlm 49

11
 Tahap IV, usia 6-12 tahun
Konflik pada tahap ini ialah kerja aktif vs rendah diri, itu sebabnya
kekuatan yang perlu ditumbuhkan ialah “kompetensi” atau terbentuknya
berbagai keterampilan. Membandingkan kemampuan diri sendiri dengan
teman sebaya terjadi pada tahap ini. Anak belajar mengenai ketrampilan sosial
dan akademis melalui kompetisi yang sehat dengan kelompoknya.
Keberhasilan yang diraih anak memupuk rasa percaya diri, sebaliknya apabila
anak menemui kegagalan maka terbentuk lahin ferioritas.7
 Tahap V, usia 12-20 tahun
Pada tahap ini anak mulai memasuki usia remaja dimana identitas diri
baik dalam lingkup sosial maupun dunia kerja mulai ditemukan. Bisa
dikatakan masa remaja adalah awal usaha pencarian diri sehingga anak berada
pada tahap persimpangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Konflik utama yang terjadi ialah “Identitas vs Kekaburan Peran” sehingga
perlu komitmen yang jelas agar terbentuk kepribadian yang mantap untuk
dapat mengenali dirinya.
 Tahap VI, usia antara 20-40 tahun
Pada tahap ini kekuatan dasar yang dibutuhkan ialah “kasih” karena
muncul konflik antara keintiman atau keakraban vs keterasingan atau
kesendirian. Agen sosial pada tahap ini ialah kekasih, suami atau istri
termasuk juga sahabat yang dapat membangun suatu bentuk persahabatan
sehingga tercipta rasa cinta dan kebersamaan. Bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka munculah perasaan kesepian, kesendirian dan tidak berharga.
 Tahap VII, usia 40-65 tahun
Seseorang telah menjadi dewasa pada tahap ini sehingga
diperhadapkan kepada tugas utama untuk menjadi produktif dalam bidang
pekerjaannya serta tuntutan untuk berhasil mendidik keluarga serta melatih
generasi penerus. Konflik utama pada tahap ini ialah generatifitas vs stagnasi,
sehingga kekuatan dasar yang penting untuk ditumbuhkan ialah “kepedulian”.
Kegagalan pada masa ini menyebabkan stagnasi atau keterhambatan
perkembangan.8

7
Ibid, hlm 50
8
Ibid, hlm 51.

12
 Tahap VIII, usia 65 tahun-kematian
Pribadi yang sudah memasuki usia lanjut mulai mengalami penurunan
fungsi-fungsi kesehatan. Begitu juga pengalaman masa lalu baik keberhasilan
atau kegagalan menjadi perhatiannya sehingga kebutuhannya adalah untuk
dihargai. Konflik utama pada tahap ini ialah Integritas Ego vs Keputusasaan
dengan kekuatan utama yang perlu dibentuk ialah pemunculan “hikmat atau
kebijaksanaan”. Fungsi pengalaman hidup terutama yang bersifat sosial,
memberi makna tentang kehidupan.

D. Teori Kognitif
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare” artinya berfikir.9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang
berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan factual yang
empiris.10 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi popular
sebagai salah satu wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi
pendidikan.
Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian,
pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir,
keyakinan dan sebagainya.11
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum
merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar,
sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan
stimulus-respons reinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan wujudnya dari
kritik terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal
dan sulit dipertanggungjawabkan secara psikologis.12 Menurut teori kognitif, ilmu

9
Fauziah Nasution, Psikologi Umum: Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah, (Medan: IAIN SU Press, 2011),
hlm 17
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm
579
11
Mimi Suharti, Perkembangan Peserta Didik, (Padang: IAIN IB Press, 2011), hlm 28
12
Ahmad Muzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan: untuk Fakultas Tarbuyah Komponen MKBK, (Jakarta:
Pustaka Setia, 1997), hlm 47

13
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan.

1. Teori Kognitif dalam Pengajaran

Teori belajar hadir dan muncul pada dasarnya disebabkan oleh para ahli
psikologi belum puas dengan penjelasan teori-teori yang terdahulu tentang belajar.
Di antara teori belajar yang sangat terkenal adalah teori behavior dan teori
kognitif.

Menurut teori kognitif, belajar bukan hanya sekedar melibatkan hubungan


stimulus dan respon, tetapi belajar pada hakekatnya melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks. Belajar adalah usaha mengaitkan pengetahuan baru ke
dalam struktur berfikir yang sudah dimiliki individu, sehingga membentuk
struktur kognitif baru yang lebih mantap sebagai hasil belajar. Teori kognitif juga
beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
suatu perbuatan atau tingkah laku individu ditentukan oleh persepsi atau
pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan tujuan yang
ingin dicapai.13

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa belajar


menurut teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktifitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang
bersifat relatif dan berbekas.

Misalnya, seseorang mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam


pengamatan tersebut terjadi aktifitas mental. Kemudian ia menceritakan
pengalaman tersebut kepada temannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya
selama dalam perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan objek-objek yang pernah
dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat menggambarkan semua
objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Maka dengan demikian, telah
terjadi proses belajar, dan terjadi perubahan terutama terhadap pengetahuan dan

13
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidkan Agama Islam di Sekolah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 198

14
pemahaman. Jika pengetahuan dan pemahaman tersebut mengakibatkan
perubahan sikap, maka telah terjadi perubahan sikap, dan seterusnya.

2. Teori Kognitif Menurut Para Tokoh dan Pemikirannya


a. Teori menurut Jean Piaget
Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila
ada aktifitas individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisiknya. Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan suatu proses
sosial. Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.

Akibatnya lingkungan sosialnya berada di antara individu dengan


lingkungan fisiknya. Interaksi individu dengan orang lain memainkan peranan
penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Ada empat
tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu :

 Tahap sensor imotor (usia 0-2 tahun).individu memahami sesuatu atau


tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan tindakan-
tindakan motorik fisik.
 Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Individu mulai melukiskan
dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi belum mampu untuk
melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang
diinternalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang
dilakukan sebelumnya secara fisik.
 Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Individu mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret. Individu
sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang
berbeda.
 Tahap operasional formal (11 tahunkeatas). Pada masa ini individu
mulai memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya
atau individu mengalami perkembangan penalaran abstrak. Individu
dapat berpikir secara abstrak, lebih logis dan idealis.

15
Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam pembelajaran yang penting menurut
Piaget, yaitu :

 Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.


 Individualisasi dalam pembelajaran.
a. Teori meurut J. S. Bruner
Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah
satu model pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan
oleh Bruner. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru
harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa
dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan
melakukan eksperimen.14
Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan
contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat
menemukan sendiri dan melakukan eksperimen. Salah satu model
belajar penemuan yang diterapkan di Indonesia adalah konsep yang
kita kenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif atau disingkat dengan
“CBSA”.
Menurut Bruner, perkembangan intelektual anak dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
 Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, disebut masa pra
sekolah. Pada taraf ini individu belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya
dengan realitas dunia luar. Pada taraf ini kemungkinan untuk
menyampaikan konsep-konsep tertentu
 Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu
“internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah
individu hanya dapat memecahkan masalah yang langsung
dihadapinya secara nyata.
 Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup
beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi
dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.

14
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran (Bali: Undiksha Press, 2013), hlm 66

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Teori Biological
Biopsikologi adalah pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada
dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan
kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini tampak melalui aspek tinggi badan,
warna kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau keriting, ketebalan bibir dan
sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahwa sifat dan tingkah laku
manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal.
b. Teori Psikoanalisis
Dalam teori psikoanalisis menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai
oleh personalitasnya atau kepribadiannya.
c. Teori Psokososial
Erikson menemukan perkembangan psikososial melalui berbagai organisasi
sosial dalam kelompok atau kebudayaan tertentu. Ia mencoba meletakkan
hubungan antara gejala psikis, edukatif dan gejala budaya masyarakat. Erikson
berusaha menjelaskan bahwa ada hubungan timbale balik antara pribadi dan
kebudayaan sampai orang tersebut menjadi dewasa. Disini terlihat bahwa
lingkungan hidup seseorang dari awal sampai akhir dipengaruhi oleh sejarah
seluruh masyarakat karena perkembangan relasi antara sesame manusia,
masyarakat serta kebudayaan semua saling terkait.
d. Teori Kognitif
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang
berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang
empiris. Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, membayangkan, memperkirakan,
berpikir, keyakinan dan sebagainya

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muzakir dan Joko Sutrisno, 1997, Psikologi Pendidikan:


untukFakultasTarbuyahKomponen MKBK, Jakarta: Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002, KamusBesar Bahasa Indonesia,


Jakarta: BalaiPustaka.

FaiqatulHusna. 2018.“Aliran PsikoanalisisDalamPerspektif Islam”,


JurnalSosial&BudayaSyar-i Vol. 5 No.2.

FauziahNasution, 2011, PsikologiUmum: Buku Panduan untukFakultasTarbiyah,


Medan: IAIN SU Press.

Ida BagusPutrayasa, 2013, LandasanPembelajaran Bali: Undiksha Press.

Mimi Suharti, 2011, PerkembanganPesertaDidik, Padang: IAIN IB Press

Muhaimin, 2012, Paradigma Pendidikan Islam: UpayaMengefektifkanPendidkan


Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. RemajaRosdakarya

YeniKrismawati. 2014. TeoriPsikologiPerkembangan Erik H. Erikson dan


ManfaatnyaBagiTugas Pendidikan Kristen DewasaIni, JurnalTeologi dan
Pendidikan Agama Kristen Vol. 2, No. 1. Oktober.

18

Anda mungkin juga menyukai