Anda di halaman 1dari 193

MAKALAH PSIKOLOGI

KONSEP BIO PSIKO SOSIAL

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1 (KELAS 1-B)

1. NI WAYAN DEWI ADRIANI


2. ADE IRFANI
3. ADINDA PERMATA BAHRI
4. AFFANDI HIDAYAT

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2012

KATA PENGANTAR
2

Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh.

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta
inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi
ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi  pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Konsep
Bio Psiko Sosial.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya  dapat berharap agar hasil makalah
ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis
selama ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram, 2 September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3
3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
C. TUJUAN..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP PSIKOLOGI..............................................................................................5
B. PENGERTIAN PSIKOLOGI....................................................................................5
C. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA......................................5-
7
D. SEJARAH PSIKOLOGI............................................................................................7-
8
E. ALIRAN PSIKOLOGI…………………………………………………………….. 8-
9
F. KONSEP MODEL BIOPSIKOSOSIAL DALAM PSIKOLOGI
KESEHATAN……………………………………………………………… 9-
12

BAB III PENUTUP

 KESIMPULAN................................................................................................................13
 SARAN............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………………...14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan
sakit apabila gagal dalam mempertahakan keseimbangan diri dan lingkungannya. Pasien
4

masuk rumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri,
lingkungan, maupun keluarga (Tarwoto dan wartonah, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep psikologi?
2. Apa hubungan psikologi dengan ilmu lainnya?
3. Bagaimanakah sejarah psikologi itu?
4. Apa saja aliran psikologi?
5. Bagaimana konsep bio psiko sosial dalam psikologi kesehatan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep psikologi
2. Memahami hubungan psikologi dengan ilmu lainnya
3. Mengetahui sejarah psikologi itu
4. Memahami apa saja aliran psikologi
5. Memahami konsep bio psiko sosial dalam psikologi kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PSIKOLOGI
Konsep psikologi adalah gagasan-gagasan mengenai sesuatu yang menyangkut tentang tingkah
laku manusia dan lingkungan sekitarnya melalui pengalaman-pengalaman yang dialami
B. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari
jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental
C. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAIN

1. Hubungan Psikologi dengan Sosiologi


Perbedaan psikologi sosial dengan psikologi, yaitu, untuk psikologi sosial, hal-hal yang
dipelajari adalah perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau
rangsang sosialnya. Sebaliknya, psikologi mempelajari perilaku apa saja, terlepas dari makna
sosialnya.
5

Sedangkan perbedaan psikologi sosial dan sosiologi, yaitu dalam hal fokus studinya. Psikologi
sosial memusatkan pada perilaku individu, sedangkan untuk sosiologi lebih memperhatikan
sistem dan struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa memperhatikan individu-
individu (kelompok).

2. Hubungan Psikologi dengan Antropologi


Kepribadian bangsa dideskripsikan dalam etnografi zaman lampau dengan konsep dan istilah
yang tak cermat dan kasar karena menggunakan metode-metode ilmu sosial untuk menopang
kesimpulan umum yang bersifat subjektif tentang perbedaan jenis kepribadian antar masyarakat
yang kompleks. Menurut Ember & Ember, penelitian yang mendalami konsep “kepribadian
bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-bangsa
di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan masa kanak-kanak. Pengalaman masa kanak-
kanak akan mempengaruhi perilaku setelah dewasa. Kesimpulan yang diberikan Ember &
Ember mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah dengan
menghubungkan variasi-variasi dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak,
kepribadian, kebiasaan dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor
psikologis dan prosesnya.

3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Politik


Manfaat psikologi, yang berperan penting dalam analisis politik khususnya psikologi sosial,
karena psikologi sosial memberi pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan dan
menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing, atau
berlawanan dengan konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu. Lalu, psikologi
sosial dapat pula menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat
dalam melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial
(conformity). Konsep psikologi sosial yang digunakan salah satunya adalah untuk menjelaskan
perilaku memilih dalam pemilihan umum.Penjelasan teoretis tentang yoting behavior didasakan
pada pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi (Asfar, 1996). Dalam pendekatan
psikologi digunakan dan dikembangkan konsep psikologi ang berupa konsep sikap dan
sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih.

4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Komunikasi


Dijelaskan oleh Fisher (1984) bahwa elektisme komunikasi tampak pada konsep-konsep
komunikasi dalam empat kelompok yang disebutnya perspektif (semacam paradigma, teori atau
model), diantaranya: perspektif mekanistis (pengaruh konsep ilmu fisika), psikologis (pengaruh
psikologi), interaksional, dan pragmatis.
Ilmu komunikasi sendiri melakukan “perkawinan” dengan ilmu lain termasuk psikologi, dan
melahirkan psikologi komunikasi yang didefinisikan oleh Rakhmat ( 1994 : 9) sebagai “ilmu
yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral
dalam komunikasi”.
6

5. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Biologi


Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek
materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi, objek formalnya yang berbeda.
Untuk biologi, objeknya kehidupan jasmaniah (fisik). Sedangkan untuk psikologi, objeknya
kegiatan atau tingkah laku manusia. Menurut Bonner (dalam Sarwono, 1997:17), psikologi
merupakan ilmu yang subjektif karena mempelajari pengindraan (sensation) dan persepsi
manusia, manusia dianggap sebagai subyek atau pelaku. Sedangkan biologi merupakan ilmu
yang objektif yang mempelajari manusia sebagai jasad atau objek. Psikologi mempelajari
perilaku secara “molar” (menyeluruh) sedangkan biologi memepelajaroi perilaku manusia
secara “molekular” (bagian-bagian) dari perilaku, berupa gerakan, refleks, dll

6. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam


Psikologi pada mulanya terpengaruh ilmu alam, namun kini, psikologi menyadari bahwa objek
penelitiannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup dan selalu berkembang,
sedangkan ilmu alam objeknya adalah benda mati. Oleh sebab itu, kini psikologi menggunakan
metode “fenomenologi” dengan titik berat gejala kejiwaan. Sebab, psikologi dan ilmu alam
berbeda. Ilmu alam meneliti secara “murni” ilmiah menggunakan hukum-hukum alam dan
gejala-gejala yang dapat diamati dengan cermat sehingga dapat diperhitungkan, sedangkan
psikologi tidak, psikologi manusia bukan ”objek” murni, manusia dipelajari sebagai “subyek”
yang aktif, berkembang, dinamis,dll.

7. Hubungan Psikologi dengan Filsafat


Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia (bersentuhan dengan
indra). Dalam hal ini, filsafat memerlukan data dari ilmu untuk membantu menyelidiki manusia,
apakah manusia itu, dan gejala tindakan manusia. Disini psikologi sebagai ilmu akan menolong
filsafat dalam hasil penyelidikannya. Karena psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam
filsafat. filsafat sebenarnya “ibu kandung” psikologi. Dalam filsafat psikologi berperan dalam
memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.

8. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan


Psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan. Karena keduanya mempunyai hubungan
timbal balik. Ilmu pendidikan bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir
sampai mati. Sedangkan watak dan kepribadian seorang manusia ditunjukkan oleh psikologi.
Hingga terlahirlah psikologi pendidikan (educational psychology). Dijelaskan oleh Rober
(1988) bahwa psikologi pendidikan berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan. Sebagai
ilmu pengetahuan, psikologi pendidikan telah memiliki:
7

D. SEJARAH PSIKOLOGI
Sebelum tahun 1879 ,jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilm faal (fisiologi) sehingga
psikologi dianggap sebagai sebagian dari kedua ilmu tersebut.selain itu psikologi juga
dipengaruhi oleh hipnotisme.menurut singgih dirgagunarsa hipnotisme timbul karena adanya
kepercayaan bahwa dalam alam ini terdapat kekuatan yang misterius yaitu magnetisme .vant
Helmont mengemukakan doktrin animal magnetism ,yaitu “cairan yang bersifat magnetis dalam
tubuh manusia dapat dipancarkan untuk mempengaruhi badanbahkan jiwa orang lain.
Para ahli ilmu filsafat kuno ,seperti Plato (429-347SM)dan Aristoteles (384-322SM) telah
memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya.pada zaman kuno ,tidak ada spesialisasi dalam
lapangan keilmuan ,sehingga boleh dikatakan bahwa semua ilu tergolong dalam apa yang
disebut filsafat itu.sementara ahli filsafat ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk
ilmu pengetahuan.
Uraian oleh para filsuf abad pertengahan umumnya bekisar seputar kebutuhan dan kejiwaan.
Beberapa pandangan mengenai kebutuhan dan kejiwaan dapat digolongkan kedalam dua hal
yaitu :
1. pandangan bahwa antara kebutuhan dan kejiwaan (antara aspek psikis dan fisik) tidak dapat
dibedakan karena merupakan suatu kesatuan pandangan yang disebut monism.
2 .pandangan bahwa ketubuhan dan kejiwaan pada hakikatnya dapat berdiri sendiri ,meskipun
disadari bahwa antara kejiwaan dan ketubuhan merupakan suatu kesatuan.ini disebut dualism.

E. ALIRAN PSIKOLOGI

1. Struktualisme
Tokoh aliran ini WILLHEM WUNDT, menyatakan bahwa untuk mempelajari gejala – gejala
kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang, objek utama dalam psikologi
adalah kesadaran, pengalaman – pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu
penginderaan dan perasaan.

2. Fungsionalisme
Tokoh aliran ini WILLIAM JAMES (1842 – 1910), menyatakan bahwa aliran ini mempelajari
fungsi tujuan akhir aktivitas, semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu
apakah gunanya aktivitas itu, dan jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
dan berfungsi untuk menyesuaikan diri.

3. Psikoanalisis
Tokoh aliran ini SIGMUD FREUD menyatakan peeilaku manusia baik yang nampak (gerakan
otot) maupun tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Psikoanalisis disebut sebagai depth psychology yang mencoba – coba mencari sebab – sebab
perilaku manusia pada alam tidak sadarnya.
8

4. Gestalt
Aliran ini muncul pada tahun 1912 ddirikan oleh Max Wertheimer (1880 – 1943). Ia mulai
tertarikpada satu aliran filsafat yang terrutama mempelajari tentang fenomena (gejala) yang
dikenal dengan aliran fenomologi. Aliran ini menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam
elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah
sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Menekankan pada fenomenologis dalam aktifitas mental
namun tetap empiris. (pindah ke amerika tetapi sulit berkembang akibat aliran behaviorisme.

5. Behaviourisme
Tokoh aliran ini PETROVIC PAVLOV. Aliran ini dikatakan sebagai ilmu jiwa namun tidak
peduli pada jiwa. Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelazinman (conditioning).

F. KONSEP MODEL BIOPSIKOSOSIAL DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN


Psikologi kesehatan adalah cabang-cabang psikologi yang berfokus pada pengaruh psikologi
dalam memahami bagaimana manusia harus sehat, mengapa mereka sakit, bagaimana respon
mereka ketika sakit dan sebagainya. Psikologi ini berguna dalam mempelajari isu dan
menggiatkan intervensi untuk ikut menolong seseorang agar selalu sehat atau menyembuhkan
seseorang dari sakit. Misalnya, peneliti kesehatan yang meneliti kebiasaan seseorang untuk
merokok meskipun dia mengetahui bahaya rokok bagi kesehatannya.  Informasi mengapa
seseorang tersebut merokok membantu peneliti dalam memahami kurangnya kebiasaan sehat
dan rancangan intervensi untuk membantu seseorang tidak merokok kembali.
Psikologi kesehatan fokus pada kemajuan dan pemeliharaan kesehatan, mempelajari aspek
psikologis mulai dari pencegahan hingga perawatan penyakit. Seorang psikolog kesehatan bisa
saja membantu orang yang mengalami stres kerja untuk lebih bisa mengatur stressnya agar
tidak mengganggu kesehatannya. Atau bisa saja seorang psikolog kesehatan bekerja membantu
orang yang sedang sakit untuk menyelesaikan penyakit mereka.

1. Konsep Model Biopsikososial dalam Psikologi Kesehatan

Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan John Romano tahun 1977.
Biopsikososial ini memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks mereka baik
secara biologis, psikologis dan sosial. Biopsikososial adalah metode interkasi biologi,
psikologis dan faktor sosial dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan menjadi
lebih baik.
9

Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan. Pendekatan model
biopsikososial ini melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam memahami penyakit
dan sakitnya seseorang. Sedangkan konsep biopsikososial sendiri memungkinkan suatu
pemahaman tentang munculnya sakit yang kemudian dihubungkan dengan faktor lingkungan
dan kondisi stres.

Biologis fokus pada obat, psikologis fokus pada psikoterapi dan sosial fokus pada dukungan
dan modifikasi sosial.

a. Pendekatan Biologis
 Adanya impairment, disability, functional limitation yang berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga menimbulkan gangguan seperti
merubahnya nutrisi, kenyamanan, kerusaka mobilitas fisik, resiko cedera, kurang merawat
diri dan intoleransi aktivitas (Carpenito, 1997)
 Adanya perubahan penampilan, status dan peran, monilitas fisik, aktivitas dan
pekerjaan sehari-hari dengan orang lain karena adanya perbedaan kondisi sehat dan sakit
terlebih dalam kebutuhan dasar manusia dimana seseorang dalam kondisi sakit akan
membutuhkan bantuan orang lain.
 Dampak fisik akan memunculkan kondisi stres sehingga membutuhkan penanganan
secara fisik dan psikologis sedini mungkin. Karena dengan begitu klien diharapkan
merasa tenang, terlepas dari stres dan memperoleh prognosis yang lebih baik lagi.

b. Pendekatan Psikologis
Klien mengalami keadaan psikologis seperti :

 Shock atau kaget saat mendengar diagnosis penyakit hasil pemeriksaan dokter
 Denial atau penolakan dan tidak percaya atas hasil pemeriksana dokter
 Marah dan berusaha menolak sakitnya dan menyesali kenapa hal tersebut terjadi pada
dirinya
 Kecemasan dan ketakutan adanya nyeri, penurunan berat badan serta penipisan finansial
 Depresi dan merasa kesepian
 Merasa tidak berdaya dan putus asa
 Malu

Pendekatan yang dilakukan seperti :

 Menjadi orang terdekat yang dapat dijadikan sebagai tempat mengekspresikan


perasaan dan pikirannya
 Memberikan dukungan agar menerima sakit yang dialami terlebih jika penyakitnya
membutuhkan proses penyembuhan lama dan hasil yang tidak pasti
 Sholat dan berdoa untuk memenuhi kebutuhan spiritual demi kekuatan untuk bertahan
hidup
10

 Menyeimbangkan keadaan psikologi karena mempengaruhi keadaan biologis atau


fisiknya sebab keadaan psikologis yang buruk akan memberatkan prognosis dan
penyembuhan penyakit yang dialami oleh seseorang

c. Pendekatan Sosial
Adanya perubahan dalam kehidupan sosial, diantaranya :

 Kehilangan pekerjaan
 Perubahan peran di rumah
 Gangguan interaksi sosial
 Menarik diri
 Tidak mampu melakukan ibadah dan organisasi atau kegiatan lain yang pernah
diikutinya

Keadaan psikologisnya seperti :

 Mudah marah
 Tersinggung
 Depresi
 Interaksi sosial tidak baik
 Minder

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan tidak menjauhkannya dari orang-orang terdekat
mereka. Kedekatan ini akan mempengaruhi keadaan psikologisnya sehingga klien akan
merasa kedamaian sehingga proses fisiologis dan biologis dalam penyembuhan penyakkit
dapat maksimal.

2. Pengaruh Model Biopsikososial dalam Psikologi Kesehatan

Konsep model biopsikososial yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penyusun kesehatan
yang terdiri dari biologis, psikologis dan sosial. Dukungan sosial dan depresi (makrolevel) dan
kerusakan sel atau ketidakseimbangan kimiawi (mikrolevel) akan saling berinteraksi mencapai
kesehatan tertentu. Dari konsep model biopsikososial di atas, kesehatan dan penyakit adalah hal
yang dipengaruhi oleh faktor tertentu yang menimbulkan efek.

Selain itu, pikiran dan tubuh merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal itu
saling mempengaruhi dalam aspek kesehatan dan penyakit. Konsekuensinya bahwa kesehatan,
penyakit dan perawatan medis adalah satu proses yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu
adapula implikasi model biopsikososial pada praktek klinis terhadap pasien yaitu :
11

 Mengetahui Kesehatan Atau Penyakit Seseorang


Dalam hal ini, konsep model biopsikososial harus memperhatikan hubungan faktor biologis,
psikologis dan sosial pada proses diagnosis (Oken, 2000)

 Treatment
Model biopsikososial harus memastikan bahwa treatment yang disarankan telah mencakup tiga
faktor tersebut yakni faktor biologis, psikologis dan sosial.

 Hubungan Praktisi dengan Pasien


Model biopsikososial dapat membentuk jelas hubungan antara praktisi dengan pasien sehingga
hal ini bisa berefek dalam meningkatkan motivasi pasien, dampak treatment baik dan
pemulihan penyakit yang lebih cepat (Belar, 1997). Praktisi disini harus memahami bahwa
faktor sosial dan psikologis berkontribusi terhadap pengobatan yang tepat dalam
menyembuhkan penyakit. Singkatnya dalam keadaan seseorang yang sehat, model ini
menunjukkan bahwa individu dapat memahami kebiasaan kesehatan pada koneks psikologi dan
sosial. Konteks ini berpengaruh pada bagaimana menjaga kesehatan yang baik dengan
modifikasi yang tepat dan fasilitas perkembangan yang sehat. Sedangkan dalam kasus
seseorang yang sakit, maka biologis, psikologis dan sosial berkontribusi dalam proses
pemulihan.
12

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep biopsikososial memberikan suatu gambaran yang menyeluruh tentang
munculnya suatu kondisi sakit yang dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stress
yang terkait di dalamnya. Kondisi lingkungan, dalam hal ini dukungan sosial dapat juga
memberikan perbaikan kondisi. Salah satu contoh penerapan konsep tersebut adalah
ilmu kedokteran jiwa.
Kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat sebagai suatu keadaan yang melibatkan
faktor biologis, psikologis, dan sosial orang tersebut. Secara biologis, gangguan
padakondisi kesehatan jiwa seseorang diakibatkan karena ketidakseimbangan sistem
hormon dan neurotransmiter di otak. Secara psikologis, gangguan kondisi kesehatan
jiwa disebabkan oleh mekanisme adaptasi psikis individu yang tidak bekerja dengan
baik. Sementara secara sosial, kondisi gangguan kesehatan jiwa dapat di picu oleh
lingkungan yang tidak
nyaman, serta penuh dengan tekanan dan ketakutan. Ketiga faktor tersebut dapat
berkontribusi secara sinergis dalam terjadinya gangguan kesehatan jiwa seseorang.
Dengan mengetahui kondisi tersebut maka penatalaksanaan gangguan kesehatan jiwa
juga melibatkan ketiga faktor di atas. Biologis dengan menggunakan obat, psikologis
dengan menggunakan psikoterapi dan sosial dengan menggunakan dukungan dan
modifikasi sosial.
B. SARAN
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah
ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat mengetahui tentang apa itu Konsep Bio
Psiko Sosial dalam Psikologi Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
13

“Konsep Model Biopsikososial Dalam Psikologi Kesehatan”. Fitri Febri. 1 September 2020.
https://dosenpsikologi.com/konsep-model-biopsikososial-dalam-psikologi-kesehatan

“Pendekatan Biopsikososial”. Efikurniyawati16. 1 September 2020.


https://efikurniyawati61.blogspot.com/2014/11/pendekatan-biopsikososial.html

MAKALAH PSIKOLOGI

KONSEP PERILAKU MANUSIA


14

Kelompok 2 :

Nada Haryanti

Novi Hindriani

Nani Ewi Salman

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN

2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Perilaku Manusia”.
15

Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang yang
membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Serta semoga makalah ini
tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan
bermanfaat

Mataram 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
2
16

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN

BAB II

ISI 6

4. PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN PERILAKU

5. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

6. CIRI CIRI MANUSIA YANG MEMBEDAKAN DARI MAKHLUK LAIN

7. PROSES PEMBENTUKAN DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU

8. MACAM MACAM PERILAKU MANUSIA

9. DOMAIN PERILAKU MANUSIA


18

10. CONTOH KASUS

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
17

1 LATAR BELAKANG

Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang mempunyai arti. Psikologi ini
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Perhatian pada psikologi terutama
tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu diperngaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabilam ada
penyesuaian diri yang harus diselaraskandengan peran manusia sebagai individu, social, dan
berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang
berjalan, naik sepeda, dll. Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki yang
satu diletakkan pada kaki yang lain.

Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku ia
sedang membaca, sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada
dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri. Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas
yang berlangsung, baik didalam maupun diluar.

2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu:

Apa definisi dari psikologi dan perilaku?

Apa saja ruang lingkup psikologi?

Bagaimana ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain?

Bagaimana proses pembentukan dan apa saja factor yang mempengaruhi perilaku?

Apa saja macam-macam perilaku manusia?

Bagaimana domain perilaku manusia

3. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

Untuk mengetahui definisi dari psikologi dan perilaku.

Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup psikologi.

Untuk mengetahui bagaimana cirri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain.

Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan dan apa saja factor yang mempengaruhi
perilaku.

Untuk mengetahui apa saja macam-macam perilaku manusia.


18

Untuk mengetahui bagaimana domain perilaku manusia.

BAB II

PEMBAHASAN
19

4. PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN PERILAKU

Manusia atau individu yang termasuk di antaranya kaum perawat dan para medis diseluruh
dunia ini, prilakunya dapat di formulasikan atau dirumuskan dalam suatu pola prilaku/konsep
prilaku yang akan di skapkan dalam bahasan psikologi,oleh karena itu sebaiknya kita mengenal
lebih dahulu psikologi tersebut. Psikologi tertulis dalam bahasa inggris Psychology berasal dari
bahasa yunani Psychos dan logos yang artinya jiwa/mental/psike dan ilmu.

PSIKOLOGI

Psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari lebih dalam mengenai mental, pikiran, dan
perilaku manusia. Disiplin ilmu ini meneliti alur pemikiran manusia dan alasan di balik perilaku
dan tindakan tersebut. Ilmu psikologi ini sering kali dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah atau mencari solusi tepat dalam serangkaian aktivitas manusia yang kompleks.

Dari sisi kesehatan pun, masalah psikologi atau gangguan terkait kepribadian bisa muncul
akibat kondisi penyakit tertentu. Ini juga berlaku sebaliknya, beberapa perilaku manusia juga
bisa memengaruhi kesehatan. Oleh karena itu, memahami lebih dalam mengenai psikologi
adalah hal yang penting untuk dilakukan untuk meraih kesehatan mental dan kesejahteraan
hidup secara keseluruhan.

PERILAKU

Perilaku merupakan sebuah tindakan yang di dalamnya membuuhkan berbagai tindakan dan
juga aktivitas manusia. Dimana cakupan pengertiannya pun sangat luas, dalam hal ini akan
berkaitan dengan cara seseorang tertawa, bekerja dan juga berjalan. Dari adanya uraian yang
telah dijelaskan pun dapat disimpulkan adanya perilaku kehidupan manusia akan berkaitan
dengan aktivitas manusia itu sendiri.

Untuk pengertian dari perilaku sendiri memang perlu dibatasi dengan adanya sebuah keadaan
jiwa yang bisa membuat seseorang lebih mudah dalam berfikir dan juga berpendapat. Dalam
psikologi teori perilaku dapat diumpamakan dari berbagai suatu reaksi yang bisa berkaitan atau
berhubungan dengan sebuah reaksi lingkungan.

Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berprilaku. Dalam hal
ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebur dapat dikemukakan:

1.Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi social, yang
menerbitkan buku psikologi social yang pertama kali dan mulai saat itu psikologi sosia menjadi
pembicaraan yang cukup menarik(Iih. Baron dan Byrne, 1984; Crider, 1983). Menurut
McDougall perilaku itu desebabkan karena insting dan McDougall mengajukan suatu daftar
insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilkau yang bawaan, dan isnting akan
mengalami perubahan karena pengalaman.
20

2.Teori dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan
atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebututuhan organisme
yang mendorong organisme berprilaku. Bila organisme ini mempunyai kebutuhan, dan
organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme
itu. Bila organisme berprilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi
pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.. Karena teori ini menurut Hull (Iih.
Crider, 1983; Hergenhahn, 1976) juga disebut teori drive reduction.

3.Teori insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organize itu disebabkan karena adanya
intensif. Dengan intensif mendorong organisme berbuat atau berprilaku. Insentif atau juga
disebut juga sebagai reinforcement ada yang positif ada yang negative. Reinforcement yang
positif adalah yang berkaitan dengan hadiah., sedang reinforcement yang negative berkaitan
dengan hukuman. Reinforcement yang positif akan mendororng organism dalam berbuat,
sedang reinforcement yang negative akan dapat menghambat organisme dalam berprilaku. Ini
berarti bahwa perilaku timbul darena adanya insentif atau reinforcement.

4.Teori atribusTeori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku
itu disebabkan oleh disposisi internal (issal motif, sikap, dsb.) ataukah oleh keadaan eksternal.
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider (Iih. Baron dan Byrne, 1984) dan teori ini manusia itu
dapat atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal.

5.Teori kognitif

Apabila seseorang harus mememilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada uunya
yang bersangkutan. Ini yang disebut sebagai moel subjective expected utiity (SEU) (Iih.
Fishbein dan Ajzen, 1975. Dengan kemampuan memilih ini berarti fakor berpikir berperan
dalam menentukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa
yang terjadi sebagai bahan pertimbangannya disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu
sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.

5. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

Seperti telah dikemukakan di atas, psikologi dilihat dari segi objek nya, psikologi
dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar, yaitu :

Psikologi yang meneliti dan mempelajari manusia


21

Psikologi yang meneliti dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih tegas disebut
psikologis hewan

Psikologi umum ialah psikologi yang meneliti dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas psikis manusia yang tercemin dalam perilaku umumnya, yang dewasa, yang
normal dan berkultur (dalam arti tidak terisolasi). Psikologi umum memandang manusia
seakan-akan terlepas dalam hubungan dengan manusia yang lain.

Psikologi khusus ialah psikologi yang meneliti dan mempelajari segi-segi kekhususan
dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain:

Psikologi perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia


dari masa bayi sampai tua, yang mencakup:

Psikologi anak (mencakup masa bayi)

Psikologi remaja

Psikologi orang dewasa

Psikologi orang tua

Psikologi sosial , yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang perilaku atau aktivtas-
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.

Psikologi pendidikan, yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau


aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana
cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar
dan sebagainya.

Psikologi kepribadian, yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang pribadi manusia,
beserta tipe-tipe kepribadian manusia.

Psikopatologi, yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaaan psikis yang tidak
normal (abnormal).

Psikologi criminal, yaitu psikologi yang khus berhubungan dengan soal kejahatan dan
kriminalitas.

Psikologi perusahaan, yaitu psikologi yang berhubungan dengan soal-soal perusahaan.

6. CIRI-CIRI PERILAKU MANUSIA YANG MEMBEDAKAN DARI MAHLUK LAIN

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983) dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi, ciri-ciri
manusia yang membedakan dengan makhluk lain adalah kepekaan sosial,
22

kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik.


Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kepekaan sosial

Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai harapan dan


pandangan orang lain.

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama dengan
orang lain. Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada
situasi yang berbeda.

Contoh:

Perilaku manusia pada saat membesuk orang yang sedang sakit di rumah sakit, berbeda dengan
saat menghadiri resepsi.

Perilaku manusia pada saat ta’ziah (melayat) berbeda dengan perilaku saat mengikuti pesta.

Perilaku manusia akan berbeda pada saat menghadapi orang yang sedang marah, sedang
bersenang-senang, sedang tertimpa musibah, sedang belajar, mengikuti seminar, dan
sebagainya.

2. Kelangsungan perilaku

Artinya antara perilaku satu ada kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah
kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia
terjadi secara berkesinambungan bukan secara serta merta.

Fase-fase perkembangan manusia bukanlah suatu perkembangan yang berdiri sendiri, terlepas
dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.

Contoh:

Seorang mahasiswa yang setiap hari mengikuti kuliah, akhirnya lulus dan memiliki kepandaian
serta keterampilan di bidangnya, kemudian mendapat pekerjaan, memperoleh penghasilan,
berumah tangga, memiliki keturunan, mendapatkan cucu, dan seterusnya.

3. Orientasi pada tugas

Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada suatu tugas tertentu.


Seorang mahasiswa yang rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat
menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang bekerja, berorientasi untuk
menghasilkan sesuatu.

Contoh:
23

Seorang mahasiswa yang sedang giat-giatnya belajar untuk menghadapi ujian semester, pada


malam harinya perlu tidur agar besok paginya badan terasa segar dan mampu mengerjakan soal
dengan baik.

4. Usaha dan Perjuangan

Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, serta tidak akan
memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan..

Contoh:

Seorang mahasiswa yang akan pergi kuliah ke kampus dengan bus. Calon penumpang pada saat
jam-jam pagi sangat banyak sehingga tiap orang harus berusaha dengan susah payah untuk
dapat naik bus. Walaupun banyak bus yang tersedia, mahasiswa tersebut hanya akan berusaha
naik bus ke jurusan kampus tempat ia kuliah, sedangkan bus-bus ke jurusan yang lainnya akan
dibiarkan saja, walaupun bus tersebut penumpangnya tidak sepenuh bus yang akan ditumpangi.

5. Tiap-tiap individu manusia adalah unik

Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan
tidak ada dua manusia yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia dilahirkan kembar.
Manusia memiliki cirri-ciri, sifat, watak, tabiat, kepribadian, motivasi, tersendiri yang
membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada
masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari, menentukan perilaku individu di masa kini
yang berbeda-beda pula.

Selain itu, menurut Alex Inkeles, terdapat 9 (Sembilan) ciri manusia modern yakni:

Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.

Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri
atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.

Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.

Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.

Percaya diri.

Perhitungan.

Menghargai harkat hidup manusia lain.

Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.


24

Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai dengan
prestasinya dalam masyarakat

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Maslow, manusia memiliki 5
kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis/biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Sunaryo, 2004).

7. PROSES PEMBENTUKAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PROSES PEMBENTUKAN

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia sebagaian besar


ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari berkaitan dengan hal tersebut
maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang
diharapkan

Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan.
Dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi
sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan
untuk tidak datang terlambat disekolah dan sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori belajar
kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner (lih.
Hergenhahn, 1976). Walaupun anatara Pavlov, Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang
tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar pandangan yang tidak
jauh berbeda satu edngan yang lain. Kondisioning Thorndike dan Skinner dikenal sebagai
kondisioning klasik, sedangkan kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning operan.
Walau demikian ada yang menyebut kondisioning Thorndike sebagai kondisioning
instrumental, dan kondisioning Skinner sebagai kondisioning operan. Seperti telah dipaparkan
didepan atas dasar pandangan ini untuk pembentukan perilaku dilaksanakan dengan
kondisioning atau kebiasaan.

Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan, pembentukan dapat


ditempuh dengan pengertian atau insight. Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena
hal tersebut dapat menganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus pake helm, karena
25

hem tersebut untuk keamanan diri, dan masih banyak contoh untuk mengambarkan hal tersebut.
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.
Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka
eksperimen Kohler dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight. Kohler adalah
salah seorang tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif (Iih. Hergenhahn,
1976).

Pembentukan prilaku dengan menggunakan model.

Di samping cara-cara pembentukan prilaku seperti tersebut diatas, pembentukan perilaku masih
dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua
sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan dipimpinannya, hak tersebut
menunjukan pembentukan prilaku dengan menggunkan model atau contoh oleh yang
dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory) atau learning
theory yang dikemkakan oleh Bandura (1977).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

1.Faktor biologis

Dalam faktor ini perilaku manusia akan sangat mempengaruhi dan juga dengan situasi serta
lingkungan dimana dia berada. Interaksi psikologi sosial juga cukup mempengaruhi tingkah
laku dan juga perilaku seseorang. Contohnya saja ketika ketika kita merawat anak dan juga
adanya motif biologis lain yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.

2. Faktor sosiopsikologis

Dalam faktor ini terdapat sebuah komponen emosional dari kehadiran faktor sosiopsikologis
pada seseorang. Komponen yang satu ini berkaitan dengan komponen kognitif dan juga
kehadiran aspek intelektual manusia. Komponen yang satu ini juga berpengaruh pada kebiasaan
dan juga kemauan individu untuk melakukan berbagai tindakan.

3. Sikap
26

Sikap juga sangat mempengaruhi perilaku seseorang, dimana di dalamnya terdapat tingkah laku
atau tindakan seseorang, persepsi dan juga cara berfikir seseorang yang di dalam dirinya merasa
bahwa apa yang telah dilakukannya akan berkaitan dengan sebuah situasi dan juga nilai yang
ada di dalam dirinya.

Sikap juga sangat mempengaruhi dari adanya daya pendorong seseorang dalam melakukan
motivasi pada orang lain yang ada disekitarnya. Sehingga dalam hal ini juga bisa menimbulkan
sebuah pengalaman yang cukup baik

4. Faktor emosi

Hal yang satu ini akan berpengaruh pada tingkah laku atau perilaku seseorang. Dimana faktor
emosi ini lah yang membuat mood mempengaruhi segala hal yang kita lakukan. Kemudian
terjadi perubahan persepsi dalam stimulsi dalam merangsang alat indra. Untuk intensitas nya
sendiri memang tergantung dari diri orang tersebut, bisa dalam skala ringan, namun bisa juga
dalam skala yang cukup kuat.

Emosi juga bisa membuat perhatian lebih meningkat pada sesuatu hal yang membuat kita
tegang, dimana di dalamnya berkaitan juga dengan rangsangan fisiologi, detak jantung yang
kuat dan juga naiknya tekanan darah seseorang.

5. Komponen kognitif

Untuk faktor yang satu ini akan berkaitan dengan sebuah kepercayaan seseorang, dimana
komponen kognitif dalam sikap merupakan sesuatu hal yang ada di dalam keyakinan, serta
sesuatu yang membuat kita membenarkan atau tidak membenarkan. Kepercayaan ini juga bisa
menimbulkan sebuah sikap perspektif seseorang dalam menentukan sikapnya pada orang yang
ada disekitarnya.

8. MACAM-MACAM PERILAKU MANUSIA

Brance (dalam Walgito 2004:12) “Perilaku manusia dapat dibedakan antara perilaku yang
refleksif dan perilaku yang non refleksif”. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang
terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut.
Misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila jari kena api dan sebagainya.
Reaksi atau perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara otomatis.
Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau
27

otak, sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendali dari perilaku manusia. Lain dengan
halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini di kendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak.

Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

Perilaku tertutup (covert behavior) .

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang
lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau
praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.

Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di
dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan
sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan
perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya
masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan
suatu rangsangan dari luar.

9. DOMAIN PERILAKU MANUSIA

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke
dalam 3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan bahwa dalam suatu
pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yakni:

Kognitif

Afektif

Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni:

Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (knowledge)

Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (attitude)
28

Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan
yang diberikan. (practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif,
dalam arti subjek tahu lebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.
Oleh karena itu menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya
menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu.
Pada akhirnya, rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut
akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau
sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan stimulus yang
diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya, seseorang dapat bertindak
atau berperilaku baru dengan mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang
diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus disadari oleh
pengetahuan atau sikap.

10. CONTOH KASUS

John Lennon dikenal dunia karena menjadi salah satu anggota pendiri grup band paling
berpengaruh dari abad ke-20, The Beatles. John Winston Lennon lahir pada tanggal 9 Oktober
1940 di Liverpool, Inggris dari pasangan Julia Stanley dan Alfred “Alf ” Lennon. John
dibesarkan oleh bibinya yng bernama Mimi Smith dan pamannya yang bernama George Smith.
John banyak mengalami kejadian tragis semasa hidupnya. Kesuksesan The Beatles membawa
John pada kepopularitasan yang mengakibatkan John mengkonsumsi obat-obatan dan bermain
perempuan.

Pernikahannya dengan Chyntia Powell pada tahun 1962 menghasilkan seorang anak
yang bernama Julian pada tahun 1963. Chyntia dan John bercerai pada tahun 1967. Pada tahun
1966 John bertemu Yoko Ono dan tiga tahun setelahnya mereka menikah. Setelah berhenti
dengan The Beatles, John bersama Yoko mengejar solo karir memproduksi lagu bertajuk
“imagine” dan “happy Xmas”. Pernikahannya dengan Yoko menghasilkan anak bernama Sean
Taro Lennon pada tahun 1975. John lalu vakum dari industry musiknya selama empat tahun
untuk membesarkan anak nya. Pada tanggal 8 Desember tahun 1980, John Lennon dibunuh oleh
Mark David Chapman di depan gedung apartemennya di Dakota.

John yang dikenal sangat berpengaruh pada masanya ternyata memiliki masa yang
sangat kelam. Dimulai dari kekerasan yang dilakukannya pada anak dari pernikahan
pertamanya bersama Chyntia Powell. John sebenarnnya tidak menginginkan anak dari
pernikahannya. John juga melakukan kekerasan dengan membenturkan kepala istrinya
kedinding. John yang termakan oleh kepopularitasan nya banyak mengkonsumsi obat-obatan
dan bermain wanita. John juga pernah mematahkan tulang rusuk temannya karena dituduh
homoseksul. John juga seringkali berselingkuh dari istrinya dan akhirirnya bercerai karena
terpesona oleh Yoko Ono yang kala itu akan menjadi istri keduanya. John tetap banyak
melakukan kekerasan. Dia diagnose menderita bipolar dan menjadi disleksia.
29

Dibalik semua itu ternyata John Lennon memiliki masa kecil yang tidak bahagia.
Dimulai dari perceraian orang tuanya, didikan yang keras dari sang bibi, masa remaja yang
dipenuhi dengan kasus kenakalan disekolah seperti membaca majalah pornografi, dan kala itu
John juga menyaksikan kematian ibunya ditabrak mobil polisi. John juga kehilangan figur
seorang ayah.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari segala
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku manusia terdiri dari
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus
perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku manusia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal,  dan Faktor


Situsional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari pengamatan, perhatian, tanggap, fantasi, ingatan,
berfikir, motif. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perbahan alamiah, perubahan terencana,
kesediaan untuk berubah. Begitu juga macam-macam perilakunya yaitu perilaku refleks dan
perilaku refleks bersyarat.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari perbedaan
itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara manusia.Teori-teori diatas juga
menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan diarahkanketujuan. Mereka juga
menunjukkan pada kita bahwa perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk
30

menetap.Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga yang tidak
merasa nyaman dalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.CV.Andi Offset.

Widayatun, Tri Rusmi.1999.Ilmu Perilaku.Jakarta.CV.Sagung Seto.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-afipkhoiru-5471-3-babii.pdf

MAKALAH

PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN

DISUSUN OLEH:

D-III KEPERAWATAN KELAS 1 B

KELOMPOK 3 NAMA ANGOTA:


31

1. HUSDIYANI AZMI

2. NURUL AULIA RIZKI

3. RISKA OKTAVIA

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Memberi kata sambutan bukan sekedar basa-basi apalagi untuk memberi nilai tambah atas isi
tulisan. Dalam budaya pancasila dan tentang budaya pancasila, jangan hendaknya sekedar
ucapan, tetapi harus berakar sebagai perwujudan iman. Dan akibatnya laksanakan segala
sesuatu berdasarkan iman di sirami roh ke-Tuhanan YME. Untuk menyambut hasil karya ini
diawali dengan niat “Lillahi Robbil Alamin” dan diawali pula dengan syukur “Alhamdulillah
Robbil Alamin”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
utusan dan manusia pilihan-Nya, dialah penyampai, pengamal dan penafsir pertama al-Qur’an.

Dengan pertolongan dan hidayahnya-lah, makalah PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN  ini


dapat diselesaikan dan disusun berdasarkan tugas perkuliahan, dengan harapan dapat
bermanfaat bagi semua komponen, khususnya dan bagi berlangsungnya perkuliahan di
Poltekkes Kemenkes Banten, sebagai bahan kuliah dan bahan diskusi pada tatap muka
perkuliahan. Tentu saja kehadiran makalah ini sama sekali tidak dimaksudkan membelenggu
minat mahasiswa untuk membaca refrensi lainnya.

Ucapan terma kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penyusunan ini. dan
penghargaan pula kami persembahkan kepada teman-teman yang selalu memberikan, dorongan
dan motifasi serta suport kepada kami. Penulis berharap agar para pembaca dapat memberi
kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini tercatat sebagai amal sholeh dan menjadi
motifator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Amin.
32

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG 4

RUMUSAN MASLAH 5

TUJUAN 5

KERANGKA PEMIKIRAN 6

METODE PEMULISAN 6

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN 7

UNSUR UNSUR DALAM KEPERIBADIAN 11

FAKTOR FAKTOR YANG MEMBENTUK KEPERIBADIAN 12

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN 14

IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN REMAJA DALAM PENDIDIKAN


18
33

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 20

SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang

Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum maupun
setelah kelahiran berikut kematangan perilaku psikologi perkembangan merupakan ilmu yang
mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan. Dalam penulisan makalah ini untuk
mengetahui karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang mempengaruhi
psikologi perkembangan pada fase remaja.

Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen,
karakter, dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang
terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau
konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.

Dewasa ini psikologi sangat dibutuhkan dalam setiap manusia khususnya bagi seorang pelajar
(ABG) maupun pada orang dewasa. oleh karena itu khususnya bagi psikolog haruslah tau apa
arti dari perkembangan dan kepribadian itu, agar dalam memberikan solusi kepada klien bisa
menempatkan pada sasaran yang sesuai, karena, dalam perkembangan dan kepribadian pada
setiap manusia merupakan bantuan untuk memberikan kepada siswa dalam menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan yang lebih baik. Pemberian bantuan ini
dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara, salah satu bahan yang bisa dipakai, misalnya
34

diberikan kesempatan untuk membaca dan menelaah sebuah buku tentang sopan santun, cara
belajar efektif, tata tertib dan sebagainya. Psikologi juga memiliki sebutan yang beragam dan
terus berkembang dari waktu ke waktu. Psikologi ini tujuannya agar para siswa dapat
mewujudkan diri sebagai pribadi yang mandiri, bertanggungjawab, pelajar kreatif, dan pekerja
produktif dan dapat menerapkan perkembangan yang terjadi pada kepribadian seseorang.

Oleh karena itu agar lebih jelas tentang memahami perkembangan dan kepribadian pada
seseorang, maka kami akan mengulas lebih lanjut tentang perkembangan dan kepribadian pada
seseorang tersebut.

2.  Rumusan Masalah

1.      Pengertian Perkembangan Kepribadian.

2.      Unsur-unsur dalam kepribadian.

3.      Faktor-faktor yang membentuk kepribadian.

4.      Tahap-tahap perkembangan kepribadian.

5.      Implikasi Perkembangan Kepribadian Remaja dalam Pendidikan.

3.   Tujuan

1.      Memahami tentang perkembangan kepribadian

2.      Memahami unsur-unsur dalam kepribadian

3.      Memahami faktor-faktor yang membentuk kepribadian

4.      Memahami tahap-tahap perkembangan kepribadian

5.      Mengetahui implikasi perkembangan kepribadian remaja dalam pendidikan

4    Kerangka Pemikiran

            Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar memberikan pemahaman dan pandangan
tentang perkembangan kepribadian.
35

5.  Metoda Penulisan

Metoda penulisan dalam makalah ini yang saya gunakan adalah metoda literature dengan cara
menjadikan buku serta tambahan dari internet sebagai sumber untuk bahan penulisan dalam
makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perkembangan Kepribadian

1.      Definisi Perkembangan

Definisi dari perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perubahan
menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya.

Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih baik atau sempurna
dan tidak begitu saja dapat di ulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan yang bersifat
tetap dan tidak dapat di putar kembali.

Perkembangan juga berkaitan daengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan,
apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Dengan demikian perkembangan dapat
diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada
tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Suatu
devinisi yang relevan yang dikemukakan oleh Monks sebagai berikut : Perkembangan
psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat
lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi actual dan terwujud.

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut:
Perkembangan sejalan dengan prinsip ortho genetic, bahwa perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimanadiferensiasi, artikulasi,
dan integrasi, meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip
36

totalitas pada diri anak, bahawa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya
menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada
kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas.

Menurut Nagel, perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang


terorganisasikan dan mempunyai fungs-fungsi tertentu, o;eh karena itu bilamana terjadi
perubahan struktur baik dalam organisasi maupun da;am bentuk, akan mengakibatkan
perubahan fungsi.

Menurut Schneirla, perkembangan adalah perubahan-perubahan progesif dalam organisasi


organisme, dan organisme inidilihat sebagai system fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya.
Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.

Spiker, mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan
yaitu :

1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang


baru dan seterusnya sampai dewasa.

 2. Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini.

Rumusan lain tentang arti perkembangan yang dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss,
yaitu bahwa Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat
mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perkembangan dapat juga dilukiskan debagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju
kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses
pertumbuhan, kematangan, dan belajar.

2.      Definisi Kepribadian

Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa yakni keadaan manusia
sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.

Sedangkan definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran, diantaranya:

a.       W. Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi dari realisasi
dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.

b.      G.W. Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi
juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.

c.       Gordon W. Alport. Ia memberikan definisi Kepribadian sebagai berikut :


37

"Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system
that determine his unique adjustment to his environment" (Kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara
penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya).

Kalau definisi tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah:

-  Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebutuhan organisasi atau sistem yang
mengikat atau mengaitkan berbagai macam aspek atau komponen kepribadian. Organisasi
tersebut dalam keadaan berproses selalu mengalami perubahan dan perkembangan.

Kepribadian bukan sebagai  bakat kodrati yang tidak bisa diubah melainkan kepribadian dapat
dibentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian cenderung membuat psikologis seseorang untuk
melakukan tingkah laku sosial baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, berkehendak maupun
bertindak dalam perbuatan. Aspek-aspek mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara lain
sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk tubuh, ukuran, warna kulit, dan sebagainya.
Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang.

Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk tubuh,
dan sebagainya, merupakan suatu sistem (totalitas) dalam menentuakan cara yang khas dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ini mengandung arti bahwa setiap orang
memiliki cara yang khas atau penampilan yang berbeda-beda dalam bertindak atau bereaksi
terhadap lingkungannya.

Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifa-sifat, kebiasaan, kecakapan
bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam
kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua
aktualisasi dari (penampilan) yang selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang
khas atau ciri dari seseorang.

B.      Unsur-unsur dalam Kepribadian

Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi
kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

a.       Pengetahuan

Pengetahuan sesorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman,
dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada
di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam
bentuk perilakunya di masyarakat.

b.      Perasaan
38

Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian
positif atau negative terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif,
sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan penilaian
orang lain. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong.

c.       Dorongan Naluri

Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu
dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah
maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan
hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesame manusia, meniru
tingkah laku sesamanya, barbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

C.      Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian

Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima factor yaitu:

a.       Warisan Biologis (Heredity)

Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan
biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar
sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif
(terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri,
dorongan hati, sikap, dan minat.

b.      Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan
diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat
dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.

c.       Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan

Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat
dan saling memengaruhi. manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan
kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup.

d.      Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah
memengaruhi anggota-anggotanya.

e.       Pengalaman Unik (Unique Experience)

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu
berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai
39

lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan
pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya.
Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang
secara sempurna menyamainya

Selain kelima faktor pembentuk kepribadian di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata
(2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu:

1)      Sifat Dasar

Sifat dsar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan
ibunya.

2)      Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu
mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan
kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis.

3)      Perbedaan Individual

Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak
lahir.

4)      Lingkungan

Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses
sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.

5)      Motivasi

Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu

sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan


inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan
bermasyarakat.

D.      Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian

Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan
yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

a.       Fase Pertama
40

Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal
dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua
bagian penting, yaitu sebagai berikut:

Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut
dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian
hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital
personality. Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai
warisan biologis dari orangtuanya.

Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-
anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di
kemudian hari.

b.      Fase Kedua

Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-
bakat yang ada pada diri seorang anak.

Fase ini berlangsung relatife panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai
kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-
hal berikut:

1)      Dorongan-dorongan (Drives)

Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang
selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan.

2)      Naluri (Istinct)

Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk
hidup.

3)      Getaran Hati (Emosi)

Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan
manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada manusia, seperti senang,
sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.

4)      Perangai

Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak
dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsure dari
kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasikan oleh orang lain.

5)      Inteligensi (Intellegence Quetient-IQ)


41

Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang.

6)      Bakat (Talent)

Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena
warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang,
berpolitik, dan lainnya.

c.       Fase Ketiga

Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terkhir yang
ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut. Pada fase
ketiga terjadi perkembangan yang relatife tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku
yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.

Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe
kepribadian, yaitu kepribadian normative, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.

1)      Kepribadian Normative

Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, dimana seseorang mempunyai prinsip-
prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil
sosialisasi pada masa sebelumya. Seseorang memiliki kepribadian normative apabila terjadi
proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai
dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan
menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi adri orang lain.

2)      Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)

Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri
sendiri dari pada kepentingan orang lain.

3)      Kepribadian Perbatasan

Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana cirri khas dari prinsip-
prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah 
seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki
kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualism budaya, misalnya karena proses
perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur
budaya yang berbeda.
42

E.      Implikasi Perkembangan Kepribadian Remaja dalam Pendidikan

Perkembangan kepribadian dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena kedua hal ini saling
terkait satu sama lainnya dan memiliki hubungan yang ireverdibel. Yang artinya kedua hal ini
memiliki pengaruh tembal balik yang seimbang. Dalam implikasinya perkembangan
kepribadian dan pendidikan terbagi menjadi dua macam. Yang pertama, perkembangan
kepribadian mempengaruhi pendidikan. Dan yang kedua, pendidikan mempengaruhi
perkembangan kepribadian.

Perkembangan kepribadian mempengaruhi pendidikan maksudnya adalah kepribadian akan


mempengaruhi pencapaian seseorang dalam pendidikan. Hal ini biasanya dapat dijelaskan
dengan bagaimana sikap orang tersebut dalam memahami materi pelajaran dan juga sikapnya di
dalam kelas. Kepribadian seseorang juga dapat menunjukkan tingkat kecerdasan orang tersebut.
Dalam hal ini bukanlah seseorang yang selalu bersifat ramah akan mendapatkan pencapaian
yang baik dalam proses belajar, akan tetapi bagaimana sikapnya dalam memhami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga terkadang orang yang dianggap kurang ramah
akan mendapatkan hasil yang baik dalam memahami suatu materi pelajaran. Namun jika
dikaitkan dengan lingkungan sosial hal ini kurang baik karena dikhawatirkan jika orang tersebut
akan menggunakan pengetahuannnya untuk sesuatu yang menyimpang.

Pendidikan mempengaruhi perkembangan kepribadian maksudnya dalam hal ini pendidikan


memiliki peran penting dalam perkembangan kepribadian individu. Dalam dunia pendidikan
tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi pelajaran tetapi juga
pembentukan karakter. Melalui pembentukan karakter kepribadian individu dapat dibangun.
Untuk membentuk kepribadian yang baik dalam diri individu maka pendidikan sangatlah
dibutuhkan, dan dalam hal ini pendidikan yang dimaksud bukanlah pendidikan formal saja
melainkan semua bentuk pendidikan baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Dan
dalam pembentukan kepribadian yang baik peran dari pendidikan nonformal dari keluarga
sangatlah penting. Dengan adanya individu yang memiliki keperibadian yang baik dalam hal
sosial dan pengetahuan maka individu tersebut akan memiliki peranana yang sangat penting
dalam masyarakat. Hal inilah yang diharapkan dari perkembangan kepribadian terutama pada
remaja.

BAB III

PENUTUP
43

1.      Kesimpulan

            Perkembangan kepribadian remaja sangan berpengaruh terhadap bagaimana


pendidikannya itu sendiri. Dalam implikasinya perkembangan kepribadian dan pendidikan
terbagi menjadi perkembangan kepribadian mempengaruhi pendidikan dan pendidikan
mempengaruhi perkembangan kepribadian. Hal ini biasanya dapat dijelaskan dengan
bagaimana sikap orang tersebut dalam memahami materi pelajaran dan juga sikapnya di dalam
kelas. Kepribadian seseorang juga dapat menunjukkan tingkat kecerdasan orang tersebut. Dalm
hal ini bukanlah seseorang yang selalu bersifat ramah akan mendapatkan pencapaian yang baik
dalam proses belajar, akan tetapi bagaimana sikapnya dalam memhami materi pelajaran yang
disampaikan oleh pendidik. Sehingga terkadang orang yang dianggap kurang ramah akan
mendapatkan hasil yang baik dalam memahami suatu materi pelajaran.

Maka dari itu, pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian melalui


pembentukan karakter kepribadian individu secara formal, informal, maupun nonformal. Bila
tertanam kepribadian yang baik dalam pendidikan maka sosial dan pengetahuannya pun akan
berkembang dengan baik. Perilaku sangat tercermin dari kepribadian yang baik pula. Remaja
pada umumnya harus ditanamkan kepribadian yang memahami cara bersosialisasi yang baik
dalam pendidikannya.

2.      Saran

              Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita mampu memahami dan menerapkan
pengetahuan tentang karakteristik perkembangan kepribadian remaja. Karena perkembangan
kepribadian remaja sangat mempengaruhi pendidikannya. Kita harus mampu mengakomodir
pembentukan kepribadian tersebut dan mengimplementasikannya terhadap pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
44

(www.akhmadsudrajat.wordpress.com)

http://www.wapannuri.com

Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm, Penerbit
Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9

Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.

Prayitno Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar  Bimbingan Dan Konseling , Jakarta : P2LPTK
Depdikbud

Prayitno (2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat


Pendidikan Dasar

MAKALAH PSIKOLOGI

“KONSEP BELAJAR”
45

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4:

BQ.NOVI FARISKA INDRIANI

NURSIFA

VANI FARISKI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A. 2020/2021

KATA PENGANTAR
46

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-Nya lah
tugas membuat makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan tema “Konsep Belajar” dapat
terselesaikan..

Dalan proses penyusunan makalah ini tentunya kami dari kelompok 4 mengalami berbagai
masalah. Namun berkat arahan dan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka makalah ini dapat
di selesaikan tepat pada waktunya

Pada kesempatan ini kami kelompok 4 mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata
perkuliahan, Ely Mawaddah, M.Kep.,Sp.Kep.An yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami kelompok 4 meminta maaf jika makalah ini masih banyak kekurangannya, apabila ada
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini kami ucapkan terima kasih

Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya pada
program studi psikologi.

Mataram,30 Agustus 2020

penulis

DAFTAR ISI

KFAKTORATA PENGANTAR............................................................................       


47

DAFTAR ISI..........................................................................................................       

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH...........................................

RUMUSAN MASALAH.................................................................                 

TUJUAN…………………........................................................       

BAB II PEMBAHASAN

    2.1 DEFINISI BELAJAR...........................................................................       

     2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR...............

     2.3. PROSES DAN FASE BELAJAR ..........................................................       

     2.4. TEORI-TEORI BELAJAR...................................................................       

    2.5. MACAM-MACAM PERWUJUDAN PERILAKU BELAJAR  .............       

BAB III PENUTUP

   3.1.  KESIMPULAN.............................................................................       

  3.2.    SARAN........................................................................................       

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
48

1.1.    Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita. Seperti di era sekarng ini,
belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang wajib bagi setiap orang. Tidak hanya bagi
mereka yang masih muda, akan tetapi mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah tua
dituntut untuk belajar agar mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.

Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan atau bisa dikatakan
seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah masyarakat mengemuka
ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan tersebut dimaksudkan bahwa setiap
orang muda sudah semestinya mempersiapkan diri untuk memperoleh segala sesuatu yang
berguna bagi hidupnya di kemudian hari.

Dalam makalah ini kami kelompok 4 mencoba untuk menguraikan beberapa hal
mengenai konsep belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar, proses dan fase belajar,
teori-teori belajar serta macam-macam perwujudan perilaku belajar.

1.2.  Rumusan Masalah

A.      Apakah definisi dari belajar ?

B.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?

C.      Bagaimanakah proses dan fase belajar ?

D.      Apa saja yang termasuk dalam teori-teori belajar ?

E.      Bagaimana macam-macam perwujudan perilaku belajar ?

1.3.     Tujuan Masalah

1.      Mendiskripsikan definisi belajar.

2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

3.      Mengetahui proses dan fase belajar.


49

4.      Mengetahui beberapa teori-teori yang termasuk dalam belajar.

5.      Mengetahui macam-macam perwujudan perilaku belajar.

D.    Batasan Masalah

Makalah ini hanya membahas konsep dalam belajar, yakni mengenai definisi belajar, faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar, proses dan fase belajar, teori-teori belajar, serta macam-
macam perwujudan perilaku belajar.

BAB II

PEMBAHASAN
50

2.1.    Definisi Belajar

Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah suatu usaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris terdapat empat macam arti
belajar, yakni memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, dan mendapat informasi atau menemukan.

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan
kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan,
nilai dan sikap. Belajar secara formal adalah usaha menyelesaikan program pendidikan di
sekolah atau perguruan tinggi dengan bimbingan guru atau dosen. Sedangkan belajar secara
otodidak atau disebut juga selfstudy atau belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan di  luar
program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil
dari belajar tersebut dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan nilai.

2.2     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor internal (faktor dari dalam) yakni keadaan atau keadaan jasmani dan rohani

Faktor eksternal (faktor dari luar), faktor eksternal terdiri atas dua macam yakni :

Faktor lingkungan sosial

Faktor lingkungan non sosial

Faktor instrumental

Faktor materi pelajaran

2.3.    Proses dan Fase Belajar

1.      Definisi Proses Belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”.
Menurut Chaplin (1927), proses adalah Any change in any object or organism, particularly a
behavioral or psychological change (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah
laku atau kejiwaan). Sedangkan menurut Reber (1988) proses berarti cara-cara atau langkah-
51

langkah khusus yang menimbulkan beberapa perubahan hingga tercapainya hasil tertentu. Dari
kedua pendapat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa proses dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.

2.      Fase-fase dalam Proses Belajar

Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, maka di dalamnya terjadi perubahan-
perubahan yang bertahap. Tahapan tersebut timbul melalui fase-fase yang saling berhubungan
secara berurutan dan fungsional

Menurut Jerome S. Brunner, dalam proses pembelajaran, anak menempuh tiga fase yaitu :

a.       Fase informasi (tahap penerimaan materi)

Seorang anak sedang menerima materi, diantara materi tersebut terdapat materi yang baru dan
berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

b.      Fase transformasi (pengubahan materi dalam memori)

Dalam fase ini, informasi yang telah diperoleh dalam fase sebelumnya dianalisis atau diubah
atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.

c.       Fase evaluasi (penilaian penguasaan materi)

Dalam fase evaluasi, anak menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang
telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning.

2.4.    Teori-teori Belajar

Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons dan teori-teori
tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang
didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus-menerus antara
respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan sebagai suatu proses belajar
(Tan, 1981:91)

Berikut adalah beberapa teori belajar :

1.      Teori Conditioning
52

Bentuk paling sederhana dari belajar adalah conditioning. Karena conditioning sangat
sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya sebagai contoh untuk
menjelaskan dasar-dasar dari semua proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning
sebagai contoh bagi belajar, masih menjadi bahan perdebatan (Walker, 1967). Teori
conditioning sendiri dipecah menjadi dua, yaitu :

a.       Conditioning Klasik (Classical Conditioning)

Merupakan suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus tertentu
dapat dipindahkan pada stimulus lain.

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons. Yang terpenting dalam belajar,
menurut teori ini ialah, adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini
adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain
merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan mereaksi
terhadap syarat-syarat atau perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.

b.      Conditioning Operan (Operant Conditioning)

Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh Skinner dan memiliki arti
umum conditioning perilaku. Istilah “operan” berarti operasi (operation) yang pengaruhnya
mengakibatkan organisme melakukan perbuatan pada lingkungannya (Hardy & Heyes:
1985,  Reber: 1988).

Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya didatangkan oleh stimulus tertentu),
respons dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu.

2.      Teori Psikologi Gestalt

Teori belajar menurut psikologi gestalt sering kali disebut insight full learning atau field
teori. Jiwa manusia, menurut aliran ini adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau
merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama
lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah makhluk yang
memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia berinteraksi, stimulus mana yang
diterimanya dan mana yang ditolaknya.

Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus-
respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan atau ulangan-ulangan.
Menurut aliran ini, belajar itu terjadi apabila terdapat pengertian (insight).pengertian ini muncul
jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul
adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain,
kemudian dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.[7]
53

2.5.     Perwujudan Perilaku Belajar

Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-
perubahan sebagai berikut :

1.      Kebiasaan

Setiaap individu yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak
berubah. Menurut Burghardt dalam Syah (1996), kebiasaan tersebut timbul karena proses
penyusunan respons dengan penggunaan stimulasi yang berulang-ulang.

Contoh: siswa yang sedang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur bahasa yang keliru, akhirnya siswa tersebut akan terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, perubahan berbahasa yang baik tersebut
merupakan perwujudan perilaku belajar siswa tadi.

2.      Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
(neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik,
olahraga, dan sebagainya. Menurut Rebber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Luasnya konotasi mengenai keterampilan sehingga
mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain juga dapat dianggap sebagai keterampilan.

Contoh: seorang siswa mampu mendayagunakan teman-temannya di kelas sehingga muncul


aktifitas belajar bersama, siswa yang bersangkutan bisa dianggap terampil.

3.      Pengamatan

Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indera-indera seperti mata dan telinga.

Contoh: seorang anak yang baru pertama kali mendengar siaran radio akan mengira bahwa
penyiar radio tersebut benar-benar berada dalam kotak bersuara itu, akan tetapi lambat laun
melalui proses belajar akan diketahuinya bahwa yang terdapat dalam radio adalah hanya
suaranya saja, sementara penyiarnya berada jauh di studio penyiar.

4.      Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat

Berfikir adalah merupakan berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya.
Berfikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara ransangan dengan respons.

Daya ingat adalah bertambahnya simpanan materi dalam memori serta meningkatnya
kemampuan untuk menghubungkan materi tersebut dengan situasi yang sedang dihadapinya.

Contoh: seorang siswa mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awal. Kemampuan
siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahun (maulid)
Nabi Muhammad Saw hanya bisa didapat apabila ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.
54

5.      Berpikir Rasional dan Kritis

Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian
dengan pemechan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan
prinsp-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan bagaimana dan
mengapa.

Contoh: siswa memecahkan suatu permasalahan melalui debat atau diskusi.

6.      Sikap

Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Pada prinsipnya sikap
adalah suatu kecenderungan untuk siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan
belajar siswa dapat ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah
berubah (lebih maju, dan baik) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.

7.      Inhibisi

Secara ringkas inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons
tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Dalam hal belajar, yang
dimaksud dengan inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan
tindakan yang tidak perlu, kemudian memilih melakukan tindakan lainnya yang lebih baik.

Contoh: seorang siswa yang telah mempelajari bahaya apabila tidak mematuhi rambu-rambu
lalu lintas, tidak akan melanggar rambu-rambu lalu lintas dan tertib berkendara.

8.      Apresiasi

Apresiasi adalah suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu
(Chaplin,1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau
penilaian terhadap benda-benda (abstrak maupun konkret) yang memiliki nilai luhur.

Contoh: seorang siswa yang mengalami proses belajar dalam menyanyi maupun menari
tradisional secara mendalam, maka tingkat apresiasinya terhadap nilai seni tradisional akan
mendalam pula.

9.      Tingkah Laku Afektif

Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti:
takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku
tersebut tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.

Contoh: seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia
telah menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang dipelajarinya lalu dijadikannya
sebagai sistem nilai diri. Kemudian dijadikannya sebagai penutup diri kala suka maupun duka
(Drajat,1985).
55

BAB IV

PENUTUP

3.1.    Kesimpulan

1.      Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap.

2.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni : faktor
internal dan faktor eksternal.

3.      Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase informasi, fase
transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig adalah: acquisition, storage,
retrieval.

4.      Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori conditioning
klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah teori psikologi gestalt.
56

5.      Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan, pengamatan,


berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan
tingkah laku afektif.

3.2.     Saran

1.      Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap proses belajar


mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak yang dapat digunakan untuk
menunjang keberhasilan proses belajar.

2.      Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini, sehingga ketika
anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera dapat melakukan tindakan
secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan
hendaknya seorang guru bisa kreatif menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak
monoton sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.

3.      Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan motivasi-
motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat anak dalam kegiatan
belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Prawira,PurwaAtmaja.2013.Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Jojakarta:Ar-Ruzz


Media.

Purwanto,M.Ngalim.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sobur,Alex.Psikologi Umum.2003.Bandung:CV Pustaka Setia


57

MAKALAH PSIKOLOGI

“KESADARAN DIRI”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 5:
58

IVHA ELMIRA FEBRIANA

LULUK DWI RAHMAYANTI

ARISTAMANSI ARTAMEISIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A. 2020/2021

KATA PENGANTAR

            Puji  syukur  kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya kami
dapat menyusun makalah yang mengangkat tentang “Kesadaran Diri”.

            Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami kelompok 5 mengalami berbagai
masalah. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

            Pada kesempatan ini, kami  kelompok 4 mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
perkuliahan, Ely Mawaddah, M.Kep.,Sp.Kep.An yaitu yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini.

            Kami sebagai penyusun  menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami  kelompok 5 meminta maaf jika
makalah kami masih banyak kekurangannya  apabila ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini kami mengucapkan terima kasih.
59

            Demikian  semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya program
studi Psikologi nantinya.

                                                                                                          

  Mataram, 29 Agustus 2020

                                                                                                               Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.    LATAR  BELAKANG.............................................................................................

1.2.     RUMUSAN MASALAH..........................................................................................

1.3.     TUJUAN....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1.    DEFINISI KESADARAN DIRI..............................................................................

2.2.     MANFAAT KESADARAN DIRI...........................................................................


60

2.3.     CARA MENGEMBANGKAN KESADARAN DIRI............................................

2.4.    CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI ................................................

BAB III PENUTUP

3.1.    KESIMPULAN.........................................................................................................

3.2.     SARAN......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

Kesadaran adalah proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan suatu       keadaan 
yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa
yang akan terjadi.

Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi pilihan dan kepribadian kita lalu
menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan
orang lain. Seseorang disebut memiliki kesadarn diri jika dia memahami emosi yang sedang
dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai dirinya sendiri, dan sadar tentang dirinya yang
nyata.

Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis. Motivasi pada
dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam tiap individu kebutuhan untuk
memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya kebutuhan mana yang saat itu paling
dominan.

1.2.  Rumusan Masalah

A.      Memahami kesadaran diri yang ada pada diri manusia?

B.      Pentingnya kesadaran diri bagi diri sendiri dan orang lain?

1.3.     Tujuan

Dalam penulisan makalah tentang Kesadaran Diri ini, mempunyai tujuan member pemahaman
diri dalam  relasi dengan orang lain menyusun tujuan hidup serta memahami nila-nilai
keberagaman dan memimpin orang lain secara efektif, dan meningkatkan produktivitas,
meningkatkan kontribusi seseorang dalam dia menjalani proses sosialisasi dalam masyarakat
dan di dalam keluarga.
61

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.    Definisi Kesadaran Diri

Kesadaran adalah proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan suatu keadaan  yang
menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa yang
akan terjadi.

Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi pilihan dan kepribadian kita lalu
menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan
orang lain. Seseorang disebut memiliki kesadarn diri jika dia memahami emosi yang sedang
dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai dirinya   sendiri, dan sadar tentang dirinya yang
nyata.
62

Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis. Motivasi pada
dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam tiap individu kebutuhan untuk
memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya kebutuhan mana yang saat itu paling
dominan. (Susanto, 2000)

2.2.     Macam-Macam Kesadaran Diri

1.      Kesadaran Pasif

       Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala 
stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus internal maupun eksternal.

2.  Kesadaran Aktif

Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari
dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang diberikan (Ginintasi, 2010)

·         Goleman, menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri, yaitu:

a.       Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya. Orang dengan kecakapan ini
akan:

1.      Mengetahui emosi makna yang sedang mereka rasakan dan mengapa terjadi.

2.      Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan.

3.      Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja.

4.      Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaransasaran

mereka.

b.      .Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah, kemampuan dan ini.
Orang dengan kecakapan ini akan :

1.      Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

2.      Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman, terbuka bagi umpan

balik yang tulus, perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.

3.      Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan

perspektif yang luas.


63

c.       .Kepercayaan diri;kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri.
Orang dengan kemampuan ini akan:

1.      Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan “keberadaannya”.

2.      Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi

kebenaran.

3.      Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak

pasti (Wijayakusuma, Penyembuhan melalui doa, 2002)

2.3.  Manfaat Kesadaran Diri

1.   Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain

2.   Menetapkan pilihan hidup dan karier yang akan dicapai

3.   Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain

4.   Meningkatkan produktivitas

5.   Meningkatkan kemampuan peran dalam organisasi, lingkungan, dan

keluarga (Susanto,2000).

2.4. Cara Mengembangkan Kesadaran  Diri

a. Analisi diri : meminta orang lain untuk menilai diri kita. Analisi diri dilakuka  dengan cara

refleksi diri (pikiran dan perasaan kita). Refleksi itu meliputi : perilaku, pribadi, sikap dan

persepsi kita.

b.    Perilaku berhubungan erat dengan tindakan-tindakan kita. Kitalah yang harus mengarahkan

tiap tindakan kita. Refleksi/analisis perilaku mencak 4 komponen, yaitu: motivasi, pola

berpikir, pola tindakan dan  interaksi kita dalam relasi dengan orang lain.
64

c.     Kepribadian merupakan kondisi karakter/temperamen diri yang relatif stabil sebagai hasil

bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial.

d.     Sikap merupakan cara respon kita terhadap rangsangan atas stimulus objek luar tertentu

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Persepsi sebenarnya suatu proses menyerap

informasi dengan panca indra  kita lalu memberikan pemaknaan atasnya.

e.      Persepsi di pengaruhi kuat oleh steorotif,persepsi selektif, proyeksi, harapan dan

minat (Suhardi, 1997)

2.5.  Kesadaran Diri dapat ditingkatkan melalui 3 cara:

1.      Mempelajari diri sendiri : Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, prilaku,

termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan-hubungan interpersonal dan

kebutuhan pribadi. Caranya meningkatkan pengetahuan diri diperlukan dengan belajar

tentang diri sendiri .

2.      Belajar dari orang lain : pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri.
Juga

berhubungan dengan orang lain , individu mempelajari diri sendiri , juga belajar untuk

mendengar secara aktif dan terbuka dan menerima umpan balik dari orang lain.

3.       Membuka diri : Keterbukaan merupakan salah satu keriteria kepribadian yang sehat .

Untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang

merupakan rahasia.
65

BAB III

PENUTUP

3.1.    KESIMPULAN

Kesadaran merupakan proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan suatu keadaan
yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa
yang akan terjadi .Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan
kepribadian kit lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilian, keputusan dan
interaksi kita dengan orang lain.

3.2.     SARAN

Untuk menjadi pribadi yang baik dan dapat diterima dalam sebuah interaksi sangatlah      
penting individu atau masing-masing pribadi untuk mengenal akan kehidupan pribadinya
dahulu serta menerima kelebihan dan kekurangannya , dan untuk menjadi individu yang efektif
disarankan setiap individu dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi .

DAFTAR PUSTAKA

Suhardi, E. S. (1997, Juni Kamis). Retrieved September Jumat, 2016

Susanto, W. (2000, Januari Sabtu). Retrieved September Jumat, 2016

Ginintasi, R. (2010). Kesadaran Diri.

Suhardi, E. S. (1997, Juni Kamis). Retrieved September Jumat, 2016

Susanto, W. (2000, Januari Sabtu). Retrieved September Jumat, 2016


66

Wijayakusuma, H. (2002). Penyembuhan melalui doa.

MAKALAH PSIKOLOGI

“PERSEPSI DAN MOTIVASI ”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 6:

FAISAL ARDI

PUTRI RINADELLA AZHARI

NADIA SYAWATUL MUTHMAINNAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A. 2020/2021
67

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................

A. Latar Belakang .............................................................

B. Tujuan.............................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................

A. Persepsi..........................................................................

1. Pengertian Persepsi.................................................

2. Proses Persepsi dan.................................................

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi....................

4. Gangguan Persepsi..................................................

5. Coping Behavior Gangguan Persepsi.....................

B. Motivasi.........................................................................

1. Pengertian Motivasi................................................

2. Proses Motivasi.......................................................

3. Faktor Yang Mempengaruhi Motifasi....................

4. Gangguan Motivasi.................................................

5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi..................

BAB III PENUTUP.........................................................................


68

A. Kesimpulan....................................................................

B. Saran..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Persepsi dan Motivasi ”.

Makalah ini berisikan Pengertian persepsi dan motivasi, proses, gangguan, serta coping
behaviour persepsi dan motivasi.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Mataram, 31 Agustus 2020

Penulis
69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi juga merupakan kekuatan yang
mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu.

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan
kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui
indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa yang dilihat atau dirabanya, serta
berfikir untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang
dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi
tingkat intelegensi, kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka
akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.

Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan
kognitif. Masalah yang dialami dapat terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh
manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan salah satu indera, fisik dan juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini,
manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah
dalam meraba, mempelajari, atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapiny

Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan
orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan
kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara
harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa
kita capai.

B. Tujuan

1. Mempelajari tentang apa pengertian persepsi dan motivasi


70

2. Mempelajari tentang proses dan factor yang mempengaruhi persepsi dan motivasi

3. Mempelajari tentang gangguan persepsi dan motivasi

4. Mempelajari tentang coping behaviour persepsi dan motivasi

5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi

PEMBAHASAN

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

a. Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk
memperoleh/mengumpulkan dan menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera
(sensory register).

b. Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang diterima indera oleh individu di
organisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa yang
diindera.

2. Proses Persepsi

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:

a. Tahap pertama

Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan
proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

b. Tahap kedua

Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.

c. Tahap ketiga

Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

d. Tahap keempat

Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi faktor-
faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
71

a. Faktor Fungsional

Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek
syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

4. Gangguan Persepsi

Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Menurut Maramis
(1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:

a. Halusinasi atau mava

Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera
seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik, fungsional
psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.

Jenis-jenis halusinasi, yaitu:

a) Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)

Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk, berwarna, dan tidak berwarna.

b) Halusinasi auditif/akustik

Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang, musik dan kejadian
alami.

c) Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)

Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.

d) Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)

Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasatentang sesuatu yang dimakan.

e) Halusinasi taktil (halusinasi peraba)

Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek, ditiup, dirambati ulat dan
disinari.

f) Halusinasi kinestik

Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa
anggota badannya bergerak sendiri.
72

g) Halusinasi viseral

Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul ditubuh bagian dalam (mis.
Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).

h) Halusinasi hipnagonik

Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi sebelum tidur.

i) Halusinasi hipnopompik

Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun
tidur.

j) Halusinasi histerik

Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena konflik emosional.

b. Ilusi

Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang
sebenarnya sunguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi
adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang dilihatnya
seperti seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada orang yang memanggil namanya,
suara binatang disemak-semak terdengar seperti ada tangisan bayi.

c. Depersonalisasi

Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang dirinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak
menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa dirinya
seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan miliknya lagi.

d. Derealisasi

Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan
sebenarnya. Contoh: segala sesuatu dirasakan seperti mimpi.

e. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi

Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan
adanya suatu konflik emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan sebagian atau seluruh
kepekaan indera peraba pada kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera peraba (seperti
ditusuk-tusuk jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran, makropsia, dan mikropsia.

f. Gangguan psikofisiologik

Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi oleh susunan syaraf yang
berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:

Ø Kulit: radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada kulit.
73

Ø Otot dan tulang: otot tegang sampai kaku dikepala dan punggung.

Ø Alat pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).

Ø Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang cepat, dan tekanan darah meningkat.

Ø Alat pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.

g. Agnosia

Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian
maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

5. Coping Behavior Gangguan Persepsi

Tingkah laku coping yang berhasil maka terjadi penyesuaian antara diri individu dengan
lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987), mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada
tiga macam, yaitu:

a. Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya: orang yang hidup di
lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.

b. Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya. Contohnya orang
eskimo yang hidup di daerah dingin mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.

c. Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan melakukan perubahan
pada lingkungan tempat hidup agar tercapai keseimbangan dengan dirinya. Contohnya
penggunaan alat pendingin ruangan.

Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan
pada 2 cara pendekatan:

a. Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan konvesional. Bermula dari


adanya rangsang dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini
melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu
(cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor
maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di
dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai
obyek-obyek, maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara umum pandangan konvensional ini
menganggap persepsi sebagai kumpulan penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita melihat
sebuah benda yang bisa bergerak cepat, punya roda empat maka kumpulan penginderaan itu
akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan
diberi makna tertentu sehingga kita bisa mengenal benda itu sebagai mobil. Pandangan seperti
ini dinamakan juga pendekatan konstruktivisme. Akan tetapi, aktivitas mengenali obyek atau
benda itu sendiri adalah aktivitas mental, atau disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang
didapat dari proses kerja pikiran yang dengannya orang akan waspada terhadap obyek yang ada
74

dalam pikirannya). Maka sebenarnya otak tidak secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi
(tumpukan) pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk menilai, memberi makna, dan
sebagainya. Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran manusia, pandangan ini digolongkan
juga pada pandangan fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme, persepsi adalah kegiatan
mengkonstruksikan dari suatu fungsi.

b. Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson
(Fisher et al, dalam Sarwono 1992), individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang
diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah terkandung dalam stimulus itu
sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi
terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi karena
organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan
setiap obyek yang ada di lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas
untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson, obyek-obyek atau stimulus
sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk yang mengindera sehingga akhirnya timbul
makna-makna spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah ia bisa
mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih memenuhi keperluanya sendiri.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

a. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis
yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang
terjadi pada diri seseorang.

b. Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek, kesiapsediaan dalam
diri individu dalam bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak
disadari.

2. Proses Motivasi

a. Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive. Istilah drive sering
digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau fisiologis. Drive dipandang sebagai
pendorong seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila organisme kekurangan sesuatu
atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa muncul bila ada stimulus dari lingkungan.

b. Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya Drive. Sebagai contoh
rasa lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku itu
berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan perkataan lain, tingkah laku
pencarian makanan oleh manusia, merupakan alat untuk mendapatkan makanan dan
mengurangi dorongan lapar.

c. Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari siklus motifasional,
yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada
tubuh menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku mencari air
75

minum (tahap II), yang merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam
tubuh sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi dengan segera
kebutuhan akan air timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali siklus
motifasionalnya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi antara lain :

a. Ciri-ciri pribadi seseorang.

b. Tingkat dan jenis pekerjaan.

c. Lingkungan kerja.

4. Gangguan Motivasi

a. Hyperactive/hiperaktif

Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini berlarian, meloncat, bahkan
berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol untuk melaukan aktifitas secara teratur dan tertib, serta
suka menganggu teman sekelasnya.

b. Distractibility child

Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya keberbagai objek lain
dikelas, mudah dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di kelas.

c. Poor self concept

Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah tersinggung, sikapnya pasif dan
cenderung tidak berani bertanya karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.

d. Impulsive

Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan pertanyaan
guru, jawaban spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini berteriak pada
saat menjawab, ingin menunjukan diri sebagai anak yang pandai, namun jawaban atau
reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan.

e. Distractive behavior

Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka membanting atau melempar. Anak
ini termasuk anak yang bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan
tempramen yang tinggi dan suka merusak.

f. Dependency
76

Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya, ketergantungan ini dapat
disebabkan oleh sikap ibu yang sangat melindungi anak sehingga saat di sekolahpun harus
ditemani oleh ibu.

g. Withdrawl

Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap dirinya bodoh, sehingga malu pergi kesekolah.
Harga diri rendah yang disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang tua yang rendah.

h. Underachiever

Anak ini tidaklah termasuk anak “bodoh”atau “tolol”. Meskipun semangat belajarnya sangat
rendah, sering melipakan PR dan hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi
intelektualnya diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang serius kepada anak
yang berprestasi dibawah kemampuan ini.

i. Overrachiever

Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dan sering tidak menerima
kritik. Sikapnya agak sombong serta merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak bisa
menerima kegagalan dirinya.

j. Slow learner

Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan waktu lama untuk
menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya, kalaupun dikerja biasanya tidak tuntas dan
cara berfikirnya lamban.

k. Social interception

Sikap anak ini seperti “cuek” ia kurang peka terhadap lingkungannya, sulit membaca ekspresi
guru dan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-teman
sekitarnya.

5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi

a. Motivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan


menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa
yang harus dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman pada anak
buahnya apabila tidak disiplin.

b. Motivasi dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan


bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi. Contoh:
mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP selama 2 semester.

c. Motivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu cara


memotivasi dengan menambahkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya
keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan. Contoh: seorang
77

mahasiswa belajar giat karena termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestas, yang akan
memetik hasilnya adalah diri sendiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa ataupun
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai
dari persepsi. Permasalahan atau gangguan persepsi sangat beragam, diantaranya: halusinasi,
ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan
psikologi dan agnosia.

2. Motivasi merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri manusia, motivasi


berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan,
kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang
78

ditimbulkan oleh pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan


potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau
bekerjasama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal.

B. Saran

1. Setiap persepsi senantiasa diarahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan
hidup antara satu dengan yang lain.

2. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu dipupuk untuk menciptakan
semangat dan rasa percaya diri.

3. Persepsi dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing memiliki
karakter atau ciri khas yang berbeda. Oleh karena itu perlu dijaga keseimbangan masing

DAFTAR PUSTAKA

Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014.


http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-motivasi.html

Khadiyanto, Parfi. 2009. Pemahaman tentang Persepsi. http://parfikh


.blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html

Korneliz. 2009. Masalah Motivasi dalam Psikologi.


http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html

Medical Stuff. 2013. Gangguan Persepsi. http://xianide.blogspot.com /2013/03/gangguan-


persepsi_5.html
79

Setiawan, Agus. 2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-


onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html

Tedjo. 2012. Persepsi dan Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-


persepsi.html

West sinjai. 2009. Masalah motivasi dalam ilmu psikologi.


http://psikologimotivasi.blogspot.com/2009/05/masalah-

MAKALAH PSIKOLOGI

“Emosi,Stress dan Adaptasi”


80

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

ADELLIA YULIANA MAHARANI

NI MADE JUNIA PUTRI

INGGIT RIZKI AMBA UTAMI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A 2020/2021

PSIKOLOGI - EMOSI DAN STRESS ADAPTASI

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir dalam
pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di bidang
kesehatan  fisik dan bidang kesehatan jiwa.

Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah.
Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara
jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang
lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan
(holistik) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.

Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun menghadapi
stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai keadaan dari diri individu
81

pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat banyaknya warga masyarakat yang
tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes , 2004 : 149)

Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian yang
berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut
mekanisme pertahanan diri.

Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun pencegahan
gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan modern  dan
nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan
bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh
individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.

Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena merupakan
bagian dari kehidupan.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.    Apakah yang disebut emosi ?

2.    Apakah yang dimaksud stress ?

3.    Apakah yang dimaksud adaptasi ?

C.  Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam makalah ini kami hanya
membatasi seputar masalah emosi, stress, dan adaptasi.

D.  Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.    Mengetahui pengertian emosi, komponen emosi, afek dan emosi, serta sakit mental karena
gangguan emosi.

2.    Mengetahui pengertian stress, penggolongan stress, kemampuan individu menahan stress,
sumber stress psikologis, tahapan stress, reaksi-reaksi terhadap stress, dan cara mengendalikan
stress.

3.    Mengetahui pengertian adaptasi dan dimensi adaptasi.


82

E.   Manfaat Penulisan

1.    Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan.

2.    Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan
penyusunan makalah dengan topik yang sama.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Emosi

Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen fisiologik,
dan biasanya berlangsung tidak lama”(Maramis, 1990). Sedangkan menurut Bimo Walgito,
1989 emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk
mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut,
sedih, senang, benci cinta, antusias, bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang
terjadi pada kita.

Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri
individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan pada
gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.

1.    Komponen Emosi

Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :


83

a.    Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, misalnya bila
marah suara menjadi tinggi dan gemetar.

b.    Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif,
misalnya kegembiraan saat diterima disalah satu Perguruan Tinggi ternama.

c.    Ekspresi wajah, apabila merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengerutkan dahi
atau kelopak mata menutup sedikit.

d.    Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira hinggah
meneteskan air mata

2.    Afek dan Emosi

Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa dikontrol serta
dikuasai oleh pikiran. Biasanya afek disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut
jantung, dan pernapasan bisa cepat atu menjadi lemah. Dan emosi merupakan gejala kejiwaan
yang berhubungan dengan gejala kejasmanian itu. Contohnya, orang yang sedang marah akan
mengambil, melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai dengan muka merah,
tekanan darah meningkat, dan tubuhnya gemetar.

Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek-aspek yang lain pada
manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan
tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu.

Jenis gangguan afek dan emosi yaitu :

a.    Defresi atau melankolis

      Ciri-ciri psikologik misalnya, sedih, susah, murung, rasa tak berguna, kehilangan, gagal,
putus asa, dan penyesalan yang patologis.

      Ciri-ciri somatik, misalnya anoreksia, konstipasi, dan kulit menjadi  lembab atau dingin.

b.    Kecemasan (ansietas)

      Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, dan
lekas terkejut.

      Ciri-ciri somatik, misalnya debaran jantung yang cepat atau keras (palpitasi), keringat
dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, dan peristaltik bertambah.
84

3.    Sakit mental karena gangguan emosi

Biasanya sakit mental karena gangguan emosi terkait dengan neurosis, yaitu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar.
Sakit mental karena gangguan emosi antara lain :

a.    Neurosis cemas, yaitu kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu yang tidak
ada kaitannya dengan keadaan atau benda, tetapi mengambang bebas.

Gejalanya :

  Faktor somatik, misalnya nepas sesak, linu, lekas capek, dada tertekan, keringat dingin, dan
palpitasi.

  Faktor psikologik, misalnya perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat terputus-putus.

b.    Neurosis histerik, yaitu fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya :
kejang – kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, dan stupor.

c.    Neurosis fobik, yaitu adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda dan keadaan,
yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.

d.    Neurosis depresi, yaitu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat semakin berkurang,
rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya hal ini
berakar pada rasa salah yang tidak disadari.

B.   Stress

Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat karena
pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh
perubahan pola hidup, misalnya pola hidup sosial religius berubah individualistis, materialistis,
dan sekuler, pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah serta ambisi karier yang
menganut asas moral dan etika hukum.

Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi
sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi
untuk menanggulanginya

1.    Pengertian stress

      Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
85

      “Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan daqlam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan. 1987)

      “Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu, sesuatu
yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)

      “Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)

Jadi, secara umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, dan  ketegangan emosi.

2.    Penggolongan stress

Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya stress dapat
digolongkan sebagai berikut :

a.    Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b.    Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau
gas.

c.    Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.

d.    Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e.    Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.

f.     Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial, budaya,
atau keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :

1.    Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.

2.    Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Stress dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikoedukatif/sosio kultural. Faktor
frisiologis berupa herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsilogik, dan neurohormonal.
86

Sedangkan faktor psikoedukatif/sosio kultural berupa perkembangan kepribadian, dan kondisi


lain yang memengaruhinya.

3.    Kemampuan individu menahan stress

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal tersebut
sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya, dan umum. 
Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari
tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a.    Tipe yang rentan (vulnerable)

Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri
kepribadian sebagai berikut :

      Cita-citanya tinggi (ambisius)

      Agresif

      Suka bersaing yang kurang sehat

      Banyak jabatan rangkap

      Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami
ketegangan, dan kurang sabar

      Terlalu percaya diri (over confident)

      Self kontrol kuat

      Terlalu waspada

      Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)

      Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)

      Cakap dalam memimpim (leader)

      Tipe kepemimpinan otoriter

      Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)

      Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri


87

      Disiplin waktu yang ketat

      Kurang rileks dan serba terburu-buru

      Kurang atau bahkan tidak ramah

      Tidak mudah bergaul

      Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan

      Sulit dipengaruhi

      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)

      Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur

      Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

b.    Tipe yang kebal (immune)

Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :

      Cita-cita atau ambisinya wajar

      Berkompetensi secara sehat

      Tidak agresif

      Tidak memaksakan diri

      Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung,
penyabar, dan tenang

       Kewaspadaan wajar

      Self control wajar

      Self confident wajar

      Cara bicara tenang

      Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat

      Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat


88

      Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi

      Mudah bekerja sama (kooperatif)

      Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan

      Bersikap ramah

      Mudah bergaul

      Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)

      Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar

      Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur

      Mampu menahan dan mengendalikan diri

4.    Sumber stress psikologis

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, sebagai berikut :

a.    Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi ada yang
bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, perselingkuhan, pengangguran, dan lain-
lain).

b.    Konflik

Hal ini ditimbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan.

c.    Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu
maupun dari luar diri individu.

d.    Krisis

Krisis adalah keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu. Keadaan stress
dapat terjadi oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.

5.    Tahapan stress

Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
89

a.    Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang
besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang
dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b.    Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak  nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini karena
cadangan tenaga tidak memadai.

c.    Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur,
otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi
tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

d.    Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu,
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul
ketakutan dan kecemasan.

e.    Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.

f.     Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta
pingsan atau collaps.

6.    Reaksi-reaksi terhadap stress

Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh maupun terhadap
psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.

a.    Rambut

Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan warna.
Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.

b.    Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

c.    Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

d.    Daya pikir


90

Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali  menjadi pelupa dan
mengeluh sakit kepala pusing.

e.    Ekspresi wajah

Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius, tidak
santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.

f.     Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada tenggorokan
seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot
lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

g.    Kulit

Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin dan
bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran),
gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering
dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.

h.    Sistem Pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat
dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot
rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis
sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas.
Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-
otot pada saluran nafas dan paru-paru mengalami spasme.

i.      Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung
berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga
yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama
di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau
sebaliknya terasa “dingin”.

j.      Sistem Pencernaan

Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya,
pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam
dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
91

dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang
air besar atau sebaliknya sering diare.

k.    Sistem Perkemihan.

Orang yang sedang menderita stress  faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Frekuensi
untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis
(diabetes mellitus).

l.      Sistem Otot dan tulang

Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-
keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
”pegal-linu”.

m.  Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar
gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan
menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada
wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :

a.    Kecemasan

Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan
diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan. Jantung berdebar, keluar
keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

b.    Kemarahan dan agresi

Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebuah
ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi.
Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar
dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan
usaha membunuh orang.

c.    Depresi

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
yang berkepanjangan.

7.    Cara mengendalikan stress

Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :


92

a.    Bersyukur

Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak. karena
pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah terjadi atau
keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu
yang kita peroleh merupakan pemberian dari Tuhan.

b.    Kenali penyebab stress

Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress.
Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada stress
jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau bertumpuk-tumpuk dengan
penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah
pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya
memperkecil dampaknya.

c.    Buatlah perencanaan yang baik

Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres tidak akan
berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun, tanpa
perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka.  Buatlah perencanaan yang baik
untuk segala hal misalnya menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan
dengan benar.

d.    Jagalah kesehatan

Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang teratur serta
istirahat dengan cukup.

e.    Jagalah perasaan anda

Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga, dampaknya
juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang
tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang
seorang lelaki.

f.     Mintalah bantuan

Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada orang-
orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu lama.

g.    Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan memiliki
rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat pendorong untuk
lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang positif.

h.    Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak akan
pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang namanya
93

stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan fisik akan lebih siap
menghadapi stres.

i.      Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan yang baik
adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.

j.      Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang muncul.
Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan akan muncul
ketika kita sudah melakukan tindakan positif.

k.    Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih menyenangkan.

l.      Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk relaksasi
otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam menurunkan
tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi positif. Caranya
mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan pikiran Anda. Lakukan
meditasi10 menit.

m.  Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah di
sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang positif.

n.    Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor dalam
hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.

o.    Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh, sistem
kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen stres dengan
menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia).

C.  Adaptasi

Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :

a.    Menurut Soeharto Heerdjan (1987),”Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.

b.    “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)”(W.A.Gerungan , 1996).

Jadi, adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons terhadap
perubahan yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

1.    Dimensi adaptasi

Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :


94

a.    Adaptasi fisiologis

Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu teramati
sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan
tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap
stress.

Contoh :

      Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak merasa
mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.

      Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar.

b.    Adaptasi psikologis

Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :

      Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah

      Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

      Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.

Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa
tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress.

c.    Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas


perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan.

d.    Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien
tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis
& Heppner, 1993).
95

Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau mekanisme
koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan
dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).

e.    Adaptasi Spiritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi
stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami
gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
96

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri
individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.

Sedangkan stress  yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang
dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut
tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah,
frustasi hingga depresi.

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk
adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin
terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif
terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan
keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal.
97

DAFTAR PUSTAKA

      Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

      Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
98

MAKALAH PSIKOLOGI

TINGKAT KESADARAN DAN KETIDAKSADARAN MANUSIA

Disusun Oleh :

Rizka Hisnia

Maria Ulfa

Made Aryani Maharani Putri

KELOMPOK 8

D3 KEPERAWATAN

KELAS 1-B
99

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan
ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun  isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Mataram , 29 Agustus 2020

Penyusun
100

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

latar belakang………………………………………………………….

Perumusan masalah…………………………………………………..

Tujuan ……………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia………………..

2.2 Teori Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia……………………..

2.3 Sruktur Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia…………………..

BAB 3 PENUTUP
101

3.1 Kesimpulan……………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

BAB 1

PENDAHULUAN

Ilmu keperawatan mencakup pengetahhuan tentang individu, keluarga, dan masyarakat


tentang kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritualnya. Pada umumnya, yang
diutamakan dan sangat diperdulikan oleh masyarakat adalah kebutuhan biologis. Namun
sebenarnya kebutuhan yang lainnya sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi biologis.
Sebab, kesemuanya itu berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Psikologis, baik perawat
maupun tim kesehatan yang lainnya harus memahami betul hal tersebut.Bahkan setiap individu
juga perlu mengetahuinya demi kesempurnaan hidupnya. Dalam ilmu psikologi terdapat teori
tentang kesadaran dan ketidak sadaran.

Kesadaran dan ketidaksadaran tidak bisa dipisahkan, menurut S. Freud kita tidak bisa hanya
menyelidiki kesadaran saja, sebab yang lebih penting dan berpengaruh besar dalam kehidupan
jiwa manusia terdiri dari kesadaran dan ketidaksadaran yang saling berhadapan dan
melengkapi.

Kesadaran berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, ketidaksadaran berfungsi


menyesuaikan diri dengan dunia dalam. Ketidaksadaran merupakan lingkungan primer dari
kejiwaan manusia dan merupakan sumber kesadaran.
102

BAB 2

PEMBAHASAN

Pengertian Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia

Kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya


serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap
lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).

Alam sadar adalah alam yang berisi hasil-hasil pengamatan kita kepada dunia luar
(Maramis, 1999).

Macam kesadaran terhadap respon diri :

Kesadaran Pasif

adalah keadaan individu bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik
stimulus internal maupun eksternal.

Kesadaran Aktif

adalah kondisi seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi
stimulus stimulus yang diberikan.

Macam Kesadaran terhadap dimensi :

Weakfullnes

Consciousness

Awareness

Bentuk kesadaran

Menurut Maramis (1999) bentuk-bentuk kesadarannya, yaitu : kesadaran normal, kesadaran


menurun, kesadaran meninggi,kesadaran waktu tidur, kesadaran waktu mimpi,kesdaran waktu
disosiasi, trance, hipnotis, dan kesadaran yang terganggu.
103

Kesadaran normal,suatu bentuk kesadaran yang ditandai individu sadar tentang diri dan
lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan
orang dalam keadaan baik.

Kesadaran yang menurun, suatu bentuk kesadaran yang berkurang secara keseluruhan,
kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran,Tingkat menurunnya kesadaran :

Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan atau lupa tentang suatu
kejadian tertentu.

Apatis, menurunnya kesadaran ditandai dengan acuh tak acuh terhadap stimulus yang masuk
(mulai mengantuk)

Somnolensi, menurunya kesadaran ditandai dengan mengantuk (rasa malas, dan ingin tidur)

Sopor, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan, orientasi,dan pertimbangan

Subkoma dan koma, menurunnya kesadaran ditandai dengan tidak ada respon terhadap
rangsang yang keras,

kesadaran yang tinggi adalah bentuk kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap
rangsangan.

Contoh : Warna terlihat lebih terang dengan suara terdengar lebih keras.

Kesadaran waktu tidur, suatu bentuk kesadaran yang ditandai dengan menurunnya kesadaran
secara reversibel, biasanya disertai posisi berbaring da tidak bergerak.

Contoh :

Nonrapid eye movement sleep (nrem sleep) atau tidur tanpa gerak mata cepat

Rapid eye movement sleep (REM sleep) atau tidur dengan gerak mata cepat, 20%-25% dari
lamanya tidur malam seorang dewasa muda dan ada hubungan dengan mimpi.

Kesadaran waktu disosiasi

Adalah suatu bentuk kesadaran ditandai dengan keadaan memisahkan sebagian tingkah laku
atau kejadian dirinya secara psikologi dari kesadaran.

Trance

Adalah keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungan yang biasanya mulai
denganmendadak.

Hipnotis

Adalah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti.

Kesadaran yang terganggu


104

Ketidaksadaran

Alam tak sadar adalah daerah kesadaran yang berisi berbagai ide dan efek yang tertekan, yang
tidak dapat diingat kembali karena ditahan oleh efek alam prasadar sebagai sensor. Pengertian
lain alam tak sadar adalah alam yang berisi kompleks-kompleks terdesak Das Es, Das Ich, dan
Das Ueber Ich (aramis, 1999)

Ciri-ciri alam tak sadar :

Mengandung ide dan efek yang ditekan.

Hal-hal yang terdapat dalam alam tak sadar tidak dapat di ingat kembali.

Apabila mau muncul ke alam sadar harus melewati sensor alam prasadar.

Memiliki prinsip kesenangan denagn tujuan memuaskan keinginan.

Behubungan erat denagn naluri terutama naluri seksual.

Teori Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia

Teori Sigmund Freud (1856-1939)

Menurut Freud bahwa kesadaran hanyalah sebagian kecil dari seluruh kehidupan psikis. Psikis
diibaratkan fenomena gunung es di tangah lautan luas yang ada dalam alam sadar atau
kesadaran, sedangkan yang berada dibawah permukaan air laut dan merupakan bagian terbesar
adalah hal-hal yang tidak disadari atau ketidaksadaran. Menurut Freud di dalam ketidaksadaran
inilah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi.

Dalam kehidupan psikis terdapat tiga unsur penting yang membentuk kepribadian, yaitu : Das
Esd (the id), Das Ich (the ego), dan Das Uberlch (the super ego).

Das Esd (the id) merupakan bentuk ketidaksadaran, aspek biologis keribadian, dan memiliki
prinsip kesenangan berisi insting dan nafsu, terutama seksual (libido) serta pendorong.

Das Ich (the ego) merupakan kehidupan psikis, aspek sosiologis kepribadian, dan memiliki
unsur kesadaran yang memiliki kemmapuan menghayati secara lahiriyah dan batiniah. Memiliki
prinsip kenyataan dan mampu beradaptasi dengan kenyataan, serta mampu menjadi filter
keluarganya dorongan instingsif dari Das Es sehingga dapat menghambatdan mengendalikan
prinsip kesenangan.

Freud mengemukakan teori topografi tentang,kesadaran. Tingat kesadaran menurutnya dibagi


menjadi 3 daerah, yaitu : alam sadar, alam prasadar, dan alam tak sadar.

Alam sadar
105

Alam sadar merupakan bagian kecil dari kehidupan psikis yang merupakan sistem yang
disadari. Kesadaran ini diperoleh melalui

pengamatan (persepsi) baik berasal dari luar dirinya (eksternal) maupun yang dari dalam
dirinya (internal). Alam sadsar memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam prasadar.

Dalam kehidupan psikis, ternyata hanya bahan-bahan yang berasal dari alam prasadar yang
dapat masuk ke alam sadar, sedangkan hal-hal lain berada diluar kesadaran. Kesadaran itu
sendiri merupakan fenomena subjektif yang isinya hanya dapat dikomunikasikan malalui
perilaku dan bahasa.

Alam prasadar atau bawah sadar.

Alam prasadar merupakan jembatan penghubung antara alam tak sadar dan alam sadar.
Kehidupan psikis alam prasadar disebut proses berpikir sekuder yang memiliki prinsip
kenyataan dan bertujuan menghambat munculnya keinginan instingtif, menghindari ketidak
senangan dan mengikat energi psikis agar sesuai dengan kenyataan dan ajaran serta norma
individu.

Alam prasadar berisikan kehidupan psikis yang laten dan tanggapan yang dapat diingat
sehingga sewaktu-waktu dapat dimunculkan kembali melalui ingatan. Persepsi, dan reproduksi.
Alam prasadzr menjaga agar hasrat yang mencemaskan dan bertentangan dengan realitas tidak
keluar ke alam sadar.

Alam tak sadar

Alam tak sadar merupakan sistem dinamisyang berisi berbagaia ide dan efek yang ditekan atau
terdesak. Hal-hal yang ada dalam alam tidak sadar dapat dimunculkan kembali ke alam sadar
karena ada sensor maupun resepsi dari alam prasadar dibuat tak berdyaa seperti pada
pembentukan gejala neurotik, dalam keadaan mimpi, atau dikelabuhi melalui lelucon.

Kehidupan psikis pada alam tak sadar disebut proses berpikir primer yang mengutamakan
pemuasan keinginan dan erat berkaitan dengan prinsip kesenangan (hedoinisme) dan naluri
seksual. Alam tak sadar berisis kekuatan pokok, yaitu nafsu-nafsu yang merupakan ungkapan
libido sebagai sumber segala nafsu yang hendak tampak keluar.

Menurut Kaplan H. Dkk (1997),alam tak sadar memiliki 5 ciri, yaitu :

Berhubungan ertat dengan dorongan insting, yaitu dorongan seksual dan dorongan
mempertahankan diri

Isi alam tak sadar terbatas pada harapan yang mencari pemenuhan sehingga menimbulkan
motivasi

Alam tak sadar ditandai proses beepikir primer yang memiliki tujuan utama mempermudah
pemenuhan harapan dan pelepasan insting yang diatur oleh prinsip kesenangan.

Ingatan yang berada dalam alam tak sadar mudah dilepaskan dengan simbol verbal
106

Isi yang ada dalam alam tak sadar, untuk dapat disadari, harus melalui alam prasadar dengan
mengalahkan sensor penghambat.

Teori Carl Gustaf Jung

Menurut Jung yang terkenal dengan psikologi analitiknya bahwa jiwa (psikis) manusia yang
merupakan totalitas keidupan jiwa terdiri dari dua alam, yaitu :

Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi untuk beradaptasi terhadap dunia luar (lahiriah)

Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi untuk adaptasi terhadap dunia dalam
(batiniah). Ketidaksadaran merupakan tenaga utama dari dari kehidupan manusia.

Hubungan antara alam sadar dan alam tak sadar menurut Sumandi Suryabrata (1989) adalah
secara kompensatoris dan abatanyan tidak tetap atau dapat berubah – ubah, artinya luas daerah
kesadaran atau ketidaksadaran dapat bertambah dan berkurang.

Sruktur Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia

Struktur Kesadaran

Menurut Jung sebagaimana diuraikan oleh Sumadi Suryabrata (1983), komponen pokok
kesadaran adalah fungsi jiwa dan sifat jiwa.

Fungsi jiwa adalahmenurut Jung adalah suatu aktifitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah
dalam lingkungan yang berbeda-beda.

Jiwa memiliki empat fungsi pokok, yaitu :

Fungsi pikiran, bersifat rasional dan cara bekerjanya dengan penilaian salah-benar

Fungsi perasaan, bersifat rasional dan cara bekerjanya dengan penilaian senang dan tidak
senang.dan tidak senang.

Fungsi pendriaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian; sadar (indrawi)

Fungsi perasaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian; tak sadar (naluri)

SIKAP JIWA adalah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam
bentuk orientasi manusia terhadap dunianya dapat keluar atau kedalam.

Berdasarkan sikap jiwa manusia digolongkan menjadi dua tipe :

Tipe Ekstrover

Sikap kesadaran yang mengarah keluar dirinya.


107

Tipe Introvert

Sikap kesadarannya mengarah kedalam diri manusia.

Struktur Ketidaksadaran

Terdiri dari ketidaksadaran pribadi dan ketidaksasdaran kolekif.

Ketidaksadaran pribadi, berisi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya, yang
meliputi hal-hal yang terdesak, terlupakan, (bahan-bahan ingatan), dan hal-hal yang teramati,
berpikir, dan terasa dibawah ambang kesadaran. Termasuk juga alam pra sadar, yang
merupakan daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi da kesadaran yang bersisi hal-hal
yang siap masuk ke kesadaran dan alam bawah sadar, merupakan daerah perbatasab antara
ketidaksadaran pribadi denagn ketidak sadaran kolektif dan berisi hal-hal yang tidak dapat
diingat lagi, hal-hal yang tidak diolah, dan keadaan trance.

Ketidaksadaran kolektif, berisi mitologi dansimbolik masa lalu yang diperoleh selama
pertumbujan psikis seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu yang merupakan
endapancara-cara reaksi kemanusiaan yang khas zaman dahulu pada saat manusia menghadapi
ketakutan, bahaya, perjuanngan, kelahiran, dan kematian

Paling atas yang berada langsung dibawah ketidaksadaran pribadi, berisikan emosi, afek, dan
dorongan primitif

Di bawah lapisan tersebut, berisilan inovasi, yaitu erupsi dari bagian terdalam dari
ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tidak dapat dibuat dasar.

Manisfestasi ketidsaksadaran dapat berupa simptom dan kompleks, mimpi, dan archetypus.

Simptom adalah gejala dorongan jalannya energi yang normal dan merupakan tanda bahaya,
yang memberi tahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan perlu perluasan alam
tak sadar. Bentuknya dapat gejala kejasmanian maupun kejiwaan.

Mimpi sering timbul dari hal-hal yang terdesak, memiliki hukum dan bahasa sendiri, mimpi
tidak terkait sebab-akibat, ruang dan waktu. Bahasa mimpi adalah pelambang penafsiran,
menurut Jung, mimpi merupakan manisfer ketidaksadaran kolektif yang mempunyai fungsi
konstruktif, sebagai regulasai (pengaturan) isi ketidaksadaran, keberatsebelahan dari konflik.

Fantasi dan khayalan merupakan bentuk manisfer ketidaksadaran yang bersangkutan dengan
mimpi dan timbul pada saat taraf kesadaran merendah.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan
108

Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan


lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).

Alam sadar adalah alam yang berisi hasil-hasil pengamatan kita kepada dunia luar
(Maramis, 1999).

Alam tak sadar adalah daerah kesadaran yang berisi berbagai ide dan efek yang tertekan, yang
tidak dapat diingat kembali karena ditahan oleh efek alam prasadar sebagai sensor. Pengertian
lain alam tak sadar adalah alam yang berisi kompleks-kompleks terdesak Das Es, Das Ich, dan
Das Ueber Ich (aramis, 1999)

Menurut Maramis bentuk-bentuk kesadaran yaitu: Kesadaran normal, Kesadaran


menurun, Kesadaran meninggi, Kesadaran waktu tidur, Kesadaran waktu mimpi, Kesadaran
waktu disosiasi, Trance, Hipnotis, Kesadaran yang terganggu.

Dalam kehidupan psikis terdapat tiga unsur penting yang membentuk kepribadian,
yaitu : Das Esd (the id), Das Ich (the ego), dan Das Uberlch (the super ego

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/tingkat-kesadaran-dan-ketidaksadaran-manusia

http://fatichaghevi.blogspot.co.id/2013/12/tingkat-kesadaran-dan-ketidaksadaran_16.html
109

http://psikologikepdedot.blogspot.co.id/2015/03/tingkat-kesadaran-dan-ketidaksadaran_27.html

http://baqiys.blogspot.co.id/2013/12/bentuk-bentuk-kesadaranpsikologi.html

http://bantarmerak64.blogspot.co.id/2012/03/kesadaran-dan-ketidaksadaran-manusia.html

MAKALAH PSIKOLOGI

“BIO-PSIKOLOGI DAN PROSES SENSORI MOTORIK”


110

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

I DEWE AYU SANTA ANILANALA

NURHIDAYATUL HASANI

MIMING SUKRIANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MATARAM

T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR
111

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Biopsikologi dan
Proses Sensori Motorik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran tugas kami
selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
112

DAFTAR ISI ..

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....

1.2 Perumusan Masalah ..

1.3 Tujuan ...

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bio Psikologi ......

2.2 Proses Sensorik .

2.3 Tahap-tahap Proses Sensorik .

2.4 Proses Motorik .

2.5. Proses Motorik..

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran .

DAFTAR PUSTAKA . ..

BAB 1

PENDAHULUAN
113

1.1. Latar Belakang

Psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang
tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik.Ciri-ciri ini nampak melalui aspek tinggi
badan, warna kulit warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan
sebagainya.Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat dan tingkah laku manusia
juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat pendiam, talkactive,
dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari melalui
pengalaman.dan Reseptor sensoris motorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang
memberikan informasi tentang kondisi didalam dan Biopsikologi merupakan pendekatan diluar
tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang digunakan untuk
merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, dan propriosepsi.Indera
peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang
sederhana.

1.2 Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka permasalahan penelitian ini
adalah

1.2.1 Bagaimana pengaruh dalam mengetahui maksud dri biopsikologi dan sensorik motorik

1.2.2 Bagaimana pemahaman tentang biopsikologi dan sensorik motorik.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar biopsikologi

1.3.2 Untuk mengetahui proses sensorik

1.3.3 Untuk mengetahui alat- alat tubuh sensoris

1.3.4 Untuk mengetahui tahap- tahap proses sensorik

1.3.5 Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses sensorik

1.3.6 Untuk mengetahui gangguan mental karena faktor proses sensorik terhadap perilaku

1.3.7 Untuk mengetahui proses motorik

1.3.8 Untuk mengetahui jenis- jenis motorik dalam kehidupan manusia

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Biopsikologi


114

Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya
mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik. Ciri-
ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit warna mata keadaan rambut lurus atau
kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat
dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat
pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak
dipelajari melalui pengalaman

2.2. Proses Sensorik

2.2.1. Pengertian

proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik
yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara
kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang. Secara
umum proses sensorik juga dapat diartikan sebagai proses masuknya rangsang melalui alat
indera ke otak (serebral) kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan
perbuatan.

Proses sensorik disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar dengan
mempergunakan alat indera. Pengamatan dengan anggapan atau respon memiliki perbedaan.
Pengamatan terjadi pada saat stimulus atau rangsangan mengenai indera dan menghasilkan
kesadaran dan pikiran. Respon yaitu proses terjadinya kesan dari pikiran setelah stimulus tidak
ada.

Proses awal dari pengamatan disebut dengan perhatian, sedangkan proses akhir disebut persepsi
yang menyebabkan kita mempunyai pengertian tentang situasi sekarang atas dasar pengalaman
yang lalu. Persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum di sadari sebelumnya sehingga
individu belum mampu membedakan dan melakukan pemisahan apa yang dihayati. Apabila
pengalaman tersebut telah disadari sehingga individu sudah mampu membedakan dan
melakukan pemisahan antara subjek dengan objek, disebut apersepsi dalam pengamatan yang di
utamakan adalah kualitas objek bukan kuantitas objek. Secara psikolog perbedaan benda yang
di amati bersifat kualitatif, dengan tidak mengabaikan proses fisiologi secara psikologi sikap
seseorang dalam situasi itulah yang akan memberi arti.

Contoh :Secara fisiologis jarak Cilegon-Jakarta kurang lebih 10 km, kita rasakan jauh karena
dimanapun berada memiliki jarak yang tetap, yaitu 10km. Secara psikologis jarak 10 km dapat
memiliki arti dekat maupun jauh. Memiliki arti dekat apabila yang berada di Jakarta adalah
orang yang berarti bagi orang yang di Cilegon. Misalnya orang yang berada di Jakarta adalah
orang yang dicintai,sebaiknya apabila yang berada dijakarta adalah orang yang dibenci atau
tidak disenangin akan memiliki arti yang jauh. Secara fisiologis 1 jam adalah 60menit atau 3600
detik. Secara psikologis dapat terasa lama. (missalnya: pada saat antri membeli tiket atau
menunggu seseorang). Namun sebaliknya dapat terasa sebentar, (misalnya: saat bergembira
atau bersandau gurau). Ternyata secara psikologis situasi tersebut mengatur atau menentukan
115

arti kejadiankejadian yang berlangsung dalam prosesnya. Secara psikologis alat indera
merupakan alat penerima rangsang yang akan diproses oleh organ-organ tubuh lain yang
dibawah ke otak. Sedangkan secara psikolgis yang penting adalah kesan yang terjadi, setelah
ditemukan situasi yang berarti bagi subjek.

Proses pengamatan (penyerapan atau persepsi) melalui tiga proses, yaitu:

1) Proses fisik, stimulus mengenai alat indera.

2) Proses fisiologis, stimulus diteruskan oleh alat sensoris ke otak.

3) Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari apa yang diterima oleh
alat indera.

2.2.2. Alat-Alat Tubuh Sensorik

Di dalam tubuh manusia terdapat bermacam macam reseptor untuk mengetahui rangsangan
dari luar atau disebut juga ekstraseptor. Ekstraseptor sering disebut juga alat indera.

Ada lima macam alat indera pada tubuh manusia yaitu, indera penglihatan, indera penciuman,
indera peraba, indera pendengaran, indera pengecap. Alat indera berfungsi untuk mensensor
keadaan diluar , apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita cium, apa yang kita
rasakan, apa yang kita dengar dapat mempengaruhi perilaku keadaan sesesorang.

1) Mata (visual)

Sumber cahaya → kornea →aquos humor pada kamera okuli anterior → pupil → aquos humor
pada kamera okuli posterior →lensa kristalina → korpus vitreum → retina →nervus optikus →
otak → terjadi kesan-kesan apa yang kita lihat.

Ada tiga bentuk pengamatan melalui indera penglihatan, yaitu:

1) Pengamatan warna, terdiri atas warna dasar (merah, kuning, dan biru) dan warna yang
memengarui perasaan ke jiwaan.

Contoh:

Warna hijau memberi suasana tenang

Warna orange menimbulkan suasana riang

Buta warna, yaitu undividu yang tidak dapat membedakan warna satu dengan warna yang lain.
Buta warna merupakan kelainan yang dibawa sejak lahir sehingga sampai saat ini belum dapat
disembuhkan. Penyebab buta warna adalah tidak ada atau kurang sempurna nya alat yang
berfungsi untuk membedakan warna pada retina yang disebut cones. Buta warna total apabila
yang terlihat semuanya berwarna abu-abu ( kelabu ) dieut monokromat. Buta hanya melihat dua
warna dinamakan bikromat ( missal : hanya dapat melihat warna merah dan hijau ).
116

2) Pengamatan bentuk, yaitu benda terlihat bulat, lonjong, runcing, kubus, dan balok. Orang
yang mudah menerima kesan melalui mata tersebut disebut tipe visul.

3) Pengamatan ruang, meliputi tempat dan jarak ( misal : berada di ruang kelas, ruang,terbuka,
dan tempat yang berjarak dari satu tempat ke tempat lain).

2) . Hidung (olfaktori)

Indera pembau yang terdapat pada mukosa ( selaput lendir ) hidung hanya dapat di rangsan oleh
gas. Manusia dapat mengenal 2000 sampai 4000 bau yang berbeda.

Saraf yang menerima rangsangan pembau, yaitu Nervus olfactorius, rangsangannya adalah
wangi-wangian, bensol, lisol, dan gas yang busuk. Nervus trigeminus, rangsangannya adalah
minyak kayu putih, kamper, kloroform dan ether. Bau dapat mempengaruhi perilaku sesorang,
misalnya : dekat orang yang wangi, menimbulkan keinginan mendekat atau sebaliknya.

3). Kulit (taktil)

Kulit merupakan indera untuk stimulus mekanik (raba dan tekan), panas, dingin, dan nyeri.
Menurut hasil penelitian tiap rasa mempunyai tempat yang berbeda-beda pada kulit kita. Rasa
panas, dingin, nyeri, tidak tedapat satu pada kulit kita.

Macam-macam reseptor pada kulit:

1) Corpus cula tactus dari meisner, terdapat pada papilla terutama pada puncak bibir,puncak
jari, dan papilla mamae. Rangsangan yang diterima adalah tactil,(rabaan).

2) Corpus cula Ruffini, terdapat pada batas subkutis (bawah kulit) dan corium (kulit jagat).
Rangsangan yang diterima adalah panas.

3) Corpus cula bullo idea Krousa, terdapat pada corium. Rangsangan yang diterima adalah
panas.

4) Corpus cula Lamellasa paceni, terdapat di subkutis terutama di ujung jari yang berfungsi
untuk meraba benda.

5) Rangsangan nyeri, terdapat pada ujung-ujung saraf (reseptor) yang terdapat hampir seluruh
jaringan tubuh.

4) Telinga (auditori)

Di dalam telinga terdapat dua reseptor sensorik untuk pendengaran dan keseimbangan. Proses
pengamatan suara melalui tiga bagian di telinga ,yaitu telinga bagian luar (Acusticus eksternus)
telinga bagian tengah (Acusticus medialis) telinga bagian dalam (Meatus acusticus internus).

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh bunyi atau suara yaitu mendengar lagu-lagu mars
membuat kita jadi semangat, mendengar lagu-lagu dangdut membuat kita ingin berjoget,
117

mendengar lagu-lagu slow membuat kita jadi tenang, mendengar lagu-lagu melayu membuat
kita menjadi ngantuk, mendengar ledakan keras membuat kita jadi terkaget.

5) Lidah (gustatori)

Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh kita diterima oleh reseptor kimia atau disebut
kemoreseptor. Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap yang
berupa lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam kelembaban mulut
sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa atau tunas pengecapan.

Pada lidah terdapat 3 macam papil sebagai berikut:

1) Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar diseluruh permukaan lidah.

2) Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh suatu saluran pada
daerah dekat pangkal lidah dan merupakan papil pengecap.

3) Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah, juga merupakan papil pengecap.

2.3 Tahap-Tahap Proses Sensorik

Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan
untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu
tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik tadi.

2.4 Proses Motorik

2.4.1 Pengertian

Proses sensori adalah proses masuknya rangsangan melalui alat indra ke otak (serebral)
kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan perbuatan.

2.4.2 Pengamatan

Proses sensori disebt juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar dengan
mempergunakan alat indra. Pengamatan dengan anggapan (respon) memiliki perbedaan.
Respons yaitu proses terjadinya kesan dalam pikiran setelah stimulus tidak ada.Proses awal dari
pengamatan disebut perhatian, sedangkan proses akhir disebut presepsi yang menyebabkan kita
mempunyai pengertian tentang situasi sekarang atas dasar pengalaman yang lalu. Presepsi
merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari sebelumnya sehingga individu belum
mampu membedakan dan melakukan pemisahan apa yang sedang dihayati. Apabila pengalaman
tersebut telah disadari sehingga individu sudah mampu membedakan dan melakukan pemisahan
antara subjek dan objek, disebut apresepsi .
118

Secara fisiologis indra merupakan alat penerima rangsang yang akan diproses oleh organ-organ
tubuh lain yang dibawa ke otak, sedangkan secara psikologis yang penting adalah kesan yang
telah terjadi, setelah ditemukan situasi yang berarti bagi subjek.

1) Proses pengamatan (penyerapan atau presepsi) melalui tiga proses yaitu :

2) Fisik, stimulus mengenai alat indra.

3) Proses fisiologis, stimulus diteruskan oleh syarafsensoris ke otak.

4) Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari apa yang diterima oleh
alat indra.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sensorik

Proses sensoris akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi faktor faktor sebagai berikut:

1). Keadaan indera yang sehat dan sempurna akan mempengaruhi kesempurnaan proses
sensorik.

2). Perhatian yang tertuju pada objeknya yang memudahkan persepsi dan apabila perhatian
kurang akan mengganggu konsentrasi sehingga proses sensorik tidak sempurna.

3). Rangsangan yang sangat lemah ataupun sangat kuat akan mengganggu proses sensorik.

4). Saraf dan pusat saraf dalam keadaan baik dan sehat.

2.2.5. Gangguan Mental Karena Faktor Proses Sensorik Terhadap Perilaku

Proses sensorik yang terjadi pada seseorang ternyata jika tidak berjalan semestinya dapat
menimbulkan gangguan mental yang tercermin dalam perilaku sebagai berikut :

1. Osilasi (ayunan), osilasi terjadi karena perhatian atau pengamatan yang mudah beralih
sehingga menyebabkan kesan yang selalu berubah.

2. Ilusi, terjadi karena kesalahan persepsi sehingga terjadi kesalahan kesan. Dalam ilusi terjadi
kesalahan pengamatan. Penyebab terjadinya ilusi adalah Keadaan fisik,adapun penyebab
rangsangan yang keliru dan kebiasaan mempercayai suatu objek yang serupa, harapan-harapan
tertentu sehingga menimbulkan berbagai prasangka, tidak adanya analisis terhadap kesan yang
diterima dan adanya kesan secara keseluruhan.

2.5. Proses Motorik

Istilah motor menyiratkan adanya gerak otot, yang seakan-akan tidak banyak melibatkan aspek-
aspek kognitif dan perseptual. Tetapi kenyataannya adalah keterampilan-keterampilan yang
dilakukan biasanya merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan penditeksian terhadap
rangsang, evaluasi dan pengambilan keputusan serta respon nyata yang berwujud gerakan.
119

Motorik dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-
proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun
secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan. Peristiwa-peristiwa laten yang tidak
dapat diamati tersebut meliputi : penerimaan informasi, pemberian makna terhadap informasi,
pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan,dan dorongan untuk melakukan berbagai
bentuk aksi-aksi motorik.

Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologis yang meliputi pemberian, pengaturan dan
pengendalian impuls kepada organ-organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan akssi-aksi
motorik.

Gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi ke posisi lain
yang dapat diamati secara obyektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Untuk memberikan
pengertian yang lebih operasional tentang gerak, maka diperlukan suatu batasan yang lebih
spesifik. Batasan yang dimaksud adalah pengertian gerak dari gerak manusia melakukan aksi-
aksi motorik misalnya perubahan tempat,posisi dan ketepatan tubuh atau bagian tubuh dalam
melompat, berjalan, berlari atau menendang bola. Didalam belajar motorik, gerak juga dilihat
atau diartikan sebagai hasil atau penampilan yang nyata dari proses-proses motorik,sebaliknya
motorik adalah suatu proses yang tidak dapat diamati dan merupakan penyebab terjadinya
gerak.

Sedangkan proses motorik merupakan keseluruhan yang terjadi pada tubuh manusia, yang
meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang
dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik.

Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan
gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan. Persamaan : setiap terjadi proses dalam tubuh
manusia maka akan menghasilkan gerak. Perbedaan : Motorik tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan, berbeda dengan gerak yang dapat dilihat dan diamati. Proses motorik juga
menghasilkan gerakan yang dinamakan gerakan motorik.Gerakan motorik adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia.
Pengendalian motorik biasanya digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi,
neurofisiologi maupun olah raga.Pengendalian motorik mempelajari postur dan gerakan serta
mekanisme yang menyebabkannya.

Terdapat berbagai jenis gerakan motorik :

1. Gerak refleks

2. Gerak terprogram

3. Gerakan motorik halus : menulis, merangkai, melukis, berjinjit

4. Gerakan motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan tangan.


120

Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan proses motorik ialah segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam proses motorik, unsur-unsur
yang menentukan ialah Otot, Saraf, dan Otak.

Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara interaksi positif, artinya
unsurunsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang
lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya.

Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan
keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil.

Didalam tubuh manusia terdapat 3 komponen :

1. Analisator adalah alat penerima rangsangan.

Alat analisator meliputi mata (optik), akustik (pendengaran), taktil (alat persa atau kulit)

2. Kinestetik adalah alat penerima rangsangan yang berbentuk saraf dan otot yang terdapat pada
tubuh manusia.

3. Vestibular adalah perasaan gerak yang terletak didalam telinga.

Jenis-jenis motorik dalam kehidupan manusia :

1. motorik sehari-hari

2. motorik bekerja atau pekerjaan

3. motorik olahraga

4. motorik ekspresi
121

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.1.1. Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi.

3.1.2. Proses sensoris disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar
dengan mempergunakan alat indera.

3.1.3. Motorik dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan
proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis
maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan.

3.2. Saran

Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, penyaji menyarankan
kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang konsep dasar dari
makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalah memberi manfaat untuk kita
semua.
122

DAFTAR PUSTAKA

Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 2. Jakarta. Hal 29, 44

EGMardjono, Mahar, Sidarta, Priguna.Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta:
2004. Hal 21-26.C.

Martini, frederic. Fundamental Of Anatomy & Physiology. Edisi 7.Pearson International


edition. New york. Page 496-513

Marieb, Elaine, N. Human Anatomy & Physiology.Edisi 7. Pearson International Edition. Page
491-519
123

PROSES BERPIKIR & PEMECAHAN MASALAH


Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen Psikologi,
Ely Mawaddah, M.Kep.,Sp.Kep.An.

DISUSUN OLEH

ARRUM TRIKOMALA
FITRIANI HERAWATI
124

RIZKY MUNAWAR

KELOMPOK 10

A. Latar belakang
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan
proses mental. Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah
kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan
lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4
kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3) kemauan
atau konasi, 4) gejala campuran.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada
perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan keadaan yang lain dalam
rangka mencapai tujuan.
B. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini untuk mengetahui:
1.pengertian berfikir
2.apakah yang dimaksud dengan pemecahan masalah
3.macam – macam proses berfikir
4.langkah – langkah kegiatan berfikir
5.strategi dalam pemecahan masalah

1.berfikir
berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari
makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan
125

atau penyelesaian masalah. Berfikir merupakan aktifitas kognitif[1] manusia yang


cukup kompleks. Seseorang berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang
sedang menimpanya, misalnya: ketika seseorang sedang kehilangan uang, maka
dia akan berfikir, membuka memorinya untuk menemukan uang yang hilang
tersebut. Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.

A. Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang


menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental, seperti
penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah

B. Mayer (1988) mengatakan bahwa berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:


1) berfikir merupakan aktifitas kognitif
2) berfikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan
di dalam sistem kognitif
3) berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.

2.pemecahan masalah
Santrock (2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan
upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan
dimaksud belum tercapai (belum tersedia). Sementara itu, davidoff (1988)
mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang cukup keras
yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang yang
menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalandan dengan demikian dia
akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan berbagai cara.
Sedangkan hunsacker menurut (lasmahadi, 2005) bahwa pemecahan
masalah merupakan suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu
bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision
making), yang didefinisikan sebagai mengambil solusi terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Jadi secara
singkat pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi
peraturan yang dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi/jalan keluar dari
sebuah masalah (problem).

3. Macam – macam berpikir


Ada berbagai macam proses berpikir yang dimiliki manusia antara lain :
126

A.berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya, misalnya penalaran tentang panasnya api yang dapat
membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
B.berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat,Misalnya ada dua hal yang bertentangan penuh tentunya tidak dapat bersatu
pada saat sama dalam satu kesatuan, seperti air dan minyak.

C.berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi
atau
WishfulThinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan,
dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
D.berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
biasanya disebut dengan nalar (reasoning)
4.langkah – langkah proses berfikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1. Pembentukan pengertian
pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, yaitu:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita
perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun membentuk pengertian
manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri
misalnya :
manusia indonesia, ciri – cirinya :
* mahluk hidup
* berbudi
*berkulit sawo mateng
* berambut hitam
* dan sebagainya
manusia eropa, ciri – cirinya :
* mahluk hidup
* berbudi
* berkulit putih
127

* berambut pirang atau putih


* bermata biru terbuka
* dan sebagainya
B. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana
yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak
selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
C. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki,
menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu
ialah: makhluk hidup yang berbudi.

2.pembentukan pendapat.
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian
atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri
dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
A. Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, misalnya
sitotok itu pandai, si ani rajin dan sebagainya.
B. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas
menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal
C. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu

3.penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan


keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Ada 3 macam keputusan, yaitu:

a.keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu
pendapat umum. B.keputusan deduktif
keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , jadi
berlawanan dengan keputusan induktif
C. Keputusan analogis
keputusan analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah
ada.

5.strategi dalam pemecahan masalah


-strategi menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk
keseluruhan itu.
128

-strategi detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi
bagian.
-proses pemecahan masalah ada 5tahap, yaitu:
A.mengatasi dengan pemecahan yang rutin misalnya: mobil mogok, anda starter
berkali-kali.
B.menggali memori untuk mengetahui cara apa saja yang efektif pada masa lalu.
C mencoba segala kemungkinan cara yang ada, ini biasa disebut pemecahan
mekanis.
D.menggunakan lambang-lambang verbal dan grafis untuk mengatasi masalah.
E.introspeksi diri, ini biasa disebut dengan aha erlebnis (pengalaman aha), atau
insight solution
129

INTELEJENSI DAN KREATIVITASI

DISUSUN OLEH
Kelompok 11
1. Amalia Rachmawaty
2. Jumaidi
3. Prisda Nur Shabrina

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


PRODI D-III KEPERAWATAN MATARAM
Tahun Ajaran 2020/2021
130

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Psikologi tentang
Intelegensi dan Kreativitas  ini dapat kami selesaikan.
Makalah psikologi ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau
mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai
hasil rangkuman materi yang kami lakukan mengenai Intelegen dan Kreativitas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran
tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.

Mataram, 1 September 2020

Penulis
131

DAFTAR ISI
KETERANGAN
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Intelegensi, Bakat dan Kreativitas
2.2 Konsep Intelegensi, Bakat dan Kreativitas
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi, Bakat dan Kreativitas
2.4 Penerapan Intelegensi, Bakat dan Kreativitas dalam Keperawatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
132

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun yang
persis sama denga individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita
jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan suatu
masalah atau persoalan yang di hadapi. Untuk memecahkan masalah atau
persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya,
namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu memecahkannya.
Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi itu
memang ada, dan berbeda – beda antara satu individu dengan individu yang lain.
Individu yang taraf inteligensinya tinggi akan mudah memecahkan suatu
persoalan, sedangkan individu yang taraf inteligensinya rendah hanya mampu
memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada beberapa mahasiswa yang
menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar
menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya.
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar
yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan
dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar
– mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.
Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang intelegensi, bakat dan kreativitas.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud intelegensi ?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan faktor-faktor yang
menyebabkannya ?
Apa yang dimaksud bakat ?
Bagaimana konsep kreativitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ?
Bagaimanakah aplikasi intelegensi dan kreativitas terhadap keperawatan ?

Tujuan
Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud intelegensi.
Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
intelegensi dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud bakat.
Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana konsep kreativitas dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kreativitas.
Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana aplikasi intelegensi dan
kreativitas terhadap keperawatan.
BAB II
133

PEMBAHASAN
Teori Intelegensi, Bakat dan Kreativitas
Intelegensi
Istilah inteligensi, atau yang dalam bahasa inggris disebut “Intelligence”,
berasal dari kata “intelligere” yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain. Beberapa definisi inteligensi, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli,
dijelaskan sebagai berikut :
Terman (1923) dalam Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi adalah
kemampuan untuk berpikir abstrak.
Ebbinghaus (1897) dalam Suryabrata (1984) mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan untuk membuat kombinasi.
Thorndike (1959) dalam Walgito (2001) mengungkapkan bahwa inteligensi
adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan untuk menentukan
ketidaklengkapan dari berbagai kemungkinan yang terjadi dalam perjuangan
hidup individu.
Biner (1894) dalam Sukardi (1997) menyebutkan bahwa inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut dan untuk
bersikap kritis terhadap diri sendiri.
Wechler (1958) dalam Sarwono (2000) mengatakan bahwa inteligensi adalah
kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah
dan menguasai lingkungan secara efektif.
Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi pada hakikatnya adalah suatu
kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung beberapa komponen.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah
kemampuan dasar yang bersifat umum untuk berpikir abstrak dan membuat
kombinasi.
Kecerdasan Intelektual
Kata inteligensi dan intelek adalah dua kata yang erat hubungannya karena berasal
dari kata latin yaitu intellegere artinya memahami. Intelek adalah bentuk kata
pasif dan inteligensi adalah bentuk kata aktif. Jadi, intelek adalah kekuatan, daya,
atau potensi untuk memahami sedangkan inteligensi atau kecerdasan adalah
aktivitas untuk perilaku mewujudkan daya tersebut. Jadi bila digabungkan kedua
kata tersebut, maka istilahnya menjadi lebih lengkap yaitu intiligensi atau
kecerdasan intelektual.Utami Munandar (1987) menyatakan inteligensi adalah (a)
kemampuan berpikir abstrak, (b) kemampuan menangkap hubungan-hubungan
dan untuk belajar, dan (c) kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi
lingkungan baru. Pengertian inteligensi yang dikemukakan Munandar adalah
kemampuan, meliputi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Adapun Terman mendefinisikan inteligensi secara sederhana
yaitu kemampuan berpikir abstrak.Teori Terman tentang inteligensi adalah teori
dua faktor (two factorr theory) yaitu faktor kemampuan umum (general ability)
134

dan faktor kemampuan khusus ( special ability). Kedua faktor tersebut


bekerjasama secara integral. Teori yang lebih luas dan komprehensif tentang
inteligensi dikemukakan oleh Thurstone, dengan teori multifaktor yang terdiri dari
tujuh faktor dasar, yaitu :
Verbal Comprehension, kemampuan memahami kata-kata.
Word Fluency, kemampuan dan kefasihan mengucapkan kata-kata.
Number, kemampuan memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka- 
angka.
Space, kemampuan tilikan ruang.
Memory, kemampuan untuk mengingat.
Perceptual, kemampuan mngamati dan menafsirkan persamaan dan perbedaan
objek tertentu.
Reasoning, kemampuan penalaran.

Distribusi tingkat kecerdasan menurut Terman (dalam Mahmud, 1990)


IQ (Intelligence Quotient/ Tingkat Kecerdasan)
Deskripsi Verbal

0-19
Idiot

20-49
Embicile

50-69
Moron

70-79
Inferior

80-89
Bodoh

90-109
Normal

110-119
Pandai

120-129
Superior

130-139
Sangat superior
135

140-179
Gifted

180 ke atas
Genius

Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)


Berikut ini ditemukan pendapat para pakar tentang kecerdasan emosional:
Shapiro (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan
memantau perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain serta menggunakan
informasi untuk mengarahkan pikiran dan tindakan. Shapiro menekankan
kecerdasan emosional pada pengelolaan emosi untuk mengontrol perilaku sendiri.
Cooper (2000) mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, menerapkan kepekaan, emosi sebagai energi, informasi, koreksi dan
pengaruh yang manusiawi. Cooper menekankan pengertian kecerdasan emosi
pada kemampuan memahami dan menerapkan emosi sebagai kekuatan untuk
perilaku yang baik.
Goleman (1996) mengatakan kecerdasan emosional adalah pengendalian diri,
semangat, ketekunan, kemampuan memotivasi diri serta berempati. Goleman
menekankan bahwa kecerdasan emosional terletak pada empat aspek. Yaitu,
pengendalian, semangat, ketekunan, dan motivasi diri.
Davis (2006) mengatakan kecerdasan emosional adalah kmampuan mengenali,
memahami, mengatur, menggunakan emosi secara efektif kalau hidup. Davis
memfokuskan pengertian kecerdasan emosional pada pemahaman dan
penggunaan emosi secara efektif dalam hidup.
Patton (1998) mengatakan kecerdasan emosional adalah menggunakan emosi
secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif, dan
mencapai keberhasilan ditempat kerja. Definisi yang dikemukakan Patton lebih
luas karena telah menghubungkan dengan keberhasilan atau produktivitas kerja.
Menurut Solovery, seperti yang dikutip oleh Goleman 1996 memberikan ciri-ciri
kecerdasan emosional dalam lima wilayah :
Mengenali diri
Mengenali diri artinya mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini
merupakan   dasar kecerdasan emosi yaitu kemampuan memantau perasaan dari
waktu ke waktu.   Kesadaran orang akan emosinya sendiri yang memiliki makna
waspada terhadap suasana hati.
Mengelola emosi
Kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Tergantung
kepada kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi juga
dapat memperkirakan beberapa lama emosi berlangsung.
Memotivasi diri sendiri
Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu kemampuan
menahan diri.
136

Mengenali emosi orang lain


Ketrampilan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosinya. Piawai mengenali
emosi orang lain, dikatakan juga memiliki kesadaran yang tinggi. Semakin
terbuka pada emosi diri sendiri, makin mampu mengenal dan mengakui emosi
orang lain. Makin mudah seseorang membaca perasaan orang lain.
Membina hubungan
Membina hubungan merupakan salah satu kemampuan mengelola emosi orang
lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, seseorang harus
mampu mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola emosi orang
lain, seseorang perlu terlebih dahulu mampu mengendalikan diri. Mengendalikan
emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu
kemarahan dan beban stres tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri.

Kecerdasan Spiritual
Kata spiritual berasal dari kata spirit. Spirit artinya keberanian, semangat,
energi atau tekad. Spiritual artinya makna dan nilai, hidup bermakna. Kecerdasan
spiritual artinya bagian dalam diri yang hubungannya dengan kearifan dan luar
ego yang disebut God Spot. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan memahami
diri sendiri dan lingkungan sehingga dapat memaknai hidup. Baik dan buruk tidak
hanya dicapai dengan akal, tetapi dengan memerlukan bimbingan sang pencipta.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan dalam memanfaatkan kekuatan nonfisik
dan kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan tuhan. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan menuju kearifan, lalu meraih kebahagiaan,
kemampuan manusia menjawab makna hidup.
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi biasanya bekerja secara
tenang, damai, puas dengan hasil kerjanya. Pekerjaannya dapat selesai sesuai
prosedur yang telah ditentukan.
Dalam kenyataan banyak orang yang cerdas intelektualnya, misalnya sebagai
juara kelas atau lulusan perguruan tinggi dengan predikat sangat memuaskan
bahkan cumlaude, tetapi dalam bekerja mengalami kegagalan atau berprestasi
biasa-biasa saja karena ia mampu mengendalikan emosi dan dapat
memperlakukan emosi orang lain secara tepat.Tanda-tanda kecerdasan spiritual
yang tinggi menurut Zohar dan Marshall (2000) yakni, kemampuan bersikap
Fleksibel (aktif), tingkat kecerdasan tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan
melampaui rasa takut, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai,
keengganan menghadapi kerugian yang tidak perlu, kecenderungan untuk melihat
keterkaitan antara berbagai hal(berpandang holistic) dan kecenderungan nyata
untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika dan mencari jawaban yang
mendasar. Kesuksesan hidup tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual,
tetapijuga oleh kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Bakat
Dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi. Micheel (1960) dalam Notoatmodjo
(1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah kemampuan individu untuk
137

melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal
tersebut. Sementara itu, Guilford (1959) dalam Notoatmodjo (1993) menyatakan
bahwa bakat berhubungan dengan kecakapan untuk melakukan sesuatu.
Sukardi (1997) juga mengungkapkan hal senada terkait definisi bakat, yaitu suatu
kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu
tersebut untuk berkembang pada masa mendatang. Terakhir, Woordworth &
Marquis (1957) dalam Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah
salah satu kemampuan manusia yang meliputi achievement/actual ability (diukur
dengan tes tertentu), capacity/ability (diukur secara langsung), dan aptitude
(kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes).
Achievement = actual ability, dapat di ukur menggunakan tes tertentu.
Capacity = ability, tidak dapat di ukur secara langsung.
Aptitude, kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes.
Kreativitas
Banyak dikemukakan oleh para ahli. Kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan masalah, yang memungkinkan individu menciptakan ide-ide
asla/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang ( Widayatun,
1999). Sementara itu, Solso (1991) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah
aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah
atau situasi. Selanjutnya, Kuhn (1970) sebagaimana dikutip oleh Fernald (1989)
menyatakan bahwa yang disebut kreativitas adalah kemampuan untuk
menemukan konsep baru, gagasan baru, metode baru, hubungan baru dan gaya
operasi yang baru. Terakhir, Munandar (1995) mengungkapkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru dan asosiasi baru berdasarkan
bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal
yang bermakna dan bermanfaat. Dari keempat definisi diatas, penulis
merumuskan kreativitas sebagai kemampuan individu untuk menemukan dan
mengembangkan ide dan karya baru dalam upaya memecahkan masalah yang
tidak banyak dilakukan. Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada
bagaimana seseorang berpikir kreatif.
Ciri atau suatu perilaku yang kreatif adalah sesuatu hasil yang baru, akibat
perilaku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan
pengalaman serta dipengaruhi oleh intelegensi, cara berpikir, ingatan, minat dan
emosinya, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan kepribadian. Munculnya
kreativitas seseorang dapat dipicu karena seseorang mengalami tantangan atau
kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.
Konsep Intelegensi, Bakat dan Kreativitas
Konsep Intelegensi
Kata inteligensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelgencei. Secara harfiah
artinya kecerdasan. Kecerdasan artinya pemahaman dan penyelesaian masalah
secara tepat. Pada mulanya kecerdasan hanya berfokus pada kemampuan pikiran,
akal atau aspek-aspek kognitif saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kecerdasan
bukan hanya mencakup kecerdasan intelektual tetapi berkembang pada aspek-
138

aspek psikis lainnya seperti emosional dan spiritual. Sehingga, muncul kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
Konsep Bakat
Bakat adalah taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam bidang atau
pekerjaan tertentu.
Konsep Kreativitas
Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan kemajuan
untuk penulusuran, pengembangan, dan penemuan baru di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kekuatan tersebut dinamakan kreativitas, yaitu
kekuatan yang diperlukan individu untuk melakukan pengembangan diri dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sebagai usaha mencapai suatu
kemajuan. Kreativitas individu pada umumnya terkait dengan prestasi untuk
menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan cara untuk menemukan
pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh banyak orang. Ciri suatu
perilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang baru sebagai akibat tingkah
laku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan
pengalaman serta di pengaruhi oleh inteligensi, cara berfikir, ingatan, minat dan
emosi, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan kepribadian. Kreativitas seseorang
dapat terjadi karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam
memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.

Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Intelegensi, Bakat dan Kreativitas


Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Gangguan Intelegensi:
Retardasi Mental, ialah keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) (Maramis,1999) atau
keadaan kekurangan intelegensi sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan
seseorang menjadi terganggu.
Penyebab Retardasi Mental yaitu a) Retardasi Mental Primer, kemungkinan faktor
keturunan (Retardasi mental genetik) dan kemungkinan tidak diketahui (Retardasi
mental simpleks). b) Retardasi Mental Sekunder, faktor luar yang diketahui dan
memengaruhi otak (prenatal, perinatal,dan postnatal), misalnya
infeksi/intoksikasi, rudapaksa, gangguan metabolisme/gizi, penyakitotak, kelainan
kromosom, prematuritas, dan gangguan jiwa berat.
Tingkat reterdasi mental menurut kesepakatan asosiasi keterbelakangan mental
Amerika Serikat (American Association of Mental Retardation) seperti
dikemukakan oleh Sarwono Sarlito Wirawan (1999) sebagai berikut :
Retardasi mental lambat belajar (slow learner), IQ= 85-90
Reterdasi mental taraf perbatasan (borderline), IQ= 70-84
139

Retardasi mental ringan (mild), IQ= 55-69


Retardasi mental sedang (moderate), IQ= 36-54
Retardasi mental berat (severe). IQ= 20-35
Retardasi mental sangat berat (profound), IQ= 0-19
Pendidikan bagi penderita retardasi mental, yaitu di SLB bagian C (Tuna Mental).
Tanda-tanda Retardasi Mental :
Taraf kecerdasannya (IQ) sangat rendah
Daya ingat (Memori) lemah
Tidak mampu mengurus diri sendiri
Acuh tak acuh terhadap lingkungan (Apatis)
Minat hanya mengarah pada hal-hal yang sederhana.
Perhatiannya mudah berpindah-pindah (Labil)
Miskin dan keterbatasan emosi (hanya perasaan takut,marah,senang,benci dan
terkejut).
kelainan jasmani yang khas.
                      
Demensi, kemuduran intelegensi karena kerusakan otak yang sudah tidak dapat
diperbaiki lagi.
Faktor yang mempengaruhi bakat
Genetik
Latihan
Struktur tubuh
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Ambalie (1983) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati (2010)
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :
Kemampuan kognitif. Adalah kemampuan yang terkait dengan pendidikan formal
dan informal individu, yang mempengaruhi keterampilan sesuai dengan masalah
dan bidang yang dihadapi.
Disiplin. Individu yang disiplin mampu mandiri dan memecahkan masalah
melalui ide – ide yang kreatif sehingga tidak mudah frustasi.
Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu yang
memengaruhi kreativitas dengan cara membangkitkan semangat untuk belajar
sebanyak – banyaknya serta menambah pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan yang
tidak menimbulkan tekanan pada individu, mis., pengawasan yang ketat,
pembatasan, dan penilaian, dapat menghasilkan ide – ide kreativitas dalam
memecahkan suatu masalah.
Selanjutnya, Kuwato (1993) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati
(2010) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi kreativitas,
yaitu:
Inteligensi. Inteligensi adalah indikator kualitas berpikir individu yang diperlukan
agar mampu memecahkan masalah secara rasional. Misalnya, individu yang
140

memiliki IQ di atas rata – rata akan lebih berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah dibandingkan individu yang memiliki IQ di bawah rata – rata.
Kepribadian. kepribadian individu yang memiliki imajinasi, banyak insiatif, minat
yang luas, kebebasan berpikir, keingintahuan yang tinggi, keinginan memiliki
banyak pengalaman, semangat, percaya diri, energik, dan berani mengambil risiko
berpengaruh besar terhadap tumbuhnya kreativitas.
Lingkungan. Lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan rasa aman,
berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai norma dan etika yang
berlaku di masyarakat, saling menghargai satu dengan yang lain, dapat
memberikan rangsangan tumbuhnya kreativitas.
Faktor yang Menentukan Integelensi
Inteligensi memiliki faktor yang berperan dalam pembentukannya. Tiga
faktor penting tersebut yang berperan dalam menentukan inteligensi seseorang
meliputi :
Herediter (pembawaan), merupakan faktor utama dan terpenting dalam
menentukan inteligensi.
Contoh : mahasiswa tingkat I Akademi Keperawatan mengerjakan soal ujian akhir
semester (UAS) dengan ketentuan soal, materi, dan waktu yag sama. Sehubungan
dengan itu, mengapa ada mahasiswa yang cepat selesai mengerjakan soal dan ada
mahasiswa yang lambat mengerjakannya sehingga ada mahasiswa yang nilainya
bagus dan ada yang jelek? Dari uraian tersebut, terlihat bahwa salah satu faktor
penentunya adalah IQ. Jadi, orang yang memiliki IQ tinggi akan cepat
menyelesaikan soal ujian dengan memperoleh nilai yang bagus dan sebaliknya.
Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang
dipengaruhi faktor internal.
Contoh : apabila anak usia 6 tahun diberi soal penjumlahan dan pengurangan
sampai dengan 100, mereka masih mampu mengerjakannya karena faktor
kematangan untuk soal tersebut sudah dimiliki. Akan tetapi, apabila mereka
diberikan soal Matematika untuk anak SLTP, seperti 2x + 10 = 2, berapa nilai x?
Jelas sekali, anak tersebut belum matang untuk berpikir abstrak seperti itu.
Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor lingkungan.
Contoh : pada umumnya, anak yag normal dan berumur 12 tahun sudah mengenal
dengan baik penghitungan yang menyangkut penambahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian. Pertanyaannya adalah apakah setiap anak yang normal
dan berumur 12 tahun sudah pasti mengenal itu. Dan bagaimana jika anak
tersebut hidup diaerah terpencil, tidk sekolah, dan tidak ada yang mengajari.
Walaupun anak sudah matang untuk perhitungan tersebut, tetapi karena tidak
dibentuk oleh lingkunga, akhirnya tidak dapat mengerjakan soal.
Faktor yang Menentukan Bakat
Menurut Guilford (1959) yang kemudian dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bakat
berhubungan dengan kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu. Bakat
mencakup dimensi perseptual,psikomotor, dan intelegensi.
141

a. Dimensi perseptual, merupakan kemampuan melakukan persepsi yang


mencakup faktor kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang dan waktu, dan
kecepatan persepsi.
b. Dimensi psikomotor, mencakup faktor kekuatan, impuls, kecepatan gerak,
kecermatan, dan koordinasi.
c. Dimensi intelektual, mencakup faktor ingatan, pengenalan, berpikir, dan
evaluatif.
Faktor yang Menentukan Kreativitas
a.  Pengetahuan
b. Imajinasi
c.  Evaluasi

Penerapan Intelegen, Bakat dan Kreativitas dalam Keperawatan


Penerapan Intelegen dalam Keperawatan
  Dengan memahami teori integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri,
sejauh man intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan
kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas
pasien perlu dipahami agar asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat
memuaskan pasien.1).P.191 Seperti :

Terjalin hubungan interpersonal, hubungan interpersonal didukung oleh


keterbukaan perawat. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna
untuk terapi klien. Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan pada
klien untuk mendukung kerjasama dan member dukungan. Melalui penelitiaan
ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan
tingkat kecemasan perawat dan klien. (Johnson, dikutip oleh Stuart dan
Sundeen,1987,hal134). Tujuan terjalinnya hubungan interpersonal antara lain :
Menyenangkan hati klien.
Mengetahui dan mengerti pembicaraan klien.
Memberikan rasa puas kepada klien.
Memberikan rasa aman pada pembicara.
Menunjukkan rasa saling percaya.
Menghargai pembicaraan.
Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien(empathy).
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan
klien akan mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada
klien. Perawat menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan,tingkah dan
pengalaman klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga
klien merasa bahwa ia dimengerti. Melalui penelitian,Mansfield (dikutip oleh
142

Stuart dan Sundeen 1987,hl.129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal
yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut :
Memperkenalkan diri dengan klien.
Kepala dan badan membungkuk kearah klien.
Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan sumber
daya  klien.
Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada
suara,gelisah,ekspresi   wajah.
Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah.
Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.

Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.


Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala
yang   dilakukan perawat adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan
klien sehingga tidak terjadi salah paham antara tugas-tugas perawat pada klien.
Selain itu antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan layaknya keluarga
sendiri. Hal ini berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.
Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan
klien.
Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain :
Menghindari sikap yang negatif
Menghibur klien
Meyakinkan kesembuhan klien
Penerapan Bakat
Dengan memahami teori bakat, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh mana
bakat yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien yang memiliki bakat, keunikan, intelegensi dan kreativitas yang berbeda-
beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar
asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.
Penerapan Kreativitas
Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada bagaimana seseorang berpikir
kreatif.
Ciri atau suatu perilaku yang kreatif adalah sesuatu hasil yang baru, akibat
perilaku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan
pengalaman serta dipengaruhi oleh intelegensi, cara berpikir, ingatan, minat dan
emosinya, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan kepribadian. Munculnya
kreativitas seseorang dapat dipicu karena seseorang mengalami tantangan atau
kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya. Kreativitas adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu
menciptakan ide-ide asli atau adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk
berkembang(Widayatun,1999). Kreativitas adalah keterampilan untuk
menentukan pertalian baru, melihat subyek dari persepsi baru, dan membentuk
143

kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam
pikiran (James R. Evans,1994)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar
yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan
dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar
– mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada
bagaimana seseorang berpikir kreatif. Kreativitas, disamping bermakna untuk
pengembangan diri maupun pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah
satu kebutuhan paling tinggi manusia. (Maslow, 1968 ).
Saran
Sebaiknya kita harus mengasah kemampuan intelegensi, bakat dan kreativitas kita
agar menjadi lebih berkembang.
Sebagai seorang perawat, sebaiknya kita harus menciptakan kreativitas untuk
menghadapi berbagai jenis pasien.
144

DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/download/link/makalah-intelegensi-bakat-dan-kreativitas
http://roudhotunnikmah.blogspot.com/2016/09/intelegensi-dan-kreativitas.html
145

MAKALAH

GANGGUAN PRILAKU ABNORMAL

DI SUSUN OLEH KELOMPOK : 12

RAHMAWATI
IDA NURMAYANI
FIA AFRIANI

POLTEKNIK KESEHATAN MATARAMJURUSAN D3 KEPERAWATAN

2020
146

KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Gangguan Prilaku (Abnormal) yang berjudul “”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :

"Ely Mawaddah,M.Kep.,Ns,Sp.Kep.An” selaku dosen Psikologi.

Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materii maupun spiritual.

Teman-teman kelas 1B yang selalu memberikan kritik dasarannya.

Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Mataram, 29 Agustus 2020

DAFTAR ISI
147

KATA PENGANTAR …………………………...................................…………………..… i


DAFTAR ISI ……………………………………………......................................………..... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………………………………...................................……………….....… 1


1.2. Rumusan Masalah …………………………..................................………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian perilaku abnormal ………………………………...............……………….….. 2


2.2. Penyebab Perilaku abnormal …………………………………...............………………… 2
2.3. Faktor Faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal…………………………………….3
2.4. Karakteristik abnormal ……………………………………….....................……………... 6
2.5. Jenis Jenis perilaku abnormal ………………………...................……………………….. 10

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan …………………………………………....................................………………. 12


3.2. Saran ……………………………………………….....................................…………….. 12

3.3. Daftar pustaka…………………………………………….......................…………………13


148

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Psikologi abnormal adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang berfokus untuk
memahami perilaku abnormal manusia. Tidak hanya sekedar membahas mengenai gangguan
perilaku dan psikologi, psikologi abnormal juga banyak didasari dan dikaitkan dengan studi
medis Nama lain dari psikologi abnormal adalah psikopatolo. Orang-orang abnormal ini
s elalu diliputi banyak konflik-konflik batin, mis kin jiwanya, dan tidak s tabil. T anpa
perhatian pada lingkungannya, terpis ah hidupnya dari mas yarakat, s elalu gelis ah dan
jas maninya s ering s akit-s akitan. Anak abnormal bias dis ebabkan karena biologis atau
jas mani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungs i s ang pribadi dalam
kehidupan s ehari-hari s eperti kelainan gen, kurang gizi, dan penyakit s ebagainya.
P engaruh-pengaruh biologis lazimnya menyeluruh. Artinya mempengaruhi s eluruh
as pek tingkah laku, mulai dari kecerdas an s ampai daya tahan terhadap s tres s . Gangguan
perilaku bias juga dis ebabkan karena hubungan antara orang tua dan anak yang
patogenik. Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak s eras i. Dalam hal ini
hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan mas alah atau gangguan
tertentu pada anak. S truktur keluarga yang patogenik juga bias menimbulkan anak
menjadi berperilaku abnormal. K arena s truktur keluarga s angat menentukan corak
komunikas i yang berlangs ung diantara para anggotanya. S truktur keluarga tertentu
melahirkan pola komunikas i yang kurang s ehat dan s elanjutnya muncul pola gangguan
perilaku pada s ebagian angotanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian perilaku abnormal.
2. Penyebab perilaku abnormal.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal.
4. Karakteristik perilaku abnormal.
5. Jenis-jenis perilaku abnormal.
149

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERILAKU ABNORMAL

P erilaku Abnormal adalah kondis i emos ional s eperti kecemas an dan depres i yang tidak
s es uai dengan s ituas inya. Abnormal merupakan tampilan dari kepribadian s es eorang dan
tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Abnormal juga merupakan perilaku
s pes ifik, phobia atau, pola-pola yang lebih mendalam. Abnormal juga s ebutan untuk
mas alah-mas alah yang berkepanjangan atau kronis dan gangguan-gangguan yang bers ifat
akut dan temporal. P ribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental
atau ada kelainan-kelainan pada mentalnya.

2.2. PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL

Penyebab prilaku abnormal ditinjau dari prilaku psikososial:

1. Trauma pada masa kanak-kanak


Contoh:ketika seorang anak melihat kedua orang tuanya bertengkar, maka tida menutup
kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak menikah karena ia menganggap bahwa
pernikahan menimbulkan penderitaan.
2. Deprivasi parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian,
ciuman dan lain-lain)
Contoh : ketika ayah dan ibu si anak pergi berkerja setiap dini hari dan pulang setiap malam hari
maka otomatis waktu bertemu orang tua dan anak sangat minim, sehingga anak kurang
perhatian, pelukan, pujian, pengasuhan dan lain-lain dari orang tuannya, hal itu dapat
berpengaruh pada perkembangan emosi dan mentalnya.
3. Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
Contoh: pola asuh yang salah seperti seperti terlalu mengengkang, terlalu membebaskan, atau
150

contoh yang buruk dari orang tua yang kemudian ditiru oleh sang anak.
4. Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh : orang tua kurang tepat dalam mendidik anaknya, orang tua yang anti sosial seperti
pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak akur dan bermasalah, keluarga yang tidak utuh.
5. Stres berat
Contoh : frustasi, merasa tidak diperhatikan dan lain-lain.

2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


ABNORMAL

Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan tahap
berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan
sebagai berikut :

MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA


Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai
berikut :
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis
psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara
bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan
ini tidak mungkin menyerang seseorang.

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )


Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu
dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang
tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa
dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.

3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )


151

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan
gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami
kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang
menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )


Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah
terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat
menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.

5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab


Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana
melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab
sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi
problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya –
foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut
versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman –
temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

2. MENURUT SUMBER ASALNYA

Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu :

1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun
fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit
dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi
seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
152

2. Faktor – faktor psikososial

1. Trauma Di Masa Kanak – Kanak


Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga
diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma
psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa
dewasa.
2. Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan,
kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab
misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya perhatian
dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

3. Hubungan orang tua – anak yang patogenik


Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua
dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

4. Struktur keluarga yang patogenik


Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para
anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan
selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:

1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.


Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau
karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial
Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
153

4) Keluarga yang tidak utuh


Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab
lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.

5. Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat
menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi
tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti
berdasarkan agama, ras, suku dll

2.4. KARAKTERISTIK PERILAKU ABNORMAL

1. Karakteristik perilaku abnormal, antara lain :

1. Disfungsi Psikologis
menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan; integrasi aspek kognitif, afektif,
konatif/psikomotorik.
Contoh: seorang anak melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya dan melihat ibunya
dipukul/dianiaya oleh ayahnya dan kemudian kedua orangtuanya bercerai.
1. Aspek kognitif → perspektif anak terhadap ayahnya menjadi negatif, menurutnya ayahnya
154

itu jahat, tidak mempunyai perasaan dan tidak sayang terhadap ibunya. Disekolah anak juga jadi
tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga anak jadi malas belajar, sehingga nilai
disekolah menurun. Menjadi pendiam disekolah dan tidak percaya diri.
2. Aspek afektif → anak menjadi sedih, khawatir, cemas dan takut apabila melihat ibunya
bertengkar dengan ayahnya.
3. Aspek konatif → malas belajar, ingin memukul dan membunuh ayahnya

2. Distres (Impairment (Hendaya)


menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik ataupun psikologis.
1. Secara Fisik → memukul-mukul tangannya ketembok/kekaca hingga berdarah,
mengonsumsi narkoba, minuman beralkohol secara berlebihan.
2. Secara Psikologis → mengurung diri dikamar tidak mau makan, main game online di warnet
hingga larut makan bahkan terkadang tidak pulang seharian.

3. Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan)


Reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku
Contoh : Teman-temannya mengolok-olok dan menjauhi dirinya karena dia berasal dari keluarga
broken home dan karena dia sudah menjadi narapidana karena terlibat kasus narkoba. Ayahnya
sudah tidak peduli lagi terhada keadaan ia dan ibunyanya sehingga ayahnya tidak mau sama
sekali menemui anaknya dan istrinya lagi. Ibunya juga dirawat dirumah sakit jiwa.

2. Adapula dari sumber lain mengenai kriteria gangguan abnormalitas adalah sebagai berikut:

1. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik


Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas.
Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang
yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.

2. Abnormal menurut Konsepsi Patologis


Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-
simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya
155

individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah
individu yang normal.

3. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.

4. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi


Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar
tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

5. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan
abnormal.

6. Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.

7. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi


Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah
156

menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

8. Disability (tidak stabil)


Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba
telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial
atau pekerjaan.

• Seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai
gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain
telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami
disability dalam masalah seksual.

3. Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu sebagai berikut:

1. Manic Syndrome
Gejala ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali perubahan personality.
Ia tidak dapat membedakan mana dirinya ketika ia sedih atau ketika ia sedang bahagia. Selain
itu, ketidakmampuan ini pun terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia, tetapi
kepribadiannya tidak berkembang. Mereka yang termasuk kedalam individu abnormal sering kali
dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka mempunyai dunia sendiri, aktivitas merekapun sangat
tidak dimengerti oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi ini kemudian diikuti oleh perlaku
lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak bicara, over aktif, juga menjadi tidak sabar. Adapun
ciri lain dari Manic Syndrom dalam individu abnormal adalah tidak memiliki dorongan seksual.
Mereka sama sekali pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang mereka menganggapnya
sebagai individu yang sama.

2. Psychopathic Personality
Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan abnormal biasanya memiliki
157

ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau tahu (karena memang mereka tidak mengerti) apapun
tentang keadaan orang lain, yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan terhadap ego.

Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian tiba-tiba menangis dan
bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini dipengaruhi pula oleh halusinasi. Mereka pun
tidak jarang mengekspresikankan perasaan mereka, seperti cinta, marah, bahagia, sedih, atau
takut dengan bentuk-bentuk perilaku yang sulit dikendalikan.

3. Deliquen Personality
Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang sangat kuat. Mereka yang abnormal
seringkali mengunci diri dalam lingkungan yang sepi dan sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada
serangan yang datang terhadap dirinya sehingga mereka selalu mempertahankan diri atau
membuat benteng pertahanan terhadap segala hal yang ada.

Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka dengan sangat cepat
mengekspresikan rasa sedih, marah, takut, atau senang dengan hal-hal yang oleh orang normal
biasa-biasa saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang perlu diperhatikan ketika invidu abnormal
berhubungan dengan orang lain, bisa-bisa terjadi pertengkaran karena yang satu tidak
mengetahui dan memahami yang lainnya.
Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah ketidakmampuan menurut terhadap peraturan yang
disebut juga Diciplin Problems. Baik itu masalah kedisplinan yang berkaitan dengan aturan yang
di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat.

2.5 JENIS-JENIS PERILAKU ABNORMAL


1. PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak
mempedulikan norma – norma sosial .
2. KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
1. Kelainan pada obyek
158

Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran
pemuasan lain dari biasanya, antara lain:

1. Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )


2. Lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( wanita )
3. Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
4. Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam,
rambut.
5. Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
6. Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang
7. Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut
8. Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan
melakukan pernikahan
2. Kelainan pada cara
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :
1. Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang
lain yang tidak dikenalnya
2. Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
3. Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek
seksualnya
4. Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
5. Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh
korbannya
3. PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar
dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :

1. Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau
meninggalkan rumah karena amnesia
2. Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
3. Multiple personality : Kepribadian ganda
159

4. Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada
alasan untuk takut
5. Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang
serta sering irasional
6. Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis,
emosional dan reaksi berlebihan
7. Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang
patologis tentang kesehatan sendiri

4. PSIKOSIS

Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian
orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal
dengan orang di sekitarnya
160

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Bahwa perilaku abnormal merupakan perilaku yang ditunjukan oleh seseorang baik dari tampilan
luar maupun tampilan dalam atau juga dapat merupakan sebutan untuk masalah-maslah yang
berkepanjangan atau bersifat kronis dan ganguan-gangguan yang gejala-gejalnya bersifat akut
atau temporer. Perilaku abnormal dapat disebabkan gaya hidup seseorang yang dapat
menyebabkan perilaku abnormal.

3.2. SARAN
. setelah kita mengetahui apa itu perilaku abnormal, faktor penyebab perilaku abnormal,
karakteristik perilaku abnormal, dan jenis perilaku abnormal kita dapat menghindari dari segala
sesuatu perilaku yang akan membawa kita ke perilaku abnormal, selalu berperilaku yang baik,
selalu berfikir positif, dan melakukan gaya hidup yang sehat agar tidak membawa kita ke
perilaku abnormal
161

DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=macam+macam+gaguan+abnol

mal&btnG=

http://desypermatase.blogspot.com/2014/12/materi-psikologi-abnormal.html?m=1

http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/4225
162

MAKALAH PSIKOLOGI
“PEMBENTUKAN SIKAP”

DOSEN PENGAMPU :

Ely Mawaddah, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 13
OKTAFI ADLIMAN
163

BAIQ SAFIRA NUR AULIA


WAYAN INDAH SANIS SETIAWATI

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


D-III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pembentukan sikap” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh
matakuliah Psikologi Ibu Ely Mawaddah, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Psikologi, serta infomasi dari
media massa yang berhubungan dengan sikap sebagai dasar prilaku individu
terhadap lingkungan sosial, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Psikologi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan kami
hanya berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dipelajari dengan baik.

Mataram, 31 Agustus 2020


164

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ______________________________________________ i
DAFTAR ISI______________________________________________________ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang______________________________________ 1
1.2 Rumusan Masalah___________________________________ 1
1.3 Tujuan Penulisan____________________________________ 1
1.4 Manfaat Penulisan___________________________________ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap____________________________________ 2
2.2 Struktur dan Komponen Sikap_________________________ 2
2.3 Klasifikasi Sikap____________________________________ 3
2.4 Karakteristik Sikap__________________________________ 3
165

2.5 Ciri-ciri Sikap_______________________________________ 3


2.6 Fungsi Sikap________________________________________ 4
2.7 Pembentukan Sikap__________________________________ 5
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap________ 5
2.9 Sikap Positif dan Negative____________________________ 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan_________________________________________ 10
3.2 Saran______________________________________________ 10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Sikap
adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi. Pembahasan
yang berkaitan dengan psikologi hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu
maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya. Banyak kajian dilakukan
untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun proses perubahannya.
Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman
serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik / tindakan (Notoatmodjo,
2003).
166

1.2 Rumusan masalah


Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka permasalahan materi
ini adalah :
1. Bagaimana defenisi sikap dan bagian-bagiannya
2. Bagaimana pembentukan sikap itu dilakukan

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui defenisi sikap dan bagian-bagiannya
2. Mengetahui bagaimana pembentukan sikap itu dapat dilakukan

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dasar pengetahuan mengenai Deenisi sikap dan bagian-bagian dari sikap
tersebut
2. Mempelajari beberapa teori-teori dan pendapat tentang sikap
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pembentukan sikap
167

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau Obyek Psikologi (Soekidjo N, 2003). Obyek psikologi di sini meliputi : simbol,
kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Newcomb dalam Notoatmodjo (2003)
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak
memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi)
dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya
(Saifudin A, 2005).
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat - pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
168

dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.
Sebelemu membahas pembentukan sikap, perlu kita pahami struktur sikap beserta komponen-
komponenya.

2.2 Struktur dan Komponen Sikap


Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yaitu komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen konatif. Sikap seseorang ditentukan oleh kepuasan yang
dirasakan sesuai harapannya. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan
perilaku. Kemudian menurut Azwar (2005), komponen komponen sikap adalah

a. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses
menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
b. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen
ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
c. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
otoatmodjo, 2003).

2.3 klasifikasi sikap


a. Sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap social (Gerungan, 2000).
b. Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek
sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat.
c. Sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang.

2.4 Karakteristik Sikap


Menurut Brigham (1991) ada beberapa karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
169

1. Sikap disimpulkan cara-cara individu bertingkah laku


2. Sikap ditunjukan mengarah kepada obyek psikologis
3. Sikap dipelajari
4. Sikap mempengaruhi perilaku

2.5 Ciri-Ciri sikap


Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003) adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan
itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah - ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada
seseorang bila terdapat keadaan - keadaan dan syarat - syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang tersebut.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan
dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-
hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan
sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.6 Fungsi sikap


Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
a) Fungsi instrumental (fungsi penyesuaian/fungsi manfaat)
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap
dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap
obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuan, maka
orang akan bersikap negatif terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
170

b) Fungsi pertahanan ego


Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya.
Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya
atau egonya.
c) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai
yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan
dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu akan
menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
d) Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini
berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang
pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

2.7 Pembentukan sikap


Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:
1) Adopsi
Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang dan terus menerus,
lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya
suatu sikap.
2) Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya
usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari
jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.

4) Trauma
171

Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentuknya sikap.

2.8 Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap


Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi
antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan
sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena
kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan
sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia
berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal
yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang
datang akan diterima atau ditolak.
a. Faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi fisiologik.
Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi ia
menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat – obatan
tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua aspek yang
secara khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap.
Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu
peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan
anggota tubuh karena kecelakaan.
172

Kedua yaitu munculnya objek secara berulang - ulang (repeated exposure). Misalnya, iklan kaset
musik. Semakin sering sebuah musik diputar di berbagai media akan semakin besar
kemungkinan orang akan memilih untuk membelinya.
c. Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan)
dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang
konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan dalam pergaulan.
d. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.
Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus
untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua akan
dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan
teman sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak - anak santri
kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
173

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar
afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi masyarakat
dalam pemilihan umum.
d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran -
ajarannya.

2.9 Sikap psitif dan negative


Dalam pergaulan sehari - hari kita dapat menemukan dua sikap/perilaku, yaitu perilaku
positif dan perilaku negatif. Orang yang memiliki sikap negatif umumnya perilakunya tidak
menyenangkan dan membuat orang lain merasa tidak betah bersamanya. Ia cenderung merugikan
orang lain. Sebaliknya orang yang memiliki sikap positif umumnya kehadirannya didambakan,
menyenangkan, dan orang merasa betah bersamanya. Kehadirannya cenderung menguntungkan
berbagai pihak. Sikap positif mendukung hidup bersamanya.
Menurut Heri Purwanto (1998:63), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif:
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek
tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci tidak
menyukai obyek tertentu.
Secara ringkas, sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat.Sedangkan sikap negatif ialah sikap yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau
bahkan bertentangan.
174

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
175

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-
kegiatan sosial.maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang
nyata, yang berulang – ulang terhadap abjek sosial.
Sikap timbul karena ada stimulus terbentuknya suatu sikap itu banyak mempengaruhi
perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya : keluarga, norma golongan agama,
dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam bentuk sikap
putra-putranya sebagai sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling
dominan sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap, ia
bersikap juga hanya dalam bentuknya diam
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus
yang datang.secara sederhana dapat digambar dalam model S- R atau suatu kaitan stimulus-
respon ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.Behaviorisme
percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, manusia belajar dari
lingkungan dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku.
Bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan.sebagai hasil
dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa
akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sikap dan tingkah
laku,antara lain:
Faktor intern : Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri .
Faktor ekstern : Yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia .
3.2 SARAN
Kami Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap kami untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA
176

DaftarPustakaAnderson,LorinW.
(1981).AssessingAffective·CharacteristicsintheSchools.Boston:AllynandBacon,Inc.Azwar,Saifu
din(1988).SikapManusia.Yogyakarta:Liberty.Henerson,MarleneE.,LynnL.Morris,danCarl,T.Fitz-
Gibbon..'(1987).HowtoMeasure.Attitudes.BeverlyHills:SagePublica-
tions.Hersey,PauldanKennethH.Blanchard.(1993).ManagementofOrgani-
zatinalBehavior.NewJersey:Prentice-Hall,Inc.'j'.';n·..Siregar,Arifin.
(1992).SikapdanPerilakuSiswaKelompokEtnisKeturunanCinada/ainAsimilasiKebudayaan.Tesisti
dakdipu-blikasikan.Yogyakarta:ProgramPascaSarjanaTKIPJakarta..

MAKALAH PSIKOLOGI
HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KEPERAWATAN
177

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 14 :


HERY SETIAWAN
TRY AZWIN SAPUTRA
FITRI FIDDYANI

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh.


178

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar
Keperawatan ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak
lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan
Paradigma Keperawatan.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil
makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram, 31 Agustus 2020


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG……………………………………………………………….1.1
179

RUMUSAN MASALAH...................................................................................................... 1.2


MANFAAT............................................................................................................................. 1.3
TUJUAN……………………………………………………………………………....1.4

BAB II METODE PENULISAN

LIBRARY……………………………………………………………………………..2.1

BAB III PEMBAHASAN

HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KEPERAWATAN……………………………3.1


PENGERTIAN PSIKOLOGI KEPERAWATAN………………………………….3.2
HUBUNGAN PERAWAT DENGAN KLIEN………………………………………3.3
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI PERAWAT DENGAN
PASIEN………………………………………………………………………………3.5

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN………………………………………………………………………4.1
SARAN………………………………………………………………………………..4.2

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………15

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Perawat diharapkan memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, seperti pasien, rekan perawat dan dengan
profesi lain yang berhubungan langsung dalam menjalankan pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


180

Bagaimana hubungan individu dalam keperawatan ?

Apakah pengertian psikologi keperawatan ?

Bagaimana hubungan perawat dengan klien ?

Bagaimana proses interaksi perawat dengan klien ?

Apa sajakah faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien ?

1.3 Manfaat Pembahasan

Dapat memahami hubungan individu dalam keperawatan.

Dapat memahami pengertian psikologi keperawatan.

Dapat memahami hubungan perawat dengan klien.

Dapat memahami proses interaksi perawat dengan klien.

Dapat memahami faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien.

1.4 Tujuan Pembahasan

1. Bagi Penulis

2. Bagi Pengajar

 Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.

 Sebagai referensi.

 Sebagai wujud nyata dari evaluasi atau materi yang diberikan.


181

BAB II
METODE PENULISAN

2.1 Library (studi kepustakaan)

Sumber data pada penulisan makalah ini adalah informasi dari media cetak maupun

elektronik. Untuk media cetak dari buku dan untuk media elektronik dari internet. Untuk

pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (metode library). Library (studi

kepustakaan) yaitu suatu cara kerja untuk memperoleh data dengan jalan mempelajari teori-

teori, pendapat-pendapat, majalah-majalah, buku-buku ilmiah, surat kabar dan tulisan-tulisan lain

yang berhubungan dengan yang diteliti. Pendapat-pendapat tersebut di atas adalah pendapat dari

para ilmuwan dan para ahli. Dengan melalui metode library ini akan diperoleh data sekunder.
182

Setelah data terkumpul, dari data tersebut akan dibahas dalam lingkup pembahasan dan akan

ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Individu dalam Keperawatan


Dasar hubungan perawat dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya
adalah hubungan saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan
tindakan asuhan keperawatan. Dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, perawat secara kolaboratif terlibat pula dalam
program tim kesehatan lain. Perawat dituntut mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan
etis dengan sesama profesi, pasien, dan tim kesehatan lain khususnya dokter.
Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah dikembangkan, seperti
yang dilakukan oleh Szasz dan Hollander, yakni telah mengembangkan tiga model hubungan
dimana model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar
perawat, dokter, dan pasien yaitu :
183

1. Model aktivitas pasivitas


Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model
ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat.
2. Model hubungan membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek keperawatan atau praktek kedokteran.
Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter
yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter memberi
bantuan dalam bentuk perawatan atau pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja
sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter
mengetahui apa yang terbaik bagi pasien dan bebas dari prioritas yang lain.
3. Model partisipasi mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara
umat manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak. Model ini
mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri
yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalam model ini
adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri. Dari perspektif keperawatan, model
partisipasi mutual ini penting untuk mengenal pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.

3.2 Pengertian Psikologi Keperawatan


Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan
kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif, artinya pelayanan keperawatan bersifat
menyeluruh, yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang
sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:
"ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara
etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Meskipun keperawatan dan psikologi adalah dua bidang yang terpisah, tetapi keduanya
masih terkait. Psikologi dan keperawatan keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami
kebutuhan emosional dan biologis pasien mereka. Salah satu cara meningkatkan psikologi
keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental
mereka. Seorang perawat harus optimis membawa kenyamanan kepada pasien dan memiliki
184

kemampuan untuk mendorong pasien berpikir positif dalam penyembuhan penyakit pasien.
Dalam rangka mengembangkan hubungan yang sehat, penting bahwa seorang perawat
memahami reaksi emosional manusia, dan psikologi adalah kunci untuk memahami hal ini
sepenuhnya. Seorang perawat harus menyadari ketika seorang pasien marah, depresi, bingung
atau takut, dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menangani emosi tersebut sehingga
tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien.

3.3 Hubungan Perawat dengan Klien


Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Hubungan ini direncanakan secara sadar dan kegiatannya dipusatkan untuk
pencapaian tujuan klien. Perawat menggunakan pengetahuan serta komunikasi yang baik guna
memfasilitasi hubungan yang efektif. 2 hal yang perlu diperhatikan baik klien maupun perawat :

A. Perawat profesional bila mampu menciptakan hubungan terapeutik dengan klien.


B. Keikhlasan, empati dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan klien.
Sebagai seorang perawat profesional, maka perawat harus memperlakukan pasien
sebagaimana peran dan tanggung jawab seorang perawat, di antaranya adalah :

A. Pemberi Pelayanan (Care Giver)


Adalah peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak
langsung kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat, dengan metode pendekatan
pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini, perawat
bertindak sebagaicomforter, protector, advocate, communicator dan rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada pasien.
Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin hak serta kewajiban pasien agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator, perawat bertindak sebagai penghubung
antara pasien dengan anggota kesehatan lainnya. Peran ini erat kaitannya dengan keberadaan
perawat mendampingi pasien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Sedangkan
rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

B. Pendidik
185

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

C. Pengelola
Perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli
terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada pasien.
D. Peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi
masalah, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan keperawatan.
Selain itu perawat bertanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien,
karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk pasien, memastikan kebutuhan pasien terpenuhi
dan melindungi hak-hak pasien. Hak-hak pasien antara lain :

- Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.


- Hak atas informasi tentang penyakitnya.
- Hak atas privacy.
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Semua ini dapat dilakukan perawat jika perawat mempunyai kemampuan berkomunikasi
interpersonal yang memadai. Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika
seseorang melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan di
antara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang
pada akhirnya membentuk suatu ‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan
yang terjadi di antara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan
menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan, hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien.
Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu
186

klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya
kebutuhan dasar klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :

1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat. Sebaliknya, ia akan berhati-hati pada lawan bicara
yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-
kata atau sikapnya yang tidak jujur. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap
perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif


Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian
akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat,
penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan
dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu
diantara perawat dan klien, akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa
aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

4. Empati bukan simpati


Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien. Dengan bersikap empati,perawat dapat memberikan alternative pemecahan
187

masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-
larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, oleh
karenanya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari
sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki
kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh
perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan
seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan
dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara
atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya


Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal.
Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada
klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien


Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap
perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung
privasi ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
3.4 Proses Interaksi Perawat dengan Klien
Kata interaksi (interaction) mengacu pada suatu hubungan timbal balik antara orang satu
dengan orang lainnya yang dapat berpengaruh antara sesama dan dapat berkomunikasi secara
verbal ataupun nonverbal.
Ada 4 fase dalam melakukan hubungan antara perawat dengan klien yaitu :
1. Fase Prainteraksi atau Persiapan
188

Fase prainteraksi merupakan awal dimulainya kontak pertama dengan klien. Dalam
tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien
sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan, perawat merancang strategi untuk pertemuan
pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas
atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi
terapeutik dengan klien.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
Fase Prainteraksi juga sebagai tugas awal perawat dalam mengeksplorasi diri. Berikut
ini kesiapan umum yang diperlukan perawat (mahasiswa) yaitu:
 Kesadaran diri.
 Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien.
 Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan.
 Fokus tentang identifikasi kelebihan diri dalam merawat klien psikiatri.
 Ragu-ragu akan keefektifan kemampuan atau kemampuan koping.
 Takut akan bahaya fisik atau kekerasan.
 Gelisah menggunakan diri secara teraupetik.
 Curiga karena adanya stigma tentang klien psikiatrik berbeda dari klien lain.
 Ancaman terhadap identitas peran perawat
 Ketidaknyamanan karena hilangnya kemampuan melakukan tugas fisik & penanganan.
 Mudah mendapat ancaman karena penampilan emosional yang sangat menyakitkan
 Takut melukai klien secara psikologi.
Analisis fase pra interaksi sangat diperlukan untuk melakukan tugas selanjutnya. Yang
paling efektif, perawat mampu mempertahankan stabilitas konsep dirinya dan meningkatkan
adekuat harga dirinya. Jika mereka sadar dan kontrol diri baik akan dapat menampilkan verbal
dan non verbal kepada klien dengan baik, perawat dapat menggunakan fungsi role model dengan
baik. Tugas dari fase ini diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat
mempunyai perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien.
2. Fase Introduksi atau Orientasi
Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien. Pada fase ini,
hubungan dibangun dengan saling percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka
dengan klien. Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
189

Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu. Tahap
pengenalan lebih jauh dilakukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk
mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada. Komunikasi pada
tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga
mengungkapkan diri kita. Pada tahap komunikasi terapeutik ini harus :
(1) Melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada.
(2) Meningkatkan komunikasi.
(3) Mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan
masalah yang ada.
Secara psikologis, komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih
tenang, dan tidak gelisah.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama
dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati
bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan
ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien. Pada tahap ini juga
didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau fokus dengan klien. Berikut ini
elemen kontrak perawat-klien :
 Nama individu
 Peran perawat dan klien
 Tanggung jawab perawat dan klien
 Harapan perawat dan klien
 Tujuan hubungan
 Tentukan tempat dan waktu
 Kondisi untuk terminasi
 Kedekatan/tujuan

3. Fase Kerja
190

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena di dalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya
dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang
disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan
penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide
yang sama. Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat
merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan
baik dan benar-benar dipahami oleh perawat. Perawat membantu klien untuk dapat menurunkan
kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung jawab diri dan mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku secara
aktual. Klien menampilkan perilaku yang resisten selama fase ini sebab bagian ini merupakan
proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai dengan menanyakan perasaan
klien, mengembangkan kemampuan dan mencarikan jalan keluar demi klien.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Fokus wawancara adalah klien.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
g. Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.

4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting karena merupakan hubungan
terapeutik klien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan
klien dan perawat. Setiap waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara
menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien untuk
terminasi adalah:
a. Klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi.
191

b. Klien dapat meningkatkan fungsinya.


c. Klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan.
d. Klien menggunakan respons koping yang adaptif.
e. Klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yang akan dicapai.
f. Memperbaiki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah.

Pada fase ini, klien akan mengekspresikan marah dan ketidaksukaan, atau yang lainnya
berupa perilaku dan ucapan yang disampaikan secara apa adanya. Saat terminasi, klien
menampilkan penghargaan negatif terhadap konsep diri. Perawat harus sadar akan kemungkinan
reaksi yang terjadi dan mendiskusikan dengan klien tentang kondisi yang akan terjadi. Beberapa
klien menganggap terminasi merupakan penampilan terapeutik yang sangat kritis karena
hubungan sebelumnya baik dan terminasi menjadi negatif serta akan timbul perasaan tidak
nyaman.
Pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh dan merupakan fase
persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat dan
mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara lain mengantisipasi
masalah yang akan timbul karena pada tahap ini merupakan tahap persiapan mental atas
rencana pengobatan, melakukan peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan
pasien pada petugas.
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas dengan klien. Menurut
Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien
akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien selesai menyelesaikan
seluruh proses keperawatan dan menjalani pengobatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:


1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang
akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.
3.5 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Perawat dengan Klien
192

Faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien menurut(Indrawati, 2003 : 21) :
1. Perkembangan.
2. Persepsi.
3. Nilai.
4. Latar belakang sosial budaya.
5. Emosi.
6. Jenis kelamin.
7. Pengetahuan.
8. Peran dan hubungan.
9. Lingkungan.
10. Jarak.
11. Citra diri.
12. Kondisi fisik.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A. Hubungan individu dalam keperawatan merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya
adalah hubungan saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan
tindakan asuhan keperawatan dan perawat secara kolaboratif terlibat pula dalam program tim
kesehatan lain. Ada 3 model yang terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk
193

hubungan antar perawat, dokter, dan pasien yaitu : Model aktivitas pasivitas, model hubungan
membantu, dan model partisipasi mutual.
B. Psikologi dan keperawatan keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan
emosional dan biologis pasien mereka. Salah satu cara meningkatkan psikologi keperawatan
adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental mereka.
C. Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Dalam hubungan ini perawat harus melaksanakan perannya serta
melindungi hak pasien. Selain itu, perawat juga harus mengaplikasikan karakteristik helper
relationship untuk menumbuhkan hubungan terapeutik.
D. Dalam proses interaksi perawat dengan klien ada 4 fase yaitu : Fase prainteraksi / persiapan,
fase introduksi /orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
E. Faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien menurut adalah : perkembangan,
persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peran dan
hubungan, lingkungan, jarak, citra diri, dan kondisi fisik.
4.2 Saran
Dalam keperawatan terdapat hubungan antar individu yang terjadi antara perawat dengan
klien, maupun dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan ini dapat berjalan baik bila perawat
dapat menjalankan perannya serta menciptakan komunikasi yang hangat dengan pasien.
Diharapkan dengan adanya interaksi ini, perawat dapat mencapai tujuan yang diharapkan dari
kliennya.

DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai