Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGANTAR ILMU PSIKOLOGI

PENDEKATAN DALAM ILMU PSIKOLOGI

OLEH KELOMPOK 4:

SILMI BAWADI (2330108057)

SRI HALITA (2330108058)

SYARIFATUL AINI (2330108059)

USMAL HAYATI (2330108060)

DOSEN PENGAMPU:

DRA, FADHILAH SYAFAWAR

BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur atas kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karuninya kepada kita bersama. Sehingga berkat rahmat dan karunianyalah
kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah “Pengantar
Ilmu Psikologi” ini, yang berjudul “Pendekatan Dalam Ilmu Psikologi”. Shalawat
beserta salam tidak lupa pula kita hadiahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya kami selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama
pada orang tua kami yang telah memberikan dukungan kepada kami baik itu materi
maupun material. Selanjutnya kepada ibuk dosen, kami ucapkan terima kasih karena
telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga melalui tugas ini kami lebih paham
mengenai pelajaran ini. Seterusnya kepada teman-teman yang seperjuangan dengan
kami yang insyaallah dirahmati oleh Allah SWT.
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah agar meningkatkan pengetahuan
kita tentang thaharah, Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami perlukan. Semoga bermanfaat terutama bagi penulis dan
membacanya.

Batusangkar, 20 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pendekatan biologi ............................................................................................. 3

B. Pendekatan behaviorostik................................................................................... 5

C. Pendekatan psikodinamika ................................................................................. 7

D. Pendekatan humanistic ..................................................................................... 10

E. Pendekatan kognitif .......................................................................................... 10

F. Pendekatan evolusioner .................................................................................... 11

G. Pendekatan sosial budaya ................................................................................. 12

BAB III ........................................................................................................................ 14

PENUTUP ................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Psikologi pendidikan sebagai cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan, dipahami bahwa psikologi pendidikan ialah suatu kajian yang
sangat luas. Psikologi berasal dari perkataan psyche bahasa Yunani artinya
jiwa, dan logos artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai jenis gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya.
Berbicara tentang psikologi, kita harus dapat membedakan antara
nyawa dan jiwa, nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaannya bergantung
pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior)
yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya: insting,
refleks, nafsu. Jika jasmani mati maka mati pula nyawanya, sedangkan jiwa
adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior).
Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang
dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohani, sosial dan lingkungan.
Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk
memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal fikiran dan tingkah laku
aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang paling modern.
Psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan baik manusia maupun
hewan. Secara spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan
manusia. Psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan
juga bagaimana makhluk berfikir dan berperasaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan biologi dalam ilmu spikologi?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan behavioristik dalam ilmu spikologi?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan psikodinsmika dalam ilmu
spikologi?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan humanistic dalam ilmu spikologi?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kognitif dalam ilmu spikologi?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan evolusioner dalam ilmu spikologi?
7. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sosial-budaya dalam ilmu
spikologi?

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pendekatan biologi dalam ilmu spikologi.
2. Dapat menjelaskan pendekatan behaviorostik dalam ilmu spikologi.
3. Dapat menjelaskan pendekatan psikodinamika dalam ilmu spikologi.
4. Dapat menjelaskan pendekatan humanistik dalam ilmu spikologi.
5. Dapat menjelaskan pendekatan kognitif dalam ilmu spikologi.
6. Dapat menjelaskan pendekatan evolusioner dalam ilmu spikologi.
7. Dapat menjelaskan pendekatan sosial-budaya dalam ilmu spikologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan biologi
Perspektif/pendekatan biologis yaitu sebuah pendekatan psikologi yang
menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh
mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang. Perspektif Biologis
memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang nenekankan
pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di antara
manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-
area lain dari perilaku. Kita bisa terima pendapat dari Charles Darwin (1859)
untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan
peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam .
Menurut Bonner (dalam Sarwono, 1997: 17), perbedaan biologi dan
psikologi adalah sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu yang subjektif,
sedangkan biologi adalah ilmu objektif. Psikologi disebut ilmu subjektif karena
mempelajari penginderaan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia
dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi
mempelajari manusia sebagai jasad atau objek. Jadi, perbedaan antara psikologi
dan biologi selanjutnya adalah mempelajari nilai-nilai yang berkembang dari
persepsi subjek, sementara biologi mempelajari fakta yang diperoleh dari
penelitian terhadap jasad manusia. Yang terakhir adalah psikologi mempelajari
molar (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh), sementara biologi
(termasuk ilmu faal) mempelajari perilaku manusia secara molekular, yaitu
mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian) dari perilaku berupa gerakan,
refleks, proses kebutuhan, dan sebagainya.
Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik
yang mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang
genom manusia dipetakan, mungkin, suatu hari nanti kita akan memahami lebih
tepatnya bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti
kromosom, hormon dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya, Pendekatan biologis
berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi (atau
evolusi) adaptif. Misalnya, dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran
anak, tingkat testosteron pada ayah hampir lebih dari 30 persen. Pendekatan
biologi (biological approach) memusatkan pada tubuh, terutama otak dan
sistem saraf.

3
Dalam pendekatan biologis menjelaskan bahwa setiap perilaku
seseorang mendapatkan pengaruh biologis. Seperti halnya pengaruh hormonal
dalam tubuh dan sistem syaraf dipandang memiliki pengaruh signifikan
terhadap perilaku seseorang. Dimana dalam ilmu psikologi itu adalah ilmu yang
mempelajari tentang perilaku-perilaku manusia. Contohnya, tindakan agresi
atau kekerasan yang dilakukan seseorang itu karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor biologis.
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu
fisiologi dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak
psikolog biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah
mencoba untuk menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa
skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan ia membantu
meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan
disiplin lain akan berpendapat bahwa ini hanya memperlakukan gejala dan
bukan penyebabnya. Di sinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa
psikolog biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang
terlibat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik.
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang
neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan
pengalaman menangani pasien, freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-
prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang
sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial,
humaniora, filsafat, dan agama.
Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam
tidak sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan Freud
sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan
dianggap sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke
permukaan merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh
dalam kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran
terdapat alam prasadar. Dengan metode asosiasi bebas, hipnotis, analisis
mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar
dapat muncul ke alam sadar.
Para ilmuwan dalam pendekatan biologi ini mempelajari bagaimana
biologi ini mempengaruhi proses belajar dan prestasi, persepsi tentang realitas,
pengalaman emosi, dan kerentanan gangguan emosional. Ilmuwan-ilmuwan ini
mempelajari cara pikiran dan tubuh saling berinteraksi satu sama lain dalam
menimbulkan kondisi sakit dan sehat. Mereka menelaah kontribusi gen dan

4
sejumlah faktor biolagis lainnya dalam mempengaruhi perkembangan
kemampuan dan sifat kepribadian seseorang.

B. Pendekatan behaviorostik
1. Pengertian
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah
laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan
bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan
menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku.
Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan
prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati. Dalam
pembahasannya, Burrhus Frederic Skinner (1904-1990), menyebutkan
bahwa para behvioist radikal menekankan manusia sebagai
dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministik
mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian
pola-pola tingkah laku yang dapat diamati.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan
Skinner. Terapi behavioral berbeda dengan sebagian besar pendekatan
terapi lainnya, ditandai dengan: (a) pemusatan perhatian pada tingkah
laku yang tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian-
penguraian tujuan treatment, (c) perumusan prosedur treatment yang
spesifik dan sesuai dengan masalah, (d) penaksiran objektif atas hasil
terapi.

5
2. Karakteristik perilaku bermasalah
Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat
dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses
interaksi dengan lingkungannya. Behaviorist memandang perilaku yang
bermasalah adalah sebagai berikut: a. Tingkah laku bermasalah adalah
tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang
tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan. b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara
belajar atau lingkungan yang salah. c. Manusia yang bermasalah itu
mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena
kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. d.
Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar da juga
tingkah laku tersebut juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-
prinsip belajar
3. Tujuan
Tujuan umum terapi behaviorist ini menciptakan kondisi-
kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap
tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang
maladaptif. Jika tingkah laku neurotik “learned”, maka ia bisa
“unlearned” (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif
bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses
penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respons-
respons yang layak, namun belum dipelajari.

4. Prosedur
Tokoh aliran psikologi behavior John D. Krumboltz dan Carl
Thoresen menempatkan dalam empat kategori, diantaranya: a. Belajar

6
operan (operant learning), adalah belajar didasarkan atas perlunya
pemberian ganjaran (reinforcement) untuk menghasilkan perubahan
tingkah laku yang diharapkan. b. Belajar mencontoh (imitative
learning), yaitu cara dalam memberikan respons baru melalui
menunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang diinginkan
sehingga dapat dilakukan oleh klien. c. Belajar kognitif (cognitive
learning), yaitu belajar memelihara respons yang diharapkan dan boleh
mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana. d.
Belajar emosi (emotional learning), yaitu cara yang digunakan untuk
mengganti respons-respons emosional klien yang tidak dapat diterima
menjadi respons emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks
(clasical conditioning).

C. Pendekatan psikodinamika
1. Pengertian psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan
hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.
Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-
1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan
sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai
paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya,
seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti
Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan.
Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat
luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit
(Alwisol, 2005 : 3-4).
Teori psikodinamika ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku
berasal dari gerakan dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian
pikiran merangsang perilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Psikodinamika mencerminkan

7
dinamika-dinamika psikis yang menghasilkan gangguan jiwa atau
penyakit jiwa. Dinamika psikis terjadi melalui sinergi dan interaksi-
interaksi elemen psikis setiap individu.
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal
pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan
primer terhadap perkembangan. Perbedaannya adalah bahwa teori
psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif
sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang.
Para teoritis psikodinamika percaya bahwa perkembangan merupakan
suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-
dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta
pengalaman- pengalaman sosial dan emosional mereka.
Menurut teori Freud, seorang anak dilahirkan dengan dua
macam kekuatan (energi) biologik : libido dan nafsu mati. Kekuatan
atau energi ini menguasai semua orang atau semua benda yang berarti
atau yang penting bagi anak, melalui proses yang oleh Freud disebut
khatexis, khatexis berarti konsentrasi energi psikis terhadap suatu obyek
atau suatu ide yang spesifik atau terhadap suatu individu yang spesifik.
Erikson (1964) meluaskan teori Freud dengan mencoba meletakan
hubungan antara gejala-gejala budaya masyarakat dipihak lain. Erikson
juga membagi hidup manusia dalam fase-fase berdasarkan proses-
proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-proses tadi bisa
berakibat baik atau tidak baik. Bila berakhir baik dapat memperlancar
perkembangan,bila berakhir tidak baik dapat menghambatnya.

2. Tokoh perkembangan psikodinamika


a. Sigmund Freud
Sigmund Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan
meninggal di London, 23 September 1939 pada umur 83 tahun.
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan
pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan
kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious),
dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang
paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang
mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga
memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada

8
hasrat seksualitas yang pada awalnya dirasakan oleh manusia
semenjak kecil dari ibunya.
Metode Freud yang digunakan untuk menyembuhkan
penderita tekanan psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis
mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep
alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang
digunakan untuk mengungkap masalah – masalah yang ditekan
oleh diri seseorang. Sedangkan analisis mimpi, digunakan oleh
Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam
bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini
berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi
lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari.
Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk
mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam.
Ketika permasalahan alam bawah sadar ini terungkap, maka
untuk penyelesaianselanjutnya akan lebih mudah untuk
diselesaikan.

b. Erik Erikson
Erik Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15
Juni 1902 – meninggal di Harwich, Amerika Serikat pada umur
91 tahun.Erik Erikson adalah seorang psikolog Jerman yang
terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada
manusia. Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam
mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia
yang dirintis oleh Freud.
Berbeda dengan Freud yang dikenal dengan psikolog id,
Erikson dikenal sebagai psikolog ego. Dia menekankan peran
budaya dan masyarakat dan konflik yang dapat terjadi dalam
ego itu sendiri, sedangkan Freud menekankan konflik antara id
dan superego.
Menurut Erikson, ego berkembang karena berhasil
menyelesaikan krisis sosial yang jelas di alam. Ini melibatkan
membangun rasa percaya pada orang lain, mengembangkan rasa
identitas dalam masyarakat, dan membantu generasi berikutnya
mempersiapkan untuk masa depan.

9
D. Pendekatan humanistic
Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan
untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan
dalam merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah membantu
manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya
secara utuh. Salah satu pencetus psikologi humanistik adalah Abraham
Maslow.
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an
sebagai reaksi terhadap aliran yang telah ada sebelumnya yaitu behaviorisme
dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada
dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan
teori psikologis. Psikologi humanistik membela kodrat manusia yang telah
dianggap negatif dan deterministik oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis.
Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari
James Bugental (1964), sebagai berikut:

E. Pendekatan kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari
proses mental seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi,
pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir". Sebagian besar karya yang
dapat berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam
berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi
pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal,
psikologi perkembangan, dan Ilmu ekonomi.
Sejarah dari psikologi kognitif berawal pada saat Plato (428-348 SM)
dan muridnya Aristotle (384-322 SM) memperdebatkan mengenai cara
manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta alamnya. Plato
berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar
secara logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristotles
yang menganut paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh
pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris.[butuh rujukan]
Perdebatan ini masih berlangsung seperti pertentangan Rasionalis dari
Prancis, Rene Descartes (1596-1650), dan Empiris dari Inggris, John Locke
(1632-1704), dengan tabularasa-nya. Seorang fisuf Jerman, Immanuel Kant,
pada abad 18 berargumentasi bahwa baik rasionalisme maupun empirisme
harus bersinergi dalam membuktikan pengetahuan. Perdebatan ini meletakkan
landasan dan memengaruhi cara berpikir di bidang ilmu psikologi maupun

10
cabang ilmu lainnya. Saat ini ilmu pengetahun mendasarkan paham empiris
untuk pencarian data dan pengolahan dan analisis data menggunakan kerangka
pikir rasionalis.[butuh rujukan]
Abad 19 dan 20, Wilhelm Wundt (1832-1920) seorang psikolog dari
Jerman mengajukan ide untuk mempelajari pengalaman sensori melalui
introspeksi. Dalam mempelajari proses perpindahan informasi atau berpikir,
maka informasi tersebut harus dibagi dalam struktur berpikir yang lebih kecil.
Aliran strukturisme Wundt berfokus pada proses berpikir, tetapi aliran
fungsionalisme berpendapat bahwa bahwa penting bagi manusia untuk tahu apa
dan mengapa mereka melakukan sesuatu. William James (1842-1910)seorang
pragmatisme-fungsionalisme melontarkan gagasan mengenai atensi, kesadaran
serta persepsi.
Setelah itu munculah aliran assosiasi (Edward Lee Thorndike, 1874-
1949) yang mulai menggunakan stimulus dan diikuti dengan aliran
behaviorisme yang memasangkan antara stimulus dan respon dalam proses
belajar. Pendekatan behaviorisme radikal yang dibawakan oleh B.F. Skinner
(1904-1990) menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia untuk belajar,
perolehan bahasa bahkan penyelesaian masalah dapat dijelaskan dengan
penguatan antara stimulus dan respon melalui hadiah dan hukuman.
Namun pendekatan behaviorisme belum dapat menjawab alasan
perilaku manusia yang berbeda misalnya melakukan perencanaan, pilihan dan
sebagainya. Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku
ditujukan pada suatu tujuan. Menggunakan eksperimen dengan tikus yang
mencari makanan dalam maze, percobaan ini membuktikan bahwa terdapat
skema atau peta dalam kognisi tikus. Hal ini membuktikan bahwa tingkah laku
melibatkan proses kognisi. Oleh karena itu beberapa pihak mengakui Tolman
sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.
Selain Tolman, Albert Bandura (1925- ) juga mengkritik behaviorisme
dengan menyatakan bahwa belajar pun dapat diperoleh melalui lingkungan
sosial dari individu. Dalam perolehan bahasa, Noam Chomsky (1928- ) -
seorang linguis- juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa otak
manusia dibekali dengan kemampuan untuk mengenali dan memproduksi
bahasa.

F. Pendekatan evolusioner
Psikologi evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi
yang mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam
aspek dari perilaku manusia. Cabang baru dari psikologi ini menyatakan bahwa

11
manusia, seperti makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, telah mengalami
proses evolusi biologis selama sejarah keberadaannya, dan dari hasil proses ini
manusia sekarang memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang
merupakan hasil evolusi yang membantu manusia untuk tetap hidup atau
mempertahankan keberadaannya. Dalam kajian percobaan prediksi teoretis,
psikologi evolusioner telah memberikan penemuan dalam topik-topik, antara
lain pola pernikahan, persepsi kecantikan, kecerdasan, dan lain-lain. Akar
sejarah dari psikologi evolusioner adalah teori seleksi alam Charles Darwin

G. Pendekatan sosial budaya


Teori sosial-budaya adalah salah satu perkembangan terkini di bidang
psikologi yang berupaya menganalisis peran yang dimainkan oleh masyarakat
dalam mendorong perkembangan dan pertumbuhan individu. Teori ini sama-
sama menekankan fakta bahwa pembelajaran manusia sebagian besar
merupakan hasil dari proses sosial.
Berbagai sub-bidang psikologi telah menyumbangkan berbagai versi
penjelasan untuk menggambarkan hubungan antara faktor sosial-budaya dan
kerangka mental manusia yang menonjol di antara mereka adalah psikologi
budaya, psikologi sosial dan psikologi budaya-sejarah.
Para ahli teori sosio-budaya mempelajari berbagai faktor yang
mempengaruhi perilaku dan psikologi manusia seperti sikap masyarakat, norma
dan peran gender, struktur keluarga / kekerabatan, praktik perawatan anak,
faktor ras dan etnis, perbedaan agama dan regional atau praktik, ritual, tabu dan
permainan kekuasaan .
Psikologi Sosial adalah penilaian ilmiah tentang perilaku, emosi,
perasaan, dan pikiran orang di hadapan orang lain yang dapat disiratkan,
dibayangkan atau aktual. Sub-bidang ini memberikan jawaban atas pertanyaan
tentang bagaimana pemikiran, perasaan atau emosi tersebut dikonstruksi dan
bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi interaksi kita dengan orang lain.
Fokus utama psikologi sosial adalah untuk menganalisis dan
menggambarkan perilaku manusia yang terjadi sebagai akibat dari interaksi
antara kondisi mental dan faktor sosial. Dengan demikian, tujuan psikologi
sosial adalah untuk menguji berbagai faktor yang membuat seseorang
berperilaku dengan cara tertentu di hadapan orang lain.
Cabang psikologi ini sama-sama berupaya menganalisis berbagai
kondisi di mana perilaku atau tindakan tertentu terjadi. Tujuan utama dari

12
pendekatan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana orang menafsirkan atau
menafsirkan informasi dan bagaimana informasi yang mereka interpretasikan
memengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan mereka (Ross & Nisbett, 1991).
Dengan demikian psikologi sosial menganalisis perbedaan perilaku individu
dari perspektif sosial dan bagaimana berbagai kekuatan situasional atau
variabel berinteraksi untuk mempengaruhi perilaku manusia.
Mereka lebih jauh menjelaskan bahwa orang mencoba level mereka
sebaik mungkin untuk beradaptasi atau mengubah perilaku mereka untuk dapat
menyelaraskan dengan cara-cara masyarakat. Saat dihadapkan dengan situasi
sosial baru, individu berusaha untuk mengambil isyarat dari anggota
masyarakat lainnya karena dapat berperilaku dengan cara yang dapat diterima
secara sosial. Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan
hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak dini.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perspektif/pendekatan biologis yaitu sebuah pendekatan psikologi yang
menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh
mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang. Perspektif Biologis
memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang nenekankan
pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di antara
manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-
area lain dari perilaku. Kita bisa terima pendapat dari Charles Darwin (1859)
untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan
peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam.
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa
eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-
hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap
membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat
diamati. Dalam pembahasannya, Burrhus Frederic Skinner (1904-1990),
menyebutkan bahwa para behvioist radikal menekankan manusia sebagai
dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministik mereka
yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola
tingkah laku yang dapat diamati.
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat
dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak dini.
Psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari
proses mental seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi,
pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir". Sebagian besar karya yang
dapat berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam
berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi
pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal,
psikologi perkembangan, dan Ilmu ekonomi.

14
Psikologi evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi
yang mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam
aspek dari perilaku manusia.
Teori sosial-budaya adalah salah satu perkembangan terkini di bidang
psikologi yang berupaya menganalisis peran yang dimainkan oleh masyarakat
dalam mendorong perkembangan dan pertumbuhan individu. Teori ini sama-
sama menekankan fakta bahwa pembelajaran manusia sebagian besar
merupakan hasil dari proses sosial.

B. Saran
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami meminta saran dan kritikan yang membangun
untuk perbaikan makalah ini nantinya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Archer, J. 1996. Evolutionary Social Psychology, In Miles Hewstone, Wolgang Strobe,
& Geoffrey M. Stephenson (Eds.). Introduction to Social Psychology: A
European Perspective, p 24-45. Oxford, UK: Blackwell Publisher Ltd.
Baron, R. A. 1996, Essential of Psychology. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.
Bjorklund, D. F., & Pelegrini, A. D. 2000. Child Development and
Evolutionary Psychology. Child Development, 71, 6, 1687-1708.
Boyer, P., & Heckhausen, J. 2000. Introductory Note. American Behavioral Scientist,
43, 6,917-925.
Breland, K., & Breland, M. 1968. The Misbehavior of Organism. Dalam A. Charles
Catania (Ed.), Contemporary Research In Operant Behavior, Glenview, III.:
Scott, Foreman and Company.
Buss, D. M. 1995a. Evolutionary Psychology: A New Paradigm for Psychological
Science. Psychological Inquiry, 6, 1, 1-30.
Buss. D. M.1995b. Psychological Sex Differences: Origins through Sexual Selection.
American Psychologist, 30, 3, 164-168.
Buss. D. M., & Schmitt, D. P. 1993. Sexual Strategies Theory: An Evolutionary
Perspective on Human Mating. Psychological Review, 100, 2, 204-232.
Buss, D. M., Haselton, M. G., Shakhelford, T. K., Bleske, A. L., & Wakefield, J. C.
1998. Adaptations, Exaptatations, and Spandrels. American Psychologist, 53,
5. 533-548

Anda mungkin juga menyukai