Anda di halaman 1dari 15

Kedudukan Ruang Lingkup dan Metode Dalam Psikologi

Di Susun Oleh:

Nama : Ramanta Ginting

Dosen Pengampu : Dr. Roma Sembiring

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA PAULUS MEDAN

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................

1.3. Tujuan...............................................................................................................

Bab II PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Psikologi Bagi Ilmu-ilmu lain…………………............................

2.2. Ruang Lingkup Psikologi..................................................................................


BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang mempunyai arti. Psikologi
ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Perhatian pada psikologi yang
terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.Maka bagaimana perhatian tentang perhatian psikologi umum. Pengamatan biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang cerdas.terjadi terhadap suatu proses dengan maksud merasakan
dan memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan.

Penanggapan itu umumnya pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari
pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Dalam makalah ini akan
dibahas satu persatu tentang perhatian terhadap psikologi umum beserta pengamatan dan
tanggapannya.

1.2.Rumusan Masalah

Sesuai dengan pemilihan judul di atas, yang menjadi Rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. jelaskan kedudukan psikologi bagi ilmu-ilmu lain ?


2. jelaskan ruang lingkup psikologi?

1.3.Tujuan dan Manfaat Makalah

1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Ilmu Psikologi dengan ilmu-ilmu lain


2. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca
3. Untuk memahami bagaimana ruang lingkup dalam Ilmu Psikologi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KEDUDUKAN PSIKOLOGI BAGI ILMU-ILMU LAIN

Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbale balik. Psikologi memerlukan
bantuan ilmu-ilmu lain, dan sebaliknya, ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi.
Psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, tidak tergabung dengan ilmu-ilmu lain. Namun
demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu lain.

Dalam hal ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.
Psikologi sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah tentu
psikologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang
keadaan manusia. Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak
hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai
makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan,
dengan filsafat, dengan antropologi. Berikut penjelasan mengenai hubungan psikologi dengan
beberapa ilmu pengetahuan.

a. Hubungan Psikologi dengan Biologi


Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup
menjadi objek dari biologi. Oleh karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup, maka
cukup banyak ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu baik biologi maupun psikologi
sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu tersebut meninjau dari sudut
yang berlainan, namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik
pertemuan. Biologi, khususnya antropobiologi tidak mempelajari tentang proses-proses
kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.

Seperti telah dikemukakan di atas, di samping adanya hal-hal yang berlainan tampak pula
adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari atau diperbincangkan oleh kedua ilmu itu, misalnya
soal keturunan. Mengenai soal keturunan baik psikologi ataupun antropobiologi juga
membicarakan mengenai hal ini. Soal keturunan ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang
berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi
lain; mengenai soal ini misalnya yang terkenal adalah hukum Mendel. Soal keturunan juga
dipelajari oleh psikologi antara lain misalnya sifat, intelegensi, bakat. Karena itu kuranglah
sempurna biologi khususnya antropobiologi maupun fisiologi, justru karena ilmu-ilmu ini
membantu di dalam orang mempelajari psikologi. Sejauh mana hubungan psikologi dengan
biologi? Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari
objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi; hanya saja objek formalnya
berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal
psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia1.

Menurut Bonner, perbedaan psikologi dan biologi adalah sebagai berikut. Psikologi
merupakan ilmu yang subjektif, sedangkan biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut
ilmu subjektif karena mempelajari penginderaan (sensation) dan persepsi manusia sehingga
manusia dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi mempelajari
manusia sebagai jasad atau objek. Jadi, perbedaan selanjutnya antara psikologi dan biologi
adalah psikologi mempelajari nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, sementara
biologi mempelajari fakta yang diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia. Yang terakhir
adalah psikologi mempelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara
menyeluruh), sementara biologi mempelajari perilaku manusia secara “molekular”, yaitu
mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian) dan perilaku berupa garakan, refleks, proses
ketubuhan, dan sebagainya.

b. Hubungan Psikologi dengan Sosiologi

Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek dari sosiologi. Sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di dalam hidup
bermasyarakatnya. Karena itu baik psikologi maupun sosiologi yang membicarakan manusia,
tidaklah mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan di dalam meninjau
manusia itu, misalnya soal perilaku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup
bermasyarakatnya, sedang tinjauan psikologi adalah bahwa perilaku sebagai manifestasi hidup
kejiwaan, yang di dorong oleh motif tertentu hingga manusia itu berperilaku atau berbuat.

1
Ahmad Fauzi . Psikologi Umum, Bandung: CV, Pustaka Setia,1999
Karena ada titik-titik kesamaan maka timbulah cabang ilmu pengetahuan dalam psikologi
yaitu psikologi sosial yang khusus meneliti dan mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
dengan situasi-situasi sosial. Menurut Gerungan pertemuan antara psikologi dan sosiologi itulah
merupakan daerah dari psikologi sosial.

Perilaku manusia tidak terlepas dari keadaan sekitarnya, karena itu tidaklah sempurna
meninjau manusia berdiri sendiri terlepas dari masyarakat yang melatar belakanginya.

c. Hubungan Psikologi dengan Antropologi

Harus kita akui bahwa bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar, sehingga
dalam perkembangannya yang terakhir, lahir suatu sub-ilmu atau spesialisasi dari antropologi
yang disebut etnopsikologi (ethnopsychology), atau anthropology psikologikal (psychological
anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personality),
disamping spesialisasi anthropology in mental health.

Sejak setengah abad lalu, di Amerika Serikat dan Inggris telah berkembang berbagai
penelitian yang dalam analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi.berbagai penelitian itu
dimulai karena timbulnya perhatian terhadap tiga masalah, yaitu:

1. Masalah “kepribadian bangsa”;

2. Masalah peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat; dan

3. Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.

d. Hubungan Psikologi dengan Filsafat

Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang antara lain
membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan sebagainya. Sekalipun
psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai
salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan
sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun
tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat
hakikat dan tujuan dari ilmu pengetahuan itu.

Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat memang berangkat dari apa yang dialami
manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra,
sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil
keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak
mungkin dialaminya. Bahkan, ilmu dengan amat tenang, menerima sebagai kebenaran bahwa
pikiran manusia itu ada serta mampu mencapai kebenaran; dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu,
sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu. Sebaliknya, filsafat
pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta
hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia.
Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasil
penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin
jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi .

Dalam berbagai literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang sendiri,
psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang
masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa
yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafat yang
sebenarnya “ibu kandung” psikologi itu, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-
masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.

e. Hubungan Psikologi dengan Agama

Psikologi dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat
agama sejak turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologis pula. Tanpa dasar tersebut agama sulit
mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Di dalam agama terdapat ajaran tentang cara agar
manusia mau menerima petunjuk Tuhannya sehingga manusia itu sendiri tanpa paksaan bersedia
menjadi hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa di dalam agama,
penuh dengan unsur-unsur pedagogis yang bahkan merupakan esensi pokok dari tujuan agama
diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Unsur pedagogis dalam agama tidak dapat
mempengaruhi manusia, kecuali bila disampaikan kepadanya sesuai dengan petunjuk-petunjuk
psikologi (dalam hal ini psikologi pendidikan). Contoh bahwa psikologi dan agama mempunyai
hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah terhadap manusia yang melanggar
norma-norma yang oleh agama dipandang berdosa. Perasaan berdosa ada manusia yang
melanggar norma tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun
hukuman lahiriah tidak diberikan terhadapnya2.

Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa itu telah menghukum dirinya sendiri,
karena dengan perbuatan pelanggaran tersebut, jiwa mereka menjadi tertekan, kotor dan gelap
apabila yang bersangkutan tidak dapat menyublimasikan (mengalihkan kepada perbuatan yang
lebih baik) perasaannya akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa (psichistania) yang
merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah pendidikan agama sangat diperlukan
memberikan jalan sublimatif serta katalisasi (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa.
Maka mengingat eratnya hubungan antar keduanya itu, akhirnya lahirlah psikologi agama
(Psychology of Religion), yang objek pembahasannya antara lain bagaimanakah perkembangan
kepercayaan kepada Tuhan dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan
hidup keagamaan seseorang, bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang beragama dengan
yang tidak beragama dan lain sebagainya.

f. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam

2
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2001
Pada permulaan abad ke-19, psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu
alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen, sehingga lahirlah, antara lain Gustav
Fechner, Johannes Muller, Watson, dan lain-lain (Effendi & Praja, 1993:8-9). Namun kemudian,
psikologi menyadari bahwa objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang
hidup dan selalu berkembang sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati. Oleh sebab itu,
metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam psikologi, dianggap kurang tepat. Karena itu,
psikologi mencari metode lain yang sesuai dengan sifat keilmuannya sendiri, yaitu antara lain
metode”fenomenologi”, suatu metode penelitian yang menitikberatkan gejala hidup kejiwaan.

Pada dasarnya, psikologi secara prinsipil dan secara metodik, sangat berbeda dengan ilmu
alam. Sebabnya antara lain, pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objek secara ilmiah
dengan menggunakan hokum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang bisa diamati dengan
cermat. Pada peristiwa-peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan, konstansi dan
kosistensi yaitu semua gejalanya bisa berlangsung secara berulang-ulang dan bisa tetap sama.
Dengan cirri-ciri inilah, orang bisa mengamati dan memperhitungkan dengan cermat, dan
membuat hokum-hukum alam. Lebih –lebih dengan bantuan pengertian logis serta perhitungan
ilmu pasti, orang mencoba memahami sifat dan hakikat objek penelitiannya.

Sebaliknya, psikologi berusaha mempelajari diri manusia, tidak sebagai “objek” murni
tetapi dalam bentuk kemanusiaannya mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan
mempunyai sifat-sifat tertentu sebjek yang aktif itu diartikan sebagai pelaku yang dinamis,
dengan segala macam aktivitas dan pengalamannya. Dengan demikian, untuk mampu memahami
semua kegiatan manusia itu, orang berusaha dengan melihat “partisipasi social” nya lalu
berusaha menjadikan pengalaman orang lain sebagai pengalaman dan pemiliknya sendiri.

Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan


psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan
yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu
lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan alam mempengaruhi
perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sementara ahli beranggapan kalau psikologi
ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu
pengetahuan alam. Apa yang ditempuh oleh Weber, Fechner, Wundt sangat dipengaruhi oleh
metode yang digunakan dalam lapangan ilmu pengetahuan alam. Metode yang ditempuh oleh
Fechner yang dikenal dengan metode psikofisik, suatu metode yang tertua dalam lapangan
psikologi eksperimental, banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam.

Merupakan suatu kenyataan karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi


mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya dapat diakui sebagai suatu ilmu
yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat; walaupun akhirnya ternyata bahwa metode ilmu
pengetahuan alam kurang mungkin digunakan seluruhnya terhadap psikologi, disebabkan karena
perbedaan dalam objeknya. Ilmu pengetahuan alam berobjekkan benda-benda mati, sedangkan
psikologi berobjekkan manusia yang hisup, sebagai makhluk yang dinamis, makhluk yang
berkebudayaan, makhluk yang berkembang dan dapat berubah setiap saat.

g. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan


Sebenarnya, psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Mengapa? Karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu
disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan
tidak akan berhasil dengan baik bilaman tida berdasarkan kepada psikologi perkembangan.
Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu
eratnya tugas anatara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin
psikologi pendididkan (educational psychology).3

Reber menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan
teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:

1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.

2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.

3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.

4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.

5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Dengan batasan atau pengertian di atas, Reber tampaknya menganggap bahwa psikologi
pendidikan masuk dalam subdisiplin psikologi terapan (applicable). Meskipun demikian,
menurut Witherington, psikologi pendidikan tidak dapat hanya dianggap sebagai psikologi yang
dipraktikkan saja. Psikologi pendidikan, katanyaadalah suatu studi atau suatu ilmu pengetahuan
yang mempunyai hak hidup sendiri. Memang benar bahwa aspek-aspek tertentu dari psikologi
pendidikan nyata-nyata bersifat kefilsafatan, tetapi sebagai ilmu pengetahuan, sebagai science,
psikologi pendidikan telah memiliki:

1. Susunan prinsip atau kebenaran dasar tersendiri.

2. Fakta-fakta yang bersifat objektif dan dapat diperiksa kebenarannya, dan

3. Teknik-teknik yang berguna untuk melakukan penyelidikan atau “research”nya sendiri


termasuk dalam hal ini ialah alat-alat pengukur dan penilaian yang sampai batas-batas tertentu
dapat dipertanggungjawabkan ketepatannya.

Di antara alat-alat pengukur dan alat penilai ini, terdapat tes tentang hasil perkembangan
jiwa anak dan tes tentang hasil belajar anak. Kedua tes ini lazim disusun dengan sangat hati-hati.
Di laboratorium, misalnya untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan mekanis dalam
kebiasaan membaca anak-anak, diadakan pemotretan terhadap gerakan mata anak-anak pada
waktu membaca dengan mempergunakan ophthalmograph. Untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk mengembangkan suara yang menyenangkan dan untuk memperoleh pemilihan

3
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia,1997.
kata-kata yang tepat pada waktu berbicara, diadakan perekaman terhadap latihan-latihan
bercakap yang dilakukan.

Jadi, meskipun psikologi pendidikan cenderung dianggap oleh banyak kalangan atau para
ahli psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan sendiri sebagai subdisiplin psikologi yang
bersifat terapan atau psikis, bukan teoretis, cabang psikologi ini dipandang telah memiliki
konsep, teori, dan metode sendiri, sehingga mestinya tidak lagi dianggap sebagai subdisiplin
tetapi disiplin (cabang ilmu) yang berdiri sendiri.

h. Hubungan Psikologi dengan Komunikasi

Apabila kita cermati, eklektisme komunikasi sebagai suatu bidang studi, tampak pada
konsep-konsep komunikasi yang berkembang selama ini yang berhasil dirangkum oleh Fisher
dalam empat kelompok yang disebutnya perspektif (semacam pradigma, teori, atau model).
Keempat perspektif itu ialah: (1) perspektif mekanistis, (2) perspektif psikologis, (3) perspektif
interaksional, dan (4) perspektif pragmatis.

Pengaruh konsep ilmu fisika sangat kelihatan pada perspektif mekanistis, yang
merupakan perspektif paling awal dan paling luas penganutnya. Lalu pengaruh psikologi paling
jelas pada perspektif psikologis yang merupakan pengembangan dari perspektif mekanistis
dengan menerapkan teori S-R (Stimuli-Respons). Kedua perspektif ini berkembang dan telah
melahirkan banyak kajian. Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai
ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan “perkawinan” dengan ilmu-ilmu lainnya yang
pada gilirannya melahirkan berbagai subdisiplin seperti komunikasi politik (dengan ilmu politik),
sosiologi komunikasi massa (dengan sosiologi), dan psikologi komunikasi (dengan psikologi).
Dengan demikian, psikologi komunikai (dengan psikologi) pun didefinisikan sebagai “Ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam
komunikasi”.

i. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Politik

Ilmu pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan psikologi ialah ilmu politik.
Kegunaan psikologi khususnya psikologi social dalam analisis politik jelas dapat kita ketahui
apabila kita sadar bahwa analisis social-politik secara makro diisi dan diperkuat yang bersifat
mikro. Psikologi social mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan social,politik,
peristiwa-peristiwa, gerakan-gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik
perorangan, semangat, emosi).

Psikologi merupakan ilmu yang berperan penting dalam bidang politik, terutama yang
dinamakan “massa psikologi”. karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip
hokum dan meliputi banyak hal yang berada diluar hokum dan masuk dalam yang lazim
dinamakan “kebijaksanaan”, bagi para politisi, sangat penting apabila mereka dapat menyelami
gerakan jiwa dari rakyat pada umumya, dan dari golongan tertentu pada khususnya bahkan juga
dari oknum tertentu. Selain berbagai pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan,
psikologi sosial dapat pula menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang
dianggapnya baru, asing, ataupun berlawanan dengan consensus masyarakat mengenai gejala
sosial tertentu. Psikologi sosial juga bisa menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan
(expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh
pada tuntutan social (conformity). Salah satu konsep psikologi social yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai.
Konsep ini nerujuk pada persepsi pemilihan atas partai-partai yang ada atau keterikatan
emosional pemilihan terhadap partai tertentu. Untuk memahami perilaku pemilih, bisa digunakan
beberapa pendekatan. Namun selama ini, penjelasan teoritis tentang voting behavior didasarkan
pada dua model atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi. Dalam
hal pendekatan psikologis, seperti namanya pedekatan ini menggunakan dan mengembangkan
konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih.

j. Hubungan Psikologi dengan Ekonomi

Naik turunnya harga atau valuta asing atau berhasil/tidaknya suatu upaya marketing tidak
hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses
pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses
ekonomi (penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah dan lain-lain).

Jiwa manusia juga memiliki kebutuhan, seperti layaknya tubuh manusia yang memiliki
kebutuhan. hanya bedanya, jiwa manusia memiliki kebutuhan spiritual/emosi, sementara tubuh
manusia memiliki kebutuhan fisik. jiwa manusia hanya bisa dirasakan keberadaannya melalui
perasaan dan pemikiran, sementara tubuh manusia sudah bisa dirasakan keberadaannya melalui
panca indera. namun bagaimanapun, baik jiwa maupun tubuh manusia ditakdirkan untuk saling
mempengaruhi. apa yang terjadi pada jiwa manusia akan mempengaruhi kondisi tubuhnya, dan
apa yang terjadi pada tubuh manusia akan mempengaruhi kondisi jiwanya. Contoh yang mudah
adalah ketika intonasi suara, raut wajah, dan gaya tubuh seseorang yang sedang sedih akan
terlihat berbeda dengan intonasi suara, raut wajah, dan gaya tubuh orang lain yang sedang
bahagia.

Dengan demikian hubungan antara psikologi yang membahas tentang kejiwaan manusia
dengan ekonomi yang membahas tentang kebutuhan tubuh dan jiwa manusia sangat erat.
Hubungan tersebut dapat dikatakan berpengaruh satu sama lain karena apa yang terjadi pada
tubuh manusia akan mempengaruhi kondisi jiwanya. Misalnya, pada bagian marketing
management dan human resource management, ilmu psikologi benar-benar digunakan sebagai
basis dari segala proses pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan: profit yang
sebesar-besarnya serta keunggulan daya saing dalam jangka panjang.

k. Hubungan psikologi dengan Fisiologi

Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi untuk
memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.

2.2.RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat di bedakan menjadi dua golongan yang
besar , yaitu:
1. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.

2. psikologi yang menyelidiki mempelajari hewan, yang umumnya yang lebih tegas di sebut
psikologi hewan.4

Dalam tulisan ini tidak tidak membicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau
psikologi hewan. Yang akan di bicarakan dalam tulisan ini adalah yang berobjekan manusia,
yang sampai pada waktu ini orang yang membedakan adanya psikologi yang bersifat umum dan
psikologi yang bersifat khusus. Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan
mempelajari kegiatan - kegiatan atau aktivitas psikis manusia. Hal-hal khusus yang menyimpang
dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologis khusus. Psikologi khusus ialah psikologi
yang menyelidiki dan mempelajari dan mempelajari segi-segi kekhususan dan aktivitas psikis
manusia. hal-hal umum yang menyipang dari hal-hal umum di bicarakan dalam psikologi
khusus.

Psikologi khusus ini ada bermacam - macam, antara lain :

1. psikologi perkembangan
yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai masa
tua, yang mencakup :
a. psikologi anak (mencangkup masa anak - anak );
1) psikologi puber dan adolesensi ( psikologi pemuda );
2) psikologi orang dewasa;
3) psikologi orang tua:
b. psikologi social yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau
aktifitas manusia dalam hubunganya dengan situasi sosial.
c. psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus mengguraikan kegitan atau aktifitas
manusia dalam hubunganya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimanna cara
menarik perhatian agar pelajaran dengan mudah di terima, bagaimana cara belajar dan
sebagainnya.
d. psikologi kepribadian dan tipologi yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang
struktur pribadi manusia, mengenai tipe - tipe kepribadian manusia.
e. Psikopatologi yaitu psikologi yang khusus memguraikan mengenai keadaan psikis yang
tidak normal (abnormal).

f. psikologi criminal yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau
kriminalitas.

g. psikologi perusahaan yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal


perusahaan.

4
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Psikologi khusus masih berkembang, terus sesuai dengan bidang - bidang berperannya
psikologi. pada umummya psikologi khusus merupakan psikologi praktis, yang di aplikasikan
sesuai dengan bidangnya5.

5
E.B Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta Erlangga 2009
BAB III

KESIMPULAN

1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia atau
human behaviour serta hakikat jiwa dari awal hingga akhirnya.

2. Kedudukan psikologi dalam sistematika pengetahuan ialah sebagai suatu ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, merupakan pengetahuan yang diperoleh
dengan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dijalankan secara
terencana, sistematis, terkontrol, dan dalam psikologi berdasarkan atas data empiris.

3. Secara garis besar ruang lingkup psikologi meliputi:

1. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.


2. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan.

4. Ruang lingkup psikologi meliputi:

1. Metode yang bersifat filosofis

2. Metode yang bersifat empiris

5. Hubungan psikologi dengan ilmu lainnya meliputi:

1. Hubungan psikologi dengan Fisiologi

2. Hubungan Psikologi dengan ilmu sosiologi

3. Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu keguruan. Dll

6. Tujuan dalam mempelajari psikologi sebagai berikut:

1. Untuk memahami alasan dibalik sikap dan proses mental manusia dengan cara meneliti
baik itu prinsip-prinsip umum maupun spesifik dari suatu kasus.

2. Meningkatkan kualitas hidup mereka sekarang ini atau untuk masa depan.

3. Berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan
kemampuan akademik,sosialisasi, dan emosi.

4. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
tentang tingkah laku.
5. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia atau anak.

6. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai