Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENULISAN KARYA ILMIAH

“PENGARUH GEREJA BAGI REMAJA KRISTEN"

Dosen Pengampu:
Dr.A.E. Koamesakh, M.Th, M.Hum.

Disusun Oleh:
Hanna Gresse Br Gurusinga.

Prodi III:
Pak & Theologi

STT PAULUS MEDAN


BAB l

Pendahuluan

1.latar belakang masalah.

Masa Remaja adalah masa-masa yang sangat rentan dan penting. Hal ini karena masa
remaja adalah saat-saat dimana terjadi perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian.
Sebagian remaja dapat mengatasi transisi ini dengan baik,namun ada beberapa
remaja tidak dapat menangani perubahan ini dengan baik.

Masa remaja merupakan suatu kelangsungan hidup dari tahap-tahap kehidupan yang
harus dilalui manusia. Mengingat hal tersebut, maka pembentukan spiritual bagi anak
remanja menjadi sangat penting.

Gereja (para Pembina remaja) memiliki peranan yang sangat besar dan berat untuk
membangun spiritual remaja Kristen. Remaja butuh dihargai, diterima, dimengerti,
dan diperhatikan. Karena di masa kini ada banyak bahaya yang dapat muncul untuk
mengagalkan kehidupan spiritual remaja, apabila gereja atau Pembina rohani tidak
membangun kehidupan spiritual remaja itu.

1.2.Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan gereja?

b. Apa yang dimaksud dengan spiritual

remaja?

c. Apa saja Peran gereja bagi spiritual

remaja?
1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk :

a. Menjelaskan apa yang dimaksud

dengan gereja.

b. Menjabarkan tentang spiritual remaja

c. Menjelaskan peranan gereja bagi

remaja.

Bab 11

Landasan Teori

1. Gereja

Secara etimologis gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari
i

bahasa Yunani εκκλησία (ekklêsia). ‘Ek’ yang berarti keluar dan ‘klesia’ yang
berasal dari kata kaleo artinya memanggil. Jadi kata ‘ekklesia’ dapat diartikan
dipanggil keluar atau kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. Gereja
memiliki beberapa definisi, yaitu; Gereja ialah ‘umat’, atau lebih tepat, ‘persekutuan’
orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja
pertama-tama bukanlah sebuah gedung.

Gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadat bagi umat Kristen.

Ada beberapa peran Gereja yaitu sebagai berikut;


a. Mendorong setiap individu Kristen untuk menghadirkan Yesus dalam diri masing-
masing (ini adalah peran terpenting dari gereja)

b. Sebagai voice of the good

c. Sebagai shoulder to cry on

Peran pertama dari gereja adalah mendorong setiap individu Kristen untuk
ii

menemukan atau menghadirkan Yesus dalam diri masing-masing. Peran ini


merupakan peran gereja yang utama selain dari peran gereja dalam meningkatkan
kualitas sosial-ekonomi umat atau tujuan lain, yakni sekedar memenuhi kebutuhan
jasmani kehidupan dari warga gereja.

Peran kedua gereja, yaitu voice of the good (corong kebenaran). Ini adalah sesuatu
yang fundamental yang harus dipertahankan oleh gereja. Gereja berperan untuk
menyuarakan hal-hal yang benar, sekalipun hal-hal benar itu mungkin tidak realistis
dan tidak dapat diwujudkan. Apabila gereja menyadari dirinya sebagai suara Tuhan di
dunia, maka gereja harus menyuarakan kebenaran itu bagi dunia.

Peran ketiga gereja adalah shoulder to cry on, yaitu gereja sebagai tempat untuk
mencurahkan setiap hal yang dialami oleh individu yang ada dalam jemaat. Bukannya
hanya beberapa individu saja tetapi juga yang paling jahat sekalipun, dapat
menceritakan tidak hanya kekecewaan dan kesedihannya, tetapi juga mimpi-mimpi
dan harapannya. Seperti bahu untuk menangis demikian juga gereja.

Peran lain dari gereja adalah seperti membantu ornag miskin, mendirikan rumah
sakit, sekolah, dan masih banyak hal lainnya. Gereja memang pada dasarnya tidaklah
organisasi untuk mengatasi hal-hal seperti itu, tetapi tentu saja peran praktis gereja
semacam ini juga tidak boleh dianggap kecil, dan idealnya memang harus ada.

2. Remaja
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘remaja’ berarti: Pertama, mulai dewasa;
sudah sampai umur untuk kawin. Kedua, muda. Istilah remaja ini juga sering
dihubungkan dengan dua kata yaitu: adolescence, yang berarti ‘’sedang tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa’’, dan puberty, yang berarti kelaki-lakian, kedewasan yang
dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Jadi penggunaan kata puberty atau
pubertas lebih merunjuk pada pengertian remaja sebagai masa tercapainya
kematangan seksual yang ditinjau dari aspek biologis, sedangkan penggunaan istilah
adolescence lebih cenderung untuk menggambarkan masa remaja sebagai sebuah
masa perkembangan yang terjadi secara menyeluruh, baik dari aspek psikoligis,
biologis ataupun sosio-kultural.

Dalam pengertian yang luas remaja meliputi semuah perubahan. Remaja merupakan
masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun.
Mengingat pengertian remaja, menunjukkan kemasa peralihan sampai tercapai masa
dewasa, maka sulit untuk menentukan batas umumnya.

Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan


tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada
wanita dan pada laki-laki lebih sedikit tua. Remaja bisa mencapai masa dewasa pada
umur 20-21 tahun.

WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih konseptual. Dalam definisi
tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut;
iii
Remaja adalah suatu masa di mana:

Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual


sekundernya sampai ia mencapai kematangan sosial.

Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak


menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri

Remaja adalah masa trasisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis
kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologis pada diri seseorang.
Dalam masa transisi ini jika remaja tersebut tidak mendapatkan pembinaan spiritual
yang baik maka remaja tersebut maka remaja tersebut akan lebih mengarah kepada
hal yang negatif.

3. Spiritual

Arti dari kata spiritual ini seringkali di definiskan dalam arti yang sempit dan hanya
terfokus kepada kegiatan agama semata. Banyak orang memiliki pandangan dengan
seseorang yang rajin beribadah dan aktif dalam pelayanan, maka orang tersebut
dianggap seorang yang spiritual. Bukan hanya itu, kebanyakan orangpun beranggapan
bahwa hamba Tuhan, pendeta atau pastor adalah orang-orang spiritual. Namun pada
kenyataannya tidak demikian.

Dalam tulisan John Calvin (Institutio) menegaskan bahwa spiritualitas sejati terletak
pada relasi dengan Allah daripada hubungan tentang Allah. seperti juga yang
ditekankan oleh J.I Packer dalam bukunya yang berjudul ‘’Knowing God’’ di
dalamnya menekankan perbedaan yang tegas antara sekedar memiliki pengetahuan
tentang Allah dengan mengenal Allah itu sendiri secara pribadi. Calvin juga
menegaskan bahwa menguasai teologi secara baik dan sistematis sangat berbeda
dengan mengenal Allah secara pribadi. Di satu sisi Calvin menekankan aspek praktis
dalam spiritualitas, di sisi lain dia menekanakan bahwa pusat dari spritualitas Kristen
adalah Allah sendiri dengan kehadiranNya di dalam setiap orang yang percaya.

Spiritualitas sejati tidak berpusat pada kegiatan keagamaan yang superfisial dan
iv

spiritualitas sejati tidak didasari pada tatanan nilai moral serta kewajiban-kewajiban
di dalamnya. Spritualitas sejati adalah persekutuan pribadi dengan Kristus Yesus.
Tuhan Yesus memperingatkan murid-muridNya agar menghindari dan menjauhi
praktek-praktek keagamaan yang sia-sia (Matius 6). Lebih keras lagi teguran Tuhan
terhadap jemaat di Efesus dalam Wahyu 2, Tuhan memuji kerajinan dan komitmen
mereka dalam beribadah dan dalam melayani namun kehilangan kasih yang semua
(spritualitas yang kosong). Aktiftas rohani yang hebat luat biasa tidak menjamin
kualitas spritualnya bagus.

Remaja sangat membutuhkan spiritual yang baik untuk dapat menjalani masa
peralihannya dengan baik, dalam hal ini peran orang tua dan gereja (Pembina rohani)
sangat dibutuhkan. Gereja haruslah berperan secara aktif supaya remaja Kristen bisa
menjadi seorang remaja yang bertumbuh secara spiritual.

Bab III

Pembahasan

Peranan gereja sangatlah penting bagi pertumbuhan spiritual remaja. Remaja yang
berada dalam posisi labil membutuhkan benteng yang kuat untuk bisa bertumbuh
dalam mvasa remajanya dengan takut akan Allah. viDalam membangun spiritual
remaja masa kini adalah bagaimana gereja dapat mendidik mereka dijalan Tuhan
dengan; menyediakan pembina remaja yang berualitas; memfasilitasi persekutuan
remaja dan menyediakan program remaja yang efektif.

1. Menyediakan Pembina remaja yang berkualitas

Untuk membina kerohanian remaja diperlukan peran orang dewasa sebagai role atau
model. Oleh sebab itu gereja perlu menyediakan seorang Pembina remaja yang
berkualitas seperti: memiliki hati yang bersahabat, memiliki kepedulian yang besar
terhadap remaja dan memiliki jiwa kepemimpinan.

a. Memiliki hati yang bersahabat


Pembina remaja harus bisa mengerti keadaan anak muda sehingga pembina rohani
dan remaja bisa menjadi sahabat. Apabila remaja memiliki masalah, remaja dapat
bercerita kepada pembina rohani tersebut dan pembina rohani dapat menyampaikan
saran-saran sebagai seorang sahabat yang bisa menguatkan remaja tersebut. sehingga
remaja tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalahnya.

b. Memiliki kepedulian terhadap remaja

Seorang pembina remaja yang bersahabat akan menunjukan keperduliannya kepada


remaja. Remaja ingin dimengerti oleh orang lain yang ada disekitar mereka. Oleh
sebab itu ada beberapa hal yang dapat pembina remaja lakukan untuk menunjukan
keperdulian mereka;

a. Mengunjungi rumah remaja

b. Ibadah bersama

c. Konseling

c. Memiliki jiwa kepemimpinan

Seorang pembina remaja adalah seorang pemimpin karena memiliki pengikut yaitu
remaja dalam persekutuan yang dibinanya. W.I.M Poli mengatakan, ‘’kepemimpinan
adalah proses hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin, dan dalam
proses ini pemimpin harus bisa menpengaruhi pikiran, sehingga yang dipimpin
menghargai, percaya dan taat kepada pemimpin menuju kepada pencapaian suatu
tujuan tertentu.

2. Memfasilitasi persekutuan dan program remaja


Gereja merupakan jembatan yang dapat menghubungkan remaja. Gereja tanpa
remaja, pastilah gereja itu tidak akan bertumbuh. Begitu pula jika remaja tidak aktif
dalam gereja , maka remaja itu akan kehilangan jati dirinya sebagai remaja Kristen
dan mereka akan merasa kosong. Oleh sebab itu gereja perlu memfasilitasi
persekutuan dan penyediaan program-program remaja yang bermutu yang dapat
membangun kerohanian remaja.

Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa transisi dari dunia kanak-kanak yang telah
ditinggalkan, tetapi masa kedewasaan belum dijalani dengan sungguh-sungguh. Itu
sebabnya dalam membangun spritualitas remaja diperlukan orang-orang dewasa yang
kompeten seperti gereja. Gereja berperan penting untuk menjaga dan memelihara
kehidupan mereka dari awal sampai mereka mengetahui jalan kebenaran melalui
Firman tuhan setiap hari, supaya di masa yang akan datang mereka menjadi seorang
pribadi yang kuat, kokoh dalam imannya dan takut kepada Tuhan, sehingga hidupnya
menjadi berkat dan berarti bagi orang lain.

Daftar Pustaka

Jonge, de. Apa dan Bagaimana Gereja ?: Pengantar Sejarah Eklesiologi. Jakarta:
Gunung Mulia, 2009.

W, Sarlito. Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Adhi. Perjalanan Spiritual Seorang Kristen Sekuler: Enam Alasan Mengapa Saya
Tetap Menjadi Kristen. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
Thom. Meningkatkan Kinerja Jemaat. Bandung: Kalam Hidup, 2000.

Surachmad, Winarno. Psikologi Pemuda: Sebuah Pengantar Dalam Perkembangan


Pribadi dan Interaksi Sosialnya. Bandung: C.V. Jemmars, 1997.
i
Jonge, de. Apa dan Bagaimana Gereja? (Pengantar Sejarah Eklesiologi. Jakarta: Gunung Mulia 2009).Hal
4.
ii
Thom. Meningkatkan Kinerja Jemaat. (Bandung: Kalam Hidup, 2000).Hal 31.
iii
W, Sarlito. Psikologi remaja.( Jakarta: Rajawali Pers, 2016).Hal 77.
iv
Surachmad, Winarno. Psikologi Pemuda: Sebuah Pengantar Dalam Perkembangan Pribadi dan Interaksi
Sosialnya.( Bandung: C.V. Jemmars, 1997).Hal 11
v

vi
Adhi. Perjalanan Spiritual Seorang Kristen Sekuler,(Jakarta: Gunung Mulia, 2008).Hal 34

Anda mungkin juga menyukai