Oleh
Lie Ja Hwe
NIM: 2019.5.103
KARANGANYAR
MEI 2020
1
nilai hidup mereka hampir sama dengan orang dunia, misalnya individualisme dan
konsumerisme.
e.Gereja adalah tubuh Kristus, tempat di mana Kristus berdiam. Gereja telah dipilih
sebagai sebagai tempat tinggal Allah. Dalam realitanya, orang banyak menyatakan
diri menerima Kristus, tetapi tidak perlu untuk ke gereja atau menjadi bagian dari
gereja menjadi seorang Kristen untuk melakukan disiplin pemuridan.
f. Doa dan membaca Alkitab merupakan kebiasaan yang seharusnya mendominasi
orang percaya karena kehidupan iman orang percaya dibangun di atas kebenaran
Firman Tuhan. Namun, pada umumnya orang Kristen mengabaikan isi firman Tuhan
dan percaya pada keyakinan yang berbeda dengan Alkitab
g. Seseorang yang sudah menerima Yesus akan memiliki cerita untuk dibagikan
tentang kasih Allah yang sudah menebusnya. Namun, dalam realitanya hanya
sedikit orang atau sedikit persentase jemaat yang berani dan termotivasi
mengabarkan Injil.
Inilah gambaran kondisi pemuridan saat ini. Sepertinya mustahil
menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus, namun masih ada harapan ketika
pengikut Kristus berinisiatif, berbuah, dan berkomimen senagai misi utama gereja.
kelompok pemuridan dan ada seseorang yang membantu orang percaya menjadi
dewasa dalam Kristus.
dari orang tua. Tujuan proses pemuridan adalah juga menuju kedewasaan. Tahap
dewasa dalam pelayanan Paulus ditandai mutualisme dan kemitraan. Pada tahap
bayi, pribadi yang memuridkan akan lebih sering memberikan instruksi. Tahap anak-
anak ada imitasi (meniru) dan pengenalan, sedangkan waktu remaja ditandai
dengan memotivasi orang lain menjadi pribadi seperti yang Allah inginkan. Pada
tahap dewasa, pembelajaran menjadi proses mutualisme yang saling membangun.
Paulus saling memberi dan menerima dari jemaat di Roma (Roma 1:11-12),
terdapat hubungan yang saling menguntungkan. Paulus tidak hanya memberi
karunia rohani, namun juga menerima, mereka saling menguatkan. Bukan hanya
sebagai mitra, Paulus juga melihat dirinya sebagai rekan kerja bagi yang lain dalam
PI, seperti dengan Timotius, Titus, Epafroditus, Silvanus, Priskila, Akwila, Euodia.
Dari model pemuridan orang tua yang digunakan Paulus, dia selalu bertujuan
untuk memotivasi orang lain menjadi seperti yang Yesus rancangkan. Meskipun
bahasa dan gambaran model pemuridan yang digunakan Paulus berbeda, tujuan
dan caranya mencerminkan pemuridan yang Yesus lakukan. Yesus sengaja
memanggil beberapa murid agar mereka menjiwai pesan dan misi-Nya dan
melipatgandakan diri-Nya dengan cara memberikan teladan, menjadi guru yang
provokatif, pelatih yang penuh dukungan, dan menjadi seorang delegator utama.
sama lain dalam kasih untuk bertumbuh dewasa dalam Kristus. Hal ini termasuk
juga melengkapi murid untuk mengajar orang lain juga. Berdasarkan definisi
tersebut, pemuridan dibangun dengan sarana, yaitu relasi yang intensional, rekan-
rekan pemuridan akan bertemu pada waktu yang teratur. Intensional menyiratkan
juga makna tujuan, yaitu tujuannya “bertumbuh bersama menuju kedewasaan dalam
Kristus”. Ada interaksi yang saling mendukung, saling menajamkan sesamanya,
berjalan bersama para murid lainnya.
Tiga ciri kualitas hubungan pemuridan yang timbal balik adalah (1) saling
menguatkan satu sama lain.Rekan-rekan dalam kelompok pemuridan adalah alat
Roh Kudus yang berperan untuk menguatkan kita sebagai pribadi yang spesial. (2)
bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus dengan memperlengkapi kehidupan
sehari-hari dengan berbagai disiplin, keteramplan, kebiasaan, dan perilaku yang
berguna untuk menjadi pengikut Yesus. (3) ada tantangan dari teman-teman kita
untuk kita berkesempatan bermisi.
Hal yang penting dalam pemuridan adalah kita melakukan pemuridan dalam
kasih, tujuan hubungan pemuridan adalah untuk bertumbuh menuju kedewasaan
dalam Kristus. Kemudian, diperlengkapi untuk mengajar orang lain atau
bermultiplikasi sehingga terjadi rantai pemuridan melewati generasi. Multipikasi
terjadi bila orang-orang yang Anda muridkan menangkap visi untuk multiplikasi dan
memiliki keterampilan untuk memuridkan yang lain. Prioritas pertama seorang
pendeta sebenarnya adalah untuk menginvestasikan dirinya dalam diri beberapa
orang lain sehingga mereka juga dapat menjadi pembimbing dan pelayan Yesus.
murid masih terbatas, ada tekanan pada orang yang memuridkan untuk aktif,
keadaan rohani juga dituntut “sempurna”, membangun suatu hierarki yang
cenderung menghasilkan ketergantungan, membatasi tukar pikiran/dialog,
teladannya satu orang saja, jarang sekali terjadi multiplikasi, hanya yang percaya diri
dan termovitasi untuk mereproduksi
Usulan model yang nonhierarki adalah melihat pemuridan sebagai proses
mutual dari pembimbingan 2 pribadi yang sederajat (hubungan berdampingan) untuk
menghindari ketergantungan dan otoritas di atas yang lain. Alternatif model yang
Alkitabiah adalah model hubungan Barnabas dan Paulus. Meskipun mereka berakhir
dengan perpisahan karena perdebatan atas Markus, model ini adalah suatu
pemuridan sederajat. Mereka melayani secara berdampingan di Antiokia sampai
mereka diutus untuk melakukan perjalanan misi Paulus yang pertama. Penyebutan
Barnabas-Paulus, Paulus-Barnabas bergantung situasi pelayanan mereka. Kadang
Paulus muncul sebagai juru bicara utama. Model ini mengubah pendekatan hierarki
yang menghasilkan ketergantungan menjadi model pembimbingan pribadi yang
sederajat yang lebih memiliki kekuatan untuk menghasilkan multiplkiasi.
Alternatif model hubungan satu orang dengan satu orang disebut sebagai
triad, yaitu hubungan antara 3 orang. Jumlah tiga orang merupakan ukuran ideal
bagi kelompok membuat murid, lebih memaksimalkan dinamika dalam menghasilkan
perubahan dalam seluruh situasi hubungan menjadi penuh semangat, sukacita, dan
reproduktif. Ada pergeseran tekanan, penekanan pada mutualis dan tanggung jawab
sebagai titik utama dikurangi sehingga sebagai rekan sederajat dan bukan seorang
yang berotoritas. Ada pergeseran dari model hierarki ke model relasional. Triad
menciptakan perjalanan mutual berdampingan. Fokus pada Kristus sebagai Pribadi
yang mana semua peserta mengarahkan hidup mereka, bukan pada orang yang
memuridkan. Dengan model triad, terjadi hubungan yang begitu hidup dan dinamis
dan mendapatkan hikmat yang beragam dari anggota triad yang berbeda tingkat
kedewasaannya. Selain itu, ada tiga jenis hubungan pembimbingan pribadi yang lain
dengan model saru orang: pembimbing rohani (pengikut Kristus yang saleh dan
dewasa), pelatih (pemberi motivasi dan memiliki keahlian), dan sponsor (seorang
mentor yang memiliki kredibilitas, posisi, dan otoritas rohani dalam sebuah
organisasi atau jaringan, yang terkait dengan orang yang dibimbing yang tidak
memiliki sumber yang dapat memampukan perkembangan orang tersebut dalam
organisasi). Setiap orang percaya memiliki kesempatan untuk terlibat dalam
hubungan pemuridan dengan tujuan untuk bertumbuh menjadi murid Kristus yang
dapat bermultiplikasi.
-Berjalan bersama-sama satu dengan yang lain dalam masa sulit. Hubungan yang
dekat dalam kelompok kecil menjadikan setiap anggota dapat berjalan bersama
melalui masa-masa sulit atau penderitaan yang dialami salah seorang anggota.
-Menjadi seorang pendengar reflektif, pendengar yang juga merenungkan apa yang
dikatakan sehingga dapat membantu sesama anggota dengan saling mendoakan.
Ada pergumulan ketika harus memilih sesuai dengan yang Tuhan inginkan.
Bimbingan Tuhan atau suara Tuhan dibutuhkan agar tidak salah pilih. Suara Tuhan
bisa terbenam oleh kebingungan karena banyaknya pilihan.
-Mengakui dosa-dosa satu sama lain sehingga dapat dipulihkan. Setelah melalui
tahap-tahap sebelumya, maka kita harus sampai hasil akhir dari keterbukaan, yaitu
saling mengakui dosa yang terus menghantui kita kepada sesama anggota sehingga
dapat terjadi kesembuhan baik jiwa maupun fisik. Dalam proses transformasi, unsur
ini nampaknya telah hilang dalam masa sekarang ini.
(2) Kondisi iklim yang kedua: Kebenaran Firman Tuhan. Segala tulisan dalam
Alkitab berisi perkataan Allah sendiri. Dalam 2 Timotius 3: 16-17, Paulus
menyatakan Firman Tuhan berguna untuk mengajar tentang inti dari kehidupan
Kristen secara sistematis, menyatakan kesalahan (menunjukkan dosa, Alkitab
menunjukkan diri kita sebenarnya dan membandingkan dengan kita yang
seharusnya), memperbaiki kelakuan karena kesadaran yang Roh Kudus berikan,
dan mendidik orang dalam kebenaran (melatih menjadi benar, caranya dengan
merenungkan dan menghafal Alkitab sehingga terjadi transformasi dalam pemikiran)
(3) Kondisi ketiga: Pertanggungjawaban Bersama. Hubungan pemuridan di
antara anggota bersifat terikat dalam perjanjian yang berupa persetujuan tertulis
dan disetujui para anggota yang menyatakan komitmen dan harapan. Maksud
pertanggungjawaban bersama adalah keputusan yang didasarkan kehendak sendiri
untuk mengikuti standar tertentu dan secara sukarela menundukkan diri sendiri pada
pertimbangan orang lain yang melalui mereka kinerja kita dinilai dengan standar
tersebut.Tidak mudah menundukkan diri, tetapi seorang murid adalah orang yang
berada di bawah suatu otoritas, murid Yesus harus menyangkal diri (Lukas 9: 23).
Dalam kelas pengajaran atau khotbah dalam ibadah umum, isi kebenaran
adalah yang utama, sedangkan kedekatan dan pertanggungjawaban sekunder.
Dalam konteks pemuridan yang dapat mendatangkan transformasi,
kekuatannya adalah menggabungkan semua unsur, yaitu kedekatan, kebenaran,
dan pertanggungjawaban secara sembang.
-Memberitahu bahwa dalam sebuah kelompok pemuridan triad, akan ada orang
ketiga yang bergabung bersamanya.
-Menentukan waktu pertemuan pertama yang akan diisi dengan membuat komitmen
dan mengadakan penandatanganan perjanjian sebagai pertanggungjawaban.
-Membimbing para peserta di sepanjang pertemuan, dalam waktu satu setengah
jam, ada waktu untuk sharing pribadi, umpan balik dari pertemuan sebelumnya,
membagikan pengalaman kehidupan yang terjadi, dan berdoa
-Setiap calon penandatangan perjanjian dalam kelompok triad harus berpartisipasi
penuh dalam setiap pertemuan, serta terjadi juga rotasi kepemimpinan dalam setiap
pertemuan yang akan membuat setiap anggota percaya diri.
Visi kelompok pemuridan triad adalah menghasilkan multiplikasi dari para
pengikut Yesus yang berinisitaif dan bermultiplikasi. Diawali dengan satu kelompok
pemuridan triad dan dijalankan selama 1 tahun. Setelah itu, miliki visi jangka
panjang untuk dikembangkan. Dalam tahun pertama bersama tiga orang kelompok
pemuridan akan terjadi perkembangan dengan kedekatan antar anggota. Pada
tahun kedua didorong dan dilatih 2 kelompok pemuridan baru, dan pepimpinnya
memulai sendiri. Pada tahun ketiga akan menjadi 9 kelompok, dan seterusnya.
Kemudian, memilih orang-orang yang tepat untuk menumbuhkan jaringan
pemuridan multigenerasi. Bisa saja memulai dengan orang yang belum pernah
secara sengaja dimuridkan, namun sudah memiliki hati untuk Allah dan mengubahn
menjadi orang-orang yang bermultiplkasi. Reputasi mereka juga akan memberi
kredibilitas bagi usaha pemuridan baru ini. Kita dapat memastikan adanya hasil dari
investasi. Bila diberi waktu 1 tahun dengan 2 orang apakah layak diperjuangkan
untuk bermultiplikasi. Orang-orang yang cukup kokoh, stabil, setia, dan bisa
dipercaya adalah orang yang baik untuk replikasi.
Setelah jaringan pemuridan mulai bermultiplikasi, visi untuk bermultiplikasi
harus terus dipertahankan. Hal yang harus dihindari adalah menyelesaikan
pemuridan menjadi program kerja dan membunuh organisme yang dapat
bermultiplikasi sendiri ini. Beberapa cara untuk terus menjaga visi dan energi dalam
bermultiplikasi: mengumpulkan bersama jaringan pemuridan secara teratur untuk
saling berbagi dan memotivasi; mengundang pembicara tamu yang bersemangat,
berkomitmen pada pemuridan, dan menggunakan kisah-kisah transformasi hidup
dalam pengalamannya sehingga dapat membakar kembali suatu visi multiplikasi;
bertemu dengan para pemimpin kelompok dalam tiga atau empat kelompok untuk
saling berbagi pengalaman dan ide; bertemu dengan anggota-anggota kelompok
yang sudah menyelesaikan tiga per empat kurikulum pemuridan untuk mendorong
mereka melanjutkan perjalanan pemuridan; dan dengan cara menerbitkan laporan
berkala pemuridan yang akan dikirim kepada semua anggota, berisi visi pemuridan
dan kesaksian-keaksian tertulis dari para anggota kelompok.
William Barclay pernah menulis “setiap orang Kristen harus melihat diri
mereka sebagai penghubung bagi generasi selanjutnya’. Kita perlu mempraktikkan
penyerahan tongkat estafet dengan cara memiliki visi untuk mereproduksi dan
dalam jangka panjang mengabarkan Injil dari satu generasi ke generasi berikutnya,
Warisan yang kita tinggalkan bukan berupa sejumlah uang besar pada anak-anak
kita, namun warisan atau investasi kekal yang kita berikan adalah prioritas hidup
kita sebagai pengikut Kristus yang berinisiatif, berkomitmen sepenuhnya
menuju kedewasaan dalam Kristus.
11