Anda di halaman 1dari 225

PENGANTAR

PSIK OGI
KON . LING
KRISTEN
PENGANTAR PSIKOLOGI & KONSELING KRISTEN (1)
Diterjemahkan dari buku berjudul
Introduction to Psychology and Counselillg
Oleh: Paul D. Meier, M.D., dkk
Penerbit: Baker Books
a division of Baker Book House Company
P.O. Box 6287, Grand Rapids, MI 49516-6287
Copyright (c) 1982, 1991 by Baker Books
All rights reserved
Published 1982. Second edition 1991

ISBN: 0-8010-6275-6

Diterbitkan dalam bahasa Indonesia 2004 oleh:


Penerbit Buku dan Majalah Rohani
(PBMR) AND!
JI. Beo 38-40, Yogyakarta 55281
Telp. 0274 - 561881; 584858
Faks. 0274 - 523160
E-mail: pbmrandi@jogjamedianet.com

DiJarang memperbanyak sebagian atau seluruh


isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penulis/penerbit sesuai Undang-
undang Hak Cipta dan moral kristiani.

----------------------
PBRA/013/Februari 2004/0472
Penerjemah : Johny The
Peredaksi : Suryadi
Desain Sampul : Fidelis Felix
DTP : Parwanto
Jenis Huruf : Book Antiqua, 10 pt.
Percetakan : AND! Offset, Jogja

Cetakan ke : 65432
Tahun : 09 08 07 06 05

foImdlng MeMIII C8A Indonesia


O9IPBIJ06O«:aA Ina
Untuk Guru Kami
(Rohani dan Profesional)
yang telah mengajar
dan membimbing kehidupan kami
selama lebih dari 30 tahun.
Daftar lsi

Prakata Edisi Pertama ........... ................ ..... ..... ... .................... ... ..... ..... .................. .....vii
Prakata Edisi Kedua .. .... ..... .. ...................... ,............... .- ... ................. ........................... ix
\
1. Pengantar Psikology .. ....... ..... ..... ... .. .... .. ............ ....... ... .. ........ .. ..... .... ...... ...... 1
Perkembangan Psikologi
Cara-cara Mengetahui
Metode Ilmiah
Psikologi dan Kekristenan
Manusia d ari Sudut Pandang Holistik
Sumbangan Kristen untuk Psikologi

2. Dasar Biologi untuk Men genal Tingkah Lab ... .............. ........................ 29
Neuron
Sistem Saraf Sentral
Sistem Saraf Periferal
Sistem Endokrin
Variasi dalam Kesadaran

3. Sensasi dan Persepsi .. ...... .. .......... .... .................. ......... .. ........ .... ... ........ ........ 49
Sensasi
Persepsi

4. Emosi .. ............... .. ....... ... ..... ... ...... ...... ... ..... ...... ..... ..... .. ... .... .... ....... .. .... ........... 69
Teori-teori Emosi
Komunikasi Non-verbal
Emosi Positif
Emosi Negatif

5. Motivasi ... ........... .. .... ... .. ... .. .. ............ .. ................. ........ .. ... ...... ........................ 85
Teori-teori Motivasi
Dorongan Biologis
Sikap Hiperaktif

IV
6. Proses Belajar ..................................................... ~ ........................................ 105
Pembiasaan I<lasik
Pembiasaan Operan
Proses Belajar melalui Observasi (melalui Model)

7. Me!Jl.OSi, Pemahaman dan Penilaian Diri Sendiri ................................. 133


Memori
Pemahaman
Mengembangkan Penilaian Diri Sendiri yang Sehat

8. lntelegensi .............................. :..................................................................... 163


Apakah Intelegensi itu?
Teori-teori Intelegensi
Intelegensi: Diwarisi, Dipelajari atau Unik?
Pengujian Psikologis
Kemunduran Mental
Bakat

9. Psikologi Sosial .........................................................................:................. 181


Sikap
Pengaruh Sosial

Akhir I<ata ...................................•..................................................................... 193

Lampiran: Proyek Pengubahan Diri Sendiri ............................................... 197 .

Daftar Istilah ..................................................................................................... 203

v
Prakata Edisi Pertama

~
alam pengantar buku 0.. lris.titm Psychintrtj (PSi.k.'ii'1 tri Kristen) saya telah
menulis bahwa saya memperkirakan bidangkonseling Kristen akan
mencapai popularitas pad a tahun-tahun yang akan datang. Memang, .
konseling telah menjadi bidang yang menarik minat besar di antara kaum Injili
konservatif. Menyadari bahwa belum banyak buku teks dalam bidang tersebut;
rekan-rekan sejawat saya dan saya menulis buku teks tentang psikologi dan
konseling Kristen ini.
Seperti halny .~ Psikiatri Kristl?ll , karya kami tetap berdasarkan Alkitab. Kami
memandang Alkitab sebagai firman Allah yang tidak bisa salah dan sebagai dasar
dan penuntun kehidupan kami.
Kami tetap berusaha menjaga keseimbangan dalam pendekatan kami
terhadap konseling - keseimbangan antara perasaan dan tingkah laku, antara
masa lalu dan sekarang, dan antara teori dan praktek. Latar belakang pendidikan
kami yang beragam memb?ntu menjamin keseimbangan itu.
Kami berdoa agar Allah memberkati buku ini untuk kemuliaan Anak-Nya,
Yesus Kristus. Kami berdoa agar Allah memakai buku ini untuk mempengaruhi :
anak-anak muda Kristen sehingga mereka bisa menjadi konselor-konselor yang
sehat dan cakap.

FRANK MINIRTH, M.D.


Prakata Edisi Kedua

!fJ7) ada tahun-tahun terakhir "tamparan psikologi" telah menjadi bahan


-Jpembicaraan favor it di antara orang-orang Kristen tertentu. Banyak orang
telah menentang penggunaan bahkan juga studi tentang psikologi oleh orang-
orang Kristen. Benarkah psikologi telah menjadi bagian dari persekongkolan
Gerakan Zaman Baru?
Para mahasiswa kadang-kadang mas uk seminari Kristen dan bertanya,
" Mengapa saya harus belajar psikologi? Say a merencanakan untuk menjadi
pendeta (atau misionaris, atau pendidl.k Kristen, atau ....), jadi mengapa saya
harus mempelajari mata 'kuliah lain selain Alkitab?" Apakah psikologi relevan
untuk orang Kristen? Haruskah orang Kristen memikirkan belajar psikologi?
Di sisi lain, banyak orang Kristen seperti James Dobson, seorang psikolog
klinis, tidak melakukan kompromi dengan iman mereka ketika mereka
mempelajari dan menggunakan psikologi. Bahkan beberapa orang telah mema-
kai disiplin ini untuk menjadi pemimpin Kristen yang lebih efektif. Mungkin
bahayanya terletak bukan pada psikologinya, melainkan pada prioritas yang
salah. Menjadikan psikologi sebagai ilah seseorang sarna menyesatkannya seperti
menghilangkannya sebagai pekerjaan Iblis. Sudah tentu tidak setiap ide yang
disarankan oleh para psikolog harus seger a diterima, tetapi sama halnya disiplin
ini tidak bisa langsung ditolak mentah-mentah.
. Bagi banyak orang, edisi pertama Pengantar Psikologi dan Konseling telah
mernbantu memilah-milah masalah ini, dengan menemukan aspek psikologi yang
berguna dan menunjukkan nilainya yang praktis. Edisi pertama disambut dengan
penuh antusias. Banyak sekolah dan seminari yang menggunakannya sebagai buku
teks, selain itu buku ini terjual dengan baik di masyarakat umum. Dalam waktu
enam tahun. buku ini sudah dicetak ulang tujuh kali. Kami bersyukur untuk hal ini.
Dalam edisi baru ini, bagian pertama buku ini telah dikembangkan lebih
luas sehingga mencakup b.eberapa informasi lain yang relevan yang harus
dipikirkan orang Kristen, juga beberapa penerapan tambahan yang bisa dipakai
oleh para pemimpin gereja. Bagian akhir buku ini telah dipadatkan dan disusun
ulang supaya sesuai dengan cara normatif untuk mengajarkan psikologi secara
urnurn. Dalam proses kami berusaha untuk mempertahankan bagian buku yang
membantu membuat buku ini terkenal juga di masyarakat umum
Yang baru dalam edisi ini adalah bagian khusus atau "fokus" yang
menjelaskan orang-orang, ide-ide, dan penerapan yang relevan. Pada urnumnya
penjelasan itu menekankan penggunaan psikologi di dalam gereja. Dalam
pengertian apa pun jangan dipandang sebagai jawaban akhir, karena dalam
situasi-situasi yang nyata masalahnya jauh lebih rumit daripada penjelasan yang
disederhanakan ini. Namundiharapkan bahwa dengan mempertirnbangkan satu
konsep psikologis untuk satu situasi khusus, para murid akan mulai menerapkan
ide dasarnya. Dalam situasi nyata, beberapa konsep psikologis harus dipikirkan,
bersamaan dengan prinsip-prinsip Alkitab, untuk memperoleh pemahaman dan
penerapan yang lebih lengkap.
Ori khas buku ini sudah tampak jelas dan dapat diringkas menjadi tiga K.
Ciri khas yang paling penting adalah buku ini bersifat Kristiani. Kami telah
berusaha untuk menulis sebuah buku yang sepenuhnya kristiani - dari sudut
pandang yang mendasar sampai penerapan khusus. Para penulis percaya bahwa
Alkitab adalah sumber kebenaran yang terpenting dan sepenuhnya dapat
dipercaya. Ada penekanan pad a penerapan praktis dalam konteks Kristen,
termasuk gereja.
Studi psikologi secara klasik ~itekankan sepanjang karya ini. Riset terbaru
tidak selalu merupakan riset terbaik, dan mungkin banyaknya perhatian pada
penemuan terbaru dalam buku pengantar pada urnumnya membuat penemuan
itu cepat terkenal. Buku ini tidak mengabaikan riset terbaru dan terpenting, tetapi
penulis percaya bahwa para mahasiswa yang belajar pengantar ini perlu memiliki
dasar yang kuat dalam studi psikologi klasik yang bisa membantu membentuk
disiplin ini dan akan terus menjadi fondasi bagi riset terbaru.
Ciri khas ketiga buku ini adalah orientasi klinis, seperti ditekankan pada
bagian akhir judul buku ini. Penulis tidak mengabaikan sudut pandang dan topik
lainnya, namun penulis menempatkan prioritas pada konseling Kristen dalam
buku ini, dan dua bab buku ini yang terpanjang dikhususkan untuk membahas
topik ini. Orientasi ini sebagian berakar dari latar belakang para penulis
sebeJumnya (psikiatri) dan sebagian dari keyakinan yang dipegang oleh semua
penulis bahwa konseling merupakan salah satu bidang paling penting di mana
psikologi bisa membantu urnat manusia.
Kami ingin berterima kasih atas bantuan mereka dalam edisi pertama: Judy
Slease atas bantuan editorialnya dalam draf awal; Betty DeVries, yang melayani
sebagai editor senior dan koordinator produksi; Walter R. Hearn, editor; dan
Daniel}. MaIda, desainer.
Kami juga ingin berterima kasih kepada Allan Fisher, direktur publikasi,
atas bantuannya untuk edisi kedua, dan Maria E. denBoer yang telah menyunting
salinan naskah ini. Kami juga menghargai para psikolog yang meninjau draf
pertama edisi kedua ini dan memberikan banyak komentar berrrianfaat.
x
Kami percaya bahwa edisi kedua ini akan jauh lebih bermanfaat daripada
edisi pertama. Orang Kristen memerlukan psikologi sebagai alat untuk membantu
mereka memahami diri sendiri dan orang lain. Kami berdoa agar edisi ini
membantu kita mencapai tujuan itu, seperti haJnya edisi pertama.

DONALD RATCLIFF, Ed.5.

XI
1
Pengantar Psikologi
t7J7) sikologi dapat didefinisikan sebagai suatu studi ilmiah ten tang
-Jperilaku dan pemikiran organisme. Psikologi bisa dianggap sebagai
studi bagaimana makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan mereka
dan sesama mereka, dan bagaimana mereka menguasai (baik berhasil
maupun gagal) lingkungan itu. Dengan demikian, psikologi tumpang tindih
dengan filosofi dan religi juga dengan ilmu-ilmu lain seperti fisiologi, antro-
pologi, dan sosiologi. Para psikolog tertarik dengan perbedaan antara ber-
macam spesies binatang dan cara-cara manusia yang berbeda dengan
binatang ataupun mesin.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Psikologi hampir memiliki pertumbuhan eksponensial selama beberapa
dasawarsa terakhir ini. Banyak buku tentang psikologi, baik teknis maupun
populer, bermunculan dari banyak penerbit. Kuliah-kuliah psikologi
termasuk dalam kuliah-kuliah paling populer di kampus-kampus dan uni-
versitas-universitas. Pendaftaran mahasiswa tingkat sarjana di program-
program studi psikologi meningkat dengan angka pertumbuhan yang luar
biasa. Pada dasarnya, setiap sekolah pendidikan lebih tinggi di belahan bumi
Amerika Utara memusatkan beberapa aspek kurikulumnya pada studi
ten tang perilaku manusia dan organisme.
Kemajuan psikologi ilmiah sungguh luar biasa, melihat bahwa Wilhelm
Wundt pertama kali mendirikan psikologi sebagai disiplin akademik yang
mandiri dan mencukupi diri sendiri pada tahun 1879. Dia mendirikan
sebuah laboratorium psikologi di Universitas Leipzig Jerman, tempat banyak
mahasiswa psikologi mula-mula mengikuti pelatihan mereka . Sekitar
pergantian abad pengaruh ilmu pengetahuan psikologi mulai dirantaskan
melintasi Eropa dan Amerika.
Para psikolog mula-mula mencoba untuk melakukan persis seperti apa
arti istilah "psikologi" - studi ("logy") pikiran ("psyche"). Se~entara para
pendahulunya menekankan filosofi pikiran atau fisiologi otak, Wundt
memakai ked ua penekanan i tu untuk mengembangkan pendoe katan
eksperimental guna memahami perilaku manusiao Wundt memanfaatkan
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSElING KRrSTEN 1

introspeksi atau observasi diri yang di dalamnya individu mengalami suatu


peristiwa dan kemudian mencoba menggambarkannya. Dengan mengulangi
atau membuat replika pengalaman yang sarna dengan orang yang berbeda,
Wundt mencoba menentukan komponen-komponen alam sadar dan melihat
bagaimana komponen-.komponen ini menyatu dalam pikiran-pikiran yang
kompleks. Dia juga melakukan riset tentang pembuatan keputusan dan
waktu reaksi . Ketika karya Wundt terkenal, laboratorium-Iaboratoriu",
sejenis berkembang di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.
Sebelas tahun setelah pendirian laboratorium psikologi pertama, Will-
iam James, seorang psikolog dan filsuf Amerika, menulis buku teks psikologi
umum pertama, berjudul Tilt! Prillciples of Psychology (1890) . Karya ini, yang
diakui sebagai tonggak psikologi, menekankan fUllgs; kesadaran, bukan
kompollell -komponen kesadaran seperti yang telah dikerjakan Wundt.
Perspektif ini dikena! sebagai fungsionalisme, yang menekankan aplikasi
praktis dalam riset situasi sehari-hari.
Selama dasawarsa kedua abad ini, perspektif ketiga, yaitu behaviorisme,
dikembangkan ()Ieh psikolog Amerika, John B. Watson. Meskipun menerima
metode eksperimen, Watson menolak studi kesadaran karena dia percaya
bahwa studi ini hanya bisa diteliti secara tidak langsung. Karena perilaku
dapat dipelajari secara langsung dj:ln diukur secara tepat, dia bertahan bah-
wa hanya objek psikologi ilmiah yang dapat dibenarkan. Watson beralasan
bahwa perilaku manusia terikat oleh (peristiwa sebelum perilaku terjadi)
menghasilkan suatu tanggapan (perilaku itu sendiri). Sebagai akibatnya,
pendekatannya sering kali ditandai dengan teori S-R (Stimulus-Response) .
Teori Watson menjadi sangat populer pada tahun 1920-an dan tetap dontin-
an dalam dunia psikologi Amerika selama beberapa dasawarsa (khususnya
setelah B.F. Sk.inner memperluas perspektifnya), dan terus memiliki pen-
dukung fanatik bahkan sampai saat ini.
Semen tara Amerika Serikat menjadi pengikut behaviorisme, pandangan
Freud yang secara radikal berbeda mulai muncul di Eropa . Freud me-
mandang ketidaksadaran sebagai penyebab utama perilaku, dan meng-
anggap manusia pada dasarnya tidak memiliki penyebab nyata tindakan
mereka karena penyebab-penyebab ini tersembunyi dari kesadaran . Teori
Freud ini, yang disebut psikologi psikoanalisis, diturunkan dari sejarah-
sejarah kasus orang-orang yang dia bimbing bukan dari eksperimen. Inilah
yang mungkin menyebabkan mengapa teori ini tidak populer di Amerika
Serikat karena lebih berorientasi pada eksperimen. Semen tara pandar.gan
Freud tidak pernah mendominasi psikologi Amerika, penekanannya pada
pengalaman masa anak-anak awal sangat mempengaruhi banyak psikolog
(meskipun hanya sedikit yang benar-benar menerima gagasannya tentang
bagaimana pengalaman-pengalaman ini mempengaruhi orang) .
Dengan kekuatan behaviorisme di Amerika pada tahun 196C-an,
beberapa orang cenderung untuk mengejek bahwa psikologi telah "ke-
hi1angan pikiran", karena fenomena mental diperkecil oleh penganut
. - ..-~ "",",. -..,,- .- _.......,.'-..__._--------
.......... ... --
behaviorisme. Pada tahun 1970-an, pikiran kembali menjadi objek studi
serius bagi para psikolog (Zimbardo, 1982), meskipun cara pikiran dipahami
secara berbeda dari pandifngan psikolog awal. Saat ini pendekatan kognitif
menjadi sangat populer. Tedri ini memusatkan diri pad a memori, proses ber-
pikir, pemecahan masalah, perasaan, dan aspek-aspek kesadaran lain. Psiko-
logi humanistik, suatu perspektif yang menekankan kebebasan manusia dan
suatu pandangan positif terhadap sifat manusia, menjadi populer selama
tahun 1960-an. Sepanjang sejarah psikologi, pendekatan biologis juga di-
anggap penting dalam memutuskan paling sedikit beberapa macam perilaku
manusia; sara£, endokrin, dan sistem urat saraf jelas harus diperhitungkan
ketika mempelajari aktivitas man usia. Saat ini ada kecenderungan bahwa
seorang psikolog akan berpegang bukan hanya pada satu teori, melainkan
gabungan teori.

CARA MENGETAHUI
Sebelum psikologi diakui sebagai salah satu disiplin tersendiri, ilmu ini
dianggap sebagai cabang filsafat. Suatu masalah pokok yang selama berabad-
abad telah dipertimbangkan oleh para filsuf adalah epistemologi, atau perta-
nyaar bagaimana orang tahu. Metode ilmiah, yang menjadi dasar psikologi,
adalah s.atu cara ITlE:mbentuk kesimpulan-k esimpulan .
Ray dan Rivizza (1985, 3-7) mencatat enam cara mengetahui : (1) kegi-
gihan; (2) otoritas;, (3) kepercayaan sebelumnya; (4) alasan; (5) akal sehat;
(6) metode ilmiah.
Pertama, kita tahu dengan kegigihan, dengan menerima sesuatu sebagai
kebenaran karena hal itu selalu begitu. Tanpa melihat bukti yang sebaliknya,
seorang pribadi dengan keras kepala tetap menolak fakta. Sikap dasarnya
adalah " Aku mengatakannya ; aku mempercayainya; qagik~ itll sudah
berakhir!" Kegigihan bahkan ditemukan di antara sedikit psikolog yang
tidak mau menganggap sesuatu sebagai kesimpulan-kesimpu1an mereka
sendiri, seperti halnya di antara sedikit pejuang Kristen yang anfipsikologi
akhir-akhir ini.
Cara kedua untuk mengetahui adalah mel a lui otoritas . Hal in i meli-
batkan perkataan orang lain (atau perkataan sesuatu) tentang pokok masa-
lah. Orang Kristen menarik otoritas dari Alkitab sebagai cara u~fti.k men~E! ta­
hu i Allah d an manu sia . Banyak di antara ke s impuliin-kesim ~ ula'" kita
berdasarkan otoritas karen~ kalau kita meneliti• segala:~;~su.ati;:d~ngan
~ '( ~
• Jf'
~aha
.

kita sendiri akan memerlukan ban,yak waktu. Sebuah b,u,k~g~fUlJj~.k· petliciik-


an m obil, sarjana teologi .favorit, dan bahkan buku t~ks p's ~ologi ·uthum
d ap at dianggap sebagai otorit~ s dalam pengertian ini . Beberapa or~ng
.
Kristen meninggikan seorang
. pendeta atau denorninasi dalam ' tingkatan ini .
Kita juga dapat mengetahui dengan kepercayaan sebelumnya. :Inilah
praduga-praduga yang menjadi langkah awal kita, seperti menganggap
bahwa indera pada umumnya dapat diandalkan dan bahwa ciunia yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

kita tempati su,ngguh-sungguh ada. Kepercayaan sebelumnya dipegang oleh


setiap orang, termasuk para ilmuwan, karena kepercayaan itu masuk aka!
dan karena kita harus memiliki beberapa macam fondasi sebelurn mencari cara
lam untuk tnengetah~i. Filsu£ terk~nEJ:l Descartes memulai dengan asumsi
Aku berpikir, karena itu aku ada''. Orang Kristen s,eperti almarhum Fran-
II

cis S.chaeffer sering kali menekankan kebutuhan tUituk memeriksa kepe,rca-


yaan dasar dan asumsi-asumsi 'kita u.n tuk melihat apakah hal. itu bisa
dipercaya.
Para ilmuwan juga membuat asumsi d .a n roeml?angun struktur ilmu
penge~ahu.w berdasarkan asumsi tersebut. Orang .K risten harus menyadari
asumsi yang diambil oleh para ilmuwan dan membandingkannya dengan
pend.a pat mereka sendiri. AsUinsi yang dinyatakan secara terbuka dan terus-
terang memampukan oraJtg lain mendeteksi bias yang dittiasukkan oleh para
pelaku eksperittien ke dalam rancangan riset mereka. Jika para psikolog Kris-
ten menyusun tes untuk kematangan rohani, mereka -harus bersedia menya-
takannya secara terbuka persis seperti asumsi yang mereka buat tentang
kematangan rohat}i.
Alasan dan logika dapat juga dipakai untuk mengetahui segala sesuatu.
Hal ini dap~t san,gat bennanfaat sepanjang asumsi-aswnsi awalnya benar.
Akal sehat juga bermanfaat, dan,jelas lebih b!lik daripada kegigihan belaka
yang memakai pengalaman kita !lendiri sebagai dasar untuk menarik ke-
simpulan. Sayangnya. pengalaman seseorang sangat terbatas untuk mem-
buat cara ini sebagai satu~satunya hal untuk mengetahui. Lebih jauh, apa
yang kita rasakan dalam suatu situasi sering kali merupakan hasil dari asum-
si-asumsi dan harapan-harapan kita seperti pengalaman yang sungguh-
sungguh terjadi.
Cara terakhir untuk mengetahui adalah metode ilmiah. Riset psikologi
telah sangat dipengaruhi oleh pendekatan untuk mengetahui. Sementara
suatu teori tidak dapat "dibuktikan" dalam arti absolut, riset eksperimental
dan jenis riset lain dapat memberikan bukti menerima atau menolak kesim-
pulan tertentu. Mungkin nilai terbesar dari metode ilmiah adalah mampu
menguji gagasan-gagasan dan kemudian membuang gagasan yang tidak
layak dipercaya.
Orang Kristen dapat menemukan nilai dalam masing-masing cara di
atas. Bahkan kegigihan bisa diterima ketika hal itu meneguhkan keberadaan
Allah, meskipun kita perlu menemukan alasan lain untuk mempercayainya.
Metode ilmiah merupakan cara utama dalam psikologi modern. Meskipun
demikian, kita harus menyadari bahwa ilmu pengetahuan bersandar pada
kepercayaan sebelumnya (seperti konsep alam semesta yang teratur) dan
otoritas (seperti kisah-kisah terpercaya yang telah ditemukan para peneliti).
Metode ilmiah juga melibatkan alasan dan bahkan memakai penggunaan
aka! sehat untuk membentuk proposisi untuk diuji.
MrrODE ILMIAH
Pad a intinya, ilmu pengetahuan melibatkan proposal gagasan, yang
disebut hipotesis, yang k~udian diuji dengan suatu cara. Akhirnya, hasil
tes dievaluasi untuk menentukan kebenaran gagasan asli tersebut. Sebagai
akibat pemakaian metode ini adalah konsep umum yang menuntun riset,
yang disebut teori, baik disarikan, dimodifikasi, maupun ditolak.
Metode ilmiah dapat dipakai dalam beberapa pendekatan riset yang
berbeda (Martin 1985, 3-16). Pendekatan semacam ini merupakan peng-
amatan perilaku manusia secara cermat untuk melihat apakah satu tindakan
terjadi secara teratur mengikuti tindakan yang lain. Misalnya, kita bisa
bertanya apakah pendapatan tahunan berhubungan dengan tingkat kehadir-
an jemaat di gereja. Relasi antara dua faktor (atau variabel) diungkapkan
sebagai suatu korelasi. Suatu korelasi sempurna dapat ditunjukkan sebagai
+1.00 (semua yang berpenghasilan besar datang ke gereja; semua yang
berpenghasilan kecil tidak datang ke gereja) atau -1.00 (semua yang ber-
penghasilan rendah datang ke gereja, semua yang berpenghasilan tinggi
tidak datang ke gereja). Jika tidak ada hubungan antara kedua variabel, kore-
lasinya adalah .00 (tingkat penghasilan benar-benar tidak ada relasi sarna
sekali dengan tingkat kehadiran di gereja). Korelasi antara .00 dan .30 (atau
antara .00 dan -.30) biasanya menunj~ adanya sedikit hubungan atau tidak
ada sarna sekali, sementara korelasi di atas .70 (atau d.i bawah -.70) umurnnya
menunjukkan hubungan yang kuat (Hinkle, Wiersma, dan Jurs, 1988, 85).
Tentu saja, suatu korelasi tidak mengatakan apa pun tentang sebab
akibat. Misalnya, jika penamparan atau pemukulan di pantat ditemukan
merniliki hubungan dengan kenakalan remaja, kita tidak dapat begitu saja
menyimpulkan bahwa pemukulan itu menyebabkan kenakalan remaja. Bisa
saja kasusnya adalah perilaku nakal lebih banyak terjadi pada anak-anak
sehingga mereka lebih ban yak mendapatkan pukulan di pantat.
Kita dapat juga menentukan suatu korelasi dengan menyuruh orang
mengisi kuesioner atau dengan mewawancarai mereka. Kuesioner dan
wawancara dapat juga dipakai untuk menemukan berapa banyak orang
yang suka dengan pilihan tertentu (seperti yang dilakukan dalam jajak pen-
dapat) atau hanya dengan mendapatkan gagasan-gagasan baru ("Bagai-
mana kita dapat mengumpulkan dana untuk kelompok kaum muda?").
Metode lain untuk mengadakan riset adalah dengan studi kasus, yang
melibatkan kisah mendalam seorang individu (Martin 1985, 14-16). Pen-
dekatan ini menolak pemakaian statistik untuk mendapatkan gambaran ver-
bal yang diperoleh dengan wawancara, laporan diri, atau mungkin memerik-
sa catatan-catatan tertentu. Studi kasus merupakan sentral bagi karya Freud
dan masih umum dipakai dalam psikologi abnormal dan riset konseling.
Metode riset yang sangat berpengaruh dalam psikologi kontemporer
adalah eksperimen. Rancangan eksperimental melibatkan manipulasi sam-
pai pada tingkat variabel independen (kasus yang diduga) dan memegang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

sebanyak mungkin faktor konstan. Sebuah percobaan adalah pengamatan


terkendali , dan bisa terdiri dari beberapa pengamatan. Dalam praktiknya,
ilmuwan memb uat beberapa macam pengukuran dalam dua atau lebih
kelompok subjek (bias;nya kelompok "terkendali" dan kelompok "eksperi-
mental"). Kelompok kendaJi berfungsi sebagai norma atau standar terhadap
pengamatan kelompok eksperimen dan dipakai untuk saling membanding-
kan. Kelompok eksperimental adalah kelompok yang langsung diuji oleh
para pakar eksperimen. Variabel independen adalah apa saja yang diubah
oleh pelaku eksperimen dalam kelompok eksperimen, atau faktor yang
membuatnya berbeda dari kelompok terkendali. Variabel mandiri merupa-
kan variabel yang diharapkan untuk berubah sebagai akibat variasi dalam
variabel independen.

Fokus 1.1.
Sebuah Eksperimen:
Be/ajar Peran Kebakt1an Penyembahan
Ratcliff (1985) melakukan sebuah studi untuk memastikan apakah anak-anak
prasekolah dapat belajar peran pelayanan penyembahan , seperti berkhotbah ,
memimpin pujian , memperhatikan jemaat, dan memimpin doa. Dua kelompok ekspe-
rimental digunakan supaya dapat me}nbandingkan dua cara mengajar anak-anak.
Variabel independen (lepas) adalah bagaimana anak-anak belajar peran-peran
gereja : (1) diberi tahu letak kesalahan mereka dan kemudian mempraktekkan peran ;
(2) dengan seorang dewasa membawakan peran diiku ti oleh anak-anak yang
mempraktekkannya; atau (3) membiarkan anak-anak mempraktekkan peran-peran
tanpa umpan balik apa pun . Kelompok ketiga adalah kelompok kontrol. Sebab inilah
standar atau norma yang dipakai untuk membandingkan kelompok pertama (kelompok-
kelompok ekSJJE.rimental) . Variabel dependen (terikat) adalah bagaimana masing-
masing kelompok membawakan peran. Hal ini memerlukan pengukuran ; jadi aspek
masing-masir: peran perlu didefinisikan. Misalnya, peran memimpin dalam doa
meliputi : (1) mengucapkan "Allah", "Yesus", atau "Tuhan"; (2) berdoa dengan mala
terpejam ; (3) menundukkan kepala; dan (4) mengatakan "amin" sebagai penutup doa.
Satu nilai diberikan untuk masing-masing aspek.
Dengan memband ingkan total nilai masing-masing kelompok dalam mengikuti
instruksi, perbedaan-perbedaan antara metode-metode mengajar dapat dibandingkan.
(Catalan bahwa total nilai sedemikian hanya dapat dibandingkan jika anak-anak dalam
masin g-masing kelompok ekuivalen dalam wil ayah-wilayah seperti usia, jender, dan
pengetahuan tentang peran sebelumnya . Di samping itu , masing-masing kelompok
harus diperlakukan sama [selain variabel independen, tentunya]. Sumber-sumber bias
lain dalam teks juga harus dipertimbangkan.)
Dalam eksperimen ini, anak-anak yang diberi tahu bagaimana membawakan
peran dinilai lebih tinggi daripada mereka yang diberi tahu kesalahan-kesalahan mereka.
Kelompok kontrol atau kelompok eksperimental tidak diberi tahu karena mereka adalah
anak-anak khusus yang diteliti.
Pengantar Psikologi

Pelaku eksperimen akan mencoba menemukan apakah variabel


independen menghasilkan suatu variasi dalam variabel independen dengan
membandingkan kelompok eksperimental dan kelompok terkendali. Semua
variabel yang lain dianggap sudah dikontrol. Dengan cara lain, subjek telah
diuji secara persis kecuali untuk variabel independen.

Sllmber-sumber Bias
Faktor-faktor tertentu dalam riset psikologi harus dengan cermat diken-
dalikan. Yang pertama adalah seleksi subjek. Bias atau dis torsi dapat diper-
kenalkan ke dalam riset dengan cara memilih subjek atau kelompok. Misal-
nya, karena subjek manusia enggan menjadi relawan, para peneliti bisa
mengambil siapa saja yang dapat mereka pero)eh, mungkin keluarga me-
reka sendiri. Sebagai akibatnya, mereka bisa sampai pada kesimpulan yang
tidak mewakili opini atau perilaku orang pada umumnya. Bias-bias umum
dalam seleksi subjek berhubungan d engan latar belakang ras . etnis, pendi-
dikan, jabatan, dan agama. Salah satu dari bias ini bisa menghilangkan
pengaruh varia bel independen.
Sumber bias kedua adalah efek plasebo. Tidak menjadi masalah apa
yang dilakukan oleh variabel independen ataupun pelaku eksperimen kepa-
da kelompok eksperimen, pasti ada perubahan dalam variabel yang bergan-
tung. Masalah plas e bo amat kuat mempengaruhi riset pada keefektifan
psikoterapi. Misalnya, beberapa kEen membaik hanya dengan mengetahui
bahwa mereka telah memperoleh psikoterapi. tanpa bertemu seorang dokter.
Sumber bias ketiga adalah para pelaku eksper'imen itu sendiri dan asum-
si-asumsi yang mereka buat. Pe.laku eksperimen harus mengontrol apa yang
dapat mereka kontrol , seterbuka mungkin ten tang bias, dan menerima pem·
batasan-pembatasan yang di bawahnya semua ilmuwan bekerja.

Apakah Metode Ilmiah Memadai?


Vanleeuwen (1982, 94-98) mencatat bahwa di atas teori psikologi berdiri
paradigma. Paradigma adalah asumsi-asumsi menyeluruh dan pendekatan
umum yang dimiliki semua psikolog. Sementara teori bisa berubah, para-
digma yang lebih luas jarang berubah. Paradigma mutakhir untuk psikologi
adalah metode ilmiah, suatu paradigma yang dipinjam dari ilmu-ilmu alam o
Vanleeuwen meragukan apakah pendekatan yang dipakai oleh ahLi
fisika dan biologi memadai untuk mempelajari perilaku dan pemikiran ma-
nusia. Jika paradigma salah, maka metode riset dan teori yang dihasilkan
oleh paradigma itu juga perlu dicurigai.
Vanleeuwen menyarankan agar psikologi berada di tengah perubahan
paradigma . Para peneliti mulai menyadari bahwa manusia bukan hanya
m esin atau binatang. Dengan demikian, pendekatan ilmu pengetahuan
alam tidak cukup; orang Kristen memiliki kesempatan yang berharga untuk
mempengaruhi perubahan paradigma itu.
VanLeeuwen mempertanyakan asumsi kaku sebab-akibat dari ilmuwan,
dan sebaliknya menyukai kebebasan pilihan yang bisa dilakukan oleh manu-
sia. Dia memperhatikan keberadaan refleksivitas - kecenderungan partisi-
pan dalam eksperimen 'tmtuk memikirkan eksperimen sehingga dapat meng-
ubah perilaku mereka dari apa yang bisa terjadi sebaliknya (1982, 115-116).

Fokus 1.2.
Riset di gereja
Ada suatu keperluan murni bagi riset di gereja saat ini. Sangat mungkin untuk
mengadakan kebaktian-kebaktian penyembahan sehingga para pemimpin gereja
menjadi sangat aktif, namun peke~aan-pekerjaan yang ada tidak pernah tercapai karena
tidak pemah mempertimbangkan keperluan-keperluan dan opini-opini anggota jemaat.
Materi dalam bab ini tidak cukup untuk mempersiapkan seorang individu
melakukan riset di gereja. Riset berkualitas memerlukan pelatihan lebih rinci dibanding
membaca sebuah bab dalam buku teks atau menghadiri satu atau dua periode dalam
psikologi tingkat awal. Suatu tempat yang baik untuk memulai persiapan guna melakukan
riset adalah buku karya Engel berjudul How Gan I Get Them to Listen? Ada juga pelajaran-
pelajaran khusus dalam metode-metode riset.
Bagaimana riset dapat digunakan. untuk membantu gereja? Pertimbangkan suatu
metode riset kunci dalam psikologi, eksperimen, yang di dalamnya beberapa faktor
diubah guna memastikan akan seperti apa hasilnya. (Panting untuk diingat bahwa hasil-
hasil setiap eksperimen harus terukur atau setidaknya tergambarkan dengan mengacu
pada perilaku nyata supaya bermanfaat.) Dalam suatu kebaktian gereja ada banyak
variabel yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin gereja untuk bereksperimen,
seperti melakukan persembahan (mengedarkan kantong atau kotak persembahan,
meletakkan kantong atau kotak persembahan di dekat pintu, atau menyediakan sebuah
kotak persembahan di dekat dinding belakang). Sebuah gereja mungkin bereksperimen
dengan jenis-jenis kebaktian yang berbeda-beda seperti suatu persekutuan atau malam
kesaksian lebih daripada sekadar khotbah standar Minggu malam. Serangkaian kholbah
tentang sebuah topik mungkin dibandingkan dengan para pembicara tamu atau
kebaktian-kebaktian misionaris. Musik rekaman mungkin dimainkan dengan sistem
PA (Public Address) sebelum suatu kebaktian untuk mengetahui apakah jemaat merasa
lebih khidmat. Metode-metode yang berbeda dalam penyampaian khotbah-khotbah
atau pelajaran-J::elajaran Sekolah Minggu boleh dicoba, seperti memakai sebuah over-
head projector (OHP) untuk memperlihatkan pokok-pokok penting dalam pesan. Atau,
film-film dan vidt':,tape boleh dibandingkan dengan presentasi-presentasi langsung (live)
ilntuk melihat mana yang paling efektif dan sangat membantu.
Eksperimen dapat diperluas melebihi kebaktian gereja untuk men_entukan jenis-
jenis persekutuan yang terbaik bagi gereja. Apakah pemahaman Alkitab, jamuan makan
malam di gereja, pesta-pesta, atau acara-acara khusus lainnya meningkatkan
persekutuan? Pendeta mungkin bereksperimen untuk mengetahui apakah lawatannya
lebih efektif dibanding lawatan jemaat awam. Apakah setiap jenis lawatan meningkatkan
Pengantar Psikologi
..... -- ·- --------------------------~ i ... - - -

Untuk menolak refleksivitas, beberapa peneliti telah mengecoh para


partisipan supaya berpikir bahwa psikolog sedang mempelajari sesuatu yang
lain bukan apa yang seharusnya dipelajari. Hal ini dilak';lkan sedemikian
sehingga perubahan peri.laku para partisipan tidak akan berhubungan
dengan variabel-variabel yang diteliti. Sementara metode ini tampaknya

kehadiran atau memberikan jenis manfaat yang lain? Apakah pelayanan-pelayanan


keliling, jemaat baru, atau metode-metode penginjilan memperbaiki dampak gereja
secara jumlah atau dengan rujukan pertumbuhan rohani? Bagaimana kurikulum baru
bila dibanding dengan kurikulum yang lama?
Sementara banyak gagasan lain dapat diusulkan, hal panting adalah Anda meng-
ukur dampak And a sebelum memulai eksperimen sehingga Anda dapat memiliki sesuatu
untuk dibandingkan hasilnya. Penemuan Anda hendaknya dapat diukur dengan cara
tertentu atau sedikitnya digambarkan dengan mengacu pada perilaku nyata supaya
bermanfaat.
Mungkin juga bermanfaat kalau mengadakan suatu survai umum gereja guna
mempelajari pilihan-pilihan dan opini-opini jemaat sebelum bereksperimen (buku karya
Engel paling bermanfaat untuk hal ini). Survai dapat diulang setelah perubahan-
perubahan dilakukan untuk melihat reaksi jemaat. Mereka mungkin mampu menyatakan
banyak hal di atas kertas yang enggan mereka sebutkan. lngat b~hwa suatu peningkatan
(atau pengurangan) jumlah kehadiran bukan satu-satunya kriteria. Yang lebih penting
dibanding jumlah-jumlah mutlak adalah apakah jemaat bertumbuh secara rohani.
Memberikan cukup waktu pada eksperimen-eksperimen agar berhasil adalah
penting. Satu atau dua usaha mungkin tidak cukup. Jemaat mungkin memerlukan waktu
untuk menerima sebuah gagasan. Biasanya waktu beberapa minggu dipertukan sebe-
lum hasil-hasilnya dapat dipastikan. Tentu ada perkecualian: jika pendeta berkhotbah
dengan berpakaian seorang badut dan tak seorang pun hadir, gagasan ini mungkin
sebaiknya ditolak!
Ada cara-cara lain untuk mengadakan rise! di samping eksperimen . Satu metode
adalah sebuah pendekatan kualitatif yang dikenal sebagai etnografi. Metode ini adalah
prosedur standar bagi para antropolog pada umumnya apabila mereka meneliti seke-
lompok suku baru atau budaya. Pengamatan cermat atau wawancara-wawancara dapat
menentukan apa yang sesungguhnya dicapai di gereja atau Sekolah Minggu. Aktivitas-
aktivitas gereja mungkin memiliki hasil-hasil yang sangat berbeda dengan apa yang
semula dimaksudkan . Sedangkan Vanleeuwen (1982, 114-135) meletakkan dasar
untuk pendekatan ini, hal-hal spesifik menuntut panduan-panduan rinci (Lofland dan
Lofland, 1984).
Semen tara rise! mungkin tidak menarik, tetapi hasil-hasilnya dapat sangat informatif
dan berharga. Tentu para misionaris dan mereka yang tertibat dalam pelayanan-pelayan-
an gereja yang lain dapat juga menggunakan pendekatan eksperimental. Apa yang
berfungsi di satu tempat mungkin tidak berfungsi di tempat lain. Adakah cara yang lebih
baik untuk menerriukan sesuatu yang sungguh-sungguh memberikan hasil selain rise!?
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

berhasil untuk sesaat, VanLeeuwen menunjukkan suatu isu etis tentang


penipuan. Sebagai tambahan, saat penelitian psikologi dan kisah penipuan
dalam riset itu disebarkan, refleksivitas menjadi masalah yang jauh lebih
besar. Orang yang berpartisipasi dalam riset psikologi mungkin tidak 'akan
mempercayai apa yang para peneliti katakan kepada mereka pada awal
studi dan bertanya-tanya apa yang sesungguhnya sedang diselidiki.

Etik dalam Riset


Pad a tahun-tahun sekarang ini, etik telah menjadi suatu kepedulian
mendalam dalam riset psikologi. Pada umumnya universitas-universitas,
misalnya, menuntut persetujuan komisi etik sebelum melakukan riset.
Komisi etik mempertimbangkan isu-isu seperti persetujuan atau perizinan,
bahaya-bahaya potensial yang mengancam mereka yang dipelajari, debrief-
illg partisipan setelah penelitian, dan apakah penemuan-penemuan poten-
sial itu memadai dengan kesukaran-kesukaran yang terlibat. Riset manusia
tidak hanya dipantau oleh kelompok-kelompok semacam ini, tetapi ris et
menggunakan binatang yang makin meningkat disaring supaya tidak lerjadi
. 1
pengama yaan.
Meskipun dernikian, suatu masalah kritis masih tetap ad ~ : Apakah orang
Kristen harus mempercayai riset yang dilakukan di ba'..,. :i h f',"i'adigma yang
pad a awalnya ditujukan untuk ilmuwan seperti fisika dan bi okigi? Apakah peri-
laku manusia dalam segala hal rnirip dengan fungsi mesin dan binatang?

Kekristenan da1l ll'1etode Ilmiah


Schaeffer, dalarn bukunya The God VVho Is There, berkata bahwa rnanusia
dalam beberapa hal mirip Allah dan yang lain mirip binatang dan mesin
(Schaeffer, 1968; Koteskey, 1983, 26-28) . Allah itu pribadi dan tidak terbatas;
semen tara orang rnerniliki sifat yang pertama, tetapi tidak memiliki sifat
yang kedua. Dengan dernikian, orang sangat berbeda dengan binatang dan
mesin, namun dalam hal-hal tertentu mirip satu sama lain (lih. gb. 1.1).
Fransiskus Asisi mengungkapkan hal ini dengan sangat baik ketika dia
berbicara sebagai saudara binatang dan tubuh surgawi. Hal ini berarti bah-
wa kita dapat memakai riset psikologi (bahkan riset binatang) berd asarkan
paradigma ilmu alam jika kita menanarn dalam benak kita bahwa perilaku
manusia itu khusus. Kita memiliki hal yang sarna dengan binatang dan me-
sin sebagai makhluk ciptaan, tetapi kita merniliki bagian wajah Allah sebagai
Pencipta kita.
Memang, VanLeeuwen (1985, 245-248) memperjelas bahwa dia tidak
sarna sekali menolak pendekatan yang ada, tetapi memperluas paradigm?
untuk rnerangkul seluruh cakupan fungsi manusia, termasuk aspekasrek
yang menghindarkan diri dari metode ilmiah aras utama. Berteori secard
kreatif dan melakukan kontak dengan wilayah-wilayah subjek lain dJ-
perlukan, juga adopsi asumsi-asumsi Kristen seperti eksistensi kebebasan
PERSONAL ~-------1 TAK TERBATAS

Tuhan Tuhan

Manusia !11/llllllll/lllfiii/IIJ/111//JIII/I/1!1111/
lllllflfllll/1/1 CELAH II/1/JIJ/J/11/
1/lll/111/llll/l!lllll/1111/llllll/1/1 l/1/llfl!lll//1/llfllfiii//IJIIII/II/11/II/11
U/1/llfl/1 CELAH 1/11/111111//1
IIIII/1/IUII//IJI/111//1/1111/11/1111111 Man usia

Sinatang Binalang

Mesin Mesin

IMPERSONA L ~-----~-j TERBATAS

Gb. 1.1. Ciptaan/pencipta (diadaptasi dari Schaeffer 1968)

manusia, perlunya pendekatan riset yang etis dan benar, dan penggunaan
2
komplementer metode-metode riset yang lain.
Apakah psikologi cenderung dipengaruhi oleh kekristenan dalam suatu
perubahan paradigma, seperti yang telah disarankan oleh Vanleeuwen? Ada
sejurnlah indikasi bahwa hal ini bisa terjadi. Bertahun-tahun lalu, Zimbardo
(1982, 59) menyatakan bahwa "sekarang ketika psikologi kognitif telah men-
duduki peringkat teratas sekali diluncurkan oleh penganut behaviorisme
radikal dan mengembalikannya ke tubuh psikologi, dalam 10 tahun kita
bisa menganggapnya pencangkokan jantung atau jiwa ke tubuh yang sama."
Jelaslah bahwa Zimbardo tidak berbicara secara langsung tentang kebutuhan
akan kekristenan, tetapi pernyataannya mencerminkan suatu hasrat untuk
menyampaikan pokok-pokok masalah yang sempat hilang dalam disiplin
ini. Tentu hati dan jiwa dikupas secara panjang Iebar dalam Alkitab.
Menninger (1973) telah menulis sebuah buku yang sekarang menjadi
klasik berjudul Whateve r Became of Sill? (meskipun dia berkonsentrasi pada
apa yang dia anggap lebih sebagai dosa sosial daripada dosa pribadi). Akhir-
akhir ini Pec k (1978, 1983), mulai dari suatu posisi yang secara esensial
sekular tetapi menemukan ·dirinya berhadapan dengan realitas alam roh,
telah menulis buku-buku laris yang menghubungkan pokok-pokok masalah
rohani dengan psikologi . Buku-buku yang ditulis oleh psikolog Kristen
seperti James Dobson telah terjual secara Iuas - bahkan di toko-toko buku
sekular. Mungkin perembesan kekristenan ke psikologi telah dimulai, atau
akan segera mulai.
PSIKOLOGI DAN KEKRISTENAN
Disiplin psikologi tidak hanya menganut suatu keragaman subjek dan
minat, tetapi juga menyediakan pengetahuan praktis ·bagi kehidupan sehari-
hari. Fakta bahwa baik psikologi maupun Alkitab menyediakan informasi
untuk kehidupan sehari-hari dan informasi tentang bagaimana umat
manusia dapat diharapkan untuk berpikir dan berperilaku dalam bermacam
lingkungan kadang-kadang menimbulkan ketegangan.
Dalam batas tertentu, psikologi sangat terbuka. Para psikolog sendiri
berdebat tentang bagaimana mempelajari ilmu mereka, bagaimana meman-
faatkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan di mana ilmu mereka itu
ditempatkan di dalam disiplin ilmu. Amatlah patut bagi orang Kristen yang
terlatih dalam disiplin ilmu ini memberikan sudut pandang kekristenan
dalam bidang psikologi. Tentu saja, banyak penulis telah mencoba mempo-
pulerkan informasi yang dihasilkan oleh riset psikologi dan orang-orang
Kristen bereaksi "menerima " atau "menolak" penemuan-penemuan terten-
tu atas dasar informasi yang tidak memadai. Konflik antara teologi dan ilmu
pengetahuan telah ada selama berabad-abad, seperti yang ditunjukkan
dengan masalah-rnasalah Copernicus dan Galileo. Banyak orang Kristen
cenderung mengambil sudut pandang yang berseberangan dengan apa saja
yang telah dipaparkan oleh ilmu pengetahuan. Sudut pandang orang Kristen
pada pokok-pokok masalah tertenhl telah sangat kacau dan kadang-kadang
muncul dari teologi yang tidak relevan.
Sebagai akibat dari ketegangan-ketegangan semacam ini, masyarakat
Kristen seri~g kali curiga atau bahkan kejam terhadap psikologi -dan ilmu-
ilmu sosial. Kekejaman seperti ini kadang-kadang dibenarkan karena tun-
tutan-tuntutan dan penafsiran-penafsiran terlalu berani yang dilakukan oleh
para ilmuwan ilmu sosial. Kadang-kadang gereja membangun bagi dirinya
sendiri benteng pertahanan hak-hak asasi manusia di tengah-tengah lautan
depersonalisasi (sikap rnerendahkan martabat pribadi) yang ditumbuh-
suburkan oleh pengurangan metode ilmiah.

Cara Menghubungkan Psikologi dan Teologi


Carter dan Narramore (1979), lewat adaptasi analisis sejarah yang
dikembangkan oleh Niebuhr (1951), menyarankan bahwa ada empat cara
positif untuk menghubungkan psikologi dan teologi.
Posisi pertama adalah kekristenan melawan posisi psikologi. Pada
tahun-tahun kemudian, sejumlah tokoh Kris~en telah menu lis polemik
menentang psikologi, dengan menuduhnya kalau bukan sebagai suatu
persekongkolan zaman baru Thlis, mungkin sebagai pesaing kekristenan. Jay
Adams, seorang konselor Kristen terkenal, melakukan serangan-serangan
yang mirip terhadap psikologi konvensional pada awal tahun 1970-an. Dia
mengomentari karya Dobson Dare to Discipline (1970) dengan mengatakan
bahwa "garis besar behaviorismenya ditulis dalam istilah-istilah kekris-
-------·------------------------_.;;...,
tenan, tetapi sesungguhnya memperkenalkan sistem tak bertuhan dalam
__
Pengantar PsikoiOQi
..:.

istilah-istilah Kristen .. . Pendekatan Dobson dingin dan tak bertuhan.


Pendekatannya berpusat pada manipulasi" (1973, 82).

Fokus 1.3.
Orang Kristen Memanfaatkan Psikologi
Beberapa tahun lalu, sebuah surat kabar yang terbit di sebuah kota kecil memuat
sepucuk surat yang ditulis oleh seorang pendeta lokal yang menasihatkan supaya orang
Kristen menghindari para psikolog. Setelah membaca bahan-bahan yang ditulis oleh Jay
Adams, ia berkesimpulan bahwa dosa adalah sumber setiap masalah dan solusinya hanya
pertobatan. Membaca Alkitab, bukan berticara dengan seorang konselor, adalah sesuatu
yang diperlukan, tulisnya. Ia juga mengatakan bahwa psikologi mengajarkan orang
bersikap humanistik, sehingga mengikuti "filsafatnya yang kosong dan palsu menurut
ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus" (Kol. 2:8). Pendeta
itu merasa bahwa jemaat hendaknya berbalik dari psikologi kepada Allah.
Sebagai umat Kristen, kita mungkin perlu menginformasikan seorang saudara
laki-laki atau perempuan yang belum mengetahui sisi lain suatu permasalahan.
Mengikuti contoh Priskila dan Akuila, koreksi demikian sebaiknya dilakukan secara
tertutup (Kis. 18:26) sehingga seseorang yang bersalah memiliki kesempatan untuk
memperbaiki posisinya. Akan tetapi, jika individu gagal melakukan tindakan yang perlu
dan kesalahan bersifat serius, koreksi publik mungkin diperlukan (I Tim. 5:20).

Mereka yang memihak posisi kekristenan melawan psikologi tidak


melihat nilai psikologi sehingga mengurangi semua masalah hanya dalam
arena rohani (kadang-kadang menambahkan kemungkinan adanya
masalah fisik). Benner (1988, 44) menyatakan bahwa pengurangan rohani
semacam ini membuat semua psikoterapi bertentangan dengan tujuan Al-
lah. Seperti pendekatan "penghibur" Ayub, posisi ini berasal dari masalah
dosa pribadi.
Posisi kedua adalah psikologi melawan posisi kekristenan. Di sini
psikologi dianggap memiliki jawaban-jawaban sementara kekristenan
dipandang sebagai sesuatu yang tidak penting atau bahkan merusak kehi-
dupan yang sehat. Posisi ini dicontohkan oleh Freud, yang menekankan bah-
wa kekristenan bersifat patologis . Watson, dan sampai tahap tertentu
Fromm, juga masuk dalam kategori ini (Benner 1988, 47-48). Seperti posisi
kekristenan melawan psikologi, posisi ini juga bersifat pengurangan. Kedua
posisi ini sama-sama terlalu menyederhanakan masalah dengan mengurangi
segala ses\].atu pada satu sudut pandang.
Sebagai sebuah contoh kontemporer tentang posisi psikologi melawan
kekristenan, pertimbangkan paparan singkat prapublikasi yang meng-
gambarkan Neuropsychological Bases of God Beliefs (Parsinger, 1987):
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELIN~ KRISTEN 1
---------~------------------,.-- ...~· .. ------"'

Fokus 1.4
Para Psikolog Memanfaatkan Agama

Beberapa psikolog menggunakan suatu psikologi untuk melawan kedudukan


kekristenan. Mereka meminta jemaat supaya berhenti menggunakan agama sebagai
suatu alat bantu, dan mulai mengembangkan kekuatan batin. Mereka mungkin meng-
anjurkan supaya para klien berhenti membaca Alkitab dan mulai membaca literatur
tentang pertolongan mandiri (self-help) . Mereka mungkin bahkan menyarankan supaya
jemaat berhenti menghadiri kebaktian gereja (namun, tentunya, tetap menghad iri termin-
termin konseling!) .
Mungkin hal ini karena pengalaman-pengalaman yang tak begitu menguntungkan
sehingga orang yang menyukai kekristenan menolak perspektif psikologi. Akan tetapi,
menambah hal ekstrem yang lain mungkin tidak banyak membantu - in dividu-in dividu
yang bingung mungkin akan terus menghadapi masalah-masalah .
Mungkin ada baiknya mengakui bahwa para psikolog pada umumnya toleran ,
jika tidak mendukung, terhadap kepercayaan-kepercayaan religius seorang klien. Baik
seorang konselor Kristen maupun non-Kristen simpatik boleh dipertimbangkan .
Sangat disesalkan bahwa sebagian konselor sangat menentang kekristenan.
Hendaknya menjadi suatu priorltas utama bagi siapa saja yang terlibat dalam pelayanan
Kristen untuk meneliti sikap-sikap tentang kekristenan yang dipertahankan oleh para
psikolog lokal. Juga baik un tuk mengenal kekhususan-kekhususan mereka. Para
pendeta rumah saki! lokal sering menjadi sumber-sumber informasi yang berguna.
Wawasan mungkin dihimpun dari para anggota perhimpunan pendeta lokal. Tentu ,
sangat penting untuk mengenal lebih dulu, jika ada, suatu perkumpulan kesehatan
mental lokal.
Jika para konselor lokal tidak cukup, mungkin ada seorang psikolog Kristen yang
relatif dekat untuk dijangkau. Jika tidak, adalah suatu gagasan yang baik untuk men genal
seseorang, lebih disukai beberapa orang, yang dapat dipercaya dan berkompeten dalam
konseling . Akhirnya, bertanyalah kepada sekretaris di pusat kesehatan mental lokal.
Meskipun mereka tidak diperkenankan membahas kasus-kasus individu-individu ,
mereka mungkin mampu memberikan orientasi umum te ntang para konselor yang
menugaskan mereka.

Penuli s dengan sa ngat terampil mencamp ur neurofisiologi modern


dengan psikologi perilaku kritis untuk menawarkan suatu penjelasan objektif
mengapa orang percaya kepada Allah ... Penulis memulai dengan komponen
biologis dari penjelasan atas kepercayaan-kepercayaan Allah. Sejak awal,
dia menegaskan bahwa pengalaman-pengalaman tentang Allah merupakan
hasil otak manusia. Dia menjelaskan bahwa apabila bagian-bagian tertentu
dari otak dirangsang, pengalaman-pengalaman tentang Allah, ditempa oleh
sejar ah pembelajaran seseorang, dibangkitkan. Dia menunjukkan bahwa
Pengantar PSikOI!'1l~

pengalaman ten tang Allah berkolerasi dengan ketidakstabilan elektrik


sementara dalam cuping otak temporal.
Sudut pandang ketiga bisa digambarkan sebagai pandangan kekris-
tenan dan psikologi, yang meneguhkan dua disiplin sebagai dua ill!lu yang
terpisah, tetapi sejajar untuk menemukan kebenaran. Benner (1988, 41)
menekankan sifat dualistis pemisahan ini yang berlawanan dengan ke-
seluruhan alkitabiah. Alkitab mengajarkan bahwa kelompok orang tidak.
terbagi-bagi sebaliknya berfungsi secara keseluruhan. Benner mengemu-
kakan Minirth dan Tournier sebagai contoh orang-orang yang memegang
pandangan ini .
Pendekatan terakhir adalah psikologi berintegrasi dengan pandangan
kekristenan. Di sini seseorang dilihat secara mendasar sebagai suatu
kesatuan. Sementara kita bisa bicara sampai tingkat-tingkat analisis - yang
berarti bahwa orang dapat dijelaskan dari beberapa perspektif sekaligus
(MacKay 1979, 30) - manusia secara fundamental merupakan kesatuan
(Benner, 1988, 41) . Beberapa orang Kristen telah mengadopsi teologi yang
mengenal satu Tuhan yang berhubungan dengan posisi ini, yang menyangkal
kemungkinan ten tang wujud diri terlepas dari tubuh setelah kematian
(Myers dan Jeeves, 1987, 24-30), meskipun kesimpulan ini tidak harus sarna
dengan holisme Kristen.
Carter dan Narramore memilih pendekatan keempat. Penulis injili terke-
muka yang lain telah mengembangkan perspektif tersebut lebih jauh
(Farnsworth, 1985: Collins, 1981; Kirwan, 1984). Meskipun demikian, ada
bahayq".jika mengadopsi model ini tanpa berpikir kritis. Integrasi dapat
dengan mudah menjadi sinkretisl1).e, campuran antara kafir dan kekristenan
untuk menghasilkan Kristen y.,ang di bawah standar dan mengkompromikan
iman.
Daripada menerima salah satu model yang ada secara mutlak, jauh labih
baik mengadopsi pendekatan ecletic (ekletis), yaitu mengambil bagian yang
terbaik dari keempat model itu . Crabb (1977, 47-52) berbicara tentang
"menjarah orang Mesir", yang merujuk pad a kisah orang Israel dalam Per-
janjian Lama yang mengambil emas dan benda-benda berharga lainnya dari
Mesir dan meninggalkan bawang dan bawang perai di belakang mereka.
Mungkin sebagai orang Kristen kita harus memakai konsep-konsep psikologi
yang bermanfaat dan cocok dengan Alkitab dan meninggalkan konsep-
konsep yang bertentangan dengan iman kita.

Sementara masing-masing model memiliki kelemahan, namun model


itu juga memiliki kelebihan. Yang pertama menekankan pentingnya Alkitab
dan Allah. Model kedua menekankan pentingnya Alkitab dan Allah. Model
kedua menekankan pentingnya keterbukaan terhadap investigasi psikologi
untuk tidak menggunakan' alasan yang tampak rasional (rationalizing) ter-
hadap perilaku Kristen (misalnya, orang-orang datang ke gereja karena ke-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
~~~~--------------------~----~------~--------~~--

Fokus 1.5
llmu Pengetahuan dan Alkitab
Sebuah kasus untuk metode ilmiah dapat diambil dari Alkitab. Kita akan menyimak
sebuah contoh dari banyak nukilan Alkitab yang berhubungan secara konseptual dengan
prinsip investigasi cermat yang berada di balik metode ilmiah.
Misalnya, perhatikan Pengkhetbah 11:6.
Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari,
Dan janganlah memberi istirahat kepada
Tanganmu pada petang hari,
Karena engkau tidak mengetahui apakah
lni atau itu yang akan berhasil, atau
Kedua-duanya sama baik.
Kita sebagai umat Kristen harus berhati-hati mendasarkan kesimpulan-kesimpulan
pada riset, bukan hasil dugaan (guesswork).
Menghakimi dengan penampilan kasual tidak cukup (Yoh. 7:24). Amsal 25:2
mengatakan •... , tetapi kemuliaan raja ialah menyelidiki sesuatu." Jika bagi raja-raja
hal ini benar, mengapa tidak bagi kita? Mengapa tidak menggunakan keragaman ilmiah
"menyelidiki" yang disebut riset?
Yesaya 28: 26 menyiratkan bahwa Allah bekerja dalam analisis cerrnat seseorang
tentang sebab dan akibat. Allah "mengajari dan memberi petunjuk", Allah menasihati
kita dengan menolong kita menemukan apa yang dapat berfungsi.
Kita mungkin memandang alegori pembersihan dae,.pemurnian dalam Ayub 28:1-
3 sebagai sebuah model untuk studi psikologi Kristen. Kita perlu membersihkan wawasan-
wawasan psikologi yang terkumpul dan memurnikan wawasan-~awasan tersebut
dengan riset lebih lanjut dan pemahaman alkitabiah.
Suatu bagian menarik dalam Alkitab sejajar dengan penggunaan psikologi Kristen.
Dalam II SamuelS: 7-14 kita dapat membaca kisah tentang Daud menaklukkan musuh-
musuhnya dan mengambil tameng-tameng emas dari mereka. Setelah ia mengambil
tameng, ia mempersembahkannya kepada Allah. Menurut istilah Crabb, ia "menjarah
orang Mesir". Nukilan Alkitab tersebut menyimpulkan dengan menyatakan bahwa Allah
melindungi Daud ke mana saja ia pergi, tampaknya dengan bantuan tameng-tameng.
Demikian juga kita boleh menggunakan penemuan psikologi untuk wawasan pribadi
dan menolong orang lain. Kita tidak harus menyembah tameng, tetapi kita dapat yakin
bahwa Allah akan menggunakan pengetahuan tersebut jika pengetahuan itu terlebih
dulu dipersembahkan kepada-Nya.

percayaan mereka, hasrat untuk terlepas dari rasa bersalah, atau kebutuhan
validasi sosio ekonomi?). Suatu refleksi psikologi terhadap isi Alkitab
mungkin dapat mengungkapkan pandangan-pandangan yang tidak akan
ditemukan jika kita melakukan hal yang sebaliknya (seperti penekanan
perilaku dalam Kitab Amsal).
Pengantar Psiko~

Model pemisahan juga bernilai. Perbedaan-perbedaan dalam per-


tanyaan-pertanyaan yang diajukan dan pendekatan-pendekatan untuk
menjawab akan membuat mereka kreatif apabila integritas kekristenan dan
psikologi dipertahankan. Akhirnya, ada nilai yang jelas dalam pendekatan
holistik model integrasi. Seseorang merupakan suatu kesatuan, bukan
dikotomi (paling tidak dalam kehidupan ini). Pendekatan ini cenderung
, mendorong penyuburan silang terhadap gagasan-gagasan baik dari psi-
kologi maupun kekristenan, yang meningkatkan kreativitas dan produk-
tivitas intelektual.

Sumber-sumber data
Ketika kita mencermati hubungan antara psikologi dan kekristenan,
sangatlah menolong untuk mempertimbangkan sebuah diagram ekletisisme
Kristen (lih. gb. 1.2). Di sini sumber utama pengetahuan adalah Allah saat
Dia menunjukkan kebenaran. Dua sumber pewahyuan biasanya dikenal oleh
para teolog; khususnya pewahyuan (alkitab) dan pewahyuan umum (pen-
ciptaan t.:''lh - alamjkemanusiaan). Bentuk-ben~k pewahyuan lain bisa
terjadi ("All •h memberi tahu saya"), tetapi biasanya dianggap nomor 1dua
dan ada di bawah dua pewahyuan utama. Dua sumber informasi ~ merupa-

Tuhan

I. Sumber

II. Sumber dara

Ill. Metode analisis data

IV. Prinsip dan kesimpulan

V. Ekletisisme

gambar. 1.2. Hubungan antara psikologi dan kekristenan


(diadaptasi dari Ward, 1977).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELI NG KRISTEN 1

kan sumber data informasi potensial untuk dipertimbangkan datan g dari


Alkitab dan dari alamjmanusia. Sementara Alkitab memiliki keuntungan
karena tanpa salah dan diwahyukan, data alamjmanusia memiliki kerugian
karena sudah jatuh dalam dosa dan tidak sempurna (Ackeman, 1988).
Masing-masing sumber ini memiliki suatu metode data analisis tertentu.
Hermeneutika dipakai untuk mempelajari Alkitab, semen tara metode
ilmiah dipakai untuk mempelajari alamjmanusia. Dengan demikian, kita
harus mempelajari Alkitab dengan mempertimbangkan pokok-pokok masa-
lah seperti konteks kulturaL konteks historis, bahasa, bentuk-bentuk sastra,
3 4
dan sebagainya. Metodologi dalam metode ilmiah sangat berbeda.
Karena sumber-sumber data dan metod e-metode pr:alisis berbeda, kita
mendapatkan perbedaan dalam kesimpulan-kesimpulan yang dicapai oleh
masing-masing disiplin ilmu. Sesungguhnya, kadang-kadang inilah kasus-
nya . Kesimpulan-kesimpulan ini, dalam bentuk teori-teori psikolo gi dan
konstruksi-konstruksi teologi, seketika bersifat interpretatif, tentatif, dan
menyimpulkan data terbaik dalam masing-masing wilayah.
Tingkat analisis akhir adalah perbandingan kesimpulan-kesimpulan
dari dua wilayah untuk menemukan kesamaan, saling mengisi, interaktif,
dan perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Ada refleksi teologis dan
alkitabiah atas psikologi dan refleksi psikologis atas teologi dan Alkitab.
Prinsip yang menuntun ini merupakan produk-produk pewahyuan Allah
dan keduanya menggambarkan kernanusiaan (meskipun tidak ada satu pun
yang digambarkan secara menyeluruh) . Konflik-konflik antara antara
teologi dan psikologi merupakan kesalahan tafsiran alkitabiah, .kesalahan
dalam penggunaan metode ilrniah, atau keduanya. Karena keduanya ditu-
runkan dari pewahyuan Allah, penemuan-penernuan yang akurat dari
masing-masing metode tidak akan berkonflik. Semua kebenaran adalah
kebenaran Allah. Karena itu, kita melakukan yang terbaik untuk mengadopsi
suatu pendekatan eklektif, yang secara tentatif menerima prinsip-prinsip
alkitabiah. Kesimpulan-kesirnpulan teologis harus diuji dengan menggu-
nakan unsur Alkitab dan wawasan psikologis yang valid (sahih) . Ada ruang
untuk menentukan penilaian pada suatu gagasan khusus sampai informasi
yang lebih banyak tersedia. Beberapa wilayah perbandingan yang potensial
d an kompatibilitasnya diuraikan dalam tabel 1.1

SU11lber-sumber Ketegangall Antara Psikologi dan Kekristenan


Beberapa antipati yang dirasakan oleh orang-orang Kristen terhadap
psikologi merupakan hasil dari kesukaran dalam mendefinisikan secara
tepat di mana psikologi secara disiplin ilmu dirnulai dan di mana harus
berakhir. Banyak psikolog tidak nyaman menggambarkan perbedaan an tara
psikologi dan fisiologi, neurologi, sosio\ogi, atau filosofi. Karena psikologi
cenderung mencakup pokok bahasan yang Iuas, sangatlah sukar untuk
memfokuskan diri pada titik kontak khusus antara p engetahuan psikologi
dengan kepercayaan serta praktik Kristen. Saat orang Kri sten menc oba
----__ ,..._. __ .. ).,,,_,.
-~ -- ----···~-------··
Pengantar Psikologi
..
r------ - -· - -- ------- -- ------------ - - - - - -- --- ---- -- - ;
Tabel 1.1
\
Wilayah Perbandingan yang Potensial dan Kompatibilitas
I Teologi Psikologi Contoh
Do sa Psikologi abnormal Peck 1983
Keselamatan dan Psikologi perkembangan Darling 1969; Benner 1988
pertumbuhan rohani
Gereja Psikologi sosial Bolt and Myers 1984; Griffin 1982
Malaikat Parapsikologi Koteskey 1980
Kristus dan Roh Kudus Konseling McKenna 1977; Gilbert and Brock
1985
Karakter manusia Personaliti Burke 1987
Hal-hal yang muncul Psikologi perilaku Bufford 1981

Sumber. Oiadaptasi dari Carter dan Mohline 1976; Col!ins 1981

mengintegrasikan model-model menyimpang dari psikologi kontemporer


dan mengidentifikasikan asumsi-asumsi. umum yang mendasarinya, kedua-
nya kadang-kadang mengambil implikasi dan asumsi-asumsi tentang alam
dan kemanusiaan yang tidak konsisten dengan Alkitab.
Sumber ketegangan lain adalah baik psikologi maupun teologi kadang-
kadang memakai konsep yang, menurut sifatnya, tidak dapat secara lang-
sung diamati , tetap i menolong mereka membuat pengamatan yang masuk
aka!. Pertimbangkan konsep depresi secara teoretis, yang secara akurat
menggambarkan perasaan kesedihan, bangun dini hari, merasa tidak nya-
man, kehilangan selera makan, dan beberapa perilaku lainnya . Sebagian
orang menganggap depresi sebagai suatu entitas objektif, tetapi sebenarnya
depresi paling paling baik dianggap sebagai suatu gejala dengan sejumlah
kemungkinan masalah. Misalnya, ketika individu-individu mengalami stres
ya ng tingg i, mereka bisa menunjukkan geja la- gejala depresi (seperti kese-
dihan, tidakbisa tidur, kehilangan selera makan, dan sebagainya). Meskipun
individu-individu semacam ini te rteka n, mer eka mungkin tidak sampai
pacta tingkat deperes i. Depresi da!am kasus ini adalah konstruksi teoretis .
Konstruksi-konstruksi teoretis mengi zi nkan definisi operasional dan
pembentukan m od el oleh para ilmuwan. Model sering kali mcwakili ke-
rangka mental model konstruksi individual. Teologi memberikan konstruksi
teoretis lain untuk menolong kita membangun model tentang penciptaan
yang dapat membimbing pengamatan kita lebih jauh tentang penciptaan.
Masalahnya, tentu saja, bahwa konstruksi ya ng kita kembangkan dalam
masing-msing disiplin ilmu inilah yang menyebabkan masalah, bukan kebe-
naran dibalik konstruksi-konstruksi tersebut.
PENGANTAR PSIKOLOGI OAN KONSELING KRISTEN 1

Sumber ketegangan terakhir adalah banyak ilmuwan sosial tidak


percaya kepada Allah. Mungkin lebih banyak ilmuwan dalam ilmu-ilmu
alam seperti geologi, kimia, dan fisika percaya kepada Allah dibanding para
ilrnuwan dalam ilrnu-ilmu sosial. Sejauh mana ilrnuwan mengeluarkan
konsep tentang Allah dari pikiran mereka akan secara langsung mempe-
ngaruhi jenis model yang mereka bangun untuk menangani data yang mere-
ka amati. Misalnya, ketergantungan pada asumsi-asumsi sebab-akibat yang
kaku mendahului campur tangan ilahi dan mukjizat.

Evaluasi Psikologi
Seorang individu yang m enerima praanggapan awal bahwa Allah
dapat memahami kebenaran sampai tahap te r tentu dari sudut pandang
Allah sehingga menjadi lebih mudah menerima kebenaran yang ditemukan
dalam penciptaannya . Di samping itu, orang Kristen seharusnya unggul
dalam usah a-usaha ilmiah karena keunggulan itu merupakan bagian ko-
mitmen kepada Allah. Allah adalah sumber utama kebenaran. Karena kebe-
naran berada d i dalam berada didalam Allah, ciptaan-Nya hanya dapat
mengungkapkan ringkasan dari-Nya. Pemahaman atau pengetahuan ten-
tang penciptaan (yaitu, cara kita mengamati penciptaan) merupakan abs-
traksi tingkat kedua. Kita sebagai orang Kristen beruntung dengan pema-
haman kita terhadap kebenaran dan Allah adalah Pencipta . Apabila kita
mengamati penciptaan, kita juga mengamati kebenaran Allah .
Orang Kristen juga beruntung karena asumsi-asumsi pewahyuan khusus
dari Allah dalam Alkitab. Dalam pewahyuan khusus, Allah menunjukkan
diri-Nya sendiri, menyatakan pesan-Nya dalam Yesus Kristus, dan mena-
warkan keselamatan dan pengampunan kepada semua umat. Orang Kristen
yang percaya dalam kenirsalahan (in errancy). Alkitab tidak hanya memiliki
pengamatan mereka sendiri dari kebenaran Allah melalui penciptaan, tetapi
juga firman Allah untuk membimibng studi mereka tentang pen ~ ipt:lan .

Dengan demikian, psikolog Kristen memiliki beberapa keuntungan atas


psikologi sekular. Tidak hanya pendekatan orang-orang Kristen yang
mendekati dunia dari sudut pandang bahwa kebenaran ini ditunjukkan
dalam penciptaan Allah, tetapi juga memiliki "pegangan", firman Allah,
yang melaluinya kita bisa mengevaluasi apa yang mereka amati dalam
penciptaan. Dengan pegangan itu mereka dapat menyaring kebenaran dari
kesalahan .
Semua orang, siapa pun mereka , yang dengan rajin mempelajari pen-
ciptaan akan mengetahui kebenaran. Paulus menyatakan, " Karena apa yang
dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah
menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak tampak dari pada-
Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat tampak kepa-
d a pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak
dapat berdalih" (Rm. 1: 19-20).
Pengantar Psikologi

Dengan demikian, baik orang Kristen maupun non-Kristen yang


mempelajari penciptaan akan mengamati kebenaran Allah. Orang Kristen
menempatkan puncak iman mereka di dalam Allah, yang diungkap dalam
Alkitab. Hal ini memberi mereka suatu pemahaman yang akurat dari
kebenaran Allah dalam penciptaan. Para ilmuwan ilmiah yang juga meng-
amati kebenaran dalam penciptaan memang membuat penemuan-pene-
muan penting, seperti penisilin atau radiasi sinar X, bahkan tanpa bimbingan
yang jelas. Penemuan-penemuan kebenaran Allah semacam ini, meskipun
tidak ada dalam Alkitab, masih mewakili kasih karunia Allah terhadap umat
manusia. Bahwa penemuan itu ditemukan oleh para ilmuwan non-Kristen
tidak mengubah fakta bahwa penemuan-penemuan itu merupakan teladan
kasih karunia, pengampunan dan kebenaran Allah.
Tentu saja, sistem konseptual teoretis manusia tidak sempurna karena
abstraksi mereka dan praduga yang tersirat di baliknya. Seorang ilmuwan
bisa saja membuat penemuan yang sahih, tetapi dituntun oleh praduga
pribadi untuk menafsirkan dan menerapkan penemuan itu dalam sikap yang
tidak benar.
Seberapa kerasnya mereka mencoba, ilmu psikologi tentu saja tidak akan
pernah menjelaskan tujuan dan makna keberadaan manusia. Pertanyaan-
pertanyaan semacam ini melebihi tingblt ilmu psikologi untuk dihubungkan
dengan ladang teologi. Untuk mengharapkan ilmu psikologi mengung-
kapkan jawaban-jawaban atau bahkan para ilmuwan yang mempelajari
psikologi dapat berkomentar secara akurat tentang pertanyaan-pertanyaan
kesalahpahaman ini, tidak harus melalui ilmu pengetahuan, tetapi dapat
juga melalui tingkatan-tingkatan penjelasan yang kita peroleh dari per-
tanyaan-pertanyaan dalam hidup. Akhirnya, pertanyaan-pertanyaan keber-
adaan manusia merupakan pertanyaan-pertanyaan teologis bagi orang
Kristen, yang berdasarkan pada iman dan firman Allah. ldealnya, penjelasan
ilmu pengetahuan dan pemahaman orang Kristen tentang Alkitab harus
saling mengisi.
Orang Kristen tidak seharusnya mengangkat kebenaran ilmiah dalam
tingkat yang sama dengan Alkitab. Kita memegang Alkitab sebagai firman
Allah yang tanpa salah; sedangkan kebenaran yang tampak ilmiah sering
kali terbukti tidak akurat. Dalam studi ilmu apa pun, tentu saja, orang Kristen
harus secara teguh berakar pada firman Allah. Kita harus membangun suatu
filter ilmu pengetahuan dari pewahyuan khusus yang akan mengizinkan
kita menguji apakah model-model ilmiah dan konsruksi-konstruksi teoretis
yang dipaparkan para ilmuwan itu memang benar-benar cocok dengan
penciptaan Allah.

MANUSIA DALAM PERSPEKTJF HOUSTIK


Sebuah model holistik menganggap bahwa perilaku manusia bisa
digambarkan dalam cara-cara yang berbeda oleh disiplin ilmu yang berbeda,
PENGANTAR PSIK'OLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Fokus 1.6
Konseli ng Pastoral

Di luar usaha -usaha rise! dan usaha-usaha pengajaran oleh para profesional
Kristen dalam bisang psikologi, suatu tradisi kuat dalam psikologi Kristen muncul dalam
ranah teologi. Biasa disebut psikologi pastoral atau konseling pastoral, disiplin ini diwakili
oleh individu-individu yangt elah mencoba mngembangkan psikologi Kristen dari suatu
perspektif teologis . Sering kali para pendeta atau teolog Ielah berupaya memfor-
mulasikan psikologi Kristen karena kebutuhanutnuk menolong warga jemaat mereka.
Pada umumnya, usaha-usaha demikian Ielah dikenal luas dan dapat dianggap sebagai
suatu kontribusi yang layak bagi psikologi terapan.
Dalam tradisi konseling pastoral kita mungkin akan menyinggung karya signifikan
Anton B. Boisen, seorang pendeta yang karena beberapa gangguan mental menyim-
pulkan bahwa gereja mengabaikan bidang kesehatan mental. Ia menjadi seorang
pekerja sosial di Boston Psychopatic Hospital dan melakukan banyak pengamatan pada
hubungan antara pangalaman religius dan kesehatan mental. Para pemimpin yang
lain dalam bidang ini ada\ah Clyde M. Narramore dan Henry R. Brandt. Tu\isan-tulisan
mereka telah meyakinkan banyak orang Kristen lnjili bahwa psikologi dapat bersifat
alkitabiah dan fungsional. Kini seminari-seminari konservatif memiliki jurusan-jurusan
psikologi dan konseling pastoral.
Kategori-kategori luas para konse\01' pastoral dapat dibedakan pada tataran tertentu
berdasarkan penggunaan kenyataan-kenyataan abso\ut alkitabiah dan penggunaan
psikologi mereka dalam konseling. I
............................ ~- - .... __....,
masing-masing menceritakan inti perilaku yang sama.Misalnya, dalam
bidang cakupan teologi kita bisa menggolongkan perilaku khusus manusia
sebagai tindak amoral seksual. Karena Alkitab sangat jelas dalam hal apa
yang membentuk dosa, tindak amoral seksual dapat digambarkan sebagai
dosa dari sudut pandang teologi. Dalam ilmu psikologi, tindak amoral sek-
sual atau perzinaan bisa digambarkan sebagai akibat pengalaman masa
kecil. Hal itu bisa dianggap sebagai dasar krisis identitas atau fakta bahwa
kenakalan remaja merupakan pemberontakan terhadap orangtua. Penyebab
munculnya tindak amoral bisa terjadi karena frustrasi; terlalu padatnya
perkampungan kumuh di perkotaan yang menyebabkan kebosanan dan
kurangnya usaha yang produktif. Semua gambaran ini berasal dari domain
atau ranah ilmu psikologi yang secara akurat diterapkan pada perilaku amo-
ral seksual. Namun demikian, disiplin ilmu lain seperti fisiologi mungkin
bisa menemukan bahwa susunan kromosom dari individu tertentu berhu-
bungan dengan meningkatnya dorongan seksual, yang mengarahkan mereka
terl ibat dalam tindak amoral seksual. Untuk mengatakan bahwa deskripsi
teologis, psikologis atau genetis tentang tindak amoral seksual yang pali!lg
akurat adalah pemikiran yang naif. Bagi orang Kristen, semua gambaran
yang sahih itu membawa kemuli aan Allah sebagai Sang pencipta.
Pengantar Psikologi
- .
r -- . - - - - - - ---·--------------------------··--·-------··-·
;
Kategori pertama mencakup CPE (Clinical Pastoral Education) atau pendidikan
pastoral klinis. Lembaga ini sudah dikembangkan dan program-program pelatihan
ekstensif tersedia dalam banyak rumah saki! dan seminari. Sebagian para instruktur
berpegang pada suaiu orientasi teologi liberal.
Kategori kedua meliputi tokoh-tokoh konseling injili, narasumber terkenal , yang
presentasi-presentasinya berisi nasihat praktis tentang kehidupan sehari-hari. Bill
Gothard's "Institute of Basic Youth Conflict", seminar-seminar adalah sebuah contoh
terkenal. Keith Miller, Bruce Larson, Tim LaHaye, Norman Wright. dan Charles W. Shedd
terkenal di tengah lingkungan kaum injili sebagai narasumber dan para penulis terkenal.
Pada umumnya, mereka memiliki suatu orientasi teolog i konservatif dan sangat
mendukung penggunaan kenyataan-kenyataan absolut alkitabiah sebagai panduan
dalam kehidupan sehari-hari. Dampak mereka bagi orang Kristen pada umumnya
menguntungkan , membantu menyelesaikan banyak masalah mendasar yang dihadapi
oleh banyak orang .
Kategori ketiga meliputi para konseling pastoral yang mencari jalan tengah,
mendukung keseimbangan teologi dan psikologi. Meskipun Adams sangat menekankan
konseling dengan petunjuk rinci berdasarkan Alkitab, metode-metodenya banyak
memiliki kesamaan dengan psikologi (meskipun ia mungkin tidak pernah mengakui
kesamaan itu) . Para psikolog profesional seperti Gary R. Collins, Maurice Wagner, Paul
D. Morris, Donald F. Tweedie, dan H. Newton Malony Ielah berbuat banyak untuk
memajukan integrasi teologi dan psikologi. Pengaruh mereka telah menjadi instrumen
dalam memperluas wawasan psikologi umat Kristen.

Beberapa disiplin ilmu yang berbeda sesungguhnya bisa memberikan


laporan yang valid tentang peristiwa atau fenomena yang sarna. Kesarnaan
yang valid, tetapi tidak lengkap ini bisa saling rnelengkapi. Fakta bahwa
anak remaja rnemberontak terhadap orangtua tidak mengubah fakta bahwa
tindak amoral seksual adalah dosa. Dengan kata lain, deskripsi psikologis
tidak bertentangan dengan deskripsi teologis, tetapi dua deskripsi itu
ses ungguhnya saling rnengisi atau saling melengkapi.
Pada masa lal u, filsafat Kristen sering kali dicirikan d.en gan du alisme
Plato, dengan pembedaan yang .tajarn an tara tubuh dan jiwa. Bagaimanapun,
di an tara para sarjana Alkitab, ada kons ensus bahwa Alkitab rnenggam-
barkan sifat manusia bukan sebagai dua rnateri yang terpisah, melainkan
se bagai suatu entitas yang utuh . Pengamatan yang cermat terhadap Per-
janjian Lama dan terminologi Perjanjian Baru menunjukkan suatu gambar-
an holistik yang tegas.
Dalam psikologi Kristen, masalah sering dikategorikan sebagai masalah
spiritual, psikologis, atau jasmani. Kategori sernacam ini berhubungan de-
ngan konsep-kons ep Alkitab tentang roh, jiwa dan tubuh secara berturut-
turut. Meskipun pembagian itu bermanfaat untuk menol ong kita berpikir
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

tentang eksistensi manusia, kita perlu mengingat bahwa dalam kenyata-


annya seorang pribadi merupakan suatu keutuhan dan harus diperlakukan
demikian. Para teolog telah lama berdebat tentang apakah umat manusia
bersifat dikotomi (dengan komponen material dan nonmaterial) atau
trikotomi (komponen yang terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh). Perbedaan
mendasar tampaknya terjadi antara mereka yang terkesan dengan pem-
bagian-pembagian semacam ini dan mereka yang tidak! Pembagian penga-
laman manusia atau kepribadian manusia yang ditulis dalam buku ini
seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang bisa berubah dan dalam tahap
operasional saja. Penekanan yang kuat dalam Alkitab adalah pribadi secara
keseluruhan.

KONTRIBUSI KRISTEN TERHADAP PSIKOLOGI


Kita bisa terkesan bahwa orang Kristen dewasa ini menemukan psikologi
untuk pertama kalinya. Sesungguhnya, orang Kristen mengklaim kembali
wilayah yang sebenarnya menjadi milik mereka (Sovine, 1988). Kebangkitan
ilmu pengetahuanlah yang pertama kali mulai memisahkan psikologi dan
teologi. Ketika ilmu pengetahuan kehilangan dasar ketuhanannya, pemi-
sahan itu menjadi lengkap.
Orang Kristen telah secara aktif terlibat baik dalam psikologi maupun
teologi selama berabad-abad. VahdeKemp (1984) membubuhi keterangan
ratusan sumber sejak tahun 1672 hingga 1965 yang berhubungan dengan
kedua bidang ini. Orang Kristen secara historis telah terlibat dalam kasus-
kasus penyakit mental. Para pend eta adalah orang yang mula-mula me-
nangani orang sakit mental selama Abad Pertengahan. Orang Kristen di
Belgia membentuk komunitas Gheel pada abad kedua belas. Di sana orang
sakit jiwa ditangani dengan doa, penumpangan tangan, dan kebaikan. Teresa
Avila, seorang biarawati Spanyol pada abad enam belas memperkenalkan
gagasan "sakit mental". William Tuke, seorang pengikut aliran Quaker, me-
ngembangkan lembaga kemanusiaan bagi orang-orang cacat mental di
Inggris. Gagasannya dipinjam dari orang-orang Amerika dalam bentuk "pe-
rawatan moral".
Benjamin Rush adalah pemimpin dalam pemakaian perawatan moral.
Tokoh yang dinyatakan sebagai "bapak psikiatri" ini sangat dipengaruhi
oleh pemikiran Kristen (Theilman dan Larson, 1984). Demikian juga Johann
Heinroth, yang hidup pada abad sembilan belas, memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap psikologi modern.
Lebih awal lagi pada abad ini kita menyaksikan kelahiran gerakan kon-
seling pastoral, dan sementara gerakan itu kadang-kadang disamakan de-
ngan teologi modern, gerakan ini merupakan contoh lain bagaimana ke-
kristenan berhubungan dengan psikologi.
Saat ini kita terus melihat pertumbuhan minat orang Kristen terhadap
psikologi. Dobson telah menghasilkan banyak buku, film, dan program ra-
Pengantar Psikologi

Fokus 1.7.
Bapak Psikiatri

Seorang perintis Kristen terkenal dalam bidang


psikiatri adalah Johann Christian Heinroth yang
menerbitkan buku-buku dan karya-karya sarjana di
Jerman pada awal tahun 1800-an. Heinroth adalah
psikiater pertama yang menciptakan istilah "psychoso-
matic" untuk menggambarkan hubungan antara konflik
rohani/psikologis dan sakit-penyakit jasmani. Gambaran
Heinroth tentang sifat tripartit manusia, berdasarkan Rom a
7, membagi kepribadian manusia menjadi: (1) Uberuns
Johann Christian (suara batin); (2) ego (pikiran, emosi-emosi, dan
August Heinroth kemauan); dan (3) Fleisch (dorongan-dorongan emosi
(1773 - 1843) dasar, termasuk sifat dosa). Pembagian kepribadian
menurut Freud menjadi superego, ego, dan id hanya
meniru model Heinroth. Heinroth dan Freud melukiskan pergumulan antara kesadaran
manusia dan dorongan-dorongan keingainan dan rangsangan-rangsangan. Namun,
solusi-solusi mereka berbeda. Freud mengajarkan bahwa karena ego (wi/0 adalah
suatu alat tak sadar bagi id (naluri dorong9n tak sadar seseorang), maka solusinya
adalah menerima fakta tersebut dan menjalani suatu kehidupan pragmatis,mematikan
kesadaran; sebaliknya, perasaan bersalah dapat menyebabkan saki! mental. Heinroth
merasa bahwa ego adalah suatu alat bagi Fleisch (Rm. 7) , namun kemenangan itu
dapat dicapai melalui kuasa Roh Kudus dalam diri seorang percaya yang lahir baru
(Rm .8) .
Karena penemuannya mendahului Freud, maka Heinroth dapat dianggap sebagai
bapak psikiatri Kristen. Akan tetapi, karena para psikiatri modern pada umumnya menilai
solusi Heinroth (iman kepada Kristus dan berserah kepada Roh) tidak masuk akal,
maka Freud dianggap sebagai bapak psikiatri.

dio. Seluruh ensiklopedi psikologi telah ditulis dalam suatu sudut pandang
Kristen (Benner, 1985) dan lusinan buku lain karya para psikolog Kristen
telah terjual secara luas. Dua terbitan berkala secara aktif terlibat dalam
kekristenan dan psikologi; the Journal of Psychology and Theology dan the
Journal of Psychology a1zd Christianity.
The Journal of Psychology and Thelogy bernaung di bawah The Rosemead
Graduate School of Psychology, yang diakui oleh the American Psychology
Association (APA), Th e Journal of Psychology and Christianity bernaung di
bawah the Christian Assocition of Psychological Studies (CAPS), yang telah
ada d.i sejumlah negara. Ada beberapa jurnal sekular lain yang menerbitkan
artikel-artikel yang berhubungan dengan isu-isu psikologi dan religi .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Kampus Fuller Theological Seminary menawarkan program-program


doktoral bidang psikologi dan diakreditasi oleh APA. Michigan State Uni -
versity memiliki program psikiatri Kristen, dan banyak kampus dan seminari
Kristen rnerniliki progr.arn-prograrn graduate (tingkat sarjana) dan under-
graduate (tingkat BA) bidang psikologi. Banyak di antara jurusan-jurusan
di kampus-karnpus ini (khususn ya untuk tingkat sarjana) telah memiliki
daftar tunggu untuk rnemasuki program-program psikologi, sementara
sebagian besar karnpus justru mencari mahasiswa. The Am eri can Psycho-
logical Associa tion memiliki sebuah divisi yang dirancang bagi para
psikolog yang tertarik pada masalah-rnasalah agama. Ada tanda-tanda
bahwa muncul kclahiran kembali minat terhadap psikologi dan agama.
Jelaslah bahwa kekristenan dan psikologi memp e rb arui hubungan
meeka. Dua disiplin ilmu yang telah lama berpisah akhirnya kini kembali
sating tertarik. Apakah mungkin penikahan kembali di antara dua disiplin
ilmu ini?

***
REFERENSI
Ackerman, P. 1988. The integrated model for relating psychology and Christianity.
Creation Social and Humanities Quaterly (Musim panas) : 7-13.
Adams, J. 1973. The Christian's counselor's manual. Grand Rapids: Baker.
Benner, D. editor. 1985. Baker encyclopedia of psychology. Grand Rapids: Baker.
_ _ . 1988 . Psychotherapy and the spiritual quest. Grand Rapids: Baker.
Bolt, M, dan D. Myers . 1984. The Human connection. Downers Grove: Inter-Varsity.
Boyce, J. (dengan C. Lutes). 1984. Animal rights. Christianity Today (6 Sept.) : 35-39.
Bufford, R. 1981. The Human reflex. New York: Harper and Row.
Burke, T. 1987. Man and mind. Hillsdale, Mich.: Hillsdale College Press.
Carter, J. dan R. Mohline. 1976. The nature and scope of integration. Journal of Psy-
chology and Theology 5 (ed. Desember-Februari) : 3-14.
Carter, J. dan B. Narramore. 1979. The integration of psychology and theology. Grand
Rapids: Zondervan.
Collins, G. 1981. Psychology and theology. Nashville: Abingdon.
Crabb, L. 1977. Effective bibli cal counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Darling, H . 1969. Man in triumph . Grand Rapids: Zondervan.
Dobson, J. 1970. Dare to discipline. wheaton, Ill. : Tyndale.
Engel, J. Akan terbit. How can I get them to listen/ Edisi ke-2. Grand Rapids: Zondervan.
Evans, C. 1989. Wisdom and humannes in psychology. Grand Rapids: Baker.
Farnsworth, K. 1985. Whole-hearted integration. Grand Rapids: Baker.
Gilbert, M. dan R. Brock. 1985. The Holy spirit and counseling . Peabody, Mass .:
Hendrickson.
·~________________________.~w·~
Pengantar Psikologi

Griffin, E. 1982. Getting together. Downers Grove: Inter-Varsity.


Hinkle, D.. W. Wiersma, dan S. Jurs. 1988 . Applied statistic for the behavioral sciences.
Edisi kedua. Boston: Houghton Milflin.
James, W. 1890. The principles of psychology. New York: Holt.
Johnson, C. 1983. The psychology of biblical interpretation . Grand Rapids: Zondervan.
Kirwan, W. 1984. Biblical concepts fo r Christian counseling. Gran Rapids: Baker
Kotesky, R. 1980. Psychology from a Christian perspective. Nashville. Abingdon .
_ _ . 1983 . General psychology for Christian councelors. Nashville: Abongdon.
Lofland, J. dan L. Lofland. 1984. Analyzing social settings. Edisi kedua. Belmont, Ca-
lif.: Wadsworth.
MacKay, D. 1979. Human science and human dignity. DownersGrove: Inter-Varsity.
McKenna, D. 1977. The Jesus model. Waco; Word.
Martin. D. 1985. Doing psychology experiments. Edisi kedua. Montery. Calif.: Brooks!
Cole.
Menninger. K. 1973. Whatever became of sin? New York: Hawthorne.
Myers, D., dan M. Jeeves . 1987. Psychology through the eyes of faith . San Fransisco:
Harper and Row.
Niebuhr, H. 1951. Christ and culture. New York: Harper and Row.
Parsinger, M. 1987. Neuropsychologica l bases of God beliefs. New York: Praeger.
Peck, M. 1978. The road less traveled. New York: Simon and Schuster.
_ _ . 1983. The people of the lie. New York: Simon and Schuster.
Ratcliff, D. 1985. The use of play in Christian education. Christian Educational Journal
6: 26-33.
Ray, W. dan R. Rivizza. 1985. Methodes toward a science of behavioral experience. Edisi
kedua. Belmont, Calif.: Wadsworth .
Schaeffer, F. 1968. The God who is there. Downers Grove; Inter-Varsity.
Sovine, C. 1988. Integration of psychology and theology. Staley lecture series, Toccoa
Falls College, 22 Maret.
Theilman, 5 .• dan D. Larson. 1984. Christianity and early American care for the in-
sane. Joumal of psychology and Christianity 3 (edisi September-November): 27-
34.
VandeKamp, H . 1984.. Psychology and theology in Western thought, 1672-1965. White
Plains. NY : Kraus International.
VanLeeuwen, M. 1982. The sorcerer's apprentice. Downers Grove: Inter-Varsity.
_ _ __ ._.1985. The person in psychology. Grand Rapids: Eerdmans.
Vikler, H . 1981. Hermeneutics. Grand Rapids: Baker.
Ward, W. 1977. The Bible in counseling. Chicago: Moody.
Zimbardo, P. 1982. Psychology today: The state of the science. Psychology Today 16
(Mei): 58-59.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

l. Untuk perspektif Kristen dalam penelitian terhadap binatang, lihat Boyce, 1985
2. Evans 1989 mempresentasikan beberapa argumen yang sama.
Beberapa buku yang bagus tentang hermeneutik ditulis dari perspektif injili/psikologi telah tersedia.
J.

Lihat Virkler 1981; Johnson 1983.


•· Patut dicatat bahwa psikologi memberi keuntungan dari analisis metode l:ermeneutika. Lihat Evans
1989, him. 138-142
2
Dasar Biologi
untuk Mengenal Tingkah Laku

_ /1fP ubungan antara biologi dan tingkah laku manusia telah diselidiki
~lseeara ekstensif selama beberapa tahun terakhir ini. Fungsi otak
sebagai salah satu aspek topik ini telah dipopulerkan melalui beberapa buku
dan seri televisi PBS dengan judul "The Brain" (Restak, 1984). Organ tubuh
manusia yang paling rumit ini telah menakjubkan dan mempesona manusia
selama ribuan tahun. Meskipun telah ditemukan kemajuan yang sangat
besar dalam pengetahuan, beberapa l'fspek dari car,! kerja otak tetap masih
belum dapat dipahami baik oleh ahli biologi maupun psikologi.
Sebelum membahas proses mental secara khusus, kita akan terlebih dulu
mengamati sistem saraf. Sistem saraf manusia sangat rumit terdiri dari
miliaran sel saraf yang mengandung lautan kimia keeil yang menyampaikan
pesan ke seluruh tubuh. Seeara anatomis sistem saraf mempunyai dua kom-
ponen utama fungsional. Sistem saraf periferal terdiri dari saraf-saraf khusus
dari batang otak yang terutama mengendalikan kepala dan berbagai indera
(saraf otak), saraf-saraf dari sumsum tulang belakang yang menyampaikan
impuis dari dan ke berbagai bagian tubuh, dan sistem saraf otonom (di Iuar
kesadaran). Sistern saraf sentral terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Otak terdiri dari dua belahan otak, batang otak, otak kec:il, dan sistern tepi.

NEURON
Unit mikroskopik sistem saraf adalah sel saraf atau neuron (lib. gb. 2.1).
Neuron terdiri dari tubuh sel yang mengandung nukleus, akson, serabut
tak bereabang yang panjang dari tubuh sel yang membawa impuls ke neu-
ron, kelenjar dan otot-otot, dan dendrit yang lain, serabut bereabang yang
lebih pendek yang keluar dari tubuh se1 yang menerima impuls dari neuron
Iainnya. Tubuh sel saraf biasanya disusun seeara berkelompok. Kumpulan
tubuh sel saraf di Iuar otak dan sumsum tulang belakang disebut ganglia.
Beberapa serabut saraf tidak memiliki tutup, tetapi kebanyakan-ditutup
dengan bungkus. Banyak serabut tepi yang rnemiliki bungkus terbuat dari
PENG!\NTAR.PSIKOL~l OAN KbN$EUNGKRJSI£N 1

-·--·-··--·--~-·--··---. . . ...........................................---··--···-····-''--'" ·'"'"'~ zat lemak yang dikenal dengan nama


Gambar 2.1. Neurqn. mielin. Ruang di an tara dendrit, salah
satu neuron dan serabut saraf neuron
yang lain disebut sinapsis.
Jmpuls dibawa sepanjang per-
mukaan akson dengan laju kecepatan
sekitar 300 kilometer per jam, dengan
variasi kecepatan yang berbeda-beda
terminal tergantung diameter akson dan apakah
akson itu memiliki mielin atau tidak.
Secara kimiawi, bagian dalam neuron
yang tidak bekerja dijadikan negatif.
Dengan adanya rangsangan pada den-
drit, bagian dalam akson secara kimia-
wi menjadi positif. Perubahan di kutub
bungkus mie!in
ini terjadi dalam urutan seperti rantai
reaksi sepanjang akson (lih. gb . 2.2) .
Setelah impuls dikirimkan sepanjang
akson melalui reaksi kimiawi, kondisi
simpul •
kimiawi akson semula dipulihkan dan
Ran vier
siap untuk transmisi impuls berikutnya.
Proses ini disebut transmisi aksonal
karena berlangsung di dalam akson.
Dalam proses depolarisasi akson,
perubahan kimiawi berlangsung dalam
cabang terminal akson (lih. gb. 2.2) .
Setiap cabang terminal mengandung
zat neurotransmitter yang akan dile-
paskan ke dalam sinapsis dan berpin-
dah tempat ke reseptor setelah meneri-
ma dendrit akson berikutnya. Reaksi
kimia berlangsung, dan meneruskan
impuls itu ke neuron berikutnya dan ke
berbagai bagian sistem saraf yang
berbeda. Proses ini disebut transmisi
sinapsis karena berlangsung di dalam
: sinapsis.

/ dendrrt

---·-----·----
Serabut saraf otak dan sumsum
tulang belakang karena memiliki asal
dan tujuan yang sama membentuk
saluran. Serabut saraf yang menyalurkan impuls ke tubuh sel dalam saluran
itu disebut serabut aferen (sensori), sedang saraf yang menyalurkan impuls
meninggalkan tubuh sel disebut serabut eferen (motor).
Fokus 2.1 Sumber lnformasi Kristen tentang Otak
Beberapa orang Kristen telah memikirkan hubungan antara otak dan iman. Misalnya,
Donald MacKay yang mengepalai tim antardisipliner yang mempelajari otak di Keele Uni-
versity di lnggris, merintis riset dalam bidang ini. MacKay terlibat dalam debat awal dengan
B. F. Skinner tentang program televisi William F. Buckley (1971) dan menu lis buku yang
sangat bagus tentang otak dari sudut pandang Kristen (MacKay, 1980).
MacKay menyimpulkan bahwa neuropsikologi, seperti halnya psikologi dan ilmu
pengetahuan lainnya, mengamati dunia pada tingkat yang berbeda dari ahli filsafat dan
teologi (lih. bab 1). Jadi, penjelasan ten tang aktivitas otak secara fisik hanya bisa disimpulkan
pada tingkat analisis tersebut. Hal itu tentu saja tidak menghapuskan wilayah keagamaan
karen a merupakan tingkat analisis yang berbeda.
Beberapa orang Kristen lain telah menu lis karya penting tentang neuropsikologi. Secara
lebih filosofis, Custance (1980) dan Myers dan Jeeves (1987, 19-30) membahas masalah
monisme dan dualisme. Myers dan Jeeves bersama MacKay membahas monisme dari
riset psikologis; mereka percaya bahwa manusia secara fundamental merupakan satu
kesatuan sehingga kita tidak boleh memisahkan jiwa atau roh dari tubuh.* Sebaliknya,
Custance percaya bahwa bukti-bukti dari riset otak menunjukkan adanya pemisahan, dan
ia mempercayainya sebagai posisi yang alkitabiah.
Perlu dicatat bahwa sudut pandang holistik yang disarankan oleh para penulis buku
ini tidak mengharuskan kita untuk menghilangkan kemungkinan adanya kehidupan setelah
kematian. Sesungguhnya, seperti apa eksistensi yang akan kita miliki segera setelah
kematian tidak diketahui, meskipun Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa orang-orang
Kristen akan berada bersama-sama Tuhan . Kita juga memiliki kepastian ten tang kebangkitan
tubuh pada masa yang akan datang. Bahkan jika kita berpendapat bahwa ego adalah
akibat aktivitas otak, ego yang sama bisa berasal dari sumber lain yang terlepas dari otak
pada saat kematian . Jika ego yang sadar adalah hasil tubuh pada saat ini, jenis tubuh yang
lain bisa memanifestasikan ego yang sama. Bagaimanapun, Alkitab menyatakan dengan
jelas bahwa suatu hari kita akan disatukan kembali dengan tubuh jasmaniah kita, meskipun
tubuh kita harus diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus setelah kebangkitan-Nya.
Kesimpulan ini secara umum diterima oleh semua penulis di atas.
D. Gareth Jones, semula adalah ahli anatomi di University of Western Australia, menu lis
buku Our Fragile Brains (1981). Jones dengan teliti menggambarkan fungsi otak dan
pengaruhnya, dengan selalu menekankan sudut pandang Kristen dan alkitabiah dalam
prosesnya. Misalnya, ia membahas perlunya penghargaan terhadap otak, dengan mengutip
doktrin teologis bahwa manusia diciptakan serupa dengan Allah. Ia menerapkan konsep
ini dalam masalah kerusakan otak, kontrol otak, dan kepribadian .
Collins (1985) telah menulis buku yang sangat bagus tentang pikiran yang dikaitkan
dengan otak dan kekristenan. Collins melangkah lebih jauh daripada sekadar masalah
neurologis dan menyelidiki hampir semua psikologi. Pendekatannya menggarisbawahi
keutamaan pikiran dalam studi tentang pikiran dan tingkah laku manusia, yang tentu
saja, merupakan definisi psikologi. ,

b lihat kritik Demski (1990) tentang 'semi-materialisme' yang tersirat dalam kesimpulan MacKay
un Myers dan Jeeves).
·--~- .. .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

cabang terminal

A. Pengaktifan Akson

B. Selama Pengaktifan Sinapsis

C. Setelah Pengaktifan (lstirahat)

Gambar 2.2 Transmisi aksonal dan sinapsis

Gambar 2.3 Fungsi belahan otak (menurut Sperry).

Korpus kalosum
Dasar Biologi untuk Mengenal Tingkah Laku

SISTEM SARAF PUSAT

Otak Atas .
Berat rata-rata otak seorang Iaki-laki muda adalah 1,380 gram . Otak
itu terdiri dari kurang lebih 110 miliar sel termasuk 14 miliar neuron. Dua
belahan otak besar tidak terpisah sepenuhnya menjadi bagian kiri dan kanan.
Masing-masing belahan ini memiliki fungsi yang berbeda (lih. gb. 2.3),
meskipun keduanya tidak sama sekali berlainan, seperti pandangan orang-
orang sebelumnya (Levy, 1983). Kedua belahan otak dihubungkan oleh
korpus kalosum, berkas serabut melintang yang luas . Permukaan masing-
masing belahan itu berkerut-kerut dan memiliki celah yang disebut fissure
(celah) . Satu lapis lapisan otak yang tebalnya 1,3 sampai 4,5 milimeter
menutupi seluruh permukaan otak besar.

Fokus 2.2
Melokalisasi Agama dalam Otak
Karena kedua belahan otak tampaknya memiliki fungsi yang sangat berbeda,
dapatkah kita melokalisasi iman dan agama di bagian otak tertentu?
Lee (1985), Owens (1983), dan Meyer (1975) mengaitkan belahan otak kanan
dengan pengalaman langsung dan simbolisasi agama. Collins (1985, 28) berpendapat
bahwa ada kemungkinan belahan otak kanan juga terlibat dalam pemahaman kejahatan
dan moralitas yang kompleks. Sedang belahan otak kiri lebih bersifat verbal sehingga
lebih bersifat teologis. Para penulis di atas menyatakan bahwa gereja-gereja tertentu
menekankan salah satu belahan otak dan mengabaikan belahan otak yang lain. Karena
kecenderungan ini, masing-masing orang mungkin kehilangan kepekaan mereka
terhadap cara orang lain menyembah dan melayani Allah; agama mereka tidak utuh.
Tentu saja, kita sudah pernah berada di gereja di mana segala sesuatu
menggunakan otak secara ketal; kita mendengarkan dan mungkin juga belajar, tetapi
kita tidak pemah tergerak. Gereja yang lain melakukan kebaktian yang menggetarkan,
tetapi teologinya lebih dangkal atau isi pengalamannya lebih sedikit. Jelaslah bahwa
kita memerlukan gereja-gereja yang merangsang otak secara intelektual, bisa dialami
dan mistis.
Di sisi lain, hubungan yang jelas antara agama dan fungsi otak belum ditemukan
(Dodrill, 1976; Wong, 1984). Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh fakta bahwa
aktivitas kedua belahan· otak tidak terpisah sepenuhnya seperti keyakinan banyak
orang .
Bagaimanapun, kita bisa menyimpulkan bahwa iman sejati perlu melibatkan seluruh
diri orang itu dan juga seluruh otak. Kristus berkarya mengubah seseorang secara
keseluruhan sehingga orang itu harus terlibat dalam ibadah dan pelayanan kepada Allah.
PE NGANTAR PSIKOLOG! DAN KONSEUNG KRISTEN 1
........_ _ _ _ _ _ _ ,.._ _ _, _ _..... _"""'~---- 'A'!:"'c«..

Dua lekukan utarna pada permukaan samping otak disebut celah


Sylvius dan celah Rolando. Dengan menggunakan kedu a lekukan itu sebagai
penanda, tiap belaha~ bisa dibagi menjadi empat lob (lih. gb. 2.4). Lob depan
terletak di depan celah Rolando dan di atas celah samping Sylvius, sedang
lob oksipital terletak di bagian paling belakang belahan otak. Lob parietal
terl etak di antara lob depan dan lob belakang, sedang lob pelipis terl etak di
bawah celah Sylvius.
Keempat lob otak semuanya memain.kan peranan tertentu dalam mene-
rima , memproses, dan mengirimkan pe san yang memb·e ntuk pemikiran
manusia. Golden (1981, 26-45), dengan mengikuti ahli neurologi terkenal
Luria, menggarnbarkan fungsi keernpat lob ini secara cukup kornprehensif.
Sernu.a data indera perasa (rasa sakit, tekanan, sentuhan) disampaikan
ke bagian primer lob di ubuh-ubun. Sentuhan pacta sisi kiri tubuh sampai ke
lob di parietal di sisi kanan o tak. Jika kepala dis entuh , perasaan sarnpai ke
bagian bawah daerah ubun-ubun di d ekat celah Sylvius; jika kuki disentuh,
perasaan itu sampai di dekat bagian atas celah Rolando . Jika daerah ubun-
ubun utarna terluka , orang mungkin tidak bisa rnerasakan sentuhan atau
rnungkin tidak bis a mengenali suatu objek d engan sentuhan . Daer ah ini
berkaitan erat dengan lob clepan, yang mengontrol output gerakan. Jacli, in -
put indera berka itan erat den gan k9ntrol otot untuk menghasilkan gerakan
yang ter koord inasi .
Daerah ubun-ubun sekund er terl e tak di bagian lebih belakang di lob
parietal. Ke rusakan pada bagian ini akan mengakibatkan ter gan ggun ya
proses pen golahan informasi ind era perasaan.

Gam bar 2.4 Tampak sam ping belahan otak kiri

celah Rolando

lob oksipital

L __ _ _ _ __ _ _ __ lo_b_p-el-ip-is_____c_el_a_
_ h -S-ylv- iu_s_ _ _ ____ j
_'_"'_ _ .II.~~~"'_._, _ _ _ ...._ _ __
~ III.~ _ _
Dasar Biologi untuk Mengenal Tingkah Laku
~_ ... ~ , . ' 'Il>' "l';I:'~·' ~_

Pada bagian belakang otak terdapat lob oksipital. Bagian belakang otak
primer terletak jauh di belakang; ia menerima informasi visual dari mata.
Jadi, dalam satu pengertian, kita semua memiliki "mata di belakang kepala
kita" - maksudnya tempat informasi dari mata masuk ke otak. Jika bagian
belakang otak primer rusak, akibatnya sebagian penglihatan atau seluruhnya
hilang meskipun mata orang itu sepenuhnya normal.
Bagian belakang otak sekunder terletak di depan bagian primer. Bagian
ini mengubah data visual menjadi sandi dan menyatukannya. Jika bagian
itu rusak. orang bisa melihat tetapi sering kali salah dalam menafsirkan
data visual.
Oi bawah lob parietal dan di depan lob oksipital terdapat lob pelipis.
Bagian primer lob ini terletak di daerah belakang tengah bagian otak. Oaerah
pelipis primer menerima informasi dari telinga. Anehnya. meskipun telinga
dan lob pelipis secara fisik berdekatan. sebagian besar informasi dari hap
telinga disampaikan ke sisi lob pelipis di seberangnya. Luka pad a lob pari-
eta l primer sering kali dikai tkan dengan ketulian pada telinga di sebe-
rangnya. meskipun telinga itu sendiri bisa berfungsi secara normal.
Lob pelipis sekunder terletak di depan bagian primer, dan bagian ini
memproses informasi pendengaran. Jika bag ian otak ini diteliti, orang bisa
mendengar suara-suara atau bunyi-bunyi yang sebenarnya tidak ada. Karena
bagian ini dekat dengan sistem tepi di bagian bawah otak, kerusakan bisa
menyebabkan sejenis gan gg uan emosi terten tu (seperti depresi atau
kekerasan ya ng tidak terkendali). Pemecahan sandi bicara j~ga bisa ter-
pengaruh; orang yang bersangkutan bisa mendengar, tetapi tidak memahami
ucapan. atau bisa mengalami kesulitan dengan tinggi rendah nada d-an ritme
(Golden, 1981). Kerusakan pada bagian ini juga bisa mempengaruhi pem-
bicaraan karena umpan balik pendengaran yang tidak akurat.
Ketiga lob yang kita bicarakan sejauh ini berkaitan dengan penerimaan
dan pernrosesan input yang diterima indera. sedang lob depan mengontrol
output indera ke otot-otot di dalam tubuh. Bagian depan otak primer terletak
di depan celah Rolando, tepat berhadapan dengan bagian parietal primer.
Seperh yang belakangan, output otot berhubungan dengan bagian tubuh
yang dipengaruhi; bagian bawah berhubungan dengan otot-otot di kepala
sedang bagian atas berhubungan dengan kaki dan telapak kaki. Sekali lagi,
lob bagian depan kiri mengontrol sisi kanan tubuh dan sebaliknya. Jika kor-
ban stroke kehilangan kontrol pada sisi kiri tubuh. maka kerusakannya terjadi
di belahan kanan otak. Sementara bap lob depan mengontrol sisi tubuh satu-
nya; kadang-kadang sisi yang sarna bisa mengambil alih beberapa fungsi.
Kerusakan pada bagian primer bisa menyebabkan terganggunya kemam-
puan berbicara dan menyanyi.
Bagian frontal sekunder. yang ferletak di depan bagian primer. ber-
tanggung jawab untuk mengatur tingkah laku. Seperti dijelaskan oleh
Golden (1981. 42), daerah ini mengirimkan "perintah eksekutif" kepada otot-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
i* * .. ~ ~) . c

otot, dan terus-menerus menyesuaikan perintah tersebut berdasarkan


umpan balik dari lob lainnya. Kerusakan pad a daerah ini bisa menyebab-
kan gerakan tersendat-sendat atau gerakan atau ucapan yang diulang-ulang.
Penfield (1975), dalam proses melakukan operasi otak, menemukan bah-
wa pada sa at ia menyentuh daerah otak tertentu dengan elektroda, beberapa
orang bisa mengingat peristiwa khusus. Kadang-kadang seseorang akan
ingat perasaan yang dirasakan pada peristiwa tertentu. Dan kadang-kadang
seseorang hanya mengingat perasaannya, seperti gembira atau depresi,
tanpa mengingat kembali peristiwa yang mendahuluinya secara khusus .
Penfield menyimpulkan bahwa ingatan dan cmosi khusus direkam dan
disimpan dalam daerah otak tertentu ini, meskipun banyak orang yang mem-
pertanyakan asumsinya bahwa memori seperli perekaman kaset (lih. bab 7) .

Otak yang Dipisahkan


Sperry (1970) melakukan riset dengan orang yang menderita gangguan
hilang i,n gatan tiba-tiba dengan memo tong korpus kalosum otak. Hasilnya
gangguan epilepsi itu berkurang frekuensinya. Operasi itu mengakibatkan
masing-masing belahan kanan dan kiri otak berfungsi secara bebas, Sperry
memakai informasi ini untuk menjelaskan fungsi khusus masing-masing
belahan otak atas (lih, gb. 2.3). Karakteristik berikut ditemukan pada orang
yang memproses bahasa di belahan kiri (kurang lebih 90 sampai 95 persen
orang yang menggunakan tangan kanan); karakteristik ini bisa berbeda
dengan orang lain.
Sperry menemukan bahwa belahan kiri otak mengendali.kan sebelah
kanan tubuh dan sebaliknya. Ia juga menemukan bahwa ketika orang yang
dipisahkan otaknya memegang objek dengan tangan kiri mereka (tanpa
melihat objek itu), mereka bisa menunjukkan melalui gerakan objek apa yang
dipakai tetapi tidak bisa menyebutkannya. Oleh karena itu, ia menyimpulkan
bahwa belahan kanan otak bisa memahami benda-benda, tetapi tidak bisa
mengontrol kemampuan bicara. Ketika benda-benda diletakkan di atas
tang an kanan mereka, orang itu bisa seger a menyebutkan nama benda itu ;
jadi belahan kiri berkaitan dengan kemampuan bicara.
Sperry ber pe ndapat bahwa belahan kiri terlibat dalam pemahaman
konsep abstrak dan penghitungan yang rumit, sedang belahan kanan
berurusan dengan kata-kata sederhana dan terbatas kemampuannya untuk
me lakukan penghitungan. Namun, belahan kanan jauh lebih unggul
daripada belahan kiri dalam menyusun desain, mengenali emosi pada wajah,
dan menggambar. Meskipun beberapa penemuannya telah dibantah oleh
riset yang dilakukan baru-baru ini (Diehl dan McKeever, 1987), perlu dicatat
bahwa perbedaan yang ada tidak setajam yang dipikirkan oleh banyak or-
ang selama ini (Gazzaniga, 1972). Selain itu, orang yang kidal sering memiIiki
sllsunan kemampuan belahan otak yang berbeda.
· - ......... _ _ , _.. _ _ ...,_.,. _ _ ~---------.---..· ( - · • ' " ' " lht -
Dasar Biologi untuk Mengenal
""'"«
Tingkah Laku
... ~. .. . _ . . . . . . . . . , _ _ , _ _

OtakBawah
Batang otak, di bawah belahan otak besar dan otak kecil, memiliki
banyak struktur terkait. Medula oblongata terletak di bagian bawah batang
otak dan melekat pada sumsum tulang belakang. Medula mengontrol kece-
patan detak jantung dan pernapasan, dan berisi pusat refleks untuk muntah,
bersin, batuk, dan menelan.

Fokus2.3.
Epilepsi dan Orang Kristen
Epilepsi merupakan gangguan otak yang penting yang mempengaruhi sejumlah
besar orang. Meskipun ada beberapa jenis epilepsi, bentuk yang paling terkenal menye-
babkan hilangnya ingatan seseorang secara tiba-tiba di mana orang itu jatuh ke lantai
dan mulai tertawa terbahak-bahak selama beberapa menit. Setelah itu, orang itu biasanya
bingung atau tertidur, kemudian kembali melanjutkan kegiatan normalnya. Sampai
beberapa dasawarsa terakhir tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk epilepsi,
tetapi saat ini sejumlah obat bisa diberikan untuk mengontrol kegiatan yang tak terkendali.
Ada beberapa kemungkinan penyebab epilepsi. Dalam beberapa bentuk, kondisi
hilang ingatan secara tiba-tiba itu bisa disebabkan oleh badai elektrik pada kegiatan
saraf. Jika orang itu memiliki sejenis epilepsi khusus yang parah, korpus kalosum bisa
dipotong melalui operasi. Hal ini bisa menurunkan kondisi hilang ingatan sesaat itu.
Apakah epilepsi sama dengan kerasukan roh jahat? Orang yang tidak menerima
AJkitab secara harfiah sering kali menyimpulkan bahwa epilepsi digambarkan sebagai
kerasukan roh jahat karen a hal itu merupakan pandangan yang biasa diterima pada masa
Pe~anjian Baru. Tetapi menarik kesimpulan ini berarti menerima kemungkinan adanya
kesalahan dalam Alkitab, yang tidak bisa kita terima.
Karena epilepsi bisa dikaitkan dengan kegagalan fungsi biologi, sulit atau bahkan
tidak mungkin mengaitkan hal itu dengan kerasukan roh jahat juga. Namun, ada beberapa
catatan Pe~anjian Baru ten tang kerasukan roh jahat yang melibatkan aktivitas lepas kendalL
Bagaimana menjelaskan hal ini?
Keberadaan kekuatan roh jahat yang supernatural bisa diterima. Selain itu ,
kekuatan ini bisa menyatakan dirinya melalui cara yang sama dengan epilepsi. Kita
tahu , misalnya, bahwa demam yang tinggi bisa menyebabkan hilang ingatan tiba-tiba
yang mirip dengan epilepsi. Jika kita menerima catatan Alkitab begitu saja, maka
kerasukan roh jahat juga bisa meniru kondisi ingatan sesaat seperti epilepsi.
Bagaimanapun, prasangka yang biasa ditujukan kepada banyak penderita epilepsi
itu tidak beralasan. Beberapa negara bagian di AS tetap melarang memberikan SIM kepada·
mereka, meskipun dalam kenyataan dengan obat yang sesuai pada umumnya penderita
epilepsi bisa menjadi pengemudi yang sangat baik Oauh lebih aman daripada orang yang
sedang mabuk karena alkohol, misalnya). O,rang Kristen tidak boleh menaruh prasangka
kepada orang lain hanya karena kondisi tidak normal seperti epilepsi.
PENGANTAR PSiKOlOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Pons terletak tepat di bawah medula dan terdiri dari sistem saraf yang
naik dan turun plus serabut lintang di antara batang 'otak dan otak kecil.
Otak tengah, tepat di atas pons, adalah pusat refleks untuk rasa sakit,
penglihatan, dan pendengaran. Talamus dan hipotalamus juga merupakan
bagian dari otak bawah. Talamus menghasilkan pengenalan perasaan yang
lebih kasar dan kurang kritis terhadap rasa sakit, suhu, dan sentuhan secara
sadar. Dengan tugas menyalurkan impuls indera ke kulit otak, talamus
memainkan peranan dalam mekanisme yang bertanggung jawab atas emosi
yang menghubungkan irrtpuls indera dengan perasaan senang atau tidak
senang. Talamus juga memainkan peranan dalam mekanisme rangsangan.
Hipotalamus, yang berada tepat di depan dan di bawah talamus, sangat
penting untuk mengatur nafsu makan, rasa haus, dorongan seks, pola tidur,
suhu tubuh, dan emosi. Di sekeliling batang otak secara keseluruhan terdapat
sistem khusus lain yang disebut sistem pengaktifan retikulum, yang
memonitor informasi yang datang dalam urutan kepentingan dan
mengarahkan stimuli kritis ke pusat otak yang lebih tinggi (lih. bab 5) .
Otak kecil, bagian otak terbesar kedua, terletak tepat di belakang batang
otak. Otak kecil memiliki banyak pilinan kecil-kecil. Fungsi utamanya adalah
mengontrol posisi dan koordinasi tubuh secara otomatis . Jadi, berjalan,
menggapai benda, menendang bola, dan memelihara keseimbangan semua
tergantung terutama pada fungsi, otak kecil.
Sumsum tulang belakang, yang berhubungan dengan batang otak, mem-
bujur dari pusat kolom tulang belakang yang terbuat dari spinal vertebra.

Gambar 2.5. Otak bawah

korpus kalosum otak besar (serebrum)

tulang tengkorak

hipotalamus
sistem pengaktifan
retikulum

otak kecil (serebelium)

medula oblongata

batang otak

sumsum tulang belakang


Gambar 2.6. Fungsi Ia berfungsi untuk menyediakan hubung-
sumsum
an dasar antara neuron senso rik dan
tulang
motorik sebagai jalan bagi impuls saraf
belakang
untuk bergerak dari tangan dan kaki ke
otak dengan melalui serabut saraf.
Jika sumsum tulang belakang dipan-
kulit
dang dari potongan lintang, terlihat dua
bidang yang berbeda. Bidang gelap mem-
bentuk inti seperti huruf H yang disebut
otot za t abu-abu, yang terdiri dari tubuh sel
dan serabut saraf tanpa bungkus mielin .
Zat putih, ya ng terdiri dari serabut saraf
memiliki bungkus mielin, dan meny e-
neuron aferen
limuti zat abu-abu serta membawa impuls
dari dan ke otak. Sumsum tulang belakang
merupakan mediator gerakan refl eks se-
perti p enarikan tangan dengan cepat dari
benda yang panas. Ti nd aka n yang lebih
rumit daripad.a sekadar gerakan refleks
yang sederhana seperti itu akan dirujuk ke
pusat otak yang lebih tinggi . Sistem saraf
periferal berfungsi sebagian melalui
sumsum tulang belakang.
Salah satu bagian otak bawah adalah
sistem limbic, yang m encakup hipo-
kampus, amigdala, dan hipotalamus . Sis-
tern limbic menghubungi otak bawah lain-
nya ke lob pelipis pada otak atas . Rasa
lapar, respons seksual, kemarahan, dan
ketakutan semua dikaitkan secara rumit
pada sistem limbic; mengingat kembali
suatu memori ada lah fungsi dasar hipo-
sumsum tulang belakang
kampus (perhatikan bah w a sis tem limbic
mengingat memori, tetapi tidak menyim-
pan memori). Dalam banyak haL sistem limbic sangat berbeda fungsi dan
anatominya dari otak bawah lainnya, sehingga dipandang sebagai sejenis
"o tak ketiga" (Maclean, 1970).

Perkembangan Otak
Golden (1981, 173-181), yang sangat terkenal karena tes neuropsikologis
Luria N ebraskanya, menj elaskan teo ri tahap perkembanga n. Tiap tahap
merupakan hasil kedewasaan otak secara biologis dan pengalaman
lingkunga n. Ada lima tahap perkembangan, yang m asing-masing berkaitan
denga n kedewasaan daer ah otak tertentu.
PENGANTAR PSIKOLOGI
~ ____~~ DAN KONSELING KRISTEN
__ • 1
_ _""1........._ _ _ _......-_ _,

Tahap pertama mencakup kedewasaan struktur otak bawah, terutama


sistem retikulum. Dua belas bulan setelah konsepsi, minat, dan perhatian
telah berkembang. Jika daerah otak ini rusak, akibatnya akan muncul hi per-
aktivitas secara fisik (berbeda dengan hiperaktivitas yang dipelajari, yang
berkembang pada masa anak-anak berikutnya).
Tahap perkembangan selanjl.ltnya dimulai pad a waktu yang sama
dengan tahap pet-tama dan biasany'a se lesai pada usia dua be1as bulan
setelah konsepsi. Tahap ini mencakup kedewasaan empat hidang primer
korteks serebrum. Kehidupan awal hayi pada dasamya dikuaSai oleh bebe-
rapa gerakan refleks dasar (seperti menangis, menggapai, dan sebagainya).
Pada saat daerah kedua menjadi dewasa pada tahap ketiga, gerakan refleks
ini digantikan dengan gerakan yang dipelajari dan memiliki tujuan.
Tahap ketiga terjadi bersamaan dengan kedua tahap yang pertama,
tetapi berlanjut ke masa anak-anak sampai usia kurang lebih lima tahun.
Anak-anak mulai bisa membedakan benda-benda yang berbeda segera
setelah mereka cukup mampu berkonsentrasi (tahap 1). Rasa takut terhadap
orang asing, lebih suka kepada orang-orang tertentu, koordinasi, merangkak,
dan berjalan merupakan contoh-contoh tingkah laku yang dihasilkan me-
lalui perkembangan sekunder.
Selama tahun-tahun pertama· kehidupan, sebagian besar proses belajar
merupakan hasH pendewasaan daerah otak sekunder. Daerah tersier (ketiga)
di setiap lob secara relatif belum dewasa pada tahap ini; jadi apa yang dipe-
lajari belum sungguh-sungguh diintegrasikan. Anak belajar dengan meng-
hafal atau memperagakan benda-benda konkret, bukan melalui proses
pemikiran pada level yang lebih tinggi.
Tahap keempat perkembangan otak berkaitan dengan daerah parietal
tersier di belakang lob ubun-ubun (lih. gb. 2.4.). Bagian otak ini secara khusus
mencapai kedewasaan pada saat anak berumur lima sampai delapan tahun,
meskipun kedewasaan bisa terjadi pada umur dua atau tiga tahun atau lebih
lambat pada umur sepuluh atau dua belas tahun. Daerah otak ini berhu-
bungan dengan informasi yang telah diproses oleh daerah sekunder dalam
lob parietal, pelipis, dan oksipital. Jadi, ketika daerah ubun-ubun tersier men-
capai kedewasaan, kemampuan membaca, menulis, logika, dan tata bahasa
berkembang. Golden berpendapat bahwa sebagian besar tes IQ mengukur
kemampuan terutama dalam daerah otak ini .
Tahap keempat menghasilkan kesiapan untuk memasuki pendidikan
formal. Namun, jika bagian otak ini mencapai kedewasaan lebih lambat
daripada rata-rata, anak itu mungkin akan mengalami kesulitan dalam ke-
mampuan akademis pad a saat memasuki umur standar. Anak-anak itu tidak
mengalami keterbelakangan mental atau cacat belajar. Jika dianggap demi-
kian, mereka dikelompokkan secara salah karena otaknya belum dewasa.
Mungkin lebih baik menunggu sebentar sebelum mengirim mereka ke
sekolah daripada memaksa mereka memasuki pendidikan formal. Golden
menekankan bahwa sebagian besar anak-anak mengalami keterlambatan
.____o_a_,
s c:;,_~gi untuk Mengenal Ti~gkah L~~~

dalam bidang tertentu; jadi penentuan umur enam tahun untuk keterampil-
an belajar yang dikaitkan dengan lob parietal tersier dinilai kurang ideal.
Definisi acak untuk masa anak masuk sekolah berarti bahwa kita me~gelom­
pokkan 10 sampai 40 persen anak-anak sebagai abnormal. Harapan yang
tidak realistis itu bisa mengakibatkan hiperaktivitas, sedang menentukan
urnur yang lebih realistis untuk keterampilan semacam itu (Golden mereko-
1
rnendasikan delapan tahun) akan mengurangi problem yang muncul.

Fokus 2.4.
Neuropsikologi dan Gereja
Seorang remaja di gereja sering murung, menuruti kata hatinya dan menggunakan
bahasa yang cabul secara sembarangan. Orangtuanya mengatakan bahwa ia menjadi
demikian sejak memasuki usia remaja. Mereka ingat bahwa anak itu pernah mengalami
kecelakaan mobil dan kepalanya luka secara serius dan terpaksa rawat-inap di rumah
saki!. Mereka merasa bahwa ia membutuhkan ' agama lebih banyak" untuk mengatasi
problemnya; tetapi ia dengan tulus ingin melayani Allah . Nasihat apa yang harus diberikan
kepada orangtua dan anak remaja itu?
Sangat mungkin anak itu mengalami cedera di daerah pra-frontal. Ia mungkin
perlu diperiksa oleh ahli neurologi untuk didiagnosis dan mungkin juga oleh ahli
neuropsikologi 'llntuk diuji .
Jika problemnya adalah cedera otak , itu bisa mempengaruh i kontrol impuls
seh ingga ia tidak bisa mengendalikan bahasanya. Hal ini kadang-kadang terjadi pada
orang-orang tua; mereka tidak bisa menahan dorongan yang mereka rasakan dan
mungkin mulai memakai kata-kata yang mereka benci. Problem itu tidak berasal dari
masalah rohani, tetapi fisik. Namun, seperti kasus-kasus pada umumnya, remaja
mengalami problem rohani karena mengalami kesulitan fisik. Kita tidak boleh lupa bahwa
manusia bersifat utuh; problem di satu bidang sering kali menyebabkan problem dalam
bidang lain.
Pertimbangkan situasi yang lain . Pelayan anak-anak di gereja mengamati bahwa
dua anak memiliki masalah dalam kemampuan membaca. Ia bertanya-tanya apakah
anak-anak itu terbelakang mentalnya atau hanya lambat belajar.
Daerah parietal tersier otak anak-anak itu mungkin terlambat perkembangannya,
tetapi mungkin juga ada problem yang lebih berat. Sebaliknya, mereka mungkin belum
mengenal istilah-istilah keagamaan. Karena adanya variasi dalam Ungkat pengetahuan
keagamaan , lebih baik dilakukan pengelompokan berdasarkan kemampuan daripada
berdasarkan kelompok umur dalam pendidikan keagamaan .
lsi yang berbeda memerlukan kemampuan mental yang berbeda sehingga
memerlukan penggunaan bagian otak yang berbeda. Jika satu bagian otak yang
dibutuhkan belum dewasa, anak mungkin tidak bisa memahami bahan yang diajarkan.
Kita perlu bersikap selektif dengan bahan Alkitab yang akan kita ajarkan kepada anak-
anak, dan menyimpan bahan yang memerlukan pemikiran orang dewasa untuk orang
dewasa.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Sumber kesulitan lain dalam tahap keempat adalah cedera pada daerah
parietal tersier sebelu mnya. Cedera yang bera t bisa menyebabkan keter-
belakangan men tal, sedangkan cedera ringan akan mengakibatkan ketidak-
mampuan dalam belajar semacam dyslexia. Cedera semacam itu bisa terjadi
kapan saja setelah konsepsi, tetapi hanya terlihat jelas ketika daerah pari-
etal tersier berkembang dewasa. Memaksa anak-anak yang belum dewasa
sesuai perkembangannya untuk mempelajari keterampilan dalam pend i-
dikan formal kadang-kadang bisa menimbulkan problem yang sama .
Tahap kelima perkembangan otak terjadi pada mas a remaja , ketika
daerah pra-frontal (atau otak depan tersier) berkembang. Daerah pra-fron-
tal terus berkembang dewasa sepanjang masa remaja dan belum mencapai
kedewasaan sepenuh nya sampai orang itu kurang lebih berumur 24 tahJln.
Daerah ini mengatur perencanaan dan evaluasi tingkah laku.
Daerah pra-frontal bisa cedera pada awal kehidupan, tetapi akibatnya
yang berarti belum terlihat sampai anak remaja. Akibatnya bisa muncul
kesulitan untuk konsentrasi, kekakuan mental, sikap apatis, hiperaktivitas,
dan ketidakmampuan menguasai diri. Beberap'a orang yang mengalami
cedera pada daerah pra-frontal akan memakai percakapan; mereka menceri-
takan kembali kisah pribadi dengan detail yang tidak m as uk aka] atau
mustahil. Beberapa jenis schizophrenia d'!,n manic depre s'sioll juga berkaitan
dengan cedera pTa-frontal. Problem sernacarn itu mungk in bisa berkembang
beberapa tahun kernudian dalam hidupnya karena terjadi degenerasi pada
daerah pra-frontal, meskipun tentu saja hal ini tidak selalu terjadi .

SISTEM SARAF PERI FERAL


Sis tern saraf periferal terdiri dari sistem somatis dan sistem otonom
(berjalan sendiri). Sistem somatis mengontrol otot-otot yang bergerak sesuai
kemauan, yang pada gilirannya mengontrol sebagian besar gerakan tubuh.
Sebaliknya, sistem otonom mengontrol otot-otot yang bergerak dengan
sendirinya (misalnya, jantung, perut, kulit) dan berbagai kelenjar yang keluar
dari tubuh. Otot ini dibagi menjadi dua bagian: simpatetik dan parasimpa-
tetik. Sebagian besar otot dan kelenjar digerakkan oleh baik sera but simpate-
tik maupun paras impatetik. Masing-masing secara langsung berperan
dalam mengontrol dan mengintegrasikan tindakan organ tubuh dan kelenjar
(lih. gb. 2.7. )
Divisi simpatetik paling aktif ketika memberi res pons ter hadap stres.
Serabu.t saraf simpatetik mernbawa impuls yang mempersiapkan tubuh
untuk "melawan atau melarikan diri " ; denyut jalltung meningkat,
pernapasan meningkat, biji mata membesar, pencernaan berhenti, pengc-
luaran air liur berkurang, keluarnya urine terhambat, kelenjar ad!'e.naHn
dirangsang, pembuluh darah periferal menyempit. Serabut sara f parasirn.
patetik membawa impuls yang menyebabkan perubahan yang berlawanan
dalam tubuh. Selain itu untuk menghilangkan reaksi darurat ba giil n
Dasar Biologi untuk Mengenal Tingkah Laku

Gambar 2.7. Sistem saraf otomatis

pembuluh darah

kelenjar liur
leher
(serviks) sistem peredaran
darah

sistem
pernapasan
dada
sistem
pencernaan

-~{ pembuangan urine

parasimpatetik

parasimpa tetik mendorong organ tubuh dan kelenjar-kelenjar untuk kembali


ke fungsi normal setelah krisis .

StSTEM ENDOKRIN

Lima set kelenjar mengatur kondisi kimiawi tubuh dengan cara mem-
pengaruhi fungsi psikologis. Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan hormon yang
dibawa melalui darah ke berbagai bagian tubuh. Sekalipun kelenjar-kelenjar
ini berfungsi secara holistik, kita perlu membahas hal itu satu per satu.
Gonad (testis laki-laki, ovarium perempuan) menghasilkan sperma atau
sel telur, tetapi gonad juga mempengaruhi tinggi rendah suara, rambut tubuh
dan pertumbuhan dada. Kelenjar pituitary berfungsi sebagai kelenjar induk,
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

dan dikendalikan oleh hipotalamus. Jika kelenjar ini tidak berfungsi dengan
baik, pertumbuhan bisa menjadi lebih cepat atau terhambat (Muller, 1987).
Kelenjar tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme, Tiroid yang
terlalu aktif mengakibatkan tingkat energi yang tinggi, peningkatan reaksi
terhadap stres, rasa lapar berlebihan. Jika hanya ada sedikit hormon yang
dilepaskan, orang menjadi malas dan makanan diubah menjadi lemak dan tidak
menjadi energi.
Pankreas, yang terletak di belakang perut, inoengontrol jumlah gula
dalam aliran darah. Jika kadar gula terlalu rendah akan menimbulkan kele-
lahan, sedang kadar gula yang terlalu tinggi dalam darah akan mengaki-
batkan diabetes. Kelenjar paratiroid juga mempengaruhi tingkat energi.
Kelenjar-kelenjar yang membentuk sistem endokrin sangat relevan
secara psikologis. Misalnya, tingkat energi yang terlalu rendah yang berbeda
dari biasanya mungkin tampak seperti kondisi depresi dan mungkin
memang orang itu mengalami keadaan itu, tetapi mungkin juga merupakan
-·----····--- respons jasmani terhadap tidak
Gambar 2.8. Sistem endokrin berfungsinya kelenjar dan bukan
karena problem psikologis.

VARIAS! DALAM KESADARAN


Variasi dinamika psikologis
dan fisiologis otak di~ebut kesa-
titoid daran. Kesadaran dil<atakan sino-

w paraHrold
nim dengan keadaan sadar. Jadi,
kesadaran merupakan bagian dari
persepsi yang mengambil informasi

'
dari dunia luar secara langsung
melalui organ indera dan secara
tim us tidak langsung melalui sisa-sisa
memori yang tersimpan. Kesadar-
an bisa dipandang sebagai rang-
kaian kesatuan dari kesadaran
sepenuhnya sampai kondisi tidak
sadar atau koma. Secara singkat,
kami akan menjelaskan beberapa
pankreas variasi kesadaran yang penting.
Perhatian adalah kondisi kesa-
e ovarlum D daran yang tergantung pada se-
jumlah usaha yang dilakukan
testis untuk berfokus pada pengalaman
00 khusus. Hal itu bervariasi dari pasif
(refleksif-otomatis) sampai ke aktif.
-' ~~"'---------------------'-"""';-' _._._._ - ........----_....._-
Dasar Biologi untuk Mengenal Tingkah Laku
...
. ;....- .

Kondisi bisa dipengaruhi saran juga merupakan kondisi kesadaran yang


siap siaga. Hal itu sering kali dialami orang-orang yang seeara emosional
belum dewasa, yang membuat ~ereka tampaknya mudah ditipu. Kesediaan
untuk menuruti saran dipakai dalam hipnotis. Ketika pasien menaruh
perhatian yang berlebihan kepada pelaku hipnotis, pelaku hipnotis memakai
teknik relaksasi dan imajinasi pasien untuk membuat pasien itu memasuki
keadaan mirip kerasukan sehingga ia sangat mudah dipengaruhi. Tidak
seorang pun memahami kondisi terhipnotis dengan jelas, namun berbagai
tujuan klinis dilakukan dari mengorek kembali informasi yang disembu-
nyikan sampai menghilangkan rasa sakit (Kihlstrom, 1985).
Kondisi disosiatif juga merupakan kondisi kesadaran yang siap siaga,
tetapi hal itu terjadi secara spontan. Disosiasi bisa bervariasi dari kondisi
mirip kerasukan seeara singkat di mana seseorang untuk sementara me-
larikan diri dari kenyataan sampai kondisi yang lebih lama, seperti kepriba-
dian ganda (lih. bab 14).
Tidur adalah salah satu variasi yang paling menarik dalam kesadaran.
Kita menghabiskan kurang lebih sepertiga waktu hidup kita untuk tidur.
Jumlah jam tidur yang dibutuhkan agar mental bisa berfungsi dengan baik
dan sadar bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya. Rata-
rata dibutuhkan delapan jam tidur setiap periode dua puluh empat jam.
Banyak pene1iti telah menyelidiki mekanisme kontrol otak selama tidur.
Sekarang sudah diketahui bahwa sistem pengaktifan retikulum di batang otak
berkaitan erat dengan pengaturan tidur dan keadaan terjaga (Moruzzi dan
Magoun, 1949).
Elektroensefalogram (EEG) dikembangkan untuk mengukur gelombang
yang berbeda yang dihasilkan oleh otak, yang bervariasi tergantung pada
tingkat, atau tahap, tidur. Pada tahap I, periode jatuh tertidur yang sangat
singkat, gelombang otak menjadi tidak teratur, denyut jantung melambat,
dan otot-otot menjadi santai. Pada tahap 2, tidur sudah lebih lelap, yang
memuneulkan gelombang tidur khusus pada EEG. Pada tahap 3, tidur sudah
lebih lelap dan EEG menunjukkan pola gelombang yang berbeda daripada
sebelumnya. Pada tahap 4, tidur meneapai tingkat paling lelap, dan meng-
hasilkan gelombang delta pada EEG . Tingkat tidur ini terjadi dalam selang
waktu lima belas sampai dua puluh menit selama empat jam tidur pertama.
Keempat tahap, yang terus berulang dalam pola yang teratur sepanjang ma-
lam, menempati kurang lebih 75 persen dari jam tidur secara total. Sisanya
25 per sen dilewatkan dalam tidur REM (Rapid Eye Movementj gerakan
mata eepat) . Periode REM berlangsung rata-rata setiap satu setengah jam
selama tidur, dan berlangsung selama lima sampai dua puluh lima menit.
Tahap 1 sampai 4 disebut sebagai tidur non-REM atau NREM.
Meskipun relaksasi berlangsung selama tidur REM, beberapa otot seeara
spontan berkedut, dan keeepatan denyut jantung dan pemapasan meningkat
pada saat tekanan darah meningkat. Alat kelamin laki-Iaki sering kali
__.~~~_ _ _PSIKOLOGI
PENGANTAR _~~_DAN ___ ______
KONSELING 1
_ _ _ _ _ _ _ _ ~_ _ ~_ _ _ _ _ _ ~_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
KRISTEN m~~___~~_M._h~ ___

rnengalarni ereksi selarna tidur REM tanpa ada hubungannya dengan isi
rnirnpi. Mirnpi cenderung dialarni rata-rata selarna dua puluh rnenit setiap
tidur sernbilan puluh rnenit, tetapi ini sangat bervariasi. Sernakin lama sese-
orang tidur, rnirnpi cenderung akan lebih rnu'd ah diingat sebab periode tidur
yang belakangan lebih jelas.
Mirnpi, seperti halnya tidur, tampaknya penting untuk kesehatan men-
tal. Jika kita tidak rnengalarni salah satu dari hal itu, kita akan terganggu
dan rnudah rnarah (Webb, 1982) . Pola tidur dan rnirnpi biasanya berubah
saat seseorang rnengalami kekhawatiran dan gangguan depresi.
Mengapa orang berrnirnpi? Para psikolog telah lama berdebat tentang
hal ini. Freud (1900) percaya bahwa rnirnpi kemungkinan menyingkapkan
bagian kepribadian yang paling tersembunyi, pikiran tidak sadar, rneskipun
penyingkapan itu sering kali hanya bersifat sirnbolis (lih. bab 15). Jika derni-
kian, dengan berrnimpi orang rnengurangi ketegangan ernosinya dan rne-
muaskan konflik bawah sadarnya secara sebagian - paling tidak untuk
sernentara.
Alkitab juga menekankan pentingnya rnimpi. Allah berbicara melalui
rnimpi dalam sejumlah peristiwa. Namun, mimpi jarang disebutkan dalam
Alk itab. Tentu saja orang-orang pasti bermimpi secara teratur, tetapi tam-
paknya mereka tidak memberikaR makna khusus terhadap mimpi mereka
kecuali dalam beberapa kesempatan tertentu. Mengapa mimpi tertentu
secara khusus dipandang penting tidak begitu jelas daTi sudut pandang
Alkitab.
Riset menunjukkan bahwa mimpi membantu menyimpan informasi
yang baru dan luar biasa (Empson dan Clarke, 1970). Sesungguhnya, orang
lebih senang rnengalarni tid ur nyenyak dengan banyak mimpi daripada
belajar tergesa-gesa sernalam sebelum ujian! Satu teoTi terakhir menyatakan
bahwa rnirnpi kernungkinan sekadar usaha otak untuk mengartikan ber-
fungsinya neuron secara acak (Lavie dan Hobson, 1986) . Jika demikian, pada
umumnya rnimpi hanya memiliki sedikit makna atau tidak rnemiliki makna.
Sebelum menyimpulkan diskusi kita tentang mimpi dan tidur, kami
perlu mernbicarakan tentang insomnia atau kesulitan tidur. Problem ini
mungkin disebabkan oleh beberapa hal, tetapi sering kali bisa disalahkan
pada kekhawatiran atau ketegangan. Mungkin juga perencanaan (fungsi
lob pra-frontal) membangkitkan sistem pengaktifan retikulurn dan
menyulitkan tidur. Penderita insomnia perlu belajar santai dan tidak banyak
2
membuat perencanaan setelah pergi tidur. Kadang-kadang pemakaian obat
tidur dan pikiran yang tidak menimbulkan stimulasi bisa bermanfaat.
Sebagai tambahan untuk meletakkan kerangka dasar bagi pertim-
bangan kita tentang proses mental yang normal atau abnormal, bab ini telah
rnenunjukkan kompleksitas sistem saraf rnanusia yang luar biasa . Orang
Kristen akan takjub menyaksikan hikrnat dan kasih Allah yang dinyatakan
melalui ciptaan-Nya. Pemazmur dengan tepat mengatakan, "Aku bersyukur
Dasar Biologi untuk Mengenal Tingkah Laku
-·~·s;: ~ ·~

kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (Mzm. 139:14).

REFERENSI
Brand, P., dan P. Yancey. 1984. In his image. Grand Rapids: Zondervan.
Buckley. W. 1971. Case against freedom . Transcript of firing line television program, 17
Oktober. Columbia S. C.: Southern Educational Communication Association.
Collins, G. 1985. The magnificient mind. Waco: Word.
Custance, A. 1980. The mysterious matter of mind. Grand Rapids: Zondervan.
Dembski, W. 1990. Converting matter into mind. Perspectives on science and Christian
Faith 42 (Des .): 202-206.
Diehl, J., dan W. McKeever. 1987. Absence of exposure time influence on lateralized
face recognition. Brain and recognition 6: 347-359.
Dodrill, C. 1976. Brain functions of Christians and non-Christians . Journal of Psychology
and Theology 4 (Edisi September-November): 280-285.
Elkind, D. 1987. Mzscducation. New York: Knopf.
Empson, J., dan P. Clarke. 1970. Rapid eye movements and remembering. Na ture 227:
287-288.
Freud, S. 1900 (cetak ulang 1983). The interpretation of dreams. Laguana Beach, Calif.:
Buccaneer.
Gazzaniga, M . 1971. One brain- two minds? American Scientist 60:311-317.
Golden, C. 1981 . Diagnosis and rehabilitation in clinical neuropsychology. Springfield, Ill.:
Thomas.
Jones, D. 1981 . Our fragile brains. Downers Grove: lnterVarsity.
Kihlstrom, J. 1985. Hypnosis. Annual Review of Psychology 36: 385-418.
Lavie, P., dan J. Hobson. 1986. Origin of dreams. Psychological Bulletin 100: 229-240.
Lee, J. 1985. The content of religius instruction. Birmingham, Ala.: Religious Education.
Levy, J. 1983. Language, cognition, and the right hemisphere. American Psychologist 38:
538-541.
MacKay, D. 1980. Brains, machines and persons. Grand Rapids: Eerdmans.
Maclean, P. 1970. The triune brain, emotion, and scientific bias. Dalam The neurosciences,
editor F. Schmitt. New York: Rockefeller University Press.
Meyer, S. 1975. Neuropsychological worship. Joumal of Psychology and Theology 3 (Edisi
Sep tember-November): 281-289.
Moore, R. 1985. American schools: some proven solutions. Paper for U.S. secretary of
education for meeting with educa tiona! leaders, 24 Juni, Family Research Coun-
cil, Washington, D.C.
Moruzzi, G., dan H . Magoun. 1949. Brain stem reticular formation and reactivation of
the eeg. Electroencephalography and Clinical neuropsychology 1: 455-473.
Muller, E. 1987. Neural control of somatotropic function . Psychological Review 10:962-
1053.
Myers, D. dan M. Jeeves. 1987. Psychology through eyes of faith. San Francisco: Harper
and Row.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
--------------------------------------------.---------------~~·~ ~
Owens, V. 1983. Seeing Christianity in red and green. Christianity Today (Edisi Septem-
ber-November): 281-289.
Penfield, W., et al. 1975. The mystery of the mind. Princeton: Princeton University Press.
Restak, R. 1984. The brain. New York: Bantam.
Schaeffer, F. 1969. The God who is there. Downers Grove: Inter-Varsity.
Sperry, R. 1970. Perception in the absence of neurotical commissures. Dalam Perception
and its disorders. New York: Association for Research in Nervous and Mental
Disease.
Webb, W. 1982. Sleep and biological rhythms. Dalam Biological rhythms, sleep, and per-
formance, editor W. Webb. Chichester, England: Wiley.
Wong, T. 1984. One brain's response. Journal of Psychology and Theology 12 (Edisi Sep-
tember-November):208-210.

1. Moore 1985 dan Elkind 1987 memberikan bukti tambahan untuk memasukkan anak ke pendidikan for-
mallebih mundur.
2. Lihat lampiran untuk latihan relaksasi.
3
Sensasi dan. Persepsi

_CP ensasi dan persepsi merupakan isu dominan pada awal studi psikologi
C:::Vilmiah. Pakar antropologi Inggris, Sir Francis Galton (1907), melakukan
penyelidikan paling awal terhadap buta warna dan gambaran mental. la menemukan
bahwa orang-orang tertentu, termasuk paling sedikit seorang ahli matematika
terkenal, mempunyai gambaran visual yang sangat buruk.
Pa,da saat indera bekerja, beberapa stimulus fisik (seperti peraba, penglihatan,
atau pengecap) dideteksi dan energi stimulus itu diubah menjadi impuls saraf untuk
dikirimkan oleh sistem saraf. Persepsi adalah penerjemahan dan pengorganisasian
impuls saraf ke dalam representasi realitas secara internal. Kita mei1gamati dunia di
sOOtar kita dan cara kita menangkap sensasi itu mempengaruhi tingkah laku kita.

SENSASI
Kita menerima semua jenis stimulus melalui lingkungan kita. Di beberapa
daerah metropolitan seperti Amerika Serikat, ada kurang lebih sembilan ribu sinyal
radio di udara pada satu saat tertentu. Reseptor indera manusia tidak memberi
tanggapan terhadap sinyal semacam itu, sehingga tanpa radio orang tetap tidak
menyadari berbagai sinyal itu. Namun, reseptor kita memberi tanggapan terhadap
stimulus lain. Ketika berjemur di bawah sinar matahari, orang-orang akan mulai
merasakan panas dan kemudian akan merasakan kulitnya terbakar. Namun, radiasi
ultraviolet yang berperan sebagian dalam sensasi terbakar itu melampaui jangkauan
persepsi visual kita.
Suatu stimulus dari lingkungan harus memiliki kekuatan tertentu sehingga
reseptor indera bisa mendeteksinya. Besarnya kekuatan stimulus yang cukup kuat
untuk dideteksi sebanyak 50J'ersen dari waktunya disebut ambang batas absolut
Kekuatan stimulus yang mendekati tetapi masih di bawah ambang batas itu disebut
subliminal.
Fechner (1860) menyimpulkan bahwa sutu hubungan reguler harus selalu ada
antara perubahan dalam kekuatan stimulus dan perubahan dalam sensasi;
kesimpulan ini kemudian diteguhkan oleh Stephens (1972).
Organ-organ tubuh tertentu mempunyai sel-sel reseptor yang sangat spesial,
yang biasanya sensitif terhadap satu jenis stimulus fisik atau kimiawi dari
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
------w----------------------------------------~---------------
lingkungan. Narnun, mata rnerniliki reseptor untuk tekanan atau sentuhan
dan sinar yang bisa dilihat. Karena itu, rneskipun rnata paling sensitif
terhadap gelornbang cahaya, rnata juga bisa rnemberi respons ter hadap
tekanan jari.
Tubuh kita bisa merasakan perubahan dalarn tekanan, rasa sakit, dan suhu.
Selain indera perasa (kulit), kita rnerniliki indera kinestetik (seperti perasaan
keseirnbangan) dan indera kirniawi (rnisalnya, ujung perasa kita) . Narnun dua
indera yang paling terkenal adalah indera penglihatan dan pendengaran.

Penglihatan
Mata rnerniliki dua sistern visual. Masing-rnasing sistem rnerniliki se1-
sel reseptor yang rnerniliki bentuk khusus yang terletak di belakang retina.
'
Se1-sel yang sangat peka terhadap sinar ini disebut batang dan kerucut. Keru-
cut, yang hanya berfungsi dalam cahaya yang relatif terang, bertanggung
jawab untuk rnelihat warna dan ketajarnan visual yang tinggi. Dalarn sinar
yang redup kerucut tidak bisa dirangsang sehingga batang rnernungkinkan
mata untuk rnelihat. Meskipun batang sangat sensitif terhadap cahaya yang
redup, batang tidak bisa membedakan warna.

Fokus 3.1.
Pengaruh Subliminal
Penjelasan tentang pengaruh subliminal dimulai pada tahun 1950-an, ketika
beredar laporan bahwa pesan seperti "minum Coke" atau "makan popcorn: <:litanamkan
melalui gambar-gambar di gedung bioskop. Pesan-pesan itu dipandang muncul terlalu
cepat di layar sehingga tidak bisa dilihat secara sadar, namun pesan itu mempengaruhi
tingkah laku penonton . Lebih banyak popcorn dimakan dan lebih banyak Coke diminum.
(Meade, 1976).
Beberapa hal perlu dicatat bahwa "eksperimen" ini tidak melalui penelitian ilmiah
dan hasilnya mungkin terlalu dibesar-besarkan . Namun, beberapa bukti tentang ide
pengaruh subliminal diberikan melalui rise! baru-baru ini. Bornstein, Leon, dan Galley
(1987), misalnya, menyajikan gambar tentang seseorang secara subliminal kepada
sekelompok murid dan menemukan bahwa mereka menunjukkan ketertarikan yang
lebih besar terhadap orang itu pada waktu selanjutnya.
Eksperimen lain menunjukkan bahwa orang mengeluarkan keringat lebih banyak
ketika menanggapi suku kala subliminal yang sebelumnya dikaitkan dengan rasa saki\
(McCleary dan Lazarus, 1949). Phillipchalk (1988, 52-53) menyimpulkan penemuannya
saat ini dengan menekankan bahwa pengaruh subliminal hanya bisa dirasakan jika
situasinya agak ambigius, orang cenderung memakai firasat dalam mengambil kepu-
tusan, dan tidak ada risiko atau risikonya kecil dalam menebak.
Pengkhotbah yang anti musik rock saat ini biasanya merujuk pada rise\ subliminal
sebelumnya untuk menekankan bahaya "kata-kata terselubung/pesan tertialik" (kala-
kala, kadang-kadang berisi pesan-pesan setan, yang direkam secara terbalik dalam
Sensasi dan Persepsi

Gambar 3.1. Anatomi mata

lagu-lagu tertentu). Namun, riset (Vokey dan Read, 1985) menunjukkan bahwa meskipun
ada selubung pesan terbalik, pesan itu tidak. akan mempengaruhi tingkah laku.
Sebuah studi ilmiah (Thorne dan Himelstein, 1984) men en tang gagasan bahwa
lagu-lagu yang dikutip oleh para penginjil bahkan juga mengandung selubung pesan
terbalik. Dalam eksperimen ini, beberapa lagu yang biasanya ditentang oleh para
pe_ngkhotbah yang anti musik rock dimainkan secara terbalik sehingga kata-kata yang
diselubungi secara terbalik akan terdengar jelas.
Tiga kelompok mendengar lagu-lagu itu. Satu kelompok disuruh mendengarkan
kata-kata yang mengandung pesan satan; kelompok lain disuruh sekadar
mendengarkan kata-katanya saja; dan kelompok ketiga hanya disuruh mendengarkan
dengan teliti. Apa yang ditangkap masing-masing kelompok tergantung pada apa yang
diminta untuk mereka perhatikan. Seperti akan kita lihat kemudian dalam bab ini, kita
sering menafsirkan suatu pengalaman berdasarkan harapan kita. Jika memang ada
selubung pesan terbalik, ketiga kelompok itu pasti akan menemukan pesan-pesan setan,
bukan hanya kelompok pertama.
Apakah ada bahaya dalam pengaruh subliminal musik rocK? Meskipun tampaknya
tidak ada bahaya dalam selubung pesan terbalik. tampaknya ada bahaya dalam lirik lagu
ito sendirt. Misalnya, anal<·anak muda yang memiklrkan perbuatan amoral bisa dipengaruhi
untuk melakukannya dengan mendengarkan lagu-lagu erotis. Phillipchalk memberikan
panduan, pengaruh semacam itu akan paling dirasakan jika mereka tidak yakin apakah
mereka harus melakukan atau tidak, jika mereka mudah diombang-ambingkan oleh usulan
tertentu dan jika mereka melihat bahwa tidak ada risiko untuk mengikuti saran yang amoral
itu. ltu adalah sejumlah "jika" dan kita perlu mempertanyakan apakah tekanan kelompok
anak-anak remaja, rendahnya nilai-nilai moral yang memadai, dan dorongan biologis
- bertanggung jawab atas tingkah laku yang amoral.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Cahaya masuk mata melalui kornea dan menerobos melalui pupil, pintu
masuk yang dikontrol oleh iris, menembus lensa dan masuk ke dalam cairan
yang rn~menuhi bola mata. Lensa memfokuskan berkas cahaya pada retina
· yang terletak di. belakang bola mata. Di tengah-tengah retina terdapat fovea,
bagian mata yang paling sensitif dalam penglihatan pada w!U<tu siang yang
normal. Lebih dati 7 juta kerucut di dalam retina, sebagian besar berkumpul
berdekatan dengan fovea, dan sisanya berkumpul di tepi retina . Batang
ditemukan di semua bagian retina kecuali di fovea.
Retina diperkirakan berisi kurang lebih 130 juta reseptor, yang memberikan
kurnpulan informasi sangat besar dari banyak reseptor ke dalam saraf optik. Karena
batang dan kerucut terletak di lapisan dalam retina, cahaya harus melalui beberapa
l~pisan sera~t sarl\f dan $€1-sel darah sebelum sampai pada sel-sel reseptor. Reseptor
mengandung fotopigmen yang menyerap cahaya yang terlihat. Kerucut tampaknya
mengandungtiga pigmen yang berhubungan dengan panjang gelombang cahaya
biru, hijau, dan merah, secara berturut-turut. Penyerapan cahaya memecah
fotopigmen menjadi bagian-bagian komponennya dan menghasilkan impuls saraf.
Jadi, sebagai respons terhadap stimulus visual jutaan reseptor memberikan informasi
tentan.g aspek.-aspek gambaran visual pada sistem saraf seperti seberapa terang
cahaya itu, apa warna, bentuk, dan gera.kannya.
Persepsi visual membutuhkan seleksi stimulus yang relevan dari an tara sernua
stimulus yang tidak relevan dari lingkungan. Mekanisme persepsi visual adalah
kita harus mengamati gambar yang diinginkan dan ;membuang semua gangguan
lainnya. Seperh pada proses persepsi yang lain, tampaknya prinsip utamanya
adalah penghematan. Dari begitu banyak informasi yang bisa diterima, hanya
informasi penting yang dikirimkan; informasi yang kurang pentirig dibuang.
Riset tentang semua rnekanisme ini terus berlanjut, dan masih banyak hal
yang perlu dipelajari tentang proses visual. Jelaslah bahwa gangguan kecil

Gam bar 3.2 Anatomi telinga

saluran
setengah

saraf

saluran telinga
Sensasi dan Persepsi

dalam daerah reseptor bisa merusak kemampuannya untuk menerima stimu-


lus dari luar.

Pendengaran
Pendengaran bisa terjadi karena adanya telinga, satu organ yang sangat
rumit yang berfungsi menerima getaran dalam molekul udara. Bunyi di-
hasilkan dari molekul udara yang tekanannya meningkat dan bergerak ke
depan dan ke belakang seperti gelombang yang menerpa pantai. Jurnlah ge-
taran yang banyak per detik berkaitan dengan nada tinggi, dan jumlah yang
kecil per detik berkaitan dengan nada rendah.
Bentuk luar telinga dirancang untuk memusatkan berbagai tekanan uda-
ra yang tipis, di mana tekanan udara itu akhirnya menyentuh gendang teli-
nga. Variasi tekanan udara yang cepat menyebabkan gendang suara bergerak
masuk dan keluar dengan frekuensi yang sama. Getaran ini diterima di telinga
tengah oleh tiga tulang kecil - martil, landasan, sanggurdi - yang mengirim-
kan getaran itu ke selaput lainnya. Di balik selaput, yang disebut jendela oval,
terletak telinga dalam atau koklea. Sanggurdi berfungsi seperti piston, yang

Fokus3.2
Sensasi dan Kekristenan
Dalam buku Fearfully and Wonderfully Made (Brand dan Yancey, 1980), seorang
dokter dan penulis profesional mengerahkan usaha mereka untuk menjelaskan tubuh
manusia dan menarik persamaan rohani darinya.
Dalam bab 2 dan 3 akan dibahas indera penglihatan dan pendengaran, terutama sel-
sel khusus yang beke~a sama untuk menghasilkan indera ini. Amuba, organisme bersel
satu, lebih mampu beradaptasi dibanding dengan satu sel mata atau telinga. Namun sel
indera memiliki spesialisasi jauh lebih banyak dan, dengan menggabungkan usahanya
dengan sel-sel yang sejenis, bisa menghasilkan prestasi jauh lebih banyak. Brand dan
Yancey menyatakan, •sebagai ganti pengorbanan dirinya sendiri, sel secara individual bisa
ikut menikmati ... sukacita yang luar biasa dari komunitas".
En am bab dalam buku Brand dan Yancey dikhususkan untuk membahas salah satu
indera yang paling penting. Ban yak informasi rinci yang panting tentang sensasi yang mereka
bahas. Brand mencatat betapa dia sangat mengagumi kemampuan indera yang luar biasa
ini yang sering kali hilang karena sakit kusta. Bayangkan seandainya kita tidak mampu
mengelus-elus anjing, merasakan bulu-bulu atau wol, atau merasakan perbedaan antara
basah dengan kering dan dingin dengan panas.
Buku ini mengutip riset Harlow (yang dibahas dalam bab 10) dan Montagu (1986)
untuk menekankan pentingnya sentuhan perkembangan manusia. Sebagai tubuh Kristus,
kita perlu menyentuh orang-orang di sekitar kita secara fisik. Sent~han yang sensitif
kepada orang lain merupakan bagian dari fungsi kita sebagai orang Kristen. Yesus
sering menyentuh orang-orang yang Ia sembuhkan. Kasih sering kali diungkapkan
paling baik melalui sentuhan satu dengan yang lain.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Gambar 3.3 Pemrosesan suara

menggerakkan jendela oval ke depan dan ke belakang dan menaruh getaran


itu dalam cairan koklea. Gerakan dalam cairan menghasilkan getaran dalam
selaput tipis koklea, yang berisi reseptor pendengaran. Reseptor merupakan
sel rambut yang sangat tipis. Gerakan pacta sel rambut yang kecil itu merang-
sang sel r~;·· .. ut dan menghasilkan impuls saraf dalam serabut saraf pende-
ngaran. Kemudian, impuls itu dibawa ke otak.
Pacta saat ini, orang-orang meyakini bahwa sel-sel rambut yang berbeda
berfungsi seperti tali piano secara individual. Jadi, hanya pasangan reseptor tertentu
yang dirangsang oleh variasi tekanan udara dan nada tertentu. Juga dipercaya bahwa
beberapa sel rambut bisa bekerja secara berkelompok. Pada saat reseptor semacam
itu meneruskan impuls pada waktu yang berbeda, impuls tersebut dikumpulkan
oleh saraf pendengaran untuk menyediakan informasi lebih banyak, dengan sekali
lagi membedakan stimulus yang relevan dengan yang tidak relevan.

Indera-indera yang Lain


Paling sedik.it ada empat indera perasa atau indera di kulit. Hangat dan
dingin tampaknya dideteksi sebagai dua sensasi yang terpisah, dengan Iebih
banyak titik pada kulit yang sensitif terhadap hangat daripada yang dingin.
Pada saat stimulus mencapai suhu tertentu, serabut hangat berhenti memberi
respons dan serabut dingin mulai memberi respons. Reseptor tekanan bekerja
pacta saat kulit ditekan atau berubah bentuk.
Reseptor gerakan, yang terletak di saluran setengah lingkaran di telinga
dalam, mendeteksi perubahan dalam gerakan tubuh. Penempatan saluran
ini pada sudut yang tepat satu dengan yang lain di dalam telinga memam-
pukan orang mendeteksi gerakan tubuh dalam tiga dimensi ruang.
Perasa dan pencium dipandang sebagai indera k.irniawi karena reseptor
hidung ataupun lidah dirangsang terutama oleh interaksi dengan molekul
kimia.
Reseptor perasa terletak dalam ujung-ujung perasa yang tersebar sepan-
jang permukaan dan sisi-sisi Iidah. Pad a dasarnya ada em pat kualitas rasa-
Sensasi dan Persepsi

rnanis, masarn, pahit, dan asin (McBurney dan Gent, 1979) . Respons terhadap
makanan biasanya dipicu oleh kombinasi rasa dan aroma . Banyak faktor
rnempengaruhi kernarnpuan kita untuk rnencicipi rasa, termasuk proses
belajar. Tampaknya orang-orang memiliki variasi yang sangat besar dalarn
kepekaan rasa rnereka. Burnbu makanan tertentu tampaknya meningkatkan
rasa beberapa je'nis :.nakanan.
Reseptor olfaktori terletak di selaput bagian atas rongga hidung. Stimu-
lus yang merangsang reseptor olfaktori adalah rnolekul-molekul kirnia dalarn
bentuk gas yang terkandung dalam udara yang kita hirup.
Semua organ indera bekerja untuk rnemberikan gambaran stimulus yang
konstan pada otak. Otak merniliki dua cara untuk menanggapi input dari berbagai
lokasi reseptor. Yang pertama disebut adaptasi reseptor. Jika Anda duduk di bak air
panas, rnisalnya, mula-mula Anda merasakan kehangatan air itu. Namun setelah
beberapa saat, air itu tidak teras a hangat lagi. Hal itu disebabkan ujung-ujung sara£
di kulit berkurang reaksinya pada saat kulit Anda rnulai hangat, dan rnendekati
suhu air itu. Pendeknya, karena kulit Anda dan ujung-ujung sara£ itu sudah
beradaptasi dengan panas, air tersebut tampaknya sudah berkurang panasnya.
Adaptasi berarti berkurangnya kecepatan reaksi sel-sel reseptor dalarn menanggapi
stimulus yang konstan. Sistem saraf juga menanggapi stimulus melalui proses
pembiasaan. Misalnya, jika Anda aupuk dalarn ruangan dengan AC yang
rnenyala, bunyi AC pertarna kali terdengar sangat keras . Namun, karena
bunyi itu konstan, maka cenderung rnulai diabaikan.

Gambar 3.4 Reseptor


PEIIiuANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Penghilangan Fungsi Indera


Banyak peneliti mempelajari apa yang terjadi jika sensasi berkurang atau
dihilangkan. Akibat awal dari penghilangan fungsi indera semacam itu sering tidak
konsisten. Dalam sejenis eksperimen tentang penghilangan fungsi indera, orang-
orang dikurangi jam tidurnya, namun semua kebutuhan fisik lainnya terpenuhi.
Dalam studi tentang penghilangan fungsi indera (Heron, 1957) di McGill Uni-
versity, para murid diminta herbaring di tempat tidur dalam sebuah ruangan kecil
dengan mata ditutup dan tangan mereka dimasukkan dalam kardus. Kebutuhan
jasmani mereka dipenuhi dan mereka diberi tahu bahwa mereka bisa meninggalkan
eksperimen itu kapan saja. Mereka didorong untuk bersikap santai dan merasa
nyaman Meskipun diharapkan bisa bertahan menjalani isolasi semacam itu selama
beberapa hari, hampir setengah dari mereka berhenti selama empat puluh delapan
jam pertama. Para murid yang tetap tinggal menunjukkan gangguan intelektual
yang cukup serius baik selama eksperimen maupun sesudahnya. Mereka kehilangan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan mengalarni kesulitan untuk

Fokus3.3
Parapsikologi
Philipchalk (1988, 54-58) telah menemukan fenomena tertentu yang ia sebut
"persepsi tanpa sensasi" - satu bidang yang lebih umum dikenal sebagai parapsikologi.
(Ia juga menjelaskan "sensasi tanpa persepsi"- pengaruh subliminal pih. fokus 3.1].)
Parapsikologi mencakup persepsi di luar indera (ESP) atau, secara lebih khusus, telepati
(membaca pikiran seseorang), tembus pandang (melihat apa yang terjadi di tempat
yang lain), dan pra-kognisi (mengetahui kejadian sebelum hal itu sungguh-sungguh
terjadi).
Apakah persepsi tanpa sensasl memang bisa terjadi? Para psikolog pada
umumnya bersikap skeptis. Beberapa orang mudah dikelabui oleh dukun klenik
sedangkan orang lain bersikap naif. Sebagai perbandingan, Koteskey (1980, 74-75)
percaya bahwa ini mungkin merupakan kemampuan alami yang memiliki persamaan
rohanl. Philipchalk menjelaskan beberapa persamaan yang mungkln ada seperti
"marifat• yang mirip dengan tembus pandang dan "nubuat• yang mirip dengan pra-
kognisi. Ia juga mengaitkan doa berdiam diri dengan telepati.
Namun, Philipchalk meminta kita untuk berhati-hatl dalam mengaitkan hal itu.
Parapsikologi juga mencakup psikokinesis (menggerakkan benda tanpa kontak fisik),
pengobatan psikis, jelangkung (hantu), dan reinkamasi. Pada saat kita memasuki bidang
yang dianggap parapsikologi lebih jauh, kategorinya menjadi lebih jelas bersifat okultisme.
Alkitab dengan tegas memperingatkan kita untuk menghindari spiritlsme. Jadl, ada tiga
pilihan: parapsikologi itu merupakan penipuan; parapsikologi bersifat supernatural (entah
dari setan atau dari Allah); atau parapsikologl merupakan kemampuan alami (seperti
keyakinan Koteskey). Kita bisa mempercayai kemampuan supernatural dari Allah
(misalnya, kesembuhan ilahi), tetapi secara umum parapsikologi merupa~an wilayah
yang berbahaya karen a berkaitan erat dengan okultisme. Karena okultisme jelas dilarang
dalam Alkitab, kita lebih balk menghindari ketertibatan dengan kegiatan parapsikologi.
Sensasi dan Persepsi

menghitung dan berkonsentrasi. Kurang lebih 8 persen dari mereka mulai


mengalami halusinasi/ rnelihai atau mendengar sesuatu yang tidak ada.
Halusinasi mereka mirip dengan orang-orang yang persepsi rnentalnya telah
berubah setelah rninu.m obat-obatan atau mengalami episode psi.kotik. Salah
satu rnurid melaporkan kesan bahwa tubuhnya berubah menjadi kembar dan
1
kedua tubuh itu berbaring di tempat tidur itu.

PERSEPSI

Sensasi khusus merupakan balok pembangun untuk disusun dan dirinci


menjadi satu kesatuan yang utuh dalarn proses persepsi. Sensasi terlepas dari
persepsi berlangsung sepanjang waktu/ pada saat sistern pengaktifan retikulu.rn
rnenyaring sebagian besar informasi dari kesadaran otak (lih. bab 2). Pengaruh sub-
liminal juga rnerupakan se:nsasi tanpa persepsi (lih. Fokus 3.1.).
Untuk menggambarkan bagairnana persepsi berkernbang tanpa sensasi.
renu.ngkan apa yang terjadi dalam persepsi visual. Setelah sinar memasuki mata
dan merangsang reseptor visual/ impuls saraf yang dihasilkan diteruskan ke otaki
kemudian otak menyusunnya dan menghasilkan beberapa bentuk persepsi visual.
Prinsip dasar persepsi visual tarnpaknya adalah seseorang cenderu.ng melihat apa
yang mereka harapkan terjadi.

Kekonstanatt Ukuran dan Persepsi Kedalaman


Sejak awal kehidupan/ anak bel ajar bahwa benda-benda itu konstan ukurannya
entah jaraknya dekat a tau jauh. Sebagai contoh pri:nsip kekonstanan ukuran, coba
pikirkan persepsi Anda tentang truk yang datang ke arah And a. Pada saat rnendekat,
buk itu tarnpak semakin rnembesar, tetapi Anda tidak mernandang buk itu su.ngguh-
sungguh membesar di hadapanAnda. Karena belajar dari pengalaman bahwa jarak
dan ukuran saling berhubungan, pada saat buk sernakin rnernbesar dalam daerah
visual Anda/ Anda menyirnpulkan bahwa truk itu pasti semakin mendekati Anda.
Pada saat benda-benda itu bergerak ke arah kita/ ukuran gambar pada retina
rnembesar dan pada saat benda-benda itu menjauh ukuran gambar di retina
mengecil. Otak tidak rnenafsirkan hal ini sebagai perubahan dalarn ukuran, tetapi
rnenyatukan gambar itu dengan pengalarnan pada masa lalu, dan mernbuat kita
menafsirkan perubahan sebagai perubahan dalam jarak.
Persepsi kedalarnan memampukan kita hid up dalam dunia tiga dirnensi. Otak
membawa garnbar-garnbar dua dimensi ke retina dan membangun dirnensi ketiga.
Petunjuk penting yang dipakai otak dalam proses ini adalah ukuran benda-benda
yang dikenal secara relatif. Garis-garis paralel yang terlihat datang bersama pada
saat garis-garis itu mendekati cakrawala disebut perspektif linier. Petunjuk yang
lain dipakai otak untuk menilai jarak. Jenis perspektif lainnya yang kadang-
1

kadang diseb'ut perspektif antena/ karena rnengacu pada fakta benda-benda


yang terlihat kabur, secara khusus terlihat lebih jauh daripada benda-benda
yang nyata. Kita juga cenderung melihat objek-objek yang secara fisik dekat
dan rnirip salu dengan yang lain sebagai unit-unit.
PENGANTAR PStKOLOGI DAN KONSELI NG KRISTEN 1

Fokus3.4.
Penghilangan Fungsi lndera dan Kegiatan Seide
Kebanyakan kita telah mendengar tentang sekte yang mengharuskan anggotanya
mengurangi tidur dan makan, dan memutuskan kontak dengan keluarga mereka atau
orang luar. Mereka diharuskan mengasingkan diri dalam waktu lama, yang dalam hal
tertentu mirip dengan eksperimen penghilangan fungsi indera. Mungkin juga ada
beberapa persamaan dengan penjara dan kamp konsentrasi yang menggunakan
kurungan dalam kesepian secara ekstensif.
lngat kasus yang terkenal tentang Jim Jones, pemimpin gereja sekte yang disebut
People's Temple. Pada tahun 1979 sebagian besar anggotanya pindah ke Guyana dan
memutuskan hubungan dengan dunia luar sama sekali. Akibat kontrol Jim Jones yang
berlebihan terhadap para anggota kelompok itu, mereka melakukan .tfunuh diri massal.
Apakah ada persamaan antara kegiatan sekte dengan riset penghilangan fungsi
indera? Dalam beberapa hal perubahan tingkah laku dan pemikiran dalam jangka
pendek yang dihasilkan mungkin mirip. Namun, ada tiga perbedaan utama. Persamaan
dan perbedaannya mungkin dilihat dengan mengamati teknik manipulasi kelompok
sekte yang digambarkan oleh Enroth (1977, 149-183).
Pertama, Enroth menjelaskan tentang dorongan terjadinya kemunduran
kepribadian di antara para pengikut dalam banyak sekte. Yang paling baik orang itu
mengembangkan ego seperti anak kecil, yang mirip dengan masa remaja awal, yang
paling buruk adalah kondisi seperti kerasukan (meskipun kerasukan itu tidak selalu
terjadi). Di sini kita melihat beberapa persamaan dengan halusinasi dan efek yang
tidak biasa lainnya dari penghilangan fungsi indera.
Anggota sekte diharuskan melakukan sejumlah pengorbanan sebagai ukuran iman
mereka. Pengorbanan itu bisa berupa kegiatan yang ber1angsung terus-menerus atau
melakukan selibat. Kondisi hidup yang buruk mungkin dikombinasi dengan ke~a keras dan
perubahan cara berpakaian sebagai ukuran kesetiaan. Tentu saja, pengorbanan juga tertibat
dalam studi tentang penghilangan fungsi indera, tetapi banyak murid yang mengikuti riset
dengan berpikir bahwa mereka akan mendapatkan istirahat yang menyenangkan.
Para pengikut sekte itu bisa juga diminta menanamkan harta milik mereka dengan
menyerahkannya kepada kelompok. Dalam banyak hal uang dan harta milik mereka pribadl
tidak bisa dikembalikan. Penanaman harta milik tidak terjadi dalam studi tentang
penghilangan fungsi indera, hanya pengorbanan waktu.
Sifat lain yang disebutkan En roth adalah memutuskan hubungan sebelumnya. Hal ini
membantu meningkatkan ketertibatan pengikut dengan kelompok dan menganggap dunia
luar rusak. Terminologi yang dipakai kelompok berfungsi sebagai dinding, yang dengan
tegas memisahkan orang lain dari pengikut. Para pengikut dibentengi dari berita luar: dan
hubungan antara dua orang dalam kelompok dilarang karena dianggap bisa menjadi
ancaman terhadap kelompok. lkatan keluarga harus disangkal. Riset penghilangan fungsi
indera mencakup pemutusan hubungan untuk sementara, meskipun hanya selama dua
hari, berbeda dari pemutusan ikatan hubungan dalam sekte yang bersifat permanen.
Sensasi dan Persepsi

Kesan •kebersamaan {kita)" sang at ditekank·~n 'dalam ~elompok .deng:an


mendorong para anggota bekerja bersama untuk mengubah dunia. Sering kali
ke\Qmpok semacam itu mendorong para anggotanya menekankan aspek positlf
kelompok dengan tidak menyebutkan faktor-faktor negatif. Bel'tlagai upacara berfuligsi
untuk meneguh~an perasaan k~bersamaan, seperti halnya doktnn .yang meny~takan
bahwa kelompok merupakan satu-satunya sarana keselamatan. ?enganiayaan secara
nyata atau khayalan dan proses penerimaan mempersatukan anggota. Faktor-faktor
ini jelas tidak ada dalam studi tentang penghilangan fungsi indera.
Mortifikasi juga disebutkan oleh Enroth, di mana identitas orang itu sebelumnya
dihilangkan. Upacara degradasi atau kegiatan fisik yang ekstrem mernper1emah pertahanan
yang mungkin dlmiliki orang itu, sedangkan tekanan vn.tuk menyesuaikan diri sangat
ditekankan, terutama bagi para anggota yang menyfmpang. Blasanya ada campur tangan
da\am masalah-masa\ah pribadl. Karakteristik ini umumny<:rtidak ada dalam penghilangan
fungsi lndera, lerutama keglatan flsik yang ekstrem.
Akhirnya, Enroth mencatat ten tang imbauan untuk melakukan pemisahan diri dalam
usaha membangun komitmen pada kelompok. Komitmen pada sesuatu yang lebih besar
daripad.a diri sendiri memberikan arti dan tujuan bagl partisipan. Pemimpin sentrat atau
kelompok pemimpin mewajibkan penyerahan diri semacam itu sehingga menyedlakan
sarana untuk pemisahan ditl. Hal inl sama sekall ijdak ada dalam riset penghilanganfungsi
indera. • ·
Aspek-aspek sekte tertentu mirip dengan studi penghilangan fungsi indera, termasuk
fakta bahwa efeknya biasanya bersifat temporer setelah orang itu meninggalkan sekte
atau konteks penghilangan fungsi indera; tetapi ada perbedaan yang mencolok dalam hal-
hal lain seperti keterlibatan dalam jangka pendek pada penghilangan fungsi indera dan
kadang-kadang ketertibatan dalam jangka panjang pada sekte.

Pengenalan Stimulus
Bagaimana seseorang mengenali benda-benda dan orang-orang dari stimu-
lus? Teori analisis ciri-ciri menyatakan bahwa komponen tertentu dari stimulus
dipisahkan dan secara individual dianalisis oleh otak. Jadi, bagian-bagian otak
memberi respons terhadap garis-garis horisontal. Kemudian, garis-garis ini
disatukan pada tingkat pemrosesan yang,lebih abstrak untuk membentuk identifikasi
seperti huruf T (satu garis vertikal dan satu horisontal).
Teori penjodohan balok menyatakan bahwa orang-orang rnempunyai pola
mental yang lengkap (balok) untuk berbagai benda dan ide yang berbeda. Setiap
pengalaman baru dilapiskan di atas balok, dan jika hal itu cukup sesuai, stimulus
dikenali dengan konsep yang berkaitan dengan balok. Ada balok untuk huruf T;
ketika seseorang melihat stimulus yang sama bentuknya, stimulus itu dipandang
sebagai huruf T. Teori balok telah dikritik baik karena aspek mekanisnya maupun
karena beberapa contoh yang diberikan tidak sesuai dengan balok yang diandaikan
ada. Misalnya, teori ini gagal memberi keterangan tentang benda yang dikenali
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

meskipun sensasi khusus berasal dari sudut pandang yang khas dan menyim-
pang. Pola mental kita lebih fleksibel daripada balok.

Persepsi KitaA.ktif
Persepsi kita aktif, tidak pasif. Kita sering kali mendengar orang berkata
mereka "terlalu penuh dengan pengetahuan", tetapi dalam kenyataan mereka
terlibat aktif dalam mengolah ide. Kita kadang-kadang mendengar saksi mata
kecelakaan, yang bisa dipercaya dalam segala hal, yang mengisahkan cerita
yang sangat berbeda tentang apa yang terjadi. Dari satu segi, kita "menyusun"
apa yang kita pelajari. Apa yang kita ketahui jarang merupakan salinan apa
adanya tentang dunia. Jika seperti itu pasti jarang ada perbedaan pendapat.
Apa yang terlibat dalam penyusunan informasi? Sejumlah faktor bisa di-
kenali. Persepsi melibatkan pengelompokan data sesuai dengan kedekatan, per-
samaan atau kategori yang dikenal lainnya. Misalnya, beberapa orang mengait-
kan kegemukan dengan keadaan bahagia terus-menerus . Hal ini membuat
mereka cenderung untuk menemukan kebahagiaan dalam diri orang yang gemuk
dan cenderung melihat indikasi itu pada orang yang kurus. Jika ide ini diperluas
di balik persepsi, stereotip semacam itu mungkin juga mempengaruhi orang
yang gemuk untuk memenuhi harapan itu . Banyak orang meniru dengan
mengatakan kalimat seperti "ia persis.seperti ... " a tau "Say a mengenal jenisnya."
Mungkin ayat "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi" (Mat.
7:1) sesuai di sini.
Kita bisa menyusun ulang input indera ke otak secara runtut untuk
menghasilkan penyusunan data yang berbeda. Eksperimen telah dilakukan dengan
kacamata khusus yang mengubah segala sesuatu menjadi terbalik (Dolezal, 1982).
Orang-orang yang memakai kacamata akhirnya bisa menyesuaikan diri dengan
bentuk data yang baru itu. Ketika mereka melepaskan kacamata, diperlukan waktu
beberapa saat lagi untuk menyesuaikan diri dengan input indera yang normal.
Mungkin di sini ada pesan untuk gereja-gereja yang menghendaki para petobat
segera mengubah nilai-nilai mereka: penyesuaian ulang dengan gaya hidup yang
baru sering kali memerlukan waktu. Pertumbuhan rohani sering kali merupakan
proses bertahap bukan perubahan drastis dan tiba-tiba. Bagaimana caranya proses
penyesuaian diri itu bisa dipercepat? Dalam satu eksperimen (Keld dan Hein, 1963)
dua anak kucing diberi pengalaman yang sama, tetapi hanya seekor yang sungguh-
sungguh ditempatkan dalam lingkungan itu. Anak kucing yang dikurung tidak
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dengan baik, sementara anak
kucing yang bisa bergerak dengan bebas dalam lingkungan bisa belajar lebih cepat.
Mungkin kita perlu mendorong para petobat baru untuk aktif di gereja, dan tidak
membuat mereka menyadari sendiri kesalahan yang mereka perbuat. Keterlibatan
dalarn gereja menuntut lebih ban yak daripada sekadar mendengarkan secara pasif.
Jangkauan penyusunan informasi sering kali diabaikan. Psikologi Gestalt
membahas fakta bahwa kita memasukkan data "gambar" dan "latar" pada indera
kita. Itu berarti bahwa kita menentukan mana yang penting (gambar) dan mana
Sensasi dan Persepsi

yang akan dijadikan latar belakang (latar). Hal itu terus berlangsung
sepanjang waktu dalam persepsi kita. Misalnya, orangtua yang bangga
memandang kemampuan anaknya untuk bermain terompet sebagai hal yang
penting (gambar) dan kemampuan untuk melakukan hal. itu dengan terampil
sebagai hal yang kurang penting (latar), sedangkan guru musik akan
melihatnya secara berbeda. Ahli psikologi Gestalt mengembangkan gambar-
gambar yang menggambarkan kemampuan untuk memindahkan gambar
dan latar. Misalnya, ada kartu-kartu yang pada mulanya mirip dengan
gambar geometris jika warna yang dominan ditangkap sebagai latar, namun
kartu itu berbunyi "Yesus" jika warna yang dominan menjadi gambar.
Ahli psikologi Gestalt telah mengembangkan sejumlah aturan yang
dipakai orang-orang untuk menyusun persepsi mereka (lib. gb. 3.5.). Ketika
diberi sekelompok bend a yang ban yak_i.!:!mlahnya, secara mental kita cen-
derung mengelompokkan ben~a-.bettela. yang mirip (aturan persamaan).
Aturan kedua adalah kedekatan: benda-benda yang dekat satu dengan
yang lain secara mental cenderung dihubungkan. Aturan Gestalt lainnya
mencakup kesinambungan (pengelompokan benda-benda yang membentuk
garis lurus atau lengkung) dan penyimpulan (kecenderungan untuk secara
mental mengisi celah yang ada di antara benda-benda).

Gambar 3.5. Aturan Gestalt

060 XXX
060 XXX
060 XXX
Persamaan Kedekatan
(Meskipun gambar~ambar itu diberi jarak, (Gambar ini cenderung dikelom-
kita cenderung mengelompokkannya pokkan sebagai tiga garis horizon-
menjadi tiga garis vertikal) · tal karena saling berdekatan)

o0 0
o
0 o
0
0 0
0 0
0 0
Kesinambungan Penyimpulan
(Gambar ini cenderung dilihat sebagai dua (Segitiga bisa terlihat karena kita
garis lengkung yang saling silang) mengisi celah yang timbul dalam
mental kita)
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Kita bukan hanya menyusun informasi indera, melainkan otak secara


aktif juga menambahkan data masuk yang ditangkap indera. Orang-orang
tidak sekadar melihat apa yang sungguh-sungguh terjadi, tetapi mereka juga
menafsirkannya dengan menambahkan informasi lain. · Mereka
menambahkan informasi meskipun mereka tidak menyadarinya. Misalnya,
orang-orang yang mendengarkan calon politisi menafsirkan apa yang ia
katakan dengan apa yang telah mereka dengar tentang calon itu sebelumnya.
Dalam gereja, orang yang bukan penganut Calvinis bisa dengan cepat
menangkap bias Calvirtis dalam khotbah pembicara tamu daripada
mendengarkan apa yang sesungguhnya dikatakan.

Fokus3.5.
Psikologi Perseptual dan Kekristenan
Kemungkinan besar orang bisa salah paham terhadap pesan lnjil. Konsep psikologi
perseptual apakah yang bisa membantu kita meminimalkan problem ini?
Hal yang terpenting adalah membuat persepsi sejelas mungkin. Kekaburan bisa
mengundang penafsiran tambahan P.ada stimulus asli . Berusahalah menggunakan
istilah yang dikenal. Penekanan pada pengalaman masa lalu dan nilai-nilai yang dikenali
bersama cenderung membuat pesan mudah diterima.
Bahkan orang Kristen pun tidak kebal terhadap kesalahan persepsi terhadap data
yang masuk indera. Salah satu cara di mana hal ini bisa terjadi adalah saat membaca
Alkitab, kita cenderung mencari apa yang ingin kita lihat. Orang-orang Kristen selalu
mempunyai topik favorit dan bisa secara kreatif "menambahkan"nya pada suatu teks
sehingga mereka bisa menemukan apa yang ingin mereka temukan .
Pendekatan yang jauh lebih baik adalah dengan membiarkan Alkitab menafsirkan
dirinya sendiri, juga usaha untuk memahami konteks ketika ayat itu ditulis' dan
menghindari usaha untuk memaksakan ayat itu dalam lingkungan pribadi dan budaya
kita sendiri. Secara alamiah kita·cenderung mencari dukungan untuk sudut pandang
budaya, denominasi, dan doktrinal kita, terutama pada saat kita membaca ayat-ayat
yang bisa ditafsirkan dalam beberapa cara. Dengan menyadari kecenderungan itu bisa
membantu kita menghindari kesalahan sejauh mungkin.
Di banyak sekolah tinggi dan seminari, keselamatan kekal selalu menjadi
perdebatan panjang di antara para mahasiswa . Apakah mungkin kedua pihak salah
menafsirkan Alkitab? Apakah mungkin Allah menghendaki kita untuk sekadar mem-
percayai apa yang telah Ia kerjakan dan bukan berusaha dengan kekuatan kita sendiri?
Apakah Ia menghendaki agar kita bersifat sensitif terhadap kelemahan kita dan tidak
merasa puas diri? Mungkin posisi yang diambil seseorang terhadap masalah ini lebih
merupakan akibat persepsi selektif daripada pesan Alkitab secara "jelas".
Perhatikan contoh lain di mana pengaruh persepsi memainkan peranan yang
penting. Andaikata seorang penginjil datang ke gereja dan menyebabkan perpecahan
Sensasi dan Persepsi

Hal Apakah yang Mempengaruhi Persepsi Kita?


Faktor-faktor utanta apakah yang .mempengaruhi sifat persepsi kita yang
kreatif? Tentu saja pengalaman masa lalu sangat berperan besar. Hal ini digambarkan
melalui eksperimen klasik yang dilakukan Boring {1930). Dua kelompok orang yang
diperlihatkan beberapa gambar. Satu kelompok melihat gambar seorang wanita
tua, sedangkan kelompok yang lain melihat gambar seorang wanita muda.
Kemudian, kedua kelompok itu diminta mengenali kombinasi dua gambar yang
ambigius itu. Orang-orang yang melihat gambar pertama mengenalinya sebagai
gambar wanita tua, sedang orang-orang dalam kelompok kedua yakin bahwa
gambar yang ambigius itu adalah gambar wanita muda.

karena gaya khotbahnya, beberapa orang dalam jemaat akan menyebut khotbahnya
yang berapi-api sebagai "api liar", sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia dipenuhi
dengan sukacita dari Allah. Sangat mungkin kedua macam reaksi itu disebabkan oleh
pengalaman pada masa lalu (faktor yang penting dalam persepsi) yang dialami kedua
kelompok itu? Orang-orang yang mengaitkan khotbah yang berapi-api dengan pengalaman
yang negatif akan cenderung memandang penginjil itu kurang menyenangkan, sedangkan
orang lain mungkin memiliki pengalaman ma~a lalu yang sama sekali lain.
Ada orang-orang Kristen, yang mempercayai bahwa doa-doa mereka tidak pernah
secara spefisik dijawab. Mereka mungkin sudah berdoa dan memiliki hati yang benar,
tetapi mereka tidak yakin bahwa Allah menjawab. Namun, orang lain yakin bahwa
mereka menerima jawaban atas doa-doa mereka.
Ada beberapa alasan psikologis sehingga orang-orang tidak merasakan jawaban
dari Allah. Pengalaman masa lalu dengan orang-orang yang melihat doa-doa mereka
dijawab bisa mempengaruhi kita untuk mencari hasil yang sama, namun kita juga perlu
memperhatikan nilai-nilai. Apakah sistem nilai-nilai seseorang mengizinkan dia untuk
menerima jawaban, atau apakah orang itu berpendapat bahwa Allah berdiam diri?
Harapan juga memainkan peranan. Harapan untuk mendapatkan jawaban
memampukan seseorang untuk mencari jawaban dalam doa. Sebaliknya, kita harus
berhati-hati untuk tidak menafsirkan adanya jawaban jika situasinya tidak jelas. Allah
mungkin meminta kita untuk menunggu jawaban dan tidak segera menyimpulkan apa
yang ingin kita dengar. Mungkin pola pemikiran yang sama bisa dipakai untuk
menjelaskan persepsi (atau nonpersepsi) tentang mukjizat (lih . Fokus 6.6.).
Pengaruh sudut pandang yang berbeda untuk mendapatkan persepsi yang lebih
akurat, yang ditekankan pada akhir bab ini, mungkin tersirat dalam perikop Perjanjian
Lama yang membutuhkan dua saksi atau lebih terhadap seorang pelanggar hukum.
Perbedaan persepsi juga ditekankan dalam Yohanes 12:29, orang yang mendengarkan
Allah mendengar Allah, tetapi orang yang tidak mengarahkan pendengarannya untuk
mendengar Allah hanya mendengar guntur atau berpikir bahwa seorang malaikat
berbicara.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Pengaruh kedua adalah situasi. Misalnya, suatu malam Anda berjalan


di tengah kota dan tiba-tiba Anda melihat bayangan garis bentuk penjahat
di Iorang (Geiwitz 1976, 89). Padahal sebenarnya jika Anda berhenti untuk
menyelidiki, mungkin bayangan garis bentuk itu hanyalah seeker kucing
yang bertengger di tong sampah. Sarna halnya jika Anda lapar, makanan
lebih cepat terlihat dibandingkan benda-benda lainnya (Lazarus, Yousem,
dan Arenberg, 1953).
Pengaruh ketiga adalah nilai-nilai yang dipegang seseorang. Eksperimen
yang dilakukan Bruner dan Goodman (1947) menunjukkan bahwa anak-anak
yang miskin cenderung membesarkan ukuran koin daripada anak-anak kelas
menengah jika mereka diminta menggambar koin itu. Mereka membesar-
besarkan ukuran karena mereka menghargai koin itu. Jika faktor yang mem-
pengaruhi gambar mereka hanya karena mereka kurang mengenal koin, maka
hanya beberapa anak yang akan membesarkan ukuran koin itu, sedang yang
lain akan mengecilkan.
Akhirnya, harapan juga mempengaruhi persepsi. Jika kita mengha-
rapkan hal-hal tertentu untuk terjadi, kita cenderung akan menafsirkan
sensasi kita sesuai hal itu - terutama jika sensasi itu ambigius. Fenomena ini
2
bisa terlihat dalam beberapa contoh sebelumnya.

Efek Otokinetik
Riset Sherif (1937) tentang efek otokinetik merupakan contoh yang baik
tentang peranan harapan dalam persepsi. Dalam eksperimennya orang-or-
ang diberi tahu bahwa lampu spot yang diproyeksikan ke dinding akan
bergerak dan meteka diperintahkan untuk memperkirakan berapa jumlah
gerakan itu. Meskipun lampu spot sesungguhnya tidak pernah digerakkan,
orang-orang itu tetap melaporkan jumlah gerakan lampu itu. Ketika diberi
tahu bahwa lampu spot itu bahkan bisa melacak kata-kata dan kalimat-
kalimat, para peserta mulai melaporkan kata-kata dan kalimat-kalimat. Jelas
bahwa harapan mereka menghasilkan sejumlah tambahan dalam informasi
tentang sensasi mereka.
Sebagai variasi menarik untuk eksperimen di atas, Sherif menyuruh
sekelompok orang untuk melihat sinar dan meminta mereka mencapai konsensus
seberapa jauh sinar lampu itu bergerak. Satu tahun kemudian, ketika anggota
kelompok itu sekali lagi dites secara individual dengan lampu spot yang tidak
bergerak, mei'eka tanpa terkecuali memperkirakan cahaya itu menempuh jarak
yang sama dengan jumlah yang diperkirakan kelompok itu setahun sebelumnya.
Pengaruh kelompok itu masih dirasakan, dan itu menunjukkan sifat sosial
manusia yang kuat. Kelompok kita mempunyai pengaruh yang sangat besar
pada persepsi kita tentang realitas. Tidak mengherankan jika Alkitab sangat
tegas bahwa kita harus "keluar dari mereka dan memisahkan diri" dan bahwa
kita "jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita" .
Seosasi dan Persepsl

Proses Persepsi dalam Membaca


Persepsi penting dalam proses membaca. Pembaca menyerap data sedikit
demi sedikit pada ·saat mata berhenti membaca, membaca lagi, berhenti,
membaca lagi dan seterusnya . Ketika mata bergerak, mata tidak menyerap
data (Shebilski, 1977); orang itu mengisi ceJah informasi (huruf-huruf
meluncur terus di antara gerakan mata). Proses ini sama dengan peraturan
Ges talt tentang kesinambungan.
Jumlah huruf yang dilihat pembaca dengan setiap gerakan mata
mempengaruhi kecepatan membaca. Shebilski (1975) menemukan bahwa
rata-rata mahasiswa menggerakkan rnata mereka setiap ernpat atau lima
huruf ketika mernbaca, sernentara pernbaca yang cepat menggerakkan mata
mereka setiap sembilan sampai sepuluh huruf. Banyak kelas " membaca
dengan cepat" mencoba mengajar mahasiswa untuk mengamati lebih banyak
huruf dalam satu gerakan mata.
Kita cenderung menerima kerumitan persepsi dalam membaca begitu
saja, kecuali ketika kita bekerja dengan anak-anak yang pertama kali belajar
membaca. Di situ kerurnitan tugas ini menjadi jelas. Ana.k bisa belajar dengan
metode membaca kata secara utuh, di mana huruf-huruf dipandang sebagai
stimulus untuk dikenali; atau anak bisa belajar dengan memakai metode fonik
di mana bagian demi bagian disatukan untuk menghasilkan satu kata utuh.
Banyak orang memakai kedua pen.dekatan ini, dan mengajar anak-anak
mengenali kata-kata umum tanpa membunyikannya. Sementara itu untuk
kata-kata yang kurang umum mereka menggunakan metode fonik. Memi-
kirkan betapa banyaknya proses persepsi yang berlangsung dalam penggu-
naan metode itu, sungguh mengherankan bahwa setiap orang bisa belajar
.membaca!

Persepsi sebagai Kebenara11


Ada bahaya dalam menerima teori persepsi standar secara sepenuh hati.
Hodges (1986) mencatat bahwa jika sudut pandang itu diterima secara utuh, maka
kepercayaan kita terhadap ilmu pengetahuan (dan psikologi) akan dirongrong.
Bagaimanapun, para ilmuwan juga menggunakan persepsi dalam melakukan
observasi mereka tentang realitas. Benar, kita tidak dapat selalu mempercayai
persepsi kita. Lalu, bagaimana kita bisa lebih akUiat dalam pemahaman kita?
Hodges mengutip teori persepsi Gibson sebagai jawaban yangmungkin. Gibson
(1979) menekankan bahwa sesuatu diketahui dalam kaitannya dengan hal yang
absolut. Dengan kata lain, persepsi kita dibatasi oleh apa yang sesunggulmya ada.
Jadi, tujuan kita adalah untuk membuat persepsi kita benar atau lebih konsisten
dengan dunia yang nyata.
Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan ini? Pertama, kita perlu
mendapatkan berbagai sudut pandang ten tang peristiwa tertentu. Tentu saja Alkitab
bisa memberikan sudut pandang yang bisa kita percayai sepenuhnya (lih. bab 1).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Sebagai tambahan, kita perlu menyadari bahwa persepsi pada dasarnya


bersifat progresif. Hodges mencatat bahwa sejarah dunia merupakan pe-
nyataan rencana Allah secara progresif. Sarna halnya penafsiran kita tentang
suatu peristiwa bisa menjadi lebih akurat pada saat kita mendapatkan lebih
banyak pengalaman. Hal ini membutuhkan kerendahhatian dari pihak kita:
untuk belajar kita harus mengakui bahwa apa yang kita ketahui saat ini hanya
bersifat sebagian dan mungkin salah. Ketiga, interaksi sosial bisa mening-
katkan pengetahuan. Melalui komunitas kita bisa berinteraksi sehingga kita
bisa memiliki sudut pandang yang sama lebih banyak. Dengan lebih banyak
sudut pandang kita cenderung akan memiliki pengetahuan. Dari sini jelas
bahwa komunitas orang percaya penting dalam mengembangkan persepsi
Kristen tentang dunia, Allah, dan kehidupan Kristen.

REFERENSI
Boring, E. 1930. A new ambiguous figure . American Journal of Psychology 42:444-445 .
Bornstein, R., D. Leon, dan D. Galley. 1987. The generalizability of subliminal mere
exposure effects. Journal of Personality and Social Psychology 53: 1070-1079.
Brand, P., dan P. Yancey. 1980. Fearfully and wonderfully made. Grand Rapids: Zondervan.
Bruner, J. dan C. Goodman. 1947. Value and need as organizing factors in perception.
Journal of Abnormal and Social Psychology 42: 33-44.
Dolezal, H. 1982. Living in a world transf~ rnzed. New York: Academic.
Enroth, R. 1977. Youth, brainwashing and the extrem ist cults. Grand Rapids: Zondervan.
Fechner, G. 1860. Elements of psychophysics. Dikutip dalam R. Fachner. 1990. Pioneers of
psychology, Edisi ke-2. New York: Norton.
Galton, F. 1907. Inquiries in human faculty and its development. London: J. M. Dent and
Sons.
Geiwitz, J. 1976. Looking at ourselves. Boston: Little, Brown.
Gibson, J. 1979. The ecological approach to visual perception. Boston: Houghton Mifflin.
Held, R., dan A. Hein. 1963. Movement-produced stimulation. Journal of Comparative
and Psychological Psychology 56: 872-876.
Heron, W. 1957. The pathology of boredom. Scien tific American Oan.): 52-56.
Hodges, B. 1986. Perception, relativity, and knowing and doing the truth. Dalam Psy-
chology and the Christian Faith, editorS. Jones . Grand Rapids: Baker.
Korem, D., dan P. Meier. 1980. The Fakers. Grand Rapids: Baker.
Koteskey, R. 1980. Psychology from a Christian perspective. Nashville: Abingdon.
Lazarus, R., H. Yousem, dan D. Arenberg. 1953. Hunger and perception. Journal of Per-
sonality 21 : 312-328.
McBurney, D., dan G. Gent. 1979. On the nature of taste qualities. Psychological Bulletin
86: 151-167.
McCleary, R., dan R. Lazarus. 1949. Autonomic discrimination without awareness. Jour-
nal of Personality 18:171-179.
Meade, E. 1976. How to keep from being manipulated. Christian Life (Mei): 16-17,47-
48 .
Montagu, A. 1986. Touching. Edisi ke-3 . New York: Harper and Row.
Myers, D., dan M. Jeeves. 1987. Psychology through the eyes offaith. San Francisco: Harper
and Row.
Sensasi dan Persepsi

Philipchalk, R. 1988. Psychology and Christianity. Lanham, Md.: University Press of


America.
Shebilski, W. 1975. Reading eye movements. Dalam Understanding language, ed. D.
Massaro. New York: Academic.
- - - . 1977. Visuomotor coordination in visual direction and position constancies.
Dalam Stability and constancy in visual perception, ed. W. Epstein. New York: Wiley.
Sherif, M. 1937. An experimental approach to the study of attitudes. Sociometry 1:90-98.
Stephens, S. 1972. Psychophysics and Social Scaling. Morristown N.J.: General Learning.
Suedfeld, P., dan J. Kristeller. 1982. Stimulus reduction as a technique in health psy-
chology. Health Psychology 1:337-357.
Thome, S., dan P. Himelstein. 1984. The role of suggestion in the perception of satanic
messages in rock and roll recordings. Journal of Psychology 116: 245-248.
Vokey, J., dan J. Read. 1985. Subliminal messages: between the devil and the media.
American Psychologist 40:1231-1239.

1
Hasil eksperimen baru-baru ini yang mirip dengan eksperimen Heron tidak seekstrem eksperimen tersebut
(lih. Suedfeld dan Kristeler, 1982).
2
Untuk mendapatkan catatan yang menarik te ntang bagaimana pengaruh semacam itu terlibat dalam
persepsi tentang trik sulapan, lihat Korem dan Meier, 198G.
4

E m o s 1

_ . . ( ' / / ita semua mengenal emosi, tetapi sulit mendefinisikannya. Enmsi


C:::d/lmelibatkan perasaan suka atau merasa ikut ambil bagia n d (3larn
pengalaman itu; kita nIaasa emosional. Namun, perasaan berkaitan erat dengun
pikiran karena pada saat kita memikirkan sesuatu akan muncul em osi positif
atau negatif. Jika emosi dirasakan, seeara biologis akan muneul rangsa ngan
yang juga merupakan aspek lain emosi. Emosi juga berkait erat de ngan motivi."\si.
Ernosi membuat kita eenderung berbndak dengdn eara tertentu. Beberapa orang
berpikir bahwa emosi merupakan hal yang sarna dengan suasana h ati (wood).
namun keduanya bisa dibedakan melalui fakta bahwa emosi ti.dak berlaJ1gsung
lama seperti halnya suasana hati dan cE!Dderung lebih kuat (Morris, 1987)
Mungkin cara terbaik untuk menjelaskan apa yang kita m aksu d dengan
emosi adalah dengan memberikan contoh-contoh emosi yang p ali ng umurr..
Emosi positif mencakup kekaguman, kegembiraan, kelembutan han, sukadta,
dan kejutan, sedang emosi negatif adalah ketakutan, kejengkelan . kemarahan,
kesedihan, kekhawatiran, dan depresi.
Orang Amerika sangat berfokus pad a perasaan, mungkin jauh iehih banyak
dibandingkan dengan orang-orang dari bangs a lain. Kami memuji orang yang
pergi menantang bukti dan mengikuti perasaan mereka untuk mendapa tka;1
kebenaran masalah ilu (Sovine, 1988). Orang-orang sering menikah karena perasaztrl.
Jika orang-orang sudah tidak lagi memiliki perasaan itu, mereka berganti p asangan
baru. Beberapa orang sering berganhll1g pada perasaan dalam men yimpulkim
kerohanian; mereka merasa putus asa jika tidak "merasakan hadirat Allah" d a1am
hidup mereka.
Akibat terlalu bersandar pada perasaan sangat jelas: rumah tangga berantakan,
hubungan bersambung, dan iman yang dangkal. Mudah disimpulkan b ahwa
p erasaan seharusnya tidak memiliki atau hanya sedikit berperan d alam k>:~­
hidupan orang Kristen yang dewasa . Buku kecil penginjilan " Emp at H ukmn
Rohani" menggambarkan e~osi sebagai gerbong kereta yang boleh ad a at~u
tidak (mewakili kehidupan orang Kristen), sedang fakta itu sebagai mesinnya,
Bisakah orang Kristen berfokus pada fakta tanpa memiliki emosi ata u h anya
memi[iki sedikit emosi?
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Alkitab lebih menekankan pengetahuan daripada perasaan (Sovine, 1988).


Kata Yunani untuk "perasaan" hanya muncul dua kali dalam Perjanjian Baru,
sedang "pengetahuan" muncul 491 kali. Namun, banyak emosi tertentu yang
ditekankan sepanjang Alkitab. Kitab Ratapan berisi ratapan yang dalam (de-
presif); Pengkhotbah juga berisi nada emosional yang sama. Kristus sendiri
mengalami berbagai perasaan, seperti dinyatakan lnjil dengan jelas. Mungkin
ada jalan tengah, di mana emosi memiliki peranan yang penting, tetapi tidak
mendominasi kehidupan seseorang.

Fokus4.1.
Alkitab dan Emosi
Meskipun kala khusus "emosi" jarang kita temukan datam Perjanjian Baru, ada
sejumlah referensi tenlang emosi tertentu, yang sering kali dikaitkan dengan bagian-bagian
tubuh tertentu. Hal ini menekankan pentingnya emosi dalam sifateksistensi manusia secara
utuh.
Perhatikan Kejadian 43: 30. Yusuf "hatinya sangat terharu merindukan adiknya
itu". Frasa "sangat temaru· dalam bahasa lbrani asli merupakan satu kala yang mengacu
pada sejumlah organ tubuh tertentu. Kala khusus ini diulang beberapa kali dalam
Pe~anjian Lama dalam konteks resppns emosional. Jelas bahwa organ-organ tubuh
terdalam dalam diri kila sangat dipengaruhi oleh emosi kila.
Kita bisa melihat ide yang sama dalam Pe~anjian Baru dengan jelas (Fip. 1:8;
Flm. 7, 20; I Yoh. 3: 17-19). Kristus bisa menyingkirkan emosi negatif seperti kekhawatiran
dan stres pada saat kila mempercayai Dia. Jika kita meletakkan beban hidup Kita kepada-
Nya, kita akan mendapatkan kelegaan.
Penyakit psikosomatis mungkin bisa dicegah dengan beristirahat di dalam Kristus,
yaitu bersikap tenang karena yakin atas pengampunan dan penerimaan-Nya. Kilab Amsal
menyalakan bahwa orang yang percaya kepada Allah akan lebih sehat (Ams. 3:8). Jelas
bahwa Alkitab banyak berbicara tentang emosi manusia, dan banyak komenlamya yang
berkaitan dengan respons fisiologis (secara harfiah alau melaforik) tenlang emosi yang
dirasakan.

TEORI TENTANG EMOSI


Meskipun konsep emosi sulit didefinisikan secara objektif, hal itu telah
diterima secara luas. Biasanya emosi mengacu pada perasaan dalam jiwa
yang mencakup cinta atau bend sampai takut atau sedih. Mana yang lebih
dulu: rangsangan biologis atau persepsi perasaan? William James percaya
bahwa perasaan emosional merupakan masalah penangkapan pesan yang
dikirimkan oleh berbagai organ tubuh seseorang secara sadar. Jadi, ia menya-
takan bahwa perasaan kita mengikuti rangsangan saraf secara biologis. Ini
dikenal sebagai teori emosi James-Lange. Pendekatan yang bertolak belakang
Emos i

berasal dari teori Cannon-Bard (Bard, 1938), yang menyatakan bahwa


pengalaman rangsangan emosi dan fisiologis terjadi secara bersamaan.
Misalnya, jika Anda mengamati kecelakaan mobil, persepsi Anda cenderung
terjadi pada saat yang sama ketika Anda merasakan emosi Anda.
Teori ketiga menyatakan bahwa kognisi (pemikiran) terlibat dalam apa
yang dirasakan emosi. Meskipun pada dasamya Schachter dan Singer (1962),
setuju dengan teori James-Lange, percaya bahwa rangsangan fisik yang berkaitan
dengan emosi tidak bersifat spesifik (paling tidak pada awalnya); setelah
dianalisis oleh pikiran, emosi yang tepat muncul. Jadi, penafsiran mental tentang
kejadian tertentu merupakan kunci untuk memberi label emosi yang dirasakan.
Eksperimen yang dilakukan Schachter dan Singer berfungsi sebagai ilustrasi
tentang proses ini. Orang-orang disuntik dengan stimulan biasa (mereka diberi tahu
bahwa itu adalah vitamin) dan kemudian diminta menunggu di suatu tempat
dengan seseorang yang marah-marah atau melakukan sesuatu yang lucu. Orang-
orang yang menerima stimulan itu menafsirkan rangsangan yang mereka terima
sebagai kemarahan atau kebahagiaan tergantung pada respons orang lain. .Kita
cenderung menafsirkan perasaan kita sesuai keadaan.
Namun, Schachter dan teori kognitif Singer memiliki kelemahan. Usaha untuk
mengulang eksperimen klasik mereka tidak pernah berhasil (lih. Hogan dan
Schroeder, 1981 ). Selain itu, pikiran tidak 'Selalu menentukan emosi; jika begitu, kita
bisa mengubah emosi kita hanya dengan sekadar memikirkan hal-hal yang baik.
Meskipun mengubah pikiran kadang-kadang bisa membantu (lih. bab 7), hal itu
tidak bersifat otomatis. "Menyiulkan nada bahagia" tidak akan membantu depresi
yang kronis!
Teori kognitif menekankan suatu aspek penting dalam emosi yang dikenal
sebagai penilaian kognitif. Evaluasi secara otomatis mengikuti peristiwa yang dinilai
dan menentukan baik reaksi emosional maupun respons selanjutnya. Jadi, pikiran
memiliki peranan yang lebih kuat daripada yang disarankan Schachter dan Singer,
karena pikiran melibatkan bukan hanya pemberian label, melainkan juga reaksi
dan tingkat rangsangan.
Teori terakhir menekankan dasar fisiologis emosi. Sistem saraf otonom
(lih. bab 2 dan 5) diaktifkan melalui emosi, sehingga mengakibatkan denyut
jantung yang lebih cepat, mengeluarkan banyak keringat dan banyak respons
biologis lainnya. Otot-otot wajah juga menerima pesan yang tidak berkaitan
dengan sistem saraf otonom (yang mengakibatkan ekspresi dan seringai
wajah), dan suplai darah ke wajah bisa dipengaruhi (membuat wajah menjadi
merah atau pucat) (Zajonc, 1985). Reaksi wajah kemudian dikirimkan ke otak
di mana reaksi itu ditafsirkan dan diberi label. Jadi, teori fisiologis memiliki
banyak persamaan dengan teori James-Lange.
Teori mana yang paling tepat menjelaskan emosi? Isu ini masih diper-
debatkan dengan hangat di kalangan para psikolog. Mungkin kesimpulan
terbaik adalah mengatakan bahwa emosi tergantung pada situasi. Teori yang
saling menentang itu sesungguhnya saling melengkapi. Kadang-kadang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

rangsangan muncul lebih dulu daripada emosi; kadang-kadang pikiran


menghasilkan emosi; dan kadang-kadang prosesnya bersamaan.

KoM.UNIKASI NoNVERBAL
Kita bisa menyampaikan perasaan kita dengan menjelaskannya kepada
orang lain. Namun, kita juga bisa menyampaikan perasaan kita dengan cara
lain. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, isyarat dan karakteristik suara merupakan
cara komunikasi yang efektif. Kata-kata, "Aku mengasihimu," misalnya bisa
ditafsirkan dalam ba.nyak cara tergantung kata-kata itu diucapkan dengan
berbisik, mehggoda, teriakan, atau dengan pelukan.
Komunikasi nonverbal merupakan ekspresi yang tidak tergantung pada
kata-kata atau simbol-simbol kata, dan biasanya mengacu pada seluruh gerak
fisik yang bisa dipakai dalam kaitannya dengan ucapan verbal. Salah satu
bagian ekspresi non-verbal berkaitan dengan "paralanguage", aspek komunikasi
yang bersuara keras, tetapi bersifat nonverbal (kualitas suara, tinggi rendah nada,
kekerasan, dan kecepatan suara, rnisalnya). Aspek lain ekspresi nonverbal adalah
kontak mata, yang membantu menjelaskan sifat hubungan antara satu orang
dengan orang lain (rnisalnya, positif atau negatif, dekat atau jauh). Orang cen-
derung sering menatap orang yang mereka sukai, tetapi mereka akan berusaha
menghindari tatapan orang yang tidak mereka sukai. Isyarat tubuh bisa menjadi
petunjuk yang lebih halus tentang kondisi psikologis seseorang. Misalnya, du-
duk tegak dan tidak bersandar bisa menunjukkan kekhawatiran. Orang-orang
yang terbuka dan mudah bergaul cenderung merniliki postur atau gaya duduk
yang santai dan terbuka. Orang-orang yang menyilangkan tangan dan kaki
mereka sering kali mengisaratkan bahwa mereka tertutup atau men~ruh curiga.
· Banyak tingkah laku nonverbal lain di samping posisi tubuh dan isyarat
yang bisa menyampaikan kondisi emosi. Orang-orang sering terlalu berkonsentrasi
pada isi ucapan sehingga lupa dengan apa yang dikatakan tubuh mereka. Kadang-
kadang apa yang dikatakan seseorang bertentangan dengan apa yang ditangkap
pendengar dengan mata mereka. Kita biasanya menerima begitu saja bahwa sarana
komunikasi yang berbeda (verbal, suara, wajah, dan gerakan) semua mengatakan
hal yang sama. Artinya, ketika seseorang berbicara bahwa mereka sedang depresi,
kita mengharapkan mereka mencucurkan airmata, suara mereka bergetar atau
rendah dan tangan mereka sedikit gemeta.r atau mengatupkan tangan. Diperkirakan
hanya 7 persen dari komunikasi seseorang yang melibatkan dampak verbal; 38
persen melibatkan dampak vokal; dan 55 persen melibatkan dampak perubahan
wajah (Mehrabian, 1971). Orang-orang cenderung sangat mempercayai komunikasi
nonverbal dan wajah dan kurang mempercayai komunikasi melalui kata-kata.
Sarkasme merupakan komunikasi yang tidak konsisten. Hal yang positif dikatakan
secara verbal, tetapi nada suara atau ekspresi wajah yang negatif bisa mengurangi
implikasinya yang positif.
Emosi

EMos1 PosmF
Koteskey (1980) menjelaskan emosi yang positif yang mirip dengan sifat
Allah. Kita dapat menemukan emosi kasih dalam kisah anak yang hilang, pada
saat bapa itu berlari dan mencium anaknya yang pemberontak. Kristus menangis
di depan kuburan Lazarus karena kasih-Nya yang besar kepada teman-Nya.
Emosi positif yang kedua adalah sukacita. Alkitab mengatakan kepada
kita bahwa surga bersukacita ketika satu orang berdosa bertobat. Sukacita yang
dimiliki oleh orang percaya lebih dalam daripada apa yang diberikan oleh dunia
karena hal itu tidak tergantung pada situasi di luar. Sukacita itu tidak bisa
diambil dari kita.
Koteskey juga mengenali damai sejahtera dan kekaguman sebagai emosi
yang positif meskipun hal itu jarang disebutkan oleh psikolog modern .
Kekaguman dan rasa hormat disebutkan ratusan kali dalam Alkitab melalui
frasa "takut akan Allah".
Meskipun Koteskey menghubungkan emosi-emosi ini dengan gambar Allah,
emosi itu tidak selalu merupakan ekspresi gambaran itu. Misalnya, ada kasih
yang menyimpang, sukacita karena perzinaan, damai sejahtera karena
penggunaan obat-obatan terlarang, kekaguman terhadap kekuasaan dunia .
Meskipun emosi yang positif biasanya lebih disukai, namun emosi itu tidak
menjamin keserupaan dengan sifat Allah.
Sesungguhnya, Sovine (1988) berpendapat bahwa beberapa emosi yang
didata oleh Koteskey bukan emosi sama sekali. Emosi cinta cenderung dikaitkan
dengan situasi, sedang kasih dalam Alkitab dikaitkan dengan tindakan dan
sikap, bukan sekadar perasaan (lih. Mat. 5:44; I Kor. 13:4). Sukacita kita
didasarkan pada posisi kita di dalam Kristus dan bukan kondisi emosional
(Luk. 10:17-20). Damai sejahtera bukan sekadar hidup rukun dengan orang
lain, melainkan kesadaran bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.

EMOSI NEGATIF
Koteskey mendata sejumlah emosi yang kurang disukai. Hal ini juga bisa
dikaitkan dengan Allah, karena Ia 'digambarkan sebagai pembenci, pemarah, dan
pencemburu. Namun biasanya manusia menyelewengkan emosi yang negatif ini.
Kirwan (1986) mencatat empat emosi negatif yang langsung dikaitkan dengan
kejatuhan manusia dalam dosa: rasa takut, rasa bersalah, depresi, dan marah (Kej.
3:10; 4:6).
Di antara emosi negatif yang dijelaskan oleh Koteskey terdapat kebencian.
Allah tentu saja membenci dosa, dan kita dipanggil untuk membenci kejahatan
(meskipun kita tidak boleh membenci orang yang berbuat jahat). Dukacita juga
dipandang sebagai sikap yang saleh; Kristus dikenal sebagai "seorang yang penuh
dukacitajpenderitaan". Namundukacita yangdirasakan oleh orang Kristen bukan
tanpa harapan seperti halnya dukacita orang nonKristen.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Fokus4.2.
Reaksi Dukacita
Sires saat mengalami kehilangan besar dicontohkan dalam seluruh Kitab Ayub.
Ayub kehilangan anak-anaknya, tanah miliknya, kesehatan, dan segala sesuatu yang
ia miliki. Dengan pertolongan Allah, Ayub mampu mengatasi kehilangan yang ia alami
dan dipulihkan kembali. ·
Reaksi dukacita yang biasanya dialami oleh orang-orang yang mengalami
kehilangan besar bukan depresi klinis. Namun, reaksi dukaclta bisa berubah menjadi
depresi jika te~adi arus pendek. Lima tahap yang dialami oleh sebagian besar orang
yang berdukacita seperti dijelaskan oleh Kubler-Ross (1969), harus dipandang sebagai
pelindung yang sehat terhadap depresi kronis. Dalam tahap pertama (penyangkalan),
orang itu menolak untuk mempercayai apa yang sedang terjadi pada mereka. Tahap
kedua adalah reaksi marah terhadap seseorang di luar dirinya, kemarahan yang
diarahkan ke luar. Tahap ini hampir selalu melibatkan kemarahan terhadap Allah yang
dipandang mengakibatkan terjadinya kehilangan itu. Setelah menerima kenyataan
tentang kehilangan itu dan reaksi marah terhadap Allah atau orang lain yang dipandang
bertanggung jawab, orang yang berdukacita mulai merasa bersalah. Tahap ketiga tawar-
menawar biasanya mencakup gabungan rasa bersalah yang benar atau palsu, dan
biasanya dijalani dengan cukup cepat. Tahap keempat. depresi atau dukacita yang
sejati, sangat perlu. Orang yang menderita kehilangan besar harus menyalurkannya
melalui tangisan secara benar. Jika ia tidak berdukacita, hal itu bisa mengakibatkan
depresi pada tingkat yang rendah dan bisa berlangsung selama beberapa tahun. Tahap
kelima, resolusi, relatif singkat dan hampir otornatis setelah tahap penyangkalan; kemarahan
yang diarahkan ke luar, kemarahan yang diarahkan ke dalam, dan dukacita yang sejati dilalui.
Selarna resolusi, semangat hidup diperoleh kernbali. Depresi yang berlanjut setelah kehHangan
besar muncul karena penanganan kemarahan yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan
tidak menanganinya dengan baik atau berusaha untuk menekannya.

Iri hati dan cemburu merupakan aspek penting tingkah laku manusia,
meskipun psikolog sering kali mengabaikan emosi ini. Sikap egois merupakan
karakteristik dasar umat manusia, tetapi kita bisa lebih altruistik dengan per-
tolongan Allah. Iri hati merupakan kecenderungan yang harus kita sadari,
entah kita orang Kristen atau bukan.
Menurut Koteskey Allah digambarkan murka dalam beberapa perikop,
dan kemarahan ini dibenarkan karena dosa dan penderitaan. Namun, "Al-
lah lambat untuk marah" dan kita harus menjadi serupa dengan-Nya dalarn
hal ini. Bagaimana kita menangani kemarahan berkaitan erat dengan reaksi
orangtua kita karena peniruan terhadap sikap orangtua memainkan peranan
yang penting dalam perkembangan kepribadian. Anak-anak mudah mene-
rima kecenderungan untuk menekan kemarahan orangtua, terutama orang-
tua yang jenis kelaminnya sama. Banyak orangtua yang melarang anak-
anaknya menceritakan perasaan kemarahan mereka, meskipun hal itu
Emosi

sebenarnya perlu dilakukan. Karena belajar takut akan kemarahan, anak-


anak bertumbuh dengan perasaan bahwa menyadari kemarahan mereka atau
mengungkapkannya akan mengakibatkan penolakan atau hukuman. Kema-
rahan yang ditekan sering kali membuat seseorang mengalihkannya pada
benda lain atau orang lain. Sakit hati yang tidak disadari bisa mengakibatkan
gejala fisik seperti insomnia, kelelahan, atau hilangnya nafsu makan.
Paulus memperingatkan kita agar tidak berbuat dosa pada saat marah
(Ef. 4:26). Meskipun kemarahan diperbolehkan, kita tak boleh "membiarkan
rnatahari tenggelam" sementara kita masih marah. Orang-orang yang secara
dewasa bisa melepaskan diri dari kemarahan jarang mengalami depresi kli-
nis. Biasanya sakit hati tidak disadari karena kitp takut mengakuinya. Kema-
rahan yang dipendam bisa diarahkan kepada orang lain (menyimpan sakit
hati) atau kepada diri sendiri (rasa bersalah yang benar atau palsu).
Anak-anak dari orangtua yang mengalami depresi klinis akan mem-
pelajari sikap yang sama. Kemarahan mereka akhirnya akan mempengaruhi
sistem sara£ mereka, yang akan mengakibatkan gaya hidup yang tertekan
dan bisa menimbulkan akibat yang merugikan dan luas jangkauannya.
Mengapa kita harus mengalami ketakutan, kemarahan, dukacita, ke-
khawatiran, dan emosi negatif lainnya? Bukankah ini merupakan pengala-
man yang tidak perlu? SesungguhRya emosi yang negatif bisa berfungsi
sebagai peringatan bahwa sesuatu dibutuhkan (Sovine, 1988). Rasa takut
cenderung mempersiapkan kita untuk lari atau masuk dalam pertempuran
(respons "lari atau lawan"); rasa bersalah bisa menunjukkan dosa yang perlu
dikoreksi; dan dukacita merupakan akibat kehilangan yang alamiah yang
menunjukkan bahwa diperlukan penyesuaian diri.
Emosi yang negatif bisa menyebabkan problem fisik jika tidak diper-
hatikan dengan baik; problem ini sering kali disebut "reaksi psikosoma~".
Misalnya, beberapa kasus (tetapi tidak semua) tekcinan darah tinggi, penyakit
jantung, radang usus besar, rematik, bisul, asma, penyakit kulit, sakit kepala,
dan bahkan kanker bisa dikaitkan dengan stres berkepanjangan yang ber-
kaitan dengan emosi negatif lainnya. Problem itu nyata, bukan khayalan dan
diakibatkan oleh pergum~lan psikologis.

Diungkapkan atau Ditekan?


Bagaimana kita menangani emosi yang negatif? Beberapa psikolog
menganjurkan agar emosi diungkapkan sepenuhnya. Hal itu sering kali dilakukan
dalam kelompok-kelompok pertemuan yang memerlukan kejujuran sepenuhnya.
Pendekatan "keluarkan seluruh emosi Anda habis-habisan" dan "katakan bagaimana
perasaan Anda" memberi saluran keluar sehingga emosi tidak tertahan, tetapi
hal itu juga memiliki bahaya. Serangan langsung bisa menimbulkan keru-
sakan pada hubungan yang sehat, padahal hubungan yang sehat memerlukan
hikmat. Memang, beberapa 'orang yang "diminta untuk menceritakan semua-
nya" mungkin menceritakan lebih banyak daripada hal yang sesungguhnya
mereka rasakan. Seperti dicatat sebelumnya, perasaan bisa sulit dikenali
PENGANTAR PSIKOLOG I DAN KONSELING KRISTEN 1
·~-----

dengan tepat dan orang yang tidak bercerrnin pada perasaan bisa bereaksi
secara berlebihan.
Sikap ekstrern lainnya, rnenekan sernua ernosi, juga kurang sehat.
Akibatnya bisa tirnbul problem psikosornatis, atau perasaan yang terdalarn
bisa diungkapkan secara tidak langsung rnelalui mekanisrne pertahanan diri
(lih. bab 12). Mekanisrne pertahanan diri rnenghalangi hubungan yang baik.
Mungkin posisi yang ketiga - "kendalikan ekspresi verbal" - bisa rnenjadi
alternatif yang lebih baik. Di sini tekanannya pada perasaan Anda, bukan pada apa
yang dikatakan a tau dilakukan orang lain. Ada pernaharnan terhadap ernosi yang
nyata yang dirasakan, disertai dengan pengakuan dan pernulihan.

Depresi Umum
Satu ernosi yang biasa dirasakan setiap orang dari waktu ke waktu adalah
depresi. lni bukanlah kondisi klinis yang ekstrern (yang dibahas dalarn bab 14),
rnelainkan variasi yang lebih urn urn. Depresi normal bisa dial ami setelah kelahiran
seorang bayi, kematian orang yang dikasihi, kegagalan rnencapai tujuan, a tau setelah
beberapa proyek besar selesai. Merasa "kelabu" pada hari Senin atau hari
hujan rnerupakan hal yang normal bagi beberapa orang.

Fokus4.3.
Bunuh Diri
Depresi merupakan penyebab terbesar bunuh diri, yang pada gilirannya,
merupakan penyebab kematian nomor sepuluh di Amerika Serikat. Karena lebih dari
sepuluh persen orang yang memberi isyarat akan bunuh diri akhirnya sungguh-sungguh
melakukannya, orang yang mengancam untuk melakukan bunuh diri harus diawasi
dengan serius . Delapan puluh persen orang yang melakukan bunuh diri telah mem-
beri peringatan tentang niat mereka kepada seseorang. Peristiwa bunuh diri sering
terjadi di antara orang yang baru saja bercerai, janda, dan kelompok sosio-ekonomi
menengah ke alas. Bunuh diri sering terjadi di kalangan orang yang tidak menikah,
laki-laki dewasa kulit putih berumur 45 tahun ke alas. Meskipun perempuan mencoba
bunuh diri lima kali lebih sering daripada laki-laki , yang mati hanya dua kali lipat jumlah
laki-laki yang bunuh diri. Laki-laki cenderung memakai sarana bunuh diri yang penuh
kekerasan seperti senapan atau tabrakan mobil , sedangkan perempuan cenderung
memakai bentuk yang lebih lunak seperti minum obat tidur berlebihan . Perempuan
cenderung memakai bunuh diri sebagai isyarat yang manipulatif.
Beberapa Ianda peringatan seharusnya bisa membuat konselor lebih waspada
terhadap orang yang akan bunuh diri. Pada umumnya mereka menderita tekanan
emosional yang berat, seperti terlihat pada kasus depresi, dan dipenuhi perasaan tidak
ada harapan. Mereka bisa mengalami problem kesehatan yang berat atau mengalami
kehilangan besar seperti kematian pasangan hidup atau kehilangan pekerjaan .
Banyaknya peristiwa dalam kehidupan yang mengganggu dalam periode waktu yang J
E mos i

SUDUT PANDANG ALKITAB

Alkitab berbicara cukup banyak tentang depresi. Mazmur 38:2-19 berisi


penjelasan yang sangat gamblang tentang gejala depresi yang cukup berat:
TuHAN, janganlah menghukum aku dalam geram-Mu, dan janganlah
menghajar aku dalam kepanasan murka-Mu; sebab anak panah-Mu menem-
bus aku, tangan-Mu telah turun menimpa aku. Tidak ada yang sehat pada
dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-
tulangku oleh karena dosaku; sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku;
semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. Luka-lukaku
berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku; aku terbungkuk-bungkuk,
san gat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita. Sebab ping-
gangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku; aku kehabisan
tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degup jantungku. TUHAN,
Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhku pun tidak tersembunyi
bagi-Mu; jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang, dan cahaya mataku
pun lenya p dari padaku . Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih
karena penyakitku, dan sanak-saudaraku menjauh. Orang-orang yang ingin
mencabut nyawaku memasang jerat, orang-orang yang mengikhtiarkan cela-

singkat bisa mendorong bunuh diri . Orang yang memiliki kebutuhan yang mendesak
untuk dipenuhi, atau yang menunjukkan sikap merusak diri sendiri yang kronis (misalnya,
penggunaan obat-obatan atau alkohol), mungkin menunjukkan kecenderungan untuk
bunuh diri. Catalan sejarah sebe lumnya tentang usaha atau ancaman bunuh diri
merupakan petunjuk yang jelas. Orang yang ingin bunuh diri sering kali mengikuti pola
tertentu, dimulai dengan pikiran untuk bunuh diri sepintas yang diikuti dengan pemi-
kiran yang makin dalam dan makin sering sehingga orang itu sungguh-sungguh bunuh
diri.
Orang yang menunjukkan kecenderungan bunuh diri harus didorong untuk
mengubah pikiran dan perbuatan mereka yang merusak diri sendiri. Orang Kristen
memandang bunuh diri sebagai dosa yang sejajar dengan pembunuhan . "Jangan
membunuh" berlaku untuk kehidupan orang itu sendiri ataupun keh idupan orang lain.
Dari semua catatan ten tang bunuh diri yang dicatat dalam Alkitab, tidak satu pun
pelakunya yang berada dalam kehe ndak Allah pada saat kematian . Di antaranya -
Abimelekh (Hak. 9:54 ), Samson (Hak. 16:30) , Saul (I Sam. 31 :4), pembawa senjata
Saul (I Sam . 31 :5), Ahitofel (II Sam. 17:23), Zimri (I Raj. 16:18), dan Yudas (Mat. 27:3-
5) - beberapa orang bisa dipandang melakukan bunuh diri sebagai korban perang
daripada bunuh diri yang sebenarnya.
Kecenderungan untuk bunuh diri harus dipahami oleh konselor Kristen dengan
sungguh-sungguh dan ancaman itu harus diperhatikan sungguh-sungguh . Biasanya
paling baik merujuk orang yang akan bunuh diri pada seseorang yang mendapat
pelatihan khusus .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

kaku, memikirkan kehancurarl dan merancangkan tipu daya sepanjang hari.


Tetapi aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu
yang tidak membuka mulutnya; ya, aku ini seperti orang yang tidak mende-
ngar, yang tak ada bantahan dalam mulutnya. Sebab kepada-Mu, ya TUHAN,
aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya TUHAN, Allahku. Pikirku:
"Asal mereka jangan beria-ria karena aku, jangan membesarkan diri terhadap
aku apabila kakiku goyah!" Sebab aku mulai jatuh karena tersandung, dan
aku selalu dirund':llg kesakitan; ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas
karena dosaku.

Fokus4.4.
Emosi, Kesan, dan Pengambilan Keputusan
Banyak orang Kristen yang menyadari perlunya mengikuti petunjuk Allah dalam
mengambil keputusan. Tetapi, bagaimana kita bisa membedakan kehendak-Nya?
Beberapa orang Kristen percaya bahwa Allah menuntun melalui kesan, yang oleh Dob-
son (1980) dikaitkan dengan emosi. Orang lain berpendapat bahwa Allah mengirim
sensasi tubuh tertentu untuk menyatakan kehendak-Nya. Sesungguhnya, satu kelompok
telah menemukan beberapa ratus sensasi tubuh yang khusus, masing-masing berkaitan
dengan pesan khusus dari Allah . Mereka bahkan membangun gereja berdasarkan
detail arsitektur yang dihasilkan dari proses ini! Haruskah kita bersandar pada perasaan
dan kesan untuk membedakan kehendak Allah?
Ada dua buku yang memberikan sejumlah wawasan ten tang hal ini._Meskipun
kedua buku itu memakai pendekatan yang sama sekali berbeda dan bahkan saling
kontradiksi, kedua buku itu sangat penting. Dalam salah satu bab buku itu, buku Dob-
son (1980) menarik beberapa kesimpulan yang lebih tradisional dalam bidang ini.
Friesen (1980) memberikan penanganan yang tidak tradisional.
Dobson mengutip tiga sumber kesan- Allah, lblis, dan diri sendiri- meskipun ia
mengakui bahwa diri sendiri terlibat dalam dua sumber yang lain sejauh tertentu. Namun,
kita sering kali mengalami kesulitan untuk menentukan kesan itu berasal dari mana.
Bagaimana kita bisa yakin bahwa apa yang kita rasakan adalah apa yang dikatakan
Allah?
Untuk menentukan kehendak Allah , pada awal proses seseorang harus
mengujinya dengan Alkitab untuk menghindari pilihan yang tidak sesuai dengan firman
Allah yang tertulis. Kita juga bisa meminta Allah untuk memperjelas pilihan yang Ia
kehendaki. Ia mungkin bisa memilih untuk melakukan hal ini, atau Ia mungkin akan
mendorong kita untuk membuat keputusan sendiri dan melatih penilaian kita.
Kemungkinan besar kita membuat keputusan sendiri dalam hal-hal yang kecil.
Ada beberapa murid, misalnya, yang mengubah program mata kuliah mereka belasan
kali ketika duduk di bangku kuliah karena tidak yakin dengan kehendak Allah. Tentu
saja, perubahan belasan kali mungkin merupakan kehendak-Nya; seseorang mungkin
Emosi

Di bagian lain Alkitab kita menemukan penjelasan lain tentang depresi.


Coba renungkan, penjelasan tentang Kain dalam Kejadian 4:6-7.
Orang depresi mungkin sering menangis dan wajah mereka biasanya
mencerminkan perasaan mereka. Mereka juga cenderung bersikap pesimistis
dan memiliki pikiran kelabu lainnya (lih. Mzm. 42:5). Orang depresi sering
kali berulang-ulang memikirkan kesalal)an mereka pada waktu lalu, kadang-
kadang mereka merasa bersalah sekalipun tidak bersalah. Mereka sering
menyendiri dan menghindari orang lain.

mendapatkan berbagai mala kuliah yang sulit untuk ditemukan dengan cara lain. (lni
tidak direkomendasikan, ini hanya disebutkan sebagai satu kemungkinan!)
Namun, kehendak Allah bisa memberikan kepastian dalam keputusan besar.
Memang, ini mendekati bahaya karena mengandalkan perasaan, tetapi banyak orang
Kristen melaporkan satu kepastian yang kuat dalam beberapa masalah penting. Sebagai
·perbandingan, ketika perubahan yang besar dalam kehidupan diantisipasi dan seseorang
dipenuhi dengan kekhawatiran, ia perlu berhati-hati dalam hal itu. Kadang-kadang hal yang
terbaik adalah menunggu dan memikiri<an masalah itu dengan lebih cermat.
Bagaimana cara peneguhan satu keputusan yang dirasakan oleh seseorang?
Melalui Alkitab. Schaeffer, misalnya, mendapatkan Yesaya 2:2 sebagai peneguhan
bahwa ia akan membuka L'Abri, tempat retret teri<enal di Swiss bagi kaum muda yang
memulai pelayanan mereka untuk menjangkau dunia. Pada sisi lain, peneguhan bisa
berasal dari orang Kristen saleh yang peka terhadap Roh Kudus dan memiliki wa-
wasan luas ..Pasangan hid up bisa menjadi sumber peneguhan. Peneguhan bisa berasal
dari keadaan. Contohnya adalah bulu domba Gideon . (Perlu dicatat bahwa Gideon
tidak menerima kehendak Allah melalui bulu domba itu, tetapi lebih tepatnya, bulu domba
itu meneguhkan kehendak Allah.) Namun, kita harus berhati-hati untuk tidak membuat
situasi sebagai ilah.
Kita sangat mudah menyimpulkan bahwa ide kita sendiri berasal dari Allah ketika
kita berusaha menentukan kehendak-Nya. Pilihan pribadi terhadap sesuatu sering kali
lebih kuat dirasakan daripada doa atau pembacaan Alkitab. Kita harus selalu terbuka
terhadap pimpinan Allah, tidak peduli apa pun yang dituntut oleh-Nya, dengan tetap
bersedia diajar.
Kita juga harus bersedia mengizinkan Allah berbicara, "Tunggu sebentar." Allah
bisa membuka semua pintu yang benar secara tiba-tiba dan tidak akan ada pertanyaan
tentang apa yang Ia inginkan . Namun , yang lebih khas, Ia akan meminta kita untuk
menunggu daripada membuat keputusan yang tergesa-gesa. Akhirnya, perlu dicatat
bahwa mungkin tidak hanya ada satu kehendak tunggal untuk kehidupan seseorang
(seperti tersurat dalam "Empat Hukum Rohani"). Mungkin Allah memiliki beberapa
rencana bagi kita.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Depresi umum juga digambarkan dengan istilah efek fisiknya . Pikirkan


Mazmur 102:4-8.
Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti
perapian. Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan
rotiku. Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang. Aku
sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjad i seperti
burung ponggok pada reruntuhan. Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi
seperti burung terpencil di atas sotoh.
Tidur, nafsu makan, dan pencernaan mungkin dipengaruhi oleh depresi
ke arah sebaliknya.

PENYEBAB

Depresi mungkin merupakan cara yang kuat untuk memanipulasi orang


lain, atau mungkin merupakan saluran pelepasan kemarahan. Depresi juga
bisa merupakan cara untuk mendapatkan perhatian. Pada sisi lain, depresi
umum bisa merupakan akibat perubahan biologis yang biasa . Pengaruh gene-
tis juga bisa menjadi penyebab pendulum suasana hati. Gangguan endokrin
tertentu diketahui bisa menyebabkan depresi, seperti tidak adanya zat kimia

Fokus4 .5.
Buku-buku Kristen dan Emosi
Sejumlah buku yang membahas emosi dan orang Kristen telah diterbitkan dalam
tahun-tahun terakhir.
Pembahasan emosi dari sudut pandang Kristen yang terkenal dilakukan oleh
James Dobson dalam bukunya yang laris, Emotions: Can You Trust Them? (1980) .
Buku ini sebenarnya merupakan satu seri buklet untuk remaja dan orang dewasa yang
akhirnya diterbitkan dalam bentuk buku. Rasa bersalah, cinta romantis, dan kemarahan
dibahas dalam bab terpisah. Ide-ide dan saran-sarannya jelas, menarik, dan praktis.
Bab terakhir membahas kesan dan bagaimana kita menentukan kehendak Allah (lih .
fokus 4.4.).
Pendekatan yang lebih ilmiah dan masih bisa dibaca dilakukan oleh VanderGot
dalam Help ing Ch ildren Grow Healthy Emotions (1987) . Meskipun judulnya
menunjukkan tekanan pada anak-anak, dua bab pertama dan tiga bab terakhir mem-
bahas emosi dalam gaya yang lebih umum.
Pendekatan filosofis terhadap topik ini dilakukan oleh Murphree dalam Made to
Be Mastered (1984) . Murphree membahas kesepian, ketergantungan emosional,
penderitaan, kegagalan, dan kesuksesan . Meskipun mempertahankan tekanan filosofis/
teologis, Murphree juga membahas beberapa faktor psikologis yang terlibat.
Buku Seamand yang laris, Healing for Damaged Emotions (1981), merupakar.
buku sumber yang sangat tepat untuk orang awam . Buku ini membahaG topik rasa
tertentu dalam neuron. Infeksi oleh virus dan kelelahan juga bisa menyebab-
kan gejala depresi.
Namun dalam banyak kasus pada umumnya, depresi umum merupakan
akibat stres dalam kehidupan. Dalam Alkitab, Ayub merupakan contoh yang
tepat tentang bagaimana stres kehidupan bisa menimbulkan korban emosi
pada diri seseorang. Pengaruh luar, seperti perceraian atau krisis kehidupan
utama lainnya sering menyebabkan reaksi depresi. Rasa bersalah juga bisa
menyebabkan depresi, seperti halnya memiliki sudut pandang yang salah
tentang satu peristiwa (lih. Mzm . 73:1-3). Depresi juga bisa merupakan
serangan Iblis.
Minirth dan Meier (1978, 135-195) memberikan sejumlah panduan untuk
mengatasi depresi:
1. Menerima Kristus, yang merupakan Sumber kekuatan.
2. Membaca Alkitab, dan membiarkan hal ini memprogram ulang pikiran
And a.
3. Berdoa; minta kekuatan dari Allah.
4. Menghindari dosa.

bersalah dan depresi, dan juga membicarakan problem perfeksionisme dan citra diri
yang negatif. Buku ini bisa dimanfaatkan untuk seri pelajaran Sekolah Minggu . Buku-
buku Seamand lainnya juga sangat bermanfaat.
Backus dan Chapian ( 1980) menjelaskan bagaimana orang-orang bisa
mendapatkan jalan keluar dari kemarahan, ketakutan, dan kekhawatiran mereka melalui
"terapi keyakinan yang salah' . Pendekatan untuk mengatasi problem emosional ini
memiliki banyak kesamaan dengan terapi rasional-emotif (lih. bab 16). Buku ini terjual
laris, terbukti melalui terbitnya beberapa judul berikutnya.
Sejumlah buku Kristen mengkhususkan satu bab atau lebih untuk membahas
topik emosi. Roberts (1986) membandingkan emosi dengan buah Roh dalam satu
bab dengan judul yang sama. Collins (1985) mengkhususkan satu bab untuk membahas
emosi dalam bukunya yang sangat bagus tentang pikiran dan otak. Lima bab panduan
untuk konseling Kristennya yang komprehensif (1980) membahas kekhawatiran,
kesepian, depresi, kemarahan, rasa bersalah , dan dukacita. Satu bab dalam buku
Koteskey yang sangat bagus, General Psychology for Christian Counselors (1983),
memberikan aplikasi konseling yang praktis dari studi tentang emosi. Beberapa bagian
bl.iku Kirwan (1984) dan Phillipchalk (1988) juga membahas peranan emosi dalam
kehidupan Kristen. Satu bab dalam buku Myers dan Jeeves (1987) membahas emosi.
Untuk mendapatkan sudut pandang Kristen tentang emosi laki-laki , lihat buku Jones
dan Phillips-Jones (1988).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

5. Berhenti mempermainkan Allah; depresi bisa merupakan usaha untuk


menghukum diri sendiri.
6. Menemukan kemarahan yang mendasarinya dan mengelolanya dengan
mengungkapkannya dengan kata-kata dan mengampuni orang lain.
7. Berfokus pada tindakan; tindakan bisa menentukan perasaan.
8. Mengubah pernyataan mental dalam diri sendiri.
9. Bersekutu dengan orang Kristen lain dan membangun persahabatan
yang dekat.
10 . Berhenti menuntut balas .
11 . Belajar menarik kesimpulan dengan tepat dan mengatasi kebutuhan
bergantung pada orang lain.
12. Memahami rasa takut yang tidak sehat terhadap penolakan.
13. Memberi respons yang rasional; tidak bereaksi secara agresif.
14. Mengubah lingkungan untuk mengurangi stres.
15. Mengembangkan minat dan kegiatan yang baru.
16. Jangan terlalu introspektif.
17. Menerima tanggung jawab atas depresi itu.
18. Menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna.
19. Belajar tertawa; tertawa itu membuat santai.
20. Carilah pertolongan; konseling bisa menimbulkan harapan.

REFERENSI
Backus, W., dan M . Chapian. 1980. Telling yourself the truth. Minneapolis: Bethany.
Bard, P. 1938. Studies in the cortical representation of somatic sensibility. Harvey Lec-
tures 33: 143-169.
Collins, G. 1980. Christian counseling: a comprehensive guide. Waco: Word.
------. 1985. Tlze magnificent mind. Waco: Word.
Dobson, J. 1980. Emotions: Can you tn1st them? Ventura, Calif.: Regal.
Friesen, G. 1980. Decision making and the will of God. Portland: Multnomah.
Hogan, R., dan D. Schroeder. 1981. Seven biases in psychology. Psychology Today 15: 8-
14.
James, W. 1884. What is emotion? Mind 19: 188-205.
Jones, G., dan L. Phillips-Jones. 1988. Men have feelings too! Wheaton, Ill.: Victor.
Kirwan, W. 1984. Biblical concepts for Christian counseling. Grand Rapids: Baker.
------ . 1986. "Counseling today" (rekaman kaset), Spring.
Koteskey, R. 1980. Toward the development of a Christian psychology: emotion. Jour-
nal of Psychology and Theology 8 (Edisi Desember-Februari): 303-313.
Em 0 SI

- ------ . 1983. General psychology for Christian counselors. Nashville: Abingdon .


Kubler-Ross, E. 1969. On death and dying. New York : Macmillan.
Mehrabian, A. 1971. Silent messages. Belmont, Calif.: Wadsworth.
Minirth, F., dan P. Meier. 1978. H'lppincs is a choice. Grand Rapids : Baker.
Morris, W. 1987. Mood. New York: Springer-Verlag.
Murphree, J. 1984. Made to be mastcred. Grand Rapids: Baker.
Myers, D., dan M. Jeeves. 1987. Psychology th rough the eyes of faith. San Francisco:
Harper and Row.
Philipchalk, R. 1988. Psychology alld Christiallity. Lanham , M.D.: University Press of
America .
Roberts, R. 1986. Emotion and the fruit of the spirit. Dalam Psychology alld the Christian
Faitit, editor S. Jones. Grand Rapids: Baker.
Schachter, S., dan J. Singer. 1962. Cognitive, socia l and physiological dete rminants of
emotional s tate. Psychological Review 69: 379-399.
Seama nds, D. 1981. Healing for damaged emotions. Wheaton, Ill. : Victor.
Sovine, C. 1980. Integration of psychology and theology. Stately lecture series, Toccoa
Falls College special class session, 23 Maret.
Vandergoot, M. 1987. Helping children grow healthy emotions. Grand Rapids : Baker.
Zajone, R. 1985. Emotion and fa cial effects . Science 228: 15-21 .

***
5
Motivasi

_rv'f pakah yang menyebabkan seseorang berbuat hal-hal yang ia


~akukan? Bagi para psikolog konsep motivasi telah menjadi sebuah
konsep yang sulit untuk didefinisikan. Arti kata ini tam.paknya se!alu berubah
sesuai dengan orientasi masing-masing psikolog pada stud t tentang manusia.
Mereka yang berfokus pacta fungsi biologis manus ia cenderung berpikir
bahwa motivasi berkaitan terutama dengan kebutuhan tubuh. Para psikolog
lain memandang manusia termotivasi terutama olen perasa ~Ul bahn dan pem-
buatan keputusan rasional. Para ilmuv\'an yang berfokus pacta manusia seba-
gai makhluk sosial cenderung menghubungkan motivasi d engan fungsi hu-
bungan antarpribadi.
Motivasi bis(l berasal dari berbagai sumber: rasa lapaT sering kali muneul
dari dorongan biologis, sedangkan altruisme mungkin berkembang dari hu-
bungan antarpribacii, dari sistem nilai moraL atau d.rui keyakinan kepada Al-
lah. Menurut Alkitab, Roh Kudus mendorong orang Kristen untuk berbuat
kasih seeara mumi dan mengembangkan altruisme.
Motivasi sulit djbahas karena para psikolog eenderung menarik kesim-
pulan tentang proses-proses psikologis dan fisiologis yang mendasarinya .
Kesimpu lan semaeam itu kemudian diformalkan dalam konsep motivasi.
Karena itu sebagian besar pembiearaan tentang motivasi mungkin hanya
mewakili abstraksi. Namun, motivasi itu nyata dan memiliki dua karakteris-
tik . Pertama, motivasi mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku . Misal-
nya, jika seorang anak laki-Iakiberjalan d engan kaki telanjang eli jalan yang
panas dan kakinya terasa kepanasan, ia mungkin akan mulai be ~alan di atas
ruJHput. Pada saat sensasi panas, yang diterima melalui organ sensorik dl karJ,
dikirimkan ke otaknya, anak laki-laki itu termotivasi untuk berjalan di atas
rumput yang lebih sejuk. Oleh karena itu, tingkah lakunya berubah. Karak-
teristik yang kedua, mohvasi menjelaskan tingkah laku yang memiJiki tujuan.
Artinya, anak laki-Iaki itu bukan hanya menyadari bahwa kakinya pan as,
melainknn juga be rgerak untuk menghindari kondisi ihl denga.n cara yang
me.mpunyai tujuan.
Ada dua teori ut.una tentang motivasi, yaitu teori dorongan dan teori ra ng-
sangan. Masing-masing berkaitan dengan pen garuh biologis, m e~ kipun
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

dorongan yang dipelajari dan rangsangan kognitif memainkan pcn111an yang


lebih besar dalam teori motivasi akhir-ak.hir ini, Setelah memikirkan kedua teori
dasar ini, hierark~ kebutuhan Maslow akan berfungsi sebagai bahan perban-
dingan yang bermanfaat.

TEORI MOTIVASI

Teori Doro11gtm
Dalam benhtknya yang paling sederhana, teori dorongan berfokus pada
kebutuhan biologis tertentu yang merupakan kebutuhan dasar dalam
kehidupan . Semua keinginan dan kebutuhan lainnya diduga dipelajari melil-
lui usaha-usaha untuk mengurangi rangsangan fisiologis yang dihasilk a n
oleh kebutuhan dasar iht . Kebutuhan yang dipandang primer oleh pence tus
teori dorongan mencakup udara , makanan, air, dan suhu tubuh yang sesuai.
Jika kebutuhan primer tidak dipenuhi, dorongan primer berkumpul dalam
tubuh, dan memotivasi orang untuk memenuhi kebutuhan itu. Menurut teori
dorongan, selama seluruh kebutuhan primer dipenuhi, tubuh dipandang
berada dalam kondisi seimbang. Jika salah satu kebutuhan primer Anda tidak
terpenuhi , Anda ce nderung akan
Gambar 5.1. Umpan balik
mengalami kondisi rangsangan atau
sensorik
kegairahan. Berbicara secara umum,
makin lama Anda kekurangan sesuatu,
dorongan itu makin besar dan Anda
akan merasa semakin te rangsang .
Akhirnya, rangsangan itu mempenga -
ruhi Anda untuk m e menuhi kebu -
tuhan . Setelah Anda melakukannya ,
tingkat dorongan itu akan menurun
menjadi no! lagi dan kondisi dorongan
kegairahan berkurang drastis .
output motorik
Hal yang penting untuk konsep do-
rongan itu adalah ide tentang aktivitas
homeostatis. H omeos tati s pada d asar-
n ya mengacu pada pemel iharaa n level
normal atau tidak tertarik, a tau proses
pemenuhan keseimbangan atau ekuili -
brium fisiologis (lih . gb . 5.2.) . O leh
karena itu, setiap tindakan yang di -
ambil seseorang untuk mengurangi
dorongan itu berarti homeostatis .

Mata melihat suatu .ben a dan mengawali pesan ke


pusat saraf. Pus at saraf mengirimkan peringatan pad a Teori Rangsattgan
pusat kontrol motorik yang tepa!, yang menyeleksi
tindakan yang sesuai, dan meneruskan tindakan yang Secara umum, tco ri ra ng sa ng an
diinginkan pada pusat saraf. berbeda dengan teo ri d o ronga n. Teo ri
Motivast

G;ambar 5.2. Teorl ·dorongan

air

homeostatis (tidak perlu air)

waktu

rangsa ngan berpendapat bahwa level homeos tatis bisa bervariasi sepanjang
ke hidupan Jadi, kebutuhan ak an stimulasi selalu berubah tergantung
penga laman masa lalu dan kondisi saat ini. Sebagai contoh, kita memikirkan
se orang perempu a.n ya ng makan es krim coke lat setiap malam . Se lama
beberapa malam pertama ia mengalami kenikmatan yang besar saa t makan
es krim itu . Namun, setelah malam keenam atau ketujuh, ia mungkin ber -
komentar bahwa ia tidak begitu menikrnati es krim cokelat itu lagi seperh
sebelumnya. Pencetus teori rangsangan akan mengatakan bahwa lev e l
homeostatisnya telah bergeser.

Gam bar 5.3. Teori Terlalu


-ro ban yak
""'Ol rangsangan
·c:c: suara ,
Ql menutupi
E
OJ telinga.
c
ro pergl
>-.
' Vi
"'
::;
E
6)
Homeostatis (keseim bangan dalam fungsi tubuh)
c

~~<::­
2
::J
c
/ ~
Ql
E
OJ
c
ro
>-.
'iii
ro
::;
E
6)
Kesunyian
yang
menulikan,
menyalak;m
radio,
rnenyanyi
4# I
- {}1
~
/ ~<::.;<:?
~

Waktu
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Sistem pengaktifan retikul urn dalam otak (lih. gb. 2.4.) m.enye.leksi
informasi sensorik, en tah dengan mengirimkannya ke otak atas atau
menghalangi informasi itu. Sistem pengaktifan retikulum merangsang ko.rteks
atau daerah pusat otak, dan membuat orang itu waspada dan menyadari apa
yang sedang terjadi di lingkungan itu .

Studi tertentu tentang tingkat rangsangan tampaknya memiliki implikasi


yang penting terhadap cara kerja. kita. Misalnya, jika rangsangan terlalu kecil,
kita biasanya tidak memiliki pand.uan ya.ng bai:k untuk bertindak. Itulah
sebabnya ketika Anda bangun pagi-pagi, kaki Anda m.ungkin tcrsandung pada
saat berusaha melintas ruangan untuk menyalakan lampu ; tingkat rang-
sangan sis tem pengaktifan retikulum Anda masih rendah . Pada tingkat
tengah rangsangan, penggunaan isyarat o ptimal karena informasi yang pal-
ing bermanfaat diambil dari organ sensorik untuk menuntun tingkah laku.
Pe main gelandang dalam permainan sepakbo la mungkin mengalami rang-
sangan yang optimal, yang membuat dia waspada terhadap p enj aga garis
bertahan yang menjaga dan memampukan dia melemparkan pas-nya sebelum
mereka menjatuhkan dia . Namun sejauh tertentu, rangsangan yang mening-
kat bisa menjadi tidak efektif lagi. Jika kita rnenjadi terlalu sadar terh.adap
si tuasi lingkungan, rangsangan yang kita terirna bisa menghalangi pe.nam-
pilan yang sebaik-baiknya . Jika kebakaran terjadi di ruangan yang p enuh
orang, akibatnya bisa muncul kep?Jlikan dan orang-orang bisa berebut keluar
di depan pintu. Hubungan antara rangsangan dan penampilan yang efektif
dijelaskan sebagai fungsi U terbalik, yang berarti bahwa hal itu melalui titik
maksimum dan kemudian menghilang (gb. 5.4.).

Teori Maslow
Teori lain tentang motivasi biasanya rnerangkul apa yang dikatakan pen-
cetus teori dorongan dan rangsangan, tetapi menatnbahkan variabel perasaan
yang lebih subjektif. Meskipun aktivitas saraf mulai bekerja ketika kadar gula
dalam darah rendah, hanya se-
bagian kecil dari kita yang bisa
kesadaran rata- merasakan makanan yang enak
dalam mulut kita pada tahap
itu . Kita sering kali makan kare-
na kita melihat iklan makanan
di televisi . Pencetus teori do -
c
=ro
.:;;:
ro ngan dan pence tus teori rang-
sangan han y a meletakkan te-
j kanan yang kecil pada pe rasaan .
koma ewosi, atau pe(sepsi dalan1 men··
anik
definisikan dorongan dan rang··
rangsangan sangan. Karena itu, banyak psi-
kolog yang melangkah Jebih jauh
Gambar 5.4. Hubungan antara rangsangan dari teori motivasi yang berbasis
Motivasi

pada pengaruh biologis sederhana dan melibatkan teori yang lebih rumit, yang
mencakup emosi, persepsi, dan pengalaman pada masa lalu yang relevan.
Sejumlah teori psikologi telah memadukan faktor semacam itu u.ntuk
menjelaskan motivasi. Misalnya, psikologi periJaku menjelaskan tentang ba-
gaimana perilaku dipelajari, sehingga menggarisbawahi beberapa faktor
motivasi yang dipelajari (lih. bab 6) . Ide-ide kaum humanis, pengikut Freud,
da.n yang lain bisa dimasukkan di sini, tetapi untuk menyingkat waktu kita
hanya akan membahas satu teori saja karena teori itu berkaitan era t dengan
1
kedua teori biologis yang kita bahas sejauh ini.
Maslow (l970) menunjukkan lima tingkat kebutuhan manusia . Kebu-
tuhan ini ditempatkan secara hierarkis, dimulai dengan kebu tuhan yang
paling dasar. Pada tahap hierar.ki mana pun harus ada tingkat kepu.asan yang
dialami sebelum seseorang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan pada
tingkat selanjutnya.

Fokus 5.1.
Teori Dorongan dan Rangsangan di Gereja
Teori motivasi secara biologis rnem iiiki tem pat di dalam gereja. Orang yang
mengantuk selama khotbah menunju~kan kurangnya rangsangan . Apa yang
menyebabkan kurangnya rangsangan ini? Jawabannya mungkin adalah f;arena kurang
tidur, tetapi tentu saja kasusnya tidak selalu demikian. Kemungkinan lain adalah karena
khotbahnya tidak relevan dan tidak menarik. Khotbah yang bagus biasanya berisi aplikasi
praktis dan bukan sekadar hal yang abstrak. Kebosanan timbul karena rasa tidak tertarik
dan rendahnya rangsangan. Sebaliknya, ilustrasi yang bagus, humor yang hidup atau
cerita yang menarik cenderung lebih diperhatikan.
Teori rangsangan juga relevan untuk pemimpin gereja yang mengalami kesulitan
tidur pada malam hari. Para pemimpin gereja sering memikirkan kembali pengalamari
sehari-hari dan perencanaan pada masa yang akan datang secara obseslf. Jenis aktivitas
ini, yang melibatkan lob depan otak, cenderung mengirimkan pesan ke sistem
pengaktifan retikulum bahwa dibutuhkan rangsangan . Orang-orang yang bergumul
dengan pemikiran ulang yang obsesif seperti itu harus mengalihkan pikiran mereka
pada masalah yang lebih duniawi. Latihan relaksasi yang sistematis , yang akan
dijelaskan dalam bab ini (dan juga di dalam lampiran), mungkin bisa menolong karena
hal ini cenderung menurunkan rangsangan dalam sistem retikulum:
Mungkin terlalu berlebihan untuk rnenunjukkan bahwa dorongan biologis dapat
juga mempengaruhi penerimaan satu pesan di gereja. Seseorang berpikir tentang
Sekclah Minggu yang membuat mengantuk, tetapi akan sangat terbantu dengan makan
pagi roti gulung dan kopi. Guru atau pendeta sering terlalu mudah menyimpulkan bahwa
orang tidak tertarik karena rohaninya rendah padahal problem sebenarnya adalah
kebutuhan biologis.
*Lihat Collins 1977 untuk mendapatkar. penjelasan lebih lanjut tentang relaksasi , dan Coates
dan Thoreson 1977 untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang insomnia.
PENGANTAR PSI KOL.tJGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Pacta dasar hierarki terdapat kebutuhan fisik . Ada keb utuhan dasar
seperti udara, makanan, dan air. Jika kebutuhan ini tid ak terpenuhi, orang
itu tidak bisa bertahan hidup . Jika orang itu harus m en gh abiska n bany ak
waktu untuk mencoba menemukan makanan untuk b ertahan hidup , ke-
mungkinan besar keinginan makannya tidak akan terwuj ud .
Ti ngkat kebutuhan kedua adalah rasa aman . Sampai tahap tertentu
harus ada perlindungan dari Jingkungan. Orang yang tidak memiliki tempat
ber teduh, misalnya, cenderung tidak akan tertarik pada jenis kebutuhan yang
lebih lanju t.
Tingkat ketiga adalah kebutuhan untuk dikasihi. Kasih dan penerimaan
sangat penting untuk kehidupan yang penuh . Kebutuhan akan har ga diri
juga pe nting. Selain merasa perlu dikasihi, kita in gin dihormati orang lain .

Fokus 5.2.
Hierarki Maslow dan Kekristenan
Apakah hierarki Maslow berlaku bagi orang Kristen ? Tentu saja ki ta mengakui
bahwa kebutuhan manusia tidak selalu sama dan sangat sulit untuk rn8rnenuhi tingkat
kebutuhan yang lebih tinggi (termasuk kebutuhan rohani) jika mereka l~pa r dan tidak
punya rumah . Namun , orang Kristen k·adang-kadang mengabaikan beberapa tingkat
hierarki yang lebih rendah . Alki tab berbi cara tentang berpuasa unluk tujuan rohan i.
Alkitab juga menjelaskan bahwa Kristus tidak memiliki tern pat yang bisa Ia 'sebut rumah
dan pada akhirnya rumah kita adalah surga . Alk itab menyatakan bahwa kita harus
meninggalkan kasih terhadap ternan-ternan dan keluarga demi Kerajaan Allah . KristiJS
tidak dihargai oleh orang-orang dari dunia ini dan para pengikut-Nya secara historis Ieiah
dipandang rendah oleh orang yang tidak percaya.
Apakah pengalaman puncak, yang khas pada tingkat tertinggi Maslow, merupakan
hal terpenting dalam kehidupan Kristen? Bukankah kehidupan secara umum lebih pen ling
daripada emosi dan pengalaman ekstatis? Hal yang bertolak belakang ini sebagian
bisa dijelaskan melalu i fakta bahwa Maslow tidak bermaksud mengatakan semu a
kebutuhan seseorang pada tingkat tertentu harus dipenuhi lebih dulu sebelum pindah
ke tingkat beriku tnya yang lebih tingg i. Seperti ditunjukkan Darling (1969), 85 persen
kebutuhan fisik bisa dipenuhi, 70 persen kebutuhan akan rasa aman , 50 persen
kebutu han untuk dikasihi, 40 persen kebutuhan untuk dihargai , dan 10 persen kebutuhan
akan perwujudan diri bisa dipenuhi.
Hierarki Maslow memang bertentangan dengan aspek tertentu kekristena11 .
Namun, dalam lingkup penginjilan dan sosial, beberapa aspek tertentu bisa membantu
kita memenuhi kebutuhan orang-orang. Ada perbedaan besar antara kesediaan untuk
mengalami kekurangan secara sukarela setelah kita diselamatkan , dengan meng-
abaikan kekurangan orang miskin yang tidak dijalani dengan sukarela. Orang Kristen
harus melayani orang lain seutuhnya. Hierarki Maslow bisa digunakan untuk me-
nentukan di mana kebutuhan yang paling dirasakan seseorang pada waktu tertentu.
Penghargaan terhadap diri sendiri dijelaskan sebagai aspek tingkat keempat
hierarki ini.
Tingkat tertinggi kebutuhan adalah perwujudan diri, di mana kita
bergerak melalui kasih menuju perwujudan diri dan keselarasan dengan diri
sendiri (Darling, 1969, 85). Tingkat ini, yang hanya dicapai oleh sedikit orang,
ditandai dengan "pengalaman puncak", kondisi mistis yang menanda i or-
ang yang sudah berkembang sepenuhnya (lih. bab 13).
Secara umum, memahami motivasi atas perilaku tertentu memerlukan
pemahaman bukan hanya dasar perilaku secara fisiologis , melainkan juga
faktor psikologisnya.

DoRONGAN BtoLOGIS
Manusi a memiliki sejumlah dorongan atau kebutuhan biologis yang
mirip de ngan binatang. Rasa lapar, haus, sakit, dan kesenangan adalah mo-
ti va tor bio logis yang umum. Di sini kita akan membahas rasa lapar, stres
(dan kekhawatiran), dan seks .

Rasa Lapar
Rasa lapar sebagai motivator mendapat banyak perhatian dari para
psikolog atau fisiolog, mungkin karena mekanisme penurunan dorongan ini
mudah dijelaskan. Mengkonsumsi makanan merupakan jawaban yang bisa
mengurangi atau menghilangkan dorongan rasa Iapar untuk sementara.
Pesan tertentu dari dalam tubuh membuat kita mulai mencari makanan di
sekitar kita. Kondisi internal apakah yang kita "baca" untuk mengetahui
bahwa kita lapar?
Riset awal Cannon (1934) menunjukkan bahwa rasa sakit di peru.t akibat
Iapar dikaitkan dengan kontraksi perut. Seperti ditunjukkan dalam bab 2,
hipotalamus bereaksi pada saat kadar gula dalam darah rendah sehingga
menimbulkan reaksi lapar, dan
membuat kita berhenti makan pada
saat kadar gula dalam darah naik.
Riset Zeigler (1975) menun -
jukkan bahwa pusat hipotalamik
5. Perwujudan Diri bisa dip engaruhi oleh input saraf
4. Dihargai dari saraf trigeminus, yang mem-
bentang sepanjang pipi dan wajah
dan mengontrol respons mengunyah
2. Rasa Aman dan menelan. Kerusakan pada saraf
trigeminus bisa menyebabkan hi-
1. Kebutuhan Fisik langnya nafsu makan.
Riset faktor lain yang mem-
Gambar 5.5. Hierarki kebutuhan Maslow pengaruhi perilaku makan telah
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

menuntun pada studi tentang isyarat eks ternal. Schachter (1971) telah mela-
kukan riset ya ng mendalam tentar:g perilaku makan orang normal dan
kelebihan berat badan. Penemuan Schachter menunjukkan bahwa orang yang
kegemukan jauh lebih menyadari isyarat eksternal dari lingkungan (seperti
jam) dan makan "karena sudah waktunya" , mengkonsumsi makanan dalam
porsi lebih banyak, dan dipengaruhi oleh rasa makanan itu . Orang yang
beratnya rata-rata biasanya makan pada saat mereka meras a lapar, meng-
arnbil porsi makanan yang 1ebih sedik.it, dan biasanya lebih sadar pada isya-
rat internal (seperti rasa kenyang) . Tampaknya masuk aka! untuk me-
nyimpulkan bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku makan.
Sebelum melangkah maju, catatan tentang orang yang kegemukan dan
makan berlebihan mungkin penting diperhatikan. Jelas Alkitab dan tradi si

Fokus 5.3.
Menggunakan Teori Maslow di Gereja
Kebutuhan biologis jemaat gereja bisa dipahami dalam lingkup teori Maslow. Pada
pukul 12 siang lebih mudah berpikir tentang makan malam pada hari Minggu daripada
mendengarkan kesimpulan khotbah . Tahap pertama Maslow lebih dirasakan daripada
tahap-tahap yang iebih tinggi.
Atau, pikirkan komite misi yang berusaha menetapkan prioritas dalam pekerjaan
gereja di luar negeri. Beberapa anggota komi te mungkin merasa bahwa rasa lapar
yang dirasakan secara luas merupakan kebutuhan utama sedang anggota yang lain
menekankan kebutuhan akan kas ih dan rnerasa memiliki. Untuk meneJapkan teori
Maslow kita harus memperkirakan di mana orang itu berada pada saat ini dalam hierarki
Maslow. Jika mereka kelaparan , kebutuhan akan makanan merupakan kebutuhan
utama. Namun, kebutuhan yang lebih tinggi perlu juga dipikirkan karena orang tidak
perlu harus dipuaskan kebutuhannya pada tahap yang lebih rendah sebelum kebutuhan
yang lain dipenuhi. Namun , kebutuhan fisik orang yang lapar harus diprioritaskan.
Mungkin kelompok kaum muda di gereja Ieiah mengisi kuesioner yang
menanyakan apa yang paling dikhawatirkan setiap orang . Banyak kaum muda yang
kh awalir bahwa orangtua mereka tidak menghargai mereka; yang lain menjelaslt.an
tidak adanya keadilan dalam masyarakat; dan yang lain khawatir mereka tidak dilirik
oleh lawan jenis. Keprihatian mereka mencerminkan tah ap-tahap dalam hierarki Maslow.
Keinginan untuk dih argai men unjukkan kebutuhan tahap 4, keprihatinan tentang
ketidakadilan lebih sering dialami pada tahap 5, dan keinginan untuk dilirik lawan jenis
merupakan kebutuhan tahap 3. Pemimpin kaum muda menemukan orang-orang muda
berada dalam hierarki itu, sehingga mereka mem bantu memen uhi kebutuhan pada
tingkat itu serta mendorong mereka un tuk melangkah maju:

*Untuk rnendapatka n ide tambahan tentang bagaimana menggunakan teori


Maslow di gereja, lihat buku McDonough 1979. Juga lihat buku Crabb (1977) daiam
bab tentang motivasi dan kesimpulannya bahwa hanya orang Kristen yang dapat
sungguh-sungguh mewujudkan diri.
Yucleo-Kristen dengan kuat melarang sikap
geloj o h. Sebuah jajak pendapat menya-
takan bahwa 55 per:sen perempuan
Amerika dan 38 persen laki-Iaki Amerika
rnenggambarkan diri mereka sendiri terlalu
gemuk. Orangtua yang percaya bahwa bayi
yang gemuk itu sehat kemungkinan besar
akan membentuk pola makan berlebihan
seumur hidupnya . Dalam kehidupan or-
ang dewasa, para isteri memandang diri
mereka sukses jika suaOlj mereka "gemuk
dan bahagia" . Frustrasi dalam masalah L..-_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _----l

seks bisa mempengaruhi orang d ewasa untuk makan berlebihan, atau secara
tidak sadar kegemukan bisa merupakan cara untuk menghindari hubungan
intim. Banyak orang yang segera menjadi gemuk setelah putus pertunangan
atau bercerai; jadi ini menjamin bahwa tidak akan ada lawan jenis yang
mendekati mereka untuk memberikan cinta yang tulus atau melakukan hu-
bungan seks. Terlalu gemuk bisa menghindarkan godaan untuk merniliki hu-
bungan di luar pernikahan.
Jelas , banyak alas an psikologis dan fisiologis bisa diberikan mengapa
orang makan berlebihan. Apa pun a)asannya, Allah masih mengharapkan
kita untuk melatih pengendalian diri dan berjanji untuk membantu kit.a
mengatasi pencobaan. Meskipun banyak larangan terhadap kegemukan,
pengaruh makan berlebihan masih kuat. Oleh karena itu, pengawasan
terhadap kebiasaan makan, yang sangat penting untuk kesehatan fisik, bisa
juga merupakan indikator pengendalian diri .
Apakah usaha untuk menurunkan berat badan cenderung berhasil?
Akhir-akhir bukti menunjukkan bahwa pada umumnya orang yang menu-
Tunkan berat bad an cukup banyak dalarn waktu singkat sudah menjadi
gemuk lagi (Wing dan Jeffery, 1979). Selain itu, lebih sulit untuk menurunkan
berat badan pada waktu berikutnya (Brownell dan rekan-rekan, 1986). Tubuh
dirancang untuk memberi cadangan pad a masa kelaparan dengon menam-
bahkan sel lemak secara ekstra pad a waktu kelimpahan. Setelah mas a kela-
paran (menjalani diet) , tubuh menyimpan lemak sehingga berat badan secara
relatif akan tetap stabil selal11a mas a kelaparan berikutnya . Proses ini
menguntungkan bagi orang-orang yang mengalami masa-masa kelaparan
secara nyata, tetapi dalam masa kelaparan yang direncanakan, dibutuhkan
usaha keras untuk menurunkan berat badan.
Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi problem ini. Orang
yang menjalani diet berjuang keras untuk melawan pengaruh genetik dan
psikologis yang kuat. Meskipun beberapa orang sUJlgguh-sungguh mampu
menurunkan berat badan dan mempertahankannya, banyak orang yang
menemukan diri mereka terperangkap dalam lingkaran setan pesta dan diet
yang makin lama makin sulit diatasi. Secara fisik hal itu lebih berbahaya
daripada sedikit kelebihan berat badan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Stres
Rasa takut akan dibahas secara iebih rinci pada saat kita membicarakan
proses belajar. Di sini rasa takut akan dipandang sebagai salah satu aspek
stres dan kekhawatiran. Pad a tingkat fisioiogis, pertahanan diri dik on trol
oleh sistem saraf otonom - sistem simpatetik dan parasimpatetik (lih . bab 2) .
Sistem saraf simpatetik mempersiapkan seseorang untuk melawan, lari,
memberi makan, dan perilaku seksual. Sistem saraf parasimpatetik
menurunkan fungsi tubuh jika dirangsang oleh sistem simpatetik. Kedua
sistem itu banyak mempengaruhi apa yang kita perbuat dan rasakan. Ketika
seseorang merasa tertarik atau secara emosi terangsang, sistem simpatetik
menyebabkan terlepasnya adrenal in dan noradrenalin, hormon rangsangan
yang dikeluarkan ol ~h kelenjar adrenalin . Kedua hormon itu biasanya
memiliki efek pembangkit rangsangan yang sama pad a reaksi hsiologis seperti
tekanan darah dan denyut jantung. Rangsangan seperti itu menempatkan
kita pada berbagai stres biologis, psikologis, dan perilaku, yang jika
berlangsung terlalu lama bisa melelahkan kita .

TEORI TENTA.NC STRES

Skala Penilaian Penyesuaian Kembali secara Sosial Holmes dipakai


untuk menentukan tingkat stres berkaitan d engan penyes uaian diri terhadap
perubahan (Holmes dan Rahe, 1967; lih. tabel 5.1.). Akumulasi unit perubahan
hid up sebanyak 200 atau lebih dalam satu tahun sering kali diikuti dengan
berkembangnya gangguan psikiatrik. Misalnya, pindah rumah sesungguhnya
merupakan jenis kehilangan yang menyebabkan stres, sehingga anak-anak
yang sering diajak pindah rumah sering kali menjadi depresi.
Perubahan yang paling membuat stres adalah kehilangan pasangan
hidup, orangtua atau saudara dekat lainnya. Angka kematian meningkat
dengan tajam selama tahun pertama masa dukacita. Anak-anak yang merasa
sangat kehilangan orangtuanya sering kali menunjukkan depresi yang men-
dalam, perilaku yang tidak pantas, atau terus menempel pada seseorang.
Semakin tidak aman perasaan anak-anak tersebut, mereka akan semakin
menempel pada orang-orang yang masih hidup . Mereka juga bisa lebih mudah
1
mengalami depresi dalam kehidupan selanjutnya.
Selye (1976) berpendapat bahwa tubuh melewati tiga tahap yang berbeda
ketika m engalami stres. Pertama adalah reaksi memberi tanda bahaya, di
mana pertahanan tubuh digerakkan oleh aktivitas di dalam sistem limbik
dan simpatetik dan melalui keluarnya adrenalin dan noradrenalin . Tahap
kedua adalah resistansi, yang terjadi jika stres berlanjut untuk masa yang
panjang; selama tahap ini tubuh mungkin mencoba memperbaiki kerusakan
yang disebabkan oleh rangsangan itu sambi! mempertahankan did sendiri.
Akhirnya, muncul tahap kelelahan jika kondisi darura t itu berlangsung
terlalu lama. Kondisi rangsangan secara psikologis dan dari lingkungan bisa
menghabiskan sumber daya kita yang tersedia sedrastis kasus mononukleosis .
Motivasi

Fokus 5.4.
Orang Kristen dan Penurunan Berat Bad an
Dalam tahun-tahun terakhir ada banyak buku terkenal tentang bagaimana cara
menurunkan berat badan yang ditulis oleh orang Kristen. Meskipun beberapa buku ini
bersikap sembrono dengan menyamakan berat badan dengan kerohanian (justru
membuat orang yang mengalami problem kelebihan berat merasa lebih berdosa dan
tidak mendorong mereka untuk berubah), namun buku-buku itu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan yang dirasakan . Sayangnya, banyak buku yang tidak memiliki
dasar psikologi yang kuat.
Dari banyak buku Kristen tentang penurunan berat badan mungkin yang terbaik
adalah karya Dobbert (1977) , yang diberi kata pengantar oleh Dobson. Namun , buku
ini perlu dilengkapi dengan sumber-sumber informasi lain yang mencakup orientasi
psikologis dan medis yang memadai, seperti karya Cordell dan Diebler (1977) dan
Jeffrey dan Katz (1977) .
Jika Anda ingin menurunkan berat badan, kami mendorong Anda melakukannya,
bukan hanya sekadar mengikuti mode, melainkan agar menjadi orang yang lebih sehat.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik yang baik oleh dokter, langkah-langkah berikut
mungkin bermanfaat:
1. Catat apa dan kapan Anda makan atau minum selama satu minggu. Buatlah juga
catatan tentang olahraga yang Anda lakukan .
2. Catat imbalan atau kesenangan yang Anda temukan saat makan , termasuk interaksi
dengan orang-orang di sekitar Anda.
3. Makanlah dalam jumlah sedikit pada waktu yang berbeda-beda.
4. Tingkatkan latihan olahraga sehingga Anda mulai menghabiskan energi lebih banyak
untuk berolahraga daripada yang Anda masukkan saat makan.
5. Jika Anda merasa bahwa faktor-faktor hubungan antarpribadi seperti keluarga atau
teman -tem an memberi sumbangan pada kebiasaan makan yang berlebihan ,
temuilah konse lor atau psikolog untuk membahas masalah ini.
6. Akhirnya, jangan mengharapkan untuk menurunkan berat badan terla lu cepat.
Mungkin setengah atau satu kilogram seminggu sudah cukup. Motto yang baik
adalah memberi tahu diri Anda sendiri bahwa "Anda tidak akan menambah berat
setengah kilogram lagi."

Reaksi terhadap rasa takut dalam situasi yang membuat stres juga bisa
tergantung pada persepsi kontrol. Lokus konsepsi kontrol yang dikembangkan
oleh Ro tter (1966) menjelaskan tentang dua jenis orang. Penganut internal
adalah orang yang percaya bahwa mereka bersifat otonom. Karena mereka
percaya bahwa mereka mengendalikan apa yang terjadi, mereka dirangsang
oleh ancaman dan mencoba mengatasi ancaman itu. Penganut eks terrl'al adalah
orang yang memandang diri mereka sebagai korban dari lingkungan. Mereka
PENGANT.~R PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Tabel5.1. Skala Penilaian Penfresuaian Kembali


Secara Sosial Ho mes

Peristiwa Skala Oampaknya

Kematian pasangan hidup 100


Perceraian 73
Pisah ranjang
- 65
Hukuman penjara 63
Kema«an anggota keluarga y,ang dek_at 63
Ter!uka atau sakit se<;ara prlbadl 53
Pemikahan 50
Oipecat dari pekerjaan 47
Rujuk dalam pernikahan 45
Penslun 45
Perubahan dafam kesehatan anggola keluarga 44
Kehamilan 40
Masalah seks 39
Hadirnya anggota keiuarga yang baru 39
Penyesuaian ulang dalam bisn is 39
Penrbahan datam kcndisi keuangan 38
KemaUan ternan dekllt 37
Perubahan dalam garts ketja yang betbeda 36
Peru.bahan dalam jumlah percekcokan dimgan pasangan 35
--
Agunan lebih.dati ~0:000 dotar 31
Penyitaan tefliadap agunan atau plnjaman 30
Perubahan tanggung jawab dalam pekerjaan 29
Anak meninggalkan rumah 29
Masalah dengan mertua atau ipar 29
l5restasi pribadi yang rnenonjol 28
lsteri mulai atau berhenti bekerja 26
Mulai atau lufus sekolah 26
Perubahan dalam kondisi kehidupan 25
Perubahan kebiasaan pribadi 24
Masalah dengan atasan 23
Perubahan jam kerja atau kondisi kerja 20
Pindah rumah 20
Pindah sekolah 20
Perubahan rekreasi 19
Perubahan dalam kegiatan gereja 19 ------
Perubahan dalam kegiatan sosial 18
Agunan atau pinjaman kurang dari 10.000 dolar 17
Perubahan dalam kebiasaan tidur 16
Perubahan dalam kegiatan bersama keluarga 15
Perubahan dalam kebiasaan makan 15
Liburan 13
Natal 12
Pelanggaran hukum kecil 11
cenderung menunggu agen dari luar untu'k memperhatikan mereka. Pada
ltmUmnya perilaku internal atau eksternal muncul dengan dipelajari pacta
usia awa!. Meskipun beberapa penganut eksternal cenderung rnerasa :tak
berdaya sama sekali, dengan pelatihan ulang ban yak di antara rriel'cka yang
dapat mel1gatasi situasi yang menimbulkan stres seccna rasional dan efektif.
Akhirnya, belajar meramalkan kapan situ as! tertenhl yang menimbulkan stres
akan terjadi bisa sangat memperbaiki kemampuan mengatasi stres .
.feIns, ras\) takut atau stres bisa menjadi sarana motivasi utama dalam
perilaku manusia. Sh'es psikologis seperti perubahan hidup yang besar bisa
sangat berbahaya atau tidak tergaDtung pacia "lokus kontrol orang ihl. Stres
adalah problem besar bagi bany-ak orang yang terlibat daiam pelayanan
profesionaI, termasuk misionaris (Foyle, 1987) . Namun, orang Kri sten bisa
memiliki keyakinan bah;va Allah tidak akan mengizinkan mereka rnengalami
pencobaan yang lebih besar daripada yang sanggup mereka pikul (I KOT .
10:13). Meminta bantuan sesama orang percaya pada waktu kesusaha;; bisa.
membantu mengatasi situasi yang menimbulkan stres.
Jika stres yang berJebihan tt~rjadj berulang-ulang, sistem saraf simpatetik
tidak akan membawa tubuh kembaU pada kondisi santai seperti biasanya.
Akibatnya, pada tingkatan tertentu ada rangsangan umum dari terlepawYd
harmon terus-menerus ke dalaro sistem itu. Kondisi rangsangan Y~~r.=:ber­
lanjut daTi sistem simpateti k ini dikenal d engan sebutan kekhawatiran_
Kita semua kadang-kadang mengal ami kekhawatifan. Kekh,Hva tiran,
yang sering kali menyertai depresi, merupakan emosi yang ditandai dengan
kegelisahan, ketakutan, kengerian, keprihatinan, ketegangan, keresahan, dan
kecemasan. Orang yang merasa khawatir sering Olembayangkan nasib buruk"
bahaya atau malapetaka.
Apa yang harus di!akukan dengan kekhawatiran? Sejumlah pri;nsip
Alkitab bisa digunakan untuk mengatasi efek stres dan kekhawatiran yang
berlebihan (lih . fokus 5.5.). Pengobatan dan latihan relaksasi juga bisa
membantu. Banyak orang tidak tahu bagaimana cara bersikap santai karen a
mereka telah begitu lama mengalami stres sehingga tubuh mereka sudah
mcnyes uaikan diri den,gan ketegangan itu.

TEKNIK RUAKSA SI PROGRESl f

Dalam relaksasi progresif, yang bersangkutan di mi nta mere gang


sekelornpok o tot tertentu dan kemudian menggunakan ketegangan itu seba-
gai tanda untuk rileks. Otot-otot eli selUluh tubuh (biji mata, dagu, leher, lengan
atas, tangan, dada, perut, punggung, kaki atas, dan telapak kaki) secara sisl€-
matis diJatih . Frasa "ketegangan adalah Landa untuk fiIeks" diulang berkali-
kali pad a saat orang itu meregang otot-otot dan kemudian membuatnya
rilcks. Akhirnya, pesan itu ("ketegangan adalah tanda untuk rileks") mulai
tertanam di bavvah sadar dan berjalan secara otomatis.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Kondisi santai dan nyaman sangat penting dalam relaksasi progresif.


Yang bersangkutan kadang-kadang diperintah untuk menggambarkan si tu asi
yang santai dan tenang (dekat dengan !aut atau air terjun) . Konseli bisa
menghitung menurun dari angka 10 hingga no!, sambil menghirup napas
dan melepaskannya pada setiap hitungan, dan bersikap lebih ril eks setiap
kali menghembuskannya.

Seks
Meskipun manusia memiliki dorongan biologis yang sama dengan yang
terdapat dalam diri binatang untuk melakukan reproduksi , peranan sosial
seks dalam masyarakat manusia menyulitkan diskusi tentang seks sebagai
motivator. Masters dan Johnson (1979) melaporkan bahwa perilaku seksual
yang sehat membutuhkan hubungan yang setia . Penemuan itu tampaknya
selaras dengan apa yang kita ketahui sebagai penya taan Allah . Namun ,
catatan Alkitab menunjukkan bahwa perilaku seksual manusia jarang meme-
nuhi standar Allah. Banyak orang percaya bahwa Kidung Agung Salomo me-
nyodorkan model perilaku seksual manusia yang sesuai dalam pernikahan.
Ada berbagai d efinisi perilaku seksual. Meskipun aktivitas reproduksi
diperlukan untuk keberlangsungan spesies, namun jelas bahwa tidak semua

Fokus5.5.
Prinsip-prinsip untuk Mengurangi Kekhawatiran
Sejumlah prinsip Alkitab, yang diambil dari tulisan Paulus, bisa membantu orang
percaya untuk mengurangi kekhawatiran (Markell , 1982; Collins, 1973; Minirth dan
Meier, 1978).
1. Taat kepada Allah. Allah memerintahkan kita untuk tidak khawatir (Mat. 6:25-34;
Flp. 4:6; I Tim. 6 6) .
2. Berdoa (Fip. 4:6).
3. Menyadari bahwa Allah sanggup memelihara hati dan pikiran kita pada saat kita
menaati Dia (Fip. 4:7) .
4. Merenungkan hal-hal yang positif (Fip . 4:8). Tidak ada tempat yang lebih baik untuk
mengembangkan pikiran positif selain dalam Alk itab.
5. Berfokus pada peril aku yang saleh (Fip. 4:9) . Orang-orang yang khawatir perlu
menghindari dosa dan bergabung dalam kelompok persekutuan kecil.
6. Menyadari ada dua tanggung jawab (kita dan Kristus) saat melakukan sesuatu (Fip:
4:13). Seseorang bisa mengatasi kekhawatirannya melalui Kristus.
7. Menyadari bahwa Allah selalu akan mencukupi kebutuhan kita, tetapi bukan keinginan
kita (Fip. 4: 19).
Sejumlah saran yang masuk akal bisa juga membantu untuk mengurangi kekhawatiran.
1. Lakukan olahraga secukupnya - idealnya tiga kali seminggu.
2. Tidur secukupnya. Pada umumnya orang memerlukan tidur delapan jam setiap malam.
perilaku seksual bersifat reproduktif. Pemahaman tentang motivasi seksual
harus memikirkan perilaku seksual atau aspek lainnya.
Secara fisiologis, harmon seks dihasilkan dalam gonad (testis dalam diri
laki-laki dan sel telur dalam diri perempuan). Secara kolektif hormon seks
laki-laki disebut androgen. Horman seks perempuan mencakup baik estro-
gen maupun progesteron. Pada saat pubertas, keluarnya hormon seks meng-
hasilkan sifat-sifat fisik dan perilaku yang kita kaitkan dengan kejantanan
dan kewanitaan. Sepanjang sisa kehidupan selanjutnya, hormon ini terus-
menerus dikeluarkan.
Riset yang dilakukan oleh Olds (1969) menyatakan bahwa "pusat kese-
nangan" berada di dalam otak binatang dan manusia. Kesenangan seksual
tampaknya berkaitan dengan penyulut saraf di daerah tertentu otak. Jadi,
meskipun rasa lapar atau stres sebagai perilaku yang didorong !JlOtivasi
tampaknya dirnaksudkan untuk mengurangi ketegangan atau rangsangan,
perilaku seksual tampaknya didasarkan pada interaksi pengaruh hormonal,
input sensorik yang mendatangkan kes enangan, dan proses belajar yang
rumit.
Sampai saat ini, riset tentang respons seksual secara naluri pada manusia
hampir tidak ada. Namun, berbagai studi yang dilakukan oleh Harlow, atau
Masters dan Johnson, menyatakan bahwa pengalaman awal minimal sama
pentingnya seperti efek harmon dalam menentukan perilaku seksual. Jadi,

3. Lakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk rnengatasi rasa takut atau rnasalah
yang menyebabkan kekhawatiran . Pe!ajarilah berbagai aliernatif atau so!usi yang
mungkin dan coba!ah salah satu.
4. Berbicaralah dengan ternan dekat paling sedtkit sekali serninggu ten tang rasa trustrasi
And a.
5. Lakukan rekreasi secukupnya - idealnya dua atau tiga kaii seminggu .
6. Hidupiah sehari demi sehari (Mat. 6:34).
7. Bayangkan hal terburuk yang mungkin terjad i. Maka kemungkinan yang lebih
realistis tidak akan tampak begitu buruk lagi.
8. Alihkan perhatian dari diri send iri kepada orang lain. Pada saat seseorang
mengalihkan perhatian dari problernnya sendiri dengan membantu orang lain,
kekhawatiran mereka sering kali berkurang.
9. Jangan menunda-nunda .
10 . Tentukan batas waktu untuk kecemasan Anda. Sisihkan selang waktu tertentu setiap
har! untuk memusatkan perhatian pad a masalah yang dialam i. Jika masalah itu
rnuncul ke permukaan pada waktu iain, katakanlah , "Saya tidak bisa memikirkan
masalah itu sekarang. Say a akan memikirkan itu nanti pad a selang waktu yang
sudah ditenlukan, tetapi saya menol ak memikirkannya saat ini." Oengan melakukan
hal itu, Anda bisa melepaskan banyak energi mental, yang akan diboroskan untuk
kekhawatiran , jika linda tidak melakukannya .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

apa yang dipelajari anak-anak pada rnasa awal kehidupan tentang perilaku
seksual yang sesuai sangat penting. Orang-tua yang gaga! rnengajar anak-
anak rnereka tentang perilaku seksual yang sesuai rnungkin ikut berperan
dalarn perilaku seksual yang penuh rnasalah pada rnasa yimg akan datang.
Unsur perilaku seksual yang dipelajari tentu saja penting untuk pengen-
dalian diri dalarn rnasalah seks, satu topik yang sering kali ditekankan dalarn
gereja konservatif. Ses'ungguhnya, banyak orang rnuda yang percaya bahwa
di rnata gereja, dosa sinonirn dengan seks. Konsep yang rnenyirnpang serna-

Fokus5.6.
Orang Kristen dan Seksualitas
Meskipun banyak orang Kristen yang sejak lama memikirkan masalah seksualitas
sebagai hal yang sensitif, kecenderungan umumnya telah berubah secara dramatis
akhir-akhir ini. Meskipun sumbangan orang Kristen yang penting pada masa
sebelumnya tidak boleh diabaikan, seperti tulisan Miles (1967), baru pada tahun 1973
Maribel Morgan menerbitkan bukunya yang kontroversial Total Woman, yang
menekankan laki-laki yang dominan dan perempuan yang provokatif secara seksual.
Pada tahun 1976, Tim dan Beverly LaHaye menerbitkan buku yang terkenal Act of
Marriage, yang ditulis dari sudut pandang lnjili konservatif. Buku ini secara praktis
menjadikan topik seks sebagai sepatah kata untuk seisi rumah tangga. (Catalan
Penyunting: Buku Act of Marriage telah diterbitkan oleh Yayasan ANDI, bekerja sama
dengan Penerbit Kalam Hidup, dengan judul "Kehidupan Seks dalam Pernikahan")
Buku ini segera diikuti dengan sejumlah buku penting lainnya yang menekankan
sudut pandangan Kristen tentang seksualitas, seperti buku Smedes (1976) dan Dillow
(1977). Ed dan Gaye Wheat (1981), seorang dokter medis dan isterinya, menulis buku
yang digambarkan sebagai "buku manual seks Kristen yang definitir, yang mencakup
diagram dan penjelasan grafis tentang hubungan seks.
Masalah seksual telah dipikirkan oleh beberapa penulis Kristen dari sudut pandang
konseling (Mayo, 1987; Wilson, 1984). Topik homoseksual telah dibahas panjang Iebar
oleh sejumlah penulis dalam majalah-majalah Kristen dan jurnal ilmiah. Umumnya
para penulis ini menyimpulkan bahwa kekristenan menuntut ditinggalkannya perilaku
homoseksual setelah pertobatan, tetapi transformasi pemikiran homoseksual tampaknya
mustahil atau membutuhkan banyak waktu, usaha, dan konsel ing. Rekers (1982a,
1982b), periset peranan seks yang terkenal, menekankan pentingnya pengaruh keluarga
dalam perkembangan perilaku homoseks atau heteroseks.
Joy juga menerbitkan buku tentang anak-anak dan seksualitas (1988), tambahan
yang bermanfaat untuk triloginya tentang ikatan pernikahan (1985, 1986, 1987). Joy
percaya bahwa tahap-tahap hubungan dimulai sebelum pernikahan dan mencapai
puncaknya dalam hubungan seks dalam pernikahan . Joy menekankan perlunya
menapaki setiap tahap proses ikatan itu dengan pertahan dan lengkap sebelum pindah
ke tahap berikutnya dalam keintiman seksual.
cam itu jusuu meningkatkan bahaya. Hal itu mernbuat orang-orang meng-
abaikan seluruh kategori dosa yang dianjurkan Alkitab untuk kita waspadai
(seperti ketamakan, iri hati, gosip) dan hal itu membuat kenikmatan seksual
dalam pernikahan menjadi lebih sulit.
Orang Kristen yang menyadari bahwa dalam dunia yang telah jatuh
dalam dosa, semua motivasi manusia dipengaruhi oleh pemberontakan
terhadap Allah, bukan hanya motivasi seksual saja. Tanggapan orang percaya
terhadap situasi motivasi yang dicurigai seharusnya adalah berpaling kepada
Allah dan meminta anugerah-Nya melalui Yesus Kristus . Kita bisa mend a-
patkan penghiburan melalui I Yohanes 1:9 yang memberi tahu bahwa jika
kita mengaku dosa-dosa kita, 1a akan mengampuni dan "menyucikan kita
dari segala kejahatan" . Jika kita menemukan diri kita berbuat dosa, kita harus
bertindak dalam ketaatan terhadap kehendak Allah dengan mengakui moti-
vasi kita yang salah dan kemudian mengakhiri perilaku yang tidak bermoral
atau merusak.

HIPERAKTIVITAS
Teori rangsangan memberikan dasar yang kuat untuk memahami prob-
lem umum hiperaktivitas pada anak-anak. Meskipun istilah "hipera.ktivitas"
biasanya digunakan untuk gangguan seperti itu, istilah yang lebih i:epat untuk
masalah itu adalah "'gangguan hiperaktivitas kurang perhatian" (DSM III-
R, 50) .

Meskipun hiperaktivitas kadang-kadang merupakan akibat sistem peng-


aktifan retikulum yang terlalu aktif, hal itu lebih sering disebabkan oleh
sistem retikulum yang kurang aktif. Golden dan Anderson (1979, 105)
berpendapat bahwa anak-anak yang memiliki RAS yang kurang mendapat
rangsangan mengalami apa yang mereka sebut "kekurangan stimulasi" .
Keinginan mendapatkan stimulasi. lebih banyak berakibat pada tingkah laku
hip eraktif guna mendapatkan data lebih banyak bagi otak. Jadi, ketika
stimuJan tertentu diberikan kepada anak yang hiperaktif, otak mendapat data
yang memadai tentang perilaku yang normal dan hiperaktivitas itu berhenti.
Ritalin, obat yang paling sering diberikan untuk penderita hiperaktivitas,
adalah stimulan yan g menenangkan perilaku hiperaktif dan meningkatkan
rent ang waktu per hatian. Untuk menentukan d osis optimum Ritalin di-
perlu kan sejumlah penyes uaian oleh dokter.
Kita tidak tahu dengan pasti penyebab gangguan hiperaktivitas kurang
perhatian secara fisi ologis. Hal itu mungkin berkaitan dengan RAS yang over-
aktif atau justru kurang aktif. Namun, teori terbaru menyatakan bahwa gang-
guan kurang perhatian berkaitan dengan ketidakseimbangan dalam dopam-
ine neurotransmitter.
Hiperaktivitas tid.ak selalu m erupakan masalah yang disebabkan oleh
fakt or biologis. Hal itumungkin disebabkan oleh kombinasi peri la ku yang
dipelajari atau teknik disiplin yang bur uk. H iperaktivitas bisa diseba bkan
PENGANTAR PSIKOLOGi DAMKvNSEUNG KRISTEN 1

Fokus 5.7.
Hiperaktivitas
Toleransi terhadap tingkat aktivitas anak-anak di antara orang dewasa bervariasi.
Selain itu, kemampuan belajar anak yang satu dengan anak yang lain sangat bervariasi.
Beberapa anak lebih mudah belajar dalam tingkungan yang aktif dan bising. Diagnosis
terhadap hiperaktivitas yang murni memerlukan pendapat pakar medis dan psikologis.
Setelah diagnosis masalah, intervensi mungkin bersifat medis, atau sering kali keduanya.
Bagaimana kita bisa menentukan apakah hiperaktivitas itu bersifat biologis atau
dipelajari? Golden dan Anderson (1979, 174) berpendapat bahwa gangguan otak yang
menyebabkan hiperaktivitas secara biologis terjadi dalam waktu dua belas bulan sejak
masa kandungan (lih. bab 2). Mereka percaya jika anak mendapatkan tingkat aktivitas
yang tidak wajar sebelum umur 3 tahun (entah kurang aktif atau hiperaktiD dan kemudian
hiperaktif setelah umur tiga tahun , hal ini mungkin merupakan hiperaktivitas biologis.
Sebaliknya, jika anak memiliki tingkat aktivitas yang normal sepanjang rnasa bayi dan
kemudian menjadi hiperaktif, mungkin hal ini disebabkan oleh teknik disiplin yang tidak
tepat, dan bukan oleh RAS yang tidak berfungsi dengan baik.
Meskipun beberapa orang dewasa bereaksi secara berlebihan !erhadap anak-
anak yang aktif secara normal, orang dewasa lain mungkin bersikap kurang sensitif
(terutama jika mereka tidak mengaja~ anak-anak). Orang dewasa yang mengenal an ak
hiperaktif bisa menyimpulkan bahwa anak memerlukan pukulan d! pant11t yang sesuai
dan tidak perlu diberi pengobatan. Orang itu perlu diberi tahu bahwa hiperaktivitas yang
sejati (variasi yang tidak dipelajarl) merupakan kegagalan fungsi biologis, bukan sekadar
problem disiplin . Kita tidak boleh tergesa-gesa memberikan obat kepada anak yang
hiperaktif sehingga kita bisa konsentrasi dan disiplin yang sesuai bisa memberikan afek
seperti yang diinginkan. Juga perlu ditunjukkan bahwa pengobatan hanya merupakan
intervensi sementara, dan biasanya akan dihentikan pada awal rnasa remaja.

oleh faktor medis, fisiologis atau kombinasi kedua faktor itu. Jika masalalmya
bersifat biologis, maka dibutuhkan pengobatan; jika masalahnya adalah
proses belajar, maka dibutuhkan keterampilan manajemen anak yang baru;
dan jika hal itu disebabkan oleh proses belajar ataupun faktor biologis, maka
pengobatan ataupun teknik manajemen harus digabungkan.
Dari bab in.i, kita tidak boleh menyimpulkan. bahwa semua dorongan dan
kebutuhan bersifat biologis . Misalnya, keingintahuan merupakan dorongan
yang kita miliki sejak Iahir, dan meskipun bisa menyesuaikan diri . hal ini
tidak memiliki dasar biologis yang jelas. Selain itu, banyak kebutuhan yang
dipelajari, seperti kebutuhan untuk bergabung dengan kelompok dan kebu-
tuhan untuk mencapai prestasi.

Motivasi terletak di balik sebagian besar, jika tidak semua, perilaku


manusia. Dalam bab ini kita telah memusatkan perhatian pada aspek biologis
dalam motivasi, dengan tetap menyadari bahwa aspek psikologis merupakan
pelengb.p yang diperlukan untuk memahami diri kita sendiri secara utu.h.
Bagi orang Kristen, unsur rohani motivasi juga harus dipikirkan; Allah ikut
berperan d·a lam proses menumbuhkan dan memurnikan motif orang-orang
yang ingin bertumbuh secara rohani.

REFERENSI
Brownell, K., et aL The effect of repeated cycles of weight loss and regain in rats. Physi-
ology and Behavior 38: 459-464.
Cannon, W. 1934. Hunger and thirst. Dalam A handbook of general experimental psy-
chology, editor C. Marchison. Worcester, Mass. : Clark University Press.
Coates, T., dan C. Thoresen. 1977. How to sleep better. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-
Hall.
Collins, G. 1973. Overcoming anxiety. Santa Ana, Calif.: Vision.
-----. 1977. Relax and live longer. Santa Ana, Calif.: Vision.
Cordell, F., dan G. Giebler. 1977. War on fat. Niles, IlL: Argus .
Crabb, L. 1977. Effec tive biblical counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Darling, H. 1969. Man in tn.umph. Grand Rapids : Zondervan.
Diagnos tic and statis ti cal manual of mental disorders. 1978. Edisi revisi ke-3. Wasltinton,
D.C.: American Psychiatric Association.
Dillow, J. 1977. Solonwn on Sex. Nashville: N~lson.
Dobbert, J. 1977. The love diet. Old Tappan, N.J.: Revell.
Foyle, M. 1987. Overcoming missionary stress. Wheaton, IlL : Evangelical Missions Infor-
mation Service.
Golden, C. 1981. Diagnosis and rehabilitation in clinical neuropsychology. Springfield, Ill. :
Thomas.
Golden, C., danS. Anderson, 1979. Learning disabilities and brain dysfunction. Spring-
field, Ill. : Thomas .
Holmes, T., dan R. Rahe. 1967. Social readjustment rating scale . Journal of Psychoso-
matic Research 2: 213-218.
Jeffrey, D., dan R. Katz. 1977. Take it off and keep it off Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-
Hall.
Joy, D. 1985. Bonding. Waco: Word .
--. 1986. Rebonding. Waco : Word .
--. 1987. Lovers - whatever happened to eden? Waco: Word.
--. 1988. Parents, kids and sexual integrity. Waco : Word .
LaHaye, T. , dan B. Lahaye. 1976. The act of marriagf. Grand Rapids: Zondervan .
McDonough, R. 1979. Keys to effective motiva tion. Nashville: Broadman.
Markell, J. 1982. Overcoming stress. Wheaton, Ill .: Victor.
Maslow, A. 1970. Motivation and personality. Edisi kedua. New York: Harper and Row.
Masters, W., dan V. Johnson. 197.9. Homoscxllality in perspective. Boston: Little, Brown.
Mayo, M. 1987. A Christian guide to sexual counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Miles, H . 1967. Sexual happiness in marriage. Grand Rapids: Zondervan.
Minirth, F., dan P Meier. 1978. Happiness is a choice. Grand Rapids: Baker.
Morgan, M. 1973. The total woman . Old tappan, N.J.: Revell.
Olds, J. 1969. The central nervous system and the reinforcement of behavior. American
Psychologist 24: 114-132.
PENGANiAR PSIKOLOGI 0/IN KONSEUNG KRISTE-N 1

Rekers, G. 1982a. Growing up straight. Chicago: Moody.


-----. 1982b. Shaping your child's sexual identity. Grand Rapids: Baker.
Rotter, J. 1966. Generalized expectancies for internal and external control of reinforce-
ment. Psychological Monographs 80: 211 .
Schachter, S. 1971. Some extraordinary facts about obese humans and rats . American
Psychologist 26: 129-144.
Selye, H. 1976. The stress of life. New York: McGraw-Hill .
Smedes, L 1976. Sex for Christians. Grand Rapids: Eerdmans.
Stafford, T. 1988. The Sexual Christian. Wheaton, Ill.: Christianity Today.
Walen, S., N. Hauserman, dan P. Lavin. 1977. Clinical guide to behavior therapy. Balti-
more: Williams and Wilkins.
Wheat, E., dan G. Wheat. 1981 . In tended for pleasure. Edisi revisi. Old Tappan, N.J.:
Revell. ·
Wilson, E. 1984. Sexual sanity. Downers Grove: Inter-Varsity.
Wing, R., dan R. Jeffrey. 1979. Outpatient treatments of obesity. International Journal of
Obesity 3: 261-279.
Zeigler, H. 1975. Trigeminal deafferentiation and hunger in the pigeon. Journal of Com-
parative and Physiological Psychology 89 (1975): 827-844.

***

1
Liha t bab 12 untuk rnengetahui survai teori lain yang biSa diterapkan.
2
Metodologi Holmes telah dikritik oleh beberapa psikolog, yang mernpertanyakan validitas (kesahihan)
skalanya.
6
Proses Belajar

!fJ7) roses belajar dan berpikir sangat mempengaruhi perilaku manusia,


J~eskipun perdebatan tentang seberapa banyak perilaku manusia bersifat
naluriah terns berlangsung. Dalam bab ini kita akan membahas proses belajar sebagai
perubahan yang relatif permanen baik dalam perilaku maupun sebagai hasil
pengalaman.
Sejaklahir kita belajar untuk me1akukan gerakan tubuh yang sudah ditentukan.
Secara harfiah ratusan keterampilanmotorik, dari bicara sampai penampilan atIetik,
diperoleh melalui proses belajar. Kita belajar berjalan, berlari, menulis, membaca,
dan mengendarai mobil. Kita belajar menguasai kerumitan bahasa dan
memanipulasi simbol-simbol abstrak matematika. Jika kita tidak bisa belajar, tidak
akan ada perubahan dalam peiiIaku kita kecuali yang dihasilkan melalui proses
perkembangan yang normal. KaIau kita tidak mampu mem.etik keuntungan dari
pengalaman, kita hanya ditentukan untuk mengikuti pola kita sebelumnya.
Bagi orang Kristen, proses belajar memlliki dimensi lain. Persekutuan dan
berbagi dengan orang percaya yang lain bisa memberikan dasar pengaIaman yang
luas. Selain itu, orang Kristen juga memiliki Alkitab yang bisa menuntun kita dalam
perkembangan dan proses belajar mereka. Oleh karena itu, pemaham.an terhadap
mekanisme belajar harus merupakan hal yang penting bagi orang Kristen karena
dapat membantu mereka bukan hanya untuk bertumbuh secara pribadi, melainkan
juga menjadikan mereka lebih efektif dalam pelayanan kepada orang lain.
Ada tiga model proses belajar, yaitu pembiasaan klasik, pembiasaan operan,
dan proses belajar melalui pengamatan.

PEMBIASAAN KLASIK

Pujian untuk pengembangan teorl pembiasaan klasik biasanya kita berikan


kepada ahli fisiologi Rusia Ivan P. Pavlov (1849-1936). Namun pada awal tahun
1900-an, E. B. Twitmyer di University of Permsylvania sudah mulai menyelidiki
refleks sentakan lutul Para dokter menggunakan gerakan refleks ini untuk tujuan
diagnosis. Respons yang tidak normal akan menunjukkan bahwa pasien menderita
kerusakan pada sumsum tulang belakang. Twitmyer percaya bahwa gerakan refleks
PENGANTAR PSIKOLOGf DAN KONSEL!HG KRISTEN 1

ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi emosional atau motivasional orang itu.
Saat mempelajrui banyak orang, Twitmyer secara kebetulan menemukan bahwa
jika tanda peri.ngatan dibunyikan tanpa memukulkan palu pada lutut, respons
akan tetap mw1eul. Pada waktu itu, Twitmyer tidal< menyadari bahwa ia telah
m enemukan refleks bersyarat, satu pola respons yang pada waktu kemudian
rnenjadi dasar bagi sejurnlah teori psikologis. Karena penemuannya tidak dite-
rima dengan baik oleh para ahli psikologi di Arnerika, Twitmyer tidak me-
neruskan risetnya lebih lanjut.

Penyelidikan Pavlov
Pavlov meraih hadiah Nobel pada tahun
1904 atas penyelidikannya terhadap bagairnana
sistem saraf ber koordinasi dengan respons
p encernaan. Pavlov sedang mempelajari fisio-
logi pencernaan anjing ketika ia mendapati bah-
wa anjing-anjing mulai mengeluarkan liur keti-
ka melihat dan mendengar bunyi eksperimen-
ter. Ia menemukan bahwa stimulasi yang secara
reguler mendahului makanan selalu membuat
air liur keluar. Kemudian, Pavlov mempelajari
keluarnya liur dengan teliti di bawah kond:isi yang
dikontrol dan menemukan banyak hal yang kita
ketahui tentang tipe proses belajar yang disebut
pembiasaan klasik (atau responden) (Pavlov,
1927).
Pavlov menemukan bahwa jika bubuk
makanan ditempatkan di depan mulut anjing,
binatang itu secara otomatis akan mengeluarkan liur.
Pavlov menyebut makanan itu stimulus tidak
bersyarat (STB) karena kemampuannya
menghasilkan respons yang tidak bersyarat (IUB) bersifat refleks (insting)
dan tidak tergantung pada kondisi belajar. Diagram situasi itu bisa
di gambarkan sebagai berikut:
STB RTB
(Makanan) (Keluarnya air liur)

Pavlov menemukan bahwa jika ia membunyikan nada musik tepat sebelum


menaruh makanan di depan mulut binatang itu, pada akhirnya anjing itu hampir
selalu akan mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap nada musik seperti
halnya terhadap nada musik disertai dengan bubuk makanan. Pavlov menarik
kesimpulan bahwa binatang itu telah bel ajar untuk mengaitkan bunyi musik dengan
stimulus bubuk makanan. Bunyi itu telah menjadi bel makan maiam yang mem-
buat anjing itu mengharapkan bahwa ia sebentar lagi akan di beri makan.
Proses Belajar
·-~--------------------------------M------------------------------------
menjadi lebih efektif jika bunyi itu dilakukan persis sebelum makanan disajikan;
setengah detik merupakan selang waktu yang optimal. Pavlov menyebut bunyi itu
sebagai stimulus bersyarat (SB) karena kekuatannya untuk menyebabkan keluarnya
liur dipelajari secara bersamaan dengan makanan yang disajikan selama beberapa
kali. Setelah kedua input stimulus itu cukup sering dipasangkan, bunyi itu menjadi
stimulus bersyarat (SB) dan keluarnya liur sebagai respons bersyarat (RB).

SB STB RTB
(Bunyi) (Makanan) (Keluarnya liur)

SB RB
(Bunyi) (Keluarnya liur)

Selama periode berlangsungnya proses belajar itu, yang disebut periode


perolehan, res pons bersyarat yang lemah perlahan-lahan ditingkatkan kekuatan dan
frekuensinya . Dengan menggabungkan nada dan bubuk makanan itu berulang-
ulal)g, Pavlov bisa membuat frekuensi dan jumlah air liur pada anjing itu lebih
banyak.

Gambar 6.1. Peralatan Pavlov

Satu tabung dihubungkan dengan kelenjar air liur untuk mengumpulkan air liur yang dikeluarkan.
Jumlah tetesan air liur dicatat pad a drum yang berputar di luar ruang uji. ·
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Pembiasaan Aversif
Pavlov juga menyelidiki pembiasaan aversif pada anjing. Ia memakai
kejutan listrik pada rahang sebagai stimulus tidak bersyarat, penarikan kaki
sebagai respons tidak bersyarat, dan berbagai variasi bunyi dan stimulus vi-
sual sebagai stimulus bersyarat. Pada saat anjing itu dipasangi kuk, binatang
itu tidak hanya bereaksi dengan menarik kakinya, tetapi juga memberikan
respons ketakutan. secara umum. Jadi, stimulus bersyarat apa pun yang men-
dahului stimulus tidak bersyarat secara teratur, seperti bel, nada suara, atau
bahkan melihat kucing, bisa menimbulkan ketakutan pada diri binatang itu.
Pembiasaan aversif menjelaskan mengapa kadang-kadang orang-orang
memiliki rasa takut yang tidak rasional. Banyak ketakutan yang tidak masuk akal,
seperti ketakl.!-tan terhadap serangga yang tidak berbahaya, ruangan yang sempit,
kegelapan atau rambut Bukan hanya peristiwa fisik seperti bunyi, penglihat:an.
atau .fenomena lain yang bisa menjadi stimulus bersyarat; kata-kata atau simbol
yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting bisa menjadi pengganti untuk
peristiwa itu sendiri. Contoh-contoh stimulus simbolis semacam itu adalah
bendera atau lagu nasional suatu negara.

Generalisasi, Diskriminasi, dan Pembiasaan Tingkatan yang Lebih Tinggi


Generalisasi merupakan prinsip yang penting dalam pembiasaan. Stimu-
lus kedua yang mirip dengan yang pertama, yang diberikan setelah subjek me-
lakukan akuisisi, juga akan menghasilkan respons bersyarat. Misalnya, jika
seseorang telah belajar memberi respons secara refleks dengan melakukan sen-
takan lutut terhadap nada musik tertentu, kita bisa mengharapkan dia memberi
respons secara refleks dengan melakukan sentakan lutut terhadap nada yang
satu oktaf lebih tinggi atau lebih rendah daripada nada pertama. Biasanya,
makin mirip stimulus kedua dengan yang pertama, makin kuat respons bersyarat
terhadap nada itu. Kita bisa melihat bagaimana manfaat respons organisme
tertentu terhadap semua stimulus yang secara pOiensial memiliki nilai yang sama.
Namun, organisme harus belajar membedakan antara stimulus bersyarat yang
relevan dengan yang tidak relevan, dan menghentikan responsnya terhadap
stimulus yang tidak Iangsung berkaitan dengan peristiwa stimulus tidak
bersyarat. Makin mudah suatu sinyal dibedakan bagi stimulus bersyarat rna-
kin cepat sinyal itu dikenali dan diberi perhatian.
Pembiasaan tingkatan yang lebih tinggi mengacu pada proses di mana
satu seri stimulus bersyarat berfungsi sebagai pengganti stimulus bersyarat yang
asli. Misalnya, setelah stimulus bersyarat seperti bel mampu menghasilkan
respons bersyarat yang kuat, seperti sentakan lutut secara refleks, bel itu pada
gilirannya bisa dipasangkan dengan stimulus mana pun yang bisa ditangkap
organisme itu. Stimulus bersyarat kedua akan menghasilkan respons bersyarat
dengan tidak adanya stimulus bersyarat yang asli ataupun stimulus tidak
bersyarat, dan demikian seterusnya.
Proses Belajar
----~------~------------------·----~)~·-~~·--------------------------~

Fokus6.1.
Pembiasaan Klasik dalam Gereja
Teori pembiasaan klasik bisa digunakan untuk menentukan kemungkinan efek
tertentu gereja terhadap jemaat. Misalnya, kurikulum Sekolah Minggu mungkin tidak
sesuai dengan usia anak-anak. Banyak orangtua memberi respons kepada anak yang
tidak bisa diam dengan menghukum mereka, reaksi yang menghas!lkan rasa saki!
yang segera dikaitkan dengan kunjungan ke gereja. Sarna hainya, pesan yang me-
nimbulkan rasa takut tentang akhir zaman cenderung rnenghasilkan jenis pembiasaan
yang sarna. Reaksi bersyarat secara klasik tentang kebosanan atau ketakutan bisa
terus dibawa sampai masa remaja dan masa dewasa, sehingga menghasilkan keinginan
untuk menghindari stimulus bersyarat itu, yaitu gereja (Dobbins, 1975). Lebih baik diada-
kan kebaktian anak yang terpisah, yang dijenjang sesuai dengan tingkat perkembangan
mereka, untuk menghindari pembiasaan yang tidak menguntungkan itu.
Teori pembiasaan klasik bisa menjelaskan mengapa gereja tertentu lebih suka
lagu-lagu tertentu atau gaya musik terteniu. Beberapa gaya mungkin lebih dihargai
daripada yang lain karena pengalaman mereka sebelumnya. Jika lagu tertentu dikaitkan
dengan emosi positif dalam konteks kebangunan rohani, perasaan itu mungkin akan
dihasilkan oleh lagu itu lagi pad a masa yang akan datang. Bisa jadi akan muncul respons
generalisasi terhadap lagu lain dengan gaya yan g sama, bahkan sekalipun konteks
pembiasaan asli telah lama dilupakan. Gaya musik tertentu bisa tidak disukai, ditak~ti,
atau bahkan dibenci karena adanya kaitan emosi negatif pada masa lalu (Ratcliff, 1983).

Penghilangan, Pemulihan Spontan, dan Pernbiasaan Peughindaran


Setelah stimulus bersyarat tidak lagi memberikan sinyal, entah tentang
bahaya atau keuntungan, respons selanjutnya tidak lagi berfungsi. Ketika pe-
nyajian stimulus bersyarat tidak berulang-ulang diikuti dengan stimulus tidak
bersyarat, respons bersyarat makin lemah dan akhirnya frekuensinya mencapai
titik nol. Kemudian, responsnya dikatakan hilang. ·
Selama periode yang, diperlukan untuk menghilangkan respons bersyarat,
penurunan awal dalam kecepatan respons mungkin cllikuti dengan peningkatan
respons secara tiba-tiba, yang disebut dengan pemulihan spontan. Namun, dengan
percobaan penghilangan lebih lanjut, respons bersyarat akan menjadi makin lemah.
Mengapa rasa takut yang besar yang tidak masuk akal tetap tinggal begitu
lama setelah stimulus bersyarat berlalu? Salah satu jawabannya adalah karena
orang-orang cenderung menghindari situasi di mana hal apa pun yang mereka
pelajari sebagai sesuatu yang menakutkan, seperti ular, tikus, atau tes, mungkin
muncul (pembiasaan penghindaran). Jika orang-orang langsung melarikan diri
pada saat objek atau situas,i yang ditakuti ditunjukkan, mereka tidak akan pernah
mempunyai kesempatan unluk mempelajari bahwa situasi itu sesungguhnya
ti.dak periu memberikan sinyal bahaya. Anak-anak yang mengalami kegagal-
an yang memaluk an di sekolah mungkin meras a takut tidak akan mampu
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

mencapai prestasi di sekolahnya. Untuk menghilangkan respons ketakutan


itu, harus dirancang satu kondisi tertentu sehingga stimulus bersyarat tidak
diikuti dengan bahaya atau ancaman yang rnerugikan. Dan akan lebih baik,
jika stimulus itu diikuti dengan kejadian yang menyenangkan, pembiasaan
yang berlawanan akan terjadi.
Para pembuat iklan menggunakan beberapa pembiasaan klasik untuk
menjual produk kepada rnasyarakat. Mereka tahu bahwa gambar hamburger
atau pizza yang menarik, yang diberi warna mencolok, cenderung menghasilkan
rasa Iapar yang menyakitkan. Suara rninuman soft drink yang dituangkan akan
rnenghasilkan respons bersyarat: rasa haus.

Penyelidikan Watson
Ahli psikologi Arnerika, John Watson, menggunakan beberapa ide Pavlov
dalarn bekerja dengan seorang anak laki-laki kecil bernarna Albert (Watson dan
Rayner, 1920). Watson rnenemukan bahwa suara yang keras, seperti bunyi gong,
rnenghasilkan rasa takut dalarn diri anak laki-laki itu. Jadi, suara merupakan stimulus
bersyarat (SB) dan reaksi ketakutan rnerupakan respons tidak bersyarat (RTB).
Kemudian, Watson berusaha mernbiasakan anak laki-laki itu. Ketika ia
rnenyodorkan tikus besar kepada Albert; anak itu ingin tahu tentang binatang itu.
Ia rnernbunyikan gong itu keras-keras, yang membuat anak itu ketakutan. Tikus
rnenjadi stimulus bersyarat (SB) yang dianggap ahli psikologi akan rnenghasilkan
respons bersyarat (RB) ketakutan. Setelah itu, Watson menyodorkan tikus kepada
Albert dan, seperti yang ia perkirakan, anak laki-laki itu rnenjadi ketakutan. Selain
itu, respons itu dibuat generalisasi sehingga benda yang berbulu, seperti kelinci,
jenggot atau jaket berbulu, menimbulkan respons ketakutan yang sarna.
Watson bermaksud menghilangkan reaksi ketakutan bersyarat, tetapi Albert
dan keluarganya pindah. Jika Albert tidak pemah mengalarni penghilangan respons
ketakutan, kita bisa rnenyimpulkan bahwa ia akan rnenjalani kehidupan dengan
merasa sangat takut terhadap tikus
besar dan mungkin juga terhadap
a-.,_.. benda-benda lain yang berbulu. Na-
mun, eksperimen berikutnya dengan
anak-anak lain membuktikan bahwa
respons bersyarat bisa dihilangkan,
seperti diperkirakan Watson (Jones,
1924).

Aplikasi untuk Konseling


Ahli psikologi telah mengguna-
kan konsep pembiasaan klasik bukan
hanya untuk menghilangkan keta-
kutan yang tidak masuk aka!, melain-
kan juga untuk mernpersiapkan
Proses Belajar

seseorang rnenghadapi ketakutan yang baru. Misalnya, pecandu alkohol bisa


dibawa ke lingkungan seperti bar dan diberi segelas bir. Ketika mereka rnulai
rninum, kejutan listrik dijalankan, sehingga menciptakan respons ketakutan
terhadap alkohol. Akhirnya, rasa alkohol, dan bahkan mungkin baunya, akan
menyebabkan respons ketakutan dan penghindaran (Walen, Hauserman, dan
Lavin, 1977, 132-144).
Pendekatan ini berjalan dengan baik bagi orang yang sungguh-sungguh
ingin berhenti minum, tetapi orang yang tidak merniliki keinginan yang sungguh-
sungguh untuk berhenti minum bisa menghilangkan respons ketakutan. Prinsip
yang sarna diterapkan dalam program antabuse di mana pengobatan diberikan
sehingga membuat seseorang akan sakit jika ia mulai rninurn. Beberapa pro-
gram membantu orang-orang berhenti merokok melalui kombinasi tembakau
dan zat yang beracun. Namun, seseorang bisa menyingkirkan program itu
dengan merokok a tau minum dan dalam waktu yang singkat ketakutan bersyarat
itu akan hUang. Motivasi yang kuat untuk berhenti diperlukan agar program
sema(am itu sukses.
Pembiasaan dan pendekatan penghindaran juga digunakan terhadap
pedofilia. Di sini pendekatannya lebih rumit, tetapi bisa lebih efektif. Slide anak-
anak yang telanjang ditunjukkan kepada si penganiaya itu. Jika penganiaya itu
mengalami ereksi saat melihat anak-anak itu, ia akan mendapat kejutan _listrik
yang ringan. Akhirnya, laki-laki itu bisa melihat anak-anak itu tanpa merasa te-
rangsang secara seksual, dan itu menjadi dasar untuk penghilangan pelecehan
seksual (rangsangan seksual).
Kecanduan makanan bisa dipandang sebagai pembiasaan klasik. Orang
yang terlalu gemuk telah belajar tetap makan meskipun tidak lapar. Melihat
atau mencium makanan, gambar makanan, melihat orang lain makan, dan ·bah-
kan melihat lingkungan di mana mereka makan bisa menjadi stimulus bersyarat
bagi orang yang kegemukan. Kecanduan semacam itu saat ini ditangani dengan
sukses dengan menurunkan asosiasi bersyarat. Itulah sebabnya mengapa
pembatasan makan hanya pada satu tempat dan waktu yang sudah ditentukan
sebelumnya, atau memutuskan pola makan yang sudah dipelajari, bisa menjadi
pengobatan yang efektif.

Penerapan Disiplin
Anak-anak biasanya memberikan reaksi penghindaran terhadap pukulan
karena rasa sakit yang dirasakan, bukan seperti reaksi penghindaran yang
digambarkan Pavlov dan Watson. Jika orangtua mendahului pukulan dengan
teguran, teguran itu hams menjadi stimulus bersyarat sehingga anak itu akan
cenderung menghindari perbuatan yang tidak diinginkan jika ditegur.
Namun, beberapa anak h~:nya menaati teguran orangtua, tetapi tidak menaati
guru-guru a tau orang dewasa lainnya. Apakah yang menyebabkan perbedaan sikap
ini? Teori pembiasaan klasik menyatakan bahwa mungkin diskriminasi stimulus
tampaknya sudah terjadL Dengan kata lain, efek teguran itu tidak menyebabkan
PENGANT AR PSIKOLOG! DAN KONSELING
"_ KRISTEN
...n... 1
titM" . ______ ,~,_j ,,1' _ _ __
" ....... $. _.

generalisasi dari rumah dengan sekolah, karen a akuisisi SB-STB-RB tidak


dHerapkan di rumah dan di sekolah secara bersamaan. Orangtua yang
menindaklanjuti problem disiplin di sekolah dengan konsekuensi yang tepat
di rumah cenderung merJngkatkan efek teguran guru. Tentu saja ada alasan
lain untuk tingkah laku yang sulit diatur, seperti tidak adanya konsekuensi
positif untuk tingkah laku yang diinginkan, kebosanan, atau harapan yang
tidak realistis.

PEMBIASAAN Q PE RAN
Proses belajar di mana kejadian-kejadian dalam lingkungan itu bisa
diperkirakan berkaitan (bersyarat) sangat bermanfaat untuk adaptasi dan
kelangsungan hidup. Meskipun demikian, secara umum orgauisme juga harus
mempelajari hubungan apakah yang bisa diharapkan berlangsung antara
tindakannya sendiri dan kejadian berikutnya dalam lingkungan. Secara
k~usus, organisme perJu belajar perubahan apakah yang bisa ia capai atau
hindari.
Tokoh awal dalam psikologi Amerika yang menyelidiki proses belajar
yang didasarkan pada jenis hubungan iui dilakukan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1949) . Thorndike (1932) melakukan riset laboratorium tentang
intelegensi binatang dengan menaruh kudng ke dalam kotak teka-teki. Jika
kucing bisa menemukan bagaimana caranya membuka pintu kotak itu, ia
akan melarikan diri dan sering kali diberi sedikit makanan sebagai hadiah.
Pada mulanya, binatang itu menunjukkan apa yang disebut Thorndike
sebagai perilaku acak, seperti mencakar, menjilati dirinya sendiri, ,mengeong,
atau menangis. Mereka berusaha mengedlkan dirinya supaya bisa melewati
jeruji atau menggigit jeru.ji itu. Kemudian, tampaknya secara kebetulan, kudng
itu membentur pintu; pintu itu terbuka dan kudng itu melarikan did dari
kotak itu. Kali berikutnya kudng itu ditaruh ke dalam kotak, ia melakukan
banyak perilaku acak lagi, tetapi sekali lagi, ia akhirnya membentur pintu
dan keluar. Setelah berusaha beberapa kali, kucing itu akan menghabiskan
waktu lebih lama dan lebih lama di pinggir pintu dan akan kelllar lebih cepat
dari katak itu. Akhirnya, kudng itu tampaknya belajar hal yang diperlukan
dan pad a saat ia ditaruh ke dalam katak, ia akan menerjang pintu itu.
Crafik Thorndike tentang jumlah waktll yang diperlukan aleh kudng
untuk belajar bagaimana cara keluar dari kotak itu merupakan contoh kurva
belajar. Riset yang dilakukan sejak saat itu menunjukkan bahwa kurva belajar
manusia memiliki bentuk yang sarna. Thorndike memberikan teori bahwa
binatang belajar melepaskan diri dari kotak teka-teki dengan cara mencoba-
coba; artinya mereka melakukan berbagai res pons dengan cara-cara mekanis
sampai satu usaha mereka melepaskan diri berhasil. Pada llmumnya perilaku
awal dipandang berlangsung pada tingkatan naluri atau refleks. Dalam us aha
mencoba-coba berikutnya, binatang itu belajar bahwa tipe perilaku tertentu
(berjalan mengelilingi alat itu, m enjilati diri sendirL menggigit jeruji ,
mencakar pintu) mungkin bisa membantu mereka keluar. Respons yang tidak
Proses Belajar

efektif, seperti menjilati diri sendiri atau mengeong, cenderung keluar dari
daftar perilaku binatang, atau hierarki perilaku. Tindakan yang menyebabkan
kelepasan dan memberikan pahala itu sangat memuaskan, sehingga respons
ini bisa dikaitkan dengan stimulus secara lebih efektif - dan karena itu
cenderung dilakukan lagi pada saat binatang itu ditaruh di kotak itu. Melalui
observasinya tentang proses belajar melalui cara mencoba-coba, Thorndike
memulai studi yang akan dikenal sebagai pembiasaan instrumental. Melalui
pembiasaan, organisme belajar operasi perilaku yang akan menjadi instru-
mental yang mendatangkan keuntungan.
Dalam pembiasaan klasik, pelaku eksperimen menghasilkan respons
kapan pun diperlukan dengan memberikan stimulus tidak bersyarat untuk
membentuk hubungan yang baru antara stimulus bersyarat dengan respons
bersyarat. Dalam pembiasaan instrumental, pelaku eksperimen mengambil
respons yang sudah dilakukan oleh subjek dan memperkuat hal itu dengan
meneguhkannya setiap kali hal itu terjadi.
Berdasarkan pengamatannya, Thorndike menyusun formula tentang
hukum efek, yang menyatakan bahwa ikatan antara stimulus-respons, atau
proses belajar, diperkuat oleh upah atau kepuasan. Hukum efek Thorndike
merupakan pernyataan ulang doktrin hedonisme modern yang dikem-
bangkan oleh pendiri utilitarianisme, filsuf Inggris, Jeremy Bentham (1748-
1832). Singkatnya, kita melakukan sesuatu yang memberikan kesenangan
bagi kita dan menghindari penderitaan.

Behaviorisme
B. F. Skinner (1904-1990), psikolog perilaku terkenal di Amerika,
mendasarkan karyanya l'ada prinsip-prinsip pembiasaan operan. Beberapa
orang Kristen mengkritik Skinner, karena mencampuradukkan filosofinya
{yang umumnya dipandang tidak sesuai dengan kekristenan) dengan
tekniknya . Namun, teori behaviorisme sangat sesuai dengan pemikiran
Kristen umumnya dan tulisan Schaeffer khususnya (Ratcliff, 1988). Beberapa
penulis lnjili telah menekankan manfaat psikologi Skinner dalam
membesarkan anak, konseling, dan gereja (Dobson, 1970); Bufford, 1981;
Cosgrove, 1982; Ratcliff 1978, 1981a, 1982b, 1982c, 1982d, 1983).
Filosofi Skinner manakah yang ditolak oleh orang-orang Kristen? Dalam
buku Beyond Freedom and Dignity ia menyatakan bahwa orang-orang tidak
memiliki kebebasan yang sejati, tetapi .dipengaruhi oleh lingkungan mereka.
Dengan pemahaman yang lebih lengkap tentang realitas, seperti dilakukan
oleh pembiasaan operan, konsep kebebasan dan kemuliaan tidak Iagi
bermanfaat. Utopia, seperti dicontohkan dalam novel awal Skinner Walden
Two, bisa dicapai jika masyarakat menggunakan prinsip-prinsip pembiasaan
secara sistematis untuk meningkatkan kebaikan manusia. Asumsi Skinner
adalah pembiasaan operan mampu menjelaskan semua perilaku manusia
dalam istilah naturalistik, dengan tidak memberikan ruangan bagi pilihan
lainnya dan tidak ada ruangan bagi Allah.
Konsep proses belajar Skinner yang khas adalah konsekuensi menentukan
pembiasaan. Pelaku eksperimen bisa mempelajari proses belajar dengan
mengizinkan subjek membuat respons pada awalnya dan sesering mungkin seperti
yang ia sukai. Kemudian, pelaku eksperimen tnengamati tingkat pemberian res pons;
artinya, berapa ban yak respons selama unit waktu tertentu (kadang-kadang disebut
basis). Respons itu diberi hadiah setiap kali terjadi oleh peneguh atau stimulus
peneguhan. Peneguh didefinisikan sebagai stimulus apa pun yang mengikuti
respons dan meningkatkan kemungkinan terjadinya. Jika mendapat makanan
setelah berhasil membuka: pintu membuat respons membuka pintu itu lebih
besar kemungkinannya pada kesempatan berikutnya, maka mendapatkan
makanan itu adalah peneguh.
Istilah "instrumental" dan "operan" dipakai bergantian oleh banyak psi-
kolog, rneskipun istilah yang lebih disukai oleh Skinner adalah "operan" .
Tingkat respons yang tersedia secara bebas yang terjadi jika konse-
kuensinya tidak positif rnaupun negatif disebut tingkat operan respons itu.
Setiap respons bebas memiliki tingkat operan tertentu bagi seseorang. Psikolog
rnernpelajari perubahan dalam tingkat respons yang dihasilkan melalui
berbagai jenis, intensitas, dan waktu peneguhan.

Fokus 6.2.
Peneguhan, Alkitab, dan Gereja
Peneguhan bisa dipakai dalam Jingkungan gereja. Misalnya, anak-anak bisa diberi
hadiah karena belajar menghafalkan ayat-ayat. Sayangnya, kebiasaan it~ ,cenderung
berhenti segera setelah hadiah ltu dihilangkan; jadi, anak-anak perlu diberi keuntungan
lain sebagai tambahan untuk hadiah materi. Lebih baik berfokus pada hadiah sosial·
emosional seperti berada di antara sesama orang percaya daripada bersandar pada
penggunaan hadiah eksternal yang eksklusif (lih. fokus 6.5.). Akhirnya, tujuan yang
harus dicapai adalah menyukal kegiatan itu dan orang lain daripada hadiah ekstrinsik.
Tujuan itu lebih mudah dicapai jika hadiah dari luar dihapuskan secara bertahap.
Seperti akan kita lihat dalam bab ini, sering kali keterampilan harus dipecah-pecah
menjadi lebih kecil dan dapat dikelola. Mengharapkan penampilan yang sempurna
dalam koor, misalnya, berarti menuntut sesuatu yang tampaknya mustahil bagi peserta
amatir. Akan lebih bermanfaat jika menggunakan beberapa ide dari hierarki Maslow
(lih. bab 5) dalam membantu memotivasi orang-orang untuk bergabung dengan
kelompok semacam itu , dan menarik mereka untuk pada tingkat kebutuhan yang
tertinggi.
Penggunaan peneguhan di gereja sangat konsisten dengan pengajaran Alkitab,
sepanjang Alkitab digambarkan sebagai konsekuensi positif dari perilaku yang
diinginkan . Misalnya, Kitab Amsal berulang-ulang menekankan hasil yang positif dari
menaati hukum Allah, termasuk konsekuensi alamiah dan hadiah eksternal. Persekutuan
dengan sesama orang Kristen, hubungan pribadi dengan Allah dan dasar yang kuat
untuk kehidupan semua merupakan konsekuensi positif dalam kehidupan Kristen.
Proses Belajar

Hanya sedikit hal yang bisa menjadi peneguh bagi setiap orang dalam
segala situasi. Orang-orang memiliki kesukaan yang berbeda-beda satu
dengan yang lain. Faktor penentu apakah sesuatu itu meneguhkan atau tidak
adalah seberapa banyak hal yang diinginkan. Kejenuhan menjelaskan kondisi
di mana hal yang sebelumnya diinginkan tidak lagi diinginkan karena sudah

Fokus6.3.
Pembentukan dan Kehidupan Kristen
Banyak penerapan pembentukan yang relevan dengan kehidupan Kristen. Ratcliff
{1978), misalnya, menerapkan pembentukan pada perkembangan program penginjilan
pribadi di gereja-gereja. Griffin (1976) memakai ide yang sama dalam konteks
meneguhkan usaha-usaha penginjilan.
Dalam bukunya Straight Talk to Men and Their Wives {1980) Dobson menjelaskan
bagaimana proses pembentukan bisa menuntun pada hubungan di luar nlkah.
Hubungan gelap biasanya dimulai dengan isyarat persahabatan yang tulus seperti makan
siang yang berlangsung lama atau sentuhan yang tidak berbahaya. Langkah awal ini
menyenangkan {peneguhan), sehingga tindakan itu diulangi. Keesokan harinya, atau
mungkin minggu berikutnya, sentuhan atau makan siang dilanjutkan lebih jauh dengan
hasil yang lebih menyenangkan. Hubungan itu mula! meningkat dalam jumlah dan
intensitas. Perasaan romantis member1 peneguhan dengan sangat kuat dan tidak lama
kemudian kedua orang itu terlibat dalam hubungan seks. Dobson menyarankan agar
kita perlu mencegah proses ini dengan mengakhirinya pada tahap 1. Para pendeta
biasanya mudah jatuh dalam hubungan gelap karena banyak perempuan yang senang
bergantung datang kepada mereka untuk konseling.
Pembentukan disebutkan dalam Alkitab, baik dalam istilah negatif maupun positif.
Oalam Yeremfa 18:1"6 Allah digambarkan membentuk bangsa Israel seperti seorang
penjunan yang membentuk tanah liat Kita bisa dibentuk menjadi serupa dengan apa
yang diinginkan Allah jika kita terbuka dan bersedia menerima pengajaran dan koreksi-
Nya. Secara bertahap, Allah membawa kita leblh dekat dan lebih dekat dengan apa
yang Ia inginkan. Tentu saja Ia bisa membentuk kita melalul metode fain di luar
peneguhan positif dan tafsiran sistematis.
Membaca Alkitab adalah kegiatan yang bisa dipengaruhi melalui pembiasaan.
Pada umumnya kita bergumuf keras untuk membaca kitab-kitab yang sulit seperti Ayub,
Yeremia, dan lmamat. Untuk memotivasi orang-orang mempelajari kitab-kitab ini,
mereka harus didorong untuk pertama-tama membaca sedikit lebih dulu, dan setelah
bacaan yang sulit kemudian dilanjutkan dengan pilihan bacaan yang lebih mudah dari
Pe~anjian Baru. Jadi, bacaan yang lebih mudah berfungsi sebagai peneguh sementara
sedikit bagian kitab yang sulit berfungsi sebagai langkah untuk menjalani urutan
pembentukan. Secara bertahap, setelah waktu yang panjang, bagian Perjanjian Lama
yang dibaca bisa diperpanjang. Peneguh dari luar seperti pizza dan soft drink atau
peneguh sosial seperti sharing yang diperoleh dari PA kefompok bisa membantu.
PEN•:.~NTAR PSIKOLOGI DAN KONSaiNG KRISTEN 1
,. ~""- -"""""¥""*'"' .,..__.~.. - - - - - - - - - - -- - - - - - - - -- - - - - - --

tedalu banyak yang telah didapatkan. Misalnya, semangkok es krim bisa


merijadi peneguh yang kuat bagi anak-ana~, tetapi jika setiap hari disediakan
es krim untuk cud mulut, es krim itu mungkin :sudah tidak berfungsi sebagai
peneguh lagi.
Apakah upah merupakan hal yang sama seperti peneguh juga? Biasanya
kedua istilah itu bisa sating ditukarkan, tetapi secara teknis ada perbedaan.
Upah ndalah konsekuensi positif atas perilaku tertentu. Namun, upah hanya
menjadi peneguh jika hal itu meningkatkan perilaku tersebut. Oleh karena
itu, medali yaJ:\g diberikan atas keQ<eranian dalam perang merupakan pen.eguh
hanya jika p~rilaku yang dihargai itu cenderung dilakukan lagi pada waktu
yang akan datang. Itulah sebabnya mengapa psikolog perilaku lebih menyu-
kai istilah "peneguh11 daripada "upah''. Peneguh secara nyata mempengaruhi
perilaku, sedangkan upah bisa mempengaruhi bisa juga tidak.

Pembentukan dtm Pengaitatz


Pembiasaan operan merupakan proses peruba.han perilaku. Secara lebih
spesifik, tingkat terjadinya respons operan dikontrolmelalui manipu!asi lingkm1gart
Jika respons operan diikuti oleh stimulus peneguhan yang positif, kemungkinan
respons itu diulang lagi. akan meni.ngkat. Agar pembentukan itu bisa berlangsung,
perilaku haru.s diteguhkan sehingga paling tidak secara samar pada akhlrnya
m~nyerupai perilaku yang diinginka.n. Setelah perilaku awal ini terbentuk
melalui peneguhan, diperlukan perilaku yang berbeda, sesuatu yang lebih dekat
dengan apa yang diinginkan sebagai hasil akhir. Dengan meneguhkan pe-
na:fsiran pt!rilaku yang ditargetkan, orang yang belajar itu secari,i bertahap
mempelajari perilaku akhir.
Marilah kita memikirkan situasi di kelas. Sering kali, seOJang dosen
merasa tidak nyaman pada hari pertama di kelas. Senyuman atau anggukan
rnahasiswa bisa membuat dosen itu rileks, seltingga hal itu merupakan pene-
guh. Jika setiap kali dosen itu mengisahkan cerita, para mahasiswa tersenyum
atau mengangguk, kemungkinan dosen itu mengisahkan cerita akan

Stimulus diskriminatif

''
''
'~
Konsekuensi

c _ _ _ _ __
Gambar 6.2. Pembiasaan Operan
_ _ _
_j.
Proses Belajar

meningkat Setelah memberikan kuliah beberapa kali, dosen itu mungkin akan
bercerita untuk sebagian besar waktunya. Para mahasiswa sudah membentuk
perilaku dosen itu.
Pembentukim mengacu pada perkembangan satu perilaku tertentu
dengan menggunakan urutan langkah demi langkah, pengaitan mengacu
pada tercapainya serangkaian perilaku, satu langkah demi satu langkah. Salah
satu cara paling efektif untuk mengubah perilaku satu organisme adalah
dengan memulai pada bagian akhir respons dan bekerja mundur. Pengaitan
mundur semacam itu merupakan cara yang paling efektif dalam melatih
manusia untuk berbagai tugas yang kompleks. Dalam mengajar anak untuk
mengikat sepatu, misalnya, pada umumnya orangtua mulai dengan langkah
pertama menyilangkan talinya. Menyilangkan tali sepatu itu hanya
merupakan satu langkah dari sekitar 15 langkah yang rumit sebelum ikatan
simpul terakhir ditarik menjadi tali simpul. Namun, tahap pencapaian akhir
mengikat sepatu itulah yang memberikan peneguhan. Dengan menggunakan
model belajar pembiasaan operan, orangtua bisa mulai dengan pengaitan
mundur, dengan pertama-tama membantu anak belajar menarik tali simpul.

Stimulus Diskriminatif dan Peneguh Sekunder


Dalam proses belajar, seseorang mulai mengenali (membedakan)
petunjuk khusus (stimulus) yang menunjukkan bahwa peneguh akan
mengikuti respons operan. Sinyal semacam itu, yang diselmt stimulus
diskriminatif, membuat organisme mengenal kapan satu perilaku akan atau
tidak akan diikuti dengan upah. Stimulus diskriminatif menyiapkan pang-
gung atau menyediakan kesempatan bagi organisme untuk memberikan
respons operan secara sukarela. Ia tidak menghasilkan respons dalam penger-
tian bahwa cahaya yang terang menyebabkan mata berkedip. Itu adalah seka-
dar sinyal, yang akibatnya, "Jika Anda melakukannya sekarang Anda akan
mendapatkan peneguhan." Tidak lama sebelum tirai dibuka untuk pertun-
jukan drama, misalnya, cahaya diredupkan. Peredupan itu menyebabkan per-
cakapan di antara para penonton berkurang secara drastis dan mereka mu-
lai memusatkan perhatian pada panggung utama. Dengan mengendalikan
stimulus peneguhan, pelaku pembiasaan operan bisa mengendalikan tingkat
atau kemungkinan terjadinya respons. Organisme dikatakan berada di bawah
kontrol stimulus jika ia memberi respons secara konsisten di hadapan stimu-
lus diskriminatif dan tidak memberikan respons jika stimulus itu tidak ada.
Ciri lain pembiasaan operan adalah pentingnya keberadaan peneguh
pembiasaan atau peneguh sekunder. Segala sesuatu yang secara konsisten berkaitan
dengan peneguh pada waktunya bisa melakukan peneguhan, artinya, ia bisa
meningkatkan terjadinya perilaku yang diikutinya. Senyuman, anggukan ke-
paia, dan tepukan di punggung mewakili peneguh bersyarat yang digeneralisasi
yang bisa dipakai untuk mengontrol luasnya lingkup pemberian respons. Pe-
neguh semacam itu bisa menjembatani jurang interaksi sosial.
PENGANTAR PSIKOLOGI PAN KONSEUNG KRISTEN 1

Meskipun peneguh bersyarat memiliki variabel lebih banyak daripada


peneguh primer dalam efek belajar yang dihasilkan, hal itu sering kali lebih
efektif. Peneguh bersyarat b~ dijalankan dengan lebih cepat, bisa dibawa ke
mana-mana, dan hampir semua peristiwa stimulus yang tersedia bisa dipakai
sebagai peneguh bersyarat. Misalnya, guru bisa menggunakan kupon sebagai
ganti kalimat, "Itu pekerjaan yang bagus," untuk membantu murid-murid
menyelesaikan tugasnya. Kupon itu bisa diganti pada akhir periode kelas
dengan sejenis hadiah seperti mendengarkan kaset khusus; atau bisa diganti
pada akhir periode yang lebih panjang untuk sesuatu seperti rekreasi. Kupon,

Fokus6.4.
Si Kecil Lisa
Beberapa tahun lalu, saya menerima tugas mengajar kelas Sekolah Minggu tingkat
kedua. Saat itu merupakan tahun-tahun pertama saya mengajar pengantar psikologi,
dan saya berpikir hal itu akan menjadi istirahat yang menyenangkan dari mengajar di
tingkat mahasiswa.
Dalam dua minggu saya mulai mendengar tentang seorang gadis kecil yang akan
kita sebut sebagai Lisa. Semua orang memberi tahu saya bahwa ia akan menjadi
problem terburuk bagi saya sepanjang tahun. Ia baru berumur tujuh tahun, tetapi sudah
terkenal suka bertengkar dan membuat ribut dl kelas. Guru-guru sebelumnya mem-
peringatkan saya tentang badai yang akan segera menerpa jika ia ada di kelas saya.
Saya berpikir bahwa komentar-komentar mereka terlalu dibesar-besarkan.
Ketika Lisa masuk ruangan, hal pertama yang ia lakukan adalah menyebar krayon
di atas meja. Sebelum saya sadar apa yang telah terjadi, ia telah mengosongkan kotak
gunting dan melemparkan beberapa benda lain ke meja; kemudian. ia berhenti sejenak
dan meninju anak laki-laki di sebelahnya. Cerita-cerita yang saya sangka terlalu dibesar-
besarkan ternyata memang benar demikian. Badal telah menerpa!
Minggu berikutnya, saya memutuskan untuk menerapkan teknik pembentukan
perilaku dan Amsal 16:21 pada Lisa. Paham perilaku dan Alkitab memberi tahu saya
bahwa pengajaran akan paling efektif jika memberikan pengalaman yang berharga
bagi para murid.
Ketika saya memikirkan perilaku Lisa, tiba-tiba saya menyadari bahwa perilakunya
yang tidak terkendali mungkin telah diteguhkan. Keluarga besarnya, hanya memberi
perhatian kepadanya ketika ia membuat keributan (kecurigaan ini kemudian diteguhkan
pada saat saya berkunjung ke rumahnya) . Ia segera mendapati bahwa para guru
Sekolah Minggu akan memberi banyak perhatian kepadanya pada saat ia bertindak
secara ekstrem dan tidak terkendali. Tugas saya adalah membalik proses itu sehingga
ia akan dihargai atas sikapnya mau bekerja sama dan diam serta tidak akan menerima
hadiah jika ia mengacau di kelas.
Minggu berikutnya, saya memberikan lima kupon kepada setiap anak di kelas
dan memberi tahu mereka, jika mereka mendapat empat kupon pada akhir pelajaran,
Proses Belajar

yang hanya bisa dipakai dalam situasi di kelas, tidak bisa dipakai seperti
halnya uang dalam hal-hal lain.
Konsep penting lainnya adala,h berbagai kemungkinan perilaku. Dengan
menetapkan kemungkinan yang berbeda-beda (artinya, hubungan yang ber-
beda-beda antara respons dengan peneguh), orang yang menggunakan pen-
dekatan pembiasaan operan bisa menghasilkan respons yang dikehendaki.
Penentuan waktu dan frekuensi peneguh bisa diubah, sehingga membuat
hal itu tersedia setelah respons yang diinginkan, tetapi tidak pada waktu
yang lain. Ketika peneguh dibuat tergantung pada respons yang diinginkan,

mereka akan menerima permen. Dengan sangat teliti saya menjelaskan bagaimana
mereka bisa kehilangan kupon: karena sikap mengganggu seperti lari berkeliling, mulai
bertengkar, berbicara keras-keras, dan sebagainya (pada dasamya saya menguraikan
perilaku Lisa). Anak-anak menyukai ide itu karena itu merupakan permainan, dan tentu
saja permen ltu meningkatkan minat mereka.
Kami memulai pelajaran Sekolah Minggu. Hampir seketika Lisa berlari ke kotak
krayon tanpa izin. Saya dengan tenang berjalan ke tempat duduknya dan berkata dengan
cukup keras sehingga setiap anak bisa mendengar, "Saya lihat ada seseorang yang
Ielah kehilangan kuponnya karena berdiri tanpa izin." Saya mengambil satu kupon dan
Lisa segera berlari kembali ke tempat duduknya. Ia bersikap sempuma selama sisa
waktu pelajaran berikutnya; ia melihat melalui sikap saya menindaklanjuti ancaman
bahwa saya serius.
Hanya ada beberapa guru lain yang mempercayai saya, tetapi saya tidak memiliki
problem yang berat dengannya setelah saat itu. • lnvestasi uang beberapa dolar untuk
membeli permen dan kupon berhasil melakukan trik itu. Beberapa minggu kemudian,
saya memberi tahu anak-anak bahwa permainan itu berakhir, tetapi siapa yang bersikap
sebagalmana mestinya bisa duduk di sebelah saya di gereja. Hak istimewa itu hampir
sama efektifnya seperti pemberian permen, tetapi kurang nyata. Saya juga mulai pergi
dengan anak-anak naik bus gereja, memberikan perhatian ekstra kepada Lisa alas
sikapnya yang tenang dan terkendali. Saya akhirnya menghapuskan semua peneguhan
itu setahap demi setahap melalui jadwal peneguhan yang kurang lebih berubah-ubah,
sehingga perilaku itu dijaga melalui perhatian sesekali secara tidak begitu formal.
Saya tidak tahu apakah perilaku Usa berlaku juga di rumah atau di lingkungan
sekolah, tetapi saya mendapat laporan bahwa sikap Lisa tetap terkendali ketika ia
dipromosikan untuk masuk kelas Sekolah Minggu tingkat tiga. Saya yakin, kuncinya
bukan hanya intervensi pembentukan perilaku, melainkan juga perhatian yang diberikan
untuk menghapuskan program itu setahap demi setahap. Kadang-kadang perubahan
perilaku (istllah lain untuk pembiasaan operan) telah mendapat reputasi yang buruk
karena program-programnya ti~ak berakhir dengan cara yang benar.
*Pengalaman dengan anak-anak lain menunjukkan bahwa mungkin dipertukan beberapa
'tes' peraturan sebelum peraturan itu bisa mengubah perilaku (lih. Ratdiff, 1982c).
.. / ? · PSIKOLQGI
· ·; $ " ~-$....,___ _ _1_ _ __ _ _ _ _ __ ,_ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ __
PENtlANTAR DAN KONSELING KRISTEN

respons itu menjadi lebih besar kemungkinannya. Pelaku pembiasaan operan


pertama-tama harus mempelajari konsekuensi apakah yang mengikuti res-
pons yang tidak diinginkan akhir-akhir ini (~adiah untuk perilaku tertentu).
Kemudian, hubungan pemberian hadiah yang baru bisa dirancang.. sehingga
membuat pemberian hadiah itu tergantung pada perilaku yang diinginkan
dan mencegah pemberian hadiah dicapai melalu.i perilaku yang akan dihi-
langkan. Misalnya, daripada menyerah terhadap anak yang terus merengek
(sehingga meneguhkan dan memelihara sikap merengek itu), orangtua bisa
belajar meneguhkan perilaku yang diinginkan dengan memberi perhatian
hanya pada saat anak itu tidak merengek.

Fokus 6.5.
Kapan Peneguhan Tidak Tepat?
Meskipun peneguhan dan ide-ide tentang pembentukan perilaku lalnnya bisa
sangat bermanfaat. kadang-kadang ada saatnya hal itu tidak tepat. Misalnya, meskipun
ada tempat untuk peneguhan material dalam bekerja sama dengan anak-anak, orang
dewasa yang memberi motivasi dengan cara seperti itu bisa saja tidak cocok.
Konsep perilaku tidak boleh menjadi pengganti pengajaran yang baik. Tekanan
dalam pengajaran Kristen harus pada metode pengajaran yang baik dan' kurikulum
yang menarik dan bukan pada upah dari luar. Penggunaan insentif yang terbatas bisa
mendorong anak-anak menyelesaikan pelajaran, misalnya, tetapi apa yang kita ajarkan
harus menjadi upah itu sendiri.
Pembiasaan operan tidak boleh dipakai untuk memanipulasi. Beberapa penginjil
KKR yang sangat mengandalkan emosi menggunakan bentuk pengaruh yang ekstrem
untuk mendorong orang-orang memberi respons. Orang-orang ini ai<hirnya menyadari
bahwa mereka dimanipulasi dan membuat mereka menolak lnjil. Orang Kristen boleh
mempengaruhi orang yang mereka layani, tetapi harus memberi kebebasan kepada
mereka untuk memilih (Griffin, 1976, 40).
Bolt dan Myers (1 984, 75) memikirkan beberapa situasi lain di mana peneguh
bisa tidak sesuai untuk gereja. Semen tara Bufford (1981 , 174-193) memuji penggunaan
peneguhan untuk hal-hal seperti menghafal ayat-ayat Alkitab dan melengkapi pelajaran
Alkitab, Bolt dan Myers khawatir bahwa penggunaan peneguh secara umum akan
menumbuhkan iman yang berorientasi pada diri sendiri, yang menghalangi pengajaran
Alkitab agar kita tidak berpusat pada diri sendiri. Allah bisa dipandang sebagai satu
Pribadi yang ada untuk memberi kita segala sesuatu bukan sebagai Pribadi yang harus
kita taati. Meskipun upah dari luar bisa bermanfaat dalam proses awal motivasi, hal itu
tidak bisa dijadikan sarana pemotivasi terbaik dalam segala haL
Proses Belajar

Jadwal Peneguhan dau Periltlku Takhayul


Setelah respons dipelajari, hal itu bi sa dijaga dengan peneguhan inter-
miten. Ada empat jadwal peneguhan intermiten yang mungkin: (1) rasio tetap,
di mana respons diberi upah setelah terjadi X kali; (2) rasio berubah-ubah, di
mana jumlah respons yang berubah-ubah terjadi di antara setiap peneguhan;
(3) interval tetap, di mana peneguh mengikuti respons pertama setelah
jumlah waktu tertentu berlalu; da n (4) interval yang berubah-ubah, di mana
peneguh mengikuti respons pertama setelah jumlah waktu yang berubah-ubah.
Setiap pola atau jadwal peneguhan menghasi.lkan pola pemberian res-
pons yang khas. Semakin cepat dan spesifik suatu peneguhan, hasilnya akan
semakin efektif untuk meningkatkan jumlah respons. Jadwa l peneguhan rasio

Anehnya, Green dan Lepper (1974) telah menemukan bahwa upah dari luar
sesungguhnya bisa merongrong minat terhadap aktivitas dari dalam jika minat itu sudah
ada. Bolt dan Myers menunjukkan fakta bahwa efek upah cenderung hilang setelah
intervensi itu diakhiri, meskipun penggunaan jadwal peneguhan yang berubah-ubah
bisa mengurangi kecenderungan ini.
Bahkan ada problem yang lebih serius dalam penggunaan upah, yaitu upah bisa
memberi kesan bahwa perilaku ini sendiri tidak layak dllakukan. Keinginan untuk
mendapatkan upah bisa membuat perilaku yang diinginkan menjadi kurang penting.
Bolt dan Myers menyimpulkan bahwa penggunaan upah bisa sungguh-sungguh
merupakan sarana yang terbaik jika kita hanya menginginkan pengaruh jangka pendek
atau jika kita yakin bahwa pada dasarnya perilaku itu membosankan. Sebaliknya, jika
kita ingin meningkatkan minat dari dalam terhadap perilaku itu, kita harus menggunakan
peneguh dengan hati-hati dan jika mungkin menghindarinya. Pada sisi lainnya, mereka
mengutip riset bahwa upah dari luar bisa meningkatkan minat dari dalam. Jika upah
dipakai untuk memberikan lnformasi tentang seberapa tinggi prestasi seseorang dan
bukan untuk mengendalikan apa yang harus mereka lakukan, minat dari dalam akan
cenderung muncul. Masalahnya bagaimana upah itu diberikan. Jika hal itu tidak terduga,
maka orang-orang cenderung menerimanya sebagai sumber umpan balik bukan
sebagai sarana pengontrol. Jadi, Bolt dan Myers menyarankan agar guru-guru kadang-
kadang menggunakan peneguh sebagai bonus yang tidak terduga, bukan dengan
menekankan upah itu sejak awal.
Saran Bolt dan Myers perlu dicatat, tetapi kita harus berusaha menciptakan suasana
di gereja yang lebih bermanfaat. Klta tidak boleh mengabaikan fakta dasar bahwa or-
ang-orang datang ke gereja karena mereka berpikir akan mendapatkan sesuatu atau
mendapat manfaat dari pengal~man itu. Mungkin pembedaan yang perlu kita lakukan
bukanlah antara memberi upah atau tidak, melainkan upah yang berjangka panjang
dan berlangsung lama, bukan upah yang berjangka pendek.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

tetap dipandang sebagai sarana yang paling efektif dalam mempelajari peri-
laku. Jadwal interval yang berubah-ubah ditemukan paling baik untuk meme-
lihara perilaku yang sudah dipelajari. Apa pun jadwal peneguhan yang dipi.l.ih,
agar efektif peneguhan h~us cepat. Jika selang waktu antara respons dan
peneguhannya terlalu lama, upah itu tidak akan efektif. Para guru harus
menggunakan prinsip yang sederhana ini untuk membantu murid-murid
berprestasi lebih baik di kelas. Sering kali, belajar untuk ujian diberi waktu
antara lima sampai sepuluh hari sejak ujian itu dilakukan. Jelas, jika murid
yang belajar sangat keras untuk ujian itu bisa diberi tahu tentang hasil yang
positif dalam w~_ktu satu jam setelah ujian diselesaikan, kebiasaan belajar
yang tepat akan diteguhkan.
Hasil jadwal peneguhan kadang-kadang tidak dapat diperkirakan. In-
terval yang tetap khususnya menarik karena perilaku yang diteguhkan
cenderung meningkat secara dramatis tidak lama sebelum selang waktu itu
habis. Jadi, jika seekor tikus berada dalam jadwal interval yang tetap, tikus
itu akan segera belajar menunggu sampai tidak lama sebelum waktu lima
menit itu berakhir dan kemudian dengan tekun mulai melakukan perilaku
yang diinginkan. Proses ini disebut "bersiap pada detik-detik terakhir". Para
murid telah mengenal istilah "bersiap pada detik-detik terakhir" dengan
menunggu untuk mulai belajar sampai satu malam sebelum tes, misalnya.
Mungkin perilaku tikus tidak jauh berbeda dari manusia.
Perilaku takhayul didefinisikan oleh psikolog perilaku sebagai perilaku
yang diteguhkan secara kebetulan dan sebagai hasil yang kemudian terulang
lagi, meskipun perilaku itu tidak sungguh-sungguh berkaitan dengan pene-
guhan. Orang-orang mungkin menghindar untuk berjalan di sisi dfnding yang
retak, misalnya, karena mereka suatu kali mengalami hari yang lebih ber-
untung ketika mereka menghindari dinding yang retak. Orang yang suka
takhayul percaya ada hubungan antara satu peristiwa den~an konsekuensi
tertentu bahkan sekalipun sesungguhnya hal itu tidak ada.

Kemungkinan-kemungkinan
Sejauh ini hampir semua komentar kita teritang pembiasaan operan ber-
pusat pada ide tentang peneguhan positif. Meskipun pada umumnya riset
dalam bidang ini berfokus pada konsep yang penting ini, ada konsekuensi
perilaku lain yang mungkin harus diperhati.kan. Sesungguhnya, ada lima jenis
kemungkinan antara respons dengan peneguh, tiga di antaranya meningkat-
kan jumlah respons operan dan dua mengurangi. Jumlah respons meningkat
jika pemberian respons diikuti oleh: (1) stimulus peneguhan yang positif, (2)
pelepasan diri dari stimulus yang aversif, (3) penghindaran dari stimulus
aversif. Jumlah respons menurun jika pemberian respons diikuti dengan (4)
stimulus (hukuman) yang aversif atau (5) tidak adanya peneguh (dihilang-
kan). Prosedur "jeda", seperti mengurung anak-anak ke dalam kamar mereka,
merupakan contoh penghilangan karena semua peneguh yang normal
disingkirkan dari lingkungan umum. Hukuman merupakan contoh stimu-
Proses Belajar

Fokus6.6.
Takhayul dan Doa
Myers dan Jeeves (1987, 89-96) dan Myers (1978, 157-175) berpendapat bahwa
doa orang Kristen kadang-kadang berkaitan dengan sikap percaya takhayul. Kita punya
kecenderungan yang kuat untuk memandang peristiwa yang acak sebagai hal yang
runtut karena kits sudah berdoa dan kemudian kita berusaha mencari bukfi yang bisa
meneguhkan harapan kita. Myers dan Jeeves mencela orang-orang yang memandang
Allah sebagai Santa Klaus dari surga, satu gambaran yang membantu mengembangkan
harapan orang yang berdoa dan bukan berpusat pads Allah Alkitab.
Melalui doa, Allah menawarkan sudut pandang yang baru kepada kita tentang
berbagai peristiwa, bukan melakukan perubahan yang ajaib. Kita tidak boleh menyim-
pulkan bahwa Allah mengubah peristiwa yang wajar dengan cara yang bisa dibuktikan
sebagai jawaban bagi doa kita. Tepatnya, doa mengubah kita; doa merupakan suatu
akibat dan bukan penyebab.
Kita bisa menghargai keprihatinan Myers dan Jeeves bahwa kits tidak boleh terlalu
berslkap takhayul sebagai tanggapan kita terhadap doa, tetapi kita juga harus bertanya
apakah pendekatan mereka tidak terlalu naturalistik. Kesimpulan mereka tampaknya
menyiratkan apa yang disebut Schaeffer (1976, 142} •jagad tertutup· di mana Allah
tidak ikut melakukan campur tangan secara supernatural. Lalu, apa yang harus kita
lakukan dengan catatan Alkitab tentang doa yang diikuti mukjizat? Apakah hal itu harus
dijelaskan sebagai takhayul? Ketika Kristus melakukan doa kesembuhan, apakah Ia
sedang melakukan takhayul? Apakah Ia salah paham dengan sifat jagad raya ini? Atau,
apakah kita memiliki Alkitab yang salah dalam hal ini?
Meskipun kits mengakui bahwa beberapa orang Kristen memang bersikap takhay~l
dalam persepsi mereka tentang jawaban doa, dengan mempercayai bahwa Allah telah
menjawab doa mereka yang sesungguhnya merupakan akibat yang acak, orang Kristen
juga perlu yakin bahwa Allah kadang-kadang melakukan campur tangan dal~m masalah
manusia, dan bukan sekadar mengubah persepsi kita. Myers dan Jeeves mengabaikan
dampak iman (atau tidak memiliki iman). Mereka juga mengabaikan kemungkinan bahwa
Allah bisa menjawab doa dengan cara yang berbeda dari harapan orang-orang. Sebab-
sebab alamiah juga bisa diakibatkan oleh aktivitas Allah. Ada catalan-catatan yang me-
miliki bukti yang kuat tentang campur tangan Allah yang supernatural (Grazier, 1989).
Kita perlu mengikuti teladan Kristus dalam berdoa memohon campur Iangan Allah,
namun kita menyerahkan jawaban-Nya kepada-Nya. Kita juga harus berhati-hati untuk
tidak mengkritik orang-orang hanya karena mereka percaya bahwa Allah Ielah menjawab
doa mereka. Alkitab berkata bahwa kita harus berdoa dengan iman sambil mengakui
kedaulatan Allah.

Ius aversif yang menurunkan kemungkinan adanya respons. Meskipun hal


itu bisa efektif dalam kondisi tertentu, hukuman harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya,
harus diperjelas bahwa respons itu dan bukan orangnya yang menjadi objek
hukuman.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Fokus6.7.
Menggunakan Aspek Lain dari Pembiasaan Operan
Dalam fokus 6.2., kita membahas beberapa peneguh positif di gereja dan Alkitab.
Ada beberapa jenis kemungkinan. Misalnya, orang Kristen melarikan diri dari kehidupan
yang tidak berarti di luar Kristus (peneguhan negatiQ dan menghindari hukuman yang
kekal.
Kemungkinan yang lain juga mempengaruhi perilaku dalam gereja. Misalnya,
banyak orang lebih suka duduk di bangku belakang gereja, namun orang yang sama
bisa hadir di pertandingan baseball dan duduk di deretan paling depan. Pertandingan
baseball memberi p~neguhan sedangkan apa yang terjadi di mimbar kurang begitu
memberi peneguhan (paling tldak bagi orang-orang yang duduk di belakang).
Ada beberapa peneguh yang membuat seseorang duduk di bangku belakang
gereja. Pada hari Minggu pagi, orang yang duduk di belakang bisa lebih cepat menuju
mobilnya. Orang-orang muda bisa bertemu ternan-ternan mereka di luar dengan lebih
cepat. Anak-anak yang nakal merasa tidak terlalu diamati jika duduk di belakang. Bagi
beberapa orang, duduk di bangku belakang bisa merupakan teknik penghindaran karena
adanya stimulus aversif sebelumnya yang berasal dari mimbar. Penghilangan bisa
membantu mengubah perilaku ini. Dengan dipertemukan dengan pendeta yang hangat
dan penuh kasih secara rutin, balk di gereja maupun di rumah -rumah anggota, jemaat
itu akan terdorong untuk duduk di bangku depan gereja.

Melarikan diri dari stimulus yang aversif kadang-kadang disebut sebagai


peneguhan negatif. Meskipun konsep ini sering disamakan dengan hukuman,
kedua hal itu berbeda. Hukuman adalah diberlakukannya konsekuensi yang
aversif atau tidak menyenangkan akibat perilaku, peneguhan negatif adalah
penghilangan situasi yang
tidak menyenangkan atau
avers if. Jadi, peneguhan
negatif membuat perilaku
tertentu cenderu ng terjadi
sedangkan hukuman
memperkecil kemung-
kinan hal itu terjadi lagi.
Pertimbangkan,
misalnya, seorang anak
yang bertingkah di kelas
yang ia benci, dan ia diusir
untuk bertemu dengan
konselor. Anak itu keluar
dari situasi yang tidak me-
nyenangkan, dan akibat-
Proses Belajar

Transfer belajar yang positif mengacu pada cara belajar perilaku baru yang jauh
lebih mudah jika perilaku yang serupa telah dipelajari pada masa lalu. Transfer positif
terutama bermanfaat bagi orang-orang yang mempersiapkan diri untuk menekuni
beberapa jenis pelayanan di masa yang akan datang. Pemberian tugas pelayanan
Kristen memberi kesempatan kepada para murid untuk mempraktekkan apa yang mere-
ka pelajari di kelas. Konsep belajar tanpa penerapan itu seperti mencoba belajar menge-
mudlkan mobil hanya dengan membaca buku. Buku merupakan ala! bantu yang sangat
bermanfaat, tetapi praktek mervpakan satu-satunya cara untuk membuat ide itu beke~a.
Pembentukan bisa dipakai untuk mengembangkan kebiasaan ibadah yang teratur.
Seseorang bisa mulai membaca beberapa ayat dan berdoa selama satu atau dua
menit. Komitmen itu makin lama bisa makin dikembangkan sampai seperempat jam
atau lebih untuk membaca Alkitab, dan seperempat jam lagi atau lebih untuk berdoa.
Alkitab harus ditaruh di tempat yang mudah terlihat sehingga bisa berfungsi sebagai
stimulus yang diskriminatif.
Prinsip yang sama bisa digunakan untuk mendorong ibadah keluarga. Orangtua
harus berusaha keras membuat kebiasaan itu sebagai hal yang menarik bagi anak-
anak. Hal itu juga bisa mencakup beberapa prinsip belajar. Salah satu pendekatan
ad.alah dengan menyuruh anak-anak segera pergi tidur atau alternatif lainnya mereka
bisa ikut berdoa dan membaca Alkitab secara sin_gkat sebelum pergi tidur. Hal ini
membuat kesempatan menunda tidur sebagai sarana peneguhan untuk ibadah .
Sebaliknya, jika anak-anak boleh menonton televisi sebagai alternatif untuk ibadah,
waktu khusus keluarga akan dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari.

nya ia cenderung untuk bertingkah lagi pada waktu yang akan datang.
Peneguhan negatif mengandaikan situasi negatif yang sudah ada menjadi
tidak ada lagi setelah perilaku dilakukan.
Sebaliknya, mungkin hukuman merupakan cara yang paling kuat untuk
menekan perilaku. Namun, para psikolog sering kali ragu-ragu untuk me-
nyarankan penggunaan hukuman (meskipun banyak psikolog yang tidak lagi
begitu permisif dibanding sebel umnya) . Jika hukuman begitu besar pera-
nannya, mengapa tidak boleh dipakai secara rutin?
Ada sejumlah bahaya berkaitan dengan penggunaan hukuman secara
teratur dan eksklusif. Hal itu bisa mengajarkan sikap agresif. Anak yang di-
hukum rnungkin akan meniru orangtua atau guru yang menghukum dan
bahkan menjad i lebih agresif, terutama terhadap anak lain yang lebih kecil
dan lebih lemah. Anak itu mungkin akan memandang tindakan memukul
sebagai solusi untuk masalahnya. Perilaku yang dipelajari dari hukuman
cenderung bersifat temperer; perilaku yang baik dilakukan hanya jika orang-
tua melihat. Bagi beberapa anak, perhatian yang mereka terima selama
hukuman bisa menjadi peneguhan. Jadi, mereka bersikap nakal untuk men-
dapatkan perhatian. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak yang diabai-
kan dan hanya menerima perhatian jika mereka nakal. Akhirnya, ada
PENG-.NTAR PsiKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Fokus6.8.
Hukuman untuk Anak-anak
Dalam Alkitab hanya disebutkan "tongkat• dan "teguran" sebagai bentuk disiplin.
Namun, itu tidak berarti bahwa bentuk disiplin lain tidak boleh dijalankan. Hal itu hanya
menyiratkan bahwa pukulan dan teguran melalui kata-kata seharusnya merupakan
alat pendisiplin utalna orangtua. Selain itu, "hukuman atas kesalahan• harus dilakukan
dengan segera. lbu yang mengatakan kepada anak laki-laki yang tidak taat bahwa ia
akan dipukul atas apa yang fa lakukan setelah ayahnya pulang, bersikap tidak bijaksana
baik secara alkitabiah maupun psikologis.
Dari sudut pandang psikologis, hal itu salah dalam dua hal. ·Pertama, pada saat
ayahnya pulang dan memukul dia, ia mungkin sudah melupakan kesalahan yang sudah
ia lakukan. Bahkan sekalipun ayahnya mengingatkan kesalahannya, pukulan itu mungkin
sudah kehilangan keefektifannya.
Kedua, menunda hukuman sampai ayahnya pulang cenderung menjauhkan anak
itu dari ayahnya. Beberapa ibu, secara tidak sadar atau bahkan sadar, menggunakan
teknik ini untuk mendapatkan perhatian anak yang tidak terbagi. Hubungan neurotik
muncul dan anak mulai memandang ayahnya hanya sebagai pendisiplin. Beberapa
orang dewasa memiliki pandangan yang sangat legalfstik tentang Allah karena, tidak
peduli seberapa banyak mereka membaca Alkitab, pandangan mereka tentang Allah
secara keseluruhan sebagian besar diwarnai oleh cara mereka memandang ayah
mereka selama masa anak-anak.
Orangtua harus sepakat dalam mendisiplin anak-anak. Disiplin harus segera di-
lakukan oleh siapa pun yang melihat ketidaktaatan. Teguran melalui kat~kata sering
kali sudah cukup, terutama untuk pelanggaran yang baru pertama kali dilakukan. Anak-
anak pertama kali ditegur dengan kata-kata dan kemudian dikurung di kamar mereka
selama kurang lebih lima menit. Mengurung anak-anak untuk waktu lama masuk dalam
kategori membangkitkan kemarahan mereka, karena setelah kurang lebih lima belas
menit mereka akan lupa atau salah paham tentang alasan mengapa mereka dihukum.
Pukulan efeknya seketika, dan setelah sepuluh atau lima belas menit, anak-anak
biasanya sudah melupakan kemarahannya terhadap orangtua.
Orangtua harus mengizinkan anak-anak memberi tahu kemarahan mereka. Jika
anak-anak memukul orangtua, melemparkan sesuatu atau menunjukkan sikap tidak
hormat, mereka harus dipukul lagi. Orangtua yang tidak menuntut penghormatan ketika
anak-anak masih muda tidak akan dihormati - atau tidak layak dihormati- ketika mereka
berumur belasan tahun .
Dare to Discipline karya Dobson (1970) merupakan buku yang sangat bagus
tentang mendisiplin anak-anak. Dobson menekankan tuntutan rasa hormat dari anak-
anak, dan merekomendasikan pukulan untuk sikap tidak taat yang disengaja, dan
menyadari bahwa setiap anak itu berbeda. Beberapa anak sangat menginginkan
persetujuan dari orangtuanya sehingga pandangan yang penuh teguran saja sudah
bisa membawa pertobatan. Anak seperti itu hanya memerlukan sedikit pukulan. Anak-
anak lain dilahirkan dengan keberanian lebih banyak dan tidak peduli dengan persetujuan
Proses Belajar

orangtuanya. Untuk anak seperti itu, beberapa pukulan untuk pelanggaran yang sama
mungkin diperlukan sebetum mereka akhirnya memutuskan bahwa perilaku tertentu
tidak menguntungkan.
Meskipun orangtua sering kali mengatakan bahwa pukulan sama sekali tidak
mempan untuk anak mereka, hal itu berlaku untuk anak mana pun yang tidak meng-
alami keterbelakangan mental yang berat. Tidak seorang pun menganjurkan orangtua
menyakiti hati anak-anak. Sesungguhnya, menampar wajah atau meninju anak masuk
dalam kategori penyiksaan anak dan membangkitkan kemarahan. Nasihat Saloma,
·•... ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan• (Ams. 23:13), tampaknya
mengejek kita karena tidak berani memukul. Orangtua yang kasihnya egois dan tidak
dewasa cenderung lemah dalam mendisiplin ("tidak berani memukul dengan rotan")
atau suka menyiksa ("membangkitkan kemarahan mereka"). Tetapi, firman Allah men-
jamin kita bahwa disiplin yang cerdas merupakan aspek yang penting dari kasih
orangtua.
·Anak dengan tingkat kecerdasan rata-rata dan pendidikan yang cukup akan mulai
memiliki penalaran abstrak saat ia berumur sepuluh sampai dua betas tahun.
Memberikan penalaran terhadap anak yang berumur lebih kecil tentang konsep-konsep
yang abstrak, misalnya moralitas pola perilaku tertentu, relatif memboroskan waktu.
P·ada saat anak-anak lebih besar, tekanannya harus pada konsekuensi alamiah dan
bukan pada hukuman. Mereka harus mengalami konsekuensi negatif yang timbul dari
tindakan yang tidak diinginkan atau tidak dewasa, yang bisa dipahami pada tingkat
konkret. Pada saat anak-anak berumur sebelas atau dua belas tahun, orangtua harus
berusaha untuk tidak memberikan pukulan. Penalaran dan komunikasi yang baik pada
tingkat orang dewasa harus menjadi pola.

penghindaran terhadap stimulus. Apa pun yang berkaitan dengan hukuman


menjadi stimulus bersyarat untuk penderitaan sehingga harus dihindari.
Karena alasan ini beberapa orangtua percaya bahwa pukulan harus dila-
kukan dengan memakai alat
dan bukan dengan tangan,
Pembiasaan klasik meskipun perlu ditunjukkan
bahwa pandangan mata
orangtua pun bisa berfungsi
Antisipasi ~ sebagai stimulus bersyarat.
Meskipun ada bahaya
yang harus dihindari, dalam
Pembiasaan operan: membesarkan anak harus ada
tempat untuk hukuman. Yang
terpenting adalah melengkapi
~ Konsekuensi
hukuman dengan beberapa
jenis teknik disiplin, seperti
Gambar 6.3. Pemblasaan klasik versus operan penghilangan dan peneguhan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

positif untuk perilaku yang dikehendaki. Sedapat mungkin lebih bail< meneguh-
kan perilaku yang berlawanan dengan perilaku yang tidak dikehendaki. Jika
anak cenderung berlari kelihng ruangan secara tak terkendali, seseorang bisa
meneguhkan sikap duduk dengan tenang.
Salah satu kemungkinan yang terbaik adalah pujian, yang berfungsi
sebagai peneguh: positif. Namun, pujian tidal< selalu sesuai. Pujian hanya bisa
dipakai jika sesuatu telah dilakukan dengan baik; jika motifnya tulus; dan
jika tidak digunakan secara berlebihan . Meskipun banyak orang yang
menyukai ide pujian daripada hukuman, harus diakui bahwa Iebih mudah
melihat sisi yang buruk daripada sisi yang baik. Namun yang terpenting
adalah konsistensi; dengan menyadari bahwa apa yang diharapkan itu
penting untuk menghasilkan perilaku yang dikehendaki.

Ketidakberdayaatr yang Dipelajari


Seligman (1975) terkenal karena studinya tentang "ketidakberdayaan
lewat pengalaman". Ia menempatkan satu kelompok anjing dalam kurungan
dan memberi goncangan, tetapi mereka tidak bisa melarikan diri. Ke!ompok
kedua menerima goncangan yang sama, letapi bisa melarikan diri dengan
mudah. Kenmdian, setiap anjing ditaruh daJam kotak di mana anjing itu bisa
melarikan diri dengan sekadar melompat !<eluar dari rintangan. Anjing itu
kemudian diberi kejutan listrik. Anjing-anjing yang dibcri goncangan dalam
kurungan sebelumnya tidak melompat keluar; mereka telah belajar untuk
merasa tidak berdaya.
Orang bisa belajar untuk merasa tidak berdaya. Beberapa otang gagal
memetik keuntungan dari kesempatan yang ada karena sebelurnnya mereka
mengalami peristiwa menyakitkan yang tidak mampu mereka kendalikan.
Mereka menarik diri pada kondisi tidak berdaya. Rodin (1986) menemukan
bahwa para orangtua lebih bahagia dan lebih sigap jika mereka percaya bah-
wa sejauh tertentu mereka memiliki kontrol atas Iingkungan.
Orang Kristen juga bisa
mengalami "ketidakberdayaan
lewat pengalaman". Beberapa
orang tidak berbicara keras
tentang masalah-masalah ter-
baru ini karena mereka merasa
tidak memiliki pengaruh.
Beberapa orang Kristen telah
keluar dari gereja lokaJ karena
mereka yakin gereja tidak
mampu memberi pertolongan.
Para penganut paham Calvin
'Bagaimana kita akan menangani hal ini? Hukuman, yang ekstrem masuk dalam
peneguhan positif, at au ... penghilangan?'
kategori ini. Beberapa oran g
Proses Belajar
------------------------------~·~~~-----------------------------------
percaya merujuk pada
Alkitab dan menyim-
pulkan bahwa kemero-
sotan itu merupakan hal
yang tidak dapat dihin-
dari. Namun, kebangun-
an rohani sulit dialami
kecuali orang-orang per-
caya bahwa segala se-
suatu bisa berubah men-
jadi Iebih baik.

Pembiasaau Opercm versus Klasik


Perbed aan antara pembiasaan operan dengan klasik harus dipahami
deng an jelas. Pembiasaan operan berfokus pada apa yang terjadi setelah
perilaku (konsekuensi) sedang pembiasaan klasik lebih berfokus pada apa
yang terjadi sebelum perilaku (antisipasi). Para psikolog penganut prinsip
Skinner mempelajari perilaku yang dilakukan secara sukarela yang kemudian
diteguhkan, bukan perilaku yang terpaksa muncul secara otomatis karena
stimulus sebelumnya, seperti dalam pembiasaan Pavlov.

Fokus6.9.
Peniruan Model di Gereja
Proses belajar melalui observasi sangat bermanfaat di gereja. Pendeta tentu saja
bisa menjadi model yang efektif, dengan menunjukkan kepada jemaat ~agaimana cara
bersaksi kepada orang lain, bagaimana mengunjungi orang sakit, dan bagaimana
menolong orang yang m.embutuhkan. Pendeta juga menjadi model dalam keterampilan
hermeneutik (penafsiran Alkitab) dalam khotbahnya. Jemaat cenderung meniru apa
yang dilakukannya daripada sekadar mengikuti instruksi verbal semata-mata.
Remaja cenderung meniru pemimpin yang menarik. Orang muda yang menerima
Kristus dan yang hidupnya berubah karena keputusannya itu bisa mempengaruhi orang
lain. Banyak misionaris berbicara tentang suku-suku di mana tidak seorang pun memberi
respons terhadap berita keselamatan sampai pemimpinnya melakukan hal itu.
Alkitab memberikan banyak penjelasan tentang laki-laki dan perempuan yang
saleh. Kita harus berjuang untuk meneladani sifat mereka yang positif. Kristus menjadi
teladan karena Ia hidup di tengah-tengah kita. Dengan mempelajari teladan tokoh-tokoh
Alkitab yang hebat, kita bisa menggambarkan apa yang dikehendaki Allah dari kita
dengan lebih konkret.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Namun, kedua tipe pembiasaan itu bisa terjadi secara bersamaan dan
bahkan tumpang tindih sejauh tertentu. Anjing dalam percobaan Pavlov
diteguhkan dengart menerima bubuk daging; dan dalam pembiasaan operan
stimulus diskriminatif serupa dengan stimulus bersyarat (SB) .

8ELAJAR MELALUI 0BSERVASI (PENELADANAN)


Bandura (1969) menyatakan bahwa banyak perilaku yang kita lakukan
telah dipelajari atau diubah dengan melihat idolafmodel yang melakukan tin-
dakart itu. Model semacam itu mencakup orartgtua, guru, ternan sebaya, dan
tokoh televisi.
Menurut Bandura, pengaruh peneladanan ditentukan oleh empat proses
yang terkait. Pertama proses perhatian. Orang-orang hanya akan belajar dari
seorang model jika mereka memberi perhatian terhadap ciri khusus perilaku
teladan. Khususnya, model yang menarik atau dipandang sesuai dengan
pengamat dan yang berulang kali dilihat dan melakukan perilaku fungsional
yang penting cenderung berpengaruh kuat. Beberapa teladan, seperti tokoh-
tokoh yang ditayangkan di televisi, sangat efektif dalam menangkap perha-
tian sehingga penonton mempelajari kegiatan yang dicontohkan, sekalipun
tidak ada insentif khusus untuk melakukannya. Faktor kedua, proses peng-
ingatan; yang mengacu pada kemampuan untuk mengingat aksi model itu
setelah hilang dari pandangan. Faktor ketiga adalah proses reproduksi moto-
rik. Bahkan sekalipun seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati
seorang model, ia tidak bisa menunjukkan bukti tentang proses belajar itu
kecuali mereka bisa melakukan aktivitas yang diteladankan. Ketidak-
mampuan dalam keterampilan tertentu membuat mereka tidak mampu
melakukan apa yang telah mereka lihat. Faktor keempat atau terakhir adalah
peneguhan dalam proses motivasi. Penampilan perilaku yang dipelajari
tergantung pada apakah hal itu diberi upah atau dihukum. Jika ada insentif
positif perilaku model akart diberi perhatian lebih banyak, dipelajari lebih
baik, dan akan dilakukan lebih sering. Peniruan model, atau observasi, telah
dipandang sebagai cara belajar yang cepat. Sering kali, peniruan model bisa
mengurangi jerih payah belajar secara dramatis. Peniruan model juga
bertanggung jawab atas dipelajarinya respons yang tidak masuk akal atau
ketakutan. Diduga banyak anak menjadi takut terhadap anjing atau binatang
lain bukan karena mereka pernah mengalarni pengalaman aversif dengan
binatang itu, melainkan karena mereka telah mengamati sikap orangtuanya
yang ketakutan.

REFERENSI
Bandura, A. 1969. Principles of behavior modification. New York: Rinehart and Winston.
Bolt, M. dan D. Myers. 1984. The human connection. Downers Grove: Inter-Varsity.
Bufford, R. 1981. The human reflex. San Francisco: Harper and Row.
Cosgrove, M. 1982. B. F. Skinner's behaviorism. Grand Rapids: Zondervan.
Proses Belajar
---------·M---------~·~----------------------~--------------~--------~
Dobbins, R. 1975. Too much too soon. Olristianity Todlly (24 Okt.): 99-100.
Dobson, J. 1970. Dare to discipline. Wheaton, ill.: 'I}rndale.
- - - . 1978. The strong-willed child. Wheaton, ill.: Tyndale.
- - - . 1980. Straight talk to men and their wives. Waco: Word.
Grazier, J. 1989. The power beyond. New York: Macmillan.
Green, D., dan M. Lepper. 1974. How to tum play into work. Psychology Todlly 8 (Sept):
49-53.
Griffin, E. 1976. The mind changers. Wheaton, ill.: Tyndale.
Jones, M. 1924. The elimination of children's fears. Journal of Experimental Psychology 7:
383-390.
Meier, P. 1977. Olristian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Myers, D. 1978. The human puzzle. San FranciSco: Harper and Row.
Myers, D., dan M. Jeevs. 1987. Psychology through eyes offaith. San Francisco: Harper
and Row.
Pavlov, I. 1927. Conditioned reflexes: an investigation of the psychological activity of the
cerebral cortex. New York: Dover.
Ratcliff, D. 1978. Using behavioral psychology to encourage personal evangelism. Journal
of Psychology and Theology 6: 219-224.
- - - . 1981a. Christian Behavioral Counseling. Olristian Counsellor's Journal2: 20-27.
- - . 1981b. Basic concepts of behavioral counseling. Olristian Cousellor's Journal3:
11-15.
- - . 1982a. Behaviorism in the sanctuary. Journal of the American Scientific Affiliation
34 (Mar.): 47-49.
- - . 1982b. Behaviorism and the new worship groups. Journal of the American Scien-
tific Affiliation 34 (Sept.): 169-171.
- - . 1982c. Behavioral discipline in Sunday school. Journal of Psychology and Olris-
tianity 1 (Edisi Juni-Agustus): 26-29.
- - - . 1982d. Behavioral psychology in the Sunday school classroom. Journal of the
American Scientific Affiliation 34 (Des.): 241-243.
----. 1983. Music, God and psychology. Journal of the American Scientific Affiliation 35
Ouni): 102-104.
--.1988. Francis Schaeffer and B. F. Skinner: Creation Social Science and Humanities
Quaterly 10 Ouni): 21-25.
Rodin, J. 1986. Aging and health. Science 233: 1Vl-1276.
Schaeffer, F. 1976. How should we then live? Old Tappan, N.J.: Revell.
Seligman, M. 1975. Learned helplessness and depression in animals and humans. Morristown,
N.J.: General Learning.
Skinner, B. 1971. Beyond freedom and dignity. New York: Knopf.
Thorndike, E. 1932. The fundamentals of learning. New York: Teachers' College.
Walen, S., N. Hauserman, dan P. Lavin. 1977. Clinical guide to behavior therapy. Balti-
more: Williams and Wilkins.
Watson, J., dan R. Rayner. 1920. Conditioned emotional reactions. Journal ofExperimen-
tal Psychology 3: 1-14.

1
Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rind tentang perilaku takhayul dalam kerangka ketja Kristen,
lihat Meier 1978.
7
Memori, Pemahaman,
dan Penilaian Diri Sendiri

-!.y~ ampir semua tugas membutuhkan pemrosesan informasi yang


~ldisimpan. Pikirkan semua informasi yang rumit, yang sudah Anda
proses selama ini saat membaca buku ini, termasuk informasi tentang otak,
anatomi, dan aspek psikologi dan teologi. Masukkan informasi lain yang ber-
asal dari sekolah, orangtua, dan orang-orang penting lainnya di lingkungan
kita. Beberapa hal yang kita pelajari kita serap dengan mudah dan alamiah,
sedang informasi lainnya sulit kita simpan.

MEMORI
Memori, yang memainkan peranan penting dalam kegiatan fisik, atau
intelektual, merupakan unsur dasar keutuhan manusia. Bagaimana memori
bekerja masih merupakan misteri, meskipun para iImuwan telah menemukan
beberapa bagian otak yang tampaknya ikut berperan dalam penyimpanan
informasi dan telah membedakan dua proses penyimpanan secara terpisah':
memori jangka pendek dan jangka panjang,
Dalam diri manusia proses informasi bekerja lebih daripada sekadar
menerima dan mengolah informasi yang masuk, dan jauh lebih kompleks
daripada spesies lainnya. Pemrosesan informasi pada manusia mencakup
seleksi, reorganisasi, dan transformasi input ke dalam daerah penyimpanan
(lih. bab 3).
Cara kerja penyandian atau seleksi semacam itu diperlukan karena ada
begitu banyak masukan bagi kita agar bisa dip roses satu demi satu secara ter-
pisah. Kemampuan kita memproses dan menyimpan informasi akan terlalu berat
jika kita tidak memiliki mekanisme untuk mengorganisasi seleksi dan mengubah
stimulus menjadi sandi. Proses belajar dalam diri manusia sangat tergantung
pada kemampuan !<ita memproses informasi dan menyimpan pengetahuan baru.
PENflOOAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Gam bar 7.1. Bagaimana cara kita mengingat


1 2

3 4 5

Pelacakan Memorl Memori


Sensorlk -
Jangka .... J~
Pendek Panjang

f
Bisa diingat kemball
8

Data Input
sensorlk Sensorlk

Penyimpanan Sensorik
Informasi tampaknya diproses oleh manusia melalui beberapa tahap.
Yang pertama adalah tahap penyimpanan informasi-sensorik (langkah 3
dalam gb. 7.1). Misalnya, saat Anda mendengar nada m11sik, informasi itu
secara singkat ilkan disimpan seperti tape perekam menyimpan suara pada
tape itu. Pada saat suara itu mencapai otak Anda, Anda menjadi sadar bahwa
Anda sudah mendengar nada itu. Meskipun reseptor dalam telinga mende-
ngar nada dari luar (stimulus asli) apa yang disajikan ke otak merupakan
penyandian nada. Otak segera memproses informasi yang dipandang penting
itu. Tahap penyimpanan informasi-sensorik biasanya berlangsung tidak lebih
dari satu detik (Sperling, 1960). Sistem retikulum otak melacak masukan itu
dan akan mengizinkan stimulus melewatinya ke tahap berikutnya atau
menghalanginya.

Memori Jangka Pendek


Setelah sistem retikullliD menilai pesan yang masuk itu penting atau tidak
(yang membuatnya memberi perhatian atau tidak), pesan itu secara singkat
bisa disimpan dalam memori jangka pendek. Memori jangka pendek menyimpan
infof$asi yang terbatas jumlahnya untuk periode waktu yang singkat. Misalnya,
Anda mungkin melihat nomor telepon dan kemudian menekannya. Namun,
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Dlri Sendiri

Fokus 7.1.
Menggunakan Memori Jangka Pendek untuk Mengajar
Penerapan teori memori relevan bukan hanya untuk studi pada tingkat perguruan
tinggi dan seminari, melainkan juga untuk proses belajar dan mengajar di gereja. Dal<lll
tugas hafalan ayat Alkitab, misalnya, paling baik memenggal kata-kata satu ayat untuk
dipelajari dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 7 kata atau kurang. Belajarlah
satu frasa yang terdiri dari tujuh kata atau kurang, kemudian lanjutkan dengan frasa
berikutnya yang terdiri dari tujuh kata atau kurang. Ayat-ayat harus dibagi menjadi bagian-
bagian yang terkait secara konseptual.
Dalam kaitannya dengan anak-anak, kita pertu memilih ayat-ayat hafalan yang
bisa mereka pahami. Sering kali guru yang bermaksud baik meminta anak-anak untuk
mempelajari ayat-ayat yang tidak bisa mereka pahami. Agama menjadi tidak bisa
dimengerti dan pada waktu kemudian akan disisihkan sebagai hal yang tidak relevan.
Gunakan ayat-ayat yang berarti dan bisa diterapkan. Mungkin beberapa waktu pelajar-
an bisa digunakan untuk mendiskusikan bagaimana ayat-ayat hafalan itu bisa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dicatat dalam teks, agar bisa mengingat dengan
baik kita perlu mengaitkan informasi itu dengan hal-hal yang sudah dipelajari
sebelumnya.
Proses pengulangan (latihan) yang membantu penghafalan sangat mirip dengan
program komputer tertentu. Satu frasa yang terdiri dari tujuh kata atau kurang bisa
dimunculkan pada layar. Kemudian layar itu dikosongkan lagi, dan orang itu diminta
mengetik frasa itu secara hafalan. Dalam kerangka program berikutnya, frasa kedua yang
terdiri dari tujuh kata atau kurang dimunculkan, diikuti dengan jeda sejenak dengan layar
kosong, dan kemudian kedua frasa itu diketik. Jika ada kesalahan, frasa yang salah
dimunculkan lagi dan diberikan kesempatan kedua untuk mengetik lagi. Jadi, prosedur
latihan kognitif digunakan secara kombinasi dengan konsep perilaku pembentukan.
Batasan memort jangka pendek sering kali muncul secara tidak langsung ketika
jemaat membaca Alkitab secara bersama-sama. Jeda yang panjang di antara frasa-
frasa secara fisik tidak dibutuhkan (tarikan napas tidak dibutuhkan begitu sering), tetapi
jeda itu berfungsi sebagai sela waktu memori jangka pendek.

kurang dari lima menit kemudian Anda


Gambar 7.2. lngatan dan memori jangka
pendek (didasarkan pacta Murdock 1961) harus melihat nomor itu lagi supaya bisa
menekannya dengan tepat.
100
Batas waktu penyimpanan itu relatif.
75 Setelah tiga detik ada 80 persen informasi
yang masih bisa diingat, setelah enam
detik 40 persen, dan setelah sembilan
detik 20 sampai 25 persen (Murdock,
1961; gb. 7.2.).

0 5 10 15 20
Sistem memori jangka pendek biasa-
Waktu detik nya tidak bisa menyimpan lebih dari
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

tujuh hal sekaligus dalam waktu yang tersedia (kurang atau lebih dua). Pada
saat informasi baru lewat melalui memori jangka pendek, hal-hal yang sudah
disimpan sebelumnya didorong keluar.
Memori jangka pendek sering kali diuji dengan menggunakan eks-
perimen pengingatan dan penghafalan angka (Murdock, 1961). Jadi, pem-
batasan bentuk memori ini, seperti dikutip di atas, sebagian besar mengacu
pada bagaimana angka-angka disimpan. Apakah informasi lain disimpan
dengan cara yang sama? Hal itu sebagian tergantung pad a seberapa penting
materi itu. Jelas bahwa materi yang sangat penting akan meningkatkan jumlah
informasi yang bisa disimpan pada waktu yang tersedia karena sebagian besar
infor.masi bisa "dikuinpulkan" atau dikelompokkan bersama. Bagaimanapun,
kita masih bisa berbicara tentang batasan tujuh potong informasi jika kita
mengandaikan setiap potong informasi sesungguhnya terdiri dari materi yang
dikelompokkan, yang pada gilirannya, terdiri dari beberapa potong infor-
masi lain. lnformasi yang terkait bisa diingat dengan bantuan tahap memori
lain yang disebut memori jangka panjang. Anderson (1985, 148) mencatat
bahwa tujuh potong informasi itu mengacu pada materi yang menjadi fokus
perhatian utama, dait tidak semua informasi terkait bisa diingat kembali.
Merupakan ide yang bagus untuk mengingat batasan memori jangka
pendek dala.m. mempelajari informasi. Usahakan menyusun informasi dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari tujuh kata atau kurang. Jika Anda me-
miliki lebih dari tujuh hal untuk dihafal, cobalah menyusunnya menjadi dua
kategori atau lebih yang lebih besar sehingga setiap kategori yang lebih besar
akan memili.ki tujuh informasi atau kurang. Jika ada lebih dari tujuh kategori,
topik, subtopik dan bahkan sub-subtopik bisa dikembangkan. Jelas bahwa
proses ini bisa dikembangkan menjadi level tambahan.
Meskipun ada kemungkinan informasi dari memori jangka pendek segera
dimasukkan dalam memori jangka panjang, pada umumnya perpindahan ini
membutuhkan satu langkah yang disebut "latihan" (lib. gb. 7.3.). Hal ini

lndera

'--------.....1 Palgulangan
Memori Jangka Pendek

Gambar 7. 3. Rehearsal
Memori, Pemahampn, dan Penilaian Oiri Sendiri

melibatkan pengulangan informasi dalam memori jangka pendek yang mem-


bantu perpindahan informasi itu menjadi memori jangka panjang.
. Latihan bisa melibatkan pengulangan informasi secara sederhana. Ketika
belajar untuk menghadapi ujian, murid bisa memutuskan untuk membaca teks
atau catatan kuliah beberapa kali. Tetapi, apakah hanya pengulangan semata
yang merupakan cara terbaik untuk menempatkan informasi dalam memori
jangka panjang (sehingga itu bisa diingat kembali pada saat ujian, misalnya)?
Riset terbaik saat ini menunjukkan bahwa bukan demikian halnya. Daripada
sekadar mengulang-ulang informasi, lebih. baik melakukan sesuatu dengan ber-
macam cara. Misalnya, Anda bisa membaca sebuah buku teks, membuat garis
besar, menggarisbawahi, dan menghafalkannya. Anda bisa melakukan hal yang
kurang lel:rih sama dengan tatatan kuliah. Catatan itu bisa disusun ulang, diring-
kas, dibuat garis besarnya, dan digarisbawahi. Anda juga bisa mengambil bahan
dari kuliah atau buku dan membaca materi dengan suara keras atau bahkan
mencoba memberikan kuliah kepada orang lain. Anda bisa membuat pertanyaan
dan kemudian mempelajarinya dengan murid lain, dan menjawab pertanyaan
yang Anda tulis.
Anda perlu menemukan sebanyak mungkin cara untuk mengulang infor-
masi itu. Anda bisa memikirkan cara mengulang yang.berbeda-beda untuk mem-
buat lebih banyak hubungan dalam otak Anda. Makin banyak hubungan yang
Anda miliki, makin besar kemungkinannya Anda bisa mengingat informasi itu
karena Anda akan memiliki lebih banyak petunjuk untuk dihubungkan dengan
pertanyaan dalam ujian.
Dua cara untuk mengulang informasi telah dikenal: mengulang dalam wak-
tu kolektif dan waktu terbagi. Mengulang dalam waktu kolektif melibatkan satu
segmen waktu tunggal yang lama dalam menyelidiki infol'IlUISi. Pada saat meng-
ulang dalam waktu terb~gi, jumlah waktu yang sama untuk menyelidiki
informasi dibagi menjadi beberapa bagian selama beberapa hari. Riset baru-baru
ini menunjukkan bahwa mengulang dalam waktu terhagi merupakan cara terbaik
untuk kebanyakan mata kuliah di perguruan tinggi (Reynold dan Glaser, 1964),
dan lebih penting dalam keterampilan belajar daripada dalam fakta-fakta belajar.
Kita juga bisa menggunakan waktu belajar yang lebih banyak dalam proses
mengulang. Informasi diulang sampai hal itu bisa diingat, dan kemudian diulang
lagi beberapa kali. Belajar lebih banyak dari seharusnya menghasilkan daya ingat
yang lebih besar dari memori jangka panjang dibanding dengan mengulang sampai
tahap di mana informasi itu sekadar bisa diingat.

Memori ]angka Panjang


Memori jangka panjang merupakan langkah selanjutnya dalam proses
perkembangan, meskipun harus dicatat bahwa ada kemungkinan informasi hilang
karena tidak mampu diingat l~gi pada tahap-tahap sebelumnya. Apakah informasi
dari memori jangka panjang bisa hilang masih diperdebatkan sampai saat ini.
Beberapa orang percaya bahwa jika informasi dikenal dengan cukup baik sehingga
bisa masuk memori jangka panjang, hal itu akan tetap berada di sana secara
PENGANTAR PsiKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

permanen (kecuali informasi _itu hilang karena cedera otak). Seseorang bisa
tidak mampu mengingat (memunculkan kembali) informasi itu, tetapi dalam
kondisi yang ~pat hal itu bisa diakses lagi.
Bagaimana hubungan antara kegiatan otak dengan memori? Seperti
dicatat dalam bab 2, hipokampus langsung berkaitan dengan pengingatan
m.emori, tetapi tidak berperan untuk menyimpan memori. Jadi, di mana tern-
pat memori dalam otak? Ahli saraf tidak sepenuhnya sepakat, tetapi bebe-
rapa riset (Lynch dan Baudry, 1984) menunjukkan bahwa memori berkaitan
dengan sinapsis otak.
Memori jangka panjang bisa dibagi menjadi dua bagian: penyimpanan
jangka panjang yang relatif permanen dan memori aktif (Anderson, 1985,
140; gb. 7.4.). Memori aktif adalah memori yang mana informasinya mudah

Fokus7.2.
Teori tentang Memori dan Penyampaian Khotbah
Teori tentang memori bisa diterapkan pada penyampaian khotbah. Menghafal
garis besar khotbah bisa membantu pendeta berkonsentrasi pada penyampaian khotbah.
Daripada sekadar memakai hafalan, lebih baik pendeta berlatih menyampaikan khotbah
beberapa kali sebelum sungguh-sungguh menyampaikan khotbahnya; lebih baik di
depan cermin atau di depan kamera video.
Beberapa pendeta memulai setiap poin khotbah dengan bunyi atau huruf yang
sama. Meskipun pemakaian kata-kata yang bunyi awalnya sama memberi keuntungan
karena memiliki nilai asosiasi, hal itu bisa dilakukan secara berlebihan dan kadang-
kadang bisa saja asosiasinya ~dak cukup memadai sehingga tidak membantu memori.
Pendeta bisa mencoba mengucapkan satu kata dengan huruf-huruf pertama dari pain-
pain utama, tetapi teknik ini bisa segera menjadi usang. Sebaliknya, menggunakan OHP,
untuk menunjukkan film, atau bahkan memperagakan drama pendek bisa menekankan
ide-ide utama secara lebih efektif. Benda-benda bisa dibawa ke mimbar untuk
mengilustrasikan khotbah. Kejadian yang luar biasa dan tidak terduga sering kali bisa
meningkatkan memori, seperti halnya humor atau cerita yang gamblang.
Merupakan ide yang bagus untuk menyajikan poin utama pada awal dan akhir
khotbah, bukan hanya karena hal-hal yang pertama dan terakhir cenderung paling
diingat, melainkan jemaat juga akan mendapatkan tiga penekanan dan tiga
pengulangan . Poin-poin dan subpoin utama jumlahnya tidak boleh lebih dari tujuh .
Khotbah yang singkat dengan poin-poin utama yang lebih sedikit lebih mudah diingat
daripada khotbah panjang dengan banyak ide yflng rumit.
Pergament dan DeRosa (1985) berpendapat bahwa hanya sediklt informasi dari
sebuah khotbah yang bisa tetap diingat. Detail yang lebih terperinci dari khotbah hanya
diingat jika pendengar memiliki kemampuan verbal yang bagus, tertarik pada topiknya,
terlibat aktif dalam ekspresi keagamaan secara pribadi ataupun umum, dan sebelumnya
sudah memiliki keyakinan yang sesuai dengan isi khotbah.
Memori, Pemahamap,,dan PeniiaianDiri Sendiri

diingat kembali; biasanya hal itu berlangsung selama kurang lebih empat
puluh delapan jam. Jadi, pada saat Anda mempelajari sesuatu dalam waktu
empat puluh delapan jam dan kemudian mempelajarinya lagi, informasi itu
masih mudah diingat. Jadi, meninj!lu kembali materi yang sudah dipelajari
sebelum ujian mungkin sangat baik.
Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang mungkin bisa
berlangsung seumur hidup dan kapasitas penyimpanan pada dasarnya tidak
terbatas. Memori jangka panjang seperti perpustakaan yang sangat besar
dengan miliaran buku pada rak-raknya. Bahkan sistem komputer yang pal-
ing besar pun tidak mampu menyamai kerumitan bank memori otak.
Analogi perpustakaan sangat bermanfaat karena informasi yang
disimpan dalam arsip kartu perpustakaan diberi kode dalam sistem peng-

Mungkin penemuan yang paling mencolok dalam studi ini adalah distorsi isi khotbah.
Meskipun khotbah yang didengar berlangsung hanya satu menit atau kurang, 18 persen
dari isinya disimpangkan dan hanya sepertiga atau setengah dari isinya yang bisa diingat
Demikianlah faktanya meskipun sebagian besar orang yang diamati memiliki tingkat
ketertibatan keagamaan yang cukup besar dan didorong untuk mendengarkan dengan
penuh perhatian, pesan yang disampaikan singkat dan jelas, dan partisipan dievaluasi
segera setelah mendengar pesan itu. Sebagai perbandingan, studi sebelumnya (Johnson,
1970) lebih dari 50 persen materi bisa dilngat dari khotbah sepanjang lima belas menit
yang dibaca, bukan didengar, dan partisipannya melakukan hal itu sebanyak dua kali,
bukan hanya satu kali.
Pergament dan DeRosa juga mencatat bahwa pesan yang paling banyak disim-
pangkan adalah pesan yang isinya tidak biasa dan bertentangan dengan asumsi
pendengarnya. Hal ini bisa menjelaskan mengapa banyak orang awam yang tidak
terpengaruh oleh khotbah-khotbah: mereka menyimpangkan isi pesan supaya sesual
dengan ide-ide merelta.
Myers dan Jeeves (1987, 75-81) mengutip studi yang menunjukkan tingkat
pemahaman yang rendah, dengan hanya 10 persen materi khotbah seminggu
sebelumnya yang bisa diingat dan 30 persen dari mereka bahkan menyangkal bahwa
mereka telah mendengar khotbah tentang topik itu. Myers dan Jeeves menyarankan
para pendeta untuk menggunakan khotbah yang bisa menarik perhatian, bisa dimengerti,
membujuk, dan mendorong orang-orang untuk bertindak. Mereka menekankan
pentingnya contoh-contoh yang jelas dan konkret dan bukan sekadar informasi yang
abstrak. Pendeta harus menggunakan ide-ide yang berkaitan dengan apa yang sudah
dialami dan diketahui oleh jemaat, melakukan pengulangan yang diberi jarak selama
beberapa saat. Jemaat harus membuat catatan dan kemudian mendiskusikan khotbah
itu, mungkin dalam kelas Sekolah Minggu. Waktu untuk bertanya, menjawab, dan
memberi komentar pada akhir khotbah harus disediakan. Kantong persembahan bisa
diedarkan untuk mengumpulkan pertanyaan yang diajukan oleh jemaat.
PENGANTAR PStKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

ingatan kembali dengan indeks sentral. Untuk mengingat apa yang ada dalam
buku, pengguna perpustakaan harus mampu menemukan nomor panggilan
yang tepat, atau kode, untuk buku itu. Sarna halnya, memori jangka panjang
bisa diberi indeks dengan beberapa cara yang berbeda untuk menyediakan
fakta yang sangat banyak. Orang-orang yang tidak bisa mengingat satu
peristiwa dalam situasi biasa sering kali dapat mengingat kembali kejadian
itu ketika tipe stimulus tertentu muncul. Misalnya, orang yang tidak bertemu
dengan te~ya selama bertahun-tahun, tetapi saat mengamllti jenis mobil
yang sering dikendarai temannya, segera akan mengingat gambaran wajah
dan banyak hal tentang pertemuan yang menyenangkan dengan orang itu.
Salah satu kemungkinan pemberian indeks untuk memori jangka pan-
jang .a dalah penggunaan sandi verbal. Jika apa yang diarsip dalam penyim-
panan adalah sandi yang didasarkan pada penjelasan verbal tentang satu
pengalaman, penggunaan satu kata bisa mengingatkan seluruh adegan. Misal-
nya, kata "anjing" dapat membuat seseorang mengingat binatang peliharaan,
sedangkan "Skippy" dapat membangkitkan memori tentang satu jenis
binatang yang dulu menUliki nama seperti itu. Tipe sandi memori yang lain
juga bisa terjadi. Sandi visual, yang didasarkan pada proses persepsi visual,
kadang-kadang disebut sebagai sistem sandi memori eidetic. Perlu dicatat
bahwa memori itu aktif dan sering berubah seiring dengan berjalannya waktu,
sehingga analogi arsip perpustakaan tidak persis sama sepenuhnya. Akan
tetapi, dalam batas tertentu, hal itu bisa dikatakan membantu pemahaman
kita tentang bagaimana memori itu disimpan.
Asosiasi adalah cara yang penting dalam membuat sandi informasi me-
marl jangka panjang. Misalnya, beberapa dari kita belajar lima hal 'Calvinisme
yang menggunakan akrostik TULIP
Total depravity (kebejatan total)

Memori Jangka Panjang

Memori Aktif

Memori yang Sedang Beke~a


(Jangka Pendek)

Gambar 7.4. Tingkat-tingkat mernori


M!lmori, Pemahaman, dan Penilaian qili Sendid

Unconditional election (pilihan tanpa syarat)


Limited atonement (penebusan terbatas)
Irresistible grace (anugerah yang tidak bisa ditolak)
Perseverance of the saints (ketekunan orang kudus)
Jenis asosiasi lainnya mungkin lebih bermanfaat. Misalnya, Anda bisa
merenungkan konsep-konsep yang akan Anda pelajari danmencoba mengaitkannya
dengan kejadian sebelumnya dalam hid up Anda atau dengan hal-hal yang pernah
terjadi pada orang lain. Anda bisa mengaitkan materi itu dengan ide-ide dalam
mata kuliah yang lain (meskipun perbedaan yang jelas di antara keduanya
perlu diingat ketika membandingkan ide-ide yang serupa, seperti akan kita
lihat nanti). P~gulangan bukan saja harus dilakukan dengan cara yang berbeda,
melainkan ada bukti bahwa pengulangan informasi di tempat yang berbeda
juga bisa membantu. Idealnya, informasi harus diulang di tempat yang sama
dengan konteks di mana materi itu harus diingat (Anderson 1985, 1'13).
Memori jangka panjang bisa dimunculkan melalui hipnotis atau psiko-
analisis. Akan tetapi, jika memori berlangsung melalui proses yang panjang
dan diatur dengan baik, bagaimana mungkin kita bisa melupakan sesuatu?
Seperti telah disebutkan sebelumnya, setiap kesan indera yang baru dalam
memori jangka pendek menghapuskan informasi tentang kesan sebelumnya.
Oleh karena itu, otak harus memasukkan setiap pola stimulus baru, melacaknya
dengan cepat dan kemudian menyimpan atau menolaknya. Jika informasi yang
diproses memiliki karakter yang mengganggu atau menakutkan secara emo-
sional, hal itu akan sulit diingat pada waktu yang akan datang. Itulah sebabnya
mengapa orang yang mengalami hal-hal seperti kecelakaan mobil atau bencana
alam tidak bisa mengingat urutan peristiwanya dengan runtut. Karena tindak-
an penyandian seperti sistern pembuatan indeks, masuknya materi-materi baru
mengganggu kemampuan untuk mengingat kembali materi yang sudah disim-
pan. Dalam proses itu, yang kadang-kadang disebut penghambatan retroaktif,
makin mirip materi yang baru dengan materi yang lama, makin banyak yang
diganggunya. Namun kadang-kadang dalam.proses yang disebut pengham-
batan proaktif, materi yang sudah ada dalam memori mengganggu materi
baru yang dipelajari. Kadang-kadang ketika berusaha menghafalkan satu
kelompok ayat Alkitab, orang-orang akan mengaitkannya dengan ayat-ayat
hafalan lainnya dan mendapati diri mereka mengutip dua perikop Alkitab
yang berbeda, namun secara bersamaan menyatukan keduanya. Jadi, lupa
bukanlah kehilangan informasi, melainkan ketidakmampuan mengakses
informasi itu (Nelson, 1971).
Meninjau kembali materi yang akan diingat secara berkala bisa
membantu kita untuk mengingat kembali. Buku yang dibaca pada awal
kursus hax:us ditinjau kemb~ sebelum ujian akhir. Membaca dengan suara
keras bisa mendorong perhatian yang aktif, yang bukan hanya mempe-
ngaruhi indeks dan memori jangka panjang, melainkan juga mendorong
proses persepsi untuk memusatkan perhatian pada stimulus; intinya meli-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG I<RJSTEN 1

Fokus7.3.
Penerapan Lain Teori tentang Memori
Ide yang sama harus dibedakan supaya tidak timbul gangguan. Misalnya, ada
dua deflnisi gereja: gereja sebagai kumpulan semua orang percaya yang sejati, dan
gereja sebagai 'satu bangunan atau struktur organisasi. Jika konsep ini tidak dibedakan
akan muncul kebingungan.
Topik-topik seperti kekudusan, dosa, dan pengudusan bisa dipahami secara
berbeda oleh denominasi yang berbeda. Gangguan bisa diminimalkan dengan mencatat
perbedaan definisi di antara masing-masing denominasi itu. Misalnya, pada saat or-
ang Kristen aliran kekudusan mengatakan bahwa orang-orang Kristen tertentu tidak
berbuat dosa dan orang yang beraliran Baptis mengatakan bahwa semua orang Kristen
berbuat dosa setiap hari, mereka tidak menggunakan arti yang sama dari kata "dosa•.
Orang cenderung melupakan deflnisi yang tidak diterima karena adanya gangguan.
Gangguan menjadi problem dalam penyampaian lnjil. Orang-orang sering
menggunakan deflnisi yang berbeda untuk istilah-istilah seperti "fundamentalis" atau
"lahir baru·. Misalnya, seorang laki-lakl menceritakan imannya kepada seorang
perempuan di jalan, yang bersikap terbuka, tetapi tampak bingung ketika mengatakan
bahwa ia harus mengakui dosa-dosanya untuk menjadi orang Kristen. Perempuan itu
tetah mendengar pengkhotbah di televisi yang mengatakan bahwa manusia tidak bisa
melakukan apa-apa untuk mendapatkan keselamatan; hanya Allah yang sanggup
melakukannya. Gangguan bisa menyebabkan perempuan itu melupakan apa yang
dikatakan penginjil karena pesan di televisi mengganggu penyampaian pesan yang

batkan seluruh proses belajar materi sesuai aslinya. Strategi lainnya adalah
menemukan aspek penting materi yang dipelajari dan mengelompokkan
aspek-aspek ini ke dalam satu jenis penyandian. Puisi pada umumnya Iebih
mudah diingat daripada prosa karena puisi memiliki sandi yang tetap, se-
perti matra, sajak, dan aliterasi (pemakaian kata-kata yang huruf awalnya
sama).
Mazmur 119 merupakan contoh penyandian berbentuk puisi yang
terkenal. Dalam bahasa lbrani asli, Mazmur berbentuk akrostik yang teliti,
dengan setiap baris dalam stanza khusus dimulai dengan huruf yang sama,
dan dengan stanza yang disusun untuk mengeja seluruh abjad lbrani. Banyak
orang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menghafal ayat menggu-
nakan bentuk asosiasi tentang apa yang harus diingat dengan poin-poin
kerangka kerja penyandian yang telah mereka hafalkan.
Dari penjelasan ini, kita akan tergoda untuk menyimpulkan bahwa me-
mori jangka panjang bersifat tetap dan tidak berubah. Namun, hal itu jauh
dari kenyataan. I<ita sering mendengar orang-orang mengenang kembali pe-
ristiwa tertentu dan membumbuinya dengan khayalan mereka sendiri.
Memori lama bisa saja bertentangan dengan foto yang baru ditemukan atau
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri

baru. Pada tahap ini, laki-laki itu harus dengan jelas membedakan antara pengakuan
sebagai sikap mengakui kesalahan dan melakukan "perbuatan balk' untuk bisa menjadi
orang Kristen.
Akhimya, perlu dicatat bahwa akhir-akhir ini beberapa orang Kristen menekankan
pentingnya 'penyembuhan memori". Pendekatan ini bukan didasarkan pada teori
memori yang dijelaskan dalam bab ini, melainkan pada ide Freud bahwa kelupaan itu
disebabkan oleh penindasan terhadap memori yang menyakitkan. Hal ini tentu saja
bisa te~adi dan dalam proses konseling memori-memori ini pertu dihidupkan kembali
dan dibereskan secara sadar (Seamands, 1985).
Penyembuhan memori menuntut bahwa memori-memori sebelumnya dialami •
kembali secara sadar, diikuti dengan pengampuan terhadap orang lain atau diri sendiri.
Kemudian, Allah diminta untuk rnenyembuhkan sakit hati yang muncul berkaitan dengan
memori itu. Allah kadang-kadang divisualisasikan ada di sana dan mengangkat sakit
hati itu sendiri.
Meskipun penyembuhan memori bisa bermanfaat. namun tidak semua orang
memerlukan penyembuhan semacam itu. Pendekatan ini tampaknya paling cocok untuk
orang yang menderita akibat peristiwa traumatis. Perlu dicatat bahwa beberapa penulis
Kri~ten dalam bidang ini menambahkan konsep yang tidak sehat seperti menghapus
atau mengganti memori, yang sesungguhnya merupakan bentu~ penindasan juga.
Selain itu, trauma dan saki! hati saat mengenang kembali pengalaman itu mungkin
membutuhkan campur Iangan konselor profesional, bukan hanya orang yang baru
saja membaca beberapa hal tentang topik itu.

kenangan terhadap orang lain. Memori jangka panjang tidak disimpan secara
pasif, tetapi bisa berubah secara aktif - terutama dalam proses pengenangan
kembali - agar sesuai dengan pemahaman situasi pada saat ini. Sudut
pandang baru
mengubah cara
'ndak, Mal Saya lupa 'Omong kosong! Saya yakin ia akan ki ta memahami
membuang sampah.' memahami memori jangka pendek.'
apa yang baru saja
terjadi akhir-
akhir ini.

PEMAHAMAN
Berpikir di-
definisikan seba-
gai kemampuan
menggunakan
dan mengelola
unsur-unsur
d a a m
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KDNSELING KRISTEN 1

lingkungan dengan sarana sinJ,bol-simbol, dan bukan tindakan fisik. Simbol-


simbol mencakup isyarat, kata-kata, gatnbar-gambar, diagram-diagram, dan
benda-benda abstrak seperti angka-angka. Berpikir berlangsung dalam
banyak bentuk, mulai penalaran pragmatis sampai berkhayal. Kreativitas
adalah bentuk pemikiran yang menonjol di mana aktivitas mental pada level
yang mendekati· khayalan digunakan dalam menghadapi realitas.
Pemikiran orang dewasa mencakup seluruh spektrum hubungan dengan
dunia luar. Pada salah satu ujung rangkaian kesatuan seseorang bisa meng-
hadapi lingkungan secara realistis melalui penalaran dan usaha yang kreatif
untuk mengubah lingkungan itu atau beradaptasi dengannya. Pada ujung
lain, pemikiran autistik mungkin berfokus pada dirinya sendiri - pada
fantasi, khayalan, dan respons terhadap kebutuhan untuk menghargai diri
sendiri.
Psikologi kognitif, yang memusatkan perhatian pada proses mengenal
dalam pengertian yang paling luas, mencakup persepsi, memori, penilaian,
bahasa, dan faktor-faktor lainnya. Pemahaman mengacu pada proses me-
ngenal ataupun pada produk tindakan mengenal itu. Cabang filsafat yang
membahas pengenalan disebut epistemologi. Kemampuan mengenal dengan
menggabungkan persepsi dan pemikiran memampukan manusia menguasai
lingkungan di dekatnya melalui pengembangan teori, ilmu pengetahuan,
kesusastraan, sejarah, dan disiplin ilmu lainnya.
Pemahaman mencakup gambar-gambar dan kata-kata. Gambar-gambar
adalah gambaran mental tentang pengalaman sensorik secara aktual.
Khayalan tidak penting dalam proses pemikiran, tetapi beberapa ()tang meng-
alami khayalan visual dengan kuat. Khayalan memili.ki kemampuan untuk
memberi gambaran sejelas dan seakurat petsepsi asli. Namun, pemikiran
tidak dilakukan dalam otak seperti mesin yang terpisah dari lingkungan. Urn-
pan balik dari lingkungan dalam bentuk proses lanjutan menco't>a-coba
tampaknya merupakan faktor penting dalam proses pemikiran dan belajar.
Orang-orang memberi respons terhadap lingkungan mereka dengan berbagai
macam cara. Pemikiran realistis, atau penalaran (berbeda dengan pemikiran
autistik), membantu kita untuk menyesuaikan diri dengan realitas.
Biasanya tiga proses yang berbeda dipandang sebagai bagian dari pena-
laran. Penalaran deduktif menjelaskan proses di mana data digabungkan dan
kesimpulan ditarik dari "fakta-fakta" itu. Penalaran induktif merilpakan proses
di mana kesimpulan tentang hal yang belum dikenal disusun berdasarkan apa
yang sudah dikenal. Akhirnya, penalaran evaluatif merupakan proses penilaian
tentang kebenaran ide atau konsep baru.
Orang-orang yang tidak bisa mencapai tujuannya atau dihalangi oleh
berbagai rintangan mempunyai masalah untuk diselesaikan. Penyelesaian prob-
lem manusia tampaknya membutuhkan kombinasi wawasan dan proses
belajar mencoba-coba. Kita biasanya mulai dengim wawasan tentang
bagaimana cara menyelesaikan masalah dan mencoba solusi satu per satu,
Memori, Pemahaman, dan Penjl~~ Pi~ Sendiri

mtmgkin hanya dalam pikiran kita. Akhirnya, kita menemukan solusi yang
bisa dijalankan.

Konsep-konsep
Isu tentang pemahaman yang penting adalah sifat khusus konsep yang
kita gunakan. Ada dua teori dasar yang dianjurkan: teori klasik dan teori
contoh.
Teori klasik, yang aslinya disarankan orang Yunani kuno, menyatakan
bahwa konsep yang berbeda memiliki ciri khusus yang dipakai dalam proses
asosiasi dengan benda tertentu dengan satu konsep (Smith dan Medin, 1981).
Gri-ciri khusus merupakan ciri-ciri benda, tindakan atau ide yang paling jelas.
Misalnya, dri khusus konsep "mangkok" adalah benda itu berbentuk cekung,
untuk menaruh maka.nan. dan tidak mempunyai pegangan. Jadi, mangkok bisa
dibedakan dari cangkir karena cangkir mempunyai pegangan dan digunakan
untuk menaruh minuman. Kita mengabaikan banyak ciri lain yang tidak relevan
dan menekankan ciri khusus untuk mencoba mengaitkan benda, tindakan atau
ide dengan konsep tertentu.
Meskipun teori ini pernah dominan sepanjang sejarah dan mungkin men-
cerminkan sifat konsep orang dewasa tertentu, apakah konsep ini bertanggung
jawab atas semua konsep untuk semua orang umur berapa pun? Baru-baru ini,
riset terbaik menunjukkan bahwa tidak demikian halnya (Rosch, 1975). Teori
klasik muncul sebagai teori buatan yang merupakan hasil analisis filosofis yang
abstrak, bukan pengamatan tentang bagaimana orang-orang secara alami
menggunakan konsep setiap hari. Anak-anak muda, pada khususnya, tidak
menggunakan ciri khusus dalam mengenali benda, tetapi menggunakati satu
proses yang lebih sesuai dengan teori contoh (Ratcliff, 1988).
Hal ini bisa ditunjukkan dari contoh tentang mangkok bahwa masing-
masing ciri khusus bisa disimpangkan dan benda itu masih bisa dikenali sebagai
mangkok. Kita bisa memikirkan tentang mangkok persegi dengan pegangan
yang dipakai untuk menyimpan mur dan sekrup. Benar, itu mungkin akan
merupakan mangkok yang aneh, tetapi itu tetaplah mangkok!
Dari risetnya dengan anak-anak, Rosch menyimpulkan bahwa contoh-
contoh terbaik sangat penting untuk mengenali konsep ijadi ini adalah teori
contoh). Contoh-contoh tertentu tentang satu konsep lebih representatif
dibanding yang lain. Misalnya, robin merupakan contoh yang lebih baik tentang
konsep "burung" daripada ayam atau kelelawar. Kita menggunakan contoh
konsep yang terbaik dalam menilai benda yang baru untuk menentukan apakah
benda itu termasuk dalam kategori konsep ~tu. Benda yang baru tidak hanya
harus mirip dengan contoh terbaik dari konsep yang diberikan. tetapi juga tidak
harus mirip dengan contoh terbaik dari semua konsep alternatif lainnya. Kita
cenderung membandingkan benda yang melayang dengan robin untuk
menentukan apakah itu burung atau bukan, daripada membandingkannya
dengan ayam atau kelelawar. Sarna halnya benda yang melayang harus
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

cukup berbeda dari pesawat dan benda melayang lairtnya. Kesamaan antara
contoh terbaik dan contoh yang baru tentang satu konsep disebut "kemiripan
keluarga".
Contoh terpaik (atau prototipe) tentang satu konsep lebih cepat disama-
kan dengan konsep itu daripada contoh-contoh lainnya dan cenderung
menjadi contoh pertama yang dipelajari ketika konsep itu mula-mula diper-
oleh. Prototipe cenderung merupakan contoh pertama yang dikutip dan cen-
derung menjadi poin referensi untuk membandingkan dengan anggota kon-
sep yang tidak khusus (Smith dan Medin, 1981). Teori contoh atau prototipe
merupakan pendekatan yang terbaik untuk memahami konsep anak-anak
dan mungkin juga merupakan cara utama bagi orang dewasa untuk menge-
nali konsep-konsep.

Fokus 7.4.
Prototipe Alkitabiah
Alkitab mengandung banyak prototipe tentang konsep-konsep Kristen. Misalnya,
Kemah Suci dan Bait Suci dalam Perjanjian Lama merupakan prototipe surga. Tentu
saja Kristus dan orang-orang kudus dalam Alkitab merupakan prototipe. Mereka berdiri
sebagai contoh-contoh tentang kebenaran, iman, dan kualitas rohani lainnya. Allah
memberi kita contoh-contoh kisah pribadi orang-orang kudus dan orang-orang ber-
dosa. Ia menghendaki kita untuk mengembangkan "kemiripan keluarga" dengan or-
ang-orang yang memiliki sifat saleh dan menolak contoh dari orang-orang yang tidak
hidup dengan iman. Sebagai orang Kristen, kita Ieiah memiliki kemiripan_ keluarga
karena diciptakan menurut gambar Allah, tetapi kita harus mengembangkan kemiripan
yang lebih sempurna melalui proses pertumbuhan rohani.

Penyelesaian Problem dan Pengambilan Keputusan


~agaimana cara orang menyelesaikan problemnya? Sering kali ada dua
metode yang digambarkan ahli psikologi kognitif sebagai algoritme dan heuris-
tik. Algoritme adalah satu set prosedur yang menjamin penyelesaian problem
Misalnya, jawaban untuk problem pengurangan bisa dicek dengan menam-
bahkan jawaban itu dengan angka di sebelah kanan tanda pengurangan; jum-
lahnya harus sama dengan angka pertama. Heuristik tidak sepasti itu. Heuristik
merupakan petunjuk praktis yang biasanya menuntun pada jawaban yang ter-
baik, tetapi ada pengecualian. Misalnya, cara umum untuk menemukan alamat
seseorang adalah dengan mencarinya di buku telepon, tetapi hal ini tidak selalu
bisa berlaku karena nama beberapa orang tidak tercantum di dalamnya.
Cara lain untuk menyelesaikan problem adalah dengan mencoba memi-
nimalkan perbedaan antara basil akhir dengan kondisi saat ini. Problem baru
sering kali bisa diselesaikan jika bisa disederhanakan atau diubah menjadi satu
bentuk yang sudah kita kenai. Cara lain menyelesaikan problem adalah mulai
Memori, Pemahaman, dan Peni lai~n Diri Sendiri

dengan tujuan dan bekerja mundur dalam penalaran sampai kondisi semula.
Kadang-kadang penggunaan analogi bisa membantu menyelesaikan prob-
lem. Jika ada banyak pilihan, usaha mencoba-coba bisa digunakan untuk
menemukan solusi atas problem itu. Kadang-kadang kilasan ide yang muncul
bisa memberikan jawaban yang dibutuhkan.
Wheeler dan Janis (1980) menyelidiki pertanyaan tentang seberapa baik
atau buruk keputusan yang diambil, dan menemukan lima langkah yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana: (1) menerima tantang-
an; (2) mencari jawaban; (3) mengevaluasi alternatif, dengan mempelajari
aspek positif atau negatif dari hal itu; (4) mempunyai komitmen; dan (5)
1
berpedoman pada keputusan itu dan mengatasi berbagai kesulitan.

Bahasa dan Pemikirlln


Apakah pemahaman berkaitan dengan bahasa, dan jika ya, tepatnya hu-
bungan seperti apa? Pertanyaan ini sudah lama diperdebatkan oleh para psi-
kolog dan masih menjadi sumber konflik yang besar.
Pada satu sisi ekstrem terdapat tokoh Whorf (1956), yang percaya bahwa
bahasa sangat mempengaruhi pemikiran. Dengan berpendapat bahwa ciri
khusus setiap budaya disampaikan melalui bahasa, Whorf menekankan bahwa
pemahaman dibentuk melalui bahasa yang kita gunakan. Wharf menyatakan
bahwa orang Eskimo mempunyai banyak kata untuk salju sehingga bisa mem-
buat perbedaan yang tajam sebagai referensi untuk zat itu; orang-orang yang
berbahasa Inggris hanya memiliki satu kata untuk salju. Kosakata dan tata
bahasa berasal dari penafsiran budaya tentang dunia.
Meskipun bahasa memang mempengaruhi persepsi dan kosakata kita
secara sosial, ada bukti bahwa tata bahasa sebagian dibawa sejak lahir. Chomsky
(1975) memberikan bukti bahwa ada struktur dasar dalam bahasa manusia,
tata bahasa universal yang dimiliki semua bahasa. Ia menunjukkan bahwa
susunan kata tertentu dalam kalimat untuk semua bahasa selalu hampir
sama, sedang kombinasi yang lain jarang ada atau tidak ada. Oleh karena
itu, Chomsky berpendapat sebagian besar unsur tata bahasa lebih banyak
merupakan hasil proses kedewasaan daripada hasil budaya. Memang, pada
saat anak-anak mempelajari kerurnitan tata bahasa, tidak setiap peraturan
diajarkan secara eksplisit; hal ini menunjukkan bahwa orang-orang "terikat"
untuk mendapatkan banyak peraturan bahasa.
Piaget (1926) tidak setuju dengan Whorf, dan menyatakan bahwa pikiran
mendahului bahasa. Sejak masih bayi, anak-anak sudah berpikir dan berusaha
memahami dunia. Perkembangan awal bahasa pada usia dua tahun merupakan
mdikasi tentang cara pemikiran yang baru, pemikiran pra-operasional (lih. bab 10).
Vygotsky (1%2) sependapat dengan Piaget, dan percaya bahwa pemikiran
adalah bahasa yang sudah ada di dalam diri kita. Selama tahap awal kehidupan,
pembicaraan dan pemikiran berkembang secara terpisah. Ketika anak-anak mulai
berbicara, ada penggabungan antara bahasa dan pemikiran. Berbeda dengan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1
«<A%tA · _'tH

Chomsky, Vygotsky berpendlJpat bahwa tata bahasa sepenuhnya dipelajari


(tidak merupakan bawaan lahU) dan akhirnya mempengaruhi logika (Piaget,
sebaliknya, berpendapat bahwa logika berkembang lebih dulu).
Penganut paham perilaku seperti Skinner (1957) berpendapat bahwa
semua teori di atas terlalu misterius dan rumit. Bahasa tidak lebih hanya
merupakan perilaku yang telah diteguhkan. Orang-orang yang menganut
teori belajar melalui pengamatan akan menekankan peniruan atas apa yang
kita dengar sebagai dasar penguasaan bahasa.
Teori mana yang benar? Ada beberapa bukti untuk masing-masing teori,
dan konsensus yang jelas belum tercapai. U ntuk menyingkat waktu, mungkin
pilihan yang terbaik adalah mengakUi bahwa budaya .memang sangat mem-
pengaruhi kita, dan salah satu cara penyampaian budaya adalah melalui
bahasa. Hubungan pasti antarabahasa dan pemikiran sampai saat ini belum
jelas. Mungkin pemahaman mempengaruhi bahasa atau sebaliknya, tetapi
kita sulit untuk menentukan mana yang Iebih dulu ada. Dari catatan Alkitab
tentang menara Babel (dan perkembangan 'bahasa-bahasa yang berbeda-beda
sebagai akibatnya), kita bisa menyimpulkan bahwa alasan adanya struktur
dasar dalam semua bahasa adalah karena suatu, kali pad a masa lalu semua
manusia berbicara dengan menggunakan bahasa yang sarna; ada sumber
yang sarna untuk semua bahasa. Akan tetapi, ini tidak berarti menghapus-
kan semua kaitan genetik dengan struktqr dasar. Meskipun ada kesimpulan
ten tang bahasa-bahasa di Babel, masih ada pola umum dalarn pusat bieara
otak yang diprograrn sebelumnya untuk struktur tata bahasa tertentu dan
mencerminkan maksud ~emul!l Allah, yaitu: manusia yang belum retak hu-
bungannya dengan bahasa yang sarna.

Bahasa dan Komunikasi


Dalarn pengertian paling luas komunikasi adalah proses di mana orang-
orang memberi dan menerima informasi kognitif dan informasi lainnya.
Informasi - yang mungkin mencakup fakta-fakta, ide-ide atau perasaan - bisa
disarnpaikan meialui beberapa cara, seperti ucapan, isyarat, dan simbol gambar
atau tertulis. Sarana komunikasi yang penting untuk orang dewasa adalah
komunikasi verbal (meskipun bahasa nonverbal mungkin lebih penting, seperti
dibahas dalarn bab 4). Penggunaan sistem bahasa yang sangat rumit merupa-
kan salah satu prestasi manusia yang paling menonjol dan menakjubkan.
Studi psikologi tentang bahasa dan ucapan disebut psikolinguistik.
Analisis linguistik berlangsung pada tiga tingkat. Tingkat fonologis berfokus
pad a fonem atau unit-unit bunyi bahasa paUng dasar. Tingkat gramatikal
memiliki dua unsur: marfologi yaitu studi tentang kata-kata dan segmen kata
yang mempunyai arti, dan sintaksis yang membicarakan peraturan untuk
penggabungan kata-kata dan frasa-frasa menjadi kalimat. Akhirnya, tingkat
semantik yang membahas arti kata. Orang-orang yang menerjemahkan
Alkitab dari satu bahasa ke bah as a yang lain harus memiliki pemahaman
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri

yang baik tentang psikolinguistik, satu prinsip luas yang bisa diterapkan pada
bahasa mana pun.
Penguasaan bahasa telah diselidiki secara rind dalam psikologi perkem-
bangan.2 Produksi bahasa selama tahun pertama kehidupan manusia terbatas
pada bentuk menangis dan gumam yang sangat_dasar. Pada akhir tahun pertama,
kata-kata tertentu yang sudah bisa dipahami mulai muncul dan tahap bicara
dimulai. Setelah itu, anak-anak terus bertambah kosakatanya dan mereka mulai
mengembangkan penggunaan tata bahasa, dimulai dengan kata-kata tunggal
dan meningkat menjadi kalimat dengan dua kata. Anak yang berusia satu
tahun biasanya hanya mempunyai dua atau tiga kata dalam kosakatanya;
dalam usia dua tahun kosakatanya meningkat menjadi kurang lebih lima
puluh kata dan pada usia tiga tahun menjadi seribu kata. Telah ditunjukkan
bahwa IQ anak yang tidak punya tempat tinggal, yang banyak dipengaruhi
oleh lingkungan verbal selama tiga tahun pertama kehidupannya akan
meningkat (Ramey, Yeates, dan Short, 1984). Anak-anak ini mungkin lebih
berorientasi pada ucapan verbal dan bahasa daripada anak-anak yang tidak
terlibat dalam program peningkatan kemampuan verbal. Stimulasi yang
disediakan melalui program televisi seperti "Sesame Street" bisa mempunyai
dampak yang besar pada perkembangan bahasa (meskipun televisi bukan
pengganti program membaca yang sistematis) . Penguasaan kata -kata dan
keterampilan bahasa biasanya berlanjut pada saat anak-anak bertambah
dewasa. Dalam budaya Amerika Utara, sukses berkaitan langsung dengan
penguasaan keterarnpilan bahasa.

Berbi~ara dengatt Diri Sendiri


Pada umumnya tindakan kita bukan sekadar berupa stirnulus-respons
(S-R), melainkan berupa stimulus-organisasi-respons (S-0 -R). Tetapi, jenis
organisasi apakah yang terjadi di antara stimulus yang kita terima dengan
respons yang kita berikan?
Beberapa psikolog menjelaskan aktivitas kognitif di mana kita
memberikan pesan tertentu kepada diri sendiri sebagai "berbicara dengan
diri sendiri" (Meichenbaurn, 1977). Pernyataan yang dibuat untuk diri sendiri
bisa saja berupa pikiran yang melemahkan diri sendiri, keyakinan atau
harapan yang mencerminkan asumsi yang otomatis dan tidak logis (Beck,
1976). Berbicara pada diri sendiri cenderung menekankan peristiwa pada
masa lalu yang menyakitkan secara berlebihan dan pentingnya komentar
orang lain. Penganut paham perilaku kognitif menekankan pentingnya
mendapatkan informasi lebih banyak tentang apa yang dipikirkan orang lain
sebelum mencapai kesimpulan, sehingga mence.gah peneguhan kesimpulan
yang kasar itu . Hal ini sering kali mencakup pengawasan dan tantangan
terhadap isi pemikiran.
Ellis menemukan beberapa asumsi tidak rasional yang sering merupakan
bagian dari pembicaraan pada diri sendiri (Ellis dan Grieger, 1977). Penyataan
yang biasanya diyakini ini perlu dikenali dan dihadapi jika hal itu muncul:
PENGAHTAR PSIKOlOGI DAN KONSEUHG. KRISTEN
• • . .. . I
1

1. Saya harus dicintai seti~p orang.


2. Merupakan hal yang mengerikan jika sesuatu tidak terjadi persis sesuai
dengan apa yang saya harapkan.
3. Hal-hal menyakitkan yang menimpa saya pasti disebabkan oleh keadaan
atau orang lain di luar kendall saya.
4. Saya sangat cemas menghadapi hal-hal yang mengancarn dan memusatkan
seluruh perhatian saya pada hal itu.
S. Lebih baik saya menghindari problem daripada menghadapinya.
6. Saya harus marnpu mengatasi segala situasi.
7. Jika sesuatu pernah mempengaruhi hidup saya, hal itu akan selalu
mempengaruhi saya
8. Saya harus mengendalikan did sendiri sepenuhnya.
9. TIdak melakukan apa-apa atau hanya sedikit terlibat dalam satu situasi akan
membuat saya bahagia. .
10. Saya tidak bisa mengendalikan emosi dan saya tidak perlu bertanggungjawab
atas iipa yang saya rasakan.
11. Selalu ada solusi yang benar dan sempUl1Uli akan terjadi bencana besar jika
saya tidak bisa menemukannya.
Meskipun orang Kristen setuju bahwa pernyataan pada diri sendiri di atas
tidak rasional, Ellis menambahkan dua pernyataanlain yang harus diwaspadai oleh
orang Kristen. Salah satu dari pernyataan itu berfokus pada fakta bahwa tindakan-
tindakan dan orang-orang tertentu jahat sehingga mereka pantas mendapat
hukuman Pernyataan ini tentu saja tidak selalu tidak rasional seperti yang ingin
Ellis yakini, karena hal ini sesuai dengan ~gajaran Alkitab. Tentu saja, tidak ada
seorang pun yang tidak memiIiki harapan dan tidak marnpu didoakan, tetapi tentu
saja merupakan hal yang rasional untuk mengenali orang-orang dan tindakan yang
jahat jika memang ada.
Pernyataan tidak rasionallain yang ditekankan Ellis adalah kebutuhan
untuk bergantung kepada seseorang yang lebih kuat dan lebih berkuasa dari-
pada diri sendiri. Orang Kristen meneguhkan bahwa kita perlu bergantung
kepada Allah. Namun yang menjadi paradoks adalah bergantung kepada Al-
lah justru meningkatkan kekuatan di dalarn diri kita. Roh Kudus yang tinggal
di dalarn kita memarnpukan kita menghadapi dunia dan problem yang kita
jumpai. Apa yang tampaknya ditentang Ellis adalah ketergantungan terus-
menerus kepada orang lain, problem yang sering ditemui dalam konseling.
Kita hams mendorong orang-orang untuk bergantung kepada Allah dan pada
kekuatan yang la berikan, dan tidak membiarkan mereka menjadi parasit
emosional.
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri

Fokus7.5.
Buku-buku tentang Percakapan pada Diri Sendiri
Beberapa penulls Kristen telah menyelidiki percakapan pada diri sendiri dan
pemikiran rasionaL Mungkin yang paling terkenal adalah karya William Backus (Backus
dan Chapian, 1980). Meskipun pendekatan Backus agak menyederhanakan, ada
beberapa hal menarik yang bisa kita dapatkan dengan menggunakan apa yang ia
sebut "terapi keyakinan yang salah'. Buku ini sang at terkenal di masyarakat dan Backus
telah menerbitkan beberapa jilid buku berikutnya yang menerapkan ide-ide itu dalam
beberapa konteks. Sebagian besar dari penjelasan Backus bisa dipandang sebagai
penerapan Kristen tentang terapi kognitif.
Schmidt, seorang ahli psikologi klinis, telah menulis buku yang sama praktisnya
dan enak dibaca berjudul Do You Hear What You're Thinking (1983). Karya Crabb
sebelumnya (1977) tidak hanya membahas teori Ellis secara kritis, tetapi juga
mengembangkan seluruh ide tentang percakapan pada diri sendiri dalam kerangka
ke~a Kristen.

MENGEMBANGKAN CITRA DIRI YANG SEHAT


Percakapan pada diri sendiri secara kognitif sering kali berasal dari
konsep yang lebih digeneralisasi tentang diri sendiri yang dimiliki orang itu.
Konsep diri seseorang mulai berkembang pada awal masa kanak-kanak dan
makin berkembang dan menjadi stabil selama masa remaja dan dewasa (lih.
bab 11). Namun, konsep diri bisa kurang optimal akibat perasaan rendah
diri atau citra diri yang negatif (Meier 1977, 4-41).
Pada umumnya orang dalam berbagai cara, sepanjang hidup mereka
telah diberi tahu bahwa mereka kurang hebat. Pesan ini bisa bersifat verbal
ataupun non-verbal, sengaja atau tidak sengaja. Pesan ini menghambat per-
kembangan kesan harga diri yang kuat. Tanpa kesan harga diri semacam itu
orang tidak akan mengalami kehidupan yang menyedihkan, tetapi juga tidak
akan mampu mencapai potensi yang ditetapkan Allah untuk mereka penuhi.
Anak-anak muda mudah menerima kesan bahwa mereka kurang hebat
karena secara fisik mereka lebih kecil daripada orang dewasa di sekitar mereka,
dan.lebih canggung, bodoh dan naif. Orangtua dan ternan yang lebih tua
mendikte setiap gerakan mereka. Ketika mereka pergi ke sekolah, perhatian selalu
dipusatkan pada kesalahan yang mereka perbuat. Faktor-faktor ini mempersulit
perkembangan konsep diri yang sehat.

Sistem Nilai Orangtua


Faktor utama dalam perkembangan harga diri adalah pengaruh sistem
nilai orangtua. Tidak peduli apa pun.yang dikatakan orangtua, perhatian mereka
biasanya terletak pada materi, atletik, penampilan yang bagus, inteligen, atau
kemanusiaan, dan bukan pada karakter kesalehan.
PENGA"'TAR PSIKOLOG! DAN KONSEUNG KRISTEN 1

J\.1A TERJAL fSME

Orangtua yang memusatkan perhatian pada keuntungan materi dalam


kehidupan dan percakapan mereka sehari-hari metnberikan pengaruh pada
anak-anak. Meskipun akhirnya mereka sukses dan memiliki profesi berharga
yang memberikan gaji yang baik, anak-anak ini sebagai orang dewasa
mungkin secara sadar (atau tidak sadar) merasa rendah diri karena mereka
tidak memenuhi harapan materialistis orangtua mereka. Sebaliknya, anak-
anak mereka mendeteksi ketidakpuasan dan sikap frustrasi di dalam diri
mereka karena tidak mem.iliki banyak uang dan harta benda. Karena melihat
sikap frustrasi itu menggerogoti harga diri orangtua mereka, setahap demi
setahap anak-anak belajar menilai harga diri mereka melalui kepemilikan
harta benda: sepeda motor, pakaian, sepeda balap kecepatan-sepuluh, dan
uang belanja. Jika mereka tidak mempunyai benda-benda semacam itu, me-
reka merasa tidak berharga. Dan sekalipun mereka memilikinya, mereka
membandingkan diri mereka dengan ternan sebaya yang merniliki lebih
banyak daripada mereka, dan rnereka akan merasa rendah diri. Jadi, sistem
nilai yang salah bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Mendasarkan harga diri kita pada kekayaan rnerupakan dosa. Meskipun
beberapa tokoh Alkitab yang paling saleh adalah orang-orang y<mg sangat kaya
di bumi dalarn hal materi - seperti Abraham, Ishak, Yakub, Yu.suf, Ayub, dan
Daud - harga diri rnereka didasarkan pada iman mereka kepada Allah.
Hamba-harnba Allah lainnya rnemiliki nilai kebajikan yang sama, tetapi
mereka hidup dalam kem.iskinan. Sebagai contoh, rasul-rasu1 atau Paulus .
Paulus berkata bahwa ia mengalarni keadaan berkelimpahan atau_kemiskinan,
popularitas atau penghinaan; tetapi ia mendasarkan harga dirinya pada hu-
bungannya dengan Allah sehingga ia sanggup berkata, "Aku telah belaiar
mencukupkan diri dalam segala keadaan" (Flp. 4:11). Sarna haJnya, Krisl ~1s
berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka :ie·-
rnuanya itu akan ditarribahkan kepadamu" (Mat. 6:33) . Kehidupan di bumi
merupakan ziarah yang bersifat sementara. Mengernbangkan karakter yang
saleh lebih penting daripada mengejar uang.

PENDWIKAN

Beberapa orang menekankan ranking yang tinggi dan nilai yang sempurna
dalam tes. Tekanan pada pendidikan, meskipun penting, pada beberapa keluarga
terlalu berlebihan. Seorang pemuda yang diajar orangtuanya bahwa nilai yang
huang dari A merupakan aib bagi seluruh keluarga, mendapat nilai A dalam
semua mata kuliahnya kecuali satu. Ketika hal ini terjadi, pamannya segera
datang naik pesawat dari negara bagian lain untuk berbicara dengannya tentang
hal itu. Bertahun-tahun kemudian, sebagai sarjana yang brilian dengan gelar
doktor di bidang ekonomi dari Harvard, ia masih memiliki perasaan. tidal<
nyaman dengan mata kuliah itu. Anak-anak yang orangtuanya memiliki ha-
rapan yang tidak realistis untuk mereka akan merasa gagal, tidak peduli
seberapa pun suksesnya rnereka di mata dunia.
' •. ' ··--------
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri
.

ATLETIK

Harga diri anak muda sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka


dipandang oleh ternan sebaya. Berprestasi rata-rata atau lebih tinggi dari
rata-rata dalam cabang olahraga merupakan salah satu cara anak-anak dan
remaja mendapatkan respek dari ternan sebaya. Olahraga mengajarkan kerja
sama tim, antusiasme, persaingan dengan diri sendiri, persaingan dengan
orang lain, bagaimana menang dengan anggun, dan bagaimana menerima
kekalahan dan frustrasi. Anak-anak dan rem~ja bisa memandang diri mereka
menjadi lebih baik dengan berlatih dan bisa menerapkan konsep ini pada
"permainan kehidupan" . Olahraga bisa membantu anak muda mendapatkan
rasa percaya diri pada saat kemampuan mereka meningkat. Menjadi bagian
dari tim atletik bisa membantu mereka mengembangkan persahabatan yang
akrab dan belajar berhubungan dengan orang lain.
Namun, atletik bisa rnenghancurkan harga diri dan bahkan mengajarkan
nilai-nilai sosiopatik. Jika ayah bermain baseball dengan anak-anaknya,
apakah ia memuji mereka ketika melakukan sesuatu dengan benar, atau
apakah ia tetap diam ketika mereka memukul atau menangkap bola dan
mengkritik mereka jika gagal? Apakah ia terus-menerus rnengoreksi dan
menunjukkan bagaimana mereka seharusnya melakukan hal itu'? Hal yang
mereka butuhkan adalah penerimaannya, kebersamaan dengannya, dan
pujian yang tulus atas apa yang mereka lakukan dengan benar.
Pelatih yang sehat secara emosional membantu rnengembangkan
karakter anak-anak muda. Namun, ada juga pelatih yang terganggu emosinya
atau rusak rohaninya karena sangat mendambakan kemenangan sedernikian
rupa sehingga mereka mengajar para atlet bersikap curang, melukai pemain
lain, dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menang. Anak-anak
yang menerima filosofi "menang dengan risiko apa pun" akan menerapkan
hal ini pada bidang kehidupan yang lain juga. Keinginan yang besar untuk
menang itu sehat, tetapi tidak dengan risiko apa pun. 1\nak-anak harus belajar
bersikap tegas dan kompetitif, tetapi tidak sosiopatik.
Anak-anak yang kemampuan atletiknya terbatas bisa mendapatkan
penghargaan sosial lainnya sebagai kompensasi, daripada berusaha keras untuk
unggul dalam bidang-bidang di mana kemampuan dasar mereka kurang
memadai. Banyak orangtua mengharapkan anak-anak mereka sukses dalam
bidang-bidang di mana mereka lemah ketika mereka bertumbuh. Jauh lebih
penting bagi anak-anak adalah memenuhi kebutuhan pribadi dan rohani
daripada kewajiban untuk menutup kekurangan orangtua mereka.

PENAMPILAN

Jutaan orang Amerika mengalami perasaan rendah diri karena memban-


dingkan cacat fisik mereka, baik yang nyata maupun khayalan, dengan
kelebihan fisik orang lain. Baik untuk laki-laki maupun perempuan, sistem nilai
yang salah ini dipelihara terus-menerus jika gadis kecil dipuji berulang-ulang
karena ke cantikannya,, atau anak laki-laki kecil dipuji karena
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

ketampanannya, tetapi mereka tidak pernah dipuji atas hal yang lain. Tidak
ada salahnya untuk kadang-kadang memuji .anak-anak atas penampilan
mereka yang cakap, tetapi merupakan hal yang tidak sehat secara psikologis
untuk memuji penampilan mereka y~g baik dengan mengorbankan hal-hal
penting lainnya, sepeiti ciri pembawaan yang saleh. Beberapa orangtua
bahkan menyombongkan penampilan anak mereka yang cakap kepada or-
ang lain di depan anak mereka.
Orangtua yang bermaksud baik bisa secara tidak sadar mengajar anak
perempuan mereka mengukur harga diri berdasarkan daya tarik fisik atau
daya tarik seksnya. Ia akan membandingkan dirinya sendiri dengan orang
lain yang memiliki wajah lebih cantik, bentuk tubuh yang lebih meilarik, dan
lutut yang tidak terlalu menonjol, terutama pada masa remaja. Ia akan jarang
mengakui kelebihan fisiknya yang memuaskan. Sering kali semakin menarik
seorang gadis, semakin rendah diri perasaannya. Hal ini mungkin sebagian
disebabkan oleh orangtua yang memberikan tekanan yang berlebihan pada
penampilannya.
Betapa besar perbedaannya jika orangtua memuji karakter dan perilaku
anak-anak! Cacat karakter dan perilaku bisa diperbaiki; cacat fisik jarang bisa
diperbaiki. Oleh karena itu, orangtua yang menghargai dan memuji karakter
yang balk membantu anak-anak mereka belajar bersikap benar sambil me-
ngembangkan perasaan memiliki harga diri yang sangat penting untuk
kesehatan mental yang baik.
Banyak orang membawa kebencian yang tersembunyi terhadap Allah
karena tidak merancang mereka seperti yang mereka bayang~an. Namun,
Allah merancang kita dengan penuh kasih menurut cara-Nya karena Ia ingin
mengembangkan karakter seperti Kristus dalam diri kita masing-masing
sehingga kita bisa menjalani kehidupan dengan limpah.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku
dalam kand ungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;
ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di
tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang
paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak,
Dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk,
sebelum ada satu pun dari padanya. (Mzm. 139: 13-16)
Meskipun tubuh kita dibentuk dalam kandungan ibu kita, tiap-tiap "bagian
di dalam kita" dirancang persis sesuai dengan kehendak Allah - termasuk
kekuatan dan kekurangan kita. Kita memiliki tanggung jawab untuk hidup
sesuai potensi kita dan memperbaiki cacat yang masih bisa diperbaiki. Harga
diri dan kesaksian Kristen kita akan mendapat keuntungan dengan memuji
Allah karena merancang kita sebagaimana adanya.
Memori, Pemahaman, dan Penllaian Diri Sendiri

Renungkan kata-kata Paulus. Paulus menyediakan dirinya bagi Allah.


Meskipun banyak orang Kristen tampaknya berpikir bahwa mereka mampu
menjal~nkan kehidupan mereka sendiri lebih baik daripada Allah, Paulus
menulis:
Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penya-
taan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku,
yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan me-
ninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan,
supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepada-
ku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahan-
lah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab ~tu terlebih suka aku bermegah
atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena
itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam
kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (II Kor. 12:7-10)
Meskipun Allah memberikan karunia kesembuhan kepada Paulus, Ia ber-
kata tidak kepada Paulus ketika ia meminta kuasa untuk menyembuhkan dirinya
sendiri. Allah menjawab setiap doa kita, tetapi mengharapkan Allah untuk
selalu mengabulkan doa kita seperti yang kita minta merupakan usaha yang
naif. Sebab hal itu berarti merampas kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah.
Cacat Paulus yang tidak bisa diperbaiki adalah untuk kebaikannya sendiri dan
untuk kemuliaan Allah.
Salomo berkata: "Sisihkanlah sanga dari perak, maka keluarlah benda yang
indah bagi pandai emas" (Ams. 25:4). Namun setiap orang, sekalipun diberi
karunia, adalah bejana tanah liat yang dibuat sesuai dengan rencana Allah.
Dan sejauh tertentu setiap orang ditutupi dengan sanga kesalahan manusiawi,
termasuk kesaiahan orangtua. Di bawah sanga itu, tidak ada orang yang lebih
rendah daripada orang lain, sekalipun masing-masing mungkin punya desain
yang unik. Orang Kristen hams berjuang untuk mencapai kedewasaan rohani
dan emosi, dengan menempatkan diri mereka sendiri di bawah tangan Al-
lah sehingga Ia bisa menyingkirkan sanga itu dan menghasilkan bejana tanah
liat yang mendatangkan kehormatan, dan bukan aib.

Citra Diri yang Sehat


Apakah mengasihi diri sendiri itu sesungguhnya sesuai dengan rencana
Allah bagi kita? Jika mengasihi diri sendiri berarti kecongkakan dan kesom-
bongan, jawabannya adalah "pasti tidak!" Ketika Allah mendata dosa yang
Ia benci, posisi "Saya oke, tetapi kamu tidak oke" termasuk di dalamnya (lih.
fokus 7.6.).
Kesombongan dan kecongkakan adalah dosa yang tidak perkaitan
dengan mengasihi diri sendiri dalam cara yang sehat - dalam cara yang me-
nyukakan hati Allah karena Ia mengasihi dan menghendaki kita mengalami
hidup berkelimpahan. Mengasihi diri sendiri yang sejati membuat kita lebih
berguna bagi Allah.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Seorang pakar legalisme bertanya kepada Yesus manakah perintah yang


paling penting. "Jawab Yesus: 'Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tul1an, Allahmu, deng~
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
dan dengan segE!nap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah se-
samamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama
daripada kedua hukum ini"' (Mrk. 12:29-31). Paulus menulis, "Demikian juga
suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang
mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri." (Ef. S:28). Orang-orang yang
memiliki citra diri yang negatif pasti suka mengkritik orang lain. Orang-or-
ang yang tidak mengasihi diri sendiri secara sehat tidak akan mtingkin
mengembangkan hubungan kasih yang murni dengan orang lain. Praktek
psikiatris membuktikan kebenaran Alkitab dalam dua hal penting: (1) Anda
tidak mungkin bisa sungguh-sungguh mengasihi orang lain sebelum belajar
mengasihi diri sendiri secara sehat; (2) kurangnya penghargaan terhadap
diri sendiri merupakan dasar bagi sebagian besar problem psikologis.

Fokus7.6.
Legalisme dan Citra Diri
Banyak orang Kristen telah dibesarkan di gereja di ·mana mereka diajar bahwa
membenci diri sendiri adalah satu nilal kebajikan dan bukan dosa. Mereka biasanya
mengambil apa yang disebut analis transaksional posisi "Saya tidak oke, tetapi kamu
oke" atau (bahkan lebih buruk) posisl "Saya tidak oke dan kamu tidak oke". Posisi "Saya
tidak oke dan kamu tidak oke~ merupakan posisi yang paling berbahaya secara emo-
sional yang bisa dimiliki oleh seseorang (lih. Harris, 1976). Mereka menarik dirl dari
orang lain dan tidak punya citra dirl yang positif dan hubungan kasih yang tulus dengan
orang lain sehingga menjadi depresi atau psikotik karena realitas - atau paling tidak
seperti yang mereka lihat - menjadi terlalu menyakltkan untuk dltanggung.
Tidak mengherankan jika banyak psikiater non-Kristen yang memandang semua
agama dengan kecurigaan . Bagaimanapun, banyak pasien mereka terganggu
mentalnya yang dengan histeris mencoba bermain-main dengan Allah, memberi tahu
Dia apa yang hcrt~s dilakukan dan bagaimana melakukannya. Makin rendah diri perasaan
seseorang, tindakan mereka akan semakin superior untuk menub.Jpi perasaan tidak mampu
mereka. Jika perasaan itu mencapai proporsi psikotik, orang-orang kadang-kadang
membuat dan sesungguhnya percaya, khayalan bahwa mereka sungguh-sungguh hebal
Khayalan paranoid membuat orang-orang merasa lebih panting.
Gereja lokal yang negativistik atau legalistis membuat masalah menjadi tambah
buruk bagi orang-orang yang sudah dipenuhi dengan perasaan rendah diri, yang sudah
begitu terpukul dengan pengajaran legalistis sehingga harga diri mereka mencapai
dasar.
Harga diri anak-anak bisa rusak secara permanen jika mereka bertumbuh dalam
gereja yang negativistik, legalistis yang mengabaikan kasih karunia Alah. Banyak anak
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sen.diri

MEMElmARA BAIT ALLAH


Mengasihi diri sendiri dengan cara yang berkenan kepada Allah men-
cakup perawatan tubuh kita. Orangtua yang menghendaki anak-anak
mereka untuk merawat tubuh mereka perlu merawat tubuh mereka sendiri
terlebih dulu. "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (I Kor. 3:16). "Atau tidak tahukah
kamu, bahwa tubuhmu adalah Bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,
Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik
kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (I Kor. 6:19-20). Tubuh
kita, "Bait Allah yang hidup" (II Kor. 6:16), jelas sangat penting bagi Allah.
Sebagai Bait Allah, kita harus mengembangkan kebiasaan makan dan
tidur yang sehat, ditambah olahraga dan rekreasi yang memadai. Seseorang
bisa menjadi mudah tersinggung dan marah atas hal-hal sepele karena depresi
psikologis atau anemia. Anemia, yang mungkin disebabkan oleh pendarahan

yang sebenarnya bisa menjalani hidup dengan berkelimpahan dan ikut memajukan
pekerjaan Kristus. Namun mereka tidak pernah mencapai potensi itu karena mereka
dirusak oleh gereja yang kaku yang mempertahankan hal-hal yang salah.
Setiap manusia sangat berarti bagi Allah. Kristus berkata, "Bukankah burung pipit
dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di
luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab
itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pfpit"
(Mat. 10:29-31). Kristus juga menunjukkan betapa pentingnya kita bagi Dia ketika Ia
berkata, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-K.u dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan
mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari Iangan
Bapa. Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh. 10:27-30).
Beberapa gereja menyampaikan ide yang tidak sehat bahwa Allah menunggu
orang Kristen yang berani melanggar salah satu hukum-Nya sehingga Ia bisa meng-
hukum atau menolak mereka. Allah Alkitab adalah Allah yang sempurna kasih-Nya
dan sempurna keadilan-Nya, sehingga Ia mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, mati di
kayu salib untuk menyelamatkan kita dari neraka. Ia adalah Allah yang sangat me-
ngasihi kita sehingga memberikan Firman-Nya kepada kita, dengan prinsip-prinsip untuk
kita jalani supaya kita hidup berkelimpahan . Kristus berkata bahwa orang-orang yang
menaruh imannya kepada Dia, Ia tuliskan dalam telapak tangan-Nya, dan sudah
memiliki hidup. Bapa menaruh tangan-Nya yang penuh kasih menutupi Iangan Kristus,
sehingga posisi kita sepenuhnya aman oleh kasih karunia-Nya. "Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil peke~aanmu : jangan ada orang yang memegahkan diri" (Ef. 2:8-9).
PENGANTAR PsiKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

saat inenstruasi, makan semqarangan, atau diet yang salah, bisa diperbaiki
dengan menambahkan protein dalam menu kita atau mengkonsumsi su-
plemen zat besi. Makan berlebihan jelas bisa merusak kesehatan fisik dan
emosi. Penyakit serangan jantung dan penyakit fatal lainnya meningkat tajam
pada orang-orang yang kelebihan berat badan 20 persen Merupakan hal yang
agak kontradiktif bagi orangtua untuk mengajarkan pengendalian diri kepa-
da anak-anak jika mereka sendiri mempraktekkan pengendalian diri yang
buruk.
Kebiasaan tidur yang sehat kadang-kadang diabaikan oleh orang-orang
Kristen yang penuh semangat, yang akhirnya "kehabisan tenaga". Orang yang
terus-menerus kurang tidur akan menghadapi masalah. Orang dewasa me-
merlukan kurang lebih delapan jam tidur pada malam hari. Kadang-kadang,
seseorang cukup tidur enam jam saja, sedangkan yang lain sepuluh jam. Se-
bagian besar remaja memerlukan waktu kurang lebih sembilan jam tidur pada
malam hari. Anak-anak SD memerlukan kurang lebih sepuluh jam, anak-
anak yang belum sekolah 12 jam, dan bayi kurang lebih enam belas sampai
delapan belas jam. Tidur, yang dirancang Allah untuk kesembuhan tubuh
dan pikiran, sesungguhnya lebih penting untuk kesehatan mental daripada
istirahat fisik.
Rekreasi merupakan aspek lain perawatan diri sendiri yang sering kali
diabaikan orang Kristen. Merupakan hal yang sah!h untuk berpikir bahwa
menonton pertandingan sepakbola, mendaki gunung, atau bermain dengan
ternan-ternan merupakan pemborosan waktu. Tentu saja, beberapa jenis
rekreasi lebih sehat daripada yang lain. Jika orang Kristen menghabiskan
seluruh waktu mereka untuk rekreasi, mereka tidak akan banyak berbuat
apa-apa bagi Tuhan. Allah menghendaki keseimbangan yang .menyenang-
kan. Yesus sendiri menghabiskan sebagian kecil dari waktu tiga tahun pela-
yanan-Nya di pegunungan, kadang dengan murid-murid-Nya (terutama
Petrus dan Yohanes), kadang sendirian. Di sana Ia bisa mengasingkan diri
dari kerumunan orang banyak yang membutuhkan banyak perhatian dan
tenag~,_ri!e~_m_erenung, bersekutu dengan Bapa, menikmati keindahan
alam yang Ia ciptakan, dan menikmati hubungan yang dekat dengan mu-
rid-murid pilihan-Nya.
Aspek fisik mengasihi diri sendiri yang Allah ciptakan paling tepat diajar-
'kap kepada anak-anak melalui contoh. Gizi yang baik dan tidur yang cukup,
kebiasaan olahraga dan rekreasi harus dipandang sebagai warisan yang perlu
diberikan kepada anak-anak.

AsPEK-ASPEK RoHANI fuRGA DIRI

Ketika seseorang menjadi Kristen, ia adalah ciptaan baru (II Kor. 5:17),
tetapi ia masih jauh dari kesempurnaan tanpa dosa. Pengudusan, yang merupa-
kan proses untuk menjadi makin serupa dengan Kristus, hampir selalu bersifat
selangkah demi selangkah. Orang Kristen yang baru itu seperti bayi rohani.
Petrus menasihati orang-orang yang baru percaya: "Dan jadilah sarna seperti
Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri

bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang
rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan" (I Ptr. 2:2).
Ibadah harian merupakan satu keharusan untuk mencapai kedewasaan
rohani dan emosiona:l.
Ketika para murid akan mengusir beberapa anak supaya mereka tidak
mengganggu Yesus, Dia berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku,
jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Allah" (Mrk. 10:14). Kita bisa yakin bahwa Allah rindu untuk
berkomunikasi dengan anak-anak-Nya, dan jika mereka merenungkan firman...Nya,
mereka akan terbantu dalam men_gatasi pencobaan. Doa dan pemahaman Alkitab
terutama sangat penting selama tahun-tahun penuh trauma antara umur
12 sampai 16 tahun, ketika anak-anak laki-laki dan perempuan bertumbuh
menjadi dewasa, dengan segala perubahan hormon, impuls, kecanduan dan
perasaan bersalah dan tidak pantas yang terkait.

Fokus 7.7.
Buku-buku Kristen tentang Citra Diri
Dobson (1979) membahas beberapa nilai yang salah yang berhubungan.dengan
citra diri yang buruk dan cara yang sia-sia yang dilakukan orang-orang untuk mengatasi
perasaan rendah diri. Strategi untuk menghadapi hal itu mencakup sikap menarik diri,
melawan, menjadi badut, menyangkal realitas, menyesuaikan diri, dan melakukan
kompensasi. Meskipun kompensasi mungkin merupakan strategi yang terbaik, Dob-
son memberikan garis besar tentang beberapa cara lain yang bisa dipakai orangtua
untuk membantu anak-anak mereka mengatasi ci!ra diri yang buruk. Buku Dobson
mudah dibaca, bahkan juga untuk anak-anak remaja.
Pendekatan yang lebih maju untuk topik ini bisa klta temukan dalam buku Your
Better Self, yang disunting oleh Ellison (1983). Para psikolog dan teolog menggabungkan
usaha mereka untuk mengembangkan pendekatan yang lebih khas Kristen terhadap
penghargaan diri sendiri. Secara khusus beberapa bab tentang pelayanan gereja dan
harga diri memberikan sumbangan yang sangat berarU.
Clark (1985) membahas pertanyaan apakah mengasihi diri sendiri sungguh-
sungguh merupakan sumber kesombongan sehingga bertentangan dengan kekristenan
atau tidak. Ia membedakan antara cukup berharga untuk diselamatkan dan menjadi
berarti. Kita cukup berharga untuk diselamatkan meskipun kita sebenarnya tidak pantas
diselamatkan. Menjadi berarU cocok dengan sikap Mak sombong seperU diperintahkan
Alkitab. Jika kita layak diselamatkan, maka kasih karunia itu tidak diperlukan. Tentu
saja, catatan Alkitab menunjukkan bahwa kita tidak layak, namun karena kita diciptakan
menurut gambar Allah, kita cukup berarti untuk diselamatkan. Doktrin kebejadan total
menyiratkan bahwa setiap bidang kehidupan kita sudah rusak; tetapi itu tidak berarti
bahwa kita rusak pada Ungkatan yang paling buruk dalam setiap bidang. Kita bukanlah
ulat yang tidak bemilai, namun manusia yang cukup penting sehingga Kristus bersedia ·
mati untuk mengampuni dosa kita.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KoNSEUNG KRISTEN 1

Jaminan Paulus bahwa Allah akan menolong orang percaya untuk meng-
atasi pencobaan (I Kor. 10:13) bisa menjadi penghiburan besar bagi kaum
muda. Allah akan men~ukupi seluruh kebutuhan kita (Flp. 4:19}. Manusia
memiliki begitu banyak l<ebutuhan dan melalui hal itu Iblis bisa terus-mene-
rus mencobai kita. Orang Kristen mungkin diimbau Allah untuk menyangkal
beberapa keinginan mereka, tetapi Allah berjanji akan mencukupi seluruh
kebutuhan kita (Flp. 4:9). Ia ingin mencukupi kebutuhan kita menurut cara-
Nya, menurut prinsip-prinsip kasih-Nya. Iblis terus-menerus menawarkan
mencukupi kebutuhan kita menurut caranya, menurut prinsip-prinsip ke-
egoisan, ketamakan, dan kebencian. Kebutuhan itu bukan pencobaan; cara
Iblis memenuhi kebutuhan itulah yang merupakan pencobaan. Dengan
kelahiran baru dan wawasan rohani yang baru, kita melihat bagaimana me-
menuhi kebutuhan alamiah itu dengan cara Allah, dan menghasilkan sukacita
dan kepuasan yang jauh lebih besar.
Anak-anak tidak perlu menyangkal kebutuha11: alamiah mereka atau
memenuhinya dengan cara Iblis. Metode pemenuhan kebutuhan semacam
itu· hanya berfungsi untuk menciptakan pencobaan yang lebih kuat. Untuk
memenuhi semua kebutuhan kita, termasuk kebutuhan seksual, dengan cara
Allah, singkirkan kuasa Iblis yang mencobai kita. Anak-anak harus diajar
bahwa Allah mengasihi mereka dan memperhatikan kebutuhan mereka
setiap hari. Orangtua yang memiliki sikap penuh penerimaan menunjukkan
kepada anak-anak, paling tidak pada tingkat di bawah sadar, bahwa Allah
juga memahami dan menerima pergumulan dan pencobaan yang _kita alami.

Fokus7.8.
lbadah Keluarga
Keluarga perlu dengan serius mempertimbangkan untuk melakukan ibadah
keluarga secara teratur. Billy Graham menyatakan bahwa angka perceraian dalam
keluarga yang melakukan ibadah harian hanya satu di antara lima ratus.
'
Orangtua bisa membacakan cerita Alkitab untuk anak-anak yang masih kecil dan
berdoa singkat. Anak-anak sekolah masih senang dlbacakan juga Buku cerita Alkitab
bergambar dalam format buku komik sangat cocok untuk anak-anak seusia ini. Merupakan
hal yang baik juga untuk mengkhususkan waktu di mana setiap anggota keluarga bisa
membagikan pengalaman dan masalah pribadi. Bagi remaja, berbagi pengalaman dan
kesulitan merupakan hal yang sangat panting.
lbadah keluarga sangat berguna jika bersifat praktis. Daripada kuliah atau bacaan
yang panjang, berputar-putardan membosankan,lebih baik membaca satu bagian Alkitab
yang pendek dan kemudian, sebagai satu keluarga, mereka bersama-sam~ meringkas ide-ide
utananya Setiap anggota keluarga juga blsa mengembangkan perlEIICipCrlnya untuk kehidupan
mereka sendiri ataupun untuk anggota keluarga lainnya. Bahkan orangtua memperoleh manfaat
dari penerapan yang diusulkan anak-anak mereka.
. Memori, Pemahaman, dan Penilaian Diri Sendiri

Harga diri muncul dari sikap melakukan apa yang kita tahu benar dan
tidak melakukan hal-hal yang kita yakini salah. Jika kita melakukan hal-hal
yang kita tahu egois dan berdosa, kita tidak dapat dihindari akan kehilangan
harga diri kita. Masalah-masalah emosional pasti akan timbul jika harga diri
kita terus merosot.
Allah menyebut orang-orang yang dipanggil dengan nama-Nya sebagai
anak. anak-Nya sendiri yang Ia ciptakan untuk kemuliaan-Nya (Yes. 43:7).
Bahkan kerumitan tubuh manusia yang luar biasa mengajarkan bahwa kita
sangat berarti bagi Pencipta
)
kita.

REFERENSI
Anderson, J. 1985. Cognitive psychology. Edisi kedua . New York: W. H. Freeman.
Backus, W., dan M. Chapian. 1980. Telling yourself the truth. Minneapolis: Bethany.
Beck, A. 1976. Cognitive therapy and emotional disorders. New York: International Univer-
sity Press.
Brown, J., dan C. Brown. 1977. Systematic counseling. Champaign, Ill.: Research.
Chomsky, N. 1975. Reflections on language. New York: Pantheon.
Clark, D. 1985. Philosophical reflections on self-worth and self-love. Journal of Psychol-
ogy and Theology 13: 3-11.
Coleman, J., J. Butcher, dan R. Carson. 1984. Abnormal psychology and modern life. Edisi
ketujuh. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Crabb, L. 1977. Effective biblical counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Dobson, D. 1979. Hide or seek. Edisi kedua. Old Tappan, N.J.: Revell.
Ellis, A., dan R. Grieger. 1977. RET. New York: Springer.
Ellison, C., editor. 1983. Your better self San Francisco: Harper and Row.
Hall, E., M. Lamb, dan M. Perlmutter. 1986. Child psychology today. Edisi kedua. New
York: .Random .
Harris, T. 1976. I'm ok, you're ok. New York: Harper and Row.
Johnson, R. 1.970. Recall of prose. Journal of Verbal Learning and Verbal Behavior 9:12-20.
Lynch, G., dan M. Baudry. 1984. The biochemistry of memory. Science 224: 1057-1064.
Meichenbaum, D. 1977. Cognitive behavior modification. New York: Plenum.
Meier, P. 1977. Christian child rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Murdock, B. 1961. The retention of individual items. Journal of Experimental Psychology
62: 618-625.
Myers, D. , dan M. Jeeves. 1987. Psychology through the eyes offaith. San Francisco: Harper
and Row.
Nelson, T. 1971. Saving and forgetting from long term memory. Journal of Verbal Learn-
ing and Verbal Behavior 10: 568-576.
Pargament, K., dan D. Derosa. 1985. What was that sermon about? Journal for the Scien-
tific Study of Religion 24: 180-193.
Piaget, J. 1926. The language and thought of the child. New York: Harcourt Brace.
Ramey, C., K. Yeates, dan E. Short. 1984. The plasticity of intellectual development.
Child Development 55: 1913-1926.
Ratcliff, D. 1988. The cognitive development of preschoolers. Dalam Handbook of
preschoolers religious education, editor. D. Ratcliff. Birmingham, Afa.: Religious
Education.
Restak, R. 1988. The mind. New York: Bantam.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Reynolds, J., dan R. Glaser. 1964. Effects of repetition and spaced recall upon reten-
tion. Jounuzl of Edumtimtal Psychology SS: 29'7-308.
Rosch, E. 1975. Cognitive representations of semantic categories. Joumlll ofExperimental
Psychowgy104: 192-233.
· Schmidt, J. 1983. Do you hear what you're thinking? Wheaton, Ill.: Victor.
Seamands, D.1985. Healing of memories. Wheaton, Ill.: Victor.
Skinner, B. 1957. Verbal beluruior. New York: Appleton-Century-Crofts.
Smith, E., dan D. Medin. 1981. Categories and concepts. Cambridge, Mass.: Harvard
University Press.
Sperling, G. 1960. The information available in brief visual presentation. Psychological
Monographs 74.
Vygotsk)'l L.1962. Thought and language. Cambridge, Mass.: MIT.
Whorf, B. Language, thought and reality. Cambridge, Mass.: MIT.
Wheeler, D., dan I. Janis. 1980. A practical guide for making decisions. New York: Free.

***

1 Lihat fokus 4.4. tentang kesan dan pengambilan keputusan.


8
Kecerdasan

-.AUJ ampir setiap orang p~mah mendengar istilah IQ atau "intelligence


C:::!f (.quotient", yaitu ukuran intelek yang dihasilkan mela1ui skor pada tes
kecerdasan. Beberapa orang percaya bahwa skor IQ merupakan ukuran kecer-
dasan atau potensi mental yang ,dibawa sejak lahir. Pada umumnya, orang juga
mengEmSl dengan istilah "keterbelakanganmental", yaitu kecerdaSan yang rendah.
Orang-orang juga menibkarakan ten tang orang-orang yang "pikun". Kadang~
kadang orang yang berada padasisi lain darispektrum kecerdas8.ll, "orang yang
berbakat", menerima perhatian khusus di ke1as litau programkhusus. Semua kate-
gori ini dalam satu hal atau lain berkaitan dengan konsep umum kecerdasan.
Apa maksudnya kecerdasan, bagaimana para psikolog mengukurnya, dan
seperti apakah orang-orang pada masing-masing ujung spektrum kecerdasan? Ini
adalah masalah-masalah yang akan kita bahas di sini.

APAKAH KECERDASAN ITU?


Kecerdasan merupakan k6nsep yang sulit dic;le£inisikan dan dijelaskan oleh
para psikolog. Kemampuan~Iiljar sering kali ditekankan sebagai bagtan dari
kecerdasan. Tetapi, orang yang cerdas sudah mempelajari banyak fakta dan
keterampilan. Selain itu, remaja "yang cerdas di jalan" mungkin sangat partdai,
tempi hasil IQ-nya rendah karena ia tidak banyak menguasai kosakata 'ke1as
menengah yang digunakan dalam tes. Apakah kecerdasan itu?
Sternberg dan rekan-rekan (1981) bertanya kepada beberapa orang di jalan apa
yang mereka pandang sebagai ciri khusus kecerdasan. Kesimpulan mereka secara
mengejutkan mirip dengan kesimpulan para pakar di bidang ini. Kecerdasan
mencakup penguasaan kosakata yang loas, pengambilan keputusan yang bijaksana,
perencanaan ke depan, dan minat terhadap dunia setarauinum. Hal ini
menunjukkan bahwa pandangan psikologis tentang kecerdasan tidak terpisah jauh
dari pandangan masyarakat.
Mungkin cara terbaik untuk menguji kecerdasan adalah dengan memikirkan
berbagai pendekatan pada topik yang diguruikan oleh para psikolog dan yang lain.
Beberapa peneliti, seperti Piageti berbicara tentang kecerdasan dalam lingkup
PENGANTAR PsIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

peibedaan spesies, Jaw, lSU. ini tidak berkaitan dengan orang yang lebih atau
kurang cerdas daripada yang lain,. tetapi dalam h-al ap~ manusia lebih cerdas
daripada binatang. Peihatian utama diarahRan pada bagaimana spesies itu
beradaphlsi dengan lingkungan. Beberapa orang yang berpegang pada posisi ini
telah mencoba membuat rankingspesies'dalam urutan kecerdas.a n (Griffin, 1976).
Sebagai perbandingan dengan pembedaan seperti itu, perbedaan di lingkungan
spesies itu sendiri (termasuk spesies manusia) sangat kedl.
Namun, pada umumnya psikolog lebih senang menekankan perbedaan-
perbedaan individu di antara manusia. Di sini pertanyaan dasamya adalah apakah
ada kecerdasan keseluruhan secara umum, atau hanya kemampuan khusus yang
berbeda? Skor IQ pada tes kecerdasan tampaknya menyimpuIkan kecerdasan secara
umum, narnun tes IQ terbaik membagi-bagi skor ini ke dalam beberapa subskor
yailg menunjukkan bidang kekuatan dan ke1emahan. Tetapi, seberapa banyak
kemampuan yang bisa digabungkari untuk menghasUkan kecerdasan umum?
Perkiraannya bervariilsi daTi dua sampai lebih dari seratus. Guilford (1973)
berperidapat bahwa intelek terdiri dati lima operasiintelcl<tual~ yang masing-masing
bisa dilakukan dalam empat jenis lsi. Ma'Sing-masing kombinasi ini bisa meng-
basilkan enam produk yang mungkin. la menempatkan ketiga dimensi ini pada
tiga sim kubus. Dengan mencunbahkan semua kotnbinasi yang mungkin, ia
menghihing 120 aspek .l<ecerdasan yang mungkin. Sebagai perbandingan, Cattell
(1968) percaya hanya adadua aspek kecerdasan: bentuk yang baku (yang diperoleh
melalui budaya) dan bentuk yang berubab-ubah (yang tidak terlalu dipengaruhi
oleh budaya). Kemudian, CatteU membagi masing-masing aspek ini lebih kecillagi.
Dengan menggunakan kedua aspek Cattell, kita mengharapkan adanya satu
tes untuk mengukur kecerdas~ yang bentuknya jelas untuk membedakan antara
orang yang memiliki budaya seperti pembuat tes dan orang yang tidal< memi1iki
budaya. Sebagai perbandingan, tes yang hanya mengukur kecerdasan yang
bentuknya. betubah-ubah tidal< akan dipengaruhi oleh buaay"dan akibatnya akan
"adil secara budaya". Sayangnya, tes yang It cidil secara budaya" tidal< mungkin
disusun karena setiap tes membutuhkan bahasa (minimal untuk memberi petunjuk,
jika yang lain tidak) dan bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya.
Itu berarti bahwa hasil tes kecerdasan sangat dipengaruhi oleh kelas sosial
orang yang bersangkutan. Beberapa psikolog, karena menemukan perbedaan IQ
umum di antara berbagai ras, menyampaikan pendapat mereka bahwa perbedaan
genetik bertanggung jawab alas perbedaan IQ. Tetapi, argumen ini mengabaikan
perbedaan ekonomi dan budaya yang berjalan berdampingan dengan perbedaan
ras di Amerika Serikat. Bukti terbaik akhir-akhir ini menunjukkan bahwa perbedaan
IQ karena pengaruh ras sangat ditentukan oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi
dan bukan oleh kemampuan bawaan. Misalnya, jika instruksi untuk mengerjakan
tes menggunakan bahasa Inggris standar, orang-orang yang fasih berbahasa itu tidak
akan mengalami kesulitan. Tetapi, bagaimana orang bisa diharapkan untuk bekerja
dengan baik jika bahasa utama mereka bukan bahasa Inggris standar. Selain itu,
budaya yang berbeda (atau bahkan subbudaya) menghargai jenis-jenis kecerdasan
yang berbeda, dan apa yang dihargai mungkin bukan apa yang diteskan.
Kecerdasan
-~

T EORI-TEORJ TENTANG KECERDASAN


Sejumlah teori tentang kecerdasan telah disodorkan. Strukturalisme
menekankan kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Piaget, misalnya, percaya
bahwa ken'iampuan ini terbungkus dalam struktur mental dan logika. Pada saat
1
seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, kecerdasannya meningkat Interaksi
ini berkaitan erat dengan perkembangan biologis. Struktur mental merupakan basil
pengalaman digabung dengan kedewasaan otak secara fisik.
1. Uhat bab 10 untuk mendapatkan diskusi yang lebih terperinci ten tang proses
.
perkembangan ini dalam diri anak-anak.
Teori pemrosesan informasi berpendapat bahwa cara orang memproses
informasi sangat penting. Dengan mempelajari sudut pandang memori dan
pemahaman secara mendalam (lih. bab 7), teori ini berfokus pada kecepatan,
kapasitas, dan efisiensi seseorang dalam memproses informasi (Carroll, 1976).
Pendukung pemrosesan informasi lainnya berusaha membagi-bagi penyelesaian
masalah ke dalam \lnsur-unsurnya dan kemudian mengaitkannya dengan
kecerdasan (Sternberg, 1984).
Teori ketiga adalah pendekatan psikometrik. Perbedaan individual sangat
penting dalam sudut pandang teori ini, dan prosedur tes menjadi fokus perhatian.
Tidak seperti kedua sudut pandang Iainnya, pendekatan psikometris tidak
menekankan teori perkembangan atau aspek khusus pemrosesan informasi.
Sebaliknya, perhatian mereka sangat praktis: tugas apakah pada tes IQ yang
menentukan prestasi? Bagaimana membandingkan skor tes IQ anak-anak yang
berbeda-beda?

KECERDASAN: DIWARISI, DIPELAJARI, ATAU UNIK?

Kerruunpuan mental di antara orang-orang dewasa dalam satu budaya tertentu


sangat berbeda-beda. Apakah itu disebabkan oleh faktor keturunan atau oleh faktor
perbedaan dalam lingkungan pada masa kecilnya? Meskipun ada banyak studi yang
dipelajari, sumbangan faktor keturunan dan lingkungan pada perkembangan mental
secara relatif masih diperdebatkan (ada kontroversi antara "diturunkan atau
dikembangkan"). Studi yang terkenal
'Hei, jangan salahkan saya, Bu! oleh Goddard (1912), melacak kembali
Saya punya orangtua yang 10-nya rendahr sejarah sebuah keluarga Amerika (yang
diberi nama fiktif Kallikak) pada saat
Perang Revolusi ada seorang prajurit
yang menjadi ayah bagi dua keluarga,
yang satu sah dan yang satu tidak sah.
Keluarga yang tidak sah itu bermula
dari pelayan di kedai minuman yang
dilaporkan mengalami cacatmental. Tak
lama kemudian, Kallikak menikah
dengan perempuan muda yang berasal
dari keluarga yang lebih baik. Ketika
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
~~~?~~ ' '''_ 'f _ -, .. ,\" .. . .

menelusuri keturunan kedua kelompok itu, Goddard menemukan bahwa hanya


beberapa orang saja dari hampir 500 keturunan yang sah bisa dikatakan sebagai
orang kurang sukses. Pada sisi lainnya, keturunan dari pe1ayan di kedai minuman
itu adalah sederet panjang orang yang mengalami eaeat mental dan pe1anggar
hukum seeara sosial. Dari 480 orang keturunannya, 143 dilaporkan lemah dalam
berpikir, 33 orang amoral seeara seksual, 24 pecandu alkohol, dan banyak yang
lainnya mati silat masih bayi. Persentase problem yang begitu tinggi membuat
Goddard menarik kesimpulan bahwa problem itu ditutunkan seeara genetis dan
bukan dipe1ajari. Namun.-kesimpulan semaeam itu tidak beralasan karena setiap
generasi dibesarkan olEih generasi Kallikak sebe1umnya. Mungkin problem tersebut
muncu1 karena teknik mendidik anak yang tidak baik yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya
Kita berharap mendapatkan beberapa pandangan tentang apakah kecerdasan
itu diturunkan atau tidak me1alui IeS keeerdasan terhadap saudara kembar. Studi
semacam itu telah menunjukkan kore1asi kecerdasan yang lebih tinggi di antara
saudara kembar yang identik seeara genetik (Rowe dan Plomin, 1978). Namun.
ketepatan riset yang didasarkan pada tes keeerdasan ataupun penafsiran studi
semacam itu te1ah banyak dipertanyakan. Bukti terbaik baru-baru ini dari studi
tentang anak-anak panti asuhan yang dipindahkan ke lingkungan yang lebih
memberi rangsangan menunjukkan bahwa lingkungan memainkan peranan yang
sangat penting dalam perkembangan fungsi intelektual (Skeels, 1%6). Bukti baru-
baru ini menunjukkan bahwa kemampuan intelektual diha.silkan oleh interaksi
antara faktor keturunan dan lingkungan (Bouchard dan McGue, 1981), di mana
latar be1akang keturunan membatasi dan fakOOr lingkungan menentukan level yang
hisa dieapai seeara tepat.
Stabilitas fungsi inte1ektual selama bertahun-tahun juga sudah diselidiki.
Tampaknya riset menunjukkan bahwa perubahan dalam kemampuan mental
mungkin terjadi sepanjang periode pra-sekolah dan masa akhir kanak-kanak
(Honzil<, Mcfarlane, dan Alen, 1948). Se1ama tahun-tahun awal ini setiap anak ·
menunjukkan perbedaan dalam pola pertumbuhan inte1ektualnya, dengan masa
penuh gejolak dan masa datal. Anak laId-laId dan perempuan tampaknya juga
menunjukkan arah perkembangan kognitif yang berbeda. SeIain itu, tiap-tiap or-
ang menunjukkan perbedaan yang jelas dalam kemampuan mental yang berbeda-
beda.
Mengapa ada begitu banyak variasi dalam perkembangan intelektual dan
kognitif? Sekali lagi, faktor keturunan dan lingkungan memainkan peranan yang
penting, tetapi tingkat kedewasaan otak juga merupakan fakOOr yang penting. Skor
IQ sangat bervariasi selama masa kanak-kanak karena daerah parietal otak tersier
mencapai kedewasaan dengan k~epatan yang berbeda-beda pada anak-anak yang
berbeda (lih. bab 3). Jika kita memikirkan variasi dalam tingkat kedewasaan otak,
fakOOr keturunan dan lingkungan dankemampuaninte1ektual, tidak mengherankan
mengapa kita begitu unik dan berbeda satu dengan yang lain seperti serpihansalju.
Kecerdasan

TEs PsJKOLOGJ

Ada sejumlah tes yang digunakan psikolog untuk memahami seseorang lebih
baik. Dalam bab 11 kita akan membahas tes kepribadian, yang digunakan oleh
banyak konselor untuk menilai konseli. Bab ini akan berfokus pada tes ke-
mampuan dan kecerdasan, meskipun banyak komentar awalkami bisa diterapkan
pada jenis-jenis tes yang lain.
Pada dasarnya, tujuan tes psikologi adalah unh.lk mengukur perbedaan di
antara tiap orang atau di antara reaksi orang yang sama terhadap situasi yang
berbeda. Secara historis, problem pertama yang mendorong penggunaan tes
semacam ini adalah pendeteksian kekurangan intelektual untuk penempatan anak
di sekolah. Sekarang tes psikologi digunakan bukan hanya untuk meramalkan
kemungkinan sukses dalam berbagai situasi, melainkan juga untuk menentukan
pengalaman pendidikan atau terapetik untuk mengatasi problem. Tes juga
merupakan alat riset yang penting untuk menghaluskan konsep kita tentang
bagaimana orang-orang berfungsi.

Fokus 8.1.
Tes IQ di dalam Gereja?
Seorang guru mempunyai murid khusus baik di kelas Sekolah Minggunya maupun di
sekolah umum. Catatan sekolah anak itu menunjukkan bahwa ia mempunyai 10 yang rendah
sehingga tidak bisa diharapkan untuk belajar banyak di Sekolah Minggu. Gur:u Sekolah
Minggu lainnya menyarankan agar dia memberikan tes IQ kepada semua anak di kelasnya
untuk mengetahui tingkat kecerdasan mereka.
Karena IQ bukan alat pengukur yang baik untuk semua kecerdasan, anak dalam
situasi pertama mungkin merupakan anak yang sangat berbakat dalam keterampilan yang
diperlukan di Sekolah Ming~u. Sesungguhnya, ia mungkin akah bekerja dengan sangat
baik karena memiliki pengetahuan yang luas tentang isi Alkitab. Namun ada bahaya, bahwa
harapan guru yang rendah (karena melihat catatan murid itu) bisa mempengaruhi, secara
merugikan, penampilannya di kelas Sekolah Minggu atau di sekolahnya.
Memberikan tes IQ untuk Sekolah Minggu kurang cocok. Meskipun tingkat di sekolah
bisa diramalkan melalui skor IQ, tidak ada bukti bahwa penampilan di Sekolah Minggu
berkaitan dengan IQ. Pada sisi lain, satu tes telah dikembangkan untuk mengukur konsep
keagamaan anak-anak (Peatling, 1973). Riset yang cukup mendalam di belakang instrumen
ini menunjukkan bahwa tes ini mungkin bisa bermanfaat untuk mengevaluasi konsep anak-
anak tentang Alkitab.

Tes psikologi dimaksudkan untuk menjadi alat pengukur sampel perilaku


yang objektif dan standar. Pengamatan dilakukan pada sampel perilaku seseorang
yang meskipun kecil, digamb~kan dengan teliti. Nilai tes diagnostik atau prediktif
tergantung pada tingkatannya, yang berfungsi sebagai indikator bidang perilaku
manusia yang relatif luas dan penting. Tes yang baik melakukan hal itu meskipun
poin-poin tes tidak persis sama dengan perilaku yang diramalkan tes itu.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
-""'""""'*'~~- ...~.. -~->~.--.-------------------------

Tes penampilan dan tes verbal membantu


dalam mengevaluasi kecet'dasan.

Kekuatan prediktif tes psikologi berkaitan dengan sejumlah faktor. Validitas


mengacu pada sejauh mana insfrumen itu (les tetsebut) sungguh-sungguh
mengukur apa yang hendak diukur, Tes kemampu.an untuk mengalikan harus
meramalkan sukses dalam petkalian. Ketaandalan (reliabilltas) mengacu pada
tingkat keakuratan skor di maJ1a otang-orang alwl mendapatkan skor yang relatif
sama setiap kali mereka diukur. Keandalan biasanyaditentukan dengan menyuruh
seseorang mengerjakan tes yang sama. Meskipun satu tes tidak mungkin valid
jika tidak bisa diandalk.an, reliabilitas tidak menjamin validitas. Objektivitas
mengacu pada tingkat di mana orang yang berbeda-beda yang menjalani tes itu
akan mendapatkan basil yang sama dengan menggunakan metode penilaian yang
sama. Standardisasi mengacu pada pengelolaan tes yang sama dalam kondisi yang
sama untuk sekelompok besar orang yang mewakill kelompok-kelompok yang
hendak dites. Prosedur standarisasi menghasilkan "norma" (standar), sehingga
tiap skor seseorang bisa dibandingkan dengan skor kelompok tertentu.i Tes harus
selalu dilakukan untuk semua subjek dalam kondisi yang sama.
Cukup beralasan untuk mengharapkan bahwa orang-orang yang
mengembangkan tes psikologi telah mengikuti prosedur standarisasi tes yang bisa
diterima. Namun, orang-orang yang menggunakan tes itu harus membiasakan diri
mereka dengan tes yang lain juga untuk meyakinkan bahwa tes itu mengukur apa
yang ingin mereka ukur, tidak peduli apa pun yang akan dinyatakan untuk itu. Tes
psikologi ditinjau secara berkala dalam Mental Measurement Yearbook (1985).
Tes kecerdasan mungkin merupakan instrumen tes yang paling umum yang
berkaitan dengan psikologi. Kemampuan intelektual manusia- kemampuan untuk
menggunakan penalaran- merupakan salah satu hal yang membedakan kita dari
makhluk lainnya.
Pada tahun 1905, Alfred Binet, seorang psikolog dari Prancis, mengembangkan
pengukur kecerdasan untuk menteri instruksi publik di Prancis. Binet dan seorang
temannya, Theodore Simon, mengembangkan tes yang akan mencerminkan
kemampuan penalaran dan penilaian, dan bukan sekadar hafalan di luar kepala.
Binet menyatakan hasilnya dengan mengacu pada usia di mana anak-anak yang
normal bisa menyelesaikan tugas semacam itu. Usia tersebut dianggap sebagai usia
mental anak itu. Jadi, anak yang bisa menyelesaikan tugas untuk anak berusia lima
tahun itu dikatakan mempunyai usia mental lima tahun tanpa memandang berapa
umur anak itu sesungguhnya (kronologis).
Kecerdasan

VERBAL

lnformasi Umum
Kapan hari Kemerdekaan kita?

Kesamaan
Dalam hal apakah wool sama dengan katun?

Penalaran Aritmatika
Jika telur berharga 60 sen selusin, berapa harga 1 butir telur?

Kosakata
Tolong katakan apa arti korupsi.

Pemahaman
Mengapa orang membeli asuransi kebakaran?

Deretan Angka
Dengarkan dengan teliti, dan jika saya sudah selesai, ulangi angka itu setelah say a.

734186

Sekarang saya akan mengatakan angka-angka lebih ban yak. tetapi saya ingin Anda
mengatakan angka-angka itu dari belakang ke depan.

3 8 4 1 6

PENAMPILAN
Menyelesaikan Gambar
Saya akan menunjukkan satu gambar dengan bagian penting yang hilang. Beri tahu say a
bagian mana yang hllang.

'85
Minggu Sen in Setasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu
1
8
rn9 3
10
4
11
5
12 13
6 7
14
Gambar 6.1. 15 16 17 18 19 20 21
Sampel dari sub-
tes Wechsler Adult 22 23 24 25 26 27 28
lntelegence Scale 29 30
(WAIS)

Tes Binet kemudian direvisi dan dibakukan oleh Lewis M. Terman dari
Stanford University. Tes itu saat ini disebut Tes Stanford-Binet dan digunakan
sebagai pengukur kecerdasan baku untuk anak-anak. T~rman menyatakan
hubungan antara usia mental (UM) dan usia k.ronologis (UK) sebagai rasio. Rasio
itu, yang disebut intelligence quotient (IQ), dihitung sedemikian:
UM
IQ =- X 100
UK

Susunan Gambar
PENGANTAR PSJKOLO~J DAN KONSELING KRISTEN 1

Penyusun•n G•mb•r
Gambar di bawah ini mengisahkan satu cerita. Urutkan gambar itu dengan benar
untuk membentuk cerita.

Ptuln Kotak
Dengan menggunakan keempat kotak di bawah ini, buatiah satu bentuk seperti ini.

Penyatu•n Ob)ek
Jika disatukan dengan benar, potongan-potongan inl akan membentuk sesuatu.
Ke~akan dan satukan potongan-potongan itu secepat mungkin.

Substltusl Slmbol Angka

Kode

I'( ~? I~ I; I ~ I
Tes .

Diadaptasi dari buku David G. Myers, Psychology, edisi kedua, (New York; Worth,
1989), him. 321 .

Wechsler Adult lnteleegence Scale (lih. gb. 8.1.) dan Wechsler Inteleegence
Scale for Children adalah tes kecerdasan lain yang biasa digunakan. Tes itu
dilakukan secara individual dan menggabungkan tes verbal dan penampilan. Tes
verbal membutuhkan penalaran verbal secara abstrak. (Contohnya: "Dalam hal
Kecerdasan

apakah bola serupa dengan balon?" Jawaban: "Keduanya bulat"). Tes penampilan
memerlukan penalaran dan reaksi motorik abstrak seperti penyatuan desain a tau
teka-teki balok).
Tes kecerdasan kelompok digabungkan dengan tes pencapaian prestasi juga
telah dikembangkan untuk membuat pengerjaan tes bagi kelompok yang lebih
besar menjadi lebih cepat. Kerugiannya adalah seseorang dalam situasi tes
kelompok mungkin mengalami kekhawatir~n atau depersonalisasi. Pada
umumnya, sistem sekolah saat ini menggunakan beberapa bentuk tes kelompok
seperti Tes Kemampuan Mental Otis-Lennon atau Tes Prestasi Metropolitan untuk
penempatan para murid di kelas yang sesuai.

Fokus 8.2.
Kekristenan dan Kecerdasan
Kita perlu berhati-hati untuk tidak memberi tekanan yang tidak tepat berkaitan dengan
skor IQ. Budaya kita sangat menghargai kecerdasan. Anak-anak dan orang dewasa dengan
IQ yang tinggi sering kali diberi tern pat yang istimewa di sekolah dan masyarakat. Namun,
dari sudut pandang Kristen ada hal-hal yang lebih penting daripada kecerdasan, seperti
moralitas dan hubungan yang benar dengan Allah. Tentu saja kecerdasan itu baik sejauh
hal itu tidak terlalu diagung-agungkan sehingga menjadi hal yang paling penting dalam
kehidupan.
Orang Kristen juga harus menyadari bahaya kesombongan. Sering kali, orang yang
memiliki IQ yang tinggi cenderung menjadi tinggi hati. Kecerdasan merupakan satu entitas
yang rumit, dan kemampuan intelektual tidak diragukan dipengaruhi oleh sifat yang
diwariskan dan pengaruh lingkungan. Meskipun beberapa orang dilahirkan dengan
kemampuan intelektual yang lebih besar daripada yang lain, stimulasi pada masa awal
anak-anak dan kesempatan untuk mendapatkan perkembangan budaya (sekolah,
peneladanan, dan interaksi verbal) juga bisa mempengaruhi perkembang~n kemampuan
intelektual secara terukur. Orang Kristen yang memiliki IQ yang tlnggi harus menghindari
kesombongan dan deng~n rendah hati menerima tanggung jawab yang lebih besar dalam
menggunakan kecerdasan mereka bagi kemuliaan Allah. Orang Kristen dengan IQ rata-
rata tidak perlu merasa sebagai warga negara kelas dua atau merasa dicurangi, tetapi
harus mengambil setiap kesempatan dari semua pilihan untuk menggunakan kemampuan
mereka demi kemuliaan Allah. Allah tidak membeda-bedakan antara orang kaya dengan
orang miskin, orang yang pandai atau cacat mental, karena semua orang Kristen adalah
anak-anak-Nya melalui iman dalam Kristus Yesus (Gal. 3:26-28).
Collins (1985, 128-129) mengingatkan kita bahwa kecerdasan selalu bersifat relatif
terhadap standar yang absolut- yang absolut itu adalah Allah. Orang yang paling cerdas
di antara kita tidak mungkin bisa mendekati kecerdasan Allah!

Perlu dicatat bahwa tes IQ hanya mengukur aspek kecerdasan tertentu (jika
entitas semacam itu benar-benar ada). Jadi, tidak tepat jika kita menyimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki IQ 110 pasti lebih pandai daripada orang yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1
. ., -. , ~..;,;......... ~~-------......----~----------
Rata-rata

f t 1 I I
60 70 60 90 100 11 0 120 130 140
IQ

Gambar 8.2. Distribusi IQ

memiliki IQ 100. Secara acak skor yang dicapai bervariasi lima poin atau Iebih
untuk orang yang saina; selain itu situasi tes, kepribadian pemb_eri tes, dan suasana
hati atau sikap orang yang dites bisa mempengaruhi hasilnya. Selain itu,
pengetahuan dan kemampuan yang penting bisa sama sekaii dialiaikan. Kaum
minoritas dari sudut budaya dan etnis sering kali m~dapatkan skor IQ yang
lebih rendah, sedang orang Amerika kulit putih dari kelas menengah cenderung
mendapat skor yang lebih tinggi.
Karena setiap tes selalu memiliki bias, beberapa orang mengimbau
penghapusan tes kecerdasan. Posisi iiU bisa dibenarkan jika tujuan tes semacam itu
adalah untuk menilai kecerdasan secara global; tes apa pun hanya bisa menguji
aspek kemampuan dan pengetahuan tertentu. Namun, pada umumnya para
psikolog di sekolah menggunakan tes kecerdasan untuk satu atau dua alasan: untuk
memperhitungkan tingkat di masa yang akan datang di sekolah atau untuk
mengetahui keterbelakangan mental. Meskipun tes kecerdasan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan untuk penempatan, tes itu biasanya tidak memadai untuk
menilai kecerdasan secara komprehensif.

KETERBELAKANGAN MENTAL

Keterbelakangan mental lebih jarang dirujuk dalam tulisan keagamaan danmedis


kuno daripada gangguan psikologis murni, tetapi seperti halnya gangguan psikologis
hal itu disebabkan oleh berbagai a1asan Beberapa penulis memandangnya sebagai
gejala alami, yang lain memandangnya sebagai manifestasi kekuatan roh jahat Sampai
Kecerdasan
------~----------------------------------------~~~
zaman filsuf dan dokter Inggris John Locke (1632-1704), keterbelakangan mental
biasanya dipandang sebagai bentuk kegi1aan Sejak abad ketiga belas sampai saat
ini keter~ mental dipandang sebagai entitas yang teI:pisah, meskipun hal
itu diperlakukan hampir sarna dengan kegilaan 0100 masyarakat sampai abad dua
puluh. Perubahan radikal terhadap keterbelal<angan mental dihasilkan me1alui studi
tentang prinsip-prinsip genetis. Namun. hanya 5 persen dari kasus ini yang dikenali
disebabkan 0100 faktor ketunman TIga puluh sampai'empat puluh persen penyebab
khusus kasus ini belum dikenal (DSM Ill-R, 1987, 30).
Keterbelakangan mental adalah kondisi di mana fungsi intelektual umum
yang di bawah normal dimulai sebelum usia 18 tahun dan dikaitkan dengan
gangguan dalam perilaku penyesuaian diri. Satu persen dari masyarakat umum
menderita keterbelakangan mental. Fungsi intelektual umum diperkirakan
berfungsi dengan benar dengan menentukan lQ melalui tes kecerdasan standar
seperti Stanford-Binet Inteleegence Scale atau Wechsler Intelegence Scale for Chil-
drE!n. Peri1aku adaptif ditentukan melalui pengamatan k1inis keefektifan seseorang
dalam mencapai kebebasan pribadi dan tanggung jawab sosia! yang sesuai dengan
usia orang itu dan kelompok budayanya.

Petayebab
Beberapa penyebab keterbelakangan mental bersifat biologis, tetapi faktor
psikologis juga bisa memainkan peranan. Penyebab tertentu bisa ditentukan 0100
dokter sebelum anak berusia dua tahun. Misalnya, tes rutin feni1alanin (asam amino
esensial dalam menu manusia) dalam urine setiap anak untuk menemukan
kemungkinan adanya fenilketonuria (PKU), yaitu kekurangan enzim yang
menyebabkan keterbelakangan mental jika tidak ditangani dengan diet khusus pada
masa pertumbuhan anak di negara-negara bagian di Amerika pada umumnya.
Gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat tertentu juga bisa menyebabkan
keterbelakangan mental. 5indrom down (mongolisme) merupakan salah satu pro-
blem genetik yang berkaitan dengan keterbelakangan mental yang bisa dikenali
oleh dokter yang terlatih pada saat kelahiran.
Gangguan psikiatris, mulai dari perilaku agresif sampai schizophrenia, tiga
kali sampai empat ka1i lipat lebih sering dialami oleh orang yang mengalami
keterbelakangan mental daripada masyarakat umum. Meskipun tidak setiap orang
yang mengaIami keterbelakangan mental mengalami gangguan emosi, makin rendah
kecerdasan seseorang makin besar peluang terjadinya gangguan emosional yang
menyertainya Tergantung pada etiology (studi tentang sebab-sebab penyakit) khusus,
orang yang mengalami keterbelakangan mental sering mengalami hilang ingatan
atau gangguan pada penglihatan, pendengaran atau fungsi motoriknya.
Banyak hal tentang faktor-faktor sebelum kelahiran te1ah dipelajari, seperti
gizi ibu, yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf sentral bayi. Konsumsi
alkohoI selama kehamilan bisa menyebabkan sindrom alkohoI pada fetus, satu
kondisi yang dinyatakan melalui pertumbuhan yang Iambat, keterbelakangan men-
tal, dan kelainan bentuk kepala, wajah, tangan, dan kaki.
PENGANJAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Fokus 8.3. Bill


Setelah Bill, seorang laki-laki yang mengalami sedikit keterbelakangan mental, menjadi
orang Kristen, ia bertanya apakah ia boleh.mengunjungi gereja di dekat tempat tinggalnya.
Pengurus gereja dipanggil dan mereka berkata bahwa mereka akan mengirim bus ke panti
pengembangan di mana Bill Hnggal Mlnggu berikutnya. Sayangnya, staf di panti itu belum
diberi tahu. Akibatnya bus itu harus menunggu Bill menyiapkan diri. Ketika bus itu datang
terlambat ke gereja, setiap orang menyalahkan Bill karen a keterlambatan ib.J. Bill merasakan
penolakan mereka dan meminta untuk diantar kembali ke panti pengembangan sebelum
kebaktian gereja dimulai. Ia dian tar kembali dan gereja itu memberitahukan bahwa orang
yang mengalami keterbelakangan mental tidak lagi disambut di sana.
Meskipun kita dengan mudah bisa mengkritik gereja itu dalam situasi tersebut, ada
masalah yang lebih dalam yang terlibat. Gereja yang sungguh-sungguh tertarik untuk
membantu orang yang mengalami keterbelakangan mental perlu mempersiapkan diri
sebelum menjalankan pelayanan semacam itu. Tidak cukup hanya memberi kesempatan
kepada orang yang mengalami keterbelakangan mental untuk bergabung_dengan pro-
gram saat ini; mereka perlu diberi perhatian dan bantuan khusus (lih. fokus 8.4.)

Karena pada umumnya penderita hanya mengalami keterbelakangan mental


ringan, maka diagnosis jarang dilakukan sampai anak-anak masuk sekolah. Banyak
kasus keterbelakangan mental berkembang akibat gangguan psikososial. Kurang
kasih sayang dan stimulasi intelektual, malnutrisi, pelecehan fisik, d~ isolasi sosial
pada masa awal kehidupan semuanya dipercaya merupakan faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental.

Tabel8.1.
Tingkat Perkembangan Moral
Tingkat IQ Usia Mental (Tahun) Tahap Moral
Ringan 50-55 sampai 70 5-10 k.l. 1 atau 2

Sedang 35-40 sampai 50-55 3-5 0- 1

Be rat 20-35 sampai 35-40 2-3 0


Mendalam di bawah 20-25 di bawah 2 0

Klasifikasi
Ahli psi.kologi menggolongkan keterbelakangan mental menurut tingkat
kecerdasan yang disimpulkan melalui tes kecerdasan. DSM ill-R (1987, 32-33)
membedakan empat kategori: keterbelakangan ringan, keterbelakangan sedang, ke-
Kecerdasan

terbelakangan berat, dan keterbelakangan mendalam. Ratcliff (1985, 1987)


menemukan 1ingkat perke:mbangan moral (dengan menggunakan tahap Kohlberg;
lib. bab 9) orang dewasa yang mengal~ keterbelakangan mental dalam tiap-tiap
kategori ini, yang disimpulkan melalui tingkat keterbelakangan mental dan usia
mentalkira-kira (lih. tabe18.1.).
Keterbelakangan mental lebih sering ditemukan pada laki-Iaki
(perbandingannya 1,5 dibanding 1 antara laki-laki dengan perempuan), dan lebih
banyak orang ditemukan pada 1ingkat kecerdasan yang lebih 1inggi (85 persen
mengalami ketetbelakangan mental ringan; 10 persen sedang; 3-4 persen berat; 1-2
persen mendalam) (DSM lli-R 1987, 32-33). Sebagai tambahan, DSM Ill-R juga
mengusulkan kategori kecerdasan yang diberi istilah "fungsi intelektual perbatasan"
yang mencakup orang-orang yang memiliki IQ 71 dan 84 (DSM Ili-R, 359-60).
Orang-orang ini tidak dipandang mengalall\i keterbelakangan.

Stigma dan Penempatan


Selama bertahun-tahun banyak orang yang mengalami keterbelakangan men-
tal telah ditandai. Orang yang mau dan mampu bekerja sering kali ditolak karena
telah diberi label "terbelakang". Akhir-akhir ini, pelembagaan orang yang
terbelakang dilakukan secara rutin. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
tentimg kondisi kebanyakan lembaga semacam itu yang menyedihkan, banyak
orang yang terbelakang mentalnya dipindahkan ke rumah-rumah secara
berkelompok atau ke rumah pribadi, atau bahkan dibebas~. Meskipun hal ini
sering kali menghasilkan konsekuensi yang positif, dalam banyak kasus orang
yang sudah dibebaskan justru menjadi gelandangan. Pada sisi 1.ain. orang yang
tetap 1inggal di sebuah lembaga mengalami penderitaan karena diabaikan atau
dilecehkan orang-orang yang "merawat" mereka, dan jauh dari orang luar.
Sejauh ini penempatan di tengah keluarga dan di rumah-rumah kelompok
memiliki catatan sejarah yang paling baik dalammembantu orang yang terbelakang,
meskipun beberapa juga memiliki kekurangan. Metode pelatihan yang baru, yang
didasarkan pada prinsip belajar (lih. bab 4), telah dipakai orang yang mengalami
keterbelakangan mental dan cukup sukses. Perawatan diri sendiri yang bersifat
dasar, keterampilan sosial, dan kerja telah dipelajari melalui pembentukan dan
peneguhan. Meskipun keterampilan semacam itu tidak "menyembuhkan"
keterbelakangan mental, orang yang terbelakang seringkali bisa mencapai 1ingkat
yang lebih 1inggi dalam penyesuaian diri daripada yang dipandang orang bisa
dicapai pada masa lalu.
Ada peJayanan yangmumi yang tersedia bagi orang-orang yang berharap untuk
menolong orang yang terbelakang mentalnya. Apa pun yang dikerjakan untuk salah
seorang dari saudara yang paling hina ini, dilakukan bagi Yesus (Mat 25:40). Ada
kesempatan untuk menjadi ternan pendamping dan saksi Kristen. Aktivitas semacam
itu menghasilkan keuntungan yang pasti bagi orang yang bersedia merawat Koop
dan Schaeffer (1983, 30) meocatat bahwa perhatian terhadap orang yang cacat bisa
menghasilkan "karakteryang lebih kuat, belas kasihan, pemahaman yanglebih dalam
terhadap beban orang lain. krea.tivitas, dan ikatan kekeluargaan yang lebih dalam".
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Beberapa konteks untuk menolong bisa dikenali, termasuk mengunjungi


orang yang mengalami keterbelakangan mental di Ieinbaga. mengajar kelas khusus
Sekol~ Minggu di gereja a tau eli te'mpat mana pun mereka tinggal (biasanya untuk
orang yang mengalami keterbelakangan ringan). Orang yang mengalami
keterbelakangan mental yang tinggal di jalan-jalan membuhlhkan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan materi serta pelatihan untuk merawat diri sendiri,
yang mungkin tidak berhasil dilakukan agen pemerintah.

Fokus 8.4.
Melayani Orang yang Terbelakang Mentalnya
Panduan khusus manakah yang dlbutuhkan untuk melayani orang yang mengalami
keterbelakangan mental? Bisakah mereka diselamatkan? Apakah penjangkauan orang
yang terbelakang mentalnya sesuai dengan pertumbuhan gereja?
Tugas-tugas harus disederhanakan dan diteguhkan agar mereka bisa belajar.
Pembentukan, pengaitan, dan peneguhan (lih. bab 4) diperfukan untuk mengajar orang
yang mentalnya terbelakang. Kita tidak boleh merendahkan orang-orang yang mentalnya
terbelakang. sebab mereka mungkin blsa merasakan sikap pembicara yang merendahkan.
Kita perlu menyederhanakan isi materi kognitif untuk menyesuaikan diri dengan usia men-
tal namun tetap memakai bentuk orang dewasa (misalnya, memakai gambar-gambar oor1g
dewasa dalam mengajar cerita Sekolah Minggu dengan gambar flanel1. Saran lainnya
. untuk mengajar orang yang mentalnya terbelakang ban yak tersedia (Ratcliff, 1985).
lsu keselamatan bergantung pada tingkat mental orang yang terbelakang. Jika anak-
anak Sekolah Dasar bisa dimenangkan bagi Tuhan, demikian juga halnya dengim orang
dewasa yang mengalami keterbelakangan mental ringan. Pada sisi lain, orang yang
mengalami keterbelakangan sedang cenderung kurang mampu memahami keselamatan,
seperti halnya anak-anak pra-sekolah yang normal. Orang yang mengalami ketertelakangan
mental yang berat dan rnendalam 'lebih meragukan lagi untuk bisa diinjili.
Sering kali orang yang terbelakang mentalnya dan keluarga mereka merasa dikucilkan
oleh gereja-gereja, dan mungkin menghindari kebaktian . Jika perkiraan yang paling
konservatif tentang jumlah orang yang mentalnya terbelakang dipertimbangkan, itu mungkin
berarti ada seratus orang yang terbelakang mentalnya di tengah masyarakat yang beijumlah
sepuluh ribu orang. Tambahkan keluarga mereka dan jumlah mereka akan mencapai 300
sampai 500 orang yang potensial untuk dijangkau. Pertumbuhan gereja tidak hanya sesuai
dengan pelayanan untuk orang yang terbelakang mentalnya, tetapi hal itu bisa menjadi
sarana untuk pertumbuhan gereja.

Kekurangankecerdasan pada diri orang yang terbelakang mentalnya harus


dikenali sebelum ia berusia delapan belas tahun. Jadi, bagaimana kategori diagnostik
seseorang yang IQ-nya menurun ketik.a ia berusia lebih dari 18 tahun? Jika
penurunari tersebut cukup drastis dan bukan sekadar akibat kesalahan acak, hal
itu mungkin kerena sejenis kerusakan otak atau kemerosotan. Kategori diagnostik
-··--- ..... ----~---------------- _ _______
........ ....... Kece.rdasan

yang lebih tepat mungkin adalah "dimensia". Juga ada kemungkinan seseorang
yang berusia kurang dari 18 tahun bisa mengalami dimensia (misalnya, anak yang
berusia 15 tahun yang kecerdasannya. normal sebelum terjadi kecelakaan, tetapi
yang memenuhi kriteria keterbelakangan mental sesudah itu). Penyakit Alzheimer
merupakan salah satu bentuk dimensia.

BAKAT
I<ita mungkin akan lalai dalam menekankan kekurangan dalam kecerdasan
tanpa melihat ekstrem satunya dalam kecerdasan. Mungkin 3 sampai 5 persen anak-
anak termasuk kategori "berbakat'' dengan IQ mendekati puncak skala. Seringkali
mereka dipaksa untuk tinggal bersama ternan sebaya, sehingga mereka bosan,
frustrasi, dan bahkan gagal.

Fokus 8.5. Membantu Keluarga-keluarga yang Memiliki


Anak Terbelakang Mentafnya
Orang Kristen mempunyai kesempatan untuk membantu orang yang teitelakang
mentalnya dan keluarganya (Ratcliff, 1990}. Misalnya, sering kali sulit, bahkan mustahil,
untuk mendapatkan pengasuh bagi anak yang terbelakang mentalnya (terutama bagi orang
dewasa yang terbelakang mentalnya). Karena itu, orangtua tidak bisa mendapatkan istirahat
dari kegiatan rutin keluarga. Beberapa orang yang terbelakang mentalnya memerlukan
perhatian ekstra dan anggota gereja bisa menunjukkan kasih Kristen dengan membantu
secara sukarela.
Renungkan permohonan seorang ibu yang memiliki anak berusia 10 tahun yang
terbelakang mentalnya (Dear Abby, 1988):
Maria dilecehkan secara fisik. Para pengasuh minta berflenti setelah satu hari bekerja.
Jika saya berusaha inenyuruhnya sangat merepotkan saya.
lbu ini betul-betul memerlukan pertolongan Kristen!
Memahami tahap-tahap yang harus dilewati orangtua anak yang terbelakang
mentalnya sangat bermanfaat (Wolfensburger, 1967}. Pertama, ada kesadaran tentang
adanya masalah. Pada tahap ini orangtua mencoba menemukan penyebab fisik. Pada
saat mereka mulai mendapatkan bantuan profesional, orangtua akan diberi saran-saran
untuk menangani anaknya yang mengalami keterbelakangan mental, tetapi hal itu pada
mulanya akan disangkal oleh orangtua (tahap kedua}. Sering kali mereka akan berganti-
ganti spesialis untuk mencoba menemukan diagnosis bahwa itu bukan keterbelakangan
mental.
Tahap ketiga adalah ketika orangtua menyadari bahwa anak mereka sungguh-sungguh
mengalami keterbelakangan mental. Kesadaran ini biasanya disertai dengan goncangan,
kesedihan yang dalam, dan penarikan diri. Pada tahap ini, orangtua mungkin menyalahkan
diri sendiri. Pada tahap ini orang lain perlu mendengarkan apa yang dikatakan orangtua
dan menjelaskan bahwa keterbelakangan mental jangan disamakan dengan kegilaan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

Penyelidikan atas penyebabnya mendominasi tahap keempat. Penyelidikan itu


sesungguhnya merupakan usaha orangtua untuk melepaskao diri mereka dari rasa bersafah
dan sikap menyalahkan diri sendirL Orangtua sering mengingat-ingat kecelakaan kecil pada
masa sebelumnya yang dengan mudah bisa dilupakan untuk anak yang normal. Kadang-
kadang pada tahap ini mereka memandang keterbelakangan mental sebagai hukuman
Allah atas kesalahao mereka pada masa yang lalu. Kebanyakan penyebabnya tidak bisa
ditemukan, tetapi meskipun demikian hal itu tidak membantu orangtua untuk
menghadapinya. Hal yang paling membantu adalah bertemu dengan orangtua lain yang
memiliki anak terbelakang mentalnya untuk saling mendukung.
Tahap kelima adalah mencari kesembuhan dan hal ini sekali lagi mendorong orang-
tua untuk berpindah-pindah dari satu spesialis ke spesialis lainnya. Mereka perlu menyadari
bahwa anak yang terbelakang mentalnya bisa dilatih dan diberi keterampilan, tetapi tidak
bisa diobati. Tahap yang keenam dan terakhir adalah penerimaan, yang hanya bisa dicapai
oleh beberapa orangtua saja. ldealnya orangtua bersikap bangga dengan aset anaknya
dan belajar menerima kelemahannya. Orangtua yang cepat menyesuaikan diri dalam bidang
lainnya cenderung bisa menerima anak mereka yang terbelakang mentalnya. Orangtua
yang IQ-nya rendah cenderung lebih mudah menerima anak yang terbelakang mentalnya;
mungkin karena mereka tidak mempunyai harapan yang terlalu tinggi. Juga ada bukti bahwa
orang yang sang at saleh cenderung bisa menerima anak yang mengalami keterbelakangan
mental.
Orang yang berusaha membantu orangtua anak yang mengalami keterbelakangan
mental perlu menyadari bahwa orangtua cenderung menolak pernyataan apa pun yang
tidak sesuai dengan tahap yang mereka jalani saat itu, bahkan membelokkan apa yang
dikatakan agar sesuai dengan tahap mereka saat ini. Juga ada kecenderungan bagi orangtua
untuk terus-menerus menjadikan anaknya sebagai bayi.
Problem lainnya mencakup kondisi keuangan yang terbatas, keterlibatan dalam
kegiatan sosial, tujuan yang tidak realistis, dan keretakan pemikahan: Jelaslah bahwa
gereja bisa berperan banyak dafam membantu keluarga-keluarga yang menghadapi pro-
blem itu.

Secara tradisional anak-anak kadang-kadang diizinkan untuk melompat kelas


satu atau dua tingkat ke atas karena kecepatan belajar mereka yang luar biasa.
Namun akibatnya mereka bisa mengalami problem sosial; kemajuan dalam
keterampilan dan kedewasaan tidak secara otomatis menyertai kemajuan akademis.
Beberapa sekolah menyediakan kelas khusus untuk anak-anak ini, yang sering kali
menekankan kreativitas dan individualitas. Namun, 'isolasi dari arus utama para
murid ini bisa menciptakan stigma send.iri. Kelas terpisah juga bisa menghilangkan
tekanan dari anak-anak yang lebih berbakat, yang bisa memberi dorongan pada
anak-anak dengan kemampuan rata-rata. Kita akui memang tidak mudah untuk
menjawab dilema apa yang terbaik untuk anak berbakat, tetapi tampaknya
merupakan hal yang memalukan untuk tidak mengambil keuntungan yang lebih
besar bagi mereka yang berbakat ini.
Kecerdasan

Tentu saja istilah "berbakat'' bisa merniliki arti lain juga. Myers dan Jeeves
(1987, 106-107) telah mencatat bahwa konsep Kristen tentang bakat mengacu pad a
tempat khusus pada tubuh Kristus yang dimiliki orang percaya. Setiap orang Kristen
diberi karunia khusus dalam pengertian ini. Paulus mencatat sejumlah karunia
dalam suratnya, seperti mengajar, adrnin.istrasi, membedakan, menggembalakan,
melayani, dan bernubuat.
Namun, ada dua arti "berbakat" yang saling tum pang tindih. Karunia-karunia
rohani menyiratkan keunggulan yang dimiliki oleh setiap orang Kristen yang bisa
dikembangkan lebih lanjut, namun adanya karunia khusus itu menunjukkan fakta
bahwa tidak setiap orang memiliki karunia yang sama. Myers dan Jeeves mencatat,
keunggulan menuntut prioritas yang berbeda untuk orang yang berbeda. Namun,
tujuan adanya karunia dalam tubuh Kristus atau gereja adalah agar hal itu
dipraktekkan secara harmonis untuk kebaikan bersama. Persamaan karunia yang
absolut tidak pernah tersirat dalam Alkitab, dan merupakan kewajiban kita semua
untuk mendorong penggunaan karunia rohani dan tidak merendahkan orang yang
memili.ki kamnia yang berbeda. Kita semua diberi karunia, bahkan sekalipun kant:1ia
itu bukan karunia dalam kecerdasan!

REFERENSI
Bouchard, T. dan M. Mcgue. 1981 . Familial studies of intelligence. Scimc.:e 2012: 1055-
1059.
Buros, 0 . 1985 . .A.ofental measurements y.:arbook. Edisi kesembil.:m. Lincoln : University of
Nenraska Press .
Carroll, J. 1976. Psychometric tests as cognitive tes l'i. Dalam Tlw nnture of intelligen ce,
editor L. Resnick. Hillsdale, N . J. : Erlbaum.
Cattell, R. 1%8. Are lQ tests intelligent? PsycltologJ; Today 1: 56-62.
Collins, G. 1985. The magnificent mind. Waco: Word .
Dear Abby. 1988. Atlanta Journal (26 Nov.): 4c. Diagnostic and statistical ma11ual of mental
disorders. Edisi revisi ketiga. 1987. Washington, D.C.: American Psychiatric As-
sociation.
Dobson, J. 1976. The origins of inteiligence. Dalam The mmtally retarded ch ild und his
family, editor R. Koch dan J. Dobson. Edisi revisi. New York: Brunncr/ Mazel.
Godda rd, H . 191 2. The Kallikak family. New York: Macmillan.
Griffin, D. 1976. The questio11 a( animal u<J>areness. New Yo rk; Rockefeller University Press.
G uiiford, J. 1973 . Theories of intelligence. Dalam Handbook of general psychology, editor
B. Wolman. Englewood Cliffs, N.j.: Prentice-Hall.
Honzik, M., J. Macfarlane, dan L. Allen. 1948. The stability of mental test performance.
Journal of Experimental Ed~t cation 17: 309-324.
Koop, C., dan F. Schaeffer. 1983, ~\llwteva happ..:ned to the human race? Edisi kedua .
Westchester, Ill.: Crossway.
~vlyers, D., dan M. Jeeves. 1987. Psycoiogy through eyes of faith. San Francisco: Harper
and Row.
Pea tling, J. 1973. The incidwce of concrete and abslarct religious lllinking. Ann Arbor, Mich .:
University Microfilms.
Ratcliff, D. 1980. Toward a Christian perspective of developmental disabitity./orm:al of
Psychology and Theology 8: 328-335.
PENGANTAR PSJKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
~.-~----,------------------~-~-----------

- - . 1985. Ministering to the ~tarded. Christian Education Journal 6: 24-30.


- - -. 1987. Predicting the moral development of the mentally retarded. Journal of
Psychology and Otristianity 6: 65-07. -
- - . 19_90. Counseling families of the mentally retarded. Journal of Psychology and
Theology 18: 318-325.
Rowe, D., dan R. Plomin. 1978. The Bu~ controversy. BehiWior genetics 8: 81-84.
Schild, S. 1976. The family of the retarded child. Dalam The mentally ref4rded child and
his family, editor R. Koch danJ. Dobson. Edisi revisi. New York: Brunner/Mazel.
Skeels, H. 1966. Adult status of children wjth contrasting life experiences. MonogTaphs
of the Society for Research in Otild Development 31.
Sternberg, R. 1984. Mechanisms of cognitive development, editor R. Sternberg. New York:
Freeman.
Sternberg, R. et al. 1981. People's conceptions of intelligence. Journal of Pers01Ullity and
Social Psychology 41: 37-55.
Wolfensburger, W. 1%7. Counseling the parents of the retarded. Dalam Mental retarda-
tion, editor A. Baumeister. Chicago: Aldine.

· Lihat Schild, 1976; Ratcliff, 1990, untuk mendapatkan diskusi tambahan tentang problem pada keluarga
yang anaknya mengalami keterbelakangan mental.
9
Psikologi Sosial

tfJ7) sikologi sosial membahas pengaruh sosial pada diri seseorang. Karena
~~enekankan pada individu, ini memenuhi syarat sebagai cabang psikologi,
namun karena berfokus pad a situasi sosial, ia memiliki banyak persamaan dengan
sosiologi . Jadi bidang umum di mana sosiologi dan psikologi tumpang tindih
disebut sebagai psikologi sosial, meskipun topiknya jauh lebih luas daripada sekadar
mencoba menemukan dasar yang sarna di an tara kedua disiplin itu.
Dalam kata pendahuluannya yang sangat bagus tentang psikologi sosial, Myers
(1987) telah menemukan tiga bidang pemikiran dalam psikologi sosial: cara orang-
orang saling memikirkan, bagaimana mereka saling mempengaruhi; dan bagairnana
mereka saling berhubungan. Ketiga topik ini membentuk isi bab ini.

SII(AP
Para psikolog sosial tidak hanya membicarakan pembentukan sikap saja, tetapi
juga bagaimana sikap itu bisa dipengaruhi dan diu bah. Sikap terdiri dari pikiran,
perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak berdasarkan pikiran dan perasaan.
Pikiran semata-mata merupakan dasar opini. Meskipun pikiran dan perasaan secara
teknis membentuk sikap, faktor ketiga, perilaku, cenderung muncul sebagai hasilnya.
Kredibilitas seseorang yang berusaha mengubah sikap merupakan faktor yang
penting dalam menentukan kesuksesan. Niat komunikator yang ditangkap secara
khusus penting. Jika niat dipandang positif, pengaruh akan cenderung Iebih besar.
Beberapa orang berdebat apakah presentasi satu sisi atau dua sisi yang paling
efektif. Apakah lebih baik sekadar menyajikan satu sisi masalah atau menyodorkan
kedua sisi? Riset terkini menunjukkan bahwa pendekatan satu sisi lebih efektif jika
audiens kurang cerdas,. taat mutlak, atau seialu setuju dengan orang yang berada di
posisi yang ditetapkan. Namun pada urnumnya, pendekatan dua sisi bekerja lebih
baik karena presenter terdengar lebih objektif. Pendekatan dua sisi terutama efektif
jika audiens tidak setuju dengan pembicara atau pada akhirnya cenderung
mendengarkan sisi satunya Gones dan Brehm, 1970).
Untuk menggambarkan hal itu, Anda mungkin telah melihat bahwa beberapa
pembuat iklan mulai mengatakan sesuatu seperti, "Hal ini rnungkin tidak untuk
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

setiap orang, tetapi hal ini pasti coeok untuk sa)'a." Pendekatan ini cenderung
efektif untuk orang-orang yang lebih eerdas, yang tidak selalu patuh dan tidak
yakin sepenuhnya pada nilai produk . Pendekatan ini cenderung akan
meningkatkan daya tarik produk terhadap orang semacam itu.

Konflik Pemahamall
Konflik pemahaman adalah ketegangan di dalam diri seseorang yang muneul
akibat usaha mempertahankan dua pikiran yang saling bertolak beJakang pada saat
bersamaan (Festinger, 1957). Salah satu dari pikiran itu mungkin dihasilkan dari
perilaku . OJeh karena itu, jika sikap bertentangan dengan tindakan, akan muncul
konflik. Jika konDik muncul, orang itu berusaha meredakan ketegangan dengan
mengubah pandangan, mengubah tindakan. atau menambahkan ide-ide baru daIarn
pemikiran. Yang mana pun dari pilihan itu akan cenderung menetralisasi konflik
dan mengurangi ketegangan atas masalah .
Festinger menunjukkan konsep ini dengan menyuruh orang-orang melakukan
tugas yang sangat menjemukan (memutar tombol-tombol pada papan setiap
seperempat putaran). Kemudian, ia meminta setiap peserta untuk meyakinkan
orang lain. yang diandaikan menunggu untuk ikut ambil bagian dalam eksperimen
itu, bahwa tugas itu sangat m enarik. Pada tahap ini ia menawarkan uang satu atau
dua puluh dolar kepada peserta untuk meyakinkan orang lain bahwa tugas itu
menarik. Setelah itu, ia mengevaluasi orang-orang yang dibayar untuk menemukan
apakah mereka sungguh-sungguh menikmati tu.gas memutar torrl boJ itu .
Meskipun psikologi periIaku mungkin berpendapat bahwa upah yang lebih
besar akan menghasilkan perubahan yang lebih besar, hal yang sebaJ,iknya yang
terjadi. Orang yang menerima uang 1 dolar untuk berbohong adalah orang yang
paling positif tentang tugas yang membosankan itu, sedang orang yang menerima
20 dolar adalah orang yang paling sedikit berubah sikapnya . Festinger
menyimpulkan bahwa penjelasan terbaik ten tang dampaknya bisa diberikan
dengan mernperhatikan konDik antara tugas dengan apa yang harus dikatakan
kepada orang yang menunggu . Jika peserta dibayar 20 dolar tidak akan ada banyak
ketegangan atau konflik antara pendapat yang sesungguhnya bahwa tugas itu
membosankan dan memberi tahu orang lain bahwa tugas itu menarik karena
mereka bisa melakukan rasionalisasi bahwa kebohongan itu bernilai 20 dolar.
Pada sisi lain, orang yang hanya diba)'ar satu dolar tidak berusaha melakukan
pembenaran atas kebohongan sehingga ia sekadar mengubah sikapnya dari bosan
menjadi menyukai sarnpai tingkat tertentu agar melepaskan dirinya dari konflik.
Konflik merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Pikirkan tentang
seorang wanita muda yang harus memutuskan: mana dari dua laki-Iaki yang
akan ia nikahi. Jika kedua laki-laki itu memiliki sHat-sHat baik dan sifat-sifat bur uk
dalam jumJah yang sarna, ia akan mengalami apa yang disebut ahli psikol ogi
"konflik pendekatan-penghindaran" . Hal ini disebabkan ia memegang d u.a
pendapat yang bertolak belakang pada saat yang sarna. Ia mungkin akan memhu at
keputusan, dan kemudian merasakan konflik karena melihat sHat-sifat positif dari
laki-Iaki yang tidak ia pilih . Untuk meredakan konflik itu, ia mungkin akaH
mengajukan alas an tambahan mengapa ia mengambil pilihan itu, misalnya dengan
menekankan sifat-sifat positif orang yang ia pilih dan menekankan sifat-sifat
negatif orang yang ia tolak. Informasi baru dicari (a tau mungkin dihasilkan sendiri)
untuk meyakinkan dirinya bahwa ia membuat keputusan yang benar.

Nubuat yaug Dipenuhi Sendiri


Sekadar mengharapkan agar sesuatu terjadi dalam hubungan kita dengan
orang lain membuat hal yang diharapkan cenderung lebih besar kemungkinannya
untuk terjadi . Kita juga cenderung menemukan bukti lebih banyak ten tang hal yang
kita harapkan.

Fokus 9.1.
Menerapkan Riset Ketidaksesuaian
Teori ketidaksesuaian kognitif bisa digunakan untuk memahami anggota gereja dengan
lebih baik. Pikirkan tentang Frank, yang dengan teguh meyakinkan bahwa ia adalah orang
Kristen namun hanya memperlihatkan sedikit bukti ten tang fakta itu dalam hidupnya. Selain
itu, ia tidak mampu mengingat kapan ia mengambil keputusan untuk menjadi orang Kristen .
Suatu kali, Frank mungkin merasakan ketidaksesuaian karena adanya konflik antara
apa yang dituntut Alkitab dengan gaya hidupnya. Ia mungkin meyakinkan dirinya sendiri
bahwa ia adalah orang Kristen dengan mengatakan bahwa ia orang Kristen. Ia mungkin
telah menambahkan ide-ide baru untuk menenangkan keraguan yang mungkin ia miliki
tentang keselamatannya, sehingga ketidaksesuaian itu diperkecil. Misalnya, ia mungkin
setuju dengan pernyataan pendeta bahwa setiap orang perlu diselamatkan, tetapi ia tidak
melihat bagaimana fakta tersebut mempengaruhi dirinya .
Bisakah teori ketidaksesuaian ini digunakan untuk mempengaruhi Frank agar
menerima lnjil? Mungkin pendekatan yang terbaik adalah menciptakan ketidaksesu,aian :
yang menuntut sejumlah kecil peru bah an dalam perilak~nya, karen a perubahan pendapat ·
cenderung berjalan seperti itu. Konfrontasi dan tuduhan langsung mungkin bukan merupakan
pendekatan yang terbaik untuk menolong Frank melihat kesalahannya.
Mungkin jawaban terbaik adalah dengan menekankan kebutuhan untuk mengubah
cara hidup sebagai orang Kristen dan secara khusus merinci perbedaan antara perilaku
Kristen dengan perilaku orang non-Kristen. Pernyataan yang jelas ini cenderung akan
menciptakan ketidaksesuaian, karena Frank akan melihat perbedaan antara pandangan
yang disampaikan dengan perilakunya sendiri. Ia mungkin memilih untuk meredakan
ketidaksesuaian itu dengan mengubah perilakunya, mengabaikan nasihat itu, atau mungkin
bahkan meninggalkan gereja. lni adalah pilihannya, tetapi kemungkinan dia memberikan
res pons yang negatif jangan memperlemah usaha kita untuk menolongnya.

Pada saat kita berinteraksi secara sosial, kita seringkali melewati proses
pelabelan . Kita mungkin memandang orang lain kaku, santai, acuh tak acuh atau
mal as, dan sebagai akibat dari harapan kita, mereka cenderung akan menjadi seperti
itu. Orang lain yang berinteraksi dengan kita cenderung memenuhi ramalan
~ ~ , .. ______
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1
._~------------ -------~-------------

(harapan) kita. Jika sejumlah orang memberi label pada seseorang dengan cara
yang sama selama periode waktu yang cukup lama, hal itu cenderung akan
mempengaruhl konsep diri dan perilaku orang itu.

PENGARUH SosJAL
Suka atau tidak suka, kita mempengaruhi orang lain, dan sebagai gantinya,
kita juga dipengaruhl mereka. Orang Amerika, yang sangat individualistis, sering-
kali mengabaikan pengaruh orang lain yang sangat kuat; sebaliknya, budaya-
budaya yang sangat berorientasi pada kelompok cenderung meneguhkan kekuat-
an kelompok. Alkitab dengan jelas mengakui adanya pengaruh sosial. Berulang
kali dalam Perjanjian Lama orang percaya diimbau supaya menghindari pengaruh
yang negatif dari dunia, namun mereka harus mempengaruhi orang lain untuk
masuk ke dalam kerajaan Allah.

Kesepakatatt
Asch (1951) melakukan sejumlah eksperimen untuk menyelidiki efek tekanan
kelompok. Su bjek masuk ke dalarn ruangan bersarna enam orang lain, yang dianggap
sebagai sesama peserta dalam proyek riset itu. Kelompok itu diberi tahu bahwa
topik studi itu adalah persepsi. Para anggota kelompok diperintahkan untuk
membandingkan tiga garis yang digambar pada satu kartu dan satu garis digarnbar
pada kartu lain. Kemudian, setiap orang ditanya mana dari ketiga garis itu yang
sama panjangnya dengan garis pada kartu kedua.
Meskipun salah satu dari ketiga garis itu jelas sama panjangnya dengan garis
pada kartu kedua, enam orang dalam kelompok itu memberikan j?waban yang
salah (mereka sebelumnya telah diminta untuk melakukannya, tanpa sepe-
ngetahuan orang yang ketujuh). Apakah orang yang ketujuh akan setuju dengan
keenam orang lainnya itu, atau memberikan jawaban yang benar?
Kurang !ebih sepertiga orang yang naif setuju dengan keenam orang lain itu.
Jika tugas itu diberikan sebanyak tujuh kali pada kesempatan yang berbeda, 80

A B c D

'Gans mana yang panjangnya sama dengan D: A, B atau C?'


Gambar 9.1, Eksperimen Asch
Psikologi Sosial

persen paling sedikit setuju satu kali. Dengan eksperimen tambahan telah
ditemukan bahwa jika keputusan subjek yang ketujuh tanpa nama atau paling
tidak satu orang memberikan jawaban yang benar, kemungkinan orang ~tujuh
memberikan jawaban yang sama menurun dengan drastis.
Putneys (1964, 1-12) menjelaskan kesepakatan sebagai bentuk neurosis nor-
mal, yaitu problem psikologis yang diterima secara sosial. Mereka menunjukkan
bahwa untuk tidak sepakat risikonya terlalu tinggi, sedang upahnya sering kali
sangat kecil; sehingga orang-orang cenderung untuk tidak mempertanyakan asumsi
budaya mereka. Putneys menekankan bahwa orang Amerika percaya "penyesuaian
diri" merupakan idealisme yang tertinggi - kata itu sebenarnya sinonim dengan
kesepakatan. Meskipun neurosis semacam itu diterima secara sosial, Putneys
mengimbau kita untuk hidup di atas kesepakatan dengan menyatakan perasaan
kita yang sebenarnya dan bukanhanya tinggal pada tingkat permukaan komunikasi.

Pikiran Kelompok
Pengaruh sosial juga dinyatakan mclalui gejala yang disebut pikiran kelompok,
yaitu dorongan yang ekstrem dalam kelompok agar setiap orang mencapai
kesepakatan penuh. Akibatnya kelompok tidak bisa mengevaluasi ide-ide dengan
tepat karena keingi:nan untuk mencapai kesepakatan. Hal ini cenderung terjadi dalam
kelompok yang punya ikatap kuat, di mana anggota merasa bahwa kelompok tidak
bisa melakukan kesalahan, dan ketika para anggota kelompok menaruh keyakinan
yang sangat besar pada pemimpin Namun, kesan kesepakatan itu hanya merupakan
ilusi, karena ide-ide yang ada tidak pernah sungguh-sungguh dievaluasi; tidak ada
seorang pun yang menyatakan ketidaksetujuannya secara terbuka, dan persetujuan
didasarkan pada tidak adanya analisis yang lengkap.
Misalnya, suatu kali salah seorang penulis mengunjungi gereja di desa yang
kecil di mana jemaat menilai calon pendetanya. Pertemuan jernaat diadakan untuk
membahas calon pendeta. Pertemuan itu dibuka oleh salah seorang penatua dengan
imbauan yang kuat untuk menjaga persatuan. Dalam "gereja keluarga" ini, salah
seorang penatua, yang memiliki hubungan dekat dengan hampir semua orang,
menyuarakan persetujuannya pada satu calon (meskipun mandat itu agak
dipertanyakan). Pemilihan itu dilakukan tanpa nama. Sayangnya, efek negatif
keputusan pikiran kelompok menjadi jelas ketika pendeta baru itu menyampaikan
khotbah seri tentang penyimpangan seksual secara eksplisit.
Janis (1982) menyarankan beberapa cara untuk memperlemah pikiran
kelompok. Pertama, pemimpin perlu mendorong dilakukannya diskusi dan enggan
untuk memberikan pendapatnya sendiri. Kedua, kelompok mungkin kadang-
kadang perlu dipecah menjadi kelompok yang lebih kecil untuk membahas pro-
blem. Ketiga, peninjauan keputusan dan pemikiran tentang informasi yang baru
perlu dimasukkan dalam agenda pertemuan. Keempat,· orang luar harus diminta
memberikan pandangan mereka tentang topik itu. Akhirnya, anggota kelompok
harus didorong untuk mengambil posisi yang berbeda tentang topik itu dan
memeriksa setiap pilihan dengan teliti.
PENGANTAR PSIKOLOGI OAN KONSELif<G KRISTEN 1

Sun tikan
Seperti vaksi n, yang berupa satu bentuk virus yang dilemahkan, bisa
memberikan kekebalan fisik pacta seseorang sampai pada kekuatan penuh virus
itu, demikian juga seseorang bisa diberi satu bentuk ide yang dilemahkan dan
didorong untuk membentuk penyangkalan yang kuat terhadap sud ut pandang yang
sama (McGuire, 1964). Pada dasarnya, suntikan itu merupakan variasi pendekatan
duasisi seperti kita sebutkansebelumnya. Perbedaannya adalah kedua sisi itu tidak
diberi waktu yang sama dan orang yang akan diyakinkan itulah yang melakukan
penyangkalan.
Ada bu kti bahwa suntikan bisa sangat mempengaruhi pendapat. Batson (1975),
misalnya, membuat presentasi yang menyerang kepercayaan remaja Kristen; sebagai
reaksi, remaja itu mengembangkan keyakinan yang lebih kuat.
Orang-orang muda bisa diyakinkan untuk tidak mengkonsumsi rninuman yang
mengandung alkohol dengan menggu:nakan teknik su:ntikan. Pertama, hal minum
minuman yang mengandung alkohol yang sudah dilemahkan disampaikan (hal itu
menyenangkan, paling tidak untuk sementara). Kemudian, remaja itu bisa diminta
untuk membuat penyangkalan yang kuat terhadap hal itu (Anda bisa menjadi
pecandu alkohol; hal itu mahal; bisa menumpulkan indera; rasanya tidak enak; hal
itu bisa menyebabkan cacat kelahiran dan kerusakan otak, dan sebagainya).
Akibatnya, kemu:ngkinan orang-orang muda itu min urn minuman keras cenderung
makin kecil dan mereka cenderung menentang orang yang mempromosikannya.
Hal ini tentu saja mengandaikan bahwa argumen untuk menentang minurn alkohol
itu murni dankasus minum alkohol itu tidak begitu Jemah sehingga tidak ada kasus
yang nyata sama sekali (hal itu kadang-kadang disebut sebagai "orang-orangan
pemikat kepercayaan") .

Fokus 9.2.
Kesepakatan dalam Penginjilan
Ban yak penginjil mendorong orang-orang supaya menyatakan kerinduan mereka untuk
menjadi orang Kristen dengan mengangkat Iangan mereka selama panggilan ke mezbah.
Dinilai dari hasil riset Asch, jika penginjil itu in gin menghindari kesepakatan dan mendapatkan
keputusan yang murni, mungkin undangan untuk mengangkat tang an di depan umum harus
dihindari. Orang-orang tidak mudah mencapai kesepakatan jika responsnya tanpa nama;
jadi menyuruh audiens untuk menutup mala sebelum meminta orang yang bersedia menjadi
orang Kristen untuk mengangkat Iangan jauh lebih sesuai .
Billy Graham telah dikritik karena meminta para konselor supaya maju pada saat
undangan disampaikan. Bukankah ini menambah faktor kesepakatan dengan mendorong
orang-orang "mengikuti arus"orang-orang yang maju? Namun, kita bisa dengan mudah
membuat argumen yang berbeda: orang-orang akan tetap duduk di kursi mereka jika
sebagian besar orang tetap duduk. Jadi, menyuruh para konselor supaya maju pada saat
undangan disampaikan justru mengurangi kesepakatan dan membuat pilihan untuk memberi
respons terhadap undangan itu sebagai sebuah pilihan yang murni.
Psikologi Sosial
---------·--------------------------------------------------------~---
Fokus 9.3.
Suntikan, Rasa Takut, dan Kekristenan
Francis Schaeffer mendorong orang Kristen untuk mengajar filsafat sekular kepada
anak-anak mereka sejak awal kehidupan. Ia merasa bahwa ini akan mempersiapkan mereka
untuk memiliki sudut pandang sekular pada masa selanjutnya dalam kehidupan. Hal ini
sangat sesuai dengan teori suntikan. Presentasi filsafat sekular pada awal kehidupan
mung kin tidak akan melibatkan kegiatan belajar ten tang studi ini dengan tekun, tetapi sekadar
mempelajari tingkat studi yang lebih populer (seperti tulisan Schaeffer sendiri). Sebagai
hasil mengajar anak-anak dengan cara ini, mung kin mereka akan cenderung untuk menolak
filosofi anti-Kristen karen a adanya penyangkalan kuat yang mereka berikan sebagai respons
terhadap kritikan yang dilemahkan. (Perhatikan bahwa suntikan cenderung te~adi jika murid
melakukan penolakan.)
Suntikan juga bisa digunakan dalam penyampaian lnjil. Kita bisa membuat alasan
yang lemah untuk tidak menjadi orang Kristen, dan kemudian meminta anggota jemaat
memberikan alasan yang kuat untuk menjadi orang Kristen .
Ide suntikan ini memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan dua sisi lawan satu
sisi dalam melakukan presentas i. Dalam banyak situasi , orang Kristen perlu mulai
menggunakan pendekatan yang lebih bersifat dua sisi. Pendekatan dua sisi kepada lnjil
akan menghasilkan lebih banyak pertobatan .
Apa peranan rasa takut dalam penyampaian lnjil? Misalnya, apakah khotbah ten tang
neraka merupakan cara terbaik untuk meyakinkan orang-orang menjadi orang Kristen?
Mungkin tidak, kecuali audiens melihat neraka sebagai hal yang sungguh-sungguh nyata.
Bahkan khotbah-khotbah yang gamblang tentang hukuman kekal mungkin akan
menyebabkan sebagian besar orang non-Kristen menolak gereja dan pes an keselamatan.
Pendekatan yang positif mungkin akan jauh lebih efektif. Sesungguhnya, hampir semua
referensi Kristus tentang topik penghakiman selalu berada dalam konteks pembicaraan
dengan para pemimpin agama dan para ml.irid-Nya; rasa takut tidak digunakan dalam
usaha untuk penginjilan.

Metode-metode I.ain untuk Mempengaruhi


Apakah penggunaan rasa takut merupakan cara yang tepat untuk
mempengaruhi orang-orang? Rasa takut tampaknya hanya akan efektif jika
konsekuensi dari apa yang ditakutkan itu dipandang sebagai hal yang nyata oleh
para pendengarnya; sudah ada cukup banyak rasa takut yang membuat mereka
prihatin; dan rasa takut itu tidak begitu intensif sehingga pendengarnya menghindari
masalah itu. Ancaman yang ringan dan realistis tarnpaknya justru merupakan cara
yang paling efektif (Aronson dan Carlsmith, 1963). Jika tidak, rnetode lain, seperti
bujukan tarnpaknya jauh lebih efektif. Rasa takut melibatkan kerelaan. Kerelaan
ada jika seseorang melakukan apa yang diinginkan karena ada kernungkinan untuk
mendapatkan upah atau menghindari hukuman. Menggunakan surga sebagai upah
atau neraka sebagai hukuman dalam penginjilan rnungkin rnerupakan contoh
tentang metode ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Metode mempengaruhi kedua adalah identifikasi. Di sini orang yang


memberi pengaruh dipandang sebagai model. Ketua kaum muda yang
menggunakan terminologi dan menuikai pakaian orang muda memberikan contoh
tentang jenis pengaruh
ini. ·
Metode ketiga, dan metode yang biasanya paling permanen dan efektif,
adalah internalisasi. Di sini kredibilitas pemberi pengaruh paling penting.
Pengaruh bisa terjadi karena orang yang bersangkutan adalah ahli yang bisa
dipercayai. Pendeta yang memiliki banyak pengetahuan, yang mengenal Alkitab
secara mendalam dan mampu menerapkannya secara praktis akan menjadi contoh
jenis pengaruh ini.

Kekuasaan dan Ketaatan


Untuk mempelajari efek kekuasaan pada ketaatan terhadap penguasa,
Milgram (1974) memberi tahu subjek eksperimen bahwa mereka sedang
berpartisipasi dalam studi untuk mempelajari penggunaan alat penyetrum. Poin
riset yang diandaikan itu adalah untuk melihat apakah proses belajar cenderung
akan meningkat sebagai akibat penerimaan hukuman. Setiap murid diandaikan
diberi setruman oleh peserta jika responsnya tidak benar. Kekuatan setruman
diandaikan bisa meningkat dari 15 volt sampai 450 volt
Sesungguhnya "murid" itu adidah seorang aktor yang terlatih, yang tidak
menerima setruman sama sekali. Ia hanya pura-pura menerima setruman, dan
mengeluh bahwa setrumanitu sangatsakit pada voltase yang agakrendah, berteriak-
teriak pada level 270 volt dan selanjutnya ia membentur-bentur dinding, dan
akhimya tidak memberi respons ~ama sekali pada voltase yang p~g tinggi.
Pertanyaan yang sedang dipelajari jelas tidak ada kaitannya dengan proses belajar,
tetapi dengan berapa lama subjek yang menjalankan setruman itu akan terus
melakukan hal itu. Jika subjek itu protes, peneliti menekankan berulang kali bahwa
eksperimen itu harus dilanjutkan.
Kurang lebih 65 persen peserta menyelesaikan eksperimen itu sampai tuntas
sampai voltase paling tinggi. Kadang-kadang, mereka menjadi sangat emosional
dalam proses, menangis dan tertawa. Tetapi, mereka masih terus melanjutkan
"menjalankan" setruman itu.
Fakta bahwa orang-orang bisa melukai atau bahkan membunuh orang lain
karena membuat kesalahan dalam tugas akademis menekankan satu sisi gelap sifat
manusia. Hal ini mungkin bisa menjelaskan tentang kekejaman yang berlangsung
di kamp konsentrasi Jerman selama Perang Dunia II: orang yang kejam memberi
respons sampai tekanan yang paling kuat dari penguasa. Hal yang paling
menakutkan adalah tampaknya sebagian besar orang akan terlibat dalam
pembunuhan tanpa perasaan, jika berada dalam situasi yang benar.
Orang-orang memiliki potensi untuk berbuat jahat sehingga mereka perlu
diubahkan oleh Kristus. Meskipun banyak peserta yang tidak memandang diri
mereka sendiri jahat, jelaslah bahwa apa yang mereka pikir sedang mereka lakukan
bersifat tidak manusiawi dan brutal. Ketika ditekan untuk ambil bagian dalam
Psikologi Sosial

kejahatan, hanya orang yang luar biasa yang bisa berdiri terpisah dari kumpulan
orang banyak dan berkata "tidak". Kita tidak boleh "mengikuti kumpulan orang
banyak itu dalam melakukan kesal~" (Kel. 23:2).

Fokus 9.4.
Kredibilitas dan Metode Mempengaruhi
Kredibilitas adalahsebuah faktor penting dalam usaha mempengaruhi orang lain. Pada
tahun-tahun terakhir beberapa penginjil televisi telah kehilangan kredibilitasnya karena
perilaku yang tidak bermoral dan/atau gaya hidup yang bertebihan. Secara khusus kredibilitas
para komunikator keagamaan telah dipertanyakan; jika para pendengar melihat pengkhotbah
ingin mengisi penuh kantong mereka dengan uang, imbauan mereka agar pendengar
mengirim sumbangan cenderung tidak akan efektif.
Jika sampai pada masalah mempengaruhi orang, kerelaan, identifikasi, dan
internalisasi tidak bersifat terpisah satu dengan yang lain (Griffin, 1982, 180). Sering kali
suatu gabungan dua atau tiga metode untuk mempengaruhi dijalankan untuk satu kelompok,
atau seseorang bisa pindah dari satu metode ke metode lainnya. Meskipun internalisasi
cenderung menghasilkan perubahan yang paling permanen, kita bisa menggunakan salah
satu atau kedua metode lainnya untuk menghasilkan intemalisasi. Misalnya, menawarkan
makan malam atau buku gratis untuk menarik mahasiswa datang ke gereja (seperti dilakukan
sebuah gereja di Chicago) mungkin bisa berjalan jika intemalisasl dikembangkan melaiui
kebakt!an di gereja dan Sekolah Minggu setelah mereka berada di sana. ·

Altruisme ' '


Kit.t k<idang-kadang inembaC'a cerita di koran tentang pembumihan yang
r tidak.
beralas~ di tempat umum; orang yang berdiri di jalan bahkan tidak
. ' '
, ~ahggil polishmtu:i,< ,men1inta pertolongan. Bagaimana mungkin hal itu terjadi?
Sebagai perbandingan, Y~us mengisahkan orang Samaria yang baik hati (Luk.
10:30-35), yang buk<in ~¥mya memberi perhatian, melainkan juga mengeluarkan
banyak pengorb~an untuk menolong orang yang dirampok, dipukul, dan
ditinggalkan dalam keadaan sekarat
Apakah yang membuat orang-orang menjadi altruistik, sehingga bersedia
menolong orang yang mem,butuhkan? Darley dan Batson (1973) melakukan
eksperimen yang mereka beri judul "Dari Yerusalem ke Yerikho" (yang diambil
dari perumpamaan Yesus) di seminari teologi yang terkenal. Para mahasiswa di-
suruh memberikan pidato singkat di bangunan terdekat. Dalam perjalanan, mere-
ka melewati seseorang yang sedang mengerang dan terbatuk-batuk, dan terbaring
tertelungkup. Ketika para mahasiswa teologi itu diberi tabu (sebelum pergi ke
bangunan yang terdekat) bahwa mereka sudah terlambat, hanya sepuluh persen
yang berhenti untuk menolon_g orang itu. Bahkan para mahasiswa yang berencana
untuk memberikan khotbah tentang perumpamaan orang Samaria yang baik hati
tidak berhenti dan menolong! Sebagai perbandingan, ketika para mahasiswa diberi
tahu bahwa mereka punya banyak waktu, hampir dua pertiga berusaha membantu
PENGANTAR PS!KOLOGI DAN KONSELING KR!STEN 1
------------------~------------------------------------------~
laki-laki itu. Mungkin problem yang dihadapi oleh imam dan orang Lewi dalam
perumpamaan ini juga karena mereka sedang tergesa-gesa.
Eksperimen ini mula-mula berlangsung di ·kampus Princeton Theological
Seminary; baru kemudian diulang di Wheaton College (Radant dan rekan-rekan,
1985). Kali ini mereka menemui orang sedang berlari-lati yang tiba-tiba mengerang
dan memegang pergelangan kakinya. Para mahasiswa yang diberi tahu bahwa
tugas mereka tidak terlalu penting dan tidak perlu tergesa-gesa, paling besar
kemungkinannya untuk menolong korban. Pclaku eksperimen juga menemukan
bahwa pentingnya tujuan/ tugas seseorang juga merniliki peranan yang sangat
penting seperti faktor waktu dalarn meramalkan tingkat respons altruistik. Or-
ang yang sudah membaca perumpamaan ini sebelum melakukan "perjalanan"
ke bangunan lainnya cenderung memberi bantuan. Anehnya, pelaku eksperimen
tidak menemukan perbedaan drastis yang ditunjukkan dalam studi as!inya.
Meskipun jumlah perilaku memberi pertolongan rata-rata berbeda antara orang
yang berada dalam situasi yang tergesa-gesa dengan yang tidak tergesa-gesa,
secara statistik hal itu tidak begitu penting. Meskipun perbedaan itu mungkin
menunjukkan bahwa para mahasiswa di Wheaton berbeda dengan para maha-
siswa di Princeton, tingkat nilai-nilai keagamaan dan sosial mereka tidak ber-
tanggung jawab atas respons yang berbeda.

Fokus 9.5
Buku-buku Kristen tentang Psikologi Sosial
'
Penulis Kristen yang terkenal dalam bidang psikologi sosial adalah Davrd Myers. Ia
telah menu lis buku teks penting dalam bidang ini (1990). Myers juga menulis buku bersama
temannya tentang penerapan psikologi sosial pada kelompok-kelompok Kristen, yang
be~udul The Human Connection (Bolt dan Myers, 1984). Ada beberapa bab dengan topik
kesepakatan, pikiran kelompok, daya tarik, dan altruisme.
Penulis penting lainnya dalam bidang ini adalah Em Griffin, seorang profesor
komunikasi di Wheaton College. Bukunya Mind Changers (1976) secara panjang Iebar
membahas topik tentang persuasi berkaitan dengan gereja. Ia membahas peranan rasa
bersalah , rasa takut, kredibilitas, dan kesepakatan dalam konteks persuasi. lsu-isu ini sangat
penting dalam usaha-usaha penginjilan .
Dua buku lainnya yang ditulis Griffin juga layak disebutkan. Making Friends (1987)
membahas ternan-ternan yang menarik, pendapat kita tentang orang lain, memelihara
persahabatan , dan topik-topi~ lain yang berkaitan dengan bidang psikologi sosial yang
penting ini. Ia juga membahas motivasi, konsep diri, persepsi, bahasa, dan komunikasi
non-verbal.
Akhirnya, buku Getting Together karya Griffin (1982) membahas ban yak isu praktis
yang berkaitan dengan kepemimpinan kelompok dan partisipasi. Bab 10 secara khusus
membahas nubuat yang digenapi sendiri.
~ --·- -~--_......,._......,. _________________ __ Psikologi
..:;..Sosial

Mengapa kita menolong orang lain? Risiko dan keuntungan menolong or-
ang lain mungkin memainkan peranan dalam keputusan untuk menolong.
Beberapa orang b~an menyatakan bahwa altruisme adalah perhatian terhadap
diri sendiri yang tersembunyi (kekhawatiran yang timbul karena melihat situasi
itu ditenangkan dengan menolong). Orang lain berpendapat bahwa orang-orang
pada dasarnya bersikap altruistik karena mereka menaruh simpati pada orang
yang membutuhkan pertolongan. Sesungguhnya, orang-orang cenderung
menolong orang lain jika mereka adalah satu-satunya orang yang berada di
dekatnya, sedartgkan mereka cenderung tidak akan menolong jika ada orang lain
yang juga meliha t peristiwa i tu (La tane dan Darley, 1970). Selain i tu, k.ita cenderung
menolong orang lain jika kita rnengamati orang lain juga melakukan hal itu.

Kemalasan Sosial
Orang-orang cenderung mengurangi usahanya jika bekerja bersama orang lain
dan meningkatkan usahanya jika bekerja sendiri. Hal ini kernungkinan besar terjadi
jika kontribusi seseorang tidak begitu jelas, seperti dalam permainan tarik tambang.
Nam un, jika orang lain disadarkan bahwa setiap orang memiliki peranan, seperti
para pemain sepakbola dalam pertandingan, penampilan pribadi dalam kelompok_
mungkin lebih hebat daripada sendirian.
Seperti telah kita bicara.kan sepanjang bab ini, seseorang sangat dipengaruhi
oleh orang lain. Psikologi sosial menekankan pentingnya kelompok dalam hidup
kita. Pengaruh itu bersifat menembus segala sesuatu dan tidak boleh diabaikan
pada saat kita memeriksa semua bidang-bidang psikologi lainnya.

REFERENSI
Aronson, E., dan J. Carlsmith. 1963. Effect of the severity of threat. Journal of Abnormal
and Social Psychology 66: 584-588.
Aronson, E., B. Willerman, dan J. Floyd. 1966. The effect of a pratfall in increasing
interpersonal attractiveness . Psychonomic Sciwce 4: 227-228.
Asch, S. 1951 . Effects of group pressure upon the modification and distortion of judge-
ment. Dalam Group>, leadership and men, editor H . Guetzkow. Pittsburgh:
Carnegie.
Batson, C. 1975. Rational processing or rationalization? Journal of Personality and Social
Psychology 32: 176-184.
Bolt, M., dan D. Myers. 1984. Tile Iutman connection. Downers Grove: Inter-Varsity.
Darley, J., dan C. Bat'ion. 1973. From Jerusalem to Jericho . Journal of Personality and
Social Psychology 27: 100-108.
Festinger, L., 1957. A theory of cognitil>e dissonance. Stanford: Stanford University Press.
Golden, J., dan P. Olczak. 1976. Psychosocial maturity and interpersonal attraction.
Journal of Research in Personality 10: 146-154.
Griffin, E. 1976. The mind changers. Wheaton, Ill.: Tyndale.
--- --. 1982. Getting together. Downers Grove: Inter-Varsity.
-----. 1987. Making friends. Downers Grove: Inter-Varsity.
Janis, I. 1982. Groupthink. Edisi ke-2. Boston: Houghton Mifflin.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

Jones, R., danj. Brehm. 1970. Persuasiveness of one- and two-sided communications.
Journal of Experimental .Social Psychology 6: 47-56.
Kalick, S., dan T. Hamilton. 1987. The Matching hypothesis reexamined. Journal of Per-
sonality and Social P$Ychology 51 : 673-682.
Latane, B., dan J. Darley. 1970. The unresponsive bystander. New York: Appleton-Cen-
tury-Crofts.
Mcguire, W. 1964. Inducing resistance to persuasion. Dalam Advances in experimental
psychology, editor L Berkowitz. New York: Academic.
Milgram, S. 1974. Obedience to authority. New York: Hatper and Row.
Myers, D. 1990. Social psychology. Edisi ke-3. New York: McGraw-Hill.
Putney, 5., dan G. Putney. 1964. The adjusted American. New York: Harper and Row.
Radant, N., et al. 1985. From Jerusalem to Jericho revisited. Joumal of Psychology and
Christianity 4: 48-55.
Rogers, C. 1970. Carl Rogers on encounter groups. New York: Harper and Row.
Rook, K 1987. Social support versus companionship. Journal of Personality and Social
Psychologtj 52: 1132-1147.
Akhir Kata

K
ami berharap setelah membaca buku ini, Anda mulai melihat bagaimana
studi psikologi bisa bermanfaat baik dalam kehidupan Kristen Anda secara
ibadi maupun dalam kehidupan gereja. Psikologi bermanfaat untuk
menemUkan bidang-bidang masalah dan menyediakan altematif yang konstruktif.
lni mungkin merupakan saat yang tepat untuk waspada: psikologi tidak
pernah boleh menjadi inti kehidupan atau karya Kristen. Fondasi satu-satunya
yang memadai hanyalah Yesus Kristus. Hanya melalui doa, pemahaman AIkitab,
dan perjalanan hidup sehari-hari bersama Tuhan, gereja dan orang Kristen secara
pribadi 1Jisa mencapai kedewasaan. Namun, psikologi bisa menjadi alat untuk
membantu kita dalam proses ini. Hanya melalui karya Roh Kudus kita bisa
membantu membangun kerajaan Allah, tetapi Allah bisa menggunakan apa yang
telah ditemukan oleh para psikolog untuk membantu dalam proses ini.
Bany~ ide yang kita temukan dalam buku belum mencapai bentuk akhirnya.
Banyak ide yang masih bersifat sugestif dan bukan definitif. Anda mungkin perlu
melakukan sedikit eksperimen dan memperhalus penerapannya sehingga sesuai
dengan situasi Anda. Teori yang menjadi dasar bukanIah hukum yang mati,
, . . - - - - - - - - - - - - --, melainkan prirtsip-ptinsip yang memberi
panduan yang biasanya didasarkan pada
riset terbaik yang dilakukan akhir-akhir
ini: Namun selalu ada riset yang lebih baru
dan perbaikan tambahan terhadap teori
psikologis. Akibatnya, buku ini belum
lengkap. Buku apa pun tentang psikologi
tidak ada yang lengkap karena kita tidak
akan tahu segala sesuatu yang dinyatakan
oleh Allah dalam kehidupan ini. Tetapi
mungkin hal-hal yang dibahas dalam buku
ini akan membantu Anda menjadi lebih
efektif dalam kehidupan dan pelayanan
Anda. Itulah doa para penulis.
Akhirnya, kita sekali lagi harus menggarisbawahi keutamaan Alkitab dalam
menggunakan dan memahami psikologi. Mungkin tinjauan buku, yang ditulis oleh
salah satu penulis teks ini, menjelaskan aspek penting ini dengan sangat bail<.
Alkitab adalah buku yang sering membingungkan, tanpa identifikasi editor
atau penulisnya. Bahkan judulnya tidak jelas, karena berarti "Kitab Sud." Di sini
kita menemukan kombinasi sejarah, puisi dan surat-surat yang tidak tertandingi
bail< dalam nilai kesusastraan maupun pandangan psikologisnya. Meskipun pada
dasarnya bersifat religius dalam penampilannya, Alkitab melangkah lebih jauh
dalam implikasinya karena mencakup setiap bidang kehidupan, termasuk psikologi.
Alkitab sesungguhnya merupakan kumpulan banyak buku yang lebih kedl.
Beberapa buku mencantumkan nama penulisnya secara tersirat, sedang yang lain
tidak menyebutkan nama penulisnya sama sekali. Tidak adanya nama penulis
atau editor tampaknya menyatakan dengan jelas bahwa penulisnya tidak mau
mencari pujian untuk dirinya sendiri atas pekerjaannya; rnungkin hal itu
menyiratkan bahwa tulisan itu tidak sepenuhnya merl,lpakan karya mereka sendiri.
Pesan yang konsisten sepanjang tulisan mereka menyiratkan kemungkinan adanya
seorang pribadi yang berada di balik sernua tulisan itu.
Alkitab dimuJai dengan catatan sejarah awal yang provokatif, termasuk catatan
yang paling menarik tetapi singkat ten tang asal mula bumi. Segera setelah sesi
pertama, yang disebut "Kejadian", buku ini menguraikan secara lebih mendetail
kebiasaan dan hukum-hukum orang Yahudi awal. Meskipun bagian ini agak sulit,
dengan sedikit belajar, sejumlah pandangan psikologis dan moral bisa ditemukan.
Setelah bagian hukum, buku ini sekali lagi melanjutkan uraiannya tentang
bangs a Israel. Tokoh-tokoh kepribadian sangat sesuai dengan kehidupan dan sarat
dengan pandangan tentang sifat dan kepribadian manusia.
Setelah hampir separo dari kumpulan buku ini terdapat buku-buku puisi,
salah satunya tentang penderitaan, yang lain serangkaian lagu yang panjang lebar.
Lagu-Iagu itu diikuti dengan seri amsal yang wawasannya sangat mendalam,
yang bentuknya terutama adalah keterangan pendek ten tang hikmat. Sekali lagi,
di sini terdapat psikologi yang luar biasa, yang menjadi dasar banyak penemuan
riset modern. Buku puisi lainnya disebut "Pengkhotbah" - filosofi yang agak
melankolis, seperti halnya buku lain sesudahnya yang berjuduJ "Ratapan". Bagian
utama Alkitab yang pertama ditutup dengan sejumJah kitab "nabi-nabi" .
Bagian kedua, yang lebih pendek daTi bagian pertama, disebut Perjanjian Baru,
yang dibedakan dari bagian pertama yang disebut Perjanjian Lama. Perbandingan
itu sedikit membingungkan, karena bagian yang disebut "baru" itu sudah ditulis
kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Bagian yang "baru" itu bersifat relatif
dibandingkan dengan tulisan yang lebih kuno yang disebut "lama" atau mungkin
bagian itu mengacu pada cara hidup baru yang ditekankan sepanjang bagian
kedua.
Perjanjian Baru diawali dengan beberapa buku tentang kehidupan seorang
manusia yang disebut Yesus. Ia seorang yang sangat luar bias a, yang mampu
melakukan mukjizat dan dilaporkan memilil<i sifat manusia ataupun Allah. Di
Akhir Kala

sini editor bisa melakukan lebih banyak pekerjaan dengan menggabungkan


keempat catatan ten tang hidup-Nya. Namun kita mendapat kesan bahWil sesuatu
mungkin hilang dari pengeditan semacam itu - setiap catatan itu ditulis secara
terpisah dan menyingkapkan sudut pandang yang berbeda tentang Yes us dan
kehidupan-Nya. Pendekatan penceritaan yang ganda itu juga dilakukan dalam
Perjanjian Lama, di mana Kitab Tawarikh sering tumpang-tindih dengan beberapa
buku sebelumnya.
Sis a kitab Perjanjian Baru terdiri dari surat-surat, yang menjelaskan peristiwa
yang dialarni kelompok pengikut mula-mula Yesus setelah [a mati. Para pengikut-
Nya menyatakan dan memberikan banyak bukti tentang kebangkitan Yesus setelah
kematian-Nya. Meskipun itu merupakan kesimpu\an yang spektakuler, pengamat
buku ini bisa menemukan bahwa klaim tersebut bisa dipercaya. Baik catatan
tentang kehidupan Yesus dan surat-surat ses,udah.nya penuh dengan pandangan
psikologis dan religius, dan sangat layak dibaca.
Namun demikian, buku sebagus itu sering menerima kritikan. Orang yang
·tidak percaya Allah mungkin merasa buku ini menggelitik karena pendekatan
teistiknya terhadap kehidupan. Orang juga merasa heran mengapa Alkitab tidak
memiliki indeks. Pengamat pada saat-saat tertentu juga merasa bingung karena
dalam buku itu tersirat perlunya seseorang menb'1lball kehidupan pribadinya akibat
membaca bagian-bagian tertentu. Perlunya perubahan merupakan tema yang
dominan dalam buku ini.
Alkitab sudah pasti merupakan karya terbaik yang pernah dihaca pengamat,
secara -psikologis atau sebaliknya. Alkitab dipenuhi dengan pandangan psikologis;
buku ini adalah tempat di mana integrasi psikologi dan kekristenan dimulai. Buku
ini merupakan tulisan yang diilhami dan sangat kami rekomendasikan.
Lampiran:
Proyek Pengubahan
Diri Sendiri

P
ada umurnnya orang ingin mengubah sesuatu dalam diri mereka sendiri.
Proyek membantu diri sendiri ini menggunakan modifikasi perilaku (lihat
. bab 6) untuk mendorong perubahan diri sendiri. Baglan pertama akan
membantu Anda meningkatkan sesuatu yang ingin Anda kerjakan lebih sering
atau mengurangi sesuatu yang ingin Anda Iakukan Iebih sedikit. Bagian kedua
harus dipakai jika Anda memiliki masalah yang biasanya dialami oleh mahasiswa
di universitas atau seminari: kekhawatiran menghadapi tes. Ini bisa digunakan
untuk mengatasi jenis-jenis ketakutan umum lainnya juga.
Prosedur-prosedur 1ni telah dipakai untuk mengubah berbagai jenis perilaku.
Misalnya, prosedur ini sudah membantu murid-murid berhenti menggigit jari,
mengurangi berat bad an, berhenti merokok, dan mengurangi perdebatan dengan
anggota keluarga mereka. Prosedur ini juga telah membantu orang-orang
meningkatkan waktu untuk membaca Alkilab dan belajar di sekolah. Tentu saja
orang itu harus memiliki keinginan unhlk berubah sebelum prosedur itu bisa bekerja.
Metode yang dijelaskan telah diuji selama bertahun-tahun oleh banyak murid
di situasi kelas dan konseling. Metode itu hampir selalu berhasil. Ketika orang
melaporkan bahwa metode tersebut tidak efektif, itu biasanya karena instruksinya
tidak diikuti sepenuhnya. Anda mungkin perlu mengacu balik pada bab-bab
sebelumnya untuk lebih memaharni konsep yang terlibat. Sebab itu jika Anda
teliti, biasanya ada jaminan sukses. Proyek ini dirancang untuk orang-orang
tertentu yang memiliki masalah tertentu. Orang-orang yang mengalami kesulitan
berat harus dibawa ke seorang konselor profesiona1.
Banyak orang menemukan bahwa proyek ini bekerja lebih balk jika dilakukan
dengan bantu an orang lain. Seorang teman dekat atau pasangan bisa memberikan
PENGN.ffAR PSiKOI.OGI DAN KONSEUNG V-J<lSTEN 1

dukungan yang akan membuat proyek ini Iebih sukses. Sekelompok orang dengan
masalah yang sarna bisa memberikan suasana penuh harapan ataupun perhatian
tarnbahan dan pujian untuk perubahan yang diinginkan (lihat bab 6).

MENINGKATKAN ATAU MENGURANGI PERILAKU

LnllgkaJt I: Apa yang sedaug Terjadi Sekarang?


1. Secara spesifik gambarkan perilaku saat ini. Cobalah menggarnbarkannya
sedemikian rupa sehingga hal itu bisa diamati dan dicatat.
2. Jelaskan kecenderungan di sekitar periJaku saat ini. Misalnya, dalam situasi
seperti apa hal itu muncuJ: hanya pada waktu dan di tempat tertentu? Jika Anda
ingin mengurangi periiaku, pahala apa yang bisa efektif pada saat ini? Jika Anda
ingin meningkatkan perilaku, hal apa yang bisa mencegah perilaku itu pada saat
ini?
3. Kumpulkan data berapa kali periJaku itu muncul pada saat ini. Hal itu bisa
terjadi lebih banyak atau lebih sedikit daripada yang Anda pikirkan, jadi luangkan
waktu beberapa hari untuk sungguh-sungguh menghitu ngnY<l. JANGAN
MENEBAK. Anda mungkin menemukan bahwa penghitung saku bisa membantu.
Ini adalah langkah penting karena Anda tidak bisa memberi ta!m apakilh proyek
ini bekerja atau tidak kecuali Anda mendapatkan informasi ini. Sebutkan berapa
kali perilaku terjadi setiap hari selama periode waktu satu ntinggu .

Langkah 2: A.pa Rencalla Saya?


1. Secara spesifik sebutkan tujuan Anda melalui proyek iill. Tujuan harus
disebutkan dalam bentuk perilaku yangbisa diamati dan bisa dihitung. Setiap tujuan
harus cukup kecil supaya bersifat praktis. Jika Anda mcmutuskan untu k
mengambil langkah-langkah yang lebih kedl ke arah tujuan puncak, datalah setiar
langkah. Sebutkan apa yang Anda inginkan secara khusus. Jika ada hal-hal yang
menghindarkan Anda dari pencapaian tujuan itu (seperti hukuman saat iill),
sebutkan bagaimana anda merencanakan untuk mengubah hal ini.
2. Datalah paling sedikit tiga peneguhan positif yang bisa Anda gunakan
untuk membantu memotivasi Anda. Peneguh adalah hal-hal yang sangat Anda
inginkan, namun Anda bisa melakukannya tanpa itu jika diperlukan. Peneguh
adalah hak istimewa atau benda-benda yang ada di sekitar kita. Murid-murid
biasanya menggunakan makanan favorit, bercakap-cakap dengan seorang teman,
memainkan permainan, mendengarkan kaset atau televisi, baju baru, waktu
menyendiri, dan sebagainya. Jangan ragu-ragu untuk menggunakan ketiga
peneguh itu semuanya jika Anda membutuhkannya.
Anda mungkin mer as a perlu menggunakan "penanda" (pengganti peneguh
yang nyata). Banyak orang memberi diri sendiri penanda jika perilnku y a!lj:;
diinginkan terjadi, dan kemudian pada akhir hari itu memberi diri mereka sendin
peneguh yang sesungguhnya sebagai ganti penanda itu. Anda mungk:il' memandal'1 g
perlu merninta orang lain memberi Anda penanda atau peneguh.
Lampiran: Proyek Pengubahan Diri Sendiri
----------------------~-------- ' ·-
4. Tulislah kontrak, dengan menyebutkan tujuan, peneguh dan penanda And a
Gika ada). Kontrak harus secara khusus menyebutkan apa yang harus dicapai pada
setiap tahap proyek agar Anda dapat menerima peneguhan. Tanda tangarti dan
berilah tanggal pada kontrak itu.

Langkah 3: Bagaimaua Saya Metakukannya?


1. Mulailah melakukan apa yang ingin Anda lakukan dalam kontrak itu.
Buatlah catatan yang teliti tentang kemajuan Anda. Sekadar melihat hasil yang
Anda buat di atas kertas bisa menjadi hal yang meneguhkan.
2. Bagaimana perkembangannya? Apakah kontrak itu perlu diralat? Jika ada
beberapa langkah dalam program Anda, Anda sekarang perlu maju ke tahap kedua
- jika Anda telah sukses sejauh ini. Jika Anda belum sukses pada tahap ini, Anda
perlu mempertimbangkan untuk memecah tujuan yang Anda ·inginkan menjadi
beberapa langkah yang lebih kecil. And a mungkin juga perlu mempertimbangkan
untuk menggunakan peneguh lainnya.
3. Teruslah melihat hasil catatan yang And a capai setiap hari. Pad a saat And a
berhasil mencapai tujuan secara konsisten selama paling sedikit dua hari, majulah
ke langkal1 berikutnya.

Langkah 4: Bagaimana Saya Menghentikan Proyek lni?


1. Setelah And a mencapai tujuan akhir selama beberapa hari secara konsisten,
Anda perlu mulai mengakhiri intervensi. Ini adalah tempat di mana banyak
orang masuk ke dalam kesulitan karena ada godaan untuk berhenti dengan cepal
Rencanakan selama beberapa hari Anda akan menghentikan intervensi secara
bertahap.
Mungkin cara terbaik untuk menghentikannya adalah dengan "memperkecil"
peneguhan Anda. Hal ini mengacu pada pemberian peneguhan pada diri sendiri
hanya kadang-kadang saja untuk perilaku yang di~gi~kan. Misalnya, Anda bisa
memotong tiga Jembar kertas dan memberi tanda X pada salah satu kertas itu.
Kemudian taruhlah kertas itu di tempat yang tidak bisa Anda lihat dan ambillah
satu setiap kali Anda biasanya mendapatkan peneguh. Jika Anda mendapat kertas
dengan tanda X, Anda meneguhkan peneguh, jika tidak, Anda tidak mendapat
apa-apa. Setelah melakukannya beberapa hari, Anda bisa menambahkan beberapa
lembar kertas lagi tanpa tanda X di dalamnya. Akhirnya Anda bisa memberikan
peneguh pada diri sendiri hanya sekali saja untuk selang waktu tertentu dan melu-
pakan lembaran kertas itu. Prosedur ini kadang-kadang disebut "peneguha:n selang-
seling." Jelaskan bagaimana Anda merencanakan mengurangi peneguhan A:nda.
2. Setelah peneguhan Anda dihilangkan, apakah segala sesuatu kembali seperti
sebelum:nya? Jika ya, A:nda perlu memulai program itu lagi, atau paling tidak salah
satu tahap terakhir dengan menarik Iembaran kertas itu lagi. Untuk bebera pa masalah
A:nda mungkin harus mendapatkan beberapa peneguhan tanpa batas waktu. Jika
demikian, cobalah menggantinya dengan peneguh yang Jebih alamiah jika Anda
bisa.
PENGANl'AR
~,
PSIKOLO,GI DAN
_ _-,..:.;101,1,..,..:.Mo....
~ ,
KONSEUNG KRISTEN
.........".- ,
1
--'Ii' , -

Teruskan mencatat perilaku Anda selama paling sedikit sa1'1.l atau dua minggu
setelah Anda menyingkirkan peneguhan itu. Catatlah perubahan yang terjadi atau
mulailah kembali program itu.

MENGATASI KEKHAWATIRAN MENGHADAPI TES


Banyak mahasiswa yang melaporkan kekhawatiran mereka saat menghadapi
tes. Jika kekhawatiran itu menyebabkan mereka tidak bisa rnelakukan pekerjaan
dengan baik, hal itu perlu dikurangi. Kadang·kadang kekhawatiran bisa begitu
menguasai sehi.ngga seseorang lupa segal a sesuatu yang sudah dipelajari.
Psikologi behavioral menyatakan bahwa latihan relaksasi dikornbinasi dengan
situasi tertentu yang bisa menlmbulkan kekhawatiran bisa mernbantu mengurangi
kekhawatiran. Beberapa psikolog lebih suka menyumh orang itu mernbayangkan
si tuasinya, kernudian rnengornbinasikan relaksasi dengan situasi yang
dibayangkan, sedang para psikolog lain percaya bahwa orang itu harus berada
dalam situasi aktual sementru:a rnelakukan latihan re1aksasi.

Belajar Cam RelakstlSi


Banyak orang tidak tahu bagaimana cara relaksasi. Salah satu metode paling
sukses yang digunakan psiko1og adalah dengan meregangkan dan mengendorkan
keiompok otot yang berbeda-beda di tubuh. Setelah menggerakkan setiap
keJompok otot secara sistematis, meregangkan dan rnengendorkan masing-masing
otot, seluruh tubuh merasa jauh lebih riJeks. Jika Anda mempraktekkan proses
ini paling sedikit sekali setiap hari, akhirnya Anda akan mampu mengendorkan
semml otot sekaligus dengan hanya memulai proses ini.
Paling sedikit sekali sehari (lebih sering jika Anda bisa), cobalah melakukan
Iatihan berikut:
1. Regangkan dahl sekencang mungkin selama beberapa detik. Kemudian
secara bertahap kendorkan otot-otot itu. Teruskan kendorkan otot berwang-ulang.
2. Regangkan rahang s~lebar mungkin. Kemudian secara berfahap kendorkan
otot-otot itu, berulang-ulang sampai rahang mulai mengendor.
3. Regangkan tangan dan lengan selama beberapa detik. Kemudian
kendorkan otot-otot secara bertahap. Teruskan kendorkan sampai tangan lernas .
4. Regangkan otot-otot leher dan ballU. Kemudian kendorkan otot-otot itu,
beruJang-uJang. Anda akan merasa :ileks pada saat mengendorkannya.
5. Reg?.ngkan otot-otot perut dengan sangat kencang. Kemudian lepaskan.
Teruskan latihan itu untuk membuat rilel<s otot-otot itu.
6. Luruskan kaki dan juJurkan jari·jari kaki sejauh mungkin. Pertahankan
sampai beberapa detik, kemudian kendorkan atot-otot berulang-ulang.
7. Sekarang coba lakukan semua latihan di atas sekaligus, regangkan setiap
otot sebanyak mungkin. Setelah beberapa detik, lepaskan. Teruskan untuk
- ·- - -
Lampiran: Proyek Pengubahan Oiri Sendiri
- ....,, ...,._.__....._ _____ .....

mengendorkan otot-otot itu berulang, dan rasakan relaksasi yang lebih besar dan
lebih besar dalam setiap otot

Mengenali Situasi yang Ditakuti


Pada umumnya mahasiswa melaporkan situasi yang menimbulkan
kekhawatiran saat menghadapi tes bisa didata sesuai urutan berikut, dari situasi
yang paling ditakuti sampai yang tidak begitu ditakuti.
A. sungguh-sungguh menempuh tes
B. menerima tes yang dibagikan
C. duduk untuk mengerjakan tes
D. masuk ruangan untuk menempuh tes
E. berjalan melewati aula menuju kelas untuk menempuh tes
F. memikirkan tentang tes beberapa jam sebelumnya
G. belajar mempersiapkan tes

Membayangkan dan Bersikap Rileks


Sekarang cobalah membayangkan tingkat G dalam bagian sebelumnya.
Cobalah menggambarkan hal itu sejelas mungkin. Jika Anda mulai merasa cemas,
gunakan prosedur relaksasi.
Setelah Anda bisa membayangkan tingkat G tanpa merasa cemas, majulah
ke tingkat F. Sekali lagi cobalah menggambarkan situasi sejelas mungkin. Jika
Anda mulai cemas, lakukan latihan relaksasi lagi. Akhirnya Anda akan mampu
membayangkan tingkat F tanpa kekhawatiran.
Sekarang majulah ke tingkat E, bayangkan hal itu sejelas mungkin. Sekali lagi,
jika Anda mulai merasa khawatir, gunakan prosedur relaksasi. Teruskan prosedur
ini, dan Ianjutkan terus sampai Anda sampai pada tingkat A. Jika Anda bisa mem-
bayangkan tingkat A tanpa khawatir, Anda telah menyelesaikan tahap ini.

Relaksasi dalam Situasi Aktual


Kadang-kadang tindakan membayangkan dan relaksasi belum mampu
menyingkirkan kekhawatiran sepenuhnya dalam situasi yang nyata ketika
menempuh tes. Dalam hal ini Anda harus berusaha melakukan relaksasi dalam
situasi yang nyata.
1. Perankan tingkat yang berbeda-beda dengan orang lain, sekali lagi bayang-
kan Anda berada dalam situasi yang nyata. Pada setiap langkah, jika Anda merasa
khawatir, lakukan prosedur relaksasi.
2. Mulailah pada tingkat E dan berjalanlah lewat aula seolah-olah Anda akan
menempuh tes. Berpura-puralah Anda akan menempuh tes pada saat Anda
berjalan. Berhentilah dan lakukan latihan relaksasi jika Anda merasa cemas.
Kemudian majulah ke tingkat D, dan masuklah kelas tempat Anda biasa
PENGANTAR PSIKOLOGI OAN KONSELING KRISTEN 1

. .
menemi>uh tes. Teruskan bayangkan hal itu seolah-olah hari itu Anda akan
menempuh tes. Jika mer as a cemas, berhentilah dan lakukan latihan relaksasi.
Teruskan hal itu sampai Anda sungguh-sungguh duduk di kursi di kelas dan
membayangkan tes yang ada di hadapan Anda.
3. Jika Anda masih merasa cemas semen tara Anda menempuh tes, And a harus
berusaha melakukan latihan relaksasi selama tes jika mungkin. Jika Anda tidak
tergesa-gesa, bisa menutup roata.dan melakukan beberapa latihan relaksasi ketika
anda merasa sangat cemas. Bahkan meskipun tes itu dibatasi waktunya, lebih
baik mengambil waktu satu atau dua menit untuk relaksasi dan mengerjakan
beberapa pertanyaan dengan benar, daripada tidak rileks dan kehiIangan
semuanya!
4. Beberapa orang merasa sangat takut dan cemas saat menghadapi tes sehingga
prosedur ini pun tidak memadai. Jika dernikian, lebih baik menemui konselor yang
cakap untuk memecahkan masalah itu.

Penerapan Lainnya
Prinsip-prinsip membayangkan dart melakukan relaksasi (atau mengalarni dan
~rsikap rileks) bisa diterapkan dalam situasi lain. Banyak murid merasa takut
sehingga mencegah mereka melakukan yang terbaik.
Untuk menerapkan ide-ide ini pada situasi lainnya, gunakan langkah-Iangkah
berikut:
1. Buatlah daftar situasi yang berbeda, dan datalah sesuai urutan situasi yang
paling ditakuti sampai yang tidak begitu ditakuti (seperti yang kita lakukan
dengan kekhawatiran menghadapi tes).
2. Praktekkan latihan relaksasi sampai Anda mengetahui hal itu sungguh-
sungguh atau bisa bersikap rileks secara spontan tanpa harus roenjalani latihan
itu lagi.
3, Bayangkan situasi yang paling tidak begitu ditakUti. Jika Anda mulai
merasa cemas, lakukan latihan relaksasi. Setelah Anda bisa membayangkan situasi
tersebut tanpa menisa khawatir, majulah ke situasi berikut yang paling ditakuti
dan bayangkan. Lanjutkan proses ini sampai Anda bisa membayangkan situasi
yang paling ditakuti tanpa merasa cemas. ,
4. Jika And·a roasih merasa takut dalam situasi yang nyata,. Anda bisa
menggabungkan prosedur relaksasi dengan bermain peran atau situasi yang nyata
seperti disebutkan dalam contoh kekhawatiran menghadapi tes .
Daftar 1st; lah

adaptasi - pengurangan angka pemantikan sel reseptor dalam respons terhadap


stimulus yang konstan.
afeksi - perasaan atau emosi.
akomodasi - proses modifikasi stuktur kognitif yang sudah dikembangkan
sebelumnya berdasarkan pengalaman bam.
mon - serat tidak bercabang yang panjang yang terentang dari tubuh sel
neuron yang menyalurkan impuls menjauh dari sel saraf.
aktualisasi diri - dotongan yang kuat tintuk mengalami pertumbuhan pribadi,
kesehatan dan penyesuaian diri.
algoritme - satu perangkat prosedur yang menjamin penyelesaian masalah.
altruisme - perhatian terhadap kesejahteraan orang lain.
ambang batas absolut - besamya kekuatan stimulus ketika stimulus cukup
kuat untuk dideteksi sebanyak 50 persen waktu.
amnesia - kehilangan memori secara kadang-kadang termasuk identitas
pribadi orang itu sendiri
anorexia - hilangnya nafsu makan berkepanjangan.
anorexia nervosa - ketakutan atas kenaikan berat badan secara patologis yang
menyebabkan seseorang melakukan diet yang berlebihan, penurunan
berat badan yang sangat banyak dan kekurangan gizi.
arketipe - simbol tersembunyi dalam diri seseorang secara tidak sadar yang
berasal dari pikiran bawah sadar secara kolektif.
asimilasi - proses mengubah unsur kognitif persepsi yang baru untuk
membuatnya lebih mirip dengan unsur yang sudah dikenal.
asosiasi bebas - dalam psikoanalisis, ungkapan pemikiran, fantasi dan
perasaan pasien.
baseline - dalam pembiasaan operan, jumlah pemberian respons atau jumlah
respons yang terjadLdalam waktu yang tersedia.
belajar - perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil
pengalaman.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

bicara pada diri sendiri - kegiatan kognitif di mana seseorang memberikan


pesan tertentu kepada diri sendiri.
blocking- berhentinya aliran pi.kiran atau bicara secara tiba-tiba.
bulimia - pesta makan diikuti dengan pembersihan diri atau muntah yang
dibuat sendiri.
chaining (pengaitan) - dalam pembiasaan operan, diperolehnya satu perilaku
satu langkah demi satu langkah.
ciri-ciri kritis - ciri-ciri yang paling jelas dari benda, tindakan a tau ide.
clairvoyance - kemampuan untuk melihat dan mengetahui sesuatu dari jarak
yang di luar persepsi normal.
delusi - keyakinan yang dianggap benar meskipun ada bukti kuat bahwa itu
salah.
dendrit - serat yang bercabang pendek yang muncul dari tubuh sel neuron
yang menyalurkan impuls ke sel saraf.
devaluasi defensif- kritikan terus-menerus terhadap orang lain agar menutupi
perasaan rendah diri di bawah sadar.
diatesis - kecenderungan atau kerentanan yang dimiliki seseorang terhadap
gangguan tertentu.
disonansi kognitif - ketegangan dalam batin yang disebabkan oleh usaha
untuk memegang dua pemikiran yang bertolak belakang pada saat yang
sama.
disosiasi - pemisahan kegiatan psikologis dari sisa kepribadian sehingga
mereka berfungsi secara independen.
distorsi - pembentukan ulang realitas dari luar secara kasar sehingga sesuai
dengan kebutuhan batin orang itu sendiri.
ego- perunding antara id dengan superego.
eklektik- memilih berbagai bentuk terapi yang terbaik.
eksternalisasi - pengalaman proses pemikiran dan perasaan di dalam batin
seolah-olah hal itu terjadi di luar diri sendiri.
ektomorf - seseorang dengan tubuh yang rapuh dan kurus, yang terpelajar
danpemalu.
electra complex- perasaan romantis dan seksual dalam diri anak perempuan
kepada ayahnya, yang pertama tampak di antara usia tiga sampai enam
tahun.
endomorf - seseorang dengan tubuh yang bulat dan empuk, yang mudah
bergaul dan penuh perhatian.
epistemologi - studi asal mula dan sifat pengetahuan secara filosofis.
extinction - penghilangan peneguhan sehingga perilaku tertentu berkurang.
fiksasi - keterikatan yang sangat kuat pada seseorang, sesuatu atau perilaku
tertentu.
fobia- ketakutan yang tidak masuk akal terhadap situasi, benda a tau aktivitas
tertentu.
fonem - unit bunyi dasar sebuah bahasa.
Daftar lstilah

formasi reaksi- proses di mana sikap dan perilaku bertentangan dengan


perasaan orang itu yang sebenamya atau impuls bawah sadar yang
diadopsi.
fugue - gangguan kesadaran di mana seseorang melakukan tindakan yang
tampaknya mereka sadi!N, tetapi pada waktu selanjutnya tidak mereka
ingat.
game- satu seri transaksi yang terjadi pada dua level komunikasi yang berbeda
secara bersamaan.
ganglion- kumpulan tubuh sel saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
generalisasi- proses di mana perilaku sebagai respons terhadap stimulus yang
diberikan bisa dipercepat oleh stimulus yang serupa.
grand mal- bentuk epilepsi yang ditandai dengan serangan yang parah dan
hilangnya kesadaran.
habituasi - proses di mana sistem saraf mengabaikan input sensorik.
halusinasi- persepsi palsu tentang sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada.
heuristik - peraturan utama yang biasanya menuntun pada jawaban yang
terbaik.
hipitotis- kondisi kesadaran yang diubah di mana seseorang menjadi terbuka
dan mudah menerima saran. ·
hipokondriasis - terlalu dikuasai oleh fungsi tubuh atau ketakutan terhadap
penyakit.
hipotalamus - bagian otak yang mengatur suhu tubuh, rasa lapar, rasa haus,
dan kegiatan otonom lainnya.
histrionik - terlalu emosionaL
homeostasis - keadaan keseimbangan fisiologis.
hukum efek- hukum yang menyatakan bahwa ikatan stimulus-respons, atau
belajar, diperkuat oleh hadiah a tau kepuasan.
iatrogenik - digunakannya penyakit khayalan yang ditanamkan dalam diri
seseorang melalui otosugesti.
id - dorongan dasar di dalam diri manusia.
idealisasi- pemilaian yang terlalu berlebihan tentang atribut orang lain yang
dikagumi.
image - gambaran mental tentang pengalaman sensorik yang aktual.
inokulasi - proses di mana seseorang disodori bentuk ide yang sudah
dilemahkan dan kemudian diminta untuk memberikan penyangkalan
yang kuat terhadap hal itu.
insomnia - kesulitan tidur.
Intelligence quotient (IQ) - ukuran kecerdasan yang disimpulkan dari skor
pada tes kecerdasan.
intoksinasi - perilaku yang maladaptif yang diakibatkan oleh masuknya
makanan atau dihirupnya zat tertentu.
introspeksi - proses pengamatan diri sendiri di mana seseorang mengalami
satu peristiwa kemudian berusaha untuk menjelaskannya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

introyeksi - pengarahan ulang perasaan yang dimiliki seseorang terhadap


orang lain pada diri sendiri.
isolasi - pemisahan emosi yang tidak dapat diterima dari pikiran sad~.
katarsis - dalam psikoanalisis, ledakan emosi pasien secara tiba-tiba yang
menyertai diperolehn.ya pandangan baru.
katatonia- kondisi skizofrenia yang ditandai dengan kekakuan otot, hilangnya
kesadaran dan tidak adanya respons.
keadaan tak berdaya yang dipelajari - pengunduran diri secara pasif yang
dipelajari ketika seseorang dipaksa untuk menjalani peristiwa aversif
yang berulang-ulang.
kejenuhan- kondisi di mana benda yang sebelumnya diinginkan tidak lagi
diinginkan karena sudah terlalu banyak yang diperoleh.
kekhawatiran terhadap pengebirlan- kesadaran anak laki-laki prasekolah
bahwa ia adalah saingan ayahnya untuk mendapatkan perhatian ibunya.
kelompok pengontrol - norma atau standar yang digunakan untuk
membandingkan pengamatan kelompok eksperimental.
kelompok eksperimental - kelompok yang langsung diuji oleh pelaku
eksperimen.
kepribadian- pola perilaku, pem.ikiran dan perasaan yang sudah berurat akar,
yang konsisten dalam situasi apa pun dan kapan pun juga.
kesadaran - variasi dinamika otak secara psikologis dan fisiologis.
keterbelakangan mental - fungsi kecerdasan umum yang di bawah normal
yang dimulai sebelum usia 18 tahun yang berkaitan dengan kerusakan
dalam perilaku adaptif.
kognisi - proses mengenal dan produk tindakan mengenal.
kompensasi - pergumulan bawah sadar untuk memoles perasaan rendah diri.
kompulsi - tindakan yang tidak masuk akal.
komunikasi - proses di mana orang-orang memberi dan menerima informasi
kognitif dan informasi lainnya.
kondensasi - reaksi satu kata tunggal, frasa atau ide dengan semua emosi
yang secara tidak sadar terkait dengan sekelompok ide yang kompleks.
konfabulasi - penggantian fakta dengan fantasi dalam memori.
konflik pendekatan-pendekatan- konflik yang n;tuncul ketika ada dua tujuan
yang sama-sama diingini tetapi saling bertolak belakang.
konflik pendekatan-penghindaran - konflik yang muncul ketika ada satu
tujuan dengan kualitas diinginkan sekaligus tidak diinginkan.
konflik penghindaran-penghindaran - konflik yang muncul ketika ada dua
pilihan yang sama-sama tidak diinginkan.
konservasi - prinsip yang menyatakan bahwa jumlah zat tidak berubah
sekalipun penampilan luamya berubah.
kontrak - persetujuan antara klien dengan konselor ten tang rencana tertentu
dan/ a tau tujuan di antara sesi konseling.
korelasi - indeks statistik yang mengukur hubungan di an tara kedua faktor.
~~_"~J .... _ ...
_ _ _ _'~..
,....._._ _ _ _ _ _ _ _ _ _- -_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _
Daftar istilah

kurva belajar - grafik yang menunjukkan kemajuan dalam belajar, yang


menunjukkan· peningkatan yang mantap pada bagian awal dan
mendatar pada bagian akhir.
labilitas - kecenderungan untuk mengeluarkan emosi atau perasaan.
latihan - pengulangan informasi dalam memori jangka pendek yang membantu
memindahkan informasi ke memori jangka panjang.
level operan - tingkat terjadinya respons yang tersedia secara bebas jika
konsekuensinya tidak bersifat positif atau negatif.
mania - kondisi hiperaktif, dan gairah yang berlebihan.
marasmus - kondisi di mana bayi menolak untuk makan dan menjadi makin
kurus.
medula oblongata - bagian batang otak yang mengontrol pemafasan dan
sirkulasi darah dan mengandung pusat-pusat refleks.
mekanisme pertahanan dID - pala bawah sadar di mana psyche membela
dirinya sendiri dari konflik dan kekuatiran.
mesomorf - orang yang memiliki tubuh yang kuat berotot yang pemberani,
agresif dan aktif.
model medis - model kepribadian yang menyatakan bahwa kesulitan perilaku
lahiriah hanya sekadar merupakan gejala dari penyebab yang lebih
dalam yang mendasarinya.
modeling - pengamatan dan peniruan perilaku yang diinginkan.
mutisme - kondisi tidak mampu berbicara.
naskah - reneana kehidupan yang ditentukan pada usia awal; melalui naskah
itu seseorang memenuhi kebutuhannya.
neuron - sel saraf.
komunikasi non-verbal- ekspresi apa pun yang tidak bergantung pada kata-
kata atau simbol kata.
neurosis noogenik - pencarian arti hidup oIeh masyarakat
neurosis normal - problem psikologis yang bisa diterima secara sosial.
objek transisional - objek apa pun yang membantu anak memisahkan diri
dari orang-tua yang melambangkan perhatian dan rasa aman yang
disediakan oleh orang tua.
objektivitas - tingkat skor dalarn tes yang dicapai orang yang berbeda yang
hasilnya relatif sarna dengan menggunakan metode pernilaian' yang
sarna.
obsesi - pikiran yang tidak rasional.
Oidipus complex - perasaan romantis dan seksual anak laki-Iaki terhadap
ibunya, yang pertama kali tampak antara umur tiga sampai enam tahun.
overkompensasi - usaha menutupi kekurangan dengan eara-cara yang tidak
bisa diterima masyarakat.
overlearning - proses di mana informasi yang harus dipelajari dilatih sampai
batas di mana hal itu bisa diingat dan kemudian dilatih beberapa kali
lebih banyak.
pahala - konsekuensi positif atas perilaku ter~tu,:-.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 1

paradigma- asumsi dan pendekatan umum secara keseluruhan yang dimiliki


oleh para psikolog.
paralanguage- aspek komunikasi yang berbicara k~ras tetapi tanpa kata-kata.
parapsikologi - studi fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum-
hukum ala.m.
persepsi- penafsiran dan pengorganisasian impuls sarafke dala.m representasi
realitas secara internal.
pelaksanaan - penampilan perilaku yang maladaptif untuk meredakan
ketegangan karena ·dorongan yang tidak bisa diterima.
pembatalan - pelaksanaan tindakan bawah sadar atau komunikasi verbal
untuk membatalkan kesalahan sebelumnya.
pembiasaan aversif- pembiasaan yang bertolak belakang yang mengaitkan
kondisi yang tidak diinginkan dengan perilaku yang tidak dikehendaki.
pembiasaan klasik - pembiasaan di mana pelaku eksperimen menghasilkan
respons subjek kapanpun diinginkan dengan memberikan stimulus
tanpa syarat untuk membentuk asosiasi baru antara stimulus bersyarat
dengan respons bersyarat.
pembiasaan operan- pembiasaan di mana pelaku eksperimen memberi
respons yang sudah dimiliki oleh subjek dan memperkuatnya dengan
meneguhkan kembali setiap ka1i hal itu terjadi.
pembiasaan tataran yang lebih tinggi - proses di mana satu seri stimulus
bersyarat berfungsi sebagai pengganti untuk stimulus asli bersyarat
lainnya.
pemikiran kelompok - keinginan yang ekstrem dalam kelompok agar setiap
orang mencapai kesepakatan bulat
pemisah-misahan - pengalaman sikap bawah sadar seolah-olah hal itu tiqak
berhubungan dan tidak saling berkaitan.
penalaran deduktif- proses di mana data digabungkan dan kesimpulan ditarik
dari fakta-fakta tersebut.
penalaran evaluatif - proses pemilaian terhadap ketepatan ide atau konsep
baru.
penalaran induktif - proses di marta penarikan kesimpulan tentang sesuatu
yang tidak diketahui disusun berdasarkan apa yang sudah diketahui.
peneguh- stimulus apa pun yang mengikuti suatu respons dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya.
peneguhan negatif - penyingkiran situasi aversif yang tidak menyenangkan
sebagai akibat perilaku tertentu.
peneguh sekunder- apa pun yang secara konsisten berkaitan dengan peneguh
yang pada waktunya menjadi hal yang meneguhkan.
penggantian - pengalihan emosi dari benda aslinya ke pengganti yang lebih
bisa diterima.
penghambatan proaktif - proses di mana materi yang sudah ada dalam
memori mempengaruhi materi yang baru dipelajari.
~ .. ~ . - iH "t;:t.
Oaftar lstilah

penghambatan retroaktif - proses di mana materi yang baru dipelajari


mempengaruhi pencarian materi berindeks di dalam memori.
penghukuman- presentasi stimulus aversif yang menurunkan kemungkinan
terjadinya respons.
penis envy - perasaan kehilangan yang dialami anak perempuan prasekolah
yang akhimya diselesaikan dengan melakukan identifikasi dengan
ibunya.
penyangkalan - pengingkaran sesuatu yang mengganggu.
penyebab primer - kondisi khusus yang harus selalu ada agar gangguan
tertentu bisa terjadi.
peraturan gestalt - peraturan yang digunakan seseorang karena hal itu
mengatur persepsi mereka.
perilaku takhyul- perilaku yang secara kebetulan diteguhkan dan akibatnya
pada waktu kemudian muncul kembali.
persepsi kedalaman - persepsi tentang hubungan ruang dalam tiga dimensi.
perseverasi - pengulangan kata-kata atau isyarat secara tak terkendali.
petit mal - bentuk epilepsi ringan yang ditandai dengan kejang otot dan
hilangnya kesadaran.
phallus - istilah teknis untuk organ seks laki-laki.
pica - memakan benda-benda bukan makanan yang tidak alami.
pikiran bawah sadar kolektif- konsep Jung tentang sumbangan yang diterima
oleh setiap orang dari pengalaman yang diperoleh orang-orang lain
melalui sejarah manusia.
placebo - zat netral yang bisa menghasilkan perubahan karena keyakinan
seseorang terhadap hal itu.
prekognisi - tahu tentang sesuatu sebelum hal itu terjadi.
proyeksi - atribusi bawah sadar tentang impuls ata.u harapan orang itu sendiri
terhadap orang lain.
psikoanalisis - metode psikoterapi yang dil'ancang untuk membawa materi
bawah sadar ke kesadaran.
psikolinguistik - studi bahasa dan ucapan secara psikologis.
psikologi - studi i1miah tenta.ng perilaku dan pemikiran org~me.
raket- perasaan yang dikoleksi seseorang untuk membenarkan tindakan uta.ma
dalam naskah kehidupan.
rasionalisasi- artikulasi penjelasan yang membenarkan diri sendiri, bukannya
alasan yang sebenarnya atas tindakan tertentu.
reaksi psikosomatik- penyakit fisik yang berkaitan dengan stres dalam jangka
waktu lama yang berkaitan dengan emosi negatif Iainnya.
refleksi - teknik psikoterapetik di mana pemberi terapi mengulang apa yang
dikatakan ~en dengan kata-kata yang berbeda dan memperjelas apa
yang telah dikatakan.
refleksivitas - kecenderungan peserta dalam eksperimen untuk berpikir
tentang eksperimen itu d~ karena itu mengubah perilaku mereka dari
hal yang sebaliknya.
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 1

regresi - reversi pada pola perilaku yang kurang dewasa.


reliabilitas - tingkat di mana orang-orang akan mendapat skor yang relatif
sarna setiap kalimereka di1:1kur.
represi - penyingkiran pikiran yang menyakitkan dari kesadaran secara tidak
disadari.
RIGS - representasi interaksi yang digeneralisir atau model yang
dikembangkan anak..anak dalam berinteraksi dengan "rang lain.
ritual - perilaku kompulsif yang dilakukan untuk merin'gankan perasaan
bersalah yang mendalam untuk sementara.
scalloping - peningkatan drarnatis dalam perilaku yang diteguhkan tak lama
. sebelum interval waktu tertentu selesai.
seksualisasi - fokus seseorang pada kecakapan seksual pribadi untuk
meredakan perasaan tendah diri atau permusuhan terhadap lawan jenis.
setat eferen - saraf motorik yang menyalurkan impuls dari sistem saraf pusat
ke efektor.
serat aferan - saraf-saraf sensorik yang menyalurkan impuls dari tubuh ke
sistem saraf pusat.
serebelum - bagian otak yang bertanggung jawab atas pengaturan dan
koordinasi gerakan sukarela.
shaping - dalam: pembiasan operan, proses di mana tindakan yang mendekati
perilaku yang menjadi target dan diinginkan diteguhkan kembali sampai
perilaku ~tu tercapai.
sinapsis - ruang di antara dendrit satu neuron dan axon neuron lainnya.
sistem limbik - bagian otak yang mengatur kegiatan dasar seperti
perlindungan diri sendiri, reproduksi dan ungkapan ketakutan dan
kemarahan.
sistem pengaktifan tetikuler - sistem khusUs yang berlaku di seluruh batang
otak yang memonitor informasi yang masuk dan menyalurkan stinlU-
Ius yang penting ke pusat-pusat yang lebih tinggi.
sistem saraf otonom - bagian sistem saraf yang mengatur tindakan secara
refleks.
sistem saraf periferal - bagian sistem saraf yang terdiri dari saraf otak, saraf
tulang belakang dan sistem saraf otonom.
sistem saraf pusat - otak dan saraf tulang belakang.
slip Freudian - salah bicara yang menyingkapkan pikiran bawah sadar.
social loafing - fenomena di mana orang-orang cenderung melakukan usaha
yang lebih sedikit ketika bekerja sarna dengan orang lain, sebaliknya ia
berusaha lebih banyak jika bekerja sendirian.
somnambulisme - berjalan sambil tidur.
sosiopati - orang (biasanya laki-Iaki) yang menunjukkan bahwa ia tidak
memiliki hati nurani ketika melakukan perbuatan yang salah.
standardisasi - administrasi tes yang sarna di bawah kondisi yang Sama untuk
kelompok representatif yang besar. .. . .. '... ..
Daftar Istilah
.~------------------------------------------------------
stimulus diskriminasi - stimulus yang menentukan tahap atau menyediakan
kesempatan bagi organisme untuk mengeluarkan respons operan
sukarela.
sh.idi kasus - catatan tentang diri seseorang secara mendalam.
sublimasi - transformasi dorongan yang tidak bisa diterima secara sadar ke
bentuk perilaku yang bisa diterima secara sosial.
substansi kelabu - jaringan saraf abu-abu dari sistem saraf pusat, yang terdiri
dari sel saraf dan serat-serat dan jaringan pendukung.
substansi putih - jaringan saraf putih dari sis tern saraf pusat yang terdiri dari
serabut saraf bermielin.
superego - hati nurani yang diperoleh secara sosial.
telepati - pengiriman pikiran di an tara dua orang dengan sarana yang tidak
bisa dijelaskan.
ternan yang dimunculkan - perasaan bahwa ia berada bersama orang lain
sekalipun bayi itu sedang sendirian.
template - pola mental yang lengkap untuk benda atau ide tertentu .
teori - konsep umum yang menuntun riset.
thalamus - bagian otak bawah yang menyalurkan stimuli sensorik ke korteks
serebrum.
transferensi - dalam psikoanalisis, respons emosional pasien kepada pemberi
terapi secara bawah sadar yang tidak sesuai.
UBO - ultimate background object, atau pengalaman primitif dengan Allah selama
bayi.
validitas - sejauh mana satu instrumen sesungguhnya mengukur apa yang
ingin diukur.
variabeI independen - variabel di mana pelaku eksperimen berubah dalam
kelompok eksperimental.
variabel dependen - variabel yang diharapkan berubah sehagai akibat variasi
dalam variabel yang independen .

......

Anda mungkin juga menyukai