Anda di halaman 1dari 80

PANDUAN PENULISAN

KARYA TULIS AKADEMIS


UNTUK MAKALAH, SKRIPSI,
TESIS DAN DISERTASI

Panduan ini dibuat berdasarkan Kate L.


Turabian, A Manual for Writers of Research
Papers, Theses, and Dissertations: Chicago Style
for Students and Researchers. 7th edition. Rev.
Wayne C. Booth et al. (Chicago: Chicago
University Press, 2007

Diterbitkan oleh
Unit Publikasi dan Informasi
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta
2011
PANDUAN PENULISAN
KARYA TULIS AKADEMIS
UNTUK MAKALAH, SKRIPSI,
TESIS DAN DISERTASI

Disusun oleh
Dr. Rebecca Blair Young
Dr. Joas Adiprasetya

Disahkan dalam
Rapat Senat STT Jakarta
8 November 2011

UPI STT Jakarta


Jakarta, 2011
DAFTAR ISI
SATU: PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Tentang Buku Ini ......................................................................... 1
1.2 Pengertian Karya Tulis ............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Karya Tulis .................................................... 3

DUA: SUSUNAN KARYA TULIS ................................................................... 4


2.1 Struktur Utama ............................................................................ 4
2.2 Persyaratan untuk Bagian Awal ................................................ 5
2.3 Persyaratan untuk Bagian Utama ............................................. 9
2.4 Persyaratan untuk Bagian Akhir ............................................. 15

TIGA: TATA CARA PENGUTIPAN ............................................................... 16


3.1 Pengertian ................................................................................... 16
3.2 Dua Model Pengutipan ............................................................. 18
3.3 Contoh Pemakaian Kedua Model Pengutipan ...................... 22

v
EMPAT: TATA CARA PENULISAN .............................................................. 30
4.1 Pengaturan Awal ....................................................................... 30
4.2 Marjin dan Nomor Halaman.................................................... 32
4.3 Jenis Huruf dan Kalimat ........................................................... 33
4.4 Penulisan Bab dan Bagian ........................................................ 38
4.5 Tabel (Daftar) dan Gambar ...................................................... 39
4.6 Bilangan dan Satuan.................................................................. 40
4.7 Bahasa ......................................................................................... 41
4.8 Penulisan Nama ......................................................................... 43
4.9 Singkatan .................................................................................... 45
4.10 Penulisan Kitab, Pasal, dan Ayat Alkitab............................... 45

APENDIKS SATU: LAPORAN BUKU .......................................................... 46


A.1 Pendahuluan .............................................................................. 46
A.2 Informasi Awal .......................................................................... 47
A.3 Pengantar Umum ...................................................................... 48
A.4 Gagasan Penulis ......................................................................... 48
A.5 Evaluasi dan Refleksi Kritis ..................................................... 50
A.6 Rangkuman ................................................................................ 52
A.7 Beberapa Catatan Umum ......................................................... 52
A.8 Pranala (Hipertaut atau Hyperlink) Luar ................................ 53

APENDIKS DUA: PLAGIARISME ............................................................... 54


B.1 Pendahuluan .............................................................................. 54
B.2 Tipe-Tipe Plagiarisme ............................................................... 55
B.3 Beberapa Contoh ....................................................................... 57
B.4 Beberapa Catatan Penting ........................................................ 60

APENDIKS TIGA: PERATURAN MENGENAI PLAGIARISME ..................... 63


C.1 Pendahuluan .............................................................................. 63
C.2 Isi Peraturan Tentang Plagiarisme .......................................... 65

vi
SATU
PENDAHULUAN

1.1 TENTANG BUKU INI

Buku ini dimaksudkan sebagai sebuah panduan bagi seluruh maha-


siswa STT Jakarta, di semua strata, dalam menulis sebuah karya
tulis akademis. Karya tulis akademis yang dimaksud meliputi
makalah, skripsi tingkat sarjana, tesis tingkat magister, dan disertasi
tingkat doktoral.
Panduan semacam ini dibutuhkan untuk membantu mahasiswa
menyusun karya-karya tulis mereka dengan format penulisan yang
konsisten di sepanjang karya tulis mereka. Selain itu, dengan
dipergunakannya panduan ini, sekolah kita dapat mempertahankan
mutu karya-karya tulis yang dihasilkannya, yang salah satunya
ditandai dengan penulisan karya tulis yang tertib dan konsisten.

1
Pada prinsipnya, panduan penulisan makalah sama dengan
panduan penulisan karya tulis akademis lainnya; namun, beberapa
pengecualian akan diberikan tersendiri.
Semua karya tulis akademis tersebut harus mengikuti kaidah
yang dijelaskan di dalam buku panduan ini, kecuali dosen yang
bersangkutan menuntut persyaratan lain yang akan dikomunikasi-
kan secara terpisah.
Secara umum, buku panduan ini memakai standar yang disebut
Turabian Style, berdasarkan buku panduan Kate L. Turabian, A
Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Dissertations:
Chicago Style for Students and Researchers. 7th edition. Rev. Wayne C.
Booth et al. (Chicago: Chicago University Press, 2007), yang dapat
ditemukan di perpustakaan STT Jakarta. Buku panduan ini selain
berisi ringkasan Turabian Style, juga berisi perubahan di sana-sini,
serta ditambah dengan beberapa panduan (antara lain, seluk-beluk
plagiarisme), agar lebih sesuai dengan kebutuhan STT Jakarta.

1.2 PENGERTIAN KARYA TULIS

Karya tulis teologi adalah satu karangan ilmiah tentang pokok yang
penting dalam suatu bidang studi teologi sebagai hasil penelitian
pustaka/lapangan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa berdasar-
kan penugasan dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta sebagai salah
satu syarat bagi kelulusan menjadi sarjana. Karya tulis yang baik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Susunan teratur, mencakup semua unsur yang diperlukan seba-
gaimana yang diatur dalam ketentuan-ketentuan dalam Bab II,
Bab III, dan Bab IV.
 Bentuk yang baik, sebagaimana disyaratkan bagi setiap karang-
an ilmiah dalam tata tulis yang lazim di perguruan tinggi.

2
 Pembuktian mengenai sesuatu hal secara sistematis atau pem-
buatan serangkaian kesimpulan secara logis berdasarkan
bahan-bahan/buah pikiran yang telah dipaparkan.

1.3 TUJUAN PENULISAN KARYA TULIS

Sebagai kegiatan penelitian, penyusunan karya tulis bertujuan


untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa mempraktikkan
pengetahuannya mengenai metodologi penelitian dalam bidang
teologi.
Sebagai kegiatan pendidikan, penyusunan karya tulis diarah-
kan agar mahasiswa yang akan mengakhiri program studinya
mampu menguraikan dan suatu pokok permasalahan menganalisis
dan menyatu-padukan semua pengetahuan dalam disiplin teologi
yang telah dipelajari selama studi.
Sebagai kegiatan pemikiran, penyusunan karya tulis dimak-
sudkan sebagai sarana pembuktian tertinggi dari pihak mahasiswa
kepada STT Jakarta mengenai kemampuan berpikir secara ilmiah
dan kecerdasan mereka sebagai akademisi.
Sebagai kegiatan komunikasi, penyusunan karya tulis diharap-
kan menghasilkan karangan ilmiah yang memuat buah pikiran
mahasiswa yang cukup bernilai untuk disampaikan kepada dan
dibaca oleh pihak lain, dalam hal ini gereja dan masyarakat pada
umumnya.

3
DUA
SUSUNAN KARYA TULIS

2.1 STRUKTUR UTAMA

2.1.1 Bagian Awal


1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Tabel/Diagram (kalau ada)
6. Daftar Gambar (kalau ada)
7. Daftar Lampiran (kalau ada)
8. Daftar Singkatan (kalau ada)
9. Daftar Istilah dan Lambang (Glossarium) (kalau ada)
10. Abstrak (1 halaman)

4
2.1.2 Bagian Utama
1. Pendahuluan

 Latar Belakang dan Konteks Permasalahan


 Perumusan Masalah
 Pembatasan Masalah
 Hipotesis
 Alasan Pemilihan Pokok Bahasan dan Manfaat Penulisan
 Metodologi Penelitian: Bahan atau materi penelitian, jalan
penelitian, dan keaslian penelitian
 Sistematika Penulisan

2. Bab-bab Pemaparan dan Pembahasan seluruh Isi


3. Bab Kesimpulan dan Saran

2.1.3 Bagian Akhir


1. Daftar Acuan (atau Daftar Pustaka)
2. Lampiran

2.2 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN AWAL

Yang disebut sebagai “Bagian Awal” adalah semua halaman sebe-


lum Bab Pendahuluan. Terdapat persyaratan yang harus diikuti
setiap elemen di “Bagian Awal” ini.

2.2.1 Halaman Judul


Judul karya tulis, maksud karya tulis, lambang STT Jakarta, nama
program, nama mahasiswa, NIM dan tahun penyelesaian karya
tulis. Kalimat di dalam halaman judul memakai spasi tunggal. Lihat
contoh Halaman Judul pada gambar 1.

5
Satu kesalahan yang sering terjadi adalah ukuran logo STT
Jakarta yang tidak proporsional antara panjang dan lebarnya, selain
juga terlalu besar atau terlalu kecil.

2.2.2 Halaman Pengesahan


Halaman pengesahan ini memuat tanda tangan pembimbing dan
para penguji, serta tanggal ujian. Kalimat di dalam halaman judul
memakai spasi tunggal. Lihat contoh Halaman Pengesahan pada
gambar 2.

2.2.3 Kata Pengantar


Kata pengantar mengandung uraian singkat tentang maksud karya
tulis, penjelasan-penjelasan dan ucapan terima kasih. Sekalipun di
dalam kata pengantar tidak terdapat uraian yang bersifat ilmiah,
mahasiswa dianjurkan untuk memakai kalimat dan ungkapan yang
serius dan santun.

2.2.4 Daftar Isi


Daftar isi ini dimaksudkan untuk memberikan suatu gambaran
singkat tentang isi skripsi dan sebagai petunjuk bagi pembaca yang
ingin melihat suatu bab atau sub bab. Di dalam daftar isi tertera
urutan judul, sub judul, dan sub anak judul disertai dengan nomor
halamannya. Tata cara penomoran diatur pada bagian lain dari
pedoman ini.

6
gambar 1

7
gambar 2

8
2.2.5 Daftar-daftar Lainnya
Terdapat beberapa daftar lainnya yang mungkin dipergunakan.

 Tabel/Diagram: bilamana karya tulis memuat daftar tabel atau


diagram, maka perlu disajikan daftar tabel/diagram yang
memuat urutan judul tabel/diagram beserta dengan nomor
halamannya.
 Daftar Gambar: bilamana karya tulis memuat sejumlah gambar,
maka diperlukan daftar gambar yang berisi urutan judul
gambar beserta dengan nomor halamannya.
 Daftar Lampiran: bilamana karya tulis memuat sejumlah
lampiran, maka perlu dibuat daftar lampiran. Daftar ini
memuat urutan judul lampirannya dengan nomor halamannya.
 Daftar Singkatan: bilamana karya tulis memuat sejumlah
singkatan, maka perlu dibuat daftar singkatannya.
 Daftar Istilah dan Lambang (Glossarium): bilamana karya tulis
memuat sejumlah istilah asing atau daerah dan lambang-
lambang tertentu, maka perlu dibuat daftar yang menjelaskan
artinya.

2.2.6 Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat dan lengkap tentang tujuan,
cara, dan hasil penelitian. Program studi M.Th. dan D.Th. menuntut
abstrak dalam Bahasa Inggris (abstract in English).

2.3 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN UTAMA

Yang disebut sebagai “Bagian Utama” adalah semua halaman yang


dimulai dengan Bab Pendahuluan sampai dengan bab terakhir
sebelum Daftar Pustaka dan Lampiran.

9
2.3.1 Pendahuluan

Pendahuluan memuat komponen-komponen berikut dan tidak


diberi nomor bab.

a. Latar Belakang dan Konteks Permasalahan


Latar belakang berisi gambaran pemahaman menyeluruh mengenai
latar belakang judul dan konteks permasalahan yang menjadi fokus
penelitian mahasiswa. Walau butir ini belum memuat rumusan
permasalahan secara akurat, di dalamnya sudah harus disinggung
pokok permasalahan yang akan dikaji.

b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah memuat rumusan yang jelas dan tajam
mengenai pokok permasalahan yang hendak dikaji. Masalah harus
dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan yang memperlihat-
kan adanya problematika yang lahir dari hubungan beberapa
faktor. Sehubungan dengan itu dalam perumusan masalah ada
beberapa hal yang perlu dikemukakan:

 Teori-teori yang sudah pernah dihasilkan dan dibukukan


menyangkut pokok yang dikaji. Dengan kata lain perlu diper-
lihatkan kerangka teoritis dari kajian tersebut.
 Penelitian atau tulisan yang pernah dihasilkan menyangkut po-
kok yang dikaji, sejauh informasi mengenai hal itu dapat diper-
oleh. Lalu dikemukakan perbedaan tulisan tersebut dengan
tulisan-tulisan lain sebelumnya itu (sudut pandang/ perspektif,
metode penelitian dan penulisan, cakupan/batasan pengkajian,
dan sebagainya); perkembangan atau pun ketidakcocokan de-
ngan teori dan hasil penelitian sebelumnya.
 Data empirik dan pengalaman (bisa dari orang lain, bisa dari
diri sendiri) yang memperlihatkan perkembangan ataupun
ketidakcocokan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya.

10
Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa:

 Pokok permasalahan yang sedang/hendak dikaji dikenal dan


dipahami betul.
 Sedikit-banyak penulis telah mengetahui pendekatan-pendekat-
an yang pernah dilakukan dan kesimpulan-kesimpulan yang
pernah dihasilkan oleh orang lain sebelumnya.
 Tidak mengkaji sesuatu yang persis sama dengan yang sudah
pernah ditulis orang lain.
 Hasil kajian tersebut menyumbangkan sesuatu yang baru
mengenai pokok yang dikaji (metode pendekatannya, data
empiriknya, atau kesimpulannya).

c. Pembatasan Masalah
Butir ini memuat uraian tentang batasan pokok pembahasan karya
tulis dengan cara:

 Membatasi bidang cakup kajian. Misalnya: Etika Kerja warga


gereja: apakah hal itu menyangkut penggunaan waktu, peng-
hargaan terhadap materi, pembinaan relasi dengan rekan seker-
ja, dan sebagainya.
 Membatasi wilayah dan sampel penelitian: di beberapa
gereja/jemaat, lokasi atau lembaga tertentu, dengan sampel atau
responden dari segmen usia tertentu.
 Membatasi kurun waktu (periode): suatu masalah yang hendak
dikaji bisa saja sudah sangat lama berlangsung. Perlu diberi
batasan kurun waktu mana yang secara khusus akan dikaji.
 Membatasi penggunaan data dan informasi. Kita tergoda untuk
memasukkan semuanya dalam tulisan kita, namun demikian
tidak semua itu harus dimasukkan, karena menulis karya tulis
akademis tidak sama dengan menumpuk bahan. Seleksilah
semua itu sesuai dengan relevansi dan aktualitasnya terhadap
pokok bahasan.

11
d. Hipotesis
Hipotesis merupakan rumusan singkat berupa suatu jawaban se-
mentara terhadap masalah yang dihadapi, dan masih harus dibuk-
tikan kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis menjadi semacam
penuntun untuk melakukan penelitian, pengumpulan bahan dan
menyusun tulisan. Karena itu hipotesis harus dirumuskan dalam
bentuk pernyataan; bukan pertanyaan dan bukan pula nasihat,
saran, anjuran, ataupun pengandaian. Maka dalam rumusan
hipotesis tidak boleh ada kata-kata: “kiranya,” “hendaknya,”
“perlu/memerlukan,” “mestinya,” “diharapkan,” “harus,” “dapat,”
“jika … maka …” dan sebagainya.

 CATATAN
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak dikenal
pembedaan antara hipotesis (tunggal) dan hipotesa
(jamak). Namun demikian, di beberapa kamus Bahasa
Indonesia lainnya pembedaan tersebut dikenal dan
diberlakukan. Mahasiswa disarankan untuk tetap
memakai hipotesis (tunggal) maupun hipotesis-hipotesis
(jamak) sesuai dengan KBBI.

e. Alasan Pemilihan Judul dan Manfaat Penulisan


Butir ini berisikan penjelasan tentang alasan mengapa judul itu
diangkat menjadi pokok penulisan dan apa manfaatnya secara lang-
sung maupun tidak langsung yang disumbangkan bagi perkem-
bangan teologi, pelayanan gereja, masyarakat, dan bangsa. Karena
itu dalam butir ini Anda harus memperlihatkan kebutuhan untuk
menjawab suatu permasalahan dan akan bermanfaat bagi banyak
orang untuk menjawab atau memecahkan masalah itu.

f. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian mengandung uraian sebagai berikut:

12
 Bahan atau materi penelitian yaitu uraian tentang sumber data
yang harus dikemukakan dengan jelas serta disebutkan spesifi-
kasinya atau sifat-sifat yang harus ditentukan. Menyangkut
sumber data, ada dua metode penelitian pokok yaitu penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan.
 Jalan penelitian memuat suatu uraian yang cukup terinci
tentang cara melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.
Karena pokok kajian adalah pokok yang aktual dalam kehidup-
an gereja dan atau masyarakat maka penelitian lapangan (beru-
pa observasi, survei, penyebaran angket/kuesioner, wawancara,
dan sebagainya) perlu dilakukan. Jika data yang hendak dija-
ring itu berupa data kuantitatif (angka, statistik) maka di
samping memeriksa dokumen-dokumen perlu disiapkan dan
disebarkan kuesioner dengan menyiapkan pertanyaan terstruk-
tur yang dilampirkan di bagian akhir karya tulis. Jika data yang
hendak dijaring berupa data kualitatif (gagasan, pendapat,
sikap, dan sebagainya) maka perlu juga dilakukan wawancara
dengan menyiapkan pertanyaan terbuka yang dilampirkan di
bagian akhir karya tulis. Naskah kuesioner, tabulasi, ataupun
daftar pertanyaan wawancara, hendaknya dilampirkan pada
draft final karya tulis.
 Analisis data memuat uraian singkat tentang model dan cara
menganalisis data, termasuk hasil wawancara. Perlu diantisi-
pasi sejak awal bahwa metode dan hasil penelitian itu memiliki
keterbatasan dan kelemahan. Hal itu dilakukan dalam rangka
kejujuran ilmiah dan sekaligus membuka peluang bagi orang
lain untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan
metode lain.

g. Sistematika Penulisan
Bagian ini memuat uraian mengenai langkah-langkah yang akan
ditempuh di sepanjang penulisan. Secara singkat dijelaskan menge-

13
nai garis besar isi dari masing-masing bab/sub bab, dan bagaimana
hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain.

2.3.2 Bab-bab Pemaparan dan Pembahasan Seluruh Isi


Hasil penelitian dan pembahasan memuat hasil penelitian dan pem-
bahasan yang sifatnya terpadu. Pembahasan terhadap hasil peneliti-
an akan berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Sebaiknya hasil penelitian dibandingkan dengan
aliran, pandangan teolog, dan hasil penelitian terdahulu yang
sejenis. Bab-bab isi dimulai dengan Bab 1 (atau Bab Pertama).

2.3.3 Bab Kesimpulan dan Saran


Bab yang berisi Kesimpulan dan Saran ini harus diberi nomor bab
yang melanjutkan nomor bab sebelumnya.

a. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan uraian singkat dan tepat yang dijabarkan
dari pembahasan yang mencakup isi semua bab untuk membuk-
tikan benar atau tidaknya hipotesis dan hal-hal pokok menyangkut
permasalahan.

b. Saran
Saran dibuat berdasarkan pertimbangan dan pengalaman penulis
yang ditujukan kepada para peneliti di bidang sejenis dan/atau
kepada gereja maupun kalangan lain yang dipandang relevan.

 CATATAN
Dulu, lazimnya bab terakhir berisi kesimpulan, refleksi,
dan saran. Pada panduan ini, elemen “refleksi” tidak
diwajibkan muncul di dalam bab terakhir ini. Prinsip
dasarnya adalah bahwa seluruh karya tulis akademis
adalah sebuah karya teologis, sehingga seluruh refleksi
teologis seharusnya terlihat dari awal hingga akhir
karya tulis tersebut. Tentu saja, mahasiswa dapat

14
memutuskan, berdasarkan percakapan dengan dosen
pembimbing, untuk tetap memasukkan refleksinya di
bab akhir ini.

2.4 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN AKHIR

2.4.1 Daftar Acuan (atau Daftar Pustaka)


Daftar Acuan atau Daftar Pustaka harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:

 Jumlah minimal literatur: Makalah: ditentukan oleh dosen;


Skripsi: 20 literatur; Tesis: 30 literatur; Disertasi: 50 literatur.
 Jumlah minimal literatur berbahasa asing (dari jumlah di atas):
Makalah: ditentukan oleh dosen; Skripsi: 35%; Tesis: 50%;
Disertasi: 65%
 Yang dimaksud dengan literatur adalah buku atau artikel, baik
tercetak maupun online. Yang tidak termasuk di dalam kategori
literatur adalah blog, wawancara, kamus dan ensiklopedia. Ada
kalanya, sumber dari kamus dan ensiklopedia yang berupa
artikel yang panjang perlu dicantumkan ke dalam Daftar Acuan
atau Daftar Pustaka.

2.4.2 Lampiran
Lampiran dipakai untuk melengkapi uraian yang telah disajikan
dalam bagian utama karya tulis.

15
TIGA
TATA CARA PENGUTIPAN

3.1 PENGERTIAN

3.1.1 Tujuan Pengutipan


Tugas pertama seorang peneliti di bidang teologi adalah untuk
memperoleh gagasan secara tepat, namun tugas kedua adalah
untuk menginformasikan kepada para pembacanya dari mana
gagasan tersebut diperoleh.1 Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi
seorang peneliti untuk memiliki keterampilan yang memadai dalam

1 Lih. Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses,


and Dissertations: Chicago’s Style for Students and Researchers, 7th ed., rev.
Wayne C. Booth et al. (Chicago and London: The University of Chicago
Press, 2007), 133.

16
menunjukkan secara jelas “dari mana gagasan tersebut diperoleh.”
Itulah perlunya mengutip secara tepat sumber yang dipergunakan.
Di bawah ini adalah empat alasan khusus yang diberikan oleh buku
panduan Turabian, mengapa kita mengutip sumber.2
Pertama, kita mengutip sumber untuk memberi kredit atau
pengakuan bagi mereka yang telah melakukan penelitian sebelum-
nya dan yang hasilnya kita pergunakan bagi penelitian kita sendiri.
Dalam kaitan dengan ini, plagiarisme merupakan sebuah pelang-
garan etis di dalam dunia penelitian akademis, sebab melaluinya
kita tidak mengakui bahwa gagasan tertentu yang kita kemukakan
sebenarnya bukanlah gagasan asli kita (lihat “Apendiks Dua” dan
“Apendiks Tiga”).
Kedua, pengutipan sumber lain juga bertujuan untuk memas-
tikan pembaca mengenai akurasi data dan gagasan kita. Sumber
yang kita kutip menjadi “jendela” bagi para pembaca untuk meng-
uji apakah hasil penelitian kita sungguh-sungguh dapat diandal-
kan.
Ketiga, pengutipan sumber dapat menghubungkan para pem-
baca dengan tradisi dan jejaring penelitian-penelitian lain di bidang
kita.
Keempat, pengutipan sumber dapat membantu pembaca me-
ngerjakan dan melanjutkan penelitian mereka sendiri dan dengan
cara itulah kita berpartisipasi ke dalam usaha mengembangkan
dunia akademis di bidang yang kita tekuni.
Untuk memenuhi keempat tujuan di atas, dunia akademis
sudah menentukan banyak sekali sistem untuk mencatat sumber-
sumber secara konsisten dan jelas. Salah satunya adalah sistem
Turabian yang mulai dikembangkan oleh Kate L. Turabian sejak
tahun 1937 dan diterbitkan pertama kali oleh the University of
Chicago Press pada tahun 1947 dan yang hingga kini telah direvisi
berulang kali hingga edisi ke-7 (2007).

2
Ibid., 133-134.

17
3.2 DUA MODEL PENGUTIPAN

Turabian edisi ke-7 memberi dua model pengutipan yang dapat


dipergunakan. Anda bebas memilih satu dari kedua model tersebut,
akan tetapi yang terpenting adalah memakai satu model tersebut
secara konsisten di sepanjang karya tulis akademis Anda. Dengan
kata lain, kita tidak diizinkan mencampuradukkan kedua model
tersebut dalam sebuah karya tulis.
Kedua model tersebut adalah “daftar acuan dengan catatan
perut” (reference list with parenthetical citations) dan “daftar pustaka
dengan catatan kaki” (bibliography with footnotes).
Akhir-akhir ini, di lingkungan akademis yang memakai sistem
Turabian terdapat kecenderungan untuk semakin banyak memakai
model yang pertama, mungkin karena model tersebut lebih
sederhana, mudah dan jelas. Kecenderungan tersebut juga terjadi di
lingkungan STT Jakarta. Namun demikian, sekalipun model yang
pertama lebih disarankan di sekolah ini, Anda bebas untuk juga
memakai model yang kedua. Ingatlah bahwa yang terpenting
adalah konsistensi.

 CATATAN
Banyak buku dalam berbagai bahasa mencantumkan
beberapa penanda buku, misalnya: penyunting,
penerjemah, tanpa tahun, atau tanpa penerbit. Kami
mengusulkan agar semua data tambahan tersebut
dicantumkan dengan memakai singkatan Bahasa
Indonesia. Misalnya: peny. (penyunting), terj. (terjemah-
an), t.t. (tanpa tahun), t.p. (tanpa penerbit).

3.2.1 Daftar Acuan dengan Catatan Perut


Dalam catatan perut, sumber dicatat dengan membubuhkan nama
marga/nama akhir penulis, tahun terbit, tanda koma dan halaman
di dalam tanda kurung sesudah kutipan langsung, parafrase atau

18
ide yang dipakai. Contoh: “Bhinneka Tunggal Ika merupakan
warisan bangsa Indonesia” (Sukarno 1947, 123).
Dalam hal pengarang dan tahun sumber sama, catatan perut
menambahkan huruf yang berbeda secara urut pada tahun terbit.
Misalnya, untuk buku yang pertama dipergunakan (Sukarno 1947a,
70) dan untuk buku yang kedua (Sukarno 1947b, 23).
Pada bagian akhir karya tulis, sebelum lampiran, semua sum-
ber didaftarkan secara alfabetis dalam Daftar Acuan. Daftar terse-
but terdiri dari tiap sumber yang dicatat dengan catatan perut dan
sumber lain yang dipakai tetapi tidak dikutip atau dicatat.
Jika sistem acuan dengan catatan perut dipakai, catatan kaki
tetap dapat digunakan hanya bila ada informasi lain yang hendak
disampaikan/ditambahkan, lebih dari sekadar informasi mengenai
sumber yang diacu. Dalam hal ini, jika Anda tetap ingin mengacu
pada sebuah sumber setelah informasi tersebut diberikan di dalam
sebuah catatan kaki, Anda tetap harus memakai catatan perut (lihat
contoh di bawah).
_____________
30
Gagasan serupa pernah juga diajukan oleh seorang ahli Perjanjian Baru bernama Willie
Marxsen, sekalipun dalam konteks yang berbeda (Marxsen 1994, 175).

 CATATAN
Walaupun diizinkan, namun terlalu banyaknya catatan
kaki yang bersifat substantif dapat dengan mudah
membuat pembaca mengabaikannya begitu saja, sebab
dapat dipertanyakan, mengapa hal penting tidak dima-
sukkan ke dalam teks utama dan mengapa hanya ditem-
patkan di dalam catatan kaki.

3.2.2. Daftar Pustaka dengan Catatan Kaki


Dalam catatan kaki, sumber dicatat dengan membubuhkan nama
lengkap, judul, data penerbitan dan halaman. Untuk buku, data
penerbitan diletakkan dalam tanda kurung.

19
Pada bagian akhir karya tulis (sebelum lampiran), semua
sumber didaftarkan secara alfabetis dalam Daftar Pustaka. Daftar
itu terdiri dari tiap sumber yang dicatat dengan catatan kaki, dan
juga sumber lain yang dibaca dan dipakai tetapi tidak dikutip atau
dicatat.
Jika sebuah sumber dipakai lebih dari satu kali, ada dua cara
yang bisa dipakai:

 Kita bisa memberikan informasi mengenai sumber yang


diulang itu dengan dipersingkat (shortened notes), yaitu dengan
mencantumkan nama akhir, judul singkat sebanyak maksimal
empat kata kunci pertama dari judul lengkap, dan halaman.
 Cara lain untuk mengacu sumber yang dipakai lebih dari satu
kali adalah dengan mempergunakan ibid. (singkatan ibidem
yang berarti “di tempat yang sama”), yang hanya dipakai untuk
jika sumber tersebut telah dipakai tepat di atasnya.

o Kata ibid. dimulai dengan huruf besar jika diletakkan di


awal kalimat dan tidak boleh memakai huruf miring.
o Jika halaman yang diacu sama dengan catatan kaki di
atasnya, tanda koma dan nomor halaman setelah ibid. tidak
perlu dicantumkan.
o Singkatan-singkatan Latin lainnya (op. cit., loc. cit., art. cit.)
tidak lagi dipergunakan dalam panduan Turabian edisi ke-
7.

_____________
30
Serene Jones, Trauma and Grace: Theology in a Ruptured World (Louisville, KY:
Westminster John Knox Press, 2009), 11.
31
Ibid.
32
Ibid., 24.

20
3.2.3 Panduan Penyusunan Daftar Acuan dan Daftar Pustaka
Untuk membuat Daftar Acuan atau Daftar Pustaka, lihat contoh
penulisan di bawah. Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat panduan
Turabian edisi ke-7.
Daftar Acuan dan Daftar Pustaka dapat dibagi menjadi bebera-
pa kategori, misalnya:

 Kamus, Ensiklopedi, Alkitab


 Buku dan Artikel (yang sudah diterbitkan)
 Tulisan-tulisan yang tidak/belum diterbitkan (makalah, doku-
men, laporan, dan sebagainya)
 Tulisan-tulisan lain dari internet
 Narasumber wawancara

Untuk tiap kategori di atas, literatur yang diacu disusun seca-


ra alfabetis menurut nama penulisnya.
Bila ada lebih dari satu tulisan dari penulis yang sama, untuk
tulisan kedua dan seterusnya pakailah 3-em dash (atau enam buah
tanda – yang membentuk satu garis) untuk menggantikan nama
yang sama di atasnya. Urutan tulisan dari penulis yang sama
didasarkan pada urutan tahun terbit.

 Daftar Acuan
Abineno, J.L. Ch. 1972. Pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
––––––. 1982. Pelayanan pastoral kepada yang berduka. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

 Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch. Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1972.
––––––. Pelayanan Pastoral kepada yang Berduka. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982.

21
3.3 CONTOH PEMAKAIAN KEDUA MODEL PENGUTIPAN

Di bawah ini adalah beberapa contoh pemakaian kedua model


pengutipan yang berbeda sesuai dengan jenis sumber yang
dipergunakan.
Jika Anda tidak menemukan sumber jenis lain di dalam daftar
contoh di bawah, atau jika Anda menemukan kesulitan lain, silakan
mencari penyelesaiannya di dalam buku panduan Turabian edisi
ke-7.

DA: Daftar Acuan DP: Daftar Pustaka


CP: Catatan Perut CK: Catatan Kaki

3.3.1 Buku, Satu Penulis

DA Toer, Pramoedya A. 1980. Bumi manusia. Jakarta: Hastra


Mitra.
CP (Toer 1980, 27)

DP Toer, Pramoedya A. Bumi Manusia. Jakarta: Hastra Mitra,


1980.
CK Pramoedya A. Toer, Bumi Manusia (Jakarta: Hastra Mitra,
1980), 27.

3.3.2 Buku, Lebih dari Satu Penulis

DA Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. 2011. Dilarang


kencing di sini: Khayal dan perenungan dua pendeta dari dua
generasi. Jakarta: Grafika KreasIndo.
CP (Adiprasetya dan Adiprasetya 2011, 19)

DP Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. Dilarang Kencing


di Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi.
Jakarta: Grafika KreasIndo. 2011.

22
CK Daud Adiprasetya dan Joas Adiprasetya, Dilarang Kencing
di Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi
(Jakarta: Grafika KreasIndo, 2011), 19.

 CATATAN
Dalam Daftar Acuan, semua nama penulis harus dicatat,
entah berapa pun jumlahnya. Semua nama dicatat
seperti biasa kecuali nama pertama yang dibalikkan
dengan tanda koma antara setiap nama; kata
penghubung “dan” perlu dicantumkan sebelum nama
penulis yang terakhir.

Dalam Catatan Perut, jika terdapat lebih dari tiga


pengarang, nama pengarang yang pertama saja yang
dicatat, dengan menambahkan kata “dkk.” atau “et al.”
(dari bahasa Latin et alii yang berarti “dan kawan-
kawan”). Ingat, setelah kata et tidak boleh ada tanda
titik.

3.3.3 Bab dalam Buku

DA Sutanto, Trisno S. 2009. Dalam horison keterbatasan:


Nietzsche, nihilisme dan kita. Dalam Agama-agama di
tengah-tengah budaya global, peny. Erick J. Barus, 74-93.
Jakarta: Bidang Marturia-PGI.
CP (Sutanto 2009, 86)

DP Sutanto, Trisno S. “Dalam Horison Keterbatasan: Nietzsche,


Nihilisme dan Kita.” Dalam Agama-agama di Tengah-tengah
Budaya Global, peny. Erick J. Barus, 74-93. Jakarta: Bidang
Marturia-PGI, 2009.
CK Trisno S. Sutanto, “Dalam Horison Keterbatasan: Nietzsche,
Nihilisme dan Kita,” dalam Agama-agama di Tengah-tengah
Budaya Global, peny. Erick J. Barus (Jakarta: Bidang
Marturia-PGI, 2009), 86.

23
3.3.4 Buku yang Diedit

DA Rambe, Ati H., peny. 2006. Teologi bencana: Pergumulan iman


dalam konteks bencana alam dan bencana sosial. Makassar: Oase
Intim.
CP (Rambe 2006, 159)

DP Rambe, Ati H., peny. Teologi Bencana: Pergumulan Iman


dalam Konteks Bencana Alam dan Bencana Sosial. Makassar:
Oase Intim, 2006.
CK Ati H. Rambe, peny. Teologi Bencana: Pergumulan Iman dalam
Konteks Bencana Alam dan Bencana Sosial (Makassar: Oase
Intim, 2006), 159.

3.3.5 Buku yang Diterjemahkan

DA Nolan, Albert. 2005. Yesus bukan orang Kristen? Terj. I.


Suharyo. Yogyakarta: Kanisius.
CP (Nolan 2005, 78)

DP Nolan, Albert. Yesus Bukan Orang Kristen? Terj. I. Suharyo.


Yogyakarta: Kanisius, 2005.
CK Albert Nolan, Yesus Bukan Orang Kristen? terj. I. Suharyo
(Yogyakarta: Kanisius, 2005), 78.

3.3.6 Artikel dari Jurnal atau Majalah

DA Syaifuddin, Helmi. 2006. Sastra Al-Qur’an di tengah aliran


sastra Indonesia. Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no.
2 (Desember): 19-77.
CP (Syaifuddin 2006, 65)
DP Syaifuddin, Helmi. “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran
Sastra Indonesia.” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1,
no. 2 (Desember 2006): 19-77.

24
CK Helmi Syaifuddin, “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran
Sastra Indonesia,” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1,
no. 2 (Desember 2006): 65.

3.3.7 Artikel dalam Koran

DA Karman, Yongky. 2004. Robohnya kesalehan nasional.


Kompas 14 Juni.
CP (Karman 2004)

DP Karman, Yongky. “Robohnya Kesalehan Nasional.” Dalam


Kompas 14 Juni 2004.
CK Yongky Karman, “Robohnya Kesalehan Nasional,” Kompas
14 Juni 2004.

 CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-7, artikel koran
pada umumnya dapat dihilangkan dari dalam Daftar
Pustaka dan hanya muncul di dalam Catatan Kaki.
Namun, Anda dapat memasukkan beberapa artikel
koran yang sangat penting bagi karya tulis Anda di
dalam Daftar Pustaka.

Untuk kedua model pengutipan, nomor halaman artikel


koran tidak perlu dimasukkan.

3.3.8 Makalah Seminar

DA Tule, Philipus. 1991. Bermisi dalam semangat dialog


dengan Islam. Ceramah, STFT Widya Sasana, Malang. 4
Desember.
CP (Tule 1991, 5)

25
DP Tule, Philipus. “Bermisi dalam Semangat Dialog dengan
Islam.” Ceramah, STFT Widya Sasana, Malang, 4 Desember
1991.
CK Philipus Tule, “Bermisi dalam Semangat Dialog dengan
Islam” (ceramah, STFT Widya Sasana, Malang, 4 Desember
1991).

3.3.9 Skripsi, Tesis, atau Disertasi yang Belum Diterbitkan

DA Vourloumis, Hypatia. 2007. Alternations: Performing Indo-


nesian communicability. Disertasi Ph.D., New York Uni-
versity.
CP (Vourloumis 2007, 281)

DP Vourloumis, Hypatia. “Alternations: Performing Indo-


nesian Communicability.” Disertasi Ph.D., New York Uni-
versity, 2007.
CK Hypatia Vourloumis, “Alternations: Performing Indonesian
Communicability” (disertasi Ph.D., New York University,
2007), 281.

3.3.10 Website di Internet

DA Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Sejarah STT Jakarta.


http://www.proklamasi.net/about/sejarah-stt-jakarta
(diakses 30 Juni 2011).
CP (STT Jakarta website 2011)

DP Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. “Sejarah STT Jakarta.”


http://www.proklamasi.net/about/sejarah-stt-jakarta
(diakses 30 Juni 2011).
CK Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, “Sejarah STT Jakarta,”
http://www.proklamasi.net/about/sejarah-stt-jakarta
(diakses 30 Juni 2011).

26
 CATATAN
Karena internet sangat tidak stabil, Anda tidak boleh
memakai URL (Uniform Resource Locator, yaitu alamat
sumber Internet) saja sebagai identifikasi sumber yang
dikutip. Jadi, yang dibutuhkan adalah informasi yang
selengkap mungkin agar pembaca dapat mencari sendiri
sumber tersebut tanpa URL, misalnya dengan search
engine seperti Google.

Jika sumber internet tersebut berupa karangan dengan


penulis yang jelas, maka catatan yang mirip dengan
buku harus dimasukkan: nama penulis (kalau ada),
judul tulisan, tanggal, dan penerbit, kemudian URL dan
tanggal diakses.

Entry di dalam Wikipedia atau situs sejenis tidak boleh


dipergunakan sebagai acuan, dikarenakan karakternya
yang sangat labil. Namun demikian, artikel-artikel yang
baik di situs Wikipedia lazimnya mencantumkan
sumber literatur yang dipakai sebagai acuan. Anda
dapat mencari literatur yang diacu tersebut untuk
keperluan Anda sendiri.

3.3.11 Wawancara

DA Yudhoyono, Susilo Bambang. 2009. Wawancara oleh


penulis. Jakarta, Indonesia, 31 Oktober.
CP (Yudhoyono 2009)

DP Yudhoyono, Susilo Bambang. Wawancara oleh penulis.


Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.
CK Yudhoyono, Susilo Bambang, wawancara oleh penulis,
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.

 CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-7, wawancara pada
umumnya dapat dihilangkan dari dalam Daftar Pustaka

27
dan hanya muncul di dalam Catatan Kaki. Namun,
Anda dapat memasukkan beberapa wawancara yang
sangat penting bagi karya tulis Anda di dalam Daftar
Pustaka.

3.3.12 Ensiklopedi atau Kamus

DA Sunquist, Scott, peny. 2001. A dictionary of Asian Christianity.


Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans, s.v. Indonesia (Th. Van
End).
CP (Dictionary of Asian Christianity, s.v. “Indonesia”)

DP Sunquist, Scott, peny. A Dictionary of Asian Christianity.


Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans, 2001. S.v. Indonesia (Th.
Van End).
CK Dictionary of Asian Christianity, s.v. “Indonesia”.

 CATATAN
Jika ensiklopedi atau kamus yang terkenal dipakai,
seperti Encyclopedia Britannica atau Kamus Besar Bahasa
Indonesia, judul ensiklopedi atau kamus tersebut tidak
perlu dicantumkan di dalam Daftar Acuan atau Daftar
Pustaka, tetapi cukup dicantumkan pada Catatan Perut
atau Catatan Kaki dengan memakai nama sumber dan
“s.v.” (singkatan sub verbo, yang berarti “di bawah
kata”).

3.3.13 Sumber yang Dikutip di Sumber Lain

DA Zukofsky, Louis. 1931. Sincerity and objectification. Poetry


37 (February): 269. Dikutip dalam Bonnie Costello, Marianne
Moore: Imaginary possessions (Cambridge, MA: Harvard
University Press, 1981).
CP (Zukofsky 1931, 269)

28
DP Zukofsky, Louis. “Sincerity and Objectification.” Poetry 37
(February 1931): 269. Dikutip dalam Bonnie Costello,
Marianne Moore: Imaginary Possessions. Cambridge, MA:
Harvard University Press, 1981.
CK Louis Zukofsky, “Sincerity and Objectification,” Poetry 37
(February 1931): 269, dikutip dalam Bonnie Costello,
Marianne Moore: Imaginary Possessions (Cambridge, MA:
Harvard University Press, 1981), 78.

29
EMPAT
TATA CARA PENULISAN

4.1 PENGATURAN AWAL

4.1.1 Kertas
Kertas yang dipergunakan adalah berukuran A4 (21cm x 29,7 cm),
dengan bahan HVS 80 gram, berwarna putih dan tidak bolak-balik.
Jika naskah akhir yang diserahkan berjumlah lebih dari satu,
naskah asli dapat digandakan melalui fotokopi, namun harus
dengan kualitas yang baik.
Pakailah sampul dari kertas buffalo atau yang sejenis dan
sedapat-dapatnya diperkuat dengan karton dan dilapisi dengan
plastik. Tulisan yang terdapat pada sampul sama dengan yang
terdapat pada halaman judul.

30
Warna sampul disesuaikan dengan ketentuan warna program
atau ditentukan oleh Bagian Administrasi Akademik masing-
masing program studi.

4.1.2 Panjang Karya Tulis


Panjang maksimal karya tulis berlainan, sesuai dengan jenjang
studi:

 Skripsi 100 halaman


 Tesis 200 halaman
 Disertasi 300 halaman

Panjang tersebut tidak termasuk “Bagian Awal” (Lembaran


Judul, Lembaran Pengesahan, Kata Pengantar atau Ucapan Teri-
makasih, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Singkatan) dan Lampiran.
Panjang makalah bergantung pada permintaan masing-masing
dosen yang mengampu matakuliah yang bersangkutan.

4.1.3 Pengisian Ruangan


Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh,
artinya pengetikan harus dimulai dari batas tepi kiri sampai ke
batas tepi kanan dan jangan sampai ada ruangan yang kosong,
kecuali bila akan dimulai dengan alinea baru, persamaan, daftar
gambar, sub judul atau hal-hal yang khusus.

4.1.4 Kesalahan Ketik dan Tatabahasa


Naskah yang diserahkan sedapat mungkin bebas dari kesalahan
ketik. Jumlah kesalahan ketik (termasuk salah membubuhkan tanda
baca) dan tatabahasa maksimal 10 buah per bab. Dosen berhak
mengembalikan draft karya tulis akademis Anda, bila salah ketik
melebihi jumlah tersebut.

31
Jika jumlah kesalahan ketik pada draft akhir yang dikumpul-
kan masih melewati batas maksimal tersebut, dosen berhak mengu-
rangi nilai.

4.2 MARJIN DAN NOMOR HALAMAN

4.2.1 Marjin
Marjin adalah jarak antara tepi kertas dan batas pengetikan di
setiap sisinya. Pengaturan marjin adalah sebagai berikut:

 Marjin atas 1 inci


 Marjin bawah 1 inci
 Marjin kiri 1 inci
 Marjin kanan 1 inci

Catatan:
 Jarak 1 inci dihitung bukan dari teks utama namun dari nomor
halaman.
 Seandainya naskah akan dijilid, marjin kiri berjarak 1,5 inci.
 Contoh pengaturan marjin dapat dilihat di gambar 3 dan 4.

4.2.2 Nomor Halaman


Bagian awal naskah sampai dengan halaman terakhir sebelum
Pendahuluan diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i,
ii, iii, iv, dst.) dan diletakkan di bagian bawah dan di tengah
(centered). Halaman Judul tidak memakai nomor halaman,
sekalipun tetap diperhitungkan sebagai halaman i.
Bagian utama dan bagian akhir mulai dari Pendahuluan
sampai halaman terakhir diberi nomor halaman dengan angka Arab
(1, 2, 3, 4, dan seterusnya) .

32
 Khusus untuk halaman pertama setiap bab, marjin bawah
adalah 1,5 inci, dengan nomor halaman pertama diletakkan di
bagian bawah (footer), di tengah (centered), berjarak 1 inci dari
tepi kertas.
 Untuk halaman berikutnya, nomor halaman diletakkan di
bagian atas (header), di bagian kanan, berjarak 1 inci dari tepi
kanan-atas kertas.

4.3 JENIS HURUF DAN KALIMAT

Semua karya tulis akademis diketik dengan komputer, agar mudah


direvisi.

4.3.1 Jenis dan Ukuran Huruf (Font dan Pitch)


Huruf yang dipakai adalah tipe serif (dengan lengkungan) seperti
Times New Roman, Cambria, Palatino Linotype atau New Century
Schoolbook. Hindarilah pemakaian font serif yang terlalu ornamen-
tal karena menyulitkan pembacaan dan mengesankan sebuah karya
tulis yang kurang serius. Penggunakan font sans-serif, seperti Arial,
Calibri dan sebagainya atau font monospaced, seperti Courier atau
Courier New, tidak dianjurkan sama sekali.
Karena ukuran masing-masing font di atas berbeda-beda,
maka berikut panduan yang bisa dipergunakan beserta contoh
ukuran aktualnya.

1. Times New Roman ukuran 12pt.


2. Cambria ukuran 12pt.
3. Palatino Linotype ukuran 11pt.
4. New Century Schoolbook ukuran 11pt.
11pt

Secara konsisten, pakailah font atau jenis huruf yang sama,


dengan ukuran (pitch) yang sama pula, sepanjang karya tulis akade-

33
mis Anda. Pitch yang lebih kecil digunakan hanya untuk bagian-
bagian ini:

 Catatan kaki (dari 12pt menjadi 11pt, atau dari 11pt menjadi
10pt, tergantung jenis font yang dipakai);
 Judul tabel, grafik atau gambar (dari 12pt menjadi 11pt, atau
dari 11pt menjadi 10pt, tergantung jenis font yang dipakai).

4.3.2 Spasi
Skripsi, tesis, dan disertasi memakai spasi ganda (double space).
Makalah memakai spasi 1,5, demi penghematan kertas.
Beberapa bagian dalam karya tulis memakai spasi tunggal na-
mun dengan sebuah baris kosong di antara bagian-bagian tersebut:

• Beberapa bagian di halaman depan seperti Daftar Isi, Daftar


Tabel dan Daftar Singkatan.
• Catatan kaki
• Kutipan blok (block quotation)
• Daftar Pustaka atau Daftar Acuan

4.3.3 Indentasi dan Pemotongan Kata


Teks utama dan catatan kaki karya tulis akademis selalu menggu-
nakan align text left (rata kiri dan tidak rata kanan). Pemakaian full
justified (rata kiri dan kanan) tidak diizinkan.
Kutipan panjang yang diindentasi tidak perlu diberi tanda
petik.
Pemotongan kata (hyphenation) dibolehkan, sekalipun tidak di-
anjurkan. Akan tetapi, pemakaiannya harus sesuai dengan tatacara
pemotongan kata dalam tatabahasa Indonesia. Misalnya: potong-
an; bukan poto-ngan.

4.3.4 Alinea
Alinea yang baru dimulai 0,5 inci dari batas tepi kiri.

34
Alinea berupa kutipan blok (block quotation) diindentasi dengan
jarak 0,3 inci dari batas tepi kiri, tanpa inden di tepi kanannya.
Sementara kutipan blok memakai spasi tunggal, jarak antara
kutipan dan teks utama sebelum dan sesudahnya adalah 2 spasi.

4.3.5 Permulaan Kalimat


Bilangan, lambang atau rumus logika yang memulai suatu kalimat
harus dieja. Misalnya: Sepuluh …, Sama dengan …

4.3.6 Daftar dalam Kalimat


Jika Anda membuat sebuah daftar sederhana (yang berisi satu kata
saja), pakailah kata sambung “dan” sebelum kata terakhir:

 “Kesukaan warna gadis itu adalah merah, kuning dan biru.”

Jika Anda ingin membuat sebuah daftar dengan poin yang


masing-masing unsurnya memiliki lebih dari satu kata, pakailah
tanda titik dua sebelum daftar, kemudian beri nomor poin dalam
tanda kurung, dan taruh kata “dan” sebelum poin terakhir. Antara
tiap poin bisa dipergunakan tanda koma atau tanda titik-koma,
tergantung panjangnya poin-poin tersebut. Selain itu, bentuk atau
cara menulis tiap poin harus dibuat sejajar satu dengan yang lain,
misalnya, semua adalah kata kerja dengan objek, atau kata benda
dengan frase.

 Sekretarisnya memberi alasan untuk mengapa ketua tidak hadir


pada rapat itu: (1) sakit kepala, (2) habis bensin, dan (3) deras
hujan.
 Dalam rapat panitia, para anggota menyetujui beberapa hal: (1)
biaya keanggotaan harus dinaikkan menjadi 50.000 Rupiah; (2)
tiap anggota harus menghadiri rapat bulanan minimal sepuluh
kali setiap tahun; dan (3) anggota boleh mengundang satu
teman kepada setiap rapat.

35
gambar 3

36
gambar 4

37
4.3.7 Penomoran Catatan Kaki
Catatan kaki dimulai dengan nomor 1 (satu). Penomoran harus
diulangi dari nomor 1 (satu) jika Anda memasuki bab yang baru.

4.4 PENULISAN BAB DAN BAGIAN

Lazimnya, skripsi, tesis dan disertasi dibagi menjadi beberapa bab


dan masing-masing bab terdiri atas bagian-bagian tertentu yang
terstruktur.

4.4.1 Bab
Pengaturan penulisan bab adalah sebagai berikut (lihat gambar 3):

 Cantumkan kata Bab diikuti dengan nomor bab (entah dengan


angka arab (misalnya: Bab 2) atau nomor yang dieja (misalnya:
Bab Satu).
 Tempatkan judul bab di bawah bab setelah diberi satu baris
kosong berjarak satu spasi. Jika judul bab melebihi satu baris,
jarak antar-baris adalah 1 spasi.
 Baik bab maupun judul bab memakai format headline, diletak-
kan di tengah (centered) tanpa penebalan. Jenis dan ukuran
huruf yang dipakai sama dengan teks utama.
 Setelah baris terakhir judul berilah dua baris kosong berjarak 1
spasi sebelum mulai dengan baris pertama teks.

4.4.2 Bagian
Karya tulis yang panjang lazimnya dibagi menjadi beberapa bagian
dan setiap bagian terkadang dibagi lagi menjadi sub-bagian. Selu-
ruh penyusunan bagian dan sub-bagian membentuk sebuah struk-
tur dengan level yang berbeda-beda. Panduan Turabian edisi ke-7
sudah tidak lagi memakai nomor untuk bagian dan sub-bagian,
namun diatur sebagai berikut:

38
Level Pertama: Terpusat, Tebal, Format Headline

Level Dua: Terpusat, Tidak Tebal, Format Headline

Level Tiga: Kiri, Tebal, Format Headline

Level empat: kiri, tidak tebal, format kalimat

Jika karya tulis Anda memiliki sub-bagian dengan level lima


dan seterusnya, lihat pengaturannya di Panduan Turabian edisi ke-
7, halaman 398.
Untuk level pertama hingga keempat, berilah satu baris kosong
setelah penulisan sub-bagian yang bersangkutan.

4.5 TABEL (DAFTAR) DAN GAMBAR

4.5.1 Tabel (Daftar)


Tabel diberi nomor urut dengan angka Arab. Nomor tabel (daftar)
yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel
(daftar) tanpa diakhiri dengan titik.
Tabel (daftar) tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang
panjang sehingga tidak mungkin diketik dalam satu halaman. Pada
halaman lanjutan tabel (daftar) dicantumkan nomor tabel (daftar)
dan lanjutan isi tabel tanpa judul.
Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara
satu dengan yang lainnya cukup tegas.

4.5.2 Gambar
Gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
Bagan, grafik, peta dan foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan). Gambar tidak boleh dipenggal.

39
Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan
simetris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.
Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang
lowong di dalam gambar dan jangan pada halaman lain.

4.6 BILANGAN DAN SATUAN

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua


kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti lambang perincian dan pema-
paran. Misalnya:

 Matius menonton drama itu sampai tiga kali.


 Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
 Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang memberikan suara blanko.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika


perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:

 Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.


 Pak James mengundang 250 orang tamu.

Bilangan desimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik


(misalnya: 50,5).
Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa titik di
belakangnya (misalnya: m, kg).
Kita dapat menuliskan lambang bilangan tingkat melalui tiga
cara, yaitu: dengan angka Romawi, tanda hubung antara “ke-“ jika
dilanjutkan dengan angka Arab, atau dengan tanda hubung antara

40
“ke” dengan dirangkai langsung jika dinyatakan dengan angka.
Misalnya, penulisan yang benar adalah: “abad X” atau “abad ke-10”
atau “abad kesepuluh.”

4.7 BAHASA

4.7.1 Bahasa yang Dipakai


Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku antara lain
ada subjek dan predikat dan agar lebih sempurna ditambah dengan
objek dan keterangan.
Penulis dapat memasukkan istilah berbahasa asing, khususnya
yang tidak memakai huruf arab, baik dalam bentuk aslinya maupun
dalam bentuk transliterasi.

 CATATAN
Di internet tersedia banyak font gratis yang
dapat dipakai untuk menulis huruf non-arab.
Beberapa yang popular adalah font Unicode
dan Gentium.

4.7.2 Panduan Resmi Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


Karena terdapat banyak pengaturan berbahasa sesuai dengan Ejaan
yang Disempurnakan, Anda disarankan untuk memiliki “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 46, Ta-
hun 2009, 31 Juli 2009) dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”
(Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 146/U/2004,
12 November 2004).

41
4.7.3 Bentuk Kalimat
Perlu dihindari kalimat yang panjang karena akan mengaburkan
maksud yang terkandung di dalamnya. Setiap kalimat hendaknya
memiliki subjek, dan subjek kalimat tidak didahului kata depan
ataupun kata sambung.

4.7.4 Istilah
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah
diindonesiakan. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, bubuh-
kanlah cetak miring pada istilah itu.
Untuk memastikan cara penulisan suatu istilah (termasuk
pengindonesiaan istilah asing, lihatlah KUBI, KBBI (carilah edisi
yang terbaru) atau Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indo-
nesia. Beberapa kesalahan umum antara lain:

 merelevansikan (mestinya: merelevankan)


 mengaktualisasikan (mestinya: mengaktualkan)
 respon (mestinya: respons)

Setiap istilah harus benar-benar dipahami artinya agar pemba-


ca tidak salah memahami. Jangan menggunakan istilah yang tidak
dipahami artinya.
Huruf miring hanya dipergunakan untuk istilah dari bahasa
asing, bahasa daerah, judul buku, atau istilah teknis yang mau
ditekankan. Dalam kasus semacam itu, frase atau istilah yang telah
memakai format huruf miring tidak boleh diberi “tanda kutip” lagi.
Pengecualian berlaku jika Anda mengutip secara langsung
kalimat berbahasa asing dari buku; frase atau kalimat tersebut tidak
perlu diketik dalam huruf miring.
Pemakaian huruf besar dipergunakan di tengah kalimat hanya
untuk nama diri, nama lembaga (Kementerian, Persekutuan Gereja-
Gereja), atau jabatan ( Suharto, Paus Benedictus XVI, dan
sebagainya).

42
4.7.5 Hindari Kesalahan yang Sering Terjadi
Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi dan perlu dihindari:

 Kata penghubung, seperti sehingga dan sedangkan tidak boleh


dipakai memulai suatu kalimat.
 Kata depan, misalnya: pada, sering dipakai tidak pada tempat-
nya, misalnya diletakkan di depan subjek (merusak susunan
kalimat).
 Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan
di.
 Tanda baca harus digunakan dengan tepat.
 Hindarkan pleonasme (penggunaan kata-kata secara berlebih-
an); misalnya: adalah merupakan, membicarakan tentang,
berdasarkan pada, agar supaya, dan sebagainya.
 Gunakan prinsip “ekonomi kata,” yaitu menggunakan kata-
kata sehemat mungkin. Ini juga sehubungan dengan pembatas-
an jumlah halaman karya tulis.
 Tidak pernah ada spasi antara kata dan tanda baca yang
sesudahnya; misalnya: “lima tahun,” “tidak relevan;” “sebagai
berikut:” “sudah selesai.” “(bermakna luas)” dan sebagainya.

4.8 PENULISAN NAMA

4.8.1 Nama Penulis yang Diacu dalam Uraian


Penulis yang tulisannya diacu dalam uraian hanya disebutkan
namanya saja, tanpa perlu mencantumkan gelar, dan kalau lebih
dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang dicantumkan
diikuti dengan dkk. atau et al.

4.8.2 Nama Penulis Lebih dari Satu Kata


Jika nama penulis terdiri dari dua kata atau lebih, cara penulis-
annya pada Daftar Pustaka ialah nama akhir diikuti dengan koma,

43
singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya
diberi titik atau nama akhir diikuti dengan suku kata nama depan,
tengah dan seterusnya. Contoh: “Donald Fitzgerald Othmer” ditulis
“Othmer, D.F.”

4.8.3 Nama dengan Garis Penghubung


Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis
penghubung di antara dua katanya, maka keduanya dianggap
sebagai satu kesatuan (dapat juga kalau nama sendiri diikuti atau
dilengkapi nama suami). Contoh: “Sulastin-Sutrisno” ditulis
“Sulastin-Sutrisno.”

4.8.4 Nama yang Diikuti dengan Singkatan


Singkatan yang mengikuti sebuah nama dianggap menjadi satu
dengan kata yang di depannya. Contoh: William D. Ross Jr. Pada
Daftar Pustaka ditulis Ross Jr., W. D.

4.8.5 Derajat Kesarjanaan dan Gelar-gelar


Derajat kesarjanaan dan gelar-gelar (misalnya Pdt., Prof., Dr., KH.,
dst.) tidak boleh dicantumkan termasuk pada catatan kaki dan
Daftar Pustaka.

4.8.6 Nama Tokoh atau Pengarang


Jika sebuah nama disebut pertama dalam dalam karya tulis,
cantumkan seluruh nama lengkapnya. Jika nama yang sama disebut
kembali, cukup mempergunakan nama akhirnya saja.
Beberapa pengarang memiliki nama yang khas (misalnya:
Thomas van den End, Kwok Pui-lan dans sebagainya). Temukanlah
tatacara penulisan nama mereka di Turabian edisi ke-7.

44
4.9 SINGKATAN

Setiap singkatan (kecuali singkatan nama lembaga atau literatur)


dibubuhi tanda titik; misalnya: dll., dsb., sbb., bnd., al., dan
sebagainya.
Singkatan nama tulisan dalam Alkitab juga diakhiri dengan
titik misalnya: Kej., Luk.). Tatacara menyingkatnya lihat pada
Alkitab TB edisi 1996 ke atas. Judul tulisan dalam Alkitab disingkat
kalau ditulis di dalam kurung, tetapi ditulis lengkap kalau ditulis
di luar tanda kurung.
Tatacara penulisan singkatan-singkatan lain lihat juga dalam
D.L. Baker & B.H. Situmorang: Pedoman Penulisan Makalah dan
Karangan (Jakarta: Persetia, 1998).

4.10 PENULISAN KITAB, PASAL, DAN AYAT ALKITAB

Nama kitab dalam Alkitab sebaiknya ditulis lengkap jika diper-


gunakan di dalam sebuah kalimat.
Jika teks Alkitab yang dikutip diletakkan di dalam tanda
kurung, pakailah singkatan nama kitab sebagaimana telah diatur di
dalam salah satu halaman awal Alkitab terbitan LAI.

 “Kita harus memuliakan Allah melalui segala sesuatu yang kita


lakukan (1Kor. 10:31)”
 Di dalam Matius 6:33, Yesus menyatakan bahwa kita harus
mengutamakan Allah.”

45
APENDIKS SATU
LAPORAN BUKU

A.1 PENDAHULUAN
Salah satu modal dasar seorang mahasiswa, entah itu tingkat
sarjana, magister atau doktoral, adalah keterampilan membaca
buku-buku ilmiah di bidang keilmuannya. Di STT Jakarta, pemba-
caan buku-buku teologi ilmiah, khususnya pada program-program
studi pasca-sarjana, diformalisasi melalui tugas-tugas “laporan
buku,” khususnya di tahap “konsentrasi.” Selama tahap ini, seo-
rang mahasiswa pascasarjana dituntut untuk melaporkan baca-
annya atas serangkaian buku, kemudian memberikan tinjauan
kritisnya atas buku-buku tersebut.
Pada dasarnya, sebuah “laporan buku” harus merangkum
gagasan utama dan menganalisis struktur sebuah buku. Sebenarnya,
book report berbeda dengan book review. Keduanya melakukan tugas
yang sama (merangkum gagasan utama dan menganalisis struktur
sebuah buku), namun book review juga berisi evaluasi kritis maha-

46
siswa atas buku tersebut. Di STT Jakarta, apa yang dimaksud
dengan “laporan buku” sesungguhnya adalah book review. Untuk
kesepahaman bahasa, kita memakai istilah “laporan buku.” Berikut
ini panduan sederhana bagi mahasiswa untuk membuat sebuah
laporan buku yang baik dan benar.

A.2 INFORMASI AWAL

A.2.1 Informasi tentang Mahasiswa


Tentu, pertama-tama, Anda harus memberikan informasi mengenai
diri Anda dan dalam rangka apa karya ini ditulis. Anda tidak perlu
mengkhususkan satu halaman cover seperti pada sebuah karya tulis
akhir. Cukup tulis di bagian atas nama Anda, nama tugas (misal-
nya: Laporan Buku 1, Konsentrasi 2) dan nama dosen. Penambahan
nama program studi tentu saja diperbolehkan.

 CATATAN
Anda tidak perlu menulis gelar atau jabatan
kependetaan Anda atau dosen Anda. Namun, jika Anda
memang ingin menulis gelar dosen Anda, jangan salah
menuliskannya; apalagi salah menulis nama atau
gelarnya.

A.2.2 Informasi tentang Buku


Semua laporan buku harus diawali dengan INFORMASI
BIBLIOGRAFIS dari buku yang dilaporkan dan dievaluasi tersebut.
Tuliskan nama pengarang, judul buku dan sub-judulnya (huruf
miring), editor atau penerjemah (jika ada), tempat, penerbit, tahun,
edisi, dan jumlah halaman. Seluruh informasi ini diletakkan di
bawah judul laporan buku.

47
A.3 PENGANTAR UMUM

Pada umumnya, laporan buku dilanjutkan dengan PENGANTAR


UMUM, yang berisi pandangan umum Anda atas buku yang
dilaporkan, tujuan (aim) buku, siapa pembaca yang diharapkan
(audience) dan pendekatan yang dipakainya (approach). Formulasi
3A (aim, audience and approach) ini merupakan tiga karakter utama
yang harus jelas sejak awal. Ada baiknya Anda menuliskan ulang
judul buku (huruf miring).
Di paragraf-paragraf awal ini pulalah Anda perlu memberikan
INFORMASI LATAR-BELAKANG yang meletakkan buku tersebut di
dalam konteks disiplin keilmuan tertentu; seberapa jauh buku
tersebut berusaha menjawab pertanyaan tertentu atau isu yang
ditinggalkan oleh penulis lain, serta hal-hal lain yang terkait dengan
kontribusi buku itu bagi bidang keilmuannya. Sebaiknya juga Anda
memberikan latar-belakang penulis buku tersebut serta kompetensi
penulis apakah yang membuat buku tersebut layak untuk dibaca.

A.4 GAGASAN PENULIS

A.4.1 Pernyataan Tesis


Pada bagian inilah Anda memberikan RANGKUMAN GAGASAN
UTAMA si pengarang buku. Secara umum, sangat disarankan agar
bagian ini diawali dengan sebuah “pernyataan tesis” (thesis
statement) yang berisi pandangan penulis buku dalam satu kalimat.

A.4.2 Rangkuman Gagasan Utama


Barulah setelah itu, kalimat-kalimat selanjutnya berisi rangkuman
gagasan utama yang sudah tertuang di dalam pernyataan tesis
tersebut.
Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah mengambil
kalimat-kalimat penting di dalam buku yang dilaporkan, lalu

48
dimasukkan ke dalam laporan buku, tanpa menunjukkan bahwa
kalimat tersebut adalah sebuah kutipan langsung, lengkap dengan
referensinya. Cara ini tentu dapat digolongkan sebagai sebuah
plagiarisme. Alhasil, kalimat dengan kalimat tidak mengalir dan
tersendat alur pemikirannya. Terdapat tiga jenis kalimat/paragraf
yang bisa Anda tuliskan:

 Anda dapat menangkap ide dasar penulis kemudian


merangkumnya dengan kalimat Anda sendiri, dengan proporsi
yang jauh lebih singkat. Lazimnya, sebuah buku yang baik
menyuarakan satu gagasan ke dalam satu paragraf. Anda harus
menangkap dan merumuskan-ulang gagasan tersebut ke dalam
kalimat Anda sendiri.
 Ada kalanya Anda harus menangkap ide dasar penulis yang
lebih kompleks, yang terdiri dari argumen-argumen turunan.
Cara berpikir dan argumentasi penulis tersebut kemudian
mengalimatkan-ulang ide tersebut dengan kalimat Anda sendiri,
dengan proporsi yang kurang lebih sama. Inilah yang disebut
parafrase.
 Anda dapat mengutip kata per kata dengan memberikan tanda
kutip dan referensi yang tepat (atau blocked quote jika kalimat
yang dikutip panjangnya melebihi empat baris).

 CATATAN
Rangkuman gagasan utama ini merupakan bagian
utama karya tulis Anda yang paling panjang. Akan
tetapi, Anda perlu berkonsultasi pada dosen Anda,
seberapa mendetil bagian ini harus ditulis. Ada dosen
yang menghendaki rangkuman yang sangat umum, ada
pula yang menghendaki rangkuman yang lebih
mendetil, bahkan hingga bab demi bab.

Sangat baik jika Anda memberi penanda halaman pada


kalimat-kalimat penulis buku yang Anda paparkan.

49
A.4.3 Analisis Struktur Buku
Di dalam bagian ketiga ini, Anda juga harus dapat MENGANALISIS
STRUKTUR buku yang Anda bahas seobjektif mungkin. Analisis atas
struktur ini penting agar pembaca laporan buku Anda dapat
memiliki gambaran yang utuh mengenai alur berpikir penulis buku
tersebut.

A.5 EVALUASI DAN REFLEKSI KRITIS

Laporan buku diakhiri dengan bagian EVALUASI DAN REFLEKSI


KRITIS. Pada bagian ini, Anda harus menunjukkan kemampuan
akademis Anda dalam menganalisis dan memberikan refleksi
teologis atas buku yang Anda laporkan. Argumentasi Anda dalam
mengevaluasi seharusnya mendalam dan mendasar. Perhatian: di
STT Jakarta terdapat sebuat semangat umum untuk membuat
refleksi yang bersifat kontekstual. Secara khusus mahasiswa di STT
Jakarta diharapkan dapat menilai sebuah buku, yang sangat mung-
kin ditulis dari konteks yang berbeda dengan konteks Indonesia,
dari kacamata konteks mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa
pertanyaan berikut ini dapat membantu Anda memberikan penilai-
an kritis:

 Seberapa berhasilkah buku tersebut mencapai tujuannya? Apa


yang tidak terjawab di dalam buku ini?
 Adakah gagasan-gagasan penulis yang sangat penting bagi
studi Anda secara umum?
 Apakah ada perspektif baru yang ditawarkan oleh penulis?
Bagaimana Anda menilainya? Bagaimana perspektif tersebut
Anda letakkan di dalam konteks diskursus ilmiah di bidang-
nya?
 Seberapa jauh pandangan penulis buku memengaruhi tema
studi Anda secara menyeluruh?

50
 Bagaimana pandangan penulis buku dapat bersifat relevan bagi
konteks Indonesia pada umumnya dan konteks yang Anda
teliti pada khususnya?

 CATATAN
Ada kalanya Anda merasa perlu untuk mengutip
pandangan penulis lain. Jika Anda harus melakukannya,
pandangan penulis lain tersebut tidak boleh lebih
dominan dari pandangan Anda sendiri. Yang ingin
dibaca oleh dosen adalah pandangan Anda, bukan
pandangan penulis lain. Selain itu, jangan lupa mengu-
tip pandangan penulis lain tersebut dengan cara yang
benar.

Sering juga pandangan penulis buku yang Anda


laporkan tersebut telah memunculkan diskusi yang
hangat di bidangnya. Ada kalanya Anda perlu menyam-
paikan pandangan penulis lain tentang buku yang Anda
laporkan, kemudian Anda bisa menyampaikan pan-
dangan kritis Anda terhadap pandangan penulis lain
tersebut. Misalnya, ketika membahas buku Karl Barth,
Anda bisa menyampaikan bagaimana beberapa penulis
melihat pemikiran Barth terlalu kristosentris, bahkan
kristomonis. Anda bisa menyampaikan ketidaksetujuan
Anda dengan menunjukkan bahwa pemikiran Barth
sesungguhnya lebih bersifat Trinitaris.

Akhirilah karya laporan buku Anda dengan sebuah paragraf


berisi pernyataan-pernyataan yang menunjukkan kemampuan
Anda berisi KESIMPULAN DARI EVALUASI KRITIS Anda atas buku
yang dilaporkan.

51
A.6 RANGKUMAN

Laporan Buku merupakan sebuah pemaparan yang berisi rangkum-


an gagasan utama, analisis struktur serta evaluasi dan refleksi kritis atas
sebuah buku. Secara umum, sebuah laporan buku berisi:
 Informasi bibliografis;
 Pengantar, yang menginformasi Aim, Audience and Approach
penulis buku, selain juga lata belakang buku serta latar
belakang penulis buku;
 Rangkuman gagasan utama dan analisis struktur buku;
 Evaluasi dan refleksi kritis atas buku yang dilaporkan;
 Kesimpulan.

A.7 BEBERAPA CATATAN UMUM


(beberapa catatan berikut diinspirasi oleh http://homeworktips.about.com/
od/writingabookreport/ht/10step.htm)

 Sekalipun isi laporan buku sangat baik, namun jika laporan


buku Anda disajikan dengan tatabahasa yang buruk, kesalahan
ketik yang mengganggu serta pengaturan halaman yang tidak
rapih, karya tulis Anda sudah dapat dipastikan tidak akan
memberi impresi yang baik kepada dosen yang membaca.
Seorang dosen lazimnya memiliki waktu yang terbatas untuk
membaca karya Anda. Jangan sibukkan dosen Anda dengan
urusan teknis yang mengganggu, seperti salah-ketik, tatabahasa
yang buruk, hasil cetak yang tidak memadai atau pengatur-
an/tataletak halaman yang tidak rapih.
 Miliki tujuan penulisan laporan yang menuntun pembacaan
buku.
 Jangan menulis laporan buku tanpa menyelesaikan pembacaan
buku seluruhnya. Jika perlu, bacalah buku tersebut beberapa
kali.

52
 Buatlah catatan-catatan atas bagian-bagian penting dari buku.
Pakailah kertas khusus, perangkat-lunak note-taking, atau sticky-
note flags. Jangan pernah sekadar memakai “catatan mental.”
 Jika perlu beri tanda pada buku tersebut (asal buku milik Anda
dan buku milik perpustakaan).
 Buatlah outline sebelum membuat laporan buku.
 Secara khusus perhatikan bagian “Pendahuluan,” yang harus
sangat impresif, tepat-sasaran dan diartikulasikan secara sangat
jelas.

A.8 PRANALA (HIPERTAUT ATAU HYPERLINK) LUAR

A.7.1 Tentang Book Report and Book Review

 http://library.concordia.ca/help/howto/bookreports.html
 http://leo.stcloudstate.edu/acadwrite/bookrev.html
 http://writing.wisc.edu/Handbook/CriNonfiction.html
 http://chnm.gmu.edu/courses/westernciv/writing/types_
of_writing/book_reviews.html

A.7.2 Daftar Note-Taking Sofwares

http://en.wikipedia.org/wiki/Comparison_of_notetaking_
software

53
APENDIKS DUA
PLAGIARISME

B.1 PENDAHULUAN
STT Jakarta, dalam “Peraturan mengenai Plagiarisme” yang disah-
kan dalam satu Rapat Senat VIII tanggal 2 Maret 2010, mende-
finisikan plagiarisme sebagai “sebuah kecurangan yang dilakukan
seorang mahasiswa melalui penyajian gagasan-gagasan atau kata-
kata orang lain yang diklaim sebagai milik dari mahasiswa tersebut,
tanpa mengutip sumber yang dipakainya, sehingga dapat meng-
giring pembaca atau pendengar untuk memercayai bahwa gagasan-
gagasan atau kata-kata tersebut berasal dari penelitian mahasiswa
tersebut” (B.2.).
Dengan demikian, plagiarisme sebenarnya adalah tanda
dilanggarnya kejujuran dan integritas ilmiah, yang justru menjadi
tonggak utama lembaga pendidikan mana pun, termasuk STT
Jakarta.
Menyadari seriusnya pelanggaran ini, di samping keprihatinan
kita pada merebaknya isu plagiarisme di Indonesia, Senat STT
Jakarta menetapkan diri untuk menangani kasus-kasus plagiarisme
secara serius. Mereka yang terbukti melakukan plagiarisme sudah
dapat dipastikan minimal akan gagal dalam matakuliah yang
bersangkutan, jika tidak dikeluarkan dari STT Jakarta.

B.2 TIPE-TIPE PLAGIARISME

Terdapat berbagai tipe plagiarisme dengan derajat keseriusan yang


berbeda. Namun semuanya tetap dianggap sebagai pelanggaran
yang serius.

B.2.1 Kolusi
Kolusi terjadi ketika seorang mahasiswa membuat sebuah karya
dan mengizinkan mahasiswa lain untuk menyontek karya tersebut.
Kedua mahasiswa akan mendapat pinalti jika keduanya menyerah-
kan karya mereka tersebut. Kolusi berbeda dengan karya kelom-
pok. Beberapa matakuliah menghendaki para mahasiswa untuk
mengerjakan karya kelompok dengan menghasilkan satu karya
bersama.

 CATATAN
Hati-hati dalam menjaga flashdisk Anda.
Kecerobohan Anda dalam menyimpan flash-
disk dapat membuat mahasiswa lain meng-
ambil karya Anda. Dalam hal ini, baik pemi-
lik asli makalah dan si penyontek dianggap
bersalah. Dosen tidak bisa memastikan apa-
kah flashdisk tersebut hilang atau dicuri.

55
Yang pasti adalah bahwa kedua makalah
dianggap sebagai hasil kolusi.

B.2.2 Copy & Paste


Berkat berkembangnya internet, sejumlah besar data tersedia di
dunia maya. Namun, bersamaan dengan itu menguat juga praktik
Copy & Paste yang tetap dianggap sebagai plagiarisme, baik dengan
mengubah kata-katanya atau tidak.

B.2.3 Plagiarisme Penuh


Plagiarisme penuh terjadi ketika seorang mahasiswa mengadopsi
sepenuhnya makalah lain yang bukan karangannya sendiri dan
diakuinya sebagai karyanya sendiri.

B.2.4 Plagiarisme Parsial


Plagiarisme parsial terjadi ketika seorang mahasiswa mengadopsi
beberapa paragraf dari sumber lain, tanpa referensi, dan diintegra-
sikan ke dalam makalahnya. Lazimnya, plagiarisme tipe ini
mengubah satu-dua kata untuk membuat paragraf curian tersebut
mengalur dengan baik dengan seluruh tulisan.

B.2.5 Parafrase tanpa Referensi


Melakukan parafrase merupakan salah satu ketrampilan mendasar
yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Namun ketika Anda
membuat sebuah parafrase, Anda tetap harus mencantumkan
sumber aslinya. Tanpa itu, Anda tetap dinilai telah melakukan
plagiarisme.

B.2.6 Pencurian Gagasan


Pencurian gagasan juga merupakan sebuah plagiarisme, yaitu
ketika Anda memakai gagasan orisinal seseorang tanpa memberi
kredit atau referensi apapun di dalam makalah Anda. Hal ini harus

56
dibedakan dengan common knowledge yang tidak dianggap sebagai
plagiarisme (misalnya, Indonesia merdeka 17 Agustus 1945; Yesus
lahir di Bethlehem dan tersalib di bukit Golgota).

B.2.7 Menerjemahkan tanpa Referensi


Menerjemahkan hasil karya orang lain juga merupakan sebentuk
plagiarisme, jika tidak diberi referensi selengkapnya dan ditulis
dengan tanda kutip (“ … “).

B.2.8 Auto-Plagiarism atau Self-Plagiarism


Auto-plagiarism terjadi ketika seseorang memakai makalah yang
ditulisnya sendiri (yang sudah mendapat kredit setelah dinilai atau
dipublikasikan) sebagai makalah baru untuk memperoleh kredit
atau nilai lain.

B.3 BEBERAPA CONTOH


B.3.1 Contoh Pertama
Sumber asli: Hendri M. Sendjaja, “Melayani dengan Cakap,”
http://teologikristiani.blogspot.com/2009/01/melayani-dengan-
cakap_05.html, 2009 (diakses 17 Agustus 2010).

Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mampu mengilhamkan
umat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini PJT tampil
baik sebagai pembawa atau pemegang “impian” (baca: visi bersama) maupun
sebagai pendorong perubahan. Untuk itu, PJT mesti menjadi seorang yang terus-
menerus belajar agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi masa
depan, dan mempengaruhi serta menggerakkan umat yang dipimpinnya.

 Plagiarisme: Copy&Paste dan Modifikasi (baris 76-81)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya bersama-
sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama yang harus
dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Selain dapat merumuskan visi bersama,

57
seorang pendeta mesti mampu mengilhamkan anggota jemaat agar bergerak
bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini pendeta tampil baik sebagai
pembawa atau pemegang “impian” (baca: visi bersama) maupun sebagai
pendorong perubahan. Untuk itu, pendeta mesti menjadi seorang yang terus-
menerus belajar agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi
masa depan, dan mempengaruhi serta menggerakkan jemaat yang dipimpinnya.
Hanya dengan cara itulah, sebuah jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna
bagi lingkungan sekitarnya.

Dapat dilihat bahwa baris 76-81 adalah kata-kata asli sumber


dengan pengubahan beberapa istilah penting agar sesuai dengan
makalah yang hendak dibuat. Jika Anda memang ingin memakai
pandangan Hendri M. Sendjaja tersebut, maka ada beberapa cara
yang bisa ditempuh:

 Bukan Plagiarisme #1: Parafrase tanpa referensi (lihat baris 93-


98)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya


bersama-sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama
yang harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Yang kedua, seorang
pendeta harus mampu mendorong dan menginspirasi anggota jemaatnya
untuk mencapai visi bersama tersebut. Pentingnya kemampuan
mengilhami anggota jemaat ini ditegaskan oleh Hendri M. Sendjaja,
dalam tulisannya, “Melayani dengan Cakap” (2009). Ia percaya bahwa
kemampuan ini hanya mungkin muncul ketika seorang pendeta terus-
menerus belajar membaca tanda-tanda zaman, mengantisipasi masa
depan dan memberi pengaruh bagi anggota jemaatnya. Hanya dengan
cara itulah, sebuah jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi
lingkungan sekitarnya.

 Bukan Plagiarisme #2: Kutipan Blok (lihat baris 107-112)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya bersama-
sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama yang harus

58
dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Hendri M. Sendjaja mengusulkan ketrampilan
kedua yang harus dimiliki oleh seorang pendeta, ketika ia menulis,

Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mampu


mengilhamkan umat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi
bersama. Di sini PJT tampil baik sebagai pembawa atau pemegang “impian”
(baca: visi bersama) maupun sebagai pendorong perubahan. Untuk itu,
PJT mesti menjadi seorang yang terus-menerus belajar agar ia semakin akurat
membaca perubahan, mengantisipasi masa depan, dan mempengaruhi serta
menggerakkan umat yang dipimpinnya. (Sendjaja 2009)

Hanya dengan cara itulah, sebuah jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna
bagi lingkungan sekitarnya.

 Bukan Plagiarisme #3: Tanda Kutip (lihat baris 120-125)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya bersama-
sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama yang harus
dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Hendri M. Sendjaja mengusulkan
ketrampilan kedua yang harus dimiliki oleh seorang pendeta, yaitu kemampuan
“mengilhamkan umat agar bergerak bersama demi pencapaian visi bersama”
(Sendjaja 2009). Akan tetapi, Sendjaja melanjutkan, kemampuan ini baru
mungkin muncul ketika seorang pendeta, atau yang disebutnya sebagai PJT
(Pemimpin Jemaat Tertahbis) senantiasa belajar untuk “semakin akurat membaca
perubahan, mengantisipasi masa depan, dan mempengaruhi serta menggerakkan
umat yang dipimpinnya” (Sendjaja 2009). Hanya dengan cara itulah, sebuah jemaat
dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.

B.3.2 Contoh Kedua


Sumber asli:
Greg Ogden, Unfinished Business: Returning the Ministry to the People
of God (Grand Rapids, MI: Zondervan 2003), 20.

The charismatic movement reintroduced to us the hidden member of the Trinity, the
Holy Spirit. Experience-starved people came to realize that a direct encounter with a
living God was possible, that the Christian life was more than ethical respectability.

59
 Plagiarisme: Terjemahan tanpa Rujukan (baris 139-142)

Gerakan karismatik memperkenalkan kepada kita anggota tersembunyi dari


Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Umat yang lapar dengan pengalaman telah
mulai menyadari bahwa sebuah perjumpaan langsung dengan Allah yang hidup
adalah mungkin, bahwa kehidupan Kristiani lebih daripada kehormatan etis.

 Plagiarisme: Terjemahan dengan Rujukan Parsial (baris 146-147)

Sangat penting bagi gereja masa kini untuk belajar dari beberapa gerakan Kristen
modern. Misalnya, gerakan karismatik memperkenalkan kepada kita anggota
tersembunyi dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Greg Ogden dalam hal ini
benar ketika ia menulis, “Umat yang lapar dengan pengalaman telah mulai
menyadari bahwa sebuah perjumpaan langsung dengan Allah yang hidup adalah
mungkin, bahwa kehidupan Kristiani lebih daripada kehormatan etis” (Ogden 2003,
20). Itu berarti, gereja masa kini harus sungguh-sungguh peka pada kehadiran dan
suara Roh Kudus.

B.4 BEBERAPA CATATAN PENTING

 Memberi kutipan yang sah bukanlah tanda bahwa Anda bukan


mahasiswa yang baik. Justru sebaliknya. Jangan pernah malu
mengutip pandangan orang lain, karena kita memang berada di
dalam komunitas ilmiah yang menghargai kejujuran, penghar-
gaan pada karya orang lain dan integritas pribadi. Mengutip
secara benar justru menunjukkan bahwa Anda sudah melaku-
kan riset dan mampu mengintegrasikan pandangan orang lain
ke dalam kary tulis Anda.
 Tentu saja, jika Anda sangat banyak mengutip dan tidak
memberikan pendapat pribadi apa pun, makalah Anda tidak
bernilai lebih, karena tidak memberi sumbangan signifikan bagi
komunitas ilmiah di bidang teologi. Namun, ini tetap lebih baik
daripada pandangan cemerlang yang Anda sampaikan ternyata
adalah pandangan orang lain yang Anda plagiasi.

60
 Anda tetap dianggap melakukan plagiarisme sekalipun sudah
memberi kutipan sepenuhnya atas tokoh tertentu, namun tidak
mengutip pandangan tokoh tersebut di kalimat lainnya.
 Salah satu penyebab seseorang melakukan plagiarisme adalah
karena ia memasukkan sebuah kutipan yang diambilnya dari
satu sumber tanpa langsung menuliskan sumbernya. Di kemu-
dian hari, orang tersebut lupa lokasi kutipan tersebut dan
akhirnya melakukan plagiarisme. Untuk itu, memiliki kebiasa-
an mencatat sumber merupakan sebuah keharusan.

 CATATAN
Terdapat ratusan software yang tersedia, baik gratis
maupun berbayar, online maupun offline, yang dapat
membantu Anda untuk melakukan pencatatan. Carilah
di http://www.google.com dengan kata-kata kunci
seperti: take note free software. Atau lihat daftar sebagian
program tersebut di http://en.wikipedia.org/wiki/
Comparison_of_notetaking_software.

 Jika Anda ingin melakukan parafrase, ingat baik-baik untuk


memulai kalimat Anda dengan informasi tentang sumber
(“Senjaja mengatakan …” atau “Menurut Borrong, dalam
bukunya yang berjudul …”) dan mengakhirinya dengan
referensi yang dimaksud.
 Jangan pernah memakai alasan “lupa” atau “tidak tahu” ketika
Anda terbukti melakukan plagiarisme. Sebagian orang memang
sungguh-sungguh lupa atau tidak tahu bahwa ia sudah
melakukan plagiarisme. Namun, seorang dosen hanya menilai
apakah sebuah karya melakukan plagiarisme dari karya
tersebut. Dosen tidak bisa melihat “memori” atau isi kepala dan
hati kita.
 Hati-hati dengan sumber dari internet (misalnya dan khusus-
nya blog). Anda tidak pernah tahu apakah sumber tersebut

61
original. Sekalipun Anda mengutip sumber tersebut secara
benar, bisa jadi sumber yang Anda kutip itu sendiri adalah
sebuah karya plagiat. Secara khusus, jangan pernah mengambil
wikipedia sebagai referensi.
 Jika Anda ragu-ragu apakah satu bagian makalah Anda meru-
pakan plagiarisme atau bukan, tanyakanlah kepada dosen yang
bersangkutan.
 Laporkanlah kepada dosen atau BAA jika Anda mengetahui
mahasiswa lain melakukan plagiarisme atau kecurangan lain.
Apa yang dilakukannya sangat tidak adil bagi Anda dan
merusak komunitas STT Jakarta.
 Ingatlah karir, reputasi, masa depan dan integritas Anda!
Catatan plagiarisme Anda akan terekam terus di BAA. Bahkan
gelar Anda bisa dicabut jika beberapa tahun kemudian Anda
kedapatan melakukan plagiarisme.

62
APENDIKS TIGA
PERATURAN MENGENAI
PLAGIARISME

C.1 PENDAHULUAN
Peraturan ini merupakan penjabaran dari 4 (empat) peraturan yang
berlaku:

1. Statuta STT Jakarta, pasal 128: 7 dan 9

7. Menjaga integritas pribadi dan kejujuran intelektual


9. Berdisiplin, bersikap jujur, bersemangat, bertanggungjawab dan
menghindari perbuatan tercela, antara lain plagiat.
(Katalog STT 2009-2012, h. 70)

63
2. Pedoman Kehidupan Persekutuan Warga STT Jakarta, pasal B:
1 dan 2

1. Dalam kehidupan studinya keluarga besar STT Jakarta menjunjung tinggi


kebebasan berpikir, kemandirian berpendapat, dan kejujuran dalam dunia
akademik. Karenanya, mahasiswa didorong untuk bertumbuh menjadi
matang di dalam pemikirannya secara bertanggungjawab.
2. Segala perbuatan yang terbukti melanggar kejujuran ilmiah, seperti
menyontek pada waktu ujian di ruang kuliah, atau menjiplak karya tulis
orang lain pada waktu mengerjakan karya tulis, meminta orang lain
membuatkan karya tulis, dan usaha-usaha serupa itu, dinyatakan salah dan
diberi nilai E (gagal). Untuk itu, yang bersangkutan akan dikenai sanksi
yang sangat keras, kalau perlu dikeluarkan dari sekolah.
(Katalog STT 2009-2012, h. 73-74)

3. Peraturan Ujian Akhir Semester, Bab V, pasal 10-13

Bab V – Kecurangan dan Sanksi

Pasal 10
Bentuk-bentuk kecurangan:
1. Mencontoh jawaban peserta ujian lain, membawa dan menggunakan
catatan dalam bentuk apapun dalam ujian akhir semester yang tidak
memakai sistem buku terbuka
2. Bekerja sama dalam bentuk apapun dan atau membahas soal yang diujikan
dengan peserta ujian lain pada saat ujian sedang berlangsung

Pasal 11
Setiap kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian:
1. Harus dicatat dalam berita acara oleh pengawas
2. Kertas jawaban dan atau berkas-berkas kecurangan terutama yang
tertangkap tangan, disita oleh pengawas untuk dijadikan bukti dan dilampir-
kan pada berita acara
3. Pelaku kecurangan wajib menandatangani pernyataan mengakui telah
melakukan kecurangan di hadapan Panitia Ujian dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatan tersebut

Pasal 12
Setiap peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana disebutkan
dalam pasal 10 peraturan ini dikenakan sanksi akademik oleh Pemimpin

64
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta bersama dengan staf pengajar mata kuliah yang
bersangkutan sesuai berita acara berdasarkan bobot kecurangan yang
dilakukan setelah memperoleh laporan dari Panitia Ujian. Peserta ujian tersebut
harus menandatangani Surat Pernyataan Pertanggungjawaban Perbuatan yang
disediakan oleh Bagian Administrasi Akademik.

Pasal 13
Peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana diatur dalam pasal 10
peraturan ini dikenakan satu dan/atau lebih sanksi sebagaimana diatur dalam
Pedoman Kehidupan Persekutuan Warga STT Jakarta.
(Katalog STT 2009-2012, h. 155-156)

4. Peraturan Penilaian, B. Prosedur dan Sanksi Penilaian, 5.

5. Mahasiswa yang terbukti menyontek pada waktu ujian di ruang kuliah, atau
mencontoh (menjiplak) karya tulis (makalah, laporan, skripsi, dan lain-lain)
orang lain pada waktu mengerjakan karya tulis (makalah, laporan skripsi, dan
lain-lain), dinyatakan gagal dan harus mengulangi seluruh perkuliahan dari
mata kuliah yang bersangkutan.
(Katalog STT 2009-2012, h. 159)

C.2 ISI PERATURAN TENTANG PLAGIARISME

1. Gelar dan nilai yang dikeluarkan oleh STT Jakarta diberikan


sebagai pengakuan atas prestasi mahasiswa dalam melakukan
studi dan penelitian atas dasar usahanya sendiri.
2. Plagiarisme merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan
seorang mahasiswa melalui penyajian gagasan-gagasan atau
kata-kata orang lain yang diklaim sebagai milik dari mahasiswa
tersebut, tanpa mengutip sumber yang dipakainya, sehingga
dapat menggiring pembaca atau pendengar untuk memercayai
bahwa gagasan-gagasan atau kata-kata tersebut berasal dari
penelitian mahasiswa tersebut.
3. Plagiarisme dapat muncul dalam beberapa bentuk, seperti:

65
a. Menjiplak kata-demi-kata karya orang lain tanpa memakai
tanda kutip dan mencantumkan sumber asli;
b. Mengalimatkan ulang (paraphrasing) gagasan orang lain
tanpa mencantumkan sumber asli;
c. Menjiplak karya mahasiswa lain atau catatan kelas;
d. Menerjemahkan karya atau gagasan orang lain (termasuk
yang diperoleh dari internet) tanpa mencantumkan sumber
asli;
e. Memasukkan karya tulis (makalah, laporan, skripsi, dan
lain-lain) yang disusun oleh orang lain;
f. Memakai seluruh atau sebagian karya tulis yang pernah
dibuat sendiri di masa lalu dan menyerahkannya sebagai
karya tulis yang berbeda (auto-plagiarism);
g. Beberapa bentuk plagiarisme yang lain sejauh sesuai
dengan definisi yang diberikan pada butir 2 di atas.
4. Dalam sebuah situasi di mana seorang mahasiswa tidak dapat
memutuskan apakah yang ditulisnya merupakan sebuah
plagiarisme atau bukan, mahasiswa tersebut sangat disarankan
untuk mencantumkan sumber yang dirujuknya.
5. Berdasarkan prinsip kejujuran dan integritas ilmiah, setiap
mahasiswa wajib melaporkan kepada ketua program studi
(Puket I untuk Program Studi S1) tindakan plagiarisme yang
dilakukan oleh mahasiswa lain. Pengabaian terhadap kewajiban
ini merupakan pelanggaran terhadap peraturan mengenai
plagiarisme ini. Identitas dari mahasiswa pelapor akan
dirahasiakan.
6. Penjelasan mengenai peraturan ini dan pelatihan untuk
menghindari plagiarisme diberikan kepada setiap mahasiswa
baru dari semua program studi, yang pelaksanaannya diatur
oleh ketua program studi. Penjelasan dan pelatihan ini terbuka
juga bagi mahasiswa lama.
7. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk menandatangani formulir
Pernyataan Menolak Plagiarisme, bersamaan dengan pendaf-

66
taran ulang yang dilakukan setiap awal semester. Seorang
mahasiswa tidak diizinkan untuk mengikuti perkuliahan
selama belum menandatangani formulir Pernyataan Menolak
Plagiarisme tersebut.
8. Penyerahan draft akhir skripsi, tesis atau disertasi disertai juga
dengan lembaran Pernyataan Bebas Plagiarisme, yang ditanda-
tangani di atas meterai.
9. Penanganan atas sebuah kasus plagiarisme dilakukan dengan
tahap berikut ini:
a. Dosen yang menemukan terjadinya sebuah tindakan
plagiarisme oleh seorang mahasiswa harus melaporkannya
kepada ketua program studi secara tertulis, dengan mema-
kai formulir yang disediakan oleh Bagian Administrasi
Akademik program studi, yang mencantumkan nama
mahasiswa, nama karya tulis, semester terjadinya tindakan
plagiarisme tersebut. Bersamaan dengan karya tulis yang
dilampirkan, sedapat mungkin disertakan juga salinan
sumber yang asli yang dijiplak.
b. Ketua program studi, setelah menerima laporan dari dosen
yang bersangkutan, mempelajari kasus tersebut dan
memberikan rekomendasi keputusan kepada Rapat Senat.
c. Dalam hal plagiarisme terbukti terjadi, Rapat Senat dapat
memutuskan sanksi bagi mahasiswa yang melakukan
plagiarisme.
i. Mahasiswa yang belum pernah melakukan plagiarisme
sebelumnya akan memperoleh nilai E atau “Gagal”
untuk karya tulis yang bersangkutan.
ii. Mahasiswa yang pernah satu kali melakukan pla-
giarisme sebelumnya akan memperoleh nilai E atau
“Gagal” untuk mata kuliah yang bersangkutan.
iii. Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiarisme untuk
ketiga kalinya akan dikeluarkan dari STT Jakarta.

67
iv. Bagian Administrasi Akademik akan mendokumentasi
seluruh bukti-bukti pelanggaran ini, berikut surat-surat
peringatan yang diterbitkan.
d. Keputusan pemberian nilai E (Gagal) untuk mata kuliah
yang bersangkutan atau keputusan pemberhentian studi
dicantumkan dalam transkrip nilai mahasiswa tersebut.
e. Hasil keputusan Rapat Senat tersebut disampaikan secara
tertulis kepada mahasiswa yang bersangkutan.
f. Mahasiswa yang telah terbukti melakukan plagiarisme dan
telah menerima hasil keputusan secara tertulis itu dapat
mengajukan banding secara tertulis paling lama satu bulan
setelah tanggal surat keputusan. Rapat Senat dapat membi-
carakan ulang keputusan sebelumnya atas dasar surat
banding tersebut. Banding tidak dapat dilakukan untuk
ketiga kalinya untuk satu kasus plagiarism yang sama.
10. Peraturan mengenai Plagiarisme ini berlaku untuk semua pro-
gram studi di STT Jakarta.
11. Peraturan mengenai Plagiarisme ini disahkan dalam Rapat
Senat VIII, pada tanggal 2 Maret 2010. Perubahan atas peratur-
an ini dapat dilakukan dalam sebuah Rapat Senat.

Disahkan dalam rapat Senat STT VIII/2009-2010


2 Maret 2010

68

Anda mungkin juga menyukai