Anda di halaman 1dari 322

Modul

Jalan Menuju

PERNIKAHAN &
RUMAH TANGGA BAHAGIA

Samuel T. Gunawan

BINTANG FAJAR MINISTRIES


PALANGKA RAYA 2016
Jl. Putri Karindang No. 09 B / RTA Milono Km. 3,5
Palangka Raya HP. 081349016376
KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, syukur dan kemuliaan hanya bagiNya, Raja di


atas segala Raja, yang telah menopang dan menetapkan langkah serta
memperlengkapi dengan segala hikmat dan pengetahuan sehingga buku
berjudul JALAN MENUJU PERNIKAHAN DAN RUMAH TANGGA
BAHAGIA ini dapat diterbitkan.

Menikah merupakan kata kerja aktif, artinya ketika seseorang


memutuskan untuk menikah maka ia secara sadar harus memahami
bahwa ada usaha untuk mempertahankan sebuah pernikahan, harus selalu
belajar, harus terus melakukan hal positif untuk membangun rumah tangga
yang bahagia. Kami berharap buku ini dapat dijadikan sebagai pedoman
bagi kaum muda yang akan memasuki jenjang pernikahan bahkan dapat
menjadi bahan pembelajaran bagi pasangan yang telah berumah tangga
untuk senantiasa mampu mempertahankan pernikahan yang bahagia di
dalam sebuah komitmen yang telah diucapkan bersama di hadapan Tuhan.
Juga dapat digunakan sebagai bahan bantuan bagi para pendeta dan
hamba Tuhan dalam melaksanakan bimbingan pranikah dan pernikahan
Kristen di gereja.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


Bapak Samuel T. Gunawan, pendeta dan gembala di GBAP Bintang Fajar
Palangka Raya yang telah mendedikasikan waktunya untuk menulis buku
ini. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Semoga buku ini dapat
menjadi berkat bagi banyak orang dan bagi hormat kemuliaan nama
Tuhan. Akhir kata biarlah kasih Kristus memenuhi hati dan kehidupan kita
senantiasa. Amin.

Palangka Raya, Pebruari 2016

Tim Bintang Fajar Ministries

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia i


SAMBUTAN SINODE GBAP
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dengan disusun dan
diterbitkannya buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga
Bahagia oleh Pendeta Samuel T. Gunawan. Buku ini merupakan jawaban
bagi umat Kristen dan orang percaya, di tengah pergaulan yang semakin
rusak akibat dosa.

Buku ini sangat lengkap karena mengajarkan kita prinsip-prinsip


Alkitabiah di dalam membangun pernikahan dan rumah tangga yang
bahagia baik secara jasmani maupun rohani. Mengajarkan kita pergaulan
yang kudus dan benar sesuai Alkitab supaya kita tidak asal-asalan dalam
menentukan pasangan hidup, karena di dalam buku ini dijabarkan tentang
pacaran, tunangan dan persiapan menuju pernikahan.

Saya merekomendasikan buku ini bagi gereja-gereja karena cukup


bagus dipakai untuk membina pranikah. Bahkan bagi anak-anak muda
sangat dianjurkan membaca buku ini supaya tidak terjerumus dalam jalan
yang salah membangun pernikahan dan rumah tangga.

Akhir kata saya sangat diberkati dengan buku ini, karena buku ini
dilengkapi juga bagaimana memelihara kehidupan pernikahan, mengatur
keuangan, dan lain-lain. Apalagi disertai suplemen-suplemen, yang salah
satunya merupakan tinjauan Adat Suku Dayak Ngaju yang begitu
menjunjung tinggi kekudusan, melarang seks sebelum menikah, bahkan
penyimpangan dalam pernikahan semacam incest, dan lain sebagainya.

Mari lengkapi pribadi kita, gereja kita dan keluarga serta generasi
kita dengan dasar yang benar tentang pernikahan dan rumah tangga yang
merupakan lembaga pertama yang Tuhan bentuk dan selalu diincar Iblis
untuk dihancurkan. Tuhan Yesus Memberkati.

Jakarta, Januari 2016

Ketua Sinode
Gereja Bethel Apostolik & Profetik,

Pdt. Hendroto Halim

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia ii


KOMENTAR & DUKUNGAN

Penulis menjadi berkat buat pernikahan dan keluarga Kristen, di tengah


gelombang badai kehidupan yang menerpa. Buku ini harus dibaca orang
percaya untuk kita kembali kepada rencana dan rancangan semula yang
diwahyukan Roh Kristus tentang pernikahan dan keluarga Kristen.
- Pdt. Bambang Bahan, S.Hut., M.Th -
(Gembala Sidang Gereja Kristen Baithani Victory Community Fellowship di
Palangka Raya; Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia
Wilayah Kalimantan Tengah Periode 2015 s.d 2018)

Tidak menyesal untuk membaca dan memiliki buku ini, sebab isinya
menarik dan relevan dalam menjawab pergumulan kehidupan keluarga-
keluarga Kristen masa kini. Kiranya menjadi referensi yang membawa
dampak positif bagi para pembaca, terlebih dalam mempertahankan
keutuhan rumah tangga.
- Pdt. Agustiman, S.Th.,M.Min -
(Pendeta di Gereja Kalimantan Evangelis di Palangka Raya dan Pengajar)

Buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia yang ditulis
oleh pendeta Samuel T. Gunawan ini adalah buku panduan bagi orang
yang mendambakan keluarga bahagia, suami istri yang setia dan indahnya
hidup pernikahan di dalam Tuhan.
- Dra. Ev. Inawaty Tjandramulia, M.Div -
(Ketua Komunitas Pembawa Berkat (KOMPAK) di Palangkaraya; Penginjil)

Buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia sangat di


perlukan bagi semua orang dari pemimpin gereja dan kaum awam yang
ingin rumah tangganya selalu berada di dalam ikatan kasih seperti yang
Yesus ajarkan. Buku ini mengulas bagaimana memulai sukses dalam
rumah tangga yang bahagia. Dengan kekayaan pengalaman penulis dan
pemahaman firman Tuhan yang disampaikan saya percaya buku ini
menjadi berkat bagi banyak orang. Selamat membaca dan mempraktikkan.
- Pdt. Yoseph Jasmin, S.PdK
(Gembala Sidang GBAP Yesus Kristus Tuhan di Palangka Raya; Sekretaris
Badan Pengurus Daerah GBAP Kalimantan Tengah)

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia iii


Menurut saya buku ini sangat bagus dan penting untuk umum, jemaat
Tuhan dan hamba Tuhan pada saat ini. Dengan terbitnya buku ini akan
menyadarkan banyak orang Kristen dan para aktivis gereja lebih mengerti
dengan benar betapa pentingnya pernikahan dan rumah tangga bahagia
berdasarkan kebenaran dan kehendak Tuhan. Untuk penulis terus berkarya
dan menghasilkan lagi banyak buku berkualitas lainnya.
- Pdt. Vick Mardol, S.Th -
(Gembala Jemaat Gereja Pentekosta Pusat Surabaya di Palangka Raya)

Buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia patut dibaca
tidak hanya kepada hamba Tuhan, tetapi juga jemaat Tuhan. Buku ini
didukung dengan ayat-ayat firman Tuhan dan dengan bahasa yang
sederhana sehingga dapat dimengerti. Di samping itu dapat menjadi
stimulan pembanding terhadap pemahaman pernikahan Kristen. Selamat
membaca semoga mendapat manfaat.
- Pdt. Daniel Eko Susilo, M.Th-
(Gembala Sidang Gereja Kristen Injili Nusantara Masa Depan Cerah
Palangka Raya; Ketua Persekutuan Hamba Tuhan Garis Depan Kota
Palangka Raya; Sekretaris PGLII Kota Palangka Raya Periode 2013 s.d
2016)

Yohanes 2:10a menuliskan, “Setiap orang menghidangkan anggur yang


baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik”.
Bagian ini adalah gambaran dari pernikahan yang salah. Awal pernikahan
yang indah, tetapi seiring waktu menjadi hambar. Pernikahan yang benar
dasarnya seharusnya tetap baik atau manis sampai selamanya seperti
yang digambarkan dalam kalimat berikutnya, “tetapi engkau menyimpan
anggur yang baik sampai sekarang” (Yohanes 2:10b). Buku Jalan Menuju
Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia adalah salah satu buku wajib di
baca oleh mereka yang menghendaki rumah tangganya bahagia.
- Pdt. Stefanus Supriono, S.Pd -
(Gembala Sidang Gereja Bethel Injil Sepenuh “Haleluya” dan pengajar di
Sekolah Dasar Negeri Garung, Kabupaten Pulang Pisau).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia iv


DEDIKASI & PERSEMBAHAN
Buku ini spesial didedikasikan & dipersembahkan kepada keluargaku
di Jalan Putri Karindang Nomor 09B Palangka Raya, untuk :

“Istriku, Abigail Impala Fatmalita, wanita impian dan sahabat terbaikku.


Ketika Tuhan memberikanmu kepadaku, Ia telah memberikanku seorang
penolong yang terbaik. Cintamu yang tanpa syarat dan semangatmu telah
membantu membuatku menjadi orang seperti sekarang ini”

“ Anak-anak kami, Daniel Kevin, Glenda Loisa Katrin, Nehemia Geraldi”

1 Tawarikh 17:27
“Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini,
supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang
Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya."

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia v


DAFTAR ISI
Jalan Menuju
Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia

Kata Pengantar Dari Tim BFM (i)


Sambutan Ketua Sinode GBAP (ii)
Komentar dan Dukungan (iii)
Dedikasi & Persembahan (v)
Penulis : Daftar Isi (vi)
Samuel T. Gunawan Daftar Suplement (vii)
Pendahuluan (viii)
Pasal 1. Esensi Pernikahan Kristen (1)
Pemeriksa Naskah : Pasal 2. Tujuan Pernikahan Kristen (10)
Abigail I. Fatmalita Pasal 3. Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen
(24)
Pengoreksi Redaksi : Pasal 4. Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian ? (37)
Litra Warianie Pasal 5. Memilih Pasangan Hidup Di Dalam Tuntunan
Rendy Sepriani Tuhan (47)
Yabes Hizkia Pasal 6. Pergaulan : Modis Ataukah Etis ? (56)
Pasal 7. Cinta Ataukah Nafsu ? (63)
Pengetik Naskah :
Daniel Kevin
Pasal 8. Jodoh : Pilihan Ataukah Takdir (71)
Pasal 9. Makna Berpacaran & Berkencan (82)
Layout dan Design : Pasal 10. Pertunangan: Persiapan Menuju Pernikahan
Yusup Rahab (94)
Pasal 11. Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah
Rumah Tangga (100)
Pasal 12. Perubahan Penting Setelah Upacara
Pernikahan (109)
Pasal 13. Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan
(118)
Pasal 14. Memelihara Rumah Tangga 1 (133)
Pasal 15. Memelihara Rumah Tangga 2 (142)
Pasal 16. Kehidupan Bersama Dalam Keluarga (155)
Pasal 17. Berkat Bagi Keluarga (165)
Pasal 18. Keluarga Yang Beribadah Kepada Allah (176)
Pasal 19. Mendidik Anak Sesuai Firman Tuhan (187)
Pasal 20. Berkat & Kebahagiaan Menghormati Orang
Tua (201)
Copy Right : @ Januari 2016
by Samuel T. Gunawan
Pasal 21. Pendidikan Seks Dalam Perspektif Iman
Kristen & Saintifik (204)
Diterbitkan & Dipublikasikan : Pasal 22. Membangun Karakter Kristen Yang Kuat (215)
GBAP Bintang Fajar Ministries Pasal 23. Mengelola Keuangan Dengan Bijak (229)
Palangka Raya Pasal 24. Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga (235)
Pasal 25. Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana (248)
Daftar Pustka (xii)
Profil Penulis (xviii)

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia vi


DAFTAR SUPLEMENT

Suplement 1:
Harmoni Perbedaan Pria & Wanita (253)

Suplement 2:
Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan (259)

Suplement 3:
Transformasi Budaya : Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah
(272)

Suplement 4:
Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju (276)

Suplement 5:
Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju (282)

Suplement 6:
Tata Pergaulan Muda Remaja Dalam Tradisi Dayak Ngaju (288)

Suplement 7:
Contoh Tata Ibadah Pemberkatan dan Peneguhan Nikah (290)

Suplement 8:
Contoh Tata Ibadah Penyerahan Anak (298)

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia vii


PENDAHULUAN

Saya memuji keagungan dan kebesaran Bapa, Putra, dan Roh


Kudus, Tuhan yang Mahamulia yang telah memberi kemampuan kepada
saya untuk merilis buku JALAN MENUJU PERNIKAHAN & RUMAH
TANGGA BAHAGIA ini ditengah-tengah aktivitas saya yang cukup padat.
Ini semua adalah anugerahNya yang luar biasa bagi saya. Sebagian besar
isi buku ini merupakan kumpulan catatan-catatan khotbah saya tentang
pranikah, pernikahan, rumah tangga dan keluarga di tahun 2012 s.d. 2015
yang disampaikan dalam Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka
Raya. Namun natur dan isi buku ini merupakan refleksi dari pengalaman
selama kurang lebih 20 tahun pernikahan kami, dan juga pelajaran yang
kami dapat dalam pelayanan kami sebagai pendeta dan gembala ketika
melayani konseling keluarga, bimbingan pernikahan dan bimbingan
pranikah. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa buku ini merupakan hasil
pembelajaran saya sebagai pendeta dan gembala, terlebih merupakan
pengalaman saya bersama istri dan anak-anak kami dalam kehidupan
pernikahan dan rumah tangga kami sendiri.

Saat ini kita menemukan ada banyak pernikahan dan rumah tangga
yang tidak bahagia, tidak hanya di kalangan orang-orang bukan Kristen
tetapi juga di antara orang-orang Kristen. Ketidakbahagiaan ini sebagian
besar disebabkan oleh kegagalan manusia memperhatikan rencana dan
maksud Allah tentang pernikahan. Kita tahu bahwa Tuhan telah banyak
berbicara di dalam firmanNya (Alkitab) tentang pinsip-pinsip pernikahan
dan rumah tangga yang kokoh yang di atasnya kita bisa membangun
pernikahan dan rumah tangga yang kuat dan bahagia. Prinsip-prinsip
firman Tuhan itulah yang seharusnya menjadi pondasi dan pilar yang
kokoh bagi pernikahan dan rumah tangga Kristen yang bahagia.

Penting diketahui bahwa keluarga bahagia bukanlah keluarga yang


tanpa masalah, melainkan keluarga yang dapat menyelesaikan masalah
berdasarkan prinsip-prinsip firman Tuhan. Karena itu, suami dan istri serta
seluruh anggota keluarga harus berpusat pada Allah (theocentric family)
dan menjadikan firman Tuhan sebagai prinsip utama dalam mengatur dan
menjalankan rumah tangga (bible oriented family). Derek Prince dalam
bukunya Pernikahan Adalah Suatu Ikat Janji mengatakan, “Saya percaya
bahwa memang ada suatu rumus yang ajaib, suatu rahasia bagaimana
caranya membina pernikahan yang bahagia. Dan saya percaya bahwa
rahasia itu terdapat di dalam sebuah buku yang benar-benar luar biasa,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia viii


yaitu Alkitab”. Jadi, jika suami dan istri, serta semua anggota keluarga taat
kepada Kristus dan menjalankan prinsip firman Tuhan, maka hasilnya
Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan sejati (Bandingkan 2 Timotius
3:14-17).

Namun, kita sering melihat begitu banyak orang di sekitar kita yang
membangun hubungan atau memasuki pernikahan yang dibangun di atas
dasar yang tidak kokoh. Banyak di antara mereka yang membangun
hubungan berdasarkan penampilan fisik, perasaan dan fantasi semata,
kemudian berharap segalanya dapat diwujudkan dengan modal seperti itu.
Orang-orang yang mencoba membangun pernikahan dan rumah tangga
tanpa mengandalkan Tuhan dan firmanNya akan mengalami kegagalan
bahkan kehancuran. Karena semua yang menjadi idaman manusia dan
diinginkan ada dalam rumah tangga, seperti: keharmonisan, kesetiaan,
cinta kasih, sukacita, damai sejahtera, anak-anak yang taat, kesehatan
jasmani, dan berkat materi, sesungguhnya terletak dalam tangan Tuhan.
Siapa yang bersandar dan berharap kepadaNya akan dikaruniakan
semuanya itu. Prinsip-prinsip pernikahan dan rumah tangga berdasarkan
firman Tuhan itulah yang saya bagikan di dalam buku ini.

Survey yang dilakukan oleh Tim LaHaye (Presiden dari Family Life
Seminary) terhadap sekitar 1.672 pasangan suami istri di Amerika
mengungkapkan kenyataan bahwa sumber utama pasangan suami istri
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks sebelum mereka menikah
adalah sebagai berikut: (1) Dari orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9
%); (2) Dari pendeta (wanita 1 % dan pria 1 %); (3) Dari sekolah (wanita 14
% dan pria 11 %); Dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %);
sementara itu yang menjawab tidak ada (wanita 13 % dan pria 18 %).
Menarik sekali ketika melihat hasil survey dan mengetahui fakta bahwa
sumber utama pengetahuan dan pendidikan seks berasal dari buku-buku
bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %). Namun yang sangat memprihatinkan
saya ketika menganalisa data tersebut, adalah fakta yang terungkap perihal
kelalaian orangtua dan gereja dalam menyampaikan pendidikan seks dari
perspektif iman Kristen. Kenyataan ini terlihat dari jawaban responden yang
menyatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan seks yang didapat dari
orang tua mereka (wanita 13 % dan pria 9 %) dan dari pendeta hanya 1 %
(baik pria maupun wanita).

Mungkinkah istilah “pasca-Kristen” seperti yang sering kita dengar


dalam melukiskan kebudayaan kita saat ini benar-benar telah terjadi?
Salah satu gejalanya adalah bahwa Alkitab tidak lagi digunakan sebagai
patokan (acuan) untuk menilai segala sesuatu. Akibatnya, konsensus moral

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia ix


di antara banyak orang Kristen semakin memudar, orang cenderung
melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Karena itu,
tidak mengherankan bahwa sebagai akibat dari kelalaian orangtua dan
gereja dalam menyampaikan pendidikan seks dari perspektif iman Kristen
ini maka seks yang seharus menjadi berkat bagi manusia, berubah menjadi
kutuk karena penggunaannya yang salah, dan melawan kehendak Allah
Sang Pencipta. Memperhatikan hal tersebut, maka sejak tahun 2012 saya
melalui mimbar dan seminar, telah mengajarkan kepada jemaat perihal
pranikah, pernikahan, keluarga dan rumah tangga Kristen. Sehingga
sebagai orangtua dan juga gembala, kiranya saya tidak termasuk salah
seorang yang melalaikan tugas yang sangat penting dan mulia ini.

Pengalaman saya sendiri membuktikan kenyataan dari hasil survey


Tim LaHaye seperti yang telah saya sampaikan di atas. Di masa lalu, di
gereja lokal dimana saya lahir dan dibesarkan, jarang sekali saya
mendengarkan khotbah atau pengajaran yang berhubungan dengan
pernikahan dan pendidikan seks. Karena itulah selama lebih dari 20 tahun
menjalani pernikahan saya (bersama istri) banyak membaca buku-buku
tentang pernikahan dan keluarga, dan meneliti pokok persoalan ini di dalam
Alkitab. Dari pembelajaran itu saya banyak mendapatkan pengetahuan,
pengertian dan pemahaman dari para penulis buku Kristen, para teolog,
psikolog dan pendidik Kristen yang telah mengabdikan hidup mereka
dalam bidang teologi, konseling pernikahan, dan pendidikan keluarga.
(Saya telah mencantumkan daftar pustaka di bagian akhir buku ini. Semua
buku tersebut ada di perpustakaan pribadi saya). Ketika di tahun 2003
saya bersama istri memulai merintis pelayanan gereja lokal, maka tema
tentang pernikahan dan rumah tangga Kristen yang berpusat pada Allah
dan berdasarkan prinsip-prinsip firman Allah merupakan salah satu agenda
yang sangat penting yang kami ajarkan kepada jemaat.

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, awalnya tulisan ini


merupakan catatan-catatan khotbah saya dari berbagai topik tentang
pernikahan dan keluarga yang saya sampaikan kepada jemaat. Karena itu
memerlukan waktu beberapa bulan untuk mengubah catatan-catatan
khotbah tersebut menjadi sebuah buku seperti sekarang ini. Karena target
awal dari pembaca buku ini adalah keluarga-keluarga Kristen, baik
keluarga hamba Tuhan maupun keluarga jemaat, maka dengan sengaja
saya tidak mencantumkan catatan kaki seperti yang biasanya saya lakukan
dalam setiap tulisan, artikel maupun buku saya yang lainnya. Namun
kemudian, buku ini ditulis dan dirancang agar dapat dibaca dan digunakan
oleh pendeta, pendidik, dan jemaat untuk tujuan: (1) Bimbingan pranikah
dan pernikahan Kristen di gereja; (2) Pengajaran tentang pernikahan dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia x


rumah tangga Kristen di sekolah alkitab dan teologi; (3) Bimbingan bagi
para orangtua untuk menolong anak-anak memilih pasangan hidup dan
mempersiapkan mereka menuju pernikahan; (4) Bacaan penuntun bagi pria
dan wanita yang merencanakan untuk menikah dan bagi mereka yang
sudah menikah.

Tentu saja saya menyadari tidak semua orang akan setuju dengan
penjelasan tertentu dalam buku ini, khususnya isu-isu mengenai pacaran,
jodoh, seks, dan perceraian. Karena itu, ajaran-ajaran dalam buku ini
terbuka untuk diuji oleh siapapun yang mau mengujinya. Ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh rasul Yohanes agar kita, “... janganlah percaya akan
setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia” (1 Yohanes 4:1). Frase “ujilah roh-roh itu” dalam bahasa Yunani
adalah “dokimazete ta pneumata”. Kata “dokimazeta” berasal dari kata
“dokimazo” yang berarti “menguji, meneliti, dan memeriksa”, atau secara
harafiah berarti “membuktikan dengan menguji”. Kebenaran sejati harus
diuji dan tidak perlu takut bila menghadapi ujian atau kritikan. Dapat
dipastikan, hanya mereka yang keliru dan tidak benar yang takut terhadap
ujian. Alasan untuk menguji setiap roh atau menguji orang-orang yang
mengajar dan mengaku digerakan oleh roh ialah karena ada banyak nabi-
nabi palsu yang menyusup dan masuk ke dalam gereja (Markus 13:22),
dan mengajarkan ajaran yang salah dan menyesatkan.

Akhirnya, selayaknya ucapan terima kasih disampaikan kepada


mereka yang patut menerimanya. Pertama, keluarga kami di Jalan Putri
Karindang No. 09 B Palangka Raya; Istriku, Impala Fatmalita untuk
pengertian, persahabatan, cinta dan ketulusannya yang tak akan pernah
diragukan; Putra dan putri kami Daniel Kevin, Glenda Loisa Katrin, dan
Nehemia Geraldi, anak-anak yang terbaik, mengasihi Tuhan dan diberkati
dalam anugerah Tuhan. Kedua, keluarga rohani kami, pengurus gereja dan
jemaat GBAP Bintang Fajar Palangka Raya di Jalan. A. Yani Gang Patra
No. 20, untuk kebersamaan dan doa-doanya; Kepada merekalah pertama-
tama pengajaran ini disampaikan melalui khotbah di mimbar dalam ibadah
raya minggu pagi. Ketiga, sahabat-sahabat saya dari berbagai latar
belakang denominasi gereja yang telah meluangkan waktunya membaca
dan memberikan komentar atas buku ini; juga rekan-rekan dan sahabat-
sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Saya berterima
kasih kepada Tuhan untuk kehadiran kalian semua dalam kehidupan saya.
Dengan kasih dan ketulusan hati, sekali lagi saya menyampaikan terima
kasih. Saya persembahkan buku ini kepada pembaca, dan bagi hormat
kemuliaan nama Tuhan. Semua karena anugerahNya, by Sem.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xi


Esensi Pernikahan Kristen

Pasal 1
ESENSI PERNIKAHAN
KRISTEN 1

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi.”
(Kejadian 1:27-28)

Kejadian 1:28 mencatat bagaimana Tuhan memberkati Adam dan


Hawa sebelum mereka diperintahkan untuk beranak cucu. Inilah lembaga
pernikahan yang pertama kali dibentuk dan diberkati oleh Allah sendiri.
Dengan demikian pernikahan merupakan hal mulia, yang dikaruniakan
Tuhan sejak manusia belum jatuh ke dalam dosa. Karena itu, pernikahan
seharusnya ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan, penuh kasih sayang,
percaya seorang akan yang lain, dan bersandar kepada kasih karunia
Tuhan. Pernikahan tidak boleh ditempuh atau dimasuki dengan
sembarangan, dirusak oleh karena kurang bijaksana, dinista atau
dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati dan dijunjung tinggi
dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud Allah dalam pernikahan
itu. Namun, terlalu sering kehidupan pernikahan yang bermasalah diakhiri
dengan perceraian.

Gery Rosberg, seorang konselor pernikahan dan keluarga, dalam


bukunya Pernikahan Anti Cerai yang terbit di tahun 2002 menuliskan
keprihatinannya tentang tingginya angka perceraian di Amerika. Dalam
buku tersebut Gery Rosberg mengungkapkan fakta bahwa saat ini di
Amerika Serikat : 43 % dari semua pernikahan pertama berakhir dengan
perceraian. Sekitar 60 % dari pernikahan kedua mengalami nasib yang
sama. Menurut penelitiannya, angka perceraian di Amerika mencapai dua
kali lipat angka perceraian di Perancis atau Jerman dan tiga kali lipat angka
perceraian di Jepang. Yang lebih memprihatinkan adalah kenyataan bahwa
negara-negera tersebut pada umumnya memiliki lebih sedikit orang Kristen
1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 10 Agustus 2014.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 1


Esensi Pernikahan Kristen

dibandingkan Amerika Serikat. Hanya Inggris yang mempunyai tingkat


perceraian sebanding dengan Amerika, namun keadaan di Inggris tersebut
baru muncul pada tahun 1996.

Bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Kita seharusnya prihatin


dengan tingginya angka perceraian seperti dilansir REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA yang menuliskan, “Angka perceraian pasangan di Indonesia
terus meningkat drastis. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag)
Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi
peningkatan perceraian hingga 70 persen. Dirjen Badilag MA, Wahyu
Widiana, mengatakan tingkat perceraian sejak 2005 terus meningkat di
atas 10 persen setiap tahunnya “...” Pada tahun 2010, terjadi 285.184
perceraian di seluruh Indonesia. Penyebab pisahnya pasangan jika
diurutkan tiga besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan
sebanyak 91.841 perkara, tidak ada tanggung jawab 78.407 perkara, dan
masalah ekonomi 67.891 perkara”.

Tingginya angka perceraian di atas membuat kita bertanya mengapa


begitu banyak pasangan suami isteri yang mengakhiri hubungan mereka
dengan perceraian? Gery dan Barbara Rosberg mengatakan, “Kita perlu
mengingat bahwa perceraian itu lebih dari sekedar angka statistik.
Perceraian melibatkan manusia dengan harapan yang nyata dan impian
yang nyata, serta kepedihan yang nyata”. Karena itu, memahami esensi
pernikahan Kristen seperti yang dirancang dan ditetapkan Allah dari sejak
semula sangatlah penting bagi kelanggengan hubungan pernikahan.

Pertanyaan pentingnya adalah “Apakah esensi pernikahan Kristen


itu?” Pertama-tama kita akan melihat definisi pernikahan dan kemudian
memperhatikan prinsip-prisip esensial dari pernikahan itu. Pernikahan
dapat didefinisikan sebagai hubungan eksklusif antara satu laki-laki dan
satu perempuan, di mana keduanya menjadi “satu daging”, disatukan
secara fisik, emosional, intelektual, dan spiritual; dijamin melalui sumpah
sakral dan ikatan perjanjian serta dimaksudkan untuk seumur hidup.
Definisi ini didasarkan pada pernyataan Alkitab dalam Matius 19:5; Markus
10:7; Efesus 5:31; dan Kejadian 1:24. Berdasarkan definisi tersebut, berikut
ini lima esensi pernikahan Kristen, yaitu : (1) Pernikahan merupakan suatu
lembaga yang dibuat dan ditetapkan Allah bagi manusia sesuai kebutuhan;
(2) Pernikahan merupakan hubungan yang eksklusif antara seorang pria
dan seorang wanita; (3) Pernikahan merupakan pertemuan dan hubungan
antar pribadi yang paling intim; (4) Pernikahan bersifat permanen dan
merupakan suatu komitmen kesetiaan untuk seumur hidup; (5) Pernikahan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 2


Esensi Pernikahan Kristen

merupakan suatu kovenan yang bersifat mengikat. Kelima esensi


pernikahan Kristen tersebut merupakan hakikat dan pondasi penting dari
pernikahan Kristen.

ESENSI 1 # PERNIKAHAN MERUPAKAN SUATU LEMBAGA YANG


DIBUAT DAN DITETAPKAN ALLAH BAGI MANUSIA (MATIUS 19:4,8)

Pernikahan merupakan suatu lembaga yang ditetapkan Allah bagi


manusia sesuai dengan kebutuhannya. Perhatikan frase “Tidak baik, kalau
manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya,
yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Saat laki-laki (ha adam)
“seorang diri saja” maka Allah menyatakan bahwa keadaan ini “tidak baik”.
Jadi Allah memutuskan untuk menciptakan “ezer kenegdo” atau “seorang
penolong”. Kata Ibrani “ezer” yang diterjemahkan dengan “penolong” berarti
“sesuai dengan” atau “sama dengan”. Jadi secara harfiah “seorang
penolong” berarti “penolong yang sepadan atau seorang yang sepadan
dengannya”. Dengan demikian jelaslah bahwa Allah sendiri yang
menetapkan lembaga pernikahan bagi kebutuhan manusia dan Ia juga
yang memberkatinya (Baca Kejadian 1:28).

Ketetapan Tuhan ini tidak pernah diubah dan ini berlaku “sejak
semula” bagi semua orang, bukan hanya bagi orang-orang Kristen saja.
Matius mencatat perkataan Kristus demikian, “Jawab Yesus: ‘Tidakkah
kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula (ap’arches)
menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” (Matius 19:4). Kata Yunani
“ap’arches” atau “sejak semula” yang disebutkan Yesus dalam Matius 19:4,
pastilah merujuk pada Kejadian pasal 2, karena kalimat selanjutnya “Dan
firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging”,
yang diucapkan Yesus dalam ayat 5 adalah kutipan dari Kejadian 2:24
tersebut.

Pernikahan adalah satu-satunya lembaga sosial yang ditetapkan


Allah sebelum kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 2:24; bandingkan
Kejadian 1:28). Norman L. Geisler dalam buku Etika Kristen Pilihan dan
Isu mengatakan, “Satu catatan lebih jauh mengenai natur pernikahan.
Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Allah bagi semua orang,
bukan hanya bagi orang Kristen saja. Pernikahan adalah satu-satunya
lembaga sosial yang ditetapkan Allah sebelum kejatuhan manusia dalam
dosa. Kitab Ibrani menyatakan bahwa pernikahan wajib dihormati oleh
semua orang (Ibrani 13:4)”. Allahlah telah menetapkan pernikahan dari

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 3


Esensi Pernikahan Kristen

sejak semula, baik untuk orang-orang Kristen maupun untuk orang-orang


bukan Kristen. Allah adalah saksi dari seluruh pernikahan, baik diundang
maupun tidak. Meskipun bentuk dan tata cara bervariasi dalam setiap
budaya dan setiap generasi tetapi esensinya tetap sama dari “sejak
semula” bahwa pernikahan merupakan satu peristiwa sakral tidak peduli
pasangan tersebut mengakuinya ataupun tidak.

ESENSI 2 # PERNIKAHAN MERUPAKAN HUBUNGAN YANG


EKSKLUSIF ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA
(MATIUS 19:5,6)

Di dalam rancangan Allah sejak semula, pernikahan adalah antara


satu orang pria dengan satu orang wanita yang menjadi satu. Sejak
semula Allah hanya menciptakan dua gender manusia, yaitu laki-laki dan
perempuan, yang walaupun berbeda dalam identitas (khas seksualitas,
psikologis dan fisiologis), tetapi sama dalam status (derajat, harkat dan
martabat). Dalam Kejadian 1:27 dikatakan “Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia;
laki-laki (ish) dan perempuan (ishsha) diciptakanNya mereka”. Kristus
menegaskan kembali hal ini dalam Matius 19:4, dikatakan, “Jawab Yesus:
‘Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia (antrophos)
sejak semula (ap’arches) menjadikan mereka laki-laki (aner) dan
perempuan (gyne)?” Jadi yang dimaksud dengan pernikahan Alkitabiah
adalah antara seorang pria biologis dengan seorang wanita biologis.
Karena itu pernikahan dengan sesama jenis (homoseksual) atau pun
pernikahan dengan hewan bukanlah pernikahan, melainkan penyimpangan
dari ketetapan Tuhan. Dengan demikian, karakteristik paling mendasar dari
pernikahan adalah bahwa pernikahan merupakan satu kesatuan antara
seorang pria dan seorang wanita.

Melalui pernikahan Allah menyatukan dua orang menjadi satu.


Perhatikan frase “dipersatukan Allah” dalam kalimat “Demikianlah mereka
bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6), berasal dari kata
Yunani “suzeugnumi” yang berarti “menyatukan”. Kata ini berbeda dari kata
Yunani “kolléthésetai” yang artinya “dipersatukan” atau “bersatu” dalam
Matius 19:5. Kata Yunani “suzeugnumi” atau “dipersatukan” secara harfiah
adalah “bersama-sama disatu-kuk-kan”, atau sepenuhnya berarti “bersama
dalam kuk yang sama yang telah ciptakan bagi mereka”. Sebuah kuk
memampukan dua ekor lembu menarik beban bersama, masing-masing
saling berbagi tugas sehingga konsekuensinya adalah meringankan tugas

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 4


Esensi Pernikahan Kristen

dan keduanya bersama dapat menyelesaikan tugas lebih banyak dari apa
yang dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian mengerjakannya. Jadi
dalam nas ini, Yesus menggambarkan pernikahan sebagai sebuah kuk
yang Allah buat, di mana seorang laki-laki dengan seorang perempuan
dapat memikulnya sehingga mereka bersama dapat meringankan
pekerjaan-pekerjaan dan beban-beban kehidupan, dan mencapai hal-hal
bersama yang tidak dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian saja.

Jadi apa yang Allah buat adalah menempa sebuah kuk, yaitu
menciptakan sebuah hubungan yang eksklusif, yang ke dalamnya seorang
laki-laki dan seorang perempuan boleh masuk, memiliki hubungan,
menerima, dan menikmati manfaat yang ada di dalamnya. Pernikahan
pada hakikatnya adalah suatu hubungan yang eksklusif antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan. Dan semua yang ada di dalam
pernikahan itu sendiri berasal langsung dari kebenaran bahwa pernikahan
merupakan rancangan Allah dan lembaga yang diciptakan Allah! Konsep
tentang “hubungan yang eksklusif” dalam pernikahan ini merupakan pusat
dari ajaran Kristus mengenai pernikahan. Inilah yang dimaksud Yesus
ketika ia berkata “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.” (Matius 19:6).

ESENSI 3 # PERNIKAHAN MERUPAKAN PERTEMUAN DAN


HUBUNGAN ANTAR PRIBADI YANG PALING INTIM (MATIUS 19:5,6)

Pernikahan adalah hal yang paling misterius tetapi serius.


Perhatikanlah frase “keduanya akan menjadi satu”. Artinya, secara praktis
keduanya akan beralih “dari aku dan kau menjadi kita” dan “dari saya dan
dia menjadi kami”. Persatuan ini mencakup segalanya “disatukan secara
fisik, emosional, intelektual, dan spiritual”. Perhatikanlah saat Alkitab
mengatakan “seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya” (Kejadian 2:24). Kata “meninggalkan” dan
“bersatu” adalah dua kata yang penting untuk dipahami. Derek Prince
dalam bukunya Suami dan Ayah mengatakan demikian, “Kunci pernikahan
adalah dua kata: meninggalkan dan bersatu. Jika anda tidak meninggalkan,
anda tidak dapat bersatu. Jika anda tidak bersedia keluar dari lingkungan
orangtua anda dan membuat suatu langkah baru, anda tidak akan pernah
mencapai kesatuan sejati dengan pasangan anda”.

Kata Ibrani untuk “meninggalkan” adalah “azab” yang berarti


“melonggarkan, melepaskan, meninggalkan, meninggalkan sepenuhnya,
secara total”. Sedangkan kata Ibrani untuk “bersatu” adalah “dabaq” yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 5


Esensi Pernikahan Kristen

artinya “mengikat, lem, melekat, menempel, bergabung berdekatan dengan


atau mengikat bersama”. Jadi ketika Yesus mengutip Kejadian 2:24 ini
maka anak kalimat “bersatu dengan” dalam kalimat “Dan firmanNya: Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Matius 19:5), maka
kata yang dipakai adalah kata Yunani “proskolléthésetai”, kata yang sama
dipakai Paulus dalam Efesus 5:31. Kata “proskolléthésetai” berarti
direkatkan atau dikokohkan bersama, ditatah bersama, atau di las
bersama”, yang mengindikasikan tingkat kekuatan paling tinggi dan dalam
dari sebuah kedekatan dan pelekatan. Artinya jelas, bahwa dalam
pernikahan seorang pria melekatkan diri kepada istrinya sendiri, sehingga
“apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Matius
19:6). (catatan: Beberapa edisi Perjanjian Baru Yunani memakai kata
“kolléthésetai” tanpa awalan “pros” yang mengandung arti sama).

Secara khusus, pernikahan juga melibatkan kesatuan seksual antara


seorang pria dan seorang wanita. Perhatikan frase “satu daging” dalam
ayat-ayat Kejadian 1:24; Matius 19:5; Markus 10:7; Efesus 5:31. Mereka
dijadikan satu daging: disatukan secara fisik, emosional, intelektual, dan
spiritual. Jadi meskipun pernikahan melibatkan hak-hak seksual, tetapi
pernikahan tidak terbatas pada hubungan seksual saja. Pernikahan adalah
suatu relasi persahabatan dan hubungan seks lebih dari sekedar
perkembangbiakan saja. Ada tiga tujuan relasi seksual dalam pernikahan,
yaitu: perkembangbiakan (Kejadian 1:28); penyatuan (Kejadian 2:24), dan
rekreasi (Amsal 5:18-19). Menurut Alkitab hubungan seksual pria dan
wanita ini hanya boleh dilakukan dalam lembaga pernikahan. Sebab,
hubungan seksual sebelum pernikahan disebut percabulan (Kisah Para
Rasul 15:20; 1 Korintus 6:18), dan hubungan seksual diluar pernikahan
disebut perzinahan (Keluaran 20:14; Matius 19:9). Percabulan maupun
perzinahan adalah dosa, dan sangat dilarang di dalam Alkitab. Dalam
Perjanjian Lama, di bawah Hukum Taurat, mereka yang melakukan
persetubuhan (hubungan seks) sebelum menikah diwajibkan untuk
menikah (Ulangan 22:28-29). Hal ini penting, sebab seks dikuduskan oleh
Allah hanya untuk pernikahan bukan sebelum pernikahan (1 Korintus 7:2;
Ibrani 13:4).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 6


Esensi Pernikahan Kristen

ESENSI 4 # PERNIKAHAN BERSIFAT PERMANEN DAN MERUPAKAN


SUATU KOMITMEN KESETIAAN UNTUK SEUMUR HIDUP (MATIUS
19:6)

Menurut Alkitab, pernikahan itu bersifat monogami, yaitu untuk satu


suami dan satu istri. Paulus berkata “baiklah setiap laki-laki (bentuk
tunggal) mempunyai istrinya sendiri (bentuk tunggal) dan setiap perempuan
mempunyai suaminya sendiri” (1 Korintus 7:2). Monogami bukan hanya
ajaran Perjanjian Baru, tetapi merupakan ajaran Perjanjian Lama.
Monogami adalah ideal Allah dari sejak semulanya ketika Allah
menciptakan satu laki-laki (Adam) dan memberi dia hanya satu istri (Hawa).
Fakta bahwa Allah mengizinkan poligami dalam Perjanjian Lama tidaklah
membuktikan bahwa Dia memerintahkannya. Poligami dalam Perjanjian
Lama sebagaimana perceraian itu “diizinkan” bukan diperintahkan, hal ini
terjadi karena ketegaran (kekerasan) hati. Tetapi sejak semula tidaklah
demikian (Matius 19:8).

Dengan demikian, merupakan kehendak Allah bahwa pernikahan itu


sebagai komitmen seumur hidup. Permanennya suatu pernikahan dengan
jelas dan tegas dikatakan Kristus, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6). Perhatikanlah bahwa hubungan
eksklusif dalam pernikahan itu “tidak boleh diceraikan manusia” atau
secara harfiah “manusia jangan memisahkan (”anthrōpos mē chōrizō”).
Kata Yunani “diceraikan” adalah “chōrizō” yang artinya “membagi,
memisahkan, memotong, membelah, memecah, atau mematahkan”.
Sedangkan kata Yunani “manusia” adalah “anthrōpos”, menunjuk kepada
manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Perceraian formal biasanya
didahului oleh terpisahnya atau terpecah-belahnya hubungan antara suami
dan istri. Kerusakan ini terjadi sebagai akibat perbuatan laki-laki maupun
perempuan, yaitu dari pasangan itu sendiri maupun pihak ketiga.

Karena Allah dari sejak semula menetapkan bahwa pernikahan


merupakan suatu ikatan yang permanen, yang berakhir hanya ketika salah
satu pasangannya meninggal (bandingkan Roma 7:1-3; 1 Korintus 7:10-
11), maka pemisahan (perceraian) jelaslah dilarang oleh Allah. Paulus juga
menegaskan hal ini ketika ia berkata “Sebab seorang istri terikat oleh
hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada
suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia
menjadi istri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 7


Esensi Pernikahan Kristen

hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi istri laki-laki lain”


(Roma 7:2-3).

Namun perlu juga diketahui, walaupun pernikahan itu bersifat


permanen dan berlaku seumur hidup, tetapi pernikahan tidak bersifat kekal.
Artinya, hubungan pernikahan hanya terjadi selama hidup di bumi, dan
tidak berlanjut dalam kekekalan. Hal ini jelas dari apa yang Yesus katakan,
“Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan
melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Matius 22:30). Meskipun kita
pasti dapat mengenali orang-orang yang kita cintai di sorga nanti, tetapi
jelaslah tidak ada pernikahan di sorga. Karena itu, Paulus menuliskan
bahwa para janda dapat menikah lagi (1 Korintus 7:8-9) untuk
menunjukkan bahwa komitemen mereka hanya berakhir sampai kematian
pasangan mereka.

ESENSI 5 # : PERNIKAHAN MERUPAKAN SUATU KOVENAN YANG


BERSIFAT MENGIKAT (MATIUS 19:5)

Pernikahan merupakan suatu kesatuan yang dilahirkan dari suatu


perjanjian berdasarkan janji-janji yang timbal balik. Albert Mohler, Jr dalam
bukunya Seks dan Supremasi Kristus mengatakan, “Menurut tradisi
Kristen, pernikahan bukan sekedar perjanjian sosial antara dua manusia,
melainkan suatu lembaga yang ditetapkan Allah yang melaluinya
kemuliaan Sang Pencipta diperlihatkan kepada dunia. Kesetiaan kepada
kovenan yang merupakan inti dari pernikahan merupakan suatu gambaran
tentang tujuan Allah bagi dunia dan menebus gereja”. Kovenan (perjanjian)
pernikahan ini dinyatakan dengan tegas oleh nabi Maleakhi ketika ia
menulis “TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan istri masa
mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman
sekutumu dan istri seperjanjianmu” (Maleakhi 2:14). Kitab Amsal juga
berbicara tentang penikahan sebagai suatu kovenan atau perjanjian satu
sama lain. Kitab ini mengutuk seorang yang berzinah “yang meninggalkan
teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya” (Amsal
2:17).

Kata Ibrani yang digunakan untuk “kovenan” adalah “berith” dan kata
Yunaninya adalah “diathêkê” dan “suntithêmai. (ketiga istilah Alkitab ini
akan saya jelaskan lebih lanjut pada pasal berikutnya). Sebuah kovenan
menurut Alkitab adalah sebuah hubungan yang sakral antara dua pihak,
disaksikan oleh Allah, sangat mengikat, dan tidak dapat dibatalkan. Kedua
belah pihak bersedia berjanji untuk menjalani kehidupan sesuai dengan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 8


Esensi Pernikahan Kristen

butir-butir perjanjian itu. Istilah kovenan yang seperti inilah yang digunakan
Alkitab untuk melukiskan sifat hubungan pernikahan. Jadi jelaslah bahwa
pernikahan adalah suatu perjanjian pada satu peristiwa di mana Allah
menjadi saksi. Allahlah yang mengadakan pernikahan dan Dialah yang
menyaksikan janji-janji tersebut benar-benar dibuat “dihadapan Allah”.
Kristus menegaskan bahwa Allahlah yang benar-benar menyatukan dua
manusia bersama-sama di dalam pernikahan dengan mengatakan, “Apa
yang telah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Markus
10:19).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 9


Tujuan Pernikahan Kristen

Pasal 2
TUJUAN PERNIKAHAN
KRISTEN 1

“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya


dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
(Kejadian 2:24)

Setelah mengetahui esensi pernikahan Kristen seperti yang saya


jelaskan di pasal 1 maka di pasal ini saya akan menjelaskan tentang tujuan
dari pernikahan. Jika esensi dari pernikahan Kristen dapat digambarkan
sebagai suatu pondasi, maka tujuan pernikahan Kristen merupakan pilar-
pilarnya. Pondasi dan pilar keduanya diperlukan dalam membangun suatu
pernikahan Kristen yang kokoh. Pertanyaan “mengapa dan untuk maksud
apa orang menikah?” nampaknya merupakan pertanyaan umum yang
seringkali kita dengar bukan hanya di kalangan Kristen tetapi juga di
kalangan bukan Kristen. Pertanyaan tersebut muncul terus karena keragu-
raguan yang tidak dapat disingkirkan dari dalam hati banyak orang. Hal itu
mungkin disebabkan realita yang mereka jalani dalam pernikahan dan
rumah tangga. Realitanya ada banyak alasan mengapa seseorang
menikah, antara lain: (1) Karena usia yang sudah sampai atau sudah
cukup umur; (2) Karena dipaksa atau dijodohkan oleh orang tua;
(3) Karena pergaulan yang salah sehingga terlanjur hamil sebelum
menikah; (4) Karena kebutuhan ekonomi atau menikah karena
menginginkan harta kekayaan; (5) Karena membutuhkan atau
menginginkan seks; (6) Karena ingin membangun rumah tangga yang baik;
(7) Karena merasa jatuh cinta.

Beberapa buku tentang pernikahan dan rumah tangga Kristen yang


pernah saya baca nampaknya menganggap kurang penting untuk
menjelaskan tujuan pernikahan Kristen. Beberapa penulis menjelaskan
sambil lalu, sementara penulis lainnya bahkan tidak menjelaskan sama
sekali. Secara alami (natural) bahwa tujuan pernikahan dan berkeluarga
diawali ketika seorang pria dan seorang wanita bertemu, saling mencintai,
dan memutuskan membuat komitmen untuk hidup bersama. Mereka

1 Khotbah ibadah raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 17 Januari 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 10


Tujuan Pernikahan Kristen

kemudian meresmikan komitmen itu dalam ikatan pernikahan, dan


selanjutnya menjalani hidup bersama, bekerja mengumpulkan uang dan
harta benda untuk dinikmati bersama (sampai hari tua), melahirkan anak-
anak, mendidik dan membesarkan anak-anak serta mempersiapkan anak-
anak untuk kehidupan yang mandiri dan bahagia. Inilah tujuan natural dari
suatu pernikahan. Namun tujuan natural pernikahan seperti ini bukan
hanya ada di kalangan Kristen tetapi juga di kalangan bukan Kristen.
Karena itu kita perlu melihat tujuan pernikahan berdasarkan pernyataan
firman Tuhan. Tujuan pernikahan yang jauh melampaui tujuan natural
tersebut. Mengapa? Karena pernikahan merupakan lembaga yang
dirancang dan ditetapkan oleh Allah sendiri, maka kita harus mencari
tujuan dan maksud pernikahan tersebut menurut rancangan dan kehendak
Sang Pencipta, seperti yang dinyatakan dalam Alkitab.

TUJUAN PERNIKAHAN: KESATUAN YANG UTUH

Menurut John Stott, dalam bukunya Isu-Isu Global, bahwa teologi


Kristen ortodoks (classical theology) mengakui tiga tujuan utama Allah bagi
pernikahan, yaitu: (1) Pria dan wanita diperintahkan untuk “beranak cucu
dan bertambah banyak” (Kejadian 1:28). Dengan demikian, kelahiran anak-
anak biasanya berada dalam daftar teratas, bersama dengan mengasuh
mereka dalam kasih sayang dan disiplin keluarga; (2) Allah berkata, “Tidak
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Dengan demikian
Allah menghendaki pernikahan untuk “hubungan timbal balik saling
menolong dan saling menghibur, yang pada dasarnya terjadi antara suami
istri, baik dikala suka maupun duka”. (3) Pernikahan bertujuan untuk
menjadi komitmen saling mencintai dan mengasihi yang saling memberi diri
satu sama lain, yang menemukan ungkapan naturalnya dalam kesatuan
seksual, atau menjadi satu daging” (Kejadian 2:24).

Saya setuju terhadap ketiga tujuan tersebut di atas, tetapi tidak


dalam urutan prioritasnya. Saya berpendapat bahwa urutan-urutan prioritas
dari tujuan pernikahan itu adalah: (1) Allah merancang pernikahan
pertama-tama karena itu merupakan kebutuhan manusia (Kejadian 2:18);
(2) Kemudian pernikahan itu menjadi sebuah komitmen untuk saling
melengkapi dan saling memberi (Kejadian 2:24); (3) Setelah diberkati,
maka pernikahan itu merupakan cara yang dipakai Allah bagi manusia
untuk mendapatkan keturunan (Kejadian 1:8). Namun, saya juga
menambahkan dua tujuan lainnya dari pernikahan seperti yang akan saya
jelaskan berikut ini.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 11


Tujuan Pernikahan Kristen

Salah satu buku tentang penikahan Kristen yang pernah saya baca
lebih dari 15 tahun yang lalu adalah buku yang ditulis oleh Wayne Mack
seorang doktor teologi lulusan dari Wesminster Theological Seminary.
Buku yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul
Bagaimana Mengembangkan Kesatuan Yang Kokoh Dalam Hubungan
Perkawinan tersebut, meskipun tidak secara khusus membahas tujuan
pernikahan Kristen tetapi telah sangat membantu memberikan dasar
pemahaman kepada saya tentang tujuan pernikahan Kristen. Akhirnya
setelah beberapa tahun melakukan penelitian Alkitab dan banyak
membaca buku-buku tentang pernikahan Kristen, saya menarik kesimpulan
tentang tujuan pernikahan Kristen seperti yang dirancang Allah dalam
Alkitab, seperti yang akan saya jelaskan dalam pasal ini.

Ada banyak bagian-bagian Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun


Perjanjian Baru yang membicarakan tentang pernikahan. Tetapi sepanjang
yang saya dapat ketahui, hanya ada satu pernyataan Alkitab tentang
perkawinan yang mana pernyataan tersebut tertulis empat kali ditempat
yang berbeda. Pernyataan itu terdapat di dalam Kejadian 2:24; Matius
19:5; Markus 10:7-8; dan Efesus 5:31, yang berbunyi : “Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Jadi, Tuhan membuat
pernyataan yang sama mengenai perkawinan sebanyak empat kali:
(1) Pernyataan itu disebutkan satu kali dalam Perjanjian Lama dan tiga kali
dalam Perjanjian Baru; (2) Pernyataan tersebut dibuat sekali sebelum
kejatuhan manusia ke dalam dosa; dan tiga kali setelah manusia jatuh ke
dalam dosa; (3) Pernyataan tersebut satu kali dinarasikan oleh penulis
kitab Kejadian, dua kali disebutkan oleh penulis kitab Injil sebagai ucapan
Yesus sendiri sebelum karya pendamaian di kayu salib, dan satu kali
diucapkan oleh rasul Paulus setelah peristiwa pendamaian Kristus di salib.

Satu kali saja suatu pernyataan tertentu disebutkan dengan jelas


dalam Alkitab maka tentu saja itu merupakan hal yang dianggap penting.
Apalagi jika pernyataan itu disebutkan lebih dari satu kali. Faktanya
pernyataan penting tentang pernikahan itu telah disebutkan dalam Alkitab
sebanyak empat kali. Bahkan dua penulis Injil menarasikan pernyataan
tersebut keluar dari mulut Yesus Kristus sendiri. Karena itu, saya yakin
bahwa pernyataan tersebut menjelaskan kepada kita tentang tujuan
pernikahan manusia baik sebelum kejatuhan, setelah kejatuhan dan
setelah karya pendamaian Kristus di kayu salib. Pernyataan tersebut
menjelaskan tujuan dan rencana Allah sepanjang masa tentang pernikahan
dan tujuan tersebut tidak pernah berubah. Tujuan yang dinyatakan Allah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 12


Tujuan Pernikahan Kristen

untuk pernikahan itu ialah “kesatuan” yang dinyatakan dengan jelas dalam
kalimat “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging”. Kesatuan melalui pernikahan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: (1) Seorang laki-laki meninggalkan orangtuanya untuk bersatu
dengan istrinya; (2) Bersatu dengan seorang istri; (3) Suami istri menjadi
satu daging; (4) Dipersatukan Allah di dalam pernikahan.

Kata “bersatu” dalam kalimat “Sebab itu seorang laki-laki akan


meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya” dalam
Matius 19:5 adalah kata Yunani “kolléthésetai”. Kata “kolléthésetai” ini
dipakai dalam Septuaguinta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) di
Kejadian 2:24 untuk menerjemahkan kata Ibrani “dabaq” yang artinya
“mengikat, lem, melekat, menempel, bergabung berdekatan dengan atau
mengikat bersama”. Kata “kolléthésetai” di Kejadian 2:24 ini juga digunakan
di Efesus 5:31 di mana kata ini dikutip dengan disertai awalan “pros”
sehingga menjadi “proskolléthésetai” yang secara harafiah berarti
“dipersatukan dengan” atau “dipersatukan kepada”, mengandung makna
”direkatkan atau diperkokoh bersama, ditatah bersama atau dilas
bersama”, yang mengindikasikan tingkat kekuatan paling tinggi dalam
sebuah kedekatan dan pelekatan. (Catatan: Beberapa edisi Perjanjian Baru
Yunani memakai kata “kolléthésetai” tanpa awalan “pros” yang
mengandung arti sama).

Sedangkan kata “dipersatukan” dalam kalimat “apa yang telah


dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” dalam Matius 19:6
adalah kata Yunani “suzeugnumi” yang secara harfiah “bersama-sama
disatukan dalam satu kuk”, atau sepenuhnya berarti “bersama dalam kuk
yang sama yang telah ciptakan bagi mereka”. Sebuah kuk memampukan
dua ekor lembu menarik beban bersama, masing-masing saling berbagi
tugas sehingga konsekuensinya adalah meringankan tugas dan keduanya
bersama dapat menyelesaikan tugas lebih banyak dari apa yang dapat
dicapai kalau mereka hanya sendirian mengerjakannya. Jadi, dalam nas ini
Yesus menggambarkan pernikahan sebagai sebuah kuk yang Allah buat, di
mana seorang laki-laki dengan seorang perempuan dapat memikulnya
sehingga mereka bersama dapat meringankan pekerjaan-pekerjaan dan
beban-beban kehidupan, dan mencapai hal-hal bersama yang tidak dapat
dicapai kalau mereka hanya sendirian saja. Kata “dipersatukan” dalam
kalimat “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”
(Matius 19:6), berasal dari kata Yunani “suzeugnumi” yang berarti
“menyatukan”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 13


Tujuan Pernikahan Kristen

Jadi, tujuan pernikahan seperti yang dirancang oleh Allah bagi


seorang pria dan seorang wanita adalah kesatuan utuh (terintegrasi). Tentu
saja makna kesatuan yang dimaksudkan tersebut tidaklah dapat ditangkap
dalam satu atau dua kalimat atau pernyataan. Namun makna dasar dari
kesatuan tersebut dapat dan harus dipusatkan pada beberapa gagasan
yang sangat mendasar, yaitu: (1) Kesatuan dengan menjalin persahabatan;
(2) Kesatuan untuk saling mengisi dan melengkapi; (3) Kesatuan untuk
menikmati kesenangan; (4) Kesatuan untuk mendapatkan keturunan; dan
(5) Kesatuan dalam menampilkan citra Allah. Kesatuan yang utuh dari
tujuan pertama dalam gagasan tersebut bersifat relasional, tujuan yang
kedua bersifat komplementarian, tujuan yang ketiga bersifat rekreasi, tujuan
yang keempat bersifat prokreasi, dan tujuan yang kelima menujukkan pada
reflektif ilahi. Kelima gagasan dasar dari kesatuan yang utuh tersebut
merupakan pilar-pilar yang kokoh bagi pernikahan Kristen.

PILAR 1 # KESATUAN DENGAN MENJALIN PERSAHABATAN


(RELASIONAL)

Manusia ciptaan Allah adalah mahluk yang memiliki kecerdasan,


alasan, imajinasi dan kemampuan untuk mengekspresikan dan
mengkomunikasikan pikiran dan emosinya ke dalam bahasa. Ini jelas
menunjukan bahwa manusia lebih tinggi derajatnya dari pada binatang
yang hanya dengan suatu kebiasaan dan naluri saja (Kejadian 1:26-28;
2:15,19,20; Roma 1:21). Allah juga menciptakan manusia dengan
kehendak dan kecerdasan yang mampu untuk mengasihi. Manusia
diciptakan oleh kasih Allah dan untuk menerima kasih itu, sehingga ia
dapat mengasihi satu sama lain. Kesatuan relasional merupakan keinginan
yang sama, yang Allah berikan kepada seorang pria dan seorang wanita
yang menjadi satu di dalam pernikahan. Perhatikan kata “penolong” dalam
kalimat “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” dalam Kejadian
2:18. Kata “(seorang) penolong” tersebut adalah terjemahan dari kata
Yunani “ezer kenegdo”. Kata Ibrani “ezer” yang diterjemahkan dengan
“penolong” berarti “sesuai dengan; cocok dengan; atau sama dengan”. Jadi
secara harafiah seorang penolong (ezer kenegdo) berarti “seorang yang
cocok dengan atau seorang yang sama dengan, penolong yang sepadan
atau seorang yang sepadan dengannya”.

Hal utama pertama dari tujuan pernikahan adalah terjalinnya


persahabatan. Keinginan untuk mendapatkan pasangan ini ditanamkan
Allah kepada manusia. Namun pernikahan bukanlah keinginan untuk

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 14


Tujuan Pernikahan Kristen

mendapatkan seseorang menjadi penjaga rumah atau untuk mendapatkan


seseorang yang akan menanggung kehidupan. Bukan juga sekedar
mencari nyonya rumah atau kekasih yang tidur di ranjang yang sama.
Melainkan keinginan untuk mendapatkan pasangan, yaitu seorang
penolong yang sepadan, seorang pendamping yang bersedia berbagi
hidup kepada pasangannya, seorang belahan jiwa yang memberikan
seluruh hidupnya dan yang mendukung pasangannya untuk melakukan hal
yang sama.

Integritas pondasi rohani dalam pernikahan Kristen sering melemah


karena salah satu pasangan atau bahkan keduanya kurang menghargai
pentingnya persahabatan dalam hubungan pernikahan. Padahal dalam
ajaran Alkitab, menjalin persahabatan dalam pernikahan digambarkan
dengan jelas. Allah berbicara melalui nabi Maleakhi kepada para pria Israel
dan memberitahu mereka bahwa istri mereka adalah “teman sekutumu dan
istri seperjanjianmu” (Maleakhi 2:14). Seseorang dalam kitab Kidung Agung
menggambarkan hubungan yang istimewa satu sama lain dalam
pernikahan dengan ungkapan “inilah kekasihku, inilah temanku” (Kidung
Agung 5:16). Ketika pasangan suami istri memiliki hubungan yang baik
dengan Tuhan dan memiliki persahabatan yang intim satu dengan yang
lain, mereka menjalani kehidupan dalam tingkat yang lebih tinggi dan
pernikahan mereka pun semakin kokoh.

Namun, sayangnya kesatuan relasional ini dalam banyak pernikahan


seringkali diabaikan oleh pasangan suami istri. Banyak pasangan suami
istri yang mengawali hubungan mereka sebagai kekasih tanpa mengetahui
hal utama, yaitu saling menjalin persahabatan. Selama di tempat tidur
segala sesuatunya tampak baik-baik saja, tetapi mereka tidak tahu
bagaimana caranya menciptakan suatu hubungan sehari-hari yang
berhasil. Bila suami istri tidak tahu bagaimana harus hidup bersama
sebagai sahabat, pendamping, dan pasangan, maka tidak lama lagi
mereka bahkan sudah tidak ingin saling berhubungan seks. Persahabatan
sejati akan membantu suami dan istri memelihara hubungan pernikahan
mereka, dan karena mereka adalah sahabat maka mereka tidak akan
pernah menginginkan pertengkaran. Karena itu perlu bagi pasangan suami
istri untuk memeriksa kembali tujuan pernikahan mereka dengan bertanya:
apakah hubungan pernikahan tersebut hanya untuk memanfaatkan
seseorang demi memenuhi harapan, kesenangan dan kebutuhan sendiri?
Ataukah hubungan pernikahan tersebut untuk berbagi hidup dengan
seseorang untuk mendapatkan persahabatan sejati?

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 15


Tujuan Pernikahan Kristen

PILAR 2 # KESATUAN UNTUK SALING MENGISI DAN MELENGKAPI


(KOMPLEMENTER)

Sejak semula Allah hanya menciptakan dua gender manusia, yaitu


laki-laki dan perempuan, yang walaupun berbeda dalam fungsi dan
reproduksi, tetapi sama dalam derajat, harkat dan martabat. Dalam
Kejadian 1:27 dikatakan “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki (ish) dan
perempuan (ishsha) diciptakanNya mereka”. Kristus menegaskan kembali
hal ini dalam Matius 19:4, dikatakan, “Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca,
bahwa Ia yang menciptakan manusia (antrophos) sejak semula (ap’arches)
menjadikan mereka laki-laki (aner) dan perempuan (gyne)?” Jadi meskipun
pria dan wanita diciptakan dengan status yang setara (sama dalam derajat,
harkat, dan martabat), tetapi mereka tidaklah sama dalam identitas. Artinya
mereka benar-benar berbeda secara seksualitas, psikologis, maupun
fisiologis. Kesetaraan (equality) tidak boleh dicampuradukkan dengan jati
diri (identity). Setiap orang diciptakan dalam kesetaraan dan juga dengan
jati diri masing-masing sebagai seorang pria atau sebagai seorang wanita.

Jadi Allah telah merancang pernikahan untuk dijalani bersama oleh


seorang pria dan seorang wanita. Sehingga dengan demikian yang
dimaksud sebagai pernikahan Alkitabiah adalah antara seorang pria
biologis dengan seorang wanita biologis. Karena itu pernikahan dengan
sesama jenis (homoseksual: gay, lesbi) atau pun pernikahan dengan
hewan bukanlah pernikahan, melainkan penyimpangan dari ketetapan
Tuhan. Dengan demikian, karakteristik paling mendasar dari pernikahan
adalah bahwa pernikahan merupakan satu kesatuan antara seorang pria
dan seorang wanita. Kesatuan yang komplemenetar yaitu kesatuan yang
saling melengkapi di dalam kesetaraan mereka dan perbedaan satu sama
lainnya.

Suami dan istri berbeda satu dengan yang lain dalam hal ciri
seksualitas, psikologis, maupun fisiologis tetapi saling membutuhkan dan
melengkapi. Itu sebabnya pilar pertama dari tujuan pernikahan sebagai
mana dijelaskan di atas, yaitu kesatuan yang utuh dengan cara menjalin
persahabatan. Persahabat ini sangat penting sebagai dasar bagi kokohnya
kesatuan yang komplementer. Suami dan istri masing-masing memiliki
kekuatan yang berbeda, tetapi sebagai sahabat, kekuatan tersebut dapat
mendukung satu sama lain. Mereka masing-masing memiliki hal-hal yang
tidak dimiliki oleh pasangannya, namun dapat diberikan bagi pasangannya.
Mereka harus menghargai perbedaan yang ada dalam diri pasangannya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 16


Tujuan Pernikahan Kristen

dan menerima kelebihan pasangannya dengan sukacita. Jika pasangan


suami istri dapat menghargai perbedaan dalam diri mereka, hal itu akan
menghasilkan pengenalan khusus yang akan membawa mereka pada pilar
kedua dari pernikahan yaitu kesatuan yang komplementer.

Jika pasangan suami dan istri tidak berusaha saling memahami dan
menghargai perbedaan-perbedaan mereka, serta tidak bertumbuh dalam
perbedaan-perbedaan tersebut, maka mereka segera akan menghadapi
masalah-masalah yang mendasar. Tidak ada yang dapat merenggangkan
hubungan pernikahan lebih cepat dari atau lebih dasyat dibanding ketika
salah satu pasangan tidak dapat menghargai perbedaan-perbedaan yang
seharusnya menguatkan persamaan-persamaan yang ada dalam
hubungan tersebut. Salomo merasakan sukacita yang luar biasa dari
hubungan (termasuk pernikahan) yang saling komplementer ini ketika ia
menyatakan, “Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau
mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. Kalau yang seorang jatuh yang
lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian,
celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya. Pada malam
yang dingin, dua orang yang tidur berdampingan dapat saling
menghangatkan, tetapi bagaimana orang bisa menjadi hangat kalau
sendirian? Dua orang yang bepergian bersama dapat menangkis serangan,
tapi orang yang sendirian mudah dikalahkan. Tiga utas tali yang dijalin
menjadi satu, sulit diputuskan” (Pengkhotbah 4:9-12, terjemahan BIS). Jadi
di dalam lembaga pernikahan: suami harus mengakui kebutuhannya
terhadap istri sebagai suatu karunia yang Allah berikan kepadanya,
demikian juga istrinya harus mengakui kebutuhannya terhadap suaminya
dan bahwa pelengkap bagi seksualitasnya ada pada suaminya.

Rasul Petrus menasehati, “Demikian juga kamu, hai suami-suami,


hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah!
Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu
kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Petrus 3:7). Di sini ada dua
hal yang Petrus tekankan dalam nasihatnya, yaitu: (1) Suami perlu hidup
bijaksana dengan istrinya. Ini adalah suatu perintah bagi suami agar tidak
bersikap egois terhadap istrinya, terutama karena mereka disebut sebagai
“kaum yang lebih lemah”. Frase “yang lebih lemah” bukanlah berarti lebih
lemah dalam karakter, atau lebih lemah dalam intelek, atau lebih lemah
dalam kemampuan dan posisi. Hanya lebih lemah dalam hal tertentu yang
berhubungan dengan kekuatan fisik. Tetapi pernyataan “suami perlu hidup
bijaksana” ini juga dapat diterapkan pada istri dengan mengatakan,
“hiduplah bersama suamimu dengan penuh pengertian”; (2) Suami perlu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 17


Tujuan Pernikahan Kristen

menghormati istri sebagai teman pewaris kasih karunia. Menghormati di


sini tidak sama dengan perintah agar istri tunduk dan menghormati suami
dalam pengertian otoritas. Kata menghormati di sini berarti “suami
hendaklah memperlakukan istri mereka dengan lembut dan tidak kasar”.
Dengan kata lain para suami tidak menggunakan kekuatannya untuk
mengambil keuntungan dari istrinya, tetapi menggunakan kekuatan itu
untuk menjaga dan melindungi. Hal yang sama dapat diterapkan kepada
para istri, agar mereka tidak menggunakan kekuatan mentalnya untuk
merongrong atau memanipulasi suaminya. Intinya, kedua pasangan suami
istri hendaklah saling melengkapi dan menyempurnakan sebagai pasangan
dan sahabat pewaris kasih karunia.

PILAR 3 # KESATUAN UNTUK SALING MENIKMATI KESENANGAN


(REKREASI)

Pilar ketiga dari tujuan pernikahan adalah rekreasi. Pernikahan juga


dirancang Allah untuk tujuan rekreasi, yaitu kesenangan dan kepuasan
yang dapat dinikmati untuk kebahagiaan oleh pasangan suami istri. John
Piper dalam bukunya Pernikahan dan Supremasi Kristus mengatakan,
“Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambarNya –‘laki-laki dan
perempuan diciptakanNya mereka’ (Kejadian 1:27) – dengan kapasitas-
kapasitas untuk kesenangan seks yang intens dan dengan panggilan untuk
berkomitmen dalam pernikahan...”. Dengan demikian, seks adalah
anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada orang yang telah menikah
untuk kebahagiaan dan kesenangan mereka bersama. Alkitab mengatakan,
“Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian
pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri,
tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri,
tetapi istrinya” (1 Korintus 7:3,4). Karena itu keromantisan dan gairah
seksual tidak dilarang dilakukan oleh suami istri dalam komitmen
pernikahan. Alkitab mengatakan “Diberkatilah kiranya sendangmu,
bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang
jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau
senantiasa berahi karena cintanya” (Amsal 5:18-19).

Semua hubungan seks yang dilakukan di luar hubungan pernikahan


merupakan sesuatu yang dilarang di dalam Alkitab. Penulis Kitab Ibrani
mengatakan, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan
dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal
dan penzinah akan dihakimi Allah” (Ibrani 13:4). Perlu ditegaskan bahwa
hubungan seksual yang terjadi sebelum pernikahan disebut “percabulan”

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 18


Tujuan Pernikahan Kristen

(Kisah Para Rasul 15:20; 1 Korintus 6:18), sedangkan hubungan seksual


yang dilakukan di luar hubungan pernikahan disebut “perzinahan”
(Keluaran 20:14; Matius 19:9). Baik percabulan maupun perzinahan,
keduanya sangat dilarang di dalam Alkitab. Josh McDowell mengatakan,
“Dalam istilah Alkitab, imoralitas seksual adalah semua hubungan seks di
luar pernikahan (termasuk sebelum menikah). Tuhan telah berbicara
melalui hukum (firman), dan Dia telah menjadikan standarNya jelas:
keterlibatan seksual di luar pernikahan itu salah”. Jadi untuk mencegah
imoralitas seksual inilah mengapa kita menemukan bahwa saat Alkitab
membicarakan tentang seks paling banyak ditulis dalam bentuk negasi
yang tegas (Bandingkan Kisah Para Rasul 15:29; 1 Korintus 6:18; 10:8;
Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:5). Allah tahu bahwa kita
membutuhkan penyalurah hasrat biologis kita, karena itulah pernikahan
merupakan sarana untuk pasangan suami istri memenuhi hasrat biologis
tersebut dengan cara yang memuaskan dan menyenangkan.

Prinsip hubungan seks yang baik adalah keterbukaan dan kejujuran


dalam mengungkapkan kebutuhan masing-masing. Intinya, kegiatan seks
bertujuan untuk dinikmati dan saling memuaskan, namun perlu dihindari
adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi suami dan istri.
Bahkan disinyalir, pasangan suami istri yang melakukan hubungan seks
dengan rutin dan dan menikmati hubungan seks tersebut akan lebih sehat
secara fisik dan psikologis, dan ini akhirnya membawa rumah tangga
mereka menuju kebahagiaan. Karena itu frekuensi, posisi dan teknik
hubungan seks suami dan istri sebaiknya tidak boleh dipaksakan
melainkan sesuai dengan kehendak bersama yang bermanfaat bagi kedua
pasangan. Mengenai hal kesatuan pasangan suami istri untuk saling
menikmati kesenangan seksual ini akan saya bahas lebih lanjut di dalam
pasal berikutnya yang membahas kekudusan seks di dalam pernikahan.

PILAR 4 # KESATUAN UNTUK MENDAPATKAN KETURUNAN


(PROKREASI)

Pilar keempat dari tujuan pernikahan adalah kesatuan seksual


antara pria dan wanita untuk menghasilkan keturunan (prokreasi).
Perhatikan frase “menjadi satu daging” dalam ayat-ayat Kejadian 1:24;
Matius 19:5; Markus 10:7; Efesus 5:31. Seks menurut Alkitab merupakan
anugerah dari Tuhan kepada manusia. Tim Clinton dan Mark Laaser dalam
bukunya Sex and Relationship menyatakan, “Seks adalah anugerah Allah.
Dia menciptakan kita sebagai mahluk seksual, dan Dia menciptakan seks

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 19


Tujuan Pernikahan Kristen

untuk suami istri”. Alkitab mencatat dalam Kejadian 1:28, bahwa Allah
memberkati manusia (Adam dan Hawa) sebelum mereka diperintahkan
“beranak cucu dan bertambah banyak”. Dengan demikian, peneguhan dan
pemberkatan nikah haruslah mendahului penyatuan seksual, bukan
sebaliknya. Untuk memenuhi mandat beranak cucu dan bertambah banyak
tersebut manusia (suami istri) melakukannya dengan cara bersenggama
(bersetubuh atau berhubungan kelamin). Allah Sang Pencipta, telah
mendesain dan membuat alat reproduksi yang cocok bagi manusia
sehingga mampu bereproduksi (menghasilkan keturunan), yaitu: (1) Bagi
pria, sperma yang diproduksi seumur hidupnya; dan (2) Bagi wanita sel
telur yang siap dibuahi dengan siklus kematangan 1 sel telur setiap bulan.

Sepasang suami istri yang melakukan hubungan seks menggunakan


kesempatan untuk menikmati hak istimewa yang merupakan karunia Allah,
yakni menciptakan suatu kehidupan baru, seorang manusia lain. Perlu
diketahui bahwa di dalam tubuh seorang pria ada triliunan sperma yang
diproduksi sepanjang hidupnya. Karena itu seorang pria dewasa yang
sehat dapat mengeluarkan / melepaskan sekitar 400 juta sel sperma dalam
1 kali ejakulasi. Sedangkan seorang wanita yang telah melewati pubertas
telah dilengkapi dengan sekitar 450 ribu bakal sel telur yang akan
mengalami kematangan (siap dibuahi) rata-rata 1 sel telur setiap bulannya.
Pertemuan antara sperma dan sel telur, atau sel telur yang dibuahi inilah
yang akan menjadi cikal bakal embrio seorang manusia. Agar sperma
dapat bertemu dengan sel telur maka cara yang dirancang oleh Pencipta
adalah melalui hubungan seksual. Allah telah membuat organ reproduksi
dan kelengkapannya bagi manusia, penis untuk pria dan vagina untuk
wanita, sehingga dapat melakukan persetubuhan atau bersenggama
(dalam konteks pernikahan) untuk mendapatkan keturunan (prokreasi).
Alkitab menggambarkan persetubuhan suami istri ini dengan frase “menjadi
satu daging” (Kejadian 2:24). Jadi dalam pernikahan seorang laki-laki tidak
hanya “meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya”
melainkan juga “menjadi satu daging” melalui hubungan dan penyatuan
seksual.

Jadi di dalam pernikahan pasangan suami istri Kristen atas


perkenan Tuhan mendapatkan keturunan ilahi. Nabi Maleakhi mengatakan
“Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan
apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah
dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap istri dari masa mudanya”
(Maleakhi 2:15). Keturunan ilahi artinya, adalah anak-anak yang memiliki
karakter Allah. Keturunan ilahi bukan sekedar hasil dari suatu hubungan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 20


Tujuan Pernikahan Kristen

seks pasangan suami istri, melainkan juga keturunan yang dihasilkan oleh
didikan, bimbingan, dan keteladanan dari orangtua. Untuk menghasilkan
anak hanya diperlukan waktu 9 bulan 10 hari, tetapi untuk menghasilkan
keturunan diperlukan waktu seumur hidup kita. Tetapi yang perlu diingat,
meskipun pernikahan merupakan kesatuan seksual antara suami dan istri
untuk menghasilkan keturunan, namun itu bukanlah merupakan satu-
satunya tujuan. Pernikahan adalah suatu kesatuan relasional persahabatan
dan juga kesatuan yang komplementer. Dan hubungan seks lebih dari
sekedar perkembangbiakan (prokreasi) saja, tetapi juga untuk dinikmati
dalam kesenangan (kreasi).

PILAR 5 # KESATUAN DALAM MENAMPILKAN CITRA ALLAH


(REFLEKSI ILAHI)

Pilar kelima dari tujuan pernikahan Kristen adalah kesatuan yang


menampilkan citra Allah. Menurut Alkitab, manusia adalah mahluk ciptaan
yang berpribadi, yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian
1:26). Menurut Charles C. Ryrie dalam bukunya Teologi Dasar, kata Ibrani
“gambar” adalah “tsalem” yang berarti gambar yang dihias, suatu bentuk
dan figur yang representatif yaitu suatu gambar dalam pengertian yang
konkret atau nyata. Kata Ibrani “rupa” adalah “demuth” yang mengacu pada
arti kesamaan tapi lebih bersifat abstrak atau ideal. Menyatakan bahwa
manusia adalah gambar dan rupa Allah berarti menjelaskan bahwa
manusia dalam hal tertentu merupakan refleksi yang nyata dari Allah yang
hidup, yang cerdas dan bermoral”. Dengan kata lain, manusia memiliki
“citra” Allah di dalam dirinya. Namun menurut Eugene H. Merrill dalam
bukunya Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama mengatakan, “sejalan dengan
disiplin keilmuan yang muncul belakangan, diyakini di sini bahwa
terjemahan dari ‘betsaléménú’ (dalam gambar Kita) dan ‘kiemuthénú ú
(menurut rupa Kita) seharusnya berbunyi ‘seperti gambar Kita dan menurut
rupa Kita’. Artinya manusia bukanlah diciptakan dalam gambar Allah, dia
adalah gambar Allah. Sebagaimana pada masyarakat Timur Dekat Kuno,
gambar-gambar atau patung-patung mewakili dewa-dewa dan raja-raja,
sehingga mereka pada akhirnya dapat saling dipertukarkan, demikian juga
manusia sebagai gambar Allah diciptakan untuk mewakili Allah sendiri
sebagai penguasa tertinggi atas semua ciptaan.

Dalam menampilkan citra Allah tersebut, manusia yang cerdas dan


bermoral itu diberi mandat oleh Tuhan untuk menguasai, memelihara dan
melestarikan seluruh ciptaanNya yang ada di bumi ini. Tuhan berfirman
kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; Penuhilah bumi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 21


Tujuan Pernikahan Kristen

dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung


di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. (Kejadian 1:28).
Sebelumnya dalam keputusan ilahi Tuhan telah berfirman, “Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak
dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi” (Kejadian 1:26). Di sini jelas bahwa Tuhan berbagi kekuasaan
kepada manusia. Manusia mendapat mandat atau otoritas dari Allah untuk,
menguasai, mengelola dan melestarikan ciptaanNya, serta menjalankan
hidup mereka. Menurut Kejadian 1:26,28, kata Ibrani yang dipakai untuk
kata “berkuasalah” adalah “rãdãh” dan kata “taklukkanlah” adalah “kãbaš”
merupakan dua kata kerja bentuk imperatif mengandung arti kekuasaan,
yang mengindikasikan bahwa manusia harus menguasai seluruh ciptaan
Tuhan sebagaimana para raja Ibrani dikemudian hari menguasai rakyatnya.
Raja-raja ini tidak boleh memerintah demi keuntungannya sendiri,
melainkan demi kesejahteraan rakyat.

Namun, perlu diingat sebagai mahluk ciptaan, manusia tetaplah


bergantung pada Tuhan bagi keberlangsungan hidupnya. Ia tidak bisa
berdiri sendiri, hidupnya bergantung pada Allah Pencipta. Di dalam Allah
manusia hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para
Rasul 17:28). Sebagai mahluk berpribadi, manusia memiliki kemandirian
yang relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa ia memiliki kemampuan
untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihannya
sendiri. Inilah yang menyebabkan manusia itu disebut sebagai manusia. Ia
adalah satu-satunya mahluk ciptaan yang merefleksikan dan menampilkan
citra Allah.

Pernikahan Kristen merupakan lembaga yang dirancang Allah agar


manusia menampilkan citra Allah secara berkelanjutan. Sebagaimana Allah
menciptakan Adam dan Hawa segambar dengan diriNya, maka keturunan
manusia tersebut juga adalah representasi gambar Allah. Melalui lembaga
pernikahan dan rumah tangga, manusia dipersiapkan untuk betul-betul
menjadi manusia yang seutuhnya. Pasangan suami istri seharusnya bukan
saja memiliki pengertian bahwa mereka melahirkan anak-anak, tetapi
mereka melahirkan manusia yang mampu menampilkan citra Allah.
Pengertian “melahirkan anak” dengan “melahirkan manusia” itu tidaklah
sama. Melahirkan anak berarti bahwa anak akan terus dalam posisi
sebagai anak seumur hidup dan diperlakukan sebagai anak terus menerus
sekalipun ia sudah dewasa dan menikah. Sedangkan melahirkan manusia
berarti bahwa anak-anak diperlakukan sebagai manusia sekalipun ia

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 22


Tujuan Pernikahan Kristen

adalah seorang anak. Menyadari akan hal ini maka ketika pria dan wanita
menikah dan membentuk keluarga, mereka akan menghargai arti dari
memiliki anak dalam keluarga dan mendidik anak mereka dengan benar
dan bertanggung jawab. Jadi, melalui lembaga pernikahan orangtua
dipanggil untuk terlibat dalam proses pendidikan yang paling efektif.
Orangtua yang merefleksikan citra Allah, harus mendidik anak-anak
mereka menjadi manusia yang juga merefleksikan citra Allah, dengan cara
mendidik, mengajar, membimbing, dan memberi keteladanan kepada
mereka. Bukan gereja dan bukan juga sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya yang ditetapkan Allah untuk membentuk manusia menjadi manusia
seutuhnya tetapi keluarga. Werren W. Wiersbe dalam bukunya Tafsiran
Surat Efesus mengatakan, “Alkitab tidak mengajarkan bahwa pendidikan
anak-anak diserahkan kepada lembaga-lembaga lainnya di luar rumah
tangga, walau bagaimanapun lembaga-lembaga itu mungkin dapat
menolong. Pendidikan anak-anak dipercayakan Allah kepada orangtua”.

Setiap orang menjadi apa adanya diri mereka sekarang ini sebagian
besar karena pengaruh keluarga (rumah tangga) yang membesarkannya.
Dengan kata lain, keluarga adalah faktor kontribusi terbesar dan terpenting
dalam menjadikan seseorang apa adanya orang tersebut. Jati diri dan
kepribadian seseorang terbentuk dan dikembangkan oleh orang-orang di
mana ia tumbuh bersama mereka. Semua orang bertumbuh menjadi
dewasa, dan semua orang tumbuh dewasa di suatu tempat dalam
lingkungan keluarga. Itu berarti keluarga berperan penting dalam
pembentukan seseorang. Ahli pendidikan moral, Robert Coles mengakui
bahwa keluarga merupakan lingkungan primer dalam membentuk
kecerdasan moral anak. Sebelum anak menerima pengaruh dari teman
sebaya dan guru di sekolah, ia sudah lebih dulu dibentuk ibu dan ayahnya,
serta dipengaruhi saudara maupun pengasuhnya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 23


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

Pasal 3
PRINSIP-PRINSIP ABSOLUT
PERNIKAHAN KRISTEN 1
“Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak
semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia”
(Matius 19:4-6)

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang


yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan
kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap”
(2 Korintus 6:14)

Telah dijelaskan dalam pasal sebelumnya bahwa pernikahan


merupakan suatu lembaga yang ditetapkan Allah bagi manusia sesuai
dengan kebutuhannya. Pernikahan itu merupakan ide Tuhan untuk
mempersatukan seorang pria dan wanita. Perhatikan frase “Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Saat laki-laki “seorang
diri saja” maka Allah menyatakan bahwa keadaan ini “tidak baik”. Jadi Allah
memutuskan untuk menciptakan “ezer kenegdo” atau “seorang penolong”.
Kata Ibrani “ezer” yang diterjemahkan dengan “penolong” berarti “sesuai
dengan” atau “sama dengan”. Jadi secara harfiah “seorang penolong”
berarti “penolong yang sepadan atau seorang yang sepadan dengannya”.
Dengan demikian jelas bahwa Allah sendiri yang menetapkan lembaga
pernikahan dan memberkatinya (Kejadian 1:28).

Karena itu pernikahan adalah hal mulia yang dikaruniakan Tuhan


sejak manusia belum jatuh ke dalam dosa (Kejadian 1:28). Karena itu,
pernikahan harus ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan, penuh kasih
sayang, percaya seorang akan yang lain, dan bersandar kepada kasih
karunia Tuhan. Pernikahan tidak boleh ditempuh atau dimasuki dengan

1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 4 Agustus 2013.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 24


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

sembarangan, dirusak karena kurang bijaksana, dinista atau dinajiskan;


melainkan hendaklah hal itu dihormati dan dijunjung tinggi dengan takut
akan Tuhan serta mengingat maksud Allah dalam pernikahan itu.

Walaupun dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk


memilih, tetapi semua itu berada dalam atau sesuai dengan ketetapan
Tuhan yang permisif atau mengizinkan. Tuhan telah memberikan prinsip-
prinsip ideal (absolut) dalam memilih pasangan hidup untuk membangun
sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Siapapun orangnya, apabila
sungguh-sungguh menaati prinsip-prinsip firman Tuhan, maka pastilah
keluarganya akan berbahagia. Kebahagiaan pernikahan tidak bergantung
kepada “teologi takdir” ataupun “teologi kebebasan” dalam memilih jodoh,
tetapi pada ketaatan terhadap prinsip-prinsip yang ditentukan Tuhan
sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip absolut yang
dimaksud bagi pernikahan Kristen adalah seperti berikut : (1) Pernikahan
bersifat monogami antara pria dan wanita; (2) Keduanya haruslah orang
yang beriman kepada Yesus Kristus; (3) Keduanya bertekad mengikat
perjanjian seumur hidup di hadapan Tuhan; (4) Keduanya bertekad
memelihara kekudusan dan kesetiaan seumur hidup; (5) Suami mengasihi
istri dan istri tunduk kepada suami; (6) Keduanya bertekad untuk mendidik
anak-anak sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan; (7) Semua persoalan
diselesaikan berdasarkan kebenaran firman Tuhan.

PRINSIP 1 # PERNIKAHAN HARUS BERSIFAT MONOGAMI ANTARA


PRIA DAN WANITA

Pernikahan, khususnya pernikahan Kristen itu bersifat monogami.


Dalam Kejadian 1:27 dikatakan “Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki
(ish) dan perempuan (ishsha) diciptakanNya mereka”. Kristus menegaskan
kembali hal ini dalam Matius 19:4, dikatakan, “Jawab Yesus: “Tidakkah
kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia (antrophos) sejak semula
(ap’arches) menjadikan mereka laki-laki (aner) dan perempuan (gyne)?”.
Kata Yunani “ap’arches” atau “sejak semula” yang disebutkan Yesus dalam
Matius 19:4, pastilah merujuk pada Kejadian pasal 2, karena kalimat
selanjutnya “Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah
dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging”, yang diucapkan Yesus dalam ayat 5 adalah kutipan dari
Kejadian 2:24. Jadi, pernikahan alkitabiah adalah antara seorang pria
biologis dengan seorangan wanita biologis. Karena itu, pernikahan dengan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 25


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

sesama jenis (homoseksual) atau pun pernikahan dengan hewan bukanlah


pernikahan, melainkan penyimpangan dari ketetapan Tuhan.

Karakteristik paling mendasar dari pernikahan adalah bahwa


pernikahan merupakan satu kesatuan antara seorang pria dan seorang
wanita. Rasul Paulus berkata “baiklah setiap laki-laki (bentuk tunggal)
mempunyai istrinya sendiri (bentuk tunggal) dan setiap perempuan
mempunyai suaminya sendiri” (1 Korintus 7:2). Monogami bukan hanya
ajaran Perjanjian Baru, tetapi merupakan ajaran Perjanjian Lama.
Monogami adalah rancangan Tuhan “sejak semula”, yaitu ketika Allah
menciptakan satu laki-laki (Adam) dan memberi dia hanya satu istri (Hawa).
Fakta bahwa Allah mengizinkan poligami dalam Perjanjian Lama tidaklah
membuktikan bahwa Dia memerintahkannya. Poligami, sebagaimana
perceraian bukanlah ideal (rancangan) Allah. Poligami adalah konsensi
bukan konstitusi; diizinkan bukan diperintahkan. Hal ini terjadi karena
ketegaran atau kekerasan hati manusia, tetapi sejak semula tidaklah
demikian (Matius 19:8).

PRINSIP 2 # PERNIKAHAN HARUS ANTARA YANG SEIMAN

Seseorang yang menaruh imannya dalam Kristus sudah dilahirkan


kembali (Yohanes 3:3-16), sehingga “siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru” (2 Korintus 5: 17). Perubahan yang demikian
mendasar dalam kehidupan rohani kita seharusnya berdampak sangat kuat
terhadap prioritas, tujuan, gaya hidup dan hubungan antar pribadi kita,
termasuk dalam hal memilih pasangan hidup. Rasul Paulus menasehati,
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara
kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu
dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan
Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang
tak percaya?” (2 Korintus 6: 14-15). “Jangan kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang” adalah frase Yunani yang secara harafiah
diterjemahkan “Jangan kamu menjadi pasangan yang memakai kuk yang
berbeda (mê ginesthe heterozugountes apistois)”. Kata Yunani
“heterozugountes” yang dipakai rasul Paulus disini berasal dari kata
“heterozugeô”. Dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani (Septuaginta) kata
ini digunakan untuk melarang pengawinan ternak dengan jenis ternak yang
berbeda (Imamat 19:19).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 26


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

Ketika Rasul Paulus menuliskan kata-kata tersebut di atas, ia


memang tidak secara khusus berbicara tentang pernikahan, tetapi prinsip
yang terkandung di dalamnya tepat dan dapat diterapkan dalam hal
pernikahan. Paulus menggambarkan dalam suatu analogi agar orang
percaya jangan mengenakan kuk bersama orang yang tidak percaya. Kuk
adalah potongan kayu yang panjang dan berat, yang dipasang tepat di
bagian belakang leher dua ekor lembu (atau dua keledai) dengan tujuan
menyatukan keduanya untuk membajak ladang, menarik gerobak, dan lain
sebagainya. Kuk tidak boleh putus, dan begitu di kunci di tempatnya, kedua
lembu itu pasti terhubung satu dengan yang lain. Kemanapun yang satu
pergi, yang lain pasti mengikuti. Dengan kata lain, setiap langkah atau
gerakan yang dilakukan oleh seekor lembu juga diikuti oleh lembu lainnya.
Jadi kuk sebenarnya membuat kedua lembu itu menjadi satu, yang
membuat keduanya kehilangan otonomi dan kebebasan diri begitu kuk
dipasang. Analogi rasul Paulus tersebut jelas mengingatkan orang percaya
untuk tidak mengenakan kuk bersama orang yang tidak mengikut Tuhan.
Sama mustahilnya bagi kedua lembu yang dipasang kuk bersama untuk
pergi kedua arah yang berbeda, maka mustahil bagi orang Kristen dan
bukan orang Kristen, yang menuju dua arah yang berbeda, untuk dipasangi
kuk dalam pernikahan dan tidak menjadi sangat menderita. Dengan kata
lain adalah kekeliruan jika seorang Kristen menikah dengan orang yang
tidak beriman dan mengharapkan kehidupan rumah tangganya bahagia
sesuai dengan kehendak Tuhan.

Meskipun rasul Paulus dan rasul Petrus pernah membicarakan


kemungkinan memenangkan pasangan yang tidak seiman sehingga
percaya pada Tuhan, lebih baik menganggap hal tersebut sebagai
kekecualian dan bukan modus (1 Korintus 7:12-16; 1 Petrus 3:1-2).
Tidaklah bijaksana memutuskan menikah dengan seseorang yang tidak
seiman, karena hal ini akan lebih rumit dan membawa banyak masalah.
R.C. Sproul dalamnya buku Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen
mengatakan, “Pernikahan merupakan ketetapan penciptaan. Seseorang
tidak perlu menjadi orang Kristen untuk menerima anugerah umum dari
lembaga ini. Pada waktu semua laki-laki dan perempuan boleh menikah,
orang Krisen dipanggil untuk menikah hanya ‘di dalam Tuhan’. Firman
Tuhan jelas melarang orang Kristen menikah dengan yang bukan Kristen”.
Hal yang sama ditekankan oleh Herman Ridderbos dalam bukunya Paulus:
Pemikiran Utama Teologinya, ia mengatakan demikian, “Aplikasi spesifik
dari motif umum pengudusan di dalam pernikahan dinyatakan di tempat
lain. 1 Korintus 7:39 misalnya, menuntut orang percaya untuk tidak
menikah selain di dalam Tuhan, yaitu dengan orang percaya”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 27


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

Seorang Kristen yang menikah dengan orang yang bukan Kristen,


mungkin akan menghadapi masalah rohani seumur hidup dan pergumulan
bagi kesejahteraan rohani anak-anak mereka. Karena itu, orang yang akan
dipilih sebagai pasangan hidup haruslah: (1) Percaya dan menyembah
Kristus serta memiliki komitmen pada iman tersebut (Baca: 2 Korintus 6:14-
18; Efesus 4:17; 5:20; Filipi 3:7-16; 1 Yohanes 2: 15-17); (2) Memiliki
keyakinan yang benar. Jangan menikah dengan seorang penganut bidat
atau ajaran sesat! Anda tidak harus sepaham dalam hal-hal yang tidak
pokok (esensi), tetapi pastikan bahwa Anda memegang doktrin yang
alkitabiah (1 Yohanes 4: 1-6); (3) Komitmen untuk bergereja. Allah tidak
memaksudkan hidup Kekristenan sebagai cara untuk hidup menyendiri. Dia
merancang gereja untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai wadah kita
melayani sesama. Anda harus setuju dalam hal yang satu ini dengan calon
pasangan Anda (Efesus 4: 1-16; Ibrani 10:24-25).

PRINSIP 3 # BERTEKAD MENGIKAT PERJANJIAN DIHADAPAN


TUHAN

Sebuah perjanjian menurut Alkitab, adalah sebuah hubungan yang


sakral antara dua pihak, disaksikan oleh Allah, sangat mengikat, dan tidak
dapat dibatalkan. Kedua belah pihak bersedia berjanji untuk menjalani
kehidupan sesuai dengan butir-butir perjanjian itu. Kata Ibrani yang
digunakan untuk “perjanjian” adalah “berith”, sedangkan kata Yunaninya
adalah “diathêkê” dan “suntithêmai”.

Kata Ibrani “berith” berarti “sebuah kesatuan yang dibuat dengan


membelah potongan-potongan daging”, yang menujukkan pada pemikiran
tentang keputusan sebuah perjanjian (bandingkan Kejadian 15:17; Yeremia
34:18). Dengan kata lain, yang dimaksud dengan “berith” adalah “sebuah
perjanjian, persetujuan, ikrar, dan sebuah penyatuan”. Contoh penggunaan
kata ini adalah Keluaran 23:32 yang diterjemahkan dengan “perjanjian”;
Yosua 9:6; Hosea 10:4 yang diterjemahkah dengan “ikat janji”. Contoh
penggunaan kata ini yang berhubungan dengan pernikahan adalah Amsal
2:17 dan Maleakhi 2:14 yang diterjemahkan “Ikrar atau perjanjian”.

Kata Yunani “diathêkê” berarti “keinginan terakhir dan perjanjian”


yang menujuk pada pernyataan kehendak terakhir dan perjanjian
seseorang. Namun “diathêkê” juga berarti “suatu pengaturan yang dibuat
oleh satu pihak dengan kuasa penuh di mana pihak lain dapat menerima
atau menolaknya, tetapi tidak dapat mengubahnya. Contoh penggunaan
kata ini terdapat dalam Matius 26:28; Efesus 2:12; Ibrani 7:22; dan lainnya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 28


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

yang diterjemahkan dengan “perjanjian”. Sedangkan kata Yunani


“suntithêmai” berarti “meletakkan bersama-sama, menempatkan bersama-
sama, dan mengatur”. Kata ini mengacu pada suatu pengaturan antara
manusia. Tetapi kata ini tidak pernah digunakan untuk mengacu pada
perjanjian yang dibuat oleh Allah dengan manusia. Di dalam Alkitab
disebutkan perjanjian dengan manusia dengan sesamanya dalam berbagai
hal, misalnya Lukas 22:5. Tetapi kata “suntithêmai” ini tidak digunakan
untuk ikat janji pernikahan.

Jadi, istilah Ibrani “berith” dan istilah Yunani “diathêkê” yang


diterjemahkan sebagai “perjanjian” seperti tersebut di atas inilah yang
digunakan Alkitab untuk melukiskan sifat hubungan pernikahan. Kata
“perjanjian” ini di dalam bahasa Inggris adalah “covenant” menunjuk
kepada sikap saling pengertian di antara dua pihak atau lebih, masing-
masing pihak mengikat dirinya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang
ditentukan. Dengan kata lain “perjanjian” tersebut adalah semacam suatu
kontrak hukum, suatu ikatan persetujuan, atau suatu persetujuan tertulis. Di
dalam Alkitab, jelas bahwa pernikahan merupakan suatu kesatuan yang
dilahirkan dari satu perjanjian berdasarkan suatu janji-janji yang timbal
balik. Perjanjian pernikahan ini dinyatakan dengan gamblang oleh nabi
Maleakhi ketika ia menulis “TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan
istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal
dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu” (Maleakhi 2:14). Kitab
Amsal juga berbicara tentang penikahan sebagai suatu “kovenan” atau
“perjanjian” satu sama lain. Kitab ini mengutuk seorang yang berzinah
“yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan
perjanjian Allahnya” (Amsal 2:17).

Jadi, pernikahan adalah suatu perjanjian pada satu peristiwa dimana


Allah menjadi saksi. Allahlah yang mengadakan pernikahan dan Dialah
yang menyaksikan janji-janji tersebut benar-benar dibuat “dihadapan Allah”.
Kuatnya ikat jajni pernikahan ditegaskan oleh Kristus ketika Ia menyatakan
bahwa Allahlah yang benar-benar menyatukan dua manusia bersama-
sama di dalam pernikahan dengan mengatakan, “Apa yang telah disatukan
Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Markus 10:19).

PRINSIP 4 # BERTEKAD MEMELIHARA KEKUDUSAN DAN


KESETIAAN SEUMUR HIDUP

Menurut Alkitab, merupakan kehendak Allah bahwa pernikahan


sebagai komitmen seumur hidup. Permanennya suatu pernikahan dengan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 29


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

jelas dan tegas dinyatakan oleh Kristus ketika Ia mengatakan, “Apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6).
Jadi Allah dari sejak semula menetapkan bahwa pernikahan sebagai ikatan
yang permanen, yang berakhir hanya ketika salah satu pasangannya
meninggal (bandingkan Roma 7:1-3; 1 Korintus 7:10-11). Paulus juga
menegaskan hal ini ketika ia berkata “Sebab seorang istri terikat oleh
hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada
suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia
menjadi istri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari
hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi istri laki-laki lain”
(Roma 7:2-3).

Allah telah menetapkan pernikahan dari sejak semula dan Allah


adalah saksi dari seluruh pernikahan, baik diundang maupun tidak. Karena
itu pernikahan wajib dihormati oleh semua orang (Ibrani 13:4). Pernikahan
bukanlah hal yang boleh diremehkan! Pernikahan juga tidak boleh
ditempuh atau dimasuki dengan sembarangan, dirusak oleh karena kurang
bijaksana, dinista atau dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati
dan dijunjung tinggi. Perhatikanlah saat Alkitab mengatakan “seorang pria
akan meninggalkan ayat dan ibunya dan bersatu dengan istrinya”.
(Kejadian 2:24). Artinya jelas, bahwa dalam pernikahan seorang pria
melekatkan diri kepada istrinya sendiri sehingga “yang telah dipersatukan
Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6).

Ketidaksetiaan dilarang dalam hubungan pernikahan. Kesetiaan


pernikahann harus dihargai oleh kedua belah pihak. Tuhan melalui nabi
Maleakhi mengingatkan, “Dan kamu bertanya: ‘Oleh karena apa?’ Oleh
sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan istri masa mudamu
yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu
dan istri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka
daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan
ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap istri dari
masa mudanya” (Maleakhi 2:14-15). Pasangan suami istri yang telah
mengikat janji pernikahan disebut sebagai orang yang telah dimeteraikan.
Tidak heran jika wanita dalam syair kitab Kidung Agung mengajukan satu
permintaan tertinggi kepada kekasihnya demikian, “Taruhlah aku seperti
meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat
seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah
nyala api, seperti nyala api TUHAN!” (Kidung Agung 8:6). Karena itu salah
satu prinsip terpenting dalam pernikahan Kristen adalah komitmen

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 30


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

pasangan suami istri untuk memelihara kekudusan dan kesetiaan mutlak


satu dengan lainnya.

PRINSIP 5 # SUAMI MENGASIHI ISTRI DAN ISTRI TUNDUK KEPADA


SUAMI

Sebelum upacara pernikahan, seorang pria dan seorang wanita


berada di bawah otoritas orang tua atau walinya masing-masing. Setelah
upacara pernikahan, seorang pria sebagai suami diperintahkan untuk
memiliki otoritas yang lain atas seorang wanita, yaitu istrinya sendiri. Rasul
Paulus mengingatkan, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini,
yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan
ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah” (1 Korintus 11:3). Jadi,
pertama-tama suami harus tunduk kepada Kristus karena kepala dari
suami adalah Kristus. Kemudian, sebagaimana suami tunduk kepada
Kristus demikian juga hendaknya istri tunduk kepada suaminya, dan
mengizinkan suami bertanggung jawab bagi dirinya.

Selanjutnya, rasul Paulus dalam Efesus 5:22-25 menjelaskan bentuk


relasi suami dan istri, “Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada
Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu
sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada
suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana
Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya” .
Mengapa Paulus memberi perintah “istri tunduk kepada suami” dan “suami
mengasihi istri”. Bahkan hal ini diulangi lagi dalam Kolose 3:18-19, “Hai
istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam
Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar
terhadap dia”

Perlu diketahui, suami yang dihormati oleh istrinya akan merasa


hidupnya lebih berarti. Sebaliknya, jika suami kurang dihormati oleh
istrinya, maka ia merasa hidup kurang berarti. Namun perkataan “istri
tunduk pada suami” bukan berarti suami boleh berlaku sewenang-wenang
dan berbuat sembarangan terhadap istrinya, melainkan disinilah
keistimewaan yang diberikan Tuhan, yaitu kedudukannya sebagai kepala.
Kata Yunani untuk “kepala” adalah “kephale” yang berarti “memerintah”
dan “otoritas” yang bermakna “tanggung jawab”. Tunduk pada suami
adalah pengaturan yang ditetapkan Tuhan agar istri dapat memberi rasa

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 31


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

hormat pada suaminya. Karena sikap tunduk dari istri inilah yang
dibutuhkan pria (Efesus 5:33).

Istri lebih mementingkan cinta, itu sebabnya diperintahkan agar


“suami mengasihi istri”. Cinta adalah segala-galanya bagi istri, melebihi
apapun; tetapi bukan berarti ia tidak memerlukan penghargaan. Seorang
wanita merasa dihargai, apabila suaminya mencintainya. Dapat dikatakan
bahwa cinta merupakan seluruh hidup dari istri, tetapi hanya sebagian dari
hidup pria. Tetapi ini bukan berarti pria tidak memerlukan cinta, atau bukan
berarti cinta seorang pria (suami) boleh dibagi kepada beberapa orang,
tetapi justru seutuhnya dari yang sebagian ini hanya boleh diberikan
kepada istrinya. Jadi kita melihat, bahwa yang dibutuhkan pria adalah
dihormati, sedang bagi wanita yang dibutuhkannya adalah perhatian dan
kasih sayang. Kebutuhan-kebutuhan ini bisa diberikan oleh pasangan
masing-masing di dalam pernikahan. Sebab itu suami dan istri masing-
masing perlu mengoreksi diri dengan bertanya pada diri sendiri. Istri perlu
bertanya “apakah aku telah menghormati suamiku dalam segala hal?” dan
suami perlu bertanya “apakah aku telah mengasihi dan menyayangi istriku
dengan sepenuhnya?“

Karena seorang pria lebih mementingkan otoritas atau wibawa,


sedang seorang wanita lebih mementingkan cinta, maka hal itu tidak hanya
menjadi kelebihan dan ciri khas masing-masing, tetapi juga menjadi
kelemahannya. Suami yang tidak dihormati oleh istrinya ada kemungkinan
besar untuk “menyalahgunaan otoritas” atau bahkan “membagi” cintanya
pada wanita yang lain. Sedangkan istri yang tidak dicintai suaminya ada
kemungkinan akan berusaha mengambil “kendali”. Atau, jika ia tidak
mendapatkan cinta dari suaminya, maka ia berusaha mendapatkan
perhatian dari pria lain. Disinilah bahayanya jika suami dan istri tidak
memahami dan tidak mengerti prinsip Alkitab mengenai “tunduk dan
mengasihi” ini!

Suami dan istri juga memiliki tanggung jawab masing-masing yang


harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab suami
terhadap istri yang berhubungan dengan mengasihinya ialah: memberi
perhatian dan menyayangi istrinya; memelihara dan melindungi istrinya;
menerima dan menghargai istrinya; peduli dan penuh pengertian pada
istrinya; memimpin istrinya dan berkorban baginya. Sedangkan tanggung
jawab istri terhadap suami yang berhubungan dengan sikap tunduk
kepadanya ialah: mendukung dan menolong suaminya; menerima dan
mengagumi suaminya; mempercayai dan menaati suaminya; menghormati

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 32


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

dan lebih menghormati suaminya. Tanggung jawab di atas dapat


dikembangkan lagi oleh suami dan istri dengan cara: menjadi teman dan
sahabat; saling melayani dan merawat; dan mengatur seisi rumah
bersama-sama; rendah hati dan murah hati; memperhatikan pertumbuhan
pribadi lebih dari hal lahiriah; dan lain sebagainya (bandingkan 1 Korintus
13:1-8; 1 Petrus 3:1-7).

PRINSIP 6 # BERTEKAD UNTUK MENDIDIK ANAK-ANAK SESUAI


AJARAN DAN NASIHAT TUHAN

Secara khusus dengan hadirnya anak sebagai karunia dari Tuhan,


relasi suami istri dalam pernikahan akan bertambah. Kehadiran anak akan
membentuk relasi orangtua dengan anak. Suami dan istri yang telah
mempunyai anak, kini menjadi orangtua. Relasi ini disertai suatu tanggung
jawab, yaitu tanggung jawab orangtua terhadap anak dan tanggung jawab
anak-anak terhadap orangtua. Rasul Paulus mengingatkan, “Hai anak-
anak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di
dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan” (Efesus 6:1-4; Bandingkan Ulangan 6:5-9). Hal yang sama
disampaikan rasul Paulus dalam Kolose 3:20-21, “Hai anak-anak, taatilah
orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya”.

Dahulu di beberapa budaya cara orangtua mendidik anak berbeda-


beda. Menurut Mary Setiawan dalam buku Menerobos dunia Anak bahwa
di Sparta demi rasa kepatriotan bangsa, orangtua mendidik anak dengan
cara menyiksa. Anak yang sehat dipilih untuk dilatih khusus sedangkan
yang lemah di bunuh. Di Papua Nugini memiliki suatu adat tradisi yang
buruk, yaitu tidak suka mendidik anak. Anak-anak harus dikubur bersama
dengan orangtuanya yang meninggal. Di India Utara, jika orangtua sakit
kronis dan tidak dapat disembuhkan, mereka mandi dengan darah anaknya
untuk memperoleh kesembuhan. Tetapi tidak demikian halnya bagi
orangtua Kristen. Tanggung jawab mendidik anak didasarkan pada hikmat
Tuhan yang dinyatakan di dalam Alkitab.

Di dalam Alkitab ditegaskan bahwa orangtua bertanggung dalam hal


mendidik anak-anak mereka. Di dalam Perjanjian Lama, orangtua harus

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 33


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

mendidik anak-anaknya dengan tekun (Ulangan 6:6-7). Mendidik anak


untuk mengenal perintah Tuhan (Mazmur 78:5-6) dan mendidiknya di jalan
yang benar (Amsal 22:6). Mendidik anak-anak merupakan keharusan
karena anak merupakan warisan Allah kepada orangtua (Mazmur 127:3),
bahkan bila perlu mendidik disertai dengan disiplin (Amsal 22:15; 19:18;
23:13-14; 29:15,19). Di dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwa bangsa
Israel pada zaman Perjanjian Lama sangat mementingkan pendidikan
terhadap anak karena itu merupakan perintah Tuhan. Menurut penulis-
penulis Yahudi yang hidup se zaman dengan Yesus, orangtua Yahudi
mendidik anak-anak mereka dalam hukum Taurat. Flavious Josephus,
seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama mengatakan “di atas semuanya
kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada
anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan praktik
kesalehan yang dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting
dalam kehidupan”. Selanjutnya Yosephus juga mengatakan “(Hukum
Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya dapat
belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.

Serupa dengan Perjanjian Lama, maka dalam Perjanjian Baru juga


disebutkan bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab orangtua.
Rasul Paulus dalam Kolose 3:21 dan Efesus 6:4b menasehati bahwa
orangtua harus mendidik anak sesuai ajaran firman Tuhan. Kewajiban
orangtua dalam mendidik anak termasuk di dalamnya kewajiban untuk:
memelihara mereka, mencukupkan kebutuhan materi dan emosi mereka,
membantu mereka untuk bertumbuh, memberi rasa aman, menyekolahkan
mereka, serta menjadikan mereka manusia yang dewasa dan mandiri.

PRINSIP 7 # SEMUA PERSOALAN DISELESAIKAN BERDASARKAN


KEBENARAN FIRMAN TUHAN

Keluarga bahagia bukan keluarga yang tanpa masalah tetapi


keluarga yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan prinsip firman
Tuhan. Karena itu, suami dan istri serta seluruh anggota keluarga harus
berpusat pada Allah (theocentric family) dan menjadikan firman Tuhan
(Alkitab) sebagai prinsip utama dalam mengatur dan menjalankan rumah
tangga (bible oriented family). Jika suami dan istri, serta semua anggota
keluarga taat kepada Kristus dan menjalankan prinsip firman Tuhan, maka
hasilnya Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan sejati (Bandingkan 2
Timotius 3:14-17).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 34


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

Setiap keputusan dan tindakan yang diambil untuk menyelesaikan


masalah seharusnya bukan merupakan keputusan emosional tetapi
berdasarkan pertimbangan yang cukup, yaitu berdasarkan kebenaran
firman Tuhan. Mengapa demikian? Pikiran kita berperan penting dalam
menentukan apa yang benar. Manusia merasa dan berpikir, karena Allah
merancangnya demikian. Perasaan atau emosi kita diekspresikan dalam
sukacita, kemarahan, penyesalan, dan perasaan-perasaan lainnya. Emosi
merupakan sesuatu yang baik, kita marah terhadap kejahatan, kita sedih
terhadap kemiskinan dan penderitaan, serta lain sebagainya. Tetapi, emosi
harus tetap dijaga dalam konteks dan ekspresi yang benar. Harus diingat,
emosi tidak dapat menentukan kebenaran atau memutuskan kebenaran
dari kesalahan. Merasa baik misalnya, tidak mengindikasikan bahwa
sesuatu itu benar, dan merasa buruk tidak mengindikasikan kesalahannya.
Emosi adalah bagian dari jiwa yang menghargai dan merespon kepada
hidup. Menghargai emosi untuk mengidentifikasi kebenaran adalah seperti
meminta telinga kita untuk mencium sebuah bunga. Telinga itu tidak dapat
melakukannya karena telinga tidak diciptakan untuk mencium. Emosi tidak
memiliki muatan dan informasi di mana kita dapat mengevaluasi kebenaran
atau kesalahan. Kapasitas pikiran kitalah yang melakukan fungsi ini.

Kekristenan yang benar mengajarkan kita untuk tidak membuat


keputusan atau mengambil tindakan berdasarkan perasaan. Mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan bagaimana kita merasa bisa
membawa kepada bahaya, karena emosi tidak dapat mengenali benar atau
salah lebih daripada kemampuan pikiran untuk mengenalinya. Emosi
memang mempengaruhi pikiran, tetapi seharusnya tidak menjadi faktor
penentu. Ketika kebenaran dan kesalahan diidentifikasi, perasaan dapat
dan harus menemani keputusan. Kemampuan atau kapasitas pikiran kita
harus digunakan untuk membuat keputusan-keputusan mengenai
kebenaran dan moral. Pikiran yang terlatih dalam firman Allah memimpin
kita dalam jalan Allah “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi
jalanku” (Mazmur 119:105).

Manusia yang mencoba membangun rumah tangga tanpa


mengandalkan Tuhan dan firmanNya, akan mengalami kehancuran.
Karena semua yang menjadi idaman manusia dan diinginkan ada dalam
rumah tangga, seperti: keharmonisan, kesetiaan, cinta kasih, sukacita,
damai sejahtera, anak-anak yang taat, kesehatan jasmani, berkat materi;
sesungguhnya terletak dalam tangan Tuhan. Siapa yang bersandar dan
berharap kepadaNya akan dikaruniakan semuanya itu. Semua prinsip di
atas adalah absolut (mutlak). Artinya, siapapun, baik pria maupun wanita,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 35


Prinsip-Prinsip Absolut Pernikahan Kristen

yang telah memenuhi prinsip-prinsip mutlak firman Tuhan di atas, Tuhan


pasti menjamin kebahagiaan hidup dalam pernikahan dan rumah
tangganya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 36


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

Pasal 4.
APAKAH YESUS
MENGIZINKAN PERCERAIAN ?1

“Maka datanglah orang-orang Farisi kepadaNya untuk mencobai Dia. Mereka


bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa
saja?” Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia
sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya:
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah
sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang
menceraikan istrinya?” Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu
Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan istrinya,
kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-
murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan
isteri, lebih baik jangan kawin.” (Matius 19:1-11)

O rang-orang Farisi adalah salah satu sekte Yudaisme yang paling


berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masa Perjanjian Baru.
Kelompok ini berasal dari orang-orang yang memisahkan diri (parash) pada
zaman Makabe, dan pada tahun 135 SM telah berdiri dengan kokoh dalam
Yudaisme. Teologi mereka didasarkan pada seluruh Perjanjian Lama
(hukum Taurat dan kitab Para Nabi) dan tulisan para imam. Selain itu
mereka juga menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek
moyang yang mereka taati sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya. Mereka
menjalankan kewajiban doa puasa pada hari Senin dan Kamis, serta
membayar persepuluhan dari harta mereka dengan sangat teliti (Matius
23:23; Lukas 11:42). Mereka memelihara hukum Sabat dengan sangat
ketat, hingga menyembuhkan orang sakit atau sekedar memetik bulir
gandum sambil berjalan pun tidak mereka perkenankan (Matius 12:1-2).
Mereka juga sangat menekankan makanan halal dan haram, bahkan
menajiskan orang yang makan tanpa mencuci tangan lebih dahulu (Matius

1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 37


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

15:1-9). Paulus, sebelum bertobat dan mengikut Yesus, pada mulanya


adalah anggota dari kelompok ini (Filipi 3:5: Galatia 1:14). Kaum Farisi
mengajarkan hukum Taurat dan hukum-hukum lainnya yang tidak terdapat
dalam kitab Suci. Tafsiran mereka atas hukum-hukum tersebut dimuat
dalam Misnah dan Talmud.

Orang-orang Farisi ini suatu ketika datang kepada Yesus dengan


pertanyaan mengenai alasan bagi diperbolehkannya perceraian (Matius
19:3). Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan, namun Ia membawa
mereka untuk kembali kepada rencana Allah sejak semula bagi pernikahan,
yaitu: bahwa maksud Allah bagi pernikahan, perceraian mutlak tidak
mendapat tempat sama sekali. Sama sekali tidak, termasuk juga
pemisahan. Pernikahan merupakan suatu hubungan yang dalam dan intim
antara seorang pria dan seorang wanita, untuk tujuan pertemanan hidup,
saling menolong, pemenuhan hasrat seksual, dan menghasilkan keturunan.
Pernikahan adalah sebuah hubungan total, eksklusif, dan seumur hidup.
Tidak boleh ada manusia yang memisahkan hubungan ini dengan alasan
dan cara apapun.

Namun orang-orang Farisi keberatan dengan pernyataan Yesus


tersebut terhadap soal perceraian, karena Yesus lebih menekankan
kepada tujuan dan maksud Allah sejak semula untuk pernikahan daripada
sekedar menjawab pertanyaan mereka. Karena itulah mereka mengajukan
pertanyaan berikutnya, atau lebih tepatnya, mereka mengajukan
pernyataan dalam bentuk pertanyaan, “Apakah sebabnya Musa
memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
istrinya?” Jadi orang-orang Farisi tersebut sebenarnya tidak mengajukan
pertanyaan, melainkan sedang membuat pernyataan, di mana mereka
merujuk pada Ulangan 24:1-4.

Perlu diketahui bahwa pada saat itu ada tiga pandangan penafsiran
yang berbeda mengenai alasan perceraian. Ketiga pandangan tersebut
diuraikan dalam Talmud Misnah Gittin, sebagai berikut, “Dewan Shammai
mengatakan: Seorang tidak boleh menceraikan istrinya kecuali apabila ia
menemukannya tidak setia. Sebagaimana telah dikatakan dalam Ulangan
24:1, karena ia menemukan sesuatu yang tidak senonoh padanya. Dewan
Hillel mengatakan: Suami boleh saja menceraikan istrinya kalau sang istri
membuat makanan basi bagi suaminya karena telah dikatakan, bahwa
kenajisan merupakan persoalan yang serius. Sementara itu Rabi Akiba
mengatakan: Suami boleh menceraikan istrinya apabila ia menemukan
perempuan lain yang lebih cantik dari istrinya, karena telah dikatakan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 38


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

dalam Ulangan 24:1, bahwa kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan


itu”.

Jadi pada saat itu ada tiga pandangan yang di pegang di antara para
rabi Yahudi tentang alasan perceraian berdasarkan penafsiran dari
Ulangan 24:1-4, yaitu: Pandangan Sammai, Hillel, dan Akiba. Pandangan
Sammai nampak lebih ketat ketimbang pandangan Hillel. Pandangan Hillel
jelas terlihat ceroboh dan dipaksakan. Sedangkan pandangan Akiba
nampaknya merupakan perluasan dari pandangan keteledoran Hillel.
Tetapi setidaknya, pandangan Hillel yang ceroboh dan pandangan Sammai
yang tegas memiliki pendapat yang sama, bahwa keduanya mensyaratkan
adanya suatu kesalahan pada sang istri yang membenarkan sang suami
menceraikannya. Sedangkan pandangan Akiba mengizinkan suami
menceraikan istrinya bukan karena istri melakukan sesuatu yang salah,
tetapi karena suami lebih tertarik kepada perempuan lain.

Menanggapi pernyataan orang-orang Farisi itu Yesus mengatakan,


“Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu,
tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Matius 19:8). Ada tiga hal yang
ditekankan Yesus dalam pernyataanNya tersebut, yaitu: (1) Musa tidak
pernah memerintahkan perceraian, ia hanya mengizinkan. Jadi orang-
orang Farisi nampaknya salah menafsirkan Ulangan 24:1 sebagai perintah
Musa, karena menurut Yesus, Musa pun tidak pernah memerintahkan;
(2) Perceraian dengan memberikan surat cerai tersebut terjadi karena
kekerasan hati manusia; (3) Dalam rancana Allah dari sejak semula
perceraian tidak diperbolehkan dengan alasan apapun. Artinya, perceraian
adalah konsensi Musa bukan konstitusi ilahi. Perceraian merupakan
kelonggaran bukan norma atau standar Allah. Karena dalam ayat-ayat itu
Yesus sama sekali tidak memberikan kemungkinan bahwa izin perceraian
merupakan konsensi ilahi (berasal dari Allah). Dengan demikian kehendak
Allah untuk pernikahan dengan tidak memberi tempat bagi perceraian tidak
pernah diubah ataupun dibatalkan.

ARGUMENTASI YANG MENJADI DASAR LARANGAN PERCERAIAN

Bukankan Kristus telah menegaskan bahwa “apa yang telah


disatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia”? Apa yang dikatakan
Kristus tersebut benar adanya. Lalu bagaimana dengan perceraian?
Menurut Norman L. Geisler dalam bukunya Etika Kristen: Pilihan dan Isu,
setidaknya ada tiga argumentasi kesepakatan umum di kalangan Kristen
yang menjadi dasar larangan bagi perceraian, yaitu: (1) Perceraian

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 39


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

bukanlah ideal Allah; (2) Perceraian tidak dipebolehkan untuk setiap


alasan; dan (3) Perceraian menciptakan masalah-masalah.

1. Perceraian bukanlah ideal Tuhan. Jelaslah bahwa Tuhan


tidak merancang perceraian. Apapun pandangan orang mengenai
perceraian, adalah penting untuk mengingat kata-kata Alkitab dalam
Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah
Israel.” Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai
komitmen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia” (Matius 19:6). Yesus mengatakan bahwa Musa “mengizinkan”
perceraian dikalangan Israel tetapi tidak pernah memerintahkan perceraian,
dan menurut Kristus perceraian itu “diizinkan” Musa karena “ketegaran hati”
mereka (Matius 19:8; Bandingkan Markus 5:10). Kata Yunani “ketegaran
hati” adalah “sklerokardia” yang lebih tepat diterjemahkan dengan
“kekerasan hati”. Alkitab memberitahu kita bahwa perbuatan-perbuatan
dosa bersumber dari hati manusia. Yesus dalam kesempatan lain
mengatakan demikian, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat,
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak
dibasuh tidak menajiskan orang” (Matius 15:19-20). Dosa telah membuat
hati manusia menjadi keras. Kekerasan hati manusia mengakibatkan
manusia sulit mengampuni, menganggap diri benar, meremehkan firman
Tuhan, menutup diri terhadap koreksi, menolak untuk berubah,
menyebabkan hubungan suami dan istri rusak, keluarga berantakan,
bahkan perceraian. Dengan demikian, perceraian adalah konsensi Musa
bukan konstitusi Allah. Merupakan kelonggaran bukan norma atau standar
Allah. Dengan kata lain, perceraian bukanlah yang ideal atau yang terbaik
bagi pernikahan.

2. Perceraian mengakibatkan masalah-masalah. Apabila


rancangan Tuhan diabaikan oleh manusia, maka pastilah timbul masalah-
masalah. Bagi orang-orang tertentu perceraian sepertinya merupakan
penyelesaian masalah, tetapi sebenarnya justru menjadi masalah. Karena
akan ada pihak-pihak yang dikecewakan, tertekan, tersakiti, terluka dan
dirugikan. Pasangan yang bercerai, anak-anak, pihak keluarga, serta
masyarakat yang lebih luas bisa jadi akan terkena dampak dari perceraian
tersebut. Konselor pernikahan dan keluarga, Gery dan Barbara Rosberg
mengatakan, “Kepedihan akibat perceraian tidak sebatas kepada pasangan
yang terlibat. Setiap tahun lebih dari satu juta anak Amerika mengalami
luka batin akibat perceraian orangtuanya. Pertimbangkan kehancuran

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 40


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

emosional dalam kehidupan anak-anak ini, hilangnya rasa aman, marah,


semangat yang patah, kecewa; semua menegaskan betapa tragisnya
akibat yang dapat ditimbulkan oleh perceraian”. Lagu “Butiran Debu” yang
dinyanyikan Rumor dengan tepat mengekspresikan kebahagiaan cinta
yang dirusak oleh ketidaksetiaan dan pengkhiataan, serta betapa dalam
luka yang diakibatkannya. Ada harga mahal yang dibayar bagi sebuah
pilihan untuk bercerai karena perceraian mengakibatkan luka yang tidak
mudah untuk disembuhkan. Dan mungkin, bila luka tersebut disembuhkan
tetap akan menyisakan goresan bekas luka tersebut.

3. Perceraian tidak diperbolehkan karena setiap alasan.


Beberapa penafsir Alkitab menyatakan Kristus menyetujui perceraian dapat
terjadi hanya karena satu alasan yaitu “zinah” (Matius 19:9). Menurut
beberapa teolog dan penafsir Alkitab, frase “kecuali karena zinah” adalah
satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan izin untuk
perceraian. Menurut mereka, satu alasan ini perlu ditegaskan karena orang
Farisi datang kepada Yesus dengan pertanyaan “Apakah diperbolehkan
orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?” (Matius 19:3). Tetapi,
frase “kecuali kerena zinah” dalam ucapan Yesus “Barangsiapa
menceraikan istrinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan
lain, ia berbuat zinah” (Matius 19:9) adalah kesalahan terjemahan! Frase
yang diterjemahkan dengan “kecuali karena zinah” adalah frase Yunani
“mé epi porneia” yang ditulis dalam bentuk negatif dan lebih tepat
diterjemahkan “tidak untuk percabulan”. Mengapa? Karena kata “mé”
adalah kata biasa yang berarti “tidak” atau “jangan”. Kata ini muncul lebih
dari 1000 kali dalam Perjanjian Baru dan tidak sekalipun diterjemahkan
dengan kata “kecuali”, selain dalam ayat ini. Beberapa contoh dari
penggunaan kata “mé” yang berarti “tidak” diterjemahkan dengan kata
“jangan” seperti dalam Matius 26:5; Markus 14:2; Lukas 13:14; Yohanes
13:9; 18:40. Tentu saja ini adalah kesalahan terjemahan yang berakibat
fatal karena menyalahgunakan dari maksud Kristus yang sebenarnya!

Perlu diketahui bahwa dua istilah yang banyak digunakan secara


berbeda di dalam Alkitab untuk menunjukkan imoralitas seksual adalah :
(1) Percabulan (porneia), menggambarkan aneka ragam perbuatan seksual
sebelum atau di luar pernikahan. Istilah ini tidak terbatas pada perbuatan
senggama. Setiap kegiatan atau permainan seksual yang intim di luar
hubungan pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau
menyingkapkan ketelanjangan seseorang, terangkum dalam istilah ini dan
jelas merupakan pelanggaran terhadap norma-norma moral Allah bagi
umatNya (1 Korintus 6:18; 1 Tesalonika 4:3); Bandingkan Imamat 18:6-30;

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 41


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

20:11-12,17,19-21); (2) Perzinahan (moikeia), yang menujukkan kepada


seks haram yang melibatkan seseorang yang sudah menikah (Matius
19:5), dan kata kerja “moikeuo” yang berarti “berbuat zinah (Matius 5:27-
28; 19:18). Para penulis Perjanjian Baru secara konsisten mengunakan
kata moikeia dan moikeuo untuk perzinahan yang menjelaskan seks haram
yang dilakukan atau melibatkan seseorang yang sudah menikah (Markus
7:21; Lukas 16:18; Yohanes 8:4; Roma 2:22; Yakobus 2:11; Wahyu 2:22).
Kedua kata tersebut, yaitu percabulan (porneia) dan perzinahan (moikeia)
berulangkali dipakai secara berbeda satu sama lain di dalam bagian yang
sama, misalnya ketika Yesus berkata, “Karena dari hati timbul ...
perzinahan (moikeia), percabulan (porneia) ...” (Matius 15:19; Bandingkan
Markus 7:21-22; Galatia 5:19).

Dengan demikian, ayat di dalam Matius 19:9 tersebut lebih tepat


diterjemahkan dengan kata “percabulan”, bukan “perzinahan. Sebab jika
yang dimaksud adalah perzinahan maka kata Yunani yang umum
digunakan adalah moikeia, yang menujuk kepada seks haram yang
melibatkan seseorang yang sudah menikah. Kata “porneia” dalam Matius
19:9 tersebut merupakan istilah yang setara dengan kata Ibrani “erwath
dabar” yang diterjemahkan dengan istilah “tidak senonoh” dalam Ulangan
24:1, secara harfiah berarti “ketelanjangan suatu benda”. Kata “erwath
dabar” ini dapat diartikan sebagai “keadaan telanjang atau pamer aurat
yang dikaitkan dengan perilaku yang tidak suci”, tetapi bukan perzinahan
setelah pernikahan. Karena hukuman bagi perzinahan setelah pernikahan
dalam hukum Taurat adalah hukuman mati, sebagaimana yang disebutkan
dalam Imamat 20:10 “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang
lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya
dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu”
(Bandingkan Yohanes 8:5).

Jadi jelas disini mengapa Matius menggunakan kata Yunani


“porneia” atau “percabulan”, yang pada dasarnya berarti ketidaksetiaan
secara seksual atau ketidaksetiaan sebelum pernikahan yang mencakup
segala macam hubungan seksual yang bertentangan dengan hukum.
Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah
walaupun mereka masih “bertunangan”. Percabulan dalam masa
“pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai
pada saat itu. Namun, tampaknya ada kesalahpahaman di antara pria
Yahudi dalam menafsirkan tujuan dari izin perceraian dengan memberikan
surat cerai tersebut (ulangan 24:1). Sebenarnya, surat cerai diberikan
bukan untuk membenarkan perceraian, tetapi untuk melindungi hak-hak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 42


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

perempuan (istri), agar ia jangan diusir begitu saja atau diperlakukan


seenaknya. Tetapi ayat ini justru digunakan oleh para lelaki untuk
mengajukan perceraian terhadap istri mereka. Suatu interpretasi yang
keliru, sehingga tepat jika Yesus menuding keras dengan mengatakannya
“Karena ketegaran (kekerasan) hatimu Musa mengizinkan kamu
menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Matius 19:8).

ARGUMENTASI YANG MENDUKUNG PENDAPAT BAHWA YESUS


TIDAK PERNAH MENGIZINKAN PERCERAIAN

Jadi di dalam ayat Matius 19:9 tersebut Yesus dengan tegas tidak
memberikan kekecualiaan apapun yang memperbolehkan perceraian,
termasuk alasan percabulan yang diizinkan Musa untuk bercerai dalam
Ulangan 24:1 di PerjanjianLama. Disini Yesus menegaskan lagi tujuan dan
ketetapan Allah semula dalam pernikahan (Matius 19:6). Seperti yang telah
saya kemukakan di atas, bahwa frase “kecuali karena zinah” dalam Matius
19:9, merupakan kesalahan terjemahan dan tidak sesuai dengan maksud
aslinya. Frase tersebut tidak dapat dianggap sebagai perkataan Yesus
yang otentik karena penerjemahan telah memasukan kata yang tidak
pernah dimaksudkan oleh Yesus. John Stott dalam buku Isu-Isu Global
mengatakan bahwa Yesus mengizinkan perceraian dan perkawinan
kembali hanya dengan satu-satunya alasan, yaitu perbuatan zinah
(porneia). Menurut John Stott, ketentuan pengecualian (frase “kecuali
karena zinah”) tersebut harus diterima sebagai ungkapan otentik Yesus.
Tetapi hal tersebut telah dibantah oleh B. Ward Powerd dalam bukunya
yang berjudul Perceraian dan Perkawinan Kembali yang menyatakan
bahwa frase kekecualiaan tersebut bukan merupakan perkataan otentik
Kristus. Berikut ini rangkuman dari argumentasi-argumentasi saya yang
diadaptasi dari buku B. Ward Powers.

1. Frase “kecuali karena zinah” tersebut hanya terdapat dalam


tulisan Matius 19:9. Baik Markus maupun Lukas tidak mencantumkannya!
(bandingkan Markus 10:11-12; Lukas 16:18). Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa frase “mê epi porneia”, yang diterjemahkan dengan “kecuali karena
zinah” adalah salah terjemahan, karena seharusnya diterjemahkan “tidak
untuk percabulan”. Kesalahan terjemahan ini terjadi karena penerjemah
memasukan kata “ei” dalam frese “ei mê epi porneia”. Ketika kata “ei”
digunakan bersama-sama dengan kata “mê” maka tentu saja artinya
adalah “kecuali”. Ungkapan berganda “ei mê “ ini muncul sekitar 36 kali
dalam Perjanjian Baru. Dan, teks Yunani yang diterbitkan Erasmus telah
memasukkan kata “ei” ini di depan kata “mê” sehingga mengubah arti dari

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 43


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

“tidak” menjadi “kecuali”. Kesalahan terjemahan ini juga termasuk dalam


Tekstus Receptus yang merupakan dasar banyak terjemahan lama. Sejak
abad ke 19 para sarjana telah memiliki naskah Yunani yang dapat
dipercaya seperti Majority Text, Teks Bazitium, edisi-edisi Nestle-Aland,
dan edisi-edisi United Bible Society, yang semuanya dengan bulat sepakat
bahwa teks bahasa Yunani yang berbunyi “mê epi porneia” tanpa “ei”
diterjemahkan sebagai “tidak karena percabulan” yang berbeda artinya
dengan “kecuali karena zinah”. Namun sayangnya, hingga saat ini masih
banyak orang Kristen mengikuti sebuah tradisi terjemahan yang berasal
dari Textus Receptus, yang telah menerjemahkan apa yang tidak tertulis
dalam naskah aslinya.

2. Menjadikan Kristus tidak konsisten dengan ucapannya


sendiri. Ketika Ia berkata, “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia” (Matius 9:6), maka tidaklah mungkin Yesus hanya
dalam rentang beberapa ayat kemudian menentang perkataanNya sendiri
dengan mengizinkan perceraian, seperti kesalahan terjemahan dalam
Matius 19:9, yang menyatakan bahwa perceraian dapat dibenarkan hanya
dengan alasan “kecuali karena zinah” yang telah dilakukan. Tentu saja itu
merupakan kesalahan! kesalahan terjemahan yang mengakibatkan Yesus
menentang perkataanNya sendiri. Sebaliknya, justru disini Yesus hendak
menegaskan bahwa hubungan eksklusif dalam pernikahan itu “tidak boleh
diceraikan manusia” atau secara harafiah “manusia jangan memisahkan
(”anthrōpos mē chōrizō”). Kata Yunani “diceraikan” adalah “chōrizō” yang
artinya “membagi, memisahkan, memotong, membelah, memecah, atau
mematahkan”. Jadi karena Allah dari sejak semula menetapkan bahwa
pernikahan merupakan suatu ikatan yang permanen, yang berakhir hanya
ketika salah satu pasangannya meninggal (bandingkan Roma 7:1-3; 1
Korintus 7:10-11), maka pemisahan (perceraian) jelaslah dilarang oleh
Allah! Yesus telah menegaskan kembali rencana Allah yang semula ini.
Paulus juga mendukung hal ini dengan tegas ketika ia berkata “Sebab
seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu
hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang
mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia
dianggap berzinah, kalau ia menjadi istri laki-laki lain; tetapi jika suaminya
telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia
menjadi istri laki-laki lain” (Roma 7:2-3).

3. Salah terjemahan frase “kecuali karena zinah tersebut” telah


menyebabkan Yesus menaruh harga yang tinggi terhadap perbuatan
dosa perzinahan, melebihi dosa lainnya. Dengan kata lain, hanya dosa

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 44


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

perzinahan itu saja yang dapat membatalkan rencana Allah yang semula
tentang perkawinan. Perzinahan adalah dosa dan mengatakan perzinahan
sebagai pembenaran untuk bercerai berarti bahwa dosa membenarkan
perceraian. Pertanyaannya: Mau dibawa ke mana pemikiran dan ajaran
yang salah seperti itu? Yesus dalam kesempatan lain mengatakan
demikian, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang
menajiskan orang” (Matius 15:19-20b). Disini Yesus menunjukkan
kesejajaran dosa perzinahan dengan dosa-dosa lainnya, yang bersumber
dari hati manusia yang telah menjadi keras. Ketika Yesus mengatakan
kepada orang-orang Farisi bahwa Musa “mengizinkan” perceraian tetapi
tidak pernah memerintahkannya, ia langsung memberikan alasan paling
mendasar mengapa terjadi perceraian. Menurut Kristus perceraian itu
diizinkan Musa karena “ketegaran hati” manusia (Matius 19:8; Bandingkan
Markus 5:10). Kata Yunani “ketegaran hati” adalah “sklerokardia” yang
lebih tepat diterjemahkan dengan “kekerasan hati”. Jadi mengapa orang
bercerai? Yesus menjawab dengan tegas karena kekerasan hati mereka.
Yesus tidak pernah sama sekali mengatakan orang boleh bercerai karena
perzinahan atau orang boleh bercerai kecuali karena zinah. Alasan
mengapa Allah sangat membenci perceraian adalah karena perceraian
merupakan satu kegagalan untuk memiliki sifat-sifat yang dikehendaki
standar Allah (Bandingkan: Maleakhi 2:16a). Perceraian merupakan suatu
serangan terhadap standar Allah, suatu upaya penghancuran dari
rencanaNya untuk pernikahan. Dengan demikian, tidaklah masuk akal jika
Yesus mengizinkan perceraian. Karena dalam naskah aslinya Yesus tidak
pernah sama sekali mengizinkan perceraian dengan alasan apapun,
termasuk alasan percabulan.

4. Respon para murid terhadap ucapan Yesus. Ketika


mendengar penegasan Yesus bahwa perceraian dilarang dengan alasan
apapun, termasuk alasan percabulan, seketika para muridNya memberi
respon dengan berkata, “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan
istri, lebih baik jangan kawin” (Matius 19:10). Respon para murid tersebut
menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengerti bahwa Yesus tidak
pernah mengizinkan perceraian dengan alasan apapun. Menurut mereka
hal seperti itu sangat berat sekali untuk dilaksanakan. Tetapi menurut
Yesus memang “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya
mereka yang dikaruniai saja” (Matius 19:11).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 45


Apakah Yesus Mengizinkan Perceraian?

5. Pandangan dan kesimpulan para ahli Alkitab, pakar teologi


dan etika Kristen berikut ini menunjukkan bahwa Kristus tidak pernah
mengizinkan perceraian dengan alasan apapun.
(1) Homer A. Kent, profesor bidang Perjanjian Baru dan Bahasa
Yunani; Grace Theological Seminary dalam tafsiran Injil Matius (The
Wycliffe Bible Comentary, Volume 3) menuliskan, “apabila zinah dipandang
sebagai sesuai dengan artinya yang umum, dan disini mengacu kepada
kesucian pihak wanita sepanjang masa pertunangan (bdg. Kecurigaan
Yusuf, Matius 1:18,19), maka Kristus sama sekali tidak memberikan
peluang untuk bercerai bagi pasangan yang sudah menikah. Dengan
demikian Dia tidak sependapat dengan Syamai maupun dengan Hillel”.
(2) F.F. Bruce seorang profesor Perjanjian Baru di University of
Manchester dalam bukunya ucapan Yesus yang sulit mengatakan, “Namun
pernikahan ditetapkan oleh Allah untuk manusia di bumi. Atas pertanyaan
‘apakah seseorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya!’ maka
jawabannya, kita simpulkan adalah tidak; tidak dengan alasan apa saja!”
(3) Glen H. Stassen, profesor Etika Kristen di Fuller Theological
Seminary, bersama David P. Gushee Profesor Filsafat Moral di Union
University, Jackson dalam buku Etika Kerajaan Allah, mereka menyatakan
demikian, “Kita bisa percaya bahwa Yesus sedang memberikan kepada
kita sebuah peraturan baru dimana tidak ada pengecualiaan sama sekali -
tidak ada perceraian yang dapat dibenarkan, - atau, dihadapan ‘dilema-
dilema yang janggal dan bahkan kejam’ yang diciptakan oleh interpretasi
ini, kita dipaksa untuk menggantikan paradigma”.
(4) Norman L. Geisler, profesor Apologetika di Dallas Theological
Seminary dan dekan dari The Liberty Center for Christian Scholarship di
Liberty University dalam bukunya Etika Kristen: Pilihan dan Isu, saat
mengevaluasi pandangan tidak ada alasan apapun untuk bercerai
menyatakan, “Allah sungguh membenci perceraian. Yesus sungguh
melarangnya dan bagian Alkitab yang selebihnya menyetujui sikap ini.
Paling banter, Allah hanya memperbolehkan perceraian, tapi tidak pernah
memerintahkannya. Tidak ada dasar-dasar Alkitabiah untuk perceraian,
bahkan juga perzinahan. Perzinahan adalah dosa dan mengatakan
perzinahan sebagai pembenaran untuk bercerai bararti bahwa dosa
membenarkan perceraian. Perceraian merupakan satu kegagalan untuk
memiliki sifat-sifat yang dikehendaki standar Allah, tidak peduli apapun
alasanya. Perceraian adalah satu serangan terhadap standar Allah, satu
penghancuran dari rencanaNya untuk pernikahan”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 46


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

Pasal 5
MEMILIH PASANGAN HIDUP
DI DALAM TUHAN 1

Memilih jodoh atau pasangan hidup bukanlah hal remeh dan


mudah. Ada banyak kasus orang yang sudah menikah dan berpikir bahwa
pasangannya adalah pasangan hidupnya yang tepat, tetapi pada akhirnya
bercerai dengan alasan tidak cocok. Mengapa tidak cocok, bahkan
bercerai? Karena mereka tidak sungguh-sungguh saling mengenal satu
sama lainnya. Sebelum menikah, kebiasaan negatif atau kebiasaan buruk
tidak ditunjukkan oleh pria dan wanita tersebut. Setelah menikah dan hidup
bersama, semua kebiasaan negatif diketahui dan tampak dengan jelas.
Seringkali, impian dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan! Karena itu,
dalam hal mencari dan memilih pasangan hidup, Kekristenan mengajarkan
bahwa Tuhan tidak membiarkan manusia bertindak sendiri. Tuhan telah
memberikan prinsip-prinsip absolut dalam memilih pasangan hidup dan
membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.

KEHENDAK TUHAN BAGI ORANG KRISTEN DALAM MEMILIH JODOH

Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan telah menetapkan sebelumnya


segala hal yang akan terjadi. Dengan kata lain, tidak ada satu hal pun di
dunia ini yang terjadi dengan sendirinya atau terjadi secara kebetulan
(Efesus 1:4,11). Alkitab menyatakan bahwa Allah berdaulat dalam
melaksanakan kehendakNya. Kedaulatan Allah dinyatakan bukan saja
dalam kehendakNya tetapi juga di dalam kemahakuasaanNya, atau dalam
kuasa untuk melakukan kehendakNya. Allah Mahakuasa sehingga
sanggup melakukan segala sesuatu yang dikehendakiNya (Daniel 4-35).
Ketetapan itu meliputi segala sesuatu di masa lampau, masa kini, dan
masa depan; ketetapan itu meliputi juga hal-hal yang diadakannya secara
efektif dan hal-hal sekedar yang diizinkannya (Yesaya 46:10-11). Dengan
kata lain, dengan kuasa dan kebijaksanaan yang tidak terbatas, sejak
segenap kekekalan yang silam, Allah telah memutuskan dan memilih serta
menentukan jalannya semua peristiwa tanpa kecuali bagi segenap
kekekalan yang akan datang.

1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 31 Maret 2013.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 47


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

Adanya fakta tentang kehendak Allah yang berdaulat ini tidaklah


menghancurkan kebebasan ataupun kehendak bebas manusia. Manusia
tetap bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Mengapa?
Kerena, manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan
menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26). Dengan kata lain, manusia
memiliki “citra” Allah. Sebagai mahluk ciptaan, manusia bergantung pada
Tuhan, Sang penciptanya, bagi keberlangsungan hidupnya; ia tidak bisa
berdiri sendiri; hidupnya bergantung pada Allah Pencipta. Di dalam Allah
manusia hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para
Rasul 17:28). Sebagai mahluk berpribadi, manusia memiliki kemandirian
yang relatif atau tidak mutlak, dalam pengertian bahwa ia memiliki
kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-
pilihannya sendiri.

Tetapi, akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa tersebut “citra”
Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk
dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Manusia
telah rusak total. Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual
pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah
diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Akibat
natur dosa itulah kita sekarang ini terus menggunakan kehendak bebas itu
untuk membuat kejahatan itu menjadi aktual (Markus 7:20-23). Walaupun
demikian, Allah tetap menghargai “kehendak bebas” yang diberikanNya
kepada manusia termasuk dalam hal memilih dan menentukan jodoh dalam
hidup pernikahannya.

Perlu dipahami, ada dua aspek ketetapan Allah yaitu : ketetapan


efektif dan ketetapan permisif. Ketetapan Allah yang efektif disebut juga
kehendak Allah yang mengarahkan, sedangkan ketetapan Allah yang
permisif adalah kehendak Allah yang mengizinkan. Ada hal-hal yang
direncanakan Allah dan yang ditetapkanNya harus terjadi secara efektif dan
ada hal-hal lainnya yang sekadar diizinkan Allah untuk terjadi (Roma 8:28).
Beberapa hal dimana Allah terlihat sebagai penggerak yang secara aktif
menjadikan semua peristiwa, yaitu : menciptakan (Yesaya 45:18);
mengontrol alam semesta (Daniel 4:35); menetapkan penguasa (Daniel
2:21); memilih orang untuk diselamatkan (Efesus 1:4). Beberapa hal
menunjukkan kehendak Allah yang permisif, yaitu: Allah mengizinkan
kejatuhan, dosa, kejahatan dan penderitaan, tetapi Ia bukan pencipta dosa,
kejahatan ataupun penderitaan manusia. Akan tetapi, dalam hal ketetapan-
ketetapan yang permisif itu pun, Allah mengarahkan semuanya bagi
kemuliaanNya (Matius 18:7; Kisah Para Rasul 2:23).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 48


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

Demikian juga dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk


memilih, tetapi semuanya sesuai dengan kehendak Tuhan yang
mengijinkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam hal jodoh ada peran
manusia dan ada peran Tuhan. Tuhan telah menetapkan syarat-syarat
dalam memilih jodoh; manusia berupaya menemukan jodoh dengan
memperhatikan syarat-syarat yang Tuhan telah tetapkan. Karena itu,
sebagaimana disebutkan di atas bahwa dalam hal mencari dan memilih
jodoh, Tuhan tidak membiarkan manusia bertindak sendiri. Tuhan telah
memberikan prinsip-prinsip absolut dalam membangun sebuah keluarga
yang harmonis dan bahagia.

PRINSIP-PRINSIP ABSOLUT PERNIKAHAN KRISTEN DI DALAM


MEMILIH JODOH

Jadi, dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk memilih,


tetapi semuanya itu berada dalam atau sesuai dengan ketetapan Tuhan
yang permisif atau mengijinkan. Tuhan telah memberikan prinsip-prinsip
absolut dalam memilih pasangan hidup dan membangun sebuah keluarga
yang harmonis dan bahagia. Siapapun orangnya, apabila sungguh-
sungguh menaati prinsip-prinsip firman Tuhan tersebut, keluarganya akan
bahagia. Kebahagiaan pernikahan tidak bergantung kepada “teologi takdir”
ataupun “teologi kebebasan” dalam memilih jodoh, tetapi pada ketaatan
terhadap prinsip-prinsip yang ditentukan Tuhan sebagaimana yang tertulis
di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip absolut yang di maksud bagi pernikahan
Kristen sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pasal 3 adalah sebagai
berikut :

1. Pernikahan harus bersifat monogami antara pria dan wanita


(heteroseksual). Dengan demikian, Kekristenan menolak pernikahan
sesama jenis kelamin (homoseksual) karena bertentangan dengan
ketetapan Tuhan (Kejadian 2:18-25).
2. Keduanya (pria dan wanita) haruslah orang yang beriman kepada
Yesus Kristus (2 Korintus 6:14-18).
3. Keduanya (pria dan wanita) bertekad mengikat perjanjian seumur hidup
di hadapan Tuhan (Matius 19:4-9).
4. Keduanya (pria dan wanita) bertekad memelihara kekudusan dan
kesetiaan seumur hidup (Ibrani 13:4).
5. Suami harus mengasihi istri, dan istri tunduk kepada suami seperti
kepada Kristus, yang artinya menjadikan Kristus sebagai kepala
keluarga yang sebenarnya (Efesus 5:22-23).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 49


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

6. Keduanya (pria dan wanita) bertekad untuk mendidik anak-anak sesuai


dengan ajaran dan nasihat Tuhan (Ulangan 6:5-9; Efesus 6:4).
7. Semua persoalan diselesaikan berdasarkan kebenaran firman Tuhan
(2 Timotius 3:16-17).

Semua prinsip di atas adalah absolut. Artinya, siapapun calon


pasangan hidup, baik pria maupun wanita, yang telah memenuhi prinsip-
prinsip mutlak firman Tuhan di atas, Tuhan pasti menjamin kebahagiaan
hidup dalam pernikahan dan keluarganya. Tuhan memberi kepada kita
kebebasan untuk memilih jodoh yang sesuai dengan prinsip-prinsip
firmanNya yang absolut. Bila prinsip absolut sudah dipenuhi, hal-hal lainnya
adalah bersifat relatif. Misalnya: umur, suku, pendidikan, kekayaan, status
sosial, kecantikan, kecakapan, dan penampilan lainnya. Semua itu tidak
menentukan kebahagiaan seseorang. Hanya soal selera saudara yang
sangat pribadi dan relatif sifatnya. Tetapi jangan salah kaprah! Walaupun
hal yang disebut di atas bersifat relatif, tetapi Tuhan memberikan kita
pikiran yang sehat dan jernih untuk mempertimbangkan juga semua hal
yang bersifat relatif tersebut, karena hal tersebut juga sangat berpengaruh.

LANGKAH 1 # BERDOA DAN MINTA PIMPINAN ROH KUDUS

Mengingat memilih pasangan hidup bukanlah hal yang remeh dan


mudah, maka perlu di bawa dalam doa dan dipertimbangkan dalam
pimpinan Roh Kudus. Hal ini untuk menjaga agar “kebebasan” yang kita
gunakan dalam memilih calon pasangan hidup kita itu bukan asal-asalan
saja, melainkan dipergumulkan dalam pimpinan Roh Kudus melalui doa
yang serius dan pertimbangan yang cukup. Karena itu berdoalah supaya
Allah memimpin anda menemukan pasangan hidup anda. Allah sangat
ingin mendengar permintaan anak-anakNya sehubungan dengan hal ini.
Saat kita membawa permintaan kita kehadapanNya, dan menyerahkan diri
ke dalam pimpinanNya, yakinlah bahwa Dia akan menyatakan kehendak-
Nya (Mazmur 37:4; Matius 7:7-12).

Selain itu, kita harus peka terhadap pimpinan Roh Kudus, karena
Roh Kudus diberikan kepada kita untuk memimpin kita dalam setiap aspek
hidup kita. Tuhan Yesus berkata: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang
akan di utus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan
segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26). Tetapi, bagaimanakah cara
mengetahui bahwa Roh Kudus membimbing pillihan pikiran dan perasaan
kita? Ini masalah yang cukup rumit karena kita berbicara tentang informasi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 50


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

yang kurang objektif. Meskipun Perjanjian Baru memuat beberapa contoh


tentang bagaimana Roh Kudus dapat memimpin melalui kesan di dalam diri
(Kisah Para Rasul 8:29; 11 :28; 13:2; 21 :11; 1 Korintus 14:30), ternyata
memisahkan perasaan yang subjektif atau dorongan hati kita dari suara
Roh Kudus tidak selalu mudah untuk dilakukan.

Kita dapat meyakini bahwa Roh Kudus tidak akan pernah melanggar
perintah-perintah yang tercantum dalam Alkitab. Roh Kudus tidak akan
pernah memerintahkan kita menikah dengan orang yang tidak percaya
kepada Tuhan Yesus, juga Dia tidak pernah membimbing kita untuk
menikah demi uang, atau menuntun kita menikah dengan konflik yang
masih terjadi. Roh Kudus akan membimbing saat kita mempelajari Alkitab,
dan Dia akan memberi kepekaan akan apa yang baik atau salah dalam
suatu hubungan antar pribadi. Tanda di dalam diri kita yang diberikan Roh
Kudus pasti akan sejalan dengan kebenaran dan kebijaksanaan yang
saleh.

LANGKAH 2 # PERTIMBANGKAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN

Pernikahan bukanlah tempat untuk memperbaiki diri! Seseorang


yang menikah dengan tujuan memperbaiki masalah-masalah dalam
kepribadiannya, sedang merayu masa depan yang penuh malapetaka. Apa
yang tidak dapat diubah sebelum menikah, tak mungkin juga akan berubah
dalam pernikahan. Karena itu, bila tersangkut masalah-masalah alkohol,
narkoba, judi atau pelanggaran susila dan moral, harus dipertimbangkan
secara serius sekali. Jangan memilih orang dengan harapan bahwa anda
mampu mengubah karakter atau kepribadiannya setelah menikah. Apalagi
mengharapkan perubahan itu terjadi secara drastis setelah upacara
pernikahan. Jika anda memaksa dan memutuskan menikah dengan kondisi
tersebut, bersiap-siaplah dengan kemungkinan untuk hidup dengan orang
tidak pernah berubah! Berikut ini beberapa ciri karakteristik yang sebaiknya
dicari pada diri orang lain dan juga kembangkan dalam diri kita sendiri,
yaitu:

1. Kerendahan hati dan kesediaan untuk melayani (Yohanes 13:1-


7; Roma 12:16). Kita membutuhkan seseorang yang dapat hidup secara
harmonis dengan orang lain, mau bergaul dengan orang tanpa
meremehkannya. Di atas semua itu, pilihlah seseorang yang mau melayani
kita, seperti kita juga berkeinginan untuk melayaninya dengan tulus iklas.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 51


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

2. Murni dalam hal seksual (Roma 13:13-14; Ibrani 13:4). Seks


diciptakan hanya untuk pernikahan. Karena itu kita harus menjaga diri kita
bagi seseorang yang juga telah menjaga dirinya bagi kita. Ingat selalu
hukum emas “jika ingin mendapatkan pasangan yang asli dan baik maka
harus menjaga diri agar tetap asli dan baik”. Dan harus saling
mengingatkan satu sama lain untuk tetap memelihara “asli dan baik”.
Alkitab menasihatkan “jagalah kemurnian dirimu” (1 Timotius 5:22).

3. Sikap mengasihi, karena inilah karakter paling penting yang


harus dimiliki oleh setiap orang percaya (Yohanes 13:35; Galatia 5:22;
1 Yohanes 3: 11-20). Jangan menikah dengan seorang penggerutu dan
suka bertengkar! Hikmat Amsal memperingatkan kita bahwa menikah
dengan orang yang lekas marah dan suka bertengkar dapat menyiksa
hidup kita (Amsal 19: 13; 21:9,19). Ujilah hubungan Anda dan lihatlah
bagaimana hasilnya. Apakah Anda selalu bertengkar? Apakah Anda
merasa diperlakukan sewenang-wenang, baik dengan perkataan maupun
secara emosional? Alkitab mengajarkan bahwa “Kasih itu sabar; kasih itu
murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri
sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala
sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan;
nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan
lenyap” (1 Korintus 13:4-8). Jika seseorang tidak memiliki sikap kasih,
berhentilah berpikir untuk menikah dan hidup bersamanya dalam suatu
pernikahan.

4. Penguasaan diri (Amsal 23:20-21; 25:28; Galatia 5:22-23;


Efesus 5:15-18). Apakah calon yang akan kita pilih menunjukkan
penguasaan emosi yang baik ketika marah? Apakah ia kecanduan alkohol,
obat-obat penenang, makanan, seks, kerja, olah-raga atau keinginan
membeli barang yang timbul secara tiba-tiba dan tidak dapat dikendalikan?

5. Kejujuran (Amsal 24:26). Penulis Amsal berkata bahwa “siapa


memberi jawaban yang tepat mengecup bibir”. Jika seseorang sungguh-
sungguh mencintai kita, maka ia akan memperlihatkan perasaan itu dengan
kata-kata yang jujur.

6. Kualitas batiniah (1 Samuel 16:7; Amsal 11:22; 31:13; 1 Petrus


3:2-5). Tuhan mencari kualitas yang menarik di dalam diri seorang pria atau

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 52


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

wanita. Haruskah kita membuang kriteria Tuhan ini? Keelokan paras,


kecantikan atau ketampanan hanya sedalam kulit, tetapi karakter masuk
sampai ke dalam tulang. Sebaiknya temukan sesuatu yang menarik pada
bentuk fisik pilihan kita, tetapi hal itu tidaklah sepenting kualitas yang
terdapat di dalam dirinya.

7. Tanggung jawab (1 Timotius 5:8). Jangan menikah dengan


orang yang hanya mementingkan diri sendiri dan malas, yang kehilangan
keinginan atau kehabisan cara untuk memenuhi tanggung jawab tertentu.
Perhatikanlah contoh Alkitab berikut ini. Ribka dan ayahnya dapat melihat
dari pemberian Eliezer dan gambarannya tentang Ishak bahwa ia mampu
memenuhi kebutuhan Ribka (Kejadian 24:22,35,53). Kedengarannya tidak
praktis, bukan? Tetapi berbeda dengan beberapa pendapat yang
kebanyakan dianut orang, kita tidak dapat membayar tagihan utang hanya
dengan janji kasih. Dalam 1 Timotius 5:8, rasul Paulus berkata, “Tetapi jika
ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi
rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dan orang yang tidak beriman”.
Jika kita tidak diperkenankan menikah dengan orang yang seiman, tentu
saja kita juga tidak boleh menikah dengan orang yang tidak bertanggung
jawab dan pemalas, sekalipun seiman. Paulus mengatakan bahwa hal ini
membuatnya “lebih buruk dari orang yang tidak beriman”. “Orang pemalas”
yang begitu sering disebutkan di dalam kitab Amsal adalah orang yang
harus dihindari untuk dijadikan pasangan hidup (Amsal 24:30-34).

8. Hubungan yang baik dengan orangtua. Bagaimana seseorang


berhubungan dengan orangtuanya akan memperlihatkan kepada kita
banyak hal tentang karakternya. Allah menempatkan standar yang tinggi
untuk penghargaan dan hormat kepada orangtua (Efesus 6: 1- 3). Orang
yang tidak menghormati orangtuanya, bagaimana mungkin bisa
menghormati kita yang setara dengannya? Pikirkanlah baik-baik hal ini!

Apakah kriteria dan harapan kita terlalu tinggi atau terlalu rendah
dari yang disebutkan di atas? Sebagian orang mungkin mengharapkan
kesempurnaan sementara orang lain tidak. Masalah yang timbul dari daftar
seperti yang disebutkan di atas adalah tuntutan yang sama diberlakukan
kepada kita. Kita tidak dapat berharap seseorang menjadi sempurna, sama
seperti kita juga tidak sempurna. Jadi, berpijaklah pada kenyataan dan
hiduplah dalam realitas. Walaupun demikian, jangan pernah membuang
syarat-syarat mutlak (absolut), tetapi beri keleluasaan bagi pertumbuhan
karakter. Hal yang penting adalah apakah orang yang kita nikahi
menyembah Kristus dan mengizinkan Allah bekerja melalui hidupnya untuk

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 53


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

menjadi semakin serupa dengan Kristus. Bukankah penting untuk


mengingat hal ini, “bahwa kita adalah orang-orang yang tidak sempurna,
yaitu orang-orang yang mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa
yang telah diperbaharui (ditebus), ingin bertumbuh dan butuh kasih karunia
Tuhan hari demi hari?”

LANGKAH 3 # PERTIMBANGKANLAH UNTUK MENIKAHI ORANG


YANG MEMILIKI BANYAK KESAMAAN

Pernikahan yang pasangannya memiliki berbagai kesamaan,


memiliki kesempatan lebih banyak untuk berhasil. Kesamaan yang
dimaksud seperti : Kesamaan kepercayaan, kesamaan latar belakang
budaya dan sosial; tingkat ekonomi sebanding; kesempatan pendidikan
yang setaraf; dan latar belakang situasi rumah tangga yang mantap.

Bagaimana dengan pernikahan beda ras atau suku? Peraturan


dalam Perjanjian Lama bahwa orang Yahudi harus menikah dengan
sesama orang Yahudi dimaksudkan untuk menjaga bangsa Israel dari
hubungan akrab dengan sekeliling mereka yang menyembah berhala, yang
sebenarnya ingin dihancurkan Allah. Kemurnian suku atau ras juga penting
karena rencana Allah untuk bangsa Israel sebagai bangsa yang unik.
Melalui ras inilah Penebus yang dijanjikan akan datang. Karena itu
pembedaan ras mendahului pembedaan kerohanian.

Perjanjian Baru tidak menganjurkan pemisahan ras. Jadi, tidak ada


alasan Alkitabiah yang melarang pernikahan antar ras pada zaman
sekarang. Meskipun demikian, dari sudut pandangan praktis, kita harus
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan yang lebih dalam dari sekadar
perbedaan warna kulit, seperti latar belakang budaya dan bahkan
penerimaan sosial. Pastikan bahwa kita dapat mengatasi apapun
penghalang budaya yang mungkin timbul, dan pastikan bahwa anda siap
dan akan terus bertahan terhadap setiap stigma sosial yang akan kita
maupun anak-anak hadapi.

Ringkasnya, perlu berdoa dan mintalah tuntunan Tuhan dalam


memilih pasangan hidup yang tepat, agar tidak terjebak dan salah dalam
menentukan pilihan! Perhatikanlah nasihat Firman Tuhan, agar kebebasan
untuk memilih pasangan hidup berada dalam pimpinan dan kehendak
Tuhan atau sesuai dengan prinsip-prinsip absolut (mutlak) dalam firman
Tuhan. Tuhan telah menetapkan syarat-syarat dalam memilih jodoh; dan
kita di dalam tuntunanNya menemukan jodoh dengan memperhatikan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 54


Memilih Pasangan Hidup di dalam Tuhan

syarat-syarat yang Tuhan telah tetapkan. Dengan menerapkan prinsip-


prinsip absolut dan mempertimbangkan hal-hal relatif tetapi penting
tersebut di atas. Kiranya kita dapat memilih pasangan hidup dan dalam
membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 55


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

Pasal 6.
PERGAULAN :
MODIS ATAUKAH ETIS ?1

“Janganlah kamu sesat : Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan


yang baik” (1 Korintus 15:33)

“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman
dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20)

Manusia adalah mahluk yang dependen (tidak berdiri sendiri), yang


bergantung pada yang lain! Pernyataan tersebut berdasarkan alasan:
Pertama, manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi. Sebagai mahluk
ciptaan, manusia bergantung pada Tuhan, Sang Penciptanya bagi
keberlangsungan hidupnya; Ia tidak bisa berdiri sendiri; hidupnya
bergantung pada Allah pencipta. Di dalam Allah manusia hidup, bergerak,
dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul 17:28). Sebagai
mahluk berpribadi, manusia memiliki kemandirian yang relatif (tidak
mutlak), dalam pengertian bahwa ia memiliki kemampuan untuk membuat
keputusan dan membuat pilihan-pilihannya sendiri. Kedua, manusia adalah
mahluk sosial, yang dalam menjalani kehidupannya membutuhkan peran
orang lain (Kejadian 2:18-23). Manusia tidak dapat menjalankan kehidupan
yang wajar tanpa keterlibatan orang lain disamping hidupnya. Hal inilah
yang menyebabkan manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya,
demikian juga sebaliknya. Salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan sosial
tersebut adalah keinginan manusia untuk bergaul satu dengan lainnya.

APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENGAULAN MODIS ATAUKAH


ETIS ITU?

Pergaulan adalah hubungan pertemanan atau persahabatan dengan


orang lain dalam suatu lingkup lingkungan masyarakat tertentu. Ditinjau
dari luas jangkauannya, pergaulan meliputi ruang lingkup: keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan kerja, lingkungan gereja, hingga lingkungan

1 Disampaikan dalam ibadah “Weekend Celebration” Bintang Fajar Youth Ministry


tanggal 29 September 2012.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 56


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

masyarakat luas. Ditinjau dari sifatnya pergaulan meliputi: pergaulan bisnis,


pergaulan seniman, pergaulan karena kesamaan hobi, dan lain
sebagainya. Ditinjau dari strata, yaitu tingkat atau kelas kehidupan
masyarakat, pergaulan meliputi: kelas atas, kelas menengah dan kelas
bawah.

Kata “modis” adalah kata sifat dari kata “mode”. Mode adalah
penampilan atau bentuk gaya (style) terbaru pada suatu waktu. Mode juga
disebut trend. Jadi modis adalah kecenderungan mengikuti mode atau
trend tertentu pada suatu waktu. Sedangkan “etis” adalah kata sifat dari
kata “etika”. Etika adalah pengetahuan tentang nilai-nilai baik atau buruk,
benar atau salah, dan berhubungan dengan moralitas yang dijadikan
sebagai acuan, aturan, standar, atau norma yang berlaku. Jadi, etis adalah
hal-hal yang sesuai dengan etika, yaitu aturan, standar, atau norma yang
berlaku dalam kelompok atau masyarakat tertentu.

Di dalam pergaulan terjadi interaksi satu dengan yang lain. Interaksi


ini akan saling mempengaruhi atau dipengaruhi, dan berdampak baik
maupun buruk. Pergaulan akan lebih baik dan bermakna apabila terjadi
saling mengenal sau dengan yang lain, saling menghargai, saling
memperhatikan, saling membangun satu dengan yang lainnya. Di dalam
pergaulan ada kecenderungan untuk mengikuti trend atau mode yang
sesuai dengan lingkup pergaulan tersebut. Tentunya hal ini ada nilai positif
dan negatifnya. Contohnya, saat ini kemajuan teknologi internet sangat
bermanfaat dan memberi banyak kemudahan bagi penggunanya, tidak
hanya untuk keperluan informasi, tetapi juga keperluan bisnis. Saat ini
banyak bisnis yang menjanjikan dilakukan melalui internet, sehingga
banyak orang sudah mengikuti trend tersebut. Tetapi, penyalahgunaan
internet ini pun dapat terjadi yaitu untuk melakukan penipuan, pernografi,
dan lain sebagainya.

GAYA HIDUP MODERN - POSTMODERN : MODIS ATAU ETIS?

Apakah gaya hidup modern itu? Gaya hidup modern adalah cara
manusia saat ini dalam menjalani hidupnya dengan cara terbaru atau
terkini. Contoh: Dulu memasak menggunakan tungku dengan kayu dan api,
sekarang dengan kompor gas atau kompor listrik, dan lain-lain. Dulu, orang
yang yang berjauhan tepat berkomunikasi dengan menulis surat dan dikirim
via pos, saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan telpon, handphone,
webcam, dan televisi satelit. Saat ini inovasi dan kreasi dari kecanggihan
teknologi lebih cepat dari peradaban manapun sebelumnya, sehingga

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 57


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

zaman ini disebut pasca-modern, bahkan para ahli menyebutnya sebagai


zaman post-modern. Kemajuan teknologi ini telah mempengaruhi gaya
hidup manusia tidak hanya positif tetapi juga negatif, yang dapat membawa
semakin jauh dari kehendak Tuhan, antara lain:

1. Manusia semakin menjadi individualisme, yaitu sikap mementingkan


dirinya sendiri, semaunya, sesukanya, dan mengabaikan aturan dan
norma.
2. Manusia juga menginginkan kebebasan tanpa aturan (liberalisme)
dan kenikmatan hidup sebagai tujuan utama (hedonisme).
3. Manusia juga semakin berkecenderungan ingin memiliki apa yang
diinginkannya dengan menghalalkan segala cara. Saat ini
konsumerisme telah menjadi trend yang membudaya di berbagai
tempat, akibtanya materialisme telah mempengaruhi sikap dan
keputusan banyak orang. Jabatan, popularitas, dan persabatan sering
diukur dari materi.
4. Manusia juga mengagungkan dan menyalahgunakan seks. Ini disebut
dengan paham seksualisme. Materi pembicaraan dan canda yang
paling menarik perhatian di media seperti surat kabar, majalah,
televisi, media sosial dan lainnya adalah tentang seks. Baik
diperkumpulan kaum bapa di warung kopi, kumpulan arisan ibu-ibu, di
tempat nongkrongnya muda remaja, diwarnai dengan percakapan dan
canda mengenai seks.

Kira-kira 2000 tahun yang lalu, Tuhan Yesus telah memberikan


perumpamaan tentang “Anak Yang Hilang” dalam Lukas 15:11-31, untuk
menggambarkan gaya hidup modern yang terjadi saat ini. Pertama, pada
ayat 12 menekankan pada sikap seorang anak yang egois dan dipengaruhi
oleh sikap individualisme dan materialisme. Kedua, pada ayat 13
menggambarkan sikap liberalisme (kebebasan tanpa aturan) dalam diri
anak tersebut, dan pengagungan seks (seksualisme, bandingkat ayat 30);
sikap pengaruh hedonisme, yaitu kenikmatan dalam berfoya-foya; serta
konsumerisme melalui pemborosan dan menghambur-hamburkan uang.
Benar kata Alkitab “pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (1
Korintus 15:33).

APAKAH STANDAR DAN NORMA BAGI ORANG KRISTEN DALAM


HAL PERGAULAN?

Sebenarnya, Alkitab tidak melarang seorang Kristen untuk mengikuti


mode terkini, namun harus tetap memperhatikan “rambu-rambu”, yaitu nilai-

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 58


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, khususnya nilai dan


norma Kristiani (standar moral dan patokan kelakuan) yang diberikan
Tuhan di dalam Kitab Suci. Standar moral dan patokan kelakuan manusia
sebenarnya telah ditetapkan oleh Tuhan Penciptanya. Standar ini adalah
“gambar Allah”. Segala sesuatu yang “kehilangan kemuliaan Allah” adalah
“dosa” (Roma 3:23). Sebagai anak Tuhan, kita diperintahkan : “Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).
Maka standar moral yang benar adalah kelakuan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan dan demi kemuliaanNya.

Namun, bagaimana menentukan bahwa kelakuan kita sesuai


dengan kehendak Tuhan dan memuliakanNya? Menjawab pertanyaan ini,
banyak sarjana teologi mulai mengadakan penyelidikan tentang kebutuhan
dan situasi masyarakat dewasa ini. Mereka memakai waktu dan tenaga
untuk mengenal perkembangan budaya-budaya yang berbeda. Hal ini
mungkin membantu pengertian kita, tetapi dengan tegas kita katakan
bahwa Tuhan sudah memberitahukan isi hatiNya, rencanaNya yang tertulis
di Alkitab. Kita boleh membahas kebutuhan masyarakat, kita boleh
menyelidiki latar belakang kebudayaan yang berbeda, tetapi tolok ukur
(standar) yang kekal bagi moral kehidupan manusia adalah Firman Tuhan.
Segala sesuatu yang tidak mempercayai atau tidak menaati firman Tuhan
adalah dosa, sebab dosa dapat didefinisikan sebagai “pelanggaran
terhadap hukum atau standar yang ditetapkan Allah” (1 Yohanes 3:4), dan
“upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).

Lalu, apakah norma-norma alkitabiah dalam pergaulan? Alkitab


menyebutkan prinsip-prinsip pergaulan yang dapat menjadi acuan bagi
orang Kristen, yaitu:

1. Kita harus memahami bahwa tujuan hidup kita adalah untuk


kemuliaan Tuhan (Roma 11:33-36). Arah tujuan kita di dunia ini adalah
Tuhan, Sang Pencipta. Apapun yang kita lakukan haruslah untuk
memuliakan Tuhan.

2. Kita harus menjalankan kehidupan secara bebas dan


bertanggung jawab. Artinya tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya
tanpa bertanggung jawab. Demikian juga sebaliknya, tidak ada tanggung
jawab tanpa kebebasan di dalamnya. (kejadian 2:16-17).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 59


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

3. Kita perlu menyadari bahwa manusia itu unik dan mulia.


Manusia diciptakan dengan dua gander (jenis kelamin) yang berbeda
dalam identitas dan fungsi, walaupun sama dalam derajat, harkat dan
martabat. Setiap orang juga berbeda satu dengan yang lainnya. Tetapi
dalam keperbedaan ini semua dikasihi oleh Tuhan (Yesaya 43:4).

4. Kita harus menjalankan kehidupan secara wajar. Artinya, kita


perlu berpikir, berkata-kata, bekerja, belajar, dan bertingkah laku, yang
hendaknya secara wajar.

5. Dalam bergaul hendaklah selalu mengingat perintah firman


Tuhan berikut ini, yaitu: Hiduplah bergaul dengan Allah (Kejadian 6:9-10);
bergaul dengan sesama saudara seiman dengan rukun dan damai
(Mazmur 133;1-3); hidup kudus dan tak bercela (Roma 12:1-2);
Menjauhkan diri dari isme-isme yang mencemarkan (Efesus 5:3-4); tidak
bergaul dengan penipu (Mazmur 26:4), orang bebal (Amsal 13:20), dengan
orang yang bocor mulut (Amsal 20:19), orang rakus (Amsal 27:8), dan
orang cabul (1 Korintus 5:9).

NASIHAT PRAKTIS DALAM PERGAULAN

Bagaimanakah orang Kristen mempertahankan kehidupan yang


berkenan dihadapan Tuhan dalam pergaulan dan bermasyarakat?
Jawaban Alkitab adalah “Dengan menjaganya sesuai dengan firman
Tuhan” (Mazmur 119:9). Perhatikanlah beberapa langkah praktis,
khususnya dalam kaitan pergaulan bermasyarakat berikut ini:

1. Jangan membiarkan mata dan otak kita dicemari dengan hal-hal


yang bersifat negatif atau sejenisnya yang dapat membangkitkan pikiran
dan tindakan kotor. Alkitab menasihatkan “Sebab itu kukatakan dan
kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti
orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia”
(Efesus 4:17).

2. Bagi wanita biasakan diri memakai pakaian yang sopan. Jangan


memakai pakaian KTP (ketat, tipis, pendek), atau pakaian T3 (transparan,
terbelah, dan terbuka) walaupun dengan alasan sedang mode (modis).
Karena secara sadar atau tidak dapat menggoda kaum pria untuk berdosa
melalui penglihatan dan pikiran yang berorientasi seksual atau perzinahan.
Alkitab menasihatkan “Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia
berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 60


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun


pakaian yang mahal-mahal” (1 Timotius 2:9).

3. Bagi kaum pria jangan melibatkan diri dalam situasi dan kegiatan
yang merangsang pikiran dan tindakan yang jahat atau bertentangan
dengan norma-norma masyarakat. Tetapi belajar mendisiplin dan
mengontrol diri dengan mengingat bahwa Tuhan menuntut kekudusan bagi
kaum pria juga. Alkitab menasihatkan “tetapi hendaklah kamu menjadi
kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”
(1 Petrus 1:15-16).

4. Bila saudara bepergian, hindari TTS (tempat tempat sepi/sunyi),


TTM (tempat-tempat maksiat/mesum), dan tempat-tempat yang dapat
membangkitkan pertengkaran, emosional, dan gairah seksual atau tempat
yang mengakibatkan terlepasnya kontrol diri. Alkitab menasihatkan,
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:1,2).

5. Jauhi pembicaraan atau candaan yang saling membangkitkan


hawa nafsu seksual, tetapi pusatkan pembicaraan dan canda yang
berorientasi pada pertumbuhan moral dan spiritual. Alkitab menasihatkan
“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan
yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-
perbuatan itu. Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka
di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan” (Efesus 5:11-12).

6. Harus menjaga lidah dan menjauhkan diri dari yang jahat. Ingat
selalu hukum emas kehidupan berikut, "Siapa yang mau mencintai hidup
dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang
jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus
menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari
perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju
kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka
yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang
berbuat jahat” (1 Petrus 3:10-12).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 61


Pergaulan : Modis ataukah Etis?

7. Mohon pertolongan Tuhan melalui doa dan hidup berjaga-jaga


serta belajar tanggap terhadap pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus dan
firman Tuhan.

Akhirnya bersama dengan Rasul Petrus, saya mengingatkan kita


semua, “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa
bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang
durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka” (1 Petrus 2:12).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 62


Cinta ataukah Nafsu ?

Pasal 7.
CINTA ATAUKAH NAFSU? 1
\

“Sesudah itu terjadilah yang berikut.


Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik,
namanya Tamar; dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya. Hati Amnon sangat
tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu, sebab anak
perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk
melakukan sesuatu terhadap dia”
(2 Samuel 13:1-2)

Membedakan cinta dan nafsu merupakan hal yang sangat perlu,


tetapi ini tidaklah mudah, apalagi bila nafsu bersembunyi di balik “topeng”
atau “kedok” cinta. Pengalaman kepahitan yang dialami Tamar akibat
perbuatan Amnon terhadapnya dengan berkedok cinta menjadi pelajaran
berharga bagi pria dan wanita saat ini. Hal ini sangat penting diketahui dan
menjadi pelajaran terutama oleh para wanita yang paling sering dirugikan
dalam hal percintaan. Melalui pelajaran dari pengalaman Tamar ini,
semoga pria dan wanita nantinya bisa memilih pasangan cinta masing-
masing secara tepat tanpa terjebak ke dalam cinta palsu, lebih tepatnya
nafsu yang berkedok cinta yang hanya menginginkan gairah dan hubungan
seks saja.

Sebenarnya, perasaan yang dialami oleh Amnon terhadap Tamar


bukanlah “fall in love” yang sejati, melainkan perasaan suka yang didorong
oleh nafsu. Nafsu didefinisikan sebagai “dorongan yang kuat dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu; kecenderungan, keinginan, atau gairah yang
tidak baik”. Nafsu berkonotasi negatif karena itu Alkitab memerintahkan
orang Kristen “Sebab itu jauhilah nafsu (Yunani “ephitumia”) orang muda,
kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan
mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2 Timotius
2:22). Nafsu yang berkedok cinta itu akan terpuaskan apabila yang
diinginkannya telah didapat. Jika keinginan itu sudah dipenuhi, biasanya
wanitalah yang paling dirugikan, tetapi dampaknya bisa lebih luas lagi,
sebagai contoh dalam hal ini kasus Amnon dan Tamar (2 Samuel 13:1-39).

1Disampaikan dalam ibadah “Weekend Celebration” Bintang Fajar Youth Ministry


tanggal 6 Oktober 2012.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 63


Cinta ataukah Nafsu ?

Berdasarkan hal di atas, perlu bagi kita untuk bisa membedakan


antara cinta sejati dan cinta palsu (nafsu). Dari sini muncul dua pertanyaan
penting: “Apa perbedaan antara cinta dan nafsu? Bagaimana membedakan
antara cinta dan nafsu?” Sebenarnya cinta dan nafsu itu berbeda. Alkitab
juga membedakan antara cinta dan nafsu. Misalnya, orang Kristen
diperintahkan untuk menjauhi nafsu, tetapi justru diperintahkan untuk
mengejar kasih (2 Timotius 2:22). Paulus juga dengan tegas menyatakan
bahwa hawa nafsu berasal dari keinginan daging (Galatia 5:19). Karena itu,
berikut ini kita akan melihat perbedaan cinta dan nafsu? Dan menunjukkan
apa yang bukan cinta dan apa itu cinta yang sebenarnya.

PROSES DAN UJIAN CINTA

Kamus mendefinisikan cinta sebagai “rasa suka, rasa tertarik atau


perasaan sangat sayang”. Cinta adalah suatu proses; cinta tidak terjadi
begitu saja. Cinta juga bukan proses dari mata langsung turun ke hati.
Bukan juga terjadi pada pandangan pertama. Munculnya cinta merupakan
suatu proses. Cinta adalah perasaan sayang yang terjadi melalui proses
kimiawi yang dihasilkan oleh hormon-hormon yang ada di dalam tubuh
manusia (Bandingkan: Kejadian 29:18-21). Proses cinta melibatkan panca
indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan yang di
proses dalam pikiran dan perasaan mulai dari ketertarikan, rasa suka atau
senang, ingin memiliki, dan jatuh cinta (fall in love). Sampai pada titik fall
love ini, proses cinta sejati dan cinta palsu berbeda arah. Cinta palsu
menginginkan pacaran terikat, berduaan, bercumbuan, dan berorientasi
pada seks, bersenang-senang yang berakibat pada kutuk. Sedangkan cinta
sejati menjalin pertemanan khusus (pacaran), komitmen menjaga
kekudusan, hubungan lebih jauh melalui bertunangan dan mengikat diri
dalam pernikahan yang berkenan dihadapan Tuhan.

Berdasarkan definisi dan pengertian di atas dapat dilihat bahwa cinta


dan nafsu memiliki proses yang sama tetapi tujuan yang berbeda. Cinta
dan nafsu sama-sama dimulai dari daya tarik (fisik), hal ini sering kali
menjadi satu tanda awal dari tumbuhnya cinta sejati, tetapi nafsu juga
muncul dari rasa tertarik. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya bagi
seorang pria atau wanita membedakan antara cinta dan nafsu. Karena itu
diperlukan suatu ujian untuk membedakannya, yaitu ujian kesabaran.
Sabar berarti tahan menghadapi godaan, tidak egois, tidak lekas putus asa,
tidak lekas patah hati, tenang menjalani dan tidak tergesa-gesa. Diagram
dibawah ini akan membantu dalam menggambarkan proses cinta dan
nafsu.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 64


Cinta ataukah Nafsu ?

BAGAN PROSES CINTA DAN NAFSU


BERKAT

Penglihatan Berumah
Tertarik Tangga
Pendengaran
Panca
Pikiran Perasaan Suka / Senang
Indera Tunangan
Penciuman

Ingin Memiliki
Perabaan Pacaran

Seks Pacaran CINTA Jatuh Cinta


CINTA
Terikat PALSU (Nafsu) (Fall in Love)
SEJATI

KUTUK

Jadi jatuh cinta pada pandangan pertama ternyata hanyalah mitos,


karena cinta merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu. Cinta
sejati perlu diuji oleh waktu yang panjang bukan seketika. Sebab itu cinta
perlu bersabar. Dan sabar itu menuntut proses waktu, energi, kesetiaan,
dan kesungguhan hati yang kadang tidak bisa dihitung secara matematis,
bahkan terkadang nampak seperti tidak logis. Alkitab mengajarkan bahwa
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Korintus
13:4-8).

CINTA LEBIH DARI SEKEDAR DAN BUKANLAH ....

1. Cinta lebih dari sekedar perasaan suka. Suka berkaitan dengan


perasaan, yaitu rasa senang karena ketertarikan tertentu. Menyukai

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 65


Cinta ataukah Nafsu ?

tidaklah sama dengan mencintai. Walaupun perasaan suka dapat menjadi


awal dari proses menuju cinta sejati, tetapi cinta lebih dari sekedar suka.

2. Cinta bukanlah romantistik. Perasaan romantis biasanya


dikaitkan dengan kemesraan dan kegairahan yang menyenangkan dalam
hubungan dekat antara seorang pria dan wanita. Tuhan memang
mendesain setiap orang agar mengalami perasaan seperti ini dalam
hubungan istimewa dengan lawan jenis. Namun gairah dan kemesraan
tidak dapat disamakan dengan cinta. Keromantisan merupakan suatu
perasaan; sedangkan cinta sejati masih memiliki makna yang jauh lebih
dalam lagi.

3. Cinta bukanlah rasa “tergila-gila”. Perasaan tergila-gila adalah


daya tarik dan gairah yang kuat dalam diri seseorang terhadap lawan
jenisnya. Memang gejala-gejala jatuh cinta dan tergila-gila terkadang
hampir sama. Sebutan lain dari perasaan tergila-gila ialah puppy love, cinta
monyet, cinta kekanak-kanakan, dan lain sebagainya. Mereka yang
pertama kali jatuh cinta biasanya cenderung berbicara tentang
perasaannya yang “tergila-gila” ini. mereka memikirkan hal itu siang dan
malam; pikiran dan energi mereka tersita dan tidak dapat berkonsentrasi
pada hal yang lain, kecuali perasaan “tergila-gila” tersebut.

4. Cinta bukan Seks. Seks adalah pemberian Tuhan, sama seperti


cinta juga adalah perasaan yang diberikan oleh Tuhan dalam diri manusia.
Cinta lebih dari sekedar menginginkan seks. Cinta merupakan proses
sebagaimana yang telah disebutkan di atas; sedangkan seks merupakan
suatu aktivitas atau tindakan. Cinta bisa dipelajari; seks merupakan naluri.
Cinta membutuhkan perhatian terus menerus; seks tidak perlu seperti itu.
Cinta membutuhkan waktu untuk bertumbuh, berkembang dan menjadi
dewasa; seks tidak perlu waktu untuk berkembang. Cinta membutuhkan
interaksi emosional dan spiritual; seks hanya membutuhkan interaksi fisik.
Cinta membuat hubungan dan pengenalan semakin dalam; sedangkan
seks dapat terjadi tanpa hubungan ataupun pengenalan.

5. Cinta berbeda dari Nafsu. Cinta dan nafsu sering kali dianggap
sama dan membingungkan bagi beberapa orang. Kamus mendefinisikan
cinta sebagai “rasa suka, rasa tertarik atau perasaan sangat sayang”.
Sedangkan nafsu didefinisikan sebagai “dorongan yang kuat dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu; kecenderungan, keinginan, atau gairah yang
tidak baik”. Cinta berkonotasi positif, sedangkan nafsu berkonotasi negatif.
Bagaimana membedakan cinta dan nafsu? Sebagaimana dijelaskan di atas

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 66


Cinta ataukah Nafsu ?

tidak mudah membedakan cinta dan nafsu, tetapi seiring berjalannya waktu
cinta dan nafsu akan teruji. Cinta itu tahan uji, nafsu itu mudah pudar.
Karena itu di sini kata kunci yang diperlukan adalah sabar. Alkitab
mengatakan “kasih itu sabar” (2 Korintus 13:4).

BEDA CINTA DAN NAFSU

Untuk mendapatkan gambaran perbedaan antara cinta dan nafsu,


kita dapat melihat dalam kasus Amnon dan Tamar dalam 2 Samuel 13:1-
19. Kisah ini berawal dari Amnon yang merasa “jatuh cinta” dengan
adiknya, Tamar. Amnon dan Tamar adalah anak Daud tetapi beda ibu. Dari
kisah Amnon dan Tamar terlihat beda antara cinta dan nafsu, yaitu:

1. Cinta membawa kebahagiaan; nafsu membawa malapetaka.


Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju
kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya. Seorang pria atau
wanita yang sudah menemukan dan memahami makna cinta sejati dalam
dirinya akan berada pada kondisi yang membahagiakan. Sebaliknya,
orang-orang yang terkecoh dengan nafsu dan menganggap nafsu adalah
cinta akan berada dalam kondisi yang membahayakan. Seseorang yang
mencintai pasangannya dengan sebenar-benarnya maka cinta akan
mengarahkan hubungannya menuju kebahagiaan sejati dengan cara
menjaga dan menyayangi pasangannya. Tanpa bermaksud untuk merusak
dan menyakiti. Lain halnya dengan orang-orang yang menjalin hubungan
dengan landasan nafsu, mereka akan membawa hubungannya ke arah
kebahagiaan yang semu dan hanya berorientasi pada fisik, dalam hal ini
seks. Yang justru akan menjerumuskan mereka ke dalam situasi yang
membahayakan. Perhatikan apa yang dilakukan Amnon terhadap Tamar
berikut ini “Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia
makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: “Marilah tidur
dengan aku, adikku.” Tetapi gadis itu berkata kepadanya: “Tidak kakakku,
jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel.
Janganlah berbuat noda seperti itu. Dan aku, ke manakah kubawa
kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang
bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak
akan menolak memberikan aku kepadamu.” Tetapi Amnon tidak mau
mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya,
diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia”. (2 Samuel 13:11-14).

2. Cinta itu membawa sukacita; sedangkan nafsu membawa


pada dukacita, kekecewaan dan berakhir dengan penderitaan. Cinta

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 67


Cinta ataukah Nafsu ?

sejati dalam suatu hubungan antara seorang pria dan wanita seharusnya
membawa sukacita bagi keduanya. Apa yang dirasakan oleh Amnon bukan
cinta sejati melainkan rasa tertarik yang berorientasi pada kegairahan
seksual karena kecantikan fisik dari Tamar. Bila dalam suatu hubungan “fall
in love”, yang dirasa dan didapat hanyalah perasaan kecewa berulang-
ulang, ada baiknya untuk bertanya, “apakah hubungan yang dijalani ini
berlandaskan cinta atau nafsu? Perhatikanlah akibat perbuatan Amnon
terhadap Tamar berikut ini: “Kemudian timbullah kebencian yang sangat
besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang
dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya.
Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!” Lalu berkatalah
gadis itu kepadanya: “Tidak kakakku, sebab menyuruh aku pergi adalah
lebih jahat dari pada apa yang telah kaulakukan kepadaku tadi.” Tetapi
Amnon tidak mau mendengarkan dia. Dipanggilnya orang muda yang
melayani dia, katanya: “Suruhlah perempuan ini pergi dari padaku dan
kuncilah pintu di belakangnya.” Gadis itu memakai baju kurung yang maha
indah; sebab demikianlah puteri-puteri raja yang masih perawan
berpakaikan baju kurung panjang. Kemudian pelayan itu menyuruh dia
keluar, lalu mengunci pintu di belakangnya. Lalu Tamar menaruh abu di
atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang maha indah yang
dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil
meratap dengan nyaring” (2 Samuel 13:14-19).

3. Cinta selalu ingin memberi; nafsu itu merampas. Ketika


seseorang menjalin hubungan atas dasar cinta maka hal pertama yang
dilakukannya adalah memberikan yang terbaik kepada pasangannya,
bukan karena paksaan. Sementara Tamar melayani dengan tulus dan iklas,
Amnon merampas keperawanan Tamar dengan cara paksa.“Tetapi gadis
itu berkata kepadanya: “Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang
tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. Dan
aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan
dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah
dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu.”
Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih
kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia” (2 Samuel
13:12-14).

4. Cinta tak pernah berhenti menyayangi, sedangkan nafsu


berakhir dengan kebencian. Bila kasih berhenti, maka kita tahu bahwa itu
bukanlah kasih. Kasih yang sejati tidak akan pernah berkesudahan karena
kasih tidak menyerah; kasih tidak bisa menyerah. Kasih yang sejati tidak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 68


Cinta ataukah Nafsu ?

berhenti, tetapi hari demi hari terus tumbuh menjadi lebih indah. Kasih tidak
berkesudahan (1 Korintus 13:8), dan kasih tetap bertahan (1 Korintus
13:13). Frase Yunani “kasih tidak berkesudahan” dalam 1 Korintus 13:8
adalah ini “hê agapê oudepote ekpiptei” yang dapat diterjemahkan “kasih
sejati tidak pernah gagal; tidak pernah berhenti sampai kesudahannya”.
Bagaimana cara kita memperlakukan pasangan kita? Dan bagaimana cara
pasangan kita memperlakukan kita? Ini adalah cara termudah untuk
membedakan mana cinta, dan mana yang nafsu? Setelah merenggut
keperawanan Tamar dengan cara paksa, Amnon kemudian membenci
Tamar. Alkitab mengatakan, “Kemudian timbullah kebencian yang sangat
besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang
dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya.
Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!” (2 Samuel 13:15).
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan
pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang
yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa
memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik dan mulia.
Menjaga, menyayangi, memperhatikan, memberi rasa aman dan selalu
memberikan yang terbaik.

5. Cinta membangun sedangkan nafsu itu menghancurkan.


Cinta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, berusaha memberikan
yang terbaik untuk pasangan dan selalu memperlakukan pasangan dengan
cara-cara yang baik. Bagaimana dengan nafsu? Sebaliknya, orang yang
menjalin hubungan karena nafsu cenderung memperlakukan pasangan ke
arah fisik. Setiap kali bertemu, hanya ingin bermesraan, setiap kali berdua
hanya ingin bercumbu, dan hanya menginginkan pada hubungan seks.

Alkitab mencatat bahwa Yakub jatuh cinta (fall in love) kepada


Rahel, sebab itu ia bersedia dan rela bekerja pada laban dengan sabar
selama tujuh tahun. Yang menarik ialah cara Alkitab menggambarkan
keadaan Yakub sebagai berikut: “Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia
berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat
Rahel, anakmu yang lebih muda itu.” Sahut Laban: “Lebih baiklah ia
kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah
padaku.” Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat
Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari
saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada
Laban: “Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah
genap, supaya aku akan kawin dengan dia” (Kejadian 29:18-21).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 69


Cinta ataukah Nafsu ?

Pertanyaan pentingnya ialah, “apakah saudara sedang jatuh cinta


atau istilah sekarang “falling in love”? Ataukah baru mulai menjalin cinta?
Atau bingung bagaimana menguji cinta sejati? Ujilah dengan ujian
kesabaran, yang tentunya meminta proses waktu, energi, keseriusan, dan
kesetiaan. Cinta sejati pastilah tahan uji, karena memang cinta itu perlu
bersabar dan tidak terburu-buru. Raja Salomo memberi peringatan serius
“Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati”
(Amsal 20:21). Karena itu, perlu berdoa dan mintalah tuntunan Tuhan
dalam memilih pasangan hidup yang tepat, agar tidak terjebak dan salah
dalam menentukan pilihan! Dan, jangan lupa untuk selalu memperhatikan
nasihat Firman Tuhan!

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 70


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

Pasal 8.
JODOH :
PILIHAN ATAUKAH TAKDIR 1

“Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan


kepadanya, katanya: “Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan.
Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan
ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu”
(Kejadian 28:1-2)

Berbicara tentang jodoh, secara umum ada dua pandangan yang


berbeda, yaitu pandangan bahwa jodoh adalah takdir dan pandangan
bahwa jodoh adalah pilihan. Pandangan takdir, disebut juga determinisme,
mengakui bahwa jodoh seseorang itu telah ditentukan oleh Tuhan,
sehingga tidak perlu berusaha atau melakukan upaya apapun untuk
mendapatkan jodoh. Pandangan seperti ini pada akhirnya menggiring
seseorang pada determinisme fatalistik yaitu pandangan yang
beranggapan bahwa setiap kejadian sudah ditentukan, dan manusia hanya
bisa menerima apa yang sudah ditentukan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Menurut pandangan ini, manusia hanyalah “wayang” yang melakoni apa
saja yang dikehendaki oleh “sang dalang”. Orang-orang yang begitu saja
menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai nasib (takdir) yang
ditentukan, bersikap pasrah pada nasib dan tak ingin merubahnya, disebut
fatalistik. Dalam teologi Kristen, Calvinisme ekstrem yang disebut dengan
Hiper-Calvinik berpegang pada pandangan determinisme ini.

Sebaliknya, pandangan pilihan mengakui bahwa jodoh semata-mata


adalah pilihan yang melibatkan keputusan dan kehendak manusia tanpa
melibatkan Tuhan. Pilihan diartikan sebagai penentuan atau pengambilan
sesuatu berdasarkan keputusan atau kehendak sendiri. Pandangan ini
lebih menekankan pada kehendak bebas (free will) manusia. Kehendak
bebas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membuat pilihan
secara sukarela, bebas, dari segala kendala ataupun tekanan yang ada. Di
sini, Allah hanya sebagai Pribadi yang merestui dan melegitimasi apa yang

1 Disampaikan dalam ibadah Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Jurusan Budidaya


Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya tanggal 20 Pebruari 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 71


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

menjadi pilihan manusia. Dalam teologi Kristen, konsep pandangan tentang


kebebasan ini berasal dari Arminianisme.

Kedua pandangan di atas, biasa dikontraskan dengan kalimat “jodoh


di tangan Tuhan ataukah jodoh di tangan manusia”. Penganut garis keras
dari kedua pandangan ini tidak pernah mencapai titik temu, karena
keduanya berada pada titik yang berlawanan. Lalu, bagaimana pandangan
Alkitab mengenai hal ini?

MANUSIA DAN KEHENDAK BEBAS

Manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan


menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26). Kata Ibrani “gambar”
adalah “tselem” yang berarti gambar yang dihias, suatu bentuk dan figur
yang representatif yaitu suatu gambar dalam pengertian yang konkret atau
nyata. Kata Ibrani “rupa” adalah “demuth” yang mengacu pada arti
kesamaan tapi lebih bersifat abstrak atau ideal. Jadi, menyatakan bahwa
manusia adalah gambar dan rupa Allah berarti menjelaskan bahwa
manusia dalam hal tertentu merupakan refleksi yang nyata dari Allah yang
hidup, yang cerdas dan bermoral. Dengan kata lain, manusia memiliki
“citra” Allah. Sebagai mahluk ciptaan, manusia bergantung pada Tuhan,
Sang Penciptanya bagi keberlangsungan hidupnya; ia tidak bisa berdiri
sendiri; hidupnya bergantung pada Allah Pencipta. Di dalam Allah manusia
hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul
17:28). Sebagai mahluk berpribadi, manusia memiliki kemandirian yang
relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa ia memiliki kemampuan
untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihannya
sendiri.

Salah satu hal terbaik yang diciptakan Tuhan pada manusia selaku
ciptaanNya ialah bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih.
Dengan kehendak bebas itu manusia dapat melayani Allah. Fakta bahwa
manusia menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah untuk
memberontak terhadap Tuhan tidak mengejutkanNya, karena Tuhan
Mahatahu. Tetapi, akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa tersebut
“citra” Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa
masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12).
Manusia telah rusak total (total depravity). Adam dan Hawa telah membuat
dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat
itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12;
1 Korintus 15:22). Kerusakan total bukanlah berarti: (1) bahwa setiap

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 72


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam


perbuatan; (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan
dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah; (3) bahwa orang
berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa; dan (4) bahwa orang
berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan
Allah maupun manusia.

Yang dimaksud dengan kerusakan total adalah: (1) kerusakan akibat


dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia
termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya
secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18;
Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia
yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar
(Roma 3:10-12).

Akibat natur dosa itulah kita sekarang ini terus menggunakan


kehendak bebas itu untuk membuat kejahatan itu menjadi aktual (Markus
7:20-23). Bahkan kejahatan natural seperti gempa bumi, badai, banjir dan
hal-hal lainnya yang serupa, berakar dari penyalahgunaan kehendak bebas
manusia. Saat ini kita hidup dalam dunia yang telah jatuh dan karena itu,
rentan terhadap bencana alam yang tidak akan terjadi jika manusia tidak
memberontak melawan Allah pada mulanya (Roma 8:20-22). Walaupun
demikian, Allah tetap menghargai “kehendak bebas” yang diberikanNya
kepada manusia termasuk dalam hal memilih dan menentukan jodoh dalam
hidup pernikahannya.

JODOH DAN KETETAPAN TUHAN

Di atas telah disebutkan bahwa Tuhan menghargai kehendak bebas


manusia termasuk dalam hal memilih jodoh. Apakah ini berarti jodoh
semata-mata pilihan dan tidak ditentukan Tuhan? Orang Kristen mengakui
bahwa dunia dan alam semesta tidak bekerja secara kebetulan. Mereka
menyakini bahwa Tuhan memiliki suatu rencana yang mencakup segala
sesuatu yang terjadi, dan bahwa Dia saat ini sedang berkarya mewujudkan
rencananya tersebut. Rencana atau ketetapan Tuhan (Devine decree) itu
menurut Millard J. Erickson adalah “keputusan kekalNya yang membuat
pasti segala sesuatu yang akan terjadi”. Sedangkan menurut Henry C.
Thiessen rencana atau ketetapan Tuhan adalah “rencana atau rencana-
rencana kekal Allah yang dilandaskan pada pertimbangan ilahi yang
bijaksana dan kudus. Dengan jalan ini maka Allah secara bebas dan tidak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 73


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

berubah, demi kemuliaanNya sendiri, telah menetapkan baik secara efektif


maupun secara permisif segala sesuatu yang akan terjadi”.

Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan telah menetapkan sebelumnya


segala hal yang akan terjadi. Dengan kata lain, tidak ada satu hal pun di
dunia ini yang terjadi dengan sendirinya atau terjadi secara kebetulan
(Efesus 1:4,11). Ketetapan itu meliputi segala sesuatu di masa lampau,
masa kini, dan masa depan. Ketetapan itu meliputi juga hal-hal yang
diadakannya secara efektif dan hal-hal sekedar yang diizinkannya (Yesaya
46:10-11), dengan kata lain, dengan kuasa dan kebijaksanaan yang tidak
terbatas, sejak segenap kekekalan yang silam, Allah telah memutuskan
dan memilih serta menentukan jalannya semua peristiwa tanpa kecuali bagi
segenap kekekalan yang akan datang.

Perlu dipahami, ada dua aspek ketetapan Allah yaitu: ketetapan


efektif dan ketetapan permisif. Ketetapan Allah yang efektif disebut juga
kehendak Allah yang mengarahkan, sedangkan ketetapan Allah yang
permisif adalah kehendak Allah yang mengizinkan. Ada hal-hal yang
direncanakan Allah dan yang ditetapkanNya harus terjadi secara efektif dan
ada hal-hal lainnya yang sekadar diizinkan Allah untuk terjadi (Roma 8:28).
Beberapa hal di mana Allah terlihat sebagai penggerak yang secara aktif
menjadikan semua peristiwa, yaitu: menciptakan (Yesaya 45:18);
mengontrol alam semesta (Daniel 4:35); menetapkan penguasa (Daniel
2:21); memilih orang untuk diselamatkan (Efesus 1:4). Beberapa hal
menunjukkan kehendak Allah yang permisif, yaitu: Allah mengizinkan
kejatuhan, dosa, kejahatan dan penderitaan, tetapi Ia bukan pencipta dosa,
kejahatan ataupun penderitaan manusia. Akan tetapi, dalam hal ketetapan-
ketetapan yang permisif itu pun, Allah mengarahkan semuanya bagi
kemuliaanNya (Matius 18:7; Kisah Para Rasul 2:23). Demikian juga dalam
hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi semuanya
sesuai dengan kehendak Tuhan yang mengizinkan. Jadi, dapat dikatakan
bahwa dalam hal jodoh ada peran manusia dan ada peran Tuhan. Tuhan
telah menetapkan syarat-syarat dalam memilih jodoh; manusia berupaya
menemukan jodoh dengan memperhatikan syarat-syarat yang Tuhan telah
tetapkan. Dengan kata lain, jodoh merupakan pilihan yang dibimbing Tuhan
dan berdasarkan kehendakNya yang mengizinkan.

Pernikahan bukanlah hal yang boleh diremehkan! Pernikahan


adalah hal mulia, yang dikaruniakan Tuhan, sejak manusia belum jatuh ke
dalam dosa (Kejadian 1:28). Lembaga pernikahan ini ditetapkan oleh Allah
sendiri (Kejadian 2:24), dan melukiskan persekutuan antara Kristus dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 74


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

gerejaNya (Efesus 5:31-32). Dalam pernikahan suami dan istri mengikat


diri dalam suatu tujuan yang kudus, untuk membangun rumah tangga
bahagia dan harmonis. Pernikahan tidak boleh ditempuh atau dimasuki
dengan sembarangan, dirusak oleh karena kurang bijaksana, dinista atau
dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati dan dijunjung tinggi
dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud Allah dalam pernikahan
itu.

Karena itu, dalam hal mencari dan memilih jodoh, Kekristenan


mengajarkan bahwa Tuhan tidak membiarkan manusia bertindak sendiri.
Tuhan telah memberikan prinsip-prinsip absolut dalam membangun sebuah
keluarga yang harmonis dan bahagia. Siapapun orangnya, apabila
sungguh-sungguh menaati prinsip firman Tuhan tersebut, keluarganya
akan bahagia. Dengan demikian konsep jodoh menurut Alkitab adalah
pilihan yang dituntun oleh Tuhan, secara khusus melalui prinsip-prinsip
firman Tuhan yang diterapkan. Dan suatu pernikahan bukanlah terjadi
secara kebetulan, tetapi merupakan pilihan yang disengaja.

KEKELIRUAN AJARAN BAHWA JODOH ADALAH TAKDIR

Tuhan telah menciptakan pria dan wanita untuk hidup bersama.


Demikian juga Tuhan memberi kesempatan kepada seorang pria dan
seorang wanita untuk dapat hidup bersama dalam suatu pernikahan.
Kehidupan bersama ini harus didasarkan atas kasih karunia Tuhan.
Sebagaimana Yesus Kristus mengasihi satu gereja dan gereja itu
mengasihi satu Tuhan, demikian laki-laki dipanggil mengasihi satu
perempuan dan perempuan mengasihi satu laki-laki (Efesus 5:22-33).
Pernikahan mempersatukan kedua hati, mempersatukan kasih dan
pengharapan dalam suatu kehidupan bersama; karena itu hendaklah
pernikahan ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan, penuh kasih sayang,
percaya seorang akan yang lain, dan bersandar kepada kasih karunia
Tuhan. Hanya dengan cara yang demikian kehidupan bersama ini dapat
bertahan dan menjadi berkat. Namun, hal yang sangat memprihatinkan,
ada orang yang gagal dalam pernikahannya memakai konsep “jodoh
ditentukan Tuhan” sebagai “senjata” untuk membenarkan dirinya dan untuk
mengambil keputusan bercerai.

Perhatikan contoh berikut: Bambang yang sudah menikah dua tahun


merasakan hubungannya dengan istrinya, tidak harmonis. Hampir setiap
hari keluarganya diwarnai dengan percekcokan yang membuatnya stres,
frustasi dan putus asa. Istrinya, Wati yang merasakan hal yang sama

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 75


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

berkata kepada suaminya: “melihat keadaan keluarga kita, saya pikir


sepertinya engkau bukan jodohku yang ditentukan (ditakdirkan) Tuhan.” “oh
ya? Kok saya juga berpikir hal yang sama. Engkau pasti bukan “tulang
rusukku” yang sejati. Makanya tidak pernah pas,” sahut Bambang
tersenyum setuju dengan istrinya. “Kalau begitu seharusnya kita bercerai
dan masing-masing mencari jodoh kita yang sesungguhnya, yang terbaik,
yang pas, yang ditentukan dari sejak semula (takdir),” lanjut Bambang
dengan penuh semangat sambil menganggukkan kepalanya kepada Wati
seolah meminta persetujuan. “Saya setuju! Besok kita ke pengadilan
bersama pak pendeta,” jawab Wati mantap.

Perhatikanlah, konsep bahwa jodoh ditentukan oleh Tuhan adalah


konsep “takdir” yang salah, tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Pandangan
takdir atau disebut juga determinisme, mengakui bahwa jodoh seseorang
itu telah ditentukan oleh Tuhan, sehingga tidak perlu berusaha atau
melakukan upaya apapun untuk mendapatkan jodoh. Pandangan seperti ini
pada akhirnya menggiring seseorang pada determinisme fatalistik yaitu
pandangan yang beranggapan bahwa karena setiap kejadian sudah
ditentukan maka manusia hanya bisa menerima apa yang sudah ditentukan
tanpa bisa berbuat apa-apa. Orang yang berpegang pada pandangan
bahwa jodoh ditentukan oleh Tuhan disebut sebagai fatalistik, karena
pandangan ini memiliki beberapa kesalahan fatal, antara lain:

1. Membuka “pintu” perceraian dengan mudah dan seenaknya jika


sebuah pernikahan tidak berjalan harmonis dan bahagia sesuai yang
diharapkan.
2. Manusia akan melarikan diri dari tanggung jawabnya dan
“mengkambinghitamkan” Tuhan jika keluarganya tidak bahagia; seolah-
olah Tuhan yang memberikan jodoh yang tidak baik dan menakdirkan
keluarga yang tidak harmonis baginya.
3. Kalau Tuhan menentukan setiap manusia sudah ada jodohnya masing-
masing, maka sampai saat ini sudah berapa juta pasang pernikahan
yang salah dan tertukar jodohnya, karena perceraian yang terjadi? Hal
ini sangat spekulatif sifatnya.
4. Setiap pasangan yang merasa kurang cocok dan yang suka cekcok,
akan mencurigai pasangannya sebagai “jodohnya” orang lain, dan
hidup dalam ketidakpastian.

“Teologi takdir” ini, sesungguhnya adalah pandangan yang


menghasilkan sikap hidup yang melarikan diri dari tanggung jawab, yang
pasif, malas, dan diperalat oleh Iblis untuk memfitnah dan menuduh Tuhan.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 76


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

Saya setuju bahwa untuk khasus Adam sebagai manusia pertama, jodoh
adalah takdir. Mengapa? Karena Hawa memang diberikan langsung oleh
Tuhan bagi Adam. Sedangkan bagi generasi berikutnya, jodoh adalah
pilihan yang seharusnya dipimpin oleh Tuhan, berdasarkan prinsip-prinsip
yang diberikanNya.

PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MEMILIH JODOH

Dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi


semuanya harus sesuai dengan ketetapan Tuhan yang mengizinkan.
Kekristenan mengajarkan bahwa Tuhan tidak membiarkan manusia
bertindak sendiri, dalam memilih jodoh. Tuhan telah memberikan prinsip-
prinsip absolut dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis dan
bahagia. Siapapun orangnya, apabila sungguh-sungguh menaati prinsip-
prinsip firman Tuhan tersebut, keluarganya akan bahagia.

Jadi kebahagiaan pernikahan tidak bergantung kepada “takdir” tetapi


pada ketaatan terhadap prinsip-prinsip absolut yang ditentukan Tuhan, di
dalam Alkitab. Prinsip-prinsip itu sebagaimana yang telah dijelaskan pada
pasal 3 adalah sebagai berikut:

1. Pernikahan harus bersifat monogami antara pria dan wanita


(berlawanan jenis kelamin). Dengan demikian, Kekristenan menolak
pernikahan sesama jenis kelamin karena bertentangan dengan
ketetapan Tuhan (Kejadian 2:18-25).
2. Keduanya (pria dan wanita) haruslah orang yang beriman kepada
Yesus Kristus (2 Korintus 6:14-18).
3. Keduanya (pria dan wanita) bertekad mengikat perjanjian seumur hidup
di hadapan Tuhan (Matius 19:4-9).
4. Keduanya (pria dan wanita) memelihara dan kekudusan dan kesetiaan
apa pun yang terjadi (Ibrani 13:4).
5. Suami harus mengasihi istri, dan istri tunduk kepada suami seperti
kepada Kristus yang artinya manjadikan Kristus sebagai kepala
keluarga yang sebenarnya (Efesus. 5:22-23).
6. Keduanya (pria dan wanita) bertekad untuk mendidik anak-anak sesuai
dengan ajaran dan nasihat Tuhan (Ulangan 6:5-9; Efesus 6:4).
7. Semua persoalan diselesaikan berdasarkan kebenaran firman Tuhan
(2 Timotius 3:16-17).

Semua prinsip di atas adalah absolut. Artinya, siapapun calon


pasangan hidup, baik pria maupun wanita, yang telah memenuhi prinsip-

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 77


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

prinsip mutlak firman Tuhan di atas, Tuhan pasti menjamin kebahagiaan


hidup dalam pernikahan dan keluarganya. Jadi, kebahagiaan tidak
ditentukan oleh “jodoh yang pas”, atau tulang rusuk atau tempat tulang
rusuk yang sudah ditakdirkan Tuhan, karena Tuhan memberi kepada kita
kebebasan untuk memilih jodoh yang sesuai dengan prinsip-prinsip
firmanNya yang absolut.

APAKAH SALAH JIKA MENOLAK JODOH PILIHAN ORANGTUA?

Gereja Kristen telah menembus dan mengubah berbagai budaya di


seluruh dunia. Namun di tempat-tempat yang menerima pandangan
pernikahan yang Kristiani, sistem pernikahan berdasarkan rancangan
orangtua atau keluarga tidak selalu dihilangkan. Ada budaya dimana
orangtua telah menjodohkan anak mereka sejak lahir. Namun, ketika anak
sudah dewasa, mereka menolak dijodohkan dengan pilihan orangtua
mereka karena telah menemukan jodoh pilihan mereka sendiri. Walau ada,
kasus seperti ini sudah jarang sekali ditemukan dalam masyakat sekarang
ini. Akan tetapi jika hal seperti itu terjadi berikut ini beberapa langkah yang
perlu diperhatikan.

1. Satu hal yang selalu ditekankan oleh Kekristenan tentang


pernikahan yaitu bahwa pernikahan membutuhkan persetujuan. Dan
persetujuan kedua pasangan ini adalah hal yang prinsip (esensi) dalam
perjanjian pernikahan. Hal itu didasarkan alasan-alasan teologis yang
berkaitan dengan perjanjian Allah dengan umatNya. Perjanjian tidak
mungkin diikat tanpa adanya persetujuan dengan sepenuh hati dari
pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki. Persetujuan merupakan
suatu kemutlakkan dalam mengikat perjanjian (kovenan) pernikahan.
Karena inti dari pernikahan adalah perjanjian melalui persetujuan kedua
mempelai, maka saya yakin bahwa baik sistem pernikahan yang dirancang
orangtua maupun sistem pernikahan yang didahului oleh masa pacaran
dan kencan dapat dipakai untuk pernikahan masa kini. Seorang pria dan
wanita dapat menemukan pasangan yang sepadan dan membuat ikatan
perjanjian seumur hidup melalui kesepakatan pribadi mereka, entah ia
mendapatkan calon pasangannya melalui sistem rancangan orangtua
(dijodohkan) maupun melalui sistem kencan.

2. Sebaiknya anak yang dijodohkan itu berdoa meminta petunjuk


dari Tuhan. Jadi jangan asal menolak, siapa tahu justru yang dijodohkan itu
memang jodoh yang diberikan Tuhan padanya. Namun, jika memang
bukan jodohnya, maka ia berhak untuk menolaknya. Memang orangtua

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 78


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

selalu memikirkan dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.


Namun apa yang baik menurut orangtua, belum tentu baik bagi anak-anak.
Pada akhirnya semua kembali kepada yang menjalani pernikahan itu.
Karena itu jika dijodohkan maka jangan alergi untuk menerima, ataupun
jangan takut untuk menolaknya. Pilihan orangtua tidak selalu salah, atau
sebaliknya, pilihan orangtua juga tidak selamanya benar. Namun,
kadangkala orangtua yang otoriter tidak peduli terhadap keinginan dan
pilihan anak mereka sendiri. Jika demikian halnya apa yang harus
dilakukan? Tuhan mempunyai banyak cara untuk mempertemukan dan
mempersatukan. Jika memang pilihan yang bertentangan dengan
kehendak orangtua adalah jodoh yang berasal dari Tuhan, maka jangankan
orangtua, siapapun tidak akan dapat mengacaukan rencana Tuhan. Karena
itu berdoalah dengan sungguh-sungguh, agar Tuhan menolong
melunakkan hati orangtua untuk memberi persetujuan dan berkatnya.

BAGAIMANA JIKA BELUM MENDAPAT JODOH?

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang pria atau wanita


belum mendapat jodoh yang tepat antara lain:

1. Belum cocok soal kriteria calon suami atau calon istri. Mungkin
saja kriteria dan harapan yang ditetapan sendiri terlalu tinggi. Sebagian
orang mungkin mengharapkan kesempurnaan sementara orang lain tidak.
Masalah yang timbul dari kriteria tinggi seperti yang disebutkan di atas,
adalah tuntutan yang sama diberlakukan juga kepada kita. Kita tidak dapat
berharap seseorang menjadi sempurna, sama seperti kita juga tidak
sempurna. Jadi, berpijaklah pada kenyataan dan hiduplah dalam realitas.
Walaupun demikian, jangan pernah membuang syarat-syarat mutlak
(absolut), tetapi beri keleluasaan bagi pertumbuhan karakter. Setiap orang
memiliki idealisme soal pasangan sehingga kriteria baku tidak ditemukan.
Ada yang menetapkan kriteria pada unsur kedewasaan, wajah, karier atau
materi, dan banyak hal lainnya. Jadi, anda perlu bertanya kepada diri
sendiri apakah kriteria itu masih perlu dipertahankan. Evaluasi kembali
kriteria anda soal calon pasangan apakah terlalu tinggi dan menuntut
kesempurnaan. Mintalah Tuhan memberikan hikmat dalam menetapkan
kriteria yang diinginkan.

2. Karena pergaulan yang kurang. Banyak di antara mereka yang


belum mendapatkan jodoh biasanya sibuk mengejar karier sehingga tidak
ada waktu untuk menjalin persahabatan. Karena itu, upayakan anda tetap
bisa menambah pergaulan dan mengikuti persekutuan di gereja untuk

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 79


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

bertemu dengan orang-orang yang seiman. Tidak ada salahnya


menggunakan jasa kontak jodoh; ada juga kontak jodoh Kristen yang dapat
dilihat di tabloit Kristen atau situs internet. Kontak jodoh hanya membantu
memperkenalkan dan selanjutnya anda yang memutuskan. Anda juga bisa
meminta bantuan teman untuk memperkenalkan dengan teman seiman
yang belum menikah.

3. Ada banyak yang menyerah serta memiliki citra diri yang rendah.
Sebagian merasa bahwa pada usia tertentu mereka sudah tidak laku.
Pandangan seperti itu sebenarnya sudah tidak berlaku lagi di dunia
modern. Usia bukanlah penghalang untuk menikah. Selain itu, Tuhan ingin
kita memiliki citra diri yang baik karena kita adalah ciptaanNya yang mulia
dan berharga. Janganlah merasa minder dan terpaku pada kekurangan.
Tunjukan kelebihan kita.

4. Perbaiki penampilan diri dan kembangkan wawasan. Penting


bagi pria dan wanita agar menjaga diri, penampilan dan kepribadian tetap
menarik serta menjadi dewasa. Selain itu, tambahlah wawasan dalam
pergaulan. Kembangkan wawasan dengan membaca serta masuk ke
komunitas yang memiliki hobi sama. Dengan demikian, ada kontak dan
relasi yang terjalin dengan sesama. Janganlah mengisolasi diri dengan
mengurung diri di rumah.

5. Berdoa untuk mencari tahu kehendak Allah apakah harus tetap


melajang atau menikah? Kristus mengatakan, “Ada orang yang tidak dapat
kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang
yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat
dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga”
(Matius 19:11). Karena itu, sebagai seorang yang lajang seumur hidupnya,
rasul Paulus menulis keuntungan-keuntungan dari hidup melajang (1
Korintus 7:32-40). Nilai yang paling penting adalah menyenangkan Allah
mengejar kekudusan, memperlakukan tubuh sendiri dengan hormat, dan
tidak merusak hidup orang lain (1 Tesalonika 4:1-8). Untuk mereka yang
tidak menikah, dengan pengabdian kepada Tuhan dan sesama, maka dari
mereka pun dituntut hidup sehat, suci dan penuh berkat.

Ingatlah, bahwa pernikahan dan seks bukanlah syarat mutlak untuk


menuju kehidupan yang sukses dan bahagia. Namun terkadang seseorang
yang tidak menikah sering menganggap bahwa ia belum lengkap sebagai
satu pribadi bila belum berhubungan seks dengan seseorang. Pernikahan
dan seks dapat begitu dipuja sehingga seseorang yang masih sendiri

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 80


Jodoh : Pilihan ataukah Takdir ?

merasa tidak lengkap tanpanya. Jika seseorang mengejar kesenangan


seksual seolah-olah itulah jalan menuju kebahagiaan, ia akan selalu
menemukan bahwa seks tidak akan memberi kepuasan yang diharapkan.
Karena itu, untuk menjaga agar tidak menyakiti diri sendiri, maka keinginan
dan aktivitas seks haruslah di bawah kontrol Kristus. Alkitab mengatakan,
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang
perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan
penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat
oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah” (1 Tesalonika 4:3-5).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 81


Makna Berpacaran & Berkencana ?

Pasal 9.
MAKNA BERPACARAN &
BERKENCAN 1

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
(Amsal 2:6).

Di Palangka Raya, baru-baru ini masyarakat dikagetkan dengan


penemuan janin yang di buang oleh ibunya sendiri sebagai akibat dari
tindakan aborsi. Sejauh yang dapat diketahui dan diekspos media, di
Palangka Raya sedikitnya dalam 1 bulan terakhir ini (April 2015) ada tiga
kasus penemuan janin hasil aborsi. Ini dapat diibaratkan seperti fenomena
gunung es, 10 persen terdapat dipermukaan air dan 90 persen sisanya
tersembunyi dibawahnya. Apa yang terlihat dipermukaan merupakan
bagian kecil dari apa yang tidak terlihat di bawah permukaan. Fenomena ini
tidak hanya terjadi di palangka Raya, tetapi juga di beberapa daerah
lainnya di Indonesia.

Apa yang saya kemukakan di atas bukan sekedar pendapat pribadi.


Sumber data dari berbagai survey dan penelitian menunjukkan bahwa
angka seks pranikah, seks bebas, dan aborsi di Indonesia cukup tinggi. Hal
ini seharusnya membuat semua pihak prihatin! Data hasil penelitian
Kementerian Kesehatan RI di empat kota besar (Medan, Jakarta, Bandung
dan Surabaya) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 35,9 % remaja
mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah
dan 6,9 % responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Seperti
diberitakan, data BKKBN 2010 mencatat sebanyak 51 % remaja di
Jabotabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri.

Selain Jabodetabek, data yang sama juga diperoleh di wilayah lain


seperti Surabaya, di mana remaja perempuan lajang yang kegadisannya
sudah hilang mencapai 54 %, di Medan 52 %, Bandung 47 %, dan
Yogyakarta 37 %. Penelitian Australian National University (ANU) dan
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta, Tangerang

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 6 September 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 82


Makna Berpacaran & Berkencana ?

dan Bekasi (Jatabek) tahun 2010 dengan jumlah sampel 3.006 responden
(usia di bawah 17 - 24 tahun) mengindikasikan sebanyak 20,9 % remaja
mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah sedangkan 38,7 %
remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah
menikah. Survei Komnas Anak (Data Maret 2007) di 12 Provinsi (4500
remaja sebagai responden) sebagai berikut: 93,7 % pernah berciuman
hingga petting (bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, 21,2
% remaja SMA pernah aborsi. Survey Synovate Research (data Maret
2009): 44% mengaku punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun; 16%
mengaku pengalaman seks di dapat di usia 13-15 tahun; tempat
melakukan seks: di rumah (40%), kamar kos (26%) dan hotel (26%).

Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa


penyalahgunaan seks telah menjadi masalah yang serius! Hal ini tak hanya
karena tingginya angka seks pra nikah dan aborsi, melainkan juga
meningkatnya angka perkosaan, kekerasan seksual, dan penyakit menular
seksual. Seks yang seharus menjadi berkat bagi manusia, dapat berubah
menjadi kutuk karena penggunaannya yang salah, dan melawan kehendak
Allah Sang Pencipta. Karena itu pendidikan, termasuk perihal pendidikan
seks, kesehatan reproduksi dan sejenisnya bukan lagi merupakan pilihan
melainkan keharusan untuk diajarkan, khususnya bagi orang-orang Kristen.
Ayat bacaan kita dalam Amsal 22:6 mengatakan “Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu”.

Data-data tersebut juga bukan hanya menunjukkan lemahnya


pendidikan dan pengawasan orangtua terhadap anak-anak, melainkan juga
menyiratkan tiga hal berikut: (1) Degradasi moral, yaitu kemerosotan moral
yang telah dirasakan begitu luas oleh berbagai kalangan. Karena itu
pendidikan moral dan keagamaan harus dikembalikan pada tempat yang
utama dalam melawan pengaruh etika modern yang rasionalistik yang
dipengaruhi oleh pencerahan dan individualistik; (2) Bahaya pluralisme, di
era globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin menyadari berbagai
aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini
kita hidup di suatu era perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu
membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi; (3) Pudarnya semangat
keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model
atau mentor yang diikuti. Orangtua (di rumah), guru (di sekolah), pembina
rohani (di gereja) yang menjadi model atau teladan turut membentuk
karakter seseorang. Sayangnya, kebanyakan teori etika individualistik dan
rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh keteladanan ini; atau

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 83


Makna Berpacaran & Berkencana ?

dengan kata lain, semangat untuk mewarisi keteladanan ini telah semakin
memudar.

BOLEHKAN ORANG KRISTEN BERPACARAN (COURTING)?

Satu pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya di berbagai


kesempatan berhubungan dengan pergaulan muda-mudi Kristen adalah
“bolehkah orang Kristen berpacaran?” Ada orangtua yang melarang anak-
anaknya berpacaran, sementara orangtua lainnya memperbolehkan.
Memang di dalam Alkitab tidak ditemukan istilah berpacaran maupun
kencan, yang ada ialah perihal pertunangan. Namun bukan berarti bahwa
Alkitab melarangnya. Apabila pemahaman dan pelaksanaan pacaran
tersebut dilaksanakan tanpa melanggar kebenaran firman Tuhan, maka
saya berpendapat bahwa berpacaran itu diizinkan. Izin berpacaran tidaklah
sama dengan izin berbuat dosa! Jika pacaran diartikan sebagai “pacaran
terikat antara pria dan wanita” yang identik dengan “berduaan, bercumbu
dan ciuman (petting), dan seks sebelum pernikahan, maka orang Kristen
dilarang berpacaran. Karena pacaran tersebut akan menimbulkan berbagai
macam masalah. Pacaran disebut bermasalah ketika pacaran itu dilakukan
sekehendak hati, hanya untuk bersenang-senang, dan memuaskan hawa
nafsu keinginan sendiri, sehingga mengabaikan kebenaran firman Tuhan.

Jika yang dimaksud dengan berpacaran itu adalah suatu relasi


pertemanan dan usaha untuk mengenal dan menjajaki seorang lawan jenis
sebelum dijadikan pasangan hidup, maka pacaran diperbolehkan. Artinya
di sini tujuan dari pacaran harus dipahami sebagai pertemanan atau
persahabatan khusus antara seorang pria dan seorang wanita untuk saling
mengenal dan mengetahui lebih banyak informasi satu sama lainnya,
mengenal satu sama lain dan keluarganya sebagai suatu persiapan menuju
pernikahan. Namun batasan-batasan yang jelas dalam berpacaran harus
benar-benar diperhatikan di sini, yaitu: (1) Jangan melakukan hal-hal atau
tindakan-tindakan apapun yang tidak diizinkan oleh Tuhan atau yang
melanggar firman Tuhan. Ingat bahwa Tuhan mengetahui segala
sesuatunya dan tak ada yang tersembunyi dihadapanNya (Ibrani 4:13);
(2) Perhatikan dan hormati norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Misalnya, jika masyarakat membatasi jam berkunjung pada pukul 21.00
WIB, maka ikuti aturan itu dan jangan memberontak; (3) Selama masa
pacaran atau berkencan perlu diingat bahwa keduanya belum mempunyai
ikatan apapun. Karena itu masing-masing jangan pernah berpikir atau
merasa memiliki atau berhak terhadap satu sama lainnya layaknya orang
yang sudah menikah.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 84


Makna Berpacaran & Berkencana ?

Perlu juga ditegaskan di sini bahwa pacaran itu tidak wajib, atau
dengan kata lain hal itu bukan keharusan melainkan permisif (diizinkan).
Jika seseorang sudah mencapai usia tertentu namun tidak punya pacar
atau tidak pernah pacaran, maka hal itu tidak perlu dirisaukan. Karena
seseorang bisa saja mendapat jodoh dan menikah tanpa harus melalui
proses berpacaran terlebih dahulu. Perlu juga dipahami bahwa pacaran
tidak menjamin kelanggengan suatu pernikahan yang akan dibangun
kemudian. Kelanggengan pernikahan merupakan hasil suatu proses yang
sangat ditentukan oleh sikap kedua pasangan. Karena itu meskipun tidak
pernah pacaran, tetapi jika dalam perjalanan pernikahannya keduanya
mau dan dapat bekerjasama dengan baik satu sama lain, dan terutama
menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan, maka kelanggengan itu akan
dapat dicapai. Sebaliknya meskipun melalui proses pacaran, tetapi ketika
masuk dalam pernikahan kedua pasangan tidak mau bekerjasama, saling
egois, dan menolak menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan, maka
kelanggengan pernikahan tidak akan terwujud dan jauh dari kebahagiaan.

Segera timbul pertanyaan lainnya, “Jika pernikahan bisa langgeng


tanpa melalui proses pacaran, apakah itu berarti pacaran tidak penting?”
Tentu saja masa pacaran itu penting jika dipahami dan dijalani dengan
baik. Sebab dengan berpacaran seorang pria dan wanita berkesempatan
untuk menentukan pasangan pernikahan pilihan sendiri, setelah melewati
proses pengenalan dan penjajakan. Dengan demikian mereka seperti yang
dikatakan peribahasa “tidak membeli kucing dalam karung”. Namun, ketika
seorang pria atau wanita Kristen memilih untuk berpacaran maka ada tiga
komitmen yang harus dipegang teguh, yaitu:

1. Berpacaranlah dengan seorang yang seiman dan beribadah


(2 Korintus 6:14). Jangan pernah bermain-main dengan keyakinan iman,
dan dengan sengaja memilih pacar seorang yang tak seiman. Jadi
sebaiknya berpacaranlah dengan yang seiman dan ajaklah pacar tersebut
pergi ke gereja atau menghadiri ibadah, agar firman dan Roh Kudus
senantiasa melindungi. Jangan lupa memberitahu orangtua atau pembina
rohani (pendeta) tentang status berpacaran tersebut agar mereka dapat
memberikan nasihat dan membantu mengawal / menjaga selama masa-
masa berpacaran.

2. Mengendalikan diri dan menjaga kekedudusan selama


berpacaran (1 Petrus 1:15-16). Batas berpacaran dan berkencan adalah
“no sex” atau tidak melakukan aktivitas seks dalam bentuk apapun dan
tetap menjaga kekudusan. Sebab seks adalah pemberian Tuhan yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 85


Makna Berpacaran & Berkencana ?

hanya boleh digunakan dalam konteks pernikahan. Tidak ada alasan


apapun untuk menggunakan seks di luar lembaga pernikahan. Seandainya
suatu saat pacaran tidak dapat dilanjutkan karena berbagai alasan, maka
keduanya berpisah (putus) tetap dalam kekudusan. Karena itu jauhi
pornografi dalam bentuk apapun karena itu dapat merangsang emosi dan
seksualitas secara negatif.

3. Jadilah orang yang setia dan menepati janji. Selama masa


berpacaran kedua kualitas ini harus ditunjukkan dan terus dilanjutkan
dalam pernikahan. Walaupun masih pada tahap masa pacaran dan belum
ada ikatan apapun, tetapi itu bukan berarti bebas “gonta ganti” pacar dan
melakukan pemutusan hubungan seenaknya. Harus diingat bahwa
pemutusan hubungan dapat mengakibatkan luka, kekecewaan, dan bahkan
dendam.

Pertanyaan penting berikutnya adalah “Kapan seseorang boleh


berpacaran?” Seseorang boleh berpacaran bila memenuhi syarat berikut
ini: (1) Sudah dewasa dalam umur, pikiran, dan iman. Artinya, jangan
berpacaran di usia terlalu dini karena tujuan berpacaran adalah persiapan
menuju pernikahan. Penulis Kidung Agung berulangkali mengingatkan agar
tidak membangkitkan cinta sebelum waktunya (Kidung Agung 2:7; 3:5; 8:4).
(2) Sudah bisa mengendalikan, menguasai dan memimpin dirinya sendiri
(Amsal 16:32; 2 Timotius 4:5). Karena itu saat mengambil keputusan untuk
berpacaran, maka fokus utama pada saat berkencan (bertemu) bukan
kepada sentuhan fisik melainkan percakapan (komunikasi) yang berarti.
Jangan berkencan ditempat sepi atau tersembunyi, tetapi carilah tempat
yang ramai dan dapat dilihat orang. (3) Sudah siap berumah tangga. Ingat
tujuan dari berpacaran adalah persiapan menuju pernikahan atau berumah
tangga bukan untuk “bersenang-senang”. Bila seseorang belum siap untuk
berumah tangga, sebaiknya jangan mengambil keputusan untuk
berpacaran.

Setidaknya tiga kali dalam Kitab Kidung Agung mengingatkan agar


tidak membangkitkan cinta sebelum waktunya. Dalam suatu kegembiraan
perempuan dalam Kidung Agung tersebut menyerukan sebuah sumpah,
yaitu suatu janji yang kuat, demikian katanya , “Berjanjilah, hai putri-putri
Yerusalem...” (Terjemahan BIS, Kidung Agung 2:7a; Bandingan 3:5; 8:4 ).
Selanjutnya dikatakan, “jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan
cinta sebelum diingininya!” (Kidung Agung 2:7b). Pesan penting dari seruan
dan peringatan wanita dalam ayat ini adalah bahwa pengalaman bercinta
terlalu kuat, terlalu kuat untuk dibangkitkan, sampai sepasang kekasih ini

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 86


Makna Berpacaran & Berkencana ?

siap, sampai mereka memiliki komitmen yang tepat untuk melakukannya.


Perempuan itu menyerukan pengekangan dalam hal-hal yang justru
membangkitkan kesenangan. Demi kesenangan seks, pria dan wanita yang
belum menikah harus (dan pasti bisa) mengekang seks sampai saat yang
tepat, yaitu ketika mereka menikah.

BAGAIMANA DENGAN BERKENCAN (DATING)?

Setiap kebudayaan, meskipun dengan cara yang berbeda-beda,


memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk bertemu (berkencan)
dengan lawan jenisnya demi mendapatkan seorang pasangan yang cocok
untuk dinikahi. Namun dalam banyak kasus, hal semacam itu masih
dikendalikan dengan sangat ketat oleh tabu-tabu sosial, misalnya tidak
boleh berkencan tanpa seorang pendamping. Namun dalam kebudayaan
lainnya, malah tidak ada kesempatan sama sekali untuk boleh berkencan.
Dalam kebudayaan masyarakat kuno pada umumnya, pernikahan diatur
oleh orangtua. Sementara itu kontak sosial antara kedua pasangan hampir
tidak ada sama sekali sebelum pertunangan, kecuali melalui kesempatan-
kesempatan untuk saling mengamati dalam kehidupan pedesaan atau
kegiatan-kegiatan bersama lainnya guna mempertahankan hidup. Kontak
seksual sebelum pernikahan pun tidak ada (tentunya ini merupakan hal
yang normatif). Dalam sejumlah kebudayan masa kini, pernikahan yang
dirancang oleh orangtua atau keluarga besar ini masih terus dipertahankan,
terutama dalam keluarga-keluarga yang menghormati kebijakan orangtua
atau keluarga.

Sebaliknya, dalam gaya modern barat, kegiatan kencan terkadang


melibatkan hubungan seksual, yaitu pada pertemuan kedua atau ketiga
setelah kencan pertama. Kekristenan jelas menolak kencan dalam
pengertian seperti itu. Hal ini biasanya didasarkan atas keyakinan bahwa
sentuhan fisik seperti ciuman, cumbuan, belaian dan hubungan seksual
merupakan cara untuk menunjukkan tingkat kedalaman dan keseriusan
perasaan cinta. Hal ini biasanya terfokus pada perasan cinta atau tergila-
gila terhadap seseorang, yang sebenarnya merupakan fenomena
kasmaran (romantisme) sesaat. Padahal dalam kenyataannya komunikasi
dan percakapan selama masa berkencan yang seringkali diabaikan justru
lebih memungkinkan untuk mengetahui tingkat kedalaman cinta sejati yang
diharapkan. Karena itulah, dalam banyak kebudayaan masyarakat masa
kini timbul prasangka bahwa seorang laki-laki dan perempuan tidak
mungkin berdua-duaan (berkencan) tanpa melakukan hubungan seksual.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 87


Makna Berpacaran & Berkencana ?

Gereja Kristen telah menembus dan mengubah berbagai budaya di


seluruh dunia. Namun di tempat-tempat yang menerima pandangan
pernikahan yang Kristiani, sistem pernikahan berdasarkan rancangan
orangtua atau keluarga tidak selalu dihilangkan. Kadang gereja memang
mengubah sistem ini. Namun ada satu hal yang selalu ditekankan oleh
Kekristenan yaitu bahwa pernikahan membutuhkan persetujuan. Hal itu
didasarkan alasan-alasan teologis yang berkaitan dengan perjanjian
(kovenan) Allah dengan umatNya. Perjanjian tidak mungkin diikat tanpa
adanya persetujuan dengan sepenuh hati dari mempelai perempuan
maupun mempelai laki-laki. Persetujuan merupakan suatu kemutlakkan
dalam mengikat perjanjian pernikahan. Karena inti dari pernikahan adalah
perjanjian melalui persetujuan kedua mempelai, maka saya yakin bahwa
baik sistem pernikahan yang dirancang orangtua maupun sistem
pernikahan yang didahului oleh masa pacaran dan kencan dapat dipakai
untuk pernikahan masa kini. Seorang pria dan wanita dapat menemukan
pasangan yang sepadan dan membuat ikatan perjanjian seumur hidup
melalui kesepakatan pribadi mereka, entah ia mendapatkan calon
pasangannya melalui sistem rancangan (perjodohan) oleh orangtua
maupun melalui sistem kencan.

Secara khusus, berkencan berkaitan dengan dua tema teologis yang


besar, yaitu persahabatan dan pernikahan. Berkaitan dengan pernikahan,
kencan berfungsi sebagai suatu jalan (meskipun bukan satu-satunya jalan)
untuk menemukan pasangan pernikahan dan mengamati dengan seksama
kesiapan memasuki pernikahan dalam diri kedua pasangan. Namun,
sistem kencan Kristiani benar-benar harus memberikatan batasan-batasan
yang jelas dan tegas, mengingat gaya pergaulan bebas masa kini yang
menyebabkan meningkatnya hubungan seksual pranikah sebagaimana
data-data yang disajikan dalam pendahuluan pasal ini.

Walaupun tidak memberikan petunjuk-petunjuk khusus tentang hal


berkencan, Alkitab menyediakan suatu konteks teologis yang dapat
membantu dalam memberikan batasan-batasan kencan. Karena itu berikut
ini beberapa strategi yang perlu diketahui dalam mempersiapkan
pernikahan dan mengawasi sistem kencan. (1) Mendahulukan Allah dan
berdoa untuk mencari tahu kehendak Allah apakah harus tetap melajang
atau menikah; (2) Kembangkan hubungan-hubungan persahabatan dan
wujudkan kehidupan melajang yang sukses; (3) Jadilah orang Kristen yang
dapat menikah dengan mengembangkan kualitas-kualias pertunangan
yang terdapat dalam Hosea 2:19-20; (4) Terbukalah terhadap hubungan-
hubungan khusus, dan bangunlah hubungan-hubungan itu berdasarkan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 88


Makna Berpacaran & Berkencana ?

persahabatan sosial dan rohani dengan mengekspresikan kasih sayang


jasmani seminimal mungkin dan menghindari keterlibatan seksual; (5) Cari
nasihat dari orang-orang dewasa, pembina rohani, dan orang tua yang
dapat membantu mengawal dan mengawasi hubungan selama masa
kencan atau pacaran; (6) Jika berduaan, carilah tempat yang dapat dilihat
oleh umum dan tempat duduk yang memiliki jarak untuk menjaga supaya
tetap bersikap sopan; (7) Masing-masing pasangan perlu mengungkapkan
isi hati dan keinginan satu sama lain melalui komunikasi dan pembicaraan
selama berkencan; (8) tundalah penyataan seksual yang intim sampai saat
pernikahan, tetapi persiapkanlah diri terhadap hal itu (seksual) dengan
informasi yang baik, sehat dan benar.

Seorang pria dan wanita Kristen perlu memiliki kehidupan yang


berkenan dihadapan Tuhan (Roma 12:1-2). Bagaimana caranya? Dengan
menjaganya sesuai dengan firman Tuhan” (Mazmur 119:9). Karena itu,
secara praktis pada saat berkencan perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Jangan membiarkan mata dan otak dicemari dengan hal-hal yang
bersifat negatif atau sejenisnya yang dapat membangkitkan pikiran dan
tindakan kotor (Efesus 4:17); (2) Jauhi pembicaraan atau candaan yang
saling membangkitkan hawa nafsu seksual, tetapi pusatkan pembicaraan
dan canda yang berorientasi pada pertumbuhan moral dan spiritual
(Efesus 5:11-12); (3) Saat berkencan sebaiknya hindari tempat tempat sepi
dan sunyi, tempat-tempat maksiat dan mesum, dan tempat-tempat yang
dapat membangkitkan emosional dan gairah seksual atau tempat yang
mengakibatkan terlepasnya kontrol diri (Mazmur 1:1,2); (4) Bagi wanita
biasakan diri memakai pakaian yang sopan. Jangan memakai pakaian
ketat, tipis, pendek, atau pakaian transparan, terbelah, dan terbuka yang
memperlihatkan bagian-bagian sensitif tertentu dari tubuh walaupun
dengan alasan mengikuti “trend” atau sedang mode (modis). Karena hal itu
secara sadar atau tidak dapat menggoda kaum pria untuk berdosa melalui
penglihatan dan pikiran yang berorientasi seksual atau perzinahan
(1 Timotius 2:9); (5) Bagi kaum pria jangan melakukan kegiatan yang
merangsang pikiran dan tindakan yang jahat dan bertentangan dengan
norma-norma masyarakat, tetapi belajar mendisiplin dan mengontrol diri
dengan mengingat bahwa Tuhan menuntut kekudusan bagi kaum pria juga
(1 Petrus 1:15-16).

TUJUAN DARI BERPACARAN DAN BERKENCAN

Tujuan dari berpacaran maupun berkencan adalah suatu usaha


untuk mengenal dan menjajaki seorang lawan jenis sebelum dijadikan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 89


Makna Berpacaran & Berkencana ?

pasangan hidup. Ini penting diingatkan kembali karena banyak orang yang
berpacaran hanya karena mengikuti “trend” atau takut disebut sebagai
“orang yang tidak laku”. Pertanyaannya, “apakah yang perlu dikenali dan
dijajaki selama masa berpacaran?

1. Mengenali karakternya dengan mengajukan pertanyaan-


pertanyaan berikut ini selama masa-masa pacaran tersebut: Apakah ia tipe
seorang yang setia? Apakah ia seorang pria yang menghargai wanita atau
seorang wanita yang memahami dan menghormati otoritas pria (suami)?
Apakah ia seorang yang beribadah dan takut akan Tuhan? Apakah ia tipe
seorang yang bertanggung jawab? Apakah kelemahannya? Bagaimana
keadaan emosinya, apakah labil ataukah stabil? Bagaimana sikap dan
tindakannya ketika menghadapi suatu tekanan? Bagaimana caranya
menyelesaikan suatu masalah?

2. Menjajaki kemampuan dengan mengajukan pertanyaan-


pertanyaan ini selama masa-masa pacaran tersebut: Apakah saya sanggup
menutupi semua kelemahannya atau tidak? Apakah saya bisa menerima
kekurangan-kekurangannya atau tidak? Jika jawabannya memang mampu,
maka hubungan dapat dilanjutkan ke tahap pertunangan atau ke tahap
pernikahan. Tetapi jika tidak mampu, maka sebaiknya tidak perlu
dilanjutkan dan hubungan pacaran lebih baik dihentikan dengan
pembicaraan dan cara yang baik.

Kenyataannya tujuan dari pacaran sebagai masa pengenalan dan


penjajakan tersebut di atas seringkali diabaikan. Masalahnya adalah justru
ketika pacaran orang sering menyembunyikan kelemahan (kekurangan)
dan berusaha menampilkan yang baik-baik saja untuk dilihat, sehingga
seringkali orang tertipu dengan penampilan luar. Karena itu untuk
mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat perlu memperhatikan hal-
hal berikut ini.

1. Jujur kepada diri sendiri. Biarkan semua fakta menjelaskan


kepada kita tentang siapa sesungguhnya orang tersebut. Seringkali orang
tertipu karena tidak mau bersikap jujur. Ketika sudah mengetahui dan
mendapatkan fakta tentang pacarnya, justru menolak fakta tersebut dan
menganggapnya salah.

2. Mencari informasi sebanyak-banyaknya. Ketika berpacaran,


orang seringkali menampilkan yang baik di depan pacarnya, karena itu
perlu untuk mendapatkan informasi melalui orang-orang dekat disekitarnya,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 90


Makna Berpacaran & Berkencana ?

seperti kakak, adik, sahabat, dan tetangganya. Informasi tersebut dapat


dijadikan referensi sebagai dasar pertimbangan keputusan nantinya.
Semakin banyak informasi yang didapat semakin akurat keputusan yang
akan diambil.

3. Jangan dibutakan oleh cinta. Cinta itu tidak buta. Cinta dapat
melihat dengan jelas. (Jika cinta itu buta, mengapa masih bisa
membedakan antara honda dan sepeda, antara emas asli dan imitasi).
Cinta itu perlu bersikap logis dan berpikir objektif. Jangan pernah mengikuti
filsafat dunia yang menyatakan bahwa cinta itu buta. Hal itu dapat
menyesatkan! Memang orang yang sedang jatuh cinta akan menganggap
pacarnya yang paling baik, paling setia, paling jujur, dan yang paling
perhatian. Hal itu terjadi berkaitan dengan perasaan dan keadaan
emosinya. Namun, Allah menciptakan manusia bukan hanya dengan
kemampuan merasa tetapi juga dengan kemampuan berpikir. Tetaplah
gunakan kemampuan berpikir ini juga ketika sedang jatuh cinta.

Sebagai tambahan, manusia itu dapat merasa dan berpikir karena


Allah merancangnya demikian. Perasaan atau emosi kita diekspresikan
dalam sukacita, kemarahan, penyesalan, dan perasaan-perasaan lainnya.
Emosi merupakan sesuatu yang baik. Kita marah terhadap kejahatan, kita
sedih terhadap kemiskinan dan penderitaan, serta lain sebagainya. Tetapi,
emosi harus tetap dijaga dalam konteks dan ekspresi yang benar. Yang
harus diingat, emosi tidak dapat menentukan kebenaran atau memutuskan
kebenaran dari kesalahan. Merasa baik misalnya, tidak mengindikasikan
bahwa sesuatu itu benar, dan merasa buruk tidak mengindikasikan
kesalahannya. Emosi adalah bagian dari jiwa yang menghargai dan
merespon kepada hidup. Menghargai emosi untuk mengidentifikasi
kebenaran adalah seperti meminta telinga kita untuk mencium sebuah
bunga. Telinga itu tidak dapat melakukannya karena telinga tidak diciptakan
untuk mencium. Emosi tidak memiliki muatan dan informasi di mana kita
dapat mengevaluasi kebenaran atau kesalahan. Kapasitas pikiran kitalah
yang melakukan fungsi ini.

Kekristenan yang benar mengajarkan kita untuk tidak membuat


keputusan atau mengambil tindakan berdasarkan perasaan. Mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan bagaimana kita merasa bisa
membawa kepada bahaya, karena emosi tidak dapat mengenali benar atau
salah lebih daripada kemampuan pikiran untuk mengenalinya. Emosi
memang mempengaruhi pikiran, tetapi seharusnya tidak menjadi faktor
penentu. Ketika kebenaran dan kesalahan diidentifikasi, perasaan dapat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 91


Makna Berpacaran & Berkencana ?

dan harus menemani keputusan. Orang Kristen harus mengikuti teladan


Yesus dan juga rasul Paulus yang menggunakan emosi mereka dengan
baik dengan menaruhnya pada tempatnya. Kemampuan atau kapasitas
pikiran kita harus digunakan untuk membuat keputusan-keputusan
mengenai kebenaran dan moral, dan keputusan penting lainnya bagi
kehidupan kita.

BAGAIMANA JIKA BELUM MEMPUNYAI PACAR?

Pertanyaan penutup, “Bagaimana jika belum mempunyai pacar?


Apakah hal tersebut perlu dikuatirkan?” Jawabannya “tidak!” Ketika
seorang pria atau seorang wanita telah cukup umur namun tidak berhasil
menjalin hubungan dengan pria atau wanita pilihan mereka, mungkin
mereka akan merasa rendah diri. Bukankah dikalangan para remaja masa
kini telah tersebar anggapan bahwa seorang “pria sejati” tidak akan
kesulitan untuk menarik perhatian seorang wanita, dan seorang “wanita
yang berpenampilan menarik” tidak kesulitan mendapatkan seorang pria.
Bahkan memiliki pacar dapat menjadi ”bukti” bahwa mereka memang
benar-benar menarik dan berhasil. Saat ini, bagi para remaja memiliki
pacar menjadi semacam simbol status sosial, karena tidak mempunyai
pacar akan menunjukkan bahwa seseorang itu payah, lemah, atau jelek.
Hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi para remaja dan anak muda
lajang. Mereka tidak ingin dianggap sebagai pencundang, dan karena itu
mempunyai pacar adalah seperti tiket kilat menuju “sukses”.

Tetapi benarkah bahwa seorang pria dan wanita perlu memiliki


pacar agar mereka dianggap menjadi manusia yang bahagia, sukses, dan
berhasil? Tentu saja tidak! Tetapi meski para orangtua tahu jawabannya,
bahkan mungkin dari pengalaman pribadi mereka, namun bagi para remaja
hal ini perlu lebih diyakinkan. Saat para orangtua memberitahu para remaja
bahwa mereka dapat menjalani kehidupan normal dan wajar dengan
melajang (tanpa harus memiliki pacar), para remaja ini terkadang justru
curiga bahwa hal itu hanya sekedar untuk menghibur mereka yang tidak
bisa mendapatkan pacar. Karena itu para remaja ini perlu benar-benar
diyakinkan mengenai mitos bahwa mempunyai pacar membuktikan mereka
menarik dan sukses, atau dapat membuat mereka berbahagia. Pendapat
bahwa seorang pria dan wanita yang mempunyai pacar menunjukkan
bahwa mereka menarik, sukses dan bahagia jelas-jelas adalah salah.
Kenyataannya, menjadi menarik bukan hanya mengenai penampilan, tetapi
mengenai keseluruhan diri seseorang, seperti intelektualitas, minat,
perilaku, bahkan semua hal yang menjadikan seseorang menjadi dirinya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 92


Makna Berpacaran & Berkencana ?

sendiri. Penampilan menarik justru lebih merupakan pendapat pribadi


ketimbang fakta objektif. Sebab, ternyata kecantikan tergantung pada sudut
pandang tertentu dan mata yang melihatnya.

Demikian juga seseorang pria dan wanita lajang dapat berbahagia


tanpa harus mempunyai pacar. Sebagian besar kebahagiaan ditemukan
melalui gabungan banyak hal yang berbeda seperti: keluarga, pekerjaan,
hobi, prestasi, minat, teman-teman, dan kepercayaan religius. Sebagai
contoh, bunda Teresa mencurahkan hidupnya membantu orang-orang
miskin di daerah kumuh di Calcuta. Menurut standar siapapun ia adalah
seorang wanita yang sukses dan bahagia. Meskipun begitu pilihannya
untuk hidup melajang tanpa pasangan (suami) tidak membuat hidupnya
tidak bahagia. Sebaliknya ia menemukan kebahagiaan dalam jalan
hidupnya itu. Jadi, tidaklah benar jika kita berpikir bahwa seorang pria atau
wanita yang tidak mempunyai pacar atau pasangan hidup berarti tidak
berbahagia, tidak sukses dan tak menarik. Itu hanya mitos! Karena itu
untuk mereka yang masih “jomblo”, agar tidak perlu terlalu memikirkannya,
dan jangan sampai membiarkan hal itu mengambil alih hidup, perhatian
dan memusingkan mereka. Akan lebih baik jika mereka menggunakan
waktu, pikiran, dan tenaga untuk meningkatkan kualitas diri, mempelajari
keterampilan baru dan mengembangkan minat-minat mereka, dan lain
sebagainya yang bersifat positif . Cara mengembangkan daya tarik mereka
terhadap orang lain bukan dengan berusaha mati-matian untuk
mendapatkan pacar, melainkan dengan menjadi pribadi (bukan sekedar
penampilan) yang lebih menarik dan berbahagia.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 93


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

Pasal 10.
PERTUNANGAN :
PERSIAPAN MENUJU
PERNIKAHAN 1

“Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya,
bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum
mereka hidup sebagai suami isteri”
(Matius 1:18

Sementara berpacaran adalah suatu tahap perkenalan dan


penjajakan tanpa ikatan apapun antara seorang pria dan wanita sebelum
menentukan pilihan, maka tidak demikian halnya dengan pertunangan.
Pertunangan merupakan tahap di mana seorang pria dan wanita telah
memilih dan menentukan pasangan yang akan mendampingi hidup
mereka, dan dengan sengaja mengikat diri mereka satu sama lainnya,
sambil mempersiapkan diri menuju tahap pernikahan. Seiring dengan
perkembangan zaman, sebagian orang yang kurang memahami tujuan dan
manfaat pertunangan menganggap bahwa hal itu hanyalah bagian dari
formalitas saja, sehingga tidak relevan dilakukan di masa kini. Namun ada
beberapa budaya yang memang menganjurkan adanya proses
pertunangan sebelum pernikahan sebagai bagian penting dari proses
menuju pernikahan.

Meskipun tidak harus melewati tahap pertunangan, namun akan


lebih baik jika bisa melalui tahap pertunangan ini. Alasan dilaksanakannya
pertunangan di setiap budaya tidaklah sama, akan tetapi pada umumnya
adalah: (1) Karena ingin menjamin pernikahan yang dikehendaki dapat
dilangsungkan dalam waktu dekat; (2) Sekedar untuk membatasi pergaulan
kedua belah pihak yang telah diikat oleh pertunangan itu, khususnya di
daerah-daerah yang pergaulannya sangat bebas antara muda-mudi;
(3) Memberi kesempatan kepada kedua pihak untuk lebih saling mengenal,
sehingga mereka nantinya ketika menjadi suami isteri dapat diharapkan
menjadi pasangan yang harmonis. Dengan demikian, masa pertunangan

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya 13 September 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 94


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

akan sangat membantu kedua pasangan untuk lebih berkonsentrasi


mempersiapkan diri ke jenjang pernikahan.

PERTUNANGAN DALAM PERSPEKTIF ALKITAB

Alkitab memang tidak mengatur secara terperinci tentang hukum


pertunangan, tetapi Alkitab menempatkan ikatan pertunangan hampir
sejajar dengan ikatan pernikahan. Namun, meskipun pertunangan itu
hampir sejajar dengan pernikahan, pasangan yang bertunangan tersebut
belum resmi sebagai suami istri, dan karena itulah mereka belum diizinkan
untuk melakukan hubungan seks layaknya suami istri.

Kebiasaan-kebiasaan pernikahan dalam Alkitab berpusat pada dua


peristiwa, yaitu pertunangan dan upacara pernikahan. Melalui upacara
pertunangan, seorang pria dan wanita secara resmi saling memiliki
sehingga pertunangan itu hanya bisa diputuskan oleh perceraian,
sebagaimana digambarkan dengan gamblang dalam kasus Maria dan
Yusuf (Matius 1:18-19). Dalam Alkitab perempuan yang sudah bertunangan
kadang-kadang disebut “istri” dan mempunyai tanggung jawab kesetiaan
yang sama (Kejadian 29:21; Ulangan 22:23-24; Matius 1:18, 20), dan laki-
laki yang sudah bertunangan disebut “suami” (Yoel 1:8; Matius 1:19).
Alkitab tidak memuat peraturan mengenai pertunangan yang diputuskan,
tetapi kumpulan undang-undang Hammurabi mencatat bahwa jika calon
suami yang memutuskan pertunangan, maka ayah perempuan berhak
menahan bukti ikatan pertunangan. Tapi jika ayah calon istri yang
memutuskannya, maka dia harus membayar dua kali hadiah calon suami.
Mungkin ada pernyataan resmi, tapi pengumuman tentang hal itu
tergantung pada calon “suami”.

Pertunangan Yahudi adalah semacam pernikahan pra hubungan


seksual, yang sama kuatnya dengan pernikahan namun tanpa kontak fisik
atau hubungan seksual. Karena hal itulah maka Kitab Suci menjadikan
pertunangan sebagai simbol hubungan orang Kristen dengan Kristus,
sambil kita menunggu kedatanganNya kedua kali ketika kita akan
mengenalNya sebagaimana kita sekarang dikenal (1 Korintus 12:12;
2 Korintus 11:2). Sampai saat ini kita adalah milikNya secara mutlak, tetapi
kita belum bersatu sepenuhnya dengan Dia.

Masih dalam tradisi Yahudi, pertunangan bisa berlangsung selama


satu tahun dan diakhiri dengan sebuah pesta pernikahan yang kadang-
kadang berlangsung selama satu minggu. Selama pesta itu. Pasangan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 95


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

akan menyempurnakan hubungan mereka, dengan melakukan keintiman


dan hubungan seksual. Hubungan seksual merupakan hal yang tidak boleh
mereka lakukan selama masa pertunangan, kini setelah pernikahan hal itu
boleh diwujudkan. Keperawanan sebelum pernikahan (Ulangan 22:13-21)
maupun pelaksanaan hubungan secara teratur dalam pernikahan menjadi
sesuatu yang diperhatikan. Karena itu dalam Misnah (buku pegangan
dalam kehidupan Yahudi), mengatur berapa lama seorang laki-laki boleh
bertarak dari istrinya karena ingin mempelajari Kitab Suci atau karena
tekanan kerja. Adapun tahap atau langkah-langkah pertunangan dalam
Alkitab meliputi hal-hal berikut:

1. Memilih bakal istri. Biasanya orangtua lelaki yang memilih calon


istri putranya dan mengatur pernikahan, seperti dilakukan Hagar untuk
Ismael (Kejadian 21:21) dan Yehuda untuk Er (Kejadian 38:6). Kadang-
kadang si pemuda yang memilih, dan orangtuanya membicarakan
pernikahan, dalam hal Sikhem (Kejadian 34:4, 8) dan Simson (Hakim 14:2).
Jarang seorang pemuda menikah di luar kehendak orangtuanya, seperti
yang dilakukan Esau (Kejadian 26:34-35). Kadang-kadang sang gadis
ditanyai apakah dia setuju, seperti halnya dengan Ribka (Kejadian 24:58).
Ada kalanya orangtua perempuan yang memilih calon suami yang pantas
seperti dilakukan Naomi (Rut 3:1-2) dan Saul (1 Samuel 18:21).

2. Bertukar hadiah. Dalam Alkitab ada tiga macam hadiah


berkaitan dengan pertunangan, yaitu: (1) Mohar (Ibrani, ‫ )מֹהַ ר‬dalam
Kejadian 34:12, disebut juga “uang jujuran”. Walaupun tidak disebut
namanya, tapi yang dimaksud adalah mohar dalam ayat-ayat seperti
Kejadian 24:53 dan 29:18. Mohar merupakan uang pengganti dari pihak
laki-laki kepada pihak perempuan, dan itu memeteraikan perjanjian yang
mengikat kedua pihak. Ada ahli yang menganggap mohar sebagai harga
pengantin perempuan, tapi istri tidaklah dibeli seperti hamba.
(2) Pemberian atau hadiah kepada pengantin perempuan atau kepada
pengantin laki-laki dari ayah perempuan, kadang-kadang berupa hamba-
hamba (Kejadian 24:59, 61; 29:24) atau tanah (Hakim 1:15; 1 Raja 9:16);
atau harta lainnya. (3). Hadiah pengantin laki-laki kepada pengantin
perempuan kadang-kadang berupa permata dan pakaian, seperti yang
diberikan kepada Ribka (Kejadian 24:53). Contoh-contoh dalam Alkitab
mengenai perjanjian lisan ialah pengabdian Yakub selama 7 tahun kepada
Laban (Kejadian 19:18) dan janji Sikhem yang hendak memberikan hadiah-
hadiah kepada keluarga Dina (Kejadian 34:12). Dalam Talmud Babel janji
pertunangan disebut “shetar giddugin” atau “shetar erusin”. Sekarang ini di

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 96


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

Asia Barat tanggungan tiap pihak keluarga ditentukan dalam suatu janji
pertunangan tertulis.

PERTUNANGAN MASA KINI

Pertanyaan penting yang diajukan di sini adalah apakah tujuan dari


pertunangan masa kini? Tujuan dari pertunangan antara lain sebagai
berikut: (1) Sebagai komitmen untuk meningkatkan hubungan ke arah yang
lebih serius lagi. Dengan demikian, kedua belah pihak tidak lagi membuka
lowongan untuk orang lain; (2) Memberi kepastian atau jaminan kepada
orang yang akan dijadikan pasangan hidup. Dengan demikian,
pertunangan menunjukkan bahwa pencarian calon pasangan sudah
dihentikan atau sudah selesai; (3) Sebagai tanda bahwa yang bertunangan
sudah terikat dan akan menuju jenjang pernikahan. Namun demikian
mereka yang bertunangan tidak tinggal serumah layaknya suami istri
karena mereka belum dinikahkan, dan harus menunggu saat pernikahan
nanti.

Alasan lain dari pentingnya masa pertunangan ialah: (1) Dari segi
risiko, pertunangan jauh lebih kecil risikonya. Karena masing-masing pihak
akan berusaha untuk menjaga dirinya dengan sebaik-baiknya. Jauh lebih
kecil risikonya, bukan berarti tidak ada. Karena itulah selain kedua calon
pasangan, maka melalui tahap pertunangan tersebut, orangtua kedua
pasangan berkewajiban untuk mengawal dan mengawasi keduanya sampai
menuju pernikahan. (2) Sejalan dengan hal tersebut di atas, dengan
bertunangan keduanya akan ada beban tanggung jawab moral kepada
keluarga dan masyarakat karena hubungan keduanya telah disaksikan oleh
keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hal tersebut akan menjadi
semacam pengontrol bagi kedua pasangan untuk menghindari hal-hal yang
tidak sepatutnya. Karena jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka
pihak keluarga dan masyarakat yang akan menyelesaikan nantinya dan
akan menuntut pertanggungjawaban secara moral.

Adapun manfaat yang bisa dijelaskan dari pentingnya masa


pertunangan itu adalah sebagai berikut: (1) Dapat membantu pasangan
untuk lebih fokus mempersiapkan pernikahan tanpa terganggu oleh
kekuatiran bahwa pasangannya akan menikah dengan orang lain;
(2) Meski belum menikah, namun pertunangan dapat menjadi kesempatan
bagi kedua pasangan untuk mulai langkah dalam kebersamaan. Misalnya,
merencanakan dan mempersiapkan pernikahan, mengumpulkan uang
bersama untuk pernikahan, membuat rencana bersama tentang masa

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 97


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

depan setelah pernikahan, sehingga lebih efektif dan efisien; (3) Membuat
kedua pasangan lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan. Sebab
setelah pertunangan masyarakat terdekat tentu mengetahui tentang
hubungan kedua pasangan, sehingga keduanya tidak akan bertindak tidak
sepatutnya, sebab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hukuman secara
moral dan sosial dari masyarakatlah yang akan berlaku.

Terkait dengan pertunangan masa kini, berikut ini beberapa hal


penting lainnya yang perlu diperhatikan:

1. Yang perlu dilakukan selama masa pertunangan. Hal yang


perlu dilakukan adalah mulai merencanakan pernikahan, seperti: waktu,
biaya, tempat dan tanggal pernikahan, dan hal-hal yang berkaitan dengan
itu. Mulailah merancang rumah tangga yang akan dibentuk, seperti
bagaimana nantinya setelah menikah, mau tinggal di mana, bagaimana
mengatur keuangan setelah menikah, dan lain sebagainya.

2. Jarak ideal antara pertunangan dengan pernikahan. Tidak


ada aturan harus berapa lama masa pertunangan, hal itu diatur sesuai
kesepakatan bersama terutama kesiapan kedua pasangan. Ada yang tiga
bulan, satu tahun, bahkan ada yang lebih dari satu tahun. Lalu bagaimana
jika terjadi penundaan pernikahan dari jadwal yang telah ditentukan?
Menikah adalah hak kedua pasangan. Ditunda atau langsung menikah,
juga adalah hak keduanya. Namun karena sudah ada kesepakatan
sebelumnya, maka jika terjadi penundaan sebaiknya dibicarakan kembali
oleh kedua pasangan untuk mengatur ulang jadwal pernikahannya.
Pembicaraan ulang ini dimaksudkan karena kedua pihak saling menghargai
hal yang telah disepaki bersama dan dengan itikad baik hendak mengatur
ulang jadwal pelaksanaan upacara pernikahan yang tertunda tersebut.
Sebaliknya, jika memang sudah siap, maka pernikahan jangan ditunda-
tunda. Hal ini penting untuk menghindari dosa perzinahan. Ingat, walau
sudah bertunangan namun kedua pasangan belum resmi sebagai suami
istri. Karena menurut Alkitab hubungan seks di masa pertunangan sama
dengan percabulan, dan percabulan adalah dosa dihadapan Tuhan.
Karena itu, pertunangan bukanlah semacam izin atau peluang untuk
melakukan hubungan seks layaknya suami istri.

3. Tempat pelaksanaan pertunangan. Biasanya pertunangan itu


dilakukan di rumah pihak keluarga perempuan. Namun sebagai orang
Kristen, tidak menutup kemungkinan pertunangan dilakukan di gereja. Jika
dilakukan di gereja maka, jauh lebih baik jika acara pertunangan itu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 98


Pertunangan : Persiapan Menuju Pernikahan

dipimpin oleh pendeta. Jika dilaksanakan di rumah, maka acara


pertunangan bisa dilaksanakan pihak keluarga, namun sebagai anggota
jemaat, sebaiknya pendeta diundang untuk mendoakan dan menyaksikan
peristiwa penting itu.

4. Tukar cincin. Dalam budaya tertentu ada pertunangan yang


saling bertukar cincin, sementara dalam budaya yang lainnya tidak.
Dengan demikian pertukaran cincin pertunangan tidak wajib tetapi akan
lebih baik jika ada. Karena makna esensial dari bertunangan adalah
pengumuman secara resmi keterikatan pasangan satu sama lain, maka
ada baiknya bukti dari keterikan tersebut berupa cincin pertunangan yang
dipakai oleh keduanya selama masa pertunangan (biasa dikenakan di jari
manis sebelah kiri).

5. Pembatalan pertunangan. Memang pernikahan merupakan


suatu komitmen bersama untuk saling menjaga diri satu sama lainnya,
tetapi belum terjadi suatu satu kesatuan di dalamnya karena memang
belum dipersatukan melalui upacara pernikahan. Sebab itu, meskipun
jarang terjadi, pertunangan masih dapat dibatalkan atau diputuskan.
Pembatalan atau pemutusan pertunangan terjadi karena alasan-alasan
yang prinsipil, seperti: (1) Salah satu pihak tidak memenuhinya janji yang
telah disepakati bersama. (2) Ketidaksetiaan pasangan selama masa
pertunangan, misalnya pasangan pria berhubungan dengan atau
menghamili wanita lain. Sebaliknya pasangan wanita berhubungan dengan
pria lain atau hamil dengan pria lain.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 99


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

Pasal 11.
UPACARA PERNIKAHAN:
PINTU MASUK SEBUAH
RUMAH TANGGA 1

“Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus
ada di situ; Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu”
(Yohanes 2:1-2)

Pernikahan merupakan suatu hal mulia, yang diberikan Tuhan,


sejak manusia belum jatuh ke dalam dosa (Kejadian 1:28). Pernikahan
melukiskan persekutuan rohani antara Kristus dan gerejaNya (Efesus 5:31-
32). Pernikahan juga merupakan suatu peristiwa sukacita, yang mengikat
suami dan istri dalam tujuan yang suci untuk membangun rumah tangga
yang bahagia, yang penuh kegembiraan, yang menghubungkan seseorang
dalam pergaulan yang harmonis di antara keluarga.

Pernikahan di negeri Kana, di Galilea, yang disucikan oleh Yesus


dengan kunjunganNya di sana adalah suatu kemuliaan yang tidak ada
cacatnya. Karena itu, pernikahan perlu ditempuh dengan rukun, sehati,
setujuan, penuh kasih sayang, percaya seorang akan yang lain, dan
bersandar kepada kasih karunia Tuhan. Sebaliknya, pernikahan tidak boleh
dimasuki atau ditempuh dengan sembarangan, dirusak oleh karena kurang
bijaksana, dinista atau dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati
dan dijunjung tinggi dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud
Allah dalam pernikahan itu.

UPACARA PERNIKAHAN DALAM ALKITAB

Meskipun ada perubahan tata cara pernikahan sepanjang abad,


tetapi luapan kegembiraan, sukacita dan pesta yang mewarnai pernikahan
itu universal. Ciri terpenting (esensial) dari seluruh tata cara pernikahan
ialah pengakuan masyarakat umum tentang sahnya hubungan suami istri.

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 20 September 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 100


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

Karena itu, dapat dimaklumi bahwa tidak selalu semua hal berikut
dilaksanakan dalam setiap pernikahan.

1. Pakaian Pengantin dan Iringin-Iringan. Kadang-kadang


pengantin perempuan mengenakan pakaian bersulam berwarna-warni
(Mazmur 45:14-15), perhiasan (Yesaya 61:10), ikat pinggang khusus
(Yeremia 2:32) dan telekung (Kejadian 24:65). Hiasan pengantin laki-laki
adalah perhiasan kepala (Yesaya 61:10). Efesus 5:27; Wahyu 19:8; 21:2
secara kiasan menunjuk kepada jubah putih dari gereja sebagai mempelai
perempuan bagi Kristus. Mazmur 45:15 bicara tentang anak-anak dara
pengiring tunangan raja. Tidak salah menduga bahwa pengantin dari
golongan bawah pun punya dara-dara pengiring. Tentu ada juga pengiring
pengantin laki-laki (Hakim 14:11), yang dalam Perjanjian Baru disebut
“sahabat-sahabat mempelai laki-laki” (Matius 9:15). Salah seorang dari
sahabat itu disebut “pengiring” (Hakim 14:20; 15:2), dan “sahabat mempelai
laki-laki” (Yohanes 3:29). Mungkin dia sama dengan 'pemimpin pesta'
dalam Yohanes 2:8-9.

Pada malam hari yang ditentukan, pengantin lelaki dengan teman-


temannya datang dalam iring-iringan menuju rumah perempuan. Jamuan
pernikahan dapat diadakan di sana. Kadang-kadang keadaan memaksakan
ini (Kejadian 29:22; Hakim 14), tapi mungkin hal itu adalah biasa,
mengingat perumpamaan Sepuluh Gadis dalam Matius 25:1-13 dapat
dengan mudah diartikan, bahwa mempelai laki-laki pergi ke rumah
mempelai perempuan untuk jamuan malam. Berdasarkan kebiasaan,
pendapat cenderung mengatakan bahwa pengantin laki-lakilah yang
membawa istrinya ke rumahnya atau ke rumah ayahnya untuk jamuan
malam di sana, namun ayat-ayat dalam Alkitab yang mendasari ini
hanyalah Mazmur 45:15 dan; Matius 22:1-14 (pernikahan anak raja), dan
mungkin Yohanes 2:9 dan ayat-ayat berikutnya. Iring-iringan itu bisa
disertai nyanyian-nyanyian, musik dan tari-tarian (Yeremia 7:34) dan
lampu, jika hari sudah malam (Matius 25:7).

2. Berkat dan Perjanjian. Pengantin lelaki menutupi pengantin


perempuan dengan kainnya. Dua kali dalam Perjanjian Lama (Rut 3:9,
“kembangkanlah... sayapmu...”; Yehezkiel 16:8, “menghamparkan kain...”),
laki-laki menutupi perempuan dengan kainnya, barangkali sebagai tanda
bahwa dia menempatkan perempuan itu dalam lindungannya. Di dalam
pernikahan Arab hal ini dilakukan oleh salah seorang keluarga laki-laki.
Sedangkan pada bangsa Beduin pengantin laki-laki menutupi pengantin
perempuan dengan sehelai kain khusus, sambil berkata, “Sejak saat ini

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 101


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

tidak seorang pun selain saya akan menutupi kau”. Ayat-ayat Alkitab di
atas menggambarkan bahwa kebiasaan kedua yang diikuti.

Perjanjian dan berkat merupakan hal yang esensi dalam pernikahan


Alkitabiah. Satu unsur keagamaan yang lain ialah janji kesetiaan, yang
terdapat dalam Amsal 2:17; Yehezkiel 16:8; Maleakhi 2:14. Biasanya
menurut tradisi Ibrani ayah perempuan mengambil janji nikah yang tertulis,
yang dalam Misyna disebut “ketuvah”. Selanjutnya, orangtua dan handai
tolan memberkati kedua mempelai dan mengucapkan selamat (Kejadian
24:60; Rut 4:11).

3. Kamar Pengantin, Hubungan Seksual, dan Bukti Virginitas.


Dalam tradisi Yahudi, kamar pengantin disediakan secara khusus. Nama
kamar ini dalam bahasa Ibrani ialah “khufah” (Mazmur 19:5; Yoel 2:16),
aslinya suatu selubung atau tenda tersendiri, dan kata Yunaninya ialah
“numphon” (Markus 2:19). Kata “khufah” masih dipakai oleh orang Yahudi
hingga sekarang untuk tudung yg di bawahnya kedua mempelai duduk atau
berdiri selama upacara.

Akhirnya kedua pengantin dituntun ke kamar ini, biasanya dilakukan


oleh orang tuanya (Kejadian 29:23) atau oleh “sahabat-sahabat mempelai
laki-laki” (arti bahasa Yunani “anak-anak kamar pengantin”, Matius 9:15).
Sebelum bersetubuh, yang untuk itu dipakai ungkapan Ibrani “‫י‬yada”,
artinya “mengenal”, kedua suami istri berdoa lebih dulu. Pakaian dalam
perempuan yang bernoda darah dijadikan bukti, bahwa dia benar-benar
anak dara atau masih perawan (Ulangan 22:13-21). Adat ini masih berjalan
terus (sampai sekarang) di Asia Barat.

3. Pesta Pernikahan. Pesta pernikahan pada umumnya


berlangsung satu minggu (Kejadian 29:27, Yakub dan Lea) bahkan ada yg
dua minggu. Upacara-upacara ini dicirikan oleh musik (Mazmur 45; 78:63)
dan senda gurau dengan teka-teki seperti Simson (Hakim 14:12-18). Ada
ahli menafsirkan Kidung Agung dalam terang tradisi petani Aram, yang
menyebut kedua pengantin “raja” dan “ratu” selama hari-hari pesta sesudah
pernikahan dan memuji-muji mereka dengan nyanyian-nyanyian. Pesta
pernikahan ini pada umumnya diadakan di rumah pengantin lelaki (Matius
22:1-10; Yohanes 2:9) dan biasanya di waktu malam hari (Matius 22:13;
25:6). Banyak sanak saudara dan kerabat keluarga hadir; justru masuk akal
kalau anggur habis (Yohanes 2:3). Seorang ditugaskan sebagai pengatur
atau sahabat memimpin pesta itu (Yohanes 2:9-10).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 102


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

Menolak undangan pesta pernikahan dianggap penghinaan (Matius


22:7). Para undangan diharapkan mengenakan pakaian pesta ketika
menghadiri pesta pernikahan (Matius 22:11-12). Dalam suasana khusus
pesta boleh dilaksanakan di rumah pengantin perempuan (Kejadian 29:22).
Suatu saat nanti pesta meriah kemenangan Kristus dengan orang-orang
kudusNya di sorga digambarkan sebagai “perjamuan kawin Anak Domba”
(Wahyu 19:9).

KATEKISASI: SUATU BIMBINGAN PRANIKAH KRISTEN

Katekisasi pernikahan adalah suatu bimbingan pranikah berupa


pengajaran dan konseling yang diberikan oleh pimpinan gereja (gembala
sidang atau pendeta) kepada calon pasangan yang akan melaksanakan
peneguhan dan pemberkatan nikah. Melalui katekisasi pemimpin gereja
akan menyampaikan materi pengajaran yang sangat penting dan
mendasar tentang pernikahan dan rumah tangga Kristen menurut firman
Tuhan. Juga disampaikan hal-hal yang relevan seperti: kesiapan
pernikahan dan pelaksanaan upacara pernikahan.

Secara prinsip jika dilihat dari tujuannya, maka katekisasi pranikah


sangat perlu dilaksanakan. Karena itulah sebagian besar denominasi
gereja mengharuskan dilaksanakannya katekisasi pranikah. Bahkan ada
organisasi gereja-gereja tertentu yang tidak mau melakukan peneguhan
dan pemberkatan nikah jika calon pasangan yang akan menikah belum
mengikuti katekisasi pranikah. Walapun hal ini tidak ada kaitannya dengan
dosa atau tidak berdosa, tetapi tujuannya jelas untuk membekali calon
pasangan yang akan menikah supaya siap secara mental dan spiritual
ketika masuk dalam pernikahan dan rumah tangga.

Adapun tujuan dari katekisasi pranikah adalah: (1) Untuk


memberikan pemahaman kepada kedua calon pasangan yang akan
menikah tentang prinsip-prinsip pernikahan Kristen dan bagaimana hidup
berumah tangga menurut firman Tuhan; (2) Untuk turut membantu
persiapan mental dan spiritual kedua calon pasangan yang akan menikah
dalam menjalani kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam pernikahan. Hal
ini penting mengingat bahwa kehidupan dalam pernikahan sangat berbeda
dengan kehidupan saat masih lajang. Perbedaan tersebut begitu jauh
sehingga seringkali pasangan yang baru menikah terkejut dan tidak siap
untuk menerima konsekuensi-konsekuensinya, dan akhirnya berujung pada
perceraian. Karena itu gereja perlu membekali mereka agar di saat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 103


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

tantangan datang dalam rumah tangga, mereka sudah siap untuk


menghadapi dan menyelesaikannya.

Selain itu, melalui katekisasi tersebut kedua calon pasangan yang


akan dinikahkan akan dikonseling dan ditanya mengenai kesiapan masing-
masing memasuki pernikahan. Biasanya, juga ditanyakan apakah kedua
calon pasangan sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah.
Pertanyaan ini penting karena berhubungan dengan pemberkatan nikah
yang kudus. Harus diingat bahwa seks sebelum pernikahan adalah dosa
percabulan, dan juga tetap disebut dosa percabulan ketika dilakukan pada
masa-masa pertunangan. Karena seks pranikah itu dosa, maka dosa itu
harus diakui dihadapan Tuhan dalam pertobatan (1 Yohanes 1:9). Namun
kadang ada calon pasangan yang tidak mau dengan jujur mengakui telah
melakukan seks pranikah. Padahal ketika calon pasangan diberkati
pernikahannya dalam keadaan tanpa mengakui dosa percabulan dan tidak
ada pertobatan atas dosa tersebut, maka yang turun bukanlah berkat
melainkan kutuk. Dan kutuk percabulan akan turun atas rumah tangga itu
hingga mereka mengakui kepada Tuhan dan bertobat. Akibat lainnya,
adalah mereka juga melakukan dosa kebohongan kepada pendeta yang
akan meneguhkan dan memberkati pernikahan mereka. Ini juga pada
akhirnya merupakan tindakan mendustai Allah. Karena itu, melalui
katekisasi pranikah tersebut kedua calon pasangan perlu bersikap jujur dan
terbuka kepada pendeta yang melakukan bimbingan melalui proses
pengajaran dan konseling tersebut.

UPACARA PERNIKAHAN KRISTEN

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pernikahan Kristen dapat


didefinisikan sebagai hubungan eksklusif antara satu laki-laki dan satu
perempuan, dimana keduanya menjadi “satu daging”, disatukan secara
fisik, emosional, intelektual, dan spiritual; dijamin melalui sumpah sakral
dan ikatan perjanjian serta dimaksudkan untuk seumur hidup”. Definisi
tersebut didasarkan pada pernyataan Alkitab dalam Matius 19:5; Markus
10:7; Efesus 5:31; dan Kejadian 1:24. Berdasarkan definisi tersebut, berikut
ini lima esensi pernikahan Kristen, yaitu : (1) Pernikahan merupakan suatu
lembaga yang dibuat dan ditetapkan Allah bagi manusia sesuai kebutuhan
(Matius 19:4,8); (2) Pernikahan merupakan hubungan yang eksklusif antara
seorang pria dan seorang wanita (Matius 19:5,6); (3) Pernikahan
merupakan pertemuan dan hubungan antar pribadi yang paling intim
(Matius 19:5,6); (4) Pernikahan bersifat permanen dan merupakan suatu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 104


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

komitmen kesetiaan untuk seumur hidup (Matius 19:6); dan (5) Pernikahan
merupakan suatu kovenan yang bersifat mengikat (Matius 19:5).

Perhatikanlah bahwa salah satu esensi dari pernikahan itu adalah


suatu ikat janji (covenant). Sebuah perjanjian menurut Alkitab, adalah
sebuah hubungan yang sakral antara dua pihak, disaksikan oleh Allah,
sangat mengikat, dan tidak dapat dibatalkan. Kata Ibrani yang digunakan
untuk “perjanjian” adalah “berith” dan kata Yunaninya adalah “diathêkê”.
Kata “berith” dan kata “diathêkê” inilah diterjemahkan sebagai “perjanjian”,
yang juga digunakan untuk melukiskan sifat hubungan pernikahan. Kata
“perjanjian” ini di dalam bahasa Inggris adalah “covenant” menunjuk
kepada sikap saling pengertian di antara dua pihak atau lebih, masing-
masing pihak mengikat dirinya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang
ditentukan. Dengan kata lain “covenant” tersebut adalah semacam suatu
kontrak hukum, suatu ikatan persetujuan, atau suatu persetujuan tertulis. Di
dalam Alkitab, jelas bahwa pernikahan merupakan suatu kesatuan yang
dilahirkan dari satu perjanjian berdasarkan suatu janji-janji yang timbal
balik. Kovenan pernikahan ini dinyatakan dengan gamblang oleh nabi
Maleakhi ketika ia menulis “TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan
istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal
dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu” (Maleakhi 2:14). Kitab
Amsal juga berbicara tentang pernikahan sebagai suatu “kovenan” atau
“perjanjian” satu sama lain. Kitab ini mengutuk seorang yang berzinah
“yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan
perjanjian Allahnya” (Amsal 2:17).

Penting untuk memahami arti dari janji setia yang diikrarkan dalam
upacara pernikahan. Salah satu definisi janji setia yang diterjemahkan dari
kamus Webster adalah “sebuah janji atau ikrar serius yang mengikat
seseorang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu”.
Kewajiban, janji, atau ikrar terkandung dalam janji setia pernikahan.
Pernikahan menurut firman Tuhan adalah persetujuan untuk membina
hubungan persahabatan dan persekutuan. Perjanjian adalah kontrak paling
mengikat dalam Alkitab sebagaimana disebutkan dalam Bilangan 30:2
demikian, “Apabila seorang laki-laki bernazar atau bersumpah kepada
TUHAN, sehingga ia mengikat dirinya kepada suatu janji, maka janganlah
ia melanggar perkataannya itu; haruslah ia berbuat tepat seperti yang
diucapkannya”. Karena pernikahan adalah suatu perjanjian (covenant)
yang sangat mengikat pada suatu peristiwa di mana Allah menjadi
saksinya, maka “apa yang telah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan
oleh manusia” (Markus 10:19). Allahlah yang mengadakan pernikahan dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 105


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

Dialah yang menyaksikan janji-janji tersebut benar-benar dibuat “dihadapan


Allah”. Kristus menegaskan bahwa Allahlah yang benar-benar menyatukan
seorang pria dan seorang wanita bersama-sama di dalam pernikahan
(Markus 10:19).

Melalui upacara pernikahanlah seorang pria dan seorang wanita


saling mengikat janji dihadapan Tuhan untuk hidup bersama baik dalam
suka maupun duka hingga kematian menjemput. Dalam agama Kristen,
ikat janji pernikahan tersebut diteguhkan oleh seorang pendeta atau
pemimpin jemaat dalam suatu upacara pemberkatan di gereja yang
disaksikan oleh jemaat Tuhan dan keluarga pengantin. Melalui peneguhan
tersebut, pendeta menyatakan bahwa pasangan pengantin telah resmi
menjadi suami istri untuk selamanya. Dengan demikian ciri terpenting dari
pelaksanaan upacara pernikahan ialah: (1) Ikat janji setia kedua mempelai
melalui suatu pengakuan yang diucapkan di hadapan Tuhan dan seluruh
jemaat yang hadir; (2) Peneguhan dan pengesahan ikat janji setia kedua
mempelai oleh pendeta; (3) Pengakuan jemaat dan masyarakat umum
tentang resminya hubungan suami istri tersebut.

Pada umumnya dalam Kekristenan bahwa pasangan Kristen yang


telah sepakat untuk menikah, maka pernikahannya diteguhkan melalui
pemberkatan di hadapan jemaat Tuhan dengan penumpangan tangan oleh
seorang pendeta melalui upacara pemberkatan dan peneguhan nikah.
Biasanya upacara pemberkatan dan peneguhan nikah itu dilaksanakan
oleh gereja bukan pada hari kebaktian biasa (hari Minggu), melainkan
pada hari lain dalam pertengahan minggu. Melalui upacara pemberkatan
dan peneguhan nikah tersebut jemaat dapat bersukacita bersama dengan
kedua pasangan pengantin dan keluarganya. Selain itu, dengan
melaksanakan upacara peneguhan pernikahan, maka itu artinya pasangan
pengantin tersebut mengutamakan dan memuliakan Tuhan, sebagai
sumber berkat dan kebahagiaan bagi rumah tangga mereka.

Selanjutnya mengenai tata ibadah atau liturgi untuk upacara


pemberkatan dan peneguhan nikah sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan
peraturan gereja di mana kedua mempelai akan diberkati dan diteguhkan
nikahnya. Namun, maksud yang utama dilaksanakan upacara pernikahan
itu adalah bahwa pernikahan tersebut dikuduskan dan disahkan dalam
nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, di hadapan jemaat yang hadir
berdasarkan ikat janji yang telah diucapkan oleh kedua mempelai.
(Catatan: Untuk contoh Tata Ibadah Pemberkatan dan Peneguhan Nikah
silahkan dilihat pada Suplement 7).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 106


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

Ringkasnya, sebuah upacara pernikahan hendaknya menjadi


kesaksian tentang iman seorang Kristen kepada orang lain bagi kemuliaan
Tuhan. Karena itu, upacara pernikahan perlu direncanakan dengan baik.
Buatlah suatu upacara sederhana sesuai dengan kemampuan ekonomi
dan keuangan yang dimiliki. Terkadang ada orang tua maupun calon
pasangan pengantin telah merancang suatu upacara pernikahan yang
besar dan meriah yang melebih kemampuan finansial mereka dengan
tujuan agar orang lain kagum dan memuji. Untuk mewujudkan upacara
pernikahan yag meriah tersebut mereka dengan terpaksa berutang.
Akibatnya, pasangan yang baru menikah tersebut terjebak dalam hutang
yang harus dibayarnya hanya karena biaya pernikahan yang mahal telah
dikeluarkan. Karena itu, perlu untuk mengingat kembali tujuan dari upacara
pernikahan Kristen seperti yang telah disebutkan di atas.

PERTANYAAN: BAGAIMANA DENGAN PASANGAN COHABITING


(KUMPUL KEBO) ?

Kumpul kebo terjadi ketika seorang pria dan wanita hidup bersama
di dalam satu rumah layaknya suami istri tetapi tanpa ikatan pernikahan
(dengan cara membuat suatu perjanjian melalui suatu upacara
pernikahan). R. Paul Stevens dalam artikelnya Cohabating menjelaskan
bahwa “Riset menyatakan bahwa pasangan-pasangan yang telah hidup
bersama sebelum menikah, apabila dibandingkan dengan pasangan-
apasangan yang belum pernah hidup bersama, menunjukkan tingkat
ketidakpastian dan keagresifan yang lebih tinggi. Mereka juga
menunjukkan tingkat upaya yang lebih rendah untuk menjauhkan diri
konflik, mengusahakan pernikahan yang memuaskan, dan saling berbagi
dengan pasangan. Selain itu, pasangan yang hidup bersama sebelum
menikah, biasanya merasa sudah siap untuk menikah. Karena itu mereka
menolak bimbingan pranikah (katekisasi) di gereja. Padahal sebaliknya,
mereka sangat membutuhkan bimbingan pranikah sebagaimana pasangan
lain yang menjalin hubungan melalui proses berpacaran (persahabatan)
dan proses bertunangan. Apalagi terbukti mereka telah melakukan hal yang
salah (dosa percabulan) dengan hidup bersama sebelum menikah. Ini
menunjukkan bahwa mereka benar-benar membutuhkan bimbingan dan
konseling pernikahan.

Menurut Alkitab hidup bersama layaknya suami istri sebelum


pernikahan jelas dilarang, karena hubungan seksual pria dan wanita hanya
boleh dilakukan dalam lembaga pernikahan. Sebab, hubungan seksual
sebelum pernikahan disebut percabulan (Kisah Para Rasul 15:20;

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 107


Upacara Pernikahan : Pintu Masuk Sebuah Rumah Tangga

1 Korintus 6:18), dan hubungan seksual di luar pernikahan disebut


perzinahan (Keluaran 20:14; Matius 19:9). Percabulan maupun perzinahan
adalah dosa, dan sangat dilarang di dalam Alkitab. Dalam Perjanjian Lama,
di bawah Hukum Taurat, mereka yang melakukan persetubuhan (hubungan
seks) sebelum menikah diwajibkan untuk menikah (Ulangan 22:28-29). Hal
ini penting, sebab seks dikuduskan oleh Allah hanya untuk pernikahan
bukan sebelum pernikahan. (1 Korintus 7:2; Ibrani 13:4).

Ringkasnya, hidup bersama sebelum menikah bukanlah cara yang


baik untuk mencoba pernikahan, sebab pernikahan bukan merupakan
tempat untuk melakukan eksperimen. Hidup bersama sebelum pernikahan
juga bukanlah persiapan yang baik menuju pernikahan. Dengan demikian
saat ini gereja seharusnya lebih giat secara profetik menyuarakan
kebenaran bahwa seks hanya diperbolehkan bagi suami istri yang telah
diteguhkan dan diberkati pernikahannya. Namun di sisi lain, gereja juga
perlu merangkul orang-orang Kristen yang telah menjalani kehidupan
bersama sebelum pernikahan, melalui bimbingan pastoral dan konseling,
dengan membawa mereka untuk bertobat dan hidup dalam anugerah serta
kembali kepada tujuan dan kehendak Allah bagi suatu pernikahan.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 108


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

Pasal 12.
PERUBAHAN SETELAH
UPACARA PERNIKAHAN 1

“Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula


isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri,
tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
isterinya” (1 Korintus 7:3-4)

M elalui pernikahan Allah menyatukan dua orang menjadi satu.


Pernikahan dari sudut pandang Tuhan merupakan kesatuan seorang pria
dan wanita, yaitu seorang pria yang bersedia meninggalkan semua orang
lainnya untuk bersatu dengan istrinya. Rela meninggalkan tempat
tinggalnya yang nyaman, orang tuanya, kebebasannya, untuk menciptakan
kenyamanan yang baru, tempat tinggal yang baru, prioritas kesetiaan yang
baru terhadap seseorang, dan saling ketergantungan yang baru, yang
mengawali proses dari suatu cara hidup yang sepenuhnya baru. Penyatuan
melalui pernikahan ini memang menyebabkan banyak perubahan radikal
yang terjadi.

Hal ini perlu sungguh-sungguh dipahami, bahwa kehidupan lajang


benar-benar berbeda dengan kehidupan setelah pernikahan. Banyak hal-
hal baru yang belum pernah ditemui semasa lajang, ditemukan dalam
rumah tangga. Ada banyak tanggung jawab yang harus dipikul, yang tidak
pernah dipikul semasa lajang. Ada banyak tuntutan yang harus dipenuhi
dalam rumah tangga yang tidak ditemui semasa lajang. Karena itu,
biasanya rumah tangga yang masih baru terbentuk masih lemah dan
mudah tergoncang. Apalagi jika di dalam katekisasi pranikah, mereka tidak
dibekali dengan pengetahuan yang mendasar mengenai perubahan-
perubahan penting dalam kehidupan berumah tangga setelah upacara
pernikahan. Karena itu, berikut ini saya memberikan secara ringkas tujuh
area perubahan penting yang terjadi setelah upacara pernikahan, yang
perlu diketahui dan dimengerti oleh kedua calon pasangan yang akan
menikah, yaitu: (1) Otoritas baru; (2) Relasi dan tanggung jawab baru;
(3) Arah dan tujuan baru; (4) Relasi dan tanggung jawab yang meluas;

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 17 Maret 2013.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 109


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

(5) Bersama-sama mengelola keuangan dan harta milik mereka;


(6) Program bersama dan perubahan jadwal; (7) Minat yang lebih luas.

AREA PERUBAHAN 1 # OTORITAS BARU

Sebelum upacara pernikahan, seorang pria dan seorang wanita


berada di bawah otoritas orangtua atau walinya. Setelah upacara
pernikahan, seorang pria sebagai suami diperintahkan untuk memiliki
otoritas yang lain atas seorang wanita, yaitu istrinya sendiri. Rasul Paulus
mengingatkan, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu
kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-
laki dan kepala dari Kristus ialah Allah” (1 Korintus 11:3). Jadi, pertama-
tama suami harus tunduk kepada Kristus karena kepala dari pria adalah
Kristus. Kemudian, sebagaimana suami tunduk kepada Kristus demikian
juga hendaknya istri tunduk kepada suaminya, dan mengizinkan suami
bertanggung jawab bagi dirinya.

Pertanyaannya: Mengapa Paulus memberi perintah “istri tunduk


kepada suami” dan “suami mengasihi Istri”? Dan hal ini diulangi lagi dalam
Kolose 3:18-19, “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia”. Suami yang dihormati oleh istrinya
akan merasa hidupnya lebih berarti. Sebaliknya, jika suami kurang
dihormati oleh istrinya, maka ia merasa hidup kurang berarti. Tetapi,
perkataan “istri tunduk pada suami” bukan berarti suami boleh sewenang-
wenang dan berbuat sembarangan terhadap istrinya melainkan di sini
keistimewaan yang diberikan Tuhan, yaitu kedudukannya sebagai kepala.
Kata Yunani untuk “kepala” adalah “kephale” yang berarti “memerintah”
dan “otoritas” yang bermakna “tanggung jawab”. Tunduk pada suami
adalah pengaturan yang ditetapkan Tuhan agar istri dapat memberi rasa
hormat pada suaminya. Inilah yang dibutuhkan pria (Efesus 5:33).

Istri lebih mementingkan cinta, itu sebabnya diperintahkan agar


“suami mengasihi istri”. Cinta adalah segala-galanya bagi istri, melebihi
apapun; tetapi bukan berarti ia tidak memerlukan hormat atau penghargaan
dari suaminya. Seorang wanita merasa dihargai, apabila suaminya
mencintainya. Dapat dikatakan bahwa cinta merupakan seluruh hidup dari
istri, tetapi hanya sebagian dari hidup pria. Tetapi pernyataan ini bukan
berarti pria tidak memerlukan cinta, atau bukan berarti cinta seorang pria
(suami) boleh dibagi kepada beberapa orang, tetapi justru seutuhnya dari
yang sebagian ini hanya diberikan kepada istrinya saja. Jadi dari firman

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 110


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

Allah kita melihat bahwa yang dibutuhkan suami adalah penghormatan dan
perhargaan dari istrinya, Sedang bagi istri yang dibutuhkan adalah
perhatian dan kasih sayang dari suaminya. Dan kebutuhan ini seharusnya
bisa diperoleh dari pasangan masing-masing.

Penjelasan tersebut di atas juga didukung oleh pengetahuan


psikologi. James Dobson seorang psikolog dan konselor pernikahan
mengutip pendapat George Gidler seorang sosialog brilian dan penulis
buku Men and Marriage yang menyatakan bahwa seorang wanita
memegang kunci bagi stabilitas dan produktivitas pria. Ia menjelaskan
bahwa jika seorang istri percaya kepada suaminya dan sangat
menghormatinya, maka si suami memperoleh keyakinan yang diperlukan
untuk bersaing dengan berhasil dan hidup secara bertanggung jawab. Istri
memberikan suaminya alasan untuk menggunakan energi maskulinnya
untuk membangun rumah tangga, memperoleh dan mempertahankan
pekerjaan, membantu membesarkan anak-anak mereka, tetap waras,
hidup sesuai hukum, membelanjakan uang dengan bijaksana, dan
seterusnya. Tanpa pengaruh feminim yang positif, kecenderungan suami
adalah melepaskan kekuatan testosteron dengan cara yang merusak
dirinya sendiri dan masyarakat luas. Sebaliknya, seorang wanita secara
khusus mempunyai kerinduan mendalam yang hanya dapat dipuaskan
melalui hubungan jangka panjang yang romantis dengan seorang pria.
Harga diri, kepuasan, dan kebahagiaannya biasanya diperoleh dari
keintiman, hubungan hati ke hati, dalam pernikahan.

AREA PERUBAHAN 2 # RELASI DAN TANGGUNG JAWAB BARU


.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pria lebih mementingkan
otoritas atau wibawa, sedang wanita lebih mementingkan cinta. Masing-
masing ini adalah kelebihan, ciri khas, dan juga menjadi kelemahannya.
Suami yang tidak dihormati oleh istrinya cenderung “menyalahgunaan
otoritas” atau bahkan “membagi” cintanya pada wanita yang lain. Istri yang
tidak dicintai suaminya cenderung berusaha mengambil “kendali”. Atau, jika
ia tidak mendapatkan cinta dari suaminya, maka ia berusaha mendapatkan
perhatian dari pria lain. Di sinilah bahayanya jika suami istri tidak
memahami dan tidak mengerti hal ini!

Karena itulah rasul Paulus dalam Efesus 5:22-25 menjelaskan


tentang relasi suami dan istri dalam pernikahan demikian, “Hai istri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah
kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 111


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

menyelamatkan tubuh. Karena itu, sebagaimana jemaat tunduk kepada


Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diriNya baginya”. Herman Ridderbos menjelaskan ayat
tersebut demikian, “Saat membahas relasi dalam pernikahan, Paulus tidak
mulai dari fakta keberbagian setiap orang percaya dalam tubuh Kristus,
tetapi ia melihat seluruh relasi suami istri di dalam terang relasi Kristus
dengan jemaat yang ia sebut sebagai relasi pernikahan. Bagi istri, hal itu
berarti kewajiban untuk menyadari kewajiban suami sebagai pemimpin.
Bagi suami, hal itu berarti kewajiban untuk mengasihi istri. Di satu pihak,
kesatuan Kristus dan jemaat dijelaskan dari kesatuan misterius antara
suami istri dalam pernikahan (Efesus 5:32). Di lain pihak, kesatuan Kristus
dan jemaat menjelaskan kesatuan pernikahan yang sejati”.

Jadi pernyataan rasul Paulus tentang bentuk relasi antara suami dan
istri, sesuai Efesus 5:22-23 dan Kolose 3:18-19, dapat diringkas sebagai
berikut, “suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya;
sedangkan istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal”. Istri
tunduk kepada suami bukan didorong oleh rasa takut tetapi oleh rasa
hormat. Suami diperintahkan untuk mengasihi istri sama seperti Kristus
mengasihi jemaat. Kasih Kristus kepada jemaat adalah kasih yang penuh
pengorbanan. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya dengan kasih
yang penuh pengorbanan.

Berdasarkan relasi di atas, suami maupun istri memiliki tanggung


jawab masing-masing yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Tanggung jawab suami terhadap istri yang berhubungan dengan
mengasihinya ialah: memberi perhatian dan menyayangi istrinya;
memelihara dan melindungi istri; menerima dan menghargai istri; peduli
dan penuh pengertian; memimpin istri dan berkorban baginya. Sementara
itu tanggung jawab istri terhadap suami yang berhubungan dengan tunduk
kepadanya ialah: mendukung dan menolong suami; menerima dan
mengagumi suami; mempercayai dan menaati suami; menghormati dan
lebih menghormati suami. Selanjutnya relasi ini dapat dikembangkan oleh
suami dan istri dengan cara: menjadi teman dan sahabat; saling melayani
dan merawat; mengatur seisi rumah; rendah hati dan murah hati;
memperhatikan pertumbuhan pribadi lebih dari hal lahiriah; dan lain
sebagainya (bandingkan 1 Korintus 13:1-8; 1 Petrus 3:1-7).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 112


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

AREA PERUBAHAN 3 # ARAH DAN TUJUAN BARU

Banyak orang memahami bahwa arah dan tujuan dari berkeluarga


adalah anak. Ini merupakan salah paham yang harus diperbaiki. Anak
adalah anugerah, tetapi tidak menjamin kebahagiaan dan kelanggengan
pernikahan. Fokus yang sebenarnya adalah pernikahan itu sendiri, bukan
pada anak. Justru dengan mengalihkan fokus pernikahan menjadi fokus
kepada anak akan dapat merusak kesatuan maupun kesepakatan suami
istri. Anak membutuhkan rasa aman, dan rasa aman bagi anak-anak
diperoleh dari ayah dan ibu mereka yang saling mengasihi serta
menerapkan prinsip-prinsip Tuhan dalam pernikahan. Tugas dan tanggung
jawab sebagai orangtua akan selesai setelah anak menjadi dewasa,
menikah, dan meninggalkan rumah. Tetapi tugas dan tanggung jawab
sebagai suami dan istri akan terus berlanjut hingga kematian yang
memisahkan. Tragisnya, ada banyak pasangan suami istri yang tidak lagi
memiliki hubungan setelah anak-anak mereka dewasa karena fokus
mereka yang keliru.

Karena itu, suami dan istri perlu sehati dalam arah dan tujuan
pernikahan dengan memfokuskan pernikahan mereka agar tetap langgeng
dan bahagia. Ada tiga hal yang perlu dikembangkan suami dan istri secara
terus menerus, yaitu: (1) Saling memberi kebahagiaan dengan cara berkata
dan bertindak yang dapat membuat pasangan bahagia; (2) Menghadirkan
kepuasan bagi pasangan dengan membuat hidup pasangan menjadi
berarti; dan (3) Menghayati makna “kesatuan yang komplementer” dan
menjadi lengkap dengan saling melengkapi satu sama lain. Allah selalu
membuat yang baik dan menginginkan yang terbaik (bandingkan Yakobus
1:17). Dia ciptakan semua dalam kondisi baik, Dia ciptakan Adam sungguh
amat baik; Ketika Adam sendirian Tuhan melihat tidak baik, sehingga Ia
ciptakan Hawa (Kejadian 2:18-24). Demikian pula dalam pernikahan, suami
dan istri menempatkan semua yang terbaik dan membahagiakan pasangan
di atas segalanya. Berusahalah untuk membuat istri atau suami menjadi
bahagia. Rasul Paulus mengingatkan,: “Hendaklah kamu saling mengasihi
sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat” (Roma
12:10).

AREA PERUBAHAN 4 # RELASI DAN TANGGUNG JAWAB YANG


MELUAS

Pernikahan akan membawa suami dan istri pada relasi yang lebih
luas. Pernikahan tidak hanya menyatukan pria dan wanita tetapi juga

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 113


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

melibatkan relasi dengan keluarga mereka masing-masing. Bentuk dari


relasi ini antara lain: relasi mertua dan menantu, relasi antar besan dan
relasi dengan paman dan bibi, relasi dengan ipar, dan lainnya. Bentuk
relasi lainnya adalah relasi pertemanan atau persahabatan. Sebelum
menikah pria dan wanita masing-masing mempunyai relasi pertemanannya
sendiri-sendiri, tetapi setelah menikah suami dan istri perlu melibatkan diri
dan mengenal teman atau sahabat pasangannya dan menerima
pertemanan yang dihadirkan dalam pernikahan. Jadi pernikahan membawa
relasi yang lebih luas lagi dalam pertemanan dan persahabatan.

Secara khusus, dengan hadirnya anak sebagai karunia dari Tuhan,


relasi suami istri dalam pernikahan akan bertambah. Kehadiran anak akan
membentuk relasi orangtua dengan anak. Suami dan istri yang telah
mempunyai anak, kini menjadi orangtua. Relasi ini disertai suatu tanggung
jawab, yaitu tanggung jawab orangtua terhadap anak dan tanggung jawab
anak-anak terhadap orangtua. Rasul Paulus mengingatkan, “Hai anak-
anak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di
dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan. (Efesus 6:1-4). Hal yang sama disampaikan rasul Paulus
dalam Kolose 3:20-21, “Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala
hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah
sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”.

Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya antara lain:


merencanakan masa depan mereka; merawat dan memelihara mereka;
mengasuh dan mencukupi kebutuhan mereka; mengasihi mereka;
mengajar, mendidik, dan membimbing mereka; memberi teladan dan
bersaksi bagi mereka. Sedangkan tanggung jawab anak terhadap orang
tua antara lain: membantu orang tua dalam memelihara seisi rumah;
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan orangtua; dan belajar di bawah
bimbingan orangtua.

AREA PERUBAHAN 5 # PERUBAHAN JADWAL PRIBADI UNTUK


PROGRAM BERSAMA

Seorang pria dan wanita yang memutuskan untuk menikah akan


mengalami perubahan besar yang terjadi khususnya dalam lingkungan dan
jadwal. Mereka harus membiasakan diri untuk hidup bersama. Ini berarti

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 114


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

baik suami maupun istri, perlu memangkas dari jadwal mereka hal-hal yang
kurang bermanfaat yang dapat menghilangkan kebersamaan mereka. Ini
juga berarti suami dan istri perlu memberi batasan terhadap pergaulan,
hobi, dan kesenangannya sendiri. Mereka perlu meluangkan waktu lebih
banyak untuk saling memahami, memberi dan memerima satu dengan
yang lain. Hal ini dilakukan mengingat pernikahan menyatukan dua pribadi
yang berbeda. Pria dan wanita memiliki kodrat yang tidak sama baik secara
fisik, perasaan, maupun perilaku. Ditambah lagi perbedaan dalam
kebiasaan, adat istiadat, budaya, pendidikan, sikap dan pembawaan.

Karena pernikahan itu adalah kesempatan yang diberikan Allah


kepada pria dan wanita untuk hidup bersama, maka untuk menjaga
kebersamaan dalam keluarga berjalan dengan baik perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut: (1) Menyembah dan melayani Tuhan bersama-
sama di gereja lokal; (2) Berdoa bersama-sama atau mezbah keluarga;
(3) Mengatur keuangan bersama-sama; (4) Mengerjakan dan
menyelesaikan pekerjaan rumah bersama; (5) Membuat dan menetapkan
rencana untuk masa depan bersama-sama; (6) Membiasakan makan
bersama-sama; (7) Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-
masing dengan sebaik-baiknya; (8) dan lain sebagianya.

AREA PERUBAHAN 6 # BERSAMA-SAMA MENGELOLA KEUANGAN


DAN HARTA MILIK

Dalam rancangan Allah sejak semula, pernikahan adalah antara


satu orang pria dengan satu orang wanita yang menjadi satu. Pernikahan
adalah hal yang paling misterius tetapi serius. Karena, “keduanya akan
menjadi satu”. Artinya, secara praktis keduanya akan beralih “dari aku dan
kau menjadi kita” dan “dari saya dan dia menjadi kami”. Persatuan ini
mencakup segalanya, disatukan secara fisik, emosional, intelektual, dan
spiritual. Suami dan istri tidak lagi berpusat pada diri sendiri, masing-
masing akan memberi dirinya dalam berbagai area, baik rohani, jiwani,
maupun jasmani.

Uang dan harta milik (seperti tanah, rumah, kendaraan, perabotan,


aset, uang dan lainnya) masing-masing perlu diserahkan menjadi milik
bersama dan dikelola bersama untuk kepentingan bersama satu sama
lainnya. Khususnya mengenai keuangan, perlu membuat rencana yang
terbaik, dimulai dengan merencanakan anggaran belanja (Amsal 21:5).
Dalam bentuk yang sederhana, sebuah anggaran belanja adalah cara
untuk melacak uang yang masuk dan keluar. Berikut ini prinsip-prinsip

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 115


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

pengelolaan keuangan yang dianjurkan, yaitu: (1) Pahami kondisi


keuangan yang ada. Perlu untuk mengetahui jumlah pendapatan dan
pengeluaran setiap bulannya. Ini bertujuan untuk menghindari ”lebih besar
pasak dari pada tiangnya”; (2) Buat buku anggaran yaitu catatan
penerimaan dan catatan pengeluaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui
dari mana datangnya pendapatan keuangan dan mengetahui kemana atau
untuk keperluan apa pengeluaran keuangan tersebut.

Selanjutnya, perlu menentukan prioritas dengan cara membedakan


pengeluaran menurut kepentingannya, seperti berikut ini: (1) Kewajiban-
kewajiban, yaitu kewajiban kepada Allah seperti buah sulung,
persepuluhan dan persembahan lainnya; kewajiban kepada pemerintah
dan kewajiban lainnya seperti pajak, rekening listrik, rekening PDAM,
rekening telepon, pembayaran utang atau cicilaan kredit, iuran, dan
lainnya. (2) Kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan yang harus terpenuhi
seperti: pangan atau makanan; sandang atau pakaian; papan atau rumah
tempat tinggal; biaya transport; biaya pendidikan; biaya kesehatan.
(3) Keinginan, yaitu sesuatu yang kurang begitu penting, yang tidak akan
mempengaruhi apapun jika tidak dipenuhi. Keinginan lebih banyak
berkenaan dengan gaya hidup seseorang, bukan kebutuhan mendasar,
yaitu: rekreasi, jajan, handphone, kendaraan atau mobil mewah.

AREA PERUBAHAN 7 # MINAT YANG LEBIH LUAS

Banyak penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang memiliki


antara 500 sampai 700 keterampilan dan kemampuan yang berbeda. Ini
mungkin jauh lebih banyak dari pada yang disadari. Berikut ini hanya
beberapa dari yang disebutkan dalam Alkitab: kemampuan artistik,
kemampuan arsitektur, manajerial, membuat roti, membuat perahu,
membuat permen, berdebat, merancang, merempah-rempahi, menenun,
memahat, bertani, nelayan, berkebun, memimpin, mengelola, tukang batu,
menggubah musik, membuat senjata, menjahit, melukis, menanam,
berfilsafat, mekanika, menciptakan, tukang kayu, berlayar, memasarkan,
menjadi tentara, mengajar, menulis sastra dan puisi, dan lain sebagainya.

Ketika suami istri menaruh minat serta dapat menerima kemampuan


dan kecakapan pasangannya, hal ini akan memberi manfaat bagi mereka.
Setiap pasangan adalah sebuah kajian seumur hidup. Suami dan istri perlu
mengkaji pasangannya untuk mengenal dan memahami kebutuhan
mereka. Penyatuan seorang pria dan wanita dalam pernikahan bukan
bermaksud menghilangkan jati dirinya. Kesatuan ini adalah kesatuan yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 116


Perubahan Setelah Upacara Pernikahan

komplementer yaitu kesatuan yang saling mengisi dan melengkapi. Karena


itu, minat seharusnya menghasilkan manfaat-manfaat bagi keduanya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 117


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

Pasal 13.
SEKS BAGI SUAMI DAN ISTRI
DALAM PERNIKAHAN1

“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan


dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan
pezinah akan dihakimi Allah.
(Ibrani 13:4).

Seks menurut Alkitab merupakan anugerah dari Tuhan kepada


manusia. Tuhan menciptakan kita sebagai mahluk berpribadi yang
dilengkapi dengan fungsi seksual. Dia menciptakan seks untuk pasangan
suami istri. Alkitab mencatat dalam Kejadian 1:28, bahwa Allah memberkati
manusia (Adam dan Hawa) sebelum mereka diperintahkan “beranakcucu
dan bertambah banyak”. Dengan demikian, pemberkatan nikah haruslah
mendahului penyatuan seksual, dan bukan sebaliknya. Untuk memenuhi
mandat beranakcucu dan bertambah banyak tersebut manusia (pasangan
suami-istri) melakukannya dengan cara bersenggama (bersetubuh atau
berhubungan kelamin). Allah Sang Pencipta, telah mendesain dan
membuat alat reproduksi yang cocok bagi manusia sehingga mampu
bereproduksi (menghasilkan keturunan), yaitu : (1) Bagi pria, sperma yang
diproduksi seumur hidupnya, (2) Bagi wanita sel telur yang siap dibuahi
dengan siklus kematangan 1 sel telur setiap bulan.

Pertemuan antara sperma dan sel telur, atau sel telur yang dibuahi
inilah yang akan menjadi cikal bakal embrio seorang manusia. Agar sperma
dapat bertemu dengan sel telur maka cara yang dirancang oleh Pencipta
adalah melalui hubungan seksual. Allah telah membuat organ reproduksi
dan kelengkapannya bagi manusia sehingga dapat melakukan
persetubuhan atau bersenggama (dalam konteks pernikahan) untuk
mendapatkan keturunan (prokreasi). Istilah yang digunakan dalam Alkitab
adalah frase “satu daging” (Kejadian 2:24). Jadi dalam pernikahan seorang
laki-laki tidak hanya “meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan

1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 118


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

istrinya” melainkan juga “menjadi satu daging” melalui penyatuan seksual


ketika bersenggama.

Namun mendapatkan keturunan menurut Alkitab bukanlah satu-


satunya tujuan seseorang melakukan hubungan seks dalam pernikahan.
Seks juga bertujuan untuk rekreasi, yaitu bahwa seks juga memberi
kepuasan dan dinikmati untuk kebahagiaan pasangan suami istri. Seks
adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada orang yang telah
menikah untuk kebahagiaan dan kesenangan mereka bersama. Alkitab
mengatakan, “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya,
demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya
sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya
sendiri, tetapi istrinya” (1 Korintus 7:3,4). Karena itulah romantistik dan
gairah seksual tidak dilarang dilakukan oleh suami istri dalam kehidupan
dan komitmen pernikahan. Alkitab mengatakan “Diberkatilah kiranya
sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang manis,
kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan
engkau senantiasa berahi karena cintanya” (Amsal 5:18-19).

KEKUDUSAN SEKS BAGI PERNIKAHAN

Semua hubungan seks yang dilakukan di luar hubungan pernikahan


merupakan sesuatu yang dilarang di dalam Alkitab. Penulis Kitab Ibrani
mengatakan, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan
dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal
dan penzinah akan dihakimi Allah” (Ibrani 13:4). Tim LaHaye dalam
bukunya Kehidupan Seks Dalam Pernikahan dengan sangat baik
menjelaskan ayat tersebut. Menurut Tim LaHaye, tidak ada pernyataan lain
yang lebih jelas dari pernyataan ini. Penulis kitab Ibrani bisa saja
mengatakan, “hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap
perkawinan”, dan pernyataan itu sudah cukup jelas. Namun untuk
memastikan agar tidak ada seorang pun yang tidak menangkap
maksudNya, Allah melalui penulis Kitab Ibrani menjelaskan dengan satu
frase lainnya, “dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur. Tempat
tidur pasangan suami istri tidak boleh dicemarkan karena hal itu selamanya
merupakan suatu aktivitas yang suci.

Kata “tempat tidur” dalam Ibrani 13:4 di atas merupakan terjemahan


dari kata Yunani “koite” yang berarti “hidup bersama suami istri dengan
cara bersenggama”. Akar kata dari “koite” adalah “keimai” yang berarti
“berbaring”, dan berkaitan dengan “”koimao” yang berarti “menyebabkan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 119


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

tidur”. Jadi kata Yunani “koite” mengandung makna yang mengacu kepada
hubungan yang dinikmati oleh pasangan suami istri di tempat tidur yang
mereka tinggali bersama. Dari sinilah kita mendapati kata “koitus” yang
berarti persetubuhan atau bersenggama di tempat tidur. Berdasarkan arti
kata ini maka menurut Tim LaHaye Ibrani 13:4 dapat diterjemahkan
sebagai berikut, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap koitus di
dalam perkawinan dan janganlah kamu mencemarkannya”. Sepasang
suami istri yang mengadakan koitus menggunakan kesempatan untuk
menikmati hak istimewa yang merupakan karunia Allah.

Persetubuhan atau hubungan seks hanya boleh dilakukan oleh


pasangan suami istri yang telah menikah dan melakukan ikat janji. Perlu
diketahui bahwa hubungan seksual yang terjadi sebelum pernikahan
disebut “percabulan” (Kisah Para Rasul 15:20; 1 Korintus 6:18), dan
hubungan seksual yang dilakukan di luar hubungan pernikahan disebut
“perzinahan” (Keluaran 20:14; Matius 19:9). Baik percabulan maupun
perzinahan, keduanya sangat dilarang di dalam Alkitab. Josh McDowell
mengatakan, “Dalam istilah Alkitab, imoralitas seksual adalah semua
hubungan seks di luar pernikahan (termasuk sebelum menikah). Tuhan
telah bicara melalui hukum (firman), dan Dia telah menjadikan standarNya
jelas: keterlibatan seksual di luar pernikahan itu salah”. Jadi untuk
mencegah imoralitas seksual inilah alasan mengapa kita menemukan
bahwa saat Alkitab membicarakan tentang seks, maka paling banyak ditulis
dalam bentuk negasi yang tegas (Bandingkan Kisah Para Rasul 15:29;
1 Korintus 6:18; 10:8; Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:5).

Justin Taylor menyatakan, “Sebuah pencarian kata dari istilah seks


dalam Alkitab bahasa Inggris menunjukkan bahwa istilah tersebut hampir
selalu dipakai di dalam konteks imoralitas seksual”. Dengan demikian,
Alkitab memandang dosa seksual sebagai hal yang serius! Yesus
memperingatkan bahwa akibat dari dosa seksual ini dapat melemparkan
seseorang ke dalam neraka (Matius 5:27-30). Rasul Paulus menegaskan
bahwa orang sundal dan cabul tidak mendapat bagian dalam kerajaan
sorga (Galatia 5:19-21; Efesus 5:3-5). Penulis kitab Ibrani mengingatkan
bahwa orang sundal dan penzinah akan dihakimi Allah (Ibrani 13:4). Dan
dalam realitas meningkatnya imoralitas seksual saat ini, Andik Wijaya
menyebutkan, “... peperangan hebat sedang terjadi di area seksual”.
Sementara itu, Ben Patterson mengatakan “Di dalam Alkitab, bidang
seksual merupakan arena utama dari kehancuran karena dosa, dan
dengan demikian menempati tempat yang penting di antara hal-hal yang
ditebus melalui kedatangan Kristus”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 120


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

Istilah-istilah yang digunakan dalam bahasa Yunani untuk imoralitas


seksual dalam banyak bagian di Alkitab antara lain: (1) Sensualitas
(aselgeia), menunjuk kepada ketiadaan prinsip moral, khususnya
mengabaikan penguasaan diri dalam hal seksual yang menjaga kemurnian
perilaku. Termasuk kecenderungan untuk menuruti atau merangsang nafsu
berahi sehingga dengan demikian mengambil bagian dalam tindakan yang
tidak dibenarkan Alkitab (Galatia 5:19; Efesus 4:19; 1 Petrus 4:3; 2 Petrus
2:2,18); (2) Menarik keuntungan dari orang (pleonekteo), yang berarti
merampas kemurnian moral yang diinginkan Allah bagi orang itu dengan
tujuan memuaskan nafsunya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual di
dalam diri orang lain yang tidak boleh dipuaskan secara benar berarti
mengeksploitasi atau menarik keuntungan dari orang tersebut
(1 Tesalonika 4:6; bandingkan. Efesus 4:19); (3) Nafsu (epithumia), adalah
memiliki keinginan jahat yang akan terwujud jika kesempatan tersedia
(Efesus 4:19,22; 1 Petrus 4:3; 2Petrus 2:18).

Dua istilah lainnya yang banyak digunakan secara berbeda di dalam


Alkitab untuk menunjukkan imoralitas seksual adalah: (1) Percabulan
(porneia), menggambarkan aneka ragam perbuatan seksual sebelum atau
di luar pernikahan. Istilah ini tidak terbatas pada perbuatan senggama.
Setiap kegiatan atau permainan seksual yang intim di luar hubungan
pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau
menyingkapkan ketelanjangan seseorang, terangkum dalam istilah ini dan
jelas merupakan pelanggaran terhadap norma-norma moral Allah bagi
umatNya (1 Korintus 6:18; 1 Tesalonika 4:3; Bandingkan Imamat 18:6-30;
20:11-12,17,19-21); (2) Perzinahan (moikeia), yang menujukkan kepada
seks haram yang melibatkan seorang yang sudah menikah (Matius 19:5),
dan kata kerja “moikeuo” yang berarti “berbuat zinah” (Matius 5:27-28;
19:18). Para penulis Perjanjian Baru secara konsisten mengunakan kata
moikeia dan moikeuo untuk perzinahan yang menjelaskan seks haram
yang dilakukan atau melibatkan seseorang yang sudah menikah (Markus
7:21; Lukas 16:18; Yohanes 8:4; Roma 2:22; Yakobus 2:11; Wahyu 2:22).
Kedua kata tersebut, yaitu percabulan (porneia) dan perzinahan (moikeia)
berulangkali dipakai secara berbeda satu sama lain di dalam bagian yang
sama, misalnya ketika Yesus berkata, “Karena dari hati timbul ...
perzinahan (moikeia), percabulan (porneia) ...” (Matius 15:19; Bandingkan
Markus 7:21-22; Galatia 5:19).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 121


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

MENIKMATI HUBUNGAN SEKSUAL YANG MENYENANGKAN DI


DALAM PERNIKAHAN

Namun, karena Alkitab dengan jelasnya berulang-ulang berbicara


menentang penyalahgunaan seks, dan menyebutnya sebagai “aselgeia,
pleonekteo, epithumia, porneia, dan moikeia”, sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, maka beberapa orang tanpa berpikir panjang, atau
mungkin dalam upaya mereka membenarkan perbuatan amoral mereka,
telah salah mengartikan ajaran Alkitab tersebut dan dengan mudahnya
mengambil kesimpulan bahwa Allah menganggap kotor semua perbuatan
seksual. Tentu saja kesimpulan tersebut tidak benar! Karena Allah sendiri
yang menciptakan organ dan hasrat seksual pria dan wanita, tidak hanya
untuk melahirkan keturunan tetapi juga dinikmati. Tetapi Allah hanya
menyetujui hubungan seksual ini dilakukan oleh pasangan suami istri
dalam suatu hubungan pernikahan. Dan Allah memang melarang dengan
tegas dan disertai peringatan untuk setiap kegiatan seks di luar lembaga
pernikahan dan sebelum pernikahan, entah percabulan, perzinahan, dan
lainnya. Jadi seks dikhususkan dan dikuduskan oleh Allah untuk dinikmati
oleh seorang pria dan seorang wanita di dalam pernikahan, tidak dilakukan
sebelum pernikahan, juga tidak dilakukan di luar pernikahan dengan yang
bukan pasangannya.

Perlu ditegaskan, bahwa seks sebenarnya bukanlah sesuatu yang


kotor ataupun jahat seperti yang diajarkan dalam beberapa kebudayaan.
Seks menurut Alkitab merupakan anugerah dari Tuhan kepada manusia.
Seks merupakan suatu anugerah yang unik yang diberikan hanya dalam
institusi pernikahan. Alkitab memberitahu kita bawa seks merupakan
sesuatu yang wajar, baik dan Tuhanlah yang menciptakannya. Namun
sekali lagi ditegaskan, bahwa di dalam ajaran Kristen seks hanya boleh
dilakukan dalam ikatan pernikahan. Allah adalah pencipta seks. Ia
menciptakan seks bukan dengan tujuan untuk menyiksa pria dan wanita,
melainkan untuk memberi kenikmatan dan kepuasan kepada mereka.
Berikut ini beberapa bukti Alkitabiah yang menujukkan bahwa seks
diciptakan Allah untuk memberi kenikmatan dan kepuasan kepada
pasangan suami istri dalam pernikahan mereka.

1. Allah menciptakan seks sesuai kebutuhan manusia untuk


dinikmati oleh seorang pria dan wanita dalam pernikahan. Di pasal 1
yang membahas esensi pernikahan Kristen saya telah menyampaikan
bahwa pernikahan merupakan suatu lembaga yang ditetapkan Allah sendiri
bagi manusia sesuai dengan kebutuhannya. Allah sendiri yang mengatakan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 122


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

bahwa “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).
Saat laki-laki “seorang diri saja” maka Allah menyatakan bahwa keadaan ini
“tidak baik”. Jadi Allah memutuskan untuk menciptakan “ezer kenegdo”
atau “seorang penolong”, yaitu seorang penolong yang sepadan atau
seorang yang sepadan dengannya. Allah melihat bahwa manusia (Adam)
tidak lengkap ketika ia sendirian di Taman Eden yang luas itu, meskipun
sebenarnya ia hidup di dalam taman yang paling indah dan dikelilingi oleh
berbagai macam binatang jinak, tetapi ia tidak memiliki teman yang sejenis
dengan dirinya sendiri. Singkat cerita, Allah kemudian menciptakan
seorang perempuan (Hawa) yang diambilNya dari rusuk Adam, dengan
cara yang kreatif dan supranatural, seorang yang benar-benar serupa
(sejenis) dengan Adam. Lalu Allah memberikan perempuan itu kepada
Adam. Bagaimana reaksi Adam terhadap pemberian Allah ini? Dengan
senangnya ia berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki”
(Kejadian 2:23).

Penulis kitab Kejadian kemudian menyimpulkan kisah tersebut


dengan pernyataan ringkas berikut “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Pernyataan tersebut
kemudian diulangi sebanyak tiga kali di tempat yang berbeda dalam
Perjanjian Baru, yaitu di dalam Matius 19:5; Markus 10:7-8; dan Efesus
5:31. Penekanan utama dalam pernyataan itu adalah kesatuan seorang
pria dan seorang wanita dalam pernikahan. Kesatuan tersebut dapat
dijelasan sebagai berikut, bahwa melalui pernikahan: (1) Seorang laki-laki
meninggalkan orangtuanya untuk bersatu dengan istrinya; (2) Bersatu
dengan seorang istri; (3) suami istri menjadi satu daging. Dan frase
“menjadi satu daging” menunjukkan tingkat keintiman yang paling dalam
yang hanya dapat digambarkan dengan persetubuhan atau hubungan
senggama pasangan suami istri.

Selanjutnya, Alkitab mencatat dalam Kejadian 1:28, bahwa Allah


memberkati Adam dan Hawa, baru kemudian mereka mendapat perintah
“beranakcucu dan bertambah banyak”. Dengan demikian, pemberkatan
pernikahan haruslah mendahului penyatuan seksual, dan bukan
sebaliknya. Untuk memenuhi mandat beranakcucu dan bertambah banyak
tersebut Adam dan Hawa (juga pasangan suami-istri keturunan Adam
berikutnya) melakukannya dengan cara bersenggama atau bersetubuh.
Jadi, sebagaimana telah saya katakan di awal tadi, bahwa Allah telah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 123


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

membuat organ reproduksi dan kelengkapannya bagi manusia, sehingga


dapat melakukan hubungan seksual atau bersenggama dalam konteks
pernikahan agar manusia bisa mendapatkan keturunan (prokreasi). Namun
mendapatkan keturunan menurut Alkitab bukanlah satu-satunya tujuan
seseorang menikah dan melakukan hubungan seks. Dalam pernikahan,
seks juga bertujuan untuk rekreasi, yaitu bahwa seks juga memberi
kepuasan dan dinikmati untuk kebahagiaan pasangan suami istri.

2. Pengalaman hubungan seksual yang penuh gairah bagi


pasangan suami istri juga digambarkan dalam kitab Amsal. Setelah
melarang seorang pria menaruh minat terhadap seorang pelacur, penulis
Kitab Amsal mengatakan demikian kepada para suami, “Diberkatilah
kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang
manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau,
dan engkau senantiasa berahi karena cintanya” (Amsal 5:18-19). Jelaslah
bahwa pengalaman hubungan seksual yang penuh gairah seharusnya
membuat seorang suami bersukacita karena hal itu memberikan
kenikmatan yang luar biasa kepadanya. Konteks dari ayat-ayat tersebut
menekankan tentang suatu pengalaman yang dimaksudkan untuk dinikmati
bersama. Bagian Alkitab ini juga menunjukkan bahwa hubungan seksual
suami istri seperti itu dirancang bukan hanya untuk tujuan menghasilkan
keturunan saja, melainkan juga untuk kesenangan keduanya. Kata-kata
seperti “buah dadanya yang selalu memuaskan engkau” dan “engkau
senantiasa berahi karena cintanya” menujukkan suatu tingkat pengalaman
yang dinikmati dan menyenangkan bagi pasangan suami istri.

Menurut saintifik modern, buah dada (payudara) merupakan daerah


sensitif wanita secara seksual setelah organ reproduksinya. Payudara
seorang istri begitu sangat sensitif, sehingga belaian yang penuh kasih
sayang dari suami pada buah dadanya akan membantu mempersiapkan
istri untuk melakukan persetubuhan. Saat ini dianjurkan oleh para ahli
bimbingan pernikahan agar suami melakukan “foreplay” atau percumbuan
pendahuluan, sebelum melakukan hubungan seksual, salah satunya
dengan cara suami membelai, mengelus atau menghisap payudara
istrinya. Koes Irianto dalam buku Seksologi Kesehatan menyatakan,
“Payudara merupakan salah satu bagian organ seks wanita yang memiliki
sensasi rangsangan tinggi. Ia satu dari area erogeneous milik wanita yang
bisa terpicu oleh pijatan atau remasan.Pusat sensitivitas payudara terdapat
di putingnya (papilla mammae). Stimulasi pada puting (memijat, mengisap)
membangkitkan rangsangan seksual yang sensasinya menjalar sampai ke
klitoris. Manipulasi payudara oleh pasangan seks merupakan bagian dari

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 124


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

proses foreplay, permainan pendahuluan seks. Ini bentuk kegiatan menuju


proses excitiment seksual wanita sebelum tiba pada fase plateu, lalu fase
klimaks pada masa mana wanita merasakan sensasi orgasmus. Keindahan
payudara harus dipelihara sepanjang masa, dan seberapa bisa tetap
terjaga strukturnya. Mengapa? Karena organ seks ini bagian yang tetap
memikat lawan jenis sampai kapanpun”.

Jadi dengan melakukan rangsangan payudara, suami dan istri


sama-sama saling menikmati, sementara istri menikmati belaian suaminya,
maka suaminya bisa menikmati payudara istrinya, sehingga keduanya
menjadi bergairah karenanya. Mungkin bagi beberapa orang ini terkesan
terlalu vulgar. Tidak, ini tidak vulgar, ini tertulis di Alkitab, dan ini Alkitabiah!
Dengan melakukan sentuhan penuh kasih pada payudara istri, akan
membantunya membangkitkan gairah seksualnya. Jika gairah seksualnya
sudah bangkit, yaitu ketika puting payudara menjadi tegang dan menonjol,
maka itu tandanya ia telah dirangsang dengan baik dan siap untuk
melakukan hubungan seksual dengan suaminya.

Hikmat dari penulis kitab Amsal ini memberikan dua hal, yaitu:
(1) Menangani hasrat seks yang ada di dalam diri seorang pria dan
menjauhkan dirinya dari penggunaan dengan cara yang tidak semestinya;
(2) Agar menikmati penggunaan yang sah dari hasrat seksual tersebut
seumur hidup, yakni melalui persetubuhan yang wajar sehat dan di dalam
pernikahan. Karena itu Amsal 5:18-19 membicarakan pengetahuan, bahwa
cinta pasangan suami istri dalam pernikahan yang nikmat dan memuaskan
merupakan jalan hikmat dan rancangan Tuhan bagi kebahagiaan mereka.

3. Pengalaman hubungan seksual yang penuh gairah bagi


pasangan suami istri juga digambarkan dengan jelas dalam Kitab
Kidung Agung. Kitab Kidung Agung ini adalah kitab yang unik, merupakan
kita yang berisi kumpulan kidung cinta dan pernikahan, yang terselip di
antara kitab Taurat dan Kitab Para Nabi. Dapat dilihat bahwa kepentingan
Perjanjian Lama terhadap seks terutama berkaitan dengan hal
mendapatkan keturunan. Sangat sedikit petunjuk mengenai apakah seks
merupakan sesuatu hal menyenangkan atau tidak. Puji syukur kepada
Tuhan sebab Tuhan tidak membiarkan hal itu tersembunyi begitu saja,
sebab Ia telah memberikan kitab Kidung Agung untuk mengisi celah ini.
Kitab ini menjelaskan bahwa bersama dengan hal mendapatkan keturunan
(prokreasi), seks juga dimaksudkan untuk rekreasi (dinikmati), yaitu bagi
kesenangan, sukacita, persekutuan, dan perayaan pasangan suami istri
dalam pernikahan. Kehamilan dan mendapatkan keturunan bahkan tidak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 125


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

disinggung dalam kitab ini. Kidung Agung melukiskan sebuah gambaran


yang indah tentang seperti apa seks yang sudah ditebus itu. Keindahan,
sukacita, kenikmatan, kesenangan dan kepuasan hubungan seksual
pasangan suami istri ini digambarkan dengan ungkapan-ungkapan puitis
dan romantis, dalam ayat-ayat berikut ini:

(1) “Kiranya ia menciumku dengan kecupan. Karena cintamu lebih


nikmat daripada anggur” (Kidung Agung 1:2). Menurut Ben Patterson
dalam artikelnya Kebaikan Seks dan Kemuliaan Allah, secara harfiah
ungkapan “Kiranya ia menciumku dengan kecupan” dalam bahasa
Ibraninya berarti “limpahilah aku dengan ciuman”. Kasih yang dirujuk di sini
memiliki konotasi erotis yang kuat dan alamiah. Dan itu menyebabkan
perasaan gembira yang menggairahkan. Alkitab versi BIS menerjemahkan
ayat tersebut demikian, “Ciumilah aku dengan bibirmu; cintamu lebih
nikmat dari anggur!”.

(2) “Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah


kekasihku di antara teruna-teruna. Di bawah naungannya aku ingin duduk,
buahnya manis bagi langit-langitku. Telah dibawanya aku ke rumah pesta,
dan panjinya di atasku adalah cinta. Kuatkanlah aku dengan penganan
kismis, segarkanlah aku dengan buah apel, sebab sakit asmara aku.
Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku”
(Kidung Agung 2:3-6). Apel dan kismis merupakan lambang-lambang kuno
untuk erotis. Seperti itulah si wanita dalam kitab Kidung Agung tersebut
menyamakan kekasihnya. Namun kekasihnya bukan sekedar lambang, ia
adalah seseorang yang nyata. Kata “naungannya” menyatakan
kedekatannya, dan akibat yang ditimbulkannya adalah sama seperti di
bawa ke sebuah aula pesta, yang secara harfiah adalah sebuah rumah
anggur, suatu lambang lain dari kenikmatan cinta.

(3) “Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang


menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung” (Kidung Agung
2:16: Bandingkan 6:3). Rumusan ungkapan ini muncul pada titik penting
dari kitab Kidung Agung untuk menegaskan eksklusivitas komitmen di
antara pasangan kekasih. Ini juga merupakan rumusan pada level manusia
bagi hubungan yang terjadi antara Allah dan umatNya (Hosea 2:23). Dalam
konteks eksklusivitas yang mulia, yang penuh cinta, yang monogamis,
kekasihnya “menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung”.
Janji kovenan memiliki dimensi erotis: mereka saling memiliki sepenuhnya.
“bunga bakung” atau “teratai” bukan hanya menggambarkan kecantikan
sang kekasih, tetapi juga merupakan metafora untuk bibir.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 126


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

(4) Selanjutnya dalam kidung Agung 4:1-15 dan 7:1-13 mempelai


pria memuji kecantikan mempelai wanita dengan berbagai kiasan yang
menujukkan bahwa kekaguman yang tulus merupakan hal yang penting
dalam hubungan pasangan suami istri. Dan Alkitab memuat di sini sebagai
suatu penghargaan yang wajar.

4. Pernyataan Perjanjian Baru. Jelaslah seks merupakan anugerah


yang diberikan oleh Tuhan kepada orang yang telah menikah untuk
kebahagiaan dan kesenangan mereka bersama. Alkitab mengatakan,
“Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian
pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri,
tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri,
tetapi isterinya” (1 Korintus 7:3,4). Dengan demikian, romantistik dan gairah
seksual tidak dilarang dilakukan oleh suami istri dalam komitmen
pernikahan. John Piper mengatakan, “Allah menciptakan manusia menurut
rupa dan gambarNya –‘laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka’
(Kejadian 1:27) – dengan kapasitas-kapasitas untuk kesenangan seks yang
intens dan dengan panggilan untuk berkomitmen dalam pernikahan...” .
Jadi seks juga bertujuan untuk rekreasi : memberi kepuasan dan dinikmati
untuk kebahagiaan pasangan suami istri.

Namun yang perlu diketahui bersama oleh pasangan suami istri,


bahwa prinsip hubungan seks yang baik adalah keterbukaan dan kejujuran
dalam mengungkapkan kebutuhan masing-masing. Intinya, kegiatan seks
bertujuan untuk dinikmati dan saling memuaskan, namun perlu dihindari
adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi suami dan istri.
Bahkan disinyalir, pasangan suami istri yang melakukan hubungan seks
dengan rutin dan menikmati hubungan seks tersebut akan lebih sehat
secara fisik dan psikologis. Hal tersebut pada akhirnya akan membawa
rumah tangga mereka menuju kebahagiaan. Karena itu frekuensi, posisi
dan teknik hubungan seks suami dan istri sebaiknya tidak boleh
dipaksakan melainkan sesuai dengan kehendak bersama yang bermanfaat
bagi kedua pasangan.

ARTI HUBUNGAN SEKSUAL DARI SUDUT PANDANG PRIA DAN


WANITA

Suami dan istri memiliki sudut pandangan yang berbeda tentang arti
dari hubungan seksual. Sebagian dari ketidakbahagian dan kegagalan
dalam pernikahan disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai perbedaan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 127


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

tersebut. Kegagalan seorang istri untuk memahami apa sesungguhnya arti


hubungan seksual bagi seorang pria seringkali mengakibatkan mereka
membuat kesimpulan keliru yang dapat mengurangi, bahkan melumpuhkan
kemampuan alamiah mereka untuk bereaksi terhadap percumbuan suami
mereka. Sebaliknya, seorang suami yang tidak memahami arti hubungan
seksual bagi seorang wanita seringkali mengabaikan begitu saja
kebutuhan-kebutuhan emosional maupun fisik seorang istri. Karena itu
melihat arti hubungan seksual dari sudut pandang orang lain, tidak hanya
dari sudut pandang sendiri, merupakan kunci bagi komunikasi dalam
segala tingkatan, khusus untuk mendapatkan kepuasan bersama ketika
melakukan hubungan seksual. Tim dan Berverly LaHaye dalam bukunya
Kehidupan Seks Dalam Pernikahan membantu kita untuk melihat
perbedaan arti hubungan seksual dari sudut pandang pria dan wanita.

1. Arti Hubungan Seksual Bagi Seorang Pria

Hubungan seksual dalam pernikahan merupakan sesuatu yang


penting dan vital bagi seorang suami oleh karena lima alasan, yaitu:

(1) Hubungan seksual memuaskan dorongan seksnya. Kaum pria


memiliki dorongan seks yang sangat kuat dan bersifat terus menerus, yang
berbeda dari wanita. Itu tidak berarti bahwa wanita tidak memiliki dorongan
seksual. Tetapi dorongan seksual pada wanita bersifat sesekali atau
jarang. Allah telah merancang pria untuk menjadi pihak yang agresif serta
penuh inisiatif. Karena itu seorang istri tidak perlu terkejut ketika suaminya
menginginkan hubungan seksual dengan frekuensi yang lebih banyak dari
yang dipikirkannya. Istri tidak perlu menganggap suaminya aneh, dan
berkesimpulan bahwa suaminya seorang maniak seks. Dorongan seksual
yang besar pada pria merupakan hal yang normal dan wajar. Jika tidak
dipahami dengan baik, maka frekuensi hubungan seksual pasangan suami
istri sering kali menjadi sumber konflik dan pertengkaran terutama bagi
pasangan yang masih muda.

(2) Hubungan seksual sungguh-sungguh membuat seorang suami


merasa bahwa ia adalah seorang pria sejati. Seorang pria pada umumnya
memiliki ego yang lebih besar dari pada seorang wanita. Dorongan seks
yang besar dari seorang pria secara kompleks sangat berhubungan
dengan egonya. Seorang suami yang puas secara seksual adalah seorang
pria yang dengan cepat akan mengembangkan keyakinan diri dalam
bidang-bidang lain dari kehidupan. Bagi seorang pria ketidaksuksesannya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 128


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

dalam urusan hubungan seksual dengan istrinya dapat menandakan


kegagalannya dalam hidup.

(3) Hubungan seksual membuat seorang suami lebih mengasihi


istrinya. Karena seorang pria telah dikaruniai Allah suatu dorongan seks
yang kuat dan hati nurani, maka kemungkinan untuk menyalurkan
dorongan itu dengan cara yang memuaskan tanpa menimbulkan perasaan
bersalah di dalam hatinya membuat ia makin mencintai orang yang
memungkinkan hal tersebut. Tetapi hanya ada satu orang di dunia ini yang
dapat melakukannya, yaitu istrinya. Dorongan seks seorang pria hanya
bisa disalurkan melalui ejakulasi, yaitu pengeluaran atau penyemburan air
mani. Hal ini dapat dicapai dengan cara: hubungan seksual, masturbasi,
mimpi basah, dan homoseksualitas. Hubungan seks tentu saja merupakan
satu-satunya cara yang paling memuaskan. Dan hal ini hanya dapat
dilakukan dalam lembaga pernikahan. Karena persetubuhan melalui
homoseksual, prostitusi dan perzinahan akan menggangu hati nurani dan
bertentangan dengan firman Allah, maka satu-satunya cara yang tidak
menggangu hati nurani dan sesuai dengan firman Allah adalah hubungan
seksual seorang pria dengan istrinya.

(4) Hubungan seksual yang memuaskan akan mengurangi friksi di


dalam rumah tangga. Akibat lain dari adanya hubungan yang memuaskan
di antara pasangan suami istri adalah berkurangnya kejengkelan-
kejengkelan yang mungkin timbul di dalam rumah tangga. Seorang pria
yang puas secara seksual biasanya merasa senang, dan ini membawanya
lebih bahagia bersama istrinya. Bagi seorang pria, kerja keras yang harus
dilakukannya maupun tekanan-tekanan hidup yang dihadapinya tidak
menjadi soal apabila ia dan istrinya mewujudkan cinta mereka melalui
hubungan seksual yang seharusnya dan memuaskan

(5) Hubungan seksual memberikan pengalaman hidup yang paling


menyenangkan kepadanya. Luapan fisik dan emosional yang luar biasa
pada puncak dari hubungan seksual di dalam pernikahan bagi suami
merupakan pengalaman paling menyenangkan yang pernah dinikmatinya,
paling tidak secara berulang-ulang. Pada saat itu semua pikiran lain
terhapus dari benaknya. Semua kelenjar dan organ tubuhnya diliputi oleh
suatu kenikmatan yang tak ada bandingnya. Ia merasa seakan-akan
tekanan darah dan temperatur tubuhnya membumbung tinggi sehingga
hampir-hampir tidak dapat dikuasainya. Pada saat itu nafasnya menjadi
makin cepat dan ia mengerang dalam kenikmatan yang meluap-luap
sementara tekanan itu mencapai puncaknya ketika air maninya tersembur

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 129


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

ke dalam tubuh istri yang dikasihinya. Hal ini merupakan pengalaman yang
luar biasa menyenangkan bagi seorang pria.

2. Arti Hubungan Seksual Bagi Seorang Wanita

Perlu bagi seorang pria (suami) untuk mengetahui arti hubungan


seksual dari sudut pandang seorang wanita. Karena semakin baik
pengetahuan seorang suami tentang hl ini, semakin baik ia mengetahui
kebutuhan-kebutuhan istrinya, maka semakin mampu ia dan istrinya
menikmati suatu hubungan seksual bersama yang menyenangkan.

(1) Hubungan seksual membuatnya sungguh-sungguh merasa


bahwa ia adalah seorang wanita. Jika seorang wanita merasa bahwa ia
telah gagal di tempat tidur, akan sulit baginya untuk menerima dirinya
sebagai wanita yang utuh. Karena itu para suami bisa membantu istrinya
mendapatkan citra diri ini dengan melakukan hubungan seksual yang
memuaskan dengan istrinya, karena hal itu akan menjadikan istrinya
merasa sebagai seorang wanita yang utuh.

(2) Hubungan seksual memberi kepastian kepadanya bahwa


suaminya mengasihinya. Semua orang mempunyai kebutuhan dasar untuk
dikasihi. Kebutuhan dikasihi ini lebih besar ada pada wanita dari pada pria.
Wanita memiliki kemampuan yang besar untuk mengasihi dan dikasihi.
Setidaknya ada lima macam kasih yang dibutuhkan oleh sorang wanita,
yaitu: cinta persahabatan, cinta yang penuh belas kasih, cinta romantis,
cinta yang penuh kasih mesra, dan cinta berahi. Jika kebutuhan-kebutuhan
cinta yang terdapat di dalam hati seorang wanita ini telah dipenuhi
sebagaimana mestinya, semuanya itu akan memberikan kepastian
kepadanya akan cinta suaminya. Dan hubungan seksual merupakan salah
satu cara di mana seorang istri mengetahui bahwa suaminya benar-benar
mengasihinya.

(3) Hubungan seksual memuaskan dorongan seksnya. Walaupun


seorang wanita tidak memiliki dorongan seks sekuat dan sekonsisten
dorongan seks seorang pria, namun ia juga tetap memiliki dorongan seks
dalam dirinya. Penelitian menunjukkan bahwa hampir setiap wanita
memiliki dorongn seks yang kuat tepat sebelum pada saat, atau setelah
mereka mengalami menstruasi (haid), dan tentu saja pada pertengahan
siklus bulanannya, yakni pada saat ia sangat subur. Selain itu, justru
kenikmatan seksual yang dirasakannya bertambah dari tahun ke tahun
seiring dengan pengalaman orgasme dan penghargaan yang didapatnya

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 130


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

dari suaminya. Karena seorang wanita mampu mengingat pengalaman-


pengalaman masa lalu yang indah dan menggairahkan dengan suaminya,
maka itu setiap pengalaman hubungan seksual yang menggetarkan hatinya
akan memperbesar dorongan seksnya. Sebaliknya jika pengalaman-
pengalaman tersebut tidak menyenangkan maka justru akan membuatnya
frustasi, menjadi frigid dan dapat mematikan gairah seksnya.

(4) Hubungan seksual membuat sistem syarafnya rileks. Wanita-


wanita yang frigid (kurang memiliki gairah seksual), biasanya adalah orang-
orang yang gelisah. Karena itu penting bagi seorang istri untuk belajar
memiliki sikap seksual yang sehat dan wajar dengan suaminya, hal ini akan
mengurangi kegelisahannya. Sebagaimana pada pria, sistem syaraf pada
wanita pada hakikatnya berkaitan dengan organ-organ reproduktifnya.
Karena itulah tidak dapat disangkal bahwa hubungan seksual di tempat
tidur tidak hanya menghasilkan keturunan (prokreasi) tetapi juga untuk
kenikmatan pribadi (rekreasi). Persetubuhan juga membantu suami istri
untuk bersikap saling setia terhadap komitmen pernikahan mereka. Dan
yang tidak kalah pentingnya, persetubuhan dapat menjadi semacam obat
penenang syaraf yang sangat dibutuhkan pasangan suami istri.

(5) Hubungan seksual merupakan pengalaman yang paling indah


yang dapat dialami oleh seorang wanita. Bila hubungan seksual dilakukan
sebagaimana mestinya dan sampai ia mencapai orgasme, percintaan
pernikahan merupakan suatu pengalaman yang paling menyenangkan bagi
seorang wanita. Sesungguhnya suatu pengalaman paling menyenangkan
bagi wanita adalah pangalaman ketika ia merasa dikasihi oleh suaminya
dan mencapai orgasme saat berhubungan seks dengan suaminya.

PENGALAMAN SEKS BERBEDA ANTARA PRIA DAN WANITA

Jonathan A. Trisna dalam buku Two Become One menjelaskan


adanya perbedaan yang besar antara pria dan wanita dalam hal respon
terhadap seks. Mengetahui hal ini mungkin akan sangat memberikan
manfaat bagi pasangan suami istri agar dapat saling mengerti satu sama
lainnya. Bagi seorang pria (suami), seks bersifat instan (seketika). Artinya,
seorang pria dapat dengan cepat menginginkan dan bergairah terhadap
seks, melakukan hubungan seksual, mencapai kepuasan dalam orgasme,
lalu kemudian mendengkur tertidur setelah puas. Bagi pria seks bersifat
instan karena ia dapat menikmati seks tanpa memerlukan persiapan
panjang. Karena itu seorang istri perlu mengetahui hal ini agar tidak terlalu
terheran-heran atau menganggap suaminya bersikap aneh. Jika tidak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 131


Seks Bagi Suami dan Istri Dalam Pernikahan

mengetahui hal ini, istri kemungkinan akan menuduh bahwa suaminya


egois, tidak punya perasaan, jika menginginkan seks langsung mesra, dan
jika sudah selesai melakukan hubungan seks langsung tertidur pulas. Pria
bahkan dapat melakukan hubungan seks dan menikmatinya tanpa banyak
persiapan dan perasaan tertentu. Tentu saja hal seperti itu terasa tidak
masuk akal bagi wanita (istri), sehingga akhirnya mengatakan, “laki-laki
memang tidak berperasaan”. Ini tidak akan terjadi jika mereka mengerti
hakikat pria, bahwa bagi seorang pria seks bersifat instan.

Berbeda dari pria, maka bagi wanita (istri), seks membutuhkan


waktu dan persiapan. Untuk sungguh-sungguh menikmati seks, maka
hubungan dengan suaminya harus sungguh-sungguh baik. Ia perlu merasa
suaminya benar-benar mengasihinya dan menginginkannya. Untuk
merasakan hubungan seksual yang berarti, harus ada persiapan yang
panjang, yaitu persiapan sehari. Sulit bagi seorang istri menikmati seks di
malam harinya jika pada pagi hari suaminya meninggalkannya di rumah
dengan pertengkaran yang belum diselesaikan, lalu setelah pulang
suaminya meminta hubungan seksual. Seks bagi seorang istri harus
dipersiapkan dengan jamahan, sentuhan, komunikasi yang baik, dengan
diperhatikan dan didengarkan. Suasana kasih perlu ada sepanjang hari
sebelum istri bisa menikmati seks pada malam harinya. Jika ia sedang
jengkel, marah, atau benci, merupakan hal yang sulit baginya untuk
menikmati hubungan seks, apalagi untuk mendapatkan orgasme atau
kenikmatannya. Karena itulah maka suami dan istri perlu belajar
memahami perbedaan-perbedaan ini agar saling melengkapi, saling
memberi satu sama lain, dan tidak egois dengan hanya memaksakan
keinginan sendiri.

Mengakhiri pasal ini saya mengutip Douglas Weiss, seorang


konselor profesional dan direktur eksekutif Heart to Heart Counseling
Centers di Colorado Springs dalam bukunya yang berjudul Intimacy: A 100
Day Guide to Lasting Relationships ia mengatakan, “Keintiman seksual
bisa menjadi hubungan paling agung yang bisa dialami oleh manusia di
bumi. Kesenangan dan penjelajahan masing-masing merupakan kehendak
dan rancangan Allah. Pernahkah anda memikirkan ribuan perubahan yang
terjadi dalam tubuh anda selama aktivitas seksual? Organ-organ anda
meregang, mengalirkan perubahan, saraf-saraf bergairah, dan mengalami
kenikmatan yang nyaris pada tingkat yang dasyat. Allah merancang semua
itu. Dia merancang tubuh kita supaya kita bisa merasakan kenikmatan
tertinggi dalam pernikahan. Ini adalah gagasanNya, dan secara pribadi
saya pikir itu adalah salah satu hal yang lebih baik dari milikNya”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 132


Memelihara Rumah Tangga (1)

Pasal 14.
MEMELIHARA
RUMAH TANGGA (1) 1

“Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan barangsiapa


mendobrak tembok akan dipagut ular” (Pengkhotbah 10:8)

“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal
budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan
temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran”
(Amsal 24:30-32).

K ata “memelihara” berarti “merawat, mengurus, menjaga, dan


mengusahakan”. Sedangkan “rumah tangga” berarti “tempat tinggal, urusan
rumah, kehidupan di rumah, dan keluarga”. Jadi yang dimaksud rumah
tangga adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan rumah
atau kehidupan di rumah dalam suatu keluarga. Dengan demikian yang
dimaksud dengan memelihara rumah tangga adalah “segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas merawat, menjaga dan mengurus urusan
rumah atau kehidupan di rumah dalam suatu keluarga.

MAKNA PENGKHOTBAH 10:8 DAN AMSAL 24:30-32

Makna Pengkhotbah 10:8 di atas memberitahu kita pentingnya


hikmat. Orang-orang bodoh akan melakukan tindakan-tindakan yang dapat
merugikan diri sendiri, seperti yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan
“barangsiapa menggali lubang akan jatuh ke dalam lubangnya” dan
“barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular”. Sebaliknya, orang
yang bijaksana terpelihara dari kerugian karena mereka mengetahui apa
yang dapat terjadi dan dengan hati-hari menjauhi perangkap yang ada.
Orang yang berhikmat selalu mempertimbangkan segala sesuatunya,
termasuk risiko dan kesulitan sebelum melakukan sesuatu! Demikian juga
kita dapat belajar dari hikmat Salomo dalam Amsal 24:30-32 di atas yang
dituangkan dalam bentuk perumpamaan di bidang hortikultura. Di sini

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 12 April 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 133


Memelihara Rumah Tangga (1)

Salomo menjelaskan keadaan ladang dan kebun anggur yang seluruhnya


tertutup oleh rumput liar dan pagar sekelilingnya telah rubuh. Apa yang
menyebabkan hal demikian terjadi pada ladang dan kebun anggur itu?
Jawabannya tentulah karena ladang dan kebun itu sudah tidak dirawat,
dipelihara dan diurus secara rutin. Dalam konteks ayat ini merupakan
akibat yang dihubungkan dengan sifat seorang pemalas dan tidak berakal
budi (Bandingkan Amsal 24:30,33-34).

Kisah tentang ladang dan kebun anggur yang tidak diterawat dalam
Amsal 24:30,33-34 di atas, bagi Salomo tidak berakhir begitu saja. Kita
menemukan bagaimana perspektif Salomo ketika melihat ladang dan
kebun anggur itu, Ia mengatakan, “Aku memandangnya, aku
memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran” (Amsal
24:32). Sebagaimana Salomo dapat menarik suatu pelajaran hanya
dengan melihat dan memperhatikan keadaan ladang dan kebun anggur
yang tidak terawat itu, demikian juga kita dapat mengambil hikmat dari
pelajaran tersebut khususnya yang dihubungkan dengan memelihara
rumah tangga.

Hukum Termodinamika II mengatakan “walau ada cukup energi


dalam alam raya yang tetap konstan, namun jumlah yang diperoleh untuk
melakukan pekerjaan yang bermanfaat selalu berkurang (dan etropi,
ukuran jumlah energi yang diperoleh makin bertambah). Semuanya lalu
bergerak ke arah yang kurang teratur atau kekacauan yang bertambah”.
Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum
Termodinamika II bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat
merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga
yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah
bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga
yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar,
sebagaiamana contoh kebun dan ladang dalam Amsal 24:30-32 di atas.

Demikian juga dengan hidup rumah tangga apabila tidak dipelihara


akan rusak, walaupun pada mulanya serasi bila tidak dibina keindahannya
akan merosot dengan sendirinya. Karena itu, dalam menjalani hidup
berumah tangga, suami dan istri dituntut untuk menjadi orang yang
bijaksana, berhikmat dan rajin dalam memelihara, merawat dan mengurus
rumah tangganya agar tetap bahagia. Selanjutnya, Salomo dalam Amsal
14:1 mengatakan, “Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi
yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri”. Istri yang cakap
adalah wanita yang cakap memelihara rumah tangganya. Tentu saja ini

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 134


Memelihara Rumah Tangga (1)

bukan hanya menjadi tanggung jawab sang istri. Sang suami pun harus ikut
memikul tanggung jawab yang sama. Bersama-sama mereka harus
memelihara rumah tangganya dalam pertolongan, anugerah dan kasih
Tuhan.

Kembali ke kisah ladang dan kebun anggur di atas. Sebaliknya, agar


ladang dan kebun anggur (atau kebun apa saja) menjadi ladang dan kebun
yang baik maka ada beberapa hal yang perlu di perhatikan antara lain:
(1) Tanahnya harus dibersihkan dan digarap; (2) Harus ditanami dengan
bibit yang baik, bahkan yang terbaik; (3) Diberi air (pengairan) yang cukup
dan diberi pupuk; (4) Sekelilingnya diberi pagar agar tidak diganggu hewan
ternak atau binatang liar dari luar; (5) Harus secara rutin diawasi dan
dirawat untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik, cukup air dan
pupuk, serta membuang rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar
tanaman. Demikian juga dengan rumah tangga. Karena itu, untuk
memelihara rumah tangga agar berhasil dan berbahagia maka ada hal-hal
yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan. Keberhasilan dan kebahagiaan
itu tidak terjadi secara otomatis, melainkan harus diupayakan oleh suami
dan istri, serta seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga.

Di sini ada beberapa hal utama yang harus diketahui dan


dilaksanakan oleh suami dan istri, serta anggota keluarga lainnya dalam
rangka memelihara rumah tangga agar berhasil dan berbahagia, yaitu:
(1) Mentaati prinsip-prinsip firman Tuhan sebagai dasar dan pedoman bagi
pernikahan dan kehidupan rumah tangga yang sehat dan kokoh;
(2) Menerapkan otoritas dan hirarki yang sesuai dengan kehendak Tuhan
dalam rumah tangga; (3) memahami kebutuhan utama suami dan istri
dalam rumah tangga untuk memenuhinya; (4) Memahami relasi dalam
rumah tangga dan menjalankan tanggung jawab dalam relasi tersebut;
(5) Menumbuhkan dan mengembangkan cinta dan komitmen dalam
pernikahan dan rumah tangga; (6) Saran-saran alkitabiah dan praktis
dalam memelihara pernikahan dan rumah tangga.

FIRMAN TUHAN: DASAR RUMAH TANGGA KRISTEN YANG SEHAT


DAN KOKOH

Sebuah keluarga Kristen terbentuk dan dimulai ketika seorang pria


dan seorang wanita mengambil keputusan untuk hidup bersama dalam
pernikahan. Ikatan hidup bersama ini harus mempunyai dasar yang kuat.
Dasar pernikahan Kristen yang kuat adalah firman Tuhan (Matius 7:27).
Pernikahan yang didasari firman Tuhan digambarkan seperti membangun

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 135


Memelihara Rumah Tangga (1)

rumah yang kokoh di atas batu karang. Sedangkan bila tidak didasari
firman Tuhan digambar seperti membangun rumah di atas pasir yang
mudah roboh. Dengan dasar firman Tuhanlah, suami dan istri membentuk
keluarga (rumah tangga) melalui pernikahan. Jadi, Tuhan telah
memberikan firmanNya, yaitu Alkitab sebagai pedoman yang paling tepat
bagi pernikahan dan rumah tangga Kristen agar berhasil (berbahagia)
seperti yang Tuhan rencanakan.

Tuhan Yesus mengakui bahwa kita memerlukan makanan ketika Ia


mengatakan ”Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Namun ayat ini mengingatkan
bahwa manusia hidup tidak hanya dari makanan jasmani saja, melainkan
“epi panti rhêmati ekporeuomenô dia stomatos theou” yang diterjemahkan
“dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah”. Kata “firman” dalam
ayat ini berasal dari kata Yunani “rhêmati” yang lebih tepat diterjemahkan
dengan “perkataan”. Disini, kata “rhêmati” adalah bentuk datif (obyek tidak
langsung, tunggal dan netral) dari “rhêma” yang berarti “kata yang
diucapkan melalui mulut”, atau secara harafiah berarti “perkataan".

Karena kita mengakui Allah sebagai Pencipta kita, maka kita juga
harus mengakui bahwa Dia mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa
tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaanNya, karena Dialah Sang
Pencipta dan Tuhan. Karena Dia yang menciptakan kita maka kita yakin
bahwa Dia mengetahui keadaan kita sampai yang sekecil-sekecil
(Bandingkan Matius 10:29-30). Karena Dia mengetahui dengan tepat
kebutuhan kita, dan ketika Ia memberikan sebuah buku pedoman (petujuk
manual), yaitu Alkitab bagi kita, maka kita dapat percaya kepada apa yang
dikatakan Alkitab kepada kita. Sebagai contoh: Apabila kita membeli
sebuah mobil, kita akan menerima sebuah buku petunjuk manual yang
diterbitkan oleh pabrik yang membuat mobil tersebut. Kita dapat yakin
sepenuh bahwa petunjuk-petunjuk yang tertulis dalam buku itu adalah
tepat. Misalnya, jika buku itu mengharuskan pemakaian bensin sebagai
bahan bakar mobil, maka kita tidak dapat bertindak sekehendak hati kita
dengan mengisi solar sebagai penggantinya. Jika kita memaksa mengisi
bahan bakar solar maka cepat atau lambat mobil akan mogok atau
mengalami masalah. Demikian juga dengan kita, Allah yang menciptakan
kita telah memberikan firmanNya bagi kita, jika kita mengabaikan petunjuk-
petunjuk dalam firmanNya, maka cepat atau lambat hidup kita akan
mengalami masalah bahkan “kematian”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 136


Memelihara Rumah Tangga (1)

Selanjutnya Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa “Langit dan bumi


akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Matius 24:35).
Dengan demikian Tuhan Yesus hendak menyatakan kekekalan dari firman
Tuhan. Walau langit dan bumi lenyap, namun firman Allah akan tetap
berlaku. Firman Allah berlaku dari dulu, sekarang, dan yang akan datang.
(Bandingkan Mazmur 119:89). Jadi firman Allah bukan hanya menjadi
pedoman bagi rumah tangga kita tetapi juga untuk setiap aspek hidup kita
sehingga terpelihara seperti yang dikehendakiNya (Ibrani 1:1-3).

PENGATURAN OTORITAS DAN HIRARKI DALAM RUMAH TANGGA


KRISTEN

Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa untuk mewajibkan


kepatuhan. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak, kedaulatan dan
kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaan, karena Dialah sang
Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Allah juga berdaulat menetapkan
semua otoritas yang ada, baik orang tua, pemerintah, atasan dalam
bekerja, dan pemimpin rohani. Alkitab menyatakan “Hanya Engkau adalah
TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan
segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan
laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada
semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu”
(Nehemia 9:6; Bandingkan Kejadian 1).

Naman, kecenderungan banyak orang adalah independen, tidak


mau bergantung dan bertanggung jawab kepada siapa pun. Dengan
demikian, merasa bebas berbuat sekehendaknya sendiri, tanpa
pengayoman dan pengawasan. Inilah awal dari kekacauan dan bencana!
Mengapa? Karena Alkitab menyatakan bahwa Allah menetapkan
seseorang atau beberapa orang di atas kita untuk kebaikan kita. Mereka
seperti payung yang melindungi kita. Payung-payung tersebut adalah
otoritas yang telah ditetapkan Allah dalam kehidupan kita. Apapun warna
payung itu, berapa pun besar payung itu, bahkan seandainya payung itu
berlubang, hendaknya kita jangan keluar dari payung itu. Payung otoritas
itu bisa merupakan bentuk hubungan vertikal antara suami dan istri (Efesus
5:22-23), orangtua dan anak (Efesus 6:1-3), pemerintah dan masyarakat
(Roma 13:1-5), atasan dan bawahan dalam lingkungan tempat bekerja
(Efesus 6:5-8), para pemimpin rohani dan jemaat (Ibrani 13:7,17). Ayat-
ayat yang disebutkan di atas merupakan dasar bagi pemberlakuan otoritas
dan hirarki dalam berbagai bentuk relasi, termasuk dalam rumah tangga.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 137


Memelihara Rumah Tangga (1)

1. Otoritas dan hirarki dalam rumah tangga. Sebelum menikah,


seorang pria dan seorang wanita berada di bawah otoritas orangtua atau
walinya. Setelah upacara pernikahan, seorang pria sebagai suami
diperintahkan untuk memiliki otoritas yang lain atas seorang wanita, yaitu
istrinya sendiri. Rasul Paulus mengingatkan, “Tetapi aku mau, supaya
kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus,
kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah” (1
Korintus 11:3). Jadi Allah telah menetapkan suatu hirarki dalam lembaga
pernikahan Kristen, pertama-tama suami harus tunduk kepada Kristus
karena kepala dari pria adalah Kristus. Kemudian, sebagaimana suami
tunduk kepada Kristus demikian juga hendaknya istri tunduk kepada
suaminya, dan mengizinkan suami bertanggung jawab bagi dirinya. Inilah
prinsip otoritas dan hirarki yang benar menurut firman Tuhan bagi
pernikahan dan rumah tangga Kristen, secara berturut-turut sebagai
berikut: Kepala dari Kristus ialah Allah, kepala dari laki-laki ialah Kristus,
kepala dari istri ialah suami, kepala dari anak-anak adalah ayah dan ibu
(orangtua).

Namun, karena kekerasan hati manusia, dan dalam budaya


masyarakat tertentu prinsip otoritas dan hirarki dalam keluarga (rumah
tangga) ini telah diabaikan, diselewengkan dan diputarbalikkan. Sebagai
contoh berikut ini beberapa bentuk hirarki yang salah dalam keluarga, yaitu:
(1) Menempatkan otoritas istri di atas suami dan anak-anak dalam hirarki
keluarga; (2) Menempatkan otoritas anak di atas suami atau istri dalam
hirarki keluarga; (3) Menempatkan otoritas orang tua di atas suami atau istri
dalam hirarki keluarga; (4) Menempatkan otoritas pendeta di atas suami
atau istri dalam hirarki keluarga; (5) Menempatkan suami, istri atau anak di
atas Kristus dalam hirarki keluarga. Kelima contoh hirarki di atas salah dan
bertentangan dengan yang diajarkan Alkitab. Pengabaian, penyelewengan,
dan pemutarbalikkan terhadap otoritas dan hirarki yang sesuai dengan
firman Tuhan merupakan penyebab utama dari banyaknya kekacauan
dalam pernikahan dan rumah tangga Kristen.

2. Sikap orang Kristen terhadap otoritas. Ada dua sikap orang


Kristen, terhadap otoritas. (1) Secara positif, sikap orang Kristen terhadap
otoritas adalah tunduk dan taat. Sikap ini kita sebut sebagai respon yang
benar terhadap otoritas. Tunduk artinya menerima dan menghormati
otoritas yang di atas kita. Taat artinya melakukan perintah selama otoritas
di atas kita tersebut tidak membawa kita berbuat dosa, sesuai aturan
kebenaran dan sesuai dengan firman Tuhan. (2) Secara negatif, sikap yang
harus dihindari orang Kristen terhadap otoritas adalah penyalahgunaan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 138


Memelihara Rumah Tangga (1)

otoritas dan melawan otoritas. Sikap ini kita sebut sebagai reaksi yang
salah terhadap otoritas. Penyalahgunaan otoritas terjadi saat seseorang
menggunakan kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan yang salah;
atau saat ia bertindak sewenang-wenang terhadap yang seharusnya
dipimpin dan diayomi. Sedangkan melawan otoritas dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu: egoisme dan pemberontakan. Egoisme adalah sikap
mementingkan diri sendiri, sulit diatur dan tidak mengikuti aturan, lebih
mengutamakan perasaan dan keinginan sendiri; Sedangkan
pemberontakan yaitu sikap konfrotasi terhadap otoritas yang disebabkan
berbagai hal seperti kekecewaan dan atau ketidakpuasan terhadap
otoritas, sehingga menghasilkan gosip, penghakiman dan konflik yang tak
terselesaikan.

Pemberontakan terhadap otoritas merupakan penyebab terjadinya


kekacauan! Sebagai contoh, seorang istri yang tidak mau tunduk pada
otoritas suaminya atau seorang suami yang tidak mau tunduk pada otoritas
Kristus telah menjadi penyebab utama kekacauan dalam rumah tangga.
Rasul Paulus mengingatkan, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui
hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari
perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah” (1 Korintus
11:3). Jadi, pertama-tama suami harus tunduk kepada Kristus karena
kepala dari pria adalah Kristus. Kemudian, sebagaimana suami tunduk
kepada Kristus demikian juga hendaknya istri tunduk kepada suaminya,
dan mengizinkan suami bertanggung jawab bagi dirinya. Tetapi, perkataan
“istri tunduk pada suami” bukan berarti suami boleh sewenang-wenang
dan berbuat sembarangan terhadap istrinya melainkan di sini keistimewaan
yang diberikan Tuhan, yaitu kedudukannya sebagai kepala.

3. Sikap yang perlu dikembangkan sehubungan dengan


otoritas. Pada umumnya, semakin dekat kita dengan seseorang, semakin
banyak hal yang dapat kita pelajari dari mereka. Namun, kedekatan
hubungan itu juga membuat kita mengetahui kelemahan mereka. Akhirnya,
muncul kekecewaan jika kita hanya melihat kelemahan tersebut.
Sebaliknya, justru dengan mengetahui kelemahan mereka tersebut, ini
merupakan proses yang baik sehingga hubungan yang kita jalin menjadi
lebih realistis. Hal yang sama juga dapat terjadi dalam hubungan orangtua
dengan anak, pemimpin rohani dengan jemaat, atasan dengan bawahan,
dan lainnya. Karena itu, berdasarkan penjelasan di atas, ada dua sikap
yang perlu kita kembangkan yaitu: (1) Tetaplah berada dalam payung
otoritas, artinya jangan memberontak terhadap otoritas apalagi keluar dari
otoritas. (2) Bila ada kesalahan atau kelemahan otoritas tetaplah menjadi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 139


Memelihara Rumah Tangga (1)

orang-orang yang bertanggung jawab, memelihara integritas diri, dan


tunduk pada otoritas. Bila perlu ada koreksi maka sebaiknya disampaikan
dengan sikap hormat dan tunduk. Tunduk pada otoritas bukan berarti kita
harus menaati hal yang salah. Kita perlu menaati hal yang benar, tetapi
menolak perintah yang salah yang bertentangan dengan aturan, kebenaran
dan firman Tuhan.

MEMAHAMI DAN MEMENUHI KEBUTUHAN UTAMA SUAMI DAN ISTRI

Ada yang berpikir bahwa kebutuhan utama seorang istri adalah


harta, sementara kebutuhan utama seorang suami adalah seks. Tidak
dapat disangkal bahwa baik suami dan istri, keduanya memerlukan harta
dan seks, sebagaimana orang lainnya juga memerlukannya. Namun kedua
hal tersebut bukanlah yang utama yang dibutuhkan suami dan istri agar
pernikahan mereka berhasil (berbahagia). Realitanya menunjukkan ada
banyak orang yang kaya dan harta melimpah namun tidak berbahagia,
sebaliknya ada orang yang hanya berkecukupan namun bisa berbahagia.
Demikian juga ada orang-orang yang tidak menikah namun bisa
berbahagia, seperti rasul Paulus. Walaupun seks diciptakan oleh Allah
untuk relasi, prokreasi dan rekreasi, namun seks bukanlah segalanya.
Kristus mengatakan, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang
lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian
oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena
kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga” (Matius 19:11). Karena
itu, harta dan seks bukanlah jaminan bagi kebahagiaan suatu rumah
tangga.

Jika demikian halnya, apakah yang menjadi kebutuhan utama suami


dan istri yang harus terpenuhi? Rasul Paulus dalam Efesus 5:22-25
menjelaskan bentuk relasi suami dan istri, “Hai isteri, tunduklah kepada
suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama
seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah istrimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-
Nya baginya”. Pertanyaan pentingnya adalah mengapa Paulus memberi
perintah “istri tunduk kepada suami” dan “suami mengasihi Istri?” Bahkan
perintah ini diulangi lagi dalam Kolose 3:18-19, “Hai istri-istri, tunduklah
kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-
suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 140


Memelihara Rumah Tangga (1)

Harus dimengerti, seorang suami yang dihormati oleh istrinya akan


merasa hidupnya lebih berarti. Sebaliknya, jika suami kurang dihormati
oleh istrinya, maka ia merasa hidup kurang berarti. Tetapi, perintah rasul
Paulus bahwa “istri tunduk pada suami” bukan berarti seorang suami boleh
bertindak sewenang-wenang dan berbuat sembarangan terhadap istrinya
melainkan di sini keistimewaan yang diberikan Tuhan, yaitu kedudukannya
sebagai kepala. Kata Yunani untuk “kepala” adalah “kephale” yang berarti
“memerintah” dan “otoritas” yang bermakna “tanggung jawab”. Tunduk
pada suami adalah pengaturan yang ditetapkan Tuhan agar istri dapat
memberi rasa hormat pada suaminya. Sikap tunduk dan hormat inilah yang
dibutuhkan suami dari istrinya (Efesus 5:33).

Sebaliknya, perlu juga dimengerti, bahwa istri lebih mementingkan


cinta kasih, itu sebabnya diperintahkan agar “suami mengasihi istri”. Cinta
adalah segala-galanya bagi istri, melebihi apapun; tetapi bukan berarti ia
tidak memerlukan hormat atau penghargaan. Seorang wanita merasa
dihargai, apabila suaminya mencintainya. Dapat dikatakan bahwa cinta
nampaknya merupakan seluruh hidup dari istri, tetapi hanya sebagian dari
hidup pria. Ini bukan berarti pria tidak memerlukan cinta, atau bukan
berarti cinta seorang pria (suami) boleh dibagi kepada beberapa orang,
tetapi justru seutuhnya dari yang sebagian ini hanya diberikan kepada
istrinya.

Jadi kita melihat, bahwa yang paling dibutuhkan pria adalah


dihormati, sedang bagi wanita yang dibutuhkan adalah diperhatikan dan
disayangi. Dan kebutuhan ini bisa di dapat dari pasangan masing-masing.
Sebab itu suami dan istri masing-masing bisa mengoreksi diri. Istri perlu
bertanya “apakah aku telah menghormati suamiku dalam segala hal?” dan
suami perlu bertanya “apakah aku telah menyayangi istriku dengan
sepenuhnya? “ Ini adalah suatu pertanyaan yang besar bagi suami dan
istri, karena menurut rasul Paulus hal ini merupakan misteri yang besar!
Sesungguhnya pernikahan merupakan metafora dari hubungan Kristus dan
jemaatNya (Efesus 5:22).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 141


Memelihara Rumah Tangga (2)

Pasal 15.
MEMELIHARA
RUMAH TANGGA (2) 1

“Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan barangsiapa


mendobrak tembok akan dipagut ular” (Pengkhotbah 10:8)

“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal
budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan
temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran”
(Amsal 24:30-32).

Cinta dan komitmen merupakan hal yang penting dalam sebuah


rumah tangga (pernikahan) yang sehat. Saat ini, cinta dan komitmen
nampaknya telah diabaikan dalam banyak pernikahan, termasuk
pernikahan Kristen. Terlalu sering kehidupan pernikahan yang bermasalah
diakhiri dengan perceraian!

PENTINGNYA CINTA DAN KOMITMEN

Gery Rosberg, seorang konselor pernikahan dan keluarga dalam


bukunya Divorce-Proof Your Marriage yang terbit di tahun 2002 menuliskan
keprihatinannya tentang tingginya angka perceraian di Amerika. Dalam
buku tersebut Gery Rosberg mengungkapkan fakta bahwa saat ini di
Amerika Serikat : 43 % dari semua pernikahan pertama berakhir dengan
perceraian. Sekitar 60 % dari pernikahan kedua mengalami nasib yang
sama. Menurut penelitiannya, angka perceraian di Amerika mencapai dua
kali lipat angka perceraian di Perancis atau Jerman dan tiga kali lipat angka
perceraian di Jepang. Yang lebih memprihatinkan adalah kenyataan bahwa
negara-negera tersebut pada umumnya memiliki lebih sedikit orang Kristen
dibandingkan Amerika Serikat. Hanya Inggris yang mempunyai tingkat
perceraian sebanding dengan Amerika, namun keadaan di Inggris tersebut
baru muncul pada tahun 1996.

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 12 April 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 142


Memelihara Rumah Tangga (2)

Cinta dan komiten harus berjalan bersama-sama dalam pernikahan


yang sehat. Seperti kata pepatah, sama seperti kuda dan keretanya, tanpa
cinta, komitmen dalam sebuah pernikahan hanya akan berjalan di tempat.
Cinta dan komitmen dalam pernikahan dapat diibaratkan seperti satu mata
uang dengan dua sisi. Kehilangan salah satu sisi dapat menyebabkan
ketidak-utuhan dalam rumah tangga. Komitmen merupakan pagar
(pelindung) bagi pernikahan. Cinta tanpa komitmen dalam sebuah
pernikahan akan menyebabkan ketidakpastian dan memberi peluang bagi
ketidaksetiaan (perselingkuhan) yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
perceraian. Menurut catatan koes Irianto “50 % dari seluruh pernikahan di
Amerika Serikat menghasilkan perceraian dalam dua tahun pertama,
dengan alasan perselingkuhan oleh salah satu pasangannya”. Sementara
itu, H. Dale Burke telah mencatat bahwa 40 % pernikahan Kristen di
Amerika terjamah oleh pengkhianatan dengan berbagai cara, saat suami
istri mencapai usia 40 tahun. Sebaliknya, cinta adalah jantung (kehidupan)
dari pernikahan. Komitmen tanpa cinta dalam sebuah pernikahan akan
menjadikan sebuah pernikahan kaku, tanpa rasa, dan dijalani dengan
terpaksa, yang akhirnya mengakibatkan “matinya” pernikahan. Karena itu
mengabaikan satu dari kedua hal tersebut bisa berbahaya bagi pernikahan
yang sehat, apalagi jika mengabaikan keduanya, akan menjadi sangat
berbahaya!

MEMAHAMI MAKNA CINTA DAN PENERAPANNYA

Cinta dalam banyak budaya masyarakat kita saat ini telah dianggap
sebagai sesuatu yang pasif dan hanya dihubungkan dengan perasaan
(emosi) saja. Misalnya, seorang pria jatuh cinta dengan seorang wanita
dianggap sebagai perasaan alamiah dan datang dengan sendirinya tanpa
perlu diupayakan. Dengan kata lain, kita tidak perlu memutuskan untuk
jatuh cinta, perasaan itu akan datang dengan sendirinya. Perasaan cinta ini
mendorong pria itu untuk memiliki si wanita, karena ia berpikir telah
menemukan “cinta sejatinya”. Ternyata, 6 bulan setelah menikah mereka
bercerai. Berbeda dengan konsep masyarakat saat ini yang mengajarkan
kasih sebagai sesuatu yang pasif dan alamiah, Kitab Suci kita justru
mengajarkan kasih dengan istilah yang lebih aktif. Konsep kasih lebih
berfungsi sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Kasih merupakan
suatu tugas, yaitu suatu tindakan yang harus dinyatakan. Allah
memerintahkan kita untuk mengasihi, di satu sisi kita menyatakan
perasaan (afeksi) kasih, di lain sisi kita harus bertindak dalam kasih.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 143


Memelihara Rumah Tangga (2)

Perjanjian Baru kebanyakan menggunakan dua kata Yunani untuk


cinta yaitu: kata kerja “agapaô” dan kata benda “agape” untuk menyatakan
kasih Allah, kasih sejati, tidak mementingkan diri, dan kasih dari hati yang
peduli pada orang lain; dan (2) Kata kerja “phileô” yaitu kasih sayang
antara sahabat atau teman. Kata ini sering diasosiakan dengan kasih
persaudaraan. Sedangkan kata Yunani klasik “eros” dan “storge” tidak
digunakan dalam Alkitab. Kata kerja “eraô” atau kata benda “eran”
seringkali ditulis “eros”, menunjukkan cinta dengan daya tarik seksual atau
erotika. Kasih ini sering dihubungkan dengan romantistik; dan kata “stôrge”
berarti kasih alami dalam keluarga, seperti kasih seorang ibu dan anaknya
tidak digunakan di dalam Alkitab. Jadi, kasih dalam pengertian insani atau
pun ilahi merupakan bentuk ungkapan yang paling dalam dari kepribadian
sekaligus hubungan pribadi paling akrab dan paling dekat.

Rasul Yohanes mengatakan bahwa “Allah adalah kasih” atau “ho


theos agapê estin” (1 Yohanes 4:8). Ketika Yohanes berkata “Allah adalah
kasih”, kalimat yang digunakannya dalam bentuk artikel definite, artinya
tidak ada yang lain yang sama denganNya. Begitu besarnya kasih Allah itu,
sehingga tidak ada yang menyamainya. Kasih Allah itu bersifat pribadi,
kekal, sudah ada sebelum dunia dijadikan dan kasih itu begitu besarnya
(Yeremia 31:3; Yohanes 3:16; Efesus 1:4-5). Karena itu, kasih lainnya
(philia, eras dan storge) adalah alamiah bahkan manusia yang telah jatuh
dapat memilikinya, tetapi kasih agape seperti yang dimiliki Allah tidak
dimiliki manusia yang telah jatuh dalam dosa sampai anugerah Roh Kudus
dalam Kristus melahirbarukannya. Kasih Allah ini dicurahkan dalam hati
kita oleh Roh Kudus (Roma 5:5). Dengan demikian tidaklah mungkin bagi
manusia memiliki kasih sejati di luar relasinya dengan Tuhan. Hanya
dengan menerima kasih Tuhan dan anugerah Roh Kudus dalam Kristus
yang melahirbarukan, barulah kita dapat mengasihi dengan kasih sejati
(agape) itu. (Roma 5:5). Pertanyaannya, bagaimanakah menerapkan kasih
itu dalam sebuah rumah tangga (keluarga), khususnya rumah tangga
Kristen?

1. Penerapan kasih dalam relasi suami dan istri. Suami dan istri
dalam relasinya satu dengan yang lain harus memiliki kasih agape, eros
dan philio. Ketiga jenis kasih itu harus dibagikan oleh suami dan istri
kepada pasangannya masing-masing. Secara praktis ketiga jenis kasih itu
diterapkan demikian: (1) Dengan kasih agape, suami dan istri dapat
mengasihi dengan tulus, dari hati yang peduli satu sama lainnya, dan tidak
mementingkan diri sendiri (bandingkan 1 Korintus 13). (2) Dengan kasih
eros, suami dan istri dapat saling menunjukkan daya tarik seksual dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 144


Memelihara Rumah Tangga (2)

romantistik yang sangat perlu bagi kelanggengan suatu pernikahan


(Bandingkan 1 Korintus 7:3,4; Amsal 5:18-19; Kidung Agung 2:16).
(3) Dengan kasih philio, suami dan istri dapat mengembangkan hubungan
persahabatan satu sama lainnya (Bandingkan 1 Petrus 3:7).

2. Penerapan kasih dalam relasi orangtua dan anak-anak.


Orangtua dan anak dalam relasinya satu dengan yang lain harus memiliki
kasih agape, storge dan philio. Ketiga jenis kasih itu harus dibagikan oleh
oleh orangtua kepada anak-anak mereka, dan demikian juga sebaliknya
anak-anak kepada orangtuanya. Secara praktis ketiga jenis kasih itu
diterapkan demikian: (1) Dengan kasih agape, orangtua dan anak-anak
dapat mengasihi satu sama lain dengan tulus, dari hati yang peduli, dan
tidak mementingkan diri sendiri. (2) Dengan kasih storge, orangtua dan
anak-anak mengasihi dalam hubungan kasih alami dalam keluarga
(kekerabatan) karena faktor keturunanan (hubungan darah), seperti kasih
seorang ibu atau kasih seorang ayah pada anaknya. (3) Dengan kasih
Philio, orangtua dan anak-anak dapat mengembangkan hubungan
persahabatan atau pertemanan satu sama lainnya.

MEMAHAMI MAKNA KOMITMEN DAN PENERAPANNYA

Selain cinta, sisi penting yang membedakan pernikahan dan rumah


tangga yang berhasil (berbahagia) dari pernikahan yang gagal (tidak
bahagia) adalah soal komitmen. Adanya tingkat komitmen yang tinggi dari
semua anggota keluarga merupakan faktor penentu bagi rumah tangga
yang berhasil. Pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan komitmen?
W.J.S Poerwadarminta menyebutkan komitmen sebagai, “perjanjian untuk
melakukan sesuatu; atau kesanggupan”. Sementara itu, Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengartikan komitmen sebagai “kesepakatan atau
perikatan antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan sesuatu secara
bersama-sama”. Komitmen juga sinonim dengan perjanjian atau kontrak.
Jadi komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri dan orang lain, atau
suatu janji bersama antara dua orang atau lebih, yang tercermin dalam
kata-kata (lisan atau tertulis) dan tindakan (perbuatan). Dan, sekali janji
dibuat, maka harus ada upaya untuk melaksanakan dan mempertahankan
janji itu sampai akhir. Seiring bertambahnya usia pernikahan dalam suatu
rumah tangga, maka komitmen juga akan semakin berkembang, dan dalam
penerapannya komitmen harus tetap dijaga. Pertanyaan pentingnya adalah
bagaimanakah menerapkan komitmen dalam sebuah rumah tangga
(keluarga), khususnya rumah tangga Kristen?

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 145


Memelihara Rumah Tangga (2)

1. Penerapan komitmen bagi suami dan istri. Suami dan istri


dalam relasinya satu dengan yang lain harus memiliki komitmen yang tinggi
demi kebahagiaan pernikahan dan rumah tangga mereka. Sikap, tingkah
laku, perkataan, dan filosofi (pandangan) mereka tentang pernikahan akan
menunjukkan adanya komitmen yang tinggi terhadap keberhasilan
pernikahan dan rumah tangga mereka. Karena itu secara praktis komitmen
yang harus dipegang dan diterapkan suami dan istri bagi pernikahan dan
rumah tangga mereka antara lain: (1) Komitmen terhadap kebahagiaan,
yaitu komitmen untuk saling membahagiakan pasangan satu sama lainnya;
(2) Komitmen anti cerai, yaitu komitmen untuk tetap bersatu sampai
kematian yang memisahkan. (3) Komitmen anti selingkuh, yaitu komitmen
untuk memelihara kekudusan dan kesetiaan pernikahan. (4) Komitmen
untuk bersedia melakukan segalanya demi keberhasilan (kebahagiaan)
pernikahan. (5) Komitmen untuk tidak mengizinkan orang lain (termasuk
situasi dan materi) mengurangi kebahagiaan pernikahan.

2. Penerapan komitmen bagi orangtua dan anak-anak. Secara


praktis komitmen yang harus dipegang dan diterapkan oleh orangtua dan
anak-anak (bahkan seluruh anggota keluarga) bagi keberhasilan dan
kebahagian rumah tangga mereka antara lain: (1) Komitmen menjaga
nama baik keluarga. Tidak ada yang senang apabila nama baik
keluarganya tercemar. Menjaga nama baik keluarga itu penting, karena
sekali nama baik tercoreng, seumur hidup tidak bisa hilang. (2) Komitmen
menjaga keutuhan rumah tangga. Semua anggota keluarga pasti ingin agar
keluarganya senantiasa rukun selalu. Namun, yang namanya problem
rumah tangga pastilah ada. Karena itu setiap anggota keluarga perlu
berpikir dan bersikap dewasa dalam menghadapi suatu masalah. Jangan
sampai masalah kecil (sepele) menjadi keributan besar dan keretakan
rumah tangga. (3) Komitmen untuk menyelesaikan persoalan berdasarkan
kebenaran firman Tuhan. Keluarga bahagia bukan keluarga yang tanpa
masalah tetapi keluarga yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan
prinsip firman Tuhan. Karena itu, suami dan istri serta seluruh anggota
keluarga harus berpusat pada Allah (theocentric family) dan menjadikan
firman Tuhan (Alkitab) sebagai prinsip utama dalam mengatur dan
menjalankan rumah tangga (bible oriented family). Jika suami dan istri,
serta semua anggota keluarga taat kepada Kristus dan menjalankan prinsip
firman Tuhan, maka hasilnya Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan
sejati (Bandingkan 2 Timotius 3:14-17).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 146


Memelihara Rumah Tangga (2)

SARAN-SARAN MEMELIHARA KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA

Sebuah kebahagiaan pernikahan (rumah tangga) adalah merupakan


suatu usaha dan kerjasama antara suami dan istri, serta seluruh anggota
keluarga. Bukan untuk bersaing menunjukkan mana yang lebih hebat,
mampu, dan unggul, melainkan untuk keberhasilan dan kebahagiaan
bersama. Perlu dipahami bahwa pribadi dan karakter pasangan tidak bisa
diubah sesuai kemauan dan keinginan kita. Dalam kenyataannya, masing-
masing tetap merupakan individu yang unik, yang memiliki pikiran dan
kehendak bebas, serta dalam pengertian tertentu mempunyai hak atas
dirinya sendiri. Karena itu, berikut ini beberapa saran praktis dalam
membina keluarga bahagia.

1. Searah setujuan. Keluarga adalah suatu lembaga atau unit


yang paling kecil dalam masyarakat. Sebuah keluarga adalah suatu tim
dalam persekutuan hidup bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak.
Sebagai sebuah tim, maka hanya ada satu “kapten” dalam keluarga yaitu
kepala keluarga, dan hanya ada satu tujuannya yaitu kebahagiaan
bersama. Semua anggota keluarga harus bergerak dan memainkan
perannya dan bersatu ke arah tujuan di bawah pimpinan kepala
keluarganya. Kunci keberhasilan sebuah tim adalah kebersamaan. Jadi
pernikahan adalah kesempatan yang diberikan Allah kepada suami dan
istri, serta anak-anak yang dianugerahkan Tuhan untuk hidup dan
mencapai kebahagiaan bersama.

2. Keluar dari imajinasi dan hidup dalam realita. Seorang pria


dan wanita yang memutuskan untuk menikah akan mengalami perubahan
besar yang terjadi khususnya dalam lingkungan dan jadwal. Mereka harus
membiasakan diri untuk hidup bersama. Ini berarti baik suami maupun istri,
mereka harus memangkas dari jadwal mereka hal-hal yang kurang
bermanfaat yang dapat menghilangkan kebersamaan mereka. Ini berarti
suami dan istri perlu memberi batasan terhadap pergaulan, hobi, dan
kesenangannya sendiri. Mereka harus meluangkan waktu lebih banyak
untuk saling memahami, memberi dan memerima satu dengan yang lain.
Hal ini perlu mengingat, pernikahan menyatukan dua pribadi yang berbeda.
Pria dan wanita memiliki kodrat yang tidak sama baik secara fisik,
perasaan, maupun perilaku. Ditambah lagi perbedaan dalam kebiasaan,
adat istiadat, budaya, pendidikan, sikap dan pembawaan. Inilah realita
yang harus diterima dan dijalani dalam rumah tangga.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 147


Memelihara Rumah Tangga (2)

3. Menjalin komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat


penting dalam hubungan rumah tangga, terutama bagi pasangan suami
dan istri. Komunikasi juga merupakan salah satu cara untuk memelihara
langgengnya hubungan suami istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang
pula salah satu pilar rumah tanga, yaitu persahabatan. Apa yang ada
dalam pikiran dan perasaan sebaiknya diungkapkan dan dibicarakan
melalui jalinan komunikasi antara suami dan istri. Masalah dan persoalan
harus disampaikan dan dibicarakan dengan sebaik-baiknya. Jika ada
masalah sebaiknya jangan dipendam, tetapi segera dikomunikasikan untuk
diselesaikan bersama. Semua beban disimpan dalam hati akan
“mengganggu” jalannya komunikasi. Karena itu manfaatkanlah moment
komunikasi sebaik mungkin dalam rumah tangga. Terutama kaum lelaki,
agak lemah dalam membaca pikiran pasangan, karena itu sebaiknya para
istri jangan mengharapkan agar suami mengerti apa yang ia mau jika tidak
disampaikan atau dibicarakan. Karena itu sebaiknya, ungkapkan saja apa
yang diinginkan.

4. Berusaha untuk saling mengerti dan memahami pasangan.


Ada beberapa sifat tertentu dari pria ataupun wanita yang dapat ditangani
sejak awal. Bahkan ada beberapa sifat aneh pria di mata wanita. Misal, pria
umumnya suka merasa jika dirinya penting dan memegang kendali serta
keputusan. Suka dipuji dan diberi semangat. Meski kebanyakan wanita
tidak ingin mendominasi pria dan menjadikannya sebagai
pelindung. Namun banyak juga wanita yang melakukan kesalahan dengan
menyepelekan suami. Bukannya membiarkan suami mereka merasa paling
penting dalam keluarga, justru mengabaikannya. Sebaliknya, suami harus
mengerti, bahwa kebanyakan wanita umumnya ingin diperlakukan sebagai
kekasih dan sekali waktu ingin dipuji dan dimanja. Memberi “perlindungan”
tidak hanya cukup dari segi materi saja. Para pria terkadang sulit
mengerti apa sebenarnya yang diinginkan wanita. Istri juga ingin dihargai,
dicintai dan dianggap ikut andil dalam kesuksesan suami.

5. Memenuhi kebutuhan seksual. Prinsip hubungan seks yang


baik adalah keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan
masing-masing. Intinya, kegiatan seks bertujuan untuk dinikmati dan saling
memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi
pasangan. Karena itu frekuensi, posisi dan teknik hubungan seks suami
dan istri sebaiknya tidak boleh dipaksakan melainkan dengan cara yang
sehat, sesuai dengan kehendak bersama dan yang bermanfaat bagi kedua
pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak
positif bagi suami dan istri. Disinyalir, pasangan suami istri yang melakukan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 148


Memelihara Rumah Tangga (2)

hubungan seks dengan rutin dan dan menikmati hubungan seks tersebut
akan lebih sehat secara fisik dan psikologis, dan ini akhirnya membawa
rumah tangga mereka menuju kebahagiaan.

6. Memelihara keromatisan. Terkadang pasangan suami istri


yang sudah lama berumah tangga kurang, bahkan tidak lagi memelihara
keromatisan dengan pasangannya. Padahal memperhatikan dan
menghargai pasangan merupakan hal yang sangat perlu bagi
kelanggengan rumah tangga. Cinta dan kasih sayang dapat diekspresikan
pada pasangannya dengan tindakan. Karena itu jangan pernah malu atau
merasa terlalu tua untuk saling berpegangan tangan dengan mesra,
berpelukan, mencium kening dan melakukan ekspresi kasih sayang
lainnya. Memelihara keharmonisan juga bisa dilakukan dengan memberi
pujian yang tulus kepada pasangan. Bisa juga dengan makan malam
bersama di luar rumah, rekreasi bersama, atau merayakan ulang tahun
pernikahan.

7. Hindari pihak ketiga. Kehidupan perkawinan merupakan otonomi


tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak
ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau
mempengaruhi dan masuk ke wilayah otoritas keluarga bisa menciptakan
bencana bagi rumah tangga tersebut. Karena itu jangan izinkan adanya
wanita idaman lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL) masuk dalam rumah
tangga. Lemparkan jauh atau buang ke tong sampah segala bentuk
ketidaksetiaan, perselingkuhan, dan pengkhianatan terhadap pasangan.
Bahkan memikirkan hal itupun sebaiknya jangan. Jadilah suami dan istri
yang setia seumur hidup hanya dengan pasangannya sendiri. Jika suami
atau istri menginginkan hidup bersama sampai usia tua maka bertekad
untuk setia sejak awal pernikahan.

8. Saling percaya, jujur dan terbuka. Tanpa rasa saling percaya


antara pasangan suami istri, perkawinan tentu tak akan berjalan mulus.
Membangun rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang
dewasa. Serasikan perkataan dengan sikap yang menunjukkan bahwa kita
tetap setia kepada cinta pasangan kita. Semua itu membuktikan bahwa
dalam hubungan terdapat kejujuran dan kepercayaan satu sama lain, dan
dengan demikian kita akan sama-sama menikmati buah kesetiaan tanpa
perlu khawatir dengan adanya kebohongan. Tidak perlu bagi suami dan
istri merahasiakan sesuatu hal kepada pasangannya. Tidak ada orang
yang perlu dirahasiakan dari suami dan istri yang paling kita sayangi.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 149


Memelihara Rumah Tangga (2)

Pasangan bahagia adalah pasangan yang sangat mengerti bahwa


menyimpan rahasia akan menimbulkan ketidakbahagiaan.

BAHASA KASIH

Manusia adalah ciptaan dengan kehendak dan akal budi yang


memiliki kemampuan untuk mengasihi dan menerima kasih. Gary
Chapman seorang pendeta, teolog dan psikolog menyatakan dalam
bukunya The 5 Love Language menjelaskan bahwa para psikolog telah
menyimpulkan bahwa kebutuhan untuk merasa dicintai merupakan
kebutuhan emosional utama manusia. Demi cinta, kita mau mendaki
pegunungan, menyebarangi lautan, melintasi padang pasir, dan mengalami
penderitaan-penderitaan yang tak terperikan beratnya dan tak terhitung
banyaknya. Tanpa cinta pegunungan menjadi tidak terdaki, lautan tidak
terseberangi, padang pasir tak tertahankan, dan penderitaan menjadi
kemalangan kita dalam hidup.

Seperti kegunaan bahasa pada umumnya, bahasa kasih adalah


alat berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kalau kita mengasihi
seseorang. Setiap orang memiliki kebutuhan akan jenis kasih yang
berbeda-beda, karena itu ekspresi bahasa kasih yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan. Mengekspresikan kasih dengan bahasa kasih
yang tidak sesuai kebutuhan mengakibatkan pesan kasih yang diberikan
tidak akan sampai. Dengan kata lain, orang yang dikasihi merasa tidak
dikasihi, dan sebagai akibatnya terjadi apa yang disebut oleh Gery
Chapman sebagai kekosongan “tangki kasih” dalam diri orang tersebut.

1. Tangki Kasih. “Tangki kasih” adalah sebuah analogi, seperti


mobil bisa bergerak jika tangki bensinnya terisi. Demikian juga manusia,
ketika tangki kasih terisi maka kebutuhan utama emosionalnya terpenuhi
yang memampukan ia bergerak. Sedangkan jika tangki kasih kosong maka
itu artinya kebutuhan utama emosionalnya tidak terpenuhi. Namun setiap
tangki kasih harus diisi dengan bahasa kasih yang sesuai. Ini ibarat mobil
dimana setiap mobil memiliki tangki yang harus diisi dengan bahan bakar
yang sesuai. Bensin untuk mobil berbahan bakar bensin, solar untuk mobil
berbahan bakar solar. Kita tidak dapat mengisi air, minyak tanah, bahkan
minyak goreng di dalam tangka mobil berbahan bakar solar atau bensin
tersebut. Karena itulah tangki kasih setiap orang harus diisi menggunakan
bahasa kasih yang sesuai.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 150


Memelihara Rumah Tangga (2)

Gery Chapman juga menjelaskan bahwa di dalam diri setiap anak


terdapat “tangka emosional” yang ingin diisi dengan kasih sayang. Apabila
seorang anak merasa sungguh-sungguh dicintai, ia akan berkembang
secara normal. Tetapi apabila tangka kasih sayang itu kosong, anak itu
akan menjadi nakal (pemberontak). Banyak dari kenakalan anak-anak
dimotivasi oleh kebutuhan amat sangat dari tangka kasih yang kosong.
Kenakalan mereka merupakan pencarian yang salah kaprah akan kasih
sayang yang tidak mereka rasakan. Akibatnya, mereka mencari kasih
sayang di tempat-tempat yang salah dan dengan cara-cara yang salah.
Namun yang harus dipahami dengan jelas adalah bahwa kebutuhan
emosional akan kasih bukan sekedar merupakan fenomena masa kanak-
kanak. Kebutuhan itu mengikuti kita hingga masa dewasa dan sepanjang
hidup kita kita.

2. Lima Jenis Bahasa Kasih. Manusia menggunakan kata “cinta”


untuk banyak hal: Mencintai aktivitas seperti: berenang, berburu,
membaca, kuliner, traveling, dan lain-lain; Mencintai objek seperti:
Makanan, sepeda, mobil, rumah, dan lain-lain; Mencintai hewan seperti:
anjing, kucing, hamster, ikan hias, ular, dan lain-lain. Mencintai alam
seperti: pepohonan, pegunungan, lembah, bunga, rerumputan, salju, dan
lain-lain; Mencintai orang seperti: ayah, ibu, kakek, nenek, anak, istri,
suami, sahabat, dan lain-lain; Mencintai situasi seperti: damai, tenang,
ramai, dan lain-lain; Beberapa dari kita bahkan jatuh cinta pada cinta.
Namun hal-hal di atas bukanlah jenis cinta yang dapat memenuhi
kebutuhan utama kesehatan emosional manusia.

Bahkan beberapa orang lebih jauh menggunakan cinta untuk


menerangkan sikap “saya melakukannya karena saya mencintainya”.
Keterangan tersebut dilakukan untuk berbagai macam tindakan. Beberapa
orang menyebut perselingkuhannya sebagai cinta, sementara para pemuka
agama menyebutnya dosa. Seorang pemabuk menyatakan ia mencintai
alkohol, sementara psikolog menyebutnya candu. Orangtua melakukan
apapun yang diminta anaknya dengan alasan cinta, sementara para terapis
keluarga menyebutnya memanjakan anak. Sekali lagi, sikap seperti ini
bukanlah jenis cinta yang kita maksudkan disini.

Lalu jenis cinta bagaimanakah yang kita maksudkan yang dapat


dapat memenuhi kebutuhan utama kesehatan emosional manusia? Gary
Chapman dalam buku The 5 Love Language menyebutkan 5 jenis kasih
yang mampu memenuhi kebutuhan utama emosional manusia dan
menjelaskan cara mengekspresikannya. Chapman menyebutnya sebagai

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 151


Memelihara Rumah Tangga (2)

“bahasa kasih” dan menjelaskan bahwa setiap orang pasti memiliki satu
bahasa kasih yang utama atau yang dominan: (1) Words Of Affirmation
(Kata-kata Pendukung); (2) Quality Time (Waktu Berkualitas); (3) Receiving
Gifts (Menerima Hadiah-hadiah); (4) Acts of Service (Tindakan-tindakan
Pelayanan); (5) Physical Touch (Sentuhan Fisik)

3. Memahami Bahasa Kasih Pasangan. Gery Chapman


menjelaskan bahwa untuk menemukan bahasa kasih seseorang maka kita
harus mengamati cara mereka mengungkapkan kasih kepada orang lain.
Seseorang dapat mengenali bahasa kasih pasngannya tentu saja dengan
cara mengamati ini. Dengan mengenali bahasa kasih pasangan, kita dapat
saling memahami kebutuhan masing-masing, serta dapat menyampaikan
rasa kasih sayang dengan tepat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pasangan. Penyampaian rasa kasih sayang yang tepat dapat membuat apa
yang dilakukan atau dikorbankan menjadi tidak sia-sia, sehingga pasangan
akan merasa lebih bahagia karena merasa lebih dimengerti dan
diperdulikan harapannya. Berikut ini penjelasan ringkas lima bahasa kasih
menurut Gery Chapman.

(1) Words Of Affirmation (Kata-kata Pendukung). Seorang suami


atau itri yang memiliki bahasa kasih ini sangat sering mengatakan hal-hal
yang romantis kepada pasangannya, misalnya: “Aku cinta kamu”, “Hari ini
kamu cantik (tampan)”, “Masakanmu enak sayang” dan lain sebagainya.
Jika suami atau istri melakukan hal sama kepada maka pasti pasangannya
merasa sangat dicintai dan bahagia.

(2) Quality Time (Waktu Berkualitas). Seseorang suami atau istri


yang memiliki bahasa kasih jenis ini biasanya suka mengajak pasangannya
berduaan, entah itu nonton film berdua, jalan-jalan berdua, maupun hal
lainnya hanya berdua saja. Karena itu, hendaknya suami atau istri
memberikan dan meluangkan waktu untuk pasangannya supaya ia merasa
dicintai dan diperhatikan.

(3) Receiving Gifts (Menerima Hadiah-hadiah). Seorang suami atau


istri yang mempunyai bahasa kasih ini biasanya suka memberikan hadiah
untuk pasangannya. Misalnya memberi hadiah saat ulang tahun atau oleh-
oleh saat pulang kerja, dan sebagainya. Sebenarnya hal yang sama
diharapkan dilakukan kepadanya dari pasangannya karena itulah jenis
bahasa kasihnya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 152


Memelihara Rumah Tangga (2)

(4) Acts of Service (Tindakan-tindakan Pelayanan). Seorang suami


atau istri yang bahasa kasihnya adalah pelayanan biasanya suka sekali
membantu melakukan hal-hal tertentu untuk membantu meringankan
beban pasangannya. Dan suami atau istri ini akan merasa dicintai saat
pasangannya melakukan hal yang sama keapadanya. Misalnya pasangan
kita membantu kita menata rak buku, menyiapkan sarapan, memasak,
membersih rumah dan melakukan tugas rumah tangga, itu bisa dipastikan
bahwa bahasa cintanya adalah pelayanan. Karena itu, maka kita harus
peka dan melakukan hal yang sama jika dia sedang beraktivitas.

(5) Physical Touch (Sentuhan Fisik). Seorang suami atau istri


yang memiliki jenis bahasa kasih ini biasanya suka sekali menyentuh kita,
misalnya dengan membelai rambut, menggandeng tangan kita, memeluk,
dan sebagainya.

HAL-HAL PENTING LAINNYA PERLU DIKETAHUI BERSAMA

1. Tujuh sifat pria yang tidak disukai wanita. Berikut ini adalah
hasil survey sebuah harian mengenai sifat pria yang tidak disukai oleh
wanita, yaitu: (1) Pelit dan perhitungan, yaitu tipe pria yang pelit dan penuh
perhitungan untuk memenuhi standar pasangannya; (2) Kasar, yaitu tipe
pria yang suka memanfaatkan kekuataan fisiknya untuk berlaku kasar
terhadap pasangannya dengan main pukul dan tendang.; (3) Tidak setia,
yaitu tipe pria yang pandai berbohong dan berakting karena ia menjalin
hubungan gelap dengan wanita lain, alias selingkuh; (4) Bodoh, yaitu tipe
pria yang tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada, bahkan ia terlihat
seperti orang bodoh dan kekanak-kanakan; (5) Tidak tegas, yaitu tipe pria
yang tidak bisa menunjukkan ketegasan, ia hanya ikut arus saja, tidak
punya prinsip di dalam hidupnya; (6) Egois, yaitu tipe pria yang hanya
memikirkan dirinya sendiri, mau menang sendiri, dan enak sendiri;
(7) Pemalas, yaitu tipe pria yang malas bekerja, maunya hanya hidup enak
dan menggantungkan hidupnya pada orang lain.

2. Tujuh sifat wanita yang tidak disukai pria. Berikut ini adalah
hasil survey sebuah harian mengenai sifat wanita yang tidak disukai oleh
pria, yaitu: (1) Cerewet, yaitu tipe wanita yang biasanya banyak omong,
suka mencela, ngomel, tidak tahu berterima kasih dan bersyukur;
(2) Curiga yang berlebihan, yaitu tipe wanita yang selalu mempunyai
dugaan yang negatif terhadap kesetiaan pasangaannya dan selalu
mempersoalkannya; (3) Malas, yaitu tipe wanita yang biasanya tidak mau
peduli terhadap urusan rumah tangga, maunya semuanya diserahkan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 153


Memelihara Rumah Tangga (2)

kepada pembantu; jika tidak ada pembantu kepada suaminya; (4) Bodoh,
yaitu tipe wanita yang tidak bisa (atau tidak mau) mengimbangi kemajuan
suami, ”tidak nyambung” jika diajak bicara hal-hal yang sedang menjadi
pembicaraan; (5) Suka mengatur-atur, yaitu tipe wanita yang mau
mengatur segala-galanya hingga hal-hal yang kecil sekalipun, bahkan pada
umumnya mau mengatur uang harian suami; (6) Suka gosip, yaitu tipe
wanita yang tidak betah di rumah, lebih senang menghabiskan waktu
berkumpul bersama ibu-ibu lainnya dengan melupakan tugas dan tanggung
jawabnya di rumah; (7) Suka membandingkan, yaitu tipe wanita yang
seperti ini biasanya membandingkan keberadaan keluarganya atau sifat
suaminyan dengan orang lain.

3. Tujuh sifat anak yang memedihkan hati orang tua. Berikut ini
adalah hasil survey sebuah harian mengenai sifat anak yang memedihkan
hati orang tua, yaitu: (1) Malas membantu orang tua. Anak seperti ini
biasanya tangannya terlalu berat untuk membantu meringankan beban
orang tua, walaupun hanya berupa menyapu, atau cuci piring, atau yang
lainnya; (2) Tidak mau belajar. Anak seperti ini biasanya malas untuk
mengulangi pelajaran yang telah diberikan di sekolah dan membuat PR
sehingga selalu mendapat nilai yang jelek; (3) Senang keluar rumah dan
kelayapan. Anak seperti ini biasanya sepulang sekolah langsung hilang
dari rumah, pergi bermain ke tempat kawan-kawan hingga sore atau
petang hari; lupa makan dan tidak pamit dengan orang tua; (4) Maunya
main saja. Anak seperti ini biasanya yang diutamakannya main, entah itu
game di komputer, di handphone, atau pun permainan di lapangan atau di
luar rumah; (5) Cengeng dan cerewet. Anak seperti ini biasanya cepat
sekali mengeluarkan air mata. Ditegur sedikit sudah nangis, disuruh cepat
juga nangis, dan lainnya; (6) Keras kepala. Anak seperti ini biasanya tidak
memperhatikan nasihat orang tua; tidak perduli apa yang dikatakan orang
tua; (7) Suka melawan. Anak seperti ini biasanya diberi nasihat malah
membantah, membalas dengan marah-marah, mengolok, dan melawan jika
disuruh melakukan sesuatu.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 154


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

Pasal 16.
KEHIDUPAN BERSAMA
DALAM KELUARGA 1

“Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini,


supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau
berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya."
(1 Tawarikh 17:27)

Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni


keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus
ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu
Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa;
Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah. Keluarga merupakan
lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak
yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat
paling kecil tetapi paling penting. Namun, kata keluarga terlalu banyak
dipakai berbagai orang dari berbagai kelompok sehingga menjadi hilang
makna yang sesungguhnya. Sebuah film yang berjudul “The Godfather”,
Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang
ia pimpin sebagai keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang
lain, entah bertujuan baik atau buruk, menamakan para pengikut mereka
sebagai keluarga. Bahkan dibanyak gereja kita sering mendengar atau
menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai “keluarga
Allah”. Lalu, apakah yang dimaksud Alkitab dengan keluarga itu?

ISTILAH KELUARGA DALAM ALKITAB

Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk keluarga adalah


kata Yunani “patria”, yang berarti “keluarga dari sudut pandang relasi
historis, seperti garis keturunan”. Dalam pengunaannya, kata “patria” ini
lebih menekankan asal-usul keluarga dan lebih menunjukkan kepada
bapak leluhur suatu keluarga. Kata “patria” disebutkan hanya 3 kali dalam
Perjanjian Baru. Kata ini digunakan dalam Lukas 2:4, di mana disebutkan

1 Khotbah Ibadah Ucapan Sukur Ulang Tahun Pernikahan Perak (25 tahun) Bp.
Yuman & Ny. Srititimurni di Taniran, 27 Juli 2013.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 155


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

bahwa Yusuf berasal dari keluarga dan keturunan (patria) Daud, yaitu garis
keturunannya secara biologis. Kisah Para Rasul 3:25 juga menggunakan
istilah ini untuk menerjemahkan janji Allah kepada Abraham. Dijanjikan
bahwa semua bangsa (patria) di muka bumi akan diberkati. Paulus di
dalam Efesus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang
dari padaNya semua turunan (patria) yang di dalam sorga dan di atas bumi
menerima namaNya” (Efesus 3:14-15).

Kata Yunani lainnya untuk keluarga adalah “oikos” (bentuk tunggal;


bentuk jamaknya “oikeia”). Kata ini lebih umum daripada kata “patria”. Kata
ini dimengerti sebagai keluarga dalam arti rumah tangga. Dalam arti ini,
kata “oikos” searti dengan kata Ibrani “bayit” dalam Perjanjian Lama. Dalam
dunia Yunani-Romawi, “oikos” dipahami sebagai sebuah unit sosial yang
lebih luas. Unit sosial itu tidak hanya mencakup sanak keluarga sedarah,
tetapi juga orang lain yang tidak sedarah seperti para budak, pekerja, dan
orang-orang yang bersandar pada seorang kepala rumah tangga.

PENGERTIAN KELUARGA KRISTEN

Keluarga manusia dibentuk oleh Tuhan dengan mengikut citra Allah!


Karena itu, keluarga diarahkan, diatur, dan dikembangkan menurut citra
Allah tersebut (Kejadian 2:7,18). Tuhan Yesus Kristus sendiri bertumbuh di
dalam keluarga. Ia menjadi anak yang patuh kepada orangtuaNya. Bahkan,
Ia masih sempat memperhatikan ibuNya ketika Ia disalibkan (Yohanes
19:25-27). Dari catatan Alkitab kita dapat melihat tingginya nilai yang
diletakkan orang Yahudi terhadap Kitab Suci, khususnya hukum Taurat
yang diajarkan oleh Musa. Hukum Taurat inilah yang diajarkan oleh orang-
orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Kita juga dapat yakin, itulah yang dialami oleh Yesus
dalam kemanusiaan. Yesus pastilah terdidik dalam keluarga yang
demikian. Jadi, Tuhan memandang pentingnya keluarga, sehingga selalu
ditekankan berulang-ulang dalam Akitab. Dalam Perjanjian Lama dan Baru,
kita dapat temukan banyak petunjuk untuk kehidupan berkeluarga.

Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-


anak. Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Pustaka Phoenix) mengartikan keluarga sebagai:
(1) Kaum kerabat atau sanak saudara; (2) Satuan kekerabatan dasar
dalam suatu masyarakat; (3) Bagian kecil dari masyarakat besar yang
terdiri dari ibu bapa dan anak-anaknya. Dengan demikian yang kita
maksudkan dengan keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 156


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan “keluarga batih”, yaitu keluarga
kecil atau keluarga inti. Selain keluarga batih atau keluarga inti, ada juga
yang disebut “keluarga gabungan”, atau keluarga besar, yaitu persekutuan
hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak serta kakek, nenek, paman dan
bibi, dan lain-lain. Mereka berasal dari hubungan keluarga (kekerabatan)
suami maupun istri. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah
sendiri yakni keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami
Hawa, sekaligus ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam
sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak
dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah.

Sedangkan yang dimaksud dengan keluarga Kristen adalah


persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi
serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri. Kristen artinya
menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.

PENTINGNYA KELUARGA

Tuhan Yesus Kristus sendiri bertumbuh di dalam keluarga. Ia


menjadi anak yang patuh kepada orangtuaNya. Bahkan, Ia masih sempat
memperhatikan ibuNya ketika Ia disalibkan (Yohanes 19:25-27). Menurut
penulis-penulis Yahudi yang hidup se zaman dengan Yesus, orangtua
Yahudi mendidik anak-anak mereka dalam hukum Taurat, Seorang penulis
yang tidak dikenal pada abad pertama menuliskan “Ajarkanlah huruf-huruf
kepada anak-anakmu juga, supaya mereka memiliki pemahaman
sepanjang hidup mereka pada saat mereka membaca Taurat Allah tanpa
henti”. Flavious Josephus, seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama
mengatakan “di atas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri
dalam bidang pendidikan kepada anak-anak kami dan memandang
pengamalan hukum Taurat dan paktik kesalehan yang dibangun darinya,
yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan”. Selanjutnya
Yosephus juga mengatakan “(Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-
anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun
perbuatan nenek moyang mereka”.

Dari catatan sejarah di atas, kita dapat melihat tingginya nilai yang
diletakkan orang Yahudi terhadap Kitab Suci, khususnya hukum Taurat
yang diajarkan oleh Musa. Hukum Taurat inilah yang diajarkan oleh orang-
orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka baik dengan cara lisan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 157


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

maupun tulisan. Kita juga dapat yakin, itulah yang dialami oleh Yesus
dalam kemanusiaan; Yesus yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
dan tradisi Yahudi. Karena dikalangan keluarga-keluarga Yahudi begitu
mementing nilai pendidikan, maka Yesus pastilah terdidik dalam keluarga
yang demikian. Jadi, Tuhan memandang pentingnya keluarga, sehingga
selalu ditekankan berulang-ulang dalam Akitab, baik di dalam Perjanjian
Lama dan Baru, kita dapat temukan banyak petunjuk untuk kehidupan
berkeluarga.

Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House?


memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi,
sebagai berikut: (1) Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh,
menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia
diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk
bertumbuh. Keluarga merupakan tempat memberi energi, perhatian,
komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam
segala hal ke arah Yesus Kristus; (2) Keluarga merupakan pusat
pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas
mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga
landasan kehidupan anak dibangun dan dikembangkan; (3) Keluarga
merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita
rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian dan
perlindungan; (4) Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai,
laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal
yang baik; (5) Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan
penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi
permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak
terduga. Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak
belasan tahun, dan masalah ekonomi. Namun, keluarga yang membiarkan
Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup mereka pasti dapat
menyelesaikan semua permasalahan.

KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA

Sebuah keluarga adalah suatu tim dalam persekutuan hidup


bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak. Persekutuan bersama dalam
keluarga bersifat dinamis dan harus dijaga keharmonisannya. Karena itu,
untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga maka perlu memperhatikan
dan mengembangakan hal-hal sebagai berikut: (1) Menyembah dan
melayani Tuhan bersama-sama di gereja lokal; (2) Berdoa bersama-sama

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 158


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

atau mezbah keluarga dalam ketekunan; (3) Mengatur keuangan bersama-


sama; (4) Mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan rumah bersama;
(5) membuat dan menetapkan rencana untuk masa depan bersama-sama;
(6) Membiasakan makan bersama-sama, terutama di pagi atau di malam
hari; (7) Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan
sebaik-baiknya; (8) Komunikasi yang baik dengan tegur sapa; (9) Kejujuran
dengan menceritakan apa adanya; (10) Rasa saling mempercayai dengan
tidak mengatakan kebohongan; (11) Senyum dan tertawa dalam
kebersamaan; (12) Menjalin persahabatan dengan semua anggota
keluarga; (12) Saling memaafkan kesalahan; (13) Menyatakan cinta dan
kasih sayang dengan perkataan dan perbuatan yang baik; (14) Saling
menghargai ketika ada yang telah melakukan sesuatu untuk kebaikan;
(15) Lembut dan tidak kasar terhadap semua anggota keluarga.

Secara khusus waktu yang disediakan untuk mezbah keluarga


sangat penting dan indah. Karena pada saat itu semua anggota keluarga
berkumpul bersama. Hal ini merupakan sarana untuk membangun iman,
kerohanian, pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan dan firmanNya,
mengembangkan kasih dan komunikasi dengan Tuhan dan sesama
anggota keluarga. Karena Tuhan dan keluarga kita penting, mengapa kita
tidak memulai mezbah keluarga di dalam keluarga kita segera mungkin?
Jadi, bertekad dan komitmenlah seperti Yosua yang berkata, “Tetapi aku
dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15b).

KEBUTUHAN KELUARGA SAAT INI

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul


Meier seorang psikiater Kristen Amerika mengusulkan beberapa aspek
yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan sebuah keluarga, yaitu:

1. Kasih di antara suami istri dan di antara orangtua terhadap


anak harus terus meningkat (1 Korintus 13:4-7). Apakah kasih itu?
Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian, perlindungan,
pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang
seharusnya berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan
secara fisik. Kasih itu harus diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling
berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika
menghadapi masalah, memikul tugas dan tanggung jawab hidup.
Ketiadaan kasih di antara orangtua dapat dirasakan oleh anak, akibat
selanjutnya adalah menggangu pertumbuhan watak mereka.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 159


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

2. Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman


dan pujian yang dinyatakan orangtua bagi anak mereka. Disiplin itu
sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa pembentukannya.
Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti
pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Melalui
disiplin anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan
pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orangtua bagi anak-anaknya juga
berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran,
percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan
bahwa orangtualah yang paling bertanggung jawab mengajari anak-
anaknya dalam iman dan moral secara berulang-ulang dengan berbagai
cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan
(Baca: Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).

3. Pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar,


terus menerus dinyatakan dan diterapkan orangtua. Aturan tersebut
tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu minggu atau beberapa
hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melainkan terus menerus dan
konsisten. Penetapan aturan yang harus diikuti anak semestinya
mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa
cara anak menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan tahap
perkembangan mereka.

4. Mendesaknya keteladanan orangtua dihadapan anak-anak,


termasuk dalam segi perkataan, sikap, penampilan dan perbuatan
(Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan pendidikan
menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar,
merasakan dan meniru. Selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya
apa yang didengar dan dilihat, seiring dengan perkembangan kognitifnya.
Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia
memandang itu sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri
memang telah mengingatkan para orangtua supaya menjaga anggota
tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak-anak mereka
bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau menolak
kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).

KELUARGA KRISTEN SEBAGAI TELADAN PERBUATAN-PERBUATAN


BAIK

Semua anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik. Kenapa setiap


orang Kristen wajib berbuat baik? Karena Tuhan telah berbuat baik kepada

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 160


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

kita terlebih dahulu. Dengan cara apa Tuhan berbuat baik kepada
manusia? (1) Karena Tuhan telah menciptakan alam semesta untuk
dikelola manusia; (2) Karena Tuhan telah mencipta dan memberi
kehidupan kepada kita; (3) Karena Tuhan telah menebus kita dari kuasa
dosa; (4) Karena Tuhan telah menyediakan kehidupan yang kekal untuk
kita. Demikianlah perbuatan baik Tuhan yang Ia berikan kepada manusia.
Hal inilah yang menyebabkan setiap anggota keluarga Kristen wajib
berbuat baik dan menjadi teladan dalam hal perbuatan baik ini.

Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada siapapun,


kapanpun, dan dimanapun adalah sebagai ucapan syukur kita kepada
Tuhan yang telah berbuat baik kepada kita (Kolose 3:23). Perbuatan baik
apapun yang kita lakukan bukanlah untuk mendapat pujian atau
penghargaan, melainkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Sebagai
contoh. Suami berbuat baik kepada istri dan anak-anaknya, istri berbuat
baik kepada suami dan anak-anaknya, anak-anak berbuat baik kepada
orangtua dan saudara-saudaranya dan setiap anggota keluarga Kristen
berbuat baik kepada setiap orang. Tuhan Yesus mengatakan, “Kota yang
terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak
menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas
kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Matius
5:14b-15). Hal ini dikatakannya untuk menegaskan kepada para muridNya
fungsi mereka sebagai terang. Melalui perbuatan-perbuatan baik orang-
orang yang tidak percaya akan melihat terang Kristus di dalam kita. Itulah
sebabnya Yesus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá
erga” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas
dan manfaat. Perbuatan baik adalah cermin dari kualitas hidup seseorang.
Kehidupan yang baru dalam Kristus dimaksudkan untuk menghasilkan
perbuatan baik yang bermanfaat bagi kehidupan.

Pernyataan klasik tentang keselamatan hanya “karena kasih karunia


oleh iman”, langsung diikuti oleh pernyataan “Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”
(Efesus 2:10). Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois
agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois”
berasal dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan
gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat
berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”. Jadi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 161


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

perbuatan baik (agothos) dapat didefinisikan sebagai perbuatan-perbuatan


yang dilakukan dalam Allah seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 321.
Perbuatan-perbuatan itu bisa juga dikategorikan sebagai pekerjaan iman
(1 Tesalonika 1:3). Namun harus diingat, sekalipun iman yang sejati pasti
diikuti oleh adanya perbuatan baik, pengudusan dan ketaatan tetapi yang
menyebabkan kita diselamatkan adalah karena anugerah oleh iman, dan
sama sekali bukan perbuatan-perbuatan baik itu.

Lawan dari perbuatan baik (agathos) adalah perbuatan tidak baik


(phaulos), yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak ada harganya dihadapan
Tuhan. Perbuatan-perbuatan semacam itu bisa juga disebut perbuatan-
perbuatan yang mati atau perbuatan kedagingan. Bahaya menghasilkan
perbuatan kedagingan adalah kesia-siaan (1 Korintus 15:58), kehampaan
(1 Timotius 6:20; 2 Timotius 2:16), dan tidak berguna (Galatia 4:9; Titus
3:9; Yakobus 1:26). Perbuatan-perbuatan jahat tidak memenuhi standar,
dan karena itu dikarakterisasi sebagai kayu, jerami, dan limbah kayu,
benda-benda yang kecil nilainya maupun kegunaannya. Perbuatan-
perbuatan semacam itu dihasilkan oleh tenaga kedagingan, bukan dari
kuasa Roh. Menurut George E. Ledd, cara hidup yang tak boleh
dikompromikan oleh orang-orang percaya dikemukakan dalam beberapa
daftar tentang perbuatan jahat (Roma 1:29-32; 1 Korintus 3:5-11; 6:9; 2
Korintus 12:20; Galatia 5:19-21; Efesus 4:31; 5:3-4; Kolose 3:5-9). Dosa-
dosa ini terdiri dari lima kelompok, yaitu: (1) Dosa-dosa seksual:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, perzinahan, sodomi, dan
homoseksual; (2) Dosa mementingkan diri sendiri: ketamakan dan
keserakahan; (3) Dosa perkataan: gosip, fitnah, perkatan kotor, perkataan
sia-sia, kelakar dan mengumpat; (4) Dosa sikap dan hubungan pribadi:
Permusuhan, pertikaian, kegeraman, iri hati, percekcokan, bidat, dan
dengki; (5) Dosa kemabukan: mabuk, pesta pora, maupun penyembahan
berhala.

Kristus berkata, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan


buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang
tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang
tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang
baik” (Matius 7:17-18). Ketika kita diselamatkan, Allah mengubah kita dari
orang berdosa menjadi orang benar, dari orang jahat menjadi orang kudus,
dari musuh Allah menjadi anak-anak Allah. Ia memberi kita hidup yang
kekal yang menghasilkan buah-buah yang baik dan memuliakanNya. Hidup
baru dalam Kristus adalah akar sedang perbuatan-perbuatan baik adalah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 162


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

buah-buahnya. Karena terang menurut rasul Paulus “hanya berbuahkan


kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9).

PERBUATAN BAIK ORANG KRISTEN AKAN DIPERHITUNGKAN


SEBAGAI PAHALA DI MASA YANG AKAN DATANG

Di dalam Kekristenan dikenal apa yang disebut dengan pahala.


Namun pemberian pahala bukan untuk menentukan apakah orang-orang
percaya akan masuk surga atau neraka, dengan kata lain pahala bukan
untuk keselamatan karena keselamatan itu semata-mata anugerah (Efesus
2:8). R.C. Sproul mengatakan demikian, “Meskipun perbuatan-perbuatan
baik kita tidak menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar
bagi janji Allah untuk memberi upah kepada kita di surga. Masuknya kita ke
kerajaan Allah hanya berdasarkan iman tetapi upah kita di dalam kekekalan
adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan baik kita”. Sementara itu Mark
L. Bailey mengatakan, “Masalah utama pada Tahta Pengadilan Kristus
bukanlah apakah kita orang-orang percaya atau bukan, atau apakah kita
akan masuk sorga atau tidak. Faktanya adalah, siapapun yang harus
menghadap Tahta Pengadilan Kristus sudah berada di sorga.
Pengampunan sudah digenapkan selamanya melalui penebusan, dan
pendamaian dengan Allah yang Mahakudus sudah dijamin. Karena itu
apapun yang dinilai di hadapan Tahta Pengadilan Kristus bukanlah
masalah dosa dan hubungannya dengan hukuman kekal. Tujuannya
adalah untuk menentukan apakah karya orang-orang percaya itu berharga
atau tidak berharga dimataNya. Itulah kebenaran hakiki dalam pemberian
upah atas karya masing-masing”.

Pahala dihubungkan dengan tanggung jawab dalam Kekristenan


yaitu penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya di hari
pemahkotaan. Paulus mengingatkan, “Demikianlah setiap orang di antara
kita (semua orang percaya yang sudah diselamatkan) akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Roma 14:12).
Inilah tujuan hidup dan pelayanan Kristen, yaitu memperoleh pahala dan
mahkota pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus. Karena itu
Paulus mengingatkan, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang
pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang
saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu
memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam
pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat
demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk
memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 163


Kehidupan Bersama dalam Keluarga

tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”
(1 Korintus 9:24-27).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 164


Berkat Bagi Keluarga

Pasal 17.
BERKAT BAGI KELUARGA 1

“TUHAN memberkati Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak Memberkati


Yakub, Yakub memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat
penghargaan para Patriakh (leluhur Israel) terhadap berkat. Sesungguhnya ada
kuasa dan kehidupan di dalam berkat!”
(by Samuel T. Gunawan)

Alkitab sangat banyak membicarakan tentang berkat. Kata “berkat”


adalah kata yang sangat penting khususnya dalam Perjanjian Lama. Kata
“berkat” diterjemahkan dari kata Ibrani “berakhah”, berasal dari kerja
“barakh", yang bermakna “memberkati, memberikan salam; berlutut
memberi hormat”. Kata “berkat” ini digunakan lebih dari 640 kali dalam
Perjanjian Lama. Kepada Abraham Tuhan berfirman, “Aku akan membuat
engkau menjadi bangsa yang besar, dan (Aku akan) memberkati engkau
(va'avârekhkha) serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
menjadi (vehyêh) berkat (berâkhâh) (Kejadian 12:2). Kata Yunani yang
biasa digunakan untuk “berkat” adalah “oilogeo” atau “oilogia” yang berarti
“perkataan yang baik”. Biasanya dalam bentuk ungkapan kata-kata pujian
dan syukur yang memuliakan Tuhan (bandingkan: Lukas 24:51 [eulogein];
Lukas 6:28; Roma 12:4 [eulogeite]; Matius 14:19; Markus 6:41; Lukas
24:50 Ibrani 11:20-21 [euloghsen];dan Ibrani 7:7 [eulogeitai]).

Berkat, secara ultimat berasal dari Tuhan (Ulangan 8:17-8; Amsal


10:22). Pencarian agar memperoleh suatu keadaan yang diberkati
merupakan kerinduan manusia yang universal. Jeritan kepedihan hati dan
tangisan Esau menggambarkan keadaan banyak orang saat ini yang hidup
tanpa berkat, kata Esau kepada ayahnya: “Hanya berkat yang satu itukah
ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!” Dan dengan suara
keras menangislah Esau” (Kejadian 27:38). Manusia sering mengutarakan
suatu harapan untuk kehidupan yang diberkati baik kepada dirinya,
keturunannya dan berkat kepada sesamanya.

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 22 Oktober 2014 &
Artikel yang dimuat di Koran Kalteng Pos.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 165


Berkat Bagi Keluarga

Orang-orang yang hidup di dalam Perjanjian Lama tampaknya


dengan jelas mengerti kuasa berkat. Saat kepala keluarga mendekati
kematiannya, para putra tertua berkumpul di sisi ayah mereka. Sang ayah
kemudian akan meletakkan tangannya di kepala masing-masing putra serta
mengucapkan kata-kata yang meramalkan kehidupan dan masa depan
mereka. Kata-kata ini berisi apa yang kemudian dikenal sebagai “berkat”.
Keluarga menyadari bahwa saat-saat seperti ini lebih dari sekedar pesan-
pesan terakhir sebelum kematian sang ayah; kata-kata ini membawa
otoritas rohani, mempunyai kuasa untuk mendatangkan keberhasilan,
kemakmuran, dan kesehatan di masa depan mereka.
Perjanjian Lama memberikan contoh pentingnya berkat, sehingga
untuk mendapatkannya harus diperebutkan. Esau dan Yakub “bertengkar”
memperebutkan berkat dari ayah mereka, Ishak (Kejadian 27:1-41).
Mereka tidak bertengkar karena uang atau warisan keluarga lainnya yang
mungkin bisa mereka warisi. Esau dan Yakub, sama-sama menyadari
bahwa jika mereka menerima berkat ayahnya, maka kekayaan dan
keberhasilan merupakan sesuatu yang nyata di masa depan.

GAMBARAN ALKITAB TENTANG BERKAT

Gambaran Alkitab tentang berkat orang percaya dihubungkan


dengan penciptaan, patriakh (para bapa leluhur Israel), kovenan
(perjanjian), dan berkat yang dihubungkan dengan Perjanjian Baru.
1. Berkat dihubungkan dengan penciptaan. Ketika Tuhan
menciptakan langit, bumi, manusia dan segenap mahluk yang tinggal
didalamnya, Ia memberkati ciptaanNya itu (Kejadian 1:22,28; 2;3). Berkat
dalam penciptaan dan alam semesta ini adalah berkat yang bersifat umum,
universal dan bagi semua manusia (Bandingkan Matius 5:45).
2. Berkat yang dihubungkan para Patriakh. TUHAN memberkati
Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub
memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat
penghargaan para Patriakh terhadap berkat (Kejadian 12:1-4; 24:1; 25:5;
27:27-30; 48; 49). Sesungguhnya ada kuasa dan kehidupan di dalam
berkat! Berkat-berkat lebih dari sekedar harapan yang baik, dalam hal-hal
tertentu berkat berdampak bagi kehidupan dan masa depan para Patriakh
dan keturunannya.
3. Berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Tuhan
berjanji untuk memberkati Abraham, dan oleh Abraham semua kaum di
muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3). Paulus mengatakan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 166


Berkat Bagi Keluarga

bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7); dan


bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima janji
Allah (Galatia 3:29). Orang-orang percaya disebut anak-anak Abraham
hanya karena mereka mengikuti jejak iman Abraham (Galatia 3:9). Kepada
orang percaya berkat perjanjian terutama dihubungkan dengan anugerah
karya Kristus bagi orang percaya (Galatia 3:26,27) dan ketaatan di mana
Tuhan memberi upah karena ketaatan (Ibrani 11:6). Tetapi, sekali lagi,
walaupun Tuhan memberi berkat karena ketaatan, yang menyebabkan Ia
melakukannya adalah anugerahNya (Bandingkan Ulangan 7:6-16; Mazmur
5:9).
4. Berkat dalam Perjanjian Baru. Sementara berkat dalam
Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, maka berkat dalam
Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di
sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan
tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9). Berkat yang kita
bicarakan dalam kesempatan ini adalah berkat yang dihubungkan dengan
patriakh dan kovenan, seperti yang disebutkan di atas.

PENTINGNYA BERKAT

Alkitab memberikan alasan pentingnya berkat dalam kehidupan kita,


antara lain :
1. Berkat menggambarkan kehendak Tuhan dari sejak penciptaan
dan itu adalah rancanganNya dari semula (Efesus 1:3-4). Setelah Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, Ia memberkati
mereka. Alkitab mencatat bahwa “Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.
(Kejadian 1:28). Kebenaran ini sungguh luar biasa, karena kita mengetahui
bahwa kita diciptakan supaya diberkati!
2. Berkat adalah cara untuk memohon perlindungan Tuhan
(Bandingkan Bilangan 6:24-26). Bagi mereka yang hidup pada masa
Patriakh berkat adalah saat untuk memohon perlindungan Tuhan bagi yang
dikasihi. Begitu pentingnya berkat ini sehingga bila ada anggota keluarga
yang akan bepergian jauh, mereka akan menerima berkat sebelum
berangkat. Misalnya, Ishak memberkati Yakub sebelum Yakub pergi
mencari seorang istri (Kejadian 28:1). Atau, Laban dan Betual, yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 167


Berkat Bagi Keluarga

memberkati Ribka, saudara mereka yang akan pergi meninggalkan mereka


untuk menjumpai Ishak dan menjadi istrinya (Kejadian 24:60).
3. Berkat digunakan untuk menandai peristiwa-peristiwa penting
dalam kehidupan. Ketika orangtua mendekati saat kematian, ia memanggil
anak-anak untuk memberkati mereka (Kejadian 27:1; 48:1). Berkat juga
diberikan pada peristiwa perkawinan (Kejadian 24:60) dan peristiwa
kelahiran (Rut 4:14-15). Simeon memberkati keluarga Yusuf dan Maria saat
mereka membawa Yesus ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Allah
(Lukas 2:25-34). Tradisi Yahudi yang masih ada sampai sekarang yaitu
“bar mitsva” untuk upacara ulang tahun anak lelaki, dan “bat mitsva” untuk
upacara ulang tahun anak perempuan. Pada masa akil balig (tradisi Yahudi
untuk menyatakan seorang anak telah dewasa) adalah saat berkat khusus
yang diberikan oleh orangtua kepada anak-anak mereka (Galatia 4:1-2).
4. Berkat menunjukkan penerimaan dan penghargaan. Berkat yang
diberikan pada seseorang merupakan bentuk pengakuan yang dipahami
bahwa orang tersebut diterima dan dihargai. Demikian kita melihat
Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati
kedua belas anaknya, serta dua cucunya. Bahkan kata-kata berkat Yakub
bagi Efraim dan Manasye hingga saat ini masih diucapkan oleh orangtua
Yahudi untuk memberkati anak-anak mereka. Alkitab mencatat “Lalu
diberkatinyalah mereka pada waktu itu, katanya: "Dengan menyebutkan
namamulah orang Israel akan memberkati, demikian: Allah kiranya
membuat engkau seperti Efraim dan seperti Manasye” (Kejadian 48:20).
5. Berkat memberikan arah dan tujuan bagi masa depan (Kejadian
49:1). Berkat yang diberikan oleh Patriakh meramalkan kehidupan dan
masa depan khusus bagi orang yang diberkati. Hal ini berkaitan dengan
berkat khusus yang diberikan Tuhan kepada para Patriakh sebagai bapa
bangsa Israel yang dipilih Tuhan. Perhatikanlah bagaimana Ishak
menggambarkan masa depan Yakub saat ia mengucapkan perkataan
berkat kepada Yakub dalam Kejadian 27:27-29. Juga perhatikan
bagaimana Yakub menggambarkan masa depan Yusuf, anaknya dan dua
cucunya melalui kata-kata berkat (Kejadian 48:15-22).

CARA PEMBERIAN BERKAT

Dalam Alkitab, secara umum ada dua cara pemberian berkat, yaitu
dengan kata-kata dan sentuhan. Kata-kata adalah berkat yang diucapkan;
sedangkan sentuhan adalah berkat yang dinyatakan. Seringkali, berkat
diucapkan disertai dengan sentuhan (Kejadian 27:27-29; 48:15-22). Dalam

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 168


Berkat Bagi Keluarga

Alkitab kita memperhatikan bahwa Tuhan mengucapkan kata-kata berkat


kepada Abraham (Kejadian 12:1-4); Abraham mengucapkan berkat kepada
anaknya, Ishak (Kejadian 24:1; 25:5); Ishak mengucapkan kata-kata berkat
kepada anaknya, Yakub (Kejadian 27:27-19); Yakub mengucapkan kata-
kata berkat kepada anaknya Yusuf, juga kepada kedua cucunya, Efraim
dan Manasye (Kejadian 48:15-22).
Berkat hanya menjadi berkat bila diucapkan melalui kata-kata
berkat! Berkat yang diucapkan harus disertai pengakuan bahwa orang
tersebut berharga. Berkat yang diucapkan akan memberi keyakinan
kepada yang menerimanya bahwa mereka diterima (diperkenan) dan
dihargai. Demikian juga sentuhan pada saat memberkati merupakan hal
yang sangat penting dalam berkat di Perjanjian Lama. Sentuhan ini berupa
pelukan, ciuman atau meletakkan tangan pada kepala (Kejadian 27:26;
Kejadian 48:14). Banyak kali berkat diberikan dalam Alkitab, disertai
dengan sentuhan yang memperlihatkan perhatian, penghargaan, dan
penerimaan sebelum berkat itu diucapkan.

Kata-kata berkat kita akan mempengaruhi masa depan anak-anak


kita. Kita perlu mengucapkan kata-kata penuh kasih, persetujuan dan
penerimaan, kata-kata yang mendorong, memberi memotivasi bagi
anggota-anggota keluarga kita untuk mencapai tujuan dan mendapatkan
masa depan mereka. Saat kita melakukannya, kita sedang mengucapkan
berkat-berkat ke dalam kehidupan mereka dan mereka akan sungguh-
sungguh diberkati. Walaupun berkat yang kita berikan pada saat ini tidak
dapat meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan
Patriakh, tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak dan orang
lainnya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang berarti dalam hidup
mereka. Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu
mereka bertumbuh dengan percaya diri di masa yang akan datang.

ORANG KRISTEN DAN BERKAT DI DALAM KRISTUS

Orang Kristen menerima berkat-berkat karena keberadaannya “di


dalam Kristus”. Frase Yunani “di dalam Krisus” adalah “en Christo”. Paulus
mengatakan “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang
dalam Kristus (en Christo) telah mengaruniakan kepada kita segala berkat
rohani di dalam sorga” (Efesus 1:3). Kesatuan dengan Kristus (Inggris:
union with Christ) merupakan alasan utama kita menerima berkat.
Kesatuan dengan Kristus ini pertama kali terjadi saat kita mengalami
regenerasi (lahir baru) oleh Roh Kudus. Regenerasi merupakan perubahan
yang terjadi secara seketika. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 169


Berkat Bagi Keluarga

bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-


kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan-” (Efesus 2:5).
Disini, kata kerja Yunani yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah
“synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang
seketika atau sekejap. Jadi di saat regenerasi kesatuan antara Kristus dan
orang percaya secara aktual diterjadi.

1. Allah di dalam Kristus memilih kita untuk menerima keselamatan


dan segala berkatnya. Pemilihan (Inggris: election) Allah atas kita dalam
Kristus ini berdasarkan kedaulatanNya (Efesus 1:3-4). Paulus menegaskan
bahwa Allah telah memberkati kita dengan semua berkat rohani di dalam
Kristus (en Christo), bukan berdasarkan kelayakan kita melainkan karena
Allah telah memilih di dalam Kristus sebelum dunia diciptakan (Yunani: pro
kataboles kosmou). Ketika Bapa memilih Kristus; Dia juga memilih kita
(1 Petrus 1:20; Efesus 1:4).

2. Karya penebusan Kristuslah yang menjadikan keselamatan dan


berkat-berkatnya teraktualisasi bagi kita. Paulus menegaskan “Kristus telah
menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia (en auto)
berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman
kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:14). Kata Yunani
yang digunakan untuk istilah keselamatan adalah “soteria” yang merupakan
terjemahan dari kata Ibrani “yasha” di mana kata tersebut mengandung arti
pembebasan dan penyelamatan dari kesukaran, penderitaan, kesakitan
dan ikatan, juga di dalamnya terkandung makna pemeliharaan, keamanan
dan keutuhan.

3. Berkat-berkat tersebut hanya dapat diterima oleh orang percaya


melalui iman. Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah
anak-anak Allah karena iman (Galatia 3:26); dan bahwa mereka adalah
keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah (Galatia 3:29).
Berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Orang-orang
percaya disebut juga anak-anak Abraham hanya karena mereka mengikuti
jejak iman Abraham (Galatia 3:7,9). Kepada orang percaya berkat
perjanjian terutama dihubungkan dengan karya Kristus yang diterima
melalui iman (Galatia 3:26,27).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 170


Berkat Bagi Keluarga

PARADIGMA KRISTEN TENTANG BERKAT

Semua orang tentunya ingin diberkati. Diberkati dalam karier dan


usaha, memiliki keuangan yang mapan, kekayaan berlimpah dan keluarga
bahagia adalah impian setiap orang. Tidak ada masalah dengan kata
“berkat”, tetapi bagaimana cara meraih berkat itulah masalahnya. Ratusan
buku berisi teori sukses dan cara meraih berkat telah ditulis. Tidak sedikit
dari buku tersebut menawarkan cara sukses yang instan, cepat dan praktis,
menghalalkan segala cara yang keliru dan merugikan orang lain. Ironisnya,
banyak orang Kristen yang tergoda dan terjebak dengan tawaran tersebut.
Pemahaman yang benar tentang berkat berdasarkan perspektif Alkitab
akan mendorong kita bergantung pada Tuhan, serta berkarya dan
melakukan yang terbaik sesuai kemampuan yang telah Ia berikan kepada
kita (Ulangan 8:18).

Berkat, secara ultimat berasal dari Tuhan (Ulangan 8:17-8; Amsal


10:22). Berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik,
namun di dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani
yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru
juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9).
Pemazmur mengatakan, “Berbahagialah setiap orang yang takut akan
TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya!” (Mazmur 128:1).
Alkitab adalah buku panduan utama bagi iman dan praktek hidup Kristen.
yang berisi rencana dan kehendak Tuhan bagi hidup kita (Mazmur 1:1-3).
Alkitab ibarat peta yang menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita
lewati hingga sampai ke tujuan. Sebagai contoh, banyak orang berpikir
bahwa Alkitab itu menyelamatkan. Ini pikiran yang keliru! Sebab Alkitab
tidak menyelamatkan kita. Tetapi petunjuk-petunjuk di dalam Alkitab
menuntun kita agar selamat dengan percaya kepada Kristus. Bandingkan
dengan perkataan Yesus kepada orang Yahudi di dalam Yohanes5:39-40
“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa
olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab
Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang
kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”. Serupa itu dijelaskan rasul Paulus
kepada Timotius, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau
kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15).

Sama halnya dengan ungkapan yang diyakini oleh banyak orang


bahwa “kebenaran itu memerdekakan” (Yohanes 8:32). Frase ini harus
dipahami dengan benar. Sebab kebenaran tidak memerdekakan siapapun!

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 171


Berkat Bagi Keluarga

Menurut ayat tersebut “mengetahui kebenaran itulah kebenaran yang


memerdekaan”. Dan kebenaran yang perlu diketahui oleh setiap orang
adalah bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya hanya ada di dalam
Yesus Kristus (Yohanes 8:36; 5:1). Untuk menerima “anugerah
kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus
dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela
menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba
kebenaran (Roma 6:18), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang
(1 Korintus 9:19-23). Rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-
sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita” (Galatia 5:1).
Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang diperoleh di dalam Kristus
dan melalui karya-karyaNya. Kemerdekaan ini tidak hanya bertujuan
melepaskan kita dari belenggu dan perbudakan dosa, tetapi juga agar kita
melaksanakan tujuan dan maksud Allah menciptakan kita. Paulus
menegaskan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus
Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). Frase
Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois”
diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal
dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan
yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti
“baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”.

Kembali kepada pembahasan orang Kristen dan berkat. Apa yang


saya bagikan di sini adalah peta jalan. Peta inilah yang akan memberi
petunjuk pada jalan Alkitabiah menuju berkat. Namun sangat disayangkan,
masih ada orang Kristen yang meragukan kebenaran tentang berkat di
dalam Kristus ini. Jika Tuhan memang tidak menghendaki orang Kristen
hidup dalam berkat-berkatNya, seperti yang dipikirkan dan diajarkan oleh
beberapa orang tertentu, maka ayat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada
jemaat Galatia yang menyatakan bahwa kematian Kristus di kayu salib
agar kita menerima berkat-berkatNya harus dibuang. Dan, tentu saja
pemikiran yang demikian jelas keliru. Rasul Paulus mengatakan “Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada
kayu salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat
Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita
menerima Roh yang telah dijanjikan itu... Sebab kamu semua adalah anak-
anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang
dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 172


Berkat Bagi Keluarga

tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu
juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Galatia
3:13-14, 26-29).

1. Tuhan menginginkan kita hidup diberkati (Galatia 3:1-29).


Mulailah dengan langkah awal ini, yaitu mengetahui bahwa Tuhan
menginginkan kita diberkati! Ia benar-benar menginginkan kehidupan kita
diberkati (Bandingkan Yosua 1:8; Mazmur 1:1-3). Dua hal yang
menyakinkan kita bahwa Tuhan menginginkan hidup kita diberkati dan
berhasil di dalam Kristus, yaitu: (1) Tuhan merancang masa depan baik
dan yang penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-
rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan” (Yeremia 29:11). (2) Tuhan memberikan kekuatan untuk berhasil.
Tuhan tidak memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh
harta kekayaan melalui berbagai pekerjaan yang kita lakukan. Alkitab
mengatakan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu,
sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ulangan
8:18). Paulus mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih
karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu
menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena
kemiskinanNya” (2 Korintus 8:9).

2. Tuhan memberikan prinsip-prinsip hidup dalam berkatNya.


Alkitab mencatat di dalam Mazmur 103:7 bahwa “Ia telah memperkenalkan
jalan-jalanNya kepada Musa, perbuatan-perbuatanNya kepada orang
Israel”. Di sini dikatakan bahwa Tuhan menunjukkan jalan-jalanNya, yaitu
kehendakNya kepada Musa. Tetapi kepada orang Israel Dia hanya
menunjukkan perbuatan-perbuatanNya. Apa maksud ayat ini? Banyak
orang hanya ingin melihat mujizat-mujizat yang spektakuler, namun tidak
rindu mengetahui kehendak dan isi hati Tuhan. Itulah sebabnya walaupun
bangsa Israel telah melihat perbuatan Tuhan yang ajaib dan berkat-
berkatNya, mereka masih saja memberontak kepadaNya. Sebab mereka
tidak mengenal kehendak Tuhan. Demikian juga banyak orang Kristen
menginginkan berkat-berkat dari Tuhan tanpa mau mengenal kehendak
Tuhan melalui firmanNya bagi hidup mereka. Pengenalan akan Tuhan dan
kehendakNya tidak terjadi secara instan, melainkan merupakan proses dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 173


Berkat Bagi Keluarga

semuanya dimulai dengan penyerahan dan ketaatan kepadaNya. Harus


disadari bahwa hidup kita bergantung kepada Tuhan bukan pada harta
dan kekayaaan (Lukas 12:15). Karena itu, kita tidak boleh meragukan
firman Tuhan dengan mengizinkan kekuatiran, tipu daya kekayaan, dan
keinginan-keinginan menghimpit firman itu (Markus 4:18-19).

3. Kita harus melibatkan Tuhan dalam segala apa yang kita


kerjakan (Yeremia 17:7-8; Yakobus 4:13-15). Keberhasilan yang tidak
mengikutsertakan Tuhan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan.
Tuhan adalah Pencipta dari semua. Tuhan adalah Pemilik segalanya.
Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya,
dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1 bandingkan
Mazmur 50:10, 12). Dengan demikian keberhasilan bukan semata-mata
masalah sekuler tetapi menyangkut masalah spiritual yang berdampak
kekal. Kekayaan tidak bisa disebut sekuler karena Pemilik segala sesuatu
adalah Tuhan. Kita tidak bisa membicarakan kekayaan tanpa menaruh
perspektif Tuhan lebih dulu. Keberhasilan dalam hidup yang dari Tuhan itu
bernilai kekal. Tuhan memberikan berkat-berkatNya bagi kita supaya
digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuanNya. Jika kita bisa menunjukkan
bagaimana berkat-berkat Tuhan dalam kehidupan kita mengalir kepada
orang lain dan memenuhi tujuan Tuhan, maka Tuhan punya alasan untuk
memberi kita keberhasilan.

4. Berkat bukanlah tujuan hidup melainkan suatu proses


perjalanan hidup dalam mencapai tujuan Tuhan bagi hidup kita. Tuhan
menjadikan segala sesuatu termasuk manusia bagi kemuliaanNya (Roma
11:36; Kolose 1:16). Memenuhi tujuan hidup yang Tuhan inginkan bagi kita
merupakan panggilan hidup yang tertinggi. Mother Theresa dari India,
karena panggilan Tuhan rela meninggalkan kehidupan nyaman dan aman
di biara, pergi melayani orang-orang miskin, pinggiran dan tak tersentuh di
Calccuta. Ini merupakan contoh dari seorang yang memenuhi tujuan Tuhan
dalam hidupnya. Tuhan memberikan berkat bagi kita supaya digunakan
untuk memenuhi tujuan-tujuanNya. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan
melalui kita juga harus mengalir kepada orang lain, atau dengan kata lain,
berkat yang kita terima perlu dibagikan pada orang lain, terutama mereka
yang membutuhkan.

KEYAKINAN IMAN DAN PENGHARAPAN KITA

Kita tak pernah tahu keadaan di depan kita, tetapi kita dapat
mempercayakan kehidupan kita dan masa depan anak-anak kita kepada

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 174


Berkat Bagi Keluarga

Tuhan karena Dia menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil. Kita
dapat mempercayai dan mengandalkan Tuhan dan janjiNya.

1. Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan, “Sebab


Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Tetaplah berada pada yang benar
ditengah-tengah kesulitan dan tantangan kehidupan. Ikuti arah mata
kompas maka di manapun kita tidak akan tersesat. Pasti cepat atau lambat
kita akan menemukan jalan. Ingat, setiap kemenangan dihasilkan dari
pertandingan. Hari terpanjang sekalipun pasti akan berakhir. Setiap
masalah pasti ada jalan keluar. Itulah kekuatan harapan. Alkitab berkata,
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepadaNya, dan Ia
akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan
hakmu seperti siang” (Mazmur 37:5,6).

2. Tuhan memberikan kita kekuatan untuk berhasil. “Tetapi


haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang
memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan
maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah
kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ulangan 8:18). Paulus
mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan
kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”
(2 Korintus 8:9).

Seperti Ishak memberkati anaknya, kita juga bisa memberkati anak-


anak kita. Walaupun berkat yang kita berikan pada saat ini tidak dapat
meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan Patriakh,
tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak dan orang lainnya
untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang berarti dalam hidup mereka.
Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu mereka
bertumbuh dengan percaya diri di masa yang akan datang. Jika kita ingin
anak-anak kita menjadi produktif dan berhasil, kita perlu mulai menyatakan
kata-kata berkat kepada mereka untuk perjalanan hidupnya, studinya,
pekerjaannya kelak, perjodohannya, keluarga yang kelak akan
dibentuknya, pelayanan serta pertumbuhan rohaninya. Berkatilah anak-
anak kita dan biarlah mereka menerima janji-janji Allah dalam hidup
mereka.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 175


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

Pasal 18.
KELUARGA YANG
BERIBADAH KEPADA ALLAH1

“sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus
ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah
beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada
TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN,
pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya
nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori
yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:14-15)

Kata ibadah kepada TUHAN di sini berarti “melayani, berbakti, dan


mengabdi kepada Tuhan”. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru mempunyai arti “pelayanan”. Kata Ibrani untuk ibadah
adalah “avoda” sedangkan kata Yunani yang dipakai adalah “latreia”. Kata
“avoda” dan “latreia” pada awalnya menyatakan pekerjaan budak atau
hamba upahan. Dan dalam rangka mempersembahkan “ibadat” ini kepada
Allah, maka para hambaNya harus meniarap (Ibrani “hisytakhawa”, atau
Yunani “proskuneo”) dan dengan demikian mengungkapkan rasa takut
penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja.

Konteks Yosua pasal 24 ini adalah pidato perpisahan Yosua kepada


orang Israel sebelum ia mengakhiri masa tugasnya sebagai pemimpin
Israel. Yosua memberikan nasihat dan peringatan kepada orang Israel agar
setia kepada Tuhan, tidak berpaling kepada berhala atau ilah lainnya.
Nasihat-nasihat ini penting mengingat orang Israel telah berhasil memasuki
tanah Kanaan tetapi pernah melupakan Tuhan yang memberi keberhasilan
kepada mereka. Dalam praktiknya, Israel terjatuh dalam godaan untuk
menyembah kepada “allah orang Mesir” yang pernah disembah menek
moyang mereka atau kepada “allah orang Amori” yang disembah oleh
masyarakat lokal. Dalam persimpangan iman itulah Yosua mengingatkan
mereka untuk kembali beribadah kepada TUHAN.

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya 7 April 2013 & Artikel
yang dimuat di Koran Kalteng Pos

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 176


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

Yosua juga memberikan tantangan agar orang Israel mengambil


keputusan dan komitmen tegas untuk tetap beribadah kepada Tuhan. Ini
bukan sekedar tantangan kepada orang Israel, tetapi juga kepada dirinya
sendiri dan keluarganya. Yosua memberi teladan dan memutuskan bahwa
ia dan seisi rumahnya telah membuat keputusan untuk tetap setia
beribadah kepada Tuhan Allah Israel. Itu berarti istrinya, anak-anaknya,
bahkan semua kaum keluarganya beribadah hanya kepada Tuhan.

POINT PENTING DALAM IBADAH

Berdasarkan dua ayat dalam Yosua 24:14,15, saya akan membagi


empat hal kebenaran penting tentang ibadah bagi orang percaya,
khususnya arti pentingnya bagi keluarga Kristen saat ini.

1. Ibadah Harus Didasarkan Pada Takut Akan Allah.

Realianya adalah bahwa orang yang beribadah belum tentu karena


takut akan Tuhan, tetapi orang yang takut akan Tuhan pasti beribadah
kepada Tuhan bagaimana pun situasi dan kondisinya. Contoh: Daniel,
Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah orang yang takut akan Tuhan dan
tetap beribadah kepada Tuhan walaupun bahaya menanti dan rintangan
menghadang mereka. Takut akan Tuhan ini selalu ditempatkan pada
urutan pertama dalam Alkitab. Sebetulnya ada lebih dari 300 contoh
penggunaan kata takut akan Tuhan dalam Alkitab. Berikut ini dua di
antaranya: 1 Samuel 12:14; Mazmur 34:10. Takut akan Tuhan ini berasal
dari kata Ibrani “yira” dan “pakhat”, serta kata Yunani “fabos” mengandung
pengertian “hormat, gentar, kagum pada Allah, dan kasih yang dalam pada
Allah yang membawa pada ketaatan dan pengabdian kepadaNya”.

Takut akan Tuhan memiliki dua aspek: yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Secara positif, takut akan Tuhan muncul dalam bentuk
penghormatan kepadaNya. Ini adalah kekaguman pada keindahan
kekudusan yang mutlak dari Tuhan. Di dalamnya tercakup rasa hormat dan
pemujaan yang menghasilkan rasa takut ketika berhadapan dengan sosok
yang termulia. Secara negatif, takut akan Tuhan merupakan rasa takut
terhadap apa yang tidak disukai Tuhan. Iman sejati mengakui kedaulatan
Tuhan untuk menegur, menghukum, menghakimi. Karena itu, di hadapan
Tuhan, hikmat yang benar bergetar dengan takut dan gentar yang kudus,
sehat dan penuh pengertian.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 177


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

Selanjutnya, dalam Mazmur pasal 112 dan 128 kita menemukan


kata ”berbahagialah” yang dalam bahasa Ibrani dan bahasa Inggris berarti
”diberkatilah”. Di dalam kedua pasal tersebut ada berkat yang luar biasa
bagi seorang yang takut akan Tuhan, dan berkat itu akan diwariskan juga
kepada anak dan cucu mereka. Kata Ibrani “berbahagia” adalah kata benda
“berakhah” sering dihubungkan dengan pemberian berupa benda material
(Ulangan 11:26; Amsal 10:22; 28:20; Yesaya 19:24). “Berakhah” kadang-
kadang dipakai dalam rumusan kata-kata yang merupakan “pemberkatan”
(Kejadian 27:36, 38, 41; Ulangan 33:1). Dalam Perjanjian Baru kata yang
dipakai untuk “berkat” adalah kata benda “eulogia” dan kata kerjanya
“eulogeô”. Dalam Perjanjian Baru berkat-berkat rohani (Efesus 1:3) adalah
semua karunia yang dijanjikan oleh Allah kepada manusia melalui Kristus
(Kisah Para Rasul 3:25) dan karunia-karunia Kristus kepada para murid-
Nya (Markus 14:22; Lukas 24:50).

Di dalam bukunya You and Your Family, Tim La Haye memberikan


diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah
Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua
adalah Jonathan Edwards, seorang penginjil yang saleh dan pengkhotbah
kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita
yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua
orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan: 300
orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang
peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan: 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang
pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika. Dari diagram
tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari
orangtua di atas kita sangat mempengaruhi kehidupan kita. Demikian juga
dengan apa yang kita berikan kepada anak-anak kita bukan saja
mempengaruhi mereka tetapi juga mempengaruhi generasi di bawah kita
selanjutnya.

2. Ibadah Kepada Allah Harus Berasal Dari Hati Yang Tulus Iklas.

Kata tulus iklas dapat diartikan sebagai ”rela, sungguh-sungguh, dan


penuh penyerahan”. Ketulusan kita berbakti kepada Tuhan terlihat dari
sikap dan tindakan-tindakan kita. Contoh: Ketika saya meminta putra saya
mengambilkan secangkir air minum atau mengambil sesuatu untuk saya,
maka saya akan tahu dengan segera apakah ia melakukannya dengan
tulus atau tidak. Reaksinya terlihat atau tergambar dari raut wajahnya dan
tindakannya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 178


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

3. Ibadah Kepada Allah Harus Dilakukan Dengan Setia.

Saya mengartikan ibadah dengan setia ini dalam tiga pengertian,


yaitu: (1) Ibadah dengan komitmen; (2) Ibadah dengan tekun atau terus
menerus; dan (3) Ibadah yang menjadi gaya hidup kita. Kesetiaan diawali
dari sebuah komitmen (keputusan) yang kuat. Komitmen adalah sebuah
penyerahan yang total. Komitmen yang setengah-setengah tidak dapat
disebut komitmen (contoh raja Saul). Komitmen di mulai dari sikap hati.
Selanjutnya komitmen itu harus dilakukan, sebab sebuah komitmen tidak
dapat disebut komitmen jika tidak dilakukan. Dan ibadah ini akhirnya harus
menjadi gaya hidup yang dilaksanakan tanpa paksaan tetapi dengan
sukacita dan karena kasih kepada Tuhan.

4. Peranan Seorang Ayah (Pria) Untuk Membawa Seluruh Keluarga


Beribadah Kepada Tuhan Tidak Dapat Ditawar-Tawar.

Hal inilah yang dilakukan Yosua terhadap keluarganya. Ia


mendemonstrasikan peran ini. Peranan orangtua terutama, seorang ayah
untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam
Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian
banyak peranan ayah dalam Alkitab, saya membagikan dua hal kepada
kita, yaitu: (1) Peranan ayah sebagai kepala rumah tangga, (Efesus 5:22-
29), yaitu: Pemimpin keluarga dan pengambil keputusan; Pengayom bagi
semua anggota keluarga; Pelindung yang melindungi dan bertanggung
jawab; Mendidik, menegor dan menasihati (Efesus 6:4); Memberi contoh
dan teladan yang baik bagi keluarga. Ada yang mengatakan “anak adalah
blue print dari orang tua”. (2) Peranan ayah sebagai imam, yaitu: Ia harus
memimpin dan mengatur ibadah dalam keluarga. Berdoa setiap waktu
kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bagi dirinya
sendiri.

IBADAH KELUARGA

Perhatikan ketegasan Yosua dalam kalimat terakhir di ayat 15, ia


berkata “ Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada
TUHAN!” (Yosua 24:14-15). Pernyataan tersebut diucapkan Yosua di
depan seluruh orang Israel, sebagai tekad dan kemantapan imannya yang
tidak bisa ditawar-tawar. Yosua, sebagai seorang kepala keluarga
mengetahui dengan jelas tanggung jawabnya untuk memimpin seisi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 179


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

keluarganya agar setia beribadah kepada Tuhan yang hidup, yang sudah
menyelamatkan, memelihara, dan memberkati hidupnya.

Ketegasan dan komitmen Yosua seharusnya menjadi contoh


teladan bagi orangtua Kristen, khususnya setiap kepala keluarga untuk
memimpin seisi keluarganya mengenal Kristus sebagai Juruselamat dan
Tuhan. Hal ini penting sebab keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada
dalam Kristus. Selain itu, kepala keluarga juga perlu mengetahui dan
mengupayakan memenuhi kebutuhan seluruh keluarganya termasuk
kebutuhan rohani. Ia perlu memimpin seisi keluarganya bertumbuh dewasa
dalam iman, kebenaran, kasih, dan pelayanan yang setia. Salah satu cara
untuk mencapai pertumbuhan dan kedewasaan rohani adalah melalui
ibadah keluarga yang disebut dengan istilah “mezbah keluarga” atau
“family altar”.

Istilah ibadah keluarga yang disebut dengan “mezbah keluarga”


hendaknya tidak disamakan dengan istilah ibadah keluarga dalam
pengertian “kebaktian keluarga”. Ibadah keluarga dalam pengertian
kebaktian keluarga adalah ibadah yang dilakukan di dalam keluarga oleh
gereja (jemaat) tertentu kepada keluarga Kristen. Secara teknis,
pelaksanaan kebaktian keluarga diatur oleh gereja secara bergilir di rumah
keluarga Kristen, khususnya anggota jemaat. Sedangkan yang dimaksud
dengan mezbah keluarga adalah ibadah khusus secara rutin yang
dilaksanakan satu keluarga dengan melibatkan semua anggota keluarga.
Secara teknis, mezbah keluarga diatur oleh kepala keluarga. Melalui
mezbah keluarga, sebuah keluarga menyediakan waktu khusus secara
rutin untuk ibadah bersama dalam keluarga dengan membaca Alkitab,
renungan singkat, memuji Tuhan, berdoa, dan belajar membangun relasi
yang akrab secara vertikal dan horizontal.

Ketika baru memulai suatu mezbah keluarga, berikut ini beberapa


petunjuk yang disarankan untuk dilaksanakan, yaitu: (1) Sediakan waktu
khusus setiap hari di mana semua anggota keluarga dapat berkumpul
bersama. Idealnya di pagi atau malam hari. (2) Sebaiknya menggunakan
waktu yang tidak terlalu lama disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Dianjurkan mulailah dengan waktu 10-15 menit. (3) Gunakan buku
renungan harian dalam setahun sebagai penuntun. Gunakan lebih dari satu
buku renungan sehingga bisa diselang-seling sesuai kebutuhan.
(4) Membaca Alkitab sebaiknya bergantian setiap harinya sehingga semua
anggota keluarga terlibat. Sedangkan renungan bisa dibacakan oleh ayah
atau ibu atau yang ditunjuk oleh ayah. (5) Untuk doa bersama, boleh

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 180


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

dipimpin oleh ayah, ibu, atau bergiliran. Perlu ada pokok-pokok doa yang
tetap, namun perlu juga mendoakan pokok-pokok doa yang khusus
diusulkan oleh anggota keluarga untuk didoakan. Perlu juga mencatat
daftar pokok doa untuk mengetahui bila yang didoakan sudah terlaksana
atau terjawab. (6) Yang memimpin mezbah keluarga adalah ayah, dan
diganti oleh ibu bila ayah tidak ada. Karena itu, ayah atau ibu perlu
bertanya kepada anak-anak atau anggota keluarga lainnya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti. Jika mengalami kesulitan, dapat bertanya
kepada pendeta atau gembala, atau hamba Tuhan yang dapat memberi
penjelasan dan bimbingan.

Waktu untuk mezbah keluarga sangat penting dan indah. Karena


pada saat itu semua anggota keluarga berkumpul bersama. Hal ini
merupakan sarana untuk membangun iman, kerohanian, pengetahuan dan
pengenalan akan Tuhan dan firmanNya, mengembangkan kasih dan
komunikasi dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga. Karena Tuhan
dan keluarga kita penting, mengapa kita tidak memulai mezbah keluarga di
dalam keluarga kita segera mungkin? Jadi, bertekad dan komitmenlah
seperti Yosua yang berkata, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 2415b).

Tidak sedikit orangtua yang merasa malu memulai ibadah keluarga


bersama anaknya. Rasa malu ini dapat menjadi penghalang bagi berkat
Allah untuk keluarganya. Padahal Tuhan memerintahkan dalam Mazmur
78:5, “Telah ditetapkanNya peringatan di Yakub dan hukum Taurat
diberiNya di Israel; nenek moyang kita diperintahkanNya untuk
memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”. Tuhan memerintahkan
agar para orangtua memperkenalkan kisah perbuatanNya yang ajaib dalam
sejarah Israel dan hukum-hukumNya kepada anak-anak mereka. Hal ini
bertujuan agar anak-anak hidup taat akan Tuhan dan menaruh harapan
kepadaNya.

Menurut penulis-penulis Yahudi yang hidup se zaman dengan


Yesus, orangtua Yahudi mendidik anak-anak mereka dalam hukum Taurat,
Seorang penulis yang tidak dikenal pada abad pertama menuliskan
“Ajarkanlah huruf-huruf kepada anak-anakmu juga, supaya mereka
memiliki pemahaman sepanjang hidup mereka pada saat mereka
membaca Taurat Allah tanpa henti” (Perjanjian Imamat 13:12). Flavious
Josephus, seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama mengatakan “di atas
semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan
kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 181


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

paktik kesalehan yang dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas
penting dalam kehidupan” Selanjutnya Yosephus juga mengatakan
“(Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya
dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.
Jadi orangtua adalah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi
anak-anaknya. Tanggung jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru
di sekolah maupun guru sekolah minggu karena waktu yang mereka miliki
untuk bergaul dengan anak-anak di sekolah maupun di gereja jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua. Itu
sebabnya, penting bagi setiap keluarga untuk membangun ibadah keluarga
setiap hari. Waktu sekitar 15 menit yang disisihkan untuk hal pujian, doa,
dan membaca firman Tuhan dalam mezbah keluarga merupakan hal yang
sangat berharga. Jika hal ini dilakukan, keluarga itu tidak hanya akan
bertambah kokoh, berkat Allah pun akan turun semakin melimpah.

KELUARGA BERSAMA-SAMA BERIBADAH DI GEREJA LOKAL

Pada zaman Perjanjian Baru Bait Suci dan Sinagoge tetap diikuti.
Tuhan Yesus sendiri turut ambil bagian dalam kedua rumah ibadat itu
(Markus 1:21; 12:35-37). Ia tidak menolak ibadah tradisional, tetapi Ia
menentang hukum-hukum ritual selama hukum itu hanya diikuti secara
formalitas. Dalam ajaranNya Ia selalu menekankan bahwa kasih kepada
Allah adalah ibadah yang sesungguhnya. Ia meletakkan hukum kasih di
atas kebiasaan Sabat dan Korban (Matius 5:23,24; 12:7,8; Markus 7:1-13).
Dengan demikian ibadah yang sebenarnya adalah suatu pelayanan yang
dipersembahkan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci,
tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama (Matius 5:23; Lukas
10:25; Yohanes 4:20-24).

Orang-orang percaya dalam gereja perdana juga dengan setia


mengikuti ibadah di Bait Suci, terutama di Sinagoge. Pada saat terjadi
perpisahan antara Yudaisme dan Gereja, ada dugaan bahwa ibadah
Sinagoge banyak mewarnai ibadah gereja. Dalam perkembangan
selanjutnya terutama setelah perpisahan gereja dengan Yudaisme, hari
ibadah utama bagi orang Kristen ditetapkan pada Hari Tuhan (Kisah Para
Rasul 2:46; 20:7). Dengan demikian kebiasaan Sabat pun ditinggalkan.
Unsur-unsur yang dicantumkan dalam ibadah jemaat dapat dilihat dari
1 Korintus 14:26-33, yakni: mazmur dan puji-pujian, doa, pembacaan Kitab
Suci dan penjelasannya, dan persembahan kasih. Perjamuan kasih juga
merupakan unsur penting dalam ibadah (1 Korintus 11:23-18).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 182


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

Bagaimana dengan ibadah masa kini? Pada awalnya ibadah gereja


dilakukan di rumah-rumah orang percaya. Hal itu terus berlanjut hingga
orang-orang Kristen memiliki rumah ibadah sendiri. Namun hal yang sangat
penting dalam kepercayaan Kristen tentang ibadah adalah kehadiran Allah
(Matius 18:18; 1 Korintus 14:25). Bagi gereja hingga kini ibadah umat tetap
diutamakan karena ibadah ini bertujuan untuk: membangun tubuh Kristus
(1 Korintus 14:5,15,26; 1 Timotius 4:13), membina pelayanan sesama
(Kisah Para Rasul 2:45), membina persekutuan (1 Korintus 10:16,17),
menunjukkan respon kita terhadap kemuliaan Allah yang dinyatakan
dengan doa dan ucapan syukur (Mazmur 116:12).

Hidup setiap orang Kristen juga harus menjadi ibadah, yakni menjadi
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah
(Roma 1:1). Itu berarti bahwa orang Kristen harus menyadari bahwa
tubuhnya adalah Bait Roh Kudus sehingga ia dapat melayani Allah, baik
dengan pikirannya, rohnya, maupun dengan tubuhnya. Ibadah yang sejati
adalah mempersembahkan tubuh kepada Allah dan semua yang
dikerjakannya setiap hari. Dan hal itu dapat terjadi apabila hidup orang-
orang percaya berubah oleh pembaharuan budi (Roma 12:2), yakni dengan
kehidupan yang berpusat pada Kristus. Jadi, ibadah adalah identitas gereja
atau orang percaya yang menunjukkan ketinggian spiritual disertai
ungkapan pujian dan syukur kepada Allah.

Rasul Paulus menganjurkan orang-orang yang percaya untuk


mempersembahkan tubuhnya sebagai korban yang hidup kepada Allah
(Roma 12:10). Ia menganjurkan untuk menyerahkan seluruh anggota atau
bagian dari tubuh kita kepada Allah untuk dijadikan alat kebenaran (Roma
6:13). Allah ingin memakai seluruh bagian tubuh kita untuk kemulianNya. Ia
telah mengajarkan berbagai cara untuk memuji dan menyembahNya, di
mana seluruh anggota tubuh kita ikut mengambil bagian. Tetapi sekalipun
kita sudah memberikan seluruh tubuh untuk menyembah Allah, kita tidak
boleh lupa bahwa yang dihendaki Allah adalah ibadah “di dalam roh dan
kebenaran” (Yohanes 4:24).

Pakar teologi Charles C. Ryrie menjelaskan dalam bukunya Teologi


Dasar, bahwa Tuhan kita menyatakan dua dasar ibadah yang benar, yaitu
harus di dalam roh dan kebenaran. “Di dalam roh” menyangkut tiga perkara
yang menyangkut inti ibadah: (1) Ibadah dapat dan harus dilakukan di
mana saja dan kapan saja, karena roh tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
tertentu. (2) Ibadah berasal dari roh manusia (Ibrani 4:12). Ibadah bukan
hanya sekedar upacara gereja secara lahiriah. (3) Ibadah yang benar

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 183


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

merupakan pengalaman seseorang dengan Allah, menghormati Allah


dengan roh kita karena Allah telah menyatakan diriNya melalui Tuhan
Yesus pada segala waktu dan di segala tempat. “Di dalam kebenaran”
artinya sifat ibadah yang benar itu harus murni dan tidak berpura-pura.
Allah membenci ibadah yang tidak tulus (Yesaya 1:10-17; Maleakhi 1:7-14;
Matius 15:8-9). Ibadah palsu adalah ibadah yang tidak sesuai dengan
firman Allah yang diwahyukan. Karena itu, untuk bisa beribadah di dalam
kebenaran memerlukan suatu pengetahuan yang semakin meningkat
tentang kebenaran firman Allah yang juga akan meningkatkan
penghormatan kita kepada Allah yang kita sembah.

MENJADI ANGGOTA KELUARGA GEREJA LOKAL

Setiap keluarga Kristen seharusnya komitmen di sebuah gereja


lokal. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa
tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaan, karena Dialah sang
Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Sebagai pengikut Kristus, satu-
satunya komitmen tertinggi dan terpenting dalam hidup kita adalah
komitmen kepada Allah. Setiap komitmen dan tindakan penting lainnya
harus didasarkan pada komitmen itu. Dalam hubungan dengan gereja, bagi
orang Kristen ada dua komitmen terpenting dalam hidupnya , yaitu:
(1) Komitmen kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan, Juruselamat, dan
Kepala Gereja; (2) Komitmen kepada tubuh Kristus, yaitu gereja universal
dan gereja lokal. Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak
anggota yang berlainan. Yang menempatkan anggota di dalam tubuhNya
adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Komitmen di
gereja lokal berakar dari keyakinan bahwa Allah menurut kehendakNya
yang berdaulat telah menetapkan setiap orang percaya menjadi anggota
tubuhnya, dan Ialah yang menempatkannya di gereja-gereja lokal. Alkitab
memberikan alasan mengapa orang Kristen harus ke gereja lokal dan
menjadi anggota yang berkomitmen di gereja lokal adalah karena:

1. Gereja lokal merupakan tempat perkumpulan keluarga atau


persekutuan orang percaya (Efesus 2:19-22). Dengan ke gereja lokal
menghindarkan kita dari keterasingan dan kesendirian yang mementingkan
diri sendiri (1 Korintus 12:26).

2. Gereja lokal adalah suatu persekutuan tubuh Kristus yang terdiri


dari banyak anggota dan yang menempatkan anggota di dalam tubuhNya
tersebut adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Allah
menurut kehendakNya yang berdaulat telah menempatkan setiap orang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 184


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

percaya di gereja-gereja lokal. Komitmen di gereja lokal berakar dari


keyakinan ini, bahwa Allah menurut kehendakNya yang berdaulat telah
menetapkan dan menempatkan setiap orang percaya di gereja-gereja lokal.
(1 Korintus 12:18-20. Gereja lokal adalah tempat untuk mengasuh,
merawat, dan mengayomi atau dengan kata lain gereja lokal adalah tempat
di mana proses pertumbuhan dan pemuridan dilaksanakan.

3. Ketika kita ke gereja lokal dan berkomitmen, kita memenuhi


perintah Tuhan Yesus (Matius 28:18-19). Karena di gereja kita diajar dan
dimuridkan. Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka diajar dan
menjadi murid di luar konteks gereja lokal jelaslah tidak memahami sifat
pemuridan maupun gereja lokal. Gereja lokal adalah konteks Allah yang di
dalamnya berlangsung proses pemuridan (Bandingkan Efesus 1:22-23;
1 Timotius 3:14-15).

4. Dengan ke gereja lokal menunjukkan bahwa kita sungguh-


sungguh Kristen, yaitu murid Kristus (Yohanes 13:35). Di gereja lokal kita
dibentuk, diperlengkapi bertumbuh secara rohani (Efesus 4:11-16). Di
gereja lokal kita saling membantu dan melayani (1 Korintus 12:7). Di gereja
lokal kita saling menjaga dan melindungi agar terhindar dari kemunduran
rohani (1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25; Yakobus 5:19). Di gereja lokal kita
dapat mengambil bagian dalam misi Kristus di dunia (Efesus 2:10).

Rasul Paulus menjelaskan bahwa gereja lokal adalah keluarga atau


“rumah tangga Allah” (1 Timotius 3:14-15; Bandingkan Efesus 2:19).
Metafora ini menunjukan bahwa orang-orang yang lahir baru dalam Kristus
oleh Roh Kudus adalah anggota-anggota keluarga Allah. Mereka diangkat
menjadi anak-anak Allah dan oleh Roh Kudus mereka menyebut Allah
sebagai Bapa (Roma 8:14-17). Hal ini menunjukkan suatu hubungan
khusus dengan Allah dan dengan sesama anggota lainnya dalam
keluargaNya. Keluarga tempat di mana perilaku orang percaya dinilai,
dikritik, dan diperbaiki. Seorang anak dapat pergi ke sekolah dan belajar,
tetapi tidak pernah menggantikan rumahnya dan keluarganya. Alkitab
membandingkan kehidupan rohani sama seperti kehidupan jasmani
(Bandingkan 1 Petrus 2:2; 2 Petrus 3:18), dimulai dari kelahiran seorang
bayi, dilanjutkan dengan pertumbuhan dan perkembangan menjadi
dewasa. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Berawal dari
kelahiran baru (regenerasi) lalu bertumbuh dan berkembang hingga
menjadi dewasa rohani. Seperti seorang bayi jasmani, maka seorang bayi
rohani harus dirawat, diberi susu, dipelihara, didik, dilatih, diajar, dikoreksi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 185


Keluarga yang Beribadah kepada Allah

sampai menjadi dewasa di dalam keluarga gereja. Tujuannya adalah untuk


mencapai kedewasaan rohani (Efesus 3:13-18).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 186


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

Pasal 19.
MENDIDIK ANAK
SESUAI FIRMAN TUHAN 1

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
(Amsal 2:6).

“.. tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4b)

Anak-anak yang diberikan kepada suami dan istri merupakan


karunia Tuhan. Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-orang
yang bersama-sama dengan dia, Yakub berkata bahwa mereka adalah
“Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini” (Kejadian
33:5). Ketika Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua anaknya kepada
Yakub, ayahnya, yang sudah tua dan berkata, “Inilah anak-anakku yang
telah diberikan Allah kepadaku di sini” (Kejadian 48:9). Pemazmur menulis,
“Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka daripada Tuhan, dan
buah kandungan adalah suatu upah” (Mazmur 127:3.) Dalam Perjanjian
Lama, orang-orang umumnya hanya berbicara tentang anak-anak lelaki.
Mereka kadang-kadang melupakan nilai dari anak-anak perempuan.
Kristus datang ke dunia dalam rupa manusia untuk memulihkan umat
manusia ke dalam rencana Allah yang semula. Sungguh dalam Kristus
“tidak ada laki-laki atau perempuan” (Galatia 3:28). Karunia Allah adalah
anak- anak, laki-laki dan perempuan.

Tuhan Yesus memberikan penghargaan yang tinggi pada nilai anak-


anak di dalam Kerajaan Allah. Dikatakan, “Lalu orang membawa anak-anak
kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-
muridNya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah
dan berkata kepada mereka: ‘Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu,
jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah
yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya
barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia
tidak akan masuk kedalamnya”. Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil

1 Khotbah ibadah raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 24 Januari 2015.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 187


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

meletakkan tanganNya atas mereka Ia memberkati mereka (Markus 10:13-


16; bandingkan Matius 19:13-15; Lukas 18:15-17).

RELASI DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK

Pernikahan yang telah menyatukan seorang pria dan wanita, juga


telah membawa mereka pada suatu relasi baru, yaitu relasi suami istri.
Rasul Paulus menjelaskan bentuk relasi antara suami istri ini dalam Efesus
5:22-23 dan Kolose 3:18-19. Pernikahan juga membawa pasangan suami
istri pada relasi yang lebih luas yaitu melibatkan relasi dengan keluarga
mereka masing-masing. Bentuk dari relasi ini antara lain: relasi mertua dan
menantu, relasi antar besan, dan relasi dengan paman dan bibi, relasi
dengan ipar, dan lainnya. Secara khusus, dengan hadirnya anak sebagai
karunia dari Tuhan, relasi suami istri dalam pernikahan akan bertambah.
Kehadiran anak akan membentuk relasi orangtua dengan anak.

Namun relasi orangtua dengan anak ini disertai suatu tanggung


jawab, yaitu tanggung jawab orangtua terhadap anak dan tanggung jawab
anak-anak terhadap orangtua. Rasul Paulus mengingatkan, “Hai anak-
anak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di
dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan. (Efesus 6:1-4). Di sini rasul Paulus menekankan kewajiban
para ayah untuk mendidik anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan (Efesus 6:4). Namun tentu saja tugas mendidik anak bukan hanya
tugas dari seorang ayah, melainkan tugas bersama, seorang ayah dan ibu
selaku orangtua. Kita melihat bahwa rasul Paulus memberikan nasihat
tersebut karena keprihatinannya. Ia menjelaskan bahwa para ayah harus
melaksanakan tugas mendidik anak-anak mereka, dan tidak melalaikan
tugas tersebut dengan menyerahkannya kepada istri mereka. Mendidik
anak adalah tugas dan tanggung jawab bersama suami dan istri.

Dahulu di beberapa budaya cara orangtua mendidik anak berbeda-


beda. Menurut Mary Setiawan dalam bukunya Menerobos Dunia Anak
bahwa di Sparta demi rasa kepatriotan bangsa, orangtua mendidik anak
dengan cara menyiksa. Anak yang sehat dipilih untuk dilatih khusus,
sedangkan anak yang lemah dibunuh. Di Papua Nugini memiliki suatu adat
tradisi yang buruk, yaitu tidak suka mendidik anak. Anak-anak harus
dikubur bersama dengan orangtuanya yang meninggal. Di India Utara, jika

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 188


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

orangtua sakit kronis dan tidak dapat disembuhkan, mereka mandi dengan
darah anaknya untuk memperoleh kesembuhan. Tetapi tidak demikian
halnya bagi orang Kristen. Tanggung jawab mendidik anak didasarkan
pada hikmat Tuhan yang dinyatakan di dalam Alkitab.

PERANAN ORANGTUA BAGI ANAK-ANAKNYA

Sekilas kita melihat bahwa orangtua memainkan peranan yang


sangat penting di dalam mendidik anak-anak mereka. Orangtua merupakan
figur utama bagi anak-anaknya. Orangtua yang tidak memberikan
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, bukan saja tidak dapat menikmati
hasil yang baik, bahkan akan menuai hasil yang tidak baik, karena apa
yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7-8). Menurut
Mary Setiawan dalam bukunya Menerobos Dunia Anak bahwa dalam
pandangan seorang anak, orangtua memagang peranan sebagai: (1) Ayah
dan Ibu; (2) Seorang guru; dan (3) Seorang teman.

1. Orangtua sebagai ayah dan ibu. Ayah dan ibu bertanggung


jawab untuk memelihara hubungan yang baik dengan anak-anak mereka.
Dalam melaksanakan peran mereka sebagai ayah dan ibu, maka orangtua
wajib mengasuh, merawat, membesarkan dan memelihara anak-anaknya
secara jasmani dengan menyediakan makanan, tempat berlindung serta
pakaian. Mereka juga harus juga memelihara anak-anak dari aspek
emosioanal maupun spritual. Tujuannya agar anak-anak dapat bertumbuh
secara seimbang dalam hal intelek, jasmani, rohani, psikis, dan sosial.
Bukan gereja dan bukan juga sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
yang ditetapkan Allah untuk membentuk manusia menjadi manusia
seutuhnya tetapi keluarga.

2. Orangtua sebagai guru. Orangtua dalam menjalankan


peranannya sebagai “guru”, menyampaikan segala sesuatu yang baru
secara bertahap kepada anak-anaknya sesuai dengan usia, pertumbuhan
dan perkembangan anak, sehingga dari anak yang tidak tahu menjadi tahu,
dari anak yang tidak berpengalaman menjadi berpengalaman, dari anak
yang tidak mengerti menjadi mengerti sesuatu. Dari anak yang polos
menjadi anak yang bijak, dari anak yang tidak tahu apa-apa menjadi anak
yang pandai dan seterusnya. Orangtua harus membimbing anak-anak
mereka sebelum mereka tahu membedakan mana yang baik dan salah.
Anak sangat membutuhkan bimbingan dalam pembentukan karakter dan
sifat yang baik, serta bersikap sebagai seorang manusia. Orangtua juga
harus menjadi gambar hidup yang bisa dilihat, ditiru, dan dirasakan oleh

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 189


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

anak-anak mereka, terutama tentang cara hidup yang baik dan takut akan
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orangtua yang menyuruh
anak-anaknya rajin beribadah, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Ada orangtua yang menasihati supaya anak-anaknya banyak berdoa, tetapi
ia sendiri tidak pernah berdoa. Itu namanya gambar yang mati, hanya bisa
dilihat, tetapi tidak bisa ditiru dan dirasakan. Karena itu biarkanlah anak-
anak dalam kehidupan sehari-hari melihat teladan dan cara hidup orangtua.

3. Orangtua sebagai teman. Orangtua sebaiknya menjadi teman


bagi anak-anaknya. Ini tidak akan mengurangi wibawanya dan rasa hormat
anak terhadap mereka. Karena itu orangtua jangan menampilkan wajah
yang sangar sehingga anak-anak tidak berani mendekat. Orangtua harus
menjadi teman yang akrab bagi anak-anaknya, hidup bersama mereka,
mendampingi mereka bermain, dan kadang perlu berekreasi bersama
mereka. Dengan demikian hubungan baik orangtua dan anak terjalin
dengan baik. Anak-anak akan merasa senang dan termotivasi jika orangtua
mau bersama-sama dengan mereka serta mendukung mereka, memberi
waktu mendampingi mereka, mengarahkan mereka, dan berbicara dengan
mereka layaknya seorang teman.

DASAR-DASAR KITAB SUCI DALAM MENDIDIK ANAK-ANAK

Namun tugas mendidik anak bukanlah hal yang mudah, hal itu
membutuhkan perhatian yang saksama. Karena itulah kita membutuhkan
dasar yang kuat dalam hal mendidik anak. Dasar itu adalah firman Tuhan,
yaitu Alkitab (Matius 7:27). Alkitab tidak hanya menuntun seseorang
kepada keselamatan tetapi juga bermanfaat untuk mendidik orang dalam
kebenaran dan memperlengkapinya untuk setiap perbuatan baik
(2 Timotius 3:15-17). Wayne Grudem dalam bukunya Kebenaran Yang
Memerdekakan mengatakan, “Di dalam Kitab Suci sajalah kita mencari
firman Allah bagi kita. Kita perlu merasa puas dengan apa yang kita
temukan di sana. Kecukupan Kitab Suci seharusnya mendorong kita untuk
menyelidiki Alkitab secara menyeluruh, untuk menemukan apa yang Allah
kehendaki dalam kita memikirkan suatu masalah tertentu atau apa yang
harus kita lakukan dalam situasi tertentu”. Jadi meskipun Alkitab bukanlah
buku khusus yang ditulis sebagai pedoman membesarkan dan mendidik
anak, namun di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak saran yang
praktis tentang pokok persoalan ini. Di dalam Alkitab kita dapat
menemukan banyak nasihat mengenai mendidik anak dengan cara
seimbang menurut hikmat Allah. Dan telah terbukti, ada banyak orangtua
Kristen yang menerapkan nasihat Alkitab tentang mendidik anak telah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 190


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

mendapat manfaatnya. Di dalam Alkitab ditegaskan bahwa orangtua


bertanggung dalam hal mendidik anak-anak mereka.

Pertama-tama kila melihat di dalam Perjanjian Lama, bahwa


orangtua diperintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tekun
(Ulangan 6:6-7). Mendidik anak untuk mengenal perintah Tuhan (Mazmur
78:5-6) dan mendidiknya di jalan yang benar (Amsal 22:6). Mendidik anak-
anak merupakan keharusan karena anak merupakan warisan Allah kepada
orangtua (Mazmur 127:3), bahkan bila perlu mendidik disertai dengan
disiplin (Amsal 22:15; 19:18; 23:13-14; 29:15,19). Jadi terlihat bahwa
bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama sangat mementingkan
pendidikan terhadap anak karena itu merupakan perintah Tuhan. Menurut
penulis-penulis Yahudi yang hidup di zaman Yesus, orangtua Yahudi
mendidik anak-anak mereka dalam hukum Taurat. Flavious Josephus,
seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama mengatakan “di atas semuanya
kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada
anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan paktik
kesalehan yang dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting
dalam kehidupan”.

Selanjutnya, di dalam Perjanjian Baru disebutkan bahwa pendidikan


anak merupakan tanggung jawab orangtua. Rasul Paulus dalam Kolose
3:21 dan Efesus 6:4 menasihati bahwa orangtua harus mendidik anak
sesuai ajaran dan nasihat Tuhan. Kewajiban orangtua dalam mendidik
anak-anak mereka termasuk di dalamnya kewajiban untuk: memelihara dan
merawat, mencukupkan kebutuhan materi dan psikis mereka, membantu
mereka untuk bertumbuh, memberi rasa aman, menyekolahkan mereka,
dan menjadikan mereka manusia yang dewasa dan mandiri.

PERINTAH AGAR ORANGTUA MENDIDIK ANAK-ANAK (SUATU


EKSEGESIS DAN ANALISIS TEOLOGIS EFESUS 6:4)

Secara khusus di dalam Efesus 6:4 Rasul Paulus menasihati


demikian, “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam
hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan”. Di sini rasul Paulus memberikan nasihat dalam dua bentuk yaitu
negatif dan positif. Ralph P. Martin mengomentari dalam artikel Tafsiran
Surat Efesus demikian, “Kewajiban sang ayah diperlihatkan baik secara
negatif maupun secara positif. Pertama, peringatan jangan menyakiti anak-
anak sehingga membuat mereka marah; Kedua, untuk melatih anak-anak
dalam pendidikan disiplin hidup Kristen (Inilah arti ajaran dan nasihat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 191


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

Tuhan)”. Berikut ini penjelasan mengenai kedua kewajiban orangtua


tersebut.

1. Orangtua tidak boleh menyakiti hati anak-anak dengan cara


apapun yang dapat membuat anak-anak mereka dendam.

Dalam kalimat negasi yang kuat, rasul Paulus mengatakan “bapa-


bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu” (Efesus
4:6a). Di sini timbul pertanyaan, “mengapa ibu-ibu tidak disebutkan dalam
nasihat ini, padahal mereka juga turut bertanggung jawab atas pendidikan
anak-anak mereka?” Alasan yang paling kuat adalah karena rasul Paulus
memang menganggap para ayah sebagai kepala keluarga (rumah tangga)
yang mewakili wibawa (otoritas) orangtua atas anak-anak. Karena itulah di
dalam ayat sebelumnya rasul Paulus memerintahkan agar anak-anak
menghormati orangtua dan menaati mereka di dalam Tuhan (Efesus 6:1-3).
Namun, ada juga alasan lainnya, yaitu keprihatinan rasul Paulus terhadap
hubungan bapa-bapa dengan anak-anak mereka pada zaman itu. Pada
abad pertama, seorang ayah Romawi mempunyai kekuasaan mutlak
terhadap anaknya. Seorang bayi ketika baru lahir akan diletakkan di depan
kaki ayahnya. Apakah bayi itu akan diterima atau dibuang adalah hak si
ayah, dan seringkali bayi yang lemah dan cacat dibuang begitu saja.
Seorang anak jika berani menentang orangtua akan dibawa ke depan pintu
gerbang kota untuk diadili dan bisa dihukum dengan dilempar batu sampai
mati. Seorang ayah pada masa itu berhak menjual anaknya sebagai budak,
mempekerjakannya di ladang dengan rantai, menghakimi mereka,
menjatuhkan hukuman kepada mereka, bahkan menjatuhkan hukuman
mati kepada mereka. Hal-hal tersebut tentu saja menyakiti hati anak dan
membuat mereka marah, terlebih lagi bertentangan dengan ajaran firman
Tuhan! Karena itu rasul Paulus menegaskan agar para ayah janganlah
bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka.

Kata “bangkitkan amarah” adalah kata Yunani “parorgezein” yang


berarti “mengganggu, memanaskan hati, membuat menjadi marah”. Kata
ini juga dipakai dalam Roma 10:19 yang diterjemahkan dengan
“membangkitkan amarah”. Rasul Paulus kelihatannya memahami betul
bahwa amarah dapat membawa seseorang kepada dosa dan kepada
kuasa Iblis (bandingkan dengan Efesus 4:26-27). Selanjutnya, karena
amarah orang dapat jatuh ke dalam dosa fitnah (Bandingkan Efesus 4:31),
yang memisahkannya dari persekutuan dengan Allah. Dengan demikian,
bapa-bapa yang membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya
sehingga sakit hati dan marah secara tidak langsung telah memimpin anak-

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 192


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

anak mereka memberontak kepada bapa, dan akhirnya kepada Allah.


Warren W. Wiersbe dalam bukunya Tafsiran Surat Efesus menjelaskan
bagaimana seorang ayah menyakiti hati anak-anak mereka demikian, “Para
ayah menyakiti hati anak-anak mereka dan menjadikan mereka tawar hati
dengan melakukan hal yang berbeda dengan apa yang mereka katakan.
Dengan selalu menyalahkan dan tidak pernah memuji. Dengan bersifat
tidak konsisten dan tidak adil dalam hal disiplin, dan dengan bersikap pilih
kasih di dalam keluarga. Juga dengan membuat janji-janji dan tidak
menepatinya, dan dengan menganggap remeh persoalan-persoalan yang
bagi anak-anak merupakan hal yang penting sekali”. Karena itu orangtua
Kristen wajib memperhatikan sikap, perkataan, tindakan dan lainnya, agar
tidak membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka.

2. Orangtua wajib mendidik anak-anak dalam ajaran dan nasihat


Tuhan.

Sebaliknya, dengan cara yang positif rasul Paulus menasihati agar


para ayah mendidik anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan
(Efesus 6:4b). Kata “mendidik” dalam ayat tersebut adalah kata Yunani
“ektrephein” yang berarti “mendidik, membesarkan”. Ini muncul sebelumnya
dalam Efesus 5:29 yang diterjemahkan dengan “mengasuh”. Jadi seorang
ayah tidak hanya mengasihi anak-anaknya, tetapi juga wajib mengasuh,
merawat, membesarkan dan memelihara anak-anaknya secara jasmani
dengan menyediakan makanan, tempat berlindung serta pakaian. Ia harus
juga memelihara mereka dari aspek emosional maupun spritual. Tujuannya
agar anak-anak dapat bertumbuh secara seimbang dalam hal intelek,
jasmani, rohani, psikis, dan sosial. Bukan gereja dan bukan juga sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya yang ditetapkan Allah untuk membentuk
manusia menjadi manusia seutuhnya tetapi keluarga. Alkitab tidak
mengajarkan bahwa pendidikan anak-anak diserahkan kepada lembaga-
lembaga lainnya di luar rumah tangga, walau bagaimanapun lembaga-
lembaga itu mungkin dapat menolong. Pendidikan anak-anak dipercayakan
Allah kepada orangtua.

Lalu bagaimana cara orangtua Kristen mendidik anak-anak mereka?


Dalam Efesus 6:4 ini rasul Paulus menjelaskan bahwa mendidik anak
harus dilakukan dalam “disiplin dan ajaran Tuhan”. Frase “ajaran dan
nasihat Tuhan” dalam terjemahan AITB kurang tepat. Karena frase Yunani
yang dipakai adalah “paideia kai nouthesia Kuriou” yang lebih tepat
diterjemahakan dengan “discipline and instruction of the Lord (disiplin dan
ajaran Tuhan”). Di sini kata “paideia” berarti disiplin, ketertiban, atau ajaran

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 193


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

dengan menggunakan alat-alat disiplin”. Menurut ayat-ayat lainnya dalam


Alkitab, disiplin terhadap anak-anak itu penting dan harus dilakukan oleh
orangtua (2 Timotius 3:16; Ibrani 12:5-11; Bandingkan Amsal 13:24; 22:15;
23:13-14). Sedangkan kata Yunani “nouthesia” berarti “nasihat, ajaran yang
dilakukan dengan cara verbal”. Kata tersebut mengindikasikan agar
orangtua mengajar dan mendorong anak-anak mereka dengan kata-kata
yang bijaksana.

Jika diperlukan, disiplin dapat dilakukan dengan hukuman yang


mengoreksi, misalnya dengan menggunakan rotan, tetapi bukan dengan
tangan atau benda-benda yang dapat membahayakan atau merusak fisik
anak. Karena itu, mendidik anak dengan disiplin seharusnya dilakukan
ketika anak dalam keadaan tidak taat yang disengaja, dan bukan ketika
orangtua sedang dalam keadaan marah (dengan luapan emosional).
Orangtua yang gagal untuk menegur ketidaktaatan anak menunjukkan
orangtua yang lemah dan kekurangan kasih. “Siapa yang tidak
menggunakan tongkat, benci kepada anaknya, tetapi siapa mengasihi
anaknya, menghajar dia pada waktunya (Amsal 13:24). Dengan kata lain,
hukuman yang pantas bukan semata-mata memberi ganjaran terhadap
kesalahan tetapi benar-benar demi kepentingan yang terbaik dari sang
anak. Prinsip dalam mendisplin melalui hukuman adalah: (1) Hukuman
tidak diberikan sebagai pembalasan tetapi sebagai penolong untuk
pertumbuhan anak, sesuatu yang mendidik dan menguatkan anak; (2)
Hukuman berguna untuk menolong memenuhi pikiran anak dengan hikmat;
(3) Hukuman mengusir kebodohan dari hati mereka. Selain itu juga dapat
membebaskan mereka dari kesengsaraan akibat dosa dan termasuk
neraka. (4) Hukuman juga harus tegas dan tidak berubah-ubah. Alkitab
berkata: “hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau
menginginkan kematiannya (Amsal 19:18). Jangan mengubah-ubah disiplin
dan jangan bersikap sangat lemah sehingga anda menjadi lunak secara
berlebihan. Teguran harus kukuh dan teguh, kalau tidak teguran itu tidak
akan berhasil. “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak
yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (Amsal 29:15).

Selanjutnya, disiplin dan ajaran itu menurut rasul Paulus agar


dilakukan “di dalam Tuhan”. J.L.Ch. Abineno dalam Tafsiran Surat Efesus
menjelaskan bahwa kata Yunani “Kuriou” di sini dalam arti yang luas kira-
kira sama dengan “en Kuriôi” dalam Efesus 6:1, yang mengindikasikan
agar orangtua (para ayah) berusaha memberikan kepada anak-anak
mereka suatu pendidikan yang bersumber di dalam Tuhan, yang dijiwai dan
digerakan olehNya, yang berorientasi kepada dan yang sesuai dengan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 194


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

kehendakNya. Jika hal itu terjadi, pastilah anak-anak tidak akan marah dan
memberontak, sebaliknya mereka akan taat dan menghormati orangtua.
Dengan demikian ketika rasul Paulus mengatakan agar orangtua mendidik
anak “dalam disiplin dan ajaran Tuhan”, maka yang ia maksudkan adalah
agar orangtua mendidik dalam perkataan (nothesia) dan tindakan (paidei)
sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah pondasi utama bagi para orangtua
di dalam mendidik anak-anak mereka.

PRINSIP-PINSIP ALKITABIAH DALAM MENDIDIK ANAK

Setelah meletakkan pondasi utama bagi orangtua dalam mendidik


anak-anak dengan disilpin dan ajaran dalam Tuhan berdasarkan Efesus
6:4; Bandingkan Kolose 3:21), maka berikut ini beberapa prinsip mendidik
anak yang dinyatakan dalam Alkitab. John MacArthur dalam artikelnya
Prinsip Alkitabiah Mendidik Anak memberikan sembilan prinsip mendidik
anak menurut Alkitab.

1. Ajarlah Anak-anak untuk Takut akan Tuhan (Amsal 1:7;


9:10). Takut akan Tuhan adalah dasar yang sejati dari hikmat yang perlu
diajarkan kepada anak-anak kita. Kesuksesan mendidik anak sebenarnya
di mulai dengan menanamkan rasa takut akan Tuhan secara tepat di dalam
diri anak anda. Takut akan Tuhan memiliki dua aspek : yaitu aspek positif
dan aspek negatif. Secara positif, takut akan Tuhan adalah muncul dalam
bentuk penghormatan. Ini adalah kekaguman yang suci akan kekudusan
mutlak dari Tuhan. Di dalamnya tercakup rasa hormat dan pemujaan yang
menghasilkan rasa takut ketika berhadapan dengan sosok yang termulia.
Secara negatif, takut akan Tuhan merupakan rasa takut terhadap apa yang
tidak disukai Tuhan. Iman sejati mengakui kedaulatan Tuhan untuk
menegur, menghukum, dan menghakimi. Karena itu, di hadapan Tuhan,
hikmat yang benar bergetar dengan takut dan gentar yang kudus, sehat
dan penuh pengertian.

2. Ajarlah Anak-anak untuk menjaga pikiran mereka (Amsal


4:23). Firman Tuhan berbicara mengenai hati sebagai tempat kedudukan,
baik emosi maupun pikiran. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim
pikiran (Amsal 23:7). Serangan gencar melawan pemikiran yang besar
datang dari berbagai kubu: televisi, radio, film, musik, internet. Jadi tugas
orangtua jelas sangat berat. Orangtua sanggup, dan harus melindungi
anak-anak dari keterbukaan terhadap aspek yang paling buruk dari dunia
hiburan modern dan media. Orangtua tidak hanya mengajar anak-anak
mereka untuk menjaga hati dan pikiran mereka, tetapi mereka juga perlu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 195


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

melindungi anak-anak dari pengaruh jahat yang datang dari luar. Orangtua
juga harus melatih anak-anak untuk bertindak bijaksana dan dapat
membedakan yang benar dan yang salah. Orangtua harus mengajar anak-
anak mereka bagaimana menyimpan pemikiran yang sehat. Dengan
menanamkan ke dalam pikiran mereka kebenaran, kebaikan, kesetiaan,
kejujuran, dan lainnya. Semua itu merupakan bagian dari pengajaran bagi
anak-anak kita untuk menjaga pikiran mereka. (Filipi 4:8).

3. Ajarlah anak-anak untuk menghormati dan menaati orang


tua (Amsal 1:8; 30:17). Orangtua harus mengajar ketaatan kepada anak
mereka. Ini merupakan salah satu tanggung jawab orangtua yang paling
mendasar dan jelas. Jika kita ingin membesarkan sebuah generasi anak-
anak yang bertekad untuk hidup dalam kebenaran, mereka harus mulai
dengan mempelajari bagaimana menaati orangtua mereka. Mendidik anak
mencakup disiplin, dan jika diperlukan, hukuman dan peringatan. Orangtua
yang gagal untuk menegur ketidaktaatan anak menunjukkan orangtua yang
kekurangan kasih. “Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada
anaknya, tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya
(Amsal 13:24). Dengan kata lain, hukuman yang pantas bukan semata-
mata memberi ganjaran terhadap kesalahan tetapi benar-benar demi
kepentingan yang terbaik dari sang anak.

4. Ajarlah anak-anak untuk memilih teman mereka. Salomo


menulis, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa
berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20). Orangtua
harus serius dalam hal ini. Jika orangtua tidak menolong anaknya untuk
memilih, dan membantu mereka belajar memilih bagi diri mereka sendiri,
persahabatan yang benar, maka pergaulan yang salah tidak terelakkan lagi
akan memilih mereka. Karena itu, tanggung jawab orangtua untuk
mengajar anak tentang bagaimana memilih teman mereka secara
bijaksana merupakan suatu prinsip dasar mendidik anak secara alkitabiah
dengan sukses. Rasul Paulus menulis, “janganlah kamu sesat, pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Korintus 15:33). Dan
pengaruh buruk di antara teman mereka menciptakan bahaya yang
merusak. Ingat! Sedikit ragi (pengaruh) mengkhamiri seluru adonan”
(1 Korintus 5:6). Orangtua harus mengajar anak-anak mereka untuk
memilih teman-teman pergaulan mereka yang sebaya dengan bijaksana.

5. Ajarlah anak-anak untuk mengendalikan nafsu mereka.


Rasul Paulus menulis, “Jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,
kesetiaan, kasih dan damai sejahtera bersama-sama dengan mereka yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 196


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2 Timotius 2:22). Di sini
rasul Paulus berbicara mengenai nafsu orang muda. Orangtua yang
bijaksana akan menyadari bahwa semua remaja mengembangkan hasrat
yang kuat yang dapat memimpin mereka pada tragedi kecuali mereka
belajar mengendalikan nafsu mereka. Ajarlah anak-anak bahwa satu-
satunya tempat yang tepat menemukan kepuasan bagi hasrat seksualnya
adalah pada pasangan hidupnya sendiri (suami atau istri mereka, bila
mereka menikah nanti). Ajarkanlah hal ini kepada anak-anak, baik melalui
perilaku maupun perintah yang jelas. Orangtua perlu menujukkan kepada
anak-anak mengenai hal ini dengan cara mereka memperlakukan
pasangan dan melalui ucapan mereka satu sama lain bahwa kepuasan
yang sesungguhnya hanya ditemukan di dalam perjanjian pernikahan.

6. Ajarlah anak-anak untuk menjaga perkataan mereka (Amsal


4:24). Orangtua perlu mendidik anak-anak mereka agar menjaga perkataan
mereka. Perkatakanlah kebenaran, berbicaralah mengenai apa yang
bermanfaat, bukan yang melukai orang lain. Sebaiknya orangtua menjaga
agar perkataan senantiasa murni. Salomo mengingatkan, “Mulut orang
benar adalah sumber kehidupan” (Amsal 10:11). Satu pelajaran yang perlu
selalu ditekankan berulang kali oleh orangtua pada anak-anak mereka
adalah betapa penting untuk mengatakan hal yang benar. Pelajaran
penting lain tentang menjaga perkataan adalah bahwa “di dalam banyak
bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal
budi (Amsal 10:19). Perlu juga bagi orangtua mengajarkan anak-anak
mereka bahwa adakalanya lebih bijaksana untuk tidak berbicara apapun
juga.

7. Ajarlah anak-anak untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.


Hampir setiap orang akan bekerja keras, atau tampak bekerja keras, ketika
atasan atau pimpinannya sedang mengawasi. Tetapi seekor semut bekerja
keras meskipun tidak mempunyai pengawas. Orangtua seharusnya
mengajarkan anak-anak mereka bekerja berdasarkan dorongan dari diri
sendiri jika mereka ingin sukses di dalam hidupnya. Pertanyaannya:
Apakah anak anda mengetahui bagaimana membuat rencana dan bekerja
demi kebutuhan masa depan mereka? Ini merupakan pelajaran penting
lain yang harus diajarkan oleh orangtua yang bijaksana kepada anak-anak
mereka. Bila tidak, anak-anak akan bertumbuh menjadi pemalas. Seorang
pemalas seringkali bukanlah orang bodoh, tetapi ia adalah orang yang tidak
rajin bekerja. Dia hanya melakukan apa yang disenanginya dan menunda
apa yang dirasa tidak menyenangkan. Pemalas adalah sifat dari orang
yang tidak bertanggung jawab.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 197


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

8. Ajarlah anak-anak untuk mengatur uang mereka. Di dalam


Amsal 3:9-10 dikatakan, “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan
hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan
diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan
meluap dengan air buah anggurnya”. Dengan kata lain, jika kita bermurah
hati kepada Tuhan, Dia akan bermurah hati kepada kita. Jadi muliakanlah
Tuhan dengan harta kita. Ini adalah peraturan pertama dari penataan
keuangan. Penghasilan pertama adalah milik Tuhan. Dan bukan saja
penghasilan pertama, tetapi semua harta kepunyaan kita harus digunakan
untuk kemuliaan Tuhan. Karena itu, jika orangtua ingin anak-anak mereka
mengenal kepenuhan berkat Tuhan, maka ajarlah mereka bagaimana
memberi dengan murah hati kepada Tuhan, dan ajarlah mereka bagaimana
menggunakan harta mereka dengan bijaksana dan untuk memuliakan Dia.

9. Ajarlah anak-anak untuk mengasihi sesama mereka.


Orangtua harus mengajarkan anak-anak untuk mengasihi sesama mereka.
Ajar anak-anak untuk menghargai kebaikan, kemurahan, dan belas
kasihan. Yesus mengatakan bahwa perintah untuk mengasihi sesama
manusia merupakan hukum terbesar kedua di dalam seluruh hukum
(Matius 22:39). Tentu saja hukum yang terbesar adalah Ulangan 6:5:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

KEBUTUHAN DASAR ANAK

Orangtua Kristen bukan hanya perlu mengetahui prinsip-pinsip


Alkitabiah mendidik anak, tetapi mereka juga perlu mengetahui kebutuhan
dasar anak. Orangtua tidak hanya mendesak anak agar berperilaku baik,
hormat dan taat kepada mereka, sementara tindakan mereka berlaku
sarkastik, kasar, bahkan kejam terhadap anak. Sikap hormat anak kepada
orangtua memang sebuah nilai moral yang dapat ditumbuhkan orangtua
melalui pendekatan otoritar atau pemaksaan. Namun, sikap hormat kepada
orangtua seharusnya berkembang dari dalam diri anak itu sendiri dari hasil
menyaksikan keteladanan melalui perkataan, sikap, dan perilaku
orangtuanya. Kekaguman mereka terhadap orangtua yang mengasihi
mereka akan secara perlahan melahirkan sikap respek.

Menurut Bruce Norramore dalam bukunya Mengapa Anak


Berkelakukan Buruk, menyatakan bahwa karakter buruk terbentuk dan
berkembang pada diri anak disebabkan oleh kekeliruan orangtua dalam
membesarkan anak-anaknya. Orangtua tidak mengerti cara yang sehat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 198


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

dalam memenuhi kebutuhan anak seperti yang telah di desain Allah. Akibat
tidak terpenuhi kebutuhan itu, anak mencari upayanya sendiri dan
seterusnya terbentuklah watak yang menjadi ciri khasnya. Karena itulah
berikut ini akan diuraikan kebutuhan dasar anak yang perlu dipikirkan,
diperhatikan, bahkan dipenuhi orangtua. Jika tidak, orangtua akan menuai
hasil yang tidak diharapkan. Seperti apa yang dikatakan firman Tuhan
bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7-8).
Kebutuhan-kebutuhan dasar anak itu yang perlu diperhatikan dan bahkan
dipenuhi orangtuanya menurut B.S. Sidjabat dalam buku Membesarkan
Anak Dengan Kreatif adalah: (1) Kasih dari orangtua; (2) Rasa percaya diri;
(3) Harga diri; (4) Aktivitas yang membangun; dan (5) Rasa aman.

1. Anak membutuhkan kasih (love). Anak kecil ingin sekali


dikasihi orangtuanya, terutama melalui sentuhan fisik, dekapan, pelukan,
dan sanjungan. Karena kebutuhan inilah, maka anak berusaha menarik
perhatian orangtua dengan sikap pasif (berdiam diri) atau sikap agresif
seperti mengganggu kakaknya atau melakukan kegiatan yang merusak
barang mainannya. Bila kebutuhan ini dirasakan dan tidak terpenuhi,
akibatnya anak bertumbuh dalam rasa kesepian, menarik diri atau
terisolasi, menderita stress dan depresi.

2. Anak membutuhkan rasa percaya diri (self-confidence).


Anak usia balita khususnya menyatakan adanya kebutuhan ini dengan
memainkan kuasa dan pengendalian. Mereka memperlihatkan sikap
memberontak terhadap otoritas orangtua. Anak melakukan hal itu karena
ingin menunjukan otonomi diri, sebagai pribadi yang berbeda dari ayah dan
ibunya. Seharusnya orangtua memberi ruang bagi anak-anak untuk
menyatakan pendapat, menunjukkan kemampuan atau kebolehannya.
Akan tetapi karena tidak tahu, banyak orangtua menyuruh anaknya diam
saja, agar tidak ribut dan sekali-kali jangan membantah otoritas orang
tuanya. Karena kebutuhan ini dirasa tetap tidak terpenuhi, anak bertumbuh
dalam perasaan lemah, tak berdaya, rendah diri di kemudian hari.

3. Anak membutuhkan harga diri (self-esteem). Secara khusus


anak usia Sekolah Dasar menyatakan adanya kebutuhan ini dengan cara
berusaha perfeksionis atau selalu ingin serba sempurna, suka
memamerkan kebolehannya, dan menjadi sangat penurut kepada otoritas.
Sikap penurut itu direfleksikan karena anak ingin mendapat penghargaan
dari orangtuanya. Akan tetapi karena dirasakan bahwa penghargaan dan
pengakuan dari orangtua tidak terpenuhi, akibatnya pada diri anak
bertumbuh perasaan tidak berharga, tidak berguna, dan tidak memiliki

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 199


Mendidik Anak Sesuai FirmanTuhan

sesuatu yang baik. Lalu, bagaimana jika anak melakukan kesalahan,


apakah orangtua masih menunjukkan penghargaan dengan memaafkan
anak lalu memberi kesempatan kedua? Atau sebaliknya, justru orangtua
langsung mencela dan memvonis anak bahwa ia seorang yang tidak dapat
diandalkan.

4. Anak membutuhkan aktivitas yang konstruktif atau


membangun (competence). Anak memperlihatkan adanya kebutuhan ini
dengan melakukan kegiatan negatif atau merusak. Misalnya ketika
ayahnya sedang memperbaiki sesuatu, anak kemudian mendekat dan
mulai memegang peralatan yang digunakan ayahnya. Dengan
mengganggu sebenarnya anak ingin terlibat dengan pekerjaan ayahnya
atau dalam kegiatan positif di rumahnya bersama dengan orangtuanya.
Anak ingin dilibatkan atau berpartisipsi. Karena tetap merasa tidak
terpenuhi, hasilnya dalam diri anak bertumbuh rasa bosan dan gelisah.
Anak mudah marah dan menggerutu. Untuk memenuhi kebutuhan itu
sebenarnya orangtua dapat saja memberikan kegiatan yang lain yang
dikerjakan anaknya, suatu aktivitas lain yang tidak berbahaya. Masalahnya
orangtua tidak mau repot untuk memberi perhatian, memberi petunjuk dan
latihan dasar karena dianggap anaknya hanya mengganggu
konsentrasinya.

5. Anak membutuhkan rasa aman (safety and security). Anak


kecil yang ditakut-takuti dan diancam jika tidak berbuat seperti yang
dikehendaki orangtua, dapat merasa tidak aman dan tidak nyaman.
Misalnya, anak ingin ditemani sejenak sebelum tidur tetapi ditolak orang
tua, malah dikunci di ruang gelap. Cara anak ini memohon mungkin disertai
rengekan dan tangisan yang membuat orangtua kesal. Anak yang
ditinggalkan orangtua di rumah maupun di kamarnya dalam waktu cukup
lama tanpa penjelasan ke mana ia pergi dapat menimbulkan perasaan
tidak aman baginya. Apabila kebutuhan rasa aman ini tidak terpenuhi, kelak
anak menyatakannya dengan sikap kebencian, bahkan balas dendam. Ada
juga anak yang menyatakannya dengan membentuk berbagai reaksi
seperti menyendiri, menyerah, represif, membela diri dan membenarkan
diri meski salah, dan mengusahakan kompensasi berlebih.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 200


Berkat & Kebahagiaan Menghormati Orang Tua

Pasal 20.
BERKAT & KEBAHAGIAAN
MENGHORMATI ORANGTUA

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh


TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Ulangan 5:16)

Andi tidak mengerti mengapa ia dapat tersesat di sebuah toko


swalayan. Beberapa menit yang lalu ia masih bersama ibunya, tetapi
beberapa menit kemudian ia sudah tidak bersamanya lagi. Ia yakin bahwa
ibunya pasti berada tidak jauh dari dia. Tetapi dimana? Tiba-tiba Andi
mendengar suara memanggil. “Andi!” katanya. Suara itu kedengarannya
seperti suara ibunya, tetapi Andi tidak begitu yakin. “Ibu, apakah itu suara
ibu?” jawab Andi. “Dimana ibu berada?”. “Di sini!” Ibunya memanggil. Ibu
dan Andi terus bersahut-sahutan hingga mereka bersatu kembali. “Saya
sangat senang mendengar suara ibu”, kata Andi. “Tetapi mula-mula saya
ragu apakah saya harus menaatinya, sebab suaranya itu kedengarannya
seperti bukan suara ibu”. Lalu ibunya berkata, “Ibu senang karena kamu
mau menaati suara ibu. Sebab jika tidak, mungkin ibu tidak dapat
menemukanmu”.

Demikianlah kisah sederhana yang dituliskan oleh V. Gilbert Beers


di atas dalam bukunya yang berjudul “Little Talks About God And You”
mengantarkan kita kepada pertanyaan “mengapa anak-anak harus
menghormati orangtua? Bagaimana cara mereka menghormati orangtua
mereka? Lalu, seberapa penting hal ini diajarkan oleh Alkitab?”

MENGHORMATI ORANGTUA ADALAH PERINTAH TUHAN

Perintah Allah melalui Musa di dalam Perjanjian Lama, “Hormatilah


ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Ulangan 5:16; Keluaran 20:12),
diulangi lagi dengan tegas oleh Paulus dalam Efesus 6:1-3, “Hai anak-
anak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 201


Berkat & Kebahagiaan Menghormati Orang Tua

seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi”. Lebih tegas lagi firman Tuhan mengatakan, “Sebab Allah
berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati” (Matius 15:4; 19:19; Keluaran
21:17).

Pengertian orangtua dalam ayat-ayat tersebut di atas adalah ayah


dan ibu yang melahirkan kita. Tetapi pengertian ini dapat diperluas pada
setiap orang yang lebih tua dari kita. Sedangkan yang dimaksud dengan
menghormati adalah menghargai, menjunjung tinggi, menaati atau
menaruh hormat. Seorang anak yang menghormati orangtua adalah anak
yang menghargai, menaruh hormat, atau menaati ayah dan ibunya, serta
setiap orang yang lebih tua darinya.

Jadi jelaslah bahwa menghormati orangtua adalah perintah yang


diberikan kepada anak-anak untuk dilaksanakan. Mengapa Allah
memerintahkan hal itu? Ada berbagai alasan mengapa Allah memberikan
perintah untuk menghormati orangtua, antara lain: (1) Orangtua adalah
wakil Allah di bumi ini. Allah telah memberikan otoritas atau wewenang
kepada orang atas anak-anak mereka. Jika anak-anak menghormati orang
tua itu artinya secara tidak langsung mereka menghormati Tuhan;
(2) Orangtua telah melahirkan, mengasuh, dan membesarkan anak-anak;
(3) Orangtua telah mengasihi, mengayomi, mendidik dan membimbing,
serta mencukupkan kebutuhan anak-anak; (4) Dengan menghormati
orangtuanya, anak-anak akan mendapatkan berkat yang luar biasa, yaitu:
umur panjang, bahagia dalam menjalani kehidupan, sejahtera atau
keadaan baik, serta menjadi teladan bagi generasi berikutnya.

CARA ANAK MENGHORMATI ORANGTUA

Anak-anak wajib berbakti kepada orangtua. Yang dimaksud dengan


berbakti dalam hal ini adalah membalas dengan iklas pemeliharaan,
bimbingan dan didikan orangtua yang telah diterima selama ini. Hal ini
dapat kita lakukan dengan merawat orangtua, khusus pada masa tua
mereka. Inilah puncak dari bakti anak-anak kepada orangtua. Alkitab
mengatakan, “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu,
hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum
keluarganya sendiri dan membalas budi orangtua dan nenek mereka,
karena itulah yang berkenan kepada Allah”. (1 Timotius 5:4). Ingatlah, Allah
tidak menghormati mereka yang tidak menaati perintahNya untuk
menghormati orangtua mereka. Kalau kita mau menyenangkan Allah dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 202


Berkat & Kebahagiaan Menghormati Orang Tua

diberkati, kita harus menghormati orangtua kita. Menghormati tidaklah


mudah, tidak selalu menyenangkan, dan jelas tidak mungkin dengan
kekuatan kita sendiri. Namun menghormati adalah jalan yang pasti untuk
tujuan hidup kita, yaitu memuliakan Allah. “Hai anak-anak, taatilah
orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”
(Kol 3:20).

Lalu, bagaimanakah caranya anak-anak menghormati orangtua


mereka? Berikut ini beberapa hal yang diajurkan Alkitab mengenai cara
anak-anak menghormati orangtua mereka.

1. Anak-anak perlu mendengar dan memperhatikan apa yang


disampaikan orangtuanya (Amsal 1:8; 4:1). Baik ajaran maupun nasihat
orangtua harus sungguh-sungguh didengar, diperhatikan dan dilakukan
maka hal itu akan menjadikan anak-anak berpengertian dan berhikmat
dalam menjalani kehidupan. Karena setiap orangtua tentu berusaha
mengajar dan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Anak-anak
yang mendapat didikan dan hikmat adalah orang yang berbahagia (Amsal
13:13-15).

2. Anak-anak harus bersikap santun dan berlaku sopan kepada


orangtua dan juga orang-orang yang lebih tua lainnya. Dengan bersikap
dan berlaku demikian membuat orangtua merasa senang dan dihargai
(Roma 13:13).

3. Anak-anak wajib menaati orangtuanya (Kolose 3:20). Manaati


orangtua adalah sistem kehidupan yang paling indah. Setelah menghormati
Tuhan, tidak ada yang lebih indah dalam kehidupan ini selain dari anak-
anak yang menghormati orangtuanya dengan cara menaati ajaran, nasihat
dan perintah orangtua yang sesuai dengan firman Tuhan dan kebenaran.
Sebaliknya, melanggar apa yang disampaikan orangtua berarti melakukan
sesuatu yang buruk dalam kehidupan. Sebagai seorang Kristen, anak-anak
dalam keluarga Kristen harus memperhatikan hal ini dengan sungguh-
sungguh.

TETAP MENGHORMATI ORANGTUA KETIKA MENJADI DEWASA DAN


TELAH MENIKAH

Orang-orang Kristen harus tetap menghormati orangtua mereka


bahkan setelah mereka menjadi dewasa. Namun perintah untuk taat itu
bersifat sementara (Galatia 1:1-2). Menghormati secara alami membawa

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 203


Berkat & Kebahagiaan Menghormati Orang Tua

kepada ketaatan selama yang diminta untuk ditaati itu tidak bertentangan
dengan hukum Allah dan kebenaran. Dengan demikian menghormati
tidaklah sama dengan ketaatan mutlak. Misalnya, ketika seorang pria
menikah, ia harus meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya (Kejadian 2:24). Sebagai seorang anak ia memang harus
menghormati ayah dan ibunya. Namun berhubungan dengan pernikahan
dan rumah tangganya sekarang ia memiliki tanggung jawab sendiri untuk
membinanya tanpa campur tangan orangtua. Jadi sejak saat itu orangtua
seharusnya tidak lagi mencampuri urusan pernikahan putra atau putri
mereka, karena campur tangan orangtua justru seringkali dapat menjadi
sumber perselisihan dan perceraian.

Ketika seorang anak telah dewasa ia dapat saja tidak setuju dengan
orangtuanya dalam beberapa atau banyak hal, khususnya jika orangtuanya
adalah orang yang tidak percaya, namun ia tetap harus menghormati
orangtuanya. Jika orangtua bersifat kejam, menyiksa, bahkan jahat,
menghargai dan menghormati mereka bukan berarti setuju dengan sikap
dan tindakan jahat tersebut. Menghargai orangtua adalah sebuah sikap
menghormati untuk posisi yang mereka miliki sebagai orang yang telah
melahirkan dan memberi kehidupan. Jadi secara positif, sikap seorang
anak terhadap orangtua adalah tunduk dan taat. Sikap ini kita sebut
sebagai respon yang benar terhadap orangtua. Tunduk artinya menerima
dan menghormati orangtua yang telah melahirkan dan memberi kehidupan
kepada kita. Taat artinya melakukan perintah orangtua selama perintah
tersebut tidak membawa kita berbuat dosa, sesuai aturan kebenaran dan
sesuai dengan firman Tuhan.

Ringkasnya, anak-anak harus menaati orangtuanya “dalam segala


hal” (Kolose 3:20), tetapi ketaatan dalam segala hal itu dilakukannya “di
dalam Tuhan” (Efesus 6:1). Dengan kata lain, anak harus taat selama
perintah orangtua tak bertentangan dengan kehendak Tuhan, secara
khusus kehendakNya yang dinyatakanNya dalam firmanNya. Hormat
kepada orangtua bersifat mutlak, tetapi ketaatan tidak. Dengan demikian,
jika suatu ketika orangtua memberikan perintah yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan atau bertentangan dengan firman Tuhan, maka anak tidak
boleh menaati perintah orangtua itu, tetapi sebagai anak ia tetap harus
menghormati orangtuanya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 204


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

Pasal 21.
PENDIDIKAN SEKS
DALAM PERSPEKTIF
IMAN KRISTEN & SAINTIFIK1

“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah
berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota
tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”
(Matius 5:27-29).

Saat ini kita hidup di dalam masyarakat yang berorientasi pada


seks. Kita dapat mengamati, materi pembicaraan yang paling menarik
perhatian di media sosial, surat kabar, majalah, televisi, dan lainnya adalah
tentang seks. Kita juga dapat menemukan, diperkumpulan kaum bapa,
kumpulan ibu-ibu, ditempat nongkrongnya kawula muda, diwarung kopi,
pasar, kantor, dan sebagainya, diwarnai dengan percakapan dan canda
mengenai seks. Seksualisme yang mengilahkan dan menyalahgunakan
seks, serta kekerasan dan pelecehan seksual telah melanda banyak orang.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat peristiwa inses di antara saudara telah
dilaporkan sebanyak 74 % kasus dengan saudara bukan sesama jenis, 26
% dengan sesama jenis, 15 % di antara saudara laki-laki, dan 10 % di
antara saudara perempuan. Selanjutnya, 1 di antara 6 wanita dan 1 di
antara 33 pria Amerika Serikat melaporkan pernah akan diperkosa atau
sudah pernah diperkosa. Diperkirakan di antara 20 - 25 % mahasiswa di
Amerika Serikat pernah akan atau sudah pernah diperkosa ketika masih
kuliah, sedangkan dikalangan siswa sekolah menengah atas sekitar 8 %
dilaporkan pernah dipaksa melakukan hubungan seks (anak perempuan
(11 %) lebih banyak dipaksa ketimbang anak laki-laki (4 %).

1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 204


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

Selain itu, tingginya angka seks pranikah seharusnya membuat kita


prihatin! Data hasil penelitian Kementerian Kesehatan RI di empat kota
besar (Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya) tahun 2009 menunjukkan
bahwa 35,9 % remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan
hubungan seks pranikah dan 6,9 % responden telah melakukan hubungan
seks pranikah. Seperti diberitakan data BKKBN 2010 mencatat sebanyak
51 % remaja di Jabotabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri.
Selain Jabodetabek, data yang sama juga diperoleh di wilayah lain seperti
Surabaya, di mana remaja perempuan lajang yang kegadisannya sudah
hilang mencapai 54 %, di Medan 52 %, Bandung 47 %, dan Yogyakarta 37
%. Penelitian Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
(Jatabek) tahun 2010 dengan jumlah sampel 3.006 responden (usia di
bawah 17-24 tahun) mengindikasikan sebanyak 20,9 % remaja mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah sedangkan 38,7 % remaja
mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah.
Survei Komnas Anak (Data Maret 2007) di 12 Provinsi (4500 remaja
sebagai responden), menyatakan bahwa: 93,7 % pernah berciuman
hingga petting (bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, 21,2
% remaja SMA pernah aborsi. Survey Synovate Research (Data Maret
2009) menyatakan: 44% mengaku punya pengalaman seks di usia 16-18
tahun; 16% mengaku pengalaman seks di dapat di usia 13-15 tahun;
Tempat melakukan seks: di rumah (40%), kamar kos (26%) dan hotel
(26%).

Namun ternyata, seks bukan hanya menjadi masalah mereka yang


belum menikah, tetapi juga bagi mereka yang sudah menikah. Seperti yang
disebutkan oleh Lynda Field, seorang konselor dan psikoterapis bahwa
“40 % dari keretakan hubungan dalam rumah tangga bersumber dari
masalah-masalah yang menyangkut uang dan seks”. Sementara itu, Gery
Rosberg, seorang konselor pernikahan dan keluarga dalam bukunya
Divorce-Proof Your Marriage yang terbit di tahun 2002 menuliskan
keprihatinannya tentang tingginya angka perceraian di Amerika. Dalam
buku tersebut Gery Rosberg mengungkapkan fakta bahwa saat ini di
Amerika Serikat: 43 % dari semua pernikahan pertama berakhir dengan
perceraian. Sekitar 60 % dari pernikahan kedua mengalami nasib yang
sama. Menurut penelitiannya, angka perceraian di Amerika mencapai dua
kali lipat angka perceraian di Perancis atau Jerman dan tiga kali lipat angka
perceraian di Jepang. Yang lebih memprihatinkan adalah kenyataan bahwa
negara-negera tersebut pada umumnya memiliki lebih sedikit orang Kristen
dibandingkan Amerika Serikat. Hanya Inggris yang mempunyai tingkat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 205


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

perceraian sebanding dengan Amerika, namun keadaan di Inggris tersebut


baru muncul pada tahun 1996. Dan, menurut catatan koes Irianto “50 %
dari seluruh pernikahan di Amerika Serikat menghasilkan perceraian dalam
dua tahun pertama, dengan alasan perselingkungan oleh salah satu
pasangannya”.

DASAR PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

Berdasarkan data-data yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan


bahwa penyalahgunaan seks telah menjadi masalah yang serius! Hal ini
tak hanya karena tingginya angka seks pranikah dan aborsi, melainkan
juga meningkatnya angka perkosaan, kekerasan seksual, dan penyakit
menular seksual. Data-data tersebut bukan hanya menunjukkan lemahnya
pendidikan dan pengawasan orangtua terhadap anak-anak, melainkan juga
menyiratkan kurangnya kepedulian gereja dalam membina para
anggotanya menghadapi masalah-masalah seputar seksualitas tersebut.

Salah satu hasil sebuah survey yang dilakukan oleh Tim LaHaye
(Presiden dari Family Life Seminary) terhadap sekitar 1.672 pasangan
suami istri adalah fakta yang menyatakan bahwa sumber utama mereka
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks sebelum mereka menikah
adalah sebagai berikut: (1) Dari orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9
%); (2) Dari pendeta (wanita 1 % dan pria 1 %); (3) Dari sekolah (wanita 14
% dan pria 11 %); Dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %);
sementara itu yang menjawab tidak ada (wanita 13 % dan pria 18 %).
Menarik sekali ketika menganalisa hasil survey tersebut dan mengetahui
fakta bahwa sumber utama pengetahuan dan pendidikan seks bersumber
dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %). Namun yang sangat
memprihatinkan adalah kelalaian orangtua dan gereja dalam pendidikan
seks ini. Kenyataan ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks yang di dapat dari
orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9 %) dan dari pendeta (di gereja
tentunya) hanya 1 %, baik pria maupun wanita.

Akibat dari kelalaian ini maka tidak mengherankan bahwa seks yang
seharus menjadi berkat bagi manusia, dapat berubah menjadi kutuk karena
penggunaannya yang salah, dan melawan kehendak Allah Sang Pencipta.
Karena itu, pendidikan seks, kesehatan reproduksi dan sejenisnya bukan
lagi merupakan pilihan melainkan keharusan untuk diajarkan, khususnya
bagi orang-orang Kristen. Para orangtua Kristen, para pendidik Kristen, dan
para pemimpin gereja seharusnya bekerjasama sama dengan para ahli

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 206


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

kesehatan dan para medis Kristen untuk melaksanakan pendidikan seks


tidak hanya dari segi ilmu pengetahuan (saintifik) tetapi juga dari segi iman
Kristen berdasarkan ajaran Alkitab. Adapun tujuan dari pendidikan
seks tersebut adalah upaya untuk menempatkan seks pada perspektif yang
tepat dan sesuai dengan iman Kristen sehingga mengubah anggapan yang
negatif tentang seks menjadi pandangan yang positif.

Kita percaya pada ineransi dan infalibilitas Alkitab. Ineransi Alkitab


berarti bahwa Alkitab tidak ada kekeliruannya, sedangkan infalibilitas
Alkitab berarti bahwa Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan
kesalahan. Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat
salah atau tidak memiliki kekeliruan. Ketidakkeliruan Alkitab berarti bahwa
Alkitab hanya mengatakan yang benar. Kita juga mengakui bahwa Alkitab
dapat dipercayai. Kredibilitas Alkitab tidak hanya karena Alkitab
diinspirasikan tetapi juga karena Alkitab telah lulus ujian. Ini disebut
kanonitas Alkitab. Maksud saya dengan preposisi-preposisi ini adalah untuk
memastikan keyakinan kita yang tak tergoyahkan terhadap Alkitab sebagai
otoritas tertinggi dan final bagi ajaran, iman, perilaku dan kehidupan kita
selaku orang Kristen. Dengan demikian, seluruh data-data Alkitab
khususnya yang berhubungan dengan seks dan seksualitas manusia
dipercayai, diakui, ditafsirkan dan diintegrasikan menjadi suatu ajaran untuk
diterapkan dalam iman dan kehidupan orang Kristen.

Walaupun Alkitab bukanlah sebuah buku khusus membahas tentang


seks, namun diberbagai tempat dan bagian di dalam Alkitab dapat
ditemukan ajaran, narasi, gagasan, gambaran dan contoh yang
berhubungan dengan seks dan seksualitas manusia. Dengan kata lain, di
dalam Alkitab kita dapat menemukan informasi dan petunjuk tentang seks
dan seksualitas manusia. Kitab pertama dalam Alkitab memberi narasi
tentang pembentukan lembaga pernikahan pertama dan pemberkatan yang
dilakukan secara langsung oleh Allah bagi Adam dan Hawa (Kejadian 1:28;
2:24) dan kitab terakhir gambaran tentang pesta Perkawinan Anak Domba
(Wahyu 19:7-9).

PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN


SAINTIFIK

Perlu diketahui, bahwa seks sebenarnya bukanlah sesuatu yang


kotor ataupun jahat seperti yang diajarkan dalam beberapa kebudayaan.
Seks menurut Alkitab merupakan anugerah dari Tuhan kepada manusia.
Seks merupakan “suatu anugerah yang unik yang diberikan hanya dalam

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 207


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

institusi pernikahan”. Alkitab memberitahu kita bawa seks merupakan


sesuatu yang wajar, baik dan Tuhanlah yang menciptakannya. Namun,
dalam ajaran Kristen, seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan.
Jadi seks dikhususkan dan dikuduskan oleh Allah untuk dinikmati oleh
manusia hanya untuk pernikahan bukan sebelum pernikahan. Namun,
walaupun seks hanya boleh dilakukan dalam konteks hubungan
pernikahan, bukan berarti pendidikan seks itu juga hanya boleh diajarkan
setelah pernikahan. Justru pendidikan seks harus diajarkan sejak awal di
usia dini. Pendidikan Seks harus diajarkan dengan cara yang baik dan
tepat, tidak hanya kepada orang dewasa melainkan juga kepada anak-anak
dan para remaja sesuai dengan usia dan perkembangannya.

Pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan pendidikan seks


(sex education) itu? Istilah “seks” telah banyak dipahami dengan cara yang
salah. Saat mendengar atau berbicara mengenai seks, maka yang sering
muncul dalam pikiran sebagian besar orang adalah hubungan seks
(senggama). Sebenarnya, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan
pria dan wanita secara biologis. Seks juga seringkali disamakan artinya
dengan seksualitas, padahal kedua istilah itu berbeda. Seksualitas
merupakan suatu istilah yang sangat luas dan mencakup berbagai aspek
yang berkaitan dengan seks seperti aspek biologis, aspek sosiologis, aspek
psikologis dan aspek kultural. Sedangkan istilah “pendidikan” dapat
diartikan sebagai pemindahan atau pengalihan pengetahuan, informasi dan
nilai-nilai tertentu dari seseorang kepada orang lainnya. Dengan demikian
yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah suatu pengetahuan,
informasi dan nilai-nilai yang diajarkan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin. Pengetahuan dan informasi ini
mencakup: (1) Pertumbuhan jenis kelamin; (2) fungsi kelamin sebagai alat
reproduksi; (3) perkembangan alat kelamin itu pada pria dan wanita;
(4) Perubahan pada pria dan wanita karena pengaruh hormonal.

Pendidikan seks tersebut harus diberikan dengan memanfaat


informasi dari saintifik (ilmu pengetahuan) dan sepenuhnya berdasarkan
perspektif iman Kristen. Di dalam Alkitab, Tuhan banyak memberikan
informasi dan petunjuk tentang seks. Karena itu membicarakan tentang
seks bukanlah hal yang tabu atau dilarang bagi orang Kristen. Namun apa
yang dibicarakan di dalam Alkitab mengenai seks dan seksualitas lebih
bersifat normatif dan umum ketimbang paktis dan rinci. Hal ini wajar karena
memang Alkitab bukanlah buku khusus yang membahas tentang seks dan
seksualitas. Karena itu tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi telah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 208


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

terbukti memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia pada


umumnya. Adapun informasi saintifik yang erat berhubungan dengan
pendidikan seks dan seksualitas antara lain biologi, antropologi, psikologi
perkembangan, medikal-kedokteran, dan sosiologi-kultural.

Namun, dalam beberapa hal esensial pendidikan seks dan


pernikahan Kristen sangat berbeda dengan budaya dan agama-agama
lainnya. Misalnya sebagai contoh, di dalam agama Kristen seks pranikah,
poligami, dan perceraian sangat dilarang dan bertentangan dengan
perintah dalam Alkitab. Sementara di beberapa budaya dan agama lain
poligami dan perceraian diperbolehkan. Karena itulah informasi dari
saintifik (ilmu pengetahuan) tersebut walaupun bermanfaat haruslah dilihat
sepenuhnya dari perspektif iman Kristen (Alkitab)

TAHAP-TAHAP PENDIDIKAN SEKS DAN MANFAATNYA

Pendidikan seks dalam pengertian sempit menyediakan informasi


tentang seks yang berhubungan dengan kelamin, meliputi: alat kelamin itu
sendiri, anggota tubuh dan ciri badaniah lainnya yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam
tubuh yang mempengaruhi bekerjanya lat-alat kelamin, dan hubungan
kelamin (sengggama). Sedangkan dalam arti yang luas, pengetahuan dan
informasi tentang seks meliputi hal-hal seperti: Pembedaan tingkah laku
seperti kasar, genit, lembut dan lain-lain; perbedaan atribut termasuk
pakaian; perbedaan peran dan pekerjaan; perbedaan hubungan antara pria
dan wanita, tata karma pergaulan (percintaan, pacaran), tata krama
perkawinan, dan lain-lain.

Pertanyaan penting lainnya adalah “kapan sebaiknya pendidikan


seks diberikan?”. Setidaknya ada 2 (dua) kelompok pendapat, yaitu:
(1) Kelompok yang menganggap bahwa pendidikan seks baru boleh
disampaikan menunggu usia dewasa. Pandangan ini kebanyakan dipegang
oleh masyarakat tradisional dan konservatif. (2) Kelompok yang
menganggap pendidikan seks perlu diberikan sejak usia dini (awal).
Kelompak ini kebanyak dipegang oleh masyarakat yang lebih moderat.
Tampaknya pilihan utama untuk memberikan pendidikan seks adalah sejak
dini harus lebih dipertimbangkan. James Dobson mengatakan “Terutama
dalam masalah pendidikan seks, cara terbaik adalah yang dimulai secara
sambil lalu dan alamiah diawal masa kanak-kanak dan berkembang selama
bertahun-tahun, mengikuti konsep keterbukaan, keterusterangan, dan
kejujuran”. Jika memberikan pendidikan seks pada usia remaja, maka

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 209


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

untuk saat ini hal itu bisa dikatakan sudah terlambat. Mengapa? Karena di
zaman di mana informasi bisa dengan mudah dan cepat diperoleh dari
berbagai media, khususnya internet dan jejaring sosial saat ini, maka saat
anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak tentang seks dan
kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah.

Penelitian dari para ahli menunjukkan, bahwa pendidikan seks sejak


dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak
bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Karena itu, tidak perlu
tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan
informasi yang tepat dari orangtuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Rasa ingin tahu yang besar pada anak dan remaja, akan menyebabkan
mereka selalu berusaha mencari hal yang ditabukan pada usianya. Bila
anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari
jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari sumber yang tidak benar atau internet yang informasinya
bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak anda sejak dini, salah satu
caranya dengan memberi pengetahuan mengenai seksualitas dengan cara
yang tepat.

Jadi pada dasarnya pendidikan seks harus diajarkan dengan cara


yang baik dan tepat, tidak hanya kepada orang dewasa melainkan juga
perlu disampaikan kepada anak-anak dan para remaja sesuai dengan usia
dan perkembangannya. Di dalam psikologi perkembangan, para ahli telah
mengelompokkan tahapan perkembangan manusia (mencakup berbagai
unsur anatomis, fisiologis, dan sebagainya) berdasarkan kelompok usia
sebagai berikut: (1) Balita usia 1-5 tahun; (2) Kanak-kanak usia 6-12 tahun;
(3) Remaja usia 13-18 tahun; (4) Dewasa muda usia 19-25; (5) Dewasa
usia 26-54; (6) Lansia usia 55 ke atas.

Pendidikan seks yang baik dan tepat haruslah disesuaikan dengan


perkembangan usia tersebut, yaitu sebagai berikut ini. Pada masa balita (1-
5 tahun), pendidikan seks yang diberikan terutama bertujuan untuk
memperkenalkan organ seksual yang dimiliki seperti menjelaskan anggota
tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
Pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), pendidikan seks yang diberikan
terutama bertujuan agar anak memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat
genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Pada usia
10-12 tahun, pendidikan seks yang diberikan berupa informasi mengenai
pubertas dan karakteristiknya, serta perubahan dari bentuk tubuhnya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 210


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

Secara khusus pada usia 12-13 tahun, yaitu pada masa peralihan
dari kanak-kanak ke remaja, pada usia ini seharusnya lebih banyak
diberikan informasi tentang seks seperti: perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya, pengenalan
sistem organ seks secara sederhana, anatomi sistem reproduksi secara
sederhana, cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh,
termasuk organ seks/organ reproduksi, mengajarkan untuk menghargai
dan melindungi tubuhnya sendiri; proses kehamilan dan persalinan
sederhana, mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas,
perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja, ciri
seksualitas primer dan sekunder, proses terjadinya mimpi basah, proses
terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana. Pada anak remaja
(13-18 tahun) pendidikan seks yang diberikan terutama bertujuan untuk
memberi informasi mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks
bebas, penyakit menular seksual, dan penyimpangan seksual),
menanamkan moral dan prinsip untuk menolak seks pranikah serta
membangun penerimaan terhadap diri sendiri.

Pada orang dewasa (19-54 tahun) pendidikan seks terutama


bertujuan sebagai pembekalan dan persiapan pada pasangan yang ingin
menikah tentang hubungan seks (senggama) yang sehat dan tepat.
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan
berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress. Perlu juga diberikan
informasi mengenai masalah-masalah seksual seperti: hasrat seksual dan
orgasme; sakit seputar seksual dan ejakulasi dini; teknik, posisi dan
frekuensi bersenggama. Sedangkan pada para lansia (55 ke atas)
pendidikan seks yang diberikan terutama bertujuan agar memahami
berbagai gejala degenerasi termasuk penurunan vitalitas seksual.

Apabila pendidikan seks disampaikan dengan cara yang baik dan


tepat, disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak, serta
berdasarkan perspektif iman Kristen maka hal tersebut akan memberikan
manfaat, antara lain sebagai berikut: (1) Memberikan pengertian yang
memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan
emosional yang berkaitan dengan masalah seksual, khususnya pada
remaja; (2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung
jawab); (3) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks
dalam semua manifestasi yang bervariasi; (4) Memberikan pengertian
bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua
individu dan kehidupan keluarga; (5) Memberikan pengertian mengenai

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 211


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional
dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual;
(6) Memberikan pengetahuan baik secara teologis maupun saintifik tentang
kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan
melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya; (7) Mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang
tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan; (8) Memberikan
pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas
seksual secara benar, efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

BAHAYA INFORMASI YANG SALAH TENTANG SEKS

Saat ini, dapat dikatakan informasi mengenai seks dan seksualitas


telah beredar secara luas, baik melalui media cetak maupun elektronik.
Namun jika diamati secara seksama tidak semua informasi tersebut
bermutu, bemanfaat dan mendidik. Sebaliknya, banyak dari informasi yang
diberikan tersebut justru menyesatkan. Tidak sedikit media yang
membahas perihal seks dan seksualitas hanya untuk tujuan komersial,
membangkitkan nafsu birahi, dan mendorong melakukan hubungan
seksual yang tidak bertanggung jawab, yang akhirnya menimbulkan
dampak negatif terhadap seks dan masalah-masalah seksual lainnya.
Karena tujuan dari pendidikan seks adalah sebagai upaya untuk
menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan sesuai dengan iman
Kristen sehingga mengubah anggapan yang negatif tentang seks menjadi
pandangan yang positif, maka di sini dituntut peran para orangtua, para
pendidik, dan para rohaniawan untuk melaksanakan pendidikan seks
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (saintifik) dan
sepenuhnya berdasarkan perspektif iman Kristen. Jika tidak, maka peran
dan tugas tersebut akan diambil alih oleh media seperti tv, video, komik,
majalah, internet, dan lain sebagainya, sumber-sumber informasi yang
diberikan dapat sangat menyesatkan.

Ada bahaya yang besar akibat dari pengaruh informasi yang salah
tentang seks, terutama kepada para remaja! Menurut Surbakti, dampak
dari informasi yang salah tentang seks dapat menghasilkan: (1) Pikiran
tidak bisa lepas dari simpul-simpul seks; (2) merendahkan seks;
(3) mengeksploitasi seks; (4) merendahkan kaum wanita; (5) membodohi
remaja. Sedangkan menurut Koes Irianto dampak dari informasi yang
tentang seks menghasilkan: (1) Tindakan tanpa tanggung jawab; (2)
banyaknya kasus pelecahan seksual; (3) mendorong anak melakukan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 212


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

tindakan seksual terhadap anak yang lain; (4) mempengaruhi pembentuk


nilai, sikap, dan perilaku; (5) mengganggu jati diri serta mengganggu
perkembangan anak.

Penyimpangan seks, pelecehan seks dan kekerasan seksual


merupakan dampak negatif lainnya dari informasi yang salah mengenai
seks dan seksualitas. Berikut ini daftar dari penyimpangan, pelecehan, dan
kekerasan seksual: homoseksualitas, pornografi, free sex (seks bebas),
party sex (seks kelompok), perkosaan, prostitusi (pelacuran), inses,
sodomi, pedofilia, sadisme seks, fetisisme (penggunaan benda mati untuk
perangsang dan pemuasan seksual), dan lainnya.

Lebih jauh dampak lainnya dari informasi yang salah tentang seks
akan mengakibatkan seks pranikah dan seks bebas; kehamilan diluar nikah
dan abortus; penularan penyakit seksual. Penyakit Menular Seksual (PMS)
adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak atau hubungan seks. Data
menunjukkan bahwa lebih dari 70 juta orang Amerika terjangkit 1 dari jenis
PMS. PMS adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri atau
virus. Chlamydia, genore (raja singa), dan sifilis adalah jenis penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. HIV/AIDS, hepatitis,
herpes, dan HPV (human papilloma virus) adalah jenis penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh virus. Beberapa dari infeksi (HPV dan
herpes) dapat disebarkankan melalui kontak dengan kulit yang terinfeksi,
yang lainnya seperti HIV dan hepatitis dapat disebarkan melalui
penggunaan jarum suntik bersama-sama. Sedangkan chlamydia, genore,
dan sifilis hanya ditularkan melalui senggama (hubungan seks) karena jenis
bakteri ini hanya bisa hidup dalam suhu yang lebab dan basah, seperti
organ reproduksi.

PERAN GEREJA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN SEKS

Walaupun seks merupakan anugerah Allah, namun setelah manusia


jatuh ke dalam dosa, seks sering disalahgunakan dan diekspoitasi. Iblis
telah membuat segala aspek seks menjadi percabulan, perzinahan, dan
penyimpangan seksual lainnya (Roma 1). Fakta-fakta membuktikan bahwa
kejahatan-kejahatan seksual dan penyimpangan-penyimpangan semakin
bertambah. Kepada mereka yang tersangkut dalam masalah-masalah
seksual tersebut, kita tidak dapat membenarkan perbuatan mereka. Namun
mereka membutuhkan pengampunan, simpati, pengertian dan adakalanya
membutuhkan pengobatan para ahli medis dan psikologis. Ini merupakan
bagian dari panggilan dan tugas orang Kristen untuk memberikan suatu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 213


Pendidikan Seks dalam Perspektif Iman Kristen & Saintifik

jaminan pengampunan yang sempurna di dalam Kristus, dan memberikan


pelayanan, bimbingan, konseling dan pendidikan seks yang Alkitabiah.

Memberikan informasi tentang seks tetapi tidak disertai relasi


nilainya merupakan pengajaran yang kurang bertanggung jawab. Kita
memikirkan pentingnya pendidikan seks yang sesuai dengan nilai-nilai
Kekristenan. Kini semakin banyak orang Kristen yang telah mengerti bahwa
aspek etika, sosiologi, biologi, dan psikologi bekerja kurang efektif kalau
tidak disertai nilai spiritualitas. Kita harus yakin bahwa hanya Injil kasih
karunia yang mempunyai kuasa untuk memperbaharui kehidupan manusia
berdosa dan memberi pengampunan (2 Korintus 5:14-21). Namun, dengan
nilai-nilai moral dan spiritualitasnya, gereja akan membimbing semua
lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum remaja dan muda, serta orang
dewasa untuk bertingkah laku dan bertindak sesuai dengan standar
Alkitab.

Para ahli berpendapat bahwa rumah tangga mempunyai peranan


yang penting dalam pendidikan seks, tetapi banyak orangtua yang
melalaikan hal ini. James Dobson mengatakan “... orangtua amat
bertanggung jawab dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka”.
Selanjutnya Dobson menambahkan, “Bagi para orangtua yang sanggup
menanggani proses pengajaran dengan benar, tanggung jawab pendidikan
seks seharusnya tetap ada di rumah”. Tidak ada seorang pun yang dapat
menggantikan kedudukan orangtua dalam hal ini, namun para rohaniawan
dapat bekerjasama dengan para orangtua dalam pelaksanaan pendidikan
seks ini. Tak ada perwakilan atau badan lembaga lain yang bisa
menyajikan teologi gereja yang lebih baik dari pada gereja itu sendiri.
Namun sayangnya, hanya sedikit gereja yang menerima tantangan ini,
sebagian besar justru seringkali mengabaikannya, walaupun mengetahui
konsekuensi dari adanya serangan hebat terhadap konsep moral yang
Akitabiah pada zaman ini. Karena itulah, para rohaniawan gereja dapat
membantu orangtua atau wali keluarga dalam hal pemberian informasi,
bahan-bahan, dan bimbingan yang dapat digunakan oleh mereka sebagai
alat untuk mendidik anak-anak mereka. Selain para orangtua, para
pendidik di sekolah juga mempunyai peranan dalam pendidikan seks,
khususnya para pendidik di sekolah-sekolah Kristen.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 214


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

Pasal 22.
MEMBANGUN KARAKTER
KRISTEN YANG KUAT1

“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon
yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik
itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18)

Tema tentang karakter adalah bahasan yang penting, tetapi


jarang dibicarakan dan telah diabaikan, bahkan dikalangan Kristen
sekalipun. Dua kemungkinan alasan pengabaian ajaran ini adalah :
(1) Bahasan ini dianggap kurang manarik dibanding dengan tema doktrinal
lainnya; (2) Tidak semua orang suka membahas karakter karena ini
menyangkut wilayah “kepribadian” seseorang yang dianggap tidak boleh
diusik. Puluhan buku teologi yang pernah saya baca tidak mencantumkan
tema ini sebagai bahasan penting seperti tema-tema doktrinal lainnya.
Akibat dari pengabaian ini banyak orang Kristen tidak mengetahui ajaran
dari tema yang sangat penting ini, padahal Jerry C. Wofford telah
mengamati, “bagi seorang pemimpin gereja, tidak ada atribut yang lebih
penting ketimbang karakter”. Wofford menjelaskan, “Dalam pengajaranNya
Yesus sangat menekankan karakter para muridNya. Surat Paulus kepada
Timotius dan Titus juga berbicara mengenai karakter pemimpin gereja.
Karakter itu meliputi kualitas seperti: integritas, kemurnian moral,
kelemahlembutan, dan kesabaran. Kualitas kepemimpinan dibahas
diseluruh Perjanjian Baru. Unsur karakter Kristen sangat penting sehingga
Yesus mengambil waktu khusus untuk mengajarkannya kepada mereka
yang akan memimpin gereja mula-mula”. Tragisnya, akibat ketidaktahuan
ini, banyak orang Kristen tidak bertumbuh dalam karakter Kristen yang
baik, dan lebih buruk lagi, tetap merasa bertumbuh padahal stagnan!

APAKAH KARAKTER KRISTEN ITU?

W.J.S Poerwadarminta menyebutkan karakter sebagai, “tabiat;


watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 Oktober 2013

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 215


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

dari yang lainnya”. Sementara itu Kamus Besar Bahasa Indonesia Pustaka
Phoenix menjelaskan bahwa karakter adalah istilah psikologis yang
menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu yang
membedakannya dari individu lainnya”. Yakob Tomatala mendefinisikan
karakter sebagai, “hakikat, sifat, dan ekspresi kepribadian seseorang yang
dinyatakan melalui pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau
konteks dimana ia hidup”. Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat
yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah
sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-
ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen
disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang
Kristen.

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas


baginya. Pembentukan pribadi mencakup kombinasi dari beberapa unsur
yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas, unsur
lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur yang
dibawa (diwariskan) dari orangtua melalui proses kelahiran, seperti
keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual; (2) Unsur
lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan di sini
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya, serta
lingkungan alamiah (tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu
tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu
keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membetuk
karakter seseorang.

Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk pribadi seseorang.


Tetapi, ada lagi satu unsur yang membedakan orang Kristen dari yang
bukan Kristen, yaitu unsur regenerasi atau kelahiran baru di dalam Kristus
oleh Kuasa Roh Kudus, yang bersifat radikal dan supranatural. Justru
unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam pembentukan karakter
Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal menyenangkan Allah.

PENTINGNYA KARAKTER KRISTEN

Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan


karakter Kristen adalah: (1) Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah
begitu luas kalangan yang merasakan terjadinya kemerosotan moral.
Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 216


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

dan terhadap etika modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh


pencerahan dan individualistik; (2) Bahaya Pluralisme. Dalam zaman
globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin menyadari berbagai
aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini
kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan
itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi; (3) Pudarnya semangat
keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model
atau mentor yang kita ikuti. Orangtua, guru, pembina, pelatih yang menjadi
model atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan
dituntun atau mengikuti dan meneladani para pembina atau sosok lain yang
layak diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai disposisi,
kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan
oleh berbagai kebajikan. Sayangnya, kebanyakan teori etika individualistik
dan rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh-pengaruh ini,
atau dengan kata lain semangat untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini
semakin memudar.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua


kualitas transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam”
dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada
“perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid
Yesus kepada dunia ini. Kedua metafora ini dapat diartikan sebagai
“penetrating power of the Gospel” yang harus dinyatakan oleh murid-murid
Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari
penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen secara khusus
harus memikul beban moral dari metafora-metafora ini secara konsisten
dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan, tetapi
merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan
memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi
duniawi.

Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek


yang dapat merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia
tidak berguna (Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah
gantang maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15).
Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
(kalá erga) dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata
Yunani “kalá erga” atau yang diterjemahkan “perbuatan yang baik”
menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 217


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas


karakter seseorang.

Karena itu, pentingnya karakter hidup Kristen dijelaskan oleh


Stephen Tong sebagai berikut, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir
dari pendidikan Kristen”. Selanjutnya Stephen Tong menjelaskan, “Kita
sebagai orang Kristen, selain memberikan hidup kepada orang-orang yang
kita didik, selain kita mengharapkan mereka memiliki hidup di dalam
(inward life) yang sudah dilahirkan kembali, mereka juga membentuk
karakter di luar (outward character). Hidup ini merupakan pekerjaan Roh
Kudus melalui firman yang kita kabarkan, melalui Injil yang kita tegaskan
sebagai pusat iman, kita melahirkan mereka melalui kuasa Injil dan Firman
oleh Roh Kudus di dalam kuasa Allah. Setelah itu kita mendidik mereka di
dalam karakter Kristen”.

KERUSAKAN TOTAL DAN KETIDAKMAMPUAN TOTAL MANUSIA

Manusia telah mati secara rohani sehingga memerlukan kelahiran


kembali atau hidup baru secara rohani. Akibat dari dosa pertama Adam dan
Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan
dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23;
5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat
pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan
kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22).

Manusia telah rusak total (total depravity), tetapi ini bukanlah berarti
bahwa: (1) setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara
keseluruhan dalam perbuatan; (2) orang berdosa tidak lagi memiliki hati
nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah; (3) orang
berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) orang berdosa
tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah
maupun manusia. Tetapi yang dimaksud dengan kerusakan total adalah:
(1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan
kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati,
emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4;
1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur,
tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk
berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).

Selain mengakibatkan kerusakan total pada manusia, dosa juga


mengakibatkankan ketidakmampuan total (total inability), yaitu bahwa:

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 218


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

(1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan,
atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang
sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) Tanpa karya khusus dari
Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah
hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih
kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah
berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu
melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang
belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan
kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih
kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela
pada kehendak Allah

Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari


dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah. Manusia tidak
mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan
keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah bahwa manusia
memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang
memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut
pandangan Tuhan. Regenerasi atau kelahiran baru di dalam Kristus oleh
Roh Kudus adalah solusi yang disediakan Allah bagi manusia.

REGENERASI SEBAGAI PONDASI DARI KARAKTER KRISTEN

Regenerasi adalah perubahan yang radikal dan seketika yang


diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa
agar dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan.
Regenerasi merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani
menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kita tidak
memiliki peran apapun dalam kelahiran baru ini; sepenuhnya merupakan
tindakan Allah. Sebab jika kita telah mati secara rohani, bagaimana
mungkin orang mati dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan
dirinya sendiri (Efesus 2:5)?

1. Natur Regenerasi

Berdasarkan pengertian di atas ada tiga natur dari regenerasi, yaitu:


(1) Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika, bukan
suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif. Paulus
mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,
sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 219


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan


“menghidupkan (synezoopoiesen)”, memakai bentuk aorist tense yang
berarti tindakan yang seketika atau sekejap; (2) Regenerasi merupakan
perubahan yang supernatural (adikodrati). Kelahiran baru bukan
merupakan peristiwa yang dapat dilaksanakan oleh manusia (Yohanes
3:6). Kelahiran baru sepenuhnya merupakan tindakan Allah. Secara khusus
merupakan karya Roh Kudus. (3) Regenerasi merupakan perubahan yang
radikal. Istilah radikal berasal kata Latin “radix” yang berarti “akar”,
sehingga regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita.

Dengan demikian regenerasi berarti: (a) penanaman (pemberian)


kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah mati
secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Manusia yang telah
mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerjasama dengan Allah untuk
menghidupkan dirinya sendiri, karena regenerasi merupakan tindakan Allah
dan manusia hanya menerimanya; (b) perubahan yang total yaitu
perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran,
hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian
“hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani
dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir
semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan,
menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Amsal
4:23; Matius 15:18-19).

2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh Proses Pembaharuan

Dapat dikatakan bahwa regenerasi adalah awal dari seluruh proses


pembaharuan dalam kehidupan seorang Kristen. Karena regenerasi
merupakan pemberian hidup yang baru, maka artinya regenerasi
merupakan awal dari proses-proses pembaharuan hidup. Dengan
demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari
pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang mengikuti
regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang dinamis”.

Rasul Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan


(apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya,
dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos)
yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang
benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Dalam ayat ini Paulus
bukan bermaksud memberitahu orang-orang percaya di Kolose bahwa
mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 220


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan


bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah
melakukan perubahan ini ketika mereka di saat konversi menerima dengan
iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani
“apekdysamenoi (menanggalkan)” dan “endysamneoi (mengenakan)”
menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika.
Jadi di sini rasul Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan
orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu.

Lalu apakah yang dimaksud rasul Paulus dengan frase “terus


menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-
pribadi baru, akan tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang
tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan
ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita
bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses
pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati
nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat
dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan
pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika
5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23
mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di
dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang
diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang
menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang
percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus
masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan
segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-
keinginan daging (Roma 8:13; Galatian 5:19-21; Kolose 3:5), serta
menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2
Korintus 7:1).

3. Peranan Regenerasi dalam Pembentukan Karakter Kristen

Regenerasi merupakan misteri karena merupakan karya Allah


semata-mata dan kita tidak pernah dapat melihat dan merasakan; kita tidak
pernah tahu persis kapan regenerasi itu terjadi. Kita hanya dapat
mengamati efek-efek dari regenerasi itu saja; dan mengamati bukti-bukti
dari perubahan yang terjadi. Berikut ini akibat-akibat dari regenerasi.

(1) Memampukan seseorang untuk percaya kepada Kristus dan


bertobat. Pada saat seseorang dilahirkan baru maka ia dimampukan untuk

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 221


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

percaya kepada Kristus bagi keselamatannya dan bertobat dari dosa-


dosanya. Seseorang dapat memberi respon di dalam iman dan pertobatan
hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya.
Percaya dan bertobat disebut dengan istilah perpalingan (convertion).
Beriman berarti berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa
dan bertobat berarti suatu keputusan sadar untuk meninggalkan dosa-dosa
itu. Jenis iman ini mengakui bahwa seseorang tidak dapat menyelamatkan
dirinya sendiri dan pada saat yang sama mengakui hanya Kristus yang
dapat melakukannya (Yohanes 6:44).

(2) Perubahan atau transformasi. Kelahiran baru oleh Roh Kudus


mengakibatkan perubahan. Kelahiran baru ini tidak disadari atau tidak
dirasakan saat terjadi, tetapi dapat diamati lewat kepekaan baru terhadap
hal-hal rohani, arah hidup yang baru, serta kemampuan untuk hidup benar
dan menaati Allah. Perubahan ini meskipun tidak disadari, menghasilkan
hati (kardia) yang diubahkan yang memimpin kepada karakter yang
diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Korintus
5:17). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus
terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan
pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14;
2 Petrus 3:18).

(3) Pembaharuan pikiran. Paulus dalam Roma 12:2 menasihati


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna”. Kata Yunani “nous” yang digunakan di sini berarti “akal budi
atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa mengenal dan
melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous) akan
mempengaruhi perilaku seseorang (Rm 12:1-21). Pembaharuan akal budi
(nous) akan menghasilkan perubahan perilaku. Yang dimaksud dengan
perilaku ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang
dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable).
Jadi, perubahan perilaku akan teraktualisasi dalam sikap, tindakan dan
perbuatan karena telah mengalami pembaharuan nous ( Efesus 4:17-32).

(4) Menghasilkan buah Roh. Akibat dari regenerasi adalah Roh


Kudus berbuah-buah melalui kehidupan kita (Galatia 6:22-23). Buah Roh
Kudus di sini ditulis dalam bentuk tunggal yaitu kata Yunani “karpos”.
Walaupun buah Roh itu satu (bentuknya), tetapi majemuk (sifatnya).
Kesatuan dan banyak segi dari buah Roh ini mencerminkan integritas dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 222


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

keharmonisan. Dengan kata lain buah Roh Kudus hanya satu, tetapi
memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak
ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang percaya
dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.

MEMBANGUN KARAKTER KRISTEN

Kelemahan atau kecacatan karakter merupakan tanda pada


gangguan kepribadian (personality disorder). Para psikolog dan praktisi
kesehatan jiwa mengenali sepuluh jenis gangguan kepribadian, yaitu:
(1) Paranoid, polanya adalah orang tidak mudah percaya dan selalu curiga;
(2) Skizoid, yaitu orang mengalami keterpisahan secara sosial dan emosi
yang terkungkung; (3) Skizopital, yaitu orang yang biasanya mengalami
gangguan pikiran, perilaku eksentrik, dan kapasitas yang kurang untuk
berhubungan dekat; (4) Antisosial, biasanya terdapat pada pola sikap tidak
peduli, dan pelanggaran atas hak orang lain; (5) Borderline, biasanya
ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar diri rusak,
suasana hati dan sikap yang impulsif dramatis; (6) Histrionik, polanya
adalah emosi yang berlebihan dan mencari perhatian; (7) Narsistik, polanya
ditunjukkan oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya
empati; (8) Avoidant, biasanya dicirikan oleh adanya hambatan sosial,
perasaan tidak mampu, dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik; (9)
Dependent, pada masalah ini terdapat kebutuhan yang sangat besar akan
perhatian, sikap patuh, perilaku bergantung, dan takut akan perpisahan;
(10) Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai dengan kesenangan akan
keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti fleksibilitas,
keterbukaan, dan efisiensi.

Berapa banyak orang Kristen telah bertindak bodoh karena tidak


membangun karakter yang kuat sehingga mereka menjadi lemah. Kita
dikejutkan oleh laporan berita mengenai pemimpin-pemimpin yang
ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atau penyelenggara
negara yang ditangkap pihak berwajib karena telah melakukan kekerasan
fisik terhadap istrinya supaya ia bisa bebas berhubungan dengan
kekasihnya. Atau para orangtua yang melaporkan pelecehan seksual yang
dilakukan oleh oknum guru terhadap anak-anak mereka. Ironisnya,
beberapa dari mereka adalah orang-orang Kristen! Akibatnya, orang
Kristen dihina dan diejek, kemudian perilaku yang buruk dari beberapa
orang Kristen ini dijadikan tolok ukur untuk menuduh bahwa Kekristenan
penuh dengan kemunafikan. Meskipun tuduhan tersebut tidak benar, sekali

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 223


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

lagi, pengaruh kurangnya karakter merupakan aspek penting yang merusak


kesaksian Kristen.

Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung


hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”
(Mamur 90:12). Pada saat seseorang menjadi cukup dewasa untuk
menyadari betapa singkatnya hidup ini, maka ia mulai sadar betapa
berharganya seandainya ia telah belajar lebih awal untuk menjadi bijaksana
dalam kehidupan. Paulus menasihati, “Karena itu, perhatikanlah dengan
saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi
seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Jika kita berusaha
sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Allah, kita akan lebih mampu
meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang
mengalir dari hidup baru yang telah ditanamkan Allah dalam kita. Karakter
kita akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang
melihatnya, dan memuliakan Allah (Matius 5:16).

1. Meneladani Karakter Allah

Studi tentang karakter seharusnya dimulai dari Allah, karena hanya


Allah saja yang memiliki karakter yang sempurna. Karena itu beberapa
teolog lebih suka memberi judul “Kesempurnaan Allah” ketika membahas
tentang sifat-sifat Allah dalam buku teologi mereka. Kesempurnaan Allah
ialah totalitas dari sifat-sifat atau karakter Allah sebagaimana dinyatakan
Alkitab. Seluruh sifat (karakter) Allah menyatakan kesempurnaan Allah!
Para teolog sepakat bahwa ada beberapa karakteristik yang hanya dimiliki
oleh Allah saja. Para teolog menyebutnya sebagai karakter Allah yang tidak
dapat dikomunikasikan dan melekat hanya pada Allah. Sedangkan
beberapa karakteristik lainnya ditularkan kepada manusia yang diciptakan
secitra dengan Allah. Para teolog menyebutnya sebagai karakter yang
dapat dikomunikasikan.

Siapa orang yang kita kagumi akan mempengaruhi hidup kita. Bisa
jadi kualitas umum pada orang yang kita kagumi tersebut adalah karakter
atau sifat-sifat yang ada padanya. Jika kita mengagumi orang yang
berkualitas, bukankah seharusnya jauh lebih baik kita mengagumi
kesempurnaan Allah yang hidup, yang daripadaNya segala kebenaran,
kebaikan, dan keindahan berasal? Sekilas, karakter Allah yang luar biasa,
indah dan mengagumkan itu terungkap dalam Keluaran 34:6-7 berikut,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 224


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

“Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN,


Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan
setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang,
yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-
kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan
yang ketiga dan keempat”.

Ketika Allah menyatakan diriNya kepada Musa sebagai Allah yang


penuh dengan kemurahan dan belas kasihan, yang tidak lekas marah,
yang berlimpah-limpah kasih setiaNya, dan yang tetap mengasihi beribu-
ribu keturunan serta yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa,
maka Allah menyatakan dengan sangat jelas bahwa karakter pribadiNya
adalah standar yang mutlak: Dengan standar tersebut semua sifat
ditetapkan. Allah tidak bertanggung jawab terhadap siapapun, dan tidak
ada standar lain yang lebih tinggi yang harus diikutiNya. KarakterNya yang
kekal dan tanpa kompromi adalah standar yang tak dapat berubah yang
kemudian memberikan arti terdalam dari kasih, kemurahan hati, kesetiaan,
dan kesabaran.

2. Membangun Karakter Allah di dalam Kita

Beberapa dari karakter Kristen yang disebutkan dalam Alkitab perlu


dikembangkan dan ditampilkan oleh setiap orang Kristen, yaitu: integritas
(Titus 1:7-9), kerendahan hati (Matius 5:1-7; Markus 10:14-15; 1 Timotius
3:6), kasih dengan segala karakteristiknya (Matius 22:37-39; 1 Korintus 13),
melayani dan menolong (Lukas 10:25-37), kekuatan dan kebenaran
batiniah (Lukas 11:37-53; 12:15; Yohanes 16:33), hubungan yang erat
dengan Kristus (1 Timotius 6:11; 2 Timotius 2:22; Yohanes 15:1-8),
sukacita (Yohanes 17:13), kekudusan (Yohanes 17:16; 2 Timotius 2:22),
damai (2 Timotius 2:22), sabar dan tekun (1 Timotius 6:11; 2 Timotius
3:10), lemah lembut (1 Tomotius 6:11; 2 Timotius 2:25), penguasaan diri
(1 Timotius 3:2; Titus 1:8), tidak tamak dan tidak suka bertengkar
(1 Timotius 3:2-3; 6:10-11), serta kualitas lainnya dalam 2 Petrus 1:5-8,
seperti: kebajikan, pengetahuan, ketekunan, dan kesalehan.

Karakter yang dipaparkan dalam ayat-ayat tersebut di atas memang


sangat mengagumkan, tetapi juga kita akui memang terlalu tinggi. Daya
pesonanya membuat banyak orang Kristen terpana bagaikan memandang
gunung yang menjulang tinggi dalam kemegahannya sehingga tertarik
untuk mengukur ketinggiannya, namun menyadari betapa kita terikat di

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 225


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

bumi dan tidak memiliki peralatan untuk mendakinya. Kita merindukan sifat-
sifat ini tercermin dalam hidup kita dan kita sangat mendambakannya,
tetapi apakah mungkin kita mencapainya? Jika hanya mengandalkan
usaha pada manusia saja maka upaya itu akan sia-sia. Namun, dalam
Kristus kita telah diperkenankan mendapat kuasa ilahiNya dan telah
dikaruniai keistimewaan yang tidak terbayangkan untuk ikut ambil bagian
dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:3-4; 2 Korintus 5:17). Kita tidak hanya
menerima hakikat hidup baru dalam Kristus (Roma 6:6-13), tetapi kita juga
didiami oleh Roh Kudus, yang kehadiranNya dalam diri kita memampukan
kita mewujudkan kualitas-kualitas karakter seperti Kristus.

Perubahan atau transformasi rohani dan karakter yang benar


berlangsung dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Iman, kasih,
pengetahuan, kesalehan, ketekunan, kesetiaan, penguasaan diri, dan lain
sebagainya, mengalir dari kehidupan Kristus yang telah ditanamkan dalam
diri kita ketika kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Saat kita
mengembangkan dan membuat sifat-sifat itu menjadi semakin nyata di
dalam kehidupan kita, maka kita tidak hanya menjadi kesaksian hidup bagi
orang lain tetapi juga menyenangkan hati Tuhan. Sangat menakjubkan apa
yang dapat dilakukan Allah bagi orang-orang yang menginginkan
pribadinya bertumbuh dan karakternya berkembang. Kabar baiknya ialah,
“Allah ingin kita berkembang sepenuhnya”. Ia menebus kita untuk
keperluan itu, Ia ingin kita bertumbuh dan dewasa (sempurna) sama seperti
Bapa surgawi kita sempurna (Bandingkan Matius 5:48). Rasul Paulus
mengajarkan hal yang sama dalam Efesus 4:13-15, “sampai kita semua
telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-
ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu
manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.

MENGEMBANGKAN KARAKTER KRISTEN YANG KUAT SEBAGAI


PROSES SEUMUR HIDUP

Satu hal yang pasti, karakter tidak pernah terbentuk secara instan,
apalagi dalam satu malam. Membangun karakter memerlukan waktu dan
sikap dasar yaitu kesediaan untuk belajar dan berubah. Banyak orang
menginginkan untuk mampu secepat-cepatnya mengatasi masalah dalam
memperbaiki karakter. Mereka mengingingkan semacam formula ajaib

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 226


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

yang dapat secara seketika mengubah karakter mereka. Seseorang bisa


saja mendapatkan teknik mudah dan cepat, yang memberikan solusi
sementara, seperti yang ditawarkan dalam banyak buku yang ditulis para
ahli saat ini. Itu memang membantu, tetapi itu tidak dapat membentuk
karakter yang kokoh. Pada dasarnya, karakter yang kokoh dibentuk di atas
landasan pengalaman, disiplin diri, dan dedikasi. Jika seseorang hanya
memiliki pencitraan atau rekayasa dan bukan keaslian karakter yang
kokoh, maka tantangan-tantangan kehidupan akan segera menghancurkan
solusi-solusi yang sementara itu.

Karakter adalah sebuah kekuatan yang tidak kelihatan. Karakter


bertumbuh melalui proses dan ujian. Karakter yang baik menghasilkan
buah-buah yang unggul dan berkualitas Buah-buah yang bermanfaat bagi
kehidupan kita dan orang lain. Buah-buah dari karakter antara lain:
Integritas menghasilkan kewibawaan, tanggung jawab menghasilkan
kedewasaan, kejujuran menghasilkan kepercayaan, ketulusan
menghasilkan persahabatan, iman menghasilkan kekuatan, ketekunan
menghasilkan pengharapan, dan lain sebagainya. Tuhan Yesus berkata,
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,
sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak
mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun
pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).

Karakter Kristen dibentuk sebagai hasil perjumpaan dengan


kebenaran Alkitabiah yang menembus ke dalam hati. Hal itu hanya
mungkin terjadi jika seseorang belajar firman Allah, merenungkan firman
Allah itu dengan segala makna dan penerapannya. Merupakan fakta yang
terbukti bahwa doktrin (pengajaran firman Tuhan) mempengaruhi karakter.
Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi
perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti ajaran yang sehat
maka ajaran itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus.
Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri
dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus
berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-
3), yakni serupa dengan Allah dalam hal karakter dan kehidupan yang
kudus.

Untuk melawan kekuatan dari rasionalisme, liberalisme, dan


individualisme modern yang menghancurkan, beberapa pakar etika Kristen
bersikeras bahwa kita perlu berfokus bukan hanya pada keputusan benar
atau salah, tetapi juga pada apa yang membentuk karakter dari orang-

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 227


Membangun Karakter Kristen Yang Kuat

orang yang membuat keputusan dan melakukan perbuatan. Sudah tiba


saatnya orang-orang Kristen harus lebih berani dan lebih tegas lagi
mengajarkan dan menampilkan citra dari karakter Kristen di mana pun
mereka berada. Kita patut meneladani kaum Puritan sebelum abad
pencerahan yang begitu menekankan pengajaran tentang kebajikan moral
(karakter) pada abad keenam belas dan ketujuh belas.

Kaum Puritan mengakhiri monarki, menuntut pemerintah


bertanggung jawab terhadap tujuannya dalam mengendalikan negara
menuju keadilan, kebebasan, kedamaian, mewujudkan demokrasi, dan
toleransi agama, dan mendorong terbentuknya suatu jenis baru karakter
moral dan kebajikan sebagai seorang warga. Melalui pengajaran alkitabiah
dan praktik Gereja, kaum Puritan itu mengajarkan kebajikan, disiplin,
kewajiban, kerajinan, pengendalian diri, usaha yang sungguh untuk
melakukan kehendak Tuhan, ketaatan yang sistematik kepada perintah-
perintah Allah, devosi segenap hati untuk kebaikan bersama, kebajikan
sebagai warga, dan aktivisme.

Namun akhirnya, saya mengajak kita merenungkan nasihat


bijaksana dari C.S Lewis berikut ini, “Intinya bukanlah bahwa Allah tidak
akan mengizinkan Anda masuk ke dalam dunia kekalNya jika Anda belum
memiliki kualitas-kualitas karakter tertentu: intinya adalah jika orang tidak
memiliki permulaan-permulaan dari kualitas-kualitas itu sedikitpun dalam
diri mereka, maka tidak ada kondisi-kondisi eksternal yang memungkinkan,
yang bisa menciptakan ‘surga’ bagi mereka – maksudnya, bisa membuat
mereka bahagia dengan kebahagiaan yang dalam, kuat, dan tidak
tergoyahkan yang dipersiapkan Allah bagi kita”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 228


Mengelola Keuangan dengan Bijak

Pasal 23.
Mengelola Keuangan
Dengan Bijak1

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-


perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak
benar juga dalam perkara-perkara besar.
Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang
akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu
tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu
sendiri kepadamu? (Lukas 16:10-12)

Frase Yunani “mamon yang tidak jujur” adalah “tou mamôna tês
adikias” yang secara harfiah berarti “harta yang berasal dari kejahatan”.
Apakah mamon itu? “Mamon” adalah istilah Aram yang artinya “uang atau
harta milik”. Kita tahu bahwa ayat dalam Lukas 16:10-12 ini didahului oleh
perumpamaan Tuhan Yesus tentang seorang bendahara yang tidak jujur.
Bendahara tersebut dipercayakan oleh tuannya untuk mengurus rumah
tangga, tanah dan perkebunan milik tuannya. Karena kelakuannya yang
dianggap tidak jujur dan korup dengan memboroskan harta tuannya maka
akhirnya ia dipecat dari pekerjaannya oleh tuannya. Untuk menolong
dirinya dari “krisis” akibat pemecatannya maka hamba ini melakukan siasat
dan tindakan “cerdik”, yaitu dengan membuat para debitur yang berhutang
kepada tuannya itu menjadi berhutang kepada bendahara itu. Tindakan
bendahara yang tidak jujur ini dilakukannya karena ia mengetahui bahwa ia
bisa minta tolong kepada orang-orang yang hutangnya ia kurangi. Mereka
pasti menghargai pertolongan pengurangan hutang tersebut, sehingga
mereka pasti akan dengan senang hati membantunya.

Tentu saja tindakan bendahara yang tidak jujur ini tidak dibenarkan
untuk ditiru. Namun demikian, kita melihat bahwa tuannya memuji
bendahara tersebut, bukan karena ia menyetujui tindakan bendahara
tersebut, melainkan karena kecerdikan bendahara untuk menyelamatkan
dirinya akibat pemecatannya. Jadi, kecerdikannyalah yang dipuji, bukan
ketidakjujurannya! Secara positif, makna yang tersirat dari perumpamaan

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 03 Agustus 2014

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 229


Mengelola Keuangan dengan Bijak

ini ialah bahwa Tuhan Yesus menyatakan secara tidak langsung bahwa
harta di dunia dapat dipergunakan untuk menolong orang lain, dan rasa
terima kasih orang-orang yang tertolong itu akan memastikan suatu
sambutan yang baik di dalam keabadian.

Bertolak dari perumpamaan tersebut Tuhan Yesus kemudian


menjelasan berbagai asas umum tentang pengelolaan uang atau harta
(Lukas 16:10-12). Cara seseorang bertindak sebagai pengelola dalam hal-
hal yang kecil akan memperlihatkan bagaimana ia akan bertindak sebagai
pengelola dalam hal-hal yang besar. Orang yang bertindak tidak baik dalam
mengelola hal uang atau harta tidak akan dipercayakan kepadanya harta
yang sesungguhnya (harta rohani). Dan, jika seseorang tidak dapat
melakukan pengawasan atau pengelolaan yang baik atas sesuatu yang
dipercayakan kepadanya, yang terhadapnya ia dapat dimintai
pertanggungjawabannya, maka kepadanya tidak akan diberikan hartanya
sendiri untuk dipergunakan sebagaimana ia kehendaki. Jadi, dapat
dikatakan bahwa penggunaan keuangan atau harta kekayaan merupakan
ujian karakter seseorang. Orang-orang yang tidak dapat mengelolanya
dengan bijaksana tidak layak dipercayai tanggung jawab rohani. Billy
Graham menuliskan, “Jika seseorang memiliki sikap yang jujur terhadap
uang, hal itu akan membantu meluruskan hampir semua bidang
kehidupannya yang lain. Beritahu saya apa yang anda pikirkan tentang
uang, dan saya akan memberitahu anda apa yang anda pikirkan tentang
Allah. Sebab kedua hal ini berkaitan erat. Hati manusia lebih dekat dengan
dompetnya daripada dengan hampir semua hal lainnya”. Karena itulah
pada saat ini kita akan belajar tentang mengelola keuangan dengan
bijaksana.

ALLAH MEMBERI BERKAT DAN KEMAMPUAN

Mulailah dengan langkah awal ini! Pertama, mengetahui bahwa


Tuhan menginginkan kita diberkati! Ia benar-benar menginginkan
kehidupan kita berhasil (Yosua 1:8). Tuhan menjanjikan masa depan yang
penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Kedua, kita harus melibatkan Tuhan dalam segala apa yang kita kerjakan
(Yeremia 17:7-8; Yakobus 4:13-15). Tuhan adalah Pencipta dari semua.
Tuhan adalah Pemilik segalanya. Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang
empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya”

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 230


Mengelola Keuangan dengan Bijak

(Mazmur 24:1 bandingkan Mazmur 50:10, 12). Sebagai seorang Kristen,


kita tidak bisa membicarakan keuangan dan kekayaan tanpa menaruh
perspektif Tuhan lebih dulu. Tuhan memberikan berkat-berkatNya bagi kita
supaya digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuanNya. Jika kita bisa
menunjukkan bagaimana berkat-berkat Tuhan dalam kehidupan kita
mengalir kepada orang lain dan memenuhi tujuan Tuhan, maka Tuhan
punya alasan untuk memberi kita keberhasilan.

Selanjutnya, pengertian dan kemampuan menangani keuangan


secara tepat harus menjadi prioritas utama setiap orang. Tuhan tidak
memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh harta (Ulangan
8:18). Tuhan tidak menjatuhkan uang dari langit atau memberikan uang
dengan cara-cara yang mistik. Tuhan memberikan kita kekuatan-kekuatan
untuk memperoleh harta. Ada kekuatan-kekuatan yang diberikan Tuhan
agar kita dapat memperoleh harta, antara lain: kesehatan, hikmat,
pekerjaan, dan pengelolaan. Salah satu kekuatan yang diberikan adalah
mengelola harta atau keuangan. Semakin baik kita mengelola, semakin
besar kemampuan kita untuk memperoleh harta kekayaan. Saat kita mulai
memahami kasih Tuhan bagi kita dan berserah pada kasih Tuhan itu, kita
mulai mendapatkan kepercayaan diri dan keberanian dalam kehidupan.
Namun, kita tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga
kebijaksanaan. Keberanian kita wujudkan dalam penyerahan kepada
Tuhan, kebijaksanaan kita wujudkan dalam pengelolaan keuangan dan
kekayaan yang baik (Bandingkan Amsal 21:5).

MENGELOLA KEUANGAN YANG SESUAI KEHENDAK TUHAN

Sebagai hamba, kita harus mengelola kekayaan milik Tuhan yang


dipercayakan kepada kita dengan benar dan setia sesuai kehendak Tuhan
(Lukas 16:10-12). Pertanyaannya: “Bagaimanakah cara mengelola
keuangan yang sesuai kehendak Tuhan?” Tentu saja sesuai dengan
petunjuk dan prinsip-prinsip firman Tuhan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengelola keuangan yang bijaksana.

1. Miliki prioritas yang benar (1 Timotius 6:8-10). Keuangan kita


harus mengutamakan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan
tempat tinggal, bukan sekedar keinginan-keinginan kita. Apa yang kita
butuhkan pasti dijawab oleh Tuhan, tetapi apa yang kita inginkan belum
tentu dijawab Tuhan (Yakobus 4:3). Apa yang kita inginkan akan terjawab
kalau keinginan kita adalah keinginan-keinginan Allah. Hal itu terjadi saat
kita bekerjasama dengan dengan Allah sesuai firmanNya (Yohanes 15:7).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 231


Mengelola Keuangan dengan Bijak

Hati-hati terhadap pandangan dan sikap salah terhadap uang atau harta.
Ketamakan dan keserakahan dapat segera membawa pada berbagai jenis
kejahatan (1 Timotius 6:10). Keinginan untuk cepat kaya didorong oleh
cinta akan uang sering membawa kepada berbagai bencana. Banyak orang
berpikir salah dengan menganggap bahwa uang dan kekayaan dapat
menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan. Kristus mengingatkan bahaya
dari pemikiran yang salah ini, “KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-
jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun
seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari
pada kekayaannya itu” (Lukas 12:15).

2. Buat anggaran yaitu catatan penerimaan dan catatan


pengeluaran (Amsal 21:5). Biasakan mencatat pendapatan dan keperluan
bulanan. Tujuannya adalah untuk mengetahui dari mana datangnya
pendapatan atau penerimaan keuangan kita, dan mengetahui ke mana
atau untuk keperluan apa pengeluaran keuangan kita. ini bertujuan sebagai
bahan evaluasi. Untuk selanjutnya, hitunglah keperluan bulanan, yaitu yang
wajib (pokok) dan juga kebutuhan/keperluan lainnya seperti: listrik, telpon,
transport, makan, kosmetik, shampo/sabun, dan lainnya. Dengan mencatat
berapa besar pendapatan kita dan berapa pengeluaran kita yaitu
kewajiban dan kebutuhan kita. Hal ini akan menempatkan kita pada gaya
hidup yang tepat, sehingga menghindari diri dari ”lebih besar pasak dari
pada tiangnya”.

3. Hindari diri dari berhutang (Ulangan 28:12). Hutang bukanlah


dosa, tetapi berbahaya, sebab satu langkah lagi bisa menyebabkan orang
berbuat dosa yaitu bila tidak membayar hutang. Hanya orang fasik (orang
berdosa) yang berhutang dan tidak membayar hutang (Mazmur 37:21).
Karena itu pastikan kita membayar hutang. Rencana Allah untuk kita
bukanlah agar kita meminjam uang, melainkan agar kita memberi pinjaman
(Ulangan 28:12). Semakin kita setia pada harta orang lain (tidak
berhutang), semakin kita dipercayakan banyak harta (Lukas 16:12).

Pertanyaan: Bagaimana bila ada utang ? Bayarlah dan tepat janji


(Amsal 6:1-5). Semakin kita tepat janji dalam membayar tagihan atau
hutang, semakin setialah kita pada harta orang lain. Karena itu, Tuhan
akan semakin banyak mempercayakan harta kepada kita. Alkitab berkata
seseorang yang tidak tepat janji dengan hutangnya akan menjadi tidak
bebas (budak) sehingga pekerjaan kita tidak produktif (Amsal 6:1-5). Jika
kita terlilit hutang, maka bertekadlah untuk lepas dan bebas dari hutang.
Cara membebaskan diri dari hutang bukanlah menyembunyikan diri,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 232


Mengelola Keuangan dengan Bijak

melarikan diri atau bunuh diri. Cara terbaik untuk bebas dari hutang adalah
dengan mulai bertekad membayar hutang. Berikut ini beberapa saran yang
dianjurkan untuk bebas dari hutang: (1) Buatlah daftar hutang-hutang mulai
dari yang terbesar hingga yang terkecil; (2) Mulailah membayar hutang
yang terkecil nilainya; (3) berfokuslah untuk melunasi satu utang lebih dulu
sampai selesai, kemudian lanjutkan membayar hutang-hutang lainnya
hingga semua hutang terbayar; (4) mintalah berkat Tuhan untuk kecukupan
hidup anda dan untuk membayar hutang-hutang anda. (5) Walaupun anda
terlilit utang, paksalah menabung walalupun sedikit jumlahnya.

4. Hindari diri dari perangkap (jebakan) Keuangan. Kesulitan


keuangan dapat terjadi karena berbagai sebab. Ada banyak jebakan
(perangkap) yang dapat membawa seseorang pada kesulitan keuangan.
Langkah bijaksana yang dilakukan adalah mengenali berbagai jebakan
keuangan dan menghindarinya. Jebakan-jebakan tersebut antara lain:

(1) Menjadi penjamin hutang orang lain (Amsal 22:26-27; Amsal 6:1-
5). Menandatangani dan menjadi penjamin hutang orang lain merupakan
kesalahan yang dapat dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan ia
terjerat dalam utang orang lain. Alasan dibalik hal ini biasanya adalah belas
kasihan, serta keinginan yang tulus untuk berbuat baik dan membantu
orang lain, namun seringkali tidak memikirkan risiko yang akan terjadi.

(2) Ketidakpuasan (Pengkhotbah 5:11; 1 Timotius 6:8-10). Banyak


orang beralasan “mencari uang sebanyak-banyaknya untuk memberi
kepada Tuhan”. Ini adalah alasan yang salah karena Alkitab mengatakan
yang sebaliknya. Rumusnya terdapat dalam Matius 6:33, “Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu”. Kata “carilah” dalam ayat ini adalah “zeteite”
berasal dari kata “zeteo” yang yang berarti “mencari” adalah bentuk kata
kerja aktif yang bermakna “menunjuk terjadinya keasyikan terus-menerus
ketika mencari sesuatu; berusaha dengan sungguh-sungguh dan tekun
untuk memperoleh sesuatu”. Sedangkan kata Yunani untuk kata “dahulu”
dalam ayat 33 ini adalah “proton” yang berarti “pertama dalam urutan atau
kepentingan; menempati tempat yang tertinggi dari semua kesenangan
kita”. Ini artinya, kita diminta untuk mendahulukan Kerajaan Allah dan
kebenaranNya di atas segala hal. Dan saat kita melakukannya, maka kita
akan mengalami “panta prostethêsetai humin”, yaitu “semua akan diberikan
dan ditambahkan kepadamu”. Kata Yunani “prostithêmi” berarti “diberikan”
atau “ditambahkan”. Kedua arti tersebut, “diberikan” maupun “ditambahkan”
dapat kita pergunakan secara bersama-sama. Hal ini dapat dipahami

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 233


Mengelola Keuangan dengan Bijak

karena Allah yang mengetahui kebutuhan kita, Ia juga akan menyediakan,


memberikan, dan menambahkan yang kita perlukan baik jasmani maupun
rohani (Bandingkan 2 Korintus 9:8).

(3) Gaya hidup yang salah dan melebihi kemampuan Kegagalan


untuk memperhitungkan secara matang kemampuan keuangan yang
dimiliki, menyebabkan kebiasaan membelanjakan uang secara berlebihan
(Lukas 14:28-30). Beberapa orang sangat lemah pada iklan sehingga
mudah goda pada barang yang menarik dan kreditan yang nampaknya
menguntungkan. Membeli barang-barang yang tidak perlu (bukan
kebutuhan), penggunaan uang untuk membeli minuman keras, tembakau,
judi (money game), membeli makanan-makanan tambahan adalah
kebiasaan hidup enak yang merupakan kebocoron keuangan. Misalnya,
perokok berat dapat menghabiskan ratusan ribu rupiah dalam sebulan yang
seharusnya dapat dipergunakan bagi kepenting lain yang lebih bermanfaat.

(4) Penggunaan kartu kredit yang tidak terkendali dan membeli


banyak barang secara kredit. Penggunaan kartu yang tidak terkendali
dapat menyebabkan pemborosan. Karena itu dianjurkan untuk tidak
memakai kartu kredit. Ini adalah cara terbaik menghindari pemborosan.
Demikian juga pembelian barang-barang secara kredit sebaiknya dihindari.
Bagaimanapun barang-banyak yang dibeli secara kredit lebih mahal
ketimbang dibeli tunai. Nasihat terbaik bagi mereka yang menghadapi
kesulitan keuangan agar menjauhi kebiasaan kredit barang atau benda.

(5) Belanja yang impulsif (menurut dorongan hati). Alkitab


mengatakan bahwa mata tidak pernah puas (Amsal 27:20; Pengkhotbah
4:8). Karena itu disarankan cara terbaik mengatasi masalah ini adalah
dengan membuat catatan dan rincian kebutuhan sebelum pergi belanja.

(6) Kemalasan (Amsal 6:6-11). Ada banyak orang sebenarnya


berkecukupan jika mereka tidak membiarkan sifat malas menguasai
mereka. Alkitab menyebutkan ciri-ciri pemalas yaitu: duduk, melipat tangan,
dan tidur. artinya tidak suka bekerja. Biasanya orang model ini ingin
mendapatkan harta dengan jalan pintas, instan dan cepat seperti: berjudi,
kedukun, undian, dan lain-lain.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 234


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

Pasal 24.
PENGETAHUAN TENTANG
SILSILAH KELUARGA 1

“Ingatlah (zãkar) kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah (bin) tahun-tahun


keturunan yang lalu, tanyakanlah (šã’al) kepada ayahmu, maka ia
memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka
mengatakannya kepadamu”
(Ulangan 32:7)

Menurut W.J.S. Poerwadarminta, yang dimaksud dengan silsilah


adalah “asal usul suatu keluarga, susur galur (keturunan), dan sejarah”.
Pengertian istilah tersebut sesuai dengan pengertian Alkitab. Istilah modern
untuk silsilah adalah “geanologi”, yaitu ilmu tentang silsilah. Istilah silsilah
dalam Perjanjian Lama ialah “daftar nama-nama para leluhur, atau garis
keturunan dari seorang atau beberapa orang”. Atau secara sederhana
berarti “nama-nama orang yg terlibat dalam suatu keadaan tertentu”.
Silsilah dalam Perjanjian Lama terdapat terutama di Pentateukh, Ezra,
Nehemia dan Tawarikh. Dalam ketiga kitab terakhir bentuk kata kerja
“yakhas” selalu refleksif intensif (hit ya khes), “daftar diri sendiri dalam
silsilah” (Ezra 2:62; 8:1, 3; Nehemia 7:5,65; 1 Tawarikh 4:33; 5:1, 7,17; 7:5,
7,9,40; 9:1,22; 2 Tawarikh 12:15; 31:16-19). Istilah “toledot” dalam Kejadian
dipakai dalam pengertian “daftar keturunan”. Sedangkan dalam Perjanjian
Baru, ada dua silsilah yang disebutkan, yang secara husus berhubungan
dengan leluhur manusiawi Yesus Kristus (Matius 1:1-17; Lukas 3:23-38).
Kata Yunani yang digunakan untuk silsilah Matius 1 :1 adalah “geneseōs”
yang berarti “asul usul keluarga atau sejarah”. Jadi, istilah silsilah yang
digunakan dalam pengertian umum maupun Alkitabiah dihubungkan
dengan orangtua dan leluhur seseorang.

Pada umumnya ada dua bentuk silsilah, yaitu: (1) Silsilah dalam
bentuk vertikal naik dan vertikal turun, yaitu silsilah yang disusun dalam
bentuk daftar ke atas menelusuri leluhur atau nenek moyang (vertikal naik)
dan atau silsilah yang disusun dalam bentuk daftar ke bawah menelusuri
keturunan penerus (vertikal turun). Di dalam Alkitab, Lukas 3:23-38 adalah

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya tanggal 24 Mei 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 235


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

silsilah yang mewakili vertikal naik, di mana silsilah tersebut menelusuri


mulai dari Yesus sampai kepada Adam dan Allah. Sedangkan Kejadian
5:1-32 dan Kejadian 11:10-32 adalah silsilah yang mewakili vertikal turun,
di mana silsilah terfokus pada tokoh yang ditampilkan terakhir (keturunan
terakhir) dalam daftar tersebut. Dalam Kejadian 5 tokoh silsilah terfokus
pada Nuh, sedangkan dalam Kejadian 11 tokoh silsilah terfokus pada
Abaham. (2) Silsilah dalam bentuk vertikal dan horisontal. Silsilah vertikal
dicatat dengan berpusat pada aliran garis keturunan langsung. Silsilah
yang mewakili silsilah vertikal adalah silsilah garis keturunan Kain di
Kejadian 4:16-24. Sedangkan silsilah horisontal mencatat tentang silsilah
anak-anak lelaki dari seorang tokoh secara serentak, misalnya: Silsilah
Ham dan Yafet, dua dari tiga anak laki-laki Nuh (Kejadian 10:2-20).
Selajutnya, silsilah Nahor (Kejadian 22:20-24), garis keturunan ketura
(Kejadian 25:1-6), keturunan Ismail (Kejadian 25:12-16), keturunan Esau
(Kejadian 36:1-43), merupakan contoh-contoh dari silsilah horisontal.

HUBUNGAN ULANGAN 32:7 DENGAN PENGETAHUAN SILSILAH

Nyanyian Musa dalam Ulangan 32 bertemakan kesuraman atas


pemberontakan, pengkhiatan, kejatuhan serta penghakiman Allah atas
Israel. Akan tetapi, arti sebenarnya yang digambarkan dalam nyanyian
tersebut adalah kasih dan kemurahan hati Allah yang tidak terbatas
terhadap umat pilihanNya. Secara khusus dalam ayat di atas (Ulangan
32:7), Musa mencemaskan sejarah suram yang dapat saja terulang setelah
bangsa Israel masuk dan menetap di Kanaan, negeri Perjanjian. Karena itu
Musa dalam ayat tersebut memberikan tiga perintah spesifik agar Israel
dapat mencegah terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut terulang kembali
dan menang atas segala kemalangan. Musa memerintahkan demikian,
“Ingatlah (zãkar) kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah (bin) tahun-
tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah (šã’al) kepada ayahmu, maka ia
memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka
mengatakannya kepadamu” (Ulangan 32:7). Ketiga perintah ini “Ingatlah..,
perhatikanlah.., dan tanyakanlah..” menunjukkan kasih Allah yang besar
pada umat pilihanNya. Allah yang merencanakan dan memilih mereka dari
sebelum permulaan zaman (Ulangan 32:8-9,49; Bandingkan Nehemia 9:7;
Efesus 1:4-5), bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu dan juga berdaulat
atas sejarah, Dia adalah sumber segala berkat, karena itu Dia akan
memelihara masa depan mereka.

Secara khusus, perintah dalam frase “perhatikanlah tahun-tahun


keturunan yang lalu” dalam Ulangan 32:7 sangat penting bukan hanya bagi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 236


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

Israel di masa lalu, tetapi juga bagi kita yang hidup saat ini. Frase tersebut
mengandung kebenaran-keberanan yang berhubungan dengan penting
mengetahui silsilah, yaitu: (1) Kata Ibrani “perhatikanlah” dalam frase
“perhatikanlah tahun-tahun dalam keturunan yang lalu” adalah “bin” yang
berarti “membedakan; ketajaman untuk memperoleh pengertian yang
dalam”. Kata tersebut menujuk kepada aksi mengamati secara dekat atau
mempelajari prinsip dari sesuatu hal atau peristiwa untuk memperoleh
pengertian dan wawasan yang seksama. (2) Sedangkan frase “tahun-tahun
keturunan yang lalu” menujuk kepada sebuah titik dalam sejarah yang lebih
terperinci dan nyata dibandingkan frase “zaman dahulu kala”. (Frase
“zaman dahulu kala” “yémôt ‘ôlám” yang berarti “masa lampau yang
menjangkau sampai zaman purbakala”). Kata “tahun-tahun” dalam ayat ini
adalah adalah “šénôt” bentuk jamak dari kata “šãna” yang berarti “tahun”.
Jika frase “zaman dahulu kala” menunjuk kepada keseluruhan waktu di
masa lampaui, maka frase “tahun-tahun” menunjukkan kepada sebuah titik
waktu khusus yang penting dan penuh arti di dalam kurun waktu “zaman
dahulu kala” itu. (3) Kata Ibrani “keturunan-keturunan yang lalu” disusun
dari pengulangan kata “dôr” yang berarti “angkatan atau generasi” yang
menunjuk kepada setiap generasi yang muncul dalam sejarah
penyelamatan dari Allah.

Jadi maksud frase “tahun-tahun keturunan yang lalu” menunjuk


kepada penyelenggaraan terperinci sejarah penebusan oleh Allah dalam
setiap generasi. Dan, intisari penyelenggaraan Allah dalam sejarah
penebusan dari setiap generasi ditampilkan dan dicatat dalam bentuk
terpadat sebagai “silsilah”. Itu sebabnya silsilah yang dicatat dalam Alkitab
sangatlah penting untuk dipelajari (bandingkan Kejadian 5:1-23; Matius 1:1-
25). Ringkasnya, bahwa dalam frase “perhatikanlah tahun-tahun dalam
keturunan yang lalu” terkandung makna agar Israel memperhatikan
peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman dari mereka yang pernah
tampil dalam tahun-tahun keturunan yang lalu. Ini mengingatkan kita
kepada nasihat nabi Yesaya yang mendorong orang Israel untuk
memperhatikan iman para leluhur mereka seperti Abraham dan Sara, serta
sejarah Israel di masa lampau (Yesaya 51:1-2). Berawal dari penjelasan-
penjelasan inilah kita menganggap pentingnya pengetahuan tentang
silsilah keluarga, khususnya bagi orang Kristen.

PENTINGNYA MENGETAHUI SILSILAH

Mengetahui silsilah seseorang itu penting! Mungkin ada yang


berkata, bukankah Yesus pernah mengatakan demikian, “Demikianlah

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 237


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang
tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang
baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik
itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18). Memang betul
Yesuslah yang mengatakan demikian, namun konteks ayat ini tidak secara
langsung dimaksudkan berhubungan dengan silsilah. Jika diperhatikan
secara keseluruhan (Matius 7:22-23), tidak boleh dilepaskan dari ayat-ayat
sebelumnya khususnya ayat 15 di mana Kristus sedang berbicara tentang
kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui
orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan.
“Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki
mutu atau kualitas seperti aslinya”. Kata lain untuk palsu adalah tiruan atau
imitasi. Nabi-nabi palsu ini dapat dikenali oleh orang percaya dari
“buahnya”. Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka” (Matius 7:17). Lalu apa yang dimaksud Kristus dengan kata “buah”
dalam ayat ini? Buah di sini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan
untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan
kemurnian “ajaran, motivasi, karakter dan perilaku hidup” yang sesuai
dengan kehendak Tuhan (Bandingkan: 2 Petrus 2:1-22; Matius 7:21). Jadi,
ayat ini tidak dimaksudkan untuk menyamakan sebuah pohon dengan
silsilah, melainkan lebih merupakan peringatan kepada orang Kristen untuk
mewaspai kepalsuan dan agar berhati-hati.

Mengetahui silsilah seseorang itu penting, meskipun silsilah


bukanlah segalanya. Alasan pentingnya mengetahui silsilah seseorang
terutama karena: (1) Silsilah memberi kita informasi tentang asal-usul
seseorang, mulai dari orangtuanya, keluarganya, hingga leluhurnya;
(2) Silsilah juga akan mengungkapkan tata nilai yang mempengaruhi watak,
perilaku, dan kebiasaan seseorang yang diwarisi dari leluhurnya. Perlu
diketahui bahwa kepribadian seseorang terbentuk dan dikembangkan oleh
orang-orang di mana ia tumbuh bersama mereka. Semua orang bertumbuh
menjadi dewasa, dan semua orang tumbuh dewasa di suatu tempat dalam
lingkungan keluarga. Itu berarti keluarga berperan penting dalam
pembentukan kehidupan seseorang. Ahli pendidikan moral, Robert Coles
mengakui bahwa keluarga merupakan lingkungan primer dalam
membentuk kecerdasan moral anak. Sebelum anak menerima pengaruh
dari teman sebaya dan guru di sekolah, ia sudah lebih dulu dibentuk ibu
dan ayahnya, serta dipengaruhi saudara maupun pengasuhnya. Kita tahu
bahwa setiap pribadi (individu) dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang
khas baginya. Walaupun terdapat banyak perbedaan pendapat antara para
ahli psikologi dan ahli teori kepribadian, namun mereka memiliki kesamaan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 238


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

pendapat, yaitu bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas.


Tidak ada satu orangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama
dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang adalah pribadi yang unik
dan khusus.

Pembentukan pribadi seseorang mencakup kombinasi dari


beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas,
unsur lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur
yang dibawa (diwariskan) dari orangtua melalui proses kelahiran, seperti
keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual. (2) Unsur
lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya, serta
lingkungan alamiah (tempat tinggal). (3) Unsur kebiasaan adalah suatu
tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu
keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membetuk
karakter seseorang. Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk
pribadi seseorang. Tetapi, ada lagi satu unsur yang membedakan orang
Kristen dari yang bukan Kristen, yaitu: (4) Unsur regenerasi atau kelahiran
baru di dalam Kristus oleh Roh Kudus, yang bersifat radikal dan
supranatural. Justru unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam
pembentukan karakter Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal
menyenangkan Allah (Efesus 2:5; 2 Korintus 5:17).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 239


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

Jadi, setiap orang menjadi apa adanya diri mereka sekarang ini
sebagian besar karena pengaruh keluarga yang membesarkannya. Dengan
kata lain, keluarga adalah faktor kontribusi terbesar dan terpenting dalam
menjadikan seseorang apa adanya orang tersebut. Yang dimaksud dengan
keluarga di sini bisa jadi merupakan keluarga tradisional dengan orangtua
yang saling mengasihi dan memberikan dukungan bagi setiap anggota
keluarga. Ini mungkin juga keluarga yang telah bercerai lengkap dengan
saudara tiri. Keluarga di sini juga mungkin mengacu pada keluarga asuh,
keluarga angkat, keluarga sahabat, keluarga yang sangat besar, atau
bahkan keluarga di panti asuhan, di mana seseorang dibentuk dan
dibesarkan. Di jenis keluarga yang manapun kemungkinannya,
kenyataannnya adalah semua orang bertumbuh menjadi dewasa, dan
semua orang tumbuh dewasa di suatu tempat dalam lingkungan keluarga.

Di dalam bukunya You and Your Family, Tim La Haye memberikan


diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah
Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua
adalah Jonathan Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah
kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita
yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua
orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan: 300
orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang
peminum berat. Sedangkan dari Jonathan Edwards terdapat 729
keturunan: 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13
orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden
Amerika. Dari diagram ini kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan
dan nilai-nilai dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan
generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan
pendidikan pada umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen
yang banyak mempengaruhi pembentukan karakter, iman, dan tata nilai
seseorang adalah keluarga asal (the family of origin). Dengan kata lain,
keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai
dinamika dan kondisi apapun dalam membentuk karakter dan kebiasaan
seseorang.

Memang tidak ada jaminan ataupun rumusan bahwa seseorang


yang berasal dari silsilah yang baik pasti juga baik. Juga tidak bisa
dikatakan bahwa seseorang yang memiliki silsilah yang kurang baik maka
ia akan berdampak tidak baik pada masyarakat. Namun kenyataannya,
secara sosiologis silsilah yang baik dapat memberikan nilai tambah bagi
seseorang di komunitas masyarakat tertentu, dan silsilah yang buruk dapat

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 240


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

menjadikan seseorang dipandang remeh di komunitas masyarakat tertentu.


Di Indonesia, dikenal slogan “bibit, bebet, bobot”, yang mana slogan ini
dikaitkan dengan silsilah seseorang. Jadi ringkasnya, dengan mengetahui
silsilah seseorang, maka kita tidak hanya akan mendapat informasi
mengenai asal-usul dan keluarganya, tetapi kita juga akan mendapatkan
petunjuk yang bermanfaat dalam menilai perilaku dan kebiasaan
seseorang, di mana sebagian besar dari perilaku dan kebiasaan tersebut
merupakan tata nilai yang diwarisi dari keluarganya.

YESUS KRISTUS DAN SILSILAHNYA

Menarik untuk memperhatikan bahwa geanologi Yusuf dan Maria


sama-sama berhubungan dengan Daud. Yusuf merupakan keturunan Daud
melalui Salomo dan garis keturunan raja-raja Yehuda. Maria merupakan
keturunan Daud melalui anak laki-laki Daud yang bernama Natan. Injil
Matius merunut garis keturunan Yesus melalui garis keturunan Yusuf, yaitu
dari Abraham, Daud, dan Yusuf (Matius 1:17). Ini sesuai dengan tradisi
Yahudi, di mana Matius memang menulis Injil Matius yang ditujukan
kepada orang-orang Kristen Yahudi. Karena Allah sudah berjanji bahwa
Mesias merupakan keturunan Abraham (Kejadian 12:3; 22:18; Galatia
3:16) dan Daud (2 Samuel 7:12-19; Yeremia 23:5), maka Matius merunut
silsilah Yesus sampai kepada kedua tokoh ini untuk membuktikan kepada
orang Yahudi bahwa Yesus mempunyai silsilah yang tepat sehingga
memenuhi syarat sebagai Mesias. Dengan demikian Matius menetapkan
Yesus adalah keturunan Abraham dan Daud yang sah. Walaupun Yesus
bukan anak Yusuf secara biologis karena Yesus dikandung oleh Roh
Kudus (Matius 1:18; Lukas 1:35), namun secara hukum Yahudi ia dicatat
sebagai anak Yusuf dari putra Daud yang bernama Salomo.

Sedangkan silsilah yang dicatat oleh Lukas merunut garis keturunan


pria dalam garis keturunan Maria, yang juga dari keturunan Daud. Karena
itu kemungkinan alasan mengapa Lukas dengan hati-hati menyatakan
bahwa “... menurut anggapan orang, Ia (Yesus) adalah anak Yusuf, anak
Eli,..” (Lukas 3:23). Menurut anggapan orang Yesus adalah anak Yusuf
secara hukum, namun ia adalah anak Maria secara biologis. Keduanya
benar! Dengan demikian penulis Injil menyatakan bahwa Yesus berhak
menjadi Mesias karena Ia adalah keturunan Daud dari Yusuf secara hukum
(menurut daftar silsilah Matius) dan ia adalah keturunan Daud dari Maria
secara biologis (menurut daftar silsilah Lukas). Hal ini merupakan suatu
penggenapan yang unik dari nubuat Perjanjian Lama. Allah telah berjanji
kepada Daud bahwa baik keturunannya maupun takhtanya akan sampai

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 241


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

selama-lamanya (2 Samuel 7:12-16). Kepada Salomo, anak Daud, Allah


menjanjikan bahwa takhta dan kerajaannya akan berlangsung selama-
lamanya, tetapi sama sekali tidak menubuatkan keturunan Salomo. Hal ini
menjadi jelas karena kemurtadan raja-raja Yehuda. Yoyakim raja Yehuda
dikutuk dengan keras karena dosanya dan Kitab Suci menyatakan : "Ia
tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud,
dan mayatnya akan tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan
kena dingin di waktu malam. Aku akan menghukum dia, keturunannya dan
hamba-hambanya karena kesalahan mereka..." (Yeremia 36:30-31).
Konya, anak laki-laki Yoyakim, ditawan ketika Yerusalem jatuh dan garis
keturunan raja-raja Yehuda berakhir di sana (Bandingkan Yeremia 22:30).

Pertanyaan logis yang muncul ialah: Bagaimana Allah dapat


menggenapkan janjiNya kepada Daud apabila garis keturunan ini terputus?
Jawabannya ialah bahwa garis keturunan Mesias diteruskan dan dijaga
kelanjutannya melalui Natan, bukan melalui Salomo dan keturunannya.
Dengan demikian hak sah atas takhta Daud diturunkan melalui Salomo dan
Yoyakim kepada Yusuf, dan kepada “anak laki-laki” Yusuf yaitu Kristus.
Tetapi secara biologis hak itu diturunkan melalui Natan dan Maria kepada
Kristus. Jadi janji-janji Allah baik kepada Daud maupun kepada Salomo
benar-benar digenapi sesuai yang tertulis, di dalam dan melalui Kristus. Hal
ini sekaligus merupakan contoh jelas dari ketepatan nubuatan Perjanjian
Lama dan supremasi Allah, di mana Allah yang berdaulat mengetahui
sebelumnya tentang dosa-dosa raja-raja Yehuda dan kutuk yang akan
menimpa mereka, dan pada saat yang sama ditentukan bahwa Kristus
akan dilahirkan dari seorang perawan. Apabila Yesus adalah anak kandung
Yusuf secara jasmani, maka ia harus disisihkan karena kutuk yang telah
menimpa Yoyakim.

Namun pelajaran penting yang dapat ditarik dari silsilah Yesus ini
adalah: (1) Bahwa bagi orang Ibrani (Yahudi), nilai keberadaan seseorang
sering dikaitkan dengan silsilahnya. Itu sebabnya Matius ketika menulis Injil
Matius, langsung mengawalinya dengan silsilah Yesus Kristus. (2) Bahwa
daftar silsilah Yesus Kristus yang ditulis oleh Matius dan Lukas menunjukan
bahwa Yesus memiliki asal usul dan leluhur yang jelas. (3) Bahwa
penyebutan dua nama leluhur Yesus, yaitu Abraham dan Daud, dalam
daftar silsilah Yesus yang ditulis oleh Matius bertujuan untuk mempertegas
bahwa Yesus itu bukanlah orang sembarangan. Nama Abraham
mengaitkan Yesus dengan keaslianNya sebagai orang Israel, bangsa yang
dipilih Allah. Sedangkan Nama Daud mengaitkan Yesus dengan
penggenapan janji tentang Juruselamat yang berasal dari keturunan Daud.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 242


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

(4) Bahwa orang-orang Yahudi perlu mengetahui silsilah Yesus Kristus


agar mereka lebih terbuka menerima Yesus Kristus. Dengan mengetahui
silsilah Yesus Kristus, orang-orang Yahudi bisa melihat kesetiaan Allah
kepada umatNya dan bagaimana cara Allah menggenapi janji-JanjiNya,
sehingga mereka tidak punya alasan untuk menolak Dia. Namun, dalam
kenyataannya, sementara satu kelompok menerima Yesus karena
mendengar ajaran dan perbuatan-perbuatanNya, maka kelompok yang
lainnya justru menolakNya ketika mereka mengetahui bahwa Yesus
adalah anak dari orang biasa, Yusuf dan Maria, (Matius 13:55-57;
bandingkan Yohanes 6:42). Artinya mereka tidak benar-benar memahami
silsilahNya.

Ada lagi keunikan dari silsilah Yesus jika diperhatikan lebih teliti,
yaitu dengan munculnya nama perempuan-perempuan dengan latar
belakang kehidupan yang patut dipertanyakan dalam daftar silsilah Kristus
yang dicatat Matius maupun Lukas seperti: Tamar yang tidur dan
mendapatkan keturunan dari mertuanya, Rahab yang adalah pelacur, Rut
yang adalah seorang asing, Betsyeba (istri Uria) yang berzinah dengan
Daud, adalah karena Allah ingin mengingatkan orang Yahudi bahwa
banyak di antara laki-laki dan perempuan yang merupakan bagian dari
leluhur Kristus, Sang Juruselamat adalah orang-orang yang tidak
sempurna, tetapi yang memperolah kasih karunia, dan walaupun mereka
melakukan kesalahan, mereka dipakai oleh Allah untuk menurunkan
Mesias. David K. Lowery dalam buku Teologi Perjanjian Baru menjelaskan,
“Bahwa Tujuan Allah tercapai walaupun melalui situasi-situasi yang
merugikan dan perilaku orang yang tercela, juga digambarkan oleh Matius
dalam menyajikan silsilah Yesus... bahwa garis leluhur Yesus dari Abraham
dan Daud melibatkan tidak sedikit tikungan dan liku-liku berbahaya, meski
demikian nampak jelas keberhasilan rencana Allah. Penyebutan empat
perempuan dalam silsilah Yesus (Matius 1:1-17) merupakan ilustrasi
tentang hal ini... mereka mengingatkan para pembaca bahwa Allah telah
menunjukkan belas kasihNya kepada orang-orang yang bukan Yahudi
yang tidak layak di masa lampau dan juga bahwa rencana Allah tidak
digagalkan oleh kegagalan manusia... Meskipun tidak dimaksudkan
menjadi teladan perilaku, melainkan menjadi pengingat bahwa anugerah
Allah seringkali diberikan kepada orang-orang yang paling tidak mungkin
dan yang selanjutnya berperan menyukseskan tujuanNya di dunia”.

Demikian juga dengan kita! Penting untuk mengingat bahwa kita


adalah orang-orang yang tidak sempurna dan memerlukan kasih karunia
Tuhan. Kita mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa, namun

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 243


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

yang telah diperbaharui (ditebus) dan diselamatkan semata-mata karena


anugerahNya. Allah telah mengubah kita orang berdosa ini, menjadi orang
benar (Roma 3:21-26) dengan cara menjadikan kita benar dalam Kristus
(2 Korintus 5:21) dan memberikan anugerah kebenaran kepada kita (Roma
5:17). Pada saat kita menerima Kristus, kita ditempatkan dalam Kristus,
dan seketika itu juga kita dibenarkan! Rasul Paulus mengatakan, “Sebab
itu, kita yang dibenarkan (dikaiothentes) karena iman, kita hidup dalam
damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”
(Roma 5:1).

Pembenaran adalah tindakan yudisial Allah yang mendeklarasikan


bahwa orang berdosa yang percaya dalam Kristus sebagai orang yang
dibenarkan. Pembenaran, berdasarkan kata Yunani “dikaioo (dibenarkan)”
dalam ayat di atas memiliki baik aspek negatif maupun positif. Secara
negatif pembenaran berarti “Allah mengangkat dosa orang percaya” dan
secara positif pembenaran berarti “Allah menganugerahkan kebenaran
Kristus kepada orang-orang percaya” (Bandingkan Roma 3:24, 28; 5:9;
Galatia 2:16). Pembenaran menyangkut pelimpahan kebenaran atas orang
percaya dan berhak atas semua berkat yang dijanjikan atas orang benar.
Jadi pembenaran bukan karena kita melainkan karena Kristus. Kebenaran
Kristus yang diimputasikan (dipertalikan) kepada kita telah memenuhi
segala tuntutan Allah, dan kita menerima kebenaran ini dengan iman
(Roma 5:1-2). Jadi, kebenaran yang dimiliki orang Kristen adalah anugerah
(Roma 3:24; 5:17).

HIKMAH DARI MENGETAHUI SILSILAH

Orang Ibrani dan Indonesia, nampaknya memiliki cara pandang


yang tidak jauh berbeda ketika mengaitkan seseorang dengan silsilahnya.
Terlepas dari baik atau tidaknya baik, itulah kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri, yang nampaknya juga ada berlaku dalam komunitas Kristen.
Misalnya, dalam budaya di Indonesia, bila seorang pria melamar seorang
gadis, maka keluarga gadis itu akan menanyakan silsilah keluarga si
pemuda. Hal ini perlu karena alasan: (1) Untuk menghindari terjadinya
pernikahan antara sanak keluarga sendiri. Siapa tahu setelah dirunut
keduanya memiliki hubungan kekerabatan atau kekeluargaan. (2) Sebagai
dasar penilaian untuk menerima atau menolak lamaran. Pada umumnya
yang ditanyakan adalah orangtua, kakek nenek, hingga kakek buyutnya.
Penelisikan juga dihubungkan dengan sosial ekonomi, harkat dan
martabat, keagamaan dan lain sebagainya. Walaupun si pemuda dianggap
baik dan memenuhi syarat, namun bila orangtua atau leluhur dipandang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 244


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

bermasalah, bisa jadi lamaran itu ditolak. Disini kita langsung ingat slogan
yang terkenal “bibit, bebet, bobot”, yang mana slogan ini mengaitkan
seseorang dengan silsilah keluarga dan leluhurnya.

Itulah kenyataan yang sering kita temui tentang cara pandang


masyarakat yang sering mengaitkan seseorang dengan keadaan
keluarganya dan bukan hanya dengan kualitas atau kualifikasi orangnya.
Cara pandang seperti ini juga nampaknya, adakalanya diterapkan di dalam
perekrutan pekerja perusahaan dan bisnis. Karena itu, alangkah baiknya
jika seseorang memiliki silsilah keluarga yang baik sehingga ia lebih mudah
dan lebih cepat diterima di lingkungan tertentu, atau pun lingkungan
masyarakat. Namun pertanyaan lain muncul di sini, apakah ini merupakan
syarat mutlak? Bagaimana dengan mereka yang berasal dari keluarga
berantakan (broken home) atau mereka yang diasuh dengan cara yang
kasar dan buruk? Apakah mereka tidak akan diterima? Bagi seorang
Kristen, mereka tidak lagi dinilai berdasarkan masa lalu dan latar belakang
keluarganya yang buruk. Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap orang
percaya adalah ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17). Namun kita juga tidak
mungkin menolak cara pandang masyarakat tentang silsilah seseorang.
Karena itu, orang tersebut harus dapat menunjukkan bahwa walaupun ia
berasal dari silsilah keluarga yang buruk namun ia sendiri memiliki kualitas
dan kualifikasi yang baik.

Perlu dipahami bahwa: (1) Silsilah bukanlah segalanya. Artinya tidak


ada jaminan ataupun rumusan bahwa seseorang yang berasal dari silsilah
yang baik pasti juga baik. Juga tidak bisa dikatakan bahwa seseorang yang
memiliki silsilah yang kurang baik maka ia akan berdampak tidak baik pada
masyarakat. Silsilah hanya merupakan tambahan atau pengurangan nilai
dari masyarakat bagi seseorang. (2) Silsilah bukan jaminan. Seseorang
yang memiliki silsilah yang baik tidak merupakan jaminan bahwa ia secara
otomatis bisa diterima dilingkungan tertentu dan lingkungan masyarakat.
Perilaku yang baik dan pantas tetap menjadi penilaian bagi orang tersebut.
Demikian juga seseorang dari dari latar belakang silsilah kurang baik, harus
dapat menunjukkan kehidupan pribadinya yang baik dilingkungan
masyarakat dan orang banyak. Dengan demikian ia sendiri akan bisa
diterima karena perilakunya yang baik.

Nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, merupakan nasihat


yang perlu diperhatikan oleh kita orang percaya sekarang ini. Bahwa setiap
orang yang telah lahir baru dalam Kristus apapun latar belakang
silsilahnya, secara pribadi ia harus menujukkan kualifikasi hidup baru yang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 245


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

merupakan anugerah Allah baginya. Rasul Paulus mengatakan demikian,


“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan:
Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah
dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari
hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam
mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan
dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian.
Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar
tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran
yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan
kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui
di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah
diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar
seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah
ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya
sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang
berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi
pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu
mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang
hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian
dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,
penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:17-32).

Selanjutnya rasul Paulus mengingatkan, “Sebab itu jadilah penurut-


penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih,
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang
harum bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau
keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana
sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor,
yang kosong atau yang sembrono -- karena hal-hal ini tidak pantas -- tetapi
sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 246


Pengetahuan Tentang Silsilah Keluarga

orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah


berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.
Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena
hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang
durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. Memang
dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di
dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang
hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa
yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam
perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi
sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan saja
pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah
memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu
menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah
sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari
antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."Karena itu,
perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti
orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat.Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi
usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu
mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi
hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada
yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi
dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur
senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus
kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang
lain di dalam takut akan Kristus” (Efesus 5:1-21).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 247


Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana

Pasal 25.
MENJALANI KEHIDUPAN
DENGAN BIJAKSANA 1

“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh
tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya
buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-
Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”
(Mazmur 90:10-12).

Pertanyaan tentang kehidupan manusia adalah pertanyaan yang


klasik dan universal sifatnya. Misteri ini tercermin dari pertanyaan-
pertanyaan seperti : dari mana asalku? mengapa aku ada dan hidup?
kemana aku pergi? Inilah pertanyaan yang telah berabad-abad ditanyakan
manusia dan mereka berusaha mencari jawaban.

PANDANGAN MANUSIA TENTANG KEHIDUPAN

Bagaimanakah orang-orang memandang kehidupan ini? Ada


berbagai jawaban, diantaranya : “Hidup bagaikan sebuah sirkus; bagai
sebuah daerah ranjau; bagai sebuah teka-teki; bagai sebuah simfoni; bagai
sebuah perjalanan; dan seperti sebuah mimpi”. Yang lainnya mengatakan,
“hidup ini bagaikan sebuah roda yang berputar, kadang di atas dan kadang
di bawah, dan kadang hanya berputar-putar”.

Tanpa kita sadari gambaran atau metafora kita tentang hidup akan
mempengaruhi kehidupan kita; menentukan harapan-harapan kita, nilai-
nilai, hubungan-hubungan, sasaran-sasaran dan prioritas-prioritas kita.
Contohnya : Jika kita menganggap kehidupan adalah sebuah pesta, maka
nilai utama kita dalam kehidupan ini adalah bersenang-senang. Jika kita
melihat hidup ini sebagai sebuah balapan maka kita akan menghargai
kecepatan dan sering berada dalam ketergesa-gesaan. Jika kita
memandang hidup sebagai sebuah pertandingan lari marathon, maka kita
akan menghargai ketekunan. Jika kita memandang kehidupan sebagai

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya tanggal 22 Juli 2013

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 248


Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana

pertempuran atau permainan, maka menang akan menjadi sangat penting


bagi kita.

REALITA HIDUP MANUSIA

Selama kita hidup, ada realita-realita yang tidak boleh kita abaikan.
Memperhatikan realita-realita ini dengan seksama menyebabkan kita
berpikir kembali untuk menjalani hidup dengan bijaksana.

1. Setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya.


Berdasarkan kronologis (urutan waktu), usia biologis manusia menurut
pengalaman Pemazmur pada umumnya adalah 70 tahun dan bisa
mencapai 80 tahun. Pemazmur mengatakan “Masa hidup kami tujuh puluh
tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah
kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami
melayang lenyap” (Mazmur 90:10). Inilah fakta pertama dan terpenting:
seiring bertambahnya usia berarti hidup biologis kita berkurang bila dilihat
dalam kronologis waktu.

2. Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum


Termodinamika II, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat
merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga
yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah
bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga
yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar.
Demikian juga dengan hidup jasmaniah manusia akan merosot,
sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:16. Berdasarkan,
hukum Termodinamika II, bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia
akan mengalami kemerosotan biologis (jasmniah). Sebagian orang
berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan
kemudaannya yang perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik dan krim
kecantikan walau pun penting dan bermanfaat, tidak mampu
menyembunyikan keriput dan noda ketuaan. Inilah fakta kedua: siapapun
tidak mampu menaham proses penuaan!

3. Ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Berdasarkan gerontologi


atau ilmu tentang lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan
dialami manusia. (1) Secara biologis, menjadi tua berarti merosotnya
kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan
reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan
kurang tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 249


Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana

pada berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis


“presbikusis”). (2) Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya
kemampuan berpikir dan mengingat (istilah medis “dimensia”). (3) Secara
kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring
bertambahnya usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan
kata lain, semakin dekat dengan kematian jasmaniah. Inilah fakta ketiga:
setiap orang pasti akan mati! ketika kematian datang menjemput, tak
seorangpun sanggup menolaknya!

BERSIAP-SIAP MENGHADAPI KEMATIAN

Seperti halnya kehidupan, kematian merupakan misteri yang penuh


dengan berbagai teka-teki membingungkan. Tidak ada seorangpun yang
tahu kapan kematian itu akan datang menjemputnya. Tidak ada seorang
pun yang tahu pasti berapa panjang usianya di dunia ini. Bila kita
melakukan riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia mereka yang
meniggal, pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia, mulai dari
bayi, anak kecil, remaja, pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya
mungkin mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak bisa mengukur atau
menebak berapa usia seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita
bahwa setiap dua setengah detik, ada seorang manusia yang meninggal
dunia. Sekali lagi, semua fakta memberikan kita teka-teki tentang misteri
kematian, sekaligus memberikan tanda peringatan agar kita bersiap
menghadapi kematian bila datang menjemput.

Karena kematian merupakan misteri, maka dalam perjalanan dan


pengalaman manusia menghadapi masalah kematian muncul berbagai
tafsiran yang mencoba menjawab apakah makna kematian itu, dan
bagaimana pula dengan seluk beluknya. Secara umum, “mati adalah ketika
jantung seseorang berhenti berdetak atau otaknya berhenti bekerja, atau
berhentinya hembusan nafas seseorang, atau tubuhnya menjadi mayat
yang kaku dan dingin”. Ini adalah definisi medis phisikal. Lalu, apakah
pandangan Alkitab tentang kematian?

1. Mati berarti kembalinya tubuh manusia ke tanah atau debu, dan


kembalinya roh manusia kepada Allah (Pengkhotbah 12:7). Bagi mereka
yang ketika masih hidup di dunia ini tidak percaya kepada Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, roh dan jiwanya akan pergi ke Kerajaan
Maut atau Neraka (Lukas 16:23). Sedangkan bagi yang percaya kepada
Tuhan Yesus rohnya akan pergi ke Firdaus atau Surga (Lukas 16:22;
23:43). Jelas sekali bahwa Alkitab mengajarkan bahwa masalah kekekalan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 250


Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana

itu ditentukan seratus persen oleh kedaulatan Allah dan anugerah, tanpa
sedikit pun jasa dan usaha manusia. Manusia hanya menerima dengan
imannya dengan iman.

2. Mati berarti melepaskan tempat tinggal di dunia ini (2 Koruntus


5:1; 2 Petrus1:14). Artinya tubuh yang fana ini akan ditinggalkan baik
dikuburkan dalam tanah, atau dikremasikan menjadi abu. Lalu, kelak pada
saat kedatangan Kristus kedua kali nanti, semua roh yang meninggal akan
diberikan tubuh yang baru, dan mereka yang masih hidup tubuhnya akan
diubahkan.

3. Mati berarti berakhirnya hidup di dunia yang hanya sekali, dan


siap menghadapi pengadilan Allah (Ibrani 9:27). Ini juga merupakan
penolakan terhadap konsep reinkarnasi yang percaya bahwa sejarah
manusia merupakan lingkaran (serkular). Sesungguhnya sejarah manusia
itu adalah garis lurus (linear). Penghakiman akhir yang dilakukan Allah
bukan di dasarkan atas perbuatan seseorang melainkan berdasarkan iman
seseorang kepada Kristus. Sedangkan bagi yang sudah beriman akan
menghadapi pengadilan untuk pertanggungjawaban atas semua karunia
yang sudah dititipkan kepadanya untuk digunakan dalam konteks Kerajaan
Surga (Bandingkan Yohanes 3:18; Wahyu 20:11-15).

Secara saintifik dan teknologi modern, tidak ada obat penyembuh


bagi kematian. Yang ada hanyalah usaha untuk menunda kematian fisikal
khususnya dari sakit penyakit. Sedangkan kematian rohani (spiritual) hanya
dapat disembuhkan dengan satu-satunya cara, yaitu beriman kepada
Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 3:16; 5:24; 11:25), sebab : kematian Yesus
adalah kehendak Allah demi kasihNya kepada manusia berdosa (Matius
26:39; Ibrani 2:9); dan kematian Kristus telah membayar hukuman yang
harus kita bayar (Efesus 5:2; 1 Petrus 2:24). Sesungguhnya waktu
kematian sudah ditentukan oleh Tuhan (Ibrani 9:27). Sebelum Yesus
datang kedua kalinya, kematian fisik akan berlaku bagi orang percaya
maupun tidak. Pada hari kiamat nanti, bagi yang belum mati, tubuhnya
akan diubahkan dari yang alamiah menjadi yang rohaniah (1 Korintus
15:51,52; 1 Tesalonika 4:16,17).

Saat kematian datang menjemput, kita yang mati dalam Kristus akan
bersama-sama dengan Dia untuk selama-lamanya. Rasul Paulus
mengatakan demikian “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 251


Menjalani Kehidupan Dengan Bijaksana

lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan
diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan
di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan
Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-
perkataan ini. ” (1 Tesalonika 4:16-18).

HIDUP BIJAKSANA DAN MENENTUKAN PRIORITAS

Pemazmur setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini,


memohon kepada Tuhan, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12).
Kehidupan di bumi bersifat sementara jika dibandingkan dengan kekekalan.
Karena itu harus dimanfaatkan secara maksimal dan dijalani dengan
bijaksana. Paulus menasihati Titus supaya memberitakan ajaran sehat
kepada jemaat, yang mencakup nasihat agar jemaat yang tua baik pria
ataupun wanita hidup bijaksana dan menjadi teladan (Titus 2:1-5). Karena
itu penting menjalani hidup dengan mengutamakan hal-hal yang menjadi
prioritas kita karena waktu yang terbatas (Efesus 5:15-17).

Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua,
teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan hargailah
mereka selagi masih bisa. Sebab jika sudah tidak ada, kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini
sangat terbatas, karena itu manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan
menunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Percaya kepada Yesus
Kristus, serta terimalah anugerah keselamatan dari Kristus, Tuhan dan
Juruselamat. Tinggalkan hidup jahat dan perbuatan-perbuatan berdosa.
Pergilah ke gereja untuk beribadah dan melayani Tuhan, dengan mengajak
serta anggota keluarga. Mulailah menyatakan kasih sayang pada orang-
orang yang dekat : istri, anak-anak, orang, dan lainnya. Lakukan sekarang
sebab kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan hari esok untuk kita.
Mulai sekarang menjalani hidup dengan bijaksana. GBU

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 252


SUPLEMENT
Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

Suplement 1.
HARMONI PERBEDAAN
PRIA & WANITA 1

P ria dan wanita sama-sama diciptakan oleh Tuhan setara dan


sederajat. Itulah sebabkan tidak boleh pria menghina wanita atau
sebaliknya wanita menghina pria. Tidak seharusnya salah satu pihak
merendahkan yang lain. Namun, harus juga disadari bahwa pria dan wanita
itu berbeda. Karena perbedaan ini sangat mencolok maka generasi kita
saat ini menganggap bahwa pria dan wanita adalah dua mahluk asing
(alien) yang berasal dari tempat yang berbeda, pria berasal dari Mars dan
wanita dari Venus dan bertemu di bumi. Benarkah perbedaan itu
sedemikian tajamnya sehingga tidak mungkin diharmoniskan? Alkitab
mengajarkan tentang kesetaraan dan perbedaan pria dan wanita. Dalam
pandangan Alkitab perbedaan ini harmonis, yaitu perbedaan yang
komplementer atau saling melengkapi. Stephen Tong dalam buku Keluarga
Bahagia menyebutkan tujuh perbedaan antara pria dan wanita: (1) Otoritas
dan cinta kasih; (2) Rasional dan emosional: (3) Karir dan keluarga;
(4) Hari depan dan hari lampau; (5) Menyeluruh dan detail; (6) Analisator
dan intuitif; (7) Invertasi dan tabungan.

OTORITAS DAN CINTA KASIH

Alkitab memerintahkan agar “istri menghormati suami” dan “suami


mengasihi istri? Mengapa ada perbedaan dalam perintah tersebut? Di sini
kita menemukan perbedaan pertama dan prinsip, yaitu bahwa pria lebih
mementingkan otoritas, sedang wanita lebih mementingkan cinta. Masing-
masing ini adalah kelebihan, ciri khas, dan juga menjadi kelemahannya.

Pria jika dihormati oleh wanita, maka ia akan merasa hidupnya lebih
berarti; sebaliknya jika pria kurang dihormati, maka ia merasa hidup tidak
berarti. Jadi ketika dikatakan supaya “istri menghormati suaminya” bukan
berarti suami bisa bertindak sewenang-wenang dan berbuat sembarangan.
Tetapi disinilah keistimewaan yang diberikan oleh Allah Pencipta, yaitu
kedudukan suami sebagai kepala. Kepala dalam bahasa Yunani adalah
“kephale” yang berarti “wewenang atau otoritas. Dengan taat pada suami

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 253


Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

maka wanita telah menunjukkan rasa hormat padanya. Inilah yang


dibutuhkan pria. Tetapi ini bukan berarti pria tidak memerlukan cinta.

Berbeda dari pria, maka wanita lebih mementingkan cinta. Itulah


sebabnya diperintahkan agar “suami mengasihi istri”. Cinta adalah segala-
galanya bagi istri, melebihi apapun; tetapi bukan berarti ia tidak
memerlukan hormat atau penghargaan. Seorang wanita merasa dihargai
jika suaminya mencintainya. Sehingga ada yang mengatakan bahwa cinta
merupakan seluruh hidup dari wanita, tetapi hanya sebagian dari hidup
pria. Ini ada benarnya tetapi bukan berarti cinta seorang pria boleh dibagi
kepada beberapa orang melainkan seutuhnya dari yang sebagian ini hanya
diberikan kepada istrinya.

Sebelum jatuh dalam dosa, manusia mempunyai aturan yang baik


dan normal, yaitu “pria tidak gila hormat, dan wanita tidak gila cinta”.
Setelah kejatuhan dalam dosa kedaan benar-benar berubah! Mulai
terjadilah hal-hal yang tidak baik dan tidak normal di dalam kehidupan
manusia. Pria yang tidak dihormati oleh istri cenderung menyalahgunaan
otoritas atau membagi cintanya pada wanita lain. Wanita yang tidak dicintai
suaminya cenderung berusaha mengambil kendali, atau jika ia tidak
mendapat perhatian suaminya, maka ia akan berusaha mendapatkannya
dari pria lain. Disinilah bahayanya jika suami dan istri tidak memahami
perbedaan ini!

Jadi kita melihat, bahwa pria mementingkan wibawa, sedang wanita


mementingkan cinta. Dan kebutuhan ini bisa diperoleh dari pasangan
masing-masing. Sebab itu suami dan istri masing-masing bisa mengoreksi
diri dengan bertanya pada diri sendiri. Istri perlu bertanya “apakah aku
telah menghormati suamiku dalam segala hal?” dan suami perlu bertanya
“apakah aku telah mengasihi istriku dengan sepenuhnya?”

RASIONAL DAN EMOSIONAL

Ternyata, pria tidak hanya mementingkan wibawa, tetapi pada


umumnya pria juga lebih bersifat rasional; Sedangkan wanita tidak hanya
mementingkan cinta tetapi mereka pada umumnya lebih bersifat
emosional. Inilah juga yang menjadi perbedaan tajam antara pria dan
wanita yang paling kurang dipahami sehingga menjadi masalah.

Contoh perbedaan ini misalnya, jika seorang pria dan seorang


wanita sama-sama sedang mengendarai motor dan mengalami bahaya,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 254


Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

maka reaksi yang berbeda akan timbul. Kebanyakan wanita akan berteriak
keras, melepaskan kemudi dan terjadi tabrakan tetapi pria akan berpikir
dulu kemudian bertindak. Coba perhatikan contoh lainnya di gereja, bila
pendeta berkhotbah dengan butir-butir yang jelas, analisis dan sistematis,
maka jemaat pria akan menikmati khotbah itu, memujinya sebagai khotbah
yang baik; Sebaliknya wanita akan kurang menikmatinya, mereka lebih
menyukai khotbah-khotbah yang menyentuh emosi dan menarik yang
membuat mereka bisa tertawa ataupun terharu, karena khotbah seperti ini
akan berkesan bagi wanita. Karena itu sebelum menikah juga perlu
mengetahui perbedaan antara pria dan wanita ini.

KARIER DAN KELUARGA

Kebanyakan pria lebih menitikberatkan pada karier, sedangkan


kebanyakan wanita lebih menitikberatkan pada keluarga. Inilah perbedaan
berikutnya pada umumnya. Memang di era modern ini ada wanita yang
memilih berkarier dan oleh alasan tertentu menjadi tulang punggung
keluarga. Ini merupakan hal yang tidak umum, melainkan disebabkan
adanya keadaan atau faktor tertentu.

Karier dan keluarga, dua-duanya sangat penting. Seorang pria tidak


boleh menganggap bahwa seorang wanita lebih enak karena tidak perlu
pergi bekerja, tetapi hanya mengurus keluarga. Ini adalah pemikiran yang
keliru. Pada umumnya, pria “bekerja” dan mencari nafkah, sedang wanita
mengurus urusan rumah tangga. Bukankah yang berkarier dan mengurus
rumah tangga sama-sama bekerja, sama-sama sibuk. Ini berarti keduanya
sama pentingnya, sebab jika tidak mencari nafkah bagaimanakah pondasi
ekonomi keluarga bisa dibangun? Dan jika keluarga tidak terurus untuk
apakah uang yang banyak dan menumpuk? Jika suami istri keduanya
bekerja dan sibuk sehingga keluarga berantakan, dan anak-anak tidak
terurus terutama dalam pendidikan dan etika, hal ini akan menjadi kerugian
besar. Karena harta yang paling bernilai lebih dari apapun adalah keluarga
dan anak-anak.

Karena kedua hal ini penting yaitu karier dan keluarga, maka baik
pria maupun wanita harus memahami ini sebelum mereka menikah dan
perlu memperhatikan keseimbangan. Jangan sampai suami berlarut-larut
dalam kesibukan dan lupa memperhatikan istrinya, atau istri terlarut dalam
urusan rumah tangga dan mengurus anak-anak sehingga lupa mengurus
suaminya. Sekali lagi perlu keseimbangan.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 255


Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

HARI DEPAN DAN HARI LAMPAU

Yang unik dari perbedaan pria dan wanita berikutnya adalah bahwa
pria lebih mementingkan masa depan dan wanita tidak mau melupakan
hari lampau. Kalau suami mengatakan “sesudah ini saya akan begitu dan
begini”, maka wanita akan mengatakan “jangan lupa yang dulu ya, waktu
itu kita bagaimana”.

Pria tampaknya lebih cenderung kepada sifat ingin memperpanjang


konsep sejarah, memikirkan masa depan, dan menuju kepada potensi-
potensi yang belum digali. Sedangkan wanita lebih mengingat pada saat-
saat yang manis yang sudah pernah dialami dan dimiliki. Itulah sebabnya
tidak heran jika setiap wanita dapat mengingat hari ulang tahun pernikahan
mereka ketimbang pria.

Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi masalah jika dipahami


sebagai sesuatu yang sifatnya komplementer. Keduanya diperlukan! Jika
hanya mengingat yang lampau, tidak memikirkan masa depan maka
keluarga tidak mungkin menjadi bahagia. Jika hanya memikirkan masa
depan, tetapi tidak ingat akan hal-hal yang penting yang pernah terjadi,
maka akan banyak menimbulkan pertengkaran, bahkan perceraian.
Kenyataannnya memang perceraian banyak terjadi karena tidak mau
mengingat masa-masa yang indah yang telah mempersatukan keduanya.

Mengingat masa lalu mengakibatkan kita memiliki kesinambungan


perasaan dan memikirkan masa depan, akan membuat kita memiliki
kesinambungan kehidupan. Perlu keseimbangan! Kita memiliki tiga sifat
waktu, yaitu masa kini yang sedang dan terus berlangsung (progresif),
masa lalu yang telah dilewati (posesif) dan masa depan yang akan dituju
(prospektif). Masa lalu dan masa depan adalah hasil atau akibat sikap dan
tindakan hari ini. Ini yang sering kurang dipahami.

MENYELURUH DAN DETAIL

Pria cenderung melihat segala sesuatu dari jauh, bersifat global,


luas dan menyeluruh; sedangkan wanita lebih cenderung melihat dari
dekat, rinci dan secara detail. Inilah yang menyebabkan wanita lebih teliti
dari pria; tetapi lebih sempit wawasannya dari pria. Ini ibarat melihat peta,
di mana pria dapat membaca peta dunia secara global dan wanita dapat
menunjukan provinsi atau kotanya secara detail.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 256


Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

Pria karena bersifat global sering tidak menyadari hal-hal yang detail
dan penting; wanita karena terlalu detail sering tidak mampu melihat hal-hal
yang lebih luas lagi. Karena itu di sini perlu keseimbangan bukan
menonjolkan perbedaannya, kita perlu memperhatikan keseluruhan dan
juga detailnya, lalu mengintegrasikan satu sama lainnya sehingga lengkap.
Dengan demikian pria memerlukan wanita dan wanita memerlukan pria. Ini
memang sudah dirancang oleh Tuhan.

ANALISATOR DAN INTUITIF

Pria lebih bersifat analis, sedangkan wanita lebih intuitif. Jika wanita
mulai menggunakan analisanya, maka wanita akan segera menggunakan
intuisinya. Jika bertemu seseorang maka pria akan berbicara, bertanya,
lalu mulai menganalisa keadaan orang itu. Jika wanita melihatnya,
intuisinya akan memberi penilaian tentang orang itu. Terkadang dan
banyak kali intuisi wanita bisa tepat, Di saat seorang pria sedang sibuk
menganalisa, maka wanita dengan satu kalimat sudah bisa menentukan
keadaan, itu sifat intuitif.

Orang yang selalu benar secara intuitif atau selalu benar secara
analisa juga ada bahayanya. Bahayanya ialah: orang yang selalu benar
secara intuitif akan terlalu mengandalkan intuisinya dan meremehkan rasio
dan analisis karena sekali tidak tepat akan membawa bahaya yang besar.
Demikian juga jika terlalu mengandalkan rasio dan metode analisa yang
kuat cenderung mengabaikan intuitif dan memutlakkan analisis ada
bahayanya. Jika analisis meleset dan tetap mempertahankannya maka
akan membawa bahaya yang besar. Karena itu perlu keseimbangan. Jadi
Tuhan meciptakan perbedaan itu untuk saling melengkapi dan memenuhi
kebutuhan ini.

INVESTASI DAN TABUNGAN

Pria lebih menekankan investasi; sedangkan wanita selalu


mengingatkan kembali tentang jaminan dalam bentuk tabungan. Pria
cenderung menggunakan uangnya untuk investasi; Sedangkan wanita
selalu mengingatkan perlunya untuk mempunyai tabungan sebagai jaminan
pemeliharaan karena perasaan aman sangat diperlukan oleh wanita. Pria
lebih bersifat berpetualang dan bereksperimen, sedangkan wanita lebih
bersifat ke dalam dan memelihara.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 257


Harmoni Perbedaan Pria dan Wanita

Itu sebabnya seorang istri yang mengingatkan suaminya untuk


mempunyai tabungan, suatu keadaan yang memberi rasa aman, juga
sangat diperlukan, dan sebagai seorang kepala keluarga maka suami
harus mengimbangi hal ini dan mengerti istrinya. Sebaliknya, seorang istri
juga hendaknya jangan lupa, bahwa suamimu adalah seorang pria yang
mempunyai keunikan yang lain, yang berbeda darinya sehingga istri harus
memahami hal ini. Di sini diperlukan saling pengertian dan saling
mendukung satu sama lain. Saling pengertian ini dan saling mendukung ini
akan menyebabkan terpeliharanya kebersamaan dan keintiman antara
keduanya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 258


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

Suplement 2.
Keprihatinan Terhadap
Meningkatnya Kekerasan1

“TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang
mencintai kekerasan” (Mazmur 11:5)

“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang
menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam.
Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat! (Maleakhi 2:16)

Dunia kita dipenuhi dengan orang-orang yang menyimpan luka-luka,


baik luka fisik sebagai akibat dari kekerasan fisik maupun luka hati (batin)
sebagai akibat kekerasan psikologis. Professor David J. Schawartz dalam
bukunya Berpikir dan Berjiwa Besar mengutip apa yang telah diteliti oleh
Dr. Schindler. Dia mengatakan bahwa “tiga dari empat orang yang
terbaring dirumah sakit, mengidap penyakit Emotionally Induced Illness
yaitu semacam penyakit yang disebabkan oleh emosi. Selanjutnya dia juga
mengatakan bahwa “sebenarnya tiga dari empat orang yang sakit sekarang
ini akan sehat jika mereka belajar bagaimana menangani masalah emosi
mereka”. Sebagian luka dibawa dari sejak kandungan sebagai akibat dari
penolakan orang tua yang gagal melakukan aborsi. Sebagian lagi berasal
dari masa kecil mereka sebagai akibat kekerasan (fisik, seksual, dan psikis)
dalam rumah tangga. Namun ada juga yang terluka karena tekanan dan
persoalan kehidupan modern. Akan tetapi apabila diteliti maka akar
penyebab tersebut sebetulnya berasal dari atau berkaitan dengan keluarga.
Ironisnya lagi, banyak dari antara orang Kristen yang mengalami kekerasan
fisik dan terluka secara psikologis.

Kata kekerasan (abuse), terutama kekerasan dalam rumah tangga


(KDRT) merupakan kata yang tidak asing lagi ditelinga kita, bahkan sangat
sering kita mendengarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dimaksud dengan kekerasan adalah perihal yang bersifat keras atau
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
milik orang lain. Pada umumnya dalam masyarakat, kita dapat menjumpai
1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 20 Maret 2016.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 259


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

berbagai bentuk kekerasan antara lain: kekerasan fisik, kekerasan seksual,


kekerasan psikologis dan emosional. Ada juga bentuk kekerasan lainnya
seperti kekerasan spiritual, kekerasan sosial dan kekerasan politis.

Segala jenis kekerasan terjadi ketika seseorang yang mempunyai


kekuasaan atas orang lain menggunakan kekuasaan itu untuk menyakiti.
Kekerasan fisik terjadi ketika seseorang menggunakan kekuasaan atau
kekuatan fisik atas orang lain sehingga menyebabkan luka fisik. Kekerasan
seksual terjadi ketika seseorang menggunakan kekuasaan seksual atas
orang lain sehingga mengakibatkan luka seksual. Kekerasan spiritual
terjadi ketika seseorang yang memiliki wewenang religius menggunakan
wewenang posisi itu untuk menimbulkan luka spiritual. Demikian juga
berlaku dengan kekerasan sosial, politis, dan psikologis. Semua itu terjadi
ketika mereka yang berkuasa (dalam berbagai tingkat dan bentuk)
menggunakan kekuasaannya sehingga mengakibatkan orang-orang
disekitar mereka menderita ketidakadilan.

KEPRIHATINAN TERHADAP MENINGKATNYA KEKERASAN

Kesadaran, keprihatinan dan kepedulian masyarakat tentang


berbagai bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), telah meningkat secara dramatis. Pada umumnya dalam
masyarakat kita, kekerasan yang terjadi berupa serangan fisik dan seksual,
juga kekerasan psikologis dan emosional. Meskipun kekerasan dialami
juga oleh kaum pria, namun pada umumnya perempuan dan anak-anak
yang paling banyak menjadi korban kekerasan. Di Indonesia, data Catatan
Akhir Tahun 2014 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
menunjukkan peningkatan jumlah kasus terhadap perempuan sebanyak
20.000 kasus dibanding kasus tahun 2013. Menurut Catatan Akhir Tahun
2014, terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang
tahun 2014. Sebanyak 68% dari kasus tersebut adalah kekerasan domestik
dan rumah tangga (KDRT) dengan mayoritas korban ibu rumah tangga dan
pelajar. Bentuk-bentuk kekerasan meliputi penelantaran tanggung jawab,
penganiayaan fisik dan psikis, serta pernikahan paksa.

Kekerasan juga terjadi di negara yang berbasis Kristen seperti


Amerika. Menurut Biro Investigasi Federal (FBI), bahwa satu dari dua
perempuan dipukuli oleh suaminya, dan 28% mengalami kekerasan oleh
yang dilakukan orang terdekat. Di Amerika setiap 15 detik ada seorang
perempuan yang sedang disiksa. Penyiksaan menjadi penyebab luka
paling banyak bagi perempuan Amerika, lebih banyak daripada

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 260


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

kecelakaan, pemerkosaan, dan perampokan. Lebih dari 70% pria yang


menyiksa istri mereka juga menyerang anak-anak mereka secara fisik atau
seksual. Pada umumnya pelaku pemukulan, pemerkosaan, atau
pembunuhan atas perempuan adalah orang yang dekat dengan korban.
Sebaliknya, pria biasanya diserang atau dibunuh oleh orang yang tidak
mereka kenal. Menurut perkiraan FBI, kekerasan dalam rumah tangga
yang dilaporkan kepada pihak berwenang hanya kurang dari 10%.

Menurut Ken Blue dalam artikelnya tentang Kekerasan menyatakan


bahwa kekerasan dapat dilihat sebagai suatu rangkaian kesatuan. Di salah
satu ujung rangkaian tersebut kita tempatkan eksploitasi dan penindasan
yang berlangsung secara terstruktur, sistematis dan brutal. Dalam kasus-
kasus semacam itu, kekerasan sering sudah dirancang sebelumnya, dan
pelakunya sangat sadar bahwa tindakannya menyakiti orang lain. Di ujung
lainnya dari rangkaian kesatuan itu, kita tempatkan manipulasi sosial yang
relatif ringan dan sporadis. Di sana, sang pelaku kekerasan tidak berniat
menyakiti orang lain, tetapi dengan membabi buta ia mengejar keinginan-
keinginan pribadinya dan menyakiti orang lain di dalam prosesnya. Banyak
dari pelaku yang semacam itu yang sama sekali tidak menyadari kerugian
yang mereka timbulkan terhadap orang lain. Faktor kenaifan itulah yang
pada umumnya kita temukan dalam kasus-kasus kekerasan diberbagai
tempat.

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang


Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, bahwa yang dimaksud
dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah
tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga. Dalam catatan tahunan yang dirilis oleh Komisi Nasional
Perempuan, ditemukan fakta bahwa jumlah KDRT yang dialami oleh
perempuan di Indonesia mencapai angka 8.626 kasus pada tahun lalu
2014. Dengan angka tersebut, maka rumah tangga menjadi ranah terbesar
penyumbang munculnya 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan
2014 lalu. Selain KDRT, kasus perceraian dengan gugatan yang diajukan
istri terhadap suami juga menempati porsi besar dalam hal pemicu lahirnya
tindak kekerasan terhadap perempuan.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 261


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

Indraswari, Komisioner Komnas Perempuan menjelaskan, dalam


melakukan riset tahun 2014, Komnas Perempuan telah membagi ranah
kekerasan terhadap perempuan ke dalam tiga wilayah besar. Dari ketiga
ranah tersebut, rumah tangga atau relasi personal menjadi ranah terbesar
yang didalamnya terjadi tindak kekerasan terhadap para perempuan.
Ranah kekerasan pada perempuan ada di tingkat yaitu: personal atau
KDRT, komunitas, dan kekerasan oleh negara. (1) Di rumah tangga terjadi
8.626 kekerasan terhadap perempuan. (2) kekerasan di lingkup komunitas
ada 3.860 kasus; dan (3) negara menyumbang 24 kasus kekerasan
sepanjang tahun lalu. Indraswari yakin, jumlah kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia sebenarnya jauh lebih banyak lagi jumlahnya
dibandingkan data yang dimiliki Komnas Perempuan. Karena dari 664
lembaga pengadaan layanan di seluruh Indonesia yang dikirimi lembar
pendataan, hanya 191 lembaga yang mengembalikan ke Komnas
Perempuan. Keyakinan Indraswari didasarkan pada fakta bahwa seluruh
data tindak kekerasan terhadap perempuan yang diperoleh Komnas
Perempuan hanya berasal dari 191 lembaga yang mengembalikan lembar
data tersebut. Dalam KDRT, kekerasan terhadap istri menjadi kasus yang
paling banyak dilaporkan ke sejumlah lembaga pengadaan seperti
pengadilan agama, pengadilan negeri, maupun pihak kepolisian. Total,
terdapat 5.102 kasus kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga
sepanjang tahun lalu. Sementara itu, dalam ranah komunitas kasus
pemerkosaan menjadi penyumbang utama dengan jumlah 1.033 temuan
sepanjang tahun lalu. Tindak pencabulan mengikuti di urutan kedua
dengan jumlah kasus sebanyak 834 yang terdata dari lembaga pengada
layanan di Indonesia.

KEKERASAN SEBAGAI AKIBAT DOSA DALAM HATI MANUSIA

Kitab Suci menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta segala


sesuatu. Alkitab menyatakan "Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah
menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya,
dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala
yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan
bala tentara langit sujud menyembah kepada-Mu” (Nehemia 9:6;
Bandingkan Kejadian 1). Tujuan penciptaan adalah untuk kemuliaanNya.
Saat Tuhan menciptakan, maka semua yang diciptakannya itu baik dan
sempurna adanya (Kejadian 1:12,18,21,25,31). Tidak ada kejahatan, tidak
ada rasa sakit, tidak ada kekerasan, penderitaan dan tidak ada kematian.
Taman Eden tidak memiliki bencana alam, kekerasan, penderitaan atau
kematian sampai setelah Adam dan Hawa berdosa (baca Kejadian pasal 1-

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 262


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

3). Wayne Grudem dalam buku Chistian Belief menuliskan, “Dosa merusak
segala sesuatu. Kita tidak hidup dalam tujuan hidup yang telah ditetapkan
sejak semula bagi kita, dan kita tidak hidup di dalam dunia yang telah
dirancang sejak semula untuk ditinggali. Dosa merusak gambar Allah di
dalam diri kita; kita tidak lagi merefleksikan kesempurnaan sebagaimana
yang dirancang Allah saat menciptakan kita. Karena dosa, berbagai hal
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan semula”. Betapa mengerikan
akibat dari dosa, tepat seperti yang dikatakan Wayne Grudem di atas “dosa
merusak segala sesuatu.

Manusia diciptakan oleh Allah Sang “Arsitektur Agung” dengan


sempurna tanpa cacat atau cela sedikitpun dalam seluruh keberadaannya.
Manusia adalah mahluk mulia yang luar biasa, dikaruniakan hikmat dan
kuasa atas seluruh ciptaan kerena Ia merupakan “gambar” dan “rupa”
Allah, sehingga tidak heran jika Pemazmur dalam kekagumannya
mengatakan: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah
anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:5; 144:3;
Bandingkan Ayub 7:17,18). Manusia adalah mahluk ciptaan yang
berpribadi, bukan mesin atau robot. Manusia diciptakan dengan “kehendak
bebas” yang terpelihara dalam kekudusan Allah. Dengan kehendak bebas
itu manusia dapat melayani Allah. Hal baik yang diciptakan Tuhan adalah
bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih. Manusia
diuji untuk mempercayai Allah dan taat kepada Allah ataukah tidak. Setiap
pilihan akan mengakibatkan konsekuensi yang berlawananan. Fakta bahwa
manusia yang menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah untuk
memberontak terhadap Tuhan tidak mengejutkanNya, karena Tuhan
Mahatahu.

Tetapi Tuhan bukanlah pencipta dosa, namun Dia mengijinkan dosa.


Tuhan mengijinkan kemungkinan terjadinya dosa supaya manusia bisa
betul-betul memilih untuk mempercayai Allah dan taat padaNya atau
sebaliknya menolak mempercayai Allah dan memberontak. Asal-usul dosa
sebenarnya datang dari manusia yang mengarahkan keinginannya
menjauh dari Allah dan menuju kepada keinginannya sendiri. Dengan kata
lain sebagaimana yang ditegaskan oleh Norman Gleiser dan Jeff Amanu
“Allah menciptakan fakta kebebasan, manusia melakukan tindakan bebas
tersebut; ciptaan membuatnya menjadi aktual” (Baca Kejadian pasal 3).
Setelah Adam dan Hawa menolak mempercayai Allah dan membuat dosa
menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu
natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12;
1 Korintus 15:22), dan akibat natur dosa itulah kita sekarang ini terus

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 263


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

menggunakan kehendak bebas itu untuk membuat kejahatan, (termasuk


kekerasan dalam berbagai tingkat dan bentuk) itu menjadi aktual (Markus
7:20-23). Bahkan kejahatan natural seperti gempa bumi, badai, banjir dan
hal-hal lainnya yang serupa, berakar dari penyalahgunaan kehendak bebas
manusia. Saat ini kita hidup dalam dunia yang telah jatuh dan karena itu,
rentan terhadap bencana alam yang tidak akan terjadi jika manusia tidak
memberontak melawan Allah pada mulanya (Roma 8:20-22).

Perlu ketahui bahwa kekerasan dalam rumah tangga bisa membawa


kepada perceraian dan kerusakan lainnya dalam rumah tangga. Namun
kita diingatkan bahwa Tuhan tidak merancang perceraian. Apapun
pandangan orang mengenai perceraian dan kekerasan, adalah penting
untuk mengingat kata-kata Alkitab bahwa Tuhan membenci perceraian dan
membenci orang yang melakukan kekerasan. Perhatikanlah firman Tuhan
dalam Maleakhi 2:16 ini, “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN,
Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan,
firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah
berkhianat!

Kekerasan jelaslah bersumber dari hati manusia yang keras akibat


dosa. (Bandingkan Matius 19:8; Markus 5:10). Kata Yunani “ketegaran hati”
dalam ayat tersebut adalah “sklerokardia” yang lebih tepat diterjemahkan
dengan “kekerasan hati”. Alkitab memberitahu kita bahwa perbuatan-
perbuatan dosa bersumber dari hati manusia. Yesus dalam kesempatan
lain mengatakan demikian, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat,
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Itulah yang menajiskan orang.” (Matius 15:19-20a). Dosa telah membuat
hati manusia menjadi keras. Kekerasan hati manusia mengakibatkan
manusia melakukan berbagai kejahatan, sulit mengampuni, menganggap
diri benar, meremehkan firman Tuhan, menutup diri terhadap koreksi,
menolak untuk berubah, menyebabkan hubungan suami dan istri rusak,
keluarga berantakan, bahkan menyebabkan kekerasan dan perceraian.

FAKTOR PEMICU MENINGKATNYA KEKERASAN

Banyak faktor yang berperan dalam meningkatnya peristiwa


kekerasan, antara lain: faktor kemasyarakatan, politik, budaya, dan
spiritual. Saat ini banyak orang merasa semakin tidak berdaya dan tertekan
karena berada di tengah masyarakat yang semakin banyak menggunakan
teknologi canggih dan mesin-mesin otomatis, bersifat global, dan tidak
menghormati hakikat perseorangan. Salah satu reaksi terhadap

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 264


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

ketidakberdayaan adalah melakukan kekerasan, dan orang-orang yang


terdekat sering menjadi target dari pelampiasan rasa frustasi itu. Selain itu,
masyarakat pada umumnya sedang mengalami kemerosotan moral. Salah
satu gejalanya adalah pengabaian dan pelanggaran terhadap perilaku etis
seperti yang diajarkan dalam Kitab Suci. Akibatnya orang cenderung
melakukan apa yang benar menurut pandangan mereka sendiri.

Kegagalan keluarga atau yang kita kenal dengan istilah “broken


home (keluarga beratakan)” memberikan sumbangsih yang signifikan bagi
meningkatnya perilaku kekerasan dikalangan anak-anak. Anak-anak yang
bertumbuh dalam rumah tangga yang hancur atau menyimpang, seringkali
menderita gangguan kesehatan emosional dan cenderung memiliki
kejiwaan yang labil. Para psikolog dan praktisi kesehatan jiwa mengenali
sepuluh jenis gangguan kepribadian (personality disorder), yaitu:
(1) Paranoid, polanya adalah orang tidak mudah percaya dan selalu curiga;
(2) Skizoid, yaitu orang mengalami keterpisahan secara sosial dan emosi
yang terkungkung; (3) Skizopital, yaitu orang yang biasanya mengalami
gangguan pikiran, perilaku eksentrik, dan kapasitas yang kurang untuk
berhubungan dekat; (4) Antisosial, biasanya terdapat pada pola sikap tidak
peduli, dan pelanggaran atas hak orang lain; (5) Borderline, biasanya
ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar diri, suasana
hati, dan sikap yang impulsif dramatis; (6) Histrionik, polanya adalah emosi
yang berlebihan dan mencari perhatian; (7) Narsistik, polanya ditunjukkan
oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya empati;
(8) Avoidant, biasanya dicirikan oleh adanya hambatan sosial, perasaan
tidak mampu, dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik;
(9) Dependent, pada masalah ini terdapat kebutuhan yang sangat besar
akan perhatian, sikap patuh, perilaku bergantung, dan takut akan
perpisahan; (10) Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai dengan kesenangan
akan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti fleksibilitas,
keterbukaan, dan efisiensi”.

Statistik juga menunjukkan bahwa anak-anak yang bertumbuh


dalam rumah tangga yang hancur sangat rentan terhadap kekerasan.
Ditambah lagi dengan kemarahan dan rasa frustasi karena diabaikan
(ditelantarkan) serta usaha untuk bertahan hidup di bawah kondisi
kehidupan yang menekan, tidak heran jika anak-anak yang malang itu
sering dan cenderung menganiaya orang lain. Floyd McClung dalam
bukunya Mengenal Hati Bapa mengindentifikasikan keadaan orang yang
mengalami luka-luka psikologis, yaitu: Penarikan atau pengucilan diri, sifat
ingin memiliki, mental kami versus atau lawan mereka, manipulatif dan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 265


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

menolak kerjasama, tidak mau diajar, tidak sabar, berprasangka buruk atau
curigaan terhadap orang lain, suka mengkritik atau menghakimi, tidak setia,
tidak tahu berterima kasih dan idealisme yang tidak sehat yaitu suka
memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Jadi akar penyebab
kekerasan tersebut sebenarnya paling banyak berasal dari keluarga dan
sangat erat hubungannya dengan orang tua. Orang tua yang melakukan
kekerasan kemungkinan besar adalah korban kekerasan orang tuanya di
masa lalu. Dengan demikian kekerasan berpotensi melahirkan masa depan
yang suram.

Namun fakta yang memprihatinkan tentang kekerasan adalah bahwa


tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kekerasan antara orang-
orang Kristen dan orang-orang bukan Kristen. Dengan kata lain, kenyataan
menunjukkan bahwa tingkat kekerasan di antara orang-orang Kristen dan
bukan Kristen kurang lebih sama.

KEKERASAN DAN PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN (OTORITAS)

Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa untuk mewajibkan


kepatuhan. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak, kedaulatan dan
kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaan, karena Dialah sang
Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Allah juga berdaulat menetapkan
semua otoritas yang ada, baik orang tua, pemerintah, atasan dalam
pekerjaan, dan pemimpin rohani. Alkitab menyatakan “Hanya Engkau
adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit
dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di
atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi
hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah
kepada-Mu” (Nehemia 9:6; Bandingkan Kejadian 1). Namun, Alkitab juga
menyatakan bahwa bahwa Allah membagi-bagikan kekuasaan dan
menetapkan seseorang atau beberapa orang di atas kita untuk kebaikan
kita. Otoritas itu bisa merupakan bentuk hubungan vertikal antara suami
dan istri (Efesus 5:22-23), orang tua dan anak (Efesus. 6:1-3), pemerintah
dan masyarakat (Roma 13:1-5), atasan dan bawahan dalam bisnis atau
pekerjaan (Efesus. 6:5-8), para pemimpin rohani dan jemaat (Ibrani
13:7,17). Ayat-ayat yang disebutkan diatas merupakan dasar bagi
pemberlakuan otoritas dalam berbagai bentuk relasi tersebut.

Pemberontakan terhadap otoritas merupakan penyebab


kekakacauan! Sebagai contoh, seorang staf yang tidak tidak mau tunduk
pada otoritas pimpinannya menyebabkan ia kehilangan kesempatan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 266


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

bahkan kehilangan otoritas (bandingkan Roma 13:1-5 dan Matius 8:9).


Begitu juga seorang istri yang tidak mau tunduk pada otoritas suaminya
atau seorang suami yang tidak mau tunduk pada otoritas Kristus telah
menjadi penyebab utama kekacauan dalam banyak rumah tangga. Rasul
Paulus mengingatkan, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini,
yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan
ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah” (1 Korintus 11:3). Jadi,
pertama-tama suami harus tunduk kepada Kristus karena kepala dari pria
adalah Kristus. Kemudian, sebagaimana suami tunduk kepada Kristus
demikian juga hendaknya istri tunduk kepada suaminya, dan mengizinkan
suami bertanggung jawab bagi dirinya. Tetapi, perkataan “istri tunduk pada
suami” bukan berarti suami boleh sewenang-wenang dan berbuat
sembarang terhadap istrinya melainkan disini keistimewaan yang diberikan
Tuhan, yaitu kedudukannya sebagai kepala. Kata Yunani untuk “kepala”
adalah “kephale” yang berarti “memerintah” dan “otoritas” yang bermakna
“tanggung jawab”. Tunduk pada suami adalah pengaturan yang ditetapkan
Tuhan agar istri dapat memberi rasa hormat pada suaminya.

Namun, gagasan tentang kekuasaan itu sangat kompleks. Setiap


manusia yang hidup memiliki kuasa dalam berbagai tingkat dan bentuk.
Maksudnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk bertindak
terhadap lingkungannya dan mengadakan perubahan, baik perubahan kecil
maupun perubahan besar. Sebagian orang memiliki kekuatan fisik,
spiritual, politik, sosial, dan sebagainya. Mereka memiliki kekuatan dan
kekuasaan yang lebih besar. Sementara itu, sebagian yang lainnya lemah.
Mereka memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih kecil. Masyarakat
menilai bagaimana aneka kekuasaan tertentu dibagi-bagikan. Sebagian
orang mendapat lebih banyak kekuasaan, sementara yang lainnya lebih
sedikit. Artinya, beberapa orang bisa bersikap dominan, sementara yang
lainnya harus tunduk. Diberbagai negara, pemimpin diberi kekuasaan oleh
rakyat melalui pemilihan langsung ataupun melalui parlemen. Diberbagai
tempat, polisi diberikan kekuasaan. Dalam dunia bisnis, pemimpin
perusahaanlah yang mendapat kekuasaan. Di bidang agama, para pendeta
dan imam dianugerahkan kekuasaan. Dalam segenap struktur sosial kita,
kekuasaan dibagikan secara tidak merata. Menurut Alkitab, pembagian
kekuasaan yang tidak merata itu bukanlah masalah. Masalah muncul ketika
mereka yang memegang otoritas menggunakan kekuasannya untuk
menyakiti orang lain. Segala jenis kekerasan terjadi ketika seseorang yang
mempunyai kekuasaan atas orang lain menggunakan kekuasaan itu untuk
menyakiti (Bandingkan Ayub 35:9).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 267


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

SIKAP ORANG KRISTEN TERHADAP KEKERASAN

Karena itulah ada dua sikap orang Kristen terhadap otoritas.


(1) Secara positif setiap orang Kristen harus tunduk dan taat pada otoritas.
Sikap ini kita sebut sebagai respon yang benar terhadap otoritas. Tunduk
artinya menerima dan menghormati otoritas yang di atas kita. Taat artinya
melakukan perintah selama otoritas di atas kita tersebut tidak membawa
kita berbuat dosa, sesuai aturan kebenaran dan sesuai dengan firman
Tuhan. (2) Secara negatif, sikap yang harus dihindari orang Kristen
terhadap otoritas adalah penyalahgunaan otoritas dan melawan otoritas.
Sikap ini kita sebut sebagai reaksi yang salah terhadap otoritas.
Penyalahgunaan otoritas terjadi saat seseorang menggunakan
kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan yang salah; atau saat ia
bertindak sewenang-wenang terhadap yang seharusnya dipimpin dan
diayomi. Sedangkan melawan otoritas dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu: egoisme dan pemberontakan. Egoisme adalah sikap mementingkan
diri sendiri, sulit diatur dan tidak mengikuti aturan, lebih mengutamakan
perasaan dan keinginan sendiri; Sedangkan pemberontakan yaitu sikap
konfrontasi terhadap otoritas yang disebabkan berbagai hal seperti
kekecewaan dan atau ketidakpuasan terhadap otoritas, sehingga
menghasilkan gosip, penghakiman dan konflik yang tak terselesaikan.

Apabila tingkatan kekuasaan dalam gereja dan masyarakat


menimbulkan ketidakadilan, maka Allah akan menentang orang-orang yang
menyalahgunakan kekuasaan dan menolong mereka yang menjadi korban.
Sebagai umat Allah, kita harus mempunyai sikap yang sama. Para nabi
Perjanjian Lama sering berbicara atas nama Allah untuk menentang
orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan politis dan agama pada
zaman mereka (Bandingkan Amos 1:3). Jika mereka yang
menyalahgunakan kekuasaan tidak bertobat dari dosa mereka, Allah akan
turun tangan untuk menghakimi mereka dan menegakkan keadilan bagi
para korban (Bandingkan Yehezkiel 34:10-11). Yesus meneruskan karya
keadilan Allah dengan menentang orang-orang yang menyalahgunakan
kekuasaan pada zamannya dan menawarkan pertolonganNya kepada
orang-orang yang teraniaya. (Bandingkan Matius 11:28; 23:4,13; Lukas
4:17-21).

Jadi Allah tidak hanya membagi-bagikan kekuasaan dan


mengizinkan masyarakat untuk mengatur pembagian kekuasaan, tetapi
juga menuntut mereka yang berkuasa agar bertindak secara bertanggung
jawab. Secara khusus Allah menghimbau orang-orang yang memegang

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 268


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

kekuasaan dalam berbagai tingkat dan bentuknya agar menggunakan


kekuasaan untuk melayani orang lain yang berada di bawahnya. Yesaya
berkata kepada orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan pada
zamannya demikian, “Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan
TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan
berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada
sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan
memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang
kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka
terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang
tengah hari. TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan
memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui
kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan
seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan” (Yesaya 58:9-11).
Artinya, mereka yang berkuasa dan dapat melayani orang-orang lain,
berwajiban untuk melakukannya (Matius 20:25-26). Di dalam ayat ini Yesus
tidak menentang penguasa selama kekuasaannya dilaksanakan dengan
semangat melayani dan untuk kebaikan sesama.

MEMBANTU KORBAN KEKERASAN

Setiap orang yang memiliki kekuasaan atas orang lain berpotensi


untuk melakukan kekerasan atau menyalahgunakan kekuasaannya. Orang
tua berkuasa atas anak-anak; suami berkuasa atas istri; majikan berkuasa
atas para pekerja. Guru berkuasa atas para murid; polisi berkuasa atas
warga negara, pendeta atau pastor berkuasa atas anggota gereja. Di
hadapan Allah, otoritas dan kekuasaan itu bersifat istimewa tetapi selalu
diikuti dengan sejumlah kewajiban. Misalnya: Kewajiban pemerintah
terhadap masyarakat (Roma 13:4-7). Kewajiban bos terhadap pekerja
(Efesus 6:9; Kolose 4:1). Kewajiban suami terhadap istri (Efesus 5:22-33);
Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya (Efesus 6:4; Kolose 3:21);
Kewajiban pemimpin rohani terhadap jemaat (1 Petrus 5:1-4). Jelaslah
bahwa bersamaan dengan penerimaan kekuasaan maka ada kewajiban
yang harus dilaksanakan, yaitu kewajiban untuk memimpin, mengatur,
menjalankan keadilan, menghukum yang bersalah dengan adil, melindungi
pihak yang lemah, mengayomi dan memberi rasa aman.

Karena itu, masalah penyalahgunaan kekuasan dan kekerasan tidak


boleh menjadi momok yang memicu sikap main hakim sendiri di kalangan
masyarakat. Namun kita harus berhati-hati dalam membedakan pola-pola
kekerasan atau penyalahgunaan (yang terjadi berulang-ulang) dengan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 269


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

kekeliruan yang tidak disengaja. Meskipun demikian, Yesus banyak


bersuara terkait dengan hal itu. Jadi kita patut mengikuti teladan Yesus.
Penyalahgunaan kekuasaan atau kekerasan biasanya berkelanjutan
karena ketidaktahuan dan kebungkaman. Sambil membahasnya secara
bertanggung jawab, kita dapat mengidentifikasi dan menghentikannya.
Ketika kita belajar untuk menyoroti dan mengoreksi para pemegang otoritas
atau pemimpin serta sistem yang melakukan penyalahgunaan atau
kekerasan, kita juga dapat mengindentifikasi dan mendukung pemimpin
serta sistem yang sehat, yang tidak melakukan penyalahgunaan. Selain itu,
kita dapat memberikan pemahaman dan penyembuhan kepada banyak
orang yang masih malu dan terluka oleh kekerasan yang dialaminya
sebagai korban di masa lampau.

Obat utama bagi kekerasan adalah penyembuhan rohani, yang


dimulai dengan mengetahui kebenaran. Yesus berkata, “Dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekaan kamu”
(Yohanes 8:32). Kebenaran yang perlu diketahui adalah bahwa Allah
membenci kekerasan (Mazmur 11:5; Bandingkan Maleakhi 2:16; Kejadian
6:11-13; 2 Samuel 22:23) yang dilakukan atas namaNya, yaitu dengan
menyalahgunakan kekuasaan (otoritas) yang diberikanNya. Selain itu, kita
juga perlu mengetahui dan menegakkan hukum dan peraturan-peraturan
yang melindungi hak-hak mereka yang mengalami kekerasan, serta
memberikan hukum yang diperlukan bagi mereka yang tertindas dan
teraniaya.

PENYEMBUHAN HATI PARA KORBAN KEKERASAN

Alkitab menegaskan keinginan Allah untuk memulihkan orang-orang


yang mengalami luka-luka batin. Dalam Perjanjian Lama, Yesaya
menubuatkan tentang Juruselamat yang akan menyelamatkan manusia
dari dosa, dengan menulis bahwa juruselamat itu ialah “seorang yang
penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan”. Selanjutnya
dikatakan bahwa “penyakit kitalah yang ditanggungNya, dan kesengsaraan
kita yang dipikulNya”, dan bahwa “oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh”
(Yesaya 53:3,4). Kesembuhan ini tidak hanya untuk fisik tetapi juga
mencakup kesembuhan dari luka-luka batin. Yesaya menubuatkan bahwa
Yesus Kristus Sang Juruselamat akan “menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara.. (dan) merawat orang-orang yang remuk hati”
(Yesaya 61:1,3). Dalam Mazmur 34:19 dikatakan bahwa “Tuhan itu dekat
kepada orang-orang yang patah hati dan Ia menyelamatkan orang-orang
yang remuk jiwanya.” Selanjutnya Daud juga menulis bahwa “Ia

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 270


Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan

menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka


mereka” (Mazmur 147:3). Yesus berkata : “Marilah kepadaKu, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadaMu”
(Matius 11:28). Inilah kabar baik bagi dunia yang telah rusak, Yesus Kristus
Gembala yang baik datang untuk menyembuhkan, memulihkan dan
menyegarkan jiwa kita. (Yohanes 10:11; Mazmur 23:3).

Langkah-langkah berikut ini sangat bermanfaat dan membantu


penyembuhan bagi mereka yang terluka karena kekerasan, khususnya
kekerasan psikologis dan spiritual. (1) Membawa mereka menyadari dan
mengakui bahwa bahwa mereka perlu disembuhkan. Ini merupakan bukti
awal keseriusan untuk mengalami kesembuhan; (2) Mengidentifikasi luka-
luka emosi mereka dan mengakui bahwa mereka memang mengalami
luka-luka itu. Banyak orang tidak diajar untuk mengenali dan
mengkomunikasikan perasaan mereka. Sehingga mereka mengarungi
kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Menimbun
kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan lain-lain hingga
menumpuk menjadi timbunan sampah yang menghasilkan akibat-akibat
tragis mulai dari tukak lambung sampai bunuh diri; (3) Mengajak mereka
untuk mengampuni pelaku kekerasan yang telah menyakitkan atau
membuat mereka terluka. Mengampuni adalah sebuah proses, dan mereka
harus terus mengampuni sampai rasa sakit mereka hilang dan mereka
dapat menerima orang lain tersebut, sebab mengampuni berarti
menunjukkan kasih dan penerimaan meskipun tersakiti (Matius 6:14,15);
(4) Ajak mereka untuk menerima pengampunan. Dengan cara meminta
ampun kepada Allah atas setiap kesalahan sendiri kepada orang lain dan
juga mengampuni diri mereka sendiri. Ada kesembuhan di dalam
pengampunan (1 Yohanes 1:7); (5) Bawa mereka untuk menerima kasih
Allah, karena Ia adalah Allah yang penuh kasih (Yohanes 3:16; Matius
10:30); (6) Pikirkanlah pikiran Allah dan hidup dengan dipimpin oleh Roh
Kudus (Filipi 2:5,6; 4:8; Galatia 5:15-17).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 271


Transformasi Budaya: Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah

Suplement 3.
TRANSFORMASI BUDAYA:
PENGUDUSAN BUDAYA BAGI
KEMULIAAN ALLAH1

Istilah “kebudayaan” berasal kata Sansekerta yaitu “buddhayah”,


merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi”, yang berarti “budi, pengertian,
ingatan, akal, perasaan, maksud, cita dan pendapat”. Di sini budaya
dikaitkan dengan pikiran, batin dan akal budi. Sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari kegiatan dan penciptaan pikiran, batin dan akal budi
manusia, misalnya: kepercayaan, kesenian, adat-istiadat, dan sebagainya.
Menurut Koentjaraningrat, ahli kebudayaan Indonesia, bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu. Greg
Scharf menyebutkan budaya sebagai “jumlah total dari cara hidup yang
dibangun oleh komunitas manusia dan diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya”. Charles H. Kraft, profesor Antropologi dan
Komunikasi Budaya di School of Mission, Fuller Theological Seminary, di
Pasadena-California, AS mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem yang
mencakup seluruh cara hidup dan cara berpikir sekelompok masyarakat
sehingga mereka dipersatukan dan memberi kelompok tersebut rasa jati
diri dan harga diri. Budaya menunjukkan cara bagaimana sekelompok
masyarakat bertindak bersama agar tetap bertahan dan dapat
mengungkapkan rasa dan keyakinan-keyakinan mereka serta mewujudkan
kesenangan hidupnya.

KOMPONEN DAN CIRI-CIRI KEBUDAYAAN

Berdasarkan definisi Charles H. Kraft di atas, kita dapat menemukan


kenyataan bahwa dalam suatu masyarakat terdapat banyak sistem
kehidupan seperti misalnya sistem politik, sistem ekonomi, sistem
kesusastraan, sistem kesenian, sistem peraturan (adat istiadat atau
norma), sistem agama dan lain-lain. Kita menyebut sistem-sistem
kehidupan dalam kebudayaan tersebut sebagai komponen budaya.
Sedangkan ciri-ciri kebudayaan menurut J. Verkuyl ada tiga, yaitu:

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 4 Agustus 2013

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 272


Transformasi Budaya: Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah

(1) Bersifat historis; (2) Mengalami perubahan dan perkembangan;


(3) Menghasilkan nilai tertentu. Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukan J.
Verkuyl tersebut di atas, yang ingin saya tekankan adalah kenyataan
bahwa tidak ada kebudayaan yang tidak akan mengalami perubahan.
Sejarah telah menunjukkan banyak perubahan dan perkembangan yang
terjadi dan terus akan terjadi dalam diri dan kehidupan manusia serta
lingkungan dari yang zaman paling sederhana hingga yang tercanggih saat
ini. Kenyataan ini menujukkan bahwa sejarah kebudayaan terus bergerak
maju, mengalami perubahan, dan menciptakan hal-hal yang baru.

BAGAIMANA SIKAP KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN?

Richard Niebuhr menyebutkan lima pendekatan dan sikap yang


berbeda dari orang-orang Kristen (gereja) terhadap kebudayaan dalam
bukunya Christ and Culture, yaitu: (1) Sikap antagonik yang menentang
dan menolak kebudayaan karena dianggap duniawi dan jahat; (2) Sikap
akomodatif yang menerima kebudayaan dengan cara adaptasi atau
menyesuaikan diri dengan kebudayaan; (3) Sikap dominatif yang berusaha
menguasai kebudayaan dan menempatkannya di bawah kendali gereja;
(4) Sikap dualistik yang memisahkan antara gereja dan kebudayaan, tetapi
menerima dan menjalankan keduanya; (5) Sikap transformatif yaitu melalui
pengudusan kebudayaan. Pandangan yang terakhir lebih teologis dan
alkitabiah dibandingkan empat pandangan lainnya. Mengapa? Karena
orang Kristen (gereja) hadir bukan untuk menolak kebudayaan, bukan
untuk menyesuaikan Kekristenan dengan kebudayaan, bukan juga untuk
menguasai kebudayaan ataupun mendualistik kebudayaan, melainkan
mentransformasi kebudayaan melalui usaha atau proses pengudusan
sehingga kebudayaan diarahkan untuk hal yang lebih baik sesuai kehendak
Tuhan dan bermanfaat bagi sesama. Dalam transformasi kebudayaan
pendekatan yang dilakukan adalah menghargai kebudayaan, namun
pendekatan ini juga menguji segala sesuatu berdasarkan Kitab Suci
(Alkitab).

LANDASAN TEOLOGIS-ALKITABIAH TRANSFORMASI KEBUDAYAAN

Bagian Alkitab yang menjadi dasar interpretasi teologis dari


transformasi kebudayaan, yaitu: (1) Kejadian 1:28; 2:5 adalah mandat
budaya di mana manusia diperintahkan untuk bereproduksi, berkuasa,
mengusahakan dan memelihara ciptaan. Untuk melakukan tugas-tugas itu
manusia diberi berkat dan kecerdasan berupa kemampuan, bakat, dan
ketrampilan; (2) Mazmur 150; Roma 11:36 adalah tujuan kebudayaan yaitu

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 273


Transformasi Budaya: Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah

mengabdi kepada Tuhan dan memuliakanNya; (3) Matius 5:13-14 adalah


mandat pengudusan kebudayaan melalui dua kualitas penetratif “garam”
dan “terang” yang mentransformasi kebudayaan; (4) Efesus 2:10;
1 Korintus 9:20-24 adalah landasan praktik dan ekspresif untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang baik dan mulia bagi sesama dengan
menggunakan kebudayaan sebagai alat (sarana) yang memuliakan Tuhan.

PENDEKATAN APLIKATIF TRANSFORMASI KEBUDAYAAN

Kita mengetahui bahwa beberapa unsur kebudayaan manusia


memiliki keindahan dan kebaikan, tetapi karena manusia telah jatuh dalam
dosa, maka seluruh kebudayaannya ikut ternoda oleh dosa. Dengan
demikian, kebudayaan perlu dikuduskan sehingga menjadi alat yang
mewujudkan kemuliaan Allah melalui tiga cara aplikatif, yaitu:
(1) Mempertahankan semua atau beberapa unsur kebudayaan yang
bersifat netral seperti tata krama, etika pergaulan, bahasa, musik, pakaian
dan lainnya; (2) Mengubah unsur-unsur kebudayaan yang tidak sesuai
dengan iman dan ajaran Kristen. Kita ingat kembali bahwa salah satu ciri
kebudayaan adalah sifatnya yang terus bergerak maju dan mengalami
perubahan. Jadi kita dapat melakukan beberapa modifikasi dari
kebudayaan dengan mengembangkan bentuk dan cara baru yang
mempunyai fungsi yang sama, serta memberi tafsiran baru pada cara atau
bentuk kebudayaan tersebut; (3) Membuang beberapa unsur kebudayaan
yang tidak sesuai dengan iman Kristen dan Alkitab, yaitu unsur-unsur
kebudayaan yang tidak mungkin dikuduskan, misalnya: tradisi poligami,
ritual kematian, pemanggilan arwah, dan bentuk-bentuk lain yang berkaitan
dengan praktik spiritisme, animisme dan kuasa kegelapan (roh-roh jahat).

Pengudusan kebudayaan melalui pendekatan aplikatif tersebut


akan: (1) Menjaga kita tetap dalam koridor iman Kristen (sesuai Alkitab);
(2) Menghindarkan kita dari sinkretisme (pencampuran iman dan ritual
budaya); (3) Serta “membangun jembatan” komunikasi yang kontekstual
dan relevan dalam memenuhi panggilan kita menjadi garam dan terang.

Akhirnya, saya setuju dengan Charles H. Kraft yang menyatakan


dengan tegas bahwa Allah itu transenden (di atas) dan absolut (mutlak
berdaulat), dan bahwa Allah berada di atas budaya, namun bertindak
melalui budaya. Budaya adalah alat yang netral dan ada (exist) agar
dimanfaat oleh manusia untuk memuliakanNya. Namun, karena kejatuhan
dan pemberontakan manusia maka budaya telah disusupi oleh sifat
keberdosaan manusia sehingga dimanfaat oleh Iblis sebagai alat untuk

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 274


Transformasi Budaya: Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah

memujanya dan disalahgunakan bagi kejahatan. Tetapi Allah tidak tinggal


diam, melalui orang-orang percaya, yaitu gerejaNya, Allah mentransformasi
kebudayaan dan menguduskannya; Allah mengembalikan kebudayaan
pada tujuannya, yaitu untuk menyatakan kehendak dan rencanaNya, yang
memuliakan namaNya dan bagi kebaikan sesama manusia.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 275


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

Suplement 4.
PERTUNANGAN
MENURUT TRADISI KRISTEN
DAYAK NGAJU1

Suku Dayak Ngaju adalah satu dari beberapa suku dayak di


Kalimantan Tengah. Suku ini adalah suku yang termaju di daerah
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Suku ini mendiami daerah
aliran Sungai Kapuas, Kahayan, bahkan di Banjarmasin. Pada umumnya
suku Dayak Ngaju memeluk agama Kristen Protestan, tetapi ada juga
beberapa yang memeluk agama Islam dan Kaharingan. Karena saya
dilahirkan dan dibesarkan sebagai seorang Kristen keturunan Dayak Ngaju
dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, dan ini anugerah Tuhan bagi
saya, maka pada kesempatan ini saya bermaksud memberikan gambaran
pertunangan menurut tradisi atau adat Dayak Ngaju, khususnya bagi yang
beragama Kristen Protestan.

Pertama dan terutama, orang dayak hidup beradat dan bertata-


krama yang diekspresikan dalam etika dan norma sehari-hari. Sebagai
contoh orang dayak sangat menghormati orangtua atau yang lebih tua. Ini
adalah tradisi yang diwariskan leluhur secara turun temurun. Dalam hal
pergaulan terutama antara pria dan wanita ada banyak aturan yang harus
diperhatikan dan ditaati yang apabila dilanggar akan dikenakan sanksi
(hukuman) sesuai adat. Karena itu, orang dayak diajarkan menghormati
orang lain dalam pergaulan dan wajib memperhatikan norma yang
ditentukan.

Khususnya tentang pernikahan, Hermogenes Ugang dalam buku


Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran menyatakan bahwa dalam tradisi dayak
pernikahan merupakan sesuatu yang sangat luhur sehingga adat tidak
memberikan kemungkinan kepada siapapun untuk mencemarkannya. Dan,
untuk masuk dalam hubungan pernikahan ada serangkaian tata cara yang
harus dipenuhi sesuai dengan yang termuat dalam Pelek Rujin Perkawinan
(Pedoman Dasar Perkawinan). Adapun tahapan-tahapan perkawinan
menurut adat dimulai dari Hakumbang Auh (Lamaran Awal), Hisek

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 September 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 276


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

(Pertunangan) dengan membuat Surat Pelek (berisi syarat-syarat dan


kewajiban yang harus dipenuhi), Upacara Pernikahan yang terdiri dari
Pangantin Mandai (Pengukuhan/Peresmian Lamaran), Manyaki Pangantin
(Peneguhan Pernikahan) dan Pesta Kahanjak (Resepsi Pernikahan), serta
Pakaja Manantu (Menyambut Menantu).

Berikut ini ringkasan tahapan Hakumbang Auh (Lamaran Awal) dan


Hisek (Pertunangan) yang merupakan bagian tahapan-tahapan perkawinan
menurut adat Dayak Ngaju yang diadaptasi (dengan beberapa
penyesuaian) dari buku Maneser Panatau Tatu Hiang (Tjilik Riwut,
penyunting Nila Riwut), Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran (Hermogenes
Ugang), Upacara Adat dan Seni Tata Rias Pengantin Dayak Kalimantan
Tengah (Linda N.N. Taway), dan Adat Istiadat Dayak Ngaju (Tim LSM
PBBKT).

TAHAP HAKUMBANG AUH ATAU LAMARAN AWAL

Makna dari Hakumbang Auh adalah panjajakan dari pihak keluarga


laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Menurut adat, jika seorang laki-
laki berniat mempersunting seorang gadis, maka pihak keluarga laki-laki
berusaha untuk mencari tahu lebih banyak tentang asal-usul, sejarah
keluarga, situasi dan kondisi si gadis. Diteliti juga apakah si gadis idaman,
masih sendiri atau sudah ada yang punya. Biasanya pihak keluarga laki-
laki mengutus wakilnya untuk menemui pihak keluarga perempuan dengan
maksud mendapatkan kepastian. Setelah jawaban meyakinkan diperoleh
dari pihak keluarga perempuan, dilanjutkan dengan mengadakan
pembicaraan serius pihak orangtua dan keluarga calon pengantin dengan
sesepuh kampung atau orang yang dituakan. Lalu pihak keluarga laki-laki
datang berkunjung ke rumah keluarga pihak perempuan untuk menyatakan
niatnya. Apabila niat dan tujuan telah diterima dengan baik, maka sebagai
bukti kesungguhan, pihak laki-laki menyerahkan Batu Pisek berupa
sejumlah uang (Manjakah Duit) dan Pakaian Sinde Mendeng (seperangkat
pakaian perempuan).

Adat nampaknya tidak mengatur berapa besar jumlah nilai uang


Batu Pisek yang disampaikan dalam rangka Hakumbang Auh tersebut.
Namun uang yang disampaikan tersebut biasanya 1 (satu) lembar saja
dengan nilai tertentu, misalnya Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah),
Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah), Rp. 20.000,- (Dua Puluh Ribu
Rupiah), Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu Rupiah), atau Rp. 100.000,-
(Seratus Ribu Rupiah). Besar kecilnya nilai uang tersebut mempunyai

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 277


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

makna antara lain: (1) Sebagai bukti kesungguhan pihak laki-laki untuk
mempersunting anak gadis pihak perempuan; (2) Untuk menunjukkan
martabat (kesanggupan) pihak laki-laki. Artinya, besarnya nilai Batu Pisek
akan menunjukkan besarnya kesanggupan (secara material) pihak laki-laki.

Menurut adat, keluarga pihak perempuan dapat langsung menolak


dan mengembalikan Batu Pisek tersebut apabila memang anak gadis
mereka telah mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan pihak lain. Atau
untuk sementara menerima penyerahan Batu Pisek tersebut untuk dibahas
terlebih dahulu dilingkungan sanak keluarga. Biasanya rata-rata dalam
jangka waktu 2 (dua) minggu atau paling lama 1 (satu) bulan, pihak
keluarga perempuan akan memberikan jawaban apakah menerima atau
menolak. Selanjutnya, dengan adanya penyerahan Batu Pisek tersebut
maka pihak perempuan segera mengumpulkan anggota-anggota keluarga
terdekatnya untuk mengadakan pembahasan keliling (Hakumbang Auh)
mengenai lamaran tersebut, untuk mendapatkan kata mufakat menolak
atau merima lamaran tersebut. Apabila lamaran diterima maka Batu Pisek
tidak dikembalikan kepada pihak laki-laki. Akan tetapi apabila lamaran di
tolak disertai dengan alasan-alasan penolakannya, maka Batu Pisek
tersebut dikembalikan kepada pihak laki-laki dalam jangka waktu yang tidak
begitu lama. Jika Batu Pisek tidak lagi dikembalikan, berarti lamaran awal
telah diterima dengan baik, maka dapat dilanjutkan dengan pembicaraan
yang intesif melalui tahapan Hisek atau Mamanggul (Pertunangan).

TAHAP HISEK ATAU PERTUNANGAN

Tahap Hisek atau Pertunangan (disebut juga upacara Mamanggul


yaitu upacara penyerahan barang-barang tertentu sebagai pengikat).
Secara harfiah istilah “hisek” berasal dari kata “misek” yang berarti
“bertanya”. Namun dalam konteks adat istiadat perkawinan menurut Adat
Dayak Ngaju, istilah Hisek sama dengan Pertunangan. Pada waktu yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak serta dihadiri oleh beberapa
undangan terdekat, dilaksanakanlah acara Hisek. Menurut kebiasaan,
dalam acara Hisek tersebut diadakanlah pesta sederhana dengan
memotong ayam 3 - 5 ekor atau babi 1 ekor. Biaya untuk pesta Hisek ini
sepenuhnya ditanggung oleh keluarga pihak perempuan.

Setelah seluruh rombongan pihak laki-laki disambut oleh pihak


perempuan dan dipersilahkan masuk ke rumah, maka semua yang hadir
duduk bersila saling berhadapan-hadapan antara pihak laki-laki dan pihak
perempuan. Di pihak laki-laki biasanya yang duduk di bagian paling depan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 278


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

adalah orangtua pihak laki-laki beserta beberapa (3-5) orang laki-laki yang
dituakan untuk mewakili keluarga dan seorang wanita (biasanya bibi atau
nenek calon mempelai laki-laki) yang menggendong Sangku (bokor) berisi
beras dan semua syarat-syarat untuk Hisek. Sebaliknya disisi lain, dari
pihak keluarga perempuan, duduk dibagian paling depan orangtua, beserta
beberapa (3-5) orang yang dituakan untuk mewakili keluarga dan seorang
wanita (biasanya bibi atau nenek calon mempelai perempuan).

Acara dimulai dengan pertanyaan dari wakil keluarga pihak


perempuan tentang maksud kunjungan rombongan pihak laki-laki tersebut.
Kemudian wakil pihak laki-laki menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan
mereka kepada keluarga pihak perempuan. Maka terjadilah dialog antara
kedua belah pihak yang bahkan kadang-kadang diungkapkan dengan
bahasa yang lucu dan santun sehingga membuat ramai suasana. Saat
berdialog ini, masing-masing pihak biasanya telah menyiapkan Baram (tuak
tradisional suku dayak). Barang siapa dalam dialog melakukan kesalahan
bicara atau salah kata, maka yang bersangkutan dikenakan Danda atau
denda dengan meminum 1 (satu) seloki Baram tersebut. Dengan demikian,
acara Hisek tersebut berlangsung dalam suasana yang ramah tamah,
hangat, dan gembira.

Setelah dialog selesai maka dilakukanlah penyerahan barang-


barang syarat Hisek. Untuk menerima barang-barang syarat Hisek
tersebut, keluarga pihak perempuan menyiapkan 1 (satu) buah Sangku
(bokor) yang diisi dengan beras kira-kira 1/3 (sepertiga) muatan Sangku
tersebut. Hal ini dimaksudkan supaya di dalam sangku masih tersedia
tempat untuk menaruh barang-barang syarat Hisek. Sebelum menyerahkan
barang-barang syarat Hisek, biasanya yang mewakili keluarga pihak laki-
laki meminta agar gadis calon tunangan diajak keluar dan duduk diantara
para wali keluarga kedua belah pihak.

Menurut adat, kedua orang wanitalah yang menyerahkan (bibi atau


nenek pihak laki-laki) dan menerima (bibi atau nenek pihak perempuan)
barang-barang syarat Hisek tersebut. Dimulai dengan saling memberi
sebagian beras dari sangku masing-masing, dengan maksud bahwa itu
dilakukan untuk menyatakan bahwa kedua keluarga telah merestui
pertunangan kedua anak mereka. Kemudian dilanjutkan dengan serah
terima barang-barang syarat Hisek yang dilakukan satu persatu. Adapun
barang-barang syarat Hisek yang diserah terimakan itu adalah:
(1) Seperangkat barang / peralatan mandi dan merias diri seperti: Sabun
mandi, sikat gigi, pasta gigi, sisir rambut, cermin kecil, lipstik, minyak wangi,

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 279


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

bedak, shampo, deodorant, sapu tangan, kain panjang batik, bahan tekstil
untuk membuat kebaya atau pakaian jadi satu stel lengkap, sendal dan
sepatu masing-masing sepasang); (2) sepasang cincin pertunangan untuk
acara Meteng Manas (tukar cincin).

Setelah pihak pria menyerahkan Jalan Hadat atau Syarat Adat


kepada pihak perempuan, maka pembicaraan dilanjutkan dengan
pembahasan isi Surat Pelek Hisek atau Surat Perjanjian Pertunangan,
yang memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Syarat-syarat Kawin Adat: Palaku
(berupa mas kawin atau jujuran berupa emas, tanah, atau uang), Saput
(berupa kain batik panjang untuk saudara kandung pengantin perempuan),
Pakaian (berupa satu stel pakaian lengkap untuk orangtua pengantin
perempuan), Sinjang Entang (berupa satu lembar kain sarung batik dan
satu lembar kain panjang batik), Tutup Uwan (berupa dua meter kain hitam
untuk nenek pengantin perempuan, Lapik Luang (berupa satu lembar kain
batik panjang) , Garantung Kuluk Pelek (berupa gong atau diuangkan),
Bulau Singah Pelek (berupa emas cincin kawin), Lilis Turus Pelak (berupa
lilis atau manik panjang), Lapik Ruji (berupa satu uang ringgit atau
diuangkan dalam rupiah) Rapin Tuak (berupa baram atau tuak tradisional
secukupnya), Timbuk Tangga (berupa uang), Bulau Ngandung atau
Panginan Jandau (berupa uang untuk biaya pesta pernikahan), Jangkut
Amak (berupa Perlengkapan Tidur), Batu Kaja (berupa gong atau emas
untuk acara menerima menantu), dan Danda Panangkalau (jika ada kakak
perempuan yang dilangkahi oleh gadis yang akan menikah tersebut).
(2) Penetapan hari, bulan, dan tahun perkawinan; (3) Besarnya Kontrak
Danda Adat apabila terjadi pembatalan perkawinan.

Setelah semua hal tersebut disepakati maka dituangkanlah ke dalam


Surat Pelek Hisek (Surat Perjanjian Pertunangan). Kemudian dilaksanakan
penandatanganan atas Surat Pelek Hisek oleh kedua orangtua (ayah) dan
sedikitnya 2 (dua) orang saksi dari masing-masing pihak, serta Damang
Kepala Adat dan Kepala Desa atau Lurah setempat. Penandatanganan
Surat Pelek Hisek tersebut dilakukan dihadapan kedua pihak yang
bertunangan.

Paling akhir dari seluruh tahapan Hisek ini adalah dilaksanakannya


acara Meteng Manas atau tukar cincin pertunangan. Pelaksanaan acara ini
bervariasi sesuai dengan agama yang dianut. Menurut kepercayaan agama
Kristen, bahwa pada keluarga yang beragama Kristen setelah acara
penyerahan barang-barang Syarat Hisek diserahkan dan setelah
penandatanganan Surat Pelek Hisek, maka dilakukan juga acara Tampung

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 280


Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

Tawar yaitu semacam upacara doa berkat dan harapan dari orangtua dan
yang dituakan kepada kedua pihak yang bertunangan. Selanjutnya
dilaksanakanlah Kebaktian Pertunangan yang dipimpin oleh seorang
Pendeta. Di dalam acara kebaktian tersebut Pendeta memimpin acara
tukar cincin pertunangan. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan
bersama.

Catatan tambahan: (1) Biasanya, Hisek atau Mamanggul ini


dilakukan kurang lebih enam bulan sampai dua tahun sebelum upacara
pernikahan ditentukan. Pada saat Hisek, kedua belah pihak sekaligus
menentukan bulan dan hari pernikahan atau dapat pula disepakati
mengenai biaya perkawinan dan hal-hal yang dianggap perlu. Setelah
segala yang berkaitan dengan Surat Pelek dianggap selesai, maka
dilanjutkan dengan acara Menteng Manas (bagi yang beragama
Kaharingan) dan Kebaktian Pertunangan (bagi yang beragama Kristen),
yang dilanjutkan dengan makan bersama. (2) Selama masa pertunangan
ini, hubungan seks layaknya suami istri belum boleh dilakukan. Apabila hal
tersebut sampai terjadi, maka perbuatan tersebut dianggap perbuatan
zinah dan melanggar adat. Karena keduanya telah melakukan pelanggaran
adat, maka keduanya harus di Palas atau di Saki, kemudian jumlah jujuran
yang telah disepakati dalam Surat Pelek pada saat meminang jumlahnya
dikurangi karena keduanya telah membuang kehormatan mereka sendiri.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 281


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

Suplement 5.
PERNIKAHAN
MENURUT TRADISI KRISTEN
DAYAK NGAJU1

Telah disebutkan dalam suplemen 4 yang membahas tentang


pertunangan, bahwa tahapan-tahapan pernikahan menurut tradisi Dayak
Ngaju adalah sebagai berikut: (1) Hakumbang Auh (Lamaran Awal);
(2) Hisek (Pertunangan) dengan membuat Surat Pelek (berisi syarat-syarat
dan kewajiban yang harus dipenuhi); (3) Upacara Pernikahan yang terdiri
dari Pangantin Mandai (Peresmian Lamaran), Manyaki Pangantin
(Peneguhan Pernikahan) dan Pesta Kahanjak (Resepsi Pernikahan); dan
(4) Pakaja Manantu (Ngunduh Mantu).

Untuk tahapan Hakumbang Auh dan Hisek telah dijelaskan secara


ringkas pada suplemen 3 dan pada bagian ini saya akan menjelaskan
secara ringkas tahapan Upacara Pernikahan (Pangantin Mandai, Manyaki
Pangantin, Pesta Kahanjak) dan tahapan Pakaja Manantu yang merupakan
bagian tahapan-tahapan perkawinan menurut adat Dayak Ngaju yang
diadaptasi (dengan beberapa penyesuaian) dari buku Maneser Panatau
Tatu Hiang (Tjilik Riwut, penyunting Nila Riwut), Menelusuri Jalur-jalur
Keluhuran (Hermogenes Ugang), Upacara Adat dan Seni Tata Rias
Pengantin Dayak Kalimantan Tengah (Linda N.N. Taway), dan Adat Istiadat
Dayak Ngaju (Tim LSM PBBKT).

TATA UPACARA PERNIKAHAN

Sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama, maka calon


pengantin laki-laki secara resmi diantar atau diarak oleh keluarga dan
rombongan berangkat menuju ke rumah calon pengantin perempuan.
Upacara ini disebut sebagai upacara Maja Misek atau pinangan resmi,
yaitu pengukuhan resmi lamaran dan pertunangan yang disebut juga
Panganten Mandai. Pada umumnya untuk saat ini, Upacara Pangenten
Mandai ini dilaksanakan sehari sebelum Pesta Kahanjak. Jadi, pada hari
dan jam yang telah ditentukan pihak calon pengantin laki-laki dan

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 September 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 282


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

rombongan keluarga datang dengan memakai pakaian adat, dan diiringi


bunyi Garantung (gong) bertalu-talu. Di halaman depan rumah calon
pengantin perempuan, rombongan calon pengantin laki-laki terlebih dahulu
harus melewati Lawang Sekepeng, yaitu pintu gerbang yang telah berhias
dan diberi Pantan (penghalang) yang terbuat dari tali (atau rotan). Pantan
harus diputuskan dengan permainan Manca (kuntau atau pencak silat).
Setelah tali mampu diputuskan dengan permainan pencak silat tersebut
berarti penghalang telah ditiadakan dan kedatangan calon pengantin laki-
laki disambut dengan Lahap, yaitu teriakan khusus oleh hadirin berturut-
turut sebanyak tiga kali.

Selanjutnya keluarga calon pengantin perempuan menyambut


rombongan dengan menabur kembang rampai bercampur bunga-bungaan,
uang logam, dan beras kuning sebagai tanda syukur dan sukacita mereka
menyambut dan menerima, dan dengan maksud agar Raying Hattala
(Tuhan Yang Mahakuasa) turut serta menyaksikan upacara yang sedang
berlangsung. Ketika di depan pintu, calon mempelai pria menginjak telor
ayam yang diiringi doa-doa dan Tampung Tawar oleh seorang Damang
(Kepala Adat) atau orang yang dituakan dengan maksud menjauhkan roh
jahat, sial, dan lain-lain yang tidak baik, sekaligus mendoakan semoga
banyak rejeki, selalu dilindungi Raying Hattala, bahagia dan selamat.
Kemudian calon mempelai pria masuk dan duduk di atas Garantung pada
pelaminan berlatar belakang Batang Garing (pohon kehidupan), sedangkan
mempelai wanita belum boleh keluar sampai acara adat selesai.

Di dalam ruangan yang telah disediakan untuk berkumpul, keluarga


pihak calon pengantin laki-laki dan pihak calon pengantin perempuan
duduk berhadap-hadapan dengan juru bicara masing-masing yaitu seorang
Mantir Adat dengan dibantu 3 sampai dengan 5 orang Luang (anggota)
yang memimpin acara adat Haluang Hapelek, yaitu berdialog atau
berbicara berbalas-balasan untuk mengukuhkan Pelek (janji-janji) yang
telah disepakati dalam Surat Pelek yang telah disepakati sebelumnya.
Biasanya, dalam upacara adat Haluang Hapelek tersebut disediakan
Baram, yaitu tuak atau sejenis minuman tradisional dayak yang diberikan
sebagai denda kepada Mantir atau Luang yang melakukan kesalahan atau
salah kata sewaktu berbicara. Karena jumlah Baram tidak terlalu banyak,
maka dalam acara ini biasanya tidak terjadi kemabukan. Upacara Haluang
Pelek ini merupakan upacara dalam ramah tamah, suasana kekeluargaan,
dengan percakapan cerdik, bermakna dan santun, dan sekaligus jenaka
(lucu), sehingga acara ini sekaligus bersifat menghibur semua yang hadir.
Juga secara tradisi dalam upacara Haluang Hapelek ini biasanya disajikan

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 283


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

makanan tradisional berupa kue Apam dan Pulut (ketan) kepada


undangan.

Pada kesempatan itu pihak pengantin wanita menuntut semua


persyaratan yang pernah dikemukakan waktu upacara Hisek atau
Mamanggul (Pertunangan) dan pihak pengantin pria sepanjang acara, satu
persatu syarat diserahkan sampai selesai. Adapun persyaratan tersebut
adalah sebagai berikut:

(1) Palaku (berupa mas kawin atau jujuran berupa emas, tanah, atau
uang); (2) Saput (berupa kain batik panjang untuk saudara kandung
pengantin perempuan); (3) Pakaian (berupa satu stel pakaian lengkap
untuk orangtua pengantin perempuan); (4) Sinjang Entang (berupa satu
lembar kain sarung batik dan satu lembar kain panjang batik untuk ibu
pengantin perempuan); (5) Tutup Uwan (berupa dua meter kain hitam
untuk nenek pengantin perempuan, (6) Lapik Luang (berupa satu lembar
kain batik panjang); (7) Garantung Kuluk Pelek (berupa gong atau
diuangkan); (8) Bulau Singah Pelek (berupa emas sesuai kemampuan,
seringkali berupa cincin kawin); (9) Lilis Turus Pelak (berupa lilis atau
manik panjang); (10) Lapik Ruji (berupa satu uang ringgit atau diuang
dalam rupiah); (11) Rapin Tuak (berupa Baram atau tuak tradisioanl
secukupnya); (12) Timbuk Tangga (berupa uang kecil logam yang
dibungkus dengan bentuk yang indah untuk dibagi kepada seluruh hadirin
setelah upacara Haluang Hapelek selesai); (13) Bulau Ngandung atau
Panginan Jandau (berupa uang untuk biaya pesta pernikahan yang
ditanggung bersama); (14) Jangkut Amak (berupa perlengkapan tidur);
(15) Batu Kaja (berupa gong atau emas untuk acara menyambut menantu);
dan (16) Danda Panangkalau (jika ada kakak perempuan yang didahului
atau dilangkahi oleh gadis yang akan menikah tersebut).

Syarat adat tersebut harus dipenuhi oleh pihak pengantin laki-laki,


sesuai kemampuan dan keadaan walau hanya sekedar memenuhi syarat
adat sebagaimana telah disepakati kedua belah pihak. Dengan
perkembangan zaman saat ini, persyaratan-persyaratan tersebut banyak
diganti dengan uang, hal ini disebabkan benda-benda tertentu sebagai
syarat tersebut sudah sangat sulit didapat. Namun hal tidak mengubah
maksud dan tujuan dari syarat-syarat itu. Setelah selesai semua
penyerahan syarat adat tersebut, maka pihak pengantin pria meminta
supaya pengantin wanita di ditampilkan untuk disandingkan. Biasanya,
pengantin wanita tidak langsung keluar, tetapi yang ditampilkan adalah
gadis-gadis lain sebanyak tiga kali, dan mempelai wanita harus menebak

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 284


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

apakah yang ditampilkan itu adalah calon istrinya atau bukan. Pada
kesempatan keempat kalinya barulah pengantin wanita yang sebenarnya
ditampilkan dan disandingkan di pelaminan. Setelah pengantin bersanding,
barulah diadakan penandatanganan naskah Perjanjian Perkawinan secara
adat, dan dilanjutkan dengan ibadah atau kebaktian, makan bersama dan
ramah tamah. (catatan: bagi yang beragama Kaharingan dilanjutkan
dengan doa menurut Kaharingan dan makan bersama).

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa untuk saat ini Upacara
Pangenten Mandai pada umumnya dilaksanakan sehari sebelum Pesta
Kahanjak. Karena itulah, setelah acara Panganten Mandai atau Maja Misek
selesai. Besok harinya dilanjutkan dengan upacara peneguhan dan
pemberkatan nikah yang pada umumnya dilaksanakan di gedung gereja.
Peneguhan dan pemberkatan ini dilaksanakan oleh seorang Pendeta yang
dibantu oleh Majelis Jemaat dan disaksikan oleh keluarga, jemaat dan para
undangan (Catatan: Upacara Peneguhan dan Pemberkatan nikah ini
disesuaikan dengan Tata Upacara dan Liturgi gereja. Hal ini telah
dijelaskan pada pasal 11 tentang Upacara Pernikahan Kristen). Kemudian
dilanjutkan dengan pencatatan sipil lengkap dengan para saksi dan
keluarga kedua belah pihak. Pencatatan sipil ini dilaksanakan di gereja
setelah pemberkatan nikah atau dilaksanakan di rumah sebelum atau
sesudah Pesta Kahanjak. Setelah selesai pemberkatan pernikahan maka
dari gereja pasangan pengantin yang telah diresmikan (diberkati) tersebut
menuju tempat dilangsungkannya acara Pesta Kahanjak (pesepsi
pernikahan) yang dilaksanakan di rumah mempelai perempuan pada jam
yang telah ditentukan. Namun saat ini kebanyakan Pesta Kahanjak ini
dilaksanakan di balai atau gedung pertemuam umum.

Catatan: Untuk yang beragama Kaharingan, upacara peneguhan


nikah ini disebut Manyaki Pangantin yang biasanya dilaksanakan oleh
Mantir, yaitu Mantir Peleg dan dibantu oleh Mantir Tawur. Mantir Peleg
akan Mamalas atau mengoles kedua mempelai dengan darah babi atau
darah ayam pada saat bersanding dan memegang pohon Sawang
(Lenjuang) yang telah dihias. Sementara itu Mantir Tawur menabur beras
yang dimaksudkan agar Bawin Putir Santang menyertai Mantir Pelek
selama mengoles kedua mempelai. Selesai Mamalas kedua mempelai,
Mantir Pelek kemudian mengukuhkan perkawinan kedua mempelai dengan
menaruh beras di atas kepala mempelai, kemudian bersama-sama Mantir
Pelak memasang Manik Lilis (semacam batu mulia) berwarna biru khusus
untuk acara pernikahan, serta meminta mempelai menggigit uang ringgit
sebagai perlambang bahwa kepercayaan dan rohani mempelai kuat seperti

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 285


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

logam tersebut dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Dan terakhir,


mempelai memegang tiang-tiang pintu depan rumah dengan Manukiu
(sejenis pekikan dengan bunyi tertentu “kiuuuuu...”) sebanyak tujuh kali. Ini
sebagai perlambang pernyataan kepada Raying Hatalla, bahwa mereka
berdua berikrar membina rumah tangga dan sudah sah sebagai suami istri.
Kemudian acara dilanjutkan dengan Pesta Kahanjak.

PAKAJA MANANTU

Bagian akhir dari Upacara Pernikahan sebagaimana diatur dalam


Pelek Rujin Perkawinan (Pedoman Dasar Perkawinan) adalah Pakaja
Manantu (menyambut menantu). Upacara ini biasanya dilaksanakan tujuh
hari setelah acara pernikahan dan dilaksanakan di rumah pengantin pria.
Pengantin (suami istri) yang baru menikah ini Maja (bertandang) ke rumah
orangtua laki-laki. Saat itu, mertua pengantin perempuan menyerahkan
pakaian Sinde Mendeng dan sebuah Garantung yang dinamakan
Garantung Tanggui Tawai kepada menantunya, atau bisa juga diganti
emas berupa gelang, cincin atau kalung dengan nilai yang sama, atau bisa
juga berupa Balanai (guci). Semua pemberian tersebut disebut Batu Kaja.
Selain Batu Kaja, persiapan yang dilakukan oleh keluarga pengantin laki-
laki dalam menyambut menantunya adalah: (1) Batu Lamiang, sejenis batu
berbentuk persegi panjang (perhiasan orang zaman dahulu) sebanyak 1
buah; (2) Tampung Tawar, yaitu kelengkapan berupa beras dalam
Sasanggan (bokor), telur ayam 1 butir, jarum 1 bilah, benang 1 untai,
kelapa 1 biji, uang perak 1 keping, 1 gelas air dengan minyak wangi, dan
beras kuning untuk dipercikan.

Adapun cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Pada hari


yang ditentukan rombongan keluarga pihak pengantin wanita datang ke
rumah keluarga pengantin pria yang sudah menunggu lengkap dengan
para undangan. Ibu mertua menyambut sambil menabur beras kuning
kepada menantu dan sanger atau besannya. Setelah itu, pengantin
perempuan langsung masuk ke kamar ganti pakaian, untuk memakai
pakaian adat (Pakaian Sinde Mendeng) yang sudah disiapkan oleh ibu
mertuanya. Kedua pengantin dengan pakaian sederhana dan riasan
sederhana duduk bersanding kembali setelah tuan rumah menyampaikan
kata sambutan. Kemudian dilaksanakanlah acara sebagai berikut: (1) Kata-
kata penyambutan secara adat oleh yang dituakan. (2) Pemberian Batu
Kaja dari atau oleh ibu mertua untuk menantunya (saat ini pada umumnya
karena Garantung dan Guci sulit ditemukan, maka batu kaja lebih berupa
emas yaitu gelang, cincin, atau kalung yang langsung dipasang).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 286


Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju

(3) Memercikkan Tampung Tawar, sebagai tanda pengantin sudah


mendapatkan restu. Orangtua pengantin, nenek, keluarga yang dituakan,
secara bergantian memberikan Tampung Tawar yang dipercikkan mulai
dari ujung kaki, lutut, telapak tangan, siku, bahu, dan kepala pengantin,
dengan diiringi doa atau kata-kata berkat dengan harapan agar kehidupan
dan rejeki selalu dingin, harum, berbahagia, rukun, dan beranak-pinak.
Setelah acara selesai, dilanjutkan dengan doa syukur dan acara ramah
tamah dengan jamuan secukupnya.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 287


Tata Pergaulan Muda Remaja dalam Tradisi Dayak Ngaju

Suplement 6.
TATA PERGAULAN
MUDA REMAJA DALAM TRADISI
DAYAK NGAJU1

Para laluhur masyarakat suku Dayak Ngaju telah mewariskan


tradisi yang mengatur tata pergaulan hidup masyarakatnya. Tradisi Dayak
Ngaju mengajarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari setiap orang
dalam bermasyarakat harus “Belum Bahadat” atau hidup beradat, yang
artinya hidup menurut adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Keharusan hidup beradat ini telah diajarkan sejak masa anak-anak.
Kehidupan beradat ini dituntut untuk dilaksanakan oleh setiap orang tanpa
terkecuali. Secara khusus di dalam pergaulan remaja dan muda-mudi ada
prinsip-prinsip dan etika pergaulan yang ditetapkan berlaku sebagai acuan
untuk dipedomani. Sebelum tahun 1950 bahwa anak gadis yang telah
berusia 12 tahun ke atas diawasi secara ketat oleh orangtua, saudara-
saudara dan kerabat dekatnya. Kontak langsung antara anak gadis dengan
pria lajang nyaris tidak terjadi kecuali pada saat-saat pertemuan atau acara
di masyarakat. Karena itulah maka perjodohan di masyarakat Dayak Ngaju
pada saat itu diatur dan ditetapkan oleh orangtua kedua belah pihak.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan


pendidikan, maka tata cara pergaulan muda-mudi telah banyak mengalami
perubahan. Para orangtua mulai terbuka sehingga sikap kaku dan
kekangan dari orangtua semakin melunak. Dengan demikian kalangan
muda mudi relatif lebih bebas untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dalam
hal perjodohan pun, orangtua tidak lagi memaksakan kehendaknya, tetapi
anak diberikan kelonggaran untuk bergaul sepanjang masih dalam batas-
batas kesopanan dan tidak melanggar ketentuan menurut adat istiadat.
Esensi dari perubahan tersebut, sebagaimana juga terjadi dalam banyak
budaya masyarakat lainnya, adalah kalangan muda mudi dapat bergaul
dan berinteraksi dengan lebih bebas di antara mereka maupun masyarakat
luas. Karena itu, meskipun perilaku pergaulan muda mudi telah banyak
berubah sesuai perkembangan zaman, namun prinsip-prinsip dan etika

1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 4 Agustus 2015

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 288


Tata Pergaulan Muda Remaja dalam Tradisi Dayak Ngaju

pergaulannya tidak benyak berubah. Berikut ini acuan pergaulan kalangan


muda mudi menurut keluhuran tradisi masyarakat Dayak Ngaju.

1. Tradisi Dayak Ngaju memandang bahwa aspek virginitas


(keperawanan) seorang gadis merupakan hal yang sangat dan hal yang
harus dipertahankan. Karena itu dalam pergaulan meskipun diberi
kebebasan harus masih tetap dalam batas-batas yang wajar. Tradisi Dayak
Ngaju mempunyai pandangan bahwa hubungan seks bebas merupakan hal
yang tabu dan sangat dilarang. Kehamilan akibat hubungan seks bebas
merupakan aib besar tidak hanya bagi yang bersangkutan tetapi juga bagi
orangtua, keluarga dan kerabat dekat.

2. Tradisi Dayak Ngaju berpandangan bahwa jika seorang gadis


atau perempuan yang tidak bersuami ternyata hamil dan melahirkan anak,
maka anak tersebut diberi sebutan “Anak Ampang” atau “Anak Sarau”.
Secara sosial, masyarakat sangat memandang rendah terhadap ibu dan
anak tersebut. Karena itulah agar tidak terjadi aib dilingkungan keluarga,
maka tradisi menekankan kepada pentingnya orangtua mendidik dan
mengajarkan budi pekerti dan agama sejak dini kepada anak-anak dalam
keluarga mereka masing-masing.

3. Tradisi Dayak Ngaju melarang keras terjadinya hubungan seks


atau perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang menurut silsilah tidak
sederajat meskipun usia mereka segenerasi, yaitu misalnya antara yang
berstatus paman dengan keponakan atau antara yang berstatus kakek
dengan cucu. Jika hal itu terjadi, dalam bahasa tradisi Dayak Ngaju disebut
“Sala Hurui” dan hal itu dianggap aib bagi keluarga dan masyarakat,
terlebih hal tersebut dianggap sebagai “Dosa Tulah”. Dosa Tulah akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kosmos yang mengakibatkan
malapetaka kepada manusia, binatang dalam alam sekitar. Menurut tradisi,
pasangan tersebut hanya dapat dikawinkan melalui upacara kawin yang
sangat memalukan yang disebut “Kawin Tulah”, yaitu suatu proses upacara
yang sangat berbeda dari upacara perkawinan yang lazimnya
dilaksanakan. Dalam upacara Kawin Tulah, martabat kemanusiaan mereka
direndahkan menjadi setingkat dengan binatang oleh karena perbuatan
yang mereka lakukan tidak ubahnya seperti binatang. Dan kepada
pasangan tersebut dikenakan sanksi yang disebut “Singer”. (Sumber : Tim
LSM PBBKT, 2003. Adat Istiadat Dayak Ngaju. Diterbitkan LSM Pusat
Budaya Betang Kalimantan Tengah: Palangka Raya).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 289


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

Suplement 7.
CONTOH TATA IBADAH
PENEGUHAN & PEMBERKATAN
NIKAH 1

Rombongan mempelai disambut oleh Pendeta dan Pengurus


Gereja di depan pintu masuk gereja. Yang mewakili rombongan mempelai
menyerahkan kedua mempelai untuk diberkati dan diteguhkan dalam
pernikahan kudus. Pendeta dan Majelis menerima kedua mempelai
(beserta rombongan) dan mempersilahkannya menuju tempat yang telah
disediakan untuk dilangsungkan peneguhan dan pemberkatan nikah.

(Setelah mempelai duduk ditempat yang telah disediakan dengan posisi


pria disebelah kiri, maka acara dapat dimulai)

I. SAMBUTAN PENGURUS JEMAAT


(oleh: ................................. )

II. IBADAH
Pemimpin Ibadah: ...............................

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita berkumpul disini


dihadapan Allah untuk menyaksikan perjanjian nikah dan peneguhan
nikah antara saudara .................. dan saudari ..................... menurut
peraturan Gereja, dalam hal ini peraturan Gereja Bethel Apostolik dan
Profetik (GBAP). Ibadah peneguhan dan pemberkatan nikah ini
dipimpin oleh Pdt. Samuel T. Gunawan, S.Th.,SE.,M.Th (Gembala
Sidang GBAP Bintang Fajar Palangka Raya).

III. DOA PEMBUKAAN (VOTUM DAN SALAM)


(Jemaat berdiri dan menyanyikan nyanyian rohani “BAPA YANG
KEKAL”)

1
Naskah ini yang biasa saya gunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
Peneguhan dan Pemberkatan Nikah jemaat.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 290


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

BAPA YANG KEKAL


Kasih yang sempurna telah Kut’rima dariMu, bukan kar’na kebaikanku
Hanya oleh kasih karuniaMu Kau pulihkan aku
Layakkanku ‘tuk dapat memanggilMu, Bapa..
Reff: Kau b’ri yang kuminta, saat ku mencari kumendapatkan
Ku ketuk pintuMu dan Kau bukakan,
S’bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal.
Tak’kan Kau biarkan, aku melangkah hanya sendirian,
Kau selalu ada bagiku, s’bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal.

Pendeta: Jemaat Yesus Kristus, sekarang kita akan


melangsungkan acara peneguhan dan pemberkatan
nikah saudara-saudari kita ini.
Votum & Salam: “Kita berhimpun disini dihadirat Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus, yaitu TUHAN YESUS
KRISTUS”. Amin
(Jemaat Duduk)

IV. PENGAJARAN (oleh Pemimpin Ibadah)


Menyanyi Nyanyian Rohani “SATUKANLAH HATI KAMI”

SATUKANLAH HATI KAMI


Satukanlah hati kami ‘tuk memuji dan menyembah
Oh Yesus Tuhan dan Rajaku. Eratkanlah tali kasih
Di antara kami semua, Oh Yesus Tuhan dan Rajaku
Reff: Bergandengan tangan dalam satu kasih
Bergandengan tangan dalam satu iman
Saling mengasihi di antara kami
Keluarga Kerajaan Allah

Pemimpin Ibadah:
Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus sekarang
dengarkanlah penjelasan-penjelasan singkat tentang pernikahan:
• Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk hidup
bersama. Demikian juga Allah memberi kesempatan kepada laki-
laki dan perempuan untuk hidup bersama sebagai suami istri
dalam lembaga pernikahan. Kehidupan bersama laki-laki dan
perempuan harus didasarkan atas kasih karunia. Sebagaimana
Yesus Kristus mengasihi satu gereja dan gereja itu mengasihi satu
Tuhan, demikian laki-laki dipanggil mengasihi satu perempuan dan
perempuan mengasihi satu laki-laki.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 291


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

• Pernikahan adalah hal mulia, yang dikaruniakan Tuhan, sejak


manusia belum jatuh ke dalam dosa, yaitu suatu bayangan yang
melukiskan persekutuan antara Kristus dan gerejaNya. Dalam
pernikahan suami dan istri mengikat diri dalam suatu tujuan yang
kudus, untuk membangun rumah tangga bahagia dan harmonis.
Karena itu, janganlah pernikahan ditempuh atau dimasuki dengan
sembarangan, dirusak oleh karena kurang bijaksana, dinista atau
dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati dan dijunjung
tinggi dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud Allah
dalam pernikahan itu.
• Pernikahan mempersatukan kedua hati, mempersatukan kasih dan
pengharapan dalam suatu kehidupan bersama;. Karena itu
hendaklah pernikahan ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan,
penuh kasih sayang, percaya seorang akan yang lain, dan
bersandar kepada kasih karunia Tuhan. Hanya dengan cara yang
demikian kehidupan bersama ini dapat bertahan dan menjadi
berkat. Amin
(Menyanyi Nyanyian Rohani “DENGAN SAYAPMU”

DENGAN SAYAPMU
FirmanMu berkata Kau besertaku, maka kuat Roh dan jiwaku
TanganMu Tuhan s’lalu kunantikan , di setiap langkah kupercaya
Reff: Dengan sayapMu ku akan terbang tinggi
Di tengah badai hidup ktak menyerah
Kau kekuatan dan perlindungan bagiku
Pertolonganku di tempat mahatinggi
Kumengangkat tanganku aku berserah
Kau kunantikan Kau yang kusembah, Yesusku Rajaku

V. KHOTBAH: Pendeta
Tema : ESENSI PERNIKAHAN KRISTEN (MATIUS 19:4-6)

VI. PENEGUHAN DAN PEMBERKATAN NIKAH

1. PERJANJIAN NIKAH (Kedua Mempelai Berdiri)


• Pendeta:
“Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus pada hari ini
............... tanggal ............ bulan ............. tahun .............. di
hadapan Tuhan dan jemaatNya, saya meneguhkan pernikahan
saudara ................ dan saudari .............. dalam nama Tuhan Yesus
Kristus”.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 292


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

“Sebelum saya menyampaikan berkat dan doa peneguhan nikah


kepada kedua mempelai, saya akan mengajukan pertanyaan
kepada mereka masing-masing dan harus dijawab dengan benar
dihadapan Tuhan”

(Pendeta membaca Kolose 3:18-19)


Ayat 18 : “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu,
sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan”
Ayat 19 : “Hai, suami-suami kasihilah istri dan janganlah berlaku
kasar terhadap dia”
• Pendeta:
“Sekarang saya memanggil saudara berdua untuk memberikan
perjanjian kepada yang lain, dihadirat Tuhan dan dihadapan
jemaatNya dan saksi-saksi, bahwa kalian berdua agar hidup saling
mengasihi dalam susah maupun senang dengan setia sampai
mati”
Pendeta : Karena itu saya bertanya kepada kalian berdua:
”Maukah kalian berdua hidup dengan cara
demikian?”
Mempelai : Kedua mempelai menjawab bersama-sama “Ya,
kami mau saling mengasihi”.
• Pendeta bertanya kepada mempelai perempuan:
Pendeta : “Saudari ................., apakah engkau mau
berjanji dihadapan Tuhan bahwa engkau
akan tunduk kepada suami sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan ?”
Mempelai Wanita : “ya” (jawaban tegas mempelai perempuan)
Pendeta : “terima kasih”.
• Pendeta bertanya kepada mempelai Laki-laki:
Pendeta : “Saudara ............. , apakah engkau mau
berjanji dihadapan Tuhan bahwa engkau
akan mengasihi istrimu dan tidak berlaku
kasar terhadap dia ?”
Mempelai Pria : “ya” (jawaban tegas mempelai laki-laki)
Pendeta : “terima kasih”

2. PERTUKARAN JANJI
Mempelai Pria : Saya ............... mengambil engkau ....................
menjadi istriku dan saya berjanji untuk mengasihi
dan memeliharamu, baik dalam keadaan sakit

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 293


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

atau sehat, dalam senang ataupun duka, hingga


kematian memisahkan kita.
Mempelai Wanita : Saya ............. mengambil engkau .................
menjadi suamiku dan saya berjanji untuk
mengasihi dan memeliharamu, baik dalam
keadaan sakit atau sehat, dalam senang ataupun
duka, hingga kematian memisahkan kita.

3. PENEGUHAN (Kedua Mempelai Berpegangan Tangan)


Pendeta:
“Sekarang berikan tangan saudara seorang akan yang lain,
dihadapan hadirat Tuhan dan jemaatNya sebagai saksi, bahwa
saudara berdua sudah menjadi suami istri”.
• Pendeta memegang tangan kedua mempelai dan berkata:
“Oleh karena saudara ............... dan saudari .............. telah
mengikrarkan perjanjian yang suci ini dan telah mengucapkan
perjanjian dihadapan Allah dan Sidang Jemaat, maka saya
meneguhkan nikah saudara berdua dalam nama Allah Bapa, dan
Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Amin”

4. PEMBERKATAN (Kedua Mempelai Berlutut)


(Kedua mempelai berlutut sambil menaruh tangan kanan di atas
Alkitab yang terbuka pada bagian 1 Korintus 13 tentang kasih)
• Pendeta:
“Silahkan kedua pengantin berlutut dan menaruh tangan kanan di
atas Alkitab pada bagian yang terbuka.”
• Pendeta menyampaikan berkat untuk pengantin dan berkata:
“Dalam keadaan yang sesuai ini karena kasih karunia Tuhan
dijodohkan kedua saudara ini, sebagai suami istri dalam ikatan
pernikahan, dan yang sudah dijodohkan Allah dan diikat dalam
pernikahan, jangan dipisahkan oleh manusia.”
• Pendeta meletakkan tangan di atas kepala mempelai laki-laki
dan menyampaikan berkat:
“Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup
menurut jalan yang ditunjukkanNya. Apabila engkau memakan
hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baik keadaanmu.
Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam
rumahmu dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun disekeliling
mejamu. Sesungguhnya demikanlah diberkati seorang laki-laki
yang takut akan Tuhan. Tuhan memberkati engkau supaya engkau

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 294


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

melihat kebahagiaan seumur hidupmu dan akan melihat anak


cucumu.”
• Pendeta meletakkan tangan di atas kepala mempelai
perempuan dan menyampaikan berkat:
“Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya. Ia lebih
berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya,
suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik
kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
Biarlah perbuatannya memuji-muji dia.”

VII. PEMASANGAN CINCIN PERNIKAHAN


(Pendeta mempersilahkan kedua mempelai berdiri sambil mengambil
cincin pada tempat yang telah disediakan)
Pendeta berkata kepada kedua mempelai :
“Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus, cincin adalah
lambang atau simbol suatu hubungan khusus antara suami dan istri,
yang patut dihormati oleh semua orang.”
• Pendeta berkata kepada mempelai laki-laki:
“Saudara .................., cincin yang bulat ini melambangkan kasih
Kristus yang sempurna yang mengikat engkau kepada istrimu.
Terimalah cincin ini dan pakaikanlah pada jari manis kanan dari
istrimu. Silahkan!”
• Pendeta berkata kepada mempelai perempuan:
“Saudari ..................., cincin yang bulat ini melambangkan kasih
Kristus yang sempurna yang mengikat engkau kepada suamimu.
Terimalah cincin ini dan pakaikanlah pada jari manis kanan dari
suamimu. Silahkan!”

VIII. PEMBUKAAN CADAR / SELUBUNG


• Pendeta berkata kepada mempelai laki-laki:
“Bukalah selubungnya pelan-pelan dan terimalah dia
sebagai istrimu yang Tuhan telah karuniakan kepadamu.”
(Setelah cadar / selubung dibuka....)
• Pendeta berkata kepada mempelai perempuan:
“Terimalah dia sebagai suami yang telah
dikaruniakan Tuhan kepadamu.”
(Tanda kasih mempelai berdua boleh dinyatakan dengan ciuman yang
diberikan oleh mempelai pria dikening mempelai perempuan dan
sebaliknya).

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 295


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

IX. BERKAT UNTUK MEMPELAI BERDUA (Orang Tua / Wali Berada


Disamping Untuk Mendampingi)
Pendeta:
“Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara berdua
diam bersama-sama dengan rukun agar Tuhan memerintahkan berkat
kehidupan bagi kalian berdua.”
(Pendeta sambil menumpangkan tangan di atas kepala kedua
mempelai mengucapkan berkat)
“Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, terimalah segala berkat Tuhan
bagimu baik berkat rohani maupun jasmani. Amin.”

X. PENGAKUAN JEMAAT:
“Kami mengakui pernikahan yang baru kami saksikan ini. Kami turut
bertanggung jawab dan memberi dukungan terhadap saudara .......
dan saudari ....... sambil mereka menjalani kehidupan baru. Harapan
kami agar kedua saudara ini bertumbuh dalam cinta dan kasih karunia
kasih satu sama lain dan dapat membagi kasih itu kepada orang lain
dalam cara yang Tuhan kehendaki”.

XI. MEMPELAI BERTUKAR POSISI / TEMPAT (Penyerahan Alkitab)


(Pendeta mempersilahkan kedua mempelai bertukar tempat;
mempelai pria disebelah kanan)
• Pendeta:
“Pada saat ini kedua saudara ini yang sudah diteguhkan nikahnya,
sah sebagai suami istri yang menjalankan kehidupan berumah
tangga.”
• Pendeta mengambil Alkitab yang telah disediakan dan berkata:
“kepada kedua mempelai saya memberikan sebuah Alkitab
sebagai pedoman dan kompas hidup bagi kalian berdua, disertai
doa kiranya Tuhan menyertai dan memberkati kalian berdua
seumur hidup kalian.”

XII. MEMPELAI MEMBERI HORMAT KEPADA ORANG TUA


Menyanyi Nyanyian Rohani “MENGASIHI LEBIH SUNGGUH”
MENGASIHI LEBIH SUNGGUH
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh 3x
Tuhan lebih dulu mengasihi kepadamu
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh 3x

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 296


Contoh Tata Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah

XIII. PERSEMBAHAN DAN DOA PERSEMBAHAN


(Pemimpin Ibadah)
Menyanyi Nyanyian Rohani “HOSANA”

HOSANA
Betapa baiknya Engkau Tuhan, kasihMu tiada berkesudahan
Betapa mulia kasihMu Yesus, jiwaku diselamatkan
Reff: Hosana kumemuji Tuhan
Hosana kutinggikan Yesus, hosana,hosana,hosana

XIV. DOA PENUTUP DAN BERKAT (Pendeta)


(Jemaat bangkit berdiri dan menyanyikan Nyanyian Rohani
“AJAIB TUHAN”)

AJAIB TUHAN
Kami memuji KebesaranMu, ajaib Tuhan, ajaib Tuhan
Kami memuji KebesaranMu, ajaib Tuhan, ajaib Tuhan

• Pendeta mengucapkan berkat bagi jemaat:


“Tuhan memberkati kamu sekalian dan melindungi kamu sekalian.
Tuhan menyinari kamu sekalian dengan wajahNya dan
memberikan kepada kamu kasih karunia. Tuhan menghadapkan
wajahNya kepada kamu dan memberi damai sejahtera di dalam
hidupmu. Dari sekarang sampai selama-lamanya, dalam nama
Tuhan Yesus Kristus ! Amin.”

XV. PENUTUP (Pemimpin Ibadah)


Pendeta mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
• Kemudian kedua mempelai menyalami dan mengucapkan terima
kasih kepada orang tua.
• Kedua mempelai didampingi oleh orang tua atau wali berdiri
menghadap jemaat untuk menerima ucapan selamat.
• Jemaat dipersilahkan memberikan ucapan selamat secara teratur
kepada kedua pengantin.
• Kemudian dilanjutkan dengan Pencatatan Peneguhan Nikah oleh
pihak gereja (dipimpin oleh Pengurus Jemaat)
• Pengumuman
• Foto Dokumentasi

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 297


Contoh Tata Ibadah Penyerahan Anak

Suplement 8.
CONTOH NASKAH
PENYERAHAN ANAK 1

S
etelah kedua orang tua beserta anak yang akan diserahkan duduk
(posisi pria disebelah kanan dengan memegang anak) ditempat yang telah
disediakan, acara dapat dimulai.

I. PEMBUKAAN

Pendeta: Jemaat Yesus Kristus, sekarang kita akan melangsungkan


acara doa dan penyerahan anak saudara-saudari kita ini.
Votum & Salam: “Kita berhimpun disini dihadirat Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus, yaitu TUHAN YESUS
KRISTUS”.

II. RENUNGAN / KHOTBAH

III. PENGAJARAN

Pendeta berkata:
Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus sekarang
dengarkanlah penjelasan-penjelasan singkat tentang penyerahan
anak:

• Tuhan memberikan karunia berupa anak-anak di dalam rumah


tangga; Dia membuat segala sesuatunya baik dan indah bagi
orang tua. Anak- anak yang diberikan kepada suami dan istri
merupakan karunia Tuhan. Ketika Esau bertanya kepada Yakub
tentang orang-orang yang bersama-sama dengan dia, Yakub
berkata bahwa mereka adalah “Anak-anak yang telah
dikaruniakan Allah kepada hambamu ini”. (Kejadian 33:5). Ketika
Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua anaknya kepada Yakub,
ayahnya, yang sudah tua dan berkata, “Inilah anak-anakku yang
telah diberikan Allah kepadaku di sini” (Kejadian 48:9).

1 Naskah yang saya gunakan sebagai pedoman melaksanakan Penyerahan Anak.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 298


Contoh Tata Ibadah Penyerahan Anak

• Pemazmur menulis,”Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik


pusaka daripada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah”
(Mazmur 127:3). Dalam Perjanjian Lama, orang-orang umumnya
hanya berbicara tentang anak-anak lelaki. Mereka kadang-kadang
melupakan nilai dari anak-anak perempuan. Kristus datang ke
dunia dalam bentuk manusia untuk memulihkan umat manusia ke
dalam rencana Allah yang mula-mula. Sungguh dalam Kristus
“tidak ada laki-laki atau perempuan” (Galatia 3:28). Karunia Allah
adalah anak- anak, laki-laki dan perempuan.
• Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia
menjamah mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-
orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata
kepada mereka : “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu,
jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang
seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata
kepadamu: sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut
Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk
kedalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil
meletakkan tanganNya atas mereka Ia memberkati mereka.
(Markus 10:13-16; bandingkan Matius 19:13-15; Lukas 18:15-17).

IV. PENYERAHAN ANAK

Pendeta meletakkan tangan di atas kepala anak (bisa juga


dengan cara menggendong anak tersebut) dan menyampaikan
berkat:

“Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus pada hari ini


................ tanggal ................ bulan ................. tahun ..................
dihadapan Tuhan dan jemaatNya, saya menyerahkan anak yang
bernama ....................................., yaitu putra / putri dari Bapak
......................... dan Ibu ........................... ini dalam tangan Allah
yang Hidup dan yang Maha Kuasa, supaya ia menjadi milik
Kristus, mulai saat ini sampai selama-lamanya. Kiranya berkat
Allah, rohani dan jasmani turun di atas anak ini dalam Tuhan
Yesus, sepanjang umur hidupnya sampai masuk Kerajaan Surga.
Amin.”

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 299


Contoh Tata Ibadah Penyerahan Anak

V. PEMBERKATAN ORANGTUA DAN ANAK

• Pendeta meletakkan tangan di atas kepala ayah yang yang


menyerahkan anak dan menyampaikan berkat:
“Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup
menurut jalan yang ditunjukkanNya. Apabila engkau memakan
hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baik keadaanmu.
Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam
rumahmu dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
disekeliling mejamu. Sesungguhnya demikanlah diberkati seorang
laki-laki yang takut akan Tuhan. Tuhan memberkati engkau
supaya engkau melihat kebahagiaan seumur hidupmu dan akan
melihat anak cucumu.”

• Pendeta meletakkan tangan di atas kepala ibu yang


menyerahkan anak dan menyampaikan berkat:
“Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya. Ia lebih
berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya,
suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik
kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
Biarlah perbuatannya memuji-muji dia.”

• Pendeta mengangkat tangan untuk memberkati orangtua dan


berkata:
“Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara diam
bersama-sama dengan rukun agar Tuhan memerintahkan berkat
kehidupan bagi kalian.”
“Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, terimalah segala berkat
Tuhan bagimu baik berkat rohani maupun jasmani. Amin.”

IX. DOA PENUTUP DAN BERKAT UNTUK JEMAAT

(Jemaat bangkit berdiri)


Pendeta mengucapkan berkat:
“Tuhan memberkati kamu sekalian dan melindungi kamu sekalian.
Tuhan menyinari kamu sekalian dengan wajahNya dan memberikan
kepada kamu kasih kaunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepada
kamu dan memberi damai sejahtera di dalam hidupmu. Dari sekarang
sampai selama-lamanya, dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin”

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia 300


Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L.Ch.2012. Tafsiran Alkitab: Surat Efesus. Penerbit BPK


Gunung Mulia: Jakarta.
Anthony, Michael J, ed,.2012. Foundations of Ministry. Terjemahan,
Penerbit Gandum Mas: Malang.
Banks, Robert & R. Paul Stevens.,2012. The Complete Book of Everyday
Christianity. Terjemahan Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Bertens, K.,2013. Etika. Edisi Revisi. Penerbit Kanasius: Yogyakarta
Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership.
Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Brent, Kent & D. Charles Williams.,1998. Delapan Masalah Utama Orang
Tua & Anak. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Burke, Dale.,2007. Dua Perbedaan dalam Satu Tujuan. Terjemahan,
Penerbit Metanoia Publising: Jakarta.
Burkett, Larry.,1992. Mengatur Keuangan Dengan Bijak. Terjemahan,
Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung.
Burkett, Larry.,1997. Kunci Sukses Bisnis Menurut Alkitab. Terjemahan,
Penerbit Andi Offset: Bandung.
Campolo, Tony.,2005. Mengikut Yesus Tanpa memalukan Allah.
Terjemahan Penerbit Gospel Press: Batam.
Chalke, Steve.,2007. Orang Tua, Anak dan Seks. Terjemahan, Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Chapman, Gery.,2005. The 5 Language. Terjemahan Penerbit Interaksara:
Batam.
Chamblin, J. Knox.,2010. Paul and The Self: Apostolic TeachingFor
Personal Wholeness. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Clinton, Tim & Mark Laaser.,2012. Sex and Relationship. Terjemahan,
Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Conner, Kevin J.,2004. A Practical Guide To Christian Belief. Terjemahan,
Penerbit Gandum Mas: Malang.
----------------------.,1993. Perjanjian. Harves International Theological
Seminary: Jakarta.
Damazio, Frank & Rich Brott.,2005. Family Finance Handbook: Kiat
Mengelola dan Mendayagunakan Keuangan Keluarga. Terjemahan,
Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Deatrick, Mary., _____. Meringankan Derita Orang Tua. Terjemahan
Penerbit Gandum Mas: Malang.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xii


Daftar Pustaka

Dobson, James.,2004. Panduan Lengkap Pernikahan dan Keluarga.


Terjemahan Penerbit Gospel Press: Batam.
Dobson, James.,2007. Marriage Under Fire. Terjemahan Penerbit
Immanuel: Jakarta.
Douglas, J.D., ed,1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1 & 2,
Tejemahan, Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Evans, Tony.,2001. Cara Hidup Yang Luar Biasa. Jili 1 & 2, terjemahan,
Penerbit Interaksara: Batam.
Ezra, Yakoep.,2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
Fances, Eddy.,2009. Transformasi Pikiran. Penerbit Yasinta: Jakarta.
Field, Lynda. 2004. Into a Wonderful New Life. Terjemahan, Penerbit PT.
Buana Ilmu Populer: Jakarta.
Fitzpatrick, Elyse & Jessica Thompson.,2014. Berikan Mereka Kasih
Karunia: Membuat Anak-anak Terpesona Dengan Kasih Yesus.
Terjemahan, Penerbit Light Publising: Jakarta.
Geisler, Norman L.,2000. Etika Kristen: Pilihan dan Isu. Terjemahan,
Penerbit Literatur SAAT: Jakarta.
Goldstein, Robin & Janet Gallant.,2011. Buku Pintar Mengasuh Anak.
Terjemahan, Light Publising: Jakarta.
Gutrie, Donald., ed,1981. Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jilid 1, 2, & 3.
Terjemahan, Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Gutrie, Donald.,1991. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, 2, & 3, Terjemahan,
BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Hearth, W. Stanley.,1997. Psikologi Yang Sebenarnya. Penerbit ANDI:
Yogyakarta.
Hoekema, Anthony A.,2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan,
Penerbit Momentum: Jakarta.
Irianto, Koes.,2013. Seksologi Kesehatan. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Johnson, Greg & Susuie Shellenberger.,2002. Love, Sex and Dating.
Terjemahan, Penerbit ANDI: Yogyakarta.
King, Clayton & Charie King.,2012. 12 Pertanyaan yang Harus Diajukan
Sebelum Menikah. Terjemahan, Penerbit Immanuel: Jakarta.
LaHaye, Beverly.,1993. Membina Temperamen Anak. Terjemahan Penerbit
Kalam Hidup: Bandung.
LaHaye, Tim & Beverly.,2007. Kehidupan Seks Dalam Pernikahan.
Terjemahan Penerbit Kalam Hidup: Bandung & Penerit Andi:
Yogyakarta.
Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus.,2005. Staying Sane in a Crazy
World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xiii


Daftar Pustaka

Ladd, Geoge Eldon.,1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan


Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Leman, Kevin.,2000. Seks Di Mulai Dari Dapur. Terjemahan, Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Lewis, C.S.,2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya:
Bandung
Mack, Wayne.,1985. Bagaimana Mengembangkan Kesatuan Yang kukuh
Dalam Hubungan Perkawinan. Terjemahan, Penerbit Yakin:
Surabaya.
McClung, Floyd.,1995. Mengenal Hati Bapa. Terjemahan, Penerbit
Metanoia: Jakarta.
McDowell, Josh., 1997. Right From Wrong. Terjemahan, Penerbit
Profesional Books: Jakarta.
Monks, F.J, AMP. Knoers, & Siti Rahayu Haditono.,1994. Psikologi
Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Edisi Revisi.
Diterbitkan dan dicetak : Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Morris, Leon.,2006. New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit
Gandum Mas: Malang.
Notoatmodjo, Soekidjo.,2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni.
Penerbit PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Park, Abraham,.2010. Silsilah di Kitab Kejadian: Dilihat Dari Sudut Pandang
Sejarah Penebusan. Terjemahan, Diterbitkan PT. Grasindo &
Yayasan Damai Sejahtera Utama: Jakarta.
Paulus L. Kristianto.,2006. Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen.
Andi: Yogyakarta.
Pfeiffer, Charles F & Eferett F. Herrison.,ed,2004. Tafsiran Alkitab Wycliffe
Perjanjian Baru. Volume 1, 2, & 3, diterjemahkan, Penerbit Gandum
Mas : Malang.
Piper, John & Justin Taylor, ed.,2011. Seks dan Supremasi Kristus.
Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Poerdarminta, W.J.S.,2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga,
Penerbit Balai Pustaka: Jakarta.
Pouw, P.H,.,2013. Uraian Singkat Tentang Homiletika Ilmu Berkhotbah.
Edisi revisi, Penerbit Kalam Hidup Bandung.
Powers, B. Ward.,2011. Perceraian dan Perkawinan Kembali: Pendekatan
Hukum dan Anugerah Allah dalam Alkitab. Terjemahan, Penerbit
Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Prince, Derek.,2003. Pernikahan Ikatan Yang Kudus. Penerbit Derek Prince
Ministries Indonesia: Jakarta.
Prince, Derek.,2004. Jodoh Pilihan Tuhan. Penerbit Derek Prince Ministries
Indonesia: Jakarta.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xiv


Daftar Pustaka

Prince, Derek.,2004. Suami dan Ayah. Penerbit Derek Prince Ministries


Indonesia: Jakarta.
Prokopchak, Stave and Mary.,2011. Called Together. Penerbit ANDI:
Yogyakarta.
Ryken, Leland, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, editor.,2002.
Kamus Gambaran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Momentum:
Jakarta.
Riwut, Tjilik., (penyunting Nila Riwut)., 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang
(Menyelami Kekayaan Leluhur). Penerbit Pusakalima: Palangka
Raya.
Ronda, Daniel.,2015. Pengantar Konseling Pastoral : Teori dan Kasus
Praktis Dalam Jemaat. Penerbit Kalam Hidup Bandung.
Rosberg, Gery & Barbara.,2010. Pernikahan Anti Cerai. Terjemahan,
Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Rosen, Margary.,ed,2004. 7 Secrets of a Happy Marriage. Terjemahan
Penerbit Karisma Publising Group: Batam.
Setiawani, Mary Go.,2004. Menerobos Dunia Anak. Penerbit Kalam Hidup
Bandung.
Sidjabat, Binsen S.,2008. Membesarkan Anak Dengan Kreatif. Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Sobur, Alex.,2009. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Penerbit CV.
Pustaka Setia: Bandung.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. diterjemahkan,
Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Stassen, Glen & David Gushee.,2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus
dalam Konteks Masa Kini. Terjemahan, Penerbit Momentum:
Jakarta.
Stamps, Donald C.,ed,1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.
Terjemahan Penerbit Gandum Mas: Malang.
Stinnett, Nick & Nancy Stinnett.,2004. Fantastic Families. Terjemahan
Penerbit Interaksara: Batam.
Stoop, Davit & Jan Stoop.,2008. A To Z Pranikah. Terjemahan, Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Stoop, Davit & Jan Stoop.,2008. A To Z Pranikah: 12 Kunci
Mempertahankan Kualitas Pernikahan. Terjemahan, Penerbit ANDI:
Yogyakarta.
Stott, John.,2005. Isu-Isu Global: Penilaian Atas Masalah Sosial dan Moral
Kontemporer Menurut Perspektif Kristen. Edisi revisi, terjemahan,
Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Surbakti, E.B.,2002. Kenalilah Anak Remaja Anda. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo: Jakarta.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xv


Daftar Pustaka

Susanto, Hasan.,2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan


Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit
Literatur SAAT: Malang.
Suyadi, Markus.,2010. Pernak-Pernik Pernikahan. Penerbit ANDI :
Yogyakarta.
Taway, Linda N.N.,2000. Upacara Adat dan Seni Tata Rias Pengantin
Dayak Kalimantan Tengah. Diterbitkan Tim Penggerak PKK
Kalimantan Tengah: Palangka Raya.
Tim LSM PBBKT,2003. Adat Istiadat Dayak Ngaju. Diterbitkan LSM Pusat
Budaya Betang Kalimantan Tengah: Palangka Raya.
Tim Penyusuun,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru,
Pustaka Phoenix : Jakarta
Tong. Stephen.,1991. Keluarga Bahagia. Cetakan kesebelas (2010),
Penerbit Momentum: Jakarta.
Tong. Stephen.,1991. Membesarkan Anak Dalam Tuhan. Cetakan
kesembilan (2011), Penerbit Momentum: Jakarta.
Tong, Stephen.,2010, Arsitek Jiwa. Jilid 1 & 2, Cetakan Ketujuh, Penerbit
Momentum: Jakarta.
Trisna, Jonathan A.,2013. Two Become One. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Tu’u, Tulus., 2007. Dasar-Dasar Konseling Pastoral: Panduan Bagi
Pelayanan Konseling Gereja. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Ugang, Hermogenes.,1983. Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran. Penerbit BPK
Gunung Mulia: Jakarta.
Walker, James.,2003. Suami Yang Tidak Mau Memberi Teladan dan Istri
Yang Tidak Mau Mencontoh. Terjemahan, Penerbit Interaksara :
Batam.
Warren, Rick.,2013. The Purpose Driven Life: What On Earth Am I Here
For? Terjemahan, Penerbit Immanuel: Jakarta.
Wayne, Grudem.,2007. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia
Publising: Jakarta.
Weiss, Douglas, 2004., Intimacy: A 100 Day Guide to Lastin Realtionships.
Terjemahan, penerbit Metanoia: Jakarta.
Wijaya, Andik.,2014. Equipping Leaders to Figth for Sexual Holiness.
Diterbikan oleh Kenza Publising House: Surabaya.
Wiersbe, Warren W.,1993. Kaya Dalam Kristus: Tafsiran Surat Efesus.
Terjemahan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Wofford, J.C.,2001. Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan.
Terjemahan, penerbit ANDI: Yogyakarta.
Young, Ed.,2003. The 10 Commandments of Marriage. Penerbit Lembaga
Literatur Baptis: Bandung.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xvi


Daftar Pustaka

Zuck, Roy B, editor.,2010. A Biblical of Theology The Old Testament.


Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
_____________, editor.,2011. A Biblical of Theology The New Testament.
Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xvii


PROPIL PENULIS
Samuel T. Gunawan, sejak tahun
2008 memposisikan diri sebagai teolog
Protestan Kharismatik Normatif. Setelah
mempelajari Alkitab selama lebih dari 15
tahun menyimpulkan tiga keyakinannya
tentang Alkitab: 1. Alkitab berasal dari
Allah. Ini meneguhkan kembali keyakinan
bahwa Alkitab adalah wahyu Allah dan
Alkitab diinspirasikan Allah; 2. Alkitab
dapat dimengerti dan dapat dipahami
oleh pikiran manusia dengan cara yang
rasional melalui iluminasi Roh Kudus;
3. Alkitab dapat dijelaskan dengan cara
yang teratur dan sistematis.
Putra asli Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah yang lahir di Palangka
Raya tahun ‘77 ini mendapat gelar S.E. dari Universitas Negeri Palangkaraya,
M.Th. (Christian Leadership) dan M.Th. (Systematic Theology) dari STT Trinity,
Tangerang. Ditahbiskan sebagai Pendeta di Sinode GBAP pada tanggal 28
Juli 2004 di Sentul, Bogor. Pernah mengajar di SADP (sekarang Akademi
Teologia Devin) Palangka Raya 2006 s.d 2009, Dosen PAK pada sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Palangka Raya 2007 s.d 2009, Dosen pada STT-
IKSM Santosa Asih Cabang Palangka Raya 2008-2010; Tutorial STT IKAT
untuk Program Tutorial Palangka Raya 2009-2011. Saat ini, Pendeta dan
Gembala GBAP Bintang Fajar Palangka Raya (Catatan: dulu GBAP El
Shaddai) ini melayani bersama istrinya, Impala Fatmalita; Dikaruniai tiga anak
bernama Daniel Kevin, Glenda Loisa Katrin, dan Nehemia Geraldi; Mengajar
Filsafat-Apologetika Kharismatik di STT AIMI, Solo. Menulis artikel dan mengisi
kolom Auh Pakar pada Majalah Rohani Populer TAHETA, Kalteng, dan
seringkali diminta menulis artikel untuk kolom Altar Koran Kalteng Pos.

Buku-buku yang telah ditulis antara lain : Apologetika Kharismatik :


Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini (2014); Persepuluhan: Perspektif
Teologis Ajaran Tentang Persepuluhan Dalam Kekristenan (2015); Yesus
Kristus Yang Kukenal dan Kupercayai (Rilis 2016); Segalanya Tentang Kasih
Karunia (rilis 2016); Berakar Kuat dan Berdiri Teguh Dalam Firman.

Artikel-artikelnya dapat dibaca dan di download di :


(1) Googling dengan mengklik nama : Samuel T. Gunawan;
(2) Website/ Situs : e-Artikel Kristen Indonesia;
(3) Facebook dan/atau halaman : Samuel T. Gunawan.

Jalan Menuju Pernikahan & Rumah Tangga Bahagia xviii

Anda mungkin juga menyukai