Jalan Menuju
PERNIKAHAN &
RUMAH TANGGA BAHAGIA
Samuel T. Gunawan
Akhir kata saya sangat diberkati dengan buku ini, karena buku ini
dilengkapi juga bagaimana memelihara kehidupan pernikahan, mengatur
keuangan, dan lain-lain. Apalagi disertai suplemen-suplemen, yang salah
satunya merupakan tinjauan Adat Suku Dayak Ngaju yang begitu
menjunjung tinggi kekudusan, melarang seks sebelum menikah, bahkan
penyimpangan dalam pernikahan semacam incest, dan lain sebagainya.
Mari lengkapi pribadi kita, gereja kita dan keluarga serta generasi
kita dengan dasar yang benar tentang pernikahan dan rumah tangga yang
merupakan lembaga pertama yang Tuhan bentuk dan selalu diincar Iblis
untuk dihancurkan. Tuhan Yesus Memberkati.
Ketua Sinode
Gereja Bethel Apostolik & Profetik,
Tidak menyesal untuk membaca dan memiliki buku ini, sebab isinya
menarik dan relevan dalam menjawab pergumulan kehidupan keluarga-
keluarga Kristen masa kini. Kiranya menjadi referensi yang membawa
dampak positif bagi para pembaca, terlebih dalam mempertahankan
keutuhan rumah tangga.
- Pdt. Agustiman, S.Th.,M.Min -
(Pendeta di Gereja Kalimantan Evangelis di Palangka Raya dan Pengajar)
Buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia yang ditulis
oleh pendeta Samuel T. Gunawan ini adalah buku panduan bagi orang
yang mendambakan keluarga bahagia, suami istri yang setia dan indahnya
hidup pernikahan di dalam Tuhan.
- Dra. Ev. Inawaty Tjandramulia, M.Div -
(Ketua Komunitas Pembawa Berkat (KOMPAK) di Palangkaraya; Penginjil)
Buku Jalan Menuju Pernikahan dan Rumah Tangga Bahagia patut dibaca
tidak hanya kepada hamba Tuhan, tetapi juga jemaat Tuhan. Buku ini
didukung dengan ayat-ayat firman Tuhan dan dengan bahasa yang
sederhana sehingga dapat dimengerti. Di samping itu dapat menjadi
stimulan pembanding terhadap pemahaman pernikahan Kristen. Selamat
membaca semoga mendapat manfaat.
- Pdt. Daniel Eko Susilo, M.Th-
(Gembala Sidang Gereja Kristen Injili Nusantara Masa Depan Cerah
Palangka Raya; Ketua Persekutuan Hamba Tuhan Garis Depan Kota
Palangka Raya; Sekretaris PGLII Kota Palangka Raya Periode 2013 s.d
2016)
1 Tawarikh 17:27
“Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini,
supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang
Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya."
Suplement 1:
Harmoni Perbedaan Pria & Wanita (253)
Suplement 2:
Keprihatinan Terhadap Meningkatnya Kekerasan (259)
Suplement 3:
Transformasi Budaya : Pengudusan Budaya Bagi Kemuliaan Allah
(272)
Suplement 4:
Pertunangan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju (276)
Suplement 5:
Pernikahan Menurut Tradisi Kristen Dayak Ngaju (282)
Suplement 6:
Tata Pergaulan Muda Remaja Dalam Tradisi Dayak Ngaju (288)
Suplement 7:
Contoh Tata Ibadah Pemberkatan dan Peneguhan Nikah (290)
Suplement 8:
Contoh Tata Ibadah Penyerahan Anak (298)
Saat ini kita menemukan ada banyak pernikahan dan rumah tangga
yang tidak bahagia, tidak hanya di kalangan orang-orang bukan Kristen
tetapi juga di antara orang-orang Kristen. Ketidakbahagiaan ini sebagian
besar disebabkan oleh kegagalan manusia memperhatikan rencana dan
maksud Allah tentang pernikahan. Kita tahu bahwa Tuhan telah banyak
berbicara di dalam firmanNya (Alkitab) tentang pinsip-pinsip pernikahan
dan rumah tangga yang kokoh yang di atasnya kita bisa membangun
pernikahan dan rumah tangga yang kuat dan bahagia. Prinsip-prinsip
firman Tuhan itulah yang seharusnya menjadi pondasi dan pilar yang
kokoh bagi pernikahan dan rumah tangga Kristen yang bahagia.
Namun, kita sering melihat begitu banyak orang di sekitar kita yang
membangun hubungan atau memasuki pernikahan yang dibangun di atas
dasar yang tidak kokoh. Banyak di antara mereka yang membangun
hubungan berdasarkan penampilan fisik, perasaan dan fantasi semata,
kemudian berharap segalanya dapat diwujudkan dengan modal seperti itu.
Orang-orang yang mencoba membangun pernikahan dan rumah tangga
tanpa mengandalkan Tuhan dan firmanNya akan mengalami kegagalan
bahkan kehancuran. Karena semua yang menjadi idaman manusia dan
diinginkan ada dalam rumah tangga, seperti: keharmonisan, kesetiaan,
cinta kasih, sukacita, damai sejahtera, anak-anak yang taat, kesehatan
jasmani, dan berkat materi, sesungguhnya terletak dalam tangan Tuhan.
Siapa yang bersandar dan berharap kepadaNya akan dikaruniakan
semuanya itu. Prinsip-prinsip pernikahan dan rumah tangga berdasarkan
firman Tuhan itulah yang saya bagikan di dalam buku ini.
Survey yang dilakukan oleh Tim LaHaye (Presiden dari Family Life
Seminary) terhadap sekitar 1.672 pasangan suami istri di Amerika
mengungkapkan kenyataan bahwa sumber utama pasangan suami istri
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks sebelum mereka menikah
adalah sebagai berikut: (1) Dari orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9
%); (2) Dari pendeta (wanita 1 % dan pria 1 %); (3) Dari sekolah (wanita 14
% dan pria 11 %); Dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %);
sementara itu yang menjawab tidak ada (wanita 13 % dan pria 18 %).
Menarik sekali ketika melihat hasil survey dan mengetahui fakta bahwa
sumber utama pengetahuan dan pendidikan seks berasal dari buku-buku
bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %). Namun yang sangat memprihatinkan
saya ketika menganalisa data tersebut, adalah fakta yang terungkap perihal
kelalaian orangtua dan gereja dalam menyampaikan pendidikan seks dari
perspektif iman Kristen. Kenyataan ini terlihat dari jawaban responden yang
menyatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan seks yang didapat dari
orang tua mereka (wanita 13 % dan pria 9 %) dan dari pendeta hanya 1 %
(baik pria maupun wanita).
Tentu saja saya menyadari tidak semua orang akan setuju dengan
penjelasan tertentu dalam buku ini, khususnya isu-isu mengenai pacaran,
jodoh, seks, dan perceraian. Karena itu, ajaran-ajaran dalam buku ini
terbuka untuk diuji oleh siapapun yang mau mengujinya. Ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh rasul Yohanes agar kita, “... janganlah percaya akan
setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia” (1 Yohanes 4:1). Frase “ujilah roh-roh itu” dalam bahasa Yunani
adalah “dokimazete ta pneumata”. Kata “dokimazeta” berasal dari kata
“dokimazo” yang berarti “menguji, meneliti, dan memeriksa”, atau secara
harafiah berarti “membuktikan dengan menguji”. Kebenaran sejati harus
diuji dan tidak perlu takut bila menghadapi ujian atau kritikan. Dapat
dipastikan, hanya mereka yang keliru dan tidak benar yang takut terhadap
ujian. Alasan untuk menguji setiap roh atau menguji orang-orang yang
mengajar dan mengaku digerakan oleh roh ialah karena ada banyak nabi-
nabi palsu yang menyusup dan masuk ke dalam gereja (Markus 13:22),
dan mengajarkan ajaran yang salah dan menyesatkan.
Pasal 1
ESENSI PERNIKAHAN
KRISTEN 1
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi.”
(Kejadian 1:27-28)
Ketetapan Tuhan ini tidak pernah diubah dan ini berlaku “sejak
semula” bagi semua orang, bukan hanya bagi orang-orang Kristen saja.
Matius mencatat perkataan Kristus demikian, “Jawab Yesus: ‘Tidakkah
kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula (ap’arches)
menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” (Matius 19:4). Kata Yunani
“ap’arches” atau “sejak semula” yang disebutkan Yesus dalam Matius 19:4,
pastilah merujuk pada Kejadian pasal 2, karena kalimat selanjutnya “Dan
firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging”,
yang diucapkan Yesus dalam ayat 5 adalah kutipan dari Kejadian 2:24
tersebut.
dan keduanya bersama dapat menyelesaikan tugas lebih banyak dari apa
yang dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian mengerjakannya. Jadi
dalam nas ini, Yesus menggambarkan pernikahan sebagai sebuah kuk
yang Allah buat, di mana seorang laki-laki dengan seorang perempuan
dapat memikulnya sehingga mereka bersama dapat meringankan
pekerjaan-pekerjaan dan beban-beban kehidupan, dan mencapai hal-hal
bersama yang tidak dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian saja.
Jadi apa yang Allah buat adalah menempa sebuah kuk, yaitu
menciptakan sebuah hubungan yang eksklusif, yang ke dalamnya seorang
laki-laki dan seorang perempuan boleh masuk, memiliki hubungan,
menerima, dan menikmati manfaat yang ada di dalamnya. Pernikahan
pada hakikatnya adalah suatu hubungan yang eksklusif antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan. Dan semua yang ada di dalam
pernikahan itu sendiri berasal langsung dari kebenaran bahwa pernikahan
merupakan rancangan Allah dan lembaga yang diciptakan Allah! Konsep
tentang “hubungan yang eksklusif” dalam pernikahan ini merupakan pusat
dari ajaran Kristus mengenai pernikahan. Inilah yang dimaksud Yesus
ketika ia berkata “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.” (Matius 19:6).
Kata Ibrani yang digunakan untuk “kovenan” adalah “berith” dan kata
Yunaninya adalah “diathêkê” dan “suntithêmai. (ketiga istilah Alkitab ini
akan saya jelaskan lebih lanjut pada pasal berikutnya). Sebuah kovenan
menurut Alkitab adalah sebuah hubungan yang sakral antara dua pihak,
disaksikan oleh Allah, sangat mengikat, dan tidak dapat dibatalkan. Kedua
belah pihak bersedia berjanji untuk menjalani kehidupan sesuai dengan
butir-butir perjanjian itu. Istilah kovenan yang seperti inilah yang digunakan
Alkitab untuk melukiskan sifat hubungan pernikahan. Jadi jelaslah bahwa
pernikahan adalah suatu perjanjian pada satu peristiwa di mana Allah
menjadi saksi. Allahlah yang mengadakan pernikahan dan Dialah yang
menyaksikan janji-janji tersebut benar-benar dibuat “dihadapan Allah”.
Kristus menegaskan bahwa Allahlah yang benar-benar menyatukan dua
manusia bersama-sama di dalam pernikahan dengan mengatakan, “Apa
yang telah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Markus
10:19).
Pasal 2
TUJUAN PERNIKAHAN
KRISTEN 1
1 Khotbah ibadah raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 17 Januari 2015.
Salah satu buku tentang penikahan Kristen yang pernah saya baca
lebih dari 15 tahun yang lalu adalah buku yang ditulis oleh Wayne Mack
seorang doktor teologi lulusan dari Wesminster Theological Seminary.
Buku yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul
Bagaimana Mengembangkan Kesatuan Yang Kokoh Dalam Hubungan
Perkawinan tersebut, meskipun tidak secara khusus membahas tujuan
pernikahan Kristen tetapi telah sangat membantu memberikan dasar
pemahaman kepada saya tentang tujuan pernikahan Kristen. Akhirnya
setelah beberapa tahun melakukan penelitian Alkitab dan banyak
membaca buku-buku tentang pernikahan Kristen, saya menarik kesimpulan
tentang tujuan pernikahan Kristen seperti yang dirancang Allah dalam
Alkitab, seperti yang akan saya jelaskan dalam pasal ini.
untuk pernikahan itu ialah “kesatuan” yang dinyatakan dengan jelas dalam
kalimat “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging”. Kesatuan melalui pernikahan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: (1) Seorang laki-laki meninggalkan orangtuanya untuk bersatu
dengan istrinya; (2) Bersatu dengan seorang istri; (3) Suami istri menjadi
satu daging; (4) Dipersatukan Allah di dalam pernikahan.
Suami dan istri berbeda satu dengan yang lain dalam hal ciri
seksualitas, psikologis, maupun fisiologis tetapi saling membutuhkan dan
melengkapi. Itu sebabnya pilar pertama dari tujuan pernikahan sebagai
mana dijelaskan di atas, yaitu kesatuan yang utuh dengan cara menjalin
persahabatan. Persahabat ini sangat penting sebagai dasar bagi kokohnya
kesatuan yang komplementer. Suami dan istri masing-masing memiliki
kekuatan yang berbeda, tetapi sebagai sahabat, kekuatan tersebut dapat
mendukung satu sama lain. Mereka masing-masing memiliki hal-hal yang
tidak dimiliki oleh pasangannya, namun dapat diberikan bagi pasangannya.
Mereka harus menghargai perbedaan yang ada dalam diri pasangannya
Jika pasangan suami dan istri tidak berusaha saling memahami dan
menghargai perbedaan-perbedaan mereka, serta tidak bertumbuh dalam
perbedaan-perbedaan tersebut, maka mereka segera akan menghadapi
masalah-masalah yang mendasar. Tidak ada yang dapat merenggangkan
hubungan pernikahan lebih cepat dari atau lebih dasyat dibanding ketika
salah satu pasangan tidak dapat menghargai perbedaan-perbedaan yang
seharusnya menguatkan persamaan-persamaan yang ada dalam
hubungan tersebut. Salomo merasakan sukacita yang luar biasa dari
hubungan (termasuk pernikahan) yang saling komplementer ini ketika ia
menyatakan, “Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau
mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. Kalau yang seorang jatuh yang
lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian,
celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya. Pada malam
yang dingin, dua orang yang tidur berdampingan dapat saling
menghangatkan, tetapi bagaimana orang bisa menjadi hangat kalau
sendirian? Dua orang yang bepergian bersama dapat menangkis serangan,
tapi orang yang sendirian mudah dikalahkan. Tiga utas tali yang dijalin
menjadi satu, sulit diputuskan” (Pengkhotbah 4:9-12, terjemahan BIS). Jadi
di dalam lembaga pernikahan: suami harus mengakui kebutuhannya
terhadap istri sebagai suatu karunia yang Allah berikan kepadanya,
demikian juga istrinya harus mengakui kebutuhannya terhadap suaminya
dan bahwa pelengkap bagi seksualitasnya ada pada suaminya.
untuk suami istri”. Alkitab mencatat dalam Kejadian 1:28, bahwa Allah
memberkati manusia (Adam dan Hawa) sebelum mereka diperintahkan
“beranak cucu dan bertambah banyak”. Dengan demikian, peneguhan dan
pemberkatan nikah haruslah mendahului penyatuan seksual, bukan
sebaliknya. Untuk memenuhi mandat beranak cucu dan bertambah banyak
tersebut manusia (suami istri) melakukannya dengan cara bersenggama
(bersetubuh atau berhubungan kelamin). Allah Sang Pencipta, telah
mendesain dan membuat alat reproduksi yang cocok bagi manusia
sehingga mampu bereproduksi (menghasilkan keturunan), yaitu: (1) Bagi
pria, sperma yang diproduksi seumur hidupnya; dan (2) Bagi wanita sel
telur yang siap dibuahi dengan siklus kematangan 1 sel telur setiap bulan.
seks pasangan suami istri, melainkan juga keturunan yang dihasilkan oleh
didikan, bimbingan, dan keteladanan dari orangtua. Untuk menghasilkan
anak hanya diperlukan waktu 9 bulan 10 hari, tetapi untuk menghasilkan
keturunan diperlukan waktu seumur hidup kita. Tetapi yang perlu diingat,
meskipun pernikahan merupakan kesatuan seksual antara suami dan istri
untuk menghasilkan keturunan, namun itu bukanlah merupakan satu-
satunya tujuan. Pernikahan adalah suatu kesatuan relasional persahabatan
dan juga kesatuan yang komplementer. Dan hubungan seks lebih dari
sekedar perkembangbiakan (prokreasi) saja, tetapi juga untuk dinikmati
dalam kesenangan (kreasi).
adalah seorang anak. Menyadari akan hal ini maka ketika pria dan wanita
menikah dan membentuk keluarga, mereka akan menghargai arti dari
memiliki anak dalam keluarga dan mendidik anak mereka dengan benar
dan bertanggung jawab. Jadi, melalui lembaga pernikahan orangtua
dipanggil untuk terlibat dalam proses pendidikan yang paling efektif.
Orangtua yang merefleksikan citra Allah, harus mendidik anak-anak
mereka menjadi manusia yang juga merefleksikan citra Allah, dengan cara
mendidik, mengajar, membimbing, dan memberi keteladanan kepada
mereka. Bukan gereja dan bukan juga sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya yang ditetapkan Allah untuk membentuk manusia menjadi manusia
seutuhnya tetapi keluarga. Werren W. Wiersbe dalam bukunya Tafsiran
Surat Efesus mengatakan, “Alkitab tidak mengajarkan bahwa pendidikan
anak-anak diserahkan kepada lembaga-lembaga lainnya di luar rumah
tangga, walau bagaimanapun lembaga-lembaga itu mungkin dapat
menolong. Pendidikan anak-anak dipercayakan Allah kepada orangtua”.
Setiap orang menjadi apa adanya diri mereka sekarang ini sebagian
besar karena pengaruh keluarga (rumah tangga) yang membesarkannya.
Dengan kata lain, keluarga adalah faktor kontribusi terbesar dan terpenting
dalam menjadikan seseorang apa adanya orang tersebut. Jati diri dan
kepribadian seseorang terbentuk dan dikembangkan oleh orang-orang di
mana ia tumbuh bersama mereka. Semua orang bertumbuh menjadi
dewasa, dan semua orang tumbuh dewasa di suatu tempat dalam
lingkungan keluarga. Itu berarti keluarga berperan penting dalam
pembentukan seseorang. Ahli pendidikan moral, Robert Coles mengakui
bahwa keluarga merupakan lingkungan primer dalam membentuk
kecerdasan moral anak. Sebelum anak menerima pengaruh dari teman
sebaya dan guru di sekolah, ia sudah lebih dulu dibentuk ibu dan ayahnya,
serta dipengaruhi saudara maupun pengasuhnya.
Pasal 3
PRINSIP-PRINSIP ABSOLUT
PERNIKAHAN KRISTEN 1
“Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak
semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia”
(Matius 19:4-6)
1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 4 Agustus 2013.
jelas dan tegas dinyatakan oleh Kristus ketika Ia mengatakan, “Apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6).
Jadi Allah dari sejak semula menetapkan bahwa pernikahan sebagai ikatan
yang permanen, yang berakhir hanya ketika salah satu pasangannya
meninggal (bandingkan Roma 7:1-3; 1 Korintus 7:10-11). Paulus juga
menegaskan hal ini ketika ia berkata “Sebab seorang istri terikat oleh
hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada
suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia
menjadi istri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari
hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi istri laki-laki lain”
(Roma 7:2-3).
hormat pada suaminya. Karena sikap tunduk dari istri inilah yang
dibutuhkan pria (Efesus 5:33).
Pasal 4.
APAKAH YESUS
MENGIZINKAN PERCERAIAN ?1
1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015
Perlu diketahui bahwa pada saat itu ada tiga pandangan penafsiran
yang berbeda mengenai alasan perceraian. Ketiga pandangan tersebut
diuraikan dalam Talmud Misnah Gittin, sebagai berikut, “Dewan Shammai
mengatakan: Seorang tidak boleh menceraikan istrinya kecuali apabila ia
menemukannya tidak setia. Sebagaimana telah dikatakan dalam Ulangan
24:1, karena ia menemukan sesuatu yang tidak senonoh padanya. Dewan
Hillel mengatakan: Suami boleh saja menceraikan istrinya kalau sang istri
membuat makanan basi bagi suaminya karena telah dikatakan, bahwa
kenajisan merupakan persoalan yang serius. Sementara itu Rabi Akiba
mengatakan: Suami boleh menceraikan istrinya apabila ia menemukan
perempuan lain yang lebih cantik dari istrinya, karena telah dikatakan
Jadi pada saat itu ada tiga pandangan yang di pegang di antara para
rabi Yahudi tentang alasan perceraian berdasarkan penafsiran dari
Ulangan 24:1-4, yaitu: Pandangan Sammai, Hillel, dan Akiba. Pandangan
Sammai nampak lebih ketat ketimbang pandangan Hillel. Pandangan Hillel
jelas terlihat ceroboh dan dipaksakan. Sedangkan pandangan Akiba
nampaknya merupakan perluasan dari pandangan keteledoran Hillel.
Tetapi setidaknya, pandangan Hillel yang ceroboh dan pandangan Sammai
yang tegas memiliki pendapat yang sama, bahwa keduanya mensyaratkan
adanya suatu kesalahan pada sang istri yang membenarkan sang suami
menceraikannya. Sedangkan pandangan Akiba mengizinkan suami
menceraikan istrinya bukan karena istri melakukan sesuatu yang salah,
tetapi karena suami lebih tertarik kepada perempuan lain.
Jadi di dalam ayat Matius 19:9 tersebut Yesus dengan tegas tidak
memberikan kekecualiaan apapun yang memperbolehkan perceraian,
termasuk alasan percabulan yang diizinkan Musa untuk bercerai dalam
Ulangan 24:1 di PerjanjianLama. Disini Yesus menegaskan lagi tujuan dan
ketetapan Allah semula dalam pernikahan (Matius 19:6). Seperti yang telah
saya kemukakan di atas, bahwa frase “kecuali karena zinah” dalam Matius
19:9, merupakan kesalahan terjemahan dan tidak sesuai dengan maksud
aslinya. Frase tersebut tidak dapat dianggap sebagai perkataan Yesus
yang otentik karena penerjemahan telah memasukan kata yang tidak
pernah dimaksudkan oleh Yesus. John Stott dalam buku Isu-Isu Global
mengatakan bahwa Yesus mengizinkan perceraian dan perkawinan
kembali hanya dengan satu-satunya alasan, yaitu perbuatan zinah
(porneia). Menurut John Stott, ketentuan pengecualian (frase “kecuali
karena zinah”) tersebut harus diterima sebagai ungkapan otentik Yesus.
Tetapi hal tersebut telah dibantah oleh B. Ward Powerd dalam bukunya
yang berjudul Perceraian dan Perkawinan Kembali yang menyatakan
bahwa frase kekecualiaan tersebut bukan merupakan perkataan otentik
Kristus. Berikut ini rangkuman dari argumentasi-argumentasi saya yang
diadaptasi dari buku B. Ward Powers.
perzinahan itu saja yang dapat membatalkan rencana Allah yang semula
tentang perkawinan. Perzinahan adalah dosa dan mengatakan perzinahan
sebagai pembenaran untuk bercerai berarti bahwa dosa membenarkan
perceraian. Pertanyaannya: Mau dibawa ke mana pemikiran dan ajaran
yang salah seperti itu? Yesus dalam kesempatan lain mengatakan
demikian, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang
menajiskan orang” (Matius 15:19-20b). Disini Yesus menunjukkan
kesejajaran dosa perzinahan dengan dosa-dosa lainnya, yang bersumber
dari hati manusia yang telah menjadi keras. Ketika Yesus mengatakan
kepada orang-orang Farisi bahwa Musa “mengizinkan” perceraian tetapi
tidak pernah memerintahkannya, ia langsung memberikan alasan paling
mendasar mengapa terjadi perceraian. Menurut Kristus perceraian itu
diizinkan Musa karena “ketegaran hati” manusia (Matius 19:8; Bandingkan
Markus 5:10). Kata Yunani “ketegaran hati” adalah “sklerokardia” yang
lebih tepat diterjemahkan dengan “kekerasan hati”. Jadi mengapa orang
bercerai? Yesus menjawab dengan tegas karena kekerasan hati mereka.
Yesus tidak pernah sama sekali mengatakan orang boleh bercerai karena
perzinahan atau orang boleh bercerai kecuali karena zinah. Alasan
mengapa Allah sangat membenci perceraian adalah karena perceraian
merupakan satu kegagalan untuk memiliki sifat-sifat yang dikehendaki
standar Allah (Bandingkan: Maleakhi 2:16a). Perceraian merupakan suatu
serangan terhadap standar Allah, suatu upaya penghancuran dari
rencanaNya untuk pernikahan. Dengan demikian, tidaklah masuk akal jika
Yesus mengizinkan perceraian. Karena dalam naskah aslinya Yesus tidak
pernah sama sekali mengizinkan perceraian dengan alasan apapun,
termasuk alasan percabulan.
Pasal 5
MEMILIH PASANGAN HIDUP
DI DALAM TUHAN 1
1 Disampaikan dalam ibadah raya GBAP Bintang Fajar tanggal 31 Maret 2013.
Tetapi, akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa tersebut “citra”
Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk
dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Manusia
telah rusak total. Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual
pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah
diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Akibat
natur dosa itulah kita sekarang ini terus menggunakan kehendak bebas itu
untuk membuat kejahatan itu menjadi aktual (Markus 7:20-23). Walaupun
demikian, Allah tetap menghargai “kehendak bebas” yang diberikanNya
kepada manusia termasuk dalam hal memilih dan menentukan jodoh dalam
hidup pernikahannya.
Selain itu, kita harus peka terhadap pimpinan Roh Kudus, karena
Roh Kudus diberikan kepada kita untuk memimpin kita dalam setiap aspek
hidup kita. Tuhan Yesus berkata: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang
akan di utus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan
segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26). Tetapi, bagaimanakah cara
mengetahui bahwa Roh Kudus membimbing pillihan pikiran dan perasaan
kita? Ini masalah yang cukup rumit karena kita berbicara tentang informasi
Kita dapat meyakini bahwa Roh Kudus tidak akan pernah melanggar
perintah-perintah yang tercantum dalam Alkitab. Roh Kudus tidak akan
pernah memerintahkan kita menikah dengan orang yang tidak percaya
kepada Tuhan Yesus, juga Dia tidak pernah membimbing kita untuk
menikah demi uang, atau menuntun kita menikah dengan konflik yang
masih terjadi. Roh Kudus akan membimbing saat kita mempelajari Alkitab,
dan Dia akan memberi kepekaan akan apa yang baik atau salah dalam
suatu hubungan antar pribadi. Tanda di dalam diri kita yang diberikan Roh
Kudus pasti akan sejalan dengan kebenaran dan kebijaksanaan yang
saleh.
Apakah kriteria dan harapan kita terlalu tinggi atau terlalu rendah
dari yang disebutkan di atas? Sebagian orang mungkin mengharapkan
kesempurnaan sementara orang lain tidak. Masalah yang timbul dari daftar
seperti yang disebutkan di atas adalah tuntutan yang sama diberlakukan
kepada kita. Kita tidak dapat berharap seseorang menjadi sempurna, sama
seperti kita juga tidak sempurna. Jadi, berpijaklah pada kenyataan dan
hiduplah dalam realitas. Walaupun demikian, jangan pernah membuang
syarat-syarat mutlak (absolut), tetapi beri keleluasaan bagi pertumbuhan
karakter. Hal yang penting adalah apakah orang yang kita nikahi
menyembah Kristus dan mengizinkan Allah bekerja melalui hidupnya untuk
Pasal 6.
PERGAULAN :
MODIS ATAUKAH ETIS ?1
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman
dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20)
Kata “modis” adalah kata sifat dari kata “mode”. Mode adalah
penampilan atau bentuk gaya (style) terbaru pada suatu waktu. Mode juga
disebut trend. Jadi modis adalah kecenderungan mengikuti mode atau
trend tertentu pada suatu waktu. Sedangkan “etis” adalah kata sifat dari
kata “etika”. Etika adalah pengetahuan tentang nilai-nilai baik atau buruk,
benar atau salah, dan berhubungan dengan moralitas yang dijadikan
sebagai acuan, aturan, standar, atau norma yang berlaku. Jadi, etis adalah
hal-hal yang sesuai dengan etika, yaitu aturan, standar, atau norma yang
berlaku dalam kelompok atau masyarakat tertentu.
Apakah gaya hidup modern itu? Gaya hidup modern adalah cara
manusia saat ini dalam menjalani hidupnya dengan cara terbaru atau
terkini. Contoh: Dulu memasak menggunakan tungku dengan kayu dan api,
sekarang dengan kompor gas atau kompor listrik, dan lain-lain. Dulu, orang
yang yang berjauhan tepat berkomunikasi dengan menulis surat dan dikirim
via pos, saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan telpon, handphone,
webcam, dan televisi satelit. Saat ini inovasi dan kreasi dari kecanggihan
teknologi lebih cepat dari peradaban manapun sebelumnya, sehingga
3. Bagi kaum pria jangan melibatkan diri dalam situasi dan kegiatan
yang merangsang pikiran dan tindakan yang jahat atau bertentangan
dengan norma-norma masyarakat. Tetapi belajar mendisiplin dan
mengontrol diri dengan mengingat bahwa Tuhan menuntut kekudusan bagi
kaum pria juga. Alkitab menasihatkan “tetapi hendaklah kamu menjadi
kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”
(1 Petrus 1:15-16).
6. Harus menjaga lidah dan menjauhkan diri dari yang jahat. Ingat
selalu hukum emas kehidupan berikut, "Siapa yang mau mencintai hidup
dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang
jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus
menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari
perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju
kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka
yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang
berbuat jahat” (1 Petrus 3:10-12).
Pasal 7.
CINTA ATAUKAH NAFSU? 1
\
Penglihatan Berumah
Tertarik Tangga
Pendengaran
Panca
Pikiran Perasaan Suka / Senang
Indera Tunangan
Penciuman
Ingin Memiliki
Perabaan Pacaran
KUTUK
5. Cinta berbeda dari Nafsu. Cinta dan nafsu sering kali dianggap
sama dan membingungkan bagi beberapa orang. Kamus mendefinisikan
cinta sebagai “rasa suka, rasa tertarik atau perasaan sangat sayang”.
Sedangkan nafsu didefinisikan sebagai “dorongan yang kuat dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu; kecenderungan, keinginan, atau gairah yang
tidak baik”. Cinta berkonotasi positif, sedangkan nafsu berkonotasi negatif.
Bagaimana membedakan cinta dan nafsu? Sebagaimana dijelaskan di atas
tidak mudah membedakan cinta dan nafsu, tetapi seiring berjalannya waktu
cinta dan nafsu akan teruji. Cinta itu tahan uji, nafsu itu mudah pudar.
Karena itu di sini kata kunci yang diperlukan adalah sabar. Alkitab
mengatakan “kasih itu sabar” (2 Korintus 13:4).
sejati dalam suatu hubungan antara seorang pria dan wanita seharusnya
membawa sukacita bagi keduanya. Apa yang dirasakan oleh Amnon bukan
cinta sejati melainkan rasa tertarik yang berorientasi pada kegairahan
seksual karena kecantikan fisik dari Tamar. Bila dalam suatu hubungan “fall
in love”, yang dirasa dan didapat hanyalah perasaan kecewa berulang-
ulang, ada baiknya untuk bertanya, “apakah hubungan yang dijalani ini
berlandaskan cinta atau nafsu? Perhatikanlah akibat perbuatan Amnon
terhadap Tamar berikut ini: “Kemudian timbullah kebencian yang sangat
besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang
dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya.
Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!” Lalu berkatalah
gadis itu kepadanya: “Tidak kakakku, sebab menyuruh aku pergi adalah
lebih jahat dari pada apa yang telah kaulakukan kepadaku tadi.” Tetapi
Amnon tidak mau mendengarkan dia. Dipanggilnya orang muda yang
melayani dia, katanya: “Suruhlah perempuan ini pergi dari padaku dan
kuncilah pintu di belakangnya.” Gadis itu memakai baju kurung yang maha
indah; sebab demikianlah puteri-puteri raja yang masih perawan
berpakaikan baju kurung panjang. Kemudian pelayan itu menyuruh dia
keluar, lalu mengunci pintu di belakangnya. Lalu Tamar menaruh abu di
atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang maha indah yang
dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil
meratap dengan nyaring” (2 Samuel 13:14-19).
berhenti, tetapi hari demi hari terus tumbuh menjadi lebih indah. Kasih tidak
berkesudahan (1 Korintus 13:8), dan kasih tetap bertahan (1 Korintus
13:13). Frase Yunani “kasih tidak berkesudahan” dalam 1 Korintus 13:8
adalah ini “hê agapê oudepote ekpiptei” yang dapat diterjemahkan “kasih
sejati tidak pernah gagal; tidak pernah berhenti sampai kesudahannya”.
Bagaimana cara kita memperlakukan pasangan kita? Dan bagaimana cara
pasangan kita memperlakukan kita? Ini adalah cara termudah untuk
membedakan mana cinta, dan mana yang nafsu? Setelah merenggut
keperawanan Tamar dengan cara paksa, Amnon kemudian membenci
Tamar. Alkitab mengatakan, “Kemudian timbullah kebencian yang sangat
besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang
dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya.
Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!” (2 Samuel 13:15).
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan
pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang
yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa
memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik dan mulia.
Menjaga, menyayangi, memperhatikan, memberi rasa aman dan selalu
memberikan yang terbaik.
Pasal 8.
JODOH :
PILIHAN ATAUKAH TAKDIR 1
Salah satu hal terbaik yang diciptakan Tuhan pada manusia selaku
ciptaanNya ialah bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih.
Dengan kehendak bebas itu manusia dapat melayani Allah. Fakta bahwa
manusia menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah untuk
memberontak terhadap Tuhan tidak mengejutkanNya, karena Tuhan
Mahatahu. Tetapi, akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa tersebut
“citra” Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa
masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12).
Manusia telah rusak total (total depravity). Adam dan Hawa telah membuat
dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat
itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12;
1 Korintus 15:22). Kerusakan total bukanlah berarti: (1) bahwa setiap
Saya setuju bahwa untuk khasus Adam sebagai manusia pertama, jodoh
adalah takdir. Mengapa? Karena Hawa memang diberikan langsung oleh
Tuhan bagi Adam. Sedangkan bagi generasi berikutnya, jodoh adalah
pilihan yang seharusnya dipimpin oleh Tuhan, berdasarkan prinsip-prinsip
yang diberikanNya.
1. Belum cocok soal kriteria calon suami atau calon istri. Mungkin
saja kriteria dan harapan yang ditetapan sendiri terlalu tinggi. Sebagian
orang mungkin mengharapkan kesempurnaan sementara orang lain tidak.
Masalah yang timbul dari kriteria tinggi seperti yang disebutkan di atas,
adalah tuntutan yang sama diberlakukan juga kepada kita. Kita tidak dapat
berharap seseorang menjadi sempurna, sama seperti kita juga tidak
sempurna. Jadi, berpijaklah pada kenyataan dan hiduplah dalam realitas.
Walaupun demikian, jangan pernah membuang syarat-syarat mutlak
(absolut), tetapi beri keleluasaan bagi pertumbuhan karakter. Setiap orang
memiliki idealisme soal pasangan sehingga kriteria baku tidak ditemukan.
Ada yang menetapkan kriteria pada unsur kedewasaan, wajah, karier atau
materi, dan banyak hal lainnya. Jadi, anda perlu bertanya kepada diri
sendiri apakah kriteria itu masih perlu dipertahankan. Evaluasi kembali
kriteria anda soal calon pasangan apakah terlalu tinggi dan menuntut
kesempurnaan. Mintalah Tuhan memberikan hikmat dalam menetapkan
kriteria yang diinginkan.
3. Ada banyak yang menyerah serta memiliki citra diri yang rendah.
Sebagian merasa bahwa pada usia tertentu mereka sudah tidak laku.
Pandangan seperti itu sebenarnya sudah tidak berlaku lagi di dunia
modern. Usia bukanlah penghalang untuk menikah. Selain itu, Tuhan ingin
kita memiliki citra diri yang baik karena kita adalah ciptaanNya yang mulia
dan berharga. Janganlah merasa minder dan terpaku pada kekurangan.
Tunjukan kelebihan kita.
Pasal 9.
MAKNA BERPACARAN &
BERKENCAN 1
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
(Amsal 2:6).
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 6 September 2015.
dan Bekasi (Jatabek) tahun 2010 dengan jumlah sampel 3.006 responden
(usia di bawah 17 - 24 tahun) mengindikasikan sebanyak 20,9 % remaja
mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah sedangkan 38,7 %
remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah
menikah. Survei Komnas Anak (Data Maret 2007) di 12 Provinsi (4500
remaja sebagai responden) sebagai berikut: 93,7 % pernah berciuman
hingga petting (bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, 21,2
% remaja SMA pernah aborsi. Survey Synovate Research (data Maret
2009): 44% mengaku punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun; 16%
mengaku pengalaman seks di dapat di usia 13-15 tahun; tempat
melakukan seks: di rumah (40%), kamar kos (26%) dan hotel (26%).
dengan kata lain, semangat untuk mewarisi keteladanan ini telah semakin
memudar.
Perlu juga ditegaskan di sini bahwa pacaran itu tidak wajib, atau
dengan kata lain hal itu bukan keharusan melainkan permisif (diizinkan).
Jika seseorang sudah mencapai usia tertentu namun tidak punya pacar
atau tidak pernah pacaran, maka hal itu tidak perlu dirisaukan. Karena
seseorang bisa saja mendapat jodoh dan menikah tanpa harus melalui
proses berpacaran terlebih dahulu. Perlu juga dipahami bahwa pacaran
tidak menjamin kelanggengan suatu pernikahan yang akan dibangun
kemudian. Kelanggengan pernikahan merupakan hasil suatu proses yang
sangat ditentukan oleh sikap kedua pasangan. Karena itu meskipun tidak
pernah pacaran, tetapi jika dalam perjalanan pernikahannya keduanya
mau dan dapat bekerjasama dengan baik satu sama lain, dan terutama
menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan, maka kelanggengan itu akan
dapat dicapai. Sebaliknya meskipun melalui proses pacaran, tetapi ketika
masuk dalam pernikahan kedua pasangan tidak mau bekerjasama, saling
egois, dan menolak menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan, maka
kelanggengan pernikahan tidak akan terwujud dan jauh dari kebahagiaan.
pasangan hidup. Ini penting diingatkan kembali karena banyak orang yang
berpacaran hanya karena mengikuti “trend” atau takut disebut sebagai
“orang yang tidak laku”. Pertanyaannya, “apakah yang perlu dikenali dan
dijajaki selama masa berpacaran?
3. Jangan dibutakan oleh cinta. Cinta itu tidak buta. Cinta dapat
melihat dengan jelas. (Jika cinta itu buta, mengapa masih bisa
membedakan antara honda dan sepeda, antara emas asli dan imitasi).
Cinta itu perlu bersikap logis dan berpikir objektif. Jangan pernah mengikuti
filsafat dunia yang menyatakan bahwa cinta itu buta. Hal itu dapat
menyesatkan! Memang orang yang sedang jatuh cinta akan menganggap
pacarnya yang paling baik, paling setia, paling jujur, dan yang paling
perhatian. Hal itu terjadi berkaitan dengan perasaan dan keadaan
emosinya. Namun, Allah menciptakan manusia bukan hanya dengan
kemampuan merasa tetapi juga dengan kemampuan berpikir. Tetaplah
gunakan kemampuan berpikir ini juga ketika sedang jatuh cinta.
Pasal 10.
PERTUNANGAN :
PERSIAPAN MENUJU
PERNIKAHAN 1
“Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya,
bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum
mereka hidup sebagai suami isteri”
(Matius 1:18
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya 13 September 2015.
Asia Barat tanggungan tiap pihak keluarga ditentukan dalam suatu janji
pertunangan tertulis.
Alasan lain dari pentingnya masa pertunangan ialah: (1) Dari segi
risiko, pertunangan jauh lebih kecil risikonya. Karena masing-masing pihak
akan berusaha untuk menjaga dirinya dengan sebaik-baiknya. Jauh lebih
kecil risikonya, bukan berarti tidak ada. Karena itulah selain kedua calon
pasangan, maka melalui tahap pertunangan tersebut, orangtua kedua
pasangan berkewajiban untuk mengawal dan mengawasi keduanya sampai
menuju pernikahan. (2) Sejalan dengan hal tersebut di atas, dengan
bertunangan keduanya akan ada beban tanggung jawab moral kepada
keluarga dan masyarakat karena hubungan keduanya telah disaksikan oleh
keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hal tersebut akan menjadi
semacam pengontrol bagi kedua pasangan untuk menghindari hal-hal yang
tidak sepatutnya. Karena jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka
pihak keluarga dan masyarakat yang akan menyelesaikan nantinya dan
akan menuntut pertanggungjawaban secara moral.
depan setelah pernikahan, sehingga lebih efektif dan efisien; (3) Membuat
kedua pasangan lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan. Sebab
setelah pertunangan masyarakat terdekat tentu mengetahui tentang
hubungan kedua pasangan, sehingga keduanya tidak akan bertindak tidak
sepatutnya, sebab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hukuman secara
moral dan sosial dari masyarakatlah yang akan berlaku.
Pasal 11.
UPACARA PERNIKAHAN:
PINTU MASUK SEBUAH
RUMAH TANGGA 1
“Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus
ada di situ; Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu”
(Yohanes 2:1-2)
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 20 September 2015.
Karena itu, dapat dimaklumi bahwa tidak selalu semua hal berikut
dilaksanakan dalam setiap pernikahan.
tidak seorang pun selain saya akan menutupi kau”. Ayat-ayat Alkitab di
atas menggambarkan bahwa kebiasaan kedua yang diikuti.
komitmen kesetiaan untuk seumur hidup (Matius 19:6); dan (5) Pernikahan
merupakan suatu kovenan yang bersifat mengikat (Matius 19:5).
Penting untuk memahami arti dari janji setia yang diikrarkan dalam
upacara pernikahan. Salah satu definisi janji setia yang diterjemahkan dari
kamus Webster adalah “sebuah janji atau ikrar serius yang mengikat
seseorang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu”.
Kewajiban, janji, atau ikrar terkandung dalam janji setia pernikahan.
Pernikahan menurut firman Tuhan adalah persetujuan untuk membina
hubungan persahabatan dan persekutuan. Perjanjian adalah kontrak paling
mengikat dalam Alkitab sebagaimana disebutkan dalam Bilangan 30:2
demikian, “Apabila seorang laki-laki bernazar atau bersumpah kepada
TUHAN, sehingga ia mengikat dirinya kepada suatu janji, maka janganlah
ia melanggar perkataannya itu; haruslah ia berbuat tepat seperti yang
diucapkannya”. Karena pernikahan adalah suatu perjanjian (covenant)
yang sangat mengikat pada suatu peristiwa di mana Allah menjadi
saksinya, maka “apa yang telah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan
oleh manusia” (Markus 10:19). Allahlah yang mengadakan pernikahan dan
Kumpul kebo terjadi ketika seorang pria dan wanita hidup bersama
di dalam satu rumah layaknya suami istri tetapi tanpa ikatan pernikahan
(dengan cara membuat suatu perjanjian melalui suatu upacara
pernikahan). R. Paul Stevens dalam artikelnya Cohabating menjelaskan
bahwa “Riset menyatakan bahwa pasangan-pasangan yang telah hidup
bersama sebelum menikah, apabila dibandingkan dengan pasangan-
apasangan yang belum pernah hidup bersama, menunjukkan tingkat
ketidakpastian dan keagresifan yang lebih tinggi. Mereka juga
menunjukkan tingkat upaya yang lebih rendah untuk menjauhkan diri
konflik, mengusahakan pernikahan yang memuaskan, dan saling berbagi
dengan pasangan. Selain itu, pasangan yang hidup bersama sebelum
menikah, biasanya merasa sudah siap untuk menikah. Karena itu mereka
menolak bimbingan pranikah (katekisasi) di gereja. Padahal sebaliknya,
mereka sangat membutuhkan bimbingan pranikah sebagaimana pasangan
lain yang menjalin hubungan melalui proses berpacaran (persahabatan)
dan proses bertunangan. Apalagi terbukti mereka telah melakukan hal yang
salah (dosa percabulan) dengan hidup bersama sebelum menikah. Ini
menunjukkan bahwa mereka benar-benar membutuhkan bimbingan dan
konseling pernikahan.
Pasal 12.
PERUBAHAN SETELAH
UPACARA PERNIKAHAN 1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 17 Maret 2013.
Allah kita melihat bahwa yang dibutuhkan suami adalah penghormatan dan
perhargaan dari istrinya, Sedang bagi istri yang dibutuhkan adalah
perhatian dan kasih sayang dari suaminya. Dan kebutuhan ini seharusnya
bisa diperoleh dari pasangan masing-masing.
Jadi pernyataan rasul Paulus tentang bentuk relasi antara suami dan
istri, sesuai Efesus 5:22-23 dan Kolose 3:18-19, dapat diringkas sebagai
berikut, “suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya;
sedangkan istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal”. Istri
tunduk kepada suami bukan didorong oleh rasa takut tetapi oleh rasa
hormat. Suami diperintahkan untuk mengasihi istri sama seperti Kristus
mengasihi jemaat. Kasih Kristus kepada jemaat adalah kasih yang penuh
pengorbanan. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya dengan kasih
yang penuh pengorbanan.
Karena itu, suami dan istri perlu sehati dalam arah dan tujuan
pernikahan dengan memfokuskan pernikahan mereka agar tetap langgeng
dan bahagia. Ada tiga hal yang perlu dikembangkan suami dan istri secara
terus menerus, yaitu: (1) Saling memberi kebahagiaan dengan cara berkata
dan bertindak yang dapat membuat pasangan bahagia; (2) Menghadirkan
kepuasan bagi pasangan dengan membuat hidup pasangan menjadi
berarti; dan (3) Menghayati makna “kesatuan yang komplementer” dan
menjadi lengkap dengan saling melengkapi satu sama lain. Allah selalu
membuat yang baik dan menginginkan yang terbaik (bandingkan Yakobus
1:17). Dia ciptakan semua dalam kondisi baik, Dia ciptakan Adam sungguh
amat baik; Ketika Adam sendirian Tuhan melihat tidak baik, sehingga Ia
ciptakan Hawa (Kejadian 2:18-24). Demikian pula dalam pernikahan, suami
dan istri menempatkan semua yang terbaik dan membahagiakan pasangan
di atas segalanya. Berusahalah untuk membuat istri atau suami menjadi
bahagia. Rasul Paulus mengingatkan,: “Hendaklah kamu saling mengasihi
sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat” (Roma
12:10).
Pernikahan akan membawa suami dan istri pada relasi yang lebih
luas. Pernikahan tidak hanya menyatukan pria dan wanita tetapi juga
baik suami maupun istri, perlu memangkas dari jadwal mereka hal-hal yang
kurang bermanfaat yang dapat menghilangkan kebersamaan mereka. Ini
juga berarti suami dan istri perlu memberi batasan terhadap pergaulan,
hobi, dan kesenangannya sendiri. Mereka perlu meluangkan waktu lebih
banyak untuk saling memahami, memberi dan memerima satu dengan
yang lain. Hal ini dilakukan mengingat pernikahan menyatukan dua pribadi
yang berbeda. Pria dan wanita memiliki kodrat yang tidak sama baik secara
fisik, perasaan, maupun perilaku. Ditambah lagi perbedaan dalam
kebiasaan, adat istiadat, budaya, pendidikan, sikap dan pembawaan.
Pasal 13.
SEKS BAGI SUAMI DAN ISTRI
DALAM PERNIKAHAN1
Pertemuan antara sperma dan sel telur, atau sel telur yang dibuahi
inilah yang akan menjadi cikal bakal embrio seorang manusia. Agar sperma
dapat bertemu dengan sel telur maka cara yang dirancang oleh Pencipta
adalah melalui hubungan seksual. Allah telah membuat organ reproduksi
dan kelengkapannya bagi manusia sehingga dapat melakukan
persetubuhan atau bersenggama (dalam konteks pernikahan) untuk
mendapatkan keturunan (prokreasi). Istilah yang digunakan dalam Alkitab
adalah frase “satu daging” (Kejadian 2:24). Jadi dalam pernikahan seorang
laki-laki tidak hanya “meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015
tidur”. Jadi kata Yunani “koite” mengandung makna yang mengacu kepada
hubungan yang dinikmati oleh pasangan suami istri di tempat tidur yang
mereka tinggali bersama. Dari sinilah kita mendapati kata “koitus” yang
berarti persetubuhan atau bersenggama di tempat tidur. Berdasarkan arti
kata ini maka menurut Tim LaHaye Ibrani 13:4 dapat diterjemahkan
sebagai berikut, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap koitus di
dalam perkawinan dan janganlah kamu mencemarkannya”. Sepasang
suami istri yang mengadakan koitus menggunakan kesempatan untuk
menikmati hak istimewa yang merupakan karunia Allah.
bahwa “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).
Saat laki-laki “seorang diri saja” maka Allah menyatakan bahwa keadaan ini
“tidak baik”. Jadi Allah memutuskan untuk menciptakan “ezer kenegdo”
atau “seorang penolong”, yaitu seorang penolong yang sepadan atau
seorang yang sepadan dengannya. Allah melihat bahwa manusia (Adam)
tidak lengkap ketika ia sendirian di Taman Eden yang luas itu, meskipun
sebenarnya ia hidup di dalam taman yang paling indah dan dikelilingi oleh
berbagai macam binatang jinak, tetapi ia tidak memiliki teman yang sejenis
dengan dirinya sendiri. Singkat cerita, Allah kemudian menciptakan
seorang perempuan (Hawa) yang diambilNya dari rusuk Adam, dengan
cara yang kreatif dan supranatural, seorang yang benar-benar serupa
(sejenis) dengan Adam. Lalu Allah memberikan perempuan itu kepada
Adam. Bagaimana reaksi Adam terhadap pemberian Allah ini? Dengan
senangnya ia berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki”
(Kejadian 2:23).
Hikmat dari penulis kitab Amsal ini memberikan dua hal, yaitu:
(1) Menangani hasrat seks yang ada di dalam diri seorang pria dan
menjauhkan dirinya dari penggunaan dengan cara yang tidak semestinya;
(2) Agar menikmati penggunaan yang sah dari hasrat seksual tersebut
seumur hidup, yakni melalui persetubuhan yang wajar sehat dan di dalam
pernikahan. Karena itu Amsal 5:18-19 membicarakan pengetahuan, bahwa
cinta pasangan suami istri dalam pernikahan yang nikmat dan memuaskan
merupakan jalan hikmat dan rancangan Tuhan bagi kebahagiaan mereka.
Suami dan istri memiliki sudut pandangan yang berbeda tentang arti
dari hubungan seksual. Sebagian dari ketidakbahagian dan kegagalan
dalam pernikahan disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai perbedaan
ke dalam tubuh istri yang dikasihinya. Hal ini merupakan pengalaman yang
luar biasa menyenangkan bagi seorang pria.
Pasal 14.
MEMELIHARA
RUMAH TANGGA (1) 1
“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal
budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan
temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran”
(Amsal 24:30-32).
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 12 April 2015
Kisah tentang ladang dan kebun anggur yang tidak diterawat dalam
Amsal 24:30,33-34 di atas, bagi Salomo tidak berakhir begitu saja. Kita
menemukan bagaimana perspektif Salomo ketika melihat ladang dan
kebun anggur itu, Ia mengatakan, “Aku memandangnya, aku
memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran” (Amsal
24:32). Sebagaimana Salomo dapat menarik suatu pelajaran hanya
dengan melihat dan memperhatikan keadaan ladang dan kebun anggur
yang tidak terawat itu, demikian juga kita dapat mengambil hikmat dari
pelajaran tersebut khususnya yang dihubungkan dengan memelihara
rumah tangga.
bukan hanya menjadi tanggung jawab sang istri. Sang suami pun harus ikut
memikul tanggung jawab yang sama. Bersama-sama mereka harus
memelihara rumah tangganya dalam pertolongan, anugerah dan kasih
Tuhan.
rumah yang kokoh di atas batu karang. Sedangkan bila tidak didasari
firman Tuhan digambar seperti membangun rumah di atas pasir yang
mudah roboh. Dengan dasar firman Tuhanlah, suami dan istri membentuk
keluarga (rumah tangga) melalui pernikahan. Jadi, Tuhan telah
memberikan firmanNya, yaitu Alkitab sebagai pedoman yang paling tepat
bagi pernikahan dan rumah tangga Kristen agar berhasil (berbahagia)
seperti yang Tuhan rencanakan.
Karena kita mengakui Allah sebagai Pencipta kita, maka kita juga
harus mengakui bahwa Dia mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa
tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaanNya, karena Dialah Sang
Pencipta dan Tuhan. Karena Dia yang menciptakan kita maka kita yakin
bahwa Dia mengetahui keadaan kita sampai yang sekecil-sekecil
(Bandingkan Matius 10:29-30). Karena Dia mengetahui dengan tepat
kebutuhan kita, dan ketika Ia memberikan sebuah buku pedoman (petujuk
manual), yaitu Alkitab bagi kita, maka kita dapat percaya kepada apa yang
dikatakan Alkitab kepada kita. Sebagai contoh: Apabila kita membeli
sebuah mobil, kita akan menerima sebuah buku petunjuk manual yang
diterbitkan oleh pabrik yang membuat mobil tersebut. Kita dapat yakin
sepenuh bahwa petunjuk-petunjuk yang tertulis dalam buku itu adalah
tepat. Misalnya, jika buku itu mengharuskan pemakaian bensin sebagai
bahan bakar mobil, maka kita tidak dapat bertindak sekehendak hati kita
dengan mengisi solar sebagai penggantinya. Jika kita memaksa mengisi
bahan bakar solar maka cepat atau lambat mobil akan mogok atau
mengalami masalah. Demikian juga dengan kita, Allah yang menciptakan
kita telah memberikan firmanNya bagi kita, jika kita mengabaikan petunjuk-
petunjuk dalam firmanNya, maka cepat atau lambat hidup kita akan
mengalami masalah bahkan “kematian”.
otoritas dan melawan otoritas. Sikap ini kita sebut sebagai reaksi yang
salah terhadap otoritas. Penyalahgunaan otoritas terjadi saat seseorang
menggunakan kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan yang salah;
atau saat ia bertindak sewenang-wenang terhadap yang seharusnya
dipimpin dan diayomi. Sedangkan melawan otoritas dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu: egoisme dan pemberontakan. Egoisme adalah sikap
mementingkan diri sendiri, sulit diatur dan tidak mengikuti aturan, lebih
mengutamakan perasaan dan keinginan sendiri; Sedangkan
pemberontakan yaitu sikap konfrotasi terhadap otoritas yang disebabkan
berbagai hal seperti kekecewaan dan atau ketidakpuasan terhadap
otoritas, sehingga menghasilkan gosip, penghakiman dan konflik yang tak
terselesaikan.
Pasal 15.
MEMELIHARA
RUMAH TANGGA (2) 1
“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal
budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan
temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran”
(Amsal 24:30-32).
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 12 April 2015
Cinta dalam banyak budaya masyarakat kita saat ini telah dianggap
sebagai sesuatu yang pasif dan hanya dihubungkan dengan perasaan
(emosi) saja. Misalnya, seorang pria jatuh cinta dengan seorang wanita
dianggap sebagai perasaan alamiah dan datang dengan sendirinya tanpa
perlu diupayakan. Dengan kata lain, kita tidak perlu memutuskan untuk
jatuh cinta, perasaan itu akan datang dengan sendirinya. Perasaan cinta ini
mendorong pria itu untuk memiliki si wanita, karena ia berpikir telah
menemukan “cinta sejatinya”. Ternyata, 6 bulan setelah menikah mereka
bercerai. Berbeda dengan konsep masyarakat saat ini yang mengajarkan
kasih sebagai sesuatu yang pasif dan alamiah, Kitab Suci kita justru
mengajarkan kasih dengan istilah yang lebih aktif. Konsep kasih lebih
berfungsi sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Kasih merupakan
suatu tugas, yaitu suatu tindakan yang harus dinyatakan. Allah
memerintahkan kita untuk mengasihi, di satu sisi kita menyatakan
perasaan (afeksi) kasih, di lain sisi kita harus bertindak dalam kasih.
1. Penerapan kasih dalam relasi suami dan istri. Suami dan istri
dalam relasinya satu dengan yang lain harus memiliki kasih agape, eros
dan philio. Ketiga jenis kasih itu harus dibagikan oleh suami dan istri
kepada pasangannya masing-masing. Secara praktis ketiga jenis kasih itu
diterapkan demikian: (1) Dengan kasih agape, suami dan istri dapat
mengasihi dengan tulus, dari hati yang peduli satu sama lainnya, dan tidak
mementingkan diri sendiri (bandingkan 1 Korintus 13). (2) Dengan kasih
eros, suami dan istri dapat saling menunjukkan daya tarik seksual dan
hubungan seks dengan rutin dan dan menikmati hubungan seks tersebut
akan lebih sehat secara fisik dan psikologis, dan ini akhirnya membawa
rumah tangga mereka menuju kebahagiaan.
BAHASA KASIH
“bahasa kasih” dan menjelaskan bahwa setiap orang pasti memiliki satu
bahasa kasih yang utama atau yang dominan: (1) Words Of Affirmation
(Kata-kata Pendukung); (2) Quality Time (Waktu Berkualitas); (3) Receiving
Gifts (Menerima Hadiah-hadiah); (4) Acts of Service (Tindakan-tindakan
Pelayanan); (5) Physical Touch (Sentuhan Fisik)
1. Tujuh sifat pria yang tidak disukai wanita. Berikut ini adalah
hasil survey sebuah harian mengenai sifat pria yang tidak disukai oleh
wanita, yaitu: (1) Pelit dan perhitungan, yaitu tipe pria yang pelit dan penuh
perhitungan untuk memenuhi standar pasangannya; (2) Kasar, yaitu tipe
pria yang suka memanfaatkan kekuataan fisiknya untuk berlaku kasar
terhadap pasangannya dengan main pukul dan tendang.; (3) Tidak setia,
yaitu tipe pria yang pandai berbohong dan berakting karena ia menjalin
hubungan gelap dengan wanita lain, alias selingkuh; (4) Bodoh, yaitu tipe
pria yang tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada, bahkan ia terlihat
seperti orang bodoh dan kekanak-kanakan; (5) Tidak tegas, yaitu tipe pria
yang tidak bisa menunjukkan ketegasan, ia hanya ikut arus saja, tidak
punya prinsip di dalam hidupnya; (6) Egois, yaitu tipe pria yang hanya
memikirkan dirinya sendiri, mau menang sendiri, dan enak sendiri;
(7) Pemalas, yaitu tipe pria yang malas bekerja, maunya hanya hidup enak
dan menggantungkan hidupnya pada orang lain.
2. Tujuh sifat wanita yang tidak disukai pria. Berikut ini adalah
hasil survey sebuah harian mengenai sifat wanita yang tidak disukai oleh
pria, yaitu: (1) Cerewet, yaitu tipe wanita yang biasanya banyak omong,
suka mencela, ngomel, tidak tahu berterima kasih dan bersyukur;
(2) Curiga yang berlebihan, yaitu tipe wanita yang selalu mempunyai
dugaan yang negatif terhadap kesetiaan pasangaannya dan selalu
mempersoalkannya; (3) Malas, yaitu tipe wanita yang biasanya tidak mau
peduli terhadap urusan rumah tangga, maunya semuanya diserahkan
kepada pembantu; jika tidak ada pembantu kepada suaminya; (4) Bodoh,
yaitu tipe wanita yang tidak bisa (atau tidak mau) mengimbangi kemajuan
suami, ”tidak nyambung” jika diajak bicara hal-hal yang sedang menjadi
pembicaraan; (5) Suka mengatur-atur, yaitu tipe wanita yang mau
mengatur segala-galanya hingga hal-hal yang kecil sekalipun, bahkan pada
umumnya mau mengatur uang harian suami; (6) Suka gosip, yaitu tipe
wanita yang tidak betah di rumah, lebih senang menghabiskan waktu
berkumpul bersama ibu-ibu lainnya dengan melupakan tugas dan tanggung
jawabnya di rumah; (7) Suka membandingkan, yaitu tipe wanita yang
seperti ini biasanya membandingkan keberadaan keluarganya atau sifat
suaminyan dengan orang lain.
3. Tujuh sifat anak yang memedihkan hati orang tua. Berikut ini
adalah hasil survey sebuah harian mengenai sifat anak yang memedihkan
hati orang tua, yaitu: (1) Malas membantu orang tua. Anak seperti ini
biasanya tangannya terlalu berat untuk membantu meringankan beban
orang tua, walaupun hanya berupa menyapu, atau cuci piring, atau yang
lainnya; (2) Tidak mau belajar. Anak seperti ini biasanya malas untuk
mengulangi pelajaran yang telah diberikan di sekolah dan membuat PR
sehingga selalu mendapat nilai yang jelek; (3) Senang keluar rumah dan
kelayapan. Anak seperti ini biasanya sepulang sekolah langsung hilang
dari rumah, pergi bermain ke tempat kawan-kawan hingga sore atau
petang hari; lupa makan dan tidak pamit dengan orang tua; (4) Maunya
main saja. Anak seperti ini biasanya yang diutamakannya main, entah itu
game di komputer, di handphone, atau pun permainan di lapangan atau di
luar rumah; (5) Cengeng dan cerewet. Anak seperti ini biasanya cepat
sekali mengeluarkan air mata. Ditegur sedikit sudah nangis, disuruh cepat
juga nangis, dan lainnya; (6) Keras kepala. Anak seperti ini biasanya tidak
memperhatikan nasihat orang tua; tidak perduli apa yang dikatakan orang
tua; (7) Suka melawan. Anak seperti ini biasanya diberi nasihat malah
membantah, membalas dengan marah-marah, mengolok, dan melawan jika
disuruh melakukan sesuatu.
Pasal 16.
KEHIDUPAN BERSAMA
DALAM KELUARGA 1
1 Khotbah Ibadah Ucapan Sukur Ulang Tahun Pernikahan Perak (25 tahun) Bp.
Yuman & Ny. Srititimurni di Taniran, 27 Juli 2013.
bahwa Yusuf berasal dari keluarga dan keturunan (patria) Daud, yaitu garis
keturunannya secara biologis. Kisah Para Rasul 3:25 juga menggunakan
istilah ini untuk menerjemahkan janji Allah kepada Abraham. Dijanjikan
bahwa semua bangsa (patria) di muka bumi akan diberkati. Paulus di
dalam Efesus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang
dari padaNya semua turunan (patria) yang di dalam sorga dan di atas bumi
menerima namaNya” (Efesus 3:14-15).
dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan “keluarga batih”, yaitu keluarga
kecil atau keluarga inti. Selain keluarga batih atau keluarga inti, ada juga
yang disebut “keluarga gabungan”, atau keluarga besar, yaitu persekutuan
hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak serta kakek, nenek, paman dan
bibi, dan lain-lain. Mereka berasal dari hubungan keluarga (kekerabatan)
suami maupun istri. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah
sendiri yakni keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami
Hawa, sekaligus ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam
sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak
dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah.
PENTINGNYA KELUARGA
Dari catatan sejarah di atas, kita dapat melihat tingginya nilai yang
diletakkan orang Yahudi terhadap Kitab Suci, khususnya hukum Taurat
yang diajarkan oleh Musa. Hukum Taurat inilah yang diajarkan oleh orang-
orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Kita juga dapat yakin, itulah yang dialami oleh Yesus
dalam kemanusiaan; Yesus yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
dan tradisi Yahudi. Karena dikalangan keluarga-keluarga Yahudi begitu
mementing nilai pendidikan, maka Yesus pastilah terdidik dalam keluarga
yang demikian. Jadi, Tuhan memandang pentingnya keluarga, sehingga
selalu ditekankan berulang-ulang dalam Akitab, baik di dalam Perjanjian
Lama dan Baru, kita dapat temukan banyak petunjuk untuk kehidupan
berkeluarga.
kita terlebih dahulu. Dengan cara apa Tuhan berbuat baik kepada
manusia? (1) Karena Tuhan telah menciptakan alam semesta untuk
dikelola manusia; (2) Karena Tuhan telah mencipta dan memberi
kehidupan kepada kita; (3) Karena Tuhan telah menebus kita dari kuasa
dosa; (4) Karena Tuhan telah menyediakan kehidupan yang kekal untuk
kita. Demikianlah perbuatan baik Tuhan yang Ia berikan kepada manusia.
Hal inilah yang menyebabkan setiap anggota keluarga Kristen wajib
berbuat baik dan menjadi teladan dalam hal perbuatan baik ini.
tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”
(1 Korintus 9:24-27).
Pasal 17.
BERKAT BAGI KELUARGA 1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 22 Oktober 2014 &
Artikel yang dimuat di Koran Kalteng Pos.
PENTINGNYA BERKAT
Dalam Alkitab, secara umum ada dua cara pemberian berkat, yaitu
dengan kata-kata dan sentuhan. Kata-kata adalah berkat yang diucapkan;
sedangkan sentuhan adalah berkat yang dinyatakan. Seringkali, berkat
diucapkan disertai dengan sentuhan (Kejadian 27:27-29; 48:15-22). Dalam
tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu
juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Galatia
3:13-14, 26-29).
Kita tak pernah tahu keadaan di depan kita, tetapi kita dapat
mempercayakan kehidupan kita dan masa depan anak-anak kita kepada
Tuhan karena Dia menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil. Kita
dapat mempercayai dan mengandalkan Tuhan dan janjiNya.
Pasal 18.
KELUARGA YANG
BERIBADAH KEPADA ALLAH1
“sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus
ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah
beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada
TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN,
pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya
nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori
yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:14-15)
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya 7 April 2013 & Artikel
yang dimuat di Koran Kalteng Pos
Takut akan Tuhan memiliki dua aspek: yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Secara positif, takut akan Tuhan muncul dalam bentuk
penghormatan kepadaNya. Ini adalah kekaguman pada keindahan
kekudusan yang mutlak dari Tuhan. Di dalamnya tercakup rasa hormat dan
pemujaan yang menghasilkan rasa takut ketika berhadapan dengan sosok
yang termulia. Secara negatif, takut akan Tuhan merupakan rasa takut
terhadap apa yang tidak disukai Tuhan. Iman sejati mengakui kedaulatan
Tuhan untuk menegur, menghukum, menghakimi. Karena itu, di hadapan
Tuhan, hikmat yang benar bergetar dengan takut dan gentar yang kudus,
sehat dan penuh pengertian.
2. Ibadah Kepada Allah Harus Berasal Dari Hati Yang Tulus Iklas.
IBADAH KELUARGA
keluarganya agar setia beribadah kepada Tuhan yang hidup, yang sudah
menyelamatkan, memelihara, dan memberkati hidupnya.
dipimpin oleh ayah, ibu, atau bergiliran. Perlu ada pokok-pokok doa yang
tetap, namun perlu juga mendoakan pokok-pokok doa yang khusus
diusulkan oleh anggota keluarga untuk didoakan. Perlu juga mencatat
daftar pokok doa untuk mengetahui bila yang didoakan sudah terlaksana
atau terjawab. (6) Yang memimpin mezbah keluarga adalah ayah, dan
diganti oleh ibu bila ayah tidak ada. Karena itu, ayah atau ibu perlu
bertanya kepada anak-anak atau anggota keluarga lainnya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti. Jika mengalami kesulitan, dapat bertanya
kepada pendeta atau gembala, atau hamba Tuhan yang dapat memberi
penjelasan dan bimbingan.
paktik kesalehan yang dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas
penting dalam kehidupan” Selanjutnya Yosephus juga mengatakan
“(Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya
dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.
Jadi orangtua adalah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi
anak-anaknya. Tanggung jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru
di sekolah maupun guru sekolah minggu karena waktu yang mereka miliki
untuk bergaul dengan anak-anak di sekolah maupun di gereja jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua. Itu
sebabnya, penting bagi setiap keluarga untuk membangun ibadah keluarga
setiap hari. Waktu sekitar 15 menit yang disisihkan untuk hal pujian, doa,
dan membaca firman Tuhan dalam mezbah keluarga merupakan hal yang
sangat berharga. Jika hal ini dilakukan, keluarga itu tidak hanya akan
bertambah kokoh, berkat Allah pun akan turun semakin melimpah.
Pada zaman Perjanjian Baru Bait Suci dan Sinagoge tetap diikuti.
Tuhan Yesus sendiri turut ambil bagian dalam kedua rumah ibadat itu
(Markus 1:21; 12:35-37). Ia tidak menolak ibadah tradisional, tetapi Ia
menentang hukum-hukum ritual selama hukum itu hanya diikuti secara
formalitas. Dalam ajaranNya Ia selalu menekankan bahwa kasih kepada
Allah adalah ibadah yang sesungguhnya. Ia meletakkan hukum kasih di
atas kebiasaan Sabat dan Korban (Matius 5:23,24; 12:7,8; Markus 7:1-13).
Dengan demikian ibadah yang sebenarnya adalah suatu pelayanan yang
dipersembahkan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci,
tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama (Matius 5:23; Lukas
10:25; Yohanes 4:20-24).
Hidup setiap orang Kristen juga harus menjadi ibadah, yakni menjadi
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah
(Roma 1:1). Itu berarti bahwa orang Kristen harus menyadari bahwa
tubuhnya adalah Bait Roh Kudus sehingga ia dapat melayani Allah, baik
dengan pikirannya, rohnya, maupun dengan tubuhnya. Ibadah yang sejati
adalah mempersembahkan tubuh kepada Allah dan semua yang
dikerjakannya setiap hari. Dan hal itu dapat terjadi apabila hidup orang-
orang percaya berubah oleh pembaharuan budi (Roma 12:2), yakni dengan
kehidupan yang berpusat pada Kristus. Jadi, ibadah adalah identitas gereja
atau orang percaya yang menunjukkan ketinggian spiritual disertai
ungkapan pujian dan syukur kepada Allah.
Pasal 19.
MENDIDIK ANAK
SESUAI FIRMAN TUHAN 1
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
(Amsal 2:6).
“.. tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4b)
1 Khotbah ibadah raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 24 Januari 2015.
orangtua sakit kronis dan tidak dapat disembuhkan, mereka mandi dengan
darah anaknya untuk memperoleh kesembuhan. Tetapi tidak demikian
halnya bagi orang Kristen. Tanggung jawab mendidik anak didasarkan
pada hikmat Tuhan yang dinyatakan di dalam Alkitab.
anak-anak mereka, terutama tentang cara hidup yang baik dan takut akan
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orangtua yang menyuruh
anak-anaknya rajin beribadah, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Ada orangtua yang menasihati supaya anak-anaknya banyak berdoa, tetapi
ia sendiri tidak pernah berdoa. Itu namanya gambar yang mati, hanya bisa
dilihat, tetapi tidak bisa ditiru dan dirasakan. Karena itu biarkanlah anak-
anak dalam kehidupan sehari-hari melihat teladan dan cara hidup orangtua.
Namun tugas mendidik anak bukanlah hal yang mudah, hal itu
membutuhkan perhatian yang saksama. Karena itulah kita membutuhkan
dasar yang kuat dalam hal mendidik anak. Dasar itu adalah firman Tuhan,
yaitu Alkitab (Matius 7:27). Alkitab tidak hanya menuntun seseorang
kepada keselamatan tetapi juga bermanfaat untuk mendidik orang dalam
kebenaran dan memperlengkapinya untuk setiap perbuatan baik
(2 Timotius 3:15-17). Wayne Grudem dalam bukunya Kebenaran Yang
Memerdekakan mengatakan, “Di dalam Kitab Suci sajalah kita mencari
firman Allah bagi kita. Kita perlu merasa puas dengan apa yang kita
temukan di sana. Kecukupan Kitab Suci seharusnya mendorong kita untuk
menyelidiki Alkitab secara menyeluruh, untuk menemukan apa yang Allah
kehendaki dalam kita memikirkan suatu masalah tertentu atau apa yang
harus kita lakukan dalam situasi tertentu”. Jadi meskipun Alkitab bukanlah
buku khusus yang ditulis sebagai pedoman membesarkan dan mendidik
anak, namun di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak saran yang
praktis tentang pokok persoalan ini. Di dalam Alkitab kita dapat
menemukan banyak nasihat mengenai mendidik anak dengan cara
seimbang menurut hikmat Allah. Dan telah terbukti, ada banyak orangtua
Kristen yang menerapkan nasihat Alkitab tentang mendidik anak telah
kehendakNya. Jika hal itu terjadi, pastilah anak-anak tidak akan marah dan
memberontak, sebaliknya mereka akan taat dan menghormati orangtua.
Dengan demikian ketika rasul Paulus mengatakan agar orangtua mendidik
anak “dalam disiplin dan ajaran Tuhan”, maka yang ia maksudkan adalah
agar orangtua mendidik dalam perkataan (nothesia) dan tindakan (paidei)
sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah pondasi utama bagi para orangtua
di dalam mendidik anak-anak mereka.
melindungi anak-anak dari pengaruh jahat yang datang dari luar. Orangtua
juga harus melatih anak-anak untuk bertindak bijaksana dan dapat
membedakan yang benar dan yang salah. Orangtua harus mengajar anak-
anak mereka bagaimana menyimpan pemikiran yang sehat. Dengan
menanamkan ke dalam pikiran mereka kebenaran, kebaikan, kesetiaan,
kejujuran, dan lainnya. Semua itu merupakan bagian dari pengajaran bagi
anak-anak kita untuk menjaga pikiran mereka. (Filipi 4:8).
berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2 Timotius 2:22). Di sini
rasul Paulus berbicara mengenai nafsu orang muda. Orangtua yang
bijaksana akan menyadari bahwa semua remaja mengembangkan hasrat
yang kuat yang dapat memimpin mereka pada tragedi kecuali mereka
belajar mengendalikan nafsu mereka. Ajarlah anak-anak bahwa satu-
satunya tempat yang tepat menemukan kepuasan bagi hasrat seksualnya
adalah pada pasangan hidupnya sendiri (suami atau istri mereka, bila
mereka menikah nanti). Ajarkanlah hal ini kepada anak-anak, baik melalui
perilaku maupun perintah yang jelas. Orangtua perlu menujukkan kepada
anak-anak mengenai hal ini dengan cara mereka memperlakukan
pasangan dan melalui ucapan mereka satu sama lain bahwa kepuasan
yang sesungguhnya hanya ditemukan di dalam perjanjian pernikahan.
dalam memenuhi kebutuhan anak seperti yang telah di desain Allah. Akibat
tidak terpenuhi kebutuhan itu, anak mencari upayanya sendiri dan
seterusnya terbentuklah watak yang menjadi ciri khasnya. Karena itulah
berikut ini akan diuraikan kebutuhan dasar anak yang perlu dipikirkan,
diperhatikan, bahkan dipenuhi orangtua. Jika tidak, orangtua akan menuai
hasil yang tidak diharapkan. Seperti apa yang dikatakan firman Tuhan
bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7-8).
Kebutuhan-kebutuhan dasar anak itu yang perlu diperhatikan dan bahkan
dipenuhi orangtuanya menurut B.S. Sidjabat dalam buku Membesarkan
Anak Dengan Kreatif adalah: (1) Kasih dari orangtua; (2) Rasa percaya diri;
(3) Harga diri; (4) Aktivitas yang membangun; dan (5) Rasa aman.
Pasal 20.
BERKAT & KEBAHAGIAAN
MENGHORMATI ORANGTUA
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi”. Lebih tegas lagi firman Tuhan mengatakan, “Sebab Allah
berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati” (Matius 15:4; 19:19; Keluaran
21:17).
kepada ketaatan selama yang diminta untuk ditaati itu tidak bertentangan
dengan hukum Allah dan kebenaran. Dengan demikian menghormati
tidaklah sama dengan ketaatan mutlak. Misalnya, ketika seorang pria
menikah, ia harus meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya (Kejadian 2:24). Sebagai seorang anak ia memang harus
menghormati ayah dan ibunya. Namun berhubungan dengan pernikahan
dan rumah tangganya sekarang ia memiliki tanggung jawab sendiri untuk
membinanya tanpa campur tangan orangtua. Jadi sejak saat itu orangtua
seharusnya tidak lagi mencampuri urusan pernikahan putra atau putri
mereka, karena campur tangan orangtua justru seringkali dapat menjadi
sumber perselisihan dan perceraian.
Ketika seorang anak telah dewasa ia dapat saja tidak setuju dengan
orangtuanya dalam beberapa atau banyak hal, khususnya jika orangtuanya
adalah orang yang tidak percaya, namun ia tetap harus menghormati
orangtuanya. Jika orangtua bersifat kejam, menyiksa, bahkan jahat,
menghargai dan menghormati mereka bukan berarti setuju dengan sikap
dan tindakan jahat tersebut. Menghargai orangtua adalah sebuah sikap
menghormati untuk posisi yang mereka miliki sebagai orang yang telah
melahirkan dan memberi kehidupan. Jadi secara positif, sikap seorang
anak terhadap orangtua adalah tunduk dan taat. Sikap ini kita sebut
sebagai respon yang benar terhadap orangtua. Tunduk artinya menerima
dan menghormati orangtua yang telah melahirkan dan memberi kehidupan
kepada kita. Taat artinya melakukan perintah orangtua selama perintah
tersebut tidak membawa kita berbuat dosa, sesuai aturan kebenaran dan
sesuai dengan firman Tuhan.
Pasal 21.
PENDIDIKAN SEKS
DALAM PERSPEKTIF
IMAN KRISTEN & SAINTIFIK1
“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah
berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota
tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”
(Matius 5:27-29).
1 Khotbah Ibadah Bersama dan Seminar “Seks : Berkat atau Kutuk (I)” di GBAP
Bintang Fajar Palangka Raya, Sabtu 21 Maret 2015
Salah satu hasil sebuah survey yang dilakukan oleh Tim LaHaye
(Presiden dari Family Life Seminary) terhadap sekitar 1.672 pasangan
suami istri adalah fakta yang menyatakan bahwa sumber utama mereka
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks sebelum mereka menikah
adalah sebagai berikut: (1) Dari orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9
%); (2) Dari pendeta (wanita 1 % dan pria 1 %); (3) Dari sekolah (wanita 14
% dan pria 11 %); Dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %);
sementara itu yang menjawab tidak ada (wanita 13 % dan pria 18 %).
Menarik sekali ketika menganalisa hasil survey tersebut dan mengetahui
fakta bahwa sumber utama pengetahuan dan pendidikan seks bersumber
dari buku-buku bacaan (wanita 53 % dan pria 47 %). Namun yang sangat
memprihatinkan adalah kelalaian orangtua dan gereja dalam pendidikan
seks ini. Kenyataan ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks yang di dapat dari
orangtua mereka (wanita 13 % dan pria 9 %) dan dari pendeta (di gereja
tentunya) hanya 1 %, baik pria maupun wanita.
Akibat dari kelalaian ini maka tidak mengherankan bahwa seks yang
seharus menjadi berkat bagi manusia, dapat berubah menjadi kutuk karena
penggunaannya yang salah, dan melawan kehendak Allah Sang Pencipta.
Karena itu, pendidikan seks, kesehatan reproduksi dan sejenisnya bukan
lagi merupakan pilihan melainkan keharusan untuk diajarkan, khususnya
bagi orang-orang Kristen. Para orangtua Kristen, para pendidik Kristen, dan
para pemimpin gereja seharusnya bekerjasama sama dengan para ahli
untuk saat ini hal itu bisa dikatakan sudah terlambat. Mengapa? Karena di
zaman di mana informasi bisa dengan mudah dan cepat diperoleh dari
berbagai media, khususnya internet dan jejaring sosial saat ini, maka saat
anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak tentang seks dan
kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah.
Secara khusus pada usia 12-13 tahun, yaitu pada masa peralihan
dari kanak-kanak ke remaja, pada usia ini seharusnya lebih banyak
diberikan informasi tentang seks seperti: perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya, pengenalan
sistem organ seks secara sederhana, anatomi sistem reproduksi secara
sederhana, cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh,
termasuk organ seks/organ reproduksi, mengajarkan untuk menghargai
dan melindungi tubuhnya sendiri; proses kehamilan dan persalinan
sederhana, mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas,
perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja, ciri
seksualitas primer dan sekunder, proses terjadinya mimpi basah, proses
terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana. Pada anak remaja
(13-18 tahun) pendidikan seks yang diberikan terutama bertujuan untuk
memberi informasi mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks
bebas, penyakit menular seksual, dan penyimpangan seksual),
menanamkan moral dan prinsip untuk menolak seks pranikah serta
membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional
dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual;
(6) Memberikan pengetahuan baik secara teologis maupun saintifik tentang
kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan
melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya; (7) Mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang
tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan; (8) Memberikan
pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas
seksual secara benar, efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
Ada bahaya yang besar akibat dari pengaruh informasi yang salah
tentang seks, terutama kepada para remaja! Menurut Surbakti, dampak
dari informasi yang salah tentang seks dapat menghasilkan: (1) Pikiran
tidak bisa lepas dari simpul-simpul seks; (2) merendahkan seks;
(3) mengeksploitasi seks; (4) merendahkan kaum wanita; (5) membodohi
remaja. Sedangkan menurut Koes Irianto dampak dari informasi yang
tentang seks menghasilkan: (1) Tindakan tanpa tanggung jawab; (2)
banyaknya kasus pelecahan seksual; (3) mendorong anak melakukan
Lebih jauh dampak lainnya dari informasi yang salah tentang seks
akan mengakibatkan seks pranikah dan seks bebas; kehamilan diluar nikah
dan abortus; penularan penyakit seksual. Penyakit Menular Seksual (PMS)
adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak atau hubungan seks. Data
menunjukkan bahwa lebih dari 70 juta orang Amerika terjangkit 1 dari jenis
PMS. PMS adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri atau
virus. Chlamydia, genore (raja singa), dan sifilis adalah jenis penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. HIV/AIDS, hepatitis,
herpes, dan HPV (human papilloma virus) adalah jenis penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh virus. Beberapa dari infeksi (HPV dan
herpes) dapat disebarkankan melalui kontak dengan kulit yang terinfeksi,
yang lainnya seperti HIV dan hepatitis dapat disebarkan melalui
penggunaan jarum suntik bersama-sama. Sedangkan chlamydia, genore,
dan sifilis hanya ditularkan melalui senggama (hubungan seks) karena jenis
bakteri ini hanya bisa hidup dalam suhu yang lebab dan basah, seperti
organ reproduksi.
Pasal 22.
MEMBANGUN KARAKTER
KRISTEN YANG KUAT1
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon
yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik
itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18)
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 Oktober 2013
dari yang lainnya”. Sementara itu Kamus Besar Bahasa Indonesia Pustaka
Phoenix menjelaskan bahwa karakter adalah istilah psikologis yang
menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu yang
membedakannya dari individu lainnya”. Yakob Tomatala mendefinisikan
karakter sebagai, “hakikat, sifat, dan ekspresi kepribadian seseorang yang
dinyatakan melalui pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau
konteks dimana ia hidup”. Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat
yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah
sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-
ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen
disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang
Kristen.
Manusia telah rusak total (total depravity), tetapi ini bukanlah berarti
bahwa: (1) setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara
keseluruhan dalam perbuatan; (2) orang berdosa tidak lagi memiliki hati
nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah; (3) orang
berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) orang berdosa
tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah
maupun manusia. Tetapi yang dimaksud dengan kerusakan total adalah:
(1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan
kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati,
emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4;
1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur,
tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk
berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).
(1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan,
atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang
sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) Tanpa karya khusus dari
Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah
hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih
kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah
berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu
melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang
belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan
kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih
kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela
pada kehendak Allah
1. Natur Regenerasi
keharmonisan. Dengan kata lain buah Roh Kudus hanya satu, tetapi
memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak
ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang percaya
dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.
Siapa orang yang kita kagumi akan mempengaruhi hidup kita. Bisa
jadi kualitas umum pada orang yang kita kagumi tersebut adalah karakter
atau sifat-sifat yang ada padanya. Jika kita mengagumi orang yang
berkualitas, bukankah seharusnya jauh lebih baik kita mengagumi
kesempurnaan Allah yang hidup, yang daripadaNya segala kebenaran,
kebaikan, dan keindahan berasal? Sekilas, karakter Allah yang luar biasa,
indah dan mengagumkan itu terungkap dalam Keluaran 34:6-7 berikut,
bumi dan tidak memiliki peralatan untuk mendakinya. Kita merindukan sifat-
sifat ini tercermin dalam hidup kita dan kita sangat mendambakannya,
tetapi apakah mungkin kita mencapainya? Jika hanya mengandalkan
usaha pada manusia saja maka upaya itu akan sia-sia. Namun, dalam
Kristus kita telah diperkenankan mendapat kuasa ilahiNya dan telah
dikaruniai keistimewaan yang tidak terbayangkan untuk ikut ambil bagian
dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:3-4; 2 Korintus 5:17). Kita tidak hanya
menerima hakikat hidup baru dalam Kristus (Roma 6:6-13), tetapi kita juga
didiami oleh Roh Kudus, yang kehadiranNya dalam diri kita memampukan
kita mewujudkan kualitas-kualitas karakter seperti Kristus.
Satu hal yang pasti, karakter tidak pernah terbentuk secara instan,
apalagi dalam satu malam. Membangun karakter memerlukan waktu dan
sikap dasar yaitu kesediaan untuk belajar dan berubah. Banyak orang
menginginkan untuk mampu secepat-cepatnya mengatasi masalah dalam
memperbaiki karakter. Mereka mengingingkan semacam formula ajaib
Pasal 23.
Mengelola Keuangan
Dengan Bijak1
Frase Yunani “mamon yang tidak jujur” adalah “tou mamôna tês
adikias” yang secara harfiah berarti “harta yang berasal dari kejahatan”.
Apakah mamon itu? “Mamon” adalah istilah Aram yang artinya “uang atau
harta milik”. Kita tahu bahwa ayat dalam Lukas 16:10-12 ini didahului oleh
perumpamaan Tuhan Yesus tentang seorang bendahara yang tidak jujur.
Bendahara tersebut dipercayakan oleh tuannya untuk mengurus rumah
tangga, tanah dan perkebunan milik tuannya. Karena kelakuannya yang
dianggap tidak jujur dan korup dengan memboroskan harta tuannya maka
akhirnya ia dipecat dari pekerjaannya oleh tuannya. Untuk menolong
dirinya dari “krisis” akibat pemecatannya maka hamba ini melakukan siasat
dan tindakan “cerdik”, yaitu dengan membuat para debitur yang berhutang
kepada tuannya itu menjadi berhutang kepada bendahara itu. Tindakan
bendahara yang tidak jujur ini dilakukannya karena ia mengetahui bahwa ia
bisa minta tolong kepada orang-orang yang hutangnya ia kurangi. Mereka
pasti menghargai pertolongan pengurangan hutang tersebut, sehingga
mereka pasti akan dengan senang hati membantunya.
Tentu saja tindakan bendahara yang tidak jujur ini tidak dibenarkan
untuk ditiru. Namun demikian, kita melihat bahwa tuannya memuji
bendahara tersebut, bukan karena ia menyetujui tindakan bendahara
tersebut, melainkan karena kecerdikan bendahara untuk menyelamatkan
dirinya akibat pemecatannya. Jadi, kecerdikannyalah yang dipuji, bukan
ketidakjujurannya! Secara positif, makna yang tersirat dari perumpamaan
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 03 Agustus 2014
ini ialah bahwa Tuhan Yesus menyatakan secara tidak langsung bahwa
harta di dunia dapat dipergunakan untuk menolong orang lain, dan rasa
terima kasih orang-orang yang tertolong itu akan memastikan suatu
sambutan yang baik di dalam keabadian.
Hati-hati terhadap pandangan dan sikap salah terhadap uang atau harta.
Ketamakan dan keserakahan dapat segera membawa pada berbagai jenis
kejahatan (1 Timotius 6:10). Keinginan untuk cepat kaya didorong oleh
cinta akan uang sering membawa kepada berbagai bencana. Banyak orang
berpikir salah dengan menganggap bahwa uang dan kekayaan dapat
menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan. Kristus mengingatkan bahaya
dari pemikiran yang salah ini, “KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-
jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun
seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari
pada kekayaannya itu” (Lukas 12:15).
melarikan diri atau bunuh diri. Cara terbaik untuk bebas dari hutang adalah
dengan mulai bertekad membayar hutang. Berikut ini beberapa saran yang
dianjurkan untuk bebas dari hutang: (1) Buatlah daftar hutang-hutang mulai
dari yang terbesar hingga yang terkecil; (2) Mulailah membayar hutang
yang terkecil nilainya; (3) berfokuslah untuk melunasi satu utang lebih dulu
sampai selesai, kemudian lanjutkan membayar hutang-hutang lainnya
hingga semua hutang terbayar; (4) mintalah berkat Tuhan untuk kecukupan
hidup anda dan untuk membayar hutang-hutang anda. (5) Walaupun anda
terlilit utang, paksalah menabung walalupun sedikit jumlahnya.
(1) Menjadi penjamin hutang orang lain (Amsal 22:26-27; Amsal 6:1-
5). Menandatangani dan menjadi penjamin hutang orang lain merupakan
kesalahan yang dapat dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan ia
terjerat dalam utang orang lain. Alasan dibalik hal ini biasanya adalah belas
kasihan, serta keinginan yang tulus untuk berbuat baik dan membantu
orang lain, namun seringkali tidak memikirkan risiko yang akan terjadi.
Pasal 24.
PENGETAHUAN TENTANG
SILSILAH KELUARGA 1
Pada umumnya ada dua bentuk silsilah, yaitu: (1) Silsilah dalam
bentuk vertikal naik dan vertikal turun, yaitu silsilah yang disusun dalam
bentuk daftar ke atas menelusuri leluhur atau nenek moyang (vertikal naik)
dan atau silsilah yang disusun dalam bentuk daftar ke bawah menelusuri
keturunan penerus (vertikal turun). Di dalam Alkitab, Lukas 3:23-38 adalah
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya tanggal 24 Mei 2015
Israel di masa lalu, tetapi juga bagi kita yang hidup saat ini. Frase tersebut
mengandung kebenaran-keberanan yang berhubungan dengan penting
mengetahui silsilah, yaitu: (1) Kata Ibrani “perhatikanlah” dalam frase
“perhatikanlah tahun-tahun dalam keturunan yang lalu” adalah “bin” yang
berarti “membedakan; ketajaman untuk memperoleh pengertian yang
dalam”. Kata tersebut menujuk kepada aksi mengamati secara dekat atau
mempelajari prinsip dari sesuatu hal atau peristiwa untuk memperoleh
pengertian dan wawasan yang seksama. (2) Sedangkan frase “tahun-tahun
keturunan yang lalu” menujuk kepada sebuah titik dalam sejarah yang lebih
terperinci dan nyata dibandingkan frase “zaman dahulu kala”. (Frase
“zaman dahulu kala” “yémôt ‘ôlám” yang berarti “masa lampau yang
menjangkau sampai zaman purbakala”). Kata “tahun-tahun” dalam ayat ini
adalah adalah “šénôt” bentuk jamak dari kata “šãna” yang berarti “tahun”.
Jika frase “zaman dahulu kala” menunjuk kepada keseluruhan waktu di
masa lampaui, maka frase “tahun-tahun” menunjukkan kepada sebuah titik
waktu khusus yang penting dan penuh arti di dalam kurun waktu “zaman
dahulu kala” itu. (3) Kata Ibrani “keturunan-keturunan yang lalu” disusun
dari pengulangan kata “dôr” yang berarti “angkatan atau generasi” yang
menunjuk kepada setiap generasi yang muncul dalam sejarah
penyelamatan dari Allah.
setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang
tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang
baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik
itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18). Memang betul
Yesuslah yang mengatakan demikian, namun konteks ayat ini tidak secara
langsung dimaksudkan berhubungan dengan silsilah. Jika diperhatikan
secara keseluruhan (Matius 7:22-23), tidak boleh dilepaskan dari ayat-ayat
sebelumnya khususnya ayat 15 di mana Kristus sedang berbicara tentang
kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui
orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan.
“Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki
mutu atau kualitas seperti aslinya”. Kata lain untuk palsu adalah tiruan atau
imitasi. Nabi-nabi palsu ini dapat dikenali oleh orang percaya dari
“buahnya”. Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka” (Matius 7:17). Lalu apa yang dimaksud Kristus dengan kata “buah”
dalam ayat ini? Buah di sini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan
untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan
kemurnian “ajaran, motivasi, karakter dan perilaku hidup” yang sesuai
dengan kehendak Tuhan (Bandingkan: 2 Petrus 2:1-22; Matius 7:21). Jadi,
ayat ini tidak dimaksudkan untuk menyamakan sebuah pohon dengan
silsilah, melainkan lebih merupakan peringatan kepada orang Kristen untuk
mewaspai kepalsuan dan agar berhati-hati.
Jadi, setiap orang menjadi apa adanya diri mereka sekarang ini
sebagian besar karena pengaruh keluarga yang membesarkannya. Dengan
kata lain, keluarga adalah faktor kontribusi terbesar dan terpenting dalam
menjadikan seseorang apa adanya orang tersebut. Yang dimaksud dengan
keluarga di sini bisa jadi merupakan keluarga tradisional dengan orangtua
yang saling mengasihi dan memberikan dukungan bagi setiap anggota
keluarga. Ini mungkin juga keluarga yang telah bercerai lengkap dengan
saudara tiri. Keluarga di sini juga mungkin mengacu pada keluarga asuh,
keluarga angkat, keluarga sahabat, keluarga yang sangat besar, atau
bahkan keluarga di panti asuhan, di mana seseorang dibentuk dan
dibesarkan. Di jenis keluarga yang manapun kemungkinannya,
kenyataannnya adalah semua orang bertumbuh menjadi dewasa, dan
semua orang tumbuh dewasa di suatu tempat dalam lingkungan keluarga.
Namun pelajaran penting yang dapat ditarik dari silsilah Yesus ini
adalah: (1) Bahwa bagi orang Ibrani (Yahudi), nilai keberadaan seseorang
sering dikaitkan dengan silsilahnya. Itu sebabnya Matius ketika menulis Injil
Matius, langsung mengawalinya dengan silsilah Yesus Kristus. (2) Bahwa
daftar silsilah Yesus Kristus yang ditulis oleh Matius dan Lukas menunjukan
bahwa Yesus memiliki asal usul dan leluhur yang jelas. (3) Bahwa
penyebutan dua nama leluhur Yesus, yaitu Abraham dan Daud, dalam
daftar silsilah Yesus yang ditulis oleh Matius bertujuan untuk mempertegas
bahwa Yesus itu bukanlah orang sembarangan. Nama Abraham
mengaitkan Yesus dengan keaslianNya sebagai orang Israel, bangsa yang
dipilih Allah. Sedangkan Nama Daud mengaitkan Yesus dengan
penggenapan janji tentang Juruselamat yang berasal dari keturunan Daud.
Ada lagi keunikan dari silsilah Yesus jika diperhatikan lebih teliti,
yaitu dengan munculnya nama perempuan-perempuan dengan latar
belakang kehidupan yang patut dipertanyakan dalam daftar silsilah Kristus
yang dicatat Matius maupun Lukas seperti: Tamar yang tidur dan
mendapatkan keturunan dari mertuanya, Rahab yang adalah pelacur, Rut
yang adalah seorang asing, Betsyeba (istri Uria) yang berzinah dengan
Daud, adalah karena Allah ingin mengingatkan orang Yahudi bahwa
banyak di antara laki-laki dan perempuan yang merupakan bagian dari
leluhur Kristus, Sang Juruselamat adalah orang-orang yang tidak
sempurna, tetapi yang memperolah kasih karunia, dan walaupun mereka
melakukan kesalahan, mereka dipakai oleh Allah untuk menurunkan
Mesias. David K. Lowery dalam buku Teologi Perjanjian Baru menjelaskan,
“Bahwa Tujuan Allah tercapai walaupun melalui situasi-situasi yang
merugikan dan perilaku orang yang tercela, juga digambarkan oleh Matius
dalam menyajikan silsilah Yesus... bahwa garis leluhur Yesus dari Abraham
dan Daud melibatkan tidak sedikit tikungan dan liku-liku berbahaya, meski
demikian nampak jelas keberhasilan rencana Allah. Penyebutan empat
perempuan dalam silsilah Yesus (Matius 1:1-17) merupakan ilustrasi
tentang hal ini... mereka mengingatkan para pembaca bahwa Allah telah
menunjukkan belas kasihNya kepada orang-orang yang bukan Yahudi
yang tidak layak di masa lampau dan juga bahwa rencana Allah tidak
digagalkan oleh kegagalan manusia... Meskipun tidak dimaksudkan
menjadi teladan perilaku, melainkan menjadi pengingat bahwa anugerah
Allah seringkali diberikan kepada orang-orang yang paling tidak mungkin
dan yang selanjutnya berperan menyukseskan tujuanNya di dunia”.
bermasalah, bisa jadi lamaran itu ditolak. Disini kita langsung ingat slogan
yang terkenal “bibit, bebet, bobot”, yang mana slogan ini mengaitkan
seseorang dengan silsilah keluarga dan leluhurnya.
Pasal 25.
MENJALANI KEHIDUPAN
DENGAN BIJAKSANA 1
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh
tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya
buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-
Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”
(Mazmur 90:10-12).
Tanpa kita sadari gambaran atau metafora kita tentang hidup akan
mempengaruhi kehidupan kita; menentukan harapan-harapan kita, nilai-
nilai, hubungan-hubungan, sasaran-sasaran dan prioritas-prioritas kita.
Contohnya : Jika kita menganggap kehidupan adalah sebuah pesta, maka
nilai utama kita dalam kehidupan ini adalah bersenang-senang. Jika kita
melihat hidup ini sebagai sebuah balapan maka kita akan menghargai
kecepatan dan sering berada dalam ketergesa-gesaan. Jika kita
memandang hidup sebagai sebuah pertandingan lari marathon, maka kita
akan menghargai ketekunan. Jika kita memandang kehidupan sebagai
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya tanggal 22 Juli 2013
Selama kita hidup, ada realita-realita yang tidak boleh kita abaikan.
Memperhatikan realita-realita ini dengan seksama menyebabkan kita
berpikir kembali untuk menjalani hidup dengan bijaksana.
itu ditentukan seratus persen oleh kedaulatan Allah dan anugerah, tanpa
sedikit pun jasa dan usaha manusia. Manusia hanya menerima dengan
imannya dengan iman.
Saat kematian datang menjemput, kita yang mati dalam Kristus akan
bersama-sama dengan Dia untuk selama-lamanya. Rasul Paulus
mengatakan demikian “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan
lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan
diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan
di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan
Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-
perkataan ini. ” (1 Tesalonika 4:16-18).
Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua,
teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan hargailah
mereka selagi masih bisa. Sebab jika sudah tidak ada, kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini
sangat terbatas, karena itu manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan
menunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Percaya kepada Yesus
Kristus, serta terimalah anugerah keselamatan dari Kristus, Tuhan dan
Juruselamat. Tinggalkan hidup jahat dan perbuatan-perbuatan berdosa.
Pergilah ke gereja untuk beribadah dan melayani Tuhan, dengan mengajak
serta anggota keluarga. Mulailah menyatakan kasih sayang pada orang-
orang yang dekat : istri, anak-anak, orang, dan lainnya. Lakukan sekarang
sebab kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan hari esok untuk kita.
Mulai sekarang menjalani hidup dengan bijaksana. GBU
Suplement 1.
HARMONI PERBEDAAN
PRIA & WANITA 1
Pria jika dihormati oleh wanita, maka ia akan merasa hidupnya lebih
berarti; sebaliknya jika pria kurang dihormati, maka ia merasa hidup tidak
berarti. Jadi ketika dikatakan supaya “istri menghormati suaminya” bukan
berarti suami bisa bertindak sewenang-wenang dan berbuat sembarangan.
Tetapi disinilah keistimewaan yang diberikan oleh Allah Pencipta, yaitu
kedudukan suami sebagai kepala. Kepala dalam bahasa Yunani adalah
“kephale” yang berarti “wewenang atau otoritas. Dengan taat pada suami
maka reaksi yang berbeda akan timbul. Kebanyakan wanita akan berteriak
keras, melepaskan kemudi dan terjadi tabrakan tetapi pria akan berpikir
dulu kemudian bertindak. Coba perhatikan contoh lainnya di gereja, bila
pendeta berkhotbah dengan butir-butir yang jelas, analisis dan sistematis,
maka jemaat pria akan menikmati khotbah itu, memujinya sebagai khotbah
yang baik; Sebaliknya wanita akan kurang menikmatinya, mereka lebih
menyukai khotbah-khotbah yang menyentuh emosi dan menarik yang
membuat mereka bisa tertawa ataupun terharu, karena khotbah seperti ini
akan berkesan bagi wanita. Karena itu sebelum menikah juga perlu
mengetahui perbedaan antara pria dan wanita ini.
Karena kedua hal ini penting yaitu karier dan keluarga, maka baik
pria maupun wanita harus memahami ini sebelum mereka menikah dan
perlu memperhatikan keseimbangan. Jangan sampai suami berlarut-larut
dalam kesibukan dan lupa memperhatikan istrinya, atau istri terlarut dalam
urusan rumah tangga dan mengurus anak-anak sehingga lupa mengurus
suaminya. Sekali lagi perlu keseimbangan.
Yang unik dari perbedaan pria dan wanita berikutnya adalah bahwa
pria lebih mementingkan masa depan dan wanita tidak mau melupakan
hari lampau. Kalau suami mengatakan “sesudah ini saya akan begitu dan
begini”, maka wanita akan mengatakan “jangan lupa yang dulu ya, waktu
itu kita bagaimana”.
Pria karena bersifat global sering tidak menyadari hal-hal yang detail
dan penting; wanita karena terlalu detail sering tidak mampu melihat hal-hal
yang lebih luas lagi. Karena itu di sini perlu keseimbangan bukan
menonjolkan perbedaannya, kita perlu memperhatikan keseluruhan dan
juga detailnya, lalu mengintegrasikan satu sama lainnya sehingga lengkap.
Dengan demikian pria memerlukan wanita dan wanita memerlukan pria. Ini
memang sudah dirancang oleh Tuhan.
Pria lebih bersifat analis, sedangkan wanita lebih intuitif. Jika wanita
mulai menggunakan analisanya, maka wanita akan segera menggunakan
intuisinya. Jika bertemu seseorang maka pria akan berbicara, bertanya,
lalu mulai menganalisa keadaan orang itu. Jika wanita melihatnya,
intuisinya akan memberi penilaian tentang orang itu. Terkadang dan
banyak kali intuisi wanita bisa tepat, Di saat seorang pria sedang sibuk
menganalisa, maka wanita dengan satu kalimat sudah bisa menentukan
keadaan, itu sifat intuitif.
Orang yang selalu benar secara intuitif atau selalu benar secara
analisa juga ada bahayanya. Bahayanya ialah: orang yang selalu benar
secara intuitif akan terlalu mengandalkan intuisinya dan meremehkan rasio
dan analisis karena sekali tidak tepat akan membawa bahaya yang besar.
Demikian juga jika terlalu mengandalkan rasio dan metode analisa yang
kuat cenderung mengabaikan intuitif dan memutlakkan analisis ada
bahayanya. Jika analisis meleset dan tetap mempertahankannya maka
akan membawa bahaya yang besar. Karena itu perlu keseimbangan. Jadi
Tuhan meciptakan perbedaan itu untuk saling melengkapi dan memenuhi
kebutuhan ini.
Suplement 2.
Keprihatinan Terhadap
Meningkatnya Kekerasan1
“TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang
mencintai kekerasan” (Mazmur 11:5)
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang
menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam.
Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat! (Maleakhi 2:16)
3). Wayne Grudem dalam buku Chistian Belief menuliskan, “Dosa merusak
segala sesuatu. Kita tidak hidup dalam tujuan hidup yang telah ditetapkan
sejak semula bagi kita, dan kita tidak hidup di dalam dunia yang telah
dirancang sejak semula untuk ditinggali. Dosa merusak gambar Allah di
dalam diri kita; kita tidak lagi merefleksikan kesempurnaan sebagaimana
yang dirancang Allah saat menciptakan kita. Karena dosa, berbagai hal
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan semula”. Betapa mengerikan
akibat dari dosa, tepat seperti yang dikatakan Wayne Grudem di atas “dosa
merusak segala sesuatu.
menolak kerjasama, tidak mau diajar, tidak sabar, berprasangka buruk atau
curigaan terhadap orang lain, suka mengkritik atau menghakimi, tidak setia,
tidak tahu berterima kasih dan idealisme yang tidak sehat yaitu suka
memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Jadi akar penyebab
kekerasan tersebut sebenarnya paling banyak berasal dari keluarga dan
sangat erat hubungannya dengan orang tua. Orang tua yang melakukan
kekerasan kemungkinan besar adalah korban kekerasan orang tuanya di
masa lalu. Dengan demikian kekerasan berpotensi melahirkan masa depan
yang suram.
Suplement 3.
TRANSFORMASI BUDAYA:
PENGUDUSAN BUDAYA BAGI
KEMULIAAN ALLAH1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 4 Agustus 2013
Suplement 4.
PERTUNANGAN
MENURUT TRADISI KRISTEN
DAYAK NGAJU1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 September 2015
makna antara lain: (1) Sebagai bukti kesungguhan pihak laki-laki untuk
mempersunting anak gadis pihak perempuan; (2) Untuk menunjukkan
martabat (kesanggupan) pihak laki-laki. Artinya, besarnya nilai Batu Pisek
akan menunjukkan besarnya kesanggupan (secara material) pihak laki-laki.
adalah orangtua pihak laki-laki beserta beberapa (3-5) orang laki-laki yang
dituakan untuk mewakili keluarga dan seorang wanita (biasanya bibi atau
nenek calon mempelai laki-laki) yang menggendong Sangku (bokor) berisi
beras dan semua syarat-syarat untuk Hisek. Sebaliknya disisi lain, dari
pihak keluarga perempuan, duduk dibagian paling depan orangtua, beserta
beberapa (3-5) orang yang dituakan untuk mewakili keluarga dan seorang
wanita (biasanya bibi atau nenek calon mempelai perempuan).
bedak, shampo, deodorant, sapu tangan, kain panjang batik, bahan tekstil
untuk membuat kebaya atau pakaian jadi satu stel lengkap, sendal dan
sepatu masing-masing sepasang); (2) sepasang cincin pertunangan untuk
acara Meteng Manas (tukar cincin).
Tawar yaitu semacam upacara doa berkat dan harapan dari orangtua dan
yang dituakan kepada kedua pihak yang bertunangan. Selanjutnya
dilaksanakanlah Kebaktian Pertunangan yang dipimpin oleh seorang
Pendeta. Di dalam acara kebaktian tersebut Pendeta memimpin acara
tukar cincin pertunangan. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan
bersama.
Suplement 5.
PERNIKAHAN
MENURUT TRADISI KRISTEN
DAYAK NGAJU1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 13 September 2015
(1) Palaku (berupa mas kawin atau jujuran berupa emas, tanah, atau
uang); (2) Saput (berupa kain batik panjang untuk saudara kandung
pengantin perempuan); (3) Pakaian (berupa satu stel pakaian lengkap
untuk orangtua pengantin perempuan); (4) Sinjang Entang (berupa satu
lembar kain sarung batik dan satu lembar kain panjang batik untuk ibu
pengantin perempuan); (5) Tutup Uwan (berupa dua meter kain hitam
untuk nenek pengantin perempuan, (6) Lapik Luang (berupa satu lembar
kain batik panjang); (7) Garantung Kuluk Pelek (berupa gong atau
diuangkan); (8) Bulau Singah Pelek (berupa emas sesuai kemampuan,
seringkali berupa cincin kawin); (9) Lilis Turus Pelak (berupa lilis atau
manik panjang); (10) Lapik Ruji (berupa satu uang ringgit atau diuang
dalam rupiah); (11) Rapin Tuak (berupa Baram atau tuak tradisioanl
secukupnya); (12) Timbuk Tangga (berupa uang kecil logam yang
dibungkus dengan bentuk yang indah untuk dibagi kepada seluruh hadirin
setelah upacara Haluang Hapelek selesai); (13) Bulau Ngandung atau
Panginan Jandau (berupa uang untuk biaya pesta pernikahan yang
ditanggung bersama); (14) Jangkut Amak (berupa perlengkapan tidur);
(15) Batu Kaja (berupa gong atau emas untuk acara menyambut menantu);
dan (16) Danda Panangkalau (jika ada kakak perempuan yang didahului
atau dilangkahi oleh gadis yang akan menikah tersebut).
apakah yang ditampilkan itu adalah calon istrinya atau bukan. Pada
kesempatan keempat kalinya barulah pengantin wanita yang sebenarnya
ditampilkan dan disandingkan di pelaminan. Setelah pengantin bersanding,
barulah diadakan penandatanganan naskah Perjanjian Perkawinan secara
adat, dan dilanjutkan dengan ibadah atau kebaktian, makan bersama dan
ramah tamah. (catatan: bagi yang beragama Kaharingan dilanjutkan
dengan doa menurut Kaharingan dan makan bersama).
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa untuk saat ini Upacara
Pangenten Mandai pada umumnya dilaksanakan sehari sebelum Pesta
Kahanjak. Karena itulah, setelah acara Panganten Mandai atau Maja Misek
selesai. Besok harinya dilanjutkan dengan upacara peneguhan dan
pemberkatan nikah yang pada umumnya dilaksanakan di gedung gereja.
Peneguhan dan pemberkatan ini dilaksanakan oleh seorang Pendeta yang
dibantu oleh Majelis Jemaat dan disaksikan oleh keluarga, jemaat dan para
undangan (Catatan: Upacara Peneguhan dan Pemberkatan nikah ini
disesuaikan dengan Tata Upacara dan Liturgi gereja. Hal ini telah
dijelaskan pada pasal 11 tentang Upacara Pernikahan Kristen). Kemudian
dilanjutkan dengan pencatatan sipil lengkap dengan para saksi dan
keluarga kedua belah pihak. Pencatatan sipil ini dilaksanakan di gereja
setelah pemberkatan nikah atau dilaksanakan di rumah sebelum atau
sesudah Pesta Kahanjak. Setelah selesai pemberkatan pernikahan maka
dari gereja pasangan pengantin yang telah diresmikan (diberkati) tersebut
menuju tempat dilangsungkannya acara Pesta Kahanjak (pesepsi
pernikahan) yang dilaksanakan di rumah mempelai perempuan pada jam
yang telah ditentukan. Namun saat ini kebanyakan Pesta Kahanjak ini
dilaksanakan di balai atau gedung pertemuam umum.
PAKAJA MANANTU
Suplement 6.
TATA PERGAULAN
MUDA REMAJA DALAM TRADISI
DAYAK NGAJU1
1 Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya, 4 Agustus 2015
Suplement 7.
CONTOH TATA IBADAH
PENEGUHAN & PEMBERKATAN
NIKAH 1
II. IBADAH
Pemimpin Ibadah: ...............................
1
Naskah ini yang biasa saya gunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
Peneguhan dan Pemberkatan Nikah jemaat.
Pemimpin Ibadah:
Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus sekarang
dengarkanlah penjelasan-penjelasan singkat tentang pernikahan:
• Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk hidup
bersama. Demikian juga Allah memberi kesempatan kepada laki-
laki dan perempuan untuk hidup bersama sebagai suami istri
dalam lembaga pernikahan. Kehidupan bersama laki-laki dan
perempuan harus didasarkan atas kasih karunia. Sebagaimana
Yesus Kristus mengasihi satu gereja dan gereja itu mengasihi satu
Tuhan, demikian laki-laki dipanggil mengasihi satu perempuan dan
perempuan mengasihi satu laki-laki.
DENGAN SAYAPMU
FirmanMu berkata Kau besertaku, maka kuat Roh dan jiwaku
TanganMu Tuhan s’lalu kunantikan , di setiap langkah kupercaya
Reff: Dengan sayapMu ku akan terbang tinggi
Di tengah badai hidup ktak menyerah
Kau kekuatan dan perlindungan bagiku
Pertolonganku di tempat mahatinggi
Kumengangkat tanganku aku berserah
Kau kunantikan Kau yang kusembah, Yesusku Rajaku
V. KHOTBAH: Pendeta
Tema : ESENSI PERNIKAHAN KRISTEN (MATIUS 19:4-6)
2. PERTUKARAN JANJI
Mempelai Pria : Saya ............... mengambil engkau ....................
menjadi istriku dan saya berjanji untuk mengasihi
dan memeliharamu, baik dalam keadaan sakit
X. PENGAKUAN JEMAAT:
“Kami mengakui pernikahan yang baru kami saksikan ini. Kami turut
bertanggung jawab dan memberi dukungan terhadap saudara .......
dan saudari ....... sambil mereka menjalani kehidupan baru. Harapan
kami agar kedua saudara ini bertumbuh dalam cinta dan kasih karunia
kasih satu sama lain dan dapat membagi kasih itu kepada orang lain
dalam cara yang Tuhan kehendaki”.
HOSANA
Betapa baiknya Engkau Tuhan, kasihMu tiada berkesudahan
Betapa mulia kasihMu Yesus, jiwaku diselamatkan
Reff: Hosana kumemuji Tuhan
Hosana kutinggikan Yesus, hosana,hosana,hosana
AJAIB TUHAN
Kami memuji KebesaranMu, ajaib Tuhan, ajaib Tuhan
Kami memuji KebesaranMu, ajaib Tuhan, ajaib Tuhan
Suplement 8.
CONTOH NASKAH
PENYERAHAN ANAK 1
S
etelah kedua orang tua beserta anak yang akan diserahkan duduk
(posisi pria disebelah kanan dengan memegang anak) ditempat yang telah
disediakan, acara dapat dimulai.
I. PEMBUKAAN
III. PENGAJARAN
Pendeta berkata:
Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus sekarang
dengarkanlah penjelasan-penjelasan singkat tentang penyerahan
anak:
DAFTAR PUSTAKA