Anda di halaman 1dari 129

BAHAN

PEMBINAAN
PEMUDA
JULI – DESEMBER 2023

GKI SINODE WILAYAH


JAWA TENGAH
1
DAFTAR ISI

“LEVEL UP” ........................................................................................................... 4


“SPECIALIST” ........................................................................................................ 9
“OUT OF THE BOX” ............................................................................................ 16
“HOMO LUDENS”............................................................................................... 21
“RETREAT” ......................................................................................................... 27
“SINODE” ........................................................................................................... 32
“SEJARAH GKI SINODE WILAYAH JAWA TENGAH” ............................................ 36
“GERAKAN KEMANUSIAAN INDONESIA” ........................................................... 40
“PERATURAN, DITAATI ATAU DILANGGAR?”..................................................... 44
“SELF CONTROL : MULAI DARI DIRI SENDIRI” .................................................... 49
“KETERLIBATAN SOSIAL” ................................................................................... 54
“PELOPOR KEHIDUPAN” .................................................................................... 58
“JEMBATAN KEBAIKAN” .................................................................................... 62
“GROWING DEEPER AND STRONGER” .............................................................. 66
“FOCUS ON THE FAMILY” .................................................................................. 70
“ECCLESIA DOMESTICA” .................................................................................... 77
“KELUARGA : RUANG PEMULIHAN” .................................................................. 80
“INTERGENERATIONAL MINISTRY” .................................................................... 85
“GEREJA DAN KEMISKINAN”.............................................................................. 90
“DIAKONIA BAGI PENYANDANG DISABILITAS” .................................................. 96
“EKONOMI KREATIF” ....................................................................................... 102

2
“MITIGASI BENCANA” ...................................................................................... 108
“BERBAGI SUKACITA” ...................................................................................... 114
“NOT JOY WITHOUT JUSTICE” ......................................................................... 118
“SUKACITA KEUGAHARIAN” ............................................................................ 122
“YESUS SUMBER SUKACITA”............................................................................ 126

3
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Juli 2023

“LEVEL UP”
Bacaan
2 Petrus 1:3-9

Tujuan
1. Pemuda termotivasi untuk mengasah potensi diri dan memaksimalkan
kemampuan diri.
2. Pemuda mau mempelajari hal-hal baru sebagai upaya peningkatan
(upgrade) dan pembaruan (update) diri.
3. Pemuda memiliki kesiapan dan kesigapan untuk menghadapi masa
depan yang penuh tantangan dan rintangan.

Fokus
Setiap orang pasti bertumbuh. Setiap orang pasti berkembang. Dari waktu
ke waktu, umur demi umur, masa demi masa pastinya kita mengalami fase-
fase perubahan dalam hidup. Semakin dewasa semakin meningkat pula
persoalan dan problematika yang kita hadapi. Maka dari itu masa-masa
muda menjadi masa di mana kita memiliki kesempatan untuk
meningkatkan kualitas diri dengan berbagai macam cara. Meningkatkan
kualitas diri menjadi sebentuk bagi kita khususnya kaum muda untuk
memiliki bekal dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
berkembang dan juga semakin kompleks.

Seperti kita ketahui bahwa daya saing di tengah masyarakat akan semakin
beragam. Untuk itu kita perlu banyak aset dan kemampuan yang
seharusnya kita miliki Dan kita kuasai. sayangnya di tengah kesempatan
yang begitu banyak untuk belajar Tak jarang kita mengalami kemalasan
sehingga lupa dan Abai untuk mengupdate dan mengupgrade diri. Kalau
kita perhatikan, ada banyak aplikasi atau platform digital yang menolong
kita untuk mengalami pembaruan dan juga peningkatan kualitas diri.
Untuk mengupgrade dan mengupdate diri kita tidak perlu susah-susah
4
ataupun juga mengeluarkan biaya yang begitu mahal, sebab semuanya
telah tersedia dan dapat diakses secara digital. Masalahnya Apakah kita
mau mengasah dan mengasuh diri kita sehingga memiliki berbagai macam
kemampuan dan juga keahlian sehingga ada peningkatan dalam hidup
kita?

Peningkatan kualitas diri tentunya tidak hanya diukur dari seberapa pintar
piawai atau sukses kita. Kualitas diri yang meningkat juga dapat dilihat
dari seberapa kita mampu mengendalikan diri dan menambahkan
pengetahuan yang membuat kita semakin berhikmat dan bijaksana.
Melalui tema saat ini kaum muda diajak untuk menggali dan mengenali
potensi diri sehingga bisa meningkatkan kualitas diri dan membangun
kehidupan yang lebih baik.

Penjelasan Teks
Dalam pasal ini, penulis Surat Petrus memberi perhatian pada karunia
rahmat yang diberikan Allah pada manusia dan menasihatinya untuk
menjalankan kekudusan dan perbuatan baik. Ia pun memberikan alasan
mengapa dia begitu mendesak komunitas orang percaya agar berusaha
untuk menegakkan orang-orang kudus dalam Injil yang telah diberitakan
di antara mereka. Dalam perikop ini terdapat sebuah penekanan tambahan
yakni keinginan untuk peningkatan akan pengetahuan Ilahi di dalam Yesus
Kristus. Menurut penulis, dengan kekuatan rahmat Allah yang hidup,
segala sesuatu yang diperlukan untuk kehidupan spiritual dan hidup saleh
telah diberikan kepada mereka dalam panggilan yang efektif, melalui
pengenalan akan Kristus. Bahkan, hal itu melebihi janji-janji besar dan
berharga, dimana mereka mengambil bagian dari kodrat ilahi, dan lolos
dari keburukan yang merajalela di dunia. Pendek kata, kehidupan yang
diselamatkan dalam rahmat Kristus, seharusnya mendorong dan
memanggil orang-orang percaya untuk semakin bertumbuh di dalam
Krsitus.

Untuk mewujudkan hal itu, penulis Surat Petrus, memulainya dengan


mengingatkan setiap pengikut Kristus untuk tidak beristirahat atau
berpangku tangan saja, melainkan harus terus menjalankan rahmat, dan
5
melaksanakan tugas panggilannya sebagai orang percaya. Di sini penulis
surat Petrus hendak mengingatkan bahwa menjadi orang Kristen tidak
hanya menjadi suatu identitas baru, tetapi menjadi suatu karya dan kinerja
aktif yang baru. Kristen bukan lagi kata benda, melainkan kata kerja. Dan
hal tersebut sangat dinampakkan dalam perikop ini di mana penulis Surat
Petrus menjabarkan hal-hal apa saja yang harus ditambahkan dalam diri
seorang pengikut Kristus. Hal tersebut dimaksudkan agar kehidupan
beriman dan berkarya dari seorang pengikut Kristus senantiasa mengalami
pertambahan dan pertumbuhan, sehingga pada akhirnya menjadi berkat
yang memuliakan nama Yesus Kristus.

Dalam 2 Ptr. 1:5-7, beberapa penafsir menyebutkan delapan nilai, dengan


iman sebagai yang pertama. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Petrus
tidak menyuruh kita untuk memberikan sesuatu kepada iman. Sebaliknya,
dia berkata, "menambahkan kepada imanmu kebajikan" dll. Dia
menganggap iman sebagai dasar pertama dan utama, di mana nilai-nilai
lainnya bersandar dan dari mana mereka tumbuh. Kita hanya menerima
iman kepada Kristus sebagai karunia Allah (1:1), tetapi kemudian kita
menambahkan sifat-sifat lain, yaitu buah iman (1:8). Jadi, untuk
bertumbuh dalam kesalehan, pastikan bahwa kita telah percaya kepada
Yesus Kristus dan janji-janji-Nya yang murah hati. Iman adalah landasan
penting untuk bertumbuh dalam kesalehan.

Jika digambarkan seperti anak


tangga, maka iman menjadi
yang paling dasar, untuk
mendasari segala sesuatunya
hingga ujungnya bermuara
sampai pada cinta kasih. Dari
gambar di samping, Petrus ingin
menegaskan bahwa setiap
pengikut Kristus tidak boleh
berhenti beriman. Beriman pada Kristus adalah dinamis dan penuh
optimis. Artinya, selalu ada peningkatan dan pertumbuhan yang berbuah

6
nyata. Dan setiap kita sedang dalam proses untuk bergerak lebih dalam dan
lebih tinggi dalam mewujudkan kasih Tuhan melalui kita.

Apa hikmat dari semua langkah-langkah peningkatan dan pertumbuhan


(level up) dari kehidupan beriman ini? Penulis Surat Petrus menyimpulkan
bahwa dengan kehidupan iman yang dinamis dan bertumbuh tersebut,
setiap orang Kristen sejatinya diharapkan akan mengalami pemenuhan diri
di dalam Kristus. Kualitas diri mereka menyerupai apa yang Kristus
teladankan dalam kehidupan pelayanan-Nya. Dan nilai-nilai atau sifat-
sifat yang ditambahkan atau bertumbuh itu, akan mempengaruhi
peningkatan dan pertumbuhan kualitas hidup seseorang dari segi non-
materiil. Selain itu, dengan bertumbuh dan bertambahnya nilai-nilai atau
sifat-sifat tersebut, seorang Kristen dimampukan untuk menjauhi
kehidupan berdosa yang menjeratnya di masa lalu. Mengalami
peningkatan dalam hidup beriman memampukan kita untuk melawan
kuasa dan jeratan dosa yang makin berat.

Pengenaan
Setiap orang pasti ingin hidupnya meningkat. Peningkatan hidup itu dapat
dilihat, diukur, atau ditentukan dari segala hal. Mulai dari meningkat
secara kuantitas hingga pada kualitas hidup. Mulai dari peningkatan secara
materiil, maupun yang non materiil. Mulai dari peningkatan status atau
strata sosial, hingga peningkatan pengetahuan dan kapabilitas. Jika kita
analisis dan elaborasi lebih dalam lagi, tentu kita punya berbagai macam
hal yang dapat kita jadikan acuan peningkatan hidup kita. Apa pun
peningkatannya, yang jelas kita akan mengejar dan mengupayakan
peningkatan hidup kita masing-masing.

Dari firman Tuhan hari ini, ada suatu peningkatan lain yang seharusnya
tidak boleh kita lewatkan ataupun hindari. Firman Tuhan saat ini
menegaskan bahwa level up (peningkatan) dalam hidup seseorang tidak
hanya diukur dari segi kemampuan dan kekayaan materi belaka. Hal itu
bisa saja menjadi satu dari sekian banyak penanda kualitas diri seseorang.
Level up juga harus terjadi dalam kehidupan beriman. Setiap saat iman
kita teruji untuk semakin berkualitas, tak terlepas kaum muda pun
7
demikian. Tujuh nilai/sifat Kristiani seharusnya terus bertambah dalam
diri kita. Orang yang beriman pada Kristus seharusnya memiliki nilai-nilai
yang Yesus perjuangkan. Dan nilai-nilai itu yang menjadi pengetahuan
dan perspektif kita, yang kemudian memampukan kita untuk memiliki
pengendalian diri yang seturut kehendak Allah. Pengendalian diri
dilakukan dengan terus-menerus sehingga akan menghasilkan sikap
ketekunan. Hidup bertekun pada kehendak Allah menimbulkan kesalehan
yang selalu tunduk kepada kedaulatan Tuhan.

Penyampaian
1. Diskusikanlah bersama pemuda-pemudi pertanyaan-pertanyaan
berikut:
• Perkembangan dan peningkatan apa saja yang mereka rasakan dan
miliki jika dibandingkan waktu remaja dahulu?
• Pernahkah merasa bahwa dirinya mengalami stagnasi dalam hidup?
• Apakah saat ini masih ada hal-hal, keterampilan, target hidup, atau
cita-cita yang masih belum tercapai dan sedang diusahakan? Coba
ceritakan!
2. Sampaikanlah bagian fokus untuk menegaskan hakikat manusia yang
terus bertumbuh dan berkembang.
3. Pertumbuhan dan peningkatan diri tentu tidak hanya diukur dari segi
material saja, maka dari itu pengkhotbah menyampaikan ulasan
penjelasan teks dengan menekankan peningkatan nilai dan kualitas
iman.
4. Tutuplah renungan dengan menyampaikan bagian pengenaan.

8
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Juli 2023

“SPECIALIST”
Bacaan
Keluaran 35:30-36:7

Tujuan
1. Pemuda mengenali potensi dan kemampuan unik dan khusus yang ada
di dalam dirinya.
2. Pemuda mempelajari dan menekuni lebih dalam spesialisasi atau
kemampuan khusus yang dimilikinya.
3. Pemuda berperan aktif dan partisipatif dalam kehidupan melalui
spesialisasi atau kemampuan khusus yang dimilikinya.

Fokus
Terkadang kita minder dengan orang yang punya pengetahuan banyak.
Rasa-rasanya dia atau mereka itu sangat pandai. Tahu segalanya dan
banyak tahunya. Bisa jadi orang itu belajar banyak hal dan juga mengalami
banyak hal. Dia rajin baca, ikut seminar, aktif berorganisasi, dan lain
sebagainya. Maka tak salah jika orang itu punya kemampuan dan tahu
banyak hal. Akan tetapi, di sisi lain orang yang tahu banyak hal, mungkin
tidak mendalami hal-hal yang diketahuinya itu. Sekadar tahu, tapi tidak
ahli di dalamnya.

Tema kita hari ini ingin mengajarkan kita untuk melihat diri kita lebih utuh
lagi. Kita bisa banyak belajar dan mendapatkan berbagai pengetahuan, tapi
hal yang perlu disadari juga ialah kita perlu mendalami sesuatu hal
tersebut. Kita bisa belajar banyak dan punya beragam kompetensi, akan
tetapi kita perlu mendalami kompetensi khusus, yang menjadikan kita ahli
dalam bidang/hal tertentu. Kekhususan atau spesialisasi diri pada suatu hal
atau kemampuan tertentu menjadi keuntungan tersendiri. Berat rasanya
jika harus bisa segalanya, tetapi kalau kita bisa mendalami kemampuan
khusus, maka hal itu menjadi nilai tambah untuk diri kita. Jika bicara soal
“harga”, maka orang yang punya kemampuan khusus “harga”-nya lebih

9
mahal ketimbang talent lainnya. Kita pun dicari orang banyak karena
kekhususan dan spesialisasi kita.

Pendek kata, ketika kita hanya memiliki satu atau dua keahlian khusus,
maka hal itu bukan suatu kelemahan diri yang disesali. Sebaliknya, kita
harus mengapresiasi dan menekuni suatu kemampuan, kompetensi, dan
atau keahlian khusus, karena melaluinya karya Tuhan juga
diwujudnyatakan.

Penjelasan Teks
Bacaan hari ini berkisah tentang pemanggilan Allah dalam diri Bezaleel
dan Aholiab, serta orang-orang ahli untuk membangun Bait Suci. Bezaleel
diperkenalkan dalam Keluaran 35:30-31, “Berkatalah Musa kepada orang
Israel: "Lihatlah, TUHAN telah menunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari
suku Yehuda, dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan
keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,”
Bezalel berasal dari suku Yehuda, salah satu yang terbesar (jika bukan
yang terbesar) di antara suku lain. Bezaleel adalah orang pertama dalam
Kitab Suci yang digambarkan dipenuhi dengan Roh Allah. Menariknya,
dia bukanlah seorang imam atau nabi. Dia tidak memegang peran
"religius" resmi. Sebaliknya, dia adalah seorang pengrajin. Tetapi Tuhan
tidak memanggil Bezaleel untuk melayani dirinya sendiri. Tuhan tahu
pekerjaan yang Dia panggil untuk Bezalee selesaikan di dalam Kemah
Suci, perabotan yang akan didedikasikan untuk penyembahan kepada
Tuhan, akan membutuhkan lebih banyak orang. Dibutuhkan seseorang
yang mampu mengajar orang lain – Bezalel ditunjuk untuk memimpin.
“Dan Dia telah memberikan baik Bezaleel maupun Aholiab anak
Ahisamak, dari suku Dan, kemampuan untuk mengajar orang lain”
(Keluaran 35:34).

Selain Bezaleel sang generalis, Tuhan juga memanggil Aholiab. Aholiab


berasal dari Suku Dan. Aholiab bekerja sebagai pengukir dan penyulam
selama pengerjaan Kemah Suci. Dialah spesialisnya dalam hal furniture
dan perabotan Kemah Suci. Hal ini menunjukkan bahwa dia memiliki
10
keahlian dalam berbagai bidang seni. Aholiab memiliki keterampilan
artistik, yang Tuhan ingin gunakan untuk membantu perabotan di Kemah
Suci. Dengan kata lain, dalam proyek pengerjaan dan pembangunan
Kemah Suci, posisi Aholiab ialah membantu Bezalel.

Akan tetapi, kendatipun Bezaleel dan Aholiab berasal dari kehidupan yang
jauh berbeda. Bacaan kita memperlihatkan bahwa keduanya bekerja sama
dalam ukuran yang setara. Hal ini menegaskan bahwa Tuhan
memperlengkapi setiap orang dengan keahlian dan spesialisasi masing-
masing bukan untuk berkompetisi, melainkan berkolaborasi. Keahlian
yang Tuhan percayakan, dan spesialisasi yang dimiliki seseorang,
merupakan

Saat Bezalel dan Aholiab, serta mereka yang berkarya bersama dengan
Tuhan, maka mereka menghasilkan hasil yang luar biasa. Hasilnya adalah
sebuah Kemah Suci yang tidak hanya memenuhi spesifikasi Tuhan, tetapi
juga menampilkan visi-Nya. Contoh kisah Bezaleel dan Aholiab, serta
orang-orang ahli yang punya spesialisasi kemampuannya masing-masing
tersebut menunjukkan betapa Tuhan menginginkan kita untuk bermitra
dengan-Nya dalam pekerjaan-Nya, baik dalam membangun gedung,
mengembangkan bisnis, merintis produk atau layanan baru, atau proyek
lain apa pun yang kita lakukan. Tuhan memanggil Bezalel untuk menjadi
seorang pengrajin, memberinya kemampuan untuk melakukannya dengan
sangat baik. Tuhan memanggil Aholiab sang art expertist untuk mengukir
dan menyulam perabotan. Artinya, Tuhan akan dan bisa memanggil kita
untuk melakukan pekerjaan-Nya seturut spesialisasi keahlian kita.

Jika Tuhan telah memberkati kita dengan keterampilan yang luar biasa,
Dia mungkin juga memberi kita kemampuan untuk mengajarkan
keterampilan itu kepada orang lain. Mempertimbangkan pengalaman dan
keterampilan Anda sebelumnya, apakah Anda seorang generalis atau
spesialis? Untuk mengalokasikan waktu Anda dengan sebaik-baiknya, ada
baiknya untuk mengetahui. Dengan menggabungkan rancangan Tuhan dan
pekerjaan Anda yang luar biasa, Anda mungkin akan kagum dengan
tanggapan yang murah hati dari orang lain!
11
Pengenaan
Masa muda adalah masa yang bebas untuk belajar dan mengeksporasi hal
apa pun. Bisa tahu banyak, dan bisa banyak tahu. Akan tetapi, perlu juga
disadari bahwa ada hal-hal yang kemudian sudah harus menjadi
konsentrasi hidupnya atau sesuatu yang harus didalami dan disetiakan oleh
dirinya. Selain tahu banyak, orang muda harusnya juga mau belajar
mendalami dan menekuni suatu hal yang penting bagi dirinya. Entah itu
kemampuan, karakter, kebiasaan, dan lain segala macamnya. Sebab, selain
tahu banyak, kita juga harus tahu secara mendalam alias menjadi ahlinya.

Dalam dunia kerja,


dikenal pengelompokan
karyawan berdasarkan
kemampuan atau
spesialisasinya. Secara
sederhana dibagi dalam
dua golongan, yakni
generalis dan spesialis.
Generalis digambarkan
sebagai satu garis lurus
horizonal, yakni tipe
yang mampu lebih dari
satu bidang/kemampuan
tetapi levelnya tidak
dalam. Sementara itu,
ada tipe spesialis, yakni
tidak memiliki ragam
kemampuan, tetapi sangat ahli dalam satu bidang. Namun demikian,
pendalaman akan kemampuan/keahlian ini juga memiliki kolaborasinya.
Ada dua tipe lain yang merupakan gabungan dari dua tipe sebelumnya,
yakni T-shaped person dan M-shape person.

12
T-shaped person adalah
orang yang memiliki
beragam kemampuan di
banyak bidang
(generalis), tetapi
memiliki spesialisasi di
salah satu bidang
tersebut. Misalnya
seorang dokter spesialis,
dia tahu ilmu kedokteran
umum, tetapi punya satu
spesialisasi khusus.
Bahkan terkadang,
spesialisasinya lebih
spesifik dan tertentu,
semisal dokter spesialis
anak khusus pencernaan,
dokter spesialis bedah mulut, dlsb. Seorang polisi punya keahlian khusus
untuk menangani suatu tindak kejahatan, semisal reskrimsus cyber crime,
reskrimsus korupsi, reskrimsus sumdaling (sumber daya lingkungan)

13
M-Shaped person
adalah orang yang
memiliki
kemampuan umum,
tetapi memiliki tiga
spesialisasi.
Misalnya seorang
yang bekerja di bank.
Dia akan
mempelajari dan
mengetahui semua
sistem umum
perbankan, tetapi ada
hal-hal yang sangat
didalami dan menjadi
keahlian kuncinya.
Semisal, seorang
karyawan bank
punya spesialisasi dalam bidang Kredit Korporasi, Pajak Perbankan, dan
Business Plan Project.

Jika seseorang memiliki lebih dari tiga spesialisasi, maka ia bisa tergolong
sebagai comb-shaped people atau orang “sisir”. Orang tipe ini memiliki
kelebihan yang tidak berupa keahlian yang tidak terbatas hanya pada dua
atau tiga bidang saja, namun akan terus berkembang menjadi empat, lima,
enam, dst (layaknya bentuk sisir).

Dalam kehidupan pelayanan gereja, kombinasi tipe orang generalis-


spesialis ini juga diperlukan untuk pertumbuhan jemaat. Tidak semua bisa
dikerjakan sendiri, tetapi juga tidak sendirian kita bekerja. Artinya, setiap
pemuda yang punya keahlian khusus dapat berkontribusi melalui
kemampuannya dan mewarnai kehidupan bergereja. Misalnya, anak muda
yang punya kemampuan art dapat menjadi bagian dari dekorasi gereja.
Mereka yang punya kemampuan finance, bisa menjadi bendahara. Mereka
14
yang punya kemampuan masak, bisa melayani bagian konsumsi. Tentu
masih banyak contoh lainnya. Pada intinya, seperti Bezaleel dan Aholiab,
Tuhan membentuk dan memperlengkapi kita dengan kemampuan dan
talenta-Nya. Roh Allah ada dalam diri kita, untuk bekerja dan berkarya
menghasilkan buah. Bahkan, Tuhan juga mempercayakan kemampuan
khusus/spesial yang mungkin barangkali hanya dimiliki kita saja dan hal
itu harus terus menerus kita asah. Spesialisasi dalam diri kita harus
ditemukan, diusahakan, dan diasah. Mungkin kita bisa banyak hal, akan
tetapi kita juga perlu mendalami suatu hal yang memang menjadi bagian
kita. Prinsipnya, spesialisasi diri kita bukan hanya untuk kepentingan diri
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan bersama demi memuliakan nama
Tuhan.

Penyampaian
1. Ajak peserta untuk menonton video “Galau Karir: Generalis vs
Spesiali?” https://www.youtube.com/watch?v=QHSjVrC7-_4
2. Ajak peserta untuk berpendapat tentang video tersebut dengan
merefleksikannya pada diri mereka masing-masing:
• Setujukah dengan pendapat dalam video tersebut?
• Yang mana kamu: generalis atau spesialis? Kamu tahu segalanya
atau kamu tahu yang sedalamnya?
3. Sampaikanlah bahwa keduanya sama-sama dibutuhkan, sebab setiap
orang diciptakan dengan keunikan, kemampuan, dan keahlian yang
sangat beragam. Orang muda diajak untuk menyadari pentingnya suatu
kompetensi khusus. (Lihat Fokus)
4. Uraikanlah bacaan Alkitab yang berkisah tentang pembangunan Kemah
Suci. Tuhan memanggil Bezaleel sang generalis dan Aholiab sang
spesialis. Tuhan mempercayakan dan memperlengkapi mereka untuk
berkolaborasi dan bersinergi bersama sesuai kemampuan dan keahlian
masing-masing. (Lihat penjelasan teks)
5. Sampaikanlah bagian pengenaan, untuk menjelaskan pentingnya
kombinasi generalis dan spesialis. Sekalipun orang muda bisa tahu
banyak hal, orang muda juga perlu mendalami kompetensi yang
spesifik.

15
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Juli 2023

“OUT OF THE BOX”


Bacaan
1 Samuel 21:10-15

Tujuan
1. Pemuda menggunakan akal budi dan akal pikirnya secara kreatif dan
bertanggungjawab.
2. Pemuda mengelaborasi berbagai perspektif atau sudut pandang sebagai
upaya berpikir out of the box.
3. Pemuda berani berpikir out of the box dengan tujuan atau maksud yang
tepat, serta cara yang baik dan benar.

Fokus
Out of the box adalah sebuah cara berpikir yang di luar batas wajar atau
kebiasaan pada umumnya. lazimnya kita mengenal istilah ini dengan
istilah lain yang lebih akrab di telinga kita, yakni kreativitas. Harus
disadari bahwa tidak selamanya cara yang biasa masih berlaku untuk suatu
persoalan atau permasalahan tertentu. Sebab, seiring berjalannya waktu
ada banyak perubahan dan tantangan yang mungkin saja memaksa dan
menuntut kita untuk mencari cara yang tidak biasa. Tak hanya itu, ketika
semua orang memilih dan memakai sesuatu barang yang sama maka suatu
barang yang unik tak lagi menjadi menarik karena sudah terlalu biasa.
Dengan kata lain, perspektif out of the box memang sungguh diperlukan
dan harus dikembangkan oleh setiap kita agar kita mampu bersaing,
berkembang, dan tetap eksis.

Akan tetapi kita harus menyadari juga dampak lain dari perspektif atau
cara berpikir out of the box. Sebab tidak sedikit yang saking berpikir di
luar kewajaran dan kenormalannya, justru malah menghadirkan sikap dan
tindakan perlawanan atau yang sifatnya paradoksal. alih-alih berpikir out
of the box ternyata Justru terjerumus pada dosa, kesalahan atau
pelanggaran. di sinilah kita perlu berhikmat dalam berpikir out of the box

16
dengan menimbang berbagai macam perspektif dalam kita menghadapi
suatu pergumulan atau Rencana kehidupan. Setiap orang berhak untuk
berpikir kreatif dan berpikir menurut kebenarannya sendiri. akan tetapi
kita perlu juga menempatkan tujuan cara dan pencapaian yang benar dan
baik sehingga apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan, dan juga yang
kita rasakan, pada akhirnya tidak menjadi bumerang yang merugikan.
Maka dari itu, melalui tema hari ini kaum muda diingatkan untuk terus
menggunakan akal budi dan akal pikirnya secara kreatif dan bertanggung
jawab sehingga tidak terjebak pada cara tindakan dan pikiran yang salah.

Penjelasan Teks
Daud datang ke Gat mencari perlindungan dari pengejaran Raja Saul
terhadapnya. Akan tetapi Gat merupakan kampung halaman Goliat (17:23)
yang dia bunuh. Lebih buruk lagi, dalam pelariannya Daud membawa
pedang Goliat (ayat 8-9). Sebagai seorang pelarian yang rekam jejaknya
diketahui orang banyak, maka Daud tidak bisa mengelak ketika orang lain
mengenali dirinya. Ketika Daud masuk ke sarang Raja Akhis, ada yang
mengenalinya. Akan tetapi, Raja Akhis tidak mengenalinya. Dan kalaupun
dia mengetahui cerita tentang seorang muda yang membunuh goliat dan
mencuri pedangnya, Raja Akhis ragu bahwa orang itu ialah Daud yang ada
di hadapannya.

Kendati demikian, Daud yang adalah buronan Saul merasa terancam


ketika berada di Gat. Ia orang asing di tengah bangsa Gat. Ketakutan
menyelimuti dirinya, karena bisa jadi Daud bukannya dilindungi
melainkan dijadikan budak, bahkan berpotensi dibunuh. Di dalam kondisi
genting yang demikian, akal pikirnya berjalan. Dia sadar bahwa harus
merencanakan strategi untuk bisa lolos dan lepas dari lingkungan raja
Akhis. Ternyata ada caranya. Daud memang melarikan diri dengan
hidupnya, tetapi tidak dengan harga dirinya. Jika dia datang sebagai
prajurit yang ditakuti, bahkan lebih hebat dari Goliat, akan tetapi dia pergi
sebagai orang gila. Daud entah bagaimana bisa mendapatkan ide untuk
bertindak gila. Jika dia dapat meyakinkan raja bahwa dia telah kehilangan
akal sehatnya, dia tidak akan dianggap serius lagi, dan dia bahkan mungkin
dibiarkan hidup. Jadi Daud mulai menjalankan rencananya. Dia mencoret-
17
coret pintu gerbang kota dan membiarkan air liur mengalir di wajah dan
janggutnya. Dia menjijikkan dan menyedihkan. Jika tindakannya tidak
meyakinkan orang lain, itu meyakinkan raja. Lagipula Raja Akhis memang
tidak ingin membunuh Daud. Maka Raja Akhis menyuruh Daud lari ke
luar kota. Nyawa Daud diampuni.

Situasi genting dan kritis yang dihadapi Daud tentu tidaklah mudah. Dia
berpikir keras untuk bisa lepas dari jeratan maut. Namun di sinilah sisi lain
dari tindakannya yang bisa kita lihat sebagai strategi dan pemikiran yang
cerdik. Memang, kebohongan sekecil apa pun tidak dapat dibenarkan. Kita
bisa melihat kepura-puraan Daud. Akan tetapi, kita perlu tempatkan
konteks kala itu, di mana Daud berada dalam posisi seolah-olah sedang
berperang dan situasi terjepit yang mengancam nyawa. Dengan tidak
melepaskan konteks itu, maka kita bisa mengerti mengapa Daud harus
melakukan kepura-puraan itu. Di situ pun terlihat pemikiran dan
tindakannya yang out of the box, dalam rangka menyelamatkan diri dan
kehidupannya.

Daud melakukan tindakan kepura-puraan dengan tujuan yang dirasanya


perlu dan mendesak. Daud sadar akan kekuatan dan kekuasaan besar yang
harus dihadapinya, sementara dirinya bukan siapa-siapa dan tidak
menjabat sebagai apa-apa. Memang tindakan Daud ini menjadi pisau
bermata dua yang dilematis antara kebenaran versus kebaikan. Tujuan
Daud baik, tapi caranya bisa dinilai tidak benar. Terlepas dari perdebatan
dilematis yang menyoalkan moralitas dan etika, setidaknya Daud
memperlihatkan ketangkasan dan kecerdikannya. Dia bertanggung jawab
atas dirinya sendiri, dan sebenarnya jika ditimbang-timbang tindakan
Daud tidak merugikan orang lain. Lain ceritanya jikalau tindakan kepura-
puraannya justru menyebabkan kerugian untuk orang lain bahkan
menciptakan masalah dan kesalahan yang lebih besar.

Pengenaan
Perspektif adalah sudut pandang yang digunakan untuk memahami atau
memaknai permasalahan tertentu. Sebab, manusia adalah makhluk sosial
yang kerap mempunyai pendapat dan juga pandangan yang berbeda ketika
18
berhadapan dengan suatu hal. Oleh karena itu, seringkali ada perbedaan
perspektif yang memicu terjadinya perbedaan pendapat juga. Di dalam
berbagai bidang, perspektif mempunyai arti yang cenderung berbeda-
beda, dimana hal itu disesuaikan dengan tujuannya masing-masing. Dalam
kehidupan sehari-hari, perspektif terkadang menjadi salah satu acuan
untuk menentukan keputusan guna menyelesaikan sesuatu yang sedang
mereka pikirkan ataupun sedang dikerjakan.

Kekayaan perspektif sejatinya menolong kita untuk melihat apa yang tidak
kita lihat, berpikir apa yang tak terpikirkan, melakukan tindakan yang
sebelumnya tidak pernah kita lakukan. Kadangkala, keragaman perspektif
bisa kita dapatkan sendiri, namun juga melalui bantuan atau pertolongan
orang lain. Perspektif juga bisa kita temukan dari pengalaman pribadi
maupun orang lain, pembelajaran maupun literasi yang kita baca, uji coba
(trial and error), dan masih banyak lainnya. Pada intinya, kita perlu
memperkaya perspektif kita sebagai jendela untuk berpikir dan bertindak
out of the box.

Namun demikian, ada hal yang harus kita sadari dari suatu pencarian atau
elaborasi keragaman perspektif. kebebasan berpikir untuk menemukan
beragam perspektif adalah hal yang wajar dan sah-sah saja. Akan tetapi,
tidak semua perspektif atau sudut pandang tersebut dapat dilakukan, sebab
kita tetap harus memperhatikan batasan-batasan norma dan etika dalam
mewujudkannya. Di sinilah hikmat dan kebijaksanaan diperlukan! Kita
perlu menentukan tujuan, cara, dan mempertimbangkan nilai-nilai yang
tepat dan benar. Hal itu agar kita tidak terjebak pada hal yang salah dan
sesat, alih-alih membenarkan sudut pandang kita, yang mungkin saja
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kita perlu out of the box tapi
jangan sampai out of the truth atau out of the value.

Penyampaian
1. Khotbah dapat dibuka dengan melakukan kegiatan “Mindset Games”
bisa memakai korek api, lidi-lidi yang dipatahkan, atau memakai
tayangan.

19
2. Dari games itu, tanyakan ke peserta pada bagian atau nomer mana yang
tak terpikirkan oleh kita?
3. Diskusikanlah dengan peserta, hal-hal apa saja yang seringkali
menyulitkan kita untuk berpikir out of the box.
4. Sampaikanlah bagian fokus untuk menjelaskan pentingnya berpikir out
of the box.
5. Uraikanlah kisah mengenai Daud di Gat seperti dalam penjelasan teks.
6. Tutuplah khotbah dengan menegaskan bagian pengenaan.
7. Diskusilah bersama peserta menemukan bagaimana cara untuk
menggali, mengelaborasi, dan memperkaya sudut pandang dalam
melihat suatu persoalan dan menemukan solusi atas suatu
permasalahan.
8. Diskusilah bersama peserta untuk mengemukakan ide atau kiat-kiat
agar perspektif out the box tidak kelewatan dan kebablasan menjadi out
of the truth/out of the value (keluar dari kebenaran/keluar dari nilai-
nilai).

Kegiatan

1. Buatlah bentuk sapi menghadap ke belakang dengan memindahkan satu


korek!
2. Buatlah bentuk sapi menghadap ke belakang dengan memindahkan dua
korek!
3. Buatlah bentuk sapi bila terlindas kontainer, dengan memindahkan dua
korek!
4. Buatlah bentuk menjadi dua ekor sapi dengan memindahkan dua korek!

20
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Juli 2023

“HOMO LUDENS”
Bacaan
Amsal 8:30-31

Tujuan
1. Pemuda menyadari bahwa dirinya adalah homo ludens atau manusia
bermain.
2. Pemuda dapat membedakan dampak positif dan negatif dari suatu
permainan bagi kehidupannya.
3. Pemuda menjadikan kesempatan untuk bermain sebagai momen untuk
bertumbuh, belajar, dan mengasah diri.

Fokus
Rasanya kita jarang mendengar istilah homo ludens dalam kehidupan kita.
Istilah yang justru sering kita dengar dan juga mungkin kita sudah pahami
adalah seperti homo sapiens atau homo homini lupus. Istilah homo ludens
sebenarnya bukan istilah baru, apalagi dalam dunia ilmu kebudayaan.
Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang sejarawan dan
budayawan asal Belanda yang bernama Johan Huizinga, melalui bukunya
yang berjudul Homo Ludens. Secara harfiah, homo ludens berarti
“manusia bermain”. Menurut Huizinga, bermain lebih dari hanya sekadar
fenomena psikologis dan reflek psikologis belaka. Bermain juga
melampaui batas-batas dari aktivitas fisik atau aktivitas biologis. Ia
menegaskan bahwa bermain memiliki arti dan makna tertentu. Dalam
bermain ada sesuatu yang melebihi kebutuhan dalam hidup dan
menanamkan pemaknaan kepada tindakan manusia. Menurutnya, bermain
memiliki makna yang menyatakan secara tidak langsung sebuah kualitas
non-materialistis dalam natur alamiah manusia. Pendek kata, bermain
adalah pembentuk budaya dan identitas manusia dalam ruang lingkup
sosio-psikologisnya.

21
Definisi homo ludens menurut Huizinga tidaklah berlebihan jikalau kita
menelisik pengalaman hidup kita, khususnya yang berkaitan dengan masa-
masa bermain. Sewaktu kecil kita belajar sesuatu dari atau dengan
permainan. semisal belajar membaca dari permainan kartu-kartu huruf,
belajar menghitung melalui nyanyian, tarian, dan lain sebagainya. Masa
kecil adalah masa bermain, yang tanpa sadar membentuk siapa kita di
kemudian hari. Kenangan akan masa bermain menolong kita untuk
memiliki daya juang, daya kreatif, kegigihan, sportivitas, dan hal baik
lainnya. Kendati demikian, perkembangan permainan yang dimainkan
pada masa kini tentu punya sisi lainnya tersendiri. Bagaimana tidak?
Bermain yang mengasah banyak hal dalam diri kita, kini bisa dalam
genggaman tangan, yakni pada smartphone kita. Di dunia nyata,
kebutuhan akan hiburan sangat tinggi. Jam kerja yang padat dan tuntutan
kerja yang tinggi menyebabkan permintaan hiburan meningkat. Game
online dapat dijadikan salah satu solusi memenuhi kebutuhan akan hiburan
tersebut. Akan tetapi, permainan daring yang saat ini sangat mudah diakses
di gawai kita, seringkali melenakan kita. Kita bisa lupa waktu, lupa belajar,
lupa ibadah, boros karena uang saku berkurang, bermalas-malasan,
sehingga terkadang pekerjaan lain ditinggalkan, atau berdampak pada
kesehatan mata yang berkurang. Dengan kata lain, jika penggunaan dan
akses game online tidak terkendali dapat membuat diri menjadi tak
terkendali juga. Maka dari itu pentinglah untuk menjadikan kesempatan
atau masa bermain sebagai suatu momen untuk bertumbuh, berkembang,
dan belajar.

Penjelasan Teks
Amsal 8:30-31 merupakan ayat-ayat yang menarik karena berbicara
dengan jelas dan spesifik tentang seperti apa dunia dalam interaksinya
dengan Tuhan. Amsal tersebut memberi tahu kita lebih banyak tentang
frasa yang muncul dalam penciptaan di kitab Kejadian, di mana Tuhan
berkata bahwa Dia melihat apa yang telah diciptakan-Nya itu sungguh
amat baik. Dikatakan bahwa alam semesta yang Tuhan bangun begitu
mencengangkan sehingga menggambarkan setiap ciptaan bersama dengan
Tuhan yang sedang bermain-main. Setiap hari kita menyenangkan Tuhan,
dan begitu sebaliknya, Tuhan bersenang untuk kita. Apa yang Tuhan
22
lakukan dalam dimensi ruang-waktu penciptaan yang sebenarnya begitu
luar biasa dan rumit, oleh penulis amsal hanya dapat digambarkan sebagai
suatu kesenangan dalam bermain. Pertanyaannya, mengapa demikian?

Dalam ayat Firman Tuhan saat ini, “bermain” berasal dari kata Ibrani
“sachaq” yang artinya tertawa, menghibur, bermain, merayakan,
bergembira. Dalam hal ini, penulis Amsal menggambarkan bahwa Tuhan
bersukacita atas penciptaan dunia. Bagi Tuhan, penciptaan yang
dilakukan-Nya adalah untuk menghadirkan sukacita bersama-sama.
Seperti layaknya orangtua yang bermain dengan anak atau anak-anaknya,
penulis Amsal menggambarkan relasi antara Tuhan dengan kita ciptaan-
Nya. Bumi dan isinya yang terbentang luas menjadi ruang dan waktu yang
memberi pertumbuhan kepada kita. Kita bebas bermain di dalam dan
bersama Tuhan melalui apa yang telah diciptakan-Nya. Aktivitas bermain
menjadi suatu gerak dan karya yang melaluinya, Tuhan menghadirkan
kebahagiaan atau kesenangan. Tak hanya itu, bermain di atas bumi dan
berinteraksi dengan segala ciptaan isinya menjadi ruang dan waktu untuk
mengenal dan menghayati Tuhan.

Penulis Amsal memperlihatkan wajah Tuhan yang penuh kehangatan dan


keceriaan. Tuhan menciptakan dunia ini sebagai tempat kehidupan yang
memberikan pertumbuhan dan pengalaman bagi ciptaannya. Salah satunya
ialah dunia sebagai tempat bermain. Bermain bukanlah sekadar
menghabiskan waktu oleh karena tidak punya kegiatan. Bermain bukan
sebatas hiburan semata! Bermain artinya berkarya. Bermain di dalam dan
bersama Tuhan ialah beraktivitas dalam gerak Allah yang berkarya bagi
kehidupan. Artinya, kita boleh dan bisa bermain, akan tetapi aktivitas itu
harus memiliki tujuan dan makna yang membangun kehidupan diri kita
dan sekitar kita. Tuhan bersukacita melihat kita bertumbuh dan belajar
melalui bermain. Kegembiraan yang ditimbulkan oleh aktivitas bermain
yang positif menjadi suatu hasil yang sekiranya dapat mengingatkan kita
pada Tuhan Sang Pencipta. Melalui bermain, kita juga didorong untuk
mengembangkan diri dan kemampuan yang Tuhan anugerahkan. Itulah
mengapa, kesenangan-Nya menjadi kesenangan kita. Sebaliknya,
kesenangan kita menjadi kesenangan-Nya.
23
Pengenaan
Bermain dan belajar berjalan bersamaan. Keduanya bukan aktivitas
terpisah, keduanya justru aktivitas yang saling terkait. Seorang psikolog
bernama Fitriana Herarti menyampaikan bahwa bermain merupakan
implementasi dari stimulasi perkembangan. Anak dapat meningkatkan
fungsi kognitif, melatih pengendalian diri dan emosi, membantu
pertumbuhan fisik, melatih keterampilan motorik, merangsang kreativitas,
dan mengembangkan sportivitas. Fitriana memberikan contoh atau praktik
baik bagaimana permainan kecil seperti ciluk-ba dapat mengubah cara
pandang anak kecil dalam memahami dunia. Sebab, bermain, khususnya
di usia lima tahun pertama bukan saja menyenangkan bagi anak, tetapi
juga mendorong stimulasi yang penting bagi pertumbuhan otak. Lebih
lanjut, dia menerangkan bahwa 90% otak anak terbentuk di 5 tahun
pertama. Hanya 10% otak terbentuk setelah usia 5 tahun. Stimulasi dapat
membuat jaringan otak saling terkait.

Tahapan bermain menjadi suatu hal yang penting dalam pertumbuhan


manusia. Tak hanya sewaktu usia dini saja, tetapi bermain menjadi suatu
aktivitas yang terus merangsang kita untuk mengalami pembelajaran baru.
Bermain dapat mengasah konsentrasi, kreativitas, mengembangkan
perencanaan strategis, belajar setia para aturan (rules) yang berlaku, dan
juga melepas penat di tengah kesibukan yang ada. Bermain pun dapat
melatih fisik, kognitif, dan afektif kita. Tak jarang pula bahwa melalui
aktivitas bermain, kita menemukan bakat kita. Malah, tidak sedikit atlet-
atlet yang berkiprah saat ini diawali dari kesenangannya bermain suatu
permainan tertentu, entah itu atlet cabang olahraga, atau atlet e-sport yang
belakangan ini sedang marak berkembang. Itulah homo ludens atau
manusia bermain.

Akan tetapi, selain manfaat baik dari suatu aktivitas bermain, kita perlu
mengetahui bahaya dari aktivitas bermain yang mungkin saja mengancam
kehidupan seseorang. Bermain yang tak punya tujuan, tidak tahu waktu,
tidak tahu tempat, tidak dalam pengawasan yang tepat, melanggar batasan
norma dan kewajaran, semuanya itu dapat mengancam kehidupan, bahkan
24
nyawa. Itulah yang harus diwaspadai. Bermain boleh saja, tetapi jangan
hanya untuk main-main belaka, tanpa ada manfaat dan dampak yang
dicapai melaluinya.

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/527178/pentingnya-
bermain-sebagai-bagian-dari-belajar-pada-anak-usia-dini

Penyampaian
1. Diskusikanlah kepada para peserta:
• Game (online) apa yang saat ini sedang mereka mainkan?
• Pernahkah merasa bosan dengan game tersebut? (Ya/tidak)
Mengapa?
• Kenapa kamu memilih untuk memainkan game tersebut? Coba
ceritakan!
2. Sampaikanlah kepada peserta mengenai salah satu hakikat manusia
yang mungkin jarang atau bahkan tidak pernah didengar, yakni homo
ludens. Lihat bagian fokus.
3. Bermain itu aktivitas yang lazim dilakukan setiap orang. Akan tetapi,
kadangkala tujuan bermainnyalah yang tidak jelas dan kurang tepat.
Pengkhotbah dapat menyampaikan refleksi atau penghayatan penulis
Amsal, pada bagian penjelasan teks. Jelaskanlah bagaimana penulis
Amsal menggambarkan hubungan antara Tuhan, dunia yang
diciptakan-Nya, dan aktivitas bermain.
4. Sampaikanlah bagian pengenaan untuk menegaskan dan
menyimpulkan hakikat manusia sebagai homo ludens. Selain itu,
peserta diajak untuk berpikir kritis juga mengenai sisi lain dari aktivitas
bermain, yang mungkin saja mengancam diri dan kehidupan.
Berikanlah contoh-contoh misalnya melalui kegiatan 1 dan 2.

25
Kegiatan
1. Menonton video “Berawal dari Hobi Main Game, Kini Jadi Atlet E-
Sport” https://www.youtube.com/watch?v=P76RG81Db2M
2. Membaca artikel “Anak Main Petasan di Rumah, Bangunan di
Surabaya Terbakar, Belasan Mobil Pemadam Diberangkatkan”
https://jatim.tribunnews.com/2023/04/18/anak-main-petasan-di-
rumah-bangunan-di-surabaya-terbakar-belasan-mobil-pemadam-
diberangkatkan

26
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima Juli 2023

“RETREAT”
Bacaan
Lukas 5:15-16

Tujuan
1. Pemuda tersadar untuk tidak terjebak dalam jeratan kesibukan atau
kecenderungan workaholic.
2. Pemuda punya waktu untuk rehat dan menarik diri sejenak dari segala
rutinitas dengan tujuan membangun diri dan memulihkan relasinya
terhadap sesama.
3. Pemuda berkomitmen untuk membangun kehidupan spiritualitas
dengan Tuhan.

Fokus
Sadar atau tidak kesibukan seringkali menjadi sebuah jeratan dalam hidup
kita, khususnya bagi kita yang sibuk bekerja, menyelesaikan studi pada
bagian-bagian akhir, lalu juga ketika kita sudah membangun kehidupan
bersama dengan pasangan di awal-awal pernikahan. Tak jarang kita
merasa lelah, jengah, dan penat akan setiap rutinitas yang kita alami dan
harus kita lakukan setiap harinya. sejatinya memiliki kesibukan atau
kegiatan tertentu Tidak masalah dan tidak salah, akan tetapi kalau kita
tidak mengatur waktu dengan baik maka hal itu bisa menjadi persoalan
tersendiri. Serangkaian target, harapan, cita-cita, keinginan, bahkan
kebutuhan hidup, acap kali menjadi motivasi kita untuk bekerja keras
sedemikian rupa sampai-sampai akhirnya lupa akan kehidupan bagi diri
kita sendiri maupun juga relasi dengan sesama. jika kita mengalami hal
yang seperti itu maka hal itu sudah menjadi penanda bagi kita untuk perlu
rehat sejenak dan mengambil waktu sendiri ataupun juga menyepi untuk
mengutuhkan diri kembali.

Pertanyaannya seberapa sering kita mengambil waktu sejenak “menjauh”


dari segala kesibukan kita? Jika kita punya waktu untuk retreat atau

27
refreshing, apa yang kita lakukan? Apakah hanya hura-hura? Apakah kita
menjadikannya moment of silence? Apakah sekadar istirahat dan
menjadikannya kesempatan untuk healing? Di tengah beragamnya
motivasi dan tujuan untuk retreat, melalui tema hari ini, kita diingatkan
pentingnya retreat yang dilakukan dengan tujuan dan dasar yang tepat,
yakni menarik diri dan menyempatkan diri untuk membangun spiritualitas
dan persekutuan dengan Tuhan.

Penjelasan Teks
Bacaan hari ini dibuka dengan sebuah pernyataan bahwa kabar tentang
Yesus telah menyebar ke berbagai tempat. Kisah penyembuhan, mujizat,
bahkan pengajaran, menjadi viral. Hal itu berdampak pada banyaknya
orang-orang yang mencari Yesus untuk melihat, mengenal, dan
mengalami mujizat Yesus. Dikatakan dalam bacaan kita dengan kata
“berbondong-bondong”. Hal itu menunjukkan kedatangan orang banyak
itu dalam jumlah yang besar dan dengan intensitas waktu yang padat
kepada Yesus. Menghadapi dan menanggapi orang banyak yang datang
kepada Yesus tentu membutuhkan energi yang tidak sedikit. Kita bisa
membayangkan kelelahan Yesus, yang tentu bukan saja lelah secara fisik,
tapi mungkin juga batin bahkan lelah spiritual. Kita dapat menyimpulkan
bahwa Yesus Kristus sangat sibuk dengan semua orang banyak yang
datang kepada-Nya, dan dia pasti jauh lebih sibuk daripada banyak dari
kita. Tapi mari kita lihat apa yang Yesus lakukan. Ayat 16 menegaskan,
“Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan
berdoa”.

Ketika kata "akan tetapi" muncul, itu selalu mengontraskan apa yang
mendahuluinya dengan apa yang mengikutinya. Dalam kasus ini, yang
mendahului adalah gambaran tentang Yesus Kristus yang sangat sibuk.
Apa yang mengikutinya, memberi tahu kita bahwa meskipun dia sangat
sibuk, dia menarik diri ke padang gurun atau tempat sunyi, dan berdoa.
Dalam teks Yunani, tenses yang digunakan adalah imperfect yang
menunjukkan bahwa sesuatu telah dilakukan berulang kali dan konsisten
di masa lalu. Artinya, Yesus SELALU sangat sibuk, dengan banyak orang
yang datang kepadanya, TETAPI dia juga SELALU meluangkan waktu
28
untuk berdoa. Dengan kata lain, doa adalah KEBIASAAN Yesus Kristus,
sesuatu yang Yesus berikan prioritas utama bahkan ketika Dia sangat
sibuk.

Pada gilirannya, tindakan ini menunjukkan pentingnya memiliki waktu


tenang untuk berdoa. Kepentingan ini begitu besar sehingga Yesus Kristus,
biasa mengalokasikan bagian-bagian khusus dari waktu-Nya untuk
berdoa. Selain itu, tindakan-Nya yang menarik diri (hupochoreo)
menunjukkan bahwa menyepi untuk berdoa bukanlah masalah waktu
tetapi masalah prioritas. Yesus Kristus punya waktu untuk berdoa karena
Dia memutuskan untuk menyediakan waktu untuk berdoa. Di tengah
kesibukan-Nya, Yesus dengan sadar menyediakan waktu untuk tenang dan
berdoa.

Menarik diri dari segala kesibukan menjadi cara Yesus untuk tetap pada
jalur-Nya. Keviralan Yesus sangat menaikkan popularitas-Nya. Tentu ada
banyak godaan dan cobaan ketika hal itu tidak diimbangi dengan
spiritualitas doa dan kebiasaan menarik diri. Teladan Yesus tersebut
menyimpan pesan lain bahwa menarik diri dan berdoa menolong kita
untuk menentukan apa yang tepat sesuai kehendak Bapa di sorga. Menarik
diri untuk tenang dan berdoa menjadi suatu perhentian sejenak, untuk
menentukan suatu keputusan dan pilihan ke depan. Tindakan itu juga
menolong tatkala glorifikasi diri Yesus akan menjeratnya pada
kesombongan. Dengan kata lain, menari diri dan berdoa adalah bagian
penting dari kehidupan Kristen. Kita perlu memastikan bahwa kita
menyisihkan waktu setiap hari untuk dihabiskan dalam tenang dan doa,
mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan, mencari hikmat-Nya, meminta
pengampunan dan kasih karunia-Nya, mengakui dosa-dosa kita, dan
bersyafaat bagi orang lain.

Pengenaan
Disadari atau tidak, retreat yang seringkali kita ikuti dan lakukan,
khususnya dalam kehidupan bergereja di lingkungan GKI, identik dengan
kebersamaan, ragam sesi dan permainan, dedication service, trekking,
dlsb. Sebenarnya, hal itu tidak salah. Ada tujuan dan maksud yang hendak
29
dicapai dari suatu retreat dengan konten-konten kegiatan yang demikian,
mengingat gereja perlu terus membangun relasionalitas yang kuat, bersatu,
dan sehati-sepikir. Apalagi retreat yang semacam itu juga menjadi
jawaban di tengah situasi pasca pandemi, di mana sebelumnya kita
terpisah, berjarak, dan terisolasi masing-masing. Akan tetapi, retreat bukan
sekadar refreshment belaka, apalagi suatu bentuk rekreasi saja. Maka dari
itu, hupochoreo (menarik atau mengundurkan diri) versi Yesus menjadi
sebentuk ide dan metode bagi kita mengembangkan konten dalam retreat.
Retreat versi Yesus merupakan suatu jawaban di tengah kesibukan dan
kebisingan hidup yang diwarnai tekanan, permintaan, atau mungkin
tuntutan hidup.

Kita semua dengan satu atau lain cara mengalokasikan waktu kita untuk
berbagai aktivitas. Oleh karena itu pertanyaannya bukanlah apakah kita
punya waktu atau tidak, karena hari memiliki waktu yang sama untuk kita
semua, seperti yang juga dimiliki Yesus yaitu 24 jam. Yang perlu
ditanyakan pada diri kita adalah apa doa merupakan prioritas dalam jadwal
waktu kita sehari-hari? Apakah doa merupakan salah satu prioritas utama
kita seperti untuk Yesus atau apakah itu sesuatu yang kita putuskan untuk
lakukan setelah kita selesai dengan aktivitas lain seperti bekerja, sekolah,
berkebun, menonton TV, tidur, dll.? Adakah waktu yang kita sengajakan
untuk retreat sejenak, dan membangun kehidupan spiritualitas dengan
berdoa? Teladan Yesus mengajak agar kita menjadikan doa sebagai
keutamaan di tengah kesibukan yang melanda kita. Jadi, daripada pertama-
tama mengalokasikan waktu untuk semua kegiatan lain dan kemudian, jika
masih ada waktu, mencurahkannya untuk berdoa, lebih baik kita pertama-
tama menetapkan waktu untuk doa dan kemudian atur waktu Anda untuk
aktivitas lain. Kalaupun ternyata masih terasa sulit, sengajakanlah waktu
kosong untuk kita menarik diri dari segala aktivitas, mengheningkan
pikiran dan perasaan, dan perbanyak waktu berdoa, bercakap pada Tuhan,
dan mendengar isi hati Tuhan. Dengan demikian, retreat menolong
keseluruhan diri kita, mulai dari fisik, mental, perasaan, dan spiritual.

30
Penyampaian
1. Tanyakan kepada peserta, “apa yang dipahami tentang retreat?” dan
“apa yang biasanya dilakukan dalam retreat yang pernah diikuti?”
2. Sampaikanlah bahwa pada umumnya retreat ala kita “GKI” adalah
mayoritas bersifat kebersamaan dan seminar. Retreat menjadi
kesempatan untuk membangun persekutuan dan menambah
pengetahuan serta pemahaman. Kenyataan itu tidak salah, tapi rasanya
kurang memadai. Retreat menjadi metode belaka tapi bukan jawaban.
3. Sampaikanlah bagian fokus mengenai realitas kesibukan yang
membuat kita sulit mendapat ketenangan. Kesibukan yang
menenggelamkan dan menjebak kita pada kelelahan dan kekeringan
batin.
4. Uraikanlah bagian penjelasan teks yang memperlihatkan bahwa
fenomena kesibukan yang melelahkan juga terjadi pada Yesus.
Tekankan bagaimana Yesus menyiasatinya dan menjalaninya.
Fokuskan pada cara Yesus menemukan jalan spiritualnya, yakni
menarik diri dan berdoa.
5. Ajaklah peserta menelisik dirinya dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Apakah ada waktu retreat pribadi untuk mencari ketenangan dan
membangun kehidupan berdoa? Tegaskanlah bagian pengenaan untuk
membukakan pikiran dan pengalaman para peserta.
6. Ajaklah peserta untuk merancang bentuk retreat yang terinspirasi dari
tindakan Yesus yang sekiranya bisa dilakukan dalam kehidupan
mereka. Semisal: resting camp, healthy life camp, prayer camp, silent
day, dlsb.

31
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Agustus 2023

“SINODE”
Bacaan
Lukas 24:13-35

Tujuan
1. Pemuda mengerti makna sinode
2. Pemuda menerapkan hidup berjalan bersama dalam keberagaman

Fokus
Sinode merupakan sebuah istilah khas dalam organisasi Gereja Kristen
Indonesia (GKI). Dalam perkembangan gerakan gereja di Indonesia,
istilah sinode ini juga dipakai di gereja gereja lain. Oleh sebab itu di
Minggu ini, kita akan bersama-sama merenungkan apa itu sinode, makna
kehidupan bersinode, dan mengerti bagaimana menghidupi sinode dalam
kehidupan sesehari.
Penjelasan Teks
Konteks bacaan kita pada minggu ini adalah beberapa saat setelah
peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Peristiwa tersebut menjadi viral pada
masanya karena jenazah Yesus tidak ditemukan di dalam kubur. Ada yang
beranggapan bahwa jenazah Yesus dicuri oleh para murid-Nya. Namun hal
ini merupakan sebuah kejanggalan, karena kubur Yesus dijaga oleh
pasukan yang terlatih dan berpengalaman. Selain itu, para murid sendiri
juga tak memiliki kemampuan untuk memelihara jenazah. Petrus sendiri
menjadi saksi bahwa ia tak melihat jenazah Yesus dalam kubur-Nya (Luk
24:12). Hal ini menunjukkan bahwa isu kebangkitan Yesus semakin
mendekati kebenaran, meski tak sedikit yang meragukannya, termasuk
lingkungan para murid.

Dalam perikop yang kita baca, dikisahkan dua murid Yesus sedang
melakukan perjalanan. Salah satunya bernama Kleopas (ay. 18). Kedua
murid ini kemungkinan besar adalah murid-murid Yesus selain 12 murid
32
Yesus terdekat (para rasul). Hal ini ditunjukkan ketika mereka tidak
bersama dengan para rasul dan justru sedang melakukan perjalanan ke
Emaus. Dalam perjalanannya mereka membicarakan tentang kisah yang
sedang viral yakni kisah kebangkitan Tuhan Yesus. Percakapan mereka
bukanlah percakapan sederhana. Keterangan “bercakap-cakap dan
bertukar pikiran” (ay. 15) menjadi penekanan bahwa kedua orang ini
membicarakan dengan serius dan mencoba untuk mengaitkan dengan
informasi-informasi yang mereka dapatkan dengan seksama.

Disepanjang perjalanan itulah mereka berjumpa dengan Yesus dalam rupa


yang lain. Mereka tak menyadari bahwa orang yang mereka temui adalah
Yesus karena tertutup oleh sesuatu yang menghalangi (ay. 16). Kejadian
kedua orang ini mirip dengan apa yang dialami oleh Petrus ketika menjala
ikan (Yoh 21:1-14). Petrus dan temannya tak menyadari bahwa mereka
telah berjumpa dengan Yesus. Kembali ke kisah Kleopas dan temannya,
merekapun tak menyadari bahwa mereka mengalami perjumpaan dengan
Yesus. Padahal mereka pasti sangat mengenal baik itu wajah, postur tubuh,
gaya bicara, suara dari Yesus, karena memang kemungkinan besar mereka
pernah berjumpa dengan Yesus. Namun yang pasti mereka tak mengenali
sama sekali bahwa itu Yesus.

Peristiwa tersebut dilanjutkan dengan percakapan. Lazim ditemukan pada


masanya, bahwa sesame pengembara berjumpa dengan pengembara lain
dan saling bertegur sapa dan berkenalan satu sama lain. Perjumpaan kedua
murid dan Yesus ini tak diawali dengan perkenalan, namun Yesus dalam
rupa yang tak dikenali langsung masuk dalam percapakan kedua murid.
Disinilah terjadi diskusi bersama, yang diawali dari dua orang, kini
menjadi tiga orang. Perjalanan bersama diwarnai dengan pembicaraan
bersama.

Dalam perjalanan tersebut terjadi percakapan dari dua pihak. Pihak


pertama yakni Kleopas dan temannya. Mereka membicarakan tentang apa
yang terjadi dengan Yesus mulai Ia hidup, ia mati, dan kisah isu
kebangkitan-Nya. Setelah mengutarakan semuanya, Yesus sebagai pihak
kedua kembali menanggapi mereka dengan kata-kata yang pedas. Yesus
33
menjelaskan mengenai pengajaran-Nya mengenai Mesias yang memang
harus menderita. Dalam perjalanan ke Emaus inilah kedua pihak ini
berjalan bersama dan berkomunikasi bersama.

Konsep berjalan bersama (sun: bersama; hodos: jalan) inilah yang


dikemudian hari kita kenal dengan kata “sinode”. Perjalan bersama ini
bukan seberapa cepat sampai ke tempat tujuan. Perjalanan bersama ini
memberi ruang untuk berdinamika bersama. Saling mendengarkan dan
saling berbicara. Membuka pengertian ditengah perbedaan. Pada mulanya
Kleopas dan temannya memandang sebelah mata Yesus yang mereka pikir
tidak up-to-date dengan kisah viral yang ada (ay.18). Sembari terus
berjalan, justru merekalah yang yang terbuka matanya karena ternyata
Yesuslah yang berjalan bersama dengan mereka di sepanjang
perjalanan(ay.31).

Dinamika dari ber-sinode inilah yang juga membuka ruang untuk


mengubah perubahan. Dimulai dari perubahan cara pandang, perubahan
pola pikir, maupun perubahan tujuan perjalanan. Kleopas yang seharusnya
hendak melakukan perjalanan ke Emaus, justru mengubah haluannya
untuk kembali ke Yerusalem untuk menceritakan kebenaran kebangkitan
Tuhan Yesus. Meski pada awalnya terjadi perbedaan, perjalanan bersama
membuat perbedaan bukan menjadi ruang untuk saling menyingkirkan.
Justru sebaliknya, dalam perjalanan inilah perbedaan menjadi sarana untuk
saling mengenal dan semuanya bermuara pada kesaksian yang
mempermuliakan nama Tuhan.

Pengenaan

Pemahaman bahwa sinode GKI terdiri dari 3 sinwil dengan sejarah dan
tradisi yang berbeda satu sama lain. Memiliki keunikan tersendiri. Meski
berbeda, namun berkomitmen untuk berjalan bersama. Hal ini membuka
ruang persamaan dan perbedaan. Persamaan misalnya: tata gereja, liturgi,
asesoris kependetaan. Perbedaan misalnya: detail ibadah, kotbah yang
diterjemahkan dalam Bahasa mandarin, desain ibadah, struktur organisasi.

34
Disinilah pemuda diajak untuk menghargai dan belajar dari perbedaan
yang ada.

Dari perbedaan yang ada inilah pemuda juga diajak untuk berkenalan
dengan GKI diluar klasis, atau sinwil mereka. Mereka melihat bahwa GKI
memiliki keragaman, meski tak harus seragam. Bersama meski tak harus
sama. Minggu ini merupakan kesempatan bagi pemuda untuk melihat
bahwa GKI ada diberbagai kota, terutama di Jawa. Dengan demikian,
ketika mereka sedang kuliah, bekerja, atau pergi ke kota lain, mereka bisa
berkunjung, bahkan melayani di GKI tempat mereka ada.

Penyampaian
1. Melakukan kegiatan
2. Membahas teks berderaplah Satu dan penekanan dikalimat akhir
“berbarislah utuh bersatulah teguh, hai seluruh Gereja Kristen
Indonesia”
3. Menegaskan bahwa gereja-gereja GKI tergabung dalam sinode GKI.
4. Menjelaskan arti sinode dari penjelasan teks.
5. Menekankan pentingnya proses berjalan bersama dengan membuka
ruang persamaan dan perbedaan
6. Menekankan kesatuan GKI dan keunikan-keunikannya.

Kegiatan

1. Melihat tayangan youtube lagu berberaplah satu. Link:


https://www.youtube.com/watch?v=ohS7v5T40dk
2. Melihat informasi dibalik lagu berderaplah satu. Link:
https://www.youtube.com/watch?v=4p6bUHkCLK8

35
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Agustus 2023

“SEJARAH GKI SINODE WILAYAH


JAWA TENGAH”
Bacaan
Kisah Para Rasul 4:32-37

Tujuan
1. Pemuda mengerti sejarah GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah
2. Pemuda mengembangkan hidup persekutuan

Fokus

Tanpa terasa GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah (GKI SW Jateng) akan
berusia 78 tahun di tahun ini (2023). Dari sinilah kita sebagai pemuda GKI
diajak untuk melihat sebagian kecil dari sejarah GKI SW Jateng dalam
perjalanan pelayanannya. GKI SW Jateng sendiri bermula dari sebuah
persekutuan di beberapa kota. Dalam praktiknya, persekutuan tersebut
didukung oleh orang-orang awam yang mau untuk memberikan tenaga,
harta, waktu, dan pemikiran mereka untuk membangun persekutuan.
Disinilah kita akan melihat kembali keunikan persekutuan-persekutuan
perdana di GKI SW Jateng dan mencoba untuk menemukan hal apa yang
bisa kita hidupi sampai saat ini.

Penjelasan Teks

Kitab Kisah Para Rasul menceritakan kelanjutan dari karya Tuhan Yesus
di dunia ini. Kelanjutan kisah dari peran “Sang Guru” yang diteruskan oleh
“Sang Murid”. Para murid meneruskan jejak pelayanan Tuhan Yesus
dengan terus mengembangkan persekutuan yang ada. Dengan demikian
kita melihat bagaimana para rasul (sebutan bagi para murid Yesus secara
langsung) dengan kuasa Roh Kudus terus membangun persekutuan meski
dihadapkan pada situasi yang sulit sekalipun.

36
Bagaimana persekutuan dijemaat perdana bisa terbangun? Ay. 32
mengatakan sebuah keterangan penting mengenai kondisi persekutuan
waktu itu. Dikatakan, “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu,
mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa
sesuatu dari kepunyaannya adalah milikinya sendiri, tetapi segala sesuatu
adalah kepunyaan mereka bersama”. Konsep berbagi menjadi ciri khas
jemaat perdana untuk membangun persekutuannya.

Konsep berbagi ini dijelaskan lebih lanjut dengan keterangan mereka yang
bekelebihan, membagikan yang mereka miliki kepada mereka yang
kekurangan. Ay. 34&35 mengatakan, “Sebab tidak ada seorangpun yang
berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai
tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu
mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-
bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya”.

Disinilah kita melihat persekutuan berhasil menjembatani ketimpangan


ekonomi yang terjadi dijemaat perdana. Mereka mau memberikan sesuatu
ke para rasul, dan mempercayakan kepada mereka untuk dibagi kepada
yang lebih membutuhkan. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih mereka
untuk berbagi. Meski demikian, ada keterangan “sesuai dengan
keperluannya”. Berbagi yang dilakukan bukan asal-asalan. Para murid
menjadi pihak ketiga untuk menjembatani. Menjembatani apa yang
dibutuhkan dan apa yang dimiliki. Dengan demikian para murid juga
berbagi. Mereka berbagi tenaga dan pikiran agar bantuan yang diserahkan
bisa tersalurkan dengan baik dan sesuai dengan sasarannya.

Konsep berbagi inilah yang menjadi kekuatan membangun persekutuan.


Ketika persekutuan terbagun, maka pelayanan dan kesaksian juga ikut
terbangun. Ada yang melayani, ada yang dilayani. Ketika itu terjadi,
orang-orang di sekitar jemaat perdana mampu melihat bagaimana
indahnya persekutuan murid-murid Yesus untuk saling menopang.
Disinilah mereka menjadi kesaksian dan injil bisa diberitakan lebih luas.

37
Konsep berbagi ini memberikan warna dalam perjalanan sejarah GKI SW
Jateng. Didalam salah satu buku sejarah GKI SW Jateng yakni “Benih
yang Tumbuh” terdapat nama Ny. Oostrom Philips dan Ny. Le Jolle yang
cukup memberikan andil untuk pekabaran injil di wilayah Jawa. Mereka
berdua adalah warga sipil dan merupakan ibu rumah tangga. Keduanya
juga tidak mengenyam bangku pendidikan Teologi formal dan bukan juga
utusan resmi dari badan penginjilan formal. Mereka berdua memiliki
beberapa kesamaan, antara lain:
1. Mereka memiliki hati yang cinta Tuhan
2. Mereka memiliki kerinduan untuk memperkenalkan Tuhan Yesus pada
lingkungan sekitar mereka
3. Mereka memberikan diri untuk belajar teologi secara mandiri dan
memperluas pergaulan untuk menambah ilmu teologi dan penginjilan
4. Mereka memberikan tenaga untuk melakukan penginjilan, mengajar,
dan menggembalakan
5. Mereka memberikan sebagian harta mereka untuk memfasilitasi
penginjilan
Dari karya merekalah kekristenan perlahan tumbuh di area Jawa. Karya
mereka kelak menjadi bibit berbagai gereja, termasuk GKI SW Jateng.
Dari sinilah kita melihat bagaimana berbagai tidak bisa absen dalam
membangun persekutuan, kesaksian, dan pelayanan kekristenan.
Pengenaan

Konsep berbagi menjadi ciri utama jemaat mula-mula. Yang mampu


memberi bagi yang kurang mampu. Bentuk pemberian bukan hanya
berupa uang, namun memberi waktu, pemikiran, tenaga, kemampuan
untuk membangun persekutuan, kesaksian, dan pelayanan.

Apabila ada yang kurang dalam persekutuan kita, kita dipanggil untuk
melibatkan diri menjadi mitra Allah guna membangun persekutuan.
Ketika ada kekurangan, bukan berpindah gereja untuk mau dilayani dan
mendapat sesuatu, namun terpanggil untuk membangun dan berbagi di
komunitas gereja kita.

38
Penyampaian
1. Melakukan kegiatan
2. Menjelaskan pentingnya berbagi dalam menyelesaikan puzzle.
3. Berbagi inilah yang dilakukan oleh jemaat perdana. (menjelaskan
penjelasan teks).
4. Konsep berbagi ini juga menjadi warna penginjilan dalam sejarah GKI
SW Jateng.
5. Mengajak untuk hidup berbagi untuk membangun persekutuan,
kesaksian, dan pelayanan yang dimulai dari membangun komisi
pemuda dan gereja kita.
6. Mengajak pemuda untuk berkomitmen mengambil minimal satu
pelayanan untuk berbagi bagi komunitas pemuda dan gereja kita.

Kegiatan
Permainan puzzle gambar logo GKI.(biar makin cinta GKI hahahahha)

Sumber bacaan untuk menunjang sejarah GKI SW Jateng:


1. Buku : Widyapranawa, S.H. Benih Yang Tumbuh, Suatu Survey
Mengenai Gereja2 Kristen Indonesia Jawa Tengah. Lembaga Studi dan
Penelitian DGI dan Komisi Studi dan Penelitian Sinode GKI Jawa
Tengah.
2. http://kekunaan.blogspot.com/2012/09/nyonya-phillips.html
3. https://gkikarangsaru.wordpress.com/2010/08/04/dari-biasa-menjadi-
luar-biasa/

39
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Agustus 2023

“GERAKAN KEMANUSIAAN
INDONESIA”
Bacaan
Matius 25:31-46

Tujuan
1. Pemuda mengerti tentang Gerakan Kemanusiaan Indonesia
2. Pemuda mengambil bagian dalam kesaksian dan pelayanan

Fokus
Pada 17 Agustus 2023 ini, negara kita tercinta telah memasuki usia 78
tahun. Usia tersebut menunjukkan bahwa Indonesia bukanlah negara yang
minim pengalaman. Justru sebaliknya, Indonesia memiliki pengalaman
panjang sebagai negara merdeka. Meski demikian, ada satu permasalahan
yang bisa mempengaruhi kehidupan bangsa ini. Salah satu masalah yang
dihadapi adalah ancaman bencana alam. Menurut data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selama tahun 2021 saja sudah
terjadi 5.402 kejadian bencana di negara kita . Hal ini menunjukkan bahwa
negara kita harus senantiasa waspada pada ancaman bencana alam. Dalam
konteks inilah kita sebagai pemuda GKI dipanggil untuk berkarya untuk
mempersaksikan Kristus. Salah satu bentuk karya nyata adalah adanya tim
Gerakan Kemanusiaan Indonesia yang terus berkarya ditengah
kebencanaan di Indonesia.
Penjelasan Teks
Konteks bacaan kita pada Minggu ini adalah pengajaran Yesus kepada
para murid-Nya mengenai akhir zaman (Matius 24-25). Dari berbagai
pesan Yesus kepada para murid-Nya, salah satu yang kita bahas adalah
pengajaran mengenai penghakiman terakhir. Tuhan Yesus menceritakan
secara spesifik apa yang akan terjadi. Dalam ay. 32-33 dituliskan
bagaimana terjadi pemisahan antara domba dan kambing. Bukan kali ini

40
saja Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang pemisahan. Setidaknya
beberapa kali Ia mengatakan-Nya seperti:
- Lalang dan gandum (Mat 13:24-30)
- Gadis bijaksana dan bodoh (Mat 25:1-13)
Hal komparasi ini menunjukkan bahwa kehidupan kekristenan tak hanya
memberi dampak internal diri seseorang (yang tak kelihatan). Pengajaran
kekristenan juga berdampak pada eksternal seseorang, yang kelihatan dan
bisa diukur. Tentu hal ini berkaitan dengan konsistensi pengajaran Tuhan
Yesus mengenai kekristenan yang memberikan dampak layaknya garam
dunia dan terang dunia (Mat 5:13-16).

Karena dapat diukur dan dilihat secara kasat mata, maka Anak manusia
akan dengan mudah memisahkan, mana yang domba dan mana yang
kambing. Tak hanya dipisahkan, namun juga ditempatkan pada tempat
yang berbeda. Domba di sebelah kanan, yang merupakan simbol
perkenanan. Posisi kambing diposisi sebaliknya. Lebih lanjut lagi Anak
Manusia/Raja berkata kepada domba mengenai ciri khas kehidupan yang
berkenan di hadapan-Nya.

Anak manusia berbicara mengenai fenomena bencana dan penderitaan


untuk mengajarkan tentang pelayanan terhadap mereka yang dimasukkan
dalam kategori orang yang kurang beruntung, malang, disingkirkan, dan
berdosa. Hal ini terlihat ketika beberapa menyebut mereka yang kelaparan
dan haus, mengalami keterangsingan, ketelanjangan, penyakit, dan orang
tahanan yang dianggap berdosa dan patut menerima hukuman. Hal ini
berbanding terbalik dengan pemikiran orang Yahudi pada umumnya
mengenai orang berdosa.

Orang sakit, miskin, melakukan kesalahan hingga dipenjara merupakan


gambaran orang yang tidak berkati oleh Tuhan dan hidup dalam
keberdosaan. Orang seperti ini pada umumnya mengalami keterasingan
dan diasingkan dari lingkungan masyarakat “normal”. Dengan demikian
orang yang “baik” sebaiknya tidak bergaul dan berinteraksi dengan
mereka. Hal ini akan membuat mereka tetap terjaga dari komunitas yang
berdosa dan menurut mereka tidak disukai oleh Allah.
41
Disinilah Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang progresif pada
masanya. Ia justru merekonstruksi ulang pemikiran tentang kasih. Kasih
bukanlah terbatas bagi mereka yang kita kenal dan yang baik dihadapan
kita. Dalam Mat 9:13, Yesus sendiri mengatakan “Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.

Dari berbagai pengajaran Tuhan Yesus yang dikutip dari beberapa bagian
injil Matius ini jelas mengungkapkan konsistensi Tuhan Yesus atas
pengajaran-Nya. Ia mau agar murid-murid-Nya berkarya dan menyapa
mereka yang disingkirkan, dilupakan, bahkan dikecam. Hal tersebut
ditekankan di ay.45 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk aku”. Orang yang berkenan
dihadapan Tuhan, adalah bukan berpangku tangan melihat mereka yang
menderita.

Pengenaan
Gerakan Kemanusiaan Indonesia merupakan salah satu bentuk
perjumpaan dengan Yesus didalam mereka yang terluka, menderita, dan
mengalami kemalangan. Disinilah kita sebagai pemuda gereja dipanggil
untuk 3D:
1. Doa.
Kita berdoa bagi mereka yang terkena bencana. Berdoa dilakukan
secara pribadi, maupun ketika bersekutu bersama, atau berdoa secara
bersama-sama.
2. Dana.
Kita berpartisipasi untuk mendukung melalui dana. Dana inilah yang
bisa dikaryakan bagi relawan di lokasi bencana untuk membeli
keperluan yang sesua dengan konteks kebencanaan yang ada.
3. Data.
Kita share dukungan maupun informasi data terkait kebencanaan yang
terjadi melalui sosial media yang kita miliki. Dengan demikian semakin
banyak orang tahu, diharapkan semakin banyak juga orang
42
berparitisipasi dan ikut berkarya bagi mereka yang berada dalam
bencana alam.

Penyampaian
1. Melakukan kegiatan.
2. Membahas penjelasan teks.
3. Membahas konteks kerawanan bencana di Indonesia.
4. Mengajak pemuda untuk berkarya bagi konteks kebencanaan di
Indonesia.

Kegiatan 1
Mencari liputan gerakan kemanusiaan Indonesia sinode GKI melalui
Instagram, youtube, facebook, dll.

43
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Agustus 2023

“PERATURAN, DITAATI ATAU


DILANGGAR?”
Bacaan
Keluaran 20:1-17

Tujuan
1. Pemuda mengerti tentang makna peraturan
2. Pemuda mengerti Tata Gereja dan Tata Laksana GKI

Fokus
Peraturan merupakan sesuatu yang sering ditemukan di berbagai tempat.
Misalnya ketika kita sekolah, ada peraturan yang diterapkan, mulai dari
masuk sekolah, seragam, penampilan. Untuk memasuki restoran, ada
peraturan seperti tidak boleh membawa makanan dan minuman dari luar.
Di hotel ada peraturan jam masuk kamar (check-in) dan jam keluar kamar
(check-out), serta peraturan lainnya seperti dilarang membawa barang
tertentu dan merokok dalam kamar. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan
merupakan hal yang jamak dijumpai dalam kehidupan, termasuk
kehidupan orang Kristen. Setidaknya ada peraturan yang disebut sebagai
10 Hukum Musa yang dikenal dalam Perjanjian Lama. Selain itu, dalam
tradisi GKI terdapat Tata Gereja, yang berisi berbagai peraturan yang
mengikat. Melihat hal tersebut, pada Minggu ini kita akan melihat apa itu
peraturan dalam kehidupan dan apakah makna adanya aturan dalam
kehidupan ini.
Penjelasan Teks
Konteks bacaan kita Minggu ini adalah keluarnya bangsa Israel dari tanah
Mesir. Bangsa Israel sebelumnya adalah bangsa budak yang harus tunduk
dalam aturan Mesir. Termasuk penyembahan terhadap dewa Mesir. Hal
inilah yang membuat bangsa Israel menjadi bangsa budak dan harus
tunduk pada kekuasaan Mesir sebagai tuan mereka. Setelah Tuhan
44
memakai Musa untuk memimpin bangsa Israel, mereka mengalami
pembebasan dan menjadi bangsa merdeka. Meski demikian mereka harus
melakukan perjalanan panjang untuk keluar dari tanah Mesir dan kembali
ke tanah Kanaan, tanah nenek moyang mereka.

Dalam perjalan ke tanah Kanaan inilah, mereka singgah di sekitar gunung


Sinai (Horeb). Musa sang pemimpin bangsa Israel diperintahkan Tuhan
untuk naik ke atas gunung Sinai sedangkan bangsa Israel lainnya
menunggu di kaki gunung Sinai. Di gunung Sinai inilah Tuhan
memberikan sepuluh hukum kepada Musa yang nantinya harus
disosialisasikan kepada seluruh bangsa Israel. Sepuluh hukum ini sifatnya
adalah mengikat, wajib, dan harus ditaati oleh bangsa Israel.

Sepuluh hukum ini secara umum mengatur dua hal pokok, yakni:
- hubungan manusia dengan Tuhan dan
- hubungan manusia dengan manusia lainnya
Hal ini terlihat dari 4 hukum pertama yang secara sederhana berisi:
1. Jangan ada Allah lain
2. Jangan membuat dan menyembah patung
3. Jangan menyebut nama Allah sembarangan
4. Mengingat dan menguduskan hari Sabat
Inilah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Hal ini
nantinya akan berkembang menjadi tata cara ibadah dan kehidupan bangsa
Israel dengan Tuhannya.

Sedangkan 6 hukum berikutnya secara sederhana berisi:


5. Hormatilah orangtuamu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan bersaksi dusta
10. Jangan mengingini milik sesamamu
Inilah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Hal
ini nantinya akan berkembang menjadi tata cara kehidupan sosial bangsa
Israel.
45
Sepuluh hukum ini diberikan Tuhan kepada bangsa Israel sebagai alat
bantu untuk mengatur kehidupan ritual dan sosial masyarakat Israel
kedepannya. Alat bantu, berarti membantu bangsa Israel untuk hidup
dengan teratur (tidak seenaknya), baik (tidak kacau), dan menjadi berkat
bagi bangsa lain (bukan menjadi batu sandungan). Dengan demikian kita
melihat esensi dari peraturan adalah membantu agar kehidupan lebih baik.
Bukan mempersulit seseorang untuk menjalani kehidupan.

Peraturan ini juga masih memberikan ruang kebebasan seseorang untuk


melakukan sesuatu. Seperti trotoar yang ada di jalan, trotoar ini menjadi
pembatas utama antara jalan mobil-motor dan jalan bagi pejalan kaki.
Mobil dan motor masih bisa berjalan ke kanan dan ke kiri. Masih bisa
berjalan di sisi kanan atau sisi kiri jalan utama. Meski demikian ada
batasan agar tidak masuk ke area pejalan kaki. Batasan itu adalah trotar.
Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti peraturan membuat seseorang
tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka boleh memilih apapun, namun tidak
serta merta melakukan apapun tanpa batasan. Peraturan itulah yang
menjadi batasan kebebasan yang dimiliki.

Dengan demikian kita sebagai pemuda Kristen bisa melihat peraturan


secara proporsional. Jika hidup tanpa peraturan sama sekali, maka
kehidupan akan kacau, karena setiap orang bebas melakukan apaun tanpa
batasan. Hal ini bisa berdampak merugikan oranglain. Sedangkan hidup
penuh dengan mendewakan peraturan tanpa kita tahu maksudnya, akan
menjadi orang yang legalis. Melakukan peraturan namun tak tahu
mengapa aturan itu dilahirkan. Hal ini bisa membuat orang mudah
menghakimi sesamanya. Maka dari itu, kita dipanggil untuk menaati
aturan dan mengerti mengapa aturan itu dibuat. Semuanya untuk
mendatangkan kebaikan.

Peraturan itu juga dinamis. Bisa diperbarui apabila sudah tidak sesuai
dengan konteks atau tidak lagi membangun kebaikan bersama. Dengan
demikian peraturan itu ada untuk mempermudah manusia, bukan
sebaliknya, mempertahankan aturan yang justru bisa menjerat manusia.
46
Terlebih bila peraturan tersebut tidak dimengerti apa maksud dan
tujuannya lagi.

Pengenaan
Dalam kehidupan bergereja, kita sebagai warga GKI juga memiliki aturan.
Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat bagi umat GKI dimanapun
berada. Peraturan tersebut tertuang dalam Tata Gereja GKI. Pada saat
bahan ini ditulis, Tata Gereja yang lazim dipakai adalah Tata Gereja GKI
cetakan tahun 2009. Namun dalam perkembangannya terjadi perubahan
terkait dengan situasi yang ada (amandemen/pembaruan). Dalam
persidangan Majelis Sinode GKI tahun 2022, telah disepakati Tata Gereja
GKI yang baru (Tata Gereja GKI 2022) dan saat ini sedang diproses untuk
dicetak dan disosialisasikan secara umum.

Terdapat beberapa aturan di Tata Gereja GKI yang mungkin berkaitan


dengan kehidupan persekutuan, seperti:
a. Peraturan Baptisan (Pasal 21-24)
b. Atestasi (Pasal 70)
c. Pelayanan kepenatuaan (Pasal 81)
Diharapkan fasilitator bisa mencermati terlebih dahulu. Kemudian
menjadikan pasal-pasal yang ada (atau cukup memilih salah satu pasal
untuk diperdalam) sebagai bahan diskusi. Dengan demikian, pemuda bisa
melihat peraturan yang ada secara kongkrit dan memberikan pendapatnya.

Penyampaian
1. Melakukan kegiatan
2. Menjelaskan bahwa setiap aturan memiliki arti.
3. Menjelaskan konteks 10 hukum Taurat dalam penjelasan teks
4. Esensi hukum untuk membantu dan masih terbuka ruang untuk bebas
melakukan sesuatu
5. Menjelaskan pengenaan

47
Kegiatan 1
Menebak rambu-rambu lalulintas.
- Fasilitator mencetak beberapa gambar rambu-rambu lalulintas (sesuai
jumlah kelompok)
- Membentuk kelompok untuk permainan dan berbaris depan belakang
menghadap satu arah
- Setiap kelompok ada perwakilan 1 orang yang paling belakang untuk
melihat 1 gambar rambu-rambu lalulintas
- setelah tahu, 1 orang tersebut bersiap untuk memperagakan gerakan
rambu-rambu yang dimaksud tanpa suara.
- Kemudian diberi aba-aba untuk menepuk pundak teman di depannya.
Teman di depannya berbalik dan berusaha menebak rambu-rambu
yang dimaksud
- Setelah 10 detik, orang yang menebak berbalik melakukan hal yang
sama pada orang di depannya.
- Setelah selelasi, orang terdepan menggambar rambu-rambu lalulintas
yang dimaksud.
- kelompok yang banyak menebak dengan benar menjadi pemenangnya

48
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama September 2023

“SELF CONTROL : MULAI DARI DIRI


SENDIRI”
Bacaan
Amsal 16:32

Tujuan
1. Pemuda menyadari berbagai pergumulan dan tantangan kehidupan
pemuda
2. Pemuda memahami pentingnya pengendalian diri dalam menghadapi
pergumulan dan tantangan kehidupan pemuda

Fokus
Setiap manusia akan sampai pada titik usia remaja dan pemuda. Sebuah
masa di mana kita masih mencari jati diri, bingung antara tanggung jawab
dan kesenangan pribadi, sekaligus juga menjadi masa transisi karena kita
mulai memutuskan sendiri keputusan penting terkait dengan perjalanan
kehidupan kita. inilah pergumulan di dalam diri kita yang mau tidak mau
kita harus sadari dan selesaikan. Pergumulan di dalam diri ini semakin
rumit mengingat kita juga hidup dalam ruang sosial yang menawarkan
banyak pemahaman dan pilihan kehidupan. Kita bebas memilih mau
menjadi apapun yang kita mau, semua kemungkinan itu terbuka dengan
sangat lebar. Bukan hanya menjadi pribadi yang baik, tapi juga menjadi
pribadi yang buruk. Begitupun juga dengan pemahaman, tempat
berpergian, pilihan kegiatan dan yang lainnya. Semuanya bebas kita pilih
dan tentukan. Oleh karena itu, pada Minggu ini kita akan bersama sama
merenungkan bagaimana seharusnya sikap kita ketika menghadapi
berbagai macam pergumulan ini.

49
Penjelasan Teks
Bacaan kita hari ini adalah bagian dari Amsal Salomo yang mau mengajak
pembacanya untuk menyadari dan mamahami keindahan dan kehormatan
dari sifat lemah lembut di dalam diri manusia. Salomo menggunakan
pahlawan sebagai gambaran betapa luar biasanya seseorang yang sabar.
Jika kita lihat, pahlawan adalah pribadi yang luar biasa, yang
menyelamatkan banyak orang dengan cara-cara yang tak terduga.
Kehadiran pahlawan begitu dinantikan oleh orang-orang yang lemah dan
yang mengalami siksaan dan penderitaan akibat orang-orang yang kuat.
Kenapa orang yang sabar dikatakan lebih dari pahlawan? Karena untuk
menjadi sabar, kita bukan hanya sekedar membebaskan diri dari siksaan
dan penderitaan tapi juga tidak membuat orang lain menderita. Kesabaran,
tanpa disadari, mengajak atau menuntun seseorang untuk mengendalikan
dirinya sendiri terhadap segala hasrat dan perasaan di dalam diri serta
semua kecenderungan yang muncul di dalam diri secara khusus yang
berhubungan dengan perasaan dan nafsu. Pengendalian yang dimaksud
bukan hanya sekedar menghilangkan emosi dan nafsu melainkan lebih
pada mengarahkannya kepada kehendak Tuhan dengan cara memikirkan
ulang apa yang akan kita pilih dan putuskan terkait dengan pikiran,
perkataan dan perbuatan kita. Hal inilah yang membuat orang yang sabar
melebih pahlawan.

Demikian juga dengan orang yang mempu menguasai diri, bacaan kita
menyebutnya lebih dari orang yang mampu merebut kota. Jika kita
perhatikan, untuk merebut sebuah kota seseorang harus meyakinkan
banyak orang, menyusun kekuatan, dan menyusun rencana yang mungkin
butuh waktu berhari-hari bahkan bertahun-bertahun. Lalu kenapa orang
yang mampu menguasai diri disebut lebih dari orang yang mampu merebut
kota? Karena ternyata lebih sulit untuk meyakinkan diri, menyusun
kekuatan dan rencana untuk mengalahkan emosi dan nafsu diri sendiri.

50
Peperangan yang paling sulit adalah peperangan melawan diri sendiri. Jika
peperangan melawan bangsa lain untuk merebut kotanya butuh berhari
atau bertahun tahun, maka peperangan untuk menguasai diri adalah
peperangan sepanjang hidup, setiap hari dan setiap waktu.

Pengenaan
Sebagai manusia yang hidup di dalam dunia, kita harus menyadari bahwa
kita di hadapkan dengan banyak pilihan. Mulai dari keputusan untuk
memilih apa yang mau kita pikirkan, kita katakan sampai pada apa yang
mau kita lakukan. Disadari atau tidak, itu semua akan sangat bergantung
pada ketenangan diri dalam artian emosi dan nafsu kita. Saat kita tenang
dan penuh pertimbangan, maka kita akan mampu memutuskan dan
memilih hal-hal yang dampaknya baik untuk kita dan sesama. Sebaliknya,
saat kita ada dalam pengaruh emosi dan nafsu yang berlebihan, maka kita
akan sangat mungkin memilih pilihan yang dampaknya kurang baik untuk
kita dan sesama. Terlebih ketika kita ada dalam dunia perkuliahan,
pekerjaan dan bahkan pertemanan.

Seperti yang kita tahu, waktu bukan hal yang bisa diputar mundur. Oleh
karena itu, pengendalian diri menjadi sangat penting ketika kita
memutuskan dan memilih apa yang mau kita pikirkan, katakan dan
lakukan. Ketika memilih jurusan perkuliahan, pastikan bahwa kita
sungguh-sungguh mau menjalaninya. Bukan karena terpaksa apalagi
sekedar ikut-ikutan teman. Begitu juga pekerjaan, pastikan bahwa kita mau
berjuang dan menyadari bahwa ada perjuangan dalam setiap perjalanan.
Bukan karena untung atau pendapatannya besar padahal dampaknya fatal
untuk kita dan sesama. Sama juga dengan pertemanan, pastikan bahwa kita
membangun relasi yang saling mendukung, mengingatkan dan
menguatkan bukan saling menjerumuskan dan menghancurkan. Dengan

51
pengendalian diri, harusnya kita sama seperti yang dituliskan Amsal,
melebihi pahwalan dan orang yang sekedar merebut kota.

Penyampaian
1. Awali renungan dengan menjelaskan fokus yang menekankan tentang
banyaknya pilihan sikap, pemahaman dan perbuatan yang dapat dipilih
pemuda setiap waktu.
2. Sampaikan penjelasan teks dengan menekankan pada hal baik atau
keunggulan orang yang sabar dan mampu menguasai diri.
3. Ajak pemuda untuk berbagi pengalaman mereka menentukan pilihan
dan dampaknya sebelum masuk pada penjelasan pengenaan.
4. Akhiri renungan dengan melakukan kegiatan.

Kegiatan
“Jalin (jaga lilin)”
Jalin atau jaga lilin adalah permainan yang dilakukan oleh 2 kelompok atau
lebih dengan tugas memindahkan lilin dari satu titik ke titik lainnya. 1
kelompok akan bertugas untuk menjaga lilin di perjalanan perpindahan
dan kelompok lainnya bertugas untuk mematikan nyala lilin selama dalam
perjalanan perpindahan. Baik kelompok yang menjaga atau yang berusaha
mematikan nyala lilin dibebaskan menggunakan benda apa saja kecuali
benda tajam yang berbahaya. Permainan ini mau menunjukkan bahwa
kesetiaan pada pengendalian diri adalah sebuah perjuangan yang sulit
karena akan menghadapi banyak godaan dan tantangan.

Perlengkapan :
- Lilin
- Alas lilin
- Korek api

52
Tahapan :
1. Buat 2 – 4 kelompok dengan 5 – 8 anggota perkelompok
2. Minta kelompok untuk memilih perlengkapan untuk melindungi dan
mematikan nyala lilin. Perlenglapan yang dipilih tidak boleh diganti.
3. Tentukan titik mulai dan titik akhir perjalanan lilin yang menyala
4. Mulai permainan dengan tetap mengingatkan tentang keamanan
bersama.

53
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua September 2023

“KETERLIBATAN SOSIAL”
Bacaan
Matius 5:13-16

Tujuan
1. Pemuda memahami makna garam dan terang sebagai identitas dirinya
2. Pemuda memiliki kesungguhan untuk terlibat dalam kehidupan sosial
melalui kata dan karya nyata sebagai wujudnyata identitas dirinya

Fokus
Identitas adalah sebuah hal penting dalam diri manusia. Secara khusus,
ketika seseorang menjadi orang percaya dan mengikut Kristus, maka ada
sebuah identitas yang melekat di dalam dirinya. Identitas sendiri dipahami
sebagai sebuah cerminan atau refleksi diri yang salah satu faktornya adalah
pemahaman dan pengenalan dalam iman percaya. Dengan kata lain, apa
yang kita pahami tentang iman kita akan terwujudnyata dalam sikap dan
prilaku berkehidupan kita. Oleh karena itu pada Minggu ini, kita bersama-
sama akan merenungkan dan berusaha untuk memahami identitas kita
sebagai garam dan terang dunia.

Penjelasan Teks
Para penafsir Injil Matius melihat bahwa pembaca Injil Matius adalah
orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi maupun Yunani. Pada
masa itu, mereka hidup di tengah-tengah tekanan dan penganiyayaan oleh
kelompok orang Farisi. Semua itu terjadi karena mereka mengakuan Yesus
sebagai Tuhan dan melakukan pembaptisan, padahal orang-orang Yahudi
tidak pernah mengakui Yesus sebagai Tuhan. Oleh karena itu juga, mereka
dilihat sebagai komunitas yang sesat atau bidat oleh kelompok orang
54
Farisi. Tekanan dan penganiyayaan inilah yang kemudian membuat orang-
orang Kristen waktu itu hidup dalam penderitaan. Selain itu, mereka juga
menghadapi persoalan nabi palsu yang hidup di tengah-tengah mereka.

Hal menarik di dalam bacaan kita hari ini adalah pesan yang mau
disampaikan pada pembaca dengan kondisi hidup seperti pembaca injil
Matius. Mereka yang ada dalam tekanan, penganiyayaan, penderitaan dan
persoalan justru terus diingatkan untuk mengikuti kehendak Allah yang
memanggil mereka menjadi garam dan terang dunia. Seperti yang kita
tahu, garam dan terang adalah hal yang memiliki dampak bagi lingkungan
sekitar di mana mereka berada. Dengan kata lain, bagian terpenting dari
garam dan terang adalah dampak dari kehadirannya. Oleh karena itu, kata
dunia dalam bacaan kita menjadi penting sebagai tempat di mana garam
dan terang itu berada. Mari membayangkan, bagaimana jadinya jika garam
dan terang terpisah dengan dunia? Dimana mereka bisa memberikan
dampak? Padahal, seperti yang kita tahu, garam dan terang akan bernilai
ketika mereka berdampak dan dampak itu ada di dalam dunia. Dengan kata
lain, jika garam dan terang dipisahkan dengan dunia, maka mereka tidak
lagi bernilai dan bermakna.

Pengenaan
Kita adalah pemuda pemuda Kristen yang mengimani dan mengikuti
Kristus. Sebagai pengikut Kristus, kita memiliki identitas diri, yaitu garam
dan terang dunia. Betul, garam dan terang akan kehilangan maknanya
ketika garam tidak lagi asin atau terang tidak lagi bercahaya. Namun,
selain itu, identitas kita melekat dengan dunia sebagai tempat kita
memberikan dampak asin dan juga cahaya itu. Oleh karena itu, selain harus
tetap asin dan bercahaya, garam dan terang juga harus terus terikat dan
berdampak bagi dunia.

55
dunia pemuda saat ini semakin luas dalam artian yang sebenarnya.
Mengapa? Karena hadirnya media sosial yang semakin hari semakin akrab
dengan kehidupan kita sebagai pemuda. Dengan kata lain, kehidupan kita
yang tadinya hanya di sekitar tempat tinggal, tempat pendidikan, tempat
kerja juga gereja, saat ini sudah bertambah dengan ruang media sosial.
Pertanyaanya, apakah kita sudah sejauh mana kita memberikan dampak
baik di mana kita berhidupan? Sebagai orang percaya yang disebut sebagai
garam dan terang, maka memberikan dampak baik adalah sebuah identitas
yang melekat di dalam diri. Hal ini juga menjadi bagian dari panggilan
orang percaya yaitu bersaksi tentang Tuhan di tengah dunia. Maka mari
berusaha untuk mulai memberikan dampak bukan hanya menerima
dampak.

Penyampaian
1. Awali renungan dengan menjelaskan fokus yang menekankan pada
pentingnya pemahaman tentang identitas diri dan wujudnyatanya dalam
keseharian.
2. Sampaikan penjelasan teks dengan menekankan pada dunia sebagai
lingkungan tempat garam dan terang memberikan dampak.
3. Ajak pemuda untuk berbagi pengalaman mereka dalam pelayanan bagi
masyarakat entah itu di gereja, sekolah atau tempat kerja sebelum
masuk menjelaskan pengenaan.
4. Akhiri renungan dengan melakukan kegiatan.

56
Kegiatan
“Digital Art”
Digital art ini adalah karya seni bersama yang dibuat secara digital yaitu
wallpaper handphone. Setiap peserta diberikan ruang untuk membuat
karyanya dan jika kesulitan rekan yang lebih memahami dapat
memberikan bantuan. Karya ini dapat berisikan gambar, foto, komitmen,
ayat Alkitab atau yang lainnya. Karya ini diharapkan dapat digunakan oleh
tiap peserta di handphonenya masing-masing dengan tujuan menjadi
pengingat untuk selalu berusaha memberikan dampak dan melibatkan diri
dalam kehidupan sosial di tengah lingkungan mereka berada.

57
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga September 2023

“PELOPOR KEHIDUPAN”
Bacaan
1 Timotius 4:10-12

Tujuan
1. Pemuda memahami pentingnya keteladanan dalam kehidupan sehari
hari
2. Pemuda memiliki kesungguhan untuk memberikan teladan baik bagi
sesama

Fokus
Dalam kehidupan sehari hari kita akan berjumpa dengan banyak orang.
Perjumpaan itupun punya banyak makna, mulai dari sukacita sampai
dukacita. Ada pribadi yang hadir memberikan penguatan dan penghiburan,
namun ada juga yang memberika luka dan kecewa. Tatapi, selain itu, ada
juga pribadi yang memberikan pengajaran dan inspirasi bagi kita.
Christiano Ronaldo dan Lionel Messi adalah dua nama yang luar biasa
dalam dunia sepakbola. Mereka menginspirasi banyak orang untuk
berjuang melakukan apa yang mereka suka sampai menjadi yang luar biasa
dalam bidangnya. Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa adalah nama yang
mengajarkan tentang bagaimana pelayanan dan cinta kasih dilakukan bagi
sesama dalam kehidupan sehari-hari. Namun, selain inspirasi yang baik,
ada juga orang-orang yang terinspirasi untuk melakukan hal-hal yang tidak
baik. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tontonan dan bacaan serta
tindakan orang lain menginspirasi seseorang untuk melakukan hal yang
sama. Kita semua belajar dari Tuhan kita Yesus Kristus tentang cinta
kasih, pengorbanan dan kesunggguhan pelayanan. Selain menginspirasi,
Tuhan pun memanggil kita untuk jadi inspirator bagi sesama kita
58
melakukan hal baik dalam kehidupan yang berdampingan dengan sesama
ciptaan.

Penjelasan Teks
Bacaan kita hari ini adalah bagian dari surat pastoral Paulus kepada teman
sekerjanya yang menemani dia dalam tugas pemberitaan Injil. Isinya pun
lebih pada nasihat-nasihat yang bertujuan untuk menguatkan,
mengarahkan sekaligus membangun iman pembacanya. Pada bagian ini,
Paulus berusaha untuk menguatkan dan mengarahkan Timotius. Dalam
tradisi berkehidupan masa itu, keteladanan adalah hal yang sungguh-
sungguh muncul dalam kehidupan sehari-hari, khususnya antara orang tua
dan anak-anaknya. Anak-anak dinasihati untuk meneladani orang tuanya
dan orang tua dinasihati untuk menjadi teladan dan panutan bagi anak-
anaknya. Dalam bacaan kita hari ini, Paulus memposisikan diri sebagai
orang tua bagi Timotius yang menasihati dia supaya meneladani Paulus
sekaligus mengingatkan tentang tanggung jawabnya untuk memberikan
teladan bagi jemaat.

Mengapa Paulus mengingatkan Timotius? Karena pada masa itu Timotius


menghadapi banyak pengajar-pengajar sesat yang mempengaruhi iman
orang-orang percaya. Para pengajar sesat ini tak segan untuk bertengkar
dan membicarakan hal-hal yang sesat di dalam kehidupan jemaat. Mulai
dari mengklaim bahwa mereka mengalami kebangkitan sampai pada klaim
bahwa mereka memiliki pengetahuan. Hal inilah yang harus dihadapi
Timotius dalam kehidupan beriman bersama jemaat dengan cara
memberikan keteladanan dan menginspirasi mereka untuk setia dalam
beriman dan menghadirkan damai sejahtera.

59
Keteladaan seperti apa yang dimaksud Paulus? Bacaan kita menjelaskan
bahwa keteladanan itu dalam banyak hal. Dimulai dengan pemahaman dan
pemikiran. Bagian ini bermaksud untuk mengingatkan bahwa pemahaman
dan pemikiran tidak berhubungan dengan usia. Oleh karena itu, sekalipun
di usia muda, Timotius diingatkan Paulus untuk berada setara dengan
sesamanya dalam hal pemahaman dan pemikiran. Selanjutnya, dua hal itu
juga harus terwujudnyata dalam kehidupan sehari hari, dimulai dari
perkataan dan perbuatan. Sebagai seorang yang memberikan teladan,
Timotius sudah selayaknya berusaha untuk bijak dalam setiap perkataan
dan perbuatannya. Paulus juga mengingatkan Timotius untuk setia dalam
mengasihi dan menjaga kesucian diri terlebih dengan konteks
berkehidupan Timotius yang menghadapi banyaknya tantangan dan
godaan dalam beriman khususnya para pengajar-pengajar sesat yang ada
di sekitar mereka.

Pengenaan
Kehidupan kita saat ini punya budaya yang begitu berbeda, terlebih dengan
terbukanya media sosial yang dijangkau oleh banyak orang dengan
mudahnya. Informasi tentang banyak pun begitu mudah tersebar dan
diterima oleh banyak orang. Pertanyaanya : apakah informasi itu selalu
baik? atau justru lebih banyak informasi buruk? Mungkin mustahil untuk
membuat presentase mana yang lebih banyak, tapi kita bisa
membayangkan mana yang hal yang lebih banyak peminatnya, hal baik
atau hal buruk.

Beberapa tahun lalu, beberapa orang dikagetkan dengan kebiasaan pamer


di media sosial yang memperlihatkan anak-anak muda mencapai kekayaan
dengan singkat dan mudahnya. Sampai akhirnya yang bersangkutan
masuk ke dalam penjara karena pelanggaran hukum yang dilakukannya.
Ada banyak juga kebiasaan lain yang bermunculan di media sosial dan

60
menjadi konsumsi banyak orang termasuk pemuda, mulai dari gaya
berpacaran, gara berpakaian, pemikiran dan pemahaman yang tidak
sepenuhnya baik.

Dalam hal inilah setiap kita sebagai pemuda yang mengikut Kristus
seharusnya ikut ambil bagian, yaitu memberikan inspirasi baik kepada
banyak orang, entah itu lebih muda, setara atau lebih tua dari kita. Hal
inilah yang disebut dengan keteladanan. Menjadi teladan memang tidak
mudah, namun seperti yang dituliskan dalam bacaan kita hari ini, kita
dipanggil Tuhan untuk menginspirasi sesama kita.

Penyampaian
1. Awali renungan dengan menjelaskan fokus yang menekankan tentang
dampak dari tindakan yang menginspirasi sesama.
2. Sampaikan penjelasan teks dengan menekankan pada tanggung jawab
Timotius dalam menjadi teladan bagi sesesama dalam hal pemahaman,
perbuatan dan kesetiaan.
3. Ajak pemuda untuk berbagi pengalaman bersama dengan orang – orang
yang menginspirasi mereka dan seberapa besar dampaknya bagi mereka
sebelum masuk pada penjelasan pengenaan.
4. Akhiri renungan dengan melakukan kegiatan.

Kegiatan
“New Habits!”
New habits adalah proyek bersama yang bertujuan untuk memberikan
inspirasi bagi sesama di dalam lingkungan terdekat, misalnya gereja,
kampus atau sekolah serta tempat kerja. Peserta diajak untuk berdiskusi
menentukan hal sederhana apa yang ingin mereka lakukan di tiap
lingkungan mereka berada. Selain itu, peserta juga diajak untuk
menentukan seberapa hal itu akan dilakukan.

61
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat September 2023

“JEMBATAN KEBAIKAN”
Bacaan
Yohanes 4:4-9

Tujuan
1. Pemuda memahami pentingnya membangun relasi nyata dengan
sesama
2. Pemuda memiliki kesungguhan untuk membangun relasi nyata dalam
keseharian

Fokus
Kehidupan kita sebagai pemuda pasti akan bertemu pribadi yang memiliki
berbagai macam perbedaan, mulai dari latar belakang suku dan budaya
sampai dengan perbedaan pendidikan dan cara pandang. Menariknya,
keberagaman itu adalah sebuah kepastian yang ada di dalam kehidupan
kita sehari hari dan justru dengan itulah kehidupan ini menjadi menarik
dan berwarna. Sayangnya, ada banyak pemuda yang masih beranggapan
bahwa perbedaan adalah hal yang salah dan itu bermasalah. Padahal,
dengan adanya perbedaan justru kita bisa melihat dunia dengan segala
keunikan dan keberagamannya. Lalu bagaimana cara kita menyikapi
perbedaan yang ada? Apakah ada hal yang mampu menjembatani setiap
perbedaan yang ada? Apakah ada hal yang mampu mendamaikan
perbedaan yang ada dalam kehidupan manusia? Ternyata perbedaan itu
sudah ada sejak zaman Tuhan Yesus hadir di dunia. Sikap dan pengajaran
Yesus merespons perbedaan inilah yang hari ini akan kita renungkan
bersama untuk menolong kita bersikap dalam kehidupan dengan sesama.

62
Penjelasan Teks
Bacaan kita hari ini adalah bagian dari Injil Yohanes yang menceritakan
bagaimana Tuhan Yesus melayani dan berkehidupan. Khususnya dalam
merespons dan bersikap terhadap perbedaan yang ada di tengah kehidupan
bangsa Israel pada masa itu. Pada masa itu, seperti yang dijelaskan di
dalam bacaan kita, orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.
Alasannya karena mereka berbeda, mereka bukan darah Israel murni
karena mereka adalah keturunan pernikahan campur orang Yahudi dengan
non-Yahudi. Pemahaman ini berlanjut dan berdampak pada banyak hal
sehingga membuat pemisahan di antara mereka, orang Israel dan orang
Samaria. Namun yang menarik, dalam perjalanan Yesus kembali ke
Galilea, Yesus melintasi daerah Samaria dan bertemu dengan perempuan
Samaria di sumur Yakub.

Pertemuan itu begitu indah karena ada percakapan yang terjadi antara
perempuan Samaria dengan Yesus. Pada awalnya perempuan Samaria itu
ingin mencari air di sumur Yakub dan Yesus meminta air itu juga
kepadanya. Sebuah hal yang tidak wajar terjadi pada masa itu. Namun, hal
itu tetap dilakukan Yesus. Dampak dari tindakan Yesus sangat besar,
bukan hanya mengubah pemahaman perempuan Samaria tentang
kehidupan dengan sesamanya, tapi juga berdampak pada iman percayanya
dan banyak orang Samaria lainnya.

Perbuatan Yesus yang terlihat sederhana inilah yang menjembatani


hubungan antara orang Samaria dan orang Yahudi serta lebih jauh lagi
iman percaya orang Samaria kepada Yesus sebagai Tuhan dan
juruselamat. Perempuan Samaria itu awalnya datang ke pinggir sumur
untuk mencari air, tetapi ia justru memperoleh air hidup, yaitu Tuhan
Yesus Kristus.

63
Pengenaan
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti akan bertemu dengan banyak
perbedaan. Sedekat apapun hubungan kita dengan sesama dan selama
apapun hubungan itu terjalin pasti akan bertemu dengan perbedaan-
perbedaan. Sayangnya, perbedaan yang ada inilah yang sering kali menjadi
awal dari sebuah konflik dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu,
sering kali kita menghindari konflik bahkan melarikan diri dari konflik.
Bacaan kita memperlihatkan bagaimana orang Yahudi dan orang Samaria
berkonflik begitu lama sampai menjadi sebuah identitas yang melekat.
Sehingga, ketika Yesus sebagai orang Yahudi berbincang dengan orang
Samaria, orang Samaria itu kebingungan.

Perbedaan memang sebuah hal pasti dan butuh kesiapan diri untuk
mengetahui terlebih menerima dan memahami perbedaan. Namun, mari
membayangkan jika setiap perbedaan selalu berakhir dengan pemisahan,
maka akan ada banyak pemisahan yang terjadi dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perbedaan itu harus dijembatani dan dipahami sebagai sebuah
kebaikan. Maka bukan hanya relasi yang terhubung, melainkan juga
kebaikan kebaikan lainnya yang terhubung. Tuhan Yesus sudah menjadi
jembatan kebaikan di tengah perbedaan dengan hal yang terlihat
sederhana. Maka kita sebagai umat-Nya juga harus terus bersiap untuk
menjadi jembatan kebaikan di tengah kehidupan kita sehari-hari.

64
Penyampaian
1. Awali renungan dengan menjelaskan fokus yang menekankan tentang
pemahaman indahnya keberagaman dan perbedaan dalam kehidupan
manusia.
2. Sampaikan penjelasan teks dengan menekankan pada perbuatan dan
sikap Tuhan Yesus yang menjadi jembatan kebaikan di tengah
perbedaan yang ada.
3. Ajak pemuda untuk berbagi pengalaman mereka menjadi jembatan di
tengah perbedaan dan dampaknya sebelum masuk pada penjelasan
pengenaan.
4. Akhiri renungan dengan mengajak pemuda berkomitmen untuk
menjadi jembatan kebaikan di tengah perbedaan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari mereka.

65
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima September 2023

“GROWING DEEPER AND STRONGER”


Bacaan
Kolose 2:6-8

Tujuan
1. Pemuda memahami pentingnya bertumbuh di dalam dan bersama
Tuhan
2. Pemuda memiliki kesungguhan untuk bertumbuh di dalam dan bersama
Tuhan

Fokus
Mulai minggu pertama bulan ini kita semua belajar untuk mempersiapkan
diri sebagai saksi Tuhan di dunia yang memberikan dampak baik sekaligus
berkarya nyata di tengah dunia. Namun, selain berusaha untuk
menghasilakan buah bagi dunia, kita pun harus menyadari bahwa
kebutuhan kita untuk terus bertumbuh semakin dalam dan semakin kuat di
dalam Tuhan. Layaknya pohon yang tumbuh, selain menghasilkan buah
bagi sesama, pohon itupun harus siap menghadapi banyak perkara. Hujan
yang lebat, angin yang kencang serta kuaca yang berubah adalah gambaran
bagi tantangan dan situasi yang dihadapi oleh kita sebagai pemuda Kristen
di tengah dunia. Apa yang terjadi jika kita menghadapi segala persoalan
dan tantangan itu? Apakah kita mampu bertahan dan setia pada Tuhan?
Apakah kita mampu bertahan dan terus berdampak baik serta
menghasilkan buah bagi sesama? Apa yang harus kita lakukan untuk bisa
bertahan di tengah situasi sulit itu? inilah yang akan bersama kita
renungkan dalam renungan akhir di bulan ini.

66
Penjelasan Teks
Bacaan kita hari ini adalah surat Paulus kepada jemaat di Kolose. Pada
masa itu, dalam kehidupannya, jemaat di Kolose disusupi oleh para
pengajar palsu yang berusaha menjauhkan mereka dari kebenaran yang
telah diajarkan. Selain menjauhkan, hal ini juga membuat mereka
terganggu imannya karena kebingungan yang dimunculkan dalam
pertemuan pertemuan dengan mereka. Melihat situasi itu, Paulus berusaha
untuk menegaskan kembali kepada jemaat di Kolose tentang pengajaran
Yesus supaya mereka mampu menghadapi situasi dan kondisi yang ada.
Kristus sebagai kepala gereja, gereja sebagai tubuh Kristus serta Kristus
sebagai pemenuhan maksud Allah adalah poin-poin penting yang mau
disampaikan Paulus kepada jemaat di Kolose.

Bagian yang kita baca adalah nasihat Paulus yang bertujuan untuk
mengingatkan jemaat Kolose tentang kesungguhan iman mereka yang
sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan. Penerimaan itu akan sangat
rapuh tanpa ada kekuatan yang tumbuh dan dibangun di dalamnya. Oleh
karena itu, Paulus mengingatkan supaya mereka berusaha untuk berakar
dan dibangun di dalam Kristus. Bagian menarik bacaan ini adalah karena
Paulus memakai dua gambaran, yaitu pohon dan bangunan. Seperti yang
kita tahu, pohon yang tumbuh menjulang tinggi sangat membutuhkan akar
yang kuat dan demikian juga dengan bangunan yang tinggi sangat
membutuhkan pondasi yang kuat. Hal ini mau menekankan bahwa iman
juga harus bertumbuh di atas akar yang kuat dan dibangun di atas pondasi
yang kuat. Untuk apa? Untuk menghadapi berbagai tantangan dan
rintangan sepanjang kehidupan.

Seperti yang Paulus sampaikan bahwa akan ada orang-orang yang


berusaha untuk menawan kita dengan filsafatnya, pemahamannya dan
pengajarannya yang diteruskan turun temurun namun itu bukan pengajaran
Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, berakar semakin dalam dan
dibangun semakin kuat di dalam Tuhan adalah cara untuk kita mampu
bertahan menghadapi banyak situasi kehidupan yang menggoncang iman.

67
Pengenaan
Sebagai pemuda Kristen, setiap kita dipanggil Tuhan untuk senantiasa
memberikan buah bagi sesama. Buah itu dalam bentuk kata kata penguatan
dan penghiburan atau juga dalam bentuk tindakan yang nyata dalam
memberikan dampak baik bagi kehidupan di sekitar kita. Masalahnya,
apakah kita bisa melakukan itu terus menerus? Apakah kita bisa
menguatkan dan menghibur ketika kita ada dalam pergumulan? Apakah
kita berdampak baik ketika kita pun masih hilang arah dan kebingungan
dalam menjalani hidup? Apakah kita bisa tumbuh dan menghasilkan buah
bagi sesama ketika ada dalam kesulitan? Untuk itulah kita perlu berakar
lebih dalam di dalam Tuhan dan dibangun lebih kuat di dalam Tuhan.

Berakar dan dibangun lebih kuat di dalam Tuhan bukan hanya sekedar
hadir dalam setiap kegiatan gereja atau mampu menghafal ayat-ayat
Alkitab namun memahami apa yang Tuhan kehendaki. Iman yang kita
punya haruslah dibangun dengan sungguh di dalam Tuhan melalui
pengenalan dan pemahaman tentang kehendak dan pengajaran Tuhan.
Kehadiran adalah penting, tapi membawa dan membuka diri untuk
diperlengkapi Tuhan adalah yang utama. Dengan ini kita dimampukan
menghadapi banyak situasi dan kondisi dalam kehidupan kita, entah itu
saat mudah terlebih saat susah.

Penyampaian
1. Awali renungan dengan menjelaskan fokus yang menekankan pada
pentingnya berakar dan dibangun di dalam Tuhan.
2. Sampaikan penjelasan teks dengan menekankan pengajaran Paulus
yang mengingatkan jemaat Kolose yang sudah menerima Tuhan
Yesus untuk membangun imannya.
3. Ajak pemuda untuk berbagi sitausi dan kondisi hidup mereka yang
sulit dan bahkan sampai menggoyahkan iman mereka sebelum masuk
pada penjelasan pengenaan.
4. Akhiri renungan dengan melakukan kegiatan.

68
Kegiatan
“Doa berantai!”
Doa berantai adalah kegiatan kelompok yang dapat dilakukan di dalam
kelompok kecil beranggotakan 3 – 5 orang. Kegiatan ini mengajak tiap
anggota kelompok untuk berbagi komitmen mereka dalam membangun
iman dan mendoakannya bergantian.

69
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Oktober 2023

“FOCUS ON THE FAMILY”


Bacaan
1 Timotius 5:1-4, 8

Tujuan
1. Pemuda memahami generasi sandwich sebagai fenomena sosial yang
menjadi konteks kehidupan sebagian besar pemuda di masa kini.
2. Pemuda memahami bahwa keluarga adalah ruang pertama dan utama
dimana setiap pribadi menyatakan imannya secara nyata.
3. Pemuda mampu menyikapi fenomena generasi sandwich dengan bijak.

Fokus
Setiap individu yang lahir di tengah dunia selalu ada dalam ruang sosial
pertama dan utama, yakni keluarga. Di dalam keluarga inilah, setiap
pribadi membentuk kehidupannya. Begitu pula, keluarga menjadi ruang
bagi seseorang untuk dapat mengenali dirinya sebagai makhluk spiritual
yang senantiasa berada dalam proses pembentukan iman. Dalam keluarga,
seseorang menunjukan bagaimana ia menghayati siapa Tuhan yang ia
percaya, bagaimana ia menghayati pula siapa dirinya, dan bagaimana ia
memahami keluarga yang dimilikinya dalam kerangka iman. Setiap orang
yang menyelami imannya, tidak dapat memisahkan diri dari ruang lingkup
sosial yang ada, termasuk keluarga. Di sinilah, para pemuda ditantang
untuk dapat menyatakan iman di tengah konteks generasi sandwich yang
mungkin menjadi bagian dari kehidupan kita.

70
Penjelasan teks
I Timotius adalah surat Paulus bagi Timotius yang menjalani tugas di
Efesus sebagai wakil dari Paulus. Gereja di Efesus pada waktu itu terdiri
dari sejumlah gereja rumah tangga (bdk. I Kor 16:19). Timotius bukanlah
penatua dalam kelompok gereja-gereja rumah tangga tersebut. Paulus
berbicara kepada Timotius untuk mempersiapkan anak rohaninya tersebut
dalam tugasnya berhadapan dengan umat dan penatua dalam
pelayanannya.

Dalam perikop ini, Paulus mengajak Timotius untuk menerima semua


orang di dalam gereja seolah-olah mereka adalah anggota keluarganya
sendiri. Paulus menyatakan dengan jelas bahwa jemaat harus hidup
sebagai keluarga Allah (I Tim 3:15). Secara khusus, Timotius harus
memperlakukan orang-orang yang lebih tua dengan penuh hormat dan
menasihati mereka dengan lembut, bukan menegur mereka dengan kasar.
Timotius diajak untuk dapat membangun relasi dengan kaum muda
sebagai saudara. Mereka adalah orang-orang yang setara. Seorang yang
lebih tua pun harus menganggap orang-orang Kristen yang lebih muda
sebagai saudara-saudaranya, memberi mereka martabat yang setara,
bukannya memandang mereka lebih rendah. Dalam hidup bergereja, para
perempuan yang lebih tua diundang dalam relasi akrab bagaikan ibu, dan
mereka yang muda adalah adik yang perlu dijaga dan dilindungi.

Paulus menekankan pula tanggung jawab bagi keluarga para janda untuk
memberikan penghidupan yang layak sebagai bentuk bakti dan tanda iman
yang berkenan kepada Allah. Perikop ini mencerminkan konteks budaya
dan sejarah pada zaman ketika perikop ini ditulis. Pada zaman dahulu,
tidak ada jaring pengaman sosial atau bantuan pemerintah untuk para
lansia atau mereka yang membutuhkan, sehingga kehidupan para lansia
sepenuhnya menjadi tanggung jawab anggota keluarga. Ayat ini

71
menyoroti pentingnya menghormati dan merawat orang tua, dan
menekankan gagasan keluarga sebagai unit utama untuk mendukung dan
merawat. Kehidupan bergereja yang digambarkan Paulus seperti keluarga
Allah tidak meniadakan tanggung jawab keluarga yang sesungguhnya
untuk dapat menyatakan kasih melalui pemeliharaan hidup.

Pengenaan
a. Fenomena Generasi Sandwich di Indonesia
Konsep generasi sandwich diperkenalkan oleh pekerja sosial dan ahli
lansia Dorothy Miller dan Elaine Brody pada 1981. Istilah ini mengacu
pada generasi penduduk yang menanggung beban ganda. Seperti halnya
sandwich, generasi sandwich terimpit atas (generasi lebih tua) dan
bawah (generasi muda).
Survei Litbang Kompas, Agustus 2022, di 34 provinsi, memberikan
gambaran betapa besar jumlah generasi sandwich di Indonesia
mencapai 67 persen responden. Jika diproporsikan terhadap penduduk
produktif Indonesia, jumlahnya sekitar 56 juta orang. Survei ini dapat
menjadi referensi penting mengingat belum ada data lengkap tentang
generasi sandwich di Indonesia. Generasi sandwich dapat dibagi
menjadi dua kategori. Pertama, generasi sandwich yang tinggal atau
berada dalam satu rumah tangga (RT) dengan mereka yang ditanggung.
Kedua, generasi sandwich yang tak berada dalam satu RT dengan
mereka yang jadi tanggungan. Sesuai ketersediaan data BPS, uraian
profil di sini lebih banyak pada generasi sandwich dalam extended
family (keluarga besar yang tinggal dalam satu RT). Maknanya, dalam
satu RT terdapat keluarga inti dan saudara lainnya, bisa orangtua,
menantu, cucu, saudara kandung, ipar, dan sebagainya. Kelompok
penduduk bukan generasi sandwich rata-rata menanggung 3-4 anggota
RT, tetapi pada generasi sandwich EF jumlahnya mencapai 4-5 orang.
Bahkan, 34,29 persen generasi sandwich EF menanggung setidaknya

72
enam orang atau lebih dalam rumah tangganya. Beban tanggungan
terbesar di luar keluarga inti (suami/istri dan anak) ialah orangtua,
diikuti anggota keluarga lainnya, seperti saudara kandung, ipar,
menantu, dan cucu.
Masyarakat Indonesia umumnya berorientasi keluarga dan
menanggung extended family adalah hal wajar. Padahal, beban
tambahan anggota keluarga yang ditanggung jelas menciptakan
dampak jangka panjang, baik bagi generasi sandwich maupun
pembangunan nasional. Pertama, rendahnya kemampuan menabung.
Tabungan nasional menjadi salah satu sumber pembiayaan investasi.
Rendahnya tabungan berimplikasi terhadap rendahnya kemampuan
pembiayaan investasi nasional, menciptakan ketergantungan pada
investasi asing, menghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, masalah
alokasi waktu. Generasi sandwich EF harus membagi waktunya yang
terbatas untuk beragam aktivitas, mulai dari bekerja hingga mengurus
anak dan orangtua. Hal ini berimplikasi terhadap produktivitas dan
pengembangan diri. Ketiga, menghambat pembangunan manusia
karena kemampuan pembiayaan pendidikan, kesehatan, dan gizi yang
terbatas. Keempat, memberi tekanan psikologis dan memengaruhi
kesehatan jiwa.
Saat ini, lebih dari 93 persen generasi sandwich berada dalam usia
produktif. Sesuai proyeksi penduduk berdasarkan Survei Penduduk
Antar Sensus (Supas) 2015, Indonesia sejak 2012 hingga 2040 berada
dalam periode bonus demografi. Bahkan selama periode 2020-2024,
Indonesia berada di puncak bonus demografi, dengan rasio
ketergantungan (dependency ratio) terendah. Indonesia sedang berada
dalam periode keemasan bonus demografi. Namun, secara bersamaan,
kita masih memiliki banyak generasi sandwich dengan beban
ketergantungan yang besar. Saat ini, lebih dari 93 persen generasi
sandwich berada dalam usia produktif. Setelah periode bonus

73
demografi berakhir, Indonesia akan masuk ke periode ageing society,
yaitu proporsi penduduk lansia terus meningkat, proporsi penduduk
muda mengecil. Jika Indonesia mampu mengonversi bonus demografi
menjadi bonus kesejahteraan, maka akhir periode bonus demografi
akan ditandai dengan pendapatan per kapita yang tinggi. Para warga
lansia akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dari tabungan dan
tak banyak tergantung pada intergenerational transfer. Jumlah generasi
sandwich dapat ditekan.
Sebaliknya, apabila Indonesia gagal mengonversi bonus demografi
menjadi bonus kesejahteraan, setelah 2040 akan terjadi ”ledakan”
generasi sandwich. Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, peningkatan
usia harapan hidup tak dibarengi kenaikan pendapatan per kapita yang
memadai. Kemampuan menabung rendah, menyebabkan para warga
lansia akan tergantung pada generasi yang lebih muda dan
memunculkan banyak generasi sandwich baru. Kedua, adanya selisih
antara usia harapan hidup (life expectancy) dan usia harapan hidup
sehat (healthy life expectancy) akan menciptakan beban pembiayaan
dan waktu bagi generasi sandwich. Data WHO menunjukkan ada selisih
6-8 tahun antara life expectancy dan healthy life expectancy untuk
Indonesia. Para warga lansia dapat mencapai usia harapan hidup hingga
72 tahun, tetapi dengan usia harapan hidup sehat hanya 64 tahun.
Selama tujuh tahun akhir masa hidup warga lansia dijalani dengan
kondisi sakit dan membutuhkan waktu perawatan serta pembiayaan
kesehatan. Ketiga, dampak ikutan poin kedua ialah banyaknya warga
lansia yang membutuhkan perawat (caregiver), tetapi setelah 2040,
proporsi penduduk usia muda mengecil dengan tingkat pendidikan yang
tinggi. Tak banyak suplai caregiver di pasar kerja. Anak akan
mengambil peran tersebut dan menjadi generasi sandwich.

74
b. Menyatakan Iman di Tengah Fenomena Generasi Sandwich
Tanggung jawab orang beriman sebagaimana yang dinyatakan oleh
Paulus kepada Timotius dalam suratnya, menuntun kita pada kesadaran
untuk memaknai arti keluarga dengan lebih mendalam. Keluarga
dimana kita ada di dalamnya bukanlah ruang yang mengekang,
membatasi, membebani, melainkan ruang yang terbuka untuk
mencurahkan kasih bagi setiap anggota di dalamnya. Fenomena
generasi sandwich tidak dapat kita sangkal atau hindari. Namun, kita
dapat memilih untuk memaknai konteks generasi sandwich sebagai
‘beban’ tanggung jawab sosial moral atau sebagai ruang terbuka yang
tersedia bagi kita untuk mencurahkan kasih sepenuhnya bagi orangtua
ataupun keluarga yang kita tanggung pemeliharaan hidupnya. Dengan
cara pandang ini, tentunya kita tidak akan terjebak dengan pemahaman
bahwa generasi selanjutnya juga harus mengalami apa yang kita alami.
Iman kita nyata pula melalui bagaimana kita mempersiapkan masa
depan dengan baik demi generasi masa depan.

Penyampaian
1. Sampaikanlah Fokus sebagai pengantar!
2. Bagilah pemuda ke dalam beberapa kelompok, berikanlah materi
Fenomena Generasi Sandwich di Indonesia untuk dapat dibaca dalam
kelompok-kelompok tersebut!
3. Setiap kelompok berdiskusi dengan panduan pertanyaan berikut :
- Apa pendapat saudara mengenai Fenomena Generasi Sandwich di
Indonesia?
- Apakah saudara menjadi salah satu pribadi yang mengalami konteks
generasi sandwich atau berpotensi mengalaminya?
- Jika bersedia, ceritakanlah konteks generasi sandwich yang saudara
alami!

75
- Berikanlah dukungan satu sama lain bagi pemuda yang ada dalam
konteks tersebut!
4. Dalam pleno, sampaikanlah Penjelasan Teks dan bagaimana
Menyatakan Iman di Tengah Fenomena Generasi Sandwich!
5. Diskusikan secara terbuka :
- Apa saja cara-cara yang dapat kita lakukan untuk dapat tetap
menyatakan iman dengan mencurahkan kasih bagi generasi lainnya
tanpa mengorbankan kebutuhan hidup pribadi?
- Bagaimana cara kita untuk menghindarkan anak-anak kita di masa
mendatang dari konteks generasi sandwich?

76
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Oktober 2023

“ECCLESIA DOMESTICA”
Bacaan
Kisah Para Rasul 10:1-2 dan 16:14-15, 33-34

Tujuan
1. Pemuda memahami bahwa Ecclesia Domestica (Gereja Rumah
Tangga/Gereja Keluarga) bukan konsep wujud gereja yang asing,
melainkan wujud yang ada semenjak gereja mula-mula dan menjadi
wujud gereja yang semakin nyata dalam konteks pasca pandemi.
2. Pemuda menginisiasi kebiasaan-kebiasaan positif untuk menerapkan
ecclesia domestica dalam keluarga masing-masing.

Fokus
Persekutuan Pemuda hari ini membahas mengenai pentingnya
membangun kehidupan bergereja di dalam keluarga sebagai bentuk nyata
Ecclesia Domestica. Istilah ini dipopulerkan kembali oleh Paus Yohanes
Paulus II dalam surat apostoliknya tentang keluarga Kristiani (Familiaris
Consortio) di tahun 1981. Paus Yohanes Paulus II mendefinisikan
keluarga sebagai tempat pendidikan dasar anak-anak di mana personalitas
seorang manusia dibentuk. Beliau juga menekankan bahwa keluarga
menjadi bagian terkecil dari komunitas yang menentukan existensi
komunitas yang lebih besar, masyarakat, negara, dan gereja semua
tergantung dari hidup keluarga. Ide ini memberi pemahaman baru pada
pengertian peran gereja dalam masyarakat. Keluarga Kristiani menjadi
garda depan bagi karya misi gereja, dimana dalam hidup keseharian
mereka sungguh-sungguh mengekpresikan perhatian gereja pada dunia.
Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga/Gereja Keluarga) adalah
bentuk komunitas iman yang disadari amat vital dan relevan. Vital karena
transformasi iman sangat amat mungkin dilakukan dalam konteks sosial
77
basis, seperti yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam perikop yang akan kita
simak bersama. Relevan karena konteks pasca pandemi membuat kita
menyadari betapa berharganya keluarga sebagai fondasi kehidupan
beriman yang sangat mempengaruhi dimensi kehidupan lainnya.

Penjelasan Teks
Ada satu frasa yang berulang dalam perikop yang menjadi bahan
perenungan kita pada Persekutuan Pemuda hari ini. Frasa tersebut adalah
‘ia dan seisi rumahnya’. Ketiga bagian perikop yang kita baca
menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh tersebut mengenal, mengalami, dan
menyatakan iman bersama dengan keluarganya. Namun, setiap tokoh-
tokoh tersebut mengawalinya dengan pengalaman iman yang bersifat
personal. Kornelius, seorang perwira yang telah mengenal Allah dan
menganut agama Yahudi, mengalami perjumpaan dengan Allah melalui
suatu penglihatan yang menuntunnya pada Petrus, hingga akhirnya ia
dibaptis bersama dengan keluarganya. Lidia yang juga adalah seorang
penganut agama Yahudi, membuka hatinya dan memperhatikan apa yang
dikatakan Paulus sehingga ia menerima Kristus. Begitu juga si kepala
penjara. Ia ‘diselamatkan’ oleh Paulus dan Silas dari tindakan bunuh diri
dan pada akhirnya percaya kepada Allah. Pengalaman iman yang begitu
personal inilah yang menuntun mereka untuk membawa pula keluarganya
dalam iman yang sama. Gereja mula-mula dibangun dalam wujud Ecclesia
Domestica. Kehidupan bergereja nyata dalam hidup sesehari setiap
anggota keluarga.

Pengenaan
Pandemi Covid-19 membawa disrupsi luar biasa dalam berbagai lini
kehidupan, termasuk kehidupan bergereja. Pandemi Covid-19
memutarbalikkan konsep ruang dengan memaksa setiap pribadi tetap
tinggal di dalam rumah tanpa meninggalkan berbagai peran yang tetap
harus dimainkan oleh setiap orang. Selama 2 tahun lebih, kita ‘dipaksa’
untuk menyesuaikan diri dan memaksimalkan ruang-ruang hidup kita

78
untuk berbagai aktivitas yang biasanya dilakukan pula di luar rumah,
termasuk beribadah. Dalam hidup bergereja era pandemi (dan pasca
pandemi), sakralitas masuk ke ruang hidup kita yang paling privat, yaitu :
rumah. Di sinilah, kita mencicipi Ecclesia Domestica yang menjadi wujud
kehidupan gereja mula-mula, dimana setiap anggota keluarga dapat
beribadah di ruang yang sama dan membangun iman dalam percakapan-
percakapan keseharian satu sama lain. Kehidupan bergereja di dalam
keluarga bukan hanya tentang menjaga hubungan spiritual individu, tetapi
juga membangun fondasi iman yang kuat bagi generasi mendatang.
Ecclesia Domestica menekankan peran orang tua sebagai pemimpin rohani
dalam keluarga, dengan menyediakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan iman dan pembentukan karakter Kristen. Dalam menghadapi
masa pasca pandemi, kesadaran akan pentingnya membangun kehidupan
bergereja di dalam keluarga menjadi semakin penting. Dalam melakukan
ini, gereja dapat memperkuat ikatan komunitas dan memastikan keluarga
menjadi pusat kehidupan rohani yang sehat, dinamis, dan berdampak
positif di tengah tantangan dan perubahan zaman.

Penyampaian
1. Sampaikanlah Fokus sebagai pengantar!
2. Sampaikanlah Penjelasan Teks dan tekankan bagaimana gereja mula-
mula terbangun dalam wujud Ecclesia Domestica!
3. Bagilah pemuda ke dalam beberapa kelompok!
4. Setiap kelompok berdiskusi dengan panduan pertanyaan berikut :
- Apa saja kebiasaan positif yang dapat dibangun untuk
membangkitkan kehidupa beriman di tengah keluarga?
- Apa saja yang dapat menjadi hambatan dari upaya habituasi
tersebut?
- Apa saja yang dapat dilakukan oleh gereja untuk dapat mendorong
setiap keluarga membangun kebiasaan positif tersebut?

79
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Oktober 2023

“KELUARGA : RUANG PEMULIHAN”


Bacaan
Lukas 15:11-24

Tujuan
1. Pemuda memahami bahwa melalui Lukas 15:11-24, Yesus memakai
‘keluarga’ sebagai analogi dari proses pemulihan yang menerima setiap
orang tanpa terkecuali.
2. Pemuda menyadari bahwa diri mereka memiliki keluarga yang tidak
sempurna, namun dapat menjadi ruang pemulihan bagi setiap
anggotanya.
3. Pemuda mengambil komitmen untuk membangun keluarga yang
meneladani cinta Allah yang memulihkan.

Fokus
Setiap individu pasti pernah mengalami keputusasaan karena situasi yang
dihadapi bertentangan dengan harapan. Situasi tersebut dapat muncul
karena ketidakberdayaan, seperti bencana atau kemalangan. Namun, dapat
pula terjadi karena pilihan-pilihan yang buruk dan kesengajaan. Kasih
Allah yang memulihkan nyata dalam perumpamaan anak yang hilang.
Relasi sang bapa dengan anaknya, proses yang harus dialami oleh si
bungsu, dan dinamika yang terjadi dalam keluarga ini menunjukan bahwa
keluarga adalah ruang pemulihan yang disediakan oleh Allah bagi
manusia.

Penjelasan Teks
Lukas 15:11-24 (Perumpamaan tentang Anak yang Hilang) adalah bagian
dari rangkaian perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus dalam upaya-
Nya merespon ujaran kebencian orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
80
Mereka menolak sikap Yesus yang menerima dan bahkan makan bersama
dengan orang-orang berdosa. Dengan perumpamaan ini, Yesus mengajak
para pendengar-Nya untuk memandang orang-orang berdosa sebagai
pribadi yang menjadi bagian dari keluarga kita. Mereka bukanlah orang
lain atau orang asing. Mereka adalah keluarga.

Kita akan lebih berfokus pada tokoh si bungsu dalam kisah ini. Teks ini
akan kita baca dengan memperhatikan Enam Tahapan Pemulihan yang
dicetuskan oleh Shannon Thomas dalam bukunya Healing from Hidden
Abuse. Tahapan-tahapan tersebut sesungguhnya dipakai dalam konteks
pemulihan terkhusus bagi para penyintas pelecehan terselubung. Namun,
Enam Tahapan Pemulihan tersebut dapai kita pakai untuk membantu
pembacaan kita dalam menggali proses perjalanan transformatif si bungsu
menuju pemulihan dan rekonsiliasi.

a. Despair
(14-16) Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana
kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi
dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu
menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi
perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak
seorangpun yang memberikannya kepadanya.
Si bungsu menyadari dirinya ada di ambang kehancuran setelah
menyia-nyiakan warisannya dan jatuh ke dalam kemiskinan. Di negeri
asing itu, si bungsu tidak memiliki sumber daya untuk dapat
menyelamatkan dirinya, maupun support system untuk menolongnya
keluar dari situasi tersebut. Tahap ini adalah tahap awal, di mana
individu merasakan keputusasaan terhadap situasi yang mereka hadapi.
b. Education
(17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang
upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini
mati kelaparan.

81
Ketika si bungsu telah menyadari situasi yang dihadapinya, ia
mengalami proses pembelajaran. Dia belajar akan tanggung jawab dan
konsekuensi dari pilihannya. Proses pembelajaran ini memainkan peran
penting dalam perjalanan menuju pemulihan karena dalam tahap ini
individu memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang situasi
yang dihadapi, penyebab dan dampak dari situasi tersebut bagi dirinya.
c. Awakening
(18-20) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku
sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi
kepada bapanya.
Dalam tahap ini, si bungsu mencapai titik pencerahan, dan menemukan
bagaimana ia harus mengubah situasi yang dialaminya. Dia mengakui
rasa sakit yang disebabkan oleh tindakannya dan menyadari bahwa
perubahan itu perlu. Ia belajar menemukan solusi, memulai gerak
pertobatan/pemulihan untuk menghadapi ayahnya yang tentu bukanlah
langkah yang mudah. Tahap kebangkitan ini menandakan pergeseran
kesadaran, di mana individu menjadi sadar akan perlunya
penyembuhan dan transformasi pribadi. Ini melibatkan mengakui
kerentanan seseorang, mengambil tanggung jawab, dan merangkul
keinginan untuk mencari pemulihan.
d. Boundaries
Ketika si bungsu membulatkan tekad kembali ke bapanya, dia
menyadari bahwa tentunya perjumpaan itu tidak akan sama seperti
perjumpaan yang dulu dengan bapanya. Kesalahan yang dilakukannya
tentu akan berdampak pada relasi dengan Allah dan sang bapa. Oleh
sebab itu, sebelum ia beranjak pergi menuju bapa, si bungsu telah
membayangkan apa yang akan ia katakan kepada sang bapa, bahwa ia
akan meminta sang bapa menjadikannya sebagai salah seorang upahan.
Dia mengakui kesalahan masa lalunya dan mengakui perlunya

82
menetapkan batasan untuk melindungi dirinya dari mengulangi pola
destruktif yang pernah dilakukannya.
e. Restorasi
(20-24) Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari
mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu
berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang
terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada
jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu,
sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab
anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan
didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Pada tahap restorasi ini, si bungsu mengalami pengampunan, kasih, dan
penerimaan dari bapanya, yang melambangkan cinta dan kasih karunia
Allah. Pemulihan melibatkan memperbaiki hubungan yang rusak,
berdamai dengan diri sendiri dan orang lain, dan menemukan keutuhan
melalui kekuatan transformatif pengampunan dan rekonsiliasi.
f. Maintenance
Setelah si bungsu mengalami restorasi, perumpamaan ini menekankan
pentingnya pemeliharaan berkelanjutan. Ada harapan bahwa pemulihan
yang dirasakan akan mendorong si bungsu untuk berkomitmen pada
cara hidup baru, secara aktif mempertahankan hubungannya dengan
bapa dan saudaranya dan membuat pilihan yang selaras dengan hikmat
yang didapatinya dari pengalaman masa lalu.

Pengenaan
Melalui perumpamaan ini, Yesus hendak menekankan kasih tanpa batas,
ruang pemulihan tanpa akhir yang sangat dimungkinkan terjadi dalam
konteks keluarga. Keluarga yang kita miliki adalah ruang pemulihan yang
disediakan oleh Allah. Tidak semua keluarga adalah ruang pemulihan

83
yang sempurna. Kita tidak bisa berharap semua bapa merespon kisah ini
dengan cara yang sama. Terlebih jika kita mengingat bahwa kisah ini
masih berlanjut dengan respon si sulung. Begitu pula dalam kehidupan kita
sesehari, bukan hanya pemulihan yang harus diupayakan, melainkan juga
bagaimana setiap keluarga dimampukan untuk menyadari identitas dirinya
sebagai ruang pemulihan. Dalam hal ini, gereja perlu mengambil bagian
untuk membina keluarga-keluarga membangun relasi dan komunikasi
yang sehat dalam rangka pemulihan anggota-anggotanya.

Penyampaian
1. Sampaikanlah Fokus sebagai pengantar dan tekankan bahwa
‘keluarga’ dipakai oleh Allah untuk menggambarkan relasi
sesungguhnya antara Allah dan manusia, juga manusia dengan
sesamanya!
2. Sampaikanlah Penjelasan Teks dan diskusikan:
- Jika saudara menjadi si bungsu dalam kisah ini, apa yang akan
saudara lakukan selanjutnya?
- Jika saudara menjadi sang bapa dalam kisah ini, apa yang akan
saudara lakukan selanjutnya?
3. Sampaikanlah Pengenaan dan diskusikan:
- Sudahkah keluarga saudara menjadi ruang pemulihan yang sehat
bagi setiap anggotanya?
- Apa harapan-harapan kita untuk membangun keluarga yang mampu
menjadi ruang pemulihan bagi setiap anggotanya?

84
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Oktober 2023

“INTERGENERATIONAL MINISTRY”
Bacaan
2 Timotius 1:1-5, 3:14-15

Tujuan
1. Pemuda memahami pelayanan intergenerasi sebagai model pelayanan
yang penting untuk diupayakan gereja
2. Pemuda menginisiasi kegiatan pelayanan intergenerasi dengan
melibatkan badan pelayanan lainnya.

Fokus
Intergenerational ministry atau pelayanan intergenerasi adalah suatu
model pelayanan dalam kehidupan bergereja yang mengedepankan
keterhubungan, interaksi aktif, dan kolaborasi antar generasi. Kesadaran
akan pentingnya pelayanan intergenerasi muncul karena adanya
kecenderungan terputusnya generasi yang berperan dalam hidup bergereja.
Kehidupan bergereja mula-mula yang berbasis keluarga (sebagaimana
telah kita ulas dalam waktu yang lalu) perlahan-lahan berubah dan
mengambil bentuk kategorial usia. Tentu pelayanan yang lebih berfokus
pada kategorial usia memiliki kekuatan tersendiri, namun dalam
perkembangannya, disadari pentingnya membangun keterhubungan dan
interaksi aktif antar generasi dengan menyadari bahwa setiap generasi
memiliki peran dan kontribusi yang berharga dalam tubuh Kristus. Dalam
persekutuan pemuda hari ini, kita akan mencoba untuk mendalami
pelayanan intergenerasi ini dan melihat kemungkinan-kemungkinan
interaksi dengan generasi yang berbeda dalam kehidupan bergereja.

85
Penjelasan Teks
2 Timotius 1:1-5 dan 3:14-15 adalah bagian dari surat rasul Paulus kepada
Timotius, yang juga merupakan seorang pemimpin gereja. Dalam ayat
pertama, Paulus menyebutkan dirinya sebagai "rasul Kristus Yesus oleh
kehendak Allah," dan Timotius sebagai "anakku yang kekasih." Ini
menggambarkan hubungan antara generasi yang lebih tua (Paulus) dan
generasi yang lebih muda (Timotius). Dalam pelayanan lintas generasi,
penting untuk menghargai dan memperkuat hubungan seperti ini, di mana
pemimpin yang lebih berpengalaman dapat membagikan pengetahuan,
kebijaksanaan, dan iman kepada generasi yang lebih muda.

Selanjutnya, dalam ayat kedua, Paulus memberikan ucapan kasih karunia


dan sejahtera kepada Timotius. Ini menunjukkan pentingnya kasih dan
dukungan antargenerasi dalam pelayanan lintas generasi. Pemimpin gereja
yang lebih tua harus mengasihi dan mendorong anggota generasi yang
lebih muda untuk tumbuh dan berkembang dalam iman mereka.

Dalam ayat keempat, Paulus mengungkapkan kerinduannya untuk


bertemu dengan Timotius dan mengingat air mata yang ia tuangkan saat
mereka berpisah. Ini menggambarkan kedalaman hubungan emosional
antara mereka. Generasi yang lebih muda harus merasa didukung,
dihargai, dan dipahami oleh generasi yang lebih tua, sementara generasi
yang lebih tua harus memiliki belas kasihan, perhatian, dan rasa tanggung
jawab terhadap generasi yang lebih muda.

86
Akhirnya, dalam ayat kelima, Paulus mengingat iman tak tergoyahkan
yang dimiliki oleh nenek dan ibu Timotius, Lois dan Eunike. Ini
menekankan pentingnya warisan iman yang dilestarikan dan diteruskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam pelayanan lintas generasi,
ada kekayaan spiritual dan kearifan yang dapat dipelajari dari generasi
sebelumnya. Generasi yang lebih muda perlu menghargai dan menerima
warisan iman tersebut, sementara generasi yang lebih tua memiliki
tanggung jawab untuk mentransmisikan nilai-nilai iman kepada generasi
yang lebih muda.

Secara keseluruhan, 2 Timotius 1:1-5 menunjukkan pentingnya pelayanan


lintas generasi dalam konteks gereja. Ini melibatkan hubungan yang sehat
dan saling mendukung antara generasi yang berbeda, pembinaan
hubungan mentor-mentee, dukungan emosional, dan pemeliharaan
warisan iman yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pelayanan lintas generasi membangun gereja yang kuat, yang
memungkinkan setiap anggota generasi untuk tumbuh dan berkembang
dalam iman mereka sambil menjalin koneksi yang bermakna dengan
generasi lain.

Hal ini dapat terjadi pula karena adanya keluarga yang menjadi wadah
pembentukan spiritual yang kuat bagi setiap generasi di dalamnya. Ayat
14 dan 15 mengingatkan Timotius dan kita untuk tetap berpegang pada apa
yang telah dipelajari dan menjadi keyakinan kita. Timotius yang disapa
oleh Paulus adalah Timotius yang bertumbuh sedari kecil oleh pengenalan
akan Kitab Suci. Pengenalan itu muncul karena generasi yang lebih tua
(nenek dan ibunya) terlibat aktif dalam pengajaran imannya di masa muda
dan menjadi dasar yang kuat dalam kehidupan Timotius dewasa.

87
Pengenaan
Dalam buku Generations Together: Caring, Praying, Learning,
Celebrating, and Serving Faithfully, diungkapkan lima elemen dalam
kehidupan bergereja yang dapat dengan sengaja dikembangkan dan
diarahkan pada pelayanan intergenerasi. Lima elemen tersebut yaitu :
peduli, berdoa, belajar, merayakan, dan melayani.
- Peduli : Kepedulian lintas generasi dapat dipupuk dalam jemaat
sehingga terbentuk komunitas iman, pengharapan, dan kasih yang
saling menghidupkan.
- Merayakan : Peribadahan menjadi kesempatan bagi setiap generasi
untuk dapat terlibat tanpa sekat dan merayakan bersama perjumpaan
dengan Tuhan.
- Belajar : Setiap generasi berhak untuk terlibat dalam pengalaman
pembelajaran bersama akan Alkitab dan tradisi Kristiani.
- Berdoa : Kehidupan spiritual seluruh komunitas dapat dibangun
bersama melalui pelayanan doa yang terrencana dan lintas generasi.
- Melayani : Keterlibatan seluruh generasi dalam pelayanan dan misi
bagi dunia dapat diupayakan sebagai bagian dari upaya yang nyata bagi
gereja untuk menyatakan karya Allah.

Dalam semiloka bertajuk Membangun Jemaat Intergenerasi Maret 2023


yang lalu, satu elemen dirasa perlu juga menjadi perhatian, yakni :
kepemimpinan. Dalam kepemimpinan intergenerasi, setiap generasi
terlibat dalam pengambilan keputusan melalui pengaruh yang diberikan.
Kebutuhan seluruh generasi didengar dan menjadi pertimbangan atas
keputusan-keputusan yang terkait dengan kehidupan bergereja bersama.

88
Penyampaian
1. Sampaikanlah Fokus sebagai pengantar!
2. Sampaikanlah Penjelasan Teks!
3. Sampaikanlah Pengenaan!
4. Bagilah pemuda dalam beberapa kelompok dan mintalah mereka untuk
memilih Badan Pelayanan yang akan menjadi sasaran kolaborasi
pelayanan intergenerasi : misalnya Komisi Anak, Komisi Lansia, dlsb!
5. Setiap kelompok berdiskusi mengenai program kegiatan apakah yang
tepat untuk dapat dilakukan dalam rangka kolaborasi dengan Badan
Pelayanan tersebut dengan memperhatikan elemen dalam kehidupan
bergereja!
Sebagai contoh :
Kolaborasi : Komisi Lansia
Elemen : Peduli
Program : Pelatihan menggunakan gadget secara sederhana
(membuka apps Alkitab, Whatsapp, dll)
6. Bagikan dalam pleno!
7. Jika dimungkinkan, pilih salah satu atau dua kegiatan tersebut untuk
dapat dilakukan secara nyata!

89
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama November 2023

“GEREJA DAN KEMISKINAN”


Bacaan
Ulangan 15:7-11

Tujuan
1. Pemuda diajak untuk terbuka melihat berbagai persoalan kemiskinan
yang ada disekitarnya.
2. Pemuda makin menyadari pentingnya peran gereja dalam pengentasan
kemiskinan.

Fokus
Kemiskinan adalah fenomena yang terjadi hampir di seluruh negara
berkembang termasuk di Indonesia. Kemiskinan terjadi karena
ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan hidupnya
sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini menyebabkan
menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktivitas dan
pendapatan yang diperolehnya rendah. Alhasil, lingkaran kemiskinan terus
terjadi. Hal ini dikarenakan penghasilan yang rendah tidak mampu lagi
mengakses sarana pendidikan, kesehatan, dan nutrisi secara baik sehingga
menyebabkan kualitas sumber daya manusia dari aspek intelektual dan
fisik rendah, berakibat produktivitas juga rendah.

Di sisi lain, pemerintah terus berupaya untuk melakukan pengentasan


kemiskinan dengan giat melaksanakan pembangunan ekonomi. Jika kita
perhatikan, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan sejak kemerdekaan
secara signifikan telah berhasil mengurangi jumlah dan proporsi penduduk
miskin di Indonesia. Namun terpaan krisis moneter yang berlanjut menjadi
krisis ekonomi menyebabkan keterpurukan ekonomi yang kembali
90
mencuatkan jumlah dan proporsi penduduk miskin hampir setengah dari
penduduk Indonesia. Namun apapun penyebabnya, persoalan kemiskinan
tetap menjadi masalah besar yang perlu mendapat perhatian dan tindakan
konkrit melalui pelaksanaan program-program baik yang bersifat
penyelamatan, pemberdayaan maupun fasilitatif.

Saran tersebut tidak semata-mata ditujukan pada pemerintah, namun pada


siapa saja yang terpanggil untuk berperan dalam pengentasan kemiskinan,
salah satunya adalah gereja. Kita sangat paham bahwa hakikat gereja
adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus
untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah berada di
antara manusia, di antara rakyat, di tengah-tengah orang miskin yang
tertindas dan putus asa.[1] Jika demikian gereja diharapkan tidak hanya
sekedar untuk membantu masyarakat miskin, tetapi juga berada di tengah
kemiskinan itu untuk berdampak bagi transformasi kehidupan yang lebih
layak. Melalui persekutuan Pemuda kali ini, pemuda diajak untuk dapat
makin terbuka melihat persoalan kemiskinan yang terjadi di lingkungan
sekitar gereja atau tempat tinggalnya, dan mulai merancang sebuah
gagasan nyata untuk membantu mengentaskan kemiskinan yang ada
dimulai dari aksi nyata yang sederhana

Penjelasan Teks
Kitab Ulangan (Yunani : Deuteronomium) berarti hukum kedua (second
law). Mengapa disebut hukum kedua? Beberapa penafsir berpendapat
bahwa kitab ini berisi pembaruan hukum pertama yang diberikan oleh
Allah kepada Musa di Gunung Sinai (Ul. 29:1) Ada juga yang
menyebutnya hukum pengganti yang menggantikan buku atau kitab
perjanjian. Sedangkan Septuaginta menyebutnya sebagai repeated law
atau completed law. Jika kita berfokus pada Ulangan 15, perikop ini
memperluas hukum perjanjian tentang perbudakan dalam Keluaran 21:2.

91
Aturan-aturan tersebut memang memuat tentang perbudakan tetapi tidak
memaparkan aturan tentang penghapusan hutang sebagaimana muncul
dalam kitab Ulangan. Dengan demikian, ketetapan tentang penghapusan
hutang pada tahun ketujuh tersebut ditambahkan kemudian oleh penulis
Kitab Ulangan sesuai kebutuhan konteksnya yakni masa pembuangan.
Secara khusus, Ulangan 15 ayat 7-11 memberikan perhatian kepada orang
miskin. Persoalan yang muncul kemudian adalah siapakah orang miskin
dan permasalahan yang dihadapi orang miskin? Memang perikop ini tidak
memberi keterangan detail tentang siapakah yang dimaksud dengan orang
miskin, kategori orang miskin dan bagaimana keadaan mereka. Tetapi jika
menyimak penggunaan istilah tersebut dalam perikop ini, kata “orang
miskin” muncul secara berulang-ulang (3 kali; ay. 7, 9 dan 11). Hal ini
memberikan penegasan terhadap pentingnya peraturan tersebut bagi orang
miskin.

Orang miskin (Ibrani : ebyon) adalah mereka yang hidup berkekurangan


secara ekonomi. Mereka memiliki keinginan atau kebutuhan yang besar
tetapi terkadang karena situasi ekonomi yang terpuruk menyebabkan
mereka tidak bisa memenuhi harapannya. Dalam realitas hidup sehari-
hari, orang miskin sering menjadi manusia yang terabaikan dan tidak
diperhatikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kadang dalam
situasi tertentu, mereka seringkali ditekan dan ditindas oleh para kaum elit
(ay. 11). Sehingga orang miskin bukan saja mengalami keterpurukan
secara ekonomi tapi juga secara sosial. Istilah “berseru” dalam ayat 9,
menggunakan kata Ibrani, weqara (artinya menangis atau berteriak pada
Tuhan). Situasi ini menunjuk pada kondisi yang dialami oleh mereka yang
amat tertindas. Mereka tidak tahan dan berteriak/ menangis kepada Tuhan.
Mereka mengaduh karena hidupnya telah terikat lama dengan hutang
piutang. Ada banyak orang yang kesulitan untuk melunasi hutangnya
sehingga dengan terpaksa, mereka menyerahkan diri kepada yang

92
memberi pinjaman untuk menjadi budak karena mereka merasa tidak
sanggup melunasi semua hutang - hutang mereka. Mereka tidak bisa hidup
dengan bebas (merdeka) karena situasi kemiskinan dan juga karena
tindakan kekerasan dan ketidakadilan dari majikannya. Sehingga banyak
orang miskin yang tidak memperoleh hak-haknya secara layak.

Ulangan 15:7-11 sangat menekankan tentang solidaritas sosial, yang


merupakan pusat dari seluruh hukum yang terkait dengan pembebasan
terhadap orang miskin. Ikatan solidaritas tersebut tampak dari istilah
“saudaramu” yang muncul secara berulang-ulang sebanyak 3 kali, (ay. 7,
9, 11). Istilah saudaramu dari kata dasar Ibrani: akh, dan memiliki
keterkaitan erat dengan sebuah tradisi (budaya) Israel yang berpusat pada
household (keluarga/ kekeluargaan). Ikatan kekeluargaan tersebut tampak
dalam sikap saling mendukung di antara mereka. “Memberikan pinjaman”
adalah bentuk kerjasama yang perlu makin terpelihara dalam kehidupan
umat Israel kala itu. Relasi persaudaraan inilah yang mendorong mereka
untuk makin saling berbagi dan melakukan kebaikan kepada orang miskin.
Tindakan memberi tampak dalam “membuka tangan lebar-lebar”, Kata
“tangan” (Ibrani: yadah) dalam tradisi Perjanjian Lama merupakan simbol
“kekuasaan”. Artinya kekuasaan tidak boleh diklaim sebagai milik pribadi
atau sekelompok orang saja, harusnya terbuka terhadap orang lain.
Kekuasaan juga tidak digunakan untuk mendominasi tetapi berbagi atau
memberi kepada orang lemah dan menderita.

93
Pengenaan
Orang miskin dan tertindas sering tersisihkan dalam kehidupan
bermasyarakat, bahkan mungkin saja dalam kehidupan bergereja.
Terkadang mereka yang dianggap tidak menguntungkan, tidak diberikan
“tempat” yang layak, tidak mendapatkan sapaan yang hangat atau bahkan
tidak diperhitungkan untuk terlibat aktif dalam karya gerejawi sehingga
tanpa disadari, gereja telah menciptakan krisis kekeluargaan yang sangat
berat. Menyadari krisis yang juga kerap terjadi di dalam gereja ini,
mengingat apa yang telah dikatakan Pdt. Josef Widyatmaja dalam buku
“Yesus dan Wong Cilik”, gereja perlu mengubah krisis menjadi kairos;
gereja perlu bertobat dan membarui diri sebagai rekan yang makin sekerja
dengan Allah; memberikan nyawa (agape) pada saudara-saudara
(keluarga) yang hidup terbatas dan tertindas. Kita jadi sadar bahwa gereja
perlu makin membangun kairos untuk anggota jemaat yang selama ini
tersisihkan, juga untuk orang lain secara menyeluruh. Sudah saatnya
gereja, bukan hanya membuka pintu untuk anggotanya saja, tapi membuka
lebar gerbang gerejanya; mulai memberikan nyawa (sacrifice with us)
untuk setiap orang yang “menangis dan berteriak pada Tuhannya” pun di
luar gerbang gereja.

94
Penyampaian
1. Awali persekutuan Pemuda ini dengan menganalisa krisis berupa ragam
potret kemiskinan yang terjadi di kehidupan jemaat dan juga di sekitar
gereja. Padukan hasil Analisa yang didapatkan dengan Fokus.
2. Ajak pemuda untuk melihat teks Ulangan 15:7-11. Tekankan bahwa
Allah menghendaki umat Israel membuka tangan lebar-lebar untuk
merengkuh setiap saudara mereka yang hidup di dalam kemiskinan dan
penindasan. Allah tidak tinggal diam terhadap ketidakadilan. Padukan
dengan Penjelasan Teks.
3. Setelah penjelasan teks disampaikan, ajaklah pemuda untuk
memikirkan gagasan baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang; apa yang harus dilakukan oleh gereja di tengah kemiskinan
yang dihadapi oleh anggota jemaat, simpatisan atau setiap orang di
sekitar gereja?
4. Ajak pemuda untuk merancang sebuah program rutin sebagai wujud
nyata gereja hadir di tengah-tengah kemiskinan dan ketertindasan di-
sekitarnya. (program rutin/ aksi nyata yang dapat dilakukan: membuka
dapur umum untuk masyarakat & memberdayakan masyarakat untuk
terlibat aktif di dalam dapur umum)

95
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua November 2023

“DIAKONIA BAGI PENYANDANG


DISABILITAS”
Bacaan
Markus 10:46-52

Tujuan
1. Pemuda diajak untuk makin peka terhadap kehadiran penyandang
disabilitas di tengah kehidupan bergereja dan bermasyarakat.
2. Pemuda dapat membuka diri dan bekerjasama dengan penyandang
disabilitas dalam kehidupan berpelayanan.

Fokus
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011
Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas). Istilah disabilitas
berasal dari bahasa inggris yaitu different ability yang artinya manusia
memiliki kemampuan yang berbeda. Sayangnya, penyandang disabilitas
masih sering dipandang sebelah mata. Mereka kerap diperlakukan tidak
adil bahkan beragam hak yang harusnya diberikan pada penyandang
disabilitas tidak disediakan sebagaimana mestinya baik aksesibilitas fisik
maupun non-fisik. Contoh minimnya aksesibilitas fisik yang paling
terlihat di sekitar kita adalah guiding block atau jalur khusus untuk pejalan
kaki penyandang disabilitas kerap tidak terpasang dengan baik, terhalang
dengan gerobak atau lapak para pedagang kaki lima bahkan terhalang oleh
kendaraan yang parkir dengan sembarangan. Sedangkan aksesibilitas non-
96
fisik yang sangat minim adalah ketiadaan budaya inklusif yang kerapkali
mengakibatkan luka batin bagi para penyandang disabilitas. Contoh yang
kerap terjadi adalah orang-orang yang memparodikan keadaan disabilitas
sebagai bahan candaan yang dianggap menghibur dan menarik. Lantas
bagaimana dengan gereja? Sudahkah gereja mengupayakan diakonianya
juga untuk para penyandang disabilitas? Melalui persekutuan Pemuda
minggu ini, kita diajak belajar besama untuk makin peka terhadap
kehadiran penyandang disabilitas di tengah kehidupan bergereja dan
bermasyarakat, termasuk menjawab pertanyaan; apakah selama ini gereja
sudah ramah terhadap penyandang disabilitas? Dan sejauh apa kontribusi
yang diberikan gereja selama ini terhadap penyandang disabilitas?

Penjelasan Teks
Bacaan kita kali ini, Markus 10:46-52, berkisah tentang Yesus
memulihkan Bartimeus. Teks tersebut akan membawa kita pada persepsi
mengenai kebaikan yang dilakukan Yesus kepada Bartimeus (ay. 51 dan
ay. 52). Siapakah Bartimeus? Bartimeus adalah nama seorang laki-laki
Yahudi. Kata Bartimeus berasal dari bahasa Aram yaitu Bartimaios, “Bar-
Timai” yang berarti “putra dari Timeus”, nama Bartimeus merupakan
nama yang diturunkan dari nama keluarga terkhusus dari nama ayah
(patronymic). Bartimeus adalah seorang pengemis buta dari Yerikho yang
hidup dari belas kasih orang lain dengan mengemis atau meminta-minta.
Kala itu, Bartimeus sudah mendengar tentang Yesus orang Nazaret, sebab
berita tentang Yesus penyembuh menyebar ke mana-mana. Kehadiran
Yesus di setiap tempat selalu menarik perhatian banyak orang, ke mana
pun Yesus pergi orang banyak selalu mengikuti-Nya, Ia dikenal sebagai
guru dan penyembuh yang hebat. Karena itu, ketika mendengar bahwa
yang jalan bersama orang banyak itu Yesus orang Nazaret, Bartimeus
berseru; “Yesus anak Daud kasihanilah aku!”

97
Mengapa Bartimeus memanggil Yesus dengan sebutan, “Yesus, Anak
Daud?” Sebutan ini dapat dipahami secara berbeda, pertama: Bartimeus
menyebut Yesus Anak Daud, hanya sekedar menyebut Yesus sebagai
seorang keturunan Daud, sebagaimana keturunan Daud yang lain. Kedua:
sebutan ini juga dapat menunjuk pada Salomo, anak Daud yang dalam
tradisi Yahudi terkenal pandai dalam penyembuhan. Jika demikian,
Bartimeus memandang Yesus sebagai seorang penyembuh yang hebat
seperti Salomo. Ketiga: sebutan ini juga dipakai sebagai gelar bagi Mesias.
Kita memahami gelar yang dikenakan pada Yesus ini demikian, Yesus
adalah seorang dari keturunan Daud yang lewat diri-Nya janji Allah
kepada Daud dipenuhi. Apapun itu, Yesus tetap berprakarsa dan
mencelikkannya!

Yesus ingin menerapkan model solidaritas dalam menyambut


Bartimeus.Inilah gambaran sikap ramah disabilitas. Di sisi lain, terdapat
adanya sikap penolakan terhadap Bartimeus yang menjadi gambaran sikap
tidak ramah disabilitas. Hal tersebut terjadi ketika orang banyak menyuruh
Bartimeus untuk diam (ay. 48) Menarik, masyarakat Yerikho tidak
menyediakan ruang bagi Bartimeus (dalam hal ini tempat tinggal).
Penolakan yang terjadi membawa persepsi bahwa sebenarnya tindakan
tersebut adalah bagian dari konteks sosial yang dihidupi pada masa itu.
Berarti, konteks sosial yang dihidupi masyarakat Yahudi pada saat itu, bisa
jadi berimbas pada adanya pembatas antara penyandang disabilitas dengan
non-penyandang disabilitas.

98
Pengenaan
Yesus melenyapkan kebutaan yang dialami oleh Bartimeus, hal tersebut
adalah bukti bahwa Yesus selalu memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani
pada setiap orang yang memerlukannya termasuk bagi Bartimeus sebagai
penyandang disabilitas. Demikian pula dengan tugas kita sebagai para
pengikut Kristus. Kita bukan hanya sekedar belajar firman Tuhan, namun
juga memberikan perhatian kepada jemaat dan orang-orang yang
membutuhkan pertolongan secara jasmani. Salah satu perhatian yang perlu
diberikan adalah pemenuhan hak aksesibel bagi para penyandang
disabilitas. Memang harus kita akui, disabilitas menjadi isu yang belum
digarap secara sistematis dalam kehidupan bergereja. Gereja sebagai
pewarta Kerajaan Allah di dunia seharusnya tidak sekedar melakukan
charity; membantu/ mengunjungi orang lain dengan memberikan
sembako, menghibur sesaat namun harusnya bisa lebih dari pada itu
semua. Perhatian perlu diberikan dengan mengetahui hak-hak penyandang
disabilitas secara holistik dalam keberadaannya sebagai manusia yang
bermartabat.

99
Penyampaian
1. Awali renungan dengan mendiskusikan makna disabilitas, penyandang
disabilitas dan berbagai hak penyandang disabilitas yang tampak telah
terpenuhi maupun belum terpenuhi sampai dengan saat ini. Pembawa
renungan dapat mengajak pemuda untuk jajak pendapat tentang masih
minimnya hak penyandang disabilitas di ruang publik. Pembawa
renungan dapat menggunakan video liputan CNN Indonesia:
https://www.youtube.com/watch?v=02Wrr0aBjkc tentang kurangnya
kesadaran beberapa orang akan hak-hak kesetaraan penyandang
disabilitas.
2. Tekankan pada pemuda bahwa gereja juga perlu menghidupi diakonia
untuk para penyandang disabilitas dengan menyediakan aksesibilitas
fisik dan aksesibilitas non-fisik. Ajak pemuda untuk menganalisa
gedung gereja untuk memastikan ketersediaan aksesibilitas fisik bagi
para penyandang disabilitas;
• akses ke, dari dan dalam bangunan gereja;
• pintu, tangga, lift khusus untuk bangunan gereja yang bertingkat;
• ubin tekstur pemandu (guiding block);
• ramp dengan kemiringan yang sesuai;
• alarm lampu darurat penyandang disabilitas rungu yang diletakkan
pada dinding atas pintu dan lift;
• fasilitas teletext/running text penyandang disabilitas rungu;
• tanda-tanda atau signase.
Sedangkan pelayanan non fisik bagi penyandang disabilitas berupa
bentuk pelatihan bagi jemaat dalam mengembangkan budaya inklusif
(pokja disabilitas, terampil bahasa isyarat, paduan suara disabilitas,
khotbah ramah disabilitas) Gereja juga mulai menyediakan Alkitab
braille, Alkitab audio atau talking scanner untuk disabilitas netra. Bagi
penyandang disabilitas rungu, gereja dapat menolong dengan memberi
akses Alkitab dalam Bahasa isyarat yang berbentuk Bible Apps.
100
3. Tekankan pada pemuda mengapa gereja perlu memperjuangkan
diakonia untuk para penyandang disabilitas. Pembawa renungan dapat
menyampaikan penjelasan teks tentang model solidaritas Yesus untuk
Bartimeus sebagai penyandang disabilitas.
4. Akhiri persekutuan dengan brainstorming : apakah yang dapat
dilakukan untuk memenuhi hak-hak para penyandang disabilitas
teristimewa di gereja? Apakah Gereja Kristen Indonesia telah berjuang
dalam pemenuhan hak penyandang disabilitas selama ini? Pembawa
renungan dapat mengulasnya dengan memperhatikan berita berikut :
• https://www.liputan6.com/regional/read/4710542/cerita-gereja-
ramah-disabilitas-merajut-kesetaraan-dalam-beribadah
• atau Video Profil dan Persembahan Pujian dari Komisi Tuna Rungu
GKI Terusan Pasirkoja Bandung
https://www.youtube.com/watch?v=MU0nscKklJY

101
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga November 2023

“EKONOMI KREATIF”
Bacaan
Lukas 16:9-13

Tujuan
Pemuda makin menyadari pentingnya upaya mengembangkan sistem
ekonomi yang kreatif dan adil berdasarkan anugerah Allah.

Fokus
Kita sadari bahwa ekonomi adalah persoalan yang begitu vital. Semua
orang di dunia tidak bisa lepas dari yang namanya ekonomi. Ekonomi
berasal dari kata oikos dan nomos dalam bahasa Yunani yang berarti
pengaturan rumah tangga. Rumah tangga yang dimaksud bisa bermakna
sangat luas, mulai dari rumah tangga sebuah keluarga, hingga rumah
tangga gereja, negara bahkan alam semesta. Idealnya, ekonomi membawa
kebaikan dan kesejahteraan bagi semua anggota dalam rumah tangga.
Sayangnya, kenyataan menunjukkan ada berbagai ketidakadilan dan
ketimpangan dalam praktek-praktek ekonomi. World Council of Churches
(WCC) dengan gencar telah menyuarakan perlawanan terhadap sistem dan
praktek-praktek ekonomi yang tidak adil. Upaya tersebut dilakukan dalam
tiga wilayah berikut: 1) Transformasi arus ekonomi pasar global untuk
merengkuh keadilan dan nilai-nilai yang mencerminkan ajaran dan teladan
Kristus, 2) Pembangunan perdagangan yang adil, 3) Promosi sistem
keuangan yang adil, bebas dari perbudakan utang, praktik korupsi dan
pengambilan laba yang berlebihan. Dengan demikian WCC ingin
mewujudkan suatu ekonomi kehidupan yang dijiwai agape dan solidaritas.

102
Demikian juga halnya dengan lingkup gereja secara lokal. Gereja perlu
merumuskan pandangan mengenai tanggung jawabnya di bidang ekonomi
karena memang setiap saat gereja langsung bersentuhan dengan kehidupan
keseharian orang percaya. Tidak hanya itu, terkadang persoalan-persoalan
dalam Jemaat berkaitan erat dengan masalah ekonomi yang berdampak
cukup serius, misal ada anggota jemaat yang kesulitan mendapatkan
pekerjaan karena tingkat pendidikan yang rendah, ada pula yang terlilit
hutang piutang dengan renternir/ pinjol, usaha dagang yang sepi karena
minimnya pengetahuan akan teknik promosi yang tepat dan masih banyak
lagi. Tentu saja, gereja tidak boleh “cuci tangan” (tidak peduli) atau pun
“angkat tangan” (menyerah) menghadapi pergumulan-pergumulan
tersebut. Gereja harus menunjukkan perannya dalam membimbing
umatnya. Salah satunya ialah dengan memberikan pengajaran mengenai
tanggung jawab orang percaya di bidang ekonomi. Melalui persekutuan
Pemuda ini, pemuda diajak untuk mulai berperan aktif dalam
pemberdayaan ekonomi di lingkup jemaatnya..

Penjelasan Teks
Ayat 9-10
Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan
mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak
dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”
”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-
perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Peringatan Tuhan Yesus ini terjadi bukan tanpa alasan. Tentu ini terjadi
karena adanya kesenjangan antara orang kaya - miskin yang terjadi di
zaman-Nya. Harta digunakan bukan untuk ‘menjalin persahabatan’
dengan sesama melainkan digunakan untuk ‘menguasai’ sesama karena
konteks sosial saat itu tidak mengenal sistem amal dalam perekonomian

103
mereka. Tuhan Yesus mendefinisikan harta yang digunakan tadi dengan
sebutan tou mamona tes adikias atau harta yang tidak benar. Oleh karena
itu, yang ditolak Tuhan Yesus tentu saja bukan Mamon (baca: harta) an
sich melainkan Mamon yang digunakan untuk menguasai, serta
ketergantungan mutlak manusia terhadap Mamon tersebut. Tuhan Yesus
membuat pararel antara hal-hal kecil dengan Mamon yang tidak benar dan
hal-hal besar dengan Mamon yang benar/sesungguhnya.

Ayat 11-12
(Ay. 11 – BIMK) Jadi, kalau mengenai kekayaan dunia ini kalian sudah
tidak dapat dipercayai, siapa mau mempercayakan kepadamu kekayaan
rohani? Nampaknya Tuhan Yesus mencoba mengingatkan keterbukaan
hati manusia terhadap Kabar Baik. Orang kaya dan pemuka agama yang
hidup ekslusif akan menemui penghakimannya karena mereka sudah
merasa nyaman dengan keberadaan mereka sehingga tidak memungkinkan
adanya kesempatan terhadap apa yang Yesus bawa. Melalui hal tersebut,
manusia diajak untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
Perbuatan ini menyatakan bahwa mereka memercayakan dirinya kepada
Pemerintahan Allah. Karena kepercayaan ini, pengikut Tuhan Yesus
seharusnya memiliki keberanian dan kebebasan untuk menolong kaum
miskin. Jika kita perhatikan, Tuhan Yesus sendiri tidak menolak Mamon.
Ia memperingatkan agar Mamon digunakan demi keseimbangan
kehidupan ekonomi manusia sehingga memperkecil jarak antara kaya dan
miskin di dalam konteks ekonomi yang sedemikian rumit pada zaman-
Nya. Orang-orang kaya seharusnya bersikap solider terhadap orang miskin
dan tertindas. Kritik Tuhan Yesus bukan ditujukan kepada Mamon,
melainkan kepada orang-orang yang memiliki Mamon karena mereka juga
memiliki pengaruh terhadap kehidupan ekonomi rakyat kecil.

104
Ayat 13
Ayat ini menekankan kembali bahwa kekayaan/ mamon berbahaya, bukan
karena dunia ini najis, melainkan karena manusia dapat memandang
mamon-nya sebagai dasar jaminan kehidupannya. Hal inilah yang
diperingatkan oleh Tuhan Yesus. Mamon bagi Lukas merupakan beban
bagi manusia agar dirinya dapat lepas dari jerat mementingkan dan
memuaskan diri sendiri sehingga sering memanipulasi milik orang lain.
Manusia memang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Allah dan
Mamon), karena pada hakekatnya manusia hanya mengabdi kepada Allah
saja.

Pengenaan
Kita perlu menyadari bahwa sudah saatnya gereja tidak lagi memandang
sebelah mata hal-hal yang berbau ekonomi dan bisnis. Yesus pun tidak anti
pada mamon. Ia memperingatkan agar Mamon digunakan demi
keseimbangan kehidupan ekonomi manusia sehingga memperkecil jarak
antara kaya dan miskin di dalam konteks ekonomi yang sedemikian rumit
pada zaman-Nya. Dengan demikian, dalam menanggapi kondisi ekonomi
Indonesia yang pasang surut ini, Gereja pun harus mengubah pola
pemikiran mengenai kekotoran dan keduniawian bisnis dan ekonomi.
Manusia dan secara khusus gereja, diajak untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh dan mengelola kepemilikkan dan hartanya demi solidaritas
terhadap rakyat miskin. Gereja tidak diutus untuk menjadi miskin atau
menjadi kaya, Gereja diutus untuk menjadi solider terhadap sesamanya.
Menjadi solider terhadap sesama dapat diwujudkan, salah satunya dengan
mulai memikirkan konsep ekonomi kreatif gereja.

Di dalam ekonomi kreatif gereja, tentu di butuhkan proses pemikiran dan


gagasan, ada proses yang panjang untuk menjadi suatu karya dan strategi
untuk menumbuhkan kreativitas diantaranya pribadi, dorongan, proses dan

105
produk. Dari data tersebut, gereja perlu memikirkan dan memberikan
dorongan bagi anggota jemaatnya agar mereka terlibat aktif dan sukacita
dalam bekerja. Ketika memiliki kreativitas seorang individu akan
memiliki dorongan dan semangat untuk menciptakan hal yang baru dan
ketika dikembangkan akan semakin terasah kemampuannya dalam bidang
yang akan digelutinya. Dengan demikian, pemberdayaan yang dilakukan
gereja memberdayakan warga agar memiliki pengetahuan dan keahlian.
Dengan begitu, mereka akan menjadi cerdas. Selain itu, Dalam
mewujudkan ekonomi kreatif, dibutuhkan kecerdasan sehingga akan
memunculkan otak-otak kreativitas dari pelakunya. Dengan semakin
kreatif, maka kreativitas akan mendongkrak kemampuan dalam berbisnis
sehingga kebutuhan ekonomi anggota jemaat bahkan masyarakat di sekitar
gereja dapat terpenuhi dengan baik.

Penyampaian
1. Awali renungan dengan menganalisa kondisi ekonomi yang terjadi di
Indonesia. Jika diperlukan, sertakan video berikut
https://www.youtube.com/watch?v=IHjHrahYNm0 - Lembaga Survei
Indonesia, LSI, kembali merilis hasil survei mengenai kondisi ekonomi
nasional. Survei tersebut menjelaskan bahwa secara umum sebanyak
26,9 persen dari 1220 responden menilai kondisi ekonomi di Indonesia
buruk. Diskusikan apakah gereja juga perlu memikirkan solusi untuk
mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia. Jika perlu, apa yang
harus dilakukan? Tanyakan pada pemuda.
2. Diskusikanlah makna ekonomi dalam perspektif Alkitab (Lukas 16:9-
13) menggunakan Penjelasan Teks. Sampaikanlah pada pemuda bahwa
Tuhan Yesus tidak anti terhadap mamon, namun Ia memperingatkan
agar Mamon digunakan demi keseimbangan kehidupan ekonomi
manusia sehingga memperkecil jarak antara kaya dan miskin di dalam
konteks ekonomi yang sedemikian rumit pada zaman-Nya.

106
3. Sampaikan kepada pemuda bahwa sudah saatnya gereja melek terhadap
kondisi ekonomi dan bisnis dimulai dari lingkup local yakni Jemaat.
Jika diperlukan, ajak pemuda untuk mendiskusikan hal apa saja yang
mengguncang perekonomian jemaat pasca pandemi. Modal/ potensi
apa saja yang dimiliki anggota jemaat sejauh ini, yang sekiranya
mendukung pemberdayaan ekonomi di jemaat setempat? Tinjau potensi
dari segala aspek; profesi, hobi, ketertarikan/ minat anggota jemaat.
4. Dengan modal yang ada, ajaklah pemuda untuk memikirkan gagasan
untuk mulai merintis pemberdayaan ekonomi kreatif di lingkup lokal,
misal kebutuhan pendampingan bagi para anggota jemaat yang tertarik
menjadi pelaku UMKM – makanan/ minuman. Pemuda dapat merintis
pembinaan dan pengembangan kompetensi dasar bagi para pelaku
UMKM agar dapat menjadi seorang pebisnis yang berhasil kelak.
Gereja pun menjadi wadah untuk membina pelaku UMKM; pembinaan
berkala tentang mencari peluang dan menemukan ide bisnis (atau
inovasi), menetapkan sasaran dan strategi (Rencana Bisnis) atau
tentang menjalankan, mengelola, dan mengembangkan bisnis. Catatan
: Kita sebagai pemuda GKI perlu memperkuat kembali nilai-nilai hidup
yang baik di tengah tantangan globalisasi. Dalam hal ini, resistensi
seperi diperjuangkan WCC adalah penting (seperti yang tertulis pada
bagian fokus). Pemuda GKI perlu terus membina perekonomian
jemaatnya agar tidak mudah menerima sesuatu tanpa kajian dan
pemahaman mendalam. Sekali lagi, kita harus terus mengembangkan
sikap kritis terhadap berbagai hal dan perubahan di sekitarnya.

107
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat November 2023

“MITIGASI BENCANA”
Bacaan
Kejadian 41:53-57

Tujuan
1. Pemuda diajak untuk menyadari resiko bencana yang sewaktu-waktu
dapat saja terjadi.
2. Pemuda makin memiliki kepekaan dan kesiapsiagaan menghadapi
bencana.

Fokus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitigasi adalah kata
benda yang memiliki dua makna tergantung konteks penggunaannya.
Makna pertama, mitigasi adalah upaya menjadikan berkurang kekasaran
atau atau kesuburannya (tentang tanah dan sebagainya). Sedangkan makna
kedua, mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak bencana. Hal terkait
mitigasi juga diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007; mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Bisa dikatakan, mitigasi bencana adalah
segala upaya mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai
dengan penanganan usai suatu bencana terjadi.

Mengapa mitigasi bencana sedemikian penting di negara kita? Karena


negara Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang paling rawan
terjadinya bencana. Sebagai negara yang sering dilanda bencana,
Indonesia kerap disebut sebagai cincin api (Ring of Fire). Faktor geologis
negara Indonesia sebagai negara kepulauan berada di pertemuan tiga
108
lempeng tektonik dunia seperti Lempeng Indo-Austalia, Lempeng Eurasia
dan Lempek Pasifik menyebabkan rentan terhadap berbagai bencana alam.
khususnya gunung berapi, tsunami dan gempa bumi. Dengan jumlah
penduduk yang besar, tentu akan memberikan resiko yang sangat tinggi
banyaknya korban. Untuk tahun 2020 saja terhitung dari Januari sampai
Desember jumlah bencana alam yang terjadi sebanyak 4.650 dengan
jumlah yang meninggal sebanyak 376 jiwa, 42 hilang dan 6.796.707
menderita dan mengungsi dan sebanya 619 luka-luka. Bencana alam yang
terjadi bermacam-macam mulai dari bencana longsor, gempa bumi,
kebakaran hutan, banjir, kekeringan, puting beliung dan gelombang
pasang dan abrasi. Indonesia sebagai langganan terjadinya bencana alam
harus siap menghadapi bencana susulan yang terjadi. Persiapan yang
dimaksud bukan pada waktu terjadinya bencana alam, namun sebelum
terjadi bencana alam perlu mitigasi secara komprehensif. Dalam
menghadapi bencana dan penanggulangannya tidak cukup dilakukan oleh
satu Lembaga pemerintah sebab selain penanganannya akan lambat akibat
dipengaruhi letak geografi Indonesia pulau antar pulau, juga jumlah
petugas di Kementrian sosial melalui dinas-dinas yang terkait sangatlah
sedikit sementara jumlah korban jiwa sangat besar. Melalui persekutuan
Pemuda kali ini, pemuda diajak untuk belajar sekaligus terlibat
memberikan edukasi kesiapsiagaan bencana alam agar pemuda bertumbuh
menjadi masyarakat yang sangat sadar dan sigap tanggap darurat bencana.

Penjelasan Teks
Mitigasi bencana tampaknya sudah ada sejak masa Perjanjian Lama. Kita
dapat menemukannya di dalam kisah Yusuf yang kala itu telah menjabat
sebagai penguasa tanah Mesir. Siapakah Yusuf? Yusuf adalah anak ke-11
dari 12 anak Yakub. Yusuf dan adiknya Benyamin adalah anak dari istri
kedua Yakub yaitu Rahel. Tentu kita sangat ingat peristiwa terkenal Yusuf
sebelum menjadi penguasa Mesir; Ia dibuang ke Mesir sebagai budak

109
karena kebencian saudara - saudaranya yang tak seibu dengannya. Mereka
cemburu karena Yakub, sang ayah lebih menyayanginya. Namun betapa
Tuhan menyertai perjalanan kehidupan Yusuf. Singkat cerita, setelah
melalui banyak peristiwa yang dramatis, Yusuf dinobatkan oleh Firaun
sebagai penguasa ke-2 atas Mesir setelah dirinya. Firaun mengangkat
Yusuf menduduki jabatan tertinggi pemerintahan Mesir sesuai tradisi
Mesir, yakni mengenakan cincin meterai, pakaian lenan harus dan kalung
emas kepada Yusuf. Berdasarkan Kejadian 41:43, Yusuf ditafsirkan
sebagai ‫ – ִמ ְׁשנֶה לַמֶ לְֶך‬Mish’neh Lamelekh, berarti Yusuf memiliki jabatan
yang kedua didalam hirarki Kerajaan di Mesir. Jabatan ini tidak lepas dari
pengaruh positif Yusuf dalam kehidupan Firaun. Firaun tentu sangat
menyukai Yusuf karena kemampuannya menafsirkan mimpi. Kala itu,
Firaun bermimpi 2 kali hal yang sama. Yusuf mengatakan bahwa mimpi
Firaun akan menjadi kenyataan; ketujuh ekor lembu gemuk dan ketujuh
bulir gandum yang baik melambangkan tujuh tahun kelimpahan.
Sedangkan ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk serta ketujuh bulir
gandum yang layu adalah lambang tujuh tahun kelaparan. (Bandingkan
Kejadian 41:1-36)

Dari kisah Yusuf yang pandai menafsirkan mimpi Firaun, maka kita dapat
simpulkan bahwa Allah juga membuka peluang agar melalui penyataan
kehendak-Nya, manusia juga dapat mengantisipasi dan merancang masa
depannya termasuk juga mengantisipasi bencana yang sewaktu-waktu
dapat menerpa kehidupan manusia. Jika kita amati, Yusuf sebagai seorang
nabi Allah diperkenankan-Nya untuk merancang masa depan sejarah
Mesir, salah satunya dengan mengkordinasikan penyimpanan dan
penimbunan makanan sehingga dalam menghadapi tujuh tahun kelaparan
tetap dapat memberi makan seluruh rakyat Mesir. Dalam tujuh tahun
kelimpahan, Yusuf membeli segala gandum supaya nanti dijual lagi dalam
tahun-tahun kelaparan. Ia mendirikan Gudang-gudang gandum – Yusuf

110
bahkan menimbun gandum seperti pasir di laut, sangat banyak, sehingga
orang tidak sanggup lagi menghitungnya. Ketika terjadi kelaparan, orang
banyak lantas berbondong-bondong datang pada Yusuf sehingga
kehidupan masyarakat Mesir terselamatkan dari bencana kelaparan. Apa
yang dilakukan Yusuf ini semata-mata adalah sebuah pembelajaran
tentang kesiap-tangguhan menghadapi bencana, atau dalam bahasa
sekarang adalah mitigasi.

Pengenaan
Bercermin dari kisah Yusuf yang mampu membangun mitigasi bencana
kelaparan di tanah Mesir dengan baik, gereja sebagai kawan sekerja Allah
juga dapat berperan aktif dalam mitigasi bencana. Gereja perlu
mengerahkan kekuatan dan potensi yang dimiliki gereja baik jemaat,
keluarga maupun masyarakat yang sebenarnya mampu mencegah,
mengurangi, siap siaga, menangapi dengan cepat atau segera pulih dari
suatu kedaruratan dan bencana. Tentu Gereja Kristen Indonesia juga telah
memiliki kepekaan dan sumbangsi terkait dengan mitigasi bencana. Hal
ini dibuktikan dengan kehadiran Gerakan Kemanusiaan Indonesia yang
merupakan bagian dari bidang kesaksian dan pelayanan Sinode Wilayah.
Gerakan Kemanusiaan Indonesia memiliki wujud kepedulian, sikap cepat
dan tanggap bencana. Pada awal mulanya, sinode tiap wilayah memiliki
tim kesaksian dan pelayanan masing-masing. Kalau di Sinode Wilayah
Jawa Barat memiliki Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI), di Sinode
Wilayah Jawa Tengah ada Derap Kemanusiaan dan Pendamaian (DKP),
sementara di Sinode Wilayah Jawa Timur memiliki tim kespelnya sendiri.
Walaupun nama tim kesaksian dan pelayanan dari tiap-tiap sinode itu
berbeda, ketika berjalan bersama, secara universal akan disebut menjadi
Gerakan Kemanusiaan Indonesia.

111
Sedikit mengulik nama Gerakan Kemanusiaan Indonesia, nama itu berasal
dari alm. Pdt. Kuntadi Sumadikarya. Awal mula dari Desember 2004, pada
saat tsunami Aceh, tim GKI berangkat ke Aceh. Pada saat itu, dirasa
kurang pas untuk mengatas-namakan gereja di Aceh dan kegiatan ini
bersifat skala nasional. Lalu, disebutlah Gerakan Kemanusiaan Indonesia.
Mengapa tidak langsung dengan mengatasnamakan gereja? Tim GKI
masuk dengan nama universal Gerakan Kemanusiaan Indonesia.
Meskipun tim GKI tidak memperkenalkan diri berasal dari gereja, pada
akhirnya publik tahu bahwa tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia ini
berasal dari Gereja Kristen Indonesia. Sampai dengan saat ini, tim Gerakan
Kemanusiaan Indonesia terus hadir membangun komitmen tanggap
bencana. Salah satu aksi tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI) yang
baru saja dilakukan adalah membangun Pos Penanggulangan di gedung
gereja GKI Cianjur, bekerjasama dengan teman-teman Gusdurian, GP
Ansor, dan lainnya untuk memulihkan kondisi psikis para korban pasca
gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur.

Penyampaian
1. Ajaklah pemuda untuk menganalisa bencana yang berpotensi terjadi di
sekitar mereka (di gereja ataupun di lingkungan tempat tinggal).
Tekankan betapa pentingnya membangun mitigasi bencana karena kita
tinggal di negara yang notabene rawan terjadi bencana alam dan non-
alam)
2. Ajaklah pemuda untuk mengetahui mitigasi bencana yang dilakukan
oleh Yusuf sebagai pemimpin Mesir. Pembawa Renungan dapat
melihat Penjelasan Teks dan membaca Kejadian 41:1-36 terlebih
dahulu. Sampaikan pada pemuda bahwa Allah juga membuka peluang
agar melalui penyataan kehendak-Nya, manusia juga dapat
mengantisipasi dan merancang masa depannya termasuk juga

112
mengantisipasi bencana yang sewaktu-waktu dapat menerpa kehidupan
manusia.
3. Sampaikanlah contoh kepekaan Gereja Kristen Indonesia untuk andil
dalam mitigasi bencana dengan dibentuknya Tim Gerakan
Kemanusiaan Indonesia. Pembawa Renungan juga dapat memberikan
contoh nyata mitigasi bencana yang mungkin saja pernah dilakukan di
gereja/ tempat sekitar.
4. Rancanglah sebuah kegiatan mitigasi bencana yang sewaktu-waktu
dapat terjadi di area gereja. Disarankan dapat bekerja-sama dengan
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat atau
organisasi terkait lainnya. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan :
• Penanaman pohon bakau di tepi pantai
• Penanganan pemasangan instalasi listrik dengan legal dan benar.
• Simulasi evakuasi diri saat gempa bumi/ kebakaran secara indoor
ataupun outdoor.
• Membuat sign jalur evakuasi di gereja.
• Pembuatan terasering dan menanam pohon untuk mencegah longsor.
• Simulasi evakuasi pada saat banjir dan pada saat setelah banjir.

113
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Desember 2023

“BERBAGI SUKACITA”
Bacaan

Filipi 4:4-7

Tujuan

1. Pemuda dapat memahami makna dari sukacita mengikut Kristus.


2. Pemuda mau membagikan sukacita Kristus kepada sesama.

Fokus

Beberapa waktu terakhir ini, media sosial banyak menampilkan konten-


konten tentang berbagi, dari berbagi makanan/minuman, kebutuhan hidup,
sampai berbagi uang. Dan apabila diperhatikan komentar dikonten
tersebut, biasanya banyak yang mendukung dan tidak jarang ada yang
terharu juga. Terlepas dari apapun niat sang pembuat konten, tapi
setidaknya masih cukup banyak orang yang tergerak untuk berbagi, dan
masih cukup banyak orang yang membutuhkan bantuan.

Oleh sebab itulah, di awal bulan Desember ini, tema yang hendak untuk
direnungkan bersama adalah “Berbagi Sukacita”. Dengan tema ini
diharapkan Pemuda memiliki pemahaman tentang makna dari sukacita
mengikut Kristus, dan mau untuk membagikan sukacita Kristus kepada
sesama.

114
Penjelasan Teks

Di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus (khususnya ayat


4) menyebutkan kata bersukacitalah diulangi sebanyak 2 kali. Dan setiap
kali disebutkan selalu dengan penekanan. Hal ini hendak memperlihatkan,
bahwa bagi rasul Paulus sukacita sangatlah penting, terkhusus bagi dirinya
dan bagi jemaat di Filipi pada saat itu. Apa alasannya? Apa yang sedang
terjadi di tengah kehidupan mereka pada saat itu?

Menurut William Barclay, keadaan rasul Paulus sendiri pada saat itu
sedang berada di dalam penjara dengan kematian yang hamper
menantinya. Sementara itu, jemaat di Filipi juga sedang berada dalam hari-
hari yang tidak mudah, atau bahkan kelam. Bahaya dan penganiayaan ada
di depan mata mereka dan semua itu tidak terhindarkan. Ternyata keadaan
rasul Paulus dan juga jemaat di Filipi saat itu sedang tidak baik-baik saja.
Lalu apa maksud rasul Paulus berkata “Bersukacitalah!”? Apakah
perkataan itu hanya “pemanis sesaat” saja, di saat keadaan mereka sedang
tidak baik-baik saja? Ataukah perkataan itu memiliki makna yang dalam,
yang hendak menguatkan keadaan mereka pada saat itu?

Bagi rasul Paulus, sukacita orang Kristen (pengikut Tuhan Yesus Kristus),
tidak bergantung pada hal-hal duniawi. Mengapa? Karena sumber
sukacitanya adalah kehadiran Kristus terus menerus di dalam setiap musim
kehidupannya. Orang Kristen seharusnya tidak akan pernah kehilangan
sukacitanya, sebab ia tidak akan pernah kehilangan Kristus di dalam
hidupnya.

Tapi rasul Paulus tidak hanya berhenti mengingatkan orang Kristen yang
ada di Filipi pada saat itu untuk bersukacita saja. Rasul Paulus juga
mengingatkan jemaat di Filipi untuk mau berbagi sukacita kepada sesama.
Karena sukacita yang dimiliki oleh mereka, juga sangat dibutuhkan oleh
banyak orang. Oleh sebab itu, dalam ayat ke-5 rasul Paulus
mengungkapkan “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang”.

115
Sukacita akan membawa perubahan di dalam diri seseorang. Baik hatinya,
pikirannya, perkataannya, dan juga tingkah lakunya. Inilah yang
diharapkan oleh rasul Paulus untuk dapat dibagikan kepada orang-orang
yang belum merasakan sukacita di dalam dirinya.

Pengenaan

Terkadang tidak mudah bagi kita untuk dapat berbagi dengan orang lain.
Mengapa? Karena ada rasa takut untuk kekurangan. Kata berbagi
seringkali diartikan seperti hitungan matematika, 6 ÷ 2 = 3. Yang tadinya
kita punya 6 baju, kemudian dibagi dua untuk sesama kita, maka kita
tinggal punya 3 baju. Perhitungan seperti inilah yang akhirnya seringkali
membuat kita sulit untuk berbagi. Padahal berbagi di dalam kehidupan
terkadang tidak seperti hitungan matematika. Saat kita berbagi memang
harus ada yang dikorbankan dari diri kita (entah waktu, tenaga, materi, dll).
Namun hasilnya bisa saja mengubahkan hidup kita atau bahkan juga hidup
sesama kita.

Terlebih di awal bulan Desember ini, setiap kita diajak untuk memaknai
berbagi sukacita kepada sesama. Sukacita yang tidak bergantung pada hal-
hal duniawi, melainkan karena kehadiran Kristus senantiasa di dalam
hidup setiap kita. Oleh sebab itulah, bagi setiap kita yang sudah merasakan
sukacita, marilah kita bagikan sukacita itu kepada sesama yang
membutuhkan. Karena masih banyak orang yang belum mampu
merasakan sukacita di dalam hidupnya.

116
Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas fenomena yang sedang terjadi,


seperti yang diuraikan pada bagian Fokus.
2. Jelaskan makna dari berbagi sukacita yang dimaksud, seperti yang
terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memahami makna berbagi sukacita, seperti yang ada
dalam bagian Pengenaan.
4. Ajak Pemuda untuk mau berbagi sukacita kepada sesama, seperti yang
ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

Pemuda diajak untuk membentuk panitia perayaan Natal Pemuda yang


akan diadakan di panti wreda atau panti asuhan atau panti sosial. Pemuda
merencanakan perayaan Natal tersebut, baik agenda acaranya, pemilihan
tempatnya, penentuan tanggalnya, dan juga anggaran kegiatannya. Mohon
Pemuda dapat mempersiapkannya dengan sebaik mungkin.

117
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Desember 2023

“NOT JOY WITHOUT JUSTICE”


Bacaan

Filipi 4:8-9

Tujuan

Pemuda dapat menghadirkan keadilan di tengah kehidupan yang


bersukacita, seperti yang telah diteladankan oleh Kristus.

Fokus

Setiap manusia selalu mencari keadilan. Pengadilan merupakan tempat


yang dianggap dapat menyelesaikan masalah secara adil. Namun pada
kenyataannya justru di dalam pengadilan masih sering ditemukan
ketidakadilan yang terjadi. Lalu apakah benar kita masih bisa menemukan
dan juga menghadirkan keadilan di tengah dunia saat ini? Bagaimana
caranya? Lalu di tengah keadaan hidup yang seperti ini, apa yang bisa
dilakukan oleh Pemuda-Pemuda Kristen? Apakah di bulan Desember ini
sudah dirasa cukup hanya dengan mempersiapkan diri menyambut kabar
sukacita kelahiran Yesus Kristus saja?

Oleh sebab itulah, di minggu kedua bulan Desember ini, tema yang hendak
untuk direnungkan bersama adalah “Not Joy Without Justice”. Dengan
tema ini diharapkan Pemuda dapat menghadirkan keadilan di tengah
kehidupan yang bersukacita, seperti yang telah diteladankan oleh Kristus.

118
Penjelasan Teks

Bagi rasul Paulus, setiap manusia selalu memiliki pikiran yang terarah
pada sesuatu. Dan di dalam Filipi 4:8-9, rasul Paulus hendak memastikan
bahwa jemaat di Filipi mengarahkan pikiran mereka pada hal-hal yang
benar. Bagi William Barclay, apa yang dikatakan oleh rasul Paulus ini
sangat penting. Karena apabila seseorang sering memikirkan sesuatu,
maka ia akan sampai pada suatu tahap dimana ia tidak dapat melupakannya
lagi. Oleh sebab itu, hal terpenting yang pertama adalah seseorang harus
mengarahkan pikirannya kepada beberapa hal yang disebutkan oleh rasul
Paulus.

Ada hal-hal yang benar. Seseorang harus selalu mengarahkan pikirannya


kepada hal-hal yang tidak akan mengecewakan, yaitu Tuhan. Karena
semua yang ada di dunia bisa saja mengecewakan.

Ada hal-hal yang mulia. Dalam dunia ada hal-hal yang tidak patut,
murahan, dan menarik perhatian bagi pikiran yang dangkal. Namun orang
Kristen harus mengarahkan pikiran pada Kristus yang mulia.

Ada hal-hal yang adil. Ada orang yang mengarahkan pikirannya pada
kesenangan, kenikmatan sesaat saja. Namun orang Kristen harus
diarahkan pikirannya pada kewajibannya terhadap sesamanya dan
kewajibannya pada Tuhan.

Ada hal-hal yang suci. Ada orang yang membiarkan pikirannya melayang-
layang kemanapun ia mau. Namun orang Kristen harus memurnikan atau
membersihkan pikirannya, sehingga dapat memahami maksud Tuhan di
dalam hidupnya.

Ada hal-hal yang manis. Ada orang yang pikirannya terarah pada kritik
dan teguran sehingga hidup mereka diwarnai dengan sakit hati pada orang
lain. Namun, orang Kristen harus mengarahkan pikirannya pada hal-hal
yang membangun, sehingga hidupnya penuh dengan sukacita.
119
Ada hal-hal yang sedap di dengar. Ada terlalu banyak perkataan yang
buruk, palsu dan cemar dalam dunia ini. Namun orang Kristen harus selalu
berkenan mendengar perkataan Firman Tuhan yang sedap di dengar,
bukan sekedar kata-katanya saja, melainkan makna dari setiap kata yang
ada di dalam Firman Tuhan.

Pengenaan

Akhir-akhir ini, cukup banyak orang yang berani menyuarakan


ketidakadilan. Entah itu ketidakadilan yang terjadi di tengah keluarga,
sekolah, tempat kerja, jalanan, bahkan di tengah negara dan dunia ini.
Salah satu media yang digunakan untuk menyuarakannya adalah media
sosial. Media sosial telah membuat semakin banyak orang yang berani
menyuarakan keadilan. Media sosial telah membuat semakin banyak
orang yang menyadari ada banyaknya ketidakadilan yang selama ini
terjadi di tengah kehidupan manusia.

Sebagai pengikut Kristus, setiap kita juga diajak untuk mau menyuarakan
dan menghadirkan keadilan di tengah kehidupan kita masing-masing.
Rasul Paulus mengingatkan kita cara untuk menyuarakan dan
menghadirkan keadilan itu, yaitu dengan mengarahkan pikiran kita kepada
ajaran Tuhan Yesus Kristus. Karena dengan cara itulah setiap kita akan
bisa untuk menyuarakan dan menghadirkan keadilan (baik seara langsung,
maupun melalui media sosial) di dalam suasana sukacita menyambut
kelahiran Tuhan Yesus Kristus, Sang Maha Adil.

120
Penyampaian
1. Awali renungan dengan membahas kenyataan yang terjadi beberapa
waktu belakangan ini, seperti yang diuraikan pada bagian Fokus.
2. Jelaskan makna dari apa yang harus dipikirkan oleh orang Kristen
(terkhusus semua yang adil), seperti yang terdapat di dalam Penjelasan
Teks.
3. Ajak Pemuda memahami makna tidak adanya kesukacitaan tanpa
keadilan, seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Ajak Pemuda untuk mau menghadirkan keadilan di tengah kehidupan,
seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan
1. Pemuda dapat menyebutkan bentuk-bentuk ketidakadilan yang pernah
terjadi di sekitar kehidupannya!
2. Pemuda dapat membuat quotes tentang “berani menyuarakan
ketidakadilan”, dan setelah itu mempostingnya di media sosial pribadi!
3. Berkelanjutan dari kegiatan minggu lalu: Pemuda diajak untuk
membuat undangan Perayaan Natal Pemuda, berupa poster!

121
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Desember 2023

“SUKACITA KEUGAHARIAN”
Bacaan

Filipi 4:10-13

Tujuan

Pemuda dapat memahami keugaharian adalah sebuah sukacita hidup


sederhana bersama dengan Kristus.

Fokus

Pada tahun 2015, PGI melalui ketuanya saat itu, Pdt. Dr. Henriette Tabita
Lebang mengimbau agar masyarakat yang merayakan Natal tetap
mengutamakan kesederhanaan, sesuai ajaran agama yang menjadi
panutannya. Beliau berkata, “Ini juga bagian imbauan kami supaya kita
merayakan Natal itu dalam sukacita. Tetapi dalam semangat
kesederhanaan, apa yang kami sebut dengan keugaharian. Sehingga tidak
harus kita pesta besar-besaran, apalagi kalau menghamburkan banyak
hal”. Beliau menjelaskan, Yesus Kristus saat lahir juga dalam bentuk
kesederhanaan, lahir dalam kandang. Merayakan Natal memang harus
sukacita dan hikmat, namun disarankan tidak berlebihan. Nampaknya
himbauan dari Pdt. Dr. Henriette Tabita Lebang, juga masih relevan dan
dapat menjadi perenungan bagi setiap kita saat ini.

Oleh sebab itulah, di minggu ketiga bulan Desember ini, tema yang hendak
diangkat untuk menjadi perenungan bersama adalah “Sukacita
Keugaharian”. Dengan tema ini diharapkan Pemuda dapat memahami
keugaharian adalah sebuah sukacita hidup sederhana bersama dengan
Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia.

122
Penjelasan Teks

Bagian bacaan kita hari ini masih merupakan lanjutan dari surat rasul
Paulus untuk jemaat Filipi. Apabila diperhatikan, pada bagian ini apa yang
disampaikan oleh rasul Paulus berhubungan dengan pemberian yang
diterimanya dari jemaat Filipi. Pemberian apa yang diterima oleh rasul
Paulus? Di dalam pasal sebelumnya, kita dapat melihat bahwa jemaat
Filipi cukup banyak membantu rasul Paulus, baik melalui dukungan
finansial, material, dan sampai mengutus Epafroditus untuk melayaninya.

Bagian surat yang menjadi bahan bacaan kita hari ini adalah tentang
ucapan terimakasih rasul Paulus atas pemberian jemaat Filipi. Dalam ayat
10-13 ada beberapa hal menarik yang diucapkan oleh rasul Paulus.

Pertama, rasul Paulus meletakkan dasar sukacita pada Tuhan, bukan pada
apa yang diberikan oleh jemaat kepadanya. Hal ini menarik. Rasul Paulus
tidak hanya sekedar melihat hanya dari pemberiannya, melainkan dibalik
pemberian itu, yaitu ada keterlibatan tangan Tuhan sehingga jemaat Filipi
memiliki kemauan dan kemampuan dalam memberi bantuan. Dan kata
sukacita yang diucapkan oleh rasul Paulus, hendak menunjukkan bahwa
sukacita yang ia rasakan tidak ditentukan oleh keadaan, melainkan oleh
kebaikan Tuhan atas dirinya. Jadi sukacita yang dimaksud bukan tentang
perasaan, melainkan pemahaman.

Kedua, rasul Paulus menggunakan kata mencukupkan diri dalam segala


keadaan. Hal ini menarik. Rasul Paulus hendak mengatakan bahwa
mencukupkan diri adalah hasil dari sebuah proses belajar. Sehingga cara
untuk merasa cukup dalam segala keadaan adalah dengan belajar
menjalaninya, bukan terjadi secara natural, apalagi spontan. Untuk bisa
hidup sederhana, dibutuhkan kemauan untuk belajar mencukupkan diri
dalam segala keadaan.

Ketiga, rasul Paulus mengungkapkan perkataan menanggung semua di


dalam Kristus yang memberi kekuatan. Hal ini menarik, bahkan seringkali
123
ayat ini dipakai untuk menguatkan kehidupan di tengah pergumulan yang
berat. Melalui perkataannya ini, sebenarnya rasul Paulus hendak
mengingatkan, bahwa sebagai manusia memerlukan kekuatan Kristus,
baik dalam kekurangan maupun kelimpahan. Karena kekurangan dapat
menyeret kita pada kekuatiran dan ketakutan. Sedangkan kelimpahan juga
dapat menjebak kita pada kesombongan dan kenyamanan.

Pengenaan

Sukacita keugaharian adalah sebuah semangat iman yang meyakini bahwa


rakhmat Tuhan itu cukup untuk semua ciptaan-Nya. Oleh karena itulah,
setiap orang yang meyakini semangat iman seperti ini pasti akan menjalani
hidup yang sederhana. Sederhana bukan berarti kekurangan, atau tanpa
apapun. Sederhana yang dimaksud adalah berani berkata cukup terhadap
segala sesuatu hal yang berlebihan, termasuk saat hendak memperingati
hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Kesederhanaan tidak menghilangkan
kesukacitaan yang sesungguhnya, melainkan membantu kita untuk
menemukan kesukacitaan yang sejati seperti yang dialami dan
dipersaksikan oleh rasul Paulus.

Sukacita keugaharian tidak hanya berhenti pada hal mencukupkan diri


dalam kesederhanaan hidup saja, melainkan juga akan mendorong
seseorang untuk lebih peduli terhadap sesamanya. Orang yang merasakan
sukacita keugaharian akan memberi ruang, bahkan merangkul semua
orang, terlebih mereka yang membutuhkan. Sukacita keugaharian
mengajarkan bahwa kasih Tuhan mengajak kita untuk lebih peduli kepada
sesama.

124
Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas keugaharian dalam menyambut


Natal, seperti yang diuraikan pada bagian Fokus.
2. Jelaskan makna dari mencukupkan diri dalam segala keadaan, seperti
yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memahami makna sukacita dalam keugaharian, seperti
yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Ajak Pemuda untuk mau belajar hidup dalam keugaharian, seperti yang
ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

1. Pemuda diajak untuk dapat mencari contoh sukacita keugaharian yang


ada di media sosial! Lalu mendiskusikannya!
2. Berkelanjutan dari kegiatan minggu lalu: Pemuda diajak untuk
memastikan anggaran dan juga kesiapan acara Perayaan Natal Pemuda
bersama di panti wreda atau panti asuhan atau panti sosial!

125
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Desember 2023

“YESUS SUMBER SUKACITA”


Bacaan

Lukas 3:3-9

Tujuan

Pemuda dapat merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber


sukacita di dalam hidupnya.

Fokus

Ada sebuah lagu persekutuan yang mungkin sudah cukup banyak dikenal.
Lagunya seperti ini:
Mari kita bersukaria, karna ini hari bahagia.
Kita berkumpul jadi satu, puji Tuhan semesta itu.
Tepuk tangan wajah berseri, hilangkanlah hati yang sedih.
Bukankah Yesus berkata damai yang diberikan kita
Mari kita bersukaria.
Apakah hari ini kita bersukacita? Apa yang membuat kita bersukacita?
Apa karena tanggal ini sudah mendekati Natal? Apa karena hari ini tubuh
kita sehat? Apa karena hari ini kita lagi dalam keadaan cukup atau lebih
secara materi? Apa karena hari ini kita masih memiliki
kekuasaan/kekuatan? Apa karena hari ini masih banyak orang yang sayang
sama kita? Apa karena hari ini nama baik kita masih terjaga? Lalu
bagaimana kalau salah satu atau semuanya itu tidak sedang kita miliki?
Entah itu perihal tanggal, kesehatan, keuangan, kekuasaan, orang yang
menyayangi, nama baik sedang tidak seperti yg kita harapkan! Apakah kita
masih mampu untuk bersukacita?

Oleh sebab itulah, di minggu keempat bulan Desember ini, tema yang
hendak diangkat untuk menjadi perenungan bersama adalah “Yesus
126
Sumber Sukacita”. Dengan tema ini diharapkan Pemuda dapat merayakan
kelahiran Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber sukacita di dalam
hidupnya.

Penjelasan Teks

Bahan bacaan kita hari ini merupakan satu kisah tentang Yohanes
Pembaptis. Siapa Yohanes Pembaptis? Ia adalah seorang yang memang
telah dipersiapkan oleh Tuhan sejak awal. Kehadirannya adalah untuk
mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Oleh sebab itu, yang dilakukannya
adalah menyerukan kepada semua orang untuk bertobat. Apabila
diperhatikan, kata-kata yang digunakan oleh Yohanes Pembaptis dalam
menyerukan pertobatan, terasa cukup menakutkan, namun sebenarnya
Yohanes Pembaptis sedang menunjukkan sumber sukacita yang
sesungguhnya.

Melalui seruannya, diperlihatkan keadaan hidup banyak orang pada saat


itu. Ternyata masih banyak orang yang fokus hidupnya hanya mencari
sukacita palsu, sehingga tidak dapat menemukan sumber sukacita yang
sesungguhnya. Oleh sebab itulah, Yohanes Pembaptis menegur banyak
orang dengan sangat keras dan berkata "keturunan ular beludak".
Maksudnya adalah orang-orang yang hidupnya hanya fokus pada
kepalsuan-kepalsuan belaka. Bagi Yohanes Pembaptis, hidup yang hanya
dipenuhi dengan kepalsuan demi kepalsuan, hanya akan membawa pada
kekecewaan dan kehancuran (ayat 9).

Mengapa Yohanes Pembaptis terus menyerukan agar semua orang dapat


menemukan sumber sukacita yang sesungguhnya, yaitu hidup bersama
dengan Tuhan (hidup di dalam pertobatan)? Harapan Yohanes Pembaptis
adalah agar semua orang bisa tetap bersukacita saat menjalani hidup,
karena senantiasa hidup bersama dengan Tuhan. Sehingga entah itu jalan
hidupnya mudah atau sulit sekalipun, dapat tetap menghasilkan buah yang
sesuai dengan pertobatan.

127
Pengenaan

Ada sebuah kesaksian tentang seorang anak yang awalnya merasa


hidupnya penuh dengan sukacita, karena memiliki keluarga yang utuh dan
cukup terpandang, materi yang cukup bahkan lebih, kesehatan yang baik,
dll. Namun dalam seketika semua terasa berubah saat ia harus kehilangan
segala-galanya karena covid-19. Kedua orangtuanya dinyatakan positif
dan harus mendapat perawatan khusus di rumah sakit, usaha keluarganya
mengalami goncangan akibat pandemi, ia pun sempat dinyatakan positif
covid. Pada saat itulah semua terasa berubah. Hidup yang awalnya terasa
penuh dengan sukacita, tiba2 hidup anak ini penuh dengan kebingungan
dan ketakutan. Hal-hal yang selama ini mampu membuatnya bersukacita,
ternyata tidak dapat ia rasakan lagi saat semuanya berubah. Lalu setelah ia
sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, pada satu malam ia
teringat untuk berdoa kepada Tuhan. Ia bukan hanya sekedar bedoa, tetapi
di dalam doanya, ia benar-benar menyerahkan seluruh hidupnya kepada
Tuhan. Dan setelah selesai berdoa, ia teringat sebuah lagu yang syairnya
seperti ini, “Tuhan tak pernah janji langit selalu biru, tetapi Dia berjanji
selalu menyertai. Tuhan tak pernah janji jalan selalu rata, tetapi Dia
berjanji berikan kekuatan”. Lalu apa yang terjadi? Malam itu menjadi satu
titik perubahan besar di dalam hidupnya. Ia merasa mendapatkan semangat
baru untuk bisa menjalani hidup, walaupun pergumulannya belum
terselesaikan. Mengapa? Karena ia sadar bahwa kehadiran Tuhan di dalam
dirinya, itulah yang menjadi sumber sukacitanya.

Tuhan Yesus Kristus adalah sumber sukacita bagi kehidupan anak-anak-


Nya, termasuk setiap kita yang adalah kaum muda Kristen. Momen
kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia, seharusnya bisa
mengingatkan kita kembali tentang sumber sukacita yang sesungguhnya
dalam hidup ini. Memang ada banyak hal-hal duniawi yang dibutuhkan,
agar kehidupan kita bisa berjalan. Namun sadarilah, hanya Tuhan Yesus
Kristuslah yang seharusnya menjadi sumber sukacita kita satu-satunya! Di
dalam Dia, selalu akan ada semangat, kekuatan, dan pengharapan!
Bersama Dia yang telah lahir, hidupmu akan selalu berharga!

128
Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas sumber sukacita, seperti yang


diuraikan pada bagian Fokus.
2. Jelaskan makna dari perkataan Yohanes Pembaptis tentang sumber
sukacita, seperti yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memahami sumber sukacita yang sesungguhnya, seperti
yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Ajak Pemuda untuk mau belajar menentukan sumber sukacita dalam
hidupnya, seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

1. Pemuda diajak untuk menceritakan apa yang selama ini menjadi


sumber sukacitanya! Tanyakanlah, apakah sumber sukacitanya itu
dapat hilang? Ingatkanlah bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah sumber
sukaita yang abadi!
2. Berkelanjutan dari kegiatan minggu lalu: Pemuda diajak untuk
melakukan persiapan terakhir (gladi bersih) untuk Perayaan Natal
Pemuda bersama di panti wreda atau panti asuhan atau panti sosial!

129

Anda mungkin juga menyukai