Anda di halaman 1dari 550

Imanku, ibadahku

Gaya hidupku
Merumuskan kembali dogma dan devosi
Dalam terang MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY

* Edisi revisi *

TEGUH HINDARTO

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

2015
2|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

PENGANTAR

Setelah melakukan ―kompilasi‖ (pengumpulan) berbagai artikel


terkait relasi Yudaisme dan Yesus dan saya bukukan dengan judul ―Jejak
Kaki Sang Rabi‖, maka kali ini saya melakukan kompilasi berbagai artikel
terkait peta pemikiran mengenai mazhab Judeochristianity terkait pokok
keimanan (akidah/emunah), peribadatan (ibadah/avodah) serta gaya hidup
(akhlaq/halakah).

Agar pembaca mengetahui apa dan bagaimana konsep serta


pemikiran mazhab Judeochristianity, maka saya memberikan ulasan
terlebih dahulu mengenai fenomena keagamaan Sacred Name Movement
dan Messianic Judaism pada bagian pertama pembahasan, sebagai latar
belakang munculnya mazhab Judeochristianity. Pada bagian kedua saya
menguraikan definisi, sejarah serta konsep pemikiran Judeochristianity
sebagai peta jalan bagi para pembaca pemula untuk memahami lebih jauh
meliputi berbagai pengkajian mengenai tema-tema-tema tentang Tuhan,
Mesias, Ibadah. Pada bagian keempat tulisan ini pembahasan difokuskan
pada penerapan mazhab Judeochristianity di bidang kehidupan sehari-hari
dengan melakukan pembahasan mengenai kasus perceraian, kiblat, praktek
riba, tsedaqah, penggunaan kerudung dll.

Pada bagian kelima pembahasan lebih terfokus pada redefinisi


pemahaman yang keliru terhadap eksistensi Torah dan bagaimana
penerapan Torah dalam kehidupan Kristiani. Sementara pada bagian
keenam ditambahkn kajian esoteris dan kedudukannya dalam penghayatan
beragama dan berteologi, hal mana kajian-kajian ini sangat minim dalam
pembahasan Kekristenan. Bagian ketujuh berisikan kupasan mengenai
otorkritik terhadap sejumlah pemahaman dan penafsiran yang keliru yang
dianut sejumlah komunitas Kristen yang menerapkan visi ―Kembali ke
Akar Ibrani‖ namun yang tidak mengerucut dalam mazhab
Judeochristianity.

Adapun bagian kedelapan berisikan tanggapan dan apologetik


terhadap mereka yang mempertahankan penggunaan nama Allah dalam
dogma dan devosi Kristiani. Bagian akhir yaitu bagian kesembilan
3|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

pembahasan ini merupakan pembahasan penutup dengan mengkaji prospek


dan peluang eksistensi dan keberlangsungan mazhab Judeochristianity di
Indonesia.

Ada beberapa ketidaknyamanan yang akan ditemui para pembaca


saat membaca buku ini yaitu ―repetisi‖ (pengulangan). Pengulangan yang
dimaksudkan adalah ―pengulangan pembahasan‖, ―pengulangan kutipan‖,
―pengulangan referensi‖. Hal tersebut terjadi dikarenakan buku ini
merupakan hasil ―kompilasi‖ (pengumpulan) sejumlah pembahasan yang
kerap menyinggung berbagai topik terkait sebagai keseluruhan struktur
konsep dan pemikiran Judeochristianity dalam bentuk berbagai artikel
dalam blog dan website. Penulis sudah berusaha meminimalisir munculnya
―repetisi‖ dengan melakukan pemadatan materi menjadi satu topik judul
dengan beberapa sub judul sehingga tidak menjadi pembahasan tersendiri
dengan judul yang berbeda.

Kiranya kehadiran buku dengan judul Imanku, Ibadahku, Gaya


Hidupku: Merumuskan Kembali Dogma dan Devosi Dalam Terang
Mazhab Judeochristianity memberikan pencerahan dan mendorong para
pembaca pemula untuk melakukan penjelajahan spritual terhadap berbagai
konsep keimanan yang selama ini diyakini sebagai sebuah kebenaran final
namun harus tunduk pada roda perubahan pemahaman diakibatkan
munculnya data dan fakta baru yang perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Sementara bagi mereka yang telah berada dalam mazhab Judeochristianity,
kehadiran buku ini dapat menjadi pedoman dogmatika sebagai bentuk
pertanggungjawaban iman di antara berbagai mazhab Kekristenan lainnya
di Indonesia.
4|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

Teguh Hindarto, MTh.

Peminat Kajian Teologi dan Sejarah serta Fenomena Sosial

Email: nafyah_min@yahoo.com

Blog:

teguhhindarto.blogspot.com

bet-midrash.blogspot.com
5|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

DAFTAR ISI

PENGANTAR…………………………………………………………….2

BAGIAN PERTAMA

MESIANIC JUDAISM: SEJARAH DAN


PEMIKIRAN............................................................................................14

BAB I

KAJIAN TERHADAP
HISTORITAS.............................................................................................15

BAB II

KAJIAN TERHADAP
DOGMATIKA……………………………………………………………26

BAB III

KAJIAN TERHADAP
LITURGI…………………………………………………………………39

BAB IV

KAJIAN TERHADAP
LITERATUR……………………………………………………………..41

BAB V

KAJIAN TERHADAP PENERJEMAHAN KITAB


SUCI……………………………………………………………………...44
6|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

BAB VI

KAJIAN TERHADAP WEBSITE


……………………………………………………………………………48

BAB VII

RESPON GEREJA-GEREJA DI INDONESIA


TERHADAP MESIANIC JUDAISM DAN SACRED NAME
MOVEMENT.............................................................................................49

BAGIAN KEDUA

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY SEBAGAI PENERJEMAHAN


KONSEP MESIANIC JUDAISM DALAM KONTEKS
INDONESIA……………………………………………………………..57

BAB VIII

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY:

DEFINISI, KONSEP PEMIKIRAN, SEJARAH,


METODOLOGI..........................................................................................58

BAGIAN KETIGA

PEMIKIRAN JUDEOCHRISTIANITY MENGENAI


AKIDAH (POKOK KEPERCAYAAN) DAN
IBADAH………………………………………………………………..121

BAB IX

IMANKU, IBADAHKU, GAYA


HIDUPKU………………………………………………………………122
7|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

BAB X

REDEFINISI KONSEP HELENIS TENTANG EKSISTENSI TUHAN:


KEESAAN ATAU
KETRITUNGGALAN?...........................................................................138

BAB XI

HARUSKAH GELAR ―KURIOS‖ (ADON) BAGI YESUS


DITERJEMAHKAN DENGAN
TUHAN?...................................................................................................145

BAB XII

ARTI KEMATIAN YESUS SANG MESIAS


BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT
MANUSIA………………………………………………………………163

BAB XIII

MENINJAU ULANG PENGGUNAAN NAMA ALLAH


DALAM TERJEMAHAN LEMBAGA ALKITAB
INDONESIA……………………………………………………………173

BAB XIV

MITOS-MITOS AKADEMIK
DISEPUTAR NAMA YHWH DAN
ALLAH………………………………………………………………….188

BAB XV

MAKNA NAMA
YAHWEH................................................................................................195
8|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

BAB XVI

GELAR-GELAR
TUHAN…………………………………………………………………199

BAB XVII

ATRIBUT-ATRIBUT YAHWEH
(PENGENALAN TENTANG SIFAT
TUHAN)...................................................................................................206

BAGIAN KEEMPAT

PEMIKIRAN JUDEOCHRISTIANITY MENGENAI


AKHLAQ AL MASIH (HALAKAH HA
MASHIAKH)…………………………………………………………..212

BAB XVIII

HALAKAH HA MASHIAKH – SYARIAT AL MASIH

(CARA HIDUP PENGIKUT MESIAS)


..................................................................................................................213

BAB XIX

AKHLAK AL MASIH / HALIKOT HA


MASHIAKH............................................................................................219

BAB XX

KONSEP TSEDAQAH DALAM


KEKRISTENAN………………………………………………………..225
9|Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku

BAB XXI

APAKAH PRAKTEK RIBA


DIPERBOLEHKAN?...............................................................................231

BAB XXII

RELEVANSI KIBLAT............................................................................234

BAB XXIII

KERUDUNG SEBAGAI TANDA KEWIBAWAAN


WANITA..................................................................................................238

BAB XXIV

BOLEHKAH BERCERAI?.....................................................................240

BAB XXV

APAKAH YESUS SANG MESIAS


MEMBATALKAN HUKUM KASHRUT DALAM IMAMAT
11?.............................................................................................................244

BAB XXVI

KORUPSI: MENDAPATKAN REZEKI TIDAK


KOSHER..................................................................................................250

BAB XXVII

SUAP MEMBUTAKAN MATA ORANG


BIJAKSANA............................................................................................253
10 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KELIMA

REDEFINISI PEMAHAMAN DISTORSI TERHADAP TORAH


DAN RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN
KRISTIANI..............................................................................................259

BAB XXVIII

DOSA, TORAH, ANUGRAH, IMAN


..................................................................................................................260

BAB XXIX

ANOMOS: APAKAH ITU?....................................................................268

BAB XXX

PANDANGAN YESUS TERHADAP


TORAH....................................................................................................273

BAB XXXI

BENARKAH RASUL PAUL PENDUSTA


DAN MEMBATALKAN
TORAH?...................................................................................................279

BAB XXXII

APAKAH HUKUM GIGI GANTI GIGI DAN NYAWA GANTI NYAWA


BERTENTANGAN DENGAN AJARAN YESUS TENTANG
KASIH?....................................................................................................299

BAB XXXIII
TORAH DAN KEADILAN
SOSIAL....................................................................................................302
11 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXIV

TEOLOGI KEADILAN SOSIAL DIANTARA DUA KUTUB


TEOLOGI KEMAKMURAN DAN TEOLOGI
PEMBEBASAN.......................................................................................311

BAB XXXV

TORAH SEBAGAI SUMBER KESEHATAN JASMANI


ROHANI...................................................................................................333

BAB XXXVI

TORAH SEBAGAI SUMBER KEBERSIHAN JASMANI


ROHANI...................................................................................................342

BAB XXXVII

TORAH MENGENAI PELAYANAN TERHADAP JANDA &


YATIM.....................................................................................................350

BAGIAN KEENAM

ASPEK ESOTERISME DALAM TEOLOGI DAN


DEVOSI...................................................................................................353

BAB XXXVIII

ASPEK ESOTERISME DALAM BERAGAMA DAN


BERTEOLOGIA......................................................................................354

BAB XXXIX

DZIKIR (ZAKOR): KONTEMPLASI


KRISTIANI……………………………………………………………..377
12 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXX

TAFAKUR DAN MEDITASI DALAM PERSPEKTIF


KRISTEN.................................................................................................381

BAGIAN KETUJUH

SACRED NAME MOVEMENT DAN MESSIANIC JUDAISM


DI INDONESIA:

SEBUAH OTOKRITIK TERHADAP KESALAHAN


BERFIKIR...............................................................................................384

BAB XLI

APAKAH NAMA YAHSHUA TIDAK ADA DALAM KITAB


SUCI?.......................................................................................................385

BAB XLII

APAKAH HA BRIT HA KHADASHA,


KITAB PERJANJIAN BARU IBRANI
ASLI?.......................................................................................................391

BAB XLIII

BENARKAH TULISAN DI KAYU SALIB MENUNJUK PADA


YHWH?....................................................................................................409

BAB XLIV

APAKAH ISTILAH ―MARYA‖ DALAM PESHITTA ARAMAIK


MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS ADALAH
YAHWEH?...............................................................................................413
13 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KEDELAPAN

MENJAWAB REAKSI YANG MEMPERTAHANKAN


PENGGUNAAN NAMA ALLAH DALAM LINGKUNGAN
KRISTIANI…………………………………………………………….431

BAB XLV

CRACKING ―THE HISTORY OF ALLAH‖


TANGGAPAN TERHADAP BUKU BAMBANG
NOORSENA............................................................................................432

BAGIAN KESEMBILAN

MASA DEPAN MAZHAB


JUDEOCHRISTIANITY……………………………………………...487

BAB XLVI

BUKAN SEKEDAR NAMA YAHWEH:


SEBUAH OTOKRITIK............................................................................488

BAB XLVII

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY SEBAGAI SOLUSI


MENJAWAB TANTANGAN KEBANGKITAN ISLAM
DI EROPA DAN
AMERIKA………………………………………………………………497

BAB XLVIII

MENGORGANISIR GEREJA YANG CONCERN TERHADAP ISUE-


ISUE PENGKAJIAN AKAR SEMITIS
KEKRISTENAN……………………………………………………….544
14 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN PERTAMA

MESIANIC JUDAISM: SEJARAH DAN PEMIKIRAN


15 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB I

KAJIAN TERHADAP HISTORITAS

Istilah ―Mesianik‖ akhir-akhir ini di Indonesia ramai dibicarakan.


Terkadang istilah ini dihubungkan dengan fenomena pemulihan nama
Yahweh sebagai ganti nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci. Namun
ada pula yang menghubungkan istilah ini dengan tata cara ibadah dan pola
berpikir Ibrani dalam penafsiran Kitab Suci. Sementara yang lain
mengartikan istilah ini dengan cara berpakaian dan gaya hidup seperti
orang Yahudi. Tidak jarang pula mereka yang mengaku sebagai komunitas
Mesianik, memutuskan diri dari Kekristenan. Mereka mengganggap bahwa
mereka bukan Kristen. Tindakan ini diperparah dengan berbagai aksi
radikalistik dan fundamentalistik atas nama individu dan kelompok yang
melakukan berbagai tekanan psikologis untuk memperjuangkan
penghilangan nama Allah dan keharusan penggunaan nama Yahweh dalam
terjemahan Kitab Suci maupun aplikasi ibadah Kekristenan. Namun apa
dan bagaimanakah sesungguhnya ―Mesianik‖ itu?

Jika kita membuka situs internet atau mencari kata ―Mesianik‖


dalam mesin pencari ―Google‖, maka akan terdapat ratusan bahkan ribuan
alamat situs internet yang bersifat ―Mesianik‖ dan ―Sacred Name
Movement‖. Persoalannya adalah, siapakah atau apakah ―Mesianik‖ dan
―Sacred Name Movement‖ itu?

Fenomena Mesianik Yudaisme (Messianic Judaism) adalah suatu


kebangkitan spiritual yang terjadi di kalangan unsur-unsur Yudaisme dan
Bangsa Yahudi yang mulai merespon ajaran Yesus (Ibr:
Yahshua/Yahushua/Yeshua, Aram, ‗Yeshu‘, Greek, ‗Iesous‘, Ind, ‗Yesus‘)
Sang Mesias yang dijanjikan namun tidak menyebut diri mereka sebagai
Kristen dan Gereja dan mereka tetap memelihara gaya hidup dan tata
ibadat Yudaisme, namun dalam terang ajaran Yesus Sang Mesias. DR.
Michael Shiffman mendefinisikan Mesianik Yudaisme sebagai:
―Messianic Jews are physical descendants of the patriarchs, being Jewish
16 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

by birth, but are not adherents to the authority of rabbinic tradition‖1


(Mesianik Yudaisme adalah keturunan para leluhur secara jasmani, yang
menjadi Yahudi melalui kelahiran namun tidak mengikuti otoritas tradisi
kaum rabinik). Sementara itu DR. David Stern memberikan definisi sbb:
―A person who was born Jewish or converted to Judaism, who is genuine
believer in Yeshua, and who acknowledge his Jewishness‖ 2 (Seseorang
yang dilahirkan menjadi seorang Yahudi atau masuk ke dalam agama
Yahudi, yang beriman kepada Yeshua serta mengakui keyahudian Yeshua)

DR. John Fischer memberikan deskripsi mengenai Mesianik


Yudaisme dengan mengatakan: ―The convictions of these congregations
are uniqe. They are convinced that they can believe in Jesus, be thoroughly
biblical, and yet authentically Jewish. They affirm Jesus, as Messiah,
Savior and Lord of the universe. They adhere to the entire Bible as the
inspired Word of God and refuse to do anything contrary to its teachings.
Thy feel a kinship and commitment to the entire body of the Messiah. Yet
they express their faith, lifestyle and worship in Jewish form and in Jewish
ways‖3 (Keyakinan kumpulan jemaat ini adalah unik. Mereka mengakui
bahwa mereka dapat mempercayai Yesus sesuai Kitab Suci, namun yang
secara otentik adalah seorang Yahudi pula. Mereka menyetujui bahwa
Yesus sebagai Mesias, Juruslamat dan Tuan atas alam semesta. Mereka
menerima keseluruhan Kitab Suci sebagai Firman Tuhan yang diilhamkan
dan menolak segala sesuatu yang bertentangan ajaran-Nya. Mereka
merasakan suatu kekeluargaan dan kesetiaan terhadap seluruh anggota
tubuh Mesias. Namun mereka mengekspresikan iman mereka, gaya hidup
mereka dan ibadah mereka dalam bentuk dan tata cara Keyahudian).

1
DR. Michael Shiffman, Return of the Remnant: the Rebirth of Messianic
Judaism, Baltimore, Maryland: Lederer Messianic Publishers, 1996, p. 23
2
DR. David Stern, Messianic Jewish Manifesto, Clarksville, Maryland: Jewish
New Testament Publications, 1991, p. 20
3
DR. John Fischer, Why Messianic Judaism?, dalam Enduring Paradoxs,
Baltimore, Maryland: Messianic Jewish Publishers 2000, p. 8
17 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari tiga definisi di atas, kita mendapat tiga karakteristik umum


dan khas dari Mesianik Yudaisme, yaitu: Pertama, suatu pergerakan
spiritual dikalangan komunitas Yahudi (bangsa) dan Yudaisme (agama).
Kedua, mereka beriman pada Yesus sebagai Mesias dan menerima
TaNaKh dan Perjanjian Baru, sebagai kitab suci yang diilhamkan Ruakh ha
Kodesh. Ketiga, mereka tetap mempertahankan gaya hidup, tradisi dan
kebudayaan luhur Yahudi yang dipelihara berabad-abad, sebagai warisan
kebudayaan suatu bangsa.

DR. Michael Schiffman membagi sejarah pergerakan Mesianik


Yudaisme menjadi ―Sejarah Mesianik Yudaisme Kuno‖ yang berakar pada
Abad I Ms yang bersumber dari ajaran Yesus dan para murid-murid-Nya
(talmidim) dan ―Sejarah Mesianik Yudaisme Modern‖4 yang berakar pada
Abad XIX di Eropa. Pergerakan Mesianik awal dihubungkan dengan nama
sekte Yahudi, ―Nazoraios‖ (Yun) atau ―Nazarene‖ (Ibr) dalam Kisah Rasul
24:5. Ray A. Pritz mengulas mengenai keberadaan sekte Nazarene sbb:
―The name Nazarene was at first applied to all Jewish followers of Jesus.
Until the name Christian became attached to Anthiochian non Jews, this
meant that the name signified the entire Church, not just a sect. So also in
Acts 24:5 the reference is not to a sect of Christianity but rather to the
entire primitive church as a sect of Judaism‖.5 (Nama Nazarene pada
mulanya disematkan pada semua pengikut Yesus yang merupakan orang-
orang Yahudi. Sampai akhirnya nama Kristen menjadi bagian yang
dikenakan pada orang non yahudi di Anthiokia, istilah ini dimaksudkan
bagi keseluruhan gereja dan bukan hanya sebatas suatu sekte. Demikianlah
dalam Kisah Rasul 24:5, petunjuk ini tidak mengindikasikan suatu sekte
Kristen melainkan seluruh gereja purba sebagai sekte dari Yudaisme).

Sekte ini berpusatkan pada ajaran Yesus yang dipercaya sebagai


Nabi, Mesias dan Putra Yahweh sendiri. Ada beberapa sekte dalam
Yudaisme pada Abad I Ms, spt. ―Farisi‖, ―Saduki‖, ―Esseni‖, ―Zealot‖.

4
Op. Cit., Return of the Remnant, p. 9-34
5
Ray A. Pritz, Nazarene Jewish Christianity, Leiden: E.J. Brill, 1988, p.15
18 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Secara umum, tidak ada perbedaan diantara Sekte Netsarim dengan


Yudaisme pada umumnya, baik dalam Emunah, Avodah maupun
Halakhah. Yang membedakan adalah pemahaman tentang siapa Yesus itu?
Apakah Dia Mesias yang dijanjikan atau hanya seorang anak tukang kayu?
Namun gerakan yang muncul dalam tubuh Yudaisme ini lama kelamaan
mengalami perpisahan dari Yudaisme. Penyebabnya adalah faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah dua peristiwa dalam sejarah
Yudaisme yaitu penyerbuan Jendral Titus pada tahun 66-70 Ms dan
Revolusi Bar Khokbah Tahun 132-135 Ms.

Perisiwa pertama, tahun 66-70, ketika pasukan Romawi dibawah


pimpinan Jendral Titus hendak memusnahkan Yerusalem, maka kaum
Nazarene harus mengungsi ke Pella di Transyordan dan melanjutkan
keimanan dan pola hidup hebraic. Alasan mereka untuk mengungsi ke
Pella karena mengikuti nasihat Mesias, jika melihat ‗pembinasa keji‘
berdiri di Bait Suci, maka mereka harus lari kegunung-gunung yang tinggi
(Luk 21:20-24)6. Sikap kaum Nazarene melarikan diri ke Pella
menyebabkan mereka dijuluki ―Meshummed‖ (penghancur) oleh para
Rabbi.

Setelah tahun 70 Ms., kaum Nazarene dan Yahudi secara umum,


kembali menetap di Yerusalem sampai masa Revolusi Bar Khokba.
Peristiwa kedua, tahun 70-132 merupakan terbentuknya Rabbinic Judaism,
dimana golongan yang berpengaruh pada waktu kaum Farisi. Disebabkan
golongan Saduki yang berkuasa terhadap Bait Suci telah kehilangan
pengaruh karena hancurnya Bait Suci, maka Sinagog memainkan peranan
penting. Berbagai tradisi lisan dibukukan menjadi Talmud yang terdiri dari
Misnah dan Gemara. Dimasa ini terjadi perselisihan yang semakin tajam
antara kaum Nazarene dengan Yahudi Rabbinik. Perselisihan tersebut
disebabkan karena kaum Nazarene menolak berbagai tradisi lisan yang
disusun oleh kaum Farisi tersebut dan disebabkan penolakkan mereka
bergabung dalam Revolusi bar Khokba. Nazarene menolak bergabung
dalam revolusi dikarenakan Bar Kokhba menyebut dirinya Mesias, padahal

6
Op.Cit., Return of the Remnant, p.11
19 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kaum Nazarene hanya mengakui satu-satunya Mesias, yaitu Yesus.


Akibatnya dalam struktur doa kuno yang disebut Shemone Esrei (18 doa
berkat) ditambahkanlah satu doa kutukan terhadap keberadaan ―ha Minim‖
(Bidat), yaitu kaum Nazarene karena tidak turut dalam Revolusi Bar
Khokba7.

Sekte Yudaisme ini terekam dalam berbagai tulisan Kristiani sejak


abad 2 M sampai 11 Ms. Sebut saja Irreneus8, Eusebeius9, Epiphanius10.
Apakah yang membedakan sekte Netsarim ini dengan sekte-sekte Yahudi
lainnya? Perbedaan Sekte Nazarene dengan sekte-sekte Yahudi lainnya
adalah dalam hal memandang siapa Yesus anak Yusuf. Dia bukan sekadar
putra Yusuf namun juga Mesias yang dijanjikan, Putra Tuhan Yang Hidup.
Mereka tetap beribadah di Sinagog dan berinteraksi dengan sekte-sekte
Yahudi lainnya dalam peribadahan di Bait Suci. Selain itu, sekte Netsarim
menolak tradisi lisan kaum Farisi yang kelak dinamai dengan Misnah dan
Gemara atau Talmud sebagaimana dijelaskan oleh Robert & Remy Koch,
dalam bukunya sbb: ―The apostles and other followers of the Way did not
recognize the Pharisaic Oral Law as having any authority over
them…Their conflict was in the nature of a family disagrement. The
Pharisees thought the Nazarenes had an incorretct interpretation of Torah.
But they never challenged their Judaism‖11 (para rasul dan pengikut Jalan
itu tidak mengakui tradisi lisan kaum Farisi sebagai sesuatu yang berkuasa
atas mereka…perselisihan diantara mereka hanya ketidaksependapatan
yang bersifat kekeluargaan. Kaum Farisi menganggap bahwa sekte

7
Ibid., p. 15
8
Ante Nicean Fathers, Eerdman, Vol I, Against Haeresies, I,26.2
9
Ecclesiastical History, Book II, Chap XXIII
10
Panarion 29
11
Robert & Remy Koch, Christianity: New Religion or Sect of Biblical Judaism?,
Palm Beach Gardens, Florida: A Messengger Media Publication, p. 127
20 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

nazarene keliru menafsirkan Torah. Namun mereka tidak mengancam


Yudaisme).

Tidak semua penulis sependapat, kapan keberadaan sekte Nazarene


ini kehilangan pengaruh dalam sejarah. Harry R. Boer memperkirakan
bahwa mereka telah kehilangan pengaruh sejak tahun 62-70 Ms12. DR.
Michael Schiffman memastikan lenyapnya pengaruh Nazarene pada Abad
IV-V Ms13. Sementara Robert dan Remy Koch memastikan lenyapnya
pengaruh Nazarene mulai Abad XI Ms 14.

Pergerakan Mesianik Yudaisme modern di awali oleh munculnya


organisasi The Hebrew Christian Alliance of Great Britain, yang didirikan
pada tahun 1866. Dalam konstitusinya, mereka mengumumkan demikian:
―Let us not sacrifice our identity. When we profess Christ, we do not cease
to be Jews; Paul, after his conversion, did not cease to be a Jew; not only
Saul was, but even Paul remained, a Hebrew of the Hebrews. We cannot
and will not forget the land of our fathers, and it is our desire to cherish
feelings of patriotism… As Hebrews, as Christians, we feel tied together;
and as Hebrew Christians, we desire to be allied more closely to one
another‖15 (Janganlah kita mengorbankan identitas kita. Ketika kita
mengakui Kristus, janganlah kita berhenti menjadi seorang Yahudi; Paul,
beberapa waktu setelah pertobatannya, tidak berhenti menjadi seorang
Yahudi; Bukan hanya Saul bahkan Paul tetap sebagai orang yang lebih
Ibrani dari orang Ibrani. Kita tidak dapat dan tidak akan melupakan tanah
air orang tua kita, inilah kebanggaan kita yaitu menghargai perasaan
patriotisme…entahkan sebagai orang Ibrani entahkan sebagai orang

12
Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids Michigan :
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p. 20-21
13
Loc.Cit., Return of the Remnant, p.15
14
Op.Cit.,Christianity: New Religion or Sect of Biblical Judaism?p.138
15
Ibid., p. 26
21 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kristen, kami merasa terikat bersama; dan sebagai orang Kristen Ibrani,
kami ingin bersekutu lebih dekat satu dengan lainnya).

Kemudian pada tahun 1915 didirikanlah The American Hebrew


Christian Alliance. Kemudian Tahun 1925 didirikanlah the ―International
Hebrew Christian Alliance‖. Penggerak awal dari Mesianik Yudaisme
adalah Joseph Rabinowitz. Eric Gabe melukiskan pelayanan Rabinowitz
sbb: ―Rabinowitz continued to observe, even as a Hebrew Christian, a
number of Old Testament comandments, such as the sabbath, circumcision
and the Passover. He thus became the founder of the Hebrew Christian
movement in Bessarabia, which he called The Community of Messianic
Jews, Sons of the New Covenant, in Hebrew, Yehudim Mesichim Bney Brit
Hachadashah‖16 (Rabinowitz tetap melanjutkan memelihara – meskipun
sebagai orang Kristen Ibrani – yaitu sejumlah perintah dalam Perjanjian
Lama, seperti sabat, sunat dan Pesakh. Selanjutnya dia menjadi pendiri
gerakan Kristen Ibrani di Bessarabia, yang disebut dengan Komunitas
Mesianik Yahudi Putra Perjanjian Baru yang dalam bahasa Ibrani,
Yehudim Mesichim Bney Brit Hachadashah).

Dibagian lain bukunya, Eric Gabe memberikan deskripsi mengenai


tempat peribadatan yang dibangun oleh Rabinowitz sbb: ―The House of
Prayer…approximated…the appearance of Synagogue rather than that of
a Church. In the photograph, Rabinowitz stands in the pulpit holding a
complete copy of the Bible in Hebrew. Behind him hangs a menorah…just
as in any Synagogue…The photograph shows some of the Hebrew texts
displayed in his House of Prayer. The text on his left contains the hebrew
name of Jesus, namely YESHUA…Separated on the right…(is) the Aron
Kodesh-The Holy Ark-within which the sacred scrolls of the Bible are
kept‖17 (Rumah doa…kira-kira…seperti berbentuk Sinagog dibandingkan
dengan bangunan Gereja. Dalam foto, nampak bahwa rabinowitz berdiri

16
The Revd. Eric S. Gabe, The Hebrew Christian Movement in Kishineff,
International Messianic Jewish (Hebrew Christian) Alliance, No 3, Vol LX, p.87
17
Ibid., p. 88-89
22 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dengan menggenggam ujung salinan Kitab Suci dalam bahasa Ibrani. Di


sampinya tergantung sebuah menorah…sebagaimana layaknya di
Sinagog…foto yang ditunjukan itu memperlihatkan beberapa teks Ibrani
dipertontonkan di dalam rumah doanya. Teks itu terdiri dari nama Yesus
dalam bahasa Ibrani, yaitu YESHUA…terpisah di sebelah kanan {yang
adalah} Aron Kodesh – Tabut Suci – yang di dalamnya tersimpan dengan
rapih, gulungan Kitab Suci).

A.E. Thomson dalam bukunya, A Century of Jewish Missions, pada


tahun 1902 melaporkan berbagai komunitas Mesianik Yudaisme dengan
istilah ―Hebrew Christian‖ di Eropa, Inggris, Eropa. Thomson melaporkan
mengenai aktivitas The Hebrew Christian Assembly yang terbentuk pada
tahun 1898. Kemudian Abraham Levi pada tahun 1894 mendirikan
komunitas Mesianik18. Dalam deskripsi Schiffman, dilaporkan bahwa
berturut-turut tumbuh komunitas ―Mesianik Yudaisme‖ diberbagai
tempat19 al. Pada tahun 1905 didirikanlah komunitas ―Hebrew Christians‖
di Baltimore, Maryland di bawah bantuan Gereja Presbyterian. Komunitas
ini kelak berganti nama menjadi Emmanuel Messianic Conggregation.
Pada tahun 1930, berdiri sebuah komunitas Mesianik di Chicago dan telah
berganti nama menjadi Adat Hatikvah. Kemudian tahun 1940-an dan 1950-
an, seorang bernama Lawrence Duff-Forbes membuka Messianic
Conggregation di Los Angeles. Mereka beribadat pada hari sabat,
merayakan tujuh hari raya dengan liturgi Yahudi. Pada tahun 1950-an
denominasi Presbyterian mengembangkan komunitas Mesianik keempat di
Los Anggeles, setelah sebelumnya yaitu Adat Hatikvah di Chicago,
Emmanuel Messianic Conggregation di Baltimore dan Beth Messiah di
Philadhelphia. Namun komunitas di Los Anggeles ini tidak bertahan lama.
Terjadi perkembangan luar biasa pada tahun 1970.

18
Op.Cit., Return of the Remnant, p. 29-30
19
Ibid., p. 31-33
23 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Shiffman mensinyalir ada sekitar seratus lima puluh jemaat


Mesianik diseluruh dunia20 dan ada tiga organisasi penting yang berkaitan
bersama, yaitu: the Union of Messianic Jewish Congregations (UMJC), the
Fellowship of Messianic Congregations (FMC), the International Alliance
of Messianic Congregations and Synagogues (IAMCS). Meskipun ada
beberapa perbedaan antara ―Hebrew Christians‖ dan ―Messianic Jewish‖,
namun menurut Sciffman itu hanya dalam hal ―respect of affiliation‖
(kebergabungan)21. Jika ―Hebrew Christians‖ bergabung dibawah gereja-
gereja Protestan atau Presbyterian, maka ―Mesianik Yudaisme‖ terlepas
dari ketergantungannya terhadap gereja Protestan atau Presbyterian, dan
mereka tetap memelihara gaya hidup sebagai orang Yahudi.

Dari deskripsi di atas, kita dapat memiliki sedikit gambaran


mengenai latar belakang kemunculan fenomena Mesianik Yudaisme.
Secara historis, gerakan yang muncul di kalangan orang Yahudi yang
beriman kepada Yesus (Yahshua/Yahushua/Yeshua) sebagai Mesias,
adalah gerakan yang baru muncul pada Abad XIX, meskipun secara
teologis memiliki akarnya pada Abad I Ms, saat pelayanan Yahshua dan
rasul-rasul-Nya yang merupakan orang-orang Yahudi. Karena gerakan ini
baru muncul di Abad XIX, maka kedewasaan teologi dan warisan
kebudayaanya masih berkembang dan belum menciptakan suatu
kebudayaan baru yang mempengaruhi suatu peradaban. Oleh karenanya
DR. David Stern menamakan judul bukunya Messianic Judaism: A
Modern Movement With An Ancient Past (revisi buku pertamanya,
Messianic Jewish Manifesto). Dengan judul tersebut David Stern hendak
menegaskan bahwa ini merupakan gerakan di Abad XIX yang berusaha
mencari akar sejarah pada pergerakan masa lampau bukan penerus yang
berkesinambungan secara hirarkhis kepemimpinan seperti layaknya Gereja
Orthodox maupun Katholik.

20
Ibid., p. 33
21
Ibid., p.34
24 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Berbeda dengan ―Gereja Kristen‖ (sebutan bagi Qahal Mesianik


yang telah terlepas dari akar Ibrani, sejak Abad II Ms sampai sekarang),
baik itu ―Katholik‖, ―Orthodoxs‖, ―Protestan‖, ―Baptis‖, ―Advent‖,
―Pentakosta‖, ―Kharismatik‖ yang telah menciptakan suatu peradaban
khas, baik di Eropa, Amerika, Asia dan Timur Tengah, maka komunitas
―Messianic Judaism‖ (Mesianik Yudaisme) belum membawa pengaruh
terhadap peradaban selain pembaruan di bidang agama.

Berbeda dengan fenomena ―Messianic Judaism‖, maka fenomena


―Sacred Name Movement‖, merupakan suatu pergerakan dikalangan Eropa
dan Amerika yang memfokuskan pada pemulihan nama Yahweh dalam
terjemahan Kitab Suci. Dalam beberapa tingkatan tertentu, komunitas
―Sacred Name Movement‖ juga mengembangkan ajaran, hingga
melakukan rekonstruksi dengan mengupayakan suatu ajaran yang berusaha
mencari sumber akar Ibrani, tanpa meninggalkan kebudayaan mereka
sebagai orang Amerika dan Eropa. Demikian sebaliknya bahwa dalam
beberapa tingkatan tertentu komunitas ―Messianic Judaism‖ mengadaptasi
pemahaman ―Saced Name Movement‖ mengenai penggunaan nama
Yahweh meskipun mayoritas komunitas Messianic tetap memelihara
tradisi Yudaisme yang mengucapkan Yahweh dengan ―Adonai‖ atau ―Ha
Shem‖.

Organisasi Yahweh New Covenant Assemblies (YNCA) sebagai


salah satu komunitas penggerak pemulihan nama Yahweh, dalam salah
satu artikelnya yang berjudul Sacred Name Movement History,
menjelaskan sbb: ―The Sacred Name Movement began in the 1930's
among the Church of G-d, 7th Day members who pondered the question of
Proverbs 30:4, "What is His name and His Son's name if you can tell?"
The Church of G-d, 7th Day is a Sabbath-keeping group, which came out
of the Millerite movement of 1844, as did the 7th Day Adventists. Up to
that time, there was little teaching or discussion about the return of the
Messiah. The general understanding was that upon dying, one went either
to heaven or hell, or in the case of the Roman Church, to purgatory. Those
who became known as Millerites came from various religious
denominations including the 7th-Day Baptists. Most churches in
Christianity, almost with one voice, taught that the Son's name was Jesus.
25 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

What about the Father's name? Did not the Son say He came in His
Father's name, and would not His name be much the same or very
similar?‖ 22 (Gerakan Pemulihan Nama Kudus, dimulai pada tahun 1930-
an dikalangan anggota Church of G-d 7th Day, {Gereja Tuhan Hari
Ketujuh} yang merenungkan pernyataan dalam Amsal 30:4, ―Siapakah
yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin
dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain?
Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan
siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!‖ Church of G-d 7th Day, {Gereja
Tuhan Hari Ketujuh} adalah orang-orang yang memelihara dengan setia
ibadat Sabat, yang bermula dari gerakan Millerite di tahun 1844,
sebagaimana yang juga dilakukan oleh 7th Day Adventists {Adven Hari
Ketujuh}. Pada waktu itu, hanya sedikit orang yang membicarakan
mengenai kembalinya Sang Mesias. Pemahaman umum pada waktu hanya
menjelaskan, bahwa jika seseorang meninggal, mereka akan masuk Sorga
atau Neraka, atau pada umumnya di Gereja Katholik, masuk api
penyucian. Mereka yang dikenal sebagai kaum Millerites, berasal dari
berbagai denominasi termasuk 7th Day Adventists {Adven Hari Ketujuh}.
Kebanyakan gereja sepakat mengajarkan bahwa nama Putra-Nya adalah
Yesus. Namun siapakah nama Bapa-Nya? Bukankah Sang Putra telah
mengatakan bahwa diri-Nya datang atas nama Bapa-Nya? Dan apakah
mungkin nama-Nya tetap sama atau sangat sama?).

Dari pemaparan singkat kedua fenomena di atas, nampak jelas


perbedaannya. Jika ―Mesianik Yudaisme‖ merupakan sebuah pembaruan
teologi dan ibadah di kalangan orang yahudi yang beragama Yudaisme,
dengan mempertahankan corak budaya dan berbagai pandangan rabinik,
maka fenomena ―Sacred Name Movement‖ merupakan suatu pembaruan
yang berasal dari kalangan Advent dan Baptis, yang menitik beratkan pada
eksistensi dan penggunaan nama Yahweh, sekalipun berbagai kebenaran
lain yang disosialisasikan komunitas Mesianik Yudaisme, tetap diadaptasi
dalam batas-batas tertentu.

22
Sacred Name Movement History
http://www.sacrednamemovement.org/
26 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB II

KAJIAN TERHADAP DOGMATIKA

Sebagaimana sebuah pergerakan rohani, baik ―Messianic


Judaism/Jewish‖ dan ―Sacred Name Movement‖ memiliki karakteristik
dalam dogmatika. Namun demikian tidak mudah memaparkan dogmatika
khas mereka mengingat varian di kalangan mereka sangat beragam.
Namun demikian jika dibuat sebuah pemetaan sederhana kita akan
menemui beberapa benang merah khas yang membedakan dengan
dogmatika Kekristenan (baik Orthodox, Katholik maupun aliran-aliran
Reformasi seperti Protestan, Pentakosta, Kharismatik). Kajian dogmatik
dalam tulisan ini lebih dititik beratkan pada komunitas ―Messianic
Judaism‖ tinimbang ―Sacred Name Movement‖ mengingat komunitas
terakhir ini lebih menonjolkan pemahaman dan penggunaan nama Yahweh
dalam terjemahan Kitab Suci dan aplikasi ajaran Kristen.

Pandangan Tentang Tuhan

Seluruh komunitas ―Messianic Judaism‖ mempercayai bahwa


Tuhan Pencipta adalah Yahweh yang disapa berdasarkan tradisi Yudaisme
dengan sebutan Adonai atau Ha Shem dan Firman-Nya yang menjadi
manusia yaitu Yesus (mayoritas Mesianik Yudaisme mengucapkan
Yeshua). Persoalannya adalah bagaimanakah hubungan antara Yahweh
dengan Firman-Nya yang menjadi manusia, nampaknya di antara mereka
belum menemukan kata sepakat. Relasi Ontologis tersebut biasa
diistilahkan dengan sebutan Trinitas atau Tritunggal. Berkaitan dengan
istilah tersebut ada perbedaan pendapat mengenai perlu tidaknya
penggunaan istilah tersebut.

DR. David Stern menolak istilah Tritunggal dengan menyatakan


sbb: ―The word ‗trinity‘ nowhere in the New Testament; it was developed
later by theologians tryng to express profundities which God has revealed
about himself. The New Testament does not teach triteism, which is belief
in three gods. It does not teach unitarianism, which denies the divinity of
27 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yeshua the Son and the Holy Spirit. It does not teach modalism, which that
God appears sometimes as the Father, sometimes as the Son and
sometimes as the Holy Spirit, like an actor changing mask‖ 23 (Istilah
Trinitas tidak ditemukan dimanapun dalam Kitab Perjanjian Baru; Istilah
tersebut dikembangkan oleh para teolog yang mencoba untuk menjabarkan
kedalaman dimana Tuhan telah menyingkapkan keberadaan diri-Nya.
Kitab Perjanjian Baru tidak mengajarkan mengenai Triteisme yang mana
mempercayai adanya tiga tuhan. Kitab Perjanjian Baru pun tidak
mengajarkan mengenai Unitariansme yang menolak keilahian Yeshua Sang
Putra dan Roh Kudus. Kitab Perjanjian Baru tidak pula mengajarkan
mengenai Modalisme yang mengajarkan baha Tuhan terkadang
menampakkan diri sebagai Bapa dan terkadang seperti Sang Putra serta
terkadang seperti Roh Kudus).

Sementara DR. Michael Schiffman lebih cenderung menggunakan


istilah ―Triunity‖ tinimbang ―Trinity‖. Konsep Triunity dijelaskan sebagai
keyakinan pada Tuhan yang Esa dengan tiga pribadi. Beliau memberikan
keterangan bahwa mayoritas Mesianik Yudaisme menganut istilah
―Triunity‖. Selengkapnya beliau menjelaskan: ―Belief in the triune nature
of God is not merely held by a group within the Messianic community, but
is believed by every Messianic organisation of the community: the Union
of Messianic Jewish Conggregations, the Fellowship of Messianic
Conggregations and the Messianic Jewish Allience of America‖24 (Percaya
mengenai keberadaan kesatuan dari tiga sifat Tuhan bukan hanya
dipertahankan oleh kelompok di dalam komunitas Mesianik namun juga
dipercayai oleh setiap organisasi dari komunitas Mesianik yaitu : the Union
of Messianic Jewish Conggregations, the Fellowship of Messianic
Conggregations and the Messianic Jewish Allience of America).

23
DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary, Maryland: JNTP 1992,
p. 86
24
Op.Cit., Return of the Remnant, p. 93
28 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Menurut beliau bahwa kesulitan bagi mayoritas Mesianik


Yudaisme bukan dalam hal konsep tentang Triunity melainkan dalam hal
terminologi saja sebagaimana beliau jelaskan: ―A related area of difficulty
for Messianic Jews is not the concept of the triunity but the terminology.
Trinity sounds catholic and hence non Jewish‖25 (Wilayah yang sukar bagi
Mesianik Yahudi bukanlah konsep mengenai kesatuan tiga sifat atau
Triunity melainkan peristilahan). Selain masalah terminologi yang
terdengar berbau non Yahudi, kesulitan muncul dalam hal menjelaskan
keyakinan ini. Namun beliau memberikan solusi untuk mengeliminir
kesulitan-kesulitan tersebut dengan mengatakan sbb: ―The problem
Messianic Jews face is the problem all believers face: explaining the faith.
No matter from what perspective one tries to explain, faith is mistery. The
solution is to affirm the truths of Scripture concerning God, leaving further
explanation to mystery. In other words, affirms that God is one and
eternally exist in three persons – Father, Son and Spirit, without seeking to
explain how this can be‖26 (Masalah yang dihadapi oleh Mesianik
Yudaisme adalah yang di hadapi oleh semua orang beriman: Bagaimana
menjelaskan keimanan ini. Tidak menjadi persoalan dari sudut pandang
mana seseorang mencoba untuk menjelaskan namun iman tetaplah sebuah
misteri. Jalan keluarnya adalah mengakui kebenaran Kitab Suci mengenai
Tuhan jauh melampaui logika sampai pada misteri. Dengan kata lain
mengakui bahwa Tuhan adalah esa dan keberadaannnya kekal dalam tiga
pribadi yaitu Bapa, Anak, Roh Kudus tanpa berusaha untuk menjelaskan
bagaimana ini dapat terjadi).

Pandangan Tentang Manusia, Dosa, Pertobatan, Penebusan,


Pengampunan

Secara umum pandangan tentang manusia tidak berbeda jauh dengan


Kekristenan. Manusia adalah ciptaan yang Segambar dan Serupa dengan
Tuhan. Dosa telah merusak Gambar dan Rupa Tuhan tersebut. Namun ada

25
Ibid
26
Ibid., p. 101
29 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang menarik mengenai konsep pertobatan, penebusan dan pengampunan.


DR. David Stern memberikan komentar berkaitan hal tersebut sbb: ―On
the matter of attonement for sin, Messianic Judaism should be sure to
bring out all that the New Testament teaches on the subject, for
Christianity tend to gloss over the very elements which Judaism stresses. In
order for Yeshua atonement to be effective, a person who has sinned must
not only admit his sin, he must repent-which mean being determined not to
commit the sin again; he must be sorry-not out of self pity but out of
distress at having offended other people or God; and he must make
restitution to the person wronged. From Christianity one seems to hear
mostly how willing God is to forgive, from Judaism how crucial it is for us
to do all we can to right the wrong. But righting wrongs is scriptural in
both the Tanakh and the New Testament, as is God‘s desire to forgive the
repentant sinner‖27 (Mengenai penebusan dosa, Mesianik Yudaismesudah
seharusnya sungguh-sungguh menyatakan bahwa Kitab Perjanjian Baru
mengenajarkan mengenai hal tersebut karena Kekristenan cenderung
memperhalus tiap unsur yang sebenarnya ditekankan dalam Yudaisme.
Agar penebusan Yeshua menjadi efektif, seseorang yang berdosa bukan
hanya mengakui dosanya namun demikian dia pun harus bertobat yang
bermakna menetapkan dirinya untuk tidak mengulang perbuatan berdosa
kembali;dia bukan hanya membuang cinta diri sendiri melainkan
membuang sikap yang membawa sandungan bagi orang lain atau Tuhan.
Dan dia harus mengampuni terhadap seseorang yang bersalah. Dari
Kekristenan seseorang nampaknya mendengar banyak hal mengenai
kehendak Tuhan terhadap pengampunan dan dari Yudaisme betapa penting
hal ini bagi kita untuk dilakukan yaitu untuk memperbaiki kesalahan.
Namun memperbaiki sebuah kesalahan adalah skriptural baik dalam
TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru sebagaimana Tuhan berkehendak untuk
mengampuni orang yang bertobat).

27
DR. David Stern, Messianic Judaism: A Modern Movement With An Ancient
Past, Clarksville, Messianic Jewish Publisher, 2007, p. 96
30 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengenai sistem korban dalam Imamat Lewi, Stern menjelaskan


sbb: ―Has the Levitical system of sacrifices been abolished by the New
Covenant? The New Testament book of Messianic Jews (Hebrews) is
devoted to the subject, but a careful reading shows that only the sin
offering has been canceled, replaced by Yeshua himself. It appears that if
and/or when the Temple is rebuilt (the propheters have varying opinions
on this) the other sacrifices (continual offering, thank offering, rain
offering, etc) would continue‖28 (Apakah sistem pengorbanan Lewi telah
dihapuskan oleh adanya Perjanjian Baru? Kitab Perjanjian Baru yaitu Kitab
Ibrani memusatkan perhatian pada topik tersebut namun dengan
pembacaan yang hati-hati , menunjukkan bahwa hanya korban terhadap
dosa yang dihapuskan yaitu digantikan oleh Yeshua sendiri. Sistem
Imamat Lewi nampaknya, jika/dan atau saat Bait Suci dibangun kembali
(para nabi memiliki pemahaman yang beragam mengenai hal ini) maka
korban yang lain akan dilanjutkan)

Pandangan Tentang Kitab Suci

Dibeberapa kelompok Mesianik Yudaisme dikembangkan konsep


―Progressive Revelation‖ (Tuhan memperkenalkan kebenaran-Nya dengan
cara bertahap) dan ―Biblical Continuity‖ (Pesan Kitab Suci tetap sama dari
Kitab Kejadian sampai Wahyu) 29. Dampak pemahaman tersebut salah
satunya adalah, ―progressive revelation clarifies the Torah the foundation
of our faith‖ (pewahyuan progresif menjelaskan mengenai Torah sebagai
dasar iman)30. Selengkapnya dijelaskan sbb: ―If God never changes and
never contradicts Himself, then we can assured that those things which we
believe concerning Yeshua have their beginnings, their roots and their
foundations in the Torah-the first main body of revelation given by God to
mankind. This is why it is not suffient for believers to look to Reformation,
28
Ibid., p. 97
29
HAYESOD: A Discipleship Series on the Foundation of our Faith, Colorado:
First Fruits of Tzion, 1999, L2.14-15
30
Ibid., L2.19
31 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

to the Church Fathers, or even to the Brit Hadasha in order to establish


the foundations of their faith. By virtue of the concept of progressive
revelation, we must look even further back into history-to the bedrock of
the Torah, the first five books of the Bible and its subsequent revelation
found in the Tanakh‖31 (Jika Tuhan tidak pernah mengubah dan tidak
pernah berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri, maka kita dapat yakin
bahwa sesuatu yang kita percayai mengenai Yeshua telah ada sejak
mulanya, akar dan dasarnya dalam Torah sebagai pewahyuan utama yang
diberikan Tuhan pada manusia. Oleh karena itu tidak cukup bagi orang
beriman hanya melihat Reformasi atau kepada Bapa Gereja juga kepada
Kitab Perjanjian Baru untuk mendirikan landasan iman mereka. Dengan
mempertimbangkan konsep pewahyuan progresif, kita seharusnya melihat
lebih jauh yaitu kembali ke dalam sejarah - kepada batu fundasi Torah
yaitu kelima Kitab pertama dari Kitab Suci dan selanjutnya pewahyuan
yang ditemukan dalam TaNaKh)

Pandangan Tentang Torah

Pengaruh ―Teologi Dispensasional‖32 dan ―Teologi Covenant‖33


terhadap orang Kristen pada umumnya adalah, sikap yang memandang

31
Ibid., L2.20
32
Dispensasional Theology merupakan pokok Teologi yang mendasarkan pada
sejumlah penafsiran teks Kitab Perjanjian Baru dengan pemahaman bahwa
Yahweh memiliki 2 program yaang berbeda, yaitu untuk Israel dan untuk Gereja.
Apa yang menjadi janji milik Israel, tidak dapat dilakukan oleh Gereja. Jika
Yishrael memelihara Sabat (Kel 20:8-11), maka Gereja memelihara Hari Tuhan
(1 Kor 16:2). Jika Israel adalah istri dari Yahweh (Hos 3:1) maka Gereja adalah
Tubuh Mesias (Kol 1:27). Band. Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology,
Literatur SAAT, 2004.
33
Covenant Theology merupakan pokok Teologia yang berkeyakinan bahwa
Yahweh membuat 2 perjanjian, yaitu Perjanjian Perbuatan yang dibangun sejak
Adam sampai zaman Yishrael. Perjanjian ini gagal dilakukan oleh Adam. Lalu
Yahweh memberikan Perjanjian kedua yaitu Perjanjian Anugrah, melalui
Yahshua, yang dengan sempurna melaksanakan perjanjian tersebut.
32 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

rendah hakikat dan peranan Torah, sebagai hukum seremonial dan kultis
yang berkaitan terhadap Yishrael di masa lampau. Gereja, yang
didefinisikan sebagai Israel baru dan rohani, menerima mandat yang
berbeda dengan Israel. Torah selalu berhubungan dengan Yisrael dan
Anugrah selalu berhubungan dengan Gereja. DR. David Stern mengakui
kesenjangan pemahaman antara Kekristenan dan Yudaisme, ketika
membicarakan mengenai Torah. Menurut beliau, jika memperbandingkan
buku-buku teologia baik Kristen maupun Yudaisme, akan diperoleh fakta
bahwa kedua belah akan bersebrangan pemahaman mengenai topik Torah.

Dalam penelusuran berbagai buku teologi Kristen mengenai Torah,


al., August Strong‘s Systematic Theology, hanya membahas mengenai
topik Torah, sebanyak 28 halaman dari 1056 halaman (kurang dari 3%).
Sementara L. Berkhof dalam bukunya Systematic Theology, hanya
mengulas sebanyak 3 halaman dari 745 halaman (kurang dari 1/2%).
Berbeda dengan buku-buku teologi dikalangan Yudaisme,al., Isidor
Epstein‘s yaitu the Faith of Judaism,mengulas mengenai Torah sebanyak
57 halaman dari 386 halaman (15%) dan Solomon Schetcher dalam
Aspects of Rabbinic Theology mengulas sebanyak 69 halaman dari 343
halaman (20%)34. Stern berkesimpulan: ‖In short, Torah is the great
unexplored territory, the terra incognita of Christian Theology‖
(singkatnya, Torah merupakan wilayah yang belum sama sekali digali,
suatu wilayah tidak dikenal dalam Teologi Kristen) 35.

Pernyataan ini menyiratkan bahwa Teologi Kristen menempatkan


kajian tentang Torah, secara tidak berimbang dibandingkan dengan topik
lainnya seperti Tuhan Keselamatan/Anugrah, Dosa, dll. Ariel & Devorah
Berkowitz dalam kata pengantar bukunya menjelaskan mengenai
pembahasan Torah yang menyita perhatian para ahli teologi sbb: ―If there
is one area of misguided theological thinking for believers, it is the study of

34
Op. Cit., Messianic Judaism: A Modern Movement With An Ancient Past, p.
126
35
Ibid.
33 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Torah. In fact, most evanggelical Bible colleges and seminaries do not


even have an area of study called Torah‖36 (Jika ada satu wilayah dari
pemikiran teologi yang kerap disalahpahami oleh orang beriman tiada lain
adalah studi tentang Torah. Faktanya kebanyakan perguruan tinggi Kitab
Suci dari kaum Injili dan berbagai seminari tidak memiliki wilayah yang
disebut studi Torah).

Dalam bukunya, beliau mengulas tuntas asumsi-asumsi


hermeneutis yang keliru terhadap surat-surat Rasul Paul yang seolah-olah
menentang Torah. Dalam Bab VII bukunya yang berjudul Christian
Misconceptions of the Torah, diulas bahwa ada dua kekeliruan yang
dilakukan banyak penafsir Kristen. Pertama, menganggap bahwa Kitab
Kisah Rasul adalah kitab transisi. Beliau mengritik pandangan Merril C.
Tenney dalam bukunya New Testament Survey sbb: ―For him, and many
others like him, it was not merely a transition from a predominantly Jewish
body of Messiah to a predominantly Gentile one. Rather, it was also a
transition from law to grace…Acts 21 makes such a conclusion untenable.
If there had been such a theological transition intended by God, then we
would expect to see fewer and fewer believers following the Torah.
Instead, Acts 21 tells us that some thirty years after Yeshua sent His
students around the world to tell others of His Grace, there grew such a
strong Jewish congregation in Jerusalem that is was noted, ―how many
thousands of Jews there are which believe; and they are all zealous of the
law‖37 (Bagi dia dan banyak orang lain seperti dia, itu bukan hanya sebuah
transisi dari tubuh Mesias Yahudi secara umum menuju tubuh non Yahudi
secara umum. Disamping itu juga merupakan transisi dari hukum kepada
anugrah...Kisah Rasul 21 membuat kesimpulan tersebut tidak dapat
dipertahankan lagi. Jika ada transisi teologi yang diperintahkan oleh Tuhan
maka kita akan melihat sedikit dan sangat sedikit pengikut Mesias
mengikuti Torah. Sebaliknya, Kisah Rasul 21 menyampaikan pada kita

36
Ariel & Devorah Berkowitz, Torah Rediscovered, Hampton: Shoreshim
Publishing, Inc, 1996, p.1
37
Ibid., p. 103
34 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bahwa selama tiga puluh tahun setelah Yeshua mengutus para muridnya ke
seluruh dunia untuk menyampaikan pada orang lain mengenai Anugrah-
Nya, ada perkembangan yang kuat dari jemaat di Yerusalem sebagaimana
dituliskan, ‗betapa berpuluh puluh ribu orang Yahudi menjadi percaya dan
mereka rajin memelihara Torah‘).

Kedua, keliru memahami kata-kata Rasul Paul dalam srat-suratnya,


terutama istilah Greek upon nomon (Rm 6:14, ―di bawah hukum Torah)
dan ergon nomon (Gal 2:16 ―pekerjaan hukum Torah‖). Kedua istilah ini
sering dianggap oleh Kekristenan sebagai istilah negatif terhadap Torah.
Namun yang terjadi sebenarnya Paul hendak mengutarakan bahwa praktek
Legalisme tidak mendatangkan keselamatan di hadapan Tuhan. Tidak ada
kata Yunani yang setara untuk menerjemahkan istilah Legalistik (upaya
memperoleh keselamatan dengan melakukan Torah dengan kekuatan diri
sendiri). Selegkapnya beliau menjelaskan: ―In these passages, Shaul was
teaching against legalism –the attempt to earn, merit or keep one‘s
salvation through obedience to law. But there were no sufficient words to
express legalism. Instead he had to use certain phrases which interpreted
incorrectly, could easly lead one to believe that he was against the
Torah‖38 (Dalam bagian ini, Shaul telah mengajarkan untuk melawan
legalisme – suatu usaha untuk mendapatkan upah atau balasan atau
memperoleh keselamatan melalui ketaatan menjalankan hukum. Namun
tidak ada kat-kata yang cukup layak untuk mewakili legalisme. Sebaliknya
Shaul menggunakan kalimat yang jelas yang dapat ditafsirkan secara keliru
yaitu yang dapat menuntun orang untuk mempercayai bahwa dia melawan
Torah).

Mengenai relevansi Torah bagi Yahudi dan non Yahudi yang telah
menerima Mesias, dengan menarik Ariel dan Devorah Berkowitz
memaparkan: ―The best solution to this problem is to assert that God has
always had one bride, His chosen people. His bride has always been
Israel, remnant Israel. All along, this has been enlarged to include those
grafted in to Israel, the Gentile believers. Since, therefore, God has one

38
Ibid., p. 112
35 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bride, it would then follow that the same ketubah still defines this divine
marriage: the Torah…Believing Israel in the first century was a mighty
light to the nations. As a result, many from those nations came to faith and
were ‗grafted in‘ to the holy community. The holy community is Torah
community…According to our understanding…the Torah for me?Yes! for
you? Are you grafted in? Then, yes! The Torah is for the holy
community!‖39 (Solusi terbaik untuk persoalan ini adalah menagaskan
bahwa Tuhan selalu memiliki satu mempelai yaitu umat pilihan-Nya.
Mempelainya hampir selalu adalah Yisrael atau sisa-sisa Yisrael dan
kemudian diikuti dengan ketubah yang menegaskan pernikahan ilahi
tersebut yaitu Torah...mempercayai Yisrael di Abad Pertama sebagai
terang bagi dunia. Hasilnya adalah banyak bangsa-bangsa datang kepada
iman bangsa Yisrael dan ditempelkan ke dalam komunitas yang kudus.
Komunitas kudus tersebut adalah komunitas Torah...menurut pemahaman
kita...Torah bagi saya? Ya! Bagi Anda? Apakah Anda ditanamkan? Tentu
saja Ya! Torah adalah untuk komunitas yang kudus).

Pandangan Tentang Hari Raya

Berbeda dengan mayoritas Kekristenan, maka komunitas Mesianik


Yudaisme/Yahudi tidak memelihara tradisi perayaan Christmass (Natal)
dan Easter (Paskah ala Gereja Barat), maupun Sunday Worship (Ibadah
Minggu). Ada alasan-alasan teologis yang mendasarinya. Robert & Remy
Coch mengulas panjang lebar dalam bukunya, mengenai akar historis
ibadah-ibadah di atas40. Sebaliknya, komunitas ini memelihara ketetapan
mengenai Moedim (Hari Raya) yang telah diperintahkan dalam Imamat
23:1-44 yaitu: Pesakh (14 Nisan), ha Matsah (15-21 Aviv), Sfirat ha Omer
(menghitung omer setelah shabat), Shavuot (50 hari setelah Sfirat ha
Omer-Buah Sulung), Yom Truah/Rosh ha Shanah (1 Tishri), Yom Kippur
(10 Tishri), Sukkot (15-21 Tishri). Selain itu beberapa perayaan tradisi
39
Ibid., p. 68-69
40
Op.Cit., Christianity: New Religion or Sect of Biblical Judaism?, Palm Beach
Gardens, Florida: A Messengger Media Publication, pada Pasal 7 (p. 141-167)
dan Pasal 9 (p. 213-241)
36 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yahudi yang berkaitan dengan peristiwa bersejarah seperti Purim,


Khanukah, Tisha ba Av, dll.

Barney Kasdan mengulas mengenai essensi Tujuh Hari Raya yang


ditetapkan YHWH dalam Imamat 23:1-44 sbb: ―The feast of the Lord or
the biblical holy days, teach us about the nature of God and His plan for
mankind‖41 (Perayaan YHWH atau hari raya menurut Kitab Suci
mengajarkan kita mengenai sifat Tuhan dan rencananya bagi umat
manusia). Barney Kasdan melihat dari perspektif yang berbeda mengenai
arti Kolose 2:16-17 sbb: ―While this passage is often taken to mean ‗avoid
legalism‘ there is another truth stated. It is true that the ‗festivals‘ are not
the ultimate goals of faith, yet they do hold tremendous lesson for God‘s
children. The festivals are not antiquated tangents to faith but on the
positive side, they are in fact legitimate shadows or models of God‘s
truth‖42 (Sementara bagian ini terkadang diambil untuk menghindarkan
diri dari legalisme namun ada kebenaran lain yang hendak disampaikan.
Adalah benar bahwa perayaan-perayaan tersebut bukanlah tujuan iman
namun perayaan-perayaan tersebut mengandung pelajaran luar biasa bagi
anak Tuhan. Perayaan-perayaan tersebut bukanlah persoalan kuno bagi
iman namun dari aspek positipnya, bayangan yang sah atau model dari
kebenaran Tuhan).

Bahkan relevansi perayaan tersebut bagi Kekristenan, sangat


signifikan. Dikatakan selanjutnya: ―In short, all of the Feast of the Lord
were given to Israel and to ‗grafted-in‘ believers to teach , in practical
way, more about God and his plan for the world. When analyzed with the
right spirit, there are some exciting new truths waiting to be rediscovered
through participation in the Jewish/biblical holy days!‖ 43 (Singkatnya

41
Barney Kasdan, God‘s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding
and Celebrating the Biblical Holidays, Maryland: Messianic Jewish Publishers,
1993, p. vi
42
Ibid.
43
Ibid.
37 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

seluruh perayaan YHWH yang diberikan bagi Israel dan bagi orang
beriman yang ditanamkannya ke dalam Israel mengajarkan sebuah cara
praktis mengenai Tuhan dan rencananya bagi dunia).

Pandangan Tentang Israel

Mayoritas Kekristenan mengidentifikasi diri mereka sebagai


Yishrael rohani yang menggantikan posisi Israel jasmani yang gagal
mematuhi perintah Tuhan dengan menyalibkan Sang Mesias. Sebagaimana
diulas sebelumnya bahwa asumsi tersebut dipengaruhi oleh proses
hermeneutik yang tidak proporsional yang diusung penganut ―Replacement
Theology‖ (Teologi Pengganti). Komunitas Mesianik Yudaisme/Yahudi
justru melihat bahwa posisi Israel penting dalam rencana Tuhan (Rm 11:
1,2, 26). DR. David Stern memberikan perspektifnya mengenai Israel
berdasarkan kajiannya atas 2 Korintus 1:2044 dan Matius 5:1745 sbb: ―To
sum up, the Hebrew Bible‘s promises to the Jews are not cancelled in the
name of being ‗fulfilled in Yeshua‘. Rather fulfillment in Yeshua is an
added assurances that what God has promised the Jews will yet come to
pass. For the gifts and the call of God are irrevocable‖46 (Ringkasnya janji
kepada orang-orang Yahudi dalam Kitab Suci berbahasa Ibrani, tidak
dibatalkan dalam nama pemenuhan dalam nama Yeshua. Sebaliknya
pemenuhan nubuat dalam Yeshua menambahkan atau menguatkan
keyakinan apa yang Tuhan telah janjikan akan sampai). Dengan optimis
DR. David Stern menghubungkan fenomena pergerakan Mesianik
Yudaisme sebagai salah satu bagian dari rencana Tuhan terhadap
keselamatan Israel seutuhnya: ―I believe that the reappearance of

44
―Sebab Mesias adalah "ya" bagi semua janji Tuhan. Itulah sebabnya oleh Dia
kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Tuhan‖.
45
―Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan (Torah)
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya‖.
46
Op. Cit., Messianic Judaism: A Modern Movement With An Ancient Past, p.
113
38 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Messianic Jewish community in our day is significant phase in God‘s


process of saving Israel‖47 (Saya percaya bahwa hadirnya komunitas
Mesianik Yahudi di hari ini merupakan tahapan bermakna dari proses
Tuhan menyelamatkan Israel).

47
Ibid., p. 57
39 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB III

KAJIAN TERHADAP LITURGI

David H. Stern dan Eleazar Brandt dalam artikelnya mengenai


penggunaan Siddur mengatakan: ―Demikianlah kita telah memiliki
warisan suatu sistem doa dan peribadahan sinagog yang secara historis
atau midrashik berhubungan dengan para leluhur Israel, pelayanan Bait
Suci dan doa dimasa hidup Yahshua dan para rasul-Nya. Untuk ambil
bagian dalam bagian ini dengan menggunakan Siddur dalam peribadahan
Mesianik Yahudi, adalah untuk menyatakan bahwa kita berbagi
pengharapan dan perjuangan bangsa kita. Selanjutnya, melalui doa-doa
tambahan dan lagu-lagu pujian, kita mengumumkan bahwa Yeshua adalah
jawaban terhadap harapan dan perjuangan mereka. Dengan kita tidak
ambil bagian, kita telah menunjukkan bahwa kita melepaskan bagia
pengharapan dan perjuangan Yahudi , dengan menyetujui iman yang baru
dan berbeda. Kenyataannya, ini bukan sekedar penampilan, sebab dengan
tanpa menggunakan warisan bentuk sedemikian, kita termasuk melepaskan
makna menyeluruh pengalaman Keyahudian, dan membuangnya seperti
sampah‖48.

John Fischer, seorang Mesianik Yahudi yang telah mengimani


bahwa Yesus sebagai Mesias, mengatakan mengenai fungsi liturgi sbb:
―In so doing, liturgy teaches us about God and his actions in our world.
The liturgy, though an effective guide in worship, is not worship in and of
itself. It must be accompanied by the right attitude‖ 49 (Dengan demikian,
liturgi mengajar kepada kita mengenai Tuhan dan karya-Nya di dunia.
Meskipun demikian, liturgi merupakan petunjuk efektif dalam beribadah.
Liturgi bukanlah penyembahan dalam dan dari dirinya sendiri. Liturgi
48
Dipetik dari artikel ,The Use of Liturgy in Messianic Jewish Worship,
DR.David Stern & Elazar Brand,MA., dalam MISHKAN No 26, 1996, dimuat
dalam Buletin Nafiri Yahshua 2006
49
Siddur for Messianic Jews Florida: Menorah Ministries, 2002, p. 180
40 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

seharusnya dikaitkan dengan sikap yang benar). Selanjutnya beliau


memberikan beberapa pola alternatif dalam penggunaan liturgi ibadah
dalam Siddur Mesianik sbb:50

1. Hadlakat Haneyrot (penyalaan lilin Shabat)


2. Lekhu Neranenah
3. Lekhah Dodi
4. Barkhu
5. Birkat sebelum Shema
6. Shema (Ul 6:4-5)
7. Ha Elohim Asher (Heb 1:1-3)
8. We Shamru (Kel 31:16-17)
9. Penggalan Kadish
10. Mazmur 23
11. Tefilat ha Talmidim (Doa Para Murid)
12. Amidah
13. Pembacaan Kitab Suci
14. Kotbah
15. Magen Avot
16. Membaca Kadish
17. Kiddush
18. Aleinu
19. Kaddish
20. Yigdal
21. Adon Olam
22. Lagu pujian
23. Birkat Harun (Bil 6:24-26)

50
Op.Cit., p. 122-123
41 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB IV

KAJIAN TERHADAP LITERATUR

Berbagai literatur yang bersifat akademis dan pendalaman Kitab Suci


yang eksploratif sangat produktif dihasilkan oleh komunitas Mesianik
Yudaisme. Berdasarkan kategorinya, penerbitan komunitas Mesianik
Yahudi meliputi:

1. Buku Teologi
a. DR. David Stern, Messianic Judaism: A Modern Movement
With An Ancient Past, Clarksville, Messianic Jewish
Publisher, 2007
b. _________________, Jewish New Testament Commentary,
Maryland: JNTP 1992
c. Ariel & Devorah Berkowitz, Torah Rediscovered,
Hampton: Shoreshim Publishing, Inc, 1996
d. Barney Kasdan, God‘s Appointed Times: A Practical Guide
for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays,
Maryland: Messianic Jewish Publishers, 1993
e. DR. Oskar Skarsaune & DR. Reidar Hvalvik, Jewish
Believers in Jesus: The Eraly Centuries, Hendrickson
Publishers 2007
f. DR. Tim Hegg, The Letter Writer: Paul Bacground &
Torah Perspective, First Fruit Zion 2002
g. Jeff A. Benner, His Name is One: An Hebraic Look at the
Ancient Meanings of the names of God, Virtual Bookworm
h. Nehemia Gordon, The Hebrew Yeshua vs. the Greek Jesus
:New Light on the Seat of Moses from Shem-Tov's Hebrew
Matthew
i. Dll.
42 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

2. Jurnal

Komunitas Mesianik Yahudi produktif menerbitkan kajian-kajian


teologi berbasiskan penggalian akar Semitik-Hebraik. Salah satu
contoh jurnal Mishkan dari www.caspari.com

3. Majalah

First Fruit of Zion, Inc (www.ffoz.org) menerbitkan majalah


bernama MESSIAH MAGAZINE. Demikian pula Caspari Centre for
Biblical and Jewish Studies (www.caspari.com) mengeluarkan majalah
untuk anak-anak bernama RAISING CHILDREN IN THE FEAR OF
THE LORD dalam tiga bahasa yaitu Ibrani, Rusia dan bahasa Inggris.
43 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

4. Panduan Pemuridan

First Fruit of Zion, Inc (www.ffoz.org) menerbitkan program


pemuridan dan training Mesianik bernama HAYESOD.
44 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB V

KAJIAN TERHADAP PENERJEMAHAN KITAB SUCI

Selain berbagai literatur (buku teologia, jurnal, buletin, majalah)


berbagai penerjemahan Kitab Suci muncul dengan karakteristik
penerjemahan yang mengangkat semitisme dalam Kitab Perjanjian Baru
serta berbagai koreksi terhadap berbagai terjemahan yang bersifat anti
Torah, anti Semit, dll. Beberapa penerbitan Kitab Suci tersebut adalah:

Restoration Scriptures

Terjemahan Kitab Suci ini disusun oleh Rabbi Moshe Yoseph


Koniuchowsky dan diterbitkan oleh North Miami Beach, Florida. Teks
yang diterjemahkan menggunakan metode Paraphrase dan bertujuan untuk
―Kembali ke Akar Ibrani‖. Nama Bapa Surgawi menggunakan ―Yahweh‖,
sementara Nama Sang Juruslamat menggunakan nama ―Yahshua‖. Bukan
hanya sekedar menggunakan nama Yahweh dan Yahshua, namun juga
menampilkan terjemahan yang yang meredefinisi corak terjemahan yang
anti-semitisme (www.restorationscriptures.org)
45 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

The Sacred Scriptures

Terjemahan Kitab Suci ini diterbitkan oleh Assemblies of Yahweh,


dengan mengeliminir kosa kata yang bercorak Shakesperian dalam bahasa
Inggris. Terjemahan ini menggunakan Nama Bapa ―Yahweh‖ dan Nama
Sang Juruslamat ―Yahshua‖ (www.assembliesofyahweh.org)

The Scriptures
46 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Terjemahan ini dipublikasikan oleh Institute For Scriptures


Research dengan mengacu pada naskah Masoretik untuk Kitab Perjanjian
Lama dan naskah Semitik Perjanjian Baru (Shem Tob, Du Tillet,dll). Kitab
ini menggunakan Nama Bapa Surgawi dengan ―Yahuweh‖ dan Nama Sang
Juruslamat dengan ―Yahushua‖ (www.isr-messianic.org). Namun
demikian, kitab ini hanya menuliskan nama-nama tadi dengan huruf Ibrani
tanpa tanda baca masora ‫( יהוה‬untuk Yahweh) ‫( יהוׁשע‬untuk Yahshua).

Complete Jewish Bible & Jewish New Testament

Penyusun DR. David Stern. Penerbit Jewish New Testament


Publications. Terjemahan TaNaKh dalam bahasa Inggris dan The New
Testament dalam bahasa Inggris. Dengan menggunakan ―Adonai‖ sebagai
pengganti dari Yahweh dan menggunakan ―Yeshua‖ untuk Nama sang
Juruslamat. Disusun oleh DR. David Stern, seorang Yahudi Mesianik. Dan
diterbitkan oleh Jewish New Testament Publications. Rujukan terjemahan
beliau adalah naskah Perjanjian Baru Greek/Yunani. Beliau melakukan
analisis untuk menemukan semitisme Perjanjian Baru dalam
47 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

terjemahannya. Nama Bapa Surgawi digunakan nama ―Adonai‖ dan untuk


Nama Sang Juruslamat menggunakan nama ―Yeshua‖.

Complete Bible Hebraic Root

Penerjemah DR. James Scott Trimm. Penerbit The Society of


Nazarene Judaism. Terjemahan ini merujuk pada naskah Masoretik dan
naskah Perjanjian Baru Semitik (Shem Tob, Du Tillet, Crawford, Munster,
Peshitta, Old Syriac, dll). Untuk Kitab Perjanjian Baru, digunakan kata
ganti ―Eloah‖ untuk ―God‖ dan ―YHWH‖ untuk Nama Bapa Surgawi, serta
―Yeshua‖ untuk Nama Sang Juruslamat.
48 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB VI

KAJIAN TERHADAP WEBSITE

Dalam bidang pengelolaan media elektronik, komunitas Mesianik


Yudaisme nampaknya paling dominan memanfaatkan jasa teknologi untuk
meluaskan pengajaran dan pengaruhnya. Beberapa situs yang melakukan
kajian secara mendalam mengenai aspek-aspek Mesianik adalah:

1. www.jerusalemperspective.com
2. www.torahresources.com
3. www.messianic.ws
4. www.caspari.com
5. www.ffoz.org

Adapun terminal Mesianik yang mendata berbagai keberadaan situs


Mesianik, dapat diakses di www.torahtruthseeker.com

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, kita mendapatkan informasi yang cukup


mengenai pergerakan Mesianik Yudaisme/Yahudi dan Sacred Name
Movement di belahan dunia Barat (Eropa, Amerika dan sekitarnya) dan
Timur (Asia, Afrika dan sekitarnya). Jika melihat dari pemetaan sejarah
dan aktifitas mereka, sangat jelas bahwa mereka bergerak secara
terorganisir, pembiayaan yang efektif, fokus pada pendidikan dan
pelatihan, pengembangan dan eksplorasi teologi dan tata ibadah. Mereka
bukan kelompok-kelompok yang bergerak secara sporadis dan avonturir
belaka. Bagaimana di Indonesia? Adakah pergerakan Mesianik di
Indonesia? Seberapa jauh eksistensi dan dampak pergerakan ini di
Indonesia?
49 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB VII

RESPON GEREJA-GEREJA DI INDONESIA


TERHADAP MESIANIC JUDAISM
DAN SACRED NAME MOVEMENT

Kekristenan di Barat pun merespon secara positif (ada pula yang


menyoroti secara negatif) dengan melakukan rekonstruksi berbagai ajaran
yang selama ini bercorak anti semit, anti torah, anti nama Yahweh.
Organisasi Church of God (www.ucg.com) membuat penerbitan majalah
GOOD NEWS MAGAZINES dan berbagai booklet berisikan pengajaran
dasar Kekristenan yang mengangkat isue-isue kesemitikan. Demikian pula
dengan organisasi Restoration Foundation menerbitkan majalah
RESTORE. Dalam situsnya (www.restorationfoundation.org) dijelaskan
mengenai alasan pendirian yayasan ini sbb: ―Restoration Foundation is a
publishing and educational resource to the body of Christ that is designed
to promote and sustain this growing phenomenon of interest in the Jewish
roots of Christian faith. We are dedicated to research, development, and
implementation of Christianity�s Hebrew foundations. We are
committed serving believers around the world who are discovering the
profound implications that these historical and theological Hebraic truths
have for the church's renewal and continuing vitality. By so doing, we seek
to fulfill our corporate vision‖.

Bagaimana kedua pergerakan ini (Mesianik Yudaisme & Sacred


Name Movement) sampai di Indonesia? Kedua fenomena keagamaan
tersebut di atas turut mengimbas di kalangan gereja-gereja maupun
komunitas persekutuan doa serta individu-individu di Indonesia. Fenomena
―Sacred Name Movement‖ lebih dahulu masuk ke Indonesia dibandingkan
fenomena ―Mesianik Yudaisme‖. Sayangnya, fenomena ―Sacred Name
Movement‖ masuk ke Indonesia dalam suasana ―konflik teologis yang
berkepanjangan‖ dan menimbulkan prasangka-prasangka teologis yang
tidak dapat dikompromikan diantara gereja-gereja di Indonesia, antara
yang menyambut gerakan ini dan yang menolak pergerakan ini.
50 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam makalah yang saya sampaikan dalam pertemuan


penerjemahan Kitab Suci di Wisma Kinasih, saya menjelaskan secara
singkat mengenai sejarah pergerakan pemulihan nama Yahweh di
Indonesia sbb: ―Gerakan Pemulihan Nama Yahweh di Indonesia terbagi
dalam empat gelombang. Gelombang pertama adalah periode tahun 1970-
an. Gelombang kedua adalah periode tahun 1980-an. Gelombang ketiga
adalah periode tahun 1990-an. Gelombang keempat adalah periode tahun
2000 dan selanjutnya‖51.

Karakteristik Gerakan Pemulihan Nama Yahweh periode tahun


1970-an adalah bersifat personal dan pragmatis, artinya hanya dialami oleh
beberapa pribadi dan diaplikasikan dalam beberapa kegiatan rohani.
Sejumlah nama dapat dideretkan al., kedua kakak beradik Pdt. Daniel Nur
Azis Antono dan Pdt. Sabbath Aenul Abiyah dari Gerja Isa Al Masih di
D.I. Yogyakarta. Pengalaman kerohanian kedua kakak beradik dalam
mendengar suara Yahweh, menuntun mereka melaksanakan kebaktian
kebangunan rohani dan kesembuhan Ilahi, dengan topik ―Tuhan Jesus
adalah Tuhan Jehuwah Yang Maha Kuasa‖. Aktivitas mereka dihentikan
dan dibatasi oleh gereja-gereja di Yogyakarta.

Karakteristik Gerakan Pemulihan Nama Yahweh yang terjadi pada


periode tahun 1980-an masih bersifat sporadis dan personal pragmatis.
Sejumlah nama dapat disebut, yaitu Pdt. Leo dan Yvoune Setzepfand dari
gereja Bethel Indonesia Cibunar (sekarang Gereja Kristen Alkitab
Indonesia).

Karakteristik Gerakan Pemulihan Nama Yahweh pada periode


tahun 1990-an lebih bercorak kritis dan berbobot kajian teologis
argumentatif. Gerakan pemulihan yaang terjadi pada tahun 1990-an terbagi
menjadi dua sub, yaitu tahun 1990-an awal dan tahun 1990-an akhir. Pada
periode awal sejumlah nama terlibat dalam pergerakan ini, al. Pdt.
Benyamin Obadyah dari Gereja Bethel Indonesia, Bintaro. Lalu Pdt. Deny
pantouw dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia. Sementara itu pada

51
Teguh Hindarto, Sejarah Singkat gerakan Pemulihan Nama YHWH di
Indonesia, Wisma Kinasih Bogor, 12-13 Februari 2004, hal 6-10 (unpublished)
51 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

periode akhir, muncul Ev.dr. Suradi dari Pusat Latihan Pelayanan (PLP)
―Nehemia‖. Beliau menerbitkan traktat atas nama ―Beth Yeshua ha
Mashiah‖, dengan judul serial, ―Siapakah Yang Bernama Allah itu?‖.
Berbagai traktat yang diterbitkan dr. Suradi menimbulkan kontroversi tidak
berkesudahan, disamping berbagai respon positip dari kalangan gereja-
gereja di Indonesia. Beliau juga menerbitkan ―Kitab Suci Torat & Injil
2000‖, yang menuai protes dari Lembaga Alkitab Indonesia dan gereja-
gereja, sehubungan dengan hak cipta.

Melalui traktat yang disebarluaskan, beberapa gembala sidang dan


aktivis Kristiani mulai merespon pergerakan ini dan terlibat dalam
pengkajian dan pemberitaan. Sejumlah nama dapat disebut al., Pdt Teguh
Hindarto, dari Gereja Kristen Jawa di Tengahan, Kebumen (sekarang telah
bergabung di Gereja Kemah Abraham pimpinan Abuna DR. K.A.M.
Jususfroni)52 lalu Pdt. Lukas Sutrisno dari Gereja Bethel Indonesia ―Alfa
Omega‖, Magelang (sekarang Gereja Alkitab Injili Nusantara ―Alfa
Omega‖). Lalu Pdt. Devon Reynaldi dari Gereja Kristen Alkitab Indonesia,
kemudian Pdt. Yakub Sulistyo dari Gereja Bethel Indonesia, Ungaran
(sekarang Gereja Pimpinan Roh Kudus), juga Pdt. Remidi panggabean dari
Gereja Penyebaran Injil Indonesia.

Sedangkan gerakan pemulihan di awal tahun 2000, lebih bersifat


akademis, teologis, informatif dan konsolidatif. Tercatat berbagai seminar,
penerbitan buku, penyebarluasan VCD dan berbagai peralatan teknolog
dilibatkan dalam pemulihan nama Yahweh. Tercatat berbagai nama
diperiode tahun 2000 (yang masih eksis sampai hari ini dalam arus
pergerakan) adalah: Pdt. (Alm) Yesaya Heri dari Gereja Pentakosta
Serikat di Semarang (sekarang Gereja Alkitab Injili Nusantara), Pdt.
Paulus Miskan dari Gereja Jemaat Kristen Indonesia (sekarang Gereja
Alkitab Injili Nusantara)53, Pdt. Carlos Coesoy dari Gereja Bethel
Tabernakel Banyuwangi, serta Pdt. Jahja Iskandar dari Gereja Bethel

52
Tahun 2011 sudah berpindah organisasi ke Gereja Pelayanan Kristen Indonesia
(GPKSI
53
Ibid.,
52 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jakarta, Pdt. Johan Mawati, Pdt Nico Sumolang dari Gereja Pimpinan Roh
Kudus Manado.

Pergerakan Mesianik dan Sacred Name Movement di Indonesia


akhir-akhir ini (2007-2008) semakin meluas ke berbagai gereja dan
organisasi Kristen. Mulai muncul penerbitan Kitab Suci Indonesia Literal
Translation oleh Yayasan Lentera Bangsa lalu penerbitan Tabloid
SHEKINAH. Keluasan area penerimaan gereja atas fenomena ini sudah
tidak terdeteksi dengan mudah seperti beberapa tahun yang lalu. Berbagai
varian pemahaman muncul di tubuh Kekristenan di Indonesia terhadap
fenomena dan isi pengajaran dua gerakan kerohanian di atas, sehingga sulit
untuk membuat pemetaan dan sistematika pengajaran yang khas. Dalam
tulisan saya berjudul Kekristenan dan Kesemitikan, beberapa pemetaan
pergerakan Sacred Name Movement yang akhir-akhir ini cenderung ke
arah pergerakan Mesianik dipetakan secara kasar sbb:54

Komunitas Yahweh only

Mereka yang dikategorikan sebagai Yahweh only, nampaknya


memahami gerakan ini sebagai suatu bentuk memperjuangkan penggunaan
nama Yahweh dalam terjemahan Kitab Suci, dalam berbagai kotbah di
mimbar rumah ibadah, dalam berbagai tulisan-tulisan. Seiring dengan itu,
penolakkan terhadap penggunaan nama Allah dalam tradisi Kristiani di
Indonesia. Mereka sangat bergiat membuat literatur dalam bentuk traktat,
brosur, buku penjelasan, dll untuk meyakinkan orang-orang Kristen di
Indonesia untuk menolak keberadaan nama Allah dan pentingnya
penggunaan nama Yahweh. Tidak terbersit untuk memperluas makna dan
aplikasi perjuangan penggunaan nama Yahweh dalam konteks yang lebih
luas, yaitu dalam pokok iman, teologi, tata ibadah dan etika. Yang penting
semua pendeta, atau organisasi gereja yang digembalakannya dan para
pimpinan serta pengajar sekolah teologi Kristen telah menyadari dan
menggunakan nama Yahweh, maka bagi mereka misi tersebut telah selesai.

54
Teguh Hindarto, Kekristenan dan Kesemitikan
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/kekristenan-kesemitikan.html
53 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Komunitas Back to Hebraic Root

Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok yang dikategorikan


sebagai Back to Hebraic Root adalah mereka yang concern (menaruh
perhatian) terhadap persoalan penelusuran historis terhadap asal-usul
Kekristenan atau akar Kekristenan yang berakar pada Yudaisme.
Kelompok ini menekankan pemulihan akar ibrani yang diekspresikan
dalam pokok iman, tata ibadah, teologi, etika praktis. Meskipun demikian,
dalam kelompok ini ada begitu banyak keragaman pemahaman dan sikap
terhadap isu-isu teologis tertentu. Namun secara kasar dapat dikategorikan
menjadi beberapa sub kategori sbb:

Import pemahaman Back to Hebraic Root

Kelompok ini memiliki visi dan kerinduan untuk memulihkan akar


Ibrani Kekristenan dalam pengakuan iman, tata ibadah dan etika praktis.
Namun mereka sekedar ―mengimport‖ pemahaman dan aktualisasi dari
fenomena Messianic Judaism yang melanda wilayah Amerika, Eropa, Asia
dan Afrika serta Timur Tengah, yaitu fenomena pemulihan tata ibadah
pengikut Mesias dari kalangan Yahudi yang tidak mau menyebut diri
mereka ―Kristen‖ melainkan ―Mesianic Judaism‖.

Kelompok ini memindahkan begitu saja tata ibadah yang


mengekspresikan Keyahudian seperti lagu-lagu Ibrani, ucapan-ucapan
Ibrani, kostum-kostum Ibrani, tradisi-tradisi Ibrani, literatur-literatur
rabinik dan melaksanakannya dalam pertemuan-pertemuan ibadah
individual dan komunal. Dalam kelompok inipun masih terbagi dalam
beberapa sub kategori mengenai penggunaan nama Yahweh, yaitu:

1. Ha Shem dan Adonai ganti Yahweh


Mereka melarang pengucapan secara literal nama Yahweh, sebagai
bentuk pelestarian tradisi dalam Yudaisme yang masih dipelihara
secara ketat sampai hari ini di Israel dan komunitas Yudaisme di
luar Israel
54 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

2. Yahweh ganti ha Shem dan Adonai


Berkebalikan dengan kelompok yaang melarang penggunaan nama
Yahweh, kelompok ini justru menyalahkan tradisi Yudaisme
tersebut dan menekankan serta meyakinkan bahwa penggunaan
nama Yahweh secara literal adalah firmaniah dan historis.

3. Yahshua, bukan Yeshua


Kelompok ini meyakini bahwa nama Sang Juruslamat bukan Yesus
atau Yeshua, melainkan Yahshua yang setara dengan penerus
Musa, yaitu Yahshua ben Nun.

4. Yeshua, bukan Yahshua


Kelompok ini meyakini bahwa nama Sang Juruslamat bukan Yesus
atau Yahshua, melainkan Yeshua, sebagaimana tertulis dalam
naskah Perjanjian Baru versi Shem Tov, Du Tillet serta Peshitta

Kontekstualisasi pemahaman Back to Hebraic Root

Mereka yang tergabung dalam komunitas ini adalah yang memiliki


visi dan penerapan memperluas aspek pembaruan bukan hanya berhenti
dalam penggunaan nama YHWH. Jika pembaruan hanya berhenti dalam
penggunaan nama YHWH semata, namun pokok iman dan tata ibadah
masih dalam baju komunitas yang lama, lalu apa yang berbeda? Ini
tentunya bukan visi besar jika sekedar mengganti nama Allah menjadi
Yahweh. Komunitas ini menyadari bahwa pembaruan dan pemulihan
merupakan tugas dan panggilan besar yang membutuhkan wawasan yang
luas dan kinerja pembaru yang berkualitas serta memiliki kapabilitas dan
bukan sekedar emosi atau keberanian semata.
Kekhasan komunitas ini adalah dalam dua hal: Pertama,
mengadaptasi tata ibadah dan berbagai ekspresi Yudaik sebagai akar iman
namun dalam terang kematian dan kebangkitan Yesus sebagai Mesias.
Berbagai tradisi rabinik Yudaisme yang tidak sejalan dengan Torah
Yahweh dan Torah Mesias, tidak dipergunakan, seperti penggunaan nama
ha Shem atau Adonai bagi YHWH. Kedua, berani mengambil jarak
terhadap fenomena Mesianik Yudaisme dan mengapresiasi serta
55 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mereaktualisasi dalam KONTEKS lokal etnis dimana mereka berada.


Contoh, dalam konteks komunitas Jawa, maka ekspresi ibadah dalam
bahasa Jawa atau idiom-idiom Jawa serta kesenian Jawa dengan leluasa di
sintesakan dengan warna Hebraik, sehingga menghasilkan PENGAYAAN
EKSPRESI KULTURAL. Pola ini diisyaratkaan oleh Rasul Paul mengenai
―hancurnya perseteruan‖ antara Yahudi dan Goyim, oleh kematian dan
kebangkitan Yesus Sang Mesias (Ef 2:15). Tidak ada perbedaan dan tidak
ada sikap-sikap inferiority compleks dari pihak non Yahudi terhadap
Yahudi.
Disamping pergerakan Sacred Name yang mengristal menjadi
pergerakan Mesianik di beberapa gereja-gereja beraliran Evanggelical
(Gereja Alkitab Injili Nusantara), Pentakostal (Gereja Isa Al Masih, Gereja
Pimpinan Roh Kudus, dll), Protestan (Gereja Kristen Jawa), Kharismatik,
telah hadir di Indonesia Gereja dengan membawa visi penggalian akar-akar
Semitik dalam Kekristenan. Komunitas ini bernama Gereja Kemah
Abraham, pimpinan K.A.M. Jusufroni. Kehadiran Gereja Kemah Abraham
cukup mewakili pergerakan Mesianik non Yahudi di Indonesia.
Adapun yang menjadi visi dan misi Gereja Kemah Abraham,
sebagaimana diatur dalam Bab I Pasal 3 Tata Gereja Kemah Abraham sbb:

1. Pewaris Monoteisme Abraham


2. Membangun Pengajaran Pencerahan Umat
3. Memelihara Tradisi Semitik

Concern Abuna Jusuf Roni terhadap pengkajian semitik sebagai akar


Kekristenan, nampak juga dalam buku terbarunya dimana beliau
menyatakan: ―Awalnya, orang-orang Kristen, yaitu para pengikut Yesus,
adalah Yahudi. Mereka beribadah pada hari Sabat dan mengikuti tradisi
Yahudi. Bukan hanya itu, mereka bahkan bersama-sama dengan orang-
orang Yahudi, sebab mereka dianggap sebagai salah satu sekte Yahudi,
yaitu sekte Nasrani…Ketika kekristenan diterima sebagai agama oleh
Romawi. Identitas kekristenan semakin menampakkan ciri Hellenisnya. Di
bawah payung kekuasaan Romawi, kekristenan bercorak Hellenis yang
prinsip-prinsip dasarnya diletakkan oleh Paulus ini menjadi semakin besar
dan akhirnya menenggelamkan kekristenan bercorak Yahudi, yang
56 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dikembangkan oleh dua belas Rasul lainnya…Atas kenyataan inilah maka


aku melihat penting sekali bagi kekristenan untuk kembali ke akarnya. Ia
lahir dalam budaya semitik yang sangat akrab dengan Islam. Ini dapat
memudahkan kekristenan untuk masuk dalam dialog dengan
Islam…Namun, ternyata untuk kembali ke akar Kekristenan, hambatannya
tidak sedikit. Kekristenan ibarat seorang anak yang telah sukses di rantau
dan lupa untuk pulang ke kampung halamannya‖ 55.

Kajian di atas menjadi semacam peta jalan bagi para pembaca bahwa
telah terjadi pergeseran dalam tubuh Yudaisme maupun Kekristenan
khususnya untuk meredefinisi, merekontruksi eksistensi akar dan sumber
religiusitasnya yang bercorak Timur atau Semitik.

55
DR. Jusuf Roni, CRITISM: Mengritik Agama Sendiri dan Membela Yang
Lain…!, Jakarta: Jusuf Roni Centre & Cipta Lahai Roi, 2007, hal 69-72
57 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KEDUA

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY SEBAGAI PENERJEMAHAN


KONSEP MESIANIC JUDAISM DALAM KONTEKS INDONESIA
58 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB VIII

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY:

DEFINISI, KONSEP PEMIKIRAN, SEJARAH, METODOLOGI

Kristen Berbasis Yudaisme (Jueochristianity): Pemahaman


Terminologis

Apakah yang dimaksud dengan ―Judeo-Christianity?‖ Berikut ini


saya menerjemahkan informasi terkait dengan istilah Judeo-Christianity
dalam situs wikipedia sbb:56 ―Judeo-Christian‖ adalah istilah yang secara
luas menggambarkan bagian dari konsep-konsep dan perhatian terhadap
nilai-nilai yang dipertahankan dalam Yudaisme dan Kekristenan. Tradisi
ini dianggap berhubungan dengan peradaban klasik Greko Romawi, sebuah
rujukan dasar bagi hukum dan moralitas Barat.

Secara khusus, istilah ini menunjuk pada tradisi moral yang


didasarkan pada kitab suci keagamaan yang dipakai bersama, yaitu
menunjuk pada TaNaKh dalam Yudaisme dan Kitab Perjanjian Lama oleh
orang-orang Kristen, termasuk khususnya Sepuluh Perintah (Ten
Commandments). Hal ini menyatakan secara tidak langsung kelanjutan
nilai-nilai yang diwakili oleh warisan agama-agama ini dalam Dunia Barat
modern. Michael Novak telah mengidentifikasi nilai khusus dari tradisi
Judeo-Christian sebagai konsep bersama terhadap kebebasan dan
kesetaraan yang didasarkan pada Kitab Kejadian, dimana semua manusia
dikatakan telah diciptakan setara dan juga Kitab Keluaran dimana orang-
orang Israel melarikan diri dari tirani untuk memperoleh kebebasan
(Novak, Michael. On Two Wings. Humble Faith and Common Sense at the
American Founding. Encounter Books).

56
Judeochristian
www.wikipedia.org/judeo-christian.htm diunduh Tgl 7 September 2009
59 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Thomas Cahill telah mendiskusikan kepercayaan Yahudi ini dalam


tanggungjawab moral dan perkembangan sebagai karakteristik kebudayaan
Amerika yang dapat ditelusuri pada pembacaan Kitab Suci Judeo-Christian
(Cahill, Thomas, The Gift of the Jews: How a Tribe of Desert Nomads
Changed the Way Everyone Thinks and Feels). Istilah Judeo-Christian
telah mengalami kritik oleh beberapa teolog (Cohen, Arthur. The Myth of
the Judeo-Christian Tradition, and Other Dissenting Essays. Schocken
Books. 1971) karena mengusulkan penggunaan komponen bersama terlalu
banyak dibandingkan yang seharusnya ada.

Pengaruh evolusi ―Judeo-Christian‖ pada Amerika sangat menarik


perhatian para sejarawan melihat perkembangan dari republikanisme di
Amerika. Akar mendalam dari nilai-nilai Judeo-Christian mereka gali
kembali ke Reformasi Protestan bukan pada peperangan teologi namun
perjuangan berdarah untuk memenangkan hak untuk menerjemahkan Kitab
Suci ke dalam bahasa setempat (Alister Mcgrath, the Beginning: The Story
of the King James Bible and How It Changed a Nation, a Language, and a
Culture,Anchor Books, 2002. & Bobrick, Benson. Wide as the Waters :
The Story of the English Bible and the Revolution It Inspired, Simon and
Shuster 2001.). (Band. Kitab Suci Wycliff, Tyndale, King James). Hal ini
menuntun kepada mandat keagamaan bagi pendidikan publik, sehingga
orang awam bisa membaca Kitab Suci. Menurut beberapa pengarang,
perkembangan ini penting bagi kelahiran Pencerahan dan pemberontakan
melawan hak ilahi para raja (Hermon, Arthur, How the Scots Invented the
Modern World, Crown, 2001).

Dalam konteks Amerika, para sejarawan menggunakan istilah


―Judeo-Christian‖ untuk menunjuk pada pengaruh dari Kitab Suci
berbahasa Ibrani dan Kitab Perjanjian Baru pada pemikiran dan nilai-nilai
Protestan, khususnya warisan kaum Puritan, Presbiterian dan Evanggelical
(Injili). Para generasi pendiri Bangsa Amerika melihat diri mereka sendiri
sebagai pewaris Kitab Suci berbahasa Ibrani (Perjanjian Lama, TaNaKh)
dan ajaran-ajarannya mengenai kebebasan, tanggung jawab, kerja keras,
etika, keadilan, kesetaraan, rasa keterpilihan dan etika misi kepada dunia,
yang menjadi komponen-komponen kunci bagi karakter sejarah orang-
orang Amerika yang disebut dengan ―Kredo orang-orang Amerika‖ (,
60 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Patricia U. Bonomi, Under the Cope of Heaven. Religion, Society and


Politics in Colonial America - 'Part One: Religion and Society‘. Oxford
University Press, 1986).

Gagasan ini berasal dari Kitab Suci berbahasa Ibrani, diusung ke


dalam sejarah orang-orang Amerika melalui kaum Protestan, yang
dipandang sebagai tiang fundasi bagi Revolusi Amerika, Deklarasi
Kemerdekaan dan Konstitusi Amerika Serikat. melalui kaum Protestan.
Para pengarang lain menaruh perhatian pada penelusuran berbagai
kepercayaan agama para pendiri bangsa, yang menekankan pengaruh baik
Yahudi dan Kristen pada kepercayaan pribadi mereka dan bagaimana hal
tersebut diterjemahkn ke dalam penciptaan karakter dan institusi orang-
orang Amerika (Peter A. George Lillback, Washington's Sacred Fire,
Providence Forum Press,2006. Jeffry H.John Morrison, Witherspoon and
the Founding of the American Republic).

Bagi para sejarawan, perhatian terhadap konsep Judeo-Christian


bukanlah pada teologi namun pada kebudayaan nyata dan sejarah
sebagaimana yang berkembang di Amerika. Para pengarang tersebut
membedakan percampuran antara pemikiran Yahudi ke dalam ajaran-
ajaran Protestan – yang ditambahkan pada warisan sejarah Inggris dan
hukum sipil, sebagaimana pemikiran Pencerahan – yang muncul pada saat
kelahiran demokrasi orang-orang Amerika.

Penggunaan mula-mula dari istilah Judeo–Christian dan Judeo–


Christianity dalam makna yang berbeda dibandingkan hari ini, dikutip oleh
Oxford English Dictionary pada tahun 1899 dan 1910 secara berturut-turut,
keseluruhannya membicarakan teori-teori munculnya Kekristenan,
sehingga istilah Judeo–Christian bermakna orang-orang Kristen mula-mula
yang masih menjadi bagian dari Yudaisme (Judaeo-, Judeo- in the Oxford
English Dictionary, Second Edition).

Arti kata ini muncul pertama kali pada Tgl 27 Juli 1939 pada
rangkaian kalimat, ―The Judaeo-Christian scheme of morals‖
(perencanaan moral kaum Judaeo Christian) dalam ―New English Weekly‖
(Peter Novick, Holocaust in American Life). Istilah tersebut berkembang
61 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

lebih besar dari peredaran uang khususnya dalam bidang politik dari tahun
1920 dan 1930-an, yang dipromosikan oleh kelompok-kelompok liberal
yang mengembangkan ke dalam Konferensi Kristen dan Yahudi di
Amerika Serikat, untuk melawan Antisemitsme dengan menampilkan
gagasan yang lebih inklusif dari Amerika Serikat dibandingkan retorika
kenegaraan sebelumnya yang lebih dominan seperti layaknya negara
Kristen Protestan (Mark Silk (1984), Notes on the Judeo–Christian
Tradition in America, American Quarterly 36(1), 65-85 & Sarna, 2004,
p.266). Pada tahun 1952 Pesiden terpilih, Dwight Eisenhower
mengucapkan ―konsep Judeo-Christian‖ saat berbicara pada the Freedoms
Foundation di New York menjadi ―sikap keimanan yang mendalam‖ pada
―kesadaran kita terhadap pemerintah…ditemukan‖. Selengkapnya
pernyataan Eisenhower:"Our sense of government has no sense unless it is
founded in a deeply religious faith, and I don't care what it is. With us of
course it is the Judeo–Christian concept, but it must be a religion that all
men are created equal." Pernyataan ini dikutip oleh Silk (1984).

Istilah ini menjadi sangat khusus dihubungkan dengan hak


konservatif dalam berbagai politik orang-orang Amerika, yaitu
mempromosikan agenda ―nilai-nilai Judeo-Christian‖ yang disebut
―peperangan budaya‖, sebuah pemakaian yang menggelora pada perioede
tahun 1900-an. Kaum Liberal Sekular menolak penggunaan Judeo-
Christian sebagai kitab undang-undang bagi hal-hal khusus dari orang-
orang Kristen Amerika (Martin E. Marty, ―A Judeo–Christian Looks at the
Judeo–Christian Tradition, in The Christian Century‖, 1986), yang kurang
memperhatikan Yahudi modern, Katholik ataupun tradisi-tradisi Kristen
liberal.

Penggunaan istilah ini kembali bergeser. Menurut Hartman, jika


pada tahun 2001, khususnya semenjak serangan 11 September oleh teroris,
istilah ini mengalami pengurangan makna, dalam rangka mengkarakterisasi
Amerika sebagai negara multikultural. Dan pergeseran makna istilah
inipun didukung oleh peran media mapan. Penggunaan istilah ini
sepertinya digunakan kelompok liberal dalam menghubungkan dengan
diskusi-diskusi keislaman dan Muslim dan perdebatan baru mengenai
pemisahan gereja dan negara (Douglas Hartmann, Xuefeng Zhang,
62 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

William Wischstadt (2005). One (Multicultural) Nation Under God?


Changing Uses and Meanings of the Term "Judeo–Christian" in the
American Media. Journal of Media and Religion 4(4), 207-234). Istilah
inipun digunakan oleh para pemikir onservatif dan para jurnalis yang
memperbincangkan mengenai serangan Islam terhadap Amerika, bahaya-
bahaya multikulturalisme dan kemerosotan morak ke dalam materialisme
dan zaman sekular.

Dennis Prager, pengarang buku-buku populer mengenai Yudaisme


dan Antisemitisme dalam bukunya, Nine Questions People ask about
Judaism (bersama Joseph Telushkin) dan Why the Jews? The Reason for
Antisemitism, dan komentator radio telah menerbitkan 19-seri penjelasan
dan promosi konsep kebudayaan Judeo–Christian, berjalan selama tiga
tahun yaitu tahun 2005 sampai tahun 2008, mencerminkan perhatian
terhadap konsep ini kepada para pendengarnya. Dia percaya bahwa
perspektif Judeo Christian dalam posisi diserang oleh kebudayaan yang
tidak bermoral, ―… only America has called itself Judeo–Christian.
America is also unique in that it has always combined secular government
with a society based on religious values. Along with the belief in liberty—
as opposed to, for example, the European belief in equality, the Muslim
belief in theocracy, and the Eastern belief in social conformity—Judeo–
Christian values are what distinguish America from all other countries. …
Yet, for all its importance and its repeated mention, the term is not widely
understood. It urgently needs to be because it is under ferocious assault,
and if we do not understand it, we will be unable to defend it‖

Dari kutipan di atas nampak bahwa terminologi ―Judeo-Christiany‖


dipahami secara beragam dan mengalami pergeseran. Istilah tersebut
semula menunjuk pada suatu istilah teologi yang mengistilahkan warisan
bersama yang diterima oleh Kekristenan maupun Yudaisme, yaitu Kitab
Suci TaNaKh (Perjanjian Lama). Dalam perkembangannya istilah ini
bergeser ke arah politik.
63 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Abuna DR. Jusufroni pendiri Gereja Kemah Abraham memberikan


ulasan mengenai makna Judeo-Christianity yang dia pergunakan sbb:57

1. Judeo-Christianity bukanlah suatu bentuk sinkretisme antara


Yudaisme dengan Kekristenan, seperti pandangan sebagian teolog
anti Judeo-Christianity, baik dari kalangan Yudaisme maupun
kalangan Kristen
2. Judeo-Christianity bukanlah upaya untuk membendung gerakan
anti-semitisme dan bukan juga upaya untuk membersihkan
Kekristenan dari kepahitan holocaust, sebagaimana kecurigaan
sejumlah teolog dan politikus Yahudi
3. Judeo-Christianity adalah bagian dari kesadaran historis dan
teologis dari Kekristenan sebagai agama yang mewarisi tradisi,
teologi dan konsep-konsep Yudaisme
4. Judeo-Christianity bukan dimaksudkan untuk men-Yahudi-kan
Kristen atau meng-Kristen-kan Yahudi, tetapi merupakan upaya
untuk me-rethinking Kekristenan untuk kembali kepada akar
historis dan teologisnya, yaitu Yudaisme
5. Judeo-Christianity sama sekali tidak meniscayakan perkembangan-
perkembangan teologis Kekristenan di zaman sesudah para Rasul,
yaitu Zaman Bapak-bapak Apostolik, Zaman Kaum Apologis,
Zaman Kaum Teolog hingga Konsili-konsili Oikumene.
Perkembangan-perkembangan tersebut adalah kekayaan tersendiri
dalam perkembangan pemikiran Kekristenan, tetapi hendaknya
tidak mencabut Kekristenan dari akar induknya, yaitu Yudaisme
6. Pada dasarnya, Yudaisme dan Kekristenan adalah dua paham yang
berakar dari tradisi Abrahamik, tetapi mengalamai perkembangan
yang berbeda, masing-masing dengan kekayaannya sendiri-sendiri

Saya sendiri lebih mendefinisikan Judeo Christianity atau Yudeo


Kristen sebagai, Kekristenan yang menghargai dan mewujudkan nilai-nilai
Yudaisme dan budaya Semitik sebagai akar Kekristenan mula-mula. Nilai-

57
Judeo-Christianity, disampaikan pada Retreat Gereja Kemah Abraham, Bogor,
Tgl 29-30 Juni 2009
64 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

nilai Yudaisme tersebut diwujudkan dalam pokok kepercayaan, dalam


ibadah dan dalam etika.

Yudaisme manakah yang dimaksudkan sebagai akar Kekristenan?


Yudaisme Klasik atau Yudaisme Modern? Bukan Yudaisme Modern yang
telah mengalami perkembangan dan dipengaruhi berbagai teori yang
menolak Yesus sebagai Mesias, melainkan Yudaisme Klasik yang dimulai
sejak orang Yahudi pulang dari pembuangan Babilonia pada Abad VI
SM58. Dengan pernyataan Yudaisme sebagai akar awal Kekristenan
menimbulkan pertanyaan berikutmya. Apakah Yesus seorang Kristen?
Bukan! Yesus secara kemanusiaan terlahir sebagai orang Yahudi (Ibr 7:14)
dari orang tua Yahudi (Mat 1:1-17; Luk 2:1-5) dan dibesarkan dalam
tradisi Yahudi serta melayani dalam bingkai Yahudi dan Yudaisme al.,
beribadah pada hari Sabat (Luk 4:16), merayakan perayaan Yahudi (Luk
2:41-42, Yoh 7:1-13), mengajar dengan gaya rabbi Yahudi (Mat 5:1-48).
Apakah bukti bahwa Yesus seorang Yahudi? Yesus disunat pada hari
kedelapan (Lukas 2:21-24), Yesus mengikuti upacara Bar Mitswah (Lukas
2:41-52), Yesus menggunakan pakaian khas Yahudi dengan Tsit-tsit
(Matius 9:20), Yesus mengajar dengan gaya khas seorang rabbi Yahudi –
perumpamaan, cerita, amsal, dll (Mat 5:1-48)59.

Apakah Yudeo Kristen adalah percampuran ajaran Yudaisme dan


Kristen? Bukan! Yudeo Kristen tetap membedakan antara Yudaisme dan
Kekristenan. Yudaisme berpusat pada Yahweh dan Torah. Kekristena
berpusat pada Yesus dan Injil. Yudeo Kristen berpusat pada Yahweh dan
Torah sekaligus pada Yesus dan Injil. Dengan istilah ―Judeochristianity‖
atau ―Yudeo Kristen‖ saya maksudkan sebagai bentuk respon dan refleksi
kritis atas kehadiran Messianic Judaism yaitu gerakan diantara orang
Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima Yesus (dengan sebutan

58
Teguh Hindarto, Apakah Yahudi dan Kekristenan Berbeda?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/apakah-kekristenan-berbeda-
dengan.html
59
Teguh Hindarto, Yesus-Yahudi-Yudaisme
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/yesus-yahudi-yudaisme.html
65 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yeshua atau Yahshua atau Yehoshua serta Yahushua) sebagai Mesias


Ibrani dan tetap mempertahankan budaya Ibrani.

Karena Messianic Judaism adalah sebuah gerakan yang tumbuh


dilingkungan Yudaisme dan Yahudi, maka saya merasa bahwa saya tidak
harus menyebutkan diri saya dengan sebutan Messianic Judaism sekalipun
saya banyak mengadopsi dan belajar pokok-pokok pikiran dalam teologi
Messianic Judaism. Saya bukan berasal dari Yudaisme dan bukan pula
seorang Yahudi. Saya seorang Kristen. Saya membuat jembatan
peristilahan untuk mengekspresikan sebuah keyakinan dan kajian teologi
serta devosi (ibadah) yang berakar dari warisan budaya Semitik Yudaik
dengan sebutan Judeochristianity atau Yudeo Kristian. Dalam beberapa
tulisan terkadang saya menggunakan istilah Kristen Semitik atau Kristen
Rekonstruksi. Sebagaimana telah saya katakan dalam artikel Akar Itu Yang
Menopang Kamu sbb, ―Meskipun kembali ke akar iman bukan bermakna
―menjadi Yahudi‖ dan sejenisnya, namun pemahaman tentang
―Keyahudian‖ atau ―Keisraelan‖ dan berbagai ekspresi ibadah,
pengajaran serta tradisi-tradisi mereka, perlu dipelajari dalam terang
kehadiran Yesus Sang Mesias. Hasil pemahaman mengenai ―kembali ke
akar Ibrani‖, perlu diaktualisasikan dalam berbagai bidang penghayatan
Kristiani. Berikut beberapa bentuk aktualisasi pemahaman kembali ke
akar Ibrani dalam kehidupan iman Kristiani: Dalam Ibadah (Avodah),
dalam Teologi (Elohut), dalam Etika (Halakah)‖.60

Dengan kata lain, visi Back to Hebraic Root (Kembali ke Akar


Ibrani) yang diusung oleh Messianic Judaism saya respon dengan
mendefinisikan diri sebagai Judeochristianity atau Yudeo Kristen sebagai
bentuk refleksi teologis atas pengajaran Messianic Judaism dalam Teologi
dan Devosi serta Etika. Istilah Yudeo Kristen juga saya pergunakan untuk
merespon kehadiran Gereja Ortodok Timur yang juga mengekspresikan
budaya Semitik dan peribadatan dengan mempergunakan bahasa Aramaik
serta Arab. Baik Messianic Judaism maupun Gereja Ortodox Timur
memang membawa misi untuk mengingatkan Kekristenan mengenai akar

60
Teguh Hindarto, Akar Itu Yang Menopang Kamu
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/01/akar-itu-yang-menopang-kamu.html
66 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tradisi iman dan budaya mereka yaitu dari Timur khususnya budaya
Semitik Yudaik. Saya merasa lebih nyaman mempergunakan istilah Yudeo
Kristen sebagai bentuk berdiri diantara Teologi Messianic Judaism dan
Gereja Orthodox.

Judeochristianity: Dimana Kita Berdiri Dalam Sejarah Gereja?


Jika berbicara mengenai Kekristenan, ada tiga kelompok besar yang
berpengaruh yaitu Roma Katolik, Protestan, Orthodox. Kelompok
Protestan sendiri memiliki ribuan denominasi dan sekte serta pecahan-
pecahannya seperti Baptis, Methodis, Advent, Presbiterian, Anglikan,
Pentakosta, Kharismatik. Fr Marc Dunaway dalam catatan kakinya
menjelaskan, ―Mendefinisikan apakah Gereja Protestan itu adalah sama
rumitnya dengan ketika kita diharuskan mendefinisikan apakah itu hutan
Kalimantan?! Ketika kita mengetahui bahwa di dalam hutan Kalimantan
terdapat banyak sekali jenis-jenis tumbuhan berbeda yang ada di sana,
begitu juga halnya dengan Protestanisme, karena di dalam Protestanisme
Anda akan menemukan aliran-aliran Kekristenan yang telah berjumlah
33.800 buah yang saling berbeda untuk didefinisikan‖61.

Penulis lainnya memberikan jumlah angka yang berbeda. Michael


Keene memberikan ulasan, ―Sekarang ini agama Kristen merupakan
agama terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah penganutnya sebanyak
2 miliar orang, walaupun jumlah itu terbagi-bagi ke dalam lebih dari
20.000 sekte atau Gereja. Sekte yang paling besar adalah Gereja Katolik
Roma dengan jumlah 1,2 miliar umat, diikuti oleh banyak Gereja
Protestan dengan jumlah seluruhnya 360 juta umat dan Gereja Orthodox
dengan jumlah 170 umat‖62.

Bagaimana dengan keanekaragaman Kekristenan di Indonesia? Pdt.


DR. Jan S. Aritonang menjelaskan, ―Pada buku Data dan Statistik
Keagamaan Kristen Protestan tahun 1992 yang diterbitkan Direktorat

61
Fr Marc Dunaway, Apakah Gereja Orthodox itu? Suatu Gambaran Singkat
Tentang Iman Orthodox, Jakarta: Satya Widya Graha 2001, hal 3-4
62
Michael Keene, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius 2006, hal 86-87
67 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan – Departemen Agama


RI pada tahun 1993, kita menemukan 275 organisasi gereja Kristen
Protestan. Disamping itu ada pula sekitar 400-an yayasan Kristen Protestan
atau yang bersifat gerejawi, baik yang sudah memperoleh Surat Keputusan
Pendaftaran sesuai dengan UU No 8/1985 maupun yang belum. Jadi
seluruhnya ada sekitar 700 organisasi Kristen Protestan, yang berkegiatan
dan melayani di lingkungan masyarakat Kristen Protestan Indonesia yang
jumlahnya sekitar 15 juta jiwa maupun di lingkungan masyarakat
indonesia umumnya yang menurut sensus 1990 berjumlah sekitar 180 juta
jiwa‖63

Gereja perdana terdiri dari komunitas Yahudi dan Yudaisme dan


komunitas non Yahudi baik dari Yunani dan bangsa-bangsa lainnya yang
menerima Yesus (Yahshua) sebagai Mesias dan Putra Tuhan. Mereka yang
berasal dari golongan Yahudi dijuluki dengan Sekte Nazarene (Kis Ras
24:5). Kemudian di Anthiokhia komunitas pengikut Yesus Sang Mesias
dari kalangan non Yahudi dijuluki sebagai Christianoi (Kis Ras 11:24).
Dari kata Christianoi yang artinya pengikut Christos (Kristus/Mesias)
lahirlah sebutan Kristen. Sekte Nazarene yang berakar dari kultur Yahudi
dan agama Yudaisme pada awalnya menjadi bagian dari Yudaisme. Sama-
sama beribadah di Bait Suci dan Sinagoga sampai akhirnya mereka
terpisah dari Yudaisme karena dua alasan.

Perisiwa pertama, tahun 66-70 Ms, ketika pasukan Romawi


dibawah pimpinan Jendral Titus hendak memusnahkan Yerusalem, maka
kaum Nazarene harus mengungsi ke Pella di Transyordan dan melanjutkan
keimanan dan pola hidup Yahudi. Alasan mereka untuk mengungsi ke
Pella karena mengikuti nasihat Mesias, jika melihat ‗pembinasa keji‘
berdiri di Bait Suci, maka mereka harus lari kegunung-gunung yang tinggi
(Luk 21:20-24)64. Sikap kaum Nazarene melarikan diri ke Pella

63
Pdt. DR. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003, hal 1
64
Michael Schiffman, Return of the Remnant: the Rebirth of Messianic Judaism,
Baltimore, Maryland: Lederer Messianic Publishers, 1996,, p.11
68 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menyebabkan mereka dijuluki Meshummed (penghancur) oleh para Rabbi.


Setelah tahun 70 Ms., kaum Nazarene dan Yahudi secara umum, kembali
menetap di Yerusalem sampai masa Revolusi Bar Khokba.

Peristiwa kedua, tahun 70-132 Ms merupakan terbentuknya


Yudaisme Rabinik, dimana golongan yang berpengaruh pada waktu kaum
Farisi. Disebabkan golongan Saduki yang berkuasa terhadap Bait Suci
telah kehilangan pengaruh karena hancurnya Bait Suci, maka Sinagog
memainkan peranan penting. Berbagai tradisi lisan dibukukan menjadi
Talmud yang terdiri dari Misnah dan Gemara. Dimasa ini terjadi
perselisihan yang semakin tajam antara kaum Nazarene dengan Yahudi
Rabbinik. Perselisihan tersebut disebabkan karena kaum Nazarene
menolak berbagai tradisi lisan yang disusun oleh kaum Farisi tersebut dan
disebabkan penolakkan mereka bergabung dalam Revolusi Bar Khokba.
Nazarene menolak bergabung dalam revolusi dikarenakan Bar Kokhba
menyebut dirinya Mesias, padahal kaum Nazarene hanya mengakui satu-
satunya Mesias, yaitu Yesus (Yahshua). Akibatnya dalam struktur doa
kuno yang disebut Shemone Esrei (18 doa berkat) ditambahkanlah satu doa
kutukan terhadap keberadaan ha Minim (Bidat), yaitu kaum Nazarene
karena tidak turut dalam Revolusi Bar Khokba 65.

Sekte Yudaisme ini terekam dalam berbagai tulisan Kristiani sejak


abad 2 M sampai 11 Ms. Sebut saja Irreneus66, Eusebeius67, Epiphanius68.
Apakah yang membedakan sekte Nazarena ini dengan sekte-sekte Yahudi
lainnya? Perbedaan Sekte Nazarene dengan sekte-sekte Yahudi lainnya
adalah dalam hal memandang siapa Yahshua ben Yosef. Dia bukan sekadar
putra Yusuf namun juga Mesias yang dijanjikan, Putra Tuhan Yang Hidup.
Mereka tetap beribadah di Sinagog dan berinteraksi dengan sekte-sekte
Yahudi lainnya dalam peribadahan di Bait Suci. Selain itu, sekte Netsarim
65
Ibid., p. 15
66
Ante Nicean Fathers, Eerdman, Vol I, Against Haeresies, I,26.2
67
Ecclesiastical History, Book II, Chap XXIII
68
Panarion 29
69 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menolak tradisi lisan kaum Farisi yang kelak dinamai dengan Misnah dan
Gemara atau Talmud.

Tidak semua penulis sependapat, kapan keberadaan sekte Nazarene


ini kehilangan pengaruh dalam sejarah. Harry R. Boer memperkirakan
bahwa mereka telah kehilangan pengaruh sejak tahun 62-70 Ms69. DR.
Michael Schiffman memastikan lenyapnya pengaruh Nazarene pada Abad
IV-V Ms70. Sementara Robert dan Remy Koch memastikan lenyapnya
pengaruh Nazarene mulai Abad XI Ms 71. Sementara Gereja yang terdiri
dari umat Yahudi lenyap dalam sejarah maka tidak dengan gereja non
Yahudi yang kelak disebut dengan Kristen. Gereja non Yahudi
berkembang baik di Timur (Yunani, Asia Kecil, Timur Tengah) dan Barat
(Eropa). Namun pada tahun 1054 Ms terjadi skisma (perpecahan besar)
dalam tubuh gereja non Yahudi baik di Barat dan di Timur. Penyebab
perpecahan adalah berkaitan soal pengaruh kekuasaan gereja Roma dan
soal doktrin tentang Roh Kudus. Gereja di Timur menamakan dirinya
Orthodox dengan bahasa Yunani dan juga bahasa Aram/Syria dan Gereja
Barat menamakan dirinya Katholik dengan bahasa Latin.

Untuk memudahkan memetakan dan melihat secara singkat


perkembangan dan perpecahan dalam tubuh gereja Kristen, kita dapat
menyimak bagan di bawah ini. Bagan di bawah ini dikutip dari buku Fr.
Marc Dunaway72. Sekalipun dalam bagan tertulis ―Gereja Orthodox tetap
satu gereja yang utuh...‖ namun fakta sejarah memperlihatkan bahwa
Orthodox pernah diguncang oleh perpecahan sehingga muncul aliran-aliran
Nestorianisme, Cyrilianisme, Yakobit dll.

69
Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids Michigan :
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p. 20-21
70
Loc.Cit., Return of the Remnant, p.15
71
Robert & Remy Koch, Christianity: New Religion or Sect of Biblical Judaism?,
Palm Beach Gardens, Florida: A Messengger Media Publication p.138
72
Op.Cit.,Apakah Gereja Orthodox itu? Suatu Gambaran Singkat Tentang Iman
Orthodox, hal 38
70 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dan Gereja Katolik Roma pada akhirnya harus mengalami


guncangan besar saat Luther menyerukan Reformasi pada tahun 1517 Ms.
Gerakan Reformasi Luther kelak menjadikan Protestanisme sebagai corak
Kekristenan Reformasi yang melepaskan diri dari kekuatan Roma Katolik.
Namun sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam tulisan ini bahwa
Kekristenan Reformasi atau Protestanisme tidak dapat menahan dirinya
dari berpuluh bahkan beribu kali perpecahan sehingga muncullah berbagai
denominasi Kristen seperti Baptis, Methodis, Advent, Presbiterian,
Anglikan, Pentakosta, Kharismatik.

Dari pemetaan sejarah perkembangan dan perpecahan gereja di


atas, lalu dimanakah kedudukan Judeochristianity yang saat ini menjadi
visi gereja dan organisasi yang dinamakan ―Indonesian Judeochristianity
Institute‖ (IJI)? Sebelum menjawab hal tersebut kita perlu memahami ada
dua gerakan (movement) yang saat ini berkembang di dunia yang berasal
dari denominasi Protestan yaitu Sacred Name Movement dan dari
lingkungan Yahudi dan Yudaisme yaitu Messianic Judaism.
71 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sacred Name Movement, merupakan suatu pergerakan dikalangan


Eropa dan Amerika yang memfokuskan pada pemulihan nama YHWH
(Yahweh) dalam terjemahan Kitab Suci. Organisasi Yahweh New Covenant
Assemblies (YNCA) sebagai salah satu komunitas penggerak pemulihan
nama Yahweh, dalam salah satu artikelnya, menjelaskan sbb: ―Gerakan
Pemulihan Nama Kudus, dimulai pada tahun 1930-an dikalangan anggota
Church of G-d 7th Day, {Gereja Tuhan Hari Ketujuh} yang merenungkan
pernyataan dalam Amsal 30:4, ―Siapakah yang naik ke sorga lalu turun?
Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah
yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah
menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya?
Engkau tentu tahu!‖ Church of G-d 7th Day, {Gereja Tuhan Hari Ketujuh}
adalah orang-orang yang memelihara dengan setia ibadat Sabat, yang
bermula dari gerakan Millerite di tahun 1844, sebagaimana yang juga
dilakukan oleh 7th Day Adventists {Adven Hari Ketujuh}. Pada waktu itu,
hanya sedikit orang yang membicarakan mengenai kembalinya Sang
Mesias. Pemahaman umum pada waktu hanya menjelaskan, bahwa jika
seseorang meninggal, mereka akan masuk Sorga atau Neraka, atau pada
umumnya di Gereja Katholik, masuk api penyucian. Mereka yang dikenal
sebagai kaum Millerites, berasal dari berbagai denominasi termasuk 7th
Day Adventists {Adven Hari Ketujuh}. Kebanyakan gereja sepakat
mengajarkan bahwa nama Putra-Nya adalah Yesus. Namun siapakah
nama Bapa-Nya? Bukankah Sang Putra telah mengatakan bahwa diri-Nya
datang atas nama Bapa-Nya? Dan apakah mungkin nama-Nya tetap sama
atau sangat sama?‖ 73

Pergerakan Messianic Judaism modern di awali oleh munculnya


organisasi The Hebrew Christian Alliance of Great Britain, yang didirikan
pada tahun 1866. Kemudian pada tahun 1915 didirikanlah The American
Hebrew Christian Alliance. Dilanjutkan pada tahun 1925 didirikanlah the
International Hebrew Christian Alliance. Penggerak awal dari Mesianik
Yudaisme adalah Joseph Rabinowitz74. A.E. Thomson dalam bukunya, A

73
Sacred Name Movement History
http://www.sacrednamemovement.org/
72 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Century of Jewish Missions, pada tahun 1902 melaporkan berbagai


komunitas Mesianik Yudaisme dengan istilah Hebrew Christian di Eropa,
Inggris, Eropa. Thomson melaporkan mengenai aktivitas The Hebrew
Christian Assembly yang terbentuk pada tahun 1898. Kemudian Abraham
Levi pada tahun 1894 mendirikan komunitas Mesianik75.

Dalam deskripsi Schiffman, dilaporkan bahwa berturut-turut


tumbuh komunitas Mesianik Yudaisme diberbagai tempat76 al. Pada tahun
1905 didirikanlah komunitas Hebrew Christians di Baltimore, Maryland di
bawah bantuan Gereja Presbyterian. Komunitas ini kelak berganti nama
menjadi Emmanuel Messianic Conggregation. Pada tahun 1930, berdiri
sebuah komunitas Mesianik di Chicago dan telah berganti nama menjadi
Adat Hatikvah. Kemudian tahun 1940-an dan 1950-an, seorang bernama
Lawrence Duff-Forbes membuka Messianic Conggregation di Los
Angeles. Mereka beribadat pada hari sabat, merayakan tujuh hari raya
dengan liturgi Yahudi. Pada tahun 1950-an denominasi Presbyterian
mengembangkan komunitas Mesianik keempat di Los Anggeles, setelah
sebelumnya yaitu Adat HaTikvah di Chicago, Emmanuel Messianic
Conggregation di Baltimore dan Beth Messiah di Philadhelphia. Namun
komunitas di Los Anggeles ini tidak bertahan lama. Terjadi perkembangan
luar biasa pada tahun 1970.

Shiffman mensinyalir ada sekitar seratus lima puluh jemaat


Mesianik diseluruh dunia77 dan ada tiga organisasi penting yang berkaitan
bersama, yaitu: ―the Union of Messianic Jewish Congregations‖ (UMJC),
―the Fellowship of Messianic Congregations‖ (FMC), ―the International
Alliance of Messianic Congregations and Synagogues‖ (IAMCS).
Meskipun ada beberapa perbedaan antara Hebrew Christians dan

74
The Rev. Eric S. Gabe, The Hebrew Christian Movement in Kishineff,
International Messianic Jewish (Hebrew Christian) Alliance, No 3, Vol LX, p.87
75
Op.Cit., Return of the Remnant, p. 29-30
76
Ibid., p. 31-33
77
Ibid., p. 33
73 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Messianic Jewish, namun menurut Sciffman itu hanya dalam hal respect of
affiliation (kebergabungan) 78. Jika Hebrew Christians bergabung dibawah
gereja-gereja Protestan atau Presbyterian, maka Mesianik Yudaisme
terlepas dari ketergantungannya terhadap gereja Protestan atau
Presbyterian, dan mereka tetap memelihara gaya hidup sebagai orang
Yahudi.

Tiba saatnya sekarang menjawab dimana letak Judeochristianity


dalam panggung sejarah gereja. Dengan istilah Judeochristianity atau
Yudeo Kristen saya maksudkan sebagai bentuk respon dan refleksi kritis
atas kehadiran Messianic Judaism yaitu gerakan diantara orang Yahudi dan
Yudaisme yang telah menerima Yesus (dengan sebutan Yeshua atau
Yahshua atau Yehoshua serta Yahushua) sebagai Mesias Ibrani dan tetap
mempertahankan budaya Ibrani. Karena ―Messianic Judaism‖ adalah
sebuah gerakan yang tumbuh di lingkungan Yudaisme dan Yahudi, maka
saya merasa bahwa saya tidak harus menyebutkan diri saya dengan sebutan
Messianic Judaism sekalipun saya banyak mengadopsi dan belajar pokok-
pokok pikiran dalam teologi Messianic Judaism. Saya bukan berasal dari
Yudaisme dan bukan pula seorang Yahudi. Saya seorang Kristen. Saya
membuat jembatan peristilahan untuk mengekspresikan sebuah keyakinan
dan kajian teologi serta devosi (ibadah) yang berakar dari warisan budaya
Semitik Yudaik dengan sebutan Judeochristianity atau Yudeo Kristian.
Dalam beberapa tulisan terkadang saya menggunakan istilah Kristen
Semitik atau Kristen Rekonstruksi.79

Sebagaimana telah saya katakan dalam artikel Akar Itu Yang


Menopang Kamu sbb, ―Meskipun kembali ke akar iman bukan bermakna
―menjadi Yahudi‖ dan sejenisnya, namun pemahaman tentang
―Keyahudian‖ atau ―Keisraelan‖ dan berbagai ekspresi ibadah,
pengajaran serta tradisi-tradisi mereka, perlu dipelajari dalam terang
kehadiran Yesus Sang Mesias. Hasil pemahaman mengenai ―kembali ke

78
Ibid., p.34
79
Ibid.,
74 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

akar Ibrani‖, perlu diaktualisasikan dalam berbagai bidang penghayatan


Kristiani. Berikut beberapa bentuk aktualisasi pemahaman kembali ke
akar Ibrani dalam kehidupan iman Kristiani: Dalam Ibadah (Avodah),
dalam Teologi (Elohut), dalam Etika (Halakah)‖.80 Dengan kata lain, visi
Back to Hebraic Root atau Kembali ke Akar Ibrani yang diusung oleh
Messianic Judaism saya respon dengan mendefinisikan diri sebagai
Judeochristianity atau Yudeo Kristen sebagai bentuk refleksi teologis atas
pengajaran Messianic Judaism dalam Teologi dan Devosi serta Etika.

Istilah Yudeo Kristen juga saya pergunakan untuk merespon


kehadiran Gereja Ortodok Timur yang juga mengekspresikan budaya
Semitik dan peribadatan dengan mempergunakan bahasa Aramaik serta
Arab. Baik Messianic Judaism maupun Gereja Ortodox Timur memang
membawa misi untuk mengingatkan Kekristenan mengenai akar tradisi
iman dan budaya mereka yaitu dari Timur khususnya budaya Semitik
Yudaik81. Judeochristianity khususnya organisasi Indonesian
Judeochristianity Institute (IJI) merupakan sebuah gerakan lokal dalam
Kekristenan di Indonesia untuk merespon kehadiran dan pengajaran
Messianic Judaism dan Gereja Orthodox yang menekankan budaya
Semitik Yudaik dan ekspresi-ekspresi ibadah Timur darimana Kekristenan
berawal.

Jika disimpulkan maka kedudukan komunitas Judeochristianity


merupakan bagian dari gereja-gereja Reformasi Protestan yang memiliki
concern dan fokus untuk mengkaji latar belakang budaya Semitik Yudaik
untuk memahami Kitab Suci dan memulihkan devosi Kristen yang sejak
awal tidak terlepas dari Yudaisme Abad I Ms. Istilah Judeochristianity
dipergunakan untuk membedakan dengan sejumlah aliran dan mazhab
Kristen lainnya lainnya seperti Baptis, Methodis, Advent, Presbiterian,
Anglikan, Pentakosta, Kharismatik. Kiranya ulasan singkat ini dapat

80
Teguh Hindarto, Akar Itu Yang Menopang Kamu
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/01/akar-itu-yang-menopang-kamu.html
81
Ibid., hal 26-27
75 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memberikan pemahaman yang jelas mengenai kedudukan Judeochristianity


dalam perkembangan sejarah gereja Kristen khususnya di Indonesia.

Apakah Kekristenan Berbeda Dengan Yudaisme?

Seseorang bertanya pada saya, apakah Kekristenan berbeda dengan


Yudaisme? Saya menjawab bahwa Kekristenan modern dan Yudaisme
modern memang berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam memahami
Mesias, berbeda dalam konsep peribadahan, berbeda dalam pemahaman
mengenai konsep kejatuhan dosa manusia.

Kekristenan sebagai anak kandung Yudaisme

Namun jika kita merujuk pada akar Kekristenan awal pada abad
pertama, maka tidak dijumpai adanya perbedaan antara Kekristenan dan
Yudaisme. Yesus Sang Mesias bukan seorang Kristen dan tidak
mendirikan agama Kristen. Yesus Sang Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr
7:14) dan Yudais sejati.

Bukti keyahudian dan keyudaismean Yesus sbb: Dia disunat pada


hari kedelapan (Luk 2:21-24), menggunakan pakaian khas Yahudi dengan
tsit-tsit di ujung bajunya (Mat 9:20 band. Bil 15:38), mengajar dengan
gaya khas seorang rabi Yahudi yang sarat dengan perumpamaan, amsal,
midrash yang dikemas dalam bentuk dialog dan diskusi. Beribadah sabat
dan membaca gulungan Torah (Luk 4:16), melakukan ibadah harian tiga
kali sehari atau tefilah sakharit, minkhah, maariv (Mat 14:23),
melaksanakan tujuh hari raya (sheva moedim). Nama ketujuh Hari Raya
tersebut adalah: ―Pesakh‖ , ―Hag ha Matsah‖ (Roti Tidak Beragi), ―Hag
Sfirat ha Omer‖ (Buah Sulung), ―Hag Shavuot‖ (Pentakosta), ―Hag Rosh
ha Shanah/Yom Truah‖ (Tahun Baru/peniupan Sangkakala), ―Hag Yom
Kippur‖ (Pendamaian) dan ―Hag Sukkot‖ (Pondok Daun). Dari ketujuh
Hari Raya tersebut, ada tiga Hari Raya besar yang diperingati setiap tahun
dengan berkumpul di Yerusalem, yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot
(Ulangan 16:16-17). Kitab Perjanjian Baru mencatat tiga perayaan penting
tersebut dihadiri oleh Yesus, baik saat Yesus mulai beranjak remaja
maupun sudah mulai dewasa dan melakukan karya Mesianik-Nya. Yesus
76 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menghadiri Perayaan Pesakh bersama kedua orang tua-Nya (Luk 2:41-42).


Yesus merayakan Sukkot bersama murid-murid-Nya (Yoh 7:1-13).

Hans Ucko mengulas secara kritis mengenai akar dan sumber


Kekristenan sbb: ―Gereja Kristen, teologi Kristen dan Kekristenan secara
keseluruhan, tidak terpisahkan dengan umat Yahudi atau Yudaisme. Orang
Yahudi dan Kristen memiliki Kitab Suci yang sama. Iman Kristen lahir
dalam lingkungan Yahudi. Gereja masih saja ragu apakah kenyataan
tersebut dinilai sebagai berkat atau kutuk. Sejumlah kecil orang Kristen
melihat hubungan diatas sebagai suatu masalah dan berupaya
memecahkannya dengan membatasi kitab Perjanjian Lama dan agama
umat Israel di satu sisi dan Yudaisme di sisi lainnya. Dengan cara ini,
seseorang sebenarnya ‗membebaskan‘ orang Israel dari keyahudiannya.
Pendekatan tersebut mencerminkan sebentuk rasa sulit [bagi orang
Kristen atas hubungannya yang terlalu dekat dengan umat Yahudi dan
dengan Yudaisme yang hidup saat ini. Seseorang memang tidak mudah
mengakui akibat dari memilih ‗Tuhan Yahudi‘ itu‖82.

John D. Garr, Ph.D, setelah mengutip dua teolog bernama Harry


Gaylord‘s dan Morton Scott Enslin, beliau menyimpulkan sbb: ―Kedua
sarjana sejarah agama tersebut telah menemukan kebenaran yang lebih
dalam dan lebih dalam dari apa yang dipelajari Kekristenan hari ini yaitu:
Akar Kekristenan berada dalam Yudaisme. Tanpa Yudaisme, Kristen tidak
akan pernah ada, karena Yudaisme biblikal adalah induk dari
Kekristenan. Salah satu penyimpangan sejarah yang paling ironis adalah,
Kekristenan - sang anak – sebagian besar telah bangkit dalam sikap
antipati terhadap Yudaisme – sang orang tua – sehingga Judeophobia atau
anti yahudi serta anti Semitisme telah datang dalam ciri kekristenan
selama lebih dari sembilan belas abad‖.83

82
Hans Ucko, Akar Bersama: Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-
Yahudi, Jakarta: BPK, 1999, hal 5
83
John D. Garr, Ph.D,, Our Lost Legacy: Christianity‘s Hebrew Heritage, Golden
Key Press, Atlanta 2006, p.17
77 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ibadah Kristiani awal pun berakar pada Yudaisme. Bahkan


Beberapa tradisi liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan,
berakar dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan sbb:
―Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu,
kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen
awal, kita terutama harus memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan
musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi‖84. Rashid
Rahman seorang pakar liturgi di lingkungan Protestan mengatakan hal
senada perihal praktek ibadah harian, ―Praktek ibadah harian gereja awal
dilatarbelakangi oleh praktek ibadah harian Yudaisme hingga abad
pertama. Latar belakang tersebut dapat berupa kontinuitas, diskontinuitas
atau pengembangan dari ibadah Yudaisme‖85. Selanjutnya Rahman
menambahkan, ―Gereja awal tidak memiliki pola ibadah tersendiri dan
asli. Mereka beribadah bersama dengan umat Yahudi dan kemudian
mengambil beberapa ritus Yahudi untuk menjadi pola ibadah harian‖86

Kekristenan awal sebagai salah satu sekte dalam Yudaisme?

TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim atau lazim disebut dengan Kitab


Perjanjian Lama) dan Kitab Perjanjian Baru, tidak pernah memberikan
penamaan terhadap perilaku religius umat Yahweh dan umat Mesias
dengan sebutan ―Mesianik‖ atau ―Kristen‖. TaNaKh maupun Kitab
Perjanjian Baru justru memberikan identifikasi dengan sebutan
―DEREK/DARKE YAHWEH‖ (Band. 2 Sam 22:22, Yer 5:4, Ul 8:6, Mat
22:16, Kis 9:2, Kis 13:10) sebagaimana dikatakan: ―Sebab aku tetap
mengikuti jalan Yahweh ( ‫ )דרכי יהוה‬dan tidak menjauhkan diri dari
Tuhanku sebagai orang fasik‖ (2 Sam 22:22).

84
Pdt. Theo Witkamp, Th.D., Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam
Konteks Yahudi Abad Pertama, dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No
48 Tahun 1994, hal 16
85
Rashid Rahman, Ibadah Harian Zaman Patristik, Bintang Fajar, 2000, hal 5
86
Ibid., hal 36
78 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam perkembangannya, sebutan ―Yudaisme‖ lebih kerap


ditujukan pada religiusitas Bangsa Yisrael yang menyembah Yahweh dan
berpusat pada ibadah di Bait Suci. Istilah ―Yudaisme‖ pertama kali
muncul dalam Kitab 2 Makabe 2:21 dan 2 Makabe 8:1 serta 2 Makabe
14:38 dengan sebutan Tou Iaudaisemou dan Toi Iaudaismoi sbb:

―tentang penampakan-penampakan dari sorga guna orang-


orang berani yang bertindak dengan gagah perkasa untuk
kepentingan penganut agama Yahudi (τοῦ Ιοσδαϊμοῦ) sehingga
mereka, meskipun hanya sedikit jumlahnya, berhasil merebut
kembali seluruh wilayah serta mengusir gerombolan orang
asing‖

―Adapun Yudas yang disebut juga Makabe serta para


pengikutnya pergi menyusupi kampung-kampung.
Dipanggilnyalah kaum kerabatnya dan dengan menggabungkan
dengan mereka semua orang yang tetap teguh dalam agama
Yahudi (τῷ Ιοσδαϊμῷ), maka dikumpulkannya lebih kurang
enam ribu orang‖

―Oleh karena Nikanor ingin membuat permusuhan yang


ditaruhnya kepada penganut agama Yahudi (Ιοσδαϊμοῦ)
menjadi nyata, maka disuruhnya lima ratus lebih prajurit
menangkap Razis‖

Bahkan Rasul Paul mengidentifikasi bahwa dia pun seorang


penganut agama Yahudi yang taat sebagaimana dikatakan dalam Galatia
1:13 sbb: ―Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam
agama Yahudi: (τω ιοσδαισμω) tanpa batas aku menganiaya jemaat
(Tuhan) dan berusaha membinasakannya‖.

Ketika Yesus memberitakan Kerajaan Tuhan dan Injil (Besorah) dan


setiap orang mulai mempercayai bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan
dalam TaNaKh), maka terbentuklah dua golongan orang yang menerima
Dia sebagai Mesias. Golongan pertama adalah golongan Yahudi dari
berbagai sekte dan kelas sosial yang berbeda dan kedua golongan non
79 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yahudi dari berbagai kelas sosial yang berbeda. Sebutan ―Christianoi‖


muncul di Anthiokhia yaitu julukan bagi Pengikut Mesias dari kalangan
non Yahudi sebagaimana dikatakan, ―Mereka tinggal bersama-sama
dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen‖ (Kis
11:26). Sementara sebutan Nazoraios atau Netsarim merupakan julukan
bagi Pengikut Mesias dari kalangan Yahudi sebagaimana dikatakan,
―Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar,
seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di
seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari
sekte orang Nasrani‖ (Kis 24:5). Sebutan-sebutan seperti Christianoi atau
Nazoraios, tidak memberikan suatu pemahaman pada waktu bahwa mereka
aalah orang-orang yang terlepas dari Yudaisme. Mereka berada dan
beraktivitas dalam bingkai Yudaisme. Kekristenan pada waktu itu adalah
salah satu sekte dari Yudaisme.

Kekristenan terlepas dari Yudaisme

Abad ke-II Ms, merupakan suatu era titik balik dalam sejarah
gereja. Terjadi perpindahan dari teologi Palestina yang kongkrit menuju
Teologi Helenis yang abstrak.25 Hal ini terjadi dikarenakan semakin
banyaknya bangsa non Yahudi yang menerima Mesias, oleh pemberitaan
para rasul. Dalam perkembangannya, gereja semakin menjauh dari akar
ibrani. Realita ini memuncak pada saat Kaisar Konstantin naik tahta
menjadi Raja dan mengubah status Kekristenan dari ―religio ilicita‖
(agama yang tidak sah) menjadi ―religio licita‖ (agama yang sah).
Peristiwa ini terjadi pada tahun 312 Ms bersamaan dengan dikeluarkannya
Edik Milano, dimana Kekristenan diubah menjadi agama negara dan
orang-orang Kristen Roma diberi kebebasan penuh dalam melaksanakan
peribadahan.26

25
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, BPK 1994, hal 51
26
Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids Michigan :
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p.105
80 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Semenjak Konstantin dan seterusnya, gereja non Yahudi semakin


menjauh dari akar Ibrani bahkan cenderung membenci keberadaan Yahudi,
sebagaimana dikatakan oleh sejarawan David Rausch, ―The Gentile
Church claimed to be the true Israel and tried to disassociate itself from
the Jewish people early in its history‖27 (Gereja non Yahudi mengklaim
menjadi Israel yang benar dan mencoba untuk memutus dirinya dari
masyarakat Yahudi dalam sejarahnya).

Kekristenan mengalami disorientasi

Dampak penting apa ketika Gereja dan Kekristenan non Yahudi


tercerabut dari akar budaya Semitik dan akar religius Yudaisme?
Disorientasi! Disorientasi artinya kehilangan arah, kehilangan kiblat.
Disorientasi inilah yang menyebabkan kita sekarang ini tidak dapat melihat
berbagai kesamaan antara Yudaisme dan Kekristenan. Apa yang kita lihat
hari ini (perbedaan) adalah hasil dan residu dari Kekristenan yang terlepas
dari induk atau ibu kandungnya yaitu Yudaisme.

Jika kita ringkaskan, wujud disorientasi tersebut, nampak dalam tiga hal
yaitu:
1. Disorientasi Sejarah: Gereja dan Kekristenan pada umumnya
menganggap bahwa asal usul Kekristenan berasal dari Barat. Ada
yang menganggap Kekristenan berpusat di Roma Katolik,
dikarenakan setiap tahun saat perayaan Christmass dan Easter,
televisi-elevisi swasta selalu menyiarkan perayaan tersebut yang
berpusat di Roma.
2. Disorientasi Dogmatik: Muncullah istilah-istilah asing yang
abstrak dan filosofis mengenai konsep ketuhanan Ibrani yang
dinamis dan hidup. Muncullah istilah ―una substansia tres persona‖
atau ―mono ousia tres hypostasis‖ bagi Tuhan Pencipta. Istilah ini
kelak populer dengan sebutan ―Tritunggal‖ atau ―Trinitas‖.

27
David Rausch, Messianic Judaism: Its History, Theology and Polity, Lewiston,
New York: Edwin Mellen Press, 1982, p.13
81 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

3. Disorientasi Devosi: Muncul juga perayaan-perayaan non biblikal


seperti ―Christmass‖, ―Easter‖ yang menggantikan tujuh hari raya
yang firmaniah dalam Imamat 23. Hilangnya tradisi doa harian
yang disebut Tefilah Shakharit, Minkhah dan Ma‘ariv menjadi doa-
doa spontan. Hilangnya tradisi liturgis yang bercorak semitik
hebraik, berganti menjadi rangkaian liturgi yang terlalu rumit dan
menjemukkan87.

Rekonstruksi Teologi dan Devosi Kristiani

Setelah kita mengkaji sejarah akar kebudayaan dan keagamaan


Kristen yang berasal dari budaya Semitik dan agama Yudaisme serta
memetakan berbagai dampak ketika Kekristenan terlepas dari akarnya,
maka pertanyaan akhirnya adalah, lalu apa yang harus kita kerjakan? Apa
yang seharusnya Gereja dan Kekristenan lakukan? Saya tidak ingin hanya
berhenti dalam dialog wacana belaka. Saya melangkah lebih jauh lagi.
Saya mengusung istilah ―Rekonstruksi Teologi dan Devosi Kristiani‖
sebagai pertanggungjawaban intelektual dan spiritual seorang pemikir dan
pengkaji teologi.

Berangkat dari mengamati dan mempelajari kemunculan Messianic


Judaism 88yaitu berbagai komunitas orang Yahudi dan Yudaisme yang

87
Teguh Hindarto, Kekristenan dan Kesemitikan
(http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/kekristenan-kesemitikan.html)
88
________________________, Messianic Judaism dan Sacred Name
Movement: Fenomena Keagamaan Abad XX dan Tanggapan Kekristenan, Forum
Studi Mesianika. Kajian secara berseri dapat di simak di blog berikut:

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-
movement.html (seri 1)

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-
movement_10.html (2)
82 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

telah menerima Yesus sebagai Mesias dengan sebutan Yeshua/Yahshua ha


Mashiakh dan tetap memelihara akar budaya Yahudi dalam interpretasi
Kitab Suci dan devosi atau peribadahan, maka saya mulai mengembangkan
model Kekristenan yang kembali ke akar Ibrani atau saya istilah Kristen
Semitik (Semitic Christian) atau Kristen berakar Yudaisme (Judeo
Christianity).

Dengan istilah tersebut saya ingin mengajak kepada semua Gereja


Kristen khususnya di Indonesia untuk setidaknya membaca ulang sejarah
Kekristenan dan membuang sikap yang keliru terhadap Yudaisme. Sikap-
sikap yang keliru tersebut telah menampakkan wajahnya dalam bentuk-
bentuk al., Torah adalah untuk Yahudi dan tidak kaitannya dengan
Kekristenan. Pilar-pilar ibadah seperti Tefilah (ibadah harian), Sabat
(ibadah pekanan), Rosh Kodesh (ibadah bulanan), Sheva Moedim (ibadah
tahunan) hanyalah milik Yahudi dan tidak ada relevansinya bagi
Kekristenan. Dan masih banyak sikap-sikap lain yang mencerminkan
keterputusan atau keterpisahan antara Yudaisme dan Kekristenan.

Kembali ke Akar Ibrani

Akhir-akhir ini, istilah Back to the Hebraic Root (Kembali ke Akar


Ibrani) telah menjadi suatu istilah yang fenomenal dan bersifat khusus
dikalangan Kekristenan. Jika kita menyelediki dengan mesin pencari
―google‖ dengan entri ―back to hebraic root‖ atau ―messianic judaism‖,
maka kita akan menemukan ratusan artikel dan website yang mengulas
topik-topik bertemakan kembali ke akar Ibrani.
Namun tidak banyak orang Kristen yang memahami betul essensi dibalik
istilah tersebut. Kebanyakan hanya memahaminya sebatas mempersoalkan
penggunaan nama sesembahan agama lain yaitu Allah yang tercantum
dalam Kitab Suci Kristiani dan menuntut penyebutan nama Yahweh
sebagai nama sesembahan yang benar. Demikian pula penggunaan nama
Mesias yaitu ―Yahshua‖ atau ―Yeshua‖, dibandingkan dengan ―Yesus‖.
Apakah demikian batasan ―Back to the Hebraic Root?‖ Penulis akan

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-
movement_1006.html (3)
83 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengulas batasan ―Kembali ke Akar Ibrani‖, dalam dua sudut pandang.


Dengan menggunakan pendekatan negasi dan konfirmasi. Dengan
menggunakan batasan tersebut, diharapkan pembaca dapat melihat dari dua
sisi, sehingga memperoleh pemahaman yang tepat dan proporsional.
Secara Negatif: Bukan Yudaisasi

Kembali ke Akar Ibrani, bukan bermakna melakukan proses


Yudaisasi. Apa itu Yudaisasi? Yudaisasi bermakna pemaksaan pola
beragama Yudaisme sebagaimana dipraktekan oleh beberapa sekte
keagamaan Yahudi baik di zaman pra Mesias (Farisi, Saduki,dll) maupun
paska Mesias (Orthodox, Reform, Konservatif). Sikap-sikap melakukan
Yudaisasi, terekam dalam Kisah Rasul 15:1 sbb: ―Beberapa orang datang
dari Yudea ke Anthiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara
disitu: Jikalau kamu tidak disunat menurut adat-istiadat yang diwariskan
oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan‖.

Sikap beberapa sekte Farisi yang berusaha melakukan Yudaisasi


ditentang oleh Rasul Paul dan Barnabas (Kis 15:2). Persoalan ini akhirnya
diselesaikan dalam sidang di Yerusalem dan menghasilkan beberapa
keputusan penting untuk dilakukan oleh goyim (non Yahudi) setelah
menerima Mesias (Kis 15:20-21). Meskipun kembali ke akar Ibrani,
mengadopsi nilai-nilai Yudaik, namun bukan bermakna secara telanjang
melakukan Yudaisasi dalam berbagai bidang kehidupan orang beriman.

Bukan De-Yunanisasi

Ada kecenderungan kurang sehat akhir-akhir ini dikalangan


komunitas yang mengklaim kembali ke akar Ibrani, yaitu menolak
berbagai hal yang berbau Yunani dalam teks Kitab Suci. Penolakan
berbagai pola penafsiran Kitab Suci yang bercorak Yunani yang telah
secara berabad-abad diadopsi dalam berbagai seminari maupun sekolah
Teologi. Menolak keberadaan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani,
mencerminkan amnesia sejarah dan kurangnya wawasan sejarah tentang
keberadaan dan nilai historis teks Perjanjian Baru berbahasa Yunani dalam
memelihara iman dan mempertahankan keberadaan gereja saat ini.
84 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ketika Paul ada di Atena yang mewarisi nilai-nilai filsafat dan


bahasa Helenis, dia memberitakan tentang Yesus kepada filsuf-filsuf
Atena. Ketika disampaikan mengenai kebangkitan orang mati dan Yesus
sebagai Mesias, beberapa orang menolak dan mengganggapnya
memberitakan dewa-dewa asing (Kis 17:16-18) dan ditolak (Kis 17:32).
Namun sejumlah orang Yunani seperti Dionisius, majelis Areopagus serta
wanita Yunani bernama Damaris menjadi percaya (Kis 17:34). Apakah
Dionisius dan Damaris akan berbagi imannya kepada teman maupun
keluarganya dengan menggunakan bahasa Ibrani dan kitab suci berbahasa
Ibrani? Tentu dia akan menggunakan bahasa Yunani dan paling tidak dia
akan mengutip terjemahan kitab suci Septuaginta jika diluar Yerusalem.
Orang-orang Yunani dan Romawi yang menjadi percaya, tentunya
memiliki kerinduan untuk menerjemahkan kitab Perjanjian Baru
dikemudian hari dalam bahasa Yunani dengan merujuk pada naskah
berbahasa Ibrani-Aramaik.

Meskipun patut diakui bahwa Kitab Perjanjian Baru berbahasa


Yunani bukan merupakan teks yang mula-mula, dan didalam berbagai
versi manuskrip teks diakui terdapat berbagai varian, namun tidak
mengubah pokok iman mengenai siapakah Mesias tersebut dan kematian-
Nya di kayu salib serta kebangkitan-Nya dari orang mati pada hari ketiga.
Kesaksian berbagai manuskrip teks dari berbagai tahun dan abad yang
berbeda, memperkokoh nilai historis dan validitas Kitab Perjanjian Baru.
Ketangguhan yang teruji secara historis ini membuktikan pemeliharaan
Tuhan dan perkenan Tuhan terhadap keberadaan teks Perjanjian Baru
berbahasa Yunani. Mengabaikan bahkan membuang begitu saja
keberadaan teks Perjanjian Baru berbahasa Yunani, secara tidak langsung
telah mengkhianati sejarah terbentuknya komunitas umat beriman
dibelahan dunia lainnya.

Yang kita perlukan bukan melakukan De-Yunanisasi terhadap teks


Perjanjian Baru berbahasa Yunani maupun berbagai metode hermeneutis
warisan cara berpikir Yunani, namun melakukan sintesa dengan cara
berpikir Hebraic, pola penafsiran Hebraic, sehingga menghasilkan struktur
pemahaman yang holistik atau menyeluruh. Cara yang ditempuh oleh DR.
David Stern, seorang Yahudi pengikut Mesias di Abad XX, dengan
85 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menerbitkan Jewish New Testament Comentary, dengan menganalisis teks


Perjanjian Baru berbahasa Yunani dengan mengkombinasikan sudut
pandang Yunani dan Ibrani, sungguh menarik dan patut diapresiasi. Dalam
catatan pengantarnyaa, beliau mengatakan : ―My translation of the New
Testament from the original Greek into English in a way that brings out its
essential Jewishness‖.8

Bukan Kultus Para Rabbi

Yudaisme pra Mesias maupun paska Mesias memiliki orang-orang


bijaksana, rabbi-rabbi berpengaruh yang telah banyak memberikan
kontribusi terhadap penafsiran, terhadap aplikasi Torah dalam kehidupan,
dalam penyusunan Misnah, Gemara, Talmud yang berisikan berbagai
Halakhah. Beberapa nama rabbi-rabbi terkemuka seperti Hillel, Shamai,
Yokhanan Ben Zakkai, Akiva Ben Yosep (15-135 Ms), Yahuda ha Nasi
(135-219 Ms), Sholomo Yitshaqi (1040-1105 Ms), Moshe Ben
Maimonindes (1135-1204 Ms), Moshe Ben Nakhman (1194-1270 Ms),
Baal Shem Tov (1700-1760 Ms), Nakhman dari Breslov (1772-1810 Ms)9.
Sepandai dan seberapa berpengaruhnya para rabbi tersebut, namun tidak
ada alasan bagi kita untuk mengkultuskan dirinya dan pengajarannya serta
berbagai tulisannya. Mengapa? Karena merekapun manusia yang terbatas
dan terikat dengan konteks zamannya sehingga dapat terjatuh pada
kesalahan penafsiran. Terbukti bahwa para rabbi Yahudi ketika Mesias
hidup banyak yang menolak pengajaran-Nya dan menjadi dalang Mesias
disalibkan. Beberapa tafsiran para rabbi diulas dalam beberapa buku dan
dinilai keluar dari konteks. Beberapa buku yang mengulas kekeliruan
penafsiran para rabbi seperti, Richard Longenecker 10, A. Berkeley

8
DR. David Stern, Jewish New Testament Comentary, Jewish New Testament
Publications, 1992, p.ix
9
Tracey R. Rich, Sages & Scholars, 1996-1999, www.jewfaq.org
10
Richard Longenecker, Biblical Exegesis in the Apostolic Period, Grand
Rapids, Michigan : Wm. B. eerdmans Publishing Co, 1975, p.34
86 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mickelsen11, Milton S. Terry12. Sekalipun kembali ke akar Ibrani


mempertimbangkan berbagai pendapat para rabbi Yahudi baik yang
menolak Mesias maupun menerima Mesias, sebagai rujukan pendapat,
namun bukan berarti essensi akar Ibrani ditentukan oleh sikap yang
mengkultuskan para rabbi.

Bukan melakukan secara hurufiah, tradisi-tradisi Yahudi yang diatur


dalam Talmud

Sepulang dari pembuangan Babilonia, orang-orang Yahudi mulai


memperbaharui hidup keagamaan mereka dibawah pimpinan Ezra dan
Nehemia. Ada komitmen baru untuk mengasihi Yahweh dan memelihara
Torah-Nya. Namun seiring demikian, terjadi suatu gerakan yang kuat yang
cenderung bersifat legalistik formal sepeninggal Ezra dan Nehemia.
Kecenderungan legalistik (memberi posisi berlebihan terhadap hukum
agama daripada pemberi hukum itu sendiri, sehingga hukum agama
menjadi beban dan bukan pengatur kehidupan) tersebut terekam dalam
berbagai fatwa-fatwa para rabbi yang disusun dalam berbagai literatur
Yahudi yang terentang dari Abad 1 Ms-4 Ms.

Berbagai tulisan itu adalah Talmud yang merupakan kompilasi dari


Misnah dan Gemara. Berbagai ajaran, pendapat, diskusi, peraturan agama,
ketetapan para rabbi, disusun dalam berbagai lietarur diatas. Usia Talmud
nampaknya setua usia bangsa Yahudi sejak pulang dari Babilonia. Secara
sederhana, Misnah merupakan kumpulan Torah sebagai bentuk berbagai
penjelasan terhadap Torah tertulis yaitu TaNaKh. Komentar terhadap
Misnah dinamakan Gemara. Talmud merupakan kompilasi antara Misnah
dan Gemara13. Talmud memiliki dua versi. Versi Babilonia dan versi

11
A. Berkeley Mickelsen, Interpreting the Bible, Grand Rapids: Wm. B.
eerdmans Publishing Co., 1966, p. 24
12
Milton S. Terry, Biblical Hermeneutic, Grand Rapids, Michigan : Zondervan
Publishing House, 1983, p.608

Baker‘s Dictionary of Theology, Grand rapids Michigan 49506, Baker Books


13

House, 1985, p. 511-512


87 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yerusalem. Talmud Babilonia lebih lengkap dan tebal. Misnah terdiri atas
enam pokok bahasan (sedarim) yaitu ―Zeraim‖ (mengenai benih tanaman),
―Moed‖ (mengenai perayaan), ―Nashim‖ (mengenai wanita), ―Nezikin‖
(mengenai persoalan yang dilarang), ―Kodashim‖ (mengenai perkara yang
kudus), Toharot (mengenai ritual penyucian diri).

Di setiap topik bahasan (sedarim) terdiri dari banyak sub bahasan


(masekhot). Keseluruhannya ada 63 masekhot dalam Misnah 14. Literatur-
literatur Yahudi diatas sebenarnya sangat bermanfaat untuk menjadi
petunjuk mengenai aplikasi atau pelaksanaan suatu ketetapan yang ditulis
dalam TaNaKh. Dalam tradisi Islam, sejajar dengan keberadaan Hadits
maupun Sunnah. Dengan mengacu pada literatur-literatur tersebut maka
seseorang dapat menjaga mata rantai pengajaran dan tradisi aplikasi
perintah Tuhan. Namun demikian, dalam Talmud pun ditemui sejumlah
pernyataan yang tidak bisa begitu saja dilakukan oleh bangsa non yahudi
yang percaya pada Mesias. Bahkan dalam Talmud pun terekam berbagai
diskusi dan kutukan yang ditujukan terhadap goyim maupun terhadap
pengikut Yesus Sang Mesias. Tidak dapat disangkal bahwa Talmud
terkadang tidak selaras dengan Firman Tuhan yang tertulis dalam TaNaKh.
Beberapa contoh kami kutipkan. Talmud melarang pengucapan nama
Yahweh sebagaimana tertulis dalam Misnah Sotah 7:6; Misnah Tamid 7:2,
―…dalam tempat kudus seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana
tertulis namun diluar tempat kudus, diucapkan dengan bentuk
euphemisme…‖15 .

Larangan ini tidak sejalan dengan perintah TaNaKh agar nama-Nya


di panggil (1 Taw 16:26, Kel 3:15, Mzm 99:3). Demikian pula Talmud
berisikan kutukan-kutukan terhadap pengikut Yahshua. Beberapa buku
telah mengulas kenyataan tersebut al. “Talmud: Kitab Hitam Yahudi Yang

14
Tracey R. Rich, Torah, 1995-1999, www.jewfaq.org
15
DR. James S. Trimm, Nazarenes & The Name of YHWH, 1997,
www.nazarene.net
88 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Menggemparkan‖,16 ―Fadh at Talmud‖17. Kebencian terhadap pengikut


Yesus Sang Mesias pun terrefleksi dalam Shemone Esrei (delapan belas
doa berkat). Pada doa kesembilan belas (yang ditambahkan kemudian), ada
kata-kata kutukan yang ditujukan pada pengikut Mesias yang dijuluki ―ha
Minim‖ (Bidat)18 dan juga ―Meshummed‖ (perusak)19.

Beberapa pernyataan dalam Talmud yang memojokkan pengikut


Mesias merefleksikan penolakan para rabbi Yahudi di Abad I Ms terhadap
Kemesiasan Yesus. Perilaku rabbi-rabbi Yahudi tersebut telah terekam
sejak dini dalam Kitab Matius 27:11-15 mengenai fitnah-fitnah yang
dihembus-hembuskan para rabbi mengenai kematian dan kebangkitan
Yesus dari kematian. Fakta-fakta diatas menuntut kita untuk tidak
mengkultuskan peranan Talmud sebagai sumber referensi penafsiran dan
pengambilan keputusan keagamaan pengikut Mesias. Namun demikian,
kita tidak dapat mengganggap remeh begitu saja nilai Talmud, karena
didalamnya pun terekam banyak ulasan yang sangat kaya mengenai
bagian-bagian Kitab Suci.

Bukan Yang Mampu Mengucapkan Nama Yahweh dan


Yahshua/Yeshua

Beberapa kelompok mendefinisikan arti ke akar Ibrani adalah jika


seseorang dapat menyebutkan dengan benar nama-nama tokoh-tokoh
dalam Kitab Suci yang berbahasa Ibrani. Misalnya Petrus menjadi Kefa.
Yusuf menjadi Yosep. Musa menjadi Moshe. Bahkan dapat menyebutkan
nama Yahweh dan Putra-Nya, Yahshua atau Yeshua, dimaknai sebagai

16
Prof. DR. Muhammad Asy Syarqawi, Talmud : Kitab Hitam Yahudi Yang
Menggemparkan, Jakarta: SAHARA Publishers, 2004, hal 239-243
17
I.B. Branaites, Fadh at Talmud, Dar an-Nafais, Beirut
18
Nazarene : Definition & History, Catholic Encylopedia Electronic Version.
New Advent, Inc. 1998, www.newadvent.org/eathen
19
DR. Michael Schiffman, Return of the Remnant: the Rebirth of Messianic
Judaism, Baltimore, Maryland : Lederer Messianic Publishers, 1990, p.13
89 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kembali keakar Ibrani. Sekalipun agenda diatas menjadi bagian dari


kembali ke akar Ibrani, namun pemahaman mengenai kembali ke akar
Ibrani tidak sesempit pemahaman diatas.

Bukan Menjadi Yahudi

Ada kecenderungan pada beberapa kelompok Kekristenan yang


berkomitmen untuk kembali ke akar Ibrani, memaknainya dalam bentuk
aksesoris semata-mata seperti menggunakan ―Kippa‖, ―Tallit‖, ―Tefilin‖,
berbahasa Yahudi, mengikuti budaya Yahudi, sehingga terkesan
kehilangan identitasnya sebagai sebuah bangsa yang berbeda dengan
Yahudi. Meskipun penggunaan Kippa, Tallit, Tefilin, bahasa Ibrani
menjadi bagian dari kembali ke akar Ibrani, namun kembali ke akar Ibrani
bukan hanya sekadar mengadopsi bentuk-bentuk eksternal Yudaisme
melainkan lebih jauh dari itu.

Secara Positip: Mengakui Bahwa Bangsa Non Yahudi Merupakan


Tunas Liar yang Di tempelkan Pada Zaitun Asli

Sebelum kita melakukan eksegese terhadap Roma 11:16-14, kita


cermati terlebih dahulu kata ―cangkok‖ dalam terjemahan Lembaga
Alkitab Indonesia. Kata ―cangkok‖ dalam Roma 11:16-24, ada enam kali.
Namun istilah ―cangkok‖ adalah tidak tepat sama sekali. Kata yang
diterjemahkan ―cangkok‖ dalam bahasa Yunaninya Egkentrizo. Menurut
Enchend Strong Lexicon , kata Egkentrizo bermakna, ―to cut into, for the
sake of inserting scion‖ (memotong demi menghasilkan keturunan) dan
―to innoculate‖, ―ingraft‖, ―graft in‖ (menyuntikan, menempelkan)20.

Dalam terminologi pertanian, ada istilah Cangkok, yaitu


pemisahan cabang dari batangnya, setelah dibuatnya berakar. Tidak ada
organisme baru ditambahkan maupun organisme baru dihasilkan. Lalu,
Okulasi, pertumbuhan batang sangat dipengaruhi si penempel dan hasilnya
terserah dari si penempel. Dari hasil okulasi atau tempel, dapat dihasilkan

20
Oak Harbor, WA : Logos Research System, Inc, 1995
90 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

organisme baru yang lebih baik dari aslinya. Sementara, Stek adalah
potongan batang dari tumbuhan lain yang dapat tumbuh sendiri. Jika
mengikuti definisi diatas, maka kata egkentrizo lebih tepat diterjemahkan
―ditempelkan‖.

The New International Version menggunakan kata ―grafted‖21.


Sementara The New Century Version menggunakan kata ―joined‖22. Rasul
Paul menjelaskan hubungan akar dan cabang, sbb :

1. Roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan adalah kudus


2. Akar kudus maka cabang adalah kudus
3. Beberapa cabang telah dipatahkan. Tunas liar ditempelkan dan
mendapat bagian dalam akar pohon zaitun
4. Jangan kamu bernegah, karena akar yang menopang kamu (shelo
atta noshe et ha shoresh ella ha shoresh noshe otka, HNT)
5. Bangsa non Yahudi ditempelkan semata-mata karena ketidak
percayaan Israel. Sementara Bangsa Non Yahudi dapat tegak
karena iman
6. Jika cabang asli tidak membuang cabangnya, maka Tuhan juga
tidak akan mengambil Bangsa Non Yahudi
7. Perhatikanlah kemurahan Tuhan dan kekerasannya
8. Tuhan akan menempelkan kembali jika Israel bertobat
9. Penempelan kembali Bangsa Israel adalah dikarenakan mereka
cabang yang asli

Dari uraian diatas, kita mendapatkan pemahaman bahwa bangsa-


bangsa non Yahudi tidak layak memegahkan diri dan mengganggap rendah
bangsa Yahudi serta meninggalkan akar iman yang bersumber dari
keyahudian. Yesus Sang Mesias secara manusiawi merupakan keturunan
suku Yahuda (Ibr 7:14). Pelayanan Mesias pertama-tama ditujukan untuk
domba-domba Israel yang hilang (Mat 15:24), Mesias membaca Torah dan
mengajar di Sinagog pada hari Sabat (Luk 4:16), Mesias merayakan tujuh

21
Grand Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1984
22
Dallas, Texas : Word Publishing, 1987, 1988, 1991
91 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

hari raya Israel (Yoh 7:1-2). Yesus dan para rasul tidak membawa agama
baru yang disebut Kristen. Dia Mesias yang datang sebagaimana dituliskan
dalam TaNaKh. Dia datang dan mengajar dengan bingkai Yudaisme. Tidak
heran jika para murid pun sepeninggal Yesus tetap beribadah Sabat di
Sinagog (Kis 13:13-14, 42,44). Berdoa tiga kali sehari (shakharit, minha,
maariv ) diwaktu-waktu tertentu (Kis 3:1, Kis 10:3,9), tetap memelihara
Torah dalam terang kematian dan kebangkitan Mesias (Kis 21:20).
Pengikut Mesias dari kalangan Yahudi, dijuluki ―Sekte Netsarim‖,
―Pengikut Jalan itu‖. Sementara pengikut Mesias di luar Yahudi dijuluki
―Christianoi‖ (Kis 11:24).

Hubungan antara Israel dengan nenek moyang Israel yaitu


Abraham, Ishak dan Yakub, digambarkan dengan istilah ―roti kudus‖ dan
―adonan‖, ―akar kudus‖ dan ―cabang‖ atau ―ranting‖ (Rm 11:16).
Sementara Israel sebagai ―ranting‖, dipatahkan karena penolakkan mereka
terhadap Mesias yang dijanjikan Yahweh melalui mulut para nabi. Bangsa
non Yahudi ―ditempelkan‖ kepada akar zaitun untuk menerima kehidupan
dan kekayaan rohani dan menjadi bagian dari umat beriman (Rm 11:17).
Konsekwensi logisnya bangsa non Yahudi tidak selayaknya bermegah
terhadap bangsa Yahudi terutama pengikut Mesias yang berasal dari
Yahudi (Rm 11:18).

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa abad ke-2 Ms menjadi saksi


momentum perubahan terhadap Gereja yang berakar pada Yudaisme.
Gereja mulai tercabut dari akarnya setelah bangsa non Yahudi diluar
Yerusalem menerima Mesias. Mulailah muncul sikap-sikap kebencian
dikalangan Gereja di Roma terhadap kalangan Yahudi. Maka berbagai
bentuk-bentuk ibadah berbingkai Yudaisme mengalami perubahan.
Mulailah muncul perayaan ―Christmas‖ dan ―Easter‖, sebagai pengganti
―Tujuh Hari Raya Israel‖. ―Ibadah Hari Minggu‖ sebagai pengganti
―Sabat‖. Demikian pula dengan ―Ekaristi‖ sebagai pengganti ―Seder
Pesakh‖, dll. Kesemua bentuk ini kelak disebut dengan ―Anti Semitisme‖
dan Replacement Theology (Teologi Pengganti). Kesemua wujud
perubahan ini mencerminkan sikap non Yahudi yang
bermegah/menyombongkan diri dan berusaha menggantikan posisi
Israel/Yahudi secara lahiriah.
92 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengapa non Yahudi tidak sepantasnya bermegah terhadap Israel


jasmani? Pertama, akar itulah yang menopang ranting dan bukan
sebaliknya (Rm 11:18). Dalam terjemahan The Orthodox Jewish Brit
Chadsha, dituliskan: ―But if some of the ana'fim have been broken off, and
you, a wild olive, have been grafted among them and have become sharer
in the richness of the olive tree's root, do not boast (4:2) over the ana'fim.
If you do boast, it is not the case that you sustain the shoresh, but the
shoresh sustains you‖23. Kata ―sustain‖ bukan sekedar menopang namun
secara terus menerus menyediakan atau memberikan kekuatan dan
kehidupan. Sikap yang Anti Semit maupun menganut pemahaman
―Replacement Teology‖ merupakan wujud bermegah atau
menyombongkan diri terhadap akar. Bahkan secara tidak langsung
merendahkan kedudukan Mesias yang Yahudi adanya.

Hans Ucko menjelaskan dalam tulisannya: ―Gereja Kristen, teologi


Kristen dan Kekristenan secara keseluruhan, tidak terpisahkan dengan
umat Yahudi atau Yudaisme. Orang Yahudi dan Kristen memiliki Kitab
Suci yang sama. Iman Kristen lahir dalam lingkungan Yahudi. Gereja
masih saja ragu apakah kenyataan tersebut dinilai sebagai berkat atau
kutuk. Sejumlah kecil orang Kristen melihat hubungan diatas sebagai
suatu masalah dan berupaya memecahkannya dengan membatasi kitab
Perjanjian Lama dan agama umat Israel di satu sisi dan Yudaisme di sisi
lainnya. Dengan cara ini, seseorang sebenarnya ‗membebaskan‘ orang
Israel dari keyahudiannya. Pendekatan tersebut mencerminkan sebentuk
rasa sulit bagi orang Kristen atas hubungannya yang terlalu dekat dengan
umat Yahudi dan dengan Yudaisme yang hidup saat ini. Seseorang
memang tidak mudah mengakui akibat dari memilih ‗Tuhan Yahudi‘ itu‖24.
Demikian pula Nelly Van Doorn-Harder, MA., menjelaskan, ―…proses
melupakan warisan keyahudian ini berawal dari pengajaran mengenai
amanat Kristen diluar tanah asalnya sendiri, tanah Palestina, yakni ketika
23
The Orthodox Jewish Brit Chadsha
www.beittikvahsynagogues.com
24
Hans Ucko., Akar Bersama: Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-
Yahudi, Jakarta: BPK, 1999, hal 5
93 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pesan Kristen ini dikontekstualisasikan dengan cara menyerap budaya-


budaya dan ide-ide lokal seperti ide-ide filsafat Yunani…Dalam
kenyataan, yang terjadi adalah para reformator bahkan membawa gereja
keluar jauh dari warisan aslinya karena mereka dipengaruhi oleh suatu
budaya yang berorientasikan ilmu pengetahuan sebagai hasil dari
Renaisance. Sehingga keaslian sikap Kristen Yahudi yang senantiasa
berdialog secara konstan dengan Tuhan yang penuh simbol dan misteri,
sama sekali hilang dari kehidupan liturgi Protestan dan diganti oleh
penekanan ala Protestan yakni doktrin…anti Yahudi telah memberi andil
terhadap paham (ide)] bahwa Kekristenan adalah sebuah agama yang
betul-betul asli dan tidak menggunakan unsur Yudaisme apapun.
Melupakan akar-akar keyahudian, memberikan konsekwensi-konsekwensi
serius terhadap kehidupan liturgi Kristen. Bila orang-orang Kristen tidak
lagi memahami arti sepenuhnya latar belakang keyahudian dalam
kehidupan liturgi mereka, kontroversi-kontroversi seperti yang ada dalam
interpretasi mengenai perjamuan kudus, mulai nampak diantara orang-
orang Kristen. Akibat dari kontroversi-kontroversi ini adalah munculnya
perpecahan-perpecahan dan aliran-aliran dalam gereja‖25.

Kedua, Israel dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka terhadap


Mesias yang telah diutus Tuhan Yahweh, sementara non Yahudi karena
percaya pada Tuhan yang telah mengutus Mesias (Rm 11:20). Ketiga, jika
cabang asli tidak dipatahkan maka non Yahudi belum tentu ditempelkan
dan mendapat kekayaan rohani dari Israel (Rm 11:21). Keempat, jika non
Yahudi mengabaikan kemurahan Yahweh, akan dipatahkan juga. Jadi
meskipun non Yahudi ditempelkan dalam Akar Zaitun dan mendapat
kekayaan rohani, bukan bermakna kekal. Jika mereka memberontak, maka
akan dipatahkan pula (Rm 11:22). Kelima, Bangsa Israel akan ditempelkan
kembali dengan akar zaitun (Rm 11:24), setelah bangsa-bangsa non
Yahudi menerima Mesias, maka semua Israel akan diselamatkan (Rm
11:25-27).

25
Nelly Van Doorn-Harder, MA., Akar-akar Keyahudian dalam Liturgi Kristen,
dalam : Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, no 53, Yogyakarta: 1998, hal 72-73
94 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengakui sumber keselamatan berasal dari Israel

Yesus Sang Mesias secara manusia adalah keturunan Yahuda (Ibr


7:14), dilahirkan di Betlehem (Mik 5:1), dinubuatkan kedatangan-Nya oleh
nabi-nabi Israel (Ul 18:37-38, Yes 7:14). Suka atau tidak suka,
keselamatan yaitu kehidupan kekal karena dipulihkannya hubungan
manusia dengan Tuhan akibat kutuk dosa yang mendatangkan maut,
berasal dari Yahudi. Mengapa? Karena dari suku Yahudi, telah lahir
Mesias. Dia yang diurapi untuk melakukan karya penyelamatan terhadap
dunia dan manusia. Berbagai upaya untuk membuat Yesus terlihat seperti
orang Eropa, seperti orang Yunani, seperti orang Negro, seperti orang
Asia, dll. Sikap demikian mencerminkan suatu sikap yang secara sadar
atau tidak sadar enggan mengakui Keyahudian Mesias. Ada banyak faktor
dan motif dibelakang sikap-sikap demikian. Bisa karena motif politis, bisa
karena motif kultural, motif religius dll. Fenomena ini dikomentari oleh
Hans Ucko sbb: ―Adalah menarik mengamati bagaimana orang-orang
Kristen dibanyak tempat berupaya menjadikan Yesus sebagai salah
seorang dari kelompok mereka, seolah Yesus hidup dalam kebudayaan dan
keprihatinan yang sama dengan mereka. Yesus menjadi Yesus orang
Afrika, Yesus orang Palestina, Yesus orang Amerika Latin. Hal ini
memang perlu, sebab upaya tadi memperkaya kekristenan. Namun,
akibatnya terkadang orang lupa siapa Yesus yang sesungguhnya. Baru
akhir-akhir inilah ada upaya mengembalikan Yesus kedalam keyahudian-
Nya‖26.

Senada dengan penjelasan diatas, Anton Wessel memberikan


keterangan: ―Yesus bukan orang Kristen, tetapi orang Yahudi! Ucapan
Jullius Wellhausen ini menjadi terkenal dan sering dikutip orang.
Pernyataan ini pada dasarnya sangat sederhana dan jelas, sekalipun tidak
dapat dikatakan bahwaq orang Kristen selalu menyadari betapa luas arti
pernyataan ini. Ungkapan ini menyatakan-betapa mungkin secara
mengejutkan-betapa sering orang Kristen kira, bahwa mereka sudah
memahami dan mengetahui seluruh pribadi-Nya. Mereka lupa bahwa

26
Op.Cit., Akar Bersama, hal 6-7
95 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

‗keselamatan datang dari bangsa Yahudi‘, sebagaimana terungkap dalam


percakapan Yesus di sumur dengan perempuan Samaria itu (Yoh 4:22)‖27.

Beberapa tahun silam, saya menerima selebaran perihal sebuah


seminar yang akan dilangsungkan di Surabaya yang konon dilaksanakan
secara besar-besaran dalam rangka Perayaan Pondok Daun (Sukkot)
dengan tema, ―Perbedaan Yudaisme dan Kekristenan‖. Saya sangat
menyayangkan pemilihan tema tersebut. Mengapa? Mengesankan
kontradiktif. Di satu sisi ada keinginan untuk melakukan rekontsruksi dan
mengembalikan akar Ibrani atau akar Semitik Yudaik Kekristenan dengan
memulihkan tujuh hari raya Yahweh yang salah satunya adalah Sukkot
atau Pondok Daun. Namun tema yang dipilih mengesankan kontradiksi
dengan perayaan yang justru menekankan harmonisasi Yudaisme dan
Kekristenan. Seharusnya tema yang selaras dengan ibadah Sukkot adalah
―Persamaan Yudaisme dan Kekristenan‖ atau ―Menemukan Akar
Yudaisme iman Kristen‖ dan tema-tema sejenis.

Kembali kepada istilah Kristen Semitik (Semitic Christian) dan


Kristen berakar Yudaisme (Judeo Christianity). Dalam pengkajian
sebelumnya telah diuraikan bahwa Gereja dan Kekristenan telah
mengalami disorientasi historis, disorientasi dogmatik, disorientasi devosi.
Oleh karenanya dengan Kristen Semitik (Semitic Christian) dan Kristen
berakar Yudaisme (Judeo Christianity) sebagai model, maka saya
melakukan berbagai rekonstruksi dengan memulihkan berbagai unsur yang
hilang dalam kekristenan. Beberapa bentuk rekonstruksi dan restorasi
tersebut meliputi: (1) Pemulihan nama Yahweh dalam terjemahan Kitab
Suci dan devosi Kristiani (2) Penerapan hukum dan aturan serta ketetapan
Yahweh dalam Torah sebagai landasan perilaku pengikut Yesus Sang
Mesias (3) Pemulihan pilar-pilar ibadah Kristiani yang meliputi Tefilah
(ibadah harian), Sabat (ibadah pekanan), Rosh Kodesh (ibadah bulanan),
Sheva Moedim (ibadah tahunan). (3) Pola penafsiran Kitab Suci yang
melibatkan tafsir-tafsir yang telah dikembangkan dalam Yudaisme dengan
pendekatan pola pikir Ibrani (Hebraic Thinking).

27
Anton Wessel, Memandang Yesus : Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya,
Jakarta : BPK, 1990, hal 19
96 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Metodologi Hermeneutik

Hermeneutik bermakna ilmu menafsirkan Kitab Suci.


Judeochristianity sebagai sebuah mazhab dalam Kekristenan tentu saja
memiliki metodologi dan kerangka berfikir hermeneutis. Ada banyak
metode dalam melakukan proses penafsiran Kitab Suci yang diajarkan
dalam berbagai sekolah teologia. Pdt. Hasan Sutanto, MTh. Memberikan
bentangan informatif mengenai beragam metode tafsir yang terbentang dari
sejak zaman Ezra, Rabbinik sampai abad modern 29. Secara umum,
berbagai metode tafsir yang saat ini masih diberlakukan di berbagai
sekolah teologia adalah:30

 Textual Criticsm (Menyelidiki kata-kata asli atau dalam teks Kitab


Suci)
 Historical Criticsm (Menyelidiki latar belakang dan konteks
dimana Kitab Suci dituliskan)
 Grammatical Criticsm (Menyelidiki struktur bahasa yang
meliputi tata bahasa, dalam teks Kitab Suci)
 Literary Criticsm (Menyelidiki susunan, struktur, gaya bercerita
suatu teks dalam Kitab Suci)
 Form Criticsm (Menyelidiki gaya sastra dan fungsi suatu teks
dalam Kitab Suci)
 Tradition Criticsm (Menyelidiki tahapan penyusunan suatu teks
dalam Kitab Suci)
 Redaction Criticsm (Menyelidiki sudut pandang akhir dan
kanonik serta teologi dalam suatu teks Kitab Suci)

Tidak ada satupun metode-metode tersebut yang sempurna. Maka


dengan melakukan sintesa diantara berbagai metode penafsiran, akan
dihasilkan sudut pandangan atau penafsiran yang mendekati

29
Pdt. Hasan Sutanto, MTh Hermeneutik : Prinsip & Metode Penafsiran Alkitab,
Malang : SAAT, 1991, hal 29-110
30
John H. Hayes & Carl R. Holladay, Biblical Exegesis: A Beginner‘s Handbook,
Atlanta: John Knox Press, 1982
97 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kesempurnaan. Metode-metode diatas tidak perlu dibuang dan ditiadakan


dikarenakan semata-mata dipengaruhi pola pikir Helenis yang
rasionalistik,namun perlu disintesakan dengan pola penafsiran hebraic
yang telah dikerjakan sejak zaman rabbinik pra Mesias maupun dizaman
Mesias. Pola Yahudi kuno memiliki sistem penafsiran Kitab Suci yang
disebut ―PaRDeSh‖. Secara literal bermakna ―taman‖ namun sebenarnya
istilah tersebut merupakan akronim dari :31

 Peshat (Menyelidiki teks yang tersurat)


 Remez (Menyelidiki makna yang tersembunyi dalam teks)
 Drash (Menyelidiki makna suatu perikop dalam kaitannya dengan
khotbah, pengajaran, dll)
 Shod (Menyelidiki aspek gematria {angka-angka} yang
tersembunyi dan mengandung pesan yang harus dipecahkan)

Yang tidak kalah menariknya adalah metode Hillel dalam


menafsirkan yang terkenal dengan sebutan ―Tujuh Aturan Hillel‖ yang
terdiri dari :32

 Qal wa Khomer (Berat dan Ringan)


 Gezerah Shawah (Persamaan kalimat)
 Binyan Zb Mikatuv Ekhad (Membangun suatu pernyataan dari
satu teks pendukung)
 Binyan Ab Mishene Kethuvim (Membangun suatu pernyataan
dari satu atau lebih teks pendukung)
 Kelal u Ferat (Umum dan Khusus)
 Kayotse bo mimemom ahar (Analogi yang dibuat berdasarkan
teks yang berbeda)
 Davar Milmad ha Anino (Penjelasan berdasarkan konteks teks)

31
DR. James Trimm, PaRDeS: The Four Levels of Understanding the Scriptures,
www.nazarene.net
32
The Seven Rules of Hillel,
www.nazarene.net
98 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Berbagai metode diatas dapat disintesakan sehingga menghasilkan


pola penafsiran yang berakar pada keyahudian tanpa kehilangan warisan
penafsiran yang telah dipelihara oleh berbagai sekolah teologi. Jika
diringkaskan, kerangka berfikir hermeneutis mazhab Judeochristianity
memiliki sejumlah asumsi sbb: Pertama, memahami Yudaisme Abad I
Masehi. Tanpa pemahaman latar belakang keagamaan Yudaisme Abad 1
Ms dan latar belakang kebudayaan Yahudi pada zaman itu, maka kita akan
kerap gagal memahami pesan-pesan yang tertulis dalam Kitab Perjanjian
Baru karena banyak perkataan Yesus, ajaran Yesus, perumpamaan Yesus
yang terekam dalam keempat Injil dibungkus dalam idiom Ibrani sekalipun
dikisahkan dalam bahasa Yunani. Demikian pula surat-surat rasuli baik
rasul Paul, rasul Yakobus, rasul Yudas dll 89. Michael D. Marlowe dalam
artikelnya The Semitic Style of the New Testament menjelaskan sbb:
―Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa
koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini
dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam
corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik
Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata
bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah.
Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai
Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi
pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani)‖90. DR. David
Stern penulis Jewish New Testament Commentary menegaskan,
―Traditional rabbinic viewpoint are an essential element to take into
account in understanding the text of the New Testament‖ 91(Sudut pandang
tradisional rabinik merupakan elemen dasar untuk mendapatkan pengertian
yang jelas mengenai naskah Kitab Perjanjian Baru).

89
Teguh Hindarto, Jejak Kaki Sang Rabi, Indonesia Judeochristianity Institute
2014, hal 295
90
Michael Marlowe, The Semitic Style of the New Testament
http://www.bible-researcher.com/hebraisms.html
91
DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary JNTP, 1998, p. 33
99 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mempelajari latar belakang agama dan kebudayaan Yudaisme


Abad 1 Masehi meliputi hal-hal berikut:

1. Mempelajari tradisi Rabbinik Yudaik

Dalam Kitab Perjanjian Baru, kita akan menemui sejumlah


pernyataan atau kalimat yang asing ditelinga kita namun tidak asing
jika didengar oleh orang Yahudi pada Abad 1 Ms, karena berbagai
idiom khas tersebut menjadi bagian dari diskusi rabbinik.
Sebagaimana kita dapat melihat dalam Matius 5:17-48 dimana
Yahshua selalu membuat tanggapan terhadap pernyataan yang
sebelumnya telah berlaku dengan berkata, ―engkau telah
mendengar‖ (shematem) namun aku berkata kepadamu (Ani omer
attem, HNT)‖.

Berbagai kalimat atau ungkapan khas Yahudi tersebut dinamakan


idiom. Beberapa idiom Ibrani dalam Kitab Perjanjian Baru al,
―mata baik dan mata buruk‖ (Mat 6:22-23), ―mengikat dan
melepas‖ (Mat 16:19), ―letakkan kata-kata ini ditelingamu‖ (Luk
9:44), ―membatalkan Torah dan menggenapi Torah‖ (Mat 5:17).
David Bivin & Roy Blizzard telah mengulas secara ilmiah
mengenai temuan idiom-idiom hebraic yang tertulis dalam Kitab
Perjanjian Baru. Kegagalan memahami makna idiom hebraic,
mengakibatkan terjemahan yang keliru dan penafsiran teologi yang
keliru33.

33
David Bivin & Roy Blizzard, Understanding the Difficult Words of Jesus, New
Insight From a Hebraic Perspective, Destiny Image Publishers & Center for
Judais-Christian Studies, 1994, p.81-128
100 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

2. Memberi bobot secara proporsional terhadap pengkajian


kebahasaan

Dalam berbagai sekolah teologi, terkadang tekanan diberikan pada


penguasaan bahasa Yunani daripada Ibrani. Hal ini disebabkan oleh
adanya anggapan yang telah tersebar luas bahwa Kitab Perjanjian
Baru mula-mula ditulis dalam bahasa Yunani. Maka diperlukan
penguasaan terhadap bahasa Yunani untuk melakukan penafsiran
terhadap teks. Tidak jarang terjadi, bahwa mata pelajaran bahasa
Yunani dan Ibrani terkadang hanya menjadi mata pelajaran
sekunder dan kurang mendapat perhatian seutuhnya, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang sepenggal-sepenggal dan
bersifat pasif. Kedua mata pelajaran bahasa Ibrani dan Yunani,
mutlak dikuasai oleh mereka yang menggeluti dunia teologia.
Tanpa penguasaan bahasa, kita akan gagal memahami maksud teks,
idiom kalimat, sehingga mengakibatkan penafsiran yang
menyimpang dari masud teks dan konteksnya.

3. Memperluas pengkajian sejarah Yudaik, pada masa


Intertestamental

Yang dimaksud dengan zaman atau masa Intertestamental adalah:


―zaman sepanjang empat ratus tahun antara maleakhi sampai
kelahiran Mesias. Sumber-sumber informasi utama untuk zaman ini
adalah kita-kitab Makabe yang menceritakan tentang
pemberontakan yang dipimpin oleh wangsa Makabeus serta
kekacauan yang terjadi di tanah Palestina waktu itu dan tulisan-
tulisan Yosefus, sejarawan Yahudi abad pertama‖34.

Mengapa penelitian dan pendalaman terhadap zaman


Intertestamental ini diperlukan? Robert dan Remy Koch
menjelaskan sbb: ―It is important for both Jews and Christians to
understand the silent period between the last TaNaKh (Old

34
J.I. Packer dkk., Dunia Perjanjian Baru, Gandum Mas, 1993, hal 3
101 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Testament) Prophets and the writings of the Brit Chadasha (New


Testament) because the five hundred year period formed the
foundation of both modern Rabbinic Judaism and Messianic
Judaism (the Nazarenes) of which Christianity is a branch. One
truly cannot comprehend the Brit Chadasha (New Testament)
without knowing something about the time, religious customs and
conroversies, social custom and attitudes of the Jewish population
in general‖35 (Adalah penting bagi kedua pihak, yakni kaum
Yahudi dan Kristiani untuk memahami periode ‗kesunyian‘ yang
terentang dari akhir TaNaKh, nabi-nabi hingga penulisan Kitab
Perjanjian Baru, sebab periode waktu lima ratus tahun ini,
merupakan dsar terbentuknya baik Yudaisme Rabbinik modern
maupun Mesianik Yudaisme, yang mana merupakan akar dari
Kekristenan. Belumlah lengkap pemahaman seseorang mengenai
Perjanjian Baru tanpa mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan
waktu, kebiasaan agama dan perdebatan-perdebatan, kebiasaan
masyarakat dan berbagai sikap komunitas Yahudi secara umum
pada waktu itu).

Selanjutnya Robert dan Remy Koch melanjutkan: ―By studyng this


period, Jews and Christians will be able to discern the doctrine of
the Messiah, Shaul (Paul) and the other writers of the Brit
Chadasha (New Testament) based only on accurate understanding
of history and Biblical Judaism. The Brit Chadasha will be put
back into the original time and place. Context must determine
content‖36 (dengan mempelajari periode waktu ini, maka baik
orang Yahudi maupun Kristiani akan mampu membedakan
pengajaran Mesias, pengajaran Rasul Shaul {Paul} dan penulis
Kitab Perjanjian Baru lainnya, yang didasarkan pada pemahaman
yang tepat terhadap sejarah dan Yudaisme Biblikal. Kitab

35
Robert dan Remy Koch , Christianity: New Religion or Sect of Biblical
Judaism?, Palm Beach Gardens, Florida: A Messenger Media Publication, p.89
36
Ibid., p. 90-91
102 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Perjanjian Baru akan diletakkan selayaknya pada ruang dan waktu


yang mula-mula. Konteks akan menentukan isinya).

4. Mempelajari Talmud Sebagai Kekayaan Literatur Rabinik

Talmud didefinisikan sebagai: ―is a record of rabbinic discussions


pertaining to Jewish law, ethics, customs and history. The Talmud
has two components: the Mishnah (c. 200 CE), the first written
compendium of Judaism's Oral Law; and the Gemara (c. 500 CE),
a discussion of the Mishnah and related Tannaitic writings that
often ventures onto other subjects and expounds broadly on the
Tanakh. The terms Talmud and Gemara are often used
interchangeably. The Gemara is the basis for all codes of rabbinic
law and is much quoted in other rabbinic literature. The whole
Talmud is also traditionally referred to as Shas (a Hebrew
abbreviation of shisha sedarim, the "six orders" of the
Mishnah)‖92. Artinya, ―Talmud merupakan kumpulan diskusi-
diskusi rabinik yang menyinggung mengenai hukum Yahudi, etika,
kebiasaan dan sejarah. Talmud terdiri dari dua susunan: Misnah
(200 Ms) kumpulan tulisan pertama dari Hukum Lisan Yahudi dan
Gemara (500 Ms) sebuah diskusi mengenai Mishnah dan
berhubungan dengan tulisan-tulisan Tannaitik yang terkadang
melibatkan suatu spekulasi mengenai topik lain dan memperluas
kajian dalam TaNaKh. Istilah Talmud dan Gemara dapat dipakai
secara bergantian. Gemara adalah dasar bagi keseluruhan
pemecahan masalah hukum Yahudi dan banyak dikutip dalam
literatur rabinik. Keseluruhan Talmud terkadang disebut dengan
Shas (singkatan Ibrani dari shisha sedarim ―enam urutan‖ dari
Mishnah).

Talmud memiliki dua versi. Versi Babilonia dan versi Yerusalem.


Talmud Babilonia lebih lengkap dan tebal. Misnah terdiri atas

92
Talmud
http://en.wikipedia.org/wiki/Talmud
103 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

enam pokok bahasan (sedarim) yaitu Zeraim (mengenai benih


tanaman), Moed (mengenai perayaan), Nashim (mengenai wanita),
Nezikin (mengenai persoalan yang dilarang), Kodashim (mengenai
perkara yang kudus), Toharot (mengenai ritual penyucian diri).
Disetiap topik bahasan (sedarim) terdiri dari banyak sub bahasan
(masekhot). Keseluruhannya ada 63 masekhot dalam Misnah93.
Susunan Talmud sebagaimana dijelaskan di atas sbb:94

SEDER ZERA„IM
Tractate Berakoth

SEDER MO„ED
Tractate Shabbath

SEDER NASHIM
Tractate Yebamoth
Tractate Kethuboth
Tractate Nedarim
Tractate Nazir
Tractate Sotah
Tractate Gittin

SEDER NEZIKIN
Tractate Baba Kamma
Tractate Baba Mezi‗a
Tractate Baba Bathra
Tractate Sanhedrin
Tractate ‗Abodah Zarah
Tractate Horayoth

93
Tracey R. Rich, Torah, 1995-1999, www.jewfaq.org
94
The Babylonian Talmud, Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews‘ College, London,
http://www.come-and-hear.com/talmud
104 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

SEDER KODASHIM

SEDER TOHOROTH

Tractate Niddah

Tractate Tohoroth

Eksistensi Talmud, mendapat tentangan, baik dari kalangan Yahudi


sendiri, maupun Islam serta Kekristenan. Kaum Saduki menolak
keberadaan Talmud, demikian pula dengan kaum Karaites serta
Haskalah. Mereka beranggapan bahwa Talmud mengekang atau
mencegah seseorang memperoleh kesadaran pencerahan95.
Sementara kalangan Islam menerbitkan buku berjudul, Talmud:
Kitab Hitam Yahudi Yang Menggemparkan96. Kekristenan Romawi
dan khususnya era Reformasi Luther, memberikan penilaian negatif
terhadp eksistensi Talmud dan menyebutnya sebagai
―penyembahan berhala‖, ―kutukan‖, ―ajaran yang menghujat‖97

Peranan dan Kedudukan Talmud Sebagai Instrumen


Memahami Latar Belakang Keagamaan Pra Kristen

Sejauh mana Talmud memiliki signifikasi bagi Pengikut Mesias


(baik itu Mesianik, Kristen, Katholik, Orthodox, Protestan, Advent,
Baptis, Pentakosta, Kharismatik, dll)? Pertama, Talmud
memberikan informasi mengenai latar belakang sejarah keyahudian
dan Yudaisme pra Mesias. Shmuel Safrai menjelaskan mengenai

95
Rachmiel Frydland, When Talmud is Right
http://www.menorah.org/whentlir.html
96
Prof. DR. Muhammad Abdullah ass Syarqawie, Talmud: Kitab Hitam Yahudi
Yang Menggemparkan, Jakarta: SAHARA Publishers, 2004, hal 239-243
97
Anti-Semitism of the Church Father
http://www.yashanet.com/library/fathers.htm
105 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

peranan Talmud: ―There are no complete historical books in the


talmudic tradition, but there is a wealth of varied information from
all facets of public and private social life and spiritual life in the
Temple, the synagogue and the house of study. Likewise we can
glean facts from talmudic literature regarding trade and
economics, agriculture, craftmanship, the life of the sages and of
the common man, urban-rural relations and relations between
Eretz Israel and the Diaspora. The hakahot, aggadot, dialogues
and debates reflect both the home and the marketplace, the wealthy
and the poor, weekdays, sabbaths and festivals-in fact every
aspects of human life in all its variety and formas of expression‖ 98
(Tidak ada buku sejarah yang lengkap dalam tradisi Talmudik
namun di dalamnya ada berbagai informasi yang melimpah dari
berbagai bentuk kehidupan sosial dan spiritual masyarakat di Bait
Suci, Sinagog-sinagog dan rumah belajar. Agaknya kita dapat
mengumpulkan fakta-fakta dari literatur Talmudik mengenai jual
beli dan perekonomian, ketrampilan, kehidupan para kaum
bijaksana, dan orang biasa, hubungan kota dan desa serta hubungan
Tanah Israel dan Diaspora‖. Dengan membaca Talmud, kita dapat
memetakan dan merekonstruksi latar belakang sejarah Yudaisme
pra Mesias dan bagaimana para rabbi mengapresiasi TaNaKh
dalam zamannya).

Kedua, Talmud memberikan keterangan mengenai aplikasi suatu


ayat dalam TaNaKh yang tidak dimengerti oleh pembaca TaNaKh
Abad XXI. Contoh, Keluaran 20:10 memerintahkan, "Lo taasheh
kal melaka, Atta ubeneka ubiteka avdeka waamateka ubehemteka
wegerka asher bishareka". Orang beriman tidak diperbolehkan
bekerja di hari Shabat. Kata "Bekerja" dalam ayat ini diterjemahkan
dari kata Melakha. Bukan sekedar bekerja biasa namun, "suatu
pekerjaan yang bersifat menciptakan atau menguasai terhadap

98
Shmuel Safrai, Talmudic Literature as an Historical Source for the Second
Temple Period, Jerusalem School of Synoptic Studies, MISHKAN ISSUES No
17/18, 1992-1993
106 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sesuatu"99. Kata ini berhubungan dengan kata Melekh (Raja).


Yudaisme mengatur mengenai Melakha yang tidak boleh
dikerjakan, dalam MISNAH SHABAT 7:2, sbb:100

1. Sowing (menabur benih)


2. Plowing (membajak)
3. Reaping (memungut tuaian)
4. Binding sheaves (mengikat berkas)
5. Threshing (mengirik)
6. Winnowing (menampi)
7. Selecting (menyeleksi)
8. Grinding (menggiling)
9. Sifting (mengayak, menampi)
10. Kneading (membuat adonan)
11. Baking (membakar)
12. Shearing wool (mencukur wool)
13. Washing wool (mencuci wool)
14. Beating wool (memukul /menumbuk wool)
15. Dyeing wool (mencelup wool)
16. Spinning (memintal)
17. Weaving (menenun, menganyam)
18. Making two loops (membuat dua potongan)
19. Weaving two threads (menganyam dua benang)
20. Separating two threads (memisahkan dua benang)
21. Tying (mengikat)
22. Untying (membuka)
23. Sewing two stitches (menjahit dua jahitan)
24. Tearing (menyobek)
25. Trapping (menjerat binatang)
26. Slaughtering (menyembelih)
27. Flaying (menguliti)
28. Salting meat (mengasini makanan)

99
Tracey R. Rich, Shabat, 1995-2005, www.jewfaq.org
100
Ibid.,
107 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

29. Curing hide (merawat kulit)


30. Scraping hide (memarut kulit)
31. Cutting hide up (memotong kulit)
32. Writing two letters (menulis dua surat)
33. Erasing two letters (menghapus dua surat)
34. Building (membangun)
35. Tearing a building down (membongkar bangunan)
36. Extinguishing a fire (memadamkan api)
37. Kindling a fire (mengumpulkan kayu untuk perapian)
38. Hitting with a hammer (memukul dengan palu)
39. Taking an object from the private domain to the public, or
transporting an object in the public domain. (menggunakan
benda /alat transportasi yang digunakan untuk kepentingan
umum)

Kategorisasi diatas, menolong kita untuk mengenali berbagai


aktivitas yang dikategorikan dengan melakha. Halakha rabinik
diatas merupakan penafsiran para rabbi Yahudi untuk menolong
umat dalam mengklasifikasikan apa yang tidak boleh dikerjakan.
Walapun demikian, kategorisasi di atas dapat mengesankan
legalistik dan menjadi kuk, jika tidak disertai pemahaman yang
benar mengenai hakikat Torah dan hakikat Kasih Karunia YHWH.

Torah sendiri tidak memberikan kategorisasi yang spesifik. Agar


tidak terjebak praktek yang bersifat legalistik (ketaatan pada hukum
yang berlebihan, sehingga mengabaikan essensi hukum itu sendiri),
kita harus memperhatikan apa yang diajarkan Mesias, "Sabat untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk 2:27). Apa
artinya? Sabat hendaklah bukan menjadi beban atau kuk yang
memenjarakaan kehidupan orang beriman karena Sabat
diperuntukkan bagi manusia untuk beristirahat dan beribadah secara
personal dan komunal kepada Yahweh. Bahaya melakukan
berbagai kategorisasi secara kaku dan mutlak tanpa memperhatikan
konteks waktu dan tempat, dapat menimbulkan bahaya legalistik.
108 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ketiga, memberikan informasi mengenai pararelisasi antara


Yudaisme dengan ajaran Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru, dlam
batas-batas tertentu. DR. David Stern menerbitkan Jewish New
Testament Commentary yang berusaha mensinergikan sumber-
sumber literatur Yahudi kuno dan kontemporer, untuk mendapatkan
pemahaman yang utuh mengenai latar belakang dan kesamaan
ucapan Yesus dengan beberapa ajaran para rabbi. Dalam bukunya,
Stern menjelaskan: ―My own purpose in these notes that draw on
Jewish writings is neither to prove that the New Testament copied
rabbinic Judaism nor the opposite, but simply to present a
sampling of the many parallels‖101 (Tujuan saya dengan
menyertakan tulisan-tulisan Yahudi, bukanlah untuk membuktikan
bahwa Kitab Perjanjian Baru meniru rabinik Yudaisme bukan pula
menentangnya, namun sebenarnya untuk menunjukkan contoh
mengenai banyaknya kesamaan-kesamaan). Beberapa contoh
kesamaan tersebut dalapat dilihat dalam beberapa perkataan Yesus.
Dalam Matius 6:7 Yesus mengatakan: ―Lagipula dalam doamu itu
janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak
mengenal Tuhan. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya
kata-kata doanya akan dikabulkan‖. Pernyataan ini setara dengan
apa yang pernah diucapkan rabi-rabi Yahudi dalam Mishnah Avot
2:1-3 sbb: ―Rabbi Shim‘on berkata, ‗…Ketika kamu berdoa,
janganlah membuat doamu kaku (berulang-ulang, mekanis) namun
naikkanlah dengan kerendahan hati dan keindahan di hadapan
Yang Maha Ada, diberkatilah Dia‖102.

Demikian pula dengan Berakhot 61a sbb: ―Ketika kamu


menghampiri Yang Maha Kudus, diberkatilah Dia, biarlah kata-
katamu sedikit‖103. Bahkan ucapan Yesus yang dikenal oleh
101
DR. David Stern, Jewish New Testament, Clarksville, Maryland: Jewish New
Testament Publications, 1992, p.xii
102
Ibid., p.31
103
Ibid.,
109 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Kekristenan‖ dengan sebutan ―Golden Rule‖ atau ―Hukum Emas‖


ternyata memiliki paralelisasi dengan tulisan-tulisan Apokripha
Yahudi seperti Tobit 4:15 sbb: ―Apa yang tidak kausukai sendiri,
janganlah kauperbuat kepada siapapun. Jangan minum anggur
sampai mabuk dan kemabukan jangan menyertai dirimu di
jalan‖104

Talmud melaporkan sebuah peristiwa pertemuan antara seorang


kafir Romawi dengan Hillel dan Shamai dalam Mishnah Shabat
31a sbb: ―Seorang penyembah berhala mendatangi Shamai dan
berkata kepadanya, ‗Buatlah aku menjadi seorang Proselite (orang
yang mengikut agama Yudaisme), namun dengan syarat bahwa
engkau mengajarkan kepadaku keseluruhan Torah, sementara Aku
berdiri pada salah satu kaki! Shammai mengusirnya dengan
tongkat pengukur bangunan di tangannya. Ketika penyembah
berhala tersebut menemui Hillel, dan mengucapkan perkataan
yang sama, maka Hillel menjawabnya, ‗Apa yang kamu benci,
janganlah kamu melakukannya pada sesamamu. Inilah keseluruhan
Torah. Sisanya hanyalah penjelasan. Pergi dan lakukanlah!‖ 105

Perbedaan antara ucapan Yesus dengan Hillel, bahwasanya Yesus


mengucapkan dalam bentuk positip, ―apa yang orang lain ingin
lakukan kepadamu, lakukanlah demikian‖, sementara Hillel
mengucapkan dalam bentuk negatif, ―Apa yang kamu tidak ingin
orang lain lakukan terhadap dirimu, maka kamupun jangan
melakukan demikian‖.

Ariel dan D‘vorah Berkowitz menjelaskan sbb: ―Finally, reading


and studyng the oral Torah lends tremendous insight into the minds
of the great Jewish sages. As we learn what they thought, what they

104
Deuterokanonika Terjemahan Baru, Lembaga Biblika Indonesia, 1976,
Alkitab Elektronik Indonesia Seri 2.0.0
105
Ibid., p. 33
110 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

felt and how they looked at life, we will be better able to appreciate
the Jewish sensibility throughtout the ages. It is hope that this
would help to curb the Anti Semitsm which has run rampant
through much of the Church‘s history‖106 (Akhirnya, membaca dan
mempelajari Torah lisan memberi pemahaman yang luar biasa ke
dalam pemikiran para rabi Yahudi. Demikianlah kita belajar
mengenai apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan
bagaimana mereka memandang kehidupan. Kita akan lebih mampu
untuk memahami perasaan orang Yahudi sepanjang zaman.
Harapannya hal ini akan menolong mengendalikan sikap Anti
Semitisme yang telah merajalela sepanjang sejarah gereja)107.

Kedua, memahami cara pandang (world view/mindset) Ibrani. Tim


Hegg menjelaskan mengenai cara pandang Ibrani sbb: ―To think
Hebraically means to think like a Hebrew did in ancients times. Why would
this be important? Because the Scriptures, for the most part, were written
by Hebrews (Jews). In fact, only Luke of all the writers of Scriptures was
not a Jew by birth (at least by modern scholarly opinion). Thus, if we‘re
going to understand the manner of speech, the way words are used, and
the way important issues of life are described by someone in the Hebrew
culture, we must understand, in general terms, how the Hebrew people
thought-how they looked at life-their world view‖ 108. (Berpikir secara
Ibrani berarti berpikir sebagaimana orang Ibrani berpikir pada zaman
lampau. Mengapa hal ini demikian penting? Karena sebagain besar isi
Kitab Suci, dituliskan oleh orang-orang Ibrani. Sebenarnya, hanya Lukas
dari keseluruhan penulis Kitab Suci yang bukan seorang Yahudi
berdasarkan kelahirannya (setidaknya menurut pendapat sarjana modern).
Agar kita dapat memahami yaitu cara berbicara, mengenai kata-kata yang
dipergunakan serta pentingnya persoalan-persoalan kehidupan yang
106
Ariel & D‘vorah Berkowitz Torah Rediscoverd, Hampton: Shoreshim
Publishing, 1996, p. 94
107
Terkait persoalan Anti Semitisme dapat membaca kajian saya di sini:
108
Interpreting the Bible: An Introduction to Hermeneutics, TorahResources.com
Distance Learning Yeshiva, 2000, p. 20
111 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

digambarkan oleh seseorang dalam kebudayaan Ibrani, maka kita harus


memahami dengan istilah umum, mengenai bagaimana orang Ibrani
berpikir, bagaimana mereka melihat kehidupan - pandangan dunia yang
mereka miliki) .

Dalam artikelnya, Tim Hegg menjelaskan beberapa ciri khas cara


pandang Ibrani sbb:109

1. “Down to earth-action oriented” (prinsip berorientasi pada


tindakan)

Kebenaran: Bukan sekumpulan gagasan (ide) melainkan


pengalaman. Saya menjelaskan kepadamu mengenai kebenaran
melalui apa yang telah terjadi dalam sejarah

Nilai : Jangan katakan pada saya apa yang akan kamu kerjakan
namun tunjukkan pada saya apa yang telah kamu kerjakan

Konsep : Berorientasi pada tindakan, kongkrit bukan abstrak.


Dalam bahasa Ibrani, kata kerja muncul mendahului dalam
struktrur kalimat. Banyak konsep diekspresikan dengan istilah-
istilah yang tegas al;

Wayyissa: ―menggangkat mata‖ (Kej 22:4)

Wayyikharaf af: ―hidung terbakar/murka‖ (Kel 4:14)

Egleh: ―tidak menutup telinga‖ (Rut 4:4)

Tekabdu et levavkem: ―memiliki hati yang keras‖ (1 Sam 6:6)

109
Ibid., p.20-23
112 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Tuhan : ―Yang tidak nampak‖ namun digambarkan secara nampak


dengan istilah-istilah kongkrit al, Tuhan bertelinga, bertangan,
berkaki. Para teolog mengistilahkan dengan ―anthropomorphisme‖.

Teologi : Teologi bukan dipahami sebagai suatu kepercayaan


terhadap sejumlah daftar kepercayaan, rumusan dogma melaikan
pada suatu hubungan atau relasi. Hal ini ditunjukkan dengan
mengekspresikan proses berpikir yang dilakukan dalam hati,
dimana seseorang ―mengasihi Tuhan‖ (Ul 6:5), dimana seseorang
―merasa takut akan Tuhan‖(Ul 28:65), dimana seseorang ―merasa
berdosa. Bagian dalam tubuh adalah wilayah dimana muncul rasa
takut (Yer 4:19) dan hati dimana terletak rasa tertekan (Rat 2:11)
dan juga sukacita (Ams 23:16). Kepala bukan dipahami sebagai
pusat berpikir melainkan sebagai tempat bagi sesuatu yang halus
yaitu kekuatan kehidupan yang mengalir menuju tubuh.

Manusia: Manusia dipahami sebagai kombinasi utuh dan integral


antara bagian yang nampak (material part) dan tidak nampak
(immaterial part). Tidak ada yang lebih utama dan penting di antara
keduanya

2. “Truth is in the „both-and‟, not „either-or” (prinsip


harmonisasi)

Cara pandang Ibrani lebih menekankan prinsip keselarasan dan


mempertahankan ketegangan daripada berusaha menyelesaikan
ketegangan dan mengkontradiksikan ketegangan. Ada banyak
persoalan yang kontradiktif namun seluruhnya dipahami sebagai
satu kesatuan dan bukan dikontradiksikan. Cara pandang ini disebut
―Box Logic‖ dan pandangan yang berkebalikan dengan itu adalah
―Linear Logic‖ sebagaimana cara pandang Yunani. Contoh-contoh
berikut akan dikontradiksikan jika mengikuti cara pandang Yunani
namun dalam pemikiran Ibrani ketegangan tersebut diakomodir.
Contoh : Tidak ada satu orangpun yang pernah melihat Tuhan (Yoh
1:18, 1 Tim 1:17) namun dibagian lain dikatakan Moshe, Akharon
melihat Tuhan (Kel 24:9-10) bahkan Yesus sendiri mengatakan
113 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bahwa barangsiapa murni hatinya dia akan melihat Tuhan (Mat


5:8). Prinsip harmonisasi terangkum dalam Yesaya 45:7, ―YHWH
menjadikan terang dan gelap, yang menjadikan (nasib) beruntung
dan menciptakan (nasib) yang buruk‖ (yotser or ubore khoshek,
osheh shalom ubore ra, YHWH oshe kol elleh). Cara pandang
mengkontradiskikan segala sesuatu nampak dalam cara pandang
beberapa kelompok Islam dalam membaca teks Kitab Suci TaNaKh
dan Perjanjian Baru.

3. “Everything in life relates to God” (prinsip seluruh kehidupan


berhubungan dengan Tuhan)

Tidak ada perbedaan antara yang sekular dan spiritual. Semua


ciptaan Tuhan baik (Kej 1:31). Segala sesuatu diterima dengan
ucapan syukur (1 Tes 5:17). Dunia adalah arena untuk berkarya (Ul
26:5-10). Kata ―ibadah‖ dan ―bekerja‖ diturunkan dari akar kata
yang sama dba (a-v-d). Bekerja adalah melayani, beribadah adalah
melayani. Baik bekerja maupun beribadah adalah pelayanan. Yang
satu melayani manusia dan manusia serta yang satu melayani
Tuhan.

4. “Religion as a way of life” (prinsip agama sebagai gaya hidup)

Agama tidak dipahami sebagai seperangkat sistem kepercayaan dan


norma-norma belaka melainkan suatu gaya hidup dan ringkasan
pengalaman hidup. Tidak mengherankan kata ―berjalan bersama
YHWH‖ (wwayithalek Khanok et ha Elohim) atau ―berjalan di
jalan-Nya‖ (haholek biderakaiw) sebagaimana dinyatakan beberapa
ayat seperti (Kej 5:24, Mzm 128:1)

5. “Time and History are in God‟s hand” (prinsip waktu dan


sejarah dalam genggaman Tuhan).

Sejarah dipahami sebagai sejarah Tuhan berinteraksi dengan umat


manusia. Dalam sudut pandang Ibrani, seseorang harus mengenal
sejarah karena dengan mengenal sejarah seseorang dapat
114 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengetahui siapa dirinya. Jika dia tidak mengetahui darimana dia


datang maka dia tidak mengetahui kemana dia akan pergi.
Hubungan dengan Tuhan didasarkan atas peristiwa sejarah. Ini
menuntun pada pemahaman tentang ―perjanjian‖ dengan Tuhan.
Seorang yang menjadi anggota suatu perjanjian hany berlaku saat
mana dia menjadi anggota masyarakat yang mengikat perjanjian
dengan Tuhan. Di luar ikatan perjanjian, dia terlepas dari
masyarakat tersebut. Oleh karenanya penanggala dalam sistem
kalender Ibrani berkaitan dengan peristiwa-peristiwa historis
YHWH terhadap umatnya yang direfleksikan dalam perayaan-
perayaan. Pentingnya sejarah terekam dalam Mazmur 78:1-71.

Ketiga, memahami idiom-idom Semitik Yudaik yang bertebaran


dalam teks Perjanjian Baru bahkan yang berbahasa Yunani. D. Bivin dan
R. Blizzard menjelaskan mengenai idiom-idiom Ibrani dalam teks
Perjanjian Baru sbb: ―One of the best indications of the Hebrew origin of
the Synoptic Gospels is to be found within the texts of the Gospel
themselves. The Hebraic undertext is revealed not only in sentence
structure but in the many literalism and idioms present, which are peculiar
to the Hebrew language‖ 110 (salah satu indikasi terbaik adanya asal usul
Ibrani dari Injil Sinoptik, ditemukan di dalam teks Injil itu sendiri.
Pengaruh Ibrani disingkapkan bukan hanya dalam struktur kalimat
melainkan dalam banyak literalisme dan idiom yang ada yang cukup asing
bagi bahasa Ibrani). Dalam artikel yang lain, David Bivin menegaskan,
―Hebraisms can be found in all books of the NT -- after all, most, if not all,
of these books were authored by Jews living in the land of Israel in the first
century -- but the vast majority of the NT‘s Hebraisms lie buried in the
Greek texts of Matthew, Mark and Luke. Isolated idioms do not prove
Hebrew origins, just as a French word or idiom in American English does
not prove Americans speak French. No single Hebraism can support the
supposition that a NT book was originally written in Hebrew; however,

110
Op.Cit., p. 53
115 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

masses of Hebraisms in a NT book tend to indicate a Hebrew ancestor‖111


(Hebraisme dapat ditemukan dalam keseluruhan kitab-kitab Perjanjian
Baru – bagaimanapun meski tidak seluruhnya masing-masing kitab
tersebut dituliskan oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel pada
Abad Pertama – namun kebanyakan unsur Hebraisme Perjanjian Baru
terkubur di dalam teks Yunani Matius, Markus dan Lukas. Idiom yang
tersembunyi memang tidak membuktikan asal usul Ibrani dari Kitab
Perjanjian Baru, seperti kata atau idiom Prancis dalam bahasa Inggris
orang Amerika tidak membuktikan bahwa orang Amerika berbahasa
Prancis. Tidak ada satupun unsur Hebraisme dalam Kitab Perjanjian Baru
menunjukkan indikasi bahwa aslinya dituliskan dalam bahasa Ibrani.
Namun demikian, banyaknnya unsur Hebraisme dapat mendukung dugaan
bahwa Kitab Perjanjian Baru cenderung memngindikasikan asal usul
Ibraninya).

Beberapa bukti adanya unsur-unsur Semitik Hebraik dalam naskah


Perjanjian Baru Yunani sbb:112

1. Penggunaan Kata Ganti Yang Berlebihan (Redundant


pronouns). Kata ganti penghubung (relatif pronoun) dalam bahasa
Ibrani, tidak dapat berubah bentuk (indeclinable) dan tanpa jenis
kelamin (genderless), sehingga memerlukan kata ganti orang dalam
anak kalimat yang diikutinya. Hal ini mempengaruhi sejumlah
bagian dalam Kitab Perjanjian baru yang mana merupakan kata
ganti yang tidak diperlukan yaang muncul setelah adanya kata
penghubung, sebagaimana dalam Markus 7:25 yang secara literal
dibaca, ―seorang ibu yang dia sendiri (autou), yang anak perempuan
miliknya (autes) kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang
Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya.‖ Susunan

111
David Bivin, Cataloging the New Testament's Hebraisms: Part 1 (Luke 14:26;
15:18-22) September 07, 2010
http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000135.html
112
David Alan Black, New Testament Semitism‖, The Bible Translator 39/2,
April 1988, pp. 215-223
116 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

demikian mungkin saja dalam bahasa Yunani namun bukan asli


Yunani, sebagaimana aslinya dalam bahasa Ibrani dan Aramaik.

2. Penggunaan Kata “Mengatakan” Secara Berlebihan


(Redundant use of ‗saying‘). Ucapan tidak langsung dalam bahasa
Ibrani Kitab Suci, tidak dikenal; semua ucapan disampaikan secara
langsung, entahkah kata-kata tersebut kata-kata yang sesungguhnya
diucapkan atau mewakili makna umum mengenai apa yang telah
diucapkan. Kata Ibrani, dengan teliti menghubungkan dengan kata
penghubung Yunani, legon, ―mengatakan‖ yang dipergunakan
untuk memberitahukan suatu kutipan. Contoh, Markus 8:28,
―Jawab mereka: Ada yang mengatakan (legontes): Yohanes
Pembaptis‖. Contoh lainnya, lihat Matius 23:1-2; 28:18; Lukas
14:3; 24:6-7.

3. Pembukaan Yang Dimulai Dengan, “Sampailah Pada


Waktunya” (Intoductory ‗it came to pass‘). Penggunaan kata kerja
bahasa Yunani yang ganjil, seperti egeneto bersamaan dengan kata
kerja lain, terkadang menghasilkan kaitan yang rapat (closely
corresponding) dengan idiom Semitik ―maka demikianlah itu
terjadi‖ atau ―terjadilah demikian‖. Ciri Semitisme ini muncul
sangat kerap dalam tulisan Lukas dibandingkan lainnya (Markus
hanya empat kasus berkaitan dengan hal ini). Contoh, Lukas 2:6,
―And it came to pass, in their being there, the days were fulfilled
for her bringing forth‖ (―Demikanlah terjadi {Greek: egeneto de}
ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
YLT). Pengakuan terhadap ketidakwajaran ekspresi berbahasa
tersebut, kebanyakan para penerjemah modern mengawali dengan
kalimat sederhana, ―sementara mereka di sana‖ (Band. GNB, NIV,
JB, NEB, RSV). Contoh-contoh lain dari idiom ini, lihat Lukas 2:1;
2:6; 2:15; 3:21; 5:1; 5:12; 5:17; 16:1; 6:6; 6:12; 7:11; 8:1; 8:22;
9:18; 9:28; 9:37; 9:51; 11:1; 11:27; 14:1; 17:11; 18:35; 20:1; 22:24;
24:4)

4. Paralelisme (Paralleism). Paralelisasi bait dan anak kalimat


merupakan karakteristik puisi Semitik dan dapat dengan mudah
117 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ditelusuri dalam Kitab Perjanjian baru bahkan yang berupa


terjemahan sekalipun. Kotbah di Bukit (Mat 5:3-11) pada mulanya
disampaikan dalam bentuk puisi, entahkah dalam bahasa Ibrani atau
Aramaik, nampak nyata dari bentuk paralelisasi yang sampai saat
ini dapat kita baca dalam terjemahan berbahasa Inggris. Jejak-jejak
pararelisme dapat kita telusuri dalam Hymne Lukas (Luk 1-2) dan
nubuat Simeon (Lukas 2:34-35). Bentuk pararelisme lainnya dalam
ditemukan dalam dialog dalam Markus 11:9-10, ―Hosana!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,diberkatilah
Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud‖. Kehadiran
sejumlah pararelisme agaknya menolong dalam membedakan
apakah bagian demi bagian sebuah naskah akan ditulis dalam
format puisi atau gaya prosa.

Keempat, analisis teks bahasa sumber penulisan baik dalam bahasa


Yunani dan Aram (Ibrani). Kita tidak bisa mengandalkan begitu saja
terjemahan kitab suci khususnya Lembaga Alkitab Indonesia. Kita harus
melakukan sejumlah analisis teks bahasa sumber untuk mendapatkan
makna suatu teks dalam sebuah ayat atau perikop. Dalam artikel saya yang
berjudul, ―Mengkaji Validitas Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia‖ 113
ada sejumlah kritik penerjemahan Lembaga Alkitab Indonesia.

Studi Kasus 1 Petrus 3:19-20: “Memberitakan Injil” atau


“Mengumumkan kebangkitannya?”

Terjemahan versi Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan, ―…dan


di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di
dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh
tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu
Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu
delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu‖. Dalam naskah
Yunani dituliskan sbb:

113
Teguh Hindarto, Mengkaji Validitas Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
118 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ελ σ θαη ηνηο ελ θπιαθε πλεπκαζηλ πνξεπζεηο εθεξπμελ


απεηζεζαζηλ πνηε νηε απεμεδερεην απαμ εμεδερεην ε ηνπ ζενπ καθξνζπκηα
ελ εκεξαηο λσε θαηαζθεπαδνκελεο θηβσηνπ εηο ελ νιηγνη νιηγαη ηνπη εζηηλ
ηνπηεζηηλ νθησ ςπραη δηεζσζεζαλ δη πδαηνο

Terjemahan ini berpotensi besar menimbulkan distorsi pemahaman.


Mengapa dikatakan menumbulkan distorsi pemahaman? Karena
mengesankan ada kesempatan kedua bagi orang-orang mati untuk bertobat.
Padahal pintu pertobatan adalah kesempatan yang diberikan hanya bagi
orang-orang yang hidup. Kata yang diterjemahkan ―memberitakan Injil‖,
dalam naskah Yunani, ekeruzen (εθεξπμελ) dari akar kata keruzo yang
artinya ―mengumumkan‖. Jika memberitakan, seharusnya digunakan kata
euanggelizo.

Ayat diatas, lebih tepat jika diterjemahkan, ―…dan didalam Roh itu
juga Dia pergi mengumumkan kepada roh-roh yang ada didalam
penjara,…‖. Apa yang dumumkan oleh Yesus? Pertama, ayat 18
memberikan penjelasan dalam naskah Yunani, ―zoopoitheis de toi
pneumati‖ (yang telah menerima kehidupan dalam Roh). Kata Yunani zoe
memberikan indikasi kehidupan yang kekal. DR. Harun Hadiwyono
menjelaskan, ―lebih tepat ayat ini diterangkan, bahwa peristiwa kenaikkan
(Mesias) ke Sorga itu menjadi suatu proklamasi bagi jiwa yang
tertawan‖114. Demikian pula dengan DR. Van Niftrik dan D.S. Boland
menegaskan, ―Bagaimanapun juga, bahwa ayat-ayat yang begitu gelap ini
mungkin dapat menginsyafkan kepada kita bahwa arti kematian dan
kemenangan (Mesias) itu meliputi semesta alam serta segala masa‖ 115 .
Dalam Orthodox Brit Khadasha, dengan tepat diterjemahkan : |19| in
which also to the ruchot (spirits) in mishmar (prison), having gone,
Moshiach made the hachrazah (proclamation, kerygma) |20| to ones
without mishma'at (obedience) back then when the zitzfleisch (patience) of
114
DR. Harun Hadiwyono, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998, hal
338
115
DR. Van Niftrik dan D.S. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK 1967,
hal 206
119 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Hashem was waiting, in the days of Noach, while the Teva (Ark) was being
prepared, in which a few, that is shemoneh nefashot (eight souls), were
delivered through that mabbul's mikveh mayim;… (Yang juga kepada roh-
roh yang berada dalam penjara, Dia telah pergi, Mesias membuat
proklamasi kepada orang-orang yang tidak taat, ketika Yahweh dengan
setia menunggu, dizaman Nuh, saat bahtera disiapkan, dengan jumlah yang
sedikit, yaitu shemone nefashot/delapan orang yang terbebas dari mabbul
mikveh mayim/air bah). Kedua, Yesus mengumumkan pada orang-orang
mati bahwa diriNya akan menjadi Hakim Yang Adil (1 Ptr 4:6). Dalam
terjemahan LAI, ―Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada
orang-orang mati…‖. Untuk memahami pernyataan dalam 1 Petrus 4:6,
perlu dirunut pada ayat 5, yang dalam naskah Yunani tertulis, krinai zontas
kai nekrous (menghakimi yang hidup dan yang mati). Meskipun dalam
ayat 6 digunakan kata euanggelisthe (memberitakan), namun konteks
Kabar Baik yang diberitakan atau diumumkan Yesus, adalah mengenai
diriNya sebagai Hakim diakhir zaman. DR. David Stern memberikan
komentar terhadap 1 Petrus 4:6 sbb: ―Menurut Yokhanan 5:21, Rm 2:16,
Yeshua Sang Mesias adalah yang berdiri untuk menghakimi yang hidup
dan yang mati. Inilah sebabnya mengapa Dia memproklamasikan kepada
mereka yang telah mati. Meskipun mereka mengalami penghakiman
secara badani maupun dalam kematian, namun mereka akan mengalami
kehidupan melalui Roh dengan cara yang telah Tuhan sediakan‖116.
Dalam Orthodox Brit Khadasha, diterjemahkan: |6| For, indeed, this is the
reason that the Besuras Ha Geulah was preached to the mesim (dead
ones), that, though judged in the basar as men (MJ 12:23; Yn 5:25;1Th
4:13-18), they might live as G-d does in the spirit (Sebab, inilah alasannya
bahwa Besuras ha Geulah/Kabar Baik Penebusan telah dikotbahkan kepada
Mesim/orang yang mati, supaya dihakimi didalam daging seperti manusia,
sehingga mereka menerima kehidupan sebagaimana Tuhan, didalam Roh).
Meskipun Orthodox Brit Khadasha menerjemahkan dengan
―mengkhotbahkan Kabar Baik Penebusan‖, namun dapat dipahami dalam
konteks orang-orang yang mati dizaman Nuh. Dan tidak tersirat bahwa
Yesus memberitakan kepada orag-orang yang mati bahwa mereka harus

116
DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.755
120 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bertobat, karena setelah kematian, tidak ada kesempatan kedua untuk


bertobat.

Kelima, analisis konteks sebuah ayat dengan melibatkan ayat


sebelum dan sesudahnya serta melibatkan pemahaman latar belakang
kebudayaan dan agama Yudaisme sehingga sebuah istilah atau peristiwa
yang sulit dipahami dapat ditemukan maknanya dengan merujuk latar
belakang keagamaan dan kebudayaan pada waktu itu. Demikianlah ulasan
pengantar mengenai mazhab Judeochristianity yang meliputi definisi,
konsep pemikiran, sejarah serta metodologi hermeneutis terhadap teks
Kitab Suci. Kiranya kajian ini memberikan gambaran mengenai apa dan
bagaimana mazhab Judeochristianity di Indonesia
121 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KETIGA

PEMIKIRAN JUDEOCHRISTIANITY MENGENAI


AKIDAH (POKOK KEPERCAYAAN) DAN IBADAH
122 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB IX

IMANKU, IBADAHKU, GAYA HIDUPKU

Jika kehidupan Kristiani diibaratkan sebagai fundasi dan bangunan,


maka kehidupan Kristiani terdiri atas susunan fundasi dasar Pokok
Keimanan. Di atas dasar Pokok Keimanan ada fundasi kedua yang berdiri
sebagai pilar penopang yaitu Ibadah. Dan bangunan di atas pilar tersebut
adalah Gaya hidup. Saya menyebutnya dengan istilah Ibrani Emunah
(pokok keimanan) dan Avodah (ibadah) serta Halakah (gaya hidup).
Persamaannya dalam bahasa Arab, Akidah (pokok kepercayaan), Ibadah
(peribadatan) serta Akhlaq (gaya hidup, perilaku). Persamaan dalam Gereja
Orthodox diistilahkan dengan Orthodoxia (pokok ajaran), Ortholatria
(peribadatan) serta Orthopraxia (gaya hidup, perilaku). Namun demikian
tentu akan ada yang bertanya pada saya, jika demikian benar adanya, lalu
mengapa Kekristenan tidak memahami hal demikian? Bukankah istilah-
istilah seperti Emunah, Avodah serta Halakah adalah istilah khas milik
Yudaisme? Mengapa kita sebagai orang Kristen menggunakan istilah
tersebut?

Sebelum saya mengkaji perihal apa saja yang menjadi pokok


keimanan dan ibadah serta gaya hidup seorang Kristen, maka saya akan
menjelaskan terlebih dahulu konsep mengenai Judeochristianity.

Pemahaman Mengenai Judeochristianity

Apa itu Judeochristianity? Secara istilah, Judeochristianity berarti


Kristen Yahudi. Dalam sejarah penggunaan istilah Judeochristianity, kata
ini telah mengalami perkembangan dan pergeseran makna. Istilah ini
pertama kali muncul Oxford English Dictionary pada tahun 1899 dan 1910
bermakna orang-orang Kristen mula-mula yang masih menjadi bagian dari
Yudaisme. Artinya, pengikut Yesus yang mula-mula adalah terdiri dari
orang Yahudi. Istilah ini muncul kembali dalam sebuah surat kabar New
English Weekly di bawah judul Holocaust in American Life oleh Peter
Novick.
123 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam perkembangannya, istilah Judeochristianity kerap


ditunggangi dengan unsur-unsur politis di Amerika. Saya sendiri lebih
mendefinisikan Judeochristian atau Yudeo Kristen sebagai, Kekristenan
yang menghargai dan mewujudkan nilai-nilai Yudaisme dan budaya
Semitik sebagai akar Kekristenan mula-mula. Nilai-nilai Yudaisme
tersebut diwujudkan dalam pokok kepercayaan, dalam ibadah dan dalam
etika117. Yudaisme manakah yang dimaksudkan sebagai akar Kekristenan?
Yudaisme Klasik atau Yudaisme Modern? Bukan Yudaisme Modern yang
telah mengalami perkembangan dan dipengaruhi berbagai teori yang
menolak Yesus sebagai Mesias, melainkan Yudaisme Klasik yang dimulai
sejak orang Yahudi pulang dari pembuangan Babilonia pada Abad VI
SM118. Dengan pernyataan Yudaisme sebagai akar awal Kekristenan
menimbulkan pertanyaan berikutmya. Apakah Yesus seorang Kristen?
Bukan! Yesus secara kemanusiaan terlahir sebagai orang Yahudi (Ibr 7:14)
dari orang tua Yahudi (Mat 1:1-17; Luk 2:1-5) dan dibesarkan dalam
tradisi Yahudi serta melayani dalam bingkai Yahudi dan Yudaisme al.,
beribadah pada hari Sabat (Luk 4:16), merayakan perayaan Yahudi (Luk
2:41-42, Yoh 7:1-13), mengajar dengan gaya rabbi Yahudi (Mat 5:1-48).

Apakah bukti bahwa Yesus seorang Yahudi? Yesus disunat pada


hari kedelapan (Lukas 2:21-24), Yesus mengikuti upacara Bar Mitswah
(Lukas 2:41-52), Yesus menggunakan pakaian khas Yahudi dengan Tsit-
tsit (Matius 9:20), Yesus mengajar dengan gaya khas seorang rabbi Yahudi
–perumpamaan, cerita, amsal, dll (Mat 5:1-48)119

117
Teguh Hindarto, Kristen Yahudi (Judeo-Christianity): Pemahaman
Terminologis
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/02/kristen-yahudi-judeo-christianity.html
118
Teguh Hindarto, Apakah Yahudi dan Kekristenan Berbeda?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/apakah-kekristenan-berbeda-
dengan.html
119
Teguh Hindarto, Yesus-Yahudi-Yudaisme
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/yesus-yahudi-yudaisme.html
124 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Apakah Yudeo Kristen adalah percampuran ajaran Yudaisme dan


Kristen? Bukan! Yudeo Kristen tetap membedakan antara Yudaisme dan
Kekristenan. Yudaisme berpusat pada Yahweh dan Torah. Kekristena
berpusat pada Yesus dan Injil. Yudeo Kristen berpusat pada Yahweh dan
Torah sekaligus pada Yesus dan Injil. Dengan istilah Judeochristianity atau
Yudeo Kristen saya maksudkan sebagai bentuk respon dan refleksi kritis
atas kehadiran Messianic Judaism yaitu gerakan diantara orang Yahudi dan
Yudaisme yang telah menerima Yesus (dengan sebutan Yeshua atau
Yahshua atau Yehoshua serta Yahushua) sebagai Mesias Ibrani dan tetap
mempertahankan budaya Ibrani. Karena Messianic Judaism adalah sebuah
gerakan yang tumbuh dilingkungan Yudaisme dan Yahudi, maka saya
merasa bahwa saya tidak harus menyebutkan diri saya dengan sebutan
Messianic Judaism sekalipun saya banyak mengadopsi dan belajar pokok-
pokok pikiran dalam teologi Messianic Judaism. Saya bukan berasal dari
Yudaisme dan bukan pula seorang Yahudi. Saya seorang Kristen. Saya
membuat jembatan peristilahan untuk mengekspresikan sebuah keyakinan
dan kajian teologi serta devosi (ibadah) yang berakar dari warisan budaya
Semitik Yudaik dengan sebutan Judeochristianity atau Yudeo Kristian.
Dalam beberapa tulisan terkadang saya menggunakan istilah Kristen
Semitik atau Kristen Rekonstruksi.

Sebagaimana telah saya katakan dalam artikel Akar Itu Yang


Menopang Kamu sbb, ―Meskipun kembali ke akar iman bukan bermakna
―menjadi Yahudi‖ dan sejenisnya, namun pemahaman tentang
―Keyahudian‖ atau ―Keisraelan‖ dan berbagai ekspresi ibadah,
pengajaran serta tradisi-tradisi mereka, perlu dipelajari dalam terang
kehadiran Yesus Sang Mesias. Hasil pemahaman mengenai ―kembali ke
akar Ibrani‖, perlu diaktualisasikan dalam berbagai bidang penghayatan
Kristiani. Berikut beberapa bentuk aktualisasi pemahaman kembali ke
akar Ibrani dalam kehidupan iman Kristiani: Dalam Ibadah (Avodah),
dalam Teologi (Elohut), dalam Etika (Halakah)‖.120 Dengan kata lain, visi
Back to Hebraic Root atau Kembali ke Akar Ibrani yang diusung oleh
Messianic Judaism saya respon dengan mendefinisikan diri sebagai

120
Teguh Hindarto, Akar Itu Yang Menopang Kamu
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/01/akar-itu-yang-menopang-kamu.html
125 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Judeochristianity atau Yudeo Kristen sebagai bentuk refleksi teologis atas


pengajaran Messianic Judaism dalam Teologi dan Devosi serta Etika.
Istilah Yudeo Kristen juga saya pergunakan untuk merespon kehadiran
Gereja Ortodok Timur yang juga mengekspresikan budaya Semitik dan
peribadatan dengan mempergunakan bahasa Aramaik serta Arab. Baik
Messianic Judaism maupun Gereja Ortodox Timur memang membawa
misi untuk mengingatkan Kekristenan mengenai akar tradisi iman dan
budaya mereka yaitu dari Timur khususnya budaya Semitik Yudaik. Saya
merasa lebih nyaman mempergunakan istilah Yudeo Kristen sebagai
bentuk berdiri diantara Teologi Messianic Judaism dan Gereja Orthodox.

Setelah saya menjabarkan konsep mengenai apakah


Judeochristianity, maka saya akan menguraikan dalil-dalil mengenai
Emunah, Avodah, Halakah dari Judeochristianity tersebut.

Pokok Keimanan Kristiani (Emunah)

1 Timotius 4:6 mengatakan, ―Dengan selalu mengingatkan hal-hal


itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan
Mesias Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan
dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini‖. Ayat ini menegaskan
pada kita bahwa sebagai seorang pengikut Mesias, kita harus terdidik
dalam soal-soal pokok keimanan. Jika seorang Kristen tidak memiliki
pokok keimanan yang kokoh, maka rusaklah ibadahnya dan rusaklah gaya
hidupnya akibat pemahaman dasar yang salah. Mazmur 11:3 mengatakan,
―Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang
benar itu?‖. Dengan demikian, pokok keimanan menempati bagian yang
paling dasar dari kehidupan Kristiani. Jika dasar kehidupan Kristiani
hancur, maka hancurlah ibadah dan gaya hidupnya.

Rasul Paul Yudas (Yahuda) mengatakan bahwa iman harus


diperjuangkan dan rasul Paul mengatakan agar iman diteruskan serta
diwariskan. ―Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku
bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan
kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan
menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan
126 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus‖ (Yud 1:3).


―Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap
mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan
kepadamu‖ (2 Kor 11:2). ―Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-
saudara, dalam nama Junjungan Agung Yesus Sang Mesias, supaya kamu
menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya
dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami‖ (2
Tesalonika 3:6). ―Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada
ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun
secara tertulis‖ (2 Tes 2:15).

Satu Tuhan dan Satu Junjungan Agung Yang Ilahi

Apakah yang menjadi pokok keimanan kita? Rasul Paul meringkas


dengan susunan kredo berikut ini, ‖namun bagi kita hanya ada satu
Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan
yang untuk Dia kita hidup, dan satu Junjungan Agung Ilahi saja, yaitu
Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan
yang karena Dia kita hidup‖. Karena dalam perspektif Judeochristianity
nama Allah tidak tepat untuk menerjemahkan kata Yunani Theos dan kata
Ibrani Elohim, maka semua kata Allah baik dalam TaNaKh maupun Kitab
Perjanjian Baru dituliskan dengan Tuhan121 Kredo di atas dengan tegas
mengatakan ADA SATU TUHAN dan ADA SATU JUNJUNGAN
AGUNG ILAHI. Tuhan itu disapa Bapa. Siapakah nama Tuhan dan Bapa
Surgawi itu?

Siapakah Sang Bapa itu?

Yesaya 64:8 mengatakan, ―We‘atta YHWH Avinu…‖ (dan


sekarang Engkaulah YHWH Bapa kami). Mengapa kita tidak mengenal
YHWH sebagai Bapa? Karena orang Yahudi paska pembuangan enggan

121
Teguh Hindarto, Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah dalam Terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-
dalam.html
127 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengucapkan nama YHWH dan diganti dengan ungkapan euphemisme


HA SHEM (Sang Nama) dan ADONAI (Tuhan). Kebiasaan ini berlanjut
ketika Septuaginta (terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani) menuliskan
nama YHWH dengan sebutan KURIOS yang setara dengan Adonai.
Kemudian Vulgata (terjemahan TaNaKh dalam bahasa Latin) menuliskan
nama Tuhan dengan DOMINI. Kebiasaan ini berlanjut ketika bangsa-
bangsa menerjemahkan TaNaKh dalam bahasa masing-masing, maka
tradisi Yahudi paska Babilon dilestarikan yaitu mengganti nama Tuhan
Yahweh dengan sapaan penghormatan. Dalam bahasa Inggris LORD,
dalam bahasa Indonesia TUHAN.

Siapakah YHWH itu?

Siapakah YHWH (Yahweh) itu? Keluaran 3:15 mengatakan,


―Selanjutnya berfirmanlah Tuhan kepada Musa: "Beginilah kaukatakan
kepada orang Israel: YHWH, Tuhan nenek moyangmu, Tuhan Abraham,
Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah
nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-
temurun‖. Dalam Yesaya 40:28 dikatakan, ―Tidakkah kautahu, dan
tidakkah kaudengar? YHWH ialah Tuhan kekal yang menciptakan bumi
dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak
terduga pengertian-Nya‖. Menurut eksposisi ayat di atas, YHWH adalah
Tuhan Pencipta dan Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub serta keturtunanya.

Apakah Makna penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa? Setiap


huruf dalam bahasa Ibrani memiliki makna sebagaimana semua rumpun
bahasa Semitik. Kata Ibrani untuk Bapa adalah AV (‫ )אב‬terdiri dari Alef
(‫ )א‬dan Bet (‫)ב‬. Huruf Alef merupakan huruf pertama dalam rangkaian
abjad Ibrani. Huruf Alef melambangkan yang pertama ada, sumber segala
sesuatu. Sementara huruf Bet merupakan huruf yang pertama kali muncul
dalam Kitab Kejadian 1:1 ―Bereshit bara Elohim et ha shamayim we et
haarets‖ (Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi). Huruf Bet
adalah huruf penciptaan, sang causa prima, pengada yang pertama. Makna
sebutan Av (‫ )אב‬adalah Dialah Sang Pengada pertama yang menyebabkan
segala sesuatu ada. Dialah sumber segala sesuatu.
128 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengapa Yesus mengajarkan untuk menyapa-Nya dengan sebutan


Bapa? Sebenarnya penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa Kami (Avinu)
bukan hal baru sama sekali. Dalam Siddur (Buku Doa Yudaisme) ada
beberapa doa yang memulai dengan sapaan AVINU. Orthodoks Judaism
menyapa YHWH dengan ADONAI. Kaum Kabalist (esoterisme Yahudi)
menyapa YHWH dengan EIN SOF (Tiada Akhir). Sapaan AVINU oleh
Yesus hendak memberikan makna kerapatan hubungan Tuhan dan ciptaan-
Nya secara lebih egaliter122. Dan Rasul Paul meneruskan (paradosis) apa
yang telah diajarkan oleh Yesus untuk menyapa YHWH (Yahweh) dengan
sebutan Bapa. Jika YHWH adalah Sang Bapa dan Tuhan Pencipta maka
siapakah Yesus Sang Mesias itu? Yohanes mengatakan, ―Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman itu
adalah Tuhan...Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia
dan kebenaran‖ (Yoh 1:1)

Dari aspek hakikat (ontologi), Yesus adalah Sang Firman. Sang


Firman bukanlah mahluk yang diciptakan Tuhan melainkan oleh Firmanlah
segala sesuatu diciptakan (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3). Keilahian Yesus
terletak dari hakikat Yesus sebagai Sang Sabda yang menjelma menjadi
manusia. Oleh karenanya Rasul Paul mengatakan, ―...yang oleh-Nya segala
sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖ (1 Kor 8:6).

Mengapa Yesus disebut Junjungan Agung Yang Ilahi?

Namun mengapa saya menerjemahkan dengan ―Junjungan Agung


Yang Ilahi‖ terhadap Yesus? Bukankah ini menolak aspek Ketuhanan
Yesus dan hanya menyamakannya dengan manusia lainnya yang memiliki
gelar serupa? Dalam keseluruhan Kitab Perjanjian Baru Yesus disapa oleh
muridnya dan siapapun yang berbicara dengan beliau dengan sapaan
Kurios (bhs. Yunani) atau Maran (bhs. Aram). Kata Kurios sendiri
memiliki makna Tuan atau Majikan atau sebutan penghormatan

122
Teguh Hindarto, Makna Tefilah Avinu
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/makna-tefilah-avinu.html
129 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sebagaimana ditunjukkan ayat-ayat berikut ini:―Sekarang apa yang akan


dilakukan oleh tuan (kurios) kebun anggur itu? Ia akan datang dan
membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun
anggur itu kepada orang-orang lain‖ (Mrk 12:9). ―Berbahagialah hamba,
yang didapati tuannya (kurios) melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu
datang‖ (Luk 12:43)

Istilah Kurios bisa ditujukan pada manusia (majikan, pemilik usaha, raja,
pejabat dll) dan bisa terhadap Tuhan dan malaikat sebagaimana ayat-ayat
berikut ini: ―Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu
hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar
dengan api, karena YHWH Tuhan (kurios ho theos), yang menghakimi
dia, adalah kuat‖ (Why 18:8). ―Ia menatap malaikat itu dan dengan takut
ia berkata: "Ada apa, Tuan? (kurios)" Jawab malaikat itu: "Semua doamu
dan sedekahmu telah naik ke hadirat Tuhan dan Tuhan mengingat
engkau‖ (Kis Ras 10:4).

Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus


dalam naskah Yunani Perjanjian Baru, seharusnya diterjemahkan dengan
sebutan ―Tuan‖ atau ―Junjungan Agung‖. Maka pernyataan, ―Legei hautoi
Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis
to udoun to zoon‖ (Yokh 4:11) seharusnya diterjemahkan "Tuan, Engkau
tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau
memperoleh air hidup itu?‖. Demikian pula pernyataan, ―Hosakis gar ean
esthiete ton arton touton kai to poterion ton thanaton tou kuriou
kataggelete akhris hou elthe‖ (1 Kor 11:26) seharusnya diterjemahkan,
―Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu
memberitakan kematian Tuan‖ . Maka pernyataan, ―Eiselthousai de oux
euron to soma tou Kuriou Iesou‖ (Luk 24:3) pun seharusnya
diterjemahkan, ―dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuan
Yesus‖.
Konsekswensi logis dari pemahaman di atas, bahwa ―Tuan Yesus
dapat mengalami kematian sebagai manusia‖, ―Tubuh Tuan Yesus yang
mati, dapat dikafani‖. Artinya, Sang Firman yang telah menjadi manusia
itu yang dijuluki ―Tuan‖, benar-benar logis jika mengalami kematian dan
mayatnya dikafani. Namun jika ―Tuhan mati‖ atau ―mayat Tuhan
130 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dikafani‖, maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta


Alam dan merendahkan hakikat-Nya yang kekal dan tidak nampak.

Apakah dengan menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖ atau ―Junjungan


Agung‖, kita merendahkan hakikat Yesus yang adalah ―Firman Tuhan?‖
apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya? Sekali-kali tidak! Dengan
menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖, kita menegaskan bahwa Dia merupakan
pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga. Dengan
menyebut Dia ―Tuan‖, kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam
kaidah tata bahasa. Dengan menyebut Yesus ―Tuan‖, kita menghilangkan
skandalon (batu sandungan) terhadap komunitas Islam yang memiliki
anggapan bahwa beberapa orang Kristen telah menyamakan begitu saya Isa
dengan Allah yang dianggap sebagai Tuhan Pencipta123.

Makna Kata Kurios Bagi Yesus

Kata Kurios berkaitan dengan kata Kuriotes yang artinya


―kekuasaan‖. Kata Kuriotes muncul beberapa kali dalam Yudas 1:9,
―Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga
mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Tuhan (kurioteta)
serta menghujat semua yang mulia di sorga‖. Demikian pula dalam
Kolose 1:6 sbb: ―Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu,
yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun
penguasa (kuriotetes): segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk
Dia‖. Dan akhirnya dalam Efesus 1:21 sbb: ―Jauh lebih tinggi dari segala
pemerintah dan penguasa (kuriotetos) dan kekuasaan dan kerajaan dan
tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja,
melainkan juga di dunia yang akan datang‖. Dari kajian ayat di atas,
Yesus disapa dengan Kurios (Tuan/Junjungan Agung Yang Ilahi)
bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan kuasa yang dinyatakan dalam

123
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang
Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-
kurios-bagi.html
131 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya Mesianis-Nya124. Inilah


pokok keimanan kita. Ada satu Tuhan yaitu YHWH Sang Bapa Sorgawi
dan ada satu Tuan/Majikan/Penguasa/Junjungan Agung Yang Ilahi yang
bernama Yesus atau Yahshua/Yeshua Sang Mesias.

Konsep Keesaan Tuhan dalam Kekristenan

Dalam perkembangannya ketika ajaran Jemaat Mesias


(Gereja/Qahal) keluar dari Yerusalem dan berhadapan dengan kebudayaan
pagan Yunani Romawi dengan kekuatan Filsafatnya, maka Jemaat Mesias
non Yahudi mulai menggunakan alat Filsafat untuk menjawab dan
menjelaskan pokok keimanan. Munculah konsili-konsili (sudang Gereja)
yang berusaha menjawab berbagai permasalahan dalam doktrin dan ibadah.
Dari tujuh Konsili ada 3 Konsili yang terkenal yaitu Konsili Nicea (325
Ms), Konsili Kontantinopel (381 Ms) dan Konsili Chalchedon (451 Ms).
Muncullah istilah Tritunggal rumusan Tertulianus dalam menjelaskan
keesaan Bapa, Anak, Roh Kudus yaitu YHWH, Firman dan Roh-Nya yang
berkarya dalam penciptaan dan penyelamatan. Pengakuan Iman atau
Sahadat Rasuli yang kerap diucapkan baik di Gereja Katolik, Ortodox
maupun Protestan merupakan bentuk final pengakuam iman Gereja akan
Tuhan yang berkarya melalui Sang Putra dan Sang Roh Kudus.

Dari perspektif Judeochristianity, saya tidak mempergunakan


istilah Tritunggal sekalipun tidak menolak kesehakikatan essensi Bapa,
Anak, Roh Kudus. Saya tetap mempergunakan istilah Keesaan Tuhan
sebagaimana Mesias dan para rasul menggunakan istilah tersebut. Dalam
Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip Shema (Mrk 12:29).
Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan sebutan Bapa,
Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1
Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul Yohanes menyebutkan
mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud 1:25). Pertama,
secara literal, istilah ―Keesaan‖ adalah biblical (sebagaimana tercantum
dalam Kitab Suci). Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang Scriptural

124
Teguh Hindarto, Makna Sebutan Kurios Bagi Yesus
http://bet-midrash.blogspot.com/2011/11/makna-sebutan-kurios-bagi-yesus.html
132 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan


yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan
yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1),
fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata Ekhad, bukan
bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang
mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima
penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat,
setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat
Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26)125

Ibadah Kristiani (Avodah)

1 Timotius 4:7-8 mengatakan, ―Tetapi jauhilah takhayul dan


dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani
terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena
mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan
datang‖. Kata ―beribadah‖ dalam bahasa Ibrani dipergunakan kata
Avodah. Kata Avodah muncul dalam Kitab Torah, Neviim, Kethuvim
(TaNaKh atau Kekristenan lazim menyebutnya dengan Perjanjian Lama)
sebanyak 145 kali. Dalam bahasa Yunani dipergunakan kata Latreuo.
Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan kata Avodah dan Latreuo
dengan ―melayani‖, ―budak‖, ―mengerjakan‖, ―beribadah‖. ―…tetapi
supaya mezbah itu menjadi saksi antara kami dan kamu, dan antara
keturunan kita kemudian, bahwa kami tetap beribadah (avodat) kepada
YHWH di hadapan-Nya dengan korban bakaran, korban sembelihan dan
korban keselamatan kami. Jadi tidaklah mungkin anak-anak kamu di
kemudian hari berkata kepada anak-anak kami: Kamu tidak mempunyai
bagian pada YHWH‖ (Yos 22:27). ―Mereka harus mengerjakan tugas-
tugas bagi Akharon dan bagi segenap umat Israel di depan Kemah
Pertemuan dan dengan demikian melakukan pekerjaan (avodat)
jabatannya pada Kemah Suci‖ (Bil 3:7). ―Beribadahlah (ivdu) kepada

125
Teguh Hindarto, Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan Pendidikan
Ketuhanan dan Moral Kristiani
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-tentang-shema-
sebagai.html
133 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

YHWH dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!‖


(Mzm 100:2).

Empat Pilar Ibadah Kristiani

Ibadah Kristiani pada awalnya berakar pada Yudaisme. Yesus Sang


Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14) dan beribadah secara Yahudi.
Demikian pula murid-murid Yesus dan para rasulnya meneruskan tata cara
ibadah Yudaisme tersebut. Pilar ibadah Kristiani yang berakar pada
Yudaisme meliputi sbb:126

1. Ibadah Harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv –


Kis 3:1; 10:3) 127
2. Ibadah Pekanan (Sabat – Kis 13:14,27,42,44)128
3. Ibadah Bulanan (Rosh kodesh – Kol 2:16-17)
4. Ibadah Tahunan atau Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim – Kis 20:16,
1 Kor 16:8)129.

Para ahli liturgi Kristen pun mengakui bahwa beberapa tradisi


liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan, sebenarnya berakar
dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan dalam artikelnya
sbb: ―Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu,
kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen

126
Teguh Hindarto, Pilar Ibadah Kristiani
http://bet-midrash.blogspot.com/2011/10/pilar-ibadah-kristiani.html
127
Teguh Hindarto, Tefilah: Ibadah Harian Kekristenan
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/tefilah.html
128
Teguh Hindarto, Shabat: Ibadah Pekanan Kekristenan
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/shabat-ibadah-pekanan-
kekristenan.html
129
Teguh Hindarto, Tujuh Hari Raya YHWH Sebagai Bayangan Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/04/tujuh-hari-raya-yhwh-sheva-
moedim.html
134 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

awal, kita terutama harus memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan


musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi‖130. Rashid
Rahman mengatakan, ―Praktek ibadah harian gereja awal
dilatarbelakangi oleh praktek ibadah harian Yudaisme hingga abad
pertama. Latar belakang tersebut dapat berupa kontinuitas, diskontinuitas
atau pengembangan dari ibadah Yudaisme‖ 131. Selanjutnya dikatakan,
―Gereja awal tidak memiliki pola ibadah tersendiri dan asli. Mereka
beribadah bersama dengan umat Yahudi dan kemudian mengambil
beberapa ritus Yahudi untuk menjadi pola ibadah harian‖132

Dalam perkembangannya, akibat suasana Anti Semit yang


berkembang kuat di luar Yerusalem, Gereja dari kalangan non Yahudi
(Christianoi, Kis 11:26) mulai melepaskan diri dari lingkungan Yudaisme
dan Gereja dari kalangan Yahudi (Netsarim, Notsrim, Nazoraios, Kis
24:5,11). Ketika Gereja non Yahudi berkembang di luar Yerusalem,
khususnya di Roma dan seluruh wilayah jajahannya dan berkembang
sampai Eropa, maka Gereja mulai mengembangkan liturginya yang
melepaskan banyak unsur-unsur dalam Yudaisme dan Keyahudian. Gereja
tidak lagi mengenal Tefilah atau ibadah harian. Gereja menggantikan
ibadat Sabat menjadi ibadat Minggu. Gereja menggantikan ibadat Sheva
Moedim atau Tujuh Hari Raya menjadi Christmass dan Easter. Gereja
menggantikan konsep Keesaan Tuhan menjadi Ketritunggalan Tuhan, dll.
Apa yang terjadi jika pilar-pilar yang menopang sebuah bangunan
dirobohkan? Ketimpangan yang berujung pada kehancuran. Tidak heran
jika selama berabad-abad Kekristenan kehilangan kesalehan dan keintiman
dalam beribadah kepada Tuhan. Bangun tidur langsung berdoa tanpa
mencuci muka dan tangan. Ibadah hanya seminggu sekali. Pergi ke tempat
ibadah seperti hendak pergi ke pesta.

130
Pdt. Theo Witkamp, Th.D., Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam
Konteks Yahudi Abad Pertama, dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No
48 Tahun 1994, hal 16
131
Rashid Rahman, Ibadah Harian Zaman Patristik, Bintang Fajar, 2000, hal 5
132
Ibid., hal 36
135 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Tidak mengherankan banyak orang Kristen berpindah agama kepada Islam


yang menawarkan kesalehan dan keteraturan dalam beribadah. Padahal
sejatinya peribadahan Kristiani yang berakar pada Yudaisme dan yang
dilestarikan oleh para rasul jika diperbandingkan dengan peribadahan
dalam Islam, tiada jauh berbeda. Bahkan boleh dikatakan Islam hanya
meneruskan peribadahan yang Yudaisme dan Kristen awal.

Gaya Hidup Kristiani (Halakah)

1 Timotius 4:12 mengatakan, ―Jangan seorang pun menganggap


engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang
percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu‖. Gaya hidup Kristen adalah
pengejawantahan dan penerapan secara luas Pokok Keimanan dan Ibadah
Kristiani. Perilaku Yesus adalah teladan sejati bagi pengikutnya. Kata
perilaku dalam bahasa Arab adalah Akhlak dan dalam bahasa Ibrani
Hatnahgot dan Halikot. Kata Arab Akhlak berasal dari kata Akhlaq yang
merupakan jama‘ dari Khulqu yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.
Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji
(Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang
Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Dalam padanan bahasa Ibrani adalah
Hatnahgot tova (perilaku baik) dan Hatnaghot ra‘ah (perilaku buruk).
Agar kita memiliki akhlak atau hatnihgot atau halikot yang baik, maka
teladanilah akhlak Al Masih atau halikot ha Mashiakh. Rasul Petrus
menuliskan sbb, ―Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Mesiaspun
telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya.‖ (1Pet 2:21). Kata Yunani untuk
Teladan adalah Hupogrammos dan dalam bahasa Ibrani adalah Mofet.
Teladan yang ditinggalkan oleh Yesus Sang Mesias terekam dalam
perkataan berupa ajaran dan nasihat serta perilaku beliau dalam
keseharian.133

133
Teguh Hindarto, Akhlaq Al Masih – Halikot ha Mashiakh
http://bet-midrash.blogspot.com/2011/11/akhlak-al-masih-halikot-ha-
mashiakh.html
136 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sumber bagi gaya hidup Kristen adalah: Pertama, Ajaran dan


sikap hidup Yesus Sang Mesias yang terekam dalam Kitab Injil. Yesus
mengajarkan hal-hal berikut:

1. Mengesakan Tuhan (Markus 12:29)


2. Memelihara Shabat (Lukas 6:5)
3. Memelihara Moedim (Yoh 7:37-38)
4. Menegakkan keadilan (Matius 23:23)
5. Menghormati pernikahan (Matius 19:1-12)
6. Mengasihi Tuhan dan sesama sebagai inti Torah (Matius 22:37-40)

Apa saja perbuatan Yesus Sang Mesias yang harus diteladani


sebagai sumber gaya hidup pengikut Mesias?

1. Yesus menghargai orang miskin (Lukas 4:18, Yohanes 12:8)


2. Yesus tetap mengampuni meskipun disalibkan oleh musuh-Nya
(Lukas 23:34)
3. Yesus menghormati kemanusiaan (Yohanes 8:1-11)
4. Yesus menghindari kekerasan (Yohanes 18:10)
5. Yesus empati terhadap orang berdosa agar mereka bertobat (Matius
9:10,13, Lukas 7:37)
6. dll.

Kedua, Torah sebagai sumber Halakah Mesias memerintahkan kita


untuk:

1. Mengesakan Tuhan (Ulangan 6:4-5)


2. Memelihara Shabat (Keluaran 20:8-11)
3. Menghindari makanan yang tahor dan tame (Imamat 11:1-47)
4. Memelihara Moedim (hari-hari raya)
5. Menegakkan keadilan (Yesaya 56:1)
6. Membela dan melindungi janda dan anak yatim (Keluaran 22:22,
Yesaya 1:17)
7. Memperlakukan orang miskin dengan selayaknya (Imamat 25:35)
8. Menghindari riba (Imamat 25:36)
9. Menghindari pemerasan (Imamat 19:13)
137 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

10. Menghindari suap (Keluaran 23:8, Ulangan 16:19)


11. Menjaga kebersihan (Imamat 13:1-11)
12. Menjaga kesehatan (Bilangan 19:14-17)
13. dll.134

Akhir dari semua uraian dalam tulisan ini adalah, biarlah kita
sekalian tetap setia sampai akhirnya dalam memelihara iman, ibadah, gaya
hidup kita sebagai Mesias dan mewariskan iman sebagai kekayaan yang
tidak ternilai kepada anak dan cucu kita. Rasul Yohanes dengan bangga
berkata, ―Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh
dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang
telah kita terima dari Bapa‖ (2 Yoh 1:4).

Inilah yang harus kita hasilkan untuk keturunan kita yang akan
datang. Bukan hanya setiap memelihara iman, ibadah dan gaya hidup
sebagai pengikut Mesias melainkan kita telah turut menjaga dan
menegakkan kewibawaan ajaran Yesus Sang Mesias karena oleh perilaku
orang Kristen sendiri, ajaran Mesias dihujat dan menjadi batu sandungan
sebagaimana dikatakan: ―Semua orang yang menanggung beban
perbudakan hendaknya menganggap tuan mereka layak mendapat segala
penghormatan, agar nama Tuhan dan ajaran kita jangan dihujat
orang‖(1 Tim 6:1). ―...hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah
tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Tuhan
jangan dihujat orang‖ (Tit 2:5). ―Banyak orang akan mengikuti cara
hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan
Kebenaran akan dihujat‖ (2 Ptr 2:2)

134
Teguh Hindarto, Halakah ha Mashiakh-Syariat Al Masih (Cara Hidup
Pengikut Mesias)
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/halakah-ha-mashiakh-syariat-al-
masih.html
138 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB X

REDEFINISI KONSEP HELENIS


TENTANG EKSISTENSI TUHAN:
KEESAAN ATAU KETRITUNGGALAN?

Konsep Tuhan dalam Kekristenan yang disifatkan dengan istilah


Tritunggal atau Trinitas kerap menimbulkan kebingungan bukan hanya
terhadap orang Kristen namun juga terhadap Muslim. Tidak mengherankan
banyak orang Kristen yang berpalinng dari keimanannya dan Muslim terus
menerus menuduh Kekristenan mempercayai Tuhan berbilang alias
Politeis. Benarkah? Letak persoalannya adalah bukan Tuhan yang diyakini
oleh umat Kristen melainkan konsep dan pembahasaan Tuhan yang
dirumuskan oleh umat Kristen berdasarkan rujukan Bapa Gereja yang
menggunakan konsep dan terminologi (istilah) Helenis dan Filsafat,
dengan menggunakan istilah Tritunggal telah meninggalkan jejak
kebingungan menalar Tuhan.

Darimanakah istilah Tritunggal? Perlukan kita menggunakan istilah


Tritunggal? Kekristenan mengungkapkan misteri relasi ontologis (hakikat)
antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, dengan istilah Tritunggal atau trinitas.
Terminologi ini tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah ini secara historis
merupakan perspektif orang beriman Abad 2 Ms. Abad 2 Ms merupakan
perpindahan titik berat pola berteologia, dari teologia Palestina yang
kontemplatif, menjadi Teologia Hellenis yang rasionalistik dan
metafisik135. Akibatnya, dibutuhkan suatu penjelasan yang rasional kepada
kaum pagan Yunani, mengenai realitas Tuhan. Bernhard Lohse
memberikan komentar, ―Karena itu, sedikitpun tidak mengherankan bahwa
gereja terkadang meraba-raba dalam upayanya memformulasikan imannya
secara intelrktual dan konseptual kepada (Tuhan) Bapa, (Yesus Sang

135
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, BPK 1994, hal 51
139 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mesias) dan Roh Kudus‖ 136. Sejumlah teolog dan Bapa Gereja (Church
Fathers) yang telah lebih dahulu menggumuli persoalan relasi ontologis
antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah Yustinus martyr, Theophilus
dari Anthiokhia, Adamatinus , Origenes, Arius, Athanisius, Agustinus serta
Tertulianus.

Dari sekian teolog yang merumuskan formula relasi intologis antara


Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah tertulianus. Beliau merumuskan dalam
bentuk ungkapan Yunani, ―Mono Ousia Tress Hypostasis‖ atau dalam
ungkapan Latin, ―Una Substantiae Tress Persona‖, yang jika
diterjemahkan adalah, ―Satu Keberadaan Tiga pribadi‖. DR. Harun
Hadiwyono mensinyalir ada pengaruh Filsafat Platonik tentang konsep
―Divine nature‖ (Tabiat Ketuhanan) dalam perumusan konsep Trinitas137.
Hampir semua teolog mengakui bahwa istilah Trinitas/Tritunggal, tidak
terdapat secara literal dalam Kitab Suci. Namun essensi yang mengarah
pada pengertian tersebut memang terpampang dalam banyak ayat. DR.
Andar Tobing, mengakui kenyataan tersebut dan mengatakan: ―Kita
terpaksa memakai istilah Trinitas itu untuk menolak adjaran-adjaran dan
pendapat-pendapat yang salah dan bertentangan dengan isi Alkitab.
Biarpun istilah itu tidak sempurna…‖138. DR. Budyanto mengusulkan
suatu peninjauan kembali terhadap penggunaan istilah ―Pribadi‖ dengan
mengatakan: ―Karena itu, menurut hemat penulis, kalau istilah ini pada
akhirnya tidak dapat dihindarkan lagi, sebaiknya pengertian yang dipakai
untuk istilah pribadi adalah, ‗suatu keberadaan sadar diri‘ yang
maknanya bisa menampung pengertian-pengertian tersebut (cat:
―pribadi‖, ―Cara Berada‖, ―Tiga Subyektivitas dalam Unitas‖, dll)… jika
pengertian ‗pribadi‘ itu seperti itu, maka pengertian pribadi yang dipakai
sebagai bukti (ketuhanan) seperti diatas adalah tidak tepat, sebab kata

136
Ibid., hal 50
137
DR. Harun Hadiwyono, Apa dan Siapakah Tuhan Allah ?, BPK, 1974, hal 50-
51
138
DR. Andar Tobing, Apologetika tentang Trinitas, BPK, 1972, hal 31
140 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pribadi itu justru dipakai untuk menunjukkan kekhususan dari sifat


masing-masing, bukan kesamaan sifat‖139.

Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru konsisten


mempergunakan istilah Keesaan dan tidan pernah sekalipun menuliskan
Ketritunggalan sekalipun frasa Bapa, Anak, Roh Kudus muncul.
Selayaknya istilah yang dipergunakan untuk menyifatkan Tuhan adalah
KEESAAN BAPA-ANAK-ROH KUDUS. Mengapa digunakan istilah
―Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?‖. Pertama, istilah Keesaan adalah
istilah yang firmaniah dan secara literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme, sebagai akar Kekristenan
mendasarkan pada Shema yang berbunyi, ―Shema Yisrael, YHWH Eloheinu
YHWH Ekhad‖ (Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu
Esa‖,Ul 6:4)140. Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan:
―The Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an
affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught to
say‖141 (Shema adalah pernyataan iman, ikrar kesetiaan kepada Tuhan
yang Esa, sebuah penegasan mengenai Yudaisme. Ini adalah doa pertama
yang diajarkan kepada seorang anak).

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip Shema


(Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan
sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim 1:17,
1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul Yohanes
menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud 1:25).
Secara literal, istilah ―Keesaan‖ adalah Firmaniah atau Skriptural. Kedua,
makna Keesaan dalam sudut pandang Skriptural adalah bahwa orang
beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu
Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya
Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm
139
DR. Budyanto, Mempertimbangkan Ulang Ajaran tentang Trinitas, TPK,
2001, hal 63
140
Biblia Hebraica Stuttgartensia, (Deutsche Bibelgesellschaft Stuttgart) 1990.
141
Rabbi Hayim Ha Levy Donin, To Pray As A Jew, Basic Books, p.144
141 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata ―Ekhad‖, bukan bermakna
aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang mengatasi ruang
dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima penyembahan. Ketiga,
baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat, setara dalam kekekalan.
Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh
15:26).

Mengapa Kata “Esa” Digunakan Kata “Ekhad” dan Bukan


“Yakhid”?

Kata Keesaan yang dihubungkan dengan Tuhan yang bernama


Yahweh muncul untuk pertama kalinya dalam Ulangan (Sefer Devarim)
6:4 sbb:

‫ׁשמע יׂשראל יהוה אלהינו יהוה אחד‬


Shema Yisrael, Yahweh Eloheinu Yahweh Ekhad

New Jerusalem Bible menerjemahkan, ―'Listen, Israel: Yahweh our God is


the one, the only Yahweh‖ (Deu 6:4 NJB). Young‘s Literal Translation
menerjemahkan, ―Hear, O Israel, Jehovah our God is one Jehovah‖
(Deu 6:4 YLT). Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ―Dengarlah
Israel, Yahweh Tuhan kita. Yahweh itu Esa‖. Kitab Suci Indonesian Literal
Translation menerjemahkan sbb: “Dengarkanlah, hai Israel, YAHWEH,
Elohim kita, YAHWEH itu esa‖.

Makna Kata Ekhad

Apa arti kata Esa yang dihubungkan terhadap Tuhan Yahweh? Kata
EKHAD memiliki makna ganda, baik yang bersifat unitas (kesatuan)
maupun numerik (bilangan) sbb: Kata Ekhad yang bermakna Kesatuan
(unity, composite) muncul dalam beberapa ayat dan istilah sbb: ―Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging‖ (basyar ekhad
– Kej 2:24). Bandingkan beberapa ungkapan lainnya dimana kata Ekhad
muncul al,, ―satu bangsa‖ (am ekhad – Kej 11:6), ―satu hati‖ (lev ekhad –
142 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yer 32:39), ―bersama‖ (kol haqahal ke ekhad – Ezr 2:64), ―menjadi satu
dalam tanganmu‖ (la akhadim beyadeka – Yekhz 37:17).

Kata Ekhad yang bermakna satu atau tunggal (singular) muncul


dalam beberapa ayat dan istilah sbb: ―Jawab raja Israel kepada Yosafat:
―Masih ada seorang lagi (ish ekhad) yang dengan perantaraannya dapat
diminta petunjuk Yahweh. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia
menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu
ialah Mikha bin Yimla.‖ Kata Yosafat: ―Janganlah raja berkata
demikian.‖ (1 Raj 22:8). Bandingkan beberapa ungkapan lainnya dimana
kata Ekhad muncul al ―satu gerbang‖ (sa‟ar ekhad – Yekhz 48:31),
―Abraham seorang diri‖ (ekhad hayah Avraham – Yekh 33:24), ―salah
seorang pemimpin malaikat‖ (akhad hasharim – Dan 10:13)

Mengapa Tidak Menggunakan Kata Ekad dan Yakhid?

Mengapa dalam Ulangan 6:4 kata Keesaan tidak dipergunakan kata


Yakhad atau Yakhid melainkan Ekhad? Karena kata Yakhad dan Yakhid
mengandung makna yang bersifat numerik (bilangan) sehingga
memberikan kesan bahwa kekuasan Yahweh dibatasi oleh angka dan
bilangan. Yahweh itu Esa namun bukan berarti dibatasi ruang dan waktu.
Kita akan menelaah mengenai kata Yakhad dan Yakhid.

Mengenai kata YAKHID memiliki makna yang bersifat numerik


(bilangan) sbb: ―Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu (et
binka et yehidka) yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah
Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada
salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu‖ (Kej 22:2).
Bandingkan beberapa ungkapan lainnya dimana kata Yakhid muncul al
―dialah anaknya tunggal‖ (hi yekhidah - Hak 11:34) ―perkabungan anak
tunggal‖ (keevel yakhid - Am 8:10) ―meratapi anak tunggal‖
(kemishped ha yakhid - Zak 12:10).

Kata YAKHAD yang bermakna unitas, kesatuan, kebersamaan


sbb: ―Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan
engkau, hai Israel? Masakan Aku membiarkan engkau seperti Adma,
143 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

membuat engkau seperti Zeboim? Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas


kasihan-Ku bangkit serentak‖(yakhad nikmeru nikhumay - Hos 11:8).
Bandingkan beberapa ungkapan lainnya dimana kata Yakhad muncul al
―segala suku Israel bersama-sama‖ (am yakhad shivtey Yisrael - Ul
33:5), ―diam bersama dengan rukun/kesatuan‖ (shevet akhim gam
yakhad - Mzm 133:1)

Makna Yahweh itu Esa

Berdasarkan analisis kata EKHAD, YAKHAD, YAKHID maka


penggunaan nama Tuhan Yahweh dengan penyifatan ESA bermakna dua
hal yaitu: Pertama, menunjukkan bahwa Tuhan Yahweh adalah SATU-
SATUNYA yang berhak untuk disembah. Ulangan 10:20 berkata, ―Engkau
harus takut akan Yahweh Tuhanmu, kepada-Nya haruslah engkau
beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah‖.
Kedua, menunjukkan bahwa Tuhan sejak kekal telah bersama Sang
Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1-3). Tidak ada yang lebih dahulu diantara
yang lain. Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Tuhan, Firman, Roh
adalah KESATUAN. Maka dalam diri Tuhan ada kesatuan antara Firman-
Nya dan Roh-Nya. Sekalipun Yudaisme pre Messiah (sebelum Mesias)
maupun post Messiah (setelah Mesias) menolak konsep dan istilah
Tritunggal dalam Kekristenan, namun dasar-dasar mengenai sifat trinitaris
Tuhan (Tuhan, Firman, Roh) sudah ada dalam Kitab Kejadian 1:1-3.

Sejak kekal sebelum adanya waktu, Tuhan YHWH telah bersama


Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1-3) dan serentak terlibat dalam penciptaan.
Sang Firman adalah Daya Cipta Tuhan (Kej 1:3, Mzm 33:6) dan Roh
memberikan kehidupan (Kej 2:7, Ayb 33:4). Sejak kekal sebelum adanya
waktu, Tuhan YHWH telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1-3) dan
serentak terlibat dalam penciptaan. Sang Firman adalah Daya Cipta Tuhan
(Kej 1:3, Mzm 33:6) dan Roh memberikan kehidupan (Kej 2:7, Ayb 33:4).
Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga melainkan satu. Karena
Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Yoh
1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman keluar dan datang dari
hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar dari Bapa (Yoh
15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan,
144 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan (Mzm 33:6, Yoh


1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang menyebabkan semua
ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14). Bukan pula tiga pribadi
melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa
satu pribadi ? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-
Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan
diadakan lebih dahulu oleh yang lain. Kata ―satu‖ dalam ulasan ini bukan
bermakna aritmetik melainkan ontologik, karena kita sedang
membicarakan Tuhan yang mengatasi dan berada didalam segala sesuatu
yang Dia ciptakan. Sekalipun disebut satu pribadi namun bukan berarti
keberbedaan antara YHWH, Firman dan Roh-Nya atau Bapa, Anak Roh
Kudus ditiadakan. Bapa bukan Anak bukan Roh Kudus namun bukan
bermakna yang berbeda. Inilah misteri dan paradox Ketuhanan.

Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup nabi-nabi di Perjanjian


Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel 3:15), maka dalam
Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada manusia (Ibr 1:3),
melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14) serta mengambil
rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21) serta mengajar
manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri orang beriman (Yoh
14:16-17). YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8, Mat 6:9) dan
Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2). Yesus disebut
sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh YHWH, disebut
juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh 15:26). Inilah
misteri Ketuhanan yang disingkapkan pada kita, Keesaan Bapa Anak Roh
Kudus. Terpujilah YHWH Tuhan kita di dalam Yesus Sang Mesias beserta
Roh-Nya yang Kudus.
145 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XI

HARUSKAH GELAR “KURIOS” (ADON) BAGI YESUS


DITERJEMAHKAN DENGAN TUHAN?

Dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dikenal sejumlah


terminologi (peristilahan) baik yang dihubungkan dengan Ketuhanan
maupun jabatan kemanusiaan. Istilah Theos dan Kurios adalah sejumlah
istilah yang kerap muncul dan dipergunakan dalam penulisan dibanding
sejumlah istilah lainnya seperti: Pantokrator, Despotes dll. Dalam Kitab
Perjanjian Baru berbahasa Aramaik seperti Peshitta kedua gelar tersebut
diterjemahkan Alaha dan Maran. Sekalipun kita tidak memiliki naskah
Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani dari periode Abad 1-3 Ms namun kita
memiliki sejumlah naskah Injil Matius dalam bahasa Ibrani yang ditulis
pada Abad XV Ms seperti Shem Tov, Munster, Du Tillet, Crawford,
dimana istilah Theos dan Kurios dipadankan dengan Elohim dan Adon.
Sementara di Abad XX Ms tersedia Kitab Perjanjian Baru versi terjemahan
bahasa Ibrani Salkinson dan Ginsburgh (New Testament) dan Franz
Delitsch (Hebrew Gospel) yang menerjemahkan kedua istilah Yunani di
atas dengan Elohim dan Adon.

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) telah menerjemahkan kedua


istilah di atas yaitu Theos dan Kurios dengan ―Allah‖ dan ―Tuhan‖. Dalam
artikel berjudul, Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia142 saya telah mengulas kekeliruan
penggunaan nama Allah untuk menerjemahkan istilah Theos atau Elohim
yang berujung pada berbagai kerancuan terminologis. Dan saya
mengusulkan opsi istilah ―Tuhan‖ dan ―Sesembahan‖ sebagai pengganti
istilah Allah. Dan dalam artikel berjudul, Pemahaman Mengenai Sebutan

142
Teguh Hindarto, Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-
dalam.html
146 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kurios Bagi Yesus Sang Mesias143 saya pun meredefinisi istilah ―Tuhan‖
bagi Yesus menjadi beberapa opsi yaitu ―Tuan‖ dan ―Junjungan Agung‖
serta ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖.

Artikel berikut hendak memperdalam dan mempertajam sebuah


upaya kritis dan ―gugatan kebahasaan‖ terhadap penerjemahan kata
―Kurios‖ bagi Yesus yang diterjemahkan ―Tuhan‖ oleh Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI)

Makna Kata “Theos” dan “Kurios”

The Theological Wordbook of The Old Testament memberikan penjelasan


mengenai kata Yunani Theos dan Kurios serta kata Ibrani Elohim dan Adon
sbb:

―Theos144: as the supreme divine being, the true, living, and


personal God‖145

Kurios : one having legal power lord, master.

Adon. Lord, Lord, LORD, master, owner….Adon usually refers


to men146.

Elohim : is the assumed root of El, Eloah, and Elohim, which


mean "god" or "God‖147

143
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang
Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-
kurios-bagi.html
144
Analytycal Greek New Testament, Timothy & Barbara Friberg, 1994)
145
Ibid.,
146
The Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody
Press Chicago, Illinois, 1980
147 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari analisis tekstual diatas, istilah Yunani Theos dan Kurios setara
dengan sebutan Elohim dan Adon dalam bahasa Ibrani. Sebutan Kurios,
Adon, Mar serta Maran, dapat dikenakan kepada manusia, orang
terhormat, raja, tuan tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat
dikenakan untuk menyapa Sang Pencipta. Sementara sebutan Theos,
Elohim, Alaha, Elah, hanya patut ditujukan bagi yang ―dipertuhan‖. Dalam
konteks paganisme, tentunya petung dewa-dewa dapat disebut elohim atau
theos. Sementara dalam konsep monoteistik Yudaisme dan Kekristenan,
sebutan Theos atau Elohim, menunjuk kepada Bapa Surgawi, yaitu YHWH
sebagai Tuhan Pencipta.

Kata “Kurios” Dalam Kitab Perjanjian Baru

Kata Yunani Kurios tidak memiliki makna tunggal melainkan


makna beragam. Dalam Kitab Perjanjian Baru diterjemahkan dalam
beragam istilah al., pemilik yang menguasai sebidang tanah, hamba atau
budak (Luk 19:33, Mat 20:8, Kis 16:16, Gal 4:1), majikan (Mat 6:24, Mat
24:50, Ef 6:5), kaisar atau raja (Kis 25:26, Why 17:14), berhala (1 Kor
8:5), sapaan penghormatan yang ditujukan pada ayah, suami, malaikat,
orang yang belum dikenal bahkan Yesus (Mat 21:29, 1 Ptr 3:6, Mat 13:27,
Luk 13:8, Mat 27:63, Kis 10:4, Why 7:14, Yoh 12:21, Yoh 20:15, Kis
16:30, Kis 9:5, Kis 22:8, Mat 8:2, Yoh 4:11, Mat 8:25, Luk 5:8, Yoh
6:68)148.

Kita akan kutipkan beberapa kemunculan kata Kurios dengan


beragam istilah dan makna yang ditujukkan pada subyek tertentu sbb:

1. Pemilik yang menguasai sebidang tanah, hamba atau budak


―Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang
empunya (kurios) keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai
itu?" (Luk 19:33)

147
Ibid.,
148
Daud Soesilo, Bapak, Guru, Tuan, Tuhan dalam Forum Biblika Edisi April
1994, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, hal 73-75
148 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

2. Majikan
―Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan (kurios).
Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan
mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan
tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada
Tuhan dan kepada Mamon‖ (Mat 6:24)

3. Kaisar atau raja


―Tetapi tidak ada apa-apa yang pasti yang harus kutulis kepada
Kaisar (kurios) tentang dia. Itulah sebabnya aku menghadapkan
dia di sini kepada kamu semua, terutama kepadamu, raja Agripa,
supaya, setelah diadakan pemeriksaan, aku dapat menuliskan
sesuatu‖ (Kis 25:26)

4. Berhala
―Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "tuhan", baik di sorga,
maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak "tuhan" dan
banyak "tuan" (kurios) yang demikian –― (1 Kor 8:5)

5. Ayah
―Jawab anak itu: Baik, bapa (kurios). Tetapi ia tidak pergi‖ (Mat
21:29)

6. Suami
―sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia
tuannya (kurios). Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu
berbuat baik dan tidak takut akan ancaman‖ (1 Ptr 3:6)

7. Malaikat
―Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: "Ada apa,
Tuan?" (kurios) Jawab malaikat itu: "Semua doamu dan
sedekahmu telah naik ke hadirat Tuhan dan Tuhan mengingat
engkau‖ (Kis 10:4)
149 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

8. Tuan
―Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan
berkata: Tuan (kurios), bukankah benih baik, yang tuan taburkan
di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?‖ (Mat 13:27)

9. Penguasa
―dan mereka berkata: "Tuan (kurios), kami ingat, bahwa si
penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku
akan bangkit‖ (Mat 27:63)

10. Orang terhormat


―Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari
Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan (kurios), kami
ingin bertemu dengan Yesus" (Yoh 12:21)

11. Yesus
―Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuan? (kurios)" Kata-Nya:
"Akulah Yesus yang kauaniaya itu‖ (Kis 9:5)

―Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuan (kurios) Yesus Kristus


dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu‖ (Kis 16:31)

12. YHWH
―Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuan (Kurios)
oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan
Dia Imanuel" -- yang berarti: Tuhan menyertai kita‖ (Mat 1:22-23
mengutip Yesaya 7:14 berisikan sabda YHWH kepada Yesaya)

Dari analisis kemunculan kata Yunani Kurios berikut arti dan


maknanya serta subyek yang dituju, maka kata Kurios lebih tepat
diterjemahkan dengan ―Tuan‖ (Lord) atau ―Penguasa‖ sementara istilah
Yunani Theos lebih tepat diterjemahkan dengan ―Tuhan‖ (God) atau
―Sesembahan‖. Sekalipun nama YHWH yang dalam tradisi lisan disapa
Adonay lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan Kurios tetap saja
150 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bermakna ―Tuan‖ atau ―Penguasa‖ berdasarkan arti teksnya sehingga tidak


harus diterjemahkan ―Tuhan‖.

Benarkah Kata “Kurios” Bagi Yesus Diterjemahkan “Tuhan”?

Karena kita tinggal di Indonesia maka kita pergunakan definisi dan


rumusan pemahaman tentang ―Tuhan‖ di Indonesia. Kita akan merujuk
―Kamus Besar Bahasa Indonesia‖ (KBBI) mengenai definisi kata ―Tuhan‖
sbb:―1 n sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg
mahakuasa, mahaperkasa, dsb: tuhan allah; tuhan yang mahaesa; 2 n
sesuatu yg dianggap sbg tuhan: pd orang-orang tertentu uanglah sbg
tuhannya‖149

Sikap ―sujud dan sembah‖ sebagai wujud ketakziman terhadap


realitas absolut dan subyek perasaan beragama yang tertinggi lazim
ditujukan pada apa yang dinamakan ―Tuhan‖. Sekalipun Yesus menerima
sujud dan sembah namun pengertian sujud dan sembah terhadap Yesus
bukan selayaknya ditujukan pada Tuhan YHWH melainkan ditujukan
terhadap status keilahian Yesus sebagai Anak Tuhan, Sang Firman yang
menjadi manusia sebagaimana dikatakan,

―Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia,


katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Tuhan‖ (Mat 14:33)

―Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam


bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta
menyembah-Nya‖ (Mat 28:9)

Bahkan dalam Kitab Perjanjian Baru, kita tidak mendapatkan data


apapun bahwa sikap sujud dan sembah kepada Yesus dikarenakan beliau
mendakwa dirinya sebagai ―Tuhan‖ (Theos – Elohim). Sebaliknya beliau

149
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=tuhan&varbidang=all&vardialek
=all&varragam=all&varkelas=all&submit=kamus
151 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

justru memerintahkan para muridnya percaya dan sujud menyembah Tuhan


(Theos-Elohim)

―Tuhan (Theos) itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,


harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran‖ (Yoh 4:24)
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan (Theos),
percayalah juga kepada-Ku‖ (Yoh 14:1)

―Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal


Engkau, satu-satunya Tuhan (Theos) yang benar, dan
mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus‖ (Yoh 17:3)

Sekalipun sudah lazim umat Kristen di Indonesia menyebut Kurios


Iesous dengan ―Tuhan Yesus‖ namun kita harus menghadapi sejumlah
persoalan teologis yang cukup serius untuk difikirkan. Beberapa persoalan
teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4:11 versi
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dikatakan, ―Kata perempuan itu
kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat
dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖

Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan


―Tuhan‖, karena sebutan ―Tuhan‖, selalu menunjuk pada Sang Pencipta?
Persoalan selanjutnya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, ―Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan
kematian Tuhan‖ .

Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang


Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat? Kita masih
terngiang ungkapan kontroversial dan sarkastis filsuf Friedrich Nietzhe
―God is Dead‖. Mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam Lukas
24:3 dikatakan,‖…dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat
Tuhan Yesus‖.

Tuhan menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa


Kekristenan bertuhankan mayat. Persoalan-persoalan teologis yang
mengemuka ini harus disikapi dengan melakukan analisis teks bahasa,
152 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yunani, Aram, Ibrani sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali


untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sang Mesias.
Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang
spekulatif dan tidak biblikal.

Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus


dalam naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani, seharusnya
diterjemahkan dengan sebutan ―Tuan‖ atau ―Junjungan Agung‖. Maka
pernyataan, ―Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin
bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon‖ (Yoh 4:11) seharusnya
diterjemahkan "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat
dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖. Demikian pula
pernyataan, ―Hosakis gar ean esthiete ton arton touton kai to poterion ton
thanaton tou kuriou kataggelete akhris hou elthe‖ (1 Kor 11:26)
seharusnya diterjemahkan, ―Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan
minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuan‖ . Maka
pernyataan, ―Eiselthousai de oux euron to soma tou Kuriou Iesou‖ (Luk
24:3) pun seharusnya diterjemahkan, ―dan setelah masuk mereka tidak
menemukan mayat Tuan Yesus‖.

Konsekswensi logis dari pemahaman di atas, bahwa ―Tuan Yesus


dapat mengalami kematian sebagai manusia‖, ―Tubuh Tuan Yesus yang
mati, dapat dikafani‖. Artinya, Sang Firman yang telah menjadi manusia
itu yang dijuluki ―Tuan‖, benar-benar logis jika mengalami kematian dan
mayatnya dikafani. Namun jika ―Tuhan mati‖ atau ―mayat Tuhan
dikafani‖, maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta
Alam dan merendahkan hakikat-Nya yang kekal dan tidak nampak.

Darimana Terjemahan “Tuhan” Bagi Yesus Berasal?

Orang yang pertama kali menerjemahkan kata Kurios bagi Yesus


menjadi ―Tuhan‖ adalah Melchior Lejdecker, jauh sebelum Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI) berdiri dan meneruskan proyek kolonial dalam
menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Ibrani – Yunani ke dalam bahasa
Melayu.
153 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengenai upaya Lejdecker menerjemahkan kata Yunani Kurios


menjadi ―Tuhan‖, bukan dikarenakan beliau menyisipkan huruf ―h‖ yang
diambil dari kata ―Hyang‖. Sebaliknya, upaya Lecdecker merupakan
bentuk ―superlatif‖ alias ―tingkat perbandingan yang teratas‖ 150. Upaya
Lejdecker ini merupakan tindakan revisi terhadap terjemahan sebelumnya
yang dilakukan Browerius yang menerjemahkan kata ―Kurios‖ dengan
―Tuan‖ sbb:―Dalam kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin
terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, untuk kata yang
dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini diperuntukkan bagi Isa
Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan.... Melalui terjemahan
Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi
Tuhan‖151

Selain bentuk superlatif, masuknya huruf ―h‖ dalam kata ―Tuhan‖


lebih dikarenakan persoalan khas kebahasaan saja seperti kasus kata ―asut
menjadi hasut, utang menjadi hutang‖. Dan sejak itulah istilah Tuhan
dipatenkan, termasuk untuk menyebut Yesus sebagaiamana
dikatakan:―Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan-sama
dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda
Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti pada abad-abad
berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu
melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-
mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani &
ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang
memang telah menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan
kredo-kredo: Nicea, Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema
khas dalam bahasa Indonesia. Apa yang dilakukan Leijdecker, mengapa
Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia.
Hadirnya huruf ‗h‘ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‗asut‘
menjadi ‗hasut‘, ‗utang‘ menjadi ‗hutang‘, ‗empas‘ menjadi ‗hempas‘,
150
Kamus Bahasa Indonesia on line
http://kamusbahasaindonesia.org/superlatif/mirip
151
Asal Kata Tuhan (Adaptasi artikel Remy Sylado, Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi
Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat)
http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
154 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

‗silakan‘ menjadi ‗silakan‘, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan


singularis dalam tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya
tertulis ‗hana‘ dibaca ‗ono‘, ‗hapa‘ dibaca ‗opo‘. Di samping itu gagasan
Leijdecker mengeja Tuhan untuk mengiring lafaz palatal ‗n‘ dengan tepat.
Banyak orang yang baru belajar Melayu, bekas budak Portugis asal Goa,
terpengaruh Portugis, melafaz ‗n‘ menjadi ‗ng‘. Juga di Ambon, di pusat
tujuan bangsa-bangsa Barat untuk memperoleh rempah-rempah, Tuan
dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja Tuhan pun, orang
Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon
Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut
Allah Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‗kakek yang baik‘152.

Mengembalikan Makna “Kurios” Bagi Yesus Tanpa Menyangkal


Keilahiannya.

Apakah dengan menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖ atau ―Junjungan


Agung‖, kita merendahkan hakikat Yesus yang adalah ―Firman Tuhan?‖
apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya? Sekali-kali tidak! Dengan
menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖, kita menegaskan bahwa Dia merupakan
pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga. Dengan
menyebut Dia ―Tuan‖, kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam
kaidah tata bahasa. Dengan menyebut Yesus ―Tuan‖, kita menghilangkan
skandalon (batu sandungan) terhadap komunitas Islam khususnya yang
memiliki anggapan bahwa beberapa orang Kristen telah menyamakan
begitu saya Isa dengan Allah yang dianggap sebagai Tuhan Pencipta.

Jika kita tidak meluruskan kerancuan penggunaan gelar ―Tuhan‖ bagi


Yesus, maka dalam pembacaan teks Kitab Suci, akan menimbulkan
kekacauan terminologis an kekacauan teologis. Contoh berikut dapat
memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan
1 Korintus 8:6 sbb: ―Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita
hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala
sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖

152
Ibid.,
155 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Di mana letak kerancuan tersebut? Dalam pemikiran seluruh


penduduk Indonesia, khususnya komunitas Islam, ―Allah‖ adalah nama
(personal name) dari Tuhan Pencipta (Qs 20:14). Sementara istilah
―Tuhan‖ adalah salah satu gelar penghormatan yang menekankan sifat
kekuasaan Allah (Qs 49:26). Islam membedakan antara istilah ―Ilah‖
dengan ―Allah‖. Allah adalah nama dari Ilah yang disembah kaum Muslim.
Gelar lain yang setara dengan ―Ilah‖ adalah ―Rabb‖ yang diterjemahkan
dengan ―Tuhan‖ (Qs 19:36). Maka ketika pembaca Islam membaca teks 1
Korintus 8:6 menjadi binggung. Karena bagi mereka, Allah adalah Tuhan
yang berhak menerima penyembahan dari umat-Nya. Penyebutan Yesus
secara langsung dengan sebutan ―Tuhan‖ tentu saja menimbulkan
sandungan.

Jika kita membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka
dibedakan antara frasa Aramaik, ―khad hu Elaha‖ yang dalam bahasa
Yunani ―eis Theos‖ dan frasa Aramaik ―wekhad Marya Yeshua‖ yang
dalam bahasa Yunani ―eis Kurious Iesous‖. Perhatikan istilah Aramaik
Elaha dan Marya serta istilah Yunani Theos dan Kurios. Sangat jelas
bahwa sebutan Elaha atau Theos ditujukan pada Bapa yang Roh ada-Nya
dan sebutan Marya atau Kurios ditujukan kepada wujud manusia Yesus
sebagai penjelmaan Firman. Dan sebutan Marya maupun Kurios,
seharusnya diterjemahkan ―Tuan‖, sekalipun sebutan itu dapat ditujukan
pada Pencipta maupun ciptaan.

Ada usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen,


untuk menghilangkan penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab
Suci, dengan sebutan Tuhan. Namun dikarenakan mereka telah memiliki
pra paham mengenai sebutan ―Tuhan‖ bagi Yesus, maka ketika
menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan yang luar
biasa kacau. Perhatikan terjemahan ―Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan‖
yang diterbitkan mengatasnamakan ―Jaringan Pengagung Nama Yahweh‖
sbb: ―namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari
pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖
156 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Di mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya


frasa, ―satu Tuhan‖ yang ditujukan untuk Bapa dan frasa ―satu Tuhan‖
yang ditujukan untuk Yesus, maka dapat menimbulkan persepsi bahwa ada
―dua Tuhan‖ yang setara dalam keyakinan Kekristenan. Kerancuan yang
sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14, ―Sebab telah diketahui
semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai
suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-
imam‖ Bagaimana mungkin Tuhan (Elohim/Theos) memiliki garis
genealogis kesukuan dengan manusia? Terjemahan yang masuk akal dan
wajar adalah, ―Tuan kita (Adonenu/Kurios) berasal dari suku Yahuda‖.

Paham Arianisme dan Nestorianisme muncul dikarenakan kegagalan


memahami aspek Keelohiman Sang Firman yang menjadi manusia Yesus.
Paham Cyrilisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek
kemanusiaan Yesus sebagai perwujudan Sang Firman YHWH. Paham
Marcionisme muncul dikarenakan kegagalan memahami relasi Ontologis
antara Yesus Sang Firman dengan YHWH Sang Bapa yang berkarya dalam
sejarah Bangsa Israel, maka penyebutan Yesus dengan sebutan ―Tuhan‖
dan bukan ―Tuan‖, dikarenakan kegagalan memahami konteks istilah
―Adon‖, ―Kurios‖, ―Marya‖, ―Lord‖ yang ditujukan bagi Yesus Sang
Mesias.

Sekalipun saya menerjemahkan dengan ―Tuan‖ (untuk semua Injil,


Matius,Markus, Lukas, Yohanes, Yoh 4:11, Yoh 13;13) dan ―Tuan Yang
Ilahi‖ atau ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖ (untuk formula doksologis, 1
Kor 8:6, Fil 2;11), bukan bermakna saya menolak keilahian Yesus sebagai
Sang Firman yang menjadi manusia. Namun saya berusaha memisahkan
penerjemahan Kurios dari aspek Keilahian, sebagaimana para murid dan
orang-orang memahami kata Kurios bagi Yesus pada zaman itu
sebagaimana dikatakan: ―Bagi orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di
Palestina, yang sangat giat mempertahankan monotheisme, 'ADONÂY,
κσριος - kurios, dapat mengungkapkan imannya kepada Kristus tanpa
merusak keyakinan monotheismenya. Apabila murid-murid yang baru
terpilih menyebut Yesus dengan κσριος - kurios, maka sangat mungkin
157 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

artinya yang paling dekat ialah tuan -- yang bagaimanapun juga -- lebih
daripada manusia‖153

Saya akui bahwa ada pergeseran pemahaman terhadap penggunaan


kata ―Kurios‖ bagi Yesus paska kebangkitan Yesus dari kematian. Kata
―Kurios‖ lebih dipahami sebagai pembuktian aspek keilahian Yesus
sebagai Sang Firman yang menjadi manusia, sehingga ―Kurios‖ bagi
Yesus bermakna ―Tuan di atas segala tuan‖ sebagaimana
dikatakan:―Sesudah kebangkitan Yesus Kristus, murid-murid menyebut-
Nya κσριος - kurios dalam arti yang penuh secara Kristen. Kemudian
sesudah turunnya Roh Kudus, murid-murid yang telah dihidupi dan diajar
oleh Roh itu, memandang Yesus Kristus sebagai κσριος - kurios dengan
pengertian: bahwa tidaklah menghujat menyebut Dia YHVH. Seperti
umum diketahui, pada abad kedua dan ketiga, kaisar-kaisar Romawi
menuntut untuk disebut κσριος - kurios. Tuntutan ini ditentang mati-matian
oleh Gereja Kristen, yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-
satunya κσριος κσριων, kurios kuriôn, Tuan di atas segala tuan‖154

Dalam hal ini pun saya tidak menolak pergeseran pemahaman para
murid dan umat Gereja Perdana terkait istilah ―Kurios‖ bagi Yesus, dari
Tuan yang bermakna seseorang yang terhormat menjadi Tuan di atas
segala tuan sebagaimana dikatakan, ―Mereka akan berperang melawan
Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia
adalah Tuan di atas segala tuan (Kurios Kurioon) dan Raja di atas
segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu
mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia‖(Why 17:14).

153
Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κσριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuanku
Rajawali Cineplex‖
tp://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html
154
Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κσριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuan
http://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-
vt1825.html
158 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Bedanya adalah, saya tetap menerjemahkan kata ―Kurios‖ bagi


Yesus dengan berusaha mempertahankan kelurusan bahasa ditambah
pergeseran pemahaman tentang makna ―Kurios‖ bagi Yesus sehingga
menghasilkan rumusan ―Tuan Yesus‖ (untuk seluruh Kitab Injil dan juga
Kisah Rasul sampai Wahyu) dan ―Tuan Yang Ilahi/Junjungan Agung Yang
Ilahi‖ (untuk Kisah Rasul sampai Wahyu, jika bersifat doksologis, Fil 2:11,
1 Kor 8:6, Rm 10:9-10). Sementara LAI dan masyarakat Kristen Indonesia
tetap mempertahankan dengan penyebutan Tuhan.

Penyebutan Tuhan ini saya persoalkan karena istilah ini lebih tepat
sebagai bentuk penerjemahan dari kata Ibrani Elohim dan kata Yunani
Theos serta kata Inggris God, mengingat kata Tuhan dalam KBBI
diterjemahkan sebagai ―Yang Maha Kuasa‖. Dalam perkembangan
selanjutnya, Rasul Paul sangat dominan menggunakan sapaan Kurios
(Junjungan Agung) dan Christos (Mesias/Yang Diurapi) bagi Yesus dalam
setiap surat-suratnya (Kisah Rasul 16:31, Roma 10:9, 1 Korintus 8:6, 1
Korintus 12:9, dll). Istilah Kurios yang dinisbatkan pada diri Yesus tidak
hanya dihubungkan penggenapan dalam Mazmur 110:1. namun dapat
dikaji dari arti kata ‖Kurios‖ itu sendiri. Kata ‖Kurios‖ berkaitan dengan
kata ―Kuriotes‖ yang artinya ―kekuasaan‖155. Kata ―kuriotes‖ muncul
beberapa kali dalam Yudas 1:9, ―Namun demikian orang-orang yang
bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina
kekuasaan (Tuhan) serta menghujat semua yang mulia di sorga‖.

Frasa ―kekuasaan Tuhan‖ diterjemahkan dari bahasa Yunani


―kurioteta‖. Demikian pula dalam Kolose 1:6 sbb: ―Karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia‖. Kalimat, ―penguasa‖ dipergunakan bahasa
Yunani ―Kuriotetes‖. Dan akhirnya dalam Efesus 1:21 sbb: ―Jauh lebih

155
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang
Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-
kurios-bagi.html
159 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan
dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja,
melainkan juga di dunia yang akan datang‖.

Kata ―penguasa‖ di ayat ini dipergunakan kata Kuriotetos. Dari


kajian ayat di atas, Yesus disapa dengan Kurios (Tuan/Junjungan Agung
Yang Ilahi) bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan kuasa yang
dinyatakan dalam ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya
Mesianis-Nya.

Opsi Terjemahan Kurios Dalam Kitab Perjanjian Baru

Kembali kepada opsi penyebutan ―Tuan‖ dan ―Junjungan Agung‖


bagi Yesus sebagaimana hasil telaah kritis saya terhadap kata Yunani
―Kurios‖. sebutan ―Tuan‖ dan ―Junjungan Agung‖ serta ―Junjungan Agung
Yang Ilahi‖, tidak bisa dipergunakan secara konsisten diseluruh
penerjemahan teks Kitab Perjanjian Baru. Harus ada pengelompokkan dan
kategori penyebutan yang tepat.

Saya memberikan kategorisasi demikian: Pertama, untuk


penyebutan Yesus sebagai ―Tuan‖, selayaknya dituliskan dalam seluruh
terjemahan atau saat membaca Kitab Injil Sinoptik yang mencerminkan
sifat antropologis. Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap
dengan Yesus, baik para murid maupun orang-orang yang simpati atas
pengajaran-Nya, memahami sebutan dalam bahasa Ibrani Adon atau dalam
bahasa Yunani Kurios, tiada lain bermakna ―Tuan‖ atau ―Seseorang yang
memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial maupun religius‖.
Contoh penerapan kata ―Tuan‖ adalah percakapan Yesus dengan wanita
Samaria yang hendak mengambil air sumur, sbb: ―Kata perempuan itu
kepada-Nya: "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖ (Yoh 4:11). Kedua,
untuk penyebutan Yesus sebagai ―Junjungan Agung‖, selayaknya
dituliskan pada tulisan-tulisan rasuli yang bersifat soteriologis (penekanan
pada fungsi penyelamatan). Rasul Paul berkata, ―Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa (Yesus) adalah Junjungan Agung, dan
percaya dalam hatimu, bahwa (Tuhan) telah membangkitkan Dia dari
160 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan‖ (Rm 10:9). Demikian
pula dalam Kisah Rasul 16:29-31 diceritakan, ―Kepala penjara itu
menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar
tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar,
sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku
selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Junjungan Agung (Yesus
Sang Mesias) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu‖. Jika
Anda mengerti bahasa Yunani, kata ―Tuan-tuan‖ dalam Kisah Rasul 16:30
dipergunakan kata ganti jamak Kurioi dari kata Kurios, sementara kata
―Tuhan Yesus Kristus‖ dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia,
dipergunakan kata ganti tunggal Kurion dari kata yang sama yaitu Kurios.
Namun mengapa LAI menerjemahkan kata Kurios yang satu dengan
―Tuan‖ sementara yang satu dengan ―Tuhan?‖ Ini suatu inkonsistensi.
Maka seharusnya secara literal (harafiah) kata Kurios dalam Kisah Rasul
16:30-31 sama-sama diterjemahkan ―Tuan‖. Namun karena kita sebagai
orang yang mempercayai Yesus sebagai Mesias Putra Tuhan, memahami
hakikat Yesus sepenuhnya, maka formula soteriologis ini sebaiknya
diterjemahkan dengan ―Junjungan Agung‖. Ketiga, untuk penyebutan
Yesus sebagai ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖, selayaknya dituliskan
tulisan-tulisan Rasuli yang bersifat doksologis (pemuliaan, pengagungan).
Rasul Paul berkata, ―namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita
hidup, dan satu Junjungan Agung Yang Ilahi saja, yaitu Yesus Sang
Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena
Dia kita hidup‖ (1 Kor 8:6).

Demikian pula dalam formulasi doksologis berikut: ―Itulah


sebabnya Tuhan sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya
nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala
yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah
bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus Sang Mesias adalah Junjungan
Agung Yang Ilahi," bagi kemuliaan Tuhan) Bapa!‖ (Fil 2:9-11).
161 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kesimpulan

Dari keseluruhan pengkajian terhadap kata Kurios, maka ketika


istilah tersebut dinisbatkan pada diri Yesus, Sang Firman yang menjadi
manusia, tetap saja bermakna dan tetap diterjemahkan lurus berdasarkan
arti hurufiahnya sebagai ―Tuan‖ atau ―Junjungan Agung‖. Namun dalam
kesadaran religius para murid Yesus penulis Kitab Injil, telah mengalami
pergeseran akibat penyingkapan Ilahi melalui proses penampakkan
kebangkitan Yesus dari kewafatan sehingga pengertian ―Kurios‖ bukan
sekedar ―Tuan‖ melainkan ―Tuan di atas segala tuan‖ (Why 17:14; 19:16).

Sekalipun telah terjadi pergeseran makna dan pemahaman terhadap


makna kata Kurios, bukan berarti kata tersebut harus diterjemahkan
sebagai ―Tuhan‖ dalam bahasa Indonesia karena kata ―Tuhan‖ karena akan
bertabrakkan dengan definisi kata ―Tuhan‖ dalam perasaan dan kosa kata
orang Indonesia yang ekslusif ditujukan bagi Realitas Absolut sebagai
subyek penyembahan.

Para rasul Perjanjian Baru pun tidak memberikan istilah lain selain
Kurios (khususnya surat-surat rasul Paul) sekalipun mereka mengalami
pergeseran makna penggunaan dan penisbatan kata Kurios bagi Yesus.
Bahkan dalam bahasa Inggris pun kata Kurios diterjemahkan dengan
―Lord‖ yaitu sebuah istilah yang melekat dengan status sosial ekonomi
yang istimewa dalam struktur masyarakat dimana kata ini bisa ditujukkan
pada bangsawan kerajaan atau para tuan tanah serta hartawan.

Jika sebutan ―Kurios Iesous‖ diterjemahkan ―Lord Jesus‖ maka


sebagaimana nama ―Lord Baden Powell‖ (pendiri kepanduan), ―Lord
Minto‖ (pimpinan Gubernur Rafles), ―Lord Mountbaten‖ tidak ada yang
akan berani menerjemahkan, ―Tuhan Baden Powell‖, ―Tuhan Minto‖,
―Tuhan Mountbatten‖, demikianlah ―Lord Jesus‖ tetap diterjemahkan
dengan ―Tuan Yesus‖ atau ―Junjungan Agung Yesus‖.

Saya tidak menolak status keilahian Yesus sebagai Sang Firman


yang menjadi manusia. Namun istilah Kurios bagi Yesus tidak
berhubungan dengan status keilahian beliau dan tidak perlu mengubah arti
162 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kata Kurios yang adalah ―Tuan‖ menjadi ―Tuhan‖ karena keilahiaan Yesus
bukan dibuktikan oleh penggunaan kata Kurios melainkan dibuktikan oleh
pernyataan Yohanes 1 mengenai hakikat Yesus sebagai Sang Firman yang
menjadi manusia. Kita harus membedakkan antara gugatan bahasa dimana
saya mempertanyakan akurasi terjemahan kata Kurios bagi Yesus dengan
meyakini keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Ini dua kasus yang
berbeda dan yang sedang saya persoalkan bukan soal hakikat beliau
melainkan penerjemahan kata Kurios dalam bahasa Indonesia.

Marilah kita kembali kepada dasar pengakuan Gereja Perjanjian


Baru yang adalah Gereja Perdana yang berpusat pada komunitas Yahudi
dan Yudaisme yang telah menerima Yesus sebagai Mesias dan Anak
Tuhan yang bersaksi: ―Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada
seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia
dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-
Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota
dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun,
kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah
dan nama-Nya ialah: "Firman Tuhan." Dan semua pasukan yang di
sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan
halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang
tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan
mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan
anggur, yaitu kegeraman murka Tuhan, Yang Mahakuasa. Dan pada
jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan
Tuan di atas segala tuan‖ (Why 19:11-16)
163 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XII

ARTI KEMATIAN YESUS SANG MESIAS


BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA

Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan


dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang
dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah
ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk
menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris.
Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan
Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang
dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20,
―Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut
menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut
menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat
kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya‖.

Dosa Asal (Original Sin)

Dosa berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH


agar tidak memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat
sebagaimana dikatakan:―Lalu Yahweh Tuhan ( ‫ )יהוה אלהים‬memberi
perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh
kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati‖(Kej 2:16-17). Namun
ular membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang
dilarang oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, ―Ular itu
berkata kepada perempuan itu: "Tentulah (Tuhan) berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1)
dan ketika manusia perempuan (ishah) menjawab: "Buah pohon-pohonan
dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di
tengah-tengah taman, (Tuhan) berfirman: Jangan kamu makan ataupun
164 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3), maka ular kembali
memutarbalikkan larangan Yahweh dengan mengatakan, ―Tetapi ular itu
berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi
Elohim mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti (Tuhan), tahu tentang yang baik
dan yang jahat."

Ketika manusia perempuan itu tergoda, mulailah dia memakan buah


larangan itu yaitu Buah Pengetahuan Yang Baik (ets hada‘at tov) dan Buah
Pengetahuan Yang Jahat (ets hada‘at ra) maka diapun memberikannya
pada manusia laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian?
Pertama, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa
mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat (Kej 3:7). Manusia laki-laki dan perempuan menyadari bahwa
kemuliaan sebagai ciptaan telah lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa
diri mereka telanjang. Kedua, Ketika mereka mendengar bunyi langkah
Tuhan Yahweh, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk
(Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup angin), bersembunyilah manusia dan
isterinya itu terhadap Tuhan Yahweh di antara pohon-pohonan dalam
taman‖ (Kej 3:8). Manusia laki-laki dan perempuan mengalami ketakutan
terhadap Tuhan Yahweh akibat telah melakukan pelanggaran. Tidak heran
jika sampai sekarang apabila manusia berbuat pelanggaran, selalu dikejar
rasa takut dan bersalah.

Inilah saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan


manusia. Apakah dosa itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani
dikatakan, ―hamartia estin he anomia‖. Dalam Hebrew New Testament
(Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani sebagai terjemahan Kitab
Perjanjian Baru berbahasa Yunani) diterjemahkan, ―ha khet, mri hu ba
Torah‖. Dosa adalah ANOMIA atau ―mri hu ba Torah‖ (melawan Torah).
Kata Yunani hamartia bermakna ―menyimpang dari sasaran‖. Jadi dosa
adalah ―tindakan yang menyimpang dari sasaran‖. Seperti orang yang
memanah namun busur panah meleset dari sasaran yang hendak dituju.
Demikianlah hakikat dosa. Adapun Pohon larangan Pohon Pengetahuan
Baik dan Buruk serta Pohon Kehidupan) mengandung makna bahwa
manusia diberikan KEBEBASAN UNTUK MEMILIH. Tuhan bukanlah
165 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dalang yang seenaknya memainkan wayang. Manusia bukanlah robot yang


dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan KEHENDAK BEBAS dlam
diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan yang buruk.
Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang keliru.
Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia
pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan
kehendak bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang
diambilnya. Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun
manusialah yang melakukan dosa.

Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin)

Seberapa jauhkan DAMPAK DOSA dalam kehidupan manusia


pertama? Dosa menimbulkan KUTUK dan kutuk yang tidak teratasi adalah
MAUT. Kutuk dosa dapat kita lihat secara terinci sbb:

 Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia


kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
 Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus
ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
 Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus
bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
 Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin
membunuh Qabel.
 Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
 Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)

Rasul Paul menjelaskan bahwa dosa mengakibatkan manusia


kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm
6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang dialami semua umat manusia.
Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami maut. Maut adalah upah
dosa dan konsekwensi hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia.
Semua manusia MEWARISI UPAH DOSA yaitu kehilangan kemuliaan
Tuhan, yaitu MAUT. Maut, bukanlah takdir Tuhan melainkan buah dosa
manusia.
166 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam perspektif Kristen, dibedakan antara DOSA MULA-MULA


(Original Sin) dan DOSA PERBUATAN (Behaviour Sin). Dosa mula-
mula dilakukan oleh Adan dan Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah
turunan dari dosa mula-mula. Darimana manusia bisa berbuat dosa
perbuatan? Bukan karena Tuhan menakdirkan dengan memberi
kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan akibat manusia
pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi dosa itu masuk
dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita, apapun
agamanya. Maka seorang anak kecil berusia 7 tahun tidak perlu diajari
berbohong, jika dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita,
dalam sejumlah kasus ditemukan mereka berbohong dan mengatakan
bukan mereka yang memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya.
Berbohong adalah dosa perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa
yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi
dosa perbuatan yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Qur‘an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa
sebagaimana dikatakan: ―Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh
kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu
dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu!
sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang‖ (Qs 2:35-37). ―Kemudian syaitan membisikkan
pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya
tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah
bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya
dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada
Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia
menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
167 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia
tidak akan sesat dan tidak akan celaka‖ (Qs 20:120-123).

Mengapa mengutip ayat dalam Qur‘an? Pengutipan ayat Qur‘an


dimaksudkan sebagai pembanding fakta bahwa manusia pertama telah
jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam
Torah dan Qur‘an) sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap
menyangkal dosa asal dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi
umat manusia semesta. Sekalipun ada perbedaan redaksional antara Torah
(Kitab Kejadian) dan Quran mengenai siapa yang digoda dan nama buah
apa yang dimakan Adam dan Hawa serta dimana Adam dan Hawa tinggal
saat terjadi peristiwa kejatuhan dalam dosa tersebut, namun kedua Kitab
menyepakati beberapa hal berikut:

1. Adam dan Hawa BERDOSA


2. Adam dan Hawa MEMINTA PENGAMPUNAN TUHAN
3. Adam dan Hawa MENANGGUNG HUKUMAN TUHAN

Penghapusan Dosa

Bagaimana Tuhan Yahweh mengatasi dosa yang masuk dalam


dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta?
Kejadian 3:15 menyatakan, ―Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.". Oleh para Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut
sebagai PROTO EVANGGELIUM atau Injil Mula-mula, karena di
dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh,
akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara
teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut
sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ‖Karena Ia harus
memegang pemerintahan sebagai Raja sampai (Tuhan) meletakkan semua
musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan
ialah maut‖.
168 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang


diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam
kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh
Rasul Paul dalam Roma 16:20, ―Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera,
segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia
Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!‖. Dan juga dikatakan
dalam Wahyu 12:17, ―Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu,
lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-
hukum Tuhan dan memiliki kesaksian Yesus‖.

Tuhan Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang


mengalami kutuk dosa yaitu maut. Dan manusia pertama yang jatuh dalam
dosa, telah mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta
ini? Kejadian 3:17 melaporkan, ―Dan Yahweh Tuhan membuat pakaian
dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu
mengenakannya kepada mereka‖ (Kej 3:21). Kata ―pakaian dari kulit
binatang‖ (Ibr: katnot o‘r/Septuaginta: khitonas dermatinous) menunjukkan
adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah LAMBANG
penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yahshua Sang Mesias. Kulit
hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang
menutupi ketelanjangan manusia. Qur‘an pun memberikan konformasi
mengenai pengampunan Tuhan. Redaksional Qs 2:37 mengatakan,
―Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah
menerima taubatnya. Dan Qs 20:122, ―Kemudian Tuhannya memilihnya
maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk‖. Orang yang
bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah
mengawali sebuah perbuatan berdosa.

Kalau manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa


Tuhan Yahweh masih menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan
menggunakan korban hewan hanyalah temporal dan bayangan dari
penebusan sejati yang akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4,
11-12). Kedua, umat manusia akan bertambah banyak dan bertambah
banyak pulalah orang yang mengalami kematian akibat dosa. Maka Tuhan
memberikan Penebus sejati untuk mengatasi dosa yang berujung pada
maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka yang menerima karya kematian
169 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan kebangkitan Yesus dari maut untuk menghapus dosa, maka beroleh
penebusan dan kehidupan kekal.

Sampai di sini, baik Torah, Injil dan Qur‘an mulai bersimpangan


menjelaskan mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan
Hawa terjatuh dalam dosa, dan setelah Tuhan Yahweh memberikan contoh
mengenai pengorbanan hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi
pengorbanan hewan menjadi sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno.
Bahkan Tuhan Yahweh mengatur secara detail pengorbanan hewan
tersebut dalam Torah (Kitab Imamat).

Dalam perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan


penumpahan darah hewan adalah bayangan dari wujud sejati yang akan
datang yaitu Mesias yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab
Ibrani 10:1-4 dikatakan:―Di dalam Torah hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan
itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-
menerus dipersembahkan, Torah tidak mungkin menyempurnakan mereka
yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin,
pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang
melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali
untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun
orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu
jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa‖. Wujud sejati dari
bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yeshu
d‘Meshikha/Yeshua ha Mashiakh/Yahshua ha Mashiakh/Iesous ho
Christos/Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14
berikut ini: ―Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan
satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang
Mesias. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya
dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama
sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah
mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk
selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan, dan sekarang Ia hanya
menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan
170 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk


selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan‖

Pernyataan dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus


Sang Mesias dalam kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai
Mesias, Anak Tuhan yang menyerahkan dirinya untuk menghapus
KUTUK DOSA seluruh umat manusia yaitu MAUT sebagaimana
dikatakan: ―Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti,
mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada
murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya
kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi
banyak orang untuk pengampunan dosa‖ (Mat 26:26-28).

Sabda Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran


penghapusan dosa (ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa)
tidak berasal dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau
penafsiran murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan
dosa dan penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu
sendiri dan memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan
manusia. Barangsiapa percaya dan menerima Yesus Sang Mesias, Putra
Tuhan, Sang Firman yang nuzul dan menjadi manusia (Yoh 1:14) maka
mereka akan dibebaskan dari maut sebagaimana disabdakan Yesus sbb:
―Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar
perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah
pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati
akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya,
akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya
sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-
Nya sendiri‖ (Yoh 5:24-26).

Tidak ada satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari


kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum
171 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tahu berbuat dosa perbuatan MEWARISI KUTUK DOSA yaitu MAUT.


Semua manusia berpotensi mengalami maut. Maut tidak bisa diatasi
dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll. Maut hanya bisa
dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan. Dengan cara
apa? Dengan cara mengutus Putra-Nya, Sang Firman menjadi manusia
untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:
―Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal‖
(Yoh 3:16).

Pertanyaannya, jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias


sebagai Anak Tuhan diyakini akan terbebas dari maut/kematian, namun
faktanya sampai hari ini orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami
kematian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus
sbb: ―Jawab Yesus: ‗Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati‖ (Yoh 11:25).
Kematian fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal
sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan
Yahweh telah dilimpahkan pula kepada Putra-Nya yaitu Yesus Sang
Mesias sebagaimana sabda Yesus, ―Sebab sama seperti Bapa mempunyai
hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak
mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri‖ (Yoh 5:26

Pengampunan Dosa Akibat Ketidaksempurnaan Manusia

Apakah manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan


penebusan dari kutuk dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan
Yesus Sang Mesias dan Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa
kembali dan menjadi sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami
penebusan kutuk dosa memang telah dijadikan manusia baru dan diberikan
Roh Kudus yang akan menuntun dia selalu dalam jalan yang benar
sebagaimana konsekwensi kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul
Paul sbb: ―Dan Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,
yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami
172 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika
kami pernah menilai Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami
tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru
sudah datang‖ (2 Kor 5:15-17). Namun demikian, manusia tetap
berpotensi berbuat kesalahan dan pelanggaran. Oleh karenanya Yesus
mengajarkan Doa Bapa Kami dimana salah satu frasa berbunyi,
―Ampunilah kami akan kesalahan kami, sebagaimana kami mengampuni
orang yang bersalah kepada kami‖ (Mat 6:12).

Demikianlah pengkajian singkat mengenai konsep Iman Kristen


mengenai Asal Usul Dosa (Original Sin) dan Penghapusan Dosa serta
Penebusan Kutuk Dosa yaitu Maut. Kiranya kajian singkat ini memberikan
pembukaan wawasan sekaligus pintu hidayah untuk mengenai Yesus Sang
Mesias (Yasu‘a al Masih) yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup
sebagaimana disabdakan Yesus sbb:"Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku‖ (Yoh 14:6).
173 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XIII

MENINJAU ULANG PENGGUNAAN NAMA ALLAH


DALAM TERJEMAHAN LEMBAGA ALKITAB INDONESIA

Kerancuan Terminologis

Lembaga Alkitab Indonesia membedakan sebutan Allah, TUHAN


dan ALLAH dalam terjemahan kitab suci yang mereka kerjakan,
sayangnya tidak memberikan keterangan mengapa ada pemberian huruf
kapital pada kata TUHAN dan ALLAH. Namun jika kita mengkaji dengan
seksama, penggunaan kata Allah dan kapitalisasi pada kata TUHAN dan
ALLAH, sangatlah rancu. Di mana letak kerancuan tersebut? Mari kita
mengkaji lebih jauh. Saya kutipkan petikkan terjemahan Kitab Kejadian
15:1-21 versi Lembaga Alkitab Indonesia sbb: ―Kemudian datanglah
firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut,
Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." Abram menjawab:
"Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena
aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan
mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram:
"Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang
hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN
kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu,
melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke
langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya."
Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Lagi firman
TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari
Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu."
Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan
memilikinya?" Firman TUHAN kepadanya: "Ambillah bagi-Ku seekor
lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga
tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur
174 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan seekor anak burung merpati." Diambilnyalah semuanya itu bagi


TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di
samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Ketika
burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka
Abram mengusirnya. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram
dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa
keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan
kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya,
empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak
mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan
membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada
nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu
telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke
sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap." Ketika
matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah
perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara
potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah TUHAN mengadakan
perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah
Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang
besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang
Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang
Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu."156

Jika kita perhatikan terjemahan di atas, sejumlah kata-kata khas


muncul, ―Allah‖, ―ALLAH‖, ―Tuhan ALLAH‖, TUHAN‖. Jika seorang
pengkhotbah membacakan terjemahan tersebut dan jemaat
mendengarkannya, dapatkah para pendengar (silahkan Anda
mengidentifikasikan diri sebagai pendengar) membedakan sebutan-sebutan
di atas, meskipun dibedakan dengan huruf kapitalisasinya? Jika
pengkhotbah menyebut ―Tuhan ALLAH‖, dapatkah pendengar
membedakan dengan ketika Sang Pengkhotbah menyebut ―TUHAN‖
(dengan huruf kapital semua) dan ―ALLAH‖ (dengan huruf kapital semua)
serta ―Allah‖ (huruf depan saja yang kapital). Saya sangat yakin, Anda

156
Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, 1974
175 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

akan kesulitan untuk membedakannya, terkecuali Anda membaca sendiri


terjemahan atau teks yang dibaca tersebut. Apakah perbedaan antara
sebutan ―Allah‖, ―ALLAH‖, ―TUHAN‖, ―Tuhan ALLAH‖ dalam
terjemahan di atas. Istilah-istilah tersebut tersebar merata dalam
keseluruhan terjemahan TaNaKh oleh Lembaga Alkitab Indonesia dari
Kitab Kejadian hingga Maleakhi. Dan Untuk Kitab Perjanjian Baru, dari
Kitab Matius sampai Wahyu, hanya muncul kata ―Allah‖ dan ―Tuhan‖.
Kenyataan di atas saya namakan ―kerancuan nama dan terminologi
Ketuhanan‖. Dalam hal ini, Lembaga Alkitab Indonesia tidak bisa
membedakan nama diri (personal name) dan nama umum (generic name).

Pemahaman Terminologis Tentang Ketuhanan

Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai nama dan


terminologi Ketuhanan, maka kita harus merujuk pada teks sumber yang
berbahasa Ibrani dan Yunani serta Aramaik. Dalam bahasa Ibrani, ada
beberapa istilah Ketuhanan sbb:

‫( אלהים‬Elohim) Jika dieja dari kanan ke kiri, alef, lamed, heh, yod
dan mem sofit. Elohim adalah istilah Ibrani untuk menunjukkan sesuatu
yang disembah dan dianggap berkuasa. Padanan bahasa Inggrisnya, ―God‖
dan padanan Arabnya, ―Ilah‖ dan padanan Indonesianya, ―Tuhan‖. Kitab
Septuaginta menerjemahkan Elohim dengan sebutan Theos (ζεὸο).
Langkah ini diteruskan oleh naskah Greek Perjanjian Baru, yang
menerjemahkan Elohim dengan Theos. Dalam Kitab Suci, istilah Elohim,
menunjuk pada Tuhan yang benar (Ulangan 10:17) namun juga menunjuk
pada tuhan asing (1 Tawarikh 16:26). Dalam Kitab Suci berbahasa Ibrani,
istilah Elohim muncul sekitar 6000 kali dan dalam Kitab Suci terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan dengan Allah (huruf depan
menggunakan kapital, Kejadian 1:1) dan allah (huruf kecil semua,
Keluaran 20:3). Penerjemahan Elohim menjadi Allah adalah tidak tepat,
karena Allah adalah nama tuhan orang Muslim (Qs 20:14, Qs 19:28).

‫( אדני‬Adonai) Jika dieja dari kanan ke kiri, alef, dalet, nun, yod.
Istilah Ibrani Adonai, dapat disetarakan dengan ―Tuan‖, ―Majikan‖,
―Penguasa‖. Padanan bahasa Inggrisnya, ―Lord‖ dan padanan bahasa
176 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Arabnya, Rabb. Septuaginta menerjemahkan Adonai dengan Kurios


(θπξίνπ). Kitab Perjanjian Baru versi Greek mengikuti langkah ini, untuk
menyebut Yahweh dengan sebutan pengganti Kurios dan untuk Yesus
Sang Mesias. Sementara padanan Indonesianya, ―Tuan‖. Lembaga Alkitab
Indonesia menerjemahkan istilah Adonai, dengan ―Tuhan‖. Istilah Adonai,
dapat dikenakan pada Tuhan (Maleakhi 1:6) maupun manusia (Kejadian
45:9).

‫( יהוה‬Yahweh) Dieja dari kanan ke kiri, yod, heh, waw, heh. Nama
Tuhan Yang Esa (Ulangan 6:4), Tuhan Abraham, Yitskhaq dan Yaaqov
(Keluaran 3:15), Tuhan Pencipta Langit dan Bumi (Yesaya 40:28), Bapa
Surgawi (Yesaya 64:8). Nama Tuhan tidak dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa apapun. Namun kenyataannya, hampir keseluruhan terjemahan
Kitab Suci tidak Mencantumkan nama-Nya, melainkan menggantinya
menjadi ―LORD‖ (Inggris), ―HERR‖ (Belanda), ―SENIOR‖ (Spanyol),
―DOMINI‖ (Latin), ―RABB‖ (Arab) dan terjemahan Lembaga Alkitab
Indonesia, dituliskan dengan ―TUHAN‖ (huruf kapital semua, Yesaya
42:8). Asal usul terlupakannya nama Yahweh dimulai sejak orang Yahudi
pulang dari pembuangan Babilonia pada tahun 586 SM. Sejak itu mereka
enggan menyebut nama Yahweh dan mengganti dengan mengucapkan
Adonai, saat membaca nama Yahweh dalam Kitab Suci atau menyebutkan
dalam pertemuan umum. Kemudian pada Abad III SM, orang-orang
Yahudi di Alexandria yang tidak bisa berbahasa Ibrani, membutuhkan
suatu terjemahan Kitab Suci berbahasa Yunani. Akhirnya, atas donatur
Kaisar Ptolemaus Filadhelphus, diterjemahkanlah TaNaKh (Torah,
Neviim, Kethuvim) dalam bahasa Yunani. Nama Yahweh diterjemahkan
dengan KURIOS, yang sepadan dengan ADONAI. Nama kitab hasil
terjemahan ini adalah Septuaginta. Ketika Agama Kristen menyebar
sampai ke Eropa, Asia, Amerika, Afrika dll. Diperlukanlah suatu
terjemahan Kitab Suci dalam berbagai bahasa. Demikianlah nama Yahweh
kemudian diterjemahkan dengan mengikuti tradisi Septuaginta. Hasilnya,
sebagaimana kita lihat di atas, nama Yahweh berubah menjadi istilah-
istilah spt., RABB, LORD, HERR, DOMINI, TUHAN. Benarkah nama
Yahweh tidak boleh dipanggil? Boleh! Bahkan diperintahkan. Kitab 1
Tawarikh 16:8 mengatakan, ―hodu la Yahweh qiru bi shemo‖ yang artinya,
―bersyukurlah kepada Yahweh, panggilah nama-Nya‖.
177 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari penjelasan di atas, kita telah melihat bahwa LAI telah


menerjemahkan dengan pola sbb:

 Elohim diterjemahkan menjadi Allah (Kej 1:1) dan allah (1 Taw


16:26)
 Adonai diterjemahkan menjadi Tuhan (Mzm 16:2)
 Yahweh dituliskan TUHAN (Yes 42:8) dan ALLAH (Yekh 37:12)
 Adonai Yahweh diterjemahkan menjadi ―Tuhan ALLAH‖ (Yes
61:1)

Akibat Kerancuan Terminologis

Ketidakmengertian terhadap sejumlah terminologi Ibrani dan


kekeliruan penerjemahan atas terminologi-terminologi tersebut,
mengakibatkan kekacauan yang serius dalam konsep Ketuhanan Iman
Kristen. Kekacauan tersebut dapat kita lihat dalam berbagai tulisan para
agamana ataupun teolog Kristen ketika menerjemahkan teks-teks teologi
dari bahasa Inggris. Elmer L. Town melalui bukunya, Nama-nama Allah
mengatakan bahwa ada tiga nama Allah yang utama, yaitu ―Elohim‖,
―Yehovah‖ dan ―Adonai‖157. Demikian pula dengan tulisan Pdt. Purwanta
Rahmat, STh., yang menyatakan bahwa nama-nama TUHAN ALLAH
yaitu ―YAHWE‖ atau ―YEHOWAH‖, ―Elohim‖ dan ―Bapa‖ 158. Kemudian
DR. Peter Wongso menyatakan bahwa nama-nama ALLAH dalam bahasa
Ibrani adalah ―Elohim‖, ―Yahweh‖, ―El Shaday‖. Sedangkan dalam bahasa
Yunani, ―Theos‖, ―Kurios‖, ―Despotis‖, ―Huspitos‖, ―Pantokrator‖159.
Pendapat terakhir dari DR. Dieter Becker, ―Menurut Perjanjian Lama,
Allah pada dasarnya Tuhan, menurut Perjanjian Baru pada dasarnya

157
Elmer L. Town, Nama-nama Allah, Yogyakarta, ANDI Offset 1995, hal 9
158
Pdt. Purwanta Rahmat, STh., Katekismus Baru, Yogyakarta: TPK Gunung
Mulia, 1992, hal 51
159
DR. Peter Wongso, Doktrin Tentang Allah, Malang: Sekolah Alkitab Asia
Tenggara, 1991, hal 9-13
178 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah Bapa‖160. Kekacauan yang sama terjadi ketika menerjemahkan


beberapa terks al., Kejadian 33:20. Kalimat, ―Dia mendirikan mezbah di
situ dan dinamainya itu: Allahnya Israel ialah Allah‖, dalam teks
Ibraninya, ―wayatsev sham mizbekh wayiqra lo El, Elohe Yisrael‖.
Perhatikan bagaimana dalam kalimat Ibrani, ada dua bentuk penyebutan
yang berbeda, yaitu El dan Elohe, namun Lembaga Alkitab Indonesia
menyamakan begitu saja menjadi ―Allah‖. Sekarang kita fokuskan pada
pengkajian kata El. Istilah El, secara gramatikal memiliki makna
―Kekuatan‖ atau ―Yang Kuat‖. Dalam Keluaran 15:2 dikatakan ―zeh Eli
weanwehu Elohe avi…‖ (Dialah Kekuatanku dan aku memuji
Sesembahan/Tuhan bapaku…). Kemudian dalam Ulangan 10:17 dikatakan,
―ki YHWH Elohe ha Elohim, wa Adoney ha Adonim, ha El, ha Gadol, Ha
Gibor we ha Nora…‖ (sebab YHWH adalah Sesembahan/Tuhan diatas
segala sesembahan/tuhan, Tuan diatas segala tuan, Yang Kuat, Yang Besar,
Yang Perkasa, Yang Luar Biasa…). Dengan demikian, sebaiknya kalimat,
―El, Elohe Yisrael‖ dalam Kejadian 33:20 selayaknya diterjemahkan,
―Yang Kuat, Sesembahan/Tuhan Yisrael‖ atau ―El adalah Sesembahan
Yisrael‖. Kata El sendiri bukanlah menunjuk nama Sang Pencipta,
melainkan sebutan yang menjelaskan mengenai sifat Ketuhanan yang
mengatasi segala sesuatu. Kata ―El‖, sepadan dengan bahasa Arab ―Il‖.
Allah, sudah menunjuk nama Ilah (Qs 20:14, 98).

Kemudian teks Kejadian 46:3. Kalimat, ―lalu firman-Nya: Akulah


Allah, Allahnya ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir…‖ dalam teks
Ibrani, ―wayomer, Anoki ha El, Elohe avika, al tira merda Mitshrayma…‖
. Istilah ―ha El‖ muncul kembali, sebagaimana dalam Kejadian 33:20.
Istilah yang setara untuk El, dalam bahasa Arab adalah Il. Dari kata ini
menjadi Ilah. Allah, sudah menunjuk nama Ilah sebagaimana dikatakan:
―Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku‖
(Qs 20:40). ―Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada
Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." (Qs 20:98).

160
DR. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993,
hal 53
179 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sungguh mengerikan dan memprihatinkan melihat kerancuan terminologi


yang bermuara pada kekacauan nama dan istilah dalam Ketuhanan.
Kekristenan Indonesia sedang dalam krisis orientasi Ketuhanan.

Sebelum saya memperdalam kajian mengenai irelevansi


penggunaan nama ―Allah‖ dalam terjemahan Kitab Suci TaNaKh dan
Kitab Perjanjian Baru, saya akan mengulas mengenai aneka ragam
pandangan tentang siapakah Allah tersebut.

Ketidakjelasan Akar Kata Dan Asal Usul Nama Allah

Mengenai asal-usul nama Allah itu sendiri, masih menjadi bahan


perdebatan baik dikalangan Kristen maupun Islam. Kita akan melihat
sekilas pemetaan silang pendapat mengenai asal-usul nama Allah dibawah
ini.
Pandangan Islam: ُ‫( اهلل‬Allah) berasal dari kata Al (definite article,
The) dan Ilah (generic name, God). Penyingkatan dari kata Al dan Ilah
menjadi Allah, untuk menandai sesuatu yang telah dikenal. Dalam
perkembangannya, untuk mempermudah hamzat yang berada diantara dua
lam (huruf ‗LL‘), huruf ‗I‘ tidak diucapkan sehingga berbunyi Allah dan
menjadi suatu nama yang khusus dan tidak berakar161. Ada pula yang
berpendapat bahwa Allah berasal dari Al Ilahah, Al Uluhah dan Al
Uluhiyah yang bermakna ibadah atau penyembahan162. Yang lain
mengajukan bahwa Allah berasal dari kata Alaha yang berarti
menakjubkan atau mengherankan karena segala perbuatannya 163.
Sementara ada yang berargumentasi bahwa Allah berasal dari kata, Aliha
ya‘lahu yang bermakna tenang164. Kelompok pemikir dari Kufah

161
DR. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Lentera Hati, 1998, hal 3-9
162
Ibid.,
163
Ibid.,
164
Ibid.,
180 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengatakan bahwa Allah, berasal dari Al-Lah, yang diambil dari verba
noun lah yang berasal dari kata lahaya yang bermakna menjadi tinggi165.
Sedangkan Ibn Al Arabi menyatakan bahwa Tuhan itu tidak bernama,
tetapi Dzat yang dinamakan oleh umatNya. Penamaan terhadap Tuhan,
berarti melimitasi eksistensi Tuhan166.
Pandangan Kristen : Ada yang beranggapan bahwa Allah adalah
berasal dari sumber Syriac, Alaha167. Sementara yang lain berpendapat
bahwa Allah berasal dari akar kata rumpun semitis El, Eloah dan Elohim
serta Alaha. Bentuk Arabnya Ilah, lalu mendapat imbuhan Al yang
berfungsi sebagai definite article (The God- Al Ilah-Allah)168. Kata Allah
berasal dari Al dan Ilah. Akar kata ini terdapat dalam semua bahasa
semitis, yaitu dua konsonan alif dan lam serta ucapan yang lengkap dengan
huruf hidup adalah sesuai dengan phonetik masing-masing169. George Fry
dan James R. King menyampaikan, ―the name by which God is known to
muslim, Allah is generally thought to be the proper noun form of the
Arabic word for God, Ilah. Al, meaning The ini Arabic word. This word is
related to the Hebrew from El and Elohim‖170.

165
DR. Djaka Soetapa, Penterjemahan Kata Yahweh dan Elohim menjadi
TUHAN dan Allah dalam Perspektif Teologi Islam, hal 2 (Makalah disampaikan
pada Sarasehan Terjemahan Alkitab Mengenai Kata TUHAN dan ALLAH,
PGPK, Bandung, 5 Juni 2001)
166
DR. Kautzar Azhari Noer, Tuhan Kepercayaan , Artikel Koran Jawa Pos, 23
September 2001
167
Arthur Jefrey, The Foreign Vocabulary of the Qur‘an, Baroda:Oriental
Institute, 1938, p.66
168
Bambang Noorsena, Mengenai Kata Allah, Institute for Syriac Christian
Studies, Malang, 2001, hal 9
169
Olaf Schumman, Keluar dari Benteng Pertahanan, Rasindo, hal 172-174
170
George Fry and James R. King, Islam: A Survey of The Muslim Faith, Baker
Book House, 1982, p.487
181 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

J. Blau menjelaskan bahwa kata Allah adalah murni dari konteks Arab dan
bukan dari sumber Syriac171. Pada bagian sebelumnya, telah dipaparkan
kajian asal-usul nama Allah dari perspektif historis maupun etimologis.
Pada bagian ini akan kami perdalam dengan menyaksikan tinjauan kritis
mengenai akar kata nama Allah yang dihubungkan dengan ungkapan
semitik El, Eloah, Elohim (Ibr), Elah (Aram), Ilanu (Akkadian).
Penilaian Terhadap Akar Kata Nama Allah
Allah, bukan bentukan atau kontraksi dari Al dan Ilah. Jika benar
Allah adalah kontraksi dari Al dan Ilah, mengapa logika ini tidak berlaku
untuk kata Arab lainnya seperti, Al dan Iman, mengapa tidak menjadi
Alman? Al dan Ilmu mengapa tidak menjadi Almu? Bambang Noorsena
pernah membantah dengan menyatakan bahwa kasus penyingkatan Al dan
Ilah, hanya terjadi dalam bahasa Arab 172. Renungkan: mengapa
penyingkatan ini menjadi sangat istimewa pada kata Al dan Ilah?
Allah, bukan berasal dari rumpun kata semitis El, Eloah dan
Elohim. Jika Allah adalah rumpun semitis dengan istilah Ibrani, El, Eloah
dan Elohim, maka bentuk gramatika jamak untuk Allah itu apa? Dalam
terminologi Hebraik, penjamakan kata benda, selalu digunakan akhiran im
(jika gendernya maskulin) atau ot dan ah, (jika gendernya feminin)173. Kata
khay (hidup) bentuk jamaknya adalah khayim (kehidupan). Kata Eloah,
bentuk jamaknya Elohim. Demikian pula dalam bahasa Arab, istilah Ilah
(yang sepadan dengan Eloah), bentuk jamaknya adalah Alihah (Ilah-ilah).
Adakah bentuk jamak dari Allah?19 Renungkan: Adakah tata bahasa yang
membenarkan bahwa nama diri ditulis dalam bentuk jamak?

171
Arabic Lexicographical, Miscelani, 1972, p. 173-190
172
Op.Cit., Mengenai Kata Allah, hal 16-17
173
DR. D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, BPK 1992, hal 89
19
Teguh Hindarto, STh., Kritik dan Jawab Terhadap Efraim Bambang Noorsena,
SH. (Artikel di Majalah BAHANA No 09, 2001, hal 13)
182 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam Kitab Suci TaNaKh, tidak ada ditemui kata Allah dalam konotasi
nama diri. Dalam naskah TaNaKh berbahasa Ibrani, ada sejumlah kata
yang berkonotasi dengan Allah, namun sesungguhnya bukan. Contoh:
 ‫( אלה‬Ala) huruf ‗h‘ diakhir kata tidak diucapkan karena tidak ada
titik pengeras atau dagesh forte. Artinya, ―sumpah‖ (1 Raj 8:31)
 ‫( האלה‬ha Ala) huruf ‗h‘ akhir tidak diucapkan. Artinya, ―pohon
besar‖ (Yos 24:26)
 ‫( אלה‬Ela) huruf ‗h‘ diakhir kalimat tidak diucapkan. Artinya,
―nama suatu kaum‖ (Kej 34:41) dan ―nama raja di Israel‖ (1 Raj
16:6-8)
 ‫( אלהא‬Elaha, Dan 5:21), ‫( אלה‬Elah, Dan 2;47a), ‫( אלהין‬Elahin, Dan
2:47b), adalah varian bahasa Aram yang artinya sama dengan Eloah
dalam bahasa Ibrani. Baik Elah, Elaha atau Elahakhon dapat
menunjuk pada terminologi Sesembahan Israel Yang Sejati atau
terminologi umum untuk sesembahan diluar Israel
 ‫( אלוה‬Eloah, Hab 3:3), ‫( אלהים‬Elohim, Kej 1:1), artinya Tuhan.
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan God dan dalam bahasa Yunani
diterjemahkan Theos.
 ‫( אל‬El, Kej 33:20) artinya Yang Maha Kuat

Dalam Kitab Perjanjian Baru, tidak ditemui kata-kata yang menunjuk


pada nama diri Allah. Ketika Yesus berteriak di kayu salib saat
kematianNya, Dia berseru: ―Eli-Eli Lama Shabakhtani?‖ (Mat 27:46).
Kata Eli, merupakan bentuk singkat dari Elohim dan Anokhi atau Ani
(Aku). Kebiasaan menyingkat kalimat seperti ini biasa terjadi dalam tradisi
Israel. Perhatikan dalam Keluaran 15:2 yang selengkapnya dalam naskah
Hebraik: ―ze Eli, weanwehu Elohei abi waaromenhu‖. Kata Eli dalam ayat
tersebut diartikan ―Tuhanku‖. Seruan ―Eli-Eli lama sabakhtani‖ dalam
Matius 27:46 dalam Kitab Suci berbahasa Arab dituliskan, ―Ilahi-Ilahi
limadza taroktani‖ dan bukan ―Allahi-Allahi limadza taroktani?‖
183 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kronologi Historis Penggunaan Nama Allah DalamTerjemahan Kitab


Suci Kristiani
Dalam buku, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, diterangkan
bagaimana kronologi masuknya agama Islam dan Kristen di Nusantara 174.
Dijelaskan dalam buku tersebut bagaimana Islam telah lebih dahulu masuk
ke Nusantara dalam dua tahap. Tahap pertama (tidak terlalu signifikan
pengaruhnya) pada Abad VII-VIII oleh pedagang Arab menuju Sumatera.
Tahap kedua (signifikan pengaruhnya) pada Abad XIII dibawa oleh
pedagang Gujarat yang dipengaruhi mistik Persia. Selanjutnya Portugis
yang beragama Katholik, masuk nusantara pada tahun 1512. Kemudian
berturut-turut masuk armada Belanda pada tahun 1596, yang kemudian
membentuk kongsi dagang VOC, pada tahun 1602. Karena kebangkrutan
VOC, maka sekitar tahun 1800-an, pemerintah Hindia Belanda mulai
mengambil alih kepemimpinan, termasuk masalah misi dan keagamaan.
Pada masa ini, mulailah muncul lembaga misi dan proses penerjemahan
Kitab Suci pun dimulai.
Merujuk pada makalah DR. P.D. Latuihamalo yang dibacakan oleh
DR. Katopo dalam Sarasehan Terjemahan Alkitab mengenai kata TUHAN
dan ALLAH yang diselenggarakan di Bandung, Tgl 5 Juni 2001, kita
mendapatkan informasi sbb: Tahun 1629, Albert Corneliz Ruyl, seorang
pegawai tinggi VOC berpangkat Onderkoftman, menerjemahkan Kitab
Injil Matius dari bahasa Yunani kebahasa Melayu dan bahasa Belanda.
Adapun transkripsi terjemahan mengenai konsep Ketuhanan sbb:
 Theos diterjemahkan menjadi Allah (Mat 4:4)
 Iesous diterjemahkan menjadi Yesus (Mat 1:1)
 Christos diterjemahkan menjadi Christus (Mat 16:16)
 Abraam menjadi Ibrahim (Mat 1:1)175

174
Bambang Ruseno Oetomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, PSAK, 1993,
hal 33-35
175
DR. P.D. Latuihamalo, Latar Belakang Historis Terjemahan LAI Mengenai
Nama: YHWH=TUHAN;Elohim=Allah, PGPK, hal 1-3
184 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pada tahun 1733, Melchior Lejdecker dan H.G. Klinkert pada tahun 1879
menerjemahkan dengan pola sbb:
 Theos diterjemahkan menjadi Allah (Mat 4:4)
 Iesous diterjemahkan menjadi Isa (Mat 1:1)
 Christos diterjemahkan menjadi Al Masih (Mat 16:16)176

Sementara Bode menolak menggunakan nama Isa dan Al Masih,


namun beliau tetap menggunakan nama Allah sebagai ganti Theos atau
Elohim. Dikarenakan dari sejak Ruyl, Lejdecker sampai Bode, tetap
menggunakan nama Allah sebagai translasi dari Theos dan Elohim, maka
Lembaga Alkitab Indonesia berketetapan bahwa penggunaan nama Allah
tetap sah dan relevan sebagai terjemahan untuk Theos dan Elohim.
Lembaga Alkitab Indonesia, yang berdiri sejak tahun 1954, tetap
mempertahankan nama Allah yang sudah tercantum dalam teks terjemahan
kuno diatas dengan dua pertimbangan yaitu:
 Sudah lama diterima oleh umum
 Allah, bukan dipahami sebagai nama diri tetapi sebagai nama jenis,
sebagaimana Elohim, Theos, God, Deo

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa sejak diterjemahkannya


Kitab Suci dalam bahasa Portugis 1748-1753), sudah dipergunakan nama
JEHOVAH. Pada tahun 1839, P.Janz menerjemahkan dalam bahasa Jawa
dengan transliterasi JEHUWAH. Zendeling Rinsje di tanah Batak
menggunakan Djahoba. Demikian pula di Nias, digunakan Jehofa.
Sementara Lejdecker menggunakan HUWA untuk YAHWEH dan Klinkert
menggunakan HOEWA dan JEHOEWA, TOEHAN HOEWA dan Tuhan
HOEWA. Dalam Konferensi para penerjemah Alkitab pada tahun 1952 di
Jakarta, ditetapkanlah supaya nama HUWA ditiadakan dan diganti menjadi
TUHAN. Alasan terhadap persoalan tersebut adalah mengacu pada
disertasi doktoral DR. H. Rosin, dosen STT Jakarta, tahun 1955 di Geneva
Universiteit, bahwa empat huruf (tetragrammaton) YHWH, tidak dapat
diucapkan (unpronounceable). Karena tidak dapat diucapkan, maka

176
Ibid.,
185 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

petunjuk terarah adalah dengan menggunakan huruf kapital semua,


TUHAN. Renungkan: LAI tetap mempertahankan penggunaan nama Allah
dengan alasan nama itu telah dipakai sejak Ruyl, Lejdecker, Klinkert serta
Bode. Anehnya, mengapa nama Yahweh yang telah dituliskan sejak
masuknya Portugis ke Indonesia, tidak dapat dipertahankan? Jika empat
huruf YHWH tidak dapat diucapkan, mengapa para penerjemah diatas,
bahkan penerjemah dalam bahasa daerah sudah menggunakan nama
Jehovah, Jehowa, Hoewa atau Huwa? Logiskah jika Musa, Ishak dan
Yakub serta leluhur Israel tidak dapat mengucapkan nama Yahweh,
padahal mereka berkomunikasi dengan Sang Pencipta secara audible? Jika
naskah Kitab Suci berbahasa Ibrani dapat diterjemahkan dalam berbagai
bahasa, mengapa nama Yahweh tidak dapat dituliskan? Bagaimana
mungkin ada bahasa yang tidak dapat diterjemahkan dan
ditransliterasikan? Dengan alasan apa Sang Pencipta memberitakan
namaNya yang abstrak?
Mempertimbangkan Dokumen 1939 177
Tahun 1896, telah beredar Injil dalam bahasa Melayu dengan judul
WASIYAT YANG BEHAROE: ijaitoe Segala Kitab Perdjanjian Jang
Beharoe ataw Indjil Toehan kita ISA AL MASIH. Kitab ini dicetak di
Amsterdam, Belanda. Tahun 1940, akhirnya dimunculkan revisi kitab
dengan jududl muka, KITAB PERDJANJIAN BAHAROE, diterjemahkan
dari bahasa Grika kepada bahasa Melayoe, dikeloearkan oleh Belandja
British and Foreign Bible Society, London-National Bible Society of
Scotland Edinburg-Nederlandsch Bijbel genootschap, Amsterdam. Kitab
ini dicetak di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Pada kata pengantar
kitab terbitan tahun 1940, terlampir pandangan komite penyalin yang
menuliskan pandagannya pada tahun 1939 di Sukabumi. Dalam kata
pengantar tersebut, ada empat hal yang menarik untuk dicermati.

177
Teguh Hindarto,MTh., Redefinisi dan Rekonsepsi Nama Allah dan Urgensi
Penggunaan Nama Yahweh Dalam Komunitas Kristen, Disampaikan pada Forum
Panel Diskusi Di Auditorium Duta Wacana-Yogyakarta, Tgl 20 Oktober 2003
186 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Keterlibatan asisten Melayu Islam dalam Komite Penyalin (dok, hal 1)


―Maka bagi maksud itoe, sedia ditetapkanja pada akhir tahoen
1930 soetaoe Comite Penjalin di Soekaboemi, yang sedang
mengerdjakan salinan baharoe itoe dibawah pimpinan…dan
berganti-ganti doea oerang assistant Melajoe djati dari tanah
Melajoe…‖

Kesukaran dalam penerjemahan dan kebutuhan untuk koreksi tanpa


batas (dok, hal 2)
―Maka ta‘dapaat tiada pembatja telah paham akan kesoekaran
Comite Penjalin itoe mengadakan persatoean bahasa bagi
pengertian yang am. Oleh sebab itoe djoega dipinta kepada
pembatja yang insaf akan mengingatkan segala toentoetan
terdjemahan yang sukar itu‖.
Allah, nama Tuhan (dok. Hal 3)
―Karena ma‘na Toehan menoeroet perasaan orang Arab dan
orang Melajoe djati ialah Allah. Demikian djuga menurut djalan
bahasa Arab dan logat Melajoe djati, adalah perkataan Allah
itoe boekanja sedjenis nama yang dinamakan, seperti pada
perasaan disebelah barat tentang perkataan God. Oleh jand
demikian maka perkataan Allah yang bersamboeng dengan koe,
moe, nja, dengan toedjoean poenja, itoe bersalahan dengan
perasaan orang Melajoe yang diloear golongan Keristen‖
Ketergantungan pada bahasa Arab Melayu (dok. Hal 5)
―Kadang-kadang penjalin terpaksa menggoenakan bahasa
Melajoe, sebab tiada ada kata Melajoe djati yang boleh
mensifatkan pengertian ataw toedjoean nas asli dengn sebetul-
betulnya‖
Dari eksposisi historis diatas, dapat kita menyimpulkan bahwa
penggunaan nama Allah yang tercantum dalam Kitab Suci TaNaKh
maupun Kitab Perjanjian Baru, sebenarnya bermula dari proses
penerjemahan dengan melalui suatu adopsi sesembahan orang Melayu
187 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang beragama Islam. Proses adopsi tersebut, bukan didasarkan pada suatu
pemahaman teologis yang mendalam, melainkan hanya didasarkan pada
proses kontekstualisasi semata, tanpa mengkaji dan mempertimbangkan
bahwa nama Allah bukanlah istilah pengganti yang tepat untuk Elohim,
Theos atau God. Kita juga melihat bagaimana sejumlah perbendaharaan
bahasa Indonesia masih sangat terbatas dan terus mengalami
perkembangan sehingga mengalami kesukaran dalam penerjemahan yang
mengakibatkan banyak meminjam unsur Arab. Berlandaskan kenyataan
diatas, terjemahan Kitab Suci yang ada bukanlah hasil karya yang harus
dikeramatkan, melainkan karya terjemahan yang harus terus diselaraskan
secara relevan dengan perubahan zaman.
188 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XIV

MITOS-MITOS AKADEMIK
DISEPUTAR NAMA YHWH DAN ALLAH

Mengapa saya menggunakan istilah ―mitos yang berkembang di


dunia akademik‖? Karena berbagai pernyataan para teolog banyak
didasarkan pada asumsi yang mengatasnamakan ―keilmiahan‖,
―obyektifitas‖, namun sebenarnya memiliki sejumlah kecacataan
metodologis. Kecacatan metodologis yang dimaksud karena dipengaruhi
Teologi Liberal dalam memahami status pengilhaman Kitab Suci.
Anggapan-anggapaan tadi diturunkan dan dipercayai serta dilembagakan
dalam berbagai literatur serta dipercaya sebagai otoritas yang sudah definit.
Jika pada seminar di Auditorium Duta Wacana, Yogyakarta (20 Oktober
2004), saya mengusulkan Re-definisi terhadap penggunaan nama Allah.
Maka saat ini saya menghimbau bahwa kita harus berani melakukan proses
De-Mitologisasi terhadap pemahaman yang keliru diseputar nama Yahweh
dan Allah (Seminar di Universitas Kristen Indonesia, 20 November 2004).

Beberapa mitos akademik yang populer diseputar nama Yahweh


dan Allah adalah, sbb: Mitos 1, Nama Yahweh terlalu suci untuk
diucapkan. Setelah masa pembuangan dari babilon, nama Yahweh dilarang
diucapkan secara lisan. Pada tahun 70 Ms, sekte Farisi melarang
penggunaan nama Yahweh. Menurut halakha, nama itu ―tersembunyi‖
(b.Pes 50ª), ―tetap dirahasiakan‖ (b.Kidd.71ª)178. Mitos 2, Nama Yahweh
tidak dapat diucapkan. DR. Daud Soesilo mengatakan, ―namun tak
seorangpun yang tahu bagaimana melafalkannya…setelah masa
pembuangan Israel di Babilonia (538 sM), ucapan nama YHWH yang
sesungguhnya tidak diketahui lagi‖179. Demikian pula DR. Tom Yakob,

178
DR. J. Trimm, Nazarenes & the Name of YHWH
http://nazarenespace.com/page/nazarenes-and-the-name-of-yhwh
179
Seminar Alkitab: Satu Alkitab Beragam Terjemahan, 2004, hal 1
189 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―…Bagaimana keempat huruf itu (YHWH) diucapkan atau apa huruf


hidupnya, tidak ada orang yang tahu‖180 Mitos 3, Penggunaan nama
Yahweh berarti kembali pada pola Perjanjian Lama. Samin Sitohang
memberikan ulasan, ―Jika umat kristen mempertahanan YHWH sebagai
nama Sang Pencipta yang kekal dan bukan YHWH-Menyelamatkan maka
kita sedang kembali ke dalam alam Perjanjian Lama‖181. Mitos 4, Oleh
kehendak Roh Kudus, nama Yahweh telah diganti menjadi Kurios. DR.
Josias Lengkong,MTh., menyatakan dalam makalahnya, ―Roh Kudus Yang
maha Bijaksana telah menuntun dan menetapkan bahwa dalam
kepentingan misi dunia dan dalam kaitan dengan penyebaran Injil secara
global, maka bukan bahasa Ibrani lagi yang dipakai untuk menjadi naskah
asli Perjanjian Baru, melainkan bahasa Yunani. Dengan demikian para
penulis Perjanjian Baru diilhami (diberi inspirasi) untuk menerjemahkan
nama Yahweh dengan Kyrios; kemudia El dan Elohim dengan Theos‖182.
Mitos 4, Nama Yahweh berasal dari adopsi nama dewa di luar Israel. Ada
yang beranggapan bahwa nama Yahweh berasal dari suku Keni, ada yang
mengganggap dari Mesir dan ada yang mengganggap sebagai pahlawan
Ilahi dari Kanaan183. Mitos 5, Istilah El merupakan nama dewa Kanaan
yang diadopsi Israel. I.J. Satyabudi menjelaskan, ―Kata El ini memiliki
asal-usul kata dari nama diri Ilahi suku bangsa Kanaan‖184. Mitos 6,
Nama Allah cognate dengan istilah El, Eloah, Elohim. Bambang Noorsena
mengatakan, ―Kata Allah berasal dari akar kata Ibrani El, Eloah dan

180
DR. Tom Yakob, UBS Asia Pasific Translation Services, hal 2
181
Samin Sitohang, Siapakah Nama Sang Pencipta? Bandung: Kalam Hidup
2003, hal 62
182
DR. Josias Lengkong,MTh., Kontroversi Diseputar Nama Allah: Seminar di
Hotel Indonesia, 25 Agustus 2000
183
Th.C.Vriezen, Agama Israel Kuno, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 126-
127
184
I.J. Satyabudi, Kontroversi Nama Allah, Jakarta, Wacana Press, 2004, hal 79
190 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Elohim‖185. Mitos 7, Nama Allah berasal dari kontraksi Al dan Ilah.


Kembali Bambang Noorsena menegaskan, ―Nama Allah merupakan
gabungan dari Al dan Ilah. Al adalah definit article (the) dan Ilah (God)
adalah istilah lain bagi Tuhan (God). Allah artinya, ―Tuhan itu‖186

Demitologisasi Pemahaman Diseputar Nama Yahweh dan Allah

Bagi saya, upaya De-mitologisasi, bukan hanya memberikan


―interpretasi baru‖ sebagaimana tesis Bultman, melainkan meminjam
istilah Ulil Abshar Abdala – ―membongkar asumsi-asumsi tersembunyi‖187
– dibalik setiap mitos-mitos akademik yang mengelilingi nama Yahweh
dan Allah. Asumsi umum yang berlaku dalam mitos-mitos akademik
tersebut adalah, ―Tuhan tidak mempunyai nama‖. Nama Tuhan yang
beragam adalah penamaan yang dilakukan manusia terhadap Realitas
Absolut yang dijumpainya dalam kehidupan religiusnya. Asumsi demikian
tidak memiliki landasan scriptural yang kokoh. Exegesa Keluaran Pasal
3:13-15, meruntuhkan asumsi apapun yang menyebutkan bahwa Tuhan
tidak punya nama. Kitab Kejadian sampai Wahyu, selalu menghubungkan
perbuatan ajaib Tuhan atas umat-Nya, melalui nama-Nya. Berikut
tanggapan penulis terhadap beberapa mitos akademis yang telah
dipaparkan sebelumnya.

Mengatakaan bahwa nama Yahweh terlalu suci untuk diucapkan,


merupakan mis-interpretsi terhadap Keluaran 20:7 yang memerintahkan,
―lo tisha et shem Yahweh la shawe‖. Ayat ini tidak memaksudkan bahwa
kita tidak boleh sama sekali memanggil nama Yahweh, melainkan berhati-
hati dan menggunakan nama itu bukan untuk melegalisasi perilaku yang
jahat. Firman Tuhan menegaskan, ―ho du la Yahweh qiru bishemo‖
artinya, ―Bersyukurlah kepada Yahweh, panggilah nama-Nya‖ (1 Taw
16:8). Umat-umat Tuhan dalam zaman pra Mesias, memanggil secara

185
Menjawab Hujatan Para Penentang Allah, BAHANA, November 2000, hal 14
186
Mengenai Kata Allah, Malang, IFSCS, 2001, hal 9
187
Membakar Rumah Tuhan, Bandung PT. Rosda Karya, 1999, hal 14
191 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

langsung nama Yahweh dalam doa seperti Elia (1 Taw 18:36), Daud (2
Sam 22:2), Salomo (1 Raj 3:7), dll. Bahkan Kitab Suci Perjanjian Baru
Semitik yang lebih tua dari naskah Yunani seperti Shem Tov, Du Tillet,
Ccrawford dan Munster, yang dikompilasi oleh DR. James Trimm dalam
the Hebraic Root Version New Testament, menuliskan nama diri Yahweh
sebanyak 210 kali dibeberapa ayat188

Tidak masuk akal jika nama Yahweh tidak dapat diucapkan. Jika
setiap huruf dalam bahasa Ibrani yang tertulis dalam kitab Suci dapat
diucapkan dan dituliskan, mengapa nama Yahweh tidak bisa diucapkan.
Kitab Kejadian 1:1 tertulis, ―brsht br lhm t h shmym w t h rts‖, orang
Yahudi dan para ahli bahasa akan langsung mengucapkan, “bersehit bara
Elohim et ha shamaym we et ha arets‖. Namun mengapa dalam
Keluaran 3:15, ―YHWH lh vtkm‖ menjadi ―Adonai Elohe Avotekem?‖
Justru varian penyebutan nama YHWH menjadi ―Iabe‖, ―Iaove‖, ―Ian‖,
―Yau‖, ―Jehovah‖, ―Yahuweh‖, ―Yahweh‖, memberikan indikasi pada kita
bahwa nama YHWH dapat diucapkan, dapat dibunyikan dan perlu
diselidiki dengan mendalam akurasi pelafalannya. Seruan ―Halelu-Yah‖,
memberikan indikasi kuat bahwa pelafalannya adalah Yahweh.

Menyimpulkan bahwa menggunakan dan memanggil nama


Yahweh adalah kembali ke alam Perjanjian Lama, menyiratkan ―asumsi
tersembunyi‖ bahwa Torah bersifat sementara. Jika Torah bersifat
sementara fungsinya, maka segala apapun yang berhubungan dengan
Perjanjian Lama adalah sementara dan akan digantikan oleh Perjanjian
Baru. Namun Yahshua menegaskan makna kedatanganNya, yaitu bukan
untuk meniadakan Torah, melainkan untuk memenuhkan arti Torah (Mat
5:17-20). Pengaruh Marcionisme yang mempertentangkan eksistensi Torah
dan Perjanjian Baru, berpengaruh pula terhadap penggunaan nama
Yahweh. Jika nama itu akan menjadi nama satu-satu-Nya di bumi (Zak
14:9), dimana tertera di dahi pengikut Putra-Nya (Why 14:1), bagaimana
mungkin kita menyimpulkan bahwa nama Yahweh adalah sebuah masa
lalu yang harus ditinggalkan?

188
Teguh Hindarto, Bahasa Tuhan, Yogyakarta, ANDI Offset, 2004, hal 46-47
192 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Menyimpulkan bahwa Roh Kudus mengilhami para murid untuk


mengganti nama Yahweh menjadi Kurios, adalah pemahaman yang over
simplicity. Bagaimana mungkin Roh Kudus yang adalah Roh Yahweh
sendiri (Yoh 15:26) yang mengilhami para nabi bernubuat bahwa segala
bangsa akan sujud dan memanggil nama Yahweh (Mzm 22:29-32),
serentak mengilhami untuk mengganti menjadi Kurios? Bagaimana
mungkin Tuhan inkonsisten dengan perintah-Nya? Perubahan nama
Yahweh menjadi Kurios, bukan merupakan pengilhaman Roh Kudus
namun pengaruh tradisi Yudaisme paska babilon yang melarang
penggunaan nama Yahweh secara langsung. Tradisi Yudaisme ini
diperluas dengan menerjemahkan TaNaKh dalam bahasa Yunani dengan
menerjemahkan Adonai menjadi Kurios. Naskah Perjanjian Baru
berbahasa Yunani merujuk kebiasaan ini, sehingga nama Yahweh diganti
Kurios dalam Perjanjian Baru. Namun naskah semitik Perjanjian Baru
tetap melestarikan nama Yahweh sebanyak 210 kali dan tersebar diseluruh
ayat Perjanjian baru. DR. james Trimm telah menerbitkan The Hebraic
Root Version New Testament, pada tahun 2001, yaitu penerjemahan
naskah Ibrani-Aramaik Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris.

Anggapan bahwa nama Yahweh merupakan nama dewa di luar


Israel yang diadopsi oleh Israel, merupakan ―mitos akademik‖ yang telah
mengakar kuat karena pengaruh teori ―Hipotesa Dokumenter‖ dari Jean
Astruc, J.G. Eichorn, K.H. Graff, Wellhausen189. teori-teori diatas
menyediakan jalan bagi asumsi yang lebih jauh, bahwa nama Yahweh
adalah dewa impor. Bagaimana mungkin Tuhan yang menciptakan langit
dan bumi serta mengikat perjanjian dengan Israel untuk memberitakan
perbuatan-Nya yang ajaib serta mengutus Mesias bagi Israel dan dunia,
adalah Tuhan yang meminjam nama dewa bangsa lain? Sungguh
memalukan dan tidak masuk akal! Yang Maha Kuasa telah
mengidentifikasi nama diri-Nya sebagai Yahweh (Kel 3:15, Yes 42:8),
Tuhan yang tidak memiliki persamaan dengan yang lainnya (Yes 45:21),
Tuhan yang mengatasi segala yang dipertuhan (Ul 10:17). Bagaimana

189
J.D. Douglas, Ensiklopedi Masa Kini, Jil I, Yayasan Bina Kasih, OMF, 1994,
hal 230-232
193 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mungkin bahwa nama pribadi-Nya adalah nama hasil adopsi? Teori diatas
memiliki asumsi tersembunyi yang dilandasi teori-teori liberalistik
terhadap Kitab Suci. Arkeologi belum membuktikan bahwa ada patung
dewa Yahweh yang disembah bangsa di luar Israel.

Istilah El, merupakan istilah bersama di dunia semitik kuno dengan


bermacam variannya seperti Ilah (Arab), Ilum dan Ilanu (Akkadian), Elah
(Aram). El, bukanlah nama dewa tertentu, meskipun bangsa Kanaan kuno
memahami El sebagai kepala Pantheon yang memiliki putra Baal. Telah
terjadi pemahaman bersama di dunia semitik kuno dan terjadi proses
sinkretisme terhadap El, secara sporadis dibeberapa wilayah yang
cenderung paganistik. Meminjam istilah Prof. Raviy Siregar, ―tidak ada
paradigma keilmuan yang memastikan bahwa setiap yang sama atau yang
mirip adalah karena terjadi saling pengaruh atau karena plagiat‖ 190.
Asumsi tersembunyi dibalik argumentasi bahwa El adalah nama dewa
Kanaan yang diadopsi Israel, adalah pengaruh teori ―evolusi agama‖ yang
dikenakan dalam sejarah Israel.

Jika benar bahwa Allah adalah kontraksi dari Al dan Ilah, mengapa
pada kasus ―Al‖ dan ―Ilmu‖, tidak menjadi ―Almu?‖ Atau ―Al‖ dan
―Ilham‖, tidak menjadi ―Alham?‖ Pendapat yang mengatakan bahwa Allah
adalah bentukan dari ―Al‖ dan ―Ilah‖ adalah salah satu dari sekian banyak
teori mengenai akar kata Allah yang masih debatable. Jadi bukan satu-
satunya harga mati. Allah adalah bentuk tunggal (mufrad). Ini memberikan
indikasi nama diri. Sementara ―Ilah‖, dapat dibuat jamak menjadi
―Alihah‖. Sebagaimana dalam terminologi Ibrani, istilah ―Eloah‖ dapat
dibuat jamak menjadi ―Elohim‖. Setiap nama diri, selalu berbentuk
tunggal, al., Yahweh, Yahshua, Yokhanan, Adam, Abraham, dll. Demikian
dengan nama Allah, tidak ada bentuk jamak dari Allah191

190
Prof. Raviy Siregar, Sufisme: Dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada, 2002, hal 31-21
191
Teguh Hindarto, STh., Kritik & Jawab Terhadap Efraim Bambang Noorsena,
SH., BAHANA, No 09, 2001, hal 13
194 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kesimpulan

Mitos-mitos yang berkembang dalam dunia akademik teologi,


dipengaruhi oleh asumsi tertentu. Upaya de-mitologisasi, bukan hanya
membuang mitos-mitos tersebut atau memberikan interpretasi baru
terhadap realitas yang telah diteliti, namun juga membongkar asumsi-
asumsi yang tersembunyi dibalik setiap teori-teori yang mengatasnamakan
akademik dan ilmiah. Argumentasi yang dikemukakan untuk melemahkan
relevansi penggunaan nama Yahweh dimasa kini, tidak lebih hanya mitos-
mitos akademik saja. Karenanya, perlu dilakukan De-mitologisasi dan Re-
definisi secara sinergis serta terpadu., dengan melibatkan kuasa Roh
Kudus, pengkajian teologi yang mendalam, pengkajian gramatikal yang
akurat serta penguasaan perkembangan sejarah dan arkeologi kontemporer.
Darimana dan siapa yang harus memulai strategi De-mitologisasi dan Re-
definisi? Siapapun yang telah mengalami pencerahan terhadap kebenaran
nama suci ini. Tulisan ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan
landasan epistemologis dan teologis, sehingga setiap orang dapat
memperoleh rambu-rambu untuk mengambil keputusan serta pencerahan.
195 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XV

MAKNA NAMA YAHWEH

―Apalah arti sebuah nama?‖ Demikianlah sepenggal kalimat ucapan


pujangga Shakespeare, penulis kisah ―Romeo & Juliet‖ itu. Kalimat ini
sekarang menjadi populer diucapkan oleh orang-orang Kristen yang
menolak eksistensi dan penggunaan nama Yahweh. Dalam semangat yang
dibungkus ketidaktahuan, mereka melemahkan arti penting nama Yahweh
dalam TaNaKh dengan menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki nama,
Tuhan tidak memerlukan nama, Tuhan tidak peduli hendak dipanggil
dengan nama apa,…

Marilah kita menguji asumsi di atas. Kitab TaNaKh (Torah,


Neviim, Kethuvim) atau Kekristenan lazim menyebutnya Kitab Perjanjian
Lama mencatat bahwa nama-nama tokoh Kitab Suci, selalu memiliki arti
dan maksud tertentu. Namun tidak sepenuhnya kita mengerti, jika hanya
mengandalkan naskah kitab suci terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia,
tanpa melihat struktur dalam bahasa aslinya, Ibrani. Nama Noakh
bermakna ―menghibur‖. Dalam teks Ibrani berbunyi, ―wayiqra et shemo
Noakh lemor, zeh yanakhamenu mimmaashenu umeitsvon yadenu min
haadamah asyer errah Yahweh‖. Kata yenakhamenu merupakan kata kerja
piel orang ketiga tunggal dari nakham yang artinya ―menghibur‖. Nama
―Avraham‖ memiliki makna, ―Bapa dari sekian banyak bangsa-bangsa‖.
Dalam teks Ibrani berbunyi, ―…wehayah shimkha Avraham, ki Av hamon
goyim netatiyka‖. Penambahan huruf ‫( ה‬heh) pada nama ‫( אברם‬Avram)
menjadi ‫( אברהם‬Avraham), berkaitan dengan kata ‫( המון‬hamon) yang
artinya ―melimpah‖. Nama Yitskhaq bermakna ―dia tertawa‖. Dalam
Kejadian 21:6 dikatakan, ―tsekhoq asyah li Elohim, kal hashome‘a
yitskhaq li‖. Kata yitskhaq merupakan bentuk imperfek dari tsakhaq yang
artinya ―tertawa‖.

Dari pemaparan di atas, kita mendapatkan kesimpulan bahwa nama


memiliki makna yang mendalam. Latar belakang pemberian nama, dapat
dikarenakan suatu peristiwa yang sedang dialami atau suatu perkataan yang
diucapkan atau suatu sikap di dalam diri kita, serta menyiratkan sesuatu
196 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang akan dikerjakan oleh individu yang hendak diberi nama. Hanya orang
tua yang tidak bertanggung jawablah yang memberikan nama anaknya
dengan tidak memikirkan maknanya. Demikian pula dengan nama Sang
Pencipta. Apakah Dia diberi nama oleh umat-Nya? Apakah umat-Nya
menamai berbagai sifat yang melingkupi diri-Nya? Atau sebaliknya, Dia
yang menyingkapkan nama-Nya dan menghendaki nama-Nya dipanggil
oleh umat-Nya? Kitab Suci merekam pertemuan agung antara Tuhan
Semesta Alam dengan Moshe di Sinai (Kel 3:1-22) Tuhan Yang Agung
menampakkan diri dalam bentuk api di semak-semak, namun api tersebut
tidak membakar semak-semak tersebut. Ketika Musa hendak diutus Sang
Pencipta untuk membebaskan umat Yishrael dari perbudakan Bangsa
Mesir maka Musa bertanya kepada Sang Pencipta, ‫( מה־ׁשמו‬mah shemo -
siapakah nama-Nya). Dalam tata bahasa Ibrani, untuk menanyakan sesuatu
atau seseorang, biasanya digunakan bentuk tanya mi? Namun penggunaan
kata ma, bukan hanya bermaksud menanyakan nama secara literal namun
hakikat atau pribadi dibalik nama itu192.

Terdengarlah suara bergema diangkasa, ‫( אהיה אׁשר אהיה‬Ehyeh


Asyer Ehyeh – Aku Ada yang Aku Ada). Lembaga Alkitab Indonesia
menerjemahkan, ―AKU ADALAH AKU‖. Terjemahan ini tidak tepat. Jika
―AKU ADALAH AKU‖, seharusnya teks Ibrani tertulis ―Anokhi hayah
Anokhi‖. Kata EHYEH, merupakan bentuk kata kerja imperfek
(menyatakan sesuatu yang sedang berlangsung atau belum selesai) dari
akar kata HAYAH. G. Johanes Boterweck dan Helmer Ringren dalam
Theological Dictionary of The Old Testament menjelaskan, bahwa kata
Hayah digunakan dalam Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan
sejumlah arti sbb: {1} ―Exist, be Present‖ (Ada, Hadir) {2}‖Come into
Being‖ (menjadi) {3} Auxilaries Verb (kata kerja bantú)193. DR. Harun
Hadiwyono dalam bukunya Iman Kristen, menyatakan bahwa kata

192
J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, Yayasan Bina Kasih
OMF, 1994, hal 39
193
G. Johanes Boterweck dan Helmer Ringren Theological Dictionary of The Old
Testament Vol III, Grand Rapids Michigan, 1978, p.373
197 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Ehyeh‖ bermakna ―Aku Berada‖. Namun saya lebih cenderung


menerjemahkannya menjadi ―AKU (AKAN) ADA‖. DR. Harun
Hadiwyono selanjutnya menegaskan implikasi sebutan Ehyeh oleh Yang
Maha Kuasa, yaitu bahwasanya Tuhan bagi Musa dan Israel bukanlah
Tuhan yang tidak bergerak, bukan Tuhan yang mati melainkan Tuhan yang
hidup dan penuh dinamika194. Saya sependapat dengan beliau, bahwa
makna dan implikasi penggunaan kata kerja EHYEH mengandung muatan
teologis yang mendalam, bahwa Tuhan yang mengutus Musa adalah Tuhan
yang senantiasa berkarya, menjadi dan tidak pernah berdiam diri. Implikasi
teologis bagi kita yang hidup ribuan tahun setelah Musa, bahwa kita bukan
sedang menyembah ―elohim‖ yang berwujud patung atau benda mati.
Bukan pula memuja kekuatan-kekuatan alam yang dipertuhan seperti angin
ribut, halilintar, dll. Banyak yang memahami ayat ini sebagai penolakan
Tuhan untuk menjawab pertanyaan Musa sehingga Dia memberikan teka-
teki dengan ucapan Ehyeh. Demikianlah Stefan Leks dalam bukunya,
Menuju Tanah Terjanji, menjelaskan: ―Maka jelaslah ungkapan Alkitabiah
ini menegaskan akan adanya Tuhan, tetapi sebenarnya tidak memberi
jawaban siapakah nama Tuhan itu‖195

Jika kita telaah dengan seksama, Keluaran 3:14 menyingkapkan


―sifat dan keberadaan‖ Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek
orang pertama tunggal, Ehyeh. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan
bahwa nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama
ini bukan hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia
esoteris sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan
penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta
sendiri, untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael.
Berbeda dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam
(angin, hujan, badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka
Yudaisme dan Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah

194
DR. Harun Hadiwyono, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1988, hal
39
195
Stefan Leks, Menuju Tanah Terjanji, Nusa Indah Ende Flores, 1978, hal 30
198 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memperkenalkan nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk


dikenal oleh umat-Nya.

Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang Pencipta tertulis dalam


Keluaran 3:15, "Yahweh Elohe avotekem, Elohe Avraham we Elohe
Yishaq we Elohe Yaaqov, shelakhmi aleikem, ze shemi le olam we ze zikri
le dor dor" (Yahweh Tuhan nenek moyangmu Tuhan Abraham, Tuhan
Ishak dan Tuhan Yakub Telah mengutus aku kepadamu Inilah nama-Ku
untuk selamanya Dan inilah pengingat-Ku turun temurun). Perhatikan frasa
Ibrani Keluaran 3:15 sbb:

‫יהוה אלהי אבתיכם אלהי אברהם אלהי יצחק ואלהי יעקב‬


‫ׁשלחני אליכם זה־ׁשמי לעלם וזה זכרי לדר דר׃‬

Frasa ―zeh shemi leolam‖ (inilah nama-Ku Yang Kekal), menunjuk


kepada nama Yahweh. Ada yang berpendapat, bahwa ―Yahweh‖ adalah
kata kerja imperfek orang ketiga tunggal. Ini pendapat yang keliru.
Sekalipun akar kata Yahweh adalah hayah, sehingga Yahweh bermakna
―Dia Ada‖. Namun bentuk kata kerja orang ketiga tunggal dari hayah,
adalah yihyeh. Adapun Yahweh adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak
dan Yakub. Makna nama Yahweh sendiri adalah ―YANG SENANTIASA
ADA, HADIR, BERBUAT, BERKARYA, BERTINDAK‖.
199 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XVI

GELAR-GELAR TUHAN

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, istilah ―Gelar‖,


bermakna ―sebutan kehormatan atas dasar kebangsawanan, sebutan
kehormatan atas keilmuan yang biasanya di tambahkan pada nama
seseorang, alias, julukan yang berhubungan dengan tabiat atau ciri khas
seseorang; tambahan sesudah nikah‖196. Salah satu arti dari gelar adalah
julukan yang berhubungan dengan tabiat atau ciri khas seseorang. Karena
kita sedang berbicara tentang Tuhan, maka istilah ―gelar‖, dihubungkan
dengan sejumlah tabiat atau ciri khas dari Tuhan. Sebagaimana kita telah
mengetahui bahwa Yahweh adalah nama diri dan nama pribadi Tuhan
Pencipta. Maka kita ingin mendalami tabiat atau cirri khas Tuhan Yahweh,
melalui gelar-gelar yang tertulis dalam Kitab Suci TaNaKh.

Ada sejumlah gelar yang di hubungkan dengan istilah El seperti El


Elyon, El Olam, El Ro‘i, El Shadday, El Gibor, El Qana, dll. Namun ada
pula yang di hubungkan dengan nama pribadin-Nya seperti Yahweh Nissi,
Yahweh Shalom, Yahweh Tsidkenu, Yahweh Tsebaoth, Yahweh
Mekadishkem , Yahweh Yire, Yahweh Shamah. Setiap gelar, memiliki arti
literal, arti historis dan arti personal bagi orang beriman. Baiklah kita akan
menelusuri satu persatu dalam kajian berikut.

YHWH NISSI (Kel 17:15, 1 Sam 6:20)

―wa yiven Moshe mizbeakh wa yiqra YHWH Nissi‖

Arti Literal : ―Yahweh Panji-panjiku‖

Arti Historis : Ketika orang Amalek menyerang orang Israel di Rafidim,


tentara Israel di bawah pimpinan Musa, yaitu Yosua (Yahshua) dan Harun
harus menghadapi mereka. Yahweh memberi kemenangan dengan cara

196
Windy Novia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Kashiko, hal 152, t.th
200 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Musa harus mengangkat tangannya keatas. Jika tangan Musa teracung ke


atas, Israel mengalami kemenangan. Jika tangan Musa turun, Israel kalah.
Maka Harun dan Yosua menopang. Peristiwa ini di peringati oleh Musa
dengan mendirikan mezbah dengan nama Yahweh Nissi (Kel 17:8-16)

Arti Personal : YHWH adalah seperti panji kemenangan yang akan


mengobarkan semangat kita untuk hidup dan mengatasi persoalan. Serukan
dalaM doa, ―Yahweh Nissi‖, saat anda ―berperang‖ dengan persoalan,
pencobaan, tekanan psikologis, dll.

YHWH RAPHA (Kel 15:26, Kej 20:17)

―ki Ani YHWH Ropheka‖, ―wayittpalel avraham el ha Elohim wa yirpa


Elohim et Avimelekh we et ishto we amhotaw we yeledu‖

Arti Literal : ―Yahweh yang menyembuhkanmu‖

Arti Historis : Saat Israel tidak mendapatkan minum selama tiga hari di
Padang Gurun Syur, maka tibalah mereka di Padang Gurun Mara. Ketika
mereka bersungut-sungut karena air di Mara sangat pahit, maka Musa
berseru pada Yahweh. Akhirnya Yahweh menyuruh Musa melemparkan
kayu ke air, sehingga air itu menjadi manis. Yahweh menegaskan diri-Nya
sebagai Rophe atau ―Penyembuh‖, ―Pemulih‖ bagi orang Israel (Kel 15:22-
27)

Arti Personal: YHWH adalah yang menyembuhkan segala penyakit kita,


baik yang besifat penyakit rohani maupun penyakit jasmani. Berserulah
saat anda sakit, Yahweh Rapha. Serukanlah berulang-ulang di pembaringan
anda agar iman anda bangkit bahwa Yahweh yang sama akan
menyembuhkan penyakit kita. Tutup doa anda dalam nama Yesus Sang
Mesias.

YHWH ROIY (Mzm 23:1, Kej 48:15)

―…ha Elohim ha roeh oti meodi ad ha yom haze‖, ―YHWH Roiy lo


eskhar‖
201 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Arti Literal : ―Yahweh adalah Gembalaku‖


Arti Historis : Latar belakang geograpi dan budaya agraris Israel kuno
sangat mempengaruhi konsep mengenai Yahweh sebagai gembala. Istilah-
istilah dalam dunia peternakan dan pertanian sering di identifikasikan bagi
Yahweh. Salah satunya adalah gembala. Gembala adalah pelindung dan
pemelihara domba-domba. Kalimat ini di ucapkan oleh Yakub saat
memberkati Yusuf untuk memperlihatkan pada Yusuf betapa Yahweh telah
menjadi Gembala bagi dirinya dan nenek moyangnya (Kej 48:15)

Arti Personal: YHWH bertindak seperti Gembala, yaitu melindungi dan


mencukupi segala keperluan serta memimpin hidup kita. Saat anda takut
dan melewati lembah cura persoalan. Serukanlah dalam doa, ―Yahweh
Roiy‖, untuk menentramkan hati kita dan mengingat bahwa Tuhan yang
sama yang telah menggembalakan Israel, akan menggembalakan dan
menuntun kita terluput dari pencobaan berat.

YHWH TSIDKENU (Yer 23:6)

―Shemo asher yiqru YHWH Tsidkenu‖

Arti Literal : ―Yahweh itu Keadilan kita‖

Arti Historis : Ketika Yahweh melihat para pemimpin Israel (Raja, Imam,
Nabi) tidak menjalankan fungsinya, maka Yahweh akan menghukum
mereka. Dan domba-domba gembalaan (umat Yahweh) akan mendapatkan
Gembala Sejati yaitu Tunas Adil yang akan menggembalakan Israel
dengan kebenaran, keadilan dan kebijaksanaan. Tunas Adil itu di sebutkan
orang Yahweh Tsidkenu (Yer 23:1-6). Pernyataan Yahweh ini merupakan
suatu nubuat bagi Mesias yang akan lahir dan berkarya, yaitu Yesus Putra-
Nya sendiri. Gelar Mesias ini membuktikan ―kesehakikatan‖ (homoousios)
antara Yahweh dan Yesus.

Arti Personal : YHWH adalah sumber keadilan dan kebenaran. Dialah


patokan hidup kita, karena Yahweh adalah sumber keadilan, kebijaksanaan
dan kebenaran, maka orang beriman harus selalu melaksanakan kebenaran,
keadilan, kebijaksanaan. Yahweh sangat peduli terhadap keadilan (Am
202 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

5:21-24). Keadilan dan kebenaran merupakan hal yang berkaitan (Yes


32:17)

YHWH SHALOM (Hak 6:23-24)

―YHWH Shalom leka al tina lo tamot..wa yiqra YHWH Shalom‖

Arti Literal : ―Yahweh Keselamatan‖ atau ―Yahweh Damaisejahtera‖

Arti Historis : Ketika Gideon ragu-ragu untuk maju melawan orang-


orang Midian, maka Gideon meminta tanda dari Tuhan Yahweh.Saat
Gideon memberikan korban di mezbah yang dia dirikan maka Malaikat
Yahweh mengulurkan tongkatnya hingga korban itu terbakar. Saat Gideon
ketakutan dan menyadari kehadiran malaikat Yahweh, maka Yahweh
berfirman Shalom leka yang artinya ―Selamat atau Damai ada padamu…‖.
Maka Gideon menamai mezbah dimana dia berjumpa dengan Malaikat
Yahweh, Yahweh Shalom (Hak 6:1-24)

Arti Personal: YHWH adalah sumber sejahtera sejati karena Dia adalah
Tuhan yang menjamin kebenaran Firman-Nya. Lakukan kebenaran
Firman-Nya maka ada ketenangan dan damai sejahtera (Yes 32:17)
Tinggalah dalam Firman Yesus, Putra Tuhan, maka damai sejahtera yang
berbeda dengan dunia akan memelihara hidup kita (Yoh 14:27)

YHWH YIRE (Kej 22:14)

―wa yiqra Avraham shem ha maqom hahu YHWH Yire…‖

Arti Literal : ―Yahweh yang menyediakan‖

Arti Historis : Ketika Abraham kalut karena harus mengorbankan


putranya, Ishak sebagai korban bakaran bagi Yahweh (padahal ini
hanyalah ujian ketaatan Abraham), maka Abraham membulatkan tekad
untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Ketika tiba di
gunung Moria, Abraham bersiap untuk membunuh Ishak, namun tertahan
oleh suara malaikat Yahweh. Suara malaikat itu memnegaskan bahwa iman
203 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Abraham teruji. Akhirnya sebagai pengganti Ishak , di dapatilah seekor


domba tersangkut tanduknya di belukar. Domba itu di sembelih dan
mezbah itu di namai Yahweh Yire (Kej 22:1-19)

Arti Personal: Mintalah pada YHWH segala apa yang diperlukan sebab
daripadanyalah berasal segala sesuatu yang baik. Dari kata Yire, kelak
akan menjadi doktrin Calvinis bernama Providentia atau ―pemeliharaan
Tuhan‖. Saat anda berkekurangan, serukan nama Yahweh Yire. Renungkan
dan imani bahwa Dia adalah sumber berkat dan kehidupan yang akan
memelihara kehidupan kita.

YHWH SHAMAH (Yeh 48:35)

―we shem ha ir mi yom YHWH Shamah‖

Arti Literal : ―Yahweh hadir di situ‖

Arti Historis : Nabi Yekhezkiel menubuatkan suatu kota kekal dengan


keliling 18.000 hasta. Kota ini yang di sebut oleh Yohanes ―Langit Baru
dan Bumi Baru‖ atau ―Yerusalem Baru‖ (Yeh 48: 30-35, Why 21:1-27)

Arti Personal : YHWH senantiasa hadir di manapun kita berada.


Kenyataan ini menolong kita untuk berpengharapan senantiasa pada-Nya,
di saat kita sendirian. Mengingatkan kita bahwa akan ada pada masanya
bahwa semua orang yang takut akan Yahweh dan Firman-Nya akan
berkumpul di suatu tempat yang kekal dan tiada air mata yang di sebut
Yerusalem Baru. Dengan menyerukan Yahweh Shamah orientasi iman kita
di arahkan pada sentrum surgawi.

YHWH TSEBAOTH (1 Sam 1:3)

―we ala ha ish ha hu me iru mi yamiym yamima lehishtakhawot


welizboakh la Yahweh tshebaot be Shilo‖

Arti Literal : ―LAI‖ menerjemahkan Tsebaoth dengan ―Semesta Alam‖.


DR. D.L. Baker tidak setuju dengan terjemahan itu. Beliau mengusulkan
204 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Yang Maha Kuasa‖ untuk menekankan kekuatan dalam istilah Ibrani. Arti
harafiahnya sebenarnya, ―Yahweh para tentara‖ yaitu para malaikat
Surgawi maupun pasukan Israel. Nampaknya Tsebaot sangat sulit untuk di
terjemahkan2 Gelar Yahweh Tsebaoth muncul sebanyak 281 kali. 18 kali di
dalam Kitab 1 Samuel sampai Kitab 1 Tawarikh; 15 kali dalam Kitab
Mazmur 1-150 ; 62 kali dalam Kitab Yesaya; 79 kali dalam Kitab
Yeremia; 14 kali dalam Kitab Hagai; 53 kali dalam Kitab Zakar-Yah; 24
kali dalam Kitab Maleakhi; 16 kali dalam 9 kitab-kitab Nabi Kecil3

Arti Historis : Gelar ini muncul pertama kali dari mulut Daud saat
berperang dengan Goliat, pemimpin orang Filistin. Ketika Goliat yang
tinggi besar dan bersenjata berat dan lengkap, Daud berkata, ―atta ba elai
be kherev ubakhanit ubekidon..‖ yang artinya, ―engkau mendatangi aku
dengan pedang, tombak dan lembing..‖. Selanjutnya Daud berkata,
―waanokhi ba eleika be shem Yahweh Tsebaot Elohei maarkot Yisrael
asyer kheraftta‖ yang artinya, ―tetapi aku datang dalam nama Yahweh
Tsebaoth yaitu Tuhan tentara Israel yang kau tantang itu‖ (1 Sam 17: 40-
45)

Arti Personal : Yahweh adalah Maha Kuasa. Yahweh memiliki para


tentara-Nya, yaitu para malaikat. Seruan Yahweh Tsebaoth mengingatkan
kita akan pengaruh dan kekuasaan Yahweh yang meliputi langit dan bumi.
Saat dalam persoalan yang berat, kita dapat berseru bahwa Yahweh
Tsebaoth dapat memberikan kepada kita kemenangan yang mutlak atas
goliath-goliat persoalan.

YHWH MEKADESHKEM (Kel 31:13)

―Shabbtotai ttishmoru ki ot hiw beini ubeinekem ledoroteikem ladaat ki ani


Yahweh Mekadishkem‖

2
DR. D.L. Baker dkk, Pengantar Bahasa Ibrani, BPK 1992, hal 51
3
Finis Jennings Dake, Dake Annotated Bible Reference, Dake Bible Sales, 1992,
p. 295).
205 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Arti Literal : ―Yahweh yang menguduskanmu‖

Arti Historis : Israel di minta untuk memelihara Shabat dan


menguduskannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Yahweh
akan menguduskan Israel (Kel 31:12-17)

Arti Personal : Kehidupan orang beriman harus kudus, karena Yahweh


Bapa Surgawi adalah kudus (Im 19:2). Dengan memelihara Sabat, berarti
kehidupan kita di kuduskan senantiasa oleh Tuhan.
206 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XVII

ATRIBUT-ATRIBUT YAHWEH
(PENGENALAN TENTANG SIFAT TUHAN)

Kata ―atribut‖ berasal dari bahasa Inggris attribute. Kata attribute


sebagai kata benda bermakna ―sifat‖, ―lambang‖, ―kedudukan‖, sedangkan
sebagai kata keterangan bermakna, ―menghubungkan‖, ―mempertalikan‖.
Ketika kata ―atribut‖ dihubungkan dengan Tuhan memiliki makna
sejumlah sifat, karakter yang melekat dalam diri Tuhan. Dalam terminologi
(peristilahan) Islam dibedakan antara ―Dzat Tuhan‖ dan ―Sifat Tuhan‖.
Dzat Tuhan bermakna essensi Tuhan sementara Sifat Tuhan bermakna
karakter-karakter yang melekat dalam diri Tuhan. Manusia tidak bisa
melihat dan menyentuh Dzat Tuhan namun manusia dapat melihat,
menyentuh, merasakan Sifat Tuhan yang dinyatakan setiap hari.

Pada kesempatan midrash kali ini kita akan belajar sejumlah atribut
atau sifat yang melekat dalam diri YHWH Tuhan Semesta Alam, Bapa
Surgawi. Penjabaran mengenai atribut Tuhan dapat kita temui dalam
Keluaran 34:6-7 sbb: ―Berjalanlah (YHWH) lewat dari depannya dan
berseru: "(YHWH), (YHWH), (Tuhan) Yang Penyayang dan Pengasih,
Panjang Sabar, berlimpah Kasih-Nya dan Setia-Nya, yang meneguhkan
kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan,
pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang
yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat".
Dari pembacaan ayat di atas, kita mendapatkan keterangan mengenai
atribut Tuhan YHWH yang meliputi sbb:

YHWH adalah Tuhan Yang Penyayang dan Pengasih (YHWH, El


Rakhum we khanun)

Kata rakhum muncul dalam keseluruhan Kitab TaNaKh sebanyak


12 kali dan kata khanun sebanyak 20 kali. Kata rakhum berkaitan dengan
kata rekhem yang artinya ―kandungan‖, sebagaimana dikatakan dalam
207 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Yeremia 20:17, ―Karena hari itu tidak membunuh aku selagi di kandungan
(merakhem), sehingga ibuku menjadi kuburanku, dan ia mengandung
untuk selamanya!‖. Kata rakhum yang dihubungkan dengan YHWH
bermakna bahwa Dia adalah Tuhan yang melindungi dan sumber segala
kebaikan.

YHWH adalah Panjang Sabar (erek apayim)

Kata yang diterjemahkan ―panjang sabar‖ dalam teks berbahasa


Ibrani adalah erek apayim. Kata erek bermakna ―panjang‖ dan kata apayim
dapat bermakna ―lubang hidung‖, ―wajah‖, ―kemarahan‖, tergantung
konteks kata tersebut diletakan. Jika didahului dengan kata kerja
yishtakhawu sebagaimana kalimat, ―weyishtakhawu apayim artsa‖ (Kej
19:1) maka diterjemahkan, ―dan dia menyembah sampai wajahnya
menyentuh tanah‖. Jika kata tersebut bersamaan dengan kata sifat, rakhum,
khanun sebagaimana kalimat, ―rakhum we khanun YHWH, erek apayim we
rav khesed‖ (Mzm 103:8), maka diterjemahkan, ―YHWH Pengasih dan
Penyayang, lambat untuk marah dan berlimpah Kasih Karunia‖. Jika kata
tersebut dihubungkan dengan kata kerja yipakh sebagaimana kalimat,
―wayipakh beapaiw nishmat khayim‖ (Kej 2:7), maka diterjemahkan,
―Dan Dia menghembuskan kedalam hidung mereka, yaitu nafas hidup‖.
Kata erek apayim seharusnya diterjemahkan ―lambat untuk marah‖ bukan
panjang sabar. Kata erek apayim merupakan idiom Ibrani untuk sikap yang
tidak mudah untuk marah. Kata erek apayim (Ams 14:29) dikontraskan
dengan kata qetsor apayim (Ams 14:17), ―lambat marah‖ dan ―mudah
marah‖.

YHWH adalah berlimpah Kasih dan Kesetiaan (rav khesed we emet)

Kata khesed muncul sebanyak 80 kali dalam TaNaKh dan kata emet
sebanyak 58 kali. Kata khesed merupakan tanda kemurahan YHWH
kepada umat-Nya dan pemberian yang bersifat cuma-cuma. Kata emet bisa
diartikan ―kesetiaan‖ namun bisa juga diartikan ―kebenaran‖,
―kesungguhan‖, ―sejati‖. Dalam ayat ini dikatakan bahwa YHWH bukan
sekedar memiliki kasih dan kemurahan serta kesetiaan namun ―berlimpah‖
(rav) baik kasih dan kesetiaan-Nya pada manusia.
208 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

YHWH meneguhkan Kasih Setia-Nya kepada beribu orang (notser


khesed la alafim)

Kata notser bermakna, ―menjaga‖, ―mengawasi‖. Kata notser


dihubungkan terhadap YHWH bermakna bahwa Dia adalah Tuhan yang
menjaga dan mengawasi banyak orang dengan kasih-Nya. Dia tidak
membiarkan kasih-Nya bergeser dan berlalu dari tiap-tiap orang. Ibarat
seseorang yang menjaga benda berharga dalam rumahnya agar tidak dicuri
orang, demikianlah YHWH menjaga agar kasih-Nya tidak bergeser dari
dalam diri-Nya terhadap orang-orang banyak

YHWH mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa (nosye awon


wa pesh‟a wa khataa)

Kata nosye muncul dalam TaNaKh sebanyak 71 kali dengan


pengertian yang beragam. Namun pengertian dasar dari kata nosye adalah
―mengangkat‖, ―mencabut‖. Dalam pengertian kata nosye yang
dihubungkan dengan YHWH bermakna bahwa Dia adalah Tuhan yang
membuang, mengangkat segala pelanggaran dan dosa kita di adapan-Nya.
Layaknya seorang yang mengangkat dan membuang batu besar yang
menindih badan kita saat terjebit, demikianlah YHWH mengangkat semua
beban dosa kita.

YHWH tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman (we


naqqe lo yenaqqe)

Ibarat dua sisi mata uang, demikianlah YHWH yang pengasih,


penyayang, lambat marah, berlimpah kasih dan kesetiaan memiliki sisi lain
dari kepribadian dan karakter-Nya yaitu keadilan-Nya. Tanpa keadilan,
maka YHWH tidak memiliki kewibawaan. Keadilan YHWH ditunjukkan
dengan karakter-Nya yang tidak membiarkan atau membebaskan begitu
saja orang yang telah diputuskan bebas dari kesalahan. Dia tetap akan
―memproses‖ perkara seseorang yang kedapatan melakukan kesalahan.
Kata naqa bermakna ―bebas‖. Kalimat, ―we naqqe lo yenaqqe‖ seharusnya
diterjemahkan, ―dia yang tidak begitu saja membebaskan seseorang yang
dinyatakan bebas dari kesalahan‖
209 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

YHWH membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan


cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat (poqed awon
avot al banim, we al beney banim, al shileshim we al ribeim)

Kata paqad bermakna ―mengunjungi‖ (Kej 21:1, 1 Sam 2:21),


―memperhatikan seruan seseorang‖ (Kel 3:16, Rut 1:6). Kata paqad dalam
ayat ini bermakna bahwa YHWH meminta pertanggungjawaban atas dosa
seseorang mulai dari ayah, anak dan cucu sekaligus. Ayat ini menegaskan
bahwa kemarahan YHWH dapat langsung tertuju sekaligus pada ayah,
anak dan cucu serta keturunan berikutnya. Dosa jenis ini biasanya
dikategorikan dengan penyembahan berhala (Kel 20:5). Saya beri ilustrasi,
ketika Empu Gandring mengalami detik-detik kematiannya oleh keris yang
dibuatnya sendiri yang ditusukkan oleh Ken Arok, maka dia mengutuk
Ken Arok bahwa Ken Arok dan keturunannya akan mengalami kematian
dengan cara yang sama yang dialami seperti Empu Gandring sampai tujuh
turunan.

Bagaimana ayat ini jika dibandingkan dengan firman YHWH


dalam Yekhezkiel 18:19 yang mengatakan, ―Orang yang berbuat dosa, itu
yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya
dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang
benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik
akan tertanggung atasnya‖. Saya beri ilustrasi, jika seseorang ditangkap
dan divonis penjara 15 tahun karena kasus korupsi, maka anaknya maupun
istrinya tidak akan menggantikan atau mengambil alih bahkan menerima
hukuman yang telah diterma suami atau ayah mereka. Sang ayah atau
suaminyalah yang harus menanggung hukuman tersebut. Ayat ini tidak
bertentangan dan berbeda konteks dengan Keluaran 34:7. Yekhezkiel
18:19 berbicara mengenai tanggung jawab pribadi seseorang ketika
berdosa. Dosa seseorang tidak dilimpahkan pada orang lain. Dosa bapa
tidak dilimpahkan pada anak dan sebaliknya. Sementara Keluaran 34:7
berbicara mengenai YHWH menegakkan keadilan-Nya dengan menuntut
pertanggungjawaban ayah, anak, cucu dan keturunannya yang ketiga dan
keempat.
210 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Demikianlah berbagai atribut YHWH yang dapat kita kenali dari


Keluaran 34:6-7. Mengapa hal tersebut penting kita ketahui dan pahami?
Pertama, untuk menepis pemahaman yang salah bahwa Tuhan dalam yang
digambarkan oleh Torah dan orang-orang Yahudi adalah Tuhan yang
menghukum, suka marah, kejam dll, sebagaimana dituduhkan oleh
Marcion pada sekitar tahun 100 Ms yang pengaruhnya terasa sampai kini
dalam pemikiran kebanyakan orang Kristen. Sebaliknya, atribut YHWH di
atas menunjukkan pada kita bahwa Dia adalah Tuhan yang penyayang,
pengasih, lambat marah, berlimpah kasih dan kesetiaan-Nya.

Kedua, memberikan pemahaman bahwa dalam diri YHWH ada


keseimbangan karakter. Dia bukan hanya Tuhan yang penyayang,
pengasih, lambat marah, berlimpah kasih dan kesetiaan-Nya melainkan
juga Tuhan yang adil. Keadilan-Nya direfleksikan dalam karakter-Nya
yang tidak begitu saja mebiarkan orang bersalah bebas dari tuntutan dan
meminta pertanggungjawaban pada orang yang melakukan dosa khususnya
penyembahan berhala. Tanpa keadilan-Nya, kasih YHWH menjadi lemah
dan tidak efektif. Tanpa kasih, maka keadilan YHWH menjadi ekspresi
kemarahan tanpa alasan. Ketiga, memberikan pemahaman pada orang
beriman bahwa berbagai atribut yang melekat dalam diri YHWH di atas,
menghindarkan diri kita dari penggambaran yang salah terhadap Tuhan dan
apa yang sedang kita alami. Ketika kita mengalami masa-masa sulit,
ingatlah dan perbesar kepercayaan kita bahwa YHWH di dalam Yesus
Sang Mesias, Putra-Nya adalah Tuhan yang penyayang, pengasih, lambat
marah, berlimpah kasih dan kesetiaan-Nya. Ketika kita menanamkan
pemahaman ini dalam diri kita, maka berbagai kesalahan dalam menalar
Tuhan dan situasi yang kita alami, dapat kita hindari.

Marilah kita aplikasikan (terapkan) pemahaman tentang atribut-


atribut YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan
Agung kita, dengan cara mengucapkan dalam doa-doa dan penyembahan
kita pada Tuhan, saat kita melaksanakan doa harian atau tefilah. Kutiplah
ayat di atas atau ucapkan dengan kalimat Anda sendiri bahwa YHWH di
dalam Yesus Sang Mesias adalah Tuhan yang penyayang, pengasih, lambat
marah, berlimpah kasih dan kesetiaan-Nya. Lebih baik lagi jika Anda
megucapkan atribut-atribut tersebut dalam bahasa Ibrani agar lebih
211 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memiliki rasa dan keaslian makna dibalik atribut-atribut tersebut. Dengan


kita melakukan hal tersebut di atas maka kita telah memperbesar keyakinan
dan harapan kita terhadap Dia sebagai sumber kekuatan hidup kita, Amin.
212 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KEEMPAT

PEMIKIRAN JUDEOCHRISTIANITY MENGENAI


AKHLAQ AL MASIH (HALAKAH HA MASHIAKH)
213 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XVIII

HALAKAH HA MASHIAKH – SYARIAT AL MASIH

(CARA HIDUP PENGIKUT MESIAS)

Orang-orang Kristen kerap dituduh tidak memiliki syariat agama.


Tuduhan ini diperparah oleh sikap-sikap orang Kristen sendiri yang
menganggap agamanya adalah agama non syariat bahkan anti syariat.
Mungkin kita kerap mendaat pertanyaan-pertanyaan dari non Kristen sbb:
―Mengapa orang Kristen kalau ibadah hanya satu minggu sekali?‖
―Mengapa orang Kristen khoq makan hewan-hewan yang diharamkan oleh
orang Islam, seperti babi, anjing?‖ ―Apakah orang Kristen itu ada syariat
doanya?‖ dll. Berkaitan dengan istilah syariat, kita harus mengerti terlebih
dahulu apa arti ―syariat‖ karena ini merupakan terminologi Arab yang
terkait dengan Agama Islam. Menurut M. Hasibullah Satrawi, ―Secara
kebahasaan syariat berarti jalan. Di dalam Alquran terdapat tiga ayat
yang bermakna jalan (Qs. 45: 18, 5: 48, dan 42: 13). Syariat Islam berarti
jalannya umat Islam. Syariat Kristen berarti jalannya umat Kristen. Begitu
pula dengan syariat Yahudi. Lebih jauh Alquran menyebutkan, masing-
masing agama mempunyai syariat tersendiri (Qs. 5: 48). Umat beragama
dianjurkan mengikuti jalannya (syariat) masing-masing. Para ulama
kemudian memaknai jalan dengan ajaran. Jalan Islam berarti ajaran
Islam. Mengikuti jalan Islam berarti mengamalkan ajarannya‖197

Dari kutipan di atas, bahwasanya kata ―syariat‖ adalah ―aturan‖.


Jadi semua agama pasti memiliki syariat termasuk Kekristenan yang
melandaskan pada ajaran dan kehidupan Yesus Sang Mesias Putra YHWH
Semesta Alam. Dalam istilah Yahudi, kata yang setara dengan ―syariat‖
adalah ―halakhah‖. Dalam kaitannya dengan kepercayaan kita, maka saya
sebut ―Halakah ha Mashikah‖ atau ―Syariat Al Masih‖

197
Membendung Perda Syariat, Jumat, 29 September 2006
(www.radarsulteng.com)
214 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Istilah Halakhah dapat menunjuk pada dua hal. Pertama, gaya


hidup seseorang yang berlandaskan Torah dan perintah-perintah YHWH.
Kedua, sekumpulan fatwa-fatwa atau keputusan para pemimpin agama
berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari mengenai apa
yang boleh dan tidak boeh dilakukan. Sumber atau rujukan Halakhah
Mesias adalah Kitab TaNaKh (singkatan dari Torah, Neviim, Kethuvim)
yang disebut orang Kristen pada umumnya disebut Kitab Perjanjian Lama
dan juga uacapan dan perbuatan Yesus Sang Mesias yang terekam dalam
Kitab-kitab Euanggelion atau Injil. Yesus telah mengatakan dalam
Yohanes 13:15 sbb: ―sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada
kamu, supaya kamu juga BERBUAT SAMA seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu‖. Rasul Petrus (Kefa) pun menegaskan hal yang sama dalam
suratnya sbb: ―Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena (Mesias) pun
telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejaknya‖(1 Petrus 2:21). Kata ―teladan‖ dalam
Yohanes 13:15 dipakai kata Yunani ππνδεηγκα (hupodeigma) dan dalam 1
Petrus 2:21 dipergunakan kata Yunani ππνγξακκνλ (hupogrammos) dan
diterjemahkan dalam bahasa Ibrani menjadi ‫( מופת‬mofet) yang artinya
―contoh‖. Berarti Mesias Yesus telah meninggalkan bagi kita suatu contoh.
Baik Mesias Yesus maupun Rasul Petrus menekankan bahwa contoh atau
teladan yang ditinggalkan Yesus Sang Mesias harus dilakukan. Kalimat
―supaya kamu mengikuti jejak-Nya‖ dalam terjemahan berbahasa Ibrani,
―Wayehi lakem lemofet laleket beiqqvotaiw‖. Kata laleket berasal dari
kata halak yang artinya ―berjalan‖. Dalam terjemahan Peshitta Aramaik
diterjemahkan dengan tahalakon. Berdasarkan pemahaman bahasa di atas,
maka sebagai Pengikut Mesias (apapun namanya, Orthodox, Katholik,
Kristen, Mesianik) kita harus menjalankan dan melaksanakan ―Halakah
Mesias‖ dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain kita menjalankan
dan melaksanakan ―Syariat Al Masih‖ dalam kehidupan sehari-hari.

Apa saja yang termasuk Halakah Mesias itu? Pertama, Yesus


mengatakan dalam Matius 5:17-20 sbb: "Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari
215 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Torah, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan


salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang
melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada
hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga‖. Dari kutipan di atas
kita mendapat penegasan bahwa Torah yang diturunkan YHWH di Sinai
kepada Musa dan Bangsa Israel tetap menjadi pedoman moral dan perilaku
kita, sebagaimana Mesias Yesus tetap melakukan ketentuan Torah.

Torah sebagai sumber Halakah Mesias memerintahkan kita untuk:

14. Mengesakan Tuhan (Ulangan 6:4-5)


15. Memelihara Shabat (Keluaran 20:8-11)
16. Menghindari makanan yang tahor dan tame (Imamat 11:1-47)
17. Memelihara Moedim (hari-hari raya)
18. Menegakkan keadilan (Yesaya 56:1)
19. Membela dan melindungi janda dan anak yatim (Keluaran 22:22,
Yesaya 1:17)
20. Memperlakukan orang miskin dengan selayaknya (Imamat 25:35)
21. Menghindari riba (Imamat 25:36)
22. Menghindari pemerasan (Imamat 19:13)
23. Menghindari suap (Keluaran 23:8, Ulangan 16:19)
24. Menjaga kebersihan (Imamat 13:1-11)
25. Menjaga kesehatan (Bilangan 19:14-17)
26. dll.

Bukankah Torah memerintahkan kita melakukan hukum korban


dan sunat? Sunat adalah Tanda Perjanjian antara YHWH dan Israel
(Kejadian 17:10; 34:15), maka bangsa-bangsa non Yahudi yang telah
menerima Mesias tidak terikat untuk melaksanakan sunat (1 Korintus 7:18-
19). Sunat diperbolehkan dan tidak dilarang. Kalau melaksanakan sunat
harus dengan kesadaran untuk memelihara tanda perjanjian secara fisik dan
216 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bukan untuk prasyarat untuk mendapatkan keselamatan dan hidup kekal.


Mengenai korban hewan (penghapus salah, pendamaian, dll) tidak
mengikat pengikut Mesias. Korban hewan dalam Torah adalah bayangan.
Wujudnya adalah Yesus Sang Mesias (Ibrani 10:1). Hukum korban bukan
dibatalkan melainkan telah genap dalam diri Yesus Sang Mesias. Dialah
korban sejati kita dalam menghampiri Tahta YHWH Tuhan Semesta Alam.
Kedua, sumber Halakah Mesias berikutnya adalah ucapan, ajaran, perintah
dan tindakan Yesus Sang Mesias yang terekam dalam Kitab Injil (Ibrani:
Besorah/Yunani: Euanggelion). Yesus mengajarkan hal-hal berikut:

7. Mengesakan Tuhan (Markus 12:29)


8. Memelihara Shabat (Lukas 6:5)
9. Memelihara Moedim (Yoh 7:37-38)
10. Menegakkan keadilan (Matius 23:23)
11. Menghormati pernikahan (Matius 19:1-12)
12. Mengasihi Tuhan dan sesama sebagai inti Torah (Matius 22:37-40)

Apa saja perbuatan Yesus Sang Mesias yang harus diteladani


sebagai sumber Halakah Mesias?
7. Yesus menghargai orang miskin (Lukas 4:18, Yohanes 12:8)
8. Yesus tetap mengampuni meskipun disalibkan oleh musuh-Nya
(Lukas 23:34)
9. Yesus menghormati kemanusiaan (Yohanes 8:1-11)
10. Yesus menghindari kekerasan (Yohanes 18:10)
11. Yesus empati terhadap orang berdosa agar mereka bertobat (Matius
9:10,13, Lukas 7:37)
12. dll.

Jika kita Pengikut Mesias maka kita harus memiliki Halakah Mesias
sebagai petunjuk dan pedoman moral dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
Kitab Imamat 18: 3 dikatakan, ―YHWH berfirman kepada Moshe:
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah
YHWH, Tuhanmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang
di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat
seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa
kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka‖.
217 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari kutipan ayat di atas YHWH memerintahkan pada Bangsa Israel,


umat-Nya dan kita para pengikut Mesias agar ―jangan mengikuti
kebiasaan mereka‖. Dalam bahasa Ibrani dikatakan, ―uvekhuqotehem lo
teleku‖. Jika diterjemahkan secara literal, ―Janganlah menjalani ketetapan
hidup yang mereka miliki‖. Ada dua jalan hidup, ada dua gaya hidup. Jalan
hidup atau gaya hidup bangsa yang tidak mengenal YHWH dan gaya hidup
bangsa yang mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias (Yesus
Kristus). Jalan hidup bangsa yang tidak mengenal YHWH memiliki hukum
dan aturan tersendiri yang berbeda dengan bangsa yang memiliki YHWH
dan Yesus Sang Mesias. Tadi dikatakan, ―Janganlah kamu berbuat seperti
yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga
janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke
mana Aku membawa kamu ―. Apakah jalan hidup Bangsa Mesir kuno?
Menyembah berhala dan dewa-dewa ciptaan mereka sendiri. Apakah jalan
hidup Bangsa Kanaan kuno? Menyembah berhala dan dewa-dewa ciptaan
mereka sendiri.

Anda sekalian menyembah siapa? Anda sekalian mempercayai


siapa? Anda sekalian mengikuti jalan siapa? Jika kita mengaku sebagai
Pengikut Mesias, maka jalan hidup atau gaya hidup kita harus bersumber
dari ajaran-ajaran Tuhan. Jangan sampai kita mengaku pengikut Mesias,
namun mengikuti kebiasaan atau jalan hidup orang-orang yang tidak
mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias. Apa saja jalan hidup
orang-orang yang tidak mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias?
Semua hal yang tidak diperintahkan dalam Torah dan Kitab Injil!
Kenyataannya, kita kerap menjumpai bahwa saat kehidupan seorang
Pengikut Mesias berada dalam kesulitan, mereka berpaling pada jalan
hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal YHWH. Mereka menggunakan
sihir dan perdukunan untuk keluar dari persoalan. Tidak sedikit para
Pengikut Mesias yang masih meniru adat istiadat yang berbau kekafiran
dan penyembahan berhala seperti menaruh sesajen, menghormati tempat-
tempat wingit, mencari nasihat orang-orang yang memiliki kemampuan
spiritual yang bukan dari YHWH, dll.

Saya tidak mengatakan bahwa adat istiadat kedaerahan khususnya


sebagai orang Jawa, harus kita buang seluruhnya. Kita harus memilih adat
218 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

istiadat mana yang masih bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan dan mana
yang tidak bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan. Adat istiadat kedaerahan
ada yang dapat dibaptiskan menjadi bagian dari adat istiadat yang baru
dalam terang ajaran Mesias, seperti kendhuri. Namun tradisi memberi
sesaji untuk ―sedhulur papat lima pancer‖, harus dibuang. Tradisi ―ruwatan
sengkala‖ harus dibuang. Tradisi ―meminta restu leluhur yang sudah mati‖,
harus dibuang. Berbagai tradisi diseputar kelahiran bayi seperti membawa
benda-benda tertentu sebagai tolak bala, harus dibuang.

Halakah Mesias terkait dengan kemampuan kita membedakan mana


yang baik dan mana yang jahat. Mana yang diperbolehkan dan mana yang
dilarang. Mana yang dinyatakan kudus dan mana yang dinyatakan najis
sebagaimana dikatakan dalam Imamat 10:10 sbb: ―Haruslah kamu dapat
membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang
najis dengan yang tidak najis…‖. Jangan menjadi penggenap apa yang
dikatakan dalam Yeremia 8:7,―Bahkan burung ranggung di udara
mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung
bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak
mengetahui hukum YHWH‖. Jangan pula kita menjadi penggenap apa yang
dikatakan dalam Yekhezkiel 22:26, ―Imam-imamnya memperkosa Torah-
Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak
membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak
mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup
mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-
tengah mereka‖.

Agar kita tetap berada pada hukum YHWH dan mampu


membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh biarlah kita
senantiasa membaca, mengkaji dan mendengarkan Torah YHWH dan
Torah Mesias, sehingga kehidupan kita berpadanan dengan kehendak-Nya.
Dengan kita mengikuti jejak Sang Mesias, maka kita telah
mengejawantahkan baik kata, ucapan, ajaran bahkan perilaku hidup Sang
Mesias dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang yang belum menerima
Mesias dan belum menerima Kehidupan Kekal, boleh datang kepada-Nya.
219 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XIX

AKHLAK AL MASIH / HALIKOT HA MASHIAKH

Suatu ketika saya memberikan sebuah tayangan video di You Tube


perihal perilaku seorang hamba Tuhan terkenal yang kerap tampil dalam
penginjilan televisi khususnya di bidang kesembuhan Ilahi dan praise and
worship (pujian penyembahan ala Kharismatik) kepada beberapa orang ibu
yang berkunjung ke kediaman saya untuk belajar. Tayangan video tersebut
memperlihatkan seorang hamba Tuhan terjatuh berkali-kali di atas mimbar
karena mabuk dan ditolong berulang kali oleh para penatuanya. Jatuh lagi
dan jatuh lagi. Dia jatuh diantara derai jemaat yang mendengarkan
kotbahnya. Saya memperhatikan respon dan reaksi wajah, perkataan dan
psikis mereka. Banyak yang kecewa, sedih, pusing dll. Respon yang sama
saat saya pertama kali menerima video tersebut adalah mual dan prihatin.
Tidak ada lagikah suri tauladan dari para pemimpin agama sehingga harus
mempermalukan Tuhan dan Firman-Nya dengan perilaku demikian?

Ditengah krisis keteladanan, kita masih berharap ada pemimpin-


pemimpin rohani yang masih tetap setia menjalankan tugas kerohanian dan
tidak mudah disimpangkan dalam perilaku yang memalukan sebagaimana
peristiwa di atas. Perilaku Yesus adalah teladan sejati bagi pengikutnya.
Kata perilaku dalam bahasa Arab adalah Akhlak dan dalam bahasa Ibrani
Hatnahgot dan Halikot. Kata Arab Akhlak berasal dari kata Akhlaq yang
merupakan jama‘ dari Khulqu yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.
Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji
(Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang
Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Dalam padanan bahasa Ibrani adalah
Hatnahgot tova (perilaku baik) dan Hatnaghot ra‘ah (perilaku buruk).
Agar kita memiliki akhlak atau hatnihgot atau halikot yang baik, maka
teladanilah akhlak Al Masih atau halakah ha Mashiakh. Rasul Petrus
menuliskan sbb, ―Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Mesiaspun
telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (1Pet 2:21). Kata Yunani untuk
―teladan‖ adalah hupogrammos dan dalam bahasa Ibrani adalah mofet.
220 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Teladan yang ditinggalkan oleh Yesus Sang Mesias terekam dalam


perkataan berupa ajaran dan nasihat serta perilaku beliau dalam keseharian.
Setidaknya ada 10 (sepuluh) Akhlak Al Masih yang akan kita telaah dan
kita teladani dalam kehidupan sebagai orang Kristen. Kedelapan Ahlak Al
Masih tersebut adalah sbb:

Belas Kasih

―Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas


kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala‖ (Mat 9:36). Kata ―belas kasihan‖ dalam Peshitta
Aramaik Perjanjian Baru dituliskan Etrakham yang setara dengan bahasa
Ibrani Rakham yang bermakna kemurahan hati. Jika belas kasih menjadi
motivasi dalam melayani dan memberikan pertolongan, maka tiada pamrih
di dalamnya.

Pengampun

Yesus bukan hanya mengajarkan perihal pengampunan bahkan


terhadap musuh (Luk 6:37) namun Yesus memberikan kata-kata
pengampunan saat dia disiksa hingga menjelang ajalnya. Yesus berkata
dalam rasa sakit yang menyergap sendi dan tulang serta tubuhnya
demikian, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat‖ (Luk 23:34). Ditengah kondisi masyarakat yang
mudah tersulut amarah dan melakukan kekerasan, Akhlak Al Masih yang
pengampun menjadi solusi untuk mengubah masyarakat.

Tidak membedakan status sosial

Dalam puisi yang saya buat dengan judul Pemuda Galilea, dalam
salah satu penggalan dituliskan, ―Dia ada diantara mereka yang papa. Dia
pun tidak silau ketika berada diantara yang berkelimpahan harta‖. Inilah
akhlak Yesus yang mulia. Lukas 15:2 menceritakan, ―Maka bersungut-
sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima
orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka‖.
Demikian pula Matius 9:10 menuliskan, ―Kemudian ketika Yesus makan
221 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya‖. Ditengah sikap
hidup para pemimpin agama yang bergelimangan harta karena menganut
Teologi Kemakmuran dan sukar ditemui karena padatnya jadwal
pelayanan, maka akhlak Yesus justru berkebalikan. Dia mudah ditemui dan
berada dengan siapa saja serta dimana saja.

Tidak mencari popularitas

Saat orang-orang banyak kagum akan kewibawaan pengajarannya


dan kuasa yang dimilikinya, banyak orang meminta Yesus sebagai raja.
Namun apa yang dilakukan Yesus Sang Mesias? Yohanes 6:15
mengatakan, ―Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan
hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia
menyingkir pula ke gunung, seorang diri‖. Banyak orang mencari
popularitas dan tergoda dengan popularitas sekalipun waktu selalu
membuktikan bahwa popularitas terkadang memenjarakan hidup kita
menjadi budak kemauan banyak orang dan menjerumuskan kita pada
kecintan diri sendiri.

Menghargai anak-anak

Yesus mencitai dan peduli pada anak-anak. Matius 19:13-14


melaporkan, ―Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya
Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi
murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata:
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka
datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Sorga." Anak-anak sering menjadi korban kekerasan dalam
rumah tangga baik oleh ayah maupun ibu yang tidak bijaksana dalam
mendidik. Dengan meneladani akhlak Yesus yang mencintai anak-anak,
kita pun akan semakin menghargai keberadaan anak-anak.
222 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Berbicara yang benar

Ketika Yesus selesai mengucapkan pengajaran yang mengatakan


bahwa dirinya adalah Roti Hidup yang turun dari surga, banyak murid-
muridnya mengundurkan diri sebagaimana dilaporkan Yohanes 6:60,
―Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?‖ Dan pada ayat 66 lebih jelas lagi dikatakan, ―Mulai
dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi
mengikut Dia‖. Itu semua terjadi karena Yesus mengatakan kebenaran apa
adanya. Yesus tidak mengurangi kebenaran dan tidak pula
menyembunyikan kebenaran. Yesus bersabda, ―Tetapi karena Aku
mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.
Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?
Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya
kepada-Ku‖ (Yoh 8:45-46)

Anti kekerasan

Petrus, seorang murid Yesus yang cukup tegas dan temperamental


bereaksi saat Yesus hendak ditangkap oleh prajurit Roma. Petrus
menetakkan pedang di telinga salah satu prajurit Roma. Jika saya sebagai
Petrus, mungkin akan melakukan langkah yang sama untuk membela
kehormatan Sang Guru. Namun Yesus berkata kepada Petrus, "Masukkan
pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan
pedang, akan binasa oleh pedang‖ (Yoh 26:52). Yesus bukan melarang
perlawanan karena toch jika dia melakukan itu, dia mampu melakukannya
sebagaimana dikatakan pada ayat 53, ―Atau kausangka, bahwa Aku tidak
dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua
belas pasukan malaikat membantu Aku?‖. Yesus anti kekerasan demi
mencapai tujuannya yaitu penyelamatan melalui pengorbanan dirinya
sebagaimana dikatakan pada ayat 54, ―Jika begitu, bagaimanakah akan
digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus
terjadi demikian?"
223 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jika akhlak Al Masih yang anti kekerasan ini menjadi gaya hidup
pengikut Mesias, maka kita telah meminimalisir kecenderungan akhir-
akhir ini dalam masyarakat untuk menyelesaikan masalah dengan
kekerasan dan anarkisme.

Tegas

Sikap welas asih dan pengampunannya tidak meniadakan ketegasan


sikapnya ketika dengan keras dia menegur orang-orang Farisi yang hendak
menguji dia dengan mengatakan, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai
orang-orang munafik?‖ (Mat 22:18). Kebanyakan orang Kristen
menyalahpahami ajaran Yesus. Hanya dikarenakan Yesus mengajarkan
kasih dan pengampunan lalu melupakan akhlak lain dari Yesus yaitu
ketegasan sikap melawan ketidakbenaran. Kasih tanpa ketegasan menjadi
lemah. Ketegasan tanpa kasih menjadi kasar.

Waktu untuk menyendiri bersama Tuhan dalam doa

Markus 1:35 menuliskan, ―Pagi-pagi benar, waktu hari masih


gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan
berdoa di sana‖. Beberapa orang Kristen yang dahulunya berlatar
belakang agama Islam ada yang bertanya, ―dulu saya rajin beribadah dan
bangun pagi sekali. Rajin dzikir tengah malam. Namun setelah menjadi
Kristen, saya khoq menjadi malas dan tidak memiliki waktu berdoa?‖.
Kekristenan khususnya Kekristenan kontemporer dan Kekristenan Barat
telah kehilangan akar Ibrani imannya. Kekristenan yang berakar pada
Yudaisme memiliki ibadah harian di jam tertentu dengan sikap tubuh
tertentu. Jika akhlak Al Masih dalam hal doa kita teladani maka kita akan
menjadi orang yang memiliki disiplin rohani dan waktu khusus
berkomunikasi dengan Tuhan.

Menolong orang

―Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat
peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah,
karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan
224 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan
anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke
seluruh daerah itu‖ (Mat 9:23-26). Lebih dari sekedar kisah mukjizat dan
kuasa yang dimiliki Yesus, kisah di atas mencerminkan sikap Yesus yang
suka menolong tanpa pamrih. Kuasa yang dimilikinya tidak memposisikan
dia pada status ekslusif namun status yang inklusif yaitu hadir diantara
mereka yang membutuhkan.

Demikianlah kesepuluh Akhlak Al Masih yang harus kita teladani


dalam kehidupan iman kita. Marilah kita teladani perilaku Yesus Sang
Mesias yang sempurna tersebut agar kita menjadi teladan bagi orang yang
tidak beriman sehingga mereka boleh datang dan menerima Yesus Sang
Mesias Juruslamat kita. Tanamkan kesepuluh Akhlak Al Masih tersebut
pada anak-anak kita sehingga kelak mereka akan meneladan sikap-sikap
Yesus yang terpuji dan menjadi berkat bagi orang lain dan sesama.
225 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XX

KONSEP TSEDAQAH DALAM KEKRISTENAN

Hakikat Tsedaqah

Kekristenan ―pada umumnya‖ lebih menekankan pada pengakuan


iman dan kesalehan individu dibandingkan perbuatan-perbuatan derma.
Bisa jadi, pemahaman tersebut didasarkan ada pembacaan dan penafsiran
yang keliru terhadap ajaran-ajaran Yesus dan tulisan para Rasul. Frasa,
―Sebab itu tidak seorangpun dibenarkan karena melakukan Torah‖, sering
dimaknai bahwa berbagai perbuatan derma dan perbuatan-perbuatan baik
tidak memiliki nilai kekekalan. Padahal di tempt lain Kitab Suci berkata,
―Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan‖ (Ibr
13:16). Demikian pula dikatakan, ―Jadi jika seorang tahu bagaimana ia
harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa‖ (Yak 4:17).

Kekristenan sejak semula berakar dan berkembang dari Yudaisme.


Dalam Talmud dikatakan bahwa dunia ditopang oleh tiga perkara: Torah
(ajaran), Avodah (ibadah), Gemilut Khasadim (perbuatan saleh).
Seharusnyalah Kekristenan kita yang berakar pada tradisi Semitik dan
Keibranian memiliki pemahaman yang benar tentang Gemilut Khasadim
(perbuatan saleh). Pada ahirnya, dilandasi pemahaman yang benar, kita
melakukan Gemilut Khasadim (perbuatan saleh) dalam hidup sehari-hari.
Kitab Suci Torah, Neviim, Kethuvim (TaNaKh) mengungkapkan perilaku
yang sesuai dengan norma atau ketetapan dengan istilah Tsedeq yang
muncul sebanyak 118 kali. Bentuk feminim dari kata Tsedeq adalah
Tsedaqah yang muncul sebanyak 156 kali. Orang yang melakukan Tsedeq
atau Tsedaqah dinamai Tsadiq. Semula, kata Tsedeq atau Tsedaqah
berkaitan dengan hukum peradilan. Imamat 19:15 mengatakan, ―Janganlah
kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang
kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh
orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu
226 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dengan kebenaran (tsedeq)‖. Bahkan diperluas dalam hal kejujuran dalam


soal yang bersangkut paut dengan perekonomian sebagaimana dikatakan
dalam Imamat 19:36, ―Neraca yang betul (mozne tsedeq), batu timbangan
yang betul (avney tsedeq), efa yang betul (efat tsedeq) dan hin yang betul
(hin tsedeq) haruslah kamu pakai; Akulah Yahweh Tuhanmu yang
membawa kamu keluar dari tanah Mesir‖. Keseluruhan istilah di atas
mengandung makna ―jangan berperilaku yang menyimpang dari ukuran
yang ditetapkan‖.

Tiga Aspek Tsedaqah

Istilah Tsedeq atau Tsedaqah mengandung tiga aspek hubungan yang


bersifat pribadi yaitu aspek etis, aspek hukum serta aspek teokrasi 198.
Aspek etis berkaitan dengan perilaku seseorang terhadap orang lain.
Ulangan 24: 10-13 memberikan gambaran perilaku orang yang benar
dikaitan dengan hal pinjaman sbb: ―Apabila engkau meminjamkan sesuatu
kepada sesamamu, janganlah engkau masuk ke rumahnya untuk
mengambil gadai dari padanya. Haruslah engkau tinggal berdiri di luar,
dan orang yang kauberi pinjaman itu haruslah membawa gadai itu ke luar
kepadamu. Jika ia seorang miskin, janganlah engkau tidur dengan barang
gadaiannya; kembalikanlah gadaian itu kepadanya pada waktu matahari
terbenam, supaya ia dapat tidur dengan memakai kainnya sendiri dan
memberkati engkau. Maka engkau akan menjadi benar (tsedaqah) di
hadapan Yahweh Tuhanmu‖. Demikian pula dengan Ayub yang
melakukan Tsedaqah terhadap orang-orang yang berkekurangan
sebagaimana dikatakan dalam Ayub 29:12-15, ―Karena aku
menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak
piatu yang tidak ada penolongnya; aku mendapat ucapan berkat dari
orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria; aku
berpakaian kebenaran (tsedeq lavashti) dan keadilan menutupi aku seperti
jubah dan serban; aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang
lumpuh‖.

198
Theological Words of Old Testament Lexicon, Bible Work 6
227 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sementara aspek hukum berkaitan dengan kesetaraan orang di


hadapan hukum. Keluaran 23:7 mengatakan, ―Haruslah kaujauhkan
dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang
benar (tsadiq) tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan
(ashdiq) orang yang bersalah‖. Yesaya 5: 22-23 mengatakan,‖Celakalah
mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam mencampur minuman
keras; yang membenarkan (mashdiqe) orang fasik karena suap dan yang
memungkiri kebenaran orang benar‖ (tsidqat tsadiqim)‖. Aspek teokratis
berkaitan dengan Bangsa Israel terhadap Tuhan YHWH. Perjanjian
YHWH dengan Israel menuntut ketaatan Israel terhadap perintah-perintah-
Nya. Ketaatan tersebut diwujudkan dengan melakukan tindakan-tindakan
yang benar. Ulangan 6:24-25 mengatakan, ―YHWH Tuhan kita,
memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan
untuk takut akan YHWH, Tuhan kita, supaya senantiasa baik keadaan kita
dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini. Dan kita akan
menjadi benar (tsedaqa), apabila kita melakukan segenap perintah itu
dengan setia di hadapan YHWH Tuhan kita, seperti yang diperintahkan-
Nya kepada kita‖. Dari penjelasan dan keterangan mengenai kata Tsedeq
atau Tsedaqah serta Tsadiq, kita mendapatkan benang merah bahwa
kebenaran atau kesalehan seseorang dapat dibaca berdasarkan
perbuatannya yang benar. Perbuatan yang benar meliputi berlaku adil,
berlaku penuh belas kasih, memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk
menolong orang lain. Dalam perkembangannya, kata Tsedaqah berkaitan
rapat dengan memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk menolong
orang lain. Ajaran Yahshua Sang Mesias mengenai Tsedaqah dalam
Matius 6: 1-4 berkaitan dengan konsep pemberian berupa uang atau
barang.

Tiga Perkara Penting Tentang Tsedaqah

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Tsedaqah dalam Matius


6:1-4, ada tiga hal yang harus kita ketahui tentang Tsedaqah. Pertama,
berilah Tsedaqah dengan kerelaan hati. Dalam 1 Tawarik 29:1-5, Raja
Daud berkata demikian, "Salomo, anakku yang satu-satunya dipilih Tuhan
adalah masih muda dan kurang berpengalaman, sedang pekerjaan ini
besar, sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk Tuhan
228 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

YHWH. Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan


untuk rumah Tuhanku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk
barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk
barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata
syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang
berwarna-warna, dan segala macam batu mahal-mahal dan sangat banyak
pualam. Lagipula oleh karena kerinduanku (od birshoti) kepada rumah
Tuhanku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi
rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Tuhanku dari
emas dan perak kepunyaanku sendiri. tiga ribu talenta emas dari emas
Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan,
yakni emas untuk barang-barang emas dan perak untuk barang-barang
perak dan untuk segala yang dikerjakan oleh tukang-tukang. Maka
siapakah pada hari ini yang rela mengabdikan tangannya (mitnadev
lemalot yado) kepada Tuhan?" Dimotivasi oleh Ratsa atau kerinduannya
kepada YHWH maka Raja Daud memberikan persembahan. Dan dia
memotivasi orang lain untuk memberi dengan rela hati untuk
pembangunan Rumah YHWH. Kalimat rela mengabdikan tangannya
(mitnadev lemalot yado) bermakna kerelaan memberikan persembahan.
Adakah kita sulit memberikan Tsedaqah? milikilah kerinduan pada Tuhan
maka itu akan mendorong dan memotivasi kita untuk berbuat kebaikkan
bagi Tuhan dan sesama.

Kedua, jangan menahan Tsedaqah kepada orang yang berhal


menerimanya. Amsal 3:27-28 mengatakan, ―Janganlah menahan kebaikan
dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau
mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
‗Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,‘ sedangkan yang diminta
ada padamu‖. Jika kita memiliki kemampuan untuk memberikan pakaian
yang layak pkai pada seseorang yang tidak memiliki pakaian layak pakai,
mengapa kita harus menahannya dan mengatakan ―ah, ini pakaian mahal!‖.
Jika kita memiliki kemampuan memberikan pinjaman berupa barang atau
uang kepada sahabat atau teman kita yang sedang benar-benar
membutuhkan, mengapa kita katakan ―kami tidak punya uang dan sedang
mengencangkan ikat pinggang!‖. Pengertian ―menahan kebaikkan‖ (man‘a
tov) bukan hanya dalam hal contoh di atas. Jika kita menerima titipan dari
229 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

seseorang baik berupa barang atau uang, kita pun tidak berhak mengurangi
pemberian itu karena dirasa pemberian itu terlampau besar untuk diterima
orang lain. Kita akan menerima keburukkan dari kebaikkan orang lain yang
telah kita kurangi.

Ketiga, janganlah mengumumkan pada orang lain bahwa kita telah


memberikan Tsedaqah. Kategori yang ketiga menjadi bagian dari
pembahasan perikop Matius 6:1-4. Ada dua anjuran penting yang diajarkan
Yahshua Sang Mesias mengenai pemberian Tsedaqah. Pertama, jangan
mengumumkan pada orang lain agar mendapat pujian. Lembaga Alkitab
Indonesia menerjemahkan Matius 6:2 sbb, ―Jadi apabila engkau memberi
sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan
orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya
mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya‖. Kata ―mencanangkan‖ bermakna ―mengangankan
dalam pikiran‖. Padahal maksud ayat 2 bukanlah demikian. Kata Yunani
Salpises merupakan kata kerja aktiv orang kedua tunggal dari kata Salpizo
yang bermakna ‗meniup terompet‖. Kata kerja yang sama muncul dalam 1
Korintus 15: 52, diterjemahkan dengan nafiri sbb, ―dalam sekejap mata,
pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi
(salpizei) dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang
tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah‖. Dalam konteks budaya
Semitik khususnya budaya Yahudi, alat tiup yang dimaksud adalah Shofar
Maka terjemahan Hebrew New Testament atau Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Ibrani yang diterjemahkan dari naskah Yunani, menerjemahkan
ayat 2 sbb, ―lo tashmi‘u kol teruah lefaneka…‖ yang artinya, ―janganlah
membunyikan alat tiup di hadapan mereka‖. Kebiasaan di Sinagoge pada
waktu itu bahwa jika ada seseorang yang memberikan Tsedaqah
dibunyikan alat tiup shofar untuk mengumumkan pada orang-orang bahwa
seseorang baru saja memberikan Tsedaqah. Kebiasaan ini oleh Yesus
janganlah ditiru karena perilaku seperti itu disamakan dengan perilaku
orang munafik (bhs. Yun hupokrita‖, bhs. Ibr, hakhanefim).

Anjuran Yesus yang kedua bahwasanya jika memberikan Tsedaqah


janganlah sampai diketahui orang melainkan di tempat yang tersembunyi.
Ayat 3-4 mengatakan, ―Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah
230 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah


sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat
yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu‖. Pertengahan Oktober
2008 ini kita dikejutkan oleh peristiwa pemberian Zakat oleh seorang
dermawati kaya di Pasuruan yang menelan korban 21 orang manula tewas
kehabisan nafas karena berdesak-desakan dan terinjak-injak ratusan orang
yang akan menerima Zakat sebesar Rp. 35.000,-. Sungguh ironis dan
menyedihkan. Suatu pemberian yang baik berakhir dengan kematian 21
orang. Yesus mengajarkan pada kita untuk memberikan Tsedaqah tanpa
diketahui siapapun, tidak menyolok perhatian orang banyak. Bapa Surgawi
yang akan membalas semua kebaikkan yang dilakukan oleh kita di tempat
yang tersembunyi.

Berkat Tuhan Bagi Yang Memberikan Tsedaqah

Setiap Gemilut Khasadim (perbuatan saleh) yang dilakukan


termasuk Tsedaqah tentu saja akan diperhitungkan oleh Tuhan. Sekalipun
berbagai perbuatan mulia di atas tidak mendatangkan keselamatan dan
kehidupan kekal, namun Tuhan akan memberi kebaikkan selama kita hidup
di bumi. Lukas 6:38 mengatakan, ―Berilah dan kamu akan diberi: suatu
takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke
luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai
untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Lukas 12:38 mengatakan,
―Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan
apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.
Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak
dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan
lebih banyak lagi dituntut." Kisah Rasul 20: 35 mengatakan, ―Dalam
segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan
bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus
mengingat perkataan Junjungan Agung Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." 2
Korintus 9:7 mengatakan, ―Hendaklah masing-masing memberikan
menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,
sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita‖.
231 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXI

APAKAH PRAKTEK RIBA DIPERBOLEHKAN?

Torah mengatur perihal kehidupan yang adil terhadap sesama.


Sebagaimana Yesus mengatakan bahwa dirinya bukan datang untuk
membatalkan Torah melainkan untuk memberikan perspektif baru dalam
melaksanakan Torah (Mat 5:17-18), maka kita akan belajar bagaimana
Torah berbicara mengenai riba dan membungakan uang ( ‫= נׁשך ותרבית‬
neshek we tarbit). Imamat 25:35-36 mengatakan, ―Apabila saudaramu
jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau
harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia
dapat hidup di antaramu. Janganlah engkau mengambil bunga uang
atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Tuhanmu,
supaya saudaramu dapat hidup di antaramu‖. Ditengah-tengah gencarnya
Teologi Kemakmuran (Prosperity Gospel) yang mengajarkan bahwa
kemiskinan sebagai bentuk kutuk dan anak Tuhan harus hidup kaya dan
sehat, maka ayat di atas menempelak kita bahwa pengajaran demikian
tidak mendapatkan dukungan baik dalam TaNaKh (Torah, Neviim,
Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru. Torah justru mengajarkan kita
untuk menolong sesama dan berbagi, termasuk terhadap mereka yang
sedang mengalami jatuh miskin.

Beberapa pemimpin Kristen dan umat Kristen kerap


mendengungkan pernyataan yang tidak pantas, ―janganlah memberi ikan
tapi berilah kail‖. Pepatah tersebut benar jika kita tempatkan pada tempat
yang tepat. Orang yang sedang kesusahan dan jatuh dalam kepailitan,
kemiskinan (karena kalang bersaing usaha, karena PHK, dll) sudah
seharusnya menjadi subyek pertolongan. Yesus Sang Mesias bersabda:
―Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak
orang yang mau meminjam dari padamu‖ (Mat 5:42). Perintah Yesus
Sang Mesias menggemakan kembali apa yang diperintahkan dalam Torah
yaitu Ulangan 15:7-8 sbb: ―Jika sekiranya ada di antaramu seorang
miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri
yang diberikan kepadamu oleh YHWH Tuhanmu, maka janganlah engkau
232 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang


miskin itu, tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan
memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk
keperluannya, seberapa ia perlukan‖. Memberikan bantuan berupa
pinjaman atau pemberian Cuma-Cuma kepada mereka yang sedang
kesusahan dan mengalami kemiskinan adalah salah satu bentuk wujud
kepedulian dalam menolong sesama. Namun ada satu hal yang tidak boleh
diabaikan.

Janganlah membungakan uang dari harta yang kita pinjamkan.


Mengapa? Pertama, Karena riba atau bunga uang bukan menguntungkan
orang yang ditolong namun menguntungkan diri kita sebagaimana
dikatakan dalam Amsal 28:8 sbb: ―Orang yang memperbanyak hartanya
dengan riba dan bunga uang, mengumpulkan itu untuk orang-orang yang
mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah‖. Jika kita
mengambil keuntungan dari balik kesulitan orang lain, maka perbuatan
baik yang kita lakukan sia-sia belaka. Sebagaimana yang diperintahkan,
seharusnya pertolongan yang kita berikan bertujuan ―supaya saudaramu
dapat hidup di antaramu‖ (Im 25:36). Kedua, memungut riba dan bunga
uang adalah kekejian di mata YHWH sebagaimana dikatakan,
―...memungut bunga uang dan mengambil riba, orang yang demikian tidak
akan hidup. Segala kekejian ini dilakukannya, ia harus mati; darahnya
tertimpa kepadanya sendiri‖ (Yekhezkiel 18:13). Ketiga, merugikan orang
lain sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 22:12 sbb: ―Padamu orang
menerima suap untuk mencurahkan darah, engkau memungut bunga uang
atau mengambil riba dan merugikan sesamamu dengan pemerasan, tetapi
Aku kaulupakan, demikianlah firman Tuan YHWH‖.

Namun bagaimana dengan sistem pinjam meminjam dengan bunga


dalam aturan perbankan? Saya tidak menolak konsep itu (sekalipun saya
belum sepakat menggunakan istilah bunga bank) asalkan sistem
pembungaan wajar dan tidak mencekik nasabah. Bukankah bunga
dimaksud untuk menjaga perputaran perbankan? Dalil untuk ini dapat
dirujuk pada Imamat 23:19-20 sbb: ―Janganlah engkau membungakan
kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apa pun yang
dapat dibungakan. Dari orang asing boleh engkau memungut bunga,
233 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tetapi dari saudaramu janganlah engkau memungut bunga – supaya


YHWH Tuhanmu, memberkati engkau dalam segala usahamu di negeri
yang engkau masuki untuk mendudukinya‖.

Sistem pembungaan terhadap ―orang asing‖ dalam ayat tersebut


lebih bersifat kepada aspek pengikat agar si peminjam memiliki tanggung
jawab untuk mengembalikan. Demikian pula sistem bungan perbankan
dapat didekati dengan pemahaman terhadap ayat di atas. Mazmur 15:1-5
menghubungkan kekudusan dan kelayakan di hadapan Tuhan dengan salah
satu kualitas moral yaitu tidak membungakan uang sebagaimana dikatakan:
―kaspo lo natan beneshek weshokhad al naqiy‖ (yang tidak meminjamkan
uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang
tak bersalah). Dan upah yang akan diterima bagi orang yang memenuhi
kualitas moral yang dikehendaki YHWH adalah sbb: ―lo laqakh osyeh
elleh, lo yimot leolam‖ (Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah
selama-lamanya). Jika Anda ingin kokoh dan tidak tergoyahkan, patuhilah
ajaran, hukum, aturan, ketetapan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias.
234 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXII

RELEVANSI KIBLAT

Kata Kiblat dalam bahasa Arab berasal dari kata kablu, yukbilu,
kublah yang bermakna ―arah‖, ―menerima‖, ―mencium‖. Jika Yahudi dan
Islam memiliki arah kiblat Yerusalem dan Mekkah, berbeda dengan
Kekristenan. Dikarenakan penafsiran yang bias atas ucapan Yesus dalam
Yohanes 4:23-24 yang mengatakan, ―Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Tuhan itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.", maka
Kekristenan yang telah lepas dari akar Semitik Yudaiknya tidak mengenal
arah kiblat. Menghadap kemana saya saat beribadah adalah sah dan benar.

Apakah benar Kiblat sudah tidak memiliki relevansi? Kekeristenan


awal sebenarnya adalah kelanjutan dari Yudaisme. Peribadatan Yudaisme
yang diteruskan oleh pengikut Mesias awal tetap mengarahkan diri menuju
Yerusalem sebagaimana perintah berikut ini:

―Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat,


pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-
tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta memuji Tuhannya, seperti yang biasa
dilakukannya‖ (Daniel 6:11).

―Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk
ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang
kudus dengan takut akan Engkau‖ (Mazmur 5:8) .

―Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji


nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu;
sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala
sesuatu‖ (Mazmur 138:2).
235 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam perkembangannya, Gereja Orthodox mengubah arah Kiblat


dari Yerusalem (di Barat) ke arah Timur. Klemen dari Alexandria (150-215
Ms) dalam bukunya Protrepticus dan Stromateis serta Pedagogus
menyatakan bahwa Yesus adalah matahari yang sejati. Langkah ini diikuti
oleh Origen dan Cyprian199. Konsekwensi logisnya peribadatan dengan
menghadap arah matahari terbit diadopsi oleh kekristenan di Roma. F.J.
Dolger dalam bukunya Sol Salutis mengutip beberapa tulisan Origen dan
Klement yang mendasari peribadatan menghadap ke Timur dengan
menggunakan dalil-dalil Kitab Suci yang terlalu dipaksakan dengan cara
melakukan alegorisasi atau pemaknaan simbolis atas Mazmur 132:7,
Yesaya 9:2, 2 Korintus 4:6, Matius 4:6. Origenes pun melakukan
alegorisasi yang sama terhadap Zakharia 6:12 berdasarkan naskah
Septuaginta yang menerjemahkan secara keliru kata Ibrani Tsemakh
(tunas) dengan kata Anatole (timur). Yustinus Martir mengikuti pola
penafsiran tersebut sehingga setiap ada kata Anatole selalu dihubungkan
dengan Mesias. Bahkan Mazmur 72:17 pun dihubungkan dengan
Mesias200. Ayat-ayat lain yang dipaksakan untuk membenarkan
peribadatan menghadap ke Timur al., Kejadian 2:8,Maleakhi 4:2, Matius
24:27, Mazmur 68:34201. Dan penulis-penulis Kristen seperti Basilius,
Gregorius dari Nyssa, John Chrisostomos, Severus, Cyrill dari Yerusalem,
Yohanes Damaskinos, Thomas Aquinas, dll202.

Apapun dalihnya, pengubahan arah Kiblat tidak memiliki dasar


dalam sabda Yesus Sang Mesias dan para rasulnya. Yang menjadi
persoalan, benarkah sabda Yesus dalam Yohanes 4:23-24 membatalkan
kiblat umat Kristen yang seharusnya berdoa ke arah Yerusalem? Itu tidak
benar. Penyembah benar akan menyembah dengan benar (Yoh 4:23)
Menyembah dengan cara yang tidak benar, menunjukkan bahwa seseorang

199
C.J. Coster, Come Out of Her My People, Institute for Scripture Research,
1998, p.12
200
Ibid.,18
201
Ibid.,
202
Ibid.,
236 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

belum mengenal siapa yang di sembah (Yoh 4:22). Menyembah yang


benar adalah dengan Roh dan Kebenaran, karena Tuhan Roh adanya. Apa
artinya ? Dalam percakapan singkat antara Yesus dan perempuan Samaria,
terlihat konsep umum yang berkembang pada waktu itu, bahwa seolah-olah
Tuhan berada dan berdiam di wilayah tertentu saja. Bagi orang samaria,
Dia ada di gunung Gerizim. Bagi orang Yahudi, Dia ada di Yerusalem.
Yesus menyalahkan semua angapan tersebut.

Yesus bukan mengkritik bentuk dan cara penyembahan (sujud,


berlutut, menadahkan tangan, berdiri, dll) bukan pula menyalahkan aturan
ibadah (liturgi, doa harian, hafalan doa, dl). Yesus hanya menyalahkan
KONSEP wanita Samaria yang keliru. Wanita Samaria ini keliru
memahami wujud dan tempat Tuhan berada. Konsep yang keliru ini
mengakibatkan penyembahan yang keliru. Jika Yesus mengritik Yerusalem
sebagai kiblat, maka pernyataan dalam Yohanes 4:21 seharusnya tidak
berbunyi demikian, ―Kata Yesus kepadanya: Percayalah kepada-Ku, hai
perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan
di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem‖. Jika benar Yesus
membatalkan arah kiblat Yerusalem dan Gerizim, maka ayatnya akan
berbunyi, ―saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan
ke arah gunung ini dan bukan juga ke arah Yerusalem‖. Nyatanya ayat
tersebut berbicara perihal menjadi Yerusalem dan Gerizim sebagai tempat
yang diklaim sebagai tempat dimana Tuhan hadir, sehingga dipergunakan
kata ―di‖ bukan ―ke‖.

Menyembah dalam Roh dan Kebenaran, bermakna menyembah


dengan kemurnian hati yang keluar dari kesadaran diri manusia. Dengan
kata lain, penyembahan dengan ekspresi hati yang tidak dapat di batasi
oleh bentuk-bentuk yang temporal, Dalam diri manusia ada ―roh‖. Ini
adalah pusat kesadaran manusia akan Tuhan (Ams 20:27). Dan
menyembah dalam roh dan kebenaran tidak sama sekali membatalkan arah
kiblat. Dengan penjelasan ini, pengikut Mesias yang melaksanakan ibadah
Tefilah (doa harian) tiga kali sehari hendaknya membasuh tangannya
sebagai simbol penyucian dan berdoa dengan mengarahkan wajah dan
badanya ke Yerusalem sebagai simbol peringatan bahwa Yerusalem
adalah tempat dimana kemuliaan Tuhan pernah tinggal dalam Bait Suci
237 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang sekarang telah roboh. Dan alasan yang berikutnya. Yang kedua
adalah simbol kesatuan iman, kesatuan pengharapan dimana Tuhan
Yahweh melalui Yesus Sang Mesias akan menjejakkan kaki-Nya di
Yerusalem saat penghakiman dunia sebagaimana dikatakan:

―Kemudian YHWH akan maju berperang melawan bangsa-


bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran. Pada
waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di
depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan
terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah
yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke
utara dan setengah lagi ke selatan‖ (Zak 14:3-4)

―Pada waktu itu akan mengalir air kehidupan dari Yerusalem;


setengahnya mengalir ke laut timur, dan setengah lagi mengalir
ke laut barat; hal itu akan terus berlangsung dalam musim
panas dan dalam musim dingin. Maka YHWH akan menjadi
Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu YHWH adalah satu-
satunya dan nama-Nya satu-satunya‖ (Zak 14:8-9)
238 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXIII

KERUDUNG SEBAGAI TANDA KEWIBAWAAN WANITA

Saat umat Kristen (yang masih memelihara) merayakan Christmass


(Natal) 25 Desember biasanya di beberapa gereja dilaksanakan drama
terkait kelahiran Yesus Sang Mesias. Tokoh-tokoh yang terlibat adalah
Yusuf, Maria, bayi Yahshua, orang Majus, Gembala domba. Maria selalu
digambarkan sebagai wanita berkerudung kepalanya. Namun ironisnya
hampir mayoritas gereja Kristen, para wanitanya tidak pernah
mempergunakan kerudung di atas kepalanya. Namun gereja Ortodok masih
memberlakukan pemakaian kerudung terhadap para wanitanya. Sementara
gereja Katolik hanya sebatas para suster yang mempergunakan tudung di
kepalanya.

Apakah wajib dan perlu seorang wanita Kristen mempergunakan


kerudung? Wajib dan perlu. Apa makna kerudung untuk seorang
perempuan Kristen? Tanda wibawa sebagaimana dikatakan: ―Sebab itu,
perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para
malaikat‖ (1 Kor 11:10). Tanda wibawa dalam naskah Yunani dituliskan
exousian, dalam naskah Peshitta Aramaik dituliskan anotta d‘shultana,
dalam naskah terjemahan Ibrani Franz Delitz dituliskan ot mishma‘ta
sementara terjemahan Ibrani Hebrew New Testament dituliskan kesut.
Kerudung bagi seorang perempuan bukan sekedar hiasan pemoles wajah
dan penampilan. Lebih dari itu adalah tanda kewibawaannya. Seorang
wanita Kristen pun harus memiliki perhiasan abadi yang melekat dalam
dirinya kemanapun dia pergi yaitu kesalehan dan perilaku yang berbudi
sebagaimana dikatakan: ―Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu
dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau
dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah
manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa
yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Tuhan. Sebab demikianlah caranya perempuan-
perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang
239 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menaruh pengharapannya kepada Tuhan; mereka tunduk kepada


suaminya‖ (1 Petr 3:3-5).

Seorang wanita Kristen harus memiliki sekaligus baik tanda


kewibawaan dan perhiasan abadi yaitu manusia batiniah yang terpancar
keluar dari tutur kata dan perilaku keseharian yang saleh dan santun.
Kapan kerudung tersebut layak dipakai oleh seorang perempuan Kristen?
Lebih layak jika kerudung dipergunakan saat berdoa di hadapan Tuhan dan
saat pertemuan-pertemuan ibadah kejemaaatan sebagaimana dikatakan:
―Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Tuhan
dengan kepala yang tidak bertudung?‖ (1 Kor 11:13). Saat hendak
mengenakan kerudung di kepala, ucapkanlah doa berkat demikian:
―Diberkatilah Engkau Yahweh Tuhan kami Raja Alam Semesta yang telah
memerintahkan saya untuk mengenakan kerudung. Dalam nama Yesus
Sang Mesias, Amin‖.

Beberapa orang Kristen mengejek dan membuat berbagai dalih


untuk menafikan penggunaan kerudung bagi seorang perempuan dengan
mengatakan, ―itu khan hanya kebudayaan Timur Tengah‖, ―Itu hanya
berlaku di zaman Yesus dan rasul-rasul‖, ―itu khan tidak mempengaruhi
keselamatan‖. Semua pernyataan tersebut gugur dan tidak senafas dengan
perintah dalam 1 Korintus 11:13 sebagai standar kepatutan bagi seorang
perempuan saat berdoa di hadapan Tuhan. Jika ada yang menghubungkan
persoalan penggunaan kerudung dengan keselamatan, itu sebuah
pertanyaan dan bantahan yang tidak pada tempatnya. Penggunaan
kerudung berbicara perihal ketaatan dan kepatuhan pada perintah Tuhan.
Keselamatan memang didasarkan Anugrah yang direspon dengan Iman.
Iman yang bagaimana? Bukan hanya sekedar ucapan dibibir namun iman
yang bersumber dari pemahaman terhadap perintah Tuhan dan niat untuk
melakukan perintah-perintah-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Yesus bersabda, "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku


dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan
diam bersama-sama dengan dia‖ (Yoh 14:23). Beriman dan mengasihi
Tuhan harus dibuktikan dengan ketaatan melakukan Firman Tuhan.
Mengenakan kerudung bagi seorang wanita adalah perintah Tuhan.
240 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXIV

BOLEHKAH BERCERAI?

Tuhan Yahweh telah menetapkan pernikahan sebagai lembaga


kudus dimana seorang lelaki dan seorang perempuan memiliki ikatan.
Pernikahan bukan sekedar hubungan seksual lelaki dan perempuan
melainkan sebuah lembaga spiritual yang ditetapkan Tuhan sebagaimana
dikatakan, ―al ken ya‘azav ish et aviw we et immo wedavaq beishtto lehayu
lebasyar ekhad‖ (Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging – Kej 2:24). Namun dalam perjalanan hidup, ternyata pernikahan
tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar. Ada berbagai persoalan yang
dapat merusak kehidupan pernikahan seperti perzinahan, kekerasan fisik
dalam keluarga, penelantaran atau pengabaian pemenuhan kebutuhan
biologis dan kebutuhan psikis serta ekonomi. Apa yang harus dikerjakan
ketika terjadi hal-hal tersebut di atas.

Sebagian keluarga berhasil melewati persoalan-persoalan di atas


dan mengalami pemulihan serta jalan keluar. Doa-doa keluarga membuat
terjadinya mukjizat yang membuat kehidupan keluarga dipulihkan karena
salah satu pasangannya yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji,
telah bertobat dan mengubah kehidupan mereka. Namun ada sebagian yang
gagal dan harus berakhir dalam meja persidangan serta perceraian.
Pertanyaannya, bolehkan orang Kristen bercerai sementara sabda Yesus
Sang Mesias berkata demikian, ―Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak
boleh diceraikan manusia‖ (Mat 19:6).

Perceraian sebagaimana membunuh, berzinah, mencuri adalah


sesuatu yang jahat di mata Tuhan. Tuhan melarang perbuatan tersebut di
atas. Namun apakah dengan demikian perceraian dan juga membunuh,
berzinah, mencuri tidak bisa dilakukan? Perceraian adalah hal yang dibenci
Tuhan namun bisa dilakukan dengan kondisi yang ketat yaitu perzinahan
sebagaimana dikatakan dalam Ulangan 24:1-4 sbb: "Apabila seseorang
241 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian


ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak
senonoh padanya (erwat davar), lalu ia menulis surat cerai (sefer keritut)
dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia
pergi dari rumahnya, dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan
pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain, dan jika laki-laki yang
kemudian ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan
menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari
rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi
isterinya itu mati, maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia
pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah
perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan
Yahweh. Janganlah engkau mendatangkan dosa atas negeri yang
diberikan Yahweh, Tuhanmu, kepadamu menjadi milik pusakamu‖

Sekalipun Torah mengatur tata laksana apabila terjadi perceraian,


namun Yahweh menghendaki kesetiaan antara pasangan suami istri dan
membenci perceraian, sebagaimana difirmankan dalam Maleakhi 2:15-16
sbb: ―Bukankah Dia menjadikan mereka satu? Dengan menyisakan Roh-
Nya? Dan apakah yang dikehendaki dari kesatuan itu? Keturunan Tuhan
(zerah elohim) Jadi jagalah dirimu dan rohmu! Dan janganlah orang
berlaku tidak setia. Sebab Aku membenci perceraian (ki syane shalakh),
firman Yahweh Tuhan Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya
dengan kekerasan, firman Yahweh semesta alam. Maka jagalah dirimu
dan janganlah berkhianat!‖. Yesus kembali menggemakan kekudusan
pernikahan monogamis dan kesatuan pernikahan dengan mengatakan:
―Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa
yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat
19:5-6).

Ayat-ayat di atas disampaikan untuk mencegah berbagai tindakan


yang menodai kekudusan lembaga pernikahan yang telah ditetapkan
Tuhan. Namun jika kondisi-kondisi tertentu sudah tidak dapat diperbaiki
dan cenderung mengancam kehidupan bahtera rumah tangga seperti
242 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

perzinahan dan kekerasan rumah tangga, maka tindakan perceraian dapat


dilakukan. Namun sekali lagi itu adalah jalan terakhir apapbila semua
upaya yang ditempuh tidak menemukan jalan keluar. Perceraian adalah
kondisi yang tidak dijadikan perintah utama oleh Tuhan sebagaimana
sabda Mesias ketika ditanya perihal boleh tidaknya bercerai sbb, ―Kata
mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa
memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
isterinya?"Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa
mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia
berbuat zinah‖ (Mat 19:7-9).

Rasul Paul pun memberikan petunjuk jelas dan tegas mengenai


larangan bercerai sekalipun dalam kondisi dan derajat tertentu diijinkan
terjadi sebagaimana dikatakan dalam suratnya berikut ini:―Kepada orang-
orang yang telah kawin aku — tidak, bukan aku, tetapi Junjungan Agung—
perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai
dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan
isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Junjungan Agung,
katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak
beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia,
janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri
bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup
bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena
suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang
tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian,
niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah
anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai,
biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak
terikat. Tetapi Tuhan memanggil kamu untuk hidup dalam damai
sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah
engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau
mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan
isterimu‖ (1 Kor 17:10-16). Dalam ayat 27 ditegaskan ulang sbb, ―Adakah
243 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau


mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang
perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!‖. Sekalipun cerai dapat
dilakukan namun bukan perkara yang diperkenan oleh Tuhan. Usahakanlah
selalu agar hubungan rumah tangga berjalan dalam kesatuan dan
keselarasan. Kehadiran Yesus Sang Mesias sebagai Junjungan Agung dan
Juruslamat dalam rumah tangga, menghadirkan damai dan sukacita serta
mengokohkan kehidupan rumah tangga sehingga terhindar selalu dari
perceraian.
244 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXV

APAKAH YESUS SANG MESIAS


MEMBATALKAN HUKUM KASHRUT DALAM IMAMAT 11?

Mengkaji ayat-ayat yang disalahpahami

Jamak dalam pemikiran orang Kristen bahwa semua makanan dapat


dimakan karena Yesus telah membatalkan peraturan dalam Imamat 11.
Benarkah pemahaman tersebut? Apakah Yesus dan para rasul memberikan
isyarat perihal pembatalan hukum Kashrut? Sikap dan pemikiran
demikian didasarkan pada pembacaan teks terjemahan Kitab Suci tertentu.
Kita akan menyoroti sejumlah teks dan menganalisis baik berdasarkan
kajian teks dan konteks untuk mendapatkan maknanya yang utuh.

Kasus pembasuhan tangan (Mrk 7:1-23)

Pernyataan dalam Markus 7:1-23, sering dimaknai secara keliru


sebagai ayat-ayat yang menjadi dasar untuk menolak relevansi penetapan
Imamat 11 mengenai hewan yang dikategorikan tahor dan tame. Namun
jika kita menelaah dan menganalisis secara cermat, baik teks dan konteks
perikop tidak mendukung sama sekali pemahaman mengenai pembatalan
relevansi Imamat 11. Konteks keseluruhan perikop membicarakan
mengenai Yesus yang sedang terlibat diskusi dengan Ahli Farisi mengenai
Netilat Yadayim (pembasuhan tangan) bukan mengenai pembatalan
makanan tahor dan tame (Mrk 7:5-7). Kalimat, ―Dengan demikian Dia
menyatakan semua makanan halal‖ (ay 20) dalam terjemahan LAI adalah
tidak tepat. Dalam versi Darby Bible 1890 sbb: ―because it does not enter
into his heart but into his belly, and goes out into the draught, purging all
meats?‖ (sebab itu tidak masuk kedalam hati melainkan kedalam perut dan
lewat menuju tempat pembuangan, membuang semua makanan?).
Demikian pula dalam Young‘s Literal Translation sbb : ―because it doth
not enter into his heart, but into the belly, and into the drain it doth go out,
purifying all the meats‖ (Sebab itu tidak masuk kedalam hati melainkan
kedalam perut dan kedalam tempat pembuangan, membersihkan semua
245 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

makanan). Frasa ini sesuai dengan kalimat dalam naskah Greek sbb :
θαζαξηδσλ παληα ηα βξσκαηα (katarizon panta ta bromata).

Kasus penglihatan Petrus (Kis 10: 1-48)

Demikian pula peristiwa rasul Petrus menerima penglihatan di


Yope, sering dianggap sebagai bukti bahwa Yahweh Bapa Surgawi telah
membuat tidak berlaku penetapan mengenai hewan-hewan yang
dikategorikan tahor dan tame. Konteks keseluruhan perikop ini sebenarnya
membicarakan bahwa Tuhan memberikan lambang makanan tame
dijadikan tahor untuk menggambarkan bahwa dirinya menerima Bangsa
non Israel untuk menjadi pengikut Mesias (Kis 10:34) BUKAN
pembatalan makanan tahor dan tame. Bahkan jika kita cermat
menganalisis, kita mendapat informasi bahwa rasul Petrus tetap
memelihara Imamat 11, sehingga dia tetap menolak untuk memakan
hidangan yang diperlihatkan oleh Yahweh Bapa Surgawi (Kis 10:14).
Lebih jauh, jika memang penglihatan yang diterima Petrus adalah
pembatalan mengenai Imamat 11, mengapa Petrus masih bertanya-tanya
akan arti penglihatan tersebut, meski sudah terdengar suara dari langit,
―apa yang Kunyatakan halam, jangan kamu katakan haram!‖ (Kis 10:17).
Indikasi bahwa makna penglihatan yang diterima Petrus menjadi jelas
ketika Petrus bertemu dengan Kornelius, perwira Italia yang non Yahudi
yang telah memutuskan untuk menjadi murid Mesias. Petrus mulai
mengerti arti penglihatan tersebut, bahwa Yahweh tidak ingin Petrus
sebagai bangsa Yahudi membeda-bedakan secara ekslusif hak untuk
menerima keselamatan, terhadap bangsa non Yahudi (Kis 10:34)

Kasus surat dan pengajaran Paul

Kalimat ―Tidak ada suatupun yang haram‖ (1 Tim 4:3-4)


demikian pula kata ―Segala sesuatu adalah suci‖ (Rm 14:20) dalam
terjemahan LAI, adalah tidak tepat. Kata Koinos dan Katharos (Rm
14:20), dalam Darby Bible 1890 diterjemahkan sbb : ‖… that nothing is
unclean of itself‖… All things indeed are pure‖. Kata Kalon dan
―Apobleton” (1 Tim 4:3-4) dalam Darby Bible 1890 sbb : ―For every
creature of God is good and nothing is to be rejected‖. Sanggahan rasul
246 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Paul dalam Roma 14:14-20 dilatarbelakangi adanya sikap yang saling


menghakimi diantara murid-murid, dimana yang tidak makan daging
menyalahkan seseorang yang makan daging (Rm 14:15), meski tidak jelas
daging apa yang dimakan dalam ayat ini. Sikap menghakimi tersebut
mendatangkan batu sandungan bagi murid-murid yang lain (Rm 14:20),
sehingga rasul Paul merasa perlu untuk menguraikan hakikat berbagai
makanan atau ciptaan Tuhan yang sesungguhnya adalah baik (Rm
14:14,20) dimana pernyataan ini merujuk pada Kejadian 1:25.

Patut diduga ada segolongan mazhab dalam Yudaisme yang begitu


ketat memelihara tradisi Kashrut dan memaksakan kepada jemaat pengikut
Mesias yang baru bertobat, sehingga menimbulkan ganguan
doktrinal.Demikian pula konteks 1 Timotius 4:3-4 dilatarbelakangi oleh
nubuatan yang diterima Rasul Paul bahwa kelak jemaat Mesias akan
diesatkan oleh sekelompok orang yang mengikuti roh-roh penyesat dan
ajaran setan-setan (1 Tim 4:1). Ciri-ciri penyesatan ini adalah: Pertama,
melarang pernikahan. Kedua, melarang makanan yang diciptakan oleh
Tuhan, karena semua makanan itu baik, hal mana Rasul Paul
menghubungkan hakikat segala yang diciptakan Yahweh, termasuk hewan
adalah baik dan tidak ada satupun yang diciptakan terkutuk (Kej 1:25).
Kelompok-kelompok bidat ini membahayakan kehidupan jemaat Mesias,
karena mengalihkan mereka dari Kasih Karunia Tuhan dan hanya berputar-
putar dalam persoalan lahiriah. mereka melarang untuk melakukan
pernikahan, sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh semua umat manusia
karena itu adalah natur yang telah ditetapkan Yahweh, dimana manusia
harus melakukan reproduksi biologis (Kej 1:28).

Baik 1 Timotius 4:3-4 maupun Roma 14:14,20, tidak ditujukan


pada persoalan Imamat 11 khususnya dan tidak pula ditujukan bagi mereka
yang hendak mengajarkan nilai dan relevansi Imamat 11 dalam konteks
modern. Yang dipersalahkan adalah sikap menghakimi dan terfokus pada
makanan sebagai alat pengukur keimanan seseorang yang baru bertobat.
247 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kontradiksi Gaya Hidup Mesias Dengan Gaya Hidup Kekristenan


Modern

Kita kerap mendengar lantunan lagu-lagu Kristiani dan bahkan kita


selalu menyanyikannya al, ―Kumau sprti-Mu Yesus...‖, ―Jalan serta Yesus,
jalan serta-Nya setiap hari...‖, ―Saya mau iring Yesus...‖. Ungkapan syair-
syair lagu di atas memberikan gambaran, dorongan agar meniru Yesus.
Namun semua syair lagu dan pemahaman kita terkadang masih berkutat
dalam pengertian perilaku moral belaka. Namun bagaimana dengan fakta
Kekristenan modern mengenai gaya berpakaian? Bagaimana dengan fakta
gaya makan dan menu makan? Kebanyakan dari kita mempraktekan gaya
hidup khususnya dalam menyantap makanan tanpa adanya suatu
pembatasan dan pemilahan mana yang tahor dan mana yang tame. Semua
diperbolehkan. Alasan utama, Yesus telah menghapus dosa dan
membatalkan Torah termasuk aturan makanan yang diatur dalam Torah.
Sikap-sikap demikian semakin menguatkan kesan dan prasangka bahwa
Kekristenan tidak memiliki syariat terkait makanan. Semua diperbolehkan.

Yesus telah mengatakan dalam Yohanes 13:15 sbb: ―sebab Aku


telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat
sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu‖. Rasul Petrus (Kefa) pun
menegaskan hal yang sama dalam suratnya sbb: ―Sebab untuk itulah kamu
dipanggil, karena (Mesias) pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya‖(1
Petrus 2:21). Kata ―teladan‖ dalam Yohanes 13:15 dipakai kata Yunani
ππνδεηγκα (hupodeigma) dan dalam 1 Petrus 2:21 dipergunakan kata
Yunani ππνγξακκνλ (hupogrammos) dan diterjemahkan dalam bahasa
Ibrani menjadi ‫( תפומ‬mofet) yang artinya ―contoh‖. Berarti Mesias Yesus
telah meninggalkan bagi kita suatu contoh. Baik Mesias Yesus maupun
Rasul Petrus menekankan bahwa contoh atau teladan yang ditinggalkan
Yesus Sang Mesias harus dilakukan. Kalimat ―supaya kamu mengikuti
jejak-Nya‖ dalam terjemahan berbahasa Ibrani, ―Wayehi lakem lemofet
laleket beiqqvotaiw‖. Kata Laleket berasal dari kata Halak yang artinya
―berjalan‖. Dalam terjemahan Peshitta Aramaik diterjemahkan dengan
Tahalok Berdasarkan pemahaman bahasa di atas, maka sebagai Pengikut
Mesias (apapun namanya, Orthodox, Katholik, Kristen, Mesianik) kita
248 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

harus menjalankan dan melaksanakan Halakah Mesias dalam kehidupan


sehari-hari. Dengan kata lain kita menjalankan dan melaksanakan Syariat
Al Masih dalam kehidupan sehari-hari.

Namun apakah Yesus hanya meninggalkan teladan moral belaka?


Apakah Yesus tidak meninggalkan teladan-teladan lainnya terkait masalah
gaya hidup dalam mengonsumsi makanan yang menyehatkan atau
makanan yang telah dipisahkan sebagaimana diatur dalam Imamat 11?
Baru-baru ini saya membeli sebuah buku yang sangat mencerahkan dengan
judul Menu Makan Yesus. Buku ini karya seorang dokter bernama Don
ColberT, MD. Buku-buku yang beliau tulis al., Walking in Divine Health,
The Bible Cure Booklet Series. Dan buku yang diterjemahkan oleh penerbit
Kalam Hidup Bandung 2007 merupakan terjemahan dari bukunya What
Would Jesus Eat?‖.

Apa yang menarik dari buku ini? Buku ini mengulas fakta-fakta
biblikal mengenai gaya hidup sehat yang dijalankan Yesus yang
berkorespon dengan fakta-fakta ilmiah modern. Dalam kata
pendahuluannya, beliau mengatakan sbb: ―Kita ingin menaati ajaran-
ajaran Yesus tentang penggunaan waktu, talenta dan sumber-sumber
keuangan kita. Tetapi apakah kita ingin makan sama seperti menu makan
Yesus? Mengapa tidak? Kita berusaha mengikuti Yesus di setiap bidang
lain dalam kehidupan kita. Mengapa kita tidak mengikuti-Nya dalam
kebiasaan makan kita?‖ 203. Berbicara mengenai memakan daging babi
(sesuatu yang teramat digemari oleh sebagian besar penganut Kristiani
dengan dalih yang menggelikan) beliau memberikan ulasan sbb: ―Dewasa
ini banyak orang menyatakan bahwa daging babi aman untuk dikonsumsi
di zaman modern. Saya tidak setuju. Babi makan dalam jumlah banyak
sekali dan ini mengencerkan asam klorida dalam perut babi. Selanjutnya
hal ini mengakibatkan racun, virus, parasit dan bakteri terserap ke dalam
daging binatang itu. Selain pelahap, babi juga merupakan binatang yang
sangat kotor. Babi dapat memakan sampah, kotoran manusia dan bahkan
daging yang sudah membusuk. Semua yang dimakan biasanya menjadi
bagian dari daging babi itu sendiri. Babi tidak diragukan menjadi tempat

203
Don Colbert,MD., Menu Makan Yesus, Bandung: Kalam Hidup 2007, hal 8
249 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

persembunyian parasit termasuk Trichinella, cacing pita babi dan


toksoplasmosis. Jika seekor babi ditinggal sendirian dengan sejumlah
besar makanan, maka binatang itu pasti akan menghabiskan makanan itu
sampai mati. Kalau sudah mulai makan, babi tidak mampu menghentikan
nafsu makannya. Babi serupa dengan pelahap dengan kata lain, babi bagi
dunia binatang adalah si pelahap bagi umt manusia. Babi merupakan
salah satu ciptaan yang benar-benar direncanakan Tuhan untuk menjadi
pembersih racun dunia. Apa yang dikonsumsi oleh babi pada tahap
tertentu merupakan hal yang tidak boleh dikonsumsi oleh kita. Memasak
babi pada suhu 70 deracat C atau lebih dapat mematikan parasit-parasit
tetapi perlu diperhatikan bahwa bagian tengah dari steik babi atau irisan
daging babi harus dipanaskan sampai pada suhu ini, kalau tidak
parasitnya tidak akan mati. Sering hal ini, tidak dilakukan‖204.

Marilah kita mengikuti petunjuk Torah, karena gaya hidup Yesus


mengejawantahkan Torah. Marilah kita mengikuti teladan Yesus, bukan
hanya dalam perihal moralitas dan sikap religius melainkan gaya hidup
dalam hal makan makanan yang dikonsumsi oleh Yesus Sang Mesias,
teladan sempurna kita.

204
Ibid., hal 74
250 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXVI

KORUPSI:
MENDAPATKAN REZEKI TIDAK KOSHER

Halaman surat kabar hari-hari ini masih melaporkan kasus-kasus


penindakan korupsi sebagai headingnya. Harian Suara Merdeka beberapa
hari lalu melaporkan hasil pengkajian KPK terhadap kasus korupsi
Simulator SIM dan penyucian uang dengan terdakwa Irjen Djoko Susilo
dengan heading Irjen Djoko ‗Raja‘ Properti. Dalam pemberitan dilaporkan
bahwa Irjen Djoko Susilo telah melakukan penyucian uang dengan
membeli sejumlah properti di beberapa daerah. KPK telkah menemukan
dan menyita sejumlah rumah mewah yang dibeli oleh Irjen Djoko Susilo
dengan uang hasil korupsi al., rumah di Graha Candi Golf Semarang (2
buah), rumah di Jalan Perintis Kemerdekaan Solo, rumah di Jalan Sam
Ratulangi Solo, rumah di Jalan Langenastran Yogya, rumah di Jalan
Patehan Lor Yogyakarta205. Rumah-rumah tersebut disita antara tanggal
13-14 Februari 2013 lalu.

Beberapa hari kemudian tanggal 20 Februari 2013 KPK


menemukan bukti baru dan melakukan penyitaan perumahan hasil
penyucian uang Irjen Djoko Susilo al, rumah di Jalan Prapanca Raya
Jakarta Selatan, rumah di Jalan Cikajang Jakarta Selatan, rumah di Jalan
Elang Mas Jakarta Selatan, rumah di Pesona Kayangan Jawa Barat 206.
Semua rumah tersebut bernilai miliaran rupiah. Sebuah angka fantastis dan
jumlah rumah yang fantastis jika melihat jabatan Djoko Susilo sebagai
Inspektur Jendral.

Kita pun masih teringat dengan kasus korupsi pengadaan Al Qur‘an


beberapa waktu lalu. Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan dua

205
Irjen Djoko ‗Raja‘ Properti, Suara Merdeka, 15 Februari 2013, hal 1
206
Lagi, Empat Rumah Irjen Djoko Disita, 21 Februari 2013, hal 1
251 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tersangka korupsi pengadaan Al-Quran di Kementerian Agama pada


2011/2012. Mereka adalah anggota Komisi Agama Dewan Perwakilan
Rakyat, Zulkarnaen Djabar, serta Direktur Utama PT Karya Sinergi Alam
Indonesia, Dendy Prasetia. "KPK dalam hal ini telah menemukan dua alat
bukti yang cukup untuk menaikkan status kasus ini ke tahap penyidikan,"
kata Ketua KPK Abraham Samad di kantor KPK kemarin. Abraham hanya
menyebut inisial kedua tersangka sebagai ZD dan DP demikian laporan
koran Tempo207.

Kasus-kasus tersebut berderet menambah sejumlah kasus korupsi


sebelumnya yang sedang dalam proses persidangan seperti kasus korupsi
Wisma Atlet, kasus korupsi Hambalang, kasus penyalahgunaan dana bail
out Bank Century dan sederet kasus korupsi besar lainnya. Apakah
Korupsi itu? Mengapa Korupsi termasuk kejahatan? Menurut Konvensi
PBB Melawan Korupsi dikatakan, ―Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak‖208 Sudah jelas dari definisi di atas bahwa korupsi
dikategorikan sebagai tindak kejahatan karena ada unsur
―menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak‖.

Bagaimana iman Kristen menilai tindakan korupsi? Kitab Amsal


(Sefer Mishley) 10:2 berkata, ―Harta benda yang diperoleh dengan
kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari
maut‖ (lo yo‘ilu otsrot resha, utsedaqah tatsil mimmawet). Tindakan
korupsi selalu berkaitan dengan harta benda, tepatnya perolehan harta
207
Royokan Keluarga di Pengadaan Al Qur‘an
http://www.tempo.co/read/fokus/2012/06/30/2467/Royokan-Keluarga-di-
Pengadaan-Al-Quran
208
Korupsi
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
252 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

benda. Secara Yuridis, tindakan korupsi merupakan melawan hukum.


Secara Teologis, korupsi merupakan tindakan melawan hukum Tuhan.
Korupsi adalah hasil perolehan harta benda dengan kefasikan atau
kejahatan (resha) karena merugikan orang lain bahkan institusi negara. Dan
Tuhan YHWH membenci tindakan kefasikan sebagaimana dikatakan,
―Sebab Engkau bukanlah Tuhan yang berkenan kepada kefasikan (ki lo El
khafets resha); orang jahat takkan menumpang pada-Mu‖ (Mzm 5:4).
Sesungguhnya harta benda yang diperoleh dengan cara kefasikan,
kejahatan, tidak mendatangkan manfaat apapun bagi yang memilikinya.
Amsal 10:2 mengatakan, ―lo yo‘ilu‖ yang artinya ―tidak mendatangkan
keuntungan‖. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan dengan ―tidak
berguna‖. Terjemahan ini kurang kuat menggambarkan frasa yang
dimaksudkan dalam teks Ibrani. Terjemahan, ―tidak mendatangkan
keuntungan‖ lebih konkrit dan jelas maknanya.

Bagaimana harta benda hasil korupsi membawa manfaat jika suatu


ketika pelaku korupsi tertangkap aparat hukum kemudian di proses di
pengadilan kemudian dijatuhi hukuman sekian tahun dan harus
mengembalikan kekayaan haramnya serta membayar denda? Bagaimana
harta benda hasil korupsi membawa manfaat jika suatu ketika pelaku
korupsi sakit-sakitan dan menghabiskan biayanya demi kesembuhannya?
Apakah orang tersebut menikmati harta bendanya? Apakah orang tersebut
mendapatkan keuntungan dari hasil korupsinya? Tentu tidak. Dalam
Yeremia 17:11 lebih tegas menggambarkan kondisi sebagaimana saya
gambarkan di atas yaitu, ―Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak
ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak
halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada
kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal‖. Frasa,
―menggaruk kekayaan secara tidak halal‖ dalam bahasa Ibrani, ―osye
osyer welo bemishpat‖, lebih tepatnya diterjemahkan ―yang mendapatkan
kekayaan dengan tidak berdasarkan keadilan/hukum‖. Hasil dari semua
rezeki yang diperoleh dengan melanggar hukum – mencuri, membunuh,
memeras, menyuap, memanipulasi, merampok, menipu, korupsi – adalah
―kehilangan semuanya‖ (ya‘azvenu) dan disebut sebagai orang ―bebal‖
(naval).
253 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Marilah kita mendukung upaya penegakkan hukum oleh KPK (Komisi


Pemberantasan Korupsi) dan menanamkan dalam lingkungan keluarga dan
gereja mengenai kejujuran dan tanggung jawab serta menjauhkan diri dari
berbagai tindakan atau pekerjaan yang tidak kosher (tidak bersih, tidak
layak).

Tuhan YHWH memerintahkan kita jujur dan adil serta bersih dalam
menjalankan usaha, sehingga keluarlah firman Tuhan, ―Neraca yang betul,
batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah
kamu pakai; Akulah YHWH, Tuhanmu yang membawa kamu keluar dari
tanah Mesir‖ (Im 19:36). Perhatikan frasa, ―neraca yang betul‖ (moshney
tsedeq), ―batu timbangan yang betul‖ (avney tsedeq), ―efa yang betul‖
(eyfat tsedeq), ―hin yang betul‖ (hin tsedeq). Kata Ibrani Tsedeq bisa
bermakna ―adil‖, ―benar‖, ―akurat‖, ―jujur‖, ―tepat‖. Dari kata Tsedeq kita
menerima kata Tsadiq atau orang yang jujur, orang yang benar, orang yang
adil. Dari kata itu kita menerima kata Tsedaqa atau perbuatan benar,
perbuatan derma.

Adil dan benar (tsedeq) adalah sifat Tuhan YHWH. Adil dan benar
adalah tumpuan tahta Tuhan sebagaimana dikatakan,‖keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhta-Nya‖(tsedeq umishpat mekon kisso) –
(Mzm 97:2). Oleh karena keadilan adalah tumpuan tahta Tuhan, biarlah
kita sebagai umat Kristiani yang menyembah Tuhan YHWH di dalam
nama Yesus Sang Mesias Putra-Nya hendaklah ―menegakkan keadilan‖
(hatsigu ba sha‘ar mishpat) (Am 5:15). Yesus mengecam ketidakadilan
kepada Ahli-ahli Torah dan Farisi,‖Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang
terpenting dalam Torah kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan
dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan‖ (Mat 23:23).

Apakah hasil kita mengerjakan kebenaran dan keadilan serta


kejujuran? Shalom alias damai sejahtera sebagaimana dikatakan, ―Di mana
ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran
ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya‖ (Yes 32:17).
254 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Frasa, ―dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera‖


dalam bahasa Ibraninya, ―wehaya maasheh ha tsedaqah shalom‖ yang
lebih tepat diterjemahkan, ―barangsiapa mengerjakan kebenaran, keadilan,
maka terciptalah damai sejahtera atau ketentraman‖. Marilah kita menjadi
orang yang mengerjakan kebenaran, keadilan, kejujuran dalam pekerjaan
kita baik sebagai pejabat publik maupun pemimpin perusahaan ataupun
karyawan perusahaan agar terjadi damai dan ketentraman, dalam
kehidupan kita dan kehidupan di sekeliling kita
255 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXVII

SUAP MEMBUTAKAN MATA ORANG BIJAKSANA

Di era Reformasi yang mengedepankan jargon-jargon (semboyan)


al., demokrasi, kebebasan berpendapat, reformasi birokrasi, reformasi
hukum, keadilan sosial, anti korupsi dll justru kenyataan-kenyataan di atas
semakin menguat saja kepermukaan. Dibentuknya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) bukan menghentikan dan meminimalisir korupsi
dan suap, sebaliknya semakin merajalela di tubuh badan-badan
pemerintahan serta partai politik dengan ditemukannya berbagai fakta dan
kasus yang ditemukan oleh KPK. Ini bukan bermakna keberadaan KPK
menjadi stimulan kemunculan korupsi, melainkan eksistensi dan kerja
KPK menyebabkan aktifitas korupsi sistemik di segala bidang mulai
terkuak satu persatu dan belum memberikan efek jera kepada pelaku
korupsi.

Publik kembali dikejutkan oleh kasus yang sedang hangat hari ini
dibahas yaitu kasus suap kuota impor daging sapi yang melibatkan
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bernama Luthfi Hasan Ishaaq 209.
Ternyata tindakan melawan hukum berupa kasus suap tidak melihat apakah
orang tersebut beragama apa atau berasal dari partai berbasis agama atau
tidak. Kasus Lutfi Hasan Ishaaq membuktikan bahwa partai berbasis
agama tidak menjamin pelaku organisasi kepartaian ini akan menjadi orang
yang bersih dan terbebas dari suap dan korupsi.

Bagaimana iman Kristen memandang kasus suap? Tuhan YHWH


melalui Torah-Nya ribuan tahun lampau telah mengecam dan melarang
praktek suap. Kitab Keluaran (Sefer Shemot) 23:8 Tuhan YHWH bersabda
agar para hakim di Israel dalam menjalankan peradilan dalam sistem

209
Presiden PKS Tersangka Suap Impor Daging
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/30/063458015/Presiden-PKS-Jadi-
Tersangka-Suap-Impor-Daging
256 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Teokrasi diperintahkan, ―Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat


buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-
orang yang benar‖.
Dalam bahasa Ibrani kata Sokhad bermakna ―hadiah‖ dan
―pemberian diam-diam‖ alias ―menyogok‖. Salah satu bentuk penyuapan
adalah Gratifikasi. Apa arti Gratifikasi? “Gratifikasi adalah pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon),
komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya‖210.
Selanjutnya dikatakan mengenai Gratifikasi, ―Landasan hukum tindak
gratifikasi diatur dalam UU 31/1999 dan UU 20/2001 Pasal 12 dimana
ancamannya adalah dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit
200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah. Pada UU 20/2001
setiap gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap suap, namun ketentuan yang sama tidak berlaku apabila
penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang wajib dilakukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima‖211.

Torah berkata, ―Suap janganlah kauterima‖ (wesokhad lo tiqqakh).


Torah memberikan alasan mengapa seseorang dilarang menerima suap.
Pertama, ―membuat buta mata orang-orang yang melihat‖ (ki hasokhad
yeawwer piqhim). Bukankah ayat tersebut sudah terbukti kebenarannya
ketika seseorang terpandang, berpengaruh, berkedudukan, kaya raya, tiba-
tiba menjadi orang yang seolah-olah buta dan mengalami disorientasi
tujuan kehidupan sehingga berfokus pada mendapatkan keuntungan pribadi
dengan melanggar hukum? Kedua, ―memutarbalikkan perkara orang-
orang yang benar‖ (wisallep divre tsadiqim). Bukankah banyak kasus

210
Gratifikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Gratifikasi
211
Ibid.,
257 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dimana orang yang tidak bersalah dapat diubah statusnya menjadi


terdakwa di persidangan dan harus mengalami hukuman yang tidak
seharusnya oleh karena suap dan uang sogok yang diberikan kepada hakim
atau jaksa tertentu. Kita kerap mendengar pula tentang ―Markus‖ (Makelar
Khusus) dimana mereka adalah oknum hakim yang dapat memperjual
belikan perkara. Betapa jahatnya uang suap dan sogokkan. Ketiga,―sebab
suap membuat buta mata orang-orang bijaksana‖ (hasokhad yeawwer
eyney khakamim) – (Ulangan – Sefer Devarim 16:19). Bukankah sudah
terbukti bahwa orang bijaksana, cerdik pandai, terpandang menjadi seorang
yang bodoh dan pesakitan serta diumpat banyak orang akibat melakukan
kejahatan suap?

Mungkin banyak orang tidak menyadari bahwa menyuap untuk


keuntungan diri sendiri dan orang lain merupakan tindakan kejahatan.
Ketidaksadaran tersebut dikarenakan suap tidak melibatkan kekerasan fisik
seperti mencuri, membunuh, merampas, merampok. Namun memperoleh
keuntungan secara tidak wajar melalui proses suap adalah sebuah
kejahatan. Torah mengatakan bahwa suap dan gratifikasi adalah kejahatan,
―Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu
berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang
menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu
gerbang‖ (Am 5:12). Frasa ―bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan
dosamu berjumlah besar‖ (rabim pish‘ekem we‘atsumim khatoteykem)
dihubungkan dengan frasa ―menerima uang suap‖ (loqkhey kofer).

Bagaimana kita menanamkan kepada umat Kristen bahwa suap dan


gratifikasi adalah sebuah kejahatan dan kekejian yang merugikan bukan
hanya diri sendiri melainkan orang lain? Pertama, Gereja khususnya para
pendeta harus mengangkat tema tentang suap sebagai sebuah kejahatan dan
bagaimana Tuhan melarang aktifitas suap dalam kehidupan sehari-hari.
Mimbar gereja bukan hanya membatasi diri menyampaikan kotbah-kotbah
yang bersifat polemik doktrinal ataupun kesalehan pribadi belaka (ibadah,
tsedaqah, menolong orang lain, dll) melainkan mendidik umatnya untuk
mengerti bahwa suap dan gratifikasi adalah kejahatan di mata Tuhan dan
negara. Pendeta dan para rohaniawan Kristen harus menanamkan bahwa
kelayakan seseorang di hadapan Tuhan bukan semata-mata dia melakukan
258 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kesalehan individual melainkan kesalehan sosial sebagaimana dikatakan


dalam Mazmur 15:1, ―siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?‖ (Mzm 15:1). Dari
sekian kategori yang dijabarkan, salah satunya berbunyi, ―dan tidak
menerima suap melawan orang yang tak bersalah‖ (Mzm 15:5). Kedua,
Institusi pendidikan dalam hal ini sekolah dari tingkat sekolah dasar
sampai menengah atas harus memasukkan kurikulum baru baik dalam
bentuk mata pelajaran budi pekerti atau mata pelajaran khusus yang
membahas persoalan-persoalan yang merendahkan martabat diri dan
bangsa yaitu salah satunya praktek suap dan gratifikasi. Ketiga, lembaga
terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga harus menanamkan nilai-nilai
moralitas dan memberikan wawasan bahwa suap dan gratifikasi merupakan
perbuatan yang tercela dan bertentangan dengan moralitas serta
merendahkan martabat diri. Sinergi antara Gereja (dan juga semua lembaga
keagamaan non Kristen) dan institusi pendidikan serta keluarga dalam
menanamkan pada anak didik sedini mungkin bahwa suap dan gratifikasi
adalah perbuatan tercela, akan mencegah secara dini tindakan-tindakan
kejahatan tersebut kelak saat mereka menjadi pejabat publik karena telah
tertanam dalam alam bawah sadar serta menjadi gaya hidup.

Umat Kristen harus meneladan Mesias dalam pikiran, perkataan,


perilaku. Menolak suap adalah salah satu dari Akhlaq Al Masih atau
Halaqah ha Mashiakh. Sungguh menyedihkan jika ada orang-orang
Kristen memberikan suap kepada aparat kepolisian atau pengadilan demi
membebaskan dirinya atau salah satu anggota keluarganya dari jerat
hukum. Sungguh memperihatinkan jika ada orang-orang Kristen demi
memenangkan suatu perkara yang lemah baik mengenai usaha, tanah,
kepemilikan dengan menyuap aparat hukum dan peradilan. Sesungguhnya
mereka telah memenuhi apa yang dikatakan Firman Tuhan, ―sebab suap
membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan
perkara orang-orang yang benar‖. Marilah kita menjadi orang-orang
Kristen dan pengikut Yesus Sang Mesias yang bertanggung jawab dan
membersihkan diri dari perilaku tidak terpuji yaitu suap dan sogok demi
mendapatkan keuntungan pribadi atau orang lain namun disatu sisi
merugikan institusi bahkan negara.
259 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KELIMA

REDEFINISI PEMAHAMAN DISTORSI TERHADAP TORAH


DAN RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN KRISTIANI
260 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXVIII

DOSA, TORAH, ANUGRAH, IMAN

Ketika kita masih kanak-kanak, kita pernah melakukan permainan


yaitu menghubungkan garis yang satu ke garis yang lain, agar membentuk
suatu citra tertentu, entahkan itu hewan atau manusia. Jika tidak tepat
menghubungkan garis-garis tersebut, akan menimbulkan gambaran yang
keliru tentang figur tersebut. Marilah kita menghubungkan secara cermat
empat kata penting tersebut, melalui surat Rasul Paul, sehingga
membentuk suatu struktur yang sistematis dan utuh dalam memahami cara
YHWH bertindak atas dunia dan manusia yang telah mengalami
kerusakan.

Pemahaman Tentang Dosa

Rasul Paul menjelaskan fakta dan realita yang tidak terbantahkan


bahwa semua orang (baik Yahudi non Yahudi) ada dalam dalam kuasa
dosa (ha khet, Rm 3:9). Dalam naskah Yunani berbunyi, ―oti einai pantes
hupo hamartian‖ . Apakah dosa itu? Dalam 1 Yokhanan 3:4 dikatakan,
―hamartia estin he anomia‖. Dalam Hebrew New
Testament diterjemahkan, ―ha khet, mri hu ba Torah‖. Dosa adalah Anomia
atau Mri hu ba Torah atau melawan Torah atau melawan Perintah. Kata
hamartia bermakna ―menyimpang dari sasaran‖. Jadi dosa adalah
―tindakan yang menyimpang dari sasaran‖. Rasul Paul mengutip ayat-ayat
dalam TaNaKh untuk menegaskan bahwa tidak ada satupun manusia di
bumi yang tidak berdosa:

 Roma 3: 10-12 mengutip dari Mazmur 14:1-3 dan YeshaYa 53:2-4


 Roma 3:13 mengutip dari Mazmur 5:10 ; 140:4
 Roma 3:14 mengutip dari Mazmur 10:7
 Roma 3:15-17 mengutip dari YeshaYah 59:7-8
 Roma 3:18 mengutup Mazmur 36:2
261 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pengutipan TaNaKh oleh para rasul memberikan implikasi teologis


bahwa TaNaKh merupakan pedoman dan sumber pengajaran bagi jemaat
Kristen di Abad Pertama. Sikap yang ditunjukkan Gereja dan Kekristenan
modern yang merendahkan TaNaKh menunjukkan distorsi pemahaman
terhadap fungsi TaNaKh dalam kehidupan umat beriman.

Darimana dosa berawal? Dosa masuk ketika Adam dan Hawa


melanggar atau melawan perintah Yahweh untuk tidak memakan buah
Pengetahuan Yang Baik (Ets Tov ha Daat) dan Pengetahuan Yang Buruk
(Ets Tov ha Ra, Kej 2:16-17; 3:1). Akibat pelanggaran ini terjadilah
masuklah dosa dalam bentuk kutuk yang berujung pada maut. Kutuk itu
nampak dalam hal:

1. Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia


kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
2. Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus
ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
3. Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus
bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
4. Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Kain
membunuh Habel.
5. Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
6. Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)

Dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23)


dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang
dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak
mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi hilangnya
kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia mewarisi upah
dosa yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu maut.

Bagaimanakah cara manusia terbebas dari maut sebagai upah dosa?


Apakah perbuatan baik dapat melepaskan seseorang dari dosa yang
berujung pada maut? Apakah ibadah dan kesalehan dapat membebaskan
seseorang dari kutuk dosa yaitu maut? Sama sekali tidak! Dosa diibaratkan
seperti tanda lahir dalam badan kita yang tidak bisa dihilangkan dengan
262 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

deterjen paling ampuh sekalipun. Hanya Tuhan yang berkuasa


menghilangkan tanda lahir tersebut.

Pemahaman Tentang Torah

Rasul Paul mengatakan bahwa tidak seorangpun dibenarkan di


hadapan Tuhan karena melakukan Torah justru Torah memberikan
pengetahuan terhadap manusia mengenai dosa (Rm 3:20). Apa arti
pernyataan ini? Apakah Torah itu dosa? Apakah Torah itu tidak sempurna?
Torah memiliki beberapa arti:

1. Ajaran. Kata ―Torah‖ bermakan ―Ajaran‖ dari kata ―Yarah‖ yang


bermakna ―Melempar Sasaran‖. Dari kata ―Yarah‖ muncul
―Moreh‖ yang bermakna ―Pengajar‖ dan ―Torah‖ yang bermakna
―Ajaran‖. Secara universal, Torah bermakna ajaran YHWH.
2. Kelima Kitab Musa. Sefer Bereshit, Sefer Shemot, Sefer Wayiqra,
Sefer Devarim, Sefer Bamidbar juga disebut Torah. Lazim disebut
atau Pentateukh
3. Kitab Suci TaNaKh. Dari Kitab Kejadian sampai Malekhi disebut
juga dengan Torah
4. Talmud sebagai Torah Lisan hasil tafsiran para rabbi

Torah memiliki peranan sbb:

1. Membuat bahagia (Mzm 1:1-2)


2. Memberi khokmah, daat dan binah (Mzm 119:98-100)
3. Mendatangkan ketentraman (Mzm 119:165)
4. Menuntun orang berdosa agar hidup kudus (1 Tim 1:8-10)
5. Memberikan pengetahuan akan yang baik dan yang salah (Rm
2:18)
6. Memberikan pengetahuan dan hikmat (Rm 2:20)
7. Sumber pendidikan spiritual, moral dan intelektual (2 Tim 3:16-20)

Namun mengapa Torah yang bermakna positip dan bernilai positip


bagi pembentukan spiritual, moral dan intelektual, oleh Rasul Paul
dikatakan ―tidak membuat seseorang benar dihadapan Tuhan?‖ Rasul Paul
263 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sebenarnya menggemakan kembali sifat dasar manusia yang telah dikuasai


dosa, tidak mungkin benar di hadapan Yahweh (Mzm 143:2). Jika manusia
yang telah dibawah kuasa dosa yang berujung maut bermegah dengan
―mengerjakan Torah‖, maka dia akan gagal. Kata Yunani ergo nomou atau
kata Ibrani maashim ha Torah oleh DR. David Stern dimaknai sebagai
sebuah kalimat yang mengandung konotasi, melakukan Torah untuk
mendapatkan keselamatan dan dibenarkan di hadapan Tuhan. Maka DR.
David Stern dalam Jewish New Testament menerjemahkan ergo nomou
dengan ―mengerjakan Torah secara legalistik‖. Sementara Rabbi Moshe
Koniuchowsky dalam Restoration Scriptures menerjemahkan, ―melakukan
Torah tanpa iman yang sepenuh hati‖. Dengan kata lain, barangsiapa
melakukan Torah dengan pengharapan dirinya akan mengalami
keselamatan dan kehidupan kekal atau dibenarkan oleh Tuhan, maka
sesungguhnya usaha ini sia-sia belaka. Ayat ini menegaskan kepada kita
bahwa perbuatan baik, ibadah, tsedaqah yang dikerjakan demi mengharap
terbebas dari dosa yang berujung maut, adalah sia-sia belaka. Torah
bukanlah penghapus dosa. Torah bukanlah pembebas dari maut. Torah
bukanlah jalan menuju kekekalan.

Mazhab-mazhab Yahudi pada Abad pertama (Saduki, Farisi, dll)


menyalahpahami Torah dengan menafsirkan bahwa dengan melakukan
Torah untuk memperoleh pembenaran dan keselamatan, maka seseorang
dipandang layak di hadapan Tuhan. Tindakan ini terkadang mendorong
pada berbagai bentuk kesalehan yang lahiriah dan cenderung munafik. Hal
mana merupakan praktek beribadah yang banyak dikecam oleh Yesus dan
Rasul Paul. Torah menyingkapkan kepada manusia bahwa YHWH adalah
kudus dan manusia adalah ciptaan yang berdosa. Ciptaan yang berdosa
harus melakukan Torah agar tercegah melakukan perbuatan yang berdosa,
namun Torah bukan pembebas dari dosa. Lalu apa jalan keluar bagi
terbebasnya manusia dari dosa yang berjung maut?

Pemahaman Tentang Anugrah

Rasul Paul menjelaskan bahwa ―oleh Kasih Karunia manusia


dibenarkan oleh Yahweh melalui penebusan Yesus Sang Mesias‖. Apa
Kasih Karunia itu? Untuk menunjukkan tindakan Yahweh yang
264 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memberikan kebaikkannya tanpa menuntut balasan, dalam bahasa Ibrani


digunakan kata Khesed dan Khen yang dalam bahasa Yunanik
diterjemahkan Kharis dan Eleos. Keduanya menunjukkan tindakan
Yahweh yang tidak menuntut balasan. Agar seseorang dibenarkan di
hadapan Yahweh dan mengalami keselamatan dan kehidupan kekal yaitu
terbebas dari kutuk dosa yang berujung maut, diperlukan Khesed atau
Kharis yaitu Kasih Karunia dari Yahweh.

Bagaimana Kasih Karunia itu dinyatakan pada dunia dan manusia


yang berdosa? Melalui Kaparah atau penebusan yang dikerjakan oleh
Yesus Sang Mesias, Putra Yahweh Yang Hidup. Roma 3:25 menegaskan,
―Mesias Yesus telah ditentukan Tuhan menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-
Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaran-Nya". Inilah cara Tuhan menunjukkan Kasih
Karunia-Nya, yaitu dengan memberikan Yesus sebagai jalan pendamaian.
Artinya, jika bukan karena kemurahan dan perkenan Yahweh, maka
kebaikan dan ibadah apapun serta kesalehan apapun yang diperbuat
manusia, tidak akan mampu membebaskannya dari maut akibat buah dosa.

Apakah dengan pernyataan di atas, Rasul Paul hendak


merendahkan kedudukan Torah dan menyatakannya batal serta tidak
diberlakukan oleh adanya Anugrah atau Kasih Karunia? Rasul Paul
menjawab dalam Roma 3:31, ―Adakah kami membatalkan Torah karena
iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya kami meneguhkannya‖. Bahkan
secara tegas dalam Roma 7:7 Rasul menegaskan kemuliaan Torah dengan
mengatakan, ―Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah
Torah itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh Torah aku telah
mengenal dosa‖. Bahkan dalam Roma 7:12 Paul mengatakan, ―Jadi Torah
adalah kudus dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik‖.
Dengan kata lain, sekalipun kita melakukan ketentuan yang diperintahkan
Torah, namun kita harus menyadari bahwa Kasih Karunia atau Anugrah
Yahwehlah yang membenarkan dan menyelamatkan kita. Kekristenan pada
umumnya menyalahpahami surat-surat Rasul Paul, seolah-olah Kasih
Karunia menggantikan Torah. Ini terlihat ketika kita membaca terjemahan
Yokhanan 1:17 versi Lembaga Alkitab Indonesia, ―Torah datang melalui
265 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Musa tetapi Kasih Karunia datang melalui Yesus Kristus‖. Dalam naskah
Yunani, tidak ada kata ―tetapi‖ (Yun: alla) melainkan ―dan‖ (Yun: kai).
Dengan menerjemahkan ―tetapi‖ memberikan kesan berhadapa-hadapan
antara Torah dan Kasih Karunia, padahal keduanya datang dari Yahweh
Semesta Alam. Rasul mengulang kembali pentingnya Kasih Karunia dalam
Efesus 2:8 bahwa manusia diselamatkan oleh Kasih karunia atau Anugrah
Tuhan dan bukan karena berbagai perbuatan baik dan amalan-amalan.
Namun bagaimana agar Kasih Karunia atau Anugrah Tuhan itu menjadi
efektif bagi keselamatan manusia? Manusia harus menjawab melalui Iman.

Pemahaman Tentang Iman

Rasul Paul dalam Roma 3:27 menjelaskan, ―Karena kami yakin


bahwa manusia dibenarkan karena iman dan bukan karena dia melakukan
Torah‖. Kata Yunani pisteos atau kata Ibrani Emunah memiliki makna,
―Keadaan yang kokoh‖ (Kel 17:12), ―Kesetiaan terhadap sesuatu‖ (Mzm
37:3; 119:30). Ketika manusia menjawab Kasih Karunia Yahweh yang
telah mengutus Yesus Sang Mesias sebagai jalan pendamaian bagi dosa
yang berujung maut, dengan mempercayai sepenuhnya atas apa yang
dilakukan Yahweh, maka dia dibenarkan dan mengalami keselamatan di
hadapan Yahweh. Sebagaimana Rasul Paul mengutip pernyataan Nabi
Habakuk, ―orang benar hidup oleh Iman‖ (wetsadiq beemunato yihye,
Hab 2:4).

Lalu bagaimana kedudukan perbuatan baik dengan iman? Apakah


manusia cukup hanya beriman saja dan tidak perlu berbuat baik saja? Rasul
Yakobus memberikan jawaban hubungan antara iman dengan perbuatan
sbb: ―Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?
Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau
saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,
dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain
panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian
juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka
iman itu pada hakekatnya adalah mati‖ (Yak 2:14-17). Fungsi perbuatan
266 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah menyempurnakan dan membuktikan bahwa seseorang memiliki


iman sebagaimana dikatakan: ―Tetapi mungkin ada orang berkata:
"Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia:
"Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan
menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18)
dan ―Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan
dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna‖ (Yak 2:22).

Bagaimana pula hubungan Iman dengan Torah? Umat Kristen tetap


melakukan Torah dengan dilandasi iman. Iman kepada Yesus Sang Mesias
melandasi kita melakukan Torah. Maka melakukan Torah bukan lagi suatu
kewajiban dengan suatu pengharapan untuk mendapatkan keselamatan,
melainkan karena keselamatan itu telah dinyatakan dan diterima, maka
untuk memelihara keselamatan itulah kita harus mengerjakan Torah
dengan landasan iman.

Kesimpulan

Kita sudah menghubungkan makna masing-masing kata yaitu Dosa,


Torah, Anugrah dan Iman. Bahwasanya dunia dan segala isinya termasuk
manusia telah berada dalam kuasa dosa. Dosa membuahkan maut. Maut
merupakan keterpisahan manusia dengan Yahweh Semesta Alam. Semua
manusia keturunan Adam mewarisi maut sebagai buah dosa. Semua
keturunan Adam telah kehilangan kemuliaan Tuhan.

Dosa yang berujung pada maut tidak dapat diselesaikan manusia


dengan upacara-upacara agama, dengan kesalehan dan ibadah serta
berbagai perbuatan baik. Torah sekalipun tidak mendatangkan pembebasan
atas maut, karena fungsi Torah bukanlah penghapus dosa melainkan
menunjukkan dosa-dosa manusia dengan berbagai perintah-perintah yang
harus dipatuhi oleh manusia di dalamnya. Melakukan Torah dengan tujuan
keselamatan dan pembenaran di hadapan Yahweh pun tidak mendatangkan
pembebasan atas kutuk dosa yaitu maut. Pembenaran atau keselamatan
hanya datang melalui Kasih Karunia atau Anugrah Yahweh belaka. Kasih
Karunia Yahweh diwujudnyatakan dengan mengutus Yesus Sang Mesias
menjadi jalan pendamaian (kaparah) bagi dosa-dosa manusia melalui
267 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pengorbanan darah-Nya di palang kayu Gholgota. Barangsiapa yang


menjawab Kasih Karunia Yahweh Semesta Alam, Bapa Surgawi, melalui
iman, maka dia dibenarkan, diselamatkan dan terbebas dari kutuk dosa
yaitu maut dan beroleh persekutuan dalam kekekalan di Olam Haba (dunia
yang akan datang).
268 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXIX

ANOMOS: APAKAH ITU?

Matius 7:22-23 mengatakan: ―Pada hari terakhir banyak orang


akan berseru kepada-Ku: Tuan, Tuan (Yun: Kurie, Kurie), bukankah kami
bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan
mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku
akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan (Anomos)!‖. Mengapa Yesus mengatakan tidak mengenal
mereka yang telah melakukan sebagaimana yang Dia perintahkan yaitu
mengusir setan, bernubuat dan melakukan penyembuhan? Bukan hanya
tidak mengenal melainkan Yesus mengatakan bahwa mereka ―pembuat
kejahatan?‖ Karena mereka sekalipun melakukan apa yang diperintahkan
namun mereka tidak memiliki hubungan yang benar dengan Yahweh Bapa
Surgawi dan Yesus Sang Mesias. Karena mereka tidak memiliki hubungan
yang benar maka mereka tidak mengetahui kehendak Bapa dan tidak
melakukan kehendak Bapa sebagaimana dikatakan dalam Matius 7:21 sbb:
―Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuan, Tuan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga‖

Apakah kehendak Bapa di Sorga itu? Untuk menemukan apa


kehendak Bapa dalam konteks ayat ini, kita kembali kepada kata ―pembuat
kejahatan‖ yang merupakan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Kata
ini dalam bahasa Yunaninya dipergunakan kata αλνκηαλ (Anomian) dari
kata Anomos. Kata Nomos dalam Septuaginta (TaNaKh atau lazim disebut
sebagai Kitab Perjanjian lama terjemahan bahasa Yunani) dipergunakan
untuk menerjemahkan kata ―Torah‖. Kata Yunani Nomos dapat menunjuk
pada Torah dan hukum pada umumnya atau hukum rohani. Baik Kitab PL
dan PB menggunakan istilah Nomos dalam pengertian tersebut.
269 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Taurat (nomos) YHWH itu sempurna, menyegarkan jiwa;


peraturan YHWH itu teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang tak berpengalaman.‖ (Mzm 19:7)

―dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita
naik ke gunung YHWH, ke rumah Tuhan Yakub, supaya Ia
mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan
menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran
(Torah) dan firman YHWH dari Yerusalem." (Yes 2:3)

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk


meniadakan Torah (nomon) atau kitab para nabi. Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya‖
(Mat 5:17)

―Bukankah Musa yang telah memberikan Torah (nomon)


kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang
melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha
membunuh Aku?" (Yoh 7:19)

―Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka


berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang
Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin
memelihara Torah” (nomou, Kis 21:20)

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat


kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi
seluruh Torah (nomos) dan kitab para nabi‖ (Mat 7:12)

Kita tahu bahwa Torah (nomos) itu baik kalau tepat


digunakan‖ (1 Tim 1:8)

―...kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum


(nomos) yang menentang hal-hal itu‖ (Gal 5:23)
270 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Tuhan


karena ia tidak takluk kepada hukum Tuhan (nomou); hal ini
memang tidak mungkin baginya‖ (Rm 8:7)

Kata Yunani Anomos dapat menunjuk pada pelanggaran terhadap


Torah dan hukum pada umumnya atau hukum rohani. Baik Kitab PL dan
PB menggunakan istilah Nomos dalam pengertian tersebut.

―Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka


dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"(anomian, Mat
7:23)

―Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum


Tuhan (anomian), sebab dosa ialah pelanggaran hukum
Tuhan‖ (1 Yoh 3:4)

―Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan


(anomian); sebab itu Tuhan, Tuhan-Mu telah mengurapi
Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi
teman-teman sekutu-Mu." (Ibr 1:9)

―Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan


kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-
anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan
(anomian) yang membawa kamu kepada kedurhakaan,
demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-
anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa
kamu kepada pengudusan‖ (Rm 6:19)

―Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan (anomian),


maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin‖ (Mat
24:12)

―Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan


mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan
271 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan semua orang yang melakukan kejahatan (anomian) dari


dalam Kerajaan-Nya‖ (Mat 13:41)

Dari pengkajian atas kata Anomos‖, maka istilah ini dapat


diterjemahkan dengan ―mengabaikan Torah‖, ―mengabaikan Ajaran‖,
―mengabaikan Syariat‖ atau ―hidup tanpa syariat‖. The Scriptures
menerjemahkan sbb: ―And then I shall declare to them, ‗I never knew you,
depart from Me, you who work lawlessness!212 Dan Restoration Scriptures
menerjemahkan sbb: ―And then I will profes to them, I never knew you;
depart from Me, you that work Torah-less-ness‖213. Lawlessness artinya
―mengabaikan hukum‖ atau ―tanpa hukum‖. Torahlessness artinya
―mengabaikan Torah‖ atau ―tanpa Torah‖.

Mengapa Torah? Karena Torah adalah kehendak Tuhan. Torah


diberikan oleh Tuhan Yahweh sebagai panduan untuk mengasihi Tuhan
dan mengasihi sesama manusia. Yesus bersabda demikian, "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan
ditiadakan dari Torah, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang
meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang
melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga‖ (Mat 5:17-19).
Mengapa Torah? Karena Torah membedakan mana yang tahor (bersih) dan
mana yang tame (kotor). Yekhezkiel 22:26 mengatakan, ―Imam-imamnya
memperkosa Torah-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku,
mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus,
tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka

212
Scriptures, The Institute for Scripture Research, 2000
213
Restoration Scriptures, True Name Edition, Your Arms to Yisrael Publishing
2005
272 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan


di tengah-tengah mereka‖. Rasul Paul mengatakan, ―Kita tahu bahwa
Torah itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa
Torah itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka
dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi
dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi
pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik,
bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu
yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari
(Tuhan) yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan
kepadaku‖ (1 Tim 1:8-10).

Mengapa Torah? Karena Torah adalah pedoman setelah kita


menerima keselamatan di dalam Yesus Sang Mesias sebagaimana
dikatakan, ―Ketika kami tiba di Yerusalem, semua saudara menyambut
kami dengan suka hati. Pada keesokan harinya pergilah Paulus bersama-
sama dengan kami mengunjungi Yakobus; semua penatua telah hadir di
situ. Paulus memberi salam kepada mereka, lalu menceriterakan dengan
terperinci apa yang dilakukan Tuhan di antara bangsa-bangsa lain oleh
pelayanannya. Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka
berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi
telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara Torah‖(Kis
21:17-20). Mengapa Torah? Karena Torah membuat kita pandai dan
bijaksana sebagaimana dikatakan, ―Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku
merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih
bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada
padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab
peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada
orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu‖ (Mzm 119:97-100)

Marilah kita menjauhkan diri kita dari sikap-sikap ―Anomos‖ yaitu


hidup yang melawan Torah, mengabaikan Torah, tanpa Torah, melanggar
hukum, fasik, durhaka, tidak memiliki syariat. Sebaliknya jadilah orang
yang hidup dalam aturan, syariat, Torah karena itulah tanda orang yang
mengenal Tuhan Yahweh dan melakukan kehendaknya.
273 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXX

PANDANGAN YESUS TERHADAP TORAH

Bagaimana Yesus memandang keberadaan Torah? Untuk


mendapatkan pemahaman yang utuh, kita akan melakukan eksposisi teks
dan konteks dari Matius 5:17-48. Yesus membuka dengan kalimat,
―Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah
dan Kitab Para Nabi‖ (Mat 5:17). Kata yang diterjemahkan dengan
―meniadakan‖, dalam naskah Yunani adalah Kataluo. Dalam Perjanjian
Baru kata Kataluo digunakan sebanyak tujuh belas kali dengan pengertian :
―meruntuhkan‖, ―membinasakan‖, ―membatalkan‖, ―melenyapkan‖,
―mencari penginapan‖214. DR. David Bivin dan Roy Blizard memberikan
perspektif lain mengenai makna pernyataan ―Aku datang bukan untuk
meniadakan Torah‖ sebagai suatu ungkapan khas Ibrani dalam diskusi
Rabinik. Ungkapan ini bermakna bahwa ―seseorang telah menafsirkan
secara keliru tentang Torah‖. Jika ada seseorang menafsirkan Torah
secara keliru, maka para rabbi yang lain akan mengatakan, ―engkau
membatalkan Torah‖. Dalam konteks makna literal ini, maka Yesus sedang
membantah kepada para pendengarnya, bahwa diri-Nya bukan datang
untuk menyimpangkan atau menafsirkan secara keliru terhadap Torah dan
Kitab Para Nabi215.

Kata yang digunakan untuk ―menggenapi‖ dalam teks Yunani,


adalah Pleroo. Kitab Perjanjian Baru menuliskan sebanyak 86 kali dalam
arti, ―memenuhi‖, ―menggenapi‖, ―habis‖, ―lewat‖, ―menyatakan dengan
penuh‖, ―memberitakan kemana-mana‖, ―menyelesaikan‖, ―melakukan‖216.

214
Pdt. Hasan Sutanto, MTh. Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan
Konkordansi Perjanjian Baru, Jil II, Jakarta : LAI 2003, hal 435
215
DR. David Bivin & Roy Blizard, Understanding the Difficult Words of Jesus,
Destiny Image Publishers, 2001, p. 114
216
Op.Cit., Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia, hal 648
274 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sebagaimana komentar sebelumnya, David Bivin dan Roy Blizard


menyatakan bahwa pengertian ―membatalkan‖ dan ―menggenapi‖
bermakna ―tafsir yang menyimpang‖ dan ―tafsir yang tepat‖.
Selengkapnya, beliau menjelaskan : ―Kata ‗membatalkan‘ dan
‗menggenapi‘, merupakan istilah teknis yang digunakan dalam diskusi
rabinik. Ketika seorang bijak merasa bahwa temannya menafsirkan secara
keliru bagian dari Kitab Suci, dia akan mengatakan ‗anda telah
membatalkan Torah!‘, singkatnya, dalam banyak kasus, temannya
menunjukkan ketidaksepahaman yang keras. Bagi orang bijak, yang
dimaksud dengan ‗melenyapkan Torah‖ maka kebalikannya, ‗menggenapi
Torah‘ atau menafsirkan Kitab Suci dengan tepat‖217

Pernyataan diatas diperkuat dengan frasa ―kamu telah mendengar‖


dan ―tetapi Aku berkata kepadamu‖. Tanggapan Yesus terhadap tafsiran
para rabbi sebelumnya terhadap Torah, ditegaskan kembali secara tepat
oleh Yesus dengan penekanan kalimat, ―Tetapi Aku berkata kepadamu‖.
(tafsir) Torah mengatakan, janganlah membunuh karena barangsiapa yang
membunuh akan mendapatkan hukuman namun Yahshua menegaskan
secara tepaT makna Torah bahwa yang harus dihukum bukan hanya
mengenai kasus yang berat namun yang kelihatannya ringan, seperti
kemarahan yang luar biasa dengan mengeluarkan umpatan kasar seperti
raka yang artinya ―bodoh‖ (Mat 5:21-22). (tafsir) Torah mengatakan
jangan berzinah. Yesus memberikan pemahaman yang tepat mengenai
zinah, bahwa seseorang yang berzinah bukan semata-mata yang memiliki
hubungan dengan wanita lain selain istrinya, namun memandang wanita
yang bukan istrinya dan mengingininya, sudah dikategorikan perzinahan
(Mat 5:27-28). (tafsir) Torah mengijinkan suatu perceraian namun Yesus
memberikan pemahaman bahwa jika bukan karena alasan yang kuat, yaitu
perzinahan, maka janganlah sampai terjadi perceraian. Dengan melakukan
perceraian, kita telah menjadikan diri kita dan pasangan kita sebagai
seorang yang berzinah (Mat 5:31-32). (tafsir) Torah mengajarkan agar
jangan bersumpah palsu. Yesus memberikan pemahaman yang tepat bahwa
hendaklah seseorang tidak bersumpah demi apapun juga, karena sumpah
mengandung risiko. Tidak jarang kita melakukan dalih dalam sumpah yang

217
Ibid., Understanding the Difficult Words of Jesus
275 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kita ucapkan dihadapan Tuhan dan sesama (Mat 5:38-42). (tafsir) Torah
mengajarkan untuk mengasihi dan membenci musuh. Ayat ini sering
dijadikan alasan untuk membenci dan tidak memaafkan orang-orang yang
bersalah pada diri kita. Yesus memberikan pemahaman yang tepat dengan
mengatakan untuk mengasihi musuh dan jangan membalas kejahatan
dengan kejahatan yang setimpal (Mat 5:43-48).

Penegasan Yesus diatas membuktikan bahwa kedatangannya bukan


―membatalkan Torah‖ (menyimpangkan makna Torah) melainkan
―menggenapi Torah‖ (memberikan pemahaman yang benar). Hampir
senada dengan ulasan David Bivin dan Roy Blizard, DR. David Stern
dalam ulasannya mengenai kata ―membatalkan‖ dan ―menggenapi‖,
mengatakan:―Adalah tepat bahwa Yesus memelihara Torah secara
sempurna dan menggenapi berbagai nubuatan dalam Kitab Para Nabi.
Namun bukan ini pokok persoalannya. Yahshua tidak datang untuk
membuat tidak berlaku Torah namun membuat ‗maknanya menjadi penuh‘
mengenai apa yang dituntut dalam Torah dan Kitab Para Nabi.
Selanjutnya Dia melengkapi pemahaman kita terhadap Torah dan Kitab
Para Nabi…Pasal 5 yang tersisa, menjelaskan enam kasus khusus dimana
Yesus memberikan penjelasan makna rohani secara penuh mengenai
pokok-pokok dalam hukum Yahudi‖218. Penjelasan David Bivin dan Roy
Blizard serta DR. David Stern, bukan satu-satunya penjelasan yang dapat
diterima dalam memahami perkataan Yesus mengenai arti ―membatalkan
Torah‖ dan ―menggenapi Torah‖.

Penjelasan lain dari ―menggenapi Torah‖, dapat dimaknai bahwa


Yesus sedang menggenapi bagian demi bagian nubuatan yang tertulis
dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Hal ini senada dengan apa yang
kemudian diucapkan Yesus dalam Lukas 24:44, ―Inilah perkataanKu yang
telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu,
yakni bahwa harus digenapi (plerothenai) semua yang tertulis tentang Aku
dalam Kitab Torah Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Mazmur‖. Pernyataan
―perkataanKu yang telah Kukatakan kepadamu‖ dapat menunjuk pada

218
DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.25-26
276 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Matius 5:17-18, namun dapat pula menunjuk beberapa bagian perkataan


Yesus seperti dalam Lukas 4:21. Saat Yesus di Hari Sabat memasuki
Sinagog dan membaca Yesaya 61, Dia berucap, ―Pada hari ini genaplah
(peplerotai) nas Kitab Suci ini‖.

Dengan demikian, semua tafsiran dapat diterima bahwa arti


―membatalkan dan menggenapi Torah‖ dapat bermakna : Pertama
memberi tafsir yang salah dan memberi tafsir yang tepat. Kedua
memberikan makna yang penuh sebagaimana mestinya. Ketiga
menggenapi berbagai nubuatan mengenai Mesias dalam Torah dan Kitab
Para Nabi. Namun dari berbagai tafsiran diatas, tidak satupun yang
memberi indikasi bahwa Torah tidak berlaku lagi atau tidak memiliki
relevansi dalam kehidupan orang beriman. Sebaliknya, Torah dan Kitab
Para Nabi tetap menjadi acuan iman dan moral orang-orang yang percaya
pada Mesias.

Mengapa beberapa tafsir diatas dapat dibenarkan? Mengapa satu


pernyataan dapat memiliki makna ganda? Dalam Kitab Perjanjian Baru,
ada beberapa istilah yaang mengandung makna ganda. Contoh, ―Kerajaan
Tuhan‖ atau ―Kerajaan Surga‖. Arti yang pertama adalah ―prinsip hidup
dalam ajaran Yesus‖ (Rm 14:17, 1 Kor 4:20). Berkaitan dengan ini, Yesus
meminta kepada murid-murid-Nya untuk mencarinya (Mat 6:33),
memberitakannya (Luk 9:2), menyingkapkan rahasianya (Luk 8:10).
Manifestasi Kerajaan Tuhan dalam arti pertama, adalah kehadiran kuasa
Yahweh melalui Yesus yaitu tanda-tanda ajaib (Mat 10:7-8, Mat 12:28).
Arti kedua adalah, ―Pemerintahan kekal Tuhan di Surga, dimana orang
beriman berada‖ (Mat 8:11, Luk 13:29, 1 Kor 15:50). Pengertian Kerajaan
dalam kategori pertama bersifat temporalistik (sementara, kekinian) dan
disini, sampai Yesus datang kembali dan mendirikan pemerintahan 1000
tahun. Sementara pengertian Kerajaan dalam kategori kedua bersifat
futuristik (yang akan datang) dan eternalistik (kekal)219.

Tidak ada dasar dalam keseluruhan Perjanjian Baru yang menyatakan


bahwa kehadiran Yahshua telah membuat tidak berlaku Torah dengan

219
Band. Prof George Eldon Ladd, Injil Kerajaan, Malang :Gandum Mas, 1995
277 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kehadiran-Nya. Kehadiran-Nya adalah untuk memberikan tafsiran yang


tepat terhadap Torah, membuat maknanya menjadi penuh, menggenapi
berbagai nubuatan mengenai diri-Nya. Para Rabbi Yahudi menjumlah
keseluruhan perintah dalam Torah ada 613 perintah yang terdiri dari 365
perintah yang bersifat negatif (ditandai dengan bentuk larangan atau kata
―janganlah‖) dan 248 perintah yang bersifat positip (ditandai dengan
bentuk anjuran). Bagi Yesus, inti/saripati Torah yang 613 adalah kasih.
Kasih bukan menggantikan atau membatalkan Torah. Kasih adalah
inti/saripati dan nafas dari Torah.

Sepuluh perintah di Sinai, terdiri dari perintah untuk mengasihi


Yahweh Tuhan Alam Semesta, dengan diaplikasikan dalam bentuk
perintah: (1) Jangan ada padamu elohim lain (2) Jangan membuat patung
dan beribadah padanya (3) Jangan menyebut nama Yahweh dengan
sembarangan (4) Ingatlah Hari Sabat untuk menguduskannya. Sementara
hukum yang lain merupakan perintah untuk mengasihi sesama yang
diaplikasikan dalam bentuk perintah : (5) Hormatilah ayah dan ibumu (6)
Jangan membunuh (7) Jangan berzinah (8) Jangan mencuri (9) Jangan
mengucapkan saksi dusta (10) Jangan mengingini kepunyaan sesamamu.
Kitab Imamat secara detail menjelaskan aturan teknis pelaksanaan sepuluh
hukum di Sinai. Berbagai peraturan mengenai imam, mengenai pakaian,
mengenai makanan, mengenai jemaat, mengenai kesehatan, mengenai
memperlakukan sesama manusia, mengenai peperangan, dll. Merupakan
penjabaran teknis dari sepuluh hukum di Sinai.

Inti dari keseluruhan Torah yang berisikan 10 perintah dasar dan 613
perintah teknis adalah Kasih, yaitu Kasih terhadap Yahweh dan Kasih
terhadap Manusia. Ajaran Yesus mengenai Kasih, bukan membatalkan
mengenai keberadaan Torah, melainkan meneguhkan dan
menyempurnakan pemahaman tentang Torah. Berbagai bentuk konflik
diantara Yesus dan para rabbi yang terekam dalam Kitab Perjanjian Baru,
bukan konflik mengenai keberadaan Torah, melainkan pola penafsiran dan
pemberlakuan Torah versi para rabbi, dengan ajaran Yesus. Yesus
menentang tafsir yang keliru dari para rabbi mengenai bagian-bagian
dalam Torah yang dipahami secara legalistik dan ceremonialistik. Dengan
kata lain, Yesus menentang cara yang menjadikan Torah sebagai alat
278 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

keselamatan dan diberlakukan secara lahiriah, namun tidak menghayati


makna mendalam dibalik hukum yang lahiriah tersebut. Hal ini nampak
dari ucapan Yesus ―Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih
dan adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam
Torah kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belasihan dan kesetiaan‖ (Mat
23:23).
279 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXI

BENARKAH RASUL PAUL PENDUSTA


DAN MEMBATALKAN TORAH?

Rasul Paul adalah tokoh rasul yang kontroversial dan hampir


sebagian besar surat-suratnya menjadi fundasi bagi ajaran Gereja Kristen
paska kebangkitan Yesus dari kewafatan. DR. C. Groenen OFM
mengatakan, ―Dari semua tokoh yang tampil dalam Perjanjian Baru dan
berperan pada umat Kristen semula Pauluslah yang terbaik kita kenal
(menurut ukuran ilmu sejarah). Tokoh itu sebenarnya dikenal dengan lebih
baik daripada Yesus sendiri. Selebihnya dalam sejarah Kekristenan
selanjutnya Pauluslah yang paling berpengaruh disamping Yesus, paling
tidak pada Kekristenan barat sesudah reformasi. Dan baik pengetahuan
kita tentang Paulus maupun pengaruhnya berasal dari surat-suratnya
yang disimpan oleh umat Kristen sampai dengan hari ini‖220. Sekalipun
saya tidak sepenuhnya dapat menerima pendapat Groenen, namun dari
aspek pengaruh dan peletak fundasi teologi Kristen, nampak peran besar
rasul Paul melalui sejumlah surat yang disebarluaskan untuk membangun
keimanan jemaat Mesias sehingga akhirnya masuk dalam daftar kanon
Kitab Perjanjian Baru.

Kita akan melihat sejumlah latar belakang yang berpengaruh dalam


seluruh tulisannya, khususnya latar belakang kebangsaan dan
pendidikannnya.

Kebangsaan Rasul Paul

Bahwa Paul adalah seorang Yahudi, sungguh amat jelas. Dia


menunjuk bahwa dirinya sebagai ―orang Ibrani dari orang-orang Ibrani‖

220
DR. C. Groenen OFM., Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta:
Kanisius 1987, hal 210
280 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

(Fil 3:5 dalam naskah Greek New Testament ditulis Ebraios ek Ebraioun
dan dalam naskah Peshitta Aramaik ditulis, Ebraiya bar Ebraiya dan
dalam Hebrew New Testament ditulis, Ivri ben Ivri. Lembaga Alkitab
Indonesia menerjemahkan dengan Ibrani asli) Sebuah frase yang telah
dipahami dalam banyak cara. Beberapa orang menduga bahwa Paul
menekankan garis darah asli, yang bermakna bahwa baik ibunya dan
ayahnya memiliki garis keturunan yang dapat dilacak. Yang lain
mengidentifikasikan Paul sebagai seseorang yang menampakkan semangat
terhadap Torah.

Apakah sesungguhnya yang dimaksud oleh Paul, ketika dia


menyebut dirinya sebagai ―orang Ibrani dari orang-orang Ibrani?‖
marilah kita melihat lebih dekat mengenai susunan data diri singkat Paul
dalam Filipi 3:5, untuk melihat petunjuk yang memungkinkan membuka
pemahaman tentangnya. Pertama, kita melihat bahwa frase ―orang Ibrani
dari orang-orang Ibrani‖, merupakan kata terakhir dalam daftar dari
empat kata yang berkaitan sbb: ―Disunat pada hari kedelapan, dari
bangsa Yishrael, suku Benyamin, orang Ibrani dari orang-orang Ibrani‖
J.B. Lightfoot mencatat secara menarik, bahwa daftar tersebut merupakan
susunan mendaki221. Dengan mengatakan, ―orang Ibrani dari orang-orang
Ibrani‖, pada bagian akhir, berfungsi sebagai kesimpulan yang menarik
perhatian kepada susunan daftar secara keseluruhan. Komponen yang satu
dengan yang lain dihubungkan kepada komponen yang terdahulu. Fakta
bahwa telah disunatkan pada hari kedelapan, menunjukkan bahwa orang
tuanya adalah orang yang mentaati perintah Torah, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa mereka adalah seorang yang mengikut agama
Yudaisme, semenjak kaum proselit (orang non Yahudi yang mengikut
agama Yudaisme) juga menyunatkan anak-anak mereka. Kemudian Paul
menambahkan, ―dari Bangsa Yisrael‖, yang mana dia hendak menegaskan
garis keturunan dari orang tua asli, bukan seorang proselit. Meskipun dari
kaum Yishrael, dapat saja mereka berasal dari suku yang tidak taat,
sehingga Paul menyatakan diri sebagai, ―dari suku Benyamin‖. Meskipun
mereka yang garis keturunannya tidak tertuduh dan diterima dari suku

221
J.B. Lightfoot, St. Paul‘s Epistle to the Philippians , Zondervan, 1953, 146
281 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang ternama, namun terkadang tergoda oleh pengaruh Helenis (cat.


penerjemah: faham Yunanisasi disegala bidang, baik kebudayaan,
kehidupan sosial, politik dan keagamaan) di lingkungan tempat tinggal
mereka, kemudian meniru baik bahasa maupun kebiasaan dari kebudayaan
orang-orang Yunani Romawi. Dengan Paul menjelaskan sebagai ―orang
Ibrani dari orang-orang Ibrani‖, dia menunjukkan bahwa dia berasal dari
keluarga yang mempertahankan bahasa dan kebudayaan Ibrani, salah
seorang yang tidak menerima pengaruh Helenis pada saat itu222.

Dengan demikian, patut diduga bahwa frasa ―orang Ibrani dari


orang-orang Ibrani‖, digunakan oleh Paul untuk mengidentifikasikan
dirinya dan keluarganya sebagai seorang yang bergaya hidup Yahudi
dengan taat, seseorang yang tetap mempertahankan bahasa Ibrani atau
Aramaik sebagai bahasa ibu, dimana Torah memainkan peranan penting
dalam iman dan kehidupan secara umum223.

Pendidikan Rasul Paul

Di dalam Kisah Rasul 22:3 ditegaskan bahwa rasul Paul,


―dibesarkan di kota ini‖, yaitu di Yerusalem dan ―telah dididik di bawah
kaki Gamaliel‖. Kalimat ini menunjukkan ekspresi umum di Israel kuno
bagi para murid ―yang duduk di bawah kaki‖ Sang Guru, sebuah frase
yang menggambarkan baik pelajaran yang diterima secara realita badani
namun juga berhubungan dengan sikap hormat terhadap guru yang
mengajar. Kita baca dalam misnah Avot 1:4 sbb: ―Yose ben Yoezer
berkata: Biarlah rumahmu menjadi rumah pertemuan bagi kaum bijaksana
dan merendahkan dirinya untuk ditutupi oleh debu kakinya dan minum
dalam kata-kata dengan rasa haus‖

222
Jerome Murphy o‘Corner, Paul: A Critical Life , Oxford, 1996 36-37
223
Tim Hegg, The Letter Writer: Paul‘s Background and Torah Perspective,
United States, First Fruits of Zion, 2002, p.26
282 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Gambaran ditutupi oleh debu kaki kaum bijaksana, menggambarkan


seseorang yang duduk di lantai sementara mereka yang mengajar, duduk di
kursi. Ketika Paul menunjukan bahwa dia ―telah dididik di bawah kaki
Gamaliel‖, dia sedang mempergunakan istilah umum bagi hubungan di
antara pengajar dan pelajar di dalam komunitas Yahudi pada Abad I Ms 224.
Apa yang menjadi makna sesungguhnya, ketika Paul menyatakan dirinya
telah ―dibesarkan di kota ini‖, yaitu Yerusalem? Kata kerja yang
diterjemahkan dengan ―dibesarkan‖ (αλαηεζξακκελνο, anatrepomenos),
dapat bermakna ―pertumbuhan‖ baik secara fisik maupun kerohanian.
Dalam Injil, kata-kata tersebut menggambarkan anak yang sedang
tumbuh52 dan kata itu nampaknya masuk akal dipergunakan dalam
menerangkan proses kedewasaan Paul. Demikianlah menurut perkataan
Paul, bahwa dirinya tidak bertumbuh dewasa di Tarsus, meskipun kota ini
adalah tempat kelahirannya. Sebaliknya, dia bertumbuh dewasa di
Yerusalem, dididik oleh Gamaliel yang terkemuka.

Berapa lama kita perkirakan ketika Paul memutuskan tinggal di


Yerusalem? Berdasarkan Misnah Avot 5:21, pembacaan Kitab Suci
dimulai pada usia lima tahun, sementara pada usia sepuluh tahun
dipersiapkan untuk mempelajari Torah Lisan (Misnah)225. James L.
Crenshaw, dalam buku Education in Ancient Israel mengatakan bahwa
pendidikan Paul sebagai anak muda dimulai dengan pelajaran alef-bet
dalam bahasa Ibrani, menggunakan Torah sebagai yang utama, baik untuk
huruf maupun membaca. Dia juga nampaknya telah diawali dengan Shema
dan kemudian berkembang untuk memahami liturgi, yaitu doa-doa yang
kemudian dikenal dengan sebutan Shemonei Esrei (Delapan Belas Berkat),
bersama pula dengan berkat-berkat yang diucapkan saat makan226 . Dia

224
Ibid., p. 34
52
Band. Yesus dalam Lukas 4:16 (ηεζξακκελνο, trephomenos)
225
Rabbi and Talmidim
http://www.followtherabbi.com/Brix?pageID=2753
226
Ibid., 36
283 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

akan menghafal doa-doa ini sebagaimana bagian-bagian lain dari Torah,


belajar membaca dan menuliskan huruf Ibrani dan Aramaik. Jika dia
belajar di ruang kelas, maka patut diduga tidak akan lebih dari 25 siswa.
Entahkah di ruangan kelas atau pada kaki pengajarnya, Sha‘ul muda telah
mempelajari keahlian dasar yang diperlukan untuk membaca dan
mempelajari Torah dan mengikuti jenjang pendidikan berikutnya, yaitu
Torah Lisan. Torah Lisan, sebelum ditetapkan sebagai Misnah, termasuk
dunianya para kaum bijaksana. Untuk mempelajari Torah Lisan,
diperlukan seorang pembimbing, seseorang yang dipercaya sebagai
Khakam ―orang bijak‖ atau kaum bijaksana dan kita mengetahui bahwa
bagi Paul, orang tersebut adalah Gamaliel.227

Nama Gamaliel telah dikenal dengan baik dalam sejarah kaum


bijaksana Yahudi. Kakeknya bernama Hillel, adalah pemimpin Sanhendrin
bersama saingannya yaitu Shammai. Hillel dan Shamai merupakan Zugot
atau ‗pasangan‖ yang melengkapi kepemimpinan ganda yang diperlukan
oleh Sanhendrin. Setelah Shammai dan Hillel, Sanhedrin hanya dipimpin
oleh kaum bijaksana secara tunggal yang disebut dengan Nasi (pemimpin).
Ketika Hillel wafat, kedudukan Nasi Sanhedrin dilimpahkan epada
Simeon, anaknya. Tim Hegg dalam buku The Letter Writer mengulas
beberapa pengaruh besar Gamaliel terhadap rasul Paul sbb: Pertama,
Gamaliel dikenal karena sikap lunaknya terhadap beberapa hukum dalam
rangka menyediakan hak-hak rakyat yang kurang beruntung. Contoh,
dikarenakan zaman itu merupakan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan bagi kaum Yahudi, dan laki-laki dikarenakan kehilangan
nyawanya oleh pedang orang-orang Romawi, maka jumlah para janda di
kalangan Yahudi bertambah dengan cepat. Gamaliel menetapkan bahwa
perceraian yang sah bagi kaum wanita yang suaminya dianggap hilang di
medan perang, hanya memerlukan satu saksi saja, daripada dua saksi
sebagaimana yang ditetapkan secara tradisional (Misnah Yevamot 16:7).
Dengan perubahan ini, maka ―birokrasi‖ telah dikurangi bagi kaum janda
untuk menikah lagi dan menerima perlindungan dari suami barunya.

227
Ibid.,
284 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dengan nada yang sama, Gamaliel memperbanyak jarak yang dapat di


tempuh pada hari Sabat dan mengijinkan kebebasan yang luas bagi para
bidan dan para pelayan publik lainnya dalam melaksanakan kewajibannya
pada hari Sabat (Mishnah Shekalim 3.6). Dia juga memperkenalkan aturan-
aturan lain mengenai perceraian yang bertujuan meringankan beban hukum
dan melindungi kaum yang lemah dan tidak terpelajar(Berakhot Ketubot
10b). Salah satu contoh, dia menetapkan persetujuannya terhadap seorang
wanita yang mengakui keperawanannya meskipun suaminya
mempertanyakan pernyataan istrinya. Di atas semuanya, ketetapan
Sanhedrinnya ditandai dengan keringanan secara umum dari beban
halakhah untuk melindungi kebutuhan nyata komunitasnya.

Kedua, Talmud menyimpan tiga ―surat rasuli‖ yang dikirim


Gamaliel kepada ―saudara kita di Galilea Atas dan di Galilea Bawah‖, dan
―saudara kita di Selatan Atas dan di Selatan Bawah‖ dan ―saudara kita di
pembuangan Babilon, di pembuangan Media dan di tempat pembuangan
Bangsa Israel lainnya‖. ―Surat-surat rasuli‖ tersebut ditujukan kepada
Yohanan, yang duduk di kalangan kaum Bijaksana, yang berlokasi di Bukit
Bait Suci (Berakhot Sanhedrin 11b; Tosefta, San 2:6;y. Sanhedrin 1:2, 18
d) dan terdiri dari peringatan-peringatan mengenai waktu untuk
mengumpulkan persepuluhan dan informasi mengenai lompatan tahun.
Metode surat-surat di atas menjelaskan mengapa Paul mengadopsi ―surat-
surat rasuli‖ tersebut, sebagai rasul Yesus.

Ketiga, dalam Kitab Para rasul, kita mendapatkan gambaran


mengenai Gamaliel sebagai seorang yang toleran terhadap para pengikut
Yesus. Ketika Lukas melaporkan bagi kita mengenai keputusan Sanhedrin
mengenai pelarangan pewartaan kepada publik mengenai Kemesiasan
Yesus, dia juga terlibat dalam peristiwa di mana Petrus dan rasul-rasul
ditangkap dan dibawa ke hadapan sidang. Ketika kelompok tersebut
hendak dibinasakan, Gamaliel melarang dengan mengatakan: ―Karena itu
aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini.
Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari
manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Tuhan kamu tidak
akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti,
bahwa kamu melawan Tuhan." Dan nasihat tersebut diikuti semua orang
285 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

(Kis Ras 5:38-39).

Keempat, sebuah catatan penting mengenai siswa-siswa Rabban


Gamaliel, tercatat dalam Talmud. Setelah mendiskusikan mengenai alasan
mengapa seorang ayah melarang anaknya untuk megajarkan bahasa
Yunani, pertanyaan yang berkaitan disampaikan sbb: ―Apakah filsafat
Yunani di larang? Sesungguhnya Rabi Yahudah menyatakan bahwa
Samuel berkata atas nama Rabban Simeon ben Gamaliel, mengenai makna
yang dituliskan ini: Apakah mataku merusak jiwaku apakah disebabkan
oleh karena anak-anak perempuan di kotaku? Ada ribuan murid-murid di
rumah ayahku; lima ratus orang belajar Torah dan lima ratus orang
belajar kebijaksanaan Yunani dan di sini masih tersisa hanya aku dan
anak dari saudara ayahku di Asia! Itu berbeda dengan rumah tangga
Rabban Gamaliel dikarenakan mereka berhubungan dengan dengan
pemerintahan‖ (Berakhot Sotah 49b)‘

Jika frasa ―rumah tangga Rabban Gamaliel‖ menunjuk kepada


rumah tangga Gamaliel, yang lebih tua yaitu guru dari rasul Paul, maka
kita memperoleh petunjuk mengenai Paul yang nampak begitu menguasai
filsafat Yunani. Meskipun ada pernyataan argumen yang mengecilkan
pelajaran Yunani dan filsafat Yunani, namun patut diketahui bahwa
mereka yang bekerja pada pemerintahan Romawi diperlukan kelancaran
dalam bahasa Yunani dan diperlukan untuk memahami untuk mengerti
pandangan dunia kebudayaan Yunani. Paul terindikasi sebagai orang yang
terdidil dalam tulisan-tulisan Filsafat Yunani. Sebagai contoh, dalam Kisah
Rasul 17, ketika Paul terlibat pembicaraan dengan para ahli filsafat di
Arepagus, ini adalah bukti bahwa dia sangat menyadari filsafat Stoa dan
Epikuros bahkan dia juga mengutip ahli filsafat lokal bernama Aratus
(Kisa 17:28). Dalam suratnya kepad Titus (1:12) dia mengutip ahli Filsafat
Kreta bernama Epimenides dan sekali lagi dalam 1 Korintus 15:33, dia
mengutip filsuf Meander seorang penulis Athena mengenai filsafat dan
etik.

Banyak orang menduga bahwa Paul mengembangkan pengetahuan


filsafat dan kebudayaan Yunani, disebabkan dia telah mempelajarinya di
kota Tarsus yang terkenal sebagai universitas yang baik dalam hal itu.
286 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Tarsus juga termasuk pusat kehidupan intelektual selama Abad 1 Ms.


Menurut seorang ahli geographi bernama Strabo: ―…orang Tarsus pada
Abad 1 Ms adalah siswa-siswa yang tekun dalam hal filsafat, seni yang
bebas dan keseluruhan ensiklopedia mengenai pelajaran; sungguh tepat
bahwa derajatnya melampaui baik Athena dan Alexandria sebagai pusat
kebudayaan dan belajar…‖228. Tim Hegg melanjutkan penjelasannya,
―Jika laporan mengenai Rabban gamaliel yang mengajar siswa-siswanya
pelajaran bahasa dan filsafat Yunani dapat dipercayai, maka ada
kemungkinan bahwa Paul telah belajar tulisan-tulisan Yunani di bawah
pengawasan pembimbingnya! Bahwa Gamaliel adalah seorang Nasi
(pemimpin) Sanhedrin, sesungguhnya menempatkan dia dalam kondisi
kerja dengan pemerintahan Romawi dan itu memerlukan bagi dia dan
siswa-siswanya, memiliki pengetahuan dan bahasa Yunani‖229.

Sejauh mana akurasi data bahwa rasul Paul sangat paham dan
mempelajari filsafat Yunani, masih menjadi perdebatan. Kiranya data yang
disampaikan Tim Hegg di atas dapat memberikan sedikit alternatif jawaban
dan gambaran walaupun belum seutuhnya. Melihat status pendidikan rasul
Paul di atas, maka kita bisa mengukur bahwa rasul Paul sangat terdidik
dalam penguasaan bahasa Ibrani/Aramaik dan Torah serta berbagai
keilmuan lainnya. Tidak mengherankan bahwa beliau cukup produktif
membuat dan mengirimkan berbagai surat penggembalaan kepada jemaat-
jemaat yang dia dirikan. Surat-suratnya dalam dan terkadang tidak mudah
dimengerti. Rasul Petrus memberikan peringatan sbb: "...seperti juga
Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut
hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua
suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-
suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang
tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya
menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat
dengan tulisan-tulisan yang lain" (2 Petrus 3:15-16).

228
Ibid., p.38-40
229
Ibid., p. 41
287 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Oleh karena itu kita akan mengupas secara singkat dua persoalan
yang kerap dituduhkan kepada rasul Paul yaitu sebagai ―pendusta‖ dan
―perombak Torah‖. Benarkah kedua tuduhan tersebut? Kita akan
mengkajinya satu persatu.

Benarkah Rasul Paul Pendusta?

Kajian Terhadap 2 Korintus 12:16 dan Filipi 1:18 serta Roma 3:7

Mengenai 2 Korintus 12:16

Kita harus baca secara utuh dari ayat 14 sbb: ―Sesungguhnya


sekarang sudah untuk ketiga kalinya aku siap untuk mengunjungi kamu,
dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan
hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak
yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang
tualah untuk anak-anaknya. Karena itu aku suka mengorbankan milikku,
bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi
kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi? Baiklah, aku sendiri tidak
merupakan suatu beban bagi kamu, tetapi--kamu katakan--dalam
kelicikanku aku telah menjerat kamu dengan tipu daya‖. Kita lanjutkan
membaca ayat 17-18 sbb: ―Jadi pernahkah aku mengambil untung dari
pada kamu oleh seorang dari antara mereka, yang kuutus kepada kamu?
Memang aku telah meminta Titus untuk pergi dan bersama-sama dengan
dia aku mengutus saudara yang lain itu. Adakah Titus mengambil untung
dari pada kamu? Tidakkah kami berdua hidup menurut roh yang sama dan
tidakkah kami berlaku menurut cara yang sama?‖

Dari kutipan di atas kita melihat bagaimana gambaran keseluruhan


pernyataan Paul sbb: (1) Dia seorang yang mengorbankan dirinya sendiri
(2) Dia tidak ingin menjadi beban bagi siapapun (3) Dia tidak pernah
mengambil keuntungan dari siapapun (4) Titus yang diutus Paul pun tidak
terbukti mengambil untung.
288 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Nah, pada bagian mana dan dalam kasus mana Rasul Paul berbuat
kelicikan? Tidak ada! pernyataan Paulus pada ayat 16 sesungguhnya
kutipan rasul Paul atas tuduhan yang dialamatkan pada dirinya
sebagaimana dikatakan: ‖tetapi—KAMU KATAKAN--dalam kelicikanku
aku telah menjerat kamu dengan tipu daya‖. Jadi prnyataan tersebut adalah
tuduhan orang lain yang dikonfrontri oleh Rasul Paul dan dibuktikan tidak
benar.Kata Yunani δόιῳ (dolooi) bermakna ümpan‖. Jadi mereka
membuat umpan atas Paul.

Mengenai Filipi 1:8

Ayat ini menunjuk pada perbuatan orang lain dimana ada yang
memberitakan Yesus Sang Mesias dengan motof yang benar dan motif
yang jahat. Dan ayat ini tidak menunjuk pada perilaku moral Paul. Untuk
itu Anda harus membaca dari keseluruhan ayat dimulai dari ayat 12-14
sbb:―Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa
yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga
telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku
dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuan telah
beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani
berkata-kata tentang firman Tuhan dengan tidak takut‖. Pada ayat 15
dikatakan: ―Ada orang yang memberitakan Mesias karena dengki dan
perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud
baik.‖ Nah barulah ditegaskan dalam ayat 16 sbb: ―Sebab bagaimanapun
juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan
jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita‖
(Filipi 1:18). Jadi ayat 18 adalah sikap Paul yang menegaskan adanya
sikap-sikap buruk dalam pemberita Injil namun dirinya tidak demikian.

Mengenai Roma 3:7

Hampir sama kasusnya dengan 2 Korintus 12:16. Untuk memahami


pernyataan Paul ini kita harus membaca dari ayat 3-6 sbb: ―Jadi
bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah
ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Tuhan?Sekali-kali tidak!
Sebaliknya: Tuhan adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti
289 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan
menang, jika Engkau dihakimi." Tetapi jika ketidakbenaran kita
menunjukkan kebenaran Tuhan, apakah yang akan kita katakan? Tidak
adilkah Tuhan--aku berkata sebagai manusia--jika Ia menampakkan
murka-Nya? Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Tuhan
dapat menghakimi dunia?‖ Ayat 4-6 hendak menegaskan kesetiaan
Tuhan terhadap umat-Nya yang tetap menunjukkan pengampunan dan
belas kasihannya sekalipun kita memberontak dan berbuat ketidakbenaran.
Dia tetap memberi kesempatan dalam hak prerogatif-Nya untuk
memberikan pengampunan berdasarkan kasih setia-Nya. Oleh karenanya
Rasul Paul menuliskan ―Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan
kebenaran Tuhan..‖(ay 5) dan ini diulangi dalam gaya puisi Ibrani yang
disebut dengan sinonimous (perulangan yang sama) dengan mengatakan:
―Tetapi jika kebenaran Tuhan oleh dustaku semakin melimpah bagi
kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang
berdosa?‖ (Roma 3:7). Apakah ayat 7 hendak mengatakan bahwa Rasul
Paul berdusta dalam memberitakan Injil? Tidak! Sebaliknya Paul hendak
mengatakan bahwa dalam perbuatan masa lalunya yang dahulu membunuh
orang-orang yang percaya Yesus sebagai Mesias saja Tuhan masih
mengasihi dan memanggil dia untuk bertobat (yang dia bahasakan dengan
―dustaku‖) mengapa pula Tuhan masih akan menghakiminya? Jika benar
rasul Paul berdusta, tentu beliau tidak akan menuliskan pada ayat 8 sbb:
―Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita
berkata: ‗Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari
padanya‘. Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman‖

Benarkah Rasul Paul Membatalkan Torah?

Kajian Kisah Rasul 21:1-26

Orang-orang Yahudi yang telah menjadi percaya kepada Mesias


dan tetap memelihara Torah, menjadi gelisah dengan kabar yang mereka
terima tentang Paul yang mengajarkan untuk ―mengkhianati ajaran Moshe‖
(LAI: melepaskan Hukum Musa dan melarang sunat serta mengubah
tradisi nenek moyang). Kata Yunani katexethesan bermakna ―diberitahu‖,
―diceritakan‖. Berarti para murid ini hanya mendengar rumor dan kabar
290 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang belum tentu benar tentang Paul. Oleh karenanya, Rasul Yakobus
meminta penjelasan dan bukti dari Paul, berupa melakukan ritual
pentahiran bersama dengan orang-orang yang akan bernazar. Tujuan
pentahiran ini untuk membuktikan ketidakbenaran berita palsu SU
bahwa Paul telah meniadakan Torah (ay 24). Dan Rasul Paul telah
melaksanakan ritual pentahiran di Bait Suci sampai selesai dengan
melaksanakan berbagai ketentuan yang diatur dalam Torah (ay 26, band
Bil 6:13-21).

Mengapa muncul beragam rumor bahwa Rasul Paul telah


membatalkan Torah? Sebagaimana telah kita uraikan dibagian Introduksi
dimana Rasul Petrus memberikan keterangan bahwa ada bagian-bagian
dalam surat-surat Rasul Paul yang sukar dipahami, sehingga menimbulkan
kesalah pahaman bagi pembacanya. Dalam 2 Petrus 3:15-16 dikatakan sbb:
―Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk
beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah
menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu
dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-
perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami,
sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh
imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama
seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain‖. Dari
keterangan di atas kita mendapatkan pengertian bahwa beberapa bagian
surat Rasul Paul, kerap menimbulkan kesalah pahaman. Dan bagi orang
yang tidak teguh imannya, pernyataan-pernyataan dalam surat Rasul Paul
diputarbalikkan.

Marilah kita mengkaji beberapa pernyataan dalam surat Rasul Paul


yang dapat menimbulkan kesalahpahaman, khususnya mengenai status
Torah dalam kaitannya dengan kasih karunia.

Mengenai istilah "kutuk Torah” dalam Galatia 3:10-13

Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan, ―Karena semua


orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk.
Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala
291 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat. Dan bahwa tidak ada
orang yang dibenarkan di hadapan -llah karena melakukan hukum Taurat
adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi
dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya,
akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum
Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!", Ada beberapa
variasi terjemahan dari terjemahan Kitab Suci versi Hebraic Root (Akar
Ibrani) dari kalangan Messianic Judaism. Restoration Scriptures
menerjemahkan: ‖For as many as are followers of the works of law are
under curse; for it is written, Cursed is everyone that continues not it all
things that are written in the scroll of the Torah to do them. But no man is
declared a tzadik by the law in the sight of YHWH is evident; for the tzadik
shall live by emunah. And the law is not made by emunah; but the man
does what is written in it shall live in them. Moschiach has redeemed us
from the curse of the Torah, being made a curse for us: for it is written,
Cursed is every one that hangs on an eytz‖230. Namun Jewish New
Testament menerjemahkan: ‖For everyone who depends on legalistic
observance of Torah commands (erga nomou) lives under a curse, since it
is written, Cursed is everyone who does not keep on doing everything
written in the Scroll of the Torah (Deutenomy 27;26). Now it is evident that
no one comes to be declared righteous by God through legalism (nomos),
since The person who is righteous will attain life by trusting and being
faithful (Habakuk 2;4). Furthermore, legalism (nomos) is not based on
trusting and being faithful, but on a misuse of the text that says, Anyone
who does these things will attain life through them (Leviticus 18;5). The
Messiah redeemed us from the curse pronounced in the Torah (nomos) by
becoming cursed on our behalf; for the TaNaKh says,Everyone who hangs
from a stake comes under a curse (Deuteronomy 21;22-23)231
230
Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky, Restoration Scriptures, Your Arms to
Yishrael, 2004
231
DR. David Stern, Jewish New Testament, Jewish New Testament Publications
, 1989
292 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

DR. David Stern menerjemahkan kata nomos dalam Galatia 3:10-13


secara bergantian dengan Legalisme (Ketaatan pada hukum secara
berlebihan) dan dengan Torah. Beliau menyoroti ada 2 istilah dalam
bahasa Yunani yang disalah pahami, yaitu Hupo nomou (dibawah Hukum)
yang muncul sebanyak 10 kali dalam Roma, 1 Korintus dan Galatia, dan
Erga nomou (pekerjaan Hukum) yang juga muncul sebanyak 10 kali dalam
Roma, 1 Korintus dan Galatia. Menurut Stern, -sambil mengutip pendapat
C.E.B. Cranfield- bahwa tidak ada padanan yang tepat dalam bahasa
Yunani untuk menjelaskan istilah Legalisme, sehingga menggunakan kata
yang sama, yaitu Nomos. Demikian pula dengan kalimat Erga nomou dan
Hupo nomou seharusnya diterjemahkan dan dipahami sebagai melakukan
Torah secara legalistik dan tanpa iman pada Yahweh yang memberikan
anugrah keselamatan232. Konteks Galatia 3:10-13, bukan membicarakan
bahwa Torah adalah kutuk, karena Torah adalah ―sumber kebahagiaan‖
(Mzm 1:1-2), ―sumber kepandaian‖ (Mzm 119:98-100), ―sumber
ketentraman‖ (Mzm 119:165), ―kudus dan rohani‖ (Rm 7:12). Galatia
3:10-13 sedang membicarakan bahwa terkutuklah orang yang melakukan
Torah secara legalistik dan berharap mendapatkan kehidupan kekal dengan
cara melakukan Torah. Untuk mengalami hidup kekal, seseorang
memerlukan iman dalam melakukan Torah, sehingga Yahweh memberikan
anugrah kehidupan kekal-Nya.

Mengenai istilah “Pembatalan Torah” dalam Ibrani 7:12 dan Ibrani


8:13

Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan,‖Sebab, jikalau


imamat berubah, dengan sendirinya akan berubah pula hukum Taurat
itu‖. Mengenai Ibrani 7:18-19 bukan berbicara mengenai pembatalan
Torah tetapi perubahan sistem keimamatan paska kedatangan Yesus dan
penghancuran Bait Suci di Yerusalem tahun 70 Ms. Kata Yunani Athetesis
(pembatalan) merupakan penekanan ulang pada apa yang dinyatakan pada
ayat 12 tentang nomou Methatesis (perubahan Torah). Perubahan yang
dimaksudkan bukan Torah itu sendiri melainkan sistem keimamatan dari

232
DR. David Stern, Messianic Jewish Manifesto, JNTP, 1991, p.129-132
293 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Imamat Lewi yang ditandai dengan korban hewan, menjadi Imamat


Melkitsedeq yang ditandai dengan persembahan rohani. DR. James Trimm
dalam terjemahan mengungkapkan fakta teks Ibrani-Aramaik Perjanjian
Baru, banyak yang disalah pahami oleh para penyalin naskah Perjanjian
Baru versi Yunani. Terjemahan DR. James Trimm mengenai Ibrani 7:18-
19 adalah sbb, ―Sekarang telah terjadi pembaruan (shuklafa, Aramaik)
pada perintah yang pertama sebab itu hilanglah kuasanya dan sebab itu
tidak memiliki kegunaan. Sebab Torah tidak lengkap (gemar, Aramaik)
namun pengharapan yang lebih besar dibandingkan Torah telah masuk
atas nama Torah yang mendekatkan diri kita pada Tuhan‖233. Sementara
Rabbi Yoseph Moshe Koniuchowsky menerjemahkan kata shuklafa
dengan ―setting aside of the former command‖ (mengesampingkan
perintah pertama). Dalam catatan kakinya, dijelaskan bahwa yang
dikesampingkan bukan keseluruhan Torah melainkan mengenai
pemindahan keimamatan dari Lewi kepada Melkitsedek, melalui Yesus
Sang Mesias234. Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan,
―Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia
menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua.
Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada
kemusnahannya‖.

Mengenai Ibrani 8:13, menurut terjemahan DR. James Trimm sbb,


―Dengan menyatakan telah diperbarui maka Dia menyatakan yang
pertama telah menjadi kuno dan apa yang telah menjadi kuno dan tua,
telah dekat pada kemusnahannya‖7. Ayat ini menegaskan mengenai
perubahan sistem keimamatan Lewi kepada sistem keimamatan
Melkitsedek. DR. David Stern menjelaskan: ―Konteks perikop hendak
menunjukkan bahwa penulis Ibrani berbicara mengenai sistem
keimamatan dan korban, bukan mengenai aspek lain. Apa yang

233
DR. James Trimm, The Hebraic Roots Version Scriptures,2005
234
Op.Cit., Restoration Scriptures, p.952
7
Loc.Cit., The Hebraic Roots Version Scriptures,2005
294 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sesungguhnya terjadi adalah ambang kemusnahan sistem keimamatan


yang lama dan bukan Perjanjian Lama‖235

Mengenai istilah “mati bagi Torah” dalam Galatia 2:19

Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan, ―Sebab aku


telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup
untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;…‖. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa kata Nomos, disatu sisi dapat diterjemahkan
Torah namun disisi lain dapat diterjemahkan Legalisme, tergantung pada
konteks kalimatnya. Dalam naskah Yunani dituliskan, ―Ego gar dia nomou
apethanon‖. DR. David Stern menerjemahkan, ―Sebab aku telah mati
melalui Torah untuk sistem legalisme‖236

Mengenai istilah “tidak di bawah Torah” dalam Galatia 5:18

Merujuk pada terjemahan versi Lembaga Alkitab Indonesia, sbb:


―Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu
tidak hidup di bawah hukum Taurat‖. Dalam naskah Yunani dituliskan,
‗Ei de pneumati agesthe ouk este hupo nomon‖. Sebagaimana telah
dijelaskan dimuka bahwa perkataan Hupo nomou (dibawah sistem
legalisme), sebagaimana Erga nomou (pekerjaan legalisme) bukan
menunjuk pada Torah itu sendiri, melainkan sistem yang dibangun oleh
para rabbi Yahudi dalam melakukan Torah, sehingga menggantikan kasih
karunia YHWH dan menggantinya dengan upaya dan kemampuan manusia
melakukan Torah agar memperoleh keselamatan. Rabbi Moshe Yoseph
Koniuchowsky menerjemahkan sbb: ―But if the Ruakh ha Kodesh leads
you, you are not under the systems that pervert the Torah‖ (Jika Ruakh ha
Kodesh memimpinmu, maka kamu tidak dibawah sistem yang
menyimpangkan Torah)237
235
Op.Cit., Jewish New Testament Commentary, p. 691
236
Op.Cit., Jewish New Testament, 1989
237
Op.Cit., Restoration Scriptures, p.1020
295 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengenai istilah “pembatalan Torah” dalam Efesus 2:15

Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan, ―sebab


dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat
dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya
menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan
damai sejahtera,…‖. Dalam terjemahan King James Version, ―Having
abolished in his flesh the enmity, even the law of commandments contained
in ordinances;…‖ (Telah dihapuskan didalam tubuh-Nya, perseteruan,
juga perintah hukum yang berisikan ketetapan-ketetapan…)‖. Benarkah
Efesus 2:15 membicarakan ―pembatalan Torah?‖ Marilah kita mengulas
teks dan konteks Efesus 2:15, agar mendapatkan pengertian yang wajar dan
proporsional mengenai hakikat Torah. Jika benar terjemahan diatas,
mengapa pada banyak ayat lain, Rasul Paul mengatakan ―jika demikian,
adakah kami membatalkan Torah karena iman? Sama sekali tidak!
Sebaliknya, kami meneguhkannya‖ (Rm 3:31). Demikian pula dibagian
lain dikatakan, ―Jika demikian, apakah yang hendak kukatakan? Adakah
Hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh Hukum
Taurat aku telah mengenal dosa‖ (Rm 7:7). Bahkan dengan tegas Rasul
Paul mengatakan, ―Jadi Hukum Taurat adalah kudus dan perintah itu juga
adalah kudus, benar dan baik‖ (Rm 7:12).

Bagaimana mungkin disatu pihak Rasul Paul mengatakan bahwa


Torah tidak dibatalkan, kudus dan baik namun dipihak lain berkata Torah
dibatalkan? Jika terjemahan Efesus 2:15 benar demikian, bagaimana jika
diperhadapkan dengan perkataan Mesias sendiri, "Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau
kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya‖ (Mat 5:17)? Apakah Paulus lebih tinggi dari Yesus
sehingga membuat pernyataan yang berlawanan dengan Yesus Sang
Mesias yang dikasihinya? Konteks Efesus pasal 2 harus diperhatikan
secara seksama dan secara keseluruhan. Untuk mengetahui ―apa yang
dibatalkan‖ atau ―apa yang dirobohkan‖, kita akan menelusuri berdasarkan
konteks perikop Efesus 2. Surat ini secara khusus ditujukan pada orang
kudus yang tinggal di Efesus (Ef 1:1). Agaknya merupakan campuran
Yahudi dan non Yahudi. Ini tersirat dari kata-kata, ―kamu bukan Yahudi
296 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

secara daging‖ (Ef 2:11), ―orang-orang tidak bersunat‖ (Ef 2:11), ―tidak
termasuk kewargaan Israel‖ (Ef 2:12), ―tanpa ketetapan‖ (Ef 2:12), ―tanpa
pengharapan dan tanpa Tuhan didalam dunia‖ (Ef 2:12). Kondisi yang
digambarkan oleh Rasul Paul diatas telah berubah setelah mereka
menerima ha Mashiah sebagaimana dijelaskan, ―Tetapi SEKARANG di
dalam Mesias kamu yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah
Mesias‖ (Ef 2:13). Hasil penerimaan Yesus menurut Paul adalah
―dipersatukan‖ (Ef 2:14), ―diperdamaikan‖ (Ef 2:16), ―persatuan kedua
belah pihak, yaitu Yahudi dan non Yahudi didalam Yesus‖ (Ef 2:18-21),
untuk dipakai ―menjadi Bait Tuhan‖ (Ef 2:22). Jika kita jujur dan obyektif
membaca keseluruhan konteks Efesus pasal 2, ssungguhnya Paul sedang
membicarakan mengenai hubungan Yahudi dan non Yahudi yang telah
dipersatukan di dalam Yesus melalui kematian-Nya, sehingga
perseteruan atau tembok yang memisahkan Yahudi dan non Yahudi,
telah dirobohkan!

Jika konteksnya demikian, maka yang ―dibatalkan‖ atau


―dirobohkan‖ adalah perseteruan antara Yahudi dan non Yahudi dan
bukan Torah itu sendiri. Menurut DR. David Stern, perseteruan antara
Yahudi dan non Yahudi mngandung empat komponen: a) Kecemburuan
non Yahudi atas status Israel sebagai bangsa pilihan, b) Yahudi merasa
bangga dengan status sebagai bangsa pilihan, c) Non Yahudi benci dengan
kebanggaan status tersebut, d) Ketidaksukaan terhadap kebiasaan atau
tradisi yang berbeda238. Atas dasar pemahaman diatas, Efesus 2:15 yang
dalam teks Greek berbunyi, ―en exthran en te sarki hautou ton nomon ton
entolon en dogmasi, katargesos ina tous duo ktise en heatoi eis ena kainon
anthropon, poion eirenen‖239, tidak tepat diterjemahkan sebagaimana
Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkannya. DR. David Stern
menerjemahkan sbb: ―The Messiah has broken down the m’chitzah
which divided us , by destroying in his own body the enmity occasioned by
the Torah, with its command set forth in the form of ordinances‖ (Sang

238
Op.Cit., Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.585
239
Barbara Kurt Alland, etc., The Greek New Testament, 1998
297 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mesias telah merobohkan tembok yang memisahkan kita, dengan


melenyapkan dalam tubuh-Nya, m‘chitzah [tirai] yang terjadi melalui
Torah, dengan ketetapan yang dinyatakan dalam bentuk perintah-
perintahnya). 240 Sementara itu DR. James Trimm menerjemahkan, ―And
enmity (by his flesh, and the Torah, because of Commands in His
Commandement) is abolished‖ (Dan perseteruan oleh tubuh-Nya dan
Torah disebabkan perintah-perintah dalam Ketetapan-Nya) telah
dilenyapkan)241. Sementara itu, Restoration Scriptures menerjemahkan
agak berbeda namun tetap menyatakan bahwa yang dilenyapkan bukan
Torah, melainkan ―perseteruan‖ dan ―dogma-dogma manusia‖ sebagamana
dikatakan, ―Having abolished in His flesh the enmity, even the law of
commandements contained in human dogma;…‖(Telah dihapuskan
didalam tubuh-Nya, perseteruan, juga perintah-perintah hukum yang
berisikan dogma manusia)242. Dalam catatan kakinya mengenai kata
―enmity‖ dan ―human dogma‖, dijelaskan, ―Mosiakh datang untuk
mengakhiri perseteruan atau kebencian mengenai status diantara dua
rumah Yisrael (Efraim sebagai simbol bangsa Yahudi yang telah
bercampur dengan bangsa-bangsa lain dan Yahuda sebagai pewaris
Yisrael, red)…Moshiakh datang untuk menghapus dogma manusia atau
doktrin-doktrin yang penuh perseteruan antara dua rumah (Efraim dan
Yahuda), seperti tembok pemisah yang menghalangi bangsa-bangsa non
Yahudi‖ 243.

Demikianlah pengkajian kita atas sejumlah surat-surat rasul Paul


yang cukup sulit sehingga kerap menjadikan orang tersandung dalam
membacanya dan membuat berbagai tuduhan, khayalan serta berbagai
cerita fitnah yang mendiskreditkan beliau. Kiranya kajian singkat ini dapat
menolong kita untuk menelusuri makna dibalik setiap kata dan kalimat
dalam surat-surat rasul Paul sehingga menghindarkan diri kita menjadi
240
Op.Cit., Jewish New Testament, JNTP, 1989
241
Op.Cit., The Hebraic Roots Version Scriptures
242
Op.Cit., The Restoration Scriptures, Your Arms to Yisrael Publishing, 2005
243
Ibid., p.1023
298 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bagian dari orang-orang yang disebut oleh Rasul Petrus sebagai, ―orang-
orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri‖ (2 Petr 3:16).
299 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXII

APAKAH HUKUM GIGI GANTI GIGI


DAN NYAWA GANTI NYAWA
BERTENTANGAN DENGAN AJARAN YESUS TENTANG KASIH?

Banyak orang Kristen yang menyalahpahami hukum gigi ganti gigi


dan nyawa ganti nyawa bertentangan dengan hukum Kasih yang diajarkan
oleh Yesus. Hukum tersebut mencerminkan kekerasan dibalas dengan
kekerasan. Dengan membenturkan hukum yang tertulis dalam Torah
tersebut, maka seolah-olah ajaran Yesus berlawanan dengan Torah.
Benarkah pandangan tersebut?

Mari kita simak hukum YHWH dalam Imamat 24:17-23, ―Juga


apabila seseorang membunuh seorang manusia, pastilah ia dihukum mati.
Tetapi siapa yang memukul mati seekor ternak, harus membayar gantinya,
seekor ganti seekor. Apabila seseorang membuat orang sesamanya
bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan
kepadanya: patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti
dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya. Siapa
yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar gantinya, tetapi
siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati. Satu
hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi orang
Israel asli, sebab Akulah YHWH Tuhanmu‖. Jika kita perhatikan dengan
seksama pernyataan hukum di atas, justru tidak ada unsur balas dendam
dan kekerasan. Sebaliknya, hukum YHWH di atas mengatur perihal
penyelesaian sebuah persoalan dengan cara yang adil. Jika seseorang
membunuh maka dia akan dihukum bunuh. Jika seseorang membunuh
seekor ternak maka dia akan menganti dengan seekor ternak. Jika
seseorang menyebabkan orang lain cacat maka maka dia akan dihukum
dengan cara yang sama.

Siapa yang akan menjatuhkan hukuman? Hakim (Ibr: Softim).


Hakim yang ditunjuk akan menghukum berdasarkan aturan yang telah
300 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Tuhan YHWH atur dalam Torah-Nya. Bukankah lebih tidak adil jika
seseorang yang kehilangan seekor ternak dihukum mati? Bukankah tidak
adil seseorang yang telah mencuri ternak dihukum mati? Jika yang hilang
gigi, mengapa meminta nyawa? Dengan demikian, hukum dan aturan
YHWH itu mencerminkan keadilan.

Torah melarang untuk membalas kejahatan dengan kejahatan dan


membalas dendam sebagaimana dikatakan, ―Janganlah engkau membenci
saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor
orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada
dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah
menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah YHWH‖ (Im 19:17-18).
Penjelasan dan kutipan ayat-ayat di atas merobohkan tuduhan dan
kesalahpahaman orang Kristen yang mengatakan bahwa Torah
mengajarkan kekerasan dan dendam.

Lalu mengapa jika hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi
mencerminkan hukum yang adil, mengapa Yesus berkata demikian:
―Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang
berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi
kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang
hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga
jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil ?‖(Mat 5:38-41). Ucapan Yesus
di atas bukan dimaksudkan membenturkan ajaran diri-Nya dengan Torah
YHWH melainkan mengajarkan bahwa janganlah menjadikan hukum gigi
ganti gigi dan nyawa ganti nyawa sebagai alasan untuk bertindak dengan
main hakim sendiri. Hukum gigi ganti gigi dan nyawa ganti nyawa kerap
dijadikan alasan untuk membalas dendam dan bertindak diluar hukum.
Perhatikan film-film bernada kekerasan dan laga, selalu memasukkan
gagasan balas dendam individu yang dirugikan.

Yesus mengajarkan agar kita memutus rantai dendam dan


keinginan nafsu untuk menuntut pembalasan atas kejahatan yang dilakukan
301 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

seseorang terhadap kita. Dengan mengampuni, maka kita memutus rantai


dendam dan pembalasan. Frasa ―kamu telah mendengar‖ (bukan, ―kamu
telah membaca‖) menunjukkan bahwa Yesus mengritik penafsiran
terhadap ayat-ayat dalam Torah yang tidak tepat dan bukan mengritik
Torah itu sendiri. Jika Yesus memposisikan diri-Nya melawan dan
membatalkan pernyataan Torah, seharusnya Dia berkata, ―Ada tertulis.
Namun Aku berkata kepadamu‖.

Kajian kita atas teks-teks Torah dan ucapan Yesus Sang Mesias
Juruslamat kita membuktikan bahwa hukum mata ganti mata, gigi ganti
gigi dan nyawa ganti nyawa bukan hukum kekerasan dan balas dendam.
Sebaliknya adalah hukuk keadilan yang harus ditegakkan. Yang berhak
memutuskan keadilan adalah lembaga peradilan hukum yang telah
ditunjuk. Di atas segalanya, Yesus mengajarkan agar kita memutus rantai
dendam dan nafsu membalas dengan cara mengampuni. Mengampuni
adalah jalan menuju pembebasan dari perbuadakan nafsu dendam dan
amarah.
302 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXIII

TORAH DAN KEADILAN SOSIAL

Persoalan keadilan sosial merupakan persoalan yang tidak pernah


tuntas dikaji. Media elektronik dan media cetak sarat dengan berbagai
ulasan ketimpangan sosial dan ketidakadilan sosial yang terjadi dalam
masyarakat kita. Apakah Torah membicarakan mengenai keadilan sosial?
Seberapa penting keadilan sosial menurut Torah? Apakah kaitan ibadah
dengan keadilan sosial?

Dalam perikop yang kita baca dari Amos 5:21-24, disebutkan


bahwa Bangsa Israel melakukan segala ketentuan ibadah YHWH Semesta
Alam, seperti moedim (hari-hari raya), berbagai korban, Tsedaqa (derma),
tsom (puasa), dll. Namun mengapa YHWH menutup dengan kata-kata
‗Aku membenci‘ (shaneti, Heb), ‗Aku menghinakan‘ (maasti), ‗tidak
senang‘ (ariyakh), ‗tidak suka‘ (lo ertse), ‗tidak memandang‘ (lo abit),
‗tidak mau Ku dengar‘ (lo eshma)? Band ay 21-23.

Letak persoalannya bukan pada bagaimana ketentuan ibadah itu


dilaksanakan. Persoalannya terletak pada bagaimana implementasi ibadah
tersebut dalam realitas sehari-hari. Bangsa Israel dimasa Nabi Amos hidup,
gagal mengimplementasikan nilai-nilai ibadah yaitu keadilan (mispat) dan
kebenaran (tsedaqa), sebagaimana dikatakan, ―we yigal kamayim mishpat
u tsedaqa kenakhal eytan‖ (ay 24).

Berulang kali YHWH mengingatkan Israel untuk


mengimplementasikan nilai-nilai spiritual ibadah dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu melakukan kebenaran dan keadilan ―Sungguh-sungguh inikah
berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika
engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain
karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang
kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Yahweh.
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka
belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau
303 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,supaya


engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke
rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat
orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak
menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!‖ (Yes 58:6-7)

Keadilan dan kebenaran adalah INTI dan MUARA IBADAH.


Ibadah tanpa keadilan dan kebenaran adalah kemunafikan. Ibadah tanpa
keadilan dan kebenaran adalah egosentrisme. ―Dan Tuhan telah
berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya
dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari
pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang
dihafalkan‖ (Yes 29:13). Kutipan ayat-ayat di atas menunjukkan pada kita
bahwa keadilan dan kebenaran merupakan suatu aktivitas yang dapat
diukur. Artinya, keadilan dan kebenaran bukan kata benda yang abstrak,
namun dapat dilihat, dinilai, dilakukan. Keadilan dan kebenaran adalah
suatu tindakan atau aktivitas, bukan suatu konsep teoritis. Ini terefleksi
dalam Yesayah 58:7 dalam kata-kata sbb:

 Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman


 Melepaskan tali-tali kuk
 Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan
memahkan setiap kuk
 Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar
 Dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah
 Dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau
memberi dia pakaian
 Dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri

Torah berbicara mengenai keadilan dan kebenaran. Torah berbicara


mengenai keadilan sosial. Mari kita perhatikan satu persatu ayat-ayat yang
membicarakan dan memerintahkan orang beriman untuk melakukan
keadilan dan kebenaran.
304 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. Keadilan dan kebenaran di bidang hukum

"Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala


tempat yang diberikan YHWH Tuhanmu, kepadamu, menurut suku-
sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan
yang adil. Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah
memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat
buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan
orang-orang yang benar. Semata-mata keadilan, itulah yang harus
kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan
kepadamu oleh YHWH Tuhanmu." (Ul 16:18-20)

2. Keadilan dan kebenaran di bidang agraria

"Janganlah menggeser batas tanah sesamamu yang telah ditetapkan


oleh orang-orang dahulu di dalam milik pusaka yang akan kaumiliki di
negeri yang diberikan YHWH Tuhanmu, kepadamu untuk menjadi
milikmu." (Ul 19:14)

3. Keadilan dan kebenaran di bidang militer

Kategorisasi yang harus berperang

―Para pengatur pasukan haruslah berbicara kepada tentara,


demikian: Siapakah orang yang telah mendirikan rumah baru,
tetapi belum menempatinya? Ia boleh pergi dan pulang ke
rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang
lain yang menempatinya. Dan siapa telah membuat kebun anggur,
tetapi belum mengecap hasilnya? Ia boleh pergi dan pulang ke
rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang
lain yang mengecap hasilnya. Dan siapa telah bertunangan dengan
seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi
dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam
pertempuran dan orang lain yang mengawininya. Lagi para
pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian:
Siapa takut dan lemah hati? Ia boleh pergi dan pulang ke
305 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti


hatinya. Apabila para pengatur pasukan selesai berbicara kepada
tentara, maka haruslah ditunjuk kepala-kepala pasukan untuk
mengepalai tentara‖ (Ul 20:5-9)

Perdamaian lebih penting dari peperangan

―Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang


melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian
kepadanya. Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu
dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang
yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan
menjadi hamba kepadamu. Tetapi apabila kota itu tidak mau
berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran
melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; dan
setelah YHWH Tuhanmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu,
maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-
laki dengan mata pedang.

Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota


itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri,
dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu
oleh YHWH Tuhanmu, boleh kaupergunakan. Demikianlah harus
kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari
tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini.
Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan YHWH
Tuhanmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah
kaubiarkan hidup apa pun yang bernafas, melainkan kautumpas
sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang
Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan
kepadamu oleh YHWH Tuhanmu, supaya mereka jangan mengajar
kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan
mereka bagi elohim mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada
YHWH Tuhanmu‖ (Ul 20:10-18).
306 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jangan merusak ekosistem alam sekitarnya

―Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama


mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau
merusakkan pohon-pohon sekelilingnya dengan mengayunkan
kapak kepadanya; buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya
janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan
manusia, jadi tidak patut ikut kaukepung. Hanya pohon-pohon,
yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan
dan kautebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap
kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh" (Ul
20:19-20).

4. Keadilan dan kebenaran dalam memperlakukan wanita


tawanan perang

"Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan YHWH


Tuhanmu menyerahkan mereka ke dalam tanganmu dan engkau
menjadikan mereka tawanan, dan engkau melihat di antara tawanan
itu seorang perempuan yang elok, sehingga hatimu mengingini dia dan
engkau mau mengambil dia menjadi isterimu, maka haruslah engkau
membawa dia ke dalam rumahmu. Perempuan itu harus mencukur
rambutnya, memotong kukunya, menanggalkan pakaian yang
dipakainya pada waktu ditawan, dan tinggal di rumahmu untuk
menangisi ibu bapanya sebulan lamanya. Sesudah demikian, bolehlah
engkau menghampiri dia dan menjadi suaminya, sehingga ia menjadi
isterimu. Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya, maka haruslah
engkau membiarkan dia pergi sesuka hatinya; tidak boleh sekali-kali
engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau
memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia‖
(Ul 21:10-14)

5. Keadilan dan kebenaran di bidang hubungan antar sesama

"Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu


tersesat, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah engkau
307 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. Dan apabila


saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak
mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam
rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu
datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya.
Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah
kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan
setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak
boleh engkau pura-pura tidak tahu. Apabila engkau melihat keledai
saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura
tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya
bersama-sama dengan saudaramu itu‖ (Ul 21:1-4)

6. Keadilan dan kebenaran di bidang utang piutang

"Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang


maupun bahan makanan atau apa pun yang dapat dibungakan. Dari
orang asing boleh engkau memungut bunga, tetapi dari saudaramu
janganlah engkau memungut bunga -- supaya YHWH Tuhanmu,
memberkati engkau dalam segala usahamu di negeri yang engkau
masuki untuk mendudukinya‖(Ul 23:19-20)

7. Keadilan dan kebenaran di bidang kehidupan sosial

Masalah gadai

"Janganlah mengambil kilangan atau batu kilangan atas sebagai


gadai, karena yang demikian itu mengambil nyawa orang sebagai
gadai‖ (Ul 24:6)

Masalah penculikan

―Apabila seseorang kedapatan sedang menculik orang, salah


seorang saudaranya, dari antara orang Israel, lalu memperlakukan
dia sebagai budak dan menjual dia, maka haruslah penculik itu
308 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-


tengahmu‖ (Ul 24:7)

Masalah penyakit

―Hati-hatilah dalam hal penyakit kusta dan lakukanlah dengan


tepat segala yang diajarkan imam-imam orang Lewi kepadamu;
apa yang kuperintahkan kepada mereka haruslah kamu lakukan
dengan setia. Ingatlah apa yang dilakukan YHWH Tuhanmu,
kepada Miryam pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir‖ (Ul
24:8-9)

Masalah pinjam meminjam

―Apabila engkau meminjamkan sesuatu kepada sesamamu,


janganlah engkau masuk ke rumahnya untuk mengambil gadai dari
padanya. Haruslah engkau tinggal berdiri di luar, dan orang yang
kauberi pinjaman itu haruslah membawa gadai itu ke luar
kepadamu. Jika ia seorang miskin, janganlah engkau tidur dengan
barang gadaiannya; kembalikanlah gadaian itu kepadanya pada
waktu matahari terbenam, supaya ia dapat tidur dengan memakai
kainnya sendiri dan memberkati engkau. Maka engkau akan
menjadi benar di hadapan YHWH Tuhanmu‖ (Ul 24:10-13)

Masalah pekerja

―Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan


menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing yang ada di
negerimu, di dalam tempatmu. Pada hari itu juga haruslah engkau
membayar upahnya sebelum matahari terbenam; ia
mengharapkannya, karena ia orang miskin; supaya ia jangan
berseru kepada YHWH mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa
bagimu‖ (Ul 24:14-15)
309 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Masalah hukuman

―Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga


anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum
mati karena dosanya sendiri‖ (Ul 24:16)

Masalah anak yatim dan orang asing

―Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim;


juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi
gadai. Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di
Mesir dan engkau ditebus YHWH Tuhanmu dari sana; itulah
sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini‖ (Ul
24:17-18)

Masalah janda, anak yatim dan orang asing

―Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di


ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya;
itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda -- supaya YHWH
Tuhanmu memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. Apabila
engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya,
janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah
bagian orang asing, anak yatim dan janda. Apabila engkau
mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau
mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing,
anak yatim dan janda. Haruslah kauingat, bahwa engkau pun
dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan
engkau melakukan hal ini"

Apa kesimpulan sementara kita dengan penjabaran Torah di atas?


Sesungguhnya Torah YHWH berbicara mengenai kehidupan sehari hari
dan bagaimana mengatur kehidupan sehari-hari dalam keadaan seimbang.
Dengan kata lain keadaan yang mencerminkan kebenaran dan keadilan.
Torah YHWH mengatur keadilan sosial, karena YHWH adalah Tuhan
Yang Adil. Bahkan Sang Mesias, Yesus mengajarkan bahwa Inti/Saripati
310 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah ―kebenaran, keadilan dan belas kasih‖ sebagaimana Dia berkata:


―Celakalah kamu, hai ahli-ahli Torah dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan
jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam Torah kamu abaikan,
yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus
dilakukan dan yang lain jangan diabaikan‖ (Mat 23:23)

Dengan demikian, Torah YHWH dan Torah Mesias satu kesatuan


dalam mengajarkan keadilan dan kebenaran sebagai INTI dan MUARA
IBADAH yang benar. Marilah kita memeriksa kembali cara kita beribadah,
pemahaman kita dalam beribadah. Sudahkah kita mengaktualisasikan atau
memantulkan nilai-nilai ibadah dalam kehidupan nyata dan bukan hanya
sekesar ritualitas dan rutinitas yang sepi dari keadilan dan kebenaran?
311 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXIV

TEOLOGI KEADILAN SOSIAL DIANTARA DUA KUTUB


TEOLOGI KEMAKMURAN DAN TEOLOGI PEMBEBASAN

Istilah ―keadilan sosial‖ bukan istilah ekslusif milik para politikus


dan aktifis lembaga swadaya masyarakat yang concern dengan isu
pengentasan kemiskinan. Istilah ―keadilan sosial‖ pun bukan klaim ekslusif
Islam yang kerap didengungkan dengan trade mark ekonomi syariahnya.
Keadilan sosial adalah salah satu dari sekian banyak message (pesan,
pewartaan) dari para nabi dalam kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim –
Perjanjian Lama). Berulang kali Tuhan Yahweh melalui mulut para nabi
menegur Israel untuk menegakkan keadilan sosial sebagaimana
diperintahkan dalam ayat-ayat berikut:

―Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah


keadilan di pintu gerbang; mungkin Yahweh Tuhan semesta
alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf‖ (Am 5:15)

―Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan


kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir‖ (Am 5:24)

Ayat-ayat di atas dilatarbelakangi kondisi Israel di masa nabi Amos


hidup dan di zaman pemerintahan Yerobeam dimana berbagai kejahatan
merajalela al., ―Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak
dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar
terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang
miskin di pintu gerbang‖ (Am 5:12). Kejahatan itu dikaitkan dengan
penindasan dan ketidakadilan serta praktek suap serta korupsi yang
merajalela.

Namun anehnya, para penindas dan pelaku kejahatan tersebut tetap


rajin melaksanakan perintah dan syariat agama. Antara ibadah dan akhlaq
tidak berbanding lurus. Oleh karenanya Tuhan bersabda, ―Aku membenci,
Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada
312 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan


kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak
suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak
mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu,
lagu gambusmu tidak mau Aku dengar‖ (Am 5:21-23)

Demikian pula dengan Nabi Yesaya menyampaikan message


mengenai penegakkan keadilan sosial sbb: ―Beginilah firman Yahweh:
Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan
datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan‖
(Yes 56:1). Nabi Yeremia menyampaikan keprihatinan mengenai
bersimaharajelalanya ketidakadilan sosial baik di kalangan pejabat maupun
rohaniawan sebagaimana Firman Tuhan yang beliau katakan, ―Lintasilah
jalan-jalan Yerusalem, lihatlah baik-baik dan camkanlah! Periksalah di
tanah-tanah lapangnya, apakah kamu dapat menemui seseorang, apakah
ada yang melakukan keadilan dan yang mencari kebenaran, maka Aku
mau mengampuni kota itu. Sekalipun mereka berkata: "Demi Yahweh yang
hidup," namun mereka bersumpah palsu. Ya Yahweh, tidakkah mata-Mu
terarah kepada kebenaran? Engkau memukul mereka, tetapi mereka tidak
kesakitan; Engkau meremukkan mereka, tetapi mereka tidak mau
menerima hajaran. Mereka mengeraskan kepalanya lebih dari pada batu,
dan mereka tidak mau bertobat. Lalu aku berpikir: "Itu hanya orang-orang
kecil; mereka adalah orang-orang bodoh, sebab mereka tidak mengetahui
jalan Yahweh, hukum Tuhan mereka. Baiklah aku pergi kepada orang-
orang besar, dan berbicara kepada mereka, sebab merekalah yang
mengetahui jalan Yahweh, hukum Tuhan mereka." Tetapi mereka pun
semuanya telah mematahkan kuk, telah memutuskan tali-tali pengikat‖
(Yer 5:1-5)

Demikian pula nabi Yejezkiel pernah mengecam dosa Israel dengan


menyampaikan sabda Yahweh, ―Jawab-Nya kepadaku: "Kesalahan kaum
Israel dan Yehuda sangat banyak, sehingga tanah ini penuh hutang darah
dan kota ini penuh ketidakadilan; sebab mereka berkata: Yahweh sudah
meninggalkan tanah ini dan Yahweh tidak melihatnya‖ (Yehz 9:9).
Jika penegakkan keadilan sosial dan kecaman terhadap ketidakadilan sosial
adalah pesan para nabi, lalu bagaimana dengan para rohaniawan Kristen
313 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yaitu para pendeta, pastur, pekabar Injil, adalah telah menyuarakan hal
yang sama dengan seruan para nabi?

Kesan yang kita peroleh mengenai kotbah para rohaniawan Kristen


yang terwakili di program-program televangelist (penginjil tv) atau buku-
buku renungan harian masih berkutat seputar perdebatan teologis atau
tema-tema normatif seperti Kasih, Berkat, Mukjizat. Simak saja siaran
atau program televisi umum atau televisi Kristen yang menampilkan
beraneka ragam kotbah dan beraneka ragam pengkotbah. Tema-tema yang
diusung masih seputar bagaimana memperoleh berkat-berkat Tuhan.
Kotbah-kotbah motifasi yang tidak bisa dibedakan antara Psikologi dan
Teologi karena keduanya saling menunggangi. Kita dapat menyaksikan
kalimat mantra yang diulang-ulang, ―jika Anda minum roti dan anggur
Perjamuan Kudus ini maka Anda tidak akan sakit-sakitan, tidak miskin,
tidak sial‖. Miskin dianggap kutuk yang harus disangkal dengan didoakan.
Namun adakah para pengkotbah tersebut telah menyampaikan persoalan
yang semakin merajalela di sekeliling kita yaitu ketidak adilan sosial,
korupsi, suap, aksi kejahatan yang meningkat dan persoalan-persoalan
sosial lainnya? Adakah solusi Kristiani untuk berbagai persoalan sosial tadi
telah disampaikan kepada jemaat untuk memotifasi mereka melakukan
perubahan sosial? Alih-alih memberikan analisis, paling jauh para
pengkotbah tersebut hanya akan menjadikan sejumlah persoalan sosial
sebagai salah satu tanda-tanda akhir zaman yang harus dihadapi dengan
iman daripada melakukan perubahan.

Artikel ini hendak mengingatkan kita sekalian untuk memenuhi


tugas dan panggilan sebagai orang Kristen yaitu menegakkan keadilan
sosial dan menjadikan keadilan sosial sebagai sebuah teologi yang
aplikatif. Teologi Keadilan Sosial bukan Teologi Pembebasan di Amerika
Latin. Teologi Keadilan Sosial bukan Teologi Kemakmuran yang
berkembang di Amerika.

Teologi Kemakmuran berkembang di Amerika sebagai reaksi dan


pengaruh berkembangnya kehidupan materialis dan konsumeris sebagai
dampak sistem ekonomi Kapitalis. Sementara Teologi Pembebasan
berkembang di Amerika Latin sebagai reaksi terhadap ketidakadilan sosial
314 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

akibat sistem ekonomi Kapitalisme, dengan menggunakan analisis


Marxisme. Teologi Keadilan Sosial berangkat dari analisis teks terhadap
ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh (PL) dan sabda-sabda Yesus Sang Mesias
(PB) yang memerintahkan umat Tuhan mengambil bagian dalam
penegakkan keadilan sosial sebagai bagian dari akidah, ibadah dan akhlaq.
Berdasarkan analisis teks tersebut kemudian dijadikan dasar dalam
membaca situasi kekinian dimana kerap terjadi ketidakadilan sosial di
sekeliling kita.

Sebelum kita membicarakan lebih jauh bagaimana aktualisasi dan


aplikasi Teologi Keadilan Sosial dalam ranah kongkrit, kita akan
membahas secara singkat dua kutub yang berlawanan yaitu Teologi
Kemakmuran dan Teologi Pembebasan.

Teologi Kemakmuran: Sejarah dan Doktrin

Ir. Herlianto, MTh., memberikan definisi deskriptis tentang Teologi


Kemakmuran atau Teologi Sukses sbb: ―Teologi Sukses atau Injil Sukses
(Gospel of Succes sering juga dikenal sebagai Injil-Injil Kemakmuran
(Prosperity), Kelimpahan, Berkat (Gospel of Bleessing) atau Teologi Anak
Raja, dan secara sederhana dapat disebutkan ajaran ini menekankan
bahwa (Tuhan) kita adalah (Tuhan) yang mahabesar, kaya dan penuh
berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang
penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan materi‖244

Beberapa kecenderungan yang diperlihatkan oleh pengajara


Teologi Kemakmuran dan juga penganut Teologi Kemakmuran al., para
pengkhotbah penganjur ajaran ini hidup dalam kemewahan sebagai bukti
bahwa Tuhan memberkati kehidupan dan pelayanan mereka,
kecenderungan berlomba membangun gereja dan praise centre mewah,
ibadah yang melepaskan diri dari ikatan liturgis dan dominan unsur pujian
dan penyembahan serta penekanan pada kesembuhan Ilahi serta kehidupan

244
Ir. Herlianto, MTh., Apakah Teologi Sukses itu? Antara Allah dan Mamon,
Jakarta: BPK 1992, hal 1
315 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang diberkati secara finansial, kotbah-kotbah mengulas mengenai berkat-


berkat melalui memberikan persepuluhan, menampilkan kesaksian-
kesaksian orang-orang yang mengalami berkat kesembuhan dan berkat
finansial, menjamurnya penggunaan gelar-gelar untuk pengkotbah yang
telah mengalami kesuksesan finansial seperti gelar Doctor (DR) dan
Doctor of Philosophy (PhD.), pengkultusan pengkotbah, dll245.

Beberapa tokoh penganjur Teologi Sukses yang memakai media


Kebaktian Kebangunan Rohani antara lain Jim Backer dengan siaran TV
Praise the Lord (PTL), Oral Robert, Benny Hinn, dll. Di Korea kita
mengenal nama Pdt. Yonggi Cho pendiri gereja mewah dengan nama
Yoido Full Gospel Church. Ir. Herlianto, MTh., memberikan deskripsi
mengenai penyebaran ajaran Teologi Sukses melalui Kebaktian
Kebangunan Rohani sbb: ―Penyebaran di Indonesia juga dipopulerkan
melalui ajaran-ajaran penginjil Sukses dan membangun Praise Center dan
disamping itu, penyebaran ajaran sukses demikian diramaikan dengan
outreach yang banyak menggunakan tempat-tempat mewah seperti hotel-
hotel berbintang, restoran-restoran mewah, kelab malam maupun gedung-
gedung megah lainnya‖246. Beberapa judul buku-buku penerbitan
kelompok Teologi Sukses dan yang sudah dialihbahasakan dalam bahasa
Indonesia al., Dimensi Keempat (Paul Yonggi Cho), DR. Cho, Kami Ingin
Sebuah Volkswagen (Paul Yonggi Cho), Selamat, Sehat dan
Berkelimpahan (Paul Yonggi Cho), Pembaruan Pikiran, Arena Menuju
Sukses (Casey Treat)247

Akhir-akhir ini dipergunakan istilah McChurch bagi kelompok-


kelompok Kristen yang mempraktekkan pemahaman dan gaya hidup baik
dalam ibadah maupun kehidupan yang menekankan konsumerisme,

245
Ibid., hal 2-3
246
Ibid., hal 10
247
Ibid., hal 6
316 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

komersialisasi serta hiburan248. Istilah ini pertama kali muncul dalam


artikel Robert McClory yang berjudl Superchurch (1992) di majalah
mingguan The Chichago Reader yang menggambarkan aktifitas Willow
Creek Community Church di South Barrington, Illinois. Sejumlah penulis
lain menyinggung soal penggunaan McChurch seperti Charles Closon
dalam bukunya The Body (1994), Dan Schaeffer dalam artikelnya di Plain
Truth Magazine dengan judul McChurch (2012)249. McClory
mendeskripsikan peribadahan mereka sebagai bentuk ibadah dengan
kotbah yang menekankan perasaan bahagia dan menjauhkan tema-tema
pengorbanan diri. Singkatnya pesan keselamatan dikemas dalam baju
kontemporer tanpa efek samping yang mengandung kepahitan250.

Namun sayangnya selain kelompok-kelompok ini mempraktekkan


kehidupan mewah sebagai pembuktian kehidupan yang diberkati,
kelompok-kelompok penganjur hidup sukses dan diberkati secara finansial
banyak tersandung sejumlah persoalan dan skandal serius baik oleh para
pemimpinnya maupun para pengurus gereja. Bishop Joseph Walker
pemimpin gereja Mount Zion Baptis Church di Nashville dengan anggota
25.000 terjerat kasus hukum yaitu pelanggaran seksual dengan jemaatnya.
Earl Paulk Jr yang menjabat Archbishop Atlanta di gereja Cathedral of
Holly Spirit menghindar dari tuduhan hukum atas kasus pelanggaran
seksual hingga akhirnya dia berhenti dari jabatannya pada tahun 2006,
kasus skandal Jim Bakker dan Jessica Hann yang meruntuhkan aktifitas
pelayanan Praise the Lordnya251. Belum lama ini kita pun digegerkan
dengan tayangan video di You Tube mengenai mabuknya Benny Hinn saat

248
Mc Church
http://en.wikipedia.org/wiki/McChurch
249
Ibid.,
250
Ibid.,
251
Kate Bowler, Sexual Misconduct and the American Prosperity Gospel
http://www.huffingtonpost.com/kate-bowler/sexual-misconduct-and-the-
american-prosperity-gospel_b_1949103.html
317 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menyampaikan kotbah sehingga terjatuh berulang kali dengan disaksikan


banyak pendengarnya 252.

Apakah yang melatarbelakangi kemunculan Teologi Kemakmuran


atau McChurch? Ir Herlianto, MTh. Menjelaskan sbb: ―Dengan adanya
dua hal di atas yaitu meningkatnya perekonomian jemaat kota besar dan
kejenuhan hidup di kota besar, maka ibadat gaya Teologi Sukses
cenderung makin populer, karena merupakan kompensasi kejiwaan yang
menarik dan diinginkan manusia, sekalipun ibadat demikian tidak
memberikan dampak spiritual yang mendalam. Ibadat yang menawarkan
spiritualityas semu tanpa mempersoalkan perlunya etika Kristen selalu
akan menarik hati manusia!‖253. Karena Teologi Kemakmuran
berkembang di Amerika yang menganut sistem Kapitalisme yang
menghasilkan budaya materialisme dan konsumerisme, maka dampak
kapitalisme pun mengimbas pada gaya hidup sejumlah orang Kristen yang
akhirnya melahirkan Teologi Kemakmuran.

Gejala materialisme dan konsumerisme yang merasuk gereja-gereja


di Amerika dideskripsikan oleh Charles Colson sbb: ―Itulah yang disebut
oleh beberapa orang dengan mentalitas ‗McChurch‘. Hari ini mungkin
McDonald untuk Big Mac, besok Wendy salad bar. Gereja tidfak ubahnya
menjadi ritel outlet, iman tidak ubahnya menjadi komoditas. Orang
berganti keanggotaan jemaat dan pendeta serta denominasi sama
mudahnya seperti mereka mengubah bank atau toko kelontong‖ 254. Colson
mengutip survey yang dilakukan USA Today dimana dari 56% orang-
orang Amerika yang pergi beribadah ke gereja, sebanyak 45% dikarenakan
―it‘s good for you‖ (ini baik untuk Anda) sementara 26% menyatakan,
―peace of mind and spiritual well being‖ (ketenangan pikiran dan

252
Benny Hinn Drunk
http://www.youtube.com/watch?v=FOPQ9Cxz5So
253
Op.Cit., Apakah Teologi Sukses itu? Antara Allah dan Mamon, hal 11
254
Charles Colson, Ellen Santili Vaughn, Welcome to McChurch
http://www.rebuildjournal.org/articles/mcchurch.html
318 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kedamaian rohani)255. Mereka yang dikelompokkan menganut pendapat


bahwa beribadah dikarenakan ―it‘s good for you‖ (ini baik untuk Anda)
dikarenakan mereka memasuki gereja-gereja yang mempraktekkan
kemakmuran, hiburan, kotbah-kotbah motifasi psikologis dan bukan
gereja-gereja yang mengajarkan pengorbanan diri, salib Mesias,
penyangkalan diri dan doktrin utama Kristiani. Berbagai buku yang
diterbitkan penganut Teologi Kemakmuran bernadakan ―touchy feely‖
(menyentuh perasaan) yang memusatkan pada self-esteem, self-fulfillment,
self-analysis (harga diri, pemenuhan diri, dan analisis-diri)256

Teologi Pembebasan: Sejarah dan Doktrin

Michael Lowy memberikan definisi mengenai Teologi Pembebasan


sbb: ―Teologi Pembebasan terdiri dari suatu gerakan sosial yang meluas
sejak tahun 1960. Gerakan ini meliputi sektor-sektor penting dari gereja
(para romo, pengamat tarekat atau ordo-ordo keagamaan), gerakan
keagamaan orang awam (Aksi Katolik, Pemuda Perguruan Tinggi Katolik,
Pemuda Buruh Kristen), keterlibatan pastoral yang merakyat (kepastoran
buruh, kepastoran petani, kepastoran kota) serta kelompok-kelompok basis
masyarakat gereja. Gerakan ini berawal dari kalangan Katolik lalu
meluas di kalangan Protestan‖257. Teologi Pembebasan terdiri dari
susunan doktrin. Meskipun ada pandangan yang berbeda-beda diantara
para teolog pembebasan, namun benang merah pengajaran mereka al.,

1. Gugatan moral dan sosial yang amat keras terhadap ketergantungan


pada kapitalisme sebagai suatu sistem yang tidak adil dan tidak
beradab, sebagai suatu bentuk dosa struktural
2. Penggunaan alat analisis Marxisme dalam rangka memahami sebab
musabab kemiskinan, pertentangan-pertentangan dalam tubuh
kapitalisme dan bentuk-bentuk perjuangan kelas
255
Ibid.,
256
Ibid.,
257
Michael Lowy, Teologi Pembebasan, Yogyakarta: Insist Press & Pustaka
Pelajar 2003, hal 26-30
319 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

3. Pilihan khusus bagi kaum miskin dan kesetiakawanan terhadap


perjuangan mereka menuntut pembebasan
4. Pengembangan basis kelompok-kelompok masyarakat Kristen di
kalangan orang miskin sebagai suatu bentuk baru Gereja dan
sebagai suatu alternatif terhadap cara hidup individualis yang
dipaksakan oleh sistem kapitalis
5. Suatu pembacaan baru pada Alkitab yang memberikan perhatian
penting pada bagian-bagian Kitab keluaran sebagai paradigma
perjuangan pembebasan rakyat yang diperbudak
6. Perlawanan menentang pemberhalaan (jadi bukan Ateisme) sebagai
musuh agama utama agama yakni menentang berhala-berhala baru
yang disembah oleh Firaun-Firaun baru, Caesar-Caesar baru dan
Herodes-Herodes baru: uang, kekayaan, kekuasaan, keamanan,
negara, pasukan militer, peradaban Kristen Barat
7. Sejarah pembebasan manusia adalah antisipasi akhir dari
penyelamatan Mesias, Kerajaan Tuhan
8. Kecaman terhadap teologi tradisional yang bermuka ganda sebagai
hasil filsafat Yunani Platonis, bukan dari tradisi murni Injil dimana
sejarah kemanusiaan dan ketuhanan memang berbeda tapi tidak
dapat dipisahkan satu sama lain258

Teologi Pembebasan lahir di Amerika Latin. Beberapa peristiwa politik


yang menjadi latar belakang kemunculan teologi ini adalah, Pertama sejak
tahun 1950-an, industrialisasi di seluruh benua itu (di bawah arahan modal
multinasional) ternyata telah membangun keterbelakangan yang cuma
semakin memperbesar ketergantungan, memperdalam pertentangan-
pertentangan sosial, mendorong laju perpindahan orang-orang desa,
memacu suatu pemusatan kelas pekerja baru dan yang paling penting,
membengkakan jumlah kaum terlunta-lunta di daerah perkotaan. Kedua,
meletusnya Revolusi Cuba tahun 1959 sebagai suatu babak sejarah baru di
Amerika Latin yang ditandai oleh semakin meningkatnya perjaungan
sosial, munculnya gerakan-gerakan gerilya, pergantian pemerintah melalui
kudeta militer dan krisis keabsahan sistem politik. Perpaduan dan
perubahan-perubahan internal dan eksternal itulah yang menciptakan

258
Ibid., hal 26
320 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

keadaan yang memungkinkan munculnya gereja orang miskin yang baru


yang asal muasanlnya harus ditegaskan lagi, memang sudah ada sebelum
Konsili Vatikan II. Dalam cara simbolis, orang dapat mengatakan bahwa
aliran Kristen radikal lahir pada bulan Januari 1959 ketika Fidel Catsro,
Che Guevara dan komrad-komradnya berbaris memasuki gerbang kota
Havana dan pada saat bersamaan di Roma, Paus Yohanes XXIII
mengumumkan seruan pertamanya untuk menyelenggarakan konsili259.

Sikap Gereja Katolik terhadap Teologi Pembebasan diungkapkan pada


tahun 1984 dengan terbitnya buku Instruction on Certain Aspect of the
Theology of Liberation. Dokumen ini menegaskan kembali ―pilihan untuk
memihak kaum miskin‖ dan mendesak orang-orang Kristen untuk ―terlibat
dalam perjuangan demi keadilan, kebebasan dan martabat manusia‖.
Namun dokumen tersebut juga memberi peringatan untuk mewaspadai
bahaya-bahaya tertentu. Kelirulah kalau pembebasan ditekankan pada
pembebasan duniawi dan berorientasi pada dunia ini sehingga pembebasan
dari dosa dinomorduakan. Secara khusus, penggunaan konsep-konsep
Marxis secara tidak kritis merupakan hal yang berbahaya. Jika perjuangan
kelas dilihat sebagai fakta dasar sejarah, semua doktrin Kristen ditafsirkan
dalam terang itu dan dengan demikia mengalami penyimpangan secara
serius. Instruksi yang ditandatangani Kardinal Ratzinger yang pada waktu
itu masih menjabat sebagai Kongregasi Suci Ajaran Iman, telah
mendapatkan reaksi balik dari kalangan Teolog Pembebasan. Segundo
menjawab dengan bukunya, Theology and the Church: A Response to
cardinal Ratzinger and the Warning to the Whole Church. Lalu Gustavo
Gutierez menuliskan tanggapannya dalam buku berjudul, The Truth Shall
Make You Free260

Tahun 1985 suatu pernyataan baru yang lebih bernada positif


keterbitkan Vatikan dengan judul, ―Christianity, Liberty and Liberation‖

259
Ibid., hal 77-78
260
Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK 2003, hal
283-284
321 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang menyetujui pembebasan, tetapi dengan lebih merohanikan dan


membatasi kandungan sosialnya yang revolusioner. Bahkan Paus
mengirimkan surat dukungan terhadap perjuangan gereja di Brazilia untuk
melawan penindasan261. Demikian pula di lingkungan non Katolik yaitu
gereja-gereja Protestan dan Evanggelikal pun memberikan penilaian yang
beragam. Prof. Eta Lineman mantan murid teolog Liberal Jerman, Rudolph
Bultman memberikan kritik tajam dan negatif mengenai Teologi
Pembebasan, ―teologi Pembebasan sama dengan saudaranya Teologi
Revolusi dan Teologi Pengharapan, tidak mengenal dan tidak mengakui
Tuhan yang hidup seperti Dia mewahyukan diri dalam Firman-
Nya...Teologi Pembebasan memakai satu ilah buatan, satu tokoh ideologis,
untuk membenarkan pikiran sendiri dan menangkap orang yang masih
percaya untuk menjadikan mereka siap menuju ke revolusi seperti sasaran
terakhir...‖262

Benny Mathindas menolak kritik berlebihan terhadap Teologi


Pembebasan dengan mengatakan, ―Sesugguhnya keliru jika kebanyakan
kritik atas Teologi Pembebasan bilang para rahib di Amerika Latin itu
hanya melakukan cangkok langsung Marxisme ke dalam rangka
teologinya...Jadi harus dipetakan begini, teologi yang diperkaya unsur
yang baik dari Marxisme tadilah yang telah memuarakan ibadah
konseptual dari misalnya seorang pastor Gutierez pada apa yang kini
dikenal sebagai Teologi Pembebasan. Dan pada gilirannya, Gutierez
menjadi salah satu yang menginsyafi bahwa semua teologi seperti itu
belum cukup, bahkan masih dosa...Kebenaran teologis harus dicapai lewat
ketegasan menggariskan pemihakkan pada dan bahkan menyatu sebagai
bagian dari kaum terinjak dan mengupayakan solusi sosialisme, sebagai
satu-satunya konsep alternatif yang konsekuen dalam mengoreksi semua
tatanan bobrok selama ini‖263
261
Op.Cit. Teologi Pembebasan, hal 59-60
262
Prof. Eta Lineman, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga? Malang: Institit
Injili Indonesia, 1991, hal 194-195
263
Benny Mathindas, Teologi Pembebasan, Majalah BAHANA No 04/Th
VII/Vol 6 Oktober 1996, hal 3
322 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Michael Lowy pun memberikan catatan kritisnya, ―...para teolog


Pembebasan juga telah membantu kita menilai kembali beberapa tradisi
komunal pra kapitalis tertentu, yang masih tetap hidup dalam tradisi
kerakyatan masa kini, untuk tidak lagi disilaukan oleh kebudayaan
membutakan dari kemajuan ekonomi, modernisasi kapitalis dan
pembangunan kekuata-kekuatan produktif atau yang semacamnya‖264.
Mengenai Marxisme pun beliau memberikan catatan kritis, ―Akhirnya
Teologi Pembebasan telah memaksa kaum Marxis untuk menguji kembali
pemikiran tradisional mereka mengenai agama; sementara dibanyak
tempat agama memang masih memainkan peran sebagai candu rakyat,
tetapi bukanlah agama juga dapat berperan sebagai lonceng penggugah
bagi rakyat, sebagai suatu seruan bagi kaum tertindas untuk bangkit dari
tidur mereka dari sikap serba pasrah, sikap mereka yang serba nrimo,
agar sadar akan hak-hak, kekuatan dan masa depan mereka‖265

Demikianlah penjelasan singkat seputar definisi, latar belakang dan


doktrin dari Teologi Kemakmuran dan gereja-gereja McChurch yang lahir
dan berkembang dalam kultur serta sistem ekonomi Kapitalisme dan
Teologi Pembebasan yang lahir dan berkembang dalam kultur serta sistem
ekonomi Kapitalis namun membangun perlawanan dengan menggunakan
pendekatan teori-teori Marxisme

Teologi Keadilan Sosial Berdiri Diantara Teologi Kemakmuran dan


Teologi Pembebasan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Teologi Keadilan


Sosial berangkat dari analisis teks terhadap ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh
(PL) atau lazim disebut dengan Torah dan didasarkan pula pada sabda-
sabda Yesus Sang Mesias (PB) yang memerintahkan umat Tuhan
mengambil bagian dalam penegakkan keadilan sosial sebagai bagian dari

264
Op.Cit., Teologi Pembebasan, hal 161-162
265
Ibid., hal 164
323 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

akidah, ibadah dan akhlaq. Berdasarkan analisis teks tersebut kemudian


dijadikan dasar dalam membaca situasi kekinian dimana kerap terjadi
ketidakadilan sosial di sekeliling kita.

Mengapa Torah? Pengaruh Teologi Dispensasional266 dan Teologi


Covenant267 terhadap orang Kristen pada umumnya adalah, sikap yang
memandang rendah hakikat dan peranan Torah, sebagai hukum seremonial
dan kultis yang berkaitan terhadap Israel di masa lampau. Gereja, yang
didefinisikan sebagai Israel baru dan rohani, menerima mandat yang
berbeda dengan Israel. Torah selalu berhubungan dengan Israel dan
Anugrah selalu berhubungan dengan Gereja. Jika kita memahami bahwa
kata Gereja, merupakan istilah Portugis Igreja yang berasal dari istilah
Yunani Eklesia, untuk menerjemahkan istilah Ibrani, Qahal, yang
bermakna ―Umat yang dipanggil dari luar untuk masuk kedalam
persekutuan dan diperintahkan keluar untuk mewartakan perbuatan ajaib
Yahweh‖. Dan jika kita memahami bahwa Perjanjian Baru yang
dinubuatkan oleh Yahweh didalam Yeremia 31:31, adalah perjanjian antara
Yahweh dengan Bangsa Israel yang diwakili oleh suku Yahuda, maka
adalah keliru besar bahwa Perjanjian Baru merupakan perjanjian antara
Yahweh dengan ―Gereja‖, dalam pengertian sebagai ―Orang-orang
Kristen‖.

266
Dispensasionalisme merupakan pokok Teologi yang mendasarkan pada
sejumlah penafsiran teks Kitab Perjanjian Baru dengan pemahaman bahwa
Yahweh memili 2 program yaang berbeda, yaitu untuk Israel dan untuk Gereja.
Apa yang menjadi janji milik Israel, tidak dapat dilakukan oleh Gereja. Jika Israel
memelihara Sabat (Kel 20:8-11), maka Gereja memelihara Hari Tuhan (1 Kor
16:2]. Jika Israel adalah istri dari Yahweh (Hos 3:1) maka Gereja adalah Tubuh
Mesias (Kol 1:27). Band. Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology,
Literatur SAAT, 2004.
267
Covenant merupakan pokok Teologia yang berkeyakinan bahwa Yahweh
membuat 2 perjanjian, yaitu Perjanjian Perbuatan yang dibangun sejak Adam
sampai zaman Israel. Perjanjian ini gagal dilakukan oleh Adam. Lalu Yahweh
memberikan Perjanjian kedua yaitu Perjanjian Anugrah, melalui Yesus, yang
dengan sempurna melaksanakan perjanjian tersebut
324 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Perjanjian Baru atau tepatnya ―Perjanjian yang Diperbarui‖ tidaklah


hendak meniadakan perjanjian terdahulu, yaitu Perjanjian Yahweh di Sinai
terhadap Israel dengan mengaruniakan Torah-Nya. Sebaliknya, Perjanjian
yang Diperbarui merupakan perjanjian antara Yahweh dengan umat Israel,
dengan ditandai dituliskan-Nya Torah dalam batin mereka (Yer 31:33-34).
Peristiwa ini menunjuk pada Mesias Yesus yang akan membuka Perjanjian
yang Diperbarui itu. Dan Mesias Yesus telah membuka Perjanjian yang
Diperbarui itu saat Dia berkata menjelang penyaliban diri-Nya,
"Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan
dosa‖ (Mat 26:27-28).

DR. David Stern, seorang Mesianik Yahudi yang telah menaruh


kepercayaan pada Yesus sebagai Mesias, mengakui kesenjangan
pemahaman antara Kekristenan dan Yudaisme, ketika membicarakan
mengenai Torah. Menurut beliau, jika memperbandingkan buku-buku
teologia baik Kristen maupun Yudaisme, akan diperoleh fakta bahwa
kedua belah akan bersebrangan pemahaman mengenai topik Torah.

Dalam penelusuran berbagai buku teologi Kristen mengenai Torah,


al., Augustus Strong‘s Systematic Theology, hanya membahas mengenai
topik Torah, sebanyak 28 halaman dari 1056 halaman (kurang dari 3%).
Sementara L. Berkhof dalam bukunya Systematic Theology, hanya
mengulas sebanyak 3 halaman dari 745 halaman (kurang dari 1/2%).
Berbeda dengan buku-buku teologi dikalangan Yudaisme,al., Isidor
Epstein‘s yaitu The Faith of Judaism, mengulas mengenai Torah sebanyak
57 halaman dari 386 halaman (15%) dan Solomon Schetcher dalam
Aspects of Rabbinic Theology mengulas sebanyak 69 halaman dari 343
halaman (20%). Stern berkesimpulan,‖In short, Torah is the great
unexplored territory, the terra incognita of Christian Theology‖
(singkatnya, Torah merupakan wilayah yang belum sama sekali digali,
suatu wilayah tidak dikenal dalam Teologi Kristen) 268.

268
DR. David Stern, Messianic Jewish Manifesto, Jewish New Testament
Publications, 1991, p.126
325 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pernyataan ini menyiratkan bahwa Teologi Kristen menempatkan kajian


tentang Torah, secara tidak berimbang dibandingkan dengan topik lainnya
seperti Tuhan, Keselamatan/Anugrah, Dosa, dll. Demikian pula Ariel dan
Devorah Berkowitz menegaskan, ―If there is one area of misguided
theological thinking for believers, it is study of Torah. In fact, most
evangelical Bible colleges and seminaries do not even have an area of
study called Torah‖ (jika ada satu wilayah yang dipahami secara teologis
oleh orang beriman, yaitu studi tentang Torah. Faktanya, kebanyakan
sekolah dan seminari Kitab Suci yang bercorak Injili tidak memiliki sebuah
wilayah yang disebut dengan studi tentang Torah)269

Namun syukurlah masih ada beberapa penulis Kristen atau teolog


yang memandang secara positip dan proporsional terhadap Torah. Knox
Chamblin dalam artikelnya, Hukum Musa dan Hukum Kristus mengatakan:
―Hukum Kristus tidak berbeda dengan Hukum Musa. Hukum Kristus
bukan nova lex atau hukum baru. Setiap hukum berasal dari Tuhan; dan
masing-masing diberikan untuk tujuan yang sama, yaitu untuk
memerintahkan supaya mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Mat
22:37-40)…Dengan melihat siapa Yesus sebenarnya dan apa maksud-Nya
datang, hukum zaman dulu itu sekarang dijalankan dengan cara yang baru
dan diterangkan dengan lebih mendalam…Jadi memang ada
ketidaksinambungan, tetapi itu berkaitan dengan bentuk hukum tersebut,
bukan dengan keberadaannya atau intinya, dan ketidaksinambungan itu
terjadi didalam kerangka kesinambungan. Ringkasnya, Hukum Musa
berkaitan dengan Hukum Kristus, bukan sebagai A dengan A, juga tidak
sebagai A dengan B, tetapi sebagai A1 dengan A2‖270. Demikian pula
Bambang Budijanto dalam ulasannya yang mengatakan, ‖Dalam kajian
kita sejauh ini, kita telah melihat bahwa analogi perkawinan dalam
konteks hubungan antara Yahweh dengan Israel sudah dikenal sejak dari
awal sejarah Israel, yakni pada waktu dibuatnya Perjanjian Sinai, ketika
269
Ariel &Devorah Berkowitz, Torah Rediscovered, Hampton: Shoreshim
Publishing, Inc, 1996, p.1
270
Knox Chamblin, Masih Relevankah Perjanjian Lama di Era Perjanjian Baru?,
editor John S. Feinberg, Malang: Gandum Mas, 1996, hal 280-281
326 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dasa Titah (Torah par exellence) di utarakan. Oleh karena itu, sejak
semua orang-orang Israel tidak memandang Torah hanya sebagai
peraturan atau hukum dalam pengertian legalistis. Sebaliknya, mereka
melihat Torah sebagai kewajiban-kewajiban atau janji-janji perkawinan
yang mereka ambil sendiri, sebagai respons mereka terhadap Yahweh
yang telah mengambil Israel sebagai istri-Nya. Dengan demikian,
kewajiban-kewajiban atau janji-janji perkawinan tersebut adalah sarana
bagi bangsa Israel, sebagai istri Yahweh untuk mengekspresikan kasih,
kesetiaan dan ketundukannya keada Yahweh, Suaminya‖271.

Kajian mendetail mengapa Torah disalahpahami oleh Kekristenan


khususnya ketika membaca Kitab Perjanjian Baru, saya ulas dalam artikel-
artikel berikut, Reformasi Raja Yosia dan Makna Penemuan Torah 272,
Yesus dan Torah273, Apakah Rasul Paul Pendusta dan Membatalkan
Torah?274. Dalam kajian Teologi Keadilan Sosial, Torah menjadi sumber
analisis membangun keadilan sosial. Demikian pula sabda Yesus yang
tidak bermaksud membatalkan kehadiran Torah (Mat 5:17-20) pun
menyerukan perintah yang sama untuk menegakkan keadilan sosial
sebagaimana disabdakan, ―Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan
dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting
dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan

271
Bambang Budijanto, Torah Dalam Hidup Bangsa Israel, Yogyakarta: ANDI,
1999, hal 82-83
272
Teguh Hindarto, Reformasi Raja Yosia dan Makna Penemuan Torah
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/reformasi-yosia-makna-penemuan-
torah.html
273
Teguh Hindarto, Yesus dan Torah
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/yesus-torah-kajian-kitab-matius-517-
48.html
274
Teguh Hindarto, Apakah Rasul Paul Pendusta dan Membatalkan Torah
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/03/benarkah-rasul-paul-pendusta-
dan.html
327 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan‖ (Mat 23:23)

Untuk memahami kata ―adil‖ dan ―benar‖, ―hukum‖, dalam Kitab


Suci, kita harus melakukan pengkajian makna kata tersebut dalam susunan
kalimat dalam bahasa Ibrani. Ada dua kata Ibrani yang selalu
diterjemahkan secara bergantian dengan ―keadilan‖ dan ―kebenaran‖ serta
―hukum‖. Kata tersebut adalah Tsedaqa dan Mishpat. Kata Tsedaqa
terkadang diterjemahkan dengan ―keadilan‖ namun juga terkadang
diterjemahkan dengan ―kebenaran‖. Demikian pula kata Mishpat terkadang
diterjemahkan ―keadilan‖ namun disatu sisi diterjemahkan dengan
―hukum‖. Oleh karenanya dua kata ini memiliki keterkaitan yang rapat.
Kita akan fokuskan pemahaman terhadap dua kata ini dengan melakukan
tabulasi data pemunculan kata tersebut.

Tsedaqa diterjemahkan Keadilan

―Beginilah firman YHWH: Taatilah hukum (mishpat) dan tegakkanlah


keadilan (tsedaqa), sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang
dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan‖ (Yes 56:1).

―Tetapi, YHWH semesta alam, yang menghakimi dengan adil (shofet


tsedeq), yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu
terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku‖ (Yer
11:20)

―Dan pada waktu itu aku memerintahkan kepada para hakimmu,


demikian: Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara saudara-
saudaramu dan berilah keputusan yang adil (shefattem tsedeq) di dalam
perkara-perkara antara seseorang dengan saudaranya atau dengan orang
asing yang ada padanya‖ (Ul 1:16)

Misphat diterjemahkan Keadilan

―Janganlah memutarbalikkan keadilan (mishpat), janganlah memandang


bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata
328 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang


benar‖ (Ul 16:19)

―Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar


laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan‖ (mishpat, 1 Sam
8:3)

―Melakukan keadilan (mishpat) adalah kesukaan bagi orang benar


(tsadiq) tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat‖ (Ams 21:15).

Tsedaqa diterjemahkan Kebenaran

―Di mana ada yang melakukan kebenaran (tsedaqa) di situ akan tumbuh
damai sejahtera, dan yang (akibat) melayani kebenaran (tsedaqa) ialah
ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya‖ (Yes 32:17).

―Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala,


dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran (matsdiqey)
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya‖ (Dan 12:7).

―YHWH memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku (tsidqi), Ia


membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku‖ (Mzm 18:21)

Mishpat diterjemahkan Hukum

"Beginilah firman YHWH semesta alam: Laksanakanlah hukum yang


benar (mishpat emet) dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada
masing-masing!‖ (Zak 7:9)

―Takut akan YHWH itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum
YHWH (mishpetey YHWH) itu benar, adil semuanya‖ (Mzm 19:10)

―Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi,


Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku
(mishpateka) keluar seperti terang‖ (Hos 6:5)
329 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kata Tsedaqa dan Mishpat Dikaitkan dengan Tindakan Kongkrit dan


Bukan Abstrak

―Untuk memberi keadilan (lishfot) kepada anak yatim dan orang yang
terinjak; supaya tidak ada lagi seorang manusia di bumi yang berani
menakut-nakuti‖ (Mzm 10:18)

―Berilah keadilan (siftu) kepada orang yang lemah dan kepada anak
yatim, belalah (hatsdiqu) hak orang sengsara dan orang yang
kekurangan!‖ (Mzm 82:3)

―Janganlah memutarbalikkan keadilan (mishpat), janganlah memandang


bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata
orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang
benar‖ (Ul 16:19)

Kata tsedaqa dan mishpat, selalu dihubungkan dengan sebuah tindakan,


bukan konsep yang abtsrak. Tindakan yang dikaitkan melakukan apa yang
benar, sesuai hukum, sesuai aturan, membela yang tertindas, menolong
yang berkekurangan. Perhatikan tabulasi data di bawah ini. Konsep
―keadilan‖ dan ―kebenaran‖ berdasarkan pengkajian kata Ibrani tsedaqa
dan mishpat bukan sebatas membagi suatu harta menjadi dua bagian atau
lebih secara merata, memberikan barang-barang tertentu secara merata,
memberikan makanan secara merata, membagi perhatian terhadap
seseorang secara merata. Konsep ―keadilan‖ dan ―kebenaran‖ meliputi
tindakan yang lebih luas yaitu membela orang-orang yang dikategorikan
sebagai yatim, janda, miskin, tertindas. Konsep ―keadilan‖ dan
―kebenaran‖ meliputi tindakan menjauhi korupsi dan suap. Bahkan, kata
―mishpat‖ pun pada bagian lain diterjemahkan dengan ―hukum‖, maka
konsep ―keadilan‖ atau orang yang melakukan keadilan berarti orang yang
bertindak sesuai hukum, peraturan Tuhan dalam firman-firman-Nya. Ayat
9-12 memberikan penjelasan secara terbalik bahwa tindakan adil dan benar
adalah tindakan yang berkebalikan dengan berbagai perilaku jahat para
pemimpin Israel.
330 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari pengkajian bahasa ini, maka setiap kita membaca kata


―keadilan‖, ―kebenaran‖, ―hukum‖, dalam Kitab Suci, maka kita harus
meletakkan dalam perspektif (sudut pandang) yang benar sebagai sebuah
tindakan yang meliputi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Torah Mengatur Sistem Ekonomi Berkeadilan Sosial

Ada banyak ayat dalam Torah yang dapat dieksplorasi untuk


membangun Teologi Keadilan Sosial dan mendorong umat Kristen
menjadi orang-orang yang melakukan keadilan sosial di segala bidang.
Kita akan menganalisis beberapa ayat saja. Pertama, dalam Kitab Imamat
19:9-10 dikatakan, ―Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. Juga sisa-sisa buah
anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang
berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu
harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah
Yahweh Tuhanmu‖. Berbeda dengan penganjur Teologi Kemakmuran
bahwa miskin adalah dosa dan kutuk, maka dalam ayat di atas justru Tuhan
Yahweh meminta umat Israel dan kita semua yang beriman pada sabda
Tuhan di atas untuk memberikan perhatian pada mereka yang miskin. Ayat
di atas mengandung pelajaran mendalam agar kita tidak menjadi orang
yang rakus dan tamak (dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari
penuaianmu). Karena sisa-sisa hasil panenan tersebut sudah ada yang
berhak untuk mendapatkannya, yaitu mereka yang miskin dan papa. Ayat
ini sekaligus meruntuhkan tesa Teologi Pembebasan bahkan Komunisme
yang mengajark untuk membenturkan antara kelas Borjuis (golongan kaya)
dengan kelas Proletar (golongan miskin). Perintah untuk berbagi
merobohkan epistemologi pertentangan kelas dan perebutan kelas. Torah
mengatur keseimbangan antara mereka yang kaya dan miskin. Torah tidak
menyudutkan si miskin sebagai orang yang terkutuk dan berdosa

Kedua, dalam Kitab Imamat 25:35. "Apabila saudaramu jatuh


miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus
menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup
di antaramu‖. Berbeda dengan perspektif Teologi Kemakmuran yang
331 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memandang miskin adalah dosa dan kutuk, ayat di atas justru meminta
kita (keluarga yang mampu secara finansial) harus menopang agar dia
yang jatuh miskin bisa meneruskan kehidupan sampai dia mengalami
kemampuan untuk membebaskan dirinya‖275 Ketiga, Imamat 25:11-18
―Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan
kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu
tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil
tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. Dalam
tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.
Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari
padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain. Apabila engkau
membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun
Yobel, dan apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun
panen. Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan
makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah
panenlah yang dijualnya kepadamu. Janganlah kamu merugikan satu
sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah YHWH,
Tuhanmu. Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap
berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam
di tanahmu dengan aman tenteram‖.

Jika konsep Tahun Yobel di atas diterapkan pada hutang piutang


dunia ketiga yaitu Asia terhadap Amerika dan Eropa, sungguh luar biasa
yang akan terjadi. Setiap bangsa diberi kesempatan untuk melakukan
recovery (pemulihan) tanpa dibebani utang yang berbunga tiada akhir.
Pada konferensi LSM di Rio de Jenairo tahun 1992 dikemukakan tuntutan
Parlemen Rakyat dan dengar pendapat dengan topik ―Tanggung Jawab
Politik Uni Eropa untuk Tata Keuangan Internasional dengan Menghargai
Pembangunan yang Berksinambungan terhadap Keadilan Sosial‖. Di
dalam konferensi tersebut diusulkan perihal penghapusan hutan-hutang
dunia ketiga atas Eropa dan Amerika. Ulrich Duchrow memberikan

275
Teguh Hindarto, Ekonomi Torah Untuk Kaum Evyon (Miskin)
http://bet-midrash.blogspot.com/2012/03/ekonomi-torah-untuk-kaum-evyon-
miskin.html
332 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

komentar sbb: ―Untuk mencapai semua tujuan ini, gerakan-gerakan sosial,


organisasi-organisasi profesional, gereja-gereja, perserikatan dagang dan
sebagainya harus bergabung untuk mengkoordinasikan kampanye guna
menggencarkan partisipasi masyarakat Barat dalam proses
276
memerdekakan Selatan dari perbudakan hutang mereka‖ .

Kita tidak akan menggunakan Teologi Kemakmuran untuk


mengatasi kemiskinan dan lemahnya penegakkan keadilan sosial karena
Teologi Kemakmuran dilahirkan oleh sistem Kapitalisme dan Teologi
Kemakmuran memandang rendah kemiskinan sebagai dosa dan kutuk. Kita
tidak akan menggunakan Teologi Pembebasan untuk mengatasi
kemiskinan dan lemahnya penegakkan keadilan sosial karena Teologi
Pembebasan berusaha melakukan Revolusi Sosial dan membenturkan antar
kelas yang bersebrangan. Kita akan menggunakan pendekatan Teologi
Keadilan Sosial yang menekankan keseimbangan antara kaya dan miskin
dan mendorong yang kaya untuk berbuat keadilan terhadap yang miskin
sehingga tercipta harmonitas dan bukan kesenjangan sosial yang lebar.
Bukan saja meminimalisir kesenjangan sosial melainkan meredam
perbenturan kelas karena ada tindakan keadilan yang seharusnya dilakukan
mereka yang kaya dan mampu secara finansial.

Demikianlah sekilas gambaran mengenai landasan Epistemologis


dan Teologis serta aktualisasi Teologi Keadilan Sosial yang berbasis
analisis Torah dan sabda Yesus Sang Mesias. Kiranya kajian ini
memberikan dorongan bagi pembacanya untuk bukan saja memiliki
kepedulian terhadap isu sosial dan menumbuhkan kepekaan sosial dan
menegakkan keadilan sosial baik di rumah dan di tempat bekerja. Lebih
dari itu mendorong membangun sebuah kajian yang lebih mendalam
mengenai Teologi Keadilan Sosial dan aktualisasinya dalam melakukan
perlawanan terhadap dampak sistem ekonomi Kapitalisme yang telah
membonsai pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan ekonomi
masyarakar tidak dialami secara merata.

276
Ulrich Duchrow, Mengubah Kapitalisme Dunia: Tinjauan Sejarah-Alkitabiah
Bagi Aksi Politis, Jakarta: BPK 200, hal 341, 343
333 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXV

TORAH SEBAGAI SUMBER KESEHATAN JASMANI ROHANI

DR, Grant R. Jefrey dalam bab 7 dari bukunya mengulas tentang


Pengetahuan Medis Yang Mutakhir Dalam Alkitab mengatakan sbb:
‖Meskipun demikian, kelima kita pertama dari Alkitab yang ditulis oleh
Musa pada kurang lebih tahun 1491-1451 sebelum Masehi, yang dikenal
sebagai Hukum Taurat, mengandung prinsip-prinsip ilmiah yang luar
biasa. Selain itu, Alkitab juga berisi pengetahuan medis dan ilmiah yang
terkini mengenai higiene dan sanitasi‖277. Ketika beliau melakukan kajian
atas pengobatan Mesir kuno yang terekam dalam Papyrus Eber,yang
diterjemahkan S.E. Massengill dalam bukunya, A Sketch of Medicine and
Pharmacy sampailah pada kesimpulan sbb: ―Penyelidikan atas cara-cara
pengobatan yang digunakan oleh orang-orang Mesir kuno dan
kebudayaan-kebudayaan penyembah berhala lainnya di Timur Tengah
menunjukkan suatu data yang mengejutkan; ternyata mereka bahkan tidak
memiliki pengetahuan medis yang paling dasar sebagaimana yang kita
kenal dewasa ini. Akan tetapi, hukum-hukum Musa mengandung
peraturan-peraturan spesifik dan prosedur-prosedur kebersihan yang jika
diikuti dengan setia, akan menyingkapkan penyakit-penyakit mengerikan
yang menyengsarakan bangsa Mesir pada masa itu dan masih diderita
oleh kebanyakan manusia di Dunia Ketiga saat ini‖278.

Dalam bukunya, Grant R. Jeffrey mengulas contoh-contoh


pengobatan sakit penyakit ala Mesir kuno. Orang yang luka serpihan
diobati dengan sejenis saleb yang berasal dari campuran darah cacing dan
tahi keledai. Kerontokkan rambut diobati dengan larutan yang terdiri dari
lemak kuda, buaya, kucing, ular dan satu gigi keldai yang sudah

277
Grant R. Jeffrey, Tanda Tangan Allah: Penemuan Alkitabiah Yang
Menakjubkan, Jakarta: YPI Immanuel, 1999, hal 157
278
Ibid., hal 158
334 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dilumatkan dalam madu untuk dioleskan pada kepalanya. Dalam buku An


Ancient Egypttian Herbal, diperoleh informasi mengenai sejumlah
pengobatan Mesir kuno yang melibatkan bahan-bahan seperti ―tahi
kucing‖, ―tahi kuda nil‖, ―kuku keledai‖, ―tahi rusa betina‖, ―tahi lalat‖.
Dalam buku ini dilaporkan mengenai pengobatan penyakit tumor yang
resepnya terdiri dari tahi lalat dicampur denga jus kurma untuk
mengempeskan tumor279.

S.I. McMillen, M.D dan David E. Stern, M.D. mengatakan sbb:


‖Selama berabad-abad, berbagi penyakit telah membunuh ribuan orang-
orang Mesir dan Ibrani. Penanganan kuno jarang memberikan jalan
keluar. Terkadang obat lebih jahat dibandingkan penyakitnya. Namun di
sini (Kel 15:26) Tuhan membuat janji yang luar biasa – terbebas dari
penyakit. Tuhan kemudian memberi Musa banyak hukum-hukum
kesehatan, memenuhi seluruh bagian Kitab Suci…Musa merekam ratusan
peraturan kesehatan namun bukan kesalahpahaman medis tunggal yang
beredar sekarang ini. Ribuan orang telah meninggal sepanjang abad,
dikarenakan para dokter tidak mengetahui hukum-hukum dalam Kitab
Suci. Pada akhirnya, ketika para dokter membaca dan mengikuti petunjuk-
petunjuk tersebut, segera mereka menemukan bagaimana mengatasi
menyebarluasnya penyakit. Sehingga Musa disebut sebagai bapak
pengendali infeksi modern. Sampai sekarang kita tetap mendapatkan
keuntungan dari Tuhan yaitu petunjuk-petunjuk-Nya yang telah berumur
3500 tahun‖280.

Dalam bukunya, A History of Medicine, ahli sejarah obat-obatan,


Arturo Castiglione, menyatakan bahwa perintah-perintah kebersihan Musa
kepada tentaranya, ―memang merupakan suatu tindakan primitif, namun
efektif dan memperlihatkan adanya konsep-konsep kebersihan yang sangat
maju‖281.
279
Ibid., hal 159-160
280
S.I. McMillen, M.D dan David E. Stern, M.D., None of These Disease: The
Bible‘s Health Secrets for the 21st Century, 2000, p.11
281
Op.Cit., R. Grant Jeffrey, Ibid., hal 179
335 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Rex Russell, M.D. menambahkan, ―Sebagaimana kita melihat


pada sains dan nutrisi modern, kita akan menemukan bahwa….ada
kesenjangan antara hukum-hukum Tuhan mengenai yang bersih dan tidak
bersih serta prinsip-prinsip higienis yang solid….Kitab Suci dan penelitian
medikal, sepakat bahwa gaya hidup modern hidup tanpa rujukan kepada
hukum-hukum Tuhan dan mendesain kehidupan lebih singkat dan
mempercepat kematian‖282. Dalam Keluaran 15:26 YHWH berfirman:
"Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara YHWH Tuhanmu, dan
melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada
perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka
Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah
Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Akulah YHWH yang
menyembuhkan engkau." Ayat ini memberikan penegasan dan pengertian
mendalam pada kita bahwa YHWH Tuhan Semesta Alam, Pencipta langit
dan bumi (1) berkuasa menghindarkan umat-Nya dari berbagai penyakit
(2) berkuasa menyembuhkan berbagai penyakit (3) peduli pada kesehatan
umat-Nya.

Kunci memperoleh kesehatan terletak dalam hal (1) mendengarkan


suara YHWH (2) melakukan apa yang benar (3) memasang telinga kepada
perintah-perintah-Nya (4) tetap mengikuti segala ketetapa-Nya. Dimana
kita mendapatkan perintah-perintah dan ketetapan-Nya? Dalam Torah-Nya.
Torah YHWH bukan hanya sekedar berisikan petunjuk ibadah dan ritual
peribadatan yang terkait dengan hewan-hewan yang dikorbankan. Torah
berisikan petunjuk-petunjuk untuk hidup sehat. Dengan mematuhi Torah
YHWH, maka kita terhindar dari sakit penyakit dan hidup sehat. Torah
memang bukan buku tentang resep hidup sehat namun ketetapan dan
aturan Tuhan dalam Torah menyentuh aspek-aspek kesehatan manusia jika
dengan seksama dipatuhi dan dilaksanakan.

282
Rex Russell, M.D., What the Bible Says About Healthy Living, 1999, p.14,16)
336 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Contoh-contoh Torah berbicara mengenai kesehatan atau prinsip-prinsip


kesehatan al.

1. Memunahkan pengaruh kekotoran dari bangkai

―Kalau bangkai seekor dari binatang-binatang itu jatuh ke atas


sesuatu benda, itu menjadi najis; pembakaran roti dan anglo haruslah
diremukkan, karena semuanya itu najis dan haruslah najis juga
bagimu‖ (Im 11:35)

―Lemak bangkai atau lemak binatang yang mati diterkam boleh


dipergunakan untuk segala keperluan, tetapi jangan sekali-kali kamu
memakannya‖ (Im 7:24)

2. Pencegahan penyakit infeksi

―Inilah hukumnya, apabila seseorang mati dalam suatu kemah: setiap


orang yang masuk ke dalam kemah itu dan segala yang di dalam
kemah itu najis tujuh hari lamanya; setiap bejana yang terbuka yang
tidak ada kain penutup terikat di atasnya adalah najis. Juga setiap
orang yang di padang, yang kena kepada seorang yang mati terbunuh
oleh pedang, atau kepada mayat, atau kepada tulang-tulang seorang
manusia, atau kepada kubur, orang itu najis tujuh hari lamanya. Bagi
orang yang najis haruslah diambil sedikit abu dari korban penghapus
dosa yang dibakar habis, lalu di dalam bejana abu itu dibubuhi air
mengalir‖ (Bil 19:14-17)

3. Pencegahan penyakit pes dan kusta

―Orang yang akan ditahirkan itu haruslah mencuci pakaiannya,


mencukur seluruh rambutnya dan membasuh tubuhnya dengan air,
maka ia menjadi tahir. Sesudah itu ia boleh masuk ke dalam
perkemahan, tetapi harus tinggal di luar kemahnya sendiri tujuh hari
lamanya. Maka pada hari yang ketujuh ia harus mencukur seluruh
rambutnya: rambut kepala, janggut, alis, bahkan segala bulunya harus
337 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dicukur, pakaiannya dicuci, dan tubuhnya dibasuh dengan air; maka ia


menjadi tahir‖ (Im 14:8-9)

4. Perlakuan terhadap kotoran manusia

―Di luar perkemahan itu haruslah ada bagimu suatu tempat ke mana
engkau pergi untuk kada hajat. Di antara perlengkapanmu haruslah
ada padamu sekop kecil dan apabila engkau jongkok kada hajat,
haruslah engkau menggali lobang dengan itu dan menimbuni
kotoranmu‖ (Ul 23:12-13)

5. Menghindari makan lemak dan darah

―Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun di


segala tepat kediamanmu: janganlah sekali-kali kamu makan lemak
dan darah." (Im 3:17)

"Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di
tengah-tengah mereka, yang makan darah apa pun juga Aku sendiri
akan menentang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah
bangsanya. Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku
telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk
mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan
pendamaian dengan perantaraan nyawa‖ (Im 17:10-11)

Mengapa lemak tidak baik bagi manusia? Dr. Reginald Cherry,


M.D. memberikan ulasan sbb: ―Sebanyak 53% masyarakat yang hidup di
negara industri, mengalami kematian karena penyakit hati. Penyakit hati
kebanyakan disebabkan oleh penumpukkan lemak yang menyumbat arteri,
khususnya pada para pekerja muda‖283

283
Dr. Reginald Cherry, M.D. The Bible Cure, 1998, p.34
338 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

6. Sunat menghindarkan dari penyakit kelamin

―Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-
laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu,
maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak
termasuk keturunanmu‖ (Kej 17:2)

Grant R. Jeffrey kembali mengulas manfaat sunat sbb: ―Peneliti-


peneliti medis ini menemukan bahwa dua faktor penggunlap darah, yakni
vitamin K dan protrombin, berada pada kadar tertinggi dalam kehidupan
Anda (110% dari jumlah normal) pada hari kedelapan dari kehidupan.
Selain itu, mereka menemukan bahwa faktor penggumpal darah, vitamin
K, dibentuk di dalam darah seorang bayi diantara hari kelima sampai hari
ketujuh dri kehidupan bayi tersebut. Oleh karena itu, dari seluruh hari-
hari kehidupan sang bayi, hari kedelapan dari kehidupannya merupakan
hari terbaik bagi suatu operasi karena tingginya kadar vitamin K dan
protrombrin yang akan mengumpalkan darah dan mempermudah
penyembuhan luka‖284

Untuk melengkapi pemahaman kita mengenai hakikat dan


kegunaan sunat, kita akan mendengar kesaksian berikut: ―Prediksi resiko
kanker kelamin bagi orang yang tidak disunat di Amerika, kurang lebih 1
dalam 600 dan di Denmark 1 dalam 900. Kanker kelamin diperkirakan
merupakan 0,2 % dari semua penyakit berbahaya di Amerika Serikat dan
0,1% diantaranya menyebabkan kematian. Angka bertahan hidup selama 5
tahun, menjadi 50% saja, sementara angka kematian mencapai 25-33%.
Insiden tahunan dan kanker penis di Amerika Serikat kurang lebih 1/
100.000 orang pertahun. Laporan statistik dari American Cancer Society,
menunjuk angka 1,570 kasus baru kanker penis di tahun 2004 dan kurang
lebih 270 mengalami kematian. Munculnya kembali terhadap kebutuhan
penyunatan, sungguhnya telah melenyapkan resiko… meskipun demikian,
kanker penis dialami hampir seluruhnya oleh laki-laki yang tidak
disunat… Dalam peristiwa besar di Amerika Serikat sejak tahun 1932,
tidasatupun dari antara orang yang tertular kanker penis, telah

284
Ibid., hal 176
339 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sebelumnya mengalami penyunatan. Penyakit ini selalu muncul bagi orang


yang tidak mengalami penyunatan. Kanker penis justru jarang dialami
oleh orang yang telah disunat sejak kecilnya…risiko terbatas, nampak
meningkat bagi yang disunat diawal kelahirannya, namun tetap kurang
dibandingkan dengan yang tidak mengalami penyunatan. Studi yang
dilakukan pada 136.000 bayi diantara tahun 1980-1985. Dari 136.000
bayi, ada 100.00 bayi yang telah disunat, dan 193 bayi yang mengalami
penyakit [0,19%], tanpa kematian. Namun ada 36.000 bayi yang tidak
mengalami penyunatan mengalami resiko 10 kali lipat dan dua
diantaranya mengalami kematian. Demikian pula studi pada New York‘s
Sloane Hospital pada tahun 1989 terhadap 11.000 orang yang disunat,
haanya 6 orang yaang mengalami penyakit namun tidak satupun yang
fatal. Demikian pula survey terhadap para bayi, antara tahun 1939 dan
1951 pada bayi-bayi yang telah mengalami sunat di New York, dihasilkan
kenyataan bahwa hanya 1 bayi yang mengalami kematian dari 566.483
bayi‖285. Selanjutnya dilaporkan, bahwa pria yang tidak berunat, memiliki
resiko tiga kali lipat terkena penyakit Cangkroid. Cangkroid merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Hemophillus Ducryi yang
berasal dari luka terbuka pada kelamin yang sifatnya menetap dan terasa
nyeri‖286.

7. Hewan tahor dan tame menghindarkan dari penyakit

Lalu YHWH berfirman kepada Musa dan Harun, kata-Nya kepada


mereka: "Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-
binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat
yang ada di atas bumi: setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang
kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan.
Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air:
segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di
dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan. Tetapi segala

285
Benefit of Circumcision: Medical, Health, Sexual , www.cirinfo.net
286
Tabloid GUGAT, 13-19 Januari 2005
340 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, dari
segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang
ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu‖ (Im 11:2-4, 9-10).

Sains modern memberikan konfirmasi penting mengenai berbagai


penetapan hewan yang tahor dan tame. Don Colbert, M.D menjelaskan:
―disamping binatang yang rakus, babi merupakaan hewan yang sangat
jorok. Mereka memakan sampah, kotoran manusia dan juga daging busuk.
Semua yang dimakannya menjadi bagian dari dagingnya…disamping
berbagai penyakit yang dibawa oleh babi, dagingnya juga mengandung
unsur lemak yang banyak. Racun dalam daging babi terkhusus ada dalam
lemaknya, yang tidak terpisah dari daging sebagaimana terjadi dalam
daging sapi yang tidak berlemak, namun lemak babi tersebar diseluruh
dagingnya‖287. Rex Russell, M.D. menambahkan: ―Telah lama diakui
bahwa berbagai kerang-kerangan – lobster, kepiting, udang – secara
khusus sangat berbahaya. Berbagai jenis penyakit termasuk kelumpuhan
beberapa orang setiap harinya sebagai akibat mengkonsumsi kerang-
kerangan‖288.

Pertanyaan yang menggelitik nalar kita, jika ada beberapa hewan yang
tidak layak untuk dikonsumsi, mengapa YHWH Sang Pencipta
menciptakan mereka semua? Semua hewan yang diciptakan YHWH Bapa
Surgawi adalah baik (Kej 1:25) namun tidak semua hewan-hewan tersebut
tidak bermanfaat bagi manusia dan jika dimakan akan menimbulkan
konsekwensi yaang tidak baik dalam segi kesehatan. Sebagaian hewan-
hewan tersebut diciptakan sebagai katalisator sampah-sampah alam. Jika
hewan katalisator tersebut dikonsumsi oleh manusia, tentunya fungsi tubuh
manusia akan mengalami ganguan, sebagaimana dijelaskan oleh Russell
sbb: ―Untuk satu alasan, hewan-hewan itu berperan sebagai pembersih
tempat. Berbagai hewan yang dikategorikan kotor [tame] sebagaimana
kerang-kerangan atau babi, tidak mendatangkan kesehatan dikarenakan

287
Don Colbert, M.D., What Would Jesus Eat? 2002, p.49-50
288
What the Bible Says About Healthy Living, 1999, p.78
341 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

makanan yang mereka konsumsi mengandung muatan penyakit berbahaya


bagi tubuh manusia. Sebagaimana kita ketahui, babi memakan apapun dan
dimanapun. Mereka diciptakan untuk membersihkan daging-daging yang
busuk. Para babi telah memakan sampah dan kotoran kota Philadhelphia
selama lebih dari 100 tahun, menyelamatkan anggaran kota sebanyak 3
juta dollar setiap tahunnya‖289. Demikian pula mengenai hewan-hewan air
yang dikategorikan kotor atau tame berfugsi untuk menetralisir racun,
sebagaimana dijelaskan kembali oleh Russell: ―Air hujan terdiri dari
unsur insektisida (pembunuh serangga) yang masuk dalam kolam. Ikan
lele akan segera melakukan tugasnya, membersihkan air dengan cara
menyedot larutan pestisida (pembunuh hama) tersebut, namun
dikarenakan efisiensi, banyak dari kandungan pestisida tersebut
diapungkan diatas kolam yang mematikan. Tidak satupun ikan yang
memiliki sirip dan sisik akan mengalami kematian‖290. Kesimpulan akhir,
sebagaimana disitir oleh Russell, ―…meskipun babi menolong manusia
untuk membersihkan bumi dan berbagai kerang-kerangan diciptakan
sempurna untuk memurnikan air, namun kita kita tidak menginginkan
untuk memakan apa yang telah mereka bersihkan‖291.

Akhir kata, marilah mengikuti petunjuk-petunjuk Torah mengenai


segala aspek kehidupan khususnya kesehatan. Kesehatan jasmani dan
rohani adalah gaya hidup umat beriman yang berpijak pada Torah YHWH
dan Torah Mesias. Dalam 3 Yohanes ayat 1-2 dikatakan, ―Dari penatua
kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran. Saudaraku
yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja
dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja‖. Rasul Paul
berkata dalam suratnya, ―Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai
dengan ajaran yang sehat: Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana,
terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam
ketekunan. Biarlah kita sehat baik dalam iman maupun tubuh kita, Amin‖

289
Ibid., p. 81
290
Ibid
291
Ibid
342 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXVI

TORAH SEBAGAI SUMBER KEBERSIHAN JASMANI ROHANI

Kita kerap mendengar istilah dari kalangan Islam, ―kebersihan


adalah sebagian dari iman‖. Bagi kita orang-orang yang menyebut diri-
Nya pengikut Yesus Sang Mesias, kebersihan adalah lifestyle (gaya hidup).
Hidup bersih dan mencintai kebersihan adalah gaya hidup yang melekat
dan menjadi ciri yang membedakan dengan yang lain. Gaya hidup, dalam
bahasa Ibraninya Halakah sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 128:1
sbb, ‫ אׁשרי כל־ירא יהוה ההלך בדרכי‬-―ashrey kol yerey YHWH asyer kol holek
bidrakaiw‖ (Berbahagialah setiap orang yang takut akan YHWH, yang
hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!). Secara khusus, kata Halakah
bisa menunjuk pada berbagai keputusan atau fatwa rabinik. Secara umum,
Halakah adalah gaya hidup yang bersumber dari Torah. Iman bukan
sebatas penguasaan terhadap doktrin dan ajaran yang bersifat abtsrak
teoritik. Iman terefleksi menjadi gaya hidup. Emunah terefleksi dalam
Halakah. Iman atau kepercayaan harus terefleksi dalam gaya hidup.

Kata ―bersih‖ diungkapkan dalam tiga kata Ibrani, Zakah, Naqi,


Tahor. Padanan dalam bahasa Yunaninya untuk semua kata tersebut adalah
Katharos. Kata bersih dihubungkan dengan tiga aspek dalam diri manusia
yaitu badan (bashar), pikiran dan hati (re‘a dan lev), perbuatan (maashe).
Mengapa hati dan pikiran dijadikan satu? Dalam cara pandang Ibrani, pusat
kesadaran ada dalam hati termasuk kerja pikiran. Perhatikan perintah
dalam Amsal 16:9 sbb: ―Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi
Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya‖. Demikian pula Yesus Sang
Mesias berkata dalam Lukas 5:22 sbb, ―Akan tetapi Yesus mengetahui
pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan
dalam hatimu?‖. Contoh-contoh perihal kebersihan badan, hati dan pikiran
serta tindakan:
343 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. Kebersihan badan

―Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu


yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat‖ (Yes 1:16)

2. Kebersihan hati dan pikiran

―Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak


menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah
palsu‖ (Mzm 24:4).

―Bersihkanlah hatimu dari kejahatan, hai Yerusalem, supaya engkau


diselamatkan! Berapa lama lagi tinggal di dalam hatimu rancangan-
rancang kedurjanaanmu?‖ (Yer 4:14)

3. Kebersihan perbuatan

―Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah


bersih dan jujur kelakuannya‖ (Ams 20:11)

Sumber bagi gaya hidup bersih adalah Torah! Torah YHWH dan
Torah Yesus Sang Mesias Putra YHWH. Torah adalah Ajaran YHWH.
Torah adalah Firman YHWH. Torah adalah Pikiran YHWH. Jika kita ingin
hidup bersih, maka kita harus merenungkan dan mempelajari Torah-Nya.
Mazmur 119:1 mengatakan, ‫ אׁשרי תמימי־דרך ההלכים בתורת יהוה׃‬- ―ashrey
temimey darek haholkim betorat YHWH‖ (Berbahagialah orang-orang
yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Torah YHWH). Dan
dikatakan dalam Mazmur 119:9 sbb: ‫ במה יזכה־נער את־ארחו לׁשמר כדברך‬-
―bemmeh yizakkeh na‘ar et arkho? Lishmor kidevareka‖ (Dengan apakah
seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya
sesuai dengan firman-Mu). Contoh-contoh Torah berbicara tentang
kebersihan:
344 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. Kebersihan setelah melahirkan (Imamat 12:1-8)

―YHWH berfirman kepada Musa, demikian: "Katakanlah kepada


orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan
anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada
hari-hari ia bercemar kain ia najis. Dan pada hari yang kedelapan
haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu. Selanjutnya tiga puluh
tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran
dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apa pun yang
kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap
hari-hari pentahirannya.

Tetapi jikalau ia melahirkan anak perempuan, maka najislah ia selama


dua minggu, sama seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya
enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan
pentahiran dari darah nifas. Bila sudah genap hari-hari
pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan
haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban
bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai
korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan
menyerahkannya kepada imam.

Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan YHWH dan


mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah
perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang
perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan.
Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau
domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau
dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran
dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu
harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah
ia."
345 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

2. Kebersihan membatasi sakit penyakit (Imamat 13:1-11)

―YHWH berfirman kepada Musa dan Harun: "Apabila pada kulit


badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang
mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa
kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-
anaknya, imam-imam itu. Imam haruslah memeriksa penyakit pada
kulit itu, dan kalau bulu di tempat penyakit itu sudah berubah menjadi
putih, dan penyakit itu kelihatan lebih dalam dari kulit, maka itu
penyakit kusta; kalau imam melihat hal itu, haruslah ia menyatakan
orang itu najis. Tetapi jikalau yang ada pada kulitnya itu hanya panau
putih dan tidak kelihatan lebih dalam dari kulit, dan bulunya tidak
berubah menjadi putih, imam harus mengurung orang itu tujuh hari
lamanya.

Pada hari yang ketujuh haruslah imam memeriksa dia; bila menurut
penglihatannya penyakit itu masih tetap dan tidak meluas pada kulit,
imam harus mengurung dia tujuh hari lagi untuk kedua kalinya.
Kemudian pada hari yang ketujuh haruslah imam memeriksa dia untuk
kedua kalinya; bila penyakit itu menjadi pudar dan tidak meluas pada
kulit, imam harus menyatakan dia tahir; itu hanya bintil-bintil. Orang
itu harus mencuci pakaiannya dan ia menjadi tahir. Tetapi jikalau
bintil-bintil itu memang meluas pada kulit, sesudah ia minta diperiksa
oleh imam untuk dinyatakan tahir, haruslah ia minta diperiksa untuk
kedua kalinya. Kalau menurut pemeriksaan imam bintil-bintil itu
meluas pada kulit, imam harus menyatakan dia najis; itu penyakit
kusta.

Apabila seseorang kena kusta, ia harus dibawa kepada imam. Kalau


menurut pemeriksaan imam pada kulitnya ada bengkak yang putih,
yang mengubah bulunya menjadi putih, dan ada daging liar timbul
pada bengkak itu, maka kusta idapanlah yang ada pada kulitnya. Imam
harus menyatakan dia najis dengan tidak usah mengurung dia, karena
orang itu memang sudah najis‖.
346 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

3. Kebersihan setelah berhubungan badan (Imamat 15:1-12)

―YHWH berfirman kepada Musa dan Harun: "Berbicaralah kepada


orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila aurat seorang laki-
laki mengeluarkan lelehan, maka najislah ia karena lelehannya itu.
Beginilah kenajisannya berhubung dengan lelehannya itu: bila
auratnya membiarkan lelehan itu mengalir, atau bila auratnya
menahannya, sehingga tidak mengeluarkan lelehan, maka itulah
kenajisannya.

Setiap tempat tidur, yang ditiduri orang yang mengeluarkan lelehan itu
menjadi najis, dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis juga.
Setiap orang yang kena kepada tempat tidurnya haruslah mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis
sampai matahari terbenam. Siapa yang duduk di atas barang yang
telah diduduki oleh orang yang demikian haruslah mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia menjadi najis
sampai matahari terbenam. Siapa yang kena kepada tubuh orang yang
demikian, haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan
air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. Apabila orang
yang demikian meludahi orang yang tahir, haruslah orang ini mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis
sampai matahari terbenam. Dan setiap pelana yang diduduki orang
yang demikian menjadi najis. Setiap orang yang kena kepada sesuatu
bekas tempat orang tadi menjadi najis sampai matahari terbenam.
Siapa yang mengangkatnya, haruslah mencuci pakaiannya, membasuh
tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam.
Dan setiap orang yang kena pada orang yang demikian, sedang orang
ini tidak mencuci tangan dahulu dengan air, haruslah mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis
sampai matahari terbenam. Kalau orang itu kena pada belanga tanah,
itu haruslah dipecahkan, dan setiap perkakas kayu haruslah dicuci
dengan air―
347 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

4. Kebersihan dari segala kotoran yang mendatangkan penyakit


(Imamat 4:11, 12)

―Adapun kulit lembu jantan itu dan segala dagingnya, beserta kepala
dan betisnya dan isi perutnya dan kotorannya, jadi lembu jantan itu
seluruhnya harus dibawanya ke luar perkemahan, ke suatu tempat
yang tahir, ke tempat pembuangan abu, dan lembu itu harus
dibakarnya sampai habis di atas kayu api di tempat pembuangan abu―.

5. Kebersihan badan dari kotoran dengan mandi (Keluaran


19:10; 29:4)

―Berfirmanlah YHWH kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu;


suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan
mereka harus mencuci pakaiannya. Lalu kausuruhlah Harun dan anak-
anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan haruslah engkau
membasuh mereka dengan air―

Jika Torah berbicara mengenai gaya hidup bersih, mengapa kita


harus mengatakan bahwa Torah telah dibatalkan melalui kedatangan Yesus
Sang Mesias? Padahal Yesus tidak membatalkan Torah melainkan
menggenapinya. Menggenapi Torah memiliki makna (1) menggenapi
berbagai nubuatan para nabi yang terkait dengan kedatangan Mesias (Luk
24:44) (2) menggenapi bermakna memberikan tafsir yang benar tentang
pelaksanaan Torah sebagaimana dikatakan DR. David Bivin & Roy
Blizard sbb: ‖Kata ‗membatalkan‘ dan ‗menggenapi‘, merupakan istilah
teknis yang digunakan dalam diskusi rabinik. Ketika seorang bijak merasa
bahwa temannya menafsirkan secara keliru bagian dari Kitab Suci, dia
akan mengatakan ‗anda telah membatalkan Torah!‘, singkatnya, dalam
banyak kasus, temannya menunjukkan ketidaksepahaman yang keras. Bagi
orang bijak, yang dimaksud dengan ‗melenyapkan Torah‖ maka
kebalikannya, ‗menggenapi Torah‘ atau menafsirkan Kitab Suci dengan
tepat‖292.

292
DR. David Bivin & Roy Blizard, Understanding the Difficult Words of Jesus,
Destiny Image Publishers, 2001, p. 114
348 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Demikian pula DR. David Stern mengulas sbb: ―Adalah tepat


bahwa Yeshua memelihara Torah secara sempurna dan menggenapi
berbagai nubuatan dalam Kitab Para Nabi. Namun bukan ini pokok
persoalannya. Yeshua tidak datang untuk membuat tidak berlaku Torah
namun membuat ‗maknanya menjadi penuh‘ mengenai apa yang dituntut
dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Selanjutnya Dia melengkapi
pemahaman kita terhadap Torah dan Kitab Para Nabi…Pasal 5 yang
tersisa, menjelaskan enam kasus khusus dimana Yeshua memberikan
penjelasan makna rohani secara penuh mengenai pokok-pokok dalam
hukum Yahudi‖ 293. Baik Yesus dan Rasul Paul khususnya bukan melawan
dan membatalkan Torah melainkan melawan tafsir dan pemahaman Torah
yang bersifat Legalistik. Apa itu Legalistik? Pemahaman yang menyatakan
bahwa seseorang akan memperoleh keselamatan dan hidup kekal dengan
bergantung pada usaha dan kekuatan sendiri dalam melaksanakan hukum
dan aturan Tuhan. Tidak ada padanan kata Yunani untuk Legalistik,
sehingga Rasul Paul menggunakan dua istilah yaitu hupo nomou (di bawah
sistem legalistik) dan erga nomou (mengerjakan sistem legalistik).

Yesus Sang Mesias mengajarkan pada para muridnya untuk tidak


terjebak dalam formalitas yang munafik sehingga mengabaikan kebershan
sejati yaitu kebersihan di dalam diri yang terpancar dalam kebersihan fisik
dan tindakan. Dalam Matius 23:23 dikatakan sbb: ―Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi
yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan
belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain
jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu
tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu
telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan
sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan
itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli

293
DR. David Stern , Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.25-26).
349 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab


kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya
memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang
belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah
luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu
penuh kemunafikan dan kedurjanaan‖.

Marilah kita menjaga kebersihan badan, hati pikiran dan tindakan


dari segala pencemaran jasmani dan rohani. Selidikah dan patuhilah Torah
YHWH dan Torah Mesias sebagai sumber kebersihan karena dikatakan
dalam Amsal 10:9 sbb, ―Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi
siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui‖
350 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXVII

TORAH MENGENAI PELAYANAN


TERHADAP JANDA & YATIM

Istilah melayani para janda (almanah) dan anak yatim (yatom),


sebagaimana memberikan tsedaqah, merupakan istilah yang juga kurang
populer dalam lingkungan Gereja dan Kekristenan. Pengaruh Teologi
Sukses yang menjadikan kekayaan materil sebagai ukuran bahwa
seseorang telah sungguh-sungguh beriman dan diberkati dengan melimpah,
mengakibatkan isu mengenai relevansi pelayanan terhadap para janda dan
anak yatim menjadi terabaikan. Marilah kita melihat bagaimana Torah
YHWH maupun Torah Yesus Sang Mesias, secara berkesinambungan
memerintahkan agar orang beriman senantiasa memperhatikan kaum janda
dan anak yatim dalam pelayanan mereka.

Torah YHWH mengenai para janda dan anak yatim

1. Belalah hak para janda dan anak yatim (Kel 22:22-24)

"Seseorang janda (almanah) atau anak yatim (yatom) janganlah kamu


tindas. Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan
mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku
dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan
membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi
janda dan anak-anakmu menjadi yatim‖

2. YHWH pelindung para janda dan anak yatim (Mzm 68:5-7)

―Bernyanyilah bagi Tuhan mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan


bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah
YHWH; beria-rialah di hadapan-Nya! Bapa bagi anak yatim
(yatomim)dan Pelindung bagi para janda (almanot), itulah Tuhan di
kediaman-Nya yang kudus; Tuhan memberi tempat tinggal kepada
orang-orang sebatang kara (yekhidim), Dia mengeluarkan orang-
351 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-


pemberontak tinggal di tanah yang gundul‖

3. Perjuangkan perkara para janda dan anak yatim (Yes 1:17)

―Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang


kejam; belalah hak anak-anak yatim (shiftu yato)], perjuangkanlah
perkara janda-janda (rivu almanah)!‖

4. Jangan menindas para janda dan anak yatim (Zakh 7:10)

―Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang
miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap
masing-masing."

Torah Mesias dan Para Rasul mengenai para janda dan anak yatim

1. Menjadi perhatian Yesus (Luk 21:2-4)

―Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Dia melihat orang-orang kaya


(ashirey) memasukkan persembahan mereka ke dalam peti
persembahan. Dia melihat juga seorang janda miskin (almanah
aniyah) memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Dia berkata:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi
persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

2. Menjadi perhatian para rasul (Kis 6:1-4)

―Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah


sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani
terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda
mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu
kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata:
"Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Tuhan untuk
352 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari


antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya
kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri
dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."

3. Wujud ibadah yang sejati (Yak 1:27)

―Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Tuhan, Bapa
kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan
mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh
dunia‖

Marilah kita menjadikan pelayanan terhadap para janda dan anak


yatim, sebagai bagian integral dari pelayanan Kehilat Mesianik (Jemaat
Mesias) dimanapun berada. Jika kita menaruh perhatian terhadap apa yang
YHWH Semesta Alam dan Yesus Sang Mesias kehendaki –yaitu melayani
para janda dan anak yatim- maka kita telah menyelaraskan diri dengan apa
yang dikehendaki-Nya.
353 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KEENAM

ASPEK ESOTERISME DALAM TEOLOGI DAN DEVOSI


354 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXVIII

ASPEK ESOTERISME
DALAM BERAGAMA DAN BERTEOLOGIA

Hakikat Esoterisme

Esoterisme berasal dari kata Esoteric yang bermakna, ―Teaching


within a religion or philosophy that are not made known to everyone, but
only to an inner circle, are called esoteric. Esoteric teaching are usually
difficult to understand; that is why they are only revealed to the small
number who are sincere enough, or have developed far enough spiritually,
to really understand them‖294 (ajaran di kalangan agama atau filsafat, yang
tidak diperuntukkan bagi setiap orang namun hanya bagi lingkungan yang
terbatas yang disebut dengan esoterik. Pengajaran esoterik biasanya sulit
dimengerti, itulah sebabnya ajaran ini hanya disingkapkan pada sejumlah
kecil orang yang cukup memahami atau telah mengembangkan kerohanian
yang memadai, untuk memahami ajaran tersebut).

Dari definisi di atas, kita mendapatkan fakta bahwa esoterisme


berada di wilayah agama dan filsafat. Esoterisme tidak bisa dilepaskan oleh
para penganut agama manapun. Boleh dikatakan, esoterisme adalah suatu
penggalian yang berkaitan dengan kedalaman jiwa dan batin untuk
memperoleh suatu pencerahan spiritual. Esoterisme berkaitan dengan suatu
pendalamanhubungan pribadi dengan Tuhan yang dilakukan dengan cara-
cara yang bersifat metafisik dan kontemplatif. Esoterisme dilawankan
dengan ekosterisme. Jika esoterisme berkaitan dengan penggalian aspek
batin individu dalam beragama, maka eksoterisme berkaitan dengan aspek-
aspek luar dalam beragama termasuk ritual ibadah yang nampak (tefilah,
shabat, moedim, tsedaqah, dll), maupun pengkajian Kitab Suci secara
rasional.

294
Richard Kennedy, The Dictionary of BeliefsAn Illustrated Guide to World
Religious and Beliefs, Ward Lock Education, 1984, P. 68
355 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Keberagamaan seseorang, tidak bisa dilepaskan dari dua aspek di


atas, baik eksoteris maupun esoteris. Keagamaan yang hanya
mengedepankan aspek eksoteris (aspek lahiriah) maka akan muncul
kekeringan dalam jiwa dan batin. Agama hanya menjadi ritual lahiriah
yang tidak menyentuh batin dan menimbulkan suatu kegairahan spiritual.
Keagamaan yang hanya mengedepankan aspek esoterisme (aspek batin),
cenderung menjauhkan dari aktifitas dunia luar berupa kewajiban sosial
dan politik dan lebih asyik masuk dengan pengalaman batin yang dibentuk
melalui proses bertarak dan menahan nafsu.

Kabalah, Tasawuf, Hesykiasme, Kharismatik: Upaya-Upaya Menggali


Aspek Esoterisme

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa esoterisme menjadi


milik semua agama. Dalam Yudaisme, dikenal dengan sebutan Kabalah,
dalam Islam dikenal dengan sebutan Tasawuf, dalam Kekristenan
Orthodox dikenal dengan sebutan Hesykiasme, sementara dikalangan
Kekristenan Protestan dkenal dengan sebutan Kharismatik.

Kabalah

Kabbalah, artinya menerima pengajaran atau secara sederhana


tradisi dan berasal dari bahasa Ibrani qabel yang bermakna menerima. Pada
mulanya kata ini diterapkan pada Tradisi Lisan yang diterima setelah
penghancuran Bait Suci yang kedua, dalam bentuk Talmud. Namun
demikian, pada Abad ke-11, istilah kabbalah juga dipergunakan untuk
menunjuk pada berbagai aneka ragam pengacaran yang bersifat mistik
yang mulai diterima oleh komunitas Yahudi pada saat itu. Kumpulan
kedua ajaran yang diterima merupakan kabbalah yang sebenarnya.
Meskipun ajaran ini berkembang secara penuh di Abad Pertengahan,
namun benih pertama trend mistik mulai timbul dalam literatur talmudik,
yang ditulis setelah penghancuran Bait Suci keduadari tahun 15Ms sampai
60Ms295.

295
History Kabbalah
http://www.jfonline.org/pub/issues11202/historykabbalah.htm
356 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Secara hurufiah bermakna menerima dan terkadang diterjemahkan


sebagai Cabala, Kabbala, Qabalah atau ucapan lainnya. Kabalah diterima
sebagai otoritatif oleh kebanyakan Yahudi Orthodox. Menurut para
pengikutnya, pemahaman yang sangat akrab dan penguasaan Kabalah,
akan memberikan kedekatan spiritual antara Tuhan sehingga hasilnya
manusia dapat diberi kekuatan dengan pengertian yang tertinggi dalam
karya penciptaan oleh Tuhan Asal usul istilah Kabbalh tidak diketahui dan
diperdebatkan termasuk oleh Solomon Ibn Gabirol (1021-1058 Ms),
demikian pula oleh penganut Kabalah Prancis dari Abad XIII Ms bernama
Bahya ben Asher. Sementara itu beberapa istilah lain dipergunakan yang
berasal dokumen banyak agama sekitar Abad II Ms sampai hari ini,
sehingga istilah Kabalah menjadi pengetahuan dan pengalaman esoterik
yahudi yang sangat deskriptif. Literatur Kabalah yang utama yang
dianggap sebagai dasar bagi perkembangan pemikiran yang bercorak
kabalistik, memisahkan antara karya awal seperti Bahir dan Hekhalot
(dipercayai sebagai berasal dari sekitar Abad I Ms) dan karya kemudian
dari Abad XIII Ms yaitu Zohar yang mewakili sebagai sumber utama bagi
Kabalah yang bercorak kontemplatif (Kabbalah Iyunit)296.

Mendefinisikan Kabalah sebagai Mistik Yahudi, terlalu


menyempitkan essensi Kabalah. Kabalah lebih luas dari sekedar mistik dan
perihal supranatural. Kabalah adalah pendalaman aspek esoteris untuk
menghayati hubungan dengan Tuhan secara personal. Ada dua kata kunci
yang khas dalam ajaran Kabalah yaitu Ein Sof dan Sefirot. Torah
mengajarkan bahwa YHWH adalah kekal (Ul 33:27). Dari sini kita
memahami bahwa YHWH adalah tak terhingga atau tak terbatas. Dalam
mistisisme Yahudi istilah Eyn Sof digunakan untuk menerangkan YHWH
sebagai yang kekal, tak terhingga dan tak terbatas. Ein adalah kata Ibrani
yang berarti tidak ada atau tanpa, sementara Sof berarti akhir, batas, atau
definisi. Jadi YHWH adalah Eyn Sof . YHWH adalah tidak terdefinisi. Hal
ini menciptakan suatu persoalan. Pada saat kita berusaha menerangkan
YHWH, kita terdorong untuk memberikan-Nya suatu definisi sehingga kita

296
Kabbalah
http://en.wikipedia.org/wiki/Kabbalah
357 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

berbicara di luar konteks Eyn Sof.. Tidak ada satu pun cara bagi manusia
untuk menerangkan Eyn Sof, menerangkan YHWH, apalagi dengan
kapasitas daya pikir kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. YHWH senantiasa
tidak dapat ditangkap oleh pemikiran manusia. Sebagai manusia kita
mempunyai keterbatasan untuk itu.

Karena Eyn Sof tidak dapat diterangkan dengan sifat apapun,


dalam mistisisme Yahudi keilahian-Nya diterangkan oleh sepuluh Sefirot
(yang bercahaya) yang memancar keluar dari ―Eyn Sof yang disebut Eser
Sefirot (sepuluh pancaran cahaya). Sefirot ini mungkin sebaiknya
dimengerti sebagai hakikat YHWH. Berikut ini adalah kesepuluh Sefirot
itu yang masing-masing diasosiasikan dengan nama-nama YHWH:

1. Keter (Mahkota) - Ehyeh Asher Ehyeh (Aku Adalah Aku)-


2. Khokmah (Hikmat) - Yah
3. Binah (Wawasan) - YHWH Elohim
4. Chesed (Karunia) - El
5. Gevurah (Kekuatan) - Elohim
6. Tiferet (Keindahan) - YHWH Adonai
7. Hod (Kemuliaan) - Adonai Tzvaot (TUHAN Balatentara Sorga)
8. Netzach (Kemegahan) - Elohim Tzvaot (Elohim Balatentara Sorga)
9. Yesod (Fondasi) - Shaddai / El Chai (Yang Maha Kuasa / Elohim
Yang Hidup)
10. Malkut (Kerajaan) - Adonai

Hakikat keilahian yang serupa juga dijelaskan di dalam Tanakh


seperti dalam ayat-ayat berikut:

1. Roh YHWH akan ada padanya,


2. roh hikmat dan pengertian (Chokmah/Binah),
3. roh nasihat (Atzah)
4. dan keperkasaan (Gevurah),
5. roh pengenalan (Daat)
6. takut (Yirah) akan YHWH (Yesaya 11:2)
7. Ya YHWH, punya-Mulah kebesaran (Gedulah)
8. kejayaan (Gevurah),
358 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

9. kehormatan (Teferet),
10. kemasyhuran (Natzach)
11. keagungan (Hod),
12. Ya YHWH, punya-Mulah kerajaan (Malkut) (1 Tawarikh 29:11)

―YHWH meletakkan sebagai dasar (yesod) di Sion sebuah batu, batu yang
teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar (yesod) yang teguh‖
(Yesaya 28:16)

―Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi YHWH bahwasanya untuk selama-


lamanya kasih setia-Nya (chesed)!‖(2 Tawarikh 20:21)

Jika divisualisasikan, gambaran sefirot akan menghasilkan ets


khayim (pohon kehidupan) sebagaimana di bawah ini.
359 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Namun Eser Sefirot pun dapat dihubungkan dengan unsur-unsur dalam diri
manusia yang meliputi, pikiran, keputusan, kebijaksanaan, kepemimpinan,
dll. Perhatikan gambar berikut:

Tasawuf

Aspek esoterisme berkembang pula dalam lingkungan Islam, yaitu


Tasawuf. Prof. H. A. Rivay Siregar mengupas mengenai Tasawuf sbb:297
Pertama, Kata tasawuf mulai dipercakapkan sebagai suatu istilah sekitar
akhir Abad II Hijriah yang dikaitkan dengan salah satu jenis pakaian kasar
yang disebut Shuff atau wool kasar. Pakaian ini melambangkan
kesederhanaan para sufi. Kedua, orang-orang yang berkumpul di serambi
Mesjid nabi untuk mempercakapkan perkara keagamaan. Mereka disebut

297
Prof. H. A. Rivay Siregar, Sufisme dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal 31-21
360 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ahl al Suffah. Ketiga, dikaitkan dengan istilah Yunani Sophos atau


Kebijaksanaan. Para sufi adalah pencari hikmat dan kebijaksanaan.
Keempat, dikaitkan dengan istilah Shafa atau Shafwun yang artinya
bening. Para sufi adalah orang yang berhati bening. Kelima, dikaitkan
dengan istilah Shaff atau barisan, karena para sufi ada di barisan depan
dalam mencari ridha Ilahi. Selanjutnya, Rivay Siregar menjelaskan, namun
begitu, dari serangkaian definisi yang ditawarkan para ahli, ada satu asa
yang disepakati, yakni tasawuf adalah moralitas-moralitas yag bernafaskan
Islam. Artinya bahwa pada prinsipnya Tasawuf bermakna moral dan
semangat Islam, karena seluruh ajaran Islam dari berbagai aspeknya adalah
moral298.

Tokoh-tokoh dalam Tasawuf al., Abu Yazid al Bistani (wafat tahun


874 M), Husayn Ibn Mansur al Hallaj (858-922 Ms), Ibnu Arabi (1164-
1240), Abd al karim al Jili (1365-1417). Kita akan membahas salah satu
pandangan Tasawuf tentang Tuhan dan Manusia, yaitu menurut Al Hallaj
yang juga berpengaruh pada ajaran para Wali Songo khususnya Syekh Siti
jenar. DR. Harun Hadiwijono memberikaan gambaran mengenai ajaran Al
Halaj sbb: ―Menurut Al Hallaj, Allah adalah Zat yang pertama, asal dan
pusat dunia. Allah menciptakan Adam dalam gambar-Nya sendiri. Gambar
dari kasih Allah yang kekal itu dipantulkan dari diri Allah sendiri, agar
supaya Ia bisa melihat diri-Nya sendiri di dalam cermin. Terpujilah Dia
yang menyatakan rahasia dari sinar Ilahi-Nya di dalam manusia (yaitu
Adam). Menurut Al Hallaj, Tuhan Allah tidak bisa bersatu dengan
manusia, kecuali dengan cara demikian, bahwa Roh Ilahi menjadi hulul
(berpadu), artinya, bahwa ketuhanan (Lahut) menjelma ke dalam diri
insan. Para sufi harus berusaha melepaskan diri dari gerak yang
mengaburkan, yang datang dari dunia yang beraneka ragam serta bersifat
fana ini. Ilmu kebatinan bagi Al Hallaj adalah suatu tukar menukar kasih
yang secara aktif di antara hamba dan Tuhan, suatu percakapan di antara
Asyik (mahluk) dan Masyuk (Khalik), yang terjadi di dalam bagian hati
yang terdalam. Makin erat manusia dipersatukan dengan Allahnya, makin
sering Allah menampakkan diri serta bertindak di dalam pusat hati atau

298
Ibid., hal 33
361 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sirr manusia itu, sehingga akhirnya orang akan mengalami suatu


persekutuan rahasia dalam taraf yang tertinggi. Di sini orang akan
mengalami Huwa (Ia), yaitu Zat yang tanpa akhir itu. Sedang orang
dihisabkan ke dalam kepenuhan Allah yang tak berakhir itu, ia kehilangan
dirinya sendiri serta meninggalkan segala perbatasa. Di alam keadaan
yang demikian itu Allah bisa berbicara dengan perantaraan manusia,
sebagai umpamanya, Anal Haqq atau Roh-Mu campur dengan rohku
seperti anggur campur dengan air yang murni‖ 299

Hesykiasme

Gereja Orthodox Timur mengembangkan tradisi esoteris melalui


karya Aghios Gregorius Palamas, pada Abad XIV Ms. Dia adalah seorang
rahib di Gunung Athos yang mempraktekan doa Mesias, Tuan Yesus Sang
Mesias, Putra Tuhan, kasihanilah hamba orang berdosa ini, yang dilakukan
dengan disiplin tubuh dan konsentrasi pikiran yang ketat. Dengan
memfokuskan pad nama Yesus, sehingga tercapai ketenangan batin
(hesykhia, Yun) dan tenggelam dalam hadirat Tuhan. Praktek semacam ini
dipelihara oleh Gereja Orthodox dan dinamakan dengan Hesykhasme. Pada
tahun 1326, pengalaman melihat Terang Ilahi Tak Tercipta dalam praktek
Doa Yesus itu dikecam oleh Barlaam dari Kalabria, Italia. Dia aalah orang
Yunani namun yang mengikuti faham humanisme dari Renaisance Gereja
Barat yang menggunakan filsafat dan ide theologia Barat, dimana
kemungkinan bagi manusia untuk mengalami persekutuan dan pengalaman
bersatu dengan Tuhan itu disangkal. Ajaran Palamas dibela oleh Gereja
Orthodox pada suatu konsili yang dilaksanakan pada tahun 1346 yang
menegaskan, panunggalan yang dimaksud bukanlah panunggalan secara
pantheistis seperti yang diajarkan filsafat kafir, namun panunggalan secara
Kristologis, Pneumatologis dan Ekklesiologis. Artinya, oleh iman melalui
baptisan kita manunggal dengan kematian dan kebangkitan (Mesias),
artinya manunggal dengan dalam kehidupan (Mesias) sendiri300

299
DR. Harun Hadiwijono, Kebatinan Islam Dalam Abad Enam Belas, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, hal 18-19
300
Arkhimandrit Daniel Bambang D. Byantoro, Dua Ribu Tahun Sejarah Gereja
362 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kharismatik

Pdt. DR. Jan S. Aritonang memberikan ulasan mengenai


kemunculan Gerakan Kharismatik sbb:301 ―Gerakan Kharismatik (sering
juga disebut Pembaruan Kharismatik; Charismatic Renewal) dikenal juga
dengan nama Gerakan Pentakosta Baru (Neopentacostal). Karena itu,
sering kali gerakan ini diidentikan atau dicampuradukkan dengan
gerakan/aliran/gereja-gereja Pentakostal yang sudah muncul sejak awal
abad ini. Tak dapat disangkal bahwa gerakan Kharismatik ini bermula
pada dan mempunyai banyak persamaan dengan gerakan atau aliran
Pentakosta (lama). Pengalaman rohani tertentu yang dianggap sebagai
ciri utama aliran Pentakostal, antara lain Baptisan Roh dan penyembuhan
ilahi, juga menjadi ciri utama gerakan ini. Aritonang memberikan
pemetaan sejarah perkembangan gerakan ini yang meliputi, Tahap
pertama (1960-1967), khusus di lingkungan Protestan. Tahap Kedua
(1967-1977), khususnya di lingkungan Gereja katholik Roma. Tahap
Ketiga (1977), tahap konsolidasi302. Masih menurut Aritonang saat
mengkaji essensi pengajaran Kharismatik, Melalui penelusuran yang
cukup panjang lebar atas sejarah gerakan ini, kita telah melihat sejumlah
unsur pokok dari keyakinan ajaran dan praktik gerakan ini, yang sebagian
kompatibel dengan ajaran gereja-gereja arus utama, seangkan sebagian
lagi sangat berciri Pentakostal. Lalu telah disinggung pula di sana-sini
bahwa-sama seperti aliran Pentakostal-gerakan/pembaruan Kharismatik
ini lebih menekankan pengalaman rohani (jadi cenderung subyektif)
ketimbang rumusan ajaran‖303

OrthodoxOrthodoxia dan Bidat-Bidat, hal 28-29


301
Pdt. DR. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran d Dalam dan di Sekitar Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003, hal 196
302
Ibid., hal 203-231
303
Ibid., hal 215
363 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari sekilas keterangan di atas, kita dapat melihat bahwa gerakan


Kharismatik hendak memberikan tekanan dalam bidang esoteris yang
mulai dilupakan gereja oleh karena menyibukkan diri dalam ritual lahiriah
dan rumusan doktrinal belaka, sekalipun ada beberapa aspek yang
berlebihan dalam persoalan yang berkaitan dengan pengalaman pribadi
maupun fenomena supranatural, sebagaimana diulas Bambang Noorsena,
Dalam salah satu aspeknya adalah maraknya gerakan Kharismatik akhir-
akhir ini dapat dipandang sebagai kehausan untuk mengembalikan dimensi
mistik yang terlupa dalam teologi Barat yang terlampau rasional, kering
dan tidak menyapa. Meskipun patut dicatat, gerakan itu sering berarah
balik dan kebablasan, sehingga gerakan Kharismatik pada salah satu
aspeknya dapat disebut sebagai gerakan mistik liberal 304. Dari kajian
singkat mengenai Kabalah, Tasawuf, Hesykasme dan Kharismatik yang
merupakan fenomena di berbagai agama, maka dapat disimpulkan bahwa
hampir semua agama memiliki aspek penggalian esoteris, demi menghayati
suatu hubungan dengan Tuhan secara personal dan terlibat dalam energi
dan kuasa-Nya.

Hakikat Manusia: Mahluk Eksoteris dan Esoteris

Manusia diciptakan berdasarkan gambar dan keserupaan dengan


Tuhan. Inilah kualitas yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan
lainnnya, baik malaikat, alam semesta dan hewan serta tumbuhan. Manusia
diciptakan dengan suatu keistimewaan. Manusia diciptakan berdasarkan
Gambar dan Keserupaan dengan Tuhan. Dalam Kejadian 1:26 dikatakan,
―wayyomer Elohim, naasyeh adam betsalmenu kidemutenu‖ (dan
berfirmanlah Tuhan, marilah kita menjadikan manusia berdasarkan gambar
dan keserupaan dengan Kita. Kata Ibrani tselem bermakna gambar/lukisan
yang menyerupai aslinya (1 Sam 6:5), patung yang menyerupai aslinya
(Bil 33:52, Yekhz 16:17). Septuaginta menerjemahkan tselem dengan
eikona (gambar). Sementara kata demut bermakna keserupaan atau

304
Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil, Yogyakarta: ANDI Offset
2003, hal225
364 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kemiripan dengan aslinya (Yekhz 8:2, 2 Rak 16:10), setara dengan aslinya
(Yes 40:18). Septuaginta menerjemahkan demut dengan homoioi
(kemiripan, kesehakikatan).

Arti bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan dengan Tuhan,


bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan yang menampilkan kemuliaan
Tuhan. Kemuliaan Tuhan tersebut, nampak dalam tiga (3) perkara, yaitu
Pertama, hakikat manusia, yaitu ciptaan yang bukan terdiri dari unsur
tanah belaka namun yang dihembusi nefhes khaya (nafas kehidupan) oleh
Tuhan. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan, ―wayyitser Yahweh et ha adam afar
min ha adaman, wayipakh beapaiw nishmat khayim, wayehi haadam
lenefesh khaya.. ―. Manusia dicipta dari unsur tanah, namun dia mulia
karena dihembusi nafas Tuhan, sehingga dia menjadi jiwa yang hidup.
Manusia bukan sekedar mahluk yang ada hanya karena dikatakan yehi
(ada) maka yehi (ada) seperti binatang dan tummbuhan. Manusia dibentuk
dan diambil dari unsur bumi namun diberi kemuliaan karena memiliki
nishmat Elohim atau nafas Tuhan. Inilah yang menyebabkan manusia
memiliki dua kesadaran, yaitu kesadaran akan Tuhan di dalam batin atau
rohnya dan kesadaran akan alam semesta di dalam jiwa serta pancaindra
tubuhnya. Kedua, mandat manusia, yaitu menerima mandat penatalayanan
bumi dan mengelolanya, baik darat dan lautan. Dikatakan dalam Kejadian
1:26 sbb: ―wayirddu bidgat hayyam ubeof hashamayim uvabehema uvekal
haarets uvekal haremesy haromesy al ha arets‖ (supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas
seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi).

Ketiga, potensi manusia. Potensi manusia tersebut dapat dilihat


dibidang pengetahuan dan akal yang luar biasa, dimana manusia memberi
nama semua hewan yang diciptakan YHWH (wayyiqra haadam shemot
lekal haabehema, Kej 2:20). Lalu potensi kekuatan fisik dimana manusia
harus mengelola Taman Eden yang luas (wayyannikhehu began eden
leavdah uleshamrah, Kej 2:15). Dan akhirnya potensi spiritual, dimana
manusia berkomunikasi dengan Tuhan tanpa sekat pembatas (Kej 3:9-10).
Keempat, kekekalan manusia. Tuhan YHWH tidak mengatakan bahwa
manusia yang diciptakannya akan mengalami kematian, sampai dosa
masuk melalui pelanggaran manusia terhadap perintah Tuhan Yahweh agar
365 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

tidak memakan buah Pengetahuan Yang Baik (Ets Daat ha Tov) dan
Pengetahuan Yang Buruk (Ets Daat ha Ra).

Demikianlah manusia adalah mahluk mulia yang diciptakan


berdasarkan gambar dan keserupaan dengan Tuhan Yahweh yang
direfleksikan dalam hakikatnya yang memiliki kesadaran spiritual (aspek
esoteris) dan rasional (aspek eksoteris), tugasnya mengelola bumi secara
bertanggung jawab, potensi holistiknya atas ciptaan Tuhan serta sifat
kekekalannya. Tidaklah heran jika kita melihat hasil karya manusia yang
inovatif dan spketakuler, mulai dari penemuan berbagai teknologi yang
bermanfaat bagi kepentingan manusia sampai yang disalahgunakan untuk
memusnahkan umat manusia. Inilah yang dinamakan kebudayaan
(cultural) dan peradaban (civilization). Manusia adalah mahluk yang
berbudaya dan beradab. Dengan kata lain manusia adalah ciptaan yang
menghasilkan berbagai karya yang mengekspresikan kesadaran spiritual
dan rasional serta moralnya.

Menggali Dasar-Dasar Esoterisme Dalam TaNaKh dan Kitab


Perjanjian Baru

Eksegese Yunus 2:8-9

Marilah kita perhatikan satu ayat dari doa Yunus yang menarik
untuk kita kaji dan dalami. Dalam Yunus 2:8 dikatakan sbbKetika jiwaku
letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada YHWH, dan sampailah
doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Frasa Ibrani behitateif
alay nafshi, menggambarkan bentuk frustasi dan depresi yang menekan
jiwa Yunus. Mengapa Yunus frustasi dan depresi? Dia berada dalam perut
ikan dan dia tidak tahu bagaimana memperoleh jalan keluar kembali ke
dunia normal dimana dia menjalani hidup.

Ucapan Yunus saat dia mengalami stress dan depresi tidak hanya
berhenti pada kalimat ―behitateif alay nafshi‖ - Ketika jiwaku letih lesu
di dalam aku namun dia melanjutkan demikian: ―et YHWH zakarti watavo
tefilati eleyka el heikal qodsheka‖ - teringatlah aku kepada YHWH, dan
sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Ayat ini
366 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengajarkan pada kita untuk mengingat YHWH saat kita mengalami


keputusasaan. Di saat tekanan muncul, kita harus berpaling pada kekuatan
yang lebih besar dari tekanan yang menekan diri kita. Dan Dialah YHWH
Bapa kita di dalam Yesus Sang Mesias. Amsal 18:1 mengatakan sbb:
―Migdal oz shem YHWH, bo yarutz wenishgav‖ (Nama YHWH adalah
menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat).
Dan dikatakan dalam Ibrani 12:3 sbb: ―Ingatlah selalu akan Dia (Yesus),
yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari
pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus
asa‖.

Apa arti mengingat dalam ayat ini? Orang Jawa memiliki filosofi
untuk menjaga kesadaran manusia akan Tuhan, sekalipun konsep orang
Jawa Kuno mengenai Tuhan begitu abstrak dan transedental (jauh di sana)
yaitu dengan istilah eling yang artinya ingat atau sadar. Dalam bahasa
Ibrani digunakan kata zakor yang setara dengan bahasa Arab dzikir. Dalam
Arabic Bible kalimat ―et YHWH zakarti‖ diterjemahkan ―dzakartur
Rabba‖. Yunus nampaknya bukan sekedar berusaha mengingat dan
menemukan Tuhan dimana namun Yunus mengucapkan nama Tuhan
YHWH sebagai ekspresi dan bentuk nyata mengingat YHWH. Hal ini
dikuatkan jika kita membaca ucapan Yunus dalam ayat sbb: ―yeshuata la
YHWH‖ (Keselamatan dari YHWH). Berarti kata mengingat (zakor)
dalam ayat ini bukan sikap yang pasif melainkan aktif mengembangkan
kesadaran roh dan batin kita untuk berhubungan dan berkontak dengan
Tuhan.

Jika kita menggali ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh (Torah, Neviim,


Kethuvim) dapat kita jumpai petunjuk yang kurang lebh sama sebagaimana
dikatakan dalam Yunus 2:8. Dikatakan dalam Mazmur 119:55 sbb:
―zakarti balaylia shimka YHWH wa esmera Torateka‖ (Pada waktu
malam aku ingat kepada nama-Mu, ya YHWH; aku hendak berpegang
pada Torah-Mu. Dalam Arabic Bible diterjemahkan: ―Dzakartu fii al lail
smuka yaa Rabbu wa hafizhtu syariiataka‖. Demikian pula dalam Yesaya
26:8 dikatakan sbb: ―Ya YHWH, kami juga menanti-nantikan saatnya
Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-
Mu dan mengingat Engkau‖. Frasa Ibrani ―leshimka ulezikreka taawat
367 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

nafhes‖ dalam Arabic Bible diterjemahkan sbb: ―smika wa ila dzikrika


syahwatun nafsi‖. Berpijak dari ayat ini, saya mengembangkan dan
mendalilkan sebuah metode untuk menjaga kesadaran batin dan roh kita
terhadap Tuhan dengan mengucapkan nama Tuhan dengan tertib tertentu.
Saya menciptakan sebuah alat sebagai sarana mengingat dan menyebut
nama YHWH dengan sebutan Akedah Shlishim (ikatan 30) dengan filosofi
yang digali berdasarkan ayat-ayat dalam Kitab Suci termasuk Yunus 2:8.

Metode yang saya kembangkan merujuk pada praktek tulisan-


tulisan Bapa Gereja mengenai penajaman batin dalam buku Philokalia dan
juga praktek devosi meditatif dalam Gereja Orthodox yang disebut dengan
Puja Yesus dengan alat bernama Komboskini. Praktek serupa dapat
ditemui dalam Gereja Katholik dengan menggunakan Rosario namun
diarahkan pada Maria ibu Yesus saat mengucapkan Doa Novena. Dalam
hal ini saya tidak sepakat. Praktek serupa dapat ditemui dalam Agama
Islam dengan menggunakan Tasbih. Namun metode yang saya
kembangkan ini lebih berfokus pada nama Yahweh dan bertujuan untuk
menciptakan kavanah atau kondisi khusyuk dan konsentrasi.

Namun dalam kajian ini saya hanya hendak mengajarkan sebuah


metode sederhana untuk mengingat nama YHWH sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam keadaaan apapun dan di
manapun tanpa menggunakan alat bantu sekalipun yaitu dengan
mengucapkan dan menghafal kalimat ―YHWH Hu ha Elohim‖ (Yahweh
Dialah Tuhan). Kalimat tersebut petikan dari 1 Raja-raja 18:39 yaitu seruan
aklmasi Bangsa Israel ketika YHWH mendengar doa Eli-Yah saat beradu
tanding dengan para nabi Baal di Gunung Karmel. Selain seruan di atas,
dapat pula mengucapkan ―Yahshua Yeshuati‖ (Yahshua Keselamatanku).
Selain kalimat di atas, dapat juga dengan mengucapkan ―Halelu-Yah‖
(Pujilah Yahweh).

Bagaimana caranya agar kalimat di atas efektif dalam kehidupan


kita? Saat berada dalam perjalanan, saat mengendarai kendaraan, saat
melakukan pekerjaan yang berbahaya, saat mengalami sakit penyakit, saat
berada dalam tekanan psikis, dll, ucapkan kalimat tersebut berulang kali
dengan iman. Jika kita mengucapkan kalimat tersebut dengan iman, maka
368 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kita akan mengalami kelepasan sebagaimana Yunus mengalami kelepasan


yang diungkapkan dengan kalimat, ―watavo tefilati eleyka el heikal
qodsheka‖ (dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang
kudus). Dengan mengucapkan kalimat pujian dan pengakuan pada Tuhan
dan Juruslamat, maka secara tidak langsung kita telah berdoa pada-Nya
dan doa-doa kita akan sampai di tempat kudus-Nya. Mengingat nama
Yahweh dan Yesus bukan hanya bentuk lain doa kita kepada-Nya
melainkan sebagai salah satu cara untuk senantiasa dekat (qarov) dan
melekat (davaq) dengan Tuhan sebagaimana dikatakan dalam Mazmur
145:18 sbb: ―qarov Yahweh lekol qoraiw lekol asyer yiqrauhu beemet‖
(YHWH dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap
orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan).

Dengan kita senantiasa terhubung dengan Tuhan dan membuat


kesadaran batin dan roh kita aktif, maka kita akan diberikan kekuatan
untuk melawan berbagai tekanan yang meletihkan dan melelahkan jiwa
kita.

Eksegese Yohanes 15:1-8

Apa yang terjadi jika salah satu bagian dari kabel-kabel listrik di
rumah kita mengalami kerusakan karena dimakan tikus? Tentu saja aliran
listrik akan terganggu dan lampu-lampu di rumah kita tidak akan menyala.
Yesus mengajarkan pentingnya kesatuan dan kemelekatan antara orang
beriman, yaitu murid-murid-Nya dengan diri-Nya. Kesatuan dan
kemelekatan digambarkan secara simbolik antara pokok anggur dan
ranting-rantingnya serta pengelolanya. Kesatuan dan kemelekatan orang
beriman, Yesus dan Bapa-Nya dijelaskan dalam Yohanes 15:4 sbb:
―Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting
tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok
anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di
dalam Aku‖.

Kalimat, ―Tinggalah di dalam Aku‖ dan ―Aku di dalam kamu‖,


dalam naskah Yunani dituliskan, ―meinate en emoi, kago en umin‖. Kata
meinate merupakan bentuk imperatif (perintah) dari kata meno yang
369 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

artinya tetap atau terus menerus. Hebrew New Testament menerjemahkan


dalam bahasa Ibrani, ―heyu deveqim bi waani bakem‖. Kata deveqim
merupakan bentuk jamak dari kata davaq yang bermakna melekat atau
menjadi satu, berpaut terhadap sesuatu. Dari analisis kata tersebut, maka
Yohanes 15:4 dapat dibaca secara luas sbb: ―terus meneruslah berada di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu atau, melekatlah di dalam Aku dan Aku
di dalam kamu‖.

Torah, berulang kali mengajarkan bahwa Bangsa Israel sebagai


umat perjanjian, harus selalu mematuhi dan melekat dengan YHWH Sang
Pencipta, sebagaimana dikatakan:

―Matamu sendiri telah melihat apa yang diperbuat YHWH


mengenai Baal-Peor, sebab Yahweh Tuhanmu, telah
memunahkan dari tengah-tengahmu semua orang yang
mengikuti Baal-Peor sedangkan kamu sekalian yang melekat
pada YHWH Tuhanmu, masih hidup pada hari ini‖ (Ul 4:3-4)

―Engkau harus takut akan YHWH Tuhanmu, kepada-Nya


haruslah engkau beribadah dan melekat, dan demi nama-Nya
haruslah engkau bersumpah‖ (Ul 10:20)

―YHWH Tuhanmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan


Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya
harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan
melekat‖ (Ul 13:4)

Kesatuan dan kemelekatan dengan Yesus dan Sang Pencipta akan


menimbulkan buah. Apa yang dimaksud dengan buah? di sini? Buah
adalah perilaku hidup yang mengalami perubahan dan pertumbuhan,
sebagaimana disitir Rasul Paul dalam Galatia 5:22-23 sbb: ―Tetapi buah
Roh adalah, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum
yang menentang hal-hal itu‖. Buah juga bermakna berkat-berkat spiritual
maupun finansial. Ulangan 28:1-14 membicarakan berkat-berkat finansial
dan material serta spiritual yang dijanjikan YHWH bagi mereka yang
370 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mendengar dan melakukan perintah-Nya.

Bagaimanakah agar kita mengalami kesatuan dan kemelakatan


dengan Yesus dan Sang Bapa Yahweh? Yesus berkata dalam Yohanes 15:7
sbb: ―Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam
kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya‖. Kesatuan dan kemelekatan di dalam Yesus bukan
dilakukan secara mistis dengan mengucapkan mantra-mantra tertentu atau
menghilangkan kesadaran, sebagaimana dilakukan aliran-aliran kebatinan,
gnostik serta paham-paham spiritualisme. Kesatuan dan kemelakatan
dibangun atas dasar kesadaran dan pemahaman terhadap Firman Yesus.

Ekesegesa 2 Petrus 2:1-15

Satan paling tahu kelemahan manusia, yaitu hawa nafsu atau


keinginan daging (Gal 5:19-21). Satan selalu mencoba mengalihkan
manusia dari sifat-sifat luhur dengan menjatuhkan manusia pada beberapa
area penting, yaitu kekuasaan, kebutuhan ekonomi dan pengandalan diri
sendiri (Luk 4:1-13). Bagaimana agar kita terhindar dari kerusakan di
dunia ini melalui hawa nafsu kita?

Rasul Petrus mengajarkan kunci penting untuk kita mencegah dari


berbagai perbuatan yang mendorong kita pada lembah kenistaan. Bukan
pengobatan tapi pencegahan. Bukan penyembuhan, tapi pencegahan. Kunci
yang pertama adalah mengalami kekuatan keilahian (ay 3). Kata kekuatan
keilahian, dalam naskah Yunani disebut sebagai Theis Dunameos dan
dalam naskah Aramaik disebut Khayila Elahiya dan dalam naskah Ibrani
disebut Gevurah Eloah. Kekuatan keilahian inilah yang menghasilkan
kehidupan, ketaatan untuk melakukan shabat dan menerima janji-janji
Tuhan yang dahsyat. Tanpa kekuatan ketuhanan, kita tidak mampu hidup
saleh dan menerima janji-janji yang indah dari Tuhan. Saya gambarkan
kekuatan keelohiman itu seperti suryakanta yang diarahkan secara fokus
dari matahari ke kertas, sehingga menghasilkan api. Demikianlah kekuatan
keilahian itu memampukan kita untuk hidup kudus dan saleh, memapukan
pula menghadapi marabahaya, menghadapi kesulitan, melewati angin ribut
pencobaan, mengatasi badai dalam pekerjaan dan rumah tangga. Ibadah
371 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan kesalehan tanpa kekuatan ketuhanan, menjadi rutinitas agamawi yang


tidak mendatangkan dampak dalam diri kita dan luar diri kita.

Yang lebih luar biasa, kekuatan keilahian itu justru memampukan


kita untuk mengambil bagian dalam sifat dasar keilahian (ay 4). Apa arti
pernyataan ini? Dalam teks Yunani disebut ―Theias koinoonoi phuseos‖.
Dalam naskah Aramaik disebut ―shutfa dkaina Elahaiya‖. Dalam naskah
Ibrani disebut ―kheleq miteva Eloah‖. Lembaga Alkitab Indonesia
menerjemahkan dengan mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Terjemahan
ini mendekati terjemahan dalam bahasa Arab, syurakath at thabiat al
Ilahiyah.

Kata koinoonoi secara literal bermakna persekutuan yang erat.


Sementara phuseos merupakan sifat dasar yang membedakan mahluk satu
dengan lainnya. Dengan demikian, ayat ini mengandung maksud bahwa
orang beriman dapat mengelami persekutuan atau mengambil bagian
dalam sifat dasar atau tabiat atau phuseos dan bukan di dalam zat atau
hupostasis. Saya gambarkan kalimat mengambil bagian atau persekutuan
dengan sifat dasar keilahian, dengan orang yang berjemur di bawah
matahari pagi. Dia dapat menikmati sinar matahari yang menghangatkan
dan menyegarkan. Namun dia tidak dapat mendekati matahari, karena dia
akan terbakar. Jadi persekutuan dengan Tuhan, adalah persekutuan dengan
sifat dasar-Nya atau kualitas-kualitas di dalam diri Tuhan atau energi-Nya
dan bukan persekutuan hupostasis (hakikat). Kekuatan Keilahian yang
menghasilkan kita mendapat bagian atau mengalami persekutuan dengan
sifat dasar keilahian, kita terima ketika kita menerima Yesus sebagai Sang
Mesias. Mengapa demikian? Karena Yesus sebagaimana di katakan dalam
Ibrani 1:3 cahaya pantulan kemuliaan-Nya dan wujud nampak sifat dasar-
Nya (Yun: hos on apaugasma tes doxes kai charakter tes hupostaseos atau
Ibr: we Hu zohar kevodo wetselem panai). Diluar itu, berarti kita sudah
melibatkan diri dengan kekuatan supranatural di luar Tuhan yang benar.

Dampak yang diperoleh ketika kita mengalami kekatan keilahian


yang menjadikan kita mengambil bagian atau bersekutu dengan sifat dasar
keilahian, adalah kita tidak mengalami kerusakan di dalam olam hazeh,
oleh hawa nafsu kita. Dengan demikian, agar kita dapat mengendalikan
372 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

hawa nafsu kita yang di picu oleh dosa, maka kita membutuhkan kekuatan
keilahian yang tersedia tidak terbatas di dalam Yesus Sang Mesias Putra
Tuhan YHWH. Kekuatan keilahian itulah yang menghasilkan kita terus
menerus mendapatkan bagian di dalam sifat-sifat ketuhanan, meskipun kita
tidak akan pernah menjadi Tuhan. Ada banyak cara untuk mengalami dan
menghayati kekuatan keilahian yang mengakibatkan kita mengambil
bagian dalam sifat dasar keilahian. Salah satunya adalah melaksanakan
tefilot aqanim YHWH (doa-doa dengan menggunakan gelar dan nama
YHWH) dengan menggunakan aqedah ha shlisim (ikatan tiga puluh).

Rasul Petrus juga mengajarkan agar kita menambah kualitas-


kualitas kerohanian dalam diri kita, dengan menambahkan pada iman yaitu
kekuatan, pada kekuatan tambahkanlah pengetahuan, pada pengetahuan
tambahkanlah kebaran, dst. Apa artinya? Artinya adalah agar kita jangan
berpuas diri dengan apa yang sudah kita miliki. Tambahkanlah terus
berbagai kualitas dalam kerohanian kita, agar kita mengalami pertumbuhan
yang sehat (ay 8) dan terhindar dari berbagai sifat-sifat yang buruk dan
yang menjerumuskan kita ke dalam perbuatan tercela (ay 9).

Nilai Penting Esoterisme dalam Kehidupan Beragama dan


Berteologia

Jika esoterisme penting bagi praktik religius seseorang, lalu apa


nilai pentingnya? Saya akan membatasi nilai penting penggalian aspek
esoterisme, pada Kekristenan dan bukan pada agama-agama yang lainnya.
Pertama, memberi kehidupan pada agama. Rasul Yakobus berkata,
―Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa
perbuatan-perbuatan adalah mati‖ (Yak 2:26). Hidup keagamaan yang
ditandai dengan berbagai ritual lahiriah (aspek eksoteris) seperi ibadah
harian (tefilah), ibadah pekanan (shabat), ibadah bulan (rosh qodesh),
ibadah tahunan (moedim), berbuat derma (tsedaqah), menyantuni anak
yatim (yatomim) dan para janda (almanah) tanpa dilandasi hubungan dan
pengenalan yang bersifat personal dengan Tuhan, akan menghasilkan
kegiatan keagamaan dan ritual yang kering dan tidak mengalir dari
spiritualitas yang hidup.
373 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kata mengenal dalam bahasa Ibrani dipergunakan kata Yada (Hos


4:6). Kata Yada dipergunakan untuk menggambarkan hubungan seksual
antara lelaki dan perempuan. Contoh, ―Dan Adam telah menggauli Hawa,
istrinya‖ (we ha Adam yada et Khawa, Kej 4:1). Dengan demikian,
pengenalan akan Tuhan bukan hanya berkaitan aspek nalar, rasio, logika
namun suatu persekutuan yang intim, suatu pergaulan yang rapat. Yesus
pun mengajarkan bahwa, Tuhan itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yokh 4:24).
Penyembahan yang bukan haanya secara fisik dan lahiriah melainkan dari
kedalaman jiwa dan roh yang disertai kebenaran dan kesetiaan. Seluruh
ekspresi ibadah lahiriah atau yang nampak, merupakan suatu pantulan dari
pengenalan atau pergaulan kita yang sejati dengan Tuhan Semesta Alam.
Jika keseluruhan ibadah lahariah atau yang nampak merupakan pantulan
dan bias dari pergaulan kita secara personal dengan Tuhan, maka ada
kehidupan, kuasa, dinamika dalam ritual keagamaan kita dan bukan
sekedar ritual kering dan sarat dengan kemunafikan.

Kedua, memberikan keseimbangan kepada Teologi. Teologi,


membicarakan Ketuhanan secara sistematis, logis dan rasional. Teologi
berkaitan dengan wilayah kognitif. Teologi, membicarakan pengalaman
iman, bahasa iman, rumusan iman, dalam bahasa yang ilmiah, sistematis
dan akademis (aspek eksoteris). Seorang teolog yang selalu berkecimpung
dengan teologia, seharusnya mengimbangi dengan selalu memiliki
devosi/penyembahan pribadi, dengan tujuan mengasah ketajaman hati dan
jiwa dan bukan sekedar ketajaman rasio dan penalaran. Meminjam
pendekatan kabalah mengenai eser sefirot dalam diri manusia, maka harus
terjadi keseimbangan antara masing-masing sefirot sehingga terjadi
harmonisasi di antara masing-masing sefirot. Aspek penalaran berkaitan
dengan binah dan daat. Aspek hati berkaitan dengan tiferet. Teologia
bukanlah musuh yang merusak iman. Teologia adalah disiplin ilmu yang
berusaha membahasakan keseluruhan pengalaman iman, baik dalam Kitab
Suci maupun di luar Kitab Suci, dalam bahasa yang logis dan akademis.
Seorang teolog sudah seharusnya merupakan seseorang yang memiliki
pengalaman iman dan penghayatan batin serta jiwa yang tajam dengan
Tuhan dan Firman-Nya yang dirumuskan dalam bahasa-bahasa teologia
yang formal.
374 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ketiga, menjadikan Firman Tuhan bukan sekedar logos yang


berkatan dengan masa lalu dan di sana, melainkan menjadi rhema yang
hidup sepanjang hari di sini. Sebenarnya kata ―logos‖ dan ―rhema‖, secara
umum bermakna sama, yaitu kata-kata, ucapan, perkataan, percakapan,
perkataan nubuatan. Namun secara khusus, kata logos, berkaitan dengan
kata-kata yang dituliskan dan dibacakan serta terikat dengan konteks
tertentu. Logos yang dituliskan atau dibacakan, biasanya dikenal dengan
Ta Biblia (Yun: Kitab Suci) atau Tas Graphas (Yun: tulisan suci). Namun
kata rhema yang berkaitan dengan kata-kata yang bergema dibalik kata-
kata yang tertulis dan memiliki makna yang khusus serta berulang-ulang
bagi yang membacanya, dalam konteks dan peristiwa yang berbeda.

Mari kita lihat contoh penggunaan kata rhema dalam Yohanes 8:47
yang berbunyi, ―barangsiapa berasal dari Tuhan, ia mendengarkan firman
(ta rhemata) Tuhan; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya,
karena kamu tidak berasal dari Tuhan‖. Kata ―firman‖ dalam ayat ini
dipergunakan kata rhema dan bukan logos. Bukankah Firman Tuhan telah
menjadi manusia Yesus dan kehidupan serta ajaran-Nya telah direkam
dalam Kitab Suci? Lalu bagaimana kita masih dapat mendengar Firma
Tuhan bagi kita yang hidup di Abad Modern? Karena firman yang tertulis
bergema kembali dalam konteks yang berbeda dan memberi inspirasi dan
jalan keluar bagi persoalan yang sedang kita hadapi. Satu ayat lagi kita
akan kupas, dimana kata rhema dan logos tampil bersamaan. Dalam Kisah
Rasul 10:44 dikatakan, ―Ketika Petrus sedang berkata (ta rhemata)
demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan
pemberitaan itu‖ (ton logon). Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa kata
rhema menunjuk pada firman yang hidup dan bergema bagi semua orang
yang mendengarnya. Sementara logos menunjuk pada isi berita yang
teruskait dengan konteks tertentu, dalam hal ini kehidupan dan ajaran
Yesus.

Bagaimanakah membedakan rhema dengan logos? Pertanyaan ini


terkait dengan pertanyaan sebelumnya, bagaimana kita dapat memahami
Firman YHWH di dalam Yesus Sang Mesias? Berikut saya sampaikan
kesaksian diri sebagai alat bantu memahami istilah logos dan rhema.
Ketika saya mengalami fase pertobatan pribadi pada tahun 1992, di
375 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Bandung, saya bertekad untuk melayani Tuhan sebagai seorang


rohaniawan. Saya mendapatkan informasi megenai sekolah teologia di
Yogyakarta. Keinginan saya kuat untuk beragkat meninggalkan kota
Bandung. Padahal saya dilarang orang tua, untuk masuk sekolah teologi.
Jika saya tetap berkeras, maka mereka mengancam tidak akan membiayai
sekolah saya. Dalam kebingungan dan kekalutan, saya berdoa dan ketika
membaca Kitab Suci, mata saya berhenti membaca Kitab Yosua 1:9 yang
berbunyi: ―Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan
teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab YHWH
Tuhanmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi."

Secara konteks historis, firman ini diucapkan (logos) YHWH


kepada Yoshua ben Nun, agar memperkatakan isi Torah sebagai petunjuk
hidup di negeri yang baru yaitu Kanaan dan perintah agar jangan takut
terhadap apapun karena YHWH akan menyertai kehidupan Yosua ben Nun
dan Bangsa Yisrael. Namun dalam konteks personak, firman ini berbicara
(rhema) kepada saya dan memberikan dorongan agar jangan takut
mengambil keputusan tersebut, karena Tuhan akan senantiasa menyertai.
Inilah salah satu contoh pembedaan antara logos dan rhema. Setiap pribadi
kita sebagai murid Yesus Sang Mesias, harus memahami firman (rhema)
Tuhan bagi kehidupan kita masing-masing, persoalan-persoalan kita,
harapan-harapan kita. Untuk memahami konteks historis firman yang
tertulis, kita memerlukan alat bantu yaitu pendidikan teologi, berbagai
literatur serta kemampuan melakukan hermeneutik atau penafsiran Kitab
Suci. Tanpa pemahaman terhadap firman Tuhan yang berbicara sepanjang
waktu, maka kita akan selalu gagal memahami kehendak Tuhan. Rhema
diperoleh dikarenakan kita mengalami kesatuan dan kemelekatan. Rhema
diperoleh saat kita melakukan tefilah pribadi dan mohon petunjuk atas
berbagai persoalan yang kita hadapi. Rhema dapat diperoleh saat kita
mendengar firman Tuhan (Rm 10:17).

Keempat, mengalami kuasa YHWH dalam kehidupan sehari-hari.


Kata kuasa (gevurah), kekuatan (koakh), perbuatan ajaib (niflaot) selalu
dihubungkan dengan YHWH Semesta Alam. Nabi-nabi
mendemonstrasikan kuasa, kekuatan dan perbuatan ajaib YHWH seperti
yang dilakukan Musa dan Elia serta Elisa. Yesus Sang Mesias mengadakan
376 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

berbagai perbuatan ajaib untuk meneguhkan Kerajaan Tuhan, demikian


para rasul-Nya. Kisah Rasul 1:8 melaporkan bahwa murid-murid Mesias
akan menerima kuasa yang sama yang dimiliki Mesias, ―Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi." Demikian pula perbuatan ajaib akan menyertai
siapapun yang percaya pada Mesias Yesus, ―Tanda-tanda ini akan
menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan
demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum
racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan
tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh‖ (Mrk 16:17-18).

Kuasa, kekuatan dan perbuatan ajaib YHWH adalah aspek esoteris


yang harus digali dan dihayati dalam suatu hubungan yang melekat dan
mendalam bersama YHWH di dalam Mesias Yahshua. Bagaimana
membedakan antara muzizat Tuhan dengan muzizat Shatan? Berbagai
fenomena supranatural dan perbuatan ajaib yang tidak bersumber dari
pribadi YHWH dan firman-Nya yang tertulis dalam Torah-Nya, dan
apabila keseluruhan perbuatan ajaib tersebut lepas dari prinsip-prinsip
Torah yang meninggikan dan memuliakan YHWH di dalam Mesias maka
perbuatan ajaib tersebut dapat dipastikan tidak bersumber dari kebenaran.
377 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XXXIX

DZIKIR (ZAKOR): KONTEMPLASI KRISTIANI

Saat Yunus mengingkari panggilan Tuhan untuk mewartakan


kebenaran, sampailah Yunus pada takdirnya ditelan ikan yang besar.
Dalam perut ikan dia tidak mati. Di perut ikan, dia berdoa (Yun 2:1-10).
Doa Yunus mustajab. Atas kuasa Tuhan, ikan besar yang menelan Yunus
akhirnya memuntahkan Yunus dari perutnya dan Yunus selamat. Saat kita
ditelan persoalan berat dan digempur gelombang penderitaan yang
bergulung, berdoalah kepada Tuhan agar kita memperoleh keselamatan dan
pertolongan dari Tuhan. Doa Yunus dapat kita jadikan doa kita saat kita
tertekan dalam persoalan. Bacalah doa Yunus saat kita berada dalam
tekanan persoalan yang mendera dan menghimpit diri kita, maka apa yang
akan dialami Yunus akan dialami oleh kita. Kita akan dikeluarkan dari
terkaman persoalan yng berat dan memperoleh jalan keluar.

Marilah kita perhatikan satu ayat dari doa Yunus yang menarik untuk
kita kaji dan dalami. Dalam Yunus 2:8 dikatakan sbb: ―Ketika jiwaku letih
lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada YHWH, dan sampailah doaku
kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus‖. Frasa Ibrani ‫בהתעטף עלי‬
‫( נפׁשי‬behitateif alay nafshi), menggambarkan bentuk frustasi dan depresi
yang menekan jiwa Yunus. Mengapa Yunus frustasi dan depresi? Dia
berada dalam perut ikan dan dia tidak tahu bagaimana memperoleh jalan
keluar kembali ke dunia normal dimana dia menjalani hidup.

Kitapun kerap mendapatkan tekanan hidup sehingga menciptakan


kondisi stress dan depresi. Dalam salah satu ulasan di katakan bahwa 100
Orang Perhari Bunuh Diri di Jepang305. Tekanan, depresi berbuah tindakan
bunuh diri. Dan fenomena demikan pun sudah merambah Indonesia.
Dr Muhammad Idrus MPd, Dosen FIAI UII Yogyakarta dan Tim Ahli pada

305
100 Orang Per Hari Bunuh Diri di Jepang
http://jongjava.com/web/news-story/nasional/507-100-orang-perhari-bunuh-diri-
di-jepang
378 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BSNP Depdiknas Jakarta menuliskan sbb: ―Maraknya peristiwa


mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah fenomena menarik.
Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah sebuah tradisi budaya turun-
temurun sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan harakirinya.
Namun, pada kondisi empirik kita temukan justru pada akhir-akhir ini
fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi sebuah alternatif
yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga oleh
remaja, bahkan anak-anak yang masih bersekolah di tingkat dasar‖ 306.

Ucapan Yunus saat dia mengalami stress dan depresi tidak hanya
berhenti pada kalimat ‫( בהתעטף עלי נפׁשי‬behitateif alay nafshi) - Ketika
jiwaku letih lesu di dalam aku namun dia melanjutkan demikian : ‫את־יהוה‬
‫זכרתי ותבוא אליך תפלתי אל־היכל קדׁשך‬ (et YHWH zakarti watavo tefilati
eleyka el heikal qodsheka) - teringatlah aku kepada YHWH, dan
sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus . Ayat ini
mengajarkan pada kita untuk mengingat Yahweh saat kita mengalami
keputusasaan. Di saat tekanan muncul, kita harus berpaling pada kekuatan
yang lebih besar dari tekanan yang menekan diri kita. Dan Dialah Yahweh
Bapa kita di dalam Yesus Sang Mesias. Amsal 18:10 mengatakan sbb:
―Migdal oz shem YHWH, bo yarutz wenishgav‖ (Nama YHWH adalah
menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat).
Dan dikatakan dalam Ibrani 12:3 sbb: ―Ingatlah selalu akan Dia (Yesus),
yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari
pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus
asa‖. Apa arti ―mengingat‖ dalam ayat ini? Orang Jawa memiliki filosofi
untuk menjaga kesadaran manusia akan Tuhan, sekalipun konsep orang
Jawa Kuno mengenai Tuhan begitu abstrak dan transedental (jauh di sana)
yaitu dengan istilah ―eling‖ yang artinya ―ingat‖ atau ―sadar‖. Dalam
bahasa Ibrani digunakan kata zakor yang setara dengan bahasa
Arab dzikir. Dalam Arabic Bible, frasa Ibrani, ―et YHWH zakarti”
diterjemahkan ―dzakartur Rabba‖. Yunus nampaknya bukan sekedar
berusaha mengingat dan menemukan Tuhan dimana namun Yunus

306
Fenomena Bunuh Diri Pelajar
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=328333&kat_id=16
379 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengucapkan nama Tuhan YHWH sebagai ekspresi dan bentuk nyata


mengingat Yahweh . Hal ini dikuatkan jika kita membaca ucapan Yunus
dalam ayat 9 sbb: ‫( יׁשועתה ליהוה‬yeshuata la Yahweh) – ―Keselamatan dari
YHWH‖. Berarti kata ―mengingat‖ (zakor) dalam ayat ini bukan sikap yang
pasif melainkan aktif mengembangkan kesadaran roh dan batin kita untuk
berhubungan dan berkontak dengan Tuhan.

Jika kita menggali ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh (Torah, Neviim,


Kethuvim) dapat kita jumpai petunjuk yang kurang lebh sama sebagaimana
dikatakan dalam Yunus 2:8. Dikatakan dalam Mazmur 119:55 sbb: ‫זכרתי‬
‫( תורתך בלילה ׁשמך יהוה ואׁשמרה‬zakarti balaylia shimka Yahweh wa esmera
Torateka) – ―Pada waktu malam aku ingat kepada nama-Mu, ya YHWH;
aku hendak berpegang pada Torah-Mu‖. Dalam Arabic Bible
diterjemahkan: ―Dzakartu fii al lail smuka yaa Rabbu wa hafizhtu
syariiataka‖. Demikian pula dalam Yesaya 26:8 dikatakan sbb: ―Ya
YHWH, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan
penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat
Engkau‖. Frasa Ibrani ‫( לׁשמך ולזכרך תאות־נפׁש‬leshimka ulezikreka taawat
nafhes) dalam Arabic Bible diterjemahkan sbb: ―smika wa ila dzikrika
syahwatun nafsi‖. Berpijak dari ayat ini, saya mengembangkan dan
mendalilkan sebuah metode untuk menjaga kesadaran batin dan roh kita
terhadap Tuhan dengan mengucapkan nama Tuhan dengan tertib tertentu.
Saya menciptakan sebuah alat sebagai sarana mengingat dan menyebut
nama Yahweh dengan sebutan ―Akedah ha Shlishim‖ (ikatan 30) dengan
filosofi yang digali berdasarkan ayat-ayat dalam Kitab Suci termasuk
Yunus 2:8.

Metode yang saya kembangkan merujuk pada praktek tulisan-tulisan


Bapa Gereja mengenai penajaman batin dalam dan juga praktek devosi
meditatif dalam Gereja Orthodox yang disebut dengan ―Puja Yesus‖
dengan alat bernama Komboskini. Praktek serupa dapat ditemui dalam
Gereja Katholik dengan menggunakan Rosario namun diarahkan pada
Maria ibu Yesus saat mengucapkan ―Doa Novena‖. Dalam hal ini saya
tidak sepakat. Praktek serupa dapat ditemui dalam Agama Islam dengan
menggunakan Tasbih. Namun metode yang saya kembangkan ini lebih
berfokus pada nama Yahweh dan bertujuan untuk menciptakan kavanah
380 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

atau kondisi khusyuk dan konsentrasi. Namun dalam kajian ini saya hanya
hendak mengajarkan sebuah metode sederhana untuk mengingat nama
YHWH sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
keadaaan apapun dan di manapun tanpa menggunakan alat bantu sekalipun
yaitu dengan mengucapkan dan menghafal kalimat ‫( יהוה הוא האלהים‬YHWH
Hu ha Elohim) – ―YHWH Dialah Tuhan‖. Kalimat tersebut petikan dari 1
Raja-raja 18:39 yaitu seruan aklamasi Bangsa Israel ketika YHWH
mendengar doa Eli -Yah saat beradu tanding dengan para nabi Baal di
Gunung Karmel . Selain seruan di atas , dapat pula mengucapkan ‫יׁשועתי‬
‫( יהוׁשע‬Yahshua Yeshuati) –―Yahshua Keselamatanku‖. Selain kalimat di
atas, dapat juga dengan mengucapkan ‫( הללויה‬Halelu-Yah) – ―Pujilah
YHWH‖.

Bagaimana caranya agar kalimat di atas efektif dalam kehidupan


kita? Saat berada dalam perjalanan, saat mengendarai kendaraan, saat
melakukan pekerjaan yang berbahaya, saat mengalami sakit penyakit, saat
berada dalam tekanan psikis, dll, ucapkan kalimat tersebut berulang kali
dengan iman. Jika kita mengucapkan kalimat tersebut dengan iman, maka
kita akan mengalami kelepasan sebagaimana Yunus mengalami kelepasan
yang diungkapkan dengan kalimat, ―watavo tefilati eleyka el heikal
qodsheka‖ (dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang
kudus). Dengan mengucapkan kalimat pujian dan pengakuan pada Tuhan
dan Juruslamat, maka secara tidak langsung kita telah berdoa pada-Nya
dan doa-doa kita akan sampai di tempat kudus-Nya.

Mengingat nama YHWH dan Yesus bukan hanya bentuk lain doa
kita kepada-Nya melainkan sebagai salah satu cara untuk senantiasa dekat
(qarov) dan melekat (davaq) dengan Tuhan sebagaimana dikatakan dalam
Mazmur 145:18 sbb: ‫( קרוב יהוה לכל־קראיו לכל אׁשר יקראהו באמת‬qarov YHWH
lekol qoraiw lekol asyer yiqrauhu beemet)- ―YHWH dekat pada setiap
orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-
Nya dalam kesetiaan‖. Dengan kita senantiasa terhubung dengan Tuhan
dan membuat kesadaran batin dan roh kita aktif, maka kita akan diberikan
kekuatan untuk melawan berbagai tekanan yang meletihkan dan
melelahkan jiwa kita.
381 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XL

TAFAKUR DAN MEDITASI DALAM PERSPEKTIF KRISTEN

Seseorang bertanya pada saya, ―bolehkah kita bermeditasi?


Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita lihat satu kata
Ibrani ‫ יהגה‬- Yehgeh (Bentuk imperfek dari Khaga). Kata Ibrani Yehgeh
dibeberapa tempat dan diterjemahkan secara beragam dan dalam beberapa
versi terjemahan berbahasa Inggris diterjemahkan dengan Meditate
(merenungkan). Kita simak sbb:

Merenungkan/Meditate (Mzm 1:1-2)

―Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,


yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Torah YHWH, dan
yang merenungkan (yehgeh) Torah itu siang dan malam.‖

Melahirkan (Ayb 27:4)

“Maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan,


dan lidahku tidak akan melahirkan (yehgeh) tipu daya‖

Mengucapkan (Mazmur 37:30)

―Mulut orang benar mengucapkan (yehgeh) hikmat, dan lidahnya


mengatakan hukum‖

Mengatakan (Ams 8:7)

―Karena lidahku mengatakan (yehgeh) kebenaran, dan kefasikan adalah


kekejian bagi bibirku‖
382 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Menimbang (Ams 15:28)

―Hati orang benar menimbang-nimbang (yehgeh) jawabannya, tetapi


mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat‖

Memikirkan (Ams 24:2, Yes 33:18)

“Karena hati mereka memikirkan (yehgeh) penindasan dan bibir mereka


membicarakan bencana‖

―Dalam hatimu engkau akan memikirkan (yehgeh) kengerian yang sudah-


sudah: "Sudah lenyapkah juru hitung, sudah lenyapkah juru timbang, dan
sudah lenyapkah orang yang menghitung menara-menara?"

Mengeram (Yes 31:4)

―Sebab beginilah firman YHWH kepadaku: Seperti seekor singa atau


singa muda menggeram (yehgeh) untuk mempertahankan mangsanya, dan
tidak terkejut mendengar teriakan seluruh pasukan gembala yang
dikerahkan melawan dia, dan tidak mengalah terhadap keributan mereka,
demikianlah YHWH semesta alam akan turun berperang untuk
mempertahankan gunung Sion dan bukitnya‖

Mengaduh (Yer 48:31)

―Sebab itu aku akan meratap karena Moab, akan berteriak karena Moab
seluruhnya, dan akan mengaduh (yehgeh) karena orang-orang Kir-
Heres!‖

Dari aspek kajian bahasa, meditasi artinya aktifitas merenungkan


dan memikirkan. Jika dihubungkan dengan Tuhan dan Firman-Nya, maka
kita merenungkan, memikirkan, memperkatakan Nama Tuhan dan Firman-
Nya. Dalam Teologi Islam aktifitas ini disebut dengan Tafakur dan
Tadzakur dari kata Fikr dan Dzikr yang artinya kurang lebih
merenungkan, memikirkan Tuhan dan Firman-Nya. Setiap agama memiliki
sistem meditasi. Yang jadi persoalan bukan meditasinya melainkan
383 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

meditasi manakah yang kita lakukan? Meditasi Budhisme? Meditasi


Hinduisme? Meditasi Islam? Meditasi Kristen? Setiap meditasi ada Akidah
atau Emunah yang mendasarinya.

Dari perspektif Judeochristianity, kita diperbolehkan melakukan


meditasi atau tafakur yaitu meditasi terhadap Nama Tuhan dan Firman-Nya
sebagaimana petunjuk dalam Mazmur 1:2. Kajian terhadap kata Ibrani
Yehgeh menunjukkan bahwa kata ini muncul bukan dalam pengertian
mistis dan pasif melainkan aktif dan dinamis serta penuh kesadaran. Kata
Yehgeh bisa menunjuk pada aktifitas pikiran yang merenungkan Firman
Tuhan dan bisa pula menunjuk pada aktifitas mengucapkan atau berkata-
kata mengenai Nama Tuhan dan Firman Tuhan. Mengucapkan atau
memperkatakan Firman dalam budaya Semitik Yudaik kadang dilantunkan
dalam nada-nada tertentu. Budaya ini dilestarikan dalam Agama Islam dan
agama-agama lainnya seperti Budha dan Hindu. Dengan melantunkan ayat-
ayat Firman Tuhan maka akan menentramkan hati dan fikiran serta
memfokuskan kita pada Kasih dan Kuasa Tuhan semata.

Pemazmur mengatakan, ―...tetapi yang kesukaannya ialah Torah


YHWH, dan yang merenungkan (yehgeh) Torah itu siang dan
malam‖(Mzm 1:2). Ayat ini mendorong kita untuk merenungkan,
memikirkan, memperkatakan Firman Tuhan yaitu Torah baik siang
maupun malam. Pikiran yang dipenuhi dengan Firman Tuhan akan
menolong kita untuk mengalami kesadaran dan keterhubungan terhadap
Tuhan. Pikiran yang dipenuhi dengan sabda-sabda Tuhan akan
menyegarkan diri kita sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 19: 8-9
mengatakan, ―Torah YHWH itu sempurna, menyegarkan jiwa (meshivat
nafesh); peraturan YHWH itu teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang tak berpengalaman (makhimat petiy) Titah YHWH itu tepat,
menyukakan hati (mesyakhey lev); perintah YHWH itu murni, membuat
mata bercahaya (me‘irat ‗enayim)‖. Pikiran yang dipenuhi isi hati Tuhan
yang terkandung dalam Firman-Nya akan membuat jalan yang kita tempuh
menjadi terang benderang sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 119:105,
―Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku‖ (ner leragliy
devareka we‘or lintivati).
384 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KETUJUH

SACRED NAME MOVEMENT


DAN MESSIANIC JUDAISM DI INDONESIA:

SEBUAH OTOKRITIK TERHADAP KESALAHAN BERFIKIR


385 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLI

APAKAH NAMA YAHSHUA TIDAK ADA DALAM KITAB SUCI?

Ketika saya berkunjung ke Yogyakarta, saya menerima sebuah


buletin IMMANUEL, Edisi Perdana tertanggal 08-08-08. Dalam halaman
18 ada pernyataan yang memerlukan tanggapan serius sbb: ―Akhir-akhir
ini ada website di internet yang menyebutkan bahwa nama Sang
Juruslamat kita itu Yahshua yang berarti Yahweh menyelamatkan katanya.
Perlu kita ketahui bahwa nama Yahshua tidak ada dalam Kitab Suci yang
manapun juga. Jadi jangan sampai kita terkecoh dengan ajaran yang
tidak tertulis di dalam Kitab Suci‖. Benarkah pernyataan tersebut? Saya
sebenarnya tidak terlalu berminat mendiskusikan antara mana yang benar
antara Yahshua, Yahushua, Yeshua. Pertanyaan yang sudah dibahas sejak
tahun 2000-an sampai sekarang, seolah tidak ada pembahasan lain saja.
Namun karena efek pernyataan ini dapat menimbulkan kontroversi
berkepanjangan, maka saya harus memberikan tanggapan yang memadai.
Perlu kita ketahui bersama bahwa Kitab TaNaKh (Torah, Neviim,
Ketuvim, yang lazim disebut oleh Kekristenan dengan Perjanjian Lama)
ditulis dalam bahasa Ibrani dan Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa
Yunani. Di dalam kitab TaNakh berbahasa Ibrani, tidak kita jumpai nama
YAHWEH. Yang ada adalah nama YEHWAH sebagaimana tertulis berikut
ini

‫( יְ הוָ ה‬Kej 4:26)

Sebagaimana kita ketahui bahwa pemberian tanda baca (nikud)


terhadap huruf-huruf Ibrani dalam Kitab Suci dilakukan oleh kaum
Masoret. Siapakah Ahli Masoret itu? Ahli Masoret adalah para penyalin
Kitab Suci TaNaKh dari Abad VII-VIII Ms yang memperkenalkan tanda
baca dalam teks bahasa Ibrani Kitab Suci. Pemberian tanda baca Masoretik
terhadap nama Tuhan dipengaruhi oleh tradisi Yahudi yang melarang
untuk mengucapkan nama Yahweh dalam percakapan umum. Pelarangan
386 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ini ditetapkan sejak orang Yahudi pulang dari Babilon. Dalam literatur
rabinik seperti Talmud kita dapat menelusuri asal-usul pelarangan tersebut
sbb: ―…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana
tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme‖
(Misnah Sotah 7:6; Berakhot Sotah 38b; Misnah Tamid 7:2) 307.

Pada Abad I Ms, pelarangan pengucapan nama Yahweh di tempat


umum, menjadi suatu ketetapan dikalangan Yudaisme di Yerusalem.
Setiap mereka mengucapkan nama YHWH, mereka akan mengganti
dengan bentuk euphemisme (penghalusan)
menjadi, Shamayim (langit), Adonai (tuan), ha Kadosh (yang kudus).
Setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Ms, mazhab Yahudi Farisi
melarang penggunaan nama itu. Berdasarkan halakha (keputusan rabinik),
mereka menyatakan bahwa nama itu ―tersembunyi‖ (Berakhot Pesakh
50ª)308 dan ―harus dirahasiakan‖ (Berakhot Kiddushin 71ª)309.

Oleh karenanya tradisi ini berpengaruh terhadap penulisan tanda


baca terhadap nama Tuhan yang seharusnya dibaca YAHWEH (di bawah
Yod diberi tanda baca Patakh) menjadi YEHWAH (di bawah Yod diberi
tanda baca Shewa). Mereka melalukan itu agar nama Yahweh tidak
diucapkan. Bahkan para ahli Masoret membuat tradisi Qere (pembacaan)
dan Ketiv (penulisan). Sekalipun ditulis (ketiv) YHWH namun mereka
akan membaca (qere) dengan ADONAY. Inipun ketetapan yang
dilaksanakan sejak orang Yahudi pulang dari Babilonia. Pada mulanya dan
di zaman leluhur Israel awal, tidak ada larangan tersebut dan mereka tetap

307
Misnah Sotah Chapter 7
http://www.sefaria.org/Mishnah_Sotah.7.6?lang=en&layout=lines&sidebarLang=
all
308
Babylonian Talmud: Tractate Berakoth Folio 50a
http://www.come-and-hear.com/berakoth/berakoth_50.html
309
Full text of "The Babylonian Talmud : Tractate Berakot"
https://archive.org/stream/babyloniantalmud00coheuoft/babyloniantalmud00cohe
uoft_djvu.txt
387 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

memanggil nama Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci. Sekalipun


tidak pengucapan nama YAHWEH melainkan YEHWAH, namun hampir
mayoritas para sarjana Kitab Suci dan berbagai kamus modern menyatakan
bahwa nama Tuhan dalam Kitab Suci TaNaKh adalah YAHWEH,
sebagaimana beberapa kutipan pernyataan berikut ini: Mengapa demikian?
Jika kita merujuk pada ucapan vokatif HALELUYAH sebagaimana tertulis
di bawah ini:

‫לּו־יַּֽה‬
ָ ‫( ַֽה ְל‬Mzm 150:6)

Perhatikanlah tanda baca Patakh di bawah huruf Yod. Bukankah


terbaca YAH? Namun mengapa para ahli Masoret tidak mempergunakan
tanda baca Patakh di bawah Yod pada semua nama Tuhan dalam TaNaKh
yang berjumlah 6000 kali? Karena tradisi dan larangan yang berasal dari
Talmud. Nama Tuhan adalah YAHWEH didasarkan pada bentuk vokatif
HALELU-YAH. Sementara bentuk WEH pada nama YAHWEH, diperoleh
dari penyingkapan keberadaan diri Tuhan dalam bentuk kata kerja EHYEH
ASYER EHYEH yang artinya AKU AKAN ADA YANG AKU AKAN
ADA (Kel 3:14). Apa arti dan kemana muara penjelasan saya terkait
pronunsiasi (pelafalan) YAHWEH dan YEHWAH? Saya hendak
menjadikan kasus di atas sebagai analogi untuk menjelaskan kepada
penulis artikel di Buletin IMMANUEL, bahwa sekalipun dalam TaNaKh
tertulis YEHWAH, toch kita semua mengejanya dengan pelafalan yang
benar yaitu YAHWEH dengan didasarkan pada REKONSTRUKSI dan
ANALISIS TEKS serta ANALISIS HISTORIS.

Dengan cara yang sama, saya hendak mengatakan bahwa sekalipun


tidak ada pelafalan YAHSHUA dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru,
namun dengan menggunakan pendekatan di atas yaitu REKONSTRUKSI
dan ANALISIS TEKS serta ANALISIS HISTORIS, maka saya sampai
pada kesimpulan bahwa nama Mesias dalam bahasa Ibrani adalah
YAHSHUA sekalipun saya tidak menolak pelafalan YESHUA. Dalil yang
saya bangun demikian. Ketika kita membaca Matius 1:21 dikatakan perihal
nama Sang Juruslamat sbb: ―Ia akan melahirkan anak laki-laki
dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
388 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" Frasa ―engkau akan


menamakan Dia Yesus‖ . Pernyataan di atas dalam bahasa Yunaninya
tertulis demikian: θαη θαιεζεηο ην νλνκα απηνπ ηεζνπλ απηνπ ιησοσν (kai
kaleseis to onoma autou Iesoun).

Karena Yesus secara antropologis adalah keturunan Yahudi (Ibr


7:14), maka tidak mungkin nama-Nya adalah IESOUS. Maka kita harus
melakukan REKONSTRUKSI dan ANALISIS TEKS untuk melacak
akurasi nama Mesias dan akarnya dalam TaNaKh. Kita menemukan fakta
bahwa penerus Musa yang bernama Yoshua, namanya dalam bahasa Ibrani
menurut pelafalan Ahli Masoretik dalam Yoshua 1:1 sbb: ‫ויאמר יהוה‬
‫( אל־יהוׁשע בן־נון‬wayomer Yehwah el Yehoshua ben Nun). Yang menarik,
dalam naskah Septuaginta nama Ibrani YEHOSHUA dituliskan demikian:
θπξηνο ησ ηεζνη πησ Ναπε (Kurious tooi Iesoi huiooi Naun). Ternyata
nama IESOUS yang ditulis dalam bentuk dativ IESOI, ternyata sudah ada
sebelum ada naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang menuliskan
IESOUS untuk nama Mesias. Dan yang menarik dari data di atas bahwa
nama Yunani IESOUS ternyata dalam teks TaNaKh dipergunakan untuk
menyalin nama YEHOSHUA.

Namun sebelum kita mengkaji persoalan di atas lebih jauh, kita


akan memastikan apakah benar pelafalan YEHOSHUA tersebut?
Mengingat para ahli masoretik selalu menghindari pelafalan nama Tuhan
yang akurat maka mereka pun menyematkan tanda baca Shewa di bawah
Yod, sehingga menghasilkan ejaan YEHO. Karena kita telah mengkaji dan
menelusuri bahwa nama Tuhan adalah YAHWEH dan bukan YEHWAH,
maka nama penerus Musa yang terdiri dari huruf YOD, HEH. WAW,
SHIN, AYIN (‫ )יהוׁשע‬bukanlah dieja YEHOSHUA melainkan YAHSHUA.
Dan ada juga yang menyarankan untuk membunyikan huruf WAW
diantara HEH dan SHIN, sehingga menjadi YAHUSHUA. Saya cenderung
mengeja YAHSHUA dan bukan YAHUSHUA, Karena ini akan
berimplikasi bahwa pelafalan terhada nama Tuhan akan berubah menjadi
YAHUWEH karena memiliki unsur kata Ibrani YOD, HEH, WAW, HEH
(‫)יהוה‬.
Dari hasil kajian sementara di atas, kita dapat melihat bahwa
ternyata penentuan pengucapan nama Tuhan dan nama Mesias yang akurat,
389 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ternyata bukan didasarkan pada apa yang tertulis dalam TaNaKh,


melainkan hasil REKONSRUKSI dan ANALISIS BAHASA. Jika
demikian kenyataannya,mengapa penulis buletin IMMANUEL dengan
gegabah menghakimi bahwa nama Yahshua tidak ada dalam Kitab Suci
manapun? Dengan otoritas apa mereka menghakimi dan menuduh bahwa
penulisan nama Yahshua adalah sesat? Jika kita sama-sama melakukan
rekonstruksi dan analisis teks, lalu mengapa harus mengklaim paling benar
dan menuduh pihak lain sebagai pihak yang sesat? Kita akan lanjutkan
pembahasan mengenai nama penerus Musa. Sebagaimana telah kita
ketahui bahwa nama penerus Musa berdasarkan pelafalan ahli Masoretik
adalah YEHOSHUA, namun kita telah menetapkan pelafalan yang
mendekati benar adalah YAHSHUA atau YAHUSHUA.

Namun ada fakta yang menarik bahwasanya nama YEHOSHUA


atau YAHSHUA atau YAHUSHUA dalam Nehemia 8:17 justru ditulis
dalam bahasa Ibrani dengan YESHUA ben Nun sebagaimana kutipan
berikut ini: ‫( כי לא־עׂשו מימי יׁשוע בן־נון כן בני יׂשראל עד היום ההוא‬ki lo ‗asyu
mimey Yeshua bin Nun ken beney Yisrael ‗ad hayyom hahu). Jika
merujuk pada Talmud, ada beberapa tafsiran perihal perubahan nama ini.
Namun saya tidak akan membahas persoalan perubahan nama pada oknum
yang sama tersebut. Yang hendak saya tekankan adalah ternyata Kitab
Septuaginta (terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani) tetap menuliskan
dengan pelafalan Yunani IESOUS sebagaimana kita lihat berikut ini: ὅηη
νὐθ ἐπνίεζαλ ἀπὸ ἡκεξῶλ Ἰησοῦ πἱνῦ Ναπε νὕησο νἱ πἱνὶ Ιζξαει ἕσο
ηῆο ἡκέξαο (oti ouch epoiesan apo hemeroon Iesou uiou Naun outoos oi
uioi Israel heoos tes hemeras).

Apa yang dapat kita simpulkan dari data-data di atas? Bahwasanya


nama hamba Musa yaitu YEHOSHUA atau YAHSHUA atau
YAHUSHUA setelah pembuangan Babilon dieja dengan bentuk singkat
YESHUA. Baik pelafalan Ibrani YEHOSHUA atau YAHSHUA atau
YAHUSHUA atau YESHUA, bentuk Yunaninya adalah IESOUS. Jika kita
balik pemahaman ini bermakna bahwa nama Sang Mesias yang dalam
Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani ditulis IESOUS, maka dapat kita
pastikan dalam bahasa Ibrani pra pembuangan adalah ‫( יהוׁשע‬YEHOSHUA
390 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

atau YAHSHUA atau YAHUSHUA) dan dalam bahasa Ibrani paska


pembuangan adalah ‫( יׁשוע‬YESHUA).

Dari pemaparan dan analisis di atas, maka tuduhan


bahwa nama Yahshua tidak ada dalam Kitab Suci yang manapun juga,
tidak terbukti dan sangat berlebihan. Nama Yahshua ada tertulis dalam
Kitab Suci TaNaKh. Persoalan yang terjadi adalah perbedaan penafsiran
bahwa nama penerus Musa ini akan dieja YEHOSHUA atau YAHSHUA
atau YAHUSHUA. Namun huruf-huruf Ibrani yang menyusun nama itu
tertulis dalam Kitab TaNaKh yaitu ‫יהוׁשע‬. Saya tidak memutlakan dengan
nama yang mana Mesias akan diucapkan, YAHSHUA, YAHUSHUA,
YEHOSHUA, YESHUA, karena dari perspektif kajian bahasa, semua opsi
(pilihan) tersebut masuk akal dan memungkin serta memiliki kebenaran.

Mempertentangkan penyebutan nama Mesias dan memutlakan


salah satu pelafalan serta mengkafirkan yang berbeda pemahaman perihal
pelafalan namanya, bukan hanya mencerminkan sikap yang tidak cerdas
namun sikap-sikap yang tidak bisa menahan diri dari perdebatan-
perdebatan yang tidak perlu. Bagaimana mungkin kita akan menghabiskan
waktu bertahun-tahun untuk mempersoalkan mengenai akurasi nama dan
melupakan perintah-perintah Mesias? Kiranya penjelasan ini dapat
menetralisir tuduhan-tuduhan terhadap penggunaan nama Yahshua
dibandingkan nama Yeshua. Saya tidak mempersalahkan apakah nama
Mesias akan diucapkan Yahushua, Yahshua, Yehoshua serta Yeshua.
Semua opsi tersebut masuk akal.

Alangkah indahnya jika kita bisa mengamalkan apa yang dikatakan


dalam Mazmur 133:1 yang berkata, ―hinneh matov uma nayim, shevet
akhim gam yakhad‖ (sungguh amat baik dan nikmatnya jika saudara-
saudara duduk dalam kesatuan). Kesatuan yang dimaksudkan bukan
kesatuan yang didasarkan keseragaman melainkan keanekaragaman.
Kiranya hasrat berpikir dan bersikap fundamentalistik terhadap orang yang
memiliki pemahaman yang berbeda, semakin terkikis habis sehingga
persatuan dalam keanekaragaman dapat terwujud diantara
komunitas Judeochristianity dan Messianic Judaism serta Sacred Name
Movement di Indonesia.
391 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLII

APAKAH HA BRIT HA KHADASHA,


KITAB PERJANJIAN BARU IBRANI ASLI?

Ada satu kesalahan serius yang dilakukan oleh beberapa


kelompok Sacred Name Movement (Gerakan Pemulihan Nama Suci) di
Indonesia yang tengah mengusung visi untuk memulihkan nama YHWH
dan Mesias Yahshua/Yeshua, yaitu memperlakukan Kitab Ha Berit ha
Khadasha sebagai Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani yang asli. Klaim
tersebut dibuat untuk membuktikan perihal tertulisnya nama YHWH dan
Yeshua dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Pernyataan ini
dibuat untuk menyangkal pula varian pembacaan lain terhadap nama
Mesias yaitu Yahshua, Yahushua, Yehoshua.

Benarkah bahwa Ha Berit ha Chadasha adalah Kitab Perjanjian


Baru berbahasa Ibrani yang asli? Dalam kajian berikut, saya tidak akan
mempersoalkan mengenai nama YHWH dan nama Yahshua atau Yeshua
(sebagaimana kerap dikumandangkan oleh kelompok Sacred Name
Movement) karena kajian-kajian tersebut telah saya ulas dalam beberapa
judul berikut: ―Mengenai Nama Dan Atribusi Tuhan‖310, ―Meninjau Ulang
Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan LAI‖311, ―Nama Sang
Juruslamat‖312, ―Apakah Nama Yahshua Tidak Ada Dalam Kitab Suci?‖313

310
Teguh Hindarto, Mengenai Nama Dan Atribusi Tuhan
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/mengenai-nama-atribusi-tuhan-oleh-
teguh.html
311
___________,Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan
LAI
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-
dalam.html
312
____________, Nama Sang Juruslamat
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/nama-sang-juruslamat.html
392 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengapa klaim Sacred Name Movement di Indonesia yang


menyatakan bahwa Ha Berit ha Chadasha adalah keliru? Karena Ha Berit
ha Chadasha adalah TERJEMAHAN dari naskah Perjanjian Baru
berbahasa Yunani. Semangat dalam memberitakan apa yang diyakini benar
memang harus disertai pengetahuan yang memadai baik dari segi ilmu
sejarah naskah Kitab Suci, sejarah penerjemahan Kitab Suci dan ilmu-ilmu
pendukung lainnya. Jika tidak, maka setiap pernyataan yang dikeluarkan
hanya akan menjadi bahan tertawaan bagi kaum cerdik pandai.

Kebenaran itu harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya


menyampaikan kebanaran harus dapat dipertanggungjawabkan dari
berbagai aspek yang mendukung. Berbicara mengenai Kitab Perjanjian
Baru, perlu diketahui bahwa kita tidak memiliki naskah asli Kitab
Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Secara MATERIAL Kekristenan
memiliki Kitab Peshitta Aramaik dan Kitab Perjanjian Baru berbahasa
Yunani. Kita hanya memiliki bukti FORMAL bahwa pada mulanya hanya
ada satu Injil yang ditulis oleh Matius dalam bahasa Aram yang berisikan
perkataan atau ajaran Yesus sebagaimana disaksikan oleh Papias (150-170
SM) yang menyatakan bahwa ―Matius telah menyusun kata-kata ini dalam
bahasa Ibrani dan yang lainnya menerjemahkan semampunya‖
(Eusebeius, Ecclesiatical Historiae 3:39)314. Namun kita sudah tidak dapat
menemukan Injil dalam bahasa Ibrani tersebut. Frasa, ―yang lainnya
menerjemahkan semampunya‖ menimbulkan beberapa kemungkinan
pendapat, Pertama, Injil Matius kemudian dikembangkan oleh para murid
yangmemiliki kemampuan berbahasa Yunani sehingga menimbulkan
empat Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dalam bahasa Yunani.
Kemudian Injil berbahasa Yunani tersebut diterjemahkan dalam bahasa
Aramaik yang disebut Peshitta. Kedua, Injil Matius kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik oleh para murid yang berbahasa
313
_______________, Apakah Nama Yahshua Tidak Ada Dalam Kitab Suci?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/apakah-nama-yahshua-tidak-ada-
dalam.html
314
Early Christian Texts Quoted by Eusebius on the Authorship of the Gospels
and the Book of Revelation
http://catholic-resources.org/Bible/Eusebius_Gospels.htm
393 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Aram dan menghasilkan Peshitta dan kemudian Peshitta diterjemahkan


dalam bahasa Yunani.

Sampai saat ini ada tiga kelompok pemahaman mengenai bahasa


penulisan Kitab Injil dan Perjanjian Baru. Kelompok pertama
menyatakan bahwa Injil dan Kitab Perjanjian Baru ditulis aslinya dalam
bahasa Yunani dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik
yang disebut dengan Peshitta. Kelompok ini dinamakan Greek Primacist.
Kelompok Kedua menyatakan bahwa Injil dan Kitab Perjanjian Baru
ditulis semula dalam bahasa Aramaik lalu diterjemahkan dalam bahasa
Yunani. Kelompok ini dinamakan Aramaic Primacits.315 Kelompok
ketiga meyakini bahwa naskah Matius berbahasa Ibrani yang
diinformasikan Papias menjadi dasar bagi penerjemahan berbagai naskah
Injil dalam bahasa Yunani316. Masing-masing pendirian dalam kedua
kelompok tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Terlepas mana
teori yang benar kita tidak akan memperdebatkannya dalam kajian ini
karena dalam artikel yang saya tulis dengan judul Sumber-Sumber Semitik
Kitab Perjanjian Baru317 telah dibahasa panjang lebar kekuatan dan
kekurangan masing-masing teori tersebut dan dimana saya mengambil
sikap atas perbedaan pendapat tersebut.

Kita memiliki sejumlah edisi terjemahan Kitab Suci baik TaNaKh


(bahasa Ibrani) dan Kitab Perjanjian Baru (bahasa Yunani) dalam bahasa
Inggris mulai dari terjemahan Wyclife Bible (1380), King James
Version (1611) sampai terjemahan modern English Revised
Version (2006). Bagan berikut akan menolong kita melihat berbagai versi
terjemahan berbahasa Inggris yang mendasarkan pada naskah Masoretik
untuk TaNaKh dan naskah Textus Receptus untuk Perjanjian Baru

315
Teguh Hindarto, Sumber-Sumber Semitik Kitab Perjanjian Baru (1)
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-sumber-semitik-kitab-
perjanjian.html
316
____________, Sumber-Sumber Semitik Kitab Perjanjian Baru (2)
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-semitik-kitab-perjanjian-baru-
2.html
317
Ibid.,
394 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

berbahasa Yunani. Bagan berikut akan mempermudah kita menjelajahi


proses terjemahan tersebut.

Gambar 1318

318
Modern English Translation
http://www.charlotteicc.org/articles/s-t-u-d-y-t-o-o-l-s
395 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Gambar 2319

319
Ir. Harold Lolowang, MSc., Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian
Alkitab: Aplogetika Terhadap Misquoting Jesus, Yogyakarta: Andi Offset 2009,
hal 92
396 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Gambar 3320

Setelah adanya terjemahan berbahasa Inggris dengan berbagai versi


di atas, maka diperlukan sebuah usaha untuk menerjemahkan Kitab
Perjanjian Baru untuk komunitas Yahudi agar mereka menerima Yesus
sebagai Mesias. Upaya-upaya tersebut muncul dari kalangan sarjana-
sarjana Kristen yang ahli di bidang bahasa-bahasa Semitik. Berikut saya
kutipkan berbagai versi terjemahan Ibrani yang merujuk dari naskah
Perjanjian Baru berbahasa Yunani al.,

320
Translations of Scripture
http://www.joinedtohashem.org/sh/tm.gif
397 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. 1537, Gospel of Matthew, Sebastian Münster, Basel – (didasarkan


pada salah satu terjemahan Rabinik Injil Matius)
2. 1551, 1550 Gospel of Matthew, J. Quinquarboreus (Jean
Cinqarbres) and 1550 Jean Mercier (Hebraist), Paris - confused
with Sebastian Münster's adaption of a Rabbinical text of Matthew,
but prepared from another of the Rabbinical translations of
Matthew, purchased in Italy by bishop Jean du Tillet.
3. 1553, Psalms and first 2 chapters of Matthew, Anton Margaritha,
Leipzig - a Jewish convert.
4. 1557, Epistle to the Hebrews, Sebastian Münster, Basel
5. 1560s? unpublished manuscript of the New Testament. Erasmus
Oswald Schreckenfuchs (1511-1579) Professor of Mathematics,
Rhetorics, and Hebrew, first at Tubingen, afterwards at Freiburg in
Breisgau.
6. 1569, Tremellius publishes an edition of the Syriac Peshitta in
Hebrew letters.
7. 1574, Gospel of Luke, Fredericus Petrus, Lutheran pastor of the
church of Brunswick.
8. 1575, Gospel of Mark, Walther Herbst, Wittemberg
9. 1576, The Anniversary Gospels in four languages, Johannes Claius
(Johann Klaj), Leipzig
10. 1586, The Anniversary Epistles in four languages, ed. Conrad
Neander, Leipzig
11. 1598, Epistles to the Galatians and the Ephesians, György Thúri
(Georgius Thurius), Wittenberg
12. 1599, New Testament in 12 languages, Elias Hutter, Nuremburg
13. 1661, New Testament, William Robertson, London. Revised
version of Hutter 1599
14. 1668, Latin-Hebrew Gospels, Jona, Giovanni Battista (1588–1668),
(originally Jehuda Jona ben-Isaac), Rome
15. 1734, Epistle to the Hebrews, Friedrich Albert Christian, Halle
16. 1735, Gospel of Luke, Heinrich Frommann, Halle
17. 1766, Epistle to the Hebrews, György Kalmár, Amsterdam
18. 1796, New Testament, Dominik von Brentano, Vienna and Prague
19. 1798-1805, NT, Richard Caddick, London. Revised version of
Hutter 1599 and Robertson 1661
398 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

20. 1805, The Four Gospels, Thomas Yeates, London Apparently a


revision of Jona, Giovanni Battista 1668
21. 1813-1817, New Testament, Thomas Fry and W. B. Collyer,
London
22. 1831, New Testament, Novum Testamentum, Hebraice ed. William
Greenfield, London
23. 1838, New Testament, Alexander M'Caul (1799–1863), Johann
Christian Reichardt (1803–1873), Stanislaus Hoga and Michael
Solomon Alexander for the London Society for Promoting
Christianity Amongst the Jews.
24. 1846, New Testament, Johann Christian Reichardt (1803–1873),
London
25. 1851-1867, Luke, Acts, Romans and Hebrews, Johann Heinrich
Raphael Biesenthal (1800–1886), Berlin
26. 1863, New Testament, Hermann Heinfetter, London
27. 1865, New Testament, Ezekiel Margoliouth, London Jews' Society,
London. This is the only complete cantillated translation of the
New Testament.
28. 1866, New Testament, J. C. Reichardt and J. H. R. Biesenthal,
London
29. 1869, Gospel of Matthew, Elias Soloweyczyk
30. 1875, Gospel of Matthew, William Henry Guillemard, Cambridge
31. 1877-1889, New Testament, Franz Delitzsch (1813-1890), Leipzig.
The first edition was published in 1877, the 10th edition - which
was the last one revised by Delitzsch himself - in 1889. The first
edition was based on the Codex Sinaiticus. However, at the behest
of the British and Foreign Bible Society, subsequent editions
followed the Textus Receptus, a more traditional and less critical
edition. The translation was revised by Arnold Ehrlich (1848–
1919).
32. 1885, New Testament, Isaac Salkinsohn (c. 1820-1883)
33. 1886, New Testament, I. Salkinson and C. D. Ginsburg, London.
This edition is a profound revision of Salkinsohn 1885 by Christian
David Ginsburg (1831–1914). It was first distributed by
the Trinitarian Bible Society, now distributed by The Society for
Distributing Hebrew Scriptures. Background information on the
399 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

translation is available, and there is a revised and modernized by


Eri S. Gabe (2000). The translation is issued in bilingual editions
(such as Hebrew-English on facing pages) with the explicit aim of
making it appealing to Jews.
34. 1892, New Testament, Delitzsch and Gustaf Dalman. This is the
11th edition of Delitzsch, profoundly revised by Dalman, based on
older manuscripts. Most later printed editions of Delitzsch are
based on this one.
35. 1948-1950, Gospels of Matthew and Mark, J.-M. Paul Bauchet,
Jerusalem. These are slightly revised versions of Delitzsch.
36. 1957, Gospel of John, Moshe I. Ben Maeir, Denver
37. 1969, The Gospel of Mark, Robert Lisle Lindsey
38. 1975, New Testament, J.-M. Paul Bauchet and D. Kinneret
Arteaga, Rome. In modern Hebrew, without vowel points.
39. 1977, New Testament, United Bible Societies, Jerusalem. This is
a modern Hebrew translation prepared by an ecumenical team of
scholars in the beginning of the seventies. The translation was first
published by The Bible Society in Israel in 1977. It has been
revised several times, latest in 2010. Part of this translation -
primarly the four gospels and to a lesser grade the Book of
Revelations - is apparently based on Delitzsch (see above), while
the Acts of the Apostles and the Epistles seem to be independent
translations.
40. 1977, New Testament, Living Bible International, translator
unknown. This is more a paraphrase than a literal translation
in modern Hebrew, in line with other translations of The Living
Bible. The four gospels and the Acts of the Apostles were
published in Israel in 1977 under the title Beit ha-lahmi.321

Seiring dengan kebangkitan Messianic Judaism yaitu kelompok


orang-orang Yahudi dan Yudaisme modern yang menerima Yesus sebagai
Mesias dan beribadah dengan tata cara Yahudi dan mereka tidak mau

321
Bible Translation Into Hebrew
http://en.wikipedia.org/wiki/Bible_translations_into_Hebrew
400 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

disebut Kristen, maka dihasilkanlah berbagai versi terjemahan berbahasa


Inggris yang mengacu pada naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani
namun dengan mengangkat idiom-idiom Semitik Yudaik. Beberapa
terjemahan Kitab Suci tersebut al.,

Restoration Scriptures322

322
www.restorationscriptures.org
401 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

The Sacred Scriptures323

The Scriptures324

323
www.assembliesofyahweh.org
324
www.isr-messianic.org
402 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Complete Jewish Bible & Jewish New Testament 325

Complete Bible Hebraic Root 326

325
http://www.messianicjewish.net/jntp/
326
http://nazarenespace.com/profiles/blogs/hebraic-roots-version-ebook
403 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Orthodox Jewish Bible327

Orthodox Jewish Brit Chadasha 328

327
http://www.afii.org/ojbible.html
404 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari berbagai versi Perjanjian Baru hasil terjemahan dari bahasa Yunani ke
dalam bahasa Ibrani yang populer dipergunakan adalah versi Hebrew New
Testament329dari Salkinson dan Ginsburg yang juga kerap disebut Ha Berit
ha Chadasha

Karya berikutnya adalah terjemahan Hebrew Gospel 330dari Franz Delitzh


dipuji sebagai sebuah terjemahan yang menampilkan karakter bahasa
Semitik dalam setiap ucapan Yesus dan keseluruhan Kitab Perjanjian Baru
sehingga mengena ke dalam konteks orang-orang Yahudi331. Terjemahan

328
http://www.alibris.com/search/books/isbn/9780939341030
329
http://dc356.4shared.com/doc/kCZFu2-E/preview.html
330
http://vineofdavid.org/resources/dhe/
331
The Delitzsch Hebrew/English Gospels Unveiled
http://www.hopeabbey.com/?p=435
405 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pertama dikerjakan pada tahun 1877-1889 dan sekarang telah diperbarui


dengan bentuk yang lebih menarik.
406 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Namun demikian terjemahan Franz Delitzh pun dinilai masih


memiliki sejumlah kekurangan serius al., sumber rujukan bukan dari
naskah Semitik yaitu Peshitta melainkan dari naskah Yunani. Sekalipun
Delitz mencantumkan nama YHWH di 182 tempat dalam terjemahannya
namun merujuk pada pemahaman ahli Masoretik yang memperhunakan
tanda baca yang menunjuk pemnbacaan YHWH dengan YEHOWAH
(Jehovah)332, dll. sehingga Andrew Gabriel Roth menerjemahkan naskah
Peshitta dan menerbitkan Aramaic English New Testament (AENT) yang
mendasarkan pada Peshitta Aramaik dan naskah Khabouris 333

332
Brit Chadasha
http://www.hebrewnewtestament.com/delitzsch.htm
333
http://www.hebrewnewtestament.com/
407 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Apa yang dapat kita peroleh dari hasil penelusuran di


atas? Pertama, kita telah membuktikan bahwa Ha Berit ha Chadasha yang
tiada lain Hebrew Gospel karya Franz Delitzh adalah sebuah karya
terjemahan dalam bahasa Ibrani yang menjadikan rujukan pada naskah
Yunani. Mengatakan dan memperlakukan Ha Berit ha
Khadasha atau Hebrew Gospelsebagai Kitab Perjanjian Baru yang asli,
bukan saja menunjukkan ketidakpahaman proses penerjemahan, melainkan
menunjukkan sikap fanatik buta dan tidak cermat membaca sejarah. Kedua,
terkait pembuktian nama Mesias adalah Yesus.

Kedua, terkait pembuktian nama Mesias adalah Yeshua menjadi


gugur (sekalipun secara akademis, saya tidak menolak probabilitas nama
Yeshua sebagai nama Mesias) jika mengandalkan Ha Berit ha
Khadasha atau Hebrew Gospel karena kitab tersebut dan kitab-kitab
terjemahan Ibrani lainnya bukanlah kitab yang asli. Ketiga, nama Yeshua
adalah bentuk Aramaik dari Yeshu. Kitab Peshitta menuliskan nama Jwvy
(Yeshu - huruf Ayin tidak dibaca). Nama Ishoo adalah bentuk pengucapan
Neo Aramaik modern dari Timur. Nama Mesias identik dengan nama abdi
Musa bernama Yahshua (Yehoshua/Yahushua) ben Nun. Mengapa
demikian? Karena nama Yahshua ben Nun (Yoh 1:10) dieja menjadi
Yeshua ben Nun (Neh 8:17). Bukan hanya itu, nama Yahshua ben
Yahtsadak (Zakh 6:11-13) dieja pula menjadi Yeshua ben Yahtsadak (Ezr
3:2).
408 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kiranya penjelasan ini dapat memberikan pencerahan yang lebih


mencerdaskan bagi pembelajar baru dalam kajian ini sehingga tidak mudah
dibingungkan oleh berbagai klaim tanpa penyertaan bukti dan data yang
memadai.
409 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLIII

BENARKAH TULISAN DI KAYU SALIB


MENUNJUK PADA YHWH?

Untuk kesekian kalinya saya harus membuat kritik ilmiah terhadap


kelompok Sacred Name Movement di Indonesia. Kritik ilmiah yang saya
sampaikan bertujuan untuk menyampaikan apa yang benar dan membuat
kita lebih banyak belajar agar kita tidak dituduh oleh saudara-saudara
Kristen lain yang belum menerima kebenaran nama YHWH dengan
julukan ―kurang cerdas‖. Tudingan ―kurang cerdas‖ ini menjadikan
cambuk agar saya dan komunitas yang saya pimpin untuk tampil
menyampaikan kebenaran secara sistematis dan logis serta ilmiah. Setelah
itu hiduplah dengan perilaku yang benar seturut dengan kebenaran yang
diyakini dan bukan justru berbanding terbalik. Kita tidak bisa meyakinkan
orang lain atas apa yang kita yakini benar jika cara kita menyampaikan
kebenaran tidak dengan cara yang benar. Hal apa yang dimaksudkan
dengan ―cara yang tidak benar‖ sudah saya ulas dalam artikel berjudul,
―Bukan Sekedar Nama Yahweh‖334.

Dalam kajian kali ini saya ingin mempertanyakan asumsi yang


dibangun beberapa kelompok Sacred Name Movement di Indonesia bahwa
tulisan di atas kayu salib saat Yesus disalibkan menunjuk pada nama
YHWH (Yahweh) dan disimpulkan bahwa Yesus adalah YHWH yang
menjadi manusia. Persoalan kesalahpahaman dalam menalar keilahian
Yesus (Kristologi) dari kelompok Sacred Name Movement di Indonesia
telah saya ulas dalam judul ―Meluruskan Kesalahpahaman Seputar
Keilahian Yesus‖335
334
Teguh Hindarto, Bukan Sekedar Nama Yahweh
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/bukan-sekedar-nama-yahweh.html
335
_____________, Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Keilahian Yesus
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/meluruskan-kesalahpahaman-
seputar.html
410 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Benarkah asumsi di atas? Kita akan mengujinya dengan membaca


Yohanes 19:19 sbb, ―Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di
atas kayu salib itu, bunyinya: ―Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi‖.
Dengan percaya diri, seorang pengajar Sacred Name Movement
menuliskan kalimat di atas dalam bahasa Ibrani,
―Yeshua Hanatsri Wamelek Hayehudim‖ sehingga terbentuk susunan
YHWH. Apakah cara berpikir demikian dapat dibenarkan? Saya katakan
argumentasi di atas bukan saja keliru dan tidak memiliki dasar dalam Kitab
Suci bahkan sangat menggelikan. Dimana letak kekeliruan tersebut?
Pertama, soal eksistensi Kitab Suci Perjanjian Baru. Kelompok Sacred
Name Movement sangat yakin bahwa Kitab Perjanjian Baru berbahasa
Ibrani yang tersedia sekarang ini yaitu Hebrew New Testament dan Ha Brit
ha Khadasha karya Franz Delitzh adalah Kitab Perjanjian Baru berbahasa
Ibrani yang asli sehingga dapat dipakai sebagai rujukan paling benar
dibandingkan naskah berbahasa Yunani dan Aramaik. Kesalahan berpikir
mereka sudah saya ulas secara mendalam dalam kajian berjudul, ―Apakah
Ha Brit Ha Khadasha, Kitab Perjanjian Baru Asli‖336 Kedua kitab yang
menjadi rujukan mereka di atas sebenarnya hanyalah karya terjemahan
Abad XIX dan bukan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani yang asli
karena sampai hari ini kita tidak memiliki bukti material adanya Kitab
Perjanjian Baru berbahasa Ibrani. Yang kita miliki hari ini sebagai sumber
bahasa Semitik adalah Peshitta Aramaik.

Jika kelompok Sacred Name Movement menjadikan Hebrew New


Testament dan Ha Brit ha Khadasha karya Franz Delitzhsebagai rujukan
utama, maka kita akan menguji apakah kedua kitab terjemahan berbahasa
Ibrani tersebut mendukung asumsi mereka.

336
___________, Apakah Ha Brit Ha Khadasha, Kitab Perjanjian Baru Asli?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/03/apakah-ha-brit-ha-khadasha-
kitab.html
411 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Hebrew New Testament

‫היהודים מלך הנצרי ישוע‬


Yeshua Hanazri Melek Hayehudim

Franz Delitzh

‫היהודים מלך הנצרי ישוע‬


Yeshua Hanazri Melek Hayehudim

Dari perbandingan naskah terjemahan HNT dan Franz Delitzh saja


asumsi bahwa nama yang tertulis dalam tiang salib membentuk huruf
YHWH sudah gugur dan tidak terbukti. HNT dan Franz Delitzh justru
memunculkan formasi YHMH bukan YHWH Kedua, Asumsi bahwa
tulisan di atas tiang salib membentuk formasi nama YHWH kembali gugur
saat dihadapmukakan dengan bukti material Kitab Peshitta Aramaik yang
menurut Aramaic Primacist diyakini sebagai bahasa asli dari penulisan
Perjanjian Baru yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani.
Dalam Peshitta Aramaik tertulis demikian:

Peshitta Aramaic New Testament

aydwhyd aklm ayrcn Jwvy

Yeshu Nazraya Malka Dyehudaya

Formasi yang terbentuk justru menghasilkan susunan huruf yang


semakin menjauh dari YHWH yaitu YNMD. Dengan demikian asumsi
kelompok Sacred Name Movement di atas tidak bertahan dalam ujian
naskah kuno dan sudah seharusnya diralat bahkan tidak dipergunakan
sebagai pembuktian. Ketiga, Frasa (Joh 19:19 PES) adalah pemaksaan
pemikiran demi mencari pembuktian dukungan terhadap kebenaran nama
YHWH sehingga memperkosa kaidah kebahasaan yang benar. Jika frasa di
412 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

atas diterjemahkan akan menghasilkan kalimat, ―Yeshua Orang


Natsaret DAN Raja Orang Yahudi‖. Padahal kata sambung We (Dan) tidak
ada baik dalam naskah Yunani maupun Aramaik. Dalam naskah Yunani
dituliskan sbb:

Westscott and Hort Greek New Testament

Ἰεζνῦο ὁ Ναδσξαῖνο ὁ βαζηιεὺο ηῶλ Ἰνπδαίσλ

(Iesous ho Nazooraios ho Basileus toon Ioudaioon)

Dari kajian singkat di atas nampaklah pada kita bahwa pernyataan


bahwa kalimat di atas palang salin membentuk susunan nama YHWH tidak
memiliki landasan historis dan teologis sama sekali. Lebih kepada gothak
gathuk mathuk(dicocok-cocokkan sesuai selera) dan tidak memiliki nilai
keilmiahan sebagai pembuktian. Cara penyimpulan dengan cara di atas
dalam Teologi disebut dengan Eisegesa yaitu pemaksaan opini terhadap
teks sebagai kebalikan dari Eksegesa yaitu eksplorasi terhadap teks
sehingga berbicara kepada pembaca.

Masih banyak data yang lebih berbobot yang dapat dipakai sebagai
alat pembuktian mengenai relevansi nama YHWH baik dalam TaNaKh
maupun Kitab Perjanjian Baru. Mari kita jauhkan dari sikap-sikap
emosional fundamentalis dalam menyajikan kebenaran dan lebih
menempuh jalur rasional akademis serta teologis dalam menyampaikan
kebenaran perihal nama YHWH Bapa kita Surgawi sehingga banyak orang
akan mengalami pencerahan dan pencerdasan.
413 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLIV

ܳ DALAM PESHITTA
ܳ ‫)ܡ‬
APAKAH ISTILAH “MARYA” (‫ܪܝܐ‬
MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS ADALAH YHWH?

Beberapa kelompok Sacred Name Movement (Gerakan Pemulihan


Nama Suci) di Indonesia berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus
adalah Yahweh yang menjadi manusia dengan melakukan dua cara.
Pertama, melakukan analisis teks dan proses hermeneutik terhadap naskah
Perjanjian Baru berbahasa Yunani dimana dalam sejumlah kasus setiap
pernyataan Yesus yang pararel dengan Yahweh akan disimpulkan bahwa
Yesus adalah Yahweh itu sendiri. Untuk menjawab metodologi mereka,
saya sudah membuat artikel berjudul ―Meluruskan Kesalahpahaman
Seputar Keilahian Yesus‖337. Kedua, dengan mengandalkan Kitab Peshitta
Aramaik dimana Yesus disebut di beberapa tempat dengan sebutan Marya
yang artinya Tuan Yahweh. Benarkah argumentasi ini?

Peshitta Aramaik

Peshitta artinya ―lurus‖, ―sederhana‘, ―umum‖. Ini menunjuk pada


nama sebuah Kitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dalam
bahasa Aramaik. Kitab TaNaKh diterjemahkan dalam bahasa Aramaik
sekitar Abad 2 sM dan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik mulai
distandarisasi pada Abad 5 Ms (tanpa 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes,
Yudas, Wahyu). Kitab Peshitta dipergunakan oleh kelompok Kristen yang
berada di wilayah Timur seperti Gereja Orthodox Syria. Mengenai
eksistensi Peshitta Aramaik apakah sumber bagi penerjemahan Perjanjian
Baru berbahasa Yunani atau sebaliknya, masih menjadi perdebatan para
ahli bahasa.

337
Teguh Hindarto, Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Keilahian Yesus
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/meluruskan-kesalahpahaman-
seputar.html
414 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Makna Kata “Marya”

Jika Septuaginta (Kitab TaNaKh dalam bahasa Yunani) menuliskan


kata penghormatan Kurios untuk nama Tuhan YHWH dalam TaNaKh
(Kekristenan menyebutnya dengan Perjanjian lama), maka dalam Peshitta
TaNaKh, setiap nama YHWH ditulis dengan sapaan penghormatan Marya
ܳ Sebagai misal Kejadian 2:4 sbb:338
ܳ ‫)ܡ‬.
(‫ܪܝܐ‬

ܳ ܰ ݂ ‫ܫܢ ܳܝܐ‬
ܰ ‫ܠܕ ܴܬܐ ݁ ܰܕ‬ ܳ ̈‫ܳܗ ܶܠܝܢ ܳܬܘ‬ These are the generations of the heavens
‫ܐܪܥܐ‬ ‫ܘܕ‬
ܺ ܶ ܰ݁ and of the earth
‫ܐܬܒܪܝܘ‬ ‫݂ܕ‬ when they were created,
ܳ ܳ ܰ ܳ ܰ ܰ ݁ ܳ
ܳ
‫ܥܥ ݂ܕ ܡܪܝܐ ܐܠܗܐ‬ ݂ ‫݁ܒ ܰܝܘܡܐ ܕ‬ in the day that MARYA God made
‫ܫܢ ܳܝܐ ܰܘܐܪܥܐ ܀‬
ܳ ܰ
the earth and the heavens.

Dalam Peshitta Perjanjian Baru, ada dua kata untuk menyebutkan


nama penghormatan bagi Yahweh saat mengutip Peshitta TaNaKh yaitu
Marya (‫ܪܝܐ‬ ܳ 339 dan d‘Marya (‫ܪܝܐ‬
ܳ ‫)ܡ‬ ܳ ‫ ݁)ܕ ܳܡ‬340. Sebutan Marya muncul dalam
ayat berikut: ―Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Marya
ܳ oleh nabi‖ (Mat 1:22). Sebutan d‘Marya muncul dalam ayat
ܳ ‫)ܡ‬
(‫ܪܝܐ‬
berikut: ―Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
d’Marya (‫ܪܝܐ‬ ܳ ‫ ݁)ܕ ܳܡ‬nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf,
anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus‖ (Mat
1:20)
338
Aramaic Old Testament: Commonly known as the ‗Peshitta Tanakh, London:
Trinitarian Bible Society. Reprinted Eugene, Oregon: Wipf & Stock Publishers.
1954.
339 ܳ ‫ܳܡ‬
Peshitta verses that contains ‫ܪܝܐ‬
http://www.dukhrana.com/peshitta/concordance.php?adr=2:12375&font=Estrange
lo+Edessa&size=150
340 ܳ ‫݁ܕ ܳܡ‬
Peshitta verses that contains ‫ܪܝܐ‬
http://www.dukhrana.com/peshitta/concordance.php?adr=2:12375&font=Estrange
lo+Edessa&size=150
415 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengenai makna kata Marya atau d‘Marya, kelompok Aramaic


Primacist (pendukung teori bahwa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa
sumber yaitu Aramaik, sebagai lawan Greek Primacist dan Hebrew
Primacist) memiliki sejumlah perbedaan pendapat.

Kelompok Pertama: Marya adalah Sebutan Penghormatan Terhadap


Yahweh

Kita akan mengutip beberapa pernyataan dalam kamus Syriac


mengenai arti dan penggunaan kata Marya sbb: William Jennings Syriac
Lexicon mengatakan sbb: ―MARA, (meem-resh-alap), Mara, absolute and
construct; emphatic Mara, m., a lord or master, Matthew 9:38, Luke 6:5,
John 13:13-14, Acts 14:12 (lord or chief of the gods, i.e.Jupiter);
sovereign or ruler; Luke 10:21.1Nrm (meem-resh-noon). MARAN, our
Lord, is often found in the Syriac versions insteadof the Lord, e.g. John
21:7,12. MARAN ATA, (meem-resh-noon alap-taw-alap), Maran atha, our
Lord is come, 1Corinthians 16:22, though this is taken by Dalman as
Aram. + pl. suff. + at (ta), MARNA TA ATA - O Lord come!). Plural
MARYA (meem-resh-yodh-alap), MARON (meem-resh-waw-noon),
MAROA (meem-resh-waw-alap-alap). MARYA (meem-resh-yodh-alap), the
emphatic form used for the sacred Hebrew YHWH ―Amar MarYah l'mari‖
- The LORD said to my Lord, Matthew 22:44, also for Christ as Lord of
all, Acts 10:36,and the one Lord, 1 Corinthians 8:6, Philippians 2:11" 341.

Compendious Syriac menjelaskan sbb: ―MARA, absolute and


construct, emphatic MARA and MARYA (meem-resh-yodhalap),the latter
form is used only of THE LORD GOD, and in the Peshitta version of the
O.T. represents the Tetragrammaton‖ 342. Oraham's Dictionary of the

341
William Jennings, Syriac Lexicon (Oxford University Press, 1926), p. 130-131
342
R. Payne Smith, Compendious Syriac (Oxford University Press, 1902;
Reprinted by Wipf and Stock Publishers, 1999), p. 2983
416 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Stabilized and Enriched Assyrian, menjelaskan sbb: ―MURYA - The Lord,


an appellation signifying Jesus; Jehovah‖343.

Dari kutipan penjelasan di atas maka kata Marya dimaknai sebagai sebutan
penghormatan pengganti yang setara dengan Adon dan Adonai dalam
bahasa Ibrani atau Kurios dalam bahasa Yunani yang bermakna Tuan atau
Penguasa. Konsekwensi logis bahwa istilah Marya adalah sebutan
penghormatan yang setara dengan Adon, Adonai dan Kurios, maka istilah
Marya terikat pada kaidah kebahasaan dan dapat ditelusuri kedudukannya
dalam kosa kata Aramaik. Konsekwensi logis bahwa kata Marya adalah
sebutan penghormatan pengganti bagi YHWH, maka dalam struktur
ketatabahasaan, kata Marya memiliki kedudukan tertentu yaitu sebagai
kata benda emphatic dan bentuk lexeme.

“Marya” adalah Kata Benda “Emphatic” (emphatic noun)

Jika kata Marya adalah bentuk singkat dari nama YHWH maka
akan muncul bentuk-bentuk lainnya dalam kata Marhun, Maran, Mari dll.
Namun itu tidak terjadi. Tidak pernah ditemui bentuk MarYahun,
MarYahan, MarYahi, dll. Ketiadaan bukti tersebut membuktikan bahwa
kata Marya memang berkedudukan sebagai kata benda emphatic344

“Marya” adalah “Lexeme”

Akar sebuah kata adalah yang paling dahulu ada dan menjadi
elemen dasar dalam keluarga suatu istilah atau kata. Akar kata dapat
menghasilkan satu atau lebih lexeme. Lexeme adalah adalah kata asli atau
yang paling dasar yang dapat dimodifikasi untuk menghasilkan bentuk-
bentuk kata yang lain. Contoh akar kata Aud bentuk Lexemenya Audible
343
Alexander Yosep Oraham, Oraham's Dictionary of the Stabilized and
Enriched Assyrian, , p. 314
344
The Maryah Deception
http://www.natzraya.org/Articles/The%20Mar-Yah%20Deception/The%20Mar-
Yah%20Deception.html
417 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan Audit dan bentuk morphemenya Audibility, Inaudibility, Audibleness,


Audience, Auditory, Auditorium, Audition sebagaimana bagan berikut:345

Root Lexeme Morphemes

Aud Audible Audibility,


Inaudibility.
Audibleness

Audit Audience, Auditory,


Auditorium,
Audition

Demikian pula kata Aramaik Marya adalah bentuk Lexeme dari


kata Mara sebagaimana bagan di bawah ini:346

Root Lexeme Morphemes

Mara Marya Maran


(Tuan, Penguasa, (Sang Tuan, Sang (Tuan kita)
Majikan) Penguasa, Sang Mareh
Majikan) (Tuannya)

Jika akhiran ―Ya‖ dalam kata ―MarYa‖ menunjuk pada nama atau
bentuk singkat YHWH, maka kata tersebut seharusnya muncul dalam
setiap bentuk morpheme yang didasarkan pada lexeme. Sebaliknya, tidak
pernah dijumpai unsur nama YHWH dalam bentuk morpheme dari kata
Marya. Kita akan melihat perbandingan kata Marya (Tuan) dan Talya
(Pelayan) dalam bagan berikut:347

345
Ibid.,
346
Ibid.,
347
Ibid.,servants
418 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Anatomi Kata “Marya”: Sebuah Perbandingan

Lord Root Lexeme Inflected Form

the Lord Mara Marya Marya


the Lords Mara Marya Maraya
Lord Mara Marya Marea
Lords Mara Marya Maray
Lords Mara Marya Marawan
our Lord Mara Marya Maran
his Lord Mara Marya Mareh
her Lord Mara Marya Marawhy
her Lords Mara Marya Marah
their Lord Mara Marya Marhwn
my Lord Mara Marya Mary
my Lords Mara Marya Maray
your Lord (Sing) Mara Marya Marak
your Lord (Sing) Mara Marya Maraky
your Lord Mara Marya Markwn
(Plur)
your Lords Mara Marya Maraykwn
(Plur)

Anatomi Kata Talya: Sebuah Perbandingan

Servant Root Lexeme Inflected Form

the Servant Talya Talya Talya


the Servants Talya Talya Talaya
Servant Talya Talya Talea
Servants Talya Talya Talay
Servants Talya Talya Taleyn
our Servant Talya Talya Talyan
his Servant Talya Talya Talyeh
his Servants Talya Talya Talywhy
419 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

her Servant Talya Talya Talyah


her Servants Talya Talya Taleyh
their Servant Talya Talya Talywhn
their Servants Talya Talya Talayhwn
my Servant Talya Talya Talyy
my Servants Talya Talya Talay
your Servant Talya Talya Talyak
(Sing)
your Servants Talya Talya Talyaky
(Sing)
your Servant Talya Talya Talyakwn
(Plur)
your Servants Talya Talya Talaykwn
(Plur)

Dari uraian bagan di atas nampak bahwa kata Marya adalah bentuk
lexeme yang dapat mengalami morphemisasi. Sebatian Brock pengajar
pada Fakultas Studi Oriental dari Oxford Cambridge mengatakan:
―Although I think I have seen this somewhere as a popular [folk]
etymology, I am afraid that from the point of view of Semitic philology it
will not work. Marya is the emphatic form of mr' (the earlier form in
Aramaic would be mr'', which has become mry' in Syriac), and mr' is
attested in earlier Aramaic in many pre-Christian and non-Jewish
inscriptions (many are cited in J.Hoftijzer and K. Jongeling, Dictionary of
Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (In the Aramaic of
Daniel eg 4:16 there is a 1st person sing. suffixed example, ‫ =( מרי‬mr'+y)
which in Syriac would appear as ‫ =( מרי‬mr+y)"348 (Meskipun saya pikir
saya telah ini sebagai etimologi populer, namun saya kuatir bahwa dari
sudut pandang filologi Semit , hal tersebut tidak akan berhasil. MarYa
adalah bentuk empati dari Mr‘ (bentuk awal dalam bahasa Aram Mr‘,
yang telah menjadi Mry dalam bahasa Syria), dan Mr‘ telah dibuktikan
dalam bahasa Aram permulaan dalam prasasti pra-Kristen dan non-
Yahudi (sebagaimana banyak dikutip dalam J.Hoftijzer dan K. Jongeling,

348
Ibid.,
420 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dictionary of Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (dalam


bahasa Aram dari Daniel 4:16 [dalam naskah Masoretik Daniel 4:19]
misalnya ada akhiran orang pertama tunggal M ‫( מרי‬Mr+ y) yang dalam
bahasa Syriac akan muncul sebagai M‫( מרי‬Mry).

Yang dimaksudkan oleh Brock mengenai Daniel 4:19 mengenai


kalimat, ―Beltsazar menjawab: "Tuanku, biarlah mimpi itu tertimpa atas
musuh tuanku dan maknanya atas seteru tuanku!‖, kata ―Tuanku‖
dipergunakan bahasa Aram ‫( מראי‬Maray) dan ‫( מרי‬Mari). Demikian pula
analisis Dr. George A. Kiraz dalam Syriac Electronic Data Retrieval
Archive (SEDRA) menempatkan kata Marya dengan numerisasi no 12407
dan dikategorikan sebagai kata benda dan bentuk lexeme349.

Kelompok Kedua: “Marya” adalah Singkatan dari Tuan Yahweh

Andrew Gabriel Roth menerjemahkan Kitab Peshitta Aramaik ke


dalam bahasa Inggris dan menerbitkan Aramaic English New Testament
(AENT). Setiap ada istilah Marya atau d‘Marya yang ditujukan baik
kepada YHWH maupun Yesus maka akan diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan Master Yah (Tuan Yah) sebagai singkatan dari Yahweh.
Dalam beberapa artikelnya, Gabriel Roth melandaskan pada fakta dalam
Yesaya 12:1-2, Mazmur 77:12-13, Mazmur 113:1-3 dimana nama Yahweh
disingkat dalam bentuk Yah. Sebagaimana dikatakan dalam Yesaya 12:1-2,
―Sungguh, Tuhan itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar,
sebab Yah YHWH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi
keselamatanku‖ (Yes 12:2).

349
Dr. George A. Kiraz, Syriac Electronic Data Retrieval Archive (SEDRA),
disediakan oleh the Syriac Computing Institute. Copyright © 2006-2011,
Dukhrana Biblical Research
http://www.dukhrana.com/lexicon/word.php?adr=2:12407&font=Estrangelo+Ede
sa
421 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Menurut penelitian Gabriel Roth, ungkapan ‫יה יהוה ויהי־לי ליׁשועה׃‬


(Yah Yahweh wayehi li lishuah) dalam Peshitta TaNaKh dituliskan dengan
Marya. Dalam penjelasannya, beliau menyimpulkan, ―Now, in places
where the Hebrew Tanakh reads Adonai and it is 100% clear that its
meaning is YHWH, the Aramaic universally substitutes with MarYah‖ 350
(Sekarang, di tempat di mana Tanakh Ibrani membaca Adonai maka itu
dapat dipastikan 100% bahwa maknanya adalah YHWH, kata Aram yang
secara universal diganti dengan sebutan Marya)

Sebutan “Marya” dan “d‟Marya” Bagi Yesus Dalam Peshitta

Dalam Peshitta Aramaik ditemui sejumlah data dan fakta bahwa


Yesus disebut dengan julukan Marya dan d‘Marya. Sejumlah ayat yang
menghubungkan Yesus dengan sebutan Marya al., Matius 22:43, 45,
Markus 12:29, Lukas 2:11, Kisah Rasul 10:36, Roma 14:9, 1 Korintus 8:6.
―Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh
pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya (‫ܪܝܐ‬ ܳ ‫ ܳܡ‬- Marya), ketika ia
berkata...‖ (Mat 22:43)

Sejumlah ayat yang menghubungkan Yesus dengan sebutan


d‘Marya al., Kisah Rasul 2:38, 1 Korintus 11:27,29, 1 Korintus 12:3, Filipi
2:11.―Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang
pun yang berkata-kata oleh Roh Tuhan, dapat berkata: "Terkutuklah
Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah
Junjungan Agung" (‫ܪܝܐ‬ ܳ ‫ ܳܡ‬- d‘Marya), selain oleh Roh Kudus‖ (1 Kor
12:3).

Kedua kelompok di atas memberikan terjemahan yang berbeda


terkait kata Marya dan d‘Marya yang dihubungkan terhadap Yesus.
Kelompok pertama tetap menerjemahkan kata Marya dan d‘Marya dengan
sebutan Lord (Tuan) dan The Lord (Tuan itu) sebagaimana beberapa
terjemahan berikut:

350
Andrew Gabriel Roth, Definitions of MARYAH and Related Terms
http://aramaicnttruth.org/downloads/Understanding%20why%20MarYah%20is%
20the%20Aramaic%20Name%20for%20YHWH.pdf
422 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ETH
―For there is born for you to-day the Redeemer, who is the
Lord the Meshicha, in the city of David‖ (Luk 2:11) 351
MRD
―For there is born to you this day a deliverer, who is the
Lord Messiah, in the city of David‖ (Luk 2:11)352
LEW
―Unto you is born this day a Saviour, who is the Lord, the
Christ, in the city of David‖. (Luk 2:11)353

Berbeda dengan terjemahan di atas, Andrew Gabriel Roth dalam


Aramaic English New Testament (AENT) menerjemahkan, ―For today in
the city of David there has been born for you a Saviour, who is Lord-Yah
the Messiah‖. Dalam artikelnya yang berjudul, Original Aramaic proves
beyond ANY doubt that Jesus is God, Roth menyimpulkan, ―Here‘s the
crucial key omitted in the Greek: So is Jesus! In many verses of the New
Testament, Jesus is called ‗MarYah‘, a name ONLY used for God. These
many verses are spread throughout the Scriptures too, not just centralised
and caused by misunderstanding or some such. All the writers of the New
Testament KNEW that Jesus is God, so it is not surprising to find Him
being called ‗MarYah‘ in many different books. The Peshitta leaves NO
DOUBT that Jesus was God Himself, manifest in the flesh. Now that you
have had time to understand that ‗the LORD‘ and ‗the Lord‘ are the same
‗person‘, the same God, let us examine some ofthe verses that call Jesus,
‗MarYah‘, a name undisputedly used ONLY for God‖ 354 (Berikut adalah
kunci penting yang dihilangkan dalam bahasa Yunani: Tiada lain mengenai
Yesus! Dalam banyak ayat Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan

351
Peshitta - Etheridge Translation (1849)
352
Peshitta - James Murdock Translation (1856)
353
Lewish Peshitta New Testament Translation (1896)
354
Andrew Gabriel Roth , Original Aramaic proves beyond ANY doubt that Jesus
is God
http://aramaicnttruth.org/downloads/outside/AramaicJesusGodMaryahAlaha.pdf
423 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

MarYah, sebuah nama yang HANYA digunakan untuk Tuhan. Ayat-ayat


ini banyak tersebar di seluruh Kitab Suci juga, bukan hanya terpusat dan
disebabkan oleh kesalahpahaman atau semacam itu. Semua penulis
Perjanjian Baru TAHU bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri, sehingga
tidak mengherankan untuk menemukan Dia yang disebut MarYah dalam
banyak kitab. Kitab Peshitta tidak meninggallkaan keraguan bahwa Yesus
adalah Tuhan itu sendiri, yang mewujudkan dirinya dalam daging.
Sekarang Anda telah memiliki waktu untuk memahami bahwa TUAN dan
Tuan adalah menunjuk pada pribadi yang sama, yaitu Tuhan yang sama,
dan mari kita lihat beberapa ayat lainnya yang menyebut Yesus, dengan
sebutan MarYah, sebuah nama yang tidak diragukan lagi HANYA
digunakan untuk Tuhan).

Dengan pernyataannya di atas, Gabriel Roth hendak mengatakan


bahwa setiap kata Marya atau d‘Marya yang dihubungkan terhadap diri
Yesus, harus diterjemahkan Master Yah atau Lord Yah atau Tuan Yah.
Konsekwensi logisnya maka Yesus adalah YHWH itu sendiri yang
menjadi manusia. Berikut beberapa kutipan ayat yang disitir oleh Andrew
Gabriel Roth dimana kata Marya dan d‘Marya dihubungkan dengan Yesus
sehingga kata tersebut harus diterjemahkan menjadi Tuan Yah sbb:355

―For today is born to you in the city of David, a Saviour, who is


MarYah Meshikha (Lord Yah THE Messiah=YHVH THE
Messiah)‖ (Luk 2:11).

―Therefore let all the house of Israel know for certain that God
has made this very Yeshua (Jesus) whom you have crucified,
both MarYah (Lord Yah=YHVH) and THE Messiah‖ (Acts
2:36)

355
Roy A. Reinhold, Use of the Name of God (YHVH) in the New Testament:
And the Divinity of Jesus (Yeshua)
http://ad2004.com/prophecytruths/Articles/DivineNameNT.pdf
424 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Then Shimon (Peter) said to them, ―Repent and be baptized,


every one of you, in the name MarYah Yeshua (Lord Yah
Yeshua=YHVH Yeshua) for the forgiveness of sins, so that you
may receive the gift of the Holy Spirit (d'Rukha d'Qudsha in
Aramaic, Ruach HaKodesh in Hebrew)‖ (Acts 2:38)

―For God sent the word to the children of Israel, preaching


peace and tranquility by Yeshua THE Messiah, He is MarYah
(Lord Yah=YHVH) of all‖ (Acts 10:36)

―yet for us there is one God, the Father, from whom comes
every thing and by whom we live; and one MarYah Yeshua
Meshikha (Lord Yah Yeshua THE Messiah), by whom are all
things, and we by Him‖ (1 Corinthians 8:6)

―Therefore, I want you to understand that no one, speaking by


the Spirit of God, calls Yeshua accursed: and that no man can
say that Yeshua is MarYah (Lord Yah=YHVH), but by the Holy
Spirit‘ (1 Corinthians 12:3)

Kritik Terhadap Pola Penerjemahan Andrew Gabriel Roth

Benarkah kesimpulan dan penerjemahan yang dilakukan oleh


Andrew Gabriel Roth tersebut? Benarkah bahwa sebutan Marya yang
ditujukan bagi Yesus harus diterjemahkan dengan Tuan Yah? Pertama,
mengenai kata Marya, memang masih debatable (diperdebatkan) apakah
istilah ini merupakan bentuk singkat untuk Mar dan Yah (Tuan Yah, Tuan
Yahweh) yang menunjuk pada YHWH atau hanya sebutan penghormatan
pengganti untuk nama YHWH. Melihat keunikan kata Marya dalam
Peshitta TaNaKh dimana istilah tersebut hanya dipergunakan untuk
YHWH dan tidak untuk yang lain, bisa saja istilah Marya menunjuk pada
singkatan untuk Tuan YHWH. Dan ketika istilah ini dikutip kembali dalam
Peshitta Perjanjian Baru saat mengutip TaNaKh maka dapat dipastikan
bahwa istilah Marya menunjuk pada Tuan YHWH.
425 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Namun dengan merujuk mayoritas para sarjana Aramaik terkemuka


seperti George Lamsa, Benjamin Murdock, Etheridge, Paul Younan dll
dalam terjemahan mereka dari bahasa Aram ke dalam bahasa Inggris, tidak
ada satupun yang menerjemahkan Marya atau d‘Marya dengan sebutan
Tuan YHWH. Jika mereka sebagai sarjana bahasa Aram tidak
menerjemahkan kata Marya dengan Tuan Yah, maka para sarjana tersebut
tentu tidak beranggapan bahwa istilah Marya dan d‘Marya merupakan
bentuk singkat dari Tuan Yah. Bahkan kamus bahasa Syria terkemuka
yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris seperti William Jennings,
Alexander Yosep Oraham, George A. Kiraz, Payne Smith tidak satupun
menghubungkan istilah Marya dan d‘Marya dengan Tuan Yah. Mustahil
para sarjana tersebut tidak mengetahui istilah Marya. Oleh karenanya saya
lebih sepakat untuk menyimpulkan bahwa istilah Marya atau ―d‘Marya‖
adalah sebuah sebutan, julukan yang khas ditujukan hanya bagi Yahweh
baik dalam Peshitta TaNaKh maupun Peshitta Perjanjian Baru. Namun
tidak benar jika Marya adalah NAMA sebagaimana klaim Andrew Gabriel
Roth saat dia berkata, ―In many verses of the New Testament, Jesus is
called ‗MarYah‘, a name ONLY used for God‖ 356( Dalam banyak ayat
Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan MarYah, sebuah nama yang
HANYA digunakan untuk Tuhan).

Dengan demikian istilah Marya bukan NAMA (name) melainkan


GELAR (Title). Kedua, dari aspek kebahasaanpun istilah Marya atau
d‘Marya bagi Yesus diterjemahkan dengan Tuan Yah, sangat
membingungkan dan merusak akidah keesaan Tuhan. Kita perhatikan ayat-
ayat yang diterjemahkan oleh Andrew Gabriel Roth (saya perbandingkan
dengan terjemahan LAI yang disesuaikan dengan asumsi Andrew Gabriel
Roth mengenai penggunaan Marya) dan konsekwensi teologisnya sbb:
―Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuan Yahweh, di
kota Daud‖ (Luk 2:11).

Bagaimana mungkin YHWH yang adalah Tuhan Pencipta harus


membuat diri-Nya lahir dalam wujud manusia? Bukankah dari alur kalimat

356
Op.Cit., Original Aramaic proves beyond ANY doubt that Jesus is God
426 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sudah jelas bahwa yang lahir adalah Juruslamat yaitu Mesias dan
Junjungan Agung? ―Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti,
bahwa Tuhan telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi
Tuan Yahweh dan Mesias‖ (Kis 2:36). Bagaimana mungkin Tuhan
Yahweh Sang Bapa yang telah menjadikan manusia Yesus (perwujudan
Sang Firman) sebagai Mesias lalu serentak menjadikan bagi diri-Nya Tuan
YHWH? Dimana letak rasionalitas dan logika keilahian dalam terjemahan
di atas? "Itulah firman yang Dia suruh sampaikan kepada orang-orang
Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Sang
Mesias yang adalah Tuan Yahweh dari semua orang’ (Kis 10:36).

Bagaimana mungkin kata ganti ―Dia‖ pada ayat di atas yang


menunjuk pada YHWH Sang Bapa, kemudian secara serentak Dia menjadi
Yesus yang adalah Tuan Yahweh bagi semua orang? ―Namun bagi kita
hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal
segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuan Yahweh
saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖ (1 Kor 8:6).

Jika YHWH satu-satunya Tuhan (Elohim/Theos) dan Bapa


(Av/Patros), lalu bagaimana mungkin Yesus Sang Mesias dalam ayat di
atas disebut dengan Tuan YHWH? Terjemahan model Gabriel Roth di atas
benar-benar mengacaukan dan merusak akidah mengenai siapa yang
mengutus dan siapa yang diutus. Merusak akidah mengenai siapa yang
harus disembah dan siapa yang menyuruh menyembah. ―Karena itu aku
mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata
oleh Roh Tuhan, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada
seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuan Yahweh", selain
oleh Roh Kudus‖ (1 Kor 12:3).

Jika kata Marya dalam ayat ini diterjemahkan dengan Tuan YHWH
sehingga berimplikasi Yesus adalah YHWH yang menjadi manusia, lalu
siapakah yang dituju dalam doa dan seruan Yesus berikut ini jika dirinya
adalah YHWH ? ―Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira
sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya
Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi
427 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi‖ (Luk


22:42). Siapakah Tuhan yang benar yang dimaksudkan oleh Yesus saat
beliau bersabda, ―Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus‖ (Yoh 17:3)?.

Ketiga, ternyata kata ―Maraya‖ merupakan bentuk jamak dari


―Marya‖. Ini dapat kita lihat dalam Kolose 4:1, ―Hai tuan-tuan,
berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga
mempunyai tuan di sorga‖. Ungkapan ―tuan-tuan‖ dalam Peshitta
Aramaik dituliskan ―Maraya‖. Ini membuktikan bahwa kata Marya
memang bukan nama Tuhan dan bukan bentuk singkat Tuan Yah
melainkan bentuk emphatic dan lexeme yang dapat mengalami
morphemisasi. Istilah ini muncul kembali dalam 1 Timotius 6:2a, ―Jika
tuan mereka ―Maraya‖ seorang percaya, janganlah ia kurang disegani
karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani
mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat
pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih‖

Keempat, kata d‘Marya ternyata ditujukan untuk nama seseorang


yaitu Maria sebagaimana dalam Roma 16:6, ―Salam kepada Maria, yang
telah bekerja keras untuk kamu‖. Ungkapan ―Salam kepada Maria‖ dalam
Peshitta Aramaik dituliskan ―shaalu beshalam d‘Marya‖. Kelima, adalah
fakta bahwa Yesus Sang Mesias tidak pernah mendakwa dirinya dengan
julukan atau gelar Marya dan d‘Marya. Sebaliknya Yesus bersabda dalam
Yohanes 13:13, ―Kamu menyebut Aku Guru dan Tuan, dan katamu itu
tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuan‖. Ungkapan ―Guru dan
Tuan‖ dalam naskah Yunani ν δηδαζθαινο θαη ν θπξηνο (ho Didaskalos kai
ho Kurios) dan dalam Peshitta Aramaik dituliskan ―Raban u Maran‖.

Keenam, bagi mereka yang memiliki pemahaman bahwa Peshitta


Aramaik adalah terjemahan dari naskah Perjanjian Baru Yunani, akan
beralih pada kesahihan Old Syriac sebagai bahasa Aram yang lebih tua dari
Peshitta. Dan setiap ungkapan Marya yang ditujukan pada Yesus dalam
sejumlah ayat al., Matius 22:43 seharusnya dipergunakan kata Mari
(Tuanku) sebagaimana perbandingan bagan berikut:
428 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

‫ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝܐ‬


Peshitta waʔîkanâ dawîd brûḥ qāreʔ leh māryâ
and.how David in.spirit calling to.him MARYA
‗and how is David in spirit calling him ―MARYA‖?‘

‫ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ‬


Sinaitic waʔîkanâ dawîd qāreʔ leh mārî
and.how David calling to.him lord.my
‗and how is David calling him ―my lord‖?‘

‫ܐܝܟܢܐ ܗ ܝܠ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚܐ ܕܩܘܕܫܐ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ‬


Curetonian ʔîkanâ hākîl dawîd brûḥâ dqûdšâ qāreʔ leh mārî
how therefore David in.spirit of.holiness calling to.him
lord.my
‗how therefore is David in the spirit of holiness calling him
―my lord‖?‘

Demikian pula dengan Markus 12:37, Lukas 20:44, Kisah Rasul


2:36. Noel Roede mengatakan, ―Therefore I believe we are justified in
seeing a mistranslation or corruption with the use of Māryâ in Matthew
22:43-45 and by extension Acts 2:36‖357 (Oleh karena itu saya percaya kita
dibenarkan dalam melihat kesalahan penerjemahan atau korupsi dengan
penggunaan Marya dalam Matius 22:43-45 dan Kisah Para Rasul 2:36).

Apa Makna Kata “Marya” dan “d‟Marya” Terhadap Yesus Sang


Mesias?

Sebagaimana telah diulas dalam bagian sebelumnya bahwa Kitab


Peshitta Aramaik menuliskan bukan hanya julukan Maran (diucapkan oleh
Yesus sendiri) bagi Yesus melainkan Marya dan d‘Marya (dituliskan oleh
para muridnya). Lalu apa arti penulisan kata tersebut terhadap Yesus?

357
Noel Roede, Is Jesus Maryah?
www.hebdomad.com
429 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam artikel saya berjudul ―Yesus Sang Firman Hidup: ―Pemahaman


Tentang Hakikat Yesus‖ telah diuraikan mengenai dua aspek Yesus yaitu
secara Ontologis (aspek hakikat) bahwa Yesus adalah Sang Firman
menjadi manusia dan aspek Antropologis bahwa Yesus adalah manusia
penjelmaan Sang Firman358.

Sang Firman tidak bisa disamakan begitu saja dengan Tuhan


namun tidak bisa begitu saja dibedakan dengan Tuhan. Dengan ungkapan,
―Firman itu bersama-sama dengan Tuhan‖ (Yoh 1:1) bermakna Firman
itu dibedakan dengan Tuhan. Sementara ungkapan ―Firman itu adalah
Tuhan‖ (Yoh 1:1) bermakna bahwa Sang Firman itu sehakikat, setara,
sederajat, melekat dengan Tuhan YHWH. Karena Firman itu setara,
sehakikat, sederajat, melekat dengan Tuhan, maka Firman Tuhan tentu saja
kekal dan tidak diciptakan. Sebaliknya, Firman Tuhan adalah Daya Cipta
Tuhan darimana segala sesuatu ada (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3, Ibr 1:3).
Yohanes 1:14 dengan tegas mengatakan bahwa ―Sang Firman telah
menjadi manusia‖. Ayat tersebut tidak mengatakan bahwa yang menjadi
manusia adalah Tuhan YHWH melainkan Firman Tuhan YHWH.

Dengan latar belakang pemahaman pembacaan Yohanes 1:1-18 di


atas maka jelas mengenai kedudukan Yesus baik secara ontologis maupun
antropologis maka kita akan mudah memaknai sebutan Marya dan
d‘Marya bagi Yesus Sang Mesias harus diartikan bukan sebagai bentuk
singkat Tuan Yahweh, melainkan cara penulis Peshitta Aramaik untuk
memberikan pesan teologis bahwa Yesus memiliki sifat keilahian karena
hakikat Yesus adalah Firman Tuhan yang setara, sehakikat, sederajat,
melekat dengan Tuhan YHWH. Maka ungkapan ―Marya Yeshu Meshikha‖
(1 Kor 8:6) bukan diterjemahkan ―Tuan Yah Yeshu Meshikha‖ melainkan
―Junjungan Agung Yesus Sang Mesias‖. Demikian pula ungkapan
―d‘Marya Hu Yeshu‖ (1 Kor 12:30) bukan diterjemahkan, ―Tuan Yah
adalah Yeshu‖ melainkan ―Yesus adalah Junjungan Agung Yang Ilahi‖.

358
Teguh Hindarto, Yesus Sang Firman Yang Menjadi Manusia: Implikasi
Teologis dan Antropologisnya
http://teguhhindarto.blogspot.com/2014/12/yesus-sang-firman-yang-
menjadi_19.html
430 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dalam artikel saya berjudul ―Haruskah Gelar Kurios (Adon) Bagi Yesus
Diterjemahkan Tuhan?‖359, telah diuraikan mengenai kategorisasi
penerjemahan kata Yunani Kurios bagi Yesus yaitu Tuan (jika membaca
kata Kurios bagi Yesus dalam Keempat Injil baik Matius, Markus, Lukas,
Yohanes), Junjungan Agung (jika membaca kata Kurios bagi Yesus dari
Kisah Rasul sampai Wahyu), Junjungan Agung Yang Ilahi (khusus
ketika kata Kurios bagi Yesus muncul dalam formula doksologis)360.
Contoh penerjemahan kata Kurios dengan Junjungan Agung Yang Ilahi
adalah dalam Filipi 2:9-11 sbb: ―Itulah sebabnya Tuhan sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala
nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit
dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku: "Yesus Sang Mesias adalah Junjungan Agung Yang Ilahi,"
bagi kemuliaan Tuhan, Bapa!‖.

Menariknya, ungkapan Yunani θπξηνο ηεζνπο ρξηζηνο (Kurios


Iesous Christos) dalam Peshitta Aramaik dituliskan ―d‘Marya Hu Yeshu
Meshikha‖. Demikianlah penjelasan dan kajian mengenai kata ―Marya‖
dan ―d‘Marya‖ baik bagi Yahweh maupun Yesus Sang Mesias. Kiranya
kajian di atas semakin mendorong kita memperdalam aspek penulisan
bahasa sumber Perjanjian Baru (Ibrani, Aramaik, Yunani) dan memahami
sebuah istilah dan kata tertentu dalam konteks penggunaan bahasa dan latar
belakang sosial, kebudayaan, keagamaan pada abad dimana kitab suci
dituliskan sehingga kita memiliki pemahaman yang utuh dan dapat
dipertanggungjawabkan

359
Teguh Hindarto, Haruskah Gelar Kurios (Adon) Bagi Yesus Diterjemahkan
Tuhan?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2014/04/haruskah-gelar-kurios-adon-bagi-
yesus.html
360
Ibid.,
431 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KEDELAPAN

RESPON TERHADAP PENGGUNAAN


NAMA ALLAH DALAM LINGKUNGAN KRISTIANI
432 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLV

CRACKING “THE HISTORY OF ALLAH”

TANGGAPAN TERHADAP BUKU BAMBANG NOORSENA

Pengantar

Menarik membaca buku-buku kajian Bambang Noorsena. Selain


memperlihatkan ulasan yang bersifat ilmiah dan mencerminkan nilai
akademik kajian historis dalam buku ―The History of Allah‖ memberikan
informasi penting mengenai ekspresi Kekristenan di wilayah Arabia yang
telah bereksistensi jauh sebelum adanya Islam di Arabia. Buku ini lebih
merupakan kompilasi atau bunga rampai beberapa artikel Bambang
Noorsena baik yang dimuat beberapa media dan buku tersendiri.

Selain itu, kajian Bambang Noorsena hendak membuktikan validitas


penggunaan nama Allah dilingkungan Kekristenan Arabia pra Islam.
Untuk membangun pemahamannya, Bambang Noorsena memberikan
pembuktian berdasarkan inskripsi-inskripsi Kristen pra Islam di wilayah
Arabia, sejumlah syair-syair pra Islam yang menuliskan nama Allah serta
catata-catatan lain yang mendukung. Dalam bagian kesimpulan, Bambang
Noorsena mengatakan, ―Kita dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh
umat Kristen di Timur Tengah tidak memiliki sebutan lain untuk menyebut
nama Ilahi selain kata Allah. Oleh karena itu, adanya kecenderungan
untuk membuktikan bahwa Elohim yang disembah orang Yahudi (dan
Kristen) tidak sama dengan Allah, bertentangan dengan fakta bahwa umat
Yahudi sendiri, yang tinggal di negeri-negeri Arab dari dulu sampai
sekarang, tanpa keberatan apapun menerjemahkan kata Elohim menjadi
Allah‖361

361
Bambang Noorsena, The History of Allah, Yogyakarta: Andi Offset 2005, hal
11
433 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dengan kajian di atas, Bambang Noorsena sekaligus hendak


membuktikan kepada komunitas Kristen yang mengusulkan pemulihan
nama YHWH dalam penerjemahan Kitab Suci dan devosi Kristiani bahwa
apa yang mereka sampaikan tidak memiliki landasan historis sedikitpun.
Ungkapan-ungkapan tersebut beberapa kali muncul dalam tulisannya
al.,―Semua fakta yang dikemukakan di atas tidak mendukung keberatan
kelompok bidah baru yang cenderung sangat membabi buta menentang
pemakaian kata Allah tanpa referensi ilmiah yang memadai‖362

Dalam bagian lain Bambang mengekspresikan kekesalannya


dengan mengatakan, ―Oleh karena itu, keberatan sekelompok orang
terhadap pemakaian istilah Allah ini merupakan bentuk kebodohan yang
keterlaluan (jahil murakab). Mereka lebih dipenuhi oleh prasangka
teologis terhadap Islam dan mengabaikan prinsip-prinsip kontekstualisasi
yang ditekankan Alkitab dan kaidah-kaidah linguistik (lughawiyah)
mengenai nama-nama Ilahi dalam bahasa-bahasa yang serumpun, dalam
hal ini Ibrani, Aram, dan Arab‖363

Karena pernyataan Bambang Noosena di atas banyak menyinggung


soal keilmiahan dan menuding kelompok-kelompok yang mengusulkan
peniadaan nama Allah dalam homili dan devosi serta penerjemahan Kitab
Suci Kristiani tidak memiliki referensi ilmiah yang memadai, maka kita
akan mengimbangi tudingan dan kajian kritis Bambang Noorsena dengan
sejumlah data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Benarkah Nama Allah Seakar Dengan Istilah Elohim?

Bambang menulis, ―Tampaknya beberapa pihak yang selama ini


keberatan dengan pemakaian kata ‗Allah‘ lebih banyak didorong oleh
prasangka teologis yang belum tuntas tentang Islam, bukan didasarkan

362
Ibid., hal 10
363
Ibid., hal 121
434 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kajian bahasa dan sejarah obyektif‖364. Dibagian lain dikatakan, ―dari


sudut pandang etimologis, dapat dibuktikan bahwa istilah seperti el,
elohim, eloah (Ibrani), elah, elaha (Aram) dan Ilah, Allah (Arab) berasal
dari akar Semitik yang sama. Harus dicatat pula bahwa akar kata dari
semua nama Ilahi itu: ―Il‖, ―El‖ juga ditemukan dalam inskripsi-inskripsi
Ugarit‖365.

Bahkan dalam tanggapannya atas artikel saya yang menyangkal akar


kata Allah berasal dari Al dan Ilah366 ditertawakan dengan mengatakan,
―Menurut argumentasinya yang sangat awam mengenai bahasa Arab, ia
menulis kalau al Ilah dapat disingkat menjadi Allah, mengapa Alkitab
tidak menjadi Altab? Untuk itu, saya harus menjelaskannya dengan
sabar‖367. Untuk menjelaskan keyakinanya bahwa Allah adalah kontraksi
dari Al dan Ilah, Bambang Noorsena menjelaskan, ―Sedangkan kata ilah,
al-ilah terbentuk dari 3 akar kata hamzah, lam, haa (‗-l-h). Dari akar kata
ini, kita mengenal ilah, alihah dan al-Ilah (atau bentuk singkatnya: Allah).
Anehnya, penjelasan yang bersifat umum tersebut justru diselingi
pengakuan, ―Akan tetapi, kasus penyingkatan al-Ilah menjadi Allah hanya
terjadi dalam bahasa Arab, tidak terjadi dalam bahasa Ibrani atau
Aram‖368

Ketidakjelasan Akar Kata Dan Asal Usul Nama Allah


Mengenai asal-usul nama Allah itu sendiri, masih menjadi bahan
perdebatan baik dikalangan Kristen maupun Islam. Kita akan melihat

364
Ibid., hal 6
365
Ibid., hal 9
366
Teguh Hindarto, STh., Kritik dan Jawab Terhadap Efraim Bambang
Noorsena, SH., Artikel di Majalah BAHANA No 09, 2001, hal 13
367
Op.Cit., hal 14
368
Ibid., hal 15
435 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sekilas pemetaan silang pendapat mengenai asal-usul nama Allah dibawah


ini.
Pandangan Islam: ُ‫( اهلل‬Allah) berasal dari kata Al (definite article,
The) dan Ilah (generic name, God). Penyingkatan dari kata Al dan Ilah
menjadi Allah, untuk menandai sesuatu yang telah dikenal. Dalam
perkembangannya, untuk mempermudah hamzat yang berada diantara dua
lam (huruf ‗LL‘), huruf ‗I‘ tidak diucapkan sehingga berbunyi Allah dan
menjadi suatu nama yang khusus dan tidak berakar369. Ada pula yang
berpendapat bahwa Allah berasal dari Al Ilahah, Al Uluhah dan Al
Uluhiyah yang bermakna ibadah atau penyembahan370. Yang lain
mengajukan bahwa Allah berasal dari kata Alaha yang berarti
menakjubkan atau mengherankan karena segala perbuatannya 371.
Sementara ada yang berargumentasi bahwa Allah berasal dari kata,
Aliha ya‘lahu yang bermakna tenang372. Kelompok pemikir dari Kufah
mengatakan bahwa Allah, berasal dari Al-Lah, yang diambil dari verba
noun ―lah‖ yang berasal dari kata Lahaya yang bermakna menjadi
tinggi373. Sedangkan Ibn Al Arabi menyatakan bahwa Tuhan itu tidak
bernama, tetapi Dzat yang dinamakan oleh umatNya. Penamaan terhadap
Tuhan, berarti melimitasi eksistensi Tuhan374.

369
DR. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Lentera Hati, 1998, hal 3-9
370
Ibid.,
371
Ibid.,
372
Ibid.
373
DR. Djaka Soetapa, Penterjemahan Kata Yahweh dan Elohim menjadi
TUHAN dan Allah dalam Perspektif Teologi Islam, hal 2 (Makalah disampaikan
pada Sarasehan Terjemahan Alkitab Mengenai Kata TUHAN dan ALLAH,
PGPK, Bandung, 5 Juni 2001)
374
DR. Kautzar Azhari Noer, Tuhan Kepercayaan, artikel Koran Jawa Pos, 23
September 2001
436 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pandangan Kristen : Ada yang beranggapan bahwa Allah adalah


berasal dari sumber Syriac, Alaha375. Sementara yang lain berpendapat
bahwa Allah berasal dari akar kata rumpun semitis El, Eloah dan Elohim
serta Alaha. Bentuk Arabnya Ilah, lalu mendapat imbuhan Al yang
berfungsi sebagai definite article (The God- Al Ilah-Allah)376. Kata Allah
berasal dari Al dan Ilah. Akar kata ini terdapat dalam semua bahasa
semitis, yaitu dua konsonan alif dan lam serta ucapan yang lengkap dengan
huruf hidup adalah sesuai dengan phonetik masing-masing377. George Fry
dan James R. King menyampaikan, ―the name by which God is known to
muslim, Allah is generally thought to be the proper noun form of the
Arabic word for God, Ilah. Al, meaning The ini Arabic word. This word is
related to the Hebrew from El and Elohim‖378.
J. Blau menjelaskan bahwa kata Allah adalah murni dari konteks
Arab dan bukan dari sumber Syriac379. Pada bagian sebelumnya, telah
dipaparkan kajian asal-usul nama Allah dari perspektif historis maupun
etimologis. Pada bagian ini akan kami perdalam dengan menyaksikan
tinjauan kritis mengenai akar kata nama Allah yang dihubungkan dengan
ungkapan semitik El, Eloah, Elohim (Ibr), Elah (Aram), Ilanu (Akkadian).
Penjelasan Terhadap Akar Nama Allah
Allah, bukan bentukan atau kontraksi dari Al dan Ilah. Jika benar
Allah adalah kontraksi dari Al dan Ilah, mengapa logika ini tidak berlaku
untuk kata Arab lainnya seperti, Al dan Iman, mengapa tidak menjadi
Alman? Al dan Ilmu mengapa tidak menjadi Almu? Bantahan Bambang
Noorsena dengan menyatakan bahwa kasus penyingkatan Al dan Ilah,
375
Arthur Jefrey, The Foreign Vocabulary of the Qur‘an, Baroda:Oriental
Institute, 1938, p.66
376
Bambang Noorsena, Mengenai Kata Allah, Institute for Syriac Christian
Studies, Malang, 2001, hal 9
377
Olaf Schumman, Keluar dari Benteng Pertahanan, Rasindo, hal 172-174
378
George Fry and James R. King, Islam: A Survey of The Muslim Faith, Baker
Book House, 1982, p.487
379
Arabic Lexicographical, Miscelani, 1972, p. 173-190
437 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

hanya terjadi dalam bahasa Arab380 justru meninggalkan sejumlah


pertanyaan serius, mengapa penyingkatan ini menjadi sangat istimewa
pada kata Al dan Ilah? Apakah ada bukti dalam tradisi penulisan kuno
bahwa Allah adalah bentuk singkat dari Allah? Hizbullah Mahmud
mengatakan, ―Berdasarkan disiplin ilmu dalam bahasa Arab, apabila isim
nakiroh (indefinite article) dapat ditatsniyahkan dan dijama'kan, maka
isim ma'rifaah (definite article) juga demikian Kita telah mengetahui
bahwa dalam Alqur'an tatsniyah dan jama' dari kata ilah masing-masing
disebut 2 kali dan 34 kali. Tetapi tidak ditemukan satupun tatsniyah dan
jama' dari kata Allah.....Pakar dan ulama besar dari Pakistan Abul A'la
Maududi menyebut ma'rifah (definite article) dari kata ilah yang berarti
tuhan dengan al ilah jadi bukan dengan sebutan Allah tegasnya. Ma'rifah
dari ilah itu al illah dan bukan Allah. hal ini banyak ditemukan dalam
kitab Musthalahatul Fil Qur'an‖.381
Dengan penjelasan ini, tidak semua ulama Islam menyetujui bahwa
Allah adalah bentuk singkat dari Al dan Ilah, sebagaimana dimutlakan oleh
Bambang Noorsena.
Allah, bukan berasal dari rumpun kata semitis El, Eloah dan Elohim.
Padanan serumpun untuk istilah Ibrani di atas dalam bahasa Arab adalah Il,
Ilah dan Alihah. Jika Allah adalah rumpun semitis dengan istilah Ibrani, El,
Eloah dan Elohim, maka bentuk gramatika jamak untuk Allah itu apa?
Dalam terminologi Hebraik, penjamakan kata benda, selalu digunakan
akhiran im (jika gendernya maskulin) atau ot dan ah, (jika gendernya
feminin)18. Kata khay (hidup) bentuk jamaknya adalah khayim
(kehidupan). Kata Eloah, bentuk jamaknya Elohim. Demikian pula dalam
bahasa Arab, istilah Ilah (yang sepadan dengan Eloah), bentuk jamaknya
adalah Alihah (Ilah-ilah). Adakah bentuk jamak dari Allah?19 Renungkan:

380
Op.Cit., Mengenai Kata Allah, hal 16-17
381
Mengkritisi Kembali Makna Tuhan
http://www.hidayatullah.com/read/2396/20/10/2005/mengkritisi-kembali-makna-
18
DR. D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, BPK 1992, hal 89
19
Op.Cit., Kritik dan Jawab Terhadap Efraim Bambang Noorsena, SH, hal 13
438 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Adakah tata bahasa yang membenarkan bahwa nama diri ditulis dalam
bentuk jamak?
Dalam Kitab Suci TaNaKh, tidak ada ditemui kata Allah dalam
konotasi nama diri. Dalam naskah TaNaKh berbahasa Ibrani, ada sejumlah
kata yang berkonotasi dengan Allah, namun sesungguhnya bukan. Contoh:
 ‫( אלה‬Ala) huruf ‗h‘ diakhir kata tidak diucapkan karena tidak ada
titik pengeras atau dagesh forte. Artinya, ―sumpah‖ (1 Raj 8:31)

 ‫האלה‬ (ha Ala) huruf ‗h‘ akhir tidak diucapkan. Artinya, ―pohon
besar‖ (Yos 24:26)

 ‫אלה‬ (Ela) huruf ‗h‘ diakhir kalimat tidak diucapkan. Artinya,


―nama suatu kaum‖ (Kej 34:41) dan ―nama raja di Israel‖ (1 Raj
16:6-8)

 ‫( אלהא‬Elaha, Dan 5:21), ‫( אלה‬Elah, Dan 2;47a), ‫( אלהין‬Elahin, Dan


2:47b), adalah varian bahasa Aram yang artinya sama dengan Eloah
dalam bahasa Ibrani. Baik Elah, Elaha atau Elahakhon dapat
menunjuk pada terminologi Sesembahan Israel Yang Sejati atau
terminologi umum untuk sesembahan diluar Israel

 ‫אלוה‬ (Eloah, Hab 3:3), ‫( אלהים‬Elohim, Kej 1:1), artinya Tuhan.


Dalam bahasa Inggris diterjemahkan God dan dalam bahasa Yunani
diterjemahkan Theos.

 ‫( אל‬El, Kej 33:20) artinya Yang Maha Kuat

Dalam Kitab Perjanjian Baru, tidak ditemui kata-kata yang menunjuk


pada nama diri Allah. Ketika Yesus berteriak di kayu salib saat
kematianNya, Dia berseru: ―Eli-Eli Lama Shabakhtani?‖ (Mat 27:46).
439 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kata Eli, merupakan bentuk singkat dari Elohim dan Anokhi atau Ani
(Aku). Kebiasaan menyingkat kalimat seperti ini biasa terjadi dalam tradisi
Israel. Perhatikan dalam Keluaran 15:2 yang selengkapnya dalam naskah
Hebraik: ―ze Eli, weanwehu Elohei abi waaromenhu‖. Kata Eli dalam ayat
tersebut diartikan ―Tuhanku‖. Seruan ―Eli-Eli lama sabakhtani‖ dalam
Matius 27:46 dalam Kitab Suci berbahasa Arab dituliskan, ―Ilahi-Ilahi
limadza taroktani‖ dan bukan ―Allahi-Allahi limadza taroktani?‖.
Penempatan Nama Allah dalam Terjemahan LAI Menyalahi Kaidah
Tata Bahasa
Lembaga Alkitab Indonesia telah mengabaikan aturan gramatika
penulisan nama Allah dalam dua hal. Pertama, selalu memberikan
tambahan kata ganti diri (personal pronoun) dibelakang kata Allah seperti
―ku‖, ―mu‖, ―mereka‖. Contoh berikut akan memperjelas kekeliruan
tersebut:
―Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya;
TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku‖ (Mzm 18:29)
"Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari
padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN,
Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya,
mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu‖ (Ul 10:12)
―Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita
dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah
perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat
yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah
melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di
antara semua bangsa yang kita lalui‖ (Yos 24:17)
Kedua, menjadikan Allah sebagai kata benda umum dengan huruf
kecil saja sebagaimana ayat berikut: ―Ia berkata: "Maka sekarang,
jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan
condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel." (Yos 24:23).
440 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Bahkan Arabic Bible karya Van Dyke saja tidak akan melakukan
pelanggaran aturan gramatika penggunaan nama Allah dan istilah
ketuhanan Ilah. Van Dyke membedakan antara penggunaan Allah (proper
name/ nama diri) dan Ilah (generic name/nama umum) sbb: Istilah Ibrani
Elohim yang berdiri sendiri sebagaimana dalam Kejadian 1:1 maka akan
diterjemahkan dengan Allah َ‫( فًِ انْبَدْءِ خَهَقَ اهللُ انّسَمَاًَاتِ ًَاالزْض‬Bnd. Arabic
Bible, Kej 5:22,24, 2 Taw 34:9, Hab 3:3). Namun jika istilah Elohim
berada dalam posisi contruct (terikat) seperti Elohey (Tuhannya), Eloheynu
(Tuhan kami), Eloheykem (Tuhanmu) maka dipergunakan bentuk Ilahi,
Ilahu, Ilahina sebagaimana dalam Keluaran 3:15 ْ‫ ٌَيٌَْه‬:َ‫«ىَكَرَا تَقٌُلُ نِبَنًِ اسْسَائٍِم‬
‫ ىَرَا اسْمًِ انَى االبَدِ ًَىَرَا ذِكْسِي انَى‬.ْ‫انَوُ ابَائِكُمْ انَوُ ابْسَاىٍِمَ ًَانَوُ اسْحَاقَ ًَانَوُ ٌَعْقٌُبَ ازْسَهَنًِ انٍَْكُم‬
ٍ‫دًَْ ٍز فَدًَْز‬
Pelanggaran aturan gramatika ini bahkan diakui oleh Bambang
Noorsena dalam pernyataannya, ―Bagaimana dengan penggunaan sebutan
Allah dalam Alkitab bahasa Indonesia? Agaknya, kalangan umat Kristen
di Indonesia kurang menyadari fakta bahwa sebutan Allah bukanlah kata
benda umum. Pada umumnya, mereka menyamakan sebutan Allah dengan
kata god dalam bahasa Inggris yang bisa dimaknai tunggal (apabila
ditulis dengan ‗G‘ besar, God) atau dalam makna ilah-ilah lain (bisa
ditulis dengan ‗g‘ kecil, god) atau dijamakkan (gods). Kecenderungan ini
telah membuat pemaknaan kata Allah dalam bahasa Indonesia umat
Kristen terasa janggal dan asing ditelinga sebagaian besar pemakai
bahasa Indonesia yang mayoritas berlatar belakang Muslim. Bahkan ada
penulis Muslim yang mengeluh penggunaan sebutan Allah di lingkungan
Kristen sebagai kata benda umum tersebut sangat menghina dan menyakiti
hati mereka‖382 . Dengan lugas Bambang menyalahkan pemakaian ―allah‖
(dengan huruf kecil saja) dan penyandingan kata ganti ―ku‖, ―mu‖,
―mereka‖ dibelakang kata Allah, ―Jelas bahwa pemakaian istilah allah
dengan huruf kecil (sebagai kata benda umum) secara gramatikal tidak
bisa dibenarkan...Demikian pula menempatkan kata milik ku, mu, mereka
di belakang kata Allah juga salah. Seperti kata the wife bila digabung
dengan my, maka the harus hilang sehingga menjadi my wife (bukan my

382
Op.Cit., The History of Allah, hal 40
441 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

the wife). Oleh karena itu yang benar di sini, Ilahku, Ilah kita, Ilah mereka
(bukan Allahku, Allah kita, Allah mereka)383.
Sayang sekali kritik Bambang Noorsena ini tidak bergema kuat dan
ditekankan untuk ditujukan pada Lembaga Alkitab Indonesia sehingga
mereka tidak menghiraukan dan tetap mempertahankan kesalahan
gramatika tersebut hingga kini dengan cara tidak mengubah tata
penempatan kata Allah dan Ilah dengan benar. Bukan hanya itu, kritik
Bambang ini tertutupi oleh reaksi Bambang yang sangat besar untuk
mempertahankan penggunaan nama Allah dan menyalahkan komunitas
Kristen yang hendak memulihkan nama YHWH dalam terjemahan Kitab
Suci dan homili (kotbah) serta devosi (peribadatan) Kristiani.

Pembacaan Baru Terhadap Istilah Ketuhanan Dalam Terjemahan


LAI

Jika kita membaca terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, akan


ditemui sejumlah istilah Ketuhanan yang cukup membingungkan. Kita
perhatikan sbb:

―Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam


suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu;
upahmu akan sangat besar." Abram menjawab: "Ya Tuhan
ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena
aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang
akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." (Kej
15:1-2)

―Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.. Bumi


belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi‖
(Kej 1:1-3)

383
Ibid.,
442 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan
dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Terpujilah Allah
dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah
mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam
sorga‖ (Ef 1:2-3)

Jika kita perhatikan terjemahan di atas, sejumlah kata-kata khas


muncul, Allah, ALLAH, Tuhan ALLAH, TUHAN. Jika seorang
pengkhotbah membacakan terjemahan tersebut dan jemaat
mendengarkannya, dapatkah para pendengar (silahkan Anda
mengidentifikasikan diri sebagai pendengar) membedakan sebutan-sebutan
di atas, meskipun dibedakan dengan huruf kapitalisasinya? Jika
pengkhotbah menyebut ―Tuhan ALLAH‖, dapatkah pendengar
membedakan dengan ketika Sang Pengkhotbah menyebut ―TUHAN‖
(dengan huruf kapital semua) dan ―ALLAH‖ (dengan huruf kapital semua)
serta ―Allah‖ (huruf depan saja yang kapital). Saya sangat yakin, Anda
akan kesulitan untuk membedakannya, terkecuali Anda membaca sendiri
terjemahan atau teks yang dibaca tersebut.

Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai nama dan


istilah Ketuhanan, maka kita harus merujuk pada teks sumber yang
berbahasa Ibrani dan Yunani serta Aramaik. Dalam bahasa Ibrani, ada
beberapa istilah Ketuhanan sbb:

‫( אלהים‬Elohim) Jika dieja dari kanan ke kiri, alef, lamed, heh, yod
dan mem sofit. Istilah Elohim adalah istilah Ibrani untuk menunjukkan
sesuatu yang disembah dan dianggap berkuasa. Padanan bahasa
Inggrisnya, God dan padanan Arabnya, Ilah dan padanan Indonesianya,
Tuhan. Kitab Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa
Ibrani) menerjemahkan Elohim dengan sebutan θεὸς (Theos). Langkah ini
diteruskan oleh naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani, yang
menerjemahkan Elohim dengan Theos. Dalam Kitab Suci, istilah Elohim,
menunjuk pada Tuhan yang benar (Ulangan 10:17) namun juga menunjuk
pada tuhan asing (1 Tawarikh 16:26). Dalam Kitab Suci berbahasa Ibrani,
istilah Elohim muncul sekitar 6000 kali dan dalam Kitab Suci terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan dengan Allah (huruf depan
443 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

menggunakan kapital, Kejadian 1:1) dan allah (huruf kecil semua,


Keluaran 20:3). Penerjemahan Elohim menjadi Allah adalah tidak tepat,
karena Allah adalah nama tuhan orang Muslim (Qs 20:14, Qs 19:28).

‫( אדני‬Adonai) Jika dieja dari kanan ke kiri, alef, dalet, nun, yod.
Istilah Ibrani Adonai, dapat disetarakan dengan Tuan, Majikan,
Penguasa. Padanan bahasa Inggrisnya, Lord dan padanan bahasa
Arabnya, Rabb. Septuaginta menerjemahkan Adonai dengan κσρίοσ
(Kurios). Kitab Perjanjian Baru versi Greek mengikuti langkah ini, untuk
menyebut Yahweh dengan sebutan pengganti Kurios dan untuk Yahshua
(Yesus) Sang Mesias. Sementara padanan Indonesianya, Tuan. Lembaga
Alkitab Indonesia menerjemahkan istilah Adonai, dengan Tuhan. Istilah
Adonai, dapat dikenakan pada Tuhan (Maleakhi 1:6) maupun manusia
(Kejadian 45:9).

‫( יהוה‬Yahweh) Dieja dari kanan ke kiri, yod, heh, waw, heh. Nama
Tuhan Yang Esa (Ulangan 6:4), Tuhan Abraham, Yitskhaq dan Yaaqov
(Keluaran 3:15), Tuhan Pencipta Langit dan Bumi (Yesaya 40:28), Bapa
Surgawi (Yesaya 64:8). Nama Tuhan tidak dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa apapun. Namun kenyataannya, hampir keseluruhan terjemahan
Kitab Suci tidak Mencantumkan nama-Nya, melainkan menggantinya
menjadi LORD (Inggris), HERR (Belanda), SENIOR (Spanyol), DOMINI
(Latin), RABB (Arab) dan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia,
dituliskan dengan TUHAN (huruf kapital semua, Yesaya 42:8). Asal usul
terlupakannya nama Yahweh dimulai sejak orang Yahudi pulang dari
pembuangan Babilonia pada tahun 586 SM. Sejak itu mereka enggan
menyebut nama Yahweh dan mengganti dengan mengucapkan Adonai,
saat membaca nama Yahweh dalam Kitab Suci atau menyebutkan dalam
pertemuan umum. Kemudian pada Abad III SM, orang-orang Yahudi di
Alexandria yang tidak bisa berbahasa Ibrani, membutuhkan suatu
terjemahan Kitab Suci berbahasa Yunani. Akhirnya, atas donatur Kaisar
Ptolemaus Filadhelphus, diterjemahkanlah TaNaKh (Torah, Neviim,
Kethuvim) dalam bahasa Yunani. Nama Yahweh diterjemahkan dengan
KURIOS, yang sepadan dengan ADONAI. Nama kitab hasil terjemahan
ini adalah Septuaginta. Ketika Agama Kristen menyebar sampai ke Eropa,
444 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Asia, Amerika, Afrika dll. Diperlukanlah suatu terjemahan Kitab Suci


dalam berbagai bahasa. Demikianlah nama Yahweh kemudian
diterjemahkan dengan mengikuti tradisi Septuaginta. Hasilnya,
sebagaimana kita lihat di atas, nama Yahweh berubah menjadi istilah-
istilah spt., RABB, LORD, HERR, DOMINI, TUHAN. Benarkah nama
Yahweh tidak boleh dipanggil? Boleh! Bahkan diperintahkan. Kitab 1
Tawarikh 16:8 mengatakan, ―hodu la Yahweh qiru bi shemo‖ yang artinya,
―bersyukurlah kepada Yahweh, panggilah nama-Nya‖.

Dengan berpedoman kajian di atas, jika kita menemui pola bacaan


sebagaimana kutipan ayat-ayat di atas, akan kita baca sbb:

―Kemudian datanglah firman YAHWEH kepada Abram dalam


suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu;
upahmu akan sangat besar." Abram menjawab: "Ya Tuan
YAHWEH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku,
karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan
yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
(Kej 15:1-2)

―Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi.. Bumi


belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Tuhan melayang-layang di atas permukaan air.
Berfirmanlah Tuhan "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi‖
(Kej 1:1-3)

―Kasih karunia dan damai sejahtera dari Tuhan Bapa kita dan
dari Junjungan Agung Yesus Sang Mesias menyertai kamu.
Terpujilah Tuhan dan Bapa Junjungan Agung kita Yesus Sang
Mesias yang dalam Mesias telah mengaruniakan kepada kita
segala berkat rohani di dalam sorga‖ (Ef 1:2-3)
445 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Benarkah Nama Allah Seakar Dengan Istilah Aramaik Alaha?

Dengan melandaskan pada penelitian Arthur Jefrey dalam bukunya


The Foreign Vocabulary of the Qur‘an 384, Bambang Noorsena
mengatakan, ―Bukti bahwa istilah Allah dan al-Ilah dipakai secara
bersamaan (walaupun secara bahasa penggunaanya dibedakan), yang
sejajar dengan Alaha, terdapat dalam buku liturgi gereja-gereja
berbahasa Suryani/Syriac (Aram Kristen). Misalnya ungkapan liturgis
Suryani: had alaha sarira (satu-satunya Alaha yang benar) biasa
diterjemahkan dalam bahasa Arab: al Ilahu al wahid (al Ilah yang Esa)
atau Allah al Wahid (Allah yang Esa)‖385.

Sebagaimana kita ketahui, Arthur Jefrey seorang Orientalis


kenamaan yang menghabiskan waktu untuk mengkaji pengaruh Aramaik
dalam penulisan Qur‘an. Selain buku di atas, buku terkemuka lainnya yaitu
The Qur‘an as Scripture386 dan Materials for the History of the Text of the
Qur‘an387. Sebelum kematiannya pada tahun 1987, beliau sempat bekerja
keras menyiapkan Al Qur‘an Edisi Kritis bersama koleganya bernama
Gotthelf Bergstrasser dan Otto Pretzl. Namun proyek ambisius tersebut
terhenti dikarenakan 40.000 naskah dan manuskrip penting mengenai
Quran yang tersimpan di kota Munich hancur lebur diterjang bom sekutu
saat menyerang Jerman388. Sejumlah penulis lainnya yang sepemikiran

384
Arthur Jefrey, The Foreign Vocabulary of the Qur‘an, Baroda: Oriental
Institute, 1938
385
Ibid., hal 20

Arthur Jefrey, The Qur‘an as Scripture, New York: Russel F. Moore Company
386

1952)
387
_________, Materials for the History of the Text of the Qur‘an, Leiden: E.J.
Brill 1937
388
Adnin Armas, MA., Arthur Jeffrey, Orientalis Penyusun Al Qur‘an Edisi
Kritis , dalam Majalah ISLAMIA, Vol III No 1, 2006, hal 73
446 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dengan Jeffrey adalah Alphonse Mingana dengan bukunya Syriac


Influence on The Style of The Quran389. Isi pemikiran mereka merupakan
pengembangan dari kajian komprehensif sebelumnya yang dilakukan oleh
Theodore Noldeke dalam bukunya Geschiste des Qorans yang kemudian
diringkas oleh Edward Sell390. Inti pandangan Jeffrey dan Mingana adalah
bahwa bahasa Arab dalam Al Qur‘an memiliki jejak dan pengaruh
Aramaik di dalamnya. Sebagaimana yang dilakukan Jeffrey, Mingana
melakukan katalogisasi perbendaharaan kata yang terkategori Aramaik
dalam Qur‘an.

Karya Mingana dikembangkan saat ini oleh penulis Christoph


Luxenberg dalam karyanya Die Syro-Aramaische Lesart des Koran: Ein
Beitrag zur Entschlusselung der Koransprache 391. Luxemberg
berkeyakinan bahwa sebelum perkembangan penulisan dalam bahasa Arab,
bahasa utama yang dipergunakan di wilayah Arabia adalah Syro-
Aramaische atau Syria. Menurutnya, penduduk Mekah pra Islam bukan
Arab melainkan koloni Aramaik dan pemerintah Mekah berbicara dalam
bahasa Aramaische- Arabische Mischprache392. Namun tidak semua
Orientalis memiliki pendapat yang sama mengenai pengaruh Aramaik
terhadap perkembangan bahasa Arab. Sejumlah Orientalis berikut menolak
pengaruh Aramaik terhadap bahasa Arab al., A. Grohmann dalam bukunya,
Arabische Paläographie II: Das Schriftwesen. Die Lapidarschrift,
Kemudian Nabia. Abbott dalam bukunya, The Rise Of The North Arabic
Script And Its Kur'anic Development, With A Full Description Of The

389
Bulletin of The John Rylands Library Manchester, 1927
390
Op.Cit., Arthur Jeffrey, Orientalis Penyusun Al Qur‘an Edisi Kritis, hal 74
391
Berlin: Das Arabische Book, 2000
392
M.S.M. Saifullah, Mohamad Ghoniem, Shibli Zaman, From Alphonse to
Christoph Luxenberg: Arabic Script & The Alleged Syriac Origins of the Qur‘an
http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Mss/vowel.html
447 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Kur'an Manuscripts In The Oriental Institute, serta K. Versteegh dalam


bukunya, The Arabic Language‖, B. Gruendler, ―Arabic Script.393

M.S.M. Saifullah, Mohamad Ghoniem, Shibli Zaman dalam


kajiannya mengulas beberapa argumentasi sanggahan terhadap
ketidakmungkinan adanya pengaruh Aramaik dalam perkembangan bahasa
Arab al.,―Dalam alfabet bahasa Syria, hanya dua karakter memiliki titik-
titik diakritik: ‫( ܕ‬dolath) dan ‫( ܪ‬Rish). Sebagai perbandingan huruf Arab
berisi total lima belas karakter putus-putus: ‫ب‬, ‫ب‬, ‫ب‬, ‫ب‬, ‫ب‬, ‫ب‬ , ‫ب‬, ‫ب‬, ‫ب‬,
kitit majnimem barA asgnab awhab nakgnayabmeM .‫ ب‬,‫ ب‬,‫ ب‬,‫ ب‬,‫ ب‬,‫ب‬
beraneka ragam mereka dari Syria menjadi proposisi yang sulit. Selain itu,
kita memiliki bukti yang jelas mengenaipenggunaan titik-titik diakritik pra-
Islam, misalnya, Prasasti Raqush (267 CE) memiliki titik-titik diakritik
pada huruf ‫ب‬ , ‫ ب‬dan ‫ ;ب‬prasasti Ramm Jabal (4 abad Masehi) memiliki
titik-titik diakritik untuk huruf ‫ب‬, dan ‫ ب‬gnitnep itsasarp haubes nad ,‫ب‬
dari Sakakah berisi titik-titik yang berhubungan dengan huruf Arab ‫ب‬, ‫ب‬
dan ‫ب‬.‖394

Dengan merujuk pada sistem tanda baca yang diciptakan Abu al-
Aswad al-Du'ali ( 688 CE), maka teori pengaruh Aramaik digugurkan
karena Abu al-Aswad al-Du'ali memberikan tata cara terperinci dalam
menandai vokalisasi terhadap huruf-huruf Arab untuk Al Qur‘an .

Dengan mengutip Al-Muhkam fi Naqt al-Masahif sbb: ―Muhammad


bin Yazid al-Mubarrid berkata: Ketika Abu al-Aswad ad-Du'ali
memformalisasikan tata bahasa, dia berkata: ‗Carilah bagiku seorang
pria terampil dalam membuat catatan‘. Kami mencari orang seperti itu,
dan tidak bisa menemukan orang kecuali dari (suku) 'Abd al-Qays. Abu al-
Aswad berkata kepadanya: ‗Ketika Anda melihat saya mengucapkan
sebuah huruf, jika saya mengatupkan bibir (fa-dammatu), taruh titik
sebelum huruf itu, jika saya mengatupkan bibir (fa-dammatu) dengan
sengauan, taruhlah dua titik sebelum huruf itu. Jika saya menurunkan

393
Ibid.,
394
Ibid.,
448 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bibir saya (kasrtu), taruhlah sebuah titik di bawah huruf;. jika saya
menurunkan bibir (kasrtu) dengan sengauan, letakkan dua titik di
bawahnya. Jika anda melihat saya membuka bibirku (fathatu), letakkan
sebuah titik di atas huruf, jika aku membuka mulutku (fathatu) dengan
sengauan letakkan dua titik di atasnya. Abu al-'Abbas (Al-Mubarrid)
berkata: Karena itu penandaan titik di Bashrah tetap bertahan dengan
pola Abd al-Qays sampai sekarang.

Dengan kutipan hadits di atas, M.S.M. Saifullah, Mohamad


Ghoniem, Shibli Zaman, menyimpulkan, ―Di sini kita melihat bahwa Abu
al-Aswad al-Du'ali (688 CE) bertanggung jawab untuk notasi titik dari
tiga vokal dan nunasi sehingga nama-nama huruf hidup (Fatha, Damma
dan Kasra) terhubung dengan artikulasi mereka. Sehingga karya pertama
dari tata bahasa Arab ini adalah usaha untuk menggambarkan struktur
bahasa, sebuah realisasi yang akurat tentang nilai-nilai fonetik dari vokal
pendek. Abu al-Aswad al-Du'ali adalah penemu huruf hidup serta nama-
nama yang terkait dengan artikulasi mereka. Selanjutnya, skema vokalisasi
Abu al-Aswad juga terlihat di beberapa manuskrip Al-Qur'an dari abad 1-
2 Hijriah. Dengan demikian klaim Mingana bahwa dasar dari vokal Arab
didasarkan pada vokal orang Aram menjadi tidak dapat dipertahankan
sama sekali. Selain itu, kami telah melihat bahwa nama phtâha tidak
memasuki fraseologi Suriah sampai sekitar pertengahan abad ke-9 Ms –
yaitu lebih dari 150 tahun setelah kematian Abu al-Aswad al-Du'ali.
Selanjutnya, tidak ada sebutan yang sesuai di Syria untuk Damma dan
Kasra dari sistem vokal bahasa Arab. Oleh karena itu penggunaan
Mingana mengenai kata Aramaik phtâha, hanya satu-satunya vokal
tunggal dari Syria, untuk mengklaim bahwa orang Arab telah meminjam
vokal mereka dari Syria, merupakan bentuk ketidakjujuran‖395

M.S.M. Saifullah, Mohamad Ghoniem, Shibli Zaman menjelaskan


bahwa Hunain bin Ishaq (873 Ms) menuliskan untuk pertama kalinya
kamus Syriak berdasarkan susunan alphabet. Dengan demikian dia
meletakkan bagi dasar-dasar Leksikographi Syriak. Pada akhir Abad IX,

395
Ibid.,
449 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Zakharia dari Merv menambahkan beberapa bahasan namun justru


semakin membuat kesalahpahaman. Isho Bar Ali, murid dari Hunain
menuliskan ulang sebuah kamus dengan mendasarkan pada karya Zakharia
di atas. Di dalamnya ditambahkan kata atau definisi yang sejajar dengan
bahasa Arab disertai beberapa penjelasan dalam bahasa Syriak. Kemudian
pada Abad X, edisi kamus lengkap Syriak dari Bar Bahlul. Hal ini dapat
digambarkan semacam Ensiklopedia dan Leksikon bahasa Syria-Arab
dengan disertai baik bahasa Syria dan bahasa Arab yang digunakan untuk
penjelasan dari sebuah kata. Seperti kebanyakan Leksikografi bahasa Arab,
sejumlah kata-kata dari sumber berotoritas disertakan. Adapun Mingana
dan Luxenberg, hipotesis mereka didasarkan pada asumsi bahwa orang
Aram sudah lebih maju dalam Leksikografi mereka sementara orang-orang
Arab mengalami kesulitan dalam memahami bahasa mereka sendiri,
terutama Al Qur'an. Kita tahu bahwa ini tidak benar. Kamus Syria pertama
kali muncul setelah munculnya kamus Arab pertama dari al-Khalil b.
Ahmed (yaitu, Kitab al-'Ayn) sebagaimana gambar di bawah ini:
450 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dengan mempertimbangkan bahwa dengan lahirnya Islam maka


penggunaan bahasa Siriak dikalahkan di Timur Tengah, cukup
mengejutkan untuk melihat bahwa bahasa Aram menggunakan bahasa
Arab untuk menjelaskan makna kata-kata dalam Leksikon mereka. Jika
asumsi diam-diam Luxenberg tentang keunggulan Leksikografi Suryani
memang benar maka kita akan mengharapkan orang Aram untuk
menggunakan bahasa Syriak untuk menjelaskan kata-kata mereka sendiri.
Sebaliknya, kita menemukan bahwa baik Bar Isho Ali dan Bar Bahlul
menggunakan bahasa Arab secara luas untuk menjelaskan kata-kata dalam
bahasa Syria. Semua ini menunjukkan bahwa pada saat Hunain bin Ishaq
membuat kamusnya, sesungguhnya Leksikografi Arab sudah berkembang
dengan baik dan jauh lebih canggih daripada Leksikografi Syriak.
451 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dengan demikian kita melihat dalam Leksikografi Syriak adanya


tanda-tanda berhutangnya kosa kata Syriak dari Arab, meskipun ada sedikit
bukti mengenai peniruan langsung. Seperti dalam bahasa Ibrani, tata
bahasa dan terminologi tata bahasa menunjukkan pengaruh yang serupa,
demikian argumentasi M.S.M. Saifullah, Mohamad Ghoniem, Shibli
Zaman untuk membantah pengaruh Aramaik dalam kosa kata Arabik
Qur‘an. Prof. Dr. M.M. Al A‘zami menambahkan kritik mengenai
ketidakmungkinan pengaruh Aramaik dalam kosa kata Arabik Qur‘an sbb,
―Tanda yang dipakai oleh Yakob Raha (Kristen Syria yang wafat tahun
708 Ms) menunjukkan tanda-tanda yang mirip sistem diakritikal Al
Qur‘an. Sekarang perlu diingat bahwa yang menemukan sistem diakritikal
bahasa Arab adalah Abu al-Aswad Du‘ali yang meninggal pada tahun 69
hijriah (688 Ms). Dimana ia memberi tanda titik pada semua Mushaf di
zaman pemerintahan Mu‘awiyah tahun 50 H/670 Ms. Maka dengan
seketika masalah siapa yang sebenarnya meminjam, persoalannya menjadi
semakin jelas. Selama enam ratus tahun orang Syriak menulis Kitab Injil
452 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mereka tanpa tanda diakritikal, walaupun mereka menyombongkan diri


telah mendirikan sebuah universitas di Nisibis, beberapa kampus dan
monastri (biara) yang beroperasi sejak tahun 450 Masehi. Tetapi tanda
diakritikal dibuat hanya pada akhir abad ketujuh dan awal abad delapan
Masehi, sedangkan Ad Duali memberi tanda titik pada Mushaf telah
selesai pada tiga perempat abaf ketujuh Masehi. Logika secara jelas akan
menyebut bahwa Yakob adalah seorang pengkopi sistem yang
dikembangkan oleh umat Islam‖396

Bantahan yang sama datang dari EJ Revell dalam bukunya, The


Diacritical Dots And The Development Of Arabic Alphabet Journal Of
Semitic Studies, 1975, Volume XX, No 2, hal. 184 mengatakan: ―Tradisi
Arab menyatakan bahwa titik-titik diakritik telah dipinjam dari orang
Aram. Hal ini tidak mungkin benar dari tanda-tanda itu sendiri, karena
persyaratan bahasa Arab sangat berbeda dengan yang ada di Syria‖.397.
Dari penjelasan dan sanggahan baik dari kalangan Orientalis maupun
sarjana Islam di atas, kita tidak melihat adanya bukti bahwa bahasa Arab
meminjam atau mengambil dari kosa kata Aramaik selain bentuk
keterpengaruhan saling silang belaka sebagaimana dinamika sebuah
pertemuan budaya dan bahasa dari peradaban tertentu.

Jika tidak ada peminjaman langsung dan signifikan bahasa Aramaik


ke dalam kosa kata bahasa Arab, maka terkait nama Allah dapat dipastikan
bukan berasal dari sumber-sumber Aramaik yaitu kata Alaha sebagaimana
diklaim Arthur Jeffrey. Mengapa demikian? Pertama, karena kata
Aramaik ―Alaha‖ atau ―Elah‖ bukanlah ―proper name‖ dan ―personal
name‖ (nama diri) melainkan ―generic name‖ yang setara dengan ―Eloah‖
dalam bahasa Ibrani dan ―Ilah‖ dalam bahasa Arab. Berbeda dengan Allah
yang adalah bentuk ―proper name‖ atau ―personal name‖. Mengenai Allah
396
Prof. Dr. M.M. Al A‘zami, Sejarah Teks Al Qur‘an, dari Wahyu sampai
Kompilasi; Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
Jakarta: Gema Insani Press 2005, hal 160
397
Op.Cit., From Alphonse to Christoph Luxenberg: Arabic Script & The Alleged
Syriac Origins of the Qur‘an
453 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah bentuk proper name diakui dalam salah satu penjelasan, ―Allah -
Arabic ‫ هلل‬allāh: the Arabic proper name for the Supreme Deity. The exact
derivation of this word is unclear, but it is likely related to the Aramaic
Alaha and to the ancient Hebrew El.‖398.

Kedua, ketiadaan double lamad (LL) pada kata Aramaik Alaha


atau Elah telah menggugurkan asumsi bahwa nama Allah merupakan
pengaruh dari bahasa Aramaik mengenai istilah Alaha atau Elah. Jika
benar nama Allah diturunkan dari kata Aramaik Alaha, mengapa orang-
orang Arab pra Islam khususnya Kekristenan yang diduga memberikan
pengaruh langsung terhadap penggunaan istilah tersebut justru
menambahkan penggunaan double lamad (LL)? Jika benar nama Allah
adalah bentuk yang dipengaruhi kata Aramaik Alaha, maka sebagaimana
kata Alaha dapat disemati kata ganti diri (personal pronoun) Alahiy
(Tuhanku) dan Alahakon (Tuhanmu). Dan sebagaimana telah dibuktikan
sebelumnya bahwa nama Allah tidak akan dapat disemati kata ganti diri
(personal pronoun) berdasarkan tata bahasa Arab. Fakta ini menunjukkan
bahwa kata Arab Allah tidak koheren dengan kata Aramaik Alaha selain
kesamaan bunyi belaka.

Benarkah Inskripsi-Inskripsi Kristen Pra Islam Mencantumkan Nama


Allah?

Bambang Noorsena nampaknya sangat bergantung dan


menggantungkan keyakinannya akan penggunaan nama Allah dengan
melacak dan berusaha membuktikan penggunaannya dari zaman pra Islam
khususnya oleh komunitas Kristen di Arabia khususnya di Nabatea. Saat
memberikan sanggahan mengenai penggunaan nama Allah yang
berkonotasi dengan paganisme di Arabia, Bambang Noorsena berusaha
memilah dan memisahkan antara penggunaan nama Allah di wilayah
Arabia Utara dan Arabia Selatan dengan mengatakan,

398
Glossary for The Spiritual Message of Hazrat Inayat Khan
http://wahiduddin.net/mv2/mv_glossary.htm
454 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Agaknya, pemaknaan nama Allah dalam konotasi pagan


terutama dijumpai di Arab Selatan. Sementara pemaknaan di
Arabia Utara, dimana pengaruh Kristen sangat kuat, istilah al-
Ilah dan Allah dimaknai secara monoteis. Para ahli kini
sepakat bahwa huruf Arab Utara sangat erat berkaitan dengan
huruf Aram Nabati. Orang Nabati.

Orang Nabati termasuk suku Arab setengah pengembara.


Mereka mendiami wilayah yang membentang antara Gunung
Sinai, Arab Utara sampai Syria Selatan. Kelompok ini
mendirikan kerajaan mereka-Hijir, Petra dan Busra-dari tahun
150 SM sampai dihancurkan oleh Romawi kira-kira pada tahun
105 M. Pada awal-awal tarikh Masehi, suku Arab ini sudah
terpengaruh Kekristenan.

Hal ini dibuktikan dengan inskripsi-inskripsi dan sisa-sisa


bangunan biara Kristen sejak akhir abad ke-3 M. Bukti bahwa
huruf Arab sendiri berkembang dari huruf Aram-Nabati
termasuk dari inskripsi Umm al-Jimmal (250) dan Nammarah
(328) yang mewakili tahap peralihan yang maju menuju bahasa
Arab. Juga inskripsi Zabad (512), Harran (568) dan inskripsi
kedua dari Umm al-Jimmal dari paruh abad ke-6M.

Tiga dari lima inskripsi ini jelas-jelas merupakan inskripsi


Arab-Kristen. Dari tiga inskripsi ini, dua diantaranya dengan
tegas menyebut istilah Allah dan al-Ilah dalam makna
monoteis, bukan dalam makna pagan seperti yang dijumpai di
sekitar Mekkah dan Arab Selatan...

Pertama, inskripsi Zabad tahun 512 yang diawali dengan


kalimat Bsm al-Ilah (dengan nama Allah). Adanya tanda salib
dalam inskripsi ini dan nama-nama diri (seperti Sergius bar
Amad, Sergius bar Sa‘d) jelas membuktikan asal-usul Kristen,
sekaligus membuktikan bahwa istilah Allah dipahami dalam
makna al-Ilah, yaitu Bapa yang dikenal di dalam Yesus Kristus.
Kedua, inskripsi Umm al-Jimmal yang berasal dari pertengahan
455 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

abad ke-6 M juga dengan jelas menyebut istilah Allah gafran


(semuga Allah mengampuni). Selanjutnya, adanya tanda salib
dalam inskripsi-inskripsi Kristen, seperti tampak pada inskripsi
Haran dan Zabad, rupanya sudah menjadi sangat lazim‖399.

Peranan penting inskripsi Kristen Arabia Pra Islam diulas kembali


secara panjang lebar di halaman 73-81. Bagaimana kita menanggapi
mengenai bukti material berupa inskripsi pre Islamic yang menurut
Bambang bersumber dari lingkungan Kristen?

Keberadaan Orang Nabatea dan Petra serta Inskripsi Arabia Utara


yang Berlimpah

Sebelumnya telah disebut-sebut mengenai orang-orang Nabatea


yang berada di wilayah Arabia Utara dan sejumlah inskripsi yang
bermotifkan monoteisme. Kita akan menguji validitas pernyataan tersebut
dengan melakukan eksplorasi singkat mengenai keberadaan orang Nabatea.

Di bagian Barat, dua pertiga Jazirah Arab, yang meliputi dari


selatan Suriah ke Yaman, sejumlah prasasti memberikan kesaksian
mengenai penggunaan beberapa bahasa kuno yang berbeda dan sejumlah
tulisan/aksara/naskah. Di Barat Daya, prasasti tersebut bertarikh sekitar
Abad XIII sM dan berlanjut sampai Abad VII Ms, sementara itu di bagian
pusat dan utara Saudi (central and north Arabia) mereka tampaknya
berfokus pada periode antara Abad VIII sM dan Abad IV Ms

Beberapa bahasa, seperti bahasa Aram dan, kemudian, Yunani,


datang ke wilayah ini dari luar, tapi sisanya adalah bahasa setempat yang
dinyatakan dalam berbagai aksara/naskah/tulisan yang dikembangkan
secara lokal. Tingkat melek huruf tampaknya telah sangat meluas di
Arabia, tidak hanya di kalangan populasi yang menetap tetapi juga diantara
para perantau. Puluhan ribu grafiti yang tertulis di batuan gurun Siro-Arab
menunjukkan bahwa hampir dipastikan tingkat melek huruf secara
universal di antara kedua wilayah tersebut. Pada periode penguasaan

399
Op.Cit., The History of Allah, hal 15-17
456 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Romawi atas Arabia, besar kemungkinan tingkat melek huruf telah


menyebar luas di wilayah ini dibandingkan wilayah kuno lainnya 400.
Nabataea berada di wilayah Arabia Utara yang berlimpah dengan sejumlah
inskripsi kuno.

Peta Arabia Utara dan Arabia Selatan 401

400
M.C.A. Mac Donald, Ancient North Arabian dalam The Cambridge
Encylopedia of the World‘s Ancient Languages, Cambridge University Press,
2004, p. 488

http://krc.orient.ox.ac.uk/aalc/images/stories/mcam_ancient_north_arabian.pdf
401
Ibid., p.489
457 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Inskripsi kuno di wilayah Arabia Utara402

Wilayah Nabatea sekarang membentang dari Yordania, Israel,


Mesir, Suriah dan Arab Saudi. Beberapa penulis mengatakan mengenai
orang Nabatea sebagai, ―they shifted from a nomadic lifestyle to become
prosperous urban dwellers‖ (mereka telah bergeser dari gaya hidup
nomaden menjadi penduduk kota yang makmur)403. Sebelum Romawi
menaklukan wilayah Nabataea dan menjadikannya sebagai provinsi Arab
pada tahun 106 Ms dan sebelum Kekristenan masuk melalui aktivitas
Gereja Nestorian khususnya oleh rahib Bar Sauma 404, wilayah Nabataea
merupakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki sistem

402
Ibid., p. 490
403
About Petra: The Nabataean
http://www.calvin.edu/petra/about/nabataeans.php
404
Bar Sauma
http://en.wikipedia.org/wiki/Barsauma
458 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sosial, ekonomi, politik, kebudayaan serta keagamaan yang komplek dan


bersifat paganistik.

Wilayah Nabataea yang kaya akan berbagai penemuan arkelogi


berupa monumen, makam, inskripsi di atas batunya, ditemukan pertama
oleh para sarjana sekitar Abad XIX. W.J. Bankes memulai usahanya
menyalin tulisan dari Petra dan menghubungkannya dengan orang-orang
Nabatea. Sebelum tahun 1840, tulisan tersebut berhasil diterjemahkan oleh
sarjana jerman bernama E.F.F. Beer dan menghubungkan tulisan di Petra
dengan orang Nabatea. Tahun 1812 seorang penjelajah dari Swiss bernama
Johan Burckhardt mempublikasikan berbagai foto menakjubkan tentang
Petra. Tahun 1805 seorang Jerman bernama Ulrich Jasper Seetzen
melaporkan mengenai kota kuno Haran. Dan masih ada sejumlah nama-
nama arkeolog dan peneliti lainnya yang terlibat dalam eksplorasi wilayah
Nabatea tersebut sepanjang Abad XIX 405

Zeyad Al Salameen, seorang Asisten Profesor dari Universitas Al


Hussein Bin Talal menuliskan mengenai peranan orang Nabatae pra Islam
dan pra Kristen sebagai, ―both history and archeology provide ample
evidence that the Nabataeans Arabs actively participated in the prosperous
trade of frankincense which reached its apogee during the classical
period‖406 (baik sejarah dan arkeologi memberikan bukti bahwa orang
Arab Nabatea aktif berpartisipasi dalam perdagangan yang makmur dari
kemenyan yang mencapai puncaknya selama periode klasik).

405
Peter John Alpass, The Religious Life of Nabataea, Departement of Classics
and Ancient History Durham University, 2011, p.37-40
http://etheses.dur.ac.uk/3293/1/The_Religious_Life_of_Nabataea.pdf?DDD3+

406
Zeyad Al Salameen, Frankincense and the Nabataeans: Historical and
Archaelogical Evidence (J.King Saud Univ. Vol 21, Tourism and Archaelogy [1]
pp. 1-5, Riyadh – 2009), p.1
http://uaeu.academia.edu/DrZeyadalSalameen/Papers/1437735/Nabataean_Franki
ncense_Historical_and_Archaeological_Evidence
459 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sumber-sumber penulis kuno yang dimaksudkan adalah Pliny, Diodorus


Siculus, Agatharcides of Cnidos, Strabo. Sumber-sumber kuno tersebut
memberikan informasi mengenai perdagangan kemenyan dan mur yang
dihasilkan oleh penduduk Nabataea sehingga Zeyad al Salameen
menyimpulkan, ―the prosperous trade in frankincense led to the
flourishing of many ancient cities located along trade routes, especially
those located in nabataean‖407 (perdagangan makmur dari kemenyan
menyebabkan berkembangnya kota-kota kuno yang terletak sepanjang rute
perdagangan, terutama yang terletak di Nabatea).

Ketika masyarakat Nabatea semakin makmur maka terbentuklah


kerajaan yang berpengaruh pada Abad II sM. Nama-nama raja mereka
adalah sbb:

1. Aretas I (168 sM)


2. Aretas II (120/110-96 sM)
3. Obodas I (96-85 sM)
4. Rabbel I (85/84 sM)
5. Aretas III (84-62 sM)
6. Obodas II (62-59 sM)
7. Malichus I (59-30 sM)
8. Obodas III (30-9 sM)
9. Syllaeus dan Aretas IV ( 9 sM)
10. Aretas IV (9 sM-40 Ms)
11. Malichus II (40-70 Ms)
12. Rabbel II (70-106 Ms)408

Wilayah Kerajaan tersebut membentang dari selatan Haran sampai


selatan Suriah sampai Hijra di Arab Saudi, meliputi hampir 700 kilometer,
dan ke arah barat dari oasis di Duma sampai delta Nil, dengan jarak yang

407
Ibid., p. 4
408
Ibid, p.33
460 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sama409. Mengenai bahasa orang Nabatea ada berbagai kontroversi diantara


para arkeolog dan peneliti. Mayoritas para sarjana mengatakan bahwa
bahasa orang Nabatea adalah bahasa Aram 410. Namun ada juga yang
menyatakan bahwa itu adalah bahasa Arab Klasik 411. Sejumlah sarjana
mengatakan bahwa bahasa Arab adalah perkembangan dari aksara Aram
Nabati dan sejumlah sarjanan lainnya menolak dan mengatakan bahwa
huruf-huruf di Nabatea adalah murni Arab Klasik.

409
Ibid., p.18
410
Nabataean Language
http://en.wikipedia.org/wiki/Nabataean_language
dan Band, Notes on the Origin and Development of Writing in Arabia
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/e_pre-islamic/preislamic.htm
411
Loc. Cit., Ancient North Arabian, p. 488. Band. Prof. Dr. M.M. Al A‘zami
Sejarah Teks Al Qur‘an, dari Wahyu sampai Kompilasi; Kajian Perbandingan
dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, hal 134-135
461 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Perbandingan Aksara Nabatea dengan aksara serumpun 412

412
Comparative Chart of Scripts
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/figs-stones/x-large/color_xl_jpeg/fig02.jpg
462 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Skema Bahasa Semitik dan Kedudukan Bahasa Arab413

413
Mustafa Shah, The Arabic Language dalam Arabic Language and Islam :
Oxford Bibliographies Online Research Guide
http://eprints.soas.ac.uk/5814/1/Shah.pdf
463 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Inskripsi Berbahasa Thamudic 414

Inskripsi Berbahasa Safaitic415

414
Thamudic (1)
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/e_pre-islamic/fig05-thamudic1_img.htm

Kanan: H-b-r artinya Habar (nama seseorang yaitu Habar). Kiri: L m sd l d


artinya Lemaslad (untuk Maslad)
415
Safaitic (2)
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/e_pre-islamic/fig15-safaitic02_img.htm

Transliterasi: L sh tha bn m a(in) z m hb w d tha a. Translasi: Lashast bin Maiz


bin Mahab w datha
464 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Inskripsi Berbahasa Lihyanit416

Inskripsi Berbahasa Sabaean417


416
Lihyanite (2)
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/e_pre-islamic/fig12-lihyanite2_img.htm

Atas: Transliterasi: L a r z a(in). Translasi: La Arza. Tranliterasi: L sa m r j a'a s-


smr. Translasi: L'salm raj'a bin Awas bin Samr
417
Sabaeans
http://www.mnh.si.edu/EPIGRAPHY/e_pre-islamic/fig04_sabaean_img.htm

diawali dengan perkataan, yang tranliterasinya, ―b kh ya l / r h m n n / w m s ya h


ha / m l k n / a b r ha / z ya b m n / m l k / s b a / w z r ya d n / w h dh r m d t ‖.
Yang transkripsinya, ―B'khail / ar-rahman / wmaseeha / malikan / Abraha /
Zaybm / malik / sab'a / w zarydan / w hadarmaut‖
465 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Mengenai asal usul orang Nabataea sendiri masih menjadi


kontroversi. Macdonald dalam bukunya Reflections on the Linguistic Map
of Pre-Islamic Arabia memberikan ulasan bahwa tidak ada bukti kuat
lainnya yang menolak bahwa orang Nabataea berasal dariwilayah sekitar
Petra saja418. Robert Wenning dalam The Nabataean in History
mengatakan, ―Semua yang dapat dikatakan dengan pasti adalah bahwa
orang-orang Nabataea dikenal dalam sumber-sumber sejak abad keempat
sebelum masehi sampai saat datangnya orang-orang Qedarites, yaitu suku
Arab yang dominan pada periode Persia, yang mengendalikan wilayah
selatan dari Hijaz dan semua wilayah Negev sampai wilayah selatan
Palestina dengan pusat lokal di kota Lakhis. Orang-orang Qedarites
dikenal sebagai tetangga langsung dari provinsi Achaemenid yaitu Yehud,
yang berasal dari sumber alkitabiah dan lainnya. Mereka dipastikan
menguasai perdagangan kemenyan di wilayah mereka‖ 419. Sementara
Zeyad al Salameen mengatakan, ―Orang-orang Nabataea atau Nabtu
sebagaimana mereka menyebut diri mereka sendiri dalam prasasti Aram
mereka, diidentifikasi sebagai orang yang menetap dibagian selatan dari
Levant dan bagian utara Saudi pada awal abad kelima sebelum masehi,
atau mungkin lebih awal, dan membentuk sebuah kerajaan yang
berkembang yang mencapai puncaknya sekitar akhir yang pertama abad
sebelum masehi dan awal abad pertama masehi‖420.

Bagaimanakah kondisi keagamaan orang Nabatea pra Islam dan pra


Kristen? Kepercayaan paganistik yang bercorak politeistik mendominasi
wilayah Nabatea. Dewa yang terkenal dan menjadi kepala para dewa

418
Loc.Cit., p. 32
419
Robert Wenning ,The Nabataean in History
http://archiv.ub.uniheidelberg.de/propylaeumdok/volltexte/2010/628/pdf/Wennin
g_Nabataeans_in_history_2007.pdf
420
Zeyad al Salameen, The Nabataeans and Asia Minor, Mediteranian
Archaelogy and Archaeometry, Vol 11, No 2, 2011, p.56, Departement of History
and Archaelogy, Faculty of Humanities and Sosial Sciences
http://www.maajournal.com/Issues/2011/pdf/Salameen.pdf
466 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

adalah Dushara. Nama Dushara akrab dipanggil di Petra sementara sebutan


Baalshamin akrab dipanggil di Bostra. Nama tersebut menunjuk pada
oknum yang sama.421 Dengan cara ini, gabungan para dewa mulai
dibangun, bersamaan dengan sebuah kuil ilahi tertentu untuk dewa
Dushara - Baalshamin - QoS atau dewi Allat – al Uzza. Selain Petra, ada
tiga tempat yang disucikan sebagai tempat kuil para dewa seperti Khirbet
Tannur, Khirbet Dharih, Dhat Ras. Di Khirbet Tannur ada inskripsi tertulis
di sebuah tugu peringatan bagi dewa Qos berbunyi:

1. (d)y‘bd qsmlk

2. Lgs ‗lh

3. hmrw422

Inskripsi tersebut diterjemahkan sbb: ―yang dibuat oleh qsmlk bagi


Qos dewa hwrw‖. Kemudian ditemukan pula inskripsi disamping sebuah
altar berbunyi:

1. dy qrb mty‘l

2. (b)r (w) t‘l

3. lhwrwy423

Inskripsi tersebut diterjemahkan sbb: ―yang mty’l anak wt’l


persembahkan bagi hwrw‖

421
Op.Cit., The Religious Life of Nabataea, p. 23
422
Ibid., p.241-271
423
Ibid., p. 260
467 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Petra

Roman Theatre di kota Petra


468 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Celah batu karang di kota Petra

Avraham Negev dari Hebrew University mempublikasikan terjemahan


inskripsi di Oboda, Negev pada tahun 1986. Ada sejumlah inskripsi yang
ditulis dalam bahasa campuran antara Aramaik dan separuhnya Arabik.
Salah satu inskripsi enam baris bertuliskan nama Oboda sebagai dewa
lokal di Negev. Berikut terjemahannya:

1. May he who reads (?) be remembered in good (memory) before


Obodas the god, and may there be remembered

2. who(ever)…

3. Garm‘alahi son of Taym‘alahi ]set up[ a statue before Obodas the


god

4. And he acts neither for benefit nor for favor. And if death claim us
let me not
5. be claimed. And if affliction seeks, let it not seek us.
469 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

6. Garm‘alahi wrote (this inscription) with his own hand 424.

Terjemahannya sbb:

1. Semoga dia yang membaca (?) Diingat dalam baik (memori)


dihadapan dewa Obodas, dan mungkin diingat

2. yang (pernah) ...

3. Garm'alahi anak Taym'alahi] mendirikan [patung di hadapan dewa


Obodas

4. Dan ia tidak bertindak untuk keuntungan pribadi atau untuk


kebaikannya sendiri. Dan jika kematian menguasai kita maka
jangan biarkan itu

5. menguasai kita. Dan jika penderitaan mengejar, biarlah penderitaan


tidak mencari kita.

6. Garm'alahi menulis (tulisan ini) dengan tangannya sendiri.

Menurut Stephanus dari Byzantium dalam bukunya Ethnika


menuliskan, ―Oboda, a place of Nabateans. Uranios, in his fourth book on
the Arabs, writes where king Obodas, who is deified, is buried‖ (Oboda,
sebuah tempat orang-orang Nabatean. Uranios, dalam buku keempatnya
mengenai orang Arab, menuliskan mengenai raja Obodas, yang didewakan,
telah dikuburkan). Ada tiga nama Oboda/Obodas sebagai raja orang
Nabatea. Oboda I (96-85 sM) yang tewas saat hendak menaklukan Negev
setelah dikuasai Alexander Jannaeus. Oboda I dikenal sebagai pembagun
kota ini dan ketika wafat dijadikan dewa pelindung kota. Kemudian Oboda
II (62-60 sM), Obodas III (30-9 sM).

424
Avraham Negev, Obodas the God in a Nabataean Arabic Inscription from the
Vicinity of Oboda and Review of Other Nabataean Inscription
http://mushecht.haifa.ac.il/catalogues/Nabateans/Avraham_Negev.pdf
470 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dewa Dushara425

Dari berbagai penelusuran di atas telah membuktikan bahwa orang


Nabatea bukan beragama asli Kristen melainkan paganisme yang bersifat
politeistik dan ada sejumlah nama dewa yang dipercaya sebagai dewa-
dewa lokal. Peter John Alpass memberikan kesimpulan mengenai
keagamaan orang Nabatea sebagai corak paganistik politeistik, ―To
consider that anyone walking through Petra, let alone Nabataea as a
whole, in the Nabataean period would emerge with the sense of an
impending monotheism cannot be the conclusion when the evidence is
analysed in its proper context. On the contrary, the diversity and vibrancy
of polytheistic beliefs is evident‖426(Dengan mempertimbangkan bahwa
setiap orang berjalan menuju Petra, khususnya Nabataea secara
keseluruhan, maka dugaan bahwa pada periode mendatang orang-orang
Nabatea akan muncul dengan arti sebuah monoteisme sesungguhnya tidak
dapat menjadi kesimpulan ketika bukti dianalisis dalam konteks yang tepat.
Sebaliknya, keragaman dan semangat keyakinan politeisme sangat jelas
terbukti).

425
Nabataean Religion: Pantheon
http://nabataea.net/gods.html/
426
Ibid., p. 25
471 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dengan pembuktian berbagai inskripsi dan patung dewa-dewa lokal


di atas kita melihat bahwa asumsi Bambang Noorsena bahwa Arabia Utara
lebih bersifat monoteistik gugur dan terbantahkan dengan fakta-fakta
tersebut. Demikian pula asumsi bahwa Kekristenan Nestorian yang
berbahasa Aram telah memberikan sumbangsih terhadap penggunaan nama
Allah yang berasal dari kata Aramaik Alaha tidak juga terbukti karena
dalam inskripsi yang diterjemahkan oleh Avraham Negev di Oboda, frasa
―dewa Oboda‖ dalam bahasa Aramnya ditulis ―Alaha Obodat‖ bukan
―Allah Obodat‖. Sekali lagi kita melihat fakta bahwa ―Alaha‖ adalah
bentuk ―generic name‖ (nama umum) yang sepadan dengan ―Ilah‖ dalam
bahasa Arab. Sementara Allah adalah ―personal name‖ (nama pribadi) atau
proper name (nama diri) sesembahan yang ada di wilayah Arabia
khususnya Arabia Selatan.

Bahkan adanya dugaan inskripsi Kristen Arabia Utara yang


bertuliskan nama Allah yang diyakini dalam konsep monoteistik pun
terbukti tidak ada. Dalam kajian berikutnya saya akan mengutip
reinterpretasi Bellamy dan Winnet terhadap Inskripsi Ummul Jimmal dan
Jabal Ramm yang diduga memuat nama Allah.

Allah Gafran Vs Barrazahu:


Tinjauan Terbaru Inskripsi Umm al Jimmal

Eksistensi inskripsi Ummul Jimal dan Zabad kerap dirujuk oleh


kalangan Orientalis seperti Arthur Jeffrey, Spencer Tirmingham, F.V.
Winnet dll. Sebut saja Philip. K. Hitti dalam bukunya, History of the
Arabs mengatakan, ―Allah (allah, al-ilah, the god) was the principal,
though not the only, deity of Makkah. The name is an ancient one. It occurs
in two South Arabic inscriptions, one a Minaean found at al-'Ula and the
other a Sabaean, but abounds in the form HLH in the Lihyanite
inscriptions of the fifth century- B.C. Lihyan, which evidently got the god
from Syria, was the first Centre of the worship of this deity in Arabia. The
name occurs as Hallah in the Safa inscriptions five centuries before Islam
and also in a pre-Islamic Christian Arabic inscription found in umm-al-
Jimal, Syria, and ascribed to the sixth century . The name of Muhammad's
father was 'Abd-Allah ('Abdullah, the slave or worshipper of Allah). The
472 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

esteem in which Allah was held by thepre-Islamic Makkans as the creator


and supreme provider and the one to be invoked in time of special peril
may be inferred from such koranic passages as 31 : 24, 31; 6 : 137, 109; to
: 23. Evidently he was the tribal deity of the Quraysh) ‖427 (Allah [allah, al-
ilah, dewa] adalah yang terutama, meskipun bukan satu-satunya,
sesembahan Makkah. Nama Allah adalah salah satu yang kuno. Nama ini
muncul dalam dua bahasa Arab dari prasasti Selatan, yang satu dari
Minaean ditemukan di al-'Ula dan yang lain dari Sabaean, namun yang
berlimpah dalam bentuk HLH dalam prasasti Lihyanite dari abad kelima
SM-Lihyan, yang terbukti diperoleh dari dewa Suriah, yang merupakan
pusat awal dari penyembahan dewa ini di Arabia. Nama yang muncul
sebagai ―Hallah‖ tertulis pada prasasti Safa lima abad sebelum Islam dan
juga dalam prasasti pra-Islam Arab Kristen yang ditemukan di Umm-al-
Jimal, Suriah, dan dianggap berasal dari abad keenam. Nama ayah
Muhammad adalah Abd-Allah ('Abdullah, hamba atau pemuja Allah).
Penghargaan di mana Allah dipertahankan oleh orang-orang Mekah pra
Islam sebagai pencipta dan penyedia tertinggi dan yang akan dipanggil
pada saat yang sangat genting dapat disimpulkan dari ayat-ayat Quran
seperti Qs 31: 24 31; 6: 137, 109, untuk : 23. Terbukti bahwa dia adalah
dewa suku Quraish).

Namun dalam kajian terbaru dari James A. Bellamy dalam artikel


berjudul, Two Pre Islamic Arabic Inscriptions Revised: Jabal Ramm dan
Umm Al Jimmal menyatakan bahwa apa yang diidentifikasi sebagai nama
Allah ternyata seharusnya dibaca Barrazahu. Kita perhatikan inskripsi
berikut:

427
History of the Arabs, Palgrave Macmillan, 2002, p. 96-101
473 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Inskripsi Ummul Jimal ini ditemukan oleh Eno Littman selama


ekspedisi arkeologi dari Universitas Princeton dari 1904-1905. Tahun 1929
dia membuat terjemahannya yang kemudian direvisi pada tahun 1949.

Terjemahan Litmann (1929): 1. (O) Allah (gewahre) verzeihung


(Hilfe) dem ‗Ulaih 2. Dem Sohne des Ubaida dem Schreiber 3. Von al
Hulaid (al-Habir), des Vornehmsten der Banu 4. Amr. Betet fur ihn (o) wer
5. Es liest!. Terjemahan Litmann (1949): 1. God (grant) pardon to Ulaih 2.
The son of Ubaidah, the secretary 3. Of al Ubaid, the Chief of banu 4.
Amr! May have (sic) notice of it he who 5. Read it! 428.

James A. Bellamy membuat koreksi sbb: Bacaan Bellamy: 1. Brzh


qd l lyh 2. Br bydh k tb 3. Ljnyd ly t ny 4. M ny th th mn 5. Yymshh.
Vokalisasi Bellamy: 1. Barrazahu uqada u li Ulayh 2. Bar Ubaydah, katibi
3. L-junaydi a la tani 4. Ammani, utiha atha mman 5. Yi amsihhu.
Terjemahan Bellamy: 1. This (inscription) was set up by colleagues of
Ulayh 2. Son of Ubaydah, secretary 3. Of the cohort Augusta Secunda 4.
Philadelphiana; may he go mad who 5. Effaces it429 Terjemahan Indonesia:
1. Ini (prasasti) didirikan oleh rekan-rekan dari Ulayh 2. Anak Ubaidah,
428
James A. Bellamy, Two Pre Islamic Arabic Inscriptions Revised: Jabal Ramm
dan Umm Al Jimmal ,Journal of the American Oriental Society, Vol 108 No 3
(Jul-Sep 1988) 372-373
429
Ibid., p. 373-374
474 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sekretaris 3. Dari pengikut Augusta Secunda 4. Philadelphiana; mungkin


dia orang gila yang 5. Menghapuskan itu!

Mengenai kata Barrazahu, Bellamy memberikan penjelasan sbb,


―brzh: barrazahu. The b is pointed in the text and the detached h is like the
one in 'bydh (2). None of the letters resembles the 'alif and 1 which we can
see in the def. art. in 'Ijnyd (3), which are erect and normally shaped.
Barraza means "put forth, produce," in particular, a writing or a book
(Lane, p. 186). The pronoun has no antecedent and is virtually a
demonstrative here; it refers to the inscription or monument itself. The
same usage is found in Koran 19:97 fa-innamd yassarndhu bi-lisdnika li-
tubassira bihi l-muttaqin, and 97:1 innd anzalndhu, where the pronouns
refer to the revelation, which has not been mentioned before‖430(brzh:
Barrazahu. Huruf B ditunjukkan dalam teks dan h terpisah adalah seperti
yang ada pada kata 'bydh (2). Tak satu pun dari huruf menyerupai 'alif dan
L yang dapat lihat kita dalam kata 'Ijnyd (3), yang tegak dan biasanya
berbentuk tajam. Barraza berarti "melahirkan‖, ―menghasilkan‖,
―memproduksi," khususnya, tulisan atau buku (Lane, hal. 186). Kata ganti
tidak memiliki sesuatu yang mendahului dan hampir-hampir menunjuk
unsur demonstratif, dan itu mengacu pada prasasti atau monumen itu
sendiri. Penggunaan yang sama ditemukan dalam Qs 19:97 ‗fa-innamd
yassarndhu bi-lisdnika li-tubassira bihi l-Muttaqin‘, dan Qs 97:1 ‗innd
anzalndhu‘, di mana kata ganti merujuk pada wahyu, yang belum
disebutkan sebelumnya). Dengan demikian, apa yang semula disangka
frasa Allah gafran (Allah mengampuni) dalam Inskripsi Umm al Jimal,
sekarang telah direvisi dengan Barrazahu (mendirikan, menghasilkan).

Al Ilah Dalam Inskripsi Zabad

I nskripsi Zabad ditemukan tahun 1881 oleh Wetztein dan


dipublikasikan oleh. Sachau. Zabad sendiri terletak di sebelah tenggara
Allepo (Halab), antara Qisrin dan sungai Eufrat.. Teks yang mencakup
ambang pintu atas menuju martyrion St Sergius. Namun demikian, bahasa
Arab dalam inskripsi tersebut tidak menerjemahkan bahasa Yunani tetapi

430
Ibid., hal 374
475 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

hanya mendaftarkan enam nama, yang mana tidak semua yang disebutkan
dalam bahasa Yunani.431. Inskripsi ini ditaksir berasal dari tarikh 512 M
dan berada di atas batu bangunan gereja kuno. Dalam inskripsi ini tertulis
kalimat dalam bahasa Arab demikian ―Bism al-Ilah: Sergius bar Amad,
manaf wa hani bar Mar al Qais, Sergius bar Sa‘d, wa Sitr, wa Souraih‖ 432
dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh M. A. Kugener, dalam
bukunya Nouvelle Note Sur L'Inscription Trilingue De Zébed sbb:,

―With the help of God ( ‫ب‬‫ !)بببب‬Sergius, son of Amat Manaf,


and Tobi, son of Imru'l-qais and Sergius, son of Sa‗d, and Sitr,
and Shouraih‖.

Masalah bacaan inskripsi masih debatable. Bacaan ―Bism al-Ilah‖


(Dengan Nama Al-Ilah/Tuhan) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, dalam
bukunya Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi, WM (Jakarta: PT.
Panca Simpati, 1986), h. 6, sedangkan M.A. Kugener, dalam Note sur
l‘inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham
Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut:
Longman-Librairie du Liban, 1979), p. 226, membacanya: ―Teym Al-Ilah‖
(Dengan pertolongan Al-Ilah/Tuhan). Jika bacaan yang benar ―Bism Al
Ilah‖, maka pernyataan ini menggemakan frasa Aram ―Be Shum Elah
Yisra‘el‖. (Demi Nama Elah/Tuhan Israel, Dan 5:1). Entah mana yang
benar (Bism al Ilah atau teiym Al Ilah) Inskripsi Zabad justru memberikan
indikasi paling tua bahwa Kekristenan Arabia menggunakan istilah Al-Ilah
yang setara dengan bahasa Ibrani Ha Elohim atau Ha Eloah atau bahasa
Aramaik D‘Alaha yang artinya Tuhan (God). Istilah Al-Ilah adalah generic

431
Zebed Inscription: A Pre-Islamic Trilingual Inscription In Greek, Syriac &
Arabic From 512 CE
http://www.islamic-awareness.org/History/Islam/Inscriptions/zebed.html
432
Op.Cit. The History of Allah, hal 78
476 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

name (nama umum) dan bukan personal/proper name (nama pribadi atau
nama diri) dan ini berbeda dengan Allah yang adalah personal/proper name
(nama pribadi atau nama diri).

Ha Ilah Dalam Inskripsi Arab Utara Thamudik

F.V. Winnet menuliskan jurnal berjudul Studies In Ancient North


Arabian. Dalam penelitian terhadap kata Arab ‗tm dalam 26 inskripsi, ada
tiga inskripsi yang menuliskan dengan frasa h‘lh. 3 Inskripsi yang
menuliskan h‘lh sbb:

1. Inskripsi no 11

h‟lh d‘n ‗tm t‘t ‗tmn h (t)s


O god of D‘N, restore T‘T to health. Restore H(T)S to health

2. Inskripsi no 22

h‟lh dhwn ‗tm ysr ‗m ‗hl d ‗t (l) ‗mn


O god of DHWN, restore to YSR, the mother of Ahil of the
tribe of MN

3. Inskripsi no 25

Wasm. h‟lh dhn tm nsn


Wasm. O god of DHN, restore a man to health433

Winnet memberikan analisis mengenai kata h‘lh (yang ditafsirkan


oleh Hitti dengan ―hallah‖) sbb, ― ‘lh is probably ilah, god rather than
Allah‖ (lh lebih memungkinkan diterjemahkan ilah, tuhan, dewa daripada
Allah)434.

433
F.V. Winnet, Studies In Ancient North Arabian, Journal of the American
Oriental Society, Vol 107, No 2 (Apr-Jun 1987), p 242-244
434
Ibid., 242
477 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sekali lagi 26 inskripsi Thamudik ini tidak membuktikan adanya


penggunaan nama Allah dalam inskripsi Kristen. Dan dari hasil kajian
terhadap sejumlah inskripsi Arabia Utara sangat jarang sekali (atau bahkan
tidak ada) menuliskan nama Allah. Maka gugurlah keyakinan yang
mendasarkan pada eksistensi inskripsi yang mencantumkan penggunaan
nama Allah. Menariknya, frasa ―Gafara Allahu‖ (Kiranya Allah
mengampuni) dan ―Yu‘minu bi-lahi rabbihi‖ (beriman dalam Allah
Tuannya) justru muncul dengan huruf yang sangat jelas dan tanpa
memerlukan interpretasi rumit seperti naskah Ummul Jimmal dan Namarah
serta Jabal Ramm yaitu dalam sebuah inskripsi yang ditemukan di wilayah
Arabia Selatan tepatnya di Gunung Nasla Atas bagian tenggara Najran 435.

435
Said Al Said, Early South Arabian Islamic bilingual inscription from Najran,
Arabian archaeology and epigraphy, p.84-85
http://faculty.ksu.edu.sa/5621/Documents/Early%20South%20Arabian-
Islamic%20bilingual%20inscription%20from%20Najra.pdf
478 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Inskripsi tersebut ditulis dalam bahasa Arab aksara Kufi dan


Musnad. Sekalipun tidak ada data penanggalan dalam inskripsi tersebut,
setelah melakukan perbandingan aksara Arabia lainnya disimpulkan sbb,
―As illustrated above, the comparative study of letter forms and methods of
writing of these three letters indicates that they probably date back to the
end of the third century after Hijra (ninth century AD)‖436. (Seperti
digambarkan di atas, didasarkan atas studi perbandingan bentuk huruf dan
metode penulisan tiga huruf tersebut, menunjukkan bahwa mereka
mungkin berasal dari akhir abad ketiga setelah Hijrah (abad kesembilan
masehi). Dan inskripsi tersebut berasal dari zaman Islam.

436
Ibid., p. 86
479 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Dari penelusuran sejumlah inskripsi, nampaklah penggunaan nama


Allah lebih banyak terjadi di Arabia bagian Selatan dan bukan di Arabia
Utara dan senantiasa dalam konotasi paganistik, sekalipun ada yang
menganggapnya lebih unggul dibandingkan ilah lainnya dan mengatasi
pada ilah Arabia Selatan. Kemunculannya memang sudah ada sejak pra
Islam dan di zaman Islam mulai berkembang, penggunaan nama Allah
semakin populer dan dapat dilacak melalui sejumlah penemuan inskripsi
Islam sebagaimana ditemukan di Najran tersebut.

Bagaimana Dengan Nama Allah Dalam Syair-Syair Pra Islam?

Bambang Noorsena bukan hanya menggantungkan keyakinannya


akan relevansi penggunaan nama Allah berdasarkan sejumlah inskripsi
Kristen pra Islam namun juga pada sejumlah puisi-puisi pra Islam yang
menyebutkan penggunaan nama Allah sebagaimana dijelaskan, ―Dalam
syair-syair Arab pra Islam tersebut, Allah telah pula dimaknai secara
monoteistis. Misalnya syair Zubair bin Abi Salma dalam Syarh al
Mu‘alaqah menuliskan: ‗Faa laa takmunnu alaha maa fi nufusikum,
liyakhafi wa mahmaa yukutami allahu ya‘lam‘ (Kamu tidak dapat
menyembunyikan apa yang ada pada dirimu dari Allah, ketahuilah
sekalipun segala sesuatu tersembunyi Allah pasti tahu). Dalam sebuah
syair yang ditulis oleh Lubaid bin rabi‘ah pada masa kelahiran Islam,
istilah Allah dijumpai pararel dengan al-Ilah. Hal ini menunjukkan bahwa
memang Allah adalah bentuk singkat al-Ilah: ‗Alaa kullu syai‘in maa
khala allahu baathil, wa kullu na‘immin la muha ihul zail, wa kullu
amri‘an yuma saya‘lamu ghaibahu, idza kutsifat‘inda al-ilahi al hashaa‘il‘
(Segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap, setiap kenikmatan hidup
akan sirna dan setiap orang kelak akan tahu apabila telah dibuka catatan
amalannya di sisi al-Ilah)‖437.

Bagaimana tanggapan terhadap syair-syair Pra Islam dimana nama


Allah telah dikenal? Najmah Sayuti dalam thesisnya yang berjudul The
Concept of Allah as the Highest God in Pres Islamic Arabia dengan

437
Ibid., hal 18-19
480 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

membuat penelitian terhadap konsep orang Arab mengenai Allah dalam


sejumlah syair-syair pra Islam memberikan kesimpulan dengan mengutip
pendapat C. Brockelmann dalam bukunya Allah und die Gotzen des sprung
de Islamischen Monotheismus mengatakan sbb: ―Brockelmann, the first to
study the compilations of ancient Arabic poetry and their religious term,
came to the conclusion that various expressions pertaining to the
conception of Allah in the Jahiliyya were a genuinely Arabic religious
perceptions and had not been borrowed from Judeo-Christian concepts,
nor from animist beliefs‖438 (Brockelmann, sebagai yang pertama
mempelajari kompilasi puisi Arab kuno dan istilah keagamaan mereka,
sampai pada kesimpulan bahwa berbagai ekspresi yang berkaitan dengan
konsepsi Allah di zaman Jahiliah adalah persepsi agama yangs sepenuhnya
Arab dan tidak dipinjam dari konsep Yahudi-Kristen, maupun dari
kepercayaan animisme).

Dengan adanya sejumlah syair pra Islam yang menunjukkan adanya


nama Allah justru menunjukkan keberadaan nama Allah yang sudah
dikenal jauh sebelum ada Kristen maupun Islam, entahkah dalam konotasi
pagan atau monoteistik. Dan nama Allah yang muncul dalam berbagai
syair pra Islam tidak membuktikan bahwa penggunaannya berasal dan
dipengaruhi Kekristenan. Sebaliknya, Kekristenan Arabia pra Islam yang
mengambil alih gagasan mengenai nama Allah dan diterapkan untuk
memahami konsep Tuhan dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Dan
yang menarik, istilah Allah selalu muncul dalam bentuk proper name
(nama diri) atau personal name (nama pribadi) dan bukan generic name
(nama umum) dalam syair-syair pra Islam.

Sementara pendapat Bambang yang mengatakan, ―Di lingkungan


Kristen Arab istilah Allah tidak dipahami sebagai the proper name (sebab
YHWH-mengikuti kebiasaan tradisional Yahudi yang juga diikuti Yesus

438
Najmah Sayuti, The Concept of Allah as the Highest God in Pres Islamic
Arabia ( A Study of Pre Islamic Arabic Religious Poetry), Montreal: The Institute
of Islamic Studies, Mc Gill University, 1999, p. 90

http://www.collectionscanada.gc.ca/obj/s4/f2/dsk2/ftp03/MQ64191.pdf
481 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dan para rasu-Nya-diterjemahkan Al Rabb/Tuhan) karena secara bahasa


sudah menegaskan keesaan-Nya‖439, tidak dapat dibuktikan di zaman pra
Islam. Pemahaman bahwa Allah bukan sebagai proper name di lingkungan
Kekristenan Arabia adalah di zaman sesudah Islam dimana Kitab TaNaKh
dan Perjanjian Baru mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Penerjemahan Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru diterjemahkan
paling dini oleh Mar Yuhana Abu Sedra II pada tahun 631-640 Ms atas
perintah pangeran Arab bernama Amir bin Saud. Penerjemahan berikutnya
dikerjakan oleh Bishr Ibn Al Sirri, seorang rahib Nestorian yang tinggal di
Damaskus. Tarikh penulisan adalah tahun 867 Ms. Naskah terjemahan ini
di temukan di Sinai dan dinamakan Kodek Bukit Sinai berbahasa Arab no
151. Pada tahun 1985 naskah berbahasa Arab tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris oleh DR. Harvey Staal.

439
Op.Cit. The History of Allah, hal 20
482 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Codek Sinai 151440

Codek Sinai 151441

Pada tahun 1860 diterbitkanlah Arabic Bible oleh Smith van Djke
melalui bantuan seorang Lebanon bernama Al Bustani dan Al Yazigi.
Kemudian tahun 1870 muncullah terjemahan dari Jesuit Arabic lalu The
Living Bible Arabic pada tahun 1988 di Beirut442. Dalam terjemahan Bishr
Ibn Al Sirri maupun Arabic Bible versi Van Djke, nama YHWH (Yahweh)
disalin Ar Rabb sesuai dengan kebiasaan Septuaginta yang menyalin
dengan Kurios. Jika terjemahan modern paska Islam ini yang menjadi
rujukan maka benarlah bahwa nama Allah tidak dipahami dalam

440
Mt Sinai Arabic Codex 151 - Pictures of the Codex
http://www.arabicbible.com/arabic-bible/codex.html?start=1
441
Ibid.,
442
Mount Sinaic Arabic Codex no 151
http://www.arabicbible.com/arabic-bible/codex.html
483 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pengertian proper name karena ketika ada frasa ―YHWH Eloheinu‖


(Yahweh Tuhan kami) atau ―YHWH Eloheikem‖ (Yahweh Tuhan kalian)
maka akan diterjemahkan dalam bahasa Arab ―Ar Rabb Ilahuna‖ dan ―Ar
Rabb Ilahukum‖. Atau ketika ada ayat yang menuliskan ―YHWH hu ha
Elohim‖ (Yahweh Dialah Tuhan,1 Raj 18:39) maka akan diterjemahkan
―Ar Rabb Huwallah‖.

Namun persoalannya, kita tidak menemukan satupun bukti inskripsi


Arabia kuno pra Islam di lingkungan Kekristenan yang menuliskan dengan
model di atas. Yang kita temukan, khususnya di Arabia Selatan semua
nama Allah ada yang berdiri sendiri maupun disandingkan dengan nama
ilah lainnya. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa penggunaan nama
Allah selalu dalam konteks proper name, entah dipahami secara
monoteistik maupun paganistik pra Islam.

Apakah Nama-Nama Kristen Arab Pra Islam Yang Mengandung


Theophoric Name, Membuktikan Keabsahan Penggunaannya?

Bambang Noorsena kembali ingin membuktikan mengenai


penggunaan nama Allah oleh komunitas Kristen di Arabia Pra Islam
dengan menunjukkan sejumlah nama Kristen yang mencantumkan nama
Allah sbb, ―Selain itu, nama-nama Ilahi dalam bahasa Ibrani dan Aram
sering diabadikan dalam sejumlah nama diri tokoh pada zamannya. Pada
tahun yang sama dengan penyelenggaraan konsili Efesus (431) wilayah
Harits/Aretas mempunyai seorang uskup bernama Abdelas. Nama itu
ternyata merupakan penyunanian dari kata ‗abd Allah (hamba Allah)
dalam bahasa Arab‖443. Bagaimana tanggapan terhadap data di atas?
Pertama, jika ―Abdelas‖ adalah peyunanian untuk Abdullah mengapa
tidak dipergunakan ―double lamda‖ (ιι) untuk mentransliterasikan ―double
lam‖ (‫ )ل ل‬atau (‫)ال‬. Kedua, sekalipun terbukti bahwa ―Abdelas‖ menunjuk
pada ―Abdullah‖, ini tidak membuktikan keabsahan penggunaan nama
Allah sebagai terjemahan yang tepat untuk Eloah/Elohim dalam bahasa
Ibrani dan Alaha dalam bahasa Aramaik karena Allah adalah proper
name/personal name sementara baik Eloah/Elohim dan Alaha adalah

443
Ibid., hal 10
484 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

generic name yang seharusnya diterjemahkan dalam bahasa Arab Ilah.


Ketiga, ―Abdelas‖ bisa saja diartikan ―Abdulah‖ (hamba Tuhan) dengan
―lam‖ tunggal dan bukan ―Abdullah‖ (hamba Allah). Keempat,
penggunaan nama Allah – jika memang benar ―Abdelas‖ adalah
penyunanian Abdullah – lebih menunjukkan kondisi dimana si pemilik
nama tidak mengubah nama lamanya yang disemati nama Allah saat dia
berpindah menjadi Kristen dan bukan bermakna bahwa orang Kristen
tersebut memilih menggunakan nama Allah dalam namanya. Ini dapat
diperbandingkan dengan kasus banyak dari nama orang-orang Kristen
masa kini yang semula beragama Islam dan memiliki nama Abdullah,
Ahmad, Muhamad namun tidak mengubah namanya sekalipun sudah
ditambahiu dengan nama baptis sekalipun. Eksistensi nama yang
mencerminkan kepercayaan lamanya tidak membuktikan keabsahan nama
tersebut terhadap keimanannya. Demikian juga eksistensi nama Abdullah
yang diyunanikan menjadi Abdelas, tidak membuktikan apapun soal
validitas dan keabsahan penggunaan nama Allah dalam lingkungan
Kekristenan.

Penggunaan Nama Allah Dalam Lingkungan Kristen Arab Sebagai


Upaya Kontekstualisasi

Jika mengikuti alur pemikiran dan pembuktian Bambang Noorsena,


kesan yang hendak dibangun adalah Kekristenan pra Islam telah
memelopori penggunaan nama Allah dan merupakan hasil pengaruh
bahasa Aramaik Alaha. Namun sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian
sebelumnya bahwa nama Allah tidak ada kaitannya dengan bahasa Aram
―Alaha‖ dan dua inskripsi pra Islam yang diduga mencantumkan nama
Allah, sesungguhnya hanyalah misinterpretasi para arkeolog masa lalu dan
telah dikaji ulang oleh analisis terbaru dari Winnet dan Bellamy. Indikasi
bahwa penggunaan nama Allah adalah hasil kontekstualisasi dapat dilihat
dalam sejumlah pernyataan Bambang Noorsena sbb, ―Baik nama Allah
dalam bahasa Arab maupun Yahwe dalam bahasa Ibrani ternyata tidak
dapat dilepaskan dari proses kontekstualisasi akibat proses saling silang
budaya di Timur Tengah‖444. Selanjutnya dikatakan, ―Oleh karena

444
Ibid., hal 6
485 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pengaruh Kristen, istilah Allah semakin bermakna transenden dan


dibedakan dengan dewa-dewa lokal yang disembah oleh orang-orang
Arab Utara. Hal ini dibuktikan dari inskripsi-inskripsi Arab Utara yang
memuat doa-doa yang ditujukan kepada Dewa Ba‘al Samin dan Dzu al-
Shara. Al Latta tampaknya menjadi ilah yang utama‖445. Dan diulangi
kembali dengan mengatakan, “Pengaruh Kekristenan yang telah meresap
dalam tradisi Arab pra-Islam ini terbukti sangat menentukan
perkembangan pemakaian istilah Allah secara monoteis‖446

Dari kutipan di atas kita mendapatkan pemahaman bahwa


sesungguhnya jauh sebelum adanya komunitas Kristen dan Islam,
penggunaan nama Allah sudah ada di wilayah Arabia. Penggunaan nama
Allah dalam konotasi paganisme berkembang di wilayah Arabia Selatan
dimana nama Allah selalu disandingkan dengan nama-nama dewa lain
sementara penggunaan nama Allah berdiri sendiri dan tidak disandingkan
dengan nama dewa-dewa tertentu di wilayah Arabia utara sekalipun nama-
nama dewa lainnya juga muncul disamping penggunaan nama Allah.

Dengan demikian, Kekristenan Arabia pra Islam yang menggunakan


nama Allah sangat jelas telah mengambil alih gagasan dan penggunaan
nama Allah tersebut untuk menerjemahkan kata Ibrani Eloah dan Elohim
serta kata Aramaik Alaha atau Elah. Dengan istilah lain telah terjadi
kontekstualisasi. Kita tidak menolak kontekstualisasi namun
kontekstualisasi hanyalah terjadi pada message (pesan) dari dari kisah
historis yang diceritakan dalam Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru,
bukan memakai nama sesembahan lain sebagai pengganti sesembahan
yang tertulis dalam Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Eloah dan
Elohim dan kata Aramaik Alaha atau Elah serta kata Yunani Theos, lebih
tepat dipadankan dengan Ilah (Elohim, Alaha, Theos) atau al Ilah (ha
Elohim, ho Theos, D‘Alaha) daripada Allah karena Allah sebagaimana
YHWH (Yahweh) adalah personal name/proper name.(nama pribadi atau

445
Ibid., hal 73
446
Ibid., hal 83
486 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

nama diri). Nama diri tidak bisa diterjemahkan dan tidak bisa disandingkan
dengan kata ganti orang (personal pronoun) serta tidak dapat dibuat bentuk
jamak. Oleh karenanya penggunaan nama Allah seharusnya ditinjau ulang
tanpa harus dibebani dengan bobot historis dimana nama Allah sudah
dipergunakan sejak zaman pra Islam oleh komunitas Kristen kalau toch
kita dapat membuktikan bahwa Allah tidak seakar dengan ―Elohim‖ dan
bukan pengaruh dari bahasa Aram ―Alaha‖. Diperlukan sebuah keberanian
melakukan redefinisi dan rekonsepsi. Arab Bible447 telah melakukan itu
(meskipun hanya secara media online sehingga belum dapat diakses dalam
bentuk buku) dengan mengganti nama Allah dalam Arabic Bible448 dengan
Al Ilah dan Ilah.

447
http://www.arabbible.com/ArabBibleOptimized.pdf
448
http://www.arabicbible.com/arabic-bible.html
487 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAGIAN KESEMBILAN

MASA DEPAN MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY


488 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLVI

BUKAN SEKEDAR NAMA YAHWEH:


SEBUAH OTOKRITIK

Pengetahuan dan penyingkapan nama Yahweh di Indonesia sudah


berusia kurang lebih 11 tahun sejak sekitar akhir 1990an. Semakin banyak
pemimpin rohani, pendeta, jemaat yang menyadari bahwa nama Tuhan
Pencipta langit dan bumi yang tertulis dalam Kitab TaNaKh atau yang
lazim Kekristenan menyebutnya dengan Kitab Perjanjian Lama. Kebenaran
tentang nama YHWH tidak dapat disangkal lagi karena memang nama
YHWH tertulis sebanyak 6000-an kali dalam Kitab TaNaKh dan disalin
dalam naskah Septuaginta dengan Kurios dan disalin dalam naskah
Vulgata dengan Senior dan disalin dalam naskah berbahasa Inggris dengan
Lord dan akhirnya disalin dalam bahasa Indonesia dengan Tuhan dengan
huruf kapital semua (TUHAN) dalam terjemahan LAI. Tulisan ini bukan
hendak mengkaji apa dan bagaimana perihal nama YHWH, karena kajian-
kajian seperti telah sering kali saya ulas dalam banyak artikel dan buku
serta blog pribadi saya.

Beberapa Kecenderungan Tidak Sehat

Yang hendak saya ulas kali ini adalah beberapa kecenderungan


yang belum dapat hilang dari komunitas yang mengusung dan meyakini
bahwa YHWH adalah nama Tuhan dan bagaimana kita dapat
meninggalkan berbagai kecenderungan yang tidak sehat itu agar menjadi
sebuah komunitas yang berpengaruh di negeri ini. Beberapa
kecenderungan itu al., Pertama, stagnasi materi. Apa yang dimaksudkan
dengan stagnasi materi? Tidak adanya perkembangan pembahasan dan
wawasan. Masih saja ada komunitas dan kelompok yang menulis dan
menyampaikan hal yang sama yang sudah disampaikan sejak tahun 1990-
an akhir yaitu membenturkan persoalan nama Allah dan YHWH.

Saya sering memperhatikan dalam percakapan di dunia maya


seperti Face Book atau forum-forum diskusi Kristen dimana persoalan
489 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

nama YHWH masih saja menjadi isu yang terus menerus diulang dan
digemakan dengan cara yang itu-itu saja. Bagi saya, cara-cara demikian
adalah bentuk dari stagnasi materi alias kebekuan dan kebuntuan materi.
Dengan mengulang-ulang isu yang sama kepada gereja-gereja dan
kekristenan di Indonesia, cenderung menimbulkan kebosanan. Seolah-olah
tidak ada pembicaraan lain selain persoalan nama Allah dan YHWH. Saya
ibaratkan kondisi ini seperti seorang bayi yang hanya mengetahui ucapan,
―papa minum‖ atau ―mama bobok‖. Apa jadinya jika seorang bayi yang
bertumbuh menjadi remaja dan kemudian dewasa namun hanya mampu
mengucapkan kata-kata di atas? Demikianlah nasib komunitas dan
pergerakan yang hanya memfokuskan pada persoalan nama YHWH.

Mengapa saya katakan kondisi di atas dengan ―stagnasi materi?‖


Karena sesungguhnya masih banyak yang harus dikaji dan didalami selain
persoalan nama YHWH dan Allah. Kalau saya ibaratkan nama Yahweh
adalah pintu gerbang emas, kebanyakan orang berjingkrak-jingkrak dan
menari-nari serta duduk-duduk di depan pintu gerbang emas itu. Setiap hari
mereka selalu membicarakan keindahan pintu gerbang emas itu. Namun
tidak ada satupun dari antara mereka yang membuka pintu gerbang emas
yang sebenarnya berisikan istana yang berisikan aneka warna keindahan
dan lika-liku jalan serta lorong yang harus dipecahkan untuk sampai ke
singgasana. Demikianlah gambaran mereka yang terus menerus
menyibukkan diri mereka dengan aktivitas persoalan nama YHWH dan
Allah.

Yang tidak kurang penting dari pemasyuran nama YHWH adalah


memahami hukum-hukum, aturan-aturan, ketetapan-ketetapan YHWH.
Yang tidak kurang penting dari pemasyuran nama Yahweh adalah
memahami bagaimana beribadah yang benar kepada-Nya. Dimana kita
dapat memperoleh hal-hal tersebut? Dalam Torah dan dalam sabda-sabda
Yesus Sang Mesias yang terekam dalam Kitab Perjanjian Baru. Kita bukan
hanya mengenal nama-Nya melainkan syariat-syariat YHWH. Dan syariat-
syariat YHWH itu ada dalam Torah. Inilah yang seharusnya kita gali dan
490 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kaji dengan keilmuan yang memadai449. Kecenderungan pertama yaitu


―stagnasi materi‖, dapat saya istilahkan dengan bahasa lain Yahweh only.

Kedua, Meributkan persoalan-persoalan kecil. Saya sangat prihatin


dengan kondisi ini karena tidak mencerminkan sikap-sikap cerdas namun
memperlihatkan ketidakcerdasan menganalisis persoalan dan memutlakan
pandangan-pandangan sempit mereka. Sebagai contoh, masih saja ada
kelompok-kelompok yang meributkan dan saling menuding sesat hanya
berbeda pendapat dalam persoalan pengucapan nama Yahweh, Yahveh,
Yahuweh. Bukan hanya persoalan nama Tuhan melainkan persoalan nama
Mesias antara Yahshua, Yahushua, Yeshua pun tidak kalah sengitnya
menjadi perdebatan yang tidak ada habisnya dibicarakan di lingkup
internal komunitas sejak 1990-an akhir dan yang diwariskan pada
pengikut-pengikut yang baru450. Seharusnya, perbedaan-perbedaan kecil
tersebut tidak perlu dibesar-besarkan dan dihakimi dengan menyesatkan
satu sama lain. Kebenaran itu tunggal namun pemahaman terhadap
kebenaran itu beragam dan sangat tergantung dari sudut pandang,
pengalaman, literatur, perkembangan pengetahuan, dll. Tidak selayaknya
kita menuduh satu sama lain sesat hanya karena perbedaan-perbedaan
pandang yang minor seperti di atas. Sekalipun mungkin ada perbedaan
pendapat yang tidak dapat dipertemukan, bukankah kita dapat saling
menghargai dan memahami satu sama lain?

Ketiga, Penyetanan terhadap apa yang dipercayai keyakinan orang


lain sebagai Tuhan. Argumentasi Allah adalah nama berhala kerap

449
Teguh Hindarto, Halakhah ha Mashiakh – Syariat Al Masih ,
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/halakah-ha-mashiakh-syariat-al-
masih.html
450
Nama Sang Juruslamat,
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/nama-sang-juruslamat.html

Apakah Nama Yahshua Tidak Ada Dalam Kitab Suci?


http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/apakah-nama-yahshua-tidak-ada-
dalam.html
491 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dimunculkan demi membenarkan penggunaan nama YHWH. Dalil yang


dipergunakan biasanya dikutip dari buku Robert Moorey berjudul Islamic
Invasion yang menghubungkan penemuan arkeologis yang menyatakan
Allah adalah dewa bulan. Saya fikir, sumber-sumber literatur yang
menyatakan dan menghubungkan Allah dengan paganisme adalah suatu
kajian akademis terbatas dan jangan menjadi konsumsi publik serta tidak
menjadi dalil utama dalam kaitannya dengan penolakkan terhadap nama
Allah. Bukankah dalil internal dari aspek filologis sudah cukup kuat untuk
membuktikan tidak dipergunakannya nama Allah sebagai terjemahan untuk
kata Ibrani Elohim dan kata Yunani Theos?451

Sikap penyetanan terhadap nama Allah dapat mengganggu


hubungan dengan keyakinan lain yang juga mengagungkan nama tersebut
sebagai kekuatan yang dianggap absolut atas kehidupan manusia alias
Tuhan? Tidak masalah kita menyertakan berbagai referensi yang mengulas
perihal kajian-kajian arkeologis dan akademis terkait dengan nama Allah
namun harus ditempatkan dalam kerangka kajian akademis bukan menjadi
bahan olok-olok dan penghinaan yang akan berkembang menjadi anggapan
penghinaan bagi keyakinan lain. Jika kecenderungan ini tidak dibenahi
maka akan menimbulkan konflik dan tindakan-tindakan kontraproduktif
yang tidak kita inginkan.

Keempat, sikap fundamentalisme dan ekslusifisme. Fundamental


artinya mendasar atau prinsip-prinsip utama. Namun fundamentalisme
adalah sikap yang memutlakan dan memaksakan berbagai hal yang
dianggap mendasar dan prinsip-prinsip utama sehingga mengganggu
kebebasan orang lain yang tidak memiliki prinsip yang sama dengannya.
Bentuk-bentuk fundamentalisme ini dapat kita lihat dalam hal, melarang
beribadah ke suatu gereja yang masih memanggil nama Allah, melarang
orang lain yang belum memiliki pemahaman yang sama dengan kita untuk
tidak mengucapkan atau membaca nama Allah dalam Kitab Suci, menuduh

451
Teguh Hindarto, Meninjau Penggunaan Nama Allah Dalam terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-
dalam.html
492 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

sesat mereka yang masih menggunakan Allah, menuduh sesat mereka yang
berbeda dalam melafalkan nama YHWH, nama Yeshua atau nama
Yahshua, dll.

Kelima, Sikap anti Teologi dan memutlakan keawaman. Masih


kerap saya temui sikap-sikap berburuk sangka terhadap Teologi dan
menganggapnya sebagai musuh yang harus dijauhi karena menghalangi
pengenalan akan Tuhan dengan benar. Naifnya, sikap demikian dibarengi
dengan sikap-sikap yang membanggakan dan memutlakan keawaman yang
identik dengan memutlakan ketidaktahuan. Tidak mengherankan terjadi
klaim-klaim absolut dan saling tuduh sesat atas apa yang tidak dia pahami
dengan komprehensif. Semua dikarenakan karena mereka tidak memiliki
pengetahuan yang memadai namun terlalu mengandalkan pemahaman
yang apa adanya dimiliki. Tidak mengherankan ketika salah satu
intelektual Kristen dari golongan yang mempertahankan nama Allah
kemudian menuduh komunitas pengagung nama YHWH sebagai
―kelompok kurang cerdas‖.

Panggilan Untuk Membarui Diri dan Mengikis Hasrat


Fundamentalisme

Melihat kecenderungan-kecenderungan di atas maka sangat kecil


kemungkinannya kita akan menjadi sebuah gerakan yang membawa
pengaruh positip dalam tubuh Kekristenan di Indonesia. Mungkin saja
terjadi penambahan secara kauntitatif terhadap mereka yang mengenal
nama YHWH. Mungkin saja terjadi ibadah-ibadah euforia di gereja-gereja
yang memanggil nama YHWH. Namun kita harus waspada, karena bisa
saja kita sedang mengembangbiakan sikap-sikap fundamentalis yang
kontraproduktif sehingga akan melahirkan bayi-bayi fundamentalis yang
akan menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan baik di kalangan
Kristen maupun agama lain.

Sudah saatnya berbagai kecenderungan negatif di atas harus


dihentikan. Kita harus memperbarui diri dan memberanikan diri mengikis
hasrat fundamentalisme. Apa yang harus kita lakukan untuk mengikis
sikap-sikap dan kecenderungan negatif tersebut? Pertama, kita harus
493 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

berani membarui diri. Martin Luther, bapak Reformasi Kristen


mengatakan, ―Ekklesia reformata semper reformanda‖ (jemaat/gereja
yang memperbarui adalah jemaat/gereja yang senantiasa diperbarui). Kita
harus berani mengoreksi dan mengevaluasi sikap dan pemahaman serta
pendekatan yang kita lakukan selama ini. Jangan memutlakan diri terhadap
pemahaman dan pendekatan yang selama ini kita pegang. Dibutuhkan
evaluasi dan pembaruan internal. Kedua, mengadakan pusat pendidikan
dan pembelajaran. Pusat pendidikan dan pembelajaran yang saya
maksudkan bukan pusat pendidikan dan pembelajaran untuk mengawetkan
sikap-sikap fundamentalis dan ekstremis melainkan pusat pendidikan dan
pembelajaran yang mengkaji kebenaran nama YHWH dari sudut pandang
teologi dan sejarah. Bukan hanya itu saja melainkan menghubungkan
penggunaan nama YHWH dengan doktrin-doktrin Kristen lainnya dan
tidak hanya berdiri sendiri sebagaimana sikap Yahweh only yang sudah
saya sitir sebelumnya.

Bukan Sekedar Nama Yahweh melainkan Hukum dan Ketetapan


serta Perintah-Nya

Sebagaimana saya telah jelaskan di atas, bahwa kita harus beranjak


atau bergerak dari pemahaman yang stagnant dan statis yang hanya
berputar-putar disekitar nama Yahweh, kontroversi nama Yahshua dan
Yeshua dan beranjak pada pemahaman yang semakin mendalam.

Suatu ketika saya di telepon oleh salah seorang teman yang tinggal
di luar negeri. Dia mengatakan bahwa dia meminta maaf karena telah
memaksakan pandangan-pandangan pada saya selama ini. Lalu dia
meminta apa yang dapat dia perbuat untuk saya. Saya hanya menjawab
singkat: ―Jangan lagi mempersoalkan penyebutan Yahshua dan Yeshua dan
jangan pula memaksakan mereka yang memanggil nama Mesias dengan
Yeshua, untuk menyebut dengan Yahshua sebagaimana Anda
menyebutnya. Daripada kita mempeributkan nama Sang Mesias lebih baik
kita mengkaji dan meneliti sabda-sabda dan perintah-perintah Mesias‖.

Sekalipun saya menggunakan nama Mesias dengan Yahshua,


namun saya menegur teman saya tersebut agar menghentikan sikap-sikap
494 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

fundamentalis dan meributkan hal-hal kecil di atas. Seharusnya sikap


cerdas dan arif serta dewasa dapat pula ditunjukkan bagi komunitas yang
memanggil nama Mesias dengan Yeshua. Dan jangan sebaliknya
melakukan kecaman dan tuduhan sesat terhadap mereka yang
menggunakan nama Yahshua bagi Sang Mesias.

Dengan menuliskan kajian kritis dan reflektif di atas, saya tidak


bermaksud mengatakan bahwa saya adalah orang yang paling proporsional
dan arif bijaksana. Tidak sama sekali. Saya adalah bagian dari visi besar
ini. Saya adalah benih rohani yang dilahirkan dari kegerakan yang
memperjuangkan dan memperkenalkan nama YHWH sebagai Tuhan yang
benar, Bapa dari Yesus Sang Mesias Juruslamat kita.

Saya menuliskan hal-hal di atas karena saya belajar dari kesalahan


yang saya buat. Saya selalu mengevaluasi dan membarui diri dan tidak
pernah memutlakan pemahaman serta pendekatan yang selama ini saya
telah kerjakan bertahun-tahun. Selalu ada evaluasi dan modifikasi. Dan
saya membagikan perspektif saya ini untuk mengingatkan siapapun bahwa
kita sebenarnya adalah hamba dari YHWH Tuhan Alam Semesta yang
telah menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya yang menjadi manusia
yaitu Yesus Sang Mesias (Yahshua/Yeshua ha Mashiakh).

Pejuang dan Pemikir yang berdiri diantara Gereja Ortodox dan


Messianic Judaism

Judul di atas menjadi motto saya hari-hari ini yang saya


publikasikan dalam blog yang merupakan wahana untuk menuangkan
gagasan intelektual dan proses berpikir yang menimbulkan pencerahan
bagi orang lain. Apa arti pernyataan di atas? Pejuang. Artinya saya adalah
seorang yang melakukan perjuangan. Apa yang diperjuangkan? Sebuah
kerinduan dan doa bahwa di negeri Indonesia ini, Kekristenan di negeri ini
kembali kepada akar semitik yudaiknya dan mengenal Yahweh sebagai
Tuhan Pencipta dan mengenal Yesus Sang Mesias (Yahshua/Yeshua ha
Mashiakh). Bukan hanya berhenti sampai di situ. Saya merindukan bahwa
Kekristenan di Indonesia memulihkan kewibawaan Mesias dengan
mengikuti syariat-syariat Mesias dalam hal ibadah harian (Tefilah), ibadah
495 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pekanan (Sabat), ibadah bulanan (Rosh Kodesh), ibadah tahunan


(Moedim). Saya merindukan dan memimpikan setiap keluarga Kristen
yang saleh dan beribadah dengan sujud sembahyang tiga kali sehari seperti
nabi-nabi dan rasul Mesias terdahulu telah melakukannya. Saya
merindukan dan memimpikan orang-orang Kristen di Indonesia
memulihkan kesucian mereka dalam berpakaian yang pantas saat
beribadah di rumah Tuhan yaitu dengan menggunakan kerudung. Saya
memimpikan dan merindukan umat Kristen yang menjauhkan dari hewan-
hewan yang tidak diperkenankan untuk dimakan sebagaimana
diperintahkan oleh Tuhan YHWH dalam Torah-Nya. Dan masih ada
sederetan mimpi dan kerinduan yang tidak akan tertampung dalam tulisan
kecil ini. Pemikir. Artinya, saya adalah seorang yang melakukan proses
kerja intelektual dan penafsiran teologi atas semua yang saya perjuangkan
dan yang saya tuliskan dalam artikel, buku maupun blog dll. Perjuangan
saya lahir dari sebuah pemikiran dan pemikiran saya diaktualisasikan
dalam sebuah perjuangan. Keduanya satu kesatuan yang menghasilkan
dinamika.

Gereja Ortodox. Gereja Ortodox adalah gereja yang dapat


ditelusuri keberadaannya sejak zaman paska para rasul dimana dalam
gereja ini masih dipelihara sejumlah tradisi yang diwariskan dari para
rasul. Masih dapat ditemukan sejumlah aspek budaya semitik yudaik yang
tetap terpelihara dalam gereja ini sekalipun ada pula aspek-aspek keimanan
yang lepas dari akar semitik yudaiknya. Di Indonesia kita mengenal
eksistensi Gereja Ortodox sekitar tahun 1990-an akhir. Dan sekarang
komunitas Gereja Ortodox semakin melebarkan saya di negeri ini.
Messianic Judaism. Orang-orang dari latar belakang Yahudi dan
Yudaisme yang menerima Yesus dan menyebutnya dengan
Yeshua/Yahshua sebagai Mesias Ibrani. Mereka tetap mempertahankan
tradisi dan budaya serta ekspresi Yahudi dalam penghayatannya akan iman
mereka terhadap Mesias. Dan mereka tidak mau menyebut diri mereka
dengan Kristen. Berdiri diantara. Mengapa saya menggunakan kalimat
ini? Ya, saya bukan seorang penganut Gereja Ortodox dan bukan pula
seorang penganut Messianic Judaism. Saya adalah seorang Kristen yang
adalah pejuang dan pemikir yang mengadaptasi seluruh pengajaran dan
gagasan besar yang terkandung dalam kedua entitas tersebut yang meliputi,
496 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

keilahian Yesus, kedudukan Torah, ibadah harian, pelantunan ayat-ayat


Kitab Suci, kesalehan dalam berpakaian, aturan perihal makanan dll.

Saya biasanya menamakan posisi teologis ini dengan sebutan


Kristen Semitik atau Kristen Rekonstruksionis atau Judeo Christian atau
Mazhab Yudeo Kristen. Istilah-istilah tersebut hanya hendak menamai
karakteristik dan corak berpikir serta pola ibadah Kekristenan yang saya
pahami sekarang ini.

Yahweh Tuhanku, Yahshua Mesias dan Jurslamatku, Torah dan


Sabda Mesias adalah pedoman hidupku

Pernyataan di atas dapat mempertegas posisi teologis saya.


Kepercayaan kepada YHWH sebagai Tuhan Israel dan Tuhan Pencipta
Langit Bumi serta Bapa Surgawi bukanlah sebuah keyakinan yang berdiri
sendiri. Keyakinan kepada Yahweh bersandingan dengan kepercayaan
kepada Yesus (Yahshua/Yeshua) sebagai Mesias dan Juruslamat yaitu
Sang Firman yang menjadi manusia. Dan akhirnya pengejawantahan sikap
percaya dan keyakinan saya haruslah bersumber dari Torah dan sabda-
sabda Yesus Sang Mesias. Inilah yang saya namakan Syariat al
Masih atau Halakah ha Mashiakh. Dan syariat al Masih mengatur perihal
akidah dan ibadah serta ahlak seorang pengikut Mesias.

Penutup

Demikianlah pokok-pokok pikiran dan refleksi yang telah saya


sampaikan. Kiranya tulisan ini memberikan dorongan pada kita sekalian
untuk senantiasan membarui diri dan mengikis habis sikap-sikap
fundamentalis dan berjuang dengan kuasa Roh Kudus agar nama Yahweh
diserukan di dalam bibir orang Kristen di Indonesia dan mereka mengenal-
Nya secara pribadi serta melaksanakan hukum dan perintah serta
ketetapan-Nya. Baruk ha Shem Ekhad, Amen we Amen.
497 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLVII

MAZHAB JUDEOCHRISTIANITY SEBAGAI SOLUSI


MENJAWAB TANTANGAN KEBANGKITAN ISLAM
DI EROPA DAN AMERIKA

Kebangkitan Islam di Eropa dan Amerika: Fakta Atau Fiksi?

MEMRI (Middle East Media Research Institute) telah merilis


sebuah transkrip kutipan dari khotbah televisi yang diberikan oleh ulama
Mesir Salem Abu Al-Futuh. Ditayangkan pada pada tanggal 18 Agustus di
saluran TV Al-Nas, Futuh memiliki prediksi percaya diri bahwa Islam
akan mengambil alih seluruh Barat, secara khusus mulai dengan Italia dan
berakhir dengan Amerika Utara dan Selatan.

Transkrip pembicaraan Salem Abu Al-Futuh ini: ―Negara Islam


akan kembali - meskipun saat ini kami sedang mengalami krisis dan
meskipun adanya arogansi Barat. Barat pasti akan dihancurkan. Sama
seperti Allah menghancurkan Kekaisaran Bizantium dan Persia, ia akan
menghancurkan Barat di tangan kaum muslimin. Ini adalah janji tegas.
Negara-negara ini akan masuk Islam. Islam akan mencapai negara-
negara ini.... Mari kita periksa rangkaian ilahi: Pertama, Khilafah akan
kembali. Kemudian, umat Islam akan hidup sejahtera yang luar biasa.
Perekonomian umat Islam akan menjadi yang terkuat dari semua. Anda
mungkin berpikir bahwa aku tidak baik hari ini jika saya mengatakan hal-
hal seperti itu. Demi Allah, tidak ada yang salah dengan saya. Saya
mengucapkan kata-kata kebenaran.... Penaklukan besar akan terjadi.
Kami akan menaklukkan Italia ... Demi Allah, kami akan menaklukkan
Italia. Demi Allah, kami akan menaklukkan Italia dan pindah ke [ujung]
dari Eropa. Islam akan memasuki seluruh wilayah itu. Bahkan Amerika,
Anda bertanya? Ya, bahkan Amerika. Utara atau Amerika Selatan? Baik
Amerika Utara dan Selatan. Kami akan memasukkan semua negara-
negara ini, dan orang di sana akan bergabung dengan Islam berbondong-
498 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

bondong‖452. Demikian kutipan pernyataan dan klaim seorang ulama Islam


dari Mesir yang memperlihatkan keyakinannya bahwa Islam akan
menaklukan Eropa dan Amerika. Pernyataan tersebut dibuat pada tahun
2010.

Memisahkan Fakta dan Fiksi

Apakah pernyataan di atas hanya sebuah impian dan harapan belaka


akan kejayaan Kekalifahan Islam yang pernah berjaya pada Abad VIII-
XVIII? Hasil berbagai survey memperlihatkan adanya peningkatan
aktifitas dakwah dan penerimaan Islam baik di Eropa dan Amerika.

Menurut statistik dari PBB, Islam kini menjadi agama terbesar


kedua dunia setelah Kristen. Statistik PBB menyatakan bahwa
pertumbuhan rata-rata tahunan Islam sekitar 6,40% dibandingkan dengan
1,46% selama periode waktu yang sama bagi kekristenan. Juga menurut
statistik ini, satu dari lima orang di planet ini adalah Muslim (karena
kelahiran atau referensi geografis).

Statistik lain dari U.N sbb: Islam di Amerika Utara sejak tahun
1989 meningkat 25%, Islam di Afrika sejak tahun 1989 meningkat 2,15%,
Islam di Asia sejak tahun 1989 meningkat 12,57%, Islam di Eropa sejak
1989 meningkat 142.35%, Islam di Amerika Latin sejak 1989 menurun -
4,73%, Islam di Australia dan Oceania / Pasifik sejak 1989 meningkat
257,01%453.

Di Skotlandia dilaporkan setelah 70 tahun komunitas Islam berada


di sana (kebanyakan orang Pakistan dan campuran pengungsi dari
Afghanistan, Sudan, Somalia, Iraq) dan sudah meledak menjadi 33.000
populasi Muslim. Saat ini terhitung ada 14 mesjid berdiri di Glasgow.
452
Egyptian TV: 'Islam Will Conquer Italy and the Entire West
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/139495#.UMC49sjTRYw
453
Growth of Islam and World Religions
http://www.30-days.net/muslims/statistics/islam-growth/
499 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Banyak gereja yang kosong dan dibeli oleh Muslim dan dialihfungsikan
menjadi mesjid, seperti Masjid Blackhall dulunya adalah United Free
Church of Scotland. Demikian pula dengan mesjid al Furqan dahulunya
merupakan bangunan sebuah gereja454

Tidak kurang menariknya membaca pernyataan berikut, ―Sebuah


studi segera diterbitkan mengenai kehidupan Islam di Jerman menegaskan
kesan yang disampaikan dokter dari Universitas Cologne tsb (maksudnya
seorang dokter bernama Kai Luhr yang berpindah Islam dan berganti
nama menjadi Kai Ali Rashid). Studi ini menyoroti fenomena yang
mungkin tampak mengejutkan mengingat citra Islam di Jerman, di mana
agama Islam sering dikaitkan dengan terorisme, kawin paksa, dan
pembunuhan demi kehormatan. Di Jerman, sekitar 4.000 orang masuk
Islam antara Juli 2004 dan Juni 2005. Penelitian, yang didanai oleh
Kementerian Dalam Negeri dan dilaksanakan oleh lembaga Soest-Muslim
yang berbasis Arsip Islam Jerman, mengungkapkan bahwa jumlah mualaf
meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya‖455

Bagaimana dengan Rusia? Rusia memiliki penduduk Muslim


terbesar dalam jumlah absolut di seluruh Eropa. Jumlah Muslim di Rusia
diproyeksikan meningkat dari sekitar 16,4 juta pada tahun 2010 menjadi
sekitar 18,6 juta pada tahun 2030. Pangsa Muslim penduduk negara itu
diperkirakan akan meningkat dari 11,7% pada tahun 2010 menjadi 14,4%
pada tahun 2030.

Tingkat pertumbuhan penduduk Muslim di Federasi Rusia


diproyeksikan menjadi 0,6% per tahun selama dua dekade berikutnya.

454
Empty Church, Full Mosque
http://www.thenational.ae/news/world/europe/empty-churches-full-mosques
455
Lutz Ackermann, Muslim Converts in Germany: Angst-Ridden Germans Look
for Answers -- And Find Them in the Koran
http://www.spiegel.de/international/spiegel/muslim-converts-in-germany-angst-
ridden-germans-look-for-answers-and-find-them-in-the-koran-a-460364.html
500 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sebaliknya, non-penduduk Muslim Rusia diperkirakan menyusut dengan


rata-rata 0,6% per tahun selama periode 20-tahun yang sama

Beberapa faktor berkontribusi terhadap proyeksi pertumbuhan


populasi Muslim Rusia. Misalnya, perempuan Muslim umumnya memiliki
lebih banyak anak dibandingkan perempuan lain di Rusia (yang
diperkirakan 2,3 anak per wanita, dibandingkan dengan rata-rata nasional
kurang dari 1,5 anak per wanita). Kesuburan Muslim lebih tinggi secara
langsung berkaitan dengan fakta bahwa perempuan Muslim menikah
dalam jumlah yang lebih besar dan perceraian lebih jarang terjadi daripada
wanita lainnya di Rusia. Ini berarti mereka menghabiskan waktu yang lebih
lama dari kehidupan mereka di mana kemampuan melahirkan lebih
mungkin terjadi. Dan meskipun tingkat aborsi di Rusia masih termasuk
yang tertinggi di dunia, penelitian menunjukkan bahwa wanita muslim
melakukan aborsi lebih sedikit dibandingkan rata-rata perempuan lain di
Rusia.

Alasan lain populasi Muslim di Rusia diperkirakan akan meningkat


adalah bahwa hampir setengah dari umat Islam di negara itu berusia di
bawah 30, menurut sebuah analisis data dari sensus Rusia pada tahun 2002.
Sebagai perbandingan, sekitar 40% dari etnis Rusia berada dalam
kelompok usia ini. Hampir seperempat orang Muslim Rusia (22,8%)
berusia di bawah 15, dibandingkan dengan sekitar satu dalam enam dari
etnis Rusia (15,9%)456.

Runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya penindasan atas semua


agama menyebabkan kebangkitan Islam dalam 14 tahun terakhir. Islam
secara resmi diakui sebagai salah satu dari empat agama utama di Rusia,
bersama dengan Kristen Ortodoks, Buddha dan Yahudi. Rusia telah
memutuskan untuk bergabung dengan Organisasi Negara-negara Islam457.
456
Expected Growth of Russia‘s Muslim Population
http://www.pewforum.org/future-of-the-global-muslim-population-russia.aspx
457
Growth of Islam in Russia Brings Soviet Response
http://www.nytimes.com/2005/11/22/international/europe/22russia.html?pagewan
ted=all&_r=0
501 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Bagaimana dengan Amerika? Dalam sebuah pemberitaan


dilaporkan, Islam adalah salah satu yang paling cepat berkembang agama
di Amerika Serikat, dan pada tahun 2010 itu diharapkan dapat menjadi
agama terbesar kedua yang dipraktekkan di negara tersebut setelah Kristen,
Departemen Negara Internasional telah memberikan informasi mengenai
program tersebut. Jumlah masjid di AS ada 140. "Perkembangan
komunitas Muslim-Amerika di Amerika Serikat menunjukkan salah satu
dari nilai-nilai inti Masyarakat Amerika - kebebasan individu untuk
beribadah menurut yang mereka pilih‖ katanya. "Kebebasan beragama
dilindungi oleh hukum AS dan diabadikan dalam Bill of Rights, "katanya
menambahkan "pluralisme agama telah menjadi bagian dari mosaik hidup
Amerika dari awal berdirinya 458.

Sekarang ada sebanyak 7 juta Muslim di Amerika Serikat -


setengah dari mereka kelahiran Amerika. Dalam beberapa tahun terakhir,
Amerika Afrika, Eropa, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Amerika
keturunan India telah meninggalkan jalan spiritual orang tua mereka untuk
mengikuti Islam, sebuah agama yang mencakup lebih dari 1 miliar orang
percaya dari hampir setiap negara459.

Bagaimana pula dengan perkembangan Islam di Inggris? Islam


akan menjadi agama yang paling banyak dipraktekkan di Inggris pada
tahun 2020, menurut editor majalah Inggris dan Muslim Sarah Joseph. Dia
mengatakan pengunjung masjid diharapkan melampaui pengunjung di
gereja selama 16 tahun ke depan. Perkiraan menunjukkan bahwa
dimanapun antara 10.000 dan 50.000 orang per tahun masuk Islam di
Inggris, yang saat ini menjadi rumah bagi sekitar 1,8 juta Muslim. "Kami
adalah kepercayaan terbesar kedua di Inggris dan akan menjadi

458
Islam to Become 2nd Largest Faith Practised in US
http://www.islamawareness.net/Fastest/timesofindia1.html
459
Stephen Magagnini, A Matter of Faith: Islam is Fastest-Growing Religion in
U.S.
http://www.islamawareness.net/Fastest/sacbeelocal01_20010701.html
502 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kepercayaan terbesar yang dipraktekkan di Inggris pada tahun 2020 jika


Anda menggunakan pengunjung gereja dan masjid sebagai ukuran,"
katanya kepada GDN. Mrs Joseph adalah editor majalah Inggris bernama
Emel, yang diluncurkan pada bulan September dan secara khusus
menargetkan para pembaca Muslim. Publikasi berbahasa Inggris
digambarkan sebagai majalah gaya hidup, yang berfokus pada semua aspek
kehidupan Muslim460.

Namun fakta-fakta dan data di atas tidak membuat semua orang


Kristen menganggap itu sebagai laporan ilmiah dan faktual. Brother
Andrew menampik fakta tersebut dan mengatakan, ―Agama Islam
memiliki sejarah panjang pembuatan mitos. Klaim mereka adalah agama
yang paling cepat berkembang di dunia adalah mitos murni. Kami telah
mengumpulkan statistik terbaru dari dua volume besar karya David A.
Barrett, dalam World Christian Encyclopedia edisi 2001. Dalam kasus ini
Anda belum mendengar tentang hasil riset ini, dan itu adalah sebuah
standar dunia untuk statistik agama‖461

Tabel 1-1 menunjukkan pendataan baru berdasarkan statistik untuk


membuktikan berbagai klaim mengenai kebangkitan Islam sebagai agama
yang tercepat dalam perkembangannya ternyata tidak terbukti. Angka
perpindahan dari Islam ke Kristen menempati urutan tertinggi yaitu
2,501,396 dibandingkan dari Kristen ke Islam yaitu 865,558462

460
Islam Will be Dominant UK Religion
http://www.ummah.com/forum/showthread.php?33006-Islam-will-be-dominant-
UK-religion
461
Islam is Not the Fastest Growing Religion in the World.
http://www.bible.ca/islam/islam-myths-fastest-growing.htm
462
Ibid.,
503 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jumlah pengikut
Jumlah Berpindah
untuk membuat
Pengikut Agama
satu petobat baru:

Islam 1,188,242,789 865,558 1,372

Kristen 1,999,563,838 2,501,396 799

Selengkapnya kita dapat melihat tabel berikut ini: Global statistics


for all religions: 2001 AD463. Beberapa laporan secara acak mendukung
statistik di atas. Salem Voice melaporkan pada tahun 2007 bahwa ada
10.000 konversi Muslim ke dalam agama Kristen di India dan 5000
konversi di Irak dengan didirikannya 14 gereja baru464. Demikian pula
laporan mengenai ribuan Muslim melakukan konversi di Prancis 465 serta
hal yang sama terjadi di Afrika466

Dari berbagai analisis data di atas baik yang memperlihatkan tanda-


tanda perkembangan dankebangkitan Islam maupun yang berusaha
menyanggahnya, apa yang dapat kita simpulkan? Data-data yang dikutip
dari David A. Barrett dalam World Christian Encyclopedia telah
membuktikan bahwa klaim bahwa Islam adalah agama yang
perkembangannya tercepat di dunia tidak terbukti. Namun demikian
463
Global Statistics for All Religions: 2001 AD
http://www.bible.ca/global-religion-statistics-world-christian-encyclopedia.htm
464
Salem Voice, Millions of Muslims Converting to Christianity
http://www.islam-watch.com/leavingIslam/muslims2Christianity.htm
465
Muslims Converting to Christianity by Thousands in France
http://www.iris.org.il/blog/archives/2230-Muslims-Converting-to-Christianity-by-
the-Thousands-in-France.html
466
Six Million African Muslims Convert to Christianity Each Year
http://www.orthodoxytoday.org/articles6/AlJazeerahAfrica.php
504 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengabaikan fakta-fakta bahwa Islam mengalami perkembangan dan


kebangkitan di Eropa dan Amerika adalah bentuk ketidak jujuran dan
kecerobohan yang akan merugikan Kekristenan dalam mengantisipasi
kepesatan perkembangan Islam di Eropa dan Amerika. Bahkan laporan
statistik oleh Pew Research Center‘s Forum on Religion and Public Life
terhadap Kekristenan Evanggelikal (Injili) memperlihatkan data bahwa
pengaruh Islam dianggap sebagai sebuah ancaman sebanyak 47% setelah
Sekularisme (71%), Konsumerisme (67%), Sex dan kekerasan dalam pop
culture (59%)467

467
Global Survey of Evangelical Protestant Leaders
http://www.pewforum.org/christian/evangelical-protestant-churches/global-
survey-of-evangelical-protestant-leaders.aspx
505 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Islam bukan hanya memiliki pengaruh secara alamiah di Amerika


dan Eropa namun memang fenomena itu menjadi sebuah agenda yang
diupayakan terjadi secara masif terjadi di sana. Beberapa kelompok Islam
menginginkan Islam menguasai Amerika dan Eropa. Menurut laporan
Soeren Kern, ―Sebuah kelompok fundamentalis Muslim mengorganisir
sebuah konferensi yang memfokuskan mengubah Austria dan negara-
negara Eropa lainnya ke negara-negara Islam. Konferensi Khalifah 2012
akan diselenggarakan pada 10 Maret di kota Austria Vösendorf, terletak di
selatan Wina. Tema utama dari acara tersebut ―Khalifah: Model Negara
Masa Depan". Konferensi ini diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir (Partai
506 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pembebasan), kelompok pan-Islam ekstrimis yang berusaha untuk


mendirikan negara Islam global, atau khilafah, diperintah oleh hukum
Syariah Islam. Hizbut Tahrir - yang dilarang di banyak negara, termasuk
Jerman, tetapi bebas untuk beroperasi di Austria - yang menentang keras
kapitalisme Barat dan demokrasi serta berusaha untuk memperluas masa
depan khalifah ke Eropa dan Amerika Serikat. Menurut video promosi
(dalam bahasa Jerman) untuk konferensi, " Kekhalifahan Islam adalah
satu-satunya sistem sosial dan politik yang memiliki solusi yang tepat
untuk masalah-masalah politik, sosial dan ekonomi umat manusia‖468

Paradox Kebangkitan Islam

Apakah perkembangan Islam yang mencapai Eropa dan Amerika


berbanding lurus dengan yang terjadi di Indonesia? Yang terjadi di
Indonesia adalah sebuah kesadaran identitas keislaman bukan kebangkitan
Islam karena Indonesia sudah merupakan negara Islam terbesar di dunia.
Kesadaran keislaman ini ditandai dengan maraknya berbagai pengkajian
keislaman di televisi, gairah penerbitan buku-buku keislaman dari luar
Indonesia, uniformitas penggunaan kerudung, penerapan beberapa perda
berbau syariat Islam. Fenomena tersebut terepresi semasa pemerintahan
Orde Baru.

Namun apakah kesadaran keislaman membuktikan sebuah


kebangkitan Islam di Indonesia? Jika alat ukurnya minat masyarakat
Indonesia terhadap partai-partai Islam, maka tidak ada kebangkitan Islam
secara signifikan di Indonesia. Sebaliknya, data-data survey membuktikan
bahwa minat dan animo masyarakat Indonesia terhadap partai-partai Islam
menurun signifikan.

Pada Oktober 2007 lalu, Lembaga Survei Indonesia (LSI)


mempublikasikan hasil survei terbaru mengenai ―Trend Orientasi Nilai-
Nilai Politik Islamis vs Nilai-Nilai Politik sekuler dan Kekuatan Islam

468
Soeren Kern ,Caliphate Conference" Seeks to Islamize Europe, U.S.
http://www.gatestoneinstitute.org/2866/caliphate-conference
507 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Politik.‖ Dalam survei itu terungkap bahwa 57% umat Islam Indonesia
lebih berorientasi pada nilai-nilai politik sekuler. Sedangkan yang
berorientasi pada nilai-nilai politik Islamis jauh lebih sedikit, yakni hanya
sekitar 33%. Survei LSI juga menghasilkan temuan bahwa mayoritas
masyarakat Indonesia lebih cenderung memilih partai nasionalis-sekuler
ketimbang partai Islam jika sekiranya pemilu diadakan pada saat ini.
Sebanyak 52% cenderung memilih partai-partai nasionalis-sekuler, seperti
PDI-P, Golkar, dan Partai Demokrat. Sebanyak 8% memilih partai-partai
Islamis, seperti PKS dan PPP serta 7% memilih partai-partai yang berbasis
pada organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, seperti PAN dan PKB. 469

Riset Lembaga Survei Nasional (LSN) memperlihatkan partai-


partai Islam atau partai berbasis massa Islam sudah tidak eksis dalam dunia
percaturan politik Indonesia. Partai tersebut antara lain Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). "Dari hasil
survei, jika pemilihan umum dilaksanakan hari ini, jawabannya untuk
partai Islam, elektabilitasnya rata-rata di bawah 5 persen," kata Direktur
Eksekutif LSN Umar S Bakry dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century
Park Jakarta, Selasa (26/6/2012). Dalam survei LSN, partai-partai Islam
semakin ditinggalkan konstituennya. Awal Pemilu 1999, konstituen partai-
partai Islam sebanyak 36,52 persen. Tahun 2004 meningkat 38,39 persen.
Namun, pada Pemilu 2009 menjadi 29,14 persen, hingga survei Juni 2012
menurun menjadi 15,7 persen470.

Hasil Survey Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut,


elektabilitas calon presiden dan partai Islam terus menurun. Turunnya
elektabilitas capres ini karena tokoh-tokoh populer partai Islam kalah

469
Menakar Prospek Partai Islam
http://ppim.or.id/id/menu/kolom/detail.php?r=20121003000063/Menakar%20Pros
pek%20Partai%20Islam
470
Keterpilihan Rata-rata Partai Islam di Bawah 5 Persen
http://nasional.kompas.com/read/2012/06/26/1359128/Keterpilihan.Rata-
rata.Partai.Islam.di.Bawah.5.Persen
508 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

pamor dari tokoh-tokoh dari partai nasionalis. "Tokoh-tokoh partai Islam


seperti Hatta Rajasa, Suryadharma Ali, Muhaimin Iskandar dan Lutfi
Hasan memiliki tingkat pengenalan rendah, rata-rata masih di bawah 60
persen," ujar peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Al Alfarabi,
saat menyampaikan hasil survei di kantornya, Jakarta Timur, Minggu
(14/10). Sementara, tokoh-tokoh partai nasionalis seperti Megawati
Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto tingkat
popularitasnya di atas 60 persen. Rendahnya popularitas tokoh partai Islam
berpengaruh terhadap dukungan publik pada mereka. "Hatta Rajasa 3,2
persen, Muhaimin Iskandar 0,3 persen, Suryadharma Ali 2,1 persen dan
Lutfi Hasan Ishaaq 0,8 persen," tandasnya‖471.

Mengapa partai-partai Islam semakin ditinggalkan kontituennya?


"Dari hasil indepth interview, LSI menemukan empat faktor penyebab,"
ungkap Peneniliti LSI, Ajie Alfaraby, saat merilis hasi survei terbarunya,
bertajuk "Makin Suramnya Partai dan Capres Islam di Pemilu 2014", di
Jakarta, Minggu (14/10). Pertama, semakin kentalnya fenomena "Islam
Yes partai Islam No". Keislaman di Indonesia hanya bersifat kultural atau
keshalehan individu, namun tidak terwujud dalam aspirasi politiknya.
Mayoritas umat Islam di Indonesia tidak ingin partai dengan aroma Islam
menjadi mayoritas. "Sebesar 67,8 persen orang Islam pilih partai
nasionalis. Keislaman hanya apsek-aspek kultural dan pribadi, namun
tidak ke politik," ujarnya. Kedua, pendanaan parpol nasionalis lebih kuat
dibanding pendanaan parpol Islam. Menurutnya, pendanaan partai Golkar,
PDIP, Demokrat, Gerindra, dan NasDem lebih siap dibanding parpol
Islam, seperti PKS, PPP, PAN, dan PKB. "Pendanaan yang lebih siap ini,
memungkinkan partai nasionalis lebih siap dalam mendanai aktivitas dan
'image bulding' partai. Sebesar 85,2 persen partai Islam tidak punya dana
seperti partai nasionalis," bebernya. Ketiga, berbagai aksi kekerasan yang
dilakukan sejumlah kelompok yang mengatasnamakan Islam menimbulkan

471
Survei LSI: Partai dan Capres Islam Semakin Tak Diminati
http://www.merdeka.com/politik/survei-lsi-partai-dan-capres-islam-semakin-tak-
diminati.html
509 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kecemasan kolektif masyarakat Indonesia. "Kekerasan atas nama Islam,


misalnya terhadap Ahmadiyah, Syiah, dan pelarangan pendirian rumah
ibadah atau gereja memunculkan kekhawatiran formalistik Islam. "Selain
itu, gejala tuntutan dan pemberlakuan syariat Islam di beberapa daerah
menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia, bahwa ada agenda
penerapan syariat Islam jika yang berkuasa adalah parpol Islam," urainya.
Keempat, berpindahnya suara simpatisan parpol dan tokoh Islam kepada
tokoh dan partai nasionalis karen parpol ini semakin mengakomodir
kepentingan dan agenda kelompok umat Islam, terlepas motifnya yang
bersifat subtantif ataupun simbolik. "Bentuk akomodirnya, seperti
pembentukan organisasi undebouw partai untuk merangkul kelompok umat
Islam, seperti Baitul Muslimin di PDIP, Majelis Dzikir SBY (Demokrat),"
ungkapnya472.

Mengapa terjadi sebuah paradox dan kesenjangan kebangkitan


Islam di Eropa dan Amerika dibandingkan di Indonesia? Nampaknya minat
kaum Muslim baik di Eropa dan Amerika lebih menghendaki penerapan
Islam sebagai gaya hidup sehari-hari dan bukan merupakan sebuah wujud
institusi politik. Sementara beberapa kelompok masyarakat Islam di
Indonesia berupaya untuk menghadirkan Islam lebih luas dari sekedar
pandangan dan gaya hidup melainkan sebuah institusi politik berbentuk
partai untuk membuat pengaruh dan perubahan terhadap negara. Namun
dalam perjalanannya, Islam secara politis di Indonesia mengalami sejumlah
kegagalan dikarenakan berbagai faktor-faktor yang telah diulas di atas
sehingga menyebabkan masyarakat Islam Indonesia lebih menghendaki
Islam sebagai sebuah pandangan hidup yang mempengaruhi seluruh sikap
dan perilaku mereka dalam keseharian.

Kebangkitan Islam di Eropa dan Amerika: Analisis Faktor-Faktor


Pendorong

472
Inilah Empat Faktor Parpol Islam Ditinggalkan Simpatisan
http://www.gatra.com/politik/19255-inilah-empat-faktor-parpol-islam-
ditinggalkan-simpatisan.html
510 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pada bagian berikut saya hendak mengulas dan memfokuskan


faktor-faktor pendorong terjadinya kebangkitan Islam di Eropa dan
Amerika. Analisis ini diperlukan untuk memberikan pemahaman yang utuh
dan menyeluruh bahwa ada berbagai faktor pendorong baik secara
langsung dan tidak langsung yang menyebabkan Islam dapat menjangkau
Eropa dan Amerika dan tumbuh subur menjamur di sana.

Kekosongan Rohani dan Disorientasi Ketuhanan Sebagai Dampak


Filsafat dan Teologi Kontemporer al., Liberalisme dan Modernisme

Setelah Renaissance (Abad XV-XVII Ms) atau Kebangkitan


Kebudayaan yang melanda Eropa dimana manusia menjadi sumber dan
tolok ukur nilai serta norma dan Aufklarung atau Enlightement (Abad
XVII-XVIII) dimana rasio manusia menjadi norma penguji segala sesuatu
yang bersifat empiris, maka kemanusiaan dan keberagamaan manusia
mengalami sebuah periode baru yaitu melepaskan dirinya dari
ketergantungan kepada hal-hal yang berbau mitologis termasuk kepada
hal-hal yang berbau agama, sekalipun Renaissance dan Aufklarung bukan
sebuah bentuk perlawanan terhadap agama.

Ibarat sebuah episentrum gempa di kedalaman laut, maka


Renaissance dan Aufklarung akan menimbulkan dentuman yang
mengakibatkan gelombang Tsunami yang bergulung hingga menghantam
ke bibir pantai dan lingkungan terdekat pantai serta memporak porandakan
yang ada di hadapannya. Ibarat kartu domino yang menimbulkan efek
domino berkelanjutan hingga merobohkan kartu terakhir, demikianlah
dampak Renaissance dan Aufklarung. Kelak, Renaissance dan Aufklarung
akan melahirkan sebuah pemikiran teologi dan filsafat yang kelak akan
memporakporandakan akidah dan ibadah serta akhlaq Kekristenan Eropa
dan Amerika Abad XX. Paulus Daun mendeskripsikan, ―Sekitar Abad XX
adalah abad yang penuh dengan gejolak, khususnya di bidang keagamaan.
Di dalam sejarah pemikiran teologia Kristen, masa ini disebut sebagai
‗Masa Kegelisahan Teologi‘ (Period of Theological Unrest)‖473.

473
Pdt. Paulus D.H. Daun, STh., M.Div., Apakah Liberalisme dan Modernisme
itu? Yogyakarta: Ando Offset 1987, hal 1
511 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Pemikiran teologi dan filsafat itu bernama Liberalisme dan Modernisme.


Apakah yang dimaksudkan dengan Liberalisme dan Modernisme? Apakah
dampak Liberalisme dan Modernisme bagi Kekristenan?

Liberalisme dan Modernisme sebenarnya sebuah pemikiran yang


berkembang dalam teologi dan filsafat Kristen sebagai respon terhadap
Humanisme Renaissance dan Rasionalisme Aufklarung serta berbagai
perkembangan di bidang Sains. Mereka ingin menyesuaikan pemikiran
Kristen dengan pemikiran zamannya namun dengan melucuti aspek-aspek
doktrinal yang selama ini dipercaya Kekristenan pada umumnya yaitu
keilahian Yesus sebagai perwujudan Sang Firman yang menjadi manusia,
eksistensi dosa, otoritas Kitab Suci dll. Sekalipun mereka menyebut diri
sebagai teolog dan filsuf Kristen dan masih menggunakan Kitab Suci
Kristen namun sudut pandang dan keyakinan mereka telah memberikan
pemaknaan baru terhadap pribadi Yesus, otoritas Kitab Suci, konsep
keselamatan.

M. James Sawyer, Ph.D. seorang Profesor Teologi dari Western


Seminary San Jose Campus memberikan deskripsi, ―Kenyataannya,
Liberalisme agama melibatkan sejumlah komitmen untuk membuat
proposisi teologis dan keagamaan. Pada kenyataannya roposisi-proposisi
tersebut ketika bekerja melahirkan sebuah agama baru yang nampaknya
mempertahankan istilah ortodoks namun secara radikal mendefinisikan
ulang istilah-istilah tersebut untuk memberi mereka makna baru.
Misalnya, teolog dan Ahli Perjanjian Lama Skotlandia W. Robertson
Smith ketika diberitahu bahwa ia telah dituduh menyangkal keilahian
Mesias, Smith menjawab dengan bertanya, "Bagaimana bisa mereka
menuduh saya seperti itu? Aku tidak pernah menyangkal keilahian siapa
pun, apalagi Yesus?‖474. Wikipedia di bawah heading Liberal Christianity
memberikan deskripsi, ―Kristen Liberal secara luas berbicara mengenai
metode hermeneutika Kitab Suci, yaitu suatu metode pemahaman tentang
Tuhan yang tidak bersifat dogmatik dengan menerapkan hermeneutika

474
Liberalism
http://bible.org/article/liberalism
512 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

modern yang sama digunakan untuk memahami setiap tulisan kuno.


Liberal Kristen tidak mengklaim memiliki struktur keyakinan, dan dengan
demikian tidak tergantung pada setiap dogma Gereja atau pernyataan
pengakuan iman. Tidak seperti sejumlah pemahaman konservatif Kristen
yang beragam, Kristen Liberal tidak memiliki seperangkat keyakinan
proposisional yang terpadu. Istilah Liberal dalam kekristenan liberal
menunjukkan sebuah karakteristik kesediaan untuk menafsirkan Kitab Suci
tanpa praduga mengenai ketidakbersalahan kitab suci (Inerancy) atau
kebenaran dogma Gereja. Namun demikian, seorang Kristen liberal, dapat
tetap memegang keyakinan tertentu yang sama dengan. Tradisional,
Ortodoks, atau bahkan Kristen konservatif ―475.

Para penulis Kristen tidak ada yang seragam menamai dan


menjuluki mazhab teologi mereka. DR. Lit Sen Chang menyebutnya
sebagai Dog Theology476. Kata Dog menunjuk pada akronim ―Death of
God‖ (Kematian Tuhan) yang dipopulerkan melalui majalah Time pada
tanggal 8 April 1966 pada sampul depan majalahnya. Sementara DR.
Harun Hadiwijono memberikan istilah sebagai Teologi Reformatoris477.
Tulisan terkini pada tahun 2000 dari Stevri Lumintang menyebutnya
sebagai Teologia Abu-abu478. Wilfred Cantwell Smith menyebutnya

475
Liberal Christianity
http://en.wikipedia.org/wiki/Liberal_Christianity
476
Rev. Paulus Daun, STh., M.Min., Apakah Dog Theology itu? Malang: Gandum
Mas, tt., hal 3
477
DR. Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad 20, Jakarta: BPK Gunung
Mulia 1993, hal 3
478
Pdt. Stevri Lumintang, Teologia Abu-abu: Pluralisme Iman, Malang: Gandum
Mas 2000, hal 13
513 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dengan istilah World Theology atau Global Theology479. Th. Sumartana


mengistilahkan dengan Theology of Religions480.

Teolog-teolog Liberal dipengaruhi oleh sejumlah pemikiran


pendahulunya yang membuang segala hal yang berbau metafisik dan
menekankan empirisme (pengalaman) dan rasionalisme (akal) al.,
Immanuel Kant (1724-1804), Friedrich Hegel (1770-1831), Friedrich
Scheleirmacher (1768-1834), Albert Ritschl (1822-1889). Sejumlah nama
yang dapat dikategorikan teolog dan filsuf yang melahirkan pandangan
Liberalisme dan Modernisme al,m Karl Barth, Emmil Brunner, Helmut
Thielcke, Rudolph Bultmann, Ernst Kasemann, Paul Tillich, J.A.T.
Robinson, Wolfhart Pannenberg, Jurgen Moltmann, Reinhold Niebuhr,
Thomas J.J. Altizer. Sejak berkembangnya metode kritik historis terhadap
Kitab Suci yang dikembangkan Jean Astruc (1684-1766) dengan teori dua
sumbernya untuk menganalisis sumber penulisan Pentateukh (Tuhan dan
Tradisi). Kemudian J.G. Echorn (1753-1827) mengemukakan teori dua
sumber yaitu J (Jehovah) dan E (Elohim). Hupfield pada tahun 1853
mengusulkan teori empat sumber penulisan Pentateukh yaitu P (Priestly), E
(Elohist), J (Jahweist), D (Deuteronomist). Teori Hupfield dipopulerkan
oleh K.H. Graf dan Julius Wellhausen.

Berbekal kritik historis dan teori sumber di atas, sejumlah teolog


membuat berbagai tulisan yang melucuti keilahian Yesus dan menganggap
Yesus hanya sosok manusia sempurna yang pernah ada dalam sejarah
sebagai guru moral yang harus diteladani. Mereka membedakan antara
Yesus iman dan Yesus sejarah. David F. Straus (1807-1874) menulis buku
Life of Jesus. Adolf Harnack (1851-1930) menulis buku, What is
Christianity dan In His Sayings of Jesus. Albert Schweitzer (1875-1965)
menuliskan buku, Quest of the Historical Jesus. Kelompok Jesus Seminar
yang dipimpin Robert W. Funk, John Dominic Crossan pada tahun 1993
menghasilkan buku berjudul The Search for the Authentic Words of Jesus,
The Five Gospels, What Did Jesus Really Say? Marcus J.Borg menuliskan

479
Ibid., hal 6
480
Ibid., hal 6
514 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

buku Meeting Jesus Again for the First Time: The Historical Jesus and the
Heart of Contemporary Faith

Dengan jenis teologia dan pemahaman di atas, bisa dibayangkan


apa yang akan dihasilkan dari sebuah tulisan teolog yang menolak otoritas
historis dan supranatural dari Kitab Suci dan menolak keilahian Yesus?
Dampak Teologi Liberalisme dan Modernisme dirasakan kini di Abad XXI
dimana banyak orang Eropa dan Amerika mengalami kekosongan rohani
dan disorientasi Ketuhanan.

Apa yang terjadi dengan Eropa masa kini? Prof. DR. J.A.B.
Jongenel, pakar Missiologi Utrecht Universiteit, dalam diskusi di depan
pendeta-pendeta Jakarta di kantor PGI pada tanggal 11 September 1995
mengatakan sbb: ―Eropah kini menjadi semakin sekuler dan negara yang
paling sekuler adalah negeri Belanda...penduduk Amsterdam, Ibukota
Nederland yang 200 tahun lalu hampir seluruhnya beragama Kristen
(99%) sekarang tinggal 10% saja yang dibaptis dan ke gereja, kebanyakan
mereka tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler‖ 481 .
Senada dengan pernyataan di atas, Ir. Herlianto mengisahkan perjalannya
ke Eropa sbb: ―Berjalan-jalan ke Eropa kita akan terkagum-kagum
melihat bangunan-bangunan gereja abad-abad pertengahan yang besar
dan megah, tetapi bila kita memasuki gedung-gedung itu pada hari minggu
di saat ada kebaktian, kita akan merayakan perasaan sebaliknya, antara
sedih, terharu dan terkejut. Betapa tidak, gedung-gedung gereja yang
dahulunya dibangun dengan iman dan semangat gotong royong yang luar
biasa itu sekarang banyak ditinggalkan kosong bahkan banyak yang telah
berubah fungsi!‖482.

Studi yang dilakukan di Inggris oleh United Kingdom Christian


Handbook, 1998/1990 menghasilkan statistik bahwa di antara orang-orang
481
Prof. DR. J.A.B. Jongenel, Sekularisasi, Ancaman Bagi Semua Agama, Berita
Oikumene, September 1995
482
Ir. Herlianto,MTh., Gereja Modern: Mau Kemana?, Bandung: YABINA,
1995, hal 2
515 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dewasa, 11% menjadi pengunjung gereja secara teratur, 15% adalah


anggota gereja, 62% melihat siaran TV Kristen sedikitnya sekali sebulan,
65% Kristen nominal, 69% percaya bahwa agama dapat memberikan
standar hidup masyarakat dan 73% kecewa melihat bahwa standar moral
sudah merosot483.

Di Prancis, hasil riset French Christian Handbook, MARC Europe,


1989 menghasilkan data, hanya 13% penduduknya menghadiri kebaktian
gereja secara teratur padahal 95% penduduknya terbilang beragama
Katolik. Dari tahun 1975 sampai 1995 ditaksir 100.000 anggota gereja
keluar dan bila sejak tahun 1950 lebih dari 1000 imam diteguhkan setiap
tahun, di tahun 1990 angka itu kurang dari 100. Di kalangan Protestan
yang lebih kecil (hanya 4% penduduk), pada tahun 1990 terjadi kenaikan
lipat dua dari pengunjung gereja 484 Survey yang dilakukan oleh Institute
for Public Opinion Research di Allensbach, Jerman di tahun 1987
menyebutkan bahwa 46% penduduk Jerman mengatakan bahwa, ―Agama
tidak diperlukan lagi‖ dan hanya 25% yang masih percaya bahwa agama
memberi jawab bagi kehidupan masakini‖. Dua pertiga responden
mengatakan mereka percaya Tuhan tetapi hanya seperti saja yang hidup
berdasarkan ajaran gereja. 57% responden mengaku tidak pernah atau
jarang ke gereja‖485.

Di Swedia melalui penelitian yang dilakukan oleh Institute for


Religious and Sociological Studies juga menghasilkan penemuan yang
mengejutkan. Dari 97% penduduknya yang beragama Protestan, 10% tidak
memiliki Alkitab dan 2/3 penduduknya tidak pernah membaca Alkitab.
Studi ini juga menemukan fakta bahwa hanya 8% penduduk membaca
Alkitab dengan teratur, 12% yang hadir dalam kebaktian di gereja dan
hanya 25% yang masih berdoa486
483
Ibid., hal 14
484
Ibid., hal 15
485
Ibid.,
486
Ibid., hal 16
516 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Bagaimana dengan Amerika saat ini? Saya akan mengutipkan


sebuah pernyataan Sonja Harris dalam artikelnya, ―Is America No Longer
a Christian Nation?‖ Yang berisikan keprihatinannya atas sikap Obama
yang memberikan dukungannya terhadap pernikahan sesama jenis saat
diwawancari di sebuah stasiun televisi pada tanggal 9 mei 2012 sbb:
―Pemilu ini membuktikan satu hal, kita hidup di Amerika yang sekuler.
Orang-orang Kristen terkejut dengan kenyataan bahwa kita tidak lagi
menjadi bangsa Kristen. Colorado dan Washington mensahkan
penggunaan ganja sementara Maryland, Maine, Minnesota serta
Washington merangkul pernikahan sesama jenis. Tidakkah Obama
menyatakan bahwa UU Pertahanan Perkawinan inkonstitusional?
Dapatkah membuang tindakan mensahkan prostitusi dan euthanasia?
Pemerintahan Obama bekerja sangat keras untuk memberantas warisan
pendiri bangsa kita yang mewariskan 'In God we Trust (dalam Tuhan kita
percaya)'. Ini bukan berarti bahwa Amerika adalah tanpa agama, hanya
saja bahwa agama tidak begitu penting. Saya berbicara dengan beberapa
orang yang memilih Obama dan tidak satu pun percaya bahwa aborsi
adalah tindakan yang bermoral atau bahwa pernikahan sesama jenis
merupakan tindakan yang benar, tapi Obama begitu persuasif, begitu
dingin, dan konsekuensinya hanya berupa kontrasepsi gratis dan aborsi
yang dibayarkan oleh wajib pajak. Obama memungkinkan kita untuk
melakukan apapun yang kita inginkan dengan tubuh kita. Dia
meninabobokan kita menjadi 'sekte' pribadi ceroboh bermoral korup.

Sedih, tapi benar, ada banyak orang Kristen mengulangi nyanyian Joe
Biden. Definisi Biden mengenai bagaimana ia menafsirkan iman
Katoliknya. Selain Katolik yang melantunkan lagu menggelikan ini,
demikian pula orang-orang Kristen lainnya. Bahkan, orang-orang Kristen
sedang dibandingkan dengan umat Islam dan Hukum Syariah. Tampaknya
tidak ada akhir untuk ketidaktahuan masyarakat kita. Kebebasan Agama
kami menguap tanpa bekas sama sekali.

Joe Biden: "Sehubungan dengan - Mengenai aborsi, saya menerima posisi


gereja saya tentang aborsi sebagai - apa yang kita sebut doktrin (tak
517 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

terdengar). Kehidupan dimulai pada saat pembuahan dalam penilaian


gereja. Saya menerimanya dalam kehidupan pribadi saya. Tapi saya
menolak untuk memaksakan pada orang Kristen yang taat juga orang-
orang Muslim dan Yahudi, dan saya hanya menolak untuk menetapkan
terhadap orang lain, tidak seperti teman saya di sini, - anggota Konggres.
- Saya tidak percaya bahwa kita memiliki hak untuk memberitahu orang
lain bahwa - wanita mereka tidak dapat mengendalikan tubuh mereka. Ini
adalah keputusan antara mereka dan dokter mereka‖487

Scott Ashley mengatakan bahwa pernyataan Obama merupakan


pengulangan pandangan aslinya yang diperjuangkan saat hendak duduk di
kursi legislatif Illinois pada tahun 1996 dimana dia mnyolong perkawinan
gay dan akan melawan setiap upaya untuk mengeliminir keberadaan
mereka. Namun saat hendak menduduki kursi Senat tahun 2004 dia
berbalik arah dengan mengatakan mendukung perkawinan sebagaimana
diatur dalam Kekristenan488. Scott menyimpulkan, ―Bagi kebanyakan
orang, pengumuman baru Obama adalah bukti bahwa, dengan pemilihan
menjulang di bulan november, dia telah memilih ke pengadilan suara
konstituen liberal (dan dukungan keuangan dari donor gay kaya) dan
merangkul jutaan posisi orang yang percaya Alkitab yang menganggap
hal tersebut sebagai sebuah kejijikan –meskipun dia mempertahankan
kepercayaan yang diyakini oleh orang Kristen‖489

Noel Hornor mengatakan, ―Patriotisme para pendiri bangsa


Amerika, didirikan oleh pilar-pilar dan dasar-dasar Kristen yang

487
Sonja Harris, Is America No Longer a Christian Nation
http://www.texasgopvote.com/issues/restore-families/america-no-longer-
christian-nation-004895
488
Scott Ashley, Has America Lost Its Way? Good News Magazine, July-Agustus
2012, p.25
489
Ibid.,
518 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

kokoh‖490. Namun kejayaan dan kenyataan itu telah berakhir. Mazjalah


Newsweek edisi 13 November 1967, hal 4 melaporkan perubahan kondisi
sosial masyarakat Amerikan sejak tahun 1967 sbb, ―Tabu lama telah mati.
Masyarakat baru yang lebih permisif mulai terbentuk ... dan di belakang
permisif yang meluas adalah .... masyarakat yang telah kehilangan
konsensus pada isu-isu penting seperti seks pranikah ... pernikahan,
kontrol kelahiran dan pendidikan seks‖491.

Dengan kondisi kekosongan rohani, kerusakan moralitas masyarakat


serta kehilangan orientasi ketuhanan di sebagian besar masyarakat
Amerika dan Eropa sebagai buah dari menelan teologi Liberalisme dan
Modernisme Abad, maka mereka tentu saja mencari-cari pegangan. Ada
yang memilih hidup menjadi Ateis (Tidak bertuhan dan tidak beragama).
Ada yang memilih hidup menjadi Agnostik (tidak memiliki pengetahuan
akan Tuhan). Ada yang memilih hidup menjadi Rasionalis (mendewakan
akal) dan Skeptis (selalu peragu). Ada yang tetap memilih Kekristenan
sebagai pegangan spiritual dan moral. Dan banyak juga yang kecewa
dengan peran gereja yang telah mengalami kelumpuhan dengan berpaling
pada agama Islam yang mulai memasuki Amerika dan Eropa sejak tahun
1880 sampai 1914 dari Turki Utsmani dan Asia Selatan serta orang Afrika
Muslim yang menjadi budak orang Amerika di zaman kolonialisasi.
Perkembangan Islam di Amerika begitu pesat di Abad XX khususnya
melalui Imigrasi (kepindahan penduduk) dan konversi (pertobatan masuk
Islam)492

Islam hadir dengan doktrin yang sederhana (keesaan Tuhan) dan


memopulerkan gaya hidup Islam dalam ibadah harian, menolong sesama
melalui derma (sedakah), melarang minum alkohol dan bermabuk-

490
Noel Hornor, America‘s Biblical Root, Good News Magazine, July-August
2001, p.4
491
Noel Hornor, Society‘s Steady Slide Into Sexual Immorality, Good News
Special Edition, p.11
492
Islam in the United States
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_the_United_States
519 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mabukan. Melarang memakan hewan-hewan tertentu seperti babi dan


anjing dll.

Berikut kutipan seorang Rusia mantan penganut Kristen yang


berpindah memeluk Islam dan terpikat dengan gaya hidup bebas Alkohol
yang diajarkan dalam Islam, ―Taras Cherniyenko seperti tipikal banker
muda Rusia, berpakaian rapi, berdasi, rambut pendek dan berjanggut
tipis. Sambil duduk-duduk di sebuah cafe di Ulitsa Sretenka, ia
menceritakan perjalanan spiritualnya, dimulai ketika masih remaja sampai
akhirnya memeluk agama Islam dan menggunakan nama islami Abdul
Karim. Sekarang, Cheniyenko menjabat sebagai wakil ketua organisasi
tempat berkumpulnya etnis Rusia yang masuk Islam, National
Organization of Rusian Muslim. Ia dan rekan-rekannya di organisasi itu,
ingin menyebarkan nilai-nilai yang diajarkan Islam–misalnya larangan
mengonsumsi alkohol–pada masyarakat Rusia sebagai solusi untuk
mengatasi berbagai problem yang dihadapi negeri itu. ―Orang bisa bilang
bahwa minum vodka atau anggur adalah salah satu aspek penting dalam
budaya Rusia. Tapi, saya bisa menjadi orang Rusia yang baik tanpa harus
minum minuman beralkohol. Sebagian besar problem sosial di Rusia
disebabkan oleh konsumsi alkohol,‖ kata Cherniyenko. ―Jika kita bisa
mengenalkan nilai-nilai sosial yang islami pada Rusia, masyarakat dan
negara ini akan lebih kuat,‖ sambungnya‖493.

Apakah nilai-nilai tersebut tidak ada dalam Kekristenan? Bukan


tidak ada namun ditinggalkan oleh orang-orang Kristen Barat yang telah
merangkul Liberalisme dan Modernisme. Apakah nilai-nilai kesalehan
yang diinginkan sebagian besar orang Kristen Barat yang berpindah ke
Islam, tidak ada dalam Kitab TaNakh dan Perjanjian Baru? Bukan tidak

493
Taras Cherniyenko, Mereka Ingin Tahu Mengapa Saya Masuk Islam
http://www.kisahmuallaf.com/taras-cherniyenko-mereka-ingin-tahu-mengapa-
saya-masuk-islam/
520 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

ada namun diberi interpretasi rohani dan simbolik akibat pengaruh


hermeneutik kaum Liberalis dan Modernis.

Iklim Kebebasan Beragama Sebagai Dampak Paham Pluralisme

Pluralitas keberagamaan menjadi sebuah keniscayaan yang tidak


dapat dihindari. Dalam dunia yang semakin terhubung satu sama lain
melalui teknologi maka penganut berbagai kepercayaan berjumpa satu
sama lain. Oleh karenanya dikembangkanlah konsep mengenai teologi
Pluralisme. Apakah sebenarnya Pluralisme itu? Saya akan mengutipkan
pandangan Diana L. Eyk dari Harvard University sbb: Pertama,
pluralisme bukan keberagaman saja, tetapi keterlibatan energik dengan
keragaman. Keanekaragaman bisa dan berarti penciptaan ghetto-ghetto
agama dengan sedikit lalu lintas antara atau di antara mereka. Hari ini,
keragaman agama adalah diberikan, tetapi pluralisme bukanlah diberikan,
itu adalah sebuah prestasi. Keragaman belaka tanpa perjumpaan dan
hubungan nyata akan menghasilkan ketegangan meningkat di masyarakat
kita. Kedua, pluralisme bukan hanya toleransi, tetapi aktif mencari
pemahaman melintasi garis perbedaan. Toleransi adalah kebajikan publik
yang diperlukan, tetapi tidak memerlukan Kristen dan Muslim, Hindu,
Yahudi, dan sekuler bersemangat untuk mengetahui apa-apa tentang satu
sama lain. Toleransi terlalu tipis sebagai landasan bagi dunia yang berbeda
agama dan kedekatan. Ini tidak apa-apa untuk menghapus kebodohan kita
satu sama lain, dan meninggalkan kita di tempat yang stereotip, setengah-
kebenaran, ketakutan yang mendasari pola-pola lama perpecahan dan
kekerasan. Dalam dunia di mana kita hidup saat ini, ketidaktahuan kita satu
sama lain akan semakin mahal.

Ketiga, pluralisme bukanlah relativisme, tetapi pertemuan


komitmen. Paradigma baru pluralisme tidak mengharuskan kita untuk
meninggalkan identitas kita dan komitmen kami di belakang, pluralisme
adalah perjumpaan dari komitmen. Ini berarti memegang perbedaan kita
yang terdalam, bahkan perbedaan agama kita, bukan dalam isolasi, namun
dalam hubungan satu sama lain. Keempat, pluralisme didasarkan pada
dialog. Bahasa pluralisme adalah bahwa dialog dan pertemuan, memberi
dan menerima, kritik dan self-kritik. Dialog berarti meliputi berbicara dan
521 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mendengarkan, dan proses yang mengungkapkan baik pemahaman umum


dan perbedaan yang nyata. Dialog tidak berarti semua orang di "meja"
akan setuju dengan satu sama lain. Pluralisme melibatkan komitmen untuk
berada di meja - dengan komitmen seseorang494.

Jika kita membaca definisi di atas sepintas lalu memang masuk


akal. Namun sayangnya asumsi teologis yang dibangun kaum Pluralis
didasarkan pada penolakan kebenaran yang mendasar dan absolut.
Khususnya teolog Pluralisme dari Barat yang membangun teologinyanya
dengan mengesampingkan keilahian Yesus otoritas Kitab Suci. Paul F.
Knitter seorang tokoh Pluralisme dan profesor dari Union Theological
Seminary New York dalam bukunya No Other Name? A Critical Survey of
Christian Attitude Toward the World Religions menyangkal pengakuan
Yesus sebagai Anak Tuhan, Mesias adalah keluar dari bibir Yesus
melainkan penyematan oleh murid-murid Yesus dikemudian hari495.
Knitter produktif dalam menuliskan artikel dan buku-buku al.,

1. Towards a Protestant Theology of Religions, 1974.


2. No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitudes toward
World Religions, 1985.
3. The Myth of Christian Uniqueness: Toward a Pluralistic Theology
of Religions. Co-edited with John Hick, 1987.
4. Faith, Religion, and Theology: A Contemporary Introduction,
1989. Co-authored with Brennan Hill and William Madges.
5. Buddhist Emptiness and Christian Trinity Essays and Explorations,
1990. Co-edited with Roger Corless.
6. Death or Dialogue: From the Age of Monologue to the Age of
Dialogue, 1990. Co-authored with John B. Cobb, Jr., Monika
Hellwig, and Leonard Swidler.

494
Diana L. Eyk, What Is Pluralism?
http://pluralism.org/pages/pluralism/what_is_pluralism
495
Op. Cit., Pdt. Stevri Lumintang, Teologia Abu-abu: Pluralisme Iman, hal 64
522 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

7. Pluralism and Oppression: Theology in World Perspective, 1990.


Edited.
8. One Earth Many Religions: Multifaith Dialogue and Global
Responsibility, 1995.
9. Jesus and the Other Names: Christian Mission and Global
Responsibility, 1996.
10. The Uniqueness of Jesus: A Dialogue with Paul Knitter, 1997.
Edited by Leonard Swidler and Paul Mojzes.
11. Faith, Religion and Theology: A Contemporary Introduction, 1997.
Co-authored by Brennan Hill and Williams Madges.
12. Introducing Theologies of Religions, 2002.
13. Subverting Greed: Religious Perspectives on the Global Economy,
2002. Edited with Chandra Muzaffar.
14. Without Buddha I Could Not Be a Christian, 2009.496

Tokoh Pluralisme lainnya yang menjadi rekan Paul F. Knitter adalah


John Hick yang menjabat sebagai profesor di Universitas Edinburg.
Dipengaruhi pandangan Imanuel Kant tentang dua realitas mengenai
phenomenal (dunia empirik) dan noumenal (dunia non empirik), Hick
mengklaim bahwa pengetahuan tentang Realitas (istilah generik nya untuk
Realitas Transenden) hanya dapat diketahui melalui perasaan. Untuk alasan
itu, klaim kebenaran mutlak tentang Tuhan benar-benar kebenaran
hanyalah sebuah klaim persepsi tentang Tuhan, yaitu, klaim tentang Tuhan
yang fenomenal dan bukan Tuhan yang noumenal.

Selain itu, karena semua pengetahuan berakar dari pengalaman, yang


kemudian dirasakan dan ditafsirkan ke dalam kategori konsepsi manusia,
konteks budaya dan sejarah sehingga mempengaruhi persepsi manusia
perihal komponen pengetahuan mengenai Realitas. Ini berarti bahwa klaim
pengetahuan tentang Tuhan dan kebenaran agama dipengaruhi secara
kultural dan historis, sehingga tidak boleh dianggap absolut. Ini adalah

496
Paul F. Knitter
http://en.wikipedia.org/wiki/Paul_F._Knitter
523 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

aspek signifikan dari argumen Hick terhadap eklusifisme Kristen, yang


menyatakan bahwa meskipun agama-agama lain mungkin berisi kebaikan
dan kebenaran parsial, keselamatan hanya disediakan hanya di dalam
Yesus Kristus, dan kebenaran Tuhan yang sempurna terkandung hanya
dalam kekristenan497

Definisi Mark Silk dalam Defining Religious Pluralism in America:


A Regional Analysis lebih memperlihatkan warna dasar Pluralisme yang
menjauhkan nilai-nilai absolut., ―Pluralisme agama adalah suatu sikap
atau kebijakan mengenai keanekaragaman sistem kepercayaan agama
yang sama-sama bereksistensi di masyarakat. Hal ini dapat
mengindikasikan satu atau lebih hal berikut: Sebagai nama untuk
pandangan dunia (world view) yang sesuai dengan agama seseorang yang
bukanlah satu-satunya sumber dan eksklusif mengenai kebenaran, dan
dengan demikian pengakuan bahwa setidaknya beberapa kebenaran dan
nilai-nilai yang benar ada di agama-agama lain. Sebagai penerimaan
konsep bahwa dua atau lebih agama dengan klaim kebenaran eksklusif
sama-sama dapat diterima. Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk
toleransi atau (sebuah konsep yang muncul sebagai akibat dari perang
Eropa agama) atau relativisme moral. Pemahaman bahwa klaim eksklusif
agama yang berbeda ternyata, setelah diperiksa lebih dekat, menjadi
variasi dari kebenaran universal yang telah diajarkan sejak jaman dahulu.
Ini disebut Perennialism (berdasarkan konsep philosophia perrenis) atau
tradisionalisme‖498.

Senada dengan definisi di atas, Ioanes Rakhmat (mantan pendeta


GKI yang telah diberhentikan) pernah menuliskan artikel dengan judul A
Pluralist Missiology for Contemporary Churches in Indonesia dan
memberikan pernyataan, ―Pluralism, by contrast is the idea conviction and
way of life that sees all religions in the world as valid and unique different
497
John Hick
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Hick
498
Religious Pluralism
http://en.wikipedia.org/wiki/Religious_pluralism
524 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

divine vehicle to bring to humanity divine salvation (in the plural!)....‖


(Pluralisme, sebaliknya adalah keyakinan ide dan cara hidup yang melihat
semua agama di dunia sebagai yang sah dan unik kendaraan ilahi yang
berbeda untuk membawa umat manusia ilahi keselamatan (dalam bentuk
jamak!)499

Kalangan Kristen khususnya dari kalangan Evangelikalisme (Injili)


banyak melakukan serangan dan kritik terhadap asumsi dan preposisi
Teolog-teolog Pluralism. Buku berbahasa Indonesia yang cukup
komprehensif membahas kritik terhadap Pluralisme adalah karya Stevri
Lumintang yaitu Teologia Abu-abu. Di kalangan Islam pun tidak kalah
ramainya reaksi yang diberikan terhadap kelompok Islam moderat yang
menerima gagasan Pluralisme. Adnin Armas, M.A., Direktur Eksekutif
INSISTS (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization)
menuliskan artikel dengan judul Pluralisme Agama: Sebuah Faham Syrik
Kontemporer500. Majelis Ulama Indonesia dalam MUNAS ke-7, yang
berlangsung dari tanggal 26-29 Juli 2005, mengeluarkan fatwa pada
tanggal 29 Juli 2005 yang melarang ummat Islam untuk mengikuti faham
pluralisme, sekularisme dan liberalisme. Dalam pandangan MUI,
―Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah
relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengkalim
bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup dan berdampingan di surga.‖ 501. Demikian juga dengan

499
Ioanes Rakhmat , A Pluralist Missiology for Contemporary Churches in
Indonesia, dalam Jurnal Teologi PROKLAMASI No 8/Th 4/Desember 2006,
Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi STT Jakarta, Hal 5
500
Adnin Armas, Pluralisme Agama: Sebuah Faham Syrik Kontemporer
http://insistnet.com/index.php?option=com_filecabinet&view=files&id=3&Itemid
=6
501
Ibid., hal 2
525 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

DR. Adian Husaini menuliskan artikel tanggapannya berjudul, Pluralisme


Agama: Musuh Agama-Agama502.

Konsep Pluralisme yang melanda Amerika dan Eropa tentu saja


menguntungkan bagi perkembangan Islam. Dengan adanya konsep
Pluralisme agama tentu saja ada penghargaan akan kesederajatan dan
kesetaraan serta kebebasan mengekpresikan kehidupan beragama
khususnya Islam di Amerika. Dengan kata lain, kehadiran Islam
diuntungkan oleh konsep Pluralisme di Amerika dan Eropa

Pemisahan Peran Agama dalam Urusan Negara dan Publik Akibat


Sekularisme

Sekularisme pertama kali dipopulerkan oleh buku karya Harvey


Cox dengan judul ―The Secular City: Secularization and urbanization in
Theological Perspective‖. Buku yang diterbitkan pada tahun 1964 tersebut
memberikan sebuah konsepsi untuk menghadirkan Kekristenan dalam
dunia sekular dan pemisahan antara agama dan negara. Sekularisme sendiri
didefinisikan, ―Secularization is the liberation of man from religious and
metaphysical tutelage, the turning of his attention away from other worlds
and toward this one‖(Sekularisasi adalah pembebasan manusia dari agama
dan pengawasan metafisik dan mengembalikan perhatiannya dari dunia
lain kepada dunia ini)503. Adnin Armas menjelaskan, ―Harvey Cox
berpendapat bahwa pengosongan dunia dari nilai-nilai ruhani dan agama
adalah prasyarat mutlak bagi perkembangan dan kemajuan Sains. Ia
menegaskan pembebasan dunia dunia dari nilai-nilai gaib adalah syarat
penting bagi usaha-usaha urbanisasi dan modernisasi. Manusia harus
mengeksploitasi dunia seoptimal mungkin, tanpa perlu dibatasi oleh
pandangan alam gaib apapun. Jika dunia ini dianggap sebagai manifestasi
dan kuasa supranatural, maka manusia tidak akan maju dan berkembang.
502
DR. Adian Husaini, Pluralisme Agama: Musuh Agama-Agama
http://insistnet.com/index.php?option=com_filecabinet&view=files&id=3&Itemid
=6
503
Adnin Armas, MA., Sebuah Catatan Untuk Sekularisasi Harvey Cox, Majalah
ISLAMIA Vol III No 2, hal 28
526 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Jadi, dengan cara apapun, semua makna ruhani kegamaan ini mesti
dihilangkan dari alam. Maka ajaran-ajaran agama dan tradisi harus
disingkirkan. Jadi alam bukanlah suatu entitas suci. Harvey Cox menyebut
pengosongan dunia dari nilai-nilai ruhani dan agama sebagai
disenchantement of nature‖504.

Namun sangat disayangkan, dalam membangun asumsi gagasan


Sekularisasinya yang dikatakan memiliki landasan dalam Kitab Suci,
Harvey Cox – sebagaimana teolog Liberalisme dan Modernisme lainnya –
selalu merelativisir nilai-nilai absolut bahkan Tuhan dapat dipahami ketika
kita memahaminya secara Sosiologis dan Politis serta Teologis505. Sejak
tahun 1965-an gagasan Sekularisme diterima secara aklamasi oleh
Kekristenan dan Katolik bahkan Islam. Di Indonesia adaptasi pemikiran
Harvey Cox dilakukan oleh Nurcholis Majid. Pada tanggal 2 Januari 1970
beliau menuliskan artikel berjudul, Keharusan Pembaharuan Pemikiran
Islam dan Masalah Integrasi Umat506. Gagasan Nurcholish tentang
sekularisasi menuai reaksi, memicu prokontra. Tidak kurang dari seratus
tulisan artikel pada tahun 1970an terbit untuk menanggapi tulisan
Nurcholish. Pada tahun 1970an, H. M. Rasyidi dan Endang Saifuddin
Anshari menulis buku untuk mengkritik gagasan sekularisasi
Nurcholish507.

Dalam makalahnya Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan


Masalah Integrasi Umat, Nurcholish menyatakan pembaruan Islam harus
dimulai dengan melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari
nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Di sinilah proses liberalisasi

504
Ibid., hal 30
505
Ibid., hal 31
506
Adnin Armas, MA., Menelusuri Gagasan Sekularisasi Nurcholis Madjid, hal 1
http://insistnet.com/index.php?option=com_filecabinet&view=files&id=3&Itemid
=6
507
Ibid.,
527 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

terhadap ajaranajaran Islam, tegas Nurcholis, diperlukan. Proses ini


menyangkut proses-proses yang lain seperti sekularisasi, Intellectual
Freedom atau Kebebasan Berpikir, Idea of Progress dan Sikap Terbuka.
Menurut Nurcholish, sekularisasi bukanlah menerapkan sekularisme,
karena ―secularism is the name for an ideology, a new closed world view
which function very much like a new religion‖. Sedangkan sekularisasi
adalah ―liberating development‖508.

Namun seiring dengan diterimanya gagasan Sekularisme khususnya


di Barat, dampaknya luar biasa dalam Kekristenan yaitu kemerosotan
spiritual. Banyak orang Kristen meninggalkan gereja. Gereja dan
Kekristenan tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol seluruh aktifitas
politik dan sosial kemasyarakatan. Intervensi agama terhadap ranah sosial
politik dapat dituduh tidak toleran. Kosongnya gereja-gereja di Eropa dan
kemerosotan akhlak di Amerika merupakan dampak langsung dari
memeluk berhala baru bernama Sekularisme. Karen Peake melaporkan
bahwa Sekularisme adalah ancaman serius Kekristenan di Barat setelah
Konsumerisme, Pop Culture serta ekspansi Islam. Selengkapnya dikatakan,
―The greatest threat to evangelical Christianity is not Islam, but rather
secularism, consumerism and pop culture, a new study has found. In a
survey of nearly 2,200 evangelical leaders from 166 countries, 71%
identified the influence of secularism as a ―major threat‖ to evangelical
Christianity. This was followed by consumerism (67%), and sex and
violence in pop culture (59%). Only 47% of evangelicals identified the
influence of Islam as a major threat‖509 (ancaman terbesar bagi kalangan
Kristen Evangelikal bukanlah Islam melainkan Sekularisme,
Konsumerisme serta Budaya Populer sebagaimana dilaporkan sebuah
penyelidikan baru. Dalam suatu survey terhadap 2.200 pemimpin
Evangelikal dari 166 negara, didapatkan 71% menyatakan bahwa pengaruh
508
Ibid., hal 4
509
Karen Peake, Evangelicals See Secularism as Greater Threat to Christianity
than Islam
http://www.christiantoday.com/article/evangelicals.see.secularism.as.greater.threa
t.to.christianity.than.islam/28208.htm
528 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sekularisme sebagai ancaman terbesar terhadap Kristen Evangelikal.


Kemudian diikuti oleh Konsumerisme (67%) dan sex serta kekerasan
dalam budaya populer (59%). Hanya 47% saja dari kaum Evangelikal yang
menganggap Islam sebagai ancaman terbesar). Kondisi yang tidak
menguntungkan bagi Kekristenan Barat ini dengan mudah membuat Islam
dapat menancapkan pengaruh dan ekspansinya tanpa keberatan-keberatan
politis yang dipengaruhi agama khususnya Kekristenan.

Kebangkitan Agama-agama Timur (New Age Movement)

Jika Kekristenan arus utama mengalami kemerosotan maka


sejumlah gerakan Kristen Karismatik dan agama-agama non Kristen
sedang mengalami kebangkitan luar biasa melanda Eropa dan Amerika
yang tengah kolaps karena Liberalisme, Modernisme, Sekularisme.

Futuris bernama John Naisbit dan Patricia Aburdene dalam buku


terkenal mereka pada tahun 90-an berjudul ―Megatrends 2000: Sepuluh
Arah Baru Untuk Tahun 1990-an‖ mengulas dan memprediksikan ledakan
kesadaran beragama di masyarakat Barat. Beliau menuliskan, ―Pada fajar
millenium ketiga, terdapat tanda-tanda yang jelas dari kebangkitan agama
multidenominasional di seluruh dunia‖510.

Beliau mendeskripsikan apa yang tengah terjadi di lingkungan


agama-agama sbb, ―Yahudi rekonstruktivis yang mengedit hal-hal gaib
dari buku doa empat puluh tahun yang lalu memulihkan acuan kepada
keajaiban, mitologi dan Mesias. Penganut Mormon merayakan tahun
‗terbaik‘ dalam 158 tahun sejarah mereka pada tahun 1987, ketika mereka
mendapatkan rekor 274.000 pengikut baru. Festival lingkungan Shinto
dihidupkan kembali di Jepang, bersama dengan ritual siklus kehidupan
dan kembali ke pagoda setempat.... Gerakan Kharismatik di seluruh dunia
telah berlipat tiga dalam dasawarsa terakhir menjadi hampir 300 juta,
termasuk jutaan penganut Roma Katolik. Kaum muda untuk Kristus

510
John Naibitt dan Patricia Aburdene, Megatrends 2000: Sepuluh Arah Baru
Untuk Tahun 1990-an, Jakarta: Bina Rupa Aksara 1990, hal 254
529 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

mengoperasikan pusat remaja di seluruh Eropa, menarik kaum muda dari


tiga puluh tujuh negara ke suatu konferensi tahun 1988 dan memikat
12.000 orang muda ke suatu reli di Burkina Faso Afrika....Suatu kekuatan
politik yang kuat di Iran dan Afghanistan dan di seluruh dunia Arab, Islam
Fundamentalis tengah menjalani suatu kebangkitan diantara kelas
menengah yang kebarat=baratan di Turki maupun Mesir‖ 511.

Yang menarik bahwa John Naisbitt mengutip Harvey Cox yang


meramalkan bahwa Islam bersama agama-agama lainnya yaitu Shinto,
Budhisme dan Yudaisme akan bangkit sebagaimana dikatakan, ―Ahli
teologi Harvey Cox yang telah mengajar hingga 1000 pelajar dalam
kursusnya ‗Yesus dan Kehidupan Moral‘ (salah satu kelas terbesar di
Harvard university), mendeskripsikan kebangkitan dalam Islam, Shinto,
Budhisme dan Yudaisme. Trend ini, katanya, ‗tidak diduga oleh para
peramal 25 tahun yang lalu, yang meramalkan bahwa agama akan
semakin layu karena modernitas‖512. Prediksi Harvey Cox terbukti dengan
apa yang kita saksikan saat ini yaitu kebangkitan Islam di Eropa dan
Amerika.

Namun sebagaimana diulas di atas oleh Naisbit bahwa kebangkitan


yang terjadi bukan hanya Islam melainkan agama-agama Timur yang
bersumber dari Asia merambah Eropa dan Amerika yang mengalami
kekosongan spiritual. Semua berlomba dan berkompetisi mewarnai dan
menancapkan pengaruhnya di Eropa dan Amerika. Tidak mengherankan
jika di Amerika dan Eropa banyak orang belajar Tai Chi, belajar Budhisme
dan Hinduisme, menekuni ajaran Reinkarnasi, belajar Zen. Inilah era
kebangkitan agama-agama. Ir. Herlianto mendeskripsikan, ―Sungguh
menarik menyaksikan sejarah budaya dan intelektual dunia, sebab bila
sejak zaman enaissance di abad-abad ke XV dan XVI orang mulai
meninggalkan Tuhan dan agama, dan bila pada masa Pencerahan di
abad-abad ke XVII dan XVIII manusia mulai berpaling dan menyembah

511
Ibid.,
512
Ibid., hal 255
530 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Rasio dan Ilmu Pengetahuan, maka dalam Zaman Baru (New Age) ini kita
melihat kecenderungan kembali kepada hal-hal yang berbau agama,
khususna Kebatinan‖513. Dalam kondisi demikian (kebangkitan agama-
agama) maka Islam mengalami kebangkitan bersama agama-agama lainnya
(Hinduisme, Budhisme, Shintoisme, dll) dalam merebut perhatian
masyarakat Eropa dan Amerika yang tengah mencari pegangan hidup akan
kekosongan rohani dan disorientasi Ketuhanan.

Globalisasi Teknologi Informasi

Peranan teknologi informasi yang berkembang sejak tahun 2000-an


turut mendorong kepesatan perkembangan Islam di Eropa dan Amerika.
Melalui kepesatan teknologi informasi memicu terjadinya globalisasi
informasi sebagaimana dilaporkan, ―Meskipun teknologi informasi
memiliki dampak negatif, ia memiliki berbagai dampak positif. Dampak
terbesar dari teknologi informasi adalah globalisasi. Teknologi informasi
tidak hanya membawa dunia lebih terjangkau, tetapi telah memungkinkan
ekonomi dunia menjadi saling tergantung pada sebuah sistem tunggal. Ini
berarti bahwa kita tidak hanya dapat berbagi informasi dengan cepat dan
efisien, tetapi kita juga dapat menurunkan hambatan batas-batas linguistik
dan geografis. Dunia telah berkembang menjadi sebuah desa global
karena bantuan teknologi informasi yang memungkinkan negara-negara
yang tidak hanya dipisahkan oleh jarak tapi juga oleh bahasa berbagi
informasi satu sama lain. Selain itu salah satu dampak teknologi informasi
lainnya adalah membuat komunikasi menjadi lebih murah, lebih cepat,
dan lebih efisien. Kita sekarang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di
seluruh dunia hanya dengan chatting atau mengirim mereka sebuah email
untuk respon hampir seketika. Internet juga telah membuka komunikasi
tatap muka langsung dari berbagai belahan dunia berkat konferensi
video‖514. Tahun 90-an saat internet belum menjadi komoditi manusia
513
Ir. Herlianto, MTh., Humanisme dan Gerakan Zaman Baru, Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, hal 21
514
Dampak Teknologi Informasi pada Globalisasi dan Komunikasi
http://portal.paseban.com/article/8671/dampak-teknologi-informasi
531 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

urban dan pedesaan, John Naibitt dan Patricia Aburdene memprediksikan


peranan televisi dalam menciptakan desa global sebagaimana dijelaskan,
―Perdagangan, perjalanan dan televisi meletakkan landasan bagi gaya
hidup global. Media film dan televisi menyampaikan citra yang sama ke
seluruh desa global‖515

Melalui teknologi informasi berbagai artikel, kajian, undangan


pertemuan ibadah, kebutuhan kitab suci digital dapat dengan mudah
diakses oleh seseorang tanpa harus bertemu tatap muka terlebih dahulu.
Melalui kecanggihan teknologi informasi semacam internet, mobilisasi
dapat dengan mudah dan cepat dilakukan.

Kekristenan Mengalami Era Postmodernisme

Apakah Postmodernisme itu? ―Postmodernisme adalah istilah


umum dan luas yang diterapkan pada banyak disiplin ilmu, termasuk
sastra, seni, ekonomi, filsafat, arsitektur, fiksi, dan kritik sastra.
Postmodernisme sebagian besar merupakan reaksi terhadap upaya ilmiah
atau obyektif untuk menjelaskan realitas. Post-Modernisme cenderung
didefinisikan baik sebagai periode setelah modernisme atau sebagai
'kondisi' dimana nilai didirikan dengan cepat terkikis oleh kemajuan
teknologi baru dan kekhawatiran umum tentang apa masa depan akan
membawa. Pada dasarnya, postmodernisme didasarkan pada posisi bahwa
realitas tidak tercermin dalam pemahaman manusia, tapi dibangun
sebagai suatu pemikiran yang mencoba untuk memahami realitas
personal nya. Oleh karena itu postmodernisme merupakan sebuah
penjelasan skeptis yang mengklaim berlaku untuk semua kelompok,
budaya, tradisi, atau ras, dan bukannya berfokus pada kebenaran relatif
setiap orang (postmodernisme = relativisme). Dalam pemahaman
postmodern, interpretasi adalah segalanya, realitas hanya terbentuk
melalui interpretasi kita tentang apa dunia sarana untuk kita secara
pribadi. Postmodernisme bergantung pada pengalaman konkret atas

515
Op.Cit., Megatrends 2000, hal 108
532 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

prinsip-prinsip abstrak, dengan alasan bahwa hasil dari pengalaman


sendiri tentu akan keliru dan relatif, bukan tertentu atau universal‖516.

Intinya, pandangan Posmo merupakan kebalikan dari pandangan


Modern yang menekankan absolutisme rasio dan kemampuan manusia.
Kesadaran Posmo lebih menghargai pluralitas dan relatifitas kebenaran
serta interpretasi komunitas sebagaimana dideskripsikan oleh Stanley J.
Grenz, ―Etos postmodern menolak penjelasan yang harmonis, universal
dan konsisten. Mereka menggantikan semua ini dengan sikap hormat
kepada perbedaan dan penghargaan kepada yang khusus (partikular dan
lokal) serta membuang yang universal!‖517...‖Postmodernisme telah
merasuk ke dalam seluruh masyarakat. Kita dapat mencium pergeseran
dari modern kepada postmodern dalam budaya pop, mulai dari video
musik sampai kepada Star Trek. Tidak terkecuali, hal-hal seperti
spiritualiotas dan cara berpakaian juga terpengaruh‖518..... ―kebenaran
postmodern berhubungan dengan komunitas. Karena ada banyak
komunitas, pasti ada banyak kebenaran yang berbeda. Banyak kaum
postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran ini dapat hidup
berdampingan. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme dan
pluralisme‖519

Kepesatan Postmodernisme ditopang oleh pesatnya teknologi


informasi menjadi ciri dan karakter Abad XXI sebagaimana dikatakan
Stanley J. Grenz, ―Munculnya masyarakat informasi memberikan dasar
berpijak bagi etos modern. Hidup di desa global menyadarkan
penduduknya mengenai keanekaragaman budaya di bumi ini. Kesadaran
ini memaksa kita mengadopsi pola pikir pluralisme. Pola pikir ini tidak

516
Postmodernism
http://en.wikipedia.org/wiki/Postmodernism
517
Stanley J. Grenz, A Primer on Postmodernism: Pengantar Untuk Memahami
Postmodernisme, Yogyakarta: Andi Offset 2001, hal 26
518
Ibid.,
519
Ibid., hal 29
533 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

hanya bersikap toleran kepada kelompok lain, tetapi menegaskan dan


merayakan keanekaragaman. Perayaan keanekaragaman budaya
menuntut gaya baru – ekletisisme – gaya post modernitas‖520.

Dengan menggarisbawahi sejumlah kata kunci dimana pluralitas


pemahaman, penghargaan terhadap pluralitas pemahaman, relativitas
kebenaran sebagai bagian dari karakteristik masyarakat Postmodernisme,
maka Kekristenan bukan lagi dianggap sebagai satu-satunya kebenaran
absolut dan mendorong sejumlah pemeluk Kristen untuk membuka diri
terhadap kepercayaan lainnya yang dianggap sebagai bagian dari
kebenaran-kebenaran yang memiliki nilai, khususnya Islam yang sudah
memasuki Eropa dan Amerika. Dengan kondisi masyarakat Barat
khususnya Kristen yang tengah memasuki era Postmodernisme, maka
Islam dengan mudah menancapkan kaki dan pengaruh di daratan Eropa
dan Amerika.

Demikianlah sejumlah analisis beberapa faktor pendorong yang


membuat Islam dapat hadir dan diterima di Eropa dan Amerika bahkan
mengalami perkembangan yang cukup pesat bersamaan dengan kelompok
agama-agama Timur lainnya seperti Shintoisme, Budhisme, Hinduisme,
Trancedental Meditation, Zen Budhisme, New Age Movement, dll.
Sejumlah analisis faktor-faktor pendorong perkembangan Islam di Barat
akan menjadi dasar bagi pengkajian selanjutnya terkait refleksi dan respon
Kekristenan dalam menanggapi era kebangkitan agama-agama khususnya
Islam.

Kebangkitan Islam di Eropa dan Amerika: Respon dan Refleksi

Kebangkitan Islam bukan sebuah peristiwa yang perlu disikapi


secara berlebihan dan paranoid. Sebaliknya, kebangkitan Islam di jantung
Eropa dan Amerika justru mendorong kita untuk melakukan pembenahan
diri dan berefleksi untuk melakukan sejumlah perbaikan. Setidaknya
kebangkitan Islam mendorong kita melakukan sejumlah pembenahan diri
sebagaimana telah saya sampaikan dalam bab-bab sebelumnya yang

520
Ibid., hal 35
534 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

meliputi: Pertama, Kembali kepada Ortodoksi Akidah (Emunah). Dengan


kebangkitan Islam dan agama-agama khususnya di Eropa dan Amerika
menjadi cermin bagi Kekristenan untuk membenahi akidahnya. Mengapa
harus membenahi dan kembali kepada akidah yang Ortodox? Sebelum saya
menjelaskan saya membedakan istilah Ortodox yang saya maksud di sini
bukan bermakna nama sebuah eksistensi agama seperti Ortodox Judaism521
atau Ortodox Church522 dan bukan juga nama sebuah mazhab dalam
Kekristenan seperti Neo Ortodox di awal abad XX523.

Saya akan mengutip definisi mengenai Ortodox dalam arti luas dan
arti sempit dari Wikipedia sbb: ―The word orthodox, from Greek orthos
("right", "true", "straight") + doxa ("opinion" or "belief", related to
dokein, "to think"), is generally used to mean the adherence to accepted
norms, more specifically to creeds, especially in religion. In the narrow
sense the term means "conforming to the Christian faith as represented in
the creeds of the early Church‖524 (Istilah Ortodoks berasal dari kata
Orthos dalam bahasa Yunani ("benar", "true", "lurus") dan kata Yunani
doxa ("pendapat" atau "kepercayaan", terkait dengan dokein, "berpikir").
Istilah Ortodox umumnya digunakan untuk kepatuhan terhadap norma-
norma yang diterima, lebih khusus lagi untuk kepercayaan, terutama
dalam agama. Sementara dalam arti sempit istilah berarti "sesuai dengan
iman Kristen yang direpresentasikan dalam kredo dari Gereja awal").

Istilah Ortodox yang saya maksudkan dalam tulisan ini lebih


bermakna sempit yaitu seperangkat ajaran atau kebenaran yang telah

521
Orthodox Judaism
http://en.wikipedia.org/wiki/Orthodox_Judaism
522
Orthodox Church
http://en.wikipedia.org/wiki/Orthodox_Churches
523
Neo-Orthodox
http://en.wikipedia.org/wiki/Neo-orthodoxy
524
Orthodoxy
http://en.wikipedia.org/wiki/Orthodoxy
535 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

diterima dan dituliskan dalam Kitab Suci baik TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Maka dengan istilah ―kembali kepada ortodoksi akidah‖
bermakna umat Kristen harus kembali kepada akidah yang menjadi
kepercayaan umat Kristen perdana sebagaimana tertulis dalam Kitab
Perjanjian Baru yang telah diwariskan para rasul Yesus Sang Mesias
kepada kita.

Sehatnya akidah menentukan sehatnya ibadah dan akhlaq. Akidah


yang rusak mengakibatkan ibadah yang rusak dan akhlaq yang rusak.
Kerusakkan yang dimaksudkan bukan bermakna moralitas belaka
melainkan kekacauan dalam akidah mengenai siapa yang disembah. 1
Timotius 4:6 mengatakan, ―Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu
kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan
Mesias Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan
dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini‖.

Ayat ini menegaskan pada kita bahwa sebagai seorang pengikut


Mesias, kita harus terdidik dalam soal-soal pokok keimanan. Jika seorang
Kristen tidak memiliki pokok keimanan yang kokoh, maka rusaklah
ibadahnya dan rusaklah gaya hidupnya akibat pemahaman dasar yang
salah. Mazmur 11:3 mengatakan, ―Apabila dasar-dasar dihancurkan,
apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?‖. Dengan demikian, pokok
keimanan menempati bagian yang paling dasar dari kehidupan Kristiani.
Jika dasar kehidupan Kristiani hancur, maka hancurlah ibadah dan gaya
hidupnya. Rasul Paul Yudas (Yahuda) mengatakan bahwa iman harus
diperjuangkan dan rasul Paul mengatakan agar iman diteruskan serta
diwariskan:

―Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-


sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita
bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan
menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan
iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus‖ (Yud 1:3).
536 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

―Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap
mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan
kepadamu‖ (2 Kor 11:2)

―Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama


Junjungan Agung Yesus Sang Mesias, supaya kamu menjauhkan diri dari
setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak
menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami‖ (2 Tesalonika 3:6)

―Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran


yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis‖
(2 Tes 2:15)

Rumusan akidah ketuhanan yang menghasilkan sejumlah istilah


seperti ―Trinitas‖, ―Tritunggal‖, selain tidak memiliki rujukan dalam Kitab
Suci, juga lebih merefleksikan reaksi gereja paska rasuli saat harus
menghadapi filsuf-filsuf non Kristen dari Yunani sehingga memaksa
mereka untuk memberikan penjelasan dengan rumusan-rumusan filsafat,
―una substantia tres persona‖ atau ―mono ousia tres hypostasis‖ alias
―satu essensi tiga pribadi‖, yang mana pernyataan-pernyataan filosofis ini
kerap membingungkan umat dalam mengomunikasikan imannya kepada
non Kristen khususnya Islam sehingga berujung pada polemik yang
memicu seorang Kristiani kehilangan imannya ketika tidak mampu
memberikan penjelasan mengenai akidah ketuhanannya.

Apakah yang menjadi pokok keimanan (akidah/emunah) kita?


Rasul Paul meringkas dengan susunan kredo sederhanan berikut
ini,‖namun bagi kita hanya ada satu Tuhan (Theos/Elohim) saja, yaitu
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita
hidup, dan satu Junjungan Agung Ilahi (Kurios/Adon) saja, yaitu Yesus
Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang
karena Dia kita hidup‖.

Karena dalam perspektif Judeochristianity atau Mazhab Yudeo


Kristen, nama Allah tidak tepat untuk menerjemahkan kata Yunani
―Theos‖ dan kata Ibrani ―Elohim‖, maka semua kata Allah baik dalam
537 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

TaNaKh maupun Kitab Perjanjian Baru dituliskan dengan Tuhan. Kredo di


atas dengan tegas mengatakan ADA SATU TUHAN dan ADA SATU
JUNJUNGAN AGUNG ILAHI. Tuhan itu disapa Bapa.

Siapakah nama Tuhan dan Bapa Surgawi itu? Yesaya 64:8


mengatakan, ―We‘atta YHWH Avinu…‖ (dan sekarang Engkaulah YHWH
Bapa kami). Mengapa kita tidak mengenal YHWH sebagai Bapa? Karena
orang Yahudi paska pembuangan enggan mengucapkan nama YHWH dan
diganti dengan ungkapan euphemisme HA SHEM (Sang Nama) dan
ADONAI (Tuhan). Kebiasaan ini berlanjut ketika Septuaginta (terjemahan
TaNaKh dalam bahasa Yunani) menuliskan nama YHWH dengan sebutan
KURIOS yang setara dengan Adonai. Kemudian Vulgata (terjemahan
TaNaKh dalam bahasa Latin) menuliskan nama Tuhan dengan DOMINI.
Kebiasaan ini berlanjut ketika bangsa-bangsa menerjemahkan TaNaKh
dalam bahasa masing-masing, maka tradisi Yahudi paska Babilon
dilestarikan yaitu mengganti nama Tuhan Yahweh dengan sapaan
penghormatan. Dalam bahasa Inggris LORD, dalam bahasa Indonesia
TUHAN.

Siapakah YHWH (Yahweh) itu? Keluaran 3:15 mengatakan,


―Selanjutnya berfirmanlah Tuhan kepada Musa: "Beginilah kaukatakan
kepada orang Israel: YHWH, Tuhan nenek moyangmu, Tuhan Abraham,
Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah
nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-
temurun‖. Dalam Yesaya 40:28 dikatakan, ―Tidakkah kautahu, dan
tidakkah kaudengar? YHWH ialah Tuhan kekal yang menciptakan bumi
dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak
terduga pengertian-Nya‖. Menurut eksposisi ayat di atas, YHWH adalah
Tuhan Pencipta dan Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub serta keturtunanya.

Apakah Makna penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa? Setiap


huruf dalam bahasa Ibrani memiliki makna sebagaimana semua rumpun
bahasa Semitik. Kata Ibrani untuk Bapa adalah AV (‫ )אב‬terdiri dari Alef
(‫ )א‬dan Bet (‫)ב‬. Huruf Alef merupakan huruf pertama dalam rangkaian
abjad Ibrani. Huruf Alef melambangkan yang pertama ada, sumber segala
sesuatu. Sementara huruf Bet merupakan huruf yang pertama kali muncul
538 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

dalam Kitab Kejadian 1:1 ―Bereshit bara Elohim et ha shamayim we et


haarets‖ (Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi). Huruf Bet
adalah huruf penciptaan, sang causa prima, pengada yang pertama. Makna
sebutan Av (‫ )אב‬adalah Dialah Sang Pengada pertama yang menyebabkan
segala sesuatu ada. Dialah sumber segala sesuatu.

Mengapa Yesus mengajarkan untuk menyapa-Nya dengan sebutan


Bapa? Sebenarnya penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa Kami (Avinu)
bukan hal baru sama sekali. Dalam Siddur (Buku Doa Yudaisme) ada
beberapa doa yang memulai dengan sapaan AVINU. Orthodoks Judaism
menyapa YHWH dengan ADONAI. Kaum Kabalist (esoterisme Yahudi)
menyapa YHWH dengan EIN SOF (Tiada Akhir). Sapaan AVINU oleh
Yesus hendak memberikan makna kerapatan hubungan Tuhan dan ciptaan-
Nya secara lebih egaliter525. Dan Rasul Paul meneruskan (paradosis) apa
yang telah diajarkan oleh Yesus untuk menyapa YHWH (Yahweh) dengan
sebutan Bapa. Jika YHWH adalah Sang Bapa dan Tuhan Pencipta maka
siapakah Yesus Sang Mesias itu? Yohanes mengatakan, ―Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman itu
adalah Tuhan...Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia
dan kebenaran‖ (Yoh 1:1). Dari aspek hakikat (ontologi), Yesus adalah
Sang Firman. Sang Firman bukanlah mahluk yang diciptakan Tuhan
melainkan oleh Firmanlah segala sesuatu diciptakan (Kej 1:3, Mzm 33:6,
Yoh 1:3). Keilahian Yesus terletak dari hakikat Yesus sebagai Sang Sabda
yang menjelma menjadi manusia. Oleh karenanya Rasul Paul mengatakan,
―...yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup‖ (1 Kor 8:6).

Kedua, Kembali kepada Pilar Ibadah (Avodah) Kristiani. 1


Timotius 4:7-8 mengatakan, ―Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng
nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas

525
Teguh Hindarto, Makna Tefilah Avinu
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/makna-tefilah-avinu.html
539 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung
janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang‖

Ibadah Kristiani pada awalnya berakar pada Yudaisme. Yesus Sang


Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14) dan beribadah secara Yahudi.
Demikian pula murid-murid Yesus dan para rasulnya meneruskan tata cara
ibadah Yudaisme tersebut. Pilar ibadah Kristiani yang berakar pada
Yudaisme meliputi sbb:

1. Ibadah Harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv –


Kis 3:1; 10:3)
2. Ibadah Pekanan (Sabat – Kis 13:14,27,42,44)
3. Ibadah Bulanan (Rosh kodesh – Kol 2:16-17)
4. Ibadah Tahunan atau Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim – Kis 20:16,
1 Kor 16:8)

Para ahli liturgi Kristen pun mengakui bahwa beberapa tradisi


liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan, sebenarnya berakar
dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan dalam artikelnya
sbb: ―Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu,
kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen
awal, kita terutama harus memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan
musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi‖526.

Umat Kristen, khususnya mazhab Judeochristianity memperkenalkan


kembali ibadah yang dilakukan baik oleh Yesus maupun para rasul yang
berakar pada Yudaisme dan Torah. Dengan umat Kristiani khususnya
mazhab Judeochristianity kembali kepada pilar ibadah umat Kristiani awal,
maka kita tidak lagi kehilangan orientasi mengenai devosi karena
sesungguhnya umat Kristen telah terlebih dahulu melaksanakan ibadah
harian yang dapat dilacak jejak keberlangsungannya dalam ritus ―Liturgia
Horarum‖ dalam gereja Ortodox dan Katolik. Umat Kristiani tidak perlu

526
Rashid Rahman, Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam Konteks Yahudi
Abad Pertama, Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No 48 Tahun 1994, hal 16
540 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

merasa rendah diri dan merasa tidak memiliki peraturan tata ibadah yang
khusyuk sebagaimana yang dilakukan umat Muslim karena sesunguhnya
jika kita bersedia untuk kembali kepada pilar peribadatan gereja perdana
maka kita akan menemukan kekayaan ritus peribadatan harian.

Ketiga, Menegakkan Akhlaq Al Masih (Halakah ha Mashiakh). 1


Timotius 4:12 mengatakan, ―Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu‖. Gaya hidup Kristen adalah
pengejawantahan dan penerapan secara luas Pokok Keimanan dan Ibadah
Kristiani. Perilaku Yesus adalah teladan sejati bagi pengikutnya. Kata
perilaku dalam bahasa Arab adalah Akhlak dan dalam bahasa Ibrani
Hatnahgot dan Halikot. Agar kita memiliki akhlak atau Hatnahgot atau
Halikot. yang baik, maka teladanilah Akhlak Al Masih atau Halikot ha
Mashiakh. Rasul Petrus menuliskan sbb, ―Sebab untuk itulah kamu
dipanggil, karena Mesiaspun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (1Pet
2:21).

Kata Yunani untuk Teladan adalah Hupogrammos dan dalam


bahasa Ibrani adalah Mofet. Teladan yang ditinggalkan oleh Yesus Sang
Mesias terekam dalam perkataan berupa ajaran dan nasihat serta perilaku
beliau dalam keseharian. Sumber bagi gaya hidup Kristen adalah:
Pertama, Ajaran dan sikap hidup Yesus Sang Mesias yang terekam dalam
Kitab Injil. Yesus mengajarkan hal-hal berikut:

1. Mengesakan Tuhan (Markus 12:29)


2. Memelihara Shabat (Lukas 6:5)
3. Memelihara Moedim (Yoh 7:37-38)
4. Menegakkan keadilan (Matius 23:23)
5. Menghormati pernikahan (Matius 19:1-12)
6. Mengasihi Tuhan dan sesama sebagai inti Torah (Matius 22:37-40)

Apa saja perbuatan Yesus Sang Mesias yang harus diteladani


sebagai sumber gaya hidup pengikut Mesias?
541 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. Yesus menghargai orang miskin (Lukas 4:18, Yohanes 12:8)


2. Yesus tetap mengampuni meskipun disalibkan oleh musuh-Nya
(Lukas 23:34)
3. Yesus menghormati kemanusiaan (Yohanes 8:1-11)
4. Yesus menghindari kekerasan (Yohanes 18:10)
5. Yesus empati terhadap orang berdosa agar mereka bertobat (Matius
9:10,13, Lukas 7:37)
6. dll.

Kedua, Torah sebagai sumber Halakah Mesias memerintahkan kita


untuk:

1. Mengesakan Tuhan (Ulangan 6:4-5)


2. Memelihara Shabat (Keluaran 20:8-11)
3. Menghindari makanan yang tahor dan tame (Imamat 11:1-47)
4. Memelihara Moedim (hari-hari raya)
5. Menegakkan keadilan (Yesaya 56:1)
6. Membela dan melindungi janda dan anak yatim (Keluaran 22:22,
Yesaya 1:17)
7. Memperlakukan orang miskin dengan selayaknya (Imamat 25:35)
8. Menghindari riba (Imamat 25:36)
9. Menghindari pemerasan (Imamat 19:13)
10. Menghindari suap (Keluaran 23:8, Ulangan 16:19)
11. Menjaga kebersihan (Imamat 13:1-11)
12. Menjaga kesehatan (Bilangan 19:14-17)
13. dll.

Dengan mengaktualisasikan Akhlaq al Masih (halakah ha


Mashiakh), umat Kristiani telah menunjukkan kepada umat Muslim bahwa
berbagai aturan baik mengenai makanan, pentahiran, serta berbagai pola
perilaku keseharian memiliki rujukannya dalam Torah dan sabda serta
tindakan Yesus sehingga kita tidak lagi dituding ―tidak memiliki syariat‖.
Apa yang telah dikerjakan Muslim sesungguhnya berakar pada kesalehan
umat sebelumnya yaitu Yudaisme dan Kristen perdana.
542 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Keempat, Memulihkan Pemahaman dan Penerapan Torah Sebagai


Sumber Akhlaq Al Masih. Jika mayoritas umat Kristen memandang Torah
sebagai aturan-aturan yang bersifat legalistik dan membebani dan membuat
setiap orang gagal untuk melakukannya serta telah digenapkan oleh
kedatangan Yesus sehingga tidak perlu dilakukan sebagai bagian dari
syariat, maka Mazhab Yudeo Kristen mengaplikasi berbagai perintah
dalam Torah baik yang mengatur soal interaksi religius dengan Tuhan
maupun interaksi sosial dengan sesama manusia. Dengan mengaplikasikan
berbagai perintah dalam Torah sebagai sumber syariat Kristiani maka umat
Kristiani khususnya mazhab Judeochristianity memiliki pedoman perilaku
yang jelas al., wanita berkerudung saat beribadah, tidak memakan berbagai
hewan yang dikategorikan ―tameh‖ (kotor, najis),dll.

Kelima, Reformulasi Terminologi Keagamaan. Bambang Noorsena


dalam bukunya Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam mengusulkan,
―upaya reformulasi bahasa pengajaran gereja‖527. Saya melihat
pentingnya upaya ini. Jika Bambang Noorsena merujuk dalil terhadap
reformulasi bahasa teologis dengan merujuk pada sejumlah kosa kata Arab
yang dipergunakan Kekristenan Timur Tengah untuk dapat
mengkomunikasikan Akidah Masihi dalam konteks Islam khususnya di
Indonesia, maka saya justru memulai dalil reformulasi bahasa Teologis
dengan merujuk pada analisis sejumlah istilah atau terjemahan yang tidak
cocok dan menyimpang dari bahasa teks sumber Kitab Suci (Ibrani, Aram,
Yunani), sehingga dapat menimbulkan bias pemahaman terhadap Muslim
mengenai Akidah Masihi. Sementara umat Kristen dan para rohaniawan
Kristen yang tidak menguasai bahasa sumber penulisan Kitab Suci kerap
terjebak dalam kebingungan dan jalan buntu saat polemikus Islam
mempersoalkan istilah-istilah tersebut karena akan menimbulkan
ketidakkonsistenan dan kerancuan.

Salah satu upaya yang telah saya lakukan melalui Mazhab Yudeo
Kristen ini adalah mereformulasi istilah Tritunggal, sebutan Tuhan bagi
Yesus yang bersumber dari istilah Kurios dalam bahasa Yunani serta

527
Bambang Noorsena, Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam, Yogyakarta: Andi
Offset 2001, hal 25
543 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

meredefinisi penggunaan nama Allah dalam devosi Kristiani dll. Upaya ini
bukan bertujuan melemahkan akidah dan menyesuaikan diri terhadap kritik
teologis non Kristen khususnya Islam melainkan upaya membuang
skandalon (sandungan) yang kita ciptakan sendiri akibat kekeliruan dalam
menerjemahkan atau menafsirkan teks Kitab Suci.

Mazhab Yudeo Kristen siap menjawab kebangkitan Islam bukan


dengan reaksi paranoid melainkan hadir di tengah kebangkitan Islam
dengan mengaktualisasikan akidah Gereja perdana yang sehat dan syariat
Al Masih yang mulia sehingga kaum Muslim dapat melihat kemuliaan
ajaran-ajaran terdahulu sebagaimana dikatakan Quran sbb: ―Allah hendak
menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada
jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan
(hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana‖ (Qs 4:26)‖. Pernyataan di atas menggemakan kembali
pernyataan dalam Torah sbb:―Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan
peliharalah jalan-jalan orang benar‖(Ams 2:20)
544 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

BAB XLVIII

MENGORGANISIR GEREJA YANG CONCERN TERHADAP


ISUE-ISUE PENGKAJIAN AKAR SEMITIS KEKRISTENAN

Tanpa adanya suatu visi dan visualisasi program, maka langkah dan
arah tujuan suatu organisasi atau komunitas, menjadi tidak jelas. Inilah
yang saat ini terjadi dengan gereja-gereja yang merespon pergerakan
―Sacred Name Movement‖ dan ―Mesianik Yudaisme‖. Akhir Tahun 2004
saya menulis beberapa kelemahan yang masih mencolok dalam pergerakan
ini sbb:528

1. Metodologi perjuangan yang bersifat fundamentalis dan radikalis,


sehingga menimbulkan reaksi yang tidak simpatik
2. Sumber daya manusia yang terlibat dalam gerakan ini didominasi
bukan oleh kalangan teolog, peneliti atau cendekiawan Kristen,
sehingga nilai dan bobot argumentasi cenderung tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik, ilmiah, teologis
(Bambang Noorsena paling getol menyebut gerakan ini
dikemudikan oleh ‗orang-orang kurang cerdas‘ atau ‗orang-orang
kurang terpelajar‘)
3. Sikap-sikap agitatif (mengancam), emosional dalam
mengemukakan pendapat yang kerap terjadi dalam berbagai
kesempatan seminar, khususnya yang dilaksanakan oleh gereja-
gereja yang masih mempertahankan nama Allah
4. Sikap anti teologi dan anti ilmu pengetahuan serta teknologi. Sikap
ini muncul sebagai latar belakang bawaan doktrin dari denominasi
yang lama atau sikap-sikap pendeta yang konservatif serta
mengabaikan peran rasio yang juga diciptakan Yahweh
5. Label baru substansi lama. Meskipun para pengagung Yahweh
telah direspon secara positip oleh para pemimpin namun mereka
tidak melanjutkannya dengan mengeksplorasi sejumlah doktrin

528
Teguh Hindarto, MTh., Quo Vadis Pengagung Nama Yahweh & Komunitas
Mesianik Indonesia, Nafiri Yahshua Ministries (unpublished)
545 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

yang selama ini dipegang. Sikap-sikap anti Torah, anti Semitik,


kontaminasi Prosperity Gospel serta Replacement Theology masih
mengakar kuat. Bedanya, kalau dulu menggunakan nama Allah
sekarang menggunakan nama Yahweh
6. Tidak adanya etika bersama (common ethic) dan aturan bersama
(common law) dalam mensinergikan langkah-langkap perubahan.
Setiap individu, setiap pemimpin memiliki pola sendiri dalam
melakukan perubahan. Hal ini tidak menjadi masalah sepanjang itu
dikerjakan dalam koridor komunitas yang dipimpinnya. Namun
ketika metode mereka diaplikasikan keluar, kadang terjadi benturan
metodologi dengan pemimpin lain
7. Eksklusifisme. Ada kecenderungan di beberapa kalangan
Pengagung Yahweh untuk tidak berbaur dengan kalangan gereja-
gereja yang masih menggunakan nama Allah serta menganggap
mereka sebagai orang yang telah ―dipredestinasikan‖ (ditetapkan)
untuk binasa.

Akhir-akhir ini telah muncul berbagai perkembangan positip sbb:

1. Munculnya beberapa situs yang bercorak Mesianik/Kesemitikan al.,


a. www.messianic-indonesia.com
b. www.tahtakasih-mediaonline.com
c. www.cherubim.org
d. www.kemahabraham.com
e. Kehilatmesianik.com
2. Penerbitan terjemahan Kitab Suci ―Indonesia Literal Translation‖
oleh Yayasan Lentera Bangsa (meskipun masih terdapat
kekurangan di sana sini)
3. Penerbitan Tabloid Shekinah (meskipun masih banyak kekurangan
dalam substansi materi, bahkan akhirnya sekitar tahun 2009 tidak
beredar kembali)

Namun berbagai kemajuan di atas belum menyentuh persoalan


yang paling essensial dari pergerakan ―Kembali ke Akar Ibrani‖ di
Indonesia yaitu:
546 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

1. Belum adanya etika bersama (common ethic) dan aturan bersama


(common law) dalam mensinergikan langkah-langkap perubahan.
Setiap individu, setiap pemimpin memiliki pola sendiri dalam
melakukan perubahan. Saatnya para pemimpin pergerakan duduk
bersama menyatukan persepsi untuk melakukan perubahan secara
sinergis di Indonesia dengan menghormati berbagai perbedaan
pemahaman teologis yang ada.
2. Belum adanya corak teologi yang khas dan tersistematisir dari
gereja-gereja yang merespon pergerakan Mesianik
Yudaisme/Yahudi di Indonesia. Dibutuhkan pemahaman yang jelas
mengenai konsep Ketuhanan, konsep Keesaan Tuhan, konsep
unitas pribadi Mesias (yang Tuhan yang manusia), konsep
mengenai ibadah dan tata ibadah dll. Sungguh memprihatinkan
ketika salah satu tabloid memberikan penjelasan mengenai pribadi
Mesias Yesus bahwa diri-Nya dalah ―Yahweh yang menjadi
manusia‖ (seharusnya Firman Yahweh yang menjadi manusia).
Lalu ada kotbah yang mengomentari transfigurasi Yahshua di atas
bukit sebagai suatu peristiwa dimana ―Yahshua berubah menjadi
Yahweh‖ (seolah-olah kemanusiaan Yesus adalah doketik/semu).

Kembali kepada persoalan di atas yaitu masalah visi dan visualisasi


program, Rasul Paul memberikan teladan yang baik dengan mengatakan
―aku berlari-lari kepada tujuan, yaitu panggilan sorgawi‖. Kalimat atau
pernyataan ini menunjukkan bahwa Rasul Paul bertindak berdasarkan
suatu visi. Hidup Paul digerakkan oleh suatu tujuan mulia. Rasul Paul
memiliki suatu arah yang pasti.

Keberhasilan Rasul Paul melaksanakan penatalayanan terhadap


Gereja di Abad Pertama bukan hanya karena Rasul Paul memiliki visi
namun Rasul Paul melakukan visualisasi dan misi, sehingga komunitas
yang terbentung di luar Yerusalem, merupakan hasil karya pemberitaan
Besorah yang terarah, terukur dan berkesinambungan. Berkaca terhadap
kenyataan diatas, maka diperlukan adanya visualisasi program Gereja di
Indonesia. Visualisasi, merupakan ―penghidupan apa yang dilihat‖, dengan
kata lain ―apa yang direnungkan dan dipetakan secara abstrak,
diwujudnyatakan atau dikongkritkan dalam bentuk berbagai tindakan‖.
547 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

DR. David Stern memberikan sederetan program yang harus


dikerjakan oleh komunitas Mesianik Yahudi, dalam bukunya, Messianic A
Modern Movement With An Ancient Past 529. Dalam ulasannya mengenai
pentingnya program dan peranan institusi formal, beliau mengatakan: ―The
leaders in the Messianic Jewish movement are not unaware of
programmatics. The progres the movement has made since the 1960‘s can
be understood partly in term of breadth of vision and realization of plans.
Most of the leaders are pragmatists, constantly revising their plans in
accordance with experience, new knowledge, newly perceive needs,
feedback from what has happened so far, external sources of information,
and better understanding of Scripture; and may it so continoue. Why is
programmatic important? Because ‗without a vision the people perish‘.
According to George Ladd, this verse, exegetically, means that without a
prophetic vision inspired by God the people perish. Therefore what I mean
is that programmatics must spell out such a prophetic vision‖ 530 (Para
pemimpin dalam gerakan Mesianik Yahudi, tidak menyadari pentingnya
pemrograman. Perkembangan pergerakan yang telah dimulai sejak tahun
1960-an dapat dipahami secara khusus dalam pengertian nafas dari visi dan
perwujudan dari rencana-rencana. Kebanyakan para pemimpin bersifat
pragmatis, terus menerus merevisi berbagai rencananya berdasarkan
pengalaman, pengetahuan baru, kebutuhan yang baru, umpan balik dari apa
yang telah terjadi sejauh itu, sumber informasi dari luar, dan pemahaman
yang lebih baik dari Kitab Suci; demikianlah seterusnya. Mengapa
pemrograman itu penting? Oleh karena tanpa visi, umat menjadi binasa.
Menurut George Ladd, secara eksegetis, ayat ini bermakna, bahwa tanpa
visi kenabian yang diilhamkan Tuhan, umat binasa. Apa yang saya maksud
pemrograman, seharusnya dieja sebagai visi kenabian).

529
Ibid., p. 197-233
530
Ibid., p. 201
548 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Ketika beliau sampai pada ulasan mengenai pentingnya sebuah


institusi sebagai wadah untuk melakukan perubahan, beliau mengatakan:
―Many believers are suspicious of institutions. They are suspicious on
principle – people are warm and caring, but institutions are cold and
heartless, easily becoming vehicles for domination of the many by the few.
Although there is a kernel of truth behind this attitude, in what follows I
assume that people can stand to think about creating institutions and
organizations and can see them more as tools to be used than as monsters
to be feared. In fact, when I talk about institutions, I have in mind an
environment of community; and by nature, community must be organic,
built on interpersonal relationship. Note that the ultimate community must
exist before the institutions are created; on the contrary, the purpose of the
institutions is to foster community. They are also meant to foster the
development of Messianic Jewish identity within the framework of
Messianic Jewish community‖531 (Kebanyakan orang curiga terhadap
institusi. Mereka curiga secara prinsip, orang-orang peuh kehangatan dan
kepedulian, sementara institusi dingin dan tidak berperasaan, mudah
menjadi wahana penguasaan orang banyak oleh sejumlah kecil orang.
Namun demikian, ada kebenaran yang dangkal dibalik sikap demikian.
Berkaitan dengan persoalan di atas, saya menganggap bahwa orang dapat
berpendirian untuk memikirkan penciptaan institusi dan organisasi dan
dapat melihatnya sebagai sebuah alat daripada monster yang menakutkan.
Kenyataannya, ketika saya berbicara mengenai institusi, saya memiliki
pikiran mengenai lingkungan suatu komunitas; dan secara alamiah bahwa
suatu komunitas adalah bersifat organik, membangun hubungan antar
pribadi. Perlu dicatat, bahwa suatu komunitas seutuhnya, telah berdiri
sebelum institusi diciptakan. Sebaliknya, institusi diciptakan untuk
membantu perkembangan suatu komunitas. Mereka juga dimaksudkan
untuk mendorong perkembangan identitas Mesianik Yahudi di dalam
bingkai komunitas Mesianik Yahudi).

Berkaca dari epistemologi pentingnya pemrograman dan isntitusi


formal, sebagai pendorong perkembangan suatu komunitas, maka Gereja,
khususnya yang concern dengan isue-isue Kekristenan yang berakar pada

531
Ibid., p. 203
549 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

semitisme atau Kekristenan yang kembali pada akar Ibrani atau yang saya
istilahkan sebelumnya dengan ―Kristen Rekonstruksionis‖ atau ―Kristen
Semitik‖ (untuk membedakan dengan beberapa denominasi yang memiliki
karakteristik khas dalam teologi dan devosi), perlu memetakan tugas-
tugasnya di Indonesia.

Beberapa proposal program yang urgen untuk segera dikerjakan


adalah:

1. Membentuk suatu forum/wadah setara PGI/PGLII/KWI, untuk


memayungi secara yuridis dan menjadi wahana mengekspresikan
sifat Kemesianikan, atau Kekristenan yang semitik atau
Kekeristenan yang Kembali ke Akar Ibrani atau Kristen
Rekonstruksionis
2. Membentuk berbagai forum komunikasi
3. menerbitkan terjemahan Kitab Suci non LAI yang bersifat
Kemesianikan, atau Kekristenan yang Semitik atau Kristen
Rekonstruksionis
4. Mendirikan berbagai percetakan yang bersifat Kemesianikan, atau
Kekristenan yang Semitik atau Kristen Rekonstruksionis
5. Menerbitkan buku, jurnal, renungan, kajian kontemporer, majalah,
tabloid, buletin yang bersifat Kemesianikan, atau Kekristenan yang
semitik atau Kekeristenan yang Kembali ke Akar Ibrani atau
Kristen Rekonstruksionis
6. Mendirikan berbagai Beth Midrash yang bersifat Kemesianikan,
atau Kekristenan yang Semitik atau Kristen Rekonstruksionis
7. Mendirikan berbagai Yayasan yang bersifat Kemesianikan, atau
Kekristenan yang Semitik atau Kristen Rekonstruksionis

Marilah Gereja yang telah menyadari akar semitismenya dan


bertekad untuk kembali ke akar Ibrani iman Kristen serta
mengaktualisasikannya dalam pilar-pilar emunah (pokok kepercayaan),
avodah (ibadah) serta halakhah (penerapan Torah dalam kehidupan sehari-
hari), bersatu padu, bersinergi untuk melakukan Tiqun ha Olam
(pembaruan semesta) dibidang teologi dan devosi, menjelang kedatangan
550 | I m a n k u , I b a d a h k u , G a y a H i d u p k u

Sang Juruslamat, Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias yang akan
datang sebagai Din ha Emet (Hakim Yang Adil).

Anda mungkin juga menyukai