Anda di halaman 1dari 46

Pdt. Dr. Lasino, M.Th., M.

Pd

Homiletika
Panduan Praktis Berkhotbah

LPPM IKAT PRESS


Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

HOMILETIKA: Panduan Praktis Berkhotbah


Copyright © 2022 oleh Lasino
All rights reserved

Editor : Noh Ibrahim Boiliu & Tim LPPM STT IKAT


Penyunting:
Dr. Donna Sampaleng, M.Pd.K
Dr. Lasino, M.Pd.,M.Th
Dr. Ronne AY Teintang, M.Pd.K
Alfinny Jelie Runtunuwu,M.Pd.

Korektor Naskah:
Dr. Ruben Nesimnasi, SE., M.Th
Dr. Jimmy M.R. Lumintang, M.Th

Penata Letak Isi: Noh I. Boiliu


Desainer Sampul: Marianto E. Tanesab
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah/ Lasino;
-Cet. Ke-1. – Jakarta: LPPM IKAT Press, 2022; 73. ; 21 cm.
1. Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

ISBN 978-623-93285-7-3

ii
Lasino J. Putro

Kata Pengantar

Ada pepatah yang berbunyi “ Harimau mati


meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading,
manusia mati meninggalkan nama”, jika sang manusia adalah
Dosen maka pastilah yang ditinggalkan sebagai legacy adalah
karya pengajaran dan Pendidikan baik secara lisan maupun
yang tertuang melalui sebuah karya buku, karena itu kami
merasa bangga dan sangat bersyukur menyambut antusias
dosen Sekolah Tinggi Theologi IKAT yang berupaya
sedemikian rupa untuk mewujudkan Buku sesuai dengan
mata kuliah yang diampuh.
Kualitas dari Pendidikan dan pengajaran dosen terlihat
dari konsistensi yang membentuk kompetensi pedagogic
melalui kesetiaan menekuni sebuah mata kuliah yang
diajarkan dalam waktu yang lama sehingga memberikan
keyakinan bahwa Dosen tersebut pastinya menguasai penuh
topik-topik dari mata kuliah yang diajarkan. Pak Lasino sejak
dulu dikenal sebagai dosen HOMILETIKA dan juga sebagai
seorang gembala. Sebagai seorang pendidik, telah banyak
pengalaman yang digunakan oleh penulis untuk melengkapi
kecakapan tugas sebagai Dosen Homiletika, jadi saya percaya
bahwa buku ini akan memberikan sebuah penyegaran baru
dalam membangun pendekatan Homiletika yang Homiletis,
Buku ini memberi panduan cara berkhotbah secara praktis
dan akan menambah daftar referensi bagi mahasiswa dan
pembaca pada umumnya.

iii
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)


STT IKAT memberikan apresiasi mendalam atas kerja keras
penulis untuk mewujudkan buah pikiranya dalam bentuk
buku seperti ini, dan juga mendorong kepada segenap Dosen
STT IKAT semakin giat berkarya dalam bentuk penerbitan
buku ilmiah yang dapat menjadi sumber referensi belajar bagi
mahasiswa.
Pada akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada
editor dan semua pihak yang membantu dalam proses
penyuntingan dan penerbitan buku ini.
Tuhan Memberkati,

Kepala LPPM STT IKAT


Dr. Donna Sampaleng, M.Pd.K.,D.Th

iv
Lasino J. Putro

PENGANTAR PENULIS

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus!

Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dalam


mempersiapkan dan menyampaikan khotbah dengan baik dan
benar. Buku ini juga diperuntukan bagi yang studi pendidikan
teologi atau kursus.

Ada tiga hal yang paling utama dalam berkhotbah, yaitu,


pertama, pengkhotbah. Dari segi pengkhotbah, hal yang
penting adalah kompetensi teologis (memiliki latar belakang
pendidikan teologi atau kursus berkhotbah), kepribadian
(sprititualitas), dan unsur organisasi (memenuhi syarat secara
organisatoris). Kedua, bahan atau materi, yakni cara
mendapatkan bahan, dan pengolahnya serta pengemasan
garis besar atau outline khotbah. Disini dibutuhkan kejelian
dan keahlian pengkhotbah, yakni terkait “jam terbang”
berkhotbah sebab semakin lama pasti akan semakin mahir
dalam mempersiapkan dan menyampaikan khotbah. Ketiga,
cara menyampaikan. Dari bahan yang sudah disiapkan,
bagaimana seorang pengkhotbah menyampaikannya di
mimbar. Tentu ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
penerima atau pendengar. Materi bagus tetapi jika
menyampaikannya kurang bagus, maka kurang berpengaruh
kuat. Terima kasih untuk yang sudah mendukung
terwujudnya buku ini. Mungkin masih jauh dari sempurna,

v
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

tetapi cukuplah untuk melengkapi bagi yang ingin belajar


berkhotbah. Khotbah merupakan corong dari semua yang
ingin Anda sampaikan untuk membangun orang lain di dalam
Tuhan. Tuhan memberkati.

Jakarta, Januari 2022

Penulis

vi
Lasino J. Putro

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................ iii
PENGANTAR PENULIS .......................................... v
DAFTAR ISI .............................................................. vii

Bab Satu. Pendahuluan ............................................... 2


A. Tugas Berkhotbah ............................................... 2
B. Tantangan dalam Berkhotbah .............................. 3
C. Dasar Teologi Ilmu Khotbah ............................... 7
D. Solusi atas Persoalan .......................................... 9

Bab Dua. Teori Homiletika ........................................ 13


A. Pendahuluan ...................................................... 13
B. Hubungan Khotbah dan Menafsir ........................ 16
C. Gereja dan Khotbah Tidaklah Dipisahkan ........... 18
D. Tujuan Berkhotbah ............................................. 20
E. Berkhotbah dengan Benar dan Berhasil ................ 21

Bab Tiga. Jenis-Jenis Khotbah.................................... 28


A. Pendahuluan ...................................................... 28
B. Khotbah Topikal ................................................. 29
C. Khotbah Tekstual ............................................... 31
D. Khotbah Ekspositori ........................................... 32
E. Tahapan Membuat Kerangka Khotbah ................ 34
F. Khotbah Berdasarkan Tema yang
Telah Ditentukan ................................................ 35
vii
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

G. Mengembangkan Kompetensi Berkhotbah ........... 38


H. Hal-hal yang Harus Dihindari
Seorang Pengkhotbah.......................................... 40

Bab Empat. Khotbah dan Cara Berkhotbah ................ 43


A. Hasil Penelitian Tahun 2014-2016 ....................... 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian Tahun 2014-2016 .... 45
C. Hasil Survei Bulan September 2021 ..................... 48
D. Kesimpulan ........................................................ 57

Bab Lima. Penutup ..................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................. 61


TENTANG PENULIS ................................................ 62
LAMPIRAN............................................................... 64

viii
BAB SATU
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

PENDAHULUAN

A. Tugas Berkhotbah

Sekarang ini, ada begitu banyak orang yang ingin bisa


berkhotbah. Pekerjaan berkhotbah merupakan tugas yang tak
ada hentinya sehingga akan terus menerus dikerjakan. Mereka
yang berkeinginan untuk berkhotbah, harus menyadari juga
bahwa berkhotbah adalah pekerjaan yang mulia. Harus sadar
bahwa ketika berdiri untuk berkhotbah, Anda menjadi pribadi
yang sedang mewakili Tuhan untuk menyampaikan Firman-
Nya, sebab Firman Tuhan yang disampaikan merupakan isi
hati Allah.

Menyampaikan khotbah adalah hal penting, karena itu,


orang yang berkhotbah harus tahu bagaimana mengolahnya
dan tahu teknik memberitakannya. Bahan khotbah harus
dirancang sedemikian rupa dan kemudian disampaikan
dengan kemasan yang bagus. Itu sebabnya perlu belajar ilmu
berkhotbah atau sering disebut homiletika. Homiletika
merupakan pelajaran yang memadukan antara seni dan metode
untuk menyampaikan Firman Allah secara baik dan benar.
Setiap orang yang ingin menjadi hamba Tuhan atau sekolah
teologi, pasti diperlengkapi dengan mata kuliah homiletika,
yakni ilmu tentang menyampaikan Firman Tuhan, sehingga
dapat dimengerti atau dipahami oleh pendengarnya. Tetapi
untuk belajar, tidak terbatas pada mereka saja. Setiap jemaat

2
Lasino J. Putro

yang memiliki kerinduan untuk bisa berkhotbah, perlu belajar.


Dalam pelajaran homiletika terdapat berbagai macam model
atau jenis khotbah yang dapat dipelajari dan digunakan saat
menyampaikan Firman Tuhan. Namun bagaimana
sebenarnya respons dari pendengar mengenai model khotbah
yang dipakai oleh pemberita Firman Tuhan, apakah model
khotbah yang digunakan dapat mendaratkan maksud dan
tujuan Firman kepada pendengar dengan baik? Buku ini
ditulis dengan dasar teori singkat tetapi memadai sertai dari
hasil penelitian tentang bagaimana cara pelaksanaan khotbah
yang relevan pada gereja masa kini dan untuk menemukan
cara membuat materi/isi khotbah yang dapat menjawab
kebutuhan umat pada masa kini.

B. Tantangan dalam Berkhotbah

Latar belakang yang mendorong penulis untuk meneliti


dan menuangkan dalam bentuk karya tertulis dan singkat ini,
karena merasa tergelitik dengan pelayanan-pelayanan mimbar
di zaman sekarang. Dalam beberapa tahun terakhir ini ada
sebuah kegamangan para jemaat atau komunitas Kristen
tentang isi, metode dan penyampaian kotbah-kotbah Kristen,
baik di mimbar gereja, di pelayanan kategorial maupun di
persekutuan-persekutuan. Miris mendengar komentar dengan
nada sinis baik langsung maupun membaca dari tulisan yang
menyinggung tentang lemahnya khotbah-khotbah sekarang.
Seolah tidak bermutu. Hal yang sedemikian ini, sangat

3
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

berpengaruh terhadap spirit berjemaat. Rasa tertarik untuk


mendengar dan mengetahui lebih lanjut tentang suatu
pengajaran, akan mengalami hambatan sehingga berdampak
panjang terhadap kehidupan bergereja umat. Tentu hal seperti
ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Hal lain yang dikeluhkan adalah ada yang mengatakan


khotbah dari hamba Tuhan A penyampaiannya monoton dan
cenderung membuat umat yang mendengar jadi ngantuk dan
tidur. Sepertinya gereja tidak peka, karena ternyata, apakah
karena aturan organisasi atau ada faktor lain sehingga yang
bersangkutan tetap saja menjadi pengkotbah disitu. Sementara
ada hamba Tuhan B berkotbah dengan penyampaian yang
bertele-tele. Terlalu lama penyampaiannya tetapi hanya “itu-
itu saja” kalimatnya. Umat menjadi bosan dengan keadaan
seperti itu. Ada juga hamba Tuhan yang lain, dari kaum
akademisi, isi dan bahasanya sulit dijangkau umat sehingga
tidak mengerti apa intisari kotbahnya. Sementara jemaat pergi
mencari “rumput hijau di padang tetangga”, pasti tidak boleh,
bisa-bisa mendapat sindiran, teguran dari gereja. Walaupun
benar pepatah rumput tetangga lebih hijau.

Dari keadaan atau kondisi di atas, jika dibiarkan berlarut-


larut dan gereja tidak segera tanggap terhadap hal itu, lambat
atau cepat gereja akan ditinggalkan umat. Jika masih ada
rumput hijau yang lain, masih mending rohani jemaat agak
terpelihara. Tetapi kalau tidak ada gereja yang dekat
disekitarnya, maka jemaat akan merana dalam imannya. Tak
4
Lasino J. Putro

pernah disirami air kehidupan yang dapat menyegarkan


jiwanya. Dalam kehidupan masyarakat sekarang yang
kompleks, kotbah seharusnya menjadi sarana untuk umat
mendapat bimbingan, petunjuk, kekuatan serta penghiburan
dan sekaligus menemukan jawaban atas pergumulan itu
hanya menjadi sebuah impian.

Mengapa bisa terjadi demikian? sebab ada suatu


kesenjangan antara pelajaran homiletik (ilmu berkhotbah)
yang dipelajari di bangku kuliah dengan penerapan di
lapangan/ di tengah-tengah pembinaan umat. Apa mungkin
masih terlalu dini untuk mentahbiskan seseorang menjadi
hamba Tuhan sehingga penyampaian khotbahnya seperti
orang baru belajar. Masih kurang jam terbangnya. Bisa juga
karena otodidak sehingga khotbahnya tidak menurut kaidah
ilmu berkhotbah dan materi yang disampaikan susah dicerna
oleh umat. Mungkin saja bisa terjadi, kesulitan dalam
membuat variasi penyampaian dan mendaratkan khotbah
pada penerapan untuk kehidupan sehari-hari. Ini bisa
membuat khotbah tidak menarik. Disinilah pentingnya untuk
menggeluti khotbah dengan sungguh-sungguh. Tugas dan
pekerjaan untuk berkhotbah sesungguhnya tidaklah semakin
mudah. Apalagi jemaat yang pandai dan kritis terhadap suatu
kata atau ucapan. Pasti banyak faktor yang berpengaruh di
dalamnya.

Apalagi pada masa pandemik covid-19 saat ini, tidak


semua gereja bisa melaksanakan ibadah secara langsung.
5
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Artinya tidak berhadapan langsung dengan jemaat dan tidak


melihat ekspresi langsung mereka yang mengikuti ibadah.
Seolah khotbah tanpa jemaat, karena media online menjadi
pengantara atau sarana. Apakah yang di seberang sana itu
memang mengikuti ibadah dengan baik atau ibarat orang
sedang menonton konser. Ini yang perlu diperhatikan oleh
setiap hamba Tuhan pada saat ini. Gereja seolah tanpa
tembok, semua arus komunikasi terbuka dari berbagai arah.
Ada juga diantara mereka yang memiliki pandangan kalau
tidak beribadah secara langsung, hatinya tidak sreg, tidak
melekat di hati. Sementara generasi milineal, gandrung dan
terbiasa dengan hal tersebut. Kalau tidak bisa menggunakan
dianggap kuno atau ketinggalan zaman.

Beberapa waktu yang lalu, semua berkotbah dari mimbar


dengan membawa Alkitab dan catatan kertas kecil, yang berisi
tulisan outline khotbah. Malahan ada juga yang ditulis secara
lengkap bahan khotbahnya. Oleh karena kemajuan zaman,
maka sudah bisa berkhotbah menggunakan powerpoint disertai
gambar yang menarik (terlepas dari pandangan orang setuju
atau tidak). Pengkhotbah menguraikan sehingga berharap
dengan audio visual dapat lebih mudah jemaat menyerap
ajaran dan mengingat apa yang disampaikan oleh
pengkhotbah, dibanding hanya mendengar saja. Nah
sekarang, orang masih bisa menggunakan hal tersebut, namun
jemaat tidak ada didepannya mereka ada di ruang-ruang
virtual. Apakah hal ini mempengaruhi spiritualitas umat

6
Lasino J. Putro

dalam hal beribadah dan pada saat mendengarkan sebuah


kotbah; barangkali memerlukan penelitian mendalam.

Tantangan bertubi-tubi yang dihadapi sebagai seorang


pengkotbah harus mampu menghadapi atau mengatasi hal
tersebut. Bisa bersumber dari faktor si pengkotbah dan
pendengar, cara penyampaian materi serta pembobotan dari
materi kotbah. Harus terampil untuk mendapatkan bahan
kotbah, meramunya sehingga menjadi sajian yang bergizi dan
penyampaian enak yang mudah diterima pendengar.

C. Dasar Teologi Ilmu Khotbah


Pertama, Tuhan Yesus sendiri melaksanakan khotbah.
Dasar teologisnya bahwa Yesus memberikan contoh dan
memerintahkan para murid untuk pergi dan memberitakan
Injil (Mat.5-7; Mat. 28:19-20). Para murid Yesus harus
mengikuti dan meneladani gurunya. Teladan yang sempurna
dalam tindakan, perkataan dan materi khotbah, tidak lain
adalah Yesus sendiri. Tentu ini juga berlaku bagi setiap hamba
Tuhan di zaman sekarang ini. Ketaatan dalam melaksanakan
panggilan tersebut sebagai wujud kasih kita kepada Allah.
Khotbah yang disampaikan Yesus memiliki muatan
pengajaran yang penuh makna tentang moral kehidupan,
hubungan dengan Tuhan, sesama maupun diri sendiri. Itu
sebabnya, setiap hamba Tuhan harus belajar untuk
melaksanakan khotbah dengan baik dan benar.

7
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Kedua, Tuhan Allah yang penuh kasih, sudah memilih


hamba-hambaNya untuk menjadi alat ditanganNya dalam
menyampaikan kabar baik. Tuhan Allah tidak melakukan
sendiri, tetapi memilih dan memerintahkan untuk pergi dan
menghasilkan buah (Yoh. 15:16). Tujuan Tuhan Allah agar
semua manusia mengenal akan kasih-Nya yang telah
dicurahkan melalui Yesus Kristus, dalam rangka
penyelamatan umat manusia dari dosa untuk memperoleh
hidup kekal di sorga. Dunia ini begitu luas tetapi pekerja-
pekerja-Nya sedikit, sebab itu marilah kita bergiat berkarya di
ladang-Nya dalam memberitakan kasih Allah pada dunia ini.
Orang yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan
Allah, maka akan mendapatkan upah besar di sorga.
Ketiga, manusia memiliki kebutuhan utama dan hanya
Tuhan Allah yang dapat memberi dan memuaskan itu.
Manusia butuh diperhatikan dan dikasihi serta rasa nyaman,
dan Alkitab merupakan kabar baik, yang dapat menjawab hal
itu. Dalam kitab 2 Timotius 3:15-16, “Ingatlah juga bahwa
dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat
memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan
yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Khotbah
bertujuan untuk menjawab kebutuhan mutlak manusia
dengan Firman Tuhan dan menurut iman Kristen.

8
Lasino J. Putro

Keempat, karena hal-hal di atas, maka seyogyanya


mahasiswa yang belajar di Sekolah Tinggi Theologi, tidak
hanya mahasiswa Program Studi Theologi yang belajar
homiletika, tetapi juga Program Studi yang lain. Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Agama Kristen harus belajar
karena bisa menjalankan peran ganda jika di luar kelas, dan di
gereja pun bisa melakukan pemberitaan Firman Tuhan
dengan berkhotbah. Banyak tempat yang kekurangan orang
yang belajar di sekolah teologi, sehingga seringkali bisa
melakukan peran pemberitaan dan pengajaran dengan baik.
Pengalaman beberapa orang, mereka berada di satu daerah-
mereka Prodi Teologi yang seharusnya kegiatan di lingkup
pelayanan gereja, tetapi karena di daerah tersebut kekurangan
Guru Agama maka orang tersebut diminta mengajar di
sekolah. Juga terjadi sebaliknya, lulusan Prodi Pendidikan
Agama Kristen, karena dianggap yang mengerti teologi-
diminta menjadi gembala. Pada hal salah satu tugas Gembala
Sidang adalah berkhotbah. Penulis berpikir agar tidak terjadi
kepincangan maka mahasiswa Prodi apa saja, penting untuk
belajar ilmu berkhotbah.

D. Solusi atas Persoalan di Atas

Pergumulan di atas haruslah segera dicarikan jalan


keluarnya. Tulisan ini barangkali menawarkan sebuah cara
praktis dan mendarat jika digumuli dengan sungguh-sungguh.
Berkhotbah itu sebenarnya mudah. Pada prinsipnya dalam hal

9
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

berkotbah hanya ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu: si


pengkhotbah, materi khotbah dan cara berkhotbah. Sebab itu,
penting sekali mengkorelasikan antara ke tiga (3) hal tersebut
dengan kebutuhan umat yang dilayani sehingga menjadi
serasi, harmonis dan menarik hati. Itulah sebabnya penulis
merasa tertarik untuk menuangkannya ke dalam Buku Belajar
Khotbah Praktis. Penulis berharap dengan sistematika ini,
pembaca dapat diarahkan supaya mudah memahami atau
mengerti isi dalam buku ini.

Persoalan yang muncul karena adanya kesenjangan


dalam pembelajaran tentang khotbah dengan penyampaian.
Kemudian bagaimana isi khotbah itu bisa menjawab
pergumulan dan kebutuhan umat. Jika tidak segera ditemukan
alternatifnya, maka khotbah di mimbar akan tetap kering,
kurang menyentuh kebutuhan umat sehingga umat kurang
puas dengan layanan gereja. Jangan disalahkan jika kemudian
umat menjadi malas ke gereja dan ingin mencoba masuk di
gereja lain. Lembaga Pendidikan Theologi perlu berbenah
dalam kurikulum dan materi belajar ilmu berkhotbah. Harus
mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat dan
mencoba untuk meramu materi untuk bisa menjawab
kesenjangan yang terjadi.

Kemudian masuk pada masa pandemik covid-19,


bertambah lagi hal yang harus dilakukan oleh seorang
pengkhotbah. Beberapa bagian di atas tadi, masih dalam
lingkup ketika ibadah di gereja dilaksanakan secara langsung
10
Lasino J. Putro

atau tatap muka. Perubahan terjadi ketika masa pandemikc


dengan new normal dan beberapa aturan untuk mencegah
penularan covid. Ibadah di gereja dilaksanakan secara online
atau virtual dan ini perlu penyesuaian serta perubahan dalam
pola komunikasi dengan menggunakan seperangkat sarana.
Tetapi tiga hal pokok tadi tetap ada (Pengkhotbah, materi,
cara penyampaian) dan diperlukan tambahan signal serta
media yang digunakan. Tetap yakin bahwa Tuhan
menyediakan segala sesuatu tepat pada masanya. Siapa yang
akan berpikir dengan perkembangan dunia teknologi yang
begitu pesat perkembangannya, rupanya Tuhan memaakai
untuk menjadi alat di masa pandemik seperti ini sehingga
semua bisa teratasi. Tuhan selalu beri jalan dalam karya-Nya
di tengah dunia. Dahulu kita tidak bisa menjangkau orang
yang jauh dengan khotbah tetapi jalan itu sekarang terbuka.
Barangkali ini merupakan jalan lain yang Tuhan berikan.

Sebagai orang yang mencintai pekerjaan Tuhan,


sekarang waktunya untuk maju. Begitu banyak cara dan
sarana yang Tuhan siapkan. Tunggu apa lagi atau siapa lagi??
Inilah waktunya semua orang percaya terlibat dalam
pekerjaan Tuhan secara aktif.

11
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

BAB DUA

12
Lasino J. Putro

TEORI HOMILETIKA

A. Pendahuluan

Dengan membaca beberapa buku menyangkut


homiletika, di bawah ini penulis uraikan terlebih dahulu
tentang hal-hal yang berhubungan dengan ilmu berkhotbah
atau Homiletika.
Ilmu berkhotbah sering disebut homiletika adalah
pelajaran yang memadukan antara seni dan metode untuk
menyampaikan Firman Allah secara baik dan benar.
Homiletika dari dua kata sifat Yunani yang digabungkan
dengan techne. Jadi techne homiletika artinya “ilmu pergaulan”
atau “ilmu bercakap-cakap", sedangkan kata benda homilia,
berarti pergaulan (percakapan) dengan ramah-tamah.
(Rothlisberge, 1995:6). Kata homiletik sebenarnya tidak
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam bahasa
Inggris, istilah homiletics baru muncul pada abad ke 17, dan
sejak itu kata ini dipakai untuk menunjuk pada ilmu
berkhotbah (Susanto, 2004:3).

Berkhotbah merupakan tugas yang terus menerus


berjalan. Kita adalah bejana-bejana fana yang akan
ditinggalkan ketika generasi berikutnya muncul, namun
sekarang kita mempunyai harta itu (berita Firman Tuhan),
dan kita harus belajar bagaimana memberikannya (Killinger,

13
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

2012:17). Di kalangan orang Kristen, arti sempit dari kata ini


menunjuk suatu mata pelajaran teologi praktis di seminari
yang mengajar para mahasiswa-mahasiswi untuk membuat
dan menyampaikan khotbah dan kata ini menunjuk pada
studi berkhotbah. Jadi mata kuliah ini masuk dalam rumpun
teologi praktika pada kurikulum Sekolah Tinggi Theologi
karena materi mata kuliah ini berisi teori dan praktik. Seperti
di atas tadi sudah disampaikan bahwa dalam hal berkhotbah
itu menyangkut tentang Pengkhotbah, Materi khotbah dan
cara berkhotbah -maka itu juga lingkup materi dalam proses
pembelajaran homiletika.

Berkhotbah adalah suatu karunia rohani dari Roh


Kudus. Namun, bisa dipelajari dan bisa dilatih (Pouw,
1995:10). Syarat-syarat sebuah khotbah yang baik Menurut J.
Gulleson dalam buku Pedoman Swakarya Khotbah
Ekspositori, bahwa:

1) Khotbah harus disampaikan dalam kuasa Roh Kudus


(Yoh. 16:8; 2 Kor. 4:3-4).
2) Khotbah harus didasarkan pada seluruh Alkitab (Kis.
20:27).
3) Khotbah harus disampaikan dengan penyajian yang kuat
(Kis. 2:38).
4) Khotbah harus dijadikan semenarik mungkin.
5) Khotbah harus ditujukan kepada kehendak pendengar
(Kis. 2:38).

14
Lasino J. Putro

6) Khotbah harus ditambatkan dengan tugas untuk


pendengar (Rm. 8:29; Gal. 4:19).
Menurut Haddon W. Robinson dalam buku Expository
Preaching bahwa:

1) Khotbah merupakan suatu komunikasi (2Tim. 3:14; Kis.


18:4; 19:8; 28:23).
2) Khotbah harus Alkitabiah (2Tim. 4:2).
3) Khotbah merupakan suatu hasil dari penafsiran yang baik
(Kis. 17:11).
4) Khotbah harus dibawakan dengan kuat kuasa Roh
Kudus. (1Kor. 2:3-5; 1Tes. 1:5).
5) Khotbah harus bersifat pribadi dan relevan sehingga
dapat diterapkan dan menyentuh kehidupan pendengar.

Homiletika itu harus homiletis yang artinya


mendaratkan apa yang sudah dipelajari dengan sepenuhnya
ketika melaksanakan khotbah. Homiletika ini masuk dalam
rumpun teologi praktika maka apa yang dipelajari itu wajib
diterapkan oleh mahasiswa atau para peserta didik. Mata
rantai berikutnya bahwa apa yang disampaikan si
pengkhotbah dengan cara yang dipelajari menjadikan jemaat
atau umat mudah menerima, cepat menangkap makna dan
menjadi sebuah pengetahuan penting baginya. Menjadi
homiletis jika pengkhotbah tidak hanya menyampaikan
setumpuk teori tapi umat sukar untuk menerapkan atau apa
yang disampaikan tidak menjawab kebutuhan umat.

15
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

B. Hubungan Khotbah dan Menafsir

Memang bahan khotbah tidak dihasilkan begitu saja.


Jika ingin mencapai hasil yang maksimal dan berkualitas,
pasti harus ada usaha keras. Usaha yang sungguh-sungguh,
tidak akan sia-sia. Dalam hal ini, bagaimana menghasilkan
materi khotbah yang berkualitas? Sumber utama khotbah
haruslah Alkitab. Mau atau tidak, harus membaca dan
menggalinya untuk menghasilkan khotbah yang berkualitas.

Berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa waktu


terhadap berbagai gereja dari media elektronik, pada
umumnya menyampaikan khotbah dengan model renungan.
Menarasikan apa yang tertulis dalam Alkitab dengan gaya
bicara, bahasa, gerak mimik dan gerak tubuh. Kemudian
diambil beberapa bagian untuk direnungkan dengan aplikasi
praktis yang langsung berkaitan dengan kehidupan. Jadi dari
hasil pembacaan dan perenungan itulah yang akan
disampaikan oleh pengkhotbah. Dari hal itu dibuat poin untuk
memudahkan jemaat mencerna. Pada setiap point diberi
penjelasan dan contoh untuk penerapan bagi kehidupan
pendengar sebagai bagian penutup.

Pada hakikatnya, khotbah memiliki bentuk dan


susunannya yang mengikuti pakem (aturan bakunya), sebab
itu perlu menyelidiki secara teliti melalui langkah penafsiran.
Penting untuk membaca berulang-ulang bagian atau teks
Alkitab yang akan disampaikan. Tergolong dalam genre apa

16
Lasino J. Putro

bacaannya. Memperhatikan dengan pendekatan penafsiran


secara literal, artinya membaca sesuai dengan apa yang
tertulis. Ada bagian-bagian teks Alkitab yang perlu diartikan
tetapi ada juga yang memang bermakna langsung seperti apa
yang tertulis.

Ditinjau dari segi bahasa dengan memperhatikan bentuk


dan tatabahasa. Apakah berlaku untuk masa lampau,
sekarang atau yang akan datang. Jikalau ingin
mengembangkan penelitian, harus memperbandingkan
dengan bahasa-bahasa lain atau dengan bahasa aslinya. Bisa
juga dengan memperhatikan sejarahnya. Hal ini
memperhatikan latar belakang dari peristiwa yang ditulis dan
pada masa seperti apa, dll. Bisa dihubungkan dengan bagian
yang diceritakan atau penulisnya. Untuk melengkapinya, bisa
membaca buku-buku tafsiran atau membaca di internet yang
isinya sesuai yang kita perlukan. Hampir semua bahan
khotbah yang diperlukan, mudah diakses di internet. Hanya
dengan sekali klik, sudah menemukan apa yang kita perlukan.

Dari hal-hal tersebut maka Anda sudah memiliki bahan


mentah, kemudian menyusunnya menjadi sebuah outline yang
sistematis dan logis. Jangan lupa selalu melengkapi dengan
ayat-ayat dan buatlah illustrasi yang cocok. Illustrasi bisa
membantu pendengar untuk mudah menangkap pesan
khotbah Anda. Banyak sumber illustrasi yang bisa
didapatkan. Pasti disesuaikan dengan lamanya waktu atau
berapa menit untuk khotbah di tempat tersebut.
17
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

C. Gereja dan Khotbah Tidaklah dapat Dipisahkan

Sebelum lebih lanjut, kita perlu mengetahui sepintas


tentang istilah gereja. Perjanjian Lama memakai dua istilah
untuk gereja, yaitu qahal yang diturunkan dari akar kata yang
sudah tidak dipakai lagi yaitu qal artinya “memanggil’, dan
‘edha yang berasal dari kata ya’adh artinya “memilih”. Sering
dijumpai kedua kata ini dipakai secara bersamaan menjadi
qehal’edhah yang artinya “kumpulan jemaah” (Barkhof,
2008:5). Perjanjian Baru juga memiliki dua kata yang
diambilnya dari Septuaginta, yaitu ekklesia dari kata ek dan
kaleo, yang artinya memanggil keluar” dan kata sunagoge dari
kata sun dan ago yang berarti datang untuk berkumpul
bersama” (Barkhof, 2008:6).

Perjanjian Baru menggunakan beberapa metafora yang


berbeda-beda untuk menjelaskan arti dan fungsi gereja. Gereja
disebut “Tubuh Kristus” (1 Kor. 10: 27; 12: 27; Ef. 1: 23; 4:
15; Kol. 1: 24), di mana orang dimasukkan ke dalamnya
melalui baptisan dan perjamuan kudus. Menurut Harun
Hadjiwijono, gereja tidak memiliki tujuan pada dirinya
sendiri, melainkan dipanggil untuk menjadi sarana
berkembangnya Kerajaan Allah. Sering terlihat bahwa di
dalam hidup sehari-hari, gereja sebagi lembaga belaka,
sebagai organisasi dengan segala kesibukannya, kebaktian
hari minggu, katekisasi, penyelidikan Alkitab, komisi-komisi
usia dan kesibukan lainnya. Dalam konteks seperti ini, banyak
orang memahami bahwa hubungan dengan Yesus Kristus
18
Lasino J. Putro

Sang Kepala Gereja hanyalah hubungan individual semata,


seperti yang sering dipahami kalangan kharismatik. Menurut
E. G. Singgih, perkembangan pemahaman seperti ini di dalam
jemaat, akan berakibat kurang baik dan akan mengakibatkan
makin mengaburnya nilai-nilai hakiki dari pengertian gereja
sebagai “Persekutuan orang percaya dari segala abad dan
sepanjang zaman yang bergerak menuju kerajaan sorga seperti
yang terdapat dalam pengakuan iman Kristen”. Dengan kata
lain, kata Panenberg, karya Kristus Tuhan pada manusia
adalah untuk mengarahkan gereja kepada Kerajaan Allah
yang mengatasi gereja. Karena itu gereja haruslah dipahami
sebagai persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus yang
berada di dalam dunia sedang bergerak ke depan secara
bersama-sama menuju kepada satu tujuan.

Gereja masa kini yang dimaksud dengan kata tersebut


ialah kumpulan dari orang-orang percaya kepada Tuhan
Yesus, yang setiap minggu bertemu secara rutin dalam satu
tempat. Rata-rata gereja yang diteliti adalah gereja-gereja
baru. Gereja-gereja dimana penulis menjadi
gembala/pendeta. Gereja masa kini memiliki corak dan
tuntutan yang berbeda dengan gereja pada masa lalu. Karena
kemajuan dan perkembangan zaman yang luar biasa, maka
umat Tuhan dalam segala aspek juga mengalami perubahan
dan kemajuan. Seiring dengan tuntutan tersebut maka
pelayanan gereja juga dituntut lebih dari biasanya. Kebutuhan
dan pergumulan umat yang sangat kompleks, yang berkumpul

19
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

di gereja; ingin mendapatkan jawaban, penguatan, peneguhan


dan kelegaan sepulang dari gereja. Dan hal ini sangat
berkaitan dengan khotbah para hamba Tuhan.

Dalam gereja di zaman sekarang, mereka yang terpanggil


untuk berkhotbah, entah itu Penginjil, Pendeta, dan Gembala
Sidang, harus lebih berhati-hati dan sungguh-sungguh karena
umat yang dilayani beragam tingkat pendidikan, profesi dan
daya nalarnya. Mereka yang bertugas perlu mempersiapkan
diri dengan baik, baik secara rohani, materi, fisik dan mental.

D. Tujuan Berkhotbah

Tujuan khotbah pada dasarnya menyampaikan Firman


Tuhan agar jemaat memahami dasar dan pengajaran iman
Kristen. Karena khotbah tidak menyentuh akal saja,maka
pemberitaan Firman itu juga harus menjadikan orang-orang
yang mendengarnya menjadi pelaku. Orang yang mendengar
dituntut untuk menjadi pelaku (Yak.1:22-23, Mat. 7:24-27),
dan mampu menyampaikan kepada orang lain prinsip atau
ajaran Firman Tuhan yang sudah didengar.

Tujuan akhir pemberitaan Firman Tuhan adalah


mengenal Allah yang benar dan hidup di dalam Yesus Kristus,
sehingga perubahan pikiran dan cara hidup yang saleh
disebabkan oleh takut akan Allah (Lo, 2019:39). Oleh sebab
itu, dapat dikatakan tujuan khotbah bergantung pada materi
yang lingkupnya menyangkut penginjilan, kehidupan Kristen
dan tantangan untuk masuk dalam pelayanan Tuhan.
20
Lasino J. Putro

Pengetahuan tentang prinsip dan ajaran Firman Tuhan,


seharusnya membawa perubahan bagi pendengarnya.
Biasanya untuk mendewasakan iman, Firman Tuhan yang
sudah diterima selama ini akan diuji melalui pengalaman-
pengalaman hidup. Secara tidak langsung, apakah Firman
Tuhan yang didengar dapat dipahami dan mengakar bagi
pendengarnya.

Ada beberapa sifat dari tujuan pemberitaan Firman


Allah, seperti: pengajaran doktrin, etika moral kehidupan
Kristen, tantangan untuk bertobat atau untuk melayani,
memberikan penghiburan dan kekuatan, menegur perbuatan-
perbuatan dosa, dan tugas serta tanggung jawab orang Kristen
lainnya.

E. Berkhotbah dengan Benar dan Berhasil

Gereja pun memiliki tugas panggilan yaitu:


1) Koinonia, bersekutu dengan mewujudkan persekutuan atas
dasar Yesus Kristus, baik untuk seluruh jemaat maupun
dengan Gereja-gereja di Indonesia dan seluruh dunia.
2) Marturia, bersaksi memberitakan Injil Kerajaan Allah
kepada semua bangsa dan segala makhluk.
3) Diakonia, Melayani dengan melaksanakan pelayanan
kasih kepada semua orang dan segala makhluk.
Artinya ketiga tugas tersebut berkaitan dan bisa
dilaksanakan, termasuk dalam ruang koinonia bisa
dipergunakan untuk bersaksi memberitakan Injil dengan
21
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

sarana diakonia atau mampu menggerakkan orang untuk


melayani.
Jadi jelas berkhotbah atau memberitakan kebenaran fFirman
Tuhan/Injil juga merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan marturia.

Kata marturia sendiri berasal dari bahasa Yunani,


marturia artinya kesaksian. Marturein berarti bersaksi.
Marturein dalam Perjanjian Baru memiliki arti antara lain:

1) memberi kesaksian tentang fakta atau kebenaran (Luk. 24:


48; Mat. 23: 31),
2) memberi kesaksian baik tentang seseorang (Luk. 4: 22; Ibr.
2: 4),
3) membawakan khotbah untuk pekabaran Injil (Kis. 23:11).
Di sini bersaksi sebagai istilah pengutusan/pekabaran Injil.
Meskipun kita bukanlah saksi mata dari karya
penyelamatan Yesus Kristus, tetapi kita adalah saksi
keyakinan (iman), dengan demikian hidup kita harus
berdasarkan iman tersebut. Allah mengutus anak-Nya Yesus
Kristus, Kristus pun mengutus murid-murid-Nya ke dalam
dunia (Yoh. 20: 21), supaya kabar keselamatan (Injil)
diproklamirkan. Tugas ini diberikan Allah kepada setiap
orang percaya dengan karunia masing-masing, agar dapat
diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan.

Lalu bagaimanakah Khotbah yang benar dan berhasil?


Berikut adalah beberapa cirinya:

22
Lasino J. Putro

1) Bersumber dari Alkitab

Khotbah yang akan disampaikan harus bersumber dari


Alkitab. Pengkhotbah harus memiliki keyakinan bahwa
Alkitab adalah Firman Allah yang berotoritas, yang
menjadi jawaban atas semua permasalahan dan
kebingungan umat manusia. Sumber utama bukan buku
atau pengalaman orang melainkan keluar memancar dari
Alkitab. Alkitab memiliki otoritas bagi hidup pengkhotbah
dan pendengarnya sehingga menemukan pentunjuk hidup
melalui apa yang telah diilhamkan Allah tersebut.

2) Beritanya Jelas

Pokok beritanya jelas dan disampaikan dengan lugas.


Judul atau pokok bahasan dikupas tegas, kemudian
dikembangkan/dijelaskan tuntas. Tetap konsentrasi pada
judul sehingga nampak menyatu dan tidak
membingungkan jemaat. Oleh sebab itu jangan terlalu
banyak pokok bahasan supaya mudah diingat. Urutan,
pokok pikiran, pembagian sub pokok pikiran dan ayat-ayat
serta suara harus jelas. Hal ini membantu jemaat sehingga
dengan mudah dapat menangkap isi dan maksudnya. Ada
pendahuluan, ada ilustrasi atau contoh dan ada penutup,
yang kesemuanya itu merupakan sebuah kesatuan.

23
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

3) Penampilan dan Gerak Tubuh Menarik

Pada waktu di mimbar, harus berhati-hati, karena jika


semua persiapan dan bahan bagus namun cara
penyampaian tidak menarik, maka merusak semuanya.
Memperhatikan gerakan tubuh: mata, tangan, dan badan,
harus sinkron. Intonasi suara tidak monoton sehingga
tidak membosankan. Tahu memanfaatkan momen yang
tepat dalam penyampaianakan menjadi lebih efektif
penetrasinya terhadap jemaat. Selingi dengan humor segar
dalam bentuk ilustrasi atau cerita tersendiri namun tetap
menunjang materi khotbah. Karena tingkat stres yang
mungkin sudah tinggi maka penyampaian dan metode
berkhotbah harus menarik dan menyegarkan tanpa
mengesampingkan pesan utamanya.

4) Relevan Terhadap Kebutuhan

Maksud bagian ini adalah sebuah khotbah harus


menyentuh kehidupan jemaat yang paling mendasar atau
menjawab pergumulannya. Orang yang mendengar
khotbah itu dengan berbagai kebutuhan dan dari berbagai
strata sosial. Karena itu pengkhotbah perlu mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh jemaat. Pengkhotbah harus
pandai menggali informasi tentang orang-orang yang
dihadapi, walau tidak secara rinci, tetapi paling tidak
sudah ada bayangan siapa dan bagaimana orang-orang
yang akan mendengarkan hotbah. Mendaratkan khotbah

24
Lasino J. Putro

ke dalam kehidupan sehari-hari umat menjadi penuh arti


dan menjadi bekal menjalani hidup di sepanjang minggu
ke depan. Pandai membuat penerapan untuk menjawab
kebutuhan menjadi kunci keberhasilan khotbah.

5) Pengkhotbah Harus Menjiwai Khotbahnya

Ada penjiwaan dalam berkhotbah dan memperhatikan


kaidah-kaidah ilmu berkhotbah sehingga khotbah terlihat
lebih hidup. Ekspresi di mimbar akan melukiskan seberapa
besar pengkhotbah menjiwai khotbahnya atau gagal
menyampaikannya. Itu sebabnya perlu latihan untuk
semua proses khotbah agar menjadi lancar dan menguasai
bahan. Menguasai bahan dan menyampaikan dengan
penuh keyakinan, akan memiliki spirit tersendiri bagi
jemaat. Pengkhotbah harus menunjukkan keyakinan dan
penjiwaan yang mendalam terhadap khotbah yang
disampaikan mempengaruhi gerak, kata-kata, mimik
muka, dan intonasi pengkhotbah. Hal ini akan menambah
keyakinan jemaat.

6) Memiliki Hati Mengasihi

“Percuma berbicara sampai mulut berbusa” jika tidak


diliputi dengan kasih. Karena segala sesuatu jika
dilakukan tanpa kasih maka akan sia-sia (1 Kor. 13:1-3).
Dalam berkhotbah harus diliputi dengan rasa kasih kepada
Allah dan kasih kepada jiwa-jiwa yang sedang

25
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

mendengarkan Firman Tuhan. Kasih kepada Allah,


karena kita sedang berdiri mewakili Allah untuk
melakukan pekerjaan Allah sebagai balasan atas apa yang
telah Dia lakukan dan bukti melakukan firman-Nya. Kasih
kepada jiwa-jiwa atau jemaat yang sedang mendengarkan
Firman Tuhan dengan kerinduan supaya mereka maju,
menjadi dewasa dan memiliki banyak pengetahuan
tentang Firman Tuhan. Tidak ada hal yang lebih indah,
kecuali melakukan segala sesuatu berdasarkan kasih. Ini
merupakan kunci utama dalam melaksanakan pekerjaan
Tuhan. Jangan melakukan sesuatu dengan motivasi yang
lain kecuali KASIH. Dalam berkotbah pun, hati dan hidup
seorang pengkhotbah harus dipenuhi dengan kasih.

26
Lasino J. Putro

BAB LIMA

27
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

PENUTUP

Homiletika adalah ilmu yang mempelajari hal


berkhotbah. Sedangkan berkhotbah ialah seseorang yang
sedang menyampaikan berita atau firman Allah kepada
jemaat dengan bentuk dan aturan yang baku, yang bertujuan
secara khusus agar orang mendengar ajaran Kristen dan dapat
melakukannya dengan baik dalam kehidupannya..Kotbah itu
memiliki jenis/bentuk/model dan cara sampai pada
pembuatan kerangka. Inti sebenarnya ialah menyangkut
pengkhotbahnya, bahan atau materi dan bagaimana cara
menyampaikannya. Kalau tidak dikuasai dengan baik dan
pandai dalam melakukannya maka hanya akan di awan-awan
saja sehingga tidak mendarat.

Homiletika yang homiletis bisa terwujud jika prinsip


yang diajarkan dapat diterapkan dengan cara atau metode
yang baik sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek dalam hidup jemaat. Kekristenan bukanlah agama
teori tetapi praktek hidup. Itulah sebabnya, jemaat harus
memiliki pengertian atau pemahaman tentang isi ajaran
Alkitab atau isi ajaran imannya yang disampaikan melalui
khotbah dan mengerti bagaimana menerapkan dalam
kehidupan serta menjadi kenyataan hidup sehari-hari.
Seorang pengkhotbah juga harus kerja keras untuk
mendapatkan bahan khotbah dan mengelolah materi khotbah

28
Lasino J. Putro

untuk bisa disampaikan dengan baik. Harus belajar mengikuti


perkembangan dan hal-hal yang baru dalam lingkup khotbah.
Mesti memahami model khotbah yang disenangi jemaat,
model penyampaian secara dialog dan variasi dalam
penyampainnya. Dengan demikian umat akan terdidik,
terbangun dan tetap setia mengikut Tuhan sampai Dia datang.
Dari semua hal diatas, harus dilengkapi dengan kehidupan si
pengkhotbah yang sesungguhnya, karena khotbah tanpa kata-
kata, yang sesungguhnya adalah kehidupan pengkhotbah itu
sendiri. Perlu untuk memenuhi kwalifikasi mental dan
spiritual sehingga menjadi hebat.

29
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

LAMPIRAN 1: Contoh Kerangka Khotbah

30
Lasino J. Putro

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, JL.CH. (2016). Sekitar Theologia Praktika.


Jakarta”BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Becker, Dieter. (1993). Pedoman Dogmatika: Suatu Kompendium
Singkat. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Berkhof, Louis. (2008). Teologi Sistematika-Doktrin Gereja.
Surabaya: Momentum, 2008.
Gulleson, J. (1992). Pedoman Swakarya khotbah Ekspositori Jilid
II. Surabaya: Sekolah Theologia Injili Efrata.
Killinger, John. Dasar-dasar Khotbah. BPK Gunung Mulia.
Jakarta; 2012.
Lo, Jonathan Wijaya. (2019). Teologi Berkhotbah. Tangerang:
UPH Press.
McClure, John S. (2012). Firman Pemberitaan. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Pouw, PH. (1995). Homiletik: Ilmu Berkhotbah. Bandung:
Kalam Hidup.
Robinson, Haddon W. (2004). Expository Preaching: Cara
Berkotbah yang Baik. Yogyakarta: ANDI Offset.
Rothlisberger, H. (1995). Homiletika. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

31
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Singgih, Emanuel Gerrit. (1997). Bergereja, Berteologi.


Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen.
Susanto, Hasan. (2004). Homiletik. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Stott, John. (2013). Khotbah di Bukit. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina kasih.

32
Lasino J. Putro

INDEKS

2 Timotius, 8 Humor, 25
Agama Kristen, 9 Illustrasi, 18
Alkitab, 6 Intonasi, 25
Audio, 6 Jemaat, 3
Baptisan, 19 Kepala Gereja, 20
Berkhotbah, Iv Kerajaan Allah, 20
Contoh, 32 Khotbah, Iv
Covid-19, 11 Kitab, 8, 35
Diakonia, 23 Koinonia, 23
Doktrin, 22 Kompetensi, Iv
Edha, 19 Kristen, 15
Ekklesia, 19 Marturia, 23
Ekspositori, 31 Materi, Iv
Firman Tuhan, 2 Media, 6
Gembala, 9 Memanggil, 19
Generasi, 6 Memanggil Keluar, 19
Gereja, 3 Memilih, 19
Hamba Tuhan, 2 Metode, 2
Hermeunetika, 36 Milineal, 6
Homiletik, 14 Mimbar, 3
Homiletika, 2 Model Khotbah, 3
Homiletis, 16 Moral, 22
Homilia, 14 New Normal, 11

33
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Online, 6 Roh Kudus, 15


Outline, 18 Seni, 2
Pandemik, 11 Septuaginta, 19
Pemberitaan, 22 Sunagoge, 19
Pendidikan, 9 Survei, 50
Penelitian, 45 Techne, 14
Pengajaran, 22 Teks, 35
Pengkhotbah, Iv Tekstual, 31
Perjamuan Kudus, 19 Teologis, Iv
Perjanjian Baru, 19 Topikal, 31
Perjanjian Lama, 19 Tubuh Kristus, 19
Persekutuan, 3 Tuhan, 7
Praktis, 10 Tuhan Yesus, 7
Program Studi, 9 Tujuan, 8
Qahal, 19 Visual, 7
Qal, 19 Ya’adh, 19
Responden, 45

34
Lasino J. Putro

TENTANG PENULIS

Lahir di Kotamadya Surakarta atau yang


akrab disebut Solo, Jawa Tengah, enam
puluh dua tahun (62 tahun) yang lalu.
Memiliki 2 orang adik, 1 perempuan dan
1 laki-laki. Menjadi yatim piatu sejak
1979 karena kedua orang tua sudah
meninggal. Waktu itu masih berusia 20
tahun sehingga cita-cita semula kandas tetapi
rupanya itu jalan dan cara Tuhan untuk menunjukkan kasih
setia dan panggilan-Nya. Penulis sudah menikah, dan
memiliki 4 orang anak, 3 perempuan dan 1 laki-laki.

Walau tahun 1977 pernah merantau ke Jakarta, namun harus


kembali ke Surakarta karena situasi yang tidak
memungkinkan. Namun pertengahan tahun 1979 kemudian
merantau ke Jakarta dengan niat memenuhi panggilan untuk
masuk di Pendidikan Tinggi Teologi sehingga akhirnya
menyelesaikan pendidikan Bachelor of Christian Education pada
tahun ajaran 1983/1984.

Bergabung menjadi dosen pengajar tetap di Institut Keguruan


Alkitab dan Theologia (IKAT), sejak berdiri di tanggal 12
Februari 1986, yang sekarang menjadi Sekolah Tinggi
Theologi IKAT Jakarta. Mencapai gelar akademik Master of

35
Homiletika: Panduan Praktis Berkhotbah

Art dalam Pastoral Konseling, Magister Theologi, Magister


Pendidikan Agama Kristen dan Doktor Theologi. Menjabat
sebagai Ketua 1 di Sekolah Tinggi Theologi IKAT sampai
sekarang. Sebagai Auditor Mutu Internal. Dosen yang sudah
tersertifikasi dan memiliki Jabatan fungsional.

Kemudian di lembaga Gereja, penulis bergabung dengan


Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (Gereja PKAI)
dan ditahbiskan sebagai Pendeta dan sekaligus sebagai
Gembala Sidang sejak 1989. Selain itu bergabung dengan
beberapa lembaga pelayanan dan kegiatan kristiani yang
menunjang dalam melaksanakan pengabdian masyarakat.

Itulah sekilas tentang penulis buku dan dengan penuh harap


kiranya buku ini menjadi berkat bagi para pembacanya.

Jakarta, September 2021

Pdt. Dr. Lasino, M.Th. M. Pd

36

Anda mungkin juga menyukai