Anda di halaman 1dari 22

Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.

html

5 POKOK CALVINISME
Teologia Reformed

On this Content

5 Pokok calvinisme yang diajarkan oleh Dr.


John Calvin yaitu: Total Depravity
(Kerusakan Total Manusia), Unconditional
Election (Pemilihan yang Tidak Bersyarat),
Limited Atonement (Penebusan Terbatas),
Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak
Dapat Ditolak), dan Perseverance of the
Saints (Ketekunan Orang-orang Kudus).
Mari kita mempelajari satu per satu kelima poin Calvinisme yang sering
disingkat TULIP ini.

1. Total Depravity (Kerusakan Total


Manusia)
Apa arti kerusakan total manusia? Kerusakan total tidak berarti manusia
benar-benar jahat dan kejam sehingga tidak ada aspek yang agak baik.
Ingatlah, Alkitab mengajar bahwa Allah telah memberi wahyu umum-
Nya kepada semua manusia dalam bentuk hati nurani dan alam,
sehingga mereka tidak dapat berdalih (Ams. 20:27; Rm. 1:19-20).
Dengan adanya hati nurani yang merupakan benih agama yang
ditanamkan Allah di dalam setiap manusia, sebagai responnya, manusia
masih mampu berbuat “baik” (melalui etika moral, agama, dll) meskipun
perbuatan “baik” ini tidak dilakukannya dengan motivasi dan tujuan
yang baik yaitu memuliakan Allah. Kerusakan total manusia berarti dua
hal. Rev. Prof. 

Edwin H. Palmer, Th.D., D.D. memaparkan dua konsep kerusakan total


ini, yaitu dari sisi positif, berarti selalu dan semata-mata berbuat dosa,
dan dari sisi negatif, ketidakmampuan total.[1] Dari sisi positif,

1 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

kerusakan total manusia berarti selalu dan semata-mata berbuat dosa.


Artinya, tidak ada kecenderungan lain di dalam diri manusia, selain
berbuat dosa. Augustinus menyebut kondisi ini sebagai non-posse non-
peccare (tidak mungkin tidak berdosa). Mari kita telusuri bagian Alkitab
tentang hal ini. Dari Kitab Kejadian 3, kita sudah mendapati realita ini,
yaitu manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa berdosa secara positif
yaitu murni ingin berbuat dosa. 

Perhatikan Kejadian 3:6, “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik
hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-
sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” Setelah dibujuk
oleh iblis, Hawa termakan oleh bujukan itu dengan memandang
“keindahan” buah pengetahuan yang baik dan jahat itu, lalu kemudian
ia memakannya, ia tidak sadar bahwa pada saat itulah ia jatuh ke dalam
dosa. Kejadian 6:5 juga berkata hal serupa, “Ketika dilihat TUHAN,
bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,”
Begitu juga dengan Yeremia 17:9, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari
pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat
mengetahuinya?” Di Perjanjian Baru, kita mendapati hal serupa. Di
Roma 3:10, Paulus mengajar, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”
Lalu di ayat selanjutnya (11 s/d 18), ia memaparkan kecenderungan
perbuatan jahat manusia.

Di sisi negatif, kerusakan total berarti tidak adanya kemampuan total.


Artinya, manusia tidak mampu lagi berbuat sesuatu yang
menyenangkan Allah. Mengapa manusia tidak mampu? Ada beberapa
alasan. Pertama, manusia tidak mampu berbuat baik (dan benar) karena
manusia tidak mau mengetahui kebaikan (dan standarnya: kebenaran).
Kata “tidak mau” menunjukkan bahwa dari asalnya, karena dosa,
manusia memang benar-benar enggan mengetahui kebaikan dan
kebenaran. Rasul Paulus menjelaskan konsep ini di dalam 2 Timotius
4:3-4, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi
dongeng.” Manusia berdosa memiliki kecenderungan untuk tidak mau
lagi mengetahui apa yang baik dan benar, tetapi justru ingin

2 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

mengetahui apa yang menyenangkan (mengenakkan telinga). 

Di era pragmatisme di zaman postmodern, apa yang telah dikatakan


Paulus telah menjadi kenyataan. Dunia kita tidak mau Kristus dan
Kebenaran, tetapi menginginkan sesuatu yang mistik, “akademis”, dll,
sehingga novel-novel seperti The Da Vinci Code (fiksi tetapi mengaku
fakta juga???) begitu laris di dunia, bahkan filmnya diputar secara
serentak di dunia (termasuk Indonesia). Di Indonesia, film ini diputar
dalam jangka waktu yang agak lama. 

Bagaimana dengan film The Passion of the Christ di Indonesia? Ternyata


film yang benar-benar berpusat pada Kristus ini diputar di Indonesia
dalam jangka waktu lebih pendek dari pemutaran film The Da Vinci
Code, bahkan menurut berita, di beberapa negara, film The Passion of
the Christ dilarang diputar, tetapi herannya mengapa film The Da Vinci
Code diputar serentak, dan hampir tidak ada negara yang melarang
pemutaran filmnya? Inilah bukti dunia tidak mau mengetahui
kebenaran, tetapi maunya sesuatu yang menyenangkan. Selain tidak
mau mengetahui kebenaran, kedua, manusia tidak mampu berbuat
baik, karena mereka tidak mau tunduk kepada Kebaikan dan Kebenaran
itu. Akibat dari tidak mau mengetahui Kebenaran, maka manusia
otomatis tidak mau tunduk kepada Kebaikan/Kebenaran. 

Kita bisa menjumpainya di dalam pengalaman penginjilan. Ketika kita


menginjili beberapa orang yang diinjili itu (yang menolak) secara umum
mengatakan bahwa semua agama itu sama, bahkan ada yang tidak
menganggap Injil yang kita beritakan. Yang lebih ekstrim lagi,
Kekristenan dihina, diancam, gereja-gereja dibakar, Kristus dilecehkan
dengan berbagai alasan “akademis”, misalnya kawin dengan Maria,
tidak bangkit, dll. Semua itu menunjukkan bahwa manusia sebenarnya
tidak mau tunduk kepada Kebenaran, tetapi memberontak kepada
Kebenaran. Sayang, semakin mereka memberontak kepada Kebenaran,
mereka bukan semakin hebat, tetapi mereka semakin kelihatan bodoh. 

Ketika membicarakan tentang Bertrand Russell dan Irasionalitas


Rasionalisme di dalam Persekutuan dan Pembinaan Pemuda GRII
Andhika, Surabaya tanggal 22 April 2008, Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
memberikan satu ilustrasi bagus. Beliau memaparkan bahwa manusia
yang mau melawan Kristus itu seperti benda lunak mau melawan benda
keras (misalnya, kapas mau melawan besi/baja), akhirnya, semakin

3 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

orang itu melawan Kristus, mereka semakin kalah dan tidak bisa apa-
apa. Itulah gambaran dunia yang katanya semakin “pintar”, tetapi
realitanya bodoh.

2. Unconditional Election (Pemilihan yang


Tidak Bersyarat)
Karena semua manusia sudah rusak total, maka jalan keluar dari dosa
yaitu keselamatan. Keselamatan itu datang dari pihak Allah (anugerah
Allah) yang dimulai dari Allah yang telah memilih beberapa manusia
untuk diselamatkan dan pemilihan itu tidak bersyarat. Mari kita telusuri
pengajaran Alkitab mengenai bagian ini.

Dengan jelas sekali, Tuhan Yesus berfirman di dalam Yohanes 6:37,


“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Dengan kata
lain, orang bisa datang kepada Kristus setelah orang-orang itu ditarik
oleh Bapa. Berarti, tetap ada orang-orang tertentu yang dipilih Bapa
untuk dibawa kepada Kristus.

Kedua, Tuhan Yesus juga mengatakan di dalam Yohanes 15:16, “Bukan


kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah
dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa
dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Di titik pertama, Tuhan
Yesus sudah mengajarkan bahwa bukan manusia yang memilih Tuhan,
tetapi Tuhan yang memilih manusia. Ini berarti pemilihan berada di
tangan Allah, bukan di tangan manusia. Dengan kata lain, semua
doktrin yang mengajarkan bahwa Tuhan menyelamatkan semua orang
dan tidak pernah memilih orang-orang tertentu sudah diruntuhkan oleh
pengajaran Tuhan Yesus sendiri.

Di Kisah Para Rasul 13:48, atas ilham Roh, dr. Lukas menulis,
“Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah
dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang
ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.” Perkataan
ini terjadi setelah Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang
Yahudi di Antiokhia di Psidia (baca: ayat 16 dan 44). Orang-orang yang

4 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

telah dipilih Allah akhirnya meresponi firman yang diberitakan Paulus


dan Barnabas (baca: ayat 48), sedangkan yang tidak dipilih, malahan
menolak dan geram kepada pemberitaan (dan para pemberita) Injil
(baca ayat 45).

Di Efesus 1:4-6, dengan lebih jelas dan gamblang, Paulus mengajarkan,


“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia
telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya
terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada
kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” Ada empat hal yang mau kita
soroti pada bagian ini. 

Pertama, Paulus mengajarkan bahwa di dalam Kristus, Allah telah


memilih kita. 

Berarti, proses keselamatan akhirnya menuju kepada Kristus. Allah Bapa


merencanakan keselamatan, Allah Anak (yaitu Tuhan Yesus)
menggenapi keselamatan, dan Allah Roh Kudus yang menyempurnakan
karya keselamatan Kristus itu dengan mengefektifkan karya penebusan
Kristus ke dalam hati setiap umat pilihan yang telah dipilih Allah Bapa. 

Kedua, Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia


dijadikan. Berarti, Allah memilih manusia jauh sebelum manusia
berdosa. Ini juga berarti bahwa Allah yang memilih manusia bukan
karena manusia yang ingin diselamatkan, tetapi pemilihan mutlak
terjadi dari pihak Allah yang berinisiatif aktif. 

Ketiga, Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia


dijadikan supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Artinya,
kita dipilih Bapa di dalam Kristus supaya kita memancarkan terang
Kristus di hadapan Bapa (bdk. Rm. 12:1-2; Efesus 2:10). 

Dan terakhir, Allah yang telah memilih kita di dalam Kristus sebelum
dunia dijadikan terjadi karena kasih karunia Allah saja. Perhatikan ayat 6
di dalam Ef. 1 ini. Ketika Allah telah menentukan kita di dalam Kristus,
itu terjadi karena anugerah-Nya, sehingga anugerah-Nya itulah yang
harus dipuji selama-lamanya, bukan karena kehebatan diri kita yang
memilih Tuhan. Di sini, proposisi Arminian yang mengajarkan bahwa

5 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

manusia yang memilih Tuhan dan Ia baru memilih manusia setelah Ia


melihat iman manusia yang dipilih-Nya itu sudah digagalkan di bagian
ini. Allah memilih beberapa orang bukan atas dasar perbuatan baik
manusia, tetapi murni karena anugerah dan kedaulatan Allah (bdk. Ef.
2:8-9; Rm. 8:29-30).

Lalu, apa signifikansi doktrin ini? Pemilihan tanpa syarat memberikan


beberapa signifikansi penting, yaitu:

Pertama, bersyukur. Tidak ada respon yang paling penting selain kita
terus-menerus bersyukur atas anugerah-Nya yang begitu agung yang
telah diberikan-Nya bagi kita yang berdosa. Kalau Allah memilih
manusia berdasarkan kebaikan manusia, maka manusia bisa berbangga
karenanya, tetapi Alkitab TIDAK mengajar demikian. Alkitab mengajar
bahwa Allah memilih manusia TIDAK melihat jasa baik manusia, tetapi
murni anugerah dan kedaulatan Allah. Justru karena inilah, kita makin
bersyukur bukan hanya karena Ia telah memilih kita, tetapi juga Ia telah
memilih kita tanpa melihat diri kita yang kotor dan najis ini. Dengan
kata lain, Ia menerima kita apa adanya. Itulah penghiburan umat Tuhan
yang tak terkira.

Kedua, bersaksi dan berbuat benar. Kita tidak cukup hanya bersyukur,
kita harus menyaksikan cinta kasih Tuhan yang begitu agung ini kepada
semua orang tanpa kecuali melalui penginjilan dan perbuatan kita yang
memuliakan Tuhan sebagai seorang yang telah dipilih Allah. Kita bisa
melakukan hal ini pun merupakan anugerah Allah melalui pekerjaan
Roh Kudus. Dengan kata lain, di dalam pemilihan Allah, mengutip
perkataan Ev. Mercy G. P. Matakupan, S.Th., Ia menerima kita apa
adanya, tetapi Ia tidak membiarkan kita apa adanya. Artinya, Ia
menerima kita dalam kondisi apa adanya, tidak melihat jasa baik kita,
tetapi Ia tidak selamanya membiarkan kita terus di dalam kondisi rusak
(apa adanya), melainkan Ia akan memampukan kita berbuat baik demi
kemuliaan-Nya.

3. Limited Atonement (Penebusan


Terbatas)
Kata “terbatas” tidak berarti secara kualitas/kemampuan.[2] Penebusan

6 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

terbatas berarti penebusan yang cakupannya terbatas hanya pada umat


pilihan-Nya. Arminianisme memercayai bahwa Kristus menebus dosa
semua umat manusia bahkan mereka yang telah ditentukan untuk
binasa. Mereka mengutip ayat-ayat Alkitab yang hanya membicarakan
tentang doktrin mereka, misalnya: Yohanes 4:42; 2Korintus 5:14; Titus
2:11; 1Yohanes 2:2; dll. Benarkah ajaran mereka? Kelihatannya benar,
jika ayat-ayat tersebut dicomot dan tidak memperhatikan bagian
Alkitab lain. Tetapi jika kita mengerti totalitas Alkitab khususnya
Perjanjian Baru, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang cakupan penebusan Kristus. Mari kita akan menganalisanya
satu per satu.

Tuhan Yesus sendiri di dalam Yohanes 6:37-38 berfirman, “Semua yang


diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari
sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan
kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Kedua ayat ini berada di
dalam konteks ketika orang banyak sedang mengerumuni Tuhan Yesus
untuk minta roti lagi (baca: ayat 25). Lalu Ia memberikan pengajaran
yang sangat sulit diterima untuk mendidik sekaligus menguji motivasi
mereka dalam mengikut-Nya. 

Akibatnya, setelah pengajaran sulit itu disampaikan, ternyata banyak


dari mereka yang mengundurkan diri (ay. 60-66). Nah, kedua ayat ini
menjadi ayat yang menjelaskan dan membedakan mutlak mana umat
Tuhan sejati dan mana yang palsu. Mari kita analisa. Kata “semua” di
Yohanes 6: 37 tidak harus diterjemahkan semua, karena kata Yunaninya:
pas bisa diterjemahkan “setiap” atau “seluruh”. Lalu, di dalam struktur
bahasa Yunani, “diberikan” di dalam ayat 37 menggunakan bentuk aktif
dan present. Begitu juga dengan terjemahan Inggris. 

English Standard Version (ESV) menerjemahkan, “All that the Father


gives me will come to me, and whoever comes to me I will never cast
out.” (=Semua yang Bapa berikan kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
...) Lalu, “akan datang” di dalam struktur bahasa Yunani menggunakan
bentuk akan datang (future). Dengan kata lain, ayat ini berarti semua
yang telah ditentukan Allah Bapa menjadi umat-Nya diberikan kepada
Kristus untuk ditebus (baca ayat 37 dan 38 secara integratif). Di pasal
yang sama, di ayat 44, kembali Tuhan Yesus mengulang pengajaran-
Nya, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia

7 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan
pada akhir zaman.” Kata “jikalau” seharusnya diterjemahkan kecuali.
Dengan kata lain, tidak mungkin seorang bisa datang kepada Kristus,
kecuali orang itu ditarik oleh Bapa untuk datang kepada Kristus.

Kembali, Tuhan Yesus pula mengajarkan konsep penebusan terbatas


yaitu Ia mati bagi domba-domba-Nya. Istilah “domba” dan “Gembala”
diajarkan-Nya sendiri di dalam Yohanes 10. Mari kita telusuri. Pada ayat
11, Tuhan Yesus berfirman, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang
baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” Ia menyatakan
diri-Nya sebagai Gembala yang baik (the good shepherd), bukannya
gembala murahan/upahan (kontrasnya, baca ayat 12). 

Apa bedanya? Seorang gembala domba adalah penjaga domba yang


sungguh-sungguh menjaga dan memelihara domba serta berani
melawan binatang apa pun yang berani mengganggu domba
gembalaannya. Sedangkan upahan mungkin kelihatan menjaga domba,
tetapi sebenarnya tidak, karena ketika ada bahaya mengancam, ia lari
duluan dan meninggalkan domba-dombanya (ay. 12-13). Tuhan Yesus
tidak seperti upahan itu, tetapi Ia adalah Gembala yang Baik (bukan
hanya sekadar gembala). Gembala yang Baik itu bukan hanya mengasihi
domba-domba-Nya, tetapi juga rela mati bagi domba-domba-Nya. 

Lalu, bagaimana dengan ayat 16 yang mengajarkan bahwa ada domba


lain dari kandang lain, dan domba-domba itu juga dituntun-Nya. Apa
arti domba dari kandang lain ini? Kita harus mengerti konteks total
ketika Kristus mengajar hal ini. Ia mengajar dan mengidentikkan
domba-domba-Nya ini sebagai umat pilihan-Nya, Israel rohani. Ketika
ada domba lain dari kandang lain, itu menunjuk pada umat pilihan-Nya
juga tetapi dari orang-orang non-Israel. Beberapa orang menafsirkan
itu sebagai orang kafir (Gentiles). 

Dengan kata lain, ketika Tuhan Yesus menuntun domba-domba dari


kandang lain, itu berarti Ia juga menyelamatkan banyak orang non-
Yahudi, karena mereka juga termasuk umat pilihan-Nya. Tetapi hal ini
tidak berarti, Ia menyelamatkan semua orang tanpa kecuali, bahkan
orang-orang yang telah ditentukan untuk binasa (kaum reprobat).
TIDAK! Tidak ada indikasi apa pun dalam ilustrasi Tuhan Yesus ini dan
jangan berani menafsirkan apa yang tidak dibicarakan oleh Alkitab.

8 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Hal tentang domba juga diajarkan Paulus dengan menggunakan kata


“jemaat”. Mari kita membaca Efesus 5:25-27, “Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya
jemaat kudus dan tidak bercela.” 

Untuk mengajarkan pola hubungan suami dan istri di dalam keluarga


Kristen yang bertanggung jawab, maka Paulus memakai ilustrasi Kristus
dan jemaat. Di sini, Paulus mengajarkan bahwa Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya (mati disalib) untuk menebus
mereka. Kata “jemaat” dalam bagian ini dalam bahasa Yunani ekklēsia,
diterjemahkan: gereja (church). Di titik ini, Arminianisme tidak bisa
berkutik, karena Paulus TIDAK mengajar bahwa Kristus mati untuk
semua orang, tetapi dikatakan bahwa Ia mati bagi jemaat (gereja)
karena Ia mengasihi mereka. Jemaat/gereja ini meliputi semua orang
pilihan-Nya dari berbagai bangsa, suku, status, dan kebudayaan.

Lalu, bagaimana dengan anggapan-anggapan kaum Arminian yang


mengutip ayat-ayat yang seolah-olah kelihatannya penebusan bersifat
universal? Mari kita teliti bersama.

Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” Ayat ini tidak asing lagi di telinga orang Kristen, tetapi yang
asing adalah penafsirannya. Biasanya, banyak orang Kristen menafsirkan
bahwa Kristus menebus semua manusia tanpa kecuali dengan
menafsirkan “dunia” menunjuk kepada semua orang. 

Benarkah? Mari kita analisa. Ayat 16 diawali dengan suatu tesis bahwa
karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Inilah yang
membuktikan anugerah dan kasih Allah bagi umat-Nya dan dasar bagi
penebusan Kristus. Lalu, disusul dengan pernyataan, “sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,” Penebusan Kristus didasarkan
pada kasih Allah. Kemudian, penebusan Kristus ini tidak berhenti, tetapi
berdampak, yaitu supaya setiap orang yang percaya kepada Kristus
tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. 

9 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Dengan kata lain, dunia yang dimaksudkan sebagai objek kasih Allah,
bukan dunia secara universal, tetapi terbatas hanya kepada mereka
yang percaya kepada-Nya. Ada theolog yang menafsirkan bahwa
penebusan Kristus itu berlaku universal, tetapi efektif bagi umat pilihan-
Nya lalu mengutip ayat ini. Ajaran ini jelas kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Mengapa? Karena kalau orang ini menafsirkan
bahwa penebusan Kristus berlaku universal, tetapi efektif bagi umat-
Nya, pertanyaannya adalah buat apa Kristus menebus kalau di titik
pertama, Ia mengetahui penebusan-Nya bisa berlaku universal, tetapi
efektif hanya pada umat pilihan? 

Theologi Reformed mengajar bahwa meskipun penebusan Kristus bisa


berlaku untuk semua orang (kemampuan penebusan Kristus itu
dahsyat), tetapi kenyataannya hanya berlaku pada umat pilihan-Nya
saja (cakupan penebusan Kristus itu terbatas/tertentu). Tidak ada
pemisahan antara “berlaku” dan “efektif”. Memisahkan dua hal ini
berarti memisahkan kedaulatan Allah di dalam penebusan Kristus yang
telah ditetapkan-Nya dari semula!

Paulus di dalam 1Tim. 2:6 mengajarkan bahwa Kristus, “yang telah


menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan.” Apakah kata “semua” mutlak
harus diterjemahkan semua? Tidak. Kembali, kata Yunani yang
dipergunakan untuk “semua” di bagian ini adalah pas yang bisa
diterjemahkan “setiap”. 

Dr. Edwin H. Palmer memberikan satu contoh ilustrasi yang


menggambarkan bahwa tidak selalu kata “semua” harus diterjemahkan
“semua” secara mutlak. Beliau memberi contoh, yaitu di surat kabar
diberitakan bahwa ada sebuah kapal tenggelam, tetapi semua orang
dapat diselamatkan.[3] Dari contoh ini, apakah “semua orang” harus
diterjemahkan “semua” secara mutlak yang berarti semua orang di
dunia? Jelas TIDAK. Semua orang di sini di dalam konteks menunjuk
pada semua orang di dalam kapal. Begitu juga di dalam penggunaan
kata “semua” di dalam Alkitab, tidak boleh diterjemahkan “semua”
secara mutlak.

Masih banyak ayat yang bisa kita teliti bersama, tetapi kita akan
mengakhirinya dan langsung mempelajari signifikansi dari doktrin

10 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

penebusan terbatas ini. Doktrin Penebusan Terbatas memberi beberapa


signifikansi penting, yaitu:

Pertama, keselamatan itu personal, bukan borongan. Ketika Kristus


telah menebus beberapa orang (termasuk kita), itu merupakan
anugerah Allah bagi setiap individu yang dipilih-Nya. Dan individu yang
dipilih-Nya harus meresponi apa yang telah dikerjakan-Nya melalui
iman. Iman bukan kehebatan manusia yang bisa memilih Tuhan. Iman
yang tetap merupakan anugerah Allah adalah respon aktif (sekaligus
pasif) yang menerima anugerah penebusan Kristus. Inilah yang saya
maksudkan dengan keselamatan personal. 

Tidak ada istilah borongan di dalam Kekristenan. Maksudnya, orang


yang menjadi umat pilihan-Nya bukan karena ia mau dan ikut-ikutan
dengan teman Kristen lain. Ingatlah, orang Kristen sejati (umat pilihan-
Nya) bukan orang yang lahir dari keluarga Kristen atau sudah dibaptis
bahkan pemimpin gereja. Orang Kristen sejati adalah orang-orang yang
telah dipilih Allah Bapa, dikuduskan oleh Roh Kudus supaya taat kepada
Kristus dan menerima percikan darah-Nya (definisi Pdt. Dr. Stephen
Tong yang didapat dari 1Petrus 1:2) 

Sungguh luar biasa definisi 1Ptr. 1:2 tentang siapa orang Kristen sejati,
yaitu mereka yang: telah dipilih oleh Allah Bapa, lalu dikuduskan oleh
Roh Kudus (dilahirbarukan oleh Roh Kudus) supaya bisa percaya dan
taat kepada Kristus serta menerima percikan darah-Nya. Di sini, orang
Kristen adalah orang yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus untuk
percaya dan taat kepada Kristus. Jadi, kelahiran baru mendahului
pertobatan (bdk. 1Korintus 12:3b). 

Tetapi kelahiran baru yang dikerjakan Roh Kudus tidak berhenti,


melainkan harus diteruskan melalui perbuatan kita sehari-hari sebagai
wujud ucapan syukur kita atas anugerah-Nya yang telah menebus kita
dari dosa. Roh Kudus yang telah melahirbarukan kita sehingga kita bisa
bertobat, Ia jugalah yang akan menuntun jalan hidup kita selangkah
demi selangkah (tanpa mengorbankan tanggung jawab manusia
pribadi) sehingga kita bisa memuliakan Allah melalui kehidupan kita
sehari-hari.

Kedua, pemberitaan Injil. Sering kali banyak theolog non-Reformed


menuduh Reformed yaitu karena mengajarkan Penebusan Terbatas,

11 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

maka orang Reformed tidak lagi mau memberitakan Injil. Itu memang
kesalahan dari para penganut “Reformed” yang tidak sungguh-sungguh
mengerti Reformed (yang pasti Injili). Pdt. Dr. Stephen Tong sering
menyebut banyak gereja mengaku atau memasang plang Reformed,
tetapi theologinya tidak Reformed, itu sebenarnya bukan Reformed,
tetapi De-formed atau bahkan no-formed. Mengapa beliau sampai
mengatakan hal ini? 

Karena beliau mengamati banyak gereja dan pendeta Reformed


mendapat pendidikan akademis dari luar negeri tetapi sayang tidak
memiliki semangat penginjilan. Beliau sempat menantang bahwa
banyak gereja Protestan arus utama yang dipengaruhi Calvinisme tetapi
tidak satu pun menghasilkan penginjil dengan kuasa Roh Kudus. Hal ini
berbeda dari sejarah tokoh-tokoh Puritan yang bertheologi Reformed,
sekaligus berhati murni. 

Salah satunya adalah Rev. Jonathan Edwards, seorang theolog


Reformed lulusan Yale University yang memiliki hati yang berkobar-
kobar memberitakan Injil. Sejarah mencatat kebangunan rohani yang
dipimpin Rev. Jonathan Edwards sebagai The Great Awakening
(Kebangunan Besar). Selain Edwards, Rev. Charles Haddon Spurgeon,
theolog dan pendeta Reformed dari gereja Baptis juga seorang
pengabar Injil dan pengkhotbah yang berapi-api, sampai beliau dijuluki
Pangeran Pengkhotbah (Prince of Preachers). 

Sayang, di zaman postmodern yang kacau ini, sangat jarang (bukan


berarti tidak ada) kita bisa menjumpai pendeta yang bertheologi
Reformed sekaligus berhati penginjilan. Oleh karena itu, Pdt. Dr.
Stephen Tong mendirikan Gerakan Reformed Injili. Theologi Reformed
itu baik, tetapi sejarah membuktikan banyak gereja yang mengaku
bertheologi “Reformed” sudah tidak lagi memegang Injil sejati dan
memberitakan Injil, karena mungkin diterpa arus postmodern. 

Tidak usah heran, banyak jemaat dari gereja Protestan arus utama yang
mengaku diri bertheologi “Reformed” masih pergi ke dukun, percaya
takhayul, dll. Itu semua membuktikan, gereja hanya sibuk mengurusi
hal-hal internal, tetapi lupa mengurusi hal yang lebih penting, yaitu hal-
hal eksternal, bersaksi bagi Kristus. Gereja terlalu sibuk mementingkan
organisasi, tetapi melupakan misi. Sungguh amat mengasihankan. 

12 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Saat ini, ketika kita sudah belajar banyak theologi Reformed khusus
tentang Penebusan Terbatas, biarlah hati kita semakin dikobarkan untuk
memberitakan Injil dengan hikmat dan kuasa Roh Kudus. Doktrin
Predestinasi tidak pernah menyurutkan api penginjilan, karena doktrin
ini justru memberikan kekuatan pendorong pemberitaan Injil. Jika Allah
telah menentukan beberapa orang untuk dipilih dan ditebus oleh
Kristus, maka kita tinggal menuai hasilnya melalui pemberitaan Injil. 

Dan lagi, ketika Allah telah menentukan umat pilihan-Nya, kita tidak
perlu terlalu ngotot memaksakan Injil di dalam penginjilan, seperti yang
dilakukan oleh beberapa misionaris Injili yang dangkal. Ketika orang
yang kita injili tidak mau menerima Injil, kita tidak perlu memaksa,
biarlah kita tinggalkan orang itu, karena mungkin sekali orang itu bukan
umat pilihan-Nya, atau mungkin juga bukan kita yang diutus-Nya
memberitakan Injil pada orang itu (mungkin rekan atau sahabat kita
yang diutus-Nya menginjili orang itu). Semua aktivitas penginjilan yang
kita kerjakan adalah bertujuan untuk memuliakan Allah, bukan untuk
menambah jumlah anggota jemaat atau orang Kristen. Ingatlah
motivasi dan tujuan ini!

4. Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak


Dapat Ditolak)
Pertama-tama, kita perlu mengerti arti anugerah. Anugerah adalah
sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang tidak layak menerima.
Misalnya, seorang penjahat yang luar biasa biadabnya kemudian
menerima pengampunan dari pengadilan, itu adalah anugerah.
Mengerti anugerah harus disandingkan dengan mengerti dosa dan
kerusakan total manusia. Memisahkan dua hal penting ini
mengakibatkan munculnya bidat-bidat di sepanjang sejarah gereja.
Bidat-bidat itu adalah: Pertama, Pelagianisme (lawan Augustinianisme)
yang mengajarkan bahwa manusia itu tidak berdosa sejak lahir,
melainkan manusia lahir dengan kebaikan sempurna. 

Ajaran ini ditolak dengan tegas di Sinode Karthage pada tahun 418,
Konsili Efesus pada tahun 431, dan Sinode Orange pada tahun 529.[4]
Bidat kedua, Semi-Pelagianisme (Arminianisme) sebagai jalan tengah
antara Calvinisme dan Pelagianisme (model Postmodern yang suka

13 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

“berdamai”). Istilah Semi-Pelagianisme dimunculkan oleh Luis Molina


pada tahun 1590 dan 1600   http://en.wikipedia.org/wiki/Semi-
Pelagianism). 

Bidat ini mengajarkan bahwa manusia memiliki kebaikan di tingkat


tertentu, selebihnya mereka hanya bisa beriman melalui anugerah Allah.
Tetapi iman yang diberikan Allah ini bisa ditolak. Dengan kata lain,
anugerah Allah bisa ditolak, karena itu terserah pada kehendak bebas
manusia. Dr. Palmer memberikan istilah “kerja sama” untuk doktrin ini.
Artinya, di dalam keselamatan, Allah memberikan anugerah kepada
manusia, dan manusia harus menerimanya dengan iman, jika tidak,
maka keselamatan itu tidak bisa diperoleh manusia. 

Benarkah ajaran ini? Jika “benar”, maka di dalam keselamatan manusia,


unsur jasa baik manusia (dengan dalih “iman”) tetap diperhitungkan,
padahal berkali-kali Alkitab menegaskan bahwa di dalam keselamatan
manusia, tidak ada unsur jasa baik yang diperhitungkan, semuanya
murni anugerah Allah! Hal ini jelas bertentangan dengan inti
pengajaran Alkitab. Bukan hanya itu saja, doktrin ini sangat berbahaya,
yaitu mengajarkan bahwa Allah “kewalahan” kalau manusia tidak
meresponi anugerah-Nya melalui iman. Jika manusia tidak menerima
anugerah Allah melalui iman, maka Allah tidak mau menyelamatkan
(istilah kerennya: Allah “ngambek”). Bukankah doktrin ini sangat
berbahaya dan merendahkan otoritas keMahakuasaan Allah yang
Berdaulat?

Lalu, apa yang Alkitab ajarkan? Kembali, mengerti anugerah Allah yang
tidak dapat ditolak harus didasari dari mengerti akan kerusakan total
manusia akibat dosa. Di atas, kita telah merenungkan dan mempelajari
makna Kerusakan Total manusia berdosa yang merusak seluruh
keberadaan manusia, dari rasio, emosi, kehendak, dll, sehingga motivasi
kita dalam berbuat baik tidak lagi murni untuk memuliakan Tuhan. 

Bayangkan kerusakan total manusia itu seperti yang sudah saya


ilustrasikan di atas, yaitu seperti seorang penjahat kelas kakap dan
sangat biadab yang akan dihukum mati. Lalu, orang yang paling biadab
ini tiba-tiba mendapat pengampunan, yaitu tidak jadi dihukum mati,
kira-kira sebagai orang normal, apa yang dilakukan oleh orang ini?
Menolak? 

14 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Tentu tidak. Justru, menerima, bahkan mungkin orang ini akan berlutut
bersyukur kepada orang yang telah membebaskannya dari hukuman
mati. Tidak tahu lagi, kalau orang yang akan dihukum mati ini adalah
orang yang kurang waras (atau gila), sehingga ia tidak mau menerima
anugerah itu. Begitu juga dengan umat pilihan-Nya. Kepada mereka
diberikan anugerah Allah yang menyelamatkan, dan tentu mereka pasti
menerima anugerah itu dengan penuh rasa syukur, karena mereka telah
dimerdekakan dari dunia kegelapan dan dibawa kepada Terang Allah.
Respon mereka ini pun adalah anugerah Allah. Mari kita telusuri apa
yang Alkitab ajarkan tentang anugerah yang tidak dapat ditolak.

Seperti yang telah kita bahas di atas, ayat Alkitab pertama yang
mengajar bahwa anugerah Roh Kudus tidak dapat ditolak adalah
perumpamaan Tuhan Yesus sebagai Gembala Domba yang baik di
dalam Injil Yohanes 10. Di ayat 16, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa
domba-domba lain yang dari kandang lain dituntun-Nya. Ayat ini
TIDAK berkata bahwa domba-domba lain yang mau ikut dituntun-Nya,
tetapi ayat ini mengatakan bahwa domba-domba lain dituntun-Nya
juga. Apakah ini paksaan? TIDAK. Ini terjadi karena anugerah.
Bayangkan, Tuhan Yesus menyamakan kita (umat pilihan-Nya) seperti
domba-domba yang suka menurut dan mengenal siapa Gembalanya.
Kalau kita disamakan seperti domba, mengapa kita maunya seperti
buaya atau binatang lain yang mau berjalan sendiri tanpa
pemimpin/gembala? Ini kegagalan manusia berdosa yang terus
menganggap diri “pintar”.

Rasul Paulus menjelaskan kronologis dari pemilihan sampai pemuliaan


anak-anak Allah secara rinci dan teliti di dalam Roma 8:29-30, “Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya
Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan
mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-
Nya. 

Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan


mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Pada
kedua ayat ini, tidak ada satu pun indikasi bahwa orang yang telah
dipilih Allah tiba-tiba menolak anugerah Allah itu lalu binasa. Justru
kedua ayat ini menunjukkan kronologis teliti yang Paulus paparkan dari
pemilihan, penentuan Allah, pemanggilan, pembenaran, sampai

15 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

pemuliaan mereka yang telah dipilih-Nya. Tidak ada pemisahan di


antara proses ini.

Apa signifikansi doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak?

Anugerah Allah yang tidak dapat ditolak membawa kita pada


keagungan karya Allah. Justru setelah kita memahami bahwa anugerah
Allah tidak dapat ditolak, kita baru menyadari bahwa karya Allah begitu
agung sehingga Ia rela menyelamatkan beberapa orang dari manusia
dari jurang dosa yang gelap dan membawa mereka kepada Terang
Allah yang ajaib. Kalau keselamatan manusia diletakkan pada kehendak
bebas manusia, lalu manusia bisa menerima atau menolak anugerah
Allah, percayalah, hampir bisa dipastikan manusia berdosa banyak (atau
hampir semua) memilih untuk menolak anugerah Allah, karena dosa
manusia telah mencengkeram hidup mereka sehingga mereka menolak
Kebenaran. 

Akibatnya, dosa semakin bertambah, dan Allah “kewalahan”. Tetapi puji


Tuhan, Alkitab mengajarkan bahwa manusia diselamatkan mutlak dan
murni atas inisiatif anugerah Allah. Mungkin seolah-olah bagi kita,
anugerah Allah “memaksa” kita sehingga kita menerima Kristus,
padahal kita “tidak mau”, tetapi ketika kita makin lama makin melihat
“paksaan” Allah ini, kita mendapati begitu agungnya karya Allah yang
Mahabesar ini sehingga kita tidak henti-hentinya mengucap syukur atas
anugerah Allah yang mahadahsyat ini. 

Ucapan syukur atas anugerah Allah yang tidak dapat ditolak ini harus
diteruskan juga kepada orang-orang lain dengan memberitakan Injil
kepada mereka, sehingga kita membawa mereka juga bersama-sama
mengalami dan melihat kedahsyatan anugerah Allah di luar rasio
manusia yang terbatas.

5. Perseverance of the Saints (Ketekunan


Orang-orang Kudus)
Beberapa theolog menjelaskan arti lain dari konsep ini, yaitu ketekunan
Allah bagi orang-orang kudus. Orang-orang kudus di sini berarti umat
pilihan-Nya (yang percaya kepada Kristus dengan sungguh-sungguh).

16 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Dr. Palmer menjelaskan arti sederhana konsep ini sebagai “sekali


diselamatkan selamanya diselamatkan.”[5] Artinya, semua umat pilihan
yang telah diselamatkan, otomatis tidak akan pernah mungkin bisa
hilang keselamatannya. Konsep ini baru bisa dimengerti setelah kita
mengerti ketekunan dan kesetiaan Allah. 

Di dalam Alkitab, kita mempelajari banyak konsep tentang Allah yang


Setia. Bahkan Paulus di Roma 3:3-4 berani menantang jemaat Roma,
“Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah
ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak!
Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong,
seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala
firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."” Mereka di sini
menunjuk kepada orang Yahudi. Meskipun orang Yahudi banyak yang
tidak setia, Allah tetap setia pada janji-Nya menyelamatkan umat
pilihan-Nya (termasuk beberapa orang Yahudi).[6] 

Kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajarkan, “Ia juga akan


meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak
bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil
kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita,
adalah setia.” (1Korintus 1:8-9) Jika di Roma 3:3, Paulus menggunakan
kata Yunani pistis, maka di 1Korintus 1:9, Paulus menggunakan kata
pistos, yang keduanya memiliki akar kata Yunani peithō yang bisa
diterjemahkan keyakinan, persetujuan, jaminan, dll. 

Dengan kata lain, Allah yang setia adalah Allah yang bisa dipercayai dan
dijamin (trustworthy). Allah yang bisa diandalkan ini adalah Allah yang
juga bisa diandalkan di dalam hal keselamatan. Ia yang telah memulai
keselamatan, Ia pulalah yang akan menggenapinya. Oleh sebab itu,
mari kita akan menelusuri apa yang Alkitab ajarkan tentang hal ini
sehingga kita makin lama makin mengerti apa yang Alkitab ajarkan
tentang kesetiaan Allah.

Tuhan Yesus di dalam Injil Yohanes 6:39 berfirman dengan jelas, “Dan
Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua
yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Kata “hilang” dapat
diterjemahkan binasa. Dengan kata lain, semua umat pilihan yang telah
dibawa oleh Allah Bapa kepada Kristus tidak mungkin binasa, melainkan

17 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

mereka akan dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman (bdk. Yoh.
3:16b). Inilah jaminan keselamatan kekal Allah bagi umat-Nya.

Selanjutnya, Tuhan Yesus pula di dalam Yohanes 10:27-29 berfirman,


“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal
mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar
dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa.” 

Ketiga ayat ini berada di dalam konteks pembahasan Tuhan Yesus


tentang Gembala dan domba. Domba mendengarkan suara
gembalanya, demikian juga umat pilihan-Nya mendengar suara Kristus
sebagai Gembala mereka. Antara Gembala dan domba, saling
mengenal, sehingga mereka tidak mungkin tertipu. Sebagai wujud kasih
Gembala kepada domba, Ia mau menyerahkan hidup-Nya bagi domba-
domba itu (baca ayat 11) dan kemudian, Ia memberikan hidup kekal
kepada domba-dombanya itu. Apakah hidup kekal itu? Hidup yang
tidak bisa binasa (Yoh. 3:16b). 

Wujudnya adalah domba-domba-Nya tidak akan bisa direbut dari


tangan Kristus dan Bapa. Lebih tegas lagi dikatakan oleh Tuhan Yesus
sendiri di ayat 29 bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berkuasa
dari Bapa yang telah memberikan umat pilihan-Nya kepada Kristus.
Dengan kata lain, hanya Allah Trinitas yang berkuasa mutlak atas
keselamatan umat-Nya, dan iblis pun tidak bisa merebut umat pilihan-
Nya itu. Itulah jaminan keselamatan kekal umat pilihan-Nya. Jika
Arminian yang mengajarkan bahwa keselamatan umat pilihan-Nya bisa
hilang itu benar, maka patutkah Kristus di ayat 29 mengatakan bahwa
Bapa-Nya lebih besar dari siapapun?

Sebagai jaminan bahwa keselamatan kita tidak akan pernah hilang,


maka Roh Kudus diutus untuk menjadi saksi. Rasul Paulus mengajarkan
hal ini di dalam Efesus 1:13-14, “Di dalam Dia kamu juga--karena kamu
telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di
dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh
Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan
bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang

18 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” 

Roh Kudus adalah jaminan (bisa diterjemahan stempel sah) bagi umat-
Nya bahwa mereka tidak akan binasa. Mengapa? Karena Roh Kudus itu
yang menjamin kita memperoleh seluruhnya, yaitu penyempurnaan
penebusan yang menjadikan kita milik Allah (baca ayat 14). Sungguh
sangat jelas, Roh Kudus menjadi saksi dan jaminan bagi kita bahwa kita
benar-benar anak-anak Allah dan tidak akan pernah ditinggalkan
sendirian (Rm. 8:16, 28).

Para theolog Arminian menyanggah pandangan ini dengan dua


argumentasi, yaitu: pertama, doktrin ini tidak “cocok” dengan fakta
bahwa ada banyak orang Kristen yang akhirnya murtad, lalu kedua,
doktrin ini mengakibatkan orang Kristen hidup seenaknya sendiri.
Bagaimana tanggapan Reformed?

Pertama, kalau ada orang Kristen yang murtad, kita perlu klarifikasikan
makna Kristen itu sendiri pada diri orang itu. Apa arti Kristen? Kristen
berarti pengikut Kristus (atau bisa diterjemahkan “Kristus-kristus kecil”
yang menjadi saksi Kristus di tengah dunia. 

Untuk menjadi saksi Kristus, hidup orang Kristen sejati harus berpusat
kepada Kristus dan firman Allah (Alkitab). Hidup yang berpusat kepada
Kristus dan Alkitab adalah hidup yang menTuhankan Kristus dan
memuliakan-Nya SAJA. Benarkah orang Kristen sejati tiba-tiba bisa
murtad? Dari definisi yang sudah saya paparkan secara jelas ini, kita
dapat menjawab dengan pasti, bahwa orang Kristen SEJATI tidak
pernah akan mungkin bisa murtad, mengapa? Karena keselamatannya
adalah anugerah Allah dan Roh Kudus sendiri yang menjamin kepastian
keselamatannya. 

Kedua, yang bisa murtad lagi tentu BUKAN orang Kristen sejati, tetapi
orang yang memakai aksesoris dan mengklaim diri “Kristen”. Bedakan
antara aksesoris Kristen dengan iman Kristen. Aksesoris Kristen adalah
tempelan-tempelan “Kristen” yang dipakai oleh orang yang sebenarnya
tidak pernah beriman Kristen. Contoh, setiap Minggu, rajin ke gereja,
ikut Persekutuan Doa, Pendalaman Alkitab, berpuasa, dll, mereka hanya
mengenakan aksesoris “Kristen”, tetapi benarkah hatinya berpusat dan
tunduk mutlak kepada Kristus? TIDAK! Kalau disuruh belajar Alkitab, ia
pasti mau, tetapi kalau disuruh mengubah karakter dan motivasinya, ia

19 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

belum tentu mau. 

BACA JUGA: BUKU LIMA POKOK CALVINISME (G.J.BAAN)

Saya agak takut dengan banyak orang yang mengaku diri Reformed,
studi theologi Reformed di luar negeri, tetapi hidup rohaninya kering,
yang dipentingkan debat sini sana (bukan berarti tidak perlu debat),
tetapi tidak pernah mengalami anugerah Allah di dalam hidupnya.
Otaknya penuh dengan berbagai teori yang dipelajari, tetapi hatinya
kering, tidak ada semangat lagi melayani, bahkan ke gereja pun
menjadi rutinitas. Tidak heran juga, bahkan seorang pemimpin gereja
dari gereja yang mengaku bertheologi “Calvinis” tiba-tiba bisa menulis
satu artikel yang membuktikan Kristus tidak bangkit, meskipun
kemudian setelah ditegur oleh gerejanya, ia “bertobat” secara
akademis.

Ketiga, benarkah orang Kristen sejati yang telah diselamatkan hidupnya


bisa seenaknya sendiri? Tidak mungkin. Mungkin untuk beberapa saat,
iya, tetapi kalau untuk selama-lamanya, tidak. Mengapa? Sekali lagi,
karena Roh Kudus yang menjamin kepastian keselamatan umat pilihan-
Nya dengan cara memimpin, menegur, dan mengarahkan langkah
hidup mereka supaya mereka makin memuliakan Allah (progressive
sanctification/pengudusan terus-menerus). Orang Kristen yang hidup
seenaknya sendiri jelas bukan orang Kristen sejati, tetapi, seperti yang
sudah saya kemukakan di atas, adalah orang yang memakai aksesoris
“Kristen” tanpa mengerti arti Kristen sesungguhnya. Terlalu banyak
model orang “Kristen” palsu seperti ini di dalam gereja. Marilah kita
masing-masing mengintrospeksi diri.

Apa signifikansi doktrin ketekunan orang kudus ini?

Pertama, kedaulatan Allah melebihi semua keterbatasan manusia.


Dengan melihat apa yang Alkitab paparkan dengan sangat jelas
tentang keselamatan umat pilihan yang tidak mungkin binasa, kita
semakin mengerti bahwa Allah adalah Allah yang Berdaulat yang
melebihi semua keterbatasan manusia, sehingga ketika umat-Nya di
satu saat mengalami penurunan spiritualitas atau hidup tidak beres di
saat tertentu, Roh Kudus aktif mengingatkan mereka melalui Firman
Tuhan (Alkitab) atau khotbah yang disampaikan oleh pendeta yang
bertangggungjawab atau melalui buku-buku rohani yang bermutu. Roh

20 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

Kudus memakai banyak cara untuk membuat hati kita dimurnikan


kembali untuk memuliakan dan menikmati Allah selama-lamanya (bdk.
Katekismus Singkat Westminster Pasal 1).

Kedua, realita pembeda. Doktrin ini mengantarkan kita untuk lebih teliti
dan tajam lagi membedakan mana orang Kristen sejati dengan orang
yang katanya “Kristen” (saya menyebutnya: pseudo-Christian/Kristen
palsu). Bedanya adalah orang Kristen sejati dari titik awal sampai
penghabisannya tidak akan pernah murtad lagi. Meskipun di kala
tertentu sempat murtad, Allah yang berdaulat akan “memukul” dia
untuk kembali kepada Kristus. Salah satu contoh artis Indonesia yang
menggambarkan realita ini adalah Nafa Urbach. 

Menurut berita, Nafa Urbach dari kecil adalah Kristen, kemudian ikut
neneknya (kalau tidak salah), maka ia menjadi Islam, lalu kira-kira 1-2
tahun lalu, ia “dipukul” Tuhan sehingga ia menjadi Kristen lagi.
Sedangkan, orang yang mengaku diri “Kristen” dijamin akan murtad
selama-lamanya. Saya belum bisa memastikan contoh praktis di
Indonesia, karena mereka yang murtad juga belum meninggal. Yang
saya tahu, mereka yang mengaku diri “Kristen” kemudian murtad
kebanyakan dari Gereja Katolik, meskipun ada juga dari gereja-gereja
Protestan arus utama, sebut saja: Dian Sastrowardoyo (dari Gereja
Katolik menjadi Islam), Dewi Lestari dan Marcell Siahaan (suami istri
yang dulunya Protestan akhirnya menjadi Buddhis), dll. 

Mereka yang murtad justru membuktikan iman seperti apa yang


mereka miliki. Benarkah mereka beriman sungguh-sungguh kepada
Kristus? Atau sebaliknya, mereka sebenarnya “beriman” kepada diri
meskipun mengaku di depan umum sebagai “Kristen”? Oleh karena itu,
jangan sembarangan mempergunakan nama Kristen (apalagi anak
Tuhan) kepada diri atau pun orang Kristen lain, jika kita sendiri (atau
orang-orang Kristen lain) belum (layak) mencerminkan hakekat anak
Tuhan sejati. Tidak semua orang yang mengaku diri “Kristen” adalah
anak Tuhan. Oleh karena itu, marilah kita mengintrospeksi diri,
sudahkah kita benar-benar menunjukkan bahwa kita adalah anak Tuhan
sejati dengan beriman hanya kepada Kristus?

[1] Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, terj. Elsye (Surabaya:


Momentum, 2005), hlm. 8-9.
[2] Ibid., hlm. 57.

21 of 22 9/26/2021, 4:00 AM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2021/09/5-pokok-calvinisme.html

[3] Ibid., hlm. 73.


[4] Ibid., hlm. 84.
[5] Ibid., hlm. 99.
[6] Saya sudah membahas bagian ini di dalam Seri Eksposisi Surat Roma
3:1-8.

22 of 22 9/26/2021, 4:00 AM

Anda mungkin juga menyukai