Anda di halaman 1dari 8

EKSPOSISI YOHANES 3:16 - TEOLOGIA

REFORMED

TEOLOGIA REFORMED Team

Yohanes 3:16 -Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Yohanes 3:16 -KJV, For God so loved the world, that he gave his only begotten
Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.

TR, Οὕτως γὰρ ἠγάπησεν ὁ θεὸς τὸν κόσμον ὥστε τὸν υἱὸν αὐτοῦ τὸν μονογενῆ
ἔδωκεν ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ᾽ ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον

Translit Interlinear, houtôs {demikian} gar {karena} êgapêsen {mengasihi} ho theos


{Allah} ton kosmon {manusia di dunia} hôste {sehingga} ton huion{anak} autou ton
monogenê {yang tunggal/ yang unik} edôken {Ia telah memberikan} hina {supaya}
pas {setiap (orang yang), adjective - nominative singular masculine} ho {orang
yang, definite article - nominative singular masculine} pisteuôn {percaya, verb-
participle - present - active - nominative singular - masculine}[/b] eis {kepada} auton
{Dia} mê {tidak} apolêtai {menjadi binasa} all {melainkan} ekhê {beroleh} zôên
{hidup} aiônion {kekal}

Kali ini kita akan merenungkan tujuh kata yang menjelaskan tujuh realitas yang
sangat penting: “Allah”, “dunia”, “mengaruniakan”, “Anak”, “percaya”, “tidak binasa”,
“hidup”, dan “kasih”. Kali ini saya akan men-skip “Kasih” karena saya akan bahas
dalam kali berikutnya. Kita akan melihat keindahan ayat ini, melihat kuasa dan
betapa berharganya Firman Tuhan yang sudah dinyatakan kepada kita. Semoga
Firman ini boleh menguasai hati kita, mencengkram hidup kita, dan hidup kita bisa
sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita.

“Allah”

“Karena begitu besar kasih Allah”. Kalau kita melihat ayat-ayat selanjutnya, maka
kita tahu bahwa konteks ayat ini adalah percakapan Yesus dengan Nikodemus,
yang adalah orang Yahudi. Dengan demikian Allah yang dimaksud di sini adalah
Allah perjanjian lama. Allah yang adalah pencipta dan penopang segala sesuatu.
Allah yang berkata dan segala sesuatu jadi. Allah yang ada di dalam sejarah Israel.
Seringkali orang menganggap Allah di dalam perjanjian lama adalah Allah yang
bengis, yang kejam, yang menghukum dengan keras orang yang berdosa. Tetapi
Allah yang dikatakan Yesus di sini adalah persis sama dengan Allah perjanjian
lama.

Pengertian “Allah” di sini adalah bukan deisme. Pengertian Allah deisme banyak
dianut banyak orang, termasuk orang-orang Kristen. Gereja-Gereja sepertinya
mengajarkan pengertian akan Tuhan yang bersifat deisme. Allah deisme itu adalah
Allah yang menciptakan segala sesuatu, tetapi ketika setelah selesai penciptaan,
Dia tidak lagi involve dalam kehidupan sehari-hari manusia. Seperti seorang
pembuat jam, setelah jamnya selesai, dia putar jam itu sekencang-kencangnya,
dan dia tinggalkan jam itu. Jam itu berjalan terus sampai habis dan mati, si
pembuat jam tidak involve lagi. Sebagai gambaran lain, pengertian Allah semacam
ini bagaikan airbag di dalam mobil. Kita tahu kita airbag itu kita perlukan, tetapi kita
berharap kita tidak pernah memakainya seumur hidup kita. Kalau kecelakaan atau
kesusahan maka airbag itu menyelamatkan kita, tetapi kalau bisa kita tidak pernah
pakai airbag itu. Yang penting airbag itu ada di situ, tetapi tidak ada hubungannya
dengan hidup kita sehari-hari. Allah yang kita senang kalau Dia ada, tetapi apakah
Dia hadir dan memimpin di dalam hidup kita, itu tidak terlalu perlu.

Salah satu slogan orang Reform adalah “Coram Deo”, bahwa hidup itu Living every
moment in the presence of God. Apapun yang kita kerjakan, di kantor, waktu kita
sendiri, waktu suami-istri berhubungan seks, Tuhan hadir di dalam hidup kita.
Apakah kita mengkaitkan seluruh hidup kita dengan Allah. Apakah Allah menjadi
fokus dalam hidup kita?

Orang-orang Deisme mengatakan Allah itu tidak sungguh-sungguh real di dalam


kehidupan kita, yang lebih real adalah uang kita, keluarga kita, dan segala macam
yang bisa kita lihat. Bila kita tidak mengutamakan Allah, maka kita bisa terjebak di
dalam konsep deisme.

Contoh praktis lainnya, adalah orang yang selalu datang telat ke Gereja. Selalu
ada alasan, tetapi kalau ke tempat kerja telat tidak, ke sekolah telat tidak? Kalau ke
gereja selalu telat maka itu artinya kita tidak sungguh-sungguh datang menghadap
Tuhan. Allah yang seharusnya lebih penting daripada pekerjaan dan studi kita,
lebih penting daripada segala sesuatu di dalam dunia ini.

Ketika Yesus berkata di dalam ayat ini, kata “Allah” menunjuk kepada suatu Pribadi
yang hadir di dalam dunia ini. Pribadi yang kehendak-Nya telah dinyatakan kepada
manusia, Pribadi yang paling berharga. Perjanjian lama mengutip “Your Word is my
live”: Perkataan-Mu, kehendak-Mu adalah hidup itu sendiri.

Apakah kita menyadari hal ini. Yohanes 3:16 mengingatkan kita bahwa Allah itu
hidup dan berkata, dan menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Kehendak-Nya
adalah sesuai dengan karakter-Nya yang suci dan adil. Ketika Dia menyatakan
kehendak-Nya: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mengucapkan saksi
dusta, jangan ada Allah lain dihadapanmu. Sucilah engkau karena Aku suci,
seluruh kehendak-Nya itu dinyatakan kepada kita supaya kita hidup dan mentaati,
percaya untuk merefleksikan karakter-Nya yang suci dan adil, yang penuh kasih
dan kebenaran. Dia menyatakan kehendak-Nya kepada manusia supaya manusia
mentaati, bukan hanya karena hal itu akan menyukakan hati-Nya, tetapi juga hal itu
menyatakan karakter-Nya. Dia menyatakan kehendak-Nya supaya manusia
mengalami kepenuhan hidup di dalam Dia, “The life that is truly life.”

Allah seperti inilah yang berkata-kata kepada kita. Allah yang menginginkan apa
yang terbaik bagi umat-Nya dan tentu apa yang terbaik itu sekaligus memuliakan
diri-Nya. Karena Dia adalah Allah yang patut dipermuliakan dan itu juga sekaligus
memberikan kesukaan yang besar bagi orang-orang yang taat kepada-Nya.

Tetapi sepanjang sejarah, orang telah gagal melakukan kehendak-Nya. Ini bukan
saja menimbulkan murka Allah yang suci itu, tetapi juga mengakibatkan segala
penderitaan hidup manusia, dan ujungnya adalah “upah dosa adalah maut” (Roma
6:23).

Karena itulah Yohanes 3:16 menjadi begitu berharga, karena menggambarkan cara
Allah memberi solusi kepada keadaan manusia yang tanpa pengharapan ini. Allah
melakukan sesuatu untuk memberikan jalan keluar kepada manusia.

“Dunia”

Kata “Dunia” di dalam arti yang paling umum, khususnya di dalam Injil Yohanes
berbicara tentang totalitas manusia yang telah jatuh di dalam dosa dan yang
melawan Allah. Yesus mengatakan dalam Yohanes 7:7 “Dunia membenci Aku,
sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat”. Kata
“World” (bukan “earth” = bumi) menunjuk kepada totalitas manusia yang telah
berdosa dan melawan Allah. Kata “dunia” tidak menunjuk kepada pribadi tetapi
kepada keseluruhan manusia yang membenci Tuhan. Yesus bersaksi tentang
kejahatan dunia, dan karenanya dunia melawan Kristus dan akhirnya menyalibkan
Dia.

“Dunia” adalah bukanlah individu-individu, tetapi kumpulan massa yang besar yang
sedang menuju kebinasaan. Karena itu Dia mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal.

“Mengaruniakan”

“Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal”. Kata “mengaruniakan” artinya


adalah Dia turun dari sorga. Yohanes 3:17 menjelaskan “Sebab Allah mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya oleh Dia.” Allah mengutus Anak-Nya dari sorga untuk
menyelamatkan dunia, dengan mati di atas kayu salib. Kristus mengatakan (Matius
20:28) “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”.

Allah “mengaruniakan” dengan mengutus, memberikan Anak-Nya yang tunggal,


datang dari sorga untuk mati. Untuk mati memberi jalan keluar, memberi solusi bagi
hidup manusia. Harap kita menyadari akan betapa besarnya hal yang Tuhan
kerjakan ini.

Suatu ilustrasi Ravi Zakaria, tentang apa yang dia baca di Reader Digest, tentang
“the Spy family”. Pada saat perang Vietnam, banyak tentara Amerika yang
meninggal karena di-ambush oleh musuh. Musuh sepertinya sudah siap karena the
Spy family itu membocorkan informasi-informasi intelijen kepihak musuh. Akhirnya
setelah perang selesai, the Spy family itu terbongkar, dan keluarga itu diadili.
Mereka mendapat uang banyak sekali dari informasi yang mereka berikan kepada
musuh. Hakim memutuskan mereka dihukum seumur hidup, dan mengatakan
kalimat yang menggambarkan kemarahan orang Amerika kepada keluarga ini:
“Engkau orang Amerika, engkau adalah orang yang betul-betul rusak sampai
ketulang sum-sum. Engkau telah memberikan informasi kepada musuh, sehingga
tentara-tentara Amerika yang terbaik mati dibunuh. Sementara mereka mati,
engkau mendapatkan ratusan-ribu dollar, dan hidup dengan kemewahan,
sedangkan orang-orang terbaik ini mati, ibu-ibu kehilangan suami mereka. Saya
akan pastikan kamu masuk ke dalam penjara dan tidak pernah keluar lagi sampai
engkau mati di sana.”

Ravi Zakarias mengatakan kalimat yang baik sekali. Kita bisa mengerti kemarahan
itu, tetapi kita seharusnya sadar bahwa itulah saudara dan saya, yang sudah
melawan dan mengkhianati Tuhan kita yang sudah menciptakan kita menurut
gambar dan rupa-Nya, yang merupakan refleksi dari diri-Nya. Tuhan memberikan
segala sesuatu yang baik yang kita perlukan untuk memuliakan Tuhan untuk
bersuka-cita di dalam kehendak-Nya. Tetapi kita memutarbalikkan semua itu dan
kita sudah menjadi pengkhianat yang begitu besar.

Tetapi bayangkan, orang seperti “the Spy family”, tetapi Hakim itu berkata “Aku
sekarang mengirim Anak-Ku satu-satunya untuk menggantikan kamu mati di atas
kayu salib.” Itulah yang dikerjakan oleh Tuhan. Dia yang murka terhadap dosa
manusia, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal dari sorga, menjadi manusia,
untuk mati menebus dosa manusia.

“Anak” (Putera – the Son)

Kata “Anak” di sini lebih tepat diterjemahkan sebagai “Putera” (the Son).
“Mengaruniakan Putera-Nya yang tunggal.” Kata “Anak” menjadi batu sandungan
yang besar bagi orang Islam. Bagaimana Allah mempunyai “Anak”. Kita perlu
menjelaskan dan kita sendiri perlu mengerti bahwa Yesus Kristus adalah Anak
Allah bukan karena Allah berhubungan seks dengan Maria. Tetapi Yesus Kristus
adalah Anak Allah sejak kekal. Dia bukan ada waktu Dia lahir 2000 tahun yang lalu
di Bethlehem. Yohanes 1:1 mengatakan “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Firman itu tidak
diciptakan, dari dulunya Dia sudah ada bersama-sama dengan Allah. Sebelum Dia
lahir 2000 tahun, sejak kekekalan sampai kekekalan Dia sudah ada. Pada mulanya
adalah Firman, dan selanjutnya Yohanes 1:14 mengatakan “Firman itu telah
menjadi manusia dan diam di antara kita”, menjadi manusia dan lahir melalui
kandungan Maria.

Yesus bukannya lahir kemudian menjadi Anak Allah, tetapi Dia adalah Anak Allah
yang kekal, sejak dulu sampai selama-lamanya. Pada mulanya Firman itu
bersama-sama dengan Allah, Firman itu berbeda dengan Allah, tetapi Firman itu
adalah Allah. Ini adalah misteri Allah tritunggal, Yesus adalah pribadi yang kedua
yang berada di dalam persekutuan yang saling mengasihi. Dia adalah Anak yang
Tunggal, relasi antara Bapa dan Anak dan Roh Kudus yang kekal dan selama-
lamanya. Allah yang hadir dalam tiga pribadi, satu Allah yang menyatakan diri-Nya
di dalam tiga pribadi.
Yesus turun ke dunia, meninggalkan kesetaraannya dengan Allah, menjadi
manusia, menjadi fondasi bagi kita untuk boleh saling mengasihi, merendahkan diri
satu sama lain. Kalau Allah meninggalkan seluruh kemuliaan-Nya datang kepada
dunia, menjadi sama seperti manusia, maka tidak ada penghinaan apapun yang
kita bisa terima yang bisa dibandingkan dengan penghinaan yang dialami Kristus
sendiri. Yesus yang datang ke dalam dunia, dicaci maki, dihajar dan akhirnya mati
di atas kayu salib. Demikian besarnya pengorbanan-Nya, sehingga kita yang
percaya kepada-Nya sudah pasti kita harus mengasihi dan merendahkan diri satu
dengan yang lain.

“Percaya”

“supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.” Implikasi dari kalimat ini adalah tidak semua orang akan
diselamatkan. Hanya orang percaya yang diselamatkan, tetapi yang lain adalah
orang-orang yang akan binasa. Yohanes 3:18 menegaskan sekali lagi:
“Barangsiapa percaya kepada-Nya …”. Percaya kepada-Nya adalah kunci bagi
keselamatan. Karena itu kita pergi memberitakan Injil, supaya mereka boleh
percaya kepada-Nya.

Orang-orang yang tidak percaya adalah orang-orang yang akan binasa, orang-
orang yang sudah ada di dalam hukuman Allah, tetapi orang-orang yang percaya
adalah orang-orang yang akan diselamatkan dan menerima hidup yang kekal.
Percaya semacam apa? Percaya di dalam Kristus. Biasanya kita percaya kepada
seseorang, (“seperti percaya kepada Ahok”) percaya akan perkataannya, percaya
akan apa yang sudah dia kerjakan, percaya akan integritasnya. Percaya semacam
ini tentu ada konsekuensinya. Percaya kepada Tuhan tidak bisa dibandingkan
dengan percaya kepada seseorang, karena percaya kepada Kristus artinya
percaya bahwa segala perkataan dan perintah-Nya itu adalah benar, bukan
masalah 5 atau 10 tahun, tetapi masalah hidup atau mati yang kekal. Percaya
kepada-Nya supaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Percaya
artinya mengakui Kristus adalah satu-satunya jalan dan hidup seperti yang Dia
katakan. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.

Percaya juga berarti menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. Percaya bukan
hanya setuju secara intelektual. Kalau kita percaya kepada seseorang, kita
melakukan apa yang dia katakan. Tetapi percaya di dalam Kristus memiliki
kedalaman yang tidak ada di dalam percaya kepada seseorang. Percaya di dalam
Kristus itu not only the object of our faith but the place of our faith. Bukan hanya
percaya kepada Dia tetapi percaya di dalam Dia. Percaya di dalam Dia,
dipersatukan dengan Dia, Dia memberi hati yang boleh bekerja merubah hidup
kita. Dia mati di atas kayu salib, Dia mewakili kita, artinya kita sudah mati bersama-
sama dengan Dia di atas kayu salib.

Paulus berkata (Galatia 2:19) “Aku sudah disalibkan dengan Kristus.” Ketika kita
percaya di dalam Kristus, manusia lama kita dipaku di atas kayu salib, mati di atas
kayu salib, bersama-sama dengan Kristus. Namun aku hidup tetapi hidupku yang
sekarang bukan aku lagi karena manusia lamaku sudah mati. Tetapi hidupku yang
masih didunia ini adalah hidup oleh iman di dalam Anak Allah, yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan nyawa-Nya untuk aku (lihat Galatia 2:20). Inilah
iman kita.
Kalau kita sungguh-sungguh percaya, kita boleh berkata hidupku bukan aku lagi
tetapi Kristus hidup didalamku. Sadar bahwa seluruh hidup kita adalah milik Tuhan,
yang harus kita jalani sesuai dengan kehendak-Nya, harus kita isi dengan hal-hal
yang berkenan kepada Dia. Tentu ada jatuh-bangun, namun intinya adalah hidupku
di dalam Kristus. Hidupku, perkataanku, perbuatanku harus memancarkan Kristus.

Satu ilustrasi yang menggambarkan hal ini: suatu kali seorang berjalan di atas tali
yang terbentang sepanjang Niagara Falls. Setelah bolak-balik beberapa kali, dia
bertanya siapa yang percaya dia bisa bolak balik sekali lagi. Mereka menjawab
“percaya”. Namun orang itu menantang penonton siapa yang percaya untuk dia
gendong menyeberangi Nigara Falls. Tidak ada yang berani, namun ada anak kecil
yang memberanikan diri. Kemudian dia menggendong anak itu menyeberang, dan
akhirnya sampai bolak balik Niagara Falls. Orang kagum akan dia dan juga anak
kecil itu. Namun orang-orang mulai bertanya siapakah anak kecil itu? Ternyata
anak kecil itu adalah anak orang itu. Itulah artinya percaya, menyerahkan seluruh
hidupnya. Bukan hanya berkata “percaya”.

Setuju secara intelektual juga adalah percaya, namun percaya kepada Kristus itu
menyatakan keberanian kita. Betulkah kita percaya kepada Kristus, betulkah apa
yang Dia firmankan kepada kita adalah memuliakan Dia dan percaya kehendak-
Nya adalah yang terbaik bagi kita.

Semua orang Kristen pasti percaya bahwa doa itu penting. Tetapi betulkah doa itu
penting? Betulkah Tuhan mendengar doa? Alkitab berkali-kali mengatakan
berdoalah, mintalah dengan segenap hatimu. Seperti perumpamaan Yesus tentang
seorang janda yang meminta seorang hakim yang bengis agar perkaranya dibela
(lihat Lukas 18). Mintalah seperti janda itu yang minta terus-menerus, maka hakim
itu menolong juga janda itu. Kalau hakim yang bengis saja akhirnya mengabulkan
permintaan janda itu, apalagi Bapamu yang di surga, yang mempedulikan engkau,
yang menginginkan apa yang terbaik bagi mu. Tentu yang terbaik itu bisa jadi tidak
mengabulkan keinginan kita, karena yang kita inginkan itu bukan yang terbaik bagi
kita. Tuhan memberikan kepada kita sesuai dengan anugerah-Nya.

Engkau tidak dapat apa-apa karena engkau tidak pernah berdoa. Bagaimana hidup
doa kita? Doa itu nafas orang Kristen, artinya kalau tidak bernafas itu mati. Tanpa
berdoa, hidup rohani kita akan kering, makin jauh dari pada Tuhan, dan akhirnya
mati. Saya mendorong kita untuk datang kepersekutuan doa, mendengarkan
sharing saudara-saudara seiman yang menguatkan kita. Menyaksikan Tuhan itu
begitu real di dalam pergumulan mereka, di dalam pembentukan Tuhan. Itu semua
menguatkan iman kita. Tuhan yang hidup di dalam saudara-saudara kita adalah
Tuhan yang hidup juga di dalam hidup saya.

Tuhan memberikan doa menjadi sarana menyalurkan anugerah-Nya kepada kita,


oleh karena itu datanglah ke persekutuan doa. Kalau kita sungguh-sungguh datang
kepada Tuhan, menyerahkan kepada-Nya segala pekerjaan di Gereja ini, juga
pergumulan kita masing-masing, saya percaya kita akan dipimpin Tuhan. Tuhan
akan memberkati kita, membentuk hidup kita, menyatakan kemuliaan-Nya di dalam
hidup kita.

“Binasa”

“..supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.” Kata “binasa” disini adalah alternatif daripada hidup yang kekal.
Kalau engkau percaya maka engkau memperoleh hidup yang kekal, tetapi kalau
engkau tidak percaya maka engkau akan binasa, bahkan sudah berada di bawah
penghukuman Allah. Yohanes 3:18 mengatakan “barangsiapa percaya kepada-
Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya ia telah berada di bawah
hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” Manusia
adalah orang berdosa yang sudah ada di dalam hukuman Allah yang murka
terhadap dosa manusia. Yohanes 3:36 mengatakan “Barangsiapa percaya kepada
Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada diatasnya.”

Dengan tegas Alkitab mengatakan orang yang tidak percaya itu ada di bawah
hukuman. Hukuman Allah yang adil, yang murka terhadap dosa manusia. Tanpa
Kristus datang membawa anugerah-Nya, maka kita adalah orang-orang yang
berada di bawah hukuman karena dosa-dosa kita. Ketika Injil diberitakan kepada
seseorang dan orang itu menolak Injil itu, dan tidak percaya kepada Kristus, maka
dia akan binasa. Binasa artinya berada di bawah hukuman murka Allah untuk
selama-lamanya. Tidak ada yang lebih mengerikan daripada mengalami murka
Allah yang maha kuasa.

Kita boleh melihat kengerian itu dengan singkat ketika melihat Yesus Kristus dipaku
di atas kayu salib. Anak Allah yang tunggal, yang suci, yang mentaati Bapa-Nya
seumur hidup-Nya, karena Dia menanggung dosa kita, Dia seperti ular tembaga
yang ditinggikan. Murka Allah dinyatakan kepada Yesus. Di atas kayu salib Dia
berkata “My God, My God why hast thou forsaken me” (Matius 27:46). Seorang
penulis mengatakan bahwa Yesus mengatakan kalimat ini supaya setiap kita yang
percaya di dalamnya, tidak perlu meneriakkan kalimat ini lagi.

Tetapi setiap orang yang tidak percaya, yang menolak Yesus, orang-orang itu akan
selama-lamanya berteriak di neraka: “My God, My God why hast thou forsaken
me”. Ditinggalkan selama-lamanya oleh Allah, adalah arti daripada binasa.

Tetapi Tuhan tidak menginginkan manusia binasa, karena itu Dia mengutus Anak-
Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa
melainkan beroleh hidup yang kekal.

Di akhir hidup kita hanya ada dua alternatif: hidup yang kekal atau mati yang kekal.
Kita akan tetap eksis, eksistansi kita tidak akan hilang, tetapi akan ada dua cabang:
hidup yang kekal, bersuka selama-lamanya, menatap muka Allah, berbahagia di
dalam kemuliaan Kristus, menjadi serupa dengan Dia; atau mengalami mati yang
kekal, terpisah selama-lamanya dari pada Sang Hidup itu.

Bagi setiap kita yang percaya, kita mengalami hidup yang kekal bukan hanya nanti
tetapi sekarang ini. Hidup yang kekal itu sudah diberikan kita sekarang. Hidup yang
baru, Roh Kudus yang memberikan hidup yang baru, sehingga kita menjadi
manusia yang baru, menjadi ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang. Hidup yang baru itu ditandai dengan hati
yang baru, hati yang mengasihi Tuhan, yang mau taat kepada-Nya, hati yang
memiliki arah yang baru. Hati yang sebelumnya meninggalkan Tuhan hidup di
dalam dosa, sekarang berbalik 180 derajat mentaati Tuhan, makin berkenan
kepada Dia, menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini. Hidup yang kekal itu sudah
mulai sekarang ini, meskipun hidup itu akan menjadi sempurna ketika kita mati dan
bertatapan muka dengan Dia.

Kita boleh menyaksikan itu di tengah-tengah saudara seiman. Biarlah kita berjuang
dan menyatakan hidup yang sudah Tuhan berikan itu memancar di dalam hidup
kita sehari-hari. Biarlah Firman Tuhan ini mengembalikan hidup kita sesuai dengan
kehendak-Nya, mengalami jawaban dari doa-doa kita, menjadi berkat yang besar
bagi orang-orang di sekitar kita.EKSPOSISI YOHANES 3:16

Anda mungkin juga menyukai