Anda di halaman 1dari 62

Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.

html

Biografi Martin Luther


Teologia Reformed

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.


Biografi Martin Luther. Roma 1:16-17 -
“(16) Sebab aku mempunyai keyakinan
yang kokoh dalam Injil, karena Injil
adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani. (17) Sebab di dalamnya nyata kebenaran
Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada
tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’”.

Bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.

KJV/RSV/NASB/ASV/NKJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of


Christ’ [= Karena aku tidak malu karena Injil Kristus].

NIV: ‘I am not ashamed of the gospel of Christ’ [= Aku tidak malu


karena Injil Kristus].

Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan
hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

I) Kelahiran dan masa muda Martin Luther.

Martin Luther dilahirkan pada tanggal 10 Nopember 1483, di Eisleben,


di propinsi Saxony, Prussia / Jerman (dimana ia nantinya mati pada
tanggal 18 Februari 1546), dan keesokan harinya ia dibaptiskan. Ia
adalah anak pertama dan ia mempunyai 3 saudara laki-laki dan 3
saudara perempuan. 6 bulan setelah kelahirannya, keluarganya pindah
dan menetap di Mansfield. Keluarganya adalah orang-orang kelas
bawah yang amat miskin, tetapi jujur, rajin, dan saleh. Luther tidak
pernah merasa malu terhadap asal usulnya yang rendah itu.

1 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Luther mengalami masa kecil yang keras, tanpa kenangan manis, dan ia
dibesarkan dibawah disiplin yang sangat keras. Ibunya pernah
menghajarnya sehingga mengeluarkan darah hanya karena ia mencuri
kacang, dan ayahnya pernah mencambuknya dengan begitu hebat
sehingga menyebabkan ia lalu lari meninggalkan rumahnya, tetapi ia
mengerti akan maksud baik mereka.

Dalam hal rohani ia diajar untuk berdoa kepada Allah dan para orang
suci, menghormati gereja dan pastor, dan cerita-cerita mengerikan
tentang setan dan ahli-ahli sihir, yang menghantuinya sepanjang
hidupnya.

Di sekolah ia juga mengalami pendisiplinan yang sangat keras. Ia ingat


bahwa pernah dicambuk 15 x dalam satu pagi. Di sekolah itu ia juga
belajar Katekisasi, yang mencakup Pengakuan Iman, doa Bapa Kami dan
10 hukum Tuhan, dan juga beberapa lagu dalam bahasa Latin dan
Jerman.

II) Martin Luther di Universitas.

Pada usia 18 tahun (tahun 1501) ia masuk Universitas di Erfurt dan


mempelajari scholasticism [= sistim logika, filsafat, dan theology abad
10-15]. Universitas ini adalah salah satu yang terbaik pada saat itu. Di
sini, pada waktu ia berusia 20 tahun, untuk pertama kalinya dalam
hidupnya, ia melihat satu copy yang lengkap dari Alkitab (bahasa Latin)!
(Catatan: Ingat bahwa sebetulnya gereja Roma Katolik melarang orang
awam untuk membaca atau bahkan memiliki Alkitab). Ia membacanya
dengan sukacita dan mengalami suatu kejutan karena Alkitab itu
mengajarkan banyak hal yang tidak pernah dibacakan / diajarkan dalam
gereja.

Tetapi dari pembacaan itu ia bukannya mendapat gambaran tentang


Allah yang penuh kasih dan belas kasihan, tetapi sebaliknya tentang
Allah yang benar yang murka terhadap manusia berdosa.

Pada tahun 1502, ia mendapat gelar B.A. (Bachelor of Arts), dan pada
tahun 1505 ia mendapat gelar M.A. (Master of Arts).

III) Martin Luther menjadi biarawan.

2 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Sebetulnya, sesuai dengan keinginan ayahnya, setelah lulus ia


mempersiapkan diri untuk bekerja dalam bidang hukum, tetapi ada
peristiwa yang menyebabkan ia lalu pindah haluan.

Pada usia antara 21-22 tahun, ia lolos dari kematian akibat sambaran
petir, sementara teman seperjalanannya yang ada di sebelahnya, mati
tersambar (Catatan: ada yang mengatakan bahwa temannya bukan mati
kena petir tetapi karena suatu duel). Tidak lama setelah itu, pada
tanggal 2 Juli 1505, ia mengalami hujan badai yang sangat hebat di
dekat Erfurt setelah kembali dari perkunjungan terhadap orang tuanya.
Ia menjadi begitu takut sehingga ia menjatuhkan diri ke tanah dan
berdoa dan bernazar dengan gemetar:

“Help, beloved Saint Anna! I will become a monk!” [= Tolonglah Santa


Anna yang kekasih. Aku akan menjadi seorang biarawan!] - David
Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 112.

Ia memang selamat dari hujan badai itu, dan untuk menggenapi


nazarnya ia lalu masuk the Augustinian convent pada tahun 1505.

Tentang Augustinian convent itu, yang menggunakan nama Augustine /


Agustinus, Schaff memberikan komentar sebagai berikut:

“... it is an error to suppose that this order represented the anti-Pelagian


or evangelical views of the North African father; on the contrary it was
intensely catholic in doctrine, and given to excessive worship of the
Virgin Mary, and obedience to the papal see which conferred upon it
many special privileges” [= ... adalah sesuatu yang salah untuk mengira
bahwa ordo ini mewakili pandangan-pandangan yang anti-Pelagian
atau injili dari bapa Afrika Utara ini; sebaliknya ordo ini bersifat sangat
katolik dalam doktrin / pengajaran, dan sangat memuja Perawan Maria,
dan taat pada Paus yang memberikan kepada ordo ini banyak hak
istimewa] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal
114.

Tentang masuknya Luther ke biara untuk menjadi biarawan:

• “Martin Luther himself declared in later years, that his monastic vow
was forced from him by terror and the fear of death and the judgment
to come; yet he never doubted that God’s hand was in it” [= Dalam

3 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

tahun-tahun belakangan, Luther sendiri menyatakan bahwa nazar


kebiarawanannya dipaksakan dari dia oleh teror dan ketakutan pada
kematian dan pada penghakiman yang akan datang; tetapi ia tidak
pernah meragukan bahwa tangan Allah ada di dalamnya] - David
Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 113.

• “He was never an infidel, nor a wicked man, but a pious Catholic from
early youth; but now he became overwhelmed with a sense of the
vanity of this world and the absorbing importance of saving his soul,
which, according to the prevailing notion of his age, he could best
secure in the quiet retreat of a cloister” [= Ia tidak pernah menjadi
orang kafir, atau orang jahat, tetapi ia adalah orang Katolik yang saleh
sejak masa kecilnya; tetapi sekarang ia diliputi oleh suatu perasaan akan
kesia-siaan dari dunia ini dan kepentingan untuk menyelamatkan
jiwanya, yang, menurut pemikiran umum jaman itu, bisa ia pastikan
dengan cara yang terbaik dalam pengunduran diri / pengucilan diri
yang tenang dalam biara] - David Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VII, hal 113.

Pada waktu Luther menjadi seorang biarawan ia berusaha mati-matian


untuk hidup sesuai dengan ajaran gereja Katolik pada waktu itu. Ia
berusaha untuk mendapatkan keselamatan melalui usahanya sendiri
dengan membuang dosa, berbuat baik, dsb. Tetapi ia tidak pernah
merasakan damai, sukacita atau ketenangan. Ia terus-menerus dihantui
oleh perasaan berdosa yang luar biasa hebatnya, dan pemikiran
tentang Allah yang suci, adil, bahkan bengis.

• “If there was ever a sincere, earnest, conscientious monk, it was Martin
Luther. His sole motive was concern for his salvation. To this supreme
object he sacrificed the fairest prospects of life. He was dead to the
world and was willing to be buried out of the sight of men that he
might win eternal life. His latter opponents who knew him in convent,
have no charge to bring against his moral character except in certain
pride and combativeness, and he himself complained of his temptations
to anger and envy” [= Jika pernah ada seorang biarawan yang tulus dan
sungguh-sungguh, maka itu adalah Martin Luther. Motivasi satu-
satunya adalah perhatian untuk keselamatannya. Untuk tujuan tertinggi
ini ia mengorbankan harapan terbaik hidupnya. Ia mati terhadap dunia,
dan rela dikubur terhadap pandangan manusia supaya ia bisa
mendapatkan hidup yang kekal. Penentang-penentangnya, yang

4 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

mengenalnya di biara, tidak mempunyai tuduhan terhadap karakter


moralnya kecuali dalam hal kesombongan tertentu dan kesukaannya
melawan, dan ia sendiri mengeluh tentang pencobaan-pencobaan yang
ia alami terhadap kemarahan dan iri hati] - David Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 113-114.

• “He assumed the most menial offices to subdue his pride: he swept
the floor, begged bread through the streets, and submitted without
murmur to the ascetic severities” [= Ia menerima jabatan-jabatan yang
paling rendah untuk menundukkan kesombongannya: ia mengepel
lantai, mengemis roti di jalan-jalan, dan tunduk tanpa menggerutu pada
kekerasan / kesederhanaan hidup pertapa] - David Schaff, ‘History of
the Christian Church’, vol VII, hal 115.

• “He said twenty-five Paternosters with the Ave Maria in each of the
seven appointed hours of prayer. He was devoted to the Holy Virgin ...
He regularly confessed his sins to the priests at least once a week. At
the same time a complete copy of the Latin Bible was put into his hands
for study, ... At the end of the year of probation Luther solemnly
promised to live until death in poverty and chastity according to the
rules of the holy father Augustin, to render obedience to Almighty God,
to the Virgin Mary, and to the prior of the monastery. ... His chief
concern was to become a saint and to earn a place in heaven. ‘If ever,’
he said afterward, ‘a monk got to heaven by monkery, I would have
gotten there’. He observed with minutest details of discipline. No one
surpassed him in prayer, fasting, night watches, self-mortification” [= Ia
mengucapkan 25 x doa Bapa Kami dengan Salam Maria dalam setiap
dari 7 jam doa yang ditetapkan. Ia berbakti kepada Perawan yang
Kudus ... Ia mengaku dosa secara rutin kepada imam / pastor sedikitnya
sekali seminggu. Pada saat yang sama suatu copy Alkitab Latin yang
lengkap ada di tangannya untuk dipelajari, ... Pada akhir dari tahun
percobaan Luther berjanji dengan khidmat / sungguh-sungguh untuk
hidup sampai mati dalam kemiskinan dan kesederhanaan / kesucian
menurut peraturan-peraturan bapa kudus Agustinus, taat kepada Allah
yang mahakuasa, kepada Perawan Maria, dan kepada kepala biara. ...
Perhatiannya yang terutama adalah untuk menjadi orang suci dan
mendapatkan tempat di surga. ‘Jika ada,’ katanya belakangan, ‘seorang
biarawan mencapai surga melalui kebiarawanan, Aku sudah sampai di
sana’. Ia menjalankan disiplin dengan sangat terperinci. Tidak
seorangpun melampaui dia dalam doa, puasa, jaga malam (?),

5 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

mematikan diri sendiri] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’,


vol VII, hal 115-116.

• “He sought by the means set forth by the Church and the monastic
tradition to make himself acceptable to God and to earn salvation of his
soul. He mortified his body. He fasted, sometimes for days on end and
without a morsel of food. He gave himself to prayers and vigils beyond
those required by the rule of his order. He went to confession, often
daily and for hours at a time. Yet assurance of God’s favour and inward
peace did not come and the periods of depression were acute” [= Ia
mencari melalui cara-cara yang dinyatakan oleh Gereja dan tradisi biara
untuk membuat dirinya sendiri diterima oleh Allah dan mendapatkan
keselamatan jiwanya. Ia mematikan dirinya. Ia berpuasa, kadang-kadang
selama berhari-hari tanpa makanan sedikitpun. Ia menyerahkan dirinya
untuk berdoa dan berjaga-jaga melebihi apa yang dituntut oleh
peraturan ordonya. Ia mengaku dosa, seringkali setiap hari dan untuk
berjam-jam dalam satu kali pengakuan. Tetapi keyakinan akan perkenan
Allah dan damai di dalam tidak datang dan ia mengalami masa depresi
yang parah] - Kenneth Scott Latourette, ‘A History of Christianity’, vol II,
hal 705.

• “But he was sadly disappointed in his hope to escape sin and


temptation behind the walls of the cloister. He found no peace and rest
in all his pious exercises. The more he seemed to advance externally,
the more he felt the burden of sin within. He had to contend with
temptations of anger, envy, hatred and pride. He saw sin everywhere,
even in the smallest trifles. The Scriptures impressed upon him the
terrors of divine justice. He could not trust in God as a reconciled
Father, as a God of love and mercy, but trembled before him, as a God
of wrath, as a consuming fire. He could not get over the words: ‘I, the
Lord thy God, am a jelous God’” [= Tetapi ia sangat kecewa dalam
harapannya untuk lepas dari dosa dan pencobaan di balik tembok-
tembok biara. Ia tidak mendapatkan damai dan ketenangan dalam
semua hal-hal saleh yang ia lakukan. Makin ia kelihatan maju secara
lahiriah, makin ia merasa beban dosa di dalam. Ia harus berjuang
melawan pencobaan untuk marah, iri, kebencian, dan kesombongan. Ia
melihat dosa dimana-mana, bahkan dalam hal-hal yang paling remeh.
Kitab Suci memberikan kesan kepadanya tentang keadilan ilahi. Ia tidak
bisa percaya kepada Allah sebagai Bapa yang diperdamaikan, sebagai
Bapa yang kasih dan berbelas kasihan, tetapi gemetar di hadapanNya,

6 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

sebagai Allah yang murka, sebagai api yang menghanguskan. Ia tidak


bisa mengatasi kata-kata: ‘Aku, Tuhan Allahmu, adalah Allah yang
cemburu’] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal
116.

• “He entered the confessional and stayed for hours every day. On one
occasion Luther spent six hours confessing the sins he had committed
in the last day!” [= Ia masuk ke dalam ruang pengakuan dosa dan
berada di sana berjam-jam setiap hari. Pada suatu kali Luther
menghabiskan waktu 6 jam untuk mengaku dosa-dosa yang ia lakukan
pada hari terakhir] - R.C. Sproul, ‘The Holiness of God’, hal 114.

• Pengakuan dosa Martin Luther ini menyebabkan Staupitz menjadi


marah dan berkata:

“‘Look here,’ he said, ‘if you expect Christ to forgive you, come in with
something to forgive - parricide, blasphemy, adultery - instead of all
these peccadilloes. ... Man, God is not angry with you. You are angry
with God. Don’t you know that God commands you to hope?’” [=
‘Lihatlah,’ katanya, ‘Jika kamu berharap supaya Kristus mengampuni
kamu, datanglah dengan sesuatu untuk diampuni - pembunuhan orang
tua, penghujatan, perzinahan - dan bukannya semua dosa-dosa remeh
ini. ... Bung, Allah tidak marah kepadamu. Kamu yang marah kepada
Allah. Tidak tahukah kamu bahwa Allah memerintahkan kamu untuk
berharap?’] - R. C. Sproul, ‘The Holiness of God’, hal 114, dimana ia
mengutip dari Roland Bainton, dalam bukunya ‘Here I Stand’.

• Pada tahun 1505, sebagai seorang pastor muda ia memimpin misa


untuk pertama kalinya. Pada waktu ia mengangkat roti dan
mengucapkan kata-kata “Ini adalah tubuhKu”, ia mengalami rasa takut
yang luar biasa karena ia merasakan dirinya penuh dosa di hadapan
Allah yang tak terbatas dalam kekudusanNya.

IV) Pertobatan Martin Luther.

Seorang biarawan tua menghibur Luther dalam kesedihan dan keputus-


asaannya, dan mengingatkan dia tentang kata-kata Paulus bahwa orang
berdosa dibenarkan oleh kasih karunia melalui iman. Juga Johann von
Staupitz, yang adalah teman baik, sekaligus penasehat dan bapa rohani
Luther, mengarahkan Luther dari dosa-dosanya kepada apa yang

7 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Kristus lakukan di kayu salib, dari hukum Taurat kepada salib, dan usaha
berbuat baik kepada iman. Ia juga yang mendorong Luther untuk
belajar Kitab Suci. Melalui bantuan biarawan tua dan Staupitz, dan
khususnya melalui penyelidikannya terhadap surat-surat Paulus,
perlahan-lahan Luther sadar bahwa orang berdosa bisa dibenarkan
bukan karena mentaati hukum, tetapi hanya karena iman kepada Yesus
Kristus.

“He pondered day and night over the meaning of ‘the righteousness of
God’ (Rom. 1:17), and thought that it is the righteous punishment of
sinners; but toward the close of his convent life he came to the
conclusion that it is the righteousness which God freely gives in Christ
to those who believe in him. Righteousness is not acquired by man
through his own exertions and merits; it is complete and perfect in
Christ, and all the sinner has to do is to accept it from Him as a free gift”
[= Ia merenungkan siang dan malam tentang arti dari ‘kebenaran Allah’
(Ro 1:17), dan mengira bahwa itu adalah hukuman yang adil terhadap
orang-orang berdosa; tetapi menjelang akhir dari kehidupan biaranya ia
sampai pada kesimpulan bahwa itu adalah kebenaran yang Allah
berikan dengan cuma-cuma dalam Kristus kepada mereka yang percaya
kepadaNya. Kebenaran tidak didapatkan oleh manusia melalui usaha
dan kebaikan / jasanya sendiri; kebenaran itu lengkap dan sempurna
dalam Kristus, dan semua yang harus dilakukan oleh orang berdosa
adalah menerimanya dari Dia sebagai pemberian cuma-cuma] - David
Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 122.

Cerita tentang pertobatannya agak simpang siur, dan sukar dipastikan


kapan persisnya ia sungguh-sungguh bertobat dan diselamatkan.
Pengertiannya dan kepercayaannya akan keselamatan / pembenaran
karena iman yang diajarkan oleh Ro 1:17 itupun melalui pergumulan
hebat dan cukup lama. Karena itu, pada tahun 1510, sekalipun ia sudah
tahu tentang pembenaran karena iman, tetapi karena ia belum betul-
betul mantap dalam hal itu, maka ia masih melakukan ziarah /
perjalanan agama (pilgrimage) ke Roma. Ia berharap untuk bisa
mendapatkan penghiburan untuk jiwanya dengan melakukan
perjalanan ini.

“He ascended on bended knees the twenty-eight steps of the famous


Scala Santa (said to have been transported from the Judgment Hall of
Pontius Pilate in Jerusalem), that he might secure the indulgence

8 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

attached to his ascetic performance since the days of Pope Leo IV. in
850, but at every step the word of the Scripture sounded as a significant
protest in his ears: ‘The just shall live by faith’ (Rom. 1:17). Thus at the
very height of his medieval devotion he doubted its efficacy in giving
peace to the troubled conscience” [= Dengan menggunakan lututnya ia
menaiki 28 anak tangga dari Scala Santa yang terkenal (dikatakan
bahwa Scala Santa itu telah dipindahkan dari Ruang Pengadilan Pontius
Pilatus di Yerusalem), supaya ia bisa memastikan pengampunan dosa
yang dicantelkan pada pelaksanaan pertapaannya sejak jaman Paus Leo
IV pada tahun 850, tetapi pada setiap langkah kata-kata Kitab Suci
terngiang di telinganya sebagai suatu protes: ‘Orang benar akan hidup
oleh iman’ (Ro 1:17). Jadi, pada puncak dari kebaktian keagamaannya ia
meragukan kemujarabannya dalam memberikan damai pada hati nurani
yang kacau] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal
129.

Tetapi, setelah ia betul-betul mengerti dan percaya, maka kegagalannya


dalam mencapai ‘keselamatan / pembenaran melalui perbuatan baik’,
dan pengalamannya dalam mendapatkan ‘keselamatan / pembenaran
karena iman’, menyebabkan ia sangat membenci doktrin ‘keselamatan
karena perbuatan baik’. Ia berkata:

“The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the
mind of men was the idea that somehow he could make himself good
enough to deserve to live with an all-holy God” [= Ajaran sesat yang
paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran
manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat
dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah
yang mahasuci] - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal
31-32.

V) Reformasi.

Gereja Roma Katolik membutuhkan uang, dan ini menyebabkan


terjadinya penjualan surat pengampunan dosa / letter of indulgence.

Seorang yang bernama Tetzel, pada waktu menjual surat pengampunan


dosa ini berkata: “The moment the coin in the collection box rings, that
moment the soul from purgatory springs” [= Pada saat koin berdenting
di kotak kolekte, saat itu jiwa meloncat dari api penyucian] - Dr. Albert

9 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Freundt, ‘History of Modern Christianity’, hal 28.

Tetzel ini dengan begitu tidak tahu malu berkata bahwa ia


menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api penyucian dari pada apa
yang dilakukan oleh Petrus melalui khotbahnya!

David Schaff menggambarkan Tetzel ini dengan kata-kata sebagai


berikut: “who was not ashamed to boast that he saved more souls from
purgatory by his letters of indulgence than St. Peter by his preaching”
[= yang tidak malu untuk membanggakan bahwa ia menyelamatkan
lebih banyak jiwa dari api penyucian oleh surat-surat pengampunan
dosanya dari pada Santo Petrus oleh khotbahnya] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 154.

David Schaff: “Martin Luther had experienced the remission of sin as a


free gift of grace to be apprehended by a living faith. This experience
was diametrically opposed to a system of relief by means of payments
in money” [= Martin Luther telah mengalami pengampunan dosa
sebagai suatu pemberian cuma-cuma oleh iman yang hidup.
Pengalaman ini sama sekali bertentangan dengan sistim pembebasan
dengan cara membayar dengan uang] - David Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 154.

Penjualan surat pengampunan dosa itu menyebabkan pada tanggal 31


Oktober 1517 Luther menempelkan 95 thesisnya pada pintu gereja
Wittenberg, Jerman.

• Tanggal 31 Oktober 1517 ini akhirnya diperingati sebagai hari


Reformasi.

• Tulisan Luther ini menyerang penjualan surat pengampunan dosa itu,


dan tulisannya ditujukan kepada para ahli theologia jaman itu untuk
diperdebatkan. Dan tulisannya ini memang menimbulkan pertentangan
/ perdebatan yang luar biasa.

Dalam bulan Juli 1519 Luther dan teman sejawatnya yang bernama
Andreas Carlstadt bertemu dengan John Eck, yang merupakan ahli
debat top pada saat itu. Mereka mengadakan debat di depan umum di
Leipzig. Dalam perdebatan itu John Eck menunjukkan bahwa beberapa
pandangan Luther sesuai dengan pandangan John Hus, yang saat itu

10 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

dianggap sebagai ajaran sesat oleh gereja Roma Katolik. Akhirnya


Luther terpaksa mengakui dengan segan, sesuai dengan keinginan John
Eck, sebagai berikut:

“Among the condemned beliefs of John Hus and his disciples, there are
many which are truly Christian and evangelical and which the Catholic
Church cannot condemn” [= Di antara kepercayaan-kepercayaan John
Hus dan murid-muridnya yang dikecam, ada banyak yang adalah
benar-benar Kristen dan injili dan yang Gereja Katolik tidak bisa
mengecam] - Dr. Albert Freundt, ‘History of Modern Christianity’, hal 31.

Catatan / keterangan:

John Hus (1373-1415) adalah pemimpin dari The Bohemian Brethren di


Bohemia, Cekoslowakia. John Hus dipengaruhi oleh theologia dari
Augustine dan Wycliffe. Dalam suatu tulisannya yang berjudul ‘On the
Church’ ia berkata bahwa hanya Kristus sendiri yang adalah kepala
gereja. Ia menyerang penjualan indulgence / pengampunan dosa dan
juga menyerang kejahatan dari gereja dan pastor. Ini menimbulkan
konflik, dan Sigismund, kaisar Romawi, mendesak supaya John Hus
hadir dalam the Council of Constance dalam tahun 1415, dan kepada
John Hus diberikan jaminan keamanan di sana sampai ia bisa kembali
dengan selamat. Tetapi ternyata begitu sampai, ia langsung ditangkap,
dipenjarakan, diadili dengan cepat, dinyatakan bersalah, dan dihukum
mati dengan dibakar, karena ia menolak untuk menarik kembali
tulisannya kecuali ia diyakinkan kesalahannya berdasarkan Kitab Suci.

Dengan pengakuan yang mendukung John Hus itu, Martin Luther


sudah menentang Council!

Dr. Albert Freundt mengomentari dengan berkata:

“He intended no revolution; he aimed at purifying the Catholic Church


and preserving its truth. But the Leipzig debate tore down the last
barrier which held him to Rome” [= Ia tidak memaksudkan revolusi; ia
bertujuan memurnikan Gereja Katolik dan memelihara kebenarannya.
Tetapi perdebatan di Leipzig menghancurkan halangan terakhir yang
menahannya pada Roma] - ‘History of Modern Christianity’, hal 31.

Dan pada bulan Februari 1520 Martin Luther mengakui lebih jauh dari

11 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

pada pengakuannya di Leipzig dengan berkata: “We are all Hussites


without knowing it,” [= Kita semua adalah pengikut Hus tanpa kita
sadari] tulisnya, “St. Paul and St. Augustine are Hussites” [= Santo
Paulus dan Santo Agustinus adalah pengikut-pengikut Hus /
mempunyai pandangan seperti Hus] - Dr. Albert Freundt, ‘History of
Modern Christianity’, hal 31.

Pada bulan Juni 1520, Roma mengeluarkan ‘the Bull’ [= surat keputusan
dari Paus], yang diberi nama ‘Exsurge Domine’, yang mengecam 41 usul
/ gagasan Luther sebagai sesat, dan memerintahkan orang yang setia
kepada Roma Katolik untuk membakar buku-buku Luther dimanapun
bisa ditemukan. Luther diberi waktu 2 bulan untuk menarik kembali
ucapan / tulisannya atau ia akan dikucilkan.

Pada tanggal 10 Desember 1520, pada pk 9 pagi, Luther membakar bull


tersebut beserta buku-buku Katolik lain, di depan umum. Dan pada
tanggal 3 Januari 1521, pengucilan terhadap Luther dilaksanakan.

Luther lalu berkata:

“I said (at the Leipzig disputation of 1519) that the Council of Constance
condemned some propositions of Hus that were truly Christian. I
retract. All his propositions were Christian, and in condemning him the
Pope has condemned the Gospel” [= Aku berkata (pada perdebatan
Leipzig pada tahun 1519) bahwa Council of Constance mengecam
beberapa pernyataan dari Hus yang adalah benar-benar Kristen. Aku
menarik kembali. Semua pernyataannya adalah Kristen, dan dalam
mengecam dia Paus sudah mengecam Injil] - Dr. Albert Freundt,
‘History of Modern Christianity’, hal 33.

24 hari setelah pengucilan Martin Luther, Charles V (kaisar Romawi)


membuka Diet of Worms (Catatan: Diet = pertemuan formil, Worms
adalah nama kota) yang pertama. Ia memberi jaminan keselamatan bagi
Martin Luther. Luther datang, sekalipun ia tentu tahu bahwa sekitar 1
abad sebelumnya John Hus dibakar hidup-hidup sekalipun ada jaminan
keselamatan.

Luther berkata:

“I shall go to Worms, though there were as many devils there as tiles on

12 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

the roofs” [= Aku akan pergi ke Worms, sekalipun di sana ada setan-
setan sebanyak genteng pada atap-atap] - David Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 298.

Dalam perjalanan ke Worms, ia menulis surat kepada Spalatin:

“‘You may expect every thing from me,’ he wrote Spalatin, ‘except fear
or recantation. I shall not flee, still less recant. May the Lord Jesus
strengthen me’” [= ‘Kamu boleh mengharapkan segala sesuatu dari
aku,’ tulisnya kepada Spalatin, ‘kecuali rasa takut atau penarikan
kembali / pengakuan kesalahan. Aku tidak akan lari, dan lebih-lebih aku
tidak akan menarik kembali / mengaku salah. Kiranya Tuhan Yesus
menguatkan aku’] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 294.

Dalam Diet of Worms itu, pada waktu ia diminta untuk menarik kembali
buku-bukunya / ajarannya, ia berkata:

“Unless I am refuted and convicted by testimonies of the Scriptures or


by clear arguments (since I believe neither the Pope nor the councils
alone; it being evident that they have often erred and contradicted
themselves), I am conquered by the Holy Scriptures quoted by me, and
my conscience is bound in the word of God: I can not and will not
recant any thing, since it is unsafe and dangerous to do any thing
against the conscience” [= Kecuali aku disangkal / dibuktikan salah dan
diyakinkan oleh kesaksian Kitab Suci atau oleh argumentasi-
argumentasi yang jelas (karena aku tidak percaya kepada Paus ataupun
councils saja; adalah jelas bahwa mereka sering salah dan bertentangan
dengan diri mereka sendiri), aku ditaklukkan oleh Kitab Suci yang Kudus
yang aku kutip, dan hati nuraniku terikat pada firman Allah: aku tidak
bisa dan tidak mau menarik kembali apapun, karena adalah tidak aman
dan berbahaya untuk melakukan apapun yang bertentangan dengan
hati nurani] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal
304-305.

“Here I stand. (I can not do otherwise.) God help me! Amen” [= Di


sinilah aku berdiri (Aku tidak bisa berbuat yang lain.) Kiranya Allah
menolong aku! Amin] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 305.

13 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Luther menceritakan Diet of Worms sebagai berikut:

“‘I expected,’ he wrote to the artist Cranach, ‘that his Majesty the
Emperor would have collected fifty doctors of divinity to confute the
monk in argument. But all they said was: ‘Are these books yours?’. ‘Yes’.
‘Will you recant?’. ‘No’. ‘Then get out!’” [= ‘Aku berharap,’ tulisnya
kepada artis Cranach, ‘bahwa Yang Mulia Kaisar telah mengumpulkan
50 doktor theologia untuk membantah / membuktikan kesalahan
biarawan ini dalam perdebatan. Tetapi semua yang mereka katakan
adalah: ‘Apakah buku-buku ini milikmu?’. ‘Ya’. ‘Maukah kamu
menariknya kembali?’. ‘Tidak’. ‘Kalau begitu keluarlah!’] - Dr. Albert
Freundt, ‘History of Modern Christianity’, hal 34.

Setelah pulang dari Worms, ia bertemu dengan Spalatin:

“To Spalatin, in the presence of others, he said, ‘If I had a thousand


heads, I would rather have them all cut off one by one than make one
recantation’” [= Kepada Spalatin, di depan orang-orang lain, ia berkata,
‘Jika aku mempunyai 1000 kepala, aku lebih suka semuanya itu
dipenggal satu demi satu dari pada membuat satu penarikan kembali /
pengakuan salah’] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 306.

VI) Kematian Martin Luther.

Luther meninggal dunia pada tanggal 18 Februari 1546, dan dikuburkan


pada tanggal 22 Februari 1546.

Kenneth Scott Latourette: “His later years had been marked by a


complication of various physical illneses, presumably aggravated by the
strains and labours of a tempestuous life. This may in part account for
his frequent irascibility and occasional outburst of wrath and coarse
vituperation” [= Tahun-tahun terakhir hidupnya ditandai oleh
komplikasi dari bermacam-macam penyakit fisik, rupanya diperparah
oleh ketegangan dan pekerjaan dari hidup yang bergejolak. Ini
merupakan sebagian penyebab dari sikap mudah marahnya yang sering
terjadi dan kemarahannya yang kadang-kadang meledak dan makian
dengan kata-kata kasar] - ‘A History of Christianity’, vol II, hal 729.

VII) Kesimpulan tentang Martin Luther.

14 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

R. C. Sproul dalam bukunya ‘The Holiness of God’ [= Kekudusan /


kesucian Allah] menuliskan sebuah bab yang berjudul ‘The Insanity of
Luther’ [= Kegilaan Luther], dimana ia menceritakan banyak ‘kegilaan’
yang dilakukan Luther. R. C. Sproul akhirnya menutup bab itu dengan
kata-kata sebagai berikut:

“Was Luther crazy? Perhaps. But if he was, our prayer is that God would
send to this earth an epidemic of such insanity that we too may taste of
the righteousness that is by faith alone” [= Apakah Martin Luther gila?
Mungkin. Tetapi kalau ia gila, doa kita adalah supaya Allah akan
mengirimkan ke dunia ini suatu epidemi kegilaan seperti itu supaya kita
juga boleh merasakan kebenaran yang hanya karena iman] - R.C.
Sproul, ‘The Holiness of God’, hal 126.

Penafsiran-penafsiran Martin Luther setelah pertobatannya berkenaan


dengan Injil dan hukum Taurat, kebenaran oleh iman atau perbuatan,
dan sebagainya.

a) Penafsiran Luther tentang Roma 1:16-17.

1. Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam


Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap
orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang
Yunani.”.

Kata-kata ‘aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil’ salah


terjemahan!

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘for I am not ashamed of the gospel’ [= karena aku


tidak malu tentang injil].

Martin Luther (tentang Ro 1:16): “he who does not truly believe is even
today not merely ashamed of the Gospel, but he also contradicts it, at
least in his heart and in his action. The reason for this is the following.
He who finds pleasure and enjoyment in the things that are of the flesh
and of the world cannot have a taste or pleasure for the things that are
of the Spirit of God. Therefore he is not only ashamed to proclaim the
Gospel to others, but he fights against it and does not want it to be
spoken to him. He hates the light and loves the darkness. For this

15 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

reason he does not suffer the salutary truth to be spoken to him.” [= ia


yang tidak sungguh-sungguh percaya sekarang bukannya semata-mata
malu tentang Injil, tetapi ia juga menentangnya, setidaknya dalam
hatinya dan dalam tindakannya. Alasan untuk ini adalah sebagai berikut.
Ia yang mendapati kesenangan dan penikmatan dalam hal-hal yang
dari daging dan dari dunia tidak bisa mempunyai suatu selera atau
kesenangan untuk hal-hal yang dari Roh Allah. Karena itu ia bukan
hanya malu untuk memberitakan Injil kepada orang-orang lain, tetapi ia
berperang melawannya dan tidak ingin / mau itu diucapkan kepada dia.
Ia membenci terang dan mencintai kegelapan. Untuk alasan ini ia tidak
membiarkan kebenaran yang sehat diucapkan kepadanya.] - ‘Luther’s
Works, Vol 25, Lectures on Romans’ (Libronix).

Bdk. 1Korintus 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang
berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan;
dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai
secara rohani.”.

Apakah ia memaksudkan tentang Staupitz dalam kata-katanya di atas


ini?

Martin Luther (tentang Ro 1:16): “Moreover, to be ashamed of the


Gospel is a fault of cowardice in pastors, but to contradict it and not to
listen to it is a fault of stupidity in church members. This is obvious
when the preacher is afraid of the power, influence, and number of his
hearers and is silent concerning the essential truth and when the
unresponsive hearer despises the lowliness and humble appearance of
the Word.” [= Lebih lagi, malu tentang Injil adalah suatu kesalahan
tentang / dari kepengecutan dalam pendeta-pendeta, tetapi
menentangnya dan tidak mendengarnya adalah suatu kesalahan dari
kebodohan dalam diri anggota-anggota gereja. Ini adalah jelas pada
waktu sang pengkhotbah takut pada kuasa, pengaruh, dan jumlah dari
pendengar-pendengarnya, dan pengkhotbah itu diam berkenaan
dengan kebenaran yang hakiki dan pada waktu pendengar yang tidak
menanggapi (kebenaran) menghina / merendahkan kerendahan dan
penampilan yang rendah dari Firman.] - ‘Luther’s Works, Vol 25,
Lectures on Romans’ (Libronix).

Siapapun yang malu atau takut karena Injil atau diam dan tidak
memberitakan Injil, harus memperhatikan ayat-ayat di bawah ini.

16 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Bdk. Markus 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena
perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa
ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang
kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.

Dari pada ‘malu’ atau ‘takut’ pada saat kita memberitakan Injil dan
ditolak, sikap yang benar diberikan dalam text di bawah ini:

Matius 10:12-15 - “(12) Apabila kamu masuk rumah orang, berilah


salam kepada mereka. (13) Jika mereka layak menerimanya, salammu
itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. (14)
Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar
perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan
kebaskanlah debunya dari kakimu. (15) Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan
lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.’”.

Catatan: ay 14b harus dikontextualisasikan (disesuaikan dengan jaman /


tempat dengan tradisi yang berbeda), karena cara itu bukan merupakan
tradisi di negara kita. Yang jelas kita harus menunjukkan suatu ketidak-
senangan, dan memberi peringatan, bahwa penghakiman dan
penghukuman dari Allah menantikan mereka yang menolak Injil!

Memang ‘diam’ tentang Injil, bukanlah suatu sikap yang netral, tetapi
suatu sikap yang negatif.

Bdk. Matius 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan
siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”.

Dan kalau pengkhotbah itu diam, karena takut atau malu karena Injil,
itu tentu lebih buruk lagi!

2. Roma 1:17 - “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang


bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:
‘Orang benar akan hidup oleh iman.’”.

Kata-kata ‘yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman’


diterjemahkan secara agak berbeda-beda dalam Kitab Suci bahasa
Inggris.

17 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

KJV/NASB: ‘from faith to faith’ [= dari iman kepada iman].

RSV: ‘through faith for faith’ [= melalui iman untuk iman].

NIV: ‘that is by faith from first to last’ [= yaitu oleh iman dari awal
sampai akhir].

KJV: ‘For therein is the righteousness of God revealed from faith to faith:
as it is written, The just shall live by faith.’ [= Karena di dalamnya
kebenaran Allah dinyatakan dari iman kepada iman: seperti ada tertulis,
Orang benar akan hidup oleh iman.].

Martin Luther (tentang Roma 1:17): “‘The righteousness of God is


revealed.’ ... Only in the Gospel is the righteousness of God revealed
(that is, who is and becomes righteous before God and how this takes
place) by faith alone, by which the Word of God is believed, as it is
written in the last chapter of Mark (16:16): ‘He who believes and is
baptized will be saved; but he who does not believe will be
condemned.’ For the righteousness of God is the cause of salvation.
And here again, by the righteousness of God we must not understand
the righteousness by which He is righteous in Himself but the
righteousness by which we are made righteous by God. This happens
through faith in the Gospel. ... The righteousness of God is so named to
distinguish it from the righteousness of man, which comes from works,
as Aristotle describes it very clearly in Book III of his Ethics. According to
him, righteousness follows upon actions and originates in them. But
according to God, righteousness precedes works, and thus works are
the result of righteousness, just as no person can do the works of a
bishop or priest unless he is first consecrated and has been set apart for
this. Righteous works of people who are not yet righteous are like the
works of a person who performs the functions of a priest and bishop
without being a priest; in other words, such works are foolish and tricky
and are to be compared with the antics of hucksters in the
marketplace.” [= ‘Kebenaran Allah dinyatakan’. ... Hanya di dalam Injil
kebenaran Allah dinyatakan (yaitu, siapa yang adalah dan menjadi
benar di hadapan Allah dan bagaimana ini terjadi) oleh iman saja,
dengan mana Firman Allah dipercaya, seperti ada tertulis dalam pasal
terakhir dari Markus (16:16): ‘Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.’ Karena

18 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

kebenaran Allah adalah penyebab keselamatan. Dan lagi di sini, dengan


kebenaran Allah kita tidak boleh mengertinya sebagai kebenaran
dengan mana Ia adalah benar dalam diriNya sendiri tetapi kebenaran
dengan mana kita dibuat jadi benar oleh Allah. Ini terjadi melalui iman
dalam Injil. ... Kebenaran Allah disebut demikian untuk membedakannya
dari kebenaran manusia, yang datang dari perbuatan baik, seperti
Aristotle menggambarkannya dengan sangat jelas dalam Buku III dari
Ethics-nya. Menurut dia, kebenaran mengikuti tindakan-tindakan dan
berasal-usul di dalam tindakan-tindakan itu. Tetapi menurut Allah,
kebenaran mendahului perbuatan baik, dan dengan demikian
perbuatan baik adalah hasil dari kebenaran, sama seperti tak ada orang
yang bisa melakukan pekerjaan dari seorang uskup atau pastor kecuali
ia pertama-tama ditahbiskan dan telah dipisahkan untuk hal ini.
Pekerjaan-pekerjaan kebenaran dari orang-orang yang belum benar
adalah seperti pekerjaan-pekerjaan dari seorang yang melakukan
aktivitas dari seorang pastor dan uskup tanpa menjadi seorang pastor;
dengan kata lain, pekerjaan-pekerjaan seperti itu adalah bodoh dan
bersifat menipu dan harus dibandingkan dengan tindakan bodoh dari
tukang berjualan di pasar.] - ‘Luther’s Works, Vol 25, Lectures on
Romans’ (Libronix).

Catatan: bagian akhir yang saya beri warna hijau ini merupakan suatu
illustrasi yang bagus.

Martin Luther (tentang Ro 1:17): “Second, we must note that what is


said here, ‘from faith to faith,’ is interpreted in different ways. Lyra
wants it understood thus: ‘From unformed faith to formed faith.’ But
this won’t work, because no righteous person lives from an ‘unformed
faith,’ neither does the righteousness of God come from it. Yet he says
both of these things in this passage. It could be that he wants to
understand the ‘unformed faith’ as the faith of a beginner and the
‘formed faith’ as the faith of a perfect believer. But the ‘unformed faith’
is no faith at all but rather the object of faith. I do not believe that a
person can believe with an ‘unformed faith.’ But this he can do well: He
can see what must be believed and thus remain in suspense. Others
interpret it in this way: ‘From the faith of the fathers of the old law to
the faith of the new law.’ This exegesis may be acceptable, even though
it may obviously be attacked and contradicted by the argument that the
righteous person does not live by the faith of past generations, even
though he says: ‘The righteous shall live by his faith.’ The fathers

19 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

believed the same as we do. There is only one faith, even though it may
have been less clear then; just as educated people now believe the
same things as the uneducated, but more clearly. Therefore, the
meaning of this passage seems to be: The righteousness of God is
completely from faith, but in such a way that through its development it
does not make its appearance but becomes a clearer faith according to
that expression in 2 Cor. 3:18: ‘We are being changed … from one
degree of glory to another,’ and also in Ps. 84:8: ‘They go from strength
to strength.’ So also ‘from faith to faith,’ by growing more and more, so
that ‘he that is righteous, let him be made righteous still’ (Rev. 22:11). In
other words, no one should be of the opinion that he has already
obtained (Phil. 3:12) and thus stops growing, that is, starts declining.
Blessed Augustine says in chapter 11 of his On the Spirit and the Letter:
‘From the faith of those who confess with their mouth to the faith of
those who are obedient.’ Paul of Burgos says: ‘From the faith of the
synagog (as a starting point) to the faith of the church (as a goal).’ But
the apostle says that righteousness comes from faith, yet the heathen
had no faith from which they could have been led to another faith in
order to be justified.” [= Kedua, kita harus memperhatikan bahwa apa
yang dikatakan di sini, ‘dari iman kepada iman’, ditafsirkan dengan cara
berbeda-beda. Lyra mau mengertinya seperti ini: ‘Dari iman yang belum
dibentuk kepada iman yang sudah dibentuk’. Tetapi ini tak akan
berhasil, karena tak ada orang benar hidup dari ‘iman yang belum
dibentuk’, juga kebenaran Allah tidak akan datang darinya. Tetapi ia
mengatakan kedua hal ini dalam text ini. Bisa jadi ia mau mengerti
‘iman yang belum dibentuk’ sebagai iman dari seorang pemula dan
‘iman yang sudah dibentuk’ sebagai iman dari seorang percaya yang
sempurna. Tetapi ‘iman yang belum dibentuk’ bukanlah iman sama
sekali tetapi obyek dari iman. Saya tidak percaya bahwa seseorang bisa
percaya dengan ‘iman yang belum dibentuk’. Tetapi ini yang bisa ia
lakukan dengan baik: Ia bisa melihat apa yang harus dipercaya tetapi
tetap tinggal dalam ketidak-pastian. Orang-orang lain menafsirkannya
dengan cara ini: ‘Dari iman bapa-bapa dari hukum yang lama kepada
iman dari hukum yang baru’. Exegesis ini mungkin bisa diterima,
sekalipun itu jelas bisa diserang dan dibantah oleh argumentasi bahwa
orang benar itu tidak hidup oleh iman dari generasi-generasi yang
sudah lalu, sekalipun ia berkata: ‘Orang benar akan hidup oleh
imannya’. Bapa-bapa percaya hal yang sama seperti kita percaya. Di
sana hanya ada satu iman, sekalipun itu bisa kurang jelas pada saat itu;
sama seperti orang-orang berpendidikan sekarang percaya hal-hal yang

20 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

sama seperti orang-orang yang tak berpendidikan, tetapi dengan lebih


jelas. Karena itu, arti dari text ini kelihatannya adalah ini: Kebenaran
Allah adalah sepenuhnya dari iman, tetapi dengan suatu cara
sedemikian rupa sehingga melalui perkembangannya itu tidak kelihatan
tetapi menjadi suatu iman yang lebih jelas sesuai dengan ungkapan
dalam 2Kor 3:18: ‘kita sedang diubah ... dari satu tingkat kemuliaan ke
tingkat yang lain’, dan juga dalam Maz 84:8: ‘Mereka berjalan dari
kekuatan kepada kekuatan’. Demikian juga ‘dari iman kepada iman’,
dengan makin bertumbuh, sehingga ‘ia yang benar, hendaklah ia dibuat
tetap benar’ (Wahyu 22:11). Dengan kata lain, tak seorangpun harus
mempunyai pandangan bahwa ia telah mencapai (Fil 3:12) dan dengan
demikian berhenti bertumbuh, artinya, mulai mundur / menurun.
Agustinus yang terpuji berkata dalam pasal 11 dari bukunya ‘Tentang
Roh dan Huruf’: ‘Dari iman dari mereka yang mengaku dengan mulut
mereka kepada iman dari mereka yang taat’. Paul dari Burgos berkata:
‘Dari iman dari sinagog (sebagai suatu titik awal) kepada iman dari
gereja (sebagai suatu tujuan)’. Tetapi sang rasul berkata bahwa
kebenaran datang dari iman, tetapi orang-orang kafir tidak mempunyai
iman dari mana mereka bisa telah dibimbing kepada iman yang lain
supaya bisa dibenarkan.] - ‘Luther’s Works, Vol 25, Lectures on Romans’
(Libronix).

Jadi Luther menafsirkan kata-kata ‘from faith to faith’ dalam Ro 1:17


sejalan dengan kata-kata ‘from glory to glory’ dalam 2Kor 3:18, dan
‘from strength to strength’ dalam Maz 84:8. Yang dalam Wah 22:11
agak berbeda ungkapannya.

2Kor 3:18 - “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan


muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari
Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan
gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”.

KJV: ‘are changed into the same image from glory to glory,’ [= diubah
menjadi gambar yang sama dari kemuliaan kepada kemuliaan,].

Mazmur 84:8 - “Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak


menghadap Allah di Sion.”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘They go from strength to strength,’ [= Mereka


berjalan dari kekuatan kepada kekuatan,].

21 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Wah 22:11 - “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat


jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa
yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang
kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!’”.

KJV: ‘and he that is righteous, let him be righteous still:’ [= dan ia yang
adalah benar, hendaklah ia tetap benar:].

Fil 3:12 - “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah
sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga
menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.”.

b) Penafsiran Luther tentang text lain dalam Alkitab yang menekankan


tentang keselamatan karena iman saja, bukan karena perbuatan baik
dsb.

Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN


memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.

Ayat ini dikutip oleh Paulus dalam Ro 4:3, untuk membuktikan doktrin
‘justification by faith alone’ [= pembenaran oleh iman saja].

Roma 4:1-5 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa
leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena
perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di
hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal
itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja,
upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.
(5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada
Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan
menjadi kebenaran.”.

Catatan: kata ‘hadiah’ dalam ay 4, diterjemahkan dari kata Yunani


KHARIS, yang oleh KJV diterjemahkan secara hurufiah sebagai ‘grace’ [=
kasih karunia].

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “And Paul has not only expounded this
passage most carefully; he also takes great pains to commend it to the

22 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

church when he adds this statement (Rom. 4:23): "But the words ‘it was
reckoned to him’ were written not for his (Abraham’s) sake alone" - who
later on died - but (Rom. 15:4) ‘for our instruction, that … we might
have hope.’” [= Dan Paulus bukan hanya telah menjelaskan dengan
mendetail text ini dengan sangat hati-hati / teliti; ia juga berusaha keras
untuk merekomendasikannya kepada gereja pada waktu ia
menambahkan pernyataan ini (Ro 4:23): "Tetapi kata-kata ‘itu
diperhitungkan kepadanya’ dituliskan bukan demi / bagi Abraham saja"
- yang belakangan mati - tetapi (Ro 15:4) ‘bagi pengajaran kita, supaya
... kita bisa mempunyai pengharapan’.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures
on Genesis’ (Libronix).

Ro 4:23-25 - “(23) Kata-kata ini, yaitu ‘hal ini diperhitungkan


kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham saja, (24) tetapi ditulis juga
untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena
kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita,
dari antara orang mati, (25) yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”.

Roma 15:4 - “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis
untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada
pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.”.

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “At this point there arises an important
debate concerning the Law and faith: whether the Law justifies, whether
faith does away with the Law, etc.” [= Pada titik ini muncul suatu
perdebatan yang penting berkenaan dengan hukum Taurat dan iman:
apakah hukum Taurat membenarkan, apakah iman menyingkirkan
hukum Taurat, dsb.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’
(Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “In this connection Paul learnedly
stresses the matter of time: that in this chapter Moses is speaking about
righteousness and a righteous or justified Abraham prior to the Law,
prior to the works of the Law, yes, prior to the people of the Law and
before Moses, the lawgiver, was born. Accordingly, he says that
righteousness is not only not from the Law but is prior to the Law, and
that neither the Law nor the works of the Law contribute anything
toward it.” [= Dalam hubungan ini Paulus secara terpelajar menekankan
persoalan waktu: bahwa dalam pasal ini Musa sedang berbicara tentang

23 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

kebenaran dan seorang Abraham yang benar atau yang dibenarkan


sebelum hukum Taurat, sebelumpekerjaan-pekerjaan dari hukum
Taurat, ya, sebelum bangsa / orang-orang dari hukum Taurat dan
sebelum Musa, sang pemberi hukum Taurat, dilahirkan. Karena itu, ia
berkata bahwa kebenaran bukan saja bukan dari hukum Taurat tetapi
sebelum hukum Taurat, dan bahwa baik hukum Taurat ataupun
pekerjaan-pekerjaan dari hukum Taurat tidak memberi sumbangsih
apapun terhadapnya.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’
(Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Then what? Is the Law useless for
righteousness? Yes, certainly. But does faith alone, without works,
justify? Yes, certainly. Otherwise you must repudiate Moses, who
declares that Abraham is righteous prior to the Law and prior to the
works of the Law, not because he sacrificed his son, who had not yet
been born, and not because he did this or that work, but because he
believed God who gave a promise.” [= Lalu bagaimana? Apakah hukum
Taurat tak berguna untuk kebenaran? Ya, tentu. Tetapi apakah iman
saja, tanpa pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan baik,
membenarkan? Ya, tentu. Kalau tidak, kamu harus menolak otoritas
Musa, yang menyatakan bahwa Abraham adalah benar sebelum hukum
Taurat dan sebelum pekerjaan-pekerjaan dari hukum Taurat, bukan
karena ia mengorbankan anaknya, yang belum dilahirkan, dan bukan
karena ia melakukan pekerjaan / perbuatan baik ini atau itu, tetapi
karena ia percaya kepada Allah yang memberi suatu janji.] - ‘Luther’s
Works, Vol 3, Lectures on Genesis’ (Libronix).

Martin Luther (tentang Kejadian 15:6): “In this passage no mention is


made of any preparation for grace, of any faith formed through works,
or of any preceding disposition. This, however, is mentioned: that at
that time Abraham was in the midst of sins, doubts, and fears, and was
exceedingly troubled in spirit.” [= Dalam text ini tak disebutkan apapun
tentang persiapan apapun untuk kasih karunia, tentang iman apapun
yang dibentuk melalui pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan
baik, atau tentang kecenderungan apapun yang mendahuluinya. Tetapi
ini disebutkan: bahwa pada saat itu Abraham ada di tengah-tengah
dosa, keragu-raguan, dan rasa takut, dan sangat bingung / kacau dalam
roh (bdk. Kej 15:1-2).] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’
(Libronix).

24 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Catatan: ada catatan kaki yang berbunyi: “Here Luther is contending


against the scholastic definition of faith as fides (charitate) formata,
‘faith formed by love,’ and therefore not true faith until and unless love
is present.” [= Di sini Luther sedang mendebat / berargumentasi
terhadap definisi Gereja Katolik dari iman sebagai FIDES (CHARITATE)
FORMATA, ‘iman yang dibentuk oleh kasih’, dan karena itu bukanlah
iman yang benar / sungguh-sungguh sampai dan kecuali kasih itu hadir
/ ada.].

Bdk. Kej 15:1-3 - “(1) Kemudian datanglah firman TUHAN kepada


Abram dalam suatu penglihatan: ‘Janganlah takut, Abram, Akulah
perisaimu; upahmu akan sangat besar.’ (2) Abram menjawab: ‘Ya Tuhan
ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan
meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi
rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.’ (3) Lagi kata Abram: ‘Engkau
tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku
nanti menjadi ahli warisku.’”.

Apakah Kej 15:2-3 yang menunjukkan bahwa Abraham takut dan ragu-
ragu bertentangan dengan Ro 4:18-19?

Ro 4:18-19 - “(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,


namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi
bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah,
walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena
usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah
tertutup.”.

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “How, then, did he obtain


righteousness? In this way: God speaks, and Abraham believes what
God is saying. Moreover, the Holy Spirit comes as a trustworthy witness
and declares that this very believing or this very faith is righteousness or
is imputed by God Himself as righteousness and is regarded by Him as
such. But because the words which the Lord is speaking relate especially
to Christ, the spiritual Seed, Paul unfolds this mystery and declares
clearly that righteousness comes through faith in Christ (Gal. 2:16). Let
us, then, accept this statement and not allow ourselves to be dislodged
from it by the ragings of Satan and the popes.” [= Lalu, bagaimana ia
mendapatkan kebenaran? Dengan cara ini: Allah berbicara, dan

25 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Abraham percaya apa yang Allah katakan. Lebih lagi / selanjutnya, Roh
Kudus datang sebagai saksi yang layak dipercaya dan menyatakan
bahwa kepercayaan atau iman ini adalah kebenaran atau
diperhitungkan oleh Allah sendiri sebagai kebenaran dan dianggap
olehNya seperti itu. Tetapi karena kata-kata yang Tuhan katakan itu
berhubungan secara khusus dengan Kristus, Benih / Keturunan rohani
itu, Paulus menyingkapkan misteri ini dan menyatakan bahwa
kebenaran datang melalui iman kepada Kristus (Gal 2:16). Maka,
hendaklah kita menerima pernyataan ini dan tidak mengijinkan diri kita
sendiri dikeluarkan / disingkirkan darinya oleh kemarahan / kekejaman
dari Iblis dan para Paus.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’
(Libronix).

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu menunjuk pada Kej 12:1-3,
dan memang Kej 15:4-5 merupakan pengulangan dari Kej 12:1-3.

Kej 15:4-5 - “(4) Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian:


‘Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak
kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.’ (5) Lalu TUHAN
membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit,
hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka
firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’”.

Kej 12:2-3 - “(2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan
engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang
yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat
berkat.’”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu tidak bisa tidak menunjuk
kepada Kristus!

Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh
karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan
oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun
yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat.”.

26 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Sebetulnya bisa ditekankan lagi, bahwa janji berkat kepada semua


kaum di muka bumi itu, bukan hanya berhubungan dengan Kristus,
tetapi juga dengan PENEBUSANKristus!

Bdk. Ro 3:25a - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan


pendamaian karena iman, dalam darahNya.”.

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “This is the source from which Paul has
drawn his discussions in Romans and Galatians, where he ascribes
righteousness to faith, not to works or the Law.” [= Ini adalah sumber
dari mana Paulus telah mengambil diskusinya dalam Roma dan Galatia,
dimana ia menganggap kebenaran berasal dari iman, bukan dari
pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan baik, atau dari hukum
Taurat.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’ (Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Here the testimony of Scripture is


clear and beyond doubt. Righteousness is imputed to faith, that is,
Abraham is reckoned as righteous by God because he believes God.
Scripture makes no such statement about works.” [= Di sini kesaksian
Kitab Suci adalah jelas dan tanpa keraguan. Kebenaran diperhitungkan
pada / bagi iman, artinya, Abraham dianggap sebagai benar oleh Allah
karena ia percaya Allah. Kitab Suci tidak membuat pernyataan tentang
pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan baik.] - ‘Luther’s Works, Vol
3, Lectures on Genesis’ (Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Moreover, we must give heed to Holy
Scripture, which proves abundantly that nobody can satisfy the Law. The
Law demands that you love God with all your heart and your neighbor
as yourself (Lev. 19:18). But who, I ask, is there who does this? Even the
love of the saints is imperfect and is often troubled by fear, often by
lack of trust, and often by impatience in misfortune. At such times what
becomes of faith produced by love? If God will not consider you just
unless you have loved Him with all your heart and have fulfilled the Law,
you will never be justified.” [= Lebih lagi / selanjutnya, kita harus
memperhatikan Kitab Suci Kudus, yang membuktikan dengan
berlimpah-limpah bahwa tak seorangpun bisa memuaskan hukum
Taurat. Hukum Taurat menuntut bahwa kamu mengasihi Allah dengan
segenap hatimu dan sesamamu seperti dirimu sendiri (Im 19:18). Tetapi
siapa, saya bertanya, yang melakukan ini? Bahkan kasih dari santo-
santo tidak sempurna dan sering diganggu oleh rasa takut, sering oleh

27 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

kurangnya kepercayaan, dan sering oleh ketidak-sabaran dalam nasib


buruk / bencana. Pada saat-saat seperti itu apa yang terjadi dengan
iman yang dihasilkan oleh kasih? Jika Allah tak mau menganggap kamu
benar kecuali kamu telah mengasihi Dia dengan segenap hatimu dan
telah menggenapi hukum Taurat, kamu tidak akan pernah dibenarkan.]
- ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’ (Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Learn, therefore, not to attribute


righteousness to your love or to your works and merits; for they are
always unclean, imperfect, and polluted. Consequently, they call for a
confession of our unworthiness and for humbling ourselves with a
prayer for forgiveness. But attribute your righteousness to mercy alone,
to the promise concerning Christ alone, the promise which faith accepts
and by means of which it protects and defends itself against conscience
when God sits in judgment.” [= Karena itu belajarlah, untuk tidak
menganggap kebenaran muncul dari kasihmu atau pekerjaan-pekerjaan
/ perbuatan-perbuatan baik dan jasa-jasamu; karena semua itu selalu
najis, tak sempurna, dan tercemar. Karena itu, mereka menuntut suatu
pengakuan tentang ketidak-layakan kita dan perendahan diri kita
dengan suatu doa untuk pengampunan. Tetapi anggaplah
kebenaranmu muncul dari belas kasihan saja, dari janji berkenaan
dengan Kristus saja, janji yang iman terima dan dengan cara mana itu
melindungi dan mempertahankan dirinya sendiri terhadap hati nurani
pada waktu Allah duduk dalam penghakiman.] - ‘Luther’s Works, Vol 3,
Lectures on Genesis’ (Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “This is the sound and true doctrine.
On the other hand, the scholastic doctrine concerning an unformed and
a formed faith is of the devil; it destroys the doctrine of faith ...
Therefore let us reject it as a hellish pest.” [= Ini adalah doktrin yang
sehat dan benar. Di sisi lain, doktrin Gereja Katolik berkenaan dengan
iman yang belum dibentuk dan iman yang sudah dibentuk adalah DARI
SETAN; itu menghancurkan doktrin tentang iman ... Karena itu
hendaklah kita menolaknya sebagai SUATU WABAH DARI NERAKA.] -
‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’ (Libronix).

Catatan: kalau saya dianggap banyak orang sebagai pengkhotbah yang


keras / kasar, coba bandingkan dengan kata-kata Luther di sini!

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Furthermore, every promise of God

28 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

includes Christ; for if it is separated from this Mediator, God is not


dealing with us at all.” [= Selanjutnya, setiap janji Allah mencakup
Kristus; karena jika itu dipisahkan dari Pengantara ini, Allah tidak
berurusan dengan kita sama sekali.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on
Genesis’(Libronix).

Martin Luther (tentang Kej 15:6): “Therefore the only difference between
Abraham’s faith and ours is this: Abraham believed in the Christ who
was to be manifested, but we believe in the Christ who has already
been manifested; and by that faith we are all saved.” [= Karena itu satu-
satunya perbedaan antara iman Abraham dan iman kita adalah ini:
Abraham percaya kepada Kristus yang akan dimanifestasikan, tetapi kita
percaya kepada Kristus yang sudah dimanifestasikan; dan oleh iman itu
kita semua diselamatkan.] - ‘Luther’s Works, Vol 3, Lectures on Genesis’
(Libronix).

Jadi, iman orang-orang jaman Perjanjian Lama dan iman kita adalah
sama. Perbedaannya hanyalah mereka percaya kepada Kristus yang
akan datang, sedangkan kita percaya kepada Kristus yang sudah
datang! Kita mempunyai terang yang lebih banyak, sehingga kita
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, untuk percaya kepada
Kristus!

Martin Luther di Roma.

Cerita tentang pertobatan Luther agak simpang siur, dan sukar


dipastikan kapan persisnya ia sungguh-sungguh bertobat dan
diselamatkan. Pengertiannya dan kepercayaannya akan keselamatan /
pembenaran karena iman yang diajarkan oleh Ro 1:17 itupun melalui
pergumulan hebat dan cukup lama. Karena itu, pada tahun 1510,
sekalipun ia sudah tahu tentang pembenaran karena iman, tetapi
karena ia belum betul-betul mantap dalam hal itu, maka ia masih
melakukan ziarah / perjalanan agama (pilgrimage) ke Roma. Ia berharap
untuk bisa mendapatkan penghiburan untuk jiwanya dengan
melakukan perjalanan ini.

Catatan: kalau menurur Dr. Albert Freundt Jr. dalam kutipan dalam
pelajaran yang sudah lalu, ia bertobat pada sekitar tahun 1512-1513.
Kalau demikian, maka pada saat ia pergi ke Roma ini, ia memang belum
betul-betul bertobat, dan masih dalam tahap pergumulan.

29 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

David Schaff: “An interesting episode in the history of Luther’s training


for the Reformation was his visit to Rome. ... In the autumn of the year
1510, after his removal to Wittenberg, but before his graduation as
doctor of divinity, Luther was sent to Rome ... When Luther came in
sight of the eternal city he fell upon the earth, raised his hands and
exclaimed, ‘Hail to thee, holy, Rome! Thrice holy for the blood of
martyrs shed here.’ ... he ran, ‘like a crazy saint,’ through all the churches
and crypts and catacombs with an unquestioning faith in the legendary
traditions about the relics and miracles of martyrs. He wished that his
parents were dead that he might help them out of purgatory by reading
mass in the most holy place, according to the saying: ‘Blessed is the
mother whose son celebrates mass on Saturday in St. John of the
Lateran.’ He ascended on bended knees the twenty-eight steps of the
famous Scala Santa (said to have been transported from the Judgment
Hall of Pontius Pilate in Jerusalem), that he might secure the indulgence
attached to this ascetic performance since the days of Pope Leo IV. in
850, but at every step the word of the Scripture sounded as a significant
protest in his ear: ‘The just shall live by faith’ (Rom. 1:17). Thus at the
very height of his mediaeval devotion he doubted its efficacy in giving
peace to the troubled conscience.” [= Suatu episode / kejadian yang
menarik dalam sejarah dari pelatihan Luther untuk Reformasi adalah
kunjungannya ke Roma. ... Pada musim rontok pada tahun 1510, setelah
perpindahannya ke Wittenberg, tetapi sebelum kelulusannya sebagai
Doctor of Divinity, Luther diutus ke Roma ... Pada waktu Luther melihat
kota kekal itu ia berlutut, mengangkat tangannya dan berteriak dengan
emosionil, ‘Salam kepadamu, Roma kudus! Tiga kali kudus untuk darah
dari para martir yang dicurahkan di sini’. ... ia lari, ‘seperti orang kudus
yang gila’, melalui semua gereja-gereja dan ruangan-ruangan bawah
tanah dan kuburan-kuburan bawah tanah dengan suatu iman tanpa
keraguan kepada tradisi-tradisi yang didasarkan pada dongeng tentang
relics dan mujijat-mujijat dari para martir. Ia berharap orang tuanya
sudah mati supaya ia bisa menolong mereka keluar dari api penyucian
dengan membacakan missa di tempat maha kudus, menurut kata-kata:
‘Diberkatilah ibu yang anaknya merayakan missa pada hari Sabtu di
Santo Yohanes dari Lateran (sebuah istana di Roma)’. Dengan
menggunakan lututnya ia menaiki 28 anak tangga dari Scala Santa yang
terkenal (dikatakan bahwa Scala Santa itu telah dipindahkan dari Ruang
Pengadilan Pontius Pilatus di Yerusalem), supaya ia bisa memastikan
pengampunan dosa yang dilekatkan pada pelaksanaan pendisiplinan

30 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

dirinya sejak jaman Paus Leo IV pada tahun 850, tetapi pada setiap
langkah kata-kata Kitab Suci terngiang di telinganya sebagai suatu
protes: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’ (Ro 1:17). Jadi, pada puncak
dari kebaktian keagamaannya ia meragukan kemujarabannya dalam
memberikan damai pada hati nurani yang kacau.] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 126-129.

Renungkan: kira-kira apa dasar Alkitabnya yang mengatakan orang naik


tangga bisa diampuni dosa-dosanya????

SEDIKIT PEMBAHASAN TENTANG SCALA SANCTA.

Wikipedia (tentang Scala Sancta): “The Scala Sancta (English: Holy Stairs,
Italian: Scala Santa) ... According to Roman Catholic tradition, the Holy
Stairs are the steps leading up to thepraetorium of Pontius Pilate in
Jerusalem on which Jesus Christ stepped on his way to trial during his
Passion. The Stairs reputedly were brought to Rome by St. Helena in the
fourth century. For centuries, the Scala Sancta has attracted Christian
pilgrims who wish to honor the Passion of Jesus Christ. ... In the Roman
Catholic Church, a plenary indulgence has been conceded for climbing
the stairs on the knees. Pope Pius VII on 2 September 1817 granted
those who ascend the Stairs in the prescribed manner an indulgence of
nine years for every step. Finally, Pope St. Pius X, on 26 February 1908,
conceded a plenary indulgence as often as the Stairs are devoutly
ascended after Confession and Holy Communion. ... Martin Luther
climbed these steps on his knees in 1510. As he did so, he repeated the
Our Father on each step. It was said, by doing this work one could
‘redeem a soul from purgatory.’ But when Luther arrived at the top he
could not suppress his doubt, ‘Who knows whether this is true?’” [= The
Scala Sancta (Inggris: Holy Stairs / Tangga Kudus, Italia: Scala Santa) ...
Menurut tradisi Roma Katolik, Tangga Kudus adalah anak-anak tangga
yang mengarah pada praetorium / ruang pengadilan Pontius Pilatus di
Yerusalem pada mana Yesus Kristus melangkah pada jalanNya pada
pengadilan selama penderitaanNya. Tangga itu pada umumnya
dianggap telah dibawa ke Roma oleh Santa Helena pada abad keempat.
Selama berabad-abad, Tangga Kudus itu telah menarik peziarah-
peziarah Kristen yang ingin menghormati Penderitaan Yesus Kristus. ...
Dalam Gereja Roma Katolik, suatu pengampunan dosa yang lengkap /
sempurna telah diberikan untuk menaiki tangga itu dengan
menggunakan lutut. Paus Pius VII pada tanggal 2 September 1817

31 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

memberikan mereka yang menaiki Tangga itu dengan cara yang sudah
ditetapkan suatu pengampunan dosa dari 9 tahun untuk setiap langkah.
Akhirnya, Paus Santo Pius X, pada tanggal 26 Februari 1908,
memberikan suatu pengampunan dosa yang lengkap / sempurna
sesering Tangga itu dinaiki dengan sungguh-sungguh percaya setelah
Sakramen Pengakuan dosa dan Perjamuan Kudus. ... Martin Luther
menaiki anak-anak tangga dengan menggunakan lututnya pada tahun
1510. Pada saat ia melakukan hal itu, ia mengulang Doa Bapa Kami
pada setiap langkah. Dikatakan, dengan melakukan pekerjaan ini
seseorang bisa ‘menebus satu jiwa dari api penyucian’. Tetapi pada
waktu Luther sampai pada puncak ia tidak bisa menekan keragu-
raguannya, ‘Siapa tahu apakah ini benar?’] - https://en.wikipedia.org
/wiki/Scala_Sancta

Dari sumber Katolik sendiri dikatakan sebagai berikut: “Scala Sancta


(Holy Stairs) ... Consisting of twenty-eight white marble steps, at Rome,
near the Lateran; according to tradition the staircase leading once to
the prætorium of Pilate at Jerusalem, hence sanctified by the footsteps
of Our Lord during his Passion. ... In its new site the Scala Sancta is
flanked by four other stairs, two on each side, for common use, since
the Holy Stairs may only be ascended on the knees, a devotion much in
favour with pilgrims and the Roman faithful, especially on Fridays and in
Lent. Not a few popesare recorded to have performed this pious
exercise; ... Pius VII on 2 Sept., 1817 granted those who ascend the stairs
in the prescribed manner an indulgence of nine years for every step.
Finally Pius X, on 26 Feb., 1908, granted a plenary indulgence to be
gained as often as the stairs are devoutly ascended after confession and
communion.” [= Scala Sancta (Tangga Kudus) ... Terdiri dari 28 anak-
anak tangga marmer putih, di Roma, dekat Lateran; menurut tradisi
tangga yang pernah membimbing menuju Praetorium / gedung
pengadilan Pilatus di Yerusalam (bdk. Mark 15:16),dan karena itu
dikuduskan oleh langkah-langkah dari Tuhan kita selama masa
penderitaanNya. ... Di tempatnya yang baru Scala Sancta itu diletakkan
dekat dengan 4 tangga yang lain, 2 pada masing-masing sisi, untuk
penggunaan biasa, karena Tangga Kudus itu hanya boleh dinaiki
dengan menggunakan lutut, suatu pembaktian yang banyak diterima /
dihormati oleh peziarah-peziarah dan orang-orang setia / percaya
Roma, khususnya pada hari Jumat dan pada masa Lent. Tak sedikit Paus
dicatat telah melaksanakan tindakan saleh ini; ... Paus Pius VII pada
tanggal 2 September 1817 memberikan kepada mereka yang menaiki

32 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

tangga ini dengan cara yang ditetapkan suatu pengampunan dosa dari
9 tahun untuk setiap langkah. Akhirnya Paus Pius X, pada tanggal 26
Februari 1908, memberikan suatu pengampunan dosa lengkap / penuh
untuk didapatkan sesering tangga itu dinaiki secara berbakti setelah
pengakuan dosa dan komuni.] - http://www.newadvent.org/cathen
/13505a.htm

Catatan:

1. Lateran adalah nama beberapa bangunan di Roma.

Lengkapnya bisa dilihat di link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Lateran

2. Markus 15:16 - “Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke


dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh
pasukan berkumpul.”.

KJV: ‘praetorium’.

RSV/NIV/NASB: ‘the praetorium’.

3. Lent adalah masa 40 hari yang dimulai pada Rabu Abu, selama sekitar
6 minggu, sampai menjelang Paskah.

Dikatakan bahwa “The purpose of Lent is the preparation of the believer


through prayer, doing penance, mortifying the flesh, repentance of sins,
almsgiving, and self-denial. This event is observed in the Anglican,
Eastern Orthodox, Lutheran, Methodist, and Roman Catholic Churches.
Some Anabaptist and evangelical churches also observe the Lenten
season.” [= Tujuan dari Lent adalah persiapan dari orang percaya
melalui doa, melakukan pengakuan dosa, mematikan daging,
pertobatan dari dosa-dosa, memberi sedekah, dan penyangkalan diri.
Peristiwa ini dirayakan / diperingati dalam Gereja-gereja Anglikan,
Ortodox Timur, Lutheran, Metodist, dan Roma Katolik. Sebagian gereja-
gereja Anabaptist dan injili juga merayakan / memperingati masa Lent.]
- https://en.wikipedia.org/wiki/Lent

Saya sendiri tidak gubris sama sekali hal ini.

4. Langkah-langkah Yesus menguduskan tangga? Adakah dasar

33 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Alkitabnya?

5. Dua Paus dalam urusan indulgence itu memberikan keputusan yang


berbeda. Yang pertama pengurangan 9 tahun dalam setiap langkah
dengan lutut, yang kedua pengampunan penuh. Yang mana yang
benar???

David Schaff: “This doubt was strengthened by what he saw around


him. He was ... shocked by the unbelief, levity and immorality of the
clergy. Money and luxurious living seemed to have replaced apostolic
poverty and self-denial. He saw nothing but worldly splendor at the
court of Pope Julius II., ... He heard of the fearful crimes of Pope
Alexander VI. and his family, which were hardly known and believed in
Germany, but freely spoken of as undoubted facts in the fresh
remembrance of all Romans. While he was reading one mass, a Roman
priest would finish seven. ... He heard priests, when consecrating the
elements, repeat in Latin the words: ‘Bread thou art, and bread thou
shalt remain; wine thou art, and wine thou shalt remain.’ ... He was told
that ‘if there was a hell, Rome was built on it,’ and that this state of
things must soon end in a collapse.” [= Keraguan ini diperkuat oleh apa
yang ia lihat di sekitarnya. Ia ... terkejut oleh ketidak-percayaan, ketidak-
seriusan yang tidak pada tempatnya, dan ketidak-bermoralan dari para
pemimpin rohani. Uang dan kehidupan yang mewah kelihatannya telah
menggantikan kemiskinan dan penyangkalan diri rasuli. Ia tak melihat
apapun kecuali kemegahan duniawi di istana dari Paus Julius II, ... Ia
mendengar kejahatan-kejahatan yang menakutkan dari Paus Alexander
VI dan keluarganya, yang hampir tak diketahui dan dipercayai di
Jerman, tetapi dibicarakan secara bebas sebagai fakta-fakta yang tak
diragukan dalam ingatan yang segar dari semua orang Roma. Pada
waktu ia membacakan satu missa, seorang pastor Roma telah
menyelesaikan tujuh missa. ... Ia mendengar pastor-pastor, pada waktu
menguduskan elemen-elemen, mengulang dalam bahasa Latin kata-
kata: ‘Engkau adalah roti, dan engkau tetap adalah roti; engkau adalah
anggur, dan engkau tetap adalah anggur’. ... Ia diberitahu bahwa ‘jika di
sana ada neraka, Roma dibangun di atasnya’, dan bahwa keadaan dari
hal-hal ini pasti segera berakhir dalam keambrukan.] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 129-130.

V) Luther di Wittenberg & ‘persiapan’ untuk Reformasi.

34 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

1) Keadaan kota Wittenberg.

David Schaff: “Wittenberg was a poor and badly built town of about
three thousand inhabitants in a dull, sandy, sterile plain on the banks of
the Elbe, and owes its fame entirely to the fact that it became the
nursery of the Reformation theology. Luther says that it lay at the
extreme boundary of civilization, a few steps from barbarism, and
speaks of its citizens as wanting in culture, courtesy and kindness. He
felt at times strongly tempted to leave it. Melanchthon who came from
the fertile Palatinate, complained that he could get nothing fit to eat at
Wittenberg. Myconius, Luther’s friend, describes the houses as ‘small,
old, ugly, low, wooden.’ Even the electoral castle is a very unsightly
structure. The Elector laughed when Dr. Pollich first proposed the town
as the seat of the new university. But Wittenberg was one of his two
residences (the other being Torgau), had a new castle-church with
considerable endowments and provision for ten thousand masses per
annum and an Augustinian convent which could furnish a part of the
teaching force, and thus cheapen the expenses of the institution.” [=
Wittenberg adalah suatu kota miskin dan dibangun dengan buruk
dengan sekitar 3000 penghuni di suatu dataran yang tidak menarik /
tidak aktif, berpasir, tidak subur di tepi Sungai Elbe, dan berhutang
kemasyhurannya sepenuhnya pada fakta bahwa itu menjadi tempat
pertumbuhan / perkembangan dari theologia Reformasi. Luther berkata
bahwa kota itu terletak di perbatasan yang extrim dari kebudayaan,
beberapa langkah dari barbarisme / kebiadaban, dan berbicara tentang
warganya sebagai kekurangan kebudayaan, kesopanan dan kebaikan.
Kadang-kadang ia mempunyai perasaan yang kuat untuk
meninggalkannya. Melanchthon yang datang dari kota Palatinate yang
subur, mengeluh bahwa ia tidak bisa mendapatkan apapun yang cocok
untuk dimakan di Wittenberg. Myconius, sahabat Luther,
menggambarkan rumah-rumah sebagai ‘kecil, tua, jelek, rendah, dari
kayu’. Bahkan benteng pemilihan / pemerintahan adalah suatu struktur
yang sangat tidak menarik / tidak menyenangkan. Sang Pangeran
tertawa ketika Dr. Pollich pertama-tama mengusulkan kota itu sebagai
tempat dari Universitas yang baru. Tetapi Wittenberg adalah salah satu
dari dua tempat (yang lain adalah Torgau), yang mempunyai suatu
gereja-benteng yang baru dengan banyak dana dan penyuplaian untuk
10.000 missa per tahun dan suatu biara Augustinian yang bisa
menyediakan sebagian tenaga pengajar, dan dengan demikian
mempermurah pengeluaran dari institusi itu.] - ‘History of the Christian

35 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Church’, vol VII, hal 134.

2) Universitas Wittenberg.

David Schaff: “The university was opened October 18, 1502. The
organization was intrusted to Dr. Pollich, the first rector, who on
account of his extensive learning was called ‘lux mundi,’ and who had
accompanied the Elector on a pilgrimage to Jerusalem (1493), and to
Staupitz, the first Dean of the theological faculty, who fixed his eye at
once upon his friend Luther as a suitable professor of theology.” [=
Universitas itu dibuka pada tanggal 18 Oktober tahun 1502.
Pengorganisasiannya dipercayakan pada Dr. Pollich, rektor yang
pertama, yang karena pembelajarannya yang luas / banyak disebut ‘lux
mundi’, dan yang telah menemani Sang Pangeran dalam perjalanan
ziarah ke Yerusalem (1493), dan pada Staupitz, dekan yang pertama dari
fakultas theologia, yang segera mengarahkan matanya pada
sahabatnya, Luther, sebagai seorang yang cocok untuk menjadi
profesor theologia.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 134.

Catatan: ‘lux mundi’ = ‘light of the world’ / terang dunia.

3) Wittenberg dan kota-kota saingannya.

David Schaff: “Wittenberg had powerful rivals in the neighboring, older


and better endowed Universities of Erfurt and Leipzig, but soon
overshadowed them by the new theology. The principal professors were
members of the Augustinian order, most of them from Tuebingen and
Erfurt. The number of students was four hundred and sixteen in the first
semester, then declined to fifty-five in 1505, partly in consequence of
the pestilence, began to rise again in 1507, and when Luther and
Melanchthon stood on the summit of their fame, they attracted
thousands of pupils from all countries of Europe. Melanchthon heard at
times eleven languages spoken at his hospitable table.” [= Wittenberg
mempunyai saingan-saingan yang kuat di sekitarnya, Universitas-
universitas Erfurt dan Leipzig yang lebih tua dan diperlengkapi dengan
lebih baik, tetapi segera membuat mereka kurang penting oleh
theologia yang baru itu. Profesor-profesor utama adalah anggota-
anggota dari ordo Augustinian, kebanyakan dari mereka berasal dari
Tuebingen dan Erfurt. Jumlah mahasiswa adalah 416 orang pada
semester pertama, lalu menurun menjadi 55 pada tahun 1505, sebagian

36 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

karena wabah, lalu mulai naik lagi pada tahun 1507, dan pada waktu
Luther dan Melanchthon berdiri pada puncak kejayaan mereka, mereka
menarik ribuan murid dari semua negara Eropah. Melanchthon kadang-
kadang mendengar 11 bahasa digunakan di meja tamu /
penerimaannya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 134-135.

4) Luther dipanggil ke Wittenberg.

David Schaff: “Luther was suddenly called by Staupitz from the


Augustinian Convent of Erfurt to that of Wittenberg with the
expectation of becoming at the same time a lecturer in the university.
He arrived there in October, 1508, was called back to Erfurt in autumn,
1509, was sent to Rome in behalf of his order, 1510, returned to
Wittenberg, 1511, and continued there till a few days before his death,
1546.” [= Luther mendadak dipanggil oleh Staupitz dari biara
Augustinian di Erfurt ke biara Wittenberg dengan pengharapan pada
saat yang sama menjadi seorang pengajar di Universitas. Ia sampai di
sana dalam bulan Oktober tahun 1508, dipanggil kembali ke Erfurt pada
musim rontok tahun 1509, diutus ke Roma demi kepentingan ordonya
pada tahun 1510, kembali ke Wittenberg pada tahun 1511, dan terus di
sana sampai beberapa hari sebelum kematiannya pada tahun 1546.] -
‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 135.

BACA JUGA: TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU

David Schaff: “He lived in the convent, even after his marriage. ... The
lowliness of his work-shop forms a sublime contrast to the grandeur of
his work. From their humble dwellings Luther and Melanchthon exerted
a mightier influence than the contemporary popes and kings from their
gorgeous palaces.” [= Ia tinggal di biara, bahkan setelah pernikahannya.
... Kerendahan dari tempat kerjanya membentuk suatu kontras yang
mengesankan dengan kemegahan dari pekerjaannya. Dari tempat
tinggalnya yang rendah, Luther dan Melanchthon menghasilkan suatu
pengaruh yang lebih hebat dari pada paus-paus dan raja-raja yang
sejaman dari istana-istana indah mereka.] - ‘History of the Christian
Church’, vol VII, hal 135-136.

Catatan: pendeta memang perlu perlengkapan, tetapi yang terpenting


adalah orangnya adalah orang yang bagaimana. Banyak pendeta, yang
sekalipun diberi perlengkapan yang terbaik, dan buku-buku sebanyak

37 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

satu perpustakaan, tetap tidak belajar, dan tetap tidak menghasilkan


apa-apa.

5) Pelayanan Luther di Wittenberg.

David Schaff: “With the year 1512 his academic teaching began in
earnest and continued till 1546, at first in outward harmony with the
Roman church, but afterward in open opposition to it.”[= Pada tahun
1512 pengajaran akademisnya mulai serius dan berlanjut sampai tahun
1546, mula-mula dalam keharmonisan lahiriah dengan Gereja Roma,
tetapi belakangan dalam pertentangan terbuka dengannya.] - ‘History
of the Christian Church’, vol VII, hal 137.

David Schaff: “Although a doctor of divinity, he relied for several years


almost exclusively on the Latin version of the Scriptures. Very few
professors knew Greek, and still less, Hebrew. Luther had acquired a
superficial idea of Hebrew at Erfurt from Reuchlin’s Rudimenta
Hebraica. The Greek he learned at Wittenberg, we do not know exactly
when, mostly from books and from his colleagues, Johann Lange and
Melanchthon. As late as Feb. 18th, 1518, he asked Lange, ‘the Greek,’ a
question about the difference between ἀνάθημα and ἀνάθεμα, and
confessed that he could not draw the Greek letters. His herculean labor
in translating the Bible forced him into a closer familiarity with the
original languages, though he never attained to mastery. As a scholar
he remained inferior to Reuchlin or Erasmus or Melanchthon, but as a
genius he was their superior, and as a master of his native German he
had no equal in all Germany. Moreover, he turned his knowledge to the
best advantage, and always seized the strong point in controversy. He
studied with all his might and often neglected eating and sleeping.” [=
Sekalipun ia adalah seorang Doctor of Divinity, ia bersandar untuk
beberapa tahun hampir secara exclusive / sepenuhnya pada versi Latin
dari Kitab Suci. Sangat sedikit profesor mengerti bahasa Yunani, dan
lebih sedikit lagi, bahasa Ibrani. Luther telah mendapatkan suatu
pengertian yang dangkal tentang bahasa Ibrani di Erfurt dari Reuchlin’s
Rudimenta Hebraica. Bahasa Yunani ia pelajari di Wittenberg, kami tidak
tahu kapan persisnya, mayoritas dari buku-buku dan dari rekan-
rekannya, Johann Lange dan Melanchthon. Sampai sangat belakangan,
pada tanggal 18 Februari 1518, ia bertanya kepada Lange, ‘bahasa
Yunani’, suatu pertanyaan tentang perbedaan antara ἀνάθημα dan
ἀνάθεμα, dan mengakui bahwa ia tidak bisa menggambar / menulis

38 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

huruf-huruf Yunani. Jerih payahnya yang sangat besar dalam


menterjemahkan Alkitab memaksanya ke dalam keakraban yang lebih
dekat dengan bahasa-bahasa asli, sekalipun ia tidak pernah mencapai
penguasaan / keahlian yang baik. Sebagai seorang sarjana / seorang
yang terpelajar ia tetap menjadi seorang yang lebih rendah dibanding
dengan Reuchlin atau Erasmus atau Melanchthon, tetapi sebagai
seorang genius ia lebih tinggi dari mereka, dan sebagai seorang
penguasa dari bahasa kelahirannya Jerman tak ada yang setara dengan
dia di seluruh Jerman. Lebih lagi, ia menggunakan pengetahuannya
pada manfaat yang terbaik, dan selalu memfokuskan perhatian pada
titik kuat dalam kontroversi / perdebatan. Ia belajar dengan sepenuh
kekuatannya dan sering mengabaikan makan dan tidur.] - ‘History of
the Christian Church’, vol VII, hal 138.

Catatan:

a) ἀνάθημα (ANATHEEMA) artinya ‘votive gift, offering’ [= pemberian


sebagai penggenapan nazar, korban / persembahan].

b) ἀνάθεμα (ANATHEMA) artinya ‘cursed, under a curse of God’ [=


terkutuk, di bawah suatu kutuk dari Allah].

David Schaff: “Luther opened his theological teaching with David and
Paul, who became the pillars of his theology. The Psalms and the
Epistles to the Romans and Galatians remained his favorite books. His
academic labors as a commentator extended over thirty-three years,
from 1513 to 1546, his labors as a reformer embraced only twenty-nine
years, from 1517 to 1546. Beginning with the Psalms, 1513, he ended
with Genesis, November 17th, 1545, three months before his death.” [=
Luther membuka / memulai pengajaran theologianya dengan Daud dan
Paulus, yang menjadi tiang-tiang utama dalam theologianya. Mazmur
dan Surat-surat Roma dan Galatia tetap merupakan kitab-kitab
favoritnya. Jerih payah akademisnya sebagai seorang penafsir mencapai
lebih dari 33 tahun, dari tahun 1513 sampai 1546, jerih payahnya
sebagai seorang Tokoh Reformasi mencakup hanya 29 tahun, dari
tahun 1517 sampai 1546. Mulai dengan kitab Mazmur, pada tahun
1513, ia mengakhiri dengan kitab Kejadian, tanggal 17 Nopember 1545,
3 bulan sebelum kematiannya.] - ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 138.

39 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Renungkan: tanpa banyak belajar, tidak mungkin Luther bisa menjadi


seorang tokoh yang luar biasa seperti itu. Ini perlu diperhatikan, dan
ditiru oleh pendeta, yang hanya belajar sedikit atau nol, dan banyak
‘cari duit’!

BACA JUGA: EKSPOSISI MATIUS 7:1-29

David Schaff: “These exegetical lectures made a deep impression. They


were thoroughly evangelical, without being anti-catholic.” [= Pelajaran-
pelajaran exegesis ini membuat kesan yang dalam. Mereka sepenuhnya
injili, tanpa menjadi anti Katolik.] - ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 141.

Catatan: kata-kata ini sebetulnya tidak masuk akal. Mungkin maksudnya


‘tak menyerang Katolik’. Saya berpendapat ini memang harus dilakukan,
bukan karena takut, tetapi supaya injil bisa diberitakan. Pada waktu
melayani gereja yang kacau balau dalam theologia, kita bisa
memberitakan Injil saja, tanpa menyerang kebrengsekan gereja itu.
Tetapi memang hal seperti ini tak bisa berlangsung selamanya.

David Schaff: “Luther and Mysticism. ... There are various types of
mysticism, orthodox and heretical, speculative and practical. Luther
came in contact with the practical and catholic type through Staupitz
and the writings of St. Augustin, St. Bernard, and Tauler. It deepened
and spiritualized his piety and left permanent traces on his theology. ...
But mysticism alone could not satisfy him, especially after the
Reformation began in earnest. It was too passive and sentimental and
shrunk from conflict. It was a theology of feeling rather than of action.
Luther was a born fighter, and waxed stronger and stronger in battle.
His theology is biblical, with such mystic elements as the Bible itself
contains.” [= Luther dan Mysticisme. ... Ada bermacam-macam jenis dari
Mysticisme, ortodox dan bersifat bidat, bersifat spekulasi dan praktis.
Luther mendapatkan kontak dengan jenis yang bersifat praktis dan
Katolik melalui Staupitz dan tulisan-tulisan dari Santo Agustinus, Santo
Bernard, dan Tauler. Itu memperdalam dan merohanikan kesalehannya
dan meninggalkan jejak-jejak permanen pada theologianya. ... Tetapi
hanya Mysticisme tidak bisa memuaskan dia, khususnya setelah
Reformasi mulai menjadi serius. Itu terlalu pasif dan sentimentil /
bersifat perasaan dan mengkerut dari konflik. Itu lebih merupakan suatu
theologia dari perasaan dari pada dari tindakan. Luther adalah seorang

40 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

yang dilahirkan sebagai pejuang, dan bertambah kuat dalam


pertempuran. Theologianya Alkitabiah, dengan elemen-elemen mistik
seperti yang ada dalam Alkitab sendiri.] - ‘History of the Christian
Church’, vol VII, hal 141,142.

Catatan: kata ‘mysticism’ diterjemahkan ‘kebatinan’ dalam bahasa


Indonesia.

Dalam Free Dictionary diterjemahkan: “Belief in direct experience of


transcendent reality or God, especially by means of contemplation and
asceticism instead of rational thought.” [= Kepercayaan dalam
pengalaman langsung tentang kenyataan transenden atau Allah,
khususnya dengan cara perenungan dan pertapaan dan bukannya
dengan pemikiran rasionil.].

Yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang ‘mysticism’ ini bisa


membacanya dalam link ini: https://en.wikipedia.org
/wiki/Christian_mysticism

6) ‘Persiapan’ untuk Reformasi.

David Schaff: “Luther was now approaching the prime of manhood. He


was the shining light of the young university, and his fame began to
spread through Germany. But he stood not alone. He had valuable
friends and co-workers such as Dr. Wenzeslaus Link, the prior of the
convent, and John Lange, who had a rare knowledge of Greek. Carlstadt
also, his senior colleague, was at that time in full sympathy with him.
Nicolaus von Amsdorf, of the same age with Luther, was one of his
most faithful adherents, but more influential in the pulpit than in the
chair. Christoph Scheurl, Professor of jurisprudence, was likewise
intimate with Luther. Nor must we forget Georg Spalatin, who did not
belong to the university, but had great influence upon it as chaplain
and secretary of the Elector Frederick, and acted as friendly mediator
between him and Luther. The most effective aid the Reformer received,
in 1518, in the person of Melanchthon.” [= Sekarang Luther mendekati
masa puncak dari kematangan / kedewasaan. Ia adalah terang yang
bersinar dari Universitas muda itu, dan kemasyhurannya mulai tersebar
di seluruh Jerman. Tetapi ia tidak berdiri sendirian. Ia mempunyai
teman-teman yang berharga dan rekan-rekan sekerja seperti Dr.
Wenzeslaus Link, pendahulunya dari biara, dan John Lange, yang

41 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

mempunyai pengetahuan yang jarang tentang bahasa Yunani. Juga


Carlstadt, rekan seniornya, pada saat itu bersimpati secara penuh
dengan dia. Nicolaus von Amsdorf, berusia sama dengan Luther, adalah
salah satu dari pendukung-pendukungnya yang paling setia, tetapi
lebih berpengaruh di mimbar dari pada di kursi. Christoph Scheurl,
Professor filsafat / ilmu hukum, juga akrab dengan Luther. Dan kita
tidak boleh melupakan Georg Spalatin, yang tidak termasuk dalam
Universitas, tetapi mempunyai pengaruh yang besar padanya sebagai
anggota pimpinan rohani dan sekretaris dari Pangeran Frederick, dan
bertindak sebagai pengantara yang bersahabat antara dia dengan
Luther. Penolong yang paling efektif diterima oleh sang Reformator,
pada tahun 1518, dalam diri dari Melanchthon.] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 143-144.

Dari kutipan di atas ini bisa kita pelajari bahwa dalam terjadinya suatu
gerakan rohani yang besar seperti ini, tokoh seperti Luther
membutuhkan orang-orang, yang pada umumnya di belakang layar,
yang membantu dia. Dan pada jaman sekarang atau jaman kapanpun
juga sama. Tuhan sering menggunakan satu orang yang ditonjolkan,
dan banyak orang di belakang layar, untuk membantu orang itu. Kalau
orang-orang di belakang layar itu tak mau bekerja, semua itu tak akan
terjadi.

David Schaff: “The working forces of the Reformation were thus fully
prepared and ready for action. The scholastic philosophy and theology
were undermined, and a biblical, evangelical theology ruled in
Wittenberg. It was a significant coincidence, that the first edition of the
Greek Testament was published by Erasmus in 1516, just a year before
the Reformation.” [= Jadi kekuatan bekerja dari Reformasi dipersiapkan
secara penuh dan siap untuk beraksi. Filsafat dan theologia scholastic
(Katolik) dilemahkan secara bertahap, dan suatu theologia yang
Alkitabiah dan injili memerintah / menguasai di Wittenberg. Merupakan
suatu kebetulan yang berarti, bahwa edisi pertama dari Perjanjian Baru
bahasa Yunani dipublikasikan oleh Erasmus pada tahun 1516, hanya
satu tahun sebelum Reformasi.] - ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 144.

David Schaff: “Luther had as yet no idea of reforming the Catholic


church, and still less of separating from it. All the roots of his life and
piety were in the historic church, and he considered himself a good

42 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Catholic even in 1517, and was so in fact. He still devoutly prayed to the
Virgin Mary from the pulpit; he did not doubt the intercession of saints
in heaven for the sinners on earth; he celebrated mass with full belief in
the repetition of the sacrifice on the cross and the miracle of
transubstantiation; he regarded the Hussites as ‘sinful heretics’ for
breaking away from the unity of the church and the papacy which
offered a bulwark against sectarian division.” [= Luther belum / tidak
mempunyai pemikiran tentang mereformasi gereja Katolik, dan lebih-
lebih memisahkan diri darinya. Semua akar dari kehidupan dan
kesalehannya ada dalam gereja yang dikenal, dan ia menganggap
dirinya sendiri seorang Katolik yang baik bahkan pada tahun 1517, dan
dalam faktanya memang demikian. Ia tetap secara berbakti berdoa
kepada Perawan Maria dari mimbar; ia tidak meragukan pengantaraan
dari santo-santo (atau santa-santa) di surga untuk orang-orang berdosa
di bumi; ia melaksanakan missa dengan kepercayaan penuh dalam
pengulangan pengorbanan di salib dan mujijat transubstantiation; ia
menganggap para pengikut John Huss sebagai ‘bidat-bidat / orang-
orang sesat berdosa’ karena memisahkan diri dari kesatuan gereja dan
kepausan yang menawarkan suatu benteng terhadap perpecahan yang
bersifat sekte.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 144.

Catatan: doktrin Perjamuan Kudus dalam Gereja Katolik disebut


‘transubstantiation’ [= a change of substance {= perubahan zat}] karena
mereka percaya bahwa dalam Perjamuan Kudus itu, roti dan anggur
betul-betul berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, tetapi
penampilannya / kelihatannya, baunya, rasanya tetap seperti roti dan
anggur. Ini dianggap sebagai mujijat. Saya tidak mempercayai doktrin
ini sama sekali.

David Schaff: “But by the leading of Providence he became innocently


and reluctantly a Reformer. A series of events carried him irresistibly
from step to step, and forced him far beyond his original intentions.
Had he foreseen the separation, he would have shrunk from it in horror.
... This is the case with all men of Providence: they are led by a divine
hand while they are leading their fellow-men.” [= Tetapi oleh
bimbingan dari Providensia ia menjadi seorang tokoh Reformasi
dengan tak bersalah dan dengan segan. Suatu seri peristiwa membawa
dia secara tak bisa ditahan dari langkah ke langkah, dan memaksa dia
jauh melebihi maksud-maksud orisinilnya. Andaikata ia melihat lebih
dulu perpisahan /. perpecahan itu, ia akan sudah mengkerut darinya

43 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

dalam ketakutan. ... Ini adalah kasus dari semua orang dari Providensia:
mereka dibimbing oleh suatu tangan Ilahi pada waktu mereka
memimpin sesama manusia mereka.] - ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 144-145.

Catatan: ini mirip seperti kasus dari Pdt. Esra Alfred Soru dari Kupang,
pada waktu keluar dari GMIT dan akhirnya mendirikan GKIN Revival. Ia
tidak ingin, dan dengan segan, melakukan hal itu.

VI) Penjualan surat pengampunan dosa.

1) Asal usul penjualan surat pengampunan dosa.

David Schaff: “In the legal language of Rome, INDULGENTIA is a term


for amnesty or remission of punishment. In ecclesiastical Latin, an
INDULGENCE means the remission of the temporal (not the eternal)
punishment of sin (not of sin itself), on condition of penitence and the
payment of money to the church or to some charitable object. It may
be granted by a bishop or archbishop within his diocese, while the Pope
has the power to grant it to all Catholics. The practice of indulgences
grew out of a custom of the Northern and Western barbarians to
substitute pecuniary compensation for punishment of an offense. The
church favored this custom in order to avoid bloodshed, but did wrong
in applying it to religious offenses. Who touches money touches dirt;
and the less religion has to do with it, the better. The first instances of
such pecuniary compensations occurred in England under Archbishop
Theodore of Canterbury (d. 690). The practice rapidly spread on the
Continent, and was used by the Popes during and after the crusades as
a means of increasing their power. It was justified and reduced to a
theory by the schoolmen, especially by Thomas Aquinas, in close
connection with the doctrine of the sacrament of penance and priestly
absolution.” [= Dalam bahasa hukum dari Roma (Katolik), INDULGENTIA
adalah suatu istilah untuk pengampunan atau pengurangan hukuman.
Dalam gereja Latin, suatu INDULGENCE berarti pengurangan dari
hukuman sementara (bukan hukuman kekal) dari dosa (bukan dari dosa
itu sendiri), dengan syarat pertobatan dan pembayaran uang kepada
gereja atau suatu tujuan / obyek kasih. Itu bisa diberikan oleh seorang
uskup atau uskup agung di dalam keuskupannya, sedangkan Paus
mempunyai kuasa untuk memberikannya kepada semua orang Katolik.
Praktek indulgence / pengampunan dosa muncul dari suatu tradisi /

44 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

kebiasaan dari bangsa barbar di Utara dan Barat untuk menggantikan


kompensasi pembayaran uang untuk hukuman dari suatu pelanggaran.
Gereja menyetujui tradisi / kebiasaan ini untuk menghindari
pertumpahan darah, tetapi melakukan hal yang salah dalam
menerapkannya pada pelanggaran-pelanggaran agamawi. Siapa
menyentuh uang menyentuh kotoran; dan makin sedikit agama
berurusan dengannya, makin baik. Contoh pertama dari kompensasi
pembayaran uang seperti itu terjadi di Inggris di bawah Uskup Agung
Theodore dari Canterbury (mati tahun 690). Praktek ini menyebar
dengan cepat di Benua, dan digunakan oleh Paus-Paus selama dan
setelah perang salib sebagai suatu cara meningkatkan kuasa mereka. Itu
dibenarkan dan disederhanakan / diatur secara sistimatis oleh sarjana-
sarjana, khususnya oleh Thomas Aquinas, dalam hubungan yang dekat
dengan doktrin dari sakramen pengakuan dosa dan pengampunan dari
imam / pastor.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 147.

David Schaff: “The sacrament of penance includes three elements, -


contrition of the heart, confession by the mouth (to the priest), and
satisfaction by good works, such as prayer, fasting, almsgiving,
pilgrimages, all of which are supposed to have an atoning efficacy. God
forgives only the eternal punishment of sin, and he alone can do that;
but the sinner has to bear the temporal punishments, either in this life
or in purgatory; and these punishments are under the control of the
church or the priesthood, especially the Pope as its legitimate head.
There are also works of supererogation, performed by Christ and by the
saints, with corresponding extra-merits and extra-rewards; and these
constitute a rich treasury from which the Pope, as the treasurer, can
dispense indulgences for money. This papal power of dispensation
extends even to the departed souls in purgatory, whose sufferings may
thereby be abridged. This is the scholastic doctrine.” [= Sakramen
pengakuan dosa mencakup 3 elemen, - penyesalan / pertobatan dari
hati, pengakuan dengan mulut (kepada imam / pastor), dan kompensasi
/ perbaikan oleh perbuatan-perbuatan baik, seperti doa, puasa,
pemberian sedekah, perjalanan ziarah, SEMUA INI DIANGGAP
MEMPUNYAI KEMUJARABAN PENEBUSAN. ALLAH HANYA
MENGAMPUNI HUKUMAN KEKAL DARI DOSA, DAN HANYA DIA BISA
MELAKUKAN ITU; TETAPI ORANG BERDOSA ITU HARUS
MENANGGUNG HUKUMAN SEMENTARA, ATAU DALAM HIDUP INI
ATAU DALAM API PENYUCIAN; DAN HUKUMAN-HUKUMAN INI ADA DI
BAWAH KONTROL DARI GEREJA ATAU KEIMAMAN / IMAMAT,

45 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

KHUSUSNYA PAUS SEBAGAI KEPALANYA YANG SAH. Di sana juga ada


perbuatan-perbuatan baik yang melebihi ketentuan / tuntutan,
dilakukan oleh Kristus dan oleh orang-orang kudus (santo-santo),
dengan jasa extra dan upah / pahala extra yang sesuai; dan ini
membentuk suatu simpanan / dana yang kaya, dari mana Paus, sebagai
bendahara / orang yang berwenang atas simpanan / dana tersebut, bisa
memberikan pengampunan dosa untuk uang. Kuasa kepausan untuk
memberikan pengampunan dari dana ini meluas bahkan pada jiwa-jiwa
yang telah mati dalam api penyucian, yang penderitaannya bisa dengan
itu dipersingkat. Ini adalah doktrin scholastic (Katolik).] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 147-148.

Ini harus menjadi peringatan bagi kita. Adanya suatu doktrin yang salah
/ sesat bisa menyebabkan dibangunnya doktrin lain yang lebih salah
lagi di atasnya. Dengan demikian sebuah gereja bisa makin lama makin
salah / sesat. Karena itu semua gereja / pendeta harus waspada
terhadap setiap ajaran yang salah / sesat.

2) Pembangunan gereja / katedral di Roma.

David Schaff: “St. Peter’s Dome is at once the glory and the shame of
papal Rome. It was built over the bones of the Galilaean fisherman, with
the proceeds from the sale of indulgences which broke up the unity of
Western Christendom. The magnificent structure was begun in 1506
under Pope Julius II., and completed in 1626 at a cost of forty-six
millions scudi, and is kept up at an annual expense of thirty thousand
scudi (dollars).” [= Kathedral Santo Petrus sekaligus merupakan
kemuliaan / kemegahan dan sesuatu yang memalukan dari kepausan
Roma. Itu dibangun di atas tulang-tulang dari nelayan-nelayan Galilea,
dengan banyak uang dari penjualan surat pengampunan dosa yang
memecah kesatuan kekristenan Barat. Bangunan yang megah itu mulai
dibangun pada tahun 1506 di bawah Paus Julius II, dan diselesaikan
pada tahun 1526 dengan biaya 46 juta scudi, dan dipelihara dengan
biaya tahunan 30 ribu scudi (dollar).] - ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 146.

Catatan:

a) Saya tidak terlalu mengerti apa yang Schaff maksudkan dengan


‘nelayan-nelayan Galilea’. Orang-orang miskin?

46 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

b) Kalau dilihat dalam kamus di internet, scudi (bentuk jamak dari


scudo) bukan dollar, tetapi mata uang di Italia pada saat itu.

Penerapan: berhati-hatilah dalam membangun gereja yang megah,


karena membutuhkan banyak uang untuk membangunnya maupun
untuk memeliharanya, dan ini bisa mendorong gereja itu untuk
melakukan praktek-praktek yang salah untuk mendapatkan uang yang
dibutuhkan itu. Bisa dengan secara memalukan ‘mengemis’ tiap Minggu
dari mimbar, atau ‘menodong’ jemaat-jemaat yang kaya untuk memberi
persembahan, atau mengadakan acara-acara dengan tiket yang
harganya selangit, menjual buku-buku dan DVD dengan harga yang
mencekik, dan sebagainya. Bagi saya, gereja yang sederhana, tanpa
praktek-praktek terkutuk seperti itu, jauh lebih baik.

David Schaff: “The rebuilding of St. Peter’s Church in Rome furnished an


occasion for the periodical exercise of the papal power of granting
indulgences. Julius II. and Leo X., two of the most worldly, avaricious,
and extravagant Popes, had no scruple to raise funds for that object,
and incidentally for their own aggrandizement, from the traffic in
indulgences. Both issued several bulls to that effect. Spain, England, and
France ignored or resisted these bulls for financial reasons, refusing to
be taxed for the benefit of Rome. But Germany, under the weak rule of
Maximilian, yielded to the papal domination.” [= Pembangunan ulang /
renovasi dari Gereja Santo Petrus di Roma menyediakan suatu peristiwa
untuk pelaksanaan secara periodik dari kuasa kepausan tentang
pemberian pengampunan dosa. Julius II dan Leo X, dua dari Paus-Paus
yang paling duniawi, tamak, dan boros, tidak mempunyai keberatan
untuk menggalang dana untuk tujuan itu, dan terpisah dari tujuan
utama, untuk peningkatan kekayaan mereka sendiri, dari perdagangan
pengampunan dosa. Keduanya mengeluarkan beberapa dokumen
resmi yang menghasilkan hal itu. Spanyol, Inggris, dan Perancis
mengabaikan atau menentang dokumen-dokumen resmi itu dengan
alasan keuangan, menolak untuk dipajak untuk keuntungan Roma.
Tetapi Jerman, di bawah pemerintahan yang lemah dari Maximilian,
menyerah pada dominasi kepausan.] - ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 149-150.

3) Ajaran yang sebenarnya dan ajaran yang dimengerti oleh orang-


orang pada umumnya tentang surat pengampunan dosa.

47 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “Indulgences had been granted by papal


dispensation to crusaders, to pilgrims, and finally to any who
contributed to some such cause as building a church. Indulgences were
very lucrative. The revenue which they brought was greatly increased in
the fifteenth century by the popular belief that an indulgence could not
only assure divine forgiveness of sins with a minimum of contrition, but
also release the souls of the dead from purgatory. The best teaching of
the church insisted on the necessity of full contrition and was very
cautious about asserting the Pope’s power over purgatory. But
extravagant claims were made by some. Now subtle theologians could
make a distinction between selling indulgences and making a
contribution toward the penalty for sin and securing the forgiveness of
sins. In practice, however, ignorant people could not help thinking that
they were buying forgiveness for themselves or for their loved ones in
the hereafter, or at least that by their generosity they were doing a
good work which the Pope declared to be effective toward forgiveness
in the hereafter. ” [= Pengampunan dosa telah diberikan oleh sistim
kepausan kepada tentara pada perang salib / para penentang, kepada
peziarah-peziarah, dan akhirnya kepada siapapun yang memberi
sumbangsih pada perkara seperti pembangunan sebuah gereja.
Pengampunan dosa adalah sangat menguntungkan / menghasilkan
uang. Pemasukan yang mereka bawa sangat meningkat pada abad ke
15 olehKEPERCAYAAN POPULER bahwa suatu pengampunan dosa
bukan hanya memastikan pengampunan ilahi tentang dosa-dosa
dengan pertobatan yang minimum, tetapi juga melepaskan jiwa-jiwa
orang mati dari api penyucian. Pengajaran terbaik dari gereja BERKERAS
PADA PERLUNYA PERTOBATAN PENUH dan sangat berhati-hati tentang
menyatakan / meneguhkan kuasa Paus atas api penyucian. Tetapi
claim-claim yang melampaui batasan dibuat oleh beberapa orang. Para
ahli theologia yang pandai (pada saat itu) bisa membuat suatu
perbedaan antara penjualan pengampunan dosa dan membuat suatu
kontribusi berhubungan dengan hukuman dosa dan memastikan
pengampunan dosa. Tetapi DALAM PRAKTEKNYA, orang-orang yang
tidak mempunyai pengertian tidak bisa terhindar dari pemikiran bahwa
mereka sedang membeli pengampunan untuk diri mereka sendiri atau
untuk orang-orang yang mereka cintai di alam baka, atau setidaknya
bahwa oleh kemurahan hati mereka mereka sudah melakukan suatu
perbuatan baik yang Paus nyatakan sebagai efektif berhubungan
dengan pengampunan di alam baka.] - ‘History of Modern Christianity’,

48 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

hal 28.

Perbedaan antara ajaran yang sebenarnya dengan apa yang ditangkap /


dimengerti oleh jemaat awam, lebih-lebih kalau ada orang-orang
kurang ajar yang mengextrimkan ajaran yang sebenarnya itu,
merupakan sesuatu yang sangat sering terjadi. Karena itu, semua
pendeta / pengkhotbah / pengajar harus berhati-hati dalam mengajar,
dan menekankan hal-hal tertentu, supaya jangan muncul hal-hal seperti
ini. Ini secara khusus harus diperhatikan dan diwaspadai pada waktu
mengajarkan doktrin-doktrin yang memang mudah diselewengkan /
disalah-gunakan, seperti doktrin Predestinasi, Providensia Allah, bahkan
doktrin keselamatan / pembenaran oleh iman saja!

4) Reaksi terhadap penjualan surat pengampunan dosa.

David Schaff: “The granting of indulgences degenerated, after the time


of the crusades, into a regular traffic, and became a source of
ecclesiastical and monastic wealth. A good portion of the profits went
into the papal treasury. ... The idea of selling and buying by money the
remission of punishment and release from purgatory was acceptable to
ignorant and superstitious people, but revolting to sound moral feeling.
It roused, long before Luther, the indignant protest of earnest minds,
such as Wiclif in England, Hus in Bohemia, John von Wesel in Germany,
John Wessel in Holland, Thomas Wyttenbach in Switzerland, but
without much effect.” [= Pemberian pengampunan dosa memburuk
secara moral, setelah jaman / masa dari penentang-penentang, menjadi
suatu perdagangan, dan menjadi suatu sumber kekayaan gereja dan
biara. Suatu bagian yang besar dari keuntungan masuk ke dalam dana
kepausan. ... Gagasan tentang penjualan dan pembelian pengurangan
hukuman dan pembebasan dari api penyucian dengan uang bisa
diterima oleh orang-orang yang tak mempunyai pengertian dan
percaya takhyul, tetapi menjijikkan bagi perasaan moral yang sehat. Itu
membangkitkan, jauh sebelum Luther, protes kemarahan dari pikiran-
pikiran yang sungguh-sungguh / tulus, seperti Wycliffe di Inggris, Hus
di Bohemia, John von Wesel di Jerman, John Wessel di Belanda, Thomas
Wyttenbach di Swiss, tetapi tanpa banyak hasil.] - ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 148.

Tetzel dan penjualan surat pengampunan dosa.

49 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

1) Siapa Tetzel itu?

David Schaff: “The Archbishop appointed Johann Tetzel (Diez) of the


Dominican order, his commissioner, who again employed his sub-
agents.” [= Uskup Agung menetapkan Johann Tetzel (Diez) dari ordo
Dominican, anggota komisinya, yang lalu mempekerjakan agen-agen
bawahan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 151.

David Schaff: “Tetzel was born between 1450 and 1460, at Leipzig, and
began his career as a preacher of indulgences in 1501. He became
famous as a popular orator and successful hawker of indulgences. He
was prior of a Dominican convent, doctor of philosophy, and papal
inquisitor (haereticae pravitatis inquisitor). At the end of 1517 he
acquired in the University of Frankfurt-on-the-Oder the degree of
Licentiate of Theology, and in January, 1518, the degree of Doctor of
Theology, by defending, in two disputations, the doctrine of
indulgences against Luther. He died at Leipzig during the public debate
between Eck and Luther, July, 1519. He is represented by Protestant
writers as an ignorant, noisy, impudent, and immoral charlatan, who
was not ashamed to boast that he saved more souls from purgatory by
his letters of indulgence than St. Peter by his preaching. On the other
hand, Roman Catholic historians defend him as a learned and zealous
servant of the church. He has only an incidental notoriety, and our
estimate of his character need not affect our views on the merits of the
Reformation. We must judge him from his published sermons and anti-
theses against Luther. They teach neither more nor less than the usual
scholastic doctrine of indulgences based on an extravagant theory of
papal authority. He does not ignore, as is often asserted, the necessity
of repentance as a condition of absolution. But he probably did not
emphasize it in practice, and gave rise by unguarded expressions to
damaging stories. His private character was certainly tainted, if we are
to credit such a witness as the papal nuncio, Carl von Miltitz, who had
the best means of information, and charged him with avarice,
dishonesty, and sexual immorality.” [= Tetzel dilahirkan antara 1450 dan
1460, di Leipzig, dan memulai karirnya sebagai seorang pengkhotbah
dari pengampunan dosa pada tahun 1501. Ia menjadi terkenal sebagai
seorang orator yang populer dan penjual agresif yang sukses dari
pengampunan dosa. Ia adalah petugas / pejabat biara dari suatu biara
Dominican, Doktor filsafat, dan penyelidik kesesatan dari kepausan
(haereticae pravitatis inquisitor). Pada akhir dari tahun 1517 ia

50 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

mendapatkan di Universitas Frankfurt-on-the-Oder gelar Licentiate of


Theology, dan pada Januari 1518, gelar Doktor of Theology, dengan
mempertahankan, dalam dua perdebatan, doktrin pengampunan dosa
terhadap / melawan Luther. Ia mati di Leipzig dalam debat umum
antara Eck dan Luther, pada bulan Juli 1519. Ia digambarkan oleh
penulis-penulis Protestan sebagai seorang penjual obat palsu yang
bodoh, ribut / banyak bicara, kurang ajar, dan tak bermoral, yang tidak
malu untuk membanggakan bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa
dari api penyucian dengan surat-surat pengampunan dosanya dari
pada Santo Petrus dengan khotbahnya. Di sisi lain, ahli-ahli sejarah
Roma Katolik membela / mempertahankan dia sebagai seorang pelayan
gereja yang terpelajar dan bersemangat. Ia hanya mempunyai
keterkenalan yang buruk sekali-sekali, dan penilaian kita tentang
karakternya tidak perlu mempengaruhi pandangan-pandangan kita
tentang jasa-jasa dari Reformasi. Kita harus menilai dia dari khotbah-
khotbahnya yang dipublikasikan, dan anti thesisnya terhadap /
menentang Luther. Mereka mengajar tak lebih atau kurang dari doktrin
Katolik umum / biasa tentang pengampunan dosa yang didasarkan
pada suatu teori berlebihan tentang otoritas kepausan. Ia tidak
mengabaikan, seperti sering dinyatakan, perlunya pertobatan sebagai
suatu syarat dari pengampunan. Tetapi mungkin ia tidak
menekankannya dalam prakteknya, dan oleh ungkapan-ungkapan yang
tak dijaga menimbulkan cerita-cerita yang merusak. Karakter moralnya
pasti bercacat, jika kita mau mempercayai saksi seperti wakil Paus, Carl
von Militz, yang mempunyai jalan informasi yang terbaik, dan menuduh
dia dengan ketamakan, ketidak-jujuran, dan ketidak-bermoralan dalam
hal sex.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 151-153.

David Schaff: “Tetzel traveled with great pomp and circumstance


through Germany, and recommended with unscrupulous effrontery and
declamatory eloquence the indulgences of the Pope to the large
crowds who gathered from every quarter around him. He was received
like a messenger from heaven. Priests, monks, and magistrates, men
and women, old and young, marched in solemn procession with songs,
flags, and candles, under the ringing of bells, to meet him and his
fellow-monks, and followed them to the church; the papal Bull on a
velvet cushion was placed on the high altar, a red cross with a silken
banner bearing the papal arms was erected before it, and a large iron
chest was put beneath the cross for the indulgence money. Such chests
are still preserved in many places. The preachers, by daily sermons,

51 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

hymns, and processions, urged the people, with extravagant laudations


of the Pope’s Bull, to purchase letters of indulgence for their own
benefit, and at the same time played upon their sympathies for
departed relatives and friends whom they might release from their
sufferings in purgatory ‘as soon as the penny tinkles in the box.’” [=
Tetzel melakukan perjalanan dengan kemegahan dan upacara yang
besar melalui Jerman, dan dengan keberanian yang tak mempedulikan
kebenaran dan kefasihan bicara, memberi rekomendasi tentang
pengampunan dosa dari Paus kepada kumpulan besar orang banyak
yang berkumpul dari setiap sudut di sekitarnya. Ia diterima seperti
seorang utusan dari surga. Pastor-pastor, biarawan-biarawan, dan
magister-magister / pejabat-pejabat, laki-laki dan perempuan, tua dan
muda, berbaris dalam kelompok-kelompok yang khidmat dengan lagu-
lagu, bendera-bendera, dan lilin-lilin, di bawah bunyi lonceng-lonceng,
untuk menemuinya dan rekan-rekan biarawannya, dan mengikuti
mereka ke gereja; ketetapan formil dari Paus pada suatu bantal empuk
ditempatkan pada altar yang tinggi, suatu salib merah dengan suatu
panji sutera menyimbolkan kuasa / otoritas Paus didirikan di
hadapannya, dan suatu kotak kuat dari besi yang besar diletakkan di
bawah salib untuk uang pengampunan dosa. Kotak-kotak seperti itu
tetap dipelihara di banyak tempat. Pengkhotbah-pengkhotbah, dengan
khotbah-khotbah harian, lagu-lagu pujian, dan musik, mendesak orang-
orang, dengan pujian yang berlimpah-limpah tentang ketetapan Paus,
untuk membeli surat-surat pengampunan dosa demi kepentingan
mereka sendiri, dan pada saat yang sama memanipulasi simpati mereka
untuk keluarga dan teman-teman yang sudah mati yang bisa mereka
bebaskan dari penderitaan mereka dalam api penyucian ‘secepat uang
logam / koin berdenting dalam kotak’.] - ‘History of the Christian
Church’, vol VII, hal 153.

Bdk. Lukas 6:26 - “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu;
karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah
memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

David Schaff: “The common people eagerly embraced this rare offer of
salvation from punishment, and made no clear distinction between the
guilt and punishment of sin; after the sermon they approached with
burning candles the chest, confessed their sins, paid the money, and
received the letter of indulgence which they cherished as a passport to
heaven. But intelligent and pious men were shocked at such scandal.

52 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

The question was asked, whether God loved money more than justice,
and why the Pope, with his command over the boundless treasury of
extra-merits, did not at once empty the whole purgatory for the
rebuilding of St. Peter’s, or build it with his own money.” [= Orang-
orang awam dengan tak sabar / dengan keinginan yang besar
menerima tawaran yang jarang dari keselamatan dari hukuman ini, dan
tak membedakan antara kesalahan dan hukuman dari dosa; setelah
khotbah mereka mendekati kotak dengan lilin menyala, mengakui
dosa-dosa mereka, membayar uangnya, dan menerima surat
pengampunan dosa yang mereka hargai sebagai suatu paspor ke surga.
Tetapi orang-orang yang pandai dan saleh terkejut oleh skandal seperti
itu. Pertanyaan ditanyakan, apakah Allah mencintai uang lebih dari
keadilan, dan mengapa Paus, dengan otoritasnya atas dana yang tak
terbatas dari jasa / perbuatan baik yang kelebihan, tidak segera
mengosongkan seluruh api penyucian untuk pembangunan kembali /
renovasi (gereja) Santo Petrus, atau membangunnya dengan uangnya
sendiri.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 154.

Bdk. Amsal 15:21 - “Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak


berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus.”.

VIII) Reformasi: pemakuan 95 thesis oleh Luther.

David Schaff: “Tetzel approached the dominions of the Elector of


Saxony, who was himself a devout worshiper of relics, and had great
confidence in indulgences, but would not let him enter his territory
from fear that he might take too much money from his subjects. So
Tetzel set up his trade on the border of Saxony, at Jueterbog, a few
hours from Wittenberg. There he provoked the protest of the Reformer,
who had already in the summer of 1516 preached a sermon of warning
against trust in indulgences, and had incurred the Elector’s displeasure
by his aversion to the whole system, although he himself had doubts
about some important questions connected with it.” [= Tetzel
mendekati daerah kekuasaan dari Pangeran Saxony, yang dirinya sendiri
adalah seorang penyembah relics yang berbakti, dan mempunyai
keyakinan yang besar pada pengampunan dosa, tetapi tidak mau
mengijinkan dia memasuki wilayahnya karena takut bahwa ia
mengambil uang terlalu banyak dari orang-orang dibawah
kekuasaannya. Jadi Tetzel menempatkan perdagangannya di
perbatasan Saxony, di Jueterborg, beberapa jam dari Wittenberg. Di

53 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

sana ia memprovokasi protes dari sang Reformator, yang pada musim


panas tahun 1516 telah mengkhotbahkan suatu khotbah yang
memperingatkan terhadap kepercayaan pada pengampunan dosa, dan
telah menimbulkan ketidak-senangan sang Pangeran terhadapnya oleh
kejijikannya pada seluruh sistim itu, sekalipun ia sendiri mempunyai
keragu-raguan tentang beberapa pertanyaan penting berhubungan
dengan hal itu.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 154.

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “The Elector of Saxony, Luther’s prince, forbade
the sale of Tetzel’s indulgence in his territory. ... but his people went
across the border a few miles to hear Tetzel preach in neighboring
towns.” [= Pangeran dari Saxony, pangeran dari Luther, melarang
penjualan pengampunan dosa Tetzel di wilayahnya. ... tetapi orang-
orangnya / rakyatnya menyeberangi perbatasan beberapa mil untuk
mendengar Tetzel berkhotbah di kota-kota yang berdekatan.] - ‘History
of Modern Christianity’, hal 28.

David Schaff: “Luther had experienced the remission of sin as a free gift
of grace to be apprehended by a living faith. This experience was
diametrically opposed to a system of relief by means of payments in
money. It was an irrepressible conflict of principle. He could not be
silent when that barter was carried to the very threshold of his sphere of
labor. As a preacher, a pastor, and a professor, he felt it to be his duty
to protest against such measures: to be silent was to betray his
theology and his conscience.” [= Luther telah mengalami pengampunan
dosa sebagai suatu pemberian cuma-cuma dari kasih karunia untuk
dimengerti oleh suatu iman yang hidup. Pengalaman ini bertentangan
secara frontal dengan suatu sistim pengurangan dengan cara
pembayaran dengan uang. ITU MERUPAKAN SUATU KONFLIK
TENTANG PRINSIP YANG TAK BISA DITEKAN / DIKEKANG. Ia tidak bisa
diam pada waktu barter / pertukaran itu dibawa persis ke ambang pintu
dari ruang lingkup jerih payahnya. Sebagai seorang pengkhotbah,
seorang gembala, dan seorang profesor, ia merasakannya sebagai
kewajibannya untuk memprotes terhadap / menentang ukuran (?)
seperti itu: DIAM BERARTI MENGKHIANATI THEOLOGIANYA DAN HATI
NURANINYA.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 154-155.

Bandingkan kutipan di atas ini dengan ayat-ayat di bawah ini:

a) Roma 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan

54 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan DENGAN CUMA-CUMA karena penebusan dalam Kristus
Yesus.”.

b) Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan
minumlah air, dan hai orang YANG TIDAK MEMPUNYAI UANG, marilah!
Terimalah gandum TANPA UANG PEMBELI dan makanlah, juga anggur
dan susu TANPA BAYARAN! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang
untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu
yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan
memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling
lezat.”.

c) Matius 10:27 - “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap,


katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu,
beritakanlah itu dari atas atap rumah.”.

Edmund Burke: “All that is necessary for the triumph of evil is that good
men do nothing.” [= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang
adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa.] -
‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.

David Schaff: “The jealousy between the Augustinian order to which he


belonged, and the Dominican order to which Tetzel belonged, may
have exerted some influence, but it was certainly very subordinate. ...
The controversy with Tetzel (who is not even mentioned in Luther’s
Theses) was merely the occasion, but not the cause, of the Reformation:
it was the spark which exploded the mine. The Reformation would have
come to pass sooner or later, if no Tetzel had ever lived; and it actually
did break out in different countries without any connection with the
trade in indulgences, except in German Switzerland, where Bernhardin
Samson acted the part of Tetzel, but after Zwingli had already begun his
reforms.” [= Sikap cemburu / waspada antara ordo Augustinian pada
mana ia termasuk, dan ordo Dominican pada mana Tetzel termasuk,
bisa / mungkin telah mendorong / memunculkan sedikit pengaruh,
tetapi itu pasti sangat sekunder. ... Kontroversi dengan Tetzel (yang
bahkan tak disebutkan namanya dalam thesis dari Luther) semata-mata
hanyalah peristiwa / kesempatan, tetapi bukan penyebab, dari
Reformasi: itu adalah percikan api yang meledakkan tambang.
Reformasi akan terjadi cepat atau lambat, seandainya tak ada seorang

55 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Tetzel yang pernah hidup; dan itu sungguh-sungguh terjadi / menyebar


di negara-negara yang berbeda tanpa hubungan apapun dengan
perdagangan dalam pengampunan dosa, kecuali di Swiss Jerman,
dimana Bernhardin Samson melakukan bagian Tetzel, tetapi setelah
Zwingli telah memulai reformasinya.] - ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 155.

Catatan:

1. Perbedaan ordo-ordo dalam Gereja Katolik, bukan berhubungan


dengan perbedaan doktrin, tetapi hanya perbedaan dalam penekanan
saja (misalnya ada yang menekankan doa, ada yang menekankan
pelayanan / khotbah dsb). Itu bisa dibaca di link di bawah ini:

http://www.religious-vocation.com
/differences_religious_orders.html#.Wg5XqHlx0dU

2. Khusus tentang Ordo Augustinian bisa dibaca di link di bawah ini:

https://en.wikipedia.org/wiki/Augustinians

3. Khusus tentang Ordo Dominican bisa dibaca di link di bawah ini:

https://en.wikipedia.org/wiki/Dominican_Order

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “The crude way in which Tetzel hawked these
indulgences didn’t help reassure Luther, who for some years had been
troubled over the doctrine and practice of indulgences. Said Tetzel, who
gave this invitation at the end of his emotional appeals: ‘The moment
the coin in the collection box rings, that moment the souls from
purgatory springs.’” [= Cara yang kasar / terang-terangan dalam mana
Tetzel berkeliling sambil menjual pengampunan dosa itu secara agresif,
tidak membantu untuk meyakinkan kembali Luther, yang untuk banyak
tahun telah diganggu oleh doktrin dan praktek dari pengampunan
dosa. Kata Tetzel, yang memberikan undangan ini pada akhir dari
permohonan emosionilnya: ‘Saat koin berdenting dalam kotak kolekte,
saat itu jiwa meloncat dari api penyucian’.] - ‘History of Modern
Christianity’, hal 28.

David Schaff: “After serious deliberation, without consulting any of his

56 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

colleagues or friends, but following an irresistible impulse, Luther


resolved upon a public act of unforeseen consequences. ... He wished to
elicit the truth about the burning question of indulgences, which he
himself professed not fully to understand at the time, and which yet was
closely connected with the peace of conscience and eternal salvation.
He chose the orderly and usual way of a learned academic disputation.”
[= Setelah pemikiran yang serius, tanpa berkonsultasi dengan rekan-
rekan atau sahabat-sahabat yang manapun, tetapi mengikuti dorongan
hati yang tak bisa ditahan, Luther memutuskan suatu tindakan umum
dari konsekwensi-konsekwensi yang tidak terlihat lebih dulu. ... Ia ingin
mendapatkan kebenaran tentang pertanyaan yang mendesak tentang
pengampunan dosa, yang ia sendiri akui tidak ia mengerti sepenuhnya
pada saat itu, dan yang berhubungan dekat dengan damai dari hati
nurani dan keselamatan kekal. Ia memilih cara yang teratur / sesuai
dengan sistim dan umum / biasa dari suatu perdebatan akademik
terpelajar.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 155.

Bdk. Gal 1:15-17 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak
kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16)
berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, MAKA
SESAATPUN AKU TIDAK MINTA PERTIMBANGAN KEPADA MANUSIA;
(17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah
menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari
situ kembali lagi ke Damsyik.”.

David Schaff: “Accordingly, on the memorable thirty-first day of


October, 1517, which has ever since been celebrated in Protestant
Germany as the birthday of the Reformation, at twelve o’clock he
affixed (either himself or through another) to the doors of the castle-
church at Wittenberg, ninety-five Latin Theses on the subject of
indulgences, and invited a public discussion. At the same time he sent
notice of the fact to Archbishop Albrecht of Mainz, and to Bishop
Hieronymus Scultetus, to whose diocese Wittenberg belonged. He
chose the eve of All Saints’ Day (Nov. 1), because this was one of the
most frequented feasts, and attracted professors, students, and people
from all directions to the church, which was filled with precious relics.”
[= Jadi, pada hari yang layak untuk diingat, tanggal 31 Oktober tahun
1517, yang sejak saat itu dirayakan di Jerman Protestan sebagai hari
kelahiran dari Reformasi, pada pk 12 ia menempelkan (atau ia sendiri

57 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

atau melalui orang lain) pada pintu-pintu dari gereja benteng di


Wittenberg, 95 thesis berbahasa Latin tentang pokok tentang
pengampunan dosa, dan mengundang suatu diskusi umum. Pada saat
yang sama ia mengirimkan pengumuman formil / tertulis tentang fakta
itu kepada Uskup Agung Albrecht dari Mainz, dan kepada Uskup
Hieronymus Scultetus, dalam keuskupan siapa Wittenberg termasuk. Ia
memilih malam dari ‘All Saints’ Day’ (tanggal 1 Nopember), karena ini
adalah salah satu dari hari-hari raya yang paling sering dikunjungi, dan
menarik profesor-profesor, mahasiswa-mahasiswa, dan orang-orang
dari semua jurusan kepada gereja, yang dipenuhi dengan relics yang
berharga.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 155-156.

Catatan:

a) 95 thesis ini ditulis dalam bahasa Latin, sehingga jelas ditujukan


kepada para ahli theologia, bukan untuk umum, yang tak mengerti
bahasa Latin itu.

b) ‘All Saints’ Day’ (tanggal 1 Nopember) merupakan hari raya Gereja


Katolik yang dirayakan untuk menghormati semua orang-orang kudus
(santa / santo).

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “Luther was troubled over the theory of
indulgence, and his heart ached to hear that ignorant people supposed
they had no more need for penitence because they had bought the
indulgence. Luther was shown a copy of the Archbishop’s instruction to
Tetzel, and he was shoched. On All Saints’ Eve, October 31, 1517, he
nailed to the door of the castle church at Wittenberg a placard
inscribed with ‘Ninity-Five Theses upon Indulgences.’ He announced
thereby that he was ready to defend these theses at a public
disputation. The placard was not intended to be revolutionary or to
appeal to the general public. The theses were designed to be debated
by theologians.” [= Luther terganggu oleh teori pengampunan dosa,
dan hatinya sakit mendengar bahwa orang-orang yang bodoh / tidak
mempunyai pengertian menganggap bahwa mereka tak lagi
memerlukan pertobatan karena mereka telah membeli pengampunan
dosa itu. Luther ditunjuki satu salinan dari instruksi Uskup Agung
kepada Tetzel, dan ia terkejut. Pada malam dari hari ‘All Saints’, tanggal
31 Oktober 1517, ia memakukan pada pintu dari gereja di Wittenberg
suatu poster bertuliskan dengan ‘Sembilan puluh lima Thesis tentang

58 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

Pengampunan Dosa’. Ia dengan itu mengumumkan bahwa ia siap untuk


mempertahankan thesis ini pada suatu perdebatan umum / terbuka.
Poster itu bukan dimaksudkan untuk bersifat revolusi atau mendesak
pada masyarakat umum. Thesis ini dirancang untuk diperdebatkan oleh
ahli-ahli theologia.] - ‘History of Modern Christianity’, hal 28.

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “Luther main three points: He objected to the
object of expenditure (St. Peter’s in Rome), for German would not profit
from it. He denied the power of the Pope over purgatory; the Pope has
no jurisdiction over purgatory, if he does, why not just release everyone
from it. He claimed that indulgences gave a sinner a false sense of well-
being. ... The most radical proposition is that ‘Any Christian whatever,
who is truly repentant, enjoys full remission from penalty and guilt, and
this is given him without letters of indulgence.’” [= Tiga pokok utama
Luther: Ia keberatan terhadap tujuan dari pengeluaran / biaya (Gereja
Santo Petrus di Roma), karena Jerman tidak akan mendapatkan manfaat
darinya. Ia menyangkal kuasa Paus atas api penyucian; Paus tidak
mempunyai hak hukum atas api penyucian, jika ia punya, mengapa
tidak membebaskan semua orang dari api penyucian itu. Ia mengclaim
bahwa pengampunan dosa itu memberi seorang berdosa suatu
perasaan yang salah / palsu tentang kebahagiaan / kondisi yang baik. ...
Persoalan / pokok yang paling radikal adalah bahwa ‘Orang Kristen
manapun, yang bertobat dengan sungguh-sungguh, menikmati
pengampunan penuh dari hukuman dan kesalahan, dan ini diberikan
kepadanya tanpa surat pengampunan dosa’.] - ‘History of Modern
Christianity’, hal 29.

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “Luther does not overstep the frontier between
frank criticism and defiance of papal authority. In fact, as Luther looked
back on this in 1545, he said: ‘When I first took up this cause I was a
most vehement Papist, so intoxicated - so drowned - in papal dogmas
that I stood ready beyond all others to kill, if I could, or at least to
consent to and work with the killers, of every one who depreciated even
by a single syllable the obedience due to the Pope ... This is why you
will find in my earlier writings such a multitude of grovelling
concessions to the Pope, which as time has proceeded I abominate and
repudiate for extreme blasphemy ... In those early days I stood alone; I
was fitted neither by experience nor education for dealing with such
momentous subjects; and I call God to witness that I plunged into these
controversies neither by choice nor conviction, but by chance. When,

59 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

then, in 1517 Indulgences were being sold in these districts (or


‘promulgated,’ as I preferred to call it) for filthy lucre, I ... began to
dissuade and deter the people from lending their ear to the cries of the
Indulgence-mongers, ... ; and I conceived that in this I could claim the
Pope as my protector, for I placed strong reliance on his good faith ...
My concern was to shield the Pope’s honor by pressing not for the
condemnation of Indulgences but for preference to be given to works
of love.’” [= Martin Luther tidak melewati batasan antara kritik yang
terbuka / tulus / jujur dan penentangan terhadap otoritas Paus / Gereja
Roma Katolik. Dalam faktanya, pada waktu Luther melihat kembali
tentang hal ini di tahun 1545, ia berkata: ‘Pada waktu aku pertama-tama
mengangkat / memulai perkara ini aku adalah orang Katolik / pengikut
Paus yang sangat bersemangat, begitu mabuk - begitu tenggelam -
dalam dogma-dogma Gereja Roma Katolik sehingga aku siap melebihi
yang lain untuk membunuh, jika aku bisa, atau setidaknya menyetujui
dan bekerja sama dengan pembunuh-pembunuh, dari setiap orang
yang merendahkan / menghina bahkan oleh satu suku kata ketaatan
yang harus diberikan kepada Paus ... Ini sebabnya kamu akan
menemukan dalam tulisan-tulisan awalku begitu banyak pengakuan
yang merendahkan diri kepada Paus, yang pada saat waktu telah
berlalu aku benci / merasa jijik dan menolak sebagai penghujatan yang
extrim ... Pada hari-hari awal itu aku berdiri sendirian; aku tidak cocok /
belum siap baik dengan pengalaman atau pendidikan untuk menangani
pokok begitu besar / penting; dan aku memanggil Allah untuk bersaksi
bahwa aku menceburkan diri ke dalam kontroversi-kontroversi ini
bukan oleh pilihan ataupun keyakinan, tetapi oleh kekuatan yang tidak
terkendali / serangkaian peristiwa yang tidak menyenangkan. Lalu, pada
waktu dalam tahun 1517 Pengampunan dosa dijual di daerah-daerah
ini (atau ‘disebar-luaskan / diumumkan’, seperti saya lebih memilih
untuk menyebutnya) untuk uang yang kotor, saya ... mulai meminta dan
mencegah orang untuk mendengarkan teriakan-teriakan dari pedagang
/ dealer dari Pengampunan dosa, ... ; dan saya mengira bahwa dalam
hal ini saya bisa mengclaim Paus sebagai pelindungku, karena saya
mempunyai keyakinan yang kuat pada imannya yang baik ...
Kepedulianku / keinginanku adalah untuk melindungi kehormatan Paus
dengan tidak menekankan pengecaman terhadap Pengampunan dosa
tetapi supaya pilihan diberikan pada pekerjaan-pekerjaan kasih.] -
‘History of Modern Christianity’, hal 29.

Dr. Albert H. Freundt Jr.: “From 1517 to 1521, however, Luther was in

60 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

constant conflict with the papal party. He sent a copy of the Theses to
Archbishop Albert of Mainz, who had not the slightest interest in the
fine points of indulgence theology. He was interested in the revenue
from the indulgence and found that the protest from this hitherto
unknown Luther to be hurting the sales. He reported the Theses to the
Pope, who thought that the quarrel was trivial - a monks’ squabble
between Dominican and Augustinians - and simply told the head of the
Friars to keep his men quiet. The Dominican theologians considered
themselves the guardians of orthodoxy; they believed Luther was a
heretic and tried to prove it. Since the doctrine of indulgence was
doubtful, they had to demonstrate that Luther was assailing papal
power. He had questioned the absolute authority of the Pope; to
question the absolute authority of the Pope is heretical. The argument
rapidly turned itself into a controversy over papal authority and its
limits, and the debate over indulgences was left behind in a wider
argument.” [= Tetapi, dari tahun 1517 sampai tahun 1521, Luther
berada dalam konflik terus menerus dengan golongan Katolik. Ia
mengirim sebuah copy / salinan dari Thesis itu kepada Uskup Agung
dari Mainz, yang tidak mempunyai interest / kesenangan yang
terkecilpun dalam pokok-pokok halus / tajam dari theologia
pengampunan dosa. Ia punya interest dalam penghasilan dari
pengampunan dosa dan mendapati bahwa protes dari Martin Luther
yang tidak dikenal sampai saat itu merugikan penjualan. Ia melaporkan
thesis itu kepada Paus, yang menganggap bahwa pertengkaran itu
adalah sesuatu yang remeh - pertengkaran biarawan antara Dominican
dan Augustinian - dan hanya memberitahu kepala biarawan untuk
menjaga orang-orangnya supaya diam. Ahli-ahli theologia Dominican
menganggap diri mereka sebagai penjaga-penjaga dari keortodoxan;
mereka percaya Luther adalah seorang bidat dan berusaha untuk
membuktikannya. Karena doktrin tentang pengampunan dosa
merupakan sesuatu yang meragukan, mereka harus menunjukkan
bahwa Luther sedang menyerang kekuasaan Paus. Ia telah
mempertanyakan otoritas mutlak dari Paus; mempertanyakan otoritas
mutlak dari Paus adalah sesuatu yang bersifat bidat. Argumentasi
dengan cepat membelokkan dirinya sendiri ke dalam kontroversi
tentang otoritas Paus dan batasan-batasannya, dan debat tentang
pengampunan dosa ditinggalkan di belakang dalam suatu argumentasi
yang lebih lebar.] - ‘History of Modern Christianity’, hal 29-30.

Yer 6:13-14 - “(13) Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di

61 of 62 9/26/2021, 1:21 PM
Firefox https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/martin-luther.html

antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam


semuanya melakukan tipu. (14) Mereka mengobati luka umatKu dengan
memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!,
tetapi tidak ada damai sejahtera.”.

Catatan: dalam debat, orang yang tak bisa menjawab argumentasi, lalu
mengalihkan pada sesuatu yang lain, merupakan hal biasa. Saya juga
pernah ‘menyerang’ suatu gereja, dan karena mereka tak bisa
serangannya, maka mereka mengalihkan pada hal-hal yang lain, seperti
menyalahkan cara saya dalam menyerang / mengkritik dan sebagainya.
Di face book ‘pengecut yang tidak fair’ seperti itu luar biasa banyak.

Biografi Martin Luther

62 of 62 9/26/2021, 1:21 PM

Anda mungkin juga menyukai