Anda di halaman 1dari 231

Martin Luther

Martin Luther, O.S.A. (bahasa Jerman: [ˈmaɐ̯tiːn


ˈlʊtɐ] ( simak); lahir 10 November 1483 –
meninggal 18 Februari 1546 pada umur 62
tahun)[1] adalah seorang profesor teologi,
komponis, imam, dan rahib[2] berkebangsaan
Jerman, serta seorang tokoh berpengaruh dalam
Reformasi Protestan.
Martin Luther

Martin Luther (1529) karya Lucas Cranach Tua

Lahir 10 November 1483


Eisleben, Sachsen,
Kekaisaran Romawi Suci

Meninggal 18 Februari 1546


(umur 62)
Eisleben, Sachsen,
Kekaisaran Romawi Suci

Pendidikan Universitas Erfurt

Pekerjaan Frater • Imam • Teolog •


Profesor
Karya terkenal 95 Tesis
Katekismus Besar Luther
Katekismus Kecil Luther
Tentang Kebebasan
Seorang Kristen
Tentang
Keterbelengguan
Kehendak

Suami/istri Katharina von Bora

Anak Hans (Johannes) •


Elisabeth • Magdalena •
Martin • Paul •
Margarethe

Karya teologis

Era Reformasi Protestan


Tradisi atau gerakan Lutheranisme
Tanda tangan

Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan


praktik dalam Gereja Katolik Roma. Ia sangat
membantah pandangan Katolik mengenai
indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa
kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat
dibeli dengan uang. Luther mengusulkan suatu
diskusi akademis seputar praktik dan
keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis
karyanya tahun 1517. Penolakannya untuk
menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-
tulisannya atas permintaan Paus Leo X pada
1520 dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521
di Sidang Worms mengakibatkan
ekskomunikasinya oleh sang paus serta
pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar
hukum oleh sang kaisar.

Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan,


konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh
dengan perbuatan-perbuatan baik, namun
diterima oleh orang percaya semata-mata
sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah
melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai
penebus dari dosa. Teologinya menantang
otoritas dan jabatan kepausan dengan
mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya
sumber pengetahuan yang diwahyukan secara
ilahiah dari Allah[3] serta menentang
sakerdotalisme dengan memandang semua
orang Kristen sebagai imam yang kudus.[4]
Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-
hal tersebut, dan semua ajaran Luther yang
lebih luas, disebut Lutheran, kendati Luther
bersikeras dengan Kristen ataupun Injili semata
sebagai nama-nama yang dapat diterima untuk
menyebut individu yang mengakui Kristus.

Penerjemahan Alkitab yang dilakukannya ke


dalam bahasa vernakular Jerman (bukan bahasa
Latin) menjadikan Alkitab lebih mudah diakses
oleh kaum awam, sehingga menghasilkan dampak
yang luar biasa pada gereja maupun budaya
Jerman. Hal tersebut membantu perkembangan
dari versi baku bahasa Jerman, menambahkan
sejumlah prinsip bagi seni penerjemahan,[5] dan
memengaruhi penulisan dari suatu terjemahan
bahasa Inggris, yaitu Alkitab Tyndale.[6] Himne-
himne karyanya memengaruhi perkembangan
nyanyian dalam gereja-gereja Protestan.[7]
Perkawinannya dengan Katharina von Bora,
seorang mantan biarawati, menjadi model bagi
praktik perkawinan klerikal, yang memungkinkan
kaum rohaniwan Protestan untuk menikah.[8]

Dalam dua karya tulis terakhirnya, Luther


mengekspresikan pandangan-pandangan
antagonistis terhadap kaum Yahudi, menulis
bahwa rumah-rumah dan sinagoge-sinagoge
Yahudi seharusnya dihancurkan, uang mereka
disita, dan kebebasan mereka dibatasi. Dikecam
oleh hampir semua denominasi Lutheran,
pernyataan-pernyataan tersebut dan
pengaruhnya terhadap antisemitisme
memberikan kontribusi pada status
kontroversialnya.[9]

Kehidupan awal

Kelahiran dan pendidikan S…

Lukisan Hans dan Margarethe Luther karya Lucas Cranach


Tua, 1527.

Martin Luther lahir dari pasangan Hans Luder


(atau Ludher, kelak Luther)[10] dan Margarethe
(née Lindemann) istrinya pada 10 November
1483 di Eisleben, Sachsen, yang kala itu
merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Ia dibaptis keesokan harinya pada pesta
peringatan St. Martinus dari Tours. Keluarganya
pindah ke Mansfeld pada 1484, tempat ayahnya
menjadi penyewa usaha sejumlah tempat
peleburan dan tambang tembaga[11] serta
menjabat sebagai salah seorang dari empat
perwakilan warga dalam dewan setempat. Hans
Luther terpilih sebagai anggota dewan kota
pada 1492.[10][12] Martin Marty, seorang
akademisi religi, mendeskripsikan ibu Luther
sebagai seorang wanita pekerja keras dari kelas
menengah dan keturunan peniaga serta
berpendapat bahwa para seteru Luther di
kemudian hari secara keliru mendeskripsikan
ibunya sebagai seorang pelacur dan pelayan
tempat pemandian.[10]
Ia memiliki sejumlah saudara laki-laki dan
perempuan, dan diketahui dekat dengan salah
seorang di antaranya, Jacob.[13] Hans Luther
memiliki ambisi bagi dirinya sendiri dan
keluarganya, serta bertekad untuk menyaksikan
Martin, putra tertuanya, menjadi seorang
pengacara. Ia mengirim Martin ke sekolah-
sekolah Latin di Mansfeld, kemudian Magdeburg
pada 1497, tempat ia memasuki satu sekolah
yang dikelola oleh sekolompok awam yang
disebut Persaudaraan Hidup Bersama, dan
Eisenach pada 1498.[14] Ketiga sekolah itu
berfokus pada apa yang disebut "trivium": tata
bahasa, retorika, dan logika. Luther kemudian
membandingkan pendidikannya di sana dengan
purgatorium dan neraka.[15]
Pada 1501, ketika usianya 17 tahun, ia memasuki
Universitas Erfurt, yang kemudian ia
deskripsikan sebagai rumah bir dan tempat
pelacuran.[16] Ia harus bangun setiap pukul
empat pagi untuk apa yang digambarkannya
sebagai "hari belajar hafalan dan acap kali
latihan-latihan rohani yang melelahkan".[16] Ia
mendapatkan gelar magisternya pada 1505.[17]

Luther sebagai seorang frater, dengan tonsur.


Selaras dengan keinginan ayahnya, Luther
mendaftarkan diri pada sekolah hukum di
universitas yang sama tahun itu namun tidak
lama kemudian ia putus kuliah, dengan
keyakinan bahwa hukum merepresentasikan
ketidakpastian.[17] Luther mencari jaminan akan
kehidupan serta merasa tertarik dengan teologi
dan filsafat, mengekspresikan ketertarikan
khusus pada Aristoteles, William dari Ockham,
dan Gabriel Biel.[17] Ia mendapat banyak
pengaruh dari dua tutornya, Bartholomaeus
Arnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter,
yang mengajarinya untuk bersikap curiga,
bahkan terhadap para pemikir terbesar,[17] dan
untuk menguji sendiri segala sesuatu
berdasarkan pengalaman.[18]
Filsafat terbukti tidak memuaskan, karena
menurutnya menawarkan jaminan seputar
penggunaan akal atau daya pikir tanpa
menyinggung tentang mencintai Allah, yang
bagi Luther adalah lebih penting. Ia merasa
bahwa akal tidak dapat menuntun manusia
kepada Allah, dan ia kemudian mengembangkan
suatu hubungan cinta-benci secara simultan
dengan Aristoteles karena penekanannya pada
akal.[18] Bagi Luther, akal dapat digunakan
untuk mempertanyakan hal-hal terkait manusia
dan institusi, tetapi bukan Allah. Ia meyakini
bahwa manusia dapat belajar tentang Allah
hanya melalui wahyu ilahi, dan karenanya Kitab
Suci menjadi semakin penting baginya.[18]
Ia kemudian mengaitkan keputusannya dengan
suatu peristiwa: pada 2 Juli 1505, ia kembali ke
universitas dengan menunggang kuda setelah
menempuh perjalanan pulang ke rumah. Ketika
terjadi hujan badai, petir menyambar di
dekatnya. Ia menjerit, "Tolong! Santa Anna, aku
akan menjadi seorang rahib!", lalu ia bercerita
kepada ayahnya bahwa ia takut akan kematian
dan penghakiman ilahi.[19][20] Ia tersadar kalau
jeritannya minta tolong merupakan suatu kaul
yang tidak pernah dapat ia langgar. Ia
meninggalkan sekolah hukum, menjual buku-
bukunya, dan masuk Biara St. Agustinus di
Erfurt pada 17 Juli 1505.[21] Seorang teman
menghubungkan keputusan itu dengan kesedihan
Luther akibat kemangkatan dua orang temannya.
Luther sendiri tampak bersedih hati atas
keputusannya untuk pergi. Mereka yang
menghadiri makan malam perpisahan
mengantarnya ke pintu Klausura Hitam
tujuannya. "Hari ini kamu melihatku, dan di
kemudian hari takkan pernah lagi," katanya.[18]
Ayahnya sangat marah atas apa yang dilihatnya
sebagai suatu pemborosan telah memberikan
Luther pendidikan.[22]

Kehidupan awal dan akademis S…

Lukisan Luther sebagai seorang frater Agustinian yang


dib t m nin ln
dibuat pasca meninggalnya.

Luther mendedikasikan dirinya pada tarekat


Agustinian, mengabdikan diri dalam laku puasa,
doa selama berjam-jam, ziarah, dan pengakuan
dosa secara berkala.[23] Luther mendeskripsikan
periode hidupnya ini sebagai salah satu
keputusasaan rohani. Ia berkata, "Aku kehilangan
kontak dengan Kristus Sang Juruselamat dan
Penghibur, serta menjadikan-Nya sipir dan
algojo jiwaku yang malang."[24] Johann von
Staupitz, superiornya, berupaya mengalihkan
pikiran Luther dari perenungan secara terus-
menerus atas dosa-dosanya kepada jasa-jasa
Kristus. Ia mengajarkan bahwa pertobatan sejati
bukan mengenai hukuman dan penyilihan
swakarsa, melainkan suatu perubahan hati.[25]
Pada 3 April 1507, Jerome Scultetus, Uskup
Brandenburg, menahbiskan Luther di Katedral
Erfurt. Pada 1508, von Staupitz, dekan pertama
Universitas Wittenberg yang baru didirikan,
memanggil Luther untuk mengajar teologi.[26][27]
Ia mendapatkan gelar sarjana dalam bidang
studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar
sarjana lainnya dalam bidang studi Sententiae
karya Petrus Lombardus pada 1509.[28]

Pada 19 Oktober 1512, ia dianugerahi gelar


Doktor Teologi, dan, pada 21 Oktober 1512, ia
diterima dalam senat fakultas teologi di
Universitas Wittenberg,[29] menggantikan
jabatan Staupitz sebagai profesor teologi.[30] Ia
menghabiskan sisa kariernya dalam posisi ini di
Universitas Wittenberg.
Ia ditunjuk menjadi vikaris provinsial Sachsen
dan Thüringen oleh tarekat religiusnya pada
1515. Ini berarti ia perlu mengunjungi dan
mengawasi kesebelas biara di provinsinya.[31]

Permulaan Reformasi
Protestan

Tesis-tesis Luther diukir di pintu Gereja Semua Orang


Kudus, Wittenberg. Inskripsi berbahasa Latin di atas
menginformasikan bahwa pintu yang asli hancur karena api,
dan bahwa, pada 1857, Raja Friedrich Wilhelm IV dari
Prusia memerintahkan agar penggantinya dibuat.
Pada 1516, Johann Tetzel, seorang frater
Dominikan dan komisioner kepausan untuk
indulgensi, diutus ke Jerman oleh Gereja Katolik
Roma untuk menjual indulgensi guna
mengumpulkan uang dalam rangka membangun
kembali Basilika Santo Petrus di Roma.[32]
Pengalaman Tetzel sebagai seorang
pengkhotbah indulgensi, terutama antara tahun
1503 dan 1510, menyebabkan penunjukannya
sebagai komisioner umum oleh Albrecht von
Brandenburg, Uskup Agung Mainz, yang perlu
memberikan kontribusi yang cukup besar guna
pembangunan kembali Basilika St. Petrus di
Roma kendati sangat berkewajiban untuk
membayar kembali akumulasi manfaat yang
besar yang telah ia terima. Sang uskup
mendapat izin dari Paus Leo X untuk
mengadakan penjualan suatu indulgensi penuh
(yakni penghapusan sepenuhnya hukuman
temporal akibat dosa) yang khusus, separuh dari
hasil yang didapat Albrecht diklaim untuk
membayar biaya-biaya dari manfaat tersebut.

Pada 31 Oktober 1517, Luther menulis surat


kepada uskupnya, Albrecht von Brandenburg,
memprotes penjualan indulgensi. Ia
melampirkan dalam suratnya satu salinan
Perdebatan Martin Luther tentang Kuasa dan
Kefektifan Indulgensi karyanya, yang kemudian
dikenal sebagai 95 Tesis. Hans Hillerbrand
menuliskan bahwa Luther tidak berniat untuk
menentang Gereja, namun memandang
perdebatannya sebagai suatu keberatan
keilmuan terhadap praktik-praktik Gereja, dan
karena itu nada penulisannya bersifat
"mencari", bukan dogmatis.[33] Hillerbrand
menuliskan bahwa meski demikian terdapat
suatu implikasi tantangan dalam sejumlah
tesisnya, terutama dalam Tesis 86, yang
menanyakan: "Mengapa paus, yang kekayaannya
saat ini lebih besar daripada kekayaan Crassus
yang terkaya, membangun basilika St. Petrus
dengan uang orang-orang percaya yang miskin
dan bukan dengan uangnya sendiri?"[33]

Luther berkeberatan dengan satu pernyataan


yang dikaitkan dengan Johann Tetzel bahwa
"Begitu koin dalam peti uang berdenting, jiwa
dari purgatorium (juga dinyatakan sebagai 'ke
surga') keluar."[34] Ia bersikeras bahwa, karena
pengampunan dianugerahkan dari Allah semata,
mereka yang mengklaim kalau indulgensi
membebaskan para pembeli dari semua hukuman
dan menganugerahkan mereka keselamatan
adalah keliru. Umat Kristen, menurutnya, tidak
boleh kendur dalam mengikuti Kristus lantaran
jaminan palsu semacam itu.

Penjualan indulgensi ditampilkan dalam Satu Pertanyaan


kepada Seorang Penghasil Uang, cukil kayu karya Jörg Breu
Tua dari Augsburg, kr. 1530.

Bagaimanapun, ucapan Tetzel yang kerap disitir


tersebut dipandang sama sekali tidak
merepresentasikan ajaran Katolik kala itu
mengenai indulgensi, namun merupakan satu
cerminan kapasitas Tetzel yang membesar-
besarkannya. Namun, kendati Tetzel melebih-
lebihkan hal itu sehubungan dengan indulgensi
bagi mereka yang telah meninggal dunia,
ajarannya mengenai indulgensi bagi mereka
yang masih hidup di dunia ini sejalan dengan
dogma Katolik yang telah berlaku pada
zamannya.[35]

Menurut satu laporan, Luther memakukan 95


Tesis karyanya di pintu Gereja Semua Orang
Kudus di Wittenberg pada 31 Oktober 1517. Para
akademisi seperti Walter Krämer, Götz
Trenkler, Gerhard Ritter, dan Gerhard Prause
berpendapat bahwa kisah pemublikasian di pintu
itu hanya memiliki sedikit landasan kebenaran,
meski telah menetap sebagai salah satu pilar
sejarah.[36][37][38] Kisah itu didasarkan pada
komentar yang dibuat Philipp Melanchthon,
meskipun diperkirakan kalau ia sendiri tidak
berada di Wittenberg pada saat tersebut.[39]

Tesis berbahasa Latin tersebut dicetak di


beberapa lokasi di Jerman pada 1517. Pada
Januari 1518, teman-teman Luther
menerjemahkan 95 Tesis dari bahasa Latin ke
dalam bahasa Jerman.[40] Dikatakan bahwa
salinan-salinan 95 Tesis telah menyebar ke
seluruh Jerman dalam waktu dua minggu dan
penyebarannya telah mencapai seluruh Eropa
dalam waktu dua bulan.

Tulisan-tulisan Luther beredar luas, bahkan


mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada 1519.
Para mahasiswa dikabarkan memadati
Wittenberg untuk mendengar Luther berbicara.
Ia memublikasikan suatu ulasan singkat tentang
Surat Galatia dan Karya tentang Kitab Mazmur
tulisannya. Bagian awal karier Luther ini
merupakan salah satu periode yang paling
kreatif dan produktif dalam masa hidupnya.[41]
Tiga karyanya yang paling dikenal diterbitkan
pada 1520: Kepada Bangsawan Kristen dari
Negara Jerman, Tentang Pembuangan Gereja ke
Babel, dan Tentang Kebebasan Seorang Kristen.

Pembenaran oleh iman saja S…


"Luther di Erfurt", yang melukiskan Martin Luther
menemukan doktrin sola fide. Lukisan karya Joseph Noel
Paton, 1861.

Dari tahun 1510 sampai 1520, Luther menyajikan


kuliah tentang Kitab Mazmur serta Surat Ibrani,
Roma, dan Galatia. Ketika mempelajari bagian-
bagian Alkitab tersebut, ia mendapat
pemahaman atas penggunaan istilah-istilah
seperti silih dan kebenaran (righteousness) oleh
Gereja Katolik dengan cara-cara yang baru. Ia
sampai pada keyakinan bahwa Gereja korup
dalam jalannya dan telah hilang penglihatan
atas apa yang ia anggap sebagai beberapa
kebenaran sentral Kekristenan. Yang terpenting
bagi Luther adalah doktrin pembenaran –
tindakan Allah menyatakan benar seorang
berdosa – oleh iman saja melalui kasih karunia
atau rahmat Allah. Ia mulai mengajarkan bahwa
keselamatan ataupun penebusan adalah suatu
anugerah dari rahmat Allah, yang dapat dicapai
melalui iman semata dalam Yesus sebagai
Mesias.[42] "Batu karang yang satu dan kukuh
ini, yang kita sebut doktrin pembenaran",
tulisnya, "adalah pasal utama dari keseluruhan
doktrin Kristen, yang mencakup pemahaman
dari segala kesalehan."[43]

Luther sampai pada pemahaman bahwa


pembenaran adalah karya Allah sepenuhnya.
Ajaran Luther ini diekspresikan secara jelas
dalam publikasinya tahun 1525, De Servo
Arbitrio (Tentang Keterbelengguan Kehendak),
yang ditulis sebagai tanggapan atas De libero
arbitrio diatribe sive collatio (Tentang kehendak
bebas: Diskursus atau Perbandingan) karya
Desiderius Erasmus (1524). Luther mendasarkan
posisinya pada doktrin predestinasi dalam
Efesus 2:8–10 seturut pemahamannya.
Menentang ajaran Katolik yang memandang
tindakan-tindakan benar orang percaya
dilakukan dalam kerja sama dengan Allah,
Luther menuliskan bahwa umat Kristen
menerima sepenuhnya kebenaran tersebut dari
luar diri mereka. Menurutnya, kebenaran
demikian bukan sekadar berasal dari Kristus
tetapi sebenarnya adalah kebenaran Kristus,
diperhitungkan kepada umat Kristen (bukan
ditanamkan ke dalam diri mereka) melalui
iman.[44]

"Itulah sebabnya mengapa iman semata


menjadikan seseorang benar dan memenuhi
hukum [Taurat]," tulisnya. "Iman adalah yang
membawa Roh Kudus melalui jasa-jasa
Kristus."[45] Bagi Luther, iman adalah suatu
anugerah atau karunia dari Allah; pengalaman
dibenarkan oleh iman adalah "seolah-olah aku
telah dilahirkan kembali". Masuknya Ia ke dalam
Firdaus tidak lain adalah penemuan tentang
"kebenaran Allah" – suatu penemuan bahwa
"orang benar" yang dibicarakan dalam Alkitab
(seperti dalam Roma 1:17) hidup oleh iman.[46]
Ia menjelaskan konsepnya tentang
"pembenaran" dalam Pasal-Pasal Smalkald:

Pasal yang pertama dan utama


adalah ini: Yesus Kristus, Allah
dan Tuhan kita, mati untuk
dosa-dosa kita dan
dibangkitkan kembali untuk
pembenaran kita (Roma 3:24–
25). Ia sendiri adalah Anak
Domba Allah yang menghapus
dosa-dosa dunia (Yohanes
1:29), dan Allah telah
menimpakan kepada-Nya
kejahatan kita semua (Yesaya
53:6). Semua orang telah
berdosa dan dibenarkan
secara cuma-cuma, tanpa
perbuatan-perbuatan dan jasa-
jasa mereka sendiri, oleh kasih
karunia-Nya, melalui
penebusan yang terdapat
dalam Kristus Yesus, dalam
darah-Nya (Roma 3:23–25). Ini
perlu diyakini. Ini tidak dapat
diperoleh atau dicapai dengan
perbuatan, hukum, atau jasa
apa saja. Karenanya jelas dan
pasti bahwa iman ini saja
membenarkan kita ... Tidak
ada sesuatupun dari pasal ini
dapat dilepaskan atau
ditaklukkan, sekalipun langit
dan bumi jatuh (Markus
13:31).[47]

Penemuan kembali Luther atas "Kristus dan


keselamatan-Nya" merupakan yang pertama dari
dua poin yang menjadi landasan bagi Reformasi
Protestan. Protesnya menentang penjualan
indulgensi didasarkan pada hal tersebut.[48]

Perpecahan dengan kepausan S…


Bulla melawan kekeliruan Martin Luther (1521), umumnya
dikenal dengan judul Exsurge Domine, yang dikeluarkan

oleh Paus Leo X.

Albrecht, Uskup Agung Mainz dan Magdeburg,


tidak membalas surat Luther yang berisikan 95
Tesis. Ia mengadakan pemeriksaan tesis
tersebut untuk melihat kemungkinan adanya
penyesatan, dan, pada Desember 1517,
meneruskannya ke Roma.[49] Ia dikabarkan
membutuhkan pendapatan dari indulgensi untuk
memenuhi kewajibannya terkait suatu dispensasi
kepausan atas jabatannya yang meliputi lebih
dari satu keuskupan. Luther belakangan menulis,
"paus juga terlibat, karena separuhnya mengalir
ke pembangunan Gereja St Petrus di Roma".[50]

Paus Leo X terbiasa menghadapi para reformis


dan penganut bidah,[51] dan ia menanggapi
"dengan sangat hati-hati sebagaimana
mestinya".[52] Selama tiga tahun berikutnya, ia
mengirim serangkaian representasi dan teolog
kepausan dalam rangka menentang Luther, yang
hanya semakin memperkeras teologi anti-paus
yang dianut sang reformis. Utusan pertama,
seorang teolog Dominikan yang bernama
Silvestro Mazzolini, mengonsep satu kasus bidah
terhadap Luther, yang kemudian dipanggil sang
paus ke Roma. Friedrich III, Elektor Sachsen,
meyakinkan sang paus supaya Luther diperiksa
di Augsburg, tempat Sidang Imperial
diadakan.[53]

Di sana, selama periode tiga hari pada Oktober


1518, Luther melakukan pembelaan diri ketika
menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan legatus kepausan, Kardinal Kayetanus.
Hak paus untuk mempermaklumkan indulgensi
merupakan pokok perdebatan antara kedua
orang tersebut.[54][55] Keadaan dalam acara
dengar pendapat tersebut berubah menjadi
panas. Alih-alih sekadar menulis tesisnya,
konfrontasi Luther dengan Gereja
menjadikannya sebagai seorang musuh paus.[56]
Instruksi awal yang diterima Kayetanus adalah
menahan Luther apabila ia tidak mau menarik
kembali ajarannya, tetapi sang legatus tidak
melakukannya.[57] Luther menyelinap pergi
meninggalkan kota pada malam hari, tanpa
sepengetahuan Kayetanus.[58]

Pertemuan Martin Luther (kanan) dan Kardinal Kayetanus


(kiri, memegang buku).

Pada Januari 1519, di Altenburg, Sachsen, Karl


von Miltitz selaku nunsius kepausan mengadopsi
suatu pendekatan yang lebih mendamaikan.
Luther memberikan sejumlah konsesi kepada
sang nunsius, yang adalah kerabat dari Elektor
Friedrich III, dan berjanji untuk tetap diam jika
para seterunya juga melakukannya.[59] Namun,
seorang teolog bernama Johann Eck bertekad
untuk mengekspos doktrin Luther dalam suatu
forum publik. Pada Juni dan Juli 1519, ia
mengadakan suatu acara debat di Leipzig
dengan kolega Luther, Andreas Karlstadt, dan
mengundang Luther untuk berbicara.[60]

Penegasan Luther yang paling berani dalam


perdebatan tersebut adalah bahwa Matius 16:18
tidak memberi hak kepada paus untuk secara
eksklusif menafsirkan kitab suci, dan karenanya
tidak ada paus ataupun konsili Gereja yang
tidak dapat salah.[61] Akibatnya, Eck memberi
Luther stigma seorang Jan Hus baru, mengacu
pada penganut bidah dan reformis Ceko yang
dihukum bakar pada 1415. Sejak saat itu, ia
mengabdikan diri untuk mengalahkan Luther.[62]

Ekskomunikasi S…

Pada 15 Juni 1520, Paus Leo X memperingatkan


Luther dengan bulla kepausan Exsurge Domine
bahwa ia akan dikenakan sanksi ekskomunikasi
apabila tidak menarik kembali 41 kalimat dari
tulisan-tulisannya, termasuk 95 Tesis, dalam
waktu 60 hari. Pada musim gugur tahun itu,
Johann Eck mempermaklumkan bulla tersebut di
Meissen dan kota-kota lainnya. Karl von Miltitz,
seorang nunsius kepausan, berupaya menengahi
dengan suatu solusi, tetapi Luther, yang telah
mengirimkan salinan Tentang Kebebasan
Seorang Kristen kepada sang paus pada bulan
Oktober, membakar dekretal-dekretal dan bulla
tersebut di hadapan publik di Wittenberg pada
10 Desember 1520,[63] suatu tindakan yang ia
bela dalam tulisan-tulisannya, Mengapa Paus
dan Buku Terbarunya Dibakar dan Penegasan-
Penegasan tentang Semua Pasal. Sebagai
konsekuensinya, Luther diekskomunikasi oleh
Paus Leo X pada 3 Januari 1521, melalui bulla
Decet Romanum Pontificem.[64]

Sidang Worms

Luther di hadapan Sidang Worms, karya Anton von Werner


(1843–1915).

Penegakan larangan terhadap 95 Tesis jatuh ke


tangan otoritas sekuler. Pada 18 April 1521,
Luther tampil sebagaimana diperintahkan
kepadanya di hadapan Sidang Worms. Ini
merupakan suatu majelis umum para perwakilan
wilayah dalam Kekaisaran Romawi Suci yang
berlangsung di Worms, suatu kota di tepi barat
Sungai Rhein. Sidang Worms diselenggarakan
dari 28 Januari sampai dengan 25 Mei 1521, di
bawah pimpinan Kaisar Karl V (Charles V).
Pangeran Friedrich III, Elektor Sachsen, beroleh
suatu pas bagi Luther untuk melintas dengan
aman menuju dan meninggalkan pertemuan
tersebut.
Johann Eck, yang berbicara atas nama
Kekaisaran sebagai asisten Uskup Agung Trier,
memperlihatkan kepada Luther salinan-salinan
dari tulisan-tulisannya yang diletakkan di atas
meja dan menanyakan apakah buku-buku
tersebut miliknya, dan apakah ia berpegang
teguh pada isinya. Luther mengonfirmasikan
bahwa ia adalah pengarang kesemuanya, namun
ia meminta waktu untuk memikirkan jawaban
atas pertanyaan kedua. Ia dilaporkan berdoa,
berkonsultasi dengan teman-temannya, dan
memberikan tanggapannya esok hari:

Kecuali saya diyakinkan


dengan kesaksian dari Kitab
Suci ataupun dengan alasan
yang jelas (sebab saya tidak
percaya pada paus ataupun
konsili-konsili saja, karena
diketahui bahwa mereka kerap
keliru dan saling
bertentangan), saya terikat
dengan Kitab Suci yang telah
saya kutip dan nurani saya
ditawan dengan Firman Allah.
Saya tidak dapat dan tidak
akan menarik kembali apapun,
karena tidaklah tenteram
ataupun benar melawan
nurani. Semoga Allah
menolong saya. Amin.[65]
Di akhir perkataannya, Luther mengangkat
tangannya "dengan salut tradisional seorang
kesatria yang memenangkan suatu pertarungan."
Michael Mullett menganggap kata-katanya itu
sebagai suatu "klasik dunia dari pidato yang
impresif".[66]

Memorial Martin Luther di Worms. Patungnya dikelilingi


oleh patung-patung para tokoh awam pelindungnya dan
para reformis terdahulu termasuk John Wycliffe, Jan Hus,
dan Girolamo Savonarola.

Eck memberi tahu Luther bahwa ia berlaku


seperti seorang penganut bidah:
" 'Martin,' katanya, 'tidak ada
satu pun orang sesat yang
telah mengoyak pangkuan
Gereja, yang tidak beroleh
sumbernya dari berbagai
penafsiran Kitab Suci. Alkitab
sendiri merupakan rangkaian
sumber daya yang darinya
masing-masing inovator telah
menarik argumen-argumennya
yang memperdaya. Adalah
dengan teks-teks Alkitab
Pelagius dan Arius
mempertahankan doktrin-
doktrin mereka. Arius,
misalnya, mendapati negasi
dari kekekalan Sang Firman—
suatu kekekalan yang Anda
akui, dalam ayat Perjanjian
Baru ini—[Yusuf ] tidak
bersetubuh dengan dia sampai
ia melahirkan anaknya laki-
laki; dan ia mengatakan,
dengan cara yang sama seperti
yang Anda katakan, bahwa
bagian ini mengikat dirinya.
Ketika para bapa Konsili
Konstanz mengecam proposisi
Jan Hus ini—Gereja Yesus
Kristus hanyalah himpunan
dari yang terpilih, mereka
mengecam suatu kekeliruan;
karena Gereja, sebagaimana
seorang ibu yang baik,
merangkul dalam pelukannya
semua yang memikul nama
Kristen, semua yang dipanggil
untuk menikmati kebahagiaan
surgawi.' "[67]

Luther menolak untuk menarik kembali tulisan-


tulisannya. Ia kadang-kadang juga disitir
mengatakan: "Di sini saya berdiri. Saya tidak
dapat berbuat lain". Para akademisi belakangan
ini menganggap bahwa bukti untuk kata-kata
tersebut tidak dapat dipercaya, karena
disisipkan sebelum "Semoga Allah menolong
saya" hanya dalam versi-versi pidato di
kemudian hari dan tidak tercatat dalam
laporan-laporan saksi mata persidangan.[68]
Bagaimanapun, Mullet mengemukakan bahwa
mengingat sifat Luther, "kita bebas untuk
percaya kalau Luther cenderung untuk memilih
bentuk kata-kata yang lebih dramatis."[66]

Selama lima hari berikutnya, diadakan


pertemuan-pertemuan privat untuk menentukan
nasib Luther. Sang kaisar menyajikan draf akhir
Maklumat Worms pada 25 Mei 1521, yang
menyatakan Luther sebagai seorang pelanggar
hukum, melarang peredaran karya-karya
tulisnya, dan menghendaki penangkapan dirinya:
"Kami ingin ia ditangkap dan dihukum sebagai
seorang penganut bidah dengan reputasi
buruk."[69] Dinyatakan juga bahwa adalah suatu
kejahatan bagi siapa saja di Jerman yang
memberikan Luther makanan ataupun
perlindungan, dan siapa saja dapat membunuh
Luther tanpa konsekuensi hukum.

Di Kastel Wartburg

Kastel Wartburg, Eisenach


Ruangan di Wartburg tempat Luther menerjemahkan
Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman. Sebuah edisi

pertama yang asli disimpan dalam kotak di meja tersebut.

Hilangnya Luther saat ia kembali ke Wittenberg


telah direncanakan. Friedrich III mengatur
skenario pencegatan di hutan dekat Wittenberg
dalam perjalanan pulangnya Luther, oleh para
penunggang kuda bertopeng yang meniru para
perampok jalanan. Mereka membawa Luther
masuk ke dalam pengamanan Kastel Wartburg
di Eisenach.[70] Selama berada di Wartburg,
yang disebutnya sebagai "Patmos saya",[71]
Luther menerjemahkan Perjanjian Baru dari
bahasa Yunani ke dalam bahasa Jerman serta
menghasilkan tulisan-tulisan doktrinal dan
polemik. Di antara karya tulisnya terdapat satu
serangan baru terhadap Uskup Agung Albertus
dari Mainz, yang ia buat merasa bersalah
sehingga menghentikan penjualan indulgensi
dalam keuskupan-keuskupannya,[72] dan
"Sanggahan atas Argumen Latomus," yang di
dalamnya ia memaparkan prinsip pembenaran
kepada Jacobus Latomus, seorang teolog
ortodoks dari Leuven.[73]

Dalam karya tulis tersebut, salah satu


pernyataannya yang paling tegas terkait iman,
ia berargumen bahwa setiap perbuatan baik
yang dimaksudkan untuk menarik hati Allah
adalah dosa.[74] Pada hakikatnya semua manusia
adalah para pendosa, jelasnya, dan kasih
karunia atau rahmat Allah semata dapat
membuat mereka benar. Pada 1 Agustus 1521,
Luther menulis kepada Melanchthon dengan
tema yang sama: "Jadilah seorang berdosa, dan
biarlah dosa-dosamu bertambah kuat, namun
biarlah kepercayaanmu kepada Kristus
bertambah lebih kuat, dan bersukacitalah dalam
Kristus yang adalah pemenang atas dosa,
kematian, dan dunia. Kita akan berbuat dosa
selagi kita berada di sini, karena hidup ini
bukanlah suatu tempat keadilan berada."[75]

Pada musim panas tahun 1521, Luther


memperluas sasarannya dari kesalehan-
kesalehan individual, seperti indulgensi dan
ziarah, hingga meliputi doktrin-doktrin di
jantung praktik Gereja. Dalam Tentang
Penghapusan Misa Privat, ia mengecam sebagai
penyembahan berhala gagasan bahwa misa
merupakan suatu pengurbanan, seraya
menyatakan bahwa misa merupakan suatu
anugerah atau pemberian, untuk diterima
dengan ucapan syukur oleh seluruh jemaat.[76]
Esainya yang berjudul Tentang Pengakuan,
Apakah Paus Memiliki Kuasa untuk
Mensyaratkannya menolak pengakuan wajib serta
mendorong dilakukannya pengakuan dan
absolusi privat, karena menurutnya "setiap
orang Kristen adalah seorang pendengar
pengakuan (beichtvater)".[77] Pada bulan
November, Luther menulis Penghakiman Martin
Luther tentang Kaul-Kaul Monastik. Ia
meyakinkan para rahib dan biarawati kalau
mereka dapat melanggar kaul-kaul (sumpah
religius) mereka tanpa berdosa, karena ia
beranggapan bahwa kaul merupakan suatu upaya
yang haram dan sia-sia untuk memperoleh
keselamatan.[78]

Luther menyamar sebagai "Junker Jörg", 1521.

Pada 1521, Luther banyak menyinggung nubuat,


yang di dalamnya ia memperluas dasar-dasar
Reformasi Protestan, menempatkan dasar-
dasar itu pada iman profetik. Minat utamanya
berpusat pada nubuat Tanduk Kecil dalam
Daniel 8:9–12, 23–25. Antikristus dalam 2
Tesalonika 2 diidentifikasinya sebagai kuasa
kepausan. Tanduk Kecil dalam Daniel 7, yang ia
tafsirkan timbul dalam wilayah Kekaisaran
Romawi yang terbagi-bagi, dilihatnya sebagai
Kekaisaran Turki ataupun kepausan.[79][80]

Luther membuat pernyataan-pernyataannya dari


Wartburg sehubungan dengan perkembangan
pesat di Wittenberg, situasi yang tetap ia
pantau sepenuhnya. Andreas Karlstadt, yang
didukung oleh seorang mantan anggota tarekat
Agustinian bernama Gabriel Zwilling, memulai
suatu program reformasi radikal di sana pada
Juni 1521, melampaui apa yang dapat
dibayangkan oleh Luther. Reformasi-reformasi
tersebut memicu pergolakan, termasuk suatu
pemberontakan oleh para frater Agustinian
melawan prior mereka, penghancuran patung-
patung dan gambar-gambar di berbagai gereja,
serta pengecaman secara terbuka terhadap
jabatan hakim (magistrat). Setelah mengunjungi
Wittenberg secara diam-diam pada awal
Desember 1521, Luther menulis Suatu Peringatan
yang Tulus oleh Martin Luther kepada Semua
Orang Kristen untuk Waspada terhadap
Kerusuhan dan Pemberontakan.[81] Wittenberg
menjadi semakin tidak stabil setelah Natal
ketika sekolompok orang fanatik dan visioner,
yang disebut nabi-nabi Zwickau, tiba untuk
mengajarkan doktrin-doktrin revolusioner
seperti kesetaraan absolut manusia dalam
kepemilikan bersama, baptisan dewasa, dan
kedatangan Kristus dalam waktu dekat.[82] Saat
dewan kota meminta Luther untuk kembali, ia
memutuskan bahwa adalah tugasnya untuk
bertindak.[83]

Kembali ke Wittenberg dan


Perang Petani

Lutherhaus, kediaman Luther di Wittenberg.

Luther kembali secara diam-diam ke Wittenberg


pada 6 Maret 1522. Ia menulis kepada sang
elektor: "Selama ketidakhadiran saya. Setan
telah memasuki kandang domba saya, dan
melakukan tindakan-tindakan penghancuran
yang tidak dapat saya perbaiki dengan menulis,
selain dengan firman hidup dan kehadiran
pribadi saya semata."[84] Selama delapan hari
dalam masa Prapaskah, dimulai pada Minggu
Invocavit tanggal 9 Maret, Luther
menyampaikan delapan khotbah, yang kemudian
dikenal sebagai "Khotbah-Khotbah Invocavit".
Dalam khotbah-khotbah tersebut, ia menekankan
yang dipandangnya sebagai keutamaan dari
nilai-nilai inti Kristen seperti kasih, kesabaran,
karya amal, dan kebebasan, serta mengingatkan
warga untuk memercayai firman Allah dan
bukan melakukan kekerasan untuk menghasilkan
perubahan yang diperlukan.[85]
Tahukah kamu apa yang
dipikirkan Iblis ketika ia
melihat manusia
menggunakan kekerasan
untuk menyebarkan Injil? Ia
duduk dengan tangan terlipat
di balik api neraka, serta
berkata dengan tatapan ganas
dan seringai mengerikan: "Ah,
betapa bijaksananya orang-
orang gila ini memainkan
permainanku! Biarlah mereka
melanjutkannya; aku akan
menuai keuntungannya.
Kubersuka dalamnya." Tetapi
ketika ia melihat Firman
berlari dan bergulat sendirian
di medan pertempuran, maka
ia bergidik dan gentar karena
ketakutan.[86]

Dampak dari campur tangan Luther segera


dirasakan. Setelah khotbah keenam, Jerome
Schrurf, yuris Wittenberg, menulis kepada sang
elektor: "Oh, sukacita apa yang telah disebarkan
Dr. Martin di antara kita! Kata-katanya, melalui
belas kasih ilahi, sedang membawa kembali
orang-orang yang tersesat setiap hari ke jalan
kebenaran."[86]

Luther selanjutnya mulai menghapuskan ataupun


memodifikasi praktik-praktik jemaatnya yang
baru. Dengan bekerja bersama pihak berwenang
untuk memulihkan ketertiban umum, ia
mengisyaratkan penemuannya kembali sebagai
suatu kekuatan konservatif dalam Reformasi
Protestan.[87] Setelah menghalau para nabi
Zwickau, ia menghadapi suatu pertarungan yang
berlangsung tidak hanya dengan Gereja yang
resmi, tetapi juga dengan para reformis radikal
yang dikatakan mengancam tatanan barunya
dengan menggerakkan kekerasan dan kerusuhan
sosial.[88]
Dua Belas Pasal, 1525.

Terlepas dari keberhasilannya di Wittenberg,


Luther tidak berhasil membendung radikalisme
yang berkembang luas di daerah sekitarnya.
Para pengkhotbah seperti nabi Zwickau Nikolaus
Storch dan Thomas Müntzer mendapat
dukungan di kalangan para petani dan
penduduk-kota yang miskin antara tahun 1521
dan 1525. Sebelumnya, sejak abad ke-15, pernah
terjadi beberapa pemberontakan berskala lebih
kecil oleh kaum tani.[89] Pamflet-pamflet
Luther yang menentang Gereja dan hierarki,
yang sering kali diekspresikan dengan
fraseologi "liberal", menyebabkan banyak petani
percaya bahwa ia akan mendukung serangan
terhadap kelas atas pada umumnya.[90] Berbagai
pemberontakan pecah di Franken, Schwaben,
dan Thüringen pada 1524, bahkan menarik
dukungan dari para bangsawan yang tidak puas,
banyak dari mereka yang terbelit utang. Karena
mendapat momentum dalam kepemimpinan
para tokoh radikal seperti Müntzer di
Thüringen, serta Hipler dan Lotzer di wilayah
barat daya, pemberontakan-pemberontakan
tersebut berubah menjadi perang.[91]
Luther disebut bersimpati dengan beberapa
keluhan kaum tani tersebut, seperti yang ia
tunjukkan dalam tanggapannya terhadap Dua
Belas Pasal pada Mei 1525, namun ia
mengingatkan para pihak yang dirugikan untuk
mematuhi otoritas sekuler.[92] Selama suatu
kunjungan di Thüringen, ia menjadi sangat
marah ketika menyaksikan aksi pembakaran
yang meluas atas berbagai biara, kediaman
uskup, dan perpustakaan. Dalam Melawan
Gerombolan Petani Bernafsu Mencuri dan
Membunuh, yang ditulis sekembalinya Luther ke
Wittenberg, ia memberikan interpretasinya
tentang ajaran Injil terkait kekayaan,
mengecam kekerasan tersebut sebagai pekerjaan
iblis, dan meminta para bangsawan untuk
menundukkan para pemberontak layaknya
"seseorang harus membunuh seekor anjing
gila"[93]:

Karena itu biarlah setiap


orang yang bisa, menghantam,
membunuh, dan menikam,
secara sembunyi-sembunyi
ataupun secara terbuka,
mengingat bahwa tidak ada
yang dapat lebih berbisa,
menyakitkan, ataupun seperti
iblis daripada seorang
pemberontak ... Karena
baptisan tidak membuat
manusia bebas tubuhnya dan
kepunyaannya, tetapi jiwanya;
dan Injil tidak menjadikan
barang-barang dimiliki
bersama, kecuali dalam kasus
orang-orang yang, dari
kehendak bebas mereka
sendiri, melakukan apa yang
rasul-rasul dan murid-murid
lakukan dalam Kisah 4 [:32–
37]. Mereka tidak menuntut,
seperti yang dilakukan para
petani kita yang sinting dalam
amukan mereka, agar barang
orang-orang lain—dari Pilatus
dan Herodes—mesti menjadi
milik bersama, tetapi hanya
barang mereka sendiri.
Namun, para petani kita ingin
menjadikan milik bersama
barang orang-orang lain, dan
menyimpan milik mereka bagi
mereka sendiri. Orang-orang
Kristen yang baik mereka!
Kupikir tidak ada satu setan
pun yang tertinggal di neraka;
mereka semua telah pergi
merasuk petani-petani itu.
Omong kosong mereka telah
kelewat batas.[94]
Luther membela penentangannya terhadap para
pemberontak dengan tiga alasan. Pertama,
dalam memilih kekerasan daripada ketaatan
sesuai hukum pada pemerintah sekuler, mereka
mengabaikan nasihat Kristus supaya "Berikanlah
kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar"; Rasul Paulus menulis dalam
Roma 13:1–7 bahwa semua pemerintah
ditetapkan oleh Allah dan karena itu tidak
semestinya dilawan. Petunjuk dari Alkitab ini
membentuk landasan bagi doktrin yang dikenal
sebagai hak ilahi raja-raja, atau hak ilahi
pangeran-pangeran dalam kasus Jerman. Kedua,
tindakan-tindakan kekerasan memberontak,
merampok, dan menjarah, menempatkan para
petani "di luar hukum Allah dan Kekaisaran",
sehingga mereka dianggapnya layak mengalami
"kematian dalam tubuh dan jiwa, jika hanya
menjadi para penyamun dan pembunuh".
Terakhir, Luther menuduh para pemberontak
melakukan penghujatan karena mereka menyebut
diri "saudara-saudara Kristen" dan melakukan
tindakan-tindakan berdosa di bawah panji
Injil.[95]

Tanpa dukungan Luther dalam melakukan


pemberontakan tersebut, banyak pemberontak
yang meletakkan senjata mereka; yang lain lagi
merasa dikhianati. Kekalahan mereka oleh Liga
Schwäbischer di Pertempuran Frankenhausen
pada 15 Mei 1525, yang diikuti dengan eksekusi
Müntzer, mengantar tahap revolusioner
Reformasi Protestan ke suatu akhir.[96] Setelah
itu, radikalisme dikatakan menemukan satu
tempat perlindungan dalam gerakan Anabaptis
dan gerakan-gerakan keagamaan lainnya,
sementara Reformasi Luther berkembang di
bawah naungan kekuatan sekuler.[97] Pada 1526,
Luther menulis: "Saya, Martin Luther, selama
pemberontakan telah membunuh semua petani,
karena sayalah yang memerintahkan mereka
untuk dipukul mati."[98]

Perkawinan

Katharina von Bora, istri Luther, lukisan karya Lucas


C h T 1526
Cranach Tua, 1526.

Martin Luther menikahi Katharina von Bora,


salah seorang di antara 12 biarawati yang ia
bantu melarikan diri dari biara Sistersien
Nimbschen pada bulan April 1523, ketika ia
mengatur supaya mereka diselundupkan dengan
tong-tong ikan haring.[99] "Tiba-tiba, dan selagi
saya disibukkan dengan pikiran-pikiran yang
jauh berbeda," tulisnya kepada Wenceslaus Link,
"Tuhan menjerumuskan saya ke dalam
perkawinan."[100] Pada waktu mereka menikah,
Katharina berusia 26 tahun dan Luther berusia
41 tahun.

Pada 13 Juni 1525, pasangan tersebut


bertunangan dengan Johannes Bugenhagen,
Justus Jonas, Johannes Apel, Philipp
Melanchthon, serta Lucas Cranach Tua dan
istrinya sebagai para saksi.[101] Pada malam hari
yang sama, pasangan tersebut dinikahkan oleh
Bugenhagen.[101] Iring-iringan seremonial ke
gereja dan pesta pernikahan baru dilakukan dua
minggu kemudian pada tanggal 27 Juni.[101]

Beberapa imam dan mantan anggota tarekat


religius telah terlebih dahulu menikah, termasuk
Andreas Karlstadt dan Justus Jonas, namun
pernikahan Luther menjadi suatu indikasi resmi
perkawinan klerikal di kalangan rohaniwan
Protestan.[102] Ia telah sejak lama mengecam
kaul-kaul selibat dengan landasan biblis, namun
keputusannya untuk menikah mengejutkan
banyak orang, setidaknya Melanchthon, yang
menyebutnya sembrono.[103] Luther pernah
menulis surat kepada George Spalatin pada 30
November 1524, "Saya tidak akan pernah
mengambil istri, sebagaimana saya rasakan saat
ini. Bukan berarti saya tidak sadar akan seks
atau kedagingan saya (karena saya bukan kayu
ataupun batu); tetapi pikiran saya jelas tidak
menyukai ikatan perkawinan karena saya setiap
hari mengharapkan kematian seorang penganut
bidah."[104] Sebelum menikah, Luther telah hidup
dengan makanan yang paling sederhana, dan ia
mengaku kalau tempat tidurnya yang berjamur
tidak dibuat dengan benar selama berbulan-
bulan pada suatu waktu.[105]

Luther dan istrinya pindah ke suatu kediaman


bekas biara, "Biara Hitam", hadiah pernikahan
dari Johann, Elektor Sachsen yang baru (1525–
32). Mereka mengawali apa yang tampaknya
menjadi suatu pernikahan yang bahagia dan
sukses, kendati sering kali kekurangan uang.[106]
Katharina melahirkan enam orang anak (3 putra
dan 3 putri): Hans – Juni 1526; Elisabeth – 10
Desember 1527, yang meninggal beberapa bulan
kemudian; Magdalena – 1529, yang meninggal
dalam pelukan Luther pada 1542; Martin – 1531;
Paul – Januari 1533; serta Margaretha – 1534;
dan ia membantu pasangan tersebut
memperoleh nafkah dengan bertani sembari
menerima orang-orang memondok.[107] Luther
bercerita kepada Michael Stifel pada 11 Agustus
1526: "Katie-ku dalam segala hal begitu ringan
tangan dan menyenangkanku sehingga aku tidak
akan menukar kemiskinanku dengan kekayaan
Croesus."[108]
Bagian dari seri tentang
Lutheranisme

Meterai Luther
Permulaan

Kekristenan
Reformasi Protestan
Katolik Roma

Tokoh

Martin Luther
Philipp Melanchthon
Frederick yang Bijak
Martin Chemnitz
Johann Sebastian Bach
Henry Melchior Muhlenberg
Lars Levi Læstadius
C.F.W. Walther

Kitab Konkordia

Konfesi Augsburg
Apologi Konfesi Augsburg
Ayat-ayat Smalkald
Traktat tentang Kuasa dan
Keutamaan Paus
Katekismus Besar Luther
Katekismus Kecil Luther
Rumusan Konkordia
95 dalil

Teologi dan Sakramen

Kesatuan sakramental
Hukum dan Injil
Sola scriptura
Sola gratia
Sola fide
Ekaristi
Baptisan Kudus

Liturgi dan Ibadat

Kebaktian
Kalender para Kudus Lutheran
Lutheran Service Book
Evangelical Lutheran Worship
Lutheran Service Book

Denominasi

Federasi Lutheran se-Dunia


Dewan Lutheran Internasional
Konferensi Injili Konfesional
Laestadianisme
Daftar denominasi Lutheran

Kotak ini: lihat bicara sunting

Pengorganisasian gereja

Tata gereja, Mecklenburg 1650.

Pada 1526, Luther mendapati dirinya semakin


sibuk dalam mengorganisasi suatu gereja yang
baru. Model jemaat-jemaat yang dibayangkannya
berdasarkan Alkitab dengan cara memilih
pastor atau pendeta mereka masing-masing
telah terbukti tidak dapat dijalankan.[109]
Menurut Bainton, "Dilema Luther adalah bahwa
ia menginginkan suatu gereja konfesional
berdasarkan pengalaman dan iman personal
serta suatu gereja teritorial yang mencakup
semua dalam suatu wilayah tertentu. Jika ia
terpaksa memilih, ia akan berdiri tegak dengan
orang banyak, dan ke arah inilah ia
melangkah."[110]

Dari tahun 1525 sampai 1529, ia mendirikan


suatu badan pengawas gereja, meletakkan satu
bentuk baru dari pelayanan ibadah, dan menulis
suatu ringkasan jelas keimanan barunya dalam
bentuk dua katekismus. Pemikiran Luther
dipandang revolusioner karena merupakan suatu
teologi salib, negasi dari setiap afirmasi:
selama salib berada di tengah, kenderungan
pembangunan sistem daya pikir berada dalam
pengawasan, dan pembangunan sistem tidak
mengalami degenerasi menjadi Sistem.[111]

Untuk mencegah kebingungan dan kekecewaan


orang-orang, Luther menghindari perubahan
yang ekstrem. Ia juga tidak menghendaki
penggantian satu sistem pengawasan dengan
yang lain. Luther berkonsentrasi pada gereja di
Elektorat Sachsen, hanya bertindak sebagai
penasihat pada gereja-gereja di wilayah-wilayah
baru, yang banyak di antaranya mengikuti model
gerejanya di Sachsen. Ia bekerja sama dengan
elektor barunya, Johann, kepada siapa ia
berpaling demi kepemimpinan sekuler dan
sokongan finansial atas nama suatu gereja yang
pada dasarnya terputus aset dan pemasukannya
setelah perpecahan dengan Roma.[112] Bagi
Martin Brecht, biograf Luther, kemitraan
tersebut "adalah permulaan dari suatu
perkembangan yang dipertanyakan dan tidak
direncanakan pada awalnya menuju suatu
pemerintahan gereja di bawah penguasa
sekuler".[113]

Sang elektor mengesahkan visitasi gereja, suatu


kuasa yang sebelumnya dilaksanakan oleh para
uskup.[114] Terkadang reformasi-reformasi
praktis Luther tidak sesuai dengan
pemakluman-pemakluman radikalnya yang
terdahulu. Sebagai contoh, Instruksi-Instruksi
untuk Para Visitor Pastor-Pastor Paroki di
Elektorat Sachsen, yang dirancang oleh
Melanchthon dengan persetujuan Luther,
menekankan peranan pertobatan dalam
pengampunan dosa, terlepas dari posisi Luther
bahwa iman semata memastikan
pembenaran.[115] Seorang reformis Eisleben
bernama Johannes Agricola menantang
kompromi tersebut, dan Luther mengecamnya
karena ia mengajarkan bahwa iman terpisah
dari perbuatan.[116] Instruksi dipandang sebagai
satu dokumen problematik bagi mereka yang
mencari suatu evolusi konsisten dalam
pemikiran Luther dan praktiknya.[117]
Sakramen-sakramen dan liturgi gereja Lutheran.

Sebagai tanggapan atas adanya kebutuhan akan


liturgi berbahasa Jerman, Luther menulis
Deutsche Messe (Misa Jerman), yang ia
publikasikan pada awal tahun 1526.[118] Ia tidak
bermaksud menjadikannya sebagai pengganti
dari adaptasi Misa Latin karyanya tahun 1523,
tetapi sebagai satu alternatif bagi "orang-
orang sederhana", suatu "stimulasi publik bagi
orang-orang untuk percaya dan menjadi
penganut Kristen."[119] Luther mendasarkan
aturannya pada ibadah Katolik, namun
menghilangkan "segala sesuatu yang berbau
pengurbanan", dan Misa menjadi suatu perayaan
yang di dalamnya setiap orang menerima roti
maupun anggur.[120] Ia mempertahankan
pengangkatan hosti (roti perjamuan) dan cawan,
sementara perlengkapan seperti vestimentum,
altar, dan lilin dijadikan opsional,
memungkinkan kebebasan pelaksanaan
upacara.[121]

Beberapa reformis, termasuk para pengikut


Ulrich Zwingli, menganggap peribadahan Luther
terlalu bersifat papistik, dan para akademisi
modern melihat adanya konservatisme dalam
alternatif misa Katolik susunannya.[122]
Bagaimanapun, tata ibadah yang disusunnya
mencakupi bernyanyi himne dan mazmur jemaat
dalam bahasa Jerman, juga menyanyikan bagian-
bagian dari liturgi, seperti komposisi Kredo
secara unisono gubahan Luther.[123] Untuk
menjangkau orang-orang sederhana dan kaum
muda, Luther mengintegrasikan ajaran agama ke
dalam ibadah-ibadah harian pada hari kerja
dalam bentuk katekismus.[124] Ia juga
menyediakan versi-versi yang disederhanakan
dari layanan baptisan dan pernikahan.[125]

Luther dan rekan-rekannya memperkenalkan


tata ibadah baru tersebut selama visitasi
(kunjungan) mereka di Elektorat Sachsen, yang
bermula pada tahun 1527.[126] Mereka juga
melakukan penilaian standar pelayanan pastoral
dan pendidikan Kristen di wilayah itu. "Allah
yang penuh belah kasih, derita apa yang telah
kulihat," tulis Luther, "orang-orang biasa tidak
tahu doktrin Kristen sama sekali ... dan
sayangnya banyak pastor yang hampir-hampir
tidak terampil dan tidak mampu mengajar."[127]

Katekismus-katekismus S…

Kaca patri bergambar Luther.

Luther merancang katekismus sebagai suatu


metode untuk menyampaikan dasar-dasar
Kekristenan kepada jemaat-jemaat. Pada 1529,
ia menulis Katekismus Besar, satu manual bagi
para pastor (pendeta) dan pengajar, serta
Katekismus Kecil sebagai satu sinopsis untuk
diingat oleh mereka.[128] Katekismus-
katekismusnya menyajikan materi instruksional
dan devosional tentang Sepuluh Perintah Allah,
Kredo Para Rasul, Doa Bapa Kami, baptisan,
dan Perjamuan Tuhan.[129] Luther menyertakan
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban di
dalam katekismusnya sehingga dasar-dasar
iman Kristen tidak menjadi sekadar hafalan,
"cara monyet melakukannya", namun
dipahami.[130]

Katekismusnya merupakan salah satu karya


Luther yang paling personal. "Mengenai rencana
untuk mengumpulkan tulisan-tulisan saya dalam
rangkaian buku," tulisnya, "Saya cukup tidak
antusias dan sama sekali tidak bersemangat
atasnya karena, terinspirasi oleh nafsu makan
Saturnian, saya lebih suka melihat semuanya itu
dilahap. Sebab saya tidak mengakui satupun dari
semuanya itu sebagai buku saya yang
sesungguhnya, kecuali mungkin Keterbelengguan
Kehendak dan Katekismus."[131] Katekismus Kecil
telah mendapatkan reputasi sebagai suatu
model pengajaran agama yang jelas.[132]
Katekismus tersebut tetap digunakan hingga
sekarang, bersama-sama dengan himne-himne
dan terjemahan Alkitab karyanya.

Katekismus Kecil Luther dikatakan sangat


efektif dalam membantu orang tua mengajar
anak-anak mereka; seperti halnya Katekismus
Besar efektif bagi para pendeta..[133] Dengan
menggunakan bahasa vernakular Jerman, mereka
mengekspresikan Kredo Para Rasul (Pengakuan
Iman Rasuli) dalam bahasa Trinitarian yang
lebih sederhana dan personal. Ia menulis ulang
setiap pasal Kredo untuk mengekspresikan
karakter Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tujuan
Luther adalah untuk memungkinkan para
katekumen melihat diri mereka sendiri sebagai
suatu objek personal dari karya tiga pribadi
Tritunggal (Trinitas), yang masing-masingnya
berkarya dalam kehidupan setiap katekumen.[134]

Dalam apa yang dilakukannya tersebut, Luther


memerikan Tritunggal bukan sebagai suatu
doktrin untuk dipelajari, namun sebagai pribadi-
pribadi untuk dikenal. Bapa mencipta, Putra
menebus, dan Roh menguduskan, satu kesatuan
ilahi dengan pribadi-pribadi yang khas.
Keselamatan berasal dari Bapa dan menarik
orang untuk percaya kepada Bapa. Perlakuan
Luther pada Kredo Para Rasul perlu dipahami
dalam konteks Dekalog (Sepuluh Perintah Allah)
dan Doa Bapa Kami, yang juga merupakan
bagian dari ajaran kateketik Lutheran.[134]

Penerjemahan Alkitab

Alkitab Luther tahun 1534.


Luther telah memublikasikan terjemahan
Perjanjian Baru berbahasa Jerman karyanya
pada tahun 1522, sementara ia dan para
kolaboratornya menyelesaikan terjemahan
Perjanjian Lama berbahasa Jerman pada tahun
1534, ketika keseluruhan Alkitab karyanya
dipublikasikan. Ia senantiasa berupaya untuk
memperbaiki terjemahan tersebut sampai akhir
hayatnya.[135] Telah ada orang-orang lain yang
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Jerman, namun Luther menyesuaikan
terjemahannya dengan doktrinnya sendiri.[136]
Saat ia dikritik karena menyisipkan kata "saja"
setelah kata "iman" dalam Roma 3:28,[137] ia
berargumen di antaranya: "Teks itu sendiri dan
signifikansi St. Paulus begitu memerlukan dan
menuntutnya. Sebab dalam bagian itu secara
khusus ia menyinggung pokok utama doktrin
Kristen, yaitu, bahwa kita dibenarkan karena
iman dalam Kristus tanpa perbuatan apa saja
dari Hukum [Taurat]. ... Namun ketika
perbuatan-perbuatan ditiadakan sama sekali –
dan itu berarti bahwa iman saja membenarkan –
siapa pun yang akan berbicara secara langsung
dan jelas tentang peniadaan perbuatan-
perbuatan ini akan harus mengatakan, 'Iman
saja membenarkan kita, dan bukan
perbuatan'."[138]

Hasil penerjemahan Luther menggunakan varian


bahasa Jerman yang dituturkan di tempat
kedudukan kanselir Sachsen, yang dapat
dimengerti oleh orang-orang Jerman utara
maupun selatan.[139] Ia bermaksud agar bahasa
langsungnya yang kuat menjadikan Alkitab
dapat diakses oleh orang Jerman pada
umumnya, "karena kita sedang menghilangkan
halangan-halangan dan kesulitan-kesulitan
sehingga orang lain dapat membacanya tanpa
hambatan."[140]

Diterbitkan pada saat meningkatnya


permintaan akan publikasi-publikasi berbahasa
Jerman, versi Luther dengan cepat menjadi
suatu terjemahan Alkitab yang populer dan
berpengaruh. Dengan demikian, karya tersebut
memberi suatu kontribusi yang signifikan pada
evolusi dari bahasa dan sastra Jerman.[141]
Dilengkapi dengan berbagai catatan dan kata
pengantar oleh Luther, serta dengan beragam
cukil kayu oleh Lucas Cranach yang berisi citra
anti-paus, karyanya memainkan suatu peranan
penting dalam penyebaran doktrin Luther di
seluruh Jerman.[142] Alkitab Luther memengaruhi
timbulnya terjemahan-terjemahan vernakular
yang lain, seperti Alkitab berbahasa Inggris
karya William Tyndale (1525 dan seterusnya),
suatu pelopor dari Alkitab Versi Raja James
(KJV).[143]

Penggubah himne

Berkas:EinFesteBurg.jpg
Satu cetakan awal himne Luther yang berjudul "Ein feste
Burg ist unser Gott".
Ein feste Burg dinyanyikan dalam bahasa
Jerman

"Ein feste Burg" dinyanyikan dengan


aransemen isometrik melodi tradisionalnya
yang lebih dikenal luas.

Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat


bantuan media.

Luther adalah seorang himnodis yang produktif,


yang menulis himne-himne seperti "Ein feste
Burg ist unser Gott" ("Allahmu Benteng Yang
Teguh"), berdasarkan Mazmur 46, dan "Vom
Himmel hoch, da komm ich her" ("Jauh dari
Sorga datangKu"), berdasarkan Lukas 2:11–12.[144]
Luther mempertalikan seni tinggi dan musik
rakyat, juga segenap kelas, rohaniwan dan
awam, pria, wanita, dan anak-anak. Sarana
pilihannya untuk pertalian ini adalah nyanyian
himne-himne Jerman dalam kaitannya dengan
ibadah, sekolah, rumah, dan bidang publik.[145] Ia
sering kali mengiringi himne-himne yang
dinyanyikan dengan sebuah kecapi, kelak
diciptakan kembali sebagai waldzither yang
menjadi suatu alat musik nasional Jerman pada
abad ke-20.[146]

Himne-himne Luther kerap distimulasi oleh


peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidupnya
dan Reformasi Protestan yang tengah
berlangsung. Hal itu bermula sejak ia
mendengar eksekusi Johann Esch dan Heinrich
Voes, orang-orang pertama yang dieksekusi oleh
Dewan Brabant karena menganut pandangan
Lutheran, menggerakkan Luther untuk menulis
himne "Ein neues Lied wir heben an", yang
umumnya dikenal dalam bahasa Inggris melalui
terjemahan John C. Messenger dengan judul dan
baris pertamanya yang berbunyi "Flung to the
Heedless Winds" serta dinyanyikan untuk lagu
populer Ibstone yang digubah pada 1875 oleh
Maria C. Tiddeman.[147]

Himne Luther tahun 1524, "Wir glauben all an


einen Gott" ("Kita Semua Percaya pada Satu
Allah Benar"), merupakan suatu pengakuan iman
dalam tiga-stanza yang adalah versi awal
penjelasan Kredo Para Rasul dalam tiga-bagian
oleh Luther pada 1529 di dalam Katekismus
Kecil. Himne Luther, yang diadaptasi dan
diperluas dari suatu himne Jerman terdahulu
yang bertemakan pengakuan iman, mulai
digunakan secara luas dalam liturgi-liturgi
vernakular Lutheran pada awal tahun 1525.
Himnal-himnal (buku kumpulan himne) Lutheran
abad ke-16 juga mencakup "Wir glauben all" di
antara himne-himne kateketik, kendati himnal-
himnal abad ke-18 lebih cenderung melabelkan
himne tersebut Trinitarian daripadan kateketik,
dan kalangan Lutheran abad ke-20 jarang
menggunakan himne tersebut karena melodinya
dianggap sulit.[145]
Autograf "Vater unser im Himmelreich", dengan catatan-
catatan yang hanya terdapat dalam tulisan tangan Luther.

Himne Luther tahun 1538 yang bertema Doa


Bapa Kami, "Vater unser im Himmelreich",
bersesuaian secara tepat dengan penjelasan
Luther tentang doa ini dalam Katekismus Kecil,
dengan satu stanza untuk masing-masing dari
ketujuh permohonan doa, ditambah stanza-
stanza pembuka dan penutup. Himne tersebut
berfungsi sebagai suatu komposisi liturgis Doa
Bapa Kami dan sebagai suatu sarana untuk
mengkaji kemungkinan-kemungkinan seputar
pertanyaan-pertanyaan katekismus tertentu.
Manuskrip yang masih terlestarikan
menunjukkan adanya beberapa revisi,
memperlihatkan perhatian Luther untuk
mengklarifikasi serta memperkuat teks tersebut
dan untuk menyediakan suatu lagu populer yang
sesuai untuk berdoa. Gubahan-gubahan lain Doa
Bapa Kami dari abad ke-16 dan ke-20 telah
mengadopsi lagu Luther tersebut, kendati teks-
teks modern jauh lebih pendek.[148]

Luther menulis "Aus tiefer Not schrei ich zu


dir" ("Dari jurang yang dalam aku berseru
kepada-Mu") pada tahun 1523 sebagai versi
himne dari Mazmur 130 dan mengirimkannya
sebagai satu contoh guna mendorong rekan-
rekannya untuk menulis himne-mazmur demi
penggunaan dalam ibadah Jerman. Dalam suatu
kolaborasi dengan Paul Speratus, himne
tersebut dan tujuh himne lainnya diterbitkan
dalam Achtliederbuch, himnal Lutheran pertama.
Pada 1524, Luther mengembangkan mazmur
aslinya yang terdiri dari empat stanza, yang
diparafrasakan ke dalam suatu himne
Reformasi Protestan yang terdiri dari lima
stanza dengan pengembangan tema "kasih
karunia saja" secara lebih lengkap. Karena
mengekspresikan doktrin penting Reformasi
Protestan, versi "Aus tiefer Not" yang
diperluas ini ditetapkan sebagai satu komponen
reguler dari beberapa liturgi Lutheran regional
dan banyak digunakan saat pemakaman,
termasuk pemakaman Luther sendiri. Bersama
dengan versi himne Erhart Hegenwalt dari
Mazmur 51, himne Luther yang diperluas juga
diadopsi untuk penggunaan dengan bagian
kelima katekismus Luther, mengenai pengakuan
dosa.[149]

Luther menulis"Ach Gott, vom Himmel sieh


darein" ("Ya Allah, pandanglah dari langit").
"Nun komm, der Heiden Heiland", yang
didasarkan pada Veni redemptor gentium karya
St. Ambrosius, menjadi himne utama (Hauptlied)
untuk Adven. Ia mengubah A solus ortus cardine
menjadi "Christum wir sollen loben schon" dan
Veni Creator Spiritus menjadi "Komm, Gott
Schöpfer, Heiliger Geist".[150]

Ia menulis dua himne tentang Sepuluh Perintah


Allah, "Dies sind die heilgen zehn Gebot" dan
"Mensch, willst du leben seliglich". "Gelobet
seist du, Jesu Christ" karyanya ("Puji bagi-Mu,
Yesus Kristus") menjadi himne utama untuk
Natal. Ia menulis "Nun bitten wir den Heiligen
Geist" untuk Pentakosta, dan mengadopsi
"Christ ist erstanden" (Kristus bangkit) untuk
Paskah, berdasarkan Victimae paschali laudes.
"Mit Fried und Freud ich fahr dahin", suatu
parafrasa dari Nunc dimittis, dimaksudkan
untuk Purifikasi, namun menjadi satu himne
pemakaman juga. Ia memparafrasakan Te Deum
sebagai "Herr Gott, dich loben wir" dengan
suatu bentuk melodi yang disederhanakan dan
menjadi dikenal sebagai Te Deum Jerman.

Himne Luther tahun 1541, "Christ unser Herr


zum Jordan kam", merefleksikan struktur dan
substansi dari kumpulan pertanyaan dan
jawaban Luther mengenai baptisan di dalam
Katekismus Kecil. Luther mengadopsi satu lagu
populer karya Johann Walter yang telah ada
sebelumnya yang dikaitkan dengan suatu
komposisi himne dari Mazmur 67; komposisi
himne tersebut oleh Wolf Heintz yang terdiri
dari empat bagian digunakan untuk
mengenalkan Reformasi Lutheran di Halle pada
1541. Para pengkhotbah dan komponis abad ke-
18, termasuk J. S. Bach, menggunakan himne ini
sebagai satu subjek untuk karya mereka sendiri,
walaupun secara objektif teologi baptisan yang
terkandung di dalamnya digantikan dengan
himne-himne yang lebih subjektif di bawah
pengaruh pietisme Lutheran abad ke-19
akhir.[145]

Himne-himne Luther dimasukkan dalam himnal-


himnal Lutheran awal dan menyebarkan
gagasan-gagasan Reformasi Protestan. Ia
menyuplai 4 dari 8 lagu himne Lutheran
pertama (Achtliederbuch), 18 dari 26 lagu
Erfurt Enchiridion, dan 24 dari 32 lagu dalam
himnal pertama untuk paduan suara dengan
komposisi-komposisi oleh Johann Walter, Eyn
geystlich Gesangk Buchleyn, semuanya terbit
tahun 1524.
Himne-himne Luther mengilhami para komponis
untuk menulis musik. Johann Sebastian Bach
memasukkan beberapa bait sebagai koral dalam
kantata-kantatanya dan mendasarkan
sepenuhnya kantata-kantata koral karyanya
pada bait-bait tersebut, yaitu Christ lag in
Todes Banden, BWV 4, kemungkinan tahun
1707, dalam siklus tahunan keduanya (1724
sampai 1725) Ach Gott, vom Himmel sieh darein,
BWV 2, Christ unser Herr zum Jordan kam,
BWV 7, Nun komm, der Heiden Heiland, BWV
62, Gelobet seist du, Jesu Christ, BWV 91, dan
Aus tiefer Not schrei ich zu dir, BWV 38,
kemudian Ein feste Burg ist unser Gott, BWV
80, dan pada 1735 Wär Gott nicht mit uns
diese Zeit, BWV 14.
Tentang jiwa setelah
kematian

Luther di sisi kiri, dengan Lazarus yang dibangkitkan oleh


Yesus dari kematian; lukisan karya Lucas Cranach Tua,
1558.

Berbeda dengan pandangan-pandangan dari


Yohanes Calvin[151] dan Philipp Melanchthon,[152]
sepanjang hidupnya Luther menyatakan bahwa
adalah bukan doktrin keliru untuk meyakini
kalau jiwa seorang Kristen tertidur setelah
terpisahkan dari tubuhnya dalam kematian
badani.[153] Karenanya ia membantah
penafsiran-penafsiran sejumlah bagian Alkitab
menurut tradisi, seperti penafsiran atas
perumpamaan tentang orang kaya dan
Lazarus.[154] Hal ini juga menyebabkan Luther
menolak gagasan terkait siksaan-siksaan bagi
jiwa orang percaya yang telah meninggal dunia:
"Adalah cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa
jiwa tidak meninggalkan tubuhnya untuk
diancam dengan siksaan dan hukuman neraka,
namun memasuki suatu kamar tidur yang telah
dipersiapkan agar mereka tidur dalam
damai."[155] Ia juga menolak keberadaan
purgatorium, yang dalam pandangan Gereja
Katolik perlu dialami jiwa-jiwa Kristen yang
membutuhkan penderitaan penyilihan setelah
kematian badani.[156] Luther menegaskan
kesinambungan identitas personal seseorang di
luar kematian badani. Dalam Pasal-Pasal
Smalkald karyanya, ia mendeskripsikan kalau
orang-orang kudus yang telah meninggal dunia
saat ini tinggal "dalam kuburan-kuburan mereka
dan dalam surga."[157]

Seorang teolog Lutheran bernama Franz Pieper


mengamati bahwa ajaran Luther tentang
keadaan dari jiwa orang Kristen setelah
kematian badani berbeda dengan teolog-teolog
Lutheran setelahnya seperti Johann
Gerhard.[158] Gotthold Ephraim Lessing (1755)
sebelumnya telah sampai pada kesimpulan yang
sama dalam analisisnya tentang ortodoksi
Lutheran terkait isu ini.[159]
Tafsir Kitab Kejadian yang ditulis Luther berisi
satu bagian yang menyimpulkan bahwa "jiwa
tidak tertidur (anima non sic dormit), tetapi
terjaga (sed vigilat) dan mengalami
penglihatan-penglihatan".[160] Francis
Blackburne pada tahun 1765 berpendapat bahwa
John Jortin salah membaca ini dan bagian-
bagian lain dari tulisan Luther,[161] sementara
Gottfried Fritschel pada tahun 1867
menunjukkan bahwa bagian itu sebenarnya
mengacu pada jiwa seseorang "dalam kehidupan
ini" (homo enim in hac vita) yang lelah akibat
kerja hariannya (defatigus diurno labore), yang
pada malam hari memasuki kamar tidurnya (sub
noctem intrat in cubiculum suum) dan terganggu
oleh mimpi-mimpi dalam tidurnya.[162]
Terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Henry
Eyster Jacobs pada tahun 1898 berbunyi:

"Nevertheless, the sleep of this life and


that of the future life differ; for in this
life, man, fatigued by his daily labour, at
nightfall goes to his couch, as in peace, to
sleep there, and enjoys rest; nor does he
know anything of evil, whether of fire or of
murder."[163]

Kontroversi sakramentarian
dan Musyawarah Marburg
Patung Martin Luther di luar Gereja St. Maria, Berlin.

Pada bulan Oktober 1529, Philipp I, Landgraf


Hessen, mengadakan suatu pertemuan majelis
teolog-teolog Jerman dan Swiss pada
Musyawarah Marburg, untuk membentuk kesatuan
doktrin dalam negara-negara Protestan yang
baru timbul.[164] Kesepakatan dicapai dalam
empat belas dari lima belas pokok,
pengecualiannya adalah hakikat dari Perjamuan
Kudus (Ekaristi) – sakramen Perjamuan Tuhan—
suatu isu penting bagi Luther.[165]
Para teolog, termasuk Ulrich Zwingli, Philipp
Melanchthon, Martin Bucer, dan Yohanes
Oecolampadius, berbeda pendapat dalam hal
signifikansi kata-kata yang diucapkan oleh
Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir: "Inilah
tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu" dan
"Cawan ini adalah perjanjian baru yang
dimeteraikan oleh darah-Ku" (1 Korintus 11:23–
26).[166] Luther bersikeras pada Kehadiran
Nyata tubuh dan darah Kristus dalam roti dan
anggur yang dikuduskan, yang disebutnya
persatuan sakramental,[167] sementara para
seterunya meyakini bahwa Allah sekadar hadir
secara rohaniah ataupun simbolis.[168]

Zwingli, sebagai contoh, menyangkal kemampuan


Yesus untuk berada di lebih dari satu tempat
pada satu waktu bersamaan. Sedangkan Luther
menekankan omnipresensi (kehadiran di mana-
mana pada saat bersamaan) kodrat manusia
Yesus.[169] Menurut transkrip-transkrip,
perdebatan tersebut sesekali berubah menjadi
konfrontatif. Mengutip perkataan Yesus bahwa
"daging sama sekali tidak berguna" (Yohanes
6:63), Zwingli berkata, "Bagian ini mematahkan
lehermu". "Jangan terlalu bangga," balas Luther,
"Leher-leher Jerman tidak semudah itu patah.
Ini Hessen, bukan Swiss."[168] Di atas mejanya
Luther menulis kata-kata "Hoc est corpus
meum" ("Inilah tubuh-Ku") dengan kapur tulis,
untuk tetap menunjukkan pendiriannya yang
kukuh dalam hal ini.[170]
Meskipun terdapat ketidaksepakatan dalam hal
Perjamuan Kudus, Musyawarah Marburg membuka
jalan bagi penandatanganan Pengakuan Iman
Augsburg, dan bagi pembentukan Liga
Schmalkaldis pada tahun berikutnya oleh para
bangsawan Protestan terkemuka seperti Johann
dari Sachsen, Philipp dari Hessen, dan Georg,
Markgraf Brandenburg-Ansbach. Bagaimanapun,
kota-kota Swiss tidak menandatangani
kesepakatan-kesepakatan tersebut.[171]

Epistemologi
Beberapa akademisi menyatakan kalau Luther
mengajarkan bahwa iman dan akal (daya pikir,
nalar) bersifat antitesis dalam pengertian
bahwa pertanyaan-pertanyaan seputar iman
tidak dapat diklarifikasi oleh akal. Ia menulis,
"Semua pasal dari iman Kristen kita, yang telah
Allah wahyukan kepada kita di dalam Firman-
Nya, adalah benar-benar mustahil, absurd, dan
keliru di hadapan akal."[172] dan "Akal sama
sekali memberikan kontribusi pada iman. [...]
Karena akal adalah musuh terbesar iman; akal
tidak pernah sampai pada bantuan akan hal-hal
rohani."[173] Namun, meski tampaknya
kontradiktif, ia juga menulis dalam karyanya di
kemudian hari bahwa akal manusia "berusaha
untuk tidak melawan iman, ketika dicerahkan,
bahkan lebih menggiatkan dan
memajukannya",[174] sehingga klaim-klaim bahwa
ia seorang fideis menjadi bahan perdebatan.
Bagaimanapun, keilmuan Lutheran kontemporer
menemukan suatu realitas yang berbeda dalam
pandangan Luther. Luther dikatakan cenderung
berupaya untuk memisahkan iman dan akal
untuk menghormati bidang-bidang pengetahuan
terpisah yang menerapkan masing-masingnya.

Tentang "si Turki"

Pertempuran antara orang-orang Turki dan Kristen pada


abad ke-16.

Saat berlangsungnya Musyawarah Marburg,


Suleiman I sedang mengepung Wina dengan
sepasukan Utsmaniyah (Ottoman) berkekuatan
besar.[175] Luther pernah menentang perlawanan
terhadap orang-orang Turki dalam Penjelasan
95 Tesis karyanya tahun 1518, menyerukan
untuk menerima kekalahan tanpa melawan
mereka. Ia melihat orang-orang Turki sebagai
suatu cambuk yang dikirim oleh Allah untuk
menghukum orang-orang Kristen, sebagai agen-
agen apokalips biblis yang akan menghancurkan
antikristus, yang Luther yakini sebagai kepausan
dan Gereja Roma.[176] Ia senantiasa menolak
gagasan akan Perang Suci, "seakan-akan bangsa
kita adalah sepasukan orang-orang Kristen yang
melawan orang-orang Turki, yang adalah musuh-
musuh Kristus. Ini benar-benar bertentangan
dengan nama dan doktrin Kristus".[177] Di sisi
lain, selaras dengan doktrin dua kerajaan yang
dicetuskannya, Luther mendukung perang non-
religi melawan orang-orang Turki.[178] Pada
1526, ia berargumen dalam Apakah Prajurit-
Prajurit dapat berada dalam Keadaan Rahmat
bahwa pertahanan nasional merupakan alasan
untuk melangsungkan perang yang dapat
dibenarkan.[179] Pada 1529, dalam Tentang
Perang Melawan Turki, ia giat mendesak Kaisar
Karl V dan bangsa Jerman untuk melakukan
suatu perang sekuler melawan orang-orang
Turki.[180] Bagaimanapun, ia menjelaskan bahwa
perang rohani melawan iman orang asing
dilakukan secara tersendiri, untuk dilancarkan
melalui doa dan pertobatan.[181] Sekitar waktu
Pengepungan Wina, Luther menulis satu doa
demi pembebasan secara nasional dari orang-
orang Turki, meminta Allah untuk "memberikan
kepada kaisar kami kemenangan abadi atas
musuh-musuh kami".[182]
Luther kemudian memproduksi beberapa
pamflet kritis tentang yang disebutnya
"Mohammedanisme" ataupun "si Turki"
(Türken).[183] Kendati Luther menganggap "si
Turki" sebagai "suatu alat dari Iblis",[184] ia
bersikap tidak acuh terhadap praktiknya:
"Biarlah si Turki percaya dan hidup
sebagaimana ia kehendaki, sama seperti orang
membiarkan kepausan dan orang Kristen palsu
lainnya hidup."[185] Pada 1542, Luther membaca
suatu Al-Qur'an (kitab suci dari keimanan "si
Turki") terjemahan Latin yang "diterjemahkan
dengan buruk",[186] kemudian ia menentang
pelarangan publikasinya dan menginginkannya
agar diekspos untuk dicermati.[187]

Kontroversi antinomian
Mimbar Gereja St. Andreas, Eisleben, tempat Agricola dan
Luther berkhotbah.

Pada awal 1537, Johannes Agricola (1494–


1566) – yang ketika itu melayani sebagai
pendeta di tempat kelahiran Luther, Eisleben –
menyampaikan satu khotbah yang di dalamnya
ia mengklaim bahwa injil Allah, dan bukan hukum
moral Allah (Sepuluh Perintah Allah),
mengungkapkan murka Allah kepada orang-
orang Kristen. Berdasarkan khotbah itu dan
yang lainnya lagi oleh Agricola, Luther
mencurigai kalau Agricola berada di balik tesis-
tesis antinomian yang beredar di Wittenberg.
Tesis-tesis tersebut menegaskan bahwa hukum
tidak lagi untuk diajarkan kepada orang-orang
Kristen, namun sekadar dimiliki oleh balai
kota.[188] Luther menanggapi tesis-tesis
tersebut dengan enam seri tesis yang berisi
perlawanan terhadap Agricola dan para
penganut antinomian, empat di antaranya
menjadi dasar untuk debat-debat akademis
yang berlangsung antara tahun 1538 dan
1540.[189] Ia juga menanggapi pernyataan-
pernyataan tersebut dalam tulisan-tulisan lain,
seperti surat terbuka yang ditulisnya pada 1539
kepada C. Güttel dengan judul Melawan Para
Penganut Antinomian,[190] dan buku Tentang
Konsili-Konsili dan Gereja karyanya dari tahun
yang sama.[191]

Dalam tesis-tesisnya dan debat-debat akademis


melawan para penganut antinomian, di satu sisi
Luther meninjau dan menegaskan kembali apa
yang disebut "penggunaan kedua hukum
[Taurat]", yaitu hukum tersebut sebagai alat
Roh Kudus untuk menjadikan manusia berduka
karena dosa dalam hatinya, sehingga
mempersiapkan manusia untuk penggenapan
hukum tersebut oleh Kristus sebagaimana
ditawarkan dalam injil.[192] Luther menyatakan
bahwa segala sesuatu yang digunakan untuk
menghasilkan kedukaan atas dosa disebut
hukum, sekalipun itu adalah kehidupan Kristus,
wafat Kristus bagi dosa, atau juga kebaikan
Allah yang dialami dalam ciptaan.[193] Menolak
untuk memberitakan Sepuluh Perintah Allah di
antara kalangan Kristen – dengan demikian
seolah-olah menghapuskan hukum tersebut dari
Gereja – tidak menghilangkan hukum yang
mendakwa itu.[194] Mengklaim bahwa hukum
tersebut – dalam bentuk apapun – semestinya
tidak lagi diberitakan kepada orang-orang
Kristen sama saja dengan menyatakan bahwa
orang-orang Kristen bukan lagi para pendosa
pada hakikatnya dan Gereja hanya terdiri dari
orang-orang kudus.[195]

Di sisi lain, Luther juga menunjukkan bahwa


Sepuluh Perintah Allah – bila dipandang bukan
sebagai penghakiman Allah yang menghukum
tetapi sebagai satu ungkapan kehendak kekal-
Nya akan hukum kodrat – juga secara positif
mengajarkan bagaimana seharusnya orang
Kristen hidup.[196] Ini sering disebut
"penggunaan ketiga hukum [Taurat]".[197]
Menurut Luther, apabila kehidupan Kristus
dipahami sebagai suatu teladan maka
kehidupan-Nya tidak lain merupakan suatu
ilustrasi dari Sepuluh Perintah Allah, yang
seharusnya diikuti oleh seorang Kristen dalam
panggilan hidupnya sehari-hari.[198]

Sepuluh Perintah Allah, dan permulaan dari


hidup baru orang-orang Kristen yang
dianugerahkan kepada mereka melalui sakramen
baptisan, merupakan suatu pengindikasian saat
ini akan kehidupan bagaikan malaikat di surga
yang dialami orang-orang Kristen di tengah-
tengah kehidupan ini.[199] Oleh karena itu,
ajaran Luther seputar Sepuluh Perintah Allah
dikatakan memiliki implikasi-implikasi
eskatologis yang jelas, yang bagi Luther tidak
mendorong pelepasan dunia sehari-hari tetapi
mengarahkan orang Kristen untuk melayani
sesama dalam panggilan hidup sehari-hari di
dalam dunia ini.

Bigami Philipp I, Landgraf


Hessen
Sejak bulan Desember 1539, Luther menjadi
terlibat dalam kasus bigami Philipp I, Landgraf
Hessen, yang ingin menikahi salah seorang dari
wanita-wanita asisten pribadi istrinya. Philipp
meminta persetujuan Luther, Melanchthon, dan
Bucer, dengan menyitir poligami para patriark
dalam Perjanjian Lama sebagai satu preseden.
Para teolog tersebut tidak siap untuk membuat
suatu keputusan umum, dan mereka dengan
segan hati menasihati sang landgraf bahwa
apabila ia bertekad demikian, ia seharusnya
menikah secara sembunyi-sembunyi dan tetap
diam seputar persoalan tersebut.[200] Akibatnya,
pada 4 Maret 1540, Philipp menikahi istri
keduanya, Margarethe von der Saale, dengan
Melanchthon dan Bucer di antara para saksi
mereka. Namun, Philipp tidak mampu
menyimpan rahasia terkait perkawinan tersebut,
dan ia mengancam untuk memublikasikan
nasihat Luther. Luther menyuruhnya untuk
"menceritakan suatu kebohongan yang baik dan
kukuh" serta menyangkal sepenuhnya perkawinan
tersebut, yang Philipp lakukan pada kontroversi
publik berikutnya.[201] Dalam pandangan Martin
Brecht, biograf Luther, "pemberian nasihat
konfesional kepada Philipp dari Hessen
merupakan salah satu kesalahan terburuk yang
dibuat Luther, dan, di samping sang landgraf
sendiri bertanggung jawab secara langsung atas
hal tersebut, sejarah secara khusus meminta
pertanggungjawaban Luther".[202] Brecht
berargumen bahwa kesalahan Luther adalah
bukan karena ia memberikan nasihat pastoral
pribadi, tetapi karena ia salah
memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi
politiknya.[203] Peristiwa tersebut menyebabkan
kerusakan yang langgeng pada reputasi
Luther.[204]
Antisemitisme

Halaman judul asli Tentang Kaum Yahudi dan Kebohongan-


Kebohongan Mereka, karya Martin Luther tahun 1543.

Luther menulis hal-hal negatif seputar kaum


Yahudi di sepanjang kariernya.[205] Kendati
Luther jarang berjumpa dengan orang-orang
Yahudi selama hidupnya, sikap-sikapnya
dianggap merefleksikan suatu tradisi teologis
dan kultural yang melihat mereka sebagai suatu
bangsa yang ditolak karena bersalah atas
pembunuhan Kristus, dan ia tinggal di suatu
wilayah yang pernah mengusir orang-orang
Yahudi sekitar sembilan puluh tahun
sebelumnya.[206] Ia menganggap orang-orang
Yahudi para penghujat dan pembohong karena
mereka menolak keilahian Yesus.[207] Pada 1523,
Luther memberikan nasihat agar menunjukkan
kebaikan hati kepada orang-orang Yahudi dalam
Bahwa Yesus Kristus Lahir sebagai Seorang
Yahudi karyanya dan juga bermaksud untuk
mengonversi mereka ke dalam iman
Kristen.[208] Ketika upaya-upayanya untuk
melakukan konversi tidak berhasil, ia semakin
sengit terhadap mereka.[209]

Karya-karya utama Luther terkait kaum Yahudi


adalah risalahnya yang berisikan 60.000 kata
dengan judul Von den Juden und Ihren Lügen
(Tentang Kaum Yahudi dan Kebohongan-
Kebohongan Mereka), dan Vom Schem
Hamphoras und vom Geschlecht Christi
(Tentang Nama Suci dan Silsilah Kristus),
keduanya dipublikasikan pada tahun 1543, tiga
tahun sebelum wafatnya.[210] Luther berargumen
bahwa kaum Yahudi bukan lagi bangsa pilihan,
melainkan "bangsa iblis", dan menyebut mereka
dengan bahasa kasar.[211][212] Dengan mengutip
Ulangan 13, yang mengisahkan Musa
memerintahkan pembunuhan para penyembah
berhala serta pembakaran kota dan harta
mereka sebagai suatu persembahan kepada
Allah, Luther menyerukan suatu "scharfe
Barmherzigkeit" ("belas kasihan yang keras")
terhadap kaum Yahudi "untuk melihat apakah
kita dapat menyelamatkan setidaknya beberapa
di antaranya dari lautan api yang menyala-
nyala."[213] Luther memberikan dukungan untuk
membakar sinagoge-sinagoge, menghancurkan
buku-buku doa Yahudi, melarang para rabi
berkhotbah, menyita kepemilikan dan uang kaum
Yahudi, serta meruntuhkan rumah-rumah mereka,
sehingga "cacing-cacing beracun" itu perlu
melakukan kerja paksa ataupun diusir "untuk
selamanya".[214] Menurut sejarawan Robert
Michael, kata-kata Luther "Kita bersalah bila
tidak membunuh mereka" merupakan suatu
persetujuan untuk melakukan pembunuhan.[215]
"Kemarahan Allah terhadap mereka begitu
intens," tutup Luther, "sehingga belas kasihan
yang lembut hanya akan menjadikan mereka
lebih buruk, sedangkan belas kasihan yang keras
akan membarui mereka, tetapi sedikit. Oleh
karena itu, dalam hal apapun, singkirkan
mereka!"[213]

Luther berbicara menentang kaum Yahudi di


Sachsen, Brandenburg, dan Silesia
(Schlesien).[216] Josel dari Rosheim, juru bicara
Yahudi yang berupaya untuk membantu orang-
orang Yahudi Sachsen pada tahun 1537, kelak
menimpakan kesusahan mereka pada "imam
yang bernama Martin Luther—semoga tubuh dan
jiwanya terikat di neraka!—yang menulis dan
mengeluarkan banyak buku sesat yang di
dalamnya ia mengatakan bahwa siapa saja yang
membantu orang-orang Yahudi ditakdirkan
untuk mengalami kebinasaan."[217] Josel meminta
kota Strasbourg untuk melarang penjualan
karya-karya tulis Luther yang anti-Yahudi:
awalnya mereka menolak, namun melakukannya
ketika seorang pendeta Lutheran di Hochfelden
dalam khotbahnya mendesak jemaatnya untuk
membunuh orang-orang Yahudi.[216] Pengaruh
Luther tetap bertahan setelah wafatnya.
Sepanjang tahun 1580-an, terjadi kerusuhan-
kerusuhan yang menyebabkan pengusiran orang-
orang Yahudi dari beberapa negara Lutheran
Jerman.[218]

Luther merupakan penulis yang paling banyak


dibaca karyanya dari generasinya, dan di
Jerman ia beroleh status seorang nabi.[219]
Menurut pandangan yang berlaku umum di
kalangan sejarawan,[220] retorikanya yang anti-
Yahudi memberikan kontribusi yang signifikan
pada perkembangan antisemitisme di
Jerman,[221] dan pada tahun 1930-an sampai
1940-an memberikan suatu "fondasi yang ideal"
bagi serangan-serangan Nazi terhadap kaum
Yahudi.[222] Reinhold Lewin menuliskan bahwa
siapa saja yang "menulis melawan kaum Yahudi
karena alasan apapun percaya bahwa ia
mempunyai hak untuk membenarkan dirinya
sendiri dengan penuh kemenangan menyebut
Luther." Menurut Michael, hampir semua buku
anti-Yahudi yang dicetak dalam periode Reich
Ketiga berisikan referensi-referensi dan
kutipan-kutipan dari Luther. Heinrich Himmler
(yang dibesarkan dalam iman Katolik dan kelak
meninggalkannya) dengan rasa kagum
menuliskan karya-karya tulis dan khotbah-
khotbah Luther tentang kaum Yahudi pada tahun
1940.[223] Kota Nürnberg (Nuremberg)
menyajikan satu edisi pertama |Tentang Kaum
Yahudi dan Kebohongan-Kebohongan Mereka
kepada Julius Streicher, editor surat kabar Nazi
Der Stürmer, bertepatan dengan hari ulang
tahunnya pada 1937; surat kabar tersebut
mendeskripsikannya sebagai risalah anti-Semit
yang paling radikal yang pernah
diterbitkan.[224] Karya tulis tersebut
dipamerkan kepada publik dalam sebuah kotak
kaca pada reli-reli Nuremberg serta disitir
dalam suatu penjelasan Hukum Arya setebal 54
halaman oleh Dr. E.H. Schulz dan Dr. R.
Frercks.[225]

Pada 17 Desember 1941, tujuh konfederasi


regional gereja Protestan mengeluarkan suatu
pernyataan yang menyetujui kebijakan memaksa
orang-orang Yahudi untuk mengenakan lencana
kuning, "karena setelah pengalamannya yang
pahit Luther telah menyarankan langkah-langkah
pencegahan terhadap kaum Yahudi dan
pengusiran mereka dari wilayah Jerman."
Menurut Daniel Goldhagen, seorang uskup
Protestan terkemuka bernama Martin Sasse
memublikasikan suatu ringkasan dari tulisan-
tulisan Luther sesaat setelah peristiwa
Kristallnacht, yang karenanya Diarmaid
MacCulloch, Profesor Sejarah Gereja di
Universitas Oxford, berpendapat bahwa tulisan
Luther merupakan suatu "cetak biru".[226] Sasse
memuji pembakaran sinagoge-sinagoge dan
peristiwa yang tak terduga itu, menulis dalam
bagian pengantar, "Pada tanggal 10 November
1938, pada hari ulang tahun Luther, sinagoge-
sinagoge sedang terbakar di Jerman."
Menurutnya, bangsa Jerman seharusnya
mengindahkan perkataan "antisemit pada
masanya, pemberi peringatan dalam bangsanya
terhadap kaum Yahudi."[227]

Perdebatan di kalangan
"Terdapat
akademisi seputar pengaruh
suatu
Luther berpusat pada
perbedaan
besar antara pertanyaan apakah anakronistik
keyakinannya memandang karyanya sebagai
akan pelopor antisemitisme rasial
keselamatan Nazi. Beberapa akademisi
dan suatu melihat bahwa pengaruh Luther
ideologi
terbatas, dan penggunaan
rasial. Namun
karyanya oleh Nazi bersifat
demikian,
agitasinya oportunistik. Johannes
yang Wallmann berpendapat kalau
menyesatkan
tulisan-tulisan Luther yang
mendatangka
menentang kaum Yahudi
n hasil yang
kebanyakan diabaikan pada
jahat
sehingga abad ke-18 dan ke-19, serta
Luther tidak ada kesinambungan
ditakdirkan antara pemikiran Luther
menjadi salah dengan ideologi Nazi.[229] Uwe
seorang dari
Siemon-Netto senada
'bapa-bapa
dengannya, dengan alasan
gereja' anti-
bahwa itu karena Nazi telah
Semitisme
dan menganut pandangan anti-
karenanya Semit sehingga mereka
menyediakan menghidupkan kembali karya
materi bagi Luther.[230][231] Hans J.
kebencian Hillerbrand sepakat bahwa
modern berfokus pada Luther berarti
terhadap mengadopsi suatu perspektif
orang-orang
yang pada dasarnya ahistoris
Yahudi,
seputar antisemitisme Nazi
menyelubungi
dengan mengabaikan faktor-
itu dengan
otoritas sang faktor penyebab lainnya dalam
Reformis." sejarah Jerman.[232] Roland
Bainton, sejarawan gereja dan
Martin
biograf Luther, menulis: "Orang
Brecht[228]
dapat berharap kalau Luther
telah meninggal sebelum [Tentang Kaum Yahudi
dan Kebohongan-Kebohongan Mereka] sempat
ditulis. Posisinya benar-benar bersifat religi
dan sama sekali bukan rasial."[233][234] Namun,
Christopher J. Probst, dalam buku Demonizing
the Jews: Luther and the Protestant Church in
Nazi Germany (2012) karyanya, memperlihatkan
bahwa sejumlah besar teolog dan rohaniwan
Lutheran Jerman selama Reich Ketiga Nazi
menggunakan publikasi-publikasi Luther yang
mengandung permusuhan terhadap kaum Yahudi,
dan agama Yahudi mereka, untuk membenarkan
setidaknya sebagian kebijakan anti-Semit dari
kalangan Sosialis Nasional (Nazi).[235]

Beberapa akademisi, seperti Mark U. Edwards


dalam buku Luther's Last Battles: Politics and
Polemics 1531–46 (1983) karyanya,
mengemukakan bahwa karena pandangan-
pandangan Luther yang semakin antisemitik
berkembang selama tahun-tahun kesehatannya
memburuk, terdapat kemungkinan kalau
pandangan-pandangannya itu setidaknya
sebagian dihasilkan dari suatu keadaan pikiran.
Edwards juga berkomentar kalau Luther sering
secara sengaja menggunakan "kevulgaran dan
kekerasan" demi mengesankan publik, baik
dalam tulisan-tulisannya yang mengecam orang-
orang Yahudi maupun dalam cacian-caciannya
terhadap "bangsa Turki" (Muslim) dan umat
Katolik.[236]

Sejak tahun 1980-an, denominasi-denominasi


Lutheran telah menolak pernyataan-pernyataan
Martin Luther terhadap kaum Yahudi dan telah
menentang penggunaan semuanya itu untuk
membangkitkan kebencian terhadap umat
Lutheran.[237][238] Suatu survei pada tahun 1970
yang dilakukan oleh Strommen dkk., dengan
sampel 4.745 umat Lutheran Amerika Utara
berusia 15–65 tahun, mendapati bahwa umat
Lutheran adalah yang paling tidak berprasangka
terhadap kaum Yahudi, bila diperbandingkan
dengan kelompok-kelompok minoritas lainnya
yang dipertimbangkan dalam pengamatan.[239]
Hasil lainnya diperlihatkan oleh Profesor
Richard (Dick) Geary, mantan Profesor Sejarah
Modern di Universitas Nottingham, Inggris, dan
penulis buku Hitler and Nazism (Routledge
1993), yang menerbitkan suatu artikel dalam
majalah History Today berupa hasil penelitian
atas tren pemilihan di Jerman Weimar antara
tahun 1928 dan 1933. Berdasarkan
penelitiannya, Geary mencatat bahwa Partai
Nazi (NSDAP) mendapat perolehan suara yang
lebih besar dengan proporsi tidak sebanding
dari wilayah-wilayah Protestan daripada dari
wilayah-wilayah Katolik di Jerman.[240] Jorg L.
Spenkuch dan Philipp Tillmann, berdasarkan
suatu pendekatan yang digunakan dalam
penelitian mereka, memperkirakan bahwa rasio
penganut Protestan dibanding Katolik di antara
para pemilih NSDAP sekitar 8 banding 1,
relatif terhadap rasio populasi yang hanya 2
banding 1.[241]

Tahun-tahun terakhir,
penyakit dan wafatnya

L th t b i j l ft dil ki l hL
Luther terbaring menjelang wafatnya, dilukis oleh Lucas
Cranach Tua.

Luther telah menderita bermacam penyakit atau


gangguan kesehatan selama bertahun-tahun,
termasuk penyakit Ménière, vertigo, sinkop,
tinitus, dan katarak pada salah satu
matanya.[242] Dari tahun 1531 sampai dengan
1546, kesehatan semakin memburuk. Tahun-
tahun pergulatan dengan Roma, antagonisme
dengan dan di antara sesamanya para
reformis, serta skandal yang terjadi akibat
insiden bigami Philipp I, Landgraf Hessen, yang
di dalamnya Luther memainkan suatu peran
utama, semuanya mungkin berkontribusi
terhadap kesehatannya. Pada 1536, ia mulai
menderita penyakit batu ginjal dan kandung
kemih, artritis, serta suatu infeksi telinga yang
membuat satu gendang telinganya pecah. Pada
Desember 1544, ia mulai merasakan dampak
dari gangguan angina pektoris.[243]

Kesehatan fisiknya yang buruk membuatnya


lekas marah dan bahkan perkataannya lebih
keras lagi dalam tulisan-tulisan dan komentar-
komentarnya. Katharina istrinya terdengar
mengatakan, "Suami terkasih, kamu terlalu
kasar," dan ia menjawab, "Mereka sedang
mengajarku untuk bersikap kasar."[244] Pada
1545 dan 1546, Luther berkhotbah tiga kali di
Gereja Pasar di Halle, tinggal bersama Justus
Jonas temannya selama Natal.[245]

Khotbah terakhirnya ia sampaikan di Eisleben,


tempat kelahirannya, pada 15 Februari 1546,
tiga hari menjelang wafatnya.[246] Khotbah
tersebut "ditujukan sepenuhnya untuk orang-
orang Yahudi yang keras kepala, yang
merupakan satu masalah yang sangat mendesak
untuk diusir dari semua wilayah Jerman,"
menurut Léon Poliakov.[247] James Mackinnon
menuliskan bahwa khotbah tersebut diakhiri
dengan suatu "panggilan yang berapi-api untuk
menghalau tas dan koper orang-orang Yahudi
dari tengah-tengah mereka, kecuali mereka
berhenti dari fitnah mereka dan praktik riba
mereka serta menjadi orang-orang
Kristen."[248] Luther berkata, "Kita ingin
mempraktikkan kasih Kristen kepada mereka
dan berdoa agar mereka melakukan konversi,"
tetapi juga katanya mereka adalah "musuh-
musuh publik kita ... dan jika mereka dapat
membunuh kita semua, mereka akan dengan
senang hati melakukannya. Dan sebegitu sering
mereka lakukan."[249]

Perjalanan terakhir Luther, ke Mansfeld,


dilakukan karena kepeduliannya pada
kelangsungan usaha keluarga-keluarga para
saudara kandungnya dalam perdagangan
tembaga ayah mereka, Hans Luther. Mata
pencaharian mereka terancam oleh Graf
Albrecht dari Mansfeld yang menjadikan
industri tersebut berada di bawah kendalinya
sendiri. Dikatakan bahwa kontroversi yang
terjadi melibatkan empat graf Mansfeld:
Albrecht, Philipp, Johann Georg, dan Gebhard.
Luther menempuh perjalanan ke Mansfeld dua
kali pada akhir 1545 untuk berpartisipasi dalam
negosiasi-negosiasi untuk suatu penyelesaian,
yang baru terwujud pada awal tahun 1546 dalam
kunjungannya yang ketiga.

Negosiasi-negosiasi tersebut berhasil


diselesaikan pada 17 Februari 1546. Setelah
pukul 8 pagi, ia mengalami nyeri pada dadanya.
Saat ia pergi ke tempat tidurnya, ia dikabarkan
berdoa, "Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan
nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN,
Allah yang setia" (Mazmur 31:5), yang lazim
didoakan oleh orang sekarat. Pada pukul 1 pagi,
ia terbangun dengan nyeri pada dadanya yang
semakin terasa dan dihangatkan dengan handuk
panas. Rekan-rekannya, Justus Jonas dan
Michael Coelius, bertanya kepadanya, "Bapa
terkasih, apakah Anda mengaku Kristus anak
Allah, penyelamat dan penebus kita?" Semua
orang yang berdiri di sekitar tempat tidurnya
kelak memberi kesaksian bahwa ia menjawab
"ya" dengan jelas.[250]

Suatu serangan stroke menghentikan ucapan


Luther ketika itu, dan ia wafat tidak lama
kemudian pada pukul 2:45 tanggal 18 Februari
1546, dalam usianya yang ke-62, di Eisleben,
kota kelahirannya. Ia dimakamkan di Gereja
Kastel (Schlosskirche), Wittenberg, di bawah
mimbar gereja itu.[251] Upacara pemakaman
dibawakan oleh teman-temannya, Johannes
Bugenhagen dan Philipp Melanchthon.[252]
Setahun kemudian, pasukan dari salah satu
seteru Luther, Kaisar Romawi Suci Karl V,
memasuki kota tersebut, namun diperintahkan
oleh sang kaisar untuk tidak mengusik
makamnya.[252]

Makam Philipp Melanchthon, rekan Luther dan


sesamanya reformis, juga bertempat di Gereja
Semua Orang Kudus (yang lazim dikenal sebagai
Schlosskirche).[253][254][255][256][257]
Rumah yang hingga tahun 2004 dianggap
sebagai tempat Luther mangkat.[258] Dikatakan
bahwa Luther sebenarnya wafat di Markt 56,
sekarang merupakan lokasi Hotel Graf von
Mansfeld.

Cetakan-cetakan gips dari wajah dan tangan


Luther saat wafatnya, dipamerkan dalam Gereja
H [259]
Pasar di Halle.[259]

Schlosskirche di Wittenberg, situs tempat


Luther diduga memasang 95 Tesis karyanya,
sekaligus tempat kuburnya.
Batu nisan Luther di bawah mimbar
Schlosskirche.

Tampak dekat kuburnya dengan inskripsi


berbahasa Latin.

Peninggalan dan peringatan


Patung Martin Luther di Martin Luther College, di New
Ulm, Minnesota.

Penyebaran Protestan di dunia pada 2010.

Video luar
Wawancara Booknotes dengan Martin Marty
tentang Martin Luther, 11 April 2004 , C-SPAN
Luther memanfaatkan secara efektif
penggunaan mesin cetak Johannes Gutenberg
untuk menyebarkan pandangan-pandangannya.
Ia beralih dari bahasa Latin ke bahasa Jerman
dalam penulisan karyanya untuk menarik
khalayak yang lebih luas. Antara tahun 1500 dan
1530, karya-karya tulis Luther
merepresentasikan seperlima dari semua materi
yagn dicetak di Jerman.[260]

Pada tahun 1530-an dan 1540-an, cetakan-


cetakan gambar Luther yang menitikberatkan
pada ukurannya yang monumental dipandang
sangat penting bagi penyebaran Protestanisme.
Kontras dengan gambar-gambar orang kudus
Katolik yang terlihat lemah, Luther disajikan
sebagai seorang pria gempal dengan "dagu
berlapis, mulut yang kukuh, mata yang dalam
dengan tatapan tajam, wajah berisi, dan leher
rendah yang lebar. Ia diperlihatkan
mengesankan secara fisik, sama perawakannya
dengan pangeran-pangeran sekuler Jerman
dengan siapa ia bergabung untuk
menyebarluaskan Lutheranisme. Tubuhnya yang
besar juga ditampilkan apa adanya agar mereka
yang melihatnya mengetahui kalau ia tidak
berpantang kenikmatan-kenikmatan duniawi
seperti makan dan minum, perilaku-perilaku
yang tampak kontras dengan pola hidup asketis
tarekat-tarekat keagamaan pada zamannya.
Penggambaran yang terkenal dari periode ini
misalnya beragam cukil kayu karya Hans
Brosamer (1530), Lucas Cranach Tua, dan Lucas
Cranach Muda (1546).[261]
Dalam Kalender Orang Kudus Lutheran dan
Kalender Orang Kudus Episkopal (Amerika
Serikat), Luther dihormati dengan suatu
peringatan setiap tanggal 18 Februari. Dalam
Kalender Orang Kudus Gereja Inggris, ia
diperingati setiap tanggal 31 Oktober.

Tomus secundus omnium operum, 1562


Martin Luther dihormati dengan beragam cara
oleh tradisi-tradisi Kristen yang lahir secara
langsung dari Reformasi Protestan, yaitu
Lutheranisme, Reformed, dan Anglikanisme.
Cabang-cabang Protestanisme yang timbul
belakangan mengambil sikap yang bervariasi
terkait pengenangan dan penghormatan Luther,
mulai dari sama sekali tidak menyebutnya
hingga adanya peringatan yang hampir serupa
dengan cara kalangan Lutheran memperingati
dan mengenang personanya. Tidak diketahui
apakah ada kecaman terhadap Luther oleh
kalangan Protestan sendiri.

Berbagai daerah di dalam wilayah Jerman yang


dikunjungi oleh Martin Luther sepanjang
hidupnya memperingatinya dengan memorial-
memorial setempat. Sachsen-Anhalt memiliki
dua kota yang dinamai seturut nama Luther,
Lutherstadt Eisleben dan Lutherstadt
Wittenberg. Mansfeld terkadang disebut
Mansfeld-Lutherstadt, kendati pemerintah
negara bagian belum memutuskan untuk
menggunakan awalan Lutherstadt dalam nama
resminya.

Hari Reformasi diadakan untuk memperingati


publikasi 95 Tesis pada tahun 1517 oleh Martin
Luther, dan secara historis dianggap penting
dalam eksistensi Eropa setelahnya. Hari
tersebut merupakan suatu hari libur resmi
dalam sejumlah negara bagian Jerman:
Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern,
Sachsen, Sachsen-Anhalt, dan Thüringen.
Slovenia memperingatinya karena kontribusi
besar Reformasi Protestan pada budayanya.
Austria mengizinkan anak-anak Protestan untuk
tidak masuk sekolah pada hari tersebut, dan
para pekerja Protestan memiliki hak untuk
meninggalkan pekerjaannya agar dapat
berpartisipasi dalam ibadah gereja. Swiss
merayakannya pada hari Minggu pertama
setelah tanggal 31 Oktober. Hari tersebut juga
dirayakan di berbagai tempat di seluruh dunia.

Filmografi
1953: Martin Luther, film teater, dengan
Niall MacGinnis sebagai Luther; disutradarai
Irving Pichel. Mendapat nominasi Academy
Award untuk film hitam-putih dan arahan
seni/setting. Diedarkan kembali pada 2002
dalam DVD dengan 4 bahasa.
1974: Luther, film teater (MPAA peringkat:
PG), dengan Stacy Keach sebagai Luther.
1981: Where Luther Walked, dokumenter
menampilkan Roland Bainton (alm.) sebagai
pemandu dan narator, disutradarai oleh Ray
Christensen (dalam VHS tahun 1992), ISBN
1-56364-012-0
1983: Martin Luther: Heretic, program TV
dengan Jonathan Pryce sebagai Luther,
disutradarai oleh Norman Stone.
1983: Martin Luther: An Eye on Augsburg,
film yang didanai oleh Distrik Illinois Utara
dari LCMS dengan Pdt. Robert Clausen
sebagai Luther.
2001: Opening the Door to Luther, travelog
dengan tuan rumah Rick Steves. Disponsori
oleh ELCA.
2002: Martin Luther, film sejarah dari Lion
TV/PBS seri Empires, dengan Timothy West
sebagai Luther, narasi oleh Liam Neeson dan
sutradara oleh Cassian Harrison.
2003: Luther, (peringkat MPAA: PG-13),
dengan Joseph Fiennes sebagai Luther dan
disutradarai oleh Eric Till. Didanai sebagian
oleh kelompok Lutheran Amerika dan Jerman.

Lihat pula
Lutherhaus Eisenach
Propaganda selama Reformasi Protestan
Rumah Kelahiran Martin Luther
Teologi Marian Luther
Theologia Germanica

Referensi
1. ^ Namun, Luther sendiri meyakini bahwa ia
dilahirkan pada tahun 1484. (Inggris)
Hendrix, Scott H. (2015). Martin Luther:
Visionary Reformer . Yale University
Press. hlm. 17. Diakses tanggal
12 November 2017.
2. ^ (Inggris) Luther consistently referred
to himself as a former monk. For
example: "Thus formerly, when I was a
monk, I used to hope that I would be able
to pacify my conscience with the fastings,
the praying, and the vigils with which I
used to afflict my body in a way to excite
pity. But the more I sweat, the less quiet
and peace I felt; for the true light had
been removed from my eyes." Martin
Luther, Lectures on Genesis: Chapters 45-
50, ed. Jaroslav Jan Pelikan, Hilton C.
Oswald, and Helmut T. Lehmann, vol. 8
Luther’s Works. (Saint Louis: Concordia
Publishing House, 1999), 5:326.
3. ^ (Inggris) Ewald M. Plass, What Luther
Says, 3 vols., (St. Louis: CPH, 1959), 88,
no. 269; M. Reu, Luther and the
Scriptures, (Columbus, Ohio: Wartburg
Press, 1944), 23.
4. ^ (Inggris) Luther, Martin. Concerning the
Ministry (1523), tr. Conrad Bergendoff, in
Bergendoff, Conrad (ed.) Luther's Works.
Philadelphia: Fortress Press, 1958, 40:18
ff.
5. ^ (Inggris) Fahlbusch, Erwin and Bromiley,
Geoffrey William. The Encyclopedia of
Christianity. Grand Rapids, MI: Leiden,
Netherlands: Wm. B. Eerdmans; Brill,
1999–2003, 1:244.
6. ^ (Inggris) Tyndale's New Testament,
trans. from the Greek by William Tyndale
in 1534 in a modern-spelling edition and
with an introduction by David Daniell. New
Haven, CT: Yale University Press, 1989,
ix–x.
7. ^ (Inggris) Bainton, Roland. Here I Stand:
a Life of Martin Luther. New York:
Penguin, 1995, 269.
8. ^ (Inggris) Bainton, Roland. Here I Stand:
a Life of Martin Luther. New York:
Penguin, 1995, p. 223.
9. ^ (Inggris) Hendrix, Scott H. "The
Controversial Luther" , Word & World 3/4
(1983), Luther Seminary, St. Paul, MN, p.
393: "And, finally, after the Holocaust
and the use of his anti-Jewish statements
by National Socialists, Luther's anti-
semitic outbursts are now unmentionable,
though they were already repulsive in the
sixteenth century. As a result, Luther has
become as controversial in the twentieth
century as he was in the sixteenth." Also
see Hillerbrand, Hans. "The legacy of
Martin Luther" , in Hillerbrand, Hans &
McKim, Donald K. (eds.) The Cambridge
Companion to Luther. Cambridge
University Press, 2003.
10. ^ a b c (Inggris) Marty, Martin. Martin
Luther. Viking Penguin, 2004, p. 1.
11. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 1:3–5.
12. ^ (Inggris) Martin Luther
13. ^ (Inggris) Marty, Martin. Martin Luther.
Viking Penguin, 2004, p. 3.
14. ^ (Inggris) Rupp, Ernst Gordon. "Martin
Luther," Encyclopædia Britannica,
accessed 2006.
15. ^ (Inggris) Marty, Martin. Martin Luther.
Viking Penguin, 2004, pp. 2–3.
16. ^ a b (Inggris) Marty, Martin. Martin
Luther. Viking Penguin, 2004, p. 4.
17. ^ a b c d (Inggris) Marty, Martin. Martin
Luther. Viking Penguin, 2004, p. 5.
18. ^ a b c d (Inggris) Marty, Martin. Martin
Luther. Viking Penguin, 2004, p. 6.
19. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 1:48.
20. ^ (Inggris) "Google Books Archive of
Martin Luther: His road to Reformation,
1483–1521 (By Martin Brecht)" . Martin
Luther: His road to Reformation, 1483–
1521 (By Martin Brecht). Diakses tanggal
14 May 2015.
21. ^ (Inggris) Schwiebert, E.G. Luther and His
Times. St. Louis: Concordia Publishing
House, 1950, 136.
22. ^ (Inggris) Marty, Martin. Martin Luther.
Viking Penguin, 2004, p. 7.
23. ^ (Inggris) Bainton, Roland. Here I Stand:
a Life of Martin Luther. New York:
Penguin, 1995, 40–42.
24. ^ (Inggris) Kittelson, James. Luther The
Reformer. Minneapolis: Augsburg Fortress
Publishing House, 1986, 79.
25. ^ (Inggris) Froom, Le Roy Edwin (1948).
The Prophetic Faith of our Fathers. 2.
Washington, D.C.: Review and Herald
Publishing Association. hlm. 249.
26. ^ Froom 1948, hlm. 249.
27. ^ (Inggris) Bainton, Roland. Here I Stand:
a Life of Martin Luther. New York:
Penguin, 1995, 44–45.
28. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 1:93.
29. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 1:112–127.
30. ^ (Inggris) Hendrix, Scott H. (2015).
Martin Luther: Visionary Reformer. New
Haven, CT: Yale University Press. hlm. 44.
ISBN 978-0-300-16669-9.
31. ^ (Inggris) Hendrix, Scott H. (2015).
Martin Luther: Visionary Reformer. New
Haven, CT: Yale University Press. hlm. 45.
ISBN 978-0-300-16669-9.
32. ^ (Inggris) "Johann Tetzel," Encyclopædia
Britannica, 2007: "
33. ^ a b (Inggris) Hillerbrand, Hans J. "Martin
Luther: Indulgences and salvation,"
Encyclopædia Britannica, 2007.
34. ^ (Inggris)(Latin) Thesis 55 of Tetzel's
One Hundred and Six Theses. These
"Anti-theses" were a reply to Luther's
Ninety-five Theses and were drawn up by
Tetzel's friend and former Professor,
Konrad Wimpina. Theses 55 & 56
(responding to Luther's 27th Theses)
read: "For a soul to fly out, is for it to
obtain the vision of God, which can be
hindered by no interruption, therefore he
errs who says that the soul cannot fly out
before the coin can jingle in the bottom
of the chest." In, The reformation in
Germany, Henry Clay Vedder, 1914,
Macmillon Company, p. 405. [1] Animam
purgatam evolare, est eam visione dei
potiri, quod nulla potest intercapedine
impediri. Quisquis ergo dicit, non citius
posse animam volare, quam in fundo
cistae denarius possit tinnire, errat. In: D.
Martini Lutheri, Opera Latina: Varii
Argumenti, 1865, Henricus Schmidt, ed.,
Heyder and Zimmer, Frankfurt am Main &
Erlangen, vol. 1, p. 300. (Print on demand
edition: Nabu Press, 2010, ISBN 1-142-
40551-6 ISBN 978-1-142-40551-9). [2]
See also: Herbermann, Charles, ed.
(1913). "Johann Tetzel". Catholic
Encyclopedia. New York: Robert Appleton
Company.
35. ^ (Inggris) Ludwig von Pastor, The History
of the Popes, from the Close of the
Middle Ages, Ralph Francis Kerr, ed.,
1908, B. Herder, St. Louis, Volume 7,
pp. 348–349. [3]
36. ^ (Jerman) Krämer, Walter and Trenkler,
Götz. "Luther" in Lexicon van Hardnekkige
Misverstanden. Uitgeverij Bert Bakker,
1997, 214:216.
37. ^ (Jerman) Ritter, Gerhard. Luther,
Frankfurt 1985.
38. ^ (Jerman) Gerhard Prause "Luthers
Thesanschlag ist eine Legende,"in
Niemand hat Kolumbus ausgelacht.
Düsseldorf, 1986.
39. ^ (Inggris) Bekker, Henrik (2010). Dresden
Leipzig & Saxony Adventure Guide .
Hunter Publishing, Inc. hlm. 125.
ISBN 9781588439505. Diakses tanggal
7 February 2012.
40. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 1:204–205.
41. ^ (Inggris) Spitz, Lewis W. The
Renaissance and Reformation Movements,
St. Louis: Concordia Publishing House,
1987, 338.
42. ^ (Inggris) Wriedt, Markus. "Luther's
Theology," in The Cambridge Companion
to Luther. New York: Cambridge University
Press, 2003, 88–94.
43. ^ (Inggris) Bouman, Herbert J. A. "The
Doctrine of Justification in the Lutheran
Confessions" , Concordia Theological
Monthly, 26 November 1955, No. 11:801.
44. ^ (Inggris) Dorman, Ted M., "Justification
as Healing: The Little-Known Luther" ,
Quodlibet Journal: Volume 2 Number 3,
Summer 2000. Retrieved 13 July 2007.
45. ^ (Inggris) "Luther's Definition of Faith" .
46. ^ (Inggris) "Justification by Faith: The
Lutheran-Catholic Convergence" .
47. ^ (Inggris) Luther, Martin. "The Smalcald
Articles," in Concordia: The Lutheran
Confessions. Saint Louis: Concordia
Publishing House, 2005, 289, Part two,
Article 1.
48. ^ Froom 1948, hlm. 243.
49. ^ (Inggris) Michael A. Mullett, Martin
Luther, London: Routledge, 2004, ISBN
978-0-415-26168-5, 78; Oberman, Heiko,
Luther: Man Between God and the Devil,
New Haven: Yale University Press, 2006,
ISBN 0-300-10313-1, 192–93.
50. ^ Mullett, 68–69; Oberman, 189.
51. ^ (Inggris) Richard Marius, Luther, London:
Quartet, 1975, ISBN 0-7043-3192-6, 85.
52. ^ (Inggris) Papal Bull Exsurge Domine, 15
June 1520.
53. ^ Mullett, 81–82.
54. ^ (Inggris) "Luther meets with Cajetan at
Augsburg" . Reformation 500 – Concordia
Seminary, St. Louis. Diakses tanggal
28 March 2016.
55. ^ (Inggris) "The Acts and Monuments of
the Church – Martin Luther" .
exclassics.com. Diakses tanggal 28 March
2016.
56. ^ Mullett, 82.
57. ^ Mullett, 83.
58. ^ Oberman, 197.
59. ^ (Inggris) Mullett, 92–95; Roland H.
Bainton, Here I Stand: A Life of Martin
Luther, New York: Mentor, 1955, OCLC
220064892 , 81.
60. ^ (Inggris) Marius, 87–89; Bainton,
Mentor edition, 82.
61. ^ (Inggris) Marius, 93; Bainton, Mentor
edition, 90.
62. ^ (Inggris) G. R. Elton, Reformation
Europe: 1517–1559, London: Collins, 1963,
OCLC 222872115 , 177.
63. ^ (Inggris) Brecht, Martin. (tr. Wolfgang
Katenz) "Luther, Martin," in Hillerbrand,
Hans J. (ed.) Oxford Encyclopedia of the
Reformation. New York: Oxford University
Press, 1996, 2:463.
64. ^ (Inggris) Becking, Bob; Cannegieter,
Alex; van er Poll, Wilfred (2016). From
Babylon to Eternity: The Exile
Remembered and Constructed in Text
and Tradition. Routledge. hlm. 91.
ISBN 978-1-134-903863.
65. ^ Brecht, 1:460.
66. ^ a b Mullett (1986), p.25
67. ^ (Inggris) Martin Luther. "Life of Luther
(Luther by Martin Luther)" .
68. ^ Wilson, 153, 170; Marius, 155.
69. ^ (Inggris) Bratcher, Dennis. "The Diet of
Worms (1521) ," in The Voice: Biblical and
Theological Resources for Growing
Christians. Retrieved 13 July 2007.
70. ^ (Inggris) Reformation Europe: 1517–
1559, London: Fontana, 1963, 53;
Diarmaid MacCulloch, Reformation:
Europe's House Divided, 1490–1700,
London: Allen Lane, 2003, 132.
71. ^ (Inggris) Luther, Martin. "Letter 82," in
Luther's Works. Jaroslav Jan Pelikan,
Hilton C. Oswald and Helmut T. Lehmann
(eds), Vol. 48: Letters I, Philadelphia:
Fortress Press, 1999, c1963, 48:246;
Mullett, 133. John, author of Revelation,
had been exiled on the island of Patmos.
72. ^ Brecht, 2:12–14.
73. ^ Mullett, 132, 134; Wilson, 182.
74. ^ Brecht, 2:7–9; Marius, 161–62; Marty,
77–79.
75. ^ (Inggris) Martin Luther, "Let Your Sins
Be Strong," a Letter From Luther to
Melanchthon , August 1521, Project
Wittenberg, retrieved 1 October 2006.
76. ^ Brecht, 2:27–29; Mullett, 133.
77. ^ Brecht, 2:18–21.
78. ^ Marius, 163–64.
79. ^ Froom 1948, hlm. 261.
80. ^ (Inggris) Zdravko Stefanovic (2007).
Daniel: Wisdom to the Wise : Commentary
on the Book of Daniel . Pacific Press
Publishing. hlm. 243. ISBN 0816322120.
81. ^ Mullett, 135–36.
82. ^ Wilson, 192–202; Brecht, 2:34–38.
83. ^ Bainton, Mentor edition, 164–65.
84. ^ (Inggris) Letter of 7 March 1522.
Schaff, Philip, History of the Christian
Church, Vol VII, Ch IV ; Brecht, 2:57.
85. ^ Brecht, 2:60; Bainton, Mentor edition,
165; Marius, 168–69.
86. ^ a b (Inggris) Schaff, Philip, History of
the Christian Church, Vol VII, Ch IV .
87. ^ Marius, 169.
88. ^ Mullett, 141–43.
89. ^ (Inggris) Michael Hughes, Early Modern
Germany: 1477–1806, London: Macmillan,
1992, ISBN 0-333-53774-2, 45.
90. ^ (Inggris) A. G. Dickens, The German
Nation and Martin Luther, London: Edward
Arnold, 1974, ISBN 0-7131-5700-3, 132–
33. Dickens cites as an example of
Luther's "liberal" phraseology: "Therefore
I declare that neither pope nor bishop nor
any other person has the right to impose
a syllable of law upon a Christian man
without his own consent".
91. ^ Hughes, 45–47.
92. ^ Hughes, 50.
93. ^ (Inggris) George Klosko (2012). History
of Political Theory: An Introduction . I.
Oxford University Press. hlm. 344.
ISBN 0199695423.
94. ^ (Inggris) Jaroslav J. Pelikan, Hilton C.
Oswald, Luther's Works, 55 vols. (St. Louis
and Philadelphia: Concordia Pub. House
and Fortress Press, 1955–1986), 46: 50–
51.
95. ^ Mullett, 166.
96. ^ Hughes, 51.
97. ^ (Inggris) Andrew Pettegree, Europe in
the Sixteenth Century, Oxford: Blackwell,
ISBN 0-631-20704-X, 102–103.
98. ^ (Inggris) Erlangen Edition of Luther’s
Works, Vol. 59, p. 284
99. ^ Wilson, 232.
100. ^ (Inggris) Schaff, Philip, History of the
Christian Church, Vol VII, Ch V , rpt.
Christian Classics Ethereal Library.
Retrieved 17 May 2009; Bainton, Mentor
edition, 226.
101. ^ a b c (Inggris) Scheible, Heinz (1997).
Melanchthon. Eine Biographie (dalam
bahasa German). Munich: C.H.Beck.
hlm. 147. ISBN 3-406-42223-3.
102. ^ (Inggris) Lohse, Bernhard, Martin Luther:
An Introduction to his Life and Work,,
translated by Robert C. Schultz,
Edinburgh: T & T Clark, 1987, ISBN 0-
567-09357-3, 32; Brecht, 2:196–97.
103. ^ Brecht, 2:199; Wilson, 234; Lohse, 32.
104. ^ (Inggris) Schaff, Philip. "Luther's
Marriage. 1525." , History of the Christian
Church, Volume VII, Modern Christianity,
The German Reformation. § 77, rpt.
Christian Classics Ethereal Library.
Retrieved 17 May 2009; Mullett, 180–81.
105. ^ Marty, 109; Bainton, Mentor edition,
226.
106. ^ Brecht, 2: 202; Mullett, 182.
107. ^ Oberman, 278–80; Wilson, 237; Marty,
110.
108. ^ (Inggris) Bainton, Mentor edition, 228;
Schaff, "Luther's Marriage. 1525." ;
Brecht, 2: 204.
109. ^ MacCulloch, 164.
110. ^ Bainton, Mentor edition, 243.
111. ^ (Inggris) Steven Schroeder (2000).
Between Freedom and Necessity: An Essay
on the Place of Value . Rodopi. hlm. 104.
ISBN 978-90-420-1302-5.
112. ^ Brecht, 2:260–63, 67; Mullett, 184–86.
113. ^ Brecht, 2:267; Bainton, Mentor edition,
244.
114. ^ Brecht, 2:267; MacCulloch, 165. On one
occasion, Luther referred to the elector
as an "emergency bishop" (Notbischof).
115. ^ Mullett, 186–87; Brecht, 2:264–65,
267.
116. ^ Brecht, 2:264–65.
117. ^ Brecht, 2:268.
118. ^ Brecht, 2:251–54; Bainton, Mentor
edition, 266.
119. ^ Brecht, 2:255.
120. ^ (Inggris) Mullett, 183; Eric W. Gritsch, A
History of Lutheranism, Minneapolis:
Fortress Press, 2002, ISBN 0-8006-3472-
1, 37.
121. ^ Brecht, 2:256; Mullett, 183.
122. ^ Brecht, 2:256; Bainton, Mentor edition,
265–66.
123. ^ Brecht, 2:256; Bainton, Mentor edition,
269–70.
124. ^ Brecht, 2:256–57.
125. ^ Brecht, 2:258.
126. ^ Brecht, 2:263.
127. ^ Mullett, 186. Quoted from Luther's
preface to the Small Catechism, 1529;
MacCulloch, 165.
128. ^ Marty, 123.
129. ^ Brecht, 2:273; Bainton, Mentor edition,
263.
130. ^ Marty, 123; Wilson, 278.
131. ^ (Inggris) Luther, Martin. Luther's Works.
Philadelphia: Fortress Press, 1971, 50:172–
73; Bainton, Mentor edition, 263.
132. ^ Brecht, 2:277, 280.
133. ^ (Inggris) Selected Works of Martin
Luther 1483 - 1546
134. ^ a b (Inggris) Charles P. Arand, "Luther
on the Creed." Lutheran Quarterly 2006
20(1): 1–25. ISSN 0024-7499 ; James Arne
Nestingen, "Luther's Catechisms" The
Oxford Encyclopedia of the Reformation.
Ed. Hans J. Hillerbrand. (1996)
135. ^ Mullett, 145; Lohse, 119.
136. ^ Mullett, 148–50.
137. ^ Mullett, 148; Wilson, 185; Bainton,
Mentor edition, 261. Luther inserted the
word "alone" (allein) after the word
"faith" in his translation of St Paul's
Epistle to the Romans, 3:28. The clause
is rendered in the English Authorised
Version as "Therefore we conclude that a
man is justified by faith without the
deeds of the law".
138. ^ (Inggris) Lindberg, Carter. "The
European Reformations: Sourcebook".
Blackwell Publishing Ltd., 2000. pg. 49.
Original sourcebook excerpt taken from
"Luther's Works". St. Louis:
Concordia/Philadelphia: Fortress Press,
1955–86. ed. Jaroslav Pelikan and Helmut
T. Lehmann, vol. 35. pgs. 182, 187–189,
195.
139. ^ Wilson, 183; Brecht, 2:48–49.
140. ^ Mullett, 149; Wilson, 302.
141. ^ Marius, 162.
142. ^ Lohse, 112–17; Wilson, 183; Bainton,
Mentor edition, 258.
143. ^ (Inggris) Daniel Weissbort and Astradur
Eysteinsson (eds.), Translation—Theory
and Practice: A Historical Reader, Oxford:
Oxford University Press, 2002, ISBN 0-19-
871200-6, 68.
144. ^ (Inggris) For a short collection see
online hymns
145. ^ a b c (Inggris) Christopher Boyd Brown,
Singing the Gospel: Lutheran Hymns and
the Success of the Reformation. (2005)
146. ^ (Jerman) "Waldzither – Bibliography of
the 19th century" . Studia
Instrumentorum. Diakses tanggal
23 March 2014. “Es ist eine unbedingte
Notwendigkeit, dass der Deutsche zu
seinen Liedern auch ein echt deutsches
Begleitinstrument besitzt. Wie der
Spanier seine Gitarre (fälschlich Laute
genannt), der Italiener seine Mandoline,
der Engländer das Banjo, der Russe die
Balalaika usw. sein Nationalinstrument
nennt, so sollte der Deutsche seine Laute,
die Waldzither, welche schon von Dr.
Martin Luther auf der Wartburg im
Thüringer Walde (daher der Name
Waldzither) gepflegt wurde, zu seinem
Nationalinstrument machen. – Liederheft
von C. H. Böhm (Hamburg, March 1919)”
147. ^ (Inggris) "Flung to the heedless winds" .
Hymntime. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 14 October 2013. Diakses tanggal
7 October 2012.
148. ^ (Inggris) Robin A. Leaver, "Luther's
Catechism Hymns." Lutheran Quarterly
1998 12(1): 79–88, 89–98.
149. ^ (Inggris) Robin A. Leaver, "Luther's
Catechism Hymns: 5. Baptism." Lutheran
Quarterly 1998 12(2): 160–169, 170–180.
150. ^ (Jerman) Christoph Markschies, Michael
Trowitzsch: Luther zwischen den Zeiten –
Eine Jenaer Ringvorlesung; Mohr Siebeck,
1999; p. 215–219.
151. ^ Psychopannychia (the night banquet of
the soul), manuscript Orléans 1534, Latin
Strasbourg 1542, 2nd.ed. 1545, French,
Geneva 1558, English 1581.
152. ^ Liber de Anima 1562
153. ^ (Jerman)(Inggris) D. Franz Pieper
Christliche Dogmatik, 3 vols., (Saint Louis:
CPH, 1920), 3:575: "Hieraus geht sicher so
viel hervor, daß die abgeschiedenen
Seelen der Gläubigen in einem Zustande
des seligen Genießens Gottes sich
befinden .... Ein Seelenschlaf, der ein
Genießen Gottes einschließt (so Luther),
ist nicht als irrige Lehre zu bezeichnen";
English translation: Francis Pieper,
Christian Dogmatics, 3 vols., (Saint Louis:
CPH, 1953), 3:512: "These texts surely
make it evident that the departed souls
of the believers are in a state of blessed
enjoyment of God .... A sleep of the soul
which includes enjoyment of God (says
Luther) cannot be called a false doctrine."
154. ^ (Inggris) Sermons of Martin Luther: the
House Postils, Eugene F. A. Klug, ed. and
trans., 3 vols., (Grand Rapids, Michigan:
Baker Book House, 1996), 2:240.
155. ^ (Inggris)(Latin) Weimarer Ausgabe 43,
360, 21–23 (to Genesis 25,7–10): also
Exegetica opera latina Vol 5–6 1833 p.
120 and the English translation: Luther's
Works, American Edition, 55 vols. (St.
Louis: CPH), 4:313; "Sufficit igitur nobis
haec cognitio, non egredi animas ex
corporibus in periculum cruciatum et
paenarum inferni, sed esse eis paratum
cubiculum, in quo dormiant in pace."
156. ^ (Inggris) "Smalcald Articles, Part II,
Article II, paragraph 12" .
Bookofconcord.org. Diakses tanggal
15 August 2012.
157. ^ (Inggris) "Smalcald Articles, Part II,
Article II, paragraph 28" .
Bookofconcord.org. Diakses tanggal
15 August 2012.
158. ^ (Inggris) Gerhard Loci Theologici, Locus
de Morte, § 293 ff. Pieper writes:
"Luther speaks more guardedly of the
state of the soul between death and
resurrection than do Gerhard and the
later theologians, who transfer some
things to the state between death and
resurrection which can be said with
certainty only of the state after the
resurrection" (Christian Dogmatics, 3:512,
footnote 21).
159. ^ (Jerman) Article in the Berlinischer
Zeitung 1755 in Complete Works ed. Karl
Friedrich Theodor Lachmann – 1838 p.
59 "Was die Gegner auf alle diese
Stellen antworten werden, ist leicht zu
errathen. Sie werden sagen, daß Luther
mit dem Worte Schlaf gar die Begriffe
nicht verbinde, welche Herr R. damit
verbindet. Wenn Luther sage, daß die
Seele IS nach dem Tode schlafe, so denke
er nichts mehr dabey, als was alle Leute
denken, wenn sie den Tod des Schlafes
Bruder nennen. Tode ruhe, leugneten auch
die nicht, welche ihr Wachen
behaupteten:c. Ueberhaupt ist mit Luthers
Ansehen bey der ganzen Streitigkeit
nichts zu gewinnen."
160. ^ (Latin) Exegetica opera Latina, Volumes
5–6 Martin Luther, ed. Christopf Stephan
Elsperger (Gottlieb) p. 120 "Differunt
tamen somnus sive quies hujus vitae et
futurae. Homon enim in hac vita
defatigatus diurno labore, sub noctem
intrat in cubiculum suum tanquam in pace,
ut ibi dormiat, et ea nocte fruitur quiete,
neque quicquam scit de ullo malo sive
incendii, sive caedis. Anima autem non sic
dormit, sed vigilat, et patitur visiones
loquelas Angelorum et Dei. Ideo somnus in
futura vita profundior est quam in hac
vita et tamen anima coram Deo vivit. Hac
similitudine, quam habeo a somno
viventia." (Commentary on Genesis –
Enarrationes in Genesin, 1535–1545)"
161. ^ (Inggris) Blackburne A short historical
view of the controversy concerning an
intermediate state (1765) p121
162. ^ (Jerman) Gottfried Fritschel. Zeitschrift
für die gesammte lutherische Theologie
und Kirche p. 657 "Denn dass Luther mit
den Worten "anima non sic dormit, sed
vigilat et patitur visiones, loquelas
Angelorum et Dei" nicht dasjenige
leugnen will, was er an allen andern
Stellen seiner Schriften vortragt"
163. ^ (Inggris) Henry Eyster Jacobs Martin
Luther the Hero of the Reformation 1483
to 1546 (1898). Emphasis added.
164. ^ Mullett, 194–95.
165. ^ Brecht, 2:325–34; Mullett, 197.
166. ^ Wilson, 259.
167. ^ Weimar Ausgabe 26, 442; Luther's
Works 37, 299–300.
168. ^ a b Oberman, 237.
169. ^ Marty, 140–41; Lohse, 74–75.
170. ^ Brecht 2:329.
171. ^ Oberman, 238.
172. ^ Martin Luther, Werke, VIII
173. ^ Martin Luther, Table Talk.
174. ^ Martin Luther, "On Justification
CCXCIV", Table Talk
175. ^ Mallett, 198; Marius, 220. The siege was
lifted on 14 October 1529, which Luther
saw as a divine miracle.
176. ^ (Inggris) Andrew Cunningham, The Four
Horsemen of the Apocalypse: Religion,
War, Famine and Death in Reformation
Europe , Cambridge: Cambridge University
Press, 2000, ISBN 0-521-46701-2, 141;
Mullett, 239–40; Marty, 164.
177. ^ (Inggris) From On War against the Turk,
1529, quoted in William P. Brown, The
Ten Commandments: The Reciprocity of
Faithfulness , Louisville, KY: Westminster
John Knox Press, 2004, ISBN 0-664-
22323-0, 258; Lohse, 61; Marty, 166.
178. ^ Marty, 166; Marius, 219; Brecht, 2:365,
368.
179. ^ Mullett, 238–39; Lohse, 59–61.
180. ^ Brecht, 2:364.
181. ^ Wilson, 257; Brecht, 2:364–65.
182. ^ Brecht, 2:365; Mullett, 239.
183. ^ (Inggris) Daniel Goffman, The Ottoman
Empire and Early Modern Europe ,
Cambridge: Cambridge University Press,
2002, ISBN 0-521-45908-7, 109; Mullett,
241; Marty, 164.
184. ^ (Inggris) Adam S. Francisco (2007).
Martin Luther and Islam: A Study in
Sixteenth-Century Polemics and
Apologetics . BRILL. hlm. 148.
ISBN 9789004160439.
185. ^ (Inggris) From On war against the Turk,
1529, quoted in Roland E. Miller, Muslims
and the Gospel , Minneapolis: Kirk House
Publishers, 2006, ISBN 1-932688-07-2,
208.
186. ^ (Inggris) Douglas H. Shantz, ed. (2008).
Between Sardis and Philadelphia: The
Life and World of Pietist Court Preacher
Conrad Bröske . BRILL. hlm. 102.
ISBN 9789004169685.
187. ^ Brecht, 3:355.
188. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal: Martin Luther's Complete
Antinomian Theses and Disputations, ed.
and tr. H. Sonntag, Minneapolis: Lutheran
Press, 2008, 23–27. ISBN 978-0-
9748529-6-6
189. ^ Cf. ibid., 11–15.
190. ^ (Inggris) Luther's Works 47:107–119.
There he writes: "Dear God, should it be
unbearable that the holy church confesses
itself a sinner, believes in the
forgiveness of sins, and asks for
remission of sin in the Lord's Prayer?
How can one know what sin is without the
law and conscience? And how will we learn
what Christ is, what he did for us, if we
do not know what the law is that he
fulfilled for us and what sin is, for which
he made satisfaction?" (112–113).
191. ^ (Inggris) Luther's Works 41, 113–114,
143–144, 146–147. There he said about
the antinomians: "They may be fine
Easter preachers, but they are very poor
Pentecost preachers, for they do not
preach de sanctificatione et vivificatione
Spiritus Sancti, "about the sanctification
by the Holy Spirit," but solely about the
redemption of Jesus Christ" (114). "Having
rejected and being unable to understand
the Ten Commandments, ... they see and
yet they let the people go on in their
public sins, without any renewal or
reformation of their lives" (147).
192. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 33–36.
193. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 170–172
194. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 76, 105–107.
195. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 140, 157.
196. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 75, 104–105, 172–173.
197. ^ The "first use of the law," accordingly,
would be the law used as an external
means of order and coercion in the
political realm by means of bodily
rewards and punishments.
198. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 110.
199. ^ (Inggris) Luther, Only the Decalogue Is
Eternal, 35: "The law, therefore, cannot
be eliminated, but remains, prior to
Christ as not fulfilled, after Christ as to
be fulfilled, although this does not
happen perfectly in this life even by the
justified. ... This will happen perfectly
first in the coming life." Cf. Luther, Only
the Decalogue Is Eternal,, 43–44, 91–93.
200. ^ (Inggris) Brecht, Martin, Martin Luther,
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 3: 206.
201. ^ (Inggris) Brecht, Martin, Martin Luther,
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 3:212.
202. ^ (Inggris) Brecht, Martin, Martin Luther,
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 3:214.
203. ^ (Inggris) Brecht, Martin, Martin Luther,
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 3:205–15.
204. ^ (Inggris) Oberman, Heiko, Luther: Man
Between God and the Devil, New Haven:
Yale University Press, 2006, 294.
205. ^ (Inggris) Michael, Robert. Holy Hatred:
Christianity, Antisemitism, and the
Holocaust. New York: Palgrave Macmillan,
2006, 109; Mullett, 242.
206. ^ (Inggris) Edwards, Mark. Luther's Last
Battles. Ithaca: Cornell University Press,
1983, 121.
207. ^ Brecht, 3:341–43; Mullett, 241; Marty,
172.
208. ^ Brecht, 3:334; Marty, 169; Marius, 235.
209. ^ (Inggris) Noble, Graham. "Martin Luther
and German anti-Semitism," History
Review (2002) No. 42:1–2; Mullett, 246.
210. ^ Brecht, 3:341–47.
211. ^ (Inggris) Luther, On the Jews and their
Lies, quoted in Michael, 112.
212. ^ (Inggris) Luther, Vom Schem Hamphoras,
quoted in Michael, 113.
213. ^ a b (Inggris) Gritsch, Eric W. (2012).
Martin Luther's Anti-Semitism: Against
His Better Judgment. Grand Rapids,
Michigan: William B. Eerdmans Publishing
Company. ISBN 978-0-8028-6676-9. pp.
86–87.
214. ^ Luther, On the Jews and Their Lies,
Luthers Werke. 47:268–271.
215. ^ (Inggris) Luther, On the Jews and Their
Lies, quoted in Robert Michael, "Luther,
Luther Scholars, and the Jews," Encounter
46 (Autumn 1985) No. 4:343–344.
216. ^ a b Michael, 117.
217. ^ Quoted by Michael, 110.
218. ^ Michael, 117–18.
219. ^ Gritsch, 113–14; Michael, 117.
220. ^ (Inggris) "The assertion that Luther's
expressions of anti-Jewish sentiment
have been of major and persistent
influence in the centuries after the
Reformation, and that there exists a
continuity between Protestant anti-
Judaism and modern racially oriented
anti-Semitism, is at present wide-spread
in the literature; since the Second World
War it has understandably become the
prevailing opinion." Johannes Wallmann,
"The Reception of Luther's Writings on
the Jews from the Reformation to the
End of the 19th century", Lutheran
Quarterly, n.s. 1 (Spring 1987) 1:72–97.
221. ^ (Inggris) Berger, Ronald. Fathoming the
Holocaust: A Social Problems Approach
(New York: Aldine De Gruyter, 2002), 28;
Johnson, Paul. A History of the Jews (New
York: HarperCollins Publishers, 1987),
242; Shirer, William. The Rise and Fall of
the Third Reich, (New York: Simon and
Schuster, 1960).
222. ^ (Inggris) Grunberger, Richard. The 12-
Year Reich: A Social History of Nazi
German 1933–1945 (NP:Holt, Rinehart
and Winston, 1971), 465.
223. ^ Himmler wrote: "what Luther said and
wrote about the Jews. No judgment could
be sharper."
224. ^ (Inggris) Ellis, Marc H. Hitler and the
Holocaust, Christian Anti-Semitism"
Diarsipkan 10 July 2007 di Wayback
Machine., (NP: Baylor University Center
for American and Jewish Studies, Spring
2004), Slide 14. "Archived copy" .
Diarsipkan dari versi asli tanggal 22
April 2006. Diakses tanggal 2006-04-22..
225. ^ (Inggris) Noble, Graham. "Martin Luther
and German anti-Semitism," History
Review (2002) No. 42:1–2.
226. ^ (Inggris) Diarmaid MacCulloch,
Reformation:Europe's House Divided,
1490–1700. New York:Penguin Books Ltd,
2004, pp. 666–667.
227. ^ (Jerman)(Inggris) Bernd Nellessen, "Die
schweigende Kirche: Katholiken und
Judenverfolgung," in Buttner (ed), Die
Deutchschen und die Jugendverfolg im
Dritten Reich, p.265, cited in Daniel
Goldhagen, Hitler's Willing Executioners
(Vintage, 1997)
228. ^ Brecht 3:351.
229. ^ Wallmann, 72–97.
230. ^ (Inggris) Siemon-Netto, The Fabricated
Luther, 17–20.
231. ^ (Inggris) Siemon-Netto, "Luther and the
Jews," Lutheran Witness 123 (2004) No.
4:19, 21.
232. ^ (Inggris) Hillerbrand, Hans J. "Martin
Luther," Encyclopædia Britannica, 2007.
Hillerbrand writes: "His strident
pronouncements against the Jews,
especially toward the end of his life, have
raised the question of whether Luther
significantly encouraged the development
of German anti-Semitism. Although many
scholars have taken this view, this
perspective puts far too much emphasis
on Luther and not enough on the larger
peculiarities of German history."
233. ^ (Inggris) Bainton, Roland: Here I Stand,
(Nashville: Abingdon Press, New American
Library, 1983), p. 297
234. ^ (Inggris) For similar views, see:
Briese, Russell. "Martin Luther and
the Jews," Lutheran Forum (Summer
2000):32;
Brecht, Martin Luther, 3:351;
Edwards, Mark U. Jr. Luther's Last
Battles: Politics and Polemics 1531–
46. Ithaca, NY: Cornell University
Press, 1983, 139;
Gritsch, Eric. "Was Luther Anti-
Semitic?", Christian History, No.
3:39, 12.;
Kittelson, James M., Luther the
Reformer, 274;
Oberman, Heiko. The Roots of Anti-
Semitism: In the Age of Renaissance
and Reformation. Philadelphia:
Fortress, 1984, 102;
Rupp, Gordon. Martin Luther, 75;
Siemon-Netto, Uwe. Lutheran
Witness, 19.
235. ^ (Inggris) Christopher J. Probst,
Demonizing the Jews: Luther and the
Protestant Church in Nazi Germany ,
Indiana University Press in association
with the United States Holocaust
Memorial Museum, 2012, ISBN 978-0-253-
00100-9
236. ^ (Inggris) Dr. Christopher Probst. "Martin
Luther and "The Jews" A Reappraisal" .
The Theologian. Diakses tanggal 20 March
2014.
237. ^ (Inggris) Synod deplores and
disassociates itself from Luther's
negative statements about the Jewish
people and the use of these statements
to incite anti-Lutheran sentiment, from a
summary of Official Missouri Synod
Doctrinal Statements Diarsipkan 25
February 2009 di Wayback Machine.
238. ^ (Inggris) Lull, Timothy Martin Luther's
Basic Theological Writings, Second
Edition (2005), p. 25
239. ^ (Inggris) Merton P. Strommen et al., A
Study of Generations (Minneapolis:
Augsburg Publishing, 1972), p. 206. P. 208
also states "The clergy [ALC, LCA, or
LCMS] are less likely to indicate anti-
Semitic or racially prejudiced attitudes
[compared to the laity]."
240. ^ (Inggris) Richard (Dick) Geary, Who
voted for the Nazis? (electoral history of
the National Socialist German Workers'
Party), in History Today, 1 October 1998,
Vol.48, Issue 10, pp.8–14
241. ^ (Inggris) "Special Interests at the
Ballot Box? Religion and the Electoral
Success of the Nazis" (PDF).
242. ^ (Inggris) Iversen OH (1996). "[Martin
Luther's somatic diseases. A short life-
history 450 years after his death]".
Tidsskr. Nor. Laegeforen. (dalam bahasa
Norwegian). 116 (30): 3643–46.
PMID 9019884 .
243. ^ Edwards, 9.
244. ^ Spitz, 354.
245. ^ (Jerman) Die Beziehungen des
Reformators Martin Luther zu Halle
buergerstiftung-halle.de
246. ^ (Jerman) Luther, Martin. Sermon No. 8,
"Predigt über Mat. 11:25, Eisleben
gehalten," 15 February 1546, Luthers
Werke, Weimar 1914, 51:196–197.
247. ^ (Inggris) Poliakov, Léon. From the Time
of Christ to the Court Jews, Vanguard
Press, p. 220.
248. ^ (Inggris) Mackinnon, James. Luther and
the Reformation. Vol. IV, (New York):
Russell & Russell, 1962, p. 204.
249. ^ (Inggris) Luther, Martin. Admonition
against the Jews, added to his final
sermon, cited in Oberman, Heiko. Luther:
Man Between God and the Devil, New
York: Image Books, 1989, p. 294. A
complete translation of Luther's
Admonition can be found in
Wikisource.s:Warning Against the Jews
(1546)
250. ^ (Inggris) Heinz Schilling (2017). Martin
Luther: Rebel in an Age of Upheaval .
Translated by Rona Johnston Gordon.
Oxford University Press. hlm. 503.
ISBN 9780191034336.
251. ^ (Inggris) Brecht, Martin. Martin Luther.
tr. James L. Schaaf, Philadelphia: Fortress
Press, 1985–93, 3:369–79.
252. ^ a b (Inggris) McKim, Donald K. (2003).
The Cambridge companion to Martin
Luther. Cambridge companions to religion.
Cambridge University Press. hlm. 19.
ISBN 0-521-01673-8.
253. ^ (Inggris) "Slide Collection" .
254. ^ (Inggris) Mary Fairchild. "Martin Luther's
Great Accomplishments" . About.com
Religion & Spirituality.
255. ^ (Inggris) OurRedeermLCMS.org
Diarsipkan November 22, 2003, di
Wayback Machine.
256. ^ (Inggris) "The Cambridge Companion to
Martin Luther" .
257. ^ (Inggris)
SignatureToursInternational.com Diarsipk
an 1 December 2007 di Wayback Machine.
258. ^ (Jerman) Dorfpredigten.: Biblische
Einsichten aus Deutschlands 'wildem
Süden'. Ausgewählte Predigten aus den
Jahren 1998 bis 2007 Teil II 2002-2007
by Thomas O. H. Kaiser, p. 354
259. ^ (Inggris) Martin Luther's Death Mask on
View at Museum in Halle, Germany
artdaily.com
260. ^ (Inggris) Wall Street Journal, "The Monk
Who Shook the World", Richard J. Evans,
March 31, 2017
261. ^ (Inggris) Roper, Lyndal (April 2010).
"Martin Luther's Body: The 'Stout Doctor'
and His Biographers". American Historical
Review. 115 (2): 351–362.
doi:10.1086/ahr.115.2.351 .

Sumber
(Inggris) Martin Brecht; tr. James L. Schaaf,
(1985). Martin Luther. 1: His Road to
Reformation, 1483–1521. Philadelphia:
Fortress Press.
(Inggris) Martin Brecht; tr. James L. Schaaf,
(1994). Martin Luther. 2: Shaping and
Defining the Reformation, 1521–1532.
Philadelphia: Fortress Press.
(Inggris) Martin Brecht; tr. James L. Schaaf,
(1999). Martin Luther. 3: The Preservation
of the Church, 1532–1546. Philadelphia:
Fortress Press.
(Inggris) Michael A. Mullett (2004). Martin
Luther. London: Routledge.
ISBN 9780415261685.
(Inggris) Michael A. Mullett (1986) (1986).
Luther. Methuen & Co (Lancashire Pamphlets).
ISBN 0415109329.
(Inggris) Derek Wilson (2007). Out of the
Storm: The Life and Legacy of Martin Luther.
London: Hutchinson. ISBN 9780091800017.

Bacaan lanjutan
Untuk daftar karya Luther dan mengenai
dirinya, lihat "Resources about Martin Luther"
ataupun "Luther's works" di Wikisource.

(Inggris) Atkinson, James (1968). Martin


Luther and the Birth of Protestantism, in
series, Pelican Book[s]. Harmondsworth, Eng.:
Penguin Books. 352 pp.
(Inggris) Bainton, Roland. Here I Stand: A
Life of Martin Luther (Nashville: Abingdon
Press, 1950), online
(Inggris) Erikson, Erik H. (1958). Young Man
Luther: A Study in Psychoanalysis and History.
New York: W. W. Norton.
(Inggris) Dillenberger, John (1961). Martin
Luther: Selections from his Writings. Garden
City, NY: Doubleday. OCLC 165808 .
(Inggris) Friedenthal, Richard (1970). Luther,
His Life and Times. Trans. from the German
by John Nowell. First American ed. New York:
Harcourt, Brace, Jovanovich. viii, 566 p. N.B.:
Trans. of the author's Luther, sein Leben und
seine Zeit.
(Inggris) Lull, Timothy (1989). Martin Luther:
Selections from his Writings. Minneapolis:
Fortress. ISBN 0-8006-3680-5.
(Inggris) Lull, Timothy F.; Nelson, Derek R.
(2015). Resilient Reformer: The Life and
Thought of Martin Luther . Minneapolis, MN:
Fortress. ISBN 978-1-4514-9415-0 – via
Project MUSE. ((Perlu berlangganan (help)).
(Inggris) Kolb, Robert – Dingel, Irene –
Batka, Ľubomír (eds.): The Oxford Handbook
of Martin Luther's Theology. Oxford: Oxford
University Press, 2014. ISBN 978-0-19-
960470-8.
(Inggris) Luther, M. The Bondage of the Will.
Eds. J. I. Packer and O. R. Johnson. Old
Tappan, N.J.: Revell, 1957. OCLC 22724565 .
(Inggris) Luther, Martin (1974). Selected
Political Writings, ed. and with an introd. by
J. M. Porter. Philadelphia: Fortress Press.
ISBN 0-8006-1079-2
(Inggris) Luther's Works, 55 vols. Eds. H. T.
Lehman and J. Pelikan. St Louis Missouri, and
Philadelphia, Pennsylvania, 1955–86. Also on
CD-ROM. Minneapolis and St Louis: Fortress
Press and Concordia Publishing House, 2002.
(Inggris) Maritain, Jacques (1941). Three
Reformers: Luther, Descartes, Rousseau. New
York: C. Scriber's Sons. N.B.: Reprint of the
ed. published by Muhlenberg Press.
(Inggris) Nettl, Paul (1948). Luther and
Music, trans. by Frida Best and Ralph Wood.
New York: Russell & Russell, 1967, cop. 1948.
vii, 174 p.
(Inggris) Reu, Johann Michael (1917). Thirty-
five Years of Luther Research. Chicago:
Wartburg Publishing House.
(Inggris) Schalk, Carl F. (1988). Luther on
Music: Paradigms of Praise. Saint Louis, Mo.:
Concordia Publishing House. ISBN 0-570-
01337-2
(Inggris) Stang, William (1883). The Life of
Martin Luther. Eighth ed. New York: Pustet &
Co. N.B.: This is a work of Roman Catholic
polemical nature.
(Inggris) Warren Washburn Florer, Ph.D (1912,
2012). Luther's Use of the Pre-Lutheran
Versions of the Bible: Article 1 , George
Wahr, The Ann Arbor Press, Ann Arbor, Mich.
Reprint 2012: Nabu Press, ISBN 1278818197
ISBN 9781278818191

Pranala luar
Wikisource bahasa Inggris mempunyai
halaman mengenai
Martin Luther

Wikimedia Commons memiliki media


mengenai Martin Luther.

Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang


berkaitan dengan
Martin Luther.

(Inggris) Karya Martin Luther di Project


Gutenberg
(Inggris) Karya oleh/tentang Martin Luther
di Internet Archive (pencarian dioptimalkan
untuk situs non-Beta)
(Inggris) Karya Martin Luther di LibriVox
(buku suara domain umum)
(Inggris) Karya-karya buatan Martin Luther
di Post-Reformation Digital Library
(Inggris) Templat:MutopiaComposer

(Inggris) Website about Martin Luther

(Inggris) Commentarius in psalmos Davidis


Manuscript of Luther's first lecture as
Professor of Theology at the University of
Wittenberg, digital version at the Saxon
State and University Library, Dresden
(SLUB)
(Inggris) Martin Luther catatan di Internet
Encyclopedia of Philosophy
(Inggris) Martin Luther Collection: Early
works attributed to Martin Luther, (285
titles). From the Rare Book and Special
Collections Division at the Library of
Congress
(Inggris) Robin Leaver: Luther's Liturgical
Music

Templat:Himnodi Lutheran

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Martin_Luther&oldid=17196364"

Terakhir disunting 8 hari yang lalu oleh Silencemen21

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai