Kelompok :
1.MasaKecil
Martin Luther lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Mansfeld
County, wilayah Kekaisaran Roma Suci. Putra dari pasangan Hans
Luther dan Margarethe Lindemann. Orangtuanya merupakan petani
meski Hans juga menuai kesuksesan dalam bidang pertambangan.
Hans yang ambisius ingin Luther menjadi pengacara. Karena itu di usia
tujuh tahun ayahnya mengirim Luther ke sekolah bahasa Latin di
Mansfeld, kemudian ke Magdeburg di 1497. Setahun kemudian, dia
kembali ke Eisleben dan mempelajari tata bahasa, retorika, dan
logika. Pelajaran yang disebutnya "Pembersihan dan Neraka". Pada
1501 saat dia berusia 17 tahun, dia masuk Universitas Erfurt dan
memperoleh gelar Master of Art di bidang tata bahasa, logika,
retorika, dan metafisika.
2.Menjadi Biarawan
Salah satu momen terpenting dalam hidup Luther terjadi pada 2 Juli 1505. Saat itu, dia
sedang berada dalam perjalanan kembali ke kampus. Di saat hujan badai, petir
menyambar dekat Luther. Kepada ayahnya, dia berujar begitu takut akan kematian dan
penghakiman abadi. Dia kemudian memutuskan berhenti dari sekolah hukum. Dia menjual
bukunya, dan memasuki Biara St Augustine di Erfurt pada 17 Juli 1505. Sebuah keputusan
yang mendapat respon negatif baik dari keluarga maupun teman-temannya. Luther
mendedikasikan hidupnya bagi Ordo Augustine. Di antaranya berpuasa, berdoa, berziarah,
dan melaksanakan pengakuan dosa. Meski begitu, awal kehidupan Luther tidaklah mudah.
Sebabnya, dia tidak menemukan pencerahan rohani seperti yang selama ini dia cari.
Mentornya, Johann von Staupitz, mencoba mengarahkan Luther agar dia hanya fokus
kepada Yesus Kristus. Von Staupitz mengajarkan bahwa pertobatan sejati tidak melibatkan
hukuman. Namun dimulai dari perubahan diri sendiri. Pada 3 April 1507, Bishop
Brandenburg Jerome Schults menahbiskan Luther di Katedral Erfurt. Setahun kemudian, dia
dikirim untuk mengajarkan Teologi di Universitas Wittenberg. Dia menerima gelar Sarjana
Studi Kitab Suci pada 9 Maret 1508 dan menerima gelar sarjana lain di bidang Dour
Books of Sentences oleh Peter Lombard di 1509. Dia menerima titel Doktor Teologi pada
19 Oktober 1512 dan dua hari kemudian, dia diterima menjadi anggota Senat Fakultas
Teologi Universitas Wittenberg.
Dimulainya Reformasi Protestan
Di 1516, seorang Imam Ordo Dominikan bernama Johann Tetzel dikirim ke Jerman oleh Kekaisaran
Roma Suci untuk menjual surat pengampunan. Pengalamannya sebagai imam pengampunan antara
1503-1510 membuatnya dilantik menjadi Komisioner Jenderal oleh Uskup Agung Mainz Albrech
von Brandenburg. 31 Oktober 1517, Luther menulis surat kepada Von Brandenburg memprotes
penjualan surat pengampunan demi mendapat dana membangun Basilika Santo Petrus di Roma. Di
umur 27 tahun, Luther berkesempatan menjadi delegasi konferensi Gereja Katolik di Roma. Di
sana, dia merasa sedih dengan korupsi dan perbuatan amoral di antara imam. Di tengah studinya
tentang Kitab Suci, dia mengalami pencerahan tatkala membaca Mazmur 22 saat mempersiapkan
bahan kuliah. Di sana tertulis tentang ratapan dan penderitaan Yesus ketika menghadapi
penyaliban. Sebuah ratapan yang mirip dengan kekecewaan Luther kepada agama dan Tuhan.
Dua tahun kemudian ketika mempersiapkan bahan kuliah tentang surat Rasul Paulus kepada jemaat
di Roma, dia membaca "orang benar bakal hidup oleh iman". Dia sempat merenungkan kalimat
tersebut sebelum dia paham bahwa kunci keselamatan rohani bukan diperbudak dogma agama,
tetapi percaya bahwa iman itu sendiri yang membawa keselamatan. Pada periode inilah, dia
mengalami perubahan besar dalam hidupnya sekaligus menandai terjadinya Reformasi Protestan.
Surat protes kepada Uskup Agung Von Brandenburg kemudian dikenal sebagai Ninety-five Theses
yang dalam dua pekan, salinannya menyebar ke seluruh Jerman. Kemudian tulisan tersebut
menyebar hingga ke Perancis, Inggris, maupun Italia pada 1519. Para cendekiawan menuju
Wittenberg untuk mendengarkan kuliah Luther.
Ekskomunikasi dengan Kepausan
Setelah Theses menyebar, pada Juni atau Juli 1519, Luther menyatakan Kitab Suci tak
memberi Paus hak eksklusif untuk menginterpretasikan. Pernyataan itu merupakan bentuk
serangan langsung kepada otoritas kepausan. 15 Juni 1520, Paus Leo mengirim surat
berisi ancaman. Surat itu berisi ancaman Luther bakal mendapat ekskomunikasi kecuali
dia menarik 41 kalimat dalam suratnya, termasuk Theses dalam waktu 60 hari. Di 10
Desember 1520, Luther membakar surat tersebut yang membuat Paus Leo menjatuhkan
ekskomunikasi pada 3 Januari 1521. Pada 18 April 1521, dia dipanggil untuk datang
ke Diet of Worms, sebuah pertemuan otoritas sekuler Kekaisaran Roma Suci di kota
Worms. Di sana, Luther kembali bersikukuh dia tak bersalah, dan meminta ditunjukkan
dalil untuk mematahkan argumentasinya, yang tak bisa dilakukan dewan. Karena itu
pada 8 Mei 1521, dewan mengeluarkan Dekrit Worms berisi larangan bagi Luther untuk
menulis, dan mengumumkannya sebagai "terpidana bidaah". Dekrit itu membuatnya
seolah dikutuk dan buronan. Seorang teman kemudian membantu menyembunyikannya di
Kastil Wartburg. Selama dalam masa persembunyian, Luther menerjemahkan kitab
Perjanjian Baru ke bahasa Jerman supaya masyarakat bisa memahaminya.
Aliran Lutheran
Reformasi ini sering disebut juga sebagai reformasi internal (kontra reformasi),
yang kelanjutannya adalah semakin meningkatnya semangat perang salib.
Reformasi ini untuk mengobati kenyataan bahwa selama berabad-abad
beberapa wilayah Gereja Katolik tidak memiliki imam dan uskup
berpendidikan baik, terlatih, dan bermoral.
Tanda-tanda awal dari reformasi ini adalah munculnya ordo-ordo baru pada
tahun 1520-an, seperti Capusin, Theatine, Barnabite, dan Yesuit.
Tujuan lain dari reformasi ini adalah untuk mencari dukungan otoritas kepausan
dalam melakukan pembaruan kedisiplinan dan kehidupan rohani. Titik tolak
keberhasilan tujuan ini adalah terselenggaranya Konsili Trente pada tahun
1545.
Penanda Reformasi Katolik yang paling jelas adalah devosi luar biasa
terhadap Ekaristi, sehingga terdapat tabernakel untuk menyimpan Tubuh Tuhan
sebagai materi utama dalam perayaan ini dan menjadi ciri pokok Gereja
Katolik hingga saat ini.
Konsili Trente
Konsili ini dicanangkan oleh Paus Paulus III pada tahun 1542. Akan tetapi,
pembukaannya baru terlaksana pada 1545. Konsili ini dinamakan Konsili Trente
karena mengambil tempat di Trente, Italia Utara.
Tahap pertama dalam konsili berlangsung hingga 1549. Tahap ini membahas
tentang pembenaran-justificatio dan kewajiban para uskup tinggal di dioses
masing-masing. Konsili ini juga menguatkan kembali syahadat Nicea sebagai
dasar atau fondasi iman dan menetapkan tentang teologi tujuh sakramen atau
sakramentologi.
Konsili ini sempat terhenti setelah dapat menolak doktrin-doktrin Zwingli,
Calvinis, dan Lutheran.
Konsili ini meneguhkan kembali praktik keagamaan dan doktrin abad
pertengahan, seperti kehidupan selibat klerus dan keberadaan api penyucian.
Prinsip kehendak bebas melawan doktrin Luther tentang keterikatan kehendak,
dan menolak doktrinnya tentang keselamatan hanya oleh iman semata, dengan
menggaris bawahi pentingnya kasih dan harapan bagi persoalan keselamatan.
Konsili Trente
Pada akhir masa Konsili Trente tahun 1563, para uskup yang
hadir meminta paus untuk mengumumkan dekret dan kanon
Gereja hasil konsili, suatu tanda yang menekankan pentingnya
kedudukan Roma sebagai pusat Gereja dan Umat Katolik.
Hasil fisik dari Konsili Trente ini adalah didirikanya seminari untuk
mendidik calon imam, katekismus dicetak, berbagai devosi
populer dibangkitkan kembali, serta para uskup diperintahkan
untuk mereformasi keuskupan mereka.
Setelah konsili ini, tidak ada lagi perubahan hingga diadakannya
Konsili Vatikan II sekitar tahun 1960-an.
DAMPAK DARI
REFORMASI
GEREJA
DAMPAK DARI REFORMASI GEREJA
Dampak lainnya adalah Reformasi menyebabkan adanya kelompok-
kelompok kecil pada agama Kristen. Kita seringkali hanya mengetahui
pengertian reformasi Gereja membentuk dua kelompok Kristen yaitu
Protestan dan Katolik.
Lebih dari itu, terbentuk kelompok-kelompok Lutherisme, Calvinisme,
Anglicanisme, Quakerisme, dan Katholikisme. Pengelompokannya
berdasarkan pelopor pemberi ajaran. Selanjutnya, setelah masa
Reformasi pun, semakin banyak pula terbentuk kelompok pada agama
Kristen yang sering kita sebut dengan denominasi.
Berdasarkan prinsip kepercayaan, memang tidak ada perbedaan yang
berarti. Semuanya tetap bergantung pada Alkitab. Namun, hal ini
membuat adanya perpecahan jemaat seperti Jerman Utara dan Jerman
bagian selatan,
DAMPAK DARI REFORMASI GEREJA