Anda di halaman 1dari 12

Martin Luther : Pembawa Reformasi Protestan di Jerman

Martin Luther muncul sebagai tokoh pelopor diadakannya pembaruan keagamaan. Ia mencetuskan
berbagai protes terhadap Paus yang memimpin pada saat itu. Puncak dari pergerakan Luther dalam
Reformasi Protestan adalah ketika terjadi penjualan surat pengampuan dosa secara besar-besaran oleh
gereja. Bahkan demi mendapat banyak keuntungan, gereja mengumumkan bahwa surat pengampunan
dosa bisa digunakan untuk menebus dosa keluarga yang telah meninggal dunia. Luther menilai bahwa
tindakan penjualan surat pengampunan dosa tersebut tentunya sangat bertentangan dengan apa yang
telah diajarkan oleh Yesus Kristus. Menurutnya, surat pengampunan dosa hanya boleh dibeli dengan
sukarela, tidak dengan paksaan. Terlebih lagi ajaran Yesus tentang berbuat baik pada fakir miskin
tentunya akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan membeli surat pengampunan dosa.

Martin Luther
Sumber : Google

Menyikapi maraknya penjualan surat pengampunan dosa, Luther kemudian mengeluarkan sebuah
doktrin yang dinamakan justification by faith. Dia menganggap bahwa gereja ataupun pemuka agama
tak selayaknya memberikan judge tentang pengampunan dosa. Hanya Tuhan-lah yang berhak
mengampuni dosa manusia.

Selain itu, Luther juga menolak adanya doktrin sakramen suci gereja. Doktrin tersebut menyebutkan
bahwa pastor adalah mediator antara Tuhan dan manusia sehingga mereka dianggap suci. Hal tersebut,
menurut Luther, akan memunculkan kepercayaan yang tak logis sama sekali. Dari sinilah mitos keajaiban
pastor ditentang keras karena bisa menyebabkan pembodohan umat manusia. Manusia bisa langsung
berhubungan dengan Tuhan tanpa melalui pastor sekalipun.

Doktrin-doktrin yang dimunculkan oleh Luther pada akhirnya meruntuhkan mitos gereja yang selama
berabad-abad berdiri kokoh. Dengan kata lain, Martin Luther menelanjangi mitos keagamaan sehingga
terlihat dengan jelas bentuk asli dari sosok agama tersebut. Lebih lanjut, muncul banyak tuntutan bahwa
semua manusia adalah sama, baik pastor atau orang biasa, sehingga tak ada perbedaan tingkat dari
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya di hadapan Tuhan.

Luther juga menolak adanya 'pengkhususan' pastor dalam menerjemahkan Injil. Menurutnya, semua
orang berhak untuk memberikan penafsirannya dalam Injil sehingga bisa menghindarkan monopoli
kebenaran yang dilakukan oleh pemuka agama. Alkitab harusnya terbuka bagi semua orang yang
percaya padanya, tak harus ditutupi dan terbatas oleh pemuka agama saja. Dalam sebuah pamflet yang
berjudul : "Address to the Christian Nobility of the German Nation" Luther mengungkapkan sebuah
kalimat yang sangat provokatif yakni : "Tak ada perbedaan antara pastor dan orang biasa. Semuanya
yang beragama Kristen berhak untuk menafsirkan Al-Kitab dengan cara pandangnya masing-masing dan
tak harus serta merta menerima tafsiran dari gereja: Al-Kitab bukanlah gereja yang memiliki otoritas
tertinggi doktrin agama".

Lebih jauh lagi, Luther juga menganjurkan agar pastor melakukan perkawinan. Mengapa demikian?
Menurutnya, pernikahan bukanlah sebuah dosa. Pernikahan adalah kebutuhan biologis yang dibutuhkan
oleh semua orang, sekalipun dia pastor atau pemuka agama. Ketika seorang pastor tak menikah, maka
dia bisa saja terjerumus untuk melakukan hubungan badan dengan wanita lain tanpa menikah.
Bukankah itu adalah sebuah dosa? Dari situlah kemudian Luther menganggap pernikahan adalah hal
normal dalam kehidupan manusia. Pendapatnya yang satu ini tentunya sangat berpengaruh dalam
menggoyahkan sendi monastisisme Khatolik yang telah berdiri kokoh selama berabad-abad.

Kekuasaan universal Paus juga tak lepas dari kritik Luther. Menurutnya, kekuasaan Paus bukanlah
kekuasaan yang universal. Paus harus tetap tunduk pada pemerintahan sebuah negara yang didiaminya.
Inilah yang kemudian menjadikan banyak sekali bangsawan dan politisi yang mendukung Luther. Banyak
sekali orang yang ingin terbebas dari beban pajak gereja kepada rakyat yang semakin lama semakin
menderita. Bangsawan dan rakyat mulai menentang secara terang-terangan Paus dan gereja, bahkan
ingin memisahkan diri dari Imperium Roma.
Luther juga menuntut agar otoritas gereja (agama) dan politik dibedakan. Hal ini karena Paus dan gereja
pada masa itu mencampur adukkan apa yang harusnya mereka lakukan (yakni pengajaran agama)
dengan politik. Tuntutan ini dikabulkan dan pada akhirnya banyak negara di Eropa yang memisahkan
dengan tegas antara politik dan agama. Dari gerakannya ini, Luther berhasil merubah konsep
masyarakat universal atau imperium dunia menjadi konsep negara-bangsa.

Eropa yang pada saat itu didominasi oleh Gereja, dan Paus, akhirnya mengalami disintegrasi politik yang
tak pernah terjadi selama seribu tahun. Inilah salah satu gerakan hebat Luther yang berhasil mencabik-
cabik Eropa menjadi negara kecil yang berdiri sendiri tak memiliki kaitan satu sama lain.

Gagasan Luther lainnnya dalam Protestantisme adalah pandangan bahwa kerja bukanlah sebuah hal
yang menyebabkan dosa. Bahkan sebaliknya, kerja keras adalah salah satu bentuk pengabdian pada
Tuhan. Dengan bekerja keras, seseorang bisa mendapatkan rahmat dari Tuhan.

Martin Luther, Reformator Gereja Protestan


Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 meninggal di Eisleben,
Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) adalah seorang pastur Jerman dan ahli
teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia
merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan
Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan
Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam
agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja
Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban
Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan
versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian
rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen.
Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan
pendeta di kalangan banyak tradisi Kristen.

Masa kecil Luther

"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika belajar di sekolah swasta di
Eisenach.

Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans
Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Karena berhasil berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya
bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada
keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Martin yang masih kecil untuk belajar di
Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach.
Pada usia 17 tahun, pada tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini
mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti harapan
ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu.

Semuanya itu berubah ketika pada suatu hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi serangan badai.
Petir menyambar di dekatnya ketika ia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, ia
berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Saya akan menjadi biarawan!". Karena nyawanya selamat, Luther
meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa
marah ayahnya kepada Martin, karena ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya.

Gerakan Reformasi
Pembangkangan Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma dan melahirkan gerakan reformasi
Protestan lahir di tahun 1483 di kota Eisleben, Jerman. Dia memperoleh pendidikan perguruan tinggi
yang cukup baik dan pada suatu saat pernah belajar hukum (tampaknya atas dorongan sang ayah).
Tetapi, secara keseluruhan dia tidak pernah menyelesaikan pendidikan formal melainkan memilih jadi
pendeta Augustinian. Di tahun 1512 dia meraih gelar Doktor dalam teologi dari Universitas Wittenberg
dan segera sesudah itu terjun aktif dalam fakultas jurusannya.

Ketidakpuasan dan keluhan-keluhan Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma timbul setingkat demi
setingkat. Di tahun 1510 dia melakukan perlawatan ke Roma. Sampai di situ dia terbengong-bengong
kaget bukan kepalang menyaksikan pemborosan dan kemewahan duniawi para pendeta gereja Katolik.
Tetapi, yang paling mendorongnya melancarkan protes adalah terutama segi perbuatan gereja yang
berkaitan dengan masalah pengampunan dosa yang dilakukan oleh gereja. Pada tanggal 31 Oktober
1517 Martin Luther menempel poster di pintu gerbang gereja Wittenberg yang berisi sembilan puluh
lima pokok sikap yang diantaranya melabrak kemewahan hidup gereja secara umum dan kirim tindasan
sembilan puluh lima pokok sikap-nya itu kepada Uskup Mainz. Selain itu, dicetaknya pula dan disebar
luas ke mana-mana.

Ruang lingkup protes Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma dengan kecepatan luar biasa
menjalar dan meluas. Luther meningkatkan serangannya ke jantung masalahnya betul: mengingkari
kekuasaan Paus, Dewan Gereja. Martin Luther menegaskan dia cuma tunduk pada tuntunan Injil dan
dengan alasan pikiran sehat. Bisa dimengerti, gereja tidak senang dengan pendapat Luther ini. Luther
diperintahkan datang menghadap pembesar-pembesar gereja dan sesudah saling dengar pendapat dan
adu argumen serta perintah supaya Martin Luther mencampakkan pendapatnya, dia akhirnya
dinyatakan murtad dan dinyatakan bersalah dan dikucilkan oleh dewan persidangan (1521) dan semua
tulisan-tulisannya dinyatakan terlarang dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Mestinya menurut kebiasaan Martin Luther mesti dibakar hangus sampai jadi arang seperti halnya
orang yang membakar jerami. Tetapi, pandangan-pandangan Luther sudah tersebar luas dan
mempengaruhi orang Jerman serta sebagian kecil bangsawan-bangsawan Jerman. Meski Martin Luther
mesti juga pergi sembunyi selama setahun, dukungan terhadap dirinya begitu kuat sehingga dia bisa
terlepas dari hukuman-hukuman kriminal yang menimpanya.
Martin Luther seorang penulis tenar dan produktif dan punya pengaruh luas. Salah satu kerja besarnya
adalah menterjemahkan Injil kedalam bahasa Jerman. Ini tentu saja membuka pintu bagi tiap orang
yang melek huruf mempelajari Injil sendiri tanpa mesti lewat perantara gereja atau pendeta. (Kebetulan,
terjemahan yang begitu indah dan sempurna menyebar pengaruh luar biasa terhadap bahasa dan
kesusasteraaan Jerman).

Teologi Luther tentu saja mustahil bisa dijabarkan di sini secara ringkas dalam ruang terbatas. Salah
satu dari gagasan kuncinya adalah doktrin perlunya keyakinan terhadap kepercayaan semata-mata,
suatu gagasan berdasar tulisan-tulisan St. Paul. Luther yakin, manusia menurut kondratnya menjadi
suram karena dosa-dosanya dan semata-mata lewat perbuatan dan kerja lebih baik saja yang dapat
menyelamatkannya dari kutukan abadi. Penyelamatan hanya datang lewat kepercayaan dan dengan
berkat pengampunan Tuhan. Karena itu, menurut Luther, jelaslah sudah bahwa perbuatan gereja
menjual pengampunan adalah tidak pada tempatnya dan sia-sia. Dengan begitu sekaligus berarti,
pendapat tradisional yang sudah berkarat yang menganggap gereja itu perantara yang tak bisa
disingkirkan antara seorang Kristen dengan Tuhan adalah sesungguhnya sesuatu yang sesat. Jika
seseorang menganut doktrin Martin Luther, itu artinya hak hidup Gereja Katolik Roma tersapu habis
sekali pukul.

Selain itu, dalam hal mempertanyakan peranan hakiki gereja, Luther juga melancarkan protes terhadap
pelbagai macam keyakinan dan praktek peribadatan khusus. Misalnya, dia menolak adanya purgatory
(keadaan sesudah mati dimana roh memerlukan penyucian lewat penyiksaan sementara), dan dia
menolak kemestian membujang buat seorang pendeta. Dia sendiri di tahun 1525 kawin dengan bekas
biarawati, punya enam anak. Luther meninggal dunia tahun 1546 di Eisleben tatkala sedang dalam
perjalanan mengunjungi kota kelahirannya.

Martin Luther, tentu saja, bukanlah seorang pemikir Protestan pertama. Seabad sebelumnya dia sudah
didahului oleh Jan Hus dari Bohemia, dan pada abad ke-14 seorang sarjana Inggris John Wycliffe,
malahan di abad ke-12 seorang Perancis bernama Peter Waldo dapat dianggap seorang Protestan
pertama. Tetapi, pengaruh para pendahulu Martin Luther itu dalam gerakannya cuma punya daya cakup
lokal. Di tahun 1517, ketidakpuasan terhadap gereja Katolik sudah merasuk ke mana-mana. Ucapan-
ucapan Martin Luther sudah merupakan kobaran api yang berantai menyebar ke sebagian besar
kawasan Eropa. Luther karena itu punya hak yang tak terbantahkan bahwa dialah orang yang
bertanggung jawab terhadap sulutan ledakan dinamit pembaharuan.

Konsekuensi yang paling kentara dari gerakan Pembaharuan ini tentu saja terbentuknya pelbagai
macam sekte Protestan. Meskipun Protestan cumalah merupakan bagian saja dari kekristenan secara
keseluruhan, dan bukan pula merupakan bagian terbesar, tetapi toh penganutnya melampaui jumlah
para penganut Buddha bahkan dibanding dengan umumnya agama-agama lain.

Konsekuensi penting dari gerakan Pembaharuan ini adalah menyebar luasnya bentrokan agama
bersenjata yang segera menyusul. Beberapa contoh dari perang agama (misalnya Perang Tiga Puluh
Tahun di Jerman yang bermula tahun 1618 dan baru berakhir tahun 1648) sungguh-sungguh suatu
peperangan berdarah yang menelan banyak korban. Bahkan selain bentrok senjata, pertentangan politik
antara Katolik dan Protestan memegang peranan penting di arena politik Eropa selama beberapa abad
mendatang.

Pembaharuan juga memegang peranan yang ruwet namun penting dalam perkembangan intelektual
Eropa. Sebelum tahun 1517 cuma ada satu gereja, yakni Gereja Roma Katolik dan tiap pembangkang dan
yang punya pendapat lain segera dicap murtad. Iklim main kemplang macam itu karuan saja tidak
memberi kesegaran buat kebebasan berfikir. Sesudah pembaharuan karena pelbagai negeri sudah
menerima prinsip-prinsip kebebasan berfikir dalam agama, dengan sendirinya memberi rasa aman
dalam ihwal melakukan spekulasi terhadap pelbagai macam permasalahan.

Ada pula pengaruh lain yang layak dicatat, kebanyakan tokoh yang termasuk dalam daftar di buku ini
adalah dari Inggris, melebihi tokoh-tokoh dari negeri lainnya. Jerman menyusul sesudah Inggris.
Dapatlah dikatakan, daftar tokoh-tokoh ini sangat kentara didominasi oleh mereka yang berasal dari
negeri-negeri Protestan baik Eropa Utara maupun Amerika. Jika kita teliti, hanya dua orang dari daftar
(Gutenberg dan Charlemagne) hidup sebelum tahun 1517. Sebelum tahun itu, sebagian besar orang-
orang yang tercantum dalam daftar buku ini berasal dari dunia lain dan orang-orang yang hidup di
negeri yang sekarang terkenal dengan negeri Protestan secara perbandingan memberi sumbangan tak
seberapa besar terhadap kebudayaan dan sejarah manusia. Ini terang menandakan betapa gerakan
Protestan atau gerakan Pembaharuan bertanggung jawab atas fakta betapa banyaknya orang-orang
termasyhur dari daerah ini dalam jangka waktu 450 tahun. Mungkin perkembangan kebebasan
intelektual di daerah ini merupakan faktor utama.

Luther tidak samasekali terbebas dari kesalahan-kesalahan. Meskipun dia seorang pemberontak
terhadap kekuasaan keagamaan, dia bisa bersikap amat cupet dan tidak lapang dada terhadap mereka
yang punya pendapat berbeda dengannya dalam masalah keagamaan. Bisa jadi sikap cupet dan tidak
lapang dada Luther ini mengakibatkan peperangan agama di Jerman jauh lebih sengit dan lebih
berdarah ketimbang misalnya di Inggris. Lagi pula, Martin Luther teramat gawatnya anti Yahudi, dan
tulisan-tulisannya yang amat keterlaluan serta hantam kromo terhadap Yahudi besar kemungkinan
merupakan dorongan pembuka jalan buat Hitler berbuat kekejaman-kekejaman di abad ke-20.

Luther acap kali menekankan perlunya kepatuhan kepada kekuasaan pemerintahan sipil yang sah. Besar
kemungkinan, latar belakang pokoknya adalah karena penolakannya atas campur tangan gereja
terhadap pemerintahan sipil. (Jangan lupa, gerakan Pembaharuan bukanlah semata-mata percekcokan
teologis, Sampai tingkat tertentu dia juga merupakan pemberontakan Nasionalis Jerman melawan
pengaruh Roma, oleh sebab itu layaklah apabila sebagian gerakannya memperoleh dukungan besar dari
beberapa pangeran Jerman). Lepas dari maksud-maksud Luther, pernyataannya di atas mendorong
kaum Protestan Jerman menerima sikap absolut dalam hal-hal yang menyangkut politik. Dan dengan
cara itu pula tulisan-tulisan Martin Luther turut melapangkan jalan bagi era kekuasaan Hitler.

Mungkin ada sebagian orang bertanya-tanya, apa sebab Martin Luther tidak diberi tempat lebih tinggi
dalam daftar urutan buku ini. Sebab utamanya, kendati Luther kelihatan punya arti penting buat orang
Eropa dan Amerika, dia tidaklah punya makna yang berarti bagi penduduk di Asia dan Afrika karena
relatif tidak banyak yang menganut Agama Kristen. Sepanjang menyangkut orang Cina, Jepang atau
India, perbedaan antara Katolik dan Protestan tidaklah punya arti penting bagi mereka. (Hal serupa
terjadi pada orang Eropa yang tidak begitu tertarik dengan perbedaan yang ada antara kaum Sunni dan
kaum Syiah dalam Islam).

Alasan kedua, Luther jika ditimbang-timbang, merupakan tokoh sejarah yang baru, karena itu daya
jangkau pengaruhnya dalam sejarah kemanusiaan. tidaklah sebesar Muhammad, Buddha; ataupun
Musa. Lebih jauh dari itu, dalam masa beberapa abad belakangan ini kepercayaan orang terhadap
agama mengalami kemunduran di Barat, dan pengaruh agama terhadap permasalahan manusia dalam
waktu 2000 tahun mendatang tampaknya lebih kecil ketimbang ribuan tahun yang lewat. Apabila daya
cekam pengaruh agama merosotnya berkelanjutan, Martin Luther naga-naganya akan tampak lebih
berkurang lagi arti pentingnya dalam sejarah kemanusiaan daripada yang diperolehnya sekarang.

Akhirnya, kita layak ingat bahwa percekcokan agama di abad-abad ke-16 dan ke-17 sesungguhnya tidak
dalam jangka panjang membawa pengaruh bagi kehidupan orang banyak seperti halnya kemajuan
ilmu pengetahuan yang terjadi pada saat yang berbarengan. Sesungguhnya, alasan utama apa sebab
Luther diletakkan didalam daftar utama lebih atas dari Copernicus (yang hidup sejaman dengannya)
adalah karena Luther memainkan peranan lebih besar secara individual didalam gerakan Pembaharuan
Protestan ketimbang Copernicus dalam revolusi ilmu pengetahuan.

Keluarga

Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini
mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:

1. Hans, lahir pada 7 Juni 1526, belajar hukum, menjadi pejabat hukum dan meninggal pada 1575.

2. Elizabeth, lahir pada 10 Desember 1527 dan meninggal pada usia sangat muda pada 3 Agustus 1528.

3. Magdalena, lahir 5 Mei 1529, meninggal di dalam pelukan ayahnya pada 20 September 1542.
Kematiannya merupakan pukulan yang sangat hebat bagi Luther dan Katharina.

4. Martin, Jr., lahir 9 November 1531, belajar teologi tetapi tidak pernah dipanggil menjadi pendeta
hingga ia meninggal pada 1565.

5. Paul, lahir 28 Januari 1533, menjadi dokter. Ia mempunyai enam orang anak hingga ia meninggal pada
1593. Garis keturunan laki-laki keluarga Luther berlanjut melalui dia kepada John Ernest, yang berakhir
pada 1759.

6. Margaretha, lahir 17 Desember 1534, menikah dengan George von Kunheim, keturunan keluarga
bangsawan Prusia yang kaya, tetapi meninggal pada 1570 pada usia 36 tahun. Keturunannya berlanjut
hingga sekarang.

Penerjemahan Alkitab

Pada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534
ia dan rekan-rekannya menyelesaikan terjemahan Perjanjian Lama yang kemudian secara keseluruhan
Alkitab diterbitkan. Dia terus bekerja memperbaiki terjemahan sampai akhir hidupnya.

Terjemahan Luther menggunakan varian dari bahasa Jerman sehari-hari, yang dimengerti baik di Jerman
Utara maupun Selatan. Tujuannya adalah supaya Alkitab dengan mudah diakses di Jerman, "kita
menghilangkan hambatan dan kesulitan sehingga orang lain dapat membacanya tanpa hambatan."

Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab berbahasa Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua
bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini telah terjual hingga 5000 kopi.

Perjamuan Kudus

Salah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja
Katolik adalah ajaran gereja tentang Perjamuan Malam yang mengatakan bahwa waktu imam yang
melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" ,
maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Peristiwa
perubahan ini disebut transsubstansiasi. Bagi Luther, yang penting adalah Kristus benar-benar hadir
dalam ekaristi. Jadi, bukan ajaran transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus
benar-benar hadir dalam ekaristi.
Reformasi Gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang
didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan
dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik pada waktu itu terutama adanya
penjualan surat pengampunan dosa (disebut surat aflat).

Penyebab adanya Reformasi Gereja antara lain:

Penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies)[1].

Adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaaan terhadap benda-benda
keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang tidak
masuk akal, seperti para pastor yang semata-mata merupakan manusia yang memiliki sifat yang sama
dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat, korupsi atas nama negara,

Pajak-pajak yang memberatkan karena ambisi kekuasaan kaum bangsawan lokal,

Kebangkitan nasionalisme di Eropa yang mana raja-raja menolak dominasi paus,

Perkembangan kapitalisme dan krisis-krisis ekonomi dikawasan imperium Roma.

Berkembangnya faham humanisme[2]

Gerakan Reformasi Protestan merupakan kelanjutan dari Renaissans. Namun, terdapat perbedaan
diantara keduanya, yaitu apabila Renaissans melahirkan prinsip kenikmatan hidup, manusia adalah
mahkluk yang baik, dan mendewakan kekuatan manusia, maka Reformasi masi berpandangan bahwa
manusia pada dasarnya adalah makhluk korup dan bejat moralnya, sehingga harus percaya pada
keimanan dan konformitas yang akan dicapai apabila manusia memiliki kehidupan spiritual yang sesuai
iman kristiani yang sesungguhnya. Walaupun ada perbedaan antara Renaissans dengan Reformasi,
keduanya mempunyai kesamaan yaitu sama-sama merupakan bentuk perlawanan atas dominasi Gereja
Katolik pada Abad Pertengahan, serta sama-sama terinspirasi oleh warisan intelektual Yunani dan
Romawi yang menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat, dan didukung oleh perkembangan
perdagangan, kapitalisme, dan merkantilisme pada abad 14-16.

Awal terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya reformasi gereja di Jerman yaitu, sekitar abad 15-16 Jerman masih merupakan negara agraris
yang terbelakang dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kuatnya pengaruh katolisme yang bersifat
konservatif di Jerman, banyaknya penjualan surat-surat pengampunan dosa di Jerman melebihi negara-
negara Eropa lainnya, sebagian besar rakyat Jerman yang berprofersi sebagai petani yang merupakan
kelompok sosial yang paling menderita akibat kekuasaan katolisme salh satunya dengan adanya pajak-
pajak yang sangat memberatkan rakyat.

Selain itu juga faktor yang paling mendasari terjadinya reformasi di Jerman adanya fase transisi ekonomi
di Jerman dimana pada waktu itu terjadi proses perubahan dari masyarakat feodal menuju masyarakat
ekonomi profit atau menuju masyarakat kapitalis. Dari sinilah muncul satu tokoh yaitu Marthin Luther
yang dari pemikiran-pemikirannya itu kemudian terlahir sebuah reformasi gereja yang nantnya tidak
hanya berkembang di Jerman melainkan meluas ke wilayah-wilayah Eropa lainnya.

Adapun pemikiran-pemikiran dari Marthin Luther dalam melakukan protes terhadap kekuasaan Gereja
Khatolik Roma yaitu:

Penolakan Luther terhadap surat-surat pengampunan doa yang dikeluarkan oleh Paus karena
menurutnya gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak untuk memberikan pengampunan dosa.
Tuhan-lah yang memberikan pengampunan itu didasarkan kepada kepercayaan dan amal sholeh
individu selama hidup.

Menurut Luther sakramen hanya digunakan untuk membantu keimanan tetapi bukan sama sekali alat
untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan.

Pada tahun 1520 M Luther keluar dari anggota gereja dan membangun jemaat baru dan kemudian dia
menerbitkan Address to the Chiristian Nobility of the Jerman nation. Luther meminta Kaisar Roma dan
para pangeran Jerman mereformasi gereja dan menghilangkan kesetian kepada Paus. Tindakan ini
membuat Gereja marah, Dewan Roma dan Paus Leo X menolak semua keinginan Luther untuk
mereformasi Gereja Roma dan sekaligus pelarangan atas ajaranya. Gereja sangat menolak gagasan
Luther tetapi orang-orang Jerman mendukung gagasanya. Paus leo X yang benci terhadap Luther
meminta dan mendesak supaya mengkucilkan Luther, namun sebelum pengucilan terjadi Kaisar Romawi
Suci, Carles X memanggil Luther dan memintanya untuk mengakui kesalahanya, Luther tidak mau
mengakuinya.

Gerakan Reformasi Jerman menimbulkan semangat federalisme yang akan memunculkan benih-benih
nasionalisme dikalangan bangsawan Jerman. Akibat dari dominasi Paus Eropa mengalami disintegrasi
dan membagi Eropa dalam beberapa Negara kecil. Maka kemudian timbul konsep hak ketuhanan Raja,
dimana mereka memiliki hak untuk memerintah dan warganya wajib mentaati. Luther menyebutkan
bahwa sifat hak tersebut adalah sacral dan merupakan lembaga politik suci. Pemikiran inilah yang
kemudian akan menumbuhkan benih-benih absolutism baru (royal absolutism), dan berdampak serius
pada praktek dan pemikiran politik Barat dikemudian hari. Selain Martin Luther ada tokoh penting
Reformasi Gereja di Eropa yaitu John Calvin dan Ulrich Zwingli.

[1] Indulgensi merupakan penghapusan hukuman atau siksa dosa sementara atas dosa yang sudah
diampuni. Ajaran ini hanya ada pada Gereja Katolik. Pada abad pertengahan terjadi penyelewengan
terhadap surat Indulgensi
[2] Humanisme adalah aliran yang gemar mempelajari dan menghayati bahasa dan kesusastraan Yunani
dan Romawi kuno (Eropa Klasik)

Anda mungkin juga menyukai