Anda di halaman 1dari 20

Nama : Gideon Meinal Jai

Nim : 18.01.1656

Tingkat/Jurusan : II-B/Teologi

Mata Kuliah : Hermeneutik PL I

Dosen Pengampu : Pdt. Agus Jetron Saragih. M.Th

TAFSIRAN (I RAJA-RAJA. 3:16-28)


I. Pendahuluan

Jika dilihat dari sudut pandang perempuan, kaum perempuan merupakan kaum terjajah oleh
laki-laki. Adam dan Hawa diciptakan untuk saling melengkapi dan bukan untuk menindas antara
satu dengan yang lainnya, sebab kedudukan manusia sama dihadapan Tuhan. Namun karena
adanya pengaruh nilai dan kebudayaan, serta adat istiadat oleh manusia terbentuklah anggapan
bahwa kedudukan ataupun status perempuan jauh lebih rendah daripada laki-laki, sehingga
muncullah sikap untuk merendahkan perempuan dimana perempuan sering ditindas dan
dianggap tak bernilai. Dari anggapan tersebut muncullah gerakan feminisme, yaitu gerakan
wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum laki-laki dan perempuan.

II. Pembahasan
2.1.Metode Tafsir Feminisme
2.1.1. Defenisi Feminisme

Menurut KBBI, feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria1 Secara etimologis kata feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu femina
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi femine. Artinya memiliki sifat-sifat sebagai
perempuan. Kemudian kata itu ditambah “ism” menjadi feminism, yang berarti hal ihwal tentang
perempuan.2 Dalam defenisi sederhana, feminisme bisa saja mengacu pada kesadaran wanita
akan penindasan dan pemerasan wanita dalam kerja, di rumah, dan di masyarakat, serta dapat

1
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 315.
2
Suhsrso, KBBI, (Semarang: CV Widia Karya, 2013), 139.
juga diartikan sebagai kesadaran tindakan politik yang dilakukan oleh wanita untuk mengubah
situasi demikian.3

2.1.2. Latar Belakang Feminisme

Sejarah feminisme terbagi menjadi dua fase, feminisme lahir bersama dengan era
pencerahan Eropa yang dipelopori oleh Lady Worklyde Condarcety yang merupakan anggota
perempuan ilmiah. Dari Eropa gerakan ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat setelah
Jhon Syuart Mill menerbitkan buku The Sbjiction Of Woman. Kemudian gelombang kedua lahir
terjadilah perang II, di mana lahir negara-negara baru yang terbebas dari jajahan Eropa dan
memberikan hak perempuan pemilihan di parlemen. Sebagai sebuah gerakan yang telah muncul,
dalam ensiklopedia Islam dikatakan bahwa gerakan feminisme telah hadir sejak abad pertama.
Meskipun secara historis feminisme merupakan gerakan yang sudah tua, namun baru tahun
1960an dianggap sebagai tahun lahirnya gerakan feminisme. Karena di tahun-tahun inilah
gerakan feminisme dianggap menguat dengan ditandainya kemunculan gerakan feminisme
liberal di Amerika.4

Dalam gerakan feminis, landasan mereka adalah situasi penganiayaan dan penindasan
terhadap kaum wanita. Oleh karena itu, tema seputar penindasan terhadap kaum wanita menjadi
arah dasar teologi mereka. Mereka ingin dibebaskan dari penganiayaan dan penindasan oleh
kaum laki-laki yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.5

Perbedaan pemahaman berdaskan gender ini menyebabkan perempuan berada dalam


baying-bayang dengan genggaman dominasi laki-laki. Gerak dan langkah perempuan ditentukan
aturan main yang sangat diskriminatif, ekonomi, sosial, politik maupun pada rana sosial lainnya,
dipahami dengan kodrat dari Tuhan yang sudah diberikan dan tak terganggu gugat. 6 Kaum
feminisme menuntut keadilan dalam hidup mereka dengan mengembangkan beberapa langkah
yang selalu dipakai dalam berteologi yaitu:

3
Henricta L. Moore, feminisme dan Antropologi, (Jakarta: Obor, 1998), 9.
4
Mansour Fakih, Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
1996), 159.
5
Fredric B. Bumham, Post Modern Teology: Christian Faith a Pluralist Word (Sanfransisco: Happer and
Row, 1989), 65.
6
Nina Armando, dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005), 158.
1. Kritiknya dimulai dari peristiwa masa lampau, suatu penyembuhan dari ingatan akan
akan bahaya penindasan yang dialami kaum wanita pada masa lampau yang dilakukan
oleh kaum laki-laki “Patriakhal”, tradisi gereja dan budaya.
2. Mencari alasan, istilah dan alternatif lain untuk mendukung gerakan mereka yang sesuai
dengan keinginan mereka, bisa diambil dari Alkitab dan luar Alkitab mereka
mengembangkan metode-metode teologi untuk merefisi doktrin yang tidak sesuai dengan
lingkup dunia wanita. 7
2.1.3. Sudut Pandang Baru terhadap Perempuam dalam Kitab Suci
1. Perempuan dalam keperihatinan
2. Perempuan adalah mahkota ciptaan
3. Perempuan pemimpin yang ideal
4. Perempuan idola
5. Perempuan: peluang dan tantangan.8
2.1.4. Tokoh-tokoh Feminisme
1. Rosemary Radford Reuther

Rosemary lahir pada tahun 1936 di Georgetown, Texas. Ibunya seorang Katolik dan
ayahnya seorang Episkopal dan ia dibesarkan sebagai orang Katolik. Ia menjelaskan ia
dibesarkan sebagai orang yang bebas berpikir, eukumenis dan humanistic. Ayah Ruther
meninggal ketika dia masih berusia 12 tahun dan sesudahnya Reuther dan ibunya pindah ke
California.

Reuther adalah seorang sarjana feminis yang berpengaruh dan juga seorang teolog. Dia
dianggap sebagai pelopor di bidang teolog feminis, yang karya-karyanya membantu merangsang
revaluasi utama pemikiran Kristen dalam terang isu-isu perempuan. 9

2. Letty M. Russell

Letty M. Russell adalah seorang teolog feminis remormed. Pandangan Russell dalam
feminisme, ia melihat Alkitab adalah firman yang memerdekakan (Liberating Word). Kemudian
Russell mengatakan bahwa Alkitab bukan saja the Liberating Word tetapi juga harus menjadi
7
Nina Armando, dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005), 225-226.
8
Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama, (Medan: Bina Media Perintis, 2015), 65-85.
9
http://www.researchgate.net/publication/291830685_Teolog_feminis_Kristen, diakses pada hari kamis 7
Desember pukul 22.30 WIB.
liberated word yang yang berarti Alkitab dibebaskan dari cara pandang patriakhal. Caranya
adalah dengan membuang semua budaya patriakhal yang telah membelenggu teks-teks Alkitab
untuk pembebasan kaum wanita.10

2.1.5. Prinsip-prinsip Metode Penafsiran Feminisme

Adapun prinsip-prinsip penafsiran hermeneutika feminisme adalah:

1. Sebenarnya semua kritik feminisme menempatkan kepentingan ekstrem terhadap


kesadaran feminis termasuk di dalamnya pengalaman unik sebagai satu cara memahami
Kitab suci. Kesadaran mendalam adalah tentang kesamaan dan keseimbangan, serta
tuntutan memperlakukan wanita seperti adalah pria.
2. Semua wanita adalah manusia seutuhnya. Seperti ditulis oleh Fiorenza, bahwa hanya
tradisi Alkitab yang tidak memandang jenis kelamin dan tradisi yang tidak menindas
teologi dapat memiliki wahyu yang berwibawa.
3. Sebab wanita telah menemukan penafsir tradisional mengenai identitas mereka dan
pengalaman sendiri, kriteria dasar untuk menghakimi wanita adalah pengalaman wanita
itu sendiri.11

Prinsip-prinsip penafsiran feminisme berfungsi lebih dari sekedar batasan negatif dalam
memperjelas makna Kitab suci. Sejauh Kitab suci diyakini mampu menerangi pengalaman
manusia, prinsip-prinsip harus berfungsi untuk mengkaji cerita-ceritanya, ajaran-ajarannya, puisi
dan sabda Ilahinya, mencari petunjuk-petunjuk positif bagi tugas pencarian makna yang sedang
berlangsung serta membuat keputusan dalam kehidupan konkret. Jika prinsip penafsiran muncul
dari pengalaman tertindas dan menderita, prinsip penafsiran ini menjadi suatu keharusan moral.12

2.1.6. Pendekatan terhadap Hermeneutik Feminis


1. Hermeneutic Kecurigaan

Hermeneutika ini bertolak dari dua fakta. Pertama, Kitab suci itu ditulis dalam kultur
Yahudi dan Yunani, yang diwarnai pola pikir androsentik. Kedua, tradisi interpretasi sampai
sekarang hanya dikerjakan dan dikembangkan oleh laki-laki saja. Model tafsir feminis mendekati

10
Letty M. Russell, Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, (Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998), 55-56.
11
A.A Sitompul & Ulrich Deyer, Metode Penafsir Alkitab, (Jakarta: BPK GM, 1998), 337-338.
12
Letty M. Russell, Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, (Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998), 47.
teks dan interpretasi Kitab suci yang berkembang dengan sikap curiga maksudnya, senantiasa
peka dan berusaha untuk mencari akibat dan bias androsentik dalam Kitab suci. Usaha tersebut
senantiasa perlu senantiasa disertai dengan sikap curiga karena ada kemungkinan
penyalahgunaan tafsiran Kitab suci yang cenderung mengkokohkan sistem patriakhal dan
manipulasi kepasrahan perempuan. Melalui tahap ini berusaha membongkar kemasan
androsentrik dan memunculkan inspirasi pembebasan yang tersembunyi dalam nats Kitab suci.

2. Hermeneutika Pemakluman

Hermeneutika ini bertujuan mengungkap inspirasi dan relevansi kitab suci bagi
emansipasi kaum perempuan di jaman sekarang dengan mempelajari peran dan sumbangan teks
bagi kebudayaan modern yang masih dipengaruhi oleh struktur patriakat. Hermeneutika
pemakluman berusaha menyaring kutipan dan pesan yang hendak diwartakan bagi manusia
zaman sekarang. Tujuannya adalah menegaskan bahwa sebuah kisah atau kutipan yang memuat
dan melestarikan dominasi laki-laki dan perempuan janganlah disampaikan sebagai amanat
Allah, melainkan hanyalah sebagai pesan dan kepentingan manusia belaka. Maka penilaian dan
penyaringan teks suci perlu dilakukan berdasarkan dua cerita yaitu: cerita etis yang melandaskan
keluhuran martabat perempuan atau sebagai cerita Allah juga, serta kriteria teologi yang
melandaskan Allah tidak pernah merestui segala macam penindasan yang mendatangkan
penderitaan bagi manusia.

3. Hermeneutika Pengenangan

Hermeneutika ini tidak membuang tradisi patriakat. Sebaliknya hermeneutika ini


mempelajari tradisi dan naskah yang Androsentrik untuk menemukan untuk menemukan
penderita dan perjuanagan perempuan yang nasibnya tertindas dibawah struktur yang tidak
manusiawi, dan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jadi hermeneutika ini berusaha
menghidupkan kembali “subversive memory” (penggenapan subversive) atau penggenapan akan
penederitaan dan keberanian kaum perempuan di masa lampau berada di bawah tekanan struktur
patriakat. Tujuan penggenapan subversive ada dua yaitu:

1. Mengupayakan terjadinya solidaritas universal di antara perempuan di sepanjang zaman.


2. Menumbuhkan harapan akan pembaharu dalam upaya menuju masyarakat yang lebih adil
dan setara. Hermeneutika ini tidak melihat sejarah masa lampau sebagai sejarah
penindasan perempuan oleh kaum laki-laki melainkan sebagai sejarah pembebasn kaum
perempuan yang mencoba bangkit.

Melalui hermeneutika ini kaum perempuan dapat menimbah “pemberdayaan” dan “inspirasi”
untuk mengangkat martabatnya.

3. Hermeneutika Perwujudan Kreatif

Tujuan hermeneutika ini adalah mencari peluang, peran serta perempuan untuk
membangun kehidupan baik dalam lingkungan Kristiani dan masyarakat.13

2.1.7. Model-model Penafsiran Feminisme14


3. Pendekatan Doktriner

Memahami Alkitab sebagai pernyataan Ilahi dan kewibwaan kanonik. Namun,


pendekatan ini memahami pernyataan Alkitab dan kewibawaannya dalam pengertian kitab yang
ahistoris. Dalam bentuk-bentuknya yang paling konsisten, pendekatan ini menekankan
pengilhaman verbal dan inerasi (tak mungkin salah) historis Hurufiah Alkitab.

4. Eksegesis Historis Positivis

Dikembangkan untuk mengonfrotasikan kalim-klaim dogmatis Kitab Suci dan


kewibawaan doktriner gereja. Serangannya terhadap kewibwaan pernyataan Kitab Suci dikaitkan
dengan sebuah pemahaman mengenai eksegis dan historiografi yang positivis, factual, objektif
dan bebas nilai. Dengan mengikuti pemahaman rasionalis dari ilmu-ilmu alamiah, penafsiran
historis positivis berusaha untuk dapat membaca teks-teks dan suatu penyajian “fakta-fakta”
historis secara ilmiah.

5. Penafsiran Hermeneutis Dialogis

Model ini dengan sungguh-sungguh memanfaatkan metode-metode historis yang


dikembangkan oleh model kedua, sementara pada saat yang sama merefleksikan interaksi antara
teks dan komunitas atau teks dan komunitas atau teks penafsirannya. Metodologi tentang kritik
bentuk dan redaksi telah membuktikan betapa tulisan-tulisan hermeneutis telah menguraikan
keterlibatan sang ahli dalam penafsiran teks-teksnya. Namun, studi kritik bentuk dan kritik
13
M. Benny Mita, Perempuan Dana Spiritualitas, (Yogyakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2001), 43-46.
14
Elizabeth Schussler Fiorenza, Untuk Mengenang Perempuan Itu, (Jakarta: BPK GM, 1995), 21-23.
redaksi telah dikritik karena telah mengonseptualisasikan situasi komunitas Kristen perdana
terlalu banyak dalam pengertian perjuanagan keyakinan konfensional. Karena itu studi-studi
tentang dunia sosial Alkitab menekankan bahwa tidak cukup kita merekonstruksiakan ruang
lingkup gerejawi. Komunitas dan kehidpan Kristen selalu saling terjalin dengan konteks-konteks
budaya, politik dan masyarakat. Di sini jelas bahwa dalam model ketiga ini, penafsiran
dialogislah yang menjadi faktor penentunya. Sementara kritik bentuk dan kritik redaksi
menguraikan bagaimana komunitas-komunitas dan para penulisan Kristen mula-mula terus-
menerus berdialog dan berdebat dengan tradisi kehidupan mereka dan masalah-masalah dari
komunitas-komunitas mereka, lingkaran hermeneutisnya melanjutkan usaha teologis dalam
tindakan penafsiran yang kontenporer.

6. Model Teologi Pembebasan

Berbagai bentuk teologi bentuk pembebasan telah menentang apa yang disebut teologi
akademik yang objektif dan netral nilai. Pemahaman dasar dari semua teologi pembebasan telah
menentang apa yang disebut teologi akademik semakin objektif dan netral nilai. Pemahaman
dasar semua teologis pembebasan, termasuk teologi feminis, adalah pengakuan bahwa semua
teologi, entah mau tidak mau, dari defenisisnya, selalu terlibat demi atau menentang kaum
tertindas.

2.1.8. Kelebihan dan kekurangan


1. Kelebihan

Ketekunan para tokoh feminisme untuk mendobrak ketertindasan wanita, tampak dari
asosiasi perempuan dengan munculnya buku-buku yang menentang penindasan kaum laki-laki
terhadap perempuan.

2. Kekurangan

Dari dalam gerakan Feminisme itu sendiri adalah tidak sedikit perempuan yang seakan-akan
menikmati ketertindasan dan tidak ingin terlepas dari sesuatu tersebut. dan pihak laki-laki yang
cenderung menempatkan kaum laki-laki yang pantas menduduki jabatan masyrakat.15

15
Jane C. ollenburger, Sosiologi Wanita, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 21.
2.2. ANALISIS ISI ALKITAB

a. Penulis Kitab

Mengenai penulis kitab ini, ada beberapa pandangan yang dimunculkan kepada kita.
Pertama, sebagian para ahli mengatakan bahwa secara umum kitab Raja-raja ini penulisnya tidak
dikenal. Ini berpedoman pada anggapan bahwa kebanyakan dari kitab-kitab Perjanjian Lama
termasuk kitab Raja-raja penulisnya tidak dikenal.

Kedua, menurut pandangan tradisional yang menerima tradisi Yahudi yang berpendapat
bahwa kitab Raja-Raja ini ditulis oleh Nabi Yeremia. Ini didasari pada hubungan/kesamaan dari
kitab Yeremia, mencatumkan ayat yang hampir identik. Misalnya, cerita tentang kejatuhan
Yerussalem (II Raj. 24-25 dan Yer. 25) dan (I Raj. 14:3 dan Yer. 1:1-10).16

Ketiga, banyak para ahli jugayang mengatakan,kitab Ulangan hingga II Raja-raja


merupakan hasil karya seorang Teolog “Deuteronomis” yang menulis sesudah kejatuhan
Yerusalem, yang menjelaskan kejadian dari tahun 723-722 dan 586 SM (kehancuran Samaria
dan Yerussalem).

Tetapi sayang, seluruh pandangan di atassetelah diteliti kebenarannya oleh para ahli
kemudian, ternyata banyak yang tidak menerima dan menyetujui pandangan-pandangan tersebut
dengan alasan-alasan dan bukti- bukti tertentu. Dan akhirnya diambil sebuah titik kesimpulan
bahwa kitab ini ditulis oleh seorang penulis yang tidak diketahui namanya yang mempunyai ciri-
ciri seorang penulis yang menyaksikan kejatuhan Yerusalem.Dan penulis memahami bahwa
hubungan Israel dengan YAHWEH didasarkan pada perjanjian dengan-Nya, serta dia memahami
bahwa hubungan perjanjian itu mempunyai implikasi pada sejarah Ibrani

b. Waktu dan Tempat Penulisan

menurut bukti yang tersediayang didapatkan oleh para ahli,mengatakan bahwa : kitab
Raja-raja ditulis kira-kira abad ke-6 SM tepat pada tahun 587-686 SM, yakni pada masa
kejatuhan Yerussalem sampai pada masa Dektrit raja Koresy dari Persia yang mengijinkan orang
Israel kembali ke tanah air mereka (tahun 539)17.

2.2.1. ANALISIS LATAR BELAKANG

a. Umum

Kitab Raja-Raja adalah merupakan cerita sejarah bangsa Israel mulai dari masa akhir
pemerintahan raja Daud sampai pada penaklukan Yerussalem oleh orang Babel.

16
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 324-328.
17
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 325-326.
Ada tiga keadaan sejarah bangsa Israel yang dirincikan oleh penulis kitab Raja-raja,
yakni dibidang politik, Ekonomi dan agama, yakni:

1. Menceritakan masa kejayaan dan kesatuan kerajaan Israel (tahun 970-an)


2. Masa pembuangan Israel, (kerajaan Utara oleh Asyur pada tahun 722 SM)
3. Pembuangan Yehuda, kerajaan Selatan ke Babel pada tahun 587/586 SM.

Setelah raja Daud meninggal, kemudian dia digantikan oleh raja Salomo. Salomo adalah
salah seorang tokoh pilihan Allah dan kekasih Tuhan.Pada awalnya Ia adalah seorang raja yang
saleh, bijaksana, seniman, pembangun, kaya-raya dan seorang pedagang terkenal diseluruh
dunia. Salah satu warisan yang paling abadi dan berpengaruh pada zaman Salomo adalah dia
mendirikan bait Allah di Yerusalem. Namun, pada akhirnya menjelang akhir pemerintahannya,
Salomo menganggap dirinya seperti raja-raja yang ada disekitarnya. Dia mulai memuliakan
dirinya sebagai yang maha kuasa, dan menganggap rakyatnya sebagai miliknya. Ia sudah tidak
peduli akan rasa kesukaan dan tradisi kemerdekaan bangsa Israel.Dia memberlakukan kerja
paksa kepada umatnya dan menaikkan pajak. Dan Yang lebih kentara lagi adalah Salomo sudah
mulai tidak setia kepada Tuhan dan kepada kedudukannya sebagai raja umat Allah. Salomo lebih
suka main politik tanpa peduli akan Tuhan, dengan maksud memperluas kekuasaannya. Dia
memperistri banyak puteri raja luar negeri dan membangun kuil-kuil para dewa-dewi untuk
isteri-isterinya bahkan Salomo sendiri ikut serta dalam memuja dewa-dewi itu.

Kemudian setelah Salomo mangkat, pecahlah kerajaan Israel menjadi dua bagian, yakni
Israel bagian Utara yang mencakup sepuluh suku dan Israel bagian Selatan yang menjadi
kerajaan Yehuda.

 Kerajaan Israel bagian Utara

kerajaan ini memisahkan diri dari keturunan Daud, dan mengangkat rajanya sendiri yang
bukan anak Daud, yakni Yerobeam. Mereka mengasingkan diri dari bangsanya dari Yerussalem.
Disini Yerobeam mendirikan kuil-kuilnya sendiri, lengkap dengan ibadat dan petugas-
petugasnya yang tidak berasal dari suku Lewi dan memerintahkan umatnya agar menyembah
kuil-kuilnya ini. penyembahan ini dikenal dengan pemujaan “lembu emas” Yerobeam karena
dia melarang orang berjiarah di Yerusalem. Secara politis kerajaan Israel (utara) kurang stabil,
dimana terjadi pergantian raja yang silih berganti. sering disebut sebagai bangsa yang
independen karena kekerasan merajalela yang berkaitan dengan penggantian raja. Inilah asal
dosa kerajaan Israel Utara yang sudah tidak dapat diampuni. Ini memperlihatkan bagaimana
Raja-raja Utara bertindak semaunya. Sehingga tak lama kemudian akhirnya musnah pada tahun
721 SM (II Raj. 17).

 Kerajaan Israel Selatan (Yehuda)

Kerajaan initetap setia dan dipimpin oleh wangsa Daud, yakni Rehabeam.Kerajaan ini
juga dikatakan memiliki kemerosotan dan ketidaksetiaan. Namun, tidak separah yang terjadi di
kerajaan Utara. Yehuda tetap diperintah oleh keturunan Daud. Banyak raja-raja Yehuda yang
tidak setia kepada Tuhan dan memuja dewa-dewi, karenanya banyak raja-raja yang dikutuk.
Tetapi ada juga raja yang taat kepada Tuhan, yakni seperti: raja Hizkia dan Yosiamenurut
ceritanya kedua raja-raja ini benar-benar taat kepada Tuhan (II Raj. 18:3 ; 22:2) yang serupa
dengan Daud dalam kesetiaannya dan juga ada enam raja lain lagi yang dipuji.Namun, oleh
karena ketidaksetiaan tadi tambah menjadi-jadi maka pada akhirnya juga kerajaan ini pun
hancur. Namun kehancurannya tidak muntlak, Tetap ada harapan dan masa depan. Ini dapat
dibuktikan ketika masa pemerintahan Yoyakim sedikit direhabilitasikan oleh raja Babel (II Raj.
25 ; 27-30).18

Dari penjelasan diatas, maka muncullah pertanyaan dalam hati kita, ada apa dan mengapa
kitab ini muncul dan ditulis?. Tadi telah kita ketahui diatas bahwa kitab Raja-Raja ditulis Pada
abad ke-6 SM, yakni pada masa antara pembuangan di Babilonia hingga dektrit raja
Koresy.Keadaan bangsa Israel pada zaman ini ketika berada di pembuangan sangatboleh
dikatakan merosot. Para raja-raja di Babilonia yang memerintah pada saat itu memberlakukan,
kekerasan dan ketidakadilan kepada bangsa Israel, kemudian muncul pemberontakan-
pemberontakan pada pihak bangsa Israel dipembuangan dan ketidak-taatan dalam bentuk
penyembahan berhala dan ketidakadilan sosial pada pihak raja-raja. Jadi, penulis kitab ini
mengingatkan dan sekaligus menguatkan bangsa Israel bahwa Allah akan mendatangkan hukum
ilahi atas bangsa dalam berbagai bentuk, termasuk penindasan oleh negara-negar besar,
keruntuhan kerajaan dan bahkanmenyerahkan ke negeri asing.

b. Khusus

Perikop yang penafsir tafsir adalah I Raja-Raja 3:16-28, yakni ceritera tentang Hikmat
Salomo pada waktu memberi keputusan.Oleh karena itu penafsir akan menguraikan keeadaan
bangsa Israel pada zaman itu sehingga kitab ini nantinya ditulis.

 Bidang politik

Pada zaman ini bangsa Israel berada di bawah penjajahan dan di bawah pengancaman
besar oleh pemerintahan Babilonia. Pertama, akibat perlawanan raja Zedekia; kerajaan Yehuda
dipimpin oleh Zedekia, sementara Keadaan umatsaat itu terpecah belah. Pada saat itu Ada
sejumlah penduduk Yehuda yang bersedia menerima pemerintahan Babilonia dan ada juga yang
yang ingin membebaskan diri dari kekuasaan Babilonia dengan dukungan Mesir. Pada tahun 589
Zedekia melakukan pemberontakkan melawan Babilonia, ternyata tidak berhasil dan saat itu
penduduk Yehuda di tawan. Pembuangan ini berlangsung sangat kejam dan meninggalkan akibat
yang sangat abadi bagi orang-orang Israel di sepenjang masa, yakni sehubungan dengan
dirusaknya Yerusalem dan Bait Allah pada waktu itu.Kedua, berhubungan dengan pembunuhan
Gedalya. sesudah Yerusalem dihancurkan, yang memerintah di Yehuda adalah Gubernur
Gedalya. Tatapi salah seorang Yehuda dari keturunan Daud, Yakni Ismael membunuh Gedalya.

18
C. Groenen Ofm, pengantar ke dalam PL, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 140-142.
Setelah pembunuhan Gedalya banyak orang Yehuda mengungsi ke Mesir karena takut akan
pembalasan tentara Babilonia.

 Bidang Ekonomi-Sosial

Pada zaman ini orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan di perbolehkan untuk
meneruskan kebiasaan hidup masyarakatnya dan membangun rumah-rumah untuk ditempati.
Mereka ikut serta pula dalam kehidupan perniagaan di tanah air yang baru it, dan banyak
diantara mereka yang berhasil hidup dengan makmur. Orang-orang Yehuda yang ada di
pembuangan tetap mempertahankan kekhususan mereka dan tidak mau kehilangan jati diri
mereka sebagai suatu bangsa. Misalnya mereka tidak mau kawin dengan penduduk setempat
dimana mereka di buang, seperti yang mungkin terjadi dengan orang-orang Israel Utara yang
dibuang ke Asyur oleh pemerintah kerajaan Asyur.

 Bidang Agama

Mengenai keadaan umat Israel dibidang keagamaan pada waktu itu boleh dikatakan tidak
jelas. Namun yang jelas, kita ketahui bahwa agama yang berkembang di Babilonia pada saat itu
adalah pemujaan Dewa Marduk, yakni dewa kuno dari kota Babilon. Mereka mempercayai
dewa ini sebagai perwujudan dewa Matahari. Mereka menyebutnya “Bel” yang berarti TUHAN.
Menurut Mitologi penciptaa orang Babel, dewa ini memiliki tugas untuk mengalahkan kekuatan-
kekuatan kekacau-balauan. Menurut Mitos ini dikatakan bahwa raja Nebukadnezar menulis
sebuah Prasasti yang mengesahkan suatu operasi militer yang pernah dilaksanakan nya terhadap
Libanon dengan maksud mengambil kayu-kayu yang diperlukan sebagai bahan untuk
membangun kuil bagi “Marduk”. Tentunya berhubung karena bangsa Israel berada dalam
pemerintahan Babilonia, mau tidak mau mereka menyembah dewa marduk dan mendirikan kuil-
kuil nya sendiri19.

2.2.2. ANALISIS KESUSASTRAAN


Secara umumkalau kita melihat kitab Raja-Raja adalahsebuah ceritera tentang sejarah
bangsa Israel mulai dari pemerintahan Salomo, yakni bagaimana hal ikhwal kepemimpinan raja
Salomo hingga pada perpecahan kerajaan Israel, yakni kerajaan Israel Utara dan Selatan serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kitab Raja-Raja
adalah merupakan karya seorang penulis yang berbakat dan kreatif dalam menyusun dan
membuat sebuah kitab sebagai narasi yang teratur dan seragam dalam pandangan teologis
tentang sejarah bangsa Israel. Penulis Kitab ini mampu melukiskan atau memberikan uraian
jalannya peristiwa yang benar-benar terjadi tentang keadaan sejarah bangsa Israel. Boleh
dikatakan penulis adalah seorang seniman,seorang pembaca cerita yang menggunakan gaya dan
seluk-beluk sastra yang benar.

2.2.3. ANALISIS KONTEKS


a. Konteks umum

19
Dafid F. Hinson, sejarah Israel pada zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 186-194.
i. Mengenai sejarah kepemimpinan Raja Salomo
 Pasal 1-2 : penobatan Raja Salomo
 Pasal 3 : Hikmat Salomo
 Pasal 4-11 :Pemerintahan Salomo
ii. Mengenai sejarah kepemimpinan Raja Rehabeam (Pasal 12:1-22)
iii. Mengenai sejarah Kerajaan Israel Dan Yehuda
 Pasal 12:22-14:20 :Yorebeam I
 Pasal 14:21-31 :Rehabeam
 Pasal 15:1-8 :Abiam
 Paal 15:9-24 :Asa
 Pasal 15:25-32 :Nadab
 Pasal 15:33-16:7 :Baesa
 Pasal 16:8-14 :Ela
 Pasal 19:15-20 :Zimri
 Pasal 16:29-34 :Ahab
iv. Mengenai Pelayanan Nabi Elia Dan Elisa
 Pasal 17:1-22:40 :Elia dan raja Ahab
 Pasal 22:41-50 :Raja Yosafat20

b. Konteks khusus

Pada perikop yang penafsir tafsir tergolong pada bagian pertama yakni:

Pasal 3: tentang Hikmat Salomo.

2.2.4. ANALISIS MAKNA KATA

ayat 16:

Perempuan sundal: perbuatan Sundal merupakan kejahatan yang dikenal sejak zaman Israel
kuno. Dalam hukum taurat Musa melarang perbuatan Sundal, Iman tidak dapat kawin kepada
perempuan Sundal. Hukuman bagi perempuan sundal adalah mati di bakar atau dilempari dengan
batu. Menurut nabi-nabi persundalan erat hubungannya dengan ke-murtad-an bangsa secara
nasional atau barzinah mengikuti Allah lain.

Ayat 17:

Rumah:di Palestina pada zaman Alkitab, rumah adalah bagian dari kawasan benteng (lokasi)

Ayat 28:

20
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 332.
Hikmat:semua kebajikan Intelektual Ibrani, ini adalah praktik bukan teoritis. Hikmat juga adalah
kepintaran mencapai hasil, rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki.
Tempat kedudukannya adalah hati, pusat keputusan moral dan Intelektual21.

3. Analisa Teks

Kritik Teks

Pada perikop yang saya tafsir terdapat enam ayat yang mengalami Kritik Teks, yaitu: ayat
18, ayat 20, ayat 21, ayat 22, ayat 26 dan ayat 27.

Ayat 18:

a. dalam BHS tertuli ‫ ֵֽאין־זָר‬: kata keterangandari akar kata ‫ און‬artinya menjadi terang,
menjadi kekuatan, mudah.banyak naskah terjemahan Yunani dari PL (vulgata) bentuk
kata tersebut merupakan dugaan (konyektur). Dan PL terjemahan Siria mengusulkan
kata‫ואין‬
penafsir lebih setuju pada dengan naskah yang diusulkan oleh BHS karena naskah
yang diusulkan oleh PL terjemahan Siria tidak memiliki arti.

b. dalam BHS tertulis: ‫ בַּ בַּ יִת‬kata benda tunggal maskulin dari akar kata ‫בית‬artinya: rumah,
keluarga. Naskah ini Tidak terdapat dalam terjemahan Yunani dari PL (septuaginta),
bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur) PL terjemahan Siria.

Penafsir lebih setuju dengan naskah yang di tulis oleh BHS karena kata ini
mempunyai peranan penting dalam ayat ini sebagai kata keterangan tempat untuk
menjelaskan peristiwa dalam ayat tersebut.

Ayat 20:

dalam BHS tertulis: ‫ יְ שנָה ַּו ֲא ָ ֵֽמ ְתָך‬artinya : pertama, ‫ ַּו ֲא ָ ֵֽמ ְתָך‬:kata penghubung ‫ו‬artinya “dan,
tetapi, maka”.Dan (kha) akhiran ganti artinya mu. Kata benda suffix orang kedua tunggal neuter
dari kata ‫ אמה‬artnya “tetapi hambamu”. Kedua, ‫יְ שנָה‬: kata sifat tunggal feminim dari kata ‫ישנ‬
artinya “tidur”Terjemahan: tetapi hambamu tidurNaskah ini Tidak terdapat dalam terjemahan
Yunani dari PL (septuaginta), bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur).

Penafsir setuju dengan naskah yang ditulis BHS, karena kalimat ini yakni sebagai
pendukung ceritera dari ayat ini.

Ayat 21:

Dalam BHS tertulis: ‫בַּ בֹּ קֶ ר‬: kata depan artinya di, pada, dalam. kata benda tunggal
maskulin dari akar kata ‫ בקר‬artinya: “pada pagi” Dicoret, untuk dicoret?

21
Ensiklopedi masa kini, jilid II (Jakarta: YKBK/OFM, 2005)
Penafsir tidak setuju kalau naskah ini di coret, karena kata ini juga penting yaitu
untuk menunjukkan waktu, ketika peristiwa itu terjadi.

Ayat 22:

a. dalam BHS tertulis: ‫יבנִ י‬


ְ ַּ‫תּובנְךהַּ ח‬
ְ ‫ הַּ מ‬artinya:

‫ ְבנִ י‬: kata kerja imperfek orang ke dua tunggal feminim dari akar kata ‫ בּן‬artnya
“anakmu”

‫הַּ חַּ י‬ : awalan penentu ַּ‫ ה‬artinya “yang, itu” kata sifat tunggal maskulin dari
akar kata ‫חיי‬Artinya “yang hidup”

‫ּובנְך‬
ְ :akhiran ganti ‫ ך‬orang ke 2 k. kerja tunggal maskulindari akar kata ‫ בנ‬artinya
“anak mu”

‫הַּ מת‬: awalan penentu‫ ה‬artinya “itu, yang” k. kerja turunan Kal tunggal maskulin
dari akar kata ‫מות‬artinya: “yang mati, maut”

Terjemahan: “anakmu yang hidup anakmu yang mati”. Dankata ‫ בְ נְך הֶ חָ י‬artinya:

‫בנְך‬:akhiran
ְ ganti ‫ ך‬orang kedua tunggal feminim dari akar kata ‫ בנ‬artinya: “anakmu”.

‫הֶ חָ י‬: awalan penentu ַּ‫ ה‬artinya: “yang”. k. sifat tunggal maskulin dari akar kata ‫חיי‬
artinya: yang hidup.

Terjemahan: “anakmu ang hidup”.

Dalam satu atau beberapa naskah-naskah PL Ibrani abad pertengahan, terjemahan


Yunani dari PL (septuaginta) vulgata dalam urutan terbalik.

Penafsir setuju dengan naskah yang ditulisoleh BHS, karena jika kalimat ini tak
ada maka bole saja tidak lengkap dialog atau debatan dalam ayat ini.

b. Dalam BHS tertulis: ‫וְ ז ֹּאת‬: k. penghubung ‫ ו‬artinya “dan, tetapi, maka”k. penunjuk tunggal
feminim dari akar kata ‫ זאת‬artinya “tetapi ini”.Naskah ini Tidak terdapat dalam
terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) bentuk kata tersebut merupakan dugaan
(konyektur)

Menurut Penafsirnaskah tidak terlalu penting, boleh ada dan juga tidak ada, karena hanya
berupa pendukung saja.

Ayat 26:
a. Dalam BHS tertulis: ‫ ַּות ֹּאמֶ ר‬artinya: k. penghubung ‫ ו‬artinya “dan, tetapi, maka k. kerja
orang ketiga tunggal maskulin dari akar kata ‫ אמר‬artinya: “dan dia berkata”. Terjemahan
Yunani dari PL (septuaginta) απεκρίθή: aoris orang ke dua jamak artinya “kalian akan
diusir” =‫ַּוהצן‬

Penafsir lebih setuju dengan naskah yang diusulkan BHS karena naskah yang diusulkan
oleh terjemahan Yunani tidak jelas dan tidak berkaitan dengan ceritera ayat ini.

b. Dalam BHS tertulis: ‫ הַּ חַּ י‬artinya: awalan ַּ‫ ה‬artinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari
akar kata ‫ חיי‬artinya “yang hidup” Terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) teks
menambahkan και είπεν artinya “dan hidup berdamai”

Penulis lebih setuju dengan naskah yang diusulkan oleh BHS karena naskah yang
diusulkan oleh terjemahan Yunani lagi-lagi tidak sesuai bila dipakai dalam ayat ini.

c. Dalam BHS tertulis: ‫ אֶ ת־הַּ יָלּוד‬artinya: k. ganti nama artnya “engkau”. kata penghubung‫אֶ ת‬
artinya “dan”, awalan ַּ‫ ה‬artinya “yang”, k. benda tunggal maskulin dari akar kata ‫ילד‬
artinya: “anak (Lk) orang muda”. “Artinya: anak-mu yang”Sedikit jumlah naskahini,
dan kodeks tulisan tangan berbahasa Ibrani menurut PL Ibrani‫ הילך‬orang lelaki yang sama
dalam ayat 27

Penafsir setuju dengan naskah yang ditulis oleh BHS karena nyambung atau sesuai
dengan ceritera ayat ini dan Naskah yang diusulkan oleh tulisan tangan Bahasa Ibrani
tidak ada arti.

d. Dalam BHS tertulis: ‫ הַּ חַּ י‬artinya: awalan ַּ‫ ה‬artinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari
akar kata ‫ חיי‬artinya “yang hidup” tidak terdapat dalam ayat 2kodeks tulisan tangan
berbahasa Ibrani menurut PL Ibrani terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) bentuk kata
tersebut merupakan dugaan (konyektur). Untuk dicoret?

Penafsir tidak setuju kalau kalimat ini dicoret karena kata ini penting dalam ceritera
ayat ini sebagai pelengkap ceriteranya.

Ayat 27:

a. Dalam BHS tertulis:‫לאֶ ת־הַּ יָלּודּה‬artinya: k. depan dari akar kata ‫ ל‬artinya: “kepada, untuk
akan”.‫ אֶ ת־הַּ יָלּוד‬k. ganti nama artinya “engkau”. kata penghubung‫ אֶ ת‬artinya “dan”, awalan
ַּ‫ ה‬artinya “yang”, k. benda tunggal maskulin dari akar kata ‫ ילד‬artinya: “anak (Lk) orang
muda”. Artinya: “dan anak-mu yang”terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) adalah το
παίδιον τε είπόυσή Λοτε αυτη αυτο artinya:
Το : KST Nominatif tunggal neuter
Παίδιον : Anak kecil
τε : kata penghubung artinya “dan”
είπόυσή : hidup berdamai
Λοτε : beri, berikan
Αυτη : k. ganti orang Nominatif tunggal feminim artinya “dia”
Αυτο :k. ganti orang Nominatif tunggal neuter artinya: aku
Terjemahan: dan aku berikan anak kecil itu kepadanya
Penafsir lebih setuju dengan naskah yang diusulkan oleh terjemahan Yunani PL karena
jelas bahwa itu perkataan raja sesuai dengan alur ceritera ayat ini.
b. Dalam BHS tertulis: ‫הַּ חַּ י‬:awalan ַּ‫ ה‬artinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari akar kata
‫ חיי‬artinya “yang hidup” tidak terdapat dalam terjemahan Yunani dari PL (septuaginta)
bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur).

penafsir setuju dengan naskah yang diusulkan BHS karena sebagai dengan
ceritera ayat itu.

c. Dalam BHS tertulis: ‫ל ֹּא‬: k. depan artinya “bukan, tidak” naskah, banyak naskah ‫אל‬: k.
tugas artinya “jangan, sama sekali tidak”

Penafsir lebihh setuju dengan naskah yang di usulkan oleh banyak naskah lain
karena memang sesuai dengan ceritera ayat ini yaitu larangan raja. Jadi kemungkinan
kata itu ada.

2.2.5. Tafsiran

Ayat 16:

Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan Sundalmenghadap raja, lalu mereka
berdiri didepannya.

penafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut: kata “pada waktu” adalah menunjukkan
sebuah situasi waktu yang menceritakan suatu peristiwa. Peristiwa yang dimaksud adalah ada
dua orang perempuan sundal yang menghadap raja. Menurut buku Ensiklopedi Alkitab masa kini
menjelaskan bahwa Perempuan Sundal adalah orang-orang (perempuan) yang melakukan
kejahatan, orang yang murtad, yang mengikuti Allah lain dan menurut tradisi, bahwasanya
seorang perempuan sundal harus di hukum mati dengan cara di lempar batu. Untuk mengetahui
tujuan kedua perempuan sundal ini menghadap raja maka penafsir menguraikannya pada tafsiran
ayat selanjutnya.

Ayat 17 dan 18:

kata perempuan yang satu: “ya tuanku! aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah,
dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada dirumah itu, Kemudian pada hari ketiga sesudah
aku, perempuan ini pun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang bersama-sama
dengan kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah.
Ayat ini hanya menjelaskan suatu keadaaan dan peristiwa yang terjadi kepada kedua
perempuan ini.Keadaan yang dimaksud adalah bahwa salah seorang diantaraPerempuansundalitu
memberitahukan kepada raja bahwa merekaberdua tinggal dalam satu rumah. Selanjutna
memberitahukan suatu peristiwa yang terjadi bahwa dia telah melahirkan seorang anak.
Kemudian ia memberitahukan juga bahwapada hari ketiga sesudah ia melahirkan, temannya
yang tinggal satu rumah dengannya melahirkan anak juga. Jadi, diayat ini untuk sementara dapat
diketahui apa alasan kedua perempuan sundal itu datang kepada raja, yaitu memberitahukan
keadaan mereka kepada raja. Sekarang yang menjadi pertanyaan ialah mengapa mereka
melaporkan hal itu kepada raja. Untuk mengetahui itu, kita akan melihat pada tafsiran ayat
selanjutnya.

Ayat 19:

pada waktu malam anak perempuan ini mati, karena ia menidurinya

ayat ini menjelaskan peristiwa yang terjadi seterusnya kepada kedua perempuan tadi.
Peristiwa itu adalah bahwa salah satu anak dari kedua perempuan yang sudah melahirkan ini,
mati pada waktu malam harikarena ia menidurinya.

ayat: 20 dan 21:

Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku;
sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu dipangkuannya, sedang anaknya yang
mati itu dibaringkannya di pangkuanku.Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui
anakku, tampaknya anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi,
tampaknya dia bukan anak yang kulahirkan”

Ayat inimenjelaskan peristiwaselanjutnya, yang ada hubungannya pada peristiwa pada


ayat sebelumnya mengapa kedua perempuan sundal ini menghadap raja.Sebenarnya ayat ini
menunjukan bahwa diantara perempuan ini ada masalah. Masalah itu adalahternyata ibu dari
anakyangmati ini, telah menukarkan anaknya dengan mengambil anak perempuan yang masih
hidup,lalu anaknya yang sudah mati dibaringkannya dipangkuan perempuan itu.

Ayat 22 dan 23:

kata perempuan yang lain itu: “bukan! Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang
mati”. tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “bukan! Anakmulah yang mati dan
anakkulah yang hidup”. Begitulah mereka bertengkar didepan raja. Lalu berkatalah raja: “yang
seorang berkata: anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati. yang lain berkata: bukan!
Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup”

Di ayat ini sebenarnya mau menjelaskan bahwa kedua perempuan ini menginginkan anak
yang hidup itu. ibu dari anak yang hidup ini ingin mengetahui dan mengambil anaknya.
Sementara ibu dari anak yang mati membenarkan diri, bertahan dan tidak mau mengaku.
Ayat 24dan 25:

Sesudah itu raja berkata: ambilkan aku pedang”, lalu dibawalah pedang kepada raja.
Kata raja: “penggallah anak itu yang hidup menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang
satu dan setengah lagi kepada yang lain.

Di ayat ini sebenarnya menunjukan keputusan raja yang berhikmat. Hikmat Salomo yang
telah diberikan Allah kepadanya. sekarang dinyatakan dengan suatu peristiwa khas. Inilah
hikmat dalam arti praktis, (pada zamannya dipandang sebagai berasal dari Allah). Salomo
membuat keputusan ini, bukanlah berarti keputusannya tidak yang tidak Etis, tetapi Salomo
membuat keputusan berdasarkan hati yang penuh pertimbangan. Dengan cerdik, ia menciptakan
keadaan yang memungkinkan ia untuk menentukan mana ibu sebenarnya dari anak yang masih
hidup itu.

Ayat 26:

Maka kata perempan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah
belas kasiannya terhadap anaknya itu, katanya: “ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang
hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia”. tetapi yang lain itu berkata: “supaya jangan
untukku ataupun untukmu, penggallah!”

Timbullah belas kasihan (belas kasihan hatinya). Kata “hati” dapat berarti “kandungan”.
Menurut ilmu jiwa Ibrani renjana yang kuat berada dibagian perut. Dalam ilmu jiwa populer
sekarang hal itu ditempatkan dihati22.

Ayat 27dan 28:

Tetapi raja menjawab katanya: “berikanlah kepadanya anak yang hidup itu, janganlah
sekali-kali membunuh dia, Dia itulah ibunya”.ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan
hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat bahwa
hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan

Ayat ini menunjukan bahwa raja telah memberikan keputusan yang benar. keputusan
Salomo,di ayat ini memakai kata Ibrani Mispat, disini secara khusus dikenakan pada keputusan
yang timbul dari penerapan hikmat yang diberikan Allah.Keputusan SalomoKeputusannya yang
penuh kebijaksaan dan hal ini menimbulkan kekaguman terhadap dirinya. Itulah kemuliaaan
yang telah dijanjikan oleh Tuhan.23

2.3. SKOPUS

22
A. Simajuntak, Tafsiran Alkitab masa kini Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
1983), 520-521.
23
Dianne Bergant, Tafsiran Alkitab PL (Yogyakarta: Canisius, 2002), 316.
Tuhan memberikan kemuliaan bagi orang yang menegakkan keadilan dan yang membela
kebenaran, dan sebalikya Tuhan akan memberikan penghukuma bagi orang yang tidak setia dan
memberontak

2.4. MAKSUD TEOLOGIS

Pasal ini sebenarnya ingin menunjukkan kepada kita bahwa Allah selalu adil kepada
semua orang dan berkarya dalam kehidupan manusia. dan juga memperlihatkan bahwa
ketidaksetiaan umat tidak menggagalkan rencana dan kesetiaan Tuhan dalam menegakkan
keadilan-Nya. Tuhan terus mengusahakan keselamatan umatnya.

III. Kesimpulan

Dari seluruh peristiwa yang dikisahkan oleh penulis diatas,barang kali apa yang menjadi
perenungan kita pada saat ini. Memang saat ini kita mengatakan bahwa kita tidak berada
dibawah penjajahan, atau kita tidak sedang melakukan seperti apa yang di lakukan oleh
perempuan sundal, atau boleh saja kita katakana kita tidak akan menjadi raja dan akan
menghakimi seperti Salomo.

Tentunya kita telah ketahui, Kejahatan manusia seperti yang terjadi pada masa Salomo,
kususnya yang dikisahkan dalam perikop ini, kalau kita pandang dengan cara pandang moral,
menurut saya hal ini sangatlah tidak benar dan tentunya itu sangat memilukan hati Tuhan. Nah,
saat ini memang kita tidak melakukan hal yang sama seperti yang terjadi perikop ini, tetapi
Terkadang kita sering menemukan hal-hal yang demikian, misalnya bertahan pada prinsip kita,
mengambil dan mempertahankan milik orang lain, serta menyembunyikan kesalahan kita ketika
kita melakukan kesalahan. Hal ini bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh rasa malu. Contoh
kecilnya kita mengambil barang teman dan barang itu diambil kembali kepada kita, maka apa
yang sering terjadi kepada kita? Mugkin besar kemungkinan Boleh saja kita bertahan, tidak
mengembalikan bahkan kita akan membalikkan fakta dan menuduhnya, bahwa dia telah
berprangka buruk kepada kita, dan lain sebagainya. Lalu sebaliknya kita yang keberatan
kepadanya dan kalu boleh kita rela memecahkan atau merusak barang yang telah kita ambil itu di
depan-depannya atau. Ini berupa contoh yang sederhana saja yang sering terjadi dalam
kehidupan kita saat ini ada banyak hal-hal yang memicu kita untuk berbuat yang tidak benar di
hadapan Tuhan, Berbohong, bersaing tidak sehat atau berbuat curang, bersifat menghakimi dan
lain sebagainya. Itu semua hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan.

Kemudian sering terjadi dalam kehidupan kita sekarang, khususnya dalam kepemimpinan
kita; mungkin ada saja sesuatu hal yang membuat kita harus mengambil keputusan. Untuk itu,
Mungkin sangat baik kalau kita meneladani kehidupan Salomo. Kita tidak perlu membela yang
yang tidak benar, dan yang perlu dalam mengambil keputusan adalah tidak mempunyai motif
lain atau maksud tertentu ketika kita mengambil keputusan. Allah tetap memberi kita anugerah
dan kasih karuniannya dalam hati kita seperti yang kita rasakan saat ini maka kita harus turuti
itu. Dalam hal ini, perlu kita sadari bahwa tanpa penyerahan diri sepenuhnya di hadapan Tuhan
dan menempatkan Tuhan dalam kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA
Armando, Nina dkk, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005.
Bergant, Dianne Tafsiran Alkitab PL, Yogyakarta: Canisius, 2002.
Bumham, Fredric B. Post Modern Teology: Christian Faith a Pluralist Word, Sanfransisco:
Happer and Row, 1989.
Ensiklopedi masa kini, jilid II, Jakarta: YKBK/OFM, 2005.
Fakih, Mansour Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 1996.
Fiorenza, Elizabeth Schussler Untuk Mengenang Perempuan Itu, Jakarta: BPK GM, 1995.
Hill Andrew E dan John, survey Perjanjian Lama, Malang: Gunung Mas, 2004.
Hinson, Dafid F. sejarah Israel pada zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010.
http://www.researchgate.net/publication/291830685_Teolog_feminis_Kristen,
KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Mita, M. Benny Perempuan Dana Spiritualitas, Yogyakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2001.
Moore, Henricta L. feminisme dan Antropologi, Jakarta: Obor, 1998.
Ofm, C. Groenen pengantar ke dalam PL, Yogyakarta: Kanisius, 1986.
ollenburger, Jane C. Sosiologi Wanita, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Russell, Letty M. Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998.
Saragih, Agus Jetron Teologi Perjanjian Lama, Medan: Bina Media Perintis, 2015.
Simajuntak, A. Tafsiran Alkitab masa kini Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1983.
Sitompul A.A & Ulrich Deyer, Metode Penafsir Alkitab, Jakarta: BPK GM, 1998.
Suhsrso, KBBI, Semarang: CV Widia Karya, 2013.

Anda mungkin juga menyukai