Nim : 18.01.1656
Tingkat/Jurusan : II-B/Teologi
Jika dilihat dari sudut pandang perempuan, kaum perempuan merupakan kaum terjajah oleh
laki-laki. Adam dan Hawa diciptakan untuk saling melengkapi dan bukan untuk menindas antara
satu dengan yang lainnya, sebab kedudukan manusia sama dihadapan Tuhan. Namun karena
adanya pengaruh nilai dan kebudayaan, serta adat istiadat oleh manusia terbentuklah anggapan
bahwa kedudukan ataupun status perempuan jauh lebih rendah daripada laki-laki, sehingga
muncullah sikap untuk merendahkan perempuan dimana perempuan sering ditindas dan
dianggap tak bernilai. Dari anggapan tersebut muncullah gerakan feminisme, yaitu gerakan
wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum laki-laki dan perempuan.
II. Pembahasan
2.1.Metode Tafsir Feminisme
2.1.1. Defenisi Feminisme
Menurut KBBI, feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria1 Secara etimologis kata feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu femina
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi femine. Artinya memiliki sifat-sifat sebagai
perempuan. Kemudian kata itu ditambah “ism” menjadi feminism, yang berarti hal ihwal tentang
perempuan.2 Dalam defenisi sederhana, feminisme bisa saja mengacu pada kesadaran wanita
akan penindasan dan pemerasan wanita dalam kerja, di rumah, dan di masyarakat, serta dapat
1
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 315.
2
Suhsrso, KBBI, (Semarang: CV Widia Karya, 2013), 139.
juga diartikan sebagai kesadaran tindakan politik yang dilakukan oleh wanita untuk mengubah
situasi demikian.3
Sejarah feminisme terbagi menjadi dua fase, feminisme lahir bersama dengan era
pencerahan Eropa yang dipelopori oleh Lady Worklyde Condarcety yang merupakan anggota
perempuan ilmiah. Dari Eropa gerakan ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat setelah
Jhon Syuart Mill menerbitkan buku The Sbjiction Of Woman. Kemudian gelombang kedua lahir
terjadilah perang II, di mana lahir negara-negara baru yang terbebas dari jajahan Eropa dan
memberikan hak perempuan pemilihan di parlemen. Sebagai sebuah gerakan yang telah muncul,
dalam ensiklopedia Islam dikatakan bahwa gerakan feminisme telah hadir sejak abad pertama.
Meskipun secara historis feminisme merupakan gerakan yang sudah tua, namun baru tahun
1960an dianggap sebagai tahun lahirnya gerakan feminisme. Karena di tahun-tahun inilah
gerakan feminisme dianggap menguat dengan ditandainya kemunculan gerakan feminisme
liberal di Amerika.4
Dalam gerakan feminis, landasan mereka adalah situasi penganiayaan dan penindasan
terhadap kaum wanita. Oleh karena itu, tema seputar penindasan terhadap kaum wanita menjadi
arah dasar teologi mereka. Mereka ingin dibebaskan dari penganiayaan dan penindasan oleh
kaum laki-laki yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.5
3
Henricta L. Moore, feminisme dan Antropologi, (Jakarta: Obor, 1998), 9.
4
Mansour Fakih, Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
1996), 159.
5
Fredric B. Bumham, Post Modern Teology: Christian Faith a Pluralist Word (Sanfransisco: Happer and
Row, 1989), 65.
6
Nina Armando, dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005), 158.
1. Kritiknya dimulai dari peristiwa masa lampau, suatu penyembuhan dari ingatan akan
akan bahaya penindasan yang dialami kaum wanita pada masa lampau yang dilakukan
oleh kaum laki-laki “Patriakhal”, tradisi gereja dan budaya.
2. Mencari alasan, istilah dan alternatif lain untuk mendukung gerakan mereka yang sesuai
dengan keinginan mereka, bisa diambil dari Alkitab dan luar Alkitab mereka
mengembangkan metode-metode teologi untuk merefisi doktrin yang tidak sesuai dengan
lingkup dunia wanita. 7
2.1.3. Sudut Pandang Baru terhadap Perempuam dalam Kitab Suci
1. Perempuan dalam keperihatinan
2. Perempuan adalah mahkota ciptaan
3. Perempuan pemimpin yang ideal
4. Perempuan idola
5. Perempuan: peluang dan tantangan.8
2.1.4. Tokoh-tokoh Feminisme
1. Rosemary Radford Reuther
Rosemary lahir pada tahun 1936 di Georgetown, Texas. Ibunya seorang Katolik dan
ayahnya seorang Episkopal dan ia dibesarkan sebagai orang Katolik. Ia menjelaskan ia
dibesarkan sebagai orang yang bebas berpikir, eukumenis dan humanistic. Ayah Ruther
meninggal ketika dia masih berusia 12 tahun dan sesudahnya Reuther dan ibunya pindah ke
California.
Reuther adalah seorang sarjana feminis yang berpengaruh dan juga seorang teolog. Dia
dianggap sebagai pelopor di bidang teolog feminis, yang karya-karyanya membantu merangsang
revaluasi utama pemikiran Kristen dalam terang isu-isu perempuan. 9
2. Letty M. Russell
Letty M. Russell adalah seorang teolog feminis remormed. Pandangan Russell dalam
feminisme, ia melihat Alkitab adalah firman yang memerdekakan (Liberating Word). Kemudian
Russell mengatakan bahwa Alkitab bukan saja the Liberating Word tetapi juga harus menjadi
7
Nina Armando, dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005), 225-226.
8
Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama, (Medan: Bina Media Perintis, 2015), 65-85.
9
http://www.researchgate.net/publication/291830685_Teolog_feminis_Kristen, diakses pada hari kamis 7
Desember pukul 22.30 WIB.
liberated word yang yang berarti Alkitab dibebaskan dari cara pandang patriakhal. Caranya
adalah dengan membuang semua budaya patriakhal yang telah membelenggu teks-teks Alkitab
untuk pembebasan kaum wanita.10
Prinsip-prinsip penafsiran feminisme berfungsi lebih dari sekedar batasan negatif dalam
memperjelas makna Kitab suci. Sejauh Kitab suci diyakini mampu menerangi pengalaman
manusia, prinsip-prinsip harus berfungsi untuk mengkaji cerita-ceritanya, ajaran-ajarannya, puisi
dan sabda Ilahinya, mencari petunjuk-petunjuk positif bagi tugas pencarian makna yang sedang
berlangsung serta membuat keputusan dalam kehidupan konkret. Jika prinsip penafsiran muncul
dari pengalaman tertindas dan menderita, prinsip penafsiran ini menjadi suatu keharusan moral.12
Hermeneutika ini bertolak dari dua fakta. Pertama, Kitab suci itu ditulis dalam kultur
Yahudi dan Yunani, yang diwarnai pola pikir androsentik. Kedua, tradisi interpretasi sampai
sekarang hanya dikerjakan dan dikembangkan oleh laki-laki saja. Model tafsir feminis mendekati
10
Letty M. Russell, Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, (Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998), 55-56.
11
A.A Sitompul & Ulrich Deyer, Metode Penafsir Alkitab, (Jakarta: BPK GM, 1998), 337-338.
12
Letty M. Russell, Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, (Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998), 47.
teks dan interpretasi Kitab suci yang berkembang dengan sikap curiga maksudnya, senantiasa
peka dan berusaha untuk mencari akibat dan bias androsentik dalam Kitab suci. Usaha tersebut
senantiasa perlu senantiasa disertai dengan sikap curiga karena ada kemungkinan
penyalahgunaan tafsiran Kitab suci yang cenderung mengkokohkan sistem patriakhal dan
manipulasi kepasrahan perempuan. Melalui tahap ini berusaha membongkar kemasan
androsentrik dan memunculkan inspirasi pembebasan yang tersembunyi dalam nats Kitab suci.
2. Hermeneutika Pemakluman
Hermeneutika ini bertujuan mengungkap inspirasi dan relevansi kitab suci bagi
emansipasi kaum perempuan di jaman sekarang dengan mempelajari peran dan sumbangan teks
bagi kebudayaan modern yang masih dipengaruhi oleh struktur patriakat. Hermeneutika
pemakluman berusaha menyaring kutipan dan pesan yang hendak diwartakan bagi manusia
zaman sekarang. Tujuannya adalah menegaskan bahwa sebuah kisah atau kutipan yang memuat
dan melestarikan dominasi laki-laki dan perempuan janganlah disampaikan sebagai amanat
Allah, melainkan hanyalah sebagai pesan dan kepentingan manusia belaka. Maka penilaian dan
penyaringan teks suci perlu dilakukan berdasarkan dua cerita yaitu: cerita etis yang melandaskan
keluhuran martabat perempuan atau sebagai cerita Allah juga, serta kriteria teologi yang
melandaskan Allah tidak pernah merestui segala macam penindasan yang mendatangkan
penderitaan bagi manusia.
3. Hermeneutika Pengenangan
Melalui hermeneutika ini kaum perempuan dapat menimbah “pemberdayaan” dan “inspirasi”
untuk mengangkat martabatnya.
Tujuan hermeneutika ini adalah mencari peluang, peran serta perempuan untuk
membangun kehidupan baik dalam lingkungan Kristiani dan masyarakat.13
Berbagai bentuk teologi bentuk pembebasan telah menentang apa yang disebut teologi
akademik yang objektif dan netral nilai. Pemahaman dasar dari semua teologi pembebasan telah
menentang apa yang disebut teologi akademik semakin objektif dan netral nilai. Pemahaman
dasar semua teologis pembebasan, termasuk teologi feminis, adalah pengakuan bahwa semua
teologi, entah mau tidak mau, dari defenisisnya, selalu terlibat demi atau menentang kaum
tertindas.
Ketekunan para tokoh feminisme untuk mendobrak ketertindasan wanita, tampak dari
asosiasi perempuan dengan munculnya buku-buku yang menentang penindasan kaum laki-laki
terhadap perempuan.
2. Kekurangan
Dari dalam gerakan Feminisme itu sendiri adalah tidak sedikit perempuan yang seakan-akan
menikmati ketertindasan dan tidak ingin terlepas dari sesuatu tersebut. dan pihak laki-laki yang
cenderung menempatkan kaum laki-laki yang pantas menduduki jabatan masyrakat.15
15
Jane C. ollenburger, Sosiologi Wanita, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 21.
2.2. ANALISIS ISI ALKITAB
a. Penulis Kitab
Mengenai penulis kitab ini, ada beberapa pandangan yang dimunculkan kepada kita.
Pertama, sebagian para ahli mengatakan bahwa secara umum kitab Raja-raja ini penulisnya tidak
dikenal. Ini berpedoman pada anggapan bahwa kebanyakan dari kitab-kitab Perjanjian Lama
termasuk kitab Raja-raja penulisnya tidak dikenal.
Kedua, menurut pandangan tradisional yang menerima tradisi Yahudi yang berpendapat
bahwa kitab Raja-Raja ini ditulis oleh Nabi Yeremia. Ini didasari pada hubungan/kesamaan dari
kitab Yeremia, mencatumkan ayat yang hampir identik. Misalnya, cerita tentang kejatuhan
Yerussalem (II Raj. 24-25 dan Yer. 25) dan (I Raj. 14:3 dan Yer. 1:1-10).16
Tetapi sayang, seluruh pandangan di atassetelah diteliti kebenarannya oleh para ahli
kemudian, ternyata banyak yang tidak menerima dan menyetujui pandangan-pandangan tersebut
dengan alasan-alasan dan bukti- bukti tertentu. Dan akhirnya diambil sebuah titik kesimpulan
bahwa kitab ini ditulis oleh seorang penulis yang tidak diketahui namanya yang mempunyai ciri-
ciri seorang penulis yang menyaksikan kejatuhan Yerusalem.Dan penulis memahami bahwa
hubungan Israel dengan YAHWEH didasarkan pada perjanjian dengan-Nya, serta dia memahami
bahwa hubungan perjanjian itu mempunyai implikasi pada sejarah Ibrani
menurut bukti yang tersediayang didapatkan oleh para ahli,mengatakan bahwa : kitab
Raja-raja ditulis kira-kira abad ke-6 SM tepat pada tahun 587-686 SM, yakni pada masa
kejatuhan Yerussalem sampai pada masa Dektrit raja Koresy dari Persia yang mengijinkan orang
Israel kembali ke tanah air mereka (tahun 539)17.
a. Umum
Kitab Raja-Raja adalah merupakan cerita sejarah bangsa Israel mulai dari masa akhir
pemerintahan raja Daud sampai pada penaklukan Yerussalem oleh orang Babel.
16
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 324-328.
17
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 325-326.
Ada tiga keadaan sejarah bangsa Israel yang dirincikan oleh penulis kitab Raja-raja,
yakni dibidang politik, Ekonomi dan agama, yakni:
Setelah raja Daud meninggal, kemudian dia digantikan oleh raja Salomo. Salomo adalah
salah seorang tokoh pilihan Allah dan kekasih Tuhan.Pada awalnya Ia adalah seorang raja yang
saleh, bijaksana, seniman, pembangun, kaya-raya dan seorang pedagang terkenal diseluruh
dunia. Salah satu warisan yang paling abadi dan berpengaruh pada zaman Salomo adalah dia
mendirikan bait Allah di Yerusalem. Namun, pada akhirnya menjelang akhir pemerintahannya,
Salomo menganggap dirinya seperti raja-raja yang ada disekitarnya. Dia mulai memuliakan
dirinya sebagai yang maha kuasa, dan menganggap rakyatnya sebagai miliknya. Ia sudah tidak
peduli akan rasa kesukaan dan tradisi kemerdekaan bangsa Israel.Dia memberlakukan kerja
paksa kepada umatnya dan menaikkan pajak. Dan Yang lebih kentara lagi adalah Salomo sudah
mulai tidak setia kepada Tuhan dan kepada kedudukannya sebagai raja umat Allah. Salomo lebih
suka main politik tanpa peduli akan Tuhan, dengan maksud memperluas kekuasaannya. Dia
memperistri banyak puteri raja luar negeri dan membangun kuil-kuil para dewa-dewi untuk
isteri-isterinya bahkan Salomo sendiri ikut serta dalam memuja dewa-dewi itu.
Kemudian setelah Salomo mangkat, pecahlah kerajaan Israel menjadi dua bagian, yakni
Israel bagian Utara yang mencakup sepuluh suku dan Israel bagian Selatan yang menjadi
kerajaan Yehuda.
kerajaan ini memisahkan diri dari keturunan Daud, dan mengangkat rajanya sendiri yang
bukan anak Daud, yakni Yerobeam. Mereka mengasingkan diri dari bangsanya dari Yerussalem.
Disini Yerobeam mendirikan kuil-kuilnya sendiri, lengkap dengan ibadat dan petugas-
petugasnya yang tidak berasal dari suku Lewi dan memerintahkan umatnya agar menyembah
kuil-kuilnya ini. penyembahan ini dikenal dengan pemujaan “lembu emas” Yerobeam karena
dia melarang orang berjiarah di Yerusalem. Secara politis kerajaan Israel (utara) kurang stabil,
dimana terjadi pergantian raja yang silih berganti. sering disebut sebagai bangsa yang
independen karena kekerasan merajalela yang berkaitan dengan penggantian raja. Inilah asal
dosa kerajaan Israel Utara yang sudah tidak dapat diampuni. Ini memperlihatkan bagaimana
Raja-raja Utara bertindak semaunya. Sehingga tak lama kemudian akhirnya musnah pada tahun
721 SM (II Raj. 17).
Kerajaan initetap setia dan dipimpin oleh wangsa Daud, yakni Rehabeam.Kerajaan ini
juga dikatakan memiliki kemerosotan dan ketidaksetiaan. Namun, tidak separah yang terjadi di
kerajaan Utara. Yehuda tetap diperintah oleh keturunan Daud. Banyak raja-raja Yehuda yang
tidak setia kepada Tuhan dan memuja dewa-dewi, karenanya banyak raja-raja yang dikutuk.
Tetapi ada juga raja yang taat kepada Tuhan, yakni seperti: raja Hizkia dan Yosiamenurut
ceritanya kedua raja-raja ini benar-benar taat kepada Tuhan (II Raj. 18:3 ; 22:2) yang serupa
dengan Daud dalam kesetiaannya dan juga ada enam raja lain lagi yang dipuji.Namun, oleh
karena ketidaksetiaan tadi tambah menjadi-jadi maka pada akhirnya juga kerajaan ini pun
hancur. Namun kehancurannya tidak muntlak, Tetap ada harapan dan masa depan. Ini dapat
dibuktikan ketika masa pemerintahan Yoyakim sedikit direhabilitasikan oleh raja Babel (II Raj.
25 ; 27-30).18
Dari penjelasan diatas, maka muncullah pertanyaan dalam hati kita, ada apa dan mengapa
kitab ini muncul dan ditulis?. Tadi telah kita ketahui diatas bahwa kitab Raja-Raja ditulis Pada
abad ke-6 SM, yakni pada masa antara pembuangan di Babilonia hingga dektrit raja
Koresy.Keadaan bangsa Israel pada zaman ini ketika berada di pembuangan sangatboleh
dikatakan merosot. Para raja-raja di Babilonia yang memerintah pada saat itu memberlakukan,
kekerasan dan ketidakadilan kepada bangsa Israel, kemudian muncul pemberontakan-
pemberontakan pada pihak bangsa Israel dipembuangan dan ketidak-taatan dalam bentuk
penyembahan berhala dan ketidakadilan sosial pada pihak raja-raja. Jadi, penulis kitab ini
mengingatkan dan sekaligus menguatkan bangsa Israel bahwa Allah akan mendatangkan hukum
ilahi atas bangsa dalam berbagai bentuk, termasuk penindasan oleh negara-negar besar,
keruntuhan kerajaan dan bahkanmenyerahkan ke negeri asing.
b. Khusus
Perikop yang penafsir tafsir adalah I Raja-Raja 3:16-28, yakni ceritera tentang Hikmat
Salomo pada waktu memberi keputusan.Oleh karena itu penafsir akan menguraikan keeadaan
bangsa Israel pada zaman itu sehingga kitab ini nantinya ditulis.
Bidang politik
Pada zaman ini bangsa Israel berada di bawah penjajahan dan di bawah pengancaman
besar oleh pemerintahan Babilonia. Pertama, akibat perlawanan raja Zedekia; kerajaan Yehuda
dipimpin oleh Zedekia, sementara Keadaan umatsaat itu terpecah belah. Pada saat itu Ada
sejumlah penduduk Yehuda yang bersedia menerima pemerintahan Babilonia dan ada juga yang
yang ingin membebaskan diri dari kekuasaan Babilonia dengan dukungan Mesir. Pada tahun 589
Zedekia melakukan pemberontakkan melawan Babilonia, ternyata tidak berhasil dan saat itu
penduduk Yehuda di tawan. Pembuangan ini berlangsung sangat kejam dan meninggalkan akibat
yang sangat abadi bagi orang-orang Israel di sepenjang masa, yakni sehubungan dengan
dirusaknya Yerusalem dan Bait Allah pada waktu itu.Kedua, berhubungan dengan pembunuhan
Gedalya. sesudah Yerusalem dihancurkan, yang memerintah di Yehuda adalah Gubernur
Gedalya. Tatapi salah seorang Yehuda dari keturunan Daud, Yakni Ismael membunuh Gedalya.
18
C. Groenen Ofm, pengantar ke dalam PL, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 140-142.
Setelah pembunuhan Gedalya banyak orang Yehuda mengungsi ke Mesir karena takut akan
pembalasan tentara Babilonia.
Bidang Ekonomi-Sosial
Pada zaman ini orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan di perbolehkan untuk
meneruskan kebiasaan hidup masyarakatnya dan membangun rumah-rumah untuk ditempati.
Mereka ikut serta pula dalam kehidupan perniagaan di tanah air yang baru it, dan banyak
diantara mereka yang berhasil hidup dengan makmur. Orang-orang Yehuda yang ada di
pembuangan tetap mempertahankan kekhususan mereka dan tidak mau kehilangan jati diri
mereka sebagai suatu bangsa. Misalnya mereka tidak mau kawin dengan penduduk setempat
dimana mereka di buang, seperti yang mungkin terjadi dengan orang-orang Israel Utara yang
dibuang ke Asyur oleh pemerintah kerajaan Asyur.
Bidang Agama
Mengenai keadaan umat Israel dibidang keagamaan pada waktu itu boleh dikatakan tidak
jelas. Namun yang jelas, kita ketahui bahwa agama yang berkembang di Babilonia pada saat itu
adalah pemujaan Dewa Marduk, yakni dewa kuno dari kota Babilon. Mereka mempercayai
dewa ini sebagai perwujudan dewa Matahari. Mereka menyebutnya “Bel” yang berarti TUHAN.
Menurut Mitologi penciptaa orang Babel, dewa ini memiliki tugas untuk mengalahkan kekuatan-
kekuatan kekacau-balauan. Menurut Mitos ini dikatakan bahwa raja Nebukadnezar menulis
sebuah Prasasti yang mengesahkan suatu operasi militer yang pernah dilaksanakan nya terhadap
Libanon dengan maksud mengambil kayu-kayu yang diperlukan sebagai bahan untuk
membangun kuil bagi “Marduk”. Tentunya berhubung karena bangsa Israel berada dalam
pemerintahan Babilonia, mau tidak mau mereka menyembah dewa marduk dan mendirikan kuil-
kuil nya sendiri19.
19
Dafid F. Hinson, sejarah Israel pada zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 186-194.
i. Mengenai sejarah kepemimpinan Raja Salomo
Pasal 1-2 : penobatan Raja Salomo
Pasal 3 : Hikmat Salomo
Pasal 4-11 :Pemerintahan Salomo
ii. Mengenai sejarah kepemimpinan Raja Rehabeam (Pasal 12:1-22)
iii. Mengenai sejarah Kerajaan Israel Dan Yehuda
Pasal 12:22-14:20 :Yorebeam I
Pasal 14:21-31 :Rehabeam
Pasal 15:1-8 :Abiam
Paal 15:9-24 :Asa
Pasal 15:25-32 :Nadab
Pasal 15:33-16:7 :Baesa
Pasal 16:8-14 :Ela
Pasal 19:15-20 :Zimri
Pasal 16:29-34 :Ahab
iv. Mengenai Pelayanan Nabi Elia Dan Elisa
Pasal 17:1-22:40 :Elia dan raja Ahab
Pasal 22:41-50 :Raja Yosafat20
b. Konteks khusus
Pada perikop yang penafsir tafsir tergolong pada bagian pertama yakni:
ayat 16:
Perempuan sundal: perbuatan Sundal merupakan kejahatan yang dikenal sejak zaman Israel
kuno. Dalam hukum taurat Musa melarang perbuatan Sundal, Iman tidak dapat kawin kepada
perempuan Sundal. Hukuman bagi perempuan sundal adalah mati di bakar atau dilempari dengan
batu. Menurut nabi-nabi persundalan erat hubungannya dengan ke-murtad-an bangsa secara
nasional atau barzinah mengikuti Allah lain.
Ayat 17:
Rumah:di Palestina pada zaman Alkitab, rumah adalah bagian dari kawasan benteng (lokasi)
Ayat 28:
20
Andrew E Hill dan John, survey Perjanjian Lama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 332.
Hikmat:semua kebajikan Intelektual Ibrani, ini adalah praktik bukan teoritis. Hikmat juga adalah
kepintaran mencapai hasil, rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki.
Tempat kedudukannya adalah hati, pusat keputusan moral dan Intelektual21.
3. Analisa Teks
Kritik Teks
Pada perikop yang saya tafsir terdapat enam ayat yang mengalami Kritik Teks, yaitu: ayat
18, ayat 20, ayat 21, ayat 22, ayat 26 dan ayat 27.
Ayat 18:
a. dalam BHS tertuli ֵֽאין־זָר: kata keterangandari akar kata אוןartinya menjadi terang,
menjadi kekuatan, mudah.banyak naskah terjemahan Yunani dari PL (vulgata) bentuk
kata tersebut merupakan dugaan (konyektur). Dan PL terjemahan Siria mengusulkan
kataואין
penafsir lebih setuju pada dengan naskah yang diusulkan oleh BHS karena naskah
yang diusulkan oleh PL terjemahan Siria tidak memiliki arti.
b. dalam BHS tertulis: בַּ בַּ יִתkata benda tunggal maskulin dari akar kata ביתartinya: rumah,
keluarga. Naskah ini Tidak terdapat dalam terjemahan Yunani dari PL (septuaginta),
bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur) PL terjemahan Siria.
Penafsir lebih setuju dengan naskah yang di tulis oleh BHS karena kata ini
mempunyai peranan penting dalam ayat ini sebagai kata keterangan tempat untuk
menjelaskan peristiwa dalam ayat tersebut.
Ayat 20:
dalam BHS tertulis: יְ שנָה ַּו ֲא ָ ֵֽמ ְתָךartinya : pertama, ַּו ֲא ָ ֵֽמ ְתָך:kata penghubung וartinya “dan,
tetapi, maka”.Dan (kha) akhiran ganti artinya mu. Kata benda suffix orang kedua tunggal neuter
dari kata אמהartnya “tetapi hambamu”. Kedua, יְ שנָה: kata sifat tunggal feminim dari kata ישנ
artinya “tidur”Terjemahan: tetapi hambamu tidurNaskah ini Tidak terdapat dalam terjemahan
Yunani dari PL (septuaginta), bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur).
Penafsir setuju dengan naskah yang ditulis BHS, karena kalimat ini yakni sebagai
pendukung ceritera dari ayat ini.
Ayat 21:
Dalam BHS tertulis: בַּ בֹּ קֶ ר: kata depan artinya di, pada, dalam. kata benda tunggal
maskulin dari akar kata בקרartinya: “pada pagi” Dicoret, untuk dicoret?
21
Ensiklopedi masa kini, jilid II (Jakarta: YKBK/OFM, 2005)
Penafsir tidak setuju kalau naskah ini di coret, karena kata ini juga penting yaitu
untuk menunjukkan waktu, ketika peristiwa itu terjadi.
Ayat 22:
ְבנִ י: kata kerja imperfek orang ke dua tunggal feminim dari akar kata בּןartnya
“anakmu”
הַּ חַּ י : awalan penentu ַּ הartinya “yang, itu” kata sifat tunggal maskulin dari
akar kata חייArtinya “yang hidup”
ּובנְך
ְ :akhiran ganti ךorang ke 2 k. kerja tunggal maskulindari akar kata בנartinya
“anak mu”
הַּ מת: awalan penentu הartinya “itu, yang” k. kerja turunan Kal tunggal maskulin
dari akar kata מותartinya: “yang mati, maut”
Terjemahan: “anakmu yang hidup anakmu yang mati”. Dankata בְ נְך הֶ חָ יartinya:
בנְך:akhiran
ְ ganti ךorang kedua tunggal feminim dari akar kata בנartinya: “anakmu”.
הֶ חָ י: awalan penentu ַּ הartinya: “yang”. k. sifat tunggal maskulin dari akar kata חיי
artinya: yang hidup.
Penafsir setuju dengan naskah yang ditulisoleh BHS, karena jika kalimat ini tak
ada maka bole saja tidak lengkap dialog atau debatan dalam ayat ini.
b. Dalam BHS tertulis: וְ ז ֹּאת: k. penghubung וartinya “dan, tetapi, maka”k. penunjuk tunggal
feminim dari akar kata זאתartinya “tetapi ini”.Naskah ini Tidak terdapat dalam
terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) bentuk kata tersebut merupakan dugaan
(konyektur)
Menurut Penafsirnaskah tidak terlalu penting, boleh ada dan juga tidak ada, karena hanya
berupa pendukung saja.
Ayat 26:
a. Dalam BHS tertulis: ַּות ֹּאמֶ רartinya: k. penghubung וartinya “dan, tetapi, maka k. kerja
orang ketiga tunggal maskulin dari akar kata אמרartinya: “dan dia berkata”. Terjemahan
Yunani dari PL (septuaginta) απεκρίθή: aoris orang ke dua jamak artinya “kalian akan
diusir” =ַּוהצן
Penafsir lebih setuju dengan naskah yang diusulkan BHS karena naskah yang diusulkan
oleh terjemahan Yunani tidak jelas dan tidak berkaitan dengan ceritera ayat ini.
b. Dalam BHS tertulis: הַּ חַּ יartinya: awalan ַּ הartinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari
akar kata חייartinya “yang hidup” Terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) teks
menambahkan και είπεν artinya “dan hidup berdamai”
Penulis lebih setuju dengan naskah yang diusulkan oleh BHS karena naskah yang
diusulkan oleh terjemahan Yunani lagi-lagi tidak sesuai bila dipakai dalam ayat ini.
c. Dalam BHS tertulis: אֶ ת־הַּ יָלּודartinya: k. ganti nama artnya “engkau”. kata penghubungאֶ ת
artinya “dan”, awalan ַּ הartinya “yang”, k. benda tunggal maskulin dari akar kata ילד
artinya: “anak (Lk) orang muda”. “Artinya: anak-mu yang”Sedikit jumlah naskahini,
dan kodeks tulisan tangan berbahasa Ibrani menurut PL Ibrani הילךorang lelaki yang sama
dalam ayat 27
Penafsir setuju dengan naskah yang ditulis oleh BHS karena nyambung atau sesuai
dengan ceritera ayat ini dan Naskah yang diusulkan oleh tulisan tangan Bahasa Ibrani
tidak ada arti.
d. Dalam BHS tertulis: הַּ חַּ יartinya: awalan ַּ הartinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari
akar kata חייartinya “yang hidup” tidak terdapat dalam ayat 2kodeks tulisan tangan
berbahasa Ibrani menurut PL Ibrani terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) bentuk kata
tersebut merupakan dugaan (konyektur). Untuk dicoret?
Penafsir tidak setuju kalau kalimat ini dicoret karena kata ini penting dalam ceritera
ayat ini sebagai pelengkap ceriteranya.
Ayat 27:
a. Dalam BHS tertulis:לאֶ ת־הַּ יָלּודּהartinya: k. depan dari akar kata לartinya: “kepada, untuk
akan”. אֶ ת־הַּ יָלּודk. ganti nama artinya “engkau”. kata penghubung אֶ תartinya “dan”, awalan
ַּ הartinya “yang”, k. benda tunggal maskulin dari akar kata ילדartinya: “anak (Lk) orang
muda”. Artinya: “dan anak-mu yang”terjemahan Yunani dari PL (septuaginta) adalah το
παίδιον τε είπόυσή Λοτε αυτη αυτο artinya:
Το : KST Nominatif tunggal neuter
Παίδιον : Anak kecil
τε : kata penghubung artinya “dan”
είπόυσή : hidup berdamai
Λοτε : beri, berikan
Αυτη : k. ganti orang Nominatif tunggal feminim artinya “dia”
Αυτο :k. ganti orang Nominatif tunggal neuter artinya: aku
Terjemahan: dan aku berikan anak kecil itu kepadanya
Penafsir lebih setuju dengan naskah yang diusulkan oleh terjemahan Yunani PL karena
jelas bahwa itu perkataan raja sesuai dengan alur ceritera ayat ini.
b. Dalam BHS tertulis: הַּ חַּ י:awalan ַּ הartinya “yang”, k. sifat tunggal maskulin dari akar kata
חייartinya “yang hidup” tidak terdapat dalam terjemahan Yunani dari PL (septuaginta)
bentuk kata tersebut merupakan dugaan (konyektur).
penafsir setuju dengan naskah yang diusulkan BHS karena sebagai dengan
ceritera ayat itu.
c. Dalam BHS tertulis: ל ֹּא: k. depan artinya “bukan, tidak” naskah, banyak naskah אל: k.
tugas artinya “jangan, sama sekali tidak”
Penafsir lebihh setuju dengan naskah yang di usulkan oleh banyak naskah lain
karena memang sesuai dengan ceritera ayat ini yaitu larangan raja. Jadi kemungkinan
kata itu ada.
2.2.5. Tafsiran
Ayat 16:
Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan Sundalmenghadap raja, lalu mereka
berdiri didepannya.
penafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut: kata “pada waktu” adalah menunjukkan
sebuah situasi waktu yang menceritakan suatu peristiwa. Peristiwa yang dimaksud adalah ada
dua orang perempuan sundal yang menghadap raja. Menurut buku Ensiklopedi Alkitab masa kini
menjelaskan bahwa Perempuan Sundal adalah orang-orang (perempuan) yang melakukan
kejahatan, orang yang murtad, yang mengikuti Allah lain dan menurut tradisi, bahwasanya
seorang perempuan sundal harus di hukum mati dengan cara di lempar batu. Untuk mengetahui
tujuan kedua perempuan sundal ini menghadap raja maka penafsir menguraikannya pada tafsiran
ayat selanjutnya.
kata perempuan yang satu: “ya tuanku! aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah,
dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada dirumah itu, Kemudian pada hari ketiga sesudah
aku, perempuan ini pun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang bersama-sama
dengan kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah.
Ayat ini hanya menjelaskan suatu keadaaan dan peristiwa yang terjadi kepada kedua
perempuan ini.Keadaan yang dimaksud adalah bahwa salah seorang diantaraPerempuansundalitu
memberitahukan kepada raja bahwa merekaberdua tinggal dalam satu rumah. Selanjutna
memberitahukan suatu peristiwa yang terjadi bahwa dia telah melahirkan seorang anak.
Kemudian ia memberitahukan juga bahwapada hari ketiga sesudah ia melahirkan, temannya
yang tinggal satu rumah dengannya melahirkan anak juga. Jadi, diayat ini untuk sementara dapat
diketahui apa alasan kedua perempuan sundal itu datang kepada raja, yaitu memberitahukan
keadaan mereka kepada raja. Sekarang yang menjadi pertanyaan ialah mengapa mereka
melaporkan hal itu kepada raja. Untuk mengetahui itu, kita akan melihat pada tafsiran ayat
selanjutnya.
Ayat 19:
ayat ini menjelaskan peristiwa yang terjadi seterusnya kepada kedua perempuan tadi.
Peristiwa itu adalah bahwa salah satu anak dari kedua perempuan yang sudah melahirkan ini,
mati pada waktu malam harikarena ia menidurinya.
Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku;
sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu dipangkuannya, sedang anaknya yang
mati itu dibaringkannya di pangkuanku.Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui
anakku, tampaknya anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi,
tampaknya dia bukan anak yang kulahirkan”
kata perempuan yang lain itu: “bukan! Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang
mati”. tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “bukan! Anakmulah yang mati dan
anakkulah yang hidup”. Begitulah mereka bertengkar didepan raja. Lalu berkatalah raja: “yang
seorang berkata: anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati. yang lain berkata: bukan!
Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup”
Di ayat ini sebenarnya mau menjelaskan bahwa kedua perempuan ini menginginkan anak
yang hidup itu. ibu dari anak yang hidup ini ingin mengetahui dan mengambil anaknya.
Sementara ibu dari anak yang mati membenarkan diri, bertahan dan tidak mau mengaku.
Ayat 24dan 25:
Sesudah itu raja berkata: ambilkan aku pedang”, lalu dibawalah pedang kepada raja.
Kata raja: “penggallah anak itu yang hidup menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang
satu dan setengah lagi kepada yang lain.
Di ayat ini sebenarnya menunjukan keputusan raja yang berhikmat. Hikmat Salomo yang
telah diberikan Allah kepadanya. sekarang dinyatakan dengan suatu peristiwa khas. Inilah
hikmat dalam arti praktis, (pada zamannya dipandang sebagai berasal dari Allah). Salomo
membuat keputusan ini, bukanlah berarti keputusannya tidak yang tidak Etis, tetapi Salomo
membuat keputusan berdasarkan hati yang penuh pertimbangan. Dengan cerdik, ia menciptakan
keadaan yang memungkinkan ia untuk menentukan mana ibu sebenarnya dari anak yang masih
hidup itu.
Ayat 26:
Maka kata perempan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah
belas kasiannya terhadap anaknya itu, katanya: “ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang
hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia”. tetapi yang lain itu berkata: “supaya jangan
untukku ataupun untukmu, penggallah!”
Timbullah belas kasihan (belas kasihan hatinya). Kata “hati” dapat berarti “kandungan”.
Menurut ilmu jiwa Ibrani renjana yang kuat berada dibagian perut. Dalam ilmu jiwa populer
sekarang hal itu ditempatkan dihati22.
Tetapi raja menjawab katanya: “berikanlah kepadanya anak yang hidup itu, janganlah
sekali-kali membunuh dia, Dia itulah ibunya”.ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan
hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat bahwa
hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan
Ayat ini menunjukan bahwa raja telah memberikan keputusan yang benar. keputusan
Salomo,di ayat ini memakai kata Ibrani Mispat, disini secara khusus dikenakan pada keputusan
yang timbul dari penerapan hikmat yang diberikan Allah.Keputusan SalomoKeputusannya yang
penuh kebijaksaan dan hal ini menimbulkan kekaguman terhadap dirinya. Itulah kemuliaaan
yang telah dijanjikan oleh Tuhan.23
2.3. SKOPUS
22
A. Simajuntak, Tafsiran Alkitab masa kini Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
1983), 520-521.
23
Dianne Bergant, Tafsiran Alkitab PL (Yogyakarta: Canisius, 2002), 316.
Tuhan memberikan kemuliaan bagi orang yang menegakkan keadilan dan yang membela
kebenaran, dan sebalikya Tuhan akan memberikan penghukuma bagi orang yang tidak setia dan
memberontak
Pasal ini sebenarnya ingin menunjukkan kepada kita bahwa Allah selalu adil kepada
semua orang dan berkarya dalam kehidupan manusia. dan juga memperlihatkan bahwa
ketidaksetiaan umat tidak menggagalkan rencana dan kesetiaan Tuhan dalam menegakkan
keadilan-Nya. Tuhan terus mengusahakan keselamatan umatnya.
III. Kesimpulan
Dari seluruh peristiwa yang dikisahkan oleh penulis diatas,barang kali apa yang menjadi
perenungan kita pada saat ini. Memang saat ini kita mengatakan bahwa kita tidak berada
dibawah penjajahan, atau kita tidak sedang melakukan seperti apa yang di lakukan oleh
perempuan sundal, atau boleh saja kita katakana kita tidak akan menjadi raja dan akan
menghakimi seperti Salomo.
Tentunya kita telah ketahui, Kejahatan manusia seperti yang terjadi pada masa Salomo,
kususnya yang dikisahkan dalam perikop ini, kalau kita pandang dengan cara pandang moral,
menurut saya hal ini sangatlah tidak benar dan tentunya itu sangat memilukan hati Tuhan. Nah,
saat ini memang kita tidak melakukan hal yang sama seperti yang terjadi perikop ini, tetapi
Terkadang kita sering menemukan hal-hal yang demikian, misalnya bertahan pada prinsip kita,
mengambil dan mempertahankan milik orang lain, serta menyembunyikan kesalahan kita ketika
kita melakukan kesalahan. Hal ini bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh rasa malu. Contoh
kecilnya kita mengambil barang teman dan barang itu diambil kembali kepada kita, maka apa
yang sering terjadi kepada kita? Mugkin besar kemungkinan Boleh saja kita bertahan, tidak
mengembalikan bahkan kita akan membalikkan fakta dan menuduhnya, bahwa dia telah
berprangka buruk kepada kita, dan lain sebagainya. Lalu sebaliknya kita yang keberatan
kepadanya dan kalu boleh kita rela memecahkan atau merusak barang yang telah kita ambil itu di
depan-depannya atau. Ini berupa contoh yang sederhana saja yang sering terjadi dalam
kehidupan kita saat ini ada banyak hal-hal yang memicu kita untuk berbuat yang tidak benar di
hadapan Tuhan, Berbohong, bersaing tidak sehat atau berbuat curang, bersifat menghakimi dan
lain sebagainya. Itu semua hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan.
Kemudian sering terjadi dalam kehidupan kita sekarang, khususnya dalam kepemimpinan
kita; mungkin ada saja sesuatu hal yang membuat kita harus mengambil keputusan. Untuk itu,
Mungkin sangat baik kalau kita meneladani kehidupan Salomo. Kita tidak perlu membela yang
yang tidak benar, dan yang perlu dalam mengambil keputusan adalah tidak mempunyai motif
lain atau maksud tertentu ketika kita mengambil keputusan. Allah tetap memberi kita anugerah
dan kasih karuniannya dalam hati kita seperti yang kita rasakan saat ini maka kita harus turuti
itu. Dalam hal ini, perlu kita sadari bahwa tanpa penyerahan diri sepenuhnya di hadapan Tuhan
dan menempatkan Tuhan dalam kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Armando, Nina dkk, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Letiar Barupan Hoven, 2005.
Bergant, Dianne Tafsiran Alkitab PL, Yogyakarta: Canisius, 2002.
Bumham, Fredric B. Post Modern Teology: Christian Faith a Pluralist Word, Sanfransisco:
Happer and Row, 1989.
Ensiklopedi masa kini, jilid II, Jakarta: YKBK/OFM, 2005.
Fakih, Mansour Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 1996.
Fiorenza, Elizabeth Schussler Untuk Mengenang Perempuan Itu, Jakarta: BPK GM, 1995.
Hill Andrew E dan John, survey Perjanjian Lama, Malang: Gunung Mas, 2004.
Hinson, Dafid F. sejarah Israel pada zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010.
http://www.researchgate.net/publication/291830685_Teolog_feminis_Kristen,
KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Mita, M. Benny Perempuan Dana Spiritualitas, Yogyakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2001.
Moore, Henricta L. feminisme dan Antropologi, Jakarta: Obor, 1998.
Ofm, C. Groenen pengantar ke dalam PL, Yogyakarta: Kanisius, 1986.
ollenburger, Jane C. Sosiologi Wanita, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Russell, Letty M. Perempuan dan Tafsir Kitab Suci, Bandung-Jakarta: BPK GM-Kansius, 1998.
Saragih, Agus Jetron Teologi Perjanjian Lama, Medan: Bina Media Perintis, 2015.
Simajuntak, A. Tafsiran Alkitab masa kini Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1983.
Sitompul A.A & Ulrich Deyer, Metode Penafsir Alkitab, Jakarta: BPK GM, 1998.
Suhsrso, KBBI, Semarang: CV Widia Karya, 2013.