Anda di halaman 1dari 18

Nama : Resnita Tiurlina Purba

NIM : 17.01.1578

Tingkat/ Jurusan : V-B/ Teologi

Mata Kuliah : Seminar Perjanjian Lama

Dosen Pengampu : Dr. Jontor Situmorang

Menjadi Hamba Tuhan Yang Berkenan Bagi TUHAN, Menurut Perjanjian Lama

I. Pendahuluan
Istilah hamba sangat tidak asing di telinga kita, istilah hamba sering diartikan
sebagai pelayan. Seseorang yang melayani orang lain disuatu tempat, maka itu
disebut hambanya. Hamba pada umumnya menekankan selalu “untuk berbuat”
sehingga secara langsung memberikan asumsi bahwa segala tindakan dan
perbuatan yang kita kerjakan sebagai hamba maupun bekerja untuk orang lain.
Namun, hamba yang dimaksud disini adalah hamba yang tidak dalam konotasi
yang hina atau hamba yang tidak merdeka seperti pada zaman dahulu, melainkan
hamba yang memiliki kerendahan hati untuk melayani. Sering sekali kebanyakan
orang Kristen memahami bahwa yang disebut hamba Tuhan adalah mereka yang
mengambil bagian dalam pelayanan di gereja saja, seperti Pendeta dan pelayan
pelayan gereja yang lainnya. Bahkan sering juga kita sebagai mahasiswa teologia
khususnya sering sekali kurang menyadari status kita sebagai hamba Tuhan. Hal
ini terbukti dengan seringnya kita mengatakan bahwasannya kita adalah calon-
calon hamba Tuhan, padahal kita ini adalah hamba Tuhan.
Hamba Tuhan adalah seorang pelayan yang harus melayani, mengabdi dan
bekerja kepada Tuhan karena Allah telah membebaskan hidupnya. Oleh karena
itu, hidup seorang hamba itu adalah untuk Tuhan dan untuk kelangsungan
hidupnya harus bergantung pada Tuhan. Hidup seorang hamba itu juga harus
sesuai dengan kehendak Allah atau takut akan Tuhan, hal ini adalah salah satu
bentuk pengabdian seorang pelayan Tuhan itu.

1
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Hamba Secara Umum
Dalam KBBI, hamba adalah abdi atau budak belian yang dibeli oleh orang
kaya dan orang itulah yang menjadi tuannya.1 Dalam bahasa Inggris adalah
“servant” yang artinya pelayan, babu, abdi atau pegawai pemerintahan. Hamba
itu adalah seorang pelayan atau budak yang harus bekerja untuk mengabdi kepada
tuannya.2 Hamba Tuhan adalah seorang pelayan yang bekerja untuk Tuhan,
mengabdi dan melayani Tuhan. Seorang yang hidupnya bergantung seutuhnya
pada Tuhan dan apapun yang dilakukan harus sesuai dengan kehendak Tuhan.3
II.2. Pengertian Hamba Tuhan Menurut Alkitab
II.2.1. Dalam Perjanjian Lama
Kata hamba dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja ‫( ָעבַד‬abad) yang
artinya bekerja, mengerjakan, mengabdi, melayani, beribadat kepada Tuhan (Kej.
2:15; Kel. 5:18, Mzm. 100:2). Dari kata ini, terdapat kata ‫( ֶעבֶד‬ebed) yaitu kata
benda yang berarti pelayan. ‘Ebed adalah pribadi yang diperintah yang
pasangannya adalah memerintah atau tuan. Dalam hal ini, antara yang diperintah
dan yang memerintah memiliki pola hubungan sebab akibat yang menunjukkan
status gambaran hubungan kedua pribadi ini yaitu antara tuan dan pelayan.4
Dari kata ini juga ada kata ‫‘( עַבדָ ה‬abodah) yang ditunjukkan kepada pekerjaan
budak atau hamba upahan. Namun dikemudian hari arti kata tersebut sering
disebut dalam ibadah-ibadah kepada Allah.5 Secara garis besar dalam kitab PL
kata hamba merupakan suatu sebutan untuk seseorang yang benar-benar memiliki
posisi untuk menjadi seorang pelayan yang rendah hati dihadapan Allah. Dalam
PL sebanyak 6275 kali kata ini disebut kata ‫‘( ֶעבֶד‬ebed) digunakan sebanyak 800
kali. Kata ‘ebed berarti pelayan, budak kata kerjanya adalah ‘’bd’’ (bentuk qal,
niphal, pual, hipil dan hophal), di dalam bahasa Ibrani.6 Hamba Tuhan dalam
bahasa Ibrani yaitu ‫ֶד־יהוה‬
‫( ֶעב ׅ‬ebed YHWH) yang artinya hamba Tuhan. Dalam
Kitab PL istilah ini dimaknai sangat luas, oleh karena itu setiap orang yang

1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka: 1990), 337.
2
John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1996), 514.
3
Jainal Situmorang, “Hamba Tuhan dan Penderitaan dalam Perjanjian Lama Diperhadapkan dengan
Pendeta Sebagai Hamba Tuhan”, dalam Jurnal Teologia STT Abdi Sabda Edisi XXXIV Juli-Desember 2015, 24.
4
H.P. Stahli, “Ebed”, in Theological Lexicon Of The Old Testament (USA: Hendrikson Pusblisher,
1997), 819.
5
Ralph P. Martin, Worship in Early Church (Michigan: Grand Rapids, 1976), 11-12.
6
C. Wasterman, Ebed, Theological Lexicon Of The Old Testament (USA: Hendrikson Publisher, 1997),
819-820.

2
menyembah Tuhan dapat disebut hamba Tuhan (2 Raj. 10:23). Hal ini juga
memberikan penjelasan bahwa seluruh umat Israel adalah hamba Tuhan (Mzm.
136:2). Walaupun demikian secara lebih khusus lagi gelar itu dikenakan pada para
pejabat atau pemuka agama yang memimpin Israel atau yang mengatur soal
peribadahan, terutama para nabi (1 Raj. 14:18; Ezr. 9:11; Am. 3:7; Yes. 20:3),
para bapa leluhur yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub (Kej. 26:24; Kej. 24: 14),
para nabi dan raja yaitu Musa, Yosua, Kaleb, Ayub dan Daud (Kel. 14:31, Hak.
2:8, 2 Sam. 3:18).7
II.2.2. Dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru istilah ini diterjemahkan dengan kata δουλος “doulos”
yang juga merupakan kata benda umum nominatif maskulin tunggal yang juga
berarti seorang budak a slave. Namun dalam pemakaiannya kata δουλος
“doulos”. Istilah dalam PB yang dekat dengan istilah hamba ialah δουλος
(doulos) yang diterjemahkan dengan arti “hamba” yaitu seseorang yang tidak
bebas. Hamba bekerja sebagai pelayan yang melayani raja atau seseorang yang
bekerja untuk keperluan orang lain. Hamba wajib melakukan apa yang
diperintahkan tuannya.8
Dalam PB, kata hamba disebut juga dengan istilah παις θεου (pais theou)
artinya anak Allah. Dalam PB, kata hamba disebut juga dengan istilah παις θεου
(pais theou) selalu ditunjukkan kepada Kristus yang selalu taat melalui
penderitaan dan kematianNya. Namun melihat arti dan makna ini, manusia adalah
hamba Allah-Kristus. Seluruh umat Allah yang percaya dan mengimani karya
keselamatan dalam Yesus dianggap sebagai hamba Allah. Budak atau hamba
dapat juga dipahami sebagai manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk
bekerja guna kepentingan golongan manusia lain. Tidak ada sebutan yang lebih
rendah untuk menggambarkan seorang manusia terhadap sesamanya selain kata
hamba atau budak. Dengan menyatakan diri sebagai budak, eksistensinya
merupakan manusia yang menduduki hirarki titik rendah. Artinya, eksistensi
tanpa esensi. Konsep dunia tentang hamba adalah golongan manusia yang dapat
diperlakukan sesuai kehendak juragannya. Dalam pandangan tuannya, hamba

7
Ian J. Cairns, “Nyanyian-nyanyian tentang Ebed Yahweh dalam Perjanjian, dan Relevansinya bagi
Kehidupan Gereja Masa Kini”, dalam Masihkah Benih Tersimpan?. F. Suleeman & Ioanes Rakhman (peny)
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 124.
8
Verbrugge, Verlyn D. (ed), Theology Dictionary New Testament Words (Michigan: Grand Rafids,
2000), 466-467.

3
tidak mempunyai harga diri selain harga jual sesuai dengan kemampuan fisiknya.
Keberadaan sebagai manusia ditindas dengan kejam. Pengabdiannya, totalitas
nyaris terbatas, sementara kesejahteraannya sangat tergantung pada kemurahan
dan belas kasihan tuannya.9
II.3. Latar Belakang Istilah Hamba
Konsep hamba Allah berasal dari nyanyian tentang hamba dalam kitab
Yesaya, jadi perikop-perikop dalam Yesaya itu merupakan titik tolak yang jelas
untuk menelusuri keterangan latar belakangnya (Yes. 41: 8-20; 42:1-7, 52:13-53;
13). Ungkapan bahasan Yunani Pais theou dapat diartikan Anak Allah atau
Hamba Allah. dalam kebanyakan kasus pada masa antara PL dan PB ungkapan
tersebut mempunyai arrti Hamba Allah. Penggunaan ungkapan ini meneruskan
penggunaan kata ebed dan ebed YHWH dalam PL, yaitu kata hamba di pakai
delapan kata religius. Ada lima penggunaan dalam PL untuk kata ebed yaitu:
1. Cara orang saleh menyebutkan diri di hadapan Allah.
2. Hamba-hamba Tuhan yang menunjukkan orang-orang saleh.
3. Ebed YHWH dalam bentuk tunggal sebagai penggambaran Israel.
4. Ebed YHWH sebagai gelar khusus untuk menggambarkan orang-orang
yang dipakai Tuhan secara istimewa.
5. Hamba Allah yaitu Mesias, yang hanya ditemukan dalam bentuk
“Hambaku” dan dalam hal ini pembicaraannya adalah Allah.10
Perhambaan (perbudakan) adalah satu masalah sosial yang sering ditemukan
pada masyarakat Asia Barat Daya Kuno. Bahkan dari segi tertentu, perhambaan
(perbudakan) dapat dilihat sebagai suatu sub-sistem yang terait atau bergantung
pada sistem masyarakat pada masa itu. Perhambaan terjadi karena berbagai alasan
seperti alasan ekonomi, sosial-yuridis, politik, militer dan sebagainya, dan terus-
menerus dipertahankan karena alasan-alasan tersebut. Budak atau hamba, baik
secara perorangan maupun secara kelompok/ bangsa, dianggap miliki tuannya.
Seorang budak atau hamba pada umumnya dilihat sebagai seorang abdi yang
telah menyerahkan seluruh hidupnya (jiwa raganya) bagi kepentingan tuannya,
entah secara sukarela ataupun secara terpaksa. Hidupnya tergantung sepenuhnya
pada belas kasihan tuannya, dan tuannya berhak menentukan apa saja bagi si
budak termasuk hal hidup atau mati. Kelas budak adalah kelas yang terendah
9
E.B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik: bagaimana menyatakan dalam perspektif lokal (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008), 110.
10
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 295.

4
dalam masyarakat yang tidak memiliki hak-hak khusus seperti seorang warga
masyarakat biasa11
II.4. Dasar Panggilan Hamba Tuhan
Alkitab dengan tegas menyaksikan bahwa Allah yang menjadi inisiator
sekaligus eksekutor dalam memanggil umat menjadi bangsa dan sekaligus hamba
sebagai pelayannya. Ketika dunia penuh dengan dosa dan kejahatan maka Allah
memanggil Abraham menjadi cikal bakal Israel sebagai bangsa dan sekaligus
dasar teologi pemanggilan dalam Alkitab (Kej. 12:1-2). Tuhan Yesus pernah
berkata, "bukan kamu yang memilih aku tetapi aku yang memilih kamu" (Yoh.
15:16a; Ul. 7:7-8); 1 Ptr. 2:9). Seorang hamba harus berusaha meyakinkan dirinya
bahwa dasar pemanggilan adalah Allah sendiri. Ketika seorang hamba kurang
yakin bahwa dirinya adalah panggilan Allah maka sangat mempengaruhi kualitas
hidup dan pelayanannya. Allah yang memanggil nabi Yeremia sangat berusaha
meneguhkan hati dan iman nabi yang ragu dan sangsi. Allah berfirman, "sebelum
engkau dalam kandungan aku sudah mengenal engkau, dan sebelum engkau
keluar dari kandungan aku telah menguduskan kamu " (Yer. 1:5).12
Bagaimana cara Allah memanggil hamba-hambanya?. Alkitab tidak ada
mewariskan satu metode buku tentang bagaimana pemilihan para hamba yang
ideal. Nabi sejati sering kali tidak secara mudah dan sukarela menerima
panggilan, bahkan panggilan itu sering bertentangan langsung dengan kehendak
pribadinya.13 Alkitab menyaksikan bahwa ada banyak metode dan cara yang
dipakai Allah untuk memanggil hambanya, misalnya melalui tanda-tanda yang
aneh (nabi Yehezkiel, Yeh. 1:1-3), melalui mimpi (Yusuf, Kej. 37:1-11), melalui
bangsa (raja Saul, 1 Sam. 8:22). Yang menarik dalam pemilihan tersebut adalah
bahwa seluruh hamba yang terpilih merasakan dan mempercayai kehadiran Allah
dan sekaligus dasar pemanggilan. "Api" yang dilihat Musa (Kel. 3:2), "bintang"
yang dilihat nabi Yehezkiel, nabi "Musa "yang memanggil Yosua (Ul. 31: 7),
"undian" yang digunakan memilih Matias (Kis. 1:15-26). Allah dapat
mempergunakan cara yang beraneka ragam untuk memilih dan memanggil
hamba-hambanya, sehingga yang menonjol dalam geologi pemilihan bukan soal

11
Marthinus Theodorus Mawene, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 87.
12
Christoph Barth & Marie Barth, Teologi Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010). 6-
7.
13
YM. Seto Marsunu, Suara Ilahi, Pengantar Kitab-kitab Kenabian (Jakarta: Kanisius, 2012), 18.

5
cara atau metode tetapi soal iman akan campur tangan Allah dalam pemilihan
tersebut.
Mendengarkan suara Tuhan adalah kata kunci kesuksesan hamba dalam
menjalankan tugas pelayanannya (Yos. 1:8). Bangsa Israel harus tetap memegang
janji dan firman Allah sehingga mereka mampu berjalan dan melakukan tugas-
tugasnya. Namun sejarah menyaksikan bahwa bangsa Israel sering gagal
mewujudkan harapan dan panggilan tersebut, mereka sering tergoda dan terjatuh.
Para nabi sering menggambarkan kekecewaan Allah ibarat seorang petani kebun
anggur yang selalu mengharapkan buah anggur yang manis setelah panen justru
buahnya pahit dan asam (Yes. 5: 2-3), atau ibarat harapan seorang orang tua yang
berjuang membesarkan anak-anaknya dengan harapan akan menjadi penopang
tetapi setelah besar yang terjadi justru menjadi lawan atau musuh (Yes. 1:2, Yer.
2:13).14
II.5. Jenis-jenis dan Tugas Hamba Tuhan dalam PL
II.5.1. Nabi
Dalam Perjanjian Lama, salah satu tugas nabi adalah bernubuat.
Arti kata kerja bernubuat ialah mengeluarkan kata-kata berlimpah-
limpah dari pikiran Allah dan oleh Roh Allah. Jadi, seorang nabi
adalah seorang jurubicara yang mencurahkan kata-kata di bawah
kuasa dorongan Roh Allah. Jadi, seorang nabi adalah jurubicara
yang mencurahkan kata-kata di bawah kuasa dorongan Roh Allah.
kata Yunani προφήτης (profetes) berarti seorang yang berbicara
atas nama orang lain. Para nabi berbicara bagi Allah kepada umat
perjanjian, berlandaskan apa yang sudah mereka dengar, lihat dan
terima dari Allah. Kata Ibrani yang lain ialah ‫( ׄר ֶאה‬roeh) dan ‫חֹז ֶה‬
(khozeh) diterjemahkan dengan pelihat, menunjuk kemampuan
khusus untuk melihat kenyataan rohani dan hal-hal masa depan.
Seorang nabi juga disebut kata ‫‘( ׅאיש ֶאלֺהים‬ish elohim) yang
diterjemahkan abdi Allah (2 Raj. 4:21), hamba Allah (Yes. 20:3,
Dan. 6:20), orang yang memiliki Roh Allah atasnya (Yes. 61:1-3),
penjaga (Yeh. 3:17), dan utusan Tuhan (Hag. 1:13). Nabi-nabi juga
menafsirkan mimpi-mimpi yang bersifat nubuat (mis. Yusuf,

14
Agus Jetron Saragih, “Hamba Tuhan: Panggilan, Spritualitas, dan Pelayanannya” dalam Jurnal
Teologi STT Abdi Sabda Medan Edisi XXXIV Juli-Desember 2015, 4-5.

6
Daniel) dan memberikan pengertian mengenai sejarah, baik yang
sekarang maupun yang akan datang dari pandangan kenabian.15
II.5.2. Raja
Tugas seorang raja ialah membaca firman Allah supaya dia
dapat memimpin umat Israel untuk menaati perintah-perintah Allah
(Ul. 17:18-19). Seorang raja dilarang mengandalkan kekuatan
militer, mempunyai banyak istri dan mengumpulkan kekayaan.
Sebaliknya dia harus hidup dengan sederhana dan rendah hati.
Tetapi pada umumnya, raja Israel tidak hidup dengan sederhana
dan rendah hati. Tetapi pada umumnya, raha Israel tidak hidup
sesuai dengan hukum tersebut, sebagaimana yang diramalkan
Samuel pada mulanya (1 Sam. 8:11-18).16
Raja-raja pertama di Israel mempunyai tugas politis. Raja-raja
ini bekerja untuk mempersatukan keduabelas suku Israel menjadi
satu bangsa, dan memperkuat mereka dalam melawan Israel. Akan
tetapi pekerjaan mereka ini mempunyai maksud kegamaan juga.
Orang-orang Israel percaya bahwa Allah telah memberikan kepada
mereka tanah Palestina, dan Ia bermaksud agar mereka dapat hidup
dengan bebas dan tentram di negeri tersebut. para hakim tidak
berhasil mempertahankan secara tetap keamanan Israel dari
gangguan musuh-musuh. Karena itu mereka pun berkeinginan
untuk memilih seorang raja dengan harapan raja tersebut akan lebih
berhasil mempertahankan keamanan mereka dan mengalahkan
musuh-musuh mereka. Dengan demikian tugas raja berhubungkan
erat dengan maksud Allah. Karena itu pemilihan dan pengangkatan
seorang raja harus mendapat persetujuan dari Allah. samuel
bertindak sebagai seorang penunjuk dan pelantik raja, karena
orang-orang Israel mengakuinya sebagai seorang yang selalu
berbicara atas nama Allah. Karena itu mereka menerima raja yang
dipilihnya. Raja-raja diurapi sebagai tanda bahwa mereka adalah
hamba Allah. Keberhasilan mereka dalam peperangan dipandang

15
V.M. Siringo-ringo¸ Theologi Perjanjian Lama (Yogyakarta: ANDI, 2013), 94.
16
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 47.

7
sebagai bukti bahwa raja itu benar-benar dipilih dan ditunjuk oleh
Allah.17
II.5.3. Imam
Kata imam berasal dari bahasa Ibrani yaitu ‫( ּכֺהַן‬kohen) yang
berarti seorang yang berdiri. Di dalam Ensiklopedia Masa Kini,
kata kohen berasal dari kata kerja kum yang mempunyai pengertian
“didahadapan Allah” dan bertindak sebagai pelayan Allah. kata
kohen diperoleh dari kata benda kahan yang menunjuk kepada
persamaan makna dengan kata kun.18 Tugas para imam ialah
memimpin umat Israel untuk beribadah kepada Allah, dan berusaha
agar peribadahan umat itu berlangsung secara teratur dan menurut
kebiasaan agamawi yang berlaku. Salah satu hal ini penting dalam
ibadah adalah korban persembahan. Namun, imam bukan satu-
satunya orang yang berhak untuk mempersembahkan korban itu
(Hak. 6: 22-24; 13:19). Tugas seorang imam ialah mempelajari dan
menafsirkan maksud dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum
tentang korban persembahan tersebut, serta memberikan nasihat-
nasihat mengani cara pelaksanaan yang baik. Perlu diperhatikan
bahwa dalam beberapa bagian Alkitab, seperti dalam Hos. 4:6, Yer
2:8 dan Yeh. 7:26, para imam itu dikecam dengan keras. Alasan
dari kecaman-kecaman itu ialah karena agakanya tidak mengetahui
“hukum taurat” secara benar. Pada mulanya dalam sejarah Israel
tugas imamat adalah tanggung jawab orang-orang Lewi, yaitu
suku-suku atau keluarga Lewi (Ul. 33:8-10). Mereka juga memiliki
perlengkapan khusus yang dikenal dengan sebuatan urim dan
tumim.19
II.5.4. Hakim
Kata “hakim” (Ibr: ‫שֺפֵט‬, syofet), berasal dari kata kerja a)
menyelamatkan, membebaskan di medan perang; b) memerintah,
mengatur di medan sipil, dan c) mengadili di medan penghakiman.
17
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 127.
18
D. H. Tongue, “Iman-iman dan Golongan Lewi” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I (A-
L), J.D. Douglas (ed) (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1990) 422-428.
19
Urim dan tumim adalah merupakan sejenis alat untuk mengundi, dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan atau memutuskan perkara-perkara yang ditemui dalam melaksanakan tugas
peribadahannya (Bil. 27:21, 1 Sam. 14:41), (lih. David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 131).

8
Hakim diangkat Tuhan dapat dilengkapi dengan Roh-Nya
demikianlah Otniel (Hak. 3:9-10), Gideon (Hak. 6:34), Yefta (Hak.
11:29), dan Simson (Hak. 13:25) atau dibangkitkan, demikianlah
Ehud (Hak. 3:15). Tuhan juga dapat memberikan jabatan nabi
kepada seseorang hakim agar ia mendengar dan meneruskan
firman-Nya seperti halnya Debora (Hak. 4:4) dan Samuel (1. Sam.
3:20). Dalam PL, juga disebut bahwa Tuhan adalah “hakim” (Hak.
11:27).20
Peranan Hakim sangat menentukan pada zaman mula-mula
bangsa Israel memasuki Negeri Palestina pada zaman itu mereka
bukan hanya dalam bidang pengadilan, tetapi juga mencakup
kepemimpinan bangsa dalam bidang politik dan perang.21 Tugas-
tugas paling menonjol yang dilakukan para hakim bersifat militer.
Dalam pengertian ini Hakim menegakkan keadilan bagi umat Israel
yang ditindas oleh bangsa-bangsa lain tetapi untuk soal kerohanian
sangat sedikit informasi bahkan dapat dikatakan bahwa Hakim
tidak dimaksudkan untuk panutan rohani, demikian juga
kerohanian mereka bukan patokan yang diperlukan agar Allah
membangkitkan mereka.22
II.6. Beberapa Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
1. Abraham
Abraham adalah keturunan Sem dan putra Terah. Leluhur bangsa
Yahudi dan bangsa-bangsa lain (Kej. 17:5). Imannya sangat teguh dan ia
disebut sebagai sahabat Allah (2 Taw. 20:7), Abraham menyatakan
kepercayaannya kepada Tuhan yang maha kuasa (Kej. 17:1), Abraham
berbicara dengan Tuhan demi kepentingan Ismael (Kej. 17:20) dan Lot
(Kej. 17:18-33). Abraham berhubungan dengan Allah dalam persekutuan
yang akrab (Kek. 18:33) dan dianugerahi Tuhan Wahyu khusus dalam
bentuk penglihatan dan Tuhan berkenan menemuinya dalam wujud media
manusiawi atau malaikat. Abraham beribadah kepada Tuhan dan
memanggil nama Tuhan (Kej. 13:4), dan mendirikan mezbah untuk Tuhan,
20
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 131.
21
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 46.
22
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1991) 285-
286.

9
Terhadap keluarganya sendiri ia menunjukkan kasih sayang dalam ia
diakui sebagai orang yang berhasil membina keluarganya dan menuntun
anak-anaknya untuk hidup menurut jalan yang ditunjukan Tuhan. Dengan
menerapkan kebenaran dan keadilan.23
2. Musa
Musa adalah pemimpin ulung, pemberi hukum perantara Allah
membawa bangsa Israel dari tanah Mesir dan membina mereka menjadi
satu umat untuk mengabdi kepada Allah serta membawa mereka sampai ke
perbatasan tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka.
Ada dua tugas Musa yang sangat penting dalam membawa bangsa Israel
keluar dari tanah Mesir, yaitu:
1. Sebagai pemimpin umat Israel. Musa tidak hanya diperlengkapi secara
teknis dengan pertumbuhan dan pendidikannya di Mesir. Tetapi ia juga
dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaan mengikut Allah dalam
iman titik orang seperti itulah dibangkitkan Allah untuk memimpin
umatnya dari penghambaan menuju kepada kelepasan titik mulai dari
pembicaraan Musa pertama kali dengan Firaun (Kel. 5:29-21), sampai ke
peperangan melawan orang midian menjelang kematiannya (Bil. 31:14-
16).
2. Sebagai nabi dan pemberi hukum. Musa menerangkan dan mengajarkan
kehendak Allah, perintah-perintahnya dan kodratnya, dan dengan sifat-
sifat demikian Musalah yang secara khas merupakan teladan dari semua
nabi sejati. Musa dipanggil oleh Allah (Kel. 3: 1-4: 17), bukan hanya
untuk membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan tetapi juga
untuk menyatakan kehendak Allah.24
3. Samuel
Samuel adalah seorang nabi dan ia juga adalah hakim terakhir di Israel.
Adalah tokoh terbesar setelah Musa (Yer. 15: 1). Ia menggantikan Eli
dalam keimanan, dan 1 Sam. 13:13 menyatakan bahwa hanya dia sendiri
yang diberi wewenang untuk mempersembahkan korban. Gambaran
tentang Samuel disini ialah bahwa ia adalah seorang yang peka secara
23
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008),
3-6.
24
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008),
102-107.

10
rohani, yang sedang mengadakan suatu upaya pembinaan untuk maksud
mengembangkan agama yang benar, upaya yang demikian selalu
membutuhkan pemimpin yang menyediakan diri terjangkau oleh mereka
yang diharapkannya dapat dibina, dalam kenegaraan, ia dipercayai untuk
mengurapi seorang pemimpin nasional.25
4. Daud
Daud adalah cicit dari Rut dan Boas, anak Isai dan anak bungsu dari 8
bersaudara (1 Sam. 17:12), dan dipersiapkan untuk menjadi gembala.
Dalam hal inilah dia di tempat untuk berani dan kemudian hari terbukti
dalam pertempuran (1 Sam. 17:34-35). Dalam pekerjaan itu jugalah iya
belajar kelemahlembutan dan jiwa pengasuhan terhadap kawanan
dombanya, Alkitab tidak menutup-nutupi dosa Daud seperti perkaranya
dengan Uria. Namun Daud lah tokoh pada zamannya yang melakukan
kehendak Allah banyak hal yang beragam yang telah dicapai oleh Daud ia
tanggap dan pintar dalam bertindak, penyair, pecinta yang lemah lembut,
lawan yang bermurah hati, penegak keadilan yang kokoh, sahabat yang
setia, orang Yahudi memandang dengan bangga dan terharu kepada Daud
titik Daud lah yang diidam-idamkan oleh orang-orang Yahudi, dan dalam
keadaan ini lah mereka menanti-nantikan kedatangan Mesias.26
5. Yesaya
Menurut tradisi Yahudi, Yesaya berasal dari keluarga raja keturunan
bangsawan berdasarkan dari cerita-cerita ilahi yang tertulis dalam kitab
nya. Pada masa pemerintahan Yerobeam II, Israel menikmati masa
kemakmurannya akibat lemahnya kerajaan aram dan tidak ada campur
tangan asyur di wilayah barat untuk beberapa waktu yang agak lama (Yes.
2-4). Yesaya dipanggil menjadi nabi dalam tahun kematian raja Uzia
(6:1).27 Yesaya merasakan panggilan ilahi membuatkan suatu tugas khusus
ke atas bahunya (Yes. 6:8-10). Sekalipun ketika ia melihat Tuhan, ia
merasa tidak layak dan menggambarkan dirinya sebagai seorang yang

25
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 354-355.
26
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, 241.
27
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 576.

11
najis bibir (Yes. 6:5). Namun ia percaya bahwa Allah telah memutuskan
nya sebagai persiapan untuk pekerjaannya (Yes. 6:7).28
6. Yeremia
Sejarah Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun. Ia dipanggil
menjadi nabi pada masa pemerintahan raja Yosia. Ia berbuat pada
pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir sebelum Yerusalem jatuh yaitu
Yosia, Yohas, yoyakim, yoyakhin, dan zedekia. Dalam dirinya kelemahan
daging bergumul dengan daya roh. Keinginan alami kawula muda tidak
diberikan kepada nabi muda ini (Yer. 16:2). Ia mendesak suatu umat yang
tidak tahu lagi hati yang remuk karena penyesalan. Ia menelanjangi dosa-
dosa bangsanya dan menyatakan hukumannya walaupun dia tahu bahwa
usahanya akan sia-sia. Umat yang dikasihinya membencinya. Patriot sejati
yang taat tanpa pamrih dicap penghianat. Nabi yang dirasuki pengharapan
yang tidak terpadamkan ini harus memamerkan kepalsuan pengharapan
umatnya. Pendoa syafaat ini dilarang mensyafaati umatnya, dan ia juga
difitnah oleh karena imamnya.29
7. Obaja
Nama Obaja berarti hamba Tuhan (Ebed Yahweh). Nabi Obaja berbeda
dengan nabi lain dalam pemberitaannya. Dia tidak memprotes dosa Israel
dan tidak memberitakan kepada bangsa Israel murka Allah sebab
Yerusalem pada waktu itu sudah jatuh. Jadi hukuman Allah sudah
dilaksanakan titik akan tetapi dia berbuat melawan dan memprotes bangsa
lain terutama Edom (keturunan Esau saudara Israel). Oleh karena itu Edom
dipandang sebagai saudara oleh bangsa Israel. Marah kepada bangsa Edom
karena justru disaat Yehuda diserbu oleh bangsa Babilonia, Edom
memakai kesempatan itu untuk merampas beberapa daerah Yehuda. Oleh
karena itu Obaja bernubuat untuk Edom bahwa Allah akan menghukum
bangsa itu Israel sudah dihukum karena dosanya dan akan diselamatkan.30
II.7. Hamba Tuhan Yang Berkenan Menurut PL
Seorang hamba dalam pengertiannya memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk melayani. Tugas melayani dalam hal ini menurut Kittel dapat
28
W.S. Lassor, D.A. Hubbardm, dkk.., Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 256.
29
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 562-564.
30
J. Bloomendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 131-132.

12
dibagi dua, yaitu: melayani untuk melengkapi pemeliharaan tubuh dan
melayani dalam hal memberitakan Injil. Dalam hal ini keduanya dilakukan
dengan kasih.31 Seorang hamba yang sejati lebih mengutamakan kesejahteraan
orang lain daripada kenikmatan dan martabat dirinya sendiri, pelayanan yang
ia lakukan bertujuan untuk memuliakan Allah serta dapat mensejahterakan
orang banyak melalui pelayanan tersebut.32 Seorang hamba harus rela
menderita demi keselamatan orang lain (Yes. 43:45) untuk melaksanakan
kehendak orang lain. Kata hamba menunjuk kepada kerendahan diri seseorang
di hadapan Allah (Kel. 4:10; Mzm. 119:17; 144: 12; Luk. 1:38). Seorang
hamba tuhan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:33
a. Memiliki kasih terhadap dombanya/ mengasihi dombanya dan mengenal
domba-dombanya.
b. Dapat memberikan teladan yang baik
c. Mendoakan domba-dombanya.
d. Lemah lembut dan rendah hati serta menaruh belas kasihan terhadap
domba-dombanya.
e. Bersedia memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.
Dalam Yesaya 40-55 terdapat 4 syair yang memperkenalkan hamba Tuhan
yang istimewa:
1. 42:1-4. Tuhan menunjuk orang pilihanNya yang diberikan Roh-Nya
sebagai duta untuk sekalian bangsa. Ia mengajarkan hukum (Ibr: misypot
“keputusan adil”) tanpa kekerasan, ia berprihatin terhadap orang-orang
yang patah terkulai, dan ia teguh dalam tugasnya.
2. 49: 1-. Tuhan menunjuk Hamba itu sejak dalam kandungan untuk
memberitakan Firman keselamatan-Nya, bukan kepada Israel saja,
melainkan kepada segala bangsa sebagai terang.
3. 50:4-9. Hamba itu mengaku sebagai murid yang tergantung kepada Tuhan.
Ia rela menanggung siksaan di dalam pelayanan dalam kesadaran bahwa
akhirnya Tuhan membenarkan dia.

31
Gerhard Kittel, Dictionary Of New Testament Volume II (Michigan: William B. Eerdmans, 1999),
82.
32
R. Bornkam, Jesus Of Nazaret (London: Hodder And Strounghton, 1969), 145.
33
Burg De Dahlen, Siapa Pendeta Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 9.

13
4. 52: 13-53:12 berbentuk syair dengan pengakuan iman pada inti 53:4-5,
yang di iringi oleh cerita sengsara hamba (53:2-3 dan 6:10a) yang menang
(53:3) dan menanggung dosa banyak orang (53:12)34
Sementara tugas hamba dalam Yesaya 50:4-9 disebut dengan singkat-
singkat saja yaitu ‘mendengar dengan seksama apa yang Tuhan firmankan’
(ay.4), kemudian menyampaikan firman itu kepada umat yang letih lesu agar
mereka mendapat semangat yang baru (ayat 6). Tambahannya lagi mengenai
tugas hamba Tuhan yang dapat kita temukan di dalam Yesaya 52:13-53:12,
yaitu:
a. Menanggung akibat kejahatan umat tanpa protes (53:6-7)
b. Merelakan diri untuk dihitung sebagai pemberontak (53:12)
c. Dipenjarakan, disakiti, dan dihakimi (53:8).35
Hamba Tuhan adalah manusia biasa, yang secara iman kedudukannya
sama dengan jemaat di hadapan Allah namun Allah memiliki harapan yang
besar bagi hamba-Nya untuk menjadi contoh dan teladan dalam pola hidup
sebagai warga Kerajaan Allah. Hamba Tuhan adalah orang-orang yang
menghambakan diri kepada Yahweh. Hamba adalah bukti nyata kehadiran
Allah sehingga memiliki tanggung jawab terdepan dalam menyaksikan
kehendak Allah. posisinya yang sangat urgen dalam Kerajaan Allah sekaligus
mengharuskan gereja agar tidak henti-henti membicarakan dan mengevaluasi
hamba Tuhan agar tetap memperbaharui diri sesuai dengan kehendak Allah
dan relevan dalam pembangunan tubuh Kristus.36
Hamba Tuhan menjadi alat demi tercapainya maksud Tuhan. Maka
maksud Tuhan adalah untuk membahagiakan umat manusia termasuk gereja-
gereja itu sendiri mendapat kebahagiaan bilamana merelakan diri menjadi alat
demi kebahagiaan umat manusia secara menyeluruh. itu berarti bahwa kita
sebagai gereja pada zaman modern mempunyai tugas dan panggilan baik
secara perseorangan maupun secara kolektif untuk menjadi hamba Tuhan pada
masa kini. Gereja modern gimanapun merupakan golongan minoritas sehingga
tidak mungkin mengkristenkan orang secara paksa. Secara positif perlu

34
Christoph Barth & Marie Barth, Teologi Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
378.
35
F. Suleeman & Ioanes Rakhman, Masihkah Benih Tersimpan?, 129-132.
36
Agus Jetron Saragih, “Hamba Tuhan: Panggilan, Spritualitas, dan Pelayanannya” dalam Jurnal
Teologi STT Abdi Sabda Medan Edisi XXXIV Juli-Desember 2015, 2.

14
ditekankan bahwa gereja masa kini dipanggil untuk mewujudkan kasih dan
perlindungan Allah untuk keselamatan bangsa bangsa hal ini membuat kita
masuk ke dalam usaha-usaha yang mengutamakan keadilan dan kemanusiaan.
Panggilan demikian masih tetap menuntut kerelaan kita untuk berkorban dan
mengalami sengsara demi pernyataan kehendak Tuhan. Gereja dan umat yang
rela melibatkan diri seperti itu layak disebut hamba Tuhan.37
III. Analisa Penyeminar
Hamba Tuhan bukan hanya seorang Pendeta atau pelayan-pelayan gereja yang
lainnya. Pemahaman bahwa hamba tuhan hanya berhubungan dengan altar gereja
menyanyi membaca Firman memberi persembahan di gereja dan sejenisnya
adalah pemahaman memiliki konsep yang sempit bahwa pelayanan kepada Tuhan
hanya terjadi dalam gereja padahal seluruh dunia dipenuhi dalam kesempatan
untuk melayani Tuhan tidak hanya di gereja tapi juga di rumah, di dapur di tempat
kerja, ataupun di ladang. Jelas bahwa hamba Tuhan adalah mereka yang telah
dipilih dan untuk saksikan tentang Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita
dengan darahnya yang tercurah di bukit Golgota. Ia yang telah menang melawan
maut melalui kebangkitannya dari antara orang mati. Setiap orang yang mau
dengan taat dan rela menderita demi memberitakan Injil baik di keluarga
lingkungan sekitar dan bahkan kepada setiap orang yang belum mendengar berita
keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
yang hidup adalah hamba Tuhan. Jadi kita ini adalah gereja-gereja yang
memancarkan terang Kristus yang menerangi dunia yang gelap ini jadi tugas kita
sebagai hamba Tuhan ialah menyadari bahwa arti dan makna hamba Tuhan tidak
terkungkung pada diri atau kelompok yang melayani di gereja saja tetapi setiap
kita yang telah percaya kepada Kristus memiliki tugas amanat agung dari Tuhan
Yesus untuk pergi menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus mereka dalam
nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan mengajar mereka melakukan
segala perintahNya.
Berbicara mengenai pelayan di gereja, yang saat ini juga kebanyakan pelayan
melayani dengan pamrih, yaitu mengharapkan balasan dari jemaat, hal ini tentulah
suatu sikap yang tidak baik sebagai hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan harus
memiliki integritas sebagai teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
Hamba hidup diatas naungan tuannya, dan majikan kita adalah Allah, dan sudah
37
F. Suleeman & Ioanes Rakhman, Masihkah Benih Tersimpan?, 135-136.

15
seharusnya kita mendengarkan atau melakukan apa yang diperintahkan oleh
Allah. Maka dari itu dalam pelayanan di gereja pun, tidak sewajarnya seorang
hamba Tuhan melayani dengan mengharapkan balasan dari orang, tapi melayani
haruslah penuh dengan ketulusan hati dan tanpa pamrih. Gereja masa kini
mempercayakan tugas-tugas tertentu sepenuhnya kepada pelayan yang terpilih
tetapi kita semua adalah hamba Tuhan kita semua mempunyai kewajiban untuk
menyebarkan kabar baik dan memiliki tanggung jawab untuk melakukan
penggembalaan terhadap mereka yang berada di rumah kita dan di tempat kita
bekerja atau di sekitar kita. Perlu ditekankan bahwa gereja masa kini dipanggil
untuk mewujudkan kasih dalam kerinduan Allah untuk keselamatan bangsa
bangsa.
IV. Kesimpulan
Hamba Tuhan dalam bahasa Ibrani yaitu ‫ֶד־יהוה‬
‫( ֶעב ׅ‬ebed YHWH) yang artinya
hamba Tuhan. Secara garis besar dalam kitab PL kata hamba merupakan suatu
sebutan untuk seseorang yang benar-benar memiliki posisi untuk menjadi seorang
pelayan yang rendah hati dihadapan Allah. dalam PB yang dekat dengan istilah
hamba ialah δουλος (doulos) yang diterjemahkan dengan arti “hamba” yaitu
seseorang yang tidak bebas. Seorang hamba yang sejati lebih mengutamakan
kesejahteraan orang lain daripada kenikmatan dan martabat dirinya sendiri,
pelayanan yang ia lakukan bertujuan untuk memuliakan Allah, Hamba Tuhan
menjadi alat demi tercapainya maksud Tuhan. Maka hakekat dari seorang pelayan
adalah taat dan patuh dalam melaksanakan tugas dan panggilan serta pengutusan
Tuhan.
V. Daftar Pustaka
Barth, Christoph, & Marie Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010.
Bloomendal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991.
Bornkam, R., Jesus Of Nazaret, London: Hodder And Strounghton, 1969.
Dahlen, Burg De, Siapa Pendeta Itu?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011 .
Douglas, I D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 2008.

16
Echols, John M., Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1996.
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
Hill, Andrew E., & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, Malang: Gandum
Mas, 1991.
Hinson, David F., Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004.
Kittel, Gerhard, Theological Dictionary Of New Testament Volume II, Michigan:
William B. Eerdmans, 1999.
Lassor, W.S., D.A. Hubbardm, dkk.., Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.
Marsunu, YM. Seto, Suara Ilahi, Pengantar Kitab-kitab Kenabian, Jakarta:
Kanisius, 2012.
Martin, Ralph P,. Worship in Early Church, Michigan: Grand Rapids, 1976.
Mawene, Marthinus Theodorus, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
PoerwadarmintaW.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka:
1990.
Saragih, Agus Jetron, “Hamba Tuhan: Panggilan, Spritualitas, dan
Pelayanannya” dalam Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan Edisi XXXIV
Juli-Desember 2015, Medan: STT Abdi Sabda, 2015.
Siringo-ringo¸ V.M., Theologi Perjanjian Lama, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Situmorang, Jainal, “Hamba Tuhan dan Penderitaan dalam Perjanjian Lama
Diperhadapkan dengan Pendeta Sebagai Hamba Tuhan”, dalam Jurnal
Teologia STT Abdi Sabda Edisi XXXIV Juli-Desember 2015, Medan: STT
Abdi Sabda, 2015.
Stahli, H.P., “Ebed”, in Theological Lexicon Of The Old Testament, USA:
Hendrikson Pusblisher, 1997.
Suleeman F., & Ioanes Rakhman, Masihkah Benih Tersimpan,. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1990.
Surbakti, E.B., Benarkah Injil Kabar Baik: bagaimana menyatakan dalam
perspektif lokal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Tongue, D. H., “Iman-iman dan Golongan Lewi” dalam Ensiklopedia Alkitab
Masa Kini Jilid I (A-L), J.D. Douglas (ed), Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 1990.

17
Verbrugge, Verlyn D., Theology Dictionary New Testament Words, Michigan:
Grand Rafids, 2000.
Wasterman, C., Theological Lexicon Of The Old Testament, USA: Hendrikson
Publisher, 1997.

18

Anda mungkin juga menyukai