Kitab perjanjian Lama terdiri dari 39 Kitab dan di bagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Kitab Sejarah, dari Kitab Kejadian sampai Ester.
2. Kitab Syair/ Puisi, dari Kitab Ayub sampai Kidung Agung.
3. Kitab Nubuat, dari Yesaya sampai Maleakhi.
Pada MK TAFSIR PL 3 ini kita akan membahas Kitab Syair/ Puisi dalam Perjanjian Lama.
Terdapat 5 Kitab Syair/ Puisi dalam Perjanjian Lama, yaitu :
1. Ayub (Mempelajari penderitaan)
2. Mazmur (Puji-pujian melalui Doa)
3. Amsal (Hikmat melalui pepatah)
4. Pengkhotbah (Kesungguhan melalui kesia - siaan)
5. Kidung Agung (Kemuliaan melalui persekutuan)
Kita harus sadar betul bahwa ke-66 kitab di dalam Alkitab ditulis dengan genre dan sub
genre yang berbeda. Secara umum, baik PL mau pun PB, kita mendapati paling tidak
sembilan genre utama, yaitu:
1. Narasi (narrative);
2. Taurat (torah);
3. Puisi (poetry)
4. Hikmat (wisdom);
5. Nubuat (prophetic);
6. Apokaliptik (apocalyptic);
7. Injil (gospels – theological biography)
8. Sejarah (theological history);
9. Surat-surat (epistles)
Dari kesembilan genre utama di atas, kita akan menemukan banyak sub genre di dalamnya,
misalnya: teka-teki, amsal, permainan kata, ironi, metafora, simile, perumpamaan, dan sebagainya.
Pengenalan akan genre dan sub genre Alkitab menolong kita untuk menentukan strategi
membaca dan membatasi harapan kita akan apa yang ingin kita dapatkan dari sebuah teks
yang sedang kita baca dan tafsirkan. Karena pada setiap genre dan sub genre, terdapat
aturan-aturan khusus serta fitur-fitur khusus yang membedakan antara genre atau sub
genre yang satu dengan genre atau sub genre yang lain.
Atau contoh lain adalah tentang penyebutan Abram berjumpa Firaun dalam Kejadian 12:10-
20. Atas dasar penyebutan ini, penulis Kitab Kejadian dituduh melakukan anakronisme
sejarah karena sebutan Firaun sebagai gelar bagi raja Mesir belum berlaku pada masa hidup
Abram (kr. 2000/1900 SM). Penyebutan Firaun dalam arti gelar bagi para raja Mesir
menurut sumber-sumber sejarah, baru dilakukan pada abad ke-15 SM atau abad ke-12 SM.
Ini jelas tuntutan ketepatan sejarah yang tidak memperhitungkan genre dari teks Kejadian
12:10-20. Teks tersebut ditulis dari perspektif Musa sebagai narator yang pada masa
hidupnya, penyebutan Firaun sebagai gelar bagi raja Mesir sudah berlaku. Jadi dari
perspektif Musa sebagai narator, penyebutan tersebut bukanlah sebuah anakronisme.
Contoh-contoh di atas menunjukkan sekali lagi mengenai betapa pentingnya kita mengenal
dan memahami genre dan sub genre dari teks yang sedang kita tafsirkan. Tentu masih
banyak sekali contoh yang bisa diberikan di sini. Namun ulasan ringkas ini cukup untuk
membuat kita waspada dan berhati-hati mendekati sebuah teks. Pemahaman yang tepat
akan fitur-fitur dari genre serta sub genre dari teks yang bersangkutan, akan sangat
bermanfaat menolong kita menetapkan makna dari teks tersebut.
C. KITAB PUISI
Definisi Syair/ Puisi adalah bentuk sastra yang menggubah pikiran, perasaan atau tindakan
yang elok dalam bahasa yang tersusun dalam ritme atau irama.
Lima kitab yang dikenal sebagai kitab-kitab puisi terdapat pada bagian ketiga Alkitab
Ibrani ( bahasa ibrani ), yang disebut “Tulisan tulisan” atau ketuvim ~ybiWtK. (lihat nama-
nama Kitab ibrani pada Diktat bahasa ibrani), merupakan bagian ketiga dan terakhir
dari Tanakh (Alkitab Ibrani), setelah Taurat (pengajaran) dan Nevi'im (nabi-nabi). Dalam
Alkitab Ibrani yang diterjemahkan ke bahasa Inggris, bagian ini berjudul "Tulisan-tulisan"
atau “Hagiographa”. Hagiographa berasal dari Bahasa Yunani dan artinya adalah karya
biografi yang isinya menguduskan tokohnya. Dalam konteks agama Kristen dan terutama
Katolik artinya adalah kehidupan para santo dan santa.
Kedua kitab yang lain, Pengkhotbah dan Kidung Agung, termasuk dalam kelompok khusus
dari Tulisan yang disebut “Hamesy Megillot” ( lima gulungan ) yang terdiri dari Kidung
Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan Ester. Tujuan dari pengelompokan ini bersifat
liturgis, karena masing-masing kitab dibacakan pada perayaan hari besar Yahudi. Susunan
dari Hamesh Megilloth mengikuti susunan perayaan hari besar yang mereka tetapkan:
Kidung Agung (Paskah), Rut (Pantekosta), Ratapan (Puasa bulan kesembilan, memperingati
hancurnya Bait Allah), Pengkhotbah (Hari Raya Tabernakel) dan Ester (Hari Raya Purim).
Alkitab Septuaginta Yunani meletakkan susunan semua kitab puisi setelah kitab-kitab sejarah
dan sebelum kitab para nabi dengan urutan sebagai berikut : Mazmur, Amsal, Pengkhotbah,
Kidung Agung dan Ayub. Alkitab Latin Vulgata yang berbahasa latin menempatkan kitab
Ayub pada urutan pertama dari lima kitab tersebut dengan pertimbangan kronologis, karena
Ayub dianggap hidup pada jaman leluhur, maka sudah seharusnya mendahului Mazmur yang
sebagian besar ditulis oleh Daud yang hidup beberapa abad sesudah jaman leluhur.
Tiga dari lima kitab puisi juga merupakan sastra hikmat (wisdom), yaitu Ayub, Amsal dan
Pengkhotbah. Meskipun secara teknis tidak di golongkan bergenre sastra hikmat, tetapi di
dalam kitab mazmur juga terdapat sastra hikmat. Sedangkan Kidung Agung memiliki
kesamaan dengan sastra hikmat dalam hal isinya yang bersifat pengajaran maupun bentuk
sastranya ( berbentuk kidung ).
Oleh karena itu sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat menggolongkan kelima kitab sebagai
sepenuhnya kitab-kitab puisi maupun sepenuhnya sebagai kitab-kitab hikmat. Masing-
masing kitab memiliki ciri sastra sendiri sehingga hal itu juga mempengaruhi cara/langkah-
langkah dalam menafsirkannya.
Ada lebih dari sepertiga isi Alkitab terdiri dari puisi. Kitab Ayub, Mazmur, Amsal,
Pengkhotbah, Kidung Agung hampir seluruhnya berbentuk puisi. Sebagian besar kitab
Yesaya, 1/3 kitab Yeremia, seluruh kitab Ratapan, sebagian kecil kitab Yehezkiel pun
berbentuk puisi. Hampir seluruh kitab nabi-nabi kecil juga berbentuk puisi. Dalam kitab-
kitab sejarah terdapat pula bentuk puisi, mis. Kej. 4:23; 49; Kel. 15; Bil. 21:14, 27-30; 23-
24;Ul. 32-33; Yos. 10:12-14; Hak. 5; 9:8-15; I Sam. 2:1-10; II Sam. 1:19-27; 3:33; 22; 23:1-
7.
Perjanjian Baru tidak mempunyai kitab syair yang lengkap seperti Perjanjian Lama, namun
di dalamnya terdapat banyak puisi.
Di dalam Alkitab kita sekarang, sangat mudah bagi kita untuk membedakan manakah yang
bagian yang berbentuk puisi atau berbentuk narasi. Biasanya puisi ditandai dengan
menjoroknya kalimat-kalimat yang dimaksud dan aturan masing-masing baris kalimat.
Naskah teks Ibrani tidak membedakan antara penulisan puisi ataupun prosa, namun para
Masoret memberikan aksen puisi yang khusus pada kitab Ayub, Amsal dan Mazmur bahasa
ibrani. Tidak ada satupun versi kuno Alkitab yang memberikan bentuk penulisan yang
berbeda pada puisi. Pada 1952, RSV menjadi terjemahan pertama yang membedakan cara
penulisan puisi ataupun prosa.
Bersambung ke bagian 2