Anda di halaman 1dari 5

BAB 01.

MENGENAL KITAB PUISI


A. PENDAHULUAN

Kitab perjanjian Lama terdiri dari 39 Kitab dan di bagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Kitab Sejarah, dari Kitab Kejadian sampai Ester.
2. Kitab Syair/ Puisi, dari Kitab Ayub sampai Kidung Agung.
3. Kitab Nubuat, dari Yesaya sampai Maleakhi.

Pada MK TAFSIR PL 3 ini kita akan membahas Kitab Syair/ Puisi dalam Perjanjian Lama.
Terdapat 5 Kitab Syair/ Puisi dalam Perjanjian Lama, yaitu :
1. Ayub (Mempelajari penderitaan)
2. Mazmur (Puji-pujian melalui Doa)
3. Amsal (Hikmat melalui pepatah)
4. Pengkhotbah (Kesungguhan melalui kesia - siaan)
5. Kidung Agung (Kemuliaan melalui persekutuan)

B. GENRE / JENIS SASTRA DALAM ALKITAB


Kita mesti memperhatikan genre/ jenis sastra dan sub genre dari teks yang sedang kita baca
atau tafsirkan. Misalnya, ketika kita membaca kata-kata Yohanes bahwa Yesus adalah “anak
domba Allah”, tentu kita tidak berpikir bahwa Yesus adalah seekor domba sembelihan
benaran. Atau ketika Yesus memaklumatkan Diri-Nya sebagai “pokok anggur yang benar”,
tentu kita tidak menganggap Dia adalah sebatang pohon yang bisa berbicara.

Kita harus sadar betul bahwa ke-66 kitab di dalam Alkitab ditulis dengan genre dan sub
genre yang berbeda. Secara umum, baik PL mau pun PB, kita mendapati paling tidak
sembilan genre utama, yaitu:

1. Narasi (narrative);
2. Taurat (torah);
3. Puisi (poetry)
4. Hikmat (wisdom);
5. Nubuat (prophetic);
6. Apokaliptik (apocalyptic);
7. Injil (gospels – theological biography)
8. Sejarah (theological history);
9. Surat-surat (epistles)

Dari kesembilan genre utama di atas, kita akan menemukan banyak sub genre di dalamnya,
misalnya: teka-teki, amsal, permainan kata, ironi, metafora, simile, perumpamaan, dan sebagainya.

Pengenalan akan genre dan sub genre Alkitab menolong kita untuk menentukan strategi
membaca dan membatasi harapan kita akan apa yang ingin kita dapatkan dari sebuah teks
yang sedang kita baca dan tafsirkan. Karena pada setiap genre dan sub genre, terdapat
aturan-aturan khusus serta fitur-fitur khusus yang membedakan antara genre atau sub
genre yang satu dengan genre atau sub genre yang lain.

SETYA HADI NUGROHO ST. MTh. Page 0


Misalnya ketika kita membaca Kitab Kejadian tentang urutan hari-hari penciptaan (hari ke-
1; hari ke-2; dst), kita mesti waspada untuk tidak mengharapkan teks tersebut berbicara
persis secara kronologis ( urutan waktu dalam penyusunan sejumlah kejadian atau peristiwa )
bagi kita.
Karena penciptaan Matahari yang baru disebutkan dalam Kejadian 1:14, sementara
pergantian hari telah ditandai dengan “jadilah petang dan jadilah pagi” sejak hari pertama
penciptaan, memberikan indikasi bahwa penulisnya tidak sedang berbicara mengenai
urutan kronologis pada teks tersebut.
Artinya, ketika kita memaksakan pemahaman kronologis pada teks tersebut, kita sedang
memaksa penulis untuk berbicara seperti yang kita kehendaki. Ini tentu tidak benar. Lagi
pula, dari segi genrenya, narasi tersebut ditulis dalam genre theological history, bukan sejarah
murni yang menekankan aspek ketepatan kronologis kejadian dalam sebuah rentang waktu
tertentu.

Atau contoh lain adalah tentang penyebutan Abram berjumpa Firaun dalam Kejadian 12:10-
20. Atas dasar penyebutan ini, penulis Kitab Kejadian dituduh melakukan anakronisme
sejarah karena sebutan Firaun sebagai gelar bagi raja Mesir belum berlaku pada masa hidup
Abram (kr. 2000/1900 SM). Penyebutan Firaun dalam arti gelar bagi para raja Mesir
menurut sumber-sumber sejarah, baru dilakukan pada abad ke-15 SM atau abad ke-12 SM.
Ini jelas tuntutan ketepatan sejarah yang tidak memperhitungkan genre dari teks Kejadian
12:10-20. Teks tersebut ditulis dari perspektif Musa sebagai narator yang pada masa
hidupnya, penyebutan Firaun sebagai gelar bagi raja Mesir sudah berlaku. Jadi dari
perspektif Musa sebagai narator, penyebutan tersebut bukanlah sebuah anakronisme.

Contoh-contoh di atas menunjukkan sekali lagi mengenai betapa pentingnya kita mengenal
dan memahami genre dan sub genre dari teks yang sedang kita tafsirkan. Tentu masih
banyak sekali contoh yang bisa diberikan di sini. Namun ulasan ringkas ini cukup untuk
membuat kita waspada dan berhati-hati mendekati sebuah teks. Pemahaman yang tepat
akan fitur-fitur dari genre serta sub genre dari teks yang bersangkutan, akan sangat
bermanfaat menolong kita menetapkan makna dari teks tersebut.

C. KITAB PUISI
Definisi Syair/ Puisi adalah bentuk sastra yang menggubah pikiran, perasaan atau tindakan
yang elok dalam bahasa yang tersusun dalam ritme atau irama.

Lima kitab yang dikenal sebagai kitab-kitab puisi terdapat pada bagian ketiga Alkitab
Ibrani ( bahasa ibrani ), yang disebut “Tulisan tulisan” atau ketuvim ~ybiWtK. (lihat nama-
nama Kitab ibrani pada Diktat bahasa ibrani), merupakan bagian ketiga dan terakhir
dari Tanakh (Alkitab Ibrani), setelah Taurat (pengajaran) dan Nevi'im (nabi-nabi). Dalam
Alkitab Ibrani yang diterjemahkan ke bahasa Inggris, bagian ini berjudul "Tulisan-tulisan"
atau “Hagiographa”. Hagiographa berasal dari Bahasa Yunani dan artinya adalah karya
biografi yang isinya menguduskan tokohnya. Dalam konteks agama Kristen dan terutama
Katolik artinya adalah kehidupan para santo dan santa.

SETYA HADI NUGROHO ST. MTh. Page 1


Istilah “Kitab Puisi” menunjuk pada ciri puitis isinya yang mayoritas berbentuk puisi. Kaum
Masoret abad pertengahan mengelompokkan Ayub, Amsal dan Mazmur menjadi satu
kelompok karena ketiga kitab ini mempunyai pola penekanan puitis tertentu. Untuk
memudahkan dalam mengingat, kelompok tiga kitab itu disebut “kitab kebenaran” karena
huruf Ibrani pertama dari setiap kitab itu apabila digabungkan berarti kebenaran. Kata
/
kebenaran (tm,a) dibentuk dari gabungan a (bAYai =Ayub), m (ylev.mi = Amsal) dan t
( ~yLihiT. = Mazmur).

Kedua kitab yang lain, Pengkhotbah dan Kidung Agung, termasuk dalam kelompok khusus
dari Tulisan yang disebut “Hamesy Megillot” ( lima gulungan ) yang terdiri dari Kidung
Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan Ester. Tujuan dari pengelompokan ini bersifat
liturgis, karena masing-masing kitab dibacakan pada perayaan hari besar Yahudi. Susunan
dari Hamesh Megilloth mengikuti susunan perayaan hari besar yang mereka tetapkan:
Kidung Agung (Paskah), Rut (Pantekosta), Ratapan (Puasa bulan kesembilan, memperingati
hancurnya Bait Allah), Pengkhotbah (Hari Raya Tabernakel) dan Ester (Hari Raya Purim).

Alkitab Septuaginta Yunani meletakkan susunan semua kitab puisi setelah kitab-kitab sejarah
dan sebelum kitab para nabi dengan urutan sebagai berikut : Mazmur, Amsal, Pengkhotbah,
Kidung Agung dan Ayub. Alkitab Latin Vulgata yang berbahasa latin menempatkan kitab
Ayub pada urutan pertama dari lima kitab tersebut dengan pertimbangan kronologis, karena
Ayub dianggap hidup pada jaman leluhur, maka sudah seharusnya mendahului Mazmur yang
sebagian besar ditulis oleh Daud yang hidup beberapa abad sesudah jaman leluhur.

Tiga dari lima kitab puisi juga merupakan sastra hikmat (wisdom), yaitu Ayub, Amsal dan
Pengkhotbah. Meskipun secara teknis tidak di golongkan bergenre sastra hikmat, tetapi di
dalam kitab mazmur juga terdapat sastra hikmat. Sedangkan Kidung Agung memiliki
kesamaan dengan sastra hikmat dalam hal isinya yang bersifat pengajaran maupun bentuk
sastranya ( berbentuk kidung ).

Oleh karena itu sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat menggolongkan kelima kitab sebagai
sepenuhnya kitab-kitab puisi maupun sepenuhnya sebagai kitab-kitab hikmat. Masing-
masing kitab memiliki ciri sastra sendiri sehingga hal itu juga mempengaruhi cara/langkah-
langkah dalam menafsirkannya.

Perlu menjadi perhatian bahwa urutan-urutan penempatan kitab-kitab dalam Alkitab


sekarang ini, tidak mutlak mengandung otoritas pengilhaman Ilahi. Ilham Ilahi hanya berlaku
untuk isinya saja. Sedangkan urutan-urutan tersebut tidak lebih dari karya para penyunting
yang meneruskan isinya, terlihat dari susunan yang berbeda-beda dari berbagai versi dan
naskah.
SETYA HADI NUGROHO ST. MTh. Page 2
C. PUISI dan ALKITAB
Orang Israel menggunakan puisi dan musik dari awal sejarah mereka. Sebelum itu,
barangkali Adam memakai sebuah syair untuk memuji Allah atas pasangannya yang baru
(Kej. 2:23). Musa menyanyikan sebuah nyanyian kepada Allah karena telah membebaskan
orang Israel dari Mesir (Kel. 15). Alkitab (Hak. 5:2-31; 14:14, 18) mencatat banyak syair lain
dari masa para hakim (1400-1000 sM). Namun, kebanyakan puisi yang tercatat dalam
Alkitab berasal dari zaman Raja Daud (1012-972 sM) dan sesudahnya. Pada masa Daud,
para penyair dan pemusik telah bersatu untuk membentuk serikat sekerja mereka sendiri,
yang tetap aktif sampai masa Pembuangan. Dikatakan bahwa Raja Hizkia (729-687?sM)
mengutus sekelompok pemusik sebagai bagian dari tawaran perdamaian kepada Sanherib.
Demikianlah para penyair dan pemusik memainkan peranan penting dalam kehidupan
orang Israel.

Ada lebih dari sepertiga isi Alkitab terdiri dari puisi. Kitab Ayub, Mazmur, Amsal,
Pengkhotbah, Kidung Agung hampir seluruhnya berbentuk puisi. Sebagian besar kitab
Yesaya, 1/3 kitab Yeremia, seluruh kitab Ratapan, sebagian kecil kitab Yehezkiel pun
berbentuk puisi. Hampir seluruh kitab nabi-nabi kecil juga berbentuk puisi. Dalam kitab-
kitab sejarah terdapat pula bentuk puisi, mis. Kej. 4:23; 49; Kel. 15; Bil. 21:14, 27-30; 23-
24;Ul. 32-33; Yos. 10:12-14; Hak. 5; 9:8-15; I Sam. 2:1-10; II Sam. 1:19-27; 3:33; 22; 23:1-
7.
Perjanjian Baru tidak mempunyai kitab syair yang lengkap seperti Perjanjian Lama, namun
di dalamnya terdapat banyak puisi.

Di dalam Alkitab kita sekarang, sangat mudah bagi kita untuk membedakan manakah yang
bagian yang berbentuk puisi atau berbentuk narasi. Biasanya puisi ditandai dengan
menjoroknya kalimat-kalimat yang dimaksud dan aturan masing-masing baris kalimat.
Naskah teks Ibrani tidak membedakan antara penulisan puisi ataupun prosa, namun para
Masoret memberikan aksen puisi yang khusus pada kitab Ayub, Amsal dan Mazmur bahasa
ibrani. Tidak ada satupun versi kuno Alkitab yang memberikan bentuk penulisan yang
berbeda pada puisi. Pada 1952, RSV menjadi terjemahan pertama yang membedakan cara
penulisan puisi ataupun prosa.

D. KATEGORI SEBUAH PUISI IBRANI


Puisi, bagi orang Ibrani bukan hanya serangkaian kata yang dilagukan dengan irama tertentu.
Puisi dapat berbentuk:
1. Lagu

SETYA HADI NUGROHO ST. MTh. Page 3


Bangsa Ibrani adalah bangsa yang menyukai musik dan sangat terkenal dengan lagu-lagu
mereka. Dalam berbagai keadaan, tempat dan acara, mereka selalu menyanyi. Lagu ini
meliputi lagu peperangan, lagu cinta, ratapan, himne, hime ucapan syukur, lagu perayaan
atau peneguhan.
2. Amsal
Amsal adalah pernyataan singkat tentang kebenaran yang diterima secara universal yang
diformulasikan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mudah diingat (singkat tapi
jelas).
3. Pepatah/peribahasa
Pepatah hampir mirip dengan amsal tetapi lebih berkonteks lokal.
Contoh : 1 Sam 24: 14
4. Teka-teki. Contoh : Hakim 14:10-18
5. Peringatan/teguran
Peringatan adalah suatu bentuk pernyataan yang diikuti dengan klausa motivasi yang
menjelaskan kepada pendengar mengapa mereka harus taat pada perintah tersebut.
Contoh: Amsal 9:9
6. Allegori. Contoh: Pengkhotbah. 12:1-7
7. Dialog. Contoh: Kitab Ayub
8. Pengakuan.
Pengakuan adalah autobiografi yang memanfaatkan pengalaman orang bijaksana sebagai
teladan bagi orang lain.
9. Formula “Berbahagialah….”
Contoh: Maz. 1:1.
10. Formula ‘baik’ atau ‘lebih baik’
Contoh: Amsal 19:2; 15:16

Bersambung ke bagian 2

SETYA HADI NUGROHO ST. MTh. Page 4

Anda mungkin juga menyukai