Anda di halaman 1dari 109

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)

Nike Pamela, MA.

Pendahuluan
Kitab-kitab Perjanjian Lama mengandung beberapa literatur yang
cukup berpotensi untuk menceritakan sejarah manusia. Melalui merekalah
isi hati manusia seolah-olah ditunjukkan. Secara historis, kitab puisi tidak
berorientasi pada sejarah Dengan perkecualian pada kitab Mazmur, kitab
puisi biasanya tidak memuat sesuatu yang mengandung sejarah, namun
mereka hidup karena semangat sejarah.
Dibandingkan dengan kitab nabi-nabi, kitab puisi tidaklah berusaha
menyampaikan firman Allah kepada manusia, sebaliknya orang-orang
yang berbicara seolah-olah mewakili manusia pada umumnya berbicara
kepada Tuhan (utamanya pada kitab Ayub dan Mazmur). Bandingkan: para
nabi biasanya berbicara atas nama Allah kepada manusia.
Namun demikian, mereka menafaskan keuniversalan tertentu.
Masalah penderitaan, hati nurani yang dirusak oleh dosa, pengetahuan
tentang kehidupan manusia serta cinta yang penuh gairah antara seorang
laki-laki dan perempuan, yang kesemuanya merupakan tema-tema yang
paling banyak muncul dalam kitab puisi, seolah-olah melintasi semua
keterikatan bangsa maupun suku untuk mampu mencakup pada tematema keseluruhan umat manusia.
KITAB PUISI
Di dalam susunan Ibrani, kitab-kitab yang dikenal sebagai Kitab
Puisi dalam susunan Yunaninya, disebut dengan Tulisan (Kethubim).
Istilah Kitab Puisi menunjuk pada natur isinya yang mayoritas berbentuk
puisi. Para Masoret abad pertengahan mengelompokkan Ayub, Amsal dan
Mazmur secara bersama-sama dengan suatu sistim yang khusus dari
penekanan puisi yang biasanya dikenal dengan Kitab kebenaran karena
huruf Ibrani pertama dari setiap kitab itu apabila digabungkan berarti

tma) dibentuk dari gabungan a


Amsal) dan t (Mylht = Mazmur).

emeth (kebenaran) kata kebenaran (

bAYai

m ylvm

(
=Ayub),
(
=
Kedua kitab yang lain, Pengkhotbah dan Kidung Agung, termasuk dalam
kelompok khusus dari Tulisan yang disebut Lima Megilloth (gulungan
kitab) yang terdiri dari Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan
Ester. Tujuan dari pengelompokan ini bersifat liturgis, karena masingmasing kitab dibacakan pada perayaan hari besar Yahudi. Susunan dari
Lima Megilloth mengikuti susunan perayaan hari besar yang mereka
tetapkan: Kidung Agung (Paskah), Rut (Pantekosta), Ratapan (Puasa bulan
kesembilan, memperingati hancurnya Bait Allah), Pengkhotbah (Hari Raya
Tabernakel) dan Ester (Hari Raya Purim).
Septuaginta meletakkan susunan semua kitab puisi setelah kitabkitab sejarah dan sebelum kitab nabi-nabi: Mazmur, Amsal, Pengkhotbah,
Kidung Agung dan Ayub. Latin Vulgata meletakkan kitab Ayub pada
permulaan dari keempat kitab lainnya dengan pertimbangan kronologis
(bdg: selanjutnya diikuti dengan tulisan Daud (Mazmur) dan Salomo
(amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung).
Tiga dari lima kitab puisi berhubungan juga dengan literatur hikmat
(wisdom), yaitu Ayub, Amsal dan Pengkhotbah. Masing-masing kitab

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

memiliki ciri literatur sendiri sehingga hal itu juga mempengaruhi


cara/langkah-langkah dalam menafsirkannya.
PUISI BAGI ORANG IBRANI
Sebagaimana bangsa lainnya, puisi orang Ibrani umurnya jauh lebih
tua dari semua jenis literatur lainnya. Berdasarkan ketepatan pemilihan
kata, suara dan irama, puisi dianggap memiliki kekuatan khusus dan
keefektifan yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis literatur lainnya. Dalam
kasus bangsa-bangsa yang tempat tinggalnya berpindah-pindah (semi
nomaden),
namun pada akhirnya secara perlahan-lahan mereka
berkembang dengan memiliki gaya hidup yang berperadaban, para ahli
berasumsi bahwa permulaan pertumbuhan literatur mereka didahului oleh
suatu periode dimana tradisi-tradisi mereka yang ada maupun yang baru
diadopsi dari budaya lain, disebarkan secara oral (dari mulut ke mulut).
Pandangan bahwa kata-kata memiliki kekuatan dan kemampuan untuk
mengingat kata-kata tersebut, memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan dan menjaga kelestarian
tradisi-tradisi awal yang
disebarkan melalui mulut ke mulut.
PUISI dan ALKITAB
Lebih dari sepertiga isi Alkitab terdiri dari puisi.
Kitab Ayub,
Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung
hampir seluruhnya
berbentuk puisi. Sebagian besar kitab Yesaya, 1/3 kitab Yeremia, seluruh
kitab Ratapan, sebagian kecil kitab Yehezkiel pun berbentuk puisi. Hampir
seluruh kitab nabi-nabi kecil juga berbentuk puisi. Dalam kitab-kitab
sejarah terdapat pula bentuk puisi, mis. Kej. 4:23; 49; Kel. 15; Bil. 21:14,
27-30; 23-24;Ul. 32-33; Yos. 10:12-14; Hak. 5; 9:8-15; I Sam. 2:1-10; II
Sam. 1:19-27; 3:33; 22; 23:1-7.
Di dalam Alkitab kita sekarang, sangat mudah bagi kita untuk
membedakan manakah yang bagian yang berbentuk puisi atau berbentuk
narasi. Biasanya puisi ditandai dengan menjoroknya kalimat-kalimat yang
dimaksud dan aturan masing-masing baris kalimat. Naskah teks Ibrani
tidak membedakan antara penulisan puisi ataupun prosa, namun para
Masoret memberikan aksen puisi yang khusus pada kitab Ayub, Amsal dan
Mazmur. Tidak ada satupun versi kuno Alkitab yang memberikan bentuk
penulisan yang berbeda pada puisi. Pada 1952, RSV menjadi terjemahan
pertama yang membedakan cara penulisan puisi ataupun prosa.
KATEGORI SEBUAH PUISI IBRANI
Puisi, bagi orang Ibrani bukan hanya serangkaian kata yang dilagukan
dengan irama tertentu. Puisi dapat berbentuk:
a. Lagu
Bangsa Ibrani adalah bangsa yang menyukai musik dan sangat
terkenal dengan lagu-lagu mereka. Dalam berbagai keadaan,
tempat dan acara, mereka selalu menyanyi. Lagu ini meliputi lagu
peperangan, lagu cinta, ratapan, himne, hime ucapan syukur, lagu
perayaan atau peneguhan.
b. Amsal
Amsal adalah pernyataan singkat tentang kebenaran yang diterima
secara universal yang diformulasikan dengan cara yang sedemikian
rupa sehingga mudah diingat (singkat tapi jelas).
c. Pepatah/peribahasa

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Pepatah hampir mirip dengan amsal tetapi lebih berkonteks lokal.


d. Teka-teki. Cth. Hakim 14:10-18
e. Peringatan/teguran
Peringatan adalah suatu bentuk pernyataan yang diikuti dengan
klausa
motivasi
yang
menjelaskan
kepada
pendengar
mengapamereka harus taat pada perintah tersebut. Cth. Amsal 9:9
f. Allegori. Cth. Pengkhotbah. 12:1-7
g. Dialog. Cth. Kitab Ayub
h. Pengakuan.
Pengakuan adalah autobiografi yang memanfaatkan pengalaman
orang bijaksana sebagai teladan bagi orang lain.
i. Formula Berbahagialah.
Cth. Maz. 1:1.
j. Formula baik atau lebih baik
Cth: Amsal 19:2; 15:16
ISTILAH-ISTILAH YANG BANYAK DIPERGUNAKAN DALAM PUISI
Unit
istilah-istilah mendasar yang muncul dalam satu kalimat
yang biasanya berupa kata atau frase yang membentuk bagianbagian pemikiran yang lebih luas
Contoh: Mazmur 27:1 Tuhan adalah terangku dan keselamatanku
1
2
3
Colon
(Lat)/stich (Yun) gabungan dari unit-unit yang
membentuk satu /lebih ide pemikiran (stich bistich tristich
tetrastich pentastich)
Contoh: Mazmur 27:1 Tuhan adalah terangku dan keselamatanku
Kepada siapakah aku harus takut?
(bicolon/distich)
Stanza/strophe gabungan beberapa colon
yang didasarkan
baik oleh kesamaan subyek atau struktur puisi
Contoh: Mazmur 19
19:1-6 (himne penciptaan) + 19:7-14
(penenungan
pada Taurat)
Anacrusis suatu kata yang seringkali muncul pada permulaan
suatu baris puisi yang tidak termasuk dalam meter (biasanya dalam
bentuk kata seru, kata sambung atau kata ganti)
Contoh: Mazmur 3:4 Tetapi Engkau..
Ayub 3:20 Mengapa.
Ratapan 1;1;2:1;4:1 Ah,
Asonansi kata-kata yang memiliki bunyi serupa/hampir sama

yNEr' ynIreC.Ti

Contoh: Mazmur 32:7

Aliterasi 2 atau lebih kata dalam konteks yang sama yang


dimulai dengan huruf yang sama
Contoh: Maz. 6:8

s[;K;mi hv'v.['

yr'r>Ac-lk'B. hq't.[' ynIy[e

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

KARAKTERISTIK PUISI IBRANI


Bukanlah suatu hal yang mudah untuk membedakan antara puisi
dan prosa dalam bahasa Ibrani. Salah satu karakteristik utama prosa

orang
Ibrani
adalah
penggunaan
waw konsekutif ( w) yang
menghubungkan antara beberapa kalimat. Sedangkan secara umum suatu
tulisan dapat dikategorikan puisi adalah ketika urutan katanya memiliki
irama atau ketika secara formal disusun menurut aturan prinsip yang
diberlakukan secara terus menerus. Prinsip fundamental dari suatu puisi
Ibrani yang berbentuk ayat adalah setiap ayat harus terdiri sedikitnya
dari 2 anggota dimana bagian kedua, sedikit atau banyak, harus dapat
memenuhi harapan yang dimunculkan dari bagian pertama.
Dari prinsip fundamental di atas, kemungkinan hubungan yang
bervariasi antara 2 kalimat dapat terjadi sebagai berikut:
a. Hubungan yang semata-mata dipisahkan oleh adanya koma. Dalam hal
ini tidak ada paralelisme dalam kalimat (anak kalimat A dan anak
kalimat B).
Contoh: TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murkaMu
menyala sekalipun umatMu berdosa? (Mazmur 80:5)
b. Anak kalimat B sebagai suatu kutipan kata-kata. Anak kalimat B
merupakan isi dari ucapan pemazmur/orang lain.
Contoh: Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah terbuang
dari hadapan mataMU (Mazmur 31:23).
c. Rentetan tindakan (baris B merupakan rentetan tindakan dari baris A).
Contoh: Telah kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau
bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu (Mazmur 80:9).
d. Elemen-elemennya merupakan suatu pasangan. Ungkapan yang sama
(biasanya berpasangan) terdapat pada kedua anak kalimat.
Contoh: Tuhan memerintahkan kasih setiaNya pada siang hari, dan
pada malam hari aku menyanyikan pujian (Mazmur 42:9).
e. Setiap istilah pada anak kalimat A paralel dengan anak kalimat B.
Contoh: Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan
bermazmur bagi Allahku selagi aku ada (Mazmur 146:2).
f. AB/BC
Contoh: Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk
mengadili umatNya (50:4).
g. Anak kalimat A merupakan suatu pernyataan, anak kalimat B berupa
suatu pertanyaan.
Contoh: Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah
yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati? (Mazmur
6:6).
Puisi Ibrani dibedakan dari prosa oleh adanya perasaan
keseimbangan antara elemen-elemen yang ada. Keseimbangan tersebut
dimengerti di dalam 3 cara:
a. keseimbangan dalam irama (meter)
b. keseimbangan dalam panjangnya (untuk menjumlah silabel dalam
sebuah baris kalimat)

c. keseimbangan dalam arti (mementingkan arti daripada meter dan silabel)

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Meter
Salah satu karakteristik utama dari puisi adalah adanya meter,
yaitu irama. Irama yang dimaksud bukanlah seperti orang Yunani dan
Latin menggambarkan irama dalam puisi mereka, misalnya dengan
menghitung jumlah suku kata (pendek atau panjang) melainkan
menekankan aksen atau tekanan tertentu. Jadi penekanannya terletak
pada bunyi.
Hal tersulit dalam mempelajari meter adalah kesulitan dalam
mempelajari pengucapan bahasa Ibrani.

Paralelisme
Walaupun meter merupakan salah satu karakteristik utama dari
puisi Ibrani tetapi karakteristik yang paling umum dalam puisi Ibrani
adalah paralelisme, yaitu pengulangan kata, frase, anak kalimat dan
kalimat. Paralelisme merupakan jantung puisi Ibrani.
Bentuk paralelisme yang banyak dipakai dalam puisi Ibrani:
a. Sinonim Paralelisme pengulangan pikiran yang sama memakai
dua kumpulan kata-kata yang berbeda tetapi berhubungan erat.
Contoh: Maz. 6:1
Ya Tuhan, janganlah menghukum aku dalam murkaMu,
dan
janganlah menghajar aku dalam kepanasan
amarahMu
b. (Simetris) Antithetik Paralelisme pikiran yang sama yang
diutarakan dari dua perspektif yang berbeda bahkan seringkali
berlawanan.
Contoh: Amsal 10:1
Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya,
tetapi
Anak yang bebal adalah kedurhakaan bagi ibunya
c. (Asimetris) Antithetik Paralelisme
pikiran yang sama
diutarakan dari dua perspektif yang berbeda bahkan kadangkala tidak
berhubungan
Contoh: Amsal 10:5
Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi
Siapa tidur pada waktu panen membuat malu
d. Sintetik Paralelisme
pemikiran dalam anak kalimat pertama
tidaklah diulangi, melainkan disempurnakan, dilengkapi dengan anakanak kalimat.
Contoh: Mazmur 40:2-4
Aku sangat menanti-nantikan Tuhan;
lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong.
Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa;
Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu,
(Ia) menetapkan langkahku,
Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji
Allah kita.

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

e. Klimatik Paralelisme merupakan gabungan dari Sinonim dan


Sintetik Paralelisme.
Contoh: Maz. 93:3
Sungai-sungai telah mengangkat, ya Tuhan,
sungai-sungai telah mengangkat suaranya,
sungai-sungai mengangkat bunyi hempasannya
f. Emblematik Paralelisme
bentuk sinonim paralelisme yang
khusus dimana kalimat pertama mengandung simile atau metafor dan
kalimat kedua menjelaskan arti kalimat pertama
Contoh: Kidung Agung 2:3
Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan,
demikianlah
kekasihku di antara teruna-teruna.
g. Chiasme bagian pertama baris pertama bersilang dengan bagian
kedua baris kedua dan sebaliknya.
A

B
A
Contoh: Maz. 26:4
Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku
tidak bergaul
Elipsis
Elipsis adalah pengulangan anak kalimat kedua dengan tidak
memakai sebagian kata dari anak kalimat pertama (biasanya kata kerja).
Contoh: Maz. 88:7
Engkau telah menaruh aku
dalam liang kubur yang paling
dalam,
(engkau telah menaruh aku) dalam kegelapan,
dalam tempat yang dalam
Inklusio
Inklusio adalah suatu pengulangan yang membuka dan menutup
sebuah puisi.
Contoh: Kata Ya Tuhan, Tuhan kami betapa mulianya namaMu di
seluruh
bumi ditulis pada awal dan akhir Maz. 8
Akrostik
Akrostik adalah puisi yang huruf pertama dari setiap barisnya
membentuk sebuah pola tersendiri.
Contoh: Mazmur 9, 10,25,34,37,111,112,119,145.
Imageri
Imageri adalah penggambaran sebuah obyek dengan cara
membandingkan sesuatu benda lain baik secara langsung (simile) maupun
tidak langsung (metafora)

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Contoh simile: Amsal 26:1seperti salju di musim panas dan hujan


pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang
bebal
Contoh metafora: Maz. 23:1 Tuhan adalah gembalaku.
Paronomasia
Paronomasia adalah permainan kata yang memiliki tujuan tertentu.
Contoh: Yesaya 5:7 Allah
tetapi
malahan

mencari

mendapatkan penumpahan darah (

keadilan

jP'v.mi)

xP'f.mi)

Hiperbola
Hiperbola adalah gaya sastra yang mengungkapkan sesuatu
dengan cara yang dilebih-lebihkan.
Contoh: Yesaya 37:25 Aku ini telah menggali air dan telah minum
air; aku
telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir!
Personifikasi
Personifikasi adalah gaya sastra yang menggambarkan bendabenda mati seolah-olah mempunyai unsur yang dimiliki oleh benda hidup.
Contoh: Yesaya 24:23 Bulan purnama akan tersipu-sipu, dan
matahari terik akan mendapat malu, sebab TUHAN semesta alam
akan memerintah di gunung Sion dan di Yerusalem,.
Apostrope
Apostrope adalah gaya sastra yang menggunakan benda yang
dipersonifikasikan sebagai obyek sapaan atau lawan bicara.
Contoh: Mazmur 68:18 Hai gunung-gunung yang berpuncak
banyak, mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang
dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan-Nya?.

Latihan
Tentukan jenis paralelisme ataupun karakteristik puisi Ibrani dari ayat-ayat
berikut!
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Ayat

Karakteristik puisi

Mazmur 103:4-5
Kidung Agung 4:1
Amsal 31:15
Ayub 30:20
Amsal 24:6
Ayub 21:7
Yesaya 26:4
Amsal 29:27
Ayub 41:12
Mazmur 19:2

chiasme
sintetik
Metafora
Chiasme

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Mazmur 1:1-2
Mazmur 90:10
Ayub 28:14
Mazmur 10:8
Mazmur 91:5-6
Mazmur 18:25
Amsal 20:29
Amsal 19:12
Ayub14:7-9
Mazmur 114:5-6
Pengkhotbah 11:5
Mazmur 139:8-9
Amsal 3:16
Yesaya 49:8-9
Yeremia 22:30

chiasme

Sintetik

Mazmur
Signifikansi Mazmur
1) Kitab Mazmur telah memainkan peranan penting dalam ibadah di
bait Allah, synagoge dan gereja mula-mula. Pengaruh ini masih bisa
dilihat dari beberapa hymne modern yang terkenal, e.g., The Mighty
Fortress is our God (Mzm 46). Beberapa gereja melakukan
pembacaan kitab Mazmur secara berurutan sebagai bagian integral
dalam ibadah.
2) Kitab Mazmur merupakan kitab PL yang paling banyak digunakan
oleh penulis PB, baik dalam bentuk kutipan (langsung) maupun alusi
(tidak langsung). PB mengutip 116 pasal dan 283 ayat dari seluruh
kitab Mazmur. Mayoritas penggunaan ini bersifat Kristologis
(Mazmur dipahami sebagai nubuat mesianis yang digenapi dalam
Yesus).
3) Kitab Mazmur adalah pusat seluruh PL: penciptaan, konsekuensi
dosa, pengampunan, hukum Tuhan, Tuhan memberkati orang benar
dan mengutuk orang fasik, karya Tuhan dalam sejarah, dll. Longman
III bahkan mengatakan bahwa Perjanjian Lama ada dalam kitab
Mazmur.
4) Kitab Mazmur merupakan kitab yang paling praktikal, dalam arti
kitab Mazmur memuat hal-hal yang paling dekat dengan
pengalaman rohani setiap orang Kristen. Robert Davidson, ..the
Psalms cover the whole gamut of human experience from praise to
penitence, from quietly confident faith to agonized perplexity, from
joy at the wonder of life in Gods world to the struggle to reach out
to a God who seems remote or silent, from bpwing humbly before
the mystery of life to bitter and urgent questioning.
Penggunaan Mazmur dalam Ibadah

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Nyanyian memegang peranan sentral dalam ibadah bangsa Israel.


Hal ini sedikit banyak terkait dengan larangan Allah untuk menggunakan
patung/gambar dalam ibadah bangsa Israel (Kel 20:1-5). Tidak berlebihan
untuk mengatakan bahwa nyanyian (dan tarian) merupakan satu-satunya
ekspresi religius bangsa Israel dalam konteks ibadah. Beberapa nyanyian
di luar kitab Mazmur juga dibawakan sebagai ucapan syukur maupun
pernyataan iman kepada Allah (Kel 15:1-18; Hak 5:1-31; 1Sam 2:1-10; Hab
3:1-19; Yun 2:2-9).
Tidak ada catatan pasti kapan dan di mana pertama kali kitab
Mazmur dipergunakan dalam konteks ibadah. Namun, hampir semua
teolog mengakui penggunaan kitab Mazmur dalam ibadah.
1) Banyak rujukan Alkitab tentang penggunaan puji-pujian dalam
ibadah, baik dalam PL (1Taw 6:31-48; 15:16-24; 16:4-36; 25:1-7;
2Taw 5:11-13) maupun PB (Kis 4:25-26; Ef 5:19). Puji-pujian sangat
mungkin diambil dari sebagian kitab Mazmur atau seluruh kitab
Mazmur secara berurutan (cat: peredaksian kitab Mazmur
kemungkinan besar dilakukan secara bertahap). Ef 5:19 berkatakatalah seorang kepada yang lain dalam mazmur (yalmoi/j), hymne
(u[mnoi) dan nyanyian rohani (wv|dai/j pneumatikai/j). Hal ini
tidak berarti bahwa penggunaan nyanyian hanya bersumber dari
Mazmur.
2) Dalam Dead Sea Scrolls disebutkan bahwa Daud membuat 3.600
mazmur, 364 lagu untuk dinyanyikan setiap hari dan 52 lagu untuk
persembahan Sabat.
3) Beberapa mazmur secara eksplisit mengindikasikan konteks ibadah,
e.g., frase untuk pemimpin biduan (Mzm 4, 5, 6, 8).
4) Beberapa mazmur dinyanyikan secara berbalas-balasan dalam
konteks ibadah di bait Allah. Cara menyanyi berbalas-balasan ini
paling jelas terlihat dalam pergantian kata ganti orang di beberapa
mazmur, e.g., Mzm 121, 136.
Mazmur dalam ibadah di bait Allah
1. Mengingat durasi penulisan Mazmur yang sangat panjang (dari zaman
Musa sampai pasca-pembuangan), bait Allah di sini sebaiknya dimengerti
dalam konteks tabernakel (kemah suci), bait suci Salomo maupun bait
Allah kedua.
2. Mazmur dinyanyikan oleh paduan suara bait Allah dari kaum Lewi dan
pada bagian-bagian tertentu jemaat meresponi dengan menyerukan
haleluyah (Hy"-Wll.h;) atau bahwasanya untuk selamanya kasih

setianya (ADs.x; ~l'A[l. yK). Pujian ini diiringi oleh orkestra (1Taw
6:31-48; 15:16-24; 16:4-36; 25:1-7; 2Taw 5:11-13; cf. Mzm 39, 42-50, 62,
73-83, 84-89). Kata selah kemungkinan mengindikasikan interlude musik
atau tanda bagi jemaat untuk memberikan respon .
3. Dalam ibadah rutin setiap hari: kebaktian pagi dan petang (Kel 29:3842; 30:30:7-8; Bil 28:2-8), cf. Mzm 24, 48, 82, 94, 81, 93, 92 = urutan ini
sesuai dengan urutan hari.
4. Dalam perayaan Sabat dan bulan baru (Yes 1:13-14; Am 8:5, cf. Mzm
19, 104, 118, 98 & 104).

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

5. Dalam perayaan tertentu, e.g. Paskah (Kel 12; Ul 28:16-25; 2Raja 23:2123, cf. Mzm 78, 105, 114) dan Pondok Daun (Kel 23:16; Im 23:29; Hak
21:19; 1Sam 1:3; Zak 14:16, cf. Mzm 12, 65, 67), pentahbisan bait Allah
(Yoh 10:22, cf. Mzm 30), Purim (Est 9:26-32; cf. Mzm 7), Pentakosta (Im
23:15-21; Ul 16:9-11, cf. Mzm 11, 135, 136). Mazmur Haleluya (Mzm 113118) memegang peranan penting dalam perayaan hari raya bangsa
Yahudi.
6. Dalam kebaktian pada saat negara dalam bahaya, pelantikan raja baru
(Mzm 2), pernikahan raja (Mzm 45), sebelum peperangan (Mzm 20) dan
sesudah kemenangan (Mzm 21). Perayaan YHWH sebagai raja juga sangat
mungkin dilakukan dalam konteks ibadah di bait Allah (Mzm 47, 93, 95100).
7. Mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada acara tertentu - karena katakata atau frasenya cocok untuk acara tersebut - disebut dengan nama
Proper Psalms.
Mazmur dalam ibadah di synagogue
1. Synagogue memainkan peranan yang besar dalam kehidupan
masyarakat Yahudi. Pada hari-hari Sabat dan hari-hari khusus lainnya,
synagogue menjadi tempat berkumpul untuk beribadah. Selain itu
synagogue juga berfungsi sebagai sekolah dan tempat pertemuan sosial
(non-religius). Praktek ibadah di synagogue ini sangat mungkin berasal
dari zaman pembuangan ke Babel. Untuk menjaga kemurnian iman
bangsa Israel di Babilonia, mereka mendirikan beberapa tempat khusus
untuk ibadah (synagogue).
2. Ibadah dalam synagogue terdiri dari Shema (Ul 6:4-9; 11:13-21; Bil
15:37-41), pembacaan berurutan dari kitab Taurat, pembacaanpenerjemahan-penafsiran dari kitab nabi-nabi, benedictions dan doa-doa.
Banyak bagian dari doa-doa ini yang diambil dari kitab Mazmur. Tentang
apakah Mazmur dinyanyikan sebagai pembukaan ibadah, sampai
sekarang masih diperdebatkan.
3. Ada beberapa kesamaan dan perbedaan berkaitan dengan pemakaian
mazmur dalam liturgi ibadah synagogue dan gereja:
Kesamaan:
a. Mazmur dinyanyikan oleh pemimpin nyanyian, diselingi dengan
bagian yang diulang-ulang maupun dalam bentuk bersahut-sahutan
oleh jemaat, bukan oleh orang-orang yang terlibat dalam paduan
suara seperti yang dilakukan di Bait Allah.
b. Mazmur dinyanyikan tanpa iringan instrumen. Pemimpin-pemimpin
synagogue maupun gereja menganggap pemakaian instrumen
sebagai sesuatu yang tidak rohani dan selalu dihubungkan dengan
ibadah orang kafir.
c. Pola pembacaan hafalan yang sifatnya monoton dengan infleksi
sesuai dengan nuansa teks Mazmur yang sedang dibaca.
Perbedaan:
a. Penggunaan mazmur di antara pengajaran Alkitab (bukan dalam
doa saja)
merupakan karakteristik liturgi Kristen. Hal itu tidak dikenal di
synagogue sebelum abad VIII M.

10

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b. Pengutipan maupun nyanyian dari seluruh kitab Mazmur secara


berurutan. Dalam ibadah Yahudi, tidak semua mazmur dalam kitab
Mazmur dinyanyikan, apalagi dinyanyikan secara berurutan. Hanya
Mazmur Haleluya (Mzm 113-118) yang dinyanyikan secara
berurutan dalam perayaan hari-hari besar.
Mazmur dalam ibadah gereja mula-mula
1. Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tentang liturgi gereja mulamula. PB hanya memberikan beberapa elemen ibadah yang dipakai,
misalnya pengajaran, khotbah, pujian, memecahkan roti, mazmur, dll
(Kis 2:42-47; 1Kor 14:26; Ef 5:19-20). Beberapa kali kata yalmoi/j muncul
dalam konteks ibadah (1Kor 14:26; Ef 5:19; Kol 3:16; Yak 5:13 yalle,tw),
meskipun hanya ayat pertama yang secara jelas merujuk pada ibadah
publik.
2. Penggunaan kitab Mazmur dalam gereja mula-mula tidak hanya sekedar
adopsi maupun kontinuitas dari praktek ibadah synagogue. Gereja mulamula memahami Mazmur dari perspektif apa yang Yesus telah lakukan
(Christologizing of the Psalter). This prophetic interpretation of the Psalter
in the New Testament is the key to the churchs use of the Psalms in the
liturgy.
3. Gereja mula-mula tidak hanya menggunakan pujian dari kitab Mazmur.
Beberapa hymne yang ditemukan di PB sangat mungkin merupakan
bagian integral dari ibadah gereja mula-mula (Luk 1-2 Magnificat,
Benedictus, Gloria in Exelsis, Nunc Dimittis; Fil 2:6-11; Kol 1:15-20; Yoh
1:1-18 [?]).
4. Beberapa catatan bapa-bapa gereja menunjukkan bahwa pembacaan
(dinyanyikan?) Mazmur tetap dipakai oleh gereja abad permulaan. Dua
praktek penggunaan Mazmur yang bersumber dari penggunaan dalam
bait Allah adalah nyanyian Paskah dari Mazmur Haleluya (terutama ps.
118) dan respon Bahwasanya untuk selamanya kasihs etia-Nya dari
jemaat. Mzm 34 untuk hymne Perjamuan Suci (Origen), Mzm 63 dan 141
masing-masing untuk pujian pagi dan malam (Chrysostom).
5. Publikasi Genevan Psalter (buku yang berisi keseluruhan Mazmur/150
pasal dalam bentuk lagu yang diselesaikan oleh Theodore Beza dan
diterjemahkan ke berbagai bahasa) tahun 1562 dan The Book of Common
Order (revisi dari Geneva Psalter dan beberapa artikel dari pengakuan
iman Kristen) mengindikasikan betapa kitab Mazmur tetap memegang
peranan sentral dalam ibadah Kristen.
Nama
Nama Inggris psalms berasal dari nama/judul kitab Mazmur dalam
Septuaginta (LXX) Yalmoi. Secara literal bentuk kata kerja yalmoi, yaitu
yallw, berarti menekan, menarik atau memainkan (instrumen
string). Karena itu, yalmoi mula-mula mungkin berarti lagu yang
dinyanyikan dengan iringan instrumen string. Pada abad IV M, codex
Vaticanus dari LXX memakai nama/judul Yalmoi Bibloj Yalmon. Pada abad
V M, codex Alexandrinus memakai nama lain, yaitu yalterion yang
sebenarnya berarti instrumen bertali (Dan. 3:5) atau suatu kumpulan
lagu. Kata yalmoi dalam LXX digunakan untuk menerjemahkan kata

11

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Ibrani rAmz>m (lagu atau musik instrumental) yang sering muncul


dalam pembukaan sebuah Mazmur (80x). Nama Indonesia Mazmur
sangat mungkin berasal dari bahasa Arab, meskipun Alquran menyebut
kitab ini dengan sebutan Zabur.
Berbeda dengan penamaan kitab-kitab Musa (Pentateukh) yang
biasanya diambil dari kata/beberapa kata pertama dari sebuah kitab,
dalam kanon Ibrani nama kitab Mazmur adalah

llh

~yLihiT (dari akar kata

memuji). Beberapa menganggap penamaan ini kurang tepat. Kata


ini hanya muncul sekali dalam keseluruhan kitab (145:1). Selain itu, kitab
Mazmur juga berisi ratapan yang jumlahnya seimbang dengan hymne dan
pujian. Bagaimanapun pemilihan ~yLihiT tetap beralasan: kata llh muncul
sangat sering; kata Hy"-lL,h dalam PL hanya muncul di kitab Mazmur;
kitab Mazmur diakhiri dengan mazmur-mazmur yang berisi pujian kepada
Tuhan.
Struktur kitab
Hampir semua teolog menerima pembagian kitab Mazmur ke dalam
5 (lima) bagian. Pembagian ini didasarkan pada munculnya doxology pada
akhir setiap bagian (cf. 41:14; 72:19; 89:53; 106:48; 150). Khusus bagian
ke-5, Mzm 150 menjadi doxology bagi bagian ini sekaligus bagi seluruh
kitab Mazmur.
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian

I
II
III
IV
V

Mzm
Mzm
Mzm
Mzm
Mzm

1-41
42-72
73-89
90-106
107-150

41
31
17
17

mazmur
mazmur
mazmur
mazmur
44 mazmur

Talmud menulis, Musa memberi Israel Lima Kitab dan Daud juga memberi
Israel lima kitab (bagian, red.) Mazmur (Midrash Tehillim Mzm 1:1).
Sejauh ini, tidak ada alasan kuat untuk menjelaskan pembagian tersebut.
Pengaturan ini tidak didasarkan pada aspek kronologi suatu mazmur
maupun kesatuan tema tertentu. Satu-satunya pengelompokan yang
memiliki alasan jelas adalah Mzm 120-134, yaitu sebagai nyanyian ziarah.
Usulan tema tiap bagian (I-V) sesuai dengan tema masing-masing kitab
Musa terlalu spekulatif dan dipaksakan.
Klasifikasi kitab Mazmur
Berdasarkan penggunaan nama Allah

hw"hy> ~yhil{a/
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian

I
II
III
IV
V

273
30
44
103
236

12

15
164
43
0
7

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Berdasarkan pengarang
Pengaran
g
Daud

Jumlah

Pasal

73

3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70,


86, 101, 103, 108-110, 122,
124, 131, 133, 138-145
Salomo
2
72, 127
Musa
1
90
Asaf
12
50, 73-83
Bani Korah
11
42, 44-49, 84-85, 87-88
Heman
1
88
Ethan
1
89
Yedutun
1
39
Orphan psalms (mazmur yang tidak ada nama
pengarangnya) hampir 50 mazmur.
Berdasarkan kronologi
Abad
SM
XV
XI-X

Pengarang

XI-X
X
pre-exilic
pre-exilic
pre-exilic
pre-exilic
postexilic
?

Asaf
Salomo
Bani Korah
Heman
Ethan
Yedutun
?

Musa
Daud

orphan
psalms

Pasal
90
3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 6870, 86, 101, 103, 108-110,
122, 124, 131, 133, 138-145
50, 73-83
72, 127
42, 44-49, 84-85, 87-88
88
89
39
126, 137
hampir 50 mazmur

Berdasarkan judul mazmur


Judul

rAmz>
m
ryv

Jumlah
57
27

lyKif.m

13

~T'k.m

Pasal
3-6, 8-9, 12-13, 15, 19-24, 29-31, 3841, 47-51, 62-68, 73, 75-77, 79-80;
82-85
30, 45-46, 48, 65-69, 75-76, 83, 8788, 92, 108, 102-134
32, 42, 44-45, 52-55, 74, 78, 88-89,
142
16, 56-60

13

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

hL'piT
hL'hiT
!AyG"vi

17, 86, 90, 102, 142

33, 40?, 65, 145, 147

Kadangkala ada dua judul yang digabung, cf. 30, 48, 65-68,
75-76, 83, 87-88, 92, 108 (rAmz>m ryv) dan 45 (ryv lyKif.m).
Catatan: tentang arti masing-masing judul ini akan dibahas
tersendiri dalam bagian Terminologi khusus dalam kitab
mazmur.
Kanonisasi
Perdebatan teologis
Dalam proses peng-kanonisasian kitab Mazmur, tidak banyak
masalah teologis yang muncul. Sejak dulu kitab Mazmur, atau lebih tepat
sebagian kitab Mazmur, sudah dipakai dalam konteks ibadah maupun
meditasi pribadi bangsa Israel. Kitab ini juga tidak dikategorikan ke dalam
Antilegomena. Meskipun demikian ada dua pertanyaan teologis yang perlu
diantisipasi:
1)
Dapatkah kitab Mazmur disebut Firman Allah, sedangkan isinya
berisi ungkapan manusia kepada Allah (dari manusia kepada Allah)?
a) Kitab Mazmur menyatakan tentang Allah dan karakter Allah. Dari
banyak mazmur dapat terlihat pengalaman dan pemahaman
seseorang tentang kekudusan Allah (yang menuntut penghukuman
orang fasik), kebesaran-Nya (melalui ciptaan), kesetiaan-Nya
(pengampunan), dsb.
b) Secara esensial, kitab Mazmur merupakan aplikasi seluruh ajaran
Taurat. Ini terlihat dari posisi Mzm 1 sebagai pembuka sekaligus
sebagai inti seluruh kitab Mazmur. Pembagian 5 (lima) bagian dalam
kitab Mazmur berkaitan dengan Taurat dan hal ini sangat mungkin
menggambarkan sikap bangsa Israel terhadap kitab Mazmur (cf.
Mzm 119).
c) Para pemazmur diinspirasikan Roh Kudus pada waktu menyatakan
perasaan mereka (Mat 22:43 par.; Kis 1:16; 2:30; 4:25).
2)
Bagaimana dengan imprecatory psalms (mazmur kutukan)?
Bukankah ini tidak sesuai dengan ajaran kasih?
Beberapa mazmur yang termasuk kategori ini adalah Mzm 7; 35;
58; 59; 69; 83; 109; 137; 139. Bentuk imprecatory ini juga ditemukan
di kitab PL lain (Bil 10:35; Hak 5:31; Yer 11:20; 15:15; 17:18; 18:21-23;
20:12). Argumentasi berikut dikembangkan dari Carl Laney, A Fresh
Look at the Imprecatory Psalms dalam Vital Biblical Issues, ed. by Roy
B. Zuck, 30-39.
a) Tujuan pemazmur.
Meskipun tujuan yang baik tidak bisa menjadi patokan kebenaran
suatu tindakan, tetapi pemahaman menyeluruh tentang tujuan
pemazmur akan meminimalisasi kesalahpahaman.
1. Supaya kebenaran dan orang benar ditegakkan (Mzm
7:8-9).
2. Supaya Allah dipuji ketika pemazmur dilepaskan
(Mzm 7:17; 35:18, 28).

14

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b)

c)

d)

e)

3. Supaya orang melihat Allah memberi pahala orang


benar dan menghukum orang fasik (Mzm 58:11 cf.
69:28).
4. Supaya setiap orang tahu bahwa Allah berdaulat
(Mzm 59:13).
5. Supaya orang fasik mencari Allah melalui hukuman
(Mzm 83:16-18).
Dasar perjanjian.
Allah telah berjanji untuk memberkati atau mengutuk seseorang
berdasarkan sikapnya terhadap keturunan Abraham (Kej 12:1-3).
Hukuman Allah atas Bileam (Bil 22-24; 31:16) dan bangsa Midian
(31:1-18) merupakan contoh realisasi hal ini. Sebagai representasi
bangsa Israel, Daud berhak memohon Allah untuk merealisasikan
sesuatu yang pada akhirnya juga pasti dilakukan Allah.
Sikap pemazmur.
1. Pemazmur tidak pernah berkeinginan membalas
dendam sendiri. Ia selalu memohon Allah untuk
bertindak (Mzm 7:6; 35:1; 58:6; 59:5), karena
pembalasan memang hak prerogatif Allah (Mzm
32:35).
2. Pemazmur hanya memohon penghakiman dan
keadilan Tuhan dinyatakan (cf. Luk 18:1-8; Wah 6:910). Ini bukan manifestasi dendam pribadi.
3. Daud menyadari posisi raja Israel sebagai pilihan
Allah (Ul 17:15; 1Sam 24:10; 26:11) dan bentuk
teokratis bangsa Israel. Ancaman terhadap raja atau
bangsa Israel merupakan ancaman terhadap
pemerintahan Alja aja aja aja aja aja aja a.
4. Pemazmur memposisikan diri di pihak Allah yang
kudus, sehingga ia juga menganggap musuh Allah
sebagai musuhnya.
Progresivitas wahyu (dari yang parsial-kabur ke yang lebih jelas).
Pada zaman pemazmur, cara utama kebenaran Alkitab dapat
dimanifestasikan adalah melalui penghukuman orang fasik dan
pembebasan orang benar (cf. Ul 30:11-20). Selama orang fasik
tetap hidup dan semakin berhasil, keberhasilan tampaknya
bertentangan dengan kekudusan dan kedaulatan Tuhan (cf. Mzm
73).
Gaya bahasa pleonasme sangat umum dalam bentuk puisi/lagu.
Gambaran detail yang tampak sadistis sebenarnya hanya sekedar
ungkapan yang tidak boleh diinterpretasikan secara literal.

Tahap terbentuknya kitab Mazmur


Ada banyak bukti penting bahwa kitab Mazmur mengalami proses
panjang sebelum menjadi 150 pasal seperti sekarang.
1)
Kitab Mazmur bermula dari situasi hidup aktual (kontra suatu
literatur).
2)
Kitab Mazmur tidak ditulis dulu baru kemudian dinyanyikan. Semua
Mazmur dinyanyikan dulu dalam konteks pribadi maupun ibadah, baru
kemudian dituliskan.

15

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

3)

Mzm 72:20 merupakan penutup doa Daud (penutup bagian II),


tetapi mazmur-mazmur Daud lain ternyata masih ditemukan pada
bagian III-V (Mzm 86, 101, 108-110, 122, 124, 131, 133, 138-145). Ini
mengindikasikan bahwa bagian I-II sebelumnya mungkin merupakan
kumpulan Mazmur yang independen/terpisah dari bagian III-V.
4)
Munculnya beberapa mazmur yang sama di bagian yang berbeda
mengindikasikan bahwa pengumpulan 150 mazmur tidak terjadi
seketika (melalui beberapa tahap). Cf. Mzm 14 = 53; 40:13-17 = 70;
108 = 57:7-11 + 60:5-12.
5)

Perbedaan kecenderungan penggunaan nama

hw"hy>

dan

~yhil{a/

dalam Mzm 42-83 (Elohistic Psalms) yang notabenenya


ditulis pada masa yang lebih kemudian dengan bagian Mazmur yang
lain menunjukkan bahwa pada suatu waktu tertentu orang mulai hati-

hati menggunakan nama hw"hy>. Contoh paling jelas terlihat dari


perbandingan Mzm 14:2, 4 dengan 53:2, 4.
6)
Dalam beberapa kasus terlihat adanya usaha untuk merelevansikan
suatu mazmur melalui penambahan. Cf. 51:18 dan 69:36
menggambarkan keadaan pasca pembuangan, tetapi kedua mazmur
tersebut ditulis oleh Daud.
7)
Pengutipan Mzm 106 dalam 1Taw 16:34-36 yang menyertakan
bagian doxology di 106:48 mungkin menunjukkan bahwa pada zaman
penulisan Tawarikh, kitab Mazmur sudah digabung menjadi beberapa
bagian (kemungkinan besar sudah lengkap 5 bagian).
8)
Munculnya beberapa mazmur pasca pembuangan (Mzm 126 dan
137) menunjukkan bahwa pengelompokan ke dalam 5 bagian baru
terjadi setelah zaman pembuangan.

Isu editorial
Melihat proses perkembangan kitab Mazmur seperti tersebut di
atas, pertanyaan logis yang muncul adalah sejauh mana peranan
seorang (sekelompok?) editor dalam pengoleksian kitab Mazmur?.
Apakah mereka hanya mengelompokkan? Apakah mereka juga
menambahkan doxology dan introduksi (biasanya di ay. 1) sebuah
mazmur? Seandainya mereka terlibat dalam peranan editorial yang lebih
besar, apakah tambahan mereka bersifat innerant?
Ada beberapa hal terkait dengan pertanyaan di atas:
1) Masalah
doxology,
para
teolog
umumnya
tidak
terlalu
mempersoalkan karena tidak banyak mempengaruhi interpretasi
terhadap suatu mazmur. Mengingat hanya 72:19 yang terkait
dengan bagian sebelumnya, doxology mungkin tambahan dari
editor (cf. posisi doxology dalam terjemahan LAI). Kasus yang paling
jelas adalah 72:20.
2) Masalah introduksi sebuah mazmur biasanya menginformasikan
jenis mazmur, instrumen yang dipakai dan rujukan sejarah
kemungkinan besar adalah tambahan editor. Hal ini terlihat dari
perubahan kata ganti orang ketiga tunggal di introduksi dan orang
pertama tunggal di isi mazmur. Isu yang sering dimunculkan justru
berkaitan dengan reliabilitas (ketepatan) penambahan rujukan
sejarah oleh para rabi (cf. Mzm 3, 7, 18, 30, 34, 51, 52, 54, 56, 57,

16

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

59, 60, 63, 142). Catatan: topik pengarang dan judul mazmur
akan dibahas secara khusus.
a) Argumentasi meragukan reliabilitas introduksi.
1. Perbedaan introduksi dalam MT (Masoret Text) dan LXX.
2. Ketidaksesuaian antara rujukan sejarah dan peristiwa dalam
hidup Daud. Mzm 34:1 tidak sesuai dengan 1Sam 21:10-15.
Sikap Daud terhadap Absalom yang berbeda di Mzm 3 dan 2Sam
15:13-18:6.
3. Ketidaksesuaian antara rujukan sejarah dan nuansa mazmur
yang bersangkutan (Mzm 7). Mzm 30:1 tentang pentahbisan bait
Suci, tetapi isinya berupa sebuah pengucapan syukur atas
kesembuhan dari penyakit berat.
b) Respon.
1. Judul mazmur memang tidak termasuk dalam inspirasi (kontra
Kidner), tetapi penambahan ini pasti berasal dari tradisi yang
bisa dipercaya.
2. Sulit dimengerti mengapa para rabi menambahkan sesuatu
(rujukan sejarah) yang tidak sesuai dengan catatan kitab Samuel
atau Tawarikh. Mereka pasti sangat berhati-hati dalam
memberikan rujukan sejarah yang tepat. Ini bisa terlihat dari
fakta bahwa mereka tidak selalu memberi rujukan sejarah.
3. Ketidaksesuaian sejarah mungkin disebabkan tidak semua
peristiwa hidup Daud ditulis dalam Alkitab (cf. Mzm 60:1).
4. Mzm 60:1 sekaligus membuktikan kekunoan penambahan
judul ini. Para rabi yang jauh lebih kemudian daripada Daud
tidak mungkin berani menambahkan hal-hal detail yang tidak
ada di dalam Alkitab. Para editor ini pasti hidup dalam masa
yang tidak terlalu jauh dengan Daud, sehingga mereka masih
memiliki akses ke tradisi lisan suatu mazmur.
5. Perbedaan dengan LXX sangat mungkin disebabkan banyak
istilah teknis mazmur yang sudah tidak diketahui pada zaman
LXX. Dalam banyak kasus LXX menmilih terjemahan yang
tampak tidak masuk akal (Archer, 491-2).
Susunan kitab Mazmur
1) MT berisi 150 mazmur, LXX = 150 (ps. 151 di luar pembagian yang
ada), Talmud = 147 mazmur (Sabbath 16). Perbedaan jumlah ini
sangat mungkin terkait dengan pemisahan/penggabungan dua
mazmur (lihat perbandingan MT dan LXX di bawah). Talmud
(Berachoth 9b) menggabungkan Mzm 1 dan 2 menjadi satu
mazmur. Penggabungan ini berbeda dengan Kis 13:33 (cf. Mzm 2:7).
2) Jika suatu mazmur memiliki introduksi, perhitungan ayat dalam
versi Inggris berbeda dengan MT maupun versi Indonesia. Versi
Inggris biasanya tidak memasukkan introduksi ke ayat 1 (cf. 3:2
versi Indonesia = 3:1 versi Inggris). Jika suatu mazmur tidak ada
introduksi berarti penomoran ayat sama. Jika introduksi suatu
mazmur terdiri 2 ayat (cf. Mzm 51:1-2), penomoran versi Inggris
juga akan lebih tinggi 2 ayat.
3) Perbedaan susunan kitab mazmur antara MT dan LXX.
Ibrani

Yunani

17

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

1.8
9.10
11.113
114.115
116
117.146
147
148.150

1-8
9
10-12
113
114-115
116-145
146-147
148-150
(tambahan 151)

Catatan:
a) LXX menggabungkan Mzm 9-10 dan 114-115 serta memisahkan
116 dan 147.
b) Penggabungan mzm 9 dan 10 menjadi satu mazmur di LXX lebih
bisa diterima. Pertama, Mzm 9 dan 10 seharusnya dijadikan satu,
karena dari 9:1-10:18 membentuk puisi akrostik. Di samping itu,
gaya bahasa dan kosa kata di dua mazmur ini juga sama.
c) Perubahan penomoran oleh LXX dalam kasus lain tampaknya tidak
tepat dan spekulatif.
d) Penggabungan Mzm 1 dan 2 di Talmud (Berachoth 9b) mungkin
didasarkan persamaan (kemiripan) dua mazmur ini:
1. Tidak seperti mazmur lain di bagian I, dua mazmur ini tidak
diasosiasikan dengan Daud.
2. Meskipun tidak ditulis oleh Daud, dua mazmur ini justru
diletakkan sebagai pembuka kitab Mazmur.
3. 1:1 berbahagialah orang yang = 2:12b berbahagialah
semua orang
4. 1:1 duduk dalam kumpulan pencemooh = 2:4 Dia yang
duduk di surga
5. 2:2b merenungkan Taurat = 2:1 merenungkan perkara siasia
6. 1:6 orang fasik binasa = 2:12 kamu binasa di jalan
[Catatan: kemiripan ini hanya menyangkut kosa kata. Tidak ada
kesamaan jenis mazmur maupun tema. Jadi, penggabungan ini
tampaknya tidak tepat]
Isu khusus: Mazmur 151
Selain berbeda dalam penyusunan pasal-pasalnya, LXX juga
menambahkan Mazmur 151, meskipun dalam teksnya tertulis secara
eksplisit bahwa pasal tersebut berada di luar pasal yang seharusnya.
Mazmur ini juga ditemukan di antara naskah-naskah laut Mati di Qumran
(11Q Psa). Sebagai informasi, DSS juga menyertakan 39 pasal Mazmur
kanonik dalam susunan yang tak teratur dan diselingi dengan ucapan
Daud terakhir (2 Samuel 23:1-7).
Mazmur 151 dalam LXX

1 ou-toj o` yalmo.j ivdio,grafoj eivj Dauid kai. e;xwqen tou/


avriqmou/ o[te evmonoma,chsen tw/| Goliad mikro.j h;mhn evn toi/j
avdelfoi/j mou kai. new,teroj evn tw/| oi;kw| tou/ patro,j mou
18

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

evpoi,mainon ta. pro,bata tou/ patro,j mou 2 ai` cei/re,j mou


evpoi,hsan o;rganon oi` da,ktuloi, mou h[rmosan yalth,rion 3 kai. ti,j
avnaggelei/ tw/| kuri,w| mou auvto.j ku,rioj auvto.j eivsakou,ei 4
auvto.j evxape,steilen to.n a;ggelon auvtou/ kai. h=re,n me evk tw/n
proba,twn tou/ patro,j mou kai. e;crise,n me evn tw/| evlai,w| th/j
cri,sewj auvtou/ 5 oi` avdelfoi, mou kaloi. kai. mega,loi kai. ouvk
euvdo,khsen evn auvtoi/j ku,rioj 6 evxh/lqon eivj suna,nthsin tw/|
avllofu,lw| kai. evpikathra,sato, me evn toi/j eivdw,loij auvtou/ 7
evgw. de. spasa,menoj th.n parV auvtou/ ma,cairan avpekefa,lisa
auvto.n kai. h=ra o;neidoj evx ui`w/n Israhl
Terjemahan Mazmur 151 (Brenton).
This Psalm is a genuine one of David, though supernumerary, composed
when he fought in single combat with Goliad I was small among my
brethren, and youngest in my father's house: I tended my father's sheep.
2 My hands formed a musical instrument, and my fingers tuned a psaltery.
3 And who shall tell my Lord? the Lord himself, he himself hears. 4 He sent
forth his angel, and took me from my father's sheep, and he anointed me
with the oil of his anointing. 5 My brothers were handsome and tall; but
the Lord did not take pleasure in them. 6 I went forth to meet the
Philistine; and he cursed me by his idols. 7 But I drew his own sword, and
beheaded him, and removed reproach from the children of Israel.
Analisa
1)
Fakta bahwa Mzm 151 juga ditemukan di DSS menunjukkan
eksistensi mazmur ini sudah dikenal cukup luas pada waktu itu.
2)
Mazmur ini ditulis setelah 5 bagian kitab Mazmur sudah terbentuk
dan diakui (ay. 1 e;xwqen tou/ avriqmou/). Hal ini menjadi bukti kuat
untuk menolak kanonitas mazmur ini.
3)
Mazmur ini merupakan gubahan bebas atas 1 Sam 16-17.
4)
Karakteristik mazmur ini berbeda dengan mazmur Daud yang lain.
Rujukan sejarah dalam isi terlalu eksplisit. Genre mazmur ini juga tidak
didapati dalam mazmur Daud yang lain.
5)
Seandainya mazmur ini memang mazmur Daud, belum tentu setiap
mazmur yang digubah Daud adalah Firman Allah. Inspirasi terutama
menyangkut tulisan (2Tim 3:16), bukan penulis. Dalam kasus ini,
kriteria tradisi penting untuk diperhatikan.
Pengarang
Daud sebagai pengarang
Meskipun beberapa teolog mulai meragukan validitas tambahan
editorial Mazmur Daud pada 73 mazmur yang ada, argumentasi berikut
secara konklusif mendukung Daud sebagai pengarang mayoritas mazmur.
1)
Melimpahnya
catatan
PL
di
luar
kitab
Mazmur
yang
mengindikasikan Daud sebagai pemazmur yang handal.
a) Daud membuat ratapan puitis pada saat kematian Saul
(2Sam 1:19-27).
b) Daud pandai memainkan musik dan terlibat aktif dalam
paduan suara bait Allah (2Sam 6:5, 15; 1Taw 16:4-5; 2Taw
7:6; 29:25).

19

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

c) Daud disebut sebagai the sweet psalmist of Israel (2Sam


23:1; 1Sam 16:18; Am 6:5).
2)
Penulis PB juga mengakui Daud sebagai pengarang (Luk 20:42-44
dari Mzm 110; Kis 1:20 dari Mzm 69; Kis 2:25-28 dari Mzm 16; Kis 2:34
dari Mzm 110; Rom 4:6-8 dari Mzm 32). Beberapa kutipan bahkan
menyebut Daud sebagai pengarang beberapa Orphan Psalms (Kis 4:2425 dari Mzm 2:1-2; Ibrani 4:7 dari Mzm 95:8). Kutipan paling penting
adalah Mat 22:44-45. Dalam kutipan ini Yesus mendasarkan
argumentasi tentang keallahan-Nya dari sudut pandang Daud sebagai
penulis mazmur yang menyebut Mesias sebagai tuannya (cf. Mzm
110:1).
3)
LXX juga mengaitkan Orphan Psalms dengan Daud (30, 33, 43, 71,
91, 93-99, 104, 137), meskipun LXX menghilangkan nama Daud dalam
Mzm 122, 124.
Beberapa sanggahan dan respon
Pada permulaan abad XX, kepenulisan Daud mulai diragukan oleh
beberapa teolog. Di bawah ini adalah argumentasi mereka dan jawaban
terhadap argumentasi tersebut.
1)

dwId'l. rAmz>m seharusnya diterjemahkan mazmur


untuk/mengenai Daud (bukan mazmur oleh/dari Daud), karena
preposisi

l.

biasanya berarti kepada atau bagi. Argumentasi ini

diperkuat dengan x;Cen:m.l yang biasanya diterjemahkan untuk


pemimpin biduan.
Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa jawaban. Pertama,
preposisi l. bisa berarti oleh, untuk, mengenai, dsb. Arti yang
pasti harus ditentukan oleh konteks. Ambiguitas arti ini juga terlihat
dalam kitab Mazmur. Mzm 42 dan 102 mungkin signifikan mendukung
terjemahan bagi untuk l..
Mzm 4

Untuk (l.) pemimpin biduan. Dengan iringan musik. Mazmur


dari (l..) Daud.

Mzm 30 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan bait Allah. Dari ( l.)


Daud.
Mzm 42 Untuk (l.) pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran dari ( l.)
bani Korah.

Mzm 92 Mazmur. Nyanyian untuk (l.) Hari Sabat.

Mzm 102 Doa dari (l.) orang sengsara, pada waktu ia letih lesu dan
mencurahkan pengaduannya kepada TUHAN.
Kedua, persamaan 2Sam 22:1-51 dengan Mzm 18. Kedua bagian ini
sangat identik, sehingga mendukung penulis Mzm 18 (cf. ay. 1

dwId'l) sebagai Daud di 2Sam 22:1-2. Ketiga, Mzm 72:20 Sekianlah

doa-doa Daud, anak Isai, meskipun judul Mzm 72 mengasosiasikannya

20

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

dengan Salomo. Terakhir, catatan puisi Kanaan menyiratkan bahwa


fungsi !m (dari) sudah digantikan dengan
2)

atau l.

Beberapa mazmur yang diasosiasikan dengan Daud mencerminkan


situasi setelah pembuangan, sehingga tidak mungkin ditulis oleh Daud.
Ada beberapa jawaban terhadap keberatan ini. Pertama, dugaan
adanya situasi pasca pembuangan tidak jelas dan masih
diperdebatkan. Archer (489) memberikan contoh berkaitan dengan
penggunaan istilah sanctuary, house of Yahweh dan temple yang
dianggap merujuk pada bait Allah Salomo, padahal istilah tersebut
sudah dipakai untuk kemah suci (Kel 28:43

vd,Qo; Yos 6:24

hw"hy>-tyB; 1Sam 1:9; 3:3 lk;yh). Kedua, dalam beberapa kasus


terlihat adanya usaha untuk merelevansikan suatu mazmur melalui
penambahan (e.g., 51:18 dan 69:36).
3)

Beberapa mazmur yang diasosiasikan dengan Daud menggunakan


kata ganti orang ketiga (Mzm 20, 21, 61, 63, 72, 110). Sanggahan ini
tidak beralasan, karena tulisan kuno lain (The Anabasis, Gallic Wars)
dan PL (Kel 20:1-12) juga menunjukkan fenomena yang sama.
Pemakaian kata ganti orang ketiga ini merupakan sesuatu yang lazim.

4)

Beberapa pengaruh bahasa Aram dianggap mengindikasikan masa


yang lebih modern. Sanggahan ini juga tidak menentukan. Negara
tetangga Israel di utara pada zaman Daud menggunakan bahasa Aram,
sehingga tidak tertutup kemungkinan Daud juga mengerti sedikit
bahasa ini. Selain itu, puisi suatu negara apapun cenderung mengambil
unsur budaya/bahasa lain. Puisi Kanaan juga menunjukkan adanya
pengaruh bahasa Aram.

Terminologi khusus dalam kitab Mazmur


Mayoritas terminologis atau istilah teknis mazmur didapat dari
bagian introduksi mazmur yang ditambahkan oleh redaktor. Terminologi
lain di luar introduksi adalah shelah dan higgayon.
Judul mazmur

ryv
rAmz>m
tAl[]M;h;
ryv
~T'k.m

Song

Nyanyian. Ini mungkin merujuk pada


nyanyian khusus ibadah di bait Allah (cf.
Mzm 120-124). Beberapa kali
digabung dengan judul mazmur lain.

Psalm

Song
ascent
Mikhtam

Mazmur. rAmz>m biasanya diiringi

ryv

musik, sedangkan ryv hanya vokal.


Nyanyian
ziarah.
Dinyanyikan
waktu
of menaiki tangga bait Allah (song of steps)
atau waktu para peziarah dari berbagai
daerah datang ke Yerusalem pada hari raya
tertentu (pilgrimage song).
Miktam. Artinya paling kabur: mungkin
mazmur penebusan (Mowinckel) atau pilar

21

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

inskripsi (LXX dan Targum).


Nyanyian pengajaran. Arti ini diambil dari

lyKif.m
!AyG"v
hL'hiT
hL'piT

Maskil

akar

kata

lkX.

Beberapa

mengartikan

lyKif.m

sebagai nyanyian yang artistic


dan dikarang dengan terampil.
Shiggaion
Nyanyian
ratapan.
Arti
ini
sangat
dimungkinkan, tetapi alasan mengapa
hanya Mzm 7 yang memakai ini tidak
diketahui.
Psalm
of Puji-pujian.
praise
Prayer
Doa. hL'piT jika dikaitkan dengan
mazmur berarti doa ratapan atau doa
syafaat.

Terminologi musik
x;Cen:m. To the chief Untuk pemimpin biduan. Arti yang lebih
musician
tepat memang pemimpin paduan suara,
l
bukan pemimpin grup musik.
With
stringed
Dengan permainan kecapi. Terjemahan ini
tAnygIn
instruments
terlalu menyempitkan, karena instrumen
>
string bisa kecapi maupun gambus (Mzm
33:2).
For
the
flute
Dengan permainan seruling.
tAlyxiN>

tynIymiV
.
tAml'[]

On
the Menurut lagu yang kedelapan. Terjemahan
octave;
for ini kurang tepat. tynIymiV. merujuk
the
eight;
pada alat musik string yang bersenar 8.
eight string
tynIymiV. bisa merujuk pada octave
lyre.
yang lebih rendah daripada soprano.
Alamoth
Dengan lagu: Alamoth. tAml'[ mungkin
merujuk pada soprano atau high pitch.

tl;x]m'

hl's,
!AyG"h

tyTiGIh;-

Mahalath

Menurut lagu: Mahalat. tl;x]m secara


literal berarti penyakit atau kesedihan,
sehingga sangat mungkin merujuk pada
nuansa ratapan suatu mazmur.

Selah. hl's, bisa merujuk selingan musik


(LXX), menaikkan nada suara, mengangkat
mata dan mengulang dari depan, aba-aba
untuk membungkuk dan menyentuh tanah
dengan dahi.
Higgaion
Higayon. merujuk pada saat istirahat untuk
atau
merenung (Mzm 19:15) dengan diiringi
meditation.
kecapi.(Mzm 92:4).
Menurut lagu: Gitit. Artinya tidak diketahui
secara pasti, meskipun ada beberapa
On
/ kemungkinan: lirik gitit, lagu festival atau
according to istilah musik lainnya (harpa dari Gat). Jika
Selah.

22

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

l[

Gittith

artinya adalah alat musik Gitit maka


bagian
ini
merupakan
lagu
yang
dinyanyikan oleh para petani ketika
memetik buah anggur atau merupakan
lagu mars dari para pengawal gitit.
Lain-lain. Para rabi juga menyertakan indicator untuk melodi, e.g.,
menurut lagu: jangan memusnahkan (57:1; 58:1; 59:1; 75:1), menurut
lagu: rusa di kala fajar (22:1), menurut lagu: Mut Laben (9:1 kematian
anak), menurut lagu: bunga bakung kesaksian (60:1; 69:1; 80:1),
menurut lagu: merpati di pohon-pohon tarbantin yang jauh (56:1).
Indikator ini mungkin merujuk pada situasi asli waktu mazmur tersebut
dikarang. Yang lebih masuk akal adalah indikasi tersebut merujuk pada
melodi/ritme suatu lagu yang sudah terkenal. Dengan indikasi ini orang
memperoleh gambaran awal/umum tentang cara menyanyikan mazmur
tertentu.
Bentuk puisi kitab Mazmur
Mengingat mazmur pada dasarnya adalah nyanyian dan doa,
mazmur tersebut ditulis/dikarang dalam bentuk puisi. Mengapa mereka
tidak menyatakan pesan yang penting dan darurat dalam bentuk prosa
yang lebih to the point? Jawaban pertanyaan ini terletak pada kekuatan
puisi. Puisi adalah bentuk komunikasi yang lebih baik untuk menyentuh
seluruh kepribadian seseorang daripada prosa. Puisi merangsang
imaginasi, membangkitkan perasaan, memberi informasi pada intelek dan
menyentuh kehendak manusia. Perbandingan yang paling jelas terdapat
dalam Kel 14:26-31 dan 15:1-5.
Dalam berkhotbah dari kitab Mazmur seseorang harus mengatur
outline khotbah sesuai dengan pergerakan pikiran dan emosi suatu
mazmur. Jangan hanya menerangkan suatu mazmur tetapi juga mampu
mengungkapkan perasaan pengarang.
Hal ini bisa tercapai bila
pengkhotbah memperhatikan visualisasi suatu mazmur melalui pilihan
kata-kata tertentu yang dipakai pemazmur. Dalam presentasi khotbah
atmosfir sebuah mazmur harus tercermin melalui visualisasi dan
refleksi.
Sejarah penafsiran kitab Mazmur
Penafsiran historis
Penambahan introduksi rujukan historis pada beberapa mazmur
menunjukkan bahwa kitab Mazmur sejak dahulu sudah ditafsirkan secara
historis, yaitu mempertimbangkan situasi atau peristiwa asli yang
melatarbelakangi pembuatan sebuah mazmur. Mazmur yang memiliki
rujukan historis adalah Mzm 3, 7, 18, 34, 52, 54, 56, 59, 60, 63. Untuk
mazmur lain yang tidak memiliki rujukan historis, para penafsir tetap
mencoba merekonstruksi latar belakang mazmur tersebut berdasarkan
bukti internal mazmur dan catatan sejarah bangsa Israel (dari sumber PL
maupun non-kanonik).
Penafsiran mesianis-eskhatologis

23

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Ketika kerajaan Daud terpecah dan negara Israel tidak lagi memiliki
kemerdekaan, banyak mazmur yang berhubungan dengan Daud diberikan
suatu penafsiran baru yang bersifat futuris, yaitu pengharapan tentang
datangnya seorang raja di masa depan yang akan merestorasi bangsa
Israel. Penafsiran ini merupakan penafsiran mesianis yang telah beredar
di lingkungan Yahudi. Selanjutnya, penafsiran yang sama juga ditemukan
dalam PB (cf. Kis 2:30-35; 4:25-27). Petrus menginterpretasikan kembali
beberapa mazmur (Mzm 2, 6, 110) yang secara tradisional berhubungan
dengan Daud dalam terang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus.
Bahkan beberapa mazmur yang secara tradisional tidak berhubungan
dengan Daud juga ditafsirkan secara kristologis (Kis 4:24-25 dari Mzm 2:12; Ibrani 4:7 dari Mzm 95:8). Tafsiran ini terus dilestarikan mulai zaman
pasca
rasuli
sampai
modern.
Sebagai
contoh,
Agustinus
menginterpretasikan berkat dalam Mazmur 1 hanya dapat diaplikasikan
pada Yesus dan bahwa pohon yang ditanam di tepi aliran air menunjuk
pada Yesus pula.
Form Criticism oleh Gunkel
Suatu babak baru dalam penafsiran Mazmur dipelopori oleh karya
Hermann Gunkel pada tahun 1926. Gunkel melakukan pendekatan kritik
bentuk dengan mengklasifikasikan mazmur menjadi beberapa kategori
atau jenis (Gattungen) dan meletakkan kategori atau jenis-jenis tersebut
ke dalam situasi kehidupan (Sitz im Leben) dalam pengalaman orang
Israel. Fondasi ini terus dipakai oleh hampir semua teolog modern pasca
Gunkel.
1)
Gunkel membedakan mazmur-mazmur berdasarkan jenis (biasa
disebut genre). Masing-masing genre memiliki ciri tertentu yang unik.
Jadi, mazmur-mazmur yang dikategorikan dalam satu genre pasti
memiliki bagian-bagian tertentu yang relatif sama dan konsisten (lihat
Genre mazmur).
2)
Arti mazmur tidak lagi ditentukan penelitian latar belakang
historis/peristiwa pembuatan mazmur tersebut. Perhatian lebih
diarahkan pada fungsi mazmur dalam perjalanan hidup bangsa Israel.
3)
Meskipun Gunkel mengetahui bahwa kebanyakan dari jenis mazmur
di atas berakar dari konteks ibadah masyarakat Israel sebelum
pembuangan, dia berpendapat bahwa kitab Mazmur ditulis ketika
mazmur-mazmur itu tidak lagi dipakai dalam konteks ibadah.
Penafsiran pasca Gunkel
Sigmund Mowinckel: Cult Functional Method.
Berangkat dari keyakinan bahwa mayoritas mazmur merupakan
bagian integral dalam ibadah, Mowinckel berusaha menemukan setting
mayoritas mazmur dalam konteks ini. Bagi Mowinckel, tugas terpenting
adalah menemukan setting suatu mazmur dalam ibadah Israel. Dalam
hal ini ia berbeda pendapat dengan gurunya, Gunkel. Contoh: Mzm 26
digunakan oleh seseorang yang mengklaim tidak bersalah sambil
mengelilingi mezbah dengan ucapan syukur. Ketidakbersalahan ini
disimbolkan dengan pencucian tangan.
2)
Respon terhadap Gunkel dan Mowinckel. Ada beberapa pertanyaan
yang tidak terjawab melalui metode mereka. Apa yang terjadi dengan
mazmur ketika sumber dan setting aslinya hilang (tidak diketahui lagi)?
1)

24

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Bagaimana mazmur dipahami setelah ibadah di bait Allah tidak ada


lagi (selama pembuangan di Babel dan pasca 70 M)? Bagaimana
mazmur-mazmur tersebut menjadi satu buku? Bagaimana umat Allah
yang
mengelompokkan
(mengakui
kanonisasinya)
memahami
mazmur?
3)
B. Childs: Canonical Approach.
Child berusaha menghubungkan interpretasi dengan konteks
kanonikal suatu kitab. Dalam studi kitab Mazmur ia menjelaskan
bagaimana umat Allah memahami dan ikut membentuk mazmur
sesuai dengan kebutuhan mereka.
a) Penekanan umat Allah. Meskipun banyak mazmur mendeskripsikan
kehidupan pribadi-pribadi tertentu, ada banyak bukti bahwa
generasi berikutnya mengaplikasikan teks-teks tersebut ke dalam
pengalaman umat Allah, e.g., Mzm 25:22; 130:7-8. Dalam teks
tersebut terlihat ada usaha mengaplikasikan mazmur yang lebih
pribadi ke kehidupan nasional bangsa Israel.
b) Pengaruh pembuangan ke Babel. Umat Allah menginterpretasikan
ulang mazmur-mazmur dalam terang pengalaman di pembuangan
Babel, e.g., Mzm 22:9. Reinterpretasi ini menekankan pengharapan
masa depan (Mzm 69:34-36). Salah satu contoh adalah royal
psalms (mazmur raja) yang banyak merujuk pada Daud. Pada saat
pengelompokan mazmur, tidak ada raja lagi di Yerusalem. Namun,
umat Allah waktu itu tetap mmahami mazmur-mazmur tersebut
sebagai kesaksian terhadap datangnya kerajaan mesianis (lihat
bagian Penafsiran mesianis-eskhatologis).
c) Bahasa mazmur yang universal. Bahasa mazmur begitu aplikatif
dan adaptatif, sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan ke
komunitas yang sudah tidak lagi terikat pada ibadah di bait Allah.
d) Tambahan introduksi mazmur (biasa disebut superscription).
Rujukan historis di superscription bermanfaat untuk melihat setting
asli suatu mamzur, sehingga umat Allah mampu membuat
perbandingan dan memiliki pedoman untuk mengaplikasikan
mazmur tersebut dalam kehidupan mereka.
4)
Lain-lain.
Trend terakhir studi kitab mazmur terfokus pada usaha
mempertajam atau menginterpretasikan ulang genre mazmur yang
sudah diusulkan teolog sebelumnya. Contoh: Westermann membagi
menjadi mazmur pujian dan ratapan. Brueggemann membagi menjadi
mazmur orientasi (penciptaan, Taurat dan kebijaksanaan), deorientasi
(ratapan) dan re-orientasi (ucapan syukur, hymne dan pujian). Catatan:
untuk salah satu buku terbaik tentang trend baru dalam studi kitab
mazmur, lihat Patrick D. Miller, Jr., Interpreting Psalms (Philadelphia:
Fortress Press, 1986).
Genre kitab Mazmur
Menurut Gunkel, ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
beberapa mazmur dimasukkan dalam satu kategori.
1)
Harus ada dasar khusus dalam ibadah sebagai akar teks-teks
tersebut, setting yang sama dalam kehidupan ibadah.
2)
Harus ada pemikiran atau perasaan yang sama serta membentuk
keseragaman arti dan nuansa.

25

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

3)

Harus ada keseragaman gaya dan struktur.


Ada beberapa hal penting sehubungan dengan kategorisasi ini.
Pertama, teolog tidak mencapai konsensus tentang jumlah genre dan
pengelompokan beberapa mazmur yang bias. Kedua, tidak ada satu
mazmur pun yang memiliki semua komponen, struktur maupun
karakteristik suatu kategorisasi. Ketiga, beberapa mazmur sangat sulit
untuk dikategorisasikan. Keempat, terlepas dari keterbatasan usaha
kategorisasi, langkah ini bagaimanapun juga telah menolong dalam
menginterpretasikan mazmur tertentu. Paling tidak suatu kategori telah
memberikan konteks khusus yang lebih sempit/dekat bagaimana suatu
mazmur harus diinterpretasikan.
Ratapan Pribadi
1)

Kategorisasi.
Jenis ini paling banyak didapati dalam kitab Mazmur. Ada sekitar 50
mazmur yang termasuk dalam jenis ini (kebanyakan ada di buku I dan
II). Cerita tentang Hana di 1Samuel 1 mengindikasikan dengan jelas
natur, sumber dan setting ratapan pribadi. Seorang yang punya
pergumulan datang ke bait Allah untuk berdoa dan menumpahkan isi
hatinya kepada Allah. Sebagai jawaban atas doanya, ia menerima
jaminan bahwa Allah telah mendengar doanya.
3
22
42

4
25
43
63
102

5
26
51
64
109

6
27
52
69
120

7
28
54
70
130

9
31
55
71
140

10
35
56
77
141

11
36
57
86
142

13
38
59
88
143

16
39
61
94

17
40
62

2)

Problem khusus.
a) Mazmur ratapan pribadi merefleksikan berbagai setting. Mazmur ini
dijadikan doa oleh mereka yang sedang sakit, dituduh secara
hukum, difitnah, ditekan, diancam musuh, dsb. Dalam beberapa
mazmur terlihat bahwa orang pergi ke bait Allah untuk memohon
perlindungan Allah.
b) Kadang kala setting dan masalah yang dihadapi tidak terlalu jelas.
Siapakah identitas musuh peratap? Bagaimana situasi dia yang
sesungguhnya (nyata)? Seandainya musuh yang dihadapi adalah
penyakit (e.g., Mzm 38), apakah penyakit ini harus ditafsirkan
secara literal?
c) Dalam beberapa kasus, tidak ada musuh yang disebutkan peratap
(Mzm 51).

3)

Identitas musuh.
a) Tindakan musuh.
1. Mereka berusaha mencabut nyawa peratap (Mzm
35:4; 38:12; 40:14; 54:3; 63:9; 70:2).
2. Mereka mengekspresikan sukacita yang besar atas
kemalangan peratap (Mzm 6:10; 13:4; 35:15).

26

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b)

c)

d)
e)

3. Mereka mengejek keadaan peratap yang tanpa


harapan, sekaligus mengejek ketidakberdayaan Allah
yang dipercayai peratap dalam menolong dia (Mzm
42:3b, 10; 79:10).
Metafora untuk musuh.
1. Pemburu yang menggunakan jala dan jebakan (Mzm
140:4-5).
2. Binatang buas (Mzm 17:11-12; 22:12-13, 16).
3. Pahlawan, biasanya pemanah (Mzm 7:13; 11:2;
37:14).
Natur musuh.
1. Tidak berbuat baik (Mzm 26:10; 36:4).
2. Tidak rohani dan pencemooh (Mzm 10:3-4; 14:1).
3. Atheis (tidak percaya Tuhan, Mzm 94:7).
Nasib musuh: mereka pasti akan jatuh dan orang benar dimuliakan
(Mzm 52, 58).
Identitas musuh:
1. Golongan orang Yahudi tidak rohani yang melawan
orang saleh di era pasca pembuangan (Alfred Rahlfs).
2. Mereka yang menuduh pemazmur sebagai objek
hukuman Allah karena ia dianggap telah melakukan
suatu dosa; atau, sebaliknya, mereka yang
menyangkal keadilan ilahi serta menganggap
pemazmur menderita terlepas dari kesalehannya
(Hermann Gunkel).
3. Mereka yang menuduh pemazmur telah berdosa dan
dalam beberapa kasus, ketika pemazmur bersikeras
pada ketidakbersalahannya, pemazmur diharapkan
melalui upacara kultus tertentu untuk membuktikan
ketidakbersalahannya (Schmidt).
4. Mereka yang menyerang pemazmur secara mistis
atau sihir (Mowinckel).
5. Kekuatan luar yang menyerang Israel sebagai umat
perjanjian atau orang yang saleh (Harris Birkeland).
6. Mengingat bahasa mazmur yang terbuka dan
metaforis, pembaca bisa mengadaptasikan mazmur
tersebut ke dalam kehidupan mereka masing-masing
(Patrick Miller).
Catatan:
Dari semua usulan di atas, ada beberapa hal yang perlu dipahami:
a) Dalam beberapa kasus pemazmur mengakui dosanya (Mzm
51, 38:19; 32:5-6), tetapi kadangkala ia merasa telah dituduh
secara salah (Mzm 27:10-12). Pemazmur juga kadang berdiri
di antara kedua sikap tersebut: ia mengakui dosanya (Mzm
69:6), tetapi ia tetap menganggap tuduhan terhadapnya
tidak berdasar (Mzm 69:4-5).
b) Usulan Birkeland bisa benar dalam kaitan dengan mazmur
ratapan kelompok (Mzm 83:5-13), tetapi inipun tidak boleh
digeneralisasikan.

27

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

c) Usulan lain tampak terlalu spekulatif, sedangkan usulan Miller


tidak memberikan solusi sama sekali.
d) Konklusi: identitas musuh harus diteliti secara khusus, sesuai
dengan konteks masing-masing mazmur.
4)

Jenis
Mazmur ratapan pribadi dapat dibagi lagi berdasarkan topik/inti
pergumulan yang sedang dihadapi pemazmur, misalnya ratapan orang
yang sedang sakit, orang yang sakit dan tertekan serta orang yang
dianiaya dan dituduh (Kraus, dimodifikasi oleh Bullock) untuk detail
lihat tabel.

5)

Struktur
a) Pendahuluan (alamat ratapan).
Allah adalah tempat peratap menumpahkan isi hatinya. Hubungan
ini tampak sangat intim (e.g., Allahku, 4:1; 5:2) dan jujur (peratap
mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya, cf. Mzm 13:23). Allah digambarkan sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa (dan
harus?) menolong peratap. Bagian ini biasanya dimulai dalam
bentuk pertanyaan kepada Allah, misalnya mengapa? atau
berapa lama lagi?.
b) Isi ratapan.
1. Alasan: alasan ratapan bisa bervariasi, misalnya
penyakit (Mzm 6:3-4), tekanan secara spiritual (Mzm
13:2-3), dosa (Mzm 130:3-4), penganiayaan maupun
tuduhan (Mzm 35:1-3).
2. Tujuan: ratapan (keluhan) biasanya ditujukan pada
Allah (yang dianggap sebagai penyebab kesedihan
dan harus bertanggungjawab), diri sendiri maupun
musuh.
c) Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah (3:5; 4:9).
d)
Petisi: permohonan kepada Allah (kadang-kadang disertai
adanya hak
peratap terhadap Allah dalam petisinya).
e)
Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap,
bahkan kadangkadang disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah (6:5;
88:11-13).
f)
Janji untuk memuji Allah: peratap berjanji untuk
pertolongan Tuhan
bahwa ia akan membayar sesuatu sebagai rasa syukur dan
pujiannya (13:6)
g)
Pujian kepada Allah: pujian karena Allah menjawab doanya
(7:180
6)

Komponen dari Ratapan


a. Keluhan terhadap Allah sebagai alasan untuk meratap
- kata yang biasa dipergunakan Mengapa? atau Berapa lama lagi?
(10:1;13:23)

28

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

- kadang-kadang muncul dalam bentuk permohonan (dalam bentuk


negatif),
mis: 6:2; 109:1)
- formasi yang aneh adalah kombinasi antara mengapa dan
pernyataan
percaya kepada Allah, mis: 42:10; 43:2
- beberapa ratapan muncul dalam bentuk pernyataan/deklarasi (88;68, 15-16)
b. Murka Allah sebagai alasan untuk meratap
- murka Allah, ada beberapa istilah Ibrani untuk itu:
b.1 IJnx(60:3). Kata ini paling banyak dipergunakan untuk
menggambarkan
murka Allah dalam kitab Mazmur. Arti lain dari kata ini brhubungan
dengan
hidung artinya ada hubungan antara murka dan hidung
karena marah
dapat dideteksi oleh intensitas napas.
b.2. hmH (6:2). Kata ini berhubungan dengan hawa panas yang
berasal dari
dalam yang disebabkan oleh murka
b.3. NvrH(69:25). Kata ini tidak biasa dipergunakan
untuk
menggambarkan
murka manusia, tetapi hanya murka Allah.
- murka Allah dalam Mazmur banyak digambarkan dengan api (74:1)
c. Penolakan Allah sebagai alasan untuk meratap
Kata yang dipergunakan Hnz yang muncul 10 kali dalam mazmur ra
tapan (43:2; 77:8).
c. Allah yang lupa sebagai alasan untuk meratap (13:2; 42:10)
Ratapan Bersama/Kelompok
1)

Karakteristik
Yang termasuk dalam jenis mazmur ini:
12 14 44 53 58 60 74 79 80 83 85 90 106 108 123
126 137
Contoh-contoh ratapan kelompok/bersama yang pernah ada:
- pada masa Israel di Mesir: Kel 2:23 (dalam bentuk statement)
- Musa: Kel 5:22-23
- Yosua 7:7-9
- Bangsa Israel: Hakim-hakim 21:3
Contoh-contohnya dalam kitab nabi-nabi:
- Yesaya 63:7-64:11
- Yeremia 14:7-9, 19-22
- Hab 1:2-4, 12-17
- Ratapan 5
Beberapa ratapan kelompok diikuti oleh tindakan tertentu sebagai
bagian dari
ratapan :

29

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

- Berpuasa: Yoel 2:16; Yunus 3:5


- Memakai kain kabung: Yoel 1:13; Yer 4:8
- Menaburkan abu di atas kepala: Yosua 7:6; Neh 9:1
- Menangis di hadapan Tuhan: Hakim-hakim 20:23-26
Saat terjadinya ratapan bersama:
- ratapan bersama tidak terjadi dalam jangka waktu yang
ditetapkan (annual)
tetapi setiap saat dimana orang-orang ditimpa tekanan, bahaya
dan penyakit
menular
- orang-orang mulai meratap di udara terbuka, di kebun anggur, di
jalan dan
selanjutnya mereka berbondong-bondong pindah ke rumah
Tuhan untuk
menangis di hadapan Tuhan.
Dua jenis krisis national (penyebab terjadinya suatu ratapan):
- krisis politik, seperti: perang, serangan musuh, penghancuran kota
atau rumah
Tuhan, perpindahan tempat tinggal
- krisis alam, seperti kekeringan, munculnya belalang pemakan,
panen yang
gagal ataupun kelaparan
2)

Struktur
a. Alamat
ratapan:
kadang-kadang
ini
juga
berfungi
sebagai
ratapan
pendahuluan (bdg: 74, 79, 80)
b.Tindakan
Allah
pada
masa lampau: orang-orang
mengingatkan Allah
kembali akan apa yang telah Dia lakukan terhadap bangsa mereka
c. Ratapan: meliputi apa yang dilakukan oleh musuh (74:4-8; 79:13), apa yang
dialamai orang-orang yang meratap tersebut (74:9; 79:4) dan apa
yang sedang
Allah lakukan terhadap mereka (Mengapa? Berapa lama?)
d. Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah
e. Petisi: permohonan kepada Allah untuk mereka (orang-orang
yang meratap)
dan untuk musuh mereka
f. Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap
g. Janji untuk memuji Allah
3)

Komponen
a. Isi Ratapan :
- Allah : kata yang biasa dipergunakan adalah Mengapa?
dan Berapa
lama? untuk
menanyakan mengapa
Allah
menolak,
meninggalkan
ataupun melupakan umat-Nya.
- Situasi yang dihadapi mereka, berisi keluhan terhadap apa
yang mereka

30

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

hadapi
- Apa yang dilakukan oleh musuh terhadap mereka
b. Tindakan Allah pada masa lampau:
- tujuannya adalah untuk membuat perbandingan antara apa
yang Allah
lakukan pada masa lampau dengan apa yang terjadi pada
umat-Nya saat
itu, seolah-olah mengingatkan Allah akan tindakan-tindakan-Nya
yang
luar biasa pada masa lampau (44; 80:8, 12)
- sisi lain dari bagian ini adalah mengingatkan kembali
pada sejarah, yaitu
bahwa sejarah mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan
yang diikat
bersama dalam kontrol Allah
- bagian ini seringkali dinamakan pujian deklaratif/pernyataan
c. Petisi, berisi:
- permohonan
untuk mendapatkan perhatian dari Allah,
biasanya
mempergunakan berbagai macam kata perintah Datanglah,
Bangkitlah,
Dengarkanlah, Lihatlah, Janglah diam, Ingatlah.
- permohonan
untuk
intervensi
Allah,
misalnya
Tolonglah kami,
Selamatkanlah kami
- respon Allah: setelah menggambarkan situasi dan menyatakan
petisi mereka,
orang-orang secara otomatis mengharapkan jawaban Tuhan.
Himne
1)

Karakteristik
Mazmur yang termasuk kategori ini:
29
33 68 100 103 105 111 113 114
115 117
134 135
139 145 146 147 149 150
Pentingnya himne:
- Mazmur himne dan mazmur ucapan syukur merupakan respon
manusia
yang terbaik untuk menggambarkan kedaulatan, kekuatan dan
keagungan
Allah (siapa dan karya apa yang Allah lakukan)
- kedua jenis mazmur ini menunjukkan kepada kita tentang iman,
teologi dan
kesalehan Israel. Mereka mengekspos bagaimana Israel
mengenal Allah dan
apa yang mereka percayai sehubungan dengan Allah.
- Himne dimengerti sebagai suatu lagu jemaat yang berkumpul
bersama untuk
beribadah. Biasanya tidak ada ibadah atau perkumpulan yang
akan tetap ada

31

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

tanpa adanya lagu-lagu pujian tentang allah atau dewa-dewa. Di


Israel, himne
dipergunakan oleh orang banyak untuk menggambarkan sifatsifat, karya
penyelamatan, karya penciptaan dan hal-hal lain yang dilakukan
oleh Allah.
Contoh himne kuno: lagu Miriam (Kel 15:21), lagu Debora (Hakimhakim 5),
lagu-lagu serafim/malaikat (Yesaya 6:3).
- Himne
merupakan suatu lagu yang dipergunakan untuk
ibadah dengan
mempergunakan berbagai alat musik (bdg: 150). Setidaknya hal ini
memberikan
gambaran ibadah yang dilakukan bangsa Israel.
2)

Jenis
Menurut Westermann, himne dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Pujian-pujian deskriptif (yang bersifat menggambarkan): himne
untuk memuji
Allah karena segala perbuatan, sifat dan keberadaan-Nya secara
keseluruhan
(113)
b. Puji-pujian deklaratif (yang bersifat menyatakan): himne untuk
memuji Allah
karena perbuatan-perbuatan-Nya yang khusus yang
Dia
perbuat terhadap
seseorang atau sekelompok orang
Himne bagian kedua inilah yang akhirnya dia definisikan
sebagai mazmur
ucapan syukur (untuk membedakan dari himne).
Wendel memberikan beberapa kategori untuk membedakan antara
himne dan
mazmur ucapan syukur:
a. Di dalam himne seseorang yang dipuji ditinggakan; di dalam
ucapan syukur,
obyek (orang) nya tetap di tempatnya
b. Di dalam himne, saya diarahkan kepada seseorang yang
saya puji
(meninggalkan diri sendiri);
di dalam ucapan syukur,
kata
saya
mengungkapkan ucapan syukur saya
c. Esensi dari himne adalah kebebasan dan spontanitas; ucapan
syukur dapat
menjadi suatu kewajiban
d. Natur himne adalah bersifat kelompok dan terjadi pada orang
banyak; ucapan
syukur bersifat pribadi (karena melibatkan sesorang yang
mengucap syukur
dan obyek dari ucapan syukur itu)
e. Himne pada intinya merupakan sukacita; ucapan syukur dapat
mengambil

32

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

bentuk karakter dari sesuatu yang diminta. Himne tidak


pernah dapat
diperintah, tetapi ucapan syukur seringkali harus diperintahkan.
f. Perbedaan verbal yang paling penting adalah ucapan syukur
seringkali
memakai kata Aku berterima kasih ; sedangkan himne
memakai kata
Engkau telah melakukan atau Engkau adalah.
F. Crusemann membagi himne menjadi 2 bagian:
a. Himne dalam bentuk perintah:
- dimulai dengan tanda perintah, seperti: bersorak-sorailah
orang benar di
dalam Tuhan
- perintah itu diikuti oleh alasan/sebab (biasanya
mempergunakan kata .,
artinya karena/sebab)
- berfungsi sebagai nyanyian untuk ibadah orang banyak
Contoh: Mazmur 33, 36
b. Himne dalam bentuk participal:
- karya / tindakan
Allah
digambarkan
dengan
menggunakan bentuk
participal
- berfungsi
untuk
menggambarkan
iman
orang-orang
dan
sejarah
keseluruhan dari karya pelepasan Allah
H. Gunkel memberikan perbedaan antara himne dan mazmur
ucapan syukur:
- Himne menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang luar biasa dan
sifat-sifatNya yang mengagumkan secara umum
- Ucapan syukur menyatakan sukacita atas perbuatan
khusus/istimewa yang
telah Allah lakukan terhadap orang yang mengucap syukur
3)

Struktur
a. Pendahuluan
- sering dimulai dengan bentuk perintah untuk memuji,
seperti: Pujilah
Tuhan, Bernyanyilah. (kata yang paling banyak muncul
adalah Pujilah
Tuhan, cth: 117)
- perintah ini diikuti dengan penyebutan nama Tuhan
- pendahuluan ini mengungkapkan tujuan dari pemazmur
sendiri (145:1),
ataupun ajakan yang ditujukan kepada para pemusik dan
penyanyi (33:2),
kepada para hamba (135:2), dan anak-anak Allah (29:1), atau
orang-orang
benar (33:1), kepada Yerusalem (147:12), atau kepada seluruh
bangsa (117),
dan kepada seluruh makhluk yang bernafas (150:6).

33

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b. Bagian Utama
- Pendahuluan itu selanjutnya diikuti dengan alasan untuk memuji
- Selanjutnya diikuti dengan serangkaian participal,
yang.. yang.
(146:7). Participal memberi ide seolah-olah apa yang Allah
lakukan terus
berlangsung hingga sekarang.
- bentuk
pujian kadang-kadang muncul dalam bentuk
pertanyaan retorik
113:5)
- di dalam himne, perbuatan-perbuatan Allah digambarkan, baik
yang telah
Dia lakukan maupun yang sedang dilakukan-Nya
c. Kesimpulan
- tidak ada alur aturan yang tetap untuk kesimpulan
- kadang-kadang
berupa
ucapan
berkat
(29:11),
ataupun harapan/
permintaan, malahan kadang hanya berupa ucapan
halleluya (113:9)
Ucapan Syukur Pribadi
1)

Karakteristik
Yang termasuk mazmur jenis ini:
30
34
41
66
92
116
118
138
Tujuan
mazmur ini adalah bersyukur kepada Allah karena
tindakan
pembebasan yang dilakukan Allah dan memuji Pembebas-nya
di hadapan
jemaat (20:1-3;34:4,6;41:4)
Ada hubungan dan kesamaan antara Mazmur ini dengan
mazmur ratapan
pribadi, misalnya janji pemazmur untuk mengucap syukur.
Secara umum
yang membedakannya dengan mazmur ratapan individu adalah
susunannya:
- Mazmur ucapan syukur: pujian + tekanan/pergumulan pada masa
lampau
- Mazmur ratapan
: tekanan/pergumulan + pujian pada masa
mendatang
Mazmur Ratapan
Mazmur Ucapan Syukur
a. Jeritan (dengan keluhan)
a. KepadaMu aku berseru..
b. Permohonan agar Allah
b. Engkau telah mendengarku..
berbalik
c. Permohonan agar Allah
c. Engkau telah mengangkat..
turut campur tangan
Formula pendahuluan yang paling
sering
muncul
adalah
Aku
akan
memuji Engkau, Tuhan, Aku hendak
memuji
Engtkau
pada
segala
waktu, dan Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan.

34

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

2)

Struktur
a. Pendahuluan
Pendahuluan mazmur ucapan syukur hampir identik dengan
kesimpulan
mazmur ratapan individu (bdg: 13:6 dan 30:1). Selanjutnya
diikuti dengan
alasan memuji pendek (30:1-3; 116:1; 138:3)
b. Bagian Utama
Merupakan
penggambaran
tentang tindakan/karya Allah.
Bagian ini
merefleksikan dua natur ratapan: Dengarlah doaku dan
Selamatkanlah
aku. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian: pengulangan tentang
krisis yang
terjadi sebelumnya dan laporan/cerita tentang penyelamatannya.
Cth: pengulangan krisis: 30:6-7
Cerita tentang penyelamatan: Aku berseru 30:8-10 dan Allah
menyelamatkan aku 3011-12
Kesukaran/permasalahan seringkali digambarkan sebagai suatu
perbudakan
atau sesuatu yang mendekati maut, sementara pembebasannya
digambarkan
sebagai pembebasan dari maut.
Ada juga tiga bagian penyelamatan yang berhubungan dengan
bagian dari
ratapan individu (34:5 bdg 6:1,4)
- seruan
- Aku mencari Tuhan
- permohonan agar Allah berbalik
- Ia menjawab aku
- permohonan pertolongan Allah
- Ia melepaskan aku
dari
c. Kesimpulan
Bentuknya selalu bervariasi tetapi bertujuan untuk memuji Tuhan
(30:12 janji
untuk memuji; 66:20 pujian; 118:28 pujian)
Ucapan Syukur Bersama/Kelompok
1)

Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
67
75
107
124
129
136
Perbedaan pendapat tentang penentuan mazmur-mazmur yang
termasuk dalam
kategori ini paling banyak diperdebatkan oleh para sarjana.
Satu hal yang
disepakati mereka: tidak banyak mazmur jenis ini di dalam
kitab Mazmur.
a. Gunkel
: 66:8-12; 67; 124; 129
b. Westermann
: 124, 129
c. Weiser
: 124

35

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

d. Murphy
: 67, 124
Jarangnya jenis mazmur ini merupakan kenyataan yang cukup
aneh karena
mazmur jenis ini merupakan cara terbaik untuk menggambarkan
hubungan
antara Tuhan dan Israel.
Beberapa sarjana berusaha
menjelaskannya dengan
cara demikian:
- Pada satu sisi, seperti yang kita ketahui sekarang, kitab Mazmur
dibukukan
setelah
masa
pembuangan dimana selama
itu
hampir
tidak ada
pengalaman karya penyelamatan Allah. Pada sisi lain, masa
ketika Israel
mengalami pembebasan Allah terjadi pada masa lampau.
- Penjelasan yang lain adalah kemungkinan bahwa mazmur himne
dan ucapan
syukur
individu
telah
menyerap/menyertakan
mazmur
ucapan syukur
kelompok sehingga perbedaannya sulit ditemukan. Mungkin
saja orang
Israel kuno tidak membedakan ketiganya secara tajam seperti
yang dilakukan
sarjana modern sekarang.
Kesulitan dalam memahami mazmur ini:
a. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ada hubungan
antara mazmur
ratapan individu dan ucapan syukur individu, tetapi tidak ada
hubungan
antara mazmur ratapan bersama dengan ucapan syukur bersama
b. Hilangnya hubungan tersebut mungkin berhubungan dengan
kemungkinan
bahwa
permohonan
orang-orang pada
masa krisis
nasional
tersebut
tidak dapat diubahkan
menjadi
pujian
dengan
cepat
(sebagaimana dalam
ucapan syukur individu).
Ada dua jenis mazmur ratapan kelompok:
a. mazmur pujian syukur Israel (124, 129)
- tidak ada gambaran tentang perang/pertempuran
- peristiwa historis dalam latar belakangnya tidaklah terlalu jelas
b. mazmur kemenangan
- tidak ada mazmur kemenangan di dalam kitab Mazmur
(mungkin karena
setelah penghancuran Yerusalem pada 587 dan pembuangan ke
Babel, Isreal
tidak lagi mengalami kemenangan dalam perang selama
berabad-abad).
- di dalam kitab Hakim-hakim terdapat pada pasal 5: lagu yang
dinyanyikan

36

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Debora (Hakim-hakim 5), satu-satunya lagu mazmur


kemenangan yang ada
pada masa sebelum pembuangan, menunjukkan struktur yang
hampir sama
dengan mazmur ucapan syukur bersama:
- pendahuluan pujian kepada YHWH
- gambaran tentang penampakan Tuhan
- tekanan pada masa lampau
- 9-11pendahuluan baru untuk memuji Allah
- laporan tentang kemenangan
- musuh-musuh Allah, teman-teman Allah
2)

Struktur
Menurut Mowinckel:
a. Pendahuluan
b. Bagian Utama: laporan tentang tekanan dan penyelamatan
c. Kesimpulan: ajakan untuk memuji dan mengucap syukur
Menurut Westermann:
a. Pendahuluan: biarlah Israel berkata demikian (124:1b, 129:1a)
b. Ringkasan: jikalau bukan Tuhan (124:2a)
c. Melihat balik: ketika manusia bangkit.. (124: 2b-5; 129:3)
d. Memuji: Terpujilah Tuhan (124:6; 129:4)
e. Laporan tentang tindakan Allah (124:6-7; 129:4b)
f. Kesimpulan: percaya, berharap (124:8; 129:5-8)

Mazmur Hikmat
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
1
32
37
49
73
78
112
119
127
128
133
Ciri-ciri jenis mazmur ini:
- beberapa mazmur memakai kata-kata yang hampir mirip dengan
kata-kata yang
dipakai dalam kitab Amsal (Maz 37:16 bdg Amsal 16:8; Maz 128:1
bdg Amsal
28:14)
- beberapa mazmur memiliki motif yang sama dengan beberapa
literatur hikmat
dalam PL, seperti Amsal, Ayub dan Pengkhotbah (37:7,37,38).
- beberapa mazmur menunjukkan perbedaan linguistik dan gaya
yang berbeda
dari literatur hikmat, misalnya pemakaian kata orang benar dan
orang fasik.
Jika mazmur
mempergunakan
gaya
tertantu,
itulah
mazmur
hikmat:
pemakaian istilah
berbahagia
(1:1; 32:1),
kata-kata
pembukaan dengarlah

37

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

(49:1; 78:1), mazmur akrostik yang merupakan gaya paling favorit


dari mazmur
hikmat (37, 112, 119)
- Sejumlah
besar
mazmur
memiliki
tema Taurat yang
bertujuan untuk
mengajarkan hal yang baik dan buruk.
Kitab-kitab Hikmat dalam PL biasanya dibagi dua: yang satu
menekankan upah
bagi orang benar dan hukuman bagi orang fasik (tradisional)
sedangkan yang
lain mengatakan bahwa kadang-kadang orang fasik
malahan
menikmati
kebahagiaan sedangkan orang benar menderita karena kemalangan:
- Amsal
: tipe tradisional (pertama)
- Ayub dan pengkhotbah
: tipe kedua
Mazmur 1 dan 112 dapat dikategorikan yang pertama sedangkan
mazmur 37,49
dikategorikan yang kedua.
Hubungan antara Hikmat dan Taurat:
- Tema
Taurat
dimasukkan
dalam
kategori
Mazmur
hikmat
(mempertimbangkan isinya, bukan gayanya), cth: 1, 119
- Menurut Mowinckel, latar belakang hikmat dan Taurat bukanlah di
Bait Suci
melainkan di sekolah (didaktik)
2) Struktur
Tidak ada struktur yang baku dalam jenis mazmur ini karena
berbedanya
kategori (misal ada yang menekankan keindahan bentuk/akrostik,
tema: orang
fasik/benar, dll).
Contoh struktur : Mazmur 1
1.3
keadaan orang benar
4.5
keadaan orang fasik
kontras orang benar dan orang fasik
Mazmur Penciptaan/Ciptaan
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
8
19
65
104
148
Ciri khas mazmur ini adalah bahwa bagi para pemazmur, dunia
dipenuhi dengan
hal-hal yang baik (menggemakan Kejadian 1:1-2:4a) dimana
masing-masing
elemennya merupakan sesuatu yang baik dan seluruh ciptaan
adalah sangat
baik. Dalam mazmur jenis ini, dunia yang diciptakan tidak hanya
diam atau

38

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

membisu.
Masing-masing
mengungkapkan
untuk memuji
keagungan, kekuasaan dan kemuliaan Allah.

pesan-pesan

2) Struktur
Tidak ada stuktur yang baku karena obyeknya berlainan.
Mazmur Penaikan Tahta
1)

Karakteristik
Yang termasuk mazmur ini:
47
93
95
98
99
Ciri-ciri mazmur ini:
- Allah yang dipuji sebagai Raja begitu dominan

96

97

%l'm' hw"hy>

Besarnya frekuensi kemunculan kata '


'
(Tuhan bertahta/ menjadi
raja)
- Allah sebagai Raja berlaku bukan hanya untuk Israel tetapi
untuk seluruh
bangsa
2) Struktur
a. Pendahuluan
Frase
Allah itu Raja sering muncul pada permulaan mazmur
(93:1; 97:1).
Selanjutnya diikuti dengan ajakan/perintah kepada seluruh
bumi untuk
memuji Allah (47:1; 96:1; 97:1)
b. Perbandingan antara Allah dan allah lain
Pertama Allah dinyatakan sebagai Raja yang ada di atas
segala raja (95:3;
96:4;97:9).
Selanjutnya pemazmur mengundang
allah
lain
untuk
menyembah Allah (97:7)
c. Ciptaan. Ide utama yang berhubungan dengan status Allah
sebagai raja
adalah ciptaan-Nya. Oleh karena itu seluruh ciptaan-Nya
diundang untuk
memuji Dia (96:11; 97:6; 98:7-8)
d. Penghakiman. Kadang-kadang ada juga tema penghakiman Allah
(97:8;98:9)
Mazmur Raja
1)

Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
2
18
20
21
45
132
144
Ciri-ciri mazmur ini;

39

72

89

101

110

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

- mazmur ini tidak memiliki kekhususan, baik dalam jenis maupun


strukturnya.
Bentuknya bisa berupa himne, ratapan, ucapan syukur, dll.
- Alasan utama dinamakan mazmur raja adalah karena raja
berperan sebagai
subyek utama. Raja di sini berperan sebagai seseorang yang
berdoa atau
berbicara atau orang yang didoakan
- Raja yang digambarkan adalah orang tertentu (tanpa menyebut
nama), bertahta
di Yerusalem, orang Israel atau Yehuda, dengan formula: Raja
bertahata di Sion
(2:6; 110:2; 20:2), ia keturunan Daud (18:50;132:10,17) dan ia
diurapi oleh Tuhan
(2:2; 18:50; 20;6;p 89:15; 132:10).
Situasi yang diperhadapkan dalam mazmur raja adalah sebagai
berikut:
- Maz. 20
: suatu lagu yang dinyanyikan oleh paduan
suara kerajaan
ketika raja akan berangkat perang
- Maz. 144:1-11
: ratapan yang diutarakan oleh seorang raja
- Maz. 18
: doa ucapan syukur seorang raja yang
kembali dari perang
- Maz. 45
: lagu pernikahan untuk seorang raja dan
pengantinnya
- Maz. 132
: peringatan
akan
hari penaikan
tahta
seorang raja
dan
kerajaannya
- Maz. 2,21,72,110
: lagu-lagu pada saat hari pelantikan raja
2)

Struktur
Tidak ada stuktur tetap/baku
adanya berbagai
latar belakang (lih. di atas).

yang dapat

teridentifikasi karena

Mazmur Liturgis
Yang termasuk dalam mazmur ini: 15
24
50
81
82
Ciri-ciri mazmur ini:
- mazmur ini dibentuk dengan beberapa aktifitas dalam liturgi,
baik dalam
bentuk perkataan maupun tindakan
- biasanya dialoog yang antifonal maupun responsive menjadi
bagian mazmur
ini.
Dialog antifonal dalam ibadah biasanya diikuti oleh suatu
aktifitas yang
ditunjukkan oleh kedua kelompok atau oleh liturgis dengan
jemaatnya.

40

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Sedangkan beberapa aktifitas yang ada dalam ibadah adalah


bersujud, bangkit,
menggerakkan tangan, berjalan di sekitar altar atau memberi
persembahan.
Mazmur Kepercayaan
Yang termasuk dalam jenis mazmur ini:
23
91
121
125
131
Kesulitan dalam memahami mazmur ini adalah bahwa ide
tentang percaya
pada Tuhan juga ada pada mazmur ratapan maupun ucapan syukur.
Mazmur kepercayaan tidak dapat dipisahkan dari mazmur ratapan.
Mazmur ini
muncul sesudah atau di tengah-tengah penderitaan seseorang.
Dengan
demikian mazmur ini merupakan respon terhadap penderitaan
tersebut. Namun
nada kepercayaan dalam mazmur ini jauh lebih kuat daripada yang
ada dalam
mazmur ratapan.
Hal-hal yang membedakan mazmur kepercayaan dan mazmur
ratapan:
- mazmur ratapan berisi pernyataan kepercayaan dari si
pemazmur; mazmur
kepercayaan berisi gambaran orang yang percaya (istilah yang
banyak dipakai
adalah seperti)
- nada keluhan dalam mazmur ratapan jauh lebih banyak dan
bahkan hampir
mendominasi isi mazmur sedangkan pernyataan kepercayaan
hanya sedikit
sekali;
mazmur kepercayaan sedikit memiliki keluhan karena
yang banyak
digambarkan adalah kedudukan/posisi orang yang percaya
Mazmur Zion
Yang termasuk dalam jenis mazmur ini:
46
48
76
84
87
122
Mazmur Zion adalah himne yang menggambarkan Zion, termasuk kota
dan Bait Suci-nya sebagai gunung Allah dan tempat kediaman-Nya.
Gambaran topografis dan geografis tentang kota Zion bukanlah keadaan
kota yang sesungguh-Nya.
Gambaran tentang Zion:
a. Zion di utara
Gambaran yang jelas tentang kota itu ditemukan dalam Mazmur 48:3
dimana Zion
disebut jauh di sebelah utara

41

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Mengapa Zion dinamakan kota yang jauh di sebelah utara?


Menurut tradisi
kuno, tempat kediaman Allah itu harus lebih tinggi daripada
gunung-gunung
yang lain sedangkan gunung yang tertinggi terletak di sebelah utara.
b. Zion dengan aliran sungainya
Gambaran Zion dengan
aliran sungai dinyatakan merupakan
gambaran yang
ideal dari sebuah kota dan gambaran tersebut banyak muncul di
dalam pasalpasal yang menggambarkan peristiwa-peristiwa mendatang
(eskatologis), misal:
Yesaya 33:21; Yoel 3:18; Yehezkiel 47; dan Zakharia 14:8.
c. Zion, kota yang tak terlihat
Gambaran ketiga ini dihubungkan dengan fungsinya sebagai tempat
kediaman
Allah. Ketika bangsa-bangsa datang hendak menyerang kota
tersebut, mereka
dihancurkan dan diusir oleh Allah.

Ayub
Identitas Ayub
Sehubungan dengan identitas Ayub, kitab Ayub sendiri memberikan
gambaran yang cukup jelas namun membutuhkan penafsiran lebih lanjut.
Ada beberapa frase dari Ayub 1:1-3 yang perlu diketahui untuk
mengetahui identitas Ayub:

42

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Tanah Us
Kata tanah Us disebutkan 3 kali dalam PL (Ayub 1:1; Rat. 4:21; Yer.
25:20)
tetapi kata ini tidak pernah
muncul di literatur lain di
daerah Timur Tengah. Asumsi yang paling banyak diterima adalah
bahwa nama Us adalah
sebuah eponymic (nama yang didasarkan
pada nama orang) dan
kemungkinannya adalah Us adalah nama
daerah yang dihuni oleh orangorang keturunan Aram (Kej 10:23)
atau keturunan Disyan (Kej 36:28).
1. Us dalam Yer. 25:20
Nama Us pada bagian ini adalah sesuatu yang riil karena disebutkan
bersamaan dengan daftar nama-nama kota dan daerah-daerah
(seluruhnya
berjumlah 25) yang letak geografisnya masih ada
sampai sekarang.
Penyebutan nama-nama kota ini dimulai selatan
menuju utara hingga menuju ke arah timur.
Us muncul antara
bangsa-bangsa campuran dan
orang Filistin dan selanjutnya
disebutkan nama Edom hingga raja Arab (ay.
24). Dengan demikian
kemungkinan letak Us adalah di Edom dan Arab.
2. Us dalam Rat 4:21
Ratapan lebih jelas menyatakan bahwa Us adalah tanah yang
didiami oleh
orang Edom. Dari segi literatur, bentuk penulisan yang
muncul pada ayat ini merupakan sinonim paralelisme sehingga dapat
disimpulkan Edom dan Uz
adalah
sesuatu
yang
sama
dan
disebutkan secara interchangeable.
Kesimpulan : Letak tanah Us adalah di Edom.
Orang di sebelah timur
Istilah orang di sebelah timur merupakan istilah yang samar-samar
merujuk pada suku-suku bangsa dan kerajaan yang tinggal di daerah
padang gurun hingga ke arah timur sungai Yordan dan Aravah. Istilah
ini juga pernah juga muncul di
1
Raja 4:30
yang
menggambarkan perbandingan kekayaan dan hikmat.
Namun
sampai saat ini belum ada kesepakatan final yang
menyatakan
bahwa istilah orang-orang di sebelah
timur menyatakan status
Ayub sebagai bagian dari mereka; istilah ini lebih menekankan
Ayub
sebagai orang yang tinggal di daerah tersebut.
Nama ketiga teman Ayub
Kebanyakan pendapat menyatakan bahwa ketiga teman Ayub
adalah orang
Edom. Teman adalah ibukota Edom yang terletak di
perbatasan tanah Negeb
Yudea. Suah tidak dikenal dan Naama
(Yosua 15:41) adalah kota Yudea di perbatasan Filistin, yaitu di sebelah
baratlaut tanah Negeb.
Nama Ayub
Namanya bukan nama umum orang Israel. Dalam catatan
tambahan yang
terdapat pada terjemahan LXX, nama Ayub
merupakan nama kecil/tiruan
dari Yobab (nama seorang raja

bAYai)

Edom). Sedangkan menurut Talmud, nama


Ayub
(
merupakan nama yang memiliki kesamaan akar kata dengan kata

bwya

musuh (
), Baba Bathra 16a. Tetapi ada juga yang
mengartikannya
menyesal. Ada juga yang mengatakan bahwa
nama Ayub merupakan
anagram (suatu kata atau frase yang

43

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

dibuat dengan mengubah urutan huruf

dari kata atau frase lainnya)

dari frase tanah Yehuda dan Benyamin

($mynbw

#ra).

hdwhy

Sedangkan
teolog
lainnya,
Abright,
menyatakan
kemungkinan
adanya penggabungan dari frase Dimanakah

ba hya)

Bapaku? (
sumber Semit.

yang memiliki kemiripan dengan beberapa

Latar belakang Kitab Ayub


Genre
Kitab Ayub termasuk dalam genre literatur hikmat (Wisdom
Literature) yang disetarakan dengan kitab Amsal, Pengkhotbah, Sirakh dan
Kebijaksanaan Salomo. Literatur hikmat merefleksikan literatur Yahudi
dimana
kehidupan
manusia
digambarkan
secara
luas
tanpa
pengesampingan minat politik yang merupakan karakteristik literatur
Yahudi lainnya.
Secara umum, literatur hikmat berhubungan dengan ide tentang
bagaimana manusia harus hidup (right living) dan berpikir (right thinking)
yang meliputi tema-tema antara lain:
- Allah yang jauh, tanpa adanya keintiman dan keterlibatan dengan
manusia
- Allah sebagai Penguasa yang telah menetapkan hukum-hukum-Nya
untuk ditaati manusia
- Bagaimana manusia menjalani hidup tanpa berusaha menarik perhatianNya
- Bagaimana manusia berhubungan dengan manusia, dengan lawan
jenisnya dan dengan Allah]
Klasifikasi
Dalam MT, kitab Ayub dimasukkan dalam kelompok Kethubim. Posisi
yang sebenarnya masih tidak diketahui secara pasti. Menurut Talmud
(Baba Bathra 14b), kitab Ayub berada dalam urutan ke-3 setelah Rut dan
Mazmur. Dalam tradisi orang Spanyol (Sephardi), Ayub pun terletak di
urutan ke-3 setelah Tawarikh dan Amsal. Tradisi Ashkenazi (orang-orang
Eropa Tengah) juga meletakkannya pada urutan ke-3 setelah Mazmur dan
Amsal. Eidi Kittels Biblica Hebraica (mengikuti Leningrad Codex 19a)
meletakkan Ayub pada posisi ke-3 setelah Mazmur. Namun Jerome (dan
beberapa bapa gereja lainnya) meletakkan Ayub pada permulaan
(berdasarkan kronologi waktu hidup), baru kemudian Mazmur (Daud) dan
Amsal (Salomo).
Versi-versi Bahasa Inggris mengikuti urutan yang ada pada Latin
Vulgata. Kitab Ayub diletakkan sesudah kitab-kitab sejarah dan
mendahului Mazmur dan Amsal (dengan pertimbangan kronologi waktu).
Sedangkan versi Syria (Peshitta) meletakkan Ayub dalam posisi yang agak
radikal, yaitu dengan meletakkan Ayub setelah kitab Ulangan karena Ayub
dianggap hidup pada jaman Patriarch.

44

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Social Setting
Banyak sarjana merujuk latar belakang sosial kehidupan Ayub
adalah pada masa para patriarkh hidup. Ada banyak referensi dari kitab
Ayub sendiri, misalnya:
kekayaan Ayub dihitung berdasarkan banyaknya ternak dan budak

(1:3; 42:12) yang juga berlaku pada jaman Abraham (Kej. 12:16; 13:2) dan
Yakub (Kej. 30:43; 32:5).
berkali-kali Ayub menyebut tempat tinggalnya dengan kemah
ibadah yang dilakukan Ayub berbentuk korban persembahan ternak
dan ayub sendiri memimpin ibadah tanpa adanya imam sebagai
perantara (bdk. Kej. 15:9-10)
bentuk mata uang yang muncul adalah uang kuno keshita (42:11)
dan itu juga dipergunakan pada jaman Abraham (Kej. 33:19; Yos.
24:32)
rentang waktu hidup Ayub sekitar 200 tahun (bdg. 42:16). Rentang
waktu ini berhubungan dengan usia para patriarch (bdg. Terah,
ayah Abraham, mati pada usia 205; Abraham 175; Yakub147)
Orang Syeba dan Kasdim adalah para nomaden pada jaman Ayub
(Job 1:15, 17), begitu juga pada jaman Abraham (karena
selanjutnya, mereka bukanlah bangsa nomaden)
Anak-anak perempuan Ayub adalah pewaris kekayaan Ayub juga di
samping anak-anak lelakinya. Hal ini tidak mungkin berlaku pada
jaman hokum Musa jika masih ada anak laki-laki yang hidup (Bil.
27:8).

yD:v;

Kata
(Mahakuasa) yang ditujukan kepada Allah
dipergunakan sebanyak 31 kali di Ayub dan merupakan sesuatu
yang sudah umum pada jaman Patriarkh (Kej. 17:1; Kel. 6:3).
Beberapa nama orang dan tempat dalam kitab Ayub berhubungan
dengan kitab Kejadian, misalnya:
a. Orang Syeba (Ayub 1:15; 6:19) adalah cucu Abraham (Kej 25:3)
b. Tema, cucu Abraham yang lain (Kej. 25:15) adalah Tema yang
sama dalam
Ayub (6:19)
c. Elifas (Ayub 2:11) adalah anak Esau (Kej. 36:4)
d. Us (Ayub 1:1) adalah nama keponakan Abraham (Job 1:1)
KITAB AYUB DAN LITERATUR KUNO LAINNYA
Selain kitab Ayub, beberapa kitab kuno lainnya juga memiliki alur
cerita yang mirip dengan Ayub, misalnya:
Dalam
kebudayaan
orang
Kanaan
dikenal
kisah
kepahlawanan Keret, seorang raja yang kehilangan seluruh
anggota keluarganya, termasuk istrinya, dalam serangkaian
bencana alam. Dia sendiri sedang di ambang maut, tetapi
melalui perintah dari dewanya, El, dia mendapatkan seorang
istri yang dan keluarga yang baru.
Di Mesir terdapat sebuah teks kuno yang merupakan dialog
seseorang dengan jiwanya sendiri. Orang itu berdebat
dengan dirinya sendiri dan mempertanyakan apakah
penderitaan yang dialami, To whom can I speak today? I am
laden with wretchedness for lack of an intimate. Death is in

45

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

my sight today like the odor of myrrh, like sitting under an


awning on a breezy day. Teks kuno lainnya, The Protests of
the Eloquent Peasant, berisi permohonan seseorang yang
mengalami ketidakadilan social. Namun bedanya dengan
Ayub adalah teks ini menggambarkan permohonan orang itu
tidak ditujukan kepada dewa, melainkan pemerintah.
Dari Babel ada karya tulisan yang seringkali diparalelkan
dengan kitab Ayub, yaitu I will praise the Lord of Wisdom.
Karya ini menggambarkan seorang laki-laki yang saleh yang
diserang oleh penyakit. Teman-temannya menuduh sebagai
orang berdosa dan keluarganya memusuhinya. Dia sendiri
percaya bahwa dia pasti berbuat dosa (kurang berhati-hati)
sehingga dewanya menghukumnya. Dia mengalami banyak
kebingungan untuk memahami dewa-dewa: What seems
good to one, to a god may be evil. Where have mankind
learned the way of a god? Dia menggambarkan
penderitaannya dengan cara yang sangat mengerikan dan
memohon pembebasan. Pada akhirnya kesehatannya
dipulihkan. Teks kuno yang lebih tua umumnya, dari Sumer,
Man and His God, memiliki banyak kesamaan dengan Ayub.
Orang yang menderita mengeluhkan
penderitaan yang
disebabkan oleh dewanya You have doled out to me
suffering ever anew. My friend gives the lie to my righteous
word. Namun tidak seperti Ayub, orang ini mengakui bahwa
dia telah berbuat dosa dan akibatnya adalah dewanya telah
mengubah penderitaannya menjadi sukacita.

STRUKTUR
(1) Struktur gaya literatur
1:1-2:13
Kerangka
Prosa
Narasi
3:1-42:6
Puisi
Argumen
42:7-17
Kerangka
Prosa
Narasi
(2) Struktur melalui pengembangan cerita
1:1-2:10
Ayub diuji
Eksposisi
Ayub dan
anggota
ker.
Sorga
2:11-31:40
Ayub menantang
Ayub & ketiga
Allah
temannya
32:1-42:17
Ayub ditantang
Resolusi
Ayub, Elihu dan
All
ah
(3) Struktur melalui para aktornya
1:1-2:13
Narator
3:1-42:6
Ayub, ketiga temannya, Elihu dan Allah
42:7-17
Narator

46

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Ronde I
Ronde II
Ronde III

Ronde IV

Ronde V

Ayub (3:1-26)
Ayub (6:1-7:21)
Ayub (9:1-10:22)
Ayub (12:1-14:22)
Ayub (16:1-17:16)
Ayub (19:1-29)
Ayub (21:1-34)
Ayub (23:1-24:25)
Ayub (26:1-14)
Ayub (27:1-28:28)
Ayub (29:1-31:40)
Elihu (32:1-33:33)
Elihu (34:1-37)
Elihu (35:1-16)
Elihu (36:1-37:24))
Tuhan (38:1-40:2)
Tuhan (40:6-41:34)

(4) Struktur berdasarkan isi


I.
Pendahuluan
II.
Percakapan Ayub dengan diri sendiri
III.
Siklus Percakapan
A. Elifaz
B. Ayub
C. Bildad
D. Ayub
E. Zofar
`
F. Ayub
G. Elifaz
H. Ayub
I. Bildad
J. Ayub
K. Zofar
L. Ayub
M. Elifaz
N. Ayub
O. Bildad
P. Ayub
Q. Ayub
IV.
V.
VI.

VII.

Puisi Hikmat
Percakapan Ayub dengan diri sendiri
Percakapan Elihu
A. Pendahuluan
B. Percakapan pertama
C. Percakapan kedua
D. Percakapan ketiga
E. Percakapan keempat
Konfrontasi antara Allah dan Ayub

47

Elifaz (4:1-5:27)
Bildad (8:1-22)
Zofar (11:1-20)
Elifaz (15:1-35)
Bildad (18:1-21)
Zofar (20:1-29)
Elifaz (22:1-30)
Bildad (25:1-6)

Ayub (40:3-5)
Ayub (42:1-6)
1:1-2:13
3:1-26
4:1-27:21
4:1-5:27
6:1-7:21
8:1-22
9:1-10:22
11:1-21
12:1-14:22
15:1-35
16:1-17:16
18:1-21
19:1-29
20:1-29
21:1-34
22:1-30
23:1-24:25
(24:18-24 problematis)
25:1-6
26:1-14
27:1-23
(27:7-23 problematis)
28:1-28
29:1-31:40
32:1-37:24
32:1-5
32:6-33:33
34:1-37
35:1-16
36:1-37:24
38:1-42:6

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

VIII.

A. Percakapan Tuhan yang pertama


B. Pertukaran antara Allah dan Ayub
C. Percakapan Tuhan yang kedua
D. Ketertundukan Ayub pada Allah
Penutup

38:1-39:33
39: 34-38
40:1-41:25
42:1-6
42:7-17

Struktur keempat adalah model struktur kitab Ayub yang paling banyak
diterima oleh para sarjana, tetapi tidak semua dari mereka menyetujui
pemisahan bagian percakapan Ayub dengan diri sendiri (bag. II) dan
bagian III. Masih diperdebatkan apakah pada bagian itu Ayub berkata-kata
dan kemudian teman-temannya memberi jawaban ataukah temantemannya berkata terlebih dahulu dan Ayub memberi jawaban.
Secara keseluruhan struktur literatur kitab Ayub adalah seperti yang
terdapat dalam bagan di bawah ini:
Pre-dialog
Pasal 1-3

Dialog
Pasal 4--27

Prologue
1-2
dengan

Pembicaraan
Ayub

Ketiga

dirinya

22-17

sendiri

Pertama
4-14

Post-dialog
Pasal 28-42
Kedua
15-21

Puisi
Pembicaraan
Epilogue
hikmat Ayub dengan
42:7-17
28
dirinya sendiri
29-31

Elihu

Allah

32-37

&
Ayub
38-42:6

Keindahan kitab Ayub bukan hanya terletak pada struktur keseluruhannya


tetapi juga pada pemaparan detail (1:1-5 cf. 42:10-17).
Inti Percakapan
Bagian ini merupakan kesimpulan dari seluruh percakapan antara
Ayub, Allah dan teman-temannya sehingga melalui bagian ini akan
didapatkan inti seluruh kitab Ayub.
I. Percakapan Ayub dengan diri sendiri (3:1-26)
- mengutuk siang, mengutuk malam (3-10)
- motif keluhan: mengapa dia dilahirkan (11-12)
- gambaran tentang orag-orang yang tinggal di (13-15, 17-19)
- motif keluhan: untuk apakah hidup diberikan (20-23)
- gambaran orang yang mengalami tekanan (24-26)
II. Perkataan Elifaz (4:1-5:27)
Bagian pertama:
a. Alasan mengapa Ayub harus bersabar (2-6)
- pertanyaan retorik (2)
- argumentasi: tindakan Ayub pada masa lampau (3-4) dan
ketidakkonsistenan-nya (5-6)
b. Argumentasi: orang tak bersalah tidak dapat binasa seperti orang
fasik (7-11)
- mengingatkan kembali teori tradisional hikmat tentang upah (7-9)
- 2 contoh perkataan yang mendukung teori tradisional (10-11)
c. Gambaran tentang malam (12-16)
d. Pesan dari gambaran tentang malam (17-21)

48

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

- pertanyaan retorik (17)


- suatu argumentasi yang memperkuat (18-19)
- kesimpulan (20-21)
e. Kesimpualn (5:1-2)
- pertanyaan retorik (1)
- perkataan hikmat sebagai pendukung (2)
Bagian kedua:
a. Pertanyaan penghukuman dan asal usul dosa (3-7)
- Contoh kisah penghukuman akibat perbuatan jahat (3-5)
- perkataan hikmat sehubungan dengan kesukaran manusia (6-7)
b. Himne tentang Allah (8-13)
c. Bait penengah yang terus menggambarkan tindakan Allah (14-16)
d. Dorongan untuk menerima teguran ialhi (17-21)
- Formula berbahagialah. (17-18)
- Perkataan bilangan (6/7) sehubungan dengan pembebasan Allah
(19-21)
e. Gambaran tentang rasa aman orang jujur (22-26)
f. Kesimpulan (27)
III. Perkataan Ayub (6:1-7:21)
Bagian pertama:
a. Suatu keluhan, yang berfungsi sebagai suatu dalih terhadap
perkataan Ayub (2-4)
b. Pembenaran dari keluhan tersebut (5-7)
- 2 amsal (5-6)
- kesimpulan (7)
c. Pengasan dalam bentuk keinginan untuk mati (8-10)
d. Motif keluhan (11-27)
d.1. Penderitaan Ayub terlalu besar untuk tidak didukung (11-14)
- tiga pertanyaan retorik (11-12)
- transisi untuk teguran dari ketiga teman (13-14)
d.2. Teman-teman Ayub membuatnya gagal (15-24)
- Perbandingan dengan sungai yang kering (15-17)
- Perbandingan diri sendiri dengan kafilah yang kecewa (18-20)
- Logisnya keluhan Ayub (21-23)
- Ayub mendakwa teman-temannya (24-27)
Bagian kedua:
a. Ayub menantang teman-temannya untuk mendengarkannya (28-30)
b. Suatu keluhan yang ditujukan kepada Allah tentang kondisi manusia
(7:1-21)
- gambaran tentang nasib manusia (1-3)
- gambaran tentang penderitaan Ayub (4-6)
- Permohonan implisit kepada Allah untuk campur tangan (7-10)
- Keluhan karena menjadi target Allah (11-12)
- Gambaran tentang penderitaan (13-15)
- Permintaan untuk ditinggalkan sendirian oleh Allah (16-18)
- Permohonan agar Allah berubah sikap, dengan dasar Ayub hampir
mati (919-21)
IV. Perkataan Bildad (8:1-22)
a. Pendahuluan terhadap jalannya perkara (2-4)
- Pertanyaan retorik, musuh yang mengejek (2)
- Thesis Bildad: (3)

49

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Bukti thesis: perlakuan anak-anak Ayub (40


Nasehat (5-7)
Syarat pelepasan (5-6a)
Jaminan pelepasan (6b-7)
Permohonan melihat kembali tradisi kuno (8-13)
Pengalaman bapa-bapa leluhur adalah hikmat (8-10)
Suatu amsal dengan penjelasan untuk mengilustrasikan kesimpulan
(11-12)
- Kesimpulan: nasib orang-orang tak bertuhan (13)
d. Gambaran keadaan orang tak bertuhan (14-19)
e. Gambaran nasib orang-orang yang tak bersalah (20-22)
V. Perkataan Ayub (9:1-10:22)
Bagian pertama: perkataan Ayub kepada dirinya sendiri (9:1-24)
a. Pernyataan ketidakmungkinan untuk menentang Allah (2-4)
b. Himne tentang kekuasaan Allah dalam penciptaan (5-10)
c. Motif dari kekuasaan Allah yang melebihi manusia (11-12)
d. Gambaran tentang keputuasaan dalam proses peradilan dengan
Allah(13-21)
e. Dakwaan tentang ketidakadilan Allah (22-24)
Bagian kedua: perkataan Ayub dengan dirinya sendiri (9:25-10:1a)
a. Motif keluhan (25-28)
- Perjalanan keberadaan manusia (25-26)
- Penderitaan Ayub yang tidak dapat dihindari (27-28)
b. Motif yahng sebenarnya (9:29-10:1a)
- ketidakmungkinan Ayub membuktiikan ketidakbersalahannya (2931)
- ketidakmungkinan untuk menjalani proses peradilan dengan Allah
(32-35a)
- Kesimpulan (9:35b-10:1a)
Bagian ketiga: perkataan Ayub dengan Allah (10:1b-22)
a. Pendahuluan keluhan (1b-2)
b. Keluhan (3-22)
- tuntutan untuk proses selanjutnya (3)
- Pertanyaan tentang motif Allah: apakah Allah hanya seorang
manusia? (4-7)
- Argumen untuk tidak menjauh dari Allah: Ayub adalah ciptaan Allah.
(8-12)
- Dakwaan melawan Allah : Ia mengejar Ayub (13-17)
- Motif keluhan (18-22)
b.
c.
-

VI. Perkataan Zofar (11:1-20)


a. Pembukaan jalannya perkara (2-6)
- Pertanyaan retorik dalam proses selanjutnya (2-3)
- Pengutipan klaim lawan (4)
- Harapan agar Allah mengajar Ayub (5-6)
b. Gambaran himne tentang kemahakuasaan Allah (7-12)
c. Nasehat bersyarat yang ditawarkan kepada Ayub (13-20)
VII. Perkataan Ayub (12:1-14:22)
Bagian pertama: (12:1-25)
a. Pendahuluan (1)
b. Permulaan jalannya perkara (2-6)

50

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

- Ejekan dari musuh (2)]


- Klaim Ayub terhadap hikmat (3)
- Bukti bahwa musuhlah yang bersalah (4-6)
c. Bukti klaim ayub terhadap hikmat (7-12)
- Binatang pun mengetahui tangan Allah (7-10)
- 2 perkataan hikmat (11-12)
d. Himne yang menggambarkan kekuasaan dan hikmat Allah (13-25)
Transisi: (13:1-5)
a. Klaim Ayub terhadap hikmat (1-2) bdg: 12:2-3
b. Keinginan Ayub untuk berkonfrontasi dengan Allah (3)
c. Ejekan Ayub tentang musuh-musuhnya (4-5)
Bagian kedua (13:6-27)
a. Omelan Ayub terhadap teman-temannya (diikuti dengan lima baris
yang dimulai dengan he) (6-11)
b. Keputusan Ayub untuk berkonfrontasi dengan Allah (12-16)
c. Permulaan dari keluhan Ayub kepada Allah (17-27)
Bagian ketiga: (14:1-22)
a. Kondisi manusia (1-3)
b. Permohonan kepada Allah (4-6)
c. Kontras antara manusia dan pohon tentang masa depan mereka (712)
d. Keinginan untuk beristirahat di Sheol (13-17)
e. Motif keluhan: tidak adanya harapan akan takdir manusia (18-22)
VIII. Perkataan Elifaz (15:1-35)
a. Pendahuluan (1)
b. Teguran (2-16)
- Ejekan musuh melalui pertanyaan retorik (2-3)
- Pendakwaan (4-6)
- Ejekan musuh (7-11)
- Pendakwaan Ayub sebagai orang berdosa (12-16)
c. Pelajaran untuk memperingatkan akan tradisi hikmat (17-35)
- Pertimbangan terhadap tradisi kuno (17-19)
- Gambaran tentang nasib orang fasik yang membawa malapetaka
(29-34)
- Perkataan hikmat tentang orang fasik (35)
IX. Perkataan Ayub (16:1-17:16)
a. Pendahuluan (1)
b. Ejekan musuh (2-6)
c. Keluhan (16:7-17:16)
- Gambaran tentang serangan musuh (Allah) (7-14)
- Ayub menjalankan penebusan dosa meskipun tidak bersalah (1517)
- Teriakan untuk memperoleh keadilan (18-21)
- Gambaran tentang kondisi Ayub yang hina sebagai motif untuk
membujuk Allah campur tangan (16:22-17:2)
- Permintaan kepada Allah untuk memperoleh kepastian (3-5)
- Gambaran tentang keadaan yang berbahaya (7-16)
X. Perkataan Bildad (18:1-21)
a. Pendahuluan (1)
b. Desakan kepada kawan sebayanya (2)
c. Kejengkelan dengan Ayub (3-4)

51

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

d. Pelajaran dari hikmat (5-21)


- Gambaran nasib orang-orang fasik (5-20)
- Formula ringkasan pengharapan(21)
XI. Perkataan Ayub (19:1-29)
a. Pendahuluan (1)
b. Ejekan dari para musuh tentang kelakuan yang memalukan (2-3)
- Pertanyaan retorik (2)
- Pendakwaan (3)
c. Jawaban bagi para musuh (4-6)
d. Gambaran tuduhan terhadap perlakuan Allah yang tidak adil pada
Ayub (712)
e. Keluhan (13-22)
- Gambaran tentang reaksi para tetangga (13-19)
- Gambaran tentang keadaan fisik Ayub (20)
- Permohonan kepada teman-teman untuk berbelas kasihan (21)
- Pertanyaan kepada teman-teman tentang penyiksaan mereka pada
Ayub (22)
f. Penegasam Ayub tentang iman kepada Pembelanya (23-27)
g. Peringatan terhadap teman-teman yang menyiksanya (29-29)
XII. Perkataan Zofar (20:1-29)
a. Pendahuluan (1)
b. Gambaran tentang reaksi Zofar terhadap Ayub (2-3)
c. Pelajaran tentang hikmat yang menggambarkan pppppkehancuran
yang pasti dan komplit dari orang-orang fasik (4-29)
XIII. Perkataan Ayub (21:1-34)
a. Pendahuluan (1)
b. Pendahuluan puisi yang ditujukan kepada musuh (2-6)
c. Puisi hikmat tentang nasib orang fasik (7-33)
d. Kesimpulan: pandangan yang salah dari teman-teman Ayub (34)
XIV. Perkataan Elifaz (22:1-30)
a. Pendahuluan (1)
b. Pertanyaan retorik, mengejek dan pada akhirnya mendakwa Ayub
(2-5)
c. Kerangka perkataan Elifaz (6-30)
- Pendakwaan khusus terhadap Ayub (6-9)
- Tantangan terhadap Ayub: bahwa pencobaannya kini berhubungan
dengan keberdosaannya (10-11)
- Pendakwaan terhadap Ayub yang mengklaim Allah tidak peduli (1214)
- Peringatan terhadap Ayub, yang mengambil jalan orang fasik (1520)
- Pperintah terhadap Ayub dengan janji pemulihan (21-30)
XV. Perkataan Ayub (23:1-24:25)
a. Pendahuluan (1)
b. Keluhan Ayub (23:2-24:25)
b.1. Keinginannya untuk bertemu dengan Allah , suatu proses
mempertahankan nama baik (2-7)
b.2. Tetapi Allah tidak ada (8-9)
b.3. Pengakuan ketidakbersalahan (10-12)
b.4. Keluahn Ayub terhadap cara Allah yang sewenang-wenang (13-17)

52

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b.5. Keluhan Ayub terhadap kegagalan Allah menghukum orang fasik


yang menindas orang miskin (24:1-25)
- Pendahuluan (1)
- Gambaran tentang tindakan orang fasik (2-4)
- Gambaran tentang nasib orang miskin (5-12)
- Gambaran pemberontakan melawan terang (13-24)
- Kesimpulan: pertanyaan retorik, menantang teman-teman (25)
XVI. Perkataan Bildad (25:1-6)
a. Pendahuluan (1)
b. Suatu himne yang merayakan kekuasaan dan keadilan Allah (2-6)
XVII. Perkataan Ayub (26:1-14)
a. Pendahuluan (1)
b. Teguran yang sarkastik (2-4)
c. Himne memuji kekuasaan Allah (5-14)
- Kekuasaan Allah terhadap seluruh dunia (5-6)
- Kekuasaan Allah yang direfleksikan melalui penciptaan (7-13)
- Kesimpulan (14)
XVIII. Perkataan Ayub (27:1-23)
a. Pendahuluan (1)
b. Penegasan Ayub tentang integritasnya (2-6)
c. Pernyataan ayub tentang musuh atau orang tak bertuhan yang
ditujukan kepada teman-temannya (7-12)
d. Gambaran tentang nasib orang fasik (13-23)
XIX. Puisi Hikmat (28:1-28)
a. Pengejaran manusia tentang pemilikan di bumi (1-11)
- Bumi, sumber barang-barang berharga (1-2)
- Pencarian manusia hingga ke bawah tanah (3-4)
- Bumi, tempat penyimpanan (5-6)
- Jalan yang tidak dikenal binatang-binatang (7-8)
- Pencarian manusia hingga ke seluruh bagian dunia (9-11)
b. Hikmat itu tidak dapat dicapai (12-22)
- Hikmat tidak ditemukan (12-14)
- Hikmat tak terbandingkan, tidak terbeli (15-19)
- Hikmat tidak ditemukan (20-22)
c. Hikmat ada bersama-sama dengan Allah (23-28)
- Hanya Allah yang mengetahui hikmat (23-27)
- Hikmat berhubungan dengan takut akan Allah (28)
XX. Perkataan Ayub dengan dirinya sendiri (29:1-31:37)
a. Pendahuluan (1)
b. Hasrat Ayub akan kemakmurannya dulu (2-25)
b.1. Suatu keinginan (2)
b.3.
Perluasan
keinginan
tersebut
yang
menggambarkan
kemakmurannya dulu (3-25)
- Berkat Allah pada Ayub (3-6)
- Kehormatan yang tercatat bagi Ayub dalam masyarakat umum (710)
- Klaim Ayub yang dipuji tetangganya (110-17)
- Harapan Ayub tentang upahnya (18-20)
- Martabat Ayub dalam masyarakat (21-25)
c. Keluhan (30:1-31)
c.1. Gambaran Ayub tentang ejekan sekarang (1)

53

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

c.2.Gambaran Ayub tentang nenek moyang orang-orang yang


mencacinya (2-8)
c.3. Gambaran tentang penderitaan Ayub sekarang (9-19)
c.4. Permohonan kepada Allah, dengan dakwaan (20-23)
c.5. Alasan-alasan mengapa Allah seharusnya menunjukkan simpati
pada Ayub (24-26)
c.6. Gambaran tentang penderitaan Ayub sekarang (27-31)
d. Pengakuan negatif Ayub (31:1-34)
d.1. Nafsu (1-4)
d.2. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan dusta(5-6)
d.3. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan kelakuannya yang jujur
(7-8)
d.4. Sumpah Ayub yang berhubunagn dengan perzinahan (9-12)
d.5. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan perlakuan terhadap
budak-budak (13-15)
d.6. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan mereka yang kekurangan
(16-23)
d.7. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan kekayaan dan
penyembahan berhala (24-28)
d.8. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan rasa benci terhadap
musuh (29-30)
d.9. Sumpah Ayub terhadap hokum keramah tamahan (31-32)
d.10. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan kemunafikan (33-34)
d.11. Sumpah Ayub yang berhubungan dengan perlakuan terhadap
tanah (38-40)
e. Kesimpulan: tantangan kepada Allah (35-37)
XXI. Perkataan Elihu (32:1-37:24)
Narasi: 32:1-5)
a. Catatan tentang akhir dari perdebatan (1)
b. Motivasi dari campur tangannya Elihu (2-5)
Perkataan Elihu pertama: 32:6-33:33
a. Pendahuluan (32:6a)
b. Kata-kata pendahuluan Elihu (6b-22)
- pada tua-tua, Elihu menyatakan ketakutannya (6)
- berkata dengan dirinya sendiri: Elihu berhikmat walaupun masih
muda (7-10)
- Elihu menunggu (11-16)
- Elihu memutuskan untuk berbicara atau menjawab (17-20)
- Elihu menyimpulkan: dia tanpa sanjungan (21-22)
c. Perkataan: ditujukan kepada Ayub (33:1-30)
- Panggilan kepada Ayub untuk didengar (1-4)
- Pengulangan panggilan kepada Ayub untuk berdebat (5-7)
- Kutipan dari perkataan Ayub (8-11)
d. Argumen Elihu terhadap perkataan-perkataan Ayub (12-30)
- Allah memperingatkan (melalui mimpi) untuk menyelamatkan (1218)
- Disiplin Allah (melalui penyakit) dan manusia diselamatkan melalui
pertobatan kepadanya (19---30)
e. Pemohonan kepada Ayub untuk memperhatikan (31-33)
Perkataan Elihu kedua (34:137)
a. Pendahuluan (1)

54

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b. Perkataan yang ditujukan kepada orang bijak (2-37)


- Panggilan kepada orang bijak untuk didengar (2-4)
- Kutipan dari perkataan-perkataan Ayub (5-9)
- Argumentasi Elihu terhadap perkataan Ayub (10-33)
- Kesimpulan: Ayub bersalah dalam pandangan orang bijak (34-37)
Perkataan Elihu ketiga (35:1-16)
a. Pendahuluan (1)
b. Perkataan (2-16)
- Kutipan perkataan Ayub (2-3)
- Argumentasi melawan perkataan Ayub (4-14)
Perkataan Elihu keempat (36:1-37:34)
a. Pendahuluan (36:1)
b. Perkataan (36:2-37:24)
Panggilan
kepada Ayub untuk menanggung bersama-sama
dengannya
(2-4)
- Pandangan Elihu: keadilan Allah dipergunakan untuk kekuasaan-Nya
(5-15)
- Aplikasinya bagi Ayub (16-21)
- Rekomendasi bagi Ayub untuk memuji kekuasaan dan karya Allah
(22-25)
- Himne bagi kebesaran Allah (36:26-37:13)
- Rangkaian pertanyaan intimidasi yang ditujukan kepada Ayub (1420)
- Kesimpulan: Kebesaran Allah dan ketakutan manusia (21-24
XXII. Konfrontasi antara Allah dan Ayub (38:1-42:6)
Perkataan Allah yang pertama: 38:1-39:30
a. Pendahuluan (1)
b. Tantangan pembukaan (2-3)
- Pertanyaan identitas (2)
- Undangan untuk berdebat (3)
c. Pertanyaan ironis tentang penciptaan (38:4-39:30)
- Peletakan dasar bumi (4-7)
- Jinaknya. laut (8-11)
- Datangnya hari (12-15)
- Dalam dan luasnya penciptaan (16-18)
- Terang dan gelap (19-21)
- Salju, hujan batu dan angin (22-24)
- Hujan di padang gurun (25-27)
- Hujan/embun dan es/salju (28-30)
- Perbintangan (31-33)
- Mendung/hujan (34-38)
- Memberi makan binatang-binatang (39:1-3)
- Lahirnya binatang-binatang (4-7)
- Keledai liar (8-11)
- Lembu hutan (12-15)
- Burung unta (16-21)
- Kuda (22-28)
- Burung elang dan rajawali (29-33)
Pertukaran Allah dan Ayub: 39:34-38
a. Allah menantang pengecam-Nya (34-35)

55

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

b. Jawaban rendah hati dari Ayub: tidak dapat berkata apa-apa (36-38)
Perkataan Allah yang kedua: 40:1-42:6
a. Pendahuluan (1)
b. Tantangan pembukaan (2-3)
c. Pertanyaan ironis dan ejekan tentang kekuatan Ayub (4-9)
d. Tantangan sarkastik kepada Ayub sehubungan dengan kontrol
terhadap 2 ciptaan Allah (40:10-41:25)
- Kuda Nil (40:10-19)
- Buaya (40:20-41:25)
Ketertundukan Ayub pada Allah (42:1-6)
a. Pendahuluan (1)
b. Jawaban Ayub (2-6)
- Pengakuan akan kekuasaan dan maksud ilahi (2)
- Pengakuan akan ketidakpeduliannya (3-4)
- Pengakuan akan kenyataan bahwa Allah muncul padanya (5)
- Tunduk pada Allah dan mencabut perkataannya (6)
Frase-frase Penting dalam Kitab Ayub
Orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Tuhan dan menjauhi
kejahatan (1:1)
Gambaran tentang karakater Ayub dinyatakan pada 1:1 sebagai
seorang yang saleh dan jujur; takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.

~T'

rv"y"w>

Istilah saleh (
) dan jujur (
) merupakan suatu
istilah yang sering dipakai bersamaan dan sudah umum dalam dunia
hikmat dan amsal (bdg. Ams. 2:7; 2:21; 28:10; 29:10; Maz. 37:37; 25:21);

~yhil{a/ arEywI)
dan menjauhi kejahatan ([r"(me rs"w>): bandingkan Ayub 28:28;
begitu juga dengan istilah takut akan Tuhan (
Ams 3:7; 16:6).

Saleh dan Jujur


Istilah saleh seringkali diperdebatkan. Ada yang mengatakan
saleh artinya Ayub tidak berdosa (bdg. terjemahan KJV dan RV perfect) .
Namun hal ini dipertanyakan dengan membandingkan penggunaan istilah
orang benar dan orang fasik pada kitab ini. Ayub juga menggambarkan
bahwa orang benar juga tidak sempurna (4:17) dan Ayub pun mengakui
keberdosaannya (13:26; 14:16-17). Istilah ini bisa diartikan :
- (dalam bentuk adjective) seringkali menggambarkan pengorbanan
binatang yang tanpa cacat (Im. 22:18-20) by W. Eichrodt
(Theology of the Old Testament)
- (dari akar katanya yang berarti to be whole) berarti complete,
whole, with integrity atau dengan kata lain sehat secara fisik
maupun moral by. J. Pedersen (Israel: Its Life and Culture III)
- suatu karakter yang komplit, tidak terpecah-pecah, tidak timbul
tenggelam by Gray, Gordis

56

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

sehat dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar dan menggambarkan


karakter hidup seseorang yang berdisiplin dan hidup berpadanan dengan
norma masyarakat) by W. Brueggemann (A Neglected Sapiential Word
Pair)
kematangan rohani seseorang dan integritas (kesucian) hatinya

Sedangkan istilah jujur menunjukkan etika kesopanan dalam arti yang


luas. Kata ini seringkali dihubungkan dengan baik (Ul. 6:18; Maz 25:8)
dan dengan benar (Maz. 32:11; 33:1).
Yang pasti istilah ini
berhubungan dengan sikap moral dalam berhubungan dengan orang lain.

Takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan


Takut akan Tuhan dalam literature hikmat seringkali berarti menghormati dan
segan terhadap kehendak Allah yang nampak dalam tindakan-tindakannya. Dan takut
akan Tuhan seringkali dihubungkan dengan menjauhi kejahatan.

Anak-anak Allah (

~yhil{a/h' ynEB.)

Istilah ini merupakan salah satu perdebatan besar yang belum


mendapatkan penjelasan memuaskan hingga saat ini. Namun untuk
menjawab arti frase ini, setidaknya usaha memahami setting Ayub 1:6
sangatlah krusial.
Kemunculan setan pada kitab Ayub menempati porsi yang sedikit
namun sangat penting. Dia hanya muncul dalam 2 pasal, yaitu pasal 1 dan
2 dan setelah itu dia tidak pernah muncul.
Perpindahan setting dari gambaran kehidupan Ayub menuju
suasana sorga memiliki kesamaan setting yang sama dengan 1 Raja
22:19-22:
"Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN
sedang
duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri
di dekat-Nya, di
sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya. Dan TUHAN
berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang,
supaya ia tewas
di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini,
yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di
hadapan TUHAN. Ia
berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN
bertanya kepadanya: Dengan
apa? Jawabnya: Aku akan keluar dan
menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah
engkau membujuknya, dan engkau
akan berhasil pula. Keluarlah dan
perbuatlah demikian!

~yhil{a/h' ynEB

Penggunaan istilah
Frase ini muncul dalam kitab Ayub sebanyak 3 kali (1:6; 2:1; 38:7).
Di dalam literatur Timur Kuno, utamanya Ugarit, istilah ini
merupakan istilah umum yang diaplikasikan untuk bala tentara surga.
Dalam agama orang Kanaan, istilah ini menggambarkan keturunan secara

ynEB

fisik; tetapi istilah anak dari (


) dalam bahasa Ibrani juga bisa
dikenakan untuk anggota suatu kelompok yang secara natur mengikuti
sang bapak (mis: anak nabi).

57

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

~yhil{a/h' ynEB

Dalam Alkitab, istilah


diparalelkan
dengan bintang fajar dalam Ayub 38:7, diidentikkan dengan bala tentara
sorga dalam 1 Raja 22:19 dan disebut dengan para allah dalam Mazmur
82:1, 6; 29:1; 89:7; Dan 3:25).

Dalam lingkungan orang Yahudi dan orang-orang Kristen selanjutnya, istilah


ini diartikan sebagai malaikat.

~Wq)y" rp"['-l[; !Arx]a;w>


yx'_ ylia]GO yTi[.d;y" ynIa]w: )
Penebusku hidup (

Secara keseluruhan pasal 19 berisi:


-ayat 2-5 Ayub menunjukkan kejengkelan yang begitu rupa terhadap
tuduhan kawan-kawannya pada bagian sebelumnya
- ayat 6-12 Ayub merasa Allah meninggalkannya dan mengganggap
bahwa apa yang dilakukan Allah kepadanya adalah salah
- ayat 13-20 Ayub menyalahkan Allah karena menjauhkan sahabat,
kerabat, bahkan istrinya sendiri darinya
- ayat 21 -27 Ayub mengakhiri ratapannya dengan ekspresi kemenangan
iman pada seseorang yang akan memulihkan dia
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Ayub mempertahankan
pendapatnya bahwa ia tidak bersalah dan harapannya bahwa
ketidakbersalahannya dapat dituliskan melalui beberapa alat yang mampu
bertahan bahkan jika dia mati sekalipun (mungkin sebagai counter
terhadap bagian sebelumnya 18:17). Dia tidak memiliki pengharapan akan
pemulihannya sebelum dia mati. Dia hanya mengharapkan alat-alat
tersebut (kitab, besi pengukir, timah atau gunung batu hanya sekedar
mengekspresikan
gema
selamalamanya)
mampu
membuktikan
kebenarannya.
Harapan Ayub di tengah-tengah keputusasaannya mencapai

~Wq)y" rp"['-l[; !Arx]a;w>


yx'_ ylia]GO yTi[.d;y" ynIa]w:
Sangatlah menakjubkan karena kalimatnya bukannya _ ylia]Go
yx' yk yTi[.d;y" melainkan yx'_ ylia]GO yTi[.d;y".
klimaks pada ayt 25

Ada beberapa hal penting sehubungan dengan 2 formasi kalimat di atas:


Di Alkitab ada banyak contoh penggunaan kata kerja tahu/know
yang diikuti dengan suatu pernyataan yang menyatakan apa yang
diketahui. Pemakaiaan kata kerja tersebut (kecuali dalam Yes. 48:8;
Ayub 30:23) selalu diikuti dengan

yk v

yk, v

atau sejenisnya.

Ketidakmunculan
,
atau sejenisnya itu mencurigakan dan
selanjutnya dapat memacu keingintahuan tentang alasan ketidak
munculan kata tersebut.
Pengulangan pemakaian kata ganti I merupakan sesuatu yang
umum dalam bahasa Ibrani, namun dalam kitab Ayub ditemukan 20
kali pemakaina kata tersebut yang agak ganjil. Secara umum dalam

58

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

kitab Ayub, pemakaina kata I mempunyai tujuan khusus yaitu


menekankan kontras antara pembicara dan subyek lainnya

ynIa

(biasanya ditujukan pada orang). Namun penggunaan


didahului oleh waw
bukanlah diterjemahkan Dan aku
melainkan But as for me, I know karena penggunaan kata
gantinya bersifat emphatic (menegaskan) dan penggunaan waw

ynIa

tidak menghubungkan bagian yang diikutinya (


) dengan
bagian sebelumnya (ay. 24).
Bahasa Ibrani yang halus menempatkan subyek setelah kata kerja.
Memang jika frase ini digabungkan dengan puisi, susunannya
dibalik sehingga ay. 25 menjadi
Penebus (
Siapakah

lia]GO)

yang dimaksud oleh Ayub ketika dia mengatakan

lia]GO

Penebusku? Kata
bisa berarti:
Penuntut balas: sanak saudara dekat yang mempunyai kewajiban
untuk menuntut balas seorang pembunuh
Suami levirat: saudara laki-laki atau sanak saudara dekat dari
seorang laki-laki (status: telah menikah) yang telah mati, yang
memindahkan kewajibannya untuk mengawini istri laki-laki yang
telah mati tadi dan membangkitkan keturunan atas nama almarhum
dan berhak sebagai ahli waris dari kekayaan almarhum
Penebus masalah kekayaan: seorang saudara dekat yang
mempunyai hak menolak pertama kali untuk membeli harta milik
yang telah dijual karena jatuh miskin
Penebus dari perbudakan: seorang sanak saudara yang boleh
membeli kembali seseorang yang telah menjual dirinya sendiri
sebagai hamba/budak kontrakan
Ada juga konsep Allah sebagai Penebus yang dimunculkan pertama kali
dalam Kel. 6:6, dalam Hosea, Yesaya dan Mazmur. Penebus di kitab-kitab
tersebut fungsinya sangat terbatas dan mencakup penebusan
dari
pembuangan, penaklukan, kematian, kesalahan atau kemalangan yang
tak dikenal.
Di dalam Alkitab, pada kenyataannya kata Penebus hanya merujuk
pada Allah. Sebenarnya ketika Ayub berkata Tetapi aku tahu Penebusku
hidup saat itu dia sedang berkata Tetapi aku tahu Allahku hidup karena
di budaya dunia Israel kuno saat itu adalah tidak mungkin bagi seseorang
untuk mengklaim bahwa dia tahu Allahnya hidup. Sedangkan alasan
mengapa Ayub memilih kata Penebus untuk menggantikan kata Allah
adalah karena kedekatan kata tersebut dengan kata-kata bagian
sebelumnya (ay. 13-19) yang memiliki hubungan yang dekat dengan kata

lia]GO.

yx'_

Penggunaan kata hidup (


) semata-mata hanyalah merupakan
kontras dengan keyakinan Ayub bahwa suatu saat dia akan mati tanpa
sempat memulihkan nama baiknya. Untuk itu dia membutuhkan
seseorang yang hidup yang akan berjuang untuk kepentingannya.

59

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Behemoth dan Leviathan


Pasal 40:10-41:25 merupakan kesimpulan dari seluruh perdebatan
yang ditampilkan antara prolog dan epilog. Biasanya kesimpulan memiliki
fungsi tertentu dan menunjukkan karakteristik umum, yaitu
- memberi keputusan terhadap segala hiruk pikuk yang ditampilkan
sebelumnya
- memecahkan segala misteri yang muncul
- menyatukan benang-benang terpisah dari keseluruhan cerita
- menampilkan sisa dari segala pergolakan
Dengan kata lain, kesimpulan merupakan usaha penulis untuk memberi
kesan lengkap kepada pembaca, entah bahagia, sedih ataupun
menggantung.
Identitas Kuda Nil (

tAmheb.) dan Buaya (!t'y"w>li): Mistis atau


Nyata?

Perdebatan tentang isu di atas dapat diibaratkan permainan tarik


tambang yang berlangsung lama di antara para sarjana. Dan hasilnya, ada
2 posisi yang dipegang oleh para sarjana. Pertama, mereka berpegang
bahwa kedua binatang di atas hanyalah dongeng dunia kafir tentang 2
monster besar (Leviathan dan Behemoth). Kedua, 2 binatang adalah
makhluk hidup nyata yang hidup 350 tahun lampau.
Teori pertama (mistis) mendasarkan pendapatnya pada bukti
sederhana dari pemakaian nama Leviathan dan penggunaannya di dalam
literatur Alkitab maupun literatur orang-orang kafir. Tidak perlu
dipertanyakan tentang kemunculan binatang mistis
yang namanya
Leviathan (=Lothan) yang juga pernah muncul dalam kitab Ayub (3:8)
dan nama-nama lainnya yang mirip (Rahab, Yam, Tannin, Tehom, Nahar)
dalam 7:12; 9:13; 26:12; 28:14; 38:8-11; 40:18.
Teori
kedua
(nyata)
mendasarkan
pandangannya
pada
penggambaran aktual dari kedua binatang tersebut dalam pasal 40-41.
Apalagi, nama Behemoth, yang merupakan bentuk jamak dari nama
binatang lokal (yang kemungkinan adalah banteng ganas atau anak sapi),
merupakan suatu kepastian dari natur binatang-binatang tersebut.
Fungsi 40:10-41:25
Salah satu hal yang seringkali dipertanyakan sehubungan dengan
Behemoth dan Leviathan adalah misteri tentang fungsi bagian ini.
Behemoth dan Leviathan adalah jawaban Allah sendiri terhadap tantangan
Ayub yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Pasal 40:10-41:25
tidak dapat dipisahkan dari bagian sebelumnya, yaitu 38:1-40:9. Namun
40:10-41-25 merupakan bagian yang penting karena setelah Allah
menyampaikan gambaran tentang Behemoth dan Leviathan, Ayub
bertobat. Beberapa orang berpendapat
bahwa bagian ini cukup memuaskan Ayub dan dapat menjawab
tantangannya terhadap Allah yang dianggap memusuhinya.

60

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

bahwa Allah hanyalah membanjiri Ayub dengan berbagai data


tentang keindahan dan misteri dunia dan hal itu menjadi suatu
usaha mengakhiri penderitaan Ayub
bahwa Allah ingin menunjukkan kepada manusia sikap yang benar
dan tepat terhadap penderitaan
bahwa Allah memberitahukan kepada
Ayub
bahwa keadilan
bukanlah salah satu pilar alam semesta dan dengan cara ini
masalah Ayub mendapatkan jawaban
Secara umum, pada bagian ini jawaban terhadap pertanyaan
Mengapa orang benar menderita? tidak dilontarkan sama sekali oleh
Allah. Allah tidak berusaha mendamaikan diri-Nya dalam bentuk suatu
formula kalimat yang begitu dalam tentang arti sebuah misteri. Ayub
memulai tantangannya kepada Allah dengan menjelaskan dilema dirinya
sendiri (egosentris). Namun Allah menarik serangkaian gambaran yang
cukup ketat. Allah memulainya dengan gambaran tentang penciptaan
dunia (38:4-11) dan melanjutkannya dengan gambaran tentang jalannya
dunia ini (38:12-38) dan Allah sempat menyinggung Ayub (38:21).
Selanjutnya Allah membawa Ayub untuk memahami dunia binatang (39:133). Kalaupun hal itu terlalu sulit buat Ayub, Allah memakai sesuatu yang
lebih familiar bagi Ayub, yaitu dunia manusia (40:2-9). Dan kalaupun hal
itu masih terlalu sulit bagi Ayub, Allah masih menantang Ayub dengan
menampilkan sesuatu yang tidak masuk akal (40:10-41:25). Perkataan
Allah mengingatkan bahwa alam semesta secara esensi bersifat
teosentris.
Pada perkataan Allah yang pertama (38:1-39:33), Ayub menjawab
bahwa dia tidak bisa menjawab Allah (39: 37-38). Selanjutnya Allah
menampilkan pertanyaan-pertanyaan retorik yang bertujuan agar Ayub
menjawabnya (40:2) dan ternyata lewat perkataan Allah yang kedua ,
Ayub menarik kembali perkataannya (42:1-6) dan menyatakan bahwa dia
tidak dan tidak dapat memahami misteri alam.
kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hambaKu Ayub
(42:7b)

61

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Ketika berbicara tentang pernyataan Allah kepada Elifaz, orang


Teman tentang Ayub pada akhir masa penderitaan Ayub, orang
seringkali menghubungkannya dengan pertalian antara prolog,
dialog dan epilog kitab Ayub.
Prolog dan epilog dalan kitab Ayub membangun 2 sisi yang mengapit
komposisi literatur di antaranya. Gambaran tentang Ayub yang
beriman (1:21; 2:10) pada prolog seolah hampir tidak mengiring kita
pada gambaran tentang Ayub yang menentang Allah pada bagian
dialog. Namun bagian prolog didukung oleh bagian epilog (42:7-8).
Dan inilah salah satu pemicu pandangan yang mengatakan bahwa
penulis Ayub terdiri dari 2 orang dengan subyektifitasnya masingmasing. Bagian prolog dan epilog ditulis oleh 1 orang yang berusaha
menampilkan kesalehan hidup Ayub. Sedangkan bagian dialog ditulis
oleh 1 orang yang lain yang berusaha menampilkan diri Ayub yang
sesungguhnya ketika dia menghadapi penderitaan.
Masalah ini harus dipecahkan melalui penyelidikan lebih lanjut
tentang tujuan dan isi kata-kata Ayub dalam dialog. Beberapa penafsir
Yahudi berpegang pada pendapat bahwa seseorang tidak bertanggung
jawab terhadap apa yang dikatakannya dalam situasi emosi. Dalam
penegasan teologi, dialog merupakan catatan yang dipenuhi dengan
pernyataan tanpa bukti tentang perlawanan terhadap Allah yang tetap
ada dalam penderitaan namun jauh dalam hal keadilan dalam perkiraan
Ayub. Dia telah memasuki arena dimana iman dan kenyataan bertemu,
dan pertarungan yang terjadi tidaklah tidak valid dan tidak dapat
disalurkan.
Jika dipelajari lebih jauh terdapat 2 jurang pendapat antara Ayub
dan
teman-temannya.
Teman-teman
Ayub
berpendapat
bahwa
penderitaan yang dialami Ayub adalah akibat dari dosa-dosa yang
dilakukan Ayub. Tetapi Ayub berpendapat bahwa apa yang menimpanya
merupakan perbuatan Allah kepadanya.
Kata berkata benar tentang Aku bukan berarti Allah membenarkan
semua perbuatan Ayub yang salah, misalnya mengutuk diri sendiri
(=mengutuk penciptanya). Kata benar yang dimaksud setara dengan
reliable information yang berarti kesimpulan Ayub tentang asal
penderitaannya adalah benar, yaitu Allah sendiri, sedangkan teman-teman
Ayub disalahkan oleh Allah karena mereka menyatakan sesuatu yang tidak
mereka ketahui. Dengan demikian teman-teman Ayub telah bersalah
terhadap Ayub. Hal ini semakin diperjelas dengan perintah Tuhan kepada
teman-teman Ayub untuk mempersembahkan korban (8) dan Ayublah
yang berdoa bagi mereka sehingga mereka tidak jadi dihukum oleh Allah
karena Ayub.
Keistimewaan Kitab Ayub
Berbeda dengan kitab puisi lainnya, kitab Ayub memiliki beberapa
keistimewaan yang menjadi ciri khas dan kekayaan kitab ini:
1. Penulis seringkali memakai banyak kata untuk menggambarkan 1
hal, misalnya memakai 4 kata benda untuk kata singa(4:10-11),
perangkap (18:8-10).

62

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

W[T'nI ~yrIypik. yNEviw> lx;v' lAqw>


hyEr>a; tg:a]v;
3

Wdr'P't.yI aybil' ynEb.W @r,j'-yliB.mi


dbeao vyIl
(4)

Penulis juga mengetahui tentang ilmu perbintangan (99:9; 38:31),


tentang besi
(28:1-2) dan banyak batu permata berharga (28:1519). Dia juga sudah terbiasa
dengan istilah-istilah untuk binatang
(40:20-41:25), istilah penambangan
(28:1-10), dan perburuan (16:1214). Kemampuan penulis kitab Ayub merupakan keuntungan tersendiri
bagi pembaca sehingga mereka tidak bosan dengan gaya puisi kitab ini.
Kemampuannya dalam memvariasi
berbagai
sinonim
menghindarkannya dari usaha pengulangan ide yang sama
sehingga
puisi kitab ini tidak monoton.
2. Penulis kitab Ayub memiliki karakteristik tersendiri dalam
pengutipan (kata-kata yang tidak merefleksikan sentimen sesaat
atau situasi dari pembicara, tetapi penulis mempergunakannya
untuk menyampaikan sudut pandang, baik sudut pandang orang
lain atau situasi lain). Karakteristik tersebut adalah sbb:
- Pengutipan berasal dari seni hikmat, yang biasanya ditulis dalam
bentuk berbagai variasi (apothegm) dan pertanyaan retorik.
Selanjutnya kedua
bentuk ini dikenal sebagai perumpamaan.
Cth: 11:12 (Jikalau orang dungu dapat mengerti, maka anak keledai
liarpun dapat lahir sebagai manusia )
6:6 (Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau
apakah putih telur ada rasanya?)
- Pengutipan langsung dari pemikiran subyek (penulis seolah
mengetahui pemikiran pembicara yang tidak diucapkan)
Cth: 15:21 (Bunyi yang dahsyat sampai ke telinganya dan pada
masa damai ia didatangi perusak)
22:12-13 (Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi?
Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya! Tetapi
pikirmu: Tahu apa Allah?.)
Hermeneutika Kitab Ayub
Secara umum, kitab Ayub termasuk dalam kategori literatur hikmat
(wisdom). Di dalamnya terdapat narasi (prosa), puisi dengan berbagai
macam bentuknya. Bentuk puisi yang dominan dalam kitab Ayub adalah
ratapan, himne. Berbeda dengan kitab Amsal yang merupakan kumpulan
peribahasa, kitab Ayub lebih menitikberatkan pada tema-tema hikmat
tertentu pada satu perikopnya (lebih mirip dengan kitab Pengkhotbah).
Perbedaan ini sekaligus juga merupakan suatu kemudahan untuk
menafsirkan satu perikop.
Ada beberapa langkah dalam menafsirkan kitab Ayub:
1. Tentukan jenis literatur satu perikop (prosa, puisi)!

63

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

2. Jika perikop tersebut berupa puisi, identiifikasi paralelisme yang ada!


- Apakah paralelisme itu terjadi antar ayat atau antar stanza
(paragraph)?
- Apakah jenis paralelisme yang dimaksud?
Perlu diingat:
- Dalam paralelisme, tidak setiap kalimat memiliki arti
- Dalam puisi, tidak setiap kata memiliki arti yang perlu diteliti lebih
lanjut (dijadikan pokok permasalahan)
3. Carilah unsur-unsur, bentuk-bentuk puisi yang lain, misalnya imageri,
peribahasa, himne, dll. Carilah hubungannya dengan kalimat sebelum
dan sesudahnya.
4. Carilah inti cerita dalam satu perikop!
5. Buatlah struktur masing-masing bagian dalam perikop!

Amsal
=============================================================
Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan
Pendahuluan Amsal (umum)
Bahasa Ibrani menggunakan kata lv'm untuk menunjuk pada amsal.

lv'm' )

Alkitab, terutama PL, menggunakan istilah


(masal) untuk
merujuk pada: (a) kata-kata ejekan (Ul. 28:37; 1 Sam 10:12; 1 Raja 9:7; 2
Taw. 7:20; Yes. 14:4; Yer. 24:9; Mikha 2:4; Maz 69:12; Yeh. 14:8); (b)
percakapan (Ayub 27:1; 29:1; Bil. 23:7); (c) perintah (Ams. 1:1-19; 4:1-9);
(d) kata-kata hikmat (Ams. 1:20-33; 8:1-36); (e) peringatan singkat yang
didasarkan pada pengalaman (Ams. 1:1,6; 10:1; 25:1; Peng. 12:9).
Karakteristik Amsal
Ada beberapa karakteristik dari suatu literatur yang dinamakan
amsal:
1. Singkat
Amsal yang terdiri lebih dari 25 kata biasanya tidak umum.
Singkatnya suatu amsal sebagian muncul karena adanya usaha artistik
untuk mengungkapkan banyaknya hikmat melalui ungkapan sedikit kata.
Pendeknya kata tersebut juga membuat amsal mudah diingat.
2. Konkrit
Kebanyakan amsal kemungkinan bersumber dari beberapa aspek
kehidupan manusia yang konkrit. Point-point kehidupan yang konkrit
dijadikan semacam gambaran untuk melukiskan sesuatu hal.
3. Kebenaran umum
Berbeda dengan pepatah, amsal pada umumnya dapat diakui dan
dimengerti kebenarannya serta dapat diaplikasikan pada situasi secara

64

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

umum. Dengan kata lain, amsal lebih bersifat universal (walaupun tidak
dapat dihindarkan adanya sedikit unsur budaya tertentu).
Kategori Amsal
1. Kata-kata Populer
Tidak seperti
halnya
puisi dengan paralelisme-nya,
yang dinamakan kata-kata populer biasanya satu pernyataan dalam
bentuk saru kalimat. Misalnya:
- Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan
TUHAN (Kej 10:9)
- Apa Saul juga termasuk golongan nabi? (1 Sam. 10:12; 19:24)
- Dahulu biasa orang berkata begini: Baiklah orang minta petunjuk di
Abel dan
di Dan (2 Sam 20:18)
- Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? (Yoh. 1:46)
- Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas
(Tit 1:12)
2. Pepatah/peribahasa
Pepatah
biasanya
terdiri
dari 2 atau 3
baris kalimat
(paralelisme) yang
berbentuk pernyataan
(bukan perintah)
yang
didasarkan pada
pengalaman (bukan
otoritas) dari si pengajar (guru).
Pepatah/peribahasa dapat berbentuk:
a. Penjajaran (Juxtaposition)
Dalam penjajaran, elemen atau setiap bagian yang membentuk kalimat
dirangkai satu persatu tanpa adanya perbandingan
Contoh: Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi
orang yang
sesat jalannya, menghina Dia (Ams. 14:2)
Siapa suka bertengkar, suka juga
kepada
pelanggaran,
siapa
memewahkan pintunya mencari kehancuran (Ams. 17:19)
b. Perbandingan (Comparison)
Perbandingan dapat berbentuk simile (seperti.) atau better saying
(lebih baik.daripada).
Contoh: Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri
sendiri, dari
pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan (Ams.
12:9)
Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang
yang
memberi hormat kepada orang bebal (Ams. 26:8)
c. Pepatah dalam bentuk bilangan (Numerical Saying)
Numerical sayings merupakan bentuk perbandingan kuno yang
bertujuan untuk memahami susunan alam semesta. Numerical sayings
dapat berbentuk permainan atau teka-teki yang mengikuti pola X , X
+1.
Contoh: Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal
yang
tidak kumengerti (Ams. 30:18)
d. Peringatan/teguran

65

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Sebagai suatu kontras dengan pepatah/peribahasa,


peringatan/teguran
mengajarkan tentang sikap yang baik dalam bentuk perintah dan
larangan.
Biasanya, peringatan/teguran diakhiri dengan motif untuk taat pada
peringatan/teguran tersebut yang dimulai dengan kata karena,
supaya ..
Contoh: Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau
menjadi
bijak di masa depan (Ams. 19:20)
Asal Usul/ Sumber Amsal
Kata-kata berhikmat/bijaksana merupakan sesuatu yang kuno dan umum
dipakai orang dari jaman kuno hingga jaman sekarang sehingga sulit
menemukan asal usulnya. Namun ada beberapa acuan yang bisa
didapatkan untuk menemukan asal usulnya/sumbernya:
a. Garis keturunan/kaum/suku
Banyak pepatah berasal dari keluarga atau suku tertentu. Tindakan
mengajari orang muda dalam hal adat istiadat, etika kerja praktis,
menghargai orang lain dan dalam hal kekayaan, merupakan sesuatu yang
bisa dipelajari dalam budaya dan selanjutnya berlangsung secara oral,
misalnya kitab Amsal menekankan hal menghormati orang tua (7:15:31:26) dan tanggung jawab anak untuk mendengarkan (1:8; 2:1; 3:1;
4:1-9).
b. Istana
Adanya hubungan antara amsal-amsal PL dengan raja Salomo (1
Raja 4:32; Ams. 1:1; 10:1; 25:1) dan raja Hizkia (Ams. 25:1) memberi
kesan adanya campur tangan pihak kerajaan dalam pengolahannya.
Kontak Salomo dengan Mesir memperkenalkannya pada kebiasaan istana
Mesir, misalnya peranan para tulis, para adminstrator.
c. Sekolah
Tidak ada bukti tentang keberadaan kuat sekolah di Israel sebelum
Sirakh menyebut tentang rumah pendidikan (51:23). Namun bagaimana
nilai kehidupan dan pendidikan bias muncul tanpa adanya sekolah itu?
Salah satu bukti kuat adanya sekolah adalah sekolah para bangsawan
Mesir yang mengajarkan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan bangsawan, administrasi dan tulis-menulis.
Hikmat dalam Alkitab
Hikmat bagi orang Israel
Dalam Akitab (PL) , istilah

teknis yang dipakai untuk hikmat

hm'k.x'

adalah
. Karena arti istilah setiap saat berubah dan selalu
berbeda sesuai dengan latar belakang sosialnya, maka artinya tidaklah
selalu sama.

hm'k.x'

Pada umumnya istilah


berarti disiplin pendidikan
atau keahlian tertentu. Keahlian tersebut bisa berupa kemampuan dalam

66

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

berperang (Yes. 10:13), menjahit (Kel 28:3), membuat pakaian (Kel 35:26),
tukang logam dan kayu (Kel. 31:1-5), pelayaran di laut (Maz. 107:27) dan
adminstrasi politik (Ul. 34:9). Hikmat juga digambarkan sebagai satu satu
atribut Tuhan (Ayub 38:36).
Bagi orang Israel dan Yehuda, mereka berpikir bahwa mereka
memiliki pengertian mendasar yang sama dengan bangsa-bangsa lain
tentang hikmat. Salah satu hal yang dipakai untuk menguji kemampuan
hikmat suatu bangsa adalah teka-teki. Mereka juga mengakui adanya
orang-orang bijak yang berasal dari bangsa-bangsa lain, misalnya Mesir,
orang-orang dari Timur (Kej. 41:8; Kel 7:11; Yes 19:11-15; Daniel 2:12).
Dari perspektif orang Israel sendiri, Fenesia (Zak. 9:2) dan Edom (Yer 49:7;
Oba 8) merupakan negara yang menjadi pusat hikmat.
Dalam daerah orang Israel sendiri, mereka mereka mengakui
daerah tertentu sebagai pusat hikmat, misalnya Tekoa (2 Sam 14:2). Dari
segi individu, tidaklah diragukan lagi: Israel memiliki Salomo.
Hikmat dalam Kitab Amsal
Salah satu keistimewaan hikmat yang digambarkan dalam kitab
Amsal adalah ketaatan terhadap Taurat sebagai dasar dalam hikmat.
Menurut Amsal, semua bentuk hikmat yang dipaparkan dalam Kitab Suci
harus berdasar pada takut akan Tuhan (Kel. 20:20; Ul. 31:12). Itulah
perbedaan mendasar dari hikmat yang dimiliki Israel dengan hikmat
bangsa lain. Hikmat bukanlah sesuatu yang terpisah dari Taurat.
Natur dasar dari hikmat sebagaimana yang dikemukakan oleh
penulis Amsal dalam aphorisme-nya adalah Takut akan Tuhan adalah
permulaan hikmat (1:7 bdg 9:10). Natur hikmat dalam Amsal terdiri dari
pendekatan filosofis-teologis terhadap kehidupan yang diambil dari
implikasi pelayanan dan komitmen terhadap Tuhan.
Dengan perbandingan pada Sepuluh Perintah Allah yang
menekankan pada dimensi vertikal terlebih dahulu (hubungan manusia
dengan Tuhan), baru kemudian dimensi horizontal (hubungan manusia
dengan sesama dan dunianya), maka kitab Amsal pun menekankan pada
implikasi praktis dari perspektif horizontal. Secara keseluruhan kitab
Amsal menjawab pertanyaan, Bagaimana seharusnya kita hidup?
Personifikasi hikmat dalam pasal 8-9 merupakan dimensi lain dari
hikmat dalam kitab Amsal
yang
lebih
merangsang
pemikiran.
Meskipun hikmat dalam 1:20-22 dan pasal 2-3 secara umum berbentuk
kiasan (metafora), sebagaimana dalam Ayub 28, namun dalam pasal 8-9
terdapat contoh personifikasi
dimana hikmat digambarkan sebagai
seorang wanita. Hikmat itu berbicara, menawarkan kekayaan dan
kemakmuran kepada orang-orang yang memujanya (8:18-21), telah ada
sebelum dunia diciptakan (8:22-23), menolong Allah dalam peristiwa
penciptaan (8:30) dan memiliki kuda serta hamba-hamba (9:1-6).
Tujuan darti personifikasi tersebut adalah membantu kita mengerti
tentang Allah dengan menggambarkan salah satu atribut-atribut-Nya dan
melimpahinya dengan kepribadian dan kesadaran. Penulis ingin
mengajarkan bahwa hikmat adalah suatu atribut Allah yang secara kekal
berhubungan dengan-Nya, dimengerti hanya sehubungan dengan Dia dan
merupakan suatu perluasan yang dinamis dari keberadaan-Nya di
hadapan umat manusia. Metode personifikasi merupakan suatu sarana

67

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

dimana perspektif praktis dari hikmat dihubungakan dengan Allah. Metode


ini juga merupakan usaha penyamaan dengan formula yang biasa muncul
dalam kitab nabi-nabi Demikianlah firman Tuhan. Melalui metode ini pula
pengetahuan akan natur Allah disampaikan dan diintegrasikan pada
kehidupan manusia sehari-hari.
Dibandingkan dengan kitab Ayub dan Pengkhotbah yang merupakan
hikmat refleksif, maka kitab Amsal dan Kidung Agung lebih bersifat
didaktis (sifatnya lebih cenderung mengajarkan sesuatu daripada beradu
argumen atau meyakinkan). Kitab Amsal mengulangi kembali pernyataan
tentang pentingnya instruksi yang biasa diberikan oleh bapak maupun ibu
(1:8; 6:20) dan pentingnya ketaatan anak-anak. Instruksi ini ditujukan
kepada orang-orang muda (bdg:1:4) yang hidupnya masih bisa dibentuk
melalui hikmat. Semua hasil teori dan pengalaman itu ditawarkan dalam
bentuk kata-kata pendek, ringkas dan tajam.

Sejarah literatur hikmat


Seperti halnya bangsa-bangsa yang lain, hikmat dalam bentuk yang
semestinya tidak muncul hingga jangka waktu yang cukup panjang
sampai saat dasar-dasar religi dan sipil diletakkan. Demikian pula yang
terjadi di Israel; tidak ada saat dimana mereka bisa merefeleksikan
sesuatu tanpa diganggu, atau tidak ada penyelidikan terhadap sesuatu
yang lebih luas (hikmat) yang dapat dinikmati dengan baik. Adanya
bencana alam berkepanjangan, konflik panjang pada jaman Hakim-hakim
memicu munculnya pengaturan agama yang dilandasi pada hukum-hukum
yang melampaui segala pemikiran orang secara umum. Sebelum jaman
Saul dan Daud, Israel telah menetapkan dasar kehidupan teosentris.
Masa pemerintahan Salomo dapat disebut sebagai masa keemasan
literatur hikmat Yahudi (The golden age of Jewish Wisdom Literature).
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, orang-orang pada jaman ini
diberkati bergitu rupa dengan adanya periode panjang hidup dalam
suasana damai dan secara materi mereka begitu makmur. Mereka juga
memulai bersinggungan dengan perdagangan negara-negara tetangga.
Mereka juga memperlebar visi mereka melampaui batasan Tarsis dan Ofir.
Dengan demikian pemikiran dan aktifitas mereka menerima berbagai
masukan yang tidak lagi dibatasi wilayah geografis, tetapi lebih bersifat
universal. Salomo sendiri menerima penghormatan yang tiada
tandingannya dalam hal pengetahuan sekulernya.
Di samping itu muncul pula fungsi-fungsi lembaga tertentu yang
bertugas menanggung pengajaran terhadap seluruh bangsa, seperti
paraimam, nabi, pahlawan, hakim, para bangsawan, orang bijak, guru
hikmat (1 Raja 4:30-31; Ams. 1:6; 13:30; 22;17). Jumlah orang bijak
(~ymi_k'x]) pada jaman itu cukup banyak dan fungsi mereka cukup
penting. Namun di antara mereka, Salomo-lah yang paling terkenal.
Kemunculan orang-orang bijak bersamaan dengan karunia untuk
bernubuat merupakan sesuatu yang luar biasa. Ewald mengatakan,It is
not easy to conceive correctly how high a development was reached in
the pursuit of wisdom in the first centuries after David and it is not usual
to consider how mighty was the influence which it exerted on the entire
development of national life of Israe. The more closely those centuries are

68

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

inquired int, the more are we astonished at the vast power which wisdom
so early exerted on all sides as the common objectof pursuit of many men
among the people. It first openly manifested itself in a special circles of
the people, while in the age after Solomon, which was peculiarly
favourable to it, eagerly inquisitive scholars gathered around individual
masters, until ever increasingschools were formed. But its influence
gradually penetrated all the other pursuits of the people, and operated on
the most diverse departments of authorship.

Salomo dan hikmat


Salomo dapat disebut sebagai perwakilan maupun orang yang
mempromosikan literatur hikmat orang Yahudi. Perjanjian Lama sendiri begitu
mengagungkan hikmat Salomo sebagai anugerah Allah (1 Raja 3:5-12; 4:29) yang
jauh melampaui segala hikmat orang bijak, baik yang berasal dari Israel maupun di
luarnya. Bahkan hikmat yang dimiliki Salomo digambarkan melampaui semua guruguru bijak, seperti Heman, Etan, Kalkol dan Darda (1 Raja 4:30-31). Dalam PL,
hikmat yang dimiliki Salomo digambarkan sbb: 1. kemampuan sebagai pemimpin dan
hakim (1 Raja 3:9); 2. kemampuan luar biasa yang luas dan berbagai macam yang
mendasari pengajarannya yang berhubungan dengan semua yang ada (1 Raja 4:29,33
bdg. Amsal 6:6-8; 20:1; 26:1; 27:3; 30:15; Peng. 1:5; 7:1; 10:1; 12:1). Dari segi sastra
kemampuannya tidak diragukan (1 Raja 4:32).
Apa yang diucapkannya pasti lebih banyak dari apa yang ditulisnya. Dan
mungkin semua bentuk ucapannya bukan ucapan biasa (1 Raja 4:34). Bahkan Ratu
Syeba datang untuk berteka-teki dengannya (1 Raja 10:1).
Bentuk puisi kitab Amsal
Ada beberapa jenis bentuk puisi yang muncul dalam kitab Amsal.
Ada yang seringkali dipakai dalam Amsal () dan ada yang jarang ():
1. Distich () terdiri dari 2 baris yang berhubungan, baik dalam
hubungan sinonim, antitetik, sintetik, emblematik, dll
Contoh: Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,
Sapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (Amsal 11:25)
2. Tetrastich () terdiri dari 4 baris dimana baris ke-3 dan 4
menjelaskan arti baris ke-1 dan 2
Contoh: Sisihkanlah sanga dari perak
Maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas.
Sisihkanlah orang fasik dari hadapan raja,
Maka kokohlah takhtanya oleh kebenaran (Amsal 25:4-5)
3. Pentastichs () terdiri dari 5 baris (3 baris terakhir biasanya
menjelaskan alasan dari 2 baris pemikiran sebelumnya
Contoh: Jangan berlagak di hadapan raja,
Atau berdiri di tempat para pembesar
Karena lebih baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari,"
Dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia
Apa matamu lihat (Amsal 25:6-7)

69

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

4. Hexastich () terdiri dari 6 baris


Contoh: Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke
jalan yang benar
Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap
daging.
Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin,
dan kantuk membuat
orang berpakaian compang-camping (Amsal
23:19-21)
5. Heptastichs () terdiri dari 7 baris
Contoh: Jangan makan roti orang yang kikir,
Jangan ingin akan makanannya yang lezat.
Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya
sendiri
demikianlah ia.
Silakan makan dan minum," katanya kepadamu,
Tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu.
Suap yang telah kaumakan, kau akan muntahkan
Dan kata-katamu yang manis kausia-siakan (Amsal 23:6-8)
6. Octastich () terdiri dari 8 baris
Contoh: Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau,
Dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.
Belilah kebenaran dan jangan menjualnya;
Demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.
Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak;
Yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita
karena dia.
Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita,
Biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau. (Amsal 23:22-25)

Jenis Istilah dalam Amsal


Berbeda dengan kitab-kitab puisi lainnya, hampir lebih dari separuh
isi dari tiap-tiap perikop kitab Amsal berisi tema berbeda/bermacammacam. Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah karena kitab Amsal
merupakan kumpulan amsal dan tidak disusun berdasarkan kesamaan
tema (walaupun ada beberapa bagian yang memiliki kesamaan tema
dalam satu perikop). Perbedaan atau bermacam-macam tema tersebut di
sisi lain merupakan suatu kesulitan apalagi masing-masing bagian
memiliki bentuk puisi yang berbeda.
Dalam mengenali jenis-jenis kata kiasan dalam kitab Amsal ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1. JENIS FIGURATIF DAN LITERAL
Membedakan kedua jenis kata di atas merupakan usaha yang
gampang-gampang susah, bahkan kamus atau alat bantu eksegesa hanya
mendefinisikan sbb: figuratif adalah non-literal dan literal adalah nonfiguratif. Namun ada
kriteria yang dapat dipergunakan untuk

70

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

membedakan keduanya, yaitu apabila suatu kata (baik benda, kerja sifat,
dll) ternyata keberadaannya tidaklah konkrit dan apabila berbagai usaha
untuk menentukan ke-konkrit-an tersebut, tidak berhasil, maka kata
tersebut merupakan kata figuratif. Cth: Amsal 10:13.
Cara penentuan seperti ini juga akan membuat kita terperangkap
pada beberapa kata atau ungkapan yang seolah-olah merupakan kata
figuratif tetapi sebenarnya tidak. Cth: Amsal 11:14 Jikalau tidak ada
pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan
ada. Dalam kasus seperti ini, kata yang dimaksud digolongkan pada
metafora mati.
2. JENIS-JENIS PERBANDINGAN
Kitab Amsal merupakan kitab puisi yang cukup banyak
mempergunakan bentuk-bentuk perbandingan selain kitab Kidung Agung.
Ada 3 macam cara perbandingan yang dipergunakan:
a. SIMILE
Simile merupakan cara termudah untuk membuat dan mengerti
suatu perbandingan. Di dalam simile, 2 elemen diperbandingkan dengan
mempergunakan kata seperti, sama, serupa.
Cth: 16:15
Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya
seperti
awan hujan musim semi
b. METAFORA
Metafora merupakan suatu bentuk perbandingan dimana kedua
elemen
perbandingan dinyatakan secara eksplisit dan kenyataan
bahwa kedua
elemen tersebut diperbandingkan sangat jelas.
Cth: 18:11a
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya
12:4a
Istri yang cakap adalah mahkota suaminya
c. HIPOCATASTASIS
Hipocatastasis adalah suatu bentuk perbandingan yang hanya
menyebutkan
salah satu elemen perbandingan. Pendengar atau
pembaca diasumsikan telah
mengerti identitas dari elemen yang lain.
Cth: 20:26
Raja yang bijak dapat mengenal (Ibr: menampi) orang-orang
fasik dan
menggilas mereka berulang-ulang
3. SINEKDOKHE
Sinekdokhe adalah jenis kata yang mempergunakan satu kata untuk
menggantikan yang lain namun kedua kata tersebut saling berhubungan
(sebagian untuk seluruh). Dengan kata lain: A merupakan bagian dari B,
dan A berbicara seolah-olah dia adalah B.
Cth: 12:24
Tangan orang rajin memegang kekuasaan tetapi kemalasan
mengakibatkan kerja paksa
11:26

71

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di


atas
kepala orang yang menjual gandum

Struktur
Ada banyak struktur untuk kitab Amsal, salah satunya adalah
struktur berikut yang paling banyak diterima formulasinya oleh para
sarjana:
I.
Judul
1:1
II.
Pendahuluan
1:2-7
A. Tujuan
1:2-6
B. Kata-kata pernyataan
1:7
III.
Serangkaian instruksi dan kata-kata hikmat
1:8-9:18
A. Instruksi Pertama
1:8-19
B. Kata-kata hikmat
1:20-33
C. Instruksi Kedua
2:1-22
D. Instruksi Ketiga
3:1-12
E. Instruksi Keempat
3:13-24
F. Instruksi Kelima
3:25-35
G. Instruksi Keenam
4:1-9
H. Instruksi Ketujuh
4:10-27
I. Instruksi Kedelapan
5:1-23
J. Serbaneka
6:1-19
K. Instruksi Kesembilan
6:20-35
L. Instruksi Kesepuluh
7:1-27
M. Instruksi Kesebelas: kata-kata hikmat
8:1-36
N. Instruksi Keduabelas
9:1-18
IV.
Kumpulan Amsal Salomo
10:122:16
V.
Kumpulan Amsal orang bijak
22:17-24:22
VI.
Kumpulan Amsal orang bijak
24:23-34
VII.
Kumpulan Amsal Salomo (pegawai-pegawai Hizkia)
25:129:27
VIII. Kumpulan Amsal Agur
30:1-9
IX.
Kumpulan kata-kata berbentuk bilangan
30:10-33
X.
Kumpulan Amsal Lemuel
31:1-9
XI.
Puisi akrostik tentang wanita ideal
31:10-31
Berdasarkan bentuk puisinya, struktur kitab ini dapat diformulasikan sbb:
1:7-9:18
Bentuk yang dominan adalah syair hikmat
10:1-22:16
Bentuknya adalah syair dua baris dengan
didominasi paralelisme antitetik

72

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

22:17-24:22

Bentuk
dominan
beraneka
ragam
meskipun syair empat baris paling banyak
muncul
24:23-34
Bentuk syair dua baris dan empat baris
sama-sama muncul bersamaan dengan
syair hikmat
25:1-29:27
Bentuk syair dua baris paling banyak
muncul
pada
bagian
ini
dengan
didominasi paralelisme antitetik dan
emblematic
30:1-33
Bentuk syair dua baris, empat baris dan
bilangan bersama-sama menghiasi bagian
ini
31:2-9
Bentuk syair dua dan empat baris paling
banyak pada bagian ini
31:10-31
Bentuk puisi keseluruhan adalah akrostik
LATAR BELAKANG INSTRUKSI-INSTRUKSI
A. Instruksi Pertama (1:8-19)
Peringatan yang diberikan pada bagian ini berakar pada keluarga
(bdg: kata hai, anakku). Namun seringkali pula bagian ini dipergunakan
untuk menggambarkan tentang hubungan orang bijak dan muridnya
dalam hal memberikan nasehat. Hal yang paling banyak dibahas adalah
tentang akal bulus orang berdosa.
B. Kata-kata hikmat
(1:20-33)
Bagian ini merupakan bagian yang unik sebagai suatu parallel dari
Amsal 8-9 serta Sirakh 24. Dalam bagin ini, hikmat seolah berkata-kata
sebagimana seorang nabi atau Tuhan sendiri. Tujuannya adalah
meyakinkan pembaca agar taat pada hikmat.
C. Instruksi Kedua (2:1-22)
Bagian ini merupakan puisi alfabet (1-4, 5-8, 9-11: masing-masing 3
ayat dimulai dengan alef; 12-15, 16-19, 20-22: masing-masing 3 ayat
dimulai dengan lamed). Bentuk perintah tidak terdapat pada bagian ini,
dan sebagai penggantinya bentuk janji bersyarat dipergunakan sebagai
upaya pengajaran. Tema intinya adalah Tuhan sebagai sumber hikmat.
Mencari hikmat sama halnya dengan mencari Tuhan.
D. Instruksi Ketiga (3:1-12)
Bagian ini didominasi oleh perintah-perintah dan larangan yang
disertai dengan klausa motif. Tema utamanya bervariasi.
E. Instruksi Keempat (3:13-24)
Bagian ini dimulai dengan formula Berbahagialah. (ay.13)
dengan penekanan pada pujian terhadap hikmat.
F. Instruksi Kelima (3:25-35)
Bagian ini berbentuk larangan disertai klausa motif pada ayat 32.
G. Instruksi Keenam (4:1-9)
Konteks keluarga sangat kuat terapresiasi pada bagian ini (1-4)
dibandingkan dengan seluruh bagian pasal 1-9. Bagian ini berisi perintah
untuk mencari hikmat serta larangan untuk meninggalkan hikmat dengan
disertai klausa motif.
H. Instruksi Ketujuh (4:10-27)

73

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Secara keseluruhan inti bagian ini adalah tentang gambaran dua


jalan yang harus ditempuh maupun harus dihindari.
I. Instruksi Kedelapan (5:1-23)
Hampir senada dengan 2:16-19, bagian ini berisi perintah untuk
menjauhi wanita jalang.
J. Serbaneka (6:1-19)
Bagian ini merupakan koleksi perekataan dengan berbagai macam
tema. Masing-masing bagiannya bersifat instruksional dan didesain untuk
mempersiapkan murid-muridnya untuk waspada terhadap nilai-nilai yang
etrdapat di dalamnya.
K. Instruksi Kesembilan (6:20-35)
Peringatan pada bagian ini berisi perintah dan larangan yang diikuti
dengan motif-motifnya. Secara keseluruhan bagian ini mengajak para
anak muda untuk menjauh dari perzinahan.
L. Instruksi Kesepuluh (7:1-27)
Sebagai kelanjutan dari bagian sebelumnya, bagian ini memiliki
nada serupa namun di sini contoh/kisah seorang muda dan seorang
wanita yang telah bersuami dijadikan sebagai inti permasalahan.
M. Instruksi Kesebelas: kata-kata hikmat
(8:1-36)
Kata-kata hikmat pada bagian ini ditujukan untuk meyakinkan dan
mendorong para murid untuk mengejar hikmat. Jika dievaluasi, perkataan
hikmat di sini dipergunakan untuk melawan beberapa hal yang dianggap
berlawanan dengan hikmat dalam keseluruhan pasal 1-9: tentang
perzinahan (7:14-20), undangan dari para orang berdosa (1:11-14). Semua
perbuatan melawan hikmat di atas diseimbangkan dengan kata-kata
hikmat dalam 1:22-33; 9:4-6 dan terutama pada pasal 8 ini.
N. Instruksi Keduabelas (9:1-18)
Bagian ini didahului dengan gambaran persiapan dua macam pesta
perjamuan yang diadakan oleh wanita berhikmat (1-6) dan wanita bodoh
(13-18) yang pada bagian tengahnnya diisi dengan kata-kata beragam
dan petunjuk-petunjuk (7-12). Tujuan bagian ini adalah mengajar orangorang muda tentang hikmat (bdg: ay. 10 ff.).

Hermeneutika Amsal
Kitab Amsal, bersamaan dengan kitab-kitab hikmat lainnya,
merupakan kelompok kitab yang paling jarang dikhotbahkan. Kalaupun
mereka dipakai dalam khotbah hanya sebagai alat pendukung bagi gaya
kehidupan sekuler. Masalahnya adalah karena subyeknya. Orang seringkali
mendefinisikan hikmat sebagai, suatu penggunaan praktis dari
pengetahuan yang Allah berikan. Karena tulisan-tulisan hikmat seringkali
berhubungan dengan sisi kehidupan pragmatis, maka begitu mudahlah
bagi orang untuk salah mempergunakannya demi mendukung gaya hidup
duniawi.
Beberapa langkah dalam menafsirkan kitab Amsal:
1. Tentukan apakah bagian tersebut memiliki satu tema atau bermacammacam tema!
2. Jika bagian tersebut merupakan variasi berbagai macam tema,
bandingkan bagian tersebut dengan bagian lain yang memiliki kesamaan

74

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

isi. Beberapa amsal muncul di tempat lain yang berbeda karena itu
perbandingan bagian yang mirip sangat penting untuk memahami ayat.
3. Identifikasikan jenis-jenis kata dalam bagian tersebut, figuratif/literal,
perbandingan-perbandingan, dll.
4. Ingat, bentuk paralelisme (utamanaya sinonim) dalam kitab Amsal lebih
banyak membutuhkan pengetahuan tentang budaya saat itu dibandingkan
bentuk paralelisme sinonim dalam kitab Mazmur!
5. Tentukan apakah muncul bentuk hiperbola pada bagian itu!Ada bagianbagian amsal yang tidak perlu dituruti secara absolut karena bagian itu
merupakan peribahasa umum yang berpusat pada suatu perintah dengan
suatu janji yang diberikan dalam bahasa hiperbola.
6. Carilah inti cerita dan maksud yang terkandung dalam amsal tersebut.
Tentukan apakah bagian tersebut berlaku secara umum (universal) atau
terdapat kandungan budaya pada saat itu. Jika terdapat kandungan
budaya, carilah perbandingan dengan budaya kita saat ini.

75

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

76

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Pengkhotbah
=============================================================
Segala sesuatu adalah kesia-siaan
Tokoh Pengkhotbah (Qoheleth), memiliki kesamaan maupun
perbedaan dengan tokoh Ayub. Ayub dan Qoheleth sama-sama adalah
orang yang kaya. Namun Ayub menantang Allah untuk mendapatkan
pemulihan baik nama, kekayaan, dlll, sedangkan Qoheleth tidak
kehilangan apa-apa dari yang dimilikinya, namun dia berusaha untuk
mencari kebahagiaan dan nilai kekekalan.
Penulis Kitab
Nama Qoheleth (Pengkhotbah) muncul sebanyak 7 kali (1:1,2,12;
7:27; 12:8,9,10). Karena Qoheleth muncul disertai dengan artikel pada
12:8 dan khususnya pada 7:27 kata tersebut berbentuk feminin, maka
kata Qoheleth pastilah bukan nama orang, melainkan hanya sekedar
sebutan. Kata Qoheleht berbentuk active feminin participle dari akar kata
kerja Ibrani qahal yang artinya memanggil, mengumpulkan. Selanjutnya
istilah ini lebih dipakai untuk menggambarkan tindakan mengumpulkan
orang-orang secara bersama-sama untuk tujuan spiritual. Sehubungan
dengan bentuknya yang feminine, nama Qoheleth menunjuk kepada
hikmat, yang memang berbentuk feminine dan selanjutnya kata tersebut
menunjuk pada Salomo sebagai teladan hikmat.
Tentang siapakah yang dimaksudkan dengan Qoheleth, para sarjana
masih berdebat. Namun dengan mempertimbangkan:
1. Qoheleth mengaku dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem
(1:1;12), maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Qoheleth adalah Salomo (bdg: I Raja 11:42). Bahkan kata Yerusalem
muncul sebanyak 3 kali (1:16; 2:7,9).
2. adanya kesamaan latar belakang antara apa yang dipaparkan Salomo
dalam I Raja-raja dan kitab Pengkhotbah, mis.:
- Peng. 1:16 ---------- I Raja 3:12
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 5:27-32
- Peng. 2:4-10--------- I Raja 7:1-8
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 9:17-19
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 10:14-29
- Peng. 7:20 ----------- I Raja 8:46
- Peng. 7:28 ----------- I Raja 11:1-8
- Peng. 12:9 ---------- I Raja 4:32
maka dapatlah disimpulkan bahwa Qoheleth adalah Salomo sendiri.
Selain itu pernyataan Qoheleth dalam 1:16 secara tidak langsung
menyatakan status dirinya sebagai raja yang paling berhikmat (bdg: 2 raja
sebelumnya: Saul dan Daud, tidak dinyatakan memiliki hikmat yang jauh
melebihi Salomo, bahkan setelah Salomo, kerajaan Israel terpecah dan
tidak ada raja yang tersohor setelah itu).

77

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Nilai Puisi Kitab


Berbeda dengan kitab-kitab puisi lainnya, indikasi bahwa kitab
Pengkhotbah adalah jenis puisi tidaklah mengalami keseragaman
pendapat.
Para editor Yahudi yang mempersiapkan teks PL, menerima kitab ini
bukan sebagai puisi melainkan prosa. Para penerjemah Septuaginta
mengkategorikan kitab Pengkhotbah sebagai bagian dari kitab-kitab puisi
lainnya. Septuaginta mendasarkan pendapatnya pada analisa literatur,
yaitu bahwa kitab Pengkhotbah berbentuk puisi, namun puisi yang ada
menunjukkan pola meter yang berbeda bahkan merupakan suatu bentuk
yang tidak lazim. Namun puisi yang ada dikategorikan sebagai literatur
hikmat . Literatur hikmat tidak hanya berupa amsal-amsal pendek tetapi
juga puisi yang bersifat didaktik yang bentuknya panjang. Literatur hikmat
berusaha mengintegrasikan manusia dengan susunan yang diciptakan
Tuhan secara harmonis. Peraturan-peraturan kehidupan yang menentukan
bagaimana manusia mengintegrasikan diri mereka dengan peraturan
tersebut merupakan salah satu ajaran hikmat.
Banyak pula yang menyatakan bahwa Pengkhotbah berbentuk
prosa atau sejenis ayat bebas. Namun ada pula yang menyatakan bahwa
Pengkhotbah merupakan gabungan antara prosa dan puisi (utamanya
pasal 7 dan 10).
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, seluruh bagian kitab ini ditulis
dalam bentuk prosa (rapat-rapat tanpa adanya spasi seperti lazimnya
suatu puisi). Versi bahasa Inggris seperti NKJV ataupun NIV
mengkombinasikan kedua bentuk tulisan prosa dan puisi. Perkataan
Pengkhotbah secara langsung ditulis dalam bentu puisi (renggang dengan
adanya spasi).
Ketidakseragaman pendapat tersebut diakibatkan dari definisi puisi
orang Ibrani, terutama peranan dari paralelisme. Namun memang harus
diakui adanya kelainan gaya literature Pengkhotbah. Puisi dalam bentuk
pengulangan dari peristiwa-peristiwa dalam 1:4-11 merupakan symbol
gaya tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengulangan
adalah cirri puisi kitab ini. Pengulangan tersebut dimanifestasikan dalam
bentuk perbendaharaan kata dan frase-frase (lih. Karakteristik Kitab).
Selain itu ada beberapa ciri literatur Pengkhotbah yang sangat
mendukung pendapat bahwa kitab ini adalah literatur hikmat dalam
bentuk puisi:
a.
Peribahasa/pepatah: formulasi dari suatu kebenaran yang
dapat diaplikasikan secara umum. Cth: 1:14; 4:12; 8;14b; 9:4b
b.
Pernyataan lebih baik atau perbandingan: perbandingan
tentang dua hal
yang memprioritaskan salah satu dari
keduanya. Cth: 4:9 bdg Amsal 3:14; 8:11
c.
Pernyataan
sebagaimana/seperti
.
maka
:
perbandingan dua nature yang berbeda. Cth: 5:14; 9:2b bdg
Maz. 127:4
d.
Metafora. Cth: 7:26
e.
Perumpamaan: suatu cerita yang dimaksudkan untuk
mengajar. Cth: 9:14-15
f.
Allegori. Cth: 12:3-6

78

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Observasi/pengamatan: laporan tentang apa yang dilihat


oleh penulis. Cth: 4:4,7
Narasi Autobiografi. Cth: 3:17 bdg: Ayub 7:4.
Formula terkutuklah atau berbahagialah . Cth: 10:1517
Antilogion: suatu kontradikksi yang jelas antara dua hal yang
berbeda. Cth: 7:16-17 bdg: Amsal 26:4-5
Pertanyaan retorik: pertanyaan yang tidak perlu dijawab.
Cth: 8:4
Peringatan. Cth: 7:9.
Tema Kitab

Secara keseluruhan isi kitab ini dibagi menjadi 2 sudut pandang


Salomo. Pertama, Salomo melihat kehidupan dari sudut pandang manusia
biasa. Dia menilai kehidupan dari kacamata seseorang yang belum
mengenal Allah. Dari kesemuanya itu Salomo menyimpulkan, Segala
sesuatu adalah sia-sia. Kedua, Salomo memandang kehidupan dari sisi
seseorang yang mengenal Allah. Kehidupan menjadi berarti jika sesoerang
menyembah dan melayani Allah.
Ada beberapa istilah yang muncul dalam frekuensi yang cukup
mencolok:
1. Kesia-siaan muncul sebanyak 39 kali. Dalam bahasa Ibrani, kata
sia-sia yang dipakai berarti sesuatu yang tanpa substansi, yang begitu
saja akan berlalu. Kesia-siaan ini diibaratkan embun pagi. Secara umum
kata ini mengarah pada sesuatu yang negatif, yaitu tidak berarti. Kata ini
diaplikasikan kepada kerja keras dan hasilnya (2:11; 6:2), kesukaan (2:1;
6:9), hikmat (2:15), perkataan (6:11), keberadaan manusia (2:12),
kematian (11:8), ketidakadilan dalam hal pahala (8:14).
2. Keuntungan/guna istilah ini menunjuk pada suatu yang lebih
(surplus) dan memiliki kesamaan dengan kata

rt+Am

rtAY (2:15;7:16; 12:9,

12) dan
(3:19).
3. Bagian Kata ini muncul pada 2:10, 21; 3:22; 5:17-18; 9:6; 11:2.
Secara keseluruhan artinya positif. Kata ini bisa berarti kekayaan (2:21;
11:2) namun tidak ada jaminan bahwa seseorang akan menikmatinya,
menerimanya (5:18-19) atau tetap mampu menjaganya (2:2; bdg. 6:2).
4. Kerja keras Kata ini merujuk pada kerja keras, hasil yang didapatkan
dari kerja keras. Kata ini memiliki arti negative dan biasanya disamakan
dengan hidup (3:12; bdg. 3:13; 2:24).
5. Di bawah matahari muncul sebanyak 29 kali. Kata ini dipergunakan
untuk mewakili perspektif temporal dan batasan bumi, yang memandang
kegiatan kehidupan sebagai sesuatu yang tak ada batasnya.
6. Allah muncul sebanyak 40 kali. Kata ini banyak menghiasi bagian
sudut pandang kedua dimana Salomo memandang kehidupan dari sisi
orang yang mengenal Allah.
7. Hati muncul sebanyak 40 kali. Kata ini tidak berhubungan dengan
sudut pandang Salomo yang pertama dan kedua. Kata ibi hanya
menunjukkan tempat dimana manusia bias merasakan damai, tujuan
hidupnya tercapai atau sebaliknya.

79

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

8. Hikmat muncul sebanyak 50 kali. Kata ini tidak langsung ditujukan


kepada kedua sudut pandang Salomo, walaupun duapertiga kata ini
banyak muncul pada bagian sudut pandang Salomo yang pertama.

Karakteristik Kitab
Salah satu karakteristik utama kitab Pengkhotbah yang
membedakan gaya literaturnya dengan kitab-kitab lain adalah
PENGULANGAN. Pengulangan ini dimanifestasikan dalam bentuk
perbendaharaan kata maupun dalam frase-frasenya.
Berikut ini adalah kata-kata yang seringkali dipakai secara berulangulang dalam keseluruhan kitab (1:1-12:7):

hf[
~kx
bAj
har
t[
vmv
lm[
har
lbh
lysK
xmf
lka
vy
rtY
lks
xWr
tAm
[vr
qdc
hn[

me(lakukan)

do

bijaksana

62
wise

51

baik

good

51

me(lihat)

see

46

waktu

time

37

matahari

sun

33

kesukaran

trouble

33

jahat

evil

sia-sia

vanity

30
39

bodoh

fool

18

sukacita

joy

17

makan

eat

ada

there is

keuntungan

profit

15

bodoh

fool

13

15
15

angin

wind

13

mati

die

13

kefasikan

wrongdoing 12

adil

just

kesukaran

trouble

80

11
10

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

!Ay[r/tA[r mengejar
chase
jlv
kekuasaan
power
9
rkz
meng(ingat)
remember 8
qlx
bagian
portion
s[K
kesusahan
vexation
7
#px
hubungan
affair
7
lLh
kebodohan
folly
7
rvK
sukses/berhasil
succeed
5

10

Keterangan:

har

1. Kata
(melihat) yang muncul sebanyak 46 kali, dalam
2:13, 24 dipakai bukan hanya semata-mata menunjuk pada tindakan
melihat tetapi lebih mengarah pada pengamatan secara kritis.

vy

2. Kata
(ada) dalam kitab Pengkhotbah menyatakan suatu situasi
yang terbatas. Contohnya: 2:21 menggambarkan suatu pengamatan
terhadap apa yang terjadi, tetapi hal itu tidak selalu terjadi; namun
hal itu benar-benar terjadi.
Bentuk pengulangan ini mendapat perhatian dari seorang sarjana
bernama A.G.
Wright yang membuat struktur kitab berdasarkan pengulangan frase
kunci pada masing-masing bagian:
1. Prolog (1:1-11)
2. Pembagian kitab ke dalam 2 bagian besar dengan berdasarkan pada
frase kunci:
a. 1:12-6:9 terdiri dari 6 bagian (2:1-11; 2:12-17; 2:18-26; 3:1-4:6;
4:7-16; 4:17-6:9) yang masing-masing berakhir dengan
pengulangan kata sia-sia atau usaha menjaring angin. Dua
pendahuluan sebelumnya (1:12-15; 16-18) juga berakhir dengan
frase kunci yang sama ditambah dengan kata-kata amsal (ay. 15
dan 18).
b. 6:10-11:6 terdiri dari 2 bagian:
- 6:10-8:17 terdiri dari pendahuluan (6:10-12) dan 4 bagian (7:114; 7:15-24; 7:25-29; 8:1-17) yang dipisahkan dengan frase siapa
dapat menemukannya
atau menyelaminya atau tidak dapat mendapatinya Perhatikan
3 kali pemunculan frase tersebut dalam 8:17.
- 9:1-11:6 terdiri dari 4 bagian (9:1-12: bagian problematic; 9:1310:15; 10:16-11:2; 11:3-6) yang masing-masing bagiannya
dipisahkan dengan frase tidak mengetahui. Perhatikan 3 kali
pemunculan kata tersebut dalam 11:5-6.

81

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

3. Puisi berakhir dengan kemunculan gambaran usia muda dan tua dalam
11:7-12:8 yang diikuti dengan epilogue (12:9-14).
Kesatuan Kitab
12:9-14 disepakati oleh para sarjana sebagai epilog kitab
Pengkhotbah. Sedangkan 1:2 dan 12:8 membentuk semacam inklusio
kitab (walaupun ada yang mengatakan bahwa inklusio dalam 12:8
merupakan tambahan karena istilah kesia-siaan atas kesia-siaan tidak
perbah dipergunakan dalam kitab tersebut.
Isu tentang kesatuan kitab bukan terletak pada prolog dan epilog,
melainkan pada kontradiksi-kontradiksi yang banyak bermunculan,
misalnya dalam 2:17 dikatakan Oleh sebab itu aku membenci hidup,
karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah
matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring
angin tetapi dalam 9:4 dikatakan Tetapi siapa yang termasuk orang
hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada
singa yang mati. Kontradiksi-kontradiksi semacam ini menimbulkan isu
tentang banyaknya tangan dan suara yang membentuk kitab ini.
Ada beberapa macam pendekatan yang dilakukan para sarjana
untuk mengatasi kontradiksi-kontradiksi tersebut:
a. Pendekatan eksegetikal dari ide yes, but Istilah ini
mengindikasikan suatu kualifikasi (bukan penolakan) dari suatu
point yang telah disebutkan sebelumnya sebagaimana dalam 2:1314a (tentang superioritas hikmat). Ayat ini selanjutnya diikuti
dengan 14b-15 yang mempertanyakan pentingnya hikmat. Ayatayat lain yang berhubungan dengan ide ini adalah 1:16-18; 2:3-11;
2:13-15; 3:11; 3:17-18, 4:13-16; 7:7, 11-12; 8:12b-15; 9:4-5; 9:16;
9:17-10:1; 10:2-3, 5-7. Namun banyak sarjana yang juga menolak
pendekatan ini dengan anggapan bahwa natur yang kompleks dari
pemikiran kitab ini tidak akan mampu mencakup segala
kontradiksi yang ada.
b. Pendekatan dengan mempergunakan pengutipan Pengutipan
adalah bagian yang mengutip pembicaraan atau pemikiran suatu
subyek, baik yang nyata atau sekedar hipotesis, yang lampau atau
sekarang, yang berbeda dari konteks dimana bagian tersebut
diletakkan. Contohnya adalah 4:8 yang menggambarkan kerja
keras yang sedemikian rupa yang diakhiri dengan untuk siapa aku
berlelah-lelah..? Tidak peduli apakah bagian ini merupakan
pertanyaan yang ditanyakan orang itu sendiri atau gagal
ditanyakan orang itu, namun bagian itu merupakan pengutipan
yang secara tajam dipergunakan oleh penulis Pengkhotbah untuk
menajamkan situasi sia-sia yang dialami orang yang bekerja keras
tersebut. Tidak terlalu jelas apakah bagian itu merupakan kutipan
atau tidak, namun dalam beberapa bagian Pengkhotbah jelas
mengutip beberapa amsal (1:15-18; 2:14a; 4:5-6,15,18; 7:5,6a;
9:17; 10:2, 12). Pengkhotbah mengutip
amsal-amsal tersebut
bukan untuk menunjukkan kesalahannya, melainkan karena dia
menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Pada saat yang sama
juga, Pengkhotbah memodifikasinya dalam nada pesimistis.
Ada beberapa macam bentuk pengutipan yang dipakai:

82

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Pengkhotbah mengutip amsal secara langsung: mengutip


untuk menunjang sebuah argument sehingga tidak
diperlukan suatu perluasan atau komentar lain karena
Pengkhotbah sudah menggapnya sebagai sesuatu yang
benar
Contoh: Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke
dalamnya, dan
barangsiapa mendobrak tembok akan
dipagut ular (10:8)
Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan
mendapatnya kembali lama setelah itu (11:1)
o Kadangkala Pengkhotbah mendukung argumennya dengan
amsal, (bagian yang dianggap pantas) sementara sisanya
(meskipun tidak relevan) dikutip untuk melengkapinya
Contoh: Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan
janganlah
hatimu lekas-lekas mengeluarkan
perkataan di hadapan
Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi;
oleh
sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit (5:2)
o Pengkhotbah mengutip amsal sebagai suatu teks yang diberi
kometar sesuai dengan sudut pandangnya.
Contoh: Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke
rumah
pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap
manusia;
hendaknya orang yang hidup memperhatikannya
(7:2)
o Pengkhotbah menggunakan amsal yang saling berlawanan
untuk menawarkan cara lain menggambarkan perlawanan
dari ajaran-ajaran yang diterima.
Contoh: Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan,
tetapi
hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak
didengar
orang (9:6)
o

Pandangan Pengkhotbah tentang Hikmat


Memahami pandangan Pengkhotbah tentang hikmat merupakan
sesuatu yang sangat penting. Selain karena kitab Pengkhotbah adalah
salah satu literatur hikmat dalam Alkitab, kitab ini memiliki ciri khusus
dalam memaparkan hikmat itu. Pengkhotbah mengalami semacam konflik
dengan hikmat tradisional. Ada beberapa pandangannya tentang hikmat
itu sendiri:
1. Kebodohan tidak pernah menjadi suatu pilihan yang terus hidup
bagi Pengkhotbah. Meskipun Pengkhotbah mengekspresikan
kebodohan secara negatif, namun penekanannya membentuk
semacam tiang bagi pemikirannya. Pengkhotbah hanyut dalam
usaha menemukan keuntungan (1:3), menemukan apa yang baik
untuk dilakukan seseorang (2:3; 6:10). Inilah tugas dari hikmat,
yaitu bahwa kebodohan tidak dapat bertanya tentang hal-hal itu.

83

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

2.
3.

4.

5.

Masalahnya bukan karena Pengkhotbah sampai pada batas kesiasiaan itu, melainkan karena ia tidak pernah berhenti mencapai apa
yang baik, yaitu hikmat yang jauh lebih tinggi.
Secara tegas, Pengkhotbah mengutuk kebodohan (9:17-10:3, 1215)
Pengkhotbah mengakui bahwa ia sendiri gagal dalam usaha
mencari hikmat. Hikmat adalah sesuatu yang jauh dan dalam
(7:23-24). Pengakuannya ini bukanlah sesuatu yang tidak biasa
dalam dunia hikmat (bdg. Ayub 28; Ams 30:1-4). Dan merupakan
hal yang sia-sia untuk mengira-ngira alasan kegagalan tersebut
karena dengan konflik yang sama sehubungan dengan hikmat
tradisional, pengkhotbah masih terus bersaha mencari artinya. Di
balik kegagalannya untuk memahami hikmat tradisional tersebut,
ia tahu ada hikmat, tetapi hikmat itu selalu mendahuluinya dan is
tidak dapat mengejarnya.
Perbedaan antara hikmat sebagai pengajaran dan sebagai metode
akan dipaparkan. Hikmat adalah bahan pengajaran (sebagaimana
yang ada dalam kitab Amsal). Tetapi himat juga merupakan suatu
gaya atau metode yang secara tidak langsung merupakan
pendekatan analisis terhadap situasi kehidupan. Pengkhotbah
seringkali bentrok dengan pengajaran hikmat tetapi, tetapi metode
yang dipakainya berasal dari hikmat itu. Ia seringkali mengingatkan
pembaca bagaimana ia mengaplikasikan dirinya dengan hikmat.
Hal
ini
nampak
dari
bagaimana
ia
menggambarkan
penyelidikannya tentang segala sesuatu yang terjadi di bawah
langit (1:13) dan juga terhadap kenikmatan hidup (2:3; bdg. 2:9).
Beberapa kali hikmat digambarkan sebagai tujuan usahanya. Ia
mencari hikmat dan akan mendapat jawaban (7:25) dan tetap
berkeinginan kuat untuk mengetahui hikmat yang dipandangnya
sebagai tugas yang tak akan pernah berakhir (8:17).
Sikap Pengkhotbah terhadap hikmat tradisional seringkali
bertentangan. Ia menolak hikmat tradisional karena keamanan
yang ditawarkannya. Hidup itu jauh lebih rumit daripada yang
diungkapkan orang bijaksana. Mereka tidak cukup tegas atau tidak
mampu menguji realita dengan cara yang dimimpikan
Pengkhotbah. Pengkhotbah berusaha untuk menilai realita pada
tingkatan yang jauh lebih dalam. Namun meskipun ia mengalami
konflik dengan hikmat tardisional, tujuannya sama dengan dengan
orang-orang bijaksana, yaitu menemukan apa yang baik untuk
dilakukan oleh seseorang (2:3b). Ia tidak dengan mudahnya
membuang
pengajaran
lama;
ia
memurnikannya
dan
memperluanya. Kesedihannya pada hikmat tradisional terletak
pada rasa aman yang ditawarkannya, bukan pada metodologinya.

Struktur Kitab
Ada beberapa macam struktur, di antaranya:
1. Struktur praktis (mempermudah dalam berkhotbah)
Pendahuluan (1:1-11)
Kotbah pertama (1:12-3:15)
I.
Di Bawah Matahari (1:12-2:23)

84

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

1:12 Intelektual
2:1
Kesenangan
Tidak ada yang menjadi
2:12 Keutamaan
kunci kehidupan
2:18 Kerja keras
II.
Gambaran Allah (2:24-3:15)
2:24 Tidak ada kepuasan tanpa Allah
3:1
Segala sesuatu adalah bagian dari suatu rencana
3:9
Segala sesuatu memiliki tujuan
Kotbah kedua (3:16-5:20)
II.
Kesia-siaan (3:16-4:16)
3:16 Tidak ada yang utama
4:1
Tidak ada kesenangan
4:4
Tidak ada saat beristirahat
4:7
Tidak a
da kawan
4:13 Tidak ada kelanjutan
III.
Menyembah Allah (5:1-7)
5:1
Rumah Allah
5:4
Sumpah kepada Allah
IV.
Kesia-siaan (5:8-17)
5:8
Tidak ada keadilan
5:10 Tidak ada kepuasan
5:13 Tidak ada kekekalan (semuanya sementara)
V.
Karunia dari Allah (5:18-20)
Kotbah ketiga (6:1-8:13)
I.
Kesia-siaan: tiga hal yang hanya menghabiskan waktu (6:112)
6:1
Harapan bahwa kekayaan akan terus berlangsung
6:3
Harapan bahwa kekayaan akan memuaskan
6:10 Harapan bahwa segala sesuatu akan berubah
II.
Hikmat: 9 hal yang sangat berarti (7:1-8:13)
7:1
Kehormatan lebih berharga daripada kemewahan
7:2
Keseriusan lebih baik daripada kecerobohan
7:7
Pengekangan lebih baik daripada kegegabahan
7:11 Hikmat lebih berharga daripada kekayaan
7:13 Kepatuhan lebih baik daripada pemberontakan
7:15 Kesalehan lebih baik daripada segala sesuatu
7:23 Wahyu lebih baik daripada akal
8:1
Kebijaksanaan lebih baik daripada kekerasan kepala
8:6
Takut akan Tuhan lebih baik daripada berbuat jahat
Kotbah keempat (8:14-12:7)
I.
Kesia-siaan (8:14-10:20)
8:14-9:16
Nikmatilah selama masih memungkinkan
8:15-17
Karena tujuan Allah tidak dapat diketahui
9:1-10
Karena kematian adalah akhir dari semuanya
9:11-16
Karena hidup itu tidak tentu
9:17-10:20 Pelajarilah hal-hal yang berarti
9:17-10:15 Tentang hikmat dan keboodohan
10:16-20
Tentang peraturan raja-raja
II.
Tujuan (11:1-12:7)
11:1-8
Lakukan hal yang baik kapan saja

85

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

11:9-12:7
Layani Allah selagi masih muda
Penutup (12:8-14)
2. Struktur tematis (mempermudah mengetahui tema masing-masing
bagian)
- Bagian I (1:2-2:26)
Bagian ini memperbandingkan antara sesuatu yang sifatnya
rutinitas dan tidak dapat diubah, pengalaman kesia-siaan dan
usaha yang tidak dapat memuaskan dari diri sendiri maupun
hikmat duniawi dibandingkan dengan
kepuasan hidup yang
dilandasi oleh takut akan Allah dan kemampuan untuk menerima
dengan baik yang justru hanya dapat menggantikan akhir dari
keberadaan dunia.
- Bagian II (3:1-5:20)
Bagian ini menjabarkan bahwa melalui pengalaman manusia di
bumi yang sangat bergantung pada waktu dan keadaan, dan
bahwa semua kesuksesan usaha manusia dikendalikan oleh
keadaan, dan sebagai jalan keluarnya manusia harus memiliki rasa
takut akan Tuhan serta kerendahan hati.
- Bagian III (6:1-8:15)
Bagian ini merupakan pengamatan terhadap kehidupan manusia
yang seringkali terbuang karena kekayaan hidup serta tidak
mendapatkan perkenanan Allah baik karena kesalahan orang lain
maupun diri sendiri, sehingga diberikan solusi
bahwa cara yang
lebih mulia untuk memperoleh kenikmatan hidup yang lebih nyata
dan baik adalah dengan mensyukuri setiap berkat-berkat duniawi
dengan cara berhikmat, dan menghindari hal-hal yang bodoh.
- Bagian IV (8:16-12:14)
Bagian ini melihat pengalaman yang menyedihkan pengaturan
Allah yang tidak dapat dimengerti dalam hal nasib manusia yang
berbeda-beda. Tidak ada yang tertinggal untuk manusia selain
hikmat dan takut akan Allah yang dapat menentramkan pikiran
agar manusia dapat melihat kekekalan dan bersukacita pada masa
tua untuk menikmati kebaikan dan keindahan hidup yang dijalani
pada masa muda dan pada saat manusia masih bersemangat
menikmati kehidupannya.
Mengharmonsikan Pesimisme dan Optimisme Kitab Pengkhotbah
Selama berabad-abad (dan mungkin hingga saat ini) banyak orang
mempertanyakan fungsi kitab Pengkhotbah dalam keseluruhan Alkitab,
terutama kata-katanya yang dianggap terlalu skeptik, pesimis. Ada 2 hal
yang perlu dijabarkan terlebih dahulu sebelum keduanya diharmoniskan
sehingga didapatkan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
1. Elemen-elemen dalam kitab Pengkhotbah yang dianggap mengandung
nilai skeptik/pesimisme yang berlebih-lebihan:
kata-kata
yang
diulang
segala
sesuatu
sia-sia
(2:15,19,21,23,26; 4:4,8,16; 5:10;6:9;7:6; 8:10)
menjaring angin (1:1417; 2:11,17,26; 4:4,6,16; 6:9)
kata-kata di bawah matahari muncul sebanyak 29 kali

86

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

finalitas kematian (2:14,16,18; 3:2,19-20; 4:2; 5:15; 6:6,12;


7:1; 8:8; 9:2-5,10; 11:7-8; 12:7)
ketidakkekalan hidup (6:12; 7:15; 9:9; 11:10)
ketidakadilan dalam hidup, termasuk gambaran frustasi
tentang kerja (2:11,18,20, 22-23; 4:4)
tidak bergunanya kenikmatan hidup (1:17; 2:1-2,8,10-11)
kurangnya hikmat (1:17-18; 2:14-17; 8:16-17; 9:13-16)
ketidakadilan yang belum diperbaiki (4:1,6,8,15-16; 6:2; 7:15;
8:9-10; 9:2,11; 10:6-9)
teka-teki kehidupan dengan banyaknya kata-kata yang
membingungkan dari elemen-elemen yang tak dapat
diketahui (3:11,22; 6:12; 7:14-24; 8:7,17; 9:1,12; 10:14;
11:2,5-6)
2. Elemen-elemen dalam kitab Pengkhotbah yang dianggap memiliki nilai
optimisme:
hidup adalah karunia Allah (2:24; 3:13; 5:19; 8:15; 9:7-9)
hidup harus dinikmati (2:24-25; 3:12-13,22; 5:18-20; 8:15;
9:7-9; 11:8-9)
ketidakadilan akan diperbaiki (3:17; 8:12-13; 11:9; 12:14)
Allah mengawasi (3:14; 5:2; 7:14; 9:1)
manusia ditantang untuk menyenangkan Allah (2:26),
mengingat Allah (12:1,6-7) dan takut pada-Nya (3:14; 5:7;
7:18; 8:12-13; 12:13)
Untuk mengharmoniskan kedua elemen di atas, ada 4 jawaban:
1. Pengkhotbah sedang mendemonstrasikan bahwa hidup tanpa Allah
tidaklah berarti. Dia sedang berusaha melumpuhkan keyakinan dasar
prestasi dan hikmat manusia dengan menunjukkan bahwa tujuan-tujuan
duniawi akan berakhir dengan sendirinya menuju pada ketidakpuasan
dan kekosongan. Salomo telah mencatat kegagalan dan kekosongan
pengalamannya sendiri dengan tujuan agar pembaca bergantung matimatian pada Allah dan juga menunjukkan bahwa usaha manusia untuk
mengejar kebahagiaan tidak dapat dipenuhi oleh manusia sendiri

teosentris.
2. Salomo sedang menegaskan bahwa karena dalam kehidupan terdapat
banyak hal yang tidak dapat dimengerti, maka manusia harus hidup oleh
iman, bukan oleh apa yang hanya dapat dilihat. Hal-hal yang tak dapat
dijelaskan, keganjilan-keganjilan yang tak dapat dipecahkan, ketidakadilan
yang belum diperbaiki adalah hal-hal yang tidak dapat dipahami dan
dimengerti oleh manusia. Seperti halnya kitab Ayub, maka kitab
Pengkhotbah sedang menegaskan tentang keterbatasan manusia dan
kenyataan bahwa manusia harus hidup dengan misteri.
3. Pengkhotbah dan pandangan hidupnya yang realistis sedang berusaha
mengimbangi optimisme total dari hikmat tradisional. Menurut Amsal
13:4 hati orang rajin diberi kelimpahan, tetapi Pengkhotbah 2:22-23
menantang apakah hal ini selalu benar. Amsal 8:11 mengagungkan hikmat
sementara Pengkhotbah 2:15 mempertanyakan nilainya. Amsal 10:6

87

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

menegaskan bahwa keadilan harus dibagikan kepada orang benar dan


orang fasik, tetapi Pengkhotbah 8:14 melihat bahwa hal itu tidak selalu
berlaku demikian. Apakah kedua kitab ini berkontradiksi? Tidak.
Sebagaimana ayat-ayat yang dinyatakan dalam Amsal, kitab ini biasanya
memandang hal-hal yang berlawanan tanpa menyebutkan perkecualian.
Namun kitab Pengkhotbah menekankan bahwa jika ketentraman bagi
orang benar itu memang benar-benar ada, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Amsal, maka itu bukan selalu merupakan bukti bagi manusia
sebagai makhluk yang hidup di bawah matahari dengan perspektifnya
yang terbatas. Allah ada di sorga dan engkau di bumi (Peng. 5:1). Kitab
Ayub dan Pengkhotbah, mendemonstrasikan perkecualian-perkecualian
terhadap apa yang seringkali dinyatakan dalam kitab Amsal. Kedua kitab
itu bukan merupakan kontradiksi melainkan pelengkap.
4. Kitab Pengkhotbah sedang menegaskan bahwa satu-satunya jawaban
terhadap arti kehidupan adalah takut akan Allah dan menikmati nasib
hidup manusia. Pengkhotbah menunjukkan bahwa manusia, terlepas dari
segala intriknya, akan mendapati bahwa kekosongan, rasa frustasi dan
hal-hal misterius dalam hidupnya. Menerima apa yang Allah berikan dan
menikmatinya akan memberi arti tersendiri bagi kehidupan.
Hermeneutika Kitab

Menafsirkan kitab Pengkhotbah bukanlah pekerjaan yang mudah karena dari


segi isinya, kitab ini dapat dikategorikan sebagai kitab puisi dan hikmat. Selain itu
kelainan-kelainan yang muncul pada kitab ini perlu mendapatkan perhatian serius
sehingga dapat dikatakan menafsirkan kitab ini = menafsirkan kitab puisi dan hikmat
yang lain.
Ada beberapa langkah yang dapat dipelajari untuk menafsirkan kitab
Pengkhotbah:
1. Karena karakteristik kitab ini adalah bentuk pengulangan, maka ketika menghadapi
suatu teks, kita perlu melihat struktur pemakaian pengulangan (disarankan melihat
struktur yang dibuat oleh A.G. Wright).
- Tentukan apakah penempatan perikop pada bagian tersebut sesuai atau tidak dengan
bagian sebelum atau sesudahnya
- Perhatikan kata atau frase yang sering muncul pada satu perikop dimana teks
tersebut ada.
- Dari kata atau frase yang muncul, tentukan tema yang dimaksud pada perikop
tersebut.
2. Tentukan kemunculan elemen-elemen yang ada dalam puisi, misalnya:
akrostik, inklusio, alegori, perumpamaan, metafora.
- alegori perluasan dari metafora dengan ciri-ciri: biasanya berupa
kalimat panjang yang terdiri lebih dari 1 kata kerja, campuran tenses,
kata-kata lebih bersifat figuratif, point perbandingannya banyak,
menekankan kebenaran kekal, imageri digambarkan dengan hal-hal
spesifik, cerita menggabungkan pengalaman factual dan non-faktual
untuk memudahkan mengajarkan kebenaran khusus.

88

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

3. Tentukan perubahan gaya penulisan dari prosa dan puisi atau


sebaliknya.
4. Dari bagian 1, 2 dan 3, buatlah struktur teksnya.

KIDUNG AGUNG
AGUNG
CintaKIDUNG
itu kuat
seperti maut
Pendahuluan untuk mengenal kitab Kidung Agung mungkin
merupakan hal yang lebih penting dibandingkan ketika mengenal
89

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

kitab-kitab lain dalam Alkitab. Hal ini berhubungan dengan masalah


bagaimana gereja seharusnya menafsirkan artinya. Jelasnya, Kidung
Agung adalah kumpulan puisi cinta Ibrani kuno yang sedang
menggambarkan pengalaman seorang kekasih dengan gadisnya
ketika mereka sedang menikmati keindahan, kekuatan dan sukacita
cinta seksuil manusia. Apakah tepat/layak bagi kitab semacam itu
untuk menjadi bagian dari Kitab Suci?
EKSISTENSI KITAB
Mengapa Kidung Agung termasuk dalam kanon kitab Suci?
Padahal tanda-tanda literatur bibilcal tidak nampak dalam kitab ini,
seperti:
tidak ada rujukan tentang Yahweh
tidak ada rujukan tentang praktek keagamaan
tidak ada rujukan tentang tema religius: Taurat,
anugerah, dosa, doa, keselamatan
tidak pernah dikutip dalam PB.
Namun bagaimanapun juga, Kidung Agung telah ada dan
menjadi
bagian Kitab Suci. Lebih jauh lagi kitab ini memiliki tempat yang
signifikan dalam sinagogue dan gereja. Di Israel sendiri, kitab ini
berhubungan secara liturgis dengan festival besar orang Yahudi,
bahkan dibacakan pada hari kedelapan perayaan Paskah. Selama
lima belas abad pertama kekristenan, kebanyakan penulis Kristen
mengalihkan perhatian mereka pada kitab ini.
Tidak ada informasi yang tertinggal yang menjelaskan alasan
mengapa Kidung Agung termasuk dalam kanon. Namun setidaknya
ada 3 hal yang menjadi bahan pertimbangan mengapa kitab ini
menjadi bagian dari KItab Suci:
a. Penyebutan nama Salomo dalam kitab
b. Penggunaan metode alegori dalam menafsirkan kitab
c. Penafsiran liturgis (hubungan antara Kidung Agung dengan
perayaan Massot dan Sukkot)
Pada abad kedua status kanonik Kidung Agung kembali
diperdebatkan namun Rabi Akiba memenangkan perdebatan
tersebut.

LATAR BELAKANG
Tokoh utama dalam Kidung Agung ini adalah Salomo dan
Sulamit. Nama Sulamit hanya muncul pada 6:13, yang

90

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

kemungkinan berarti dia adalah seorang gadis dari Sulam, suatu


desa dekat dataran Megido, sebelah utara Jizreel.
Raja Salomo memiliki suatu kebun anggur di puncak bukit
Efraim, sekitar 50 mil utara Yerusalem, yang penjagaannya
diserahkan kepada para penjaga (8:11). Penjaganya masing-masing
adalah seorang ibu, kedua anak laki-lakinya, dan saudara bungsu
perempuan mereka, Sulamit. Kemungkinan saudara laki-laki Sulamit
adalah saudara tiri. Mereka memperkerjakan Sulamit demikian berat
di kebun anggur mereka sehingga Sulamit tidak sempat
memperhatikan penampilannnya (1:6). Dia memangkas pohon
anggur, memasang perangkap bagi rubah-rubah kecil, menjaga
ternak dan selalu berada di udara terbuka sehingga kulitnya
menjadi hitam (2:15; 1:8,5). Suatu hari Salomo tiba di kebun
anggurnya (kemungkinan dalam penyamaran) dan tertarik pada
Sulamit. Sulamit menganggapnya sebagai gembala ternak dan
menanyakan kepada Salomo tentang kawanan ternaknya (1:7).
Selanjutnya terjadilah percakapan cinta antara Salomo dan Sulamit
dan Salomo menjanjikan hadiah-hadiah kepada Sulamit di masa
mendatang (1:8-11). Salomo berhasil mengambil hati Sulamit dan
berjanji bahwa suatu hari dia akan kembali menemui Sulamit.
Malam harinya Sulamit bermimpi tentang Salomo (3:1) dan ternyata
Salomo benar-benar kembali diiringi dengan segala kemegahannya
dan mengangkat Sulamit menjadi pengantinnya (3:6-7).
STRUKTUR KITAB
I. Judul (1:1)
II. Masa Perkenalan (1:2-3:5)
A. Perenungan cinta kasih seorang gadis (1:2-4b)
B. Pujian teman-teman (1:4c)
C. Kesadaran diri gadis (1:4d-7)
D. Nasehat teman-teman (1:8)
E. Pujiang kekasih (1:9-11)
F. Keharuman cinta (1:12-14)
G. Pujian bersahut-sahutan (1:15-2:2)
H. Pujian cinta (2:3-7)
I. Irama cinta (2:8-3:5)
1. Panggilan kekasih (2:8-17)
2. Pencarian kekasih (3:1-5)
III. Prosesi pernikahan (3:6-11)
IV. Pesta Pernikahan (4:1-5:1)
A. Kecantikan dan kesucian mempelai perempuan (4:1-15)
B. Penyempurnaan cinta (4:16-5:1)
1. Undangan (4:16)
2. Respon (5:1a-d)
3. Sukacita (5:1e-f)
91

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

V. Kehidupan cinta (5:2-8:7)


A. Keragu-raguannya (5:2-8)
B. Concern teman-teman (5:9)
C. Penegasan cinta (5:10-6:10)
1. Pujian kekasih (5:10-16)
2. Penyelidikan teman-teman (6:1)
3. Pujian kekasih (6:2-3)
4. Jawaban pujian kekasih (6:4-10)
D. Pertanyaan ttg cinta (6:11-13)
E. Pengulangan cinta (7:1-9a)
F. Pemilikan dan pemberian cinta (7:9b-13)
G. Kerinduan dan kemerdekaan cinta (8:1-4)
H. Meterai dan kekuatan cinta (8:5-7)
VI. Kesimpulan (8:8-14)
BAHASA
Ada beberapa masalah yang seringkali menjadi pertanyaan
pembaca masa kini dalam mempelajari kitab Kidung Agung. Salah
satunya adalah masalah bahasa.
Bahasa Ibrani kuno adalah bahasa primitif. Ilmu kalimatnya
sangat berbeda dengan bahasa masa kini. Tenses kata kerjanya
sangat berbeda
sehingga urutan waktunya juga menjadi sangat sulit untuk
dikembangkan.
Susunan katanya dapat menimbulkan masalah. Ada suatu
penghematan bahasa yang cukup menggiurkan, yaitu puisi.
Dalam puisi ada suatu keringkasan gaya bahasa yang
membuatnya lebih bersifat efisien. Hasilnya adalah teks yang
digunakan lebih bersifat sugestif daripada hanya sekedar
menggambarkan, lebih impresionis daripada sekedar hanya
menggambarkan.
Bahasa yang dipergunakan dalam kitab Kidung Agung
merupakan sesuatu yang unik dalam Alkitab Ibrani. Kitab ini penuh
dengan hapax legomena dan kata-kata yang jarang muncul. Dalamn
117 ayat ada sejumlah kata yang hanya muncul sekali maupun
berkali-kali namun hanya di Kidung Agung.
Dalam penyampaiannya melalui bahasa yang dipergunakan,
ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
1. Kitab ini bukan merupakan suatu kesatuan. Kitab ini merupakan
kumpulan lagu. Ada berbagai lokasi geografis yang disebutkan,
misalnya di utara (Damaskus, Libanon, Karmel, Tirza, dll),
sedangkan di daerah selatan disebutkan Yerusalem, En-Gedi).
Dalam hal struktur dan isinya, kitab ini bervariatif: ada pembicaraan
bersahutan antara dua kekasih, pembicaraan gadis dengan putriputri Yerusalem, pembicaraan tanpa indikasi adanya pendengar,
92

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

cerita tentang mimpi, puisi naratif tentang Salomo, dll.


Jika genre
kitab ini adalah lagu cinta maka jelaslah dalam kitab ini pula ada
beberapa sub-genre.
2. Di sisi lain walaupun kitab ini merupakan suatu kumpulan, ada
factor-faktor yang menyatukan. Salah satunya adalah tema cinta.
Sedangkan hal-hal lain adalah pengulangan frase dan ayat-ayat,
Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem (2:7; 3:5; 5:8; 8:4),
jantung hatiku (1:7; 3:1-4), sebelum angin senja berembus
(2:17; 4:6), rambutmu bagaikan kawanan kambing (4:1; 6:5),
bagikan merpati matamu (1:15; 4:1).
3. Ada beberapa perbendaharaan kata yang jarang muncul dan
hanya muncul di Kidung Agung, misalnya kata bunga pacar (1:14;
4:13; 7:11), buah delima (4:13, 16; 7:13), (rambut) ikal(5:2,11),
dll.
Masalah lain adalah tentang imageri yang dipergunakan yang
merupakan bagian normal dari suatu budaya yang sangat berbeda
dari dunia modern kita. Adegan yang diambil adalah latar belakang
yang berhubungan dengan kehidupan penggembalaan dan daerah
Timur Tengah. Begitu pula dengan referensi-referensi yang
dipergunakan, seperti alam, burung, binatang, rempah-rempah,
parfum, perhiasan dan tempat-tempat; semuanya bukan merupakan
kata-kata yang biasa dipergunakan dalam puisi cinta modern.
PENAFSIRAN KITAB
Senada dengan kesulitan kanonitas-nya, maka cara
penentuan penafsiran kitab Ayub pun hingga kini belum didapati
keseragaman pendapat. Mungkin tidak ada kitab lain dalam Alkitab
yang memiliki berbagai macam pandangan tentang penafsirannya
selain kitab Kidung Agung.
Ada beberapa alternatif yang ditawarkan:
1. ALEGORIS
: mencari arti rohani pada setiap detail.
Alegori biasanya tidak berakar dari sejarah/fakta, tetapi dari
imajinasi penulis. Dengan penafsiran alegori berarti arti literal dari
kalimat-kalimat tidak dipedulikan, sebaliknya arti yang tersembunyi
di balik kalimat tersebut yang dimunculkan sebagai arti kalimat.
Alegoris, yang digunakan pada permulaan literatur Yunani,
merupakan suatu sarana yang tua yang mana di dalamnya terdapat
suatu jurang tajam antara arti literal yang jelas-jelas tertulis dan
pesan spiritual yang sangat tinggi.
Jenis penafsiran ini adalah yang paling tua dari berbagai jenis
penafsiran yang pernah ada. Posisi tersebut berkembang dengan
baik pada era kekristenan abad pertama.
* PARA RABI

93

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Para sarjana mempercayai bahwa Rabi Akiba-lah yang


pertama-tama menampilkan penafsiran alegori pada kitab Kidung
Agung ketika dia mengatakan kitab ini adalah yang terkudus di
antara yang kudus (the holy of holies). Targum kitab Kidung Agung
merupakan karya pertama yang secara penuh menafsirkan kitab ini
secara alegoris sebagai suatu sejarah Israel dari saat keluaran
sampai kedatanagan Mesias dan pembangunan Bait Allah ketiga.
Kata kekasih merujuk pada Tuhan dan gadisnya adalah Israel.
* ERA KEKRISTENAN
Orang-orang Kristen periode permulaan mengambil metode
penafsiran yang sama dengan menafsirkan kekasih adalah Kristus
dan gadis adalah gereja.
Hipolitus dari Roma adalah orang
pertama yang membuat eksposisi Kidung Agung dengan
menggunakan penafsiran allegori walaupun dia dipengaruhi oleh
Origen (yang walaupun tetap menafsirkan Kidung Agung sebagai
suatu lagu pernikahan Salomo dan seorang putrid Mesir namun
metode penafsirannya tetap alegoris). Bahkan, Athanasius (296373 AD) , Archbishop dari Aleksandria mendapati adanya doktrin
ketuhan Kristus dalam 1:2, misalnya, Kiranya ia mencium aku
dengan kecupan yang menyatakan suatu pembelaan orangorang Israel Kuno terhadap Firman bahwa Dia menjadi daging
(manusia). Orang-orang lain menafsirkan gadis dengan orangorang percaya secara individu, jiwa manusia, seluruh umat manusia,
dan bahkan
Perawan Maria. Konsili Konstatinopel (553 AD)
memberikan penegasan tentang posisi resmi gereja yang harus
memegang penafsiran allegoris.
Ada beberapa kelemahan dalam memperlakukan metode allegori
pada Kidung Agung:
1. Tidak ada indikasi dalam teks yang menyatakan bahwa
tujuan pengarang (Salomo) adalah mengalegoriskannya.
2. Penyebutan orang (Salomo), tempat (Yerusalem,
Libanon, En-Gedi, Tirza, dll) menyatakan suatu
kenyataan, bukan sekedar suatu alat/sarana.
3. Kitab Kidung Agung tidak memiliki karakter narasi,
misalnya garis cerita yang progresif yang biasanya
terdapat dalam alegoori
4. Tidak ada kontrol atau pedoman untuk menilai
ketepatan suatu alegori.
2. LITERAL : jenis penafsiran yang melihat kitab Kidung Agung
sebagai suatu kumpulan lagu atau puisi cinta.
Pada abad pertama sudah banyak orang Yahudi yang
memahami Kidung Agung secara literal. Bahkan beberapa orang
menyanyikan sebagian dari isi kitab tersebut di rumah yang
dipergunakan untuk mabuk-mabukan. Hal ini menimbulkan
kemarahan Rabi Akiba yang menjatuhkan kutuk bagi orang-orang
94

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

yang melakukan hal itu. Bagi Rabi Akiba hal itu merupakan suatu
penghujatan.
Selanjutnya pada akhir abad keempat, Theodore of
Mopsuestia, seorang ahli eksegesa literal, menyebut kitab Kidung
Agung sebagai kitab sekuler dan menolak penafsiran alegori
terhadap kitab tersebut. Beberapa orang Yahudi abad pertengahan
menganggap kitab Kidung Agung sebagai suatu lagu yang ditulis
oleh Salomo untuk istri yang paling dikasihinya.
3. TIPOLOGI
Perbedaan antara allllegori dan tipologi sangatlah tipis. Jika
alegori
merupakan
suatu
jenis
literature
yang
dapat
menghubungkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam bentuk
simbolis atau simboliisme-nya bisa merupakan sesuatu yang tidak
historis, maka tipoloogi biasanya tergantung pada kenyataan dari
presentasi sejarah secara literal. Sebagai contoh: beberapa orang
yang berpegang pada penafsiran bahwa dasar historis dari kisah
Kidung Agung ini adalah pernikahan Salomo dan anak perempuan
Firaun atau puuti-putri yang lain, maka mereka akan berpegang
pada penafsiran bahwa pernikahan tersebut secara tipoloogi
merupakan lambing kesatuan antara Kristus dan orang-orang kafir.
Kesimpulan:
Masih ada beberapa bentuk penafsiran lainnya, namun jumlah
pengikutnya sangat minor.
Sebagai jalan keluar dari berbagai macam penafsiran yang
ada, maka penafsiran tipologi-lah yang paling tepat untuk
menafsirkan kitab Kidung Agung.

Hermeneutika Kitab Ayub


Secara umum, kitab Ayub termasuk dalam kategori literatur hikmat
(wisdom). Di dalamnya terdapat narasi (prosa), puisi dengan berbagai
macam bentuknya. Bentuk puisi yang dominan dalam kitab Ayub adalah
ratapan, himne. Berbeda dengan kitab Amsal yang merupakan kumpulan
peribahasa, kitab Ayub lebih menitikberatkan pada tema-tema hikmat
tertentu pada satu perikopnya (lebih mirip dengan kitab Pengkhotbah).
Perbedaan ini sekaligus juga merupakan suatu kemudahan untuk
menafsirkan satu perikop.
Ada beberapa langkah dalam menafsirkan kitab Ayub:
6. Tentukan jenis literatur satu perikop (prosa, puisi)!
7. Carilah inti cerita dalam satu perikop!
8. Jika perikop tersebut berupa puisi, identiifikasi paralelisme yang ada!

95

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

Apakah paralelisme itu terjadi antar ayat atau antar stanza


(paragraph)?
- Apakah jenis paralelisme yang dimaksud?
Perlu diingat:
- Dalam paralelisme, tidak setiap kalimat memiliki arti
- Dalam puisi, tidak setiap kata memiliki arti yang perlu diteliti lebih
lanjut (dijadikan pokok permasalahan)
9. Carilah unsur-unsur, bentuk-bentuk puisi yang lain, misalnya imageri,
peribahasa, himne, dll. Carilah hubungannya dengan kalimat sebelum
dan sesudahnya.
10.Buatlah struktur masing-masing bagian dalam perikop!
-

The Book of Ecclesiastes (http://www.bible.org/page.asp?


page_id=906) 22/2/06
By: David Malick
I.

AN INTRODUCTION TO WISDOM AND POETIC LITERATURE


A.
The Place of Wisdom Literature in the Bible
1.
Hebrew Wisdom Literature was part of a larger
corpus of material with Egyptian, Mesopotamian,
and Canaanite-Phoenician influences1
2.
The Bible contains several different types of
literature:
a.
Narrative (Genesis, 1 and 2 Samuel, Ruth,
Jonah, Nehemiah, etc.)
b.
Legal (Deuteronomy, Leviticus, etc.)
c.
Historical (1 and 2 Chronicles, etc.)

96

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

d.
e.
f.
g.
3.

Poetic (Psalms; Song of Songs etc.)


Prophetic (Isaiah, Jeremiah etc.)
Gospel (Matthew, Mark, Luke, John)
Epistles (Romans, 1 and 2 Corinthians,
Galatians, 1 and 2 Peter, etc.)
h.
Apocalyptic (Daniel, Zechariah, Revelation)
The different kinds of literature serve different
didactic functions:
a.
The effects of the fall of mankind were
pervasive:2
1)
The fall effected Mankind's supernatural
relationships (Gen. 3:8,14-15,19)
a)
The fall effected conflict with God
(Gen. 3:8)
b)
The fall effected conflict with the
enemy (Gen. 3:14-15,19)
2)
The Fall effected mankind's natural
relationships (Gen. 3:16-19)
a)
The fall effected conflict with
children 3:16a
b)
The fall effected conflict between
men and women 3:16b
c)
The fall effected conflict in work
(Gen. 3:17-19)
b.
The Scriptures are designed to address
Mankind's need of salvation in all realms of
his life (with God, with one another, and
with the tasks of life)3
1)
Legal Literature is a declaration of
god's will designed to mold the moral,
spiritual, and ethical direction of the
nation
2)
Historical Literature is a revelation
(record) of the sovereign work of God in
History
3)
Prophetic Literature is a declaration of
the will of God in History in judgment
of the nation's historical dealings and
in promise of God's future blessings
4)
Wisdom/Poetic Literature is practical
direction for obtaining substantial
wholeness out of the brokenness of
natural life:
a)
Job addresses Mankind's wrestling
with affliction which defies human
explanation
b)
Psalms are an expression of
Mankind's heart toward God in the
varied nature of life: fears,
doubts, tragedies, triumphs, joys,
hopes.4
c)
Song of Solomon is the outworking
of love in marriage
d)
Ecclesiastes affirms that meaning
for life is not in life, but in the
One who gives life
e)
Proverbs provides skill at living

97

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

B.

life from the parameters of the Law


and natural order5
4.
Biblical literature is designed to appeal to the
whole person: his mind and his heart!
The Design of Wisdom Literature6
1.
Wisdom literature is concerned with the
application of truth (from creation and the Law)
to daily life and choices
2.
The application of truth was to give one skill at
life7 or even good common sense8 (Job 32:7; Prov.
1:7)
3.
Wisdom literature applies truth through
generalizations:
a.
The author makes applicational
generalizations in a specific area
b.
The author's generalizations are rarely
intended to have an unlimited scope
c.
The task in interpreting wisdom literature is
to recognize the specific scope of the author
and thus applying the truth in that specific
scope
d.
The generalizations are stated in the form of
maxims
1)
Maxims are statements of truth which are
always true, but whose scope is not
intended to be an exhaustive or
comprehensive statement of truth
concerning a subject
2)
Maxims state a truth from one
perspective without intending to say all
that there is to say about that subject
4.
Examples of the application of truths through
generalizations:9
a.
Proverbs consists of pithy maxims to be
applied properly to life10. The limits of
the author's scope of application can be
discerned through collecting many proverbs on
a given subject
b.
Job is the application of maxims concerning
the nature of evil and punitive suffering.
The value of maxims is critiqued as a final
guide in suffering. God becomes the only
source of meaning in suffering as he brings
good for his own out of evil for his own good
purposes
c.
Ecclesiastes is the search for the ultimate
maxim to explain the nature of life.
However, life is not found in the storehouse
of wisdom, but is a gift from God given to be
used in a responsible, yet rewarding
fashion11
d.
Song of Songs is more poetic literature
rather than wisdom in that it celebrates the
greatest gift of human life--love!
Nevertheless, love is presented in a full
expression as that which unifies two into one
with purity and honor for each person

98

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

e.

C.

Psalms are also closer to poetry than to


wisdom literature. Nevertheless, they
express the one sided expression of the heart
of man towards God12 as he expresses fear,
sorrow, despair, hope, praise, and skill at
life (wisdom psalms, 1, 27, 32, 34, 37, 49,
73, 112, 127--128, 133)
The Literary13 Character of Hebrew Poetry/Wisdom
1.
Rhythm of ThoughtThe genius of Hebrew poetry is in
the realm of thought rhyme and the key to thought
rhyme is in the technique of parallelism (the
correspondence of one thought with another)14
a.
Synonymous parallelism exactly balances the
thoughts or meanings in two lines of poetry
by saying the same thing twice in nearly the
same way (Ps. 3:1; 7:16; 2:4)
b.
Synthetic and Climatic parallelism further
takes up and develops a through begun in the
first line by adding a little more to enrich
one's thinking (Ps. 95:3; 1:1). Occasionally
they expansion is expressed in a tiered
structure in which each line repeats the
first with the exception of the last
term/phrase where a new one is added (Ps.
29:1)
c.
Emblematic parallelism uses images to convey
the poetic meaning. While one line conveys
the main point in a direct fashion, the
second line illuminates it by an image.
There is a movement from point to picture
(Ps. 23:1,2,4; 103:13; 113:5,6; 57:1)
d.
Antithetical parallelism balances the
thoughts or ideas within the line pairs by
stating truth in the first line in an
opposing or negative way by introducing a
contrast (Ps. 1:6; 57:6)
e.
Chiastic or Inverted parallelism contraposes
or alternates the words or phrases in
consecutive lines (Ps. 51:3; Isa. 11:13)
2.
Rhythm of Sound (in Hebrew)
a.
Acrostic Poems are written so that the
initial letters of consecutive lines form an
alphabet, word, or phrase (Ps. 9; 10; 25; 34;
37; 11; 112; 119; 145; Prov. 31:10-31; Lam.
1; 2; 3; 4; Nahum 1:2-20).
This was a
mnemonic tool (memory device) conveying ideas
of order, progression, and completeness.
b.
Alliteration is the consonance of sounds at
the beginning of words or syllables (Ps.
122:6)
c.
Assonance is correspondence of vowels sounds,
often at the end of words in order to
emphasize an idea, theme, or tone (Ps.
119:29)
d.
Paronomasia is a word play through the
repetition of words of similar sound, but not
necessarily meaning in order to heighten the

99

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

impact of the message (Gen. 32:22-24)


Onomatopoeia is the use of words that sound
like what they describe (Ruth 1:19)
f.
Ellipsis is the omission of a word or words
that would complete a given parallel
construction (Ps. 115:4-7)
g.
Inclusio is the repetition of words or
phrases by which the poet returns to the
point from which he began (Ps. 118:1,29)
3.
Wisdom Speech Forms15
a.
The Parable is a "warning speech" (Prov. 6:2035; 2 Sam. 12:1-4)
b.
The Precept is an authoritative instruction
or regulation for behavior connecting wisdom
with the moral codes of the Law (Prov. 3:27)
c.
The Riddle is a puzzling question stated as a
problem calling for mental acumen to solve it
(Judg. 14:14)
d.
The Fable is a brief tale embracing a moral
truth using people, animals, or inanimate
objects as characters (Judg. 9:7-20)
e.
The Wise Saying is a generalization about the
way of wisdom based on the insight of
experience or a folk expression of plain
common sense (Prov. 18:18)
f.
The Numerical Proverb culminates numerical
progression (Prov. 6:16-19; 30:18-31)
g.
Rhetorical Questions (Prov. 5:16; 8:1),
Allegory Through Personification (Prov. 8--9;
Eccl. 12:1-8), Satire and Irony (Prov. 11:22;
Eccl. 5:13-17)
The Canonical Order of the Wisdom and Poetic Books
1.
The Hebrew Scriptures were probably originally
canonized into a two-fold division: the Law and
the Prophets16
2.
By around the second century B.C.17 a three-fold
division of the Hebrew Scriptures arose: The Law,
The Prophets, and The Writings18
a.
The three-fold division included the same
books as the two-fold division
b.
There are several possible reasons for a
three-fold division:19
1)
A distinction was made between books
which were written by men who held the
prophetic office, and men who only had
the prophetic gift
2)
Some at a later date may have felt that
those books which were not written by
"prophets" were not fully canonical
3)
A more practical purpose was served by
the topical and festal20 significance
rather than by the two-fold categories
3.
Within the category of the Sacred Writings, the
books of Psalms, Proverbs and Job were regarded by
the Jews as specifically poetical in nature, and
were described by the mnemonic title "The Book of
Truth"21
e.

D.

100

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

4.

II.

The Greek translation of the Hebrew Scriptures


(The Septuagint or LXX c. 280-150 B.C.) divided
the Old Testament according to subject matter
which is the basis of the modern four-fold
classification of the: five books of Law, twelve
books of History, five books of Poetry, and
seventeen books of Prophecy22
INTRODUCTION TO ECCLESIASTES
A.
Title: Qohelet (The Speaker [in an Assembly])
1.
In Hebrew the book is titled "Qohelet" ( tl#h#q)
):
a.
This has been understood to be a proper name,
and thus not translated but transliterated
b.
This is probably a title rather than a proper
name due to the definite article which is
used with the term in 12:8, "Vanity of
vanities," says the Preacher ( tl#h#oQh^ )
2.
In the LXX titled "Ecclesiastes" (
jEkklhsiasth"):
a.
This describes "one who calls an assembly"23
b.
Therefore, many English versions interpret
"Qohelet" in terms of the role that he played
with the assembly:
1)
"The Teacher" (NIV)
2)
"The Preacher" (KJV/NASV)
3)
"The Leader of the Assembly" (NIV marg)
B.
Authorship: Most Probably Solomon the son of David
1.
External Evidence: Although many critical
scholars argue for a late date of Ecclesiastes,
their evidence is not conclusive and an earlier
Solomonic date is supportable in line with the
general opinion before the seventeenth century
a.
Until the rise of literary and historical
criticism during the Enlightenment (17th
century) Solomonic authorship of Ecclesiastes
was generally accepted24
1)
The Jews considered Ecclesiastes to be
inspired
a)
It was included in the Mishnah and
the Talmud25
b)
It was included in the LXX
c)
It was not doubted by Josephus
2)
It was approved in the early Christian
era:
a)
It was not doubted by the
translation of Aquila
b)
It was not doubted by the
translation of Symmachus
c)
It was not doubted by the
translation of Theodotion
d)
It was included in the catalog of
Melito, bishop of Sardis (c. AD
170)
b.
Questions of authorship arose due to
linguistic discussions:
1)
Hebrew Style: Some believed that the
Hebrew of Ecclesiastes was closer in

101

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

2.

style to that of the Mishnah (AD 200)


than Solomon's age (BC 951-921)
2)
Loan Words: Aramaic and Persian words
led scholars to date the work after
Solomon, but some recent studies show
that some of these features exist in
Canaanite-Phoenician literature of the
pre-Solomonic era26
3)
Autobiographical References:
Autobiographical references are
considered to be literary devices to
validate the author's arguments as in
the case of the pseudepigraphical Wisdom
of Solomon (ca. 150-50 BC), but this is
not a necessary conclusion for the
following reasons:
a)
Falsehood: If the biographical
references are not true, then it is
unlikely that the believing
community (which was closer to the
time of composition) would have
accepted Ecclesiastes into the
canon as part of inspired truth
b)
Although some argue that the verb
"was" (yt!yy]h( ) means "I ... was
[and am no longer] king." However,
the verb could be translated as
follows: "I ... have been [and
still am] king." See the NASB
c)
The reference to "all who were over
Jerusalem before me" may not only
refer to Israelite rulers (e.g.,
David only), but to the nonIsraelite rulers before David27
4)
Linguistic Response: Recent studies
demonstrate that some of the
characteristics of the Hebrew in
Ecclesiastes which were considered to
be Aramaic and/or late may be found in
Canaanite-Phoenician literature of a preSolomonic era28
5)
Social and Political Conditions:
Although some argue that the social and
political conditions of Ecclesiastes29
are descriptive of the later time
periods when the Jews were under Persian
or Greek rule, they could also be
descriptive of the end of Solomon's rule
when he was so harsh (1 Ki. 12:4, 9-11)
Internal Evidence: Although not conclusive, the
internal evidence leans in the direction of
Solomon:
a.
The author identifies himself as David's Son
who is a King over Israel in Jerusalem:
1)
The author identifies himself as the
"Son of David" (1:1)
2)
The author identifies himself as a "King

102

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

in Jerusalem" (1:1)
The author identifies himself as a "king
over Israel in Jerusalem" (1:12)
b.
The author identifies himself with qualities
which would have been true of David's son,
Solomon:30
1)
He has "magnified and increased wisdom
more than all who were over Jerusalem
before" him 1:16
2)
He describes himself as a builder of
great projects 2:4-6
3)
He describes himself as possessing many
slaves (2:7), herds of sheep and cattle
(2:7), and great wealth (2:8)
4)
He claimed to be greater than all who
lived in Jerusalem before him 2:9
Date: Probably around 935 BC
1.
Late Date: Many who hold to a late date due to
linguistic concerns date the book as late as the
postexilic period (c. 530-250 BC),31 but some32
date the book during the late Persian period (c.
450-350 BC)
2.
If one holds to Solomonic authorship, than the
date is between 970-931 BC
3.
Within the span of Solomonic kingship it is more
likely that this book was written toward the end
of his life than at an earlier time; Kaiser
writes, "Therefore, given the Solomonic authorship
of the book, it will be best placed not before his
apostasy, for the questions and sins of
Ecclesiastes did not trouble him then, nor during
his years of rebellion, for then he had no
occasion to use the language of spiritual things.
Ecclesiastes is best placed after his apostasy,
when both his recent turmoil and repentance were
still fresh in his mind33
The Canonical Use of Ecclesiastes34
1.
See "I" "D" in the outline above
2.
Ecclesiastes was read on the third day of the
Feast of Tabernacles to emphasize joy over man's
place in God's good creation35
A Comparison of Ecclesiastes with other ANE Texts
1.
The specific kind of wisdom literature to which
Ecclesiastes is akin is "pessimism literature"36
2.
"An example of the essential difference between
Mesopotamian "pessimism literature" and that of
Israel may be found in the first millennium
Babylonian "Dialogue of Pessimism" which concludes
a similar struggle as Solomon's in Ecclesiastes
with absolute despair:"Slave, listen to me,"
"Yes, master, yes." "Then what is good?" "To have
my neck and yours broken and to be thrown into the
river. Who is so tall that he can reach to the
heavens? Who is so broad that he can encompass
the underworld?" "No, servant, I will kill you and
let you go first." "Then (I swear that) my master
will not outlive me by even three days"37
3)

C.

D.

E.

103

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

F.

The Unity and Structure of the Book


1.
Some have viewed Ecclesiastes as a combination of
the contradictory views of three men (a skeptic, a
writer of wisdom, and a believer), but this has
largely been abandoned38
2.
Some see the book of Ecclesiastes as having a
thematic unity, but no real structural unity or
argument; rather, it is viewed as a loose
collection of wisdom sayings similar to the book
of Proverbs39
3.
Some trace the argument of the book through
rhetorical criticism involving the repetition of
set formulas dividing the book into two main
divisions with an introduction and conclusion
added on:40
a.
Introduction: The Futility of All Human
Endeavor 1:1-11
b.
The Futility of Human Achievement Empirically
Demonstrated 1:12--6:9
c.
The Limitations of Human Wisdom Empirically
Demonstrated 6:10--11:6
d.
Conclusion: Life Joyously and Responsibly in
the Fear of God 11:7--12:14
4.
Others trace the argument of the book into four
parts around the formal refrain "to eat and drink
and to realize the benefit of one's labor" is all
a gift from God" (2:24-26; 5:18-20; 8:15-17; 11:710)41
5.
Others trace the argument of the book through a
combination of themes and literary structure42
G.
The Purposes of Ecclesiastes
1.
To reach unbelievers through a "cultural
apologetic" so that they might straighten out
their thinking, acting, values and prepare for
their eternal destiny43
2.
To explain for unbelievers and believers that
meaning in life is not to be found in life (which
is unintelligible and hostile--meaningless,
vanity), but in the God who gives life
3.
To emphasize the central theme that an
understanding of life begins with the fear of
God44
4.
To "set a new standard of godliness for potential
proselytes and Gentiles in general in a society
and culture filled with every form of idolatry,
indecency, and injustice known to man"45
___________________________
1 To say that Hebrew Wisdom Literature was similar to some
of the writings of its neighbors does not mean that there were
not differences--especially in its development with respect to
one God. Nevertheless, several factors were similar: (1) it was
essentially practical, (2) it was attributed to God alone, (3) it
was relevant to all parts of life (see R. K. Harrison,
Introduction, pp. 1004-1009; Hill and Walton, Survey, pp. 248252; La Sor et al, Old, pp. 534-542; Pritchard, ANET, pp. 589607).
2 Much of what follows is from S. Craig Glickman, class

104

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

notes of student in 903 Soteriology, Dallas Theological Seminary,


Fall 1981.
3 Much of what follows was adapted from Glickman, Ibid.,
Elliott E. Johnson, class notes of student in 303 Old Testament
History II and Poetry, Dallas Theological Seminary, Spring 1981;
Expository Hermeneutics: An Introduction, pp. 106-132.
Geisler affirms that Legal literature provided the moral
life of the people, Historical literature provided the political
life of the people, and Poetical literature provided the
spiritual experiences of the people (A Popular Survey of the Old
Testament, p. 179). While there is some truth to this, the
descriptions do not fully express the development of the
different types of literature.
4 The wisdom aspect throughout the Psalms is the concept
that the righteous will be vindicated and the wicked will suffer
(Ps. 1).
5 See the discussion by La Sor et al, Old, p. 545.
6 Elliott E. Johnson, "Principle of Recognition: Chapter IV"
(unpublished class notes in 315 Advanced Hermeneutics, Dallas
Theological Seminary, Fall 1983), pp. 55-56.
7 The Hebrew term hmkh was generically used to describe the
skill which one might have with craftsmanship (Ex. 31:1-11),
architectural ability (1 Ki. 5:9-18) or, handiwork (1 Ki. 7:14;
Isa. 44:9-17).
The skill that the fear of the Lord gives is the ability to
make good choices about life (Prov. 1:1-7).
8 R. K. Harrison writes, "worldly wisdom, through less
elevated in nature, was different only in degree and not in kind
from divine wisdom. The whole of life was thus connoted in terms
of religious experience, and wisdom was held to be relevant at
all points of existence" (Introduction, p. 1008).
9 Two broad categories exist to define wisdom literature:
(1) Proverbial wisdom--short, pity sayings which state rules for
personal happiness and welfare [e.g., Proverbs], and (2)
Contemplative or Speculative wisdom--monologues, dialogues, or
essays which delve into basic problems of human existence such as
meaning in life, or suffering [e.g., Ecclesiastes and Job]; see
La Sor et al, Old, pp. 533-542.
10 These are concrete, down-to-earth statements rather than
broad, philosophical evaluations (cf. Prov. 12:4; 11:2; 17:10);
La Sor et al offer an enjoyable discussion of this characteristic
(Old, pp. 537-538).
11 An example of the essential difference between
Mesopotamian wisdom literature, and that of Israel may be found
in the first millennium Babylonian "Dialogue of Pessimism" which
concludes a similar struggle as Solomon's in Ecclesiastes with
absolute despair:
"Slave, listen to me," "Yes, master, yes." "Then what is
good?" "To have my neck and yours broken and to be thrown into
the river. Who is so tall that he can reach to the heavens? Who
is so broad that he can encompass the underworld?" "No, servant,
I will kill you and let you go first." "Then (I swear that) my
master will not outlive me by even three days" (Pritchard, ANET,
p. 601).
How much different is this conclusion than that of the
modern existentialist?
12 As Ross writes, "The Psalms are the inspired responses of

105

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

human hearts to God's revelation of Himself in law, history, and


prophecy" ("Psalms" BKC, p. 779).
13 The language of the Psalms is concentrated when compared
with prose. The concentration occurs through the use of images,
symbols, figures, emotive vocabulary, and multiple meanings
(Ross, "Psalms", BKC, p. 780). The figurative language, "is an
instrument for conveying densely patterned meanings, and
sometimes contradictory meanings, that are not readily conveyable
through other kinds of discourse" (Alter, The Art of Biblical
Poetry, p. 113).
The word pictures enable the reader to feel much of what the
poet did when he wrote the lines. This capacity to "imagine"
that which one has not experienced is probably tied to the image
of God (Who was able to imagine all possible creations before he
made this one). Therefore, one must be sensitive to figurative
language in order to capture the emotional meanings of the
poetry.
14 Hill and Walton, Survey, pp. 252-253; Kidner, Psalms 172, pp. 1-4; R. K. Harrison, Introduction, pp. 965-972; Ryken,
Words of Delight, pp. 180-185.
15 Hill and Walton, Survey, pp. 257-258; See also Ryken,
Words of Delight, pp. 159-185, 313-340.
16 The two-fold division is argued upon (1) the way in which
Moses' Law is referred to as a unit throughout the Scriptures,
(2) the way in which the historical books are linked together as
a unit, (3) the reference in Daniel to the Law and the "books"
[9:2], and (4) the recognition of the "Former" prophetic books by
the "Latter" (See Geisler and Nix, A General Introduction to the
Bible, pp. 148-161).
17 Prologue to Ecclesiasticus (c. 132 B.C.), Jesus in Luke
24:44 (A.D. 30) Josephus, Against Apion, I.8 (A.D. 37-100).
18 The Writings include: (1) Poetical Books--Psalms,
Proverbs, Job, (2) Five Rolls (Megilloth)--Song of Songs, Ruth,
Lamentations, Esther, Ecclesiastes, (3) Historical Books--Daniel,
Ezra-Nehemiah, Chronicles
Sometimes Ruth was attached to Judges, and Lamentations was
attached to Jeremiah thereby making the Hebrew canon comprised of
22 books rather than the more usual 24 books (see Geisler and
Nix, General, pp. 18-19).
19 Critical scholars assume that the three-fold division
reflects dates of canonization in accordance with their dates of
compositions--Law (400 B.C.), Prophets (c. 200 B.C.), Writings
(c. A.D. 100). However, this thesis is untenable in light of
early reports of a three-fold division (c. 132 B.C.; see above).
See Geisler and Nix, General, p. 151.
This critical approach is suggested by La Sor et al as an
explanation for the placement of Ezra, Nehemiah, Chronicles,
Esther, Song of Solomon, and Ecclesiastes when they write,
"Essentially, the purpose of the Writings as a whole was to
collect those sacred books whose purpose, character, or date
excluded them form the collections of law and prophecy (Old, p.
508-509).
20 Song of Solomon (eighth day of Passover), Ruth (second
day of Weeks, or Pentecost), Lamentations (ninth day of Ab, in
mourning for the destruction of Solomon's temple), Ecclesiastes
(third day of Tabernacles), Esther (Purim).
21 The word "truth" ( tma) was composed of the initial

106

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

letters of each book--a ( boya, Job), m (ylvm, Proverbs), and t (


<ylht, Praises or Psalms) see R. K. Harrison, Introduction, p.
965.
22 Law = Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy
History = Joshua, Judges, Ruth, I Samuel, II Samuel, I
Kings, II Kings, I Chronicles, II Chronicles, Ezra, Nehemiah,
Esther
Poetry = Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of
Solomon
Prophets/Major = Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Ezekiel,
Daniel
Prophets/Minor = Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah,
Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai, Zechariah, and Malachi.
For a more extensive overview see Geisler and Nix, General,
pp. 17-25.
23 Kaiser would argue that the feminine participle actually
describes the act of gathering people together rather than one
who gathers people together (Ecclesiastes, pp. 24-25).
24 Luther did reject Solomonic authorship in his Tischreden
(Table-Talk) affirming that the book had not reached us in its
completed form and that Sirach rather than Solomon had been its
author (see K & D 6:190).
25 Kaiser notes the following, "The often repeated charge
that the Talmud and Midrashim were ambivalent about Ecclesiastes'
place in the canon is an overstatement. If the charge is that
there were some serious questions about how to interpret
Ecclesiastes, the answer is that the problem was not confined to
Qoheleth; consider Song of Solomon, Proverbs, and certain Psalms.
Further, those objections were all from the school of Shammai,
whose rules of interpretation were hotly contested by the school
of Hillel. Shammai was in fact overruled by the seventy elders,
and so the Synagogue had settled the issue. What is more, the
complaint this school raised that the words of Qoheleth
contradict one another was only an apparent difficulty that was
resolved just as alleged internal contradictions of the same kind
in Proverbs were resolved: by careful exegesis of the text.
26 Mitchell Dahood, "Canaanite-Phoenician Influence in
Qoheleth," Biblica 33 (1952): 201-202.
27 Melchizedek (Gen. 14:18), Adonizedic (Josh. 10:1),
Araunah (2 Sam. 24:23).
28 Donald R. Glenn, "Ecclesiastes," in The Bible Knowledge
Commentary: An Exposition of the Scriptures by Dallas Seminary
Faculty: Old Testament, edited by John F. Walvoord and Roy B.
Zuck (Wheaton: Victor Books, 1985), p. 975. Also Gleason L.
Archer has summarized these features and argues that the Hebrew
in Ecclesiastes is unique to any other Hebrew from any other
period (Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible [Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1975] s.v. "Ecclesiastes,"
2:184-187. See also Michael A. Eaton, Ecclesiastes: An
Introduction & Commentary, Tyndale Old Testament Commentaries,
edited by D. J. Wiseman (Downers Grove: Inter-Varsity Press,
1983), p. 19. Walter C. Kaiser, Jr., Ecclesiastes: Total Life
(Chicago: Moody Press, 1979), p. 28.
29 These would include oppression (4:1; 8:9), injustice
(5:8), and corrupt government (5:8-9; 10:16-20).
30 Hill and Walton recognize that the writer intends for the
reader to think of Solomon's experiences, but still come to the

107

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

conclusion that Solomonic authorship is "doubtful" (A Survey, p.


293. One wonders how they justify the deception of the author as
a part of Scripture.
31 Fragments of Ecclesiastes found at Qumran rule out a date
later than 150 BC.
32 Hengstenberg, Delitzsch, Leupold, and E. J. Young.
33 Kaiser, Ecclesiastes, pp. 30-31. See also 1 Kings 11.
See also Jerusalem Talmud, tractate Sanhedrin 20c.
34 For a more detailed discussion of canonicity see Eaton,
Ecclesiastes, pp. 24-28.
35 See Kaiser's discussion in Ecclesiastes, pp. 41-42.
36 Eaton, Ecclesiastes, pp. 34-36. Pritchard, ANET, pp. 407410, 423-424, 441-444, 467.
37 Pritchard, ANET, p. 601. How much different is this
conclusion than that of the modern existentialist?
38 Glenn, "Ecclesiastes," BKC, p. 978.
39 See the discussion by Eaton, Ecclesiastes, pp. 48-51.
40 Glenn, "Ecclesiastes," BKC, p. 978.
41 This view does not have a monolithic expression (see
Kaiser, Ecclesiastes, pp. 20-24; Glenn, "Ecclesiastes," BKC, p.
978.
42 See Hill and Walton, A Survey, pp. 295-297, and the
argument of this writer which follows below.
43 Kaiser, Ecclesiastes, pp. 31-32. See Deuteronomy 4:6-8;
1 Ki. 10:1.
44 See Deuteronomy 4:105:29; 6:2,13,24; 8:6; 10:12,20; 13:4;
14:23; 17:19; 28:58; 31:12-13.
45 Kaiser, Ecclesiastes, p. 37.

Copyright 2005. bible.org -- All Rights Reserved


Printer Friendly Version

Send this page to a friend

Report Broken Link

Content Management System by Galaxie Software


Hosted by IPGlobal.net

108

Kitab Puisi (Tafsir PL 3)


Nike Pamela, MA.

109

Anda mungkin juga menyukai