Pendahuluan
Kitab-kitab Perjanjian Lama mengandung beberapa literatur yang
cukup berpotensi untuk menceritakan sejarah manusia. Melalui merekalah
isi hati manusia seolah-olah ditunjukkan. Secara historis, kitab puisi tidak
berorientasi pada sejarah Dengan perkecualian pada kitab Mazmur, kitab
puisi biasanya tidak memuat sesuatu yang mengandung sejarah, namun
mereka hidup karena semangat sejarah.
Dibandingkan dengan kitab nabi-nabi, kitab puisi tidaklah berusaha
menyampaikan firman Allah kepada manusia, sebaliknya orang-orang
yang berbicara seolah-olah mewakili manusia pada umumnya berbicara
kepada Tuhan (utamanya pada kitab Ayub dan Mazmur). Bandingkan: para
nabi biasanya berbicara atas nama Allah kepada manusia.
Namun demikian, mereka menafaskan keuniversalan tertentu.
Masalah penderitaan, hati nurani yang dirusak oleh dosa, pengetahuan
tentang kehidupan manusia serta cinta yang penuh gairah antara seorang
laki-laki dan perempuan, yang kesemuanya merupakan tema-tema yang
paling banyak muncul dalam kitab puisi, seolah-olah melintasi semua
keterikatan bangsa maupun suku untuk mampu mencakup pada tematema keseluruhan umat manusia.
KITAB PUISI
Di dalam susunan Ibrani, kitab-kitab yang dikenal sebagai Kitab
Puisi dalam susunan Yunaninya, disebut dengan Tulisan (Kethubim).
Istilah Kitab Puisi menunjuk pada natur isinya yang mayoritas berbentuk
puisi. Para Masoret abad pertengahan mengelompokkan Ayub, Amsal dan
Mazmur secara bersama-sama dengan suatu sistim yang khusus dari
penekanan puisi yang biasanya dikenal dengan Kitab kebenaran karena
huruf Ibrani pertama dari setiap kitab itu apabila digabungkan berarti
bAYai
m ylvm
(
=Ayub),
(
=
Kedua kitab yang lain, Pengkhotbah dan Kidung Agung, termasuk dalam
kelompok khusus dari Tulisan yang disebut Lima Megilloth (gulungan
kitab) yang terdiri dari Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan
Ester. Tujuan dari pengelompokan ini bersifat liturgis, karena masingmasing kitab dibacakan pada perayaan hari besar Yahudi. Susunan dari
Lima Megilloth mengikuti susunan perayaan hari besar yang mereka
tetapkan: Kidung Agung (Paskah), Rut (Pantekosta), Ratapan (Puasa bulan
kesembilan, memperingati hancurnya Bait Allah), Pengkhotbah (Hari Raya
Tabernakel) dan Ester (Hari Raya Purim).
Septuaginta meletakkan susunan semua kitab puisi setelah kitabkitab sejarah dan sebelum kitab nabi-nabi: Mazmur, Amsal, Pengkhotbah,
Kidung Agung dan Ayub. Latin Vulgata meletakkan kitab Ayub pada
permulaan dari keempat kitab lainnya dengan pertimbangan kronologis
(bdg: selanjutnya diikuti dengan tulisan Daud (Mazmur) dan Salomo
(amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung).
Tiga dari lima kitab puisi berhubungan juga dengan literatur hikmat
(wisdom), yaitu Ayub, Amsal dan Pengkhotbah. Masing-masing kitab
yNEr' ynIreC.Ti
s[;K;mi hv'v.['
orang
Ibrani
adalah
penggunaan
waw konsekutif ( w) yang
menghubungkan antara beberapa kalimat. Sedangkan secara umum suatu
tulisan dapat dikategorikan puisi adalah ketika urutan katanya memiliki
irama atau ketika secara formal disusun menurut aturan prinsip yang
diberlakukan secara terus menerus. Prinsip fundamental dari suatu puisi
Ibrani yang berbentuk ayat adalah setiap ayat harus terdiri sedikitnya
dari 2 anggota dimana bagian kedua, sedikit atau banyak, harus dapat
memenuhi harapan yang dimunculkan dari bagian pertama.
Dari prinsip fundamental di atas, kemungkinan hubungan yang
bervariasi antara 2 kalimat dapat terjadi sebagai berikut:
a. Hubungan yang semata-mata dipisahkan oleh adanya koma. Dalam hal
ini tidak ada paralelisme dalam kalimat (anak kalimat A dan anak
kalimat B).
Contoh: TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murkaMu
menyala sekalipun umatMu berdosa? (Mazmur 80:5)
b. Anak kalimat B sebagai suatu kutipan kata-kata. Anak kalimat B
merupakan isi dari ucapan pemazmur/orang lain.
Contoh: Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah terbuang
dari hadapan mataMU (Mazmur 31:23).
c. Rentetan tindakan (baris B merupakan rentetan tindakan dari baris A).
Contoh: Telah kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau
bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu (Mazmur 80:9).
d. Elemen-elemennya merupakan suatu pasangan. Ungkapan yang sama
(biasanya berpasangan) terdapat pada kedua anak kalimat.
Contoh: Tuhan memerintahkan kasih setiaNya pada siang hari, dan
pada malam hari aku menyanyikan pujian (Mazmur 42:9).
e. Setiap istilah pada anak kalimat A paralel dengan anak kalimat B.
Contoh: Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan
bermazmur bagi Allahku selagi aku ada (Mazmur 146:2).
f. AB/BC
Contoh: Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk
mengadili umatNya (50:4).
g. Anak kalimat A merupakan suatu pernyataan, anak kalimat B berupa
suatu pertanyaan.
Contoh: Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah
yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati? (Mazmur
6:6).
Puisi Ibrani dibedakan dari prosa oleh adanya perasaan
keseimbangan antara elemen-elemen yang ada. Keseimbangan tersebut
dimengerti di dalam 3 cara:
a. keseimbangan dalam irama (meter)
b. keseimbangan dalam panjangnya (untuk menjumlah silabel dalam
sebuah baris kalimat)
Meter
Salah satu karakteristik utama dari puisi adalah adanya meter,
yaitu irama. Irama yang dimaksud bukanlah seperti orang Yunani dan
Latin menggambarkan irama dalam puisi mereka, misalnya dengan
menghitung jumlah suku kata (pendek atau panjang) melainkan
menekankan aksen atau tekanan tertentu. Jadi penekanannya terletak
pada bunyi.
Hal tersulit dalam mempelajari meter adalah kesulitan dalam
mempelajari pengucapan bahasa Ibrani.
Paralelisme
Walaupun meter merupakan salah satu karakteristik utama dari
puisi Ibrani tetapi karakteristik yang paling umum dalam puisi Ibrani
adalah paralelisme, yaitu pengulangan kata, frase, anak kalimat dan
kalimat. Paralelisme merupakan jantung puisi Ibrani.
Bentuk paralelisme yang banyak dipakai dalam puisi Ibrani:
a. Sinonim Paralelisme pengulangan pikiran yang sama memakai
dua kumpulan kata-kata yang berbeda tetapi berhubungan erat.
Contoh: Maz. 6:1
Ya Tuhan, janganlah menghukum aku dalam murkaMu,
dan
janganlah menghajar aku dalam kepanasan
amarahMu
b. (Simetris) Antithetik Paralelisme pikiran yang sama yang
diutarakan dari dua perspektif yang berbeda bahkan seringkali
berlawanan.
Contoh: Amsal 10:1
Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya,
tetapi
Anak yang bebal adalah kedurhakaan bagi ibunya
c. (Asimetris) Antithetik Paralelisme
pikiran yang sama
diutarakan dari dua perspektif yang berbeda bahkan kadangkala tidak
berhubungan
Contoh: Amsal 10:5
Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi
Siapa tidur pada waktu panen membuat malu
d. Sintetik Paralelisme
pemikiran dalam anak kalimat pertama
tidaklah diulangi, melainkan disempurnakan, dilengkapi dengan anakanak kalimat.
Contoh: Mazmur 40:2-4
Aku sangat menanti-nantikan Tuhan;
lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong.
Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa;
Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu,
(Ia) menetapkan langkahku,
Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji
Allah kita.
B
A
Contoh: Maz. 26:4
Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku
tidak bergaul
Elipsis
Elipsis adalah pengulangan anak kalimat kedua dengan tidak
memakai sebagian kata dari anak kalimat pertama (biasanya kata kerja).
Contoh: Maz. 88:7
Engkau telah menaruh aku
dalam liang kubur yang paling
dalam,
(engkau telah menaruh aku) dalam kegelapan,
dalam tempat yang dalam
Inklusio
Inklusio adalah suatu pengulangan yang membuka dan menutup
sebuah puisi.
Contoh: Kata Ya Tuhan, Tuhan kami betapa mulianya namaMu di
seluruh
bumi ditulis pada awal dan akhir Maz. 8
Akrostik
Akrostik adalah puisi yang huruf pertama dari setiap barisnya
membentuk sebuah pola tersendiri.
Contoh: Mazmur 9, 10,25,34,37,111,112,119,145.
Imageri
Imageri adalah penggambaran sebuah obyek dengan cara
membandingkan sesuatu benda lain baik secara langsung (simile) maupun
tidak langsung (metafora)
mencari
keadilan
jP'v.mi)
xP'f.mi)
Hiperbola
Hiperbola adalah gaya sastra yang mengungkapkan sesuatu
dengan cara yang dilebih-lebihkan.
Contoh: Yesaya 37:25 Aku ini telah menggali air dan telah minum
air; aku
telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir!
Personifikasi
Personifikasi adalah gaya sastra yang menggambarkan bendabenda mati seolah-olah mempunyai unsur yang dimiliki oleh benda hidup.
Contoh: Yesaya 24:23 Bulan purnama akan tersipu-sipu, dan
matahari terik akan mendapat malu, sebab TUHAN semesta alam
akan memerintah di gunung Sion dan di Yerusalem,.
Apostrope
Apostrope adalah gaya sastra yang menggunakan benda yang
dipersonifikasikan sebagai obyek sapaan atau lawan bicara.
Contoh: Mazmur 68:18 Hai gunung-gunung yang berpuncak
banyak, mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang
dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan-Nya?.
Latihan
Tentukan jenis paralelisme ataupun karakteristik puisi Ibrani dari ayat-ayat
berikut!
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ayat
Karakteristik puisi
Mazmur 103:4-5
Kidung Agung 4:1
Amsal 31:15
Ayub 30:20
Amsal 24:6
Ayub 21:7
Yesaya 26:4
Amsal 29:27
Ayub 41:12
Mazmur 19:2
chiasme
sintetik
Metafora
Chiasme
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Mazmur 1:1-2
Mazmur 90:10
Ayub 28:14
Mazmur 10:8
Mazmur 91:5-6
Mazmur 18:25
Amsal 20:29
Amsal 19:12
Ayub14:7-9
Mazmur 114:5-6
Pengkhotbah 11:5
Mazmur 139:8-9
Amsal 3:16
Yesaya 49:8-9
Yeremia 22:30
chiasme
Sintetik
Mazmur
Signifikansi Mazmur
1) Kitab Mazmur telah memainkan peranan penting dalam ibadah di
bait Allah, synagoge dan gereja mula-mula. Pengaruh ini masih bisa
dilihat dari beberapa hymne modern yang terkenal, e.g., The Mighty
Fortress is our God (Mzm 46). Beberapa gereja melakukan
pembacaan kitab Mazmur secara berurutan sebagai bagian integral
dalam ibadah.
2) Kitab Mazmur merupakan kitab PL yang paling banyak digunakan
oleh penulis PB, baik dalam bentuk kutipan (langsung) maupun alusi
(tidak langsung). PB mengutip 116 pasal dan 283 ayat dari seluruh
kitab Mazmur. Mayoritas penggunaan ini bersifat Kristologis
(Mazmur dipahami sebagai nubuat mesianis yang digenapi dalam
Yesus).
3) Kitab Mazmur adalah pusat seluruh PL: penciptaan, konsekuensi
dosa, pengampunan, hukum Tuhan, Tuhan memberkati orang benar
dan mengutuk orang fasik, karya Tuhan dalam sejarah, dll. Longman
III bahkan mengatakan bahwa Perjanjian Lama ada dalam kitab
Mazmur.
4) Kitab Mazmur merupakan kitab yang paling praktikal, dalam arti
kitab Mazmur memuat hal-hal yang paling dekat dengan
pengalaman rohani setiap orang Kristen. Robert Davidson, ..the
Psalms cover the whole gamut of human experience from praise to
penitence, from quietly confident faith to agonized perplexity, from
joy at the wonder of life in Gods world to the struggle to reach out
to a God who seems remote or silent, from bpwing humbly before
the mystery of life to bitter and urgent questioning.
Penggunaan Mazmur dalam Ibadah
setianya (ADs.x; ~l'A[l. yK). Pujian ini diiringi oleh orkestra (1Taw
6:31-48; 15:16-24; 16:4-36; 25:1-7; 2Taw 5:11-13; cf. Mzm 39, 42-50, 62,
73-83, 84-89). Kata selah kemungkinan mengindikasikan interlude musik
atau tanda bagi jemaat untuk memberikan respon .
3. Dalam ibadah rutin setiap hari: kebaktian pagi dan petang (Kel 29:3842; 30:30:7-8; Bil 28:2-8), cf. Mzm 24, 48, 82, 94, 81, 93, 92 = urutan ini
sesuai dengan urutan hari.
4. Dalam perayaan Sabat dan bulan baru (Yes 1:13-14; Am 8:5, cf. Mzm
19, 104, 118, 98 & 104).
5. Dalam perayaan tertentu, e.g. Paskah (Kel 12; Ul 28:16-25; 2Raja 23:2123, cf. Mzm 78, 105, 114) dan Pondok Daun (Kel 23:16; Im 23:29; Hak
21:19; 1Sam 1:3; Zak 14:16, cf. Mzm 12, 65, 67), pentahbisan bait Allah
(Yoh 10:22, cf. Mzm 30), Purim (Est 9:26-32; cf. Mzm 7), Pentakosta (Im
23:15-21; Ul 16:9-11, cf. Mzm 11, 135, 136). Mazmur Haleluya (Mzm 113118) memegang peranan penting dalam perayaan hari raya bangsa
Yahudi.
6. Dalam kebaktian pada saat negara dalam bahaya, pelantikan raja baru
(Mzm 2), pernikahan raja (Mzm 45), sebelum peperangan (Mzm 20) dan
sesudah kemenangan (Mzm 21). Perayaan YHWH sebagai raja juga sangat
mungkin dilakukan dalam konteks ibadah di bait Allah (Mzm 47, 93, 95100).
7. Mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada acara tertentu - karena katakata atau frasenya cocok untuk acara tersebut - disebut dengan nama
Proper Psalms.
Mazmur dalam ibadah di synagogue
1. Synagogue memainkan peranan yang besar dalam kehidupan
masyarakat Yahudi. Pada hari-hari Sabat dan hari-hari khusus lainnya,
synagogue menjadi tempat berkumpul untuk beribadah. Selain itu
synagogue juga berfungsi sebagai sekolah dan tempat pertemuan sosial
(non-religius). Praktek ibadah di synagogue ini sangat mungkin berasal
dari zaman pembuangan ke Babel. Untuk menjaga kemurnian iman
bangsa Israel di Babilonia, mereka mendirikan beberapa tempat khusus
untuk ibadah (synagogue).
2. Ibadah dalam synagogue terdiri dari Shema (Ul 6:4-9; 11:13-21; Bil
15:37-41), pembacaan berurutan dari kitab Taurat, pembacaanpenerjemahan-penafsiran dari kitab nabi-nabi, benedictions dan doa-doa.
Banyak bagian dari doa-doa ini yang diambil dari kitab Mazmur. Tentang
apakah Mazmur dinyanyikan sebagai pembukaan ibadah, sampai
sekarang masih diperdebatkan.
3. Ada beberapa kesamaan dan perbedaan berkaitan dengan pemakaian
mazmur dalam liturgi ibadah synagogue dan gereja:
Kesamaan:
a. Mazmur dinyanyikan oleh pemimpin nyanyian, diselingi dengan
bagian yang diulang-ulang maupun dalam bentuk bersahut-sahutan
oleh jemaat, bukan oleh orang-orang yang terlibat dalam paduan
suara seperti yang dilakukan di Bait Allah.
b. Mazmur dinyanyikan tanpa iringan instrumen. Pemimpin-pemimpin
synagogue maupun gereja menganggap pemakaian instrumen
sebagai sesuatu yang tidak rohani dan selalu dihubungkan dengan
ibadah orang kafir.
c. Pola pembacaan hafalan yang sifatnya monoton dengan infleksi
sesuai dengan nuansa teks Mazmur yang sedang dibaca.
Perbedaan:
a. Penggunaan mazmur di antara pengajaran Alkitab (bukan dalam
doa saja)
merupakan karakteristik liturgi Kristen. Hal itu tidak dikenal di
synagogue sebelum abad VIII M.
10
11
llh
I
II
III
IV
V
Mzm
Mzm
Mzm
Mzm
Mzm
1-41
42-72
73-89
90-106
107-150
41
31
17
17
mazmur
mazmur
mazmur
mazmur
44 mazmur
Talmud menulis, Musa memberi Israel Lima Kitab dan Daud juga memberi
Israel lima kitab (bagian, red.) Mazmur (Midrash Tehillim Mzm 1:1).
Sejauh ini, tidak ada alasan kuat untuk menjelaskan pembagian tersebut.
Pengaturan ini tidak didasarkan pada aspek kronologi suatu mazmur
maupun kesatuan tema tertentu. Satu-satunya pengelompokan yang
memiliki alasan jelas adalah Mzm 120-134, yaitu sebagai nyanyian ziarah.
Usulan tema tiap bagian (I-V) sesuai dengan tema masing-masing kitab
Musa terlalu spekulatif dan dipaksakan.
Klasifikasi kitab Mazmur
Berdasarkan penggunaan nama Allah
hw"hy> ~yhil{a/
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
I
II
III
IV
V
273
30
44
103
236
12
15
164
43
0
7
Berdasarkan pengarang
Pengaran
g
Daud
Jumlah
Pasal
73
Pengarang
XI-X
X
pre-exilic
pre-exilic
pre-exilic
pre-exilic
postexilic
?
Asaf
Salomo
Bani Korah
Heman
Ethan
Yedutun
?
Musa
Daud
orphan
psalms
Pasal
90
3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 6870, 86, 101, 103, 108-110,
122, 124, 131, 133, 138-145
50, 73-83
72, 127
42, 44-49, 84-85, 87-88
88
89
39
126, 137
hampir 50 mazmur
rAmz>
m
ryv
Jumlah
57
27
lyKif.m
13
~T'k.m
Pasal
3-6, 8-9, 12-13, 15, 19-24, 29-31, 3841, 47-51, 62-68, 73, 75-77, 79-80;
82-85
30, 45-46, 48, 65-69, 75-76, 83, 8788, 92, 108, 102-134
32, 42, 44-45, 52-55, 74, 78, 88-89,
142
16, 56-60
13
hL'piT
hL'hiT
!AyG"vi
Kadangkala ada dua judul yang digabung, cf. 30, 48, 65-68,
75-76, 83, 87-88, 92, 108 (rAmz>m ryv) dan 45 (ryv lyKif.m).
Catatan: tentang arti masing-masing judul ini akan dibahas
tersendiri dalam bagian Terminologi khusus dalam kitab
mazmur.
Kanonisasi
Perdebatan teologis
Dalam proses peng-kanonisasian kitab Mazmur, tidak banyak
masalah teologis yang muncul. Sejak dulu kitab Mazmur, atau lebih tepat
sebagian kitab Mazmur, sudah dipakai dalam konteks ibadah maupun
meditasi pribadi bangsa Israel. Kitab ini juga tidak dikategorikan ke dalam
Antilegomena. Meskipun demikian ada dua pertanyaan teologis yang perlu
diantisipasi:
1)
Dapatkah kitab Mazmur disebut Firman Allah, sedangkan isinya
berisi ungkapan manusia kepada Allah (dari manusia kepada Allah)?
a) Kitab Mazmur menyatakan tentang Allah dan karakter Allah. Dari
banyak mazmur dapat terlihat pengalaman dan pemahaman
seseorang tentang kekudusan Allah (yang menuntut penghukuman
orang fasik), kebesaran-Nya (melalui ciptaan), kesetiaan-Nya
(pengampunan), dsb.
b) Secara esensial, kitab Mazmur merupakan aplikasi seluruh ajaran
Taurat. Ini terlihat dari posisi Mzm 1 sebagai pembuka sekaligus
sebagai inti seluruh kitab Mazmur. Pembagian 5 (lima) bagian dalam
kitab Mazmur berkaitan dengan Taurat dan hal ini sangat mungkin
menggambarkan sikap bangsa Israel terhadap kitab Mazmur (cf.
Mzm 119).
c) Para pemazmur diinspirasikan Roh Kudus pada waktu menyatakan
perasaan mereka (Mat 22:43 par.; Kis 1:16; 2:30; 4:25).
2)
Bagaimana dengan imprecatory psalms (mazmur kutukan)?
Bukankah ini tidak sesuai dengan ajaran kasih?
Beberapa mazmur yang termasuk kategori ini adalah Mzm 7; 35;
58; 59; 69; 83; 109; 137; 139. Bentuk imprecatory ini juga ditemukan
di kitab PL lain (Bil 10:35; Hak 5:31; Yer 11:20; 15:15; 17:18; 18:21-23;
20:12). Argumentasi berikut dikembangkan dari Carl Laney, A Fresh
Look at the Imprecatory Psalms dalam Vital Biblical Issues, ed. by Roy
B. Zuck, 30-39.
a) Tujuan pemazmur.
Meskipun tujuan yang baik tidak bisa menjadi patokan kebenaran
suatu tindakan, tetapi pemahaman menyeluruh tentang tujuan
pemazmur akan meminimalisasi kesalahpahaman.
1. Supaya kebenaran dan orang benar ditegakkan (Mzm
7:8-9).
2. Supaya Allah dipuji ketika pemazmur dilepaskan
(Mzm 7:17; 35:18, 28).
14
b)
c)
d)
e)
15
3)
hw"hy>
dan
~yhil{a/
Isu editorial
Melihat proses perkembangan kitab Mazmur seperti tersebut di
atas, pertanyaan logis yang muncul adalah sejauh mana peranan
seorang (sekelompok?) editor dalam pengoleksian kitab Mazmur?.
Apakah mereka hanya mengelompokkan? Apakah mereka juga
menambahkan doxology dan introduksi (biasanya di ay. 1) sebuah
mazmur? Seandainya mereka terlibat dalam peranan editorial yang lebih
besar, apakah tambahan mereka bersifat innerant?
Ada beberapa hal terkait dengan pertanyaan di atas:
1) Masalah
doxology,
para
teolog
umumnya
tidak
terlalu
mempersoalkan karena tidak banyak mempengaruhi interpretasi
terhadap suatu mazmur. Mengingat hanya 72:19 yang terkait
dengan bagian sebelumnya, doxology mungkin tambahan dari
editor (cf. posisi doxology dalam terjemahan LAI). Kasus yang paling
jelas adalah 72:20.
2) Masalah introduksi sebuah mazmur biasanya menginformasikan
jenis mazmur, instrumen yang dipakai dan rujukan sejarah
kemungkinan besar adalah tambahan editor. Hal ini terlihat dari
perubahan kata ganti orang ketiga tunggal di introduksi dan orang
pertama tunggal di isi mazmur. Isu yang sering dimunculkan justru
berkaitan dengan reliabilitas (ketepatan) penambahan rujukan
sejarah oleh para rabi (cf. Mzm 3, 7, 18, 30, 34, 51, 52, 54, 56, 57,
16
59, 60, 63, 142). Catatan: topik pengarang dan judul mazmur
akan dibahas secara khusus.
a) Argumentasi meragukan reliabilitas introduksi.
1. Perbedaan introduksi dalam MT (Masoret Text) dan LXX.
2. Ketidaksesuaian antara rujukan sejarah dan peristiwa dalam
hidup Daud. Mzm 34:1 tidak sesuai dengan 1Sam 21:10-15.
Sikap Daud terhadap Absalom yang berbeda di Mzm 3 dan 2Sam
15:13-18:6.
3. Ketidaksesuaian antara rujukan sejarah dan nuansa mazmur
yang bersangkutan (Mzm 7). Mzm 30:1 tentang pentahbisan bait
Suci, tetapi isinya berupa sebuah pengucapan syukur atas
kesembuhan dari penyakit berat.
b) Respon.
1. Judul mazmur memang tidak termasuk dalam inspirasi (kontra
Kidner), tetapi penambahan ini pasti berasal dari tradisi yang
bisa dipercaya.
2. Sulit dimengerti mengapa para rabi menambahkan sesuatu
(rujukan sejarah) yang tidak sesuai dengan catatan kitab Samuel
atau Tawarikh. Mereka pasti sangat berhati-hati dalam
memberikan rujukan sejarah yang tepat. Ini bisa terlihat dari
fakta bahwa mereka tidak selalu memberi rujukan sejarah.
3. Ketidaksesuaian sejarah mungkin disebabkan tidak semua
peristiwa hidup Daud ditulis dalam Alkitab (cf. Mzm 60:1).
4. Mzm 60:1 sekaligus membuktikan kekunoan penambahan
judul ini. Para rabi yang jauh lebih kemudian daripada Daud
tidak mungkin berani menambahkan hal-hal detail yang tidak
ada di dalam Alkitab. Para editor ini pasti hidup dalam masa
yang tidak terlalu jauh dengan Daud, sehingga mereka masih
memiliki akses ke tradisi lisan suatu mazmur.
5. Perbedaan dengan LXX sangat mungkin disebabkan banyak
istilah teknis mazmur yang sudah tidak diketahui pada zaman
LXX. Dalam banyak kasus LXX menmilih terjemahan yang
tampak tidak masuk akal (Archer, 491-2).
Susunan kitab Mazmur
1) MT berisi 150 mazmur, LXX = 150 (ps. 151 di luar pembagian yang
ada), Talmud = 147 mazmur (Sabbath 16). Perbedaan jumlah ini
sangat mungkin terkait dengan pemisahan/penggabungan dua
mazmur (lihat perbandingan MT dan LXX di bawah). Talmud
(Berachoth 9b) menggabungkan Mzm 1 dan 2 menjadi satu
mazmur. Penggabungan ini berbeda dengan Kis 13:33 (cf. Mzm 2:7).
2) Jika suatu mazmur memiliki introduksi, perhitungan ayat dalam
versi Inggris berbeda dengan MT maupun versi Indonesia. Versi
Inggris biasanya tidak memasukkan introduksi ke ayat 1 (cf. 3:2
versi Indonesia = 3:1 versi Inggris). Jika suatu mazmur tidak ada
introduksi berarti penomoran ayat sama. Jika introduksi suatu
mazmur terdiri 2 ayat (cf. Mzm 51:1-2), penomoran versi Inggris
juga akan lebih tinggi 2 ayat.
3) Perbedaan susunan kitab mazmur antara MT dan LXX.
Ibrani
Yunani
17
1.8
9.10
11.113
114.115
116
117.146
147
148.150
1-8
9
10-12
113
114-115
116-145
146-147
148-150
(tambahan 151)
Catatan:
a) LXX menggabungkan Mzm 9-10 dan 114-115 serta memisahkan
116 dan 147.
b) Penggabungan mzm 9 dan 10 menjadi satu mazmur di LXX lebih
bisa diterima. Pertama, Mzm 9 dan 10 seharusnya dijadikan satu,
karena dari 9:1-10:18 membentuk puisi akrostik. Di samping itu,
gaya bahasa dan kosa kata di dua mazmur ini juga sama.
c) Perubahan penomoran oleh LXX dalam kasus lain tampaknya tidak
tepat dan spekulatif.
d) Penggabungan Mzm 1 dan 2 di Talmud (Berachoth 9b) mungkin
didasarkan persamaan (kemiripan) dua mazmur ini:
1. Tidak seperti mazmur lain di bagian I, dua mazmur ini tidak
diasosiasikan dengan Daud.
2. Meskipun tidak ditulis oleh Daud, dua mazmur ini justru
diletakkan sebagai pembuka kitab Mazmur.
3. 1:1 berbahagialah orang yang = 2:12b berbahagialah
semua orang
4. 1:1 duduk dalam kumpulan pencemooh = 2:4 Dia yang
duduk di surga
5. 2:2b merenungkan Taurat = 2:1 merenungkan perkara siasia
6. 1:6 orang fasik binasa = 2:12 kamu binasa di jalan
[Catatan: kemiripan ini hanya menyangkut kosa kata. Tidak ada
kesamaan jenis mazmur maupun tema. Jadi, penggabungan ini
tampaknya tidak tepat]
Isu khusus: Mazmur 151
Selain berbeda dalam penyusunan pasal-pasalnya, LXX juga
menambahkan Mazmur 151, meskipun dalam teksnya tertulis secara
eksplisit bahwa pasal tersebut berada di luar pasal yang seharusnya.
Mazmur ini juga ditemukan di antara naskah-naskah laut Mati di Qumran
(11Q Psa). Sebagai informasi, DSS juga menyertakan 39 pasal Mazmur
kanonik dalam susunan yang tak teratur dan diselingi dengan ucapan
Daud terakhir (2 Samuel 23:1-7).
Mazmur 151 dalam LXX
19
l.
Mzm 102 Doa dari (l.) orang sengsara, pada waktu ia letih lesu dan
mencurahkan pengaduannya kepada TUHAN.
Kedua, persamaan 2Sam 22:1-51 dengan Mzm 18. Kedua bagian ini
sangat identik, sehingga mendukung penulis Mzm 18 (cf. ay. 1
20
atau l.
4)
ryv
rAmz>m
tAl[]M;h;
ryv
~T'k.m
Song
Psalm
Song
ascent
Mikhtam
ryv
21
lyKif.m
!AyG"v
hL'hiT
hL'piT
Maskil
akar
kata
lkX.
Beberapa
mengartikan
lyKif.m
Terminologi musik
x;Cen:m. To the chief Untuk pemimpin biduan. Arti yang lebih
musician
tepat memang pemimpin paduan suara,
l
bukan pemimpin grup musik.
With
stringed
Dengan permainan kecapi. Terjemahan ini
tAnygIn
instruments
terlalu menyempitkan, karena instrumen
>
string bisa kecapi maupun gambus (Mzm
33:2).
For
the
flute
Dengan permainan seruling.
tAlyxiN>
tynIymiV
.
tAml'[]
On
the Menurut lagu yang kedelapan. Terjemahan
octave;
for ini kurang tepat. tynIymiV. merujuk
the
eight;
pada alat musik string yang bersenar 8.
eight string
tynIymiV. bisa merujuk pada octave
lyre.
yang lebih rendah daripada soprano.
Alamoth
Dengan lagu: Alamoth. tAml'[ mungkin
merujuk pada soprano atau high pitch.
tl;x]m'
hl's,
!AyG"h
tyTiGIh;-
Mahalath
22
l[
Gittith
23
Ketika kerajaan Daud terpecah dan negara Israel tidak lagi memiliki
kemerdekaan, banyak mazmur yang berhubungan dengan Daud diberikan
suatu penafsiran baru yang bersifat futuris, yaitu pengharapan tentang
datangnya seorang raja di masa depan yang akan merestorasi bangsa
Israel. Penafsiran ini merupakan penafsiran mesianis yang telah beredar
di lingkungan Yahudi. Selanjutnya, penafsiran yang sama juga ditemukan
dalam PB (cf. Kis 2:30-35; 4:25-27). Petrus menginterpretasikan kembali
beberapa mazmur (Mzm 2, 6, 110) yang secara tradisional berhubungan
dengan Daud dalam terang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus.
Bahkan beberapa mazmur yang secara tradisional tidak berhubungan
dengan Daud juga ditafsirkan secara kristologis (Kis 4:24-25 dari Mzm 2:12; Ibrani 4:7 dari Mzm 95:8). Tafsiran ini terus dilestarikan mulai zaman
pasca
rasuli
sampai
modern.
Sebagai
contoh,
Agustinus
menginterpretasikan berkat dalam Mazmur 1 hanya dapat diaplikasikan
pada Yesus dan bahwa pohon yang ditanam di tepi aliran air menunjuk
pada Yesus pula.
Form Criticism oleh Gunkel
Suatu babak baru dalam penafsiran Mazmur dipelopori oleh karya
Hermann Gunkel pada tahun 1926. Gunkel melakukan pendekatan kritik
bentuk dengan mengklasifikasikan mazmur menjadi beberapa kategori
atau jenis (Gattungen) dan meletakkan kategori atau jenis-jenis tersebut
ke dalam situasi kehidupan (Sitz im Leben) dalam pengalaman orang
Israel. Fondasi ini terus dipakai oleh hampir semua teolog modern pasca
Gunkel.
1)
Gunkel membedakan mazmur-mazmur berdasarkan jenis (biasa
disebut genre). Masing-masing genre memiliki ciri tertentu yang unik.
Jadi, mazmur-mazmur yang dikategorikan dalam satu genre pasti
memiliki bagian-bagian tertentu yang relatif sama dan konsisten (lihat
Genre mazmur).
2)
Arti mazmur tidak lagi ditentukan penelitian latar belakang
historis/peristiwa pembuatan mazmur tersebut. Perhatian lebih
diarahkan pada fungsi mazmur dalam perjalanan hidup bangsa Israel.
3)
Meskipun Gunkel mengetahui bahwa kebanyakan dari jenis mazmur
di atas berakar dari konteks ibadah masyarakat Israel sebelum
pembuangan, dia berpendapat bahwa kitab Mazmur ditulis ketika
mazmur-mazmur itu tidak lagi dipakai dalam konteks ibadah.
Penafsiran pasca Gunkel
Sigmund Mowinckel: Cult Functional Method.
Berangkat dari keyakinan bahwa mayoritas mazmur merupakan
bagian integral dalam ibadah, Mowinckel berusaha menemukan setting
mayoritas mazmur dalam konteks ini. Bagi Mowinckel, tugas terpenting
adalah menemukan setting suatu mazmur dalam ibadah Israel. Dalam
hal ini ia berbeda pendapat dengan gurunya, Gunkel. Contoh: Mzm 26
digunakan oleh seseorang yang mengklaim tidak bersalah sambil
mengelilingi mezbah dengan ucapan syukur. Ketidakbersalahan ini
disimbolkan dengan pencucian tangan.
2)
Respon terhadap Gunkel dan Mowinckel. Ada beberapa pertanyaan
yang tidak terjawab melalui metode mereka. Apa yang terjadi dengan
mazmur ketika sumber dan setting aslinya hilang (tidak diketahui lagi)?
1)
24
25
3)
Kategorisasi.
Jenis ini paling banyak didapati dalam kitab Mazmur. Ada sekitar 50
mazmur yang termasuk dalam jenis ini (kebanyakan ada di buku I dan
II). Cerita tentang Hana di 1Samuel 1 mengindikasikan dengan jelas
natur, sumber dan setting ratapan pribadi. Seorang yang punya
pergumulan datang ke bait Allah untuk berdoa dan menumpahkan isi
hatinya kepada Allah. Sebagai jawaban atas doanya, ia menerima
jaminan bahwa Allah telah mendengar doanya.
3
22
42
4
25
43
63
102
5
26
51
64
109
6
27
52
69
120
7
28
54
70
130
9
31
55
71
140
10
35
56
77
141
11
36
57
86
142
13
38
59
88
143
16
39
61
94
17
40
62
2)
Problem khusus.
a) Mazmur ratapan pribadi merefleksikan berbagai setting. Mazmur ini
dijadikan doa oleh mereka yang sedang sakit, dituduh secara
hukum, difitnah, ditekan, diancam musuh, dsb. Dalam beberapa
mazmur terlihat bahwa orang pergi ke bait Allah untuk memohon
perlindungan Allah.
b) Kadang kala setting dan masalah yang dihadapi tidak terlalu jelas.
Siapakah identitas musuh peratap? Bagaimana situasi dia yang
sesungguhnya (nyata)? Seandainya musuh yang dihadapi adalah
penyakit (e.g., Mzm 38), apakah penyakit ini harus ditafsirkan
secara literal?
c) Dalam beberapa kasus, tidak ada musuh yang disebutkan peratap
(Mzm 51).
3)
Identitas musuh.
a) Tindakan musuh.
1. Mereka berusaha mencabut nyawa peratap (Mzm
35:4; 38:12; 40:14; 54:3; 63:9; 70:2).
2. Mereka mengekspresikan sukacita yang besar atas
kemalangan peratap (Mzm 6:10; 13:4; 35:15).
26
b)
c)
d)
e)
27
Jenis
Mazmur ratapan pribadi dapat dibagi lagi berdasarkan topik/inti
pergumulan yang sedang dihadapi pemazmur, misalnya ratapan orang
yang sedang sakit, orang yang sakit dan tertekan serta orang yang
dianiaya dan dituduh (Kraus, dimodifikasi oleh Bullock) untuk detail
lihat tabel.
5)
Struktur
a) Pendahuluan (alamat ratapan).
Allah adalah tempat peratap menumpahkan isi hatinya. Hubungan
ini tampak sangat intim (e.g., Allahku, 4:1; 5:2) dan jujur (peratap
mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya, cf. Mzm 13:23). Allah digambarkan sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa (dan
harus?) menolong peratap. Bagian ini biasanya dimulai dalam
bentuk pertanyaan kepada Allah, misalnya mengapa? atau
berapa lama lagi?.
b) Isi ratapan.
1. Alasan: alasan ratapan bisa bervariasi, misalnya
penyakit (Mzm 6:3-4), tekanan secara spiritual (Mzm
13:2-3), dosa (Mzm 130:3-4), penganiayaan maupun
tuduhan (Mzm 35:1-3).
2. Tujuan: ratapan (keluhan) biasanya ditujukan pada
Allah (yang dianggap sebagai penyebab kesedihan
dan harus bertanggungjawab), diri sendiri maupun
musuh.
c) Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah (3:5; 4:9).
d)
Petisi: permohonan kepada Allah (kadang-kadang disertai
adanya hak
peratap terhadap Allah dalam petisinya).
e)
Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap,
bahkan kadangkadang disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah (6:5;
88:11-13).
f)
Janji untuk memuji Allah: peratap berjanji untuk
pertolongan Tuhan
bahwa ia akan membayar sesuatu sebagai rasa syukur dan
pujiannya (13:6)
g)
Pujian kepada Allah: pujian karena Allah menjawab doanya
(7:180
6)
28
Karakteristik
Yang termasuk dalam jenis mazmur ini:
12 14 44 53 58 60 74 79 80 83 85 90 106 108 123
126 137
Contoh-contoh ratapan kelompok/bersama yang pernah ada:
- pada masa Israel di Mesir: Kel 2:23 (dalam bentuk statement)
- Musa: Kel 5:22-23
- Yosua 7:7-9
- Bangsa Israel: Hakim-hakim 21:3
Contoh-contohnya dalam kitab nabi-nabi:
- Yesaya 63:7-64:11
- Yeremia 14:7-9, 19-22
- Hab 1:2-4, 12-17
- Ratapan 5
Beberapa ratapan kelompok diikuti oleh tindakan tertentu sebagai
bagian dari
ratapan :
29
Struktur
a. Alamat
ratapan:
kadang-kadang
ini
juga
berfungi
sebagai
ratapan
pendahuluan (bdg: 74, 79, 80)
b.Tindakan
Allah
pada
masa lampau: orang-orang
mengingatkan Allah
kembali akan apa yang telah Dia lakukan terhadap bangsa mereka
c. Ratapan: meliputi apa yang dilakukan oleh musuh (74:4-8; 79:13), apa yang
dialamai orang-orang yang meratap tersebut (74:9; 79:4) dan apa
yang sedang
Allah lakukan terhadap mereka (Mengapa? Berapa lama?)
d. Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah
e. Petisi: permohonan kepada Allah untuk mereka (orang-orang
yang meratap)
dan untuk musuh mereka
f. Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap
g. Janji untuk memuji Allah
3)
Komponen
a. Isi Ratapan :
- Allah : kata yang biasa dipergunakan adalah Mengapa?
dan Berapa
lama? untuk
menanyakan mengapa
Allah
menolak,
meninggalkan
ataupun melupakan umat-Nya.
- Situasi yang dihadapi mereka, berisi keluhan terhadap apa
yang mereka
30
hadapi
- Apa yang dilakukan oleh musuh terhadap mereka
b. Tindakan Allah pada masa lampau:
- tujuannya adalah untuk membuat perbandingan antara apa
yang Allah
lakukan pada masa lampau dengan apa yang terjadi pada
umat-Nya saat
itu, seolah-olah mengingatkan Allah akan tindakan-tindakan-Nya
yang
luar biasa pada masa lampau (44; 80:8, 12)
- sisi lain dari bagian ini adalah mengingatkan kembali
pada sejarah, yaitu
bahwa sejarah mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan
yang diikat
bersama dalam kontrol Allah
- bagian ini seringkali dinamakan pujian deklaratif/pernyataan
c. Petisi, berisi:
- permohonan
untuk mendapatkan perhatian dari Allah,
biasanya
mempergunakan berbagai macam kata perintah Datanglah,
Bangkitlah,
Dengarkanlah, Lihatlah, Janglah diam, Ingatlah.
- permohonan
untuk
intervensi
Allah,
misalnya
Tolonglah kami,
Selamatkanlah kami
- respon Allah: setelah menggambarkan situasi dan menyatakan
petisi mereka,
orang-orang secara otomatis mengharapkan jawaban Tuhan.
Himne
1)
Karakteristik
Mazmur yang termasuk kategori ini:
29
33 68 100 103 105 111 113 114
115 117
134 135
139 145 146 147 149 150
Pentingnya himne:
- Mazmur himne dan mazmur ucapan syukur merupakan respon
manusia
yang terbaik untuk menggambarkan kedaulatan, kekuatan dan
keagungan
Allah (siapa dan karya apa yang Allah lakukan)
- kedua jenis mazmur ini menunjukkan kepada kita tentang iman,
teologi dan
kesalehan Israel. Mereka mengekspos bagaimana Israel
mengenal Allah dan
apa yang mereka percayai sehubungan dengan Allah.
- Himne dimengerti sebagai suatu lagu jemaat yang berkumpul
bersama untuk
beribadah. Biasanya tidak ada ibadah atau perkumpulan yang
akan tetap ada
31
Jenis
Menurut Westermann, himne dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Pujian-pujian deskriptif (yang bersifat menggambarkan): himne
untuk memuji
Allah karena segala perbuatan, sifat dan keberadaan-Nya secara
keseluruhan
(113)
b. Puji-pujian deklaratif (yang bersifat menyatakan): himne untuk
memuji Allah
karena perbuatan-perbuatan-Nya yang khusus yang
Dia
perbuat terhadap
seseorang atau sekelompok orang
Himne bagian kedua inilah yang akhirnya dia definisikan
sebagai mazmur
ucapan syukur (untuk membedakan dari himne).
Wendel memberikan beberapa kategori untuk membedakan antara
himne dan
mazmur ucapan syukur:
a. Di dalam himne seseorang yang dipuji ditinggakan; di dalam
ucapan syukur,
obyek (orang) nya tetap di tempatnya
b. Di dalam himne, saya diarahkan kepada seseorang yang
saya puji
(meninggalkan diri sendiri);
di dalam ucapan syukur,
kata
saya
mengungkapkan ucapan syukur saya
c. Esensi dari himne adalah kebebasan dan spontanitas; ucapan
syukur dapat
menjadi suatu kewajiban
d. Natur himne adalah bersifat kelompok dan terjadi pada orang
banyak; ucapan
syukur bersifat pribadi (karena melibatkan sesorang yang
mengucap syukur
dan obyek dari ucapan syukur itu)
e. Himne pada intinya merupakan sukacita; ucapan syukur dapat
mengambil
32
Struktur
a. Pendahuluan
- sering dimulai dengan bentuk perintah untuk memuji,
seperti: Pujilah
Tuhan, Bernyanyilah. (kata yang paling banyak muncul
adalah Pujilah
Tuhan, cth: 117)
- perintah ini diikuti dengan penyebutan nama Tuhan
- pendahuluan ini mengungkapkan tujuan dari pemazmur
sendiri (145:1),
ataupun ajakan yang ditujukan kepada para pemusik dan
penyanyi (33:2),
kepada para hamba (135:2), dan anak-anak Allah (29:1), atau
orang-orang
benar (33:1), kepada Yerusalem (147:12), atau kepada seluruh
bangsa (117),
dan kepada seluruh makhluk yang bernafas (150:6).
33
b. Bagian Utama
- Pendahuluan itu selanjutnya diikuti dengan alasan untuk memuji
- Selanjutnya diikuti dengan serangkaian participal,
yang.. yang.
(146:7). Participal memberi ide seolah-olah apa yang Allah
lakukan terus
berlangsung hingga sekarang.
- bentuk
pujian kadang-kadang muncul dalam bentuk
pertanyaan retorik
113:5)
- di dalam himne, perbuatan-perbuatan Allah digambarkan, baik
yang telah
Dia lakukan maupun yang sedang dilakukan-Nya
c. Kesimpulan
- tidak ada alur aturan yang tetap untuk kesimpulan
- kadang-kadang
berupa
ucapan
berkat
(29:11),
ataupun harapan/
permintaan, malahan kadang hanya berupa ucapan
halleluya (113:9)
Ucapan Syukur Pribadi
1)
Karakteristik
Yang termasuk mazmur jenis ini:
30
34
41
66
92
116
118
138
Tujuan
mazmur ini adalah bersyukur kepada Allah karena
tindakan
pembebasan yang dilakukan Allah dan memuji Pembebas-nya
di hadapan
jemaat (20:1-3;34:4,6;41:4)
Ada hubungan dan kesamaan antara Mazmur ini dengan
mazmur ratapan
pribadi, misalnya janji pemazmur untuk mengucap syukur.
Secara umum
yang membedakannya dengan mazmur ratapan individu adalah
susunannya:
- Mazmur ucapan syukur: pujian + tekanan/pergumulan pada masa
lampau
- Mazmur ratapan
: tekanan/pergumulan + pujian pada masa
mendatang
Mazmur Ratapan
Mazmur Ucapan Syukur
a. Jeritan (dengan keluhan)
a. KepadaMu aku berseru..
b. Permohonan agar Allah
b. Engkau telah mendengarku..
berbalik
c. Permohonan agar Allah
c. Engkau telah mengangkat..
turut campur tangan
Formula pendahuluan yang paling
sering
muncul
adalah
Aku
akan
memuji Engkau, Tuhan, Aku hendak
memuji
Engtkau
pada
segala
waktu, dan Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan.
34
2)
Struktur
a. Pendahuluan
Pendahuluan mazmur ucapan syukur hampir identik dengan
kesimpulan
mazmur ratapan individu (bdg: 13:6 dan 30:1). Selanjutnya
diikuti dengan
alasan memuji pendek (30:1-3; 116:1; 138:3)
b. Bagian Utama
Merupakan
penggambaran
tentang tindakan/karya Allah.
Bagian ini
merefleksikan dua natur ratapan: Dengarlah doaku dan
Selamatkanlah
aku. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian: pengulangan tentang
krisis yang
terjadi sebelumnya dan laporan/cerita tentang penyelamatannya.
Cth: pengulangan krisis: 30:6-7
Cerita tentang penyelamatan: Aku berseru 30:8-10 dan Allah
menyelamatkan aku 3011-12
Kesukaran/permasalahan seringkali digambarkan sebagai suatu
perbudakan
atau sesuatu yang mendekati maut, sementara pembebasannya
digambarkan
sebagai pembebasan dari maut.
Ada juga tiga bagian penyelamatan yang berhubungan dengan
bagian dari
ratapan individu (34:5 bdg 6:1,4)
- seruan
- Aku mencari Tuhan
- permohonan agar Allah berbalik
- Ia menjawab aku
- permohonan pertolongan Allah
- Ia melepaskan aku
dari
c. Kesimpulan
Bentuknya selalu bervariasi tetapi bertujuan untuk memuji Tuhan
(30:12 janji
untuk memuji; 66:20 pujian; 118:28 pujian)
Ucapan Syukur Bersama/Kelompok
1)
Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
67
75
107
124
129
136
Perbedaan pendapat tentang penentuan mazmur-mazmur yang
termasuk dalam
kategori ini paling banyak diperdebatkan oleh para sarjana.
Satu hal yang
disepakati mereka: tidak banyak mazmur jenis ini di dalam
kitab Mazmur.
a. Gunkel
: 66:8-12; 67; 124; 129
b. Westermann
: 124, 129
c. Weiser
: 124
35
d. Murphy
: 67, 124
Jarangnya jenis mazmur ini merupakan kenyataan yang cukup
aneh karena
mazmur jenis ini merupakan cara terbaik untuk menggambarkan
hubungan
antara Tuhan dan Israel.
Beberapa sarjana berusaha
menjelaskannya dengan
cara demikian:
- Pada satu sisi, seperti yang kita ketahui sekarang, kitab Mazmur
dibukukan
setelah
masa
pembuangan dimana selama
itu
hampir
tidak ada
pengalaman karya penyelamatan Allah. Pada sisi lain, masa
ketika Israel
mengalami pembebasan Allah terjadi pada masa lampau.
- Penjelasan yang lain adalah kemungkinan bahwa mazmur himne
dan ucapan
syukur
individu
telah
menyerap/menyertakan
mazmur
ucapan syukur
kelompok sehingga perbedaannya sulit ditemukan. Mungkin
saja orang
Israel kuno tidak membedakan ketiganya secara tajam seperti
yang dilakukan
sarjana modern sekarang.
Kesulitan dalam memahami mazmur ini:
a. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ada hubungan
antara mazmur
ratapan individu dan ucapan syukur individu, tetapi tidak ada
hubungan
antara mazmur ratapan bersama dengan ucapan syukur bersama
b. Hilangnya hubungan tersebut mungkin berhubungan dengan
kemungkinan
bahwa
permohonan
orang-orang pada
masa krisis
nasional
tersebut
tidak dapat diubahkan
menjadi
pujian
dengan
cepat
(sebagaimana dalam
ucapan syukur individu).
Ada dua jenis mazmur ratapan kelompok:
a. mazmur pujian syukur Israel (124, 129)
- tidak ada gambaran tentang perang/pertempuran
- peristiwa historis dalam latar belakangnya tidaklah terlalu jelas
b. mazmur kemenangan
- tidak ada mazmur kemenangan di dalam kitab Mazmur
(mungkin karena
setelah penghancuran Yerusalem pada 587 dan pembuangan ke
Babel, Isreal
tidak lagi mengalami kemenangan dalam perang selama
berabad-abad).
- di dalam kitab Hakim-hakim terdapat pada pasal 5: lagu yang
dinyanyikan
36
Struktur
Menurut Mowinckel:
a. Pendahuluan
b. Bagian Utama: laporan tentang tekanan dan penyelamatan
c. Kesimpulan: ajakan untuk memuji dan mengucap syukur
Menurut Westermann:
a. Pendahuluan: biarlah Israel berkata demikian (124:1b, 129:1a)
b. Ringkasan: jikalau bukan Tuhan (124:2a)
c. Melihat balik: ketika manusia bangkit.. (124: 2b-5; 129:3)
d. Memuji: Terpujilah Tuhan (124:6; 129:4)
e. Laporan tentang tindakan Allah (124:6-7; 129:4b)
f. Kesimpulan: percaya, berharap (124:8; 129:5-8)
Mazmur Hikmat
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
1
32
37
49
73
78
112
119
127
128
133
Ciri-ciri jenis mazmur ini:
- beberapa mazmur memakai kata-kata yang hampir mirip dengan
kata-kata yang
dipakai dalam kitab Amsal (Maz 37:16 bdg Amsal 16:8; Maz 128:1
bdg Amsal
28:14)
- beberapa mazmur memiliki motif yang sama dengan beberapa
literatur hikmat
dalam PL, seperti Amsal, Ayub dan Pengkhotbah (37:7,37,38).
- beberapa mazmur menunjukkan perbedaan linguistik dan gaya
yang berbeda
dari literatur hikmat, misalnya pemakaian kata orang benar dan
orang fasik.
Jika mazmur
mempergunakan
gaya
tertantu,
itulah
mazmur
hikmat:
pemakaian istilah
berbahagia
(1:1; 32:1),
kata-kata
pembukaan dengarlah
37
38
membisu.
Masing-masing
mengungkapkan
untuk memuji
keagungan, kekuasaan dan kemuliaan Allah.
pesan-pesan
2) Struktur
Tidak ada stuktur yang baku karena obyeknya berlainan.
Mazmur Penaikan Tahta
1)
Karakteristik
Yang termasuk mazmur ini:
47
93
95
98
99
Ciri-ciri mazmur ini:
- Allah yang dipuji sebagai Raja begitu dominan
96
97
%l'm' hw"hy>
Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
2
18
20
21
45
132
144
Ciri-ciri mazmur ini;
39
72
89
101
110
Struktur
Tidak ada stuktur tetap/baku
adanya berbagai
latar belakang (lih. di atas).
yang dapat
teridentifikasi karena
Mazmur Liturgis
Yang termasuk dalam mazmur ini: 15
24
50
81
82
Ciri-ciri mazmur ini:
- mazmur ini dibentuk dengan beberapa aktifitas dalam liturgi,
baik dalam
bentuk perkataan maupun tindakan
- biasanya dialoog yang antifonal maupun responsive menjadi
bagian mazmur
ini.
Dialog antifonal dalam ibadah biasanya diikuti oleh suatu
aktifitas yang
ditunjukkan oleh kedua kelompok atau oleh liturgis dengan
jemaatnya.
40
41
Ayub
Identitas Ayub
Sehubungan dengan identitas Ayub, kitab Ayub sendiri memberikan
gambaran yang cukup jelas namun membutuhkan penafsiran lebih lanjut.
Ada beberapa frase dari Ayub 1:1-3 yang perlu diketahui untuk
mengetahui identitas Ayub:
42
Tanah Us
Kata tanah Us disebutkan 3 kali dalam PL (Ayub 1:1; Rat. 4:21; Yer.
25:20)
tetapi kata ini tidak pernah
muncul di literatur lain di
daerah Timur Tengah. Asumsi yang paling banyak diterima adalah
bahwa nama Us adalah
sebuah eponymic (nama yang didasarkan
pada nama orang) dan
kemungkinannya adalah Us adalah nama
daerah yang dihuni oleh orangorang keturunan Aram (Kej 10:23)
atau keturunan Disyan (Kej 36:28).
1. Us dalam Yer. 25:20
Nama Us pada bagian ini adalah sesuatu yang riil karena disebutkan
bersamaan dengan daftar nama-nama kota dan daerah-daerah
(seluruhnya
berjumlah 25) yang letak geografisnya masih ada
sampai sekarang.
Penyebutan nama-nama kota ini dimulai selatan
menuju utara hingga menuju ke arah timur.
Us muncul antara
bangsa-bangsa campuran dan
orang Filistin dan selanjutnya
disebutkan nama Edom hingga raja Arab (ay.
24). Dengan demikian
kemungkinan letak Us adalah di Edom dan Arab.
2. Us dalam Rat 4:21
Ratapan lebih jelas menyatakan bahwa Us adalah tanah yang
didiami oleh
orang Edom. Dari segi literatur, bentuk penulisan yang
muncul pada ayat ini merupakan sinonim paralelisme sehingga dapat
disimpulkan Edom dan Uz
adalah
sesuatu
yang
sama
dan
disebutkan secara interchangeable.
Kesimpulan : Letak tanah Us adalah di Edom.
Orang di sebelah timur
Istilah orang di sebelah timur merupakan istilah yang samar-samar
merujuk pada suku-suku bangsa dan kerajaan yang tinggal di daerah
padang gurun hingga ke arah timur sungai Yordan dan Aravah. Istilah
ini juga pernah juga muncul di
1
Raja 4:30
yang
menggambarkan perbandingan kekayaan dan hikmat.
Namun
sampai saat ini belum ada kesepakatan final yang
menyatakan
bahwa istilah orang-orang di sebelah
timur menyatakan status
Ayub sebagai bagian dari mereka; istilah ini lebih menekankan
Ayub
sebagai orang yang tinggal di daerah tersebut.
Nama ketiga teman Ayub
Kebanyakan pendapat menyatakan bahwa ketiga teman Ayub
adalah orang
Edom. Teman adalah ibukota Edom yang terletak di
perbatasan tanah Negeb
Yudea. Suah tidak dikenal dan Naama
(Yosua 15:41) adalah kota Yudea di perbatasan Filistin, yaitu di sebelah
baratlaut tanah Negeb.
Nama Ayub
Namanya bukan nama umum orang Israel. Dalam catatan
tambahan yang
terdapat pada terjemahan LXX, nama Ayub
merupakan nama kecil/tiruan
dari Yobab (nama seorang raja
bAYai)
bwya
musuh (
), Baba Bathra 16a. Tetapi ada juga yang
mengartikannya
menyesal. Ada juga yang mengatakan bahwa
nama Ayub merupakan
anagram (suatu kata atau frase yang
43
($mynbw
#ra).
hdwhy
Sedangkan
teolog
lainnya,
Abright,
menyatakan
kemungkinan
adanya penggabungan dari frase Dimanakah
ba hya)
Bapaku? (
sumber Semit.
44
Social Setting
Banyak sarjana merujuk latar belakang sosial kehidupan Ayub
adalah pada masa para patriarkh hidup. Ada banyak referensi dari kitab
Ayub sendiri, misalnya:
kekayaan Ayub dihitung berdasarkan banyaknya ternak dan budak
(1:3; 42:12) yang juga berlaku pada jaman Abraham (Kej. 12:16; 13:2) dan
Yakub (Kej. 30:43; 32:5).
berkali-kali Ayub menyebut tempat tinggalnya dengan kemah
ibadah yang dilakukan Ayub berbentuk korban persembahan ternak
dan ayub sendiri memimpin ibadah tanpa adanya imam sebagai
perantara (bdk. Kej. 15:9-10)
bentuk mata uang yang muncul adalah uang kuno keshita (42:11)
dan itu juga dipergunakan pada jaman Abraham (Kej. 33:19; Yos.
24:32)
rentang waktu hidup Ayub sekitar 200 tahun (bdg. 42:16). Rentang
waktu ini berhubungan dengan usia para patriarch (bdg. Terah,
ayah Abraham, mati pada usia 205; Abraham 175; Yakub147)
Orang Syeba dan Kasdim adalah para nomaden pada jaman Ayub
(Job 1:15, 17), begitu juga pada jaman Abraham (karena
selanjutnya, mereka bukanlah bangsa nomaden)
Anak-anak perempuan Ayub adalah pewaris kekayaan Ayub juga di
samping anak-anak lelakinya. Hal ini tidak mungkin berlaku pada
jaman hokum Musa jika masih ada anak laki-laki yang hidup (Bil.
27:8).
yD:v;
Kata
(Mahakuasa) yang ditujukan kepada Allah
dipergunakan sebanyak 31 kali di Ayub dan merupakan sesuatu
yang sudah umum pada jaman Patriarkh (Kej. 17:1; Kel. 6:3).
Beberapa nama orang dan tempat dalam kitab Ayub berhubungan
dengan kitab Kejadian, misalnya:
a. Orang Syeba (Ayub 1:15; 6:19) adalah cucu Abraham (Kej 25:3)
b. Tema, cucu Abraham yang lain (Kej. 25:15) adalah Tema yang
sama dalam
Ayub (6:19)
c. Elifas (Ayub 2:11) adalah anak Esau (Kej. 36:4)
d. Us (Ayub 1:1) adalah nama keponakan Abraham (Job 1:1)
KITAB AYUB DAN LITERATUR KUNO LAINNYA
Selain kitab Ayub, beberapa kitab kuno lainnya juga memiliki alur
cerita yang mirip dengan Ayub, misalnya:
Dalam
kebudayaan
orang
Kanaan
dikenal
kisah
kepahlawanan Keret, seorang raja yang kehilangan seluruh
anggota keluarganya, termasuk istrinya, dalam serangkaian
bencana alam. Dia sendiri sedang di ambang maut, tetapi
melalui perintah dari dewanya, El, dia mendapatkan seorang
istri yang dan keluarga yang baru.
Di Mesir terdapat sebuah teks kuno yang merupakan dialog
seseorang dengan jiwanya sendiri. Orang itu berdebat
dengan dirinya sendiri dan mempertanyakan apakah
penderitaan yang dialami, To whom can I speak today? I am
laden with wretchedness for lack of an intimate. Death is in
45
STRUKTUR
(1) Struktur gaya literatur
1:1-2:13
Kerangka
Prosa
Narasi
3:1-42:6
Puisi
Argumen
42:7-17
Kerangka
Prosa
Narasi
(2) Struktur melalui pengembangan cerita
1:1-2:10
Ayub diuji
Eksposisi
Ayub dan
anggota
ker.
Sorga
2:11-31:40
Ayub menantang
Ayub & ketiga
Allah
temannya
32:1-42:17
Ayub ditantang
Resolusi
Ayub, Elihu dan
All
ah
(3) Struktur melalui para aktornya
1:1-2:13
Narator
3:1-42:6
Ayub, ketiga temannya, Elihu dan Allah
42:7-17
Narator
46
Ronde I
Ronde II
Ronde III
Ronde IV
Ronde V
Ayub (3:1-26)
Ayub (6:1-7:21)
Ayub (9:1-10:22)
Ayub (12:1-14:22)
Ayub (16:1-17:16)
Ayub (19:1-29)
Ayub (21:1-34)
Ayub (23:1-24:25)
Ayub (26:1-14)
Ayub (27:1-28:28)
Ayub (29:1-31:40)
Elihu (32:1-33:33)
Elihu (34:1-37)
Elihu (35:1-16)
Elihu (36:1-37:24))
Tuhan (38:1-40:2)
Tuhan (40:6-41:34)
VII.
Puisi Hikmat
Percakapan Ayub dengan diri sendiri
Percakapan Elihu
A. Pendahuluan
B. Percakapan pertama
C. Percakapan kedua
D. Percakapan ketiga
E. Percakapan keempat
Konfrontasi antara Allah dan Ayub
47
Elifaz (4:1-5:27)
Bildad (8:1-22)
Zofar (11:1-20)
Elifaz (15:1-35)
Bildad (18:1-21)
Zofar (20:1-29)
Elifaz (22:1-30)
Bildad (25:1-6)
Ayub (40:3-5)
Ayub (42:1-6)
1:1-2:13
3:1-26
4:1-27:21
4:1-5:27
6:1-7:21
8:1-22
9:1-10:22
11:1-21
12:1-14:22
15:1-35
16:1-17:16
18:1-21
19:1-29
20:1-29
21:1-34
22:1-30
23:1-24:25
(24:18-24 problematis)
25:1-6
26:1-14
27:1-23
(27:7-23 problematis)
28:1-28
29:1-31:40
32:1-37:24
32:1-5
32:6-33:33
34:1-37
35:1-16
36:1-37:24
38:1-42:6
VIII.
38:1-39:33
39: 34-38
40:1-41:25
42:1-6
42:7-17
Struktur keempat adalah model struktur kitab Ayub yang paling banyak
diterima oleh para sarjana, tetapi tidak semua dari mereka menyetujui
pemisahan bagian percakapan Ayub dengan diri sendiri (bag. II) dan
bagian III. Masih diperdebatkan apakah pada bagian itu Ayub berkata-kata
dan kemudian teman-temannya memberi jawaban ataukah temantemannya berkata terlebih dahulu dan Ayub memberi jawaban.
Secara keseluruhan struktur literatur kitab Ayub adalah seperti yang
terdapat dalam bagan di bawah ini:
Pre-dialog
Pasal 1-3
Dialog
Pasal 4--27
Prologue
1-2
dengan
Pembicaraan
Ayub
Ketiga
dirinya
22-17
sendiri
Pertama
4-14
Post-dialog
Pasal 28-42
Kedua
15-21
Puisi
Pembicaraan
Epilogue
hikmat Ayub dengan
42:7-17
28
dirinya sendiri
29-31
Elihu
Allah
32-37
&
Ayub
38-42:6
48
49
50
51
52
53
54
55
b. Jawaban rendah hati dari Ayub: tidak dapat berkata apa-apa (36-38)
Perkataan Allah yang kedua: 40:1-42:6
a. Pendahuluan (1)
b. Tantangan pembukaan (2-3)
c. Pertanyaan ironis dan ejekan tentang kekuatan Ayub (4-9)
d. Tantangan sarkastik kepada Ayub sehubungan dengan kontrol
terhadap 2 ciptaan Allah (40:10-41:25)
- Kuda Nil (40:10-19)
- Buaya (40:20-41:25)
Ketertundukan Ayub pada Allah (42:1-6)
a. Pendahuluan (1)
b. Jawaban Ayub (2-6)
- Pengakuan akan kekuasaan dan maksud ilahi (2)
- Pengakuan akan ketidakpeduliannya (3-4)
- Pengakuan akan kenyataan bahwa Allah muncul padanya (5)
- Tunduk pada Allah dan mencabut perkataannya (6)
Frase-frase Penting dalam Kitab Ayub
Orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Tuhan dan menjauhi
kejahatan (1:1)
Gambaran tentang karakater Ayub dinyatakan pada 1:1 sebagai
seorang yang saleh dan jujur; takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
~T'
rv"y"w>
Istilah saleh (
) dan jujur (
) merupakan suatu
istilah yang sering dipakai bersamaan dan sudah umum dalam dunia
hikmat dan amsal (bdg. Ams. 2:7; 2:21; 28:10; 29:10; Maz. 37:37; 25:21);
~yhil{a/ arEywI)
dan menjauhi kejahatan ([r"(me rs"w>): bandingkan Ayub 28:28;
begitu juga dengan istilah takut akan Tuhan (
Ams 3:7; 16:6).
56
Anak-anak Allah (
~yhil{a/h' ynEB.)
~yhil{a/h' ynEB
Penggunaan istilah
Frase ini muncul dalam kitab Ayub sebanyak 3 kali (1:6; 2:1; 38:7).
Di dalam literatur Timur Kuno, utamanya Ugarit, istilah ini
merupakan istilah umum yang diaplikasikan untuk bala tentara surga.
Dalam agama orang Kanaan, istilah ini menggambarkan keturunan secara
ynEB
57
~yhil{a/h' ynEB
yk v
yk, v
atau sejenisnya.
Ketidakmunculan
,
atau sejenisnya itu mencurigakan dan
selanjutnya dapat memacu keingintahuan tentang alasan ketidak
munculan kata tersebut.
Pengulangan pemakaian kata ganti I merupakan sesuatu yang
umum dalam bahasa Ibrani, namun dalam kitab Ayub ditemukan 20
kali pemakaina kata tersebut yang agak ganjil. Secara umum dalam
58
ynIa
ynIa
lia]GO)
lia]GO
Penebusku? Kata
bisa berarti:
Penuntut balas: sanak saudara dekat yang mempunyai kewajiban
untuk menuntut balas seorang pembunuh
Suami levirat: saudara laki-laki atau sanak saudara dekat dari
seorang laki-laki (status: telah menikah) yang telah mati, yang
memindahkan kewajibannya untuk mengawini istri laki-laki yang
telah mati tadi dan membangkitkan keturunan atas nama almarhum
dan berhak sebagai ahli waris dari kekayaan almarhum
Penebus masalah kekayaan: seorang saudara dekat yang
mempunyai hak menolak pertama kali untuk membeli harta milik
yang telah dijual karena jatuh miskin
Penebus dari perbudakan: seorang sanak saudara yang boleh
membeli kembali seseorang yang telah menjual dirinya sendiri
sebagai hamba/budak kontrakan
Ada juga konsep Allah sebagai Penebus yang dimunculkan pertama kali
dalam Kel. 6:6, dalam Hosea, Yesaya dan Mazmur. Penebus di kitab-kitab
tersebut fungsinya sangat terbatas dan mencakup penebusan
dari
pembuangan, penaklukan, kematian, kesalahan atau kemalangan yang
tak dikenal.
Di dalam Alkitab, pada kenyataannya kata Penebus hanya merujuk
pada Allah. Sebenarnya ketika Ayub berkata Tetapi aku tahu Penebusku
hidup saat itu dia sedang berkata Tetapi aku tahu Allahku hidup karena
di budaya dunia Israel kuno saat itu adalah tidak mungkin bagi seseorang
untuk mengklaim bahwa dia tahu Allahnya hidup. Sedangkan alasan
mengapa Ayub memilih kata Penebus untuk menggantikan kata Allah
adalah karena kedekatan kata tersebut dengan kata-kata bagian
sebelumnya (ay. 13-19) yang memiliki hubungan yang dekat dengan kata
lia]GO.
yx'_
59
60
61
62
63
Amsal
=============================================================
Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan
Pendahuluan Amsal (umum)
Bahasa Ibrani menggunakan kata lv'm untuk menunjuk pada amsal.
lv'm' )
64
umum. Dengan kata lain, amsal lebih bersifat universal (walaupun tidak
dapat dihindarkan adanya sedikit unsur budaya tertentu).
Kategori Amsal
1. Kata-kata Populer
Tidak seperti
halnya
puisi dengan paralelisme-nya,
yang dinamakan kata-kata populer biasanya satu pernyataan dalam
bentuk saru kalimat. Misalnya:
- Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan
TUHAN (Kej 10:9)
- Apa Saul juga termasuk golongan nabi? (1 Sam. 10:12; 19:24)
- Dahulu biasa orang berkata begini: Baiklah orang minta petunjuk di
Abel dan
di Dan (2 Sam 20:18)
- Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? (Yoh. 1:46)
- Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas
(Tit 1:12)
2. Pepatah/peribahasa
Pepatah
biasanya
terdiri
dari 2 atau 3
baris kalimat
(paralelisme) yang
berbentuk pernyataan
(bukan perintah)
yang
didasarkan pada
pengalaman (bukan
otoritas) dari si pengajar (guru).
Pepatah/peribahasa dapat berbentuk:
a. Penjajaran (Juxtaposition)
Dalam penjajaran, elemen atau setiap bagian yang membentuk kalimat
dirangkai satu persatu tanpa adanya perbandingan
Contoh: Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi
orang yang
sesat jalannya, menghina Dia (Ams. 14:2)
Siapa suka bertengkar, suka juga
kepada
pelanggaran,
siapa
memewahkan pintunya mencari kehancuran (Ams. 17:19)
b. Perbandingan (Comparison)
Perbandingan dapat berbentuk simile (seperti.) atau better saying
(lebih baik.daripada).
Contoh: Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri
sendiri, dari
pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan (Ams.
12:9)
Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang
yang
memberi hormat kepada orang bebal (Ams. 26:8)
c. Pepatah dalam bentuk bilangan (Numerical Saying)
Numerical sayings merupakan bentuk perbandingan kuno yang
bertujuan untuk memahami susunan alam semesta. Numerical sayings
dapat berbentuk permainan atau teka-teki yang mengikuti pola X , X
+1.
Contoh: Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal
yang
tidak kumengerti (Ams. 30:18)
d. Peringatan/teguran
65
hm'k.x'
adalah
. Karena arti istilah setiap saat berubah dan selalu
berbeda sesuai dengan latar belakang sosialnya, maka artinya tidaklah
selalu sama.
hm'k.x'
66
berperang (Yes. 10:13), menjahit (Kel 28:3), membuat pakaian (Kel 35:26),
tukang logam dan kayu (Kel. 31:1-5), pelayaran di laut (Maz. 107:27) dan
adminstrasi politik (Ul. 34:9). Hikmat juga digambarkan sebagai satu satu
atribut Tuhan (Ayub 38:36).
Bagi orang Israel dan Yehuda, mereka berpikir bahwa mereka
memiliki pengertian mendasar yang sama dengan bangsa-bangsa lain
tentang hikmat. Salah satu hal yang dipakai untuk menguji kemampuan
hikmat suatu bangsa adalah teka-teki. Mereka juga mengakui adanya
orang-orang bijak yang berasal dari bangsa-bangsa lain, misalnya Mesir,
orang-orang dari Timur (Kej. 41:8; Kel 7:11; Yes 19:11-15; Daniel 2:12).
Dari perspektif orang Israel sendiri, Fenesia (Zak. 9:2) dan Edom (Yer 49:7;
Oba 8) merupakan negara yang menjadi pusat hikmat.
Dalam daerah orang Israel sendiri, mereka mereka mengakui
daerah tertentu sebagai pusat hikmat, misalnya Tekoa (2 Sam 14:2). Dari
segi individu, tidaklah diragukan lagi: Israel memiliki Salomo.
Hikmat dalam Kitab Amsal
Salah satu keistimewaan hikmat yang digambarkan dalam kitab
Amsal adalah ketaatan terhadap Taurat sebagai dasar dalam hikmat.
Menurut Amsal, semua bentuk hikmat yang dipaparkan dalam Kitab Suci
harus berdasar pada takut akan Tuhan (Kel. 20:20; Ul. 31:12). Itulah
perbedaan mendasar dari hikmat yang dimiliki Israel dengan hikmat
bangsa lain. Hikmat bukanlah sesuatu yang terpisah dari Taurat.
Natur dasar dari hikmat sebagaimana yang dikemukakan oleh
penulis Amsal dalam aphorisme-nya adalah Takut akan Tuhan adalah
permulaan hikmat (1:7 bdg 9:10). Natur hikmat dalam Amsal terdiri dari
pendekatan filosofis-teologis terhadap kehidupan yang diambil dari
implikasi pelayanan dan komitmen terhadap Tuhan.
Dengan perbandingan pada Sepuluh Perintah Allah yang
menekankan pada dimensi vertikal terlebih dahulu (hubungan manusia
dengan Tuhan), baru kemudian dimensi horizontal (hubungan manusia
dengan sesama dan dunianya), maka kitab Amsal pun menekankan pada
implikasi praktis dari perspektif horizontal. Secara keseluruhan kitab
Amsal menjawab pertanyaan, Bagaimana seharusnya kita hidup?
Personifikasi hikmat dalam pasal 8-9 merupakan dimensi lain dari
hikmat dalam kitab Amsal
yang
lebih
merangsang
pemikiran.
Meskipun hikmat dalam 1:20-22 dan pasal 2-3 secara umum berbentuk
kiasan (metafora), sebagaimana dalam Ayub 28, namun dalam pasal 8-9
terdapat contoh personifikasi
dimana hikmat digambarkan sebagai
seorang wanita. Hikmat itu berbicara, menawarkan kekayaan dan
kemakmuran kepada orang-orang yang memujanya (8:18-21), telah ada
sebelum dunia diciptakan (8:22-23), menolong Allah dalam peristiwa
penciptaan (8:30) dan memiliki kuda serta hamba-hamba (9:1-6).
Tujuan darti personifikasi tersebut adalah membantu kita mengerti
tentang Allah dengan menggambarkan salah satu atribut-atribut-Nya dan
melimpahinya dengan kepribadian dan kesadaran. Penulis ingin
mengajarkan bahwa hikmat adalah suatu atribut Allah yang secara kekal
berhubungan dengan-Nya, dimengerti hanya sehubungan dengan Dia dan
merupakan suatu perluasan yang dinamis dari keberadaan-Nya di
hadapan umat manusia. Metode personifikasi merupakan suatu sarana
67
68
inquired int, the more are we astonished at the vast power which wisdom
so early exerted on all sides as the common objectof pursuit of many men
among the people. It first openly manifested itself in a special circles of
the people, while in the age after Solomon, which was peculiarly
favourable to it, eagerly inquisitive scholars gathered around individual
masters, until ever increasingschools were formed. But its influence
gradually penetrated all the other pursuits of the people, and operated on
the most diverse departments of authorship.
69
70
membedakan keduanya, yaitu apabila suatu kata (baik benda, kerja sifat,
dll) ternyata keberadaannya tidaklah konkrit dan apabila berbagai usaha
untuk menentukan ke-konkrit-an tersebut, tidak berhasil, maka kata
tersebut merupakan kata figuratif. Cth: Amsal 10:13.
Cara penentuan seperti ini juga akan membuat kita terperangkap
pada beberapa kata atau ungkapan yang seolah-olah merupakan kata
figuratif tetapi sebenarnya tidak. Cth: Amsal 11:14 Jikalau tidak ada
pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan
ada. Dalam kasus seperti ini, kata yang dimaksud digolongkan pada
metafora mati.
2. JENIS-JENIS PERBANDINGAN
Kitab Amsal merupakan kitab puisi yang cukup banyak
mempergunakan bentuk-bentuk perbandingan selain kitab Kidung Agung.
Ada 3 macam cara perbandingan yang dipergunakan:
a. SIMILE
Simile merupakan cara termudah untuk membuat dan mengerti
suatu perbandingan. Di dalam simile, 2 elemen diperbandingkan dengan
mempergunakan kata seperti, sama, serupa.
Cth: 16:15
Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya
seperti
awan hujan musim semi
b. METAFORA
Metafora merupakan suatu bentuk perbandingan dimana kedua
elemen
perbandingan dinyatakan secara eksplisit dan kenyataan
bahwa kedua
elemen tersebut diperbandingkan sangat jelas.
Cth: 18:11a
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya
12:4a
Istri yang cakap adalah mahkota suaminya
c. HIPOCATASTASIS
Hipocatastasis adalah suatu bentuk perbandingan yang hanya
menyebutkan
salah satu elemen perbandingan. Pendengar atau
pembaca diasumsikan telah
mengerti identitas dari elemen yang lain.
Cth: 20:26
Raja yang bijak dapat mengenal (Ibr: menampi) orang-orang
fasik dan
menggilas mereka berulang-ulang
3. SINEKDOKHE
Sinekdokhe adalah jenis kata yang mempergunakan satu kata untuk
menggantikan yang lain namun kedua kata tersebut saling berhubungan
(sebagian untuk seluruh). Dengan kata lain: A merupakan bagian dari B,
dan A berbicara seolah-olah dia adalah B.
Cth: 12:24
Tangan orang rajin memegang kekuasaan tetapi kemalasan
mengakibatkan kerja paksa
11:26
71
Struktur
Ada banyak struktur untuk kitab Amsal, salah satunya adalah
struktur berikut yang paling banyak diterima formulasinya oleh para
sarjana:
I.
Judul
1:1
II.
Pendahuluan
1:2-7
A. Tujuan
1:2-6
B. Kata-kata pernyataan
1:7
III.
Serangkaian instruksi dan kata-kata hikmat
1:8-9:18
A. Instruksi Pertama
1:8-19
B. Kata-kata hikmat
1:20-33
C. Instruksi Kedua
2:1-22
D. Instruksi Ketiga
3:1-12
E. Instruksi Keempat
3:13-24
F. Instruksi Kelima
3:25-35
G. Instruksi Keenam
4:1-9
H. Instruksi Ketujuh
4:10-27
I. Instruksi Kedelapan
5:1-23
J. Serbaneka
6:1-19
K. Instruksi Kesembilan
6:20-35
L. Instruksi Kesepuluh
7:1-27
M. Instruksi Kesebelas: kata-kata hikmat
8:1-36
N. Instruksi Keduabelas
9:1-18
IV.
Kumpulan Amsal Salomo
10:122:16
V.
Kumpulan Amsal orang bijak
22:17-24:22
VI.
Kumpulan Amsal orang bijak
24:23-34
VII.
Kumpulan Amsal Salomo (pegawai-pegawai Hizkia)
25:129:27
VIII. Kumpulan Amsal Agur
30:1-9
IX.
Kumpulan kata-kata berbentuk bilangan
30:10-33
X.
Kumpulan Amsal Lemuel
31:1-9
XI.
Puisi akrostik tentang wanita ideal
31:10-31
Berdasarkan bentuk puisinya, struktur kitab ini dapat diformulasikan sbb:
1:7-9:18
Bentuk yang dominan adalah syair hikmat
10:1-22:16
Bentuknya adalah syair dua baris dengan
didominasi paralelisme antitetik
72
22:17-24:22
Bentuk
dominan
beraneka
ragam
meskipun syair empat baris paling banyak
muncul
24:23-34
Bentuk syair dua baris dan empat baris
sama-sama muncul bersamaan dengan
syair hikmat
25:1-29:27
Bentuk syair dua baris paling banyak
muncul
pada
bagian
ini
dengan
didominasi paralelisme antitetik dan
emblematic
30:1-33
Bentuk syair dua baris, empat baris dan
bilangan bersama-sama menghiasi bagian
ini
31:2-9
Bentuk syair dua dan empat baris paling
banyak pada bagian ini
31:10-31
Bentuk puisi keseluruhan adalah akrostik
LATAR BELAKANG INSTRUKSI-INSTRUKSI
A. Instruksi Pertama (1:8-19)
Peringatan yang diberikan pada bagian ini berakar pada keluarga
(bdg: kata hai, anakku). Namun seringkali pula bagian ini dipergunakan
untuk menggambarkan tentang hubungan orang bijak dan muridnya
dalam hal memberikan nasehat. Hal yang paling banyak dibahas adalah
tentang akal bulus orang berdosa.
B. Kata-kata hikmat
(1:20-33)
Bagian ini merupakan bagian yang unik sebagai suatu parallel dari
Amsal 8-9 serta Sirakh 24. Dalam bagin ini, hikmat seolah berkata-kata
sebagimana seorang nabi atau Tuhan sendiri. Tujuannya adalah
meyakinkan pembaca agar taat pada hikmat.
C. Instruksi Kedua (2:1-22)
Bagian ini merupakan puisi alfabet (1-4, 5-8, 9-11: masing-masing 3
ayat dimulai dengan alef; 12-15, 16-19, 20-22: masing-masing 3 ayat
dimulai dengan lamed). Bentuk perintah tidak terdapat pada bagian ini,
dan sebagai penggantinya bentuk janji bersyarat dipergunakan sebagai
upaya pengajaran. Tema intinya adalah Tuhan sebagai sumber hikmat.
Mencari hikmat sama halnya dengan mencari Tuhan.
D. Instruksi Ketiga (3:1-12)
Bagian ini didominasi oleh perintah-perintah dan larangan yang
disertai dengan klausa motif. Tema utamanya bervariasi.
E. Instruksi Keempat (3:13-24)
Bagian ini dimulai dengan formula Berbahagialah. (ay.13)
dengan penekanan pada pujian terhadap hikmat.
F. Instruksi Kelima (3:25-35)
Bagian ini berbentuk larangan disertai klausa motif pada ayat 32.
G. Instruksi Keenam (4:1-9)
Konteks keluarga sangat kuat terapresiasi pada bagian ini (1-4)
dibandingkan dengan seluruh bagian pasal 1-9. Bagian ini berisi perintah
untuk mencari hikmat serta larangan untuk meninggalkan hikmat dengan
disertai klausa motif.
H. Instruksi Ketujuh (4:10-27)
73
Hermeneutika Amsal
Kitab Amsal, bersamaan dengan kitab-kitab hikmat lainnya,
merupakan kelompok kitab yang paling jarang dikhotbahkan. Kalaupun
mereka dipakai dalam khotbah hanya sebagai alat pendukung bagi gaya
kehidupan sekuler. Masalahnya adalah karena subyeknya. Orang seringkali
mendefinisikan hikmat sebagai, suatu penggunaan praktis dari
pengetahuan yang Allah berikan. Karena tulisan-tulisan hikmat seringkali
berhubungan dengan sisi kehidupan pragmatis, maka begitu mudahlah
bagi orang untuk salah mempergunakannya demi mendukung gaya hidup
duniawi.
Beberapa langkah dalam menafsirkan kitab Amsal:
1. Tentukan apakah bagian tersebut memiliki satu tema atau bermacammacam tema!
2. Jika bagian tersebut merupakan variasi berbagai macam tema,
bandingkan bagian tersebut dengan bagian lain yang memiliki kesamaan
74
isi. Beberapa amsal muncul di tempat lain yang berbeda karena itu
perbandingan bagian yang mirip sangat penting untuk memahami ayat.
3. Identifikasikan jenis-jenis kata dalam bagian tersebut, figuratif/literal,
perbandingan-perbandingan, dll.
4. Ingat, bentuk paralelisme (utamanaya sinonim) dalam kitab Amsal lebih
banyak membutuhkan pengetahuan tentang budaya saat itu dibandingkan
bentuk paralelisme sinonim dalam kitab Mazmur!
5. Tentukan apakah muncul bentuk hiperbola pada bagian itu!Ada bagianbagian amsal yang tidak perlu dituruti secara absolut karena bagian itu
merupakan peribahasa umum yang berpusat pada suatu perintah dengan
suatu janji yang diberikan dalam bahasa hiperbola.
6. Carilah inti cerita dan maksud yang terkandung dalam amsal tersebut.
Tentukan apakah bagian tersebut berlaku secara umum (universal) atau
terdapat kandungan budaya pada saat itu. Jika terdapat kandungan
budaya, carilah perbandingan dengan budaya kita saat ini.
75
76
Pengkhotbah
=============================================================
Segala sesuatu adalah kesia-siaan
Tokoh Pengkhotbah (Qoheleth), memiliki kesamaan maupun
perbedaan dengan tokoh Ayub. Ayub dan Qoheleth sama-sama adalah
orang yang kaya. Namun Ayub menantang Allah untuk mendapatkan
pemulihan baik nama, kekayaan, dlll, sedangkan Qoheleth tidak
kehilangan apa-apa dari yang dimilikinya, namun dia berusaha untuk
mencari kebahagiaan dan nilai kekekalan.
Penulis Kitab
Nama Qoheleth (Pengkhotbah) muncul sebanyak 7 kali (1:1,2,12;
7:27; 12:8,9,10). Karena Qoheleth muncul disertai dengan artikel pada
12:8 dan khususnya pada 7:27 kata tersebut berbentuk feminin, maka
kata Qoheleth pastilah bukan nama orang, melainkan hanya sekedar
sebutan. Kata Qoheleht berbentuk active feminin participle dari akar kata
kerja Ibrani qahal yang artinya memanggil, mengumpulkan. Selanjutnya
istilah ini lebih dipakai untuk menggambarkan tindakan mengumpulkan
orang-orang secara bersama-sama untuk tujuan spiritual. Sehubungan
dengan bentuknya yang feminine, nama Qoheleth menunjuk kepada
hikmat, yang memang berbentuk feminine dan selanjutnya kata tersebut
menunjuk pada Salomo sebagai teladan hikmat.
Tentang siapakah yang dimaksudkan dengan Qoheleth, para sarjana
masih berdebat. Namun dengan mempertimbangkan:
1. Qoheleth mengaku dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem
(1:1;12), maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Qoheleth adalah Salomo (bdg: I Raja 11:42). Bahkan kata Yerusalem
muncul sebanyak 3 kali (1:16; 2:7,9).
2. adanya kesamaan latar belakang antara apa yang dipaparkan Salomo
dalam I Raja-raja dan kitab Pengkhotbah, mis.:
- Peng. 1:16 ---------- I Raja 3:12
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 5:27-32
- Peng. 2:4-10--------- I Raja 7:1-8
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 9:17-19
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 10:14-29
- Peng. 7:20 ----------- I Raja 8:46
- Peng. 7:28 ----------- I Raja 11:1-8
- Peng. 12:9 ---------- I Raja 4:32
maka dapatlah disimpulkan bahwa Qoheleth adalah Salomo sendiri.
Selain itu pernyataan Qoheleth dalam 1:16 secara tidak langsung
menyatakan status dirinya sebagai raja yang paling berhikmat (bdg: 2 raja
sebelumnya: Saul dan Daud, tidak dinyatakan memiliki hikmat yang jauh
melebihi Salomo, bahkan setelah Salomo, kerajaan Israel terpecah dan
tidak ada raja yang tersohor setelah itu).
77
78
g.
h.
i.
j.
k.
l.
rt+Am
12) dan
(3:19).
3. Bagian Kata ini muncul pada 2:10, 21; 3:22; 5:17-18; 9:6; 11:2.
Secara keseluruhan artinya positif. Kata ini bisa berarti kekayaan (2:21;
11:2) namun tidak ada jaminan bahwa seseorang akan menikmatinya,
menerimanya (5:18-19) atau tetap mampu menjaganya (2:2; bdg. 6:2).
4. Kerja keras Kata ini merujuk pada kerja keras, hasil yang didapatkan
dari kerja keras. Kata ini memiliki arti negative dan biasanya disamakan
dengan hidup (3:12; bdg. 3:13; 2:24).
5. Di bawah matahari muncul sebanyak 29 kali. Kata ini dipergunakan
untuk mewakili perspektif temporal dan batasan bumi, yang memandang
kegiatan kehidupan sebagai sesuatu yang tak ada batasnya.
6. Allah muncul sebanyak 40 kali. Kata ini banyak menghiasi bagian
sudut pandang kedua dimana Salomo memandang kehidupan dari sisi
orang yang mengenal Allah.
7. Hati muncul sebanyak 40 kali. Kata ini tidak berhubungan dengan
sudut pandang Salomo yang pertama dan kedua. Kata ibi hanya
menunjukkan tempat dimana manusia bias merasakan damai, tujuan
hidupnya tercapai atau sebaliknya.
79
Karakteristik Kitab
Salah satu karakteristik utama kitab Pengkhotbah yang
membedakan gaya literaturnya dengan kitab-kitab lain adalah
PENGULANGAN. Pengulangan ini dimanifestasikan dalam bentuk
perbendaharaan kata maupun dalam frase-frasenya.
Berikut ini adalah kata-kata yang seringkali dipakai secara berulangulang dalam keseluruhan kitab (1:1-12:7):
hf[
~kx
bAj
har
t[
vmv
lm[
har
lbh
lysK
xmf
lka
vy
rtY
lks
xWr
tAm
[vr
qdc
hn[
me(lakukan)
do
bijaksana
62
wise
51
baik
good
51
me(lihat)
see
46
waktu
time
37
matahari
sun
33
kesukaran
trouble
33
jahat
evil
sia-sia
vanity
30
39
bodoh
fool
18
sukacita
joy
17
makan
eat
ada
there is
keuntungan
profit
15
bodoh
fool
13
15
15
angin
wind
13
mati
die
13
kefasikan
wrongdoing 12
adil
just
kesukaran
trouble
80
11
10
!Ay[r/tA[r mengejar
chase
jlv
kekuasaan
power
9
rkz
meng(ingat)
remember 8
qlx
bagian
portion
s[K
kesusahan
vexation
7
#px
hubungan
affair
7
lLh
kebodohan
folly
7
rvK
sukses/berhasil
succeed
5
10
Keterangan:
har
1. Kata
(melihat) yang muncul sebanyak 46 kali, dalam
2:13, 24 dipakai bukan hanya semata-mata menunjuk pada tindakan
melihat tetapi lebih mengarah pada pengamatan secara kritis.
vy
2. Kata
(ada) dalam kitab Pengkhotbah menyatakan suatu situasi
yang terbatas. Contohnya: 2:21 menggambarkan suatu pengamatan
terhadap apa yang terjadi, tetapi hal itu tidak selalu terjadi; namun
hal itu benar-benar terjadi.
Bentuk pengulangan ini mendapat perhatian dari seorang sarjana
bernama A.G.
Wright yang membuat struktur kitab berdasarkan pengulangan frase
kunci pada masing-masing bagian:
1. Prolog (1:1-11)
2. Pembagian kitab ke dalam 2 bagian besar dengan berdasarkan pada
frase kunci:
a. 1:12-6:9 terdiri dari 6 bagian (2:1-11; 2:12-17; 2:18-26; 3:1-4:6;
4:7-16; 4:17-6:9) yang masing-masing berakhir dengan
pengulangan kata sia-sia atau usaha menjaring angin. Dua
pendahuluan sebelumnya (1:12-15; 16-18) juga berakhir dengan
frase kunci yang sama ditambah dengan kata-kata amsal (ay. 15
dan 18).
b. 6:10-11:6 terdiri dari 2 bagian:
- 6:10-8:17 terdiri dari pendahuluan (6:10-12) dan 4 bagian (7:114; 7:15-24; 7:25-29; 8:1-17) yang dipisahkan dengan frase siapa
dapat menemukannya
atau menyelaminya atau tidak dapat mendapatinya Perhatikan
3 kali pemunculan frase tersebut dalam 8:17.
- 9:1-11:6 terdiri dari 4 bagian (9:1-12: bagian problematic; 9:1310:15; 10:16-11:2; 11:3-6) yang masing-masing bagiannya
dipisahkan dengan frase tidak mengetahui. Perhatikan 3 kali
pemunculan kata tersebut dalam 11:5-6.
81
3. Puisi berakhir dengan kemunculan gambaran usia muda dan tua dalam
11:7-12:8 yang diikuti dengan epilogue (12:9-14).
Kesatuan Kitab
12:9-14 disepakati oleh para sarjana sebagai epilog kitab
Pengkhotbah. Sedangkan 1:2 dan 12:8 membentuk semacam inklusio
kitab (walaupun ada yang mengatakan bahwa inklusio dalam 12:8
merupakan tambahan karena istilah kesia-siaan atas kesia-siaan tidak
perbah dipergunakan dalam kitab tersebut.
Isu tentang kesatuan kitab bukan terletak pada prolog dan epilog,
melainkan pada kontradiksi-kontradiksi yang banyak bermunculan,
misalnya dalam 2:17 dikatakan Oleh sebab itu aku membenci hidup,
karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah
matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring
angin tetapi dalam 9:4 dikatakan Tetapi siapa yang termasuk orang
hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada
singa yang mati. Kontradiksi-kontradiksi semacam ini menimbulkan isu
tentang banyaknya tangan dan suara yang membentuk kitab ini.
Ada beberapa macam pendekatan yang dilakukan para sarjana
untuk mengatasi kontradiksi-kontradiksi tersebut:
a. Pendekatan eksegetikal dari ide yes, but Istilah ini
mengindikasikan suatu kualifikasi (bukan penolakan) dari suatu
point yang telah disebutkan sebelumnya sebagaimana dalam 2:1314a (tentang superioritas hikmat). Ayat ini selanjutnya diikuti
dengan 14b-15 yang mempertanyakan pentingnya hikmat. Ayatayat lain yang berhubungan dengan ide ini adalah 1:16-18; 2:3-11;
2:13-15; 3:11; 3:17-18, 4:13-16; 7:7, 11-12; 8:12b-15; 9:4-5; 9:16;
9:17-10:1; 10:2-3, 5-7. Namun banyak sarjana yang juga menolak
pendekatan ini dengan anggapan bahwa natur yang kompleks dari
pemikiran kitab ini tidak akan mampu mencakup segala
kontradiksi yang ada.
b. Pendekatan dengan mempergunakan pengutipan Pengutipan
adalah bagian yang mengutip pembicaraan atau pemikiran suatu
subyek, baik yang nyata atau sekedar hipotesis, yang lampau atau
sekarang, yang berbeda dari konteks dimana bagian tersebut
diletakkan. Contohnya adalah 4:8 yang menggambarkan kerja
keras yang sedemikian rupa yang diakhiri dengan untuk siapa aku
berlelah-lelah..? Tidak peduli apakah bagian ini merupakan
pertanyaan yang ditanyakan orang itu sendiri atau gagal
ditanyakan orang itu, namun bagian itu merupakan pengutipan
yang secara tajam dipergunakan oleh penulis Pengkhotbah untuk
menajamkan situasi sia-sia yang dialami orang yang bekerja keras
tersebut. Tidak terlalu jelas apakah bagian itu merupakan kutipan
atau tidak, namun dalam beberapa bagian Pengkhotbah jelas
mengutip beberapa amsal (1:15-18; 2:14a; 4:5-6,15,18; 7:5,6a;
9:17; 10:2, 12). Pengkhotbah mengutip
amsal-amsal tersebut
bukan untuk menunjukkan kesalahannya, melainkan karena dia
menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Pada saat yang sama
juga, Pengkhotbah memodifikasinya dalam nada pesimistis.
Ada beberapa macam bentuk pengutipan yang dipakai:
82
83
2.
3.
4.
5.
Masalahnya bukan karena Pengkhotbah sampai pada batas kesiasiaan itu, melainkan karena ia tidak pernah berhenti mencapai apa
yang baik, yaitu hikmat yang jauh lebih tinggi.
Secara tegas, Pengkhotbah mengutuk kebodohan (9:17-10:3, 1215)
Pengkhotbah mengakui bahwa ia sendiri gagal dalam usaha
mencari hikmat. Hikmat adalah sesuatu yang jauh dan dalam
(7:23-24). Pengakuannya ini bukanlah sesuatu yang tidak biasa
dalam dunia hikmat (bdg. Ayub 28; Ams 30:1-4). Dan merupakan
hal yang sia-sia untuk mengira-ngira alasan kegagalan tersebut
karena dengan konflik yang sama sehubungan dengan hikmat
tradisional, pengkhotbah masih terus bersaha mencari artinya. Di
balik kegagalannya untuk memahami hikmat tradisional tersebut,
ia tahu ada hikmat, tetapi hikmat itu selalu mendahuluinya dan is
tidak dapat mengejarnya.
Perbedaan antara hikmat sebagai pengajaran dan sebagai metode
akan dipaparkan. Hikmat adalah bahan pengajaran (sebagaimana
yang ada dalam kitab Amsal). Tetapi himat juga merupakan suatu
gaya atau metode yang secara tidak langsung merupakan
pendekatan analisis terhadap situasi kehidupan. Pengkhotbah
seringkali bentrok dengan pengajaran hikmat tetapi, tetapi metode
yang dipakainya berasal dari hikmat itu. Ia seringkali mengingatkan
pembaca bagaimana ia mengaplikasikan dirinya dengan hikmat.
Hal
ini
nampak
dari
bagaimana
ia
menggambarkan
penyelidikannya tentang segala sesuatu yang terjadi di bawah
langit (1:13) dan juga terhadap kenikmatan hidup (2:3; bdg. 2:9).
Beberapa kali hikmat digambarkan sebagai tujuan usahanya. Ia
mencari hikmat dan akan mendapat jawaban (7:25) dan tetap
berkeinginan kuat untuk mengetahui hikmat yang dipandangnya
sebagai tugas yang tak akan pernah berakhir (8:17).
Sikap Pengkhotbah terhadap hikmat tradisional seringkali
bertentangan. Ia menolak hikmat tradisional karena keamanan
yang ditawarkannya. Hidup itu jauh lebih rumit daripada yang
diungkapkan orang bijaksana. Mereka tidak cukup tegas atau tidak
mampu menguji realita dengan cara yang dimimpikan
Pengkhotbah. Pengkhotbah berusaha untuk menilai realita pada
tingkatan yang jauh lebih dalam. Namun meskipun ia mengalami
konflik dengan hikmat tardisional, tujuannya sama dengan dengan
orang-orang bijaksana, yaitu menemukan apa yang baik untuk
dilakukan oleh seseorang (2:3b). Ia tidak dengan mudahnya
membuang
pengajaran
lama;
ia
memurnikannya
dan
memperluanya. Kesedihannya pada hikmat tradisional terletak
pada rasa aman yang ditawarkannya, bukan pada metodologinya.
Struktur Kitab
Ada beberapa macam struktur, di antaranya:
1. Struktur praktis (mempermudah dalam berkhotbah)
Pendahuluan (1:1-11)
Kotbah pertama (1:12-3:15)
I.
Di Bawah Matahari (1:12-2:23)
84
1:12 Intelektual
2:1
Kesenangan
Tidak ada yang menjadi
2:12 Keutamaan
kunci kehidupan
2:18 Kerja keras
II.
Gambaran Allah (2:24-3:15)
2:24 Tidak ada kepuasan tanpa Allah
3:1
Segala sesuatu adalah bagian dari suatu rencana
3:9
Segala sesuatu memiliki tujuan
Kotbah kedua (3:16-5:20)
II.
Kesia-siaan (3:16-4:16)
3:16 Tidak ada yang utama
4:1
Tidak ada kesenangan
4:4
Tidak ada saat beristirahat
4:7
Tidak a
da kawan
4:13 Tidak ada kelanjutan
III.
Menyembah Allah (5:1-7)
5:1
Rumah Allah
5:4
Sumpah kepada Allah
IV.
Kesia-siaan (5:8-17)
5:8
Tidak ada keadilan
5:10 Tidak ada kepuasan
5:13 Tidak ada kekekalan (semuanya sementara)
V.
Karunia dari Allah (5:18-20)
Kotbah ketiga (6:1-8:13)
I.
Kesia-siaan: tiga hal yang hanya menghabiskan waktu (6:112)
6:1
Harapan bahwa kekayaan akan terus berlangsung
6:3
Harapan bahwa kekayaan akan memuaskan
6:10 Harapan bahwa segala sesuatu akan berubah
II.
Hikmat: 9 hal yang sangat berarti (7:1-8:13)
7:1
Kehormatan lebih berharga daripada kemewahan
7:2
Keseriusan lebih baik daripada kecerobohan
7:7
Pengekangan lebih baik daripada kegegabahan
7:11 Hikmat lebih berharga daripada kekayaan
7:13 Kepatuhan lebih baik daripada pemberontakan
7:15 Kesalehan lebih baik daripada segala sesuatu
7:23 Wahyu lebih baik daripada akal
8:1
Kebijaksanaan lebih baik daripada kekerasan kepala
8:6
Takut akan Tuhan lebih baik daripada berbuat jahat
Kotbah keempat (8:14-12:7)
I.
Kesia-siaan (8:14-10:20)
8:14-9:16
Nikmatilah selama masih memungkinkan
8:15-17
Karena tujuan Allah tidak dapat diketahui
9:1-10
Karena kematian adalah akhir dari semuanya
9:11-16
Karena hidup itu tidak tentu
9:17-10:20 Pelajarilah hal-hal yang berarti
9:17-10:15 Tentang hikmat dan keboodohan
10:16-20
Tentang peraturan raja-raja
II.
Tujuan (11:1-12:7)
11:1-8
Lakukan hal yang baik kapan saja
85
11:9-12:7
Layani Allah selagi masih muda
Penutup (12:8-14)
2. Struktur tematis (mempermudah mengetahui tema masing-masing
bagian)
- Bagian I (1:2-2:26)
Bagian ini memperbandingkan antara sesuatu yang sifatnya
rutinitas dan tidak dapat diubah, pengalaman kesia-siaan dan
usaha yang tidak dapat memuaskan dari diri sendiri maupun
hikmat duniawi dibandingkan dengan
kepuasan hidup yang
dilandasi oleh takut akan Allah dan kemampuan untuk menerima
dengan baik yang justru hanya dapat menggantikan akhir dari
keberadaan dunia.
- Bagian II (3:1-5:20)
Bagian ini menjabarkan bahwa melalui pengalaman manusia di
bumi yang sangat bergantung pada waktu dan keadaan, dan
bahwa semua kesuksesan usaha manusia dikendalikan oleh
keadaan, dan sebagai jalan keluarnya manusia harus memiliki rasa
takut akan Tuhan serta kerendahan hati.
- Bagian III (6:1-8:15)
Bagian ini merupakan pengamatan terhadap kehidupan manusia
yang seringkali terbuang karena kekayaan hidup serta tidak
mendapatkan perkenanan Allah baik karena kesalahan orang lain
maupun diri sendiri, sehingga diberikan solusi
bahwa cara yang
lebih mulia untuk memperoleh kenikmatan hidup yang lebih nyata
dan baik adalah dengan mensyukuri setiap berkat-berkat duniawi
dengan cara berhikmat, dan menghindari hal-hal yang bodoh.
- Bagian IV (8:16-12:14)
Bagian ini melihat pengalaman yang menyedihkan pengaturan
Allah yang tidak dapat dimengerti dalam hal nasib manusia yang
berbeda-beda. Tidak ada yang tertinggal untuk manusia selain
hikmat dan takut akan Allah yang dapat menentramkan pikiran
agar manusia dapat melihat kekekalan dan bersukacita pada masa
tua untuk menikmati kebaikan dan keindahan hidup yang dijalani
pada masa muda dan pada saat manusia masih bersemangat
menikmati kehidupannya.
Mengharmonsikan Pesimisme dan Optimisme Kitab Pengkhotbah
Selama berabad-abad (dan mungkin hingga saat ini) banyak orang
mempertanyakan fungsi kitab Pengkhotbah dalam keseluruhan Alkitab,
terutama kata-katanya yang dianggap terlalu skeptik, pesimis. Ada 2 hal
yang perlu dijabarkan terlebih dahulu sebelum keduanya diharmoniskan
sehingga didapatkan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
1. Elemen-elemen dalam kitab Pengkhotbah yang dianggap mengandung
nilai skeptik/pesimisme yang berlebih-lebihan:
kata-kata
yang
diulang
segala
sesuatu
sia-sia
(2:15,19,21,23,26; 4:4,8,16; 5:10;6:9;7:6; 8:10)
menjaring angin (1:1417; 2:11,17,26; 4:4,6,16; 6:9)
kata-kata di bawah matahari muncul sebanyak 29 kali
86
teosentris.
2. Salomo sedang menegaskan bahwa karena dalam kehidupan terdapat
banyak hal yang tidak dapat dimengerti, maka manusia harus hidup oleh
iman, bukan oleh apa yang hanya dapat dilihat. Hal-hal yang tak dapat
dijelaskan, keganjilan-keganjilan yang tak dapat dipecahkan, ketidakadilan
yang belum diperbaiki adalah hal-hal yang tidak dapat dipahami dan
dimengerti oleh manusia. Seperti halnya kitab Ayub, maka kitab
Pengkhotbah sedang menegaskan tentang keterbatasan manusia dan
kenyataan bahwa manusia harus hidup dengan misteri.
3. Pengkhotbah dan pandangan hidupnya yang realistis sedang berusaha
mengimbangi optimisme total dari hikmat tradisional. Menurut Amsal
13:4 hati orang rajin diberi kelimpahan, tetapi Pengkhotbah 2:22-23
menantang apakah hal ini selalu benar. Amsal 8:11 mengagungkan hikmat
sementara Pengkhotbah 2:15 mempertanyakan nilainya. Amsal 10:6
87
88
KIDUNG AGUNG
AGUNG
CintaKIDUNG
itu kuat
seperti maut
Pendahuluan untuk mengenal kitab Kidung Agung mungkin
merupakan hal yang lebih penting dibandingkan ketika mengenal
89
LATAR BELAKANG
Tokoh utama dalam Kidung Agung ini adalah Salomo dan
Sulamit. Nama Sulamit hanya muncul pada 6:13, yang
90
93
yang melakukan hal itu. Bagi Rabi Akiba hal itu merupakan suatu
penghujatan.
Selanjutnya pada akhir abad keempat, Theodore of
Mopsuestia, seorang ahli eksegesa literal, menyebut kitab Kidung
Agung sebagai kitab sekuler dan menolak penafsiran alegori
terhadap kitab tersebut. Beberapa orang Yahudi abad pertengahan
menganggap kitab Kidung Agung sebagai suatu lagu yang ditulis
oleh Salomo untuk istri yang paling dikasihinya.
3. TIPOLOGI
Perbedaan antara allllegori dan tipologi sangatlah tipis. Jika
alegori
merupakan
suatu
jenis
literature
yang
dapat
menghubungkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam bentuk
simbolis atau simboliisme-nya bisa merupakan sesuatu yang tidak
historis, maka tipoloogi biasanya tergantung pada kenyataan dari
presentasi sejarah secara literal. Sebagai contoh: beberapa orang
yang berpegang pada penafsiran bahwa dasar historis dari kisah
Kidung Agung ini adalah pernikahan Salomo dan anak perempuan
Firaun atau puuti-putri yang lain, maka mereka akan berpegang
pada penafsiran bahwa pernikahan tersebut secara tipoloogi
merupakan lambing kesatuan antara Kristus dan orang-orang kafir.
Kesimpulan:
Masih ada beberapa bentuk penafsiran lainnya, namun jumlah
pengikutnya sangat minor.
Sebagai jalan keluar dari berbagai macam penafsiran yang
ada, maka penafsiran tipologi-lah yang paling tepat untuk
menafsirkan kitab Kidung Agung.
95
96
d.
e.
f.
g.
3.
97
B.
98
e.
C.
99
D.
100
4.
II.
101
2.
102
in Jerusalem" (1:1)
The author identifies himself as a "king
over Israel in Jerusalem" (1:12)
b.
The author identifies himself with qualities
which would have been true of David's son,
Solomon:30
1)
He has "magnified and increased wisdom
more than all who were over Jerusalem
before" him 1:16
2)
He describes himself as a builder of
great projects 2:4-6
3)
He describes himself as possessing many
slaves (2:7), herds of sheep and cattle
(2:7), and great wealth (2:8)
4)
He claimed to be greater than all who
lived in Jerusalem before him 2:9
Date: Probably around 935 BC
1.
Late Date: Many who hold to a late date due to
linguistic concerns date the book as late as the
postexilic period (c. 530-250 BC),31 but some32
date the book during the late Persian period (c.
450-350 BC)
2.
If one holds to Solomonic authorship, than the
date is between 970-931 BC
3.
Within the span of Solomonic kingship it is more
likely that this book was written toward the end
of his life than at an earlier time; Kaiser
writes, "Therefore, given the Solomonic authorship
of the book, it will be best placed not before his
apostasy, for the questions and sins of
Ecclesiastes did not trouble him then, nor during
his years of rebellion, for then he had no
occasion to use the language of spiritual things.
Ecclesiastes is best placed after his apostasy,
when both his recent turmoil and repentance were
still fresh in his mind33
The Canonical Use of Ecclesiastes34
1.
See "I" "D" in the outline above
2.
Ecclesiastes was read on the third day of the
Feast of Tabernacles to emphasize joy over man's
place in God's good creation35
A Comparison of Ecclesiastes with other ANE Texts
1.
The specific kind of wisdom literature to which
Ecclesiastes is akin is "pessimism literature"36
2.
"An example of the essential difference between
Mesopotamian "pessimism literature" and that of
Israel may be found in the first millennium
Babylonian "Dialogue of Pessimism" which concludes
a similar struggle as Solomon's in Ecclesiastes
with absolute despair:"Slave, listen to me,"
"Yes, master, yes." "Then what is good?" "To have
my neck and yours broken and to be thrown into the
river. Who is so tall that he can reach to the
heavens? Who is so broad that he can encompass
the underworld?" "No, servant, I will kill you and
let you go first." "Then (I swear that) my master
will not outlive me by even three days"37
3)
C.
D.
E.
103
F.
104
105
106
107
108
109