Penulis : Matius
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak
Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas
Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M)
menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL
MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi
(Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang
percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal,
termasuk
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus
sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama
menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43;
Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk
beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau
Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang
pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama
adalah Injil Markus.
Tujuan
1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai
kehidupan Yesus,
2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau
percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang
politis.
2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja
segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan
lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama
itu adalah:
1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas
kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--
12:50);
3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat
14:1--17:27);
4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--
26:46);
5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat
26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung"
Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar I. Memperkenalkan Mesias (Mat
1:1-4:11) A. Silsilah Yahudi Yesus (Mat 1:1-17) B....
Tampilkan Alkitab
Pencarian Universal:
Hanya dalam TB
Pencarian Tepat
Pencarian Khusus
Tafsiran/Catatan
Studi Kamus
Studi Kata
Leksikon
Sistem Studi Peta
Ilustrasi Khotbah
Ekspositori
Gambar
Resource
Bacaan Alkitab Harian
SABDA web
CD SABDA
Alkitab Mobile
The Bible Project
Tetelestai
TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA
Alkitab SABDA
Antarmuka : Indonesia | Inggris Versi :
Preferensi
Pencarian Khusus Home | YLSA | Download | Fitur | Font | Tutorial | FAQ
| Interaktif | Tentang Kami
Mat 4:12--25:46 (TB)
Garis Besar
1. I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
1. A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
2. B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23)
3. C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12)
4. D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17)
5. E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11)
2. II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35)
1. A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25)
2. B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29)
3. C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38)
4. D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42)
5. E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50)
6. F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58)
7. G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27)
8. H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35)
3. III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46)
1. A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34)
2. B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46)
1. 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22)
2. 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46)
3. 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39)
4. 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46)
5. 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16)
6. 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30)
7. 7. Getsemani
(Mat 26:31-46)
4. IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66)
1. A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56)
2. B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26)
3. C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56)
4. D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66)
5. V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20)
1. A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10)
2. B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15)
3. C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian
yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru,
karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila
menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini,
maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah
sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17).
Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara
pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan,
meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik
dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini
bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak
mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun
dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk
membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian
Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus
selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru
ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata
menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang
melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah
seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta
sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat
itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah
mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya
wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh
kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun
wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki
bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang
menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia
menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang
saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian,
demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam –
sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah
ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat
lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan
yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV),
dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika
peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi
lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini
ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian
Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian
Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud
Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum
Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada
lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang
perlu dicari lagi.
II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita
kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga
ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk.
2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar;
aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1).
Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus
diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa
Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata
Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik,
Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu
perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih
tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai
sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk
menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih,
seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka
pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra
menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm.
58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain
yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian
Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru
itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita
juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita
terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu
kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita
Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan
pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang
menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus
dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-
mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin
tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan
alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling
membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-
gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik;
begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana
kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal
Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam
pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-
tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah
kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih
dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat
pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari
keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan
oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada
lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah
diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby.
Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-
catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat
di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun
telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan
melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25),
tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang
tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus
kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi;
itulah perkataan sejarah yang pasti.
III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang
Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya,
dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis
merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul
dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus
terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat
diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah
mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak
penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani
atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan.
Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-
bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan
oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir
berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang
melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh
bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa
Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya
dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi
Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk
memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki
Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti
kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu
sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan
dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil)
sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis
dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan
Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua
Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di
Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan
pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen
dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis
12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10.
Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13.
Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas
kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari
Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi
teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10
dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma,
baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena
itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil
Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah
Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-
masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran
juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk
menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan
pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan
tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing
karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu
banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan
dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga
injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu
sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan
satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu
mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar
diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga
penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima
bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas
bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti
dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil
itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas
atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas,
juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus
diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa
sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan
sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa
cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut
sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil
dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan
sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya
sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena
kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada
sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak
berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori
itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi
juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus.
Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih
jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa
pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang
bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya
ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam
keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas
bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang
sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada
Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali
terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius
dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori
kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal
dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain.
Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa
penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik
Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus
yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-
keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan
Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian
serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala
unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat
diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan
injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli
itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-
ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa
Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti
sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari
pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-
kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang
sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana
sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab
"logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam
Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua
kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat
dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk
18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam
bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang
terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada
umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan
dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia"
macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar
dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas
diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia
(yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas
ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius
dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan
Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada
keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan
Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas
yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang
sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-
membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh
tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi
pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga
tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga
akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti
sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar
Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus
bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya
mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung
pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan.
Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang
berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan
masalah sinoptik.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai
dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian
dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum
seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan
kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita
ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-
perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain.
Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud
menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil
pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang
baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk
injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah
injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang
tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai
tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas.
Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam
bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan
berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa
penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang
bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita
kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi
kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat
pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang
mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang
terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun
wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani
karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan
sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas
memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan
Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang
sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka
perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian
tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam
kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain
lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara
Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh)
berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum
mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk
memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai
kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan
disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita
miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam
penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur
itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga
memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi
Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka
redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50;
18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian
ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila
bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S
yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari
Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama
yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda
Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak
ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria,
Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang
orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas,
menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi
dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan
tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas
mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan
boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan
Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti,
seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang
ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang
tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup
Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus
mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar
tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang
kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar
ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu
Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat.
Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk
19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi).
Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi
kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu
dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga
bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga
karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung,
dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula
memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan
menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari
perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan
jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya.
Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud
menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud
mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang
bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk
membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian
berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan
hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak
lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-
kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh
menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua
karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman
kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam
ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang
masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil
Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang
sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan
semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa
yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti
yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari
mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam
itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang
sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang
masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan
kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-
masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun.
Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan
dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas
dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada
urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah
dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah
benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti :
kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak
merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan
Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa
dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak
menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu.
Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus
mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah
kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah
tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-
penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi
dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya,
tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian
tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari
mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih
membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja
menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil,
tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya
dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh
para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah
bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita,
tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan
orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang
pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai
segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan
itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu
dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian
belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus
menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang
memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang
sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil
karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan
lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas
sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih
dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan
kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh
bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram,
sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas
dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan
"Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah
"drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-
tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya
itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah
orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik
injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum
Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke
kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama
sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-
17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris
bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16,
serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci
sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit,
Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri
atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang
menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab
Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang
bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat
12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31,
pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat
26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai
dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan
ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat
15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan,
Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik
lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram,
sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu
rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri
alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang
menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih
ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya
merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas
Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun,
Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama
sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh
karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-
38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian
bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil
Mat yang lebih lengkap, lebih bai
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus
Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai
penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret
sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para
nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan
maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang
diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
a. Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus
disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara
persembahkan kepada-Nya?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa?
Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan
Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong
saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam
hidup.
2. Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan
juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit
melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
a. Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang
kuat bag setiap pengikut Yesus?
c. Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati,
kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
d. Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut
Yesus?
e. Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa
setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya
Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang
palsu?
3. Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Pendalaman
a. Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja
itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya
untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada
pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang
serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga.
Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya
pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut.
_Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit
Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
4. Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa
atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga
maupun di dunia.
Pendalaman
a. Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus
bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang
menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan
Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau
dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak
bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada
berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi
pengiku pembohong.
c. Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah
yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke
sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh
dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini
berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara
sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20,
(Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan
Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala
raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula
menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut
dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara
pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil
Lewi (Mar 2:14).
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin
juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang
kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara
penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari
Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai
orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis
sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.
o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut
ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari
secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh
Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat
(Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi
Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius
sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat
2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka
ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat
7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran
Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah,
tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17).
Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14;
25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan
di atas dan dalam perumpamaan lain.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah
konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang
sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
* Matius 16:24 – 28
16:24 LAI TB, Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
KJV, Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and take
up his cross, and follow me.
TR, τοτε ο ιησους ειπεν τοις μαθηταις αυτου ει τις θελει οπισω μου ελθειν απαρνησασθω εαυτον
και αρατω τον σταυρον αυτου και ακολουθειτω μοι
Translit. Interlinear, tote {kemudian} ho iêsous {Yesus} eipen {berkata} tois {kepada} mathêtais
{murid-murid} autou {-Nya} ei {jika} tis {ada orang} thelei {ingin} opisô mou {(mengikut Aku)} elthein
aparnêsasthô {ia harus menyangkal/ tidak mengindahkan} heauton {dirinya} kai {dan} aratô {ia harus
mengangkat} ton stauron {salib} autou {nya} kai {dan} akoloutheitô {ia harus terus mengikuti} moi
{Aku}
16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya;
pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan
mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia
telah siap dan bersedia untuk menderita (Matius 16:21), Ia memberi tahu murid-murid-Nya sekarang
bahwa mereka juga harus ikut menderita, dan harus siap dan bersedia untuk itu. Perkataan dalam
ayat-ayat ini sungguh sangat bernilai maknanya.
I. ASAS-ASAS PEMURIDAN
Di sinilah asas-asas pemuridan diletakkan dan persyaratannya ditetapkan, dan berdasarkan
asas-asas inilah kita memperoleh kehormatan dan manfaat sebagai murid (ayat 24). Hal ini
dikatakanNya kepada murid-murid-Nya, supaya bukan saja mereka harus mengajarkannya
kepada orang lain, tetapi juga supaya mereka menggunakan asas-asas ini untuk menguji
keamanan diri mereka sendiri.
Perhatikanlah:
Menjadi Murid Kristus artinya, mengikuti Dia. Ketika Kristus memanggil para murid-
Nya, Ia mengucapkan kata-kata perintah, "Ikutlah Aku" (Matius 4:19 ; 8:22; 9:9;
19:21; Markus 1:17; 2:14; 10:21; Lukas 5:27; 9:59; 18:22; Yohanes 1:43; 21:19;
21:22, lihat artikel kekristenan-adalah-relasi-vt621.html ) Murid Kristus yang sejati
adalah seorang yang mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus
mengikut Dia sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan
mengatur-atur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang barusan diperbuat Petrus
yang lupa daratan. Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti domba
mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit yang
mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan akhir yang
sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan kemuliaan sorga. Ia
seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya,
mengikuti Jejak langkah-Nya, tunduk kepada perintah-perintah-Nya. dan mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi[/color] (Wahyu 14:4).
2. Syarat-syarat
Hal-hal besar apa yang disyaratkan Kristus bagi orang-orang yang ingin menjadi
murid-Nya. [i]Setiap orang yang mau mengikut Aku. ει τις θελει - ei tis thelei –
Jikalau ada yang bersedia datang. Hal ini menunjukkan adanya pilihan yang
disengaja. Ada sukacita, dan ketetapan hati di dalam pilihan itu. Banyak orang
menjadi murid lebih karena kebetulan atau karena keinginan orang lain, daripada
karena kehendak sendiri. Namun Kristus menghendaki para pengikut-Nya datang
dcngan sukarela (Mazmur 110:3). Seolah-olah Kristus berkata, "Jika di antara orang-
orang ini ada yang bukan murid-Ku, tetapkanlah hatimu terlebih dahulu untuk
mengikut-Ku. dan jika kamu memang murid-Ku, maka tetapkanlah hatimu juga
untuk taat kepada-Ku. sesuai dengan persyaratan ini, yang ini. dan bukan yang lain.
Engkau harus mengikut Aku dalam penderitaan dan dalam berbagai hal lain. Karena
itu, ketika engkau duduk untuk menghitung harganya, hitunglah berdasarkan
persyaratan itu." Sekarang, apakah persyaratan-persyaratan itu?
Yang dimaksudkan dengan salib di sini adalah seluruh penderitaan kita, baik
yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi
segala kemalangan karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena
kebenaran, setiap masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik
ataupun karena tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang
kita derita sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena
mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami Kristus
karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita bersedia
menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut kepadanya. Salib-Nya
itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama dengan Dia. kita juga harus
menanggung kesukaran, karena Dia juga telah menanggungnya sebelumnya
bagi kita.
Perhatikanlah:
Setiap orang harus sadar akan ini dan bersiap-siap. Karena setiap
orang memiliki tugas khusus yang harus dilaksanakannya, maka
setiap orang juga memiliki masalah khusus yang harus ditanggung
masing-masing. Setiap orang merasakan paling banyak dari
bebannya sendiri. Salib adalah nasib yang dimiliki secara umum oleh
anak-anak Allah. Tetapi walaupun umum sifatnya, setiap orang
memiliki bagian tertentu. Itulah salib yang telah ditetapkan bagi kita
oleh Sang Hikmat yang Tak Terbatas, yang diletakkan di atas pundak
kita oleh Sang Pemelihara Yang Mahakuasa, dan salib itu sangatlah
sesuai bagi kita masing-masing. Sangat baik bagi kita, bila kita
menyebut salib yang kita pikul sebagai milik ki/a sendiri, dan
menyambutnya dengan semestinya. Kita cenderung berpikir bahwa
kita sanggup memikul salib orang lain dengan lebih baik daripada
salib kila sendiri. Namun, yang terbaik adalah, kita harus memi¬kul
salib kita masing-masing sebaik-baiknya.
Pertama, ini artinya bahwa salib itu ada di tengah jalan kita, dan
tersedia bagi kita. Kita tidak boleh membuat salib bagi diri kita
sendiri, tetapi harus menerima bagi diri sendiri salib yang telah
dibuat Allah bagi kita. Aturan yang kita anut adalah, jangan pernah
meninggalkan kewajiban: kita harus memikul salib kita itu, dan
jangan sampai kehilangan. Kita tidak boleh, karena tergesa-gesa dan
ceroboh, menghancurkan salib itu sesuai pemikiran kita sendiri,
tetapi kita harus memikulnya ketika salib itu diletakkan di jalan kita.
Kita harus mengelola dengan baik penderitaan kita supaya tidak
menjadi batu sandungan atau hambatan bagi kita dalam melayani
Allah. Kita harus memikulnya dan membawanya keluar dari jalan
kita, dengan segera membereskan salib sebagai batu sandungan.
Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, dan kita harus
berjalan terus sambil memikul salib di jalan kita, meskipun salib itu
menindih berat.
Kedua, yang harus kita lakukan bukan hanya memikul salib itu (yang
dapat saja berupa sebalok kayu, sebuah batu, atau sepotong
tongkat), tidak hanya berdiam diri di bawahnya, tetapi kita harus
mengangkatnya ke atas, harus mengembangkannya agar dapat
memberi keuntungan yang baik. Kita tidak boleh berkata, "Ini suatu
kemalangan, saya harus memikulnya, karena saya tidak dapat
menghindarinya," tetapi, "ini suatu kemalangan, saya akan
memikulnya, karena hal ini akan mendatangkan kebaikan bagi saya."
Hanya dengan bersukacita dalarn penderitaan kita, dan bermegah
di dalamnya, barulah kita bisa mengangkat salib itu. Hal ini sesuai
dengan ajaran penyangkalan diri, karena orang yang tidak mau
menyangkal diri terhadap kesenangan dosa clan keuntungan-
keuntungan dunia ini bagi Kristus, maka orang itu tidak akan mau
memikul salibnya ketika timbul kesesakan. "Orang yang tidak dapat
menetapkan hati untuk hidup sebagai orang kudus, ia menunjukkan
di dalam hatinya, bahwa ia tidak akan pernah bersedia mati sebagai
seorang martir," demikian kata Uskup Agung TilIotson [1630-1694 -
pen.].
Pikirkanlah:
(A) Nilai kekekalan yang bergantung pada pilihan yang kita ambil sekarang
ini.
Amatilah:
Perhatikanlah:
[3] Harga nyawa yang dipertaruhkan dan tidak berharganya dunia ini
Perhatikanlah:
Kedua, nyawa itu bisa hilang. dan karena itu ada bahayanya. Nyawa
itu hilang bila ia terpisah selamanya dari segala yang baik, dan
beralih kepada semua yang jahat yang dapat diperbuatnya. Nyawa
itu hilang bila ia mati, sejauh yang dapat terjadi padanya. Nyawa itu
hilang. bila ia terpisah dari anugerah Allah dan tenggelam dalam
murka dan kutuk-Nya, Manusia itu tidak akan binasa sampai ia
berada di dalam neraka.
Ketiga. jika nyawa itu hilang, itu adalah kehilangan bagi orang
berdosa itu sendiri. Manusia kehilangan nyawanya sendiri, karena ia
melakukan hal-hal yang pasti menghancurkan nyawanya itu sendiri,
dan melalaikan apa yang dapat menyelamatkan nyawanya itu
(Hosea 13:9). Orang berdosa mati karena ia memang ingin mati,
darahnya tertumpah ke atas kepalanya sendiri.
Keempat, satu nyawa lebih berharga daripada seluruh isi dunia ini.
Nyawa kita lebih besar nilainya bagi kita daripada semua kekayaan,
kehormatan, dan kesenangan yang ada pada kita di saat sekarang
ini. Di sini. seluruh dunia diperbandingkan bobotnya dengan bobot
satu nyawa, dan tekel telah ditulis mengenai hal itu [lihat Dan.
5:271. nyawa telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu
ringan. Ini adalah penghakiman Kristus atas hal itu, dan Ia adalah
Hakim yang adil. Ia mempunyai alasan untuk mengetahui harga
nyawa, karena Ia-lah yang menebus mereka. Ia juga tidak akan
merendahkan harga dunia, karena Ia-lah yang menciptakannya.
Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang baik untuk mendorong kita
menyangkal diri dan menderita bagi Kristus.
Ayat 27 : Jika kita melihat jauh ke depan mengenai akhir dari semua
hal yang ada. akhir dari dunia ini, dan keadaan jiwa-jiwa pada saat
ilu, kila akan memiliki pandangan yang berbeda tentang semua hal
yang bersifat sementara ini. Jika sekarang ini kita memandang
semua hal itu seperti apa yang akan terjadi kemudian. kita akan
memandang mereka seperti apa yang seharusnya tampak sekarang
ini.
Kedatangan Kristus untuk kedua kalinya itu sangat mendorong kita
untuk berdiri teguh dalam hidup keagamaan kita, karena:
Perhatikanlah:
Yesus dengan tegas mengatakan "Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal diri
dan memikul salibnya". Artinya : seseorang yang menyangkal diri adalah orang yang mampu
berkata tidak kepada keinginannya sendiri. Dan memikul salib adalah ketulusan mengembah
penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen oleh karena
kebenaran. Menyangkal diri dan memikul salib juga bermakna merendahkan diri atau tidak
mempertahankan haknya sendiri dan tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri, sejauh hal itu
berkaitan dengan hal memperoleh kehidupan yang kekal dan dalam tuntutan Kristus bagi murid-
muridNya untuk turut dalam pelayanan bagi keselamatan manusia.
Dalam hal penyangkalan diri dan memikul salib, Yesus Kristus telah lebih dulu memberikan teladan
dan bukti :
* Ibrani 2:9
Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat,
yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.
* Filipi 2:5-11
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi
dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
σταυρός
Transliteration
stauros (Key)
Pronunciation
stau-ro's (Key)
Part of Speech
masculine noun
Root Word (Etymology)
From the base of ἵστημι (G2476)
Greek Inflections of σταυρός [?]
mGNT
27x in 4 unique form(s) TR
28x in 5 unique form(s) LXX
0x in 0 unique form(s)
σταυρὸν — 10x
σταυρόν — 1x
σταυρὸς — 1x
σταυροῦ — 12x
σταυρῷ — 4x
Dictionary Aids
1. a cross
1. a well known instrument of most cruel and ignominious punishment,
borrowed by the Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed
among the Romans, down to the time of Constantine the Great, the guiltiest
criminals, particularly the basest slaves, robbers, the authors and abetters of
insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary pleasure of the
governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves
2. the crucifixion which Christ underwent
2. an upright "stake", esp. a pointed one, used as such in fences or palisades
Matthew
10:38; 16:24; 27:32; 27:40; 27:42
Mark
8:34; 10:21; 15:21; 15:21; 15:30; 15:32
Luke
9:23; 14:27; 23:26
John
19:17; 19:17; 19:19; 19:25; 19:31
1 Corinthians
1:17; 1:18
Galatians
5:11; 6:12; 6:14
Ephesians
2:16
Philippians
2:8; 3:18
Colossians
1:20; 2:14
Hebrews
12:2
Tools
Mat 10:38
And he that taketh not his cross, G4716 and followeth after me, is not worthy of me.
Tools
Mat 16:24
Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and
take up his cross, G4716 and follow me.
Tools
Mat 27:32
And as they came out, they found a man of Cyrene, Simon by name: him they compelled to
bear his cross. G4716
Tools
Mat 27:40
And saying, Thou that destroyest the temple, and buildest it in three days, save thyself. If
thou be the Son of God, come down from the cross. G4716
Tools
Mat 27:42
He saved others; himself he cannot save. If he be the King of Israel, let him now come down
from the cross, G4716 and we will believe him.
Transliteration
airō (Key)
Pronunciation
ī'-rō (Key)
Part of Speech
verb
Root Word (Etymology)
A primary root
Greek Inflections of αἴρω [?]
mGNT
101x in 34 unique form(s) TR
102x in 36 unique form(s) LXX
246x in 54 unique form(s)
Αἶρε — 3x
αἴρει — 8x
αἴρεις — 2x
αἴρεται — 1x
αἴρετε — 1x
αἰρόμενον — 1x
αἴροντός — 1x
αἴροντος — 1x
αἴρων — 2x
αἴρωσιν — 1x
ἆραί — 1x
ἆραι — 5x
ἄραντες — 2x
ἄρας — 6x
ἄρατε — 3x
Ἄρατε — 3x
ἀράτω — 4x
ἄρῃ — 5x
ἄρῃς — 1x
ἀρθήσεται — 6x
Ἄρθητι — 2x
ἀρθήτω — 1x
ἀρθῶσιν — 1x
ἆρόν — 1x
ἆρον — 6x
Ἆρον — 3x
ἀροῦσίν — 2x
ἀροῦσιν — 2x
ἀρῶ — 1x
ἦραν — 10x
Ἦραν — 2x
ἤρατε — 3x
ἦρεν — 6x
ἤρθη — 3x
ἦρκεν — 1x
ἠρμένον — 1x
Dictionary Aids
1 Samuel
15:25; 25:28
Psalms
90:12; 91:12
Isaiah
53:8; 53:8
Lamentations
3:27
Habakkuk
1:15
Matthew
4:6; 9:6; 9:16; 10:38; 11:29; 13:12; 14:12; 14:20; 15:37; 16:24; 17:27; 20:14; 21:21;
21:43; 22:13; 24:17; 24:39; 25:28; 25:29; 27:32
Mark
2:3; 2:9; 2:11; 2:21; 4:25; 4:15; 6:8; 6:29; 6:43; 8:8; 8:19; 8:34; 10:21; 11:23; 13:15;
15:21; 15:24; 16:18
Luke
4:11; 5:24; 6:29; 6:30; 8:12; 8:18; 9:3; 9:17; 9:23; 11:22; 11:52; 17:13; 17:31; 19:21;
19:24; 19:26; 22:36; 23:18
John
1:29; 2:16; 5:8; 5:9; 5:10; 5:11; 5:12; 8:59; 10:18; 10:24; 11:39; 11:41; 11:41; 11:48;
15:2; 16:22; 17:15; 19:15; 19:31; 19:38; 20:1; 20:1; 20:2; 20:13; 20:15
Acts
4:24; 8:33; 8:33; 20:9; 20:9; 21:11; 21:36; 22:22; 27:13; 27:17
1 Corinthians
5:2; 6:15
Ephesians
4:31
Colossians
2:14; 2:14
1 John
3:5; 3:6
Revelation
10:5; 18:21
Tools
Mat 4:6
And saith unto him, If thou be the Son of God, cast thyself down: for it is written, He shall
give his angels charge concerning thee: and in their hands they shall bear G142 ➔ thee up, G142
lest at any time thou dash thy foot against a stone.
Tools
Mat 9:6
But that ye may know that the Son of man hath power on earth to forgive sins, (then saith he
to the sick of the palsy,) Arise, take up G142 thy bed, and go unto thine house.
ἀπαρνέομαι
Transliteration
aparneomai (Key)
Pronunciation
ä-pär-ne'-o-mī (Key)
Part of Speech
verb
Root Word (Etymology)
From ἀπό (G575) and ἀρνέομαι (G720)
Greek Inflections of ἀπαρνέομαι [?]
mGNT
11x in 4 unique form(s) TR
13x in 4 unique form(s) LXX
1x in 1 unique form(s)
ἀπαρνηθήσεται — 1x
ἀπαρνησάσθω — 3x
ἀπαρνήσῃ — 7x
ἀπαρνήσομαι — 2x
Dictionary Aids
1. to deny
1. to affirm that one has no acquaintance or connection with someone
2. to forget one's self, lose sight of one's self and one's own interests
Matthew
16:24; 26:34; 26:75
Mark
8:34; 14:30; 14:72
Luke
9:23; 12:9; 22:34; 22:61
John
13:38
Tools
Mat 16:24
Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny G533 himself,
and take up his cross, and follow me.
Tools
Mat 26:34
Jesus said unto him, Verily I say unto thee, That this night, before the cock crow, thou shalt
deny G533 me thrice.
Tools
Mat 26:35
Peter said unto him, Though I should die with thee, yet will I G533 ➔ not deny G533 thee.
Likewise also said all the disciples.
σταυρός
Transliteration
stauros (Key)
Pronunciation
stau-ro's (Key)
Part of Speech
masculine noun
Root Word (Etymology)
From the base of ἵστημι (G2476)
Greek Inflections of σταυρός [?]
mGNT
27x in 4 unique form(s) TR
28x in 5 unique form(s) LXX
0x in 0 unique form(s)
σταυρὸν — 10x
σταυρόν — 1x
σταυρὸς — 1x
σταυροῦ — 12x
σταυρῷ — 4x
Dictionary Aids
Vine's Expository Dictionary: View Entry
1. a cross
1. a well known instrument of most cruel and ignominious punishment,
borrowed by the Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed
among the Romans, down to the time of Constantine the Great, the guiltiest
criminals, particularly the basest slaves, robbers, the authors and abetters of
insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary pleasure of the
governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves
2. the crucifixion which Christ underwent
2. an upright "stake", esp. a pointed one, used as such in fences or palisades
Matthew
10:38; 16:24; 27:32; 27:40; 27:42
Mark
8:34; 10:21; 15:21; 15:21; 15:30; 15:32
Luke
9:23; 14:27; 23:26
John
19:17; 19:17; 19:19; 19:25; 19:31
1 Corinthians
1:17; 1:18
Galatians
5:11; 6:12; 6:14
Ephesians
2:16
Philippians
2:8; 3:18
Colossians
1:20; 2:14
Hebrews
12:2
Tools
Mat 10:38
And he that taketh not his cross, G4716 and followeth after me, is not worthy of me.
Tools
Mat 16:24
Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and
take up his cross, G4716 and follow me.
Tools
Mat 27:32
And as they came out, they found a man of Cyrene, Simon by name: him they compelled to
bear his cross. G4716
Tools
Mat 27:40
And saying, Thou that destroyest the temple, and buildest it in three days, save thyself. If
thou be the Son of God, come down from the cross. G4716
Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya dalam Matius 16:24: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Dalam perenungan hari ini, kita akan
memfokuskan pembahasan hanya pada hal menyangkal diri. Yesus mengatakan menyangkal diri adalah
tuntutanNya bagi setiap orang yang mau mengikuti Dia. Apa artinya menyangkal diri? Menyangkal berarti
menolak, menanggalkannya, atau menurut Lukas 14:26-27 berarti membenci (“Jikalau seorang datang
kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.”)
Benarkah Yesus mengajarkan suatu agama yang membenci diri dan semua orang yang kita kasihi? Tidak! Apa
yang ditekankan Yesus di dalam Lukas 14 itu ialah bahwa kesetiaan kita kepada Allah harus mengatasi semua
keterikatan alami yang lebih rendah dari keterikatan kita kepada Allah, dan hanya dengan mengutamakan Allah
semua hubungan kita baru akan menjadi baik dan sehat. Ini bukan perintah untuk memperlakukan diri dengan
buruk, karena dalam tuntutan ini Yesus bukan memerintahkan kita untuk meniadakan identitas diri kita, dan
menjadi “nobody” (“bukan siapa-siapa”); juga bukan perintah untuk menghina diri atau memperlakukan diri kita
sebagai orang yang tidak berharga; karena Ia sendiri menunjukkan perhargaan yang demikian besar kepada kita
sehingga rela berkorban bagi kita.
Dalam perintah ini terkandung kebenaran paradoks mengenai bagaimana seharusnya kita bersikap kepada diri
kita sendiri. (1) Di balik perintah untuk menyangkal diri terkandung maksud Allah yang positif bagi kita yaitu
membawa kita ke dalam kepenuhan kemanusiaan yang telah Ia rencanakan bagi kita. Seperti yang diungkapkan
dalam 2 Kor 3:18, Ia senantiasa membawa kita ke dalam kemuliaan yang semakin besar (band. 2Kor 11:2). (2)
Namun karena di dalam diri kita, yang walaupun telah ditebus, masih memiliki banyak keinginan daging atau
sifat-sifat dosa yang akan menghalangi maksud Allah bagi kita, bahkan dapat menghancurkan kita, maka kita
harus menghancurkan sifat-sifat buruk ini atau kita yang akan dihancurkannya. Simson dikalahkan bukan oleh
banyaknya tombak dan pedang tentara Filistin, juga bukan tipu muslihat Delilah, ia terutama dan pertama-tama,
dikalahkan oleh nafsu dan kedagingannya sendiri, sehingga ia menyerahkan rahasia kekuatannya kepada
seorang wanita dan dihina dan disiksa oleh orang-orang Filistin. (3) Musuh terbesar setiap orang adalah diri
sendiri, yaitu segala kebodohannya, kedagingannya dan keinginannya yang jahat. Hanya dengan menyangkal
semua sisi buruk dan mengembangkan sisi positif dalam diri kita, kita akan mencapai kepenuhan maksud Allah
yang mulia bagi kita. Karena itu, orang yang menyangkal diri adalah orang yang mengasihi dirinya sendiri, dan
orang yang tidak mau menyangkal diri justru adalah orang yang membenci dirinya sendiri. Kekristenan tanpa
penyangkalan diri bukanlah Kekristenan versi Yesus. Itu hanya Kekristenan buatan manusia yang akan
membiarkan kita di dalam kemandegan rohani.
Lalu Apa arti menyangkal diri itu? Inti penyangkalan diri bukanlah menolak kesenangan atau menyiksa diri
seperti yang diajarkan dalam asketisme. Perlu kita ingat selalu bahwa Kekristenan bukanlah agama yang
negatif, yang merendahkan, tetapi agama positif, yang justru mengangkat hidup kita dalam kelimpahan dan
berkat sejati dari Allah. Kerohanian sejati juga bukan sekedar menjalankan aktivitas agama seperti berdoa
puasa, berbuat amal, dsb. Semua aktivitas agama ini pada dasarnya adalah hal yang baik, tetapi jika kehilangan
essensinya, semua kegiatan itu menjadi kemunafikan. Inilah kegagalan dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat. Tanpa penyangkalan diri yang penuh kerelaan kepada Allah sebagai Penguasa mutlak hidup kita, semua
aktivitas agama dan pengalaman rohani kita akan kehilangan maknanya. Inti dari penyangkalan diri Kristen ialah:
Pertama, menyangkal diri berarti menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah. Manusia
tidak pernah dimaksudkan sebagai makhluk otonom, yang menjalankan hidupnya berda sarkan hikmat dan
kekuatannya sendiri. Setiap orang yang mencobanya pasti akan menemui kegagalan. Dalam kasus Adam dan
Hawa kita belajar kebenaran yang berharga ini. Sebelumnya Adam dan Hawa hidup dalam kebergantungan
mutlak kepada Allah, dan mereka berbahagia. Kemudian datanglah cobaan dari Iblis, yang menawarkan opsi
yang berlawanan dengan firman Allah. Jika mereka tetap bergantung mutlak kepada Allah, mereka akan
langsung menolak perkataan Iblis. Namun mereka menerimanya dan mempertimbangkannya opsi/pilihan kedua
itu sebagai yang mungkin benar. Untuk berbuat demikian, mereka pasti harus terlebih dahulu menarik komitmen
mereka kepada Allah, dan mengangkat diri sebagai penentu kebenaran antara Allah dan Iblis. Kesalahan
mereka itu harus dibayar mahal, yaitu kematian mereka.
Menyangkal diri berarti mengakui ketergantungan kita kepada Allah, dan karena itu, kita menyerahkan hak dan
otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah. Kita mengakui bahwa hidup yang diserahkan kepada Tuhan, sebagai
pemegang hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana hidup kita dijalani bukan saja sudah
seharusnya tetapi juga akan membawa kebaikan bagi kita. Frances Havergal mengungkapkan penyerahan diri
yang total kepada Allah ini dengan indah dalam syair lagunya: Take My Life and Let It Be Consecrated. Semua
yang ia miliki, ia baktikan kepada Tuhan: tangannya untuk melakukan kehendak Tuhan, kakinya untuk
menyebarkan Injil, suaranya untuk memuji Sang Raja selamanya, hartanya semuanya menjadi milik Tuhan dan
waktunya hanya untuk memuliakan Tuhan. Ia memeteraikan lagu tersebut dalam kesaksian hidupnya.
Dalam kehidupanNya di bumi, Kristus memberikan teladan yang indah bagi kita. Seluruh hidupNya adalah suatu
penyerahan penuh untuk melakukan kehendak Bapa, dan puncaknya ialah ketika bergumul di taman Getsemani,
Ia dengan konsisten menyerahkan diriNya untuk melakukan kehendak Allah sampai tuntas. Doa ‘Bapa Kami’
yang kita selalu kita ucapkan sebenarnya merupakan ungkapan kerinduan terbesar dari setiap pengikut Kristus;
yaitu nama Allah, kerajaan Allah dan kehendak Allah sebagai concern terbesar hidup kita, dan bukan ambisi dan
kehendak kita.
Dalam buku kecil ‘Hatiku Rumah Kristus,’ Robert Boyd Munger mengungkapkan dengan indah bagaimana suatu
kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Kristus sebagai penguasa hidup kita adalah cara terbaik untuk
menjalani kehidupan Kristen. Ibu Teresa pernah mengatakan bahwa dirinya hanyalah pensil sederhana yang
diserahkan ke dalam tangan Tuhan untuk Ia pakai sesukaNya untuk maksud Allah.
Kedua, menyangkal diri berarti pertempuran seumur hidup menaklukkan dosa dalam diri kita. Mau tidak mau,
harus kita akui bahwa ada banyak sifat buruk di dalam diri kita. Untuk lepas dari keinginan dosa (indwelling sin)
yang melekat dalam dirinya sampai inilah rasul Paulus bergumul sampai ia mendapatkan kemenangan rohani
dalam diri Allah Tritunggal (Rom 7:13-8:17).
Buku kecil Hati Manusia mengungkapkan bahwa di dalam hati setiap orang ada banyak sifat-sifat dosa yang
mau menguasai kita. Penulis menggunakan berbagai macam binatang untuk melukiskan bermacam-macam
dosa kita: burung merak (kesombongan), kambing (keras kepala), babi (hawa nafsu), kura-kura (kemalasan),
harimau (amarah), ular (kelicikan) dan serigala (pencuri), dengan otaknya si Iblis. Kita harus menaklukkannya
atau kita akan ditaklukkannya.
Dalam novel The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde diceritakan seorang dokter yang begitu baik, namun
membiarkan sisi buruk kehidupannya secara bebas melampiaskan segala kesenangan daging, sampai akhirnya
sisi buruknya itu menelan sisi baiknya, dan akhirnya menghancurkan hidupnya. Demikianlah, dosa yang
dibiarkan bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita, akhirnya akan menjadi kekuatan destruktif yang akan
menghancurkan kita. Banyak kebiasaan buruk yang telah kita biarkan berurat akar di dalam diri kita, begitu sulit
untuk kita atasi, sehingga kalau bukan anugerah Allah, hampir mustahil kita dapat terbebas darinya.
Pentingnya penyangkalan atau penguasaan diri adalah hal yang dimengerti semua orang. Dalam buku
Emotional Inteligence diceritakan eksperimen yang dilakukan pada sekelompok anak-anak sekolah. Dalam satu
kelas, si guru membagikan kue mashmallow kepada setiap anak, tetapi mereka diminta untuk menunggu sampai
guru kembali baru boleh dimakan. Siapa yang menuruti akan diberi kue ekstra. Lalu selam beberapa menit guru
meninggalkan mereka. Dan segala tingkah laku anak-anak itu diawasi dan dicatat melalui kamera tersembunyi.
Ada anak tidak dapat menahan, dan ada juga yang bisa menahannya. Riwayat anak-anak itu dicatat sampai
mereka dewasa. Dan ditemukan penguasaan diri mereka itu berkorelasi dengan masa depan mereka. Mereka
yang belajar menunda kesenangan ternyata lebih berhasil dalam studi dan karir.
Dalam Gal 5:19-21 Paulus memperingatkan kita bahwa orang yang menuruti keinginan daging tidak layak
mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah. Tidak seorangpun dari kita yang bebas dari dosa; karena itu, jangan
ada orang yang menyombongkan diri. Biarlah setiap kita yang jatuh dalam berbagai macam dosa ini, berusaha
untuk bangkit kembali dengan pertolongan Tuhan. Biarlah kita menyalibkan tubuh dosa kita sehingga dosa
kehilangan kuasaNya di dalam diri kita. Inilah pengalaman rasul Paulus: “Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.“ (Gal 2:19-20)
Ketiga, menyangkal diri berarti meneguhkan maksud Allah yang mulia dalam diri kita. Penyangkalan diri
bertujuan memulihkan gambar Allah dalam diri kita, supaya maksud Allah yang mulia terwujud di dalam diri kita.
Karena itu, penyangkalan diri harus selalu disertai usaha pengembangan diri seperti yang dikehendaki Allah,
yaitu bertumbuh dalam keserupaan Kristus, memiliki karakter ilahi, atau buah-buah Roh Kudus. Tanpa disertai
sisi positif ini, maka penyangkalan diri akan menjadi sekedar tindakan agama yang negatif dan membebani,
bukannya menimbulkan sukacita. Ingat, kekristenan bukan agama negatif, tetapi positif dan konstruktif.
Jika telah belajar untuk menyangkal diri kita akan terbebas dari penjara egoisme yang membuat kita demikian
terobsesi oleh diri sendiri (narciscus), inilah sebabnya orang tega-teganya memperalat dan mengorbankan orang
lain demi kepentingan sendiri. Hanya setelah belajar untuk menyangkal diri, kita mampu melakukan kebaikan
sejati kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri. Selama belum menyangkal diri, bahkan ketika berbuat baik
sekalipun, semua itu kita lakukan demi dirinya. Kita hanya berbuat baik kepada yang baik kepada kita, kepada
orang yang kita sukai, kepada orang yang akan memberikan keuntungan kepada kita, atau yang suatu hari
dapat menolong kita. Bahkan berbuat amal pun itu untuk mengumpulkan amal bagi kita, atau melaukan
kebajikan yang sangat mulia, karena itu memberikan kesenangan rohani kita. Demikian juga, hanya setelah
belajar untuk menyangkal diri kita baru dimampukan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Penyangkalan diri memampukan kita untuk mengakui diri kita hanya penatalayan Tuhan dan segala sesuatu
yang ada pada diri kita: talenta, kepandaian, kekayaan, waktu, kesempatan, kelancaran, kesehatan, dsb adalah
karunia dari Tuhan. Dan semua itu bukan untuk dipakai bagi kepentingan kita sendiri, apalagi untuk diboroskan
atau untuk tujuan yang berdosa, sebaliknya kita akan memakai semua itu dengan rendah hati, disiplin dan
dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan maksud dan ketetapan Allah.
Penyangkalan diri juga membuat orang Kristen percaya bahwa berkat sejati berasal dari Tuhan. Karena itu, ia
tidak akan secara tamak memakai cara-cara licik dan mencelakakan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
Kita tidak akan iri karena orang lain mendapatkan keuntungan lebih besar, karena tahu ia tidak berhak mengatur
bagaimana Tuhan memberi anugerahNya. Selain itu ia tahu, bahwa tanpa penyertaan Tuhan, semua
keuntungan duniawi dapat menjadi kutuk baginya. Penyangkalan diri akan memampukan kita untuk bersyukur
dan berbahagia dalam segala keadaan. Karena tahu bahwa Tuhan senantiasa memelihara kita menurut caraNya
yang Ia pandang terbaik untuk kita, bukan maunya kita. Penyangkalan diri menjadikan orang tak terikat pada
dunia sehingga ketika segalanya diambil kembali oleh Tuhan, walaupun ia dapat merasa susah, tetapi tidak akan
tenggelam dalam keputusasaan.
Musuh setiap orang ialah dirinya sendiri: keegoisannya, hawa nafsu dan keinginan daging di dalam dirinya;
bukanlah situasi luar seperti kurang pintar, kaya, kurang tampan atau kurang cantik, kurang mendapat
kesempatan, dan sebagainya. Anak Tuhan harus berjuang menaklukkan dosa sehingga rencana Tuhan yang
indah dapat terwujud dalam dirinya. Kemenangan pribadi atas atas diri sendiri inilah rahasia kemenangan rohani
yang memberikan kesuksesan di bidang lain. Sebaliknya kegagalan untuk menaklukkan sifat-sifat buruk dalam
diri kita secara pasti menghambat kemajuan yang diharapkan Tuhan dari kita. Kiranya Tuhan menolong kita
menjadi muridNya yang sejati. Amin.
Matius 16:21-28
Ay 21:
1) ‘Mulai menyatakan’.
Dari sini terlihat bahwa Yesus mengajar langkah demi langkah, sesuai dengan
kebutuhan / tingkat kerohanian dari para pendengarNya (bdk. Yoh 16:12-13a).
Ini adalah sesuatu yang harus ditiru! Pada waktu memberitakan Firman Tuhan, kita
harus memberitakan apa yang merupakan kebutuhan orang itu, dan yang sesuai dengan
tingkat kerohaniannya. Misalnya: pada waktu memberitakan Injil kepada orang yang
belum percaya kepada Kristus, sekalipun orang yang kita injili itu ingin tahu / bertanya
tentang doktrin Allah Tritunggal, kita tidak boleh memuaskan rasa ingin tahuinya dengan
mengajarkan doktrin yang begitu sukar untuk dia! Kita harus berusaha membelokkan
pembicaraan kepada Injil, karena itulah kebutuhannya sebagai orang yang belum
percaya!
2) Doktrin bahwa Mesias harus menderita dan mati, sebetulnya sudah ada dalam
Perjanjian Lama (Yes 53:4-10 Daniel 9:26 bdk. Luk 24:25-26).
Tetapi perlahan-lahan doktrin ini menghilang dari antara orang-orang Yahudi dan
mereka percaya bahwa Mesias akan datang sebagai raja dunia yang penuh dengan
kemenangan (bdk. Yoh 6:14-15).
Penerapan:
Ini merupakan pelajaran bagi kita untuk tidak mengabaikan bagian tertentu dari Kitab
Suci. Karena itu jangan memilih-milih topik kalau datang dalam Pemahaman Alkitab.
Berusahalah untuk belajar seluruh isi Kitab Suci, baik itu diberikan dalam bentuk topikal,
doktrinal, exposisi Perjanjian Lama, ataupun exposisi Perjanjian Baru!
3) Apa yang Yesus ajarkan dalam ay 21 itu kontras sekali dengan konsep / kepercayaan
murid-murid tentang Mesias.
Penerapan:
Kita harus berani untuk memberitakan sesuatu yang bertentangan dengan konsep /
kepercayaan dari pendengar kita. Kalau saudara bertemu dengan seseorang yang
berpendapat bahwa ada banyak jalan ke surga, atau bahwa semua agama itu sama,
dsb, beranikah saudara menentangnya dengan mengatakan bahwa Yesus adalah satu-
satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12)? Kalau saudara bertemu
dengan seseorang yang mengatakan bahwa orang kristen harus berbahasa roh,
beranikah saudara membetulkan pandangannya dengan mengatakan bahwa bahasa
Roh itu merupakan karunia yang hanya dikaruniakan kepada sebagian orang kristen
(1Kor 12:8-10)? Memang kalau kita melakukan hal-hal ini, ada kemungkinan kita akan
dibenci / dimusuhi, tetapi itu merupakan salib yang harus rela kita pikul.
4) Murid-murid perlu tahu bahwa bagi Yesus, jalan menuju kemenangan / kemuliaan
adalah melalui salib. Ini juga berlaku untuk mereka sebagai pengikut Kristus. Hal itu
diberitakan supaya pada waktu penderitaan itu tiba, mereka siap menghadapinya!
5) Dalam ay 21 sebetulnya juga ada penghiburan yaitu bahwa setelah mati, Yesus akan
bangkit! Ini berlaku juga untuk pengikut Yesus; setelah salib dan penderitaan, akan ada
kemenangan dan kemuliaan. Tetapi mungkin sekali murid-murid sudah ‘shock’ / kaget
mendengar bagian depan dari ay 21 sehingga bagian belakangnya tidak mereka dengar.
Karena itu keluar reaksi / tanggapan seperti dalam ay 22.
Pelajaran bagi kita: hati-hati dalam mendengar Firman Tuhan! Jangan mendengar
sepotong-sepotong, karena itu bisa membahayakan dan menimbulkan arti yang sama
sekali berbeda. Kita harus mendengar seluruhnya. Bdk. Yak 1:19.
Ay 22:
1) Petrus tidak bisa menerima Firman Tuhan yang bertentangan dengan konsep yang ada
dalam dirinya! Ini sesuatu yang sangat salah! Apa yang saudara percayai dari kecil
belum tentu betul. Kalau saudara suatu waktu melihat bahwa konsep saudara itu
bertentangan dengan Firman Tuhan, saudara harus mau membuangnya! Bukan Firman
Tuhan yang harus disesuaikan dengan konsep saudara, tetapi konsep / kepercayaan
saudaralah yang harus disesuaikan dengan Firman Tuhan!
2) Petrus merasa lebih bijaksana dari pada Kristus! Tetapi apakah saudara tidak pernah
bersikap seperti itu? Pada saat saudara menderita, gagal, dsb, apakah saudara pernah
berpikir: ‘Bagaimana sih Tuhan ini, kok saya dibeginikan?’. Bukankah pemikiran seperti
itu pada hakekatnya menunjukkan bahwa saudara merasa lebih bijaksana dari pada
Tuhan? Tetapi ingatlah bahwa bagaimanapun kita tidak mungkin mungkin lebih
bijaksana dari pada Tuhan (bdk. Yes 55:8-9).
3) Petrus mempunyai semangat, tetapi karena pengertiannya salah, semua menjadi salah.
Bdk. Amsal 19:2 Ro 10:2.
Penerapan:
Banyaklah belajar Firman Tuhan, supaya semangat saudara bisa diarahkan ke arah
yang benar!
4) Kata-kata bodoh ini berasal dari Petrus sendiri (bdk. ay 23).
Dalam Mat 16:16 Petrus mengucapkan kata-kata yang hebat! Karena apa? Karena
Tuhan menyatakannya kepada Petrus! Tetapi begitu Petrus mengucapkan sesuatu yang
berasal dari dirinya sendiri, ia langsung mengucapkan hal-hal yang bodoh! Ini
seharusnya mengajar kita untuk menjadi rendah hati! Kita bisa hebat / bijaksana, kalau
Tuhan menolong kita. Tanpa Tuhan, kita bodoh!
Ay 23:
1) Kata-kata ini tidak ditujukan kepada setan, tetapi kepada Petrus!
Dasar / alasan:
Adanya kata-kata ‘behind Me’ jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak mungkin
ditujukan kepada setan. Bandingkan dengan waktu Yesus mengusir setan dalam Mat
4:10. Di sini tak ada kata-kata ‘behind Me’.
c) Ay 23: kata ‘engkau’ dalam ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa Yesus berbicara
kepada Petrus.
Kesimpulan: Yesus bukannya menengking setan; Ia berbicara kepada Petrus! Jadi ayat
ini tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa orang kristen bisa kerasukan setan.
Banyak orang menganggap bahwa orang kristen tetap bisa ada setannya dan
membutuhkan doa pelepasan. Dasar yang sering dipakai adalah ay 23 ini. Tetapi
setelah terbukti bahwa Yesus bukan menengking setan, tetapi berbicara kepada Petrus,
jelas bahwa ayat ini tidak bisa dijadikan dasar dari ajaran seperti itu.
Saya bahkan berpendapat bahwa kita tidak bisa menengking setan yang menggoda kita
untuk berbuat dosa. Memang dalam Mat 4:10 Yesus mengusir / menengking setan yang
menggodaNya, tetapi itu mungkin sekali terjadi karena Mat 4:8-9 merupakan penghinaan
bagi Dia (karena disuruh menyembah setan). Setan memang diberi hak untuk
menggoda kita, sehingga dalam kasus seperti itu tidak bisa ditengking. Lain halnya kalau
kita berjumpa dengan orang yang kerasukan setan. Penengkingan dalam kasus seperti
ini memang jelas merupakan sesuatu yang Alkitabiah.
Yak 4:7-8 dan 1Pet 5:8-9 menunjukkan cara menghadapi setan yang menggoda kita dan
tidak ada yang menyuruh kita untuk menengking setan dalam kasus penggodaan seperti
itu.
2) Petrus disebut setan. Mengapa? Karena ia sedang dikuasai, ditipu, dan dipakai oleh
setan. Atau karena ia sedang mempunyai pikiran dan melakukan tindakan yang salah.
Iini berbeda dengan ‘dirasuk setan’. Kata-kata Petrus dalam ay 22 intinya sama dengan
godaan setan dalam Mat 4:8-9 yaitu suatu godaan supaya Yesus mendapat mahkota
tanpa melalui salib. Bisa saja kata-kata / tindakannya berasal bukan dari setan tetapi
dari dirinya sendiri, tetapi karena intinya sama dengan godaan setan dalam Mat 4:8-9,
maka ia disebut sebagai ‘setan’.
Saya tidak yakin bahwa setanlah yang ‘mengilhami’ Petrus pada saat ini, karena saya
berpendapat bahwa setan justru berusaha membunuh Yesus. Adalah aneh, kalau saat
ini ia mengilhami Petrus sedemikian rupa sehingga justru mencegah kematian Yesus.
b) Tadi, dalam Mat 16:18 ia disebut sebagai ‘batu karang’ (menurut penafsiran ketiga),
sekarang ia menjadi ‘batu sandungan’.
Ini mengajar kita untuk tidak mempercayai diri kita sendiri, tetapi hanya mempercayai
Tuhan saja.
Ay 24:
1) Sekarang Yesus melanjutkan. Tadi dalam ay 21 Ia berkata bahwa Ia sendiri yang akan
mengalami salib. Sekarang ia mengatakan bahwa setiap pengikutNya harus mengalami
salib! Ini ciri khas orang kristen sejati! Kalau dalam hidup saudara tidak ada salib,
mungkin sekali saudara bukan orang kristen yang sejati!
2) ‘Menyangkal diri’ berarti ‘tidak hidup untuk diri sendiri / demi kesenangan diri sendiri’.
Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak mempedulikan kesehatan kita dan sebagainya. Ini
berarti bahwa kita tidak lagi berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita
sendiri, atau yang mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-
hal yang menyenangkan Tuhan!
Penerapan:
Pada waktu saudara diperhadapkan pada suatu pemilihan, apa yang menjadi dasar
keputusan saudara? Kehendak / kesenangan Tuhan, atau kesenangan / kenikmatan
saudara sendiri?
Memikul salib berarti menderita karena taat kepada Kristus / ikut Kristus.
Ay 25:
1) Ini diucapkan Yesus untuk orang yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya,
hidup untuk dirinya sendiri.
a) Kata-kata ini lebih hidup / berarti untuk orang-orang kristen abad 1-3, yang
menghadapi penganiayaan. Tetapi kata-kata ini tetap relevan untuk jaman sekarang.
b) ‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi
Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Ini jelas merupakan orang yang tidak cinta
kepada Tuhan. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan!
3) Tuhan Yesus/ menghendaki orang mau kehilangan nyawa karena / demi Dia. Ini lagi-lagi
menekankan bahwa Ia menghendaki orang yang menyangkal diri. Tetapi perhatikan
bahwa Yesus senang dengan orang yang rela kehilangan nyawa ‘karena Aku’. Mark
8:35 menambahkan ‘karena Aku dan karena Injil’.
Jangan rela / berani kehilangan nyawa untuk hal-hal duniawi yang konyol! Tetapi kalau
saudara harus kehilangan nyawa demi Kristus / Injil, relalah mengalaminya! Dengan
demikian, saudara justru akan menyelamatkan nyawa saudara (mendapat hidup kekal)!
Ay 26:
Bagian ini ditujukan untuk orang-orang yang hidup untuk mendapatkan dunia bagi dirinya
sendiri. Ini jelas merupakan orang-orang yang hidup tanpa penyangkalan diri. Mereka hidup
demi uang, mereka tidak mau memberi waktu untuk Tuhan, mereka tidak menyediakan
waktu untuk belajar Firman Tuhan, mereka terlalu sibuk untuk bisa melayani Tuhan, dan
sebagainya.
Ayat Kitab Suci yang cocok dengan ay 26 ini adalah: Luk 16:19-31 (cerita tentang Lazarus
dan orang kaya) dan Luk 12:16-21 (perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh).
Ay 27:
1) Ayat ini jelas membicarakan tentang kedatangan Yesus yang keduakalinya.
Dalam menyangkal diri / memikul salib, penting bagi kita untuk memandang ke depan
pada kedatangan Yesus yang keduakalinya!
a) Pahala. Ini tergantung perbuatan kita (baca ay 27 itu sekali lagi).
Kita selamat atau tidak memang hanya tergantung iman. Tetapi pahala / tingkat di
surga tergantung kehidupan, ketaatan dan pelayanan kita! Tetapi bagaimanapun
harus kita ingat bahwa kalau kita bisa taat, melayani Tuhan dsb, itu semua karena
kasih karunia Tuhan. Jadi sebetulnya kita tetap tidak layak untuk menerima pahala.
Itu tetap merupakan anugerah dari Tuhan!
b) Hukuman.
Ada yang menganggap bahwa ayat ini hanya menunjuk pada pahala saja, tetapi ada
juga yang menganggap bahwa ayat ini menunjuk baik pada pahala maupun pada
hukuman.
Ay 28:
1) Berbeda dengan ay 27, ay 28 pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya! Mengapa? Karena kalau ayat ini diartikan menunjuk pada kedatangan
yang keduakalinya, itu berarti bahwa kata-kata Yesus ternyata tidak tergenapi.
2) Karena kedatangan Yesus yang keduakalinya ‘masih lama’, maka Yesus memberikan
sesuatu bagi sebagai dari mereka sebagai mereka bisa ‘mencicipi’ berkat dan kemuliaan
yang akan dialami pada saat Yesus datang keduakalinya. ‘Icip-icip’ itu berupa: ada di
antara mereka yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus datang sebagai raja dalam
kerajaanNya.
a) Transfiguration (pemuliaan / perubahan bentuk) yang terjadi dalam Mat 17:1-13.
Orang-orang yang menerima pandangan ini beralasan bahwa dalam ketiga kitab Injil
(Matius, Markus, Lukas), kata-kata Yesus dalam ay 28 langsung disusul dengan
cerita tentang transfiguration (perubahan bentuk / wajah yang dialami Yesus).
Keberatan: transfiguration terjadi hanya 1 minggu (bdk. Mat 17:1) setelah Yesus
mengucapkan Mat 16:28. Padahal dari kata-kata Yesus dalam Mat 16:28 yang
mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum ...’
secara implicit bisa disimpulkan bahwa di antara mereka pasti sudah ada (bahkan
mayoritas dari mereka) yang mati, barulah peristiwa itu terjadi. Padahal saat itu
belum ada satupun dari mereka yang mati!
b) Kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus ke surga, dan turunnya Roh Kudus.
Keberatan: saat ini mungkin hanya rasul Yohanes yang tertinggal / masih hidup di
antara mereka. Tetapi keberatannya tetap ada, yaitu bisa penglihatan seperti itu
disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja dalam kerajaanNya’?
Kesimpulan: sukar untuk menentukan pandangan yang benar dalam hal ini!
Perhatikanlah:
o . Hal-hal besar apa yang disyaratkan Kristus bagi orang-orang yang ingin
menjadi murid-Nya. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ei tis thelei --
Jikalau ada yang bersedia datang. Hal ini menunjukkan adanya pilihan yang
disengaja. Ada sukacita, dan ketetapan hati di dalam pilihan itu. Banyak orang
menjadi murid lebih karena kebetulan atau karena keinginan orang lain,
daripada karena kehendak sendiri. Namun Kristus menghendaki para
pengikut-Nya datang dengan sukarela (Mzm. 110:3). Seolah-olah Kristus
berkata, "Jika di antara orang-orang ini ada yang bukan murid-Ku, tetapkanlah
hatimu terlebih dahulu untuk mengikut-Ku, dan jika kamu memang murid-Ku,
maka tetapkanlah hatimu juga untuk taat kepada-Ku, sesuai dengan
persyaratan ini, yang ini, dan bukan yang lain. Engkau harus mengikut Aku
dalam penderitaan dan dalam berbagai hal lain. Karena itu, ketika engkau
duduk untuk menghitung harganya, hitunglah berdasarkan persyaratan itu."
Sekarang, apakah persyaratan-persyaratan itu?
(1) Ia harus menyangkal dirinya. Sebelumnya Petrus menasihati
Kristus untuk menyayangkan diri-Nya sendiri, dan dia mungkin akan
memberi nasihat yang sama untuk kasus yang serupa. Namun, Kristus
memberi tahu mereka semua, bahwa mereka harus sangat jauh dari
menyayangkan diri mereka sendiri, dan malah sebaliknya, harus
menyangkal diri sendiri. Dalam hal ini mereka harus mengikut
Kristus, karena kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, dan kematian-Nya,
semua merupakan tindakan penyangkalan diri yang tiada henti-
hentinya, sebuah pengosongan diri sendiri (Flp.2:7-8). Penyangkalan
diri memang merupakan pelajaran yang sulit dan keras, dan
bertentangan dengan watak daging dan darah. Namun, tindakan ini
tidak lebih dari apa yang telah dipelajari dan dikerjakan oleh Guru kita
di hadapan kita dan untuk kita, keduanya untuk penebusan kita dan
sebagai petunjuk bagi kita. Lagi pula seorang hamba tidak lebih dari
tuannya. Perhatikanlah, semua murid dan pengikut Yesus Kristus
harus menyangkal diri mereka sendiri. Inilah aturan dasar untuk
bergabung di dalam sekolah Kristus. Pelajaran pertama dan besar yang
akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri sendiri. Aturan
dan pelajaran ini merupakan pintu yang sesak dan jalan yang sempit.
Keduanya perlu bagi kita sebagai dasar untuk mempelajari pelajaran-
pelajaran baik lainnya yang akan diajarkan kemudian. Kita harus
menyangkal diri kita sendiri sepenuh-penuhnya, kita tidak boleh
mengagumi bayangan kita sendiri atau melampiaskan suasana hati kita
sendiri yang uring-uringan. Kita tidak boleh bersandar pada pengertian
kita sendiri atau mencari kepentingan diri sendiri, juga tidak boleh
hidup untuk tujuan kita sendiri. Kita harus menyangkal diri untuk suatu
tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus, bagi kehendak-Nya dan
kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus
menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan mereka.
Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri,
menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita.
(2) Ia harus memikul salibnya. Yang dimaksudkan dengan salib di
sini adalah seluruh penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai
manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi segala kemalangan
karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena kebenaran, setiap
masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik ataupun karena
tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang kita derita
sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena
mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami
Kristus karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita
bersedia menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut
kepadanya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama
dengan Dia, kita juga harus menanggung kesukaran, karena Dia juga
telah menanggungnya sebelumnya bagi kita.
Perhatikanlah:
o Pikirkanlah:
(1) Nilai kekekalan yang bergantung pada pilihan yang kita ambil
sekarang ini (ay. 25), barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya,
dengan menyangkal Kristus, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barangsiapa yang rela kehilangan nyawanya karena mengakui
Kristus, ia akan memperolehnya. Ini adalah pilihan antara
kehidupan dan kematian, keberuntungan dan kecelakaan, berkat
dan kutuk, yang diperhadapkan kepada kita.
Amatilah:
Perhatikanlah:
Perhatikanlah:
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula
menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut
dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara
pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil
Lewi (Mar 2:14).
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara
penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari
Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai
orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis
sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Garis Besar
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25 Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23 Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17 Pelayanan Yohanes Pembaptis
Mat 4:1-11 Pencobaan terhadap Yesus
Mat 4:12-25 Yesus mulai berkhotbah
Pesan
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut
ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari
secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh
Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat
(Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi
Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius
sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat
2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka
ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat
7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran
Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah,
tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17).
Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14;
25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan
di atas dan dalam perumpamaan lain.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah
konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang
sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.