Anda di halaman 1dari 75

BAHAN MAKALAH MATIUS

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis

Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak
Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas
Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M)
menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL
MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi
(Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang
percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal,
termasuk

1. (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan


bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
2. (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
3. (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1;
Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
4. (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti
dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga
segan menyebut nama Allah secara langsung dan
5. (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa
pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus
sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama
menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43;
Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk
beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau
Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang
pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama
adalah Injil Markus.

Tujuan

Matius menulis Injil ini

1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai
kehidupan Yesus,
2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau
percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang
politis.
2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja
segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai

Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan.


Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6),
peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga
diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3);
dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16),
pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21),
ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem
dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan
lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama
itu adalah:

1. (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);


2. (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu
(pasal 10; Mat 10:1-42);
3. (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
4. (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
5. (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas
kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--
12:50);
3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat
14:1--17:27);
4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--
26:46);
5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat
26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung"
Yesus.

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

1. (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.


2. (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan
secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah
mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
3. (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang
mencatat pengajaran Yesus
1. (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
2. (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
4. (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai
penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
5. (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab
lain di PB.
6. (6) Matius menekankan
1. (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
2. (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian;
dan
3. (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada
akhir zaman.
7. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah
yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).

Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar I. Memperkenalkan Mesias (Mat
1:1-4:11) A. Silsilah Yahudi Yesus (Mat 1:1-17) B....

Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat, I.


Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita;
demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...

Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK


PENGANTAR Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan
"Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...

Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN


MATEUS KATA PENGANTAR Tentang pengarang Indjil ini Karangan
Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...

Wycliffe: Matius (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN MATIUS Penulis.


Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh
Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebu...

Wycliffe: Matius (Garis Besar) GARIS BESAR MATIUS I. Kelahiran dan


Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23 A. Silsilah Kristus 1:1-17 B. Kelahiran
Kristus...
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN
OLEH MATIUS PENGANTAR Buku Matius menyampaikan kepada kita
Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan

Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab) Tujuan Supaya dengan mengenal isi


Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus
adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji

Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI


DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis
Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P

Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN


MESIAS Mat 1:1-4:25 Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus Mat 1:18-
25Kelahiran Yesus Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus Mat 3:1-17Pela

Advanced Commentary (Kamus, Lagu-Lagu Himne, Gambar, Ilustrasi Khotbah,


Pertanyaan-Pertanyaan, dll)

copyright © 2005-2020 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | Laporan Masalah/Saran

Tampilkan Alkitab

Pencarian Universal:

Hanya dalam TB
Pencarian Tepat
Pencarian Khusus

Tafsiran/Catatan
Studi Kamus
Studi Kata
Leksikon
Sistem Studi Peta
Ilustrasi Khotbah
Ekspositori
Gambar
Resource
Bacaan Alkitab Harian
SABDA web
CD SABDA
Alkitab Mobile
The Bible Project
Tetelestai
TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA

Alkitab SABDA
Antarmuka : Indonesia | Inggris Versi :
Preferensi
  Pencarian Khusus                             Home | YLSA | Download | Fitur | Font | Tutorial | FAQ
| Interaktif | Tentang Kami
Mat 4:12--25:46 (TB)

Full Life: Matius (Garis Besar)

Garis Besar

1. I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
1. A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
2. B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23)
3. C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12)
4. D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17)
5. E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11)
2. II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35)
1. A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25)
2. B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29)
3. C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38)
4. D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42)
5. E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50)
6. F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58)
7. G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27)
8. H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35)
3. III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46)
1. A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34)
2. B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46)
1. 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22)
2. 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46)
3. 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39)
4. 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46)
5. 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16)
6. 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30)
7. 7. Getsemani
(Mat 26:31-46)
4. IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66)
1. A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56)
2. B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26)
3. C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56)
4. D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66)
5. V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20)
1. A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10)
2. B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15)
3. C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)

Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab)

Di hadapan kita terdapat,

 I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian
yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru,
karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila
menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini,
maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah
sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17).
Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara
pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan,
meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik
dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini
bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak
mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun
dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk
membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian
Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus
selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru
ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata
menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang
melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah
seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta
sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat
itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah
mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya
wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh
kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun
wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki
bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang
menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia
menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang
saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian,
demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam –
sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah
ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat
lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan
yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV),
dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika
peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi
lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini
ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian
Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian
Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud
Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum
Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada
lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang
perlu dicari lagi.
 II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita
kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga
ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk.
2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar;
aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1).
Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus
diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa
Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata
Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik,
Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu
perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih
tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai
sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk
menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih,
seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka
pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra
menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm.
58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain
yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian
Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru
itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita
juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita
terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu
kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita
Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan
pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang
menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus
dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-
mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin
tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan
alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling
membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-
gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik;
begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana
kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal
Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam
pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-
tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah
kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih
dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat
pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari
keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan
oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada
lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah
diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby.
Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-
catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat
di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun
telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan
melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25),
tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang
tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus
kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi;
itulah perkataan sejarah yang pasti.
 III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang
Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya,
dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis
merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul
dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus
terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat
diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah
mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak
penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani
atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan.
Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-
bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan
oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir
berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang
melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh
bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa
Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya
dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi
Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk
memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki
Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.

erusalem: Matius (Pendahuluan Kitab)

INJIL-INJIL SINOPTIK

PENGANTAR

Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti
kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu
sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan
dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil)
sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).

Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis
dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan
Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua
Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di
Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan
pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen
dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis
12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10.
Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13.
Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas
kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari
Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi
teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10
dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma,
baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena
itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil
Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah
Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.

Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh


penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih
dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya
disebut sebagai "Masalah Sinoptik".

Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-
masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran
juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk
menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan
pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan
tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing
karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu
banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan
dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga
injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu
sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan
satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu
mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar
diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga
penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima
bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas
bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti
dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil
itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas
atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas,
juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus
diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa
sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.

Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan
sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa
cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut
sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil
dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan
sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya
sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena
kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada
sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak
berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori
itu.

Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi
juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus.
Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih
jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa
pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang
bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya
ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam
keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?

Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas
bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang
sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada
Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali
terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius
dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori
kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal
dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain.
Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa
penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik
Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus
yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-
keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan
Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian
serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala
unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat
diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan
injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli
itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-
ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa
Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti
sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari
pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.

Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-
kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang
sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana
sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab
"logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam
Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua
kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat
dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk
18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam
bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang
terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada
umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan
dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia"
macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar
dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas
diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia
(yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas
ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius
dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan
Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada
keadaan sekarang.

Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan
Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas
yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang
sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-
membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh
tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi
pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga
tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga
akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti
sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar
Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus
bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya
mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung
pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan.
Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang
berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan
masalah sinoptik.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan


menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan
ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan
pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan
Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang
tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada
kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara
yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil
mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan
kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang
menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul
ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah
satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis
21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam
sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian,
terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-
kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung
menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya
pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima
pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam
kelompok-kelompok lebih besar.

Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai
dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian
dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum
seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan
kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita
ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-
perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain.
Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud
menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil
pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang
baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk
injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah
injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang
tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai
tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas.
Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam
bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.

Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan
berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa
penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang
bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita
kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi
kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat
pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang
mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang
terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun
wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani
karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan
sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas
memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan
Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang
sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka
perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian
tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam
kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain
lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara
Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh)
berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum
mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk
memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai
kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.

Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan
disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita
miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam
penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur
itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga
memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi
Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka
redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50;
18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian
ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila
bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S
yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari
Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama
yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda
Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak
ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria,
Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang
orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.

Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas,
menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi
dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan
tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas
mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan
boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan
Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti,
seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang
ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang
tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup
Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus
mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar
tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang
kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar
ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu
Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat.
Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk
19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi).
Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi
kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu
dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga
bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga
karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.

Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung,
dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula
memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan
menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari
perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan
jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya.
Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud
menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud
mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang
bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk
membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian
berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan
hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak
lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-
kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh
menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua
karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman
kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam
ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang
masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil
Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang
sungguh-sungguh terjadi.

Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan
semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa
yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti
yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari
mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam
itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang
sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang
masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan
kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-
masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun.
Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan
dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas
dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada
urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah
dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah
benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti :
kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak
merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan
Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa
dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak
menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu.
Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus
mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah
kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah
tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-
penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi
dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya,
tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian
tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari
mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih
membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja
menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil,
tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya
dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh
para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah
bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita,
tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan
orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang
pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai
segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan
itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu
dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian
belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus
menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang
memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang
sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius

Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil
karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan
lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas
sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih
dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan
kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh
bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram,
sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas
dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan
"Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah
"drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :

1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;


2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit",
3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-
mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus
memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka,
yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia,
sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah,
sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang
merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal
Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu
ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan
dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan
Kebangkitan Yesus, 26-28.

Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-
tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya
itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah
orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik
injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum
Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke
kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama
sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-
17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris
bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16,
serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci
sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit,
Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri
atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang
menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab
Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang
bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat
12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31,
pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat
26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai
dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan
ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat
15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan,
Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik
lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram,
sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu
rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri
alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang
menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih
ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya
merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas
Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun,
Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama
sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh
karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-
38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian
bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil
Mat yang lebih lengkap, lebih bai

Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)

Tujuan

Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus
Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai
penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.

Pendahuluan

Penulis : Rasul Matius.

Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.

Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus).

Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret
sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para
nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.

I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius

1. Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).


Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang

Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan
maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang
diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.

Pendalaman

a. Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus
disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara
persembahkan kepada-Nya?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa?
Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan
Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong
saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam
hidup.
2. Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).

Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran

Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan
juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit
melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.

Pendalaman

a. Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang
kuat bag setiap pengikut Yesus?
c. Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati,
kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
d. Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut
Yesus?
e. Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa
setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya
Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang
palsu?
3. Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).

Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya

Pendalaman

a. Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja
itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya
untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada
pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang
serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga.
Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya
pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut.
_Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit
Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
4. Pasal 28 (Mat 28:1-20).

Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di


dunia dan di sorga

Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa
atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga
maupun di dunia.

Pendalaman

a. Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus
bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang
menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan
Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau
dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
b. Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak
bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada
berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi
pengiku pembohong.
c. Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah
yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke
sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh
dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini
berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara
sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20,
(Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?

II. Kesimpulan

Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan
Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala
raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.

Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab

1. Siapakah yang menulis Injil Matius?


2. Apakah isi singkat Injil Matius?
3. Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang
dijanjikan dalam Perjanjian Lama?

Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab)


MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja,
misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.

PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula
menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut
dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara
pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil
Lewi (Mar 2:14).

PEMBACA INJIL MATIUS.


Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar
pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi
Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya
bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.

Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin
juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang
kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.

KAPAN INJIL INI DITULIS?


Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah
Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan
yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang
diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.

CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara
penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari
Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai
orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis
sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.

Pesan
1. Yesus adalah Mesias.
o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46

2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.


o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46

3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.


o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23

4. Yesus mengutus gereja-Nya.


o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20

Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:

1. Kepada orang yang belum percaya.


o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.

Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.

2. Kepada orang-orang Kristen.


o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.

Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut
ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari
secara lebih mendalam.

1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh
Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.

2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat
(Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi
Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius
sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat
2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka
ajarkan tentang Yesus.

4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat
7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran
Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah,
tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17).
Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14;
25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan
di atas dan dalam perumpamaan lain.

6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat


kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa
Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34;
9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah
semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai
Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.

7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah
konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang
sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.

Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab)

[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25

Mat 1:1-17 Silsilah keluarga Yesus

Mat 1:18-25 Kelahiran Yesus


Mat 2:1-23 Kunjungan orang Majus

Mat 3:1-17 Pelayanan Yohanes Pembaptis

Mat 4:1-11 Pencobaan terhadap Yesus

Mat 4:12-25 Yesus mulai berkhotbah

[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29

Mat 5:1-12 Ucapan bahagia

Mat 5:13-16 Garam dan terang

Mat 5:17-48 Sikap Yesus terhadap hukum Taurat

Mat 6:1-7:29 Yesus mendorong kehidupan agama yang benar

[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38

Mat 8:1-17 Yesus berkhotbah melalui penyembuhan

Mat 8:18-22 Yesus berbicara tentang kemuridan

Mat 8:23-9:8 Yesus memperlihatkan kuasa-Nya

Mat 9:9-13 Yesus memanggil Matius

Mat 9:14-17 Yesus berbicara tentang puasa

Mat 9:18-38 Yesus menyembuhkan lagi

[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42

Mat 10:1-15 Tugas mereka

Mat 10:16-42 Masa depan mereka

[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50

Mat 11:1-19 Pertanyaan-pertanyaan Yohanes

Mat 11:20-30 Ketidakacuhan orang banyak

Mat 12:1-50 Pertentangan dari orang Farisi

[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58

[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27

Mat 14:1-12 Kematian Yohanes Pembaptis


Mat 14:13-36 Tuhan atas semesta alam

Mat 15:1-20 Sikap Yesus terhadap tradisi

Mat 15:21-16:4 Mukjizat dibuat dan dijelaskan

Mat 16:5-12 Peringatan terhadap para pemimpin agama

Mat 16:13-28 Pengakuan Petrus

Mat 17:1-13 Yesus dimuliakan

Mat 17:14-27 Kembali ke dunia yang berdosa

[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35

[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34

Mat 19:1-12 Ajaran yang Yesus berikan

Mat 19:13-30 Orang yang Yesus temui

Mat 20:1-16 Perumpamaan yang Yesus ceritakan

Mat 20:17-28 Penderitaan yang Yesus nubuatkan

Mat 20:29-34 Penyembuhan yang Yesus lakukan

[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39

Mat 21:1-11 Masuk kota dengan penuh kemenangan

Mat 21:12-27 Di Bait Allah

Mat 21:28-22:46 Perumpamaan dan pertanyaan

Mat 23:1-39 Kecaman Yesus

[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46

[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20

Mat 26:1-35 Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani

Mat 26:36-27:31 Penangkapan dan penghakiman atas Kristus

Mat 27:32-66 Penyaliban

Mat 28:1-20 Kebangkitan dan sesudah itu


MENYANGKAL DIRI dan MEMIKUL SALIB

* Matius 16:24 – 28
16:24 LAI TB, Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
KJV, Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and take
up his cross, and follow me.
TR, τοτε ο ιησους ειπεν τοις μαθηταις αυτου ει τις θελει οπισω μου ελθειν απαρνησασθω εαυτον
και αρατω τον σταυρον αυτου και ακολουθειτω μοι
Translit. Interlinear, tote {kemudian} ho iêsous {Yesus} eipen {berkata} tois {kepada} mathêtais
{murid-murid} autou {-Nya} ei {jika} tis {ada orang} thelei {ingin} opisô mou {(mengikut Aku)} elthein
aparnêsasthô {ia harus menyangkal/ tidak mengindahkan} heauton {dirinya} kai {dan} aratô {ia harus
mengangkat} ton stauron {salib} autou {nya} kai {dan} akoloutheitô {ia harus terus mengikuti} moi
{Aku}

16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya;
pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan
mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."

Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia
telah siap dan bersedia untuk menderita (Matius 16:21), Ia memberi tahu murid-murid-Nya sekarang
bahwa mereka juga harus ikut menderita, dan harus siap dan bersedia untuk itu. Perkataan dalam
ayat-ayat ini sungguh sangat bernilai maknanya.

I. ASAS-ASAS PEMURIDAN
Di sinilah asas-asas pemuridan diletakkan dan persyaratannya ditetapkan, dan berdasarkan
asas-asas inilah kita memperoleh kehormatan dan manfaat sebagai murid (ayat 24). Hal ini
dikatakanNya kepada murid-murid-Nya, supaya bukan saja mereka harus mengajarkannya
kepada orang lain, tetapi juga supaya mereka menggunakan asas-asas ini untuk menguji
keamanan diri mereka sendiri.
Perhatikanlah:

1. Apa artinya menjadi murid Kristus itu.

Menjadi Murid Kristus artinya, mengikuti Dia. Ketika Kristus memanggil para murid-
Nya, Ia mengucapkan kata-kata perintah, "Ikutlah Aku" (Matius 4:19 ; 8:22; 9:9;
19:21; Markus 1:17; 2:14; 10:21; Lukas 5:27; 9:59; 18:22; Yohanes 1:43; 21:19;
21:22, lihat artikel kekristenan-adalah-relasi-vt621.html ) Murid Kristus yang sejati
adalah seorang yang mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus
mengikut Dia sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan
mengatur-atur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang barusan diperbuat Petrus
yang lupa daratan. Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti domba
mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit yang
mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan akhir yang
sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan kemuliaan sorga. Ia
seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya,
mengikuti Jejak langkah-Nya, tunduk kepada perintah-perintah-Nya. dan mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi[/color] (Wahyu 14:4).

2. Syarat-syarat

Hal-hal besar apa yang disyaratkan Kristus bagi orang-orang yang ingin menjadi
murid-Nya. [i]Setiap orang yang mau mengikut Aku. ει τις θελει - ei tis thelei –
Jikalau ada yang bersedia datang. Hal ini menunjukkan adanya pilihan yang
disengaja. Ada sukacita, dan ketetapan hati di dalam pilihan itu. Banyak orang
menjadi murid lebih karena kebetulan atau karena keinginan orang lain, daripada
karena kehendak sendiri. Namun Kristus menghendaki para pengikut-Nya datang
dcngan sukarela (Mazmur 110:3). Seolah-olah Kristus berkata, "Jika di antara orang-
orang ini ada yang bukan murid-Ku, tetapkanlah hatimu terlebih dahulu untuk
mengikut-Ku. dan jika kamu memang murid-Ku, maka tetapkanlah hatimu juga
untuk taat kepada-Ku. sesuai dengan persyaratan ini, yang ini. dan bukan yang lain.
Engkau harus mengikut Aku dalam penderitaan dan dalam berbagai hal lain. Karena
itu, ketika engkau duduk untuk menghitung harganya, hitunglah berdasarkan
persyaratan itu." Sekarang, apakah persyaratan-persyaratan itu?

(A) Ia harus menyangkal dirinya.

Sebelumnya Petrus menasihati Kristus untuk menyayangkan diri-Nya sendiri


(Matius 16 :22), dan dia mungkin akan memberi nasihat yang sama untuk
kasus yang serupa. Namun, Kristus memberi tahu mereka semua. bahwa
mereka harus sangat jauh dari menyayangkan diri mereka sendiri, dan
malah sebaliknya, harus menyangkat diri sendiri. Dalam hal ini mereka harus
mengikut Kristus, karena kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, dan kematian-Nya,
semua merupakan tindakan penyangkalan diri yang tiada henti-hentinya,
sebuah pengosongan diri sendiri (Kenosis) lihat Filipi2:7-8. Penyangkalan diri
memang merupakan pelajaran yang sulit dan keras, dan bertentangan
dengan watak daging dan darah. Namun, tindakan ini tidak lebih dari apa
yang telah dipelajari dan dikerjakan oleh Guru kita di hadapan kita dan
untuk kita, keduanya untuk penebusan kita dan sebagai petunjuk bagi kita.
Lagi pula seorang hamba tidak tebih dari tuannya, Perhatikanlah, semua
murid dan pengikut Yesus Kristus harus menyangkal diri mereka sendiri.
Inilah aturan dasar untuk bergabung di dalam sekolah Kristus. Pelajaran
pertama dan besar yang akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri
sendiri. Aturan dan pelajaran ini merupakan pintu yang sesak dan jalan yang
sempit. Keduanya perlu bagi kita sebagai dasar untuk mempelajari
pelajaran-pelajaran baik lainnya yang akan diajarkan kemudian. Kita harus
menyangkal diri kita sendiri sepenuh-penuhnya, kita tidak boleh mengagumi
bayangan kita sendiri atau melampiaskan suasana hati kita sendiri yang
uring-uringan. Kita tidak boleh bersandar pada pengertian kita sendiri atau
mencari kepentingan diri sendiri, juga tidak boleh hidup untuk tujuan kita
sendiri. Kita harus menyangkal diri untuk suatu tujuan, harus menyangkal
diri bagi Kristus, bagi kehendak-Nya dan kemuliaan-Nya, dan melayani
kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus menyangkal diri demi saudara-
saudara kita dan demi kebaikan mereka. Dan kita harus menyangkal diri
demi kebaikan diri kita sendiri, menyangkal nafsu tubuh jasmani demi
kebaikan jiwa kita.

(B) Ia harus memikul salibnya.

Yang dimaksudkan dengan salib di sini adalah seluruh penderitaan kita, baik
yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi
segala kemalangan karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena
kebenaran, setiap masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik
ataupun karena tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang
kita derita sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena
mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami Kristus
karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita bersedia
menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut kepadanya. Salib-Nya
itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama dengan Dia. kita juga harus
menanggung kesukaran, karena Dia juga telah menanggungnya sebelumnya
bagi kita.

Perhatikanlah:

[1] Setiap murid Kristus memiliki salibnya masing-masing.

Setiap orang harus sadar akan ini dan bersiap-siap. Karena setiap
orang memiliki tugas khusus yang harus dilaksanakannya, maka
setiap orang juga memiliki masalah khusus yang harus ditanggung
masing-masing. Setiap orang merasakan paling banyak dari
bebannya sendiri. Salib adalah nasib yang dimiliki secara umum oleh
anak-anak Allah. Tetapi walaupun umum sifatnya, setiap orang
memiliki bagian tertentu. Itulah salib yang telah ditetapkan bagi kita
oleh Sang Hikmat yang Tak Terbatas, yang diletakkan di atas pundak
kita oleh Sang Pemelihara Yang Mahakuasa, dan salib itu sangatlah
sesuai bagi kita masing-masing. Sangat baik bagi kita, bila kita
menyebut salib yang kita pikul sebagai milik ki/a sendiri, dan
menyambutnya dengan semestinya. Kita cenderung berpikir bahwa
kita sanggup memikul salib orang lain dengan lebih baik daripada
salib kila sendiri. Namun, yang terbaik adalah, kita harus memi¬kul
salib kita masing-masing sebaik-baiknya.

[2] Setiap murid Kristus harus memikul salibnya yang telah


ditetapkan oleh Allah dengan bijaksana.

Hal ini mengingatkan kita akan kebiasaan Romawi yang memaksa


orang yang dihukum mati dengan cara disalibkan untuk memikul
salibnya sendiri. Ungkapan ini digambarkan ketika Simon harus
memikul salib Kristus di belakang Dia.

Pertama, ini artinya bahwa salib itu ada di tengah jalan kita, dan
tersedia bagi kita. Kita tidak boleh membuat salib bagi diri kita
sendiri, tetapi harus menerima bagi diri sendiri salib yang telah
dibuat Allah bagi kita. Aturan yang kita anut adalah, jangan pernah
meninggalkan kewajiban: kita harus memikul salib kita itu, dan
jangan sampai kehilangan. Kita tidak boleh, karena tergesa-gesa dan
ceroboh, menghancurkan salib itu sesuai pemikiran kita sendiri,
tetapi kita harus memikulnya ketika salib itu diletakkan di jalan kita.
Kita harus mengelola dengan baik penderitaan kita supaya tidak
menjadi batu sandungan atau hambatan bagi kita dalam melayani
Allah. Kita harus memikulnya dan membawanya keluar dari jalan
kita, dengan segera membereskan salib sebagai batu sandungan.
Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, dan kita harus
berjalan terus sambil memikul salib di jalan kita, meskipun salib itu
menindih berat.

Kedua, yang harus kita lakukan bukan hanya memikul salib itu (yang
dapat saja berupa sebalok kayu, sebuah batu, atau sepotong
tongkat), tidak hanya berdiam diri di bawahnya, tetapi kita harus
mengangkatnya ke atas, harus mengembangkannya agar dapat
memberi keuntungan yang baik. Kita tidak boleh berkata, "Ini suatu
kemalangan, saya harus memikulnya, karena saya tidak dapat
menghindarinya," tetapi, "ini suatu kemalangan, saya akan
memikulnya, karena hal ini akan mendatangkan kebaikan bagi saya."
Hanya dengan bersukacita dalarn penderitaan kita, dan bermegah
di dalamnya, barulah kita bisa mengangkat salib itu. Hal ini sesuai
dengan ajaran penyangkalan diri, karena orang yang tidak mau
menyangkal diri terhadap kesenangan dosa clan keuntungan-
keuntungan dunia ini bagi Kristus, maka orang itu tidak akan mau
memikul salibnya ketika timbul kesesakan. "Orang yang tidak dapat
menetapkan hati untuk hidup sebagai orang kudus, ia menunjukkan
di dalam hatinya, bahwa ia tidak akan pernah bersedia mati sebagai
seorang martir," demikian kata Uskup Agung TilIotson [1630-1694 -
pen.].

(C) Ia harus mengikut Aku

Khususnya dalam hal memikul salib, Orang-orang kudus yang menderita


haruslah memandang Yesus, dan menerima petunjuk serta dorongan
semangat dari-Nya ketika menderita. Apakah kita sedang memikul salib itu?
Kalau ya, itu berarti, kita mengikut Dia, yang telah memikul salib itu di depan
kita, menanggungnya bagi kita, dan dengan demikian mengambil dan
memikulnya dari kita. la telah memikul bagian berat dari ujung salib itu,
bagian yang mengandung kutuk, bagian yang berat itu. Dengan demikian la
membuat bagian lain dari salib itu terasa ringan dan mudah bagi kita, Atau,
secara umum ini berarti bahwa kita harus mengikut Kristus dalam segala
kekudusan dan ketaatan. Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus belajar
meneladani Guru mereka, dan bertingkah laku sesuai contoh yang Ia
berikan, dan terus melaksanakannya dengan baik, apa pun salib yang
menghalangi jalan mereka, Bekerja dengan benar dan menderita karenanya,
itulah mengikut Kristus, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menuruti Aku. Tampaknya hal itu adalah idem per idem - hal yang sama
berulang lagi. Apakah perbedaannya? Pasti yang dimaksudkan adalah
seperti ini, "Setiap orang yang mau mengikut Aku. yaitu dengan mengakui
Aku, sehingga mendapat nama dan penghargaan sebagai seorang murid, ia
harus menuruti atau mengikuti Aku dalam kebenaran, dan karena itu, ia
harus melakukan pekerjaan dan kewajiban sebagai seorang murid." Atau
dengan perkataan lain, "Kalau sedari awalnya seseorang sudah mengikut
Aku dengan baik. maka hendaknya ia terus mengikut Aku dengan segala
ketekunan," Itulah yang dimaksud dengan mengikut Tuhan dengan segenap
hati, seperti yang dilakukan Kaleb. Orang-orang yang ingin mengikut Kristus
harus menuruti Dia.

II. MENYANGKAL DIRI dan SABAR DALAM PENDERITAAN


Inilah alasan yang dapat meyakinkan kita untuk menundukkan diri pada peraturan-peraturan
itu dan memperhatikan persyaratannya, Menyangkal diri dan sabar dalam penderitaan
adalah pelajaran yang berat, yang tidak dapat dipelajari jika kita berpikir secara kedagingan,
Karena itu kita harus menggunakan pikiran seperti yang ada pada Tuhan Yesus kita, dan
memperhatikan nasihat yang Ia berikan. Dan inilah yang la berikan kepada kita:
1. Beberapa pertimbangan baik untuk mendorong kita bersedia menyangkal diri
dan menderita bagi Kristus.

Pikirkanlah:

(A) Nilai kekekalan yang bergantung pada pilihan yang kita ambil sekarang
ini.

Ayat 25 : barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya. dengan menyangkal


Kristus, ia akan kehilangan nyawanya. tetapi barangsiapa yang rela
kehilangan nyawanya karena mengakui Kristus, ia akan memperolehnya. Ini
adalah pilihan antara kehidupan dan kematian, keberuntungan dan
kecelakaan, berkat dan kutuk. yang diperhadapkan kepada kita.

Amatilah:

[1] Kesengsaraan menyertai kemurtadan.

Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya di dunia ini, dan


berbuat dosa karenanya ia akan kehilangan nyawanya di dunia lain.
Orang yang meninggalkan Kristus untuk mempertahankan hidup
yang sementara ini dan menghindari kematian yang sementara,
pastilah tidak akan memperoleh hidup yang kekal, dan akan
menderita dalam kematian kedua, yang akan mencengkeramnya
sampai selama-lamanya, Tidak ada dalih yang lebih baik untuk
melakukan kemurtadan dan kejahatan selain dengan
menyelamatkan nyawa melaluinya. Begitulah, hukum untuk
mempertahankan nyawa sendiri itu memang sangat kuat. Namun,
betapa bodohnya hukum itu, karena pada akhirnya akan terbukti
bahwa perbuatan itu mengakibatkan kehancuran bagi diri sendiri.
Demikianlah. kehidupan yang diselamatkan itu hanya berlangsung
untuk sementara, dan kematian yang mau dihindari itu sebenarnya
hanya seperti tidur saja, Namun, kehilangan nyawa kekal sifatnya,
dan kematian yang terjadi sesudahnya membawa orang pada
kesengsaraan yang paling dalam dan mengakibatkan pemisahan dari
segala yang baik sampai pada waktu yang tidak berkesudahan.
Sekarang, hendaknya semua orang yang berakal budi
mempertimbangkan hal ini. Terimalah nasihat ndan cermatilah
dalam-dalam, ujung-ujungnya. apakah yang akan diperoleh kalau
orang berbuat murtad, sekalipun ia memperoleh segala harta
benda, kesenangan, atau kehidupan dengan kemurtadan itu?

[2] Keuntungan yang menyertai kesetiaan yang sangat berbahaya


dan mahal harganya.

Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus di dunia ini, ia


akan memperolehnya dalam keadaan yang luar biasa baik dan
menguntungkan,

Perhatikanlah:

Pertama, banyak orang kehilangan nyawa karena Kristus ketika


mereka melakukan pekerjaan-Nya, dan dengan bekerja keras untuk
nama-Nya, dalam pekerja¬an yang sarat dengan penderitaan,
dengan memilih lebih baik mati daripada menyangkal Dia atau
kebenaran dan jalan-Nya, Agama kudus yang datang dari Kristus dan
diturunkan kepada kita ini dimeteraikan dengan darah ribuan nyawa
orang percaya, yang tidak memedulikan diri mereka sendiri, tetapi
malah tidak menghiraukan hidup mereka (seperti yang dikatakan
Ayub dalam keadaan yang berbeda), meskipun nyawa mereka
sangat berharga. mereka berlomba untuk melaksanakan kewajiban
mereka dan bersaksi bagi Yesus (Wahyu 20:4).

Kedua, meskipun banyak orang telah menderita kehilangan demi


Kristus, bahkan nyawa mereka sendiri, namun, tidak ada satu pun
yang telah atau akan menderita kehilangan oleh karena Dia pada
akhirnya. Kehilangan berbagai penghiburan lain, untuk Kristus.
mungkin dapat terjadi di dalam kehidupan sekarang ini (Markus
10:30), tetapi kehilangan nyawa tidak dapat terjadi di dalam
kehidupan sekarang ini. Kehilangan itu akan terjadi pada kehidupan
yang akan datang, dalam kehidupan kekal. Kepercayaan akan
pengharapan ini telah menjadi penopang besar bagi orang-orang
kudus yang menderita di segala zaman. Keyakinan bahwa kehidupan
yang akan datang ini akan menjadi pengganti bagi kehidupan yang
mereka pertaruhkan sekarang ini, memampukan mereka untuk
menang atas maut dengan segala kengeriannya. Dengan tersenyum
mereka berjalan menuju tiang gantungan, berdiri sambil bernyanyi
di depan kayu api unggun yang akan membakar mereka, dan
menyebut kegusaran musuh-musuh mereka yang sangat kejam itu
sebagai sebuah penderitaan yang ringan saja.

[3] Harga nyawa yang dipertaruhkan dan tidak berharganya dunia ini

Bandingkan ayat 26: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh


dunia tetapi kehilangan nyawanya? 'την δε ψυχην αυτου - tên de
psukhên autou'. kata yang sama diterjemahkan sebagai hidupnya
dalam ayat 25 [dalam versi terjemahan Inggris - ed.], karena nyawa
adalah hidup (Kejadian 2:7). Hal ini mengingatkan akan asas umum
yang mengatakan bahwa apa pun yang diperoleh oleh sese¬orang,
semua tidak akan ada gunanya baginya, jika ia kehilangan nyawanya,
karena ia tidak dapat menikmati hasil yang diperolehnya. Tetapi
perkataan Tuhan ini maknanya lebih tinggi, dan berbicara tentang
nyawa sebagai sesuatu yang kekal, yang tidak hanya sebatas
kematian saja, dan tidak dapat ditukar dengan keberhasilan seluruh
dunia ini.

Perhatikanlah:

Pertama, setiap manusia memiliki nyawanya sendiri. Nyawa itu


bagian dari manusia yang bersifat rohani dan abadi, yang
mempunyai Iungs: untuk berpikir dan memberi alasan, memiliki
kemampuan untuk merenung dan berharap. yang sekarang
menggerakkan tubuh ini, dan tidak lama lagi akan bertindak dalam
keadaan terpisah dari tubuh. Nyawa kita adalah milik kita bukan
dalam arti bahwa kita menguasai dan memilikinya (karena kita
bukan milik kita sendiri, Semua Jiwa Aku punya, firman Allah).
sebaliknya, nyawa kita adalah milik kita karena ia dekat dengan kita
dan karena itu kita harus memedulikannya. Nyawa kita adalah milik
kita. karena nyawa itu adalah diri kita sendiri.

Kedua, nyawa itu bisa hilang. dan karena itu ada bahayanya. Nyawa
itu hilang bila ia terpisah selamanya dari segala yang baik, dan
beralih kepada semua yang jahat yang dapat diperbuatnya. Nyawa
itu hilang bila ia mati, sejauh yang dapat terjadi padanya. Nyawa itu
hilang. bila ia terpisah dari anugerah Allah dan tenggelam dalam
murka dan kutuk-Nya, Manusia itu tidak akan binasa sampai ia
berada di dalam neraka.

Ketiga. jika nyawa itu hilang, itu adalah kehilangan bagi orang
berdosa itu sendiri. Manusia kehilangan nyawanya sendiri, karena ia
melakukan hal-hal yang pasti menghancurkan nyawanya itu sendiri,
dan melalaikan apa yang dapat menyelamatkan nyawanya itu
(Hosea 13:9). Orang berdosa mati karena ia memang ingin mati,
darahnya tertumpah ke atas kepalanya sendiri.

Keempat, satu nyawa lebih berharga daripada seluruh isi dunia ini.
Nyawa kita lebih besar nilainya bagi kita daripada semua kekayaan,
kehormatan, dan kesenangan yang ada pada kita di saat sekarang
ini. Di sini. seluruh dunia diperbandingkan bobotnya dengan bobot
satu nyawa, dan tekel telah ditulis mengenai hal itu [lihat Dan.
5:271. nyawa telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu
ringan. Ini adalah penghakiman Kristus atas hal itu, dan Ia adalah
Hakim yang adil. Ia mempunyai alasan untuk mengetahui harga
nyawa, karena Ia-lah yang menebus mereka. Ia juga tidak akan
merendahkan harga dunia, karena Ia-lah yang menciptakannya.

Kelima, kemenangan atas dunia ini sering kali berarti kehilangan


nyawa. Banyak kali orang menghancurkan kepentingan
kekekalannya dengan terlalu peduli pada upaya untuk melindungi
dan meningkatkan kehidupan sementara ini secara berlebihan dan
dalam jumlah yang bukan main banyaknya. Adalah kasih akan dunia
ini dan hasrat yang kuat untuk mengejar perkara dunia ini yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

Keenam, kehilangan nyawa adalah kehilangan yang sangat besar,


sehingga hasil yang diperoleh dari seluruh dunia ini tidak akan
sepadan atau dapat menggantikannya. Orang yang mendapatkan
dunia ini. namun harus kehilangan nyawanya, telah melakukan
kesepakatan yang sangat buruk bagi dirinya, dan pada akhirnya akan
duduk terpuruk sebagai seorang pecundang yang tidak mampu
berbicara lagi. Ketika tiba saatnya untuk memberi
pertanggungjawaban dan membandingkan keuntungan yang
diperoleh dan kerugian yang terjadi, ia akan mendapati bahwa,
bukannya keuntungan yang ia janjikan bagi diri sendiri yang ia
peroleh, tetapi semua maksud dan tujuan hidupnya telah
dihancurkan, dan kehancuran itu tidak dapat dipulihkan lagi.

Apa yang dapat diberikan orang sebagai ganti nyawanya?


Perhatikanlah, sekali nyawa itu hilang, kehilangan itu adalah untuk
selama-lamanya. Tidak ada antallagma - harga tebusan, yang dapat
dibayarkan atau dapat diterima. Ini adalah kehilangan yang tidak
dapat dipulihkan lagi. tidak dapat diperoleh kembali. Jika harga luar
biasa mahal yang diberikan Kristus untuk menebus jiwa kita dan
memulihkan kita menjadi pemilik atas nyawa itu telah begitu
diabaikan demi dunia ini, dan mengakibatkan nyawa itu hilang,
maka tidak akan ada jaminan baru lagi bagi kita, tidak akan ada
pengorbanan lagi untuk menghapus dosa, tidak akan ada harga
tebusan lagi bagi jiwa-jiwa. Keadilan penebusan sudah tertutup
untuk selama-lamanya. Karena itu, adalah baik untuk menjadi bijak
pada saat ini, dan melakukan yang baik demi kita sendiri.

2. Pertimbangan yang mendorong kita menyangkal diri bagi Kristus

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang baik untuk mendorong kita
menyangkal diri dan menderita bagi Kristus.

(A) Keyakinan bahwa kita akan memiliki kemuliaan Kristus ketika


Dia datang kedua kalinya untuk menghakimi dunia

Ayat 27 : Jika kita melihat jauh ke depan mengenai akhir dari semua
hal yang ada. akhir dari dunia ini, dan keadaan jiwa-jiwa pada saat
ilu, kila akan memiliki pandangan yang berbeda tentang semua hal
yang bersifat sementara ini. Jika sekarang ini kita memandang
semua hal itu seperti apa yang akan terjadi kemudian. kita akan
memandang mereka seperti apa yang seharusnya tampak sekarang
ini.
Kedatangan Kristus untuk kedua kalinya itu sangat mendorong kita
untuk berdiri teguh dalam hidup keagamaan kita, karena:

[1] Kehormatan-Nya. Anak Manusia akan datang dalam


kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya.

Memandang Kristus di dalam keadaan-Nya yang terhina,


begitu direndahkan. begitu dilecehkan, menjadi cela bagi
manusia, dihina oleh orang banyak, akan mengecilkan hati
para pengikut-Nya untuk ikut menderita dan
mempertaruhkan nyawa bagi Dia, Namun. kalau dengan
mata iman kita melihat Juruselamat kita akan datang dalam
kemuliaan-Nya. dengan semua kebesaran dan kuasa dari
sorga. maka ini akan menghidupkan semangat kita dan
membuat kita berpikir bahwa tidak ada pekerjaan yang
rasanya terlalu banyak atau terlalu berat untuk diderita bagi
Dia. Anak Manusia akan datang. Di sini la menyebut diri-Nya
sesuai keadaan-Nya yang rendah (la menyebut diri-Nya
sebagai Anak Manusia), untuk menunjukkan bahwa la tidak
malu untuk mengakut keadaan itu. Pada kedatangan-Nya
yang pertama, Ia berada di tengah-tengah kebobrokan
anakanak-Nya, yang mengikuti kedagingan mereka. dan Ia
turut merasakan aib itu. Tetapi pada kedatangan-Nya yang
kedua. Ia akan ada di dalam kemuliaan Bapa-Nya. Pada
kedatangan-Nya yang pertama. la diiringi oleh murid-murid-
Nya yang miskin. pada kedatangan-Nya yang kedua, la akan
diiringi oleh malaikat-malaikat mulia. Dan jika kita bertekun.
kita pun akan ikut memerintah dengan Dia (2 Timotius 2:
12).

[2] Kepedulian kita: pada waktu itu la akan membalas setiap


orang menurut perbuatannya.

Perhatikanlah:

Pertama, Yesus Kristus akan datang sebagai Hakim. untuk


memberi upah dan menjatuhkan hukuman. jauh melebihi
apa yang pernah diberikan oleh penguasa mana pun di bumi
ini. Kengerian menghadapi pengadilan manusia (Matius
10.18) akan digantikan oleh keyakinan harapan akan
kemuliaan pengadilan Kristus.

Kedua, manusia akan diberi upah, bukan berdasarkan apa


yang mereka peroleh di dunia ini. namun berdasarkan
perbuatan mereka, siapa mereka dan apa yang mereka
lakukan semasa hidup. Pada hari itu. ketidaksetiaan orang-
orang murtad akan dihukum dengan kebinasaan kekal. dan
kepada jiwa-jiwa yang tetap berada dalam kesetiaan sampai
mati akan dikaruniakan mahkota kehidupan.

Ketiga, persiapan terbaik untuk menyongsong hari itu


adalah menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut
Kristus. Dengan demikian kita akan menjadikan Hakim itu
Sahabat kita. dan semua akan berjalan lancar pada hari
perhitungan itu.

Keempat, pemberian upah kepada umat manusia


ditangguhkan sampai pada hari itu. Saat ini, kebaikan dan
kejahatan tampaknya diperlakukan sama saja, tidak dibeda-
bedakan, Kita tidak melihat kemurtadan dihukum dengan
segera. atau kesetiaan diberi imbalan dengan senyuman
langsung dari sorga. Namun, pada hari itu semuanya akan
diatur sesuai bagiannya. Oleh karena itu, jangan
menghakimi sebelum waktunya (2 Timotius 4:6-8).

(B) Kedatangan Kerajaan-Nya yang semakin dekat di dunia ini

Ayat 28 : Kedatangan-Nya sungguh sangat dekat, schingga ada


beberapa orang yang hadir pada saat itu bersama-Nya tidak akan
mati sebelum mereka melihat hal itu. Seperti Simeon yang dijamin
bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Kristus Tuhan datang
sebagai manusia, begitu juga beberapa orang yang hadir saat itu
dijamin bahwa mereka tidak akan mencicipi kematian (kematian
adalah sesuatu yang dapat dirasakan dengan indra kita,
kengeriannya dapat dilihat. kepahitannya dapat dirasakan) sampai
mereka melihat Kristus Tuhan datang dalam Kerajaan-Nya. Pada
akhir zaman, la akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya, tetapi
sekarang, dalam menantikan penggenapan waktunya. Ia datang ke
dalam Kerajaan-Nya sendiri, Kerajaan pengantaraan-Nya. Beberapa
contoh kecil tentang kemuliaan-Nya diberikan dalam waktu
beberapa hari kemudian setelah percakapan ini, ketika la berubah
rupa di depan mata mereka (Matius 17:1): kemudian pakaian-Nya
menjadi putih bersinar. Namun yang dimaksud dengan kedatangan-
Nya di sini menunjuk kepada kedatangan Kristus melalui pencurahan
Roh-Nya, penanaman jemaat Injil, kehancuran Yerusalem, serta
dirampasnya negeri dan tersingkirnya bangsa Yahudi, yang menjadi
musuh bebuyutan Kekristenan, Di sini Anak Manusia datang di
dalam Kerajaan-Nya. Kemudian banyak orang yang masih hidup
menyaksikan hal itu, khususnya Yohanes. yang tetap hidup setelah
penghancuran Yerusalem. dan menyaksikan Kekristenan didirikan di
dunia ini. Hendaknya hal ini membesarkan hati para pengikut Kristus
untuk menderita bagi Dia:

[1] Bahwa pekerjaan mereka akan berhasil.

Para rasul ditugaskan mendirikan Kerajaan Kristus. Untuk


penghiburan mereka, hendaknya mereka mengetahui
bahwa apa pun perlawanan yang harus mereka hadapi.
mereka harus tetap berjuang, karena mereka akan melihat
hasil jerih payahjiwa mereka, Perhatikanlah, sungguh sangat
membesarkan hati orang-orang kudus yang menderita,
bahwa mereka boleh merasa yakin bukan saja akan soal
keselamatan mereka. tetapi juga mengenai kemajuan
Kerajaan Kristus di antara manusia, sekalipun mereka harus
menderita, sekalipun ada rupa-rupa penderitaan. Harapan
yang penuh keyakinan akan keberhasiian Kerajaan anugerah
itu, dan juga bagian kita di dalam Kerajaan kemuliaan, akan
membawa kita melewati segala penderitaan kita dengan
penuh sukacita.

[2] Bahwa perkara mereka akan dibela. Kematian mereka


akan dibalaskan. dan para penganiaya mereka akan dimintai
pertanggungjawaban.

[3] Bahwa semua ini akan dilaksanakan dengan segera, pada


zaman ini juga. Perhatikanlah, ketika hari pembebasan
jemaat semakin dekat, seharusnyalah kita sema kin
bersukacita di dalam penderitaan kita bagi Kristus,
Sesungguhnya Sang Hakim telah berdiri di ambang pintu.
Hal ini dikatakan sebagai pertolongan bagi orangorang yang
harus bertahan pada masa-masa yang gelap ini, bahwa
mereka akan melihat hari-hari yang lebih baik.
Perhatikanlah, sangat diinginkan dari kita untuk turut
mengambil bagian dalam sukacita jemaat (Daniel 12:12).
Camkan apa yang dikatakan Kristus, sebagian di antara
orang yang hadir di sini akan tetap hidup untuk menyaksikan
hari- hari yang mulia itu. Namun. tidak semuanya. Beberapa
akan masuk ke dalam tanah perjanjian, yang lain akan mati
di padang gurun. Ia tidak memberi tahu mereka siapa saja
yang tidak akan mati untuk menyaksikan Kerajaan ini,
karena jangan sampai bila mereka telah mengetahuinya,
mereka akan menanggalkan pemikiran tentang kematian.
Namun demikian, beberapa dari mereka akan
menyaksikannya. Sesungguhnya, Tuhan sudah dekat. Sang
Hakim telah berdiri di ambang pintu, karena itu, saudara-
saudara bersabarlah.

Yesus dengan tegas mengatakan "Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal diri
dan memikul salibnya". Artinya : seseorang yang menyangkal diri adalah orang yang mampu
berkata tidak kepada keinginannya sendiri. Dan memikul salib adalah ketulusan mengembah
penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen oleh karena
kebenaran. Menyangkal diri dan memikul salib juga bermakna merendahkan diri atau tidak
mempertahankan haknya sendiri dan tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri, sejauh hal itu
berkaitan dengan hal memperoleh kehidupan yang kekal dan dalam tuntutan Kristus bagi murid-
muridNya untuk turut dalam pelayanan bagi keselamatan manusia.

Dalam hal penyangkalan diri dan memikul salib, Yesus Kristus telah lebih dulu memberikan teladan
dan bukti :

* Ibrani 2:9
Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat,
yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

* Filipi 2:5-11
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi
dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Lexicon :: Strong's G4716 - stauros

σταυρός

Transliteration
stauros (Key)
Pronunciation
stau-ro's (Key)

Part of Speech
masculine noun
Root Word (Etymology)
From the base of ἵστημι (G2476)
Greek Inflections of σταυρός [?]
mGNT
27x in 4 unique form(s) TR
28x in 5 unique form(s) LXX
0x in 0 unique form(s)
σταυρὸν — 10x
σταυρόν — 1x
σταυρὸς — 1x
σταυροῦ — 12x
σταυρῷ — 4x
Dictionary Aids

Vine's Expository Dictionary: View Entry

TDNT Reference: 7:572,1071

KJV Translation Count — Total: 28x


The KJV translates Strong's G4716 in the following manner: cross (28x).
Outline of Biblical Usage [?]

1. a cross
1. a well known instrument of most cruel and ignominious punishment,
borrowed by the Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed
among the Romans, down to the time of Constantine the Great, the guiltiest
criminals, particularly the basest slaves, robbers, the authors and abetters of
insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary pleasure of the
governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves
2. the crucifixion which Christ underwent
2. an upright "stake", esp. a pointed one, used as such in fences or palisades

Strong’s Definitions [?](Strong’s Definitions Legend)


σταυρός staurós, stow-ros'; from the base of G2476; a stake or post (as set upright), i.e.
(specially), a pole or cross (as an instrument of capital punishment); figuratively, exposure to
death, i.e. self-denial; by implication, the atonement of Christ:—cross.
Thayer's Greek Lexicon [?] (Jump to Scripture Index)
STRONGS NT 4716: σταυρός
σταυρός, σταυροῦ, ὁ (from ἵστημι (root sta); cf. Latinstauro, English staff (see Skeat,
Etymological Dictionary, under the word); Curtius, § 216; Vanicek, p. 1126);
1. an upright stake, especially a pointed one (Homer, Herodotus, Thucydides, Xenophon).
2. a cross;
a. the well-known instrument of most cruel and ignominious punishment, borrowed by the
Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed among the Romans, down to the
time of Constantine the Great, the guiltiest criminals, particularly the basest slaves, robbers,
the authors and abetters of insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary
pleasure of the governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves; cf. Winers RWB, under the word Kreuzigung; Merz in Herzog edition 1 ((cf.
Schaff-Herzog) also Schultze in Herzog edition 2), under the word Kreuz; Keim, iii., p. 409ff.
(English translation, vi. 138; BB. DD., see under the words, Cross, Crucifixion; O. Zöckler,
Das Kreuz Christi (Gütersloh, 1875); English translation, Lond. 1878; Fulda, Das Kreuz u. d.
Kreuzigung (Bresl. 1878); Edersheim, Jesus the Messiah, ii. 582ff). This horrible punishment
the innocent Jesus also suffered: Matthew 27:32, 40, 42; Mark 15:21, 30, 32; Luke 23:26;
John 19:17, 19, 25, 31; Colossians 2:14; Hebrews 12:2; θάνατος σταυροῦ, Philippians 2:8; τό
αἷμα τοῦ σταυροῦ, blood shed on the cross; Colossians 1:20.
b. equivalent to the crucifixion which Christ underwent: Galatians 5:11 (on which see
σκάνδαλον, under the end); Ephesians 2:16; with the addition of τοῦ Χριστοῦ, 1 Corinthians
1:17; the saving power of his crucifixion, Philippians 3:18 (on which see ἐχθρός, at the end);
Galatians 6:14; τῷ σταυρῷ τοῦ Χριστοῦ διώκεσθαι, to encounter persecution on account of
one's avowed belief in the saving efficacy of Christ's crucifixion, Galatians 6:12; ὁ λόγος ὁ
τοῦ σταυροῦ, the doctrine concerning the saving power of the death on the cross endured by
Christ, 1 Corinthians 1:18. The judicial usage which compelled those condemned to
crucifixion themselves to carry the cross to the place of punishment (Plutarch, de sara
numinis vindict. c. 9; Artemidorus Daldianus, oneir. 2, 56, cf. John 19:17), gave rise to the
proverbial expression αἴρειν or λαμβάνειν or βαστάζειν τόν σταυρόν αὐτοῦ, which was
usually used by those who, on behalf of God's cause, do not hesitate cheerfully and manfully
to bear persecutions, troubles, distresses — thus recalling the fate of Christ and the spirit in
which he encountered it (cf. Bleek, Synop. Erkl. der drei ersten Evangg. i, p. 439f): Matthew
10:38; Matthew 16:24; Mark 8:34; Mark 10:21 (R L in brackets); Mark 15:21; Luke 9:23;
Luke 14:27.
THAYER’S GREEK LEXICON, Electronic Database.
Copyright © 2002, 2003, 2006, 2011 by Biblesoft, Inc.
All rights reserved. Used by permission. BibleSoft.com

BLB Scripture Index of Thayer's

Matthew
10:38; 16:24; 27:32; 27:40; 27:42
Mark
8:34; 10:21; 15:21; 15:21; 15:30; 15:32
Luke
9:23; 14:27; 23:26
John
19:17; 19:17; 19:19; 19:25; 19:31
1 Corinthians
1:17; 1:18
Galatians
5:11; 6:12; 6:14
Ephesians
2:16
Philippians
2:8; 3:18
Colossians
1:20; 2:14
Hebrews
12:2

Word / Phrase / Strong's Search


Next Strong's G4717 ››
‹‹ Previous Strong's G4715
G4716

Concordance Results Using KJV


Strong's Number G4716 matches the Greek σταυρός (stauros),
which occurs 28 times in 28 verses in the Greek concordance of the KJV

View results using the NASB Greek concordance

Tools

Mat 10:38

And he that taketh not his cross, G4716 and followeth after me, is not worthy of me.

Tools

Mat 16:24

Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and
take up his cross, G4716 and follow me.

Tools

Mat 27:32

And as they came out, they found a man of Cyrene, Simon by name: him they compelled to
bear his cross. G4716

Tools

Mat 27:40

And saying, Thou that destroyest the temple, and buildest it in three days, save thyself. If
thou be the Son of God, come down from the cross. G4716

Tools

Mat 27:42
He saved others; himself he cannot save. If he be the King of Israel, let him now come down
from the cross, G4716 and we will believe him.

Thayer's Greek Lexicon [?] (Jump to Scripture Index)


STRONGS NT 4716: σταυρός
σταυρός, σταυροῦ, ὁ (from ἵστημι (root sta); cf. Latinstauro, English staff (see Skeat,
Etymological Dictionary, under the word); Curtius, § 216; Vanicek, p. 1126);
1. an upright stake, especially a pointed one (Homer, Herodotus, Thucydides, Xenophon).
2. a cross;
a. the well-known instrument of most cruel and ignominious punishment, borrowed by the
Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed among the Romans, down to the
time of Constantine the Great, the guiltiest criminals, particularly the basest slaves, robbers,
the authors and abetters of insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary
pleasure of the governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves; cf. Winers RWB, under the word Kreuzigung; Merz in Herzog edition 1 ((cf.
Schaff-Herzog) also Schultze in Herzog edition 2), under the word Kreuz; Keim, iii., p. 409ff.
(English translation, vi. 138; BB. DD., see under the words, Cross, Crucifixion; O. Zöckler,
Das Kreuz Christi (Gütersloh, 1875); English translation, Lond. 1878; Fulda, Das Kreuz u. d.
Kreuzigung (Bresl. 1878); Edersheim, Jesus the Messiah, ii. 582ff). This horrible punishment
the innocent Jesus also suffered: Matthew 27:32, 40, 42; Mark 15:21, 30, 32; Luke 23:26;
John 19:17, 19, 25, 31; Colossians 2:14; Hebrews 12:2; θάνατος σταυροῦ, Philippians 2:8; τό
αἷμα τοῦ σταυροῦ, blood shed on the cross; Colossians 1:20.
b. equivalent to the crucifixion which Christ underwent: Galatians 5:11 (on which see
σκάνδαλον, under the end); Ephesians 2:16; with the addition of τοῦ Χριστοῦ, 1 Corinthians
1:17; the saving power of his crucifixion, Philippians 3:18 (on which see ἐχθρός, at the end);
Galatians 6:14; τῷ σταυρῷ τοῦ Χριστοῦ διώκεσθαι, to encounter persecution on account of
one's avowed belief in the saving efficacy of Christ's crucifixion, Galatians 6:12; ὁ λόγος ὁ
τοῦ σταυροῦ, the doctrine concerning the saving power of the death on the cross endured by
Christ, 1 Corinthians 1:18. The judicial usage which compelled those condemned to
crucifixion themselves to carry the cross to the place of punishment (Plutarch, de sara
numinis vindict. c. 9; Artemidorus Daldianus, oneir. 2, 56, cf. John 19:17), gave rise to the
proverbial expression αἴρειν or λαμβάνειν or βαστάζειν τόν σταυρόν αὐτοῦ, which was
usually used by those who, on behalf of God's cause, do not hesitate cheerfully and manfully
to bear persecutions, troubles, distresses — thus recalling the fate of Christ and the spirit in
which he encountered it (cf. Bleek, Synop. Erkl. der drei ersten Evangg. i, p. 439f): Matthew
10:38; Matthew 16:24; Mark 8:34; Mark 10:21 (R L in brackets); Mark 15:21; Luke 9:23;
Luke 14:27.

Lexicon :: Strong's G142 - airō


αἴρω

Transliteration
airō (Key)
Pronunciation
ī'-rō (Key)

Part of Speech
verb
Root Word (Etymology)
A primary root
Greek Inflections of αἴρω [?]
mGNT
101x in 34 unique form(s) TR
102x in 36 unique form(s) LXX
246x in 54 unique form(s)
Αἶρε — 3x
αἴρει — 8x
αἴρεις — 2x
αἴρεται — 1x
αἴρετε — 1x
αἰρόμενον — 1x
αἴροντός — 1x
αἴροντος — 1x
αἴρων — 2x
αἴρωσιν — 1x
ἆραί — 1x
ἆραι — 5x
ἄραντες — 2x
ἄρας — 6x
ἄρατε — 3x
Ἄρατε — 3x
ἀράτω — 4x
ἄρῃ — 5x
ἄρῃς — 1x
ἀρθήσεται — 6x
Ἄρθητι — 2x
ἀρθήτω — 1x
ἀρθῶσιν — 1x
ἆρόν — 1x
ἆρον — 6x
Ἆρον — 3x
ἀροῦσίν — 2x
ἀροῦσιν — 2x
ἀρῶ — 1x
ἦραν — 10x
Ἦραν — 2x
ἤρατε — 3x
ἦρεν — 6x
ἤρθη — 3x
ἦρκεν — 1x
ἠρμένον — 1x
Dictionary Aids

Vine's Expository Dictionary: View Entry

TDNT Reference: 1:185,28

KJV Translation Count — Total: 102x


The KJV translates Strong's G142 in the following manner: take up (32x), take
away (25x), take (25x), away with (5x), lift up (4x), bear (3x), miscellaneous (8x).
Outline of Biblical Usage [?]

1. to raise up, elevate, lift up


1. to raise from the ground, take up: stones
2. to raise upwards, elevate, lift up: the hand
3. to draw up: a fish
2. to take upon one's self and carry what has been raised up, to bear
3. to bear away what has been raised, carry off
1. to move from its place
2. to take off or away what is attached to anything
3. to remove
4. to carry off, carry away with one
5. to appropriate what is taken
6. to take away from another what is his or what is committed to him, to take by
force
7. to take and apply to any use
8. to take from among the living, either by a natural death, or by violence
9. cause to cease

Strong’s Definitions [?](Strong’s Definitions Legend)


αἴρω aírō, ah'-ee-ro; a primary root; to lift up; by implication, to take up or away;
figuratively, to raise (the voice), keep in suspense (the mind), specially, to sail away (i.e.
weigh anchor); by Hebraism (compare H5375) to expiate sin:—away with, bear (up), carry,
lift up, loose, make to doubt, put away, remove, take (away, up).
Thayer's Greek Lexicon [?] (Jump to Scripture Index)
STRONGS NT 142: αἴρω
αἴρω (contracted from the poetic ἀείρω); future ἀρῶ 1 aorist ἦρα, infinitive ἆραι, imperative
ἆρον; perfect ἠρκα (Colossians 2:14); passive, [present αἴρομαι]; perfect ἤρμαι (John 20:1); 1
aorist ἤρθην; (on the rejection of the iota subscript in these tenses see Bttm. Ausf. Spr. i., pp.
413, 439; [Winer's Grammar, 47 (46)]); 1 future ἀρθήσομαι; [from Homer down]; in the Sept.
generally equivalent to ‫שא‬ ָׂ ָ‫ ;נ‬to lift up, raise.
1. to raise up;
a. to raise from the ground, take up: stones, John 8:59; serpents, Mark 16:18; a dead body,
Acts 20:9.
b. to raise upward, elevate, lift up: the hand, Revelation 10:5; the eyes, John 11:41; the voice,
i. e., speak in a loud tone, cry out, Luke 17:13; Acts 4:24 (also in secular writings); τὴν
ψυχήν, to raise the mind, equivalent to excite, affect strongly (with a sense of fear, hope, joy,
grief, etc.); in John 10:24 to hold the mind in suspense between doubt and hope, cf. Lücke [or
Meyer] at the passage,
c. to draw up: a fish, Matthew 17:27 (ἀνασπᾶν, Habakkuk 1:15); σκάφην, Acts 27:17;
anchors from the bottom of the sea, Acts 27:13, where supply τὰς ἀγκύρας; cf. Kuinoel at the
passage; [Winers Grammar, 594 (552); Buttmann, 146 (127)].
2. to take upon oneself and carry what has been raised, to bear: τινὰ ἐπὶ χειρῶν, Matthew 4:6;
Luke 4:11 (Psalm 90:12 (Psalms 91:12)); a sick man, Mark 2:3; ζυγόν, Matthew 11:29
(Lamentations 3:27); a bed, Matthew 9:6; Mark 2:9, 11; Luke 5:24; John 5:8-12; τὸν
σταυρόν, Matt. [Matthew 10:38 Lachmann marginal reading]; Matthew 16:24; 27:32; Luke
9:23; Mark 8:34; Mark 10:21 [in R L brackets]; Mark 15:21; [λίθον,] Revelation 18:21; to
carry with one, [A. V. take]: Mark 6:8; Luke 9:3; Luke 22:36. Both of these ideas are
expressed in classical Greek by the middle αἴρεσθαι.
3. to bear away what has been raised, carry off;
a. to move from its place: Matthew 21:21; Mark 11:23 (ἄρθητι be thou taken up, removed
[Buttmann, 52 (45)], namely, from thy place); Matthew 22:13 [Rec.]; John 2:16; John 11:39,
41; John 20:1.
b. to take off or away what is attached to anything: John 19:31, 38f; to tear away, Matthew
9:16; Mark 2:21; to rend away, cut off, John 15:2.
c. to remove: 1 Corinthians 5:2 (cast out from the church, where ἀρθῇ should be read for Rec.
ἐξαρθῇ); tropically: faults, Ephesians 4:31; τήν ἁμαρτίαν, John 1:29 [36 Lachmann in
brackets], to remove the guilt and punishment of sin by expiation, or to cause that sin be
neither imputed nor punished (αἴρειν ἁμάρτημα, 1 Samuel 15:25; ἀνόμημα, 1 Samuel 25:28,
i. e. to grant pardon for an offence); but in 1 John 3:5 τὰς ἁμαρτίας ἡμῶν αἴρειν is to cause
our sins to cease, i. e., that we no longer sin, while we enter into fellowship with Christ, who
is free from sin, and abide in that fellowship, cf. 1 John 3:6.
d. to carry off; carry away with one: Matthew 14:12, 20; Matthew 15:37; Matthew 20:14;
Matthew 24:17; Mark 6:29, 43; Mark 8:8, 19; Mark 13:15; Luke 9:17; Luke 17:31; John
20:2, 13, 15; Acts 20:9.
e. to appropriate what is taken: Luke 19:21; Mark 15:24.
f. to take away from another what is his or what is committed to him, to take by force: Luke
6:30; Luke 11:52; τὶ ἀπό with the genitive of person, Matthew 13:12; Matthew 21:43;
Matthew 25:28; Luke 8:12, 18; Luke 19:24, 26; [Matthew 25:29]; Mark 4:25:(Mark 4:15);
John 10:18; John 16:22; perhaps also with the mere genitive of the person from whom
anything is taken, Luke 6:29; Luke 11:22; John 11:48, unless one prefer to regard these as
possessive genitive,
g. to take and apply to any use: Acts 21:11; 1 Corinthians 6:15.
h. to take from among the living, either by a natural death, John 17:15 (ἐκ τοῦ κόσμου take
away from intercourse with the world), or by violence, Matthew 24:39; Luke 23:18; John
19:15; Acts 21:36; with the addition of ἀπό τῆς γῆς, Acts 22:22; αἴρεται ἀπὸ τῆς γῆς ἡ ζωὴ
αὐτοῦ, of a bloody death inflicted upon one, Acts 8:33 (Isaiah 53:8).
i. of things; to take out of the way, destroy: χειρόγραφον, Colossians 2:14; cause to cease: τὴν
κρίσιν, Acts 8:33 (Isaiah 53:8).
[Compare: ἀπ-, ἐξ-, ἐπ-, μετ-, συν-, ὑπεραίρω.]
THAYER’S GREEK LEXICON, Electronic Database.
Copyright © 2002, 2003, 2006, 2011 by Biblesoft, Inc.
All rights reserved. Used by permission. BibleSoft.com

BLB Scripture Index of Thayer's

1 Samuel
15:25; 25:28
Psalms
90:12; 91:12
Isaiah
53:8; 53:8
Lamentations
3:27
Habakkuk
1:15
Matthew
4:6; 9:6; 9:16; 10:38; 11:29; 13:12; 14:12; 14:20; 15:37; 16:24; 17:27; 20:14; 21:21;
21:43; 22:13; 24:17; 24:39; 25:28; 25:29; 27:32
Mark
2:3; 2:9; 2:11; 2:21; 4:25; 4:15; 6:8; 6:29; 6:43; 8:8; 8:19; 8:34; 10:21; 11:23; 13:15;
15:21; 15:24; 16:18
Luke
4:11; 5:24; 6:29; 6:30; 8:12; 8:18; 9:3; 9:17; 9:23; 11:22; 11:52; 17:13; 17:31; 19:21;
19:24; 19:26; 22:36; 23:18
John
1:29; 2:16; 5:8; 5:9; 5:10; 5:11; 5:12; 8:59; 10:18; 10:24; 11:39; 11:41; 11:41; 11:48;
15:2; 16:22; 17:15; 19:15; 19:31; 19:38; 20:1; 20:1; 20:2; 20:13; 20:15
Acts
4:24; 8:33; 8:33; 20:9; 20:9; 21:11; 21:36; 22:22; 27:13; 27:17
1 Corinthians
5:2; 6:15
Ephesians
4:31
Colossians
2:14; 2:14
1 John
3:5; 3:6
Revelation
10:5; 18:21

Word / Phrase / Strong's Search


Next Strong's G143 ››
‹‹ Previous Strong's G141
G142

Concordance Results Using KJV


Strong's Number G142 matches the Greek αἴρω (airō),
which occurs 102 times in 98 verses in the Greek concordance of the KJV
Page 1 / 2 (Mat 4:6–Luk 9:17)

View results using the NASB Greek concordance

Tools
Mat 4:6

And saith unto him, If thou be the Son of God, cast thyself down: for it is written, He shall
give his angels charge concerning thee: and in their hands they shall bear G142 ➔ thee up, G142
lest at any time thou dash thy foot against a stone.

Tools

Mat 9:6

But that ye may know that the Son of man hath power on earth to forgive sins, (then saith he
to the sick of the palsy,) Arise, take up G142 thy bed, and go unto thine house.

Lexicon :: Strong's G533 - aparneomai

ἀπαρνέομαι

Transliteration
aparneomai (Key)
Pronunciation
ä-pär-ne'-o-mī (Key)

Part of Speech
verb
Root Word (Etymology)
From ἀπό (G575) and ἀρνέομαι (G720)
Greek Inflections of ἀπαρνέομαι [?]
mGNT
11x in 4 unique form(s) TR
13x in 4 unique form(s) LXX
1x in 1 unique form(s)
ἀπαρνηθήσεται — 1x
ἀπαρνησάσθω — 3x
ἀπαρνήσῃ — 7x
ἀπαρνήσομαι — 2x
Dictionary Aids

Vine's Expository Dictionary: View Entry

TDNT Reference: 1:471,*

KJV Translation Count — Total: 13x


The KJV translates Strong's G533 in the following manner: deny (13x).
Outline of Biblical Usage [?]

1. to deny
1. to affirm that one has no acquaintance or connection with someone
2. to forget one's self, lose sight of one's self and one's own interests

Strong’s Definitions [?](Strong’s Definitions Legend)


ἀπαρνέομαι aparnéomai, ap-ar-neh'-om-ahee; from G575 and G720; to deny utterly, i.e.
disown, abstain:—deny.
Thayer's Greek Lexicon [?] (Jump to Scripture Index)
STRONGS NT 533: ἀπαρνέομαι
ἀπαρνέομαι, -οῦμαι: deponent verb; future ἀπαρνήσομαι; 1 aorist ἀπηρνησάμην; 1 future
passive ἀπαρνηθήσομαι with a passive significance (Luke 12:9, as in Sophocles Phil. 527 [cf.
Buttmann, 53 (46)]); to deny (abnego): τινά, to affirm that one has no acquaintance or
connection with him; of Peter denying Christ: Matthew 26:34f, 75; Mark 14:30f, 72; [Luke
22:61]; John 13:38 R G L marginal reading; more fully ἀπ. μὴ εἰδέναι Ἰησοῦν, Luke 22:34 (L
Tr WH omit μή, concerning which cf. Kühner, ii., p. 761; [Jelf, § 749, 1; Winer's Grammar, §
65, 2 β.; Buttmann, 355 (305)]). ἑαυτόν to forget oneself, lose sight of oneself and one's own
interests: Matthew 16:24; Mark 8:34; Luke 9:23 R WH marginal reading.
THAYER’S GREEK LEXICON, Electronic Database.
Copyright © 2002, 2003, 2006, 2011 by Biblesoft, Inc.
All rights reserved. Used by permission. BibleSoft.com

BLB Scripture Index of Thayer's

Matthew
16:24; 26:34; 26:75
Mark
8:34; 14:30; 14:72
Luke
9:23; 12:9; 22:34; 22:61
John
13:38

Word / Phrase / Strong's Search


Next Strong's G534 ››
‹‹ Previous Strong's G532
G533

Concordance Results Using KJV


Strong's Number G533 matches the Greek ἀπαρνέομαι (aparneomai),
which occurs 13 times in 13 verses in the Greek concordance of the KJV

View results using the NASB Greek concordance

Tools
Mat 16:24

Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny G533 himself,
and take up his cross, and follow me.

Tools

Mat 26:34

Jesus said unto him, Verily I say unto thee, That this night, before the cock crow, thou shalt
deny G533 me thrice.

Tools

Mat 26:35

Peter said unto him, Though I should die with thee, yet will I G533 ➔ not deny G533 thee.
Likewise also said all the disciples.

Lexicon :: Strong's G4716 - stauros

σταυρός

Transliteration
stauros (Key)
Pronunciation
stau-ro's (Key)

Part of Speech
masculine noun
Root Word (Etymology)
From the base of ἵστημι (G2476)
Greek Inflections of σταυρός [?]
mGNT
27x in 4 unique form(s) TR
28x in 5 unique form(s) LXX
0x in 0 unique form(s)
σταυρὸν — 10x
σταυρόν — 1x
σταυρὸς — 1x
σταυροῦ — 12x
σταυρῷ — 4x
Dictionary Aids
Vine's Expository Dictionary: View Entry

TDNT Reference: 7:572,1071

KJV Translation Count — Total: 28x


The KJV translates Strong's G4716 in the following manner: cross (28x).
Outline of Biblical Usage [?]

1. a cross
1. a well known instrument of most cruel and ignominious punishment,
borrowed by the Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed
among the Romans, down to the time of Constantine the Great, the guiltiest
criminals, particularly the basest slaves, robbers, the authors and abetters of
insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary pleasure of the
governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves
2. the crucifixion which Christ underwent
2. an upright "stake", esp. a pointed one, used as such in fences or palisades

Strong’s Definitions [?](Strong’s Definitions Legend)


σταυρός staurós, stow-ros'; from the base of G2476; a stake or post (as set upright), i.e.
(specially), a pole or cross (as an instrument of capital punishment); figuratively, exposure to
death, i.e. self-denial; by implication, the atonement of Christ:—cross.
Thayer's Greek Lexicon [?] (Jump to Scripture Index)
STRONGS NT 4716: σταυρός
σταυρός, σταυροῦ, ὁ (from ἵστημι (root sta); cf. Latinstauro, English staff (see Skeat,
Etymological Dictionary, under the word); Curtius, § 216; Vanicek, p. 1126);
1. an upright stake, especially a pointed one (Homer, Herodotus, Thucydides, Xenophon).
2. a cross;
a. the well-known instrument of most cruel and ignominious punishment, borrowed by the
Greeks and Romans from the Phoenicians; to it were affixed among the Romans, down to the
time of Constantine the Great, the guiltiest criminals, particularly the basest slaves, robbers,
the authors and abetters of insurrections, and occasionally in the provinces, at the arbitrary
pleasure of the governors, upright and peaceable men also, and even Roman citizens
themselves; cf. Winers RWB, under the word Kreuzigung; Merz in Herzog edition 1 ((cf.
Schaff-Herzog) also Schultze in Herzog edition 2), under the word Kreuz; Keim, iii., p. 409ff.
(English translation, vi. 138; BB. DD., see under the words, Cross, Crucifixion; O. Zöckler,
Das Kreuz Christi (Gütersloh, 1875); English translation, Lond. 1878; Fulda, Das Kreuz u. d.
Kreuzigung (Bresl. 1878); Edersheim, Jesus the Messiah, ii. 582ff). This horrible punishment
the innocent Jesus also suffered: Matthew 27:32, 40, 42; Mark 15:21, 30, 32; Luke 23:26;
John 19:17, 19, 25, 31; Colossians 2:14; Hebrews 12:2; θάνατος σταυροῦ, Philippians 2:8; τό
αἷμα τοῦ σταυροῦ, blood shed on the cross; Colossians 1:20.
b. equivalent to the crucifixion which Christ underwent: Galatians 5:11 (on which see
σκάνδαλον, under the end); Ephesians 2:16; with the addition of τοῦ Χριστοῦ, 1 Corinthians
1:17; the saving power of his crucifixion, Philippians 3:18 (on which see ἐχθρός, at the end);
Galatians 6:14; τῷ σταυρῷ τοῦ Χριστοῦ διώκεσθαι, to encounter persecution on account of
one's avowed belief in the saving efficacy of Christ's crucifixion, Galatians 6:12; ὁ λόγος ὁ
τοῦ σταυροῦ, the doctrine concerning the saving power of the death on the cross endured by
Christ, 1 Corinthians 1:18. The judicial usage which compelled those condemned to
crucifixion themselves to carry the cross to the place of punishment (Plutarch, de sara
numinis vindict. c. 9; Artemidorus Daldianus, oneir. 2, 56, cf. John 19:17), gave rise to the
proverbial expression αἴρειν or λαμβάνειν or βαστάζειν τόν σταυρόν αὐτοῦ, which was
usually used by those who, on behalf of God's cause, do not hesitate cheerfully and manfully
to bear persecutions, troubles, distresses — thus recalling the fate of Christ and the spirit in
which he encountered it (cf. Bleek, Synop. Erkl. der drei ersten Evangg. i, p. 439f): Matthew
10:38; Matthew 16:24; Mark 8:34; Mark 10:21 (R L in brackets); Mark 15:21; Luke 9:23;
Luke 14:27.
THAYER’S GREEK LEXICON, Electronic Database.
Copyright © 2002, 2003, 2006, 2011 by Biblesoft, Inc.
All rights reserved. Used by permission. BibleSoft.com

BLB Scripture Index of Thayer's

Matthew
10:38; 16:24; 27:32; 27:40; 27:42
Mark
8:34; 10:21; 15:21; 15:21; 15:30; 15:32
Luke
9:23; 14:27; 23:26
John
19:17; 19:17; 19:19; 19:25; 19:31
1 Corinthians
1:17; 1:18
Galatians
5:11; 6:12; 6:14
Ephesians
2:16
Philippians
2:8; 3:18
Colossians
1:20; 2:14
Hebrews
12:2

Word / Phrase / Strong's Search


Next Strong's G4717 ››
‹‹ Previous Strong's G4715
G4716

Concordance Results Using KJV


Strong's Number G4716 matches the Greek σταυρός (stauros),
which occurs 28 times in 28 verses in the Greek concordance of the KJV

View results using the NASB Greek concordance

Tools
Mat 10:38

And he that taketh not his cross, G4716 and followeth after me, is not worthy of me.

Tools

Mat 16:24

Then said Jesus unto his disciples, If any man will come after me, let him deny himself, and
take up his cross, G4716 and follow me.

Tools

Mat 27:32

And as they came out, they found a man of Cyrene, Simon by name: him they compelled to
bear his cross. G4716

Tools

Mat 27:40

And saying, Thou that destroyest the temple, and buildest it in three days, save thyself. If
thou be the Son of God, come down from the cross. G4716

Ringkasan Khotbah : 14 April 2002

Mengikut Yesus Tidak Dapat Tanpa


Menyangkal Diri
Nats: : Matius 16: 24-27; Lukas 14: 26-27

Pengkhotbah : Ev. Solomon Yo

                   

Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya dalam Matius 16:24: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Dalam perenungan hari ini, kita akan
memfokuskan pembahasan hanya pada hal menyangkal diri. Yesus mengatakan menyangkal diri adalah
tuntutanNya bagi setiap orang yang mau mengikuti Dia. Apa artinya menyangkal diri? Menyangkal berarti
menolak, menanggalkannya, atau menurut Lukas 14:26-27 berarti membenci (“Jikalau seorang datang
kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.”)
Benarkah Yesus mengajarkan suatu agama yang membenci diri dan semua orang yang kita kasihi? Tidak! Apa
yang ditekankan Yesus di dalam Lukas 14 itu ialah bahwa kesetiaan kita kepada Allah harus mengatasi semua
keterikatan alami yang lebih rendah dari keterikatan kita kepada Allah, dan hanya dengan mengutamakan Allah
semua hubungan kita baru akan menjadi baik dan sehat. Ini bukan perintah untuk memperlakukan diri dengan
buruk, karena dalam tuntutan ini Yesus bukan memerintahkan kita untuk meniadakan identitas diri kita, dan
menjadi “nobody” (“bukan siapa-siapa”); juga bukan perintah untuk menghina diri atau memperlakukan diri kita
sebagai orang yang tidak berharga; karena Ia sendiri menunjukkan perhargaan yang demikian besar kepada kita
sehingga rela berkorban bagi kita.

Dalam perintah ini terkandung kebenaran paradoks mengenai bagaimana seharusnya kita bersikap kepada diri
kita sendiri. (1) Di balik perintah untuk menyangkal diri terkandung maksud Allah yang positif bagi kita yaitu
membawa kita ke dalam kepenuhan kemanusiaan yang telah Ia rencanakan bagi kita. Seperti yang diungkapkan
dalam 2 Kor 3:18, Ia senantiasa membawa kita ke dalam kemuliaan yang semakin besar (band. 2Kor 11:2). (2)
Namun karena di dalam diri kita, yang walaupun telah ditebus, masih memiliki banyak keinginan daging atau
sifat-sifat dosa yang akan menghalangi maksud Allah bagi kita, bahkan dapat menghancurkan kita, maka kita
harus menghancurkan sifat-sifat buruk ini atau kita yang akan dihancurkannya. Simson dikalahkan bukan oleh
banyaknya tombak dan pedang tentara Filistin, juga bukan tipu muslihat Delilah, ia terutama dan pertama-tama,
dikalahkan oleh nafsu dan kedagingannya sendiri, sehingga ia menyerahkan rahasia kekuatannya kepada
seorang wanita dan dihina dan disiksa oleh orang-orang Filistin. (3) Musuh terbesar setiap orang adalah diri
sendiri, yaitu segala kebodohannya, kedagingannya dan keinginannya yang jahat. Hanya dengan menyangkal
semua sisi buruk dan mengembangkan sisi positif dalam diri kita, kita akan mencapai kepenuhan maksud Allah
yang mulia bagi kita. Karena itu, orang yang menyangkal diri adalah orang yang mengasihi dirinya sendiri, dan
orang yang tidak mau menyangkal diri justru adalah orang yang membenci dirinya sendiri. Kekristenan tanpa
penyangkalan diri bukanlah Kekristenan versi Yesus. Itu hanya Kekristenan buatan manusia yang akan
membiarkan kita di dalam kemandegan rohani.

Lalu Apa arti menyangkal diri itu? Inti penyangkalan diri bukanlah menolak kesenangan atau menyiksa diri
seperti yang diajarkan dalam asketisme. Perlu kita ingat selalu bahwa Kekristenan bukanlah agama yang
negatif, yang merendahkan, tetapi agama positif, yang justru mengangkat hidup kita dalam kelimpahan dan
berkat sejati dari Allah. Kerohanian sejati juga bukan sekedar menjalankan aktivitas agama seperti berdoa
puasa, berbuat amal, dsb. Semua aktivitas agama ini pada dasarnya adalah hal yang baik,  tetapi jika kehilangan
essensinya, semua kegiatan itu menjadi kemunafikan. Inilah kegagalan dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat. Tanpa penyangkalan diri yang penuh kerelaan kepada Allah sebagai Penguasa mutlak hidup kita, semua
aktivitas agama dan pengalaman rohani kita akan kehilangan maknanya. Inti dari penyangkalan diri Kristen ialah:

Pertama, menyangkal diri berarti menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah. Manusia
tidak pernah dimaksudkan sebagai makhluk otonom, yang menjalankan hidupnya berda sarkan hikmat dan
kekuatannya sendiri. Setiap orang yang mencobanya pasti akan menemui kegagalan. Dalam kasus Adam dan
Hawa kita belajar kebenaran yang berharga ini. Sebelumnya Adam dan Hawa hidup dalam kebergantungan
mutlak kepada Allah, dan mereka berbahagia. Kemudian datanglah cobaan dari Iblis, yang menawarkan opsi
yang berlawanan dengan firman Allah. Jika mereka tetap bergantung mutlak kepada Allah, mereka akan
langsung menolak perkataan Iblis. Namun mereka menerimanya dan mempertimbangkannya opsi/pilihan kedua
itu sebagai yang mungkin benar. Untuk berbuat demikian, mereka pasti harus terlebih dahulu menarik komitmen
mereka kepada Allah, dan mengangkat diri sebagai penentu kebenaran antara Allah dan Iblis. Kesalahan
mereka itu harus dibayar mahal, yaitu kematian mereka.

Menyangkal diri berarti mengakui ketergantungan kita kepada Allah, dan karena itu, kita menyerahkan hak dan
otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah. Kita mengakui bahwa hidup yang diserahkan kepada Tuhan, sebagai
pemegang hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana hidup kita dijalani bukan saja sudah
seharusnya tetapi juga akan membawa kebaikan bagi kita. Frances Havergal mengungkapkan penyerahan diri
yang total kepada Allah ini dengan indah dalam syair lagunya: Take My Life and Let It Be Consecrated. Semua
yang ia miliki, ia baktikan kepada Tuhan: tangannya untuk melakukan kehendak Tuhan, kakinya untuk
menyebarkan Injil, suaranya untuk memuji Sang Raja selamanya, hartanya semuanya menjadi milik Tuhan dan
waktunya hanya untuk memuliakan Tuhan. Ia memeteraikan lagu tersebut dalam kesaksian hidupnya.
Dalam kehidupanNya di bumi, Kristus memberikan teladan yang indah bagi kita. Seluruh hidupNya adalah suatu
penyerahan penuh untuk melakukan kehendak Bapa, dan puncaknya ialah ketika bergumul di taman Getsemani,
Ia dengan konsisten menyerahkan diriNya untuk melakukan kehendak Allah sampai tuntas. Doa ‘Bapa Kami’
yang kita selalu kita ucapkan sebenarnya merupakan ungkapan kerinduan terbesar dari setiap pengikut Kristus;
yaitu nama Allah, kerajaan Allah dan kehendak Allah sebagai concern terbesar hidup kita, dan bukan ambisi dan
kehendak kita.

Dalam buku kecil ‘Hatiku Rumah Kristus,’ Robert Boyd Munger mengungkapkan dengan indah bagaimana suatu
kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Kristus sebagai penguasa hidup kita adalah cara terbaik untuk
menjalani kehidupan Kristen. Ibu Teresa pernah mengatakan bahwa dirinya hanyalah pensil sederhana yang
diserahkan ke dalam tangan Tuhan untuk Ia pakai sesukaNya untuk maksud Allah.

Kedua, menyangkal diri berarti pertempuran seumur hidup menaklukkan dosa dalam diri kita. Mau tidak mau,
harus kita akui bahwa ada banyak sifat buruk di dalam diri kita. Untuk lepas dari keinginan dosa (indwelling sin)
yang melekat dalam dirinya sampai inilah rasul Paulus bergumul sampai ia mendapatkan kemenangan rohani
dalam diri Allah Tritunggal (Rom 7:13-8:17).

Buku kecil Hati Manusia mengungkapkan bahwa di dalam hati setiap orang ada banyak sifat-sifat dosa yang
mau menguasai kita. Penulis menggunakan berbagai macam binatang untuk melukiskan bermacam-macam
dosa kita: burung merak (kesombongan), kambing (keras kepala), babi (hawa nafsu), kura-kura (kemalasan),
harimau (amarah), ular (kelicikan) dan serigala (pencuri), dengan otaknya si Iblis. Kita harus menaklukkannya
atau kita akan ditaklukkannya.

Dalam novel The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde diceritakan seorang dokter yang begitu baik, namun
membiarkan sisi buruk kehidupannya secara bebas melampiaskan segala kesenangan daging, sampai akhirnya
sisi buruknya itu menelan sisi baiknya, dan akhirnya menghancurkan hidupnya. Demikianlah, dosa yang
dibiarkan bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita, akhirnya akan menjadi kekuatan destruktif yang akan
menghancurkan kita. Banyak kebiasaan buruk yang telah kita biarkan berurat akar di dalam diri kita, begitu sulit
untuk kita atasi, sehingga kalau bukan anugerah Allah, hampir mustahil kita dapat terbebas darinya.

Pentingnya penyangkalan atau penguasaan diri adalah hal yang dimengerti semua orang. Dalam buku
Emotional Inteligence diceritakan eksperimen yang dilakukan pada sekelompok anak-anak sekolah. Dalam satu
kelas, si guru membagikan kue mashmallow kepada setiap anak, tetapi mereka diminta untuk menunggu sampai
guru kembali baru boleh dimakan. Siapa yang menuruti akan diberi kue ekstra. Lalu selam beberapa menit guru
meninggalkan mereka. Dan segala tingkah laku anak-anak itu diawasi dan dicatat melalui kamera tersembunyi.
Ada anak tidak dapat menahan, dan ada juga yang bisa menahannya. Riwayat anak-anak itu dicatat sampai
mereka dewasa. Dan ditemukan penguasaan diri mereka itu berkorelasi dengan masa depan mereka. Mereka
yang belajar menunda kesenangan ternyata lebih berhasil dalam studi dan karir.

Dalam Gal 5:19-21 Paulus memperingatkan kita bahwa orang yang menuruti keinginan daging tidak layak
mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah. Tidak seorangpun dari kita yang bebas dari dosa; karena itu, jangan
ada orang yang menyombongkan diri. Biarlah setiap kita yang jatuh dalam berbagai macam dosa ini, berusaha
untuk bangkit kembali dengan pertolongan Tuhan. Biarlah kita menyalibkan tubuh dosa kita sehingga dosa
kehilangan kuasaNya di dalam diri kita. Inilah pengalaman rasul Paulus: “Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.“ (Gal 2:19-20)

Ketiga, menyangkal diri berarti meneguhkan maksud Allah yang mulia dalam diri kita. Penyangkalan diri
bertujuan memulihkan gambar Allah dalam diri kita, supaya maksud Allah yang mulia terwujud di dalam diri kita.
Karena itu, penyangkalan diri harus selalu disertai usaha pengembangan diri seperti yang dikehendaki Allah,
yaitu bertumbuh dalam keserupaan Kristus, memiliki karakter ilahi, atau buah-buah Roh Kudus. Tanpa disertai
sisi positif ini, maka penyangkalan diri akan menjadi sekedar tindakan agama yang negatif dan membebani,
bukannya menimbulkan sukacita. Ingat, kekristenan bukan agama negatif, tetapi positif dan konstruktif.
Jika telah belajar untuk menyangkal diri kita akan terbebas dari penjara egoisme yang membuat kita demikian
terobsesi oleh diri sendiri (narciscus), inilah sebabnya orang tega-teganya memperalat dan mengorbankan orang
lain demi kepentingan sendiri. Hanya setelah belajar untuk menyangkal diri, kita mampu melakukan kebaikan
sejati kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri. Selama belum menyangkal diri, bahkan ketika berbuat baik
sekalipun, semua itu kita lakukan demi dirinya. Kita hanya berbuat baik kepada yang baik kepada kita, kepada
orang yang kita sukai, kepada orang yang akan memberikan keuntungan kepada kita, atau yang suatu hari
dapat menolong kita. Bahkan berbuat amal pun itu untuk mengumpulkan amal bagi kita, atau melaukan
kebajikan yang sangat mulia, karena itu memberikan kesenangan rohani kita. Demikian juga, hanya setelah
belajar untuk menyangkal diri kita baru dimampukan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Penyangkalan diri memampukan kita untuk mengakui diri kita hanya penatalayan Tuhan dan segala sesuatu
yang ada pada diri kita: talenta, kepandaian, kekayaan, waktu, kesempatan, kelancaran, kesehatan, dsb adalah
karunia dari Tuhan. Dan semua itu bukan untuk dipakai bagi kepentingan kita sendiri, apalagi untuk diboroskan
atau untuk tujuan yang berdosa, sebaliknya kita akan memakai semua itu dengan rendah hati, disiplin dan
dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan maksud dan ketetapan Allah.

Penyangkalan diri juga membuat orang Kristen percaya bahwa berkat sejati berasal dari Tuhan. Karena itu, ia
tidak akan secara tamak memakai cara-cara licik dan mencelakakan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
Kita tidak akan iri karena orang lain mendapatkan keuntungan lebih besar, karena tahu ia tidak berhak mengatur
bagaimana Tuhan memberi anugerahNya. Selain itu ia tahu, bahwa tanpa penyertaan Tuhan, semua
keuntungan duniawi dapat menjadi kutuk baginya. Penyangkalan diri akan memampukan kita untuk bersyukur
dan berbahagia dalam segala keadaan. Karena tahu bahwa Tuhan senantiasa memelihara kita menurut caraNya
yang Ia pandang terbaik untuk kita, bukan maunya kita. Penyangkalan diri menjadikan orang tak terikat pada
dunia sehingga ketika segalanya diambil kembali oleh Tuhan, walaupun ia dapat merasa susah, tetapi tidak akan
tenggelam dalam keputusasaan.

Musuh setiap orang ialah dirinya sendiri: keegoisannya, hawa nafsu dan keinginan daging di dalam dirinya;
bukanlah situasi luar seperti kurang pintar, kaya, kurang tampan atau kurang cantik, kurang mendapat
kesempatan, dan sebagainya. Anak Tuhan harus berjuang menaklukkan dosa sehingga rencana Tuhan yang
indah dapat terwujud dalam dirinya. Kemenangan pribadi atas atas diri sendiri inilah rahasia kemenangan rohani
yang memberikan kesuksesan di bidang lain. Sebaliknya kegagalan untuk menaklukkan sifat-sifat buruk dalam
diri kita secara pasti menghambat kemajuan yang diharapkan Tuhan dari kita. Kiranya Tuhan menolong kita
menjadi muridNya yang sejati. Amin. 

Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.

Matius 16:21-28
Ay 21:
1)   ‘Mulai menyatakan’.

Yesus pernah mengajar secara samar-samar tentang kematian / kebangkitanNya,


misalnya dalam Yoh 2:19-22 dan mungkin juga dalam Mat 9:15 (ada beberapa
penafsiran tentang ayat ini).
Tetapi di sini Ia untuk pertama kalinya mengajarkan secara terang-terangan / jelas
tentang hal itu. Dalam Mat 16:15-16 murid-murid sudah percaya bahwa Yesus adalah
Mesias. Dan karena itu sekarang Ia menganggap sudah saatnya untuk mengajar lebih
lanjut tentang ke-Mesias-anNya, dan Ia mengatakan bahwa Mesias harus menderita dan
mati.

Dari sini terlihat bahwa Yesus mengajar langkah demi langkah, sesuai dengan
kebutuhan / tingkat kerohanian dari para pendengarNya (bdk. Yoh 16:12-13a).

Ini adalah sesuatu yang harus ditiru! Pada waktu memberitakan Firman Tuhan, kita
harus memberitakan apa yang merupakan kebutuhan orang itu, dan yang sesuai dengan
tingkat kerohaniannya. Misalnya: pada waktu memberitakan Injil kepada orang yang
belum percaya kepada Kristus, sekalipun orang yang kita injili itu ingin tahu / bertanya
tentang doktrin Allah Tritunggal, kita tidak boleh memuaskan rasa ingin tahuinya dengan
mengajarkan doktrin yang begitu sukar untuk dia! Kita harus berusaha membelokkan
pembicaraan kepada Injil, karena itulah kebutuhannya sebagai orang yang belum
percaya!

2)   Doktrin bahwa Mesias harus menderita dan mati, sebetulnya sudah ada dalam
Perjanjian Lama (Yes 53:4-10  Daniel 9:26  bdk. Luk 24:25-26).

Tetapi perlahan-lahan doktrin ini menghilang dari antara orang-orang Yahudi dan
mereka percaya bahwa Mesias akan datang sebagai raja dunia yang penuh dengan
kemenangan (bdk. Yoh 6:14-15).

Penerapan:

Ini merupakan pelajaran bagi kita untuk tidak mengabaikan bagian tertentu dari Kitab
Suci. Karena itu jangan memilih-milih topik kalau datang dalam Pemahaman Alkitab.
Berusahalah untuk belajar seluruh isi Kitab Suci, baik itu diberikan dalam bentuk topikal,
doktrinal, exposisi Perjanjian Lama, ataupun exposisi Perjanjian Baru!

3)   Apa yang Yesus ajarkan dalam ay 21 itu kontras sekali dengan konsep / kepercayaan
murid-murid tentang Mesias.

Penerapan:

Kita harus berani untuk memberitakan sesuatu yang bertentangan dengan konsep /
kepercayaan dari pendengar kita. Kalau saudara bertemu dengan seseorang yang
berpendapat bahwa ada banyak jalan ke surga, atau bahwa semua agama itu sama,
dsb, beranikah saudara menentangnya dengan mengatakan bahwa Yesus adalah satu-
satunya jalan ke surga (Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11-12)? Kalau saudara bertemu
dengan seseorang yang mengatakan bahwa orang kristen harus berbahasa roh,
beranikah saudara membetulkan pandangannya dengan mengatakan bahwa bahasa
Roh itu merupakan karunia yang hanya dikaruniakan kepada sebagian orang kristen
(1Kor 12:8-10)? Memang kalau kita melakukan hal-hal ini, ada kemungkinan kita akan
dibenci / dimusuhi, tetapi itu merupakan salib yang harus rela kita pikul.
4)   Murid-murid perlu tahu bahwa bagi Yesus, jalan menuju kemenangan / kemuliaan
adalah melalui salib. Ini juga berlaku untuk mereka sebagai pengikut Kristus. Hal itu
diberitakan supaya pada waktu penderitaan itu tiba, mereka siap menghadapinya!

Renungkan: apakah ajaran Yesus ini cocok dengan Theologia Kemakmuran?

5)   Dalam ay 21 sebetulnya juga ada penghiburan yaitu bahwa setelah mati, Yesus akan
bangkit! Ini berlaku juga untuk pengikut Yesus; setelah salib dan penderitaan, akan ada
kemenangan dan kemuliaan. Tetapi mungkin sekali murid-murid sudah ‘shock’ / kaget
mendengar bagian depan dari ay 21 sehingga bagian belakangnya tidak mereka dengar.
Karena itu keluar reaksi / tanggapan seperti dalam ay 22.

Pelajaran bagi kita: hati-hati dalam mendengar Firman Tuhan! Jangan mendengar
sepotong-sepotong, karena itu bisa membahayakan dan menimbulkan arti yang sama
sekali berbeda. Kita harus mendengar seluruhnya. Bdk. Yak 1:19.

Ay 22:
1)   Petrus tidak bisa menerima Firman Tuhan yang bertentangan dengan konsep yang ada
dalam dirinya! Ini sesuatu yang sangat salah! Apa yang saudara percayai dari kecil
belum tentu betul. Kalau saudara suatu waktu melihat bahwa konsep saudara itu
bertentangan dengan Firman Tuhan, saudara harus mau membuangnya! Bukan Firman
Tuhan yang harus disesuaikan dengan konsep saudara, tetapi konsep / kepercayaan
saudaralah yang harus disesuaikan dengan Firman Tuhan!

2)   Petrus merasa lebih bijaksana dari pada Kristus! Tetapi apakah saudara tidak pernah
bersikap seperti itu? Pada saat saudara menderita, gagal, dsb, apakah saudara pernah
berpikir: ‘Bagaimana sih Tuhan ini, kok saya dibeginikan?’. Bukankah pemikiran seperti
itu pada hakekatnya menunjukkan bahwa saudara merasa lebih bijaksana dari pada
Tuhan? Tetapi ingatlah bahwa bagaimanapun kita tidak mungkin mungkin lebih
bijaksana dari pada Tuhan (bdk. Yes 55:8-9).

3)   Petrus mempunyai semangat, tetapi karena pengertiannya salah, semua menjadi salah.
Bdk. Amsal 19:2  Ro 10:2.

Penerapan:

Banyaklah belajar Firman Tuhan, supaya semangat saudara bisa diarahkan ke arah
yang benar!

4)   Kata-kata bodoh ini berasal dari Petrus sendiri (bdk. ay 23).

Dalam Mat 16:16 Petrus mengucapkan kata-kata yang hebat! Karena apa? Karena
Tuhan menyatakannya kepada Petrus! Tetapi begitu Petrus mengucapkan sesuatu yang
berasal dari dirinya sendiri, ia langsung mengucapkan hal-hal yang bodoh! Ini
seharusnya mengajar kita untuk menjadi rendah hati! Kita bisa hebat / bijaksana, kalau
Tuhan menolong kita. Tanpa Tuhan, kita bodoh!

Ay 23:
1)   Kata-kata ini tidak ditujukan kepada setan, tetapi kepada Petrus!

Dasar / alasan:

a)   Ay 23: ‘Yesus berkata kepada Petrus’.

Kalau Yesus menengking setan, Ia berbicara kepada setannya, bukan kepada


orangnya! Contoh:

        Mat 8:32 - ‘kepada mereka’.

        Mark 5:8-9. Ay 9 ini salah terjemahan. Seharusnya ‘kepadanya’.

        Mat 17:18

        Mark 1:23-27

Juga Paulus dalam Kis 16:18 berbicara kepada setannya!

b)   Ay 23: ‘Enyahlah Iblis!’. Ini salah terjemahan.

Seharusnya ‘Go / get behind Me, Satan!’.

Adanya kata-kata ‘behind Me’ jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak mungkin
ditujukan kepada setan. Bandingkan dengan waktu Yesus mengusir setan dalam Mat
4:10. Di sini tak ada kata-kata ‘behind Me’.

c)   Ay 23: kata ‘engkau’ dalam ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa Yesus berbicara
kepada Petrus.

Kesimpulan: Yesus bukannya menengking setan; Ia berbicara kepada Petrus! Jadi ayat
ini tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa orang kristen bisa kerasukan setan.
Banyak orang menganggap bahwa orang kristen tetap bisa ada setannya dan
membutuhkan doa pelepasan. Dasar yang sering dipakai adalah ay 23 ini. Tetapi
setelah terbukti bahwa Yesus bukan menengking setan, tetapi berbicara kepada Petrus,
jelas bahwa ayat ini tidak bisa dijadikan dasar dari ajaran seperti itu.

Saya bahkan berpendapat bahwa kita tidak bisa menengking setan yang menggoda kita
untuk berbuat dosa. Memang dalam Mat 4:10 Yesus mengusir / menengking setan yang
menggodaNya, tetapi itu mungkin sekali terjadi karena Mat 4:8-9 merupakan penghinaan
bagi Dia (karena disuruh menyembah setan). Setan memang diberi hak untuk
menggoda kita, sehingga dalam kasus seperti itu tidak bisa ditengking. Lain halnya kalau
kita berjumpa dengan orang yang kerasukan setan. Penengkingan dalam kasus seperti
ini memang jelas merupakan sesuatu yang Alkitabiah.

Yak 4:7-8 dan 1Pet 5:8-9 menunjukkan cara menghadapi setan yang menggoda kita dan
tidak ada yang menyuruh kita untuk menengking setan dalam kasus penggodaan seperti
itu.
2)   Petrus disebut setan. Mengapa? Karena ia sedang dikuasai, ditipu, dan dipakai oleh
setan. Atau karena ia sedang mempunyai pikiran dan melakukan tindakan yang salah.
Iini berbeda dengan ‘dirasuk setan’. Kata-kata Petrus dalam ay 22 intinya sama dengan
godaan setan dalam Mat 4:8-9 yaitu suatu godaan supaya Yesus mendapat mahkota
tanpa melalui salib. Bisa saja kata-kata / tindakannya berasal bukan dari setan tetapi
dari dirinya sendiri, tetapi karena intinya sama dengan godaan setan dalam Mat 4:8-9,
maka ia disebut sebagai ‘setan’.

Saya tidak yakin bahwa setanlah yang ‘mengilhami’ Petrus pada saat ini, karena saya
berpendapat bahwa setan justru berusaha membunuh Yesus. Adalah aneh, kalau saat
ini ia mengilhami Petrus sedemikian rupa sehingga justru mencegah kematian Yesus.

3)   Petrus disebut ‘batu sandungan’.

a)   Ia disebut demikian karena ia menghalangi Yesus untuk melakukan misiNya!

b)   Tadi, dalam Mat 16:18 ia disebut sebagai ‘batu karang’ (menurut penafsiran ketiga),
sekarang ia menjadi ‘batu sandungan’.

Ini mengajar kita untuk tidak mempercayai diri kita sendiri, tetapi hanya mempercayai
Tuhan saja.

Ay 24:
1)   Sekarang Yesus melanjutkan. Tadi dalam ay 21 Ia berkata bahwa Ia sendiri yang akan
mengalami salib. Sekarang ia mengatakan bahwa setiap pengikutNya harus mengalami
salib! Ini ciri khas orang kristen sejati! Kalau dalam hidup saudara tidak ada salib,
mungkin sekali saudara bukan orang kristen yang sejati!

2)   ‘Menyangkal diri’ berarti ‘tidak hidup untuk diri sendiri / demi kesenangan diri sendiri’.

Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak mempedulikan kesehatan kita dan sebagainya. Ini
berarti bahwa kita tidak lagi berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita
sendiri, atau yang mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-
hal yang menyenangkan Tuhan!

Penerapan:

Pada waktu saudara diperhadapkan pada suatu pemilihan, apa yang menjadi dasar
keputusan saudara? Kehendak / kesenangan Tuhan, atau kesenangan / kenikmatan
saudara sendiri?

3)   ‘Memikul salib’. Luk 9:23 menambahkan kata-kata ‘setiap hari’.

Memikul salib berarti menderita karena taat kepada Kristus / ikut Kristus.

Ay 25:
1)   Ini diucapkan Yesus untuk orang yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya,
hidup untuk dirinya sendiri.

2)   Yang mau menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa.

a)   Kata-kata ini lebih hidup / berarti untuk orang-orang kristen abad 1-3, yang
menghadapi penganiayaan. Tetapi kata-kata ini tetap relevan untuk jaman sekarang.

b)   ‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi
Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Ini jelas merupakan orang yang tidak cinta
kepada Tuhan. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan!

c)   ‘kehilangan’. Kata bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan ‘destroy’ / ‘kill’ (=


menghancurkan / membunuh), yang merupakan kebalikan dari ‘menyelamatkan’.
Jadi, orang yang ingin menyelamatkan nyawanya, justru menghancurkan /
membunuh nyawanya!

3)   Tuhan Yesus/ menghendaki orang mau kehilangan nyawa karena / demi Dia. Ini lagi-lagi
menekankan bahwa Ia menghendaki orang yang menyangkal diri. Tetapi perhatikan
bahwa Yesus senang dengan orang yang rela kehilangan nyawa ‘karena Aku’. Mark
8:35 menambahkan ‘karena Aku dan karena Injil’.

Jangan rela / berani kehilangan nyawa untuk hal-hal duniawi yang konyol! Tetapi kalau
saudara harus kehilangan nyawa demi Kristus / Injil, relalah mengalaminya! Dengan
demikian, saudara justru akan menyelamatkan nyawa saudara (mendapat hidup kekal)!

Ay 26:
Bagian ini ditujukan untuk orang-orang yang hidup untuk mendapatkan dunia bagi dirinya
sendiri. Ini jelas merupakan orang-orang yang hidup tanpa penyangkalan diri. Mereka hidup
demi uang, mereka tidak mau memberi waktu untuk Tuhan, mereka tidak menyediakan
waktu untuk belajar Firman Tuhan, mereka terlalu sibuk untuk bisa melayani Tuhan, dan
sebagainya.

Ayat Kitab Suci yang cocok dengan ay 26 ini adalah: Luk 16:19-31 (cerita tentang Lazarus
dan orang kaya) dan Luk 12:16-21 (perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh).

Ay 27:
1)   Ayat ini jelas membicarakan tentang kedatangan Yesus yang keduakalinya.

Dalam menyangkal diri / memikul salib, penting bagi kita untuk memandang ke depan
pada kedatangan Yesus yang keduakalinya!

2)   NIV: ‘he will reward’ (= Ia akan memberi upah).

Ini menunjuk kepada:

a)   Pahala. Ini tergantung perbuatan kita (baca ay 27 itu sekali lagi).
Kita selamat atau tidak memang hanya tergantung iman. Tetapi pahala / tingkat di
surga tergantung kehidupan, ketaatan dan pelayanan kita! Tetapi bagaimanapun
harus kita ingat bahwa kalau kita bisa taat, melayani Tuhan dsb, itu semua karena
kasih karunia Tuhan. Jadi sebetulnya kita tetap tidak layak untuk menerima pahala.
Itu tetap merupakan anugerah dari Tuhan!

b)   Hukuman.

Ada yang menganggap bahwa ayat ini hanya menunjuk pada pahala saja, tetapi ada
juga yang menganggap bahwa ayat ini menunjuk baik pada pahala maupun pada
hukuman.

Ay 28:
1)   Berbeda dengan ay 27, ay 28 pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya! Mengapa? Karena kalau ayat ini diartikan menunjuk pada kedatangan
yang keduakalinya, itu berarti bahwa kata-kata Yesus ternyata tidak tergenapi.

2)   Karena kedatangan Yesus yang keduakalinya ‘masih lama’, maka Yesus memberikan
sesuatu bagi sebagai dari mereka sebagai mereka bisa ‘mencicipi’ berkat dan kemuliaan
yang akan dialami pada saat Yesus datang keduakalinya. ‘Icip-icip’ itu berupa: ada di
antara mereka yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus datang sebagai raja dalam
kerajaanNya.

3)   Persoalannya: apa arti kalimat itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a)   Transfiguration (pemuliaan / perubahan bentuk) yang terjadi dalam Mat 17:1-13.

Orang-orang yang menerima pandangan ini beralasan bahwa dalam ketiga kitab Injil
(Matius, Markus, Lukas), kata-kata Yesus dalam ay 28 langsung disusul dengan
cerita tentang transfiguration (perubahan bentuk / wajah yang dialami Yesus).

Keberatan: transfiguration terjadi hanya  1 minggu (bdk. Mat 17:1) setelah Yesus
mengucapkan Mat 16:28. Padahal dari kata-kata Yesus dalam Mat 16:28 yang
mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum ...’
secara implicit bisa disimpulkan bahwa di antara mereka pasti sudah ada (bahkan
mayoritas dari mereka) yang mati, barulah peristiwa itu terjadi. Padahal saat itu
belum ada satupun dari mereka yang mati!

b)   Kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus ke surga, dan turunnya Roh Kudus.

Keberatan: sekalipun peristiwa kematian Yesus - Pentakosta terjadi  ½ tahun


setelah Yesus mengucapkan Mat 16:28, dan pada saat itu memang sudah ada yang
mati (yaitu Yudas Iskariot), tetapi yang mati baru satu, sehingga rasanya tetap tidak
cocok dengan Mat 16:28 yang secara implicit menunjukkan bahwa mayoritas dari
mereka sudah mati, baru peristiwa itu akan terjadi.

Tetapi bagaimanapun, ini merupakan pandangan dari mayoritas penafsir.

c)   Kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.


Keberatan: peristiwa ini memang terjadi  40 tahun setelah Yesus mengucapkan Mat
16:28, sehingga saat itu sudah banyak dari mereka yang mati. Tetapi bisakah
kehancuran Yerusalem disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja
dalam kerajaanNya’?

d)   Penglihatan Yohanes di pulau Patmos (Wah 1:9-16).

Keberatan: saat ini mungkin hanya rasul Yohanes yang tertinggal / masih hidup di
antara mereka. Tetapi keberatannya tetap ada, yaitu bisa penglihatan seperti itu
disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja dalam kerajaanNya’?

Kesimpulan: sukar untuk menentukan pandangan yang benar dalam hal ini!

Harga Nyawa (16:24-28)

 Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita,


dan bahwa Ia telah siap dan bersedia untuk menderita, Ia memberi tahu murid-murid-
Nya sekarang bahwa mereka juga harus ikut menderita, dan harus siap dan bersedia
untuk itu. Perkataan dalam ayat-ayat ini sungguh sangat bernilai maknanya.

 I. Di sinilah asas-asas pemuridan diletakkan dan persyaratannya ditetapkan, dan


berdasarkan asas-asas inilah kita memperoleh kehormatan dan manfaat sebagai murid
(ay. 24). Hal ini dikatakan-Nya kepada murid-murid-Nya, supaya bukan saja mereka
harus mengajarkannya kepada orang lain, tetapi juga supaya mereka menggunakan
asas-asas ini untuk menguji keamanan diri mereka sendiri.

 Perhatikanlah:

o . Apa artinya menjadi murid Kristus itu. Artinya, mengikuti Dia.

o Ketika Kristus memanggil para murid-Nya, Ia mengucapkan kata-kata


perintah, "Ikutlah Aku." Murid Kristus yang sejati adalah seorang yang
mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus mengikut Dia
sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan
mengatur-ngatur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang barusan diperbuat
Petrus yang lupa daratan. Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti
domba mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit
yang mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan
akhir yang sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan
kemuliaan sorga. Ia seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui
Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya, mengikuti jejak langkah-Nya, tunduk kepada
perintah-perintah-Nya, dan mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia
pergi (Why. 14:4).

o . Hal-hal besar apa yang disyaratkan Kristus bagi orang-orang yang ingin
menjadi murid-Nya. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ei tis thelei --
Jikalau ada yang bersedia datang. Hal ini menunjukkan adanya pilihan yang
disengaja. Ada sukacita, dan ketetapan hati di dalam pilihan itu. Banyak orang
menjadi murid lebih karena kebetulan atau karena keinginan orang lain,
daripada karena kehendak sendiri. Namun Kristus menghendaki para
pengikut-Nya datang dengan sukarela (Mzm. 110:3). Seolah-olah Kristus
berkata, "Jika di antara orang-orang ini ada yang bukan murid-Ku, tetapkanlah
hatimu terlebih dahulu untuk mengikut-Ku, dan jika kamu memang murid-Ku,
maka tetapkanlah hatimu juga untuk taat kepada-Ku, sesuai dengan
persyaratan ini, yang ini, dan bukan yang lain. Engkau harus mengikut Aku
dalam penderitaan dan dalam berbagai hal lain. Karena itu, ketika engkau
duduk untuk menghitung harganya, hitunglah berdasarkan persyaratan itu."
Sekarang, apakah persyaratan-persyaratan itu?
 (1) Ia harus menyangkal dirinya. Sebelumnya Petrus menasihati
Kristus untuk menyayangkan diri-Nya sendiri, dan dia mungkin akan
memberi nasihat yang sama untuk kasus yang serupa. Namun, Kristus
memberi tahu mereka semua, bahwa mereka harus sangat jauh dari
menyayangkan diri mereka sendiri, dan malah sebaliknya, harus
menyangkal diri sendiri. Dalam hal ini mereka harus mengikut
Kristus, karena kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, dan kematian-Nya,
semua merupakan tindakan penyangkalan diri yang tiada henti-
hentinya, sebuah pengosongan diri sendiri (Flp.2:7-8). Penyangkalan
diri memang merupakan pelajaran yang sulit dan keras, dan
bertentangan dengan watak daging dan darah. Namun, tindakan ini
tidak lebih dari apa yang telah dipelajari dan dikerjakan oleh Guru kita
di hadapan kita dan untuk kita, keduanya untuk penebusan kita dan
sebagai petunjuk bagi kita. Lagi pula seorang hamba tidak lebih dari
tuannya. Perhatikanlah, semua murid dan pengikut Yesus Kristus
harus menyangkal diri mereka sendiri. Inilah aturan dasar untuk
bergabung di dalam sekolah Kristus. Pelajaran pertama dan besar yang
akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri sendiri. Aturan
dan pelajaran ini merupakan pintu yang sesak dan jalan yang sempit.
Keduanya perlu bagi kita sebagai dasar untuk mempelajari pelajaran-
pelajaran baik lainnya yang akan diajarkan kemudian. Kita harus
menyangkal diri kita sendiri sepenuh-penuhnya, kita tidak boleh
mengagumi bayangan kita sendiri atau melampiaskan suasana hati kita
sendiri yang uring-uringan. Kita tidak boleh bersandar pada pengertian
kita sendiri atau mencari kepentingan diri sendiri, juga tidak boleh
hidup untuk tujuan kita sendiri. Kita harus menyangkal diri untuk suatu
tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus, bagi kehendak-Nya dan
kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus
menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan mereka.
Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri,
menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita.
 (2) Ia harus memikul salibnya. Yang dimaksudkan dengan salib di
sini adalah seluruh penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai
manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi segala kemalangan
karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena kebenaran, setiap
masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik ataupun karena
tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang kita derita
sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena
mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami
Kristus karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita
bersedia menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut
kepadanya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama
dengan Dia, kita juga harus menanggung kesukaran, karena Dia juga
telah menanggungnya sebelumnya bagi kita.

 Perhatikanlah:

 [1] Setiap murid Kristus memiliki salibnya masing-masing, dan


setiap orang harus sadar akan ini dan bersiap-siap. Karena
setiap orang memiliki tugas khusus yang harus
dilaksanakannya, maka setiap orang juga memiliki masalah
khusus yang harus ditanggung masing-masing. Setiap orang
merasakan paling banyak dari bebannya sendiri. Salib adalah
nasib yang dimiliki secara umum oleh anak-anak Allah. Tetapi
walaupun umum sifatnya, setiap orang memiliki bagian
tertentu. Itulah salib yang telah ditetapkan bagi kita oleh Sang
Hikmat yang Tak Terbatas, yang diletakkan di atas pundak kita
oleh Sang Pemelihara Yang Mahakuasa, dan salib itu sangatlah
sesuai bagi kita masing-masing. Sangat baik bagi kita, bila kita
menyebut salib yang kita pikul sebagai milik kita sendiri, dan
menyambutnya dengan semestinya. Kita cenderung berpikir
bahwa kita sanggup memikul salib orang lain dengan lebih baik
daripada salib kita sendiri. Namun, yang terbaik adalah, kita
harus memikul salib kita masing-masing sebaik-baiknya.
 [2] Setiap murid Kristus harus memikul salibnya yang telah
ditetapkan oleh Allah dengan bijaksana. Hal ini mengingatkan
kita akan kebiasaan Romawi yang memaksa orang yang
dihukum mati dengan cara disalibkan untuk memikul salibnya
sendiri. Ungkapan ini digambarkan ketika Simon harus
memikul salib Kristus di belakang Dia.
 Pertama, ini artinya bahwa salib itu ada di tengah jalan
kita, dan tersedia bagi kita. Kita tidak boleh membuat
salib bagi diri kita sendiri, tetapi harus menerima bagi
diri sendiri salib yang telah dibuat Allah bagi kita.
Aturan yang kita anut adalah, jangan pernah
meninggalkan kewajiban; kita harus memikul salib kita
itu, dan jangan sampai kehilangan. Kita tidak boleh,
karena tergesa-gesa dan ceroboh, menghancurkan salib
itu sesuai pemikiran kita sendiri, tetapi kita harus
memikulnya ketika salib itu diletakkan di jalan kita.
Kita harus mengelola dengan baik penderitaan kita
supaya tidak menjadi batu sandungan atau hambatan
bagi kita dalam melayani Allah. Kita harus memikulnya
dan membawanya keluar dari jalan kita, dengan segera
membereskan salib sebagai batu sandungan. Aku
tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, dan kita
harus berjalan terus sambil memikul salib di jalan kita,
meskipun salib itu menindih berat.
 Kedua, yang harus kita lakukan bukan hanya memikul
salib itu (yang dapat saja berupa sebalok kayu, sebuah
batu, atau sepotong tongkat), tidak hanya berdiam diri
di bawahnya, tetapi kita harus mengangkatnya ke atas,
harus mengembangkannya agar dapat memberi
keuntungan yang baik. Kita tidak boleh berkata, "Ini
suatu kemalangan, saya harus memikulnya, karena saya
tidak dapat menghindarinya," tetapi, "Ini suatu
kemalangan, saya akan memikulnya, karena hal ini akan
mendatangkan kebaikan bagi saya." Hanya dengan
bersukacita dalam penderitaan kita, dan bermegah
di dalamnya, barulah kita bisa mengangkat salib itu.
Hal ini sesuai dengan ajaran penyangkalan diri, karena
orang yang tidak mau menyangkal diri terhadap
kesenangan dosa dan keuntungan-keuntungan dunia ini
bagi Kristus, maka orang itu tidak akan mau memikul
salibnya ketika timbul kesesakan. "Orang yang tidak
dapat menetapkan hati untuk hidup sebagai orang
kudus, ia menunjukkan di dalam hatinya, bahwa ia tidak
akan pernah bersedia mati sebagai seorang martir,"
demikian kata Uskup Agung Tillotson [1630-1694 --
pen.].
 (3) Ia harus mengikut Aku, khususnya dalam hal memikul salib.
Orang-orang kudus yang menderita haruslah memandang Yesus, dan
menerima petunjuk serta dorongan semangat dari-Nya ketika
menderita. Apakah kita sedang memikul salib itu? Kalau ya, itu berarti,
kita mengikut Dia, yang telah memikul salib itu di depan kita,
menanggungnya bagi kita, dan dengan demikian mengambil dan
memikulnya dari kita. Ia telah memikul bagian berat dari ujung salib
itu, bagian yang mengandung kutuk, bagian yang berat itu. Dengan
demikian Ia membuat bagian lain dari salib itu terasa ringan dan
mudah bagi kita. Atau, secara umum ini berarti bahwa kita harus
mengikut Kristus dalam segala kekudusan dan ketaatan. Perhatikanlah,
murid-murid Kristus harus belajar meneladani Guru mereka, dan
bertingkah laku sesuai contoh yang Ia berikan, dan terus
melaksanakannya dengan baik, apa pun salib yang menghalangi jalan
mereka. Bekerja dengan benar dan menderita karenanya, itulah
mengikut Kristus. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menuruti Aku. Tampaknya hal itu adalah idem per idem -- hal yang
sama berulang lagi. Apakah perbedaannya? Pasti yang dimaksudkan
adalah seperti ini, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, yaitu
dengan mengakui Aku, sehingga mendapat nama dan penghargaan
sebagai seorang murid, ia harus menuruti atau mengikuti Aku
dalam kebenaran, dan karena itu, ia harus melakukan pekerjaan dan
kewajiban sebagai seorang murid." Atau dengan perkataan lain,
"Kalau sedari awalnya seseorang sudah mengikut Aku dengan
baik, maka hendaknya ia terus mengikut Aku dengan segala
ketekunan." Itulah yang dimaksud dengan mengikut Tuhan dengan
segenap hati, seperti yang dilakukan Kaleb. Orang-orang yang ingin
mengikut Kristus harus menuruti Dia.
 II. Inilah alasan yang dapat meyakinkan kita untuk menundukkan diri pada peraturan-
peraturan itu dan memperhatikan persyaratannya. Menyangkal diri dan sabar dalam
penderitaan adalah pelajaran yang berat, yang tidak dapat dipelajari jika kita berpikir
secara kedagingan. Karena itu kita harus menggunakan pikiran seperti yang ada pada
Tuhan Yesus kita, dan memperhatikan nasihat yang Ia berikan. Dan inilah yang Ia
berikan kepada kita:
o . Beberapa pertimbangan baik untuk mendorong kita bersedia menyangkal diri
dan menderita bagi Kristus.

o Pikirkanlah:

 (1) Nilai kekekalan yang bergantung pada pilihan yang kita ambil
sekarang ini (ay. 25), barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya,
dengan menyangkal Kristus, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barangsiapa yang rela kehilangan nyawanya karena mengakui
Kristus, ia akan memperolehnya. Ini adalah pilihan antara
kehidupan dan kematian, keberuntungan dan kecelakaan, berkat
dan kutuk, yang diperhadapkan kepada kita.

 Amatilah:

 [1] Kesengsaraan menyertai kemurtadan. Barangsiapa mau


menyelamatkan nyawanya di dunia ini, dan berbuat dosa
karenanya, ia akan kehilangan nyawanya di dunia lain. Orang
yang meninggalkan Kristus untuk mempertahankan hidup yang
sementara ini dan menghindari kematian yang sementara,
pastilah tidak akan memperoleh hidup yang kekal, dan akan
menderita dalam kematian kedua, yang akan
mencengkeramnya sampai selama-lamanya. Tidak ada dalih
yang lebih baik untuk melakukan kemurtadan dan kejahatan
selain dengan menyelamatkan nyawa melaluinya. Begitulah,
hukum untuk mempertahankan nyawa sendiri itu memang
sangat kuat. Namun, betapa bodohnya hukum itu, karena pada
akhirnya akan terbukti bahwa perbuatan itu mengakibatkan
kehancuran bagi diri sendiri. Demikianlah, kehidupan yang
diselamatkan itu hanya berlangsung untuk sementara, dan
kematian yang mau dihindari itu sebenarnya hanya seperti tidur
saja. Namun, kehilangan nyawa kekal sifatnya, dan kematian
yang terjadi sesudahnya membawa orang pada kesengsaraan
yang paling dalam dan mengakibatkan pemisahan dari segala
yang baik sampai pada waktu yang tidak berkesudahan.
Sekarang, hendaknya semua orang yang berakal budi
mempertimbangkan hal ini. Terimalah nasihat dan cermatilah
dalam-dalam, ujung-ujungnya, apakah yang akan diperoleh
kalau orang berbuat murtad, sekalipun ia memperoleh segala
harta benda, kesenangan, atau kehidupan dengan kemurtadan
itu?
 [2] Keuntungan yang menyertai kesetiaan yang sangat
berbahaya dan mahal harganya ini. Barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Kristus di dunia ini, ia akan
memperolehnya dalam keadaan yang luar biasa baik dan
menguntungkan.

 Perhatikanlah:

 Pertama, banyak orang kehilangan nyawa karena


Kristus ketika mereka melakukan pekerjaan-Nya, dan
dengan bekerja keras untuk nama-Nya, dalam pekerjaan
yang sarat dengan penderitaan, dengan memilih lebih
baik mati daripada menyangkal Dia atau kebenaran dan
jalan-Nya. Agama kudus yang datang dari Kristus dan
diturunkan kepada kita ini dimeteraikan dengan darah
ribuan nyawa orang percaya, yang tidak memedulikan
diri mereka sendiri, tetapi malah tidak menghiraukan
hidup mereka (seperti yang dikatakan Ayub dalam
keadaan yang berbeda), meskipun nyawa mereka sangat
berharga, mereka berlomba untuk melaksanakan
kewajiban mereka dan bersaksi bagi Yesus (Why.
20:4).
 Kedua, meskipun banyak orang telah menderita
kehilangan demi Kristus, bahkan nyawa mereka sendiri,
namun, tidak ada satu pun yang telah atau akan
menderita kehilangan oleh karena Dia pada akhirnya.
Kehilangan berbagai penghiburan lain, untuk Kristus,
mungkin dapat terjadi di dalam kehidupan sekarang ini
(Mrk. 10:30), tetapi kehilangan nyawa tidak dapat
terjadi di dalam kehidupan sekarang ini. Kehilangan itu
akan terjadi pada kehidupan yang akan datang, dalam
kehidupan kekal. Kepercayaan akan pengharapan ini
telah menjadi penopang besar bagi orang-orang kudus
yang menderita di segala zaman. Keyakinan bahwa
kehidupan yang akan datang ini akan menjadi pengganti
bagi kehidupan yang mereka pertaruhkan sekarang ini,
memampukan mereka untuk menang atas maut dengan
segala kengeriannya. Dengan tersenyum mereka
berjalan menuju tiang gantungan, berdiri sambil
bernyanyi di depan kayu api unggun yang akan
membakar mereka, dan menyebut kegusaran musuh-
musuh mereka yang sangat kejam itu sebagai sebuah
penderitaan yang ringan saja.
 [3] Harga nyawa yang dipertaruhkan dan tidak berharganya
dunia ini diperbandingkan (ay. 26). Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
tēn psychēn autou, kata yang sama diterjemahkan sebagai
hidupnya dalam ayat 25 [dalam versi terjemahan Inggris --
ed.], karena nyawa adalah hidup (Kej. 2:7). Hal ini
mengingatkan akan asas umum yang mengatakan bahwa apa
pun yang diperoleh oleh seseorang, semua tidak akan ada
gunanya baginya, jika ia kehilangan nyawanya, karena ia tidak
dapat menikmati hasil yang diperolehnya. Tetapi perkataan
Tuhan ini maknanya lebih tinggi, dan berbicara tentang nyawa
sebagai sesuatu yang kekal, yang tidak hanya sebatas kematian
saja, dan tidak dapat ditukar dengan keberhasilan seluruh dunia
ini. Perhatikanlah:
 Pertama, setiap manusia memiliki nyawanya sendiri.
Nyawa itu bagian dari manusia yang bersifat rohani dan
abadi, yang mempunyai fungsi untuk berpikir dan
memberi alasan, memiliki kemampuan untuk merenung
dan berharap, yang sekarang menggerakkan tubuh ini,
dan tidak lama lagi akan bertindak dalam keadaan
terpisah dari tubuh. Nyawa kita adalah milik kita bukan
dalam arti bahwa kita menguasai dan memilikinya
(karena kita bukan milik kita sendiri, Semua jiwa Aku
punya, firman Allah), sebaliknya, nyawa kita adalah
milik kita karena ia dekat dengan kita dan karena itu
kita harus memedulikannya. Nyawa kita adalah milik
kita, karena nyawa itu adalah diri kita sendiri.
 Kedua, nyawa itu bisa hilang, dan karena itu ada
bahayanya. Nyawa itu hilang bila ia terpisah selamanya
dari segala yang baik, dan beralih kepada semua yang
jahat yang dapat diperbuatnya. Nyawa itu hilang bila ia
mati, sejauh yang dapat terjadi padanya. Nyawa itu
hilang, bila ia terpisah dari anugerah Allah dan
tenggelam dalam murka dan kutuk-Nya. Manusia itu
tidak akan binasa sampai ia berada di dalam neraka.
 Ketiga, jika nyawa itu hilang, itu adalah kehilangan
bagi orang berdosa itu sendiri. Manusia kehilangan
nyawanya sendiri, karena ia melakukan hal-hal yang
pasti menghancurkan nyawanya itu sendiri, dan
melalaikan apa yang dapat menyelamatkan nyawanya
itu (Hos. 13:9). Orang berdosa mati karena ia memang
ingin mati, darahnya tertumpah ke atas kepalanya
sendiri.
 Keempat, satu nyawa lebih berharga daripada seluruh
isi dunia ini. Nyawa kita lebih besar nilainya bagi kita
daripada semua kekayaan, kehormatan, dan kesenangan
yang ada pada kita di saat sekarang ini. Di sini, seluruh
dunia diperbandingkan bobotnya dengan bobot satu
nyawa, dan tekel telah ditulis mengenai hal itu [lih.
Dan. 5:27], nyawa telah ditimbang dengan neraca dan
didapati terlalu ringan. Ini adalah penghakiman Kristus
atas hal itu, dan Ia adalah Hakim yang adil. Ia
mempunyai alasan untuk mengetahui harga nyawa,
karena Ialah yang menebus mereka. Ia juga tidak akan
merendahkan harga dunia, karena Ia-lah yang
menciptakannya.
 Kelima, kemenangan atas dunia ini sering kali berarti
kehilangan nyawa. Banyak kali orang menghancurkan
kepentingan kekekalannya dengan terlalu peduli pada
upaya untuk melindungi dan meningkatkan kehidupan
sementara ini secara berlebihan dan dalam jumlah yang
bukan main banyaknya. Adalah kasih akan dunia ini
dan hasrat yang kuat untuk mengejar perkara dunia ini
yang menenggelamkan manusia ke dalam
keruntuhan dan kebinasaan.
 Keenam, kehilangan nyawa adalah kehilangan yang
sangat besar, sehingga hasil yang diperoleh dari seluruh
dunia ini tidak akan sepadan atau dapat
menggantikannya. Orang yang mendapatkan dunia ini,
namun harus kehilangan nyawanya, telah melakukan
kesepakatan yang sangat buruk bagi dirinya, dan pada
akhirnya akan duduk terpuruk sebagai seorang
pecundang yang tidak mampu berbicara lagi. Ketika
tiba saatnya untuk memberi pertanggungjawaban dan
membandingkan keuntungan yang diperoleh dan
kerugian yang terjadi, ia akan mendapati bahwa,
bukannya keuntungan yang ia janjikan bagi diri sendiri
yang ia peroleh, tetapi semua maksud dan tujuan
hidupnya telah dihancurkan, dan kehancuran itu tidak
dapat dipulihkan lagi. Apa yang dapat diberikan
orang sebagai ganti nyawanya? Perhatikanlah, sekali
nyawa itu hilang, kehilangan itu adalah untuk selama-
lamanya. Tidak ada antallagma -- harga tebusan, yang
dapat dibayarkan atau dapat diterima. Ini adalah
kehilangan yang tidak dapat dipulihkan lagi, tidak dapat
diperoleh kembali. Jika harga luar biasa mahal yang
diberikan Kristus untuk menebus jiwa kita dan
memulihkan kita menjadi pemilik atas nyawa itu telah
begitu diabaikan demi dunia ini, dan mengakibatkan
nyawa itu hilang, maka tidak akan ada jaminan baru lagi
bagi kita, tidak akan ada pengorbanan lagi untuk
menghapus dosa, tidak akan ada harga tebusan lagi bagi
jiwa-jiwa. Keadilan penebusan sudah tertutup untuk
selama-lamanya. Karena itu, adalah baik untuk menjadi
bijak pada saat ini, dan melakukan yang baik demi kita
sendiri.
o . Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang baik untuk mendorong kita
menyangkal diri dan menderita bagi Kristus.
 (1) Keyakinan bahwa kita akan memiliki kemuliaan Kristus, ketika Dia
datang kedua kalinya untuk menghakimi dunia (ay. 27). Jika kita
melihat jauh ke depan mengenai akhir dari semua hal yang ada, akhir
dari dunia ini, dan keadaan jiwa-jiwa pada saat itu, kita akan memiliki
pandangan yang berbeda tentang semua hal yang bersifat sementara
ini. Jika sekarang ini kita memandang semua hal itu seperti apa yang
akan terjadi kemudian, kita akan memandang mereka seperti apa yang
seharusnya tampak sekarang ini.

 Kedatangan Kristus untuk kedua kalinya itu sangat mendorong kita


untuk berdiri teguh dalam hidup keagamaan kita, karena:
 [1] Kehormatan-Nya, Anak Manusia akan datang dalam
kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya.
Memandang Kristus di dalam keadaan-Nya yang terhina, begitu
direndahkan, begitu dilecehkan, menjadi cela bagi manusia,
dihina oleh orang banyak, akan mengecilkan hati para
pengikut-Nya untuk ikut menderita dan mempertaruhkan
nyawa bagi Dia. Namun, kalau dengan mata iman kita melihat
Juruselamat kita akan datang dalam kemuliaan-Nya, dengan
semua kebesaran dan kuasa dari sorga, maka ini akan
menghidupkan semangat kita dan membuat kita berpikir bahwa
tidak ada pekerjaan yang rasanya terlalu banyak atau terlalu
berat untuk diderita bagi Dia. Anak Manusia akan datang. Di
sini Ia menyebut diri-Nya sesuai keadaan-Nya yang rendah (Ia
menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia), untuk
menunjukkan bahwa Ia tidak malu untuk mengakui keadaan
itu. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Ia berada di tengah-
tengah kebobrokan anak-anak-Nya, yang mengikuti kedagingan
mereka, dan Ia turut merasakan aib itu. Tetapi pada
kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan ada di dalam kemuliaan
Bapa-Nya. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Ia diiringi oleh
murid-murid-Nya yang miskin, pada kedatangan-Nya yang
kedua, Ia akan diiringi oleh malaikat-malaikat mulia. Dan jika
kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia
(2Tim. 2:12).
 [2] Kepedulian kita; pada waktu itu Ia akan membalas setiap
orang menurut perbuatannya.

 Perhatikanlah:

 Pertama, Yesus Kristus akan datang sebagai Hakim,


untuk memberi upah dan menjatuhkan hukuman, jauh
melebihi apa yang pernah diberikan oleh penguasa
mana pun di bumi ini. Kengerian menghadapi
pengadilan manusia (10.18) akan digantikan oleh
keyakinan harapan akan kemuliaan pengadilan Kristus.
 Kedua, manusia akan diberi upah, bukan berdasarkan
apa yang mereka peroleh di dunia ini, namun
berdasarkan perbuatan mereka, siapa mereka dan apa
yang mereka lakukan semasa hidup. Pada hari itu,
ketidaksetiaan orang-orang murtad akan dihukum
dengan kebinasaan kekal, dan kepada jiwa-jiwa yang
tetap berada dalam kesetiaan sampai mati akan
dikaruniakan mahkota kehidupan.
 Ketiga, persiapan terbaik untuk menyongsong hari itu
adalah menyangkal diri, memikul salib, dan
mengikut Kristus. Dengan demikian kita akan
menjadikan Hakim itu Sahabat kita, dan semua akan
berjalan lancar pada hari perhitungan itu.
 Keempat, pemberian upah kepada umat manusia
ditangguhkan sampai pada hari itu. Saat ini, kebaikan
dan kejahatan tampaknya diperlakukan sama saja, tidak
dibeda-bedakan. Kita tidak melihat kemurtadan
dihukum dengan segera, atau kesetiaan diberi imbalan
dengan senyuman langsung dari sorga. Namun, pada
hari itu semuanya akan diatur sesuai bagiannya. Oleh
karena itu, jangan menghakimi sebelum waktunya
(2Tim. 4:6-8).
 (2) Kedatangan Kerajaan-Nya yang semakin dekat di dunia ini (ay.
28). Kedatangan-Nya sungguh sangat dekat, sehingga ada beberapa
orang yang hadir pada saat itu bersama-Nya tidak akan mati sebelum
mereka melihat hal itu. Seperti Simeon yang dijamin bahwa ia tidak
akan mati sebelum melihat Kristus Tuhan datang sebagai manusia,
begitu juga beberapa orang yang hadir saat itu dijamin bahwa mereka
tidak akan mencicipi kematian (kematian adalah sesuatu yang dapat
dirasakan dengan indra kita, kengeriannya dapat dilihat, kepahitannya
dapat dirasakan) sampai mereka melihat Kristus Tuhan datang dalam
Kerajaan-Nya. Pada akhir zaman, Ia akan datang dalam kemuliaan
Bapa-Nya, tetapi sekarang, dalam menantikan penggenapan waktunya,
Ia datang ke dalam Kerajaan-Nya sendiri, Kerajaan pengantaraan-Nya.
Beberapa contoh kecil tentang kemuliaan-Nya diberikan dalam waktu
beberapa hari kemudian setelah percakapan ini, ketika Ia berubah rupa
di depan mata mereka (17:1); kemudian pakaian-Nya menjadi putih
bersinar. Namun yang dimaksud dengan kedatangan-Nya di sini
menunjuk kepada kedatangan Kristus melalui pencurahan Roh-Nya,
penanaman jemaat Injil, kehancuran Yerusalem, serta dirampasnya
negeri dan tersingkirnya bangsa Yahudi, yang menjadi musuh
bebuyutan Kekristenan. Di sini Anak Manusia datang di dalam
Kerajaan-Nya. Kemudian banyak orang yang masih hidup
menyaksikan hal itu, khususnya Yohanes, yang tetap hidup setelah
penghancuran Yerusalem, dan menyaksikan Kekristenan didirikan di
dunia ini. Hendaknya hal ini membesarkan hati para pengikut Kristus
untuk menderita bagi Dia:
 [1] Bahwa pekerjaan mereka akan berhasil. Para rasul
ditugaskan mendirikan Kerajaan Kristus. Untuk penghiburan
mereka, hendaknya mereka mengetahui bahwa apa pun
perlawanan yang harus mereka hadapi, mereka harus tetap
berjuang, karena mereka akan melihat hasil jerih payah jiwa
mereka. Perhatikanlah, sungguh sangat membesarkan hati
orang-orang kudus yang menderita, bahwa mereka boleh
merasa yakin bukan saja akan soal keselamatan mereka, tetapi
juga mengenai kemajuan Kerajaan Kristus di antara manusia,
sekalipun mereka harus menderita, sekalipun ada rupa-rupa
penderitaan. Harapan yang penuh keyakinan akan keberhasilan
Kerajaan anugerah itu, dan juga bagian kita di dalam Kerajaan
kemuliaan, akan membawa kita melewati segala penderitaan
kita dengan penuh sukacita.
 [2] Bahwa perkara mereka akan dibela. Kematian mereka akan
dibalaskan, dan para penganiaya mereka akan dimintai
pertanggungjawaban.
 [3] Bahwa semua ini akan dilaksanakan dengan segera, pada
zaman ini juga. Perhatikanlah, ketika hari pembebasan jemaat
semakin dekat, seharusnyalah kita semakin bersukacita di
dalam penderitaan kita bagi Kristus. Sesungguhnya Sang
Hakim telah berdiri di ambang pintu. Hal ini dikatakan
sebagai pertolongan bagi orang-orang yang harus bertahan pada
masa-masa yang gelap ini, bahwa mereka akan melihat hari-
hari yang lebih baik. Perhatikanlah, sangat diinginkan dari kita
untuk turut mengambil bagian dalam sukacita jemaat (Dan.
12:12). Camkan apa yang dikatakan Kristus, sebagian di
antara orang yang hadir di sini akan tetap hidup untuk
menyaksikan hari-hari yang mulia itu. Namun, tidak
semuanya. Beberapa akan masuk ke dalam tanah perjanjian,
yang lain akan mati di padang gurun. Ia tidak memberi tahu
mereka siapa saja yang tidak akan mati untuk menyaksikan
Kerajaan ini, karena jangan sampai bila mereka telah
mengetahuinya, mereka akan menanggalkan pemikiran tentang
kematian. Namun demikian, beberapa dari mereka akan
menyaksikannya. Sesungguhnya, Tuhan sudah dekat. Sang
Hakim telah berdiri di ambang pintu, karena itu, saudara-
saudara bersabarlah.

MENGAPA INJIL INI DITULIS.


Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja,
misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.

PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula
menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut
dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara
pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil
Lewi (Mar 2:14).

PEMBACA INJIL MATIUS.


Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar
pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi
Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya
bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin
juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang
kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.

KAPAN INJIL INI DITULIS?


Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah
Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan
yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang
diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.

CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara
penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari
Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai
orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis
sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.

Garis Besar
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25 Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23 Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17 Pelayanan Yohanes Pembaptis
Mat 4:1-11 Pencobaan terhadap Yesus
Mat 4:12-25 Yesus mulai berkhotbah

[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29


Mat 5:1-12 Ucapan bahagia
Mat 5:13-16 Garam dan terang
Mat 5:17-48 Sikap Yesus terhadap hukum Taurat
Mat 6:1-7:29 Yesus mendorong kehidupan agama yang benar

[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38


Mat 8:1-17 Yesus berkhotbah melalui penyembuhan
Mat 8:18-22 Yesus berbicara tentang kemuridan
Mat 8:23-9:8 Yesus memperlihatkan kuasa-Nya
Mat 9:9-13 Yesus memanggil Matius
Mat 9:14-17 Yesus berbicara tentang puasa
Mat 9:18-38 Yesus menyembuhkan lagi

[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42


Mat 10:1-15 Tugas mereka
Mat 10:16-42 Masa depan mereka

[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50


Mat 11:1-19 Pertanyaan-pertanyaan Yohanes
Mat 11:20-30 Ketidakacuhan orang banyak
Mat 12:1-50 Pertentangan dari orang Farisi

[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58

[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27


Mat 14:1-12 Kematian Yohanes Pembaptis
Mat 14:13-36 Tuhan atas semesta alam
Mat 15:1-20 Sikap Yesus terhadap tradisi
Mat 15:21-16:4 Mukjizat dibuat dan dijelaskan
Mat 16:5-12 Peringatan terhadap para pemimpin agama
Mat 16:13-28 Pengakuan Petrus
Mat 17:1-13 Yesus dimuliakan
Mat 17:14-27 Kembali ke dunia yang berdosa

[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35

[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34


Mat 19:1-12 Ajaran yang Yesus berikan
Mat 19:13-30 Orang yang Yesus temui
Mat 20:1-16 Perumpamaan yang Yesus ceritakan
Mat 20:17-28 Penderitaan yang Yesus nubuatkan
Mat 20:29-34 Penyembuhan yang Yesus lakukan

[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39


Mat 21:1-11 Masuk kota dengan penuh kemenangan
Mat 21:12-27 Di Bait Allah
Mat 21:28-22:46 Perumpamaan dan pertanyaan
Mat 23:1-39 Kecaman Yesus

[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46

[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20


Mat 26:1-35 Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani
Mat 26:36-27:31 Penangkapan dan penghakiman atas Kristus
Mat 27:32-66 Penyaliban
Mat 28:1-20 Kebangkitan dan sesudah itu

Pesan

1. Yesus adalah Mesias.


o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12;
23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46

2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.


o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46

3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.


o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23

4. Yesus mengutus gereja-Nya.


o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20

Penerapan

Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:

1. Kepada orang yang belum percaya.


o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.

Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.

2. Kepada orang-orang Kristen.


o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.

Tema-tema Kunci

Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut
ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari
secara lebih mendalam.

1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh
Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.

2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat
(Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi
Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius
sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat
2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka
ajarkan tentang Yesus.

4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat
7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran
Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah,
tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17).
Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14;
25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan
di atas dan dalam perumpamaan lain.

6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat


kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa
Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34;
9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah
semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai
Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.

7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah
konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang
sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.

Anda mungkin juga menyukai