Anda di halaman 1dari 11

KRITIK TERHADAP PANDANGAN PREMILLENIALISME DISPENSASIONALISME

MENGENAI KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI

Nur Hafizah
Yenni Aplydiana
Nurhafizah2077@gmail.com & Yenniaplydiana99@gmail.com

Abstrak

Pandangan Premillenialisme Dispensansionalisme mempertahankan pandangan tentang


kedatangan Tuhan terjadi secara mendadak dan hal ini tidak dijamin oleh Alkitab. Namun
jika dianalisa, sebenarnya banyak hal dalam premillenialisme dispensasionalisme yang tidak
sesuai dengan Alkitab. Artikel ini akan menjelaskan secara singkat sejarah dan pandangan
premillenialisme dispensasionalisme, serta memberikan kritik-kritik pandangan mengenai
kedatangan Kristus yang kedua kali, mengenai pengangkatan gereja dan konsep kerajaan
seribu tahun. Artikel ini juga akan mencoba untuk mengusulkan pandangan Premillenialisme
Historis yang dipandangn lebih sesuai dengan Alkitabiah.

Kata Kunci: Premillenialisme dispensasional, sejarah Dispensasionalis, Pandangan


Dispensasionalis, Teologi Dispensasi.

Pendahuluan

Eskatologi sudah sangat tidak asing lagi bagi kalangan orang percaya saat ini. Bahkan
istilah sudah dapat dipahami oleh jemaat umum, bahwa eskatologi berbicara tentang akhir
zaman. Berbicara tentang secara terminologis, istilah eskatologi dibangun dari dua kata
Yunani, yaitu eskhatos artinya “akhir” atau “terakhir”, dan logos yang artinya “Firman” atau
“ajaran”.1 Eskatologi mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang
ketika Tuhan, dimana kekacauan akan terjadi dimana, siksaan, penganiayaan, masa tribulasi
dan pencurahan Roh Kudus. Semuanya akan tiba waktunya seperti yang Alkitab sudah
katakan. Ryrie menjelaskan bahwa Premillenialisme merupakan pandangan yang
mengungkapkan bahwa Yesus akan datang yang kedua kali akan terjadi sebelum seribu
tahun, dan ia akan mendirikan kerajaan Kristus di bumi ini selama seribu tahun.2
1
Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: ANDI, 2004), 1.
2
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2 (Yogyakarta: ANDI, 1992), 263.
Kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan hal yang bukan rahasia lagi, tetapi
kedatangan Tuhan akan dilihat dan didengar oleh semua orang yang hidup dibumi.
Kedatangan Kristus merupakan peristiwa dimana orang-orang Kudus akan bersama dengan
Bapa untuk memerintah. Kata Dispensasionalisme kata dispensation dalam bahasa Inggris
adalah bentuk ungkapan dari bahasa Latin dispensatio, yang mana Vulgate memakainya
untuk menerjemahkan kata Yunani oikonomia.3 Pandangan Premill-dispensasionalisme
menafsirkan Alkitab secara harafiah. Kedatangan Kristus yang kedua adalah untuk
menyatakan janji-Nya yang dimana hal itu sudah dijelaskan didalam Alkitab. Scofield Bible
ini kemudian memperkenalkan ajaran Dispensasionalisme ke seluruh dunia. Kata ‘dispensasi’
berasal dari kata Yunani oikonomia Stewardship= tugas yang dipercayakan.4

Banyak pandangan-pandangan yang menjelaskan kedatangan Kristus yang kedua kali,


termasuk pandangan Premillenialisme Dispensasionalisme merupakan pandangan yang
menyetujui bahwa kedatangan Tuhan yang kedua kali yang terjadi secara mendadak, Berkhof
menulis bahwa pandangan ini masih mempertahankan dimana pada waktu kedatangan itu
Kristus tidak tiba dibumi, tetapi tetap di awan-awan.5 Hal ini merupakan salah satu
pandangan yang Premillenialisme Dispensasionalisme pertahankan hingga saat ini.

Pandangan Premillenialisme memiliki pandangan yang berbeda dari pandangan


sebelumnya, sehingga ini menimbulkan kritikkan dari penulis, dari konsep Kedatangan
Kristus yang kedua kali, konsep Isral dan Gereja sesuatu hal yang beda, dan konsep kerajaan
seribu tahun. Dan hal ini perlu penulis kritik sebagaimana mestinya. Sehingga kritik tersebut
dapat menjadi masukkan yang positif.

Sejarah Dispensasionalisme

Dispensasionalisme memiliki cerita panjang dari munculnya pandangan tersebut,


dispensasionalismes secara resmi diakui pada permulaan abad ke-19 di Inggris dalam gerakan
Brethren yang akhirnya memimpin orang-orang seperti Jhon Nelsin Darby.6 Pengembang
Hermeunitika dan teologi Dispesasionalisme yang sesungguhnya adalah Jhon Nelson Darby,
Darby dilahirkan dari orang tua Irlandia di London pada bulan November 1800. Ia mendapat
pendidikan dasarnay di Irlandia, pada tahun1822 darby melakukan pelatihan hukum dan

3
Eddy Peter, TEOLOGI PERJANJIAN versus DISPENSASIONALISME (Tanggerang: STT
Internasional Philadelphia, 2004), 8.
4
Roby Setiawan, Serba-Serbi Akhir Zaman (Semarang: Setiawan Literature Ministry, 2005).
5
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 6 : Doktrin Akhir Jaman (Surabaya:
Momentum, 2017), 70.
6
Peter, TEOLOGI PERJANJIAN versus DISPENSASIONALISME, 13.
lulus praktik ini. Darby mulai menunjukan minatnya terhadap teologi dan gereja berkembang
dan pada tahun 1825 ia ditahbiskan sebagai diaken dari gereja Inggris. Darby merupakan
seorang penulis yang sangat produktif, kemudian mengembangkan pemikiran Brethren ini
menjadi sebuah sistem. Selain Darby barangkali yang paling mempopulerkan
dispensasionalisme adalah the Scofield Reference Bible.7 Dispensasionalisme secara resmi
memang lahir pada permulaan abad 19 di Inggris dalam gerakan Brethen yang akhirnya
membawa teolog-teolog seperti John Nelson Darby, Samuel P. Tregelles dan Charles Henry
Mackintosh. Mereka kemudian menerbitkan beberapa karya-karya eksposisional yang
memengaruhi tokoh-tokoh kekristenan di Amerika seperti D.L. Moody, James H. Brookes
dan C.I. Scorfield. Akan tetapi, tokoh-tokoh aliran dispensasionalisme ini berpendapat bahwa
ide ajaran ini sudah muncul sejak abad permulaan. 8

Para teolog Covenant Theology menekankan bahwa Dispensasionalisme bukanlah


pengajaran dari para-rasul, karena ajaran tersebut muncul pada aba ke-19. Bass mengatakan
dengan tegas “Dispensasionalisme bukanlah pengajaran dari rasul-rasul, apalagi bila dilihat
dari sudut pandang eskatologi. Mereka menganut dan mengajarkan pretibulation yang sama
sekali para rasul tidak pernah ajarkan. Jadi pretribubulation merupakan ajaran dispensasi.
Sebagian mengatakan bahwa Dispensasionalisme tidak berasal dari zaman bapa-bapa gereja
bahkan tidak dari rasul.9

Teologi Dispensasionalisme
Kaum Dispesasionalisme memiliki konsep yaitu, Ibrani 1:1-2, “Setelah pada zaman
dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya,...” ini mengindikasikan pengajaran Rasul tentang konsep
pewahyuan secaraprogresif yang menjadi konsep Dispensasionalism. Justinus Martyr (110-
165 A.D.) telah mempertahankan konsep perbedaan program Allah, yang merupakan konsep
Dispensasionalisme. Dalam karyanya yang berjudul Dialogue with Trypo, ia
mendiskusikan subyek bahwa Allah selalu mengajarkan kebenaran yang sama. Ia berkata:

7
Millard J. Erickson, PANDANGAN KONTEMPORER DALAM ESKATOLOGI (Malang:
SAAT, 2004).
8
Philip Chia and Juanda Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami
Alkitab,” Journal KERUSSO 5 (March 26, 2020): 20–37.
9
Ibid.
Jika seseorang bertanya kepada kamu, mengapa sejak zaman Henok, Nuh dan anak-anaknya
dan lain-lain dalam hal penyunatan, mereka tidak disunat atau memelihara hari Sabat, namun
di sisi lain para pemimpin lainya dan sejak diberikannya hukum Taurat setelah beberapa
generasi berikutnya, yang hidup antara zaman Abraham dan Musa dibenarkan oleh sunat dan
upacara-upacara lainnya, seperti Sabat, korban, persembahan
Irenaeus (130-200 A.D.) menulis alasan mengapa hanya ada empat Injil. Sebagian
argumentasinya dalam karyanya yang berjudul ‘Against Heresies’ adalah seperti berikut ini;
“...dan Injil adalah empat bentuk (quadriform), seperti juga jalan yang diikuti oleh Tuhan ini.
Untuk alasan ini ada empat prinsip perjanjian (covenants) yang diberikan kepada manusia;
yang pertama, sebelum air bah, dibawah Adam; kedua, setelah air bah, di bawah Nuh; ketiga,
diberikannya hukum Taurat, di bawah Musa;keempat, pembaharuan manusa, dan yang mana
segala sesuatu diperhitungkan di dalamnya melalui arti dari Injil, bangkit dan membawa
manusia di atas sayapnya masuk ke dalam kerajaan sorga.”10 Hal ini merupakan sebuah
konsep pemikiran dari kaum Dispensasionlisme dan menjadi pegangan kau tersebut.

Tokoh Dispensasionalisme
Tokoh yang dimaksukan adalah orang-orang yang yang memiliki peran penting dalam dunia
teologi, baik itu dari segi rohani, pelayanan maupun pendidikan. Edy menulis bahwa ada tiga
kelompok besar tokoh-tokoh Dispensasionalisme, kelompok pertama “ Classical-
Dispensational” tokohnya adalah Jhon Nelson Darby (1800-1882), Lewis Spery Chafer
(1871-1952), C. I. Scofield (1843-1921). Kelompok “Revised-Dispensationalis” tokohnya
adalah Alva J. McClain, John Walvoord, Charles C. Ryrie, Henry C. Thiessen. Kelompok
“Progressive- Dispensasionalis” tokohnya Darell L. Bock dan Craig A. Blaising. Kelompok
Dispensasionalisme bukan dikarenakan dibagi dalam beberapa pandangan, namun
berdasarkan periode waktu.”11

B. PANDANGAN DISPENSASIONALISME MENGENAI KEDATANGAN KRISTUS

Pandangan Dispensasionalisme menganut paham mengenai kedatangan Kristus yang


kedua itu terjadi dua peristiwa yang terpisah selama kurang lebih tujuh tahun. Peristiwa yang

10
Peter, TEOLOGI PERJANJIAN versus DISPENSASIONALISME.
11
Ibid.
pertama adalah parousia atau ‘kedatangan’ dan hasilnya adalah pengangkatan orang kudus.12
Bersama-sama dengan mereka akan diangkat (rapture) di udara, merayakan perkawinan anak
Domba dan selama-lamanya akan bersama dengan Tuhan. Pada akhir masa tujuh tahun ini,
pewahyuan akan segera mengikutinya, yaitu kedatangan Tuhan ke bumi memerintah selama
seribu tahun.13 Begitu juga dengan pandangan Pretribulasionalisme yang secara umum juga
penganutnya adalah ‘Dispensasionalisme’ hal tersebut lebih menonjol kepada memiki ciri
Yahudi terhadap milenium.14 Pandangan Dispensasionalisme ini mempercayai pengangkatan
orang yang mati dan orang percaya yang hidup, kemudian Yesus akan menemui orang
percaya itu diudara. Lalu terjadi masa kesengsaraan tujuh tahun, paruh pertama menjadi
tribulasi, yang kedua adalah masa kesengsaraan besar. Lalu kemudia dilanjutkan dengan
pertempuran Armageddon atau perang akhir, setelah perang akhir berakhir adanya Milenium
atau masa 1000-tahun aturan perdamaain,dan kemudian Iblis dilemparkan ke dalam jurang
maut untuk kekekalan.15

KRITIK TERHADAP KONSEP ISRAEL DAN GEREJA MEMILIKI TUJUAN YANG


BERBEDA

Pandangan dispensasionalisme menegaskan bahwa Dispensasionalisme (dan


premilenialisme historis) menyakini bahwa Kristus akan memerintah di bumi selama seribu
tahun sesudah Ia datang kembali. Di samping itu, kaum dispensasionalis memberikan
perbedaan yang mendasar dan kekal antara Israel dan gereja. Orang-orang dispensasionalis
percaya bahwa di sepanjang sejarah, Allah sedang menggenapi dua macam rencana-Nya:
yang satu berkaitan dengan bumi, dengan melibatkan umat di bumi dan sasaran-sasaran
duniawi, yaitu Yudaisme; yang lainnya berkaitan dengan sorga dengan melibatkan umat
sorgawi dan sasaran-sasaran sorgawi yaitu keKristenan.16 Para penganut Premillenialisme
Dispensasionalisme secara kukuh membedakan antara dan Israel. Sebabnya gereja tidak
dapat menggenapi segala janji untuk Israel yang belum tergenapi. Kemudian dari pada itu
untuk menggenapinya dibutuhkan waktu, dan waktu tersebut adalah pasa masa seribu tahun.

12
Berkhof, Teologi Sistematika Volume 6 : Doktrin Akhir Jaman.
13
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 6: Doktrin Akhir Jaman (Jakarta: Lembaga
Reformed Injili Indonesia,1997), 98-99.
14
Erickson, PANDANGAN KONTEMPORER DALAM ESKATOLOGI.
15
Harald Lark, Penuntun penelaahan Alkitab termasuk Wahyu dalam bahasa polos: Sebuah
panduan belajar yang diatur untuk pemula melalui pembaca lanjutan termasuk peringatan akhir dan
janji dari Allah. BSR-Ind (Word to the World Ministries, 2020).
16
Lewis Sperry Chafer, Dispensationalism (Dallas: Seminary Press, 1936), 107.
Pandangan dispensasional bahwa Yesus akan datang untuk gereja-Nya sebelum masa
kesengsaraan yang besar untuk “mengangkatnya” keluar dari dunia ini. Kata rapture
(mengangkat) ini berasal dari kata rapere yaitu terjemahan dalam bahasa Latin dari
“diangkat” dalam 1 Tesalonika 4:17. Kedatangan Kristus untuk gereja akan mencakup orang-
orang percaya yang diangkat dari bumi dan bertemu dengan Kristus di angkasa. Kristus tidak
akan turun ke bumi, seperti yang akan dilakukannya pada kedatangan yang kedua (yaitu
kedatangan bersama gereja) ketika Ia turun ke Bukit Zaitun. 17 Dapat dilihat ajaran dikalangan
Dispensasionalisme berkata bahwa israel dan gereja harus senantiasa dipisahkan. Ketika
Alkitab berbicara tentang Israel, maksudnya bukanlah gereja, dan ketika Alkitab berbicara
tentang Gereja, maksudnya bukanlah Israel. Hal ini dilatarbelakangi karena masih ada banyak
janji Perjanjian Lama bagi bangsa Israel yang belum digenapi, maka janji-janji tersebut
masih akan digenapi dimasa yang akan datang.18 Bagi kalangan dispensasi sering kali
memakai Roma 11 menjadi acuan untuk mengajarkan periode waktu yang dimana pada masa
yang akan datang, yang merupakan masa penuh berkat hanya bagi bangsa Israel. Dan hal ini
perlu dimengerti dengan baik bahwa perikop tersebut tidak hanya berbicara tentang
pertobatan Israel sebagai bangsa dimasa yang akan datang, harus memperhatikan bahwa
Roma 11 tidak berbicara tentang Isral yang akan dikumpulkan kembali ke tanah Kanaan atau
tentang pemerintahan Kristus dimasa yang akan datang dalam kerajaan Israel selama seribu
tahun.19 Hal tersebut dijelaskan bahwa dari sejak awalnya tujuan Allah bagi bangsa Israel
bukanlah bahwa di masa yang akan datang, Israel akan mendapat berkat khusus yang tidak
akan diterima oleh orang-orang bukan Yahudi, sebab dari keturunan Israel-lah Juruselamat
manusia itu dilahirkan.20

Yang sering digunakan oleh kaum dispensasionalis sebagai rujukan kedatangan


Kristus yang kedua kali. Hal ini tidaklah tepat apabila dimengerti secara demikian karena
kalimat dalam Yesaya ini menggambarkan akan kedatangan Yesus yang pertama telah
menghapuskan dosa manusia.21 Bahkan jika dua ayat dari Yesaya tersebut hendak dikenakan
pada Kedatangan Kedua, tentunya Alkitab pasti akan mencatat dari Sorga (bukan dari Zion)
akan datang penebus. Oleh karena itu, pertobatan dari orang Yahudi dan non-Yahudi (yang
akan terjadi sepanjang sejarah) akan disebut sebagai israel sejati.22

17
Erickson, Millard J., Pandangan Kontemporer Dalam Eskatologi. hal. 184-185
18
Anthony A. Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman (Surabaya: Momentum, 2009).
19
Ibid., 271.
20
Ibid., 272.
21
George Eldon Ladd, Theology Of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1974), 562.
22
Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 190-200.
KRITIK TERHADAP KONSEP KERAJAAN SERIBU TAHUN

Perjanjian Lama tidak pernah mengajarkan akan adanya kerajaan seribu tahun yang
bersifat fisik. Kaum dispensasionalis menyatakan bahwa PL banyak bukti yang berbicara
tentang pemerintahan Kristus selama seribu tahun. Dispensasionalis mendasarkan
pemahamannya ini dari Yes. 65:17-25.23 Semua bependapat bahwa dispensasionalisme dan
teologi perjanjian, bahwa ayat 17 berbicara mengenai langit dan bumi baru, namun
dipensasionalisme memnbatasinya pada ayat 18-25 hanya pada mileniem yang akan
mendahului langit dan bumi baru.24 Dengan demikian, nats di atas tidak perlu harus
dimengerti sebagai gambaran akan kerajaan seribu tahun, tetapi masuk akal apabila
dimengerti sebagai nubuat tentang kondisi dalam bumi yang baru di masa yang akan datang.25

Di samping itu, Yesaya 11:6-10 sering dianggap sebagai lukisan yang indah dalam
kerajaan seribu tahun di mana “serigala dan anak doma akan bersama-sama makan rumput”.
Hoekema sependapat dengan dispensasionalis bahwa perikop ini tidak sepatutnya dimengerti
sebagai gambaran dari sorga.26 Kalimat, “sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan
bumi akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya” bukanlah gambaran yang tepat
bagi kerajaan seribu tahun berlangsung tetap akan ada sebagian orang yang tidak mengenal
atau mencintai Tuhan, yaitu mereka yang akan berkumpul di akhir masa seribut tahun untuk
mengadakan peperangan terakhir kepada kemah-kemah orang-orang percaya.27

Dengan demikian, ini harus dimengerti sebagai gambaran bumi yang baru bukan
kerajaan seribu tahun. Di pihak lain, dispensasional sering kali menggunakan juga Yehezkiel
40-48 yang berjudul “Bait Allah dalam kerajaan seribu tahun dan penyembahan di
dalamnya” (40:1-47:12) dan “pembagian tanah selama zaman kerajaan seribu tahun” (42:13-
48:35).28 Dispensasionalis mengatakan bahwa pasal-pasal ini menubuatkan akan
pembangunan kembali Bait Allah Yerusalem di masa kerajaan seribu tahun dan ibadah yang
akan mengikutinya. Akan tetapi kesulitan terbesar ialah memahami pasal-pasal di atas secara
harafiah adalah adanya korban-korban binatang.29 Dengan demikian, tidak ada dasar yang

23
Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.”
24
Ibid.
25
Ayat 25 mendukung argumen ini, “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku
busuk di segenap gunung-Ku yang kudus”.
26
Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 270.
27
Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.”
28
Ibid.
29
Ibid.
kuat untuk memahami ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai gambaran bagi kerajaan seribu
tahun dimasa yang akan datang.30

KRITIK TERHADAP KONSEP KEDATANGAN TUHAN YANG KEDUA KALI

Kritik yang ketiga dikemukakan oleh Berkhof, pandangan dispensasionalisme


bertentangan dengan apa yang Alkitab sampaikan mengenai hal peristiwa yang besar dimasa
yang akan datang kelak yaitu adanya kebangkitan orang percaya, penghakiman yang akan
dilalui orang-orang percaya, dan akhir zaman. Hal ini merupakan menjadi perbedaan yang
sangat besar antara pandangan Dispensasionalisme dan Alkitab. Banyak perbedaan dan
pertentangan. Berkhof mengatakan bahwa “Alkitab menyebutkan bahwa semua peristia itu
terjadi secara bersamaan, semua peristiwa itu bersamaan seperti apa yang ditulis dalam kitab
injil Matius 13:37-43, 47-50. Pemisahan antara yang baik dan yang jahat “ pada akhir” dan
bukan pada seribu tahun sebelumnya.”31

Konsep kedatangan Tuhan yang kedua kali menurut pandangan Dispensasionalisme


ini banyak mengalami kritikan, yang dimana kaum dispensasionalisme mendasari semuanya
dengan Alkitab, yang jelas bahwa tidak ada dasar dari Alkitab yang positif yang
menyebutkan bahwa ada kebangkitan ganda dari orang yang meninggal. Perlu diketahui
bahwa Alkitab tidak pernah membedakan adanya kebangkitan antara orang benar dan orang
fasik yang terpisah 1000 tahun. Dan perlu di ketahui bahwa kebangkitan orang-orang yang
percaya kepada Allah dan tidak percaya dalam hal ini dilihat dari prinsip geraknya, natur
esensisalnya dan akhir terjadinya. Hal ini dengan demikian memperjelas bahwa kaum
dispensasioanlisme salah dalam mengemukakan bahwa Alkitab mengarahkan kepada
kebangkitan ganda. Dengan jelas Alkitab bahwa orang benar dan orang yang durhakan akan
dibangkitkan bersama-sama seperti yang dikatakan dalam Kitab Daniel 12:2, Yoh 5:28-29
dan Kis 24:15. Nats tersebut tidak pernah berisi petunjuk kecil apapun bahwa kedua peristiwa
kebangkita itu akan terpisah sejauh 1000 tahun. Hal ini memperjelas bahwa kaum
dispensasionalis memegang kukuh kebangkitan ganda yang berdasarkan Why. 20:4-6 “Lalu
aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan
kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal
kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah
binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan
mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
30
Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman.
31
Berkhof, Teologi Sistematika Volume 6 : Doktrin Akhir Jaman, 104–105.
Kristus untuk masa seribu tahun.Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum
berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. Berbahagia dan kuduslah ia,
yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa
lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka
akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”32 Berkhof
menyaksikan bahwa dalam nats ini membicarakan akan kebangkitan tubuh, istilah-istilah
yang dipakai juga tidak menunjukkan akan adanya kebangkitan jasmani, menurut Berkhof,
penulis kitab Wahyu tidak membicarakan mengenai pribadi-pribadi atau tubuh yang
dibangkitkan, tetapi jiwa yang hidup dengan memerintah bersama Kristus.33

Kaum Dispensasionalisme membagi penghakiman Allah bagi manusia kedalam


beberapa bagian, Marantika menjelaskan bahwa penghakiman orang-orang percaya,
pengadilan ini akan terjadi ketiak gereja diangkat dari dunia yang bertujuan untuk
memberikan berkat. Kedua pengadilan Israel terjadi sebelum kerajaan seribu tahun ditetapkan
atau setelah pengangkatan gereja atau dipenghujung masa tribulasi. Ketiga penghakiman
bangsa-bangsa terjadi ketika Yesus datang yang kedua kali, hal ini mendahului kerajaan
seribu tahun yang bertujuan untuk menyaring mereka yang akan masuk ke dalam kerajaan
seribu tahun. Keempat pengadilan di Takhta Putih Besar yaitu mengadili kejahatan-kejahatan
orang-orang fasik dan terjadi di penghujung kerajaan seribu tahun.

Berkof menolak akan penghakiman Allah seperti yang di atas. Ia dengan tegas
mengatakan bahwa Alkitab selalu mengatakan bahwa penghakiman terakhir merupakan
sebuah peristiwa tunggal. Alkitab mengajarkan bukan untuk menantikan hari-hari tetapi hari
penghakiman. Di samping itu, Berkof juga menghimbau untuk selalu memperhatikan bahwa
penghakiman bagi orang durhaka terjadi mengiringi parousia dan juga penampakan Kristus
(2 Tes. 1:7-10; 2 Pet. 3:4-7). Akhirnya, Allah tidak menghakimi bangsa-bangsa sebagai
bangsa di mana keputusan kekal dijatuhkan tetapi Allah hanya menghakimi individu. Oleh
karena itu, seseorang dapat memberikan tafsiran yang dapat diterima dan konsisten terhadap
Mat. 25:31-46 apabila ia menyakini bahwa penghakiman yang disebutkan itu menunjuk
kepada penghakiman universal bagi semua orang dan dihakimi sebagai individu bukan
bangsa.34

KESIMPULAN

32
ylsa, “SABDA.org,” SABDA.org, accessed October 19, 2020, https://www.sabda.org/.
33
Berkhof, Teologi Sistematika Volume 6 : Doktrin Akhir Jaman, 127.
34
Ibid., 134–135.
Pandangan Dispensasionalisme merupakan pandangan yang menafsirkan secara
harafiah tentang Alkitab, kaum dispensasionalisme memiliki pandangan yang berbeda
tentang kedatangan Kristus yang kedua kali. Dimulai dari Gereja dan Israel memilik tujuan
yang berbeda, konsep kerajaan seribu tahun dan konsep kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Hal sangat bertolak belakang dengan Alkitab, maka dari itu penulis mengkritik pandangan ini
untuk memberikan masukan kepada kaum teolog masa kini.

DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika Volume 6 : Doktrin Akhir Jaman. Surabaya: Momentum,
2017.

Chia, Philip, and Juanda Juanda. “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami
Alkitab.” Journal KERUSSO 5 (March 26, 2020): 20–37.

Erickson, Millard J. PANDANGAN KONTEMPORER DALAM ESKATOLOGI. Malang:


SAAT, 2004.

Hoekema, Anthony A. Alkitab Dan Akhir Zaman. Surabaya: Momentum, 2009.

Lark, Harald. Penuntun penelaahan Alkitab termasuk Wahyu dalam bahasa polos: Sebuah
panduan belajar yang diatur untuk pemula melalui pembaca lanjutan termasuk
peringatan akhir dan janji dari Allah. BSR-Ind. Word to the World Ministries, 2020.

Pandensolang, Welly. Eskatologi Biblika. Yogyakarta: ANDI, 2004.


Peter, Eddy. TEOLOGI PERJANJIAN versus DISPENSASIONALISME. Tanggerang: STT
Internasional Philadelphia, 2004.

Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: ANDI, 1992.

Setiawan, Roby. Serba-Serbi Akhir Zaman. Semarang: Setiawan Literature Ministry, 2005.

ylsa. “SABDA.org.” SABDA.org. Accessed October 19, 2020. https://www.sabda.org/.

Anda mungkin juga menyukai