A. Defenisi
Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang secara sistematis mempelajari
perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan di Alkitab.
Teologi PB difokuskan kepada tulisan-tulisan PB. Namun sekalipun demikian tulisan
PB tidak terlepas dari kaitan dengan tulisan-tulisan lainnya di dalam PL. Sebab secara sepintas
tulisan PB memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara PL dan PB. PB tidak mungkin
dimengerti dengan benar apabila mengabaikan PL. Banyaknya kutipan PL dalam PB
menunjukkan betapa besarnya arti dari kesinambungan yang menghubungkan zaman
kekristenan dengan zaman PL. tema janji dan penggenapannya menjalin hubungan diantara
keduanya, bahkan Kitab Suci yang dipakai oleh jemaat mula-mula adalah PL. ini meunjukkan
bahwa pengkotbah mula-mula menyampaikan penguraian mereka berdasarkan PL. Sekalipun
kutipan-kutipan PL itu penting namun bukan merupakan kontribusi utama dari dari penelitian
PL untuk teologi PB, yang lebih penting ialah pengaruh PL yang mewarnai gagasan-gagasan,
yang diambil alih serta diberi makna yang baru olah penulis-penulis PB, dengan memahami Pl
maka kita akan semakin memahami makna yang ada dalam teologi PB.
2. Sejarah
Teologi Biblika menaruh perhatian pada peristiwa penting dalam sejarah yang menyatakan
doktrin-doktrin Alkitab. Contohnya: Apa yang dipelajari dari era PL tentang pewahyuan?
Bagaimana situasi pada waktu penulisan Matius dan Yohanes? Apa situasi dan kondisi
pembaca dari surat Ibrani ?. pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan hal yang penting
menemukan penekanan doktrinal.
2. Studi latar belakang penulisan; latar belakang penulisan menentukan isu-isu seprti penulis,
tanggal penulisan, tujuan penulisan dan situasi kondisi. Misalnya pandangan teologi Matius
harus dimengerti dari sudut bahwa ia menulis kepada orang Yahudi.
3. Studi teologi sistematik; ada persamaan dan perbedaan antara teologi biblika dan sistematik.
Keduanya berakar dari analisa kitab suci, namun demikian teologi sistematik juga berusaha
mendapatkan kebenaran dari sumber2 diluar Alkitab.. perbedaan yang dapat dilihat dari kedua
teologi ini adalah:
- TB merupakan awal dari TS; eksegesis memimpin kepada teologi biblika yang kemudian
memimpin kepada teologi sistematik
- TB berusaha untuk menentukan apa yg dimaksudkan oleh penulis Alkitab berkaitan dengan isu2
teologi, sedangkan teologi sistematik menjelaskan mengapa sesuatu itu benar dengan
menambahkan pandangan secara filosofi
- Teologi Biblika memberikan pandangan penulis Alkitab, sedangkan teologi sistematik
memberikan diskusi doctrinal dari sudut pandang masa kini.
- TB menganalisa materi dari penulis tertentu atau dari periode sejarah tertentu, sedangkan teologi
sistematik meneliti semua materi baik dari Alkitab maupun dari luar Alkitab yang berkaitan
dengan doktrin tertentu.
D. Metodologi
Dalam mengikuti Teologi PB, sebagian mengikuti garis umum dari teologis sistematik,
namun demikian metodologi itu tidak cukup untuk menyatakan penekanan dari masing-masing
penulis. Kelihatannya yang paling baik adalah menyusun teologi PB dengan menganalisa
penulisan masing-masing penulis PB yang merefleksikan apa yang setiap penulis katakana
tentang suatu subyek. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam perkembangan
suatu metodologi:
1. Pewahyuan adalah progresif; berkulminasi dalam wahyu yang berkaitan dengan Kristus.
Teologi Penjanjian Baru harus berusaha menggambarkan kulminasi doktrin2 berkaitan dengan
Kristus dan penebusan.
2. Penekanan dari PB berpuncak pada kepercayaan kematian dan kebangkitan Kristus dan
pengharapan akan kedatangan yang kedua kali.. teologi PB harus berfokus pada doktrin2 ini
yang bersal dari berbagai penulis PB.
3. Teologi PB harus mengakui bahwa pengajaran Yesus dan pengajaran dari penulis PB lainnya
adalah merupakan satu kesatuan dan harmonis.
4. Keragaman tulisan-tulisan PB tidak menyebabkan kontradiksi, tetapi berasal dari asal mula
ilahi PB
5. Teologi PB harus mengaplikasikan metode analitik (tetapi tidak mengesampingkan metode
tematik) karena metode itu dengan baik merefleksikan keragaman dari PB.
A. Sejarah
Teologi PB baru diminati sekitar dua abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang
diminati adalah dogmatic, formulasi doktrin dari gereja. Dan sistematik, yang seringkali
merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu ceramah di 1787, J.P. Gabler mengimbangi
dan menyerang metodologi teologi dogmatic, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya.
Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti PB. Alkitab dipandang sebagai buku hasil
karya manusia, baik dalam prosses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-masing
penulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi Kitab Suci dan memandang PB sebagai karya
literature yang tidak berbeda dengan karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang
mereka lakukan untuk studi PB adalah sudut pandang kritikal. Oleh sebab itu maka banyak
keragaman opini. Sebagaian melihat adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan yang
lain dalam PB,l baik dari segi sejarah, latar belakang, suatu sintesa atau kehidupan Kristus yang
dibumbui oleh para penulisnya. Akan tetapi kalangan konservatif dalam mempelajari PB
biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian
teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis dari para penulis PB.
Pelopor mula-mula dalam studi teologi PB adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860)
ia adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-antitesis-
sintesis pada tulisan-tulisan PB. Jadi baur menemukan pertentangan antara penekanan yahudi
dari tulisan Petrus dan penekanan non-Yahudi dari Tulisan Paulus. H.J. Holtzman (1832-1910)
melanjutkan pemikiran itu, menyangkal ide apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan
menyodorkan teologi konflik dalam PB.
Wilhelm Wrede (1859-1906) mempengaruhi teologi PB cukup besar dengan penekanan
pada pendekatan sejarah agama. Ia menyangkali bahwa PB merupakan satu dokumen teologi;
tetapi berpendapat bahwa PB harus dilihat sebagai suatu sejarahdari abad pertama. Teologi
seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama merupakan istilah
yang lebih baik untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan PB karena mengekspresikan
“kepercayaan, pengharapan, kecintaan” para penulis daripada hanya merupakan “suatu catatan
refleksi teologis yang abstrak.”
Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada PB dan
berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan bahwa PB
telah dicampuri oleh opini2 dan penafsiran kembali pada penulis. Tugas sekarang adalah
meliputi suatu “demitologisasi” dari PB, yaitu untuk melucuti pengaruh penulis PB dan tiba
pada kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya
koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus kepercayaaan.
Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai
keselamatan manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau “sejarah keselamatan.”
Culman banyak menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis
PB dengan penekanan pada Kristologi PB.
BAB III
TEOLOGI SINOPTIK
Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, adalah penting untuk mengerti sudut pandang
dari para penulis. Kepada siapa Matius, Markus, Lukas menulis? Apa tema-tema yang mereka
tekankan? Apa penekanan khusus dari para penulis? Itu merupakan pertanyaan yang penting
dalam nature teologi biblika, yang menentukan apa penekanan teologis dan keprihatinan yang
dikembangkan oleh masing-masing penulis. Nature dari teologi biblika itu terletak secara
khusus pada keprihatinan dari penulis manusia (tanpa mengabaikan atau mengesampingkan
fakta inspirasi ilahi).
Hal-hal pendahuluan seperti penulis, waktu penulisan, pembaca dan tujuan dilibatkan
dalam mendirikan penekanan dari masing-masing penulis.
Problem Sinoptik
Diantara keempat kitab Injil yang ditulis dalam PB, Injil Matius, Markus, dan Lukas hampir
memiliki pola yang sama, sehingga ketiga Injil ini hampir nampak sama. Perbedaan yang
terlihat hanyalah bahwa kitab Markus ditulis dengan ringkas, padat dan jelas, sedangkan
Matius menulis Injil Matius dengan agak panjang dan mengelompokkan pokok-pokok yang
sama, sementara Lukas menulis dengan agak panjang dan sangat berurutan. Adanya satu pola
dalam ketiga Injil tersebut terlihat dalam kesamaan urutan cerita tentang Yesus, mulai dari
kelahiran hingga kematianNya, oleh sebab itu ketiga Injil ini sering disebut sebagai Injil
Sinoptik. Istilah Sinoptik berasal dari kata Yunani sunaptikos,” melihat sesuatu bersama-
sama”, dan itu merupakan karakteristik dari ketiga Injil ini.
d. Teori Fragmen
Teori ini mengajarkan bahwa penulis-penulis Injil menyusun catatan mereka dari tulisan-
tulisan di fragmen tentang kehidupan Kristus. Wellhausen, seperti dikutip oleh Bultman,
menambahkan bahwa “tradisi yang paling tua hampir seluruhnya terdiri dari fragmen-fragmen
kecil (ucapan maupun perkataan Yesus), dan tidak menyajikan cerita yang bekesinambungan
mengenai perbuatan Yesus atau kumpulan lengkap berisi ucapan-ucapan-Nya. Ketika
disatukan, fragmen-fragmen tersebut dihubung-hubungkan sehingga membentuk satu kisah
yang berkesinambungan.”
Empat Dokumen
Teori ini menyebutkan bahwa Markus merupakan Injil pertama yang ditulis dan bahwa
Matius dan Lukas menggunakan baik Markus dan Q secara independen, lazimnya disebut
“hipotesis dua sumber”. Namun disamping itu mereka juga memberi tempat bahwa ada
sumber-sumber khusus yang lain yang digunakan oleh Matius dan Lukas, yaitu bahan-bahan
tradisi yang hanya dikenal dan dipakai oleh salah satu dari mereka. Bahan-bahan khas ini
lazimnya diberi tanda “L” dan “M”. “M” merupakan “kata-kata” pribadi sumber dari Matius
yang ditulis sekitar tahun 65 Masehi dan “L” sumber pribadi Lukas ditulis di Kaisarea sekitar
tahun 60 Masehi, sedangkan “Q” ditulis di Antiokhia sekitar tahun 50 Masehi dan Markus
ditulis di Roma sekitar tahun 60 Masehi.
b. Kritik Sumber
Kritik sumber berusaha untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang digunakan dalam
penulisan Injil Sinoptik dan mengidentifikasi hubungannya dengan Injil-Injil itu. Didalam
penentuan sumber-sumber itu setidaknya mereka mempunyai beberapa pertanyaan dasar. (1)
Apakah dokumen yang sedang dipelajari itu menunjukkan adanya sumber? (2) Apa yang
dikatakan sumber tersebut? (3) Apa yang dilakukan pengarang dengan sumber tersebut?
(menyalin? Mengubah? Atau salah paham?). Menentukan adanya sebuah sumber, menetapkan
isi dan makna sumber itu, dan bagaimana sumber itu dipakai, merupakan tiga pokok penelitian
sumber
Adanya sumber-sumber mereka tentukan juga bila mereka melihat ayat tertentu
membuat alur pemikiran atau gaya bahasa yang berbeda dari konteksnya, walaupun tidak ada
petunjuk eksplisit. Kesepakatan perkataan juga mengusulkan adanya suatu sumber yang sama,
yang mendasarinya. Penganut Kritik sumber mengusulkan penulis-penulis menggunakan suatu
sumber yang sama, yang mereka ikuti tetapi mereka merasa, mereka memiliki kebebasan untuk
menambah rincian dan “tidak khawatir akan ketepatan dalam rincian historis.” Problem dari
kritik sumber ini ada dua segi: kritik ini cendrung mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan
mengakui adanya salah; kritik ini dibangun atas hubungan tanpa adanya bukti yang bisa
diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari semua itu
c. Kritik Bentuk
Kritik bentuk tidak terlepas dari kritik Wellhausen terhadap Perjanjian Baru, ia
mengemukakan (1) Sumber asli dari bahan-bahan yang ada didalam Injil adalah tradisi lisan
yang beredar dalam unit-unit terkecil (2) Bahan-bahan asli tersebut sudah digabung dan diedit
dalam berbagai cara, langkah atau tingkatan (hanya satu bagian saja yang dilakukan oleh
penulis Injil PB itu sendiri (3) Bahan-bahan yang ada di dalam tradisi itumemberikan informasi
kepada kita tentang kepercayaan dan situasi gereja mula-mula dan pelayanan Yesus.
Kritik ini akhirnya dikembangkan oleh Bultman, ia menganggap bahwa Injil sinoptik
sebagai “literatur rakyat.” Mereka menyimpulkan bahwa Injil-injil sekarang ini bukanlah
merupakan karya yang utuh sejak semula, melainkan adalah kumpulan materi atau bahan yang
akhirnya dipilih atau disusun oleh para penulis injil PB. Mereka umumnya memeluk bahwa
buku Injil yang tertua adalah Markus. Markus menulis satu karya tulis berbentuk “Injil”,
dikemudian hari Matius dan Lukas mengikuti dan menggunakan bahan yang ada didalam Injil
Markus.
Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa bahan-bahan yang kita miliki sekarang didalam kitab-
kitab Injil, sebenarnya mempunyai sejarah penggunaannya dalam gereja, yang dipelihara dan
diwariskan dalam bentuk tradisi lisan. Bahan-bahan itu digunakan didalam gereja secara
sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, sesuai dengan fungsi atau penggunaannya masing-masing
dalam kehidupan dan ibadah gereja. Masing-masing tradisi dapat dianalisa secara sendiri-
sendiri. Setiap bentuk digunakan untuk tujuan tertentu pula sesuai dengan situasi konkrit dalam
kehidupan gereja mula-mula. Oleh sebab itu maka disimpulkan bahwa kebanyakan Injil-Injil
itu tidak berisi data historis tetapi bumbu gereja mula-mula. Sebab jika dianalisa maka ternyata
bentuk dan bahan-bahan yang ada dan dipelihara dalam gereja mula-mula itu sudah
dipengaruhi oleh iman teologia gereja sesuai dengan situasi dan keadaan kehidupan gereja
waktu itu
Dalam sebuah wawancara tidak resmi, Robert Mounce meringkas prosedur penelitian
bentuk sastra sebagai berikut:
“Pertama, peneliti bentuk sastra mencatat berbagai jenis bentuk sastra, yang dipakai
untuk mengelompokkan cerita-cerita Alkitab. Kemudian dia berusaha untuk memastikan Sitz
im Leben (situasi dalam kehidupan) dari gereja mula-mula yang biasa menjelaskan
perkembangan masing-masing perikop yang termasuk dalam ketegori-kategori di atas. Apakah
rasa takut itu terhadap penganiayaan? Apakah itu gerakan dari gereja orang-orang bukan-
Yahudi yang berltar Yahudi? Apakah itu ajaran sesat? Dan sebagainya. Setelah menentukan
Sitz im Leben, orang dapat menjelasakan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengelupas
lapisan-lapisan yang telah ditambahkan pada ucapan-ucapan Yesus. Hasilnya ialah ucapan-
ucapan dalam Kitab-kitab Injil, kembali kepada keadaan mereka yang asli atau murni.”
Penelitian bentuk ini terutama berasal dari Jerman pada tahun-tahun berakhirnya perang dunia
pertama. Penelitian dari bentuk sastra Injil-injil Sinoptik ini tampak sebagai metode yang jelas
dalam karya-karay L. Schmidt (1919), M. Dibbelius (1919), dan R. Bultmann (1921).
d. Kritik Redaksi
Kritik Redaksi berkembang setelah sesudah dan berdasarkan kritik bentuk. Selain itu
kritik redaksi, yang memberi perhatian kepada seluruh Alkitab, juga menyiapkan sarana bagi
lahirnya kritik naratif. Josh McDowel sehubungan dengan masalah ini menjelaskan:
“Metode Kritik Redaksi ini menambahkan sebuah dimensi baru terhadap penelitian Perjanjian
Baru, yaitu mengenai Sitz-im-leben (kedudukan dalam kehidupan) dari sang pengarang. Para
penulis kitab-kitab Injil tidak hanya dianggap sebagai orang yang menghimpun bentuk-bentuk
yang berbeda, melainkan mereka sendiri adalah pengarang. Mereka adalah seperti orang-orang
yang secara cermat telah menggubah simfoni sastra dengan memakai “bentuk” Injil yang
dipelopori oleh penulis Injil Markus. Para penulis Injil dianggap sebagai para penggubah atau
redaktor yang terutama menyatukan (menghimpun) karya teologis dan karya sastra, bukan
karya sejarah. Penelitian redaksi berusaha menetapkan sudut pandang teologis dari sang
penulis Injil. Para peneliti ingin mengetahui sumber-sumber atau catatan mana yang dipilih
oleh penulis Injil, apa alasannya, serta dimana bagian tersebut cocok dengan catatannya secara
khusus (dikenal sebagai kelim-kelim). Para peneliti ingin menemukan “perekat” teologis yang
digunakan para pengarang untuk menyusun Kitab-kitab Injil mereka.”
Terlihat jelas bahwa kritik redaksi menempatkan penulis Injil bukan hanya sejarahwan
menurut mereka tetapi juga menjadi seorang teolog dalam memodifikasi dan membumbui
tradisi historis. Penulis dapat kreatif, menambah dan membumbui tradisi historis bahkan dapat
keluar dari peristiwa historis. Penganut Kritik redaksi menyebutkan beberapa cara kerja penulis
Injil sebagai redaktur yaitu: (1) Mengaitkan bahan-bahan tertentu satu dengan yang lain (2)
Menambahkan catatannya sendiri pada bahan tradisional (3) menyusun ceritanya dalam urutan
tertentu (4) menanggapi atau menafsir bahan tradisional.Didalam penelitian redaksi ini, para
peneliti seringkali memberi perhatian besar pada kekhususan kitab-kitab tersebut, seakan-akan
tidak ada kesamaan sama sekali dalam hal isi dan amanatnya.
I. Matius
2. Tanggal penulisan
- Matius menulis kepada orang Yahudi atau awal-awal gereja untuk memenuhi
kebutuhan dari orang-orang percaya Yahudi
- Tidak bisa dipastikan, tetapi ada alasan kuat beranggapan bahwa Matius menulis
sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria.
3. Alamat pengirim dan tujuan
a. Kemungkinan besar ditulis diAntiokhia – Palestina.
b. Ditujukan kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina (Yerusalem dan sekitarnya).
4. Maksud penulisan :
a. Meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL yang sudah lama dinantikan
b. Menunjukkan bahwa kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dengan cara yang belum terjadi sebelumnya
Introduksi: hampir semua orang Israel menolak dan tidak mau percaya Yesus dan kerajaan-
Nya, karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani bukan yang politis
b. Waktu Penulisan
1). Dalam lagu bangsanya Paulus memuji pelayannan Markus (II Tim. 4:6-8) sulit dipercaya bahwa
Markus dapat berbuat banyak sebedlum jemaat dipuaskan dengan pelayanannya.
2). Markus menyinggung nama seseorang yaitu Rufus yang kemungkinan besar adalah nama yang
sama disinggung Paulus dalam Roma 16:3.
3). Pandangn kaum Liberal yang memprioritaskan Injil Markus sebagai Injil pertama harus ditolak,
karena asumsi mereka penulis Injil lain memakai sumber Markus untuk menulis Injil mereka.
Dan jika demikian Alkitab hanyalah sebuah karya sastra belaka dan bukan Firman Tuhan.
4). O’Callahan menunjukkan bahwa sebagian pragmen dari Dead Sea Scroll mengandung Injil
Markus di dalamnya, dan akhirnya hal ini diperdebatkan apakah Dead Sea Scroll ditulis
sebelum atau sesudah 50 A.D.
e. Tujuan Teologis:
Oleh karena orang Romawi adalah orang yang bekerja bukan orang yang berpikir, maka
Markus menyajikan Kristus sebagai “Pekerja yang hebat daripada pemikir yang dalam,
manusia yang menang melalui tindakan.” Gaya Markus, demikian pula isinya mencerminkan
isi teologisnya.
f. Thema Injil Markus: “Yesus adalah hamba yang menderita (Markus 10:45)”.
b. Waktu Penulisan
1). Sebelum Kisah Para Rasul
2). Kis. Diakhiri dengan pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama, atau kira-kira tahun 60 A.D.,
sesuai dengan tanggal surat-surat penjara.
3). Oleh sebab itu Injil Lukas seharusnya ditulis sebelum Kis. Kira-kira pertenga -
han atau akhir tahun 50-an A.D.
g. Tujuan teologis
Lukas memiliki penekanan kosmopolitan, menekankan universalitas Injil dan bahwa Yesus
adalah penebus dunia. Hal ini ditekankan melalui kaitan garis keturunan Yesus dengan Adam,
nenek moyang manusia seluruhnya. Penekanan ini secara khusus juga dapat dilihat dalam
penggunaan perumpamaan Lukas.
BAB. III
PEMBAHASAN TEOLOGI SINOPTIK
1. Doktrin Allah
Sama seperti kitab-kitab yang lain dalam Alkitab, bahwa mereka memiliki keyakinan
yang besar dan mendasar tentang Allah, yakni bahwa Allah ada, penuh dengan kemuliaan dan
manusia harus terus-menerus bergantung padaNya. Injil Sinoptik juga memiliki bagian tentang
semua ini. Para penulis PB juga memiliki pandangan yang sama sebagaiman yang terdapat
dalam PL. Injil Sinoptik juga secara jelas mencatat tentang atribut Allah.
a. Providensia Allah. (Mat.6:26, 10:29)
b. Kebapakan Allah (Mat.6:32)
c. Anugrah Universal dan personal (Mat. 5:45)
d. Penekanan Kerajaan Allah (Mat. 5: 34; 23:22)
e. Penghakiman Allah bagi semua orang (Mat. 3:7; 7:1; Luk. 3:7)
f. Kemuliaan Allah dinyatakan (Mat. 17:1-8)
g. Kebaikan Allah (19:17)
h. Kuasa Allah (Mrk.12:24-27)
i. Ketritunggalan Allah (Mrk. 1:9-11)
2. Doktrin Kristus
Dari tinjauan mengenai Kristus, Sinoptik secara jelas memberi gambaran tentang pribadi
Kristus.
ahiran dari anak dara.
1) Matius dan Lukas menekankan bahwa kemanusiaan Yesus dikandung oleh Roh Kudus (Mat.
1:18; Luk. 1:13)
2) Matius memberikan penekanan yang cukup jelas tentang Maria yang tidak bersetubuh dengan
seorang laki-laki sebelum kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25)
3) Markus menekankan bahwa Yesus adalah “anak Maria” daripada mengatakan anak Yusuf
(kebiasaan Yahudi biasanya menggunakan nama ayah)
manusiaan Kristus. Ketiga Injil menekankan kemanusiaan Yesus.
1) Matius menekankan garis keturunan manusia-Nya (1:1-17), kelahiran-Nya sebagai manusia
(1:25), dan masa kanak-kanak-Nya (2:1-23)
2) Lukas menekankan kelahiran-Nya dan status-Nya yang rendah (2:1-20), Ia menyesuaikan diri
tentang tradisi Yahudi (2:21-24), dan pertumbuhan sebagai anak laki-laki muda (2:41-52).
3) Markus menekankan kemanusiaan Yesus lebih dari Matius dan Lukas melalui penekanannya
pada karya, kehidupan dan aktivitas Yesus.
4) Ketiganya juga menekankan kemanusiaan-Nya dalam pencobaan.
c. Ketidakberdosaan Kristus. Meskipun Sinoptik menyajikan Yesus sebagai manusia, mereka juga
mengindikasikan Ia bukan manusia biasa, Ia lahir dari seoranf anak dara dan tidak berdosa.
1) Karena lahir dari seorang perawan, ia tidak memiliki nature dan kecendrungan pada dosa.
2) Yesus memanggil manusia untuk bertobat tetapi tidak ada catatan bahwa Ia pernah mengaku
dosa atau bertobat.
3) Baptisan-Nya adalah untuk “menggenapi seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15), bukan untuk
pengakuan dosa (Mat.3:6).
4) Pencobaan-Nya juga untuk menekankan bahwa meskipun Ia diuji semua seperti dalam area
kita, namun Ia tidak berdosa (Mat.4-1-11)
5) Pada waktu Ia menegur Petrus, Ia menyatakan bahwa Ia sama sekali tidak ada hubungan dengan
dosa (Mat.16:23)
ilahian Kristus
1) Matius menekankan Yesus sebagai anak Daud (Mat. 9:27), sangat jelas bahwa anak Daud
merupakan Mesias yang dijanjikan dan melakukan pekerjaan Allah.
2) Matius secara terus menerus menyajikan Yesus sebagai Mesias demikian pula sebagai yang
menggenapi nubuat-nubuat PL yang berkaitan dengan Mesias.
3) Asal mula Anak Manusia bermula dari Daniel 7:13 dimana Ia digambarkan sebagai yang penuh
dengan kemenangan, membawa kerajaan kepada bapa. Posisi anak manusia disebelah kanan
Bapa menghubungkan pada Mazmur 110:1 dan yang Ia adalah Tuhan.
4) Yesus adalah Anak allah dalam pengertian unik yang absolut.
5) Karya penebusan
6) Kebangkitan Kristus.
SURAT-SURAT PAULUS
Ciri Nama Tgl.: AD Asal Teologi
Umum Galatia 48 Antiokhia/Siria Soteriologi
1 Tesalonika 50 Korintus Dan
2 Tesalonika 50 Korintus Eskatologi
1 Korintus 55 Efesus
2 Korintus 55 Makedonia
Roma 57 Korintus
Penjara Efesus 62 Roma Kristologi
Filipi 63 Roma
Kolose 62 Roma
Filemon 62 Roma
Pastoral 1 Timotius 63 Makedonia Ekklesiologi
Titus 63 Korintus
2 Timotius 67 Roma
BAB. X
Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya adalah seorang pelayan di
Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup menguntungkan sehingga ia
mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah
saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah saudara sepupu Yesus (Yoh.
19:25, mat. 27:56, Mrk. 15:40,47). Ibunya adalah salah seorang yang mengikut Yesus dan
memberi dukungan kepada Yesus. (Luk. 8:3, Mat. 27:55-56; Mrk. 15:40-41). Yohanes tidak
diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus pada awal pelayanan-Nya
(Yoh.1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai salah satu dari
keduabelas rasul (Mat.10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah satu dari dekat
Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat.17:1-8), kebangkitan anak perempuan Yairus
(Mrk.5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat.26:37-38). Pada Perjamuan
Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid “yang dikasihi Yesus” memiliki posisi khusus
di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada pemeliharaan Yohanes
di kayu salib (Yoh. 19:26-27). Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling sedikit dua
kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh.20:19-20) dan di Galilea (Yoh.21:2), dan paling
sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why.1:12-18), hakim orang
berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab KPR ia muncul dalam
posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu sokoguru gereja. Menurut
Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal sampai usia lanjut, hidup sampai
pemerintahan Tjajan (98-117 AD).
Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan
kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari teologi
Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di Injil
Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa pengajaran
Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes karena
Yohanes mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan
yang penting dari Yohanes.
Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melaui
kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang menjadi
manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah yang
dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes memberikan
sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana didalamnya
ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga menjabarkan dosa
yang menggelapi dunia dan menolak terang itu.
a. Penulis
1) Bukti Eksternal: Irenaeus, Tertullianus, Origen menunjuk rasul Yohanes sebagai penulis.
2) Bukti Internal:
Tradisi mendukung rasul Yohanmes sebagai penulis, karena penulis adalah seorang Yahudi,
saksi mata Tuhan Yesus, dan ia menyebut dirinya sendiri murid “yang dikasihi Yesus”.
b. Penulisan:
1) Sangat mungkin bahwa peristiwa tahun 70 A.D. sudah lewat bahkan agak lama, oleh sebab
itu tidak disinggung lagi dalam sejarah Yahudi dalam tulisannya.
2) Manuscript P-52, sebuah pragmen yang berisi Injil Yohanes diberi penanggalan 125
A.D.;tetapi ini buku autographa tetapi apografa.
3) Kemungkinan Injil ini ditulis pada akhir abad 1 dan tentunya sebelum pembuangan ke pulau
Patmos, berarti antar tahun 90-95 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Ia menulis kepada orang-orang Kristen secara umum di Asia kecil dari Efesus
d. Tujuan Injil Yohanes:
Untuk menginjili memulai menunjukan bahwa Kristus adalah Anak Allah, dan bahwa melalui
iamn didalam Dia kita memperoleh hidup kekal (20:31;3:36).
e. Thema Injil Yohanes
“Krisus adalah Anak Allah dan Firman Allah yang Menjadi Manusia”.
f. Karakteristik Injil Yohanes:
1) Yohanes banyak mencatat tanda-tanda mujizat (2:11)
2) Ia mencatat banyak pasangan kata P.L. ‘AKU ADALAH AKU’ (eyeh asyer eyeh) dalam
bentuk Yunani ‘ego eimi’; Terang dunia; pintu; gembala yang baik; kebangkitan dan hidup;
jalan dan kebenaran dan hidup;pokok anggur yang benar.
Banyak berisikan detail-detail thological khususnya tentang pribadi dan karia inkarnasi allah
dalam Kreistus.
2. Penulis I Yohanes
a. Penulis
1). Bukti Eksternal:
Policarpus, Papias, Origen menyatakan Yohanes adalah penulisnya.
2). Bukti Internal:
Ada banyak istilah theology maupun kata-kata yang sama dengan Injil Yohanes (1:1 band.
Yoh. 1). Penulis saksi mata Kristus (1:1)
b. Waktu Penulisan :
Surat ini dan ulisan-tulisan Yohanes yang lain berkisar antara tahun 85-98 A.D.; yaitu pada
akhir pelayanannya menjadi gembala di Efesus
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Dikirim dari Efesus dan ditujukan kepada jemaat Asia kecil.
d. Tujuan Penulis:
Menasehati orang percaya agar hidup atau berjalan sesuai dengan Injil Keselamatan dan
menentang ajaran sesat yaiu, ‘gnostik’.
e. Thema I Yohanes: “Nyata di dalam Kristus”.
f. Karakteristik I Yohanes:
Memberikan gambaran ajaran sesat abad 1.
Johannine Comma (5:7-8) adalah otentik karena argumentasi grammatical & theological-nya
sesuai dengan Injil Yohanes.
3. Penulis II Yohanes
a. Penulis
1) Bukti Eksternal:
Yohanes diakui sebagai penulis oleh Irenaeus, Origen, dan Cyprianus.
2) Bukti Internal:
“Seorang penatua” (1:1), bukan rasul lain, berarti Yohanes.
b. Waktu Penulisan :
Diperkirakan antara tahun 85-98 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju
Dari Efesus kepada ‘Ibu Terpilih’ – kemungkinan jemaat lokal.
d. Tujuan II Yohanes:
Memberikan petunjuk theologis untuk menilai ajaran sesat yang mulai berkembang.
e. Thema II Yohanes:
“Berjalan dalam kebenaran.”
f. Karakteristik II Yohanes:
i. Menekankan kasih persaudaraan
ii. Kepercayaan dalam inkarnasi Kristus adalah dasar untuk Kekristenan
fundamental.
Kitab terakhir dalam kanon Alkitab, ditulis kira-kira tahun 95-98 (Why.22:18,19).
n yang Dituju:
Yohanes menulis dari pulau Patmos kepada tujuh jemaat di Asia Kecil.
d. Tujuan Penulisan:
Menunjukkan hal-hal yang akan terjadi berhubungan dengan Israel, jemaat dan dunia.
1. Diskusi & Pertanyaan: Kerjakan “Diskusi & Pertanyaan” untuk modul di bawah ini.
2. Resensi: Buatlah Ringkasan dan Resensi Buku atas buku lain yang berhubungan
dengan Teologia Perjanjian Baru. (Diketik minimum 4 halaman kwarto)
3. Paper: Buatlah karya kecil yang berjudul: Perbandingan Doktrin Keselamatan Paulus
dengan Doktrin Keselamatan Yakobus (Diketik 15 halaman ukuran kwarto)
Jawablah Diskusi & Pertanyaan dibawah ini
1. Apa yang menjadi definisi dari Teologia Biblika. Jelaskan!
2. Bagaimana relasi Teologia Biblika dengan disiplin ilmu lain dalam bidang Teologia. Jelaskan!
3. Tuliskanlah apa yang menjadi persamaan dan perbedaan antara Teologia Biblika dengan
Teologia Sistematika.
4. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan suatu metodologi
Teologia Perjanjian Baru. Sebutkan dan jelaskan!
5. Apa yang menjadi persoalan utama dalam Sinoptik Problem. Jelaskan!
6. Ada beberapa teori dan kritik awal terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan!
7. Ada beberapa teori dan kritik modern terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan.!
8. Injil Sinoptik secara jelas mencatat beberapa atribut Allah. Sebutkan!
9. Apa yang menjadi tujuan teologis dari Injil Matius. Sebutkan!
10. Apa yang menjadi tujuan teologis Injil Markus. Sebutkan!
11. Apa yang menjadi tujuan Teologis dari Injil Lukas. Sebutkan!
12. Ada tiga fakta Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus benar-benar lahir dari Anak Dara.
Sebutkan !
13. Berikanlah empat alasan yang mendukung Kemanusiaan Yesus Kristus menurut Teologia Injil
Sinoptik.!
14. Apa yang anda ketahui tentang doktrin Roh Kudus menurut Injil Sinoptik. Jelaskan!
15. Apa yang anda ketahui tentang doktrin Akhir Zaman Injil Sinoptik. Jelaskan!
16. Apa yang anda ketahui tentang doktrin tentang Allah kita Kisah Para Rasul. Jelaskan!
17. Ada beberapa tema yang berkaitan dengan kebangkitan Kristus yang ditekankan dalam Kisah
Para Rasul. Sebutkan!
18. Ada empat hal yang ditekankan oleh penulis Kisah Para Rasul tentang doktrin Kesalamatan.
Sebutkan!
19. Bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh Paulus dan Yakobus terhadap Hukum Taurat.
20. Bagaimana pandangan Teologia Yakobus tentang doktrin manusia dan dosa. Jelaskan!
21. Sebutkan beberapa dasar utama bagi kesatuan teologi PB.
22. Jelaskan makna Teologis dari ketidakberdosaan Yesus dalam teologi Yohanes.
23. Jelaskan makna dari definisi PB secara Teologis.
24. Bagaimana hubungan antara latar belakang PB dan Teologi PB.
25. Bagaimana konsep “Allah” dalam teologi PB dibandingkan dengan teologi PL.
26. Bagaimana konsep “manusia” dalam hubungannya dengan Allah, didalam Teologi PB
dibandingkan dengan Teologi PL.
27. Bagaimana pandangan teologia Paulus tentang hal-hal terakhir yang berhubungan dengan
Gereja, Israel dan dunia. Jelaskan!
28. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai Teologia Yudas tentang Keselamatan.
29. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui tentang pendamaian menurut Teologia Yohanes.
30. Jelaskan mengapa ada keunikan yang besar anatara Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.
31. Bagaimanakah konsep “hukum” dalam Teologi PB, dibandingkan dengan Teologi PL.
32. Jelaskan masalah Inspirasi Alkitab dalam Teologi Paulus, terutama dalam kitab Timotius.
33. Kelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai Teologia Petrus tentang Kristologi.
34. Bagaimana pandangan penulis Ibrani tentang pribadi Allah. Jelaskan!
35. Bagaimana pandangan Yohanes tentang hal-hal yang terakhir. Jelaskan!
Selamat bekerja
[1] S.O. Aitonam, “Pengantar Keragaman Metoda Tafsir” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah
Populer, diedit oleh M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 8.
[2] Martin Harun, “Penelitian Sumber” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh
M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 12.
[3] Paul Ens, The Moody Handbook of Theology (Malang: Literatur SAAT, 2003),hal.94.
[4] R. Rajagukguk, “Apa Itu Penelitian Bentuk” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer,
diedit oleh M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 33
[5]Josh McDowel, Apologetika: Volume 2 (Malang: Penerbit Gandum Mas,2003), hal 422.
[6] Josh McDowel, Apologetika: Volume 2 (Malang: Penerbit Gandum Mas,2003), hal.653-
654.