Disiapkan Oleh :
Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M.
Mata kuliah Eksposisi Kejadian merupakan studi tentang penemuan arti atau pesan
Kitab Kejadian seperti yang dimaksudkan penulis kitab dan yang dipahami oleh orang-
orang Israel sebagai penerimanya, serta penerapan arti tersebut di dalam kehidupan
masa kini atau konteks kehidupan saat ini. Penyelidikan nats akan dilakukan dengan
menggunakan prinsip-prinsip hermeneutika yang gramatikal, historikal dan kontekstual
serta dengan memperhatikan isu-isu yang relevan berkenaan dengan pokok bahasan
Kitab Kejadian. Penerapan kuliah ini menggunakan pula metode diskusi.
Mata kuliah Eksposisi Kejadian adalah mata kuliah yang dapat memberikan beberapa
manfaat kepada peserta didik, antara lain : pertama, mengenal hal-hal yang berhubungan
dengan introduksi Kitab Kejadian; kedua, mengenal sejarah yang melatarbelakangi
peristiwa-peristiwa dalam Kitab Kejadian; ketiga, menjelaskan persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh para penafsir Alkitab dan berusaha memecahkannya; keempat,
menjelaskan prinsip-prinsip rohani yang dapat membimbing peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
1
IV. Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan Belajar
Pada akhir mata kuliah ini, peserta didik diharapkan memiliki standar kompetensi :
mampu menggali dan menemukan arti atau pesan dari Kitab Kejadian serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan saat ini. Melalui standar kompetensi ini,
kompetensi dasar yang diharapkan adalah :
Pendahuluan
3
VII. Pendekatan dan Strategi Perkuliahan
4
X. Sumber Belajar
A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament. Disunting oleh Francis Brown, S.R.
Driver dan Charles A. Briggs. Oxford: Clarendon Press, 1906.
Arthurs, Jeffrey D. Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika
yang Dinamis. Diterjemahkan oleh Timotius Fu. Malang: Literatur SAAT, 2007.
Davis, John J. Eksposisi Kitab Kejadian: Suatu Telaah. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1975.
Duvall, J. Scott dan J. Daniel Hays. Grasping God’s Word : A Hands On Approach to
Reading, Interpreting, and Applying the Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2001.
Fee, Gordon D. dan Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan
dengan Tepat. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982.
Fokkelman, Jan. Di Balik Kisah-Kisah Alkitab : Penuntun Membaca Narasi Alkitab sebagai
Karya Sastra. Diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1995.
Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992.
Greidanus, Sidney. Preaching Christ From The Old Testament : Mengkhotbahkan Kristus dari
Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Debora L. Manulaga. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999.
Hill, Andrew E dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.
5
Hamilton, Victor P. “The Book of Genesis Chapters 1-17” dalam New International
Commentary on the Old Testament. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing, 1990.
Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament. Grand
Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988.
J. Blomendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Kaiser, Walter C. Berkhotbah & Mengajar dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Lina
Maria-Ngendang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.
Kaiser, Walter C. Jr. Teologi Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1978.
Klein, William W., Craig L. Blomberg dan Robert L. Hubbard Jr. Introduction to Biblical
Interpretation : Pengantar Tafsiran Alkitab. Diterjemahkan oleh Timotius Lo.
Malang: Literatur SAAT, 2004.
Koehler, Ludwig dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.
LaSor, W.S., D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah.
Diterjemahkan oleh BPK Gunung Mulia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1982.
Longman III, Tremper dan Raymond B. Dillard. An Introduction To The Old Testament.
Grand Rapids: Zondervan, 2006.
Miller, Jeffrey P. “Torah.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi
Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1995.
New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis. Disunting oleh Willem
A. VanGemeren. 5 volume. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.
6
Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts Old and New Testaments. Nashville: Thomas
Nelson Publishers, 1993.
Reed, Carl A. “Advance Hebrew Exegesis of the Old Testament.” Bahan kuliah yang
tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap,
2008.
Reed, Carl A. dan Johny Y. Sedi. “Bahasa Ibrani III: Grammar dan Sintaksis.” Bahan
kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester
Gasal, 2004.
Ross, Allen P. Creation and Blessing. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.
__________. “Genesis” dalam The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh John F.
Walvoord dan Roy B. Zuck. Wheaton Illinois: Victor Books, 1986.
Sailhamer, John H. “Genesis” dalam The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh
Frank E. Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan Publishing House.
Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke. 2 volume. Chicago: Moody Press, 1980.
7
Waltke, Bruce K. dan M. O’Connor. An Introduction to Biblical Hebrew Syntax. Winona
Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990.
Zuck, Roy B. A Biblical Theology of the Old Testament. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Penerbit Gandum Mas, 1991.
8
Eksposisi Kejadian Daftar Isi
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
BAGIAN PERTAMA :
1. Model Subyektif
Konsep atau Pertanyaan kunci : “Apa arti teks ini bagimu ?”
Prasuposisi : Pembaca yang berkuasa atas penafsiran teks, supaya dia bisa menafsirkannya
sesuai dengan pandangan dan kemauannya. Model ini juga disebut Reader – Response
Criticism. Model ini dipakai untuk mendukung Teologi Pembebasan, Teologi Feminis,
dan Teologi Homoseksual.
1
Bahan pelajaran ini diambil dari Richard L. Pratt Jr., Ia Berikan Kita Kisah-Nya, pen. Hartati Mulyani
Notoprodjo (Surabaya: Penerbit Momentum, 1998), 25-46, 99-118; Carl A. Reed, “Advance Hebrew Exegesis of
The Old Testament” (bahan kuliah yang tidak diterbitkan, The Evangelical Theological Seminary of Indonesia,
Fall Semester, 2008), 1-7. Penjelasan lebih mendetail tentang pelajaran bagian A ini dapat dilihat dalam buku
pertama.
Masalah :
a. Tidak perlu memakai metode-metode hermeneutika karena pemahaman kita berasal
dari pandangan yang kita bawa ke dalam teks tersebut.
b. Subyektifisme cenderung menyetarakan kita dengan Alkitab dengan cara
menurunkan teks tersebut ke tingkatan kita.
c. Harus waspada agar prasangka-prasangka teologis kita tidak terlalu mempengaruhi
penafsiran kita.
2. Model Obyektif
Konsep kunci : Pandangan ini berkata bahwa fakta-fakta dari suatu teks akan jelas kepada
siapa saja yang membacanya secara benar dan obyektif. Apabila teks dibaca dengan
benar, maka semua orang akan sependapat dengan yang lain. Apabila ada perbedaan
pendapat, maka salah satu orang tidak obyektif atau tidak melakukan eksegesis dengan
benar.
Obyektifisme hermeneutik memperlakukan penafsiran sebagai suatu proses melucuti
prakonsep dan menerapkan teknik-teknik yang telah sungguh-sungguh dipikirkan,
sehingga teks dapat memberikan kesannya sendiri kepada kita. Tujuannya adalah agar
makna mengalir dari bacaan ke pembaca yang tidak bias, pembaca yang menerima.
Prasuposisi : (1) Orang bisa membaca suatu teks secara obyektif, tanpa bias atau
prakonsep yang mempengaruhi eksegesisnya. (2) Ada satu penafsiran yang benar.
Masalah :
a. Obyektifisme merumuskan cara bagaimana seharusnya kita membaca Alkitab.
b. Obyektifisme cenderung menjadikan kita teman sederajat Alkitab dengan cara
menaikkan pemahaman kita ke tingkatan Alkitab itu sendiri. Penafsiran kita
teridentifikasi dengan pengajaran teks tersebut.
c. Semua orang ada bias atau prakonsep yang akan mempengaruhi penafsiran mereka.
Pembaca Teks
Model Model
Subjektif Model Objektif
Dialog - Otoritas
Sebelum mulai menafsirkan suatu teks, kita juga harus menyadari apa fokus kita.
Richard L. Pratt memberi 3 macam pendekatan atau fokus dari eksegesis.
Analisis Sastra
Perhatian Sastra
Bentuk
dan Isi
Narasi Narasi
Perjanjian Perjanjian
Lama Lama
1. Analisis Tematis
a. Dalam analisis tematis, kita memperlakukan narasi Perjanjian Lama sebagai
cermin yang memantulkan keprihatinan dan minat kita.
b. Fokus eksegesis adalah tema-tema yang dipilih oleh para pembaca, meskipun
tema itu bukan tema utama dari suatu teks.
c. Tipe analisis tematis adalah teologi sistematika, pemodelan atau teladan, dan
perhatian pastoral.
d. Evaluasi : analisis tema ini berguna tetapi tidak dapat menjadi satu-satunya
metode eksegesis.
2. Analisis Historis
a. Dalam analisis historis, kita melihat teks sebagai jendela peristiwa sejarah.
b. Fokus eksegesis adalah peristiwa-peristiwa di balik teks.
c. Ada 2 unsur historis dalam teks :
Sejarah “dalam teks”
Maksud sejarah ini adalah sejarah yang diceritakan dalam teks. Jadi, dalam
Kejadian 6-9 tertulis cerita tentang air bah dengan fakta-fakta tentang Nuh,
bahtera, besar dan luas air bah, lama bumi ditutupi air, dan peristiwa yang
terjadi ketika Nuh serta keliarganya keluar dari bahtera.
Banyak buku tafsiran injili berfokus pada unsur sejarah ini. Oleh sebab itu,
ada usaha untuk menjelaskan bagaimana semua gunung dapat ditutupi oleh
air bah. Tafsiran yang berusaha mengerti peristiwa-peristiwa di balik teks
Perjanjian Lama ini berguna dan penting, karena kita percaya bahwa sejarah
yang tertulis dalam Alkitab adalah benar dan tanpa salah. Tetapi, kita harus
mengakui keterbatasan kemampuan kita untuk mendalami suatu peristiwa
yang telah terjadi. Kita hanya dapat melihat suatu peristiwa melalui beberapa
“jendela,” seperti saksi-saksi yang tertulis atau bukti-bukti arkeologis.
Sejarah “dari teks”
Sejarah “dari teks” tidak berfokus pada sejarah yang tertulis dalam teks,
melainkan berfokus pada sejarah teks itu sendiri, seperti : “bagaimana teks itu
muncul, mengapa, di mana, kapan dan dalam keadaan yang bagaimana; siapa
penulisnya dan untuk siapa ditulis, disusun, disunting, dihasilkan dan
dipelihara; mengapa sampai teks itu ditulis, kemudian hal apa yang
mempengaruhi kemunculan, pembentukan, perkembangan, pemeliharaan
dan penyebarluasannya.
Banyak buku tafsiran non-injili yang berfokus pada unsur sejarah ini. Mereka
berusaha menentukan sumber-sumber yang dipakai dalam penulisan teks
tersebut (Kritik Sumber). Mereka juga berusaha untuk mengerti keadaan
sosial-budaya di mana teks-teks itu dipakai (Kritik Bentuk). Mereka juga
berusaha untuk mengerti proses redaksi, yaitu apa yang terjadi supaya semua
sumber-sumber dikumpulkan menjadi satu teks (Kritik Redaksi).
d. Evaluasi : analisis historis penting, yaitu untuk menentukan situasi atau kondisi
para penulis buku dan juga mengerti sejauh bisa peristiwa-peristiwa yang
dijelaskan dalam teks. Tetapi analisis inipun tidak dapat menolong kita mengerti
semua hal yang terjadi dalam suatu teks. Harus ada analisis yang berfokus pada
teks itu sendiri, yaitu analisis sastra.
3. Analisis Sastra
a. Dalam analisis sastra, kita melihat narasi Perjanjian Lama sebagai gambar yang
menghargai bentuk berikut isinya.
b. Fokus eksegesis adalah teks itu sendiri.
c. Analisis sastra menolong kita untuk menemukan motif sentral dari sebuah
perikop.
d. Basis analisis sastra adalah :
Unit sastra. Analisis sastra penting karena Perjanjian Lama terdiri atas unit-
unit sastra dan bukan unit-unit teologis atau historis.
Kualitas sastra. Analisis sastra diperlukan karena teks-teks Alkitab
memaparkan mutu sastra.
Pemahaman. Analisis sastra penting karena sering memberikan pemahaman
yang tidak terlihat oleh pendekatan tematis dan historis.
e. Evaluasi : Kita jangan memakai satu metode eksegesis saja, tetapi memakai
sebanyak mungkin metode untuk menolong kita masuk ke dalam teks. Tetapi
setiap metode harus dipakai dengan kesadaran akan kekuatan dan
kelemahannya.
menulis yang terdapat dalam setiap genre (misalnya, kebiasaan mana yang dipakai
dalam menulis puisi, narasi, dan lain sebagainya).
5. Historical
Apa latar belakang sejarah, social, dan budaya dalam Timur Dekat Kuno untuk
sejarah “dalam teks” dan sejarah “dari teks.” Siapa penulis, penerima, dan lain
sebagainya.
6. Canonical
Apakah isi teks ini (atau tema teologinya) dikutip atau dikembangkan dalam kitab-
kitab lain di Alkitab? Bagaimana pemakaian dan perkembangannya?
7. Theological
Apa tema-tema teologis yang terdapat dalam teks ini? Apa hubungannya dengan
ajaran-ajaran teologis yang lain?
Semua langkah ini digunakan bersama-sama dan harus dipikirkan aplikasinya untuk
kehidupan pada masa kini.
Setiap orang pada dasarnya suka mendengarkan cerita. Jika memperhatikan topik
pembicaraan dari kebanyakan percakapan, maka kita akan menemukan sebuah kisah
tentang apa yang dilakukan seseorang dan mengapa ia melakukannya. Demikian juga
jika memperhatikan popularitas dari film-film, novel-novel, drama atau acara-acara
komedi di televisi, maka kita akan semakin menyadari bahwa banyak orang suka
mendengarkan cerita. Oleh sebab itu, benar kata Roland Barthes seperti dikutip oleh
Jefrey D. Arthurs dalam bukunya Preaching with Variety :
Narasi hadir dalam setiap zaman, di segala tempat, dalam setiap masyarakat; ia telah
dimulai bersamaan dengan hadirnya sejarah umat manusia dan sejak saat itu tidak
ada tempat atau tidak ada seorang pun yang tidak memiliki cerita … Narasi itu
mendunia, melampaui sejarah, melampaui budaya: ia begitu saja hadir, seperti
kehidupan itu sendiri.” 2
Alkitab juga berisi berbagai kisah atau narasi didalamnya, bahkan narasi
merupakan genre terbesar dalam Alkitab. Jefrey D. Arthurs dalam bukunya
memperkirakan bahwa narasi mencakup 60% dari keseluruhan Alkitab. 3 Secara khusus
dalam Perjanjian Lama, narasi (cerita) mengambil hampir setengahnya, suatu prosentase
2
Jeffrey D. Arthurs, Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika yang
Dinamis, pen. Timotius Fu (Malang: Literatur SAAT, 2007), 84.
3
Ibid., 85.
yang cukup besar dari Alkitab. 4 Dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai kisah seperti
kisah tentang Adam dan Hawa di Taman Eden, Samson dan Delila, Daud dan Goliat,
kisah Daniel di dalam gua singa, Yunus di mulut ikan, kisah pencobaan Ayub atau kisah
kehidupan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa dan Daud. Beberapa kitab
berikut mengandung sebagian besar bahan narasi: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Yosua,
Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra,
Nehemia, Daniel, Yunus dan Hagai. Beberapa kitab lainnya mempunyai sejumlah narasi
yang menyelingi dalam teks seperti : Ayub, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Jadi, jelaslah
bahwa narasi adalah genre yang penting. Rupanya, Allah menghargai narasi (cerita)
sebagai sebuah bentuk komunikasi. Allah menggunakan sastra narasi untuk
mengkomunikasikan kebenaran teologis kepada kita.
Definisi Narasi
Apa yang dimaksud dengan narasi Alkitab? Definisi secara umum menyebutkan
bahwa narasi adalah bentuk wacana yang bertujuan menceritakan peristiwa atau
serangkaian peristiwa. Metodenya berupa laporan yang berpusat pada peristiwa. 5 Dalam
kaitannya dengan narasi sebagai bentuk sastra dalam Alkitab, Arthurs memberikan
definisi yang baik tentang narasi Alkitab sebagai “sebuah catatan yang akurat secara
historis, dirancang secara artistik dan dapat dipahami mengenai orang-orang dan
tindakan-tindakan di dalam sebuah rancangan setting untuk memperkenalkan Allah
dan memberikan pengajaran kepada pembacanya.” 6
Dari definisi Arthurs tentang narasi, ada 3 hal penting yang menjelaskan narasi.
Pertama, narasi adalah catatan yang akurat secara historis. Definisi ini menegaskan
tentang sifat historis Alkitab dimana Alkitab mengungkapkan kebenaran yang sejati.
Kedua, narasi dirancang secara artistik. Para narator Alkitab melakukan seleksi,
mengatur dan melukiskannya melalui keterampilan mereka. Oleh sebab itu, Walter
Kaiser berpendapat bahwa “sangat penting untuk memahami konteks luas di mana
sebuah narasi ditempatkan dan bertanya mengapa sang penulis menempatkan rangkaian
peristiwa yang terpilih dalam urutan peristiwa yang begitu teliti.” 7 Ketiga, narasi
dirancang untuk memperkenalkan Allah dan memberikan pengajaran kepada pembaca.
Narasi bertujuan bukan hanya untuk memperkenalkan Allah, tetapi juga untuk
mengajar pembaca (Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11; 2 Tim. 3:16). Arthurs mengistilahkan kedua
4
J. Scott Duvall dan J. Daniel Hays, Grasping God’s Word : A Hands-On Approach to Reading,
Interpreting, and Applying the Bible (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), 294.
5
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa dan Hani’ah, Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), 103.
6
Arthurs, Preaching with Variety, 86.
7
Walter C. Kaiser Jr., Toward an Exegetical Theology: Biblical Exegesis for Preaching and Teaching
(Grand Rapids: Baker, 1981), 205.
tujuan dari narasi ini dengan menyatakan bahwa narasi Alkitab bersifat teologis dan
retorika. Teologis, karena untuk memperkenalkan Allah; dan retorika, karena
mendorong pembaca untuk meresponinya. 8
Narasi-narasi Perjanjian Lama mempunyai alur cerita yang menjadi bagian dari
alur keseluruhan yang khusus dan memiliki sejumlah pelaku, termasuk didalamnya
adalah Allah itu sendiri. Dengan kata lain, ada tingkatan-tingkatan alur cerita dalam
narasi Perjanjian Lama. Gordon D. Fee dan Douglas Stuart 9 menjelaskan bahwa narasi
Alkitab bangsa Yahudi berkomunikasi dalam 3 tingkatan, yaitu :
8
Arthurs, Preaching with Variety, 88.
9
Gordon D. Fee dan Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan
Tepat (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982), 75-77.
Duvall dan Hays mendefinisikan tentang narasi sebagai bentuk sastra yang
ditandai dengan waktu tindakan yang berurutan dan melibatkan plot, latar (setting), dan
karakter-karakter (penokohan). 10 Definisi tersebut menyebutkan beberapa fitur sastra
yang terdapat dalam narasi. Ada 4 unsur penting dalam narasi, yaitu plot, latar (setting),
karakter, dan sudut pandang narator. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fitur tersebut
dengan penambahan fitur-fitur khusus yang lain untuk meneliti dan mengamati narasi
Perjanjian Lama.
1. Adegan (Scene)
Adegan adalah gabungan situasi yang erat hubungannya dengan tindakan dan para
tokoh yang membentuk bangunan dasar kisah-kisah Perjanjian Lama. 11 J. P.
Fokkelman seperti dikutip oleh Walter C. Kaiser menyatakan bahwa “Dalam prosa
Perjanjian Lama, adegan merupakan unit yang terpenting dalam bangunan cerita
itu.” Peranan adegan sama seperti paragraf dalam penulisan prosa secara umum,
yang biasanya memberikan satu gagasan utama untuk setiap adegan. 12 Adegan dapat
dibagi berdasarkan perubahan-perubahan dalam : 13
a. Waktu
Perpindahan waktu sering menandai pembatas adegannya. Panggilan kepada
Samuel dalam 1 Samuel 3 menjadi ilustrasi yang baik tentang pembagian adegan
berdasarkan waktu. Berikut ini diberikan contoh pembagian adegan berdasarkan
waktunya :
10
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 295.
11
Richard L. Pratt Jr., He Gave Us Stories : Ia Berikan Kita Kisah-Nya, Panduan bagi Siswa Alkitab
untuk Menafsirkan Narasi Perjanjian Lama, pen. Hartati M. Notoprodjo (Surabaya: Penerbit Momentum, 1998),
174.
12
Walter C. Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, pen. Lina Maria-Ngendang
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), 83.
13
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 83-85. Penjelasan lebih dalam tentang
“Adegan” dapat dibaca dalam Pratt Jr., He Gave Us Stories, 173-202.
I. Hari-hari sebelumnya – 1 Samuel 3:1 (“Pada masa itu firman TUHAN jarang”)
II. Suatu malam – 1 Samuel 3:2-14
III. Keesokan paginya – 1 Samuel 3:15-18
IV. Hari-hari berikutnya – 1 Samuel 3:19 – 4:1a
b. Tempat
Ilustrasi mengenai perubahan dalam adegan-adegan berdasarkan pergantian
tempat dapat dilihat melalui 1 Raja-Raja 17 berikut ini :
I. Istana – 1 Raja-Raja 17:1
II. Tepi Sungai Kerit – 1 Raja-Raja 17:2-7
III. Pintu Gerbang Kota Sarfat – 1 Raja-Raja 17:8-16
IV. Rumah Janda di Sarfat – 1 Raja-Raja 17:17-24
2. Plot
Mengeksplorasi plot adalah sebuah perluasan tentang pertanyaan apa? (What) dan
bagaimana? (How). 14 Plot adalah rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan
sebab-akibat dalam sebuah cerita yang bergerak dari ketidakseimbangan ke arah
pemecahan masalah, dari peningkatan ketegangan ke arah penurunan ketegangan
melalui penyusunan adegan-adegan.15 Elemen dasar dari plot adalah konflik,
misalnya : pribadi versus pribadi (Daud vs Goliat), pribadi versus alam (para murid
di atas Laut Galilea), pribadi versus diri sendiri (Yesus bergumul di Taman
Getsemani), pribadi versus makhluk supranatural (Yakub vs malaikat), pribadi versus
kolektif (Yesus vs orang Farisi). 16 Plot dapat berfungsi pada tingkat makro (seluruh
kitab) atau mikro (suatu perikop tunggal). 17 Plot dalam buku-buku hermeneutik
sering disebut sebagai alur cerita 18 atau alur dramatis. 19 Plot secara khas bergerak
melewati 6 tahapan berikut ini : 20
14
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 299.
15
Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika : Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab, pen.
Elifas Gani (Surabaya: Penerbit Momentum, 2006), 240; Pratt Jr., He Gave Us Stories, 203-204.
16
Arthurs, Preaching with Variety, 94.
17
Osborne, Spiral Hermeneutika, 240.
18
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 85.
19
Pratt Jr., He Gave Us Stories, 203.
20
Penjelasan tentang tahapan dari Plot dan ilustrasinya dikembangkan dari beberapa sumber berikut :
Arthurs, Preaching with Variety, 92-97; Tremper Longman III dan Raymond B. Dillard, An Introduction To The
Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 2006), 33; Sidney Greidanus, Preaching Christ From The Old
Testament : Mengkhotbahkan Kristus dari Perjanjian Lama, pen. Debora L. Manulaga (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999), 421; Steven D. Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old
Testament Narratives,” Bibliotheca Sacra 154 (Oktober-Desember 1997): 414-416.
(4) klimaks
(2) konflik
(6) kesimpulan
(1) latar belakang (5) resolusi
(4) klimaks
• Kej. 22:9-10
• Kej. 39:11-12
• Est. 5:9-14
3. Karakter (Penokohan) 21
Karakter adalah jawaban untuk pertanyaan Siapa? 22 Pada umumnya, karakter dalam
Perjanjian Lama berfokus kepada 3 kelompok, yaitu : Allah, makhluk supernatural,
dan manusia. Karakter adalah gambaran dari orang-orang yang terlibat di dalam
sebuah cerita. Ia meliputi seluruh sifat fisik, psikologi, sosial, dan spiritual mereka.
Karakter-karakter dalam cerita-cerita di Perjanjian Lama pada umumnya diatur ke
dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh utama atau pemeran utama dalam suatu cerita.
Ia adalah penggumul pertama yang sudut pandangnya kita telusuri melalui
tindakannya. Karakter ini bisa baik ataupun jahat atau pahlawan maupun
penjahat. Contoh : Tokoh protagonis dalam Kejadian 12:1-20 adalah Abram,
dalam 1 Raja-Raja 3:1-15 adalah raja, dalam Kejadian 11:1-9 (kisah Menara
Babel) adalah semua manusia.
21
Uraian yang mendalam tentang karakter atau penokohan dapat dibaca dalam Pratt Jr., He Gave Us
Stories, 147-171.
22
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 300.
b. Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang diarahkan untuk menentang tokoh
protagonis. Ia bisa jahat atau baik, bisa membahayakan atau menguntungkan
tokoh protagonis. Contoh : Tokoh antagonis dalam Kejadian 11:1-9 (kisah
Menara Babel) adalah Allah; dalam Kejadian 12:10-20 adalah Firaun.
c. Ambivalen
Tokoh ambivalen adalah tokoh yang tidak jelas dukungannya terhadap pemeran
protagonis atau antagonis. Contoh : Tokoh ambivalen dalam 1 Raja-Raja 3:1-15
adalah Putri Firaun.
23
Arthurs, Preaching with Variety, 98-102.
e. Komentar kepenulisan
Sebuah teknik lain untuk membentuk karakter terjadi ketika penulis keluar dari
balik layarnya untuk memasukkan komentarnya ke dalam aliran plot yang ada.
f. Respons dari karakter-karakter yang lain
Teknik penokohan yang lain adalah dengan melihat bagaimana para karakter
saling merespons memberikan penjelasan atas natur mereka masing-masing.
Contoh : Respon Allah terhadap Adam dan Hawa ketika mereka berdosa adalah
mengutuk mereka. Respons tersebut merupakan penjelasan yang cukup bagi
penafsir untuk memutuskan perbuatan mereka sebagai pemberontakan yang
jahat.
g. Foil
Foil adalah sebuah tindakan yang sengaja dibuat sebagai kontras dari protagonis.
Contoh : Ketika Orpa kembali ke Moab, kita melihat kesetiaan dan keberanian
Rut dengan lebih jelas. Ketika Lot memilih padang yang berair dekat Sodom, kita
melihat kemampuan Abraham memilih yang benar.
4. Latar (Setting)
Latar menyediakan dasar di mana plot dan tokoh berkembang. Donald Michie
seperti dikutip oleh Grant R. Osborne menjelaskan bahwa latar mempunyai banyak
fungsi seperti menciptakan suasana, menentukan konflik, menyingkapkan watak
para tokoh yang harus menghadapi masalah atau ancaman yang disebabkan oleh
suatu latar, menawarkan tafsiran mengenai suatu tindakan, dan menimbulkan
asosiasi dan nuansa makna yang ada di dalam budaya para pembaca.24 Latar meliputi
3 hal, yaitu :
a. Waktu
Contoh : Rut tiba kembali di Betlehem bersama Naomi ketika “permulaan
musim menuai jelai” (Rut 1:22). Waktu terus berjalan sampai akhirnya Rut
bekerja memungut jelai di ladang Boas “sampai petang” (2:17). Rut bekerja di
ladang Boas “sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah
berakhir” (2:23).
b. Tempat atau geografis
Contoh : kisah Rut mulai dari Betlehem (1:1), bergeser ke Moab (1:1), dan
kemudian kembali ke Betlehem (1:19).
c. Historis
Contoh : kisah Rut berlatar “pada zaman para hakim memerintah” (Rut 1:1).
24
Osborne, Spiral Hermeneutika, 242.
25
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 86.
26
Osborne, Spiral Hermeneutika, 236-238. Penjelasan lebih lanjut dapat membaca buku tersebut.
untuk menyatakan bahwa Allah berjanji membangun satu dinasti dari Daud dan
tidak menyuruh Daud membangun rumah bagi-Nya.
32
Ibid., 96-97.
33
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 298, 303-304.
34
Pembahasan yang lebih dalam tentang “ironi” dapat dilihat dalam : Duvall dan Hays, Grasping God’s
Word, 305-306; Arthurs, Preaching with Variety, 113-116.
35
Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old Testament Narratives,” 413-425.
36
Ibid., 425-436.
(1) Membangun poin-poin teologis yang dikembangkan dari unsur “krisis” dan
“resolusi” dari plot.
Contoh :
Kejadian 12:10-20
I. Krisis menggoda orang percaya untuk menggeser imannya dari Tuhan demi
rencana pribadi (Kej. 12:10-13)
A. Hal ini telah terjadi kepada Abram (Ceritakan kisahnya)
B. Hal ini dapat terjadi kepada anda (berikan contoh)
II. Rencana pribadi saja akan menambah masalah (Kej. 12:14-20)
A. Rencana pribadi membahayakan tujuan Allah (ay. 14-16)
B. Rencana pribadi membahayakan berkat Allah (ay. 17-20)
Kesimpulan : Pergeseran iman kita dari Tuhan untuk rencana pribadi hanya
akan membahayakan tujuan dan berkat Allah.
(2) Menceritakan kembali kisah dalam suatu rangkaian gerak yang memimpin
kepada ide besar.
Contoh :
1 Samuel 16:1-13
Gerakan 1 – Pendahuluan
Gerakan 2 – Samuel datang ke kota (1 Sam. 16:1-5)
Gerakan 3 – Anak-anak Isai diarak di depan Samuel (ay. 6, 8-10)
Gerakan 4 – Allah menolak para kandidat ini atas dasar hati mereka (ay. 7)
Gerakan 5 – Anak yang paling muda adalah pilihan Allah (ay. 11-13)
Gerakan 6 – Ide besar : Allah terkesan dengan hatimu, bukan penampilanmu
Gerakan 7 – Implikasi 1 : Kerjakan hatimu, bukan hanya penampilanmu
Gerakan 8 – Implikasi 2 : Jangan meminimalkan potensimu untuk mengesankan
Allah.
Catatan :
Sesudah gerakan 1, yang terdiri dari pendahuluan khotbah, gerakan 2 dan
menceritakan bagian pertama dari kisah. Gerakan 4 berhenti sejenak untuk
merefleksikan arti “hati” dalam 1 Samuel 16:7. Dalam gerakan 4 ide besar mulai
terbentuk. Tetapi kemudian penceritaan kisah dilanjutkan dengan gerakan 5.
Dalam gerakan 6 ide utama khotbah muncul ke permukaan. Kemudian khotbah
disimpulkan dengan dua baris penerapan dalam gerakan 7 dan 8. Dengan setiap
gerakan sekitar 4 menit panjangnya, maka khotbah diselesaikan dalam 32 menit.
(3) Menceritakan kembali kisah dalam suatu rangkaian gerak yang memimpin
kepada ide besar dan kemudian kembali kepada kisah itu untuk mengeksplorasi
ide besar secara panjang lebar.
Contoh :
Ester 1 – 10
Pendahuluan
I. Kisah
Gerakan 1 (Adegan : Ester 1-2)
Gerakan 2 (Adegan : Ester 3-4)
Gerakan 3 (Adegan : Ester 5:9-19)
Gerakan 4 (Adegan : Ester 9:20 – 10:3)
II. Ide besar : Anda tidak dapat melihat atau mendengar Allah, tetapi Dia
mengendalikan nasib Anda! Apakah ini benar?
A. Allah mengontrol nasib Anda terlepas dari ketidakpekaan rohani orang-
orang di sekitar Anda
B. Allah mengontrol nasib Anda terlepas dari orang-orang yang mustahil ada
dalam tempat-tempat yang menonjol
C. Allah mengendalikan Anda terlepas dari peristiwa-peristiwa yang tidak
dapat diperkirakan
D. Allah mengendalikan Anda terlepas dari keadaan orang yang tidak dapat
diubah
CATATAN-CATATAN
BAGIAN KEDUA :
A. Judul Kitab
Judul kitab ini berasal dari bahasa Inggris Genesis dimana kata ini datang dari
Alkitab berbahasa Latin Vulgata (Liber Bresith id est Genesis) yang diterjemahkan dari
Perjanjian Lama berbahasa Yunani Septuaginta atau LXX (, genesews),
artinya “asal mula atau permulaan.”1 Kata Yunani ini merupakan terjemahan dari kata
Ibrani todl=ot (tol=dot) dalam Kejadian 2:4 dan 5:1, 2 yang berarti “generasi, keturunan,
riwayat.” 3 Septuaginta menggunakan kata genesews berdasarkan setiap judul dari
sepuluh bagian kunci yang menunjuk kepada asal-usul yang berbeda. Judul dari sepuluh
bagian kunci ini dinyatakan dengan ungkapan h` bibloj ge,nesewj (}h biblos
geneseos) yang artinya “daftar keturunan atau buku yang menceritakan tentang
generasi.”
Dalam Alkitab Ibrani, judul kitab ini diambil dari kata pertama kitab, yaitu
tyv!ar@B= (B=r@v't), yang artinya “pada mulanya.” 4 Ini mengikuti kebiasaan penamaan
kitab-kitab dalam Pentateukh yang didasarkan atas kata pertama atau dua kata pertama
dari tiap kitab. Judul ini sesuai dengan isinya karena Kitab Kejadian menceritakan awal
dari banyak hal.
Dalam kanon Ibrani, Kitab Kejadian merupakan kitab pertama dalam bagian
pertama dari kanon yang disebut Torah atau “hukum, pengajaran.”5 Demikian juga
1
Victor P. Hamilton, “The Book of Genesis Chapter 1-17” dalam NICOT (Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1990), 1.
2
William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Chicago:
The University of Chicago Press, 1979), 154.
3
Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew and English Lexicon of the Old Testament
(Oxford: Clarendon Press, 1906), 410.
4
Kata ini berasal dari kata tyvar@ (r@av't) yang artinya “permulaan” atau “titik awal” dari waktu. Lihat
William L. Holladay, CHALOT (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 330.
5
Alkitab Ibrani terdiri dari 3 bagian yang disingkat dengan Tanakh, yaitu : Torah (Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, Ulangan), Nebi’im atau Para Nabi (Nabi awal : Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-
raja; Nabi akhir : Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi), dan Ketubim atau Tulisan-tulisan (Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung,
Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra-Nehemia, 1-2 Tawarikh).
dalam kanon Kristen, Kitab Kejadian merupakan kitab pertama dalam bagian pertama
yang disebut Pentateukh yang berasal dari bahasa Yunani pentateukhos.6
C. Kepenulisan
Secara umum Pentateukh adalah suatu karya yang tidak menyatakan dengan jelas
siapa penulisnya. Oleh sebab itu ada yang menyebutnya sebagai karya anonim. 7 Kitab
Kejadian khususnya juga tidak menyebutkan dengan jelas identitas dari penulisnya.
Meskipun demikian, sampai dengan abad ke-19 orang Yahudi maupun orang
Kristen pada umumnya menerima Musa sebagai penulis Kitab Kejadian. 8 Tetapi
menjelang pertengahan abad ke-19, terutama dengan muncul dan berkembangnya
pelajaran yang disebut Kritik Tinggi (Higher Criticism) atau Kritik Sastra terutama Kritik
Sumber, kepenulisan Musa atas Kitab Kejadian diragukan dan disanggah. 9
Selama abad ke-19 teori sumber-sumber pada umumnya diterima oleh ahli-ahli
Perjanjian Lama. Tetapi pada abad ke-20, terutama atas pengaruh Gunkel, muncul
beberapa ahli yang bersifat kritis terhadap teori tersebut dan mengkritiknya.
Bagaimanapun juga sesungguhnya teori sumber-sumber mempunyai berbagai kelemahan
di dalamnya karena teori dan hipotesis yang dihasilkannya bersifat dugaan dan
problematik. 10
Sesungguhnya, apabila semua bukti yang mendukung kepenulisan Musa atas
Pentateukh diteliti, sulit untuk menyangkal bahwa Musalah yang menulis Pentateukh,
khususnya Kitab Kejadian. Bukti kepenulisan Musa dapat dilihat dalam 2 kategori 11 :
6
Alkitab Kristen terdiri dari 4 bagian, yaitu : Pentateukh (Kejadian – Ulangan), Sejarah (Yosua,
Hakim-Hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-Raja, 1 & 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester), Syair dan Hikmat
(Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung), dan Nabi-Nabi (Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel,
Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi).
7
Lihat Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 1998), 63 dan W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, pen. Werner Tan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 101.
8
John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1975), 17; Thomas Nelson Inc., Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts : Old
and New Testaments (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1993), 4.
9
Salah satu hasil dari Kritik Sumber adalah kesimpulan bahwa sejarah yang ditulis dalam kitab-kitab
bukan yang sesungguhnya terjadi, melainkan merupakan sejarah menurut tradisi-tradisi orang Yahudi. Hasil dari
studi Kritik Sumber adalah ditulisnya kembali sejarah Israel menurut teori-teori sumber yang berbeda dengan
yang ditulis dalam Alkitab. Penjelasan lebih lanjut tentang Teori Sumber-Sumber dapat dilihat di : J.
Blomendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 17-22; R. K. Harrison,
Introduction to the Old Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1969); Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991), 120-127.
10
Carl A. Reed mencatat setidaknya ada 8 kelemahan dari teori sumber. Lihat Lampiran 1.
11
Ibid., 54-55. Juga Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, 20-23 dan Wolf, Pengenalan Pentateukh, 66-69.
D. Tahun Penulisan
12
Allen P. Ross, Creation and Blessing (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 35. Lihat juga
Thomas Nelson Inc, Nelson’s Complete Book of Bible Maps and Charts Third Edition (Nashville: Thomas
Nelson Publisher, 1982), 4; John W. Wenham, “Moses and the Pentateukh,” dalam The New Bible Commentary,
peny. Donald Guthrie dan lain-lain (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1970), 41-43;
Lasor, Hubbard, Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, 101-04; Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, 107; Richard L.
Pratt Jr., Ia Berikan Kita Kisah-Nya, diterjemahkan oleh Hartati Mulyani Notoprodjo (Surabaya: Penerbit
Momentum, 1998), 314; dan Wolf, Pengenalan Pentateukh, 70-76. Buku terakhir memberikan penjelasan lebih
mendetail tentang sumber-sumber lain yang digunakan Musa untuk menyusun Kitab Kejadian.
13
Brown, Driver, dan Briggs, BDB, 408.
14
BDB mengartikan kata ini sebagai “generasi” atau “catatan tentang laki-laki dan keturunannya” (hal.
410). CHALOT mendefinisikannya sebagai “keturunan” atau “sejarah” (hal. 387).
Setiap kali formula tol=dot muncul, biasanya mempunyai 2 tujuan utama yaitu untuk
memulai cerita baru dan untuk menghubungkan cerita baru tersebut dengan cerita yang
sebelumnya.
Meskipun struktur sastra ini jelas terlihat dalam Kitab Kejadian, kitab ini sering
dipelajari berdasarkan pendekatan kedua yaitu berdasarkan isi dan gayanya. Berdasarkan
isi dan gayanya Kitab Kejadian terbagi dalam dua bagian.
1. Kejadian 1 – 11
Bagian pertama menjelaskan tentang sejarah permulaan dunia dan meliputi waktu
antara penciptaan dan menara Babel. Bagian ini meliputi periode waktu yang tidak
terhitung lamanya di masa lampau dan didominasi oleh 4 peristiwa penting yang
membentuk dasar bagi seluruh sejarah Alkitab yang selanjutnya. Keempat peristiwa
penting itu adalah penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, penghukuman
manusia melalui air bah, dan penyebaran manusia melalui peristiwa menara Babel.
2. Kejadian 12 – 50
Bagian kedua mengenai sejarah permulaan umat Allah. Bagian ini dicirikan dengan
perlambatan alur drama (plot) dan fokus kepada satu orang, Abraham, dan
keluarganya sepanjang empat generasi (Abraham dan keturunannya yaitu Ishak,
Yakub, dan Yusuf), yang melalui mereka Allah akan memberkati bangsa-bangsa lain.
Kedua bagian dari Kitab Kejadian ini mulai dengan penciptaan yang diprakarsai oleh
firman Allah. Dalam Kejadian 1:1 Allah mengadakan alam semesta dengan kuasa
firman-Nya; sedangkan dalam Kejadian 12:1 Allah mengadakan umat pilihan-Nya
dengan kuasa firman-Nya. Panggilan Abraham (Kej. 12) adalah pokok yang sangat
penting dalam kitab ini. Perjanjian Allah kepada Abraham adalah dasar bagi program
Allah untuk membawa keselamatan kepada semua bangsa.
REFERENSI 1:1 ------------ 3:1 --------------- 6:1 -------------- 10:1 ------------- 12:1 ----------- 25:19 ----------- 28:1 ------------- 37:2 ------ 50:26
Penciptaan
Kejatuhan
Abraham
Air Bah
Bangsa-
bangsa
Yakub
Yusuf
Ishak
BAGIAN
Mesir
Daerah subur Bulan Sabit Kanaan
LOKASI (Kanaan
(Eden – Haran) (Haran – Kanaan)
– Mesir)
81 tahun
± 2000 tahun 281 tahun (1885-
WAKTU
(± 4000+ – 2166 sM) (± 2166 – 1885 sM) 1804
sM)
Sumber : Nelson’s Complete Book of Bible Maps and Charts © 1993 by Thomas Nelson, Inc.
Tujuan penulisan Kitab Kejadian adalah sebagai berikut : (1) untuk menyajikan
pemberontakan manusia melawan penciptanya dan akibatnya yang mengerikan,
(2) untuk memberikan dasar historis bagi perjanjian Abraham dengan jalan mana Allah
dengan kemurahanNya akan mengadakan jalan keluar bagi pemberontakan manusia,
dan (3) untuk mendorong iman dalam Yahweh dengan memperkenalkan pilihan dan
pemisahanNya atas Israel bagi diriNya sendiri sebagai suatu resolusi atas akibat yang
mengerikan dari pemberontakan manusia. 15
Tema utama Kitab Kejadian adalah sebagai berikut : (1) Permulaan segala
sesuatu. Dalam kitab ini dapat dilihat tentang permulaan dunia, asal mula manusia,
masuknya dosa dalam dunia, kejatuhan manusia dalam dosa, diikuti oleh janji Allah
untuk menyelamatkan, bagaimana awalnya bangsa Israel menjadi umat pilihan Allah.
(2) Berkat dan kutuk. Dalam Kitab Kejadian berkat dan kutuk merupakan tema besar.
15
David E. Malick, “An Introduction to Genesis,” online: http://www.bible.org/, diakses 26 Januari
2009.
16
Carl A. Reed, “Torah : Kejadian – Ulangan” (bahan kuliah yang tidak diterbitkan dalam Torah,
Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1993), 3-4.
17
Parlaungan Gultom, “Analisa Perjanjian Lama” (Makalah diajukan untuk matakuliah Independent
Study, Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap, 1987), 6.
II. Permulaan Umat Allah Melalui Satu Keluarga (Kej. 12:1 – 50:26)
A. Abraham (Psl. 12:1 – 25:18)
1. Panggilan TUHAN dan Ketaatan Abram (12:1-9)
2. Abram Mengungsi ke Mesir (12:10-20)
3. Abram dan Lot (13:1 – 14:24)
4. Perluasan Perjanjian TUHAN dengan Abram (15:1 – 17:27)
5. Abraham, Lot dan Sodom (18:1 – 19:38)
6. Abraham dan Abimelekh (20:1-18)
7. Abraham dan Ishak (21:1 – 22:24)
8. Akhir Hidup Sarah dan Abraham (23:1 – 25:11)
9. Keturunan Ismael (25:12-18)
B. Ishak (Psl. 25:19 – 27:46)
1. Keturunan Ishak (25:19-34)
2. Ishak dan Abimelekh (26:1-35)
3. Ishak memberkati Yakub (27:1-40)
C. Yakub (Psl. 27:41 – 36:43)
1. Yakub Melarikan Diri ke Kanaan (27:41 – 30:43)
2. Yakub Kembali ke Kanaan (31:1 – 33:20)
3. Yakub Tinggal di Kanaan (34:1 – 36:43)
D. Yusuf (Psl. 37:1 – 50)
1. Kecurangan Keluarga Yusuf (37:1 – 38:30)
a. Yusuf Dibenci Saudara-saudaranya (37:1-11)
b. Yusuf Dijual ke Mesir (37:12-36)
c. Yehuda dan Tamar (38:1-30)
2. Pemuliaan Yusuf (39:1 – 41:57)
a. Yusuf di Rumah Potifar (39:1-23)
b. Yusuf di dalam Penjara (40:1-23)
c. Yusuf Menafsirkan Mimpi di Istana Firaun (41:1-36)
d. Yusuf Dimuliakan di Seluruh Mesir (41:37-57)
3. Yusuf Menyelamatkan Keluarga Yakub (42:1 – 50:26)
a. Yusuf Bertemu dengan Saudara-saudaranya (42:1 – 45:28)
b. Yakub Pindah ke Mesir (46:1 – 47:12)
c. Yusuf Mempersiapkan Mesir Menghadapi Kelaparan (47:13-26)
d. Akhir Hidup Yakub (47:27 – 50:14)
e. Yusuf Memaafkan Saudara-saudaranya (50:15-21)
f. Akhir Hidup Yusuf (50:22-26)
BAGIAN KETIGA :
Pemikiran tentang asal usul dunia dan manusia merupakan hal penting bagi
manusia. Tidak ada pembahasan yang paling menarik dalam hidup selain pembahasan
tentang asal usul segala sesuatu. Minat terhadap asal usul ini begitu umum dan
konsisten dalam hidup manusia dan oleh karenanya dianggap sebagai pembawaan sejak
lahir.
Kitab Kejadian pasal 1 telah menjadi titik pusat perdebatan yang sengit antara
para ahli ilmu pengetahuan modern dengan para sarjana Alkitab injili; antara ilmu
pengetahuan modern dengan teologi Alkitab. Bahkan ada sebagian sarjana Alkitab yang
rela meninggalkan tafsiran harfiah dari Alkitab kepada tafsiran yang puitis agar sesuai
dengan teori zaman sekarang.
Tetapi jika dimengerti dengan benar naskah Alkitab tidak menunjukkan
kemustahilan ilmiah dan karena itu dapat diterima apa adanya. Naskah Kejadian 1
sesungguhnya ditulis dalam bentuk prosa dan bukan puisi. Ini terbukti dengan
seringnya penggunaan bentuk waw konsekutif yang merupakan ciri khas dari bentuk
prosa yang membedakan dengan bentuk puisi dalam Alkitab Ibrani. 1 Oleh sebab itu
penting sekali untuk menafsirkan Kitab Kejadian dengan tafsiran harfiah sembari
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendamaikan perbedaan yang nyata antara
ilmu pengetahuan dan kebenaran teologis yang dinyatakan.
1Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air”
Ada beberapa pokok penting dalam 2 ayat pembukaan dari seluruh kitab
dalam Alkitab ini yang perlu menjadi perhatian.
1
Lihat Wilfred G.E. Watson, “Classical Hebrew Poetry : A Guide to its Techniques” dalam Journal for
the Study of the Old Testament Supplement Series 26 (Sheffield: JSOT Press, 1984), 44-54. Watson menyebut
waw konsekutif sebagai elemen dari bentuk prosa yang membedakannya dengan bentuk puisi.
Allah disini diperkenalkan secara sederhana sebagai seseorang yang telah ada
sebelum segala sesuatu di alam semesta ini. Keberadaan Allah hanya
diasumsikan ada. Ia menyatakan diri-Nya sebagai <yh!la) $ (a$l)h]m). Kata
benda a$l)h]m ini adalah penggunaan khusus dari bentuk jamak untuk
Allah yang menunjukkan kebesaran, kemuliaan atau keagungan-Nya,
menambahkan penekanan atas kekuasaan memerintah-Nya. 3 Kebesaran dan
kekuasaan-Nya dinyatakan lebih lanjut dalam karya penciptaan-Nya selama 6
hari. Oleh sebab itu nama a$l)h]m menyatakan Allah sebagai subyek dari
semua aktivitas ilahi yang dinyatakan kepada manusia dan Allah sebagai
obyek dari semua penghormatan dan ketakutan manusia. 4
2
William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 330; Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew
and English Lexicon of the Old Testament (Oxford: Clarendon Press, 1906), 912; Allen P. Ross, Creation and
Blessing (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 721.
3
Bentuk jamak dari kata benda mempunyai beragam penggunaan, seperti : (1) plural respect; (2) plural
of intensity; (3) plural of majesty; atau (4) potential plural. Lihat Allen P. Ross, Creation & Blessing : A Guide
To The Study And Exposition of Genesis (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1988), 721; bnd. GKC, 396-
399.
4
C. F. Keil dan F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testaments, 25 vol. (Grand Rapids:
Eerdmans, 1968), 1:112.
Kata kerja Ibrani yang dipakai untuk kata “menciptakan” adalah ar*B* (B*r*a).
Kata ini digunakan secara eksklusif dalam Alkitab bagi aktifitas atau tindakan
Allah. 5 Jika subyeknya adalah manusia maka kata yang digunakan biasanya
kata “mengerjakan atau menjadikan” (hc*u* [u*c>]), 6 “membentuk atau
membuat” (rx^y` [y`x^r]),7 atau “membangun” (hn*B* [b*n>])8 seperti dalam
Yesaya 45:7. Pada dasarnya kata B*r*a digunakan bagi aktifitas Allah dimana
Dia menciptakan sesuatu yang baru, segar dan sempurna. Kata ini dapat
digunakan untuk penciptaan sesuatu dari yang tidak ada (creatio ex nihilo),
tetapi ide harus datang dari konteks dan tidak dari arti yang melekat dari kata
ini.
Jawaban :
5
Holladay, CHALOT, 47.
6
Brown, Driver, Briggs, BDB, 793.
7
Ibid., 427.
8
Ibid., 124.
9
Merismus adalah penggunaan dua pernyataan berlawanan untuk menunjukkan keseluruhan, misalnya
siang dan malam, tua dan muda, duduk dan berdiri. Lihat E. W. Bullinger, Figures of Speech Used in the Bible
(Grand Rapids: Baker Book House, 1968), 435; Tremper Longman III, “Merism” dalam Dictionary Of The Old
Testament Wisdom, Poetry & Writings (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 2008), 464-466.
Kata Ibrani yang dipakai untuk kata “belum berbentuk dan kosong” adalah
WhT) (T)hW) dan WhB) (B)hW). Secara literal kedua kata itu artinya “tandus” 10
dan “kosong.” 11 Kata pertama menggambarkan sesuatu yang terbuang tanpa
bekas, kekosongan secara fisik, kacau-balau, atau hancur (Yes. 24:10; 34:11;
45:18). Dalam arti metafora kata ini digunakan untuk apa yang jelek dan sia-
sia (1 Sam. 12:21; Yes. 29:21). Jadi, kata T)hW pada dasarnya menggambarkan
bentuk yang kurang sempurna.12
Kata kedua muncul hanya dua kali, dimana dalam kedua kemunculannya
selalu dengan kata T)hW, yang artinya “kosong.” Dalam kedua ayat tersebut
(Yer. 4:23; Yes. 34:11) kata B)hW menggambarkan penghukuman Allah.
Gabungan kedua kata ini dalam literatur nubuatan membangun sebuah
penafsiran yang mirip kepada Kejadian 1. Oleh sebab itu, ada orang yang
menafsirkan “tandus dan kosong” sebagai keadaan yang dihukum Allah. Dari
dasar ini terbentuk Teori Celah (Gap Theory). Tetapi Yesaya 45:18
menegaskan bahwa Allah tidak menciptakan bumi kosong tetapi untuk
menjadi siap dihuni.
Jadi maksud dari kata Whb)w` Wht) (t)hW w*b)hW) adalah bahwa bumi belum
siap untuk dihuni atau ditempati oleh manusia. Mengapa demikian? Karena
air dan darat belum dipisahkan dan belum ada tanaman atau binatang.
Tafsiran ini didukung oleh :
1) Bentuk kalimat bahasa Ibrani dalam ayat ini (waw disjunctive) tidak
mendukung ada celah di antara ayat 1 dan 2. 13
Tipe klausa dalam Kejadian 1:2 adalah waw disjunctive yang melukiskan
sesuatu yang ada dalam anak kalimat yang mendahului, bukannya sesuatu
10
Holladay, CHALOT, 387.
11
Ibid., 34.
12
Ross, Creation & Blessing, 722.
13
Menurut Thomas O. Lambdin, ada 2 tipe utama dari klausa hubungan, yaitu : (1) conjunctive-
sequential, dimana klausa kedua bersifat temporal atau logis posterior atau sekuensial (kelanjutan) dari klausa
pertama; (2) disjunctive, dimana klausa kedua ada dalam beragam hubungan, yang semuanya non-sekuensial,
dengan klausa pertama. Perbedaan antara kedua tipe hubungan itu ditandai dengan jenis kata yang berdiri segera
sesudah waw : jika klausa conjunctive susunannya adalah waw + kata kerja, sedangkan jika klausa disjunctive
susunannya waw + non-kata kerja. Lihat Thomas O. Lambdin, Introduction To Biblical Hebrew (New York:
Charles Scribner’s Sons, 1971), 162.
yang terjadi sesudah itu. 14 Artinya frasa “bumi belum berbentuk dan
kosong” melukiskan keadaan saat Allah menciptakan langit dan bumi.
Jadi tidak ada celah apapun di antara ayat 1 dan 2
2) Menurut Yesaya 45:18, Allah tidak menciptakan bumi supaya “kosong.”
“Gelap gulita”
Istilah “gelap gulita” yang dalam bahasa Ibraninya Ev#j) (j)v#E) tidak
digunakan dalam Alkitab untuk menunjukkan apa yang baik. Istilah ini
seringkali digunakan dalam hubungannya dengan penghukuman Allah,
bagian dari gambaran normal tentang kegelapan, malam, dan kejahatan
(secara metafora). 15 Jadi dalam ayat ini gelap gulita berarti bukan saja sinar
terang belum menembus sampai ke permukaan bumi, tetapi juga mendukung
pokok bahwa keadaan bumi ini masih perlu dikerjakan Allah sebelum siap
untuk dihuni manusia. Maksudnya bukan bumi itu “jahat,” tetapi masih
belum “baik,” atau belum siap untuk manusia. Oleh sebab itu, ketika Allah
mengoreksi kegelapan tersebut dengan penciptaan terang, Dia berkata bahwa
penciptaan terang itu “baik.”
• Cara Allah menciptakan : “Berfirmanlah Allah ... jadilah ... dan jadi” – Kej.
1:3, 6-7, 9, 11, 14-15, 24.
Awal dari catatan tentang penciptaan ini dibuka dengan kata kerja rm#aY)w~
(w~Y)m#r) artinya “dan berfirmanlah” yang menunjukkan cara Allah
menciptakan dunia ini, yaitu dengan Firman Allah. Kata kerja ini
menetapkan nada bagi penekanan ini di sepanjang pasal dan sampai akhir
dari penyataan Alkitab (Mzm. 33:9; Yoh. 1:1-3; 1 Kor. 8:6; Kol. 1:16). Kata
w~Y)m#r muncul 9 kali dalam pasal 1. Kata kerja selanjutnya, yh!yw+ ~ .... yh!y+
(y+h] .... w~y+h]) “jadilah .... dan jadi,” semakin menegaskan bahwa Allah
menciptakan dunia ini hanya dengan firman-Nya. Allah tidak perlu
menggunakan alat untuk menjadikan sesuatu. Ada kuasa dalam firman-Nya.
14
E. Kautzsch dan A. E. Cowley, Gesenius’ Hebrew Grammar (Oxford: Clarendon Press, 1910), 453.
15
Ross, Creation & Blessing, 722; Bnd. Brown, Driver, Briggs, BDB, 365.
Adapun dalam PL itu sendiri yang dimaksud dengan hari ada 4 arti :
1) 12 jam siang (dibandingkan dengan 12 jam malam) : Kej. 7:14; 8:22.
2) 24 jam (malam dan siang) : Kej. 7:17; 31:23.
3) Waktu atau musim : Kej. 30:14; Amsal 25:13.
4) Satu waktu khusus : Yes. 2:12; Yer. 50:31.
Arti yang tepat seharusnya diambil dari konteks dan berdasarkan konteks
maka arti hari dalam penciptaan adalah 24 jam dengan alasan :
1) Arti 24 jam adalah arti yang biasa. Hanya diberi arti yang lain jika jelas
dalam konteks dan setiap kali “hari” dijelaskan dengan nomor, artinya
selalu 24 jam.
2) Frase “Jadilah petang dan jadilah pagi” yang menjelaskan “hari”
mendorong pengertian 24 jam.
3) 7 hari dalam penciptaan dipakai sebagai dasar bagi Israel untuk bekerja [6
hari] dan istirahat [1 hari] (Kel. 20:11; 31:17).
4) Dalam Kejadian 1:14, kata “hari” terdapat dalam hubungan dengan kata
“tahun.” Hal ini jelas sekali dipakai dengan arti yang biasa, yaitu tahun
sebagai 365 hari dan hari 24 jam.
16
Penjelasan yang lebih mendetail dapat dilihat dalam buku John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian :
Suatu Telaah (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 52-55.
Kata ini terdapat 17 kali dalam Perjanjian Lama yang secara literal artinya
“perluasan, sesuatu yang diperluas, permukaan yang luas, angkasa.” 18
Berdasarkan konteks dalam Kejadian dapat diketahui beberapa hal :
1) Tujuannya adalah untuk memisahkan air yang ada di bawah dari yang ada
di atas (Kej. 1:6-7).
2) Dinamai oleh Allah sebagai “langit” (Kej. 1:8) sama dengan dalam
Kejadian 1:1.
3) Dipakai untuk menjelaskan tempat dimana “burung beterbangan di atas
bumi” (Kej. 1:20).
Oleh sebab itu, arti yang paling wajar untuk cakrawala adalah “atmosfir.”
17
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 49.
18
Brown, Driver, Briggs, BDB, 956. Lihat juga Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 60.
19
Von Rad seperti dikutip oleh John J. Davis dalam Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 66.
26Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi.” 27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan
di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
… 31Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Manusia diciptakan dalam “gambar dan rupa” Allah. Kata <l#x# (x#l#m)
artinya “gambar” 21 atau dalam bahasa Inggrisnya adalah image dan bukan
picture. Kata image lebih menekankan kepada representasi mental dari
seseorang atau sesuatu, sedangkan picture adalah representasi visualnya. 22
20
Ada 2 tafsiran yang mencoba menjelaskan arti “kita” dalam Kejadian 1:28, yaitu : (1) Allah
berunding dengan para malaikat. Penafsiran ini sulit diterima karena malaikat belum disinggung dalam
penjelasan penciptaan, manusia tidak diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat, dan malaikat tidak
menciptakan manusia; (2) Allah berunding dengan diri-Nya sendiri. Penafsiran ini lebih tepat dan sesuai dengan
kebenaran bahwa Allah kita Tritunggal.
21
Holladay, CHALOT, 306.
22
Kata image berasal dari bahasa Latin imago yang artinya salinan atau representasi. Lihat Collins
English Dictionary 10th Edition 2009.
Oleh sebab itu lebih tepat diterjemahkan dengan kata “citra.”23 Kata x#l#m
dipakai 16 kali dalam Perjanjian Lama dimana 5 kali diantaranya mengenai
manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Biasanya dipakai untuk
patung atau berhala. Sedangkan kata tWmd= (d+mWt) yang artinya “bentuk”
atau “rupa,” 24 dipakai 26 kali dalam Perjanjian Lama yang artinya mirip
dengan “gambar,” tetapi bukan persis sama (lih. Yeh. 1:5, 10, 13).
Berdasarkan konteks, manusia dikatakan menggambarkan Allah dalam hal
menguasai bumi seperti Allah menguasai segala sesuatu (Kej. 1:26) dan dalam
hubungan di antara laki-laki dan perempuan yaitu kemampuan untuk
bersekutu. Kedua kata tersebut juga mengacu kepada sifat-sifat rohani yang
sama-sama dimiliki oleh Allah dan manusia. Citra dan rupa inilah yang
menjadikan manusia berbeda sama sekali dari dunia binatang. 25
Manusia diciptakan untuk berkuasa atas ciptaan : “supaya mereka berkuasa ....
taklukkanlah itu .... berkuasalah ...”
Manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah dengan tujuan supaya dia
berkuasa atas bumi. Manusia diberi kuasa untuk “menguasai atau
menaklukkan” (hd*r*, r*d>) bumi. Istilah “menaklukkan” secara tidak
langsung mengandung arti setingkat kedaulatan, pengawasan, dan pimpinan
atas alam (bnd. Maz. 8:6-9). Penguasaan manusia ini mewakili penguasaan
yang penuh kasih dan pemeliharaan Allah atas segala keajaiban ciptaan.
Adam ditunjuk sebagai wakil penguasa dalam wilayah kekuasaan Allah. 26
Panggilan untuk memerintah ini adalah suatu panggilan untuk memajukan
peradaban dan mengatur kekuatan-kekuatan alam. 27 Karunia kekuasaan dan
penggunaan kekuasaan yang efektif atas alam dimaksudkan agar manusia
dapat menikmati lingkungannya dengan sepenuhnya. Manusia diberi kuasa
atas semua binatang tapi bukan untuk memakannya.
23
Alkitab KSILT juga menerjemahkan kata <l#x# (x#l#<) dengan kata “citra.”
24
Ibid., 72.
25
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 85.
26
Leland Ryken, James C. Wilhoit dan Tremper Longman III, Kamus Gambaran Alkitab : The
Dictionary of Biblical Imagery, pen. Elifas Gani dkk (Surabaya: Penerbit Momentum, 2002 & 2011), 5.
27
Erich Sauer seperti dikutip oleh John J. Davis dalam Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 85.
Dari ayat 29 ini kita juga tahu bahwa manusia pada awalnya disediakan
makanan oleh Allah berupa tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
31Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Semua penciptaan dinilai amat baik oleh Allah. Manusia dalam keadaan yang
sesuai dengan kehendak Allah. Ayat ini menjelaskan begitu bodohnya
manusia dalam pasal 3. Walaupun Allah sudah memberikan kepada mereka
hal-hal yang “sungguh amat baik,” mereka berusaha mendapat yang lebih baik
daripada apa yang Allah telah berikan.
Kata “berhenti” berasal dari kata Ibrani tb^v* (v*b^t) yang secara literal
berarti “berhenti, istirahat.” 28 Kata ini secara aktual artinya berhenti, lebih
dari sekedar istirahat seperti dipahami sekarang ini. Kata ini bukanlah suatu
kata yang menunjuk kepada memulihkan kelelahan setelah seminggu bekerja,
28
Brown, Driver, Briggs, BDB, 991; Victor P. Hamilton, “tb^v”* dalam Theological Wordbook Of The
Old Testament, 2 Vol., peny. R. Laird Harris (Chicago: Moody Press, 1980), software BibleWorks 8.
Pada hari ketujuh Allah bukan hanya berhenti dari karya penciptaan-Nya,
tetapi Dia juga menguduskan hari itu dalam peringatan akan penciptaan itu.
Kata “menguduskan” dalam ayat ini berada dalam bentuk piel (vD^q!, q!D^v)
yang berarti “menyatakan sesuatu menjadi kudus.” Artinya Allah menetapkan
hari ketujuh (Sabat) menjadi kudus. Kata “kudus” harus dipelajari
sepenuhnya dalam hubungannya dengan kata “berhenti, istirahat.” Bangsa
Israel menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk beribadah dan melayani
Tuhan. Hari itu menjadi peringatan bahwa mereka, bangsa Israel, adalah
ciptaan Allah juga, bahwa mereka juga bangsa yang kudus milik Allah. Hari
kepunyaan Allah. Penekanannya adalah bahwa mereka yang menikmati
istirahat Sabat harus mengkhususkan Allah dan harus mengkhususkan
aktivitasnya bagi Dia.
1)
2)
3)
4)
5)
Pasal dua menceritakan kisah penciptaan dari segi yang lain. Dalam pasal ini hal-
hal yang berhubungan dengan penciptaan manusia dijelaskan lebih dalam.
• Pendahuluan (2:4a)
Di dalam Kitab Kejadian ada 10 bagian yang dimulai dengan istilah tod)lo= t
hL#a@ (a@L#h tol=dot) yang diterjemahkan dengan “inilah riwayat” atau
“inilah keturunan” (Kej. 2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1;
37:2). Istilah ini merupakan alat struktur yang dipakai penulis kitab untuk
membagi Kitab Kejadian ke dalam 10 bagian.
Kata “ketika” berasal dari kata Ibrani <oyb= (b=yo<) yang secara literal berarti
“dalam hari” atau “pada hari.” Preposisi b= (b=) dalam konteks ayat ini
mempunyai fungsi temporal atau menyatakan waktu yang menunjukkan
kegiatan yang berjalan pada waktu yang sama dengan kata kerja utama
“menjadikan” (hc*u,* u*c>). 29 Oleh sebab itu kata <oyb= (b=yo<) lebih tepat
diterjemahkan dengan “pada waktu” atau “ketika.” 30 Ayat 4b ini merupakan
jembatan di antara pasal 1 dan 2.
“TUHAN Allah”
... 5belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di
padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang
untuk mengusahakan tanah itu; 6tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan
membasahi seluruh permukaan bumi itu ...
Dua ayat ini menyediakan latar belakang bagi penciptaan hidup manusia,
tetapi juga mengingatkan kita tentang apa yang akan terjadi setelah manusia
jatuh ke dalam dosa. Perhatikan hubungan antara keadaan bumi di sini
dengan keadaannya dalam pasal 3 :
Penekanan pada ayat 5-6 ini adalah bahwa Allah sedang mempersiapkan
pertumbuhan yang berlimpah dalam dunia yang sekarang bertumbuh dengan
kesuburan. Tetapi juga, dengan memperhatikan ayat 7, sebelum bumi
tumbuh dengan subur di bawah berkat Allah, Allah memfokuskan perhatian-
Nya atas titik puncak dari penciptaan, yaitu hidup manusia.
“... ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup.”
Cara Allah menciptakan manusia dijelaskan lebih dalam dan rinci pada ayat
ini.
Kata “membentuk” berasal dari kata Ibrani rx^y` (y`x^r) yang berarti
membentuk suatu bahan khusus. Kata ini digunakan ketika berbicara
mengenai seorang penjunan yang membuat periuk (Yes. 29:16; 49:5); tukang
emas yang membuat patung (Yes. 44:9; Hab. 2:18); dan Allah yang
membentuk berbagai hal seperti mata manusia (Mzm. 94:9), hati manusia
(Mzm. 33:15), dan membuat musim (Mzm. 74:17). 32
“Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat”
Memang semuanya ini benar, tetapi jika hanya ini yang tertulis maka ada
bahayanya bahwa manusia akan makin sombong. Jadi dalam pasal 2
hubungan manusia dengan ciptaan yang lain ditekankan. Tetapi
meskipun ditinggikan oleh Allah, manusia adalah makhluk saja sama
seperti semua ciptaan yang lain.
Kata “manusia itu” (<d*ah* *, h*a*d*<) dalam bagian ini menunjuk kepada
manusia pertama, tetapi juga kepada umat manusia. Karena manusia
pertama berasal dari tanah, maka sejak itu seluruh manusia tidak dapat
32
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 78-79. Lihat juga Brown, Driver, Briggs, BDB, 427.
33
Paronomasia adalah pengulangan kata-kata yang mirip bunyinya dan seringkali juga dalam arti atau
asal mula. Lihat E. W. Bullinger, Figures of Speech Used in the Bible, 307-320.
dipisahkan dari tanah (lihat Ayb. 4:19; 10:9; Yes. 29:16). Hakekat tubuh
jasmani manusia yang berasal dari tanah ini selanjutnya dipertegas
sesudah manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3:19)
Kepada tubuh yang berasal dari debu tanah ini diimpartasikan “nafas hidup.”
Kata “menghembuskan” berasal dari kata Ibrani jp^n` (n`p^j) yang artinya
“meniupkan, menghembuskan.” 34 Kata ini muncul sebanyak 15 kali dalam
Perjanjian Lama dan penggunaannya yang paling penting dan berarti adalah
dalam pemberian hidup dalam penciptaan manusia (Kej. 2:7) dan revitalisasi
dari tulang-tulang kering dalam Yehezkiel 37:9.35
Kata “nafas” (hm*vn* +, n+v*m>) dalam Kejadian 2:7 ini menunjuk kepada
aktifitas kreatif Allah 36 dalam memberikan hidup kepada manusia.
Selanjutnya frase “nafas hidup” digunakan dalam Alkitab untuk hidup yang
diimpartasikan Allah kepada manusia, tidak pernah untuk binatang. Nafas
ini membawa lebih dari sekedar semangat kepada manusia di bumi,
melainkan membawa pengertian rohani (Ayb. 32:8) dan suatu fungsi suara
hati (Ams. 20:27). Singkatnya dapat disimpulkan bahwa kapasitas moral
diberikan kepada manusia dengan berdasarkan atas nafas ini. Nafas ini
sesungguhnya adalah nafas hidup yang menghasilkan hidup.
34
Holladay, CHALOT, 241.
35
Milton C. Fisher, “jp^n*” dalam TWOT, software BibleWorks 8.
36
Ibid., “hm*vn* =” dalam TWOT, software BibleWorks 8.
37
Alkitab terjemahan bahasa Inggris seperti KJV dan ASV menerjemahkan “makhluk yang hidup”
dengan “jiwa yang hidup.”
Dari ayat ini, bangsa Israel melihat bahwa manusia diciptakan dengan
perencanaan dan perhatian atau perlakuan yang mulia, sehingga mempunyai
kapasitas untuk melayani TUHAN Allah.
38
Holladay, CHALOT, 243.
39
Ibid., 236.
hasil bumi yang luar biasa (Kej. 2:11-12). Davis menggambarkan taman
tersebut sebagai taman yang keindahannya tiada bandingnya. 40
9Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik
dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman
itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Ayat 9 diakhiri dengan sebuah klausa disjungtif melalui kata sambung “dan”
yang berfungsi sebagai konjungsi disjungtif, yang menunjukkan kontras
dengan bagian sebelumnya. 41 Ini artinya bahwa fokus Kejadian 2:9 secara
cepat beralih kepada keberadaan 2 pohon spesial yang ada di dalam taman
yang nantinya akan menjadi motif utama dalam pasal 3.
Melalui sebutan pohon ini, kita diperkenalkan kepada “baik dan jahat” yang
adalah tema utama dari Kitab Kejadian. Dengan memakan dari buah pohon
tersebut akan membawa kepada pengalaman tentang “yang baik dan yang
jahat.” Seseorang akan membawa kejahatan berdampingan dengan kebaikan
dan akan mampu meninggikan hidup atau meletakkannya dalam bahaya.
40
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 32.
41
Carl Reed, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaksis, 107. Derek Kidner dalam tafsirannya
[Derek Kidner, “Genesis: An Introduction and Commentary” dalam Tyndale Old Testament Commentaries
(Downers Grove, Ill.: InterVarsity, 1967), 67] dan Alkitab versi NET juga memahami klausa ini sebagai
disjungtif dengan menerjemahkan kata sambung “dan” dengan “now.” Tetapi Gordon J. Wenham dalam WBC
dan beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang lain seperti KJV, NASB, RSV memahami klausa ini
sebagai klausa sirkumstansial (klausa yang menyatakan keadaan) dengan menerjemahkan kata “dan” sebagai
“also.” Tetapi berdasarkan konteks, klausa ini lebih sesuai dipahami sebagai klausa disjungtif.
42
Lihat Ross, Creation & Blessing, 123 dan catatan teks dalam NET Bible.
• Allah menuntut tanggung jawab manusia untuk taat melayani – Kej. 2:15-
17
15TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 16Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, 17tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati.’”
Beberapa kosakata dalam ayat 15-17 menekankan pada sifat rohani dari
tanggung jawab manusia :
“menempatkan”
Kata “menempatkan” berasal dari bahasa Ibrani j~Wn (nW~j) yang artinya
“menempatkan, meletakkan, mengistirahatkan.” 43 Alkitab LAI
menerjemahkan kata ini dengan istilah “menempatkan” yang sama dengan
kata “ditempatkan” dalam Kejadian 2:8 tetapi berasal dari kata Ibrani yang
berbeda (dalam Kej. 2:8 kata yang dipakai <yc! [c]<]). Oleh sebab itu,
pemilihan kata “mengistirahatkan” sebagai penekanan tambahan untuk kata
Ibrani nW~j dalam Kejadian 2:15 ini adalah penting. Kata ini asalnya sama
dengan kata yang digunakan dalam Mazmur 95:11 yang menunjuk kepada
istirahat di Tanah Perjanjian. Jadi Kejadian 2:15 harus mempunyai hubungan
dengan pengajaran alkitabiah tentang istirahat Sabat dalam Alkitab (lihat Kej.
2:1-3 dan Ibr. 3:7 – 4:11).
Dua kata kerja infinitif ini digunakan di sepanjang Pentatuk untuk pelayanan
rohani. Kata “memelihara” (rm^v*, v*m^r) digunakan berkenaan dengan hal
memelihara perintah dan perhatian kepada menaati Firman Allah.
Sedangkan kata “mengusahakan” (db^u*, u*b^d) yang secara literal berarti
“bekerja atau melayani,” 44 menggambarkan ibadah dan pelayanan kepada
TUHAN. 45 Jadi apapun aktivitas manusia di dalam taman digambarkan
dalam hubungannya dengan pelayanan rohani kepada TUHAN.
43
Brown, Driver, Briggs, BDB, 628; Holladay, CHALOT, 231.
44
Holladay, CHALOT, 262.
45
Lihat Ross, Creation & Blessing, 124.
“perintah”
Ayat 16 melanjutkan penekanan ini dengan kata “perintah” dari kata Ibrani
hw`x* (x*w>). Kata ini merupakan kata utama untuk perintah dalam hukum
Taurat. 46 Perintah dalam ayat 16 ini merupakan perintah pertama yang
diberikan dalam Alkitab, dan perhatiannya kepada hidup atau mati kepada
baik atau jahat. Dan seperti perintah Allah yang lainnya, ada berkat-berkat
positif dan larangan-larangan negatif.
18TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” 19Lalu TUHAN Allah
membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-
Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan
seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu. 20Manusia itu memberi nama kepada segala
ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi
baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
Allah berkata bahwa kesendirian Adam adalah keadaan yang “tidak baik.”
Perhatikan !!! untuk pertama kalinya dalam sejarah penciptaan Allah
menyatakan pendapatnya tentang karya ciptaan-Nya dengan kata “tidak baik.”
Mengapa demikian? Karena keadaan ini tidak sesuai dengan tujuan dari
46
Ibid., 125.
“penolong”
Kata “penolong” berasal dari kata Ibrani rz#u@ (u@z#r) yang pada intinya
menggambarkan seseorang yang menyediakan atau memberikan apa yang
kurang dalam laki-laki, yang dapat melakukan apa yang laki-laki sendiri tidak
dapat lakukan. Dalam konteks ini, Hawa menjadi penolong bagi Adam dalam
hal :
1) Membantu Adam “beranak-cuculah”
2) Bersekutu dengan dia
“sepadan”
21Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN
Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging. 22Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-
Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 23Lalu berkatalah
manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan
dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” 24Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging. 25Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi
mereka tidak merasa malu.
47
Holladay, CHALOT, 226.
“satu daging”
Ide dari kata “satu daging” ini menyatakan kelengkapan atau kesempurnaan
pribadi secara komunitas dengan satu laki-laki dan satu perempuan sebagai
kesatuan rohani.
1)
2)
3)
4)
5)
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan
oleh TUHAN Allah…”
Kita tidak diberitahukan siapa sesungguhnya “si ular” di sini. Tetapi dari
Roma 16:20 dan Wahyu 12:9 jelas diketahui bahwa Iblis memakai ular ini.
“Paling cerdik”
48
Ibid., 283; Brown, Driver, Briggs, BDB, 791.
49
Selidiki Ross, Creation & Blessing, 134 dan Umberto Cassuto, A Commentary on the Book of
Genesis, Vol. 1: From Adam to Noah, pen. Israel Abrahams (Jerusalem: Magnes, 1961-64), 143.
Maksud dari frase ini adalah bahwa ular yang menggoda Hawa adalah
binatang yang dipakai oleh Iblis, bukan Iblis yang menyatakan diri sebagai
ular.
“… Ular itu berkata kepada perempuan itu. Tentulah Allah berfirman: ‘Semua pohon
dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’” (Kej. 3:1b)
Perhatikan !!! Di dalam seluruh Alkitab, perkataan langsung dari Iblis hanya
tertulis 3 kali (Kej. 3; Ayub 1-2; Luk. 4). Dalam ayat-ayat ini perkataannya
singkat. Iblis hanya berbicara 2 kali. Tetapi 2 kali sudah cukup untuk
menjatuhkan Hawa.
2Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini
boleh kami makan, 3tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”
Bandingkan respon Hawa kepada godaan Iblis dengan respon Yesus. Apa
persamaan dan perbedaannya ?
Hawa melemahkan “... nanti kamu mati” “... pastilah engkau mati”
hukuman atas dosa
4Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,
5tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat.”
Ketika Iblis melihat bahwa Hawa tidak mempunyai pengetahuan yang tepat
tentang firman TUHAN, dia segera menolak hukuman atas dosa. Susunan
kalimat Ibrani dari penolakan Iblis ini sangat menegaskan penolakannya
tersebut.
Selanjutnya, ular berusaha membuat Hawa ragu akan kebaikan Allah. Ular
bermaksud supaya Hawa merasa ada sesuatu yang baik yang Allah tidak mau
bagi dengan manusia, tetapi dapat diperoleh oleh manusia itu sendiri.
“6Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian …”
1) hw`at
& ^ (t^a&w>) dan dm*jn= # (n#jm*d)
Kata t^a&w> (hasrat atau keinginan) 50 dan n#jm*d (diinginkan)51
berasal dari kata kerja Ibrani yang diterjemahkan dengan “mengingini”
dalam 10 Hukum; dimana keduanya digunakan dalam Ulangan 5:21,
tetapi hanya muncul 2 kali dalam Keluaran 20:17. Kata t^a&w> bila
dihubungkan dengan kata kerja “melihat” (ha*r,* r*a>) menunjuk kepada
keinginan mata. Sedangkat kata “sedap” yang berasal dari kata n#jm*d
menunjuk kepada keinginan daging. Keinginan yang kuat biasanya diikuti
oleh sebuah tindakan yang melawan hukum seperti di sini.
2) Ju@h* bof (fob h*u@J)
Pertimbangan Hawa berfokus kepada potensi baik dari buah tersebut dan
mengabaikan kejahatan yang ada dalam ketidaktaatan
3) lyK!ch = l
^ = (l=h^cK]l)
Kata l=h^cK]l (membuat seseorang pandai) 52 memperkenalkan
pertimbangan terkuat dari Hawa untuk mengambil dan memakan buah
tersebut. Kata ini menunjuk kepada keangkuhan hidup.
Oleh sebab itu godaan Iblis terhadap Hawa (juga Tuhan Yesus dalam Lukas
4) dan pertimbangan Hawa untuk berbuat dosa dapat diwakili dalam
pernyataan di 1 Yohanes 2:16, yaitu “keinginan daging, keinginan mata, dan
keangkuhan hidup.”
50
Holladay, CHALOT, 385.
51
Ibid., 108.
52
Ibid., 352.
“… Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya”
“... lalu mereka menyematkan daun pohon ara dan membuat cawat.”
Manusia tidak terbuka lagi, tetapi mulai menyembunyikan diri dari orang
lain.
8Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap
TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
9Tetapi TUHAN Allah Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: “Di manakah engkau?” 10Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa
Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi.” 11Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa
engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu?” 12Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” 13Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat
ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Allah bertanya 4 kali kepada manusia untuk memaksa mereka agar mengakui
pelanggaran yang sudah dilakukannya.
Akhirnya, dengan suara kecil, mereka mengaku dan berkata : “dan saya
makan.”
14Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat
demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang
hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan
seumur hidupmu. 15Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan
ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Mengapa ular dikutuk? Iblis yang memakai ular itu dan menggoda Hawa,
tetapi sarananya dikutuk. Perubahan yang dialami ular itu tidak
menyakitkannya. Ular tidak duduk dan mengeluh tentang nasibnya, sebab ia
binatang. Jadi kutukan atas ular (binatang) adalah pelajaran bagi manusia
(Bnd. Yes. 65:25 dan Mik. 7:17).
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya”
Dalam ayat 14, si ular yang dihukum adalah binatang. Tetapi dalam ayat 15
ini ada perubahan. “Keturunan ular” bukan binatang, tetapi yang dimaksud
adalah Iblis itu sendiri. Yang dinubuatkan dalam ayat ini, untuk pertama kali
dalam Alkitab, adalah rencana Allah untuk mengalahkan Iblis.
“… namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu”
Kata “berahi” berasal dari kata Ibrani hq*WvT= (T=vWq>) yang secara literal
artinya “keinginan, kerinduan, dorongan hati.” 53 Kata ini hanya muncul 3
kali dalam Perjanjian Lama (Kej. 3:16; 4:7; Kid. 7:10). 54 Ada perbedaan
penafsiran yang mengakibatkan perbedaan penerjemahan kata ini.
1) Kata T=vWq> ditafsirkan sebagai gairah seorang perempuan terhadap
suaminya. Penafsiran ini didasarkan atas penggunaan kata T=vWq> dalam
Kidung Agung 7:10.
2) Kata T=vWq> ditafsirkan sebagai keinginan perempuan untuk berkuasa
atas laki-laki. Penafsiran ini didasarkan atas penggunaan kata T=vWq>
dalam Kejadian 4:7.
Meskipun ada perbedaan pendapat, arti dalam ayat ini seharusnya sama
dengan arti dalam Kejadian 4:7, yaitu “ingin menguasai.” Dasarnya adalah
karena “keinginan” dalam konteks Kejadian ada dalam konteks dosa dan
penghakiman, sedangkan “keinginan” dalam Kidung Agung berada dalam
konteks sukacita dan cinta. 55
Adapun kata sambung “namun” dalam frase “engkau akan berahi kepada
suamimu” tidak harus diterjemahkan atau bisa juga diterjemahkan dengan
“sekarang.”56 Sedangkan kata sambung “dan” dalam frase “dan ia akan
berkuasa atasmu” lebih baik diterjemahkan dengan fungsi adversative yang
53
Brown, Driver, Briggs, BDB, 103; Holladay, CHALOT, 396.
54
Victor P. Hamilton, “hq*WvT=” dalam TWOT, software BibleWorks 8.
55
Ibid.
56
Penerjemah NIV memilih untuk tidak menerjemahkan kata sambung Ibrani “w=” sedangkan NET
menerjemahkannya dengan “now.”
Apakah ini berarti bahwa manusia diciptakan dengan hakekat yang tidak bisa
mati, tetapi karena dosanya maka hakekat itu diubah? Tidak. Manusia
mendapat hidup dari Allah, bukan dari sesuatu yang ada dalam batinnya
sendiri. Selama manusia hidup dalam persekutuan dengan Allah dalam
taman Eden, dia beroleh hidup dari Allah melalui pohon kehidupan. Tetapi
sesudah berdosa, manusia diusir supaya tidak bisa makan dari pihon
kehidupan dan hidup terus menerus. Hidup jasmani
maupun rohani adalah pemberian Allah, bukan sesuatu yang ada di dalam
manusia.
Kata dasar Hawa (hW`j,^ j^ww>) adalah “hidup” (yj^, j^y), 58 jadi arti Hawa
adalah “hidup.” Ini merupakan kali kedua Adam memberi nama kepada
isterinya. Nama pertama adalah “perempuan” (Kej. 2:23), dan berhubungan
57
Lihat Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks (Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, 2004), 107; Ronald J. Williams, Hebrew Syntax: An Outline, Second
Edition (Toronto: University of Toronto Press, 1976), 71.
58
Brown, Driver, Briggs, BDB, 295.
dengan asalnya yaitu dari laki-laki. (Bahasa Ibrani laki-laki adalah [vya!, a]v]
dan perempuan adalah [hv*a,! a!v>])
Mengapa ayat 20 ini diletakkan dalam konteks hukuman? Kemungkinan
untuk menekankan bahwa akan datang keturunan dari Hawa sesuai dengan
janji Allah dalam Kejadian 3:15.
21Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan
untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. 22Berfirmanlah TUHAN
Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu
tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan
tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya,
sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." 23Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari
taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24Ia menghalau
manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke
pohon kehidupan.
“TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia ...”
Diusir dari taman Eden sama dengan maut: terpisah dari pohon kehidupan.
Manusia mendapat keinginannya sesuai dengan godaan ular: menjadi seperti
Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Tetapi hasilnya bukan baik,
bahkan menghasilkan maut.
“Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing
domba, Kain menjadi petani.”
Perhatikan !!! Pekerjaan atau profesi manusia mula-mula setelah keluar dari
taman Eden adalah petani dan peternak. Kain bercocok tanam dan Habel
beternak kambing domba. Tidak ada yang salah dengan kedua profesi ini,
demikian juga dalam hal pengindahan TUHAN terhadap persembahan Kain
dan Habel dalam ayat 3 – 5.
3Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil
tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4Habel juga mempersembah-
kan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya;
maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 5tetapi Kain
dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat
panas, dan mukanya muram.
Sikap hati adalah yang penting. Perhatikanlah sikap Kain pada waktu
persembahannya tidak diindahkan Allah. Reaksi Kain adalah marah
terhadap Allah dan terhadap Habel adiknya.
6Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
7Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau,
tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” 8Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah
kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel,
adiknya itu, lalu membunuh dia. 9Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel,
adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” 10Firman-
Nya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari
tanah.”
Pada ayat 6-7 Allah berusaha membantu Kain. Dia menegur Kain, memberi
petunjuk kepada Kain supaya berbuat baik, dan menjelaskan bahaya-bahaya
menyerah kepada dosa.
Pada ayat 8 dapat dilihat bahwa pada akhirnya Kain menyerah kepada dosa.
Dari sini jelas sekali akibat dosa : dalam generasi pertama sudah ada
pembunuhan. Dalam perkara ini kita juga mulai melihat permusuhan di
antara perempuan dan keturunan ular.
Akan tetapi dosa tidak bisa disembunyikan dari Allah (Kej. 4:9-10). Kain yang
tidak bertobat malah berusaha menyembunyikan kesalahannya dari hadapan
Allah. Kain juga hanya mengeluh karena hukumannya, dan bukan karena
dosanya.
11”… Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. 12Apabila
engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”
13Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat
kutanggung. 14Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan
tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka
barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.” 15Firman
TUHAN kepadanya: “Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan
dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” Kemudian TUHAN menaruh tanda pada
Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. 16Lalu
Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur
Eden.
Hukuman Kain meliputi 2 hal : (1) Tanah tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya kepadanya; dan (2) Kain akan menjadi seorang pelarian dan
pengembara. Kepada Kain juga diberikan tanda agar supaya Kain tidak
dibunuh (bnd. kota-kota perlindungan, Bil. 35:9-34), sedangkan rupa tanda
Kain tidak dijelaskan.
Kain kemudian mengambil isteri dari salah satu adiknya (bnd. Kej. 5:4).
Lamekh, keturunan Kain, mengikuti teladan Kain dengan membunuh
seseorang. Akibat dosa adalah sikap pembunuhan dan kemegahan diri dalam
tingkah laku. Mengapa Lamekh membunuh orang itu?
Karena Lamekh dilukai olehnya. Menurut Hukum Musa, tidak patut
orang dibunuh jika hanya melukai orang lain.
Karena Lamekh lebih kuat dan mampu melaksanakan kehendaknya
25Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak
laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: “Allah telah mengaruniakan kepadaku
anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.” 26Lahirlah
seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah
orang mulai memanggil nama TUHAN.
Sekarang Hawa mengaku kuasa Allah. Dengan kelahiran Set, kita melihat
pertama kali satu tema lagi yang sering diulangi dalam Kitab Kejadian, yaitu
bukan anak sulung yang biasanya dipilih Allah.
1)
2)
3)
4)
5)
Tidak jelas berapa tahun telah berlalu di antara Adam dan air bah, sebab tidak
bisa langsung dihitung dari silsilah. Silsilah bukan kronologi. Kemungkinan
besar hanya nama-nama penting yang tertulis, bukan semua nama keturunan di
antara Adam dan Nuh.
Bandingkan dengan Hakim-Hakim 1:3. Yehuda dan Simeon tertulis seperti dua
orang, tetapi jelas nama dipakai untuk seluruh sukunya.
Henokh. Lihat Ibrani 11:5. Selain Henokh, Elia juga seorang yang tidak
mengalami kematian melainkan diangkat ke sorga (2 Raja-Raja 2:9-11).
• Mengapa Henokh terbebas dari hukuman maut? Karena dia “bergaul
dengan Allah” (5:22). Kata “bergaul” dalam teks Ibrani berasal dari kata
El^h* (h*l^E) yang artinya “berjalan”59 dan berada dalam bentuk imperfek
yang menekankan suatu tindakan yang belum selesai. 60 Jadi yang
dimaksud dengan “hidup bergaul dengan Allah” adalah bahwa Henokh
berjalan dengan Allah dan mengikuti perintah-Nya (bnd. Nuh, Kej. 6:9).
Oleh karena Henokh hidup bergaul dengan Allah, dia tidak mati. Artinya
ia tidak kena hukuman (maut), sama seperti Nuh yang bergaul dengan
Allah tidak kena hukuman (air bah). Dia berjalan dengan Allah selama
300 tahun. Kata “berjalan dengan Allah” adalah gambaran umum tentang
persekutuan dan ketaatan dengan Tuhan. Bangsa Israel telah
diperintahkan untuk berjalan dengan Allah (Im. 26:3, 12).
c. Pengharapan manusia adalah untuk bebas dari kutuk (ay. 28-32).
• Lamekh memberi nama anaknya Nuh. Sebuah nama yang
mengekspresikan pengharapan untuk bebas dari kutuk (5:29). Lamekh
merasakan hidup di bawah kutuk adalah menyakitkan. Oleh sebab itu
Lamekh berharap untuk bebas dan senang melalui anaknya Nuh.
• Manusia yang hidup di bawah kutuk juga menyakitkan bagi Allah, dan
Allah menggunakan Nuh sebagai bagian dari rencana-Nya untuk
memulihkan dunia dari kesakitan, tetapi bukan dalam cara pikir Lamekh.
Jika Henokh berjalan dengan Allah dan dilepaskan dari kutuk kematian,
maka hidup Nuh membawa harapan untuk bahagia di bawah kutuk.
59
Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner, “El^h” dalam HALOT, software BibleWorks 9.
60
Lihat Carl Reed, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks, 53; Ronald J. Williams, Hebrew
Syntax: An Outline, 30-31.
Ketiga tasiran di atas semua mempunyai satu dasar yang sama, yaitu bahwa
Kejadian 6:1-4 adalah pendahuluan bagi Kejadian 6:5-8. Kalau begitu, “kejahatan
manusia” besar” dihubungkan dengan pernikahan di antara anak-anak Allah dan
anak-anak perempuan. Tetapi ada tafsiran lain yang menganggap bahwa Kejadian
6:1-4 adalah kesimpulan dari pasal 5. Kalau begitu, pernikahan di antara anak-
anak Allah dan anak-anak perempuan bukan “dosa manusia besar” itu.
Melainkan pernikahan itu hanya menjelaskan bahwa manusia sudah bertambah
menjadi banyak.
Silahkan memeriksa semuanya dan memilih tafsiran yang saudara nilai benar !!!
“Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal dengan manusia ...” – Kej. 6:3
“Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi ...” – Kej. 6:4
Istilah ini hanya terdapat 2 kali dalam Perjanjian Lama (Kej. 6:4 dan Bil. 13:33).
Arti kata Ibrani ini tidak pasti diketahui. Para penerjemah Septuaginta
menggunakan kata gigantez yang berarti “raksasa.” Tetapi tidak pasti ini
artinya.
Dari konteks dijelaskan bahwa mereka adalah “orang-orang yang gagah perkasa di
zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.” Nepilim dalam Bilangan 13:3
bukan keturunan dari Nepilim dalam Kejadian 6, tetapi hanya mempunyai sifat-
sifat yang sama.
Dalam Kejadian 6:7 dijelaskan bahwa bukan manusia saja yang kena hukuman,
tetapi semua binatang darat juga. Sering kali orang dan makhluk lain yang tidak
bersalah menderita karena dosa seseorang.
• Bahtera
Bentuknya bukan seperti kapal laut zaman kini, tetapi kemungkinan besar
bentuknya seperti empat persegi panjang. Besarnya kira-kira : panjang 134
m, lebar 22 m, dan tinggi 13 m.
Ada tiga tingkat supaya luasnya adalah kira-kira 9000 m2. Cukup luas
untuk muatan binatang-binatang.
“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: ... engkaulah yang Kulihat benar”
Kita bisa yakin air bah tidak kena pada satu daerah saja karena segala
gunung tinggi ditutupi (Kej. 7:19) dan semua yang hidup yang tidak ada di
dalam bahtera mati (Kej. 7:21-23).
• Nuh tetap tinggal dalam bahtera sampai TUHAN suruh keluar – Kej. 8:16
Pertama kali kita melihat seorang yang mendirikan mezbah kepada Allah
dan mempersembahkan korban bakaran kepada-Nya (Habel hanya
mempersembahkan lemak dari dombanya, seperti korban keselamatan
dalam Imamat 3). Meskipun manusia masih mempunyai sifat dosa,
melalui korban dan mezbah ia masih bisa mendapat berkat dari TUHAN.
Perintah untuk menaklukkan bumi (bnd. Kej. 1:28) tidak lagi muncul.
Hal itu tidak berlaku lagi karena dosa.
Inilah pertama kali kita melihat Allah membuat perjanjian (B=r]t) dengan
manusia serta semua makhluk yang hidup.
Mengapa Kanaan dikutuk dan bukan bapanya (Ham)? Dari ayat 25-27,
Kanaan, Sem dan Yafet semua melambangkan bangsa-bangsa. Nama
Kanaan dipakai karena ia menjadi bapa leluhur bangsa-bangsa di tanah
Kanaan yang diusir oleh keturunan Sem, yaitu bangsa Israel.
Penerapan :
1)
2)
3)
4)
a. Konteks
Cerita ini diletakkan tepat di tengah silsilah Sem. Ada dua cabang dari
keturunan Sem, mulai dengan Eber (Kej. 10:25). Salah satu cabang mulai
dengan anak Eber yang bernama Yoktan, dan keturunannya tertulis dalam
pasal 10. Ia tinggal di daerah Babel. Cabang yang lain mulai dengan Peleg dan
ada tertulis dalam Kejadian 11:16-26. Abram berasal dari keturunan Peleg.
Mengapa kisah Babel diceritakan tepat di tengah dua silsilah ini? Untuk
membedakan dan membandingkan dua cabang/keturunan ini.
Arti “Sem” adalah “nama.” Dari keturunan Sem ada dua kelompok :
• Orang-orang yang ingin mendapat “nama” untuk diri sendiri (Kej. 11:4).
Tujuan membangun menara Babel adalah untuk mencari nama dan supaya
tidak terserak ke seluruh bumi.
• Hukuman
Hukuman mereka bertentangan dengan tujuan mereka dalam
membangun :
Kota mereka diberi nama “Babel” yang artinya kacau.
Mereka terserak ke seluruh bumi
a. Kemungkinan besar ada jarak dalam silsilah ini. Maksud silsilah ini bukan
untuk memberitahukan berapa tahun dari air bah sampai kepada Abram,
tetapi untuk menjelaskan apa hubungan di antara Abram dan Sem.
b. Umur
Sama seperti dalam silsilah di dalam pasal 5, umur ditekankan. Tetapi tidak
tertulis “lalu ia mati.” Umur manusia makin lama jarak dari air bah makin
pendek, sesuai dengan Kejadian 6:3.
Maksud silsilah ini ialah memberitahukan hal-hal yang penting, yang perlu
diketahui tentang Abram untuk menyediakan pembaca supaya mengerti kisah
Abram.
BAGIAN KEEMPAT :
1Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
2Aku akan membuat menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Allah menjanjikan berkat kepada Abram ketika dia taat. Berkat Allah
adalah untuk pribadi dan keturunannya : keturunan, berkat pribadi,
kemasyuran. Berkat Allah ini tergantung pada ketaatan Abram. Selama
Abram berdiam dalam tanah Kanaan, ia diberkati. Pada waktu ia keluar ke
Mesir, ia mengalami kesulitan. Tetapi fokus Abram yang sesungguhnya
bukanlah pada berkat tersebut. Mengapa ?
(a) bentuk pernyataan [imperfek], atau (b) bentuk perintah [imperfek dengan
arti jussif] = modus prekatif. 1 Kalimat ini lebih tepat diterjemahkan dengan
bentuk perintah dan dalam modus prekatif biasanya menyatakan maksud
atau tujuan. 2 Jadi hal ini menekankan tujuan dari berkat Allah (ay. 2a).
Hal “menjadi berkat” bisa diartikan 2 hal : (a) Abram sebagai agen berkat,
(b) Abram sebagai berkat itu sendiri (KJV : “a blessing”). Perhatikan!!!
Fokus Allah bukan pada berkat tetapi pada perintah : “Pergilah … supaya
jadilah berkat.” Demikian juga dengan fokus Abram.
“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-
orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat”
Arti dari ayat 3 adalah siapapun yang tidak hormat dan mengancam Abram dan
imannya secara terang-terangan akan dihapus dari tempat berkat itu.
Pernyataan Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat merujuk kepada
berkat universal di dalam Yesus Kristus yang adalah keturunan Abram (Mat.
1:1).
4Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut
bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat
dari Haran. 5Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala
harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran;
mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. 6Abram berjalan melalui negeri
itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu
orang Kanaan diam di negeri itu. 7Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada
Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka
didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.
8Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang
kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di
situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. 9Sesudah itu Abram
berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.
1
Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaksis (Yogyakarta: STII,
2004), 53-54, 56.
2
Beberapa Alkitab terjemahan modern seperti ESV dan NET menerjemahkan frase tersebut juga
dengan modus prekatif. Bandingkan juga dengan KS-ILT.
Ada pola rangkaian narasi yang menarik dari Kejadian 12:1-9 ini, yaitu :
ketika Allah adalah subyek dari suatu kalimat, maka segera diikuti dengan
suatu ucapan atau pernyataan (ay. 1-3); tetapi ketika Abram adalah subyek
dari kalimat atau ayat maka hanya ada tindakan (“pergilah” [ay. 4],
“membawa” [ay. 5], “berjalan” [ay. 6], “mendirikan” [ay. 7], “pindah” [ay.
8], dan lain sebagainya).
Kata kunci yang menekankan ketaatan Abram adalah kata kerja pertama
di ayat 4, yaitu “lalu pergilah Abram.” Kata yang sama digunakan kembali
di ayat 5, yaitu “mereka berangkat ke tanah Kanaan” dan ayat 9, yaitu
“sesudah itu Abram berangkat.” Kata ini adalah kata yang sama dengan
yang digunakan dalam ayat 1 (“pergi,” Ibr. El^h* [h*l^k]).
a. Waktu Abram keluar dari tanah perjanjian, rupanya imannya menjadi lemah.
Ia menyuruh Sarai berdusta dengan berkata bahwa dia bukan isteri Abram.
c. Ini pertama kali Abram dan keturunannya turun ke Mesir pada waktu
menghadapi kesulitan, dan Allah menyelamatkan mereka dan menolong
mereka keluar dari Mesir.
• Abram membiarkan Allah memilih yang baik baginya dan mendapat yang
sungguh baik, yaitu tanah perjanjian.
o Perjanjian akan tanah diulangi.
o Perjanjian akan keturunan diulangi.
o Raja Sodom
• Dalam ayat-ayat ini untuk pertama kali kita mendapat percakapan Abram
kepada Allah (15:1-6).
o “Malaikat TUHAN”
Di dalam Perjanjian Lama istilah “Malaikat TUHAN” ditemukan ± 58
kali. 3 Jelas bahwa Malaikat TUHAN bukan salah satu malaikat saja,
tetapi adalah Allah sendiri. Menurut Ryrie, Malaikat TUHAN adalah
“suatu penyataan diri Yahweh sendiri, karena Ia berbicara selaku
Allah, menyamakan diri-Nya sendiri dengan Allah, dan menyatakan
memiliki hak istimewa Allah.” 4 Kebanyakan buku tafsiran
berpendapat bahwa Malaikat TUHAN adalah penyataan Tuhan Yesus
Kristus sebelum inkarnasi-Nya. 5
o Allah mencari Hagar
o Allah berfirman tentang anaknya
Namanya Ismael
Sifatnya akan seperti “keledai liar.”
Allah akan membuat sangat banyak keturunannya.
Keturunan Ismael adalah bangsa Arab.
o Nama Allah : ya!r-) la# (a#l-r)a')
Artinya : a#l = Elohim, r)a' = lihat : Allah yang melihat. 6
3
Gordon Wenham, Word Biblical Commentary : Genesis 16-50 (Dallas: Word Books, 1994), 9.
4
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), 324.
5
Beberapa di antaranya adalah : Allen P. Ross, The Bible Knowledge Commentary : Old Testament,
peny. John F. Walvoord dan Roy B. Zuck (Wheaton: Victor Books, 1985), 57; Allen P. Ross, Creation &
Blessing: A Guide To The Study And Exposition of Genesis (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 321; John
J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2001), 202.
6
Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew and English Lexicon of the Old Testament
(Oxford: Clarendon Press, 1906), 909.
Istilah ini digunakan 48 kali dalam Perjanjian Lama sebagai nama Allah
(31 kali dalam Kitab Ayub). 7 Kata v^DD^y rupanya berhubungan dengan
kata dari bahasa Akkadian “sadu(m)”yang berarti “gunung.” 8 Oleh sebab
itu secara literal bisa berarti “Allah penguasa pegunungan.” 9 Jadi nama ini
menggambarkan Allah sebagai Yang Mahakuasa sedang berdiri di atas
gunung.” 10 Dalam Pentateuk : Kejadian 17:1; 28:3; 35:11; 43:14; 48:3;
Kel. 6:3.
• “Perjanjian sunat”
• Abraham tertawa
7
R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke, Theological Wordbook of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.
8
Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old Testament,
CD ROM BibleWorks 9.
9
Reinhard Achenbach, Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2012), 28.
10
Ryrie, Teologi Dasar 1, 62.
• Kejahatan Sodom
o Dosa homoseksual
o Melakukan yang jahat kepada para pendatang
• Reaksi Lot
• Sodom dimusnahkan
a. Abimelekh adalah raja dari orang Filistin, dan kota Gerar adalah ibukota
orang Filistin pada zaman itu (20:1).
Allah tidak mencoba Abraham supaya berbuat jahat (bnd. Yak. 1:13),
tetapi untuk meneguhkan kepercayaannya. Allah tidak bermaksud supaya
Abraham mempersembahkan Ishak, tetapi hanya supaya ketaatan
Abraham dibuktikan.
Perhatikanlah bahwa Abraham tidak rela menerima berkat dari orang Kanaan
(bnd. Kej. 14:23). Tanah yang dibeli di sini menjadi tempat kuburan bagi
Abraham, Ishak, Ribka, Lea dan Yakub.
• Isteri Ishak tidak boleh dari antara anak perempuan Kanaan (ayat 3).
Lihat Kejadian 9:25-27 dimana Kanaan dikutuk.
• Ishak harus tetap di tanah perjanjian (ayat 6-7). Abraham berusaha supaya
Ishak, anak perjanjian, akan tetap hidup dalam hubungan yang baik
dengan Allah.
Permusuhan di antara Ykub dan Esau mulai sebelum mereka lahir. Mereka
mengulangi tema permusuhan di antara saudara-saudara yang mulai dengan
Kain dan Habel dan yang selesai (dalam Kitab Kejadian) dengan Yusuf dan
kakak-kakaknya.
c. “Anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda” – 25:23
Inipun mengulangi tema dalam Kejadian yang sudah dilihat dengan Kain dan
Habel, Ishak dan Ismael, dan akan dilihat lagi dengan Yusuf dan kakak-
kakaknya. Allah menunjukkan kasih karunia-Nya menurut kehendak-Nya,
bukan menurut cara keturunan yang biasa.
• Hak kesulungan adalah hak anak sulung untuk mendapat warisan harta
benda dua kali lipat (1 Taw. 5:2).
Tuhan menampakkan diri kepada Ishak dan mengulangi perjanjian yang dibuat
dengan Abraham. Dalam pasal ini kita melihat bahwa :
a. Allah memberkati Ishak sama seperti Ia memberkati Abraham.
b. Ishak masih tetap sebagai orang asing di dalam tanah perjanjian.
c. Bangsa lain (Filistin di sini) mendapatkan pemberkatan TUHAN melalui
hubungan yang baik dengan Ishak (bnd. Kej. 12:3)
a. Berkat
Allah telah berjanji kepada Ribka bahwa “anak yang tua akan menjadi hamba
kepada yang muda” (Kej. 25:23). Tetapi tidak ada satu orang dalam cerita ini
yang menantikan TUHAN melaksanakan rencana-Nya. Semuanya berusaha
mencapai rencananya masing-masing dalam kekuatan sendiri. Ribka
mengindahkan Yakub lebih dari Esau, dan Ishak mengutamakan Esau. Ribka
dan Yakub bekerja sama menipu Ishak untuk mencapai tujuan mereka. Ishak,
meskipun sudah mengetahui janji Tuhan (Kej. 25:23), masih berusaha
memberkati Esau lebih dari pada Yakub.
b. Yakub di Betel
Dengan Laban, Yakub berjumpa seorang yang lebih licik daripada Yakub
sendiri. Yakub menipu ayahnya supaya yang bungsu mendapat berkat
kesulungan. Di sini Laban menipu Yakub supaya ia tidak mendapatkan
anaknya yang bungsu, tetapi mendapat yang sulung sesuai dengan
kebiasaan (ayat 26). Sesuai dengan kebenaran dalam Galatia 6:7, Yakub
menuai apa yang telah dia tabur.
Allah meneruskan pendidikan Yakub melalui Lea dan Rahel. Yakub harus
mengerti bahwa berkat Allah tidak bisa didapat melalui tipu daya dan
usaha manusia. Rencana Yakub ialah mendapatkan keturunan dari Rahel,
tetapi Rahel mandul. Jadi Yakub terpaksa mengakui bahwa dia tidak
mampu berbuat apa-apa untuk membantu Rahel (30:1-2). Jelas bahwa
Tuhan akan member anak menurut rencana-Nya, dan bukan menurut
rencana Yakub.
Rahel, pilihan Yakub, mandul. Lea, yang tidak dicintai, dipilih oleh Allah
untuk mendapat keturunan yang akan meneruskan berkat, yaitu Yehuda
(29:35). Akhirnya Rahel melahirkan Yusuf, yang menjadi anak kekasih
Yakub.
• Meskipun tujuan Rahel membawa berhala itu bukan supaya dia bisa
menyembahnya, Firman Tuhan jelas sekali bahwa Rahel yang bertindak,
bukan Yakub. Yakub, yang menyembah Yahweh, sama sekali tidak
bercampur dengan berhala.
Yakub patut takut menghadapi Esau karena Esau sudah berjanji akan
membunuhnya. Jadi Yakub membuat 2 hal :
11
Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992), 93.
Dalam kisah ini kita melihat ringkasan dari seluruh hidup Yakub : ia
selalu bergumul untuk mendapat berkat dari Allah. Abraham bersandar
dalam iman dan juga diberkati. Yakub tidak bisa bersandar, selalu harus
memakai akal dan kekuatannya sendiri. Yang mengherankan bahwa
Yakub menang. Jelas bahwa Allah, dalam anugerahnya, menyerah lebih
dahulu.
Tetapi oleh karena Yakub dibuat menjadi pincang lalu meminta berkat-
Nya, maka ia diberi nama baru (Israel, yang artinya “ia bertekun bergumul
dengan Allah”) dan diberkati (bnd. Hos.. 12:3-5).
Dalam pasal 34 Dina, anak perempuan Yakub dan Lea (30:21), menjadi pusat
ceritanya. Sikhem, anak raja dari bangsa Hewi, mengambil Dina sebagai
isterinya. Sikhem rupanya sungguh mencintai Dina, tetapi kelakuannya
terhadap dia menghina Dina dan semua keluarga Yakub.
Dalam konteks kitab Kejadian, kita melihat bahwa ada bahaya yang lebih
besar dalam perkara ini, yaitu bahwa keturunan perjanjian, yaitu anak-anak
Yakub, akan menjadi “satu bangsa” (ayat 16, 22) dengan orang Kanaan.
Tanda sunat telah diberi untuk menguduskan keturunan Abraham supaya
menjadi tetap lain daripada bangsa-bangsa Kanaan. Tetapi anak-anak Yakub
memakai sunat untuk menggabungkan dan menjadi satu dengan bangsa
Kanaan.
Jelas bahwa rencana ini bertentangan dengan rencana Allah (Kej. 24:3;
28:10).
Dua anak Yakub, Lewi dan Simeon, mengikuti teladan ayahnya. Mereka tidak
lari kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan bergerak mengatasi halangan ini
sesuai dengan rencana-Nya. Melainkan mereka bergiat menurut kelicikan dan
kepandaian sendiri. Mereka menipu Sikhem dan membunuh dia dan semua
orang dalam kotanya. Hasilnya ialah nama yang busuk di antara orang
Kanaan.
Melalui kisah ini kita melihat bahwa rencana Tuhan akan terus berjalan.
Tetapi keluarga Yakub masih berusaha melakukan rencana Tuhan dengan
cara mereka yang bertentangan dengan cara Allah. Meskipun rencana Tuhan
tercapai, dua anak Yakub masih menerima akibat kelakuannya yang jahat
(lihat Kej. 49:5-7).
Allah menyatakan dirinya sekali lagi kepada Yakub di Betel. Yakub dan
rombongannya menguduskan dirinya kepada Allah, dan Allah mengulangi
perjanjian-Nya kepada Yakub.
Ruben anak sulung telah berdosa karena tidur dengan Bilha, gundik ayahnya
(35:22). Dengan ini, anak pertama, kedua dan ketiga dari Yakub sudah
bertengkar dengan ayahnya. Anak yang keempat ialah Yehuda (35:23), yang
menjadi jalur perjanjian Mesias.
keturunan Esau bukan keturunan perjanjian khusus. Sebab itu, Esau pindah
ke daerah Seir (ayat 7-8), dan Yakub tetap di dalam tanah perjanjian.
BAGIAN KELIMA :
A. Sang Pencipta
1. Allah adalah Mahabesar.
Tidak ada pembelaan diberikan berkaitan dengan keberadaan Allah. Catatan
tentang Dia hanyalah, “pada mulanya adalah Allah.” Keberadaan Allah hanya
diasumsikan ada. Ia menyatakan diri-Nya sebagai Elohim. Kata ini berkaitan
dengan nama El, yang berakar pada kata “kuasa” atau “takut.” Hal itu
mengartikan “Kebesaran Allah atau superioritas-Nya atas ilah-ilah lain.” Nama
Elohim menyatakan Allah sebagai “subyek dari semua aktivitas ilahi yang
dinyatakan kepada manusia dan Allah sebagai obyek dari semua penghormatan
dan ketakutan dari manusia.” Nama itu menekankan kedaulatan-Nya (Kej. 24:3;
Yes. 37:16; 54:5); Peran-Nya sebagai Hakim (Mzm. 50:6; 58:11; 75:7); Kemuliaan-
Nya (Yes. 40:28; 65:16); Peran-Nya sebagai Allah Sang Juruselamat (Kej. 17:8;
26:24; 28:13); dan Keintiman dengan umat-Nya (Kej. 48:15; Mzm. 4:2; Yer.
23:23).
2. Allah itu transenden dan imanen.
Bersamaan dengan penyataan Allah tentang diri-Nya sebagai Allah yang
transenden, Ia juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang imanen, yang
berusaha untuk bersekutu dengan manusia. Ia mengakui penciptaan manusia
sebagai amat baik (Kej. 1:31); Ia menciptakan berdasarkan gambar dan rupa-Nya
sehingga Ia dapat berelasi dengan manusia dan manusia berkuasa di atas bumi
(Kej. 1:26); Ia berbicara dengan manusia (Kej. 1:28-30); Ia menciptakan suatu
lingkungan secara khusus untuk manusia (Kej. 1:3-25, 29-30); Ia menguji
kesetiaan manusia (Kej. 2:16-17); Ia mencari manusia (Kej. 3:9).
B. Penciptaan Dunia
1. Dunia diciptakan Allah dari mulanya.
“Pada mulanya” menjelaskan waktu penciptaan Allah. Ini bukan mitos, tetapi ini
merupakan peristiwa sejarah. Kejadian 1:1 memberikan pernyataan utama
dengan tiga anak kalimat sirkumstansial yang mengikutinya di ayat 2. Tiga anak
kalimat itu menyatakan bahwa tidak ada gap antara Kejadian 1:1 dan 1:2.
2. Dunia diciptakan Allah dari yang tidak ada.
C. Penciptaan Manusia
1. Allah menciptakan manusia secara unik.
Manusia diciptakan pada hari terakhir, sebagai puncak dari penciptaan Allah.
Pada kesimpulan dari penciptaan manusia, Allah mencatat, “itu adalah amat
baik” (kej. 1:31). Manusia bukan produk evolusi tetapi penciptaan langsung oleh
Allah (Kej. 1:27; 2:7; 5:1; Ul. 4:32). Kejadian 1:27 memberikan pernyataan
umum, sedangkan Kejadian 2:7 memberikan rincian tambahan dari peristiwa
yang sama. Pengakuan Kristus bahwa Allah menciptakan manusia secara
langsung perlu diperhatikan (Kej. 1:27).
2. Allah menciptakan manusia secara khusus.
Allah juga menciptakan setiap makhluk secara individu (Kej. 1:27). Namun,
manusia memiliki kekhususan yang signifikan, yaitu Allah menciptakan manusia
menurut Gambar dan Rupa-Nya. Hal itu tidak menunjuk pada bentuk fisiknya,
oleh karena Allah adalah Roh (Yoh. 4:24), tetapi keserupaan dalam spiritual,
natural, dan moral. Dalam keserupaan spiritualnya, manusia sebagai keberadaan
yang telah diregenerasikan dimungkinkan untuk memiliki persekutuan dengan
Allah (Ef. 2:1, 5); dalam keserupaannya secara natural, manusia memiliki akal
budi, emosi, dan kehendak untuk mengetahui dan berkomunikasi dengan Allah;
dalam keserupaan moralnya, manusia dapat mengetahui dan mentaati presepsi
Allah.
meskipun Hawa yang tertipu (1 Tim. 2:14), Adam menyadari apa yang sedang
dilakukannya, dengan demikian hukumannya lebih besar. Dengan alasan ini Adam
dinyatakan sebagai orang pertama yang berdosa (Rm. 5:12-21).
B. Penghakiman
Adam dan Hawa sekarang memiliki pengetahuan yang baik dan yang jahat tetapi
bukan dengan cara yang semestinya. Akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada
perintah Allah tersebut adalah :
C. Janji Penebusan
1. Allah mengumumkan permusuhan.
Di Kejadian 3:15 Allah mengumumkan permusuhan yang akan terjadi antara
Setan dan umat manusia. Ini adalah protoevangelium, pemberitaan pertama
tentang Injil di Kitab Suci. Ini menunjuk kepada kemenangan Kristus atas Setan
di kayu salib (Kol. 2:14-15; Ibr. 2:14). Pada saat itu Kristus akan menunjukkan
ketidakberdayaan Setan, dan memampukan manusia untuk selamanya
AIR BAH
PERJANJIAN NUH
Tindakan pertama Nuh setelah peristiwa Air Bah adalah membangun mezbah dan
beribadah kepada Tuhan (Kej. 8:20). Ini merupakan catatan pertama di Perjanjian Lama
tentang ibadah kepada Tuhan melalui korban penumpahan darah di atas mezbah.
Persembahan korban bakaran kemudian dinyatakan sebagai korban persembahan (Im.
1:1-7).
BERKAT SEM
Meskipun manusia telah menjadi 8 orang saja, Allah sekali lagi memberikan indikasi
bahwa Ia akan memberkati umat manusia. Sebagaimana telah diumumkan oleh Allah
sebelumnya tentang berkat melalui benih perempuan (Kej. 3:15), sekarang Allah
mengumumkan berkat di masa yang akan datang melalui garis keturunan sem (Kej.
9:26). Hal itu menunjukkan penyempitan garis pengantara. Pernyataan, "Terpujilah
Tuhan," menunjukkan iman sejati harus dipelihara di tengah keturunan Sem.B
Selanjutnya, pernyataan itu menunjukkan keturunan Sem dalam persekutuan dengan
Tuhan. Terjemahan kata "Tuhan", dalam kebanyakan Perjanjian Lama versi bahasa
Inggris, semua huruf ditulis dengan huruf besar. Hal itu menunjuk pada empat
rangkaian huruf, YHWH. Sebelumnya dilafalkan Yehovah, tetapi seharusnya dilafalkan
Yahweh. Nama itu signifikan. karena nama itu kemudian menjelaskan Tuhan dalam
relasi kovenan-Nya dengan Israel. Hal ini diantisipasi dalam Keluaran 6:3. Pernyataan
itu juga menyatakan bahwa Mesias, yang dijanjikan akan mendirikan kerajaan, akan
datang melalui keturunan Sem. Selanjutnya keturunan Sem dapat ditelusuri dalam
sejarah Israel.
MENARA BABEL
Di tanah Sinear, bangsa itu menemukan tanah datar dan menetap di sana (Kej. 11:2).
Di situ mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota "dan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit" (ay. 4). Sebagian orang berpikir ini adalah sebuah Zigurat,
yaitu sebuah bangunan datar bertingkat, yang di atasnya dipakai untuk melakukan
ibadah.'1 Pada waktu Tuhan melihat apa yang sedang dilakukan oleh bangsa itu, la
mengacaubalaukan bahasa mereka untuk mencegah mereka melanjutkan pembangunan
mereka. Istilah yang menjelaskan tindakan Allah memberikan pencerahan.
Ketransendenan clan keimanenan Tuhan sangatlah jelas (Kej. 11:7). la yang jauh "turun"
untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh orang-orang itu. Allah Tritunggal secara
implisit tersirat dalam pernyataan itu "Baiklah Kita turun."
Dosa orang-orang itu adalah: (1) mereka memberontak melawan perintah Allah yang
eksplisit (Kej. 9:1); (2) mereka berusaha mencari kemuliaan mereka sendiri bukannya
kemuliaan Tuhan. Mereka mendeklarasikan, "mari kita membuat ... mari kita
membangun untuk kita sendiri ... man kita membuat untuk kita sendiri: (Kej. 11:3-4).
(3) mereka mau membuat nama untuk mereka sendiri (Kej. 11:4). Mereka mau
membangun sebuah menara yang akan memberikan kemuliaan bagi mereka sendiri; (4)
mereka ingin menghindari penyebaran oleh karena itu mereka membangun menara
yang akan menjadi titik temu supaya mereka tidak tercerai berai.'1 Mereka ingin
membangun kerajaan mereka sendiri bukannya kerajaan Allah.
Melalui pengacaubalauan bahasa, Allah mencapai tujuan-Nya. Bangsa itu terserak clan
menggenapi perintah-Nya (Kej. 9:1) dengan memenuhi bumi.
PERJANJIAN ABRAHAM
A. Sifat Perjanjian
Allah menentukan untuk memilih bangsa tertentu bagi diri-Nya di mana melalui
bangsa itu Allah akan memberkati semua bangsa. Perjanjian Abraham adalah
penting untuk mendapatkan pengertian yang tepat tentang konsep kerajaan dan
merupakan dasar dari teologi PL. (1) Perjanjian Abraham dijelaskan di Kejadian
12:1-3 dan merupakan kovenan tak bersyarat. Tidak ada persyaratan yang melekat
pada kovenan itu (tidak ada kata "jika" yang menunjukkan bahwa penggenapan
kovenan itu bergantung pada manusia). (2) Perjanjian itu juga merupakan kovenan
literal di mana janji-janji itu harus dimengerti secara harfiah. Tanah yang dijanjikan
itu harus dimengerti secara harfiah atau dengan penafsiran yang normal, dengan
kata lain tanah itu tidak menggambarkan surga. (3) Perjanjian itu juga merupakan
perjanjian yang kekal. Janji-janji yang Allah buat dengan Israel adalah kekal.
Natur perjanjian tanpa syarat dan kekal itu terlihat pada waktu perjanjian itu
ditegaskan kembali pada Ishak (Kej. 21:12: 26:3-4). Janji-janji "Aku akan"
menunjukkan aspek tanpa syarat dari perjanjian itu. Perjanjian itu kemudian
C. Penggenapan Perjanjian
Metode Allah menggenapi Perjanjian Abraham adalah harfiah, sebagaimana Allah
menggenapi sebagian dari perjanjian itu dalam selarah: Allah memberkati Abraham
dengan memberikan ia tanah (Kej. 13:14-17); Allah memberkatinya secara rohani
(Kej. 13:8. 18: 14:22. 23: 21:22); Allah memberikannya banyak keturunan (Kej.
22:17: 49:3-28).
Unsur penting dari Perjanjian Abraham adalah penggenapan di masa yang akan
datang di mana kerajaan Mesias akan berkuasa.
1. Israel sebagai sebuah negara akan memiliki tanah itu di masa yang akan datang.
Banyak bagian di PL mengantisipasi berkat di masa yang akan datang bagi Israel
dan kepemilikan tanah sebagaimana yang dijanjikan kepada Abraham. Yehezkiel
menerima visi untuk masa depan pada waktu Israel akan dipulihkan kembali ke
tanah itu (Yeh. 20:33-37, 40-42; 36:1-37:28).
2. Israel sebagai suatu bangsa akan bertobat, diampuni, dipulihkan (Rm. 11:25-27).
3. Israel akan bertobat dan menerima pengampunan dari Allah pada masa yang
akan datang (Za. 12:10-14). Kovenan Abraham akan digenapi sepenuhnya dalam
hubungan dengan kedatangan Mesias kembali untuk membebaskan dan
memberkati umat-Nya Israel Hal itu terjadi melalui bangsa Israel bahwa Allah
menjanjikannya di Kejadian 12:1-3 untuk memberkati bangsa-bangsa di dunia.
Puncak berkat itu adalah pengampunan dosa dan kerajaan Mesias yang mulia
akan memerintah di atas bumi.
LAMPIRAN 1 :
Teori Sumber
Sejak dahulu kala orang berpendapat bahwa Torah (Pentateukh) dikarang oleh
Musa. Pendapat ini bertahan sampai pada abad ke-18. Sejak itu pendapat tersebut mulai
diragukan kebenarannya. Keragu-raguan ini dipelopori pertama kali oleh Jean d’Astruc
yang berpendapat bahwa dalam menulis atau mengarang Pentateukh itu Musa
menggunakan bahan-bahan dari dua sumber besar dan dari beberapa sumber kecil.
Kedua sumber yang besar ini oleh d’Astruc dibedakan berdasarkan penggunaan sebutan-
sebutan bagi Allah, yaitu sumber yang menggunakan nama “Elohim” dan sumber yang
menggunakan nama “Yahwe.” Dengan teori ini d’Astruc mengecam pandangan yang
kritis dari pihak Spinoza.
J. G. Eichhorn setelah mempelajari teori d’Astruc mengembangkannya lebih
radikal lagi dari d’Astruc sendiri. Eichhorn mengatakan bahwa sebenarnya bukanlah
Musa yang mengarang Pentateukh, melainkan seorang lain yang namanya tidak
diketahui. Dengan demikian Eichhorn kemudian menyatukan kedua sumber yang
disebut d’Astruc tadi.
Sampai pada khir abad ke-19 penyelidikan terhadap Torah mengalami
perkembangan pesat terutama di bawah usaha-usaha A. Kuenen dan J. Wellhausen.
Menurut para ahli ini, dalam Pentateukh ada 4 sumber, yaitu :
1. Sumber yang menggunakan nama “Yahwe” (Y)
2. Sumber yang menggunakan nama “Elohim” (E)
3. Sumber yang khususnya terdapat dalam Kitab Ulangan atau Deuteronomium (D)
4. Sumber yang dipelopori oleh para imam yang disebut “Priester Codex” (P).
Mengenai jaman penulisannya, teristimewa sumber Y dan E, sudah lama tidak
ada persetujuan. Pada umumnya sumber-sumber ini ditempatkan antara tahun 1200
sampai 500 SM. Di dalam sumber Y orang telah melihat bentuk yang paling primitif
dari agama Israel, karena itu menurut pandangan beberapa ahli sumber ini ditulis kira-
kira dari tahun 900-800 SM. Sumber E adalah kesaksian dari suatu stadium yang lebih
maju dan berasal dari kira-kira tahun 800-700 SM. Sedangkan sumber D berasal dari
kira-kira tahun 600 SM dan akhirnya sumber P dari kira-kira tahun 500 SM. Penjelasan
lebih rinci mengenai masing-masing teori sumber dapat di baca dalam buku berikut ini :
J. Blomendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
17-22.
Carl A. Reed, Introduksi Perjanjian Lama (Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Injili
Indonesia, 2001), 49-52.
Ada beberapa kelemahan dasar yang membuat Teori Sumber sulit untuk
diterima. Berikut ini dijelaskan secara singkat beberapa kelemahan tersebut.
1. Dalam Teori Sumber, salah satu asumsi dasar adalah bahwa Alkitab bukan
penyataan dari Allah, tetapi berasal dari manusia.
• Semua cerita tentang mujizat-mujizat, tentang Allah yang langsung berbicara
kepada manusia, dan semua nubuatan-nubuatan dianggap dongeng, karena
telah menolak kemungkinan Allah sendiri bisa berinteraksi dengan manusia
dalam alam. Dengan dasar seperti ini, setiap kali ada mujizat tertulis, mereka
harus mencari apa yang “sesungguhnya” terjadi secara alami yang “salah
dimengerti” oleh orang-orang primitif supaya mereka sangka hal itu adalah
mujizat. Andaikata ada nubuatan yang memberitahukan sesuatu yang akan
terjadi ratusan tahun berikutnya, menurut mereka seharusnya ini ditulis
sesudah perkara itu terjadi, karena “tidak mungkin” ada Allah yang mampu
bernubuat.
• Jelas bahwa asumsi ini melawan kepercayaan bahwa Alkitab berasal dari Allah
yang dari semula berinteraksi dengan manusia. Sebenarnya, harus ditanyakan
mengapa mereka ingin mendalami Alkitab kalau mereka hanya mengaku
bahwa Alkitab adalah buku yang berasal dari manusia semata seperti buku-
buku lain.
2. Teori Sumber Wellhausen dibangun atas dasar bahwa semua agama berasal dari
manusia dan berkembang menurut proses evolusi.
• Menurut teori evolusi agama, semua agama dimulai dengan konsep-konsep
“primitif,” yaitu bahwa setiap pohon, gunung, dll didiami oleh roh-roh, dan
orang-orang harus memberi korban atau “makanan” kepada roh-roh tersebut
supaya roh-roh itu tidak marah kepada mereka (inilah yang disebut animisme).
Kemudian agama berkembang menjadi politeisme, yaitu banyak dewa yang
kuasanya khusus untuk mengatur sesuatu, seperti dewa hujan dan Guntur,
dewa kesuburan, dll. Selanjutnya, salah satu dewa menjadi lebih berkuasa dan
akhirnya lewat proses yang lama, berhasil menjadi agama yang paling tinggi,
yaitu monoteisme atau kepercayaan pada satu Allah.
• Masalahnya, tidak ada bukti untuk evolusi agama. Pertama, dasarnya ialah
bahwa tidak ada Allah yang berinteraksi dengan manusia. Kedua, kalau semua
agama mulai dengan yang paling “primitif” dan berkembang menjadi
kepercayaan pada satu Allah, mengapa semua agama yang lain, kecuali agama
Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam, tidak mencapai tingkat
“monoteisme”? Dan ketiga “agama” ini semuanya berasal dari Perjanjian
Lama. Sebenarnya, menurut buktinya, harus diterima bahwa orang Yahudi
dari semula menyembah satu Allah, bukan karena proses “evolusi agama.”
Melainkan, Allah sendiri yang menyatakan yang benar kepada mereka.
3. Teori Wellhausen juga dibangun atas dasar bahwa kemampuan menulis hanya
dikembangkan pada waktu 800-900 SM.
• Jadi tidak mungkin kalau ada orang bernama Musa bisa menulis sejarah dan
hukum-hukum Israel. Menurut teori, semua hal yang kemudian ditulis melalui
proses transmisi secara lisan selama berabad-abad, dimana perubahan-
perubahan bisa masuk dalam cerita-ceritanya.
• Tetapi sekarang, sudah dibuktikan oleh arkeologi bahwa kemampuan untuk
menulis sudah ada di daerah Kanaan sekurang-kurangnya 1500 SM, dan
kemungkinan besar lebih sebelumnya. Sudah ditemukan tulisan-tulisan
sekuno itu dan yang ditulis adalah hal-hal yang penting, seperti perjanjian atau
pakta (seperti Hukum Taurat), silsilah-silsilah, dan hal-hal berkaitan dengan
agama. Tetapi menurut perkembangan Teori Sumber, hanya orang Ibrani
Kuno yang berbeda, tidak menulis hal-hal penting seperti pakta pada waktu
terjadi, tetapi menunggu ratusan tahun sampai tahun 600 SM.
• Berhubungan dengan perjanjian atau pakta, bentuk Kitab Ulangan adalah
mirip dengan pakta yang diadakan oleh raja-raja Het dengan raja-raja yang
mereka telah kalahkan. Bentuk ini hanya dipakai dalam periode sebelum 1200
SM. Tidak mungkin Kitab Ulangan bisa memakai bentuk ini kalau ditulis
pada tahun 622 SM, seperti yang diakui oleh Teori Sumber.
4. Teori Sumber Wellhausen mengakui bahwa bukti-bukti dari teks Alkitab adalah
dasar untuk teori ini. Tetapi bukti-bukti dari teks tidak diperhatikan kalau tidak
cocok dengan teori mereka.
• Contoh : Teori Sumber mengatakan: “Kitab-kitab sejarah PL tidak
menunjukkan eksistensi hukum-hukum P (berkaitan dengan para imam) atau
bahwa hukum-hukum telah ditulis sebelum pembuangan.” Pada waktu
pemegang Teori Sumber ditunjukkan banyak tempat dalam kitab-kitab sejarah
PL dimana peraturan-peraturan berkaitan dengan upacara imam ada, atau
hukum-hukum dari Torah disinggung, mereka selalu menjawab: “Ya, tetapi
semua hal ini dimasukkan oleh redaktur pada masa berikutnya, dan bukan asli
pada periode itu.” Dengan kata lain, mereka telah memilih semua hal
berkaitan dengan peraturan imam dan mengatakan ini berasal dari periode
sesudah pembuangan. Kalau berkata pada mereka: “Tetapi peraturan ‘P’ ini
ada tepat dalam konteks sejarah yang ada ratusan tahun sebelum
pembuangan,” maka mereka akan menjawab bahwa kalimat-kalimat itu bukan
dalam aslinya, tetapi hasil pekerjaan redaktur, karena “semua orang
mengetahui bahwa upacara-upacara seperti itu tidak dilakukan sebelum
pembuangan.” Ini yang disebut circular reasoning, yaitu logika berputar. Tetapi
alasan yang mendasar ialah bahwa upacara-upacara para imam, seperti yang
ditulis dalam Imamat, hanya cocok dengan orang yang sudah dalam tingkat
“tinggi” evolusi agama.
• Jadi, pemegang Teori Sumber hanya memilih bukti-bukti dari teks Alkitab
yang cocok dengan teori mereka.
6. Menurut Teori Wellhausen, jika ada fakta-fakta arkeologi dari PL, pada dasarnya
dianggap salah kecuali dibuktikan dari sumber-sumber lain.
• Jika ada sesuatu dari sumber lain yang berbeda dari fakta dalam PL, walaupun
tulisannya tidak sekuno dengan PL, sumber yang lain itu selalu diterima.
Tetapi jika ada sesuatu mengenai sejarah dan lain sebagainya dalam Alkitab,
kecuali hal itu cocok dengan teori mereka, maka isi Alkitab selalu dicurigai.
• Ini sangat tidak masuk akal dan tidak konsisten, karena PL telah seringkali
dibuktikan kebenarannya tentang sejarah kuno (seperti kerajaan Het) oleh
arkeologi, jadi seharusnya dianggap bisa lebih dipercayai.
7. Walaupun literatur kuno yang lain dari Timur Tengah menunjukkan bahwa
mengulangi cerita lebih dari satu kali adalah kebiasaan yang dipakai untuk
menekankan sesuatu, Teori Sumber Wellhausen menolak bahwa para penulis PL
bisa menggunakan pengulangan dari bahan. Menurut Teori Sumber, jika ada
satu hal yang diulangi dari pandangan yang sedikit berbeda (seperti cerita
penciptaan dari Kejadian 1 dan 2), seharusnya dua hal ini berasal dari dua
sumber.
Sebagai kesimpulan, cara yang dipakai untuk membentuk Teori Sumber tidak
akan diterima sebagai bukti dalam membentuk teori-teori apapun yang lain.
KEPUSTAKAAN
A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament. Disunting oleh Francis Brown, S.R.
Driver dan Charles A. Briggs. Oxford: Clarendon Press, 1906.
Arthurs, Jeffrey D. Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika
yang Dinamis. Diterjemahkan oleh Timotius Fu. Malang: Literatur SAAT, 2007.
Davis, John J. Eksposisi Kitab Kejadian: Suatu Telaah. Diterjemahkan oleh Gandum
Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1975.
Duvall, J. Scott dan J. Daniel Hays. Grasping God’s Word : A Hands On Approach to
Reading, Interpreting, and Applying the Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2001.
Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992.
Greidanus, Sidney. Preaching Christ From The Old Testament : Mengkhotbahkan Kristus
dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Debora L. Manulaga. Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1999.
Hill, Andrew E dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.
Hamilton, Victor P. “The Book of Genesis Chapters 1-17” dalam New International
Commentary on the Old Testament. Grand Rapids, Michigan: William B.
Eerdmans Publishing, 1990.
Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament.
Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988.
J. Blomendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Kaiser, Walter C. Berkhotbah & Mengajar dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Lina Maria-Ngendang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.
Kaiser, Walter C. Jr. Teologi Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1978.
Klein, William W., Craig L. Blomberg dan Robert L. Hubbard Jr. Introduction to
Biblical Interpretation : Pengantar Tafsiran Alkitab. Diterjemahkan oleh Timotius
Lo. Malang: Literatur SAAT, 2004.
Koehler, Ludwig dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.
LaSor, W.S., D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan
Sejarah. Diterjemahkan oleh BPK Gunung Mulia. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1982.
Miller, Jeffrey P. “Torah.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi
Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1995.
New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis. Disunting oleh
Willem A. VanGemeren. 5 volume. Grand Rapids: Zondervan Publishing
House, 1997.
Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts Old and New Testaments. Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1993.
Reed, Carl A. “Advance Hebrew Exegesis of the Old Testament.” Bahan kuliah yang
tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap,
2008.
Reed, Carl A. dan Johny Y. Sedi. “Bahasa Ibrani III: Grammar dan Sintaksis.” Bahan
kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia,
Semester Gasal, 2004.
Ross, Allen P. Creation and Blessing. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.
__________. “Genesis” dalam The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh John
F. Walvoord dan Roy B. Zuck. Wheaton Illinois: Victor Books, 1986.
Sailhamer, John H. “Genesis” dalam The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh
Frank E. Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan Publishing House.
Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke. 2 volume. Chicago: Moody Press, 1980.
Zuck, Roy B. A Biblical Theology of the Old Testament. Diterjemahkan oleh Gandum
Mas. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1991.