Anda di halaman 1dari 130

BAHAN AJAR

Disiapkan Oleh :
Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M.

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA KALIMANTAN


Program Studi Magister Teologi (M.Th.)
Mei 2013
KONTRAK PERKULIAHAN

I. Identitas Mata Kuliah

Program Studi : S2 – Magister Teologi


Kode Mata Kuliah : DAl 3308
Mata Kuliah : EKSPOSISI KEJADIAN
Bobot : 2 SKS
Semester :
Standar Kompetensi : Peserta didik mampu menggali dan menemukan arti atau
pesan dari Kitab Kejadian serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan saat ini.
Mata Kuliah Prasyarat : Hermeneutik, Bahasa Ibrani
Hari Pertemuan/Jam : 5 X 180 Menit
Ruang Kuliah : Ruang Kuliah Program Studi S2
Dosen Pengampu : Samgar Setia Budhi, Th.M
STT : STT Kalimantan, Pontianak

II. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Eksposisi Kejadian merupakan studi tentang penemuan arti atau pesan
Kitab Kejadian seperti yang dimaksudkan penulis kitab dan yang dipahami oleh orang-
orang Israel sebagai penerimanya, serta penerapan arti tersebut di dalam kehidupan
masa kini atau konteks kehidupan saat ini. Penyelidikan nats akan dilakukan dengan
menggunakan prinsip-prinsip hermeneutika yang gramatikal, historikal dan kontekstual
serta dengan memperhatikan isu-isu yang relevan berkenaan dengan pokok bahasan
Kitab Kejadian. Penerapan kuliah ini menggunakan pula metode diskusi.

III. Manfaat Mata Kuliah

Mata kuliah Eksposisi Kejadian adalah mata kuliah yang dapat memberikan beberapa
manfaat kepada peserta didik, antara lain : pertama, mengenal hal-hal yang berhubungan
dengan introduksi Kitab Kejadian; kedua, mengenal sejarah yang melatarbelakangi
peristiwa-peristiwa dalam Kitab Kejadian; ketiga, menjelaskan persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh para penafsir Alkitab dan berusaha memecahkannya; keempat,
menjelaskan prinsip-prinsip rohani yang dapat membimbing peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.

1
IV. Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan Belajar

Pada akhir mata kuliah ini, peserta didik diharapkan memiliki standar kompetensi :
mampu menggali dan menemukan arti atau pesan dari Kitab Kejadian serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan saat ini. Melalui standar kompetensi ini,
kompetensi dasar yang diharapkan adalah :

1. Peserta didik mampu menjelaskan pokok-pokok dalam introduksi Kitab Kejadian.


2. Peserta didik mampu menafsirkan pesan Kitab Kejadian dengan menggunakan
prinsip dan metode penafsiran yang telah dipelajarinya serta mampu menerapkannya
dalam kehidupan pribadi dan pelayanannya.
3. Peserta didik mampu menjelaskan tentang pokok-pokok teologi dalam Kitab
Kejadian.
4. Peserta didik mampu mendemonstrasikan keterampilan dalam menafsirkan Kitab
Kejadian melalui riset keputakaan dan pembuatan proyek makalah eksposisi
Kejadian.

V. Garis Besar Materi Perkuliahan

Pendahuluan

I. Introduksi Kitab Kejadian


1. Judul Kitab
2. Posisi dalam Kanon
3. Kepenulisan
4. Tahun Penulisan
5. Struktur Sastra dan Isi Kitab
6. Tujuan Penulisan dan Tema Utama Kitab
7. Ayat dan Kata Kunci
8. Garis Besar Eksposisi

II. Permulaan Dunia dan Rencana Allah (Kejadian 1 – 11)


1. Penciptaan Dunia dan Manusia
2. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia
3. Penghukuman bagi Umat Manusia : Air Bah
4. Penyebaran Umat Manusia : Menara Babel

III. Permulaan Umat Allah Melalui Satu Keluarga (Kejadian 12 – 50)


1. Abraham
2. Ishak
3. Yakub
2
4. Yusuf

IV. Teologi Kitab Kejadian


1. Penciptaan dan Tujuannya
2. Kejatuhan dan Penghukuman Manusia
3. Orang Kanaan dan Orang Set
4. Air Bah
5. Perjanjian Nuh
6. Berkat Sem
7. Menara Babel
8. Perjanjian Abraham

VI. Jadwal Perkuliahan

Pertemuan Topik Bahasan Bacaan Tugas


Pertemuan I Penjelasan umum tentang Kontrak Perkuliahan FC Kontrak
kontrak perkuliahan & materi 1. Bahan ajar Perkuliahan &
secara keseluruhan; perkenalan 2. Sumber kepustakaan Bahan Ajar
mahasiswa.

Bagian I : Introduksi Kitab


Kejadian

Bagian II : Introduksi Kitab


Kejadian

Pertemuan II Bagian II : Permulaan Dunia 1. Bahan ajar


dan Rencana Allah 2. Sumber kepustakaan

Pertemuan III Bagian III : Permulaan Dunia 1. Bahan ajar


dan Rencana Allah (Kej. 1-11) 2. Sumber kepustakaan

Pertemuan IV Bagian IV : Permulaan Umat 1. Bahan ajar


Allah Melalui Satu Keluarga 2. Sumber kepustakaan
(Kej. 12-50)

Pertemuan V Bagian V : Teologi Kitab 1. Bahan ajar


Kejadian 2. Sumber kepustakaan

3
VII. Pendekatan dan Strategi Perkuliahan

Pendekatan pembelajaran akan berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang


dilakukan akan bersifat penjelasan berdasarkan pokok bahasan. Materi akan diberikan
sesuai dengan urutan yang telah dibuat berdasarkan kesinambungan antara prinsip yang
saling menunjang.
Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam perkuliahan ini meliputi
metode ceramah dan tanya jawab serta metode lainnya yang mungkin berkembang
seiring dengan jalannya perkuliahan.

VIII. Tugas Mahasiswa

1. Kehadiran dan Partisipasi di Kelas : 20 %


2. Tugas Baca Alkitab : 10 %
3. Tugas Argumentasi Kitab : 20 %
4. Tugas Membuat Garis Besar Khotbah : 20 %
5. Tugas Makalah Eksposisi : 30 %
Setiap peserta didik diwajibkan membuat makalah eksposisi dari Kitab Nehemia
dengan tema bebas. Makalah dibuat dalam 15 – 20 halaman spasi ganda dan sesuai
dengan aturan metode menulis makalah dari STK. Makalah dimasukkan 3 bulan
setelah perkuliahan selesai.

IX. Kriteria Penilaian

Nilai Poin Range


A+ 4.0 97 – 100
A 4.0 94 – 96
A– 3.7 90 – 93
B+ 3.3 87 – 89
B 3.0 84 – 86
B– 2.7 80 – 83
C+ 2.3 77 – 79
C 2.0 74 – 76
C– 1.7 70 – 73
D+ 1.3 67 – 69
D 1.0 64 – 66
D– 0.7 60 – 63

4
X. Sumber Belajar

Reinhard Achenbach, Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama. Jakarta: Yayasan


Komunikasi Bina Kasih, 2012.

A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament. Disunting oleh Francis Brown, S.R.
Driver dan Charles A. Briggs. Oxford: Clarendon Press, 1906.

Arthurs, Jeffrey D. Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika
yang Dinamis. Diterjemahkan oleh Timotius Fu. Malang: Literatur SAAT, 2007.

Davis, John J. Eksposisi Kitab Kejadian: Suatu Telaah. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1975.

Deffinbaugh, Robert. “The Book of Genesis.” Biblical Studies Press. Online:


http://www.bible.org/. Diakses 26 Januari 2009.

Duvall, J. Scott dan J. Daniel Hays. Grasping God’s Word : A Hands On Approach to
Reading, Interpreting, and Applying the Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2001.

Fee, Gordon D. dan Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan
dengan Tepat. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982.

Fokkelman, Jan. Di Balik Kisah-Kisah Alkitab : Penuntun Membaca Narasi Alkitab sebagai
Karya Sastra. Diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1995.

Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992.

Greidanus, Sidney. Preaching Christ From The Old Testament : Mengkhotbahkan Kristus dari
Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Debora L. Manulaga. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999.

Gultom, Parlaungan. “Analisa Perjanjian Lama.” Makalah diajukan untuk matakuliah


Independent Study. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap,
1987.

Hill, Andrew E dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.

5
Hamilton, Victor P. “The Book of Genesis Chapters 1-17” dalam New International
Commentary on the Old Testament. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing, 1990.

Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament. Grand
Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988.

J. Blomendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Kaiser, Walter C. Berkhotbah & Mengajar dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Lina
Maria-Ngendang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Kaiser, Walter C. Jr. Teologi Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1978.

Klein, William W., Craig L. Blomberg dan Robert L. Hubbard Jr. Introduction to Biblical
Interpretation : Pengantar Tafsiran Alkitab. Diterjemahkan oleh Timotius Lo.
Malang: Literatur SAAT, 2004.

Koehler, Ludwig dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.

LaSor, W.S., D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah.
Diterjemahkan oleh BPK Gunung Mulia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1982.

Longman III, Tremper dan Raymond B. Dillard. An Introduction To The Old Testament.
Grand Rapids: Zondervan, 2006.

Malick, David E. “An Introduction To Genesis.” Online: http://www.bible.org/.


Diakses 26 Januari 2009.

Mathewson, Steven D. “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old Testament


Narratives.” Bibliotheca Sacra volume 154 (Oktober-Desember 1997): 411-436.

Miller, Jeffrey P. “Torah.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi
Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1995.

New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis. Disunting oleh Willem
A. VanGemeren. 5 volume. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.

6
Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts Old and New Testaments. Nashville: Thomas
Nelson Publishers, 1993.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika : Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab.


Diterjemahkan oleh Elifas Gani. Surabaya: Penerbit Momentum, 2006.

Pratt, Richard L. Ia Berikan Kita Kisah-Nya. Diterjemahkan oleh Hartati Mulyani


Notoprodjo. Surabaya: Penerbit Momentum, 2005.

Reed, Carl A. “Advance Hebrew Exegesis of the Old Testament.” Bahan kuliah yang
tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap,
2008.

__________. “Introduksi Perjanjian Lama.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan.


Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap, 2001.

__________. “Torah: Kejadian – Ulangan.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan.


Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1993.

Reed, Carl A. dan Johny Y. Sedi. “Bahasa Ibrani III: Grammar dan Sintaksis.” Bahan
kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester
Gasal, 2004.

R. K. Harrison. Introduction to the Old Testament. Grand Rapids: Eerdmans, 1969.

Ross, Allen P. Creation and Blessing. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.

__________. “Genesis” dalam The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh John F.
Walvoord dan Roy B. Zuck. Wheaton Illinois: Victor Books, 1986.

__________. “The Table of Nations in Genesis 10 – Its Content.” Bibliotheca Sacra


volume 138 (Januari-Maret 1981): 28.

Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991.

Sailhamer, John H. “Genesis” dalam The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh
Frank E. Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan Publishing House.

Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke. 2 volume. Chicago: Moody Press, 1980.

7
Waltke, Bruce K. dan M. O’Connor. An Introduction to Biblical Hebrew Syntax. Winona
Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990.

William, Ronald J. Hebrew Syntax: An Outline. London: University of Toronto Press,


1976.

Wolf, Herbert. Pengenalan Pentateukh. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Malang:


Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.

Zuck, Roy B. A Biblical Theology of the Old Testament. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Penerbit Gandum Mas, 1991.

8
Eksposisi Kejadian Daftar Isi

DAFTAR ISI

I. Introduksi Hermeneutik Narasi Perjanjian Lama ………………………………. 1


A. Pendahuluan Umum Hermeneutik Narasi PL
B. Pedoman Memahami dan Memproklamasikan Narasi PL
II. Introduksi Kitab Kejadian ........................................................................ 23
A. Judul Kitab
B. Posisi dalam Kanon
C. Kepenulisan
D. Tahun Penulisan
E. Struktur Sastra dan Isi Kitab
F. Tujuan Penulisan dan Tema Utama Kitab
G. Ayat dan Kata Kunci
H. Garis Besar Eksposisi
III. Permulaan Dunia dan Rencana Allah (Kejadian 1 – 11) ........................... 32
A. Penciptaan Dunia dan Manusia
B. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia
C. Penghukuman bagi Umat Manusia : Air Bah
D. Penyebaran Umat Manusia : Menara Babel
IV. Permulaan Umat Allah Melalui Satu Keluarga (Kejadian 12 – 50) ............ 79
A. Abraham
B. Ishak
C. Yakub
D. Yusuf
V. Teologi Kitab Kejadian ............................................................................ 101
A. Penciptaan dan Tujuannya
B. Kejatuhan dan Penghukuman Manusia
C. Ibadah di Bait Suci
D. Orang Kanaan dan Orang Set
E. Air Bah
F. Perjanjian Nuh
G. Berkat Sem
H. Menara Babel
I. Perjanjian Abraham
Lampiran …………………………………………………………………………………………. 111
Kepustakaan .................................................................................................. 116

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. i


Eksposisi Kejadian Daftar Singkatan

DAFTAR SINGKATAN

BAGD W. Bauer, W. F. Arndt, F. W. Gingrich, F. W. Danker. A Greek-English


Lexicon of the New Testament. Chicago: The University of Chicago Press,
1957/79.
BDB F. Brown, S. R. Driver, dan C. A. Briggs. Hebrew and English Lexicon of
the Old Testament. Oxford: Clarendon Press, 1907.
BHS Biblia Hebraica Stuttgartensia. Disunting oleh K. Elliger dan W. Rudolf.
Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1967/77.
BKC The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh John F. Walvoord dan
Roy B. Zuck. Wheaton Illinois: Victor Books, 1986.
BSac Bibliotheca Sacra
CHALOT A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament. Disunting
oleh William L. Holladay. Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing, 1988.
EBC The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh Frank E. Gaebelein.
Grand Rapids: Zondervan Publishing House.
ESV English Standard Version.
GKC Gesenius’ Hebrew Grammar. Disunting oleh E. Kautzsch. Diterjemahkan
oleh A. E. Cowley. Oxford: Clarendon, 1910.
IBHS B. K. Waltke and M. O’Connor. An Introduction to Biblical Hebrew
Syntax. Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990.
KS – ILT Kitab Suci Indonesian Literal Translation
NASB New American Standard Version.
NET New English Translation Bible
NICOT New International Commentary on the Old Testament
NIDOTTE New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis.
Disunting oleh Willem A. VanGemeren. 5 volume. Grand Rapids:
Zondervan, 1997.
NIV New International Version
RSV Revised Standard Version
TDOT Theological Dictionary of the Old Testament. Disunting oleh G. J.
Botterweck dan H. Ringgren. Diterjemahkan oleh J. T. Willis, G. W.
Bromiley, dan D. E. Green. 11 volume. Grand Rapids: Eerdmans,
1974– .
TWOT Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting oleh R. L. Harris,
G. L. Archer Jr., dan B. K. Waltke. 2 volume. Chicago: Moody Press,
1980.
WBC Word Biblical Commentary. Disunting oleh David A. Hubbard dan Glenn
W. Barker. Dallas: Word Books Publisher, 1994.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M ii


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

BAGIAN PERTAMA :

INTRODUKSI HERMENEUTIK NARASI PERJANJIAN LAMA

A. Pendahuluan Umum Hermeneutik Narasi Perjanjian Lama 1

Setiap orang yang membaca kisah-kisah Perjanjian Lama akan menggunakan


metode-metode penafsiran. Pada umumnya, orang tidak memikirkan “metode” yang
dipakai. Bagi orang awam, ia akan memakai kebiasaan-kebiasaan yang dipakai dalam
konteks bahasa dan kebudayaannya sendiri untuk menafsirkan teks tersebut dan
seringkali mengabaikan pentingnya studi. Sedangkan bagi mahasiswa teologi injili,
mereka akan mencoba memakai metode “gramatika-historis” dengan membuat analisa
kata kerja (parsing), studi kata, studi sejarah, dan lain sebagainya. Meskipun demikian,
mereka seringkali tidak mengerti bagaimana menggunakan hasil dari langkah-langkah
eksegesisnya untuk menjelaskan arti dan makna suatu nats.
Kita perlu menganalisa metode-metode dalam penafsiran dari 3 sudut, yaitu :
1. Apakah prasuposisi (prasangka atau prakonsep) dari metode ini ?
2. Apakah fokus atau pendekatan metode ini ?
3. Bagaimana cara menggunakan metode ini untuk menafsirkan suatu teks ?

1. Prasuposisi Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

Semua metode penafsiran tergantung pada prasuposisi si penafsir. Prasuposisi


mana yang melatarbelakangi suatu penafsiran ? Sebelum kita bisa menafsirkan firman
Tuhan dengan baik, kita harus menyadari hubungan antara si pembaca dan teks
Alkitab.
Menurut Richard L. Pratt, ada 3 pandangan tentang hubungan antara pembaca
dengan teks :

1. Model Subyektif
Konsep atau Pertanyaan kunci : “Apa arti teks ini bagimu ?”
Prasuposisi : Pembaca yang berkuasa atas penafsiran teks, supaya dia bisa menafsirkannya
sesuai dengan pandangan dan kemauannya. Model ini juga disebut Reader – Response
Criticism. Model ini dipakai untuk mendukung Teologi Pembebasan, Teologi Feminis,
dan Teologi Homoseksual.

1
Bahan pelajaran ini diambil dari Richard L. Pratt Jr., Ia Berikan Kita Kisah-Nya, pen. Hartati Mulyani
Notoprodjo (Surabaya: Penerbit Momentum, 1998), 25-46, 99-118; Carl A. Reed, “Advance Hebrew Exegesis of
The Old Testament” (bahan kuliah yang tidak diterbitkan, The Evangelical Theological Seminary of Indonesia,
Fall Semester, 2008), 1-7. Penjelasan lebih mendetail tentang pelajaran bagian A ini dapat dilihat dalam buku
pertama.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 1


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Masalah :
a. Tidak perlu memakai metode-metode hermeneutika karena pemahaman kita berasal
dari pandangan yang kita bawa ke dalam teks tersebut.
b. Subyektifisme cenderung menyetarakan kita dengan Alkitab dengan cara
menurunkan teks tersebut ke tingkatan kita.
c. Harus waspada agar prasangka-prasangka teologis kita tidak terlalu mempengaruhi
penafsiran kita.

2. Model Obyektif
Konsep kunci : Pandangan ini berkata bahwa fakta-fakta dari suatu teks akan jelas kepada
siapa saja yang membacanya secara benar dan obyektif. Apabila teks dibaca dengan
benar, maka semua orang akan sependapat dengan yang lain. Apabila ada perbedaan
pendapat, maka salah satu orang tidak obyektif atau tidak melakukan eksegesis dengan
benar.
Obyektifisme hermeneutik memperlakukan penafsiran sebagai suatu proses melucuti
prakonsep dan menerapkan teknik-teknik yang telah sungguh-sungguh dipikirkan,
sehingga teks dapat memberikan kesannya sendiri kepada kita. Tujuannya adalah agar
makna mengalir dari bacaan ke pembaca yang tidak bias, pembaca yang menerima.
Prasuposisi : (1) Orang bisa membaca suatu teks secara obyektif, tanpa bias atau
prakonsep yang mempengaruhi eksegesisnya. (2) Ada satu penafsiran yang benar.
Masalah :
a. Obyektifisme merumuskan cara bagaimana seharusnya kita membaca Alkitab.
b. Obyektifisme cenderung menjadikan kita teman sederajat Alkitab dengan cara
menaikkan pemahaman kita ke tingkatan Alkitab itu sendiri. Penafsiran kita
teridentifikasi dengan pengajaran teks tersebut.
c. Semua orang ada bias atau prakonsep yang akan mempengaruhi penafsiran mereka.

3. Model Dialog – Otoritas


Konsep Kunci : Firman Tuhan diterima sebagai otoritas yang harus ditaati, tetapi untuk
mengerti atau menafsirkannya dengan cara “berdialog” dengannya. Kita mendekati teks
Alkitab dengan begitu banyak perkiraan dan asumsi, tetapi kita berusaha supaya tidak
memasukkan prakonsep kita ke dalamnya, tetapi sebaliknya, kita patut mendengarkan
apa yang seharusnya teks itu katakana. Metode-metode hermeneutik kita adalah “alat-
alat” untuk menolong kita berdialog dengan teks tersebut.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 2


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Pembaca Teks

Model Model
Subjektif Model Objektif
Dialog - Otoritas

Bagan 1 :Orientasi yang Berbeda terhadap Penafsiran

2. Fokus atau Pendekatan Eksegesis Perjanjian Lama

Sebelum mulai menafsirkan suatu teks, kita juga harus menyadari apa fokus kita.
Richard L. Pratt memberi 3 macam pendekatan atau fokus dari eksegesis.

Analisis Sastra
Perhatian Sastra
Bentuk
dan Isi

Narasi Narasi
Perjanjian Perjanjian
Lama Lama

Analisis Sastra Analisis Sastra


Perhatian Sastra Perhatian Sastra
Bentuk Bentuk
dan Isi dan Isi

Bagan 2 : Pendekatan Utama Eksegesis

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 3


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

1. Analisis Tematis
a. Dalam analisis tematis, kita memperlakukan narasi Perjanjian Lama sebagai
cermin yang memantulkan keprihatinan dan minat kita.
b. Fokus eksegesis adalah tema-tema yang dipilih oleh para pembaca, meskipun
tema itu bukan tema utama dari suatu teks.
c. Tipe analisis tematis adalah teologi sistematika, pemodelan atau teladan, dan
perhatian pastoral.
d. Evaluasi : analisis tema ini berguna tetapi tidak dapat menjadi satu-satunya
metode eksegesis.

2. Analisis Historis
a. Dalam analisis historis, kita melihat teks sebagai jendela peristiwa sejarah.
b. Fokus eksegesis adalah peristiwa-peristiwa di balik teks.
c. Ada 2 unsur historis dalam teks :
 Sejarah “dalam teks”
Maksud sejarah ini adalah sejarah yang diceritakan dalam teks. Jadi, dalam
Kejadian 6-9 tertulis cerita tentang air bah dengan fakta-fakta tentang Nuh,
bahtera, besar dan luas air bah, lama bumi ditutupi air, dan peristiwa yang
terjadi ketika Nuh serta keliarganya keluar dari bahtera.
Banyak buku tafsiran injili berfokus pada unsur sejarah ini. Oleh sebab itu,
ada usaha untuk menjelaskan bagaimana semua gunung dapat ditutupi oleh
air bah. Tafsiran yang berusaha mengerti peristiwa-peristiwa di balik teks
Perjanjian Lama ini berguna dan penting, karena kita percaya bahwa sejarah
yang tertulis dalam Alkitab adalah benar dan tanpa salah. Tetapi, kita harus
mengakui keterbatasan kemampuan kita untuk mendalami suatu peristiwa
yang telah terjadi. Kita hanya dapat melihat suatu peristiwa melalui beberapa
“jendela,” seperti saksi-saksi yang tertulis atau bukti-bukti arkeologis.
 Sejarah “dari teks”
Sejarah “dari teks” tidak berfokus pada sejarah yang tertulis dalam teks,
melainkan berfokus pada sejarah teks itu sendiri, seperti : “bagaimana teks itu
muncul, mengapa, di mana, kapan dan dalam keadaan yang bagaimana; siapa
penulisnya dan untuk siapa ditulis, disusun, disunting, dihasilkan dan
dipelihara; mengapa sampai teks itu ditulis, kemudian hal apa yang
mempengaruhi kemunculan, pembentukan, perkembangan, pemeliharaan
dan penyebarluasannya.
Banyak buku tafsiran non-injili yang berfokus pada unsur sejarah ini. Mereka
berusaha menentukan sumber-sumber yang dipakai dalam penulisan teks
tersebut (Kritik Sumber). Mereka juga berusaha untuk mengerti keadaan
sosial-budaya di mana teks-teks itu dipakai (Kritik Bentuk). Mereka juga
berusaha untuk mengerti proses redaksi, yaitu apa yang terjadi supaya semua
sumber-sumber dikumpulkan menjadi satu teks (Kritik Redaksi).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 4


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

d. Evaluasi : analisis historis penting, yaitu untuk menentukan situasi atau kondisi
para penulis buku dan juga mengerti sejauh bisa peristiwa-peristiwa yang
dijelaskan dalam teks. Tetapi analisis inipun tidak dapat menolong kita mengerti
semua hal yang terjadi dalam suatu teks. Harus ada analisis yang berfokus pada
teks itu sendiri, yaitu analisis sastra.

3. Analisis Sastra
a. Dalam analisis sastra, kita melihat narasi Perjanjian Lama sebagai gambar yang
menghargai bentuk berikut isinya.
b. Fokus eksegesis adalah teks itu sendiri.
c. Analisis sastra menolong kita untuk menemukan motif sentral dari sebuah
perikop.
d. Basis analisis sastra adalah :
 Unit sastra. Analisis sastra penting karena Perjanjian Lama terdiri atas unit-
unit sastra dan bukan unit-unit teologis atau historis.
 Kualitas sastra. Analisis sastra diperlukan karena teks-teks Alkitab
memaparkan mutu sastra.
 Pemahaman. Analisis sastra penting karena sering memberikan pemahaman
yang tidak terlihat oleh pendekatan tematis dan historis.
e. Evaluasi : Kita jangan memakai satu metode eksegesis saja, tetapi memakai
sebanyak mungkin metode untuk menolong kita masuk ke dalam teks. Tetapi
setiap metode harus dipakai dengan kesadaran akan kekuatan dan
kelemahannya.

3. Cara Menafsirkan Suatu Teks

Metode yang digunakan : Lexical, Gramatical, Syntactical, Literary, Historical, Canonical,


Theological.
1. Lexical
Studi kata, pengertian arti kata dalam konteks, pemakaiannya dalam Timur Dekat
Kuno.
2. Gramatical
Berfokus pada analisa kata (parsing), bentuk kata benda dan kata kerja, rumus-rumus
tata bahasa (grammar) dalam bahasa aslinya.
3. Syntactical
Berfokus pada hubungan antara kata dalam frase, klausa, dan kalimat. Membuat
diagram kalimat, dan lain sebagainya.
4. Literary
Berfokus pada unit yang lebih besar. Melihat kebiasaan-kebiasaan dalam suatu
perikop sampai kepada satu kitab. Memperhatikan genre, dan bahasa serta cara

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 5


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

menulis yang terdapat dalam setiap genre (misalnya, kebiasaan mana yang dipakai
dalam menulis puisi, narasi, dan lain sebagainya).
5. Historical
Apa latar belakang sejarah, social, dan budaya dalam Timur Dekat Kuno untuk
sejarah “dalam teks” dan sejarah “dari teks.” Siapa penulis, penerima, dan lain
sebagainya.
6. Canonical
Apakah isi teks ini (atau tema teologinya) dikutip atau dikembangkan dalam kitab-
kitab lain di Alkitab? Bagaimana pemakaian dan perkembangannya?
7. Theological
Apa tema-tema teologis yang terdapat dalam teks ini? Apa hubungannya dengan
ajaran-ajaran teologis yang lain?

Semua langkah ini digunakan bersama-sama dan harus dipikirkan aplikasinya untuk
kehidupan pada masa kini.

B. Pedoman Memahami dan Memproklamasikan Narasi Perjanjian Lama

Setiap orang pada dasarnya suka mendengarkan cerita. Jika memperhatikan topik
pembicaraan dari kebanyakan percakapan, maka kita akan menemukan sebuah kisah
tentang apa yang dilakukan seseorang dan mengapa ia melakukannya. Demikian juga
jika memperhatikan popularitas dari film-film, novel-novel, drama atau acara-acara
komedi di televisi, maka kita akan semakin menyadari bahwa banyak orang suka
mendengarkan cerita. Oleh sebab itu, benar kata Roland Barthes seperti dikutip oleh
Jefrey D. Arthurs dalam bukunya Preaching with Variety :

Narasi hadir dalam setiap zaman, di segala tempat, dalam setiap masyarakat; ia telah
dimulai bersamaan dengan hadirnya sejarah umat manusia dan sejak saat itu tidak
ada tempat atau tidak ada seorang pun yang tidak memiliki cerita … Narasi itu
mendunia, melampaui sejarah, melampaui budaya: ia begitu saja hadir, seperti
kehidupan itu sendiri.” 2

Alkitab juga berisi berbagai kisah atau narasi didalamnya, bahkan narasi
merupakan genre terbesar dalam Alkitab. Jefrey D. Arthurs dalam bukunya
memperkirakan bahwa narasi mencakup 60% dari keseluruhan Alkitab. 3 Secara khusus
dalam Perjanjian Lama, narasi (cerita) mengambil hampir setengahnya, suatu prosentase

2
Jeffrey D. Arthurs, Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika yang
Dinamis, pen. Timotius Fu (Malang: Literatur SAAT, 2007), 84.
3
Ibid., 85.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 6


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

yang cukup besar dari Alkitab. 4 Dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai kisah seperti
kisah tentang Adam dan Hawa di Taman Eden, Samson dan Delila, Daud dan Goliat,
kisah Daniel di dalam gua singa, Yunus di mulut ikan, kisah pencobaan Ayub atau kisah
kehidupan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa dan Daud. Beberapa kitab
berikut mengandung sebagian besar bahan narasi: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Yosua,
Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra,
Nehemia, Daniel, Yunus dan Hagai. Beberapa kitab lainnya mempunyai sejumlah narasi
yang menyelingi dalam teks seperti : Ayub, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Jadi, jelaslah
bahwa narasi adalah genre yang penting. Rupanya, Allah menghargai narasi (cerita)
sebagai sebuah bentuk komunikasi. Allah menggunakan sastra narasi untuk
mengkomunikasikan kebenaran teologis kepada kita.

Definisi Narasi

Apa yang dimaksud dengan narasi Alkitab? Definisi secara umum menyebutkan
bahwa narasi adalah bentuk wacana yang bertujuan menceritakan peristiwa atau
serangkaian peristiwa. Metodenya berupa laporan yang berpusat pada peristiwa. 5 Dalam
kaitannya dengan narasi sebagai bentuk sastra dalam Alkitab, Arthurs memberikan
definisi yang baik tentang narasi Alkitab sebagai “sebuah catatan yang akurat secara
historis, dirancang secara artistik dan dapat dipahami mengenai orang-orang dan
tindakan-tindakan di dalam sebuah rancangan setting untuk memperkenalkan Allah
dan memberikan pengajaran kepada pembacanya.” 6
Dari definisi Arthurs tentang narasi, ada 3 hal penting yang menjelaskan narasi.
Pertama, narasi adalah catatan yang akurat secara historis. Definisi ini menegaskan
tentang sifat historis Alkitab dimana Alkitab mengungkapkan kebenaran yang sejati.
Kedua, narasi dirancang secara artistik. Para narator Alkitab melakukan seleksi,
mengatur dan melukiskannya melalui keterampilan mereka. Oleh sebab itu, Walter
Kaiser berpendapat bahwa “sangat penting untuk memahami konteks luas di mana
sebuah narasi ditempatkan dan bertanya mengapa sang penulis menempatkan rangkaian
peristiwa yang terpilih dalam urutan peristiwa yang begitu teliti.” 7 Ketiga, narasi
dirancang untuk memperkenalkan Allah dan memberikan pengajaran kepada pembaca.
Narasi bertujuan bukan hanya untuk memperkenalkan Allah, tetapi juga untuk
mengajar pembaca (Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11; 2 Tim. 3:16). Arthurs mengistilahkan kedua
4
J. Scott Duvall dan J. Daniel Hays, Grasping God’s Word : A Hands-On Approach to Reading,
Interpreting, and Applying the Bible (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), 294.
5
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa dan Hani’ah, Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), 103.
6
Arthurs, Preaching with Variety, 86.
7
Walter C. Kaiser Jr., Toward an Exegetical Theology: Biblical Exegesis for Preaching and Teaching
(Grand Rapids: Baker, 1981), 205.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 7


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

tujuan dari narasi ini dengan menyatakan bahwa narasi Alkitab bersifat teologis dan
retorika. Teologis, karena untuk memperkenalkan Allah; dan retorika, karena
mendorong pembaca untuk meresponinya. 8

Sifat Narasi Perjanjian Lama

Narasi-narasi Perjanjian Lama mempunyai alur cerita yang menjadi bagian dari
alur keseluruhan yang khusus dan memiliki sejumlah pelaku, termasuk didalamnya
adalah Allah itu sendiri. Dengan kata lain, ada tingkatan-tingkatan alur cerita dalam
narasi Perjanjian Lama. Gordon D. Fee dan Douglas Stuart 9 menjelaskan bahwa narasi
Alkitab bangsa Yahudi berkomunikasi dalam 3 tingkatan, yaitu :

1. Tingkat Atas (makro narasi)


a. Pada tingkat atas, narasi berhubungan dengan seluruh rencana Allah untuk
semesta alam yang dilaksanakan melalui ciptaan-Nya.
b. Segi utama alur cerita : menggambarkan penciptaan dan kejatuhan umat
manusia, efek-efek yang
menular dan universal dosa, Narasi Tingkat Atas
dan perlunya penebusan yang Rencana Allah melalui manusia
dijanjikan melalui Mesias. (mis.: Rencana Penebusan)

2. Tingkat Menengah (medium narasi)


a. Pada tingkat menengah, narasi
berpusat kepada Israel. Narasi Tingkat Menengah
Karya Allah dalam bangsa Israel
b. Segi utama alur cerita : menggam-
barkan bagaimana Allah membentuk,
memberkati, mengawasi, mendisiplin, Narasi Tingkat Bawah
Narasi Abraham,
dan merestorasi umat pilihan. Yusuf, Gideon,
3. Tingkat Bawah (mikro narasi) Daud,
Daniel
a. Pada tingkat bawah, narasi berpusat pada
pribadi-pribadi, dengan ratusan contoh dari
Bagan 3 :
kebaikan dan kejahatannya yang membentuk Tingkatan Narasi
tingkat menengah dan atas.
b. Contoh : narasi tentang Yusuf dijual kepada kafilah Arab, narasi tentang
Gideon yang meragukan Allah dan menguji Dia dengan kulit domba, narasi
perzinahan Daud dengan Betsyeba, dan lain sebagainya.

8
Arthurs, Preaching with Variety, 88.
9
Gordon D. Fee dan Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan
Tepat (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982), 75-77.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 8


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Jadi Alkitab mempunyai narasi-narasi tersendiri (terkadang bersifat majemuk)


yang tercakup dalam suatu narasi yang lebih besar (tingkat menengah) yang berada di
dalam sebuah narasi pokok (tingkat atas). Ini merupakan ciri khas semua narasi yang
mempunyai alur cerita tambahan. Tidak ada salahnya mempelajari narasi-narasi
tersendiri secara terpisah. Tetapi untuk memperoleh arti sepenuhnya, seseorang pada
akhirnya harus melihat narasi tersendiri itu dalam konteksnya yang lebih besar.

Fitur-Fitur dari Bentuk Sastra Narasi

Duvall dan Hays mendefinisikan tentang narasi sebagai bentuk sastra yang
ditandai dengan waktu tindakan yang berurutan dan melibatkan plot, latar (setting), dan
karakter-karakter (penokohan). 10 Definisi tersebut menyebutkan beberapa fitur sastra
yang terdapat dalam narasi. Ada 4 unsur penting dalam narasi, yaitu plot, latar (setting),
karakter, dan sudut pandang narator. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fitur tersebut
dengan penambahan fitur-fitur khusus yang lain untuk meneliti dan mengamati narasi
Perjanjian Lama.

1. Adegan (Scene)
Adegan adalah gabungan situasi yang erat hubungannya dengan tindakan dan para
tokoh yang membentuk bangunan dasar kisah-kisah Perjanjian Lama. 11 J. P.
Fokkelman seperti dikutip oleh Walter C. Kaiser menyatakan bahwa “Dalam prosa
Perjanjian Lama, adegan merupakan unit yang terpenting dalam bangunan cerita
itu.” Peranan adegan sama seperti paragraf dalam penulisan prosa secara umum,
yang biasanya memberikan satu gagasan utama untuk setiap adegan. 12 Adegan dapat
dibagi berdasarkan perubahan-perubahan dalam : 13
a. Waktu
Perpindahan waktu sering menandai pembatas adegannya. Panggilan kepada
Samuel dalam 1 Samuel 3 menjadi ilustrasi yang baik tentang pembagian adegan
berdasarkan waktu. Berikut ini diberikan contoh pembagian adegan berdasarkan
waktunya :

10
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 295.
11
Richard L. Pratt Jr., He Gave Us Stories : Ia Berikan Kita Kisah-Nya, Panduan bagi Siswa Alkitab
untuk Menafsirkan Narasi Perjanjian Lama, pen. Hartati M. Notoprodjo (Surabaya: Penerbit Momentum, 1998),
174.
12
Walter C. Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, pen. Lina Maria-Ngendang
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), 83.
13
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 83-85. Penjelasan lebih dalam tentang
“Adegan” dapat dibaca dalam Pratt Jr., He Gave Us Stories, 173-202.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 9


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

I. Hari-hari sebelumnya – 1 Samuel 3:1 (“Pada masa itu firman TUHAN jarang”)
II. Suatu malam – 1 Samuel 3:2-14
III. Keesokan paginya – 1 Samuel 3:15-18
IV. Hari-hari berikutnya – 1 Samuel 3:19 – 4:1a
b. Tempat
Ilustrasi mengenai perubahan dalam adegan-adegan berdasarkan pergantian
tempat dapat dilihat melalui 1 Raja-Raja 17 berikut ini :
I. Istana – 1 Raja-Raja 17:1
II. Tepi Sungai Kerit – 1 Raja-Raja 17:2-7
III. Pintu Gerbang Kota Sarfat – 1 Raja-Raja 17:8-16
IV. Rumah Janda di Sarfat – 1 Raja-Raja 17:17-24

2. Plot
Mengeksplorasi plot adalah sebuah perluasan tentang pertanyaan apa? (What) dan
bagaimana? (How). 14 Plot adalah rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan
sebab-akibat dalam sebuah cerita yang bergerak dari ketidakseimbangan ke arah
pemecahan masalah, dari peningkatan ketegangan ke arah penurunan ketegangan
melalui penyusunan adegan-adegan.15 Elemen dasar dari plot adalah konflik,
misalnya : pribadi versus pribadi (Daud vs Goliat), pribadi versus alam (para murid
di atas Laut Galilea), pribadi versus diri sendiri (Yesus bergumul di Taman
Getsemani), pribadi versus makhluk supranatural (Yakub vs malaikat), pribadi versus
kolektif (Yesus vs orang Farisi). 16 Plot dapat berfungsi pada tingkat makro (seluruh
kitab) atau mikro (suatu perikop tunggal). 17 Plot dalam buku-buku hermeneutik
sering disebut sebagai alur cerita 18 atau alur dramatis. 19 Plot secara khas bergerak
melewati 6 tahapan berikut ini : 20

14
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 299.
15
Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika : Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab, pen.
Elifas Gani (Surabaya: Penerbit Momentum, 2006), 240; Pratt Jr., He Gave Us Stories, 203-204.
16
Arthurs, Preaching with Variety, 94.
17
Osborne, Spiral Hermeneutika, 240.
18
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 85.
19
Pratt Jr., He Gave Us Stories, 203.
20
Penjelasan tentang tahapan dari Plot dan ilustrasinya dikembangkan dari beberapa sumber berikut :
Arthurs, Preaching with Variety, 92-97; Tremper Longman III dan Raymond B. Dillard, An Introduction To The
Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 2006), 33; Sidney Greidanus, Preaching Christ From The Old
Testament : Mengkhotbahkan Kristus dari Perjanjian Lama, pen. Debora L. Manulaga (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999), 421; Steven D. Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old
Testament Narratives,” Bibliotheca Sacra 154 (Oktober-Desember 1997): 414-416.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 10


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

(1) Latar belakang


Latar belakang memberikan penjelasan atau detail yang dibutuhkan untuk
memahami cerita. Di dalamnya diperkenalkan berbagai karakter, nama-nama,
ciri-ciri atau sifat-sifat, penampilan fisik, posisi dalam kehidupan, dan hubungan
di antara mereka. Latar belakang juga melukiskan latar geografis atau historis.
(2) Konflik
Konflik biasanya adalah sesuatu yang ada di bagian latar belakang atau penjelasan
dari cerita yang ditandai dengan ketidaklengkapan, gangguan, atau keinginan
yang tidak terpenuhi, dan kekurangan ini menyebabkan konflik. Konflik dapat
internal (dalam karakter) maupun eksternal (antara dua karakter atau kelompok).
Pusat konflik dalam Perjanjian Lama seringkali antara Allah dan umat yang keras
kepala.
(3) Aksi meningkat
Konflik yang diperkenalkan biasanya akan semakin intensif menuju kepada
klimaks. Bagian ini biasanya menjadi bagian yang paling panjang dari cerita, ia
memperkuat konflik yang ada.
(4) Klimaks
Klimaks adalah momen ketika kisah berganti arah kepada resolusi.
(5) Resolusi
Dalam bagian resolusi, konflik yang telah diperkenalkan sebelumnya dan
semakin meningkat menuju klimaks kemudian diselesaikan. Dari puncak konflik
(klimaks), alur cerita turun secara cepat kepada resolusi dari ketegangan.
(6) Kesimpulan (akhir cerita)
Cerita berakhir dengan sebuah kesimpulan atau akhir cerita. Beberapa sarjana
menyatukan bagian ini bersama dengan resolusi. Tetapi beberapa kesimpulan
cerita mengembangkan konsekwensi resolusi ini kepada karakter-karakter dasar.

(4) klimaks

(3) aksi meningkat

(2) konflik
(6) kesimpulan
(1) latar belakang (5) resolusi

Bagan 4 : Enam Tahapan dari Plot

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 11


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Setelah membaca narasi, pastikan untuk mengidentifikasi plotnya dengan


mengajukan pertanyaan : Kisah itu berbicara tentang apa? Apakah konflik utamanya?
Bagaimana ketegangan dikembangkan? Bagaimana konflik diselesaikan?
Contoh : Kejadian 22:1-19; Kejadian 39:1-23; dan Ester 1-10

(4) klimaks
• Kej. 22:9-10
• Kej. 39:11-12
• Est. 5:9-14

(3) aksi meningkat


• Kej. 22:3-8
• Kej. 39:8-10
• Est. 3:8 – 5:8
(2) konflik
• Kej. 22:2
• Kej. 39:7
• Est. 3:1-7 (6) kesimpulan
• Kej. 22:15-19
(1) latar belakang (5) resolusi • Kej. 39:21-23
• Kej. 22:1 • Kej. 22:11-14 • Est. 9:20 – 10:3
• Kej. 39:1-6 • Kej. 39:13-20
• Est. 1 – 2. • Est. 6:1 – 9:19

3. Karakter (Penokohan) 21
Karakter adalah jawaban untuk pertanyaan Siapa? 22 Pada umumnya, karakter dalam
Perjanjian Lama berfokus kepada 3 kelompok, yaitu : Allah, makhluk supernatural,
dan manusia. Karakter adalah gambaran dari orang-orang yang terlibat di dalam
sebuah cerita. Ia meliputi seluruh sifat fisik, psikologi, sosial, dan spiritual mereka.
Karakter-karakter dalam cerita-cerita di Perjanjian Lama pada umumnya diatur ke
dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh utama atau pemeran utama dalam suatu cerita.
Ia adalah penggumul pertama yang sudut pandangnya kita telusuri melalui
tindakannya. Karakter ini bisa baik ataupun jahat atau pahlawan maupun
penjahat. Contoh : Tokoh protagonis dalam Kejadian 12:1-20 adalah Abram,
dalam 1 Raja-Raja 3:1-15 adalah raja, dalam Kejadian 11:1-9 (kisah Menara
Babel) adalah semua manusia.

21
Uraian yang mendalam tentang karakter atau penokohan dapat dibaca dalam Pratt Jr., He Gave Us
Stories, 147-171.
22
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 300.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 12


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

b. Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang diarahkan untuk menentang tokoh
protagonis. Ia bisa jahat atau baik, bisa membahayakan atau menguntungkan
tokoh protagonis. Contoh : Tokoh antagonis dalam Kejadian 11:1-9 (kisah
Menara Babel) adalah Allah; dalam Kejadian 12:10-20 adalah Firaun.
c. Ambivalen
Tokoh ambivalen adalah tokoh yang tidak jelas dukungannya terhadap pemeran
protagonis atau antagonis. Contoh : Tokoh ambivalen dalam 1 Raja-Raja 3:1-15
adalah Putri Firaun.

Arthurs memberikan beberapa teknik pembentukan karakter (penokohan) sebagai


berikut : 23
a. Dialog
Dialog merupakan cara utama yang dipakai para narator Alkitab untuk
memperkenalkan karakter. Setiap apa yang dikatakan oleh para aktor direkam
oleh narator. Arthurs memperkirakan bahwa hampir 50% narasi Alkitab adalah
dialog. Jadi, penting sekali memperhatikan bagaimana dialog yang berlangsung
dalam sebuah cerita.
b. Aksi
Aksi adalah apa yang dilakukan oleh para aktor dan itu memperkenalkan
karakter. Dalam Hakim-Hakim 3:12-30, hakim Ehud diperkenalkan sebagai
seorang yang penuh keberanian, kecerdikan, dan kekuatan.
c. Gelar dan nama
Semua gelar dan nama membantu kita lebih mengenal karakter yang ada dan
membantu mengajarkan kebenaran yang dimaksudkan oleh sang penulis.
Contoh : Rut adalah seorang “keturunan Moab” dan “menantu perempuan”
(Rut 1:22). Elisa adalah “abdi Allah” (2 Raj. 5:8), dan Naaman adalah “panglima
raja Aram (2 Raj. 5:1). Abram (artinya “bapa”) berubah namanya menjadi
Abraham (artiinya “Bapa dari segala bangsa”). Pada masa tuanya dia mempunyai
anak bernama Iskhak (artinya “tertawa”) yang kemudian mempunyai anak laki-
laki yang bernama Yakub (artinya “penipu”), tetapi kemudian diganti namanya
menjadi Israel (artinya “Pangeran Allah”).
d. Gambaran fisik
Terkadang para narator Alkitab juga menggunakan gambaran fisik untuk
menggambarkan penampilan lahiriah seseorang.
Contoh : Sara itu cantik, Ehud itu kidal, Daud itu elok perawakannya (1 Sam.
16:18), atau Gideon (1 Sam. 17:4-7).

23
Arthurs, Preaching with Variety, 98-102.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 13


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

e. Komentar kepenulisan
Sebuah teknik lain untuk membentuk karakter terjadi ketika penulis keluar dari
balik layarnya untuk memasukkan komentarnya ke dalam aliran plot yang ada.
f. Respons dari karakter-karakter yang lain
Teknik penokohan yang lain adalah dengan melihat bagaimana para karakter
saling merespons memberikan penjelasan atas natur mereka masing-masing.
Contoh : Respon Allah terhadap Adam dan Hawa ketika mereka berdosa adalah
mengutuk mereka. Respons tersebut merupakan penjelasan yang cukup bagi
penafsir untuk memutuskan perbuatan mereka sebagai pemberontakan yang
jahat.
g. Foil
Foil adalah sebuah tindakan yang sengaja dibuat sebagai kontras dari protagonis.
Contoh : Ketika Orpa kembali ke Moab, kita melihat kesetiaan dan keberanian
Rut dengan lebih jelas. Ketika Lot memilih padang yang berair dekat Sodom, kita
melihat kemampuan Abraham memilih yang benar.

4. Latar (Setting)
Latar menyediakan dasar di mana plot dan tokoh berkembang. Donald Michie
seperti dikutip oleh Grant R. Osborne menjelaskan bahwa latar mempunyai banyak
fungsi seperti menciptakan suasana, menentukan konflik, menyingkapkan watak
para tokoh yang harus menghadapi masalah atau ancaman yang disebabkan oleh
suatu latar, menawarkan tafsiran mengenai suatu tindakan, dan menimbulkan
asosiasi dan nuansa makna yang ada di dalam budaya para pembaca.24 Latar meliputi
3 hal, yaitu :
a. Waktu
Contoh : Rut tiba kembali di Betlehem bersama Naomi ketika “permulaan
musim menuai jelai” (Rut 1:22). Waktu terus berjalan sampai akhirnya Rut
bekerja memungut jelai di ladang Boas “sampai petang” (2:17). Rut bekerja di
ladang Boas “sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah
berakhir” (2:23).
b. Tempat atau geografis
Contoh : kisah Rut mulai dari Betlehem (1:1), bergeser ke Moab (1:1), dan
kemudian kembali ke Betlehem (1:19).
c. Historis
Contoh : kisah Rut berlatar “pada zaman para hakim memerintah” (Rut 1:1).

24
Osborne, Spiral Hermeneutika, 242.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 14


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

5. Sudut Pandang (Viewpoint) narator


Sudut pandang mengacu kepada perspektif dari mana cerita itu disampaikan.
Biasanya ini adalah hak prerogatif si pencerita untuk menyatakan pendirian atau
sudut pandang dari mana cerita itu disampaikan. Sudut pandang juga member
pertalian kepada seluruh rangkaian episode atau adegan. 25 Jadi, sudut pandang
memberikan kacamata yang memungkinkan pembaca, penafsir, dan peneliti
berhubungan dengan babak-babak atau peristiwa-peristiwa dalam setiap adegan.
Osborne memberikan 5 area tempat sudut pandang beroperasi : 26
a. Dimensi psikologis
Dimensi psikologis mempelajari cara narator menyediakan keterangan “dari
dalam” mengenai pemikiran dan perasaan dari para tokoh yang ada. Dalam hal
ini narator Alkitab “mahatahu” karena memberikan kepada pembaca
pengetahuan yang tidak mungkin diketahui siapa pun.
b. Sudut pandang evaluatif atau ideologis
Sudut pandang evaluatif atau ideologis menunjukkan konsep benar dan salah
yang menguasai suatu narasi. Para aktor di dalam drama seringkali berbeda
pandangan satu sama lain dan narator bertindak sebagai penilai atas perbuatan
mereka.
c. Perspektif ruang
Perspektif ruang dari para narator Alkitab sifatnya “mahahadir,” artinya mereka
memiliki kemampuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara
bebas dan mampu menghubungkan suatu cerita dari berbagai sudut pandang.
d. Perspektif waktu
Dari perspektif waktu, narator dapat mempertimbangkan suatu tindakan dari
dalam cerita (dari sudut pandang masa kini) atau dari masa datang.
e. Sudut pandang frasaologis
Sudut pandang frasaologis berhubungan dengan dialog atau ucapan dalam suatu
narasi. Di sini dapat dilihat kemahatahuan dari penulis.

6. Narasi dan Waktu Narasi


Sebuah karya sastra, karena bahan dasarnya adalah bahasa, juga merupakan sebuah
seni waktu. Sebuah cerita mempunyai hubungan yang begitu erat dan rumit dengan
waktu, sehingga kita harus memulainya dengan membedakan setidaknya 3 macam
waktu, supaya kita tidak menjadi bingung.

25
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 86.
26
Osborne, Spiral Hermeneutika, 236-238. Penjelasan lebih lanjut dapat membaca buku tersebut.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 15


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

a. Waktu penceritaan (narration time)


Waktu penceritaan adalah waktu yang diperlukan untuk menceritakan atau
membaca cerita. 27 Jan Fokkelman menyebut waktu penceritaan dengan sebutan
waktu bercerita. Waktu ini lebih praktis diungkapkan dengan jumlah kata-kata
yang dipakai daripada diukur dengan jam. 28 Contohnya, cerita penciptaan
sampai dengan Kejadian 2:4a memuat sekitar 500 kata yang meliputi pekan kerja
yang pertama.
b. Waktu cerita (narrated time)
Waktu cerita atau waktu yang diceritakan teks adalah waktu atau periode yang
ada dalam sebuah cerita atau yang diceritakan teks. Ini adalah waktu di dalam
cerita. Waktu cerita adalah pokok untuk berbagai celah, penundaan atau
perlambatan, percepatan, dan bahkan gerakan dalam arah yang berbeda. 29
Contohnya, dalam Hakim-Hakim 19 kita mengetahui bahwa orang Lewi
menetap selama 4,5 hari di Betlehem dan peristiwa selanjutnya dari jam ke jam
diketahui dengan penggunaan waktu “matahari terbenam” atau “matahari
terbit.”
c. Waktu kronologis (chronological time)
Waktu kronologis adalah urutan waktu dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Penulis biasanya menuliskan ceritanya dalam urutan waktu terjadinya. Tetapi
terkadang penulis juga dengan sengaja meninggalkan bentuk kronologi itu untuk
melihat ke depan atau menoleh ke belakang (kilas balik/flash back). 30

7. Kata Kunci (Leitwort)


Narasi sering menggunakan kata yang sama atau pola perkataan yang sama
berkenaan dengan bunyi atau bentuknya pada titik-titik tertentu dalam narasi itu.
Kata-kata ini mungkin digunakan untuk menekankan kesatuan tema dari perikop
secara keseluruhan atau mengemukakan motif dalam narasi. 31 Oleh sebab itu
penting sekali memperhatikan suatu kata atau kumpulan kata yang seringkali
digunakan atau cara kata tersebut digunakan dengan tepat.
Contoh :
Kejadian 22 menggunakan kata “anakmu yang tunggal” sebanyak 3 kali (Kej. 22:2,
12, 16) untuk menekankan bahwa anak itu merupakan aspek yang penting dalam
cerita itu. Dalam 2 Samuel 7 kata “rumah” (untuk “dinasti”) seringkali muncul
27
Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old Testament Narratives,” 417.
28
Jan Fokkelman, Di Balik Kisah-Kisah Alkitab : Penuntun Membaca Narasi Alkitab sebagai Karya
Sastra, pen. A. S. Hadiwiyata (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 40.
29
Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old Testament Narratives,” 417.
30
Fokkelman, Di Balik Kisah-Kisah Alkitab, 41-42.
31
Kaiser, Berkhotbah & Mengajar Dari Perjanjian Lama, 94.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 16


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

untuk menyatakan bahwa Allah berjanji membangun satu dinasti dari Daud dan
tidak menyuruh Daud membangun rumah bagi-Nya.

8. Gaya Bahasa dan Retorika


a. Pengulangan (Repetisi) 32
Pengulangan dapat digunakan untuk memberi penekanan kepada cerita.
Pengulangan dapat memperlengkapi bagian awal dan akhir dari perikop atau
disebut dengan inclusion.
Contoh : Bagian lampiran dari kitab Hakim-Hakim ditandai dengan
pengulangan frasa “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap
orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak. 17:6 dan
21:25). Struktur kitab Kejadian juga ditandai dengan pengulangan frasa “Inilah
daftar keturunan [sejarah, generasi] ….” (Kej. 2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10, 27; 25:12,
19; 36:1, 9; 37:2).
b. Perbandingan/Kontras 33
Teknik perbandingan/kontras ini adalah alat utama yang digunakan dalam
narasi Perjanjian Lama untuk mengembangkan plot dan menggerakkan kisah ke
depan.
Contoh : Pengontrasan antara Rahab dan Akhan dalam Yosua 2 dan 7.
Dalam 1 Samuel dikontraskan antara Hana dan imam Eli, antara anak Hana
(Samuel) dengan anak imam Eli (Hofni dan Pinehas), hidup Hana diberkati
melalui Samuel tetapi hidup imam Eli susah karena Hofni dan Pinehas, akhirnya
imam Eli mati sedangkan Hana diberkati dan Samuel menggantikan Eli sebagai
imam.
c. Ironi 34
Ironi adalah istilah sastra yang digunakan untuk menggambarkan situasi-situasi
dimana pengertian literal dari sebuah peristiwa atau episode berbeda – beberapa
diantaranya berlawanan – dari pengertian yang ditekankan oleh narator.
Contoh : Dalam 1 Samuel 5-6, tanpa konsultasi dengan Allah, orang bodoh,
anak-anak Eli, membawa tabut perjanjian ke medan perang supaya mereka
diberkati. Orang Filistin akhirnya mengalahkan Israel dan merebut tabut
perjanjian.

32
Ibid., 96-97.
33
Duvall dan Hays, Grasping God’s Word, 298, 303-304.
34
Pembahasan yang lebih dalam tentang “ironi” dapat dilihat dalam : Duvall dan Hays, Grasping God’s
Word, 305-306; Arthurs, Preaching with Variety, 113-116.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 17


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Pedoman Menafsirkan Narasi35

1. Berinteraksilah dengan seni sastra cerita untuk menentukan artinya.


2. Ikuti perkembangan plot (alur cerita) dan bentuknya.
Bacalah teks dengan teliti secara berulang-ulang untuk mencari alur narasi dan
mendapatkan ide awal dari plot. Pertama-tama, ini dilakukan pada tingkat makro
dengan memperhatikan perkembangan dari karya itu sebagai suatu keutuhan.
Kemudian kita menganalisis struktur mikro dari masing-masing perikop atau cerita.
Tiap-tiap cerita dibagi ke dalam unit-unit “tindakan,” elemen-elemen atau aksi-
aksinya masing-masing.
3. Amati langkah dengan mana kisah berkembang.
Sementara melacak plot, seorang penafsir harus megamati kecepatan dimana narasi
terungkap. Oleh sebab itu perlu memperhatikan waktu penceritaan, waktu cerita,
dan waktu kronologis.
4. Fokuskan pada dialog yang melekat dalam narasi.
Ada 2 ciri ucapan yang harus mendapat perhatian, yaitu :
a. Ucapan langsung yang muncul dalam ayat formal seringkali mempunyai fungsi
meringkaskan atau berhubungan dengan seremonial atau upacara. Contoh :
ucapan Hana dalam 1 Samuel 2:1-10 dan ucapan Adam dalam Kejadian 2:23.
b. Dialog yang bersifat kontras. Ucapan kontras dari 2 tokoh menyempurnakan
perbedaan. Inilah kontras di antara ide-ide atau konsep-konsep.
5. Berikan perhatian kepada pembangunan karakter/tokoh
Perhatikan bagaimana pengaturan tokoh-tokoh dan interaksi di antara tokoh utama
(protagonis), tokoh antagonis, dan tokoh ambivalen; serta bagaimana interaksi
tersebut membangun penokohan masing-masing dan alur cerita.
6. Pertimbangkan arti dari rincian-rincian deskriptif
7. Perhatikan bagaimana narasi menggunakan perangkat gaya bahasa
Perhatikan penggunaan gaya bahasa dan retorika dalam sebuah narasi seperti
pengulangan, perbandingan atau kontras, ironi, kiasmus, dan lain sebagainya.

Pedoman Mengkhotbahkan Narasi 36

1. Khotbahkanlah blok-blok narasi yang cukup besar untuk mengkomunikasikan ide


besar.
2. Kembangkanlah sebuah garis besar yang akan menyoroti garis cerita dari narasi.
Meskipun bentuk narasi memungkinkan untuk banyak variasi, ada 3 pilihan yang
dapat dipakai untuk menolong menyusun sebuah khotbah secara efektif dari
literatur narasi Perjanjian Lama :

35
Mathewson, “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old Testament Narratives,” 413-425.
36
Ibid., 425-436.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 18


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

(1) Membangun poin-poin teologis yang dikembangkan dari unsur “krisis” dan
“resolusi” dari plot.
Contoh :
Kejadian 12:10-20
I. Krisis menggoda orang percaya untuk menggeser imannya dari Tuhan demi
rencana pribadi (Kej. 12:10-13)
A. Hal ini telah terjadi kepada Abram (Ceritakan kisahnya)
B. Hal ini dapat terjadi kepada anda (berikan contoh)
II. Rencana pribadi saja akan menambah masalah (Kej. 12:14-20)
A. Rencana pribadi membahayakan tujuan Allah (ay. 14-16)
B. Rencana pribadi membahayakan berkat Allah (ay. 17-20)
Kesimpulan : Pergeseran iman kita dari Tuhan untuk rencana pribadi hanya
akan membahayakan tujuan dan berkat Allah.

(2) Menceritakan kembali kisah dalam suatu rangkaian gerak yang memimpin
kepada ide besar.
Contoh :
1 Samuel 16:1-13
Gerakan 1 – Pendahuluan
Gerakan 2 – Samuel datang ke kota (1 Sam. 16:1-5)
Gerakan 3 – Anak-anak Isai diarak di depan Samuel (ay. 6, 8-10)
Gerakan 4 – Allah menolak para kandidat ini atas dasar hati mereka (ay. 7)
Gerakan 5 – Anak yang paling muda adalah pilihan Allah (ay. 11-13)
Gerakan 6 – Ide besar : Allah terkesan dengan hatimu, bukan penampilanmu
Gerakan 7 – Implikasi 1 : Kerjakan hatimu, bukan hanya penampilanmu
Gerakan 8 – Implikasi 2 : Jangan meminimalkan potensimu untuk mengesankan
Allah.
Catatan :
Sesudah gerakan 1, yang terdiri dari pendahuluan khotbah, gerakan 2 dan
menceritakan bagian pertama dari kisah. Gerakan 4 berhenti sejenak untuk
merefleksikan arti “hati” dalam 1 Samuel 16:7. Dalam gerakan 4 ide besar mulai
terbentuk. Tetapi kemudian penceritaan kisah dilanjutkan dengan gerakan 5.
Dalam gerakan 6 ide utama khotbah muncul ke permukaan. Kemudian khotbah
disimpulkan dengan dua baris penerapan dalam gerakan 7 dan 8. Dengan setiap
gerakan sekitar 4 menit panjangnya, maka khotbah diselesaikan dalam 32 menit.

(3) Menceritakan kembali kisah dalam suatu rangkaian gerak yang memimpin
kepada ide besar dan kemudian kembali kepada kisah itu untuk mengeksplorasi
ide besar secara panjang lebar.
Contoh :

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 19


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

Ester 1 – 10
Pendahuluan
I. Kisah
Gerakan 1 (Adegan : Ester 1-2)
Gerakan 2 (Adegan : Ester 3-4)
Gerakan 3 (Adegan : Ester 5:9-19)
Gerakan 4 (Adegan : Ester 9:20 – 10:3)
II. Ide besar : Anda tidak dapat melihat atau mendengar Allah, tetapi Dia
mengendalikan nasib Anda! Apakah ini benar?
A. Allah mengontrol nasib Anda terlepas dari ketidakpekaan rohani orang-
orang di sekitar Anda
B. Allah mengontrol nasib Anda terlepas dari orang-orang yang mustahil ada
dalam tempat-tempat yang menonjol
C. Allah mengendalikan Anda terlepas dari peristiwa-peristiwa yang tidak
dapat diperkirakan
D. Allah mengendalikan Anda terlepas dari keadaan orang yang tidak dapat
diubah

Keluaran 15:22 – 17:7


Pendahuluan
I. Segera sesudah pembebasan dari Allah, Israel tergelincir ke dalam kebiasaan
mengeluh
A. Adegan 1 – Israel mengeluh atas kekurangan air (Kel. 15:22-27)
B. Adegan 2 – Israel mengeluh atas kekurangan makanan (Kel. 16:1-36)
C. Adegan 3 – Israel mengeluh lagi atas kekurangan air (Kel. 17:1-7)
II. Mengeluh bukanlah respon utama ketika Anda menghadapi pencobaan dan
ketidaknyamanan
A. Ketika Anda mengeluh, Anda mempertanyakan integritas Allah (Kel.
15:24; 16:3, 7-8; 17:1-7)
B. Ketika Anda mengeluh, Anda menciptakan kondisi untuk tidak taat (Kel.
16:20-28)
C. Ketika Anda mengeluh, Anda gagal tetes, Allah ingin Anda lulus (Kel.
15:25b-26; 16:4; 17:7)
Catatan :
Sesudah menceritakan kisah dan tiba di ide besar, khotbah mengesahkan ide
besar. Tentu pengkhotbah dapat membangun sebuah ide besar bukan hanya
dengan mengesahkan tetapi juga menjelaskan (dengan pertanyaan, Apa artinya
ini?) atau menerapkan (dengan pertanyaan, Jadi apa? Apa perbedaan yang telah
dibuat?).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 20


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

3. Pilihlah sudut pandang yang mana untuk menceritakan kisah itu.


4. Ubahlah adegan-adegan alkitab ke dalam gambar-gambar yang menangkap imaginasi
para pendengar.
5. Asahlah keterampilan bercerita.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 21


Eksposisi Kejadian Introduksi Hermeneutik Narasi PL

CATATAN-CATATAN

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 22


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

BAGIAN KEDUA :

INTRODUKSI KITAB KEJADIAN

A. Judul Kitab

Judul kitab ini berasal dari bahasa Inggris Genesis dimana kata ini datang dari
Alkitab berbahasa Latin Vulgata (Liber Bresith id est Genesis) yang diterjemahkan dari
Perjanjian Lama berbahasa Yunani Septuaginta atau LXX (, genesews),
artinya “asal mula atau permulaan.”1 Kata Yunani ini merupakan terjemahan dari kata
Ibrani todl=ot (tol=dot) dalam Kejadian 2:4 dan 5:1, 2 yang berarti “generasi, keturunan,
riwayat.” 3 Septuaginta menggunakan kata genesews berdasarkan setiap judul dari
sepuluh bagian kunci yang menunjuk kepada asal-usul yang berbeda. Judul dari sepuluh
bagian kunci ini dinyatakan dengan ungkapan h` bibloj ge,nesewj (}h biblos
geneseos) yang artinya “daftar keturunan atau buku yang menceritakan tentang
generasi.”
Dalam Alkitab Ibrani, judul kitab ini diambil dari kata pertama kitab, yaitu
tyv!ar@B= (B=r@v't), yang artinya “pada mulanya.” 4 Ini mengikuti kebiasaan penamaan
kitab-kitab dalam Pentateukh yang didasarkan atas kata pertama atau dua kata pertama
dari tiap kitab. Judul ini sesuai dengan isinya karena Kitab Kejadian menceritakan awal
dari banyak hal.

B. Posisi dalam Kanon

Dalam kanon Ibrani, Kitab Kejadian merupakan kitab pertama dalam bagian
pertama dari kanon yang disebut Torah atau “hukum, pengajaran.”5 Demikian juga

1
Victor P. Hamilton, “The Book of Genesis Chapter 1-17” dalam NICOT (Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1990), 1.
2
William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Chicago:
The University of Chicago Press, 1979), 154.
3
Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew and English Lexicon of the Old Testament
(Oxford: Clarendon Press, 1906), 410.
4
Kata ini berasal dari kata tyvar@ (r@av't) yang artinya “permulaan” atau “titik awal” dari waktu. Lihat
William L. Holladay, CHALOT (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 330.
5
Alkitab Ibrani terdiri dari 3 bagian yang disingkat dengan Tanakh, yaitu : Torah (Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, Ulangan), Nebi’im atau Para Nabi (Nabi awal : Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-
raja; Nabi akhir : Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi), dan Ketubim atau Tulisan-tulisan (Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung,
Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra-Nehemia, 1-2 Tawarikh).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 23


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

dalam kanon Kristen, Kitab Kejadian merupakan kitab pertama dalam bagian pertama
yang disebut Pentateukh yang berasal dari bahasa Yunani pentateukhos.6

C. Kepenulisan

Secara umum Pentateukh adalah suatu karya yang tidak menyatakan dengan jelas
siapa penulisnya. Oleh sebab itu ada yang menyebutnya sebagai karya anonim. 7 Kitab
Kejadian khususnya juga tidak menyebutkan dengan jelas identitas dari penulisnya.
Meskipun demikian, sampai dengan abad ke-19 orang Yahudi maupun orang
Kristen pada umumnya menerima Musa sebagai penulis Kitab Kejadian. 8 Tetapi
menjelang pertengahan abad ke-19, terutama dengan muncul dan berkembangnya
pelajaran yang disebut Kritik Tinggi (Higher Criticism) atau Kritik Sastra terutama Kritik
Sumber, kepenulisan Musa atas Kitab Kejadian diragukan dan disanggah. 9
Selama abad ke-19 teori sumber-sumber pada umumnya diterima oleh ahli-ahli
Perjanjian Lama. Tetapi pada abad ke-20, terutama atas pengaruh Gunkel, muncul
beberapa ahli yang bersifat kritis terhadap teori tersebut dan mengkritiknya.
Bagaimanapun juga sesungguhnya teori sumber-sumber mempunyai berbagai kelemahan
di dalamnya karena teori dan hipotesis yang dihasilkannya bersifat dugaan dan
problematik. 10
Sesungguhnya, apabila semua bukti yang mendukung kepenulisan Musa atas
Pentateukh diteliti, sulit untuk menyangkal bahwa Musalah yang menulis Pentateukh,
khususnya Kitab Kejadian. Bukti kepenulisan Musa dapat dilihat dalam 2 kategori 11 :

6
Alkitab Kristen terdiri dari 4 bagian, yaitu : Pentateukh (Kejadian – Ulangan), Sejarah (Yosua,
Hakim-Hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-Raja, 1 & 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester), Syair dan Hikmat
(Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung), dan Nabi-Nabi (Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel,
Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi).
7
Lihat Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 1998), 63 dan W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, pen. Werner Tan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 101.
8
John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1975), 17; Thomas Nelson Inc., Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts : Old
and New Testaments (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1993), 4.
9
Salah satu hasil dari Kritik Sumber adalah kesimpulan bahwa sejarah yang ditulis dalam kitab-kitab
bukan yang sesungguhnya terjadi, melainkan merupakan sejarah menurut tradisi-tradisi orang Yahudi. Hasil dari
studi Kritik Sumber adalah ditulisnya kembali sejarah Israel menurut teori-teori sumber yang berbeda dengan
yang ditulis dalam Alkitab. Penjelasan lebih lanjut tentang Teori Sumber-Sumber dapat dilihat di : J.
Blomendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 17-22; R. K. Harrison,
Introduction to the Old Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1969); Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, pen. Gandum Mas (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991), 120-127.
10
Carl A. Reed mencatat setidaknya ada 8 kelemahan dari teori sumber. Lihat Lampiran 1.
11
Ibid., 54-55. Juga Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, 20-23 dan Wolf, Pengenalan Pentateukh, 66-69.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 24


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

I. Kesaksian Alkitab sendiri mengenai Musa sebagai penulis Torah


1. Pentateukh sendiri mengaku bahwa Musa yang menulisnya : Keluaran 17:14;
24:4, 7; 34:27; Bilangan 33:1-2; Ulangan 31:9, 11.
2. Kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama mengakui Musa sebagai penulis Torah :
Yosua 1:7-8; 8:31-32; 1 Raja-Raja 14:6; 2 Raja-Raja 21:8; Ezra 6:18; Nehemia
13:1; Daniel 9:11-13; Maleakhi 4:4.
3. Perjanjian Baru mengakui Musa sebagai penulis Torah : Matius 19:8; Markus
12:26; Yohanes 5:46-47; 7:19; Kisah Para Rasul 3:22.

II. Bukti-bukti tidak langsung dalam Alkitab


1. Ada beberapa hal dalam cerita keluaran yang mendukung bahwa penulisnya
adalah saksi mata dari hal-hal yang terjadi. Misalnya, dalam Keluaran 15:27
penulis memberitahukan jumlah mata air (12) dan jumlah pohon kurma (70)
yang ditemukan di Elim. Dalam Bilangan 11:7-8, ia memberitahukan perasaan
dan melihat manna. Sulit bagi orang yang belum merasakan manna atau
berkemah di Elim menuliskan penjelasan-penjelasan ini.
2. Penulis Kejadian dan Keluaran membuktikan bahwa dia sungguh mengerti
keadaan dan kebiasaan di Mesir, seperti orang yang terbiasa ikut dalam
pembebasan dari Mesir. Dia mengenal dan memakai nama kota-kota Mesir.
Prosentasi kata-kata Mesir yang dipakai dalam kitab-kitab ini lebih besar daripada
bagian-bagian lain dalam Perjanjian Lama. Dalam kisah tentang Yusuf, beberapa
kalimat mengikuti susunan bahasa Mesir dan bukan susunan bahasa Ibrani yang
biasa. Semua ini cocok dengan Musa, yang dibesarkan di Mesir, sebagai
penulisnya.
3. Penulis Torah menunjukkan pandangan yang asing tentang penduduk Kanaan,
melainkan sesuai bagi orang yang mempunyai banyak pengalaman di Mesir dan
padang gurun Sinai. Musim-musim yang dijelaskannya berasal dari Mesir.
Penjelasan tentang nama-nama tempat dan keadaan di padang gurun Sinai
menunjukkan bahwa penulisnya bukanlah orang yang tinggal di Kanaan dan ini
cocok dengan Musa sebagai penulisnya.
4. Secara khusus dalam Kitab Kejadian, ada banyak penjelasan tentang kebiasaan-
kebiasaan kuno yang sudah dibuktikan berasal dari millennium kedua SM, tetapi
tidak terdapat lagi dalam millennium pertama. Misalnya, kebiasaan bahwa
hamba isteri diberikan kepada suaminya untuk mendapat anak-anak yang sah
(seperti yang dilakukan Hagar, Rahel, dan Lea), kepentingan memiliki terafim
untuk menunjukkan hak atas warisan, dll. Semuanya ini cocok sekali dengan
Musa sebagai penulisnya, tetapi sama sekali tidak cocok dengan Teori Sumber
Wellhausen bahwa semua kitab ini ditulis ratusan tahun sesudah Musa.
5. Ada kesinambungan yang luar biasa dalam semua bagian Pentateukh yang
menunjukkan bahwa ini ditulis oleh satu orang.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 25


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

Secara khusus dalam penulisan Kitab Kejadian, ada kemungkinan Musa


menggunakan sejumlah sumber tertulis tertua dan tradisi lisan. Allen P. Ross
mengamati bahwa sumber-sumber lain mungkin digunakan dalam penulisan Kitab
Kejadian seperti sumber-sumber yang dibawa oleh para leluhur dari Mesopotamia,
sumber-sumber dan catatan-catatan dari keluarga leluhur yang dipelihara oleh para
patriark, catatan silsilah, dan sejenisnya. 12

D. Tahun Penulisan

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, dalam menyusun Kitab Kejadian Musa


pasti telah menggunakan sumber-sumber tertulis tertua dan tradisi lisan, sama baiknya
dengan bahan yang secara langsung dinyatakan kepada dia oleh Allah (Bil. 12:8).
Dididik dalam hikmat orang Mesir (Kis. 7:22), Musa telah dipersiapkan untuk mengerti
dan menggabungkan, di bawah inspirasi Allah, semua catatan yang tersedia, manuskrip-
manuskrip, dan cerita-cerita lisan. Penyusunan kitab kemungkinan dikerjakan selama
keluarnya bangsa Israel dari Mesir ke padang gurun (± 1446 – 1406 sM).

E. Struktur Sastra dan Isi Kitab

Kitab Kejadian dapat disusun berdasarkan 2 pendekatan yang berbeda yang


masing-masing bergantung atas perspektif dan interes dari pembaca. Pendekatan yang
pertama berdasarkan struktur sastranya. Berdasarkan struktur sastranya, kitab ini terbagi
ke dalam 11 bagian. Petunjuk untuk pembagian ini adalah frase todl=ot hL#a@ (a@L#h
tol=dot), yang dinyatakan dalam kalimat “inilah riwayat/keturunan.” Kata ini adalah
kata benda feminin dari kata kerja dl^y` (y`l^d) yang artinya “melahirkan,
memperanakkan.” 13 Kata todl=ot (tol=dot) sering diterjemahkan sebagai “generasi,”
“sejarah,” atau “keturunan.” 14 Dalam konteks dimana istilah ini umumnya digunakan,
tol=dot sering diterjemahkan “inilah keturunan/riwayat ….” Kata ini secara tradisional
dianggap sebagai judul dari suatu bagian. Penyusunan garis besar berdasarkan struktur
sastranya dapat dilihat seperti di bawah ini :

12
Allen P. Ross, Creation and Blessing (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 35. Lihat juga
Thomas Nelson Inc, Nelson’s Complete Book of Bible Maps and Charts Third Edition (Nashville: Thomas
Nelson Publisher, 1982), 4; John W. Wenham, “Moses and the Pentateukh,” dalam The New Bible Commentary,
peny. Donald Guthrie dan lain-lain (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1970), 41-43;
Lasor, Hubbard, Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, 101-04; Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, 107; Richard L.
Pratt Jr., Ia Berikan Kita Kisah-Nya, diterjemahkan oleh Hartati Mulyani Notoprodjo (Surabaya: Penerbit
Momentum, 1998), 314; dan Wolf, Pengenalan Pentateukh, 70-76. Buku terakhir memberikan penjelasan lebih
mendetail tentang sumber-sumber lain yang digunakan Musa untuk menyusun Kitab Kejadian.
13
Brown, Driver, dan Briggs, BDB, 408.
14
BDB mengartikan kata ini sebagai “generasi” atau “catatan tentang laki-laki dan keturunannya” (hal.
410). CHALOT mendefinisikannya sebagai “keturunan” atau “sejarah” (hal. 387).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 26


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

1. Pengantar dan Penciptaan (Kej. 1:1 – 2:3)


2. tol=dot langit dan bumi (2:4 – 4:26)
3. tol=dot Adam (5:1 – 6:8)
4. tol=dot Nuh (6:9 – 9:29)
5. tol=dot Sem, Ham dan Yafet (10:1 – 11:9)
6. tol=dot Sem (11:10-26)
7. tol=dot Terah (11:27 – 25:11)
8. tol=dot Ismael (25:12-18)
9. tol=dot Ishak (25:19 – 35:29)
10. tol=dot Esau (36:1 – 37:1)
11. tol=dot Yakub (37:2 – 50:26)

Setiap kali formula tol=dot muncul, biasanya mempunyai 2 tujuan utama yaitu untuk
memulai cerita baru dan untuk menghubungkan cerita baru tersebut dengan cerita yang
sebelumnya.
Meskipun struktur sastra ini jelas terlihat dalam Kitab Kejadian, kitab ini sering
dipelajari berdasarkan pendekatan kedua yaitu berdasarkan isi dan gayanya. Berdasarkan
isi dan gayanya Kitab Kejadian terbagi dalam dua bagian.
1. Kejadian 1 – 11
Bagian pertama menjelaskan tentang sejarah permulaan dunia dan meliputi waktu
antara penciptaan dan menara Babel. Bagian ini meliputi periode waktu yang tidak
terhitung lamanya di masa lampau dan didominasi oleh 4 peristiwa penting yang
membentuk dasar bagi seluruh sejarah Alkitab yang selanjutnya. Keempat peristiwa
penting itu adalah penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, penghukuman
manusia melalui air bah, dan penyebaran manusia melalui peristiwa menara Babel.
2. Kejadian 12 – 50
Bagian kedua mengenai sejarah permulaan umat Allah. Bagian ini dicirikan dengan
perlambatan alur drama (plot) dan fokus kepada satu orang, Abraham, dan
keluarganya sepanjang empat generasi (Abraham dan keturunannya yaitu Ishak,
Yakub, dan Yusuf), yang melalui mereka Allah akan memberkati bangsa-bangsa lain.
Kedua bagian dari Kitab Kejadian ini mulai dengan penciptaan yang diprakarsai oleh
firman Allah. Dalam Kejadian 1:1 Allah mengadakan alam semesta dengan kuasa
firman-Nya; sedangkan dalam Kejadian 12:1 Allah mengadakan umat pilihan-Nya
dengan kuasa firman-Nya. Panggilan Abraham (Kej. 12) adalah pokok yang sangat
penting dalam kitab ini. Perjanjian Allah kepada Abraham adalah dasar bagi program
Allah untuk membawa keselamatan kepada semua bangsa.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 27


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

BAGAN KITAB KEJADIAN

FOKUS Empat Peristiwa Empat Orang

REFERENSI 1:1 ------------ 3:1 --------------- 6:1 -------------- 10:1 ------------- 12:1 ----------- 25:19 ----------- 28:1 ------------- 37:2 ------ 50:26

Penciptaan

Kejatuhan

Abraham
Air Bah

Bangsa-
bangsa

Yakub

Yusuf
Ishak
BAGIAN

Umat Manusia Umat Ibrani


TOPIK
Historis Biografis

Mesir
Daerah subur Bulan Sabit Kanaan
LOKASI (Kanaan
(Eden – Haran) (Haran – Kanaan)
– Mesir)
81 tahun
± 2000 tahun 281 tahun (1885-
WAKTU
(± 4000+ – 2166 sM) (± 2166 – 1885 sM) 1804
sM)
Sumber : Nelson’s Complete Book of Bible Maps and Charts © 1993 by Thomas Nelson, Inc.

Bagan 5 : Bagan Kitab

F. Tujuan Penulisan dan Tema Utama Kitab

Tujuan penulisan Kitab Kejadian adalah sebagai berikut : (1) untuk menyajikan
pemberontakan manusia melawan penciptanya dan akibatnya yang mengerikan,
(2) untuk memberikan dasar historis bagi perjanjian Abraham dengan jalan mana Allah
dengan kemurahanNya akan mengadakan jalan keluar bagi pemberontakan manusia,
dan (3) untuk mendorong iman dalam Yahweh dengan memperkenalkan pilihan dan
pemisahanNya atas Israel bagi diriNya sendiri sebagai suatu resolusi atas akibat yang
mengerikan dari pemberontakan manusia. 15
Tema utama Kitab Kejadian adalah sebagai berikut : (1) Permulaan segala
sesuatu. Dalam kitab ini dapat dilihat tentang permulaan dunia, asal mula manusia,
masuknya dosa dalam dunia, kejatuhan manusia dalam dosa, diikuti oleh janji Allah
untuk menyelamatkan, bagaimana awalnya bangsa Israel menjadi umat pilihan Allah.
(2) Berkat dan kutuk. Dalam Kitab Kejadian berkat dan kutuk merupakan tema besar.
15
David E. Malick, “An Introduction to Genesis,” online: http://www.bible.org/, diakses 26 Januari
2009.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 28


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

Setelah Allah menciptakan alam semesta, Ia memberkatinya. Akan tetapi, setelah


manusia berbuat dosa, Allah mengutuk bumi. Kemudian Allah memilih Abraham dan
membuat perjanjian dengan dia bahwa Allah akan memberkatinya. Selanjutnya, setiap
orang yang berhubungan baik dengan Abraham dan keturunannya akan diberkati, dan
sebaliknya, yang berbuat jahat terhadapnya dikutuk. (3) Tanah. Tanah Kanaan
merupakan daerah yang disediakan untuk dimasuki dan didiami oleh bangsa Israel.
Dalam kisah penciptaan, Allah menyediakan tanah atau tempat khusus untuk manusia.
Dalam kisah Abraham, jika ia berada di tanah Kanaan ia berada dalam keadaan yang
baik. Sebaliknya, jika ia keluar dari tanah Kanaan akan berada dalam keadaan yang sulit.
Pada akhir kitab ini, tulang-tulang Yusuf harus dikuburkan di Kanaan. 16

G. Ayat dan Kata Kunci

Ayat-ayat kunci dari kitab ini adalah :


1:1| Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
3:16| Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.
12:1-3| Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu
masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka
bumi akan mendapat berkat."
Adapun kata-kata kunci dalam kitab ini adalah “memperanakkan” digunakan
sebanyak 67 kali, “benih” digunakan sebanyak 58 kali, “keturunan atau generasi”
digunakan sebanyak 21 kali, dan “permulaan” digunakan sebanyak 12 kali. 17

16
Carl A. Reed, “Torah : Kejadian – Ulangan” (bahan kuliah yang tidak diterbitkan dalam Torah,
Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1993), 3-4.
17
Parlaungan Gultom, “Analisa Perjanjian Lama” (Makalah diajukan untuk matakuliah Independent
Study, Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap, 1987), 6.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 29


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

H. Garis Besar Eksposisi

I. Permulaan Dunia dan Rencana Allah (Kej. 1:1 – 11:32)


A. Penciptaan Dunia dan Manusia (Psl. 1 – 2)
1. Penciptaan Dunia dengan Firman Allah (1:1 – 2:3)
a. Pendahuluan Penciptaan (1:1-2)
b. Allah Menciptakan Dunia dengan Firman-Nya (1:3-31)
c. Allah Memberkati dan Menguduskan Hari Ketujuh (2:1-3)
2. Penciptaan Manusia di Taman Eden (2:4-25)
a. Manusia Diciptakan dengan Kapasitas untuk Melayani Allah (2:4-7)
b. Manusia Diciptakan untuk Memelihara Perintah Allah (2:8-17)
c. Manusia Diciptakan untuk Saling Melengkapi (2:18-25)
B. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia (Psl. 3 – 5)
1. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia dalam Dosa (3:1-24)
a. Manusia Jatuh ke dalam Dosa (3:1-7)
b. Pengadilan Allah (3:8-13)
c. Penghukuman Allah atas Dosa (3:14-24)
2. Kehidupan Keluarga setelah Kejatuhan Manusia (4:1-26)
a. Kisah Kain dan Habil (4:1-16)
b. Keturunan Kain yang Jahat (4:17-24)
c. Keturunan Set yang Saleh (4:25-26)
C. Penghukuman bagi Umat Manusia : Air Bah (Psl. 5 – 9)
1. Pendahuluan : Silsilah Adam (5:1-32)
2. Penyebab Penghukuman Manusia (6:1-8)
3. Penghukuman Manusia dengan Air Bah (6:9 – 8:22)
a. Persiapan bagi Pelaksanaan Penghukuman (6:9-22)
b. Proses Penghukuman Manusia (7:1-24)
c. Air Bah Surut (8:1-22)
4. Perjanjian Allah dengan Nuh (9:1-17)
a. Allah Memberkati Keluarga Nuh (9:1-7)
b. Allah Berjanji dengan Nuh (9:8-17)
5. Ucapan Nuh : Kutukan atas Kanaan (9:18-29)
D. Penyebaran Umat Manusia : Menara Babel (Psl. 10:1 – 11:9)
1. Daftar Bangsa-bangsa (10:1-32)
2. Peristiwa Menara Babel (11:1-9)
3. Keturunan Sem (11:10-26)
4. Keturunan Terah (11:27-32)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 30


Eksposisi Kejadian Introduksi Kitab Kejadian

II. Permulaan Umat Allah Melalui Satu Keluarga (Kej. 12:1 – 50:26)
A. Abraham (Psl. 12:1 – 25:18)
1. Panggilan TUHAN dan Ketaatan Abram (12:1-9)
2. Abram Mengungsi ke Mesir (12:10-20)
3. Abram dan Lot (13:1 – 14:24)
4. Perluasan Perjanjian TUHAN dengan Abram (15:1 – 17:27)
5. Abraham, Lot dan Sodom (18:1 – 19:38)
6. Abraham dan Abimelekh (20:1-18)
7. Abraham dan Ishak (21:1 – 22:24)
8. Akhir Hidup Sarah dan Abraham (23:1 – 25:11)
9. Keturunan Ismael (25:12-18)
B. Ishak (Psl. 25:19 – 27:46)
1. Keturunan Ishak (25:19-34)
2. Ishak dan Abimelekh (26:1-35)
3. Ishak memberkati Yakub (27:1-40)
C. Yakub (Psl. 27:41 – 36:43)
1. Yakub Melarikan Diri ke Kanaan (27:41 – 30:43)
2. Yakub Kembali ke Kanaan (31:1 – 33:20)
3. Yakub Tinggal di Kanaan (34:1 – 36:43)
D. Yusuf (Psl. 37:1 – 50)
1. Kecurangan Keluarga Yusuf (37:1 – 38:30)
a. Yusuf Dibenci Saudara-saudaranya (37:1-11)
b. Yusuf Dijual ke Mesir (37:12-36)
c. Yehuda dan Tamar (38:1-30)
2. Pemuliaan Yusuf (39:1 – 41:57)
a. Yusuf di Rumah Potifar (39:1-23)
b. Yusuf di dalam Penjara (40:1-23)
c. Yusuf Menafsirkan Mimpi di Istana Firaun (41:1-36)
d. Yusuf Dimuliakan di Seluruh Mesir (41:37-57)
3. Yusuf Menyelamatkan Keluarga Yakub (42:1 – 50:26)
a. Yusuf Bertemu dengan Saudara-saudaranya (42:1 – 45:28)
b. Yakub Pindah ke Mesir (46:1 – 47:12)
c. Yusuf Mempersiapkan Mesir Menghadapi Kelaparan (47:13-26)
d. Akhir Hidup Yakub (47:27 – 50:14)
e. Yusuf Memaafkan Saudara-saudaranya (50:15-21)
f. Akhir Hidup Yusuf (50:22-26)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 31


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

BAGIAN KETIGA :

I. PERMULAAN DUNIA DAN RENCANA ALLAH


(Kejadian 1:1 – 11:32)

Pemikiran tentang asal usul dunia dan manusia merupakan hal penting bagi
manusia. Tidak ada pembahasan yang paling menarik dalam hidup selain pembahasan
tentang asal usul segala sesuatu. Minat terhadap asal usul ini begitu umum dan
konsisten dalam hidup manusia dan oleh karenanya dianggap sebagai pembawaan sejak
lahir.
Kitab Kejadian pasal 1 telah menjadi titik pusat perdebatan yang sengit antara
para ahli ilmu pengetahuan modern dengan para sarjana Alkitab injili; antara ilmu
pengetahuan modern dengan teologi Alkitab. Bahkan ada sebagian sarjana Alkitab yang
rela meninggalkan tafsiran harfiah dari Alkitab kepada tafsiran yang puitis agar sesuai
dengan teori zaman sekarang.
Tetapi jika dimengerti dengan benar naskah Alkitab tidak menunjukkan
kemustahilan ilmiah dan karena itu dapat diterima apa adanya. Naskah Kejadian 1
sesungguhnya ditulis dalam bentuk prosa dan bukan puisi. Ini terbukti dengan
seringnya penggunaan bentuk waw konsekutif yang merupakan ciri khas dari bentuk
prosa yang membedakan dengan bentuk puisi dalam Alkitab Ibrani. 1 Oleh sebab itu
penting sekali untuk menafsirkan Kitab Kejadian dengan tafsiran harfiah sembari
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendamaikan perbedaan yang nyata antara
ilmu pengetahuan dan kebenaran teologis yang dinyatakan.

A. Penciptaan Dunia dan Manusia (Pasal 1 – 2)

1. Penciptaan Dunia dengan Firman Allah (1:1 – 2:3)

a. Pendahuluan Penciptaan (1:1-2)

1Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air”

Ada beberapa pokok penting dalam 2 ayat pembukaan dari seluruh kitab
dalam Alkitab ini yang perlu menjadi perhatian.

1
Lihat Wilfred G.E. Watson, “Classical Hebrew Poetry : A Guide to its Techniques” dalam Journal for
the Study of the Old Testament Supplement Series 26 (Sheffield: JSOT Press, 1984), 44-54. Watson menyebut
waw konsekutif sebagai elemen dari bentuk prosa yang membedakannya dengan bentuk puisi.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 32


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Waktu penciptaan : “Pada mulanya” – Kej. 1:1

Kata”pada mulanya” berasal dari kata Ibrani tyv!ar@B= (B=r@av't) yang


terbentuk dari kata depan B= (B=) dan kata benda tyv!ar@ (r@av't). Kata r@av't
itu sendiri secara umum dapat berarti (1) titik awal dari waktu; atau
fase/tahap pertama dalam sebuah peristiwa, (2) produk pertama, (3) buah
pertama, atau (4) utama atau bagian yang terutama. 2 Dalam ayat ini kata
r@av't menunjuk kepada titik awal atau fase pertama dari suatu tahap, atau
permulaan dari sesuatu yaitu saat Allah menciptakan langit dan bumi. Ini
berarti “pada mulanya” haruslah menjadi permulaan dari dunia ini. Jadi
“pada mulanya” menjelaskan waktu penciptaan Allah. Ini bukan merupakan
mitos, tetapi merupakan peristiwa sejarah.

Apakah ada sesuatu sebelum ayat 1 ?


Yohanes 17:5 : Yesus dalam kemuliaan bersama Allah Bapa
Yohanes 17:24 : Hubungan dalam Allah Tritunggal
Efesus 1:4; 1 Petrus 1:20: Rencana Allah menyelamatkan orang-orang pilihan

• Pribadi yang menciptakan : “Allah” – Kej. 1:1

Allah disini diperkenalkan secara sederhana sebagai seseorang yang telah ada
sebelum segala sesuatu di alam semesta ini. Keberadaan Allah hanya
diasumsikan ada. Ia menyatakan diri-Nya sebagai <yh!la) $ (a$l)h]m). Kata
benda a$l)h]m ini adalah penggunaan khusus dari bentuk jamak untuk
Allah yang menunjukkan kebesaran, kemuliaan atau keagungan-Nya,
menambahkan penekanan atas kekuasaan memerintah-Nya. 3 Kebesaran dan
kekuasaan-Nya dinyatakan lebih lanjut dalam karya penciptaan-Nya selama 6
hari. Oleh sebab itu nama a$l)h]m menyatakan Allah sebagai subyek dari
semua aktivitas ilahi yang dinyatakan kepada manusia dan Allah sebagai
obyek dari semua penghormatan dan ketakutan manusia. 4

2
William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 330; Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew
and English Lexicon of the Old Testament (Oxford: Clarendon Press, 1906), 912; Allen P. Ross, Creation and
Blessing (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 721.
3
Bentuk jamak dari kata benda mempunyai beragam penggunaan, seperti : (1) plural respect; (2) plural
of intensity; (3) plural of majesty; atau (4) potential plural. Lihat Allen P. Ross, Creation & Blessing : A Guide
To The Study And Exposition of Genesis (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1988), 721; bnd. GKC, 396-
399.
4
C. F. Keil dan F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testaments, 25 vol. (Grand Rapids:
Eerdmans, 1968), 1:112.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 33


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Hakekat karya Allah : “Menciptakan” – Kej. 1:1

Kata kerja Ibrani yang dipakai untuk kata “menciptakan” adalah ar*B* (B*r*a).
Kata ini digunakan secara eksklusif dalam Alkitab bagi aktifitas atau tindakan
Allah. 5 Jika subyeknya adalah manusia maka kata yang digunakan biasanya
kata “mengerjakan atau menjadikan” (hc*u* [u*c>]), 6 “membentuk atau
membuat” (rx^y` [y`x^r]),7 atau “membangun” (hn*B* [b*n>])8 seperti dalam
Yesaya 45:7. Pada dasarnya kata B*r*a digunakan bagi aktifitas Allah dimana
Dia menciptakan sesuatu yang baru, segar dan sempurna. Kata ini dapat
digunakan untuk penciptaan sesuatu dari yang tidak ada (creatio ex nihilo),
tetapi ide harus datang dari konteks dan tidak dari arti yang melekat dari kata
ini.

• Obyek penciptaan : “Langit dan bumi” – Kej. 1:1

Ungkapan “langit dan bumi” disini merupakan suatu merismus 9 yang


maksudnya adalah seluruh alam semesta, termasuk langit dan bumi dan
semua yang ada di dalamnya. Bagaimana dengan malaikat dan surga, apakah
termasuk dalam “langit dan bumi”? Malaikat dan surga tidak termasuk dalam
“langit dan bumi”. Malaikat dan surga sudah ada sebelum Kejadian 1:1, tetapi
dalam ayat 1-2 ini tidak menyinggung tentang malaikat dan surga. Mengapa
malaikat dan surga tidak disinggung dalam kedua ayat pembukaan ini?

Jawaban :

5
Holladay, CHALOT, 47.
6
Brown, Driver, Briggs, BDB, 793.
7
Ibid., 427.
8
Ibid., 124.
9
Merismus adalah penggunaan dua pernyataan berlawanan untuk menunjukkan keseluruhan, misalnya
siang dan malam, tua dan muda, duduk dan berdiri. Lihat E. W. Bullinger, Figures of Speech Used in the Bible
(Grand Rapids: Baker Book House, 1968), 435; Tremper Longman III, “Merism” dalam Dictionary Of The Old
Testament Wisdom, Poetry & Writings (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 2008), 464-466.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 34


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Keadaan bumi pada waktu diciptakan : - Kej. 1:2

“Belum berbentuk dan kosong”

Kata Ibrani yang dipakai untuk kata “belum berbentuk dan kosong” adalah
WhT) (T)hW) dan WhB) (B)hW). Secara literal kedua kata itu artinya “tandus” 10
dan “kosong.” 11 Kata pertama menggambarkan sesuatu yang terbuang tanpa
bekas, kekosongan secara fisik, kacau-balau, atau hancur (Yes. 24:10; 34:11;
45:18). Dalam arti metafora kata ini digunakan untuk apa yang jelek dan sia-
sia (1 Sam. 12:21; Yes. 29:21). Jadi, kata T)hW pada dasarnya menggambarkan
bentuk yang kurang sempurna.12

Kata kedua muncul hanya dua kali, dimana dalam kedua kemunculannya
selalu dengan kata T)hW, yang artinya “kosong.” Dalam kedua ayat tersebut
(Yer. 4:23; Yes. 34:11) kata B)hW menggambarkan penghukuman Allah.
Gabungan kedua kata ini dalam literatur nubuatan membangun sebuah
penafsiran yang mirip kepada Kejadian 1. Oleh sebab itu, ada orang yang
menafsirkan “tandus dan kosong” sebagai keadaan yang dihukum Allah. Dari
dasar ini terbentuk Teori Celah (Gap Theory). Tetapi Yesaya 45:18
menegaskan bahwa Allah tidak menciptakan bumi kosong tetapi untuk
menjadi siap dihuni.

Jadi maksud dari kata Whb)w` Wht) (t)hW w*b)hW) adalah bahwa bumi belum
siap untuk dihuni atau ditempati oleh manusia. Mengapa demikian? Karena
air dan darat belum dipisahkan dan belum ada tanaman atau binatang.
Tafsiran ini didukung oleh :
1) Bentuk kalimat bahasa Ibrani dalam ayat ini (waw disjunctive) tidak
mendukung ada celah di antara ayat 1 dan 2. 13
Tipe klausa dalam Kejadian 1:2 adalah waw disjunctive yang melukiskan
sesuatu yang ada dalam anak kalimat yang mendahului, bukannya sesuatu

10
Holladay, CHALOT, 387.
11
Ibid., 34.
12
Ross, Creation & Blessing, 722.
13
Menurut Thomas O. Lambdin, ada 2 tipe utama dari klausa hubungan, yaitu : (1) conjunctive-
sequential, dimana klausa kedua bersifat temporal atau logis posterior atau sekuensial (kelanjutan) dari klausa
pertama; (2) disjunctive, dimana klausa kedua ada dalam beragam hubungan, yang semuanya non-sekuensial,
dengan klausa pertama. Perbedaan antara kedua tipe hubungan itu ditandai dengan jenis kata yang berdiri segera
sesudah waw : jika klausa conjunctive susunannya adalah waw + kata kerja, sedangkan jika klausa disjunctive
susunannya waw + non-kata kerja. Lihat Thomas O. Lambdin, Introduction To Biblical Hebrew (New York:
Charles Scribner’s Sons, 1971), 162.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 35


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

yang terjadi sesudah itu. 14 Artinya frasa “bumi belum berbentuk dan
kosong” melukiskan keadaan saat Allah menciptakan langit dan bumi.
Jadi tidak ada celah apapun di antara ayat 1 dan 2
2) Menurut Yesaya 45:18, Allah tidak menciptakan bumi supaya “kosong.”

“Gelap gulita”

Istilah “gelap gulita” yang dalam bahasa Ibraninya Ev#j) (j)v#E) tidak
digunakan dalam Alkitab untuk menunjukkan apa yang baik. Istilah ini
seringkali digunakan dalam hubungannya dengan penghukuman Allah,
bagian dari gambaran normal tentang kegelapan, malam, dan kejahatan
(secara metafora). 15 Jadi dalam ayat ini gelap gulita berarti bukan saja sinar
terang belum menembus sampai ke permukaan bumi, tetapi juga mendukung
pokok bahwa keadaan bumi ini masih perlu dikerjakan Allah sebelum siap
untuk dihuni manusia. Maksudnya bukan bumi itu “jahat,” tetapi masih
belum “baik,” atau belum siap untuk manusia. Oleh sebab itu, ketika Allah
mengoreksi kegelapan tersebut dengan penciptaan terang, Dia berkata bahwa
penciptaan terang itu “baik.”

b. Allah Menciptakan Dunia dengan Firman-Nya (1:3-31)

• Cara Allah menciptakan : “Berfirmanlah Allah ... jadilah ... dan jadi” – Kej.
1:3, 6-7, 9, 11, 14-15, 24.

Awal dari catatan tentang penciptaan ini dibuka dengan kata kerja rm#aY)w~
(w~Y)m#r) artinya “dan berfirmanlah” yang menunjukkan cara Allah
menciptakan dunia ini, yaitu dengan Firman Allah. Kata kerja ini
menetapkan nada bagi penekanan ini di sepanjang pasal dan sampai akhir
dari penyataan Alkitab (Mzm. 33:9; Yoh. 1:1-3; 1 Kor. 8:6; Kol. 1:16). Kata
w~Y)m#r muncul 9 kali dalam pasal 1. Kata kerja selanjutnya, yh!yw+ ~ .... yh!y+
(y+h] .... w~y+h]) “jadilah .... dan jadi,” semakin menegaskan bahwa Allah
menciptakan dunia ini hanya dengan firman-Nya. Allah tidak perlu
menggunakan alat untuk menjadikan sesuatu. Ada kuasa dalam firman-Nya.

14
E. Kautzsch dan A. E. Cowley, Gesenius’ Hebrew Grammar (Oxford: Clarendon Press, 1910), 453.
15
Ross, Creation & Blessing, 722; Bnd. Brown, Driver, Briggs, BDB, 365.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 36


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Arti “hari” (<oy, yom)

Ada beberapa teori tentang arti “hari” dalam penciptaan :16


1) Teori hari harfiah : hari-hari dalam penciptaan adalah 24 jam lamanya.
2) Teori hari – zaman : besarnya kurun waktu hari itu tidak terbatas.
3) Teori hari harfiah dengan kesenjangan : lamanya hari itu 24 jam tetapi
dipisahkan oleh beberapa kurun waktu panjang yang lamanya tidak
terbatas.
4) Teori hari penyataan : hari-hari itu bukanlah hari penciptaan, tetapi hari
penyataan.

Adapun dalam PL itu sendiri yang dimaksud dengan hari ada 4 arti :
1) 12 jam siang (dibandingkan dengan 12 jam malam) : Kej. 7:14; 8:22.
2) 24 jam (malam dan siang) : Kej. 7:17; 31:23.
3) Waktu atau musim : Kej. 30:14; Amsal 25:13.
4) Satu waktu khusus : Yes. 2:12; Yer. 50:31.

Arti yang tepat seharusnya diambil dari konteks dan berdasarkan konteks
maka arti hari dalam penciptaan adalah 24 jam dengan alasan :
1) Arti 24 jam adalah arti yang biasa. Hanya diberi arti yang lain jika jelas
dalam konteks dan setiap kali “hari” dijelaskan dengan nomor, artinya
selalu 24 jam.
2) Frase “Jadilah petang dan jadilah pagi” yang menjelaskan “hari”
mendorong pengertian 24 jam.
3) 7 hari dalam penciptaan dipakai sebagai dasar bagi Israel untuk bekerja [6
hari] dan istirahat [1 hari] (Kel. 20:11; 31:17).
4) Dalam Kejadian 1:14, kata “hari” terdapat dalam hubungan dengan kata
“tahun.” Hal ini jelas sekali dipakai dengan arti yang biasa, yaitu tahun
sebagai 365 hari dan hari 24 jam.

• Hari 1 : Terang (roa, aor) – Kej. 1:3-5

Kata “terang” dalam Alkitab seringkali digunakan untuk menyampaikan ide


tentang keselamatan, sukacita, pengetahuan, kebenaran, dan hidup. Tetapi
yang jelas, terang dalam konteks ini merupakan sesuatu yang bertentangan
dengan kegelapan yang melingkupi alam semesta. Hal pertama yang Allah
lakukan adalah mengoreksi kegelapan tersebut, karena tanpa terang yang ada
hanyalah kekacauan. Terang disini bukan bersumber dari matahari karena

16
Penjelasan yang lebih mendetail dapat dilihat dalam buku John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian :
Suatu Telaah (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 52-55.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 37


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

matahari baru diciptakan pada hari keempat, melainkan bersumber dari


suatu sumber yang tetap di luar bumi yang memulai siklus terang dan gelap
yang disebut “hari.” 17 Bandingkan dengan Wahyu 21:23.

• Hari 2 : Cakrawala (u~yq!r`, r`q!y^u) – Kej. 1:6-8

Kata ini terdapat 17 kali dalam Perjanjian Lama yang secara literal artinya
“perluasan, sesuatu yang diperluas, permukaan yang luas, angkasa.” 18
Berdasarkan konteks dalam Kejadian dapat diketahui beberapa hal :
1) Tujuannya adalah untuk memisahkan air yang ada di bawah dari yang ada
di atas (Kej. 1:6-7).
2) Dinamai oleh Allah sebagai “langit” (Kej. 1:8) sama dengan dalam
Kejadian 1:1.
3) Dipakai untuk menjelaskan tempat dimana “burung beterbangan di atas
bumi” (Kej. 1:20).
Oleh sebab itu, arti yang paling wajar untuk cakrawala adalah “atmosfir.”

Bagaimana atmosfir bisa dikatakan memisahkan “air dari air?” Maksudnya


adalah air yang di atas ialah awan, sumber hujan. Dengan pengertian ini
maka cakrawala pada waktu penciptaan berada dalam keadaan yang sama
dengan atmosfir zaman sekarang.

• Hari 3 : Darat, tumbuh-tumbuhan, laut – Kej. 1:9-13

• Hari 4 : Matahari dan bulan – Kej. 1:14-19

Tujuan dari diciptakannya benda-benda penerang adalah :


1) Untuk membedakan siang dari malam.
Urutan terang dan gelap sekarang tergantung pada matahari dan
bukannya “terang” yang diciptakan pada hari pertama.
2) Untuk memberi tanda.
Tanda disini tidak berhubungan dengan penentuan nasib manusia seperti
yang disangka oleh para ahli nujum modern untuk membenarkan usaha
mereka, melainkan lebih kepada pemandangan di “kolong langit yang
tidak biasa seperti gerhana matahari.” 19

17
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 49.
18
Brown, Driver, Briggs, BDB, 956. Lihat juga Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 60.
19
Von Rad seperti dikutip oleh John J. Davis dalam Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 66.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 38


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

3) Untuk membedakan musim (“menunjukkan masa-masa yang tetap, dan hari,


dan tahun-tahun.”)

• Hari 5 : Binatang laut dan burung – Kej. 1:20-23


• Hari 6 : Binatang di bumi dan manusia – Kej. 1:24-31

26Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi.” 27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan
di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
… 31Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Manusia diciptakan istimewa : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar


dan rupa Kita … laki-laki dan perempuan … Maka Allah melihat … sungguh amat
baik”

Manusia diciptakan istimewa. Apa yang menjadi keistimewaannya? Pertama,


manusia diciptakan pada hari terakhir sebagai puncak dari penciptaan Allah.
Kedua, Allah berunding dengan diri-Nya sendiri terlebih dahulu sebelum
menciptakan manusia, 20 sedangkan semua ciptaan yang lain langsung
dijadikan. Ketiga, manusia diciptakan menurut “gambar dan rupa” Allah.
Keempat, pada kesimpulan dari penciptaan manusia, Allah melihat “itu
adalah amat baik.”

Manusia diciptakan dalam “gambar dan rupa” Allah. Kata <l#x# (x#l#m)
artinya “gambar” 21 atau dalam bahasa Inggrisnya adalah image dan bukan
picture. Kata image lebih menekankan kepada representasi mental dari
seseorang atau sesuatu, sedangkan picture adalah representasi visualnya. 22
20
Ada 2 tafsiran yang mencoba menjelaskan arti “kita” dalam Kejadian 1:28, yaitu : (1) Allah
berunding dengan para malaikat. Penafsiran ini sulit diterima karena malaikat belum disinggung dalam
penjelasan penciptaan, manusia tidak diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat, dan malaikat tidak
menciptakan manusia; (2) Allah berunding dengan diri-Nya sendiri. Penafsiran ini lebih tepat dan sesuai dengan
kebenaran bahwa Allah kita Tritunggal.
21
Holladay, CHALOT, 306.
22
Kata image berasal dari bahasa Latin imago yang artinya salinan atau representasi. Lihat Collins
English Dictionary 10th Edition 2009.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 39


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

Oleh sebab itu lebih tepat diterjemahkan dengan kata “citra.”23 Kata x#l#m
dipakai 16 kali dalam Perjanjian Lama dimana 5 kali diantaranya mengenai
manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Biasanya dipakai untuk
patung atau berhala. Sedangkan kata tWmd= (d+mWt) yang artinya “bentuk”
atau “rupa,” 24 dipakai 26 kali dalam Perjanjian Lama yang artinya mirip
dengan “gambar,” tetapi bukan persis sama (lih. Yeh. 1:5, 10, 13).
Berdasarkan konteks, manusia dikatakan menggambarkan Allah dalam hal
menguasai bumi seperti Allah menguasai segala sesuatu (Kej. 1:26) dan dalam
hubungan di antara laki-laki dan perempuan yaitu kemampuan untuk
bersekutu. Kedua kata tersebut juga mengacu kepada sifat-sifat rohani yang
sama-sama dimiliki oleh Allah dan manusia. Citra dan rupa inilah yang
menjadikan manusia berbeda sama sekali dari dunia binatang. 25

Manusia diciptakan untuk berkuasa atas ciptaan : “supaya mereka berkuasa ....
taklukkanlah itu .... berkuasalah ...”

Manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah dengan tujuan supaya dia
berkuasa atas bumi. Manusia diberi kuasa untuk “menguasai atau
menaklukkan” (hd*r*, r*d>) bumi. Istilah “menaklukkan” secara tidak
langsung mengandung arti setingkat kedaulatan, pengawasan, dan pimpinan
atas alam (bnd. Maz. 8:6-9). Penguasaan manusia ini mewakili penguasaan
yang penuh kasih dan pemeliharaan Allah atas segala keajaiban ciptaan.
Adam ditunjuk sebagai wakil penguasa dalam wilayah kekuasaan Allah. 26
Panggilan untuk memerintah ini adalah suatu panggilan untuk memajukan
peradaban dan mengatur kekuatan-kekuatan alam. 27 Karunia kekuasaan dan
penggunaan kekuasaan yang efektif atas alam dimaksudkan agar manusia
dapat menikmati lingkungannya dengan sepenuhnya. Manusia diberi kuasa
atas semua binatang tapi bukan untuk memakannya.

23
Alkitab KSILT juga menerjemahkan kata <l#x# (x#l#<) dengan kata “citra.”
24
Ibid., 72.
25
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 85.
26
Leland Ryken, James C. Wilhoit dan Tremper Longman III, Kamus Gambaran Alkitab : The
Dictionary of Biblical Imagery, pen. Elifas Gani dkk (Surabaya: Penerbit Momentum, 2002 & 2011), 5.
27
Erich Sauer seperti dikutip oleh John J. Davis dalam Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 85.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 40


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah
29Berfirmanlah Allah: “Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang
berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan
menjadi makananmu ....” Dan jadilah demikian.

Allah juga menetapkan makanan bagi manusia. Perhatikan! Allah


mengucapkan “Berfirmanlah Allah .... dan jadilah demikian” dalam ayat-ayat
ini tetapi tidak ada yang dijadikan. Mengapa Allah menggunakan istilah
tersebut ? Ada penekanan yang ingin disampaikan disini, yaitu :
1) Supaya manusia menyadari bahwa perintah ini penting, karena manusia
nanti akan jatuh ke dalam dosa dengan melanggar perintah Allah tentang
apa yang tidak bisa dimakan.
2) Bangsa Israel yang menerima Kitab Kejadian akan mengingat 10 hukum
atau “firman” yang diucapkan Allah di Gunung Sinai (Kel. 20). Apabila
mereka ingat akibat Adam dan Hawa melanggar salah satu “firman,”
seharusnya mereka didorong supaya jangan melanggar “firman” yang
diucapkan kepada mereka.

Dari ayat 29 ini kita juga tahu bahwa manusia pada awalnya disediakan
makanan oleh Allah berupa tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.

31Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Semua penciptaan dinilai amat baik oleh Allah. Manusia dalam keadaan yang
sesuai dengan kehendak Allah. Ayat ini menjelaskan begitu bodohnya
manusia dalam pasal 3. Walaupun Allah sudah memberikan kepada mereka
hal-hal yang “sungguh amat baik,” mereka berusaha mendapat yang lebih baik
daripada apa yang Allah telah berikan.

c. Allah Memberkati dan Menguduskan Hari Ketujuh (2:1-3)

• Allah berhenti dari pekerjaan-Nya – Kej. 2:2

“berhentilah Ia pada hari ketujuh ....”

Kata “berhenti” berasal dari kata Ibrani tb^v* (v*b^t) yang secara literal
berarti “berhenti, istirahat.” 28 Kata ini secara aktual artinya berhenti, lebih
dari sekedar istirahat seperti dipahami sekarang ini. Kata ini bukanlah suatu
kata yang menunjuk kepada memulihkan kelelahan setelah seminggu bekerja,
28
Brown, Driver, Briggs, BDB, 991; Victor P. Hamilton, “tb^v”* dalam Theological Wordbook Of The
Old Testament, 2 Vol., peny. R. Laird Harris (Chicago: Moody Press, 1980), software BibleWorks 8.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 41


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

tetapi menggambarkan kegembiraan dari penyelesaian penciptaan atau


perayaan akan selesainya penciptaan.

• Allah memberkati dan menguduskan hari ketujuh – Kej. 2:3

“Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya ...”

Pada hari ketujuh Allah bukan hanya berhenti dari karya penciptaan-Nya,
tetapi Dia juga menguduskan hari itu dalam peringatan akan penciptaan itu.
Kata “menguduskan” dalam ayat ini berada dalam bentuk piel (vD^q!, q!D^v)
yang berarti “menyatakan sesuatu menjadi kudus.” Artinya Allah menetapkan
hari ketujuh (Sabat) menjadi kudus. Kata “kudus” harus dipelajari
sepenuhnya dalam hubungannya dengan kata “berhenti, istirahat.” Bangsa
Israel menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk beribadah dan melayani
Tuhan. Hari itu menjadi peringatan bahwa mereka, bangsa Israel, adalah
ciptaan Allah juga, bahwa mereka juga bangsa yang kudus milik Allah. Hari
kepunyaan Allah. Penekanannya adalah bahwa mereka yang menikmati
istirahat Sabat harus mengkhususkan Allah dan harus mengkhususkan
aktivitasnya bagi Dia.

• Perhatikanlah bahwa manusia tidak diperintahkan menghormati hari


sabat sebelum Keluaran 20, tetapi dasarnya terdapat dalam ayat ini.

Pelajaran penting sebagai penerapan :

1)

2)

3)

4)

5)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 42


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

2. Penciptaan Manusia di Taman Eden (2:4-25)

Pasal dua menceritakan kisah penciptaan dari segi yang lain. Dalam pasal ini hal-
hal yang berhubungan dengan penciptaan manusia dijelaskan lebih dalam.

• Pendahuluan (2:4a)

“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.”

Di dalam Kitab Kejadian ada 10 bagian yang dimulai dengan istilah tod)lo= t
hL#a@ (a@L#h tol=dot) yang diterjemahkan dengan “inilah riwayat” atau
“inilah keturunan” (Kej. 2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1;
37:2). Istilah ini merupakan alat struktur yang dipakai penulis kitab untuk
membagi Kitab Kejadian ke dalam 10 bagian.

• Manusia Diciptakan dengan Kapasitas untuk Melayani Allah (2:4b-7)

“Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, ...”

Kata “ketika” berasal dari kata Ibrani <oyb= (b=yo<) yang secara literal berarti
“dalam hari” atau “pada hari.” Preposisi b= (b=) dalam konteks ayat ini
mempunyai fungsi temporal atau menyatakan waktu yang menunjukkan
kegiatan yang berjalan pada waktu yang sama dengan kata kerja utama
“menjadikan” (hc*u,* u*c>). 29 Oleh sebab itu kata <oyb= (b=yo<) lebih tepat
diterjemahkan dengan “pada waktu” atau “ketika.” 30 Ayat 4b ini merupakan
jembatan di antara pasal 1 dan 2.

“TUHAN Allah”

TUHAN (dengan huruf besar semua) digunakan untuk menerjemahkan hwhy


(Yahweh). Nama ini terdapat 5321 kali dalam Perjanjian Lama dan 50 kali
dalam singkatan Hy` (y*H).31 Dalam kata “Haleluyah,” bagian yah berasal dari
kata Yahweh. Yahweh (TUHAN) adalah nama yang khusus atau pribadi
Allah. Elohim bisa dipakai untuk allah lain, tetapi Yahweh hanya dipakai bagi
Allah. Allah memperkenalkan diri kepada bangsa-Nya dengan nama Yahweh.
29
Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaksis (Yogyakarta: STII,
2004), 72.
30
Beberapa terjemahan Alkitab modern seperti NET, NIV, LAI juga menerjemahkannya dengan kata
“ketika.”
31
J. Barton Payne, “hwhy” TWOT, software BibleWorks 8.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 43


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

TUHAN Allah (<yh!la ) $ hw`hy+) terdapat 78 kali dalam Perjanjian Lama.


Kemunculannya yang pertama kali adalah dalam Kejadian 2:4 ini. Dalam ayat
dan pasal ini nama TUHAN Allah menekankan bahwa Allah yang
menciptakan surga dan bumi adalah TUHAN yang membuat perjanjian
dengan umat-Nya.

• Keadaan waktu manusia diciptakan – Kej. 2:5-6

... 5belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di
padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang
untuk mengusahakan tanah itu; 6tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan
membasahi seluruh permukaan bumi itu ...

Dua ayat ini menyediakan latar belakang bagi penciptaan hidup manusia,
tetapi juga mengingatkan kita tentang apa yang akan terjadi setelah manusia
jatuh ke dalam dosa. Perhatikan hubungan antara keadaan bumi di sini
dengan keadaannya dalam pasal 3 :

1) Belum ada semak dan tumbuh-tumbuhan di padang – bnd. Kej. 3:18


2) Belum ada hujan (mungkin ada hubungannya dengan air bah) – Kej. 6:17;
7:4
3) Belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu – bnd. Kej. 3:23
4) Ada kabut
Istilah “kabut” (da@, a@d) di sini lebih tepat diterjemahkan dengan “aliran”
(bnd. Kej. 2:10).

Penekanan pada ayat 5-6 ini adalah bahwa Allah sedang mempersiapkan
pertumbuhan yang berlimpah dalam dunia yang sekarang bertumbuh dengan
kesuburan. Tetapi juga, dengan memperhatikan ayat 7, sebelum bumi
tumbuh dengan subur di bawah berkat Allah, Allah memfokuskan perhatian-
Nya atas titik puncak dari penciptaan, yaitu hidup manusia.

• Penciptaan manusia – Kej. 2:7

“... ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup.”

Cara Allah menciptakan manusia dijelaskan lebih dalam dan rinci pada ayat
ini.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 44


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

“TUHAN Allah membentuk ...”

Kata “membentuk” berasal dari kata Ibrani rx^y` (y`x^r) yang berarti
membentuk suatu bahan khusus. Kata ini digunakan ketika berbicara
mengenai seorang penjunan yang membuat periuk (Yes. 29:16; 49:5); tukang
emas yang membuat patung (Yes. 44:9; Hab. 2:18); dan Allah yang
membentuk berbagai hal seperti mata manusia (Mzm. 94:9), hati manusia
(Mzm. 33:15), dan membuat musim (Mzm. 74:17). 32

“... manusia itu dari debu tanah ...”

Frase ini dalam bahasa Ibrani adalah :


hm*da
* h& * /m! rp*u* <d*ah
* * ta#~ (a#t h*a*d*m u*p*r m!/ h*a&d*m>)
Dalam bahasa Ibrani ada permainan kata (paronomasia 33) antara manusia
(<d*ah* *, h*a*d*<) dan tanah (hm*da * h
& *, h*a&d*m>). Jadi ada pokok penting
yang harus diperhatikan berhubungan dengan hal ini :

1) Jika membandingkan kisah penciptaan manusia di sini dengan di 1:26-27,


ada penekanan yang berbeda. Dalam pasal 1:26-27 kemuliaan manusia
ditekankan. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, jauh
lebih tinggi dari semua makhluk yang lain. Mazmur 8:6 mengatakan :

“Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat”

Memang semuanya ini benar, tetapi jika hanya ini yang tertulis maka ada
bahayanya bahwa manusia akan makin sombong. Jadi dalam pasal 2
hubungan manusia dengan ciptaan yang lain ditekankan. Tetapi
meskipun ditinggikan oleh Allah, manusia adalah makhluk saja sama
seperti semua ciptaan yang lain.

2) Manusia dibentuk dari tanah juga ada hubungannya dengan kejatuhan


manusia (bnd. Kej. 3:19).

Kata “manusia itu” (<d*ah* *, h*a*d*<) dalam bagian ini menunjuk kepada
manusia pertama, tetapi juga kepada umat manusia. Karena manusia
pertama berasal dari tanah, maka sejak itu seluruh manusia tidak dapat

32
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 78-79. Lihat juga Brown, Driver, Briggs, BDB, 427.
33
Paronomasia adalah pengulangan kata-kata yang mirip bunyinya dan seringkali juga dalam arti atau
asal mula. Lihat E. W. Bullinger, Figures of Speech Used in the Bible, 307-320.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 45


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

dipisahkan dari tanah (lihat Ayb. 4:19; 10:9; Yes. 29:16). Hakekat tubuh
jasmani manusia yang berasal dari tanah ini selanjutnya dipertegas
sesudah manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3:19)

“menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya ...”

Kepada tubuh yang berasal dari debu tanah ini diimpartasikan “nafas hidup.”
Kata “menghembuskan” berasal dari kata Ibrani jp^n` (n`p^j) yang artinya
“meniupkan, menghembuskan.” 34 Kata ini muncul sebanyak 15 kali dalam
Perjanjian Lama dan penggunaannya yang paling penting dan berarti adalah
dalam pemberian hidup dalam penciptaan manusia (Kej. 2:7) dan revitalisasi
dari tulang-tulang kering dalam Yehezkiel 37:9.35

Kata “nafas” (hm*vn* +, n+v*m>) dalam Kejadian 2:7 ini menunjuk kepada
aktifitas kreatif Allah 36 dalam memberikan hidup kepada manusia.
Selanjutnya frase “nafas hidup” digunakan dalam Alkitab untuk hidup yang
diimpartasikan Allah kepada manusia, tidak pernah untuk binatang. Nafas
ini membawa lebih dari sekedar semangat kepada manusia di bumi,
melainkan membawa pengertian rohani (Ayb. 32:8) dan suatu fungsi suara
hati (Ams. 20:27). Singkatnya dapat disimpulkan bahwa kapasitas moral
diberikan kepada manusia dengan berdasarkan atas nafas ini. Nafas ini
sesungguhnya adalah nafas hidup yang menghasilkan hidup.

“demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”

Akhirnya, Kejadian 2:7 ini menunjukkan kepada kita bagaimana tubuh


jasmani itu bergabung dengan nafas ilahi menjadi “makhluk yang hidup”
(hY`j^ vp#n#, n#p#v j^Y>). Frase “makhluk yang hidup” seringkali
diterjemahkan dengan “jiwa yang hidup.” 37 Tetapi sesungguhnya dalam
pemikiran orang Ibrani tidak pernah memisahkan jiwa dari tubuh. Kata vp#n#
(n#p#v) itu sendiri biasanya menggambarkan keseluruhan pribadi, yaitu jiwa
dalam tubuh atau seorang manusia dengan seluruh keinginan atau selera atau

34
Holladay, CHALOT, 241.
35
Milton C. Fisher, “jp^n*” dalam TWOT, software BibleWorks 8.

36
Ibid., “hm*vn* =” dalam TWOT, software BibleWorks 8.
37
Alkitab terjemahan bahasa Inggris seperti KJV dan ASV menerjemahkan “makhluk yang hidup”
dengan “jiwa yang hidup.”

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 46


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

nafsunya (kata n#p#v juga mengandung ide “kerongkongan”38). Frase n#p#v


j^Y> itu sendiri memang dapat digunakan baik untuk binatang maupun
manusia (Kej. 1:20, 24, 30; 2:19), tetapi kata “gambar atau citra” (<l#x#,
x#l#m) dan “nafas hidup” (<yY]j^ hm*vn* ,+ n+v*m> j^Y]<) tidak pernah
digunakan bagi binatang. Ini berarti bahwa manusia sama seperti binatang
dalam hal bahwa manusia itu hidup dan bernafas, tetapi tidak sama seperti
binatang karena manusia berada dalam keadaan yang sangat berbeda dari
binatang. Ada sesuatu yang surgawi dalam manusia yang tidak ada dalam
binatang.

Dari ayat ini, bangsa Israel melihat bahwa manusia diciptakan dengan
perencanaan dan perhatian atau perlakuan yang mulia, sehingga mempunyai
kapasitas untuk melayani TUHAN Allah.

• Manusia Diciptakan untuk Memelihara Perintah Allah (2:8-17)

• Allah menyediakan persediaan yang berlimpah bagi manusia – Kej. 2:8-14

8SelanjutnyaTUHAN Allah membuat taman di Eden ... disitulah ditempatkan-Nya


manusia yang dibentuk-Nya itu.

Kejadian 2:8 ini merupakan suatu pernyataan kesimpulan. Allah melakukan


hal istimewa dan khusus untuk kepentingan manusia, yaitu dengan
menempatkan sebuah taman di Eden. Kata “membuat” berasal dari bahasa
Ibrani uf^n` (n`f^u) yang artinya “menanam atau menempatkan.” 39 Tidak
dijelaskan bagaimana taman ini mengambil tempat dalam penciptaan. Tetapi
dari harmonisasi dengan Kejadian 1 mungkin dapat disimpulkan bahwa
taman ini ada oleh sabda Allah saja. Kemudian manusia ditempatkan oleh
Allah di taman tersebut.

Selanjutnya Kejadian 2:9-14 menguraikan pernyataan kesimpulan di ayat 8.


Hal istimewa dan khusus yang dilakukan Allah kepada manusia diuraikan
dalam cara-Nya menyediakan dukungan bagi hidup manusia : berbagai pohon
yang menarik dan yang buahnya baik untuk dimakan (Kej. 2:9), 4 cabang
sungai yang mengalir dan membawa kesuburan (Kej. 2:10-14), dan kekayaan

38
Holladay, CHALOT, 243.
39
Ibid., 236.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 47


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

hasil bumi yang luar biasa (Kej. 2:11-12). Davis menggambarkan taman
tersebut sebagai taman yang keindahannya tiada bandingnya. 40

9Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik
dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman
itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

“dan pohon kehidupan ... serta pohon pengetahuan”

Ayat 9 diakhiri dengan sebuah klausa disjungtif melalui kata sambung “dan”
yang berfungsi sebagai konjungsi disjungtif, yang menunjukkan kontras
dengan bagian sebelumnya. 41 Ini artinya bahwa fokus Kejadian 2:9 secara
cepat beralih kepada keberadaan 2 pohon spesial yang ada di dalam taman
yang nantinya akan menjadi motif utama dalam pasal 3.

Frase “pohon kehidupan” dan “pohon pengetahuan” secara susunan


gramatika sebaiknya ditafsirkan dengan arti “pohon kehidupan yang
menghasilkan hidup” dan “pohon pengetahuan yang menghasilkan
pengetahuan” (sebagai genetif obyektif) daripada “pohon kehidupan” dan
“pohon pengetahuan (sebagai genetif atributif : a living tree dan a knowing
tree). 42 Pengertian seperti ini lebih sesuai dengan Kejadian 3:22.

“... pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”

Melalui sebutan pohon ini, kita diperkenalkan kepada “baik dan jahat” yang
adalah tema utama dari Kitab Kejadian. Dengan memakan dari buah pohon
tersebut akan membawa kepada pengalaman tentang “yang baik dan yang
jahat.” Seseorang akan membawa kejahatan berdampingan dengan kebaikan
dan akan mampu meninggikan hidup atau meletakkannya dalam bahaya.

40
Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah, 32.
41
Carl Reed, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaksis, 107. Derek Kidner dalam tafsirannya
[Derek Kidner, “Genesis: An Introduction and Commentary” dalam Tyndale Old Testament Commentaries
(Downers Grove, Ill.: InterVarsity, 1967), 67] dan Alkitab versi NET juga memahami klausa ini sebagai
disjungtif dengan menerjemahkan kata sambung “dan” dengan “now.” Tetapi Gordon J. Wenham dalam WBC
dan beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang lain seperti KJV, NASB, RSV memahami klausa ini
sebagai klausa sirkumstansial (klausa yang menyatakan keadaan) dengan menerjemahkan kata “dan” sebagai
“also.” Tetapi berdasarkan konteks, klausa ini lebih sesuai dipahami sebagai klausa disjungtif.
42
Lihat Ross, Creation & Blessing, 123 dan catatan teks dalam NET Bible.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 48


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Allah menuntut tanggung jawab manusia untuk taat melayani – Kej. 2:15-
17

15TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 16Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, 17tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati.’”

Beberapa kosakata dalam ayat 15-17 menekankan pada sifat rohani dari
tanggung jawab manusia :

“menempatkan”

Kata “menempatkan” berasal dari bahasa Ibrani j~Wn (nW~j) yang artinya
“menempatkan, meletakkan, mengistirahatkan.” 43 Alkitab LAI
menerjemahkan kata ini dengan istilah “menempatkan” yang sama dengan
kata “ditempatkan” dalam Kejadian 2:8 tetapi berasal dari kata Ibrani yang
berbeda (dalam Kej. 2:8 kata yang dipakai <yc! [c]<]). Oleh sebab itu,
pemilihan kata “mengistirahatkan” sebagai penekanan tambahan untuk kata
Ibrani nW~j dalam Kejadian 2:15 ini adalah penting. Kata ini asalnya sama
dengan kata yang digunakan dalam Mazmur 95:11 yang menunjuk kepada
istirahat di Tanah Perjanjian. Jadi Kejadian 2:15 harus mempunyai hubungan
dengan pengajaran alkitabiah tentang istirahat Sabat dalam Alkitab (lihat Kej.
2:1-3 dan Ibr. 3:7 – 4:11).

“mengusahakan dan memelihara”

Dua kata kerja infinitif ini digunakan di sepanjang Pentatuk untuk pelayanan
rohani. Kata “memelihara” (rm^v*, v*m^r) digunakan berkenaan dengan hal
memelihara perintah dan perhatian kepada menaati Firman Allah.
Sedangkan kata “mengusahakan” (db^u*, u*b^d) yang secara literal berarti
“bekerja atau melayani,” 44 menggambarkan ibadah dan pelayanan kepada
TUHAN. 45 Jadi apapun aktivitas manusia di dalam taman digambarkan
dalam hubungannya dengan pelayanan rohani kepada TUHAN.

43
Brown, Driver, Briggs, BDB, 628; Holladay, CHALOT, 231.
44
Holladay, CHALOT, 262.
45
Lihat Ross, Creation & Blessing, 124.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 49


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

“perintah”

Ayat 16 melanjutkan penekanan ini dengan kata “perintah” dari kata Ibrani
hw`x* (x*w>). Kata ini merupakan kata utama untuk perintah dalam hukum
Taurat. 46 Perintah dalam ayat 16 ini merupakan perintah pertama yang
diberikan dalam Alkitab, dan perhatiannya kepada hidup atau mati kepada
baik atau jahat. Dan seperti perintah Allah yang lainnya, ada berkat-berkat
positif dan larangan-larangan negatif.

Jadi, manusia yang telah diciptakan dengan kemampuan atau kapasitas


rohani dan dipelihara dengan berkat Allah yang berlimpah, haruslah hidup
dengan taat dalam melayani Allah, karena hidupnya dipertaruhkan.

• Manusia Diciptakan untuk Saling Melengkapi (2:18-25)


Perempuan diciptakan untuk melengkapi laki-laki. Bagian ini merupakan
dasar bagi lembaga pernikahan, sehingga mempunyai hubungan yang besar
atas arus utama masyarakat Israel. Konteks dalam bagian ini adalah bahwa
Allah mengharapkan bahwa laki-laki dan perempuan menjadi rohani, bersatu
secara fungsional, berjalan dalam integritas, melayani Allah, dan memelihara
perintah-Nya. Jika pola ini dilakukan, maka bangsa akan hidup dalam
kemakmuran di bawah tangan berkat Allah.

• Ketidaklengkapan laki-laki – Kej. 2:18-20

18TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” 19Lalu TUHAN Allah
membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-
Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan
seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu. 20Manusia itu memberi nama kepada segala
ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi
baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja ...”

Allah berkata bahwa kesendirian Adam adalah keadaan yang “tidak baik.”
Perhatikan !!! untuk pertama kalinya dalam sejarah penciptaan Allah
menyatakan pendapatnya tentang karya ciptaan-Nya dengan kata “tidak baik.”
Mengapa demikian? Karena keadaan ini tidak sesuai dengan tujuan dari
46
Ibid., 125.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 50


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

penciptaan. Allah tidak merencanakan agar Adam hidup sendirian. Dengan


kesendiriannya, Adam tidak dapat melakukan semua yang Allah rencanakan
bagi manusia. Ketika Adam mulai berfungsi sebagai representasi Allah,
menamai binatang-binatang yang dibawa Allah kepada dia, dia menjadi sadar
akan kesendiriannya. Menjadi sendiri adalah sebuah konsep yang negatif
(lihat Pkh. 4:9-12; Yer. 16:1-9).

“penolong”

Kata “penolong” berasal dari kata Ibrani rz#u@ (u@z#r) yang pada intinya
menggambarkan seseorang yang menyediakan atau memberikan apa yang
kurang dalam laki-laki, yang dapat melakukan apa yang laki-laki sendiri tidak
dapat lakukan. Dalam konteks ini, Hawa menjadi penolong bagi Adam dalam
hal :
1) Membantu Adam “beranak-cuculah”
2) Bersekutu dengan dia

“sepadan”

Kata “sepadan” berasal dari kata Ibrani oDg=nK


# = (K=n#gDo) yang artinya
“menurut/sesuai dengan teman imbangannya” atau “cocok/sesuai
dengannya.”47 Ini artinya perempuan berbagi natur dengan laki-laki. Kejadian
1:27 membuat pengertian ini jelas bahwa gambar Allah adalah “laki-laki dan
perempuan.” Laki-laki dan perempuan dihubungkan secara fisik, sosial, dan
rohani. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa :
1) Perempuan bukan lebih rendah, tetapi sama tingkat dalam penciptaan.
2) Tetapi perempuan bukan tepat sama, melainkan memperlengkapi laki-
laki.

• Kelengkapan manusia – Kej. 2:21-25

21Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN
Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging. 22Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-
Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 23Lalu berkatalah
manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan
dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” 24Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging. 25Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi
mereka tidak merasa malu.
47
Holladay, CHALOT, 226.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 51


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

“satu daging”

Ide dari kata “satu daging” ini menyatakan kelengkapan atau kesempurnaan
pribadi secara komunitas dengan satu laki-laki dan satu perempuan sebagai
kesatuan rohani.

Pelajaran penting tentang hubungan pernikahan :

1)

2)

3)

4)

5)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 52


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

B. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia (Pasal 3 – 5)

1. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia dalam Dosa (3:1-24)

• Manusia Jatuh ke dalam Dosa (3:1-7)

• Si Penggoda – Kej. 3:1a

“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan
oleh TUHAN Allah…”

Kita tidak diberitahukan siapa sesungguhnya “si ular” di sini. Tetapi dari
Roma 16:20 dan Wahyu 12:9 jelas diketahui bahwa Iblis memakai ular ini.

“Paling cerdik”

Dalam pembukaan kisah ini, ular diperkenalkan sebagai paling “cerdik,


pandai, cerdas, lihai atau licik” (<Wru*, u*rW<). 48 Kata ini dipakai 8 kali
dalam Amsal dan 2 kali dalam Ayub, dengan arti “bijak.” (bnd. Amsal 12:16;
20). Ular di sini digambarkan sebagai sumber hikmat di luar Allah. Tetapi
yang disampaikan oleh ular bukanlah hikmat, melainkan tipuan. Manusia
yang mencari hikmat melalui sumber lain daripada Allah akhirnya sesat.

Kecerdikan atau kelicikan ular ini dikontraskan dengan sebuah paronomasia


((<Wru*, u*rW< dengan <yM!Wru&, u&rWM]<) kepada ketelanjangan dari
Adam dan Hawa dalam Kejadian 2:25. Kata “cerdik atau cerdas” membawa
ide tentang kehati-hatian, tentang mengetahui dimana perangkap diletakkan
dan bahaya disembunyikan. Kecerdikan atau kecerdasan itu sendiri bukanlah
jahat karena menurut Amsal 1:4, orang yang tak berpengalaman dan orang
muda membutuhkan hal itu. Tetapi dalam ayat ini kecerdikan atau
kecerdasan akan digunakan untuk tujuan yang jahat. Permainan kata dengan
“telanjang” ini mendukung ide bahwa penyebutan telanjang bagi Adam dan
Hawa menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka terlupa akan
kejahatan, tidak mengetahui akan adanya bahaya yang diletakkan.49

48
Ibid., 283; Brown, Driver, Briggs, BDB, 791.
49
Selidiki Ross, Creation & Blessing, 134 dan Umberto Cassuto, A Commentary on the Book of
Genesis, Vol. 1: From Adam to Noah, pen. Israel Abrahams (Jerusalem: Magnes, 1961-64), 143.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 53


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

“dari segala binatang”

Maksud dari frase ini adalah bahwa ular yang menggoda Hawa adalah
binatang yang dipakai oleh Iblis, bukan Iblis yang menyatakan diri sebagai
ular.

• Penggodaan – Kej. 3:1b-5

“… Ular itu berkata kepada perempuan itu. Tentulah Allah berfirman: ‘Semua pohon
dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’” (Kej. 3:1b)

Perhatikan !!! Di dalam seluruh Alkitab, perkataan langsung dari Iblis hanya
tertulis 3 kali (Kej. 3; Ayub 1-2; Luk. 4). Dalam ayat-ayat ini perkataannya
singkat. Iblis hanya berbicara 2 kali. Tetapi 2 kali sudah cukup untuk
menjatuhkan Hawa.

Pertanyaan Iblis kepada Hawa tidak mudah untuk dijawab, karena


pertanyaan tersebut menyisakan beberapa kemungkinan jawaban terbuka.
Tujuannya adalah untuk mengajak Hawa terlibat dalam diskusi tentang
perintah Allah. Hal ini memberikan kesempatan bagi Hawa untuk
membenarkan dirinya sendiri dan membela Allah.

Ular berusaha membuat Hawa ragu terhadap Sabda Allah. Mungkin ia


menggoda Hawa, bukannya Adam, karena Hawa belum diciptakan waktu
perintah diberikan kepada Adam. Hawa tidak mendengar secara langsung
perintah Tuhan tersebut, jadi lebih mudah menjadi ragu.

2Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini
boleh kami makan, 3tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”

Bandingkan respon Hawa kepada godaan Iblis dengan respon Yesus. Apa
persamaan dan perbedaannya ?

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 54


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

Persamaan : Sama-sama mengutip firman TUHAN.

Perbedaan Perkataan Hawa Firman TUHAN

Hawa mengurangi “Buah pohon-pohonan “Semua pohon dalam


firman dalam taman ini boleh taman ini boleh kaumakan
kami makan” buahnya dengan bebas”

Hawa menambahi “Jangan kamu makan “... janganlah kau makan


firman ataupun raba buah itu” buahnya ...”

Hawa melemahkan “... nanti kamu mati” “... pastilah engkau mati”
hukuman atas dosa

4Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,
5tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat.”

Ketika Iblis melihat bahwa Hawa tidak mempunyai pengetahuan yang tepat
tentang firman TUHAN, dia segera menolak hukuman atas dosa. Susunan
kalimat Ibrani dari penolakan Iblis ini sangat menegaskan penolakannya
tersebut.

/Wtm%T= tom al) (l)a mot T=m%tW/)


Dalam susunan yang normal, partikel negatif (al), l)a) akan mendahului kata
kerja finitnya (/Wtm%T=, T=m%tW/). Tetapi di sini, partikel negatif ditempatkan
di depan atau mendahului seluruh susunannya. Ini menunjukkan bahwa apa
yang semula merupakan sebuah pertanyaan biasa tentang isi dari larangan
TUHAN kepada Hawa, sekarang menjadi sebuah penolakan akibat dari
ketidaktaatan.

Selanjutnya, ular berusaha membuat Hawa ragu akan kebaikan Allah. Ular
bermaksud supaya Hawa merasa ada sesuatu yang baik yang Allah tidak mau
bagi dengan manusia, tetapi dapat diperoleh oleh manusia itu sendiri.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 55


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Kejatuhan – Kej. 3:6-7

“6Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian …”

Pekerjaan si Penggoda berakhir. Iblis telah menghapuskan penghalang untuk


memakan buah itu. Hawa mulai mempertimbangkan untuk mengambil dan
memakan buah itu. Ada 3 kata penting yang digunakan dalam melukiskan
pertimbangan Hawa :

1) hw`at
& ^ (t^a&w>) dan dm*jn= # (n#jm*d)
Kata t^a&w> (hasrat atau keinginan) 50 dan n#jm*d (diinginkan)51
berasal dari kata kerja Ibrani yang diterjemahkan dengan “mengingini”
dalam 10 Hukum; dimana keduanya digunakan dalam Ulangan 5:21,
tetapi hanya muncul 2 kali dalam Keluaran 20:17. Kata t^a&w> bila
dihubungkan dengan kata kerja “melihat” (ha*r,* r*a>) menunjuk kepada
keinginan mata. Sedangkat kata “sedap” yang berasal dari kata n#jm*d
menunjuk kepada keinginan daging. Keinginan yang kuat biasanya diikuti
oleh sebuah tindakan yang melawan hukum seperti di sini.
2) Ju@h* bof (fob h*u@J)
Pertimbangan Hawa berfokus kepada potensi baik dari buah tersebut dan
mengabaikan kejahatan yang ada dalam ketidaktaatan
3) lyK!ch = l
^ = (l=h^cK]l)
Kata l=h^cK]l (membuat seseorang pandai) 52 memperkenalkan
pertimbangan terkuat dari Hawa untuk mengambil dan memakan buah
tersebut. Kata ini menunjuk kepada keangkuhan hidup.

Oleh sebab itu godaan Iblis terhadap Hawa (juga Tuhan Yesus dalam Lukas
4) dan pertimbangan Hawa untuk berbuat dosa dapat diwakili dalam
pernyataan di 1 Yohanes 2:16, yaitu “keinginan daging, keinginan mata, dan
keangkuhan hidup.”

50
Holladay, CHALOT, 385.
51
Ibid., 108.
52
Ibid., 352.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 56


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

“… Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya”

Akhirnya dosa Hawa dilaporkan, tetapi tindakan dosanya dilaporkan dalam


rangkaian yang cepat dengan menggunakan kata kerja : “dia mengambil,
dimakannya, diberikannya, dan suaminya memakannya juga.” Ini adalah ciri
dari seni narasi dalam Kitab Kejadian yang banyak waktu diberikan kepada
dialog dan ketegangan, setelah sampai pada resolusi maka dilaporkan secara
cepat. Inilah cara penekanan dalam materi didaktik yang datang dari dialog
dan gambaran.

“7Maka terbukalah mata mereka berdua ...”

Langsung ada perubahan di dalam mereka. Akibat kejatuhan manusia bukan


saja hukuman Allah. Pada saat manusia berdosa pertama kali itu ada
perubahan di dalam mereka. Seperti ular berkata, mereka mempunyai
kesadaran yang baru.

“... dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang ...”

Kesadaran baru adalah bahwa mereka “telanjang.” Tetapi sesungguhnya


mereka telanjang sejak dijadikan. Lalu apa yang berubah? Persepsi mereka :
yang dulu baik dan suci, sekarang ada sesuatu yang memalukan. Malu
terhadap siapa? Terhadap sesama. Mulai pada saat itu hubungan di antara
manusia berubah.

“... lalu mereka menyematkan daun pohon ara dan membuat cawat.”

Manusia tidak terbuka lagi, tetapi mulai menyembunyikan diri dari orang
lain.

• Pengadilan Allah (3:8-13)

• Manusia takut menghadapi Allah – Kej. 3:8

8Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap
TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Hubungan dengan Allah terpisah. Ini adalah kematian rohani.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 57


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Manusia dipaksa mengakui kesalahan mereka – Kej. 3:9-13

9Tetapi TUHAN Allah Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: “Di manakah engkau?” 10Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa
Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi.” 11Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa
engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu?” 12Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” 13Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat
ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”

Allah bertanya 4 kali kepada manusia untuk memaksa mereka agar mengakui
pelanggaran yang sudah dilakukannya.

“Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang


memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’”

Bandingkan perkataan Adam setelah berdosa dengan perkataannya tentang


Hawa sebelum berdosa dalam Kejadian 2:23.

Perhatikanlah sifat-sifat manusia setelah berdosa :


1) Takut (Kej. 3:10) – “aku menjadi takut”
2) Tidak terbuka (mencoba bersembunyi, Kej. 3:10) – “aku bersembunyi”
3) Saling menyalahkan (Kej. 3:12-13)

 Adam menyalahkan Hawa dan Allah

“Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah


pohon itu kepadaku, maka kumakan”

Allah telah memberi kepada manusia sesuatu yang baik, yaitu


“penolong.” Tetapi sekarang manusia menuntut bahwa pemberian
Allah itu tidak baik, bahkan menjatuhkan Adam.

 Hawa menyalahkan ular

“Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan”

Akhirnya, dengan suara kecil, mereka mengaku dan berkata : “dan saya
makan.”

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 58


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Penghukuman Allah atas Dosa (3:14-24)

• Hukuman atas ular – Kej. 3:14-15

14Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat
demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang
hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan
seumur hidupmu. 15Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan
ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

“... debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu”

Mengapa ular dikutuk? Iblis yang memakai ular itu dan menggoda Hawa,
tetapi sarananya dikutuk. Perubahan yang dialami ular itu tidak
menyakitkannya. Ular tidak duduk dan mengeluh tentang nasibnya, sebab ia
binatang. Jadi kutukan atas ular (binatang) adalah pelajaran bagi manusia
(Bnd. Yes. 65:25 dan Mik. 7:17).

“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya”

Dalam ayat 14, si ular yang dihukum adalah binatang. Tetapi dalam ayat 15
ini ada perubahan. “Keturunan ular” bukan binatang, tetapi yang dimaksud
adalah Iblis itu sendiri. Yang dinubuatkan dalam ayat ini, untuk pertama kali
dalam Alkitab, adalah rencana Allah untuk mengalahkan Iblis.

Adapun yang dimaksud dengan “keturunan perempuan” adalah Kristus


Yesus, yang akan mengalahkan Iblis. Tetapi ada arti yang lebih luas. Mulai
pada saat itu ada dua bagian manusia : yang setia kepada Tuhan (yaitu Set
dan keturunannya) dan yang melawan Tuhan (Kain dan yang mirip dengan
dia). Akhirnya Yesus lahir dari keturunan Adam dan orang-orang yang setia.

Kata “permusuhan” bukan artinya bahwa perempuan akan selalu takut


terhadap ular. Tetapi maksudnya adalah bahwa antara umat Allah dan umat
Iblis akan ada permusuhan. Selalu ada “keturunan” yang menjalankan
permusuhan dengan keturunan yang terpilih :
1) Kain dan Habel (Kej. 4)
2) Ham (Kanaan) dan Sem (Kej. 9)
3) Keturunan Lot (Moab dan Amon) dan Israel (Kej. 19:37-38)
4) Yakub (Israel) dan Esau (Edom)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 59


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

5) Akhirnya digenapi dengan kematian Yesus di atas kayu salib

• Hukuman atas perempuan – Kej. 3:16

16Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan


Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu …”

Hawa akan melahirkan dengan kesakitan. Hukuman ini berhubungan


dengan berkat dari Kejadian 1:28, yaitu “beranakcuculah.”

“… namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu”

Kata “berahi” berasal dari kata Ibrani hq*WvT= (T=vWq>) yang secara literal
artinya “keinginan, kerinduan, dorongan hati.” 53 Kata ini hanya muncul 3
kali dalam Perjanjian Lama (Kej. 3:16; 4:7; Kid. 7:10). 54 Ada perbedaan
penafsiran yang mengakibatkan perbedaan penerjemahan kata ini.
1) Kata T=vWq> ditafsirkan sebagai gairah seorang perempuan terhadap
suaminya. Penafsiran ini didasarkan atas penggunaan kata T=vWq> dalam
Kidung Agung 7:10.
2) Kata T=vWq> ditafsirkan sebagai keinginan perempuan untuk berkuasa
atas laki-laki. Penafsiran ini didasarkan atas penggunaan kata T=vWq>
dalam Kejadian 4:7.

Meskipun ada perbedaan pendapat, arti dalam ayat ini seharusnya sama
dengan arti dalam Kejadian 4:7, yaitu “ingin menguasai.” Dasarnya adalah
karena “keinginan” dalam konteks Kejadian ada dalam konteks dosa dan
penghakiman, sedangkan “keinginan” dalam Kidung Agung berada dalam
konteks sukacita dan cinta. 55

Adapun kata sambung “namun” dalam frase “engkau akan berahi kepada
suamimu” tidak harus diterjemahkan atau bisa juga diterjemahkan dengan
“sekarang.”56 Sedangkan kata sambung “dan” dalam frase “dan ia akan
berkuasa atasmu” lebih baik diterjemahkan dengan fungsi adversative yang

53
Brown, Driver, Briggs, BDB, 103; Holladay, CHALOT, 396.
54
Victor P. Hamilton, “hq*WvT=” dalam TWOT, software BibleWorks 8.
55
Ibid.
56
Penerjemah NIV memilih untuk tidak menerjemahkan kata sambung Ibrani “w=” sedangkan NET
menerjemahkannya dengan “now.”

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 60


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

artinya “tetapi.” 57 Terjemahan ini semakin mempertegas arti T=vWq>


berdasarkan konteks yang paling dekat (Kej. 4:7).

• Hukuman atas manusia – Kej. 3:17-20

17Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan


isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan
makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah
engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18semak duri dan rumput
duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu; 19dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau
kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan
engkau akan kembali menjadi debu.” 20Manusia itu memberi nama Hawa kepada
isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Kutuk manusia berhubungan dengan “makan” karena ia memakan dari buah


pohon yang dilarang. Perhatikan !!! kata “makan” diulangi beberapa kali
dalam ayat 17-19. Apa saja hukuman atas manusia ini? (a) Tidak mudah
mendapatkan makanan seperti dulu, tetapi dengan susah payah dan
berpeluh; (b) semak duri bertumbuh (bumi sebagai sumber makanan
dikutuk); dan (c) manusia akan kembali menjadi debu (kematian jasmani).

Apakah ini berarti bahwa manusia diciptakan dengan hakekat yang tidak bisa
mati, tetapi karena dosanya maka hakekat itu diubah? Tidak. Manusia
mendapat hidup dari Allah, bukan dari sesuatu yang ada dalam batinnya
sendiri. Selama manusia hidup dalam persekutuan dengan Allah dalam
taman Eden, dia beroleh hidup dari Allah melalui pohon kehidupan. Tetapi
sesudah berdosa, manusia diusir supaya tidak bisa makan dari pihon
kehidupan dan hidup terus menerus. Hidup jasmani
maupun rohani adalah pemberian Allah, bukan sesuatu yang ada di dalam
manusia.

“Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, …”

Kata dasar Hawa (hW`j,^ j^ww>) adalah “hidup” (yj^, j^y), 58 jadi arti Hawa
adalah “hidup.” Ini merupakan kali kedua Adam memberi nama kepada
isterinya. Nama pertama adalah “perempuan” (Kej. 2:23), dan berhubungan
57
Lihat Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks (Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, 2004), 107; Ronald J. Williams, Hebrew Syntax: An Outline, Second
Edition (Toronto: University of Toronto Press, 1976), 71.
58
Brown, Driver, Briggs, BDB, 295.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 61


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

dengan asalnya yaitu dari laki-laki. (Bahasa Ibrani laki-laki adalah [vya!, a]v]
dan perempuan adalah [hv*a,! a!v>])
Mengapa ayat 20 ini diletakkan dalam konteks hukuman? Kemungkinan
untuk menekankan bahwa akan datang keturunan dari Hawa sesuai dengan
janji Allah dalam Kejadian 3:15.

• Adam dan Hawa diusir dari taman Eden – Kej. 3:21-24

21Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan
untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. 22Berfirmanlah TUHAN
Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu
tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan
tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya,
sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." 23Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari
taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24Ia menghalau
manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke
pohon kehidupan.

“TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia ...”

Inilah pertama kali seekor binatang dikorbankan untuk keperluan manusia.


Perhatikanlah bahwa Allah masih menolong manusia dalam keperluannya.
Dalam penciptaan Allah memenuhi semua keperluan manusia dan Ia
beristirahat. Tetapi sesudah manusia berdosa keperluan manusia berubah,
dan Allah mulai bekerja lagi untuk menolong mereka.

“TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden ...”

Diusir dari taman Eden sama dengan maut: terpisah dari pohon kehidupan.
Manusia mendapat keinginannya sesuai dengan godaan ular: menjadi seperti
Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Tetapi hasilnya bukan baik,
bahkan menghasilkan maut.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 62


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

2. Kehidupan Keluarga setelah Kejatuhan Manusia (4:1-26)

• Kisah Kain dan Habil (4:1-16)

• Kelahiran Kain dan Habel – Kej. 4:1-2

1Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah


perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat
seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.” 2Selanjutnya dilahirkannyalah
Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

“Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”

Perkataan Hawa ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar Hawa


menyangka Kain adalah keturunan yang dijanjikan dalam Kejadian 3:15.
Hawa merasa dia sendiri yang menghasilkan keselamatan yang dijanjikan itu,
dan TUHAN hanya menolong saja (Bnd. Kej. 4:25).

“Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing
domba, Kain menjadi petani.”

Perhatikan !!! Pekerjaan atau profesi manusia mula-mula setelah keluar dari
taman Eden adalah petani dan peternak. Kain bercocok tanam dan Habel
beternak kambing domba. Tidak ada yang salah dengan kedua profesi ini,
demikian juga dalam hal pengindahan TUHAN terhadap persembahan Kain
dan Habel dalam ayat 3 – 5.

• Sikap hidup Kain dan Habel – Kej. 4:3-5

3Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil
tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4Habel juga mempersembah-
kan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya;
maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 5tetapi Kain
dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat
panas, dan mukanya muram.

Mengapa persembahan Habel diindahkan TUHAN, tetapi Kain tidak?


 Bukan karena persembahan dari binatang lebih baik daripada
persembahan dari hasil tanah. Orangnya yang diindahkan, bukan saja
persembahannya.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 63


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

 Sikap hati adalah yang penting. Perhatikanlah sikap Kain pada waktu
persembahannya tidak diindahkan Allah. Reaksi Kain adalah marah
terhadap Allah dan terhadap Habel adiknya.

• Kain membunuh Habel – Kej. 4:6-10

6Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
7Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau,
tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” 8Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah
kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel,
adiknya itu, lalu membunuh dia. 9Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel,
adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” 10Firman-
Nya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari
tanah.”

Pada ayat 6-7 Allah berusaha membantu Kain. Dia menegur Kain, memberi
petunjuk kepada Kain supaya berbuat baik, dan menjelaskan bahaya-bahaya
menyerah kepada dosa.

Pada ayat 8 dapat dilihat bahwa pada akhirnya Kain menyerah kepada dosa.
Dari sini jelas sekali akibat dosa : dalam generasi pertama sudah ada
pembunuhan. Dalam perkara ini kita juga mulai melihat permusuhan di
antara perempuan dan keturunan ular.

Akan tetapi dosa tidak bisa disembunyikan dari Allah (Kej. 4:9-10). Kain yang
tidak bertobat malah berusaha menyembunyikan kesalahannya dari hadapan
Allah. Kain juga hanya mengeluh karena hukumannya, dan bukan karena
dosanya.

• Hukuman Kain – Kej. 4:11-16

11”… Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. 12Apabila
engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”
13Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat

kutanggung. 14Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan
tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka
barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.” 15Firman
TUHAN kepadanya: “Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 64


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” Kemudian TUHAN menaruh tanda pada
Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. 16Lalu
Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur
Eden.

Hukuman Kain meliputi 2 hal : (1) Tanah tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya kepadanya; dan (2) Kain akan menjadi seorang pelarian dan
pengembara. Kepada Kain juga diberikan tanda agar supaya Kain tidak
dibunuh (bnd. kota-kota perlindungan, Bil. 35:9-34), sedangkan rupa tanda
Kain tidak dijelaskan.

• Keturunan Kain yang Jahat (4:17-24)

Kain kemudian mengambil isteri dari salah satu adiknya (bnd. Kej. 5:4).
Lamekh, keturunan Kain, mengikuti teladan Kain dengan membunuh
seseorang. Akibat dosa adalah sikap pembunuhan dan kemegahan diri dalam
tingkah laku. Mengapa Lamekh membunuh orang itu?
 Karena Lamekh dilukai olehnya. Menurut Hukum Musa, tidak patut
orang dibunuh jika hanya melukai orang lain.
 Karena Lamekh lebih kuat dan mampu melaksanakan kehendaknya

• Keturunan Set yang Saleh (4:25-26)

25Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak
laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: “Allah telah mengaruniakan kepadaku
anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.” 26Lahirlah
seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah
orang mulai memanggil nama TUHAN.

“Allah telah mengaruniakan kepadaku anak ...”

Sekarang Hawa mengaku kuasa Allah. Dengan kelahiran Set, kita melihat
pertama kali satu tema lagi yang sering diulangi dalam Kitab Kejadian, yaitu
bukan anak sulung yang biasanya dipilih Allah.

“Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN”

Ayat ini menekankan bahwa Set dan keturunannya menyembah Allah,


dibandingkan dengan keturunan Kain.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 65


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

Penerapan dari Kejadian 3-4 :

1)

2)

3)

4)

5)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 66


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

C. Penghukuman bagi Umat Manusia : Air Bah (Pasal 5 – 9)

1. Pendahuluan : Silsilah Adam (5:1-32)

Tidak jelas berapa tahun telah berlalu di antara Adam dan air bah, sebab tidak
bisa langsung dihitung dari silsilah. Silsilah bukan kronologi. Kemungkinan
besar hanya nama-nama penting yang tertulis, bukan semua nama keturunan di
antara Adam dan Nuh.

Bandingkan dengan Hakim-Hakim 1:3. Yehuda dan Simeon tertulis seperti dua
orang, tetapi jelas nama dipakai untuk seluruh sukunya.

a. Allah menciptakan manusia untuk mewakili Dia dan menikmati berkat-Nya


(ay. 1-5).
• Kejadian 4:1-5 mengulangi tema dari catatan penciptaan dalam pasal 1-2.
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (5:1; bnd. 1:26-
27). Allah memberkati mereka dan memberi tanggung jawab untuk
berkuasa atas ciptaan Allah (5:2; band. Kej. 1:28). Kapasitas rohani telah
ditanamkan dalam diri Adam dan Hawa untuk mampu dan bertanggung
jawab mewakili Allah di bumi serta menikmati berkat-Nya. Kemudian
Adam memperanakkan Set yang segambar dan serupa dengan Adam (5:3).
Situasi yang menakjubkan dalam catatan penciptaan tiba-tiba berubah.
• Catatan dalam ayat 5 secara mengejutkan menyebutkan bahwa Adam
mati. Apa yang diucapkan Allah dalam Kejadian 2:1 bahwa Adam akan
mati pada pasal 5 digenapi. Pada waktu Adam melanggar perintah Allah
dengan mengambil dan memakan buah pengetahuan baik dan jahat, dia
tidak mati secara jasmani melainkan secara rohani (terputus hubungan
dengan Allah). Tetapi kematian jasmani sebagai akibat dosa kemudian
menyusul.
b. Tanggung jawab manusia adalah untuk berjalan dengan Allah (ay. 6-27).
• Dalam catatan silsilah Adam di pasal 5 ini kita melihat bagaimana
kematian berkuasa atas hidup manusia sebagai akibat dari dosa. Ada 8 kali
frase “lalu ia mati” diulangi dalam setiap keturunan Adam yang
menekankan hukuman atas dosa. Walaupun umurnya luar biasa panjang,
masih tetap mati.
• Tetapi dalam catatan tentang Henokh, kita melihat ada pengharapan bagi
umat manusia. Kematian bukanlah jawaban akhir. Henokh disebut
sebagai orang yang “bergaul dengan Allah” dan Allah “mengangkat dia.”
Kematian sebagai gambaran kuasa dosa atas manusia tidak dialami oleh

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 67


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

Henokh. Lihat Ibrani 11:5. Selain Henokh, Elia juga seorang yang tidak
mengalami kematian melainkan diangkat ke sorga (2 Raja-Raja 2:9-11).
• Mengapa Henokh terbebas dari hukuman maut? Karena dia “bergaul
dengan Allah” (5:22). Kata “bergaul” dalam teks Ibrani berasal dari kata
El^h* (h*l^E) yang artinya “berjalan”59 dan berada dalam bentuk imperfek
yang menekankan suatu tindakan yang belum selesai. 60 Jadi yang
dimaksud dengan “hidup bergaul dengan Allah” adalah bahwa Henokh
berjalan dengan Allah dan mengikuti perintah-Nya (bnd. Nuh, Kej. 6:9).
Oleh karena Henokh hidup bergaul dengan Allah, dia tidak mati. Artinya
ia tidak kena hukuman (maut), sama seperti Nuh yang bergaul dengan
Allah tidak kena hukuman (air bah). Dia berjalan dengan Allah selama
300 tahun. Kata “berjalan dengan Allah” adalah gambaran umum tentang
persekutuan dan ketaatan dengan Tuhan. Bangsa Israel telah
diperintahkan untuk berjalan dengan Allah (Im. 26:3, 12).
c. Pengharapan manusia adalah untuk bebas dari kutuk (ay. 28-32).
• Lamekh memberi nama anaknya Nuh. Sebuah nama yang
mengekspresikan pengharapan untuk bebas dari kutuk (5:29). Lamekh
merasakan hidup di bawah kutuk adalah menyakitkan. Oleh sebab itu
Lamekh berharap untuk bebas dan senang melalui anaknya Nuh.
• Manusia yang hidup di bawah kutuk juga menyakitkan bagi Allah, dan
Allah menggunakan Nuh sebagai bagian dari rencana-Nya untuk
memulihkan dunia dari kesakitan, tetapi bukan dalam cara pikir Lamekh.
Jika Henokh berjalan dengan Allah dan dilepaskan dari kutuk kematian,
maka hidup Nuh membawa harapan untuk bahagia di bawah kutuk.

2. Penyebab Penghukuman Manusia : Kejahatan manusia (6:1-8)

“anak-anak Allah” – Kej. 6:2

Siapakah “anak-anak Allah?” Ada setidaknya 4 tafsiran mengenai hal ini :

a. “Anak-anak Allah” = malaikat-malaikat jahat (roh-roh jahat) yang mengambil


tubuh manusia dan menikah dengan “anak-anak perempuan manusia.”
• Dasarnya :
 Ungkapan “anak-anak Allah” (<yh!la ) h
$ * yn@b,= b=n? H*a$l)h]<) dalam
Perjanjian Lama hanya dipakai di dalam Kejadian 6 dan dalam Ayub
1:6; 2:1; 38:7. Dalam Ayub dipakai untuk menyebut malaikat.

59
Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner, “El^h” dalam HALOT, software BibleWorks 9.
60
Lihat Carl Reed, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks, 53; Ronald J. Williams, Hebrew
Syntax: An Outline, 30-31.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 68


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

 2 Petrus 2:4-5 dan Yudas 6-7 menyinggung suatu peristiwa yang


kelihatannya sama dengan peristiwa ini dimana malaikat-malaikat
jahat ikut tersangkut.
• Tantangan :
 Dalam Matius 22:30 tertulis malaikat-malaikat tidak kawin.
 Tidak ada hubungan apapun dalam konteksnya mengenai malaikat.
b. “Anak-anak Allah” = orang-orang dari keturunan Set. Jadi dosanya ialah
menikah dengan “anak-anak perempuan manusia” yang disamakan dengan
keturunan Kain.
• Dasarnya :
 Keturunan Set bisa disebut “anak-anak Allah” sebab Kejadian 5:1-3
menjelaskan bahwa Set lahir “menurut rupa dan gambar” Adam, dan
di dalam Lukas 3:38 Adam disebut sebagai “anak Allah.”
 Sama dengan tantangan di atas yang menyatakan bahwa malaikat tidak
bisa kawin.
• Tantangan :
 Istilah “anak-anak Allah” tidak pernah dipakai untuk manusia di
tempat lain.
 Tidak ada dasar untuk menyamakan “anak-anak perempuan” dengan
keturunan Kain.

c. “Anak-anak Allah = keturunan hakim atau raja, dan “anak-anak perempuan”


adalah keturunan orang biasa atau budak.
• Dasarnya :
 Elohim bisa diterjemahkan sebagai hakim atau pemimpin (Kel. 21:6;
22:7-8, 27).
• Tantangan :
 Tidak ada persetujuan di antara ahli-ahli Ibrani bahwa Elohim bisa
diterjemahkan sebagai hakim. Tetapi semua berkata bahwa Elohim
hanya bisa mendapat arti “hakim” jika konteks kuat mendukung arti
ini. Di dalam Kejadian konteks sama sekali tidak mendukungnya.

Ketiga tasiran di atas semua mempunyai satu dasar yang sama, yaitu bahwa
Kejadian 6:1-4 adalah pendahuluan bagi Kejadian 6:5-8. Kalau begitu, “kejahatan
manusia” besar” dihubungkan dengan pernikahan di antara anak-anak Allah dan
anak-anak perempuan. Tetapi ada tafsiran lain yang menganggap bahwa Kejadian
6:1-4 adalah kesimpulan dari pasal 5. Kalau begitu, pernikahan di antara anak-
anak Allah dan anak-anak perempuan bukan “dosa manusia besar” itu.
Melainkan pernikahan itu hanya menjelaskan bahwa manusia sudah bertambah
menjadi banyak.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 69


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

d. “Anak-anak Allah” adalah manusia laki-laki biasa dan “anak-anak


perempuan” adalah perempuan biasa yang menikah.
• Dasarnya :
 Manusia laki-laki diciptakan langsung oleh Allah, dan istilah “anak-
anak Allah” menekankan permulaan itu. Jadi semua manusia laki-laki
termasuk dalam “anak-anak Allah.”
 “Anak-anak perempuan manusia” berarti perempuan biasa. Istilah ini
dipakai untuk menekankan bahwa perempuan dibuat Allah dari rusuk
yang diambil dari manusia (Kej. 2:23).
 Pernikahan yang diceritakan di sini sebagai penjelasan bahwa rencana
Allah supaya manusia beranakcuculah dan penuhilah bumi sudah
tercapai.
• Tantangan :
 Tidak ada alasan yang tepat dari sudut tata bahasa untuk menerima
Kejadian 6:1-4 sebagai kesimpulan dari pasal 5. Tetapi tidak apa-apa
dari sudut tata bahasa yang melarang ayat-ayat ini dihubungkan
dengan pasal 5.

Silahkan memeriksa semuanya dan memilih tafsiran yang saudara nilai benar !!!

“Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal dengan manusia ...” – Kej. 6:3

Ada 2 tafsiran mengenai ayat ini :


a. Maksudnya ialah bahwa hanya 120 tahun lagi sampai TUHAN menghukum
manusia dengan air bah.
Dasarnya ialah manusia sesudah air bah masih hidup lebih dari 120 tahun,
jadi tidak mungkin ini berarti umur manusia. (Tetapi tidak tertulis bahwa
umur manusia akan langsung dibatasi)
b. Maksudnya ialah TUHAN akan membatasi umur manusia supaya tidak
melebihi 120 tahun.
Umur yang panjang di pasal 5 disebabkan karena Roh Allah yang tinggal
bersama dengan mereka.

“Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi ...” – Kej. 6:4

Istilah ini hanya terdapat 2 kali dalam Perjanjian Lama (Kej. 6:4 dan Bil. 13:33).
Arti kata Ibrani ini tidak pasti diketahui. Para penerjemah Septuaginta
menggunakan kata gigantez yang berarti “raksasa.” Tetapi tidak pasti ini
artinya.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 70


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

Dari konteks dijelaskan bahwa mereka adalah “orang-orang yang gagah perkasa di
zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.” Nepilim dalam Bilangan 13:3
bukan keturunan dari Nepilim dalam Kejadian 6, tetapi hanya mempunyai sifat-
sifat yang sama.

“Segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” – Kej. 6:5

Semakin lama manusia semakin jahat. Perhatikan bahwa Allah menyalahkan


manusia karena hatinya jahat, bukan kelakuannya saja.

Dalam Kejadian 6:7 dijelaskan bahwa bukan manusia saja yang kena hukuman,
tetapi semua binatang darat juga. Sering kali orang dan makhluk lain yang tidak
bersalah menderita karena dosa seseorang.

“Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” – Kej. 6:8

Allah selalu memperhatikan orang yang hatinya baik terhadap dia.

3. Penghukuman Manusia dengan Air Bah (6:9 – 8:22)

• Persiapan bagi Pelaksanaan Penghukuman (6:9-22)

• Ketaatan Nuh dibandingkan dgn kekerasan orang-orang lain – Kej. 6:9-12


Orang yang benar tidak boleh dipengaruhi oleh orang duniawi.
Walaupun seorang Kristen hidup di antara masyarakat yang jahat, ia tidak
diizinkan mengikuti mereka.

• Bahtera

Bentuknya bukan seperti kapal laut zaman kini, tetapi kemungkinan besar
bentuknya seperti empat persegi panjang. Besarnya kira-kira : panjang 134
m, lebar 22 m, dan tinggi 13 m.

Ada tiga tingkat supaya luasnya adalah kira-kira 9000 m2. Cukup luas
untuk muatan binatang-binatang.

• Allah menyelamatkan Nuh, tetapi memberi pekerjaan kepadanya

 Membuat bahtera. Termasuk menyediakan kayu, dll.


 Mengumpulkan makanan bagi semua binatang (Kej. 6:21)
 Mengatur binatang masuk ke dalam bahtera.
Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 71
Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Nuh melakukan semua perintah Allah – Kej. 6:22


Nuh sungguh beriman kepada Allah. Jika Nuh tidak percaya akan ada air
bah, tidak mungkin dia bekerja keras melaksanakan semua perintah
Allah.

• Proses Penghukuman Manusia (7:1-24)

• Perintah masuk bahtera – Kej. 7:1-9

“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: ... engkaulah yang Kulihat benar”

Allah memperhatikan (melihat) kelakuan manusia (bnd. Kej. 6:5)


Semua keluarga Nuh diselamatkan dari air bah karena kebenaran Nuh
(Kej. 7:1). Kelakuan kepala keluarga bisa membawa berkat atau kesusahan
bagi seluruh keluarganya. Tetapi bukan artinya bahwa anak-anak
mendapat keselamatan rohani karena kebenaran orang tuanya (bnd. Kej.
9:18-29). Anak-anak Nuh dinilai menurut kelakuan masing-masing.

• Air bah mulai – Kej. 7:10-24

“Air bah meliputi bumi” – Kej. 7:10

Kita bisa yakin air bah tidak kena pada satu daerah saja karena segala
gunung tinggi ditutupi (Kej. 7:19) dan semua yang hidup yang tidak ada di
dalam bahtera mati (Kej. 7:21-23).

Bandingkan dengan Kejadian 1:9-10. Dalam menyediakan bumi bagi


manusia, air dikumpulkan supaya ada darat. Tetapi melalui hukuman air
bah Allah mengembalikan dunia ke dalam keadaan yang tidak teratur.
Manusia yang tidak menaati Allah akan kehilangan kebaikan yang Allah
berikan.

“TUHAN menutup pintu bahtera di belakang Nuh” – Kej. 7:16

Meskipun Allah sabar (Dia menunggu 100 tahun sebelum menjatuhkan


hukuman), kesabaran-Nya ada batasnya. Pintu keselamatan tidak akan
selalu terbuka.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 72


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Air Bah Surut (8:1-22)

• Nuh tetap tinggal dalam bahtera sampai TUHAN suruh keluar – Kej. 8:16

Nuh ada di dalam bahtera lebih dari 1 tahun. Dia menantikan


keselamatan yang dari Allah dengan penuh kesabaran. Dalam hal ini Nuh
menjadi teladan sebagai orang yang tidak bergantung pada pengertiannya
sendiri.

• Nuh mempersembahkan korban bagi TUHAN – Kej. 8:20-22

“Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN”

Pertama kali kita melihat seorang yang mendirikan mezbah kepada Allah
dan mempersembahkan korban bakaran kepada-Nya (Habel hanya
mempersembahkan lemak dari dombanya, seperti korban keselamatan
dalam Imamat 3). Meskipun manusia masih mempunyai sifat dosa,
melalui korban dan mezbah ia masih bisa mendapat berkat dari TUHAN.

“Ketika TUHAN mencium persembahan ... berfirmanlah TUHAN ...”

TUHAN menerima persembahan dan memberi perjanjian.


1) Ia tidak akan mengutuk bumi lagi karena dosa manusia.
2) Ia tidak akan membinasakan segala yang hidup
3) Musim-musim akan terus ada selama bumi ada.

4. Perjanjian Allah dengan Nuh (9:1-17)

• Allah Memberkati Keluarga Nuh (9:1-7)

• Allah membuat provisi untuk penyebaran umat manusia

“Beranakcuculah” – Kej. 9:1

Perintah untuk menaklukkan bumi (bnd. Kej. 1:28) tidak lagi muncul.
Hal itu tidak berlaku lagi karena dosa.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 73


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Ketakutan kepada manusia diberikan kepada binatang

“Akan takut ...” – Kej. 9:2

Sebelum manusia berdosa, ia berkuasa atas semua binatang. Sesudah air


bah manusia masih berkuasa, tetapi ada perubahan: semua binatang akan
takut dan gemetar kepada manusia. Allah menempatkan ketakutan akan
manusia pada binatang demi proteksi dan preservasi.

• Provisi untuk memelihara kehidupan manusia – Kej. 9:3-4

Manusia tidak lagi harus menjadi pemakan sayur-sayuran, tetapi juga


diberikan daging untuk dimakan. Namun darah tidak boleh dimakan
karena mewakili kehidupan (bnd. Im. 17:14).

• Provisi untuk melindungi kehidupan manusia – Kej. 9:5-6

Allah memberikan nilai atas hidup manusia sejauh barangsiapa


membunuh manusia lainnya maka ia harus menebus dengan nyawanya
sendiri. Allah memandang pembunuhan sebagai penyerangan kepada
pribadi-Nya karena manusia diciptakan berdasarkan gambar Allah. Ini
merupakan pengajaran yang konsisten baik di PL maupun PB (Kel. 21:12-
24; Im. 24:17, 21; Bil. 35:29-34; 2 Sam. 4:9-12; Rm. 13:4). Pembalasan
tidak boleh dianggap sebagai pembalasan hutang darah yang bersifat
pribadi, tetapi harus dilakukan atas dasar otoritas pemerintahan yang sah.

• Allah Berjanji dengan Nuh (9:8-17)

• Perjanjian (tyr!B,= B=r]t)

Inilah pertama kali kita melihat Allah membuat perjanjian (B=r]t) dengan
manusia serta semua makhluk yang hidup.

• Isi perjanjian : Tidak akan memusnahkan bumi dengan air bah.

• Tanda perjanjian : busur

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 74


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

5. Ucapan Nuh : Kutukan atas Kanaan (9:18-29)

• Nuh menjadi mabuk dan telanjang (bnd. Kej. 3:7)

Total depravity muncul kembali melalui anak-anak Nuh. Dalam kelakuan


anak-anak Nuh kita melihat gambaran tentang 2 macam manusia :
 Sem dan Yafet melambangkan orang seperti Adam dan Hawa yang
berusaha menyembunyikan “telanjangnya” dihadapan Allah (yaitu
menghormati Allah).
 Ham melambangkan orang yang tidak tahu malu, yang hidup menurut
hawa nafsunya (bnd. Hab. 2:15).

• Kanaan dikutuk – Kej. 9:25

Mengapa Kanaan dikutuk dan bukan bapanya (Ham)? Dari ayat 25-27,
Kanaan, Sem dan Yafet semua melambangkan bangsa-bangsa. Nama
Kanaan dipakai karena ia menjadi bapa leluhur bangsa-bangsa di tanah
Kanaan yang diusir oleh keturunan Sem, yaitu bangsa Israel.

Penerapan :

1)

2)

3)

4)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 75


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

D. Penyebaran Umat Manusia : Menara Babel (Pasal 10:1 – 11:9)

1. Daftar Bangsa-bangsa : Silsilah Nuh (10:1-32)

a. Keturunan Yafet (Kej. 10:2-5)

b. Keturunan Ham (Kej. 10:6-20)

• Silsilah Ham tertulis lebih lengkap daripada keturunan Yafet karena


keturunan Ham (yaitu orang-orang Kanaan) mengambil bagian yang
cukup penting dalam sejarah Israel.

• Nimrod – Kej. 10:8-12


Babel diidentifikasikan dengan keturunan yang terkutuk. Babel akan
menjadi lambang yang penting dalam Alkitab.

c. Keturunan Sem (Kej. 10:21-32)


Peleg (gl#P#, P#l#g) berarti “terpisah.” Bumi terbagi (Kej. 10:25) menunjukkan
pembagian bangsa-bangsa di menara Babel.

2. Peristiwa Menara Babel (11:1-9)

a. Konteks
Cerita ini diletakkan tepat di tengah silsilah Sem. Ada dua cabang dari
keturunan Sem, mulai dengan Eber (Kej. 10:25). Salah satu cabang mulai
dengan anak Eber yang bernama Yoktan, dan keturunannya tertulis dalam
pasal 10. Ia tinggal di daerah Babel. Cabang yang lain mulai dengan Peleg dan
ada tertulis dalam Kejadian 11:16-26. Abram berasal dari keturunan Peleg.
Mengapa kisah Babel diceritakan tepat di tengah dua silsilah ini? Untuk
membedakan dan membandingkan dua cabang/keturunan ini.

Arti “Sem” adalah “nama.” Dari keturunan Sem ada dua kelompok :

• Orang-orang yang ingin mendapat “nama” untuk diri sendiri (Kej. 11:4).

• Orang-orang dimana Allah akan membuat namanya masyhur (Kej. 12:2)


Melalui kisah ini kita bertemu sekali lagi dengan tema yang sering diulangi
dalam Kitab Kejadian : Orang yang berusaha mencari kebaikan di luar
Tuhan tidak akan berhasil, bahkan akan kehilangan kebaikan yang Tuhan
telah beri.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 76


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

b. Tujuan membangun – Kej. 11:3-4

Tujuan membangun menara Babel adalah untuk mencari nama dan supaya
tidak terserak ke seluruh bumi.

c. Hukuman Tuhan – Kej. 11:5-9

• Mengapa Tuhan menghukum mereka ?


Karena mereka lupa rencana Tuhan dan mengikuti rencana mereka
sendiri.

• Hukuman
Hukuman mereka bertentangan dengan tujuan mereka dalam
membangun :
 Kota mereka diberi nama “Babel” yang artinya kacau.
 Mereka terserak ke seluruh bumi

3. Keturunan Sem (11:10-26)

a. Kemungkinan besar ada jarak dalam silsilah ini. Maksud silsilah ini bukan
untuk memberitahukan berapa tahun dari air bah sampai kepada Abram,
tetapi untuk menjelaskan apa hubungan di antara Abram dan Sem.

b. Umur
Sama seperti dalam silsilah di dalam pasal 5, umur ditekankan. Tetapi tidak
tertulis “lalu ia mati.” Umur manusia makin lama jarak dari air bah makin
pendek, sesuai dengan Kejadian 6:3.

c. Abram diperkenalkan – Kej. 11:26

4. Keturunan Terah (11:27-32)

Maksud silsilah ini ialah memberitahukan hal-hal yang penting, yang perlu
diketahui tentang Abram untuk menyediakan pembaca supaya mengerti kisah
Abram.

a. Abram berasal dari Ur.

b. Abram mempunyai isteri bernama Sarai yang mandul.

c. Terah keluar dari Ur ke arah Kanaan, tetapi hanya mencapai Haran.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 77


Eksposisi Kejadian Permulaan Dunia dan Rencana Allah

• Terah membawa Abram, Sarai dan Lot.


• Nahor serta isterinya masih tinggal di Ur.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 78


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

BAGIAN KEEMPAT :

II. PERMULAAN UMAT ALLAH MELALUI SATU KELUARGA


(Kejadian 12:1 – 50:26)

A. Abraham (Pasal 12:1 – 25:18)

1. Panggilan TUHAN dan Ketaatan Abram (12:1-9)


a. TUHAN Memanggil Abram untuk Pergi dan Menjadi Berkat (12:1-3)

1Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
2Aku akan membuat menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta

membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

• Isi panggilan TUHAN : “Pergilah !” – Kej. 12:1

Allah memerintahkan Abram untuk pergi dari negerinya, dari sanak


saudaranya, dan dari rumah bapanya menuju tempat yang belum pasti. Ini
tentunya pergumulan yang tidak mudah bagi Abram (bnd. Kis. 7:2-4).
Panggilan Tuhan ini menuntut iman untuk melakukannya.

• Janji berkat TUHAN : “Aku akan …” – Kej. 12:2a

Allah menjanjikan berkat kepada Abram ketika dia taat. Berkat Allah
adalah untuk pribadi dan keturunannya : keturunan, berkat pribadi,
kemasyuran. Berkat Allah ini tergantung pada ketaatan Abram. Selama
Abram berdiam dalam tanah Kanaan, ia diberkati. Pada waktu ia keluar ke
Mesir, ia mengalami kesulitan. Tetapi fokus Abram yang sesungguhnya
bukanlah pada berkat tersebut. Mengapa ?

• Tujuan berkat TUHAN :


“… sehingga engkau akan menjadi berkat” – Kej. 12:2b

Kata “engkau akan menjadi berkat” (Ibr. hk*rB


* = hy}hw= \ , w=hy@h B=r*k*)
dalam bahasa Ibrani dapat diterjemahkan dalam 2 bentuk, yaitu :

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 79


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

(a) bentuk pernyataan [imperfek], atau (b) bentuk perintah [imperfek dengan
arti jussif] = modus prekatif. 1 Kalimat ini lebih tepat diterjemahkan dengan
bentuk perintah dan dalam modus prekatif biasanya menyatakan maksud
atau tujuan. 2 Jadi hal ini menekankan tujuan dari berkat Allah (ay. 2a).
Hal “menjadi berkat” bisa diartikan 2 hal : (a) Abram sebagai agen berkat,
(b) Abram sebagai berkat itu sendiri (KJV : “a blessing”). Perhatikan!!!
Fokus Allah bukan pada berkat tetapi pada perintah : “Pergilah … supaya
jadilah berkat.” Demikian juga dengan fokus Abram.

• Cara menjadi berkat bagi orang lain – Kej. 12:3

“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-
orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat”

Arti dari ayat 3 adalah siapapun yang tidak hormat dan mengancam Abram dan
imannya secara terang-terangan akan dihapus dari tempat berkat itu.
Pernyataan Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat merujuk kepada
berkat universal di dalam Yesus Kristus yang adalah keturunan Abram (Mat.
1:1).

b. Abram Menaati Panggilan TUHAN (12:4-9)

4Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut
bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat
dari Haran. 5Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala
harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran;
mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. 6Abram berjalan melalui negeri
itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu
orang Kanaan diam di negeri itu. 7Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada
Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka
didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.
8Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang

kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di
situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. 9Sesudah itu Abram
berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.

1
Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaksis (Yogyakarta: STII,
2004), 53-54, 56.
2
Beberapa Alkitab terjemahan modern seperti ESV dan NET menerjemahkan frase tersebut juga
dengan modus prekatif. Bandingkan juga dengan KS-ILT.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 80


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

• Bukti ketaatan Abram – Kej. 12:4-5

Ada pola rangkaian narasi yang menarik dari Kejadian 12:1-9 ini, yaitu :
ketika Allah adalah subyek dari suatu kalimat, maka segera diikuti dengan
suatu ucapan atau pernyataan (ay. 1-3); tetapi ketika Abram adalah subyek
dari kalimat atau ayat maka hanya ada tindakan (“pergilah” [ay. 4],
“membawa” [ay. 5], “berjalan” [ay. 6], “mendirikan” [ay. 7], “pindah” [ay.
8], dan lain sebagainya).

Kata kunci yang menekankan ketaatan Abram adalah kata kerja pertama
di ayat 4, yaitu “lalu pergilah Abram.” Kata yang sama digunakan kembali
di ayat 5, yaitu “mereka berangkat ke tanah Kanaan” dan ayat 9, yaitu
“sesudah itu Abram berangkat.” Kata ini adalah kata yang sama dengan
yang digunakan dalam ayat 1 (“pergi,” Ibr. El^h* [h*l^k]).

• Ketaatan Abram menghadapi tantangan – Kej. 12:6-9

Abram sampai di dekat Sikhem, yaitu pohon Tarbantin di More.


Penekanan akan Tarbantin di More memberikan catatan yang tidak
menyenangkan. More dalam bahasa Ibrani artinya “guru”. Ini
menggambarkan bahwa tempat tersebut merupakan tempat suci kuno
untuk penyembahan berhala (bnd. Hos. 4:13) atau tempat dimana
ramalan diberikan oleh para imam Kanaan. Kehadiran Abram disana
semakin menegangkan dengan adanya penjelasan dalam klausa
berikutnya: “waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu.”

Tetapi kemudian Allah mengkonfirmasi janji-Nya kepada Abram bahwa


Allah akan memberikan negeri Kanaan kepada keturunan Abram (ay. 7).
Respon Abram adalah : (1) memproklamasikan imannya melalui ibadah
(ay. 7); melanjutkan perjalanannya sampai di antara Betel dan Ai dan
beribadah disitu (ay. 8); dan terus berjalan menuju ke Tanah Negeb (ay.
9). Perhatikan !!! Abram begitu taat kepada panggilan Tuhan. Dia tidak
banyak mempertanyakan apa maksud Tuhan, tetapi dengan penuh
ketaatan dia menjalani panggilan Tuhan.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 81


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

Peta 1. Dunia Para Patriarkh

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 82


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

2. Abram Mengungsi ke Mesir (12:10-20)

Peta 2. Perjalanan Para Patriarkh

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 83


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

a. Waktu Abram keluar dari tanah perjanjian, rupanya imannya menjadi lemah.
Ia menyuruh Sarai berdusta dengan berkata bahwa dia bukan isteri Abram.

b. Walaupun Abram tidak setia, Allah masih setia.

c. Ini pertama kali Abram dan keturunannya turun ke Mesir pada waktu
menghadapi kesulitan, dan Allah menyelamatkan mereka dan menolong
mereka keluar dari Mesir.

3. Abram dan Lot (13:1 – 14:24)

a. Abram dan Lot berpisah (13:1-18)

b. Rupanya Abram mengharapkan bahwa Lot yang akan menjadi keturunan


yang dijanjikan Allah, karena Sarai mandul. Tetapi Allah memutuskan
harapan itu dengan memisahkan Lot dari Abram.

• Lot memilih yang baik menurut pandangannya sendiri dan akhirnya


mengalami kehilangan segala sesuatu.

• Abram membiarkan Allah memilih yang baik baginya dan mendapat yang
sungguh baik, yaitu tanah perjanjian.
o Perjanjian akan tanah diulangi.
o Perjanjian akan keturunan diulangi.

c. Abram ditinggikan di antara bangsa-bangsa (14:1-24)

• Raja-raja daerah Sodom dikalahkan oleh raja-raja di daerah Babel (Sinar),


dan lot ikut ditangkap dan dibawa ke pembuangan oleh raja-raja itu (14:1-
12).

• Abram mengalahkan raja-raja itu dan membebaskan Lot (14:13-16).

• Dua raja menyambut Abram (14:17-24)

o Melkisedek, Raja Salam


 Ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.
Bandingkan Mazmur 110:4; Ibr. 7:1-10. Yesus adalah Imam
menurut Melkisedek, bukan menurut peraturan Harun karena
Yesus bukan dari suku Lewi.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 84


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

Siapakah Melkisedek itu? Ada 4 usulan tentang identitasnya :


1) Melkisedek adalah penampakan diri Kristus sebelum inkarnasi-
Nya.
2) Melkisedek adalah seorang bersejarah yang melambangkan
Kristus.
3) Melkisedek adalah seorang imam Kanaan.
4) Melkisedek adalah Sem.

Usulan kedua yang paling besar kemungkinannya karena gelar


untuk Allah dalam ayat 18-19 menunjukkan bahwa Melkisedek
tidak menyembah ilah Kanaan.
 Abram diberkati oleh Melkisedek.
 Abram memberi perpuluhan kepadanya.
Ini menunjukkan bahwa kedudukan Melkisedek lebih tinggi dari
Abram.

o Raja Sodom

Raja Sodom menggambarkan hal-hal duniawi. Abram tidak rela


menerima kekayaan apapun dari Raja Sodom. Allah telah menjamin
bahwa Ia akan memberkati Abram dan Abram tetap berharap pada
Tuhan. Abram dibandingkan dengan Lot yang sudah mulai
bercampur dalam hal-hal duniawi.

o Allah Yang Mahatinggi (/oyl=u#-la# [a#l-u#lyo/])

Elyon terdapat 49 kali dalam Perjanjian Lama : bersama El atau Elohim


7 kali, bersama Yahweh 2 kali, dan sebagai Elyon saja 40 kali
(kebanyakan dalam Kitab Mazmur).

Nama Elyon sering digunakan dalam konteks di mana kita melihat


Allah berhubungan dengan bangsa lain (Bil. 24:16; Ul. 32:8; Dan. 4
dan 5). Nama Elyon artinya “Allah yang atas segala allah.” Kedaulatan
Allah ditekankan. Kedudukan El-Elyon lebih tinggi dari kedudukan
allah yang disembah dalam bangsa lain dan kuasa-Nya lebih besar dari
kuasa dewa yang dipuja pada bangsa lain. Dalam Pentateuk terdapat 6
kali : Kejadian 14:18, 19, 20, 22; Bilangan 24:16; Ulangan 32:8.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 85


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

4. Perluasan Perjanjian Allah dengan Abram (15:1 – 17:27)


(tyr!B= [B=r't] = perjanjian)

a. Perjanjian diteguhkan (15:1-21)

• Dalam ayat-ayat ini untuk pertama kali kita mendapat percakapan Abram
kepada Allah (15:1-6).

o Walaupun Allah telah memberkati Abram dan telah memberi


kekayaan kepadanya, Abram masih belum mendapatkan anak. Abram
menawarkan Eliezer sebagai keturunannya.
o Allah berjanji bahwa anak kandung Abram akan menjadi ahli
warisnya.
o “Percayalah Abram kepada TUHAN …” (bnd. Rm. 4:3; Gal. 3:6; Yak.
2:23).

• Perjanjian (B=r't) dibuat di antara TUHAN dan Abram untuk


meyakinkan Abram akan kesetiaan Allah (15:7-21).

o Abram tidak ragu-ragu lagi mengenai hal keturunan, tetapi ia masih


meminta kepastian tentang tanah Kanaan. Allah memberi kepastian
dengan membuat perjanjian menurut kebiasaan orang zaman itu
(15:8).
o Upacara dengan binatang itu adalah kebiasaan yang dipakai untuk
meneguhkan perjanjian yang penting pada zaman Abram. Binatang
disembelih dan orang-orang yang membuat perjanjian berjalan di
antara potongan-potongannya. Maksud dari upacara itu adalah kalau
seorang tidak melaksanakan perjanjiannya, ia biarkan dirinya
dihukum Allah supaya ia mengalami nasib sama seperti binatang-
binatang itu (bnd. Yer. 34:18-20).
o Perjanjian akan tanah diteguhkan dan batas tanah dijelaskan lebih
mendetail (15:18-21).

b. Hagar dan Ismael (16:1-16)

• Tindakan Sarai untuk mendapat keturunan (16:1-6).

o “Adapun Sarai …” – 16:1 bnd. Kej. 3:1


Sarai menggoda Abram untuk mencari penggenapan janji Allah
(bahwa mereka akan mendapat keturunan) dengan kekuatan sendiri.
o Hagar, hambanya adalah orang Mesir (16:1, 3).
Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 86
Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

 Bandingkan Ulangan 7:1-6


Orang Israel dilarang menikah dengan orang asing.
 Sudah menjadi kebiasaan pada zaman itu untuk memberi hamba
isteri kepada si suami supaya mendapat keturunan (bnd. Yakub,
Kej. 29). Tetapi Firman Tuhan tidak memberi komentar apakah
kebiasaan ini sesuai dengan kehendak Allah.
o Sarai mengusir Hagar karena Hagar mengandung.
Walaupun Sarai mendapat keinginan hatinya (yaitu Hagar
mengandung), ternyata yang didapat bukan yang diharapkan. Manusia
yang berusaha mendapat segala sesuatu di luar Allah mengalami
kekecewaan.

• Allah dan Hagar (16:7-16)

o “Malaikat TUHAN”
Di dalam Perjanjian Lama istilah “Malaikat TUHAN” ditemukan ± 58
kali. 3 Jelas bahwa Malaikat TUHAN bukan salah satu malaikat saja,
tetapi adalah Allah sendiri. Menurut Ryrie, Malaikat TUHAN adalah
“suatu penyataan diri Yahweh sendiri, karena Ia berbicara selaku
Allah, menyamakan diri-Nya sendiri dengan Allah, dan menyatakan
memiliki hak istimewa Allah.” 4 Kebanyakan buku tafsiran
berpendapat bahwa Malaikat TUHAN adalah penyataan Tuhan Yesus
Kristus sebelum inkarnasi-Nya. 5
o Allah mencari Hagar
o Allah berfirman tentang anaknya
 Namanya Ismael
 Sifatnya akan seperti “keledai liar.”
 Allah akan membuat sangat banyak keturunannya.
Keturunan Ismael adalah bangsa Arab.
o Nama Allah : ya!r-) la# (a#l-r)a')
Artinya : a#l = Elohim, r)a' = lihat : Allah yang melihat. 6

3
Gordon Wenham, Word Biblical Commentary : Genesis 16-50 (Dallas: Word Books, 1994), 9.
4
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), 324.
5
Beberapa di antaranya adalah : Allen P. Ross, The Bible Knowledge Commentary : Old Testament,
peny. John F. Walvoord dan Roy B. Zuck (Wheaton: Victor Books, 1985), 57; Allen P. Ross, Creation &
Blessing: A Guide To The Study And Exposition of Genesis (Grand Rapids: Baker Book House, 1988), 321; John
J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian : Suatu Telaah (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2001), 202.
6
Francis Brown, S.R. Driver, Charles A. Briggs, Hebrew and English Lexicon of the Old Testament
(Oxford: Clarendon Press, 1906), 909.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 87


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

c. Sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham (17:1-27).

• Allah Yang Mahakuasa (yD^v^ la@ [a@l v^DD^y])

Istilah ini digunakan 48 kali dalam Perjanjian Lama sebagai nama Allah
(31 kali dalam Kitab Ayub). 7 Kata v^DD^y rupanya berhubungan dengan
kata dari bahasa Akkadian “sadu(m)”yang berarti “gunung.” 8 Oleh sebab
itu secara literal bisa berarti “Allah penguasa pegunungan.” 9 Jadi nama ini
menggambarkan Allah sebagai Yang Mahakuasa sedang berdiri di atas
gunung.” 10 Dalam Pentateuk : Kejadian 17:1; 28:3; 35:11; 43:14; 48:3;
Kel. 6:3.

• “Perjanjian sunat”

Perjanjian sunat bukanlah perjanjian yang baru di antara Tuhan dan


Abram, tetapi menekankan salah satu aspek dari perjanjian yang pertama,
yaitu keturunan yang akan menjadi “sangat banyak.” (aspek yang
ditekankan dalam pasal 15 adalah tanah)

• Nama Abram diubah menjadi Abraham


Abraham artinya bapa sejumlah besar bangsa.

• Sunat : kewajiban Abraham, yang menjadi tanda perjanjian (Kej. 17:9-14)

• Abraham tertawa

• Abraham sujud menyembah waktu mendengar perjanjian bahwa TUHAN


“akan membuat engkau sangat banyak” (17:2-3). Abraham tidak tertawa
pada waktu itu karena ia sungguh percaya bahwa Allah akan memenuhi
perjanjian itu. Tetapi waktu ia mendengar cara yang Allah akan gunakan,
yaitu melalui Sarai, ia tertawa.

7
R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke, Theological Wordbook of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.
8
Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old Testament,
CD ROM BibleWorks 9.
9
Reinhard Achenbach, Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2012), 28.
10
Ryrie, Teologi Dasar 1, 62.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 88


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

Rupanya Abraham masih berharap Allah akan memilih Ismael untuk


menggenapi perjanjian itu. Atau mungkin ia membayangkan bahwa Allah
akan member isteri yang lain. Tetapi untuk percaya bahwa Sarai, yang
selama hidupnya mandul dan sekarang sudah mati haid akan melahirkan,
tidak mungkin! Itulah yang melebihi dari imannya. Jadi ia tertawa.

5. Abraham, Lot dan Sodom (18:1 – 19:38)

a. Allah berbicara dengan Abraham (18:1-33)

• Perjanjian akan kelahiran Ishak (18:1-15)

o “TUHAN menampakkan diri kepada Abraham” – 18:1


Bagaimana cara Allah menampakkan diri-Nya kepada Abraham?
Melalui 3 orang yang datang.
o “Sara telah mati haid” – 18:11
Jelas dari ayat ini bahwa sudah mustahil dari kebiasaan manusia untuk
Allah memenuhi perjanjian-Nya bahwa Sara akan melahirkan seorang
anak. Jika hanya mandul sekian tahun, masih ada kemungkinan
melahirkan seorang anak. Tetapi Allah menunggu sampai saat ini
supaya kuasa-Nya Nampak kepada semua orang.

• Orang yang benar akan diselamatkan (18:16-33)

o Mengapa Allah memberitahukan Abraham bahwa Ia akan


memusnahkan Sodom dan Gomora? (18:17-21)
 Sebab Allah telah memilih Abraham supaya ada hubungan
istimewa di antara Abraham dan Allah.
 Supaya Abraham bisa mengajar anak-anaknya mengenai sifat Allah.
o Doa syafaat Abraham dan jawabannya (18:22-33)
Jawaban Allah kepada permohonan Abraham adalah : sebab Allah
adil, Ia tidak akan membunuh orang yang benar bersama dengan
orang yang jahat. (Perhatikan! Meskipun Abraham tidak menyebut
nama Lot dalam doanya, Allah tetap menyelamatkannya)
 Jika ada 10 orang benar di dalam kota Sodom, Allah tidak akan
memusnahkannya.
Penerapan : Kebenaran orang benar akan menjadi saluran
anugerah Allah kepada orang berdosa.
 Tidak ada 10 orang yang benar di dalam Sodom, jadi kota tetap
dimusnahkan karena kejahatannya. Tetapi Allah masih
menyelamatkan orang yang benar (yaitu Lot).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 89


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

Perhatikanlah juga bahwa kota Zoar diselamatkan karena Lot.

b. Sodom dan Gomora dimusnahkan (19:1-29)

• Kejahatan Sodom

o Dosa homoseksual
o Melakukan yang jahat kepada para pendatang

• Reaksi Lot

Lot berusaha melindungi 2 orang tamunya, tetapi dia sudah dipengaruhi


oleh lingkungannya supaya ia rela menyerahkan anak-anaknya kepada
orang jahat (ayat 8).

• Sodom dimusnahkan

o Perhatikanlah bahwa Sodom tidak dapat dimusnahkan sebelum Lot


keluar.
o Isteri Lot “menoleh ke belakang” (ayat 26) dan ikut kena hukuman
(bnd. Ayat 17).

c. Lot dan kedua anaknya perempuan (19:30-38)

• Lot, yang dulu diberkati selama ia hidup bersama Abraham, sekarang


kehilangan semua berkatnya, bahkan anaknya perempuan sudah
dipengaruhi oleh lingkungan Sodom untuk melakukan yang jahat.
Meskipun ada anugerah dari Tuhan, masih ada akibat dosa kepada orang
yang tidak waspada.

• Bangsa Moab dan bangsa Amon berasal dari Lot.

6. Abraham dan Abimelekh (20:1-18)

a. Abimelekh adalah raja dari orang Filistin, dan kota Gerar adalah ibukota
orang Filistin pada zaman itu (20:1).

b. Meskipun Abimelekh tidak salah, bahkan ditipu oleh Abraham, TUHAN


Allah masih memakai Abraham sebagai saluran berkat bagi Abimelekh.
Perhatikanlah ayat 7 dan 17, di mana Allah mengabulkan doa Abraham.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 90


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

7. Abraham dan Ishak (21:1 – 22:24)

a. Kesetiaan Allah dalam kelahiran Ishak (21:1-7)


Perjanjian Allah kepada Abraham digenapi tepat sesuai dengan janji-Nya.
Abraham berumur 100 tahun waktu Ishak lahir, dan Ismael berumur 13
tahun.

b. Hagar dan Ismael (21:8-21)


Meskipun Ismael diusir, ia masih dijaga dan diberkati oleh Allah sebab
hubungannya dengan Abraham (ayat 13).

c. Abraham di Bersyeba (21:22-34)


Perhatikanlah bahwa Abraham masih “tinggal sebagai orang asing di negeri
orang Filistin” (ayat 34). Bandingkan Ibrani 11:8-13.

d. Kepercayaan Abraham diuji (22:1-24)

• “Allah mencoba Abraham …” – 22:1

Allah tidak mencoba Abraham supaya berbuat jahat (bnd. Yak. 1:13),
tetapi untuk meneguhkan kepercayaannya. Allah tidak bermaksud supaya
Abraham mempersembahkan Ishak, tetapi hanya supaya ketaatan
Abraham dibuktikan.

• Perjanjian diulangi (22:15-19)

• Keturunan Nahor (22:20-24)

Maksud ayat-ayat ini ialah menjelaskan hubungan di antara Ribka dan


Ishak. Perhatikanlah bahwa ibu Ribka adalah Milka, isteri Nahor, dan
bukan Remua, gundik Nahor.

8. Akhir Hidup Sarah dan Abraham (23:1 – 25:11)

a. Kematian Sarah (23:1-20)

Perhatikanlah bahwa Abraham tidak rela menerima berkat dari orang Kanaan
(bnd. Kej. 14:23). Tanah yang dibeli di sini menjadi tempat kuburan bagi
Abraham, Ishak, Ribka, Lea dan Yakub.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 91


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

b. Isteri dicari bagi Ishak (24:1-67)

• Isteri Ishak tidak boleh dari antara anak perempuan Kanaan (ayat 3).
Lihat Kejadian 9:25-27 dimana Kanaan dikutuk.

• Ishak harus tetap di tanah perjanjian (ayat 6-7). Abraham berusaha supaya
Ishak, anak perjanjian, akan tetap hidup dalam hubungan yang baik
dengan Allah.

• Tuhan menyediakan isteri bagi Ishak (ayat 7-67).

c. Anak-anak lain dari Abraham (25:1-6)

• Abraham mendapat keturunan lain yang menjadi bangsa masing-masing,


yang memenuhi perjanjian Tuhan bahwa dari keturunannya akan datang
banyak bangsa.

• Tetapi hanya Ishak yang menerima perjanjian yang diberikan kepada


Abraham (lihat Kej. 25:11).

d. Kematian Abraham (25:7-11)


Abraham mencapai umur 175 tahun.

9. Keturunan Ismael (25:12-18)


Tempat kediaman keturunan Ismael adalah ke Timur dari Mesir, dalam daerah
Syur.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 92


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

B. Ishak (Pasal 25:19 – 27:46)

1. Keturunan Ishak (25:19-34)

a. Ribka mandul seperti Sara (25:21)

Tuhan mengabulkan doa Ishak supaya Ribka mengandung. Seperti Abraham


sebelumnya, Ishak juga mendapat keturunan menurut perjanjian Allah, dan
bukan melalui usaha manusia.

b. “Anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya” – 25:22

Permusuhan di antara Ykub dan Esau mulai sebelum mereka lahir. Mereka
mengulangi tema permusuhan di antara saudara-saudara yang mulai dengan
Kain dan Habel dan yang selesai (dalam Kitab Kejadian) dengan Yusuf dan
kakak-kakaknya.

c. “Anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda” – 25:23

Inipun mengulangi tema dalam Kejadian yang sudah dilihat dengan Kain dan
Habel, Ishak dan Ismael, dan akan dilihat lagi dengan Yusuf dan kakak-
kakaknya. Allah menunjukkan kasih karunia-Nya menurut kehendak-Nya,
bukan menurut cara keturunan yang biasa.

d. “Esau memandang ringan hak kesulungan …” – 25:34

• Hak kesulungan adalah hak anak sulung untuk mendapat warisan harta
benda dua kali lipat (1 Taw. 5:2).

• Esau disalahkan di sini karena ia tidak menganggap penting hak


kesulungan. Yakub benar dalam hal mengindahkan hak kesulungan,
meskipun ia memakai tipu daya untuk mendapatkannya.

2. Ishak dan Abimelekh (26:1-35)

Tuhan menampakkan diri kepada Ishak dan mengulangi perjanjian yang dibuat
dengan Abraham. Dalam pasal ini kita melihat bahwa :
a. Allah memberkati Ishak sama seperti Ia memberkati Abraham.
b. Ishak masih tetap sebagai orang asing di dalam tanah perjanjian.
c. Bangsa lain (Filistin di sini) mendapatkan pemberkatan TUHAN melalui
hubungan yang baik dengan Ishak (bnd. Kej. 12:3)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 93


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

3. Ishak Memberkati Yakub (27:1-40)

a. Berkat

Berkat di sini mencakup silsilah Mesias dan kekuasaan pemerintahan Anak


yang diberkati oleh Ishak akan menjadi waris perjanjian yang diberikan
kepada Abraham dan Ishak.

Rupanya Ishak mendapat kuasa untuk memberkati anaknya sesuai dengan


janji Tuhan kepada Abraham yang diulangi kepada Ishak, yaitu bahwa
mereka menjadi saluran berkat bagi orang lain.

b. Tipu daya Yakub dan Ribka

Allah telah berjanji kepada Ribka bahwa “anak yang tua akan menjadi hamba
kepada yang muda” (Kej. 25:23). Tetapi tidak ada satu orang dalam cerita ini
yang menantikan TUHAN melaksanakan rencana-Nya. Semuanya berusaha
mencapai rencananya masing-masing dalam kekuatan sendiri. Ribka
mengindahkan Yakub lebih dari Esau, dan Ishak mengutamakan Esau. Ribka
dan Yakub bekerja sama menipu Ishak untuk mencapai tujuan mereka. Ishak,
meskipun sudah mengetahui janji Tuhan (Kej. 25:23), masih berusaha
memberkati Esau lebih dari pada Yakub.

Walau satu orangpun tidak mengindahkan Tuhan, rencana Tuhan masih


berjalan. Yakub diberkati lebih dari pada Esau, sesuai dengan perjanjian
Tuhan. Tetapi karena Yakub memakai tipu daya dan tidak menantikan
Tuhan, ia beroleh hasil, yaitu permusuhan dengan Esau yang memaksa dia
melarikan diri supaya tidak dibunuh.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 94


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

C. Yakub (Pasal 27:41 – 36:43)

1. Yakub Melarikan Diri dari Kanaan (27:41 – 30:43)

a. Alasan Yakub melarikan diri

• Esau mau membunuhnya (27:41-46)


Tindakan Esau ini sama seperti tindakan Kain kepada Habel.

• Untuk mendapat isteri yang bukan orang Kanaan (28:10-15)

b. Yakub di Betel

• Perjanjian Tuhan kepada Yakub (28:10-15)

TUHAN membuat perjanjian kepada Yakub di Betel, dekat pada tempat


Abraham membangun mezbah yang pertama (Kej. 12:8). Perjanjian
Abraham diteruskan kepada Yakub dalam 3 aspek :
1) Tanah perjanjian
2) Keturunan yang berjumlah banyak
3) Berkat kepada semua bangsa

• Nazar Yakub (28:16-22)

Yakub bernazar bahwa jika Allah menepati janji-Nya, maka :


o Yakub akan menerima Yahweh sebagai Allahnya.
o Yakub akan member perpuluhan kepada Yahweh.
Iman Yakub belum sempurna, karena ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi Allah. Tetapi janji Allah tidak tergantung kepada perbuatan
Yakub.

c. Yakub di rumah Laban (29:1 – 30:43)

• Yakub berjumpa Rahel dan keluarganya (29:1-14)

Allah menyertai Yakub supaya ia datang kepada sumur di mana ia bisa


bertemu dengan Rahel, saudara sepupunya (bnd. Kej. 24).

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 95


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

• Yakub menikahi Lea dan Rahel (29:15-30)

Dengan Laban, Yakub berjumpa seorang yang lebih licik daripada Yakub
sendiri. Yakub menipu ayahnya supaya yang bungsu mendapat berkat
kesulungan. Di sini Laban menipu Yakub supaya ia tidak mendapatkan
anaknya yang bungsu, tetapi mendapat yang sulung sesuai dengan
kebiasaan (ayat 26). Sesuai dengan kebenaran dalam Galatia 6:7, Yakub
menuai apa yang telah dia tabur.

“Tujuh hari perkawinanmu” (ayat 27) berkenaan dengan perayaan


pernikahan yang berjalan selama 7 hari (bnd. Hak. 14:12). Laban
memohon agar Yakub meneruskan rencananya itu tanpa membantah dan
Laban berjanji akan memberikan kepadanya Rahel juga secara diam-diam
pada akhir perayaan itu.

Menurut ayat 28 dan 30, setelah 7 hari perkawinan itu, Laban


memberikan Rahel juga kepada Yakub. Kemudian ia bekerja 7 tahun lagi
sebagai upah untuk mendapatkan Rahel.

• Keluarga Yakub bertambah besar (29:31 – 30:24)

Allah meneruskan pendidikan Yakub melalui Lea dan Rahel. Yakub harus
mengerti bahwa berkat Allah tidak bisa didapat melalui tipu daya dan
usaha manusia. Rencana Yakub ialah mendapatkan keturunan dari Rahel,
tetapi Rahel mandul. Jadi Yakub terpaksa mengakui bahwa dia tidak
mampu berbuat apa-apa untuk membantu Rahel (30:1-2). Jelas bahwa
Tuhan akan member anak menurut rencana-Nya, dan bukan menurut
rencana Yakub.

Rahel, pilihan Yakub, mandul. Lea, yang tidak dicintai, dipilih oleh Allah
untuk mendapat keturunan yang akan meneruskan berkat, yaitu Yehuda
(29:35). Akhirnya Rahel melahirkan Yusuf, yang menjadi anak kekasih
Yakub.

• Yakub memperoleh ternak (30:25-43)

o Sesuai dengan perjanjian kepada Abraham (Kej. 12:3), Laban


mendapat berkat karena hubungannya baik dengan Yakub (27)
o Rupanya Yakub sudah sadar akan kelicikan Laban, supaya ia memilih
sebagai upahnya ternak yang berbintik-bintik dan berbelang-belang.
Perbedaan di antara ternak Laban dan ternak Yakub akan jelas kepada

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 96


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

semua orang, supaya tidak mungkin Laban nanti merampasnya


kembali.
o Tuhan memberkati Yakub supaya ia memperoleh banyak ternak.
Walaupun Yakub masih berusaha memakai kepandaian sendiri untuk
mendapat hasil (ayat 37-43), jelas dari pasal 31:5-9 bahwa hasilnya itu
datang dari Allah.

2. Yakub Kembali ke Kanaan (31:1 – 33:20)

a. Yakub meninggalkan Laban (31:1-55)

• Yakub berangkat sebab :


o Laban dan anak-anaknya mulai merasa iri hati terhadapnya (31:1-2)
o Tuhan menyuruh dia pulang (31:3)

• Lea dan Rahel siap mengikuti Allah (31:16)

• Mengapa Rahel mencuri dewa-dewa ayahnya (ayat 19), dan mengapa


Laban merasa bahwa dewa-dewanya sangat penting?
Rupanya ada hubungan dengan hak waris. Howard F. Vos menuliskan
berdasarkan yang tertulis dalam lempengan tanah liat Nuzi :

“Memiliki dewa-dewa penunggu rumah ayahnya adalah penting dalam hal


warisan. Di daerah tempat tinggal Laban, seorang menantu laki-laki yang
memiliki berhala keluarga dapat menghadap pengadilan dan menuntut haknya
atas tanah milik ayah mertuanya. 11

• Meskipun tujuan Rahel membawa berhala itu bukan supaya dia bisa
menyembahnya, Firman Tuhan jelas sekali bahwa Rahel yang bertindak,
bukan Yakub. Yakub, yang menyembah Yahweh, sama sekali tidak
bercampur dengan berhala.

b. Perdamaian dengan Esau (32:1 – 33:20)

• Persiapan Yakub (32:1-21)

Yakub patut takut menghadapi Esau karena Esau sudah berjanji akan
membunuhnya. Jadi Yakub membuat 2 hal :

11
Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992), 93.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 97


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

o Berdoa kepada Tuhan (32:9-12)


Dalam ketakutan, Yakub mohon pertolongan dari Tuhan. Kita
melihat ada kemajuan dalam iman Yakub. Sebelum ini Yakub hanya
bersandar pada kemampuan sendiri. Baru kali ini kita melihat ia
berdoa supaya Tuhan melindunginya.
o Membuat rencana untuk memenangkan Esau (32:13-21)
Meskipun Yakub berdoa, masih Nampak sifatnya sebagai orang yang
selalu berusaha dalam kekuatannya sendiri. Dia membuat rencana dan
persiapan luar biasa untuk memenangkan Esau.

• Pergumulan Yakub dengan Allah (32:22-32)

Dalam kisah ini kita melihat ringkasan dari seluruh hidup Yakub : ia
selalu bergumul untuk mendapat berkat dari Allah. Abraham bersandar
dalam iman dan juga diberkati. Yakub tidak bisa bersandar, selalu harus
memakai akal dan kekuatannya sendiri. Yang mengherankan bahwa
Yakub menang. Jelas bahwa Allah, dalam anugerahnya, menyerah lebih
dahulu.

Tetapi oleh karena Yakub dibuat menjadi pincang lalu meminta berkat-
Nya, maka ia diberi nama baru (Israel, yang artinya “ia bertekun bergumul
dengan Allah”) dan diberkati (bnd. Hos.. 12:3-5).

• Esau senang menerima Yakub kembali (33:1-20)

Akhirnya, doa Yakub yang berhasil. Semua usaha Yakub untuk


mendamaikan amarah Esau percuma. Allah telah bekerja mengubah hati
Esau terhadap Yakub. Rupanya Yakub tidak pernah belajar bahwa lebih
baik berharap kepada Tuhan daripada berusaha sendiri.

3. Yakub Tinggal di Kanaan (34:1 – 37:2a)

a. Yakub di Sikhem (34:1-31)

Dalam pasal 34 Dina, anak perempuan Yakub dan Lea (30:21), menjadi pusat
ceritanya. Sikhem, anak raja dari bangsa Hewi, mengambil Dina sebagai
isterinya. Sikhem rupanya sungguh mencintai Dina, tetapi kelakuannya
terhadap dia menghina Dina dan semua keluarga Yakub.

Dalam konteks kitab Kejadian, kita melihat bahwa ada bahaya yang lebih
besar dalam perkara ini, yaitu bahwa keturunan perjanjian, yaitu anak-anak

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 98


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

Yakub, akan menjadi “satu bangsa” (ayat 16, 22) dengan orang Kanaan.
Tanda sunat telah diberi untuk menguduskan keturunan Abraham supaya
menjadi tetap lain daripada bangsa-bangsa Kanaan. Tetapi anak-anak Yakub
memakai sunat untuk menggabungkan dan menjadi satu dengan bangsa
Kanaan.

Jelas bahwa rencana ini bertentangan dengan rencana Allah (Kej. 24:3;
28:10).

Dua anak Yakub, Lewi dan Simeon, mengikuti teladan ayahnya. Mereka tidak
lari kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan bergerak mengatasi halangan ini
sesuai dengan rencana-Nya. Melainkan mereka bergiat menurut kelicikan dan
kepandaian sendiri. Mereka menipu Sikhem dan membunuh dia dan semua
orang dalam kotanya. Hasilnya ialah nama yang busuk di antara orang
Kanaan.

Melalui kisah ini kita melihat bahwa rencana Tuhan akan terus berjalan.
Tetapi keluarga Yakub masih berusaha melakukan rencana Tuhan dengan
cara mereka yang bertentangan dengan cara Allah. Meskipun rencana Tuhan
tercapai, dua anak Yakub masih menerima akibat kelakuannya yang jahat
(lihat Kej. 49:5-7).

b. Yakub kembali ke Betel (35:1-15)

Allah menyatakan dirinya sekali lagi kepada Yakub di Betel. Yakub dan
rombongannya menguduskan dirinya kepada Allah, dan Allah mengulangi
perjanjian-Nya kepada Yakub.

c. Rahel dan Ishak meninggal (35:16-29)

Ruben anak sulung telah berdosa karena tidur dengan Bilha, gundik ayahnya
(35:22). Dengan ini, anak pertama, kedua dan ketiga dari Yakub sudah
bertengkar dengan ayahnya. Anak yang keempat ialah Yehuda (35:23), yang
menjadi jalur perjanjian Mesias.

d. Keturunan Esau (36:1-43)

Perhatikan bahwa Esau, seperti Ismael, mendapat keturunan yang menjadi


bangsa yang besar, yaitu Edom. Perjanjian Allah kepada Abraham bahwa ia
akan menjadi bapa dari banyak bangsa digenapi juga dalam Esau. Tetapi

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 99


Eksposisi Kejadian Permulaan Umat Allah

keturunan Esau bukan keturunan perjanjian khusus. Sebab itu, Esau pindah
ke daerah Seir (ayat 7-8), dan Yakub tetap di dalam tanah perjanjian.

D. Yusuf (Pasal 37:1 – 50)

1. Kecurangan Keluarga Yusuf (37:1 – 38:30)


1. Yusuf Dibenci Saudara-saudaranya (37:1-11)
2. Yusuf Dijual ke Mesir (37:12-36)
3. Yehuda dan Tamar (38:1-30)
2. Pemuliaan Yusuf (39:1 – 41:57)
1. Yusuf di Rumah Potifar (39:1-23)
2. Yusuf dalam Penjara (40:1-23)
3. Yusuf Menafsirkan Mimpi Firaun (41:1-36)
4. Yusuf Dimuliakan di Mesir (41:37-57)
3. Yusuf Menyelamatkan Keluarga Yakub (42:1 – 50:26)
1. Yusuf Bertemu dengan Saudara-saudaranya (42:1 – 45:28)
2. Yakub Pindah ke Mesir (46:1 – 47:12)
3. Yusuf Mempersiapkan Mesir Menghadapi Kelaparan (47:13-26)
4. Akhir Hidup Yakub (47:27 – 50:14)
5. Yusuf Memaafkan Saudara-saudaranya (50:15-21)
6. Akhir Hidup Yusuf (50:22-26)

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 100


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

BAGIAN KELIMA :

TEOLOGI KITAB KEJADIAN

PENCIPTAAN DAN TUJUANNYA

A. Sang Pencipta
1. Allah adalah Mahabesar.
Tidak ada pembelaan diberikan berkaitan dengan keberadaan Allah. Catatan
tentang Dia hanyalah, “pada mulanya adalah Allah.” Keberadaan Allah hanya
diasumsikan ada. Ia menyatakan diri-Nya sebagai Elohim. Kata ini berkaitan
dengan nama El, yang berakar pada kata “kuasa” atau “takut.” Hal itu
mengartikan “Kebesaran Allah atau superioritas-Nya atas ilah-ilah lain.” Nama
Elohim menyatakan Allah sebagai “subyek dari semua aktivitas ilahi yang
dinyatakan kepada manusia dan Allah sebagai obyek dari semua penghormatan
dan ketakutan dari manusia.” Nama itu menekankan kedaulatan-Nya (Kej. 24:3;
Yes. 37:16; 54:5); Peran-Nya sebagai Hakim (Mzm. 50:6; 58:11; 75:7); Kemuliaan-
Nya (Yes. 40:28; 65:16); Peran-Nya sebagai Allah Sang Juruselamat (Kej. 17:8;
26:24; 28:13); dan Keintiman dengan umat-Nya (Kej. 48:15; Mzm. 4:2; Yer.
23:23).
2. Allah itu transenden dan imanen.
Bersamaan dengan penyataan Allah tentang diri-Nya sebagai Allah yang
transenden, Ia juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang imanen, yang
berusaha untuk bersekutu dengan manusia. Ia mengakui penciptaan manusia
sebagai amat baik (Kej. 1:31); Ia menciptakan berdasarkan gambar dan rupa-Nya
sehingga Ia dapat berelasi dengan manusia dan manusia berkuasa di atas bumi
(Kej. 1:26); Ia berbicara dengan manusia (Kej. 1:28-30); Ia menciptakan suatu
lingkungan secara khusus untuk manusia (Kej. 1:3-25, 29-30); Ia menguji
kesetiaan manusia (Kej. 2:16-17); Ia mencari manusia (Kej. 3:9).

B. Penciptaan Dunia
1. Dunia diciptakan Allah dari mulanya.
“Pada mulanya” menjelaskan waktu penciptaan Allah. Ini bukan mitos, tetapi ini
merupakan peristiwa sejarah. Kejadian 1:1 memberikan pernyataan utama
dengan tiga anak kalimat sirkumstansial yang mengikutinya di ayat 2. Tiga anak
kalimat itu menyatakan bahwa tidak ada gap antara Kejadian 1:1 dan 1:2.
2. Dunia diciptakan Allah dari yang tidak ada.

Samgar Setia Budhi, Th.M 101


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

Kata “menciptakan” (bhs. Ibrani : bara) menyatakan Allah menciptakan dalam


arti ex nihilo, yaitu “dari yang tidak ada.” Penciptaan ini bukan merupakan
perevisian dari materi yang sudah ada sebelumnya (lihat Rm. 4:17; Ibr. 11:3).
3. Dunia diciptakan selama 6 hari, 24 jam tiap hari.
Hari-hari penciptaan diakhiri dengan pernyataan “ini adalah malam dan ini
adalah pagi,” yang menunjukkan waktu 24 jam sehari. Pernyataan-pernyataan
hari “kedua”, “hari ketiga”, juga menuntut waktu 24 jam sehari. Catatan tentang
penciptaan merupakan suatu penyangkalan terhadap berbagai bentuk evolusi,
baik ateistik, teistik, atau di antaranya. Apabila manusia adalah produk dari
proses evolusi maka manusia secara moral tidak bertanggung jawab kepada Allah.
Apabila, memang sebenarnya, Allah menciptakan manusia, maka manusia
bertanggungjawab kepada Allah yang menciptakan manusia supaya ia berjalan
dalam kekudusan untuk dapat bersekutu dengan Allah.
4. Dunia diciptakan Allah untuk kemuliaan-Nya.
Apakah tujuan dari penciptaan? Tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa kebesaran,
kehebatan, kemegahan penciptaan adalah untuk kemuliaan Allah.

C. Penciptaan Manusia
1. Allah menciptakan manusia secara unik.
Manusia diciptakan pada hari terakhir, sebagai puncak dari penciptaan Allah.
Pada kesimpulan dari penciptaan manusia, Allah mencatat, “itu adalah amat
baik” (kej. 1:31). Manusia bukan produk evolusi tetapi penciptaan langsung oleh
Allah (Kej. 1:27; 2:7; 5:1; Ul. 4:32). Kejadian 1:27 memberikan pernyataan
umum, sedangkan Kejadian 2:7 memberikan rincian tambahan dari peristiwa
yang sama. Pengakuan Kristus bahwa Allah menciptakan manusia secara
langsung perlu diperhatikan (Kej. 1:27).
2. Allah menciptakan manusia secara khusus.
Allah juga menciptakan setiap makhluk secara individu (Kej. 1:27). Namun,
manusia memiliki kekhususan yang signifikan, yaitu Allah menciptakan manusia
menurut Gambar dan Rupa-Nya. Hal itu tidak menunjuk pada bentuk fisiknya,
oleh karena Allah adalah Roh (Yoh. 4:24), tetapi keserupaan dalam spiritual,
natural, dan moral. Dalam keserupaan spiritualnya, manusia sebagai keberadaan
yang telah diregenerasikan dimungkinkan untuk memiliki persekutuan dengan
Allah (Ef. 2:1, 5); dalam keserupaannya secara natural, manusia memiliki akal
budi, emosi, dan kehendak untuk mengetahui dan berkomunikasi dengan Allah;
dalam keserupaan moralnya, manusia dapat mengetahui dan mentaati presepsi
Allah.

Samgar Setia Budhi, Th.M 102


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

D. Tanggung Jawab Manusia


1. Manusia bertanggung jawab untuk berkuasa atas ciptaan.
Tujuan Allah menciptakan manusia dinyatakan di Kejadian 1:26, “biarlah
mereka berkuasa.” Allah menempatkan manusia di taman untuk memerintah
atas ciptaan-Nya. Adam adalah pengantara Allah, ditempatkan di atas bumi
untuk melaksanakan kehendak-Nya di atas bumi. Takdir manusia sebagai
pengantara Allah dapat dilihat lebih jauh di Mazmur 8:6-7. Sebagai pengantara
Allah, Adam harus melaksanakan otoritas atas semua ciptaan, yaitu kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Adam harus berkuasa atas ciptaan.
2. Manusia bertanggung jawab untuk taat kepada Allah.
Allah menempatkan manusia dalam suatu lingkungan yang sempurna dan
memberikannya suatu ujian. Ini merupakan ujian yang berkaitan dengan
kesetiaan dan ketaatan Adam kepada Allah. Manusia diperbolehkan untuk
memakan dari pohon mana saja di taman tetapi tidak boleh dari pohon
pengetahuan baik dan jahat (Kej. 2:17). Apabila ia melakukannya, maka
akibatnya ia akan mati. Pohon pengetahuan baik dan jahat bertujuan untuk
menumbuhkan manusia secara spritual; bukan untuk memiliki pengetahuan
sebagai tanda dari ketidakmatangan (Ul. 1:39). Tujuan Allah adalah supaya
manusia mendapat suatu pengetahuan baik dan jahat melalui tidak memakan
buahnya. Dengan jalan ini manusia akan memuliakan Allah, dan manusia akan
memerintah di kerajaan Allah di atas bumi dalam keadaan yang tidak jatuh.
Tetapi manusia tidak taat kepada Allah dan mendapatkan pengetahuan baik dan
jahat dengan cara yang salah.

KEJATUHAN DAN PENGHAKIMAN

A. Pencobaan dan Dosa


Pembujukan untuk berdosa datang pada Hawa melalui ular. Fakta bahwa ular dapat
mencobai Hawa menunjukkan kehadiran si jahat (meskipun manusia belum jatuh
ke dalam dosa). Meskipun demikian tetap menjadi teka-teki dari mana asalnya dosa;
ini merupakan salah satu misteri dalam kehidupan. Meskipun ular yang berbicara,
sebenarnya Setan yang menjadi perancang dari pencobaan itu. Kemungkinan besar
oleh karena ia “cerdik” (“pandai”, Mat. 10:16). Ular melawan kemuliaan Allah dan
berusaha untuk merusak persekutuan manusia dengan Allah dan penguasaan
manusia atas ciptaan Allah. Setan, melalui, membangkitkan keraguan atas
perkataan Allah (Kej. 1:31); ia berbohong dengan mengatakan bahwa manusia tidak
akan mati (Kej. 3:4), mengekspresikannya dengan istilah yang kuat, “kamu pasti
tidak akan mati!” Hawa tunduk pada pencobaan itu, berdosa dengan cara yang
biasa bagi umat manusia; melalui hawa nafsu dari daging, hawa nafsu dari mata,
dan kesombongan hidup (lihat 1 Yoh. 2:16). Adam juga berperan serta dalam dosa,

Samgar Setia Budhi, Th.M 103


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

meskipun Hawa yang tertipu (1 Tim. 2:14), Adam menyadari apa yang sedang
dilakukannya, dengan demikian hukumannya lebih besar. Dengan alasan ini Adam
dinyatakan sebagai orang pertama yang berdosa (Rm. 5:12-21).

B. Penghakiman
Adam dan Hawa sekarang memiliki pengetahuan yang baik dan yang jahat tetapi
bukan dengan cara yang semestinya. Akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada
perintah Allah tersebut adalah :

1. Mereka menjadi malu.


Secara langsung dunia di sekitar mereka terlihat berbeda; mereka menyadari
ketelanjangan mereka, sesuatu yang mereka tidak pertimbangkan sebelumnya
(Kej. 3:7).
2. Mereka menjadi takut.
Pikiran mereka menjadi tertutup dan menghalangi persekutuan mereka dengan
Allah.
3. Mereka dihukum Allah.
Allah memanggil Adam, pengantara kebenaran-Nya, untuk bertanggungjawab
(Kej. 3:9). Adam sebagai kepala dari umat manusia sedang diminta
pertanggungjawabannya.
a. Penghakiman atas ular dan Setan (Kej. 3:14-15)
Oleh karena ular itu berusaha untuk meninggikan dirinya, maka ia akan
direndahkan, menjalar dengan perutnya, makan debu dalam perjalanannya.
Kejadian 3:15 harus dimengerti dalam hubungannya dengan Setan.
Meskipun ia akan mendapat kemenangan minor, benih dari perempuan
(Kristus) akan mengalahkan Setan dengan tipuan kematian.
b. Penghakiman atas perempuan (Kej. 3:16)
Perempuan akan mengalami kesakitan pada waktu melahirkan dan berahi
pada suaminya yang akan berkuasa atasnya.
c. Penghakiman atas Adam (Kej. 3:17-19)
Adam akan bekerja dengan susah payah; tanah akan melawan dia. Berita yang
tragis menunggu Adam: kematian akan muncul. Adam dan Hawa akan mati
baik secara fisik maupun secara spiritual.

C. Janji Penebusan
1. Allah mengumumkan permusuhan.
Di Kejadian 3:15 Allah mengumumkan permusuhan yang akan terjadi antara
Setan dan umat manusia. Ini adalah protoevangelium, pemberitaan pertama
tentang Injil di Kitab Suci. Ini menunjuk kepada kemenangan Kristus atas Setan
di kayu salib (Kol. 2:14-15; Ibr. 2:14). Pada saat itu Kristus akan menunjukkan
ketidakberdayaan Setan, dan memampukan manusia untuk selamanya

Samgar Setia Budhi, Th.M 104


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

dipulihkan hubungannya dengan Allah, dan memungkinkan akhirnya sebagai


yang berdaulat. Setan akan mendapatkan sedikit kemenangan (“kamu akan
melukai tumitnya”), menunjukkan kematian Kristus, namun demikian, kematian
itu akan membuat kekalahan Setan.
2. Allah akan menyediakan Juruselamat bagi manusia.
Meskipun Adam dan Hawa telah berdosa, dan mengakibatkan kematian, Allah
bergerak untuk menyelesaikan dilema manusia dengan menunjuk pada
Juruselamat yang akan datang untuk menghapus kematian, memulihkan orang
percaya pada persekutuan dengan Allah, dan mengakhiri sejarah dengan
pemerintahan Mesias atas bumi untuk memulihkan semua yang terhilang karena
Adam.
3. Allah akan memulihkan otoritas manusia.
Meskipun Adam kehilangan cukup besar berkaitan dengan otoritas dalam
memerintah kerajaannya sebagai pengantara Allah, Kejadian 3:15 melihat pada
masa yang akan datang pada waktu kerajaan Mesianik akan dimulai, serta
memulihkan apa yang telah dihilangkan oleh Adam.

ORANG KANAAN DAN ORANG SET

1. Pemisahan antara garis keturunan Kain dan garis keturunan Set.


Periode Nuh memperlihatkan degradasi dan kemerosotan umat manusia. Masa ini
ditandai dengan pemisahan antara garis keturunan Set yang saleh dengan garis
keturunan Kain yang tidak saleh.; dua cabang yang berbeda dari umat manusia
sedang berlangsung. Periode ini dapat dikarakteristikkan sebagai penjelasan tentang
perkembangan alamiah dari umat manusia.
2. Manusia cenderung untuk berbuat dosa.
Kemunduran yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berdosa selama periode
ini dimulai sejak Kain membunuh Habel (Kej. 4:1-8). Kain menjadi marah pada
waktu Allah menerima persembahan Habel yang mempersembahkan korban yang
lebih baik, di mana ia mempersembahkannya dengan iman (Ibr. 11:4). Tuhan
memperingatkan Kain akan dosa “yang mengintip di depan pintu” (Kej. 4:7).
Dengan tindakan yang terencana, Kain membunuh Habel adiknya dan ia lalu diusir
oleh Tuhan (Kej. 4:8-11). Tanah yang telah menerima darah orang yang tak
bersalah dari Habel sekarangh akan menolak Kain; dengan susah payah ia baru
akan mendapatkan hasil dari tanah itu (Kej. 4:12).
3. Berkembang peradaban baru.
Sejak tindakan pembunuhan oleh Kain, suatu peradaban baru berkembang.
Kehidupan perkotaan muncul (Kej. 4:16-17), poligami terjadi (Kej. 4:19), kesenian
berkembang (Kej. 4:21), penggunaan metal memajukan peralatan manusia (Kej.
4:22), tetapi kejahatan pun sangat nyata (Kej. 4:23). Kelihatannya dalam

Samgar Setia Budhi, Th.M 105


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

perkembangan peradaban, manusia berusaha untuk meminimalisasikan akibat dari


kutuk dosa tanpa melibatkan Allah.
4. Garis keturunan orang-orang saleh.
Kejadian 5 menelusuri keturunan Set yang terpisah dari keturunan Kain. Garis
keturunan Set mewakili garis keturunan orang-orang saleh, sedangkan keturunan
Kain mewakili garis keturunan orang-orang yang tidak saleh. Kontras itu terlihat:
generasi kelima dari Kain adalah Lamekh, penganut poligami pertama; generasi
kelima dari Set adalah Henokh, orang yang pertama berjalan dengan Allah. Lebih
dari itu, keturunan Set-lah yang mulai beribadah kepada Allah (Kej. 4:26).

AIR BAH

1. Manusia semakin merosot dalam dosa.


Kejadian 6 menjelaskan kelanjutan dari kemerosotan umat manusia yang
engakibatkan penghakiman Allah melalui air bah. Keberdosaan manusia
melingkupi seluruh permukaan bumi yang didiami manusia dan dosa itu begitu
hebat dan berakar sangat dalam (Kej. 6:5). Periode ini menandai pemberontakan
manusia kepada kerajaan Allah dan otoritas yang sah.
2. Nuh : mediator pemerintahan kerajaan Allah.
Nuh, sebagai mediator pemerintahan kerajaan Allah, berdiri sendiri sebagai
manusia yang benar di tengah dunia yang berdosa (Kej. 6:9-11). Nuh berlaku benar
terhadap manusia dan Allah: ia adalah benar dilihat dari sudut pandang manusia,
dan tanpa cacat cela dilihat dari sudut pandang Allah (Kej. 6:9). Kontras antara
Nuh dan dunia sangat nyata: Nuh adalah benar sedangkan bumi telah tercemar;
Nuh berjalan dengan Allah sedangkan bumi penuh dengan kejahatan.
3. Dosa menuntut penghakiman
Tuhan mengumumkan penghakiman-Nya yang benar atas dosa (Kej. 6:7, 13). Roh-
Nya tidak lagi bersama dengan manusia. Konsep dua sisi dari penghakiman dan
berkat kembali terlihat di Kejadian 6:7-8). Pada waktu Allah berjanji akan
menghakimi keberdosaan manusia, ia juga mengumumkan berkat-Nya atas Nuh.
Pengantara kerajaan Allah akan lahir melalui garis keturunan Nuh.

PERJANJIAN NUH

Tindakan pertama Nuh setelah peristiwa Air Bah adalah membangun mezbah dan
beribadah kepada Tuhan (Kej. 8:20). Ini merupakan catatan pertama di Perjanjian Lama
tentang ibadah kepada Tuhan melalui korban penumpahan darah di atas mezbah.
Persembahan korban bakaran kemudian dinyatakan sebagai korban persembahan (Im.
1:1-7).

Samgar Setia Budhi, Th.M 106


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

Setelah sebelumnya Allah mengumumkan perjanjian-Nya Ikej. 6:18), kemudian setelah


peristiwa Air Bah, Allah membuat perjanjian dengan Nuh (Kej. 9:9). Perjanjian Nuh
memberikan prinsip-prinsip untuk manusia sebagai penguasa kerajaan Allah di atas
bumi:
1. Allah membuat provisi untuk penyebaran umat manusia (Kej. 9:1)
Perintah untuk menaklukkan bumi (lihat Kej. 1:28; 9:1)) tidak lagi muncul; hal itu
tidak berlaku lagi karena dosa.
2. Ketakutan kepada manusia diberikan kepada binatang (Kej. 9:2)
Binatang tadinya dengan sukarela tunduk kepada manusia, tetapi karena manusia
sekarang menjadi pemakan daging, Allah menempatkan ketakutan akan manusia
pada binatang demi proteksi dan preservasi.
3. Provisi untuk memelihara kehidupan manusia (Kej. 9:3-4)
Manusia tidak lagi harus menjadi pemakan sayur-sayuran, tetapi juga diberikan
daging untuk dimakan. Namun darah tidak boleh dimakan karena mewakili
kehidupan (lihat Im. 17:14).
4. Provisi untuk melindungi kehidupan manusia (Kej. 9:5-6)
Allah memberikan nilai atas hidup manusia sejauh barangsiapa membunuh
manusia lainnya maka ia harus menebus dengan nyawanya sendiri. Allah
memandang pembunuhan sebagai penyerangan kepada pribadi-Nya karena manusia
diciptakan berdasarkan gambar Allah. Ini merupakan pengajaran yang konsisten
baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru (Kel. 21:12-24; Im. 24:17, 21;
Bil. 35:29-34; 2 Sam. 4:9-12; Rm. 13:4). Pembalasan tidak boleh dianggap sebagai
pembalasan hutang darah yang bersifat pribadi, tetapi harus dilakukan atas dasar
otoritas pemerintahan yang sah.
5. Allah berjanji tidak akan lagi mengirimkan air bah yang akan membinasakan
seluruh umat manusia (Kej. 9:11)

BERKAT SEM

Meskipun manusia telah menjadi 8 orang saja, Allah sekali lagi memberikan indikasi
bahwa Ia akan memberkati umat manusia. Sebagaimana telah diumumkan oleh Allah
sebelumnya tentang berkat melalui benih perempuan (Kej. 3:15), sekarang Allah
mengumumkan berkat di masa yang akan datang melalui garis keturunan sem (Kej.
9:26). Hal itu menunjukkan penyempitan garis pengantara. Pernyataan, "Terpujilah
Tuhan," menunjukkan iman sejati harus dipelihara di tengah keturunan Sem.B
Selanjutnya, pernyataan itu menunjukkan keturunan Sem dalam persekutuan dengan
Tuhan. Terjemahan kata "Tuhan", dalam kebanyakan Perjanjian Lama versi bahasa
Inggris, semua huruf ditulis dengan huruf besar. Hal itu menunjuk pada empat
rangkaian huruf, YHWH. Sebelumnya dilafalkan Yehovah, tetapi seharusnya dilafalkan
Yahweh. Nama itu signifikan. karena nama itu kemudian menjelaskan Tuhan dalam

Samgar Setia Budhi, Th.M 107


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

relasi kovenan-Nya dengan Israel. Hal ini diantisipasi dalam Keluaran 6:3. Pernyataan
itu juga menyatakan bahwa Mesias, yang dijanjikan akan mendirikan kerajaan, akan
datang melalui keturunan Sem. Selanjutnya keturunan Sem dapat ditelusuri dalam
sejarah Israel.

MENARA BABEL

Di tanah Sinear, bangsa itu menemukan tanah datar dan menetap di sana (Kej. 11:2).
Di situ mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota "dan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit" (ay. 4). Sebagian orang berpikir ini adalah sebuah Zigurat,
yaitu sebuah bangunan datar bertingkat, yang di atasnya dipakai untuk melakukan
ibadah.'1 Pada waktu Tuhan melihat apa yang sedang dilakukan oleh bangsa itu, la
mengacaubalaukan bahasa mereka untuk mencegah mereka melanjutkan pembangunan
mereka. Istilah yang menjelaskan tindakan Allah memberikan pencerahan.
Ketransendenan clan keimanenan Tuhan sangatlah jelas (Kej. 11:7). la yang jauh "turun"
untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh orang-orang itu. Allah Tritunggal secara
implisit tersirat dalam pernyataan itu "Baiklah Kita turun."

Dosa orang-orang itu adalah: (1) mereka memberontak melawan perintah Allah yang
eksplisit (Kej. 9:1); (2) mereka berusaha mencari kemuliaan mereka sendiri bukannya
kemuliaan Tuhan. Mereka mendeklarasikan, "mari kita membuat ... mari kita
membangun untuk kita sendiri ... man kita membuat untuk kita sendiri: (Kej. 11:3-4).
(3) mereka mau membuat nama untuk mereka sendiri (Kej. 11:4). Mereka mau
membangun sebuah menara yang akan memberikan kemuliaan bagi mereka sendiri; (4)
mereka ingin menghindari penyebaran oleh karena itu mereka membangun menara
yang akan menjadi titik temu supaya mereka tidak tercerai berai.'1 Mereka ingin
membangun kerajaan mereka sendiri bukannya kerajaan Allah.
Melalui pengacaubalauan bahasa, Allah mencapai tujuan-Nya. Bangsa itu terserak clan
menggenapi perintah-Nya (Kej. 9:1) dengan memenuhi bumi.

PERJANJIAN ABRAHAM

A. Sifat Perjanjian
Allah menentukan untuk memilih bangsa tertentu bagi diri-Nya di mana melalui
bangsa itu Allah akan memberkati semua bangsa. Perjanjian Abraham adalah
penting untuk mendapatkan pengertian yang tepat tentang konsep kerajaan dan
merupakan dasar dari teologi PL. (1) Perjanjian Abraham dijelaskan di Kejadian
12:1-3 dan merupakan kovenan tak bersyarat. Tidak ada persyaratan yang melekat
pada kovenan itu (tidak ada kata "jika" yang menunjukkan bahwa penggenapan

Samgar Setia Budhi, Th.M 108


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

kovenan itu bergantung pada manusia). (2) Perjanjian itu juga merupakan kovenan
literal di mana janji-janji itu harus dimengerti secara harfiah. Tanah yang dijanjikan
itu harus dimengerti secara harfiah atau dengan penafsiran yang normal, dengan
kata lain tanah itu tidak menggambarkan surga. (3) Perjanjian itu juga merupakan
perjanjian yang kekal. Janji-janji yang Allah buat dengan Israel adalah kekal.

B. Gambaran dari Perjanjian


Ada empat segi dalam Perjanjian Abraham.
1. Berkat Personal : Perjanjian keturunan (Kej. 12:2). Abraham dan benih yang
dijanjikan merupakan berkat besar. Salah satu penggenapannya dalam Kejadian
13:17 di mana ia memperoleh nama baru dan banyak harta kekayaan. Rupanya
aspek berkat ini bersyarat, berkat hanya diperoleh karena iman dan ketaatan.
Yakub tidak diberkati karena taktik duniawi yang dipakainya dalam mengejar
perjanjian itu. Anaknya Yusuf, sebaliknya menjadi teladan penggenapan aspek
nubuatan Abraham ini karena karakter ilahinya. Perjanjian ini merupakan
hukum umum yang bersyarat dan berlaku bagi setiap manusia.
2. Berkat Teritorial : Tanah perjanjian (Kej. 12:1). Allah memanggil Abraham keluar
dari Ur Kasdim ke tanah yang akan la berikan kepadanya (Kej. 12:1). Janji ini
diulang tagi di Kejadian 13:14-18, yang dikonfirmasikan dengan suatu kovenan
kasut; dimensi perjanjian itu diberikan di Kejadian 15:18-21 (menghindari semua
anggapan bahwa hal ini baru akan digenapi di surge). Aspek tanah perjanjian
dalam Perjanjian Abraham lebih jauh dijelaskan lagi di Ulangan 30:1-10. yang
adalah Perjanjian Palestina.
3. Berkat Nasional : Bangsa yang besar (Kej 12:2). Allah memberikan janji secara
nasional yang berbunyi : “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,
dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau akan
menjadi berkat.” Janji dipertegas lagi oleh Allah dalam Kejadian 17:4-5. Ujian
terhadap berkat janji ini adalah karena Sarah mandul sampai tua. Bangsa yang
besar itu secara spesifik dijanjikan kepada Daud dan keturunannya. Selanjutnya
perjanjian ini diperluas dalam Perjanjian Daud (2 Sam. 7:12-16).
4. Berkat Universal : Perjanjian berkat dan penebusan (Kej. 12:3). Allah berjanji
melalui Abraham untuk memberkati Abraham dan keluarganya di bumi ini. Janji
ini dipertegas di PB (Yer. 31:31-34; lihat Ibr. 8:6-13) dan janji ini berkaitan
dengan "berkat rohani dan penebusan Israel. Yeremia 31:34 mengantisipasi
pengampunan dosa yang dijanjikan itu. Rasul Paulus menafsirkan janji ini
sebagai berkat bagi bangsa-bangsa non Yahudi juga melalui Yesus Kristus, seperti
yang ditulis dalam Galatia 3:14.

Natur perjanjian tanpa syarat dan kekal itu terlihat pada waktu perjanjian itu
ditegaskan kembali pada Ishak (Kej. 21:12: 26:3-4). Janji-janji "Aku akan"
menunjukkan aspek tanpa syarat dari perjanjian itu. Perjanjian itu kemudian

Samgar Setia Budhi, Th.M 109


Eksposisi Kejadian Teologi Kitab Kejadian

dikonfirmasikan pada Yakub (Kej. 28:14-15). Perlu diperhatikan bahwa penegasan


Allah yang berulangulang atas janji-janji itu menunjukkan pengakuan Allah atas
dosa-dosa para patriakh. Fakta itu menekankan lebih lanjut tentang natur tanpa
syaratnya dari Perjanjian Abraham.

C. Penggenapan Perjanjian
Metode Allah menggenapi Perjanjian Abraham adalah harfiah, sebagaimana Allah
menggenapi sebagian dari perjanjian itu dalam selarah: Allah memberkati Abraham
dengan memberikan ia tanah (Kej. 13:14-17); Allah memberkatinya secara rohani
(Kej. 13:8. 18: 14:22. 23: 21:22); Allah memberikannya banyak keturunan (Kej.
22:17: 49:3-28).
Unsur penting dari Perjanjian Abraham adalah penggenapan di masa yang akan
datang di mana kerajaan Mesias akan berkuasa.
1. Israel sebagai sebuah negara akan memiliki tanah itu di masa yang akan datang.
Banyak bagian di PL mengantisipasi berkat di masa yang akan datang bagi Israel
dan kepemilikan tanah sebagaimana yang dijanjikan kepada Abraham. Yehezkiel
menerima visi untuk masa depan pada waktu Israel akan dipulihkan kembali ke
tanah itu (Yeh. 20:33-37, 40-42; 36:1-37:28).
2. Israel sebagai suatu bangsa akan bertobat, diampuni, dipulihkan (Rm. 11:25-27).
3. Israel akan bertobat dan menerima pengampunan dari Allah pada masa yang
akan datang (Za. 12:10-14). Kovenan Abraham akan digenapi sepenuhnya dalam
hubungan dengan kedatangan Mesias kembali untuk membebaskan dan
memberkati umat-Nya Israel Hal itu terjadi melalui bangsa Israel bahwa Allah
menjanjikannya di Kejadian 12:1-3 untuk memberkati bangsa-bangsa di dunia.
Puncak berkat itu adalah pengampunan dosa dan kerajaan Mesias yang mulia
akan memerintah di atas bumi.

GARIS BESAR RENCANA KERJA ALLAH


PERJANJIAN SEMINAL PERJANJIAN SENTRAL PERJANJIAN KHUSUS PERJANJIAN PENGGANTI

NUH PERJANJIAN BARU


ABRAHAM (Kel. 20) (Yer. 31)
ADAM (Kej. 12:1-3)
(Kej. 3:15)
PALESTINA (Mengganti Perj. Musa)
Personal 1. Berkat Personal
(Ul. 28-30)
2. Berkat Teritorial
DAUD
NUH (2 Sam. 7)
3. Berkat Nasional
(Kej. 9:1-11)
Pemerintahan KRISTUS
4. Berkat Universal (Gal. 3)
Sumber : Chris Marantika, Eskatologi : Masa Depan Dunia Ditinjau Dari Sudut Alkitab, Hal. 19.

Samgar Setia Budhi, Th.M 110


Eksposisi Kejadian Lampiran-lampiran

LAMPIRAN 1 :

KELEMAHAN-KELEMAHAN TEORI SUMBER


(Carl A. Reed, Introduksi Perjanjian Lama, STII Mei 2001)

Teori Sumber

Sejak dahulu kala orang berpendapat bahwa Torah (Pentateukh) dikarang oleh
Musa. Pendapat ini bertahan sampai pada abad ke-18. Sejak itu pendapat tersebut mulai
diragukan kebenarannya. Keragu-raguan ini dipelopori pertama kali oleh Jean d’Astruc
yang berpendapat bahwa dalam menulis atau mengarang Pentateukh itu Musa
menggunakan bahan-bahan dari dua sumber besar dan dari beberapa sumber kecil.
Kedua sumber yang besar ini oleh d’Astruc dibedakan berdasarkan penggunaan sebutan-
sebutan bagi Allah, yaitu sumber yang menggunakan nama “Elohim” dan sumber yang
menggunakan nama “Yahwe.” Dengan teori ini d’Astruc mengecam pandangan yang
kritis dari pihak Spinoza.
J. G. Eichhorn setelah mempelajari teori d’Astruc mengembangkannya lebih
radikal lagi dari d’Astruc sendiri. Eichhorn mengatakan bahwa sebenarnya bukanlah
Musa yang mengarang Pentateukh, melainkan seorang lain yang namanya tidak
diketahui. Dengan demikian Eichhorn kemudian menyatukan kedua sumber yang
disebut d’Astruc tadi.
Sampai pada khir abad ke-19 penyelidikan terhadap Torah mengalami
perkembangan pesat terutama di bawah usaha-usaha A. Kuenen dan J. Wellhausen.
Menurut para ahli ini, dalam Pentateukh ada 4 sumber, yaitu :
1. Sumber yang menggunakan nama “Yahwe” (Y)
2. Sumber yang menggunakan nama “Elohim” (E)
3. Sumber yang khususnya terdapat dalam Kitab Ulangan atau Deuteronomium (D)
4. Sumber yang dipelopori oleh para imam yang disebut “Priester Codex” (P).
Mengenai jaman penulisannya, teristimewa sumber Y dan E, sudah lama tidak
ada persetujuan. Pada umumnya sumber-sumber ini ditempatkan antara tahun 1200
sampai 500 SM. Di dalam sumber Y orang telah melihat bentuk yang paling primitif
dari agama Israel, karena itu menurut pandangan beberapa ahli sumber ini ditulis kira-
kira dari tahun 900-800 SM. Sumber E adalah kesaksian dari suatu stadium yang lebih
maju dan berasal dari kira-kira tahun 800-700 SM. Sedangkan sumber D berasal dari
kira-kira tahun 600 SM dan akhirnya sumber P dari kira-kira tahun 500 SM. Penjelasan
lebih rinci mengenai masing-masing teori sumber dapat di baca dalam buku berikut ini :
J. Blomendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
17-22.
Carl A. Reed, Introduksi Perjanjian Lama (Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Injili
Indonesia, 2001), 49-52.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 111


Eksposisi Kejadian Lampiran-lampiran

Kelemahan Teori Sumber

Ada beberapa kelemahan dasar yang membuat Teori Sumber sulit untuk
diterima. Berikut ini dijelaskan secara singkat beberapa kelemahan tersebut.

1. Dalam Teori Sumber, salah satu asumsi dasar adalah bahwa Alkitab bukan
penyataan dari Allah, tetapi berasal dari manusia.
• Semua cerita tentang mujizat-mujizat, tentang Allah yang langsung berbicara
kepada manusia, dan semua nubuatan-nubuatan dianggap dongeng, karena
telah menolak kemungkinan Allah sendiri bisa berinteraksi dengan manusia
dalam alam. Dengan dasar seperti ini, setiap kali ada mujizat tertulis, mereka
harus mencari apa yang “sesungguhnya” terjadi secara alami yang “salah
dimengerti” oleh orang-orang primitif supaya mereka sangka hal itu adalah
mujizat. Andaikata ada nubuatan yang memberitahukan sesuatu yang akan
terjadi ratusan tahun berikutnya, menurut mereka seharusnya ini ditulis
sesudah perkara itu terjadi, karena “tidak mungkin” ada Allah yang mampu
bernubuat.
• Jelas bahwa asumsi ini melawan kepercayaan bahwa Alkitab berasal dari Allah
yang dari semula berinteraksi dengan manusia. Sebenarnya, harus ditanyakan
mengapa mereka ingin mendalami Alkitab kalau mereka hanya mengaku
bahwa Alkitab adalah buku yang berasal dari manusia semata seperti buku-
buku lain.

2. Teori Sumber Wellhausen dibangun atas dasar bahwa semua agama berasal dari
manusia dan berkembang menurut proses evolusi.
• Menurut teori evolusi agama, semua agama dimulai dengan konsep-konsep
“primitif,” yaitu bahwa setiap pohon, gunung, dll didiami oleh roh-roh, dan
orang-orang harus memberi korban atau “makanan” kepada roh-roh tersebut
supaya roh-roh itu tidak marah kepada mereka (inilah yang disebut animisme).
Kemudian agama berkembang menjadi politeisme, yaitu banyak dewa yang
kuasanya khusus untuk mengatur sesuatu, seperti dewa hujan dan Guntur,
dewa kesuburan, dll. Selanjutnya, salah satu dewa menjadi lebih berkuasa dan
akhirnya lewat proses yang lama, berhasil menjadi agama yang paling tinggi,
yaitu monoteisme atau kepercayaan pada satu Allah.
• Masalahnya, tidak ada bukti untuk evolusi agama. Pertama, dasarnya ialah
bahwa tidak ada Allah yang berinteraksi dengan manusia. Kedua, kalau semua
agama mulai dengan yang paling “primitif” dan berkembang menjadi
kepercayaan pada satu Allah, mengapa semua agama yang lain, kecuali agama
Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam, tidak mencapai tingkat
“monoteisme”? Dan ketiga “agama” ini semuanya berasal dari Perjanjian
Lama. Sebenarnya, menurut buktinya, harus diterima bahwa orang Yahudi

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 112


Eksposisi Kejadian Lampiran-lampiran

dari semula menyembah satu Allah, bukan karena proses “evolusi agama.”
Melainkan, Allah sendiri yang menyatakan yang benar kepada mereka.

3. Teori Wellhausen juga dibangun atas dasar bahwa kemampuan menulis hanya
dikembangkan pada waktu 800-900 SM.
• Jadi tidak mungkin kalau ada orang bernama Musa bisa menulis sejarah dan
hukum-hukum Israel. Menurut teori, semua hal yang kemudian ditulis melalui
proses transmisi secara lisan selama berabad-abad, dimana perubahan-
perubahan bisa masuk dalam cerita-ceritanya.
• Tetapi sekarang, sudah dibuktikan oleh arkeologi bahwa kemampuan untuk
menulis sudah ada di daerah Kanaan sekurang-kurangnya 1500 SM, dan
kemungkinan besar lebih sebelumnya. Sudah ditemukan tulisan-tulisan
sekuno itu dan yang ditulis adalah hal-hal yang penting, seperti perjanjian atau
pakta (seperti Hukum Taurat), silsilah-silsilah, dan hal-hal berkaitan dengan
agama. Tetapi menurut perkembangan Teori Sumber, hanya orang Ibrani
Kuno yang berbeda, tidak menulis hal-hal penting seperti pakta pada waktu
terjadi, tetapi menunggu ratusan tahun sampai tahun 600 SM.
• Berhubungan dengan perjanjian atau pakta, bentuk Kitab Ulangan adalah
mirip dengan pakta yang diadakan oleh raja-raja Het dengan raja-raja yang
mereka telah kalahkan. Bentuk ini hanya dipakai dalam periode sebelum 1200
SM. Tidak mungkin Kitab Ulangan bisa memakai bentuk ini kalau ditulis
pada tahun 622 SM, seperti yang diakui oleh Teori Sumber.

4. Teori Sumber Wellhausen mengakui bahwa bukti-bukti dari teks Alkitab adalah
dasar untuk teori ini. Tetapi bukti-bukti dari teks tidak diperhatikan kalau tidak
cocok dengan teori mereka.
• Contoh : Teori Sumber mengatakan: “Kitab-kitab sejarah PL tidak
menunjukkan eksistensi hukum-hukum P (berkaitan dengan para imam) atau
bahwa hukum-hukum telah ditulis sebelum pembuangan.” Pada waktu
pemegang Teori Sumber ditunjukkan banyak tempat dalam kitab-kitab sejarah
PL dimana peraturan-peraturan berkaitan dengan upacara imam ada, atau
hukum-hukum dari Torah disinggung, mereka selalu menjawab: “Ya, tetapi
semua hal ini dimasukkan oleh redaktur pada masa berikutnya, dan bukan asli
pada periode itu.” Dengan kata lain, mereka telah memilih semua hal
berkaitan dengan peraturan imam dan mengatakan ini berasal dari periode
sesudah pembuangan. Kalau berkata pada mereka: “Tetapi peraturan ‘P’ ini
ada tepat dalam konteks sejarah yang ada ratusan tahun sebelum
pembuangan,” maka mereka akan menjawab bahwa kalimat-kalimat itu bukan
dalam aslinya, tetapi hasil pekerjaan redaktur, karena “semua orang
mengetahui bahwa upacara-upacara seperti itu tidak dilakukan sebelum
pembuangan.” Ini yang disebut circular reasoning, yaitu logika berputar. Tetapi

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 113


Eksposisi Kejadian Lampiran-lampiran

alasan yang mendasar ialah bahwa upacara-upacara para imam, seperti yang
ditulis dalam Imamat, hanya cocok dengan orang yang sudah dalam tingkat
“tinggi” evolusi agama.
• Jadi, pemegang Teori Sumber hanya memilih bukti-bukti dari teks Alkitab
yang cocok dengan teori mereka.

5. Menurut Teori Sumber Wellhausen, penulis-penulis Ibrani Kuno berbeda dari


semua penulis dalam semua periode yang lain.
• Menurut Teori Sumber, para penulis Ibrani Kuno unik dalam hal mereka
tidak bisa menggunakan lebih dari satu nama untuk Allah, memakai lebih dari
satu genre literatur, memakai lebih dari satu sinonim untuk satu ide, dan tidak
boleh memiliki lebih dari satu bagian perhatian. Misalnya, kalau satu orang
menulis prosa, tidak mungkin dia bisa menulis puisi. Kalau satu orang
memakai nama Elohim, tidak mungkin dia bisa juga memakai nama Yahweh.
• Ini sangat tidak konsisten dengan cara menulis yang biasa oleh semua penulis-
penulis lain.

6. Menurut Teori Wellhausen, jika ada fakta-fakta arkeologi dari PL, pada dasarnya
dianggap salah kecuali dibuktikan dari sumber-sumber lain.
• Jika ada sesuatu dari sumber lain yang berbeda dari fakta dalam PL, walaupun
tulisannya tidak sekuno dengan PL, sumber yang lain itu selalu diterima.
Tetapi jika ada sesuatu mengenai sejarah dan lain sebagainya dalam Alkitab,
kecuali hal itu cocok dengan teori mereka, maka isi Alkitab selalu dicurigai.
• Ini sangat tidak masuk akal dan tidak konsisten, karena PL telah seringkali
dibuktikan kebenarannya tentang sejarah kuno (seperti kerajaan Het) oleh
arkeologi, jadi seharusnya dianggap bisa lebih dipercayai.

7. Walaupun literatur kuno yang lain dari Timur Tengah menunjukkan bahwa
mengulangi cerita lebih dari satu kali adalah kebiasaan yang dipakai untuk
menekankan sesuatu, Teori Sumber Wellhausen menolak bahwa para penulis PL
bisa menggunakan pengulangan dari bahan. Menurut Teori Sumber, jika ada
satu hal yang diulangi dari pandangan yang sedikit berbeda (seperti cerita
penciptaan dari Kejadian 1 dan 2), seharusnya dua hal ini berasal dari dua
sumber.

8. Akhirnya, Wellhausen dan orang-orang lain yang mengembangkan Teori Sumber


merasa bahwa mereka lebih bisa mengerti apa yang terjadi pada 2000-3000 tahun
yang lalu dalam konteks kebudayaan yang jauh berbeda dengan kebudayaan
barat, daripada orang-orang yang hidup dalam atau dekat pada periode tersebut.
Jadi Teori Sumber Wellhausen menolak sejarah yang ditulis dalam Alkitab, tetapi
merasa mampu untuk memberitahukan apa yang “sungguh-sungguh” terjadi.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 114


Eksposisi Kejadian Lampiran-lampiran

Sebagai kesimpulan, cara yang dipakai untuk membentuk Teori Sumber tidak
akan diterima sebagai bukti dalam membentuk teori-teori apapun yang lain.

Samgar Setia Budhi, SKM., Th.M. 115


Eksposisi Kejadian Kepustakaan

KEPUSTAKAAN

Reinhard Achenbach, Kamus Ibrani – Indonesia Perjanjian Lama. Jakarta: Yayasan


Komunikasi Bina Kasih, 2012.

A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament. Disunting oleh Francis Brown, S.R.
Driver dan Charles A. Briggs. Oxford: Clarendon Press, 1906.

Arthurs, Jeffrey D. Preaching with Variety : Bagaimana Menciptakan Ulang Genre Biblika
yang Dinamis. Diterjemahkan oleh Timotius Fu. Malang: Literatur SAAT, 2007.

Davis, John J. Eksposisi Kitab Kejadian: Suatu Telaah. Diterjemahkan oleh Gandum
Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1975.

Deffinbaugh, Robert. “The Book of Genesis.” Biblical Studies Press. Online:


http://www.bible.org/. Diakses 26 Januari 2009.

Duvall, J. Scott dan J. Daniel Hays. Grasping God’s Word : A Hands On Approach to
Reading, Interpreting, and Applying the Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2001.

Fee, Gordon D. dan Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman


Tuhan dengan Tepat. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982.

Fokkelman, Jan. Di Balik Kisah-Kisah Alkitab : Penuntun Membaca Narasi Alkitab


sebagai Karya Sastra. Diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 1995.

Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1992.

Greidanus, Sidney. Preaching Christ From The Old Testament : Mengkhotbahkan Kristus
dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Debora L. Manulaga. Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1999.

Gultom, Parlaungan. “Analisa Perjanjian Lama.” Makalah diajukan untuk


matakuliah Independent Study. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia,
Semester Genap, 1987.

Hill, Andrew E dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.

Samgar Setia Budhi, Th.M 116


Eksposisi Kejadian Kepustakaan

Hamilton, Victor P. “The Book of Genesis Chapters 1-17” dalam New International
Commentary on the Old Testament. Grand Rapids, Michigan: William B.
Eerdmans Publishing, 1990.

Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament.
Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988.

J. Blomendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Kaiser, Walter C. Berkhotbah & Mengajar dari Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Lina Maria-Ngendang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Kaiser, Walter C. Jr. Teologi Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Gandum Mas.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1978.

Klein, William W., Craig L. Blomberg dan Robert L. Hubbard Jr. Introduction to
Biblical Interpretation : Pengantar Tafsiran Alkitab. Diterjemahkan oleh Timotius
Lo. Malang: Literatur SAAT, 2004.

Koehler, Ludwig dan Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of The Old
Testament, CD ROM BibleWorks 9.

LaSor, W.S., D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan
Sejarah. Diterjemahkan oleh BPK Gunung Mulia. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1982.

Longman III, Tremper dan Raymond B. Dillard. An Introduction To The Old


Testament. Grand Rapids: Zondervan, 2006.

Malick, David E. “An Introduction To Genesis.” Online: http://www.bible.org/.


Diakses 26 Januari 2009.

Mathewson, Steven D. “Guidelines for Understanding and Proclaiming Old


Testament Narratives.” Bibliotheca Sacra volume 154 (Oktober-Desember
1997): 411-436.

Miller, Jeffrey P. “Torah.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi
Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1995.

New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis. Disunting oleh
Willem A. VanGemeren. 5 volume. Grand Rapids: Zondervan Publishing
House, 1997.

Samgar Setia Budhi, Th.M 117


Eksposisi Kejadian Kepustakaan

Nelson’s Complete Book of Bible Maps & Charts Old and New Testaments. Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1993.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika : Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab.


Diterjemahkan oleh Elifas Gani. Surabaya: Penerbit Momentum, 2006.

Pratt, Richard L. Ia Berikan Kita Kisah-Nya. Diterjemahkan oleh Hartati Mulyani


Notoprodjo. Surabaya: Penerbit Momentum, 2005.

Reed, Carl A. “Advance Hebrew Exegesis of the Old Testament.” Bahan kuliah yang
tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap,
2008.

__________. “Introduksi Perjanjian Lama.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan.


Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Genap, 2001.

__________. “Torah: Kejadian – Ulangan.” Bahan kuliah yang tidak diterbitkan.


Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Semester Gasal, 1993.

Reed, Carl A. dan Johny Y. Sedi. “Bahasa Ibrani III: Grammar dan Sintaksis.” Bahan
kuliah yang tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia,
Semester Gasal, 2004.

R. K. Harrison. Introduction to the Old Testament. Grand Rapids: Eerdmans, 1969.

Ross, Allen P. Creation and Blessing. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.

__________. “Genesis” dalam The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh John
F. Walvoord dan Roy B. Zuck. Wheaton Illinois: Victor Books, 1986.

__________. “The Table of Nations in Genesis 10 – Its Content.” Bibliotheca Sacra


volume 138 (Januari-Maret 1981): 28.

Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991.

Sailhamer, John H. “Genesis” dalam The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh
Frank E. Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan Publishing House.

Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke. 2 volume. Chicago: Moody Press, 1980.

Waltke, Bruce K. dan M. O’Connor. An Introduction to Biblical Hebrew Syntax.


Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990.

Samgar Setia Budhi, Th.M 118


Eksposisi Kejadian Kepustakaan

William, Ronald J. Hebrew Syntax: An Outline. London: University of Toronto Press,


1976.

Wolf, Herbert. Pengenalan Pentateukh. Diterjemahkan oleh Gandum Mas. Malang:


Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1991.

Zuck, Roy B. A Biblical Theology of the Old Testament. Diterjemahkan oleh Gandum
Mas. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1991.

Samgar Setia Budhi, Th.M 119

Anda mungkin juga menyukai