Anda di halaman 1dari 17

Nama : Ray Aldi Ebenezer S

NIM : 18. 01. 1699

Tingkat/Jurusan : IIIA/Teologi

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Lama II

Dosen Pengampu : Dr. Jontor Situmorang

Menjelaskan Arti dan Makna Persahabatan

Menurut Kitab Ayub dalam Menghadapi Penderitaan

I. Pendahuluan
Kitab Ayub merupakan salah satu kanon Ibrani yang unik karena kisahnya yang
sangat ekstrim dan tidak diketahui siapa penulisnya. Hal ini bukan berarti kisah tersebut
merupakan mitos atau dongeng belaka, melainkan kisah nyata seorang manusia yang
saleh dan benar (Ayub 1:1) tetapi mengalami penderitaan karena imannya kepada Allah.
Ia berasal dari tanah Us, dan ia juga merupakan orang saleh dan takut akan Tuhan serta
menjauhi kejahatan. Akan tetapi tema besar dalam kitab ini adalah tentang Penderitaan
yang dialami oleh orang saleh seperti Ayub. Maka timbul pertanyaan, mengapa orang
saleh mengalami penderitaan? Istri, anak, keluarga, harta dan wibawa semuanya hilang,
lenyab dari padanya atas izin Tuhan, bahkan sahabatnya tidak peduli lagi dengan dia.
Maka Ayub berkata, “Dimanakah Bapa-Ku?”
II. Pembahasan
II.1. Kitab Ayub
Nama Ayub dalam bahasa Ibrani ( ‫ ) איב‬iyyov artinya “Dimanakah Bapa-
Ku?”. Nama ini menggambarkan penderitaan yang sedang dialami oleh si tokoh
(Ayub) pada zaman itu. Banyak ungkapan yang dapat digunakan menjelaskan
penderitaan manusia, tetapi dalam tradisi hikmat ungkapan; mencari Bapa atau
mempertanyakan Bapa adalah simbol penderitaan yang tertinggi. 1 Kitab Ayub
melambangkan orang-orang yang sedang dibentuk dan dijadikan layak melalui
kesengsaraan, menjadi raja dan imam. Ia juga bisa disebut sebagai “Orang Kudus
1
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 143.
Zaman Millenium”.Ayub adalah seorang laki-laki yang tinggal di tanah Us, ia
adalah seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia
juga memiliki tujuh anak laki-laki dan tiga anak permpuan. Ia memiliki tujuh ribu
ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus
keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga Ayub
adalah orang terkaya dari semua orang di sebelah timur. Anak-anaknya biasa
mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing dan mereka mengundang
masing-masing saudaranya untuk datang dan selepas hari-hari pesta berlalu maka
Ayub memanggil mereka dan menguduskannya lalu mempersembahkan korban
bakaran sebanyak jumlah mereka (Ayub 1:1-5). Ayub dikatakan seorang yang
saleh karena, dia memiliki hati yang tulus, memiliki integritas, mengasihi Allah
dengan sepenuh hati, dan pasrah menggantungkan diri hanya kepada Allah.2
II.1.1. Kedudukan Ayub dalam Sejarah3
- Masa Adam tahun 4000 SM,
- Masa Nuh 3000 SM, disini terjadi Air Bah sekitar 2348 SM,
- Abraham 2000 SM,
- Musa 1500 SM, disini Sepuluh Hukum Allah Diberikan (Kel.20),
- Daniel 600 SM,
- Kristus, Kelahiran-Nya

Kehidupan dan Zaman Ayub: Ayub hidup beberapa saat sesudah


air bah, namun mungkin juga sebelum zaman Abraham. Nuh masih
hidup 350 tahun lagi sesudah air bah melanda dan mungkin masih
hidup pada zaman Ayub (Kej. 9, 10, 11, mengisahkan tentang periode
setelah air bah sampai zaman Abraham).

II.1.2. Garis Besar Kitab Ayub4


Bagian Satu
Pasal 1-2 : Tragedi Menimpa Ayub (Allah memakai Setan untuk
menguji orang yang benar)

2
C. Bijl, Ayub Sang Konglomerat, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2004), 11.
3
Paul G. Caram, Mengubah Kutuk menjadi Berkat, (Jakarta: Voice of Hope, 2004), xix.
4
Paul G. Caram, Mengubah Kutuk menjadi Berkat, (Jakarta: Voice of Hope, 2004), xliii.
Bagian Kedua
Pasal 3-31 : Ayub dan Tiga Orang Temannya (Mereka salah paham
tentang Ayub dan ujiannya)
Bagian Ketiga
Pasal 32-37 : Naseihat Elihu kepada Ayub (Teman ke empat
yang memiliki sudut pandang sorgawi)
Bagian Keempat
Pasal 38-42 : Ayub di Hadapan Tuhan (Tatkala ia melihat
dirinya sendiri dalam terang Allah, ia disucikan dan disembuhkan)
II.2. Kepribadian Ayub
II.2.1. Ayub- Orang Yang Memperoleh Visi
Ayub mendapat visi-visi tentang kedatangan Kristus yang kedua
kali, kebangkitan yang pertama dan zaman seribu tahun/millennium
(Ayb 19:25-27). Ayub memperoleh janji-janji pribadi dari Allah
bahwa ia akan ikut serta dalam kebangkitan ini dan akan benar-benar
melihat Tuhan pada zaman millennium. Dengan janji-janji ini, ia hidup
kudus. Ia “takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayb 1:1). Ayub
dicengkeram oleh perasaan tentang tujuan akhir hidupnya dan ini
mendorong dia untuk hidup dengan sangat berhati-hati.
II.2.2. Ayub- Orang Yang Benar
Ayub mewakili seorang manusia yang benar, yang dilatih dan
disucikan lebih lanjut melalui kesengsaraan, agar dapat memenuhi
syarat bagi kebangkitan yang lebih baik lagi dan supaya dapat
memerintah serta berkuasa bersama Kristus. Tidak setiap orang
Kristen ikut serta dalam hal ini (Why 20:6). Hanya orang-orang kudus
yang akan memerintah. Sebagai contoh orang-orang di Korintus tidak
siap untuk memerintah bersama Kristus pada waktu Paulus menyurati
mereka. Paulus menyebut mereka duniawi dan belum dewasa serta
belum dibersihkan dari hawa nafsu kedagingan.
II.2.3. Tinjauan atas Kehidupan Ayub
Pada waktu kita membaca kitab Ayub, selidikilah dengan seksama
bagian-bagian mana yang ditujukan kepada Ayub sebelum ujian itu
terjadi. (Khususnya telaahlah pasal 1, 29 dan 31 untuk latar belakang
Ayub). Bagaimana ia hidup dan macam apakah ia sebelum ujiannya?
Akar rohani Ayub pasti sudah tumbuh sedemikian dalam menembus
tanah hatinya. Ia pasti telah memiliki janji-janji yang luar biasa dari
Allah untuk dapat menanggung ujian seperti ini. orang-orang yang
besar memiliki kunci-kunci dalam kehidupan mereka yang telah
membuat mereka menonjol di dalam bidang mereka.
A. Ayub Sebelum Diuji : disini kita melihat masa muda,
reputasi, karakter dan visinya.
B. Ayub Selama Diuji : Allah membuat dia semakin benar
dan kudus.
C. Ayub Sesudah Diuji : memperoleh dua kali lipat dari
miliknya sebelumnya (porsi ganda), kehormatan dan nama
yang kekal.
II.3. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita, dalam bahasa Inggris suffer berarti
menderita, dalam bahasa Ibrani tsarah artinya kesesakan, kesusahan, kesukaran,
dan dalam bahasa Yunani thilpsis arti umum “tekanan” beban yang berat bagi hati
orang atau mengenai siksaan besar. Dalam PL tidak ada kata yang artinya
penderitaan secara umum. Tetapi penderitaan dipakai dalam bentuk TBI utuk
menerjemahkan banyak kata yang mengarah kepada sakit, dukacita, malang,
siksaan dsb.5 Secara umum ada 2 penderitaan yang kita alami karena kemanusiaan
kita dan yang didatangkan atas umat Allah, karena iman.6
Penderitaan merupakan salah satu bagian dalam realitas hidup manusia.
Dalam penderitaan teologis, penderitaan dikaitkan dengan keadilan dan
kekuasaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya. Manusia mungkin menyalahkan Allah
atas pernderitaan yang dialaminy, namun dalam titik tertentu penderitaan adalah
misteri alami yang tidak bisa dipahami oleh akal manusia tertentu. Penderitaan
5
D. J. Douglas, Ensiklopedia Masa Kini Jilid 2 M-Z (Jakarta: YKBK/OMF, 1997), 360.
6
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 79
kadang-kadang dapat dipandang sebagai hukuman yang dijatuhkan Allah atau
hajaran guna memperbaiki cara hidup umat-Nya atau memurnikan manusia dan
mendekatkannya kepada Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yang baru.
namun penderitaan juga bisa dikatakan sebagai suatu pengalaman bersama,
karena penderitaan mengungkapkan Allah kepada manusia dan membawa mereka
semakin dekat kepada Allah. Dalam penderitaan juga manusia bisa menemukan
dirinya, menemukan dunia sekitarnya dan terutama menemukan Allah.7
II.4. Konsep Teologi Tentang Penderitaan
Bagi Ayub, kepedihannya yang paling besar muncul dari kekacauan
mengenai hubungannya dengan Allah. Pada permulaan ia dan Allah bersahabat;
kemudian Allah tampak menjadi musuh. Jadi kendati kegelapan yang terus ia
alami sehubungan dengan mengapa ia menderita hal itu memungkinkan Ayub
hidup lewat perjuangan, karena ia tahu bahwa ia tidak sendirian.8
Nasihat yang diutarakan Elifas, Bildad, dan Zofar inti pokoknya:
mengakulah dan berhentilah menjadi orang munafik. Anjuran Elihu nadanya lain.
Elihu menganjurkan agar Ayub mengambil sikap baru terhadap penderitaannya.
Elifas, Bildad dan Zofar selalu mengemukakan bahwa pastilah ada perbuatan
Ayub yang telah dilakukan Ayub pada waktu lalu. Tapi Elihu lebih menekankan
kepada sikap Ayub yang salah pada masa sekarang. Elihu menerima pengakuan
tidak bersalah Ayub, tapi yang menjadi soal ialah bahwa meskipun Ayub
sungguh-sungguh tidak bersalah, namun sikap Ayub pada masa sekarang ini
adalah salah. Penderitaan Ayub mungkin tidak disebabkan dosa masa lampau.
Penderitaannya cenderung siksaan yang akhirnya mempunyai tujuan baik; tapi
Ayub sendiri merintangi datangnya kebaikan dengan sikapnya yang salah itu.
Sebab itu, sejalan dengan filsafatnya yang menyatakan bahwa kesukaran itu lebih
bersifat mendidik dan memperbaiki daripada menghukum dan membalas, Elihu
memberi nasihat kepada Ayub syupaya merendahkan diri. Disinilah letak
kegagalan Ayub. Elihu juga memberi nasihat lain, yaitu supaya Ayub
merendahkan diri dengan sabar.

7
D. J. Douglas, Ensiklopedia Masa Kini Jilid 2 M-Z, 215.
8
Dianne Bergant, Robert J. Karris, Tafsir Perjanjian Lama, (Yogyakarta: KANISIUS, 2002) ,426
Keputusan Tuhan diberikan berdasarkan pengertian yang mahasempurna
(34:2-23) dan kehendak Allah itu benar dan adil (34:10-12) dan tidak dapat
dilawan (34:13-20, 29). Seperti yang dikatakan Elihu dalam 35:14, perkaramu
sudah diadukan ke hadapan-Nya, tetapi masih juga engkau menantikan-nantikan
Dia! Nasihat inipun tepat sekali bagi Ayub. Nasihat Ayub selanjutnya ialah
supaya Ayub menaruh iman kepada Allah sendiri, dan bukan kepada suatu
argumentasi. Hikmat sejati adalah menaruh iman kepada Allah sendiri, meskipun
tidak ada alasan yang jelas, karena Allah mahatau dan mahabenar adanya (36:5).
Perkataan yang terakhir adalah, Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami,
besar kekuasaan dan keadilan-Nya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak
menindasnya. Itulah sebabnya Ia ditakuti orang.... (37:23.24).9
Salah satu sebab penderitaan adalah dosa/ kesalahan manusia sendiri.
Tuhan memakai penderitaan untuk menyadarkan manusia tentang dosanya dan
keperluannya untuk bertobat. Tetapi juga ada sebab-sebab lain untuk penderitaan.
Yang dinyatakan teristimewa melalui kitab Ayub ialah bahwa Tuhan kadang-
kadang mengizinkan anak-anak-Nya menderita guna menguatkan iman mereka
atau mengajar mereka untuk lebih bersandar kepada Dia. Orang Kristen harus
belajar untuk percaya kepada Allah bukan hanya pada waktu Allah mencurahkan
berkat-Nya dan kehidupan mereka berjalan lancar terus, tetapi juga pada waktu
mereka mengalami kesukaran, pencobaan dan lain sebagainya. Di sini terdapatlah
kesalahan Ayub, yaitu pada waktu ia ditimpa penderitaan tanpa ada alasan yang
nyata (misalnya karena ia teah berbuat sebuah dosa tertentu), dia mulai
meragukan keadilan, kesetiaan kasih dan rencana Allah.10
II.5. Penderitaan Ayub
Penderitaan Ayub (Ayub 1:13-22)
1. Penderitaan yang menimpa putra-putri Ayub, pada suatu hari saat mereka berkumpul
makan-makan dan minum anggur di rumah saudara sulungnya. Angin bertiup dari
sebrang padang gurun, rumah itu dilanda pada empat penjurunya maka rumah itu

9
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 AYUB-MALEAKHI, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/
OMF, 2002), 62-63.
10
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, 128-129
roboh menimpa orang-orang muda itu (anak-anak Ayub), sehingga mereka mati.
(13,18-19).
2. Kehilangan harta benda. Dalam ayat 14-15 “Penjaga Sapi dan keledai diserang dan
dirampas oleh orang Syeba dan membunuh dengan mata pedang”, Alkitab
menceritakan bahwa orang-orang Syeba perampas semua lembu sapi (500 pasang)
dan semua keledai betina (500 ekor).
3. Api menyambar dari langit menyambar habis kambing domba dan penjaga-
penjaganya (16) Ayub kehilangan kambing domba sebanyak 7000 ekor.
4. Pasukan Kasdim menyerbu unta-unta dan merampas seluruhnya sebanyak 3000 ekor.
5. Kehilangan istri. Meskipun istrinya tidak meninggal, ia meninggalkan Ayub untuk
bergumul sendirian. Ia memilih tidak menggumuli kehendak Allah bersama-sama
dengan Ayub. Justru sebaliknya, ia melihat Allah yang kejam dan patut ditinggalkan .
tak perlu lagi kehendak-Nya dicari-cari. Ayub benar-benar sendirian dalam
menggumuli tragedi kehidupannya.11
Dua kelompok musuh, dua bencana alam meniadakan segala sesuatu yang Ayub
usahakan dan harapkan. Pada tiap kecelakaan hanya seseorang yang luput untuk
menyampaikan kabar pada Ayub . Kejadian yang menimpa Ayub terjadi secara
bersamaan.12
6. Iblis datang kembali ke hadirat Allah, dan di sana ia mengakui bahwa Ayub tetap
setia kepada Allah. tetapi iblis tidak menyerah sekali lagi ia mau mencobanya. Jika
Ayub mendapat penyakit yang hebat pasti ia tidak tahan akan pencobaan itu. Allah
sekali lagi memberi kebebasan kepada iblis untuk bertindak terhadap Ayub, hanya ia
tidak boleh mengambil nyawanya. Iblis mendatangkan penyakit yang hebat atas
Ayub.13 yaitu “Barah yang busuk” ( Ayub 2: 7-8), gejala-gejala penyakit Ayub yang
mengerikan mencakup bisul-bisul bernanah yang disertai dengan rasa gatal yang amat
sangat, adanya belatung di bisul-bisul itu (Ayb 7:5), tulang-tulang yang makin rapuh
(30:17), kulit yang makin gelap dan mengelupas (30:30) dan mimpi-mimpi buruk

11
Andrew Abdi Setiawan, Ya Tuhan Mengapa Engkau Ambil Dia Dariku? Penghiburan Bagi Orang Yang
Berduka, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), 14-16
12
Maire-Claire Barth-Frommel, Ayub Bergumul Dengan Penderitaan Bergumul Dengan Allah ( Jakarta:
BPK-GM, 2016), 37-38.
13
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, 239.
yang mengerikan (7:14), seluruh tubuh Ayub tampaknya dengan cepat terkena gejala-
gejala penyakt yang menyakitkan.14
II.5.1. Ayub akan Diuji dalam Tujuh cara
1. Secara Ekonomi
Ia akan kehilangan segala yang ia miliki (harta, mata pencaharian, pegawai-
pegawai).
2. Dalam Rumah Tangga
Ia akan kehilangan semua anaknya dalam badai yang kencang dan istrinya
akan berbalik melawannya.
3. Secara Jasmani
Tubuhnya akan ditimpa kesakitan yang hebat dan bisul-bisul.
4. Secara Sosial
Keluarga dan teman-teman (sahabatnya) akan salah menilai dan
meninggalkannya. Warga kota akan memandang rendah kepadanya dan
berbicara jahat tentangnya. Reputasinya yang terhormat akan hancur untuk
sementara waktu.
5. Secara Mental
Ia akan menjadi sangat bingung.
6. Secara Emosional
Ia akan sangat tertekan dan keadaan-keadaan di sekitarnya secara alamiah
akan tampak tidak ada harapan.
7. Secara Rohani
Allah akan berdiam diri selama beberapa bulan.
II.5.2. Tujuh Hal Penting Tentang Ujian Ayub
1. Ayub menderita bukan karena kesalahan apapun dalam hidupnya.
2. Allah adalah Perancang ujian itu.
3. Ujian itu benar-benar merupakan suatu ujian bila hal itu diluar penjelasan dan
pengertian kita.
4. Ayub tidak pernah mengeluh tentang si Iblis. Ia tahu bahwa ada sebuah kuasa
yang lebih tinggi – Allah.
14
...., The Wycliffe Bible Commentary (Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Perjanjian Lama Ayub-
Maleakhi), 32.
5. Allah sedang mengarahkan perhatian pada satu hal khusus dalam kehidupan
Ayub selama ujian berlangsung.
6. Allah berdiam diri selama berbulan-bulan dan tidak dapat menjelaskan apa
yang sedang Ia lakukan.
7. Ayub memiliki pertemuan-pertemuan yang khusus dengan Allah sebelum ia
mengalami ujian, yang memampukannya untuk melalui ujian itu.
II.5.3. Alasan-alasan untuk Ujian Ayub
1. Untuk melihat orang macam apa Ayub itu.
2. Allah ingin mempunyai sesuatu yang bisa Ia katakan kepada Setan, si
penuduh.
3. Untuk membuat orang benar semakin benar.
4. Untuk memberi Ayub suatu pewahyuan yang lebih besar tentang Tuhan.
5. Untuk memberkati Ayub pada akhirnya, untuk memuliakannya dan
memberinya sebuah nama kekal.
6. Ujian itu juga ditujukan kepada semua orang disekitar Ayub. Setiap orang
sedang diuji pada waktu itu.
7. Ujiannya adalah demi kebaikan kita juga. Ayub meninggalkan sebuah pesan
untuk kita perhatikan.
II.6. Ujian Oleh Ketiga Temannya
(Pasal 3-31)
Motivasi kedatangan mereka baik. Mereka memiliki kasih yang tulus dan
kepedulian yang mendalam terhadap Ayub (2:11-13). Penampilan Ayub tampak
begitu menyedihkan sehingga ia sulit dikenali (2:12). Teman-temannya cukup
disiplin untuk tidak mengatakan apapun selama tujuh hari penuh, dan kemudian
kendorlah kedisiplinan mereka (4:2).
- Percakapan Ayub (Pasal 3)
Ayub sangat tertekan dan berharap bahwa ia tidak pernah lahir.
“sesudah itu Ayub membuka mulutnya” (3:1). Sekarang, setelah
lama menahan diri Ayub mulai berbicara. Mengapa?... Ayub
bertanya, “Mengapa Tuhan?” “Mengapa terang diberikan kepada
yang bersusah-susah dan hidup kepada yang pedih hati?” (3:20).
Makna Teologis: sesungguhnya, tidak ada jalan lain untuk
memiliki kehidupan dan terang kecuali jatuh terjerembab dahulu
ke dalam jurang kepahitan dan pengalaman yang menyesakkan.
Kebenaran menjadi hidup dan nyata setelah mereguk cawan
penderitaan dalam-dalam. Mari kita melihat (3:25) “Karena yang
kutakutkan, itulah yang menimpa aku … “. Berarti Ayub telah
lebih dulu tahu bahwa suatu ujian yang luar biasa akan datang,
sekalipun Allah tidak memberi rincian (di mana, bagaimana,
mengapa atau berapa lama).
- Jawaban Elifas (Pasal 4-5)
Elifas salah seorang teman terdekat Ayub. Setelah berdiam diri
Selama tujuh hari penuh, kehilangan kendali dan mulai
berbicaralah Elifas, Kesalkah engkau, bila orang mencoba
berbicara kepadamu? Tetapi siapakah dapat tetap menutup
mulutnya? (4:1-2) dan juga maksud pasal 4:8 adalah “Engkau
menuai apa yang kautabur”. Ini merupakan alasan Elifas terhadap
Ayub, Ayub sedang dihukum karena dosa. Ini merupakan
penerapan kebenaran yang keliru dan ini sungguh menyakiti hati
Ayub. Pasal 4:7 “Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak
bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?”. Betapa
sakitnya hati Ayub pada saaat itu.
- Jawaban Ayub (Pasal 6-7)
Kita lihat dalam Pasal 6:1-3, ringkasnya Ayub mengeluh bahwa
jika dapat ditimbang, dukanya akan lebih berat daripada semua
pasir di laut. Maka Ayub memohon belas kasihan dari teman-
temannya (6:14). Ia merasa dikhianati dan ditolak oleh mereka.
Maka Ayub berkata pada Pasal 6:15-17, “Saudara-saudaraKu
tidak dapat dipercaya seperti sungai, seperti dasar dari pada
sungai yang mengalir lenyap, yang keruh karena air beku, yang di
dalamnya salju menjadi cair, yang surut pada musim kemarau,
dan menjadi kering di tempatnya apabila kena panas”. Lalu ia
memohon kepada teman-temannya untuk menunjukkan letak
kesalahannya dengan berkata, “Ajarilah aku, maka aku akan diam;
dan tunjukkan kepadaku dalam hal apa aku tersesat” (6:24).
Pendalaman dan Makna Teologis: mungkin Ayub cukup
dramatis ketika ia membela dirinya sendiri di hadapan mereka.
Mengapa? Karena ia merasakan kesedihan yang mendalam.
Perkataanya pasti liar dan kasar. Kita harus bersikap lembut
kepada orang-orang yang begitu tertekan oleh dukacita. Bagaimana
kita akan bereaksi jika berada dalam situasi Ayub? Tetapi teman-
temannya, bukan bersikap terhadap keputusasaan Ayub, malah
merasa tersinggung, sehingga seluruh dialog mulai keluar kendali.
(bdgk. Ams 13:10).
- Percakapan Bildad (Pasal 8)
Dalam 8:3, Bildad membuat suatu pernyataan yang tepat tentang
Allah, tetapi kemudian dalam ayat 8:4 ia menyatakan bahwa anak-
anak Ayub meninggal sebagai akibat dari dosa-dosa mereka. Mari
kita lihat lagi ayat 8:6 “Ayub, JIKA engkau benar, maka Allah
akan membuatmu makmur!” begitu juga dalam ayat 13, bildad
mencakup bahwa Ayub sebagai seorang yang munafik. Ini
membuat segalanya kian buruk.
- Jawaban Ayub (Pasal 9-10)
Dalam jawaban Ayub yang kedua, ia mulai keluar dari urapan dan
mulai menyerang karakter Allah. Semangatnya mulai patah serta
hatinya mengeras dan ia mulai menuduh Tuhan tidak bertanggung
jawab.
a. “[Ia] Yang memperbanyak lukaku tanpa alasan” (Lihat pasal
9:17)
b. “[Ia] Yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya
dibinasakan” (lihat pasal 9:22)
c. “Bila cemeti-Nya membunuh dengan tiba-tiba, Ia mengolok-
olok keputusasaan orang yang tidak bersalah” (Lihat pasal
9:23).
Pendalaman: Ayub sedang keluar dari urapan dan
membiarkan segala sesuatu yang ia rasakan di hati keluar dari
mulutnya! Jelas bagi teman-temannya bahwa apa yang
sekarang Ayub katakan tentang Allah itu benar-benar salah.
Namun mereka sendiri tidak memiliki jalan keluar bagi situasi
itu. Semua diagnose dan sikap mereka tidak benar, mereka
telah salah menilai dia dalam situasi-situasinya. Jadi, mereka
telah begitu menutup hati Ayub, sehingga ia memandang
mereka sebagai musuh-musuhnya dan tidak dapat menerima
nasihat mereka lagi.
- Percakapan Zofar (Pasal 11)
Kini Zofar berbicara dan perkataannya sangat kasar. “…
Apakah orang yang banyak mulut harus dibenarkan? Apakah
orang harus diam terhadap bualmu? Dan kalau engkau mengolok-
olok, apakah tidak ada yang mempermalukan engkau?”(11:2-3).
Selanjutnya dalam Pasal 11:6 “… Maka engkau akan mengetahui,
bahwa Allah tidak memperhitungkan bagimu sebagian daripada
kesalahanmu.”
Pendalaman dan Makna Teologis: Tuduhan ini adalah
sebuah tuduhan serius yang dilakukan Zofar kepada Ayub. Zofar
menganggap dirinya sebagai wakil Allah dan sedang berbicara
dengan salah atas nama Allah.
Perkataan ketiga temannya kini menjadi kian buruk, yaitu
dari seorang penegur menjadi seorang pencaci-maki. Alkitab
memberitahu agar kita “menyatakan kesalahan, menegur,
menasehati dengan segala kesabaran” (2 Tim 4:2). Namun, sangat
disayangkan teman-teman Ayub telah kehilangan kendali dan kini
mulai mencaci-maki. Zofar mengutuk Ayub, bukan
menyadarkannya. Dimana Zofar berkata sangat pedas “Ayub telah
menerima suatu hukuman yang ringan untuk semua dosanya”
(11:6). Sikap ini kejam dan tidak senonoh dan berarti ia sedang
mencaci-maki Ayub.

Namun, di kemudian hari, ketiga temannya ditegur keras oleh


orang keempat, Elihu namanya (Lihat Pasal 32:3) dan Elihu menyanggah
perkataan dari ketiga temanya tadi terhadap Ayub dalam Pasal 32:12, …
tiada seorangpun yang mengecam Ayub, tiada seorangpun di antara
kamu menyanggah perkataannya”.

- Nasihat Elihu Kepada Ayub (Pasal 32-37)


Elihu adalah ke empat yang pendiam. Ia jauh lebih muda
daripada yang lainnya, meskipun demikian lebih mendalam dalam
hal-hal rohaniah. Kini Roh Tuhan turun atasnya dan ia mulai
berbicara atas nama Tuhan. Ia adalah seorang nabi dan juga benar-
benar merupakan seorang gambaran Kristus.15
Kemarahan Elihu bangkit atas Ayub, karena “ia
menganggap dirinya lebih benar daripada Allah.” (32:2). Ini
merupakan kemarahan Ilahi! Roh Tuhan mengendalikan Elihu dan
Roh Allah yang ada di dalamnya itu marah.
(32:3) Elihu berkata kepada ketiganya, “… Tiada
seorangpun yang menyakinkan Ayub atas kesalahannya ataupun
yang memberinya jawaban” (32:12 KJV – Alkitab Versi Raja
James Version)
Makna Teologis: kita tidak dapat mempersalahkan seseorang
tanpa menunjukkan suatu jalan keluar kepadanya.
(32:14). “… Aku tidak akan menjawabnya dengan
perkataanmu.” Elihu disini memiliki pandangan rohani yang lebih
baik dan tidak akan memakai logika ketiga temannya. Menurut

15
Paul G. Caram, Mengubah Kutuk menjadi Berkat, (Jakarta: Voice of Hope, 2004), 53-54.
teologi ketiga temannya tadi, Ayub pasti berdosa karena semua
tragedy yang menimpa dia.
Maka Elihu mengadapi Ayub dalam pasal 33:6 ia berkata:
“Sesungguhnya, bagi Allah aku sama dengan engkau, akupun
dibentuk dari tanah liat.”
Pendalaman: ini adalah tanggapan terhadap keluhan Ayub dalam
Pasal 9:32-33 tadi, bahwa Allah bukanlah seorang manusia dan
karena itu tidak dapat memahaminya dengan logika manusia.
- Elihu menunjukkan Kesalahan Ayub dengan Tepat
Elihu menunjukkan dengan tepat problem Ayub …
“Sesungguhnya, dalam hal tu engkau tidak benar”. Mengapa Elihu
berkata demikian? Karena Ayub menuduh Allah dalam ayat 10
…”mencari-cari alasan terhadap aku dan menganggap aku
sebagai musuh-Nya.” Di Ayat 12 merupakan pesan Elihu terhadap
Ayub …”Allah itu lebih dari pada manusia.”
- Nasehat Elihu kepada Ayub
Dalam Pasal 34:31-32, “Tetap kalau seseorang berkata
kepada Allah: Aku telah menyombongkan diri, tetapi aku tidak
akan lagi berbuat jahat; apa yang tidak kumengerti, ajarkanlah
kepadaku; jikalau aku telah berbuat curang, maka aku tidak akan
berbuat lagi.”
Penjelasan: di sini Elihu menasehati Ayub untuk
memanjatkan Doa ini “Apa yang tidak kumengerti, ajarkanlah
kepadaku” (dengan kata lain, Tuhan tunjukkanlah letak
kebutaanku). Inilah seharusnya cara yang digunakan oleh ketiga
tema Ayub, namun mereka malah mengecam dan mempersalahkan
Ayub.
Elihu melanjutkan dalam Pasal 35:2, Apakah engkau
menganggap apa yang engkau katakan ini benar: Aku lebih benar
daripada Allah?” Ini merupakan teguran kepada Ayub.
Penjelasan: di sini sekali lagi kita dapati akar problem
Ayub, “Tuhan Engkau tidak adil, engkau tidak memiliki hak untuk
membuatku melewati ujian ini. Aku tidak melakukan kesalahan
apapun yang membuatku layak melewatinya!” Ayub menemukan
kesalahan dalam Allah, tetapi sebaliknya tidak menemukan
kesalahan dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, Ayub sedang
berkata bahwa ia lebih benar daripada Allah. Tetapi Elihu
menasehati Ayub dengan kuasa Roh Tuhan, pasal 35:2, Ayub
sekali lagi ditegur oleh Elihu, ditegur dengan keras karena telah
menagtakan bahwa tidak berguna hidup benar. Allah
memperlakukan orang benar dan orang fasik dengan cara yang
sama.
II.7. Makna Persahabatan dari Kitab Ayub dalam Menghadapi
Penderitaan
Diatas telah dipaparkan bahwa sahabat Ayub bernama Elifas, Bildad,
Zofar dan Elihu. Cara mereka merespon dari penderitaan Ayub juga telah jelas
diatas. Ketiga temanya bernama Elifas, Bildad dan Zofar menyalahkan Ayub,
mencaci-maki Ayub, yang membuat hati Ayub semakin down dan meluluh
lantahkan hatinya. Ketiga orang ini sebenarnya tidak pantas dinamai sahabat,
karena seorang sahabat didalam kitab Amsal 17:17 akan menaruh kasih setiap
waktu dan menjadi seorang saudara didalam kesukaran. Seperti ada ungkapan,
“ada uang abang sayang, tidak ada uang abang melayang”, seperti ungkapan
inilah ketiga teman Ayub, disaat bergelimang harta Ayub disayang dan dipuja,
ketika semuanya lenyap dan menjadi sebatang kara, Ayub dilupakan. Zaman
sekarang sangat sulit sekali mencari sahabat, mungkin kalau mencari teman itu
gampang, tapi mencari sahabat itu susah. Artinya ketika yang dinamakan sahabat
berarti mau berkorban dan bisa menerima disaat kegagalan disetiap musim
kehidupan kita.
Walaupun demikian cerita persahabatan Ayub belum berakhir, cerita
kehidupan Ayub terus bergulir melalui kehadiran Elihu yang merupakan
sahabatnya. Elihu tampil beda dari ketiga sahabatnya tadi (Elifas, Bildad, Zofar),
padahal Elihu dari segi umur dia adalah paling muda dari ketiga sahabatnya tadi.
Tetapi tidak terlalu muda jika Allah berkenan. Kehadiran Elihu menyejukkan,
menentramkan, menguatkan Ayub dan memberikan pemikiran baru. Seperti
dalam pasal 33:6 ia berkata: “Sesungguhnya, bagi Allah aku sama dengan engkau,
akupun dibentuk dari tanah liat.” Dari kutipan ini Elihu tidak menyalahkan Ayub,
tetapi merangkul dan sama-sama memohon belas kasihan Tuhan, terbukti di pasal
34:31-32, “Tetap kalau seseorang berkata kepada Allah: Aku telah
menyombongkan diri, tetapi aku tidak akan lagi berbuat jahat; apa yang tidak
kumengerti, ajarkanlah kepadaku; jikalau aku telah berbuat curang, maka aku
tidak akan berbuat lagi.” Berarti Elihu mengajak Ayub untuk berdoa kepada
Allah seperti teks tersebut. Jadi dapat dikatakan Elihu lah sahabat yang sejati dari
pada ketiga sahabatnya tadi.
Ketika seribu jalan tertutup maka Tuhan tidak pernah kehabisan cara
untuk meolong kita. Kehadiran Elihu sebagai sahabat sejati Ayub tidak terlepas
dari kuasa Allah. Allah mengurapi dan memberi Roh kepada Elihu untuk
menyejukkan hati Ayub yang porak-poranda. Berarti jika kita ingin menjadi
sahabat sejati untuk bagi sesama kita, mari minta hikmat dari Allah maka dia akan
mengajarkan kita bagaimana seorang sahabat yang sejati. Sehingga setiap
perkataan yang keluar dari mulut kita seperti madu bukan sebaliknya seperti
racun. Pilihan ada ditangan kita, apakah kita ingin seperti ketiga sahabat Ayub
(menghasilkan racun) atau Elihu (menghasilkan madu).

III. Kesimpulan
Jadi, yang menjadi kesimpulan adalah jadilah kita menjadi sahabat sejati. Mari
belajar menjadi Elihu-Elihu masa kini, yang menaruh kasih setiap waktu, dan
menjadi seorang saudara dalam kesukaran dan kesasakan. Bukan hanya kepada
mereka yang kita kenal, atau keluarga kita tetapi semua orang. Setiap perkataan
kita hendaknya berbuah madu jangan sebaliknya berbuah racun. Pilihan ditangan
kita!
IV. Daftar Pustaka
...., The Wycliffe Bible Commentary (Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Perjanjian Lama Ayub-
Maleakhi.
Baxter J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 2 AYUB-MALEAKHI. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/ OMF, 2002.
Bergant Dianne, Robert J. Karris. Tafsir Perjanjian Lama. Yogyakarta: KANISIUS, 2002.
Bijl C. Ayub Sang Konglomerat. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2004.
Browning W. R. F,. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Caram Paul G. Mengubah Kutuk menjadi Berkat. Jakarta: Voice of Hope, 2004.
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2012.
Douglas D. J. Ensiklopedia Masa Kini Jilid 2 M-Z. Jakarta: YKBK/OMF, 1997.
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, 239.
Frommel. Maire-Claire Barth. Ayub Bergumul Dengan Penderitaan Bergumul Dengan Allah.
Jakarta: BPK-GM, 2016.
Saragih Agus Jetron. Kitab Ilahi. Medan: Bina Media Perintis, 2016.
Setiawan Andrew Abdi. Ya Tuhan Mengapa Engkau Ambil Dia Dariku? Penghiburan Bagi
Orang Yang Berduka. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Anda mungkin juga menyukai