PENGANTAR TEOLOGI
SISTEMATIKA
Dosen:
Jessica Elizabeth Abraham, M.Th
BANDUNG
PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIKA
▪ Istilah Teologi berasal dari kata Theos (artinya Tuhan) dan Logos (artinya ajaran).
Jadi Teologi bisa diartikan sebagai ajaran tentang Tuhan.
▪ Sesuatu dapat digolongkan sebagai sebuah ilmu / sains jika ia dapat diatur secara
sistematis dan logis dari sejumlah data yang ada. Jadi, teologi bisa disebut sebagai
sains karena pemahaman tentang Allah dan hal-hal yang ilahi ini dapat disajikan
dalam pengertian yang logis.
▪ Nama lain dari Teologi Sistematika adalah Dogmatika. Bentuk tunggalnya adalah
Dogma yang berarti pendapat, azas, keputusan, perintah, hukum atau peraturan.
Berasal dari kata kerja dokein yang artinya menduga / mengira.
▪ Pada abad ke 2 & 3, tokoh Kristen mula-mula menghubungkan kata “dogma” bukan
hanya dengan “ajaran iman Kristen” tapi juga dengan “kehidupan Kristen”.
Pengertian ini tepat sebab teologi berhubungan dengan religi (religion / agama).
Religi (bhs Latin) artinya mengikat. Jadi seluruh kegiatan yang mengikat manusia
dengan Allah dalam persekutuan disebut religi. Sementara Teologi adalah
pengetahuan tentang Tuhan; Religi adalah praktek ibadah kepada Tuhan. Teori &
praktek harus bersama.
▪ Mulai abad ke 4, nuansa kehidupan Kristennya dalam kata dogma makin berkurang.
Kini, yang lebih ditekankan adalah pengertian dogma sebagai “ajaran Kristen”,
bahkan ajaran Gereja. Hal ini terlihat jelas dalam ajaran gereja Roma Katolik yang
menekankan bahwa dogma adalah suatu ajaran gereja yang tidak dapat salah dan
tidak dapat ditentang. Mis: Paus dalam keputusannya tidak bersalah (Infallibilitas
Paus)
1
▪ Pada masa Reformasi yang dipimpin Martin Luther (1517) pandangan dogma gereja
tidak dapat salah dan tidak dapat ditentang ini justru ditentang. Luther memberi
ungkapan Sola Scriptura (artinya “Hanya Alkitab”). Istilah Luther ini menunjukkan
bawa Paus dan ajaran-ajarannya tidak mutlak benar / masih dapat salah bahkan
perlu dirubah. Mengapa? Sebab dogma gereja itu suatu usaha manusia. Sebagai
usaha manusia, dogma bersifat relatif, dapat salah dan dapat diubah. Oleh sebab
itu, dogma harus selalu ditinjau dan cocokkah dengan kebenaran Alkitab yang
sifatnya mutlak. Luther mengistilahkannya sebagai Ekklesia Semper Reformanda
(Gereja harus selalu direformasi). Suatu dogma gereja bisa dikatakan benar kalau
cocok / sesuai dengan Alkitab karena Alkitablah yang berwibawa secara mutlak.
▪ Dogmatika penting karena memberikan pegangan yang kokoh dan jelas kepada
anggota jemaat sehingga tidak mudah tersesat ataupun disesatkan (I Tim 4:1-16, II
Pet 3:17-18]. Dengan berdogmatika maka gereja bersikap mawas diri terhadap apa
yang diberitakannya supaya pemberitaannya tidak menyimpang. Dogmatika juga
penting untuk untuk menjawab permasalahan / pergumulan hidup umat manusia
dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Jadi, dalam berteologi / berdogma,
gereja juga harus melihat situasi konkrit dan aktual yang mempengaruhi pemikiran
dan tingkah laku orang Kristen. Dengan kata lain, Alkitab harus benar-benar ditelaah
agar “menyapa orang pada zamannya” (relevan dgn kebutuhan manusia).
Dalam ilmu teologi, dogmatika ditempatkan dalam vak Teologi Sistematika. Sementara
Ilmu Teologi sendiri terbagi atas 4 bidang yaitu:
1. Teologi BIBLIKA (Eksegetis). Tujuannya untuk menyelidiki apa yang tertulis
dalam Alkitab. Yang termasuk dalam vak ini misalnya: pengantar PL / PB, teologi PL
/ PB, tafsiran, hermeneutika, bahasa Ibrani-Yunani.
2
2. Teologi SISTEMATIKA. Tujuannya menyelidiki apa yang menjadi pokok-pokok
kepercayaan Alkitab dan bagaimana hidup sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Yang termasuk dalam vak ini adalah dogmatika, etika, apologetika.
3. Teologi HISTORIKA. Tujuannya menyelidiki sejarah umat Tuhan dalam Alkitab
dan gereja sejak jaman Kristus. Yang termasuk di dalamnya adalah sejarah Alkitab,
sejarah gereja, sejarah pekabaran Injil, sejarah ajaran dan sejarah pengakuan iman.
4. Teologi PRAKTIKA. Tujuannya membahas penerapan pokok-pokok teologi dalam
kehidupan praktis untuk pembinaan dan pelayanan meliputi: pastoral, homiletika,
pendidikan agama Kristen (PAK), penginjilan, administrasi gereja, dll.
Sementara itu ada lagi bidang teologi yang menyelidiki agama-agama di luar
kekristenan (seperti Islam, Hindu, Budha, agama suku) dari sudut pandang teologi
Kristen yang Alkitabiah disebut Teologi Religi.
3
II. DOKTRIN KRISTEN
▪ Sangat penting bagi kita untuk mempelajari doktrin Alkitab yang sehat dan menguji
seluruh doktrin itu dengan keutuhan konteks dari Firman Allah yang tidak mungkin
keliru. Doktrin yang diterima, dipercayai dan ditaati menentukan karakter seseorang,
kelakuan dan tujuan hidupnya.
▪ Doktrin dapat diartikan sebagai pengajaran, prinsip agama yang diajarkan, atau
mengajarkan isi pokok / hakekat. Dalam kaitan ini, kata doktrin menunjuk pada
kebenaran Firman Allah yang diajarkan.
PENTINGNYA DOKTRIN
Pada zaman ini, ada banyak serangan dilontarkan terhadap doktrin yang sehat (II Tim
4:3). Alkitab mengingatkan agar kita tidak terkecoh oleh ajaran Iblis, pengajaran nabi
palsu dan filsafat manusia yang menyesatkan misalnya seperti faham Farisi dan Saduki.
Dalam kitab Wahyu, ada beberapa doktrin yang dikutuk Kristus karena menyesatkan
seperti ajaran Bileam, Nikolaus dan Izebel.
1) Tidak ada catatan Alkitab bahwa Yesus atau para rasul merumuskan atau membuat
suatu sistem doktrin yang sudah jadi dan baku.
Sanggahan:
Yesus dan para rasul memang tidak membuat catatan doktrin Kristen secara
sistematis tapi seluruh ajarannya merupakan fondasi dari seluruh buku dalam
Alkitab. KPR 2:42 mengikutsertakan pengajaran rasul-rasul. Jadi, kita butuh
pernyataan kebenaran yang sistematis dan berotoritas sebagai dasar kepercayaan
kita. Pengetahuan doktrin juga sangat diperlukan untuk memperlengkapi pengajar
Kristen
2) Gereja tidak membutuhkan doktrin, karena doktrin bersifat memecah belah, itulah
sebabnya mengapa banyak sekali denominasi.
Sanggahan:
Seperti bintang ada sebelum astronomi, kehidupan ada sebelum biologi, bunga ada
sebelum botani, Allah ada sebelum teologi, doktrin ada sebelum gereja ada. Bukan
gereja yang mula-mula memiliki doktrin, tetapi Allah! Orang yang menolak doktrin
4
Allah menyebabkan perpecahan. Perpecahan bisa saja terjadi karena faktor
kedagingan manusianya dan karena penafsiran yang berbeda; bukan karena
kesalahan doktrin itu sendiri.
3) Tidak jadi masalah apa yang kau percayai, yang penting siapa yang kau percaya.
Sanggahan:
Tidak mungkin memisahkan Kristus dari pengajaran-Nya sebab Kristus dan Firman-
Nya itu satu. Seorang tidak dapat menerima Kristus dan menolak apa yang Dia
ajarkan. Seseorang yang menerima Kristus sepenuhnya berarti menerima doktrin-
Nya sepenuhnya juga (Yoh 7:16-17).
4) Engkau bisa benar dalam doktrinmu dan salah dalam sikap hati/motivasimu dan itu
tidak berkenan kepada Allah; atau engkau dapat salah dalam doktrinmu dan benar
dalam sikap hatimu dan itu lebih berkenan kepada Allah.
Sanggahan:
Pendapat yang menyatakan bahwa sikap hati yang benar lebih penting dari pada
doktrin yang benar adalah setengah kebenaran. Keinginan Allah adalah agar kita
benar dalam keduanya; baik dalam sikap hati maupun doktrin. Karena apa yang kita
percaya akan mempengaruhi sikap hati dan kelakuan kita. Jadi keduanya tidak boleh
dipisahkan. Pengetahuan doktrin penting bagi pengembangan karakter Kristen.
5) Doktrin itu kering, tumpul dan mati dan tidak berguna bagi kita pada masa kini,
yang dibutuhkan adalah pengajaran praktis sebab pengalaman lebih penting dari
pada doktrin.
Sanggahan:
Kalimat di atas hanya setengah benar. Harus diakui bahwa seringkali penyampaian
doktrin itu kering dan membosankan. Tetapi, meskipun demikian, pentingnya
doktrin tidak boleh diabaikan. Pengalaman tanpa diterangi oleh doktrin yang
Alkitabiah akan melenceng dan sesat. Doktrin yang benar akan menuntun orang
pada kehidupan yang benar, teori menuntun pada praktek, penafsiran menuntun
pada penerapan. Pengalaman justru harus diukur dalam terang Firman. Teologi
pengalaman harus didasarkan pada teologi Alkitabiah sebab sesuatu yang sifatnya
subyektif harus didasarkan pada yang obyektif. Teologi yang didasarkan pada
pengalaman cenderung menyesatkan orang.
Karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti: SIAPA yang kita
percaya, APA yang kita percaya dan MENGAPA kita percaya hal itu.
5
III. PENYATAAN ALLAH
ISTILAH
Istilah “Penyataan” memiliki akar kata Gala (bhs. Ibrani) yang artinya keadaan
telanjang (Bnd. Kel 20:26). Padanannya dalam bahasa Yunani adalah apokalipto yang
berarti menyingkapkan, menanggalkan, membuka selubung, menunjukkan yang
tersembunyi atau memberitahukan tentang yang tak kenal. Jadi, kata-kata itu adalah
selalu mengenai munculnya apa yang tersembunyi. Dalam arti teologis, ini berarti
bahwa Allah menyatakan diri-Nya yaitu membuat Ia dikenal oleh manusia.
PERLUNYA PENYATAAN
Agama Kristen adalah agama penyataan. Kepercayaannya adalah suatu iman yang
didasarkan atas penegasan bahwa Allah yang tersembunyi telah mendatangi manusia
dan menyatakan diri-Nya sendiri.
Mengapa Allah menyatakan diri-Nya sendiri? Setidaknya karena dua alasan berikut:
1. Manusia adalah makhluk ciptaan (Kej 1:27).
Ada perbedaan hakekat antara manusia dengan Allah. Perbedaan ini meliputi juga
perbedaan pengetahuan. Allah mengenal segala-galanya sedangkan manusia tidak
tahu apa-apa tentang Allah jika Allah tidak menyatakan diri-Nya. Penyataan Allah
memungkinkan manusia untuk memperoleh pengetahuan yang secukupnya tentang
Dia.
2. Manusia telah jatuh ke dalam dosa.
Kejatuhan dalam dosa mempengaruhi keberadaan manusia khususnya tentang
realitas moral dan spiritual. Dosa telah membuat manusia buta dan bodoh mengenai
perihal Allah. Pengertian sejati tentang Allah tidak bisa dicapai oleh akal budi
manusia karena itu manusia memerlukan penyataan Allah.
Jadi, yang dimaksud dengan PENYATAAN ALLAH adalah tindakan Allah menyatakan diri-
Nya untuk dikenali oleh manusia. Allah menyatakan diri sebab manusia sudah tidak
dapat lagi mengenal Allah dengan benar berdasarkan kemampuan sendirinya. Dosa
telah mengaburkan pengenalan manusia akan Allah.
B. PENYATAAN KHUSUS
Penyataan umum sifatnya terbatas. Jadi, Allah kemudian menyatakan diri-Nya
dengan lebih lengkap dan jelas melalui penyataan khusus. Yaitu melalui:
a. Tuhan Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang hidup (Yoh 1:14,18). Di dalam
Yesus manusia dimampukan bukan saja untuk menyadari adanya Allah, tetapi
juga untuk mengenal Dia secara pribadi.
b. Alkitab sebagai Firman Allah yang tertulis.
Meski sudah ada penyataan khusus, ada 2 kenyataan yang tetap terjadi yaitu:
1. Ada manusia yang menolak /menentangnya.
2. Ada manusia yang menerima. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus (Yoh 1:5, 9-12)
Maka, untuk mengenal Allah, manusia harus diselamatkan dan diubahkan oleh
penyataan; bukan hanya diberitahukan dan diajarkan saja. Roh Kuduslah yang
membuat penyataan Kristus jadi efektif. Orang yang suka melawan diubah-Nya menjadi
patuh. Orang yang buta diubah-Nya jadi percaya kepada Injil.
7
Menurut Gereja Roma Katolik, jawabannya “ya” (bisa). Dari sinilah dikenal apa yang
disebut “Teologi Naturalis”. Paham ini mengajarkan bahwa untuk mengenal Allah
ada 2 unsur yaitu:
1. Sumber supranatural : Dinyatakan dengan penyataan & dianggapi dengan iman
2. Sumber Natural : Dinyatakan dengan akal-budi dan ditanggapi dengan akal.
Yang menjadi masalah adalah Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa dosa
merusak bakat supranatural tetapi tidak merusak bakat natural. Karena itu, gereja
Roma Katolik percaya bahwa manusia bisa mengenal Allah / menjangkau Allah
melalui sumber naturalnya yakni akal budi manusia. Mereka percaya bahwa manusia
masih punya kemampuan akali dalam dirinya untuk mengenal Allah secara lengkap;
yaitu melalui kenyataan yang terdapat dalam alam semesta ini.
Sanggahan kita:
Yang dibutuhkan manusia berdosa bukan penambahan tapi pembalikan (atau
pertobatan / conversion). Pembalikan artinya bukan lagi manusia yang berusaha
mencari Allah tetapi Allah yang mencari manusia. Inilah hakekat ke-Kristen-an.
KeKristenan tidak memoles yang jelek supaya menjadi bagus namun mengubah
manusia secara total menjadi manusia baru. Pandangan Teologi Naturalis Gereja
Roma Katolik ini ditentang oleh para Reformator baik Martin Luther maupun
Johanes Calvin.
➢ Menurut Luther, manusia tidak mempunyai kemampuan sedikitpun untuk dapat
mengenal Allah. Dalam hal ini, akal manusia praktis hanya seperti batu atau kayu
saja yang merupakan benda-benda mati.
➢ Menurut Calvin, di dalam diri manusia sebenarnya sudah tertanam kesadaran
akan Allah. Hal ini terbukti dengan adanya agama-agama di dunia. Tetapi,
kesadaran itu menjadi tidak jelas karena dosa. Untuk itulah diperlukan
Penyataan Khusus supaya manusia bisa sampai pada pengenalan sejati akan
Allah. Melalui Penyataan Khusus inilah maka Penyataan Umum tadi menjadi
terang dan jelas lagi.
8
Sebagai reaksi atas Rasionalisme, Karl Barth berpendapat bahwa penyataan umum
itu tidak ada. Yang ada hanyalah penyataan Allah di dalam dan melalui Yesus
Kristus. Dalam hal ini Barth melihat seluruh keberagaman manusia sebagai
ANTITESHE (artinya lawan dari pada penyataan Allah tadi). Ia menganggap, bahwa
ciptaan-ciptaan lain hanya merupakan kreasi / karya Allah dan bukan penyataan
umum. Dapat dikatakan bahwa keberagaman manusia adalah seperti membangun
sebuah menara Babel; dari bawah, dari tanah, dari diri sendiri, manusia berusaha
memanjat untuk sampai kepada Allah. Makanya penyataan dalam pengertian
Kristen adalah penghukuman segala keberagaman manusia sebab penyataan harus
diarahkan sebagai suatu garis dari atas ke bawah. Allah turun sampai ke dunia ini
kepada kita manusia (Kej 11:1-9). Karena itu, penyataan Allah juga merupakan
anugerah bagi orang yang mau menyebut Yesus Kristus, Allah yang mau turun ke
dunia.
9
IV. ALKITAB (BIBLIOLOGI)
A. PERLUNYA ALKITAB
Penyataan Allah yang menjelma melalui Yesus Kristus harus diteruskan kepada
generasi-generasi selanjutnya sehingga perlu dibukukan sebagai kesaksian yang tetap
dan terjaga kemurniannya. Maksudnya adalah supaya orang-orang yang hidup sesudah
zaman Tuhan Yesus Kristus, tetap dapat percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan
oleh karenanya tetap dapat mendapatkan hidup yang kekal (Yoh 20:31).
B. SIMBOL ALKITAB
Allah mengumpakan firman-Nya dalam banyak gambaran untuk menunjukkan keunikan
kebenaran Alkitab yang dapat dinyatakan dengan berbagai macam cara. Kitab Suci itu
digambarkan seperti:
1. Api (Yer 23:29)
2. Palu (Yer 23:29)
3. Lampu/Pelita (Maz 119:105)
4. Cermin (Yak 1:23)
5. Susu ( I Pet 2:2)
6. Buluh / Tongkat Pengukur (Wah 11:1-2)
7. Benih (I Pet 1:23, Lk 8:11, Yak 1:18)
8. Pedang (Ibr 4:12)
9. Air (Ef 5:26, Yoh 15:3, 17:17, Maz 119:5,9)
10. Emas (Maz 19:7-10, Ayub 28:1, Ams 25:2)
11. Madu (Maz 19:10, Wah 10:10)
12. Paku (Peng 12:11)
13. Roti (Mat 4:4, Maz 119:103, Yes 55:10)
14. Mutiara (Mat 7:60)
15. Jangkar/Sauh (Ibr 6:18-19).
16. Bintang (II Pet 1:19, Wah 2:28)
17. Makanan keras (Ibr 5:14)
10
C. PENGILHAMAN ALKITAB
Alkitab diilhamkan (II Tim 3:16). Kata “diilhamkan” (Bhs. Yunani: theopneustos) secara
harfiah memiliki arti “dihembus nafas - oleh Allah”. Ini menyatakan asal dan sifat
ilahinya. Yang diilhamkan itu ialah segala tulisan dalam Alkitab. Yang mengilhamkan
ialah Allah sendiri (I Kor 2:13). Oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas
nama Allah ( II Pet 1:19-21).
Namun ini tidak berarti bahwa orang-orang yang menulis kitab suci itu menjadi seperti
mesin yang diperalat Allah karena kepribadian setiap penulis Alkitab tetap sepenuhnya
tercermin di dalam tulisan mereka. Gaya penulisan tiap-tiap pribadi itu jelas terlihat
berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian, walaupun kemampuan mereka
secara manusia memainkan pernan, sebenarnya mereka itu dengan cara yang unik
dipimpin oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya mengapa Alkitab dinamakan Firman Allah
(Markus 7:13, Ibrani 4:12, dsb.)
Mengatakan bahwa Alkitab diilhamkan Allah tidaklah berarti bahwa semua sikap dan
gagasan yang disebutkan di dalam Alkitab itu datang langsung dari Allah. Yang dicatat
dalam Alkitab itu termasuk juga kata-kata orang jahat dan orang bodoh, bahkan kata-
kata iblis sendiri. Bagian-bagian seperti itu bukanlah pernyataan Allah sendiri atau kata-
kata Allah sendiri, tetapi kata-kata itu dicantumkan di dalam Alkitab karena Allahlah
yang mengilhamkannya, dan karena Allah mempunyai maksud tertentu.
1. PENGILHAMAN MEKANIS.
Pandangan ini melihat bahwa Alkitab diilhamkan secara hurufiah / setiap kata-
katanya didiktekan oleh Allah.
Sanggahannya:
Dalam Alkitab ada berbagai macam bahan tulisan yang digunakan digunakan para
penulis. Misalnya, ada yang terima langsung dari Allah. Seperti dua loh batu (Ul
9:10), Kisah Penciptaan (Kej 1-2) atau perkataan lain yang langsung diberitakan
Allah untuk ditulis (Yer 30:1-2). Ada juga bahan yang didapat dari penyelidikan (Lk
1:1-4). Ada juga bahan sejarah yang ditulis oleh orang yang mengalami sendiri
peristiwa itu (Kis 16:10-13, 20:5-21:18). Ada juga bahan yang diperoleh dari
catatan-catatan yang memang sudah ada dan bahan-bahan lainnya. Bahkan, gaya
bahasa penulisan di Alkitab juga berbeda-beda karena Allah tetap menggunakan
bakat para penulis kitab suci itu untuk menulis. Jelaslah bahwa pandangan
pengilhaman mekanis itu tidak dapat dipertahankan.
3. PENGILHAMAN DINAMIS.
Pandangan ini berpendapat bahwa makin dekat hubungan penulis dengan Kristus,
makin dapat dipercaya tulisannya. Dengan kata lain, pandangan ini memercayai
adanya berbagai tingkatan pengilhaman. Akibatnya bagi mereka mungkin saja kitab
Yesaya lebih diilhamkan daripada Tawarikh atau Injil Yohanes lebih diilhamkan
daripada surat Ibrani. Bahkan, pendapat ini menganggap bahwa hanya sebagian
Alkitab saja yang diilhamkan; yaitu bagian yang memberikan informasi yang tidak
mungkin bisa diketahui dengan cara lain seperti kisah Kejadian. Sementara, mereka
berpendapat bahwa kisah sejarah tidak diilhamkan.
Sanggahannya:
Allah pernah memakai beberapa orang tidak beriman untuk bernubuat. Bahkan, apa
yang mereka ucapkan pun tercatat dalam Alkitab. Misalnya perkataan Bileam
kepada bangsa Israel dan Kayafas.
5. PENGILHAMAN KONSEP.
Pandangan ini berpendapat bahwa Allah hanya mengilhamkan konsep di Alkitab saja
secara global. Sehingga, konsep kebenaran dalam Alkitab pasti benar namun kata-
katanya bisa salah karena ditulis oleh manusia yang terbatas.
Sanggahannya:
II Tim 3:16 mengatakan bahwa yang diilhamkan adalah semua tulisan yang ada di
Alkitab; bukan hanya konsepnya saja.
12
7. PENGILHAMAN SECARA ORGANIS. INI PANDANGAN YANG BENAR.
Pandangan ini melihat bahwa Tuhan memakai manusia sebagai alat pilihan-Nya.
Dalam hal ini manusialah yang bekerja untuk memilih kata-kata dan cara
menguraikannya sendiri-sendiri. Tapi, pada akhirnya, semua yang ditulisnya itu
sesuai dengan kehendak / maksud yang ingin disampaikan Allah. Yang dilhamkan
juga adalah semua tulisan yang ada dalam Alkitab (Plenary Verbal Inspiration) dan
bukan hanya konsep saja. Disini, kita melihat ada dua faktor penting berkaitan
dengan pengilhaman Alkitab yakni Allah dan manusia.
Dalam naskah asli Alkitab (original authographs) tidak terdapat kesalahan. Bagaimana
mungkin terdapat kesalahan pada firman Allah? Allah tidak dapat dan tidak mungkin
berdusta serta firman-Nya tidak dapat mengatakan hal-hal yang tidak benar. Apa yang
difirmankan Allah itu tidak mungkin salah. Pemazmur menulis, “Firman Allah itu
sempurna, murni, tepat, kekal selamanya.” Memang tidak semua salinan naskah Alkitab
tanpa kesalahan. Naskah asli Alkitab sudah tidak ada (sebab ditulis pada perkamen atau
papyrus yang cepat tua dan lapuk). Karena itu, dibuat banyak salinan dengan tulisan
tangan yang kemudian disalin lagi. Jadi, bisa saja ada kesalahan dalam salinan dan
memang terdapat beberapa perbedaan dari beberapa salinan. Banyak sarjana yang
menyelidiki naskah untuk mencoba menentukan mana salinan yang lebih awal. Dalam
Alkitab New International Version perbedaan yang ada dalam salinan kuno itu dicatat di
catatan kaki (footnotes) sedangkan dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi tanda kurung
[...], misalnya: Yoh 7:53 – 8:11 dan Markus 11:26.
13
Pengilhaman (Inspiration) adalah proses dimana penyataan itu dicatat. Contoh:
Musa menerima Dasa Titah melalui penyataan tetapi dia mencatatnya dalam buku di
bawah pengilhaman Roh Allah.
- Penerangan (Illumination) adalah proses Roh Kudus menerangi pengertian manusia
sehingga mampu menerima penyataan Allah. Iluminasi adalah pembukaan
pengertian secara adikodrati untuk menerima sesuatu yang dinyatakan dalam Kitab
Suci Lk 24:16, 27, 31).
2. Saat waktu Allah tiba, Allah memberikan firman-Nya kepada penulis dan
menggerakkan dia untuk menulis. Kadang Allah memberikan Firman untuk
dikhotbahkan dulu baru ditulis. Misalnya, Paulus. Ada juga firman yang diberikan
langsung sehingga penulis segera menuliskannya. Terkadang Roh Kudus
menggerakkan penulis untuk menuliskan hal yang telah diketahui atau dialaminya.
Namun terkadang juga Roh Kudus menggerakkan mereka untuk menulis hal yang
tidak mereka pahami atau alami. Misalnya, nubuatan. Yang jelas, Roh Kudus
menggerakkan penulis untuk menulis apa yang dikehendaki-Nya.
1. Pandangan LIBERAL.
Pandangan ini berpendapat bahwa Alkitab bukan firman Allah sepenuhnya karena
ada kata-kata manusia di dalamnya. Mereka juga percaya bahwa kata-kata dalam
Alkitab juga bukan firman Allah selengkapnya; sebaliknya, firman Allah juga tak
selengkapnya ada dalam Alkitab. Kaum liberal berpendapat bahwa manusia tidak
hanya dapat menemukan firman Allah dalam Alkitab tapi juga melalui refleksi moral
dan rasio. Allah memberikan kepada penulis pengertian tentang kebenaran melalui
iluminasi dalam kadar yang berbeda. Bila kondisi rohani baik, makin baik pula
tulisannya. Penulis dipercaya mempunyai intuisi alamiah tentang hal-hal rohani;
bukan pengilhaman supranatural dari Roh Kudus. Jadi, Alkitab hanya dianggap
buku catatan agama suatu bangsa. Peran manusia aktif sementara Allah pasif.
Akhirnya, rasio manusia menjadi ukuran mana firman Allah dan mana yang bukan.
14
2. Pandangan NEO ORTODOKS.
Pandangan ini berpendapat bahwa Alkitab berisi atau mengandung firman Allah.
Teologi ini muncul sebagai reaksi terhadap liberalisme. Mereka ingin kembali pada
kewibawaan Alkitab hanya sayangnya, masih menerima kritik tinggi (higher
criticism) yang menganggap bahwa ada bagian Alkitab yang bukan firman Allah.
Menurut Karl Barth, kata-kata dalam Alkitab akan menjadi firman Allah jika Allah
menggunakan saluran yang tidak sempurna itu (Alkitab) untuk berbicara kepada
manusia. Bila manusia mengerti, kata-kata itu menjadi firman Allah baginya.
sehingga sifatnya menjadi sangat subyektif dan tergantung pembacanya. Tokoh
lainnya, misalnya, Rudolf Bultmann mengajarkan bahwa untuk mendapatkan firman
dari Alkitab maka Alkitab harus dibebaskan dari mitos-mitos. Istilahnya dikenal
sebagai demitologisasi. Baginya, pembaca Alkitab harus dapat melihat menembusi
catatan sejarah yang salah dengan membuang segala dongengnya. Intinya, Alkitab
akan menjadi firman Allah ketika seseorang dihadapkan dengan kasih Allah yang
mutlak dibalik kisah Alkitab yang keliru. Misalnya, kisah kejatuhan manusia dalam
dosa, kisah Yunus ditelan ikan besar). Pertanyaannya, jika penulis Alkitab bisa
berbuat salah dalam bidang yang dapat diselidiki (sejarah), bagaimana kita bisa
meyakini adanya ketidaksalahan dalam bidang lain yang tidak dapat diselidiki
(doktrin)? Lihat Yoh. 3:12.
3. Pandangan KONSERVATIF.
Pandangan ini percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah. Namun, kita perlu
menolak pandangan konservatif yang percaya bahwa Alkitab itu didiktekan Allah
(pengilhaman mekanis / verbal dictation) ataupun pandangan pengilhaman konsep.
Yang kita terima adalah plenary verbal inspiration. Maksudnya, semua huruf dan
kata yang ditulis dalam Alkitab diilhamkan Allah. Allah memberikan penyataan /
wahyu sepenuhnya dalam catatan Alkitab sehingga semuanya tidak boleh ditambah
atau dikurangi (Why 22:18-19). Alkitab adalah firman Allah yang diucapkan melalui
bahasa manusia. Orang yang digerakkan Roh Kudus menghasilkan tulisan yang
dinafasi Allah. Jadi, Alkitab bersifat ilahi sehingga tak mungkin keliru tetapi sekaligus
bersifat insani karena ditulis oleh manusia dalam bahasa manusia. Akibatnya, Alkitab
dapat dipahami oleh manusia bahkan oleh orang yang paling sederhana sekalipun.
Beberapa alasan yang membuat kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah:
1. Karena Alkitab menegaskan dirinya sebagai Firman Allah (FA)
Dalam PL, ditemukan 3.808x kata “ALLAH berfirman”. Penulis Alkitab juga
mengatakan bahwa “FA datang pada mereka, Allah memerintahkan untuk menulis
(Kel 34:27). Alkitab juga disebut “Alkitab”, “Kitab Suci”, “Taurat” dan “Firman Allah”.
Para penulis PB percaya bahwa PL adalah firman yang diilhamkan Allah (Kis 1:16).
Para penulis PB menghargai kitab-kitab yang mereka tulis sendiri yaitu PB sebagai
kitab yang diilhamkan Allah, sederajat dengan PL. Bahkan Yesus Kristus sendiri
menyaksikan bahwa Alkitab adalah ilham Allah yang berotoritas (Mat 19:4-5).
15
2. Kesatuan Alkitab
Alkitab terdiri dari 66 kitab yang ditulis oleh sekitar 40 orang dalam jangka waktu
hampir 16 abad. Tetapi Alkitab memiliki:
a. Satu sistem doktrin. Tidak ada doktrin yang bertentangan satu dengan yang lain.
b. Satu konsep moral. Misalnya mengutuk perbuatan yang jahat, diperintahkan
mengasihi, mengampuni dll.)
c. Satu sistem keselamatan. Dalam PL dan PB, tidak ada satu pengajaran pun yang
mengatakan bahwa manusia dapat menyelamatkan diri selain melalui korban
Anak Domba Allah.
d. Satu pusat yaitu Yesus Kristus. Seluruh lambang dan bayangan di dalam PL
menunjuk kepada Kristus yang menjadi pusat berita PB.
Selain nubuatan di atas, nubuatan yang paling rinci digenapi adalah nubuatan
tentang Yesus Kristus. Ada sekitar 330 nubuat di dalam PL yang digenapi pada
kedatangan Kristus yang pertama. Peristiwanya meliputi kelahiran-Nya dari anak
dara, dari suku Yehuda, dibawah keturunan Daud, tempatnya di Betlehem,
menunggang keledai waktu masuk Yerusalem, dijual seharga 30 keping perak,
kaki dan tangan-Nya ditusuk, tak ada tulang-Nya yang patah, bangkit dari
kematian, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
5. Pengaruh Alkitab
Alkitab juga banyak memengaruhi kehidupan manusia seperti
a. Dalam bidang seni, literatur, music
b. Dalam undang-undang
c. Dalam reformasi bagi masyarakat. Misalnya, masalah perbudakan dan wanita.
d. Dalam hidup pribadi yaitu merubah pribadi, akhlak, adat istiadat dan moral.
17
E. KANON ALKITAB
Secara teologis, istilah kanon dimengerti sebagai pemberi garis atau aturan (ruler
dari kata rule yang artinya aturan iman, standart). Dalam hubungannya dengan
Alkitab, kata kanon dipakai oleh Athanasius (350 M) untuk menunjuk pada sebuah
kitab yang dikenali dan diterima gereja sebagai Firman Allah.
Jadi termasuk atau tidaknya sebuah kitab ke dalam kanon sama sekali bukan
ditentukan oleh manusia melainkan oleh Allah sendiri. Hal ini digantungkan atas otoritas
kitab tersebut. Dan otoritas itu ada, sebab adanya ilham Allah dan ilham Allah itu
dikenali oleh manusia Allah (men of God).
Kanonisasi berhubungan erat dengan inspirasi / pengilhaman. Jadi boleh dikatakan, bila
tidak ada inspirasi, maka tidak ada kanonisasi. Karena inspirasi ialah bagaimana Alkitab
itu mendapat otoritasnya. Sedangkan kanonisasi ialah bagaimana Alkitab itu
18
memperoleh penerimaannya. Dan penerimaan terhadap Alkitab ialah karena manusia
mengenali otoritasnya.
III. Prinsip yang memimpin Para Bapak Gereja mengenali kitab kanonikal.
A. Otoritas – apakah kitab itu diilhamkan Allah (mempunyai otoritas Allah).
B. Prophetic – apakah kitab itu ditulis oleh man of God.
C. Orisinil – apakah kitab itu menceritakan hal yang benar tentang Allah
manusia dan sebagainya.
D. Dinamis – apakah kitab itu mempunyai kuasa Allah yang dapat merubahkan
hidup.
E. Diterima – dikumpulkan, dibaca, dan digunakan – apakah kitab itu diterima
oleh umat Allah.
Bangsa Yahudi tidak memakai istilah kanon untuk Alkitab PL. Namun, mereka
menggunakan beberapa istilah lain yang prinsipnya sama dengan kanon yakni:
1. Tulisan suci.
Sebab Alkitab (PL) telah dianggap sebagai tulisan yang suci sehingga ditaruh di
samping tabut Allah (Ul. 3:24-26). Setelah Bait Allah didirikan, tulisan suci ini
disimpan dalam Bait Allah (cf. II Raja-raja 22:8).
2. Tulisan yang berotoritas.
Pemimpin / Raja Israel harus tunduk pada otoritas Alkitab (Ul. 17:18, 19, Yos. 1:8).
3. Kitab yang membuat tangan menjadi najis.
Talmud (Alkitab tradisi) mengatakan bahwa kitab-kitab kononikal atau kitab-kitab
suci dianggap sebagai kitab-kitab yang dapat menajiskan tangan orang yang
memegangnya sebab kitab-kitab tersebut dianggap sangat suci.
Kriteria-kriteria berikut dipakai untuk menentukan diterima / tidaknya kitab dalam PL:
a. Penulisnya adalah nabi / seorang yang punya karunia bernubuat.
b. Diterima dan dipergunakan oleh bangsa Yahudi.
c. Dikutip dan disahkan oleh Yesus (Lukas 24:27,44).
Melalui banyak doa dan pergumulan akhirnya karena pimpinan Roh Kudus,
pengkanonan Alkitab itu diterima terdiri dari 66 kitab yang diilhamkan Allah, benar dan
sempurna.
Kanon PL diakui dalam konsili Jamnia tahun 90 M. Kanon PB diakui dalam konsili di
Khartago tahun 397 M. Semenjak itu, kanon sudah tertutup. Artinya, tidak boleh ada
yang menambahi lagi 66 kitab dalam Akitab tersebut (39 PL dan 27 PB). Bahkan, jika
seandainya ada satu surat Paulus yang ditemukan lagi, surat itu tidak akan dianggap
sebagai kitab kanonik. Mengapa? Karena tidak semua yang ditulis oleh seorang rasul,
19
bahkan Paulus, diilhami. Yang diilhami bukanlah si penulis tapi tulisannya. Sehingga,
tidak semua tulisan dari si penulis harus semua diterima.
Perlu ditegaskan bahwa Alkitab mengesahkan dirinya sendiri karena kitab-kitab itu
dihembuskan oleh Allah (II Tim. 3:16). Dengan kata lain, kitab-kitab itu termasuk
kanon pada saat ditulis. Jadi sebenarnya, tidak perlu untuk menunggu sampai berbagai
konsili gereja dapat memeriksa untuk menentukan apakah bisa diterima atau tidak.
Kekanonannya sudah melekat di dalam kitab-kitab itu karena berasal dari Allah. Peran
Gereja hanyalah mengenalnya dan mengakuinya. Tidak ada satu kitab dalam Alkitab
yang menjadi termasuk kanon karena tindakan konsili gereja. Konsili gereja tidaklah
menentukan kitab-kitab yang kanonik; hanya mengakuinya saja.
F. APOKRIFA
20
Apokrifa yang berkaitan dengan PL antara lain adalah sebagai berikut:
1. I Esdras 8. Barukh dengan surat Yeremia
2. II Esdras 9. Kidung 3 anak kudus
3. Tobit 10. Riwayat Susana
4. Yudit 11. Bel dan Naga
5. Tambahan kitab Ester 12. Doa Manasye
6. Kebijaksanaan Salomo 13. I Makabe
7. Eklesiastikus/Yesus bin Sirakh 14. II Makabe
Catatan:
*** Surat Barnabas berbeda dengan Injil Barnabas. Menurut penyelidikan, surat ini
dikarang oleh seorang pastur Katolik yang beralih ke Islam bernama Fra Marino
(Mustafa de Aranda) pada abad ke 16.
21
apokrifa diterima. Tetapi pada tahun 1839, dalam Katekismus Besar, apokrifa
ditolak dengan dasar tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani.
9. Hanya dalam konsili Trente (1546) barulah Gereja Roma Katholik secara resmi
menerima Apokrifa (14 apokrifa PL). Padahal, Apokrifa tersebut sudah ada sejak
15 abad sebelumnya.
10. Penerimaan Gereja Roma Katholik terhadap Apokrifa ialah karena ada 2 ajaran
Gereja Katholik pada waktu itu yang didukung Apokrifa:
a. Doa untuk orang mati.
“Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan
bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian
orang yang meninggal dengan saleh … maka disuruhnyalah mengadakan
korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya
mereka dilepaskan dari dosa mereka” (II Makabe 12:44,45). Bandingkan
ajaran ini dengan Alkitab di Ibr. 9:27, Lukas 16:25-26; II Samuel 12:19-23.
b. Keselamatan melalui perbuatan.
“Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa…”
(Tobit 12:9). Bandingkan ajaran ini dengan Kej. 15:6, Rom. 4:5, Gal. 3:11.
11. Beberapa para sarjana Roma Katholik di jaman Reformasi bahkan masih
memisahkan kitab-kitab Apokrifa dengan kitab-kitab kanon. Misalnya:
- Cardinal Ximenes yang menyatakan pemisahan tersebut dalam
Complutensian Polyanglot-nya (1514-1517).
- Cardinal Cajetan yang menentang Martin Luther di Augsburg pada tahun
1518, menerbitkan tafsiran dari seluruh kitab sejarah PL tetapi tidak
membuat tafsiran dari sebuah kitab apokrifa apapun.
12. Dalam penemuan Qumran didapati banyak literatur agama termasuk beberapa
kitab Apokrifa PL. Tapi sejauh ini, tidak pernah diberitakan bahwa diantara
penemuan tersebut terdapat tafsiran dari kitab-kitab Apokrifa.
13. Kisah-kisah dari beberapa kitab Apokrifa bersifat khayal dan extrabiblical
misalnya kisah-kisah di kitab Tobit, Yudit, tambahan-tambahan pada kitab Daniel
dan sebagainya.
14. Ajaran moral kitab Apokrifa pun lebih rendah dari Alkitab. Misalnya dikatakan,
“Hantamkanlah dengan akal bibirku baik budak maupun tuannya, baik tuan
maupun pelayannya… Berilah, supaya perkataanku dan akalku itu mendatangkan
luka-luka dan bilur-bilur kepada mereka yang merencanakan yang pahit-pahit
terhadap perjanjian-Mu.” (Yudit 9:10, 13).
15. Terdapat pula kesalahan-kesalahan di bidang sejarah, kronologi dan Peta Bumi
dalam Apokrifa. Misalnya;
“… Nebukadnezar yang menjadi raja orang-orang Asyur di Niniwe…” (Yudit
1:1, 7, 11, 2:1,4 dsb). Padahal Nebukadnezar adalah Raja Babil yang
memerintah di Babil.
“Sebab belum lama berselang mereka kembali dari pembuangan dan baru
saja seluruh umat Yudea berhimpun lagi… Dari sebab itu mereka mengirim
kabar ke seluruh daerah Samaria…” (Yudit 4:3,4). Kembalinya bangsa Israel
ke Yehuda dari penawanan di Babil adalah berkat dekrit Koresy, Raja Media &
Persia. Sedang Nebukadnezar adalah raja yang menawan bangsa Israel di
Yehuda. Mereka tidak mau berhubungan dengan penduduk Samaria.
22
“Adapun bangsa itu (Israel) adalah keturunan orang-orang Kasdim. Dahulu
mereka diam Mesopotami, karena mereka tidak mau menganut allah nenek
moyang mereka yang tinggal di negeri Kasdim… Dari sebab itu mereka diusir
dari hadapan allah-allah orang-orang Kasdim, lalu mengungsi ke
Mesophotamia dan lama berdiam di sana”. (Yudit 4:6-8). Statement kedua
kalimat tersebut saling berkontradiksi.
Ditemukan kesalahan Geografis. Bala tentara Nebukadnezar, di bawah
panglimanya Holofernes, mengadakan invasi dari Niniwe (utara Mesopotamia)
dengan menyebrangi sungai Efrat sampai daerah pantai Palestina Utara. Lalu
mereka menyapu ke selatan sampai Arabia dan loncat lagi ke daratan
Damsyik (utara Palestina/Syria) lalu ke daerah Feniki dan ke selatan Palestina
(Asdod, Askelon) – Yudit 2:21, 24-28. Jika Holofernes sudah menguasai
kota-kota di Selatan Palestina maka akan mudah baginya mendekati
Yerusalem. Tetapi dalam kitab Yudit dikatakan ia harus memasuki Palestina
lagi melalui celah di lembah Esdraelon yang dijaga penduduk kota Betulia.
Ini baru beberapa contoh kesalahan dari kitab Yudit. Belum dari kitab Tobit
(cf. Tobit 1:3-5), 14:11 atau tambahan kitab Daniel dan sebagainya.
16. Tidak ada klaim “Inilah Firman Tuhan” dalam kitab-kitab Apokrifa.
17. Josephus (sejarahwan) bersaksi bahwa para nabi menulis dari jaman Musa
sampai Arthasasta. Sejak itu tidak ada tulisan-tulisan yang berotoritas seperti
jaman sebelumnya yang ditulis oleh para nabi. Talmud (Alkitab tradisi) bersaksi
bahwa setelah nabi Hagai, Zakharia dan Maleakhi, Roh Kudus meninggalkan
Israel. Kesaksian ini diteguhkan dengan pernyataan Alkitab: “… dan para nabi,
apakah mereka yang hidup untuk selama-lamanya?” (Zak. 1:5-6, cf. Mal. 4:5).
18. Kitab-kitab Apokrifa ini tidak kanonikal maka tidak diterima oleh umat Tuhan.
Meskipun tidak menerima Apokrifa PB sebagai kanon, tetapi kitab-kitab ini mempunyai
nilai / manfaat sebagai berikut:
1. Merupakan dokumentasi yang terawal tentang beberapa kitab-kitab kanon PB.
2. Menggambarkan ajaran Gereja secara umum setelah jaman rasul-rasul.
3. Merupakan jembatan antara tulisan-tulisan rasul-rasul PB dengan literatur Bapak-
bapak Gereja pada abad 3 dan 4.
4. Mempunyai nilai sejarah tentang hal-hal praktis dan siasat gereja mula-mula.
Alkitab (Bhs. Inggris: Bible) berasal dari kata Biblos (bhs. Yunani) yang artinya kitab.
Tetapi Alkitab adalah kitab di atas segala kitab. Kitab-kitab ini berlaku segala zaman.
Alkitab adalah kitab Allah.
23
Alkitab terdiri dari 2 bagian besar yakni Perjanjian Lama (39 kitab, 929 pasal, 23.214
ayat) dan Perjanjian Baru (27 kitab, 260 pasal, 7.959 ayat). Jadi, seluruh Alkitab terdiri
dari 66 kitab, 1.189 pasal dan 31.173 ayat yang telah dijadikan satu dan merupakan
perpustakaan ilahi yang lengkap. Perjanjian Lama aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani
sedangkan Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
PERJANJIAN LAMA
PERJANJIAN BARU
4 1 9 4 8 1
24
H. SIFAT ALKITAB
I. PENAFSIRAN ALKITAB
25
c. Alkitab harus ditafsirkan menurut konteksnya yaitu hubungannya dengan ayat
sesudah dan sebelumnya.
Ketidak keliruan Alkitab sangat penting, sebab bila Alkitab mengandung kekeliruan, baik
banyak maupun sedikit, bagaimana seseorang bisa merasa pasti bahwa pengertiannya
tentang Kristus adalah benar (Bnd. Yohanes 3:12). Johnn Wesley menulis, “Seandainya
ada satu kesalahan dalam Alkitab, mungkin bisa ada seribu. Jikalau ada satu saja
kesalahan dalam Alkitab tentu hal itu bukan berasal dari kebenaran Allah”.
Para teolog liberal berkata, Alkitab tidak mungkin salah tetapi bisa keliru. Maksud
mereka adalah bahwa Alkitab tidak bersalah dalam masalah iman dan praktika, tetapi
ada kekeliruan dalam historis (sejarah) dan yang menyangkut sains (ilmiah). Namun
apabila hal ketidakeliruan ini disangkal, maka pasti ada kerusakan baik dalam bidang
doktrin maupun praktika.
Beberapa masalah sikap hidup yang keliru juga dapat timbul apabila ketidakkeliruan
Alkitab disangkal. Contohnya adalah
1. Pandangan yang longgar terhadap perzinahan.
2. Pandangan yang longgar terhadap homoseksualitas.
3. Pandangan yang longgar terhadap perceraian dan kawin ulang.
Ketidakkeliruan Alkitab adalah doktrin yang penting. Kalau disangkal atau diencerkan
maka kekeliruan dalam doktrin dan kehidupan tidak akan terelakkan.
Kita yakin bahwa dalam terjemahan Alkitab, salinan mungkin bisa keliru tetapi naskah
asli (autograph) tidak mungkin keliru. Naskah asli Alkitab kita memang sudah tidak ada.
Namun ada beberapa salinan Alkitab tertua seperti Kodex (= kumpulan kitab) Sinaiticus
dari abad ke 4, Kodex Alexandrinus dari abad ke 5, Kodex Vatikanus dari abad ke 4.
Beberapa catatan Alkitab memang tampaknya bertentangan satu dengan yang lain.
Namun, hal yang nampaknya bertentangan dalam Alkitab ini dapat dijelaskan. Misalnya,
1. Kisah 9:7 >< Kisah 22:9
Teman-temannya mendengar tetapi tidak tahu/mengerti maksudnya.
Kemudian, ini menjadi negatif ketika pikiran manusia mulai menghakimi Alkitab.
Kritik tinggi (atau kritik historis / historical criticism) dipengaruhi oleh Renaissance
yang mengagungkan kebebasan akal budi dan mempertanyakan keyakinan
tradisional. Kritik tinggi juga dipengaruhi oleh Hegel dan Darwin. Alkitab dijadikan
seperti objek kesusastraan klasik saja yang diteliti. Akal menentukan apakah
peristiwa itu sungguh / mungkin / mungkin tidak / pasti tidak terjadi. Bagian Alkitab
yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut dibuang. Pembentukan Alkitab memang
dianggap tanpa sebagai campur tangan Allah tetapi tetap manusiawi dan bisa salah.
Menurut James Barr, Alkitab bukan Firman Allah melainkan firman Israel atau firman
tokoh-tokoh gereja mula-mula.
28
❑ Kritik historis PL menganggap bahwa Pentateukh bukan tulisan Musa, tetapi
dari sumber Y,E,D,P (teori Graf-Wellhausen). Kritik historis juga menganggap
Kejadian 1-11 sebagai mitos bukan sejarah dan bersifat kesusasteraan saja.
Adam dianggap bukan manusia pertama. Taman Eden / taman sorgawi yang
dianggap mistis. Air bah dianggap mitologi Mesapotamia yakni epik Gilgamesh.
Abraham, Ishak, Yakub diyakini tidak berhubungan darah. Musa dianggap tak
pernah ada. Kisah asal usul manusia dalam Kejadian pun berusaha dihapus agar
pandangan evolusi Darwin tentang asal manusia bisa diterima.
❑ Kritik historis PB didukung oleh Schleiermacher. Pendukung pandangan ini, FC
Baur mengatakan bahwa tulisan Paulus hanya ada 4 yaitu Roma, I dan II
Korintus dan Galatia. Bultmann melakukan demitologisasi-nya. Kritik juga
dilontarkan terhadap Injil Sinoptik (satu pandangan) lewat teori 2 sumberya itu
Markus dan Q (Bhs. Jerman: Quelle yang berarti sumber). Mereka menganggap
bahwa Matius dan Lukas mengutip Q; Markus dianggap tulisan tertua karena
paling singkat. Sanggahannya yaitu ada tradisi lisan yang sama. Lagipula
Matius adalah saksi mata. Janggal bila dia mengutip Markus yang bukanlah saksi
mata. Kritik historis juga menyatakan bahwa perkataan Yesus dalam Injil
Yohanes diragukan diucapkan langsung oleh-Nya.
Ketaksalahan Alkitab adalah doktrin utama yang dipercayai kaum Injili dan konservatif.
Ketaksalahan Alkitab baru dipersoalkan setelah + 200 tahun setelah Reformasi. Ada
yang berpandangan Martin Luther menolak inerrancy karena dia menganggap surat
Yakobus “surat jerami saja” (atau tidak ada Injilnya). Namun sebetulnya, yang Luther
pertanyakan adalah apakah surat Yakobus kanonik atau tidak. Bila diterima sebagai
kanonik, maka ketaksalahan pun diterima. Luther bahkan menyatakan bahwa “Seluruh
bagian Alkitab diberikan oleh Roh Kudus”, “Alkitab tak pernah salah”, “Tidak mungkin di
dalam Alkitab itu sendiri ada pertentangan” (Dikutip F. Pieper dari St. Louis Edition of
Luther’s Works). John Calvin juga berkata, “Alkitab adalah catatan yang menyakinkan
dan tidak dapat keliru”, “Standar yang tak dapat salah”, “Firman Allah yang tidak dapat
keliru”.
29
Pengajaran Yesus berkaitan dengan ketaksalahan Alkitab tercatat dalam Matius 5:17-
20. Yesus memandang betapa pentingnya sebuah huruf yang terkecil sekalipun dalam
Alkitab. Paulus juga memandang Alkitab sebagai sumber kebenaran yang tidak berubah
(II Tim. 3:14-17). Sama halnya dengan Petrus (II Pet. 1:19-21). Dengan demikian kita
harus meyakini inerrancy Alkitab.
Memang ketidaksesuaian dalam Alkitab merupakan hal kesukaran tetapi bukanlah suatu
pertentangan. Kesukaran dalam Alkitab adalah hal yang wajar karena Alkitab adalah
wahyu dari Allah yang sempurna kepada manusia yang tidak sempurna.
30
Kesukaran dalam Alkitab biasanya terdapat dalam:
▪ BILANGAN yang berbeda. Biasanya merupakan kesalahan penyalinan, pembulatan,
angka kira-kira (lebih kurang) atau menggunakan cara hitung yang berbeda.
Misalnya pemakaian alfabet Ibrani sesudah Pembuangan dan huruf Yunani yang
dipakai juga untuk menghitung bilangan. Namun, perbedaan yang ada hanyalah
perbedaan kecil yang tidak prinsipil. PB memiliki sekitar 5.500 salinan berisi semua
atau sebagian PB Yunani sementara 18.000 salinan lain berasal dari berbagai
terjemahan. Salinan paling awal adalah sekitar tahun 120 M. 50 salinan lain sekitar
tahun 150-200 M. Kutipan PB oleh bapa-bapa gereja berkisar 86.000 kali. Beberapa
kesalahan penyalinan misalnya dalam II Sam. 10:18 yang mencatat 700 kuda
sementara I Taw. 19:18 yang mencatat 7000 kuda. Finis J. Dakes berpendapat 700
kuda lebih mungkin. II Raj. 24:8 Yoyakhin berumur 18 tahun sementara II Taw.
36:9 mengatakan bahwa ia berusia 8 tahun. Yang benar adalah 18 tahun karena 3
bulan kemudian dia dibuang dengan istri-istrinya. Ada juga yang merupakan angka
kira-kira (pembulatan). Misalnya, Kej. 15:13, Kis. 7:6 yang mencatat bahwa bangsa
Israel berada 400 tahun di Mesir sementara di Kel. 12:40 dicatat 430 tahun. Markus
15:25 mengatakan bahwa Yesus disalib jam 9 sementara Yoh 19:14 menuliskan
kira-kira jam 12. Yang membedakan adalah latar belakang penulisan. Sebab, waktu
jaga tentara Romawi @ 3 jam yakni antara jam 9 hingga 12. Yohanes memakai
perhitungan Romawi “jam ke 6” (sejak pk. 00.00) jadi jam 6 pagi masi di Pilatus,
jam 9 disalib. Perbedaan penghitungan ini juga ditemukan contohnya dalam Yer.
25:1, 46:2. Disana digunakan perhitungan waktu orang Palestina sedangkan Daniel
1:1 menggunakan perhitungan orang Babel.
▪ LOKASI. Yosua 24:32 berkata bahwa Yusuf dikubur di Sikhem, di tanah milik yang
dibeli Yakub. Sementara Kis. 7:16 berkata bahwa tanah itu dibeli Abraham. Kasus
ini sama seperti kasus sumur Abraham di Bersyeba (Kej. 21:30). Karena Abraham
mengembara, tanah itu kemudian dikukuhkan kembali Ishak sebagai miliknya (Kej.
26-33). Di Kej. 33:18-20, Yakub kembali membeli tanah itu mungkin karena ia
kesulitan untuk memiliki warisan leluhurnya. Jadi tanah itu dibeli Abraham, namun
juga dibeli lagi oleh Yakub.
▪ SEJARAH. Silsilah Yesus yang berbeda. Matius 1:6-16 menuliskan dari Daud
sampai Yusuf (anak Yakub). Namun Lukas 3:23-31 menuliskan Yusuf sebagai anak
Eli. Ini disebabkan karena Matius memakai silsilah dari keturunan Yusuf sementara
Lukas memakai silsilah Maria. Alasannya: 1) Injil Matius untuk Yahudi, jadi Yusuf
ditonjolkan, Lukas untuk non Yahudi maka Maria ditonjolkan, 2) Matius menulis
Yesus sebagai Mesias sementara Lukas menuliskan Yesus sebagai anak manusia, 3)
Matius menelusuri menurut garis keturunan raja dari Daud, sementara dalam Lukas,
keturunan Daud tidak ditelusuri melalui Salomo tapi lewat Natan. 4) Lukas tidak
menyebutkan Maria sebagai anak Eli tapi Yusuf karena kebiasaan waktu itu nama
pria yang dicantumkan. Eli sebetulnya adalah ayah mertua Yusuf. 5) Kedua silsilah
itu penting dan lengkap tentang Yesus sebagai keturunan Daud. Melalui Yusuf,
Yesus mewarisi keturunan raja secara hukum; secara darah daging sementara Ia
juga adalah keturunan Daud yang memilik hak sah untuk mewarisi tahta Daud.
31
▪ NUBUATAN. Matius 12:40 menuliskan bahwa Yesus dikubur 3 hari 3 malam.
Maksud sebetulnya adalah pada hari ketiga sebab dalam kebiasaan Yahud,
ungkapan 1 hari 1 malam menunjukkan satu hari sekalipun hanya mencakup
sebagian dari hari itu (Bnd: Kej. 42:17-18, I Sam. 30:12-13, Mat. 16:21; 27:62-66).
32
Lampiran
➢ Ada hal yang sukar dimengerti dalam Alkitab (II Pet. 3:16). Apa
tanggapan kita?
1. Kesukaran itu sudah sewajarnya ada, karena Alkitab adalah wahyu dari sumber
yang sempurna kepada manusia yang tidak sempurna dan terbatas.
2. Kesukaran dalam suatu doktrin, atau sanggahan keras terhadap suatu doktrin
bukan merupakan bukti bahwa doktrin itu tidak benar. Banyak kesukaran di
dalam Alkitab timbul karena kebodohan / ketidaktahuan manusia. Lagipula
seseorang dianggap berpikiran picik kalau ia menolak kebenaran yang sudah
teruji baik hanya karena ada beberapa fakta yang dianggapnya tidak sesuai
dengan kebenaran itu.
3. Kesukaran itu akan jauh lebih banyak dan lebih besar apabila kita berpegang
pada doktrin yang mengatakan bahwa Alkitab itu berasal dari manusia jadi ada
kemungkinan salah, daripada kalau kita berpegang pada doktrin yang
mengatakan bahwa Alkitab itu berasal dari Allah jadi kebenarannya mutlak.
Bagaimana anda menerangkan tentang nubuat-nubuat Alkitab yang sudah
digenapi seandainya Alkitab berasal dari manusia?
4. Fakta bahwa anda tidak dapat menyelesaikan suatu kesukaran tidak
membuktikan bahwa kesukaran itu tidak dapat diatasi; dan fakta bahwa anda
tidak dapat menerangkan suatu keberatan, sama sekali tidak membuktikan
bahwa keberatan itu tidak dapat diterangkan. Karena pengetahuan manusia
yang terbatas seharusnya setiap orang cukup rendah hati untuk dapat berkata,
“Meskipun saya tidak menemukan jawaban yang tepat untuk kesukaran ini,
mungkin ada orang lain yang lebih pandai daripada saya yang dapat dengan
mudah menemukan jawabannya”.
5. Sesuatu yang nampaknya merupakan kelemahan akan sangat tidak berarti jika
dibandingkan dengan banyaknya kelebihannya yang mengagumkan. Banyak
orang menghabiskan waktu untuk membahas hal-hal kecil yang tidak berarti,
yang seakan-akan menunjukkan bahwa Alkitab berasal dari manusia daripada
mempelajari dan mengagumi kemuliaan yang tiada bandingannya dari Alkitab,
yang jauh berbeda daru semua buku lain yang ada di dunia ini.
6. Kesukaran ini jauh lebih berarti bagi orang yang membaca Alkitab secara dangkal
daripada bagi orang yang menyelidiki Alkitab secara mendalam.
7. Kesukaran itu akan segera lenyap apabila kita menyelidiki Alkitab dengan teliti
dan dengan disertai doa.
33
2. Terjemahan yang tidak tepat.
3. Penafsiran kita yang salah tentang bagian Alkitab tertentu. Misalnya pandangan
kita yang keliru tentang Kejadian 1.
4. Pengertian yang salah tentang Alkitab. Seringkali Alkitab hanya mencatat apa
yang dikatakan orang (baik atau jahat, malaikat atau setan). Catatan tentang
apa yang mereka katakan itu memang benar-benar dari Allah, tapi perkataan
yang dicatat itu mungkin benar dan mungkin juga salah. Memang benar mereka
mengatakan hal-hal itu, tetapi apa yang mereka katakan itu belum tentu benar.
Misalnya: Iblis berkata, “Sekali-kali engkau tidak akan mati” (Kej. 3:4);
perkataan Elifas, Bildad dan Zofar kepada Ayub. Jadi kita harus selalu
memperhatikan konteks Alkitab, siapa yang sedang berbicara.
5. Bahasa yang dipakai untuk menulis Alkitab. Alkitab tidak ditulis dengan bahasa
ilmiah, karena dimaksudkan untuk dimengerti semua golongan. Misalnya istilah:
Matahari “tidak bergerak”, tidak ditulis tentang refraksi sinar matahari.
6. Kekurangan pengetahuan kita tentang sejarah, ilmu bumi dan kebiasaan pada
zaman Alkitab. Misalnya: Semula orang menolak Pentateukh ditulis Musa karena
tulisan belum dikenal pada zaman itu, namun kemudian terbukti tulisan telah
dikenal orang jauh sebelum Musa lahir.
7. Kita tidak mengetahui dengan baik keadaan pada waktu kitab-kitab itu ditulis
ataupun keadaan waktu perintah-perintah itu diberikan. Misalnya: Perintah agar
Israel menumpas bangsa Kanaan, karena mereka tidak mungkin diperbaiki lagi,
dan agar melindungi generasi mendatang bangsa Israel dari pencemaran
Kanaan.
8. Alkitab mencakup segala segi. Jadi bagi pikiran kita yang sempit dan melihat
dari satu segi pandangan, satu bagian dari Alkitab nampaknya bertentangan
dengan bagian yang lain. Misalnya: Perbedaan antara Calvinis dan Arminian.
Kesukarannya bukan terletak pada Alkitab, tetapi pada kurang mampunya pikiran
manusia untuk mengerti.
9. Fakta bahwa Alkitab itu mengenai hal-hal yang tidak terbatas, sedangkan pikiran
kita terbatas. Sama seperti upaya memasukkan air laut ke dalam mangkuk.
Misalnya: Pemahaman kita yang terbatas untuk memahami misteri Allah
Tritunggal.
10. Penglihatan rohani kita yang kabur. Misalnya: Kita sulit menerima doktrin
hukuman kekal, karena kita tidak dapat memahami sedemikian Mahasucinya
Allah yang tidak bisa mengijinkan adanya dosa.
▪ Alkitab adalah firman Allah, tanpa mempedulikan pendapat orang mengenai Alkitab.
Yang perlu kita lakukan adalah menunjukkan bahwa kitab-kitab Injil adalah
dokumen bersejarah yang dapat dipercaya. Alkitab itu dinafaskan Allah (II Tim.
3:16). Ini menunjuk pada apa yang ditulis, bukan penulisnya. II Pet. 1:20-21.
Allah tidak mendiktekan kata-kataNya. Tiap penulis mempunyai gaya tersendiri
dalam tulisannya. Allah bekerja dengan memakai kepribadian manusia, tetapi Ia
menjaga dan mengatur manusia demikian sehingga apa yang mereka tulis adalah
yang diinginkan Allah untuk ditulis
▪ Alkitab menegaskan bahwa dirinya adalah Firman Allah. Para penulis Kitab Suci
juga mengutip tulisan yang lebih dahulu ada sebagai kata-kata yang diucapkan oleh
Allah sendiri. Petrus menganggap tulisan Paulus mempunyai wewenang kenabian
setara dengan tulisan PL (II Pet. 3:16). Yesus menegaskan PL adalah Firman Allah
(Mat. 5:18), Ia sering mengutip Kitab Suci, dengan mengatakan “Ada tertulis” (Mat.
4), Ia berbicara mengenai diriNya dan peristiwa di sekitar kehidupanNya sebagai
penggenapan Kitab Suci (Mat. 26:54,56). Ia juga mengatakan bahwa “Kitab Suci
tidak dapat dibatalkan” (Yoh. 10:35).
▪ Pada masa kini ada orang tidak menerima Alkitab secara harfiah karena mereka
menganggap kisah tertentu hanyalah mitos, misalnya peristiwa kejatuhan manusia
dan mujizat-mujizat. Sebetulnya menerima Alkitab secara harfiah tidak berarti
bahwa kita tidak mempertimbang-kan gaya bahasa yang digunakan dalam Alkitab,
misalnya: puisi atau prosa. Alkitab harus ditafsirkan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh si penulis bagi pembacanya.
▪ Kita meyakini tidak ada kesalahan dalam Alkitab. Namun perlu disadari bahwa
Alkitab tidak ditulis dalam bahasa ilmiah. Misalnya Alkitab menggambarkan sesuatu
sebagaimana kelihatannya; Alkitab menyebut matahari terbit dan terbenam. Tapi
ini justru baik karena dengan demikian Alkitab dapat dimengerti oleh orang-orang
dari segala macam kebudayaan sepanjang zaman.
▪ Jumlah nubuat yang digenapi menunjukkan bahwa Alkitab adalah Firman Allah (Yer.
28;9), misalnya nubuat tentang perserakan dan pemulihan Israel sebagai suatu
bangsa. Tapi yang paling luar biasa adalah nubuat-nubuat yang digenapi secara
tepat dalam diri Yesus Kristus.
35
B. APAKAH DOKUMEN-DOKUMEN ALKITAB DAPAT DIPERCAYA?
▪ Kita perlu mengetahui apakah pada masa kini kita memiliki Alkitab yang sama
seperti dokumen aslinya? Dan bagaimana kita tahu bahwa kitab-kitab yang kita
miliki sekarang adalah kitab-kitab yang seharusnya dalam Alkitab? Atau bahwa
kitab-kitab lain tidak seharusnya termasuk di dalamnya?
▪ Salinan naskah lengkap PL Ibrani yang kita miliki sekarang bertanggal sekitar tahun
900 M, disebut naskah Massoretik, hasil tulisan para ahli kitab Yunani yang disebut
Massorete. Tetapi bagaimana kita mengetahui ketepatan dan keaslian penyalinan
naskah-naskah pada zaman sebelum Massoret? Pada tahun 1947 di ditemukan oleh
gembala kambing Beduin naskah-naskah yang terbuat dari kulit, yang kini disebut
“Dead Sea Scolls” di dalam guci-guci di gua-gua yang terdapat di sisi jurang di
sebelah barat Laut Mati. Rupanya ada kelompok Yahudi yang tinggal di Qumran
sekitar 150 SM – 70 M. Ditemukan kitab Yesaya yang lengkap dan bagian-bagian
dari hampir setiap kitab PL. Naskah itu berumur sekitar 1000 tahun lebih tua dari
naskah Massoretik, dan isinya sangat mirip sekali, hanya ada beberapa perbedaan
kecil yang sama sekali tidak mengubah arti ayat yang ada. Septuaginta, terjemahan
Yunani dari PL yang dikerjakan 70 sarjana Yahudi di Alexandria sekitar tahun 200
SM menunjukkan ketepatan naskah Massoretik. Selain itu ada salinan dari
perkamen kuno kitab Pentateuch dari orang Samaria berasal dari tahun 200 SM,
yang kini masih ada di Nablus, Palestina.
▪ Naskah PB yang kita miliki sekarang pada intinya tidak berbeda dari kitab yang
ditulis oleh penulis aslinya. PB ditulis dalam bahasa Yunani, dan kini lebih dari 4000
naskah PB atau bagian PB yang kita miliki. Bahannya dari papirus (alang-alang),
dan perkamen (kulit kambing), sebelum kertas ditemukan. PB ditulis semasa hidup
orang yang seangkatan dengan Yesus. Ada dua naskah PB yang baik sekali dari
abad ke 4 yang kita miliki. Ini merupakan salinan dari masa 100-200 tahun
sebelumnya. Salah satu naskah tertua yang kita miliki adalah papirus berisi Injil
Yohanes 18:31-33,37 yang ditulis sekitar tahun 130 M. Terjemahan awal dari
naskah Yunani asli terdiri dari bahasa Siria, Mesir (Koptik) dan Latin.
▪ Mengenai pengkanonan Alkitab, gereja Protestan menerima buku PL yang sama
seperti yang dipunyai oleh orang Yahudi dan sama seperti yang diterima oleh Yesus
dan murid-muridNya. Gereja Roma Katolik sejak Konsili di Tret tahun 1546
memasukkan juga ke 14 buku apokrifa. Urutan Alkitab bahasa Inggris (dan juga
bahasa Indonesia) mengikuti urutan Septuaginta. Urutan ini berbeda dengan urutan
Alkitab Ibrani. Kenyataan bahwa kitab ini diilhami oleh allah inilah yang
menentukan kekanonan sebuah kitab. Karena itu dibuat perbedaan yang jelas
antara wewenang yang dimiliki oleh buku-buku PL yang diilhami Allah dengan
pengakuan akan wewenang itu oleh bangsa Israel. Pengenalan akan wewenang ini
yang menggoncangkan hati Yosia ketika ia menyadari bahwa Hukum itu sudah lama
diabaikan oleh bangsa Israel (II Raj. 22:11).
▪ Tidak ada perbedaan pendapat mengenai wewenang PL antara Yesus dan orang
Farisi. Pertikaian timbul sebab orang Yahudi telah memasukkan tradisi mereka ke
dalam PL dan memberi wewenang yang sama terhadap tradisi ini seperti wewenang
kitab suci. Tahun 90 dalam konsili Jamnia gereja mengakui (bukan menetapkan)
kanon PL. Apokrifa tidak pernah diterima dalam kanon Yahudi dan Kristen abad
permulaan. Penulis PB tidak sekalipun juga mengutip Apokrif ini. I Makabe
36
mungkin ditulis sekitar tahun 100 SM dan berguna sebagai latar belakang sejarah
saja, sedang kitab lain digolongkan sebagai legenda dan hanya bernilai sedikit saja.
▪ Untuk PL kita mempunyai kesaksian tuhan Yesus untuk kekanonan 39 kitab yang
ada, bagaimana dengan PB? Sama seperti PL, kitab-kitab ini memiliki kekanonan
berdasarkan wahyu, bukan karena pilihan sekelompok orang. Petrus menunjuk
surat-surat Paulus sebagai firman tuhan (II Pet. 3:15-16), Yudas 1:18 mengatakan
bahwa II Petrus 3:3 merupakan perkataan rasul-rasul Tuhan. Bapa gereja mula-
mula seperti Policarpus, Ignatius dan Clement menyebutkan sejumlah kitab PB
sebagai kitab-kitab yang mempunyai wewenang dan kuasa. Serangan gencar para
bidat dalam pertengahan abad kedua menyebabkan konsep kanon timbul kembali
dalam pikiran orang Kristen. Kanon ke 27 kitab PB diterima oleh konsili di Kartago
pada tahun 397.
▪ Ada tiga kriteria untuk menentukan kanon: 1) Pengarangnya adalah seorang rasul
atau disahkan oleh rasul. 2) Dipakai oleh sebagian besar gereja. 3) Persesuaian
dengan standart doktrin yang baik. Keterangan di atas sangat menolong, tetapi
pada akhirnya sama seperti soal wahyu Alkitab, kekanonan merupakan soal
kesaksian Roh Kudus di dalam hati umat Allah. “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi
perkataanKu tidak akan berlalu” demikianlah Firman Tuhan.
▪ Para ahli menyatakan bahwa arkeologi meneguhkan fakta sejarah yang penting
dalam Alkitab. Bukti dari ilmu purbakala membuat PL lebih dapat dimengerti dengan
adanya pengetahuan yang lebih lengkap mengenai latar belakang dan termpat
terjadinya peristiwa dalam PL. Namun demikian kita tidak dapat “membuktikan”
Alkitab dengan mempergunakan ilmu purbakala dan juga kita tidak “mempercayai”
Alkitab berdasarkan bukti-bukti dari ilmu purbakala. Kebenaran rohani hanya
diteguhkan oleh Roh Kudus kepada kita. Tetapi kita berterimakasih untuk detail
sejarah yang telah diteguhkan oleh ilmu purbakala. Lebih dari 25.000 tempat yang
menunjukkan beberapa hubungan dengan masa PL telah ditemukan.
▪ Ur di daerah Kasdim pada zaman Abraham ternyata merupakan kota yang
berkembang dan maju. Ditemukan perumahan yang baik dan banyak lembaran
tanah liat yang berfungsi sebagai buku. Beberapa lembaran tanah liat itu
merupakan tanda terima dalam dunia perdagangan, daftar gaji untuk pekerja
wanita, ada yang berupa nyanyian rumah ibadat, tabel matematika dengan rumus
yang digunakan untuk menghitung akar kuadrat dan akar pangkat tiga. Dinasti Ur
pertama adalah dinasti yang ketiga sesudah banjir Nuh. Raja ini rupanya telah
memerintah pada tahun 3100 SM, lebih dari 1000 tahun sebelum Abraham. Jadi
Abraham adalah orang yang tinggal dalam kebudayaan yang sudah maju sehingga
besar sekali artinya bagi Abraham untuk pergi ke tempat yang tidak dikenal. Ini
menolak anggapan dia adalah pengembara bodoh yang primitif.
▪ Penyelidikan PB berbeda dengan PL. Para ahli tidak mengadakan penggalian untuk
menemukan bangunan yang sudah terkubur atau batu bertulis, melainkan dari
dokumen tertulis. Dari situ didapati bahwa bahasa Yunani yang dipakai dalam PB
adalah bahasa yang dipakai orang sehari-hari dan bukan yang dipakai dalam
kesusastraan klasik Yunani. Tahun 1931 ditemukan sekumpulan naskah papirus dari
37
Alkitab bahasa Yunani yang dikenal sebagai “Chester Beatty Biblical Papyri” yang
merupakan Alkitab gereja di Mesir, terdiri dari kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul,
9 surat Paulus, Ibrani, Wahyu. Semuanya disalin pada abad 3.
▪ Yerusalem dihancurkan tahun 70 dan sebuah kota kafir baru dibangun di tempat
yang sama tahun 135. Ini menyulitkan dapat dikenalinya tempat-tempat di
Yerusalem yang disebutkan Injil dan Kisah Rasul. Meskipun demikian beberapa di
antaranya sudah diketahui, misalnya Rumah Sembahyang dan kolam Siloam. Ilmu
purbakala sangat menolong kita untuk mengerti Alkitab. Ilmu purbakala tidak
membuktikan kebenaran Alkitab, tetapi ilmu purbakala menggambarkan Alkitab.
▪ Sebagian pertentangan iman dan ilmu disebabkan karena penafsiran yang salah
tentang isi Alkitab dan oleh adanya perbedaan cara menginterpretasikan fakta yang
ada secara filosofis. Ada orang Kristen yang bermaksud baik tapi memiliki penafsiran
keliru tentang Alkitab, misalnya Uskup James Ussher (1581-1656) yang menyusun
daftar keturunan dalam Alkitab dan menyimpulkan bahwa dunia diciptakan tahun
4004 SM.
▪ Sebetulnya metode ilmiah yang kita kenal sekarang ini mulai ditemukan dalam abad
ke 16 oleh orang Kristen. Ilmu pengetahuan memberitahu kita “bagaimana” tetapi
tidak dapat memberi tahu kita “mengapa”.
▪ Mengenai evolusi Ramm membedakannya sbb: 1) Teori evolusi naturalistik yang anti
Kristen. 2) Teori evolusi berdasarkan ketuhanan, yang terutama dipercaya para
teolog Katolik. Thomas Aquinas berkata bahwa evolusi hanya merupakan cara kerja
yang dipilih Allah, dan evolusi itu tidak akan ada seandainya Allah tidak ada. Namun
dalam teori evolusi kita bukan hanya membicarakan satu mata rantai yang hilang
sebab sesungguhnya ada ribuan mata rantai yang hilang. Lagipula hukum
termodinamika kedua (hukum entropy) menunjukkan alam semesta makin rusak,
bukan makin baik. Ini jelas bertentangan dengan teori evolusi. Besar kemungkinan
adanya perubahan dalam jenis yang mula-mula diciptakan Allah. Meskipun
demikian variasi ini tidak dapat melewati batas-batas yang sudah ditentukan lebih
dulu (mis: tak mungkin monyet jadi manusia).
• Naskah “Injil Yudas” (IY), dalam bahasa Koptik ditemukan di Al-Minya, Mesir tahun
1970-an, setelah 1700 tahun berada di padang pasir, dalam bentuk manuskrip
papirus yang dijilid dengan kulit. Penelitian radiokarbon menunjukkan IY ditulis
antara tahun 220-340 M atau 200-300 tahun setelah kebangkitan Yesus. Tidak
diketahui dengan pasti kapan manuskrip asli IY yang berbahasa Yunani ditulis. Yang
jelas, dari waktu penulisannya, hampir dapat dipastikan bahwa pengarang IY
BUKAN Yudas Iskariot!
38
• Isi dan ajaran dalam Injil Yudas:
IY adalah kitab yang sarat dengan ajaran gnostik (Yun: gnosis = pengetahuan),
yaitu ajaran mistik yang berkembang sekitar abad 2-3 M di sekitar Palestina, yang
menyatakan bahwa mereka mengetahui rahasia ilahi yang tidak diketahui
sembarang orang, yang bisa membawa keselamatan.
1. Ajaran tentang Allah dan dunia.
Dunia ini bukan diciptakan oleh Allah tapi oleh demiurgos (dewa yang lebih
rendah) yang disamakan dengan El (Allah PL), yang sebetulnya tidak boleh
dipuja, malah harus dihindari agar kita bisa membebaskan jiwa yang terkurung
dalam tubuh dan kembali ke alam ilahi. Pembantu El, yaitu Saklas (artinya:
bodoh) dikatakan sebagai pencipta umat manusia.
2. Ajaran tentang pribadi Kristus.
Yesus datang ke dunia dengan tubuh maya (semu), sehingga tidak bisa merasa
sakit, dll. Kristus itu bukan putra Allah PL, tapi salah satu aeon (dewa) yang
datang dari alam atas sana.
3. Ajaran tentang keselamatan.
IY menekankan pentingnya gnosis, atau pengetahuan mistik rahasia/gaib yang
membawa keselamatan (bukan karena iman kepada Kristus). Kristus hanyalah
guru pembimbing yang menyadarkan bahwa percikan api ilahi atau roh manusia
yang terkurung dalam tubuh harus dibebaskan.
1. Ajaran tentang pribadi Yudas Iskariot.
Menurut IY, Yudas adalah satu-satunya murid yang diberi pewahyuan rahasia
tentang siapa sesungguhnya Yesus, karena dia satu-satunya dari keduabelas
murid yang memiliki percikan api ilahi. Para murid Yesus lainnya justru tidak
mengerti Injil yang benar. Murid-murid lain menyembah Allah PL, bukan Allah
yang Benar, dan karenanya mereka tiada lain adalah “para pelayan kesesatan”.
Yesus meminta agar Yudas Iskariot membantu Dia untuk membebaskan diri dari
tubuhnya yang fana, maka dia “mengkhianati” Yesus. Dia menyerahkan Yesus
justru sebagai wujud ketaatan kepada perintah Yesus dan bukan sebagai
pengkhianatan. Jadi Yudas sebetulnya adalah pahlawan yang disalahmengerti
oleh yang lain.
• IY ditulis oleh penganut bidat Kristen dengan mencatut nama murid Yesus dalam
rangka menarik orang untuk memercayai keyakinan Gnostik, yang bertentangan
dengan ajaran Alkitab.
• Pada tahun 180, Irenaeus (salah satu bapa gereja = pemimpin Kristen yang
dihormati setelah para rasul meninggal) menyatakan pengarang IY adalah kaum
Kainit yang mengidolakan figur yang terkenal jahat di dalam Alkitab, termasuk Kain,
Esau, Korah, orang-orang Sodom, dan Yudas Iskariot. Mengapa mereka dianggap
pahlawan? Karena mereka percaya bahwa Allah PL bukan Allah yang Benar yang
harus disembah. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah PL justru mereka
tentang, dan segala sesuatu yang dilarang justru mereka anjurkan. Dengan
pandangan yang terbalik ini tidak heran bila mereka menganggap orang yang
dinyatakan sebagai musuh Yesus (dalam hal ini: Yudas Iskariot) sebagai sekutunya
yang paling besar.
39
• Dalam hal ini kita harus mengingat teguran Paulus agar kita tidak percaya pada Injil
lain (Gal. 1:6-8).
G 2. INJIL BARNABAS
• Injil Barnabas adalah tulisan tentang kehidupan Yesus yang katanya ditulis oleh
Barnabas. Dua naskah tertua ditulis dalam bahasa Italia (abad 16, berisi 222 pasal)
dan bahasa Spanyol (abad 18). Ini beda dengan apokrifa: Surat Barnabas (abad 2).
• Injil Barnabas tidak mungkin ditulis oleh Barnabas, teman sepelayanan Paulus, tapi
ditulis setelah zaman Muhammad yang wafat tahun 632, karena dalam ps. 44 ada
ungkapan Yesus “Ya, Muhammad, semoga Allah besertamu dan menjadikan aku
layak untuk membuka tali kasutmu” Ini membuat Yesus semacam Yohanes
Pembaptis yang memaklumkan sang Mesias. Karena itu Yohanes Pembaptis tidak
pernah disebut-sebut dalam Injil Barnabas. Menurut Injil Barnabas, Yesus
menyangkal bahwa dialah sang Mesias (ps. 43) bahkan di ps. 97 dikatakan bahwa
Yesus menunjuk bahwa Muhammad-lah sang Mesias itu.
40
4. Dalam ps. 20-21 diceritakan Yesus berlayar menyeberangi laut Galilea ke Nazaret
(padahal Nazaret berada di darat); dan dari situ "naik" ke Kapernaum (yang
sesungguhnya berada di tepi danau).
5. Adam dan Hawa disebutkan memakan buah apel (ps. 40), bukan buah pohon
pengetahuan baik dan jahat.
6. Dalam ps. 91 dikatakan bahwa di wilayah Yudea ada 600.000 tentara. Hal ini
mustahil sebab di seluruh daerah jajahan Romawi jumlah tentaranya tidak
melebihi 300.000 orang.
• Dengan demikian kita menolak Injil Barnabas sebagai Injil kanonik atau Firman
Allah. Rasul Paulus pernah berkata “ . . . jikalau ada orang yang memberitakan
kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia” (Galatia 1:9).
• Tahun 1980 ditemukan sebuah makam keluarga di Talpiot dekat Yerusalem dengan
10 osuarium (peti tulang terbuat dari batu gamping) berusia pra-tahun 70 Masehi.
Ada 6 inskripsi bahasa Aram: Yesus anak Yusuf, Maria, Yoses, Matius, Yudah anak
Yesus, dan Mariamene e Mara (Maria sang Master – dalam bahasa Yunani).
• James Tabor melalui bukunya, The Jesus Dynasty, dan Discovery Channel
menayangkan sebuah film dokumenter berjudul The Lost Tomb of Jesus dengan
produser pelaksana James Cameron. Tesis yang diajukan buku dan film ini: makam
Talpiot adalah betul makam keluarga Yesus dari Nazareth.
41