Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH CHILD DEVELOPMENT

(The Family, Peers, Media, And Schooling)


Tugas Psikologi Perkembangan

Nama : Shania Chukwu


Nim : 21.1.3.004
Sekolah Tinggi Teologi Kharisma
PENDAHULUAN
Keluarga adalah tempat pertama dan terlama bagi perkembangan anak. Dibandingkan
dengan spesies lainnya, anak manusia berkembang lebih lambat sebab mereka membutuhkan
dukungan dan pengajaran selama bertahun-tahun sebelum mereka menguasai kompleksitas
lingkungan fisik dan sosial mereka dan siap untuk mandiri. Perjalanan bertahap menuju
kedewasaan ini dipengaruhi oleh organisasi sosial manusia tersebut misalnya: Keluarga dan
cara pengasuhan yang menjadi penting dalam kehidupan anak-anak. Anak-anak yang tidak
memiliki kehidupan keluarga yang memuaskan dan mendukung cenderung mendambakan
keluarga. Tentu saja, konteks lain juga membentuk perkembangan anak, tetapi dalam
kekuatan dan luasnya pengaruh, tidak ada yang menyamai keluarga. Keterikatan yang
dibentuk anak-anak dengan orang tua dan saudara kandung biasanya berlangsung seumur
hidup, dan mereka berfungsi sebagai model untuk hubungan di dunia yang lebih luas dari
lingkungan dan sekolah. Dalam keluarga, anak-anak mengalami konflik sosial pertama
mereka. Disiplin oleh orang tua dan pertengkaran dengan saudara kandung memberikan
pelajaran penting dalam kepatuhan dan kerjasama dan kesempatan untuk belajar bagaimana
mempengaruhi perilaku orang lain. Akhirnya, di dalam keluarga, anak-anak belajar bahasa,
keterampilan, dan nilai-nilai sosial dan moral dari budaya mereka.
Selain Keluarga terdapat pengaruh perkembangan sosialisasi teman sebaya,
persahabatan, dan penerimaan teman sebaya, bersama dengan signifikansi mendalam mereka
untuk penyesuaian psikologis. Selanjutnya terdapat juga dampak televisi dan komputer pada
keterampilan kognitif dan sosial. Akhirnya, beralih ke sekolah bagaimana kelas dan ukuran
sekolah, filosofi pendidikan, interaksi guru-siswa, dan pengelompokan siswa memengaruhi
pengalaman dan pembelajaran Pendidikan, melihat sekolah dan prestasi dalam perspektif
internasional, seberapa baik sekolah mempersiapkan kaum muda untuk kehidupan kerja yang
produktif.

ISI DAN PEMBAHASAN


1. KELUARGA
Keluarga dalam bentuk yang paling umum diartikan sebagai komitmen seumur hidup
antara seorang pria dan wanita yang memberi makan, melindungi, dan mengasuh anak-anak
mereka sampai mereka mencapai kedewasaan. Dari segi asal evolusi, banyak spesies lain
hidup dalam kelompok sosial, tetapi jarang mengorganisir diri menjadi unit seperti keluarga.
Misalnya kenyataan bahwa hanya 3 persen burung dan mamalia yang membentuk famili
(Emlen, 1995). Bahkan di antara monyet dan kera, nenek moyang evolusioner terdekat kita,
keluarga hampir tidak ada.
a) Fungsi Keluarga
Selain berfungsi untuk mempromosikan kelangsungan hidup anggotanya, unit keluarga
kita juga membentuk fungsi layanan vital berikut bagi masyarakat:
 Fungsi Reproduksi = Mengganti anggota yang telah meninggal.
 Fungsi Layanan ekonomi = Memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa.
 Fungsi Tatanan sosial = Merancang prosedur untuk mengurangi konflik dan menjaga
ketertiban.
 Fungsi Sosialisasi = Melatih kaum muda untuk menjadi anggota masyarakat yang
kompeten dan berpartisipasi.
 Bantuan emosional = Membantu orang lain mengatasi krisis emosional dan membina
dalam setiap kinerja anak rasa komitmen dan tujuan.
Dalam sejarah awal spesies kita, keluarga mungkin melayani semua atau sebagian besar
fungsi ini. Tetapi ketika masyarakat menjadi lebih kompleks, tuntutan yang dibebankan pada
keluarga menjadi terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Akibatnya, lembaga-lembaga lain
berkembang untuk membantu fungsi-fungsi tertentu, dan keluarga menjadi terkait dengan
struktur sosial yang lebih besar. Misalnya, lembaga-lembaga politik dan hukum memikul
tanggung jawab untuk memastikan ketertiban masyarakat, dan sekolah-sekolah dibangun di
atas fungsi sosialisasi keluarga. Lembaga keagamaan melengkapi fungsi pengasuhan anak
dan dukungan emosional dengan menawarkan layanan pendidikan dan kepercayaan kepada
anggota keluarga yang meningkatkan rasa tujuan mereka (Parke & Kellam, 1994).
b) Keluarga Sebagai Sistem Sosial
Para ahli teori sistem keluarga mengakui bahwa orang tua tidak secara mekanis
membentuk anak-anak mereka. Sebaliknya, ada pengaruh dua arah secara langsung maupun
tidak langsung, di mana anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Istilah sistem
keluarga menyiratkan jaringan hubungan yang saling bergantung (Parke & Buriel, 1998;
Lerner et al., 2002).
 Pengaruh Langsung
Studi tentang keluarga dari beragam etnis menunjukkan bahwa ketika orang
tua tegas tetapi hangat maka anak-anaknya cenderung memenuhi permintaan mereka.
Sebaliknya, orang tua yang mendisiplinkan dengan kekerasan cenderung memiliki
anak yang melawan dan memberontak. Dan karena anak-anak perilaku buruk adalah
stres bagi orang tua, mereka dapat meningkatkan penggunaan hukuman, yang
mengarah ke lebih sulit diatur oleh anak (Stormshak et al., 2000; Whiteside-Mansell
et al., 2003). Dalam contoh ini, perilaku satu anggota keluarga membantu
mempertahankan bentuk interaksi di anggota keluarga lainnya yang baik
mempromosikan atau merusak kesejahteraan anak-anak.
 Pengaruh Tidak Langsung
Dampak hubungan keluarga pada perkembangan anak menjadi lebih rumit
ketika kita mempertimbangkan bahwa interaksi antara dua anggota keluarga dapat
memepengaruhi sang anak. Misalnya, ketika hubungan perkawinan orang tua hangat
dan penuh perhatian, ibu dan ayah lebih banyak memuji, lebih sedikit mengomel dan
memarahi akan merangsang anak-anak mereka. Sebaliknya, ketika pernikahan tegang
dan bermusuhan, orang tua cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan anak-
anak mereka dan mengkritik, mengekspresikan kemarahan, dan menghukum (Cox,
Paley, & Harter, 2001; McHale et al., 2002). Anak-anak yang secara intens terpapar
pada kemarahan, konflik orang tua yang tidak terselesaikan menunjukkan banyak
sekali masalah yang berkaitan dengan gangguan keamanan emosional dan pengaturan
diri emosional (Harold et al., 2004). Ini termasuk kesulitan internalisasi (terutama di
antara anak perempuan), seperti menyalahkan diri sendiri, merasa khawatir dan takut,
dan mencoba memperbaiki hubungan orang tua mereka; dan kesulitan
mengeksternalisasi (terutama di antara anak laki-laki), termasuk merasa terancam dan
menunjukkan agresi yang lebih terbuka dan relasional (Davies & Lindsay, 2004; Hart
et al., 1998).
Konflik orang tua secara konsisten merusak pola asuh yang baik, dan akhirnya
meningkatkan kritik, meremehkan dan mengurangi pemantauan keberadaan remaja
dan aktivitas mereka. Praktik pengasuhan ini, pada akhirnya meningkatkan masalah
perilaku remaja (Bradford et al., 2003).
 Beradaptasi dengan Perubahan
Interaksi kekuatan dalam keluarga bersifat dinamis dan selalu berubah, karena
setiap anggota beradaptasi dengan perkembangan anggota lainnya. Kita sering melihat
bahwa terjadi peningkatan konflik orang tua-anak yang sering terjadi pada masa
remaja awal karena remaja berusaha untuk berubah mandiri. Ini adalah saat ketika
sebagian besar orang tua telah mencapai usia paruh baya dan sadar bahwa anak-anak
mereka akan segera meninggalkan rumah dan membangun kehidupan mereka sendiri
dengan mempertimbangkan kembali komitmen mereka sendiri (Steinberg & Silk,
2002). Akibatnya, ketika remaja menuntut otonomi yang lebih besar, orang tua
mendesak untuk lebih banyak kebersamaan. Ketidakseimbangan ini mendorong
gesekan, yang secara bertahap yang hanya dapat diselesaikan jika orang tua dan
remaja dengan mengakomodasi perubahan satu sama lain (Collins, 1997). Memang,
tidak ada unit sosial selain keluarga yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan besar seperti itu dalam anggotanya.
c) Sosialisasi Dalam Keluarga
Di antara fungsi keluarga, fungsi sosialisasi berpusat pada perkembangan anak. Orang
tua mulai mensosialisasikan anak-anak mereka dengan sungguh-sungguh selama tahun
kedua, ketika balita pertama kali dapat mematuhi arahan mereka. Seiring bertambahnya
usia anak-anak, orang tua secara bertahap meningkatkan tekanan sosialisasi, tetapi
mereka sangat bervariasi dalam cara mereka melakukan tugas.
 Gaya Mengasuh Anak
Gaya pengasuhan anak adalah kombinasi dari perilaku pengasuhan yang
terjadi dalam berbagai situasi yang menciptakan siklus pengasuhan anak yang
bertahan lama. Dalam serangkaian penelitian penting, Diana Baumrind
mengumpulkan informasi tentang pengasuhan anak dengan melihat orang tua
berinteraksi dengan anak-anak prasekolah mereka (Baumrind, 1971; Baumrind &
Black, 1967). Dalam table berikut

N Gaya Penerimaan Kontrol Pemberian otonomi Hasil


o Mengasuh dan
Anak Keterliatan
1 Authoritative Hangat, Membuat  Mengizinkan anak  meningkatkan
(Berwibawa) tanggap, tuntutan yang untuk membuat kemungkinan bahwa
penuh masuk akal keputusan dalam anak akan
perhatian, untuk sesuai dengan mendengarkan
sabar, dan kedewasaan, kesiapan perspektif orang tua.
peka terhadap dan secara  Mendorong anak  selama tahun-tahun
kebutuhan konsisten untuk prasekolah :
anak menegakkan mengungkapkan Menciptakan suasana
dan pikiran, perasaan, hati yang optimis,
menjelaskannya dan keinginan pengendalian diri,
 Ketika orang tua dan ketekunan tugas, dan
anak tidak setuju, kerja sama
maka mereka akan  pada usia yang lebih
bersepakat dalam tua : Meningkatkan
pengambilan harga diri yang tinggi,
keputusan bersama responsif terhadap
bila memungkinkan pandangan orang tua,
kematangan sosial
dan moral, dan
kinerja sekolah yang
baik
2 Authoritarian dingin dan Membuat  Membuat keputusan  Anak menjadi cemas
(Otoriter) menolak, banyak tuntutan untuk anak dan tidak bahagia,
sering secara paksa,  Jarang rendah diri dan
mengejek, menggunakan mendengarkan percaya diri, dan
merendahkan kekerasan dan pendapat dari sudut cenderung bereaksi
anak. Untuk hukuman. pandang anak dengan permusuhan
melakukan Sering terlibat ketika frustrasi.
kontrol, dalam kontrol  Seperti orang tua
mereka psikologis, mereka, mereka
berteriak, menarik cinta menggunakan
memerintah, dan merampas kekuatan ketika
mengkritik individualitas mereka tidak
anak. mendapatkan apa yang
mereka inginkan,
terutama anak laki-
laki, menunjukkan
tingkat kemarahan dan
pembangkangan yang
tinggi. Anak
perempuan juga
terlibat dalam perilaku
akting, mereka lebih
cenderung menjadi
tergantung, kurang
minat dalam
eksplorasi, dan
kewalahan oleh tugas-
tugas yang menantang
 biasanya berprestasi
buruk di sekolah.
 memanipulasi ekspresi
verbal anak,
individualitas, dan
keterikatan kepada
orang tua.
3 Permissive Hangat tetapi Membuat  Mengizinkan anak  Anak menjadi
(Permisif) terlalu sedikit atau membuat banyak impulsif, tidak patuh,
memanjakan tidak ada keputusan sebelum dan memberontak.
atau Lalai tuntutan anak siap  Anak terlalu menuntut
dan bergantung pada
orang dewasa
 Mereka menunjukkan
kegigihan yang
kurang pada tugas dan
prestasi sekolah yang
lebih buruk - perilaku
yang terutama terlihat
di antara anak laki-
laki.
 lebih menentang figur
otoritas
 menampilkan lebih
banyak perilaku
antisosial
4 Uninvolved secara Membuat  acuh tak acuh  anak terlantar, tidak
(Tak terlibat) emosional sedikit atau terhadap ada dukungan sosial,
terlepas dan tidak ada pengambilan dan kemiskinan.
ditarik tuntutan keputusan dan sudut  mengganggu hampir
pandang anak semua aspek
perkembangan,
termasuk keterikatan,
kognisi, permainan,
dan keterampilan
emosional dan sosial.
 menunjukkan banyak
masalah-regulasi diri
emosional yang
buruk, kesulitan
prestasi sekolah, dan
perilaku antisosial
yang sering
 Menyesuaikan Pengasuhan Anak dengan Perkembangan Anak
- Pengasuhan Pada Anak Tengah: Koregulasi
Di masa kanak-kanak pertengahan, jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak
dengan orang tua menurun drastis. Tumbuhnya kemandirian anak berarti orang
tua harus menghadapi masalah baru. Meskipun orang tua menghadapi masalah
baru, membesarkan anak menjadi lebih mudah bagi mereka yang membangun
gaya otoritatif selama tahun-tahun awal. Penalaran bekerja lebih efektif dengan
anak-anak usia sekolah karena kapasitas mereka yang lebih besar untuk berpikir
logis dan peningkatan rasa hormat mereka terhadap pengetahuan ahli orang tua
(Collins, Madsen, & Susman-Stillman, 2002).
Ketika anak-anak menunjukkan bahwa mereka dapat mengatur aktivitas dan
tanggung jawab sehari-hari, orang tua yang efektif secara bertahap mengalihkan
tanggung jawab dari orang dewasa ke anak. Ini tidak berarti bahwa mereka
melepaskan sepenuhnya. Sebaliknya, mereka terlibat dalam koregulasi, suatu
bentuk pengawasan di mana orang tua melakukan pengawasan umum sambil
mengizinkan anak-anak untuk bertanggung jawab atas pengambilan keputusan
dari waktu ke waktu. Koregulasi tumbuh dari hubungan kerjasama antara orang
tua dan anak-satu berdasarkan memberi-dan-menerima dan saling menghormati.
- Pengasuhan Pada Remaja: Membangun Otonomi
Selama masa remaja, mereka berjuang untuk otonomi (rasa diri sebagai
individu yang terpisah), dan mengatur diri sendiri-menjadi tugas yang menonjol.
Otonomi memiliki dua aspek penting: (1) komponen emosional (Lebih
mengandalkan diri sendiri dan kurang pada orang tua untuk dukungan dan
bimbingan), dan (2) komponen perilaku membuat keputusan secara mandiri
dengan hati-hati menimbang penilaian sendiri dan saran orang lain untuk sampai
pada tindakan yang beralasan (Steinberg & Silverberg, 1986). Otonomi berkaitan
erat dengan pencarian jati diri remaja. Orang-orang muda yang berhasil
membangun nilai-nilai dan tujuan hidup yang bermakna secara pribadi adalah
otonom. Mereka telah melepaskan ketergantungan kekanak-kanakan pada orang
tua untuk hubungan yang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Perkembangan
kognitif juga membuka jalan menuju otonomi.
Ikatan orang tua-remaja yang hangat dan suportif yang memungkinkan orang
muda untuk mengeksplorasi ide dan peran sosial mendorong otonomi remaja,
memprediksi kemandirian yang tinggi, orientasi kerja, kompetensi akademis, dan
harga diri yang baik (Slicker & Thornberry, 2002; Vazsonyi, Hibbert, & Snider,
2003). Pada akhir masa remaja, kebanyakan orang tua dan anak-anak mencapai
hubungan yang matang dan saling menguntungkan ini, dan interaksi orang tua-
anak yang positif sedang meningkat. Namum memang pada beberapa kasus terjadi
berkurangnya waktu yang dihabiskan remaja dengan keluarga mereka, sebab
kaum muda cenderung mengisi waktu luang dengan kegiatan yang membawa
mereka jauh dari rumah, termasuk pekerjaan paruh waktu, serangkaian kegiatan
rekreasi dan sukarela yang meningkat, dan waktu bersama teman-teman. Tetapi,
penurunan waktu keluarga ini tidak bersifat universal.
 Variasi Sosial Ekonomi dan Etnis dalam Mengasuh Anak
- Status Sosial Ekonomi (SES)
SES adalah indeks yang menggabungkan tahun pendidikan, prestise dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerjaan seseorang, dan faktor pendapatan
yang saling terkait karena pencapaian pendidikan mempengaruhi peluang karir
dan pendapatan. Saat SES naik dan turun, orang tua dan anak-anak menghadapi
perubahan keadaan yang memengaruhi fungsi keluarga. Pendidikan orang tua dan
pendapatan memberikan pengaruh besar, dengan pekerjaan memainkan peran
yang lebih rendah namun tetap penting (Duncan & Magnusson, 2003).
Pendidikan berkontribusi besar terhadap variasi dalam pengasuhan anak.
Sebab minat orang tua dengan SES yang lebih tinggi dalam memberikan stimulasi
verbal dan memelihara sifat-sifat batin didukung oleh tahun-tahun sekolah
mereka, di mana mereka belajar untuk berpikir tentang ide-ide abstrak dan
subjektif (Uribe, LeVine, & LeVine, 1994). Juga, keamanan ekonomi yang lebih
besar dari orang tua SES yang lebih tinggi memungkinkan mereka untuk
mencurahkan lebih banyak waktu, energi, dan sumber daya materi untuk
memelihara karakteristik psikologis anak-anak mereka. Karena tingkat stres yang
tinggi biasanya dipicu oleh ketidakamanan ekonomi, bersama dengan keyakinan
yang lebih kuat akan nilai hukuman fisik, berkontribusi pada penggunaan yang
lebih besar dari orang tua dengan SES rendah disiplin koersif (Pinderhughes et al.,
2000). Selain itu, banyak orang tua dengan SES rendah merasakan
ketidakberdayaan dan kurangnya pengaruh dalam hubungan mereka di luar
rumah.
- Kekayaan
Terlepas dari pendidikan yang maju dan kekayaan materi, orang tua yang
Makmur (yang secara luas dianggap memberi anak-anak mereka setiap
keuntungan) sering kali gagal untuk terlibat dalam pengasuhan yang mendorong
perkembangan yang sehat. Sebab ditemui banyak anak remaja dari keluarga kaya
yang menunjukkan masalah serius yang kian memburuk di sekolah menengah.
Misalnya, mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam penggunaan narkoba dan
melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi daripada pemuda dengan
keluarga SES rendah (Luthar & Becker, 2002). Selain itu, di antara remaja kaya
(tetapi tidak di dalam kota), penggunaan rokok, alkohol, obat-obatan keras, dan
ganja berkorelasi dengan kecemasan dan depresi, menunjukkan bahwa orang-
orang muda kaya ini menggunakan obat-obatan untuk mengobati diri sendiri.
Mengapa begitu banyak pemuda kaya yang bermasalah? Penelitian menunjukkan
bahwa mereka sering mengalami dua kondisi pengasuhan yang salah, misalnya:
 Tekanan prestasi yang berlebihan : Remaja yang orang tuanya
menghargai prestasi mereka lebih dari karakter mereka lebih mungkin
untuk menampilkan kecemasan, depresi, dan penggunaan narkoba. Karena
orang-orang muda ini sering melihat kegagalan pencapaian sebagai
kegagalan pribadi.
 Isolasi dari orang dewasa : Anak-anak muda dengan penyesuaian yang
buruk biasanya disebabkan oleh pengawasan orang tua setelah sekolah yang
kurang dan kedekatan emosional orang tua yang lebih sedikit daripada
rekan-rekan mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik. Dan
seperti orang tua mereka yang sibuk secara profesional dan sosial, banyak
dari remaja ini menjalani kehidupan yang terlalu padat, di mana jumlah
aktivitas yang berlebihan membuat mereka sibuk tetapi terputus dari
keluarga mereka (Luthar & Becker, 2002). Secara keseluruhan, orang tua
kaya hampir secara fisik dan emosional tidak tersedia untuk anak-anak
mereka sebagai orang tua dalam kota yang menghadapi tekanan keuangan
yang serius.
- Kemiskinan
Ketika keluarga jatuh ke dalam kemiskinan, pengasuhan yang efektif dan
perkembangan anak-anak sangat terancam. Stresor konstan yang menyertai
kemiskinan secara bertahap melemahkan sistem keluarga. Keluarga miskin
memiliki banyak tagihan sehari-hari yang harus dibayar, mobil mogok, kehilangan
pembayaran kesejahteraan dan pengangguran, sesuatu yang dicuri dari rumah, dan
lain-lain. Ketika krisis sehari-hari muncul, orang tua menjadi depresi, mudah
tersinggung, dan terganggu, interaksi bermusuhan meningkat, dan perkembangan
anak menderita (Evans, 2004). Selain stres dan konflik, berkurangnya keterlibatan
orang tua dan rumah sangat mempengaruhi kognitif dan kesejahteraan emosional
anak-anak miskin (Duncan & Brooks-Gunn, 2000).
- Etnisitas
Meskipun pola asuh otoritatif secara luas menguntungkan, banyak orang tua
etnis minoritas sering memiliki keyakinan pengasuhan anak yang berbeda sebab
mereka terpengaruh oleh nilai-nilai budaya dan konteks keluarga. Misalnya :
Dibandingkan dengan orang tua Barat, orang tua Cina menggambarkan pola asuh
mereka kurang hangat dan lebih mengontrol. Orang tua Cina menahan pujian,
percaya bahwa itu menyebabkan anak-anak merasa puas diri dan mengganggu
motivasi pencapaian mereka (Chen, 2001; Chao, 1994). Kontrol tinggi
mencerminkan keyakinan Konfusianisme dalam disiplin yang ketat, menghormati
orang yang lebih tua, dan perilaku yang diinginkan secara sosial, yang diajarkan
oleh orang tua yang terlibat secara mendalam. Meskipun orang tua Cina
melaporkan menggunakan induksi dan disiplin berorientasi penalaran lainnya
seperti yang dilakukan orang tua Amerika Utara, mereka lebih cenderung
mempermalukan anak yang nakal dan menggunakan hukuman fisik (Wu et al.,
2002).
d) Gaya Hidup dan Transisi Keluarga
Keluarga di negara-negara industri menjadi lebih beragam. Saat ini, ada lebih sedikit
kelahiran per unit keluarga, lebih banyak orang dewasa yang ingin mengadopsi, lebih
banyak orang tua lesbian dan gay yang terbuka tentang orientasi seksual mereka, dan
lebih banyak orang tua yang belum menikah. Selain itu, transisi dalam kehidupan
keluarga selama beberapa dekade terakhir—peningkatan dramatis dalam perceraian,
orang tua yang menikah lagi, dan ibu yang bekerja telah membentuk kembali sistem
keluarga.
 Dari Keluarga Besar hingga Keluarga Kecil
- Ukuran Keluarga Dan Perkembangan Anak
Nasihat populer kepada calon orang tua sering kali menganjurkan untuk
membatasi ukuran keluarga demi "kualitas anak". Banyak konselor seperti itu
berpendapat bahwa kasih sayang orang tua, perhatian, dan sumber daya materi
berkurang dengan setiap kelahiran tambahan, mengakibatkan anak-anak yang
kurang mampu secara intelektual-terutama mereka yang lahir kemudian. Apakah
keluarga besar menghasilkan anak-anak dengan IQ rendah, seperti yang
disarankan? Atau apakah orang tua dengan IQ lebih rendah-sebagai akibat dari
keturunan, lingkungan, atau keduanya-cenderung memiliki keluarga yang lebih
besar?
Ternyata meskipun ada banyak alasan bagus untuk membatasi ukuran
keluarga, kekhawatiran bahwa kelahiran tambahan akan mengurangi kecerdasan
anak dan kesempatan hidup tidak dibenarkan. Sebaliknya, kaum muda dengan IQ
rendah—banyak di antaranya putus sekolah, hidup dalam kemiskinan, tidak
memiliki harapan akan masa depan, dan gagal terlibat dalam keluarga
berencana(kemungkinan besar memiliki keluarga besar).
- Saudara Kandung
Meskipun ukuran keluarga menurun, setidaknya seorang anak memiliki satu
saudara kandung. Penelitian menunjukkan bahwa Saudara kandung memberikan
pengaruh penting pada perkembangan, baik secara langsung, melalui hubungan
dengan keluarga besar.
- Munculnya Hubungan Saudara
Perihat saudara, kebanyakan anak prasekolah dengan cepat menyadari bahwa
sekarang mereka harus berbagi perhatian dan kasih sayang orang tua mereka.
Mereka sering menjadi menuntut dan terlibat dalam kenakalan yang disengaja,
dan menunjukkan perilaku tidak dewasa lainnya agar mendapat perhatian lebih.
Namun kebencian hanyalah salah satu ciri dari hubungan emosional yang kaya
yang mulai terbangun di antara saudara kandung setelah kelahiran bayi. Karena
frekuensi dan intensitas emosionalnya, interaksi saudara kandung menjadi konteks
unik di mana kompetensi sosial berkembang.
Sibling rivalry cenderung meningkat pada masa kanak-kanak pertengahan.
Ketika anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan yang lebih luas, orang tua sering
membandingkan sifat dan prestasi saudara kandung. Anak yang mendapat lebih
sedikit kasih sayang orang tua, lebih banyak ketidaksetujuan, atau lebih sedikit
sumber materi, cenderung menjadi kesal dan menunjukkan penampilan yang lebih
buruk. Meskipun konflik meningkat selama tahun-tahun sekolah, saudara kandung
terus mengandalkan satu sama lain untuk persahabatan, dukungan emosional, dan
bantuan dengan tugas sehari-hari.
 Keluarga Satu Anak
Meskipun hubungan saudara membawa banyak manfaat, itu tidak terlalu
mempengaruhi perkembangan yang sehat. Misalnya Anak-anak Amerika Utara yang
tumbuh dalam keluarga satu anak memiliki harga diri dan motivasi berprestasi yang
lebih tinggi. Akibatnya, mereka berprestasi lebih baik di sekolah dan mencapai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Falbo, 1992). Salah satu alasannya mungkin
karena hanya anak-anak yang memiliki hubungan yang agak lebih dekat dengan orang
tua, yang mungkin memberikan lebih banyak tekanan untuk penguasaan dan
pencapaian.
 Keluarga angkat
Orang dewasa yang tidak subur, yang cenderung mewariskan kelainan
genetik, atau yang lebih tua dan lajang tetapi menginginkan keluarga beralih ke
adopsi anak. Namun anak-anak dan remaja yang diadopsi baik yang lahir di negara
orang tua angkatnya atau tidak memiliki lebih banyak kesulitan belajar dan emosional
daripada anak-anak lain, perbedaan yang meningkat seiring dengan usia anak pada
saat adopsi (Levy-Shiff, 2001; Miller dkk., 2000). Ada banyak kemungkinan alasan
untuk masa kanak-kanak anak adopsi yang lebih bermasalah. Akhirnya, orang tua
angkat dan anak-anak, yang secara genetik tidak memiliki hubungan darah, memiliki
kecerdasan dan kepribadian yang kurang sama dibandingkan perbedaan kerabat
biologis yang dapat mengancam keharmonisan keluarga. Terlepas dari risiko ini,
sebagian besar anak angkat berjalan dengan baik, dan mereka yang memiliki masalah
sebelumnya biasanya membuat kemajuan pesat (Johnson, 2002; Kim, 2002).
 Keluarga Gay dan Lesbian
Beberapa juta orang Amerika dan puluhan ribu pria gay dan lesbian Kanada
adalah orang tua, sebagian besar melalui pernikahan heteroseksual sebelumnya,
beberapa melalui adopsi, dan semakin banyak melalui teknologi reproduksi (Ambert,
2003; Patterson, 2002). Banyak anak dari orang tua gay dan lesbian mengalami ejekan
dan pengucilan teman sebaya dan oleh orang tua heteroseksual dari beberapa teman
sebaya mereka. (Morris, Balsam, & Rothbaum, 2001).
 Perceraian
- Konsekuensi Jangka Pendek
Setelah satu orang tua pindah, peristiwa tambahan mengancam interaksi yang
mendukung antara orang tua dan anak-anak. Rumah tangga yang dikepalai ibu
biasanya mengalami penurunan pendapatan yang tajam. Transisi dari pernikahan
ke perceraian sering menyebabkan stres ibu yang tinggi, depresi, dan kecemasan
dan situasi keluarga yang tidak teratur (Hope, Power, & Rodgers, 1999; Marks &
Lambert,1998). Dan reaksi pada anak yang terkena dampak perceraian biasanya
dipengaruhi oleh hal berikut :
 Usia Anak : Ketidakmatangan kognitif anak-anak prasekolah dan usia
sekolah awal membuat sulit bagi mereka untuk memahami alasan di
balik perpisahan orang tua mereka. Anak-anak yang lebih kecil sering
menyalahkan diri mereka sendiri dan menganggap putusnya
perkawinan sebagai tanda bahwa kedua orang tua mungkin akan
meninggalkan mereka (Pryor & Rogers, 2001). Namun, banyak anak
usia sekolah dan remaja bereaksi keras, terutama ketika konflik
keluarga tinggi dan pengawasan terhadap anak-anak rendah. Melarikan
diri ke dalam aktivitas teman sebaya yang tidak diinginkan seperti
melarikan diri, membolos, aktivitas seksual dini, dan kenakalan dan
prestasi sekolah yang buruk (Hetherington & Stanley-Hagan, 1999;
Simons & Chao, 1996).
 Temperamen dan Jenis Kelamin Anak : Ketika anak-anak yang
temperamental diekspos dengan peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan dan pengasuhan, masalah mereka diperbesar (Lengua et al.,
2000). Anak Cewek kadang-kadang merespons dengan reaksi
internalisasi, seperti menangis, mengkritik diri sendiri, dan menarik
diri. Lebih sering, anak-anak dari kedua jenis kelamin menunjukkan
perilaku menuntut, menarik perhatian, dan bertingkah. Tetapi dalam
keluarga pengasuhan ibu, anak laki-laki berada pada risiko yang sedikit
lebih besar untuk masalah akademik, emosional, dan perilaku.
- Konsekuensi Jangka Panjang.
secara keseluruhan, anak-anak dan remaja dari orang tua yang bercerai terus
mendapat skor sedikit lebih rendah daripada anak-anak dari orang tua yang
harmobis dalam prestasi akademik, harga diri, kompetensi sosial, dan masalah
emosional dan perilaku (Amato, 2001). Anak-anak dengan temperamen sulit yang
mengakar dalam konflik keluarga lebih cenderung putus sekolah, mengalami
depresi, dan terlibat dalam perilaku antisosial pada masa remaja. Dan perceraian
terkait dengan masalah seksualitas dan perkembangan ikatan intim. Orang-orang
muda yang mengalami perceraian orang tua, terutama lebih dari sekali,
menunjukkan tingkat aktivitas seksual dini yang lebih tinggi, (Wolfinger, 2000 ).
Meskipun perceraian menyakitkan bagi anak-anak, tetap berada dalam
keluarga yang utuh tetapi memiliki konflik tinggi lebih buruk daripada transisi ke
rumah tangga orang tua tunggal dengan konflik rendah (Green et al., 2003).
Namun, lebih banyak orang tua saat ini bercerai karena mereka cukup (bukan
sangat) tidak puas dengan hubungan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak di rumah dengan perselisihan ini sangat bingung dan kesal.
- Mediasi Perceraian, Pengasuhan Bersama, Dan Dukungan Anak
Mediasi perceraian adalah serangkaian pertemuan antara pasangan yang
bercerai dan seorang profesional terlatih yang bertujuan untuk mengurangi konflik
keluarga, termasuk pertempuran hukum atas pembagian properti dan hak asuh
anak. Karena mediasi perceraian dan program pendidikan orang tua membantu
orang tua yang bercerai menyelesaikan perselisihan mereka dan bekerja sama
dalam membesarkan anak, ini dapat membantu anak menyesuaikan diri.
Keberhasilan pengasuhan bersama tergantung pada kerja sama orang tua, dan
anak-anak yang mengalaminya cenderung lebih baik daripada anak-anak di rumah
perwalian ibu tunggal.
 Keluarga Campuran
Orang tua, orang tua tiri, dan anak-anak membentuk struktur keluarga baru
yang disebut keluarga campuran atau rekonstitusi. Bagi beberapa anak, jaringan
keluarga yang diperluas ini positif dan membawa perhatian orang dewasa yang lebih
besar. Tetapi sebagian besar memiliki lebih banyak masalah daripada anak-anak
dalam keluarga pernikahan pertama yang stabil. Orang tua tiri sering kali
memperkenalkan praktik pengasuhan anak baru, dan harus beralih ke aturan dan
harapan baru bisa membuat stres. Selain itu, anak-anak sering menganggap anak tiri
sebagai penyusup. Tetapi seberapa baik mereka beradaptasi, sekali lagi, terkait
dengan kualitas fungsi keluarga secara keseluruhan (Hetherington & Kelly, 2002). Ini
tergantung pada orang tua mana yang membentuk hubungan baru, usia dan jenis
kelamin anak, dan kompleksitas hubungan keluarga campuran.
 Bagaimana pekerjaan dan kehidupan ibu dalam keluarga berpenghasilan ganda
mempengaruhi perkembangan anak-anak
Ketika ibu menikmati pekerjaan mereka dan tetap berkomitmen untuk
mengasuh anak, pekerjaan ibu dikaitkan dengan konsekuensi yang menguntungkan
bagi anak-anak, termasuk rasa harga diri yang lebih tinggi, hubungan keluarga dan
teman sebaya yang lebih positif, kepercayaan stereotip gender yang lebih sedikit, dan
nilai yang lebih baik di sekolah. Tetapi ketika pekerjaan menjadi stres karena tuntutan
waktu atau alasan lain, anak-anak berisiko mengalami kesulitan pengasuhan dan
penyesuaian diri yang tidak efektif. Dalam keluarga berpenghasilan ganda, kemauan
ayah untuk berbagi pengasuhan anak terkait dengan banyak hasil positif bagi anak-
anak.
 Penitipan Anak
Anak-anak yang mengalami beragam pengaturan penitipan anak sementara
orang tua mereka bekerja, dengan pengasuhan berbasis rumah yang menurun dan
pengasuhan di pusat meningkat.
Anak-anak prasekolah yang terpapar dengan kualitas perawatan yang buruk
memiliki skor keterampilan kognitif dan sosial yang lebih rendah dan lebih tinggi
dalam masalah perilaku. Ketidakstabilan beberapa tempat penitipan anak juga
mengganggu penyesuaian anak kecil.
Ketika ukuran kelompok kecil, rasio pengasuh, dan pengasuh berpendidikan
secara pribadi berkomitmen untuk merawat anak-anak, dan berkomunikasi dengan
cara yang lebih merangsang dan responsif. Akibatnya, anak-anak berkembang dengan
baik.
e) Keluarga Rentan: Penganiayaan Anak
 Insiden dan Definisi
Penganiayaan anak sama tuanya dengan sejarah manusia, tetapi baru belakangan
ini masalahnya diakui secara luas dan penelitian ditujukan untuk memahaminya.
Mungkin kekhawatiran publik telah meningkat karena penganiayaan anak sangat
umum terjadi di negara-negara industri besar, Penganiayaan anak terbagi menjadi
bentuk-bentuk berikut:
- Kekerasan fisik: penyerangan terhadap anak-anak, seperti menendang,
menggigit, mengguncang, meninju, atau menusuk, yang menimbulkan cedera fisik
- Pelecehan seksual: cumbuan, persetubuhan, eksibisionisme, eksploitasi komersial
melalui prostitusi atau produksi pornografi, dan bentuk-bentuk eksploitasi seksual
lainnya
- Pengabaian: kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, dalam hal
makanan, pakaian, medis, perhatian, pendidikan, atau pengawasan
- Pelecehan emosional: tindakan yang dapat menyebabkan gangguan mental atau
perilaku yang serius, termasuk isolasi sosial, tuntutan berulang yang tidak masuk
akal, ejekan, penghinaan, intimidasi, atau terror.
 Asal Usul Penganiayaan Anak
Temuan awal menunjukkan bahwa penganiayaan anak berakar pada gangguan
keseimbangan psikologis orang dewasa (Kempe et al., 1962). Tetapi meskipun
kekerasan terhadap anak lebih sering terjadi di antara orang tua yang terganggu, tetapi
Kadang-kadang orang tua "normal" juga menyakiti anak-anak mereka!
Penganiayaan anak terkait dengan faktor dalam keluarga, masyarakat, dan
budaya. Orang tua yang menganiaya menggunakan disiplin yang tidak efektif,
memiliki pandangan bias negatif tentang anak mereka, dan merasa tidak berdaya
dalam mengasuh anak. Stres orang tua yang tidak terkendali, isolasi sosial, dan
disintegrasi lingkungan dan sangat meningkatkan kemungkinan pelecehan dan
penelantaran akan terjadi. Ketika suatu masyarakat menyetujui pemaksaan dan
kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah, pelecehan anak dipromosikan.
 Konsekuensi Penganiayaan Anak
Anak-anak yang dianiaya mengalami gangguan dalam perkembangan
pengaturan diri emosional, empati dan simpati, konsep diri, keterampilan sosial, dan
motivasi akademik. Selain itu, trauma pelecehan dikaitkan dengan aktivitas
gelombang otak yang tidak normal dan respons stres yang meningkat. Seiring waktu,
anak-anak menunjukkan berbagai macam masalah penyesuaian yang serius.
 Mencegah Penganiayaan Anak
Pencegahan penganiayaan anak yang berhasil memerlukan upaya di tingkat
keluarga, masyarakat, dan budaya, termasuk program yang memperkuat kompetensi
anak dan orang tua serta pengurangan kekerasan dan kemiskinan masyarakat.

2. REKAN, MEDIA, DAN SEKOLAH


 Pentingnya Hubungan Sebaya
Hubungan orang tua dan teman sebaya tampaknya saling melengkapi. Orang
tua memberikan kasih sayang dan bimbingan, yang memberi anak-anak keamanan
dan keterampilan sosial yang mereka butuhkan untuk memasuki dunia teman sebaya.
Interaksi teman sebaya, pada gilirannya, memungkinkan anak-anak untuk
mengembangkan keterampilan sosial mereka. Teman sebaya juga dapat berdiri,
sampai batas tertentu, untuk ikatan awal orang tua-anak. Singkatnya, teman sebaya
berfungsi sebagai sumber dukungan vital dalam situasi yang mengancam dan sangat
berkontribusi untuk perkembangan. Tetapi mereka melakukannya dengan lebih efektif
ketika anak-anak juga memiliki ikatan yang hangat dan mendukung dengan orang tua.
 Pengembangan Sosiabilitas Sebaya
- Awal Bayi dan Balita : Sosiabilitas teman sebaya dimulai pada masa bayi dengan
tindakan sosial yang terisolasi yang secara bertahap digantikan oleh pertukaran
terkoordinasi di tahun kedua kehidupan.
- Masa Prasekolah : Selama tahun-tahun prasekolah, permainan interaktif dengan
teman sebaya meningkat. bergerak dari aktivitas nonsosial ke permainan paralel
dan kemudian ke permainan asosiatif dan kooperatif. Namun, dunia permainan
tidak terungkap dalam urutan perkembangan langsung. Meskipun ada peningkatan
dalam permainan asosiatif dan kooperatif, permainan soliter dan permainan
paralel tetap umum. Permainan sokudramatis menjadi sangat sering dan
mendukung banyak aspek perkembangan kognitif, emosional, dan sosial.
- Masa Pertengahan Anak-anak dan Remaja : Selama masa kanak-kanak
pertengahan, interaksi teman sebaya lebih peka terhadap perspektif orang lain,
diatur oleh norma-norma prososial, dan terfokus pada permainan yang berorientasi
pada aturan. Selain itu, permainan kasar menjadi lebih umum. Di masa lalu
evolusioner kita, mungkin penting untuk mengembangkan keterampilan bertarung
dan membangun hierarki dominasi, yang menjadi lebih stabil di masa kanak-
kanak dan remaja tengah, terutama di antara anak laki-laki.
 Pengaruh terhadap Kesosialan Teman Sebaya
- Pengaruh Orang Tua Langsung : melalui upaya untuk mempengaruhi hubungan
teman sebaya anak mereka. Anak-anak prasekolah cenderung lebih mampu secara
sosial ketika orang tua mereka sering mengatur kontak informal dengan teman
sebaya dan menawarkan bimbingan tentang bagaimana bertindak terhadap orang
lain.
- Pengaruh Orang Tua Tidak Langsung : melalui praktik membesarkan anak dan
perilaku bermain mereka. Dengan pengasuhan orang tua yang berwibawa, disiplin
induktif, dan permainan anak yang positif secara emosional dan kooperatif
mendorong hubungan teman sebaya yang positif. Dan ketika orang tua memiliki
jaringan sosial berkualitas tinggi, anak-anak cenderung lebih terampil secara sosial.
- Perpaduan Usia Anak-anak : Meskipun rekan-rekan yang seusia dengan anak
terlibat dalam pertukaran yang lebih intens dan harmonis, interaksi campuran usia
juga memiliki manfaat. Sebab dengan adanya anak-anak lebih tua dan anak-anak
yang lebih muda dalam praktik perilaku prososial maka terdapat kesempatan untuk
belajar dari teman mereka yang lebih tua.
- Nilai-Nilai Budaya : Keramahan budaya teman sebaya dalam masyarakat
kolektivis, yang menekankan harmoni kelompok. Keyakinan budaya juga
mempengaruhi asosiasi teman sebaya awal.
 Persahabatan
- Berpikir Tentang Persahabatan : Anak-anak prasekolah dan anak-anak usia
sekolah kecil memandang persahabatan sebagai hubungan konkret yang didasarkan
pada aktivitas bersama dan barang-barang material. Selama masa kanak-kanak
pertengahan, anak-anak memahami persahabatan sebagai hubungan timbal balik
berdasarkan kepercayaan. Remaja menekankan keintiman, saling pengertian, dan
kesetiaan sebagai dasar persahabatan.
- Ciri-ciri Persahabatan : Seiring bertambahnya usia, anak-anak menjadi lebih
selektif dalam berteman; jumlah sahabat menurun selama masa kanak-kanak
pertengahan dan remaja. Selain itu, persahabatan menjadi lebih stabil dan prososial
seiring bertambahnya usia.
 Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, teman-teman cenderung sama
dalam hal jenis kelamin, etnis, SES, kepribadian, popularitas, prestasi, dan
perilaku prososial.
 Pada masa remaja, mereka mirip satu sama lain dalam status identitas,
aspirasi pendidikan, keyakinan politik, dan penyimpangan.
 Saat remaja membentuk identitas pribadi, mereka terkadang
mengeksplorasi perspektif baru dengan berteman dengan teman sebaya
yang memiliki risiko berbeda sikap dan nilai
 anak muda yang bersekolah di sekolah dengan keragaman etnis dan tinggal
di lingkungan yang terintegrasi lebih banyak anak-anak yang berbaur untuk
membentuk persahabatan lintas etnis.
- Persahabatan dan Penyesuaian : Persahabatan yang hangat menumbuhkan
konsep diri, pengambilan perspektif, dan suatu identitas perkembangan,
memberikan landasan bagi hubungan intim, menawarkan dukungan dalam
menghadapi tekanan sehari-hari, dan mendorong sikap positif terhadap dan
keterlibatan di sekolah.
 Penerimaan Sejawat
- Asal-usul Penerimaan Dalam Situasi Teman sebaya : Peneliti biasanya
menilai penerimaan teman sebaya menggunakan teknik sosiometri, yang
mengukur preferensi sosial. Pendekatan lain adalah menilai reputasi teman
sebaya, atau keunggulan sosial (penilaian anak-anak tentang siapa yang paling
dikagumi teman sekelas mereka).
 Teknik sosiometri menghasilkan empat jenis penerimaan teman
sebaya: (1) anak-anak populer, yang disukai oleh banyak teman
sebaya;
(2) anak-anak yang ditolak, yang secara aktif tidak disukai;
(3) anak kontroversial, yang disukai dan tidak disukai; dan
(4) anak-anak terlantar, yang jarang dipilih.
Seperti halnya persahabatan, penerimaan teman sebaya berkontribusi
pada penyesuaian anak.
- Membantu Anak-Anak yang Ditolak :
 Ada dua subtipe anak popular
1. anak prososial popular (yang kompeten secara fisik dan sosial) dan
2. anak antisosial popular (yang merupakan anak agresif yang
dikagumi teman sebayanya, mungkin karena keterampilan sosial
mereka yang canggih tetapi licik).
 Anak-anak yang ditolak juga jatuh ke dalam setidaknya dua subtipe:
1. anak-anak agresif yang ditolak (yang menunjukkan tingkat masalah
perilaku yang tinggi), dan
2. anak-anak yang ditolak-dikucilkan (yang pasif dan canggung
secara sosial dan berisiko menjadi korban teman sebaya)
 Meskipun anak-anak terlantar sering memilih untuk bermain sendiri,
mereka biasanya kompeten secara sosial dan dapat menyesuaikan diri
dengan baik.
 Intervensi yang mengarah pada keuntungan dalam penerimaan teman
sebaya anak-anak yang ditolak termasuk pembinaan keterampilan
sosial, bimbingan akademik intensif, dan pelatihan dalam pengambilan
perspektif dan pemecahan masalah sosial.
 Mengajar anak-anak yang ditolak untuk menghubungkan kesulitan
teman sebaya dengan penyebab internal yang dapat mengubah
memotivasi mereka untuk meningkatkan hubungan teman sebaya
mereka.
 Namun demikian, perilaku yang tidak kompeten secara sosial sering
kali berasal dari interaksi orang tua-anak yang maladaptive.
 Grup Sejawat
- Grup Rekan Pertama : Pada pertengahan akhir masa kanak-kanak,
kelompok teman sebaya dengan nilai dan standar bersama untuk perilaku dan
struktur sosial pemimpin dan pengikut mulai muncul. Mereka berorganisasi
atas dasar kedekatan (berada di ruang kelas yang sama) dan kesamaan dalam
jenis kelamin, etnis, dan popularitas. Dalam kelompok sebaya, anak-anak
berlatih kerjasama, kepemimpinan, pengikut, dan loyalitas untuk tujuan
kolektif.
- Kelompok kecil dan Kerumunan : Kelompok sebaya remaja awal
diorganisir di sekitar kelompok kecil yang berteman karena sikap dan nilai
yang sama. Seringkali beberapa kelompok kecil membentuk kelompok yang
lebih besar dan lebih longgar yang disebut kerumunan yang memberi remaja
identitas dalam struktur sosial sekolah yang lebih besar. Meskipun minat dan
kemampuan remaja memengaruhi keanggotaan kelompok, praktik pengasuhan
juga berpengaruh. Banyak nilai-nilai kelompok sebaya merupakan perluasan
dari nilai-nilai yang diajarkan di rumah.
 Perkencanan
Kelompok campuran jenis kelamin memberikan wadah yang mendukung bagi
anak laki-laki dan perempuan untuk mengenal satu sama lain. Keintiman dalam
hubungan kencan, bagaimanapun tertutup dalam persahabatan dan kencan awal yang
sering dikaitkan dengan masalah penyesuaian. Hubungan positif dengan orang tua dan
teman berkontribusi pada pengembangan ikatan romantis yang hangat, yang
meningkatkan perkembangan emosional dan sosial. Romantisme pertama umumnya
larut atau menjadi kurang memuaskan setelah lulus dari sekolah menengah.
 Tekanan dan Kesesuaian Teman Sebaya : Konformitas teman sebaya lebih besar
pada masa remaja daripada pada usia yang lebih muda atau lebih tua, dan remaja
sangat rentan. Namun, sebagian besar tekanan teman sebaya berfokus pada jangka
pendek, masalah sehari-hari (seperti pakaian dan selera musik) dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai penting orang dewasa. Pengasuhan otoritatif berkaitan dengan
penolakan terhadap tekanan teman sebaya.
 Televisi
- Berapa Banyak Televisi yang Ditonton Anak? Anak-anak menghabiskan
lebih banyak waktu menonton TV daripada hampir semua aktivitas terjaga
lainnya. Anak laki-laki dan anak-anak SBS rendah cenderung lebih sering
menjadi penonton. Menonton TV yang berlebihan terkait dengan kesulitan
bersosialisasi antar keluarga dan teman sebaya.
- Pengembangan Literasi Televisi : Perkembangan kognitif dan pengalaman
menonton TV secara bertahap mengarah pada peningkatan literasi televisi.
Sebelum usia 8 tahun, anak-anak tidak sepenuhnya memahami realitas fiksi
TV, mengasimilasi informasi televisi sedikit demi sedikit, dan tidak bisa
menilai secara kritis.
- Televisi dan Pembelajaran Sosial : Studi dengan berbagai desain penelitian
menunjukkan bahwa kekerasan di televisi mendorong pikiran dan emosi yang
bermusuhan, perilaku agresif, toleransi agresi pada orang lain, dan pandangan
dunia yang penuh kekerasan. TV juga menyampaikan stereotipe yang
mempengaruhi keyakinan anak tentang etnisitas dan gender. Baru pada usia 8
atau 9 tahun mereka memahami tujuan penjualan iklan TV, Pemboman besar-
besaran terhadap anak-anak dan remaja dengan iklan berkontribusi pada
banyak masalah, termasuk stres keluarga, kelebihan berat badan dan obesitas,
dan penggunaan narkoba.
- Televisi, Pembelajaran Akademik dan Prososial, dan imajinasi : pengaruh
televisi terhadap perkembangan anak, termasuk agresi, stereotip etnis dan
gender, konsumerisme, pembelajaran akademis, perilaku prososial, dan
imajinasi.
- Mengatur Televisi Anak : Anak-anak mengambil banyak keterampilan
kognitif dan akademik dari televisi pendidikan. Program dengan aksi lambat
dan alur cerita yang mudah diikuti mendorong permainan yang lebih rumit,
dan program dengan tindakan bekerja sama, membantu, dan menghibur dapat
meningkatkan perilaku prososial. Anak – anak Pemirsa TV dari acara prime
time dan kartun, bagaimanapun, menghabiskan lebih sedikit waktu membaca
dan berinteraksi kurang baik dengan orang lain di sekolah.
 Komputer
- Komputer dan Pembelajaran Akademik :
Komputer dapat memiliki manfaat pendidikan yang kaya. Di kelas,
siswa sering menggunakan komputer secara kolaboratif. Ketika anak-anak
menggunakan komputer untuk pengolah kata, mereka menghasilkan produk
tertulis yang lebih panjang dan berkualitas lebih tinggi. Pemrograman
mempromosikan pembentukan konsep yang lebih baik, pemecahan masalah,
dan kreativitas, dan seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka sering
menggunakan komputer dan Web untuk tugas sekolah
- Komputer dan Pembelajaran Sosial :
Meskipun penggunaan komputer yang ekstensif anak laki-laki untuk
bermain game mendorong perhatian selektif dan keterampilan spasial, game
kekerasan mempromosikan permusuhan dan agresi. Pemain game yang
"bersemangat" cenderung menarik diri anak muda dengan masalah keluarga
dan sekolah.
Penggunaan internet untuk berkomunikasi tampaknya mendukung
keakraban antar teman remaja. Tetapi banyak remaja bertemu orang baru
secara online. Meskipun beberapa ikatan online positif, sebagian besar remaja
yang menjalin pertemanan dekat atau romansa di Internet cenderung menjadi
remaja bermasalah yang berusaha menghilangkan perasaan terisolasi dan
penolakan dan yang berisiko untuk dieksploitasi.
 Sekolah
- Kelas dan dan Ukuran Tubuh Siswa :
Sekolah sangat mempengaruhi banyak aspek perkembangan. di kelas
awal sekolah dasar mengarah pada pencapaian prestasi akademik yang
bertahan lama. Di sekolah menengah kecil, remaja lebih aktif terlibat dalam
kegiatan ekstrakurikuler dan mengembangkan rasa tanggung jawab,
kompetensi, dan tantangan dari pengalaman ini. Juga, siswa "marjinal" lebih
mungkin untuk berpartisipasi dan tetap tinggal sampai lulus
Siswa yang lebih tua di ruang kelas tradisional memiliki sedikit
keunggulan dalam prestasi akademik dibandingkan mereka di kelas
konstruktivis, yang lebih cenderung menjadi pemikir kritis, untuk
menghormati perbedaan individu, dan memiliki sikap positif terhadap sekolah.
Anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak di ruang kelas tradisional
menunjukkan lebih banyak perilaku stres dan kepercayaan diri yang berkurang
pada kemampuan mereka, diikuti oleh kebiasaan belajar dan prestasi yang
lebih buruk yang bertahan hingga sekolah dasar.
Siswa di ruang kelas sosial-konstruktivis mendapat manfaat baik dalam
perkembangan kognitif dan sosial dari bekerja secara kolaboratif dengan guru
dan teman sebaya. Di ruang kelas terorganisir sebagai komunitas pelajar,
kolaborasi menjadi nilai sekolah secara luas.
- Filosofi Pendidikan
Filosofi pendidikan guru memainkan peran utama dalam pengalaman
belajar anak-anak. Guru dan siswa mengerjakan proyek jangka panjang yang
kompleks dengan makna dunia nyata, memanfaatkan keahlian satu sama lain
dan keahlian orang lain di dalam dan di luar sekolah.
- Transisi Sekolah
Faktor-faktor yang memprediksi penyesuaian yang menguntungkan di
taman kanak-kanak termasuk pengalaman prasekolah, gaya perilaku prososial
yang ramah, sikap sekolah yang positif, ikatan yang mendukung dengan teman
sebaya dan guru, dan partisipasi di kelas.
Taman kanak-kanak dengan gaya antisosial dan penghindaran teman
sebaya cenderung membangun hubungan konflik dengan guru, yang
memprediksi masalah akademik dan perilaku.
Transisi sekolah pada masa remaja bisa membuat stres. Sebagai
lingkungan sekolah menjadi lebih besar dan lebih impersonal, nilai dan
perasaan kompetensi menurun. Anak perempuan mengalami lebih banyak
kesulitan penyesuaian setelah transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah
pertama atau sekolah menengah pertama, karena perubahan kehidupan lainnya
(pubertas dan awal berkencan) cenderung terjadi pada waktu yang bersamaan.
Anak-anak muda yang tertekan yang prestasi sekolahnya turun tajam berada
pada risiko terbesar untuk melanjutkan kesulitan akademis dan keterasingan
dari sekolah.
- Interaksi Guru-Siswa : Pola interaksi guru-murid mempengaruhi kemajuan
akademik anak. Instruksi yang mendorong pemikiran tingkat tinggi dikaitkan
dengan minat dan prestasi siswa yang lebih besar. Ramalan pemenuhan diri
pendidikan kemungkinan besar terjadi di ruang kelas yang menekankan
kompetisi dan evaluasi publik, dan mereka memiliki dampak yang lebih besar
pada siswa yang berprestasi rendah.
- Praktik Pengelompokan : Pengelompokan tidak homogen di sekolah dasar
terkait dengan kualitas pengajaran yang lebih rendah dan penurunan harga diri
dan prestasi untuk anak-anak dalam kelompok berkemampuan rendah.
Sebaliknya, kelas rangkap mempromosikan prestasi akademik, harga diri, dan
sikap sekolah yang positif. Namun, guru harus memberikan bimbingan yang
luas untuk kolaborasi antara rekan-rekan heterogen untuk berhasil.
- Mengajar Siswa Berkebutuhan Khusus : Beberapa siswa dengan
keterbelakangan mental ringan dan banyak dengan ketidakmampuan belajar
ditempatkan di kelas reguler, biasanya melalui pengarusutamaan tetapi juga
melalui inklusi penuh. Keberhasilan penempatan kelas reguler tergantung pada
penyesuaian pengalaman belajar dengan kebutuhan dan mempromosikan
hubungan rekan yang positif .
- Kemitraan Orangtua-Sekolah : Sekolah dapat meningkatkan keterlibatan
orang tua dengan membina komunikasi antara orang tua dan guru,
membangun jembatan antara budaya rumah minoritas dan budaya sekolah, dan
melibatkan orang tua dalam tata kelola sekolah. Menjangkau orang tua etnis
minoritas dan orang tua di daerah yang dilanda kemiskinan, dalam kota sangat
penting

KESIMPULAN
Keluarga merupakan komitmen seumur hidup antara seorang pria dan wanita yang
memberi makan, melindungi, dan mengasuh anak-anak mereka sampai mereka mencapai
kedewasaan. Interaksi kekuatan dalam keluarga bersifat dinamis dan selalu berubah, karena
setiap anggota beradaptasi dengan perkembangan anggota lainnya. saat sebagian besar orang
tua telah mencapai usia paruh baya dan sadar bahwa anak-anak mereka akan segera
meninggalkan rumah dan membangun kehidupan mereka sendiri dengan mempertimbangkan
kembali komitmen mereka sendiri, dan ini akhirnya mempengaruhi perkembangan anak.
Memang, tidak ada unit sosial selain keluarga yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan besar seperti itu dalam anggotanya. Pada dasarnya terdapat banyak hal yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak termasuk pola asuh, latar belakang keluarga, ekonomi,
etnis, teman sebaya, televisi, computer, sekolah. Dan semuanya ini perlu terintegrasi secara
baik agar anak juga berkembang dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai