PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa teori ekologi Bronfenbrenner ?
2. Apa konteks perkembangan sosial ?
3. Apa strategi mendidik anak menurut teori erikson ?
4. Apa perkembangan emosi seseorang ?
C. Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teori ekologi bronfenbrenner
2. Untuk mengetahui konteks perkembangan sosial
3. Untuk mengetahui strategi mendidik anak menurut teori erikson
4. Untuk mengetahui perkembangan emosi seseorang
D. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui teori ekologi bronfenbrenner
2. Mengetahui konteks perkembangan sosial
3. Mengetahui strategi mendidik anak menurut teori erikson
4. Mengetahui perkembangan emosi seseorang
BAB II
LANDASAN TEORI
3. Teman Sebaya
Selain keluarga dan guru, teman sebaya juga memainkan peran penting dalam perkembangan
anak-anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau
tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang
sama memainkan peran khusus dalam perkembangan sosioemosional anak-anak. Salah satu
fungsi yang paling penting dari teman sebaya adalah untuk memberikan sumber imformasi dan
perbandingan tentang dunia di luar keluarga.
Para ahli perkembangan telah menemukan lima jenis status teman sebaya yaitu:
a. Anak populer
Anak populer sering dianggap sebagai teman baik dan jarang tidak disukai oleh teman
sebaya mereka.anak-anak populer meberikan penguatan, mendengarkan dengan seksama,
menjaga komunikasi yang terbuka dengan teman sebaya, bahagia, bertindak sebagaimana
adanya, menunjukan antusiasme dan perhatian terhadap orang lain, serta percaya diri tanpa
bersifat sombong.
b. Anak-anak yang teabaikan
Anak-anak yang terabaikan jarang dianggap sebagai teman baik, tetapi tidak berati tidak disukai
oleh teman sebaya mereka.
c. Anak-anak yang ditolak
Anak-anak yang ditolak jarang dianggap sebagai teman seseorang dan sering sekali tidak disukai
oleh teman sebaya mereka.
d. Anak-anak yang kontroversial
Anak yang kontroversial sering dianggap baik sebagai teman baik seseorang dan bisa pula
sebagai anak yang tidak disukai. Baru-baru ini, dalam suatu studi longitudinal selama 2 tahun
menekankan pentingnya persahabatan ( Wentzel, bary, & Caldwell, 2004 ). Para siswa kelas
enam tidak memiliki teman, kurang terlibat dalam perilaku proporsional ( kerjasama, berbagi,
membantu yang lain ), mendapatkan nilai yang lebih rendah, dan lebih sedih secara emosional
daripada rekan-rekan mereka yang memliki satu atau lebih teman.
4. Sekolah
Disekolah, anak-anak menghabiskan bertahun-tahun waktunya sebagai anggota dari satu
masyarakat terkecil yang memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan
sosioemosional mereka. Dalam setiap kelas yang kita ajar, beberapa anak akan memiliki
keterampilan sosial yang lemah, satu atau dua anak mungkin anak-anak yang ditolak, beberapa
anak yang lain mungkin adalah anak-anak yang terabaikan. Ingatlahlah memperbaiki
keterampilan sosial adalah lebih mudah ketika anak-anak berusia 10 tahun atau lebih mudah
( malik dan Fuman, 1993 ).
Pada masa remaja remaja reputasi teman sebaya menjadi semakin penting.
Berikut ini beberapa strategi yang bagus untuk memperbaiki keterampilan sosial anak-anak
yaitu:
a. Membantu anak-anak yang ditolak untuk belajar mendengarkan teman sebaya dan
“mendengarkan apa yang mereka katakan “ daripada berusaha untuk mendominsi teman sebaya.
b. Membantu anak-anak yang terabaikan mendapatkan perhatian dari teman sebaya dalam cara
yang positif dan terus mempetahankan perhatian mereka.
c. Memberi pengetahuan kepada anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang rendah
tentang cara meningkatkan keterampilan tersebut.
d. Membaca dan mendiskusikan buku yang sesuain tentang hubungan teman sebaya dengan
siswa-siswa dan merencanakan permaianan serta aktifitas yang mendukung.
Berikut ini beberapa tema pendidikan yang sesuai dengan perkembangan ( Bredekamp &
Copple, 1997 ):
1) Bidang perkembangan anak- fisik, kognitif, dan sosio emosional-memilikihubungan yang erat.
Perkembangan dalam satu bidang bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan
dalam bidang-bidang lain.
2) Perkembangan terjadi dlam satu urutan yang relatif teratur dengan kemampuan. Keterampilan,
dan pengetahuan yang berikutnya terbentuk di atas yang telah dipelajari.
3) Variasi individu mencirikan perkembangan anak
4) Perkembangan dipengaruhi oleh banyak konteks sosial dan budaya.
5) Anak-anak adalah pelajar yang aktif dan harus didorong untuk membentuk suatu pemahaman
tentang dunia di sekeliling mereka.
6) Perkembangan mengalami kemajuan ketika anak-anak memiliki kesempatan untuk melatih
keterampilan yang baru dipelajari dan ketika mereka mengalami sebuah tantangan di luar tingkat
penguasaan mereka saat ini.
7) Anak-anak berkembang denga sangat baik dalam lingkungan dimana mereka merasa aman
dan dihargai, kebutuhan fisik mereka terpenuhi, dan mereka merasa aman secara psikologis.
D. Perkembangan Emosi
1. Regulasi Diri dan Minat Terhadap Lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak
masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang
yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan secara lebih bermakna. Kemampuan
yang dimiliki:
a. Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik
b. Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
c. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
d. Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
2. Keakraban – Keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan
penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang dimiliki:
a. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh ( dengan senyum, kerenyit, vokalisasi,
meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain )
b. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
c. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat asertif
( misalnya dengan mengamati wajah )
d. Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya ( misalnya dengan
tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat )
e. Menunjukkan rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat
bermain
f. Memprotes dan mulai marah saat frustrasi
g. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan
4. Komunikasi Kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks ( sekitar 10 siklus ),
mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai
menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk
pengasuh atau orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan
kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai
memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga
mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada
kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis. Kemampuan yang dimiliki:
a. Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan ( misalnya memegang tangan
anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan anda dengan
celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan
mengambil apa yang diinginkannya )
b. Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan ( misalnya memakai topi ayah dan
berjalan berkeliling menunggu pujian )
c. Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling menyentuh
atau memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik ( kejarkejaran ) dan komunikasi dengan
jarak yang jauh ( di ruangan yang luas ada jarak antara dirinya dan pengasuh )
d. Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
1) Keakraban atau kedekatan ( menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat
mendekat ingin dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima
telpon sungguhan ),
2) kegembiraan dan kegairahan ( menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang
seseorang berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak
lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama ),
3) rasa ingin tahu yang asertif ( bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan komunikasi
jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain atau bereksplorasi
sendirian ),
4) takut ( menyatakan minta dilindungi dengan berkata ‘nggak’ sambil lari ke belakang anda ),
5) marah ( memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau memandang dengan
tatapan marah dan dingin ),
6) pembatasan ( mengerti dan berespon positif terhadap ‘tidak, berhenti!’
atau peringatan dengan jari atau ekspresi marah )
e. Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku ( membantingbanting
kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak )
5. Ide Emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan
emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang
memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia
mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti
penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas dan
emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Kemampuan yang dimiliki:
a. Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait ( mobil tabrakan,
memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum the )
b. Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus,
tidlak harus berhubungan (‘ nggak bobok, main’ )
c. Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata, beberapa gestures
sekaligus, sentuhan ( pelukan )
d. Bermain permainan motorik dengan aturan yang sederhana ( bergiliran melempar bola )
e. Menggunakan bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi berikut dalam sedikitnya 2
ide:
1) Keakraban atau kedekatan ( boneka berkata,”peluk aku”, dijawabnya “aku cium kamu” ),
2) kegembiraan dan kegairahan ( mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa ),
3) rasa ingin tahu yang asertif ( pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan
mengatakan akan terbang ke bulan ),
4) takut ( boneka takut suara bising dan memanggil ibunya ),
5) marah ( tentara-tentaraan saling menembak dan jatuh ),
6) pembatasan ( boneka mengikuti aturan minum the )
f. Pulih dari rasa tidak senang dengan main pura-pura ( pura-pura makan kue yang tidak boleh
dimakannya ).
6. Berpikir Emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara
logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain,
memprediksi perasaan dan akiba’ dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa
memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai
kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan yang dimiliki:
a. Bermain pura-pura dengan mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik ( misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan,
dengan cara terbang cepat sekali )
b. Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa ( misalnya anak memasak sup, ditanya
apa yang dimasak, dijawabnya “batu-batu dan ranting-ranting” )
c. Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik ( “nggak mau tidur, mau
nonton tv” )
d. Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal ( “mau pergi ke luar” ditanya kenapa,
dijawabnya “mau main” )
e. Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan,
kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures ( pura-pura jadi anjing yang marah )
dan sentuhan ( sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak menjadi ayah )
f. Bermain motorik dan spasial dengan aturan ( bergantian meluncur )
g. Menggunakan permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide
yang terkait secara logis mengenai emosi:
1) kedekatan ( boneka terluka, ibu mengobati ),
2) kegembiraan dan kegairahan ( mengatakan istilah ‘kamar mandi’ lalu
tertawa ),
3) rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari
putri yang hilang ),
4) takut ( monster menakut-nakuti anak kecil ),
5) marah ( tentara yang baik melawan yang jahat ),
6) pembatasan ( tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan )
h. Pulih dari rasa tidak senang dengan bermain pura-pura yang memiliki keurutan logis, kadang
mengisyaratkan cara menghadapi masalah ( misalnya, anak menjadi guru yang sok mengatur
kelas )
BAB III
PEMBAHASAN TEORI
B. Tolak Ukur perkembangan sosial anak usia Middle dan Late Childhood
Usia Kompetensi dan Kemampuan sosial Kognisi Sosial Perilaku Prososial : Nilai dan Moral
6-11 1. Membina hubungan dengan sesama teman sebaya daripada dengan orang dewasa
2. Persahabatan menjadi lebih utama dan sedikit lebih pendek
3. Terlibat dalam permainan sosiodramatik
4. Mulai tertari pada olahraga dan games
5. Lebih mandiri ketika berkerja dan bermain
6. Bekerjasama dengan teman sebaya, guru dan orang tua
7. Mengembangkan kemapuan bernegosiasi 1. Meningkatkan kepekaan akan diri sendiri
2. Cenderung menjadi kompetitifa dan membanding-bandingkan antara dirinya dan orang lain.
3. Memahami perbedaan gender
4. Identitas gender semakin kuat pahami
5. Condong pada kehalusan perilaku; mulai memahami bahwa tindakan tidak selalu
merefleksikan pikiran dan perasaan 1. Kelompok adalah kekuatan yang kuat
2. Jika aturan bermain membawa konflik, menunjukkan sikap kewajaran
3. Menghargai otoritas karena kekuatan figure otoritas yang dilihatnya
4. Memiliki pandangan yang tegas tentang persamaan; setiap harus orang memperoleh jumlah
yang sama ketika sesuatu dibagikan
5. Mampu untuk mempertimbangkan faktor hubungan seperti motivasi dalam penalaran moral
C. Perkembangan sosio – emosional
Dalam perkembangan sosio-emosional anak, tentu ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhinya. Ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu:
1. Perlakuan dan Cara Pengasuhan Orang Tua
Secara garis besar ada tiga tipe gaya pengasuhan orang tua yakni otoriter, permisif, dan otoritatif.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian tersebut diatas, dengan ini saya kemukakan beberapa hal kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Teori Ekologi Bronfenbrenner
a. Mikrosistem
b. Mesositem,
c. Ekosistem
d. Makro sistem
e. Kronosistem
2. Konteks Perkembangan Sosial
a. Keluarga
b. Keterlibatan orangtua dan hubungan sekolah – keluarga-masyarakat
c. Teman Sebaya
d. Sekolah
3. Strategi Mendidik Anak Sesuai Teori Erikson
a. Mendorong insiatif dalam diri anak-anak.
b. Mendorong anak-anak sekolah dasar untuk lebih rajin.
c. Menstimulasi eksplorasi identitas pada masa remaja.
d. Periksalah hidup anda sebagai guru melalui lensa delapan tahapan Erikson.
e. Manfaatkan karakteristik dan beberapa tahapan Erikson yang lain.
4. Perkembangan Emosi
a. Regulasi Diri dan Minat Terhadap Lingkungan
b. Keakraban – Keintiman
c. Komunikasi Dua Arah
d. Komunikasi Kompleks
e. Ide Emosional
f. Berpikir Emosional
B. Saran
Jhon Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan lingkungan anak merupakan faktor yang
paling menentukan dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Perkembangan sosial dan
emsional adalah perkembangan perilaku anak dalam pengendalian dan penyesuaian diri dengan
aturan-aturan masyarakat di mana anak itu berada. Perkembangan sosial dan emosional bukan
hanya sekedar hasil kematangan, tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Oleh karena itu
menyediakan kondisi yang kondusif sangat penting dilakukan agar meningkatkan kematangan
dan kesempatan belajar. Pengkondisian yang baik akan menjadikan fungsi sosial emosional anak
menjadi semakin berkembang.
Pengendalian emosi dan tatanan sosial yang baik serta sehat akan dapat membantu anak dalam
mengembangkan konsep diri yang positif dan akan menjadikan perkembangan sosial emosional
anak lebih optimal.
Faktor pematangan dan faktor belajar keduanya mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial
anak. Adapun arah pematangan dan belajar, keduanya sama. Dari sisi emosi, arah pematangan
belajar ingin mengantarkan anak pada kestabilan, sedangkan dari sisi sosial, ingin mengantarkan
anak pada kematangan bersosialisasi. Beberapa teori yang telah diuraikan di atas diharap dapat
membantu para pendidik untuk menerapkan impliksinya dalam proses mengasuh dan mendidik
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Crain, Wlliam, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi- edisi 3 , Pustaka Belajar, 2007
Sujiono, Yuliani, M.Pd, Dr., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Bahan Ajar Universitas
Negeri Jakarta, 2007
Rachmawati, Yeni & Nugraha, Ali, Metode Perkembangan Sosial Emosional, Universitas
Terbuka.
Yusuf Syamsu ( 2004 ) Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Yusuf Syamsu LN. ( 1998 ) Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis.
Disertasi. Bandung: Pascasarjana IKIP Bandung.
Hartinah Siti. ( 2008 ) Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama
Hartono unyhie. ( 2011 ). “Teori Perkembangan Sosial Emosional”. [Online].
Tersedia http://hartonounyhie.blogspot.com/2011/02/teori-perkembangan-sosial-emosional.html
.Yang direkam pada 23 November 2011. [26 November 2011].
Kongkoh. ( 2011 ). “Perkembangan Sosial dan Emosional Anak “. [Online].
Tersedia : http://kongkoh.blogspot.com/2011/01/perkembangan-sosial-dan-emosional-anak.html.
Yang direkam pada 23 November 2011. [ 26 November 2011].
Kompasiana Edukasi. ( 2011 ). “ Pemahaman tentang Perkembangan Sosio – Emosional –
Anak“. [Online]. Tersedia http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/11/pemahaman-tentang-
perkembangan-sosio-emosional-anak/.. Yang direkam pada 23 November 2011. [ 26 November
2011 ]
Advertisements
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD
Related
perkembangan remaja dan permasalahannya
TEORI PERKEMBANGAN JEAN PIAGET
PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM MASYARAKAT
By alvitarita
Post navigation
TEORI PERKEMBANGAN JEAN PIAGET
PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERANANNYA D