Anda di halaman 1dari 9

KONTEKS SOSIAL

DAN
PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL

2.1 TOERI – TEORI KONTEMPORER

Ada sejumlah teori tenteng perkembangan sosioemosional anak namun dalam materi in

kita akan focus pada dua teori yaitu teori ekologi dari Bronfenbrenner dan teori perkembangan

rentang hidup dari Erikson. Dua teori ini dipilih karena cukup komprehensif dalam membahas

konteks sosial dimana anak berkembang dan perubahan utama dalam perkembangan

sosioemosional.

a. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Teori ini dikembangkan oleh Bronfenbrenner yang fokus utamanya adalah pada konteks

sosial dimana anak tinggal dan orang – orang yang mempengaruhi perkembangan anak.

Teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima(5) sistem lingkungan interaksi

interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Adapun sistem tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu.

2. Mesosistem adalah kaitan antar mikrosistem.

3. Ekosistem adalah terjadi ketika pengalaman disetting lain dimana murid tidak berperan aktif.

4. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup etnis dan

faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.

5. Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak.

b. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson


Teori ini melengkapi analisis bronfrenbrenner teradap konteks sosial dimana anak

tumbuh dan orang – orang yang penting bagi kehidupan anak. Erikson mengemukakan teori

tentang perkembangan seseorang melalui tahapan.

Dalam teori ini memiliki delapan(8) tahapan perkembangan yang akan dilalui oleh orang

disepanjang rentang kehidupan. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan >< ketidakpercayaan adalah tahap psikososial pertama menurut erikson,

kepercayaan akan timbul jika bayi mendapat perlakuan yang hangat dan bersahabat, namun akan

menimbulkan ketidakpercayaan jika bayi diperlakukan negative atau kasar

2. Otonomi >< malu dan ragu adalah tahap kedua, tahap ini terjadi pada masa bayi akhir dan pada

masa belajar berjalan. Setelah bayi percaya kepada pengasuhnya sang bayi mulai menemukan

bahwa tindakannya adalah tindakannya sendiri, jika bayi dibatasi terlalu banyak dan dihukum

terlalu keras maka bayi tersebut akan mengembangkan rasa malu dan ragu.

3. Inisiatif >< rasa bersalah adalah tahap ketiga, tahap ini berhubungan pada masa kanak – kanak

awal sekitar usia 3-5 tahun, pada usia ini orang tua berharap anak menjadi lebih bertanggung

jawab terhadap tubuh dan milik mereka, munculnya rasa tanggung jawab ini membutuhkan

inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau

terlalu cemas.

4. Upaya >< inferioritas adalah tahap keempat, tahap ini terjadi kira – kira pada masa sekolah

dasar, dari usia 6-usia puber atau remaja awal. Inisiatif anak membuat mereka berhubungan

dengan banyak pengalaman baru.

5. Identitas >< kebingungan identitas adalah tahap kelima, tahap ini terjadi di masa remaja, remaja

berusaha mencari tahu jati dirinya, remaja perlu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
berbagai cara untuk memahami identitas dirinya. Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi

peran maka mereka tetap bisa bingung akan identitas diri mereka.

6. Intimasi >< isolasi adalah tahap keenam, tahap ini terjadi pada masa dewasa awal. Tugas

perkembangannya adalah membentuk hubungan yang positif dengan orang lain, bahaya pada

tahap ini orang gagal membangun hubungan dekat dengan pacar atau kawan dan terisolasi secara

sosial.

7. Generativitas >< stagnasi adalah tahap ketujuh, tahap ini terjadi pada masa tahap remaja dewasa,

sekitar umur 40-an dan 50-an.

8. Integritas >< Putus asa adalah tahap kedelapan, tahap ini berhubungan dengan masa dewasa

akhir, sekitar usia 60-an sampai meninggal. Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan

apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi ini posotif maka mereka akan mengembangkan

rasa integritas sedangkan jika hasil dari evaluasi negative mereka akan putus asa.

2.2 KONTEKS SOSIAL DALAM PERKEMBANGAN

Menurut Bronfrenner, konteks sosial dimana anak hidup akan banyak mempengaruhi

perkembangan anak yaitu ; keluarga, teman sebaya dan sekolah.

a. Keluarga

Anak tumbuh dalam keluarga yang berbeda, keluarga akan menentukan perkembangan

anak, sehingga peranan orang tua sangat penting. Menurut Diana baumrind seorang pakar

parenting berpendapat bahwa ada cara yang baik untuk mengasuh anak, dia percaya bahwa orang

tua tidak boleh terlalu menghukum atau terlalu tidak peduli, sebaiknya orang tua menyusun

aturan bagi anak dan pada saat yang sama bersifat suportif dan membimbing serta mengasuh.

Menurut Baumrind ada empat(4) bentuk gaya pengasuhan atau parenting :

1. Authoritarian parenting adalah gaya asuh yang membatasi dan menghukum.


2. Authoritative parenting adalah gaya asuh yang mendorong anaknya untuk menjadi independen

tetapi masih membatasi dan mengontrol tindakan anaknya.

3. Neglectful parenting adalah gaya asuh dimana orang tua tidak terlibat aktif dalam kehidupan

anaknya.

4. Indulgent parenting adalah gaya asuh dimana sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tetapi

tidak banyak member batasan pada perilaku anaknya.

b. Teman Sebaya

Selain keluarga,teman sebaya juga berperan penting dalam perkembangan anak,

hubungan teman sebaya yang baik mungkin dibutuhkan untuk perkembangan normal, dalam

hubungan ini dapat menghasilkan positif dan negatife.

1. Status teman sebaya

Para developmentalis menunjukkan ada empat(4) tipe status teman sebaya

- Anak popular, sering kali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang dibenci kawan

sebayanya

- Anak diabaikan, jarang dinominasikan sebagai kawan terbaik tetapi bukannya tidak disukai oleh

kawan seusianya

- Anak ditolak, jarang dinominasikan dan sering dibenci oleh teman seusianya.

- Anak kontroversial, sering kali dinominasi sebagai teman baik tetapi juga kerap tidak disukai.

2. Persahabatan

Persahabatan memberikan kontribusi pada status teman usia sebaya dan memberi keuntungan

lainnya :

- Kebersamaan, persahaban member anak partner yang akrab.

- Dukungan fisik, persahabatan member sumber daya dan bantuan disaat dibutuhkan.
- Dunungan ego, persahabatan membantu anak bahwa mereka merasa adalah anak yang bisa

melakukan sesuatu dan layak dihargai.

- Intimasi / kasih sayang, persahabatan member anak suatu hubungan yang hangat, saling

percaya, dekat dengan orang lain.

c. Sekolah

Anak menghabiskan banyak waktu sebagai anggota dari masyarakat kecil yang sangat

mempengaruhi mereka.

1. Kontek perkembangan sosial yang terus berubah disekolah

Kontek sekolah bervariasi sejak masa kanak awal, sekolah dasar sehingga remaja. Setting masa

anak awal adalah sebuah lingkungan yang terlindung yang batasnya adalah ruang kelas. Pada

sekoalah dasar, guru merupakan otoritas yang menciptakan iklim kelas, dalam tinggakatan ini

kelompok teman sebaya kini jadi lebih penting dan murid makin senang berkawan. Saat sekolah

menengah pertama lingkungan sekolah makin luas, lapangan sosial mencakup seluruh sekola,

bukan sekedar ruang kelas. Murid sekolah menengah lebih menyadari sekolah sebagai sistem

sosial.

2. Pendidikan masa kanak awal

Pendidikan yang sesuai secara developmental, pendidikan jenis ini didasarkan pada pengetahuan

perkembangan khas dari anak dalam rentang usia dan keunikan anak. Berikut ini beberapa tema

pendidikan yang tetap secara developmental :

- Domain perkembangan anak-fisik, kognitif, dan sosioemosional adalah domain yang saling

berkaitan dan perkembangan dalam satu domain dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

perkembangan di domain lainnya.


- Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif, teratur dengan kemampuan, keahlian, dan

pengatahuan yang sudah diperoses sebelumnya.

- Variasi individual, mengkarakterisasi perkembangan anak .

- Perkembangan dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultur yang berbeda.

- Anak – anak adalah pembelajar aktif dan harus didorong untuk mengkonstruksi pemahaman

dunia di sekitarnya.

- Perkembangan anak meningkat jika diberi kesempatanuntuk mempraktekkan keahlian baru.

- Anak – anak akan berkembang dengan amat baik dalam kontek komunikasi dimana mereka

aman dan dihargai.

3. Transisi ke Sokalah Dasar

Saat anak menjalani transisi ke sekolah dasar, mereka berinteraksi dan mengembangkan

hubungan dengan anak baru. Sekolah member mereka banyak ide untuk membentuk pemahaman

tentang diri mereka.

4. Sekolah Untuk Remaja

Ada tiga(3) perhatian khusus berkenaan dengan sekolah untuk remaja yaitu ; transisi dari sekolah

SMP ke SMA, sekolah yang efektif untuk remaja, peningkatan kualitas sekolah menengah atas

(SMA).

Transisi ke SMP dalam transisi ini dapat sukses karena berbarengan dengan banyak perubahan

perkembangan lainnya seperti masa puber, mereka merasa lebih independen dari orang tua dan

ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kawannya.

Sekolah yang efektif untuk remaja, yaitu sekolah yang memiliki ciri sebagai berikut:

- Sekolah mampu dan mau menyesuaikan semua kegiatan sekolah dengan fariasi individu.

- Mereka memandang serius apa yang dikenal sebagai perkembangan remaja muda.
- Sekolah memberi banyak perhatiaan pada perkembangan sosioemosional dan kognitif.

2.3 PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL

a. Diri

Menurut dramawan italia abad ke-20 yang bernama Ugo Betti, saat anak mengatakan

“AKU” maka yang mereka maksud adalah sesuatu yang unik tidak bercampur dengan yang

lainnya. Psikologi sering menyebut “AKU” ini sebagai “DIRI”. Ada dua(2) aspek yang penting

dalam diri yaitu :

1. Harga Diri

Penghargaan diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.

Penghargan diri juga kadang dinamakan martabat diri,

Riset menyarankan empat kunci untuk meningkatkan harga diri anak :

- Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri

- Beri dukungan emosional dan penerimaan sosial

- Bantu anak mencapai tujuan atau berprestasi

- Kembangkan keterampilan mengenai masalah.

2. Perkembangan Identitas

Pada perkembangan ini akan timbul pertanyaan dari diri seorang remaja yaitu siapa aku ? seperti

apa aku ? apa yang akan aku lakukan dalam hidup ini ? dan pertanyaan lainnya. Periset dari

kanada menganalisis konsep dari erikson, dan menyimpulkan bahwa adalah penting untuk

membedakan eksplorasi dan komitmen..

Eksplorasi adalah pencariaan identitas alternative yang bermakna.


Komitmen adalah menunjukkan penerimaan personal pada suatu identitas dan amenerima

apapun implikasi dari identitas itu.

Tipe – tipe identitas :

- Identity diffusion terjadi ketika individu belum mengalami krisi yaitu mereka belum

mengeksplorasi alternative yang bermakna atau membuat komitmen.

- Identity foreclosure terjadi saat individu membuat komitmen tetapi belum mengalami krisis

- Identity moratorium terjadi ketika individu berada ditengah, krisis tapi komitmen.

- Identity achievement terjadi ketika individu telah mengalami krisis dan telah membuat

komitmen.

b. Perkembangan Moral

Banya orang tua mengkhawatirkan kalau anak mereka tumbuh tanpa membawa nilai

tradisional.

1. Domain perkembangan anak, perkembangan moral berkaitan dengan aturan, aturan ini bisa

dikaji dalam tiga domain yaitu :

- Kognitif adalah bagaimana murid menalar atau memikirkan aturan untuk perilaku etis.

- Behavioral adalah bagaimana murid berprilaku secara actual, bukan pada moralitas pada

pemikirannya.

- Emosional adalah bagaimana murid merasakan secara moral

2. Teori Piaget

- Heteronomous morality adalah tahap perkembangan moral pertama menurut piaget, tahap ini

berlangsung dari kira – kira usia 4-7 tahun. Pada tahap ini keadilan dan aturan dianggap sebagai

bagian dari duniayang tidak bisa diubah.


- Autonomous morality adalah tahap perkembangan moral yang kedua, yang tercapai pada usia

10 tahun atau lebih. Pada tahap ini anak mulai mengetahui bahwa atuaran dan hukum adalah

buatan manusia dan bahwa dalam menilai suatu perbuatan niat pelaku dan konsekuensinya

perludipikirkan.

3. Teori Kohlberg

- Preconventional reasoning adalah tahap dimana anak tidak menunjukkan internalisasi nilai

moral, penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran eksternal.

- Conventional reasoning adalah pada tahap ini interaksi masih setengah, dimana anak patuh

secara internal pada standar tertentu tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain.

- Postconventional reasoning adalah pada tahap ini moralitas telah sepenuhnya di interlisasikan

dan tidak didasarkan pada standar eksternal.

Anda mungkin juga menyukai