Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa
persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa
yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan
dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum
optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang
muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi
terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki
kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan
kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus
dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang
telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang
positif terhadap belajar.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan
perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang
paling penting tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas
teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang
belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak
menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia
berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia
melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan
makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan
hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses
belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan
asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah
behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara
objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri.
Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian
dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik.
Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan.
Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi
menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks)
bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
PEMBAHASAN
Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah salah seorang pelopor aliran
Psikologi Humanistik. Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1
April 1908 dan wafat pada tanggal 8 Juni 1970 dalam usia 62 tahun karena serangan
jantung. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak sulung dari
tujuh bersaudara. Kedua orang tuanya yang tidak berpendidikan memaksa anak-
anaknya untuk belajar keras agar dapat berprestasi di bidang akademik. Masa muda
Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan
kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat
menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat
berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan
kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya
mengambil bidang studi psikologi diUniversity of Wisconsin, dan memperoleh gelar
BA pada 1930, MA pada 1931, dan PhD pada 1934. Setahun setelah lulus, ia kembali
ke New York untuk bekerja dengan E.L Thorndike di Columbia, dimana Maslow
menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia. Dia mulai mengajar
penuh waktu di Brooklyn College. Selama masa hidupnya, ia datang ke dalam kontak
dengan banyak intelektual Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn
khususnya, pada waktu itu orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa
Gestalt dan psikolog Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal
sampai dengan hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).
Beberapa pengalaman paling menarik Maslow turut mempengaruhinya dalam arah
melakukan studinya dalam bidang psikologi kepribadian.
Pertama
Pada tahun 1941, ketika dalam suatu perjalanan menggunakan mobil setelah
selesai mengajar di Brooklyn College, dia terpaksa berhenti karena terhalang oleh
arak-arakan parade para gembel yang keadaannya sangat menyedihkan. Parade ini
terdiri dari anak-anak dan orang tua yang memakai seragam kuno, menyanyikan lagu-
lagu patriotik sambil membawa bendera Amerika. Maslow terharu melihat kejadian
ini dan meneteskan air mata. Setelah peristiwa itu dia memutuskan untuk mengubah
kehidupannya dan memutuskan apa yang dia akan lakukan terutama dalam usahanya
menemukan suatu “psikologi untuk meja perdamaian” suatu aliran psikologi yang
akan menangani cita-cita dan potensi-potensi yang paling baik dan paling mulia yang
sanggup dicapai oleh manusia. Ia berpegang teguh pada ketetapan hati yang tidak
pernah goyah dan dengan suatu perasaan dedikasi yang mengantarnya menyelidiki
dimensi-dimensi kepribadian manusia dalam cara-cara yang bertentangan dengan
pendirian psikologi serta pendidikan yang diterimanya.
Kedua,
Pengalaman perkawinannya yaitu ketika dia memiliki anak yang benar-benar
membuang kepercayaannya terhadap behaviorisme yang dipelajari sebelumnya. Ia
menggambarkan pengalamannya ini sebagai “halilintar yang membereskan segala
sesuatu”. Dia pernah berkata “ saya akan berkata bahwa siapa saja yang mempunyai
seorang bayi tidak dapat menjadi seorang behavioris”
Dia terpesona oleh misteri kehidupan dan bukan dengan mengontrolnya sebagaimana
dikemukakan oleh ahli behavioris (Baihagi, 2008:184)
Ketiga,
Pengalaman ketiga yang berpengaruh dalam hidupnya adalah ketika dia kuliah di
Wisconsin, mendalami psikologi eksperimental bersama Harry Harlow. Dia juga
kagum dengan guru-gurunya diantaranya adalah Max Wertheimer ahli psikologi
Gestalt dan Ruth Benedict ahli antropologi. Hal ini yang mengarahkannya kepada
studi awal tentang aktualisasi diri dan metode khusus yang menyebabkan dia
mempelajari potensi-potensi manusia.
2. Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan harga diri terdiri dari dalam diri sendiri dan dihargai orang
lain. kebutuhan initampak dalam keinginan untuk berprestasi
tinggi, kepercayaan diri, kemampuan kerja danpengakuan dari orang lain.
Kesimpulan
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura
sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,
walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah
laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social
kognitif, kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang
lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan –
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan
teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif
dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor perilaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social.
Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari
orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan
proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian
mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan
sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi
bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari
orang – orang tersebut, namun kita juga memperhatikan hal – hal apa saja yang baik
semestinya untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana reinforcement atau
punishmentnya yang akan ditiru. Dengan kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang
terjadi secara tiba – tiba atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical conditioning
maupun pendekatan belajar operant conditioning. Namun, pembelajaran melalui modeling
waktu yang digunakan cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan classical dan
operant conditioning. Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan peranan penting
sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku yang
akan mereka pelajari.
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan
rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan
cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru Gaya
Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru
gaya bahasa gurunya.
Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi
yang sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan
anak yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua
anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing – masing dengan boneka yang telah
disiapkan sebelumnya.
Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang
ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam
dan memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal – hal yang
bersifat action seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama
lebih agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut
disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama
meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain – pemain film action yang ia
tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal
tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.
Place Learning
Dalam percobaannya yang pertama untuk menguji proses belajar dari sudut
pandang kognitif, Tolman mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang
menjadi hewan percobaan berlari dari titik A di seberang meja bundar terbuka melalui titik
C D(yang memiliki dinding gang) dan akhirnya ke titik G, dimana kotak makanan disediakan.
Sementara itu H adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik G ke
F.Setelah empat malam(tiga percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk berjalan
secara langsung dan tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan
matahari. Jalan awal dan meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar
ditambahkan.
Tikus – tikus itu kembali berlari dari titik A, lalu melintasi meja bundar ke gang dan
menemukan diri mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai menjelajahi
hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang tersingkat untuk
mencapai kotak makanan tersebut.
Dari percobaan tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar
peta kognitif dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak
makanan). Peta kognitif ialah kesadaran mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik
atau unsur-unsur yang terkait.
Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa yang disebut sebagai belajar
respons (response learning) dan belajar tempat (place learning). Response learning terjadi
ketika tikus tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya
pada makanan. Sedangkan place learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk
mengasosiasikan adanya makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan
bahwa semua tikus dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial
dan tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan beberapa
tikus tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.
Latent Learning
Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan dalam
performance atau dengan kata lain belajar laten merupakan belajar yang tidak mendapat
penguatan yang tidak secara langsung ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar laten
merupakan teknik belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal
tersebut dinyatakan dalam perilaku.
Eksperimen teori belajar laten yang paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan
Honzik (1930) dengan melibatkan tiga kelompok tikus yang mencoba belajar untuk
memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama,
tidak pernah diperkuat untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu
diperkuat, sedangkan kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.
Nah, berdasarkan teori belajar laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang
siur sama halnya dengan kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan
diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti
kelompok yang secara terus menerus diperkuat.
Eksperimen I
Eksperimen II
Pada eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama
yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua
tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami
kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul
insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut.
Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil
buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini
berhasil.
Eksperimen III
Eksperimen IV
Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah
pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam
sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk
meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan
pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan
kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.
Insight learning adalah sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme
memiliki pemahaman mendalam/ insight (ide) secara tiba-tiba terhadap suatu masalah
untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut.
Faktor Biologis
Belajar adalah proses yang secara harfiah membentuk kehidupan kita. Kita harus
ingat bahwa kemampuan kita untuk belajar dari pengalaman tidak terbatas, dipengaruhi
dalam berbagai cara oleh faktor biologi
Penelitian Susan Mineka dari universitas Northwestern dan rekan-rekannya
menunjukkan kesiapan biologis untuk belajar rasa takut dalam beberapa hal lebih mudah
daripada belajar rasa takut dari proses modeling. Dari sebuah penelitian, cook dan mineka
(1990) menunjukkan monyet di sebuah laboratorium yang belum pernah melihat rekaman
video ular, lalu monyet tersebut berperilaku ketakutan di hadapan ular buatan dan tidak
berperilaku ketakutan di depan bunga buatan. Seperti yang telah diharapkan, monyet di
laboratorium menunjukkan peningkatan besar rasa ketakutan mereka terhadap ular buatan.
Kelompok monyet yang lain ditunjukkan rekaman video yang diedit yang menampilkan
monyet liar penuh ketakutan pada bunga-bunga dan bukan ular. Paparan video ini tidak
membuat takut pada ular maupun pada bunga.