Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa
persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa
yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan
dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum
optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang
muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi
terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki
kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan
kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus
dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang
telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang
positif terhadap belajar.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan
perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang
paling penting tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas
teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang
belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak
menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia
berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia
melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan
makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan
hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses
belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan
asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah
behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara
objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri.
Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian
dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik.
Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan.
Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi
menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks)
bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
PEMBAHASAN

Pengertian Teori Humanistik


Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya
dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu
adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan.
Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa
sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi
humanistik.
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic
Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti
yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah
“sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga
relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan,
penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan
interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang
beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu
anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi,
mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik
mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia.
“Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa
membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak
bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara
humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi
adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita
dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan
kognisi.

Latar Belakang Maslow

Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah salah seorang pelopor aliran
Psikologi Humanistik. Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1
April 1908 dan wafat pada tanggal 8 Juni 1970 dalam usia 62 tahun karena serangan
jantung. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak sulung dari
tujuh bersaudara. Kedua orang tuanya yang tidak berpendidikan memaksa anak-
anaknya untuk belajar keras agar dapat berprestasi di bidang akademik. Masa muda
Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan
kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat
menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat
berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan
kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya
mengambil bidang studi psikologi diUniversity of Wisconsin, dan memperoleh gelar
BA pada 1930, MA pada 1931, dan PhD pada 1934. Setahun setelah lulus, ia kembali
ke New York untuk bekerja dengan E.L Thorndike di Columbia, dimana Maslow
menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia. Dia mulai mengajar
penuh waktu di Brooklyn College. Selama masa hidupnya, ia datang ke dalam kontak
dengan banyak intelektual Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn
khususnya, pada waktu itu orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa
Gestalt dan psikolog Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal
sampai dengan hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).
Beberapa pengalaman paling menarik Maslow turut mempengaruhinya dalam arah
melakukan studinya dalam bidang psikologi kepribadian.

Pertama
Pada tahun 1941, ketika dalam suatu perjalanan menggunakan mobil setelah
selesai mengajar di Brooklyn College, dia terpaksa berhenti karena terhalang oleh
arak-arakan parade para gembel yang keadaannya sangat menyedihkan. Parade ini
terdiri dari anak-anak dan orang tua yang memakai seragam kuno, menyanyikan lagu-
lagu patriotik sambil membawa bendera Amerika. Maslow terharu melihat kejadian
ini dan meneteskan air mata. Setelah peristiwa itu dia memutuskan untuk mengubah
kehidupannya dan memutuskan apa yang dia akan lakukan terutama dalam usahanya
menemukan suatu “psikologi untuk meja perdamaian” suatu aliran psikologi yang
akan menangani cita-cita dan potensi-potensi yang paling baik dan paling mulia yang
sanggup dicapai oleh manusia. Ia berpegang teguh pada ketetapan hati yang tidak
pernah goyah dan dengan suatu perasaan dedikasi yang mengantarnya menyelidiki
dimensi-dimensi kepribadian manusia dalam cara-cara yang bertentangan dengan
pendirian psikologi serta pendidikan yang diterimanya.
Kedua,
Pengalaman perkawinannya yaitu ketika dia memiliki anak yang benar-benar
membuang kepercayaannya terhadap behaviorisme yang dipelajari sebelumnya. Ia
menggambarkan pengalamannya ini sebagai “halilintar yang membereskan segala
sesuatu”. Dia pernah berkata “ saya akan berkata bahwa siapa saja yang mempunyai
seorang bayi tidak dapat menjadi seorang behavioris”
Dia terpesona oleh misteri kehidupan dan bukan dengan mengontrolnya sebagaimana
dikemukakan oleh ahli behavioris (Baihagi, 2008:184)

Ketiga,
Pengalaman ketiga yang berpengaruh dalam hidupnya adalah ketika dia kuliah di
Wisconsin, mendalami psikologi eksperimental bersama Harry Harlow. Dia juga
kagum dengan guru-gurunya diantaranya adalah Max Wertheimer ahli psikologi
Gestalt dan Ruth Benedict ahli antropologi. Hal ini yang mengarahkannya kepada
studi awal tentang aktualisasi diri dan metode khusus yang menyebabkan dia
mempelajari potensi-potensi manusia.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga
ia dapat menerima diri sendiri (self).

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.


Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya
sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi
yang dimilikinya yaitu sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus
pada ketidaknormalan´ atau sakit´ seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
freud.pendekatan ini melihat kejadian setelah sakit´ tersebut sembuh, yaitu
bagaimanamanusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini. intinya adalah meningkatkan kualitas
ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. melihat hal-hal yang
diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwapendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.freudian melihat emosi
sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat
keuntungan pendidikan emosi. jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik
yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena
berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama
dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan daripendekatan humanistik ini
sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitik beratkan kognisi.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal,
yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-
masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha
atau berkembang, takutuntuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arahkepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia
dapat menerimadiri sendiri(self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs)
manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan
pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang
terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar
siswa belum terpenuhi.

Teori motivasi Maslow: Hirarki Kebutuhan


Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling
berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Teori hierarkhi
kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah mewakili
kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri.
Hirarki Kebutuhan Maslow adalah teori motivasi dalam psikologi yang berpendapat
bahwa sementara orang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, mereka
berusaha untuk memenuhi kebutuhan berturut-turut yang lebih tinggi dalam bentuk
hirarki seperti di bawah ini:
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5
tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di
belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung
kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu.
Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan
yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu
hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling
fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang)
tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan
individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Yang paling penting dilakukan manusia adalah berusaha untuk memenuhi
kebutuhan.Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hirarki/bertingkat. Kebutuhan yang
lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
yang dapat mempengaruhi perilaku. Adapun teori kebutuhan Maslow adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan Phisiological (Physiological Needs), merupakan kebutuhan


pada tingkat yang paling dasar, seperti air, makanan, dan udara. Kebutuhan
ini harus terpuaskan bagi setiap orang jika tidak maka orang akan terus
berusaha untuk memenuhinya.

2. Kebutuhan Keamanan

Kebutuhan keamanan, yang melibatkan rasa aman di lingkungannya,


biasanya dalam keadaan darurat. Orang berupaya menghindar atau melarikan
diri dan akan meninggalkan harta berharga untuk menyelamatkan hidup
mereka. Kebutuhan keamanan juga diwujudkan dalam kegiatan seperti
menyimpan uang, mengamankan pekerjaan, dan mengambil polis asuransi.

3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan

Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, kebutuhan


untuk rasa memiliki (cinta) menjadi penting. Kebutuhan ini melibatkan
memiliki hubungan dengan orang lain, memiliki kelompok, dan memiliki
teman dekat dan kenalan. Rasa memiliki dicapai melalui pernikahan,
komitmen pribadi, kelompok relawan, klub, ke gereja, mesjid, dan
sejenisnya.

4. Kebutuhan harga diri

Kebutuhan harga diri terdiri dari dalam diri sendiri dan dihargai orang
lain. kebutuhan initampak dalam keinginan untuk berprestasi
tinggi, kepercayaan diri, kemampuan kerja danpengakuan dari orang lain.

Empat kebutuhan pertama dari tingkat kebutuhan disebut “deprivation


needs”. Kurangnya kepuasan akan empat kebutuhan ini akan memotivasi
orang untuk memuaskan mereka. Kekurangan parah atau berkepanjangan
dapat menyebabkan masalah mental.
5. Aktualisasi Diri

Tingkat tertinggi adalah aktualisasi diri, atau pemenuhan diri. Perilaku


dalam hal ini tidak digerakkan atau dimotivasi oleh kekurangan melainkan
keinginan seseorang untuk mengembangkan diri dan kebutuhan untuk
menjadi lebih mampu dalam segala hal. (Schunk,2009)

Meskipun kebanyakan orang melampaui “deprivation needs” dan


berusaha ke arah aktualisasi diri beberapa orang pernah sepenuhnya
mencapai tingkat tersebut -mungkin 1% dari populasi (Gobe, 1970).
Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk
menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.”
“Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair
harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-
tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu,
singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau
diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa
orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang
ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan
bergerak dengan baik di arah aktualisasi diri adalah karena kendala
ditempatkan di jalan mereka oleh masyarakat negara. Dia bahwa
pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia merekomendasikan cara
pendidikan dapat beralih dari orang biasa-pengerdilan taktik untuk tumbuh
pendekatan orang. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus
menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang-
aktualisasi diri / jenis-nya sendiri. Sepuluh poin yang pendidik harus
alamat yang terdaftar:
1. Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri
batin mereka dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2. Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya
mereka dan menjadi warga negara dunia.
3. Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam
hidup, panggilan mereka, nasib atau takdir. Hal ini terutama
difokuskan pada menemukan karier yang tepat dan pasangan yang
tepat.
4. Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada
sukacita yang harus dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang
terbuka untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis
situasi, itu membuat hidup layak.
5. Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu
orang belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya
bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa yang harus membangun di
atas, apa potensi yang benar-benar ada.
6. Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup
keselamatan, belongingness, dan kebutuhan harga diri.
7. Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai
keindahan dan hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8. Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap
meninggalkan yang buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan
kualitas hidup di semua daerah.
9. Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan
bergulat dengan masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk
masalah ketidakadilan, rasa sakit, penderitaan, dan kematian.
10. Kita harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka
harus diberi latihan dalam membuat pilihan yang baik.
Spesifikasi dari kebutuhan tersebut tentunya akan sangat beragam dari
setiap orang. Pada satu orang mungkin berkeinginan untuk menjadi ibu yang
ideal, orang lain mungkin ingin tubuhnya dinyatakan atletis, dan lain-lain.
Pada tingkat ini, terlihat banyak perbedaan dari individu. Motif
yang kuat untuk mencapai prestasi di sekolah atau di luar sekolah merupakan
manifestasi dari aktualisasi diri. Ketika orang yang memiliki “aktualisasi diri”
berusaha untuk memecahkan masalah penting, mereka terlihat
berperanan dan mendedikasikan upaya mereka untuk memecahkan masalah
tersebut. Mereka juga menunjukan minat yang besar dalam sarana untuk
mencapai tujuan mereka.
Hasil akhir (meluruskan yang salah atau memecahkan masalah) adalah
sama pentingnya sebagai sarana untuk akhir (pekerjaan sebenarnya dimana
mereka terlibat).
Maslow menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai
sintesis atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena
Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan
Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein,
dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich,
Jung, dan Adler.

Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia


industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan
performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan
penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam
hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan
bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap
kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat


eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih
tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah
harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak
belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa
untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor
seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan
pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode
untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun
diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan
diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan
pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr
ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.

Aplikasi Theori Maslow dalam Bidang Pendidikan


Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila
guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau
bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow,
guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum
memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di
bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau
tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau
ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki kebutuhan Maslow dapat membantu guru memahami siswa dan
menciptakan lingkungan untuk meningkatkan pembelajaran. Adalah tidak realistis
untuk mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika
mereka kekurangan kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke
sekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak bisa
fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas.
Guru dapat bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja sosial
untuk membantu keluarga mereka atau mengusulkan anak-anak untuk disetujui
masuk program makan gratis atau pengurangan biaya sekolah.
Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas dengan
gangguan didekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat bertemu
dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka mengganggu aktifitas
belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih
aman dalam belajar tidak terpenuhi. (Schunk,2009)
Guru dapat mendorong orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang
menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak ada gangguan di kelas dan mengajar
siswa keterampilan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut (misalnya,
bagaimana untuk berkonsentrasi dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik)
(Schunk,2009)

Beberapa sekolah tinggi memiliki masalah dengan kekerasan dan tekanan


yang berhubungan dengan perilaku geng. Jika siswa takut bahwa mungkin secara
fisik merekadirugikan atau sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung
dengan geng,berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin guru atau administrator
mempertimbangkan bekerjasama dengan siswa, orang tua, lembaga masyarakat
dan aparat penegak hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk
menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi untuk membuat
atmosphire yang kondusif untuk belajar. Guru harus menyediakan kegiatan yang
dapat siswa selesaikan dengan sukses. (Schunk,2009)
PENUTUP

Kesimpulan

Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari sudut


pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5
tingkatan kebutuhan (needs) yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri,
dan aktualisasi diri. Hierarki kebutuhan Maslow dapat membantu guru memahami
siswa dan menciptakan lingkungan untuk meningkatkan pembelajaran.
Teori Albert Bandura (Modeling)

Latar Belakang Tokoh


Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember
1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan
disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia,
dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun
1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford
University. Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti
tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964 Albert Bandura
dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological
Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura
sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,
walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah
laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

Teori Belajar Sosial Kognitif

Belajar (learning) dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,


pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Cakupan
belajar itu luas, tidak hanya belajar melibatkan perilaku akademik saja melainkan non-
akademik juga. Albert Bandura menyatakan bahwa belajar itu didasarkan dengan proses
mental yang ia kembangkan dengan teori belajar sosial kognitif.

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social
kognitif, kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang
lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan –
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan
teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif
dari orang dewasa disekitarnya.

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor perilaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social.

Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau


mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model
deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif
dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor
kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Teori Pembelajaran Modeling

Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari
orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan
proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian
mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan
sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi
bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.

Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari
orang – orang tersebut, namun kita juga memperhatikan hal – hal apa saja yang baik
semestinya untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana reinforcement atau
punishmentnya yang akan ditiru. Dengan kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang
terjadi secara tiba – tiba atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical conditioning
maupun pendekatan belajar operant conditioning. Namun, pembelajaran melalui modeling
waktu yang digunakan cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan classical dan
operant conditioning. Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan peranan penting
sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku yang
akan mereka pelajari.

Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran


melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention),
reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).
1. Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan –
tindakan yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2. Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan
menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan
tersebut saat diperlukan.
3. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik
seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa
mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi
yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor biologi. Faktor biologi juga sangat
penting dalam penunjangan proses pembelajaran modeling secara penuh. Karena apabila
faktor biologi kita tidak mendukung, maka proses pembelajaran yang akan dilakukan juga
akan mengalami kendala.

 Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura :

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,


2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-
lain,
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan
guru sebagai model,
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif,
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang
positif

 Jenis – jenis Peniruan (Modeling):


1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert


Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana
seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan
rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan
cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru Gaya
Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru
gaya bahasa gurunya.

Eksperimen Albert Bandura

Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional


Learning atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi
sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat
penting dari Albert bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan
classical dan operant conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang
mana teori tersebut disebutnya dengan peniruan atau modeling.

Untuk mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bnadura


melakukan penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa
ketakutan mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan
kondisi yang sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses
belajarnya dengan menggunakan tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal sebagai
percobaan dengan boneka bobo doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu
ruangan yang telah tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.

Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi
yang sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan
anak yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua
anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing – masing dengan boneka yang telah
disiapkan sebelumnya.

Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang
ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam
dan memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal – hal yang
bersifat action seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama
lebih agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut
disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama
meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain – pemain film action yang ia
tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal
tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.

Place Learning
Dalam percobaannya yang pertama untuk menguji proses belajar dari sudut
pandang kognitif, Tolman mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang
menjadi hewan percobaan berlari dari titik A di seberang meja bundar terbuka melalui titik
C D(yang memiliki dinding gang) dan akhirnya ke titik G, dimana kotak makanan disediakan.
Sementara itu H adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik G ke
F.Setelah empat malam(tiga percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk berjalan
secara langsung dan tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan
matahari. Jalan awal dan meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar
ditambahkan.

Tikus – tikus itu kembali berlari dari titik A, lalu melintasi meja bundar ke gang dan
menemukan diri mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai menjelajahi
hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang tersingkat untuk
mencapai kotak makanan tersebut.

Dari percobaan tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar
peta kognitif dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak
makanan). Peta kognitif ialah kesadaran mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik
atau unsur-unsur yang terkait.

Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa yang disebut sebagai belajar
respons (response learning) dan belajar tempat (place learning). Response learning terjadi
ketika tikus tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya
pada makanan. Sedangkan place learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk
mengasosiasikan adanya makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan
bahwa semua tikus dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial
dan tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan beberapa
tikus tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.
Latent Learning

Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan dalam
performance atau dengan kata lain belajar laten merupakan belajar yang tidak mendapat
penguatan yang tidak secara langsung ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar laten
merupakan teknik belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal
tersebut dinyatakan dalam perilaku.

Eksperimen teori belajar laten yang paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan
Honzik (1930) dengan melibatkan tiga kelompok tikus yang mencoba belajar untuk
memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama,
tidak pernah diperkuat untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu
diperkuat, sedangkan kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.

Nah, berdasarkan teori belajar laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang
siur sama halnya dengan kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan
diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti
kelompok yang secara terus menerus diperkuat.

Insight Learning and Learning Sets


Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse untuk mendukung teorinya
tentang Insight Learning and Learning Sets di Pulau Canary pada tahun 1913-1920. Berikut
adalah eksperimen yang dilakukan oleh Wolfgang Kohler:

Eksperimen I

Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan


sebuah tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas
sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse
berusaha untuk mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian
Simpanse mendapat masalah dalam dirinya, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan
buah pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah
pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.

Eksperimen II

Pada eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama
yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua
tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami
kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul
insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut.
Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil
buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini
berhasil.

Eksperimen III

Dalam eksperimen yang ketiga, Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar,


Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah
kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih
pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat
sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight dalam diri
Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang. Selanjutnya,
Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.

Eksperimen IV

Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah
pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam
sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk
meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan
pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan
kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.

Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse dalam


percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling
menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum
muncul insight. Percobaan tersebut menjelaskan bagaimana Simpanse dapat memecahkan
masalahnya dengan insight yang dimilikinya dimana insight tersebut digunakan untuk
memecahkan permasalahan lainnya.

Insight learning adalah sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme
memiliki pemahaman mendalam/ insight (ide) secara tiba-tiba terhadap suatu masalah
untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut.

Faktor Biologis

Belajar adalah proses yang secara harfiah membentuk kehidupan kita. Kita harus
ingat bahwa kemampuan kita untuk belajar dari pengalaman tidak terbatas, dipengaruhi
dalam berbagai cara oleh faktor biologi
Penelitian Susan Mineka dari universitas Northwestern dan rekan-rekannya
menunjukkan kesiapan biologis untuk belajar rasa takut dalam beberapa hal lebih mudah
daripada belajar rasa takut dari proses modeling. Dari sebuah penelitian, cook dan mineka
(1990) menunjukkan monyet di sebuah laboratorium yang belum pernah melihat rekaman
video ular, lalu monyet tersebut berperilaku ketakutan di hadapan ular buatan dan tidak
berperilaku ketakutan di depan bunga buatan. Seperti yang telah diharapkan, monyet di
laboratorium menunjukkan peningkatan besar rasa ketakutan mereka terhadap ular buatan.
Kelompok monyet yang lain ditunjukkan rekaman video yang diedit yang menampilkan
monyet liar penuh ketakutan pada bunga-bunga dan bukan ular. Paparan video ini tidak
membuat takut pada ular maupun pada bunga.

Anda mungkin juga menyukai