MAKALAH
Kelompok 1
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Neuroscience of Learning.
Makalah Belajar dan Pembelajaran ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih pada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,dengan tangan terbuka kami
menerima segalan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Belajar
dan Pembelajaran ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Belajar dan Pembelajaran ini yang membahas
tentang Neuroscience of Learning dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian dan teori -teori neurosains dalam pembelajaran
2. Mengetahui hakikat dan tujuan neurosains
3. Mengetahui proses dan problematika neurosains dalam pendidikan
4. Mengetahui tentang implikasi neurosains dalam pendidikan
1.4. Manfaat
Dalam makalah ini ada beberapa kegunaan dan manfaat yang dapat di peroleh, yaitu kita
dapat mengetahui pengertian teori belajar neurosains dan mengetahui bagaimana cara
untuk mengimplementasikan teori neurosains dengan baik dan benar dalam proses belajar
dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, neurosains mempelajari manusia secara utuh atau sains
yang mempelajari manusia secara interdisipliner. Neurosains memiliki beberapa dimensi antara lain:
Seluler-Molekuler
Lingkup kajian seluler-molekuler ini mempelajari berbagai macam sel saraf dan bagaimana mereka
melakukan fungsi-fungsi spesifik yang berbeda satu dengan yang lain untuk menghasilkan pelbagai
perilaku yang kompleks, seperti emosi, kognisi, dan tindakan. Lebih singkatnya ketiganya adalah emosi
dan rasio yang menjadi satu kesatuan dalam jaringan neural dari akal sehat. Hal tersebut memunculkan
pengetahuan dan tindakan yang diakibatkannya.
Sistem Saraf
Biding sistem saraf mengkaji sel-sel saraf yang berfungsi sama dalam sebuah sistem yang kompleks.
Misalnya, masalah penglihatan dikaji dalam "sistem visual"; masalah gerakan dikaji dalam "sistem
isotonik" atau sistem kinestetik; masalah pendengaran dikaji dalam "sistem auditori"; dan seterusnya.
Neurosains Perilaku
Neurosains perilaku mengkaji bagaimana berbagai sistem syaraf bekerja sebagaimana disebutkan di atas
bekerja sama untuk menghasilkan perilaku tertentu. Misalnya, bagaimana saraf visual, saraf auditori,
saraf motorik memproses informasi (materi pelajaran) secara simultan (meskipun hanya salah satu yang
dominan).
Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas
utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di
dalam otaknya. Sedangkan tujuan penddidikan neurosains adalah meninjau konsep dan praktik
pendidikan dari perpektif sistem kerja otak manusia. Hasil kajiannya telah menemukan sejumlah bukti
bahwa terdapat sistem otak manusia secara terpadu meregulasi kognisi, afeksi, dan psikomotorik
manusia.
Penelitian mutakhir di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti hubungan tidak terpisahkan
antara otak dan perilaku (karakter) manusia. Melalui instrumen Positron Emission Tomography (PET)
diketahui bahwa terdapat enam sistem otak (brain system) yang secara terpadu meregulasi semua
perilaku manusia. Keenam sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros
cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum.
Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi, afeksi, dan
psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ ( Pemisahan jasmani, ruhani dan akal akan berimplikasi pada
pengembangan ketiganya (IQ, EQ dan SQ) yang secara otomatis melanggengkan ketidakseimbangan
pada ranah kognisi, afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran. Bukti ilmiah ini memberi inspirasi
bahwa pendidikan karakter tidak ubahnya dengan mengembangkan potensi otak. Semua sistem dalam
otak bekerja secara padu untuk membangun sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, meregulasi
kinerja otak secara normal akan menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku dapat dikontrol secara
sadar dengan melibatkan dimensi emosional dan spiritual. Dengan demikian, pendidikan karakter dapat
dijelaskan dalam mekanisme kerja otak pada tingkat molekuler, khususnya enam sistem di atas. Atas
dasar inilah neurosains yang disebut ilmu yang menghubungkan antara otak dan pikiran (brain-mind
connection) atau jiwa dan badan, termasuk hati dan akal.
Menurut Paulin Pasiak (dalam Washiton, 2016), otak hanya bisa didefinisikan jika dikaitkan dengan
pikiran. Tanpa pengertian ini, otak tidak memberikan makna apa-apa selain sebuah benda yang tidak
berbeda dengan benda-benda biologis lainnya. Demikian pula dengan jiwa-badan dan akal-hati.
Semuanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan otak. Semua entitas itu (pikiran, jiwa, dan
hati/rasa) bersumber pada otak manusia.
Otak rasional berpusat di cortex cerebri atau bagian luar otak besar yang berwarna abu-abu. Volumenya
cukup besar sampai mencapai 80% dari volume seluruh otak. Besarnya volume cortex cerebri
memungkinkan manusia berpikir secara rasional dan menjadikan manusia sungguh sebagai manusia.
Semakin beradab dan berbudaya, manusia akan menggeser perilakunya lebih ke pusat berpikir rasional.
Cortex cerebri ini terbelah menjadi otak kiri dan kanan. Otak kiri dengan cara berpikir yang linier dan
sekuensial, dan otak kanan dengan kreativitasnya akan bekerjasama untuk memahami dan
memecahkan permasalahan secara holistik. Sistem pendidikan saat ini cenderung mengarahkan peserta
didik untuk hanya menerima satu jawaban dari guru untuk kemudian diulangi oleh peserta didik dengan
baik pada saat ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif, mencari alternatif
jawaban lain, dan keterbukaan. Potensi berpikir anak-anak ini, secara tidak sengaja telah dipasung dan
dihambat perkembangan otaknya (Rianawaty, 2011).Sistem pendidikan yang baik harus dapat
menyediakan model pembelajaran untuk optimalisasi kedua belah otak. Quantum learning berpijak
Dalam cortex cerebri terdapat lobus frontal (di dahi), lobus occipital (di kepala bagian belakang),
lobus temporal (di seputaran telinga), dan lobus parietal (di puncak kepala). Lobus frontal
bertanggung jawab untuk kegiatan berpikir, perencanaan, dan penyusunan konsep. Lobus
temporal bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi. Memori dan kegiatan berbahasa
(terutama pada otak kiri) juga menjadi tanggung jawab lobus ini. Lobus parietal bertanggung
jawab juga untuk kegiatan berpikir terutama pengaturan memori. Bekerjasama dengan lobus
occipital ia turut mengatur kerja penglihatan. Lobus-lobus menjadi penting karena mereka
menyokong cortex cerebri yang mengemban fungsi vital terutama untuk berpikir rasional dan
daya ingat. Lobus-lobus itu lebih terkuak keberadaannya ketika Vilyamir Ramachandran,
seorang dokter Amerika keturunan India bersama timnya dari Universitas California menemukan
bagian otak yang bertanggung jawab terhadap respon spiritual dan mistis manusia (Taufiq,
2003).
Neurosains memberikan peran penting dalam membentuk pemahaman terhadap kegiatan belajar.
Banyak ahli dari pakar teori belajar mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap kegiatan
belajar tersebut. Beberepa teori belajar yang akan dikemukakan meliputi teori behaviorisme,
teori kognitivisme, dan teori konsturktivisme.
Budiningsih (2005: 20) menjelaskan pengertian belajar menurut teori behavioristik merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Glasersfeld dan Matthews dalam Suparno (1997:18) yang menjelaskan bahwa pengetahuan
merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri dan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan.
Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang (meliputi pembuatan skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan lainnya).
Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi
karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Pembelajaran dengan penggunaan peta konsep ini mampu meningkatkan sikap kreatif dalam
pemunculan ide-ide baru, pemecahan masalah dengan cara yang khas, sikap imajinatif, dan
meningkatkan produktivitas (Buzan, 2005). Buzan (2005) mengungkapkan bahwa yang termasuk
pemikiran kratif adalah kefasihan dalam pemunculan ide-ide baru, fleksibilitas, dan
orisinalitas.Aribowo (2002) mengatakan bahwa apa yang kita tanam ke dalam pikiran bawah
sadar memungkinkan diwujudkannya imajinasi menjadi kenyataan. Pikiran bawah sadar dapat
diibaratkan sebagai taman kehidupan, sedangkan sadar sebagai tukang kebunnya. Apabila secara
sadar kita menanam benih profesionalitas dan perilaku beradab, maka tumbuhlah benih tersebut
dan pada saatnya kita dapat memanennya. Berbagai penyelesaian permasalahan kehidupan
sehari-hari akan lebih efektif apabila lewat alam bawah sadar.
adalah pendidik tidak bisa berasumsi teknik pengajaran tertentu seperti “dapatkan perhatian
siswa” atau “bantu merekauntuk mengingat.” Kita harus lebih spesifik tentang aspek-aspek
perhatian apa yang akan akan disertakan dalam pelajaran dan tipe memori apa yang akan
diperhatikan.
kredibilitasnya).
1. Optimalisasi Kecerdasan
Pendidikan sebaiknya mengembangkan kecerdasan, bukan hafalan, yaitu melalui stimulasi otak
untuk berpikir. Otak yang cerdas meningkatkan kreativitas dan daya cipta baru untuk menemukan
hal yang baru yang tidak pernah terpikirkan.
Otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda. Otak kanan lebih bersifat intuitif, acak,
tak teratur, divergen. Otak kiri bersifat linier, teratur, dan konvergen. Pendidikan hendaknya
mengembangkan kedua belahan otak itu secara seimbang. Pembelajaran yang bersifat eksploratori
dan divergen, lebih dari satu kemungkinan jawaban benar akan mengembangkan kedua belahan otak
tersebut.
Pendidikan harus mengembangkan secara seimbang fungsi otak atas, tengah dan bawah (logika,
emosi, dan motorik) yang sering disebut juga head, heart, and hands. Hal itu sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu mengambangkan manusia yang cerdas, terampil, dan beakhlak mulia.
Stimluasi melalui motorik tangan perlu dilakukan sejak dini. Koordinasi tangan ini sifatnya
berkebalikan, di mana tangan kiri dikendalikan otak bagian kanan. Oleh karena itu tidak selayaknya
kita melarang anak menggunakan tangan kirinya karena hal itu justru sedang mengembangkan otak
kanannya.
Hypnoteaching menurut Yustisia (2012:75) merupakan perpaduan dari dua kata, yaitu hipnosis
dan teaching. Hipnosis berarti mensugesti dan teaching yang berarti mengajar. Jadi hypnoteaching
adalah usaha untuk menghipnosis atau mensugesti anak didik supaya menjadi lebih baik dan prestasinya
meningkat. Sejalan dengan pendapat tersebut, sebagaimana uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi pelajaran, guru
menggunakan teknik berkomunikasi yang sangat persuasif dan sugestif dengan tujuan agar peserta didik
mudah memahami materi pelajaran. Hypnoteaching menekankan pada komunikasi alam bawah sadar
siswa yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sugesti dan imajinatif.
Kemampuan sugesti yang terus terngiang dalam otak, mampu mengantarkan seseorang pada
apa yang dipikirkannya. Sedangkan imajinasi merupakan proses membayangkan sesuatu terlebih dahulu
baru melakukannya. Dalam hal ini seorang guru harus mampu membiarkan peserta didiknya berekspresi
dan berimajinasi.
Menurut Gunawan (2010) hypnoparenting dapat dilakukan dengan langkah langkahsebagai
berikut:
1. Mencari tahu permasalahan anak. Menggali permasalahan pada anak lewat perbincangan yang
nyaman.2. Menembus kritikal faktor. Kondisi menuju alam bawah sadar anak.3. Memberikan sugesti.
Orangtua memasukkan sugesti dengan menggunakan afirmasi positif.4. Keluar dari kondisi hipnotis.
Anak dibawa keluar dari kondisi hipnotis secara perlahan dalam keadaan segar dan rileks.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
1. Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf.
Dan memiliki 4 teori dalam pembelajaran yaitu teori emosi, teori Amydala, teori Triune Brain
dan teori belahan otak kanan dan kiri.
2. Peserta didik menurut perspektif neurosains adalah aktivitas otak pembelajar selama menerima
pelajaran dan respons otak terhadap proses pembelajaran yang memiliki berbagai ruang lingkup seperti
seluler molekuler, sistem saraf, neurosains perilaku dan neurosains sosial. Tujuan pendidikan
neurosains adalah meninjau konsep dan praktik pendidikan dari perpektif sistem kerja otak manusia.
Hasil kajiannya telah menemukan sejumlah bukti bahwa terdapat sistem otak manusia secara terpadu
meregulasi kognisi, afeksi, dan psikomotorik manusia.
3. Proses neurosains dalam pendidikan dikarenakan kurangnya pengembangan potensi
anak sehingga tidak adanya optimalisasi kedua belah otak. Beberapa problematika terjadi
apabila neurosains dalam pendidikan yaitu kompleksitasdari proses kognitif, peran pendidikan
pada usia dini, kesulitan- kesulitan belajar siswa, dan kompleksitas teori-teori pembelajaran.
4. Terdapat dua implikasi neurosains dalam pendidikan yaitu implikasi perkembangan otak
dalam pembelajaran dan implikasi hypnoteaching dalam pembelajaran.
3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna .Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.