Anda di halaman 1dari 11

PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN METAKOGNISI

SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DI SMP

Hartono D. Mamu
Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP UNTAD
Email: hartmabiota@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang profil keterampilan berpikir
kritis dan keterampilan metakognisi siswa dalam pembelajaran IPA biologi, khususnya pada
konsep ekosistem di SMP Negeri 07 Palu dan SMP Negeri 19 Palu. Penelitiannya menggunakan
metode deskriptif, dengan populasi adalah siswa kelas VII. Sampel penelitiannya adalah siswa
kelas VII A SMP Negeri 7 Palu berjumlah 36 orang dibelajarkan dengan strategi Reciprocal
Teaching (RT), dan siswa kelas VII B SMP Negeri 19 Palu berjumlah 34 orang dibelajarkan
dengan strategi kooperatif STAD. Sampel ditentukan secara purposive sampling. Instrumen yang
digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis dan keterampilan metakognisi berbentuk essay,
terdiri atas 12 butir pertanyaan, dengan nilai reliabilitas 0,760. Kedua tes diberikan diawal
pembelajaran (pretes) dan pada akhir pembelajaran (postes). Data penelitian, dianalisis secara
deskriptif, berdasarkan perbedaan kemampuan akademik siswa (atas dan bawah), dan strategi
pembelajaran yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan strategi
pembelajaran, rerata nilai postes keterampilan berpikir kritis dan metakognisi siswa yang
dibelajarkan dengan strategi kooperatif STAD lebih tinggi dari rerata nilai postes keterampilan
berpikir kritis dan metakognisi siswa yang dibelajarkan dengan strategi RT. Berdasarkan
perbedaan kemampuan akademik, siswa berkemampuan akademik atas lebih menguasai
keterampilan berpikir kritis maupun metakognisi dibandingkan dengan siswa berkemampuan
akademik bawah, setelah dibelajarkan dengan strategi STAD maupun strategi RT dalam
pembelajaran ekosistem di SMP.

Kata kunci: Berpikir kritis, metakognisi, pembelajaran, biologi.

PENDAHULUAN Aspek keterampilan berpikir kritis dan


Pembangunan suatu bangsa sangat keterampilan metakognisi merupakan dua hal
membutuhkan sumber daya manusia yang dari sekian aspek yang sangat penting dan perlu
memiliki kecerdasan dalam berpikir dan dikembangkan pada siswa, agar dapat
bertindak (karakter), sehingga mampu memberikan manfaat bagi dirinya dalam
mengambil keputusan yang tepat dalam rangka menjalani kehidupan. Keterampilan berpikir
menyelesaikan masalah dalam kehidupan kritis memberikan manfaat penting dalam bidang
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. pendidikan pada umumnya, sehingga menjadi
Dengan kecerdasan berpikir dan bertindak, setiap salah satu tujuan yang dinilai penting.
individu diharapkan mampu mengatasi berbagai Dalam konteks pembelajaran IPA biologi,
problematika hidup yang bersifat kompleks berpikir kritis merupakan proses terorganisasi
dalam segala aspek kehidupannya. Sumber daya yang melibatkan aktivitas mental diantaranya
manusia bermoral yang mampu berpikir kritis, menganalisis asumsi, memunculkan inkuiri
berpikir kreatif, memiliki kemampuan mengatasi biologi dan pengambilan keputusan. Siswa yang
masalah dan mengambil keputusan yang tepat memiliki keterampilan berpikir kritis mampu
sangat dibutuhkan sekarang ini dalam menata membuat pertimbangan yang cermat dalam
bangsa kearah kehidupan yang lebih maju dan mengambil keputusan untuk menerima atau
bermartabat.

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 38


menolak suatu pernyataan yang bersifat benar konsep, dan prinsip. Aspek proses biologi
atau salah. adalah keterampilan proses sains yang
Metakognisi merupakan bentuk kognisi diperlukan siswa untuk berpikir dan bertindak
atau proses berpikir tingkat tinggi yang didalam kehidupan sehari-harinya.
melibatkan pengendalian aktivitas kognitif Proses pembelajaran IPA biologi
(Moore, 2004). Metakognisi menekankan memfokuskan pada pemberian pengalaman
pemantauan dan tanggung jawab diri siswa, secara langsung pada siswa dalam menerapkan
sehingga siswa dapat mengatur dirinya untuk konsep, prinsip, fakta, dan temuan untuk
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi membahas masalah-masalah biologi di alam
tujuan pembelajarannya. Siswa yang terampil sekitar melalui berpikir kritis, dan bekerja
metakognisi dipastikan menjadi pebelajar ilmiah. Pembelajaran biologi diarahkan untuk
mandiri (Marzano, 1998; Eggen dan Kauchak, ³PHQFDUL WDKX´ GDQ ³EHUEXDW´ VHKLQJJD GDSDW
1996). Susantini (2004) menyatakan membantu siswa untuk memperoleh
keterampilan metakognisi mampu pemahaman yang lebih mendalam tentang
memberdayakan siswa menjadi jujur, berani alam sekitar (Nurmaliah, 2009). Pembelajaran
mengakui kesalahan, dan dapat meningkatkan IPA biologi dapat menjadi wahana yang efektif
prestasi belajarnya. Siswa yang terampil bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
metakognisi cenderung lebih kompoten lingkungannya, serta merupakan sarana yang
dibandingkan dengan siswa yang kurang efektif untuk memperoleh pengetahuan dan
terampil metakognisi (Peters (2006). Oleh karena pemahaman yang lebih baik. Dengan mengkaji
itu, keterampilan metakognisi perlu diberdayakan persoalan-persoalan dalam IPA biologi melalui
dalam diri seseorang atau siswa agar mereka pembelajaran yang terencana di sekolah, dapat
dapat meningkatkan hasil-hasil belajarnya secara melatih dan mengembangkan keterampilan
optimal. berpikir kritis dan metakognisi.
Pentingnya keterampilan berpikir kritis Pembelajaran yang berorientasi pada
dan metakognisi bagi pengembangan potensi diri pengembangan berpikir sangat relevan untuk
siswa, menjadi pertimbangan sekaligus menjadi dilaksanakan melalui pembelajaran IPA biologi.
harapan bagi para guru untuk merencanakan dan Namun ironisnya, upaya untuk mengembangkan
melaksanakan pembelajaran yang mampu potensi berpikir siswa melalui pembelajaran
mengembangkan kemampuan berpikir siswa belum dilaksanakan dengan baik. Bahkan
disamping pemahaman konsep. Pengembangan menurut Corebima dan Al-Idrus (2006),
keterampilan berpikir kritis dan metakognisi pengembangan potensi berpikir siswa belum
siswa perlu dirancang dan dilaksanakan secara diupayakan secara terencana dan terintegrasi
terencana melalui pembelajaran dengan strategi dalam pembelajaran IPA. Salah satu dari hasil
yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir survei menunjukkan bahwa rencana dan kegiatan
para siswa. pembelajaran IPA belum menunjukkan upaya
Biologi merupakan salah satu mata yang secara sengaja mengembangkan
pelajaran di sekolah menengah pertama (SMP) kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini
yang terintegrasi dalam mata pelajaran IPA. mengakibatkan siswa sekolah dasar sampai
Pada aspek biologis, IPA mengkaji berbagai perguruan tinggi kurang mampu berpikir tingkat
persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena tinggi (Corebima, 1999). Demikian pula dengan
yang terjadi pada mahluk hidup dan interaksinya pemberdayaan keterampilan metakognisi oleh
dengan faktor lingkungan (Depdiknas, 2006). guru secara sadar dan terencana belum
Pembelajaran IPA biologi di sekolah umumnya terimplementasikan dengan baik di Indonesia
dikaitkan dengan aspek produk dan proses (Nurmaliah, 2009; Suratno, 2009). Indikasinya,
yang tidak terpisahkan. Menurut Prayitno dalam pembelajaran banyak siswa yang
(2010); dan Direktorat Tenaga Kependidikan mengalami kesulitan belajar.
(2008), aspek produk biologi terdiri dari fakta,

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 39


Fenomena pembelajaran IPA biologi yang dengan karakteristik para siswa. Dengan
belum memberdayakan keterampilan berpikir demikian, permasalahan yang berkaitan dengan
kritis maupun metakognisi diduga masih terjadi upaya pengembangan potensi berpikir kritis dan
dan dialami oleh para siswa SMP di Kota Palu metakognisi siswa dapat ditindaklanjuti untuk
Sulawesi Tengah. Permasalahan ini mendapatkan solusi yang tepat.
dimungkinkan, karena sebagian guru IPA biologi Penelitian yang dituliskan dalam artikel ini
belum memahami benar konsep dan pentingnya bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) profil
melatih keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan
metakognisi bagi siswa. Strategi pembelajaran metakognisi berdasarkan kemampuan akademik
yang diterapkan masih bersifat teacher-centered, siswa (atas dan bawah); (2) profil keterampilan
bukan student-centered yang lebih berpikir kritis dan keterampilan metakognisi
mengutamakan proses belajar aktif siswa. berdasarkan strategi pembelajaran yang
Akibatnya, proses pembelajaran cenderung diterapkan guru. Informasi melalui tulisan ini
kurang bermakna. Bentuk soal-soal latihan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi
soal ulangan yang digunakan dalam evaluasi terhadap perbaikan kualitas proses
umumnya bersifat hafalan (C1, C2, dan C3). pembelajaran di sekolah dalam rangka melatih
Fakta ini mengindikasikan bahwa dan mengembangkan potensi berpikir siswa,
pemberdayaan keterampilan berpikir kritis dan termasuk keterampilan berpikir kritis dan
metakognisi secara sadar dan terencana oleh guru keterampilan metakognisi yang selama ini
belum terimplementasikan dalam pembelajaran kurang ditangani secara sengaja maupun
IPA biologi. Siswa belajar IPA biologi terbatas terencana melalui pembelajaran.
pada ranah berpikir tingkat rendah, dan tidak
dibiasakan mengembangkan potensi METODE
berpikirnya. Fakta pembelajaran seperti Penelitian ini menggunakan metode
dinyatakan di atas, dikuatkan dengan pernyataan deskriptif, yang bertujuan untuk
Corebima (2005), bahwa pada lembaga-lembaga mendeskripsikan profil keterampilan berpikir
pendidikan di Indonesia terutama pada jenjang kritis dan keterampilan metakognisi siswa
sekolah dasar dan menengah, guru masih kurang berbeda kemampuan akademik (atas dan
memperhatikan aspek keterampilan berpikir bawah), yang dibelajarkan dengan strategi
dalam proses pembelajaran. Demikian juga kooperatif STAD dan RT pada pembelajaran
menurut Ramdani (2012), upaya pemberdayaan IPA biologi.
berpikir melalui pembelajaran IPA biologi belum Populasi penelitian ini adalah seluruh
dilakukan secara terencana. Padahal, sudah siswa di SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri
dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran 19 Palu. Sampel penelitian, adalah siswa kelas
seharusnya dapat memfasilitasi perkembangan VII, semester Genap tahun akademik 2012-
modal intelektual yang diperlukan oleh siswa 2013, yang ditentukan secara purposive
dengan maksimal (Corebima, 2005). sampling. Setiap sekolah ditetapkan satu kelas
Bertolak dari fakta-fakta dalam siswa sebagai sampel penelitian. Secara
pembelajaran yang diuraikan di atas, dan keseluruhan berjumlah 2 kelas, yaitu kelas VII
selanjutnya untuk mencari solusi perbaikannya, A SMPN 7 Palu berjumlah 36 orang
maka dinilai perlu untuk mengetahui profil menerapkan strategi RT, dan kelas VII B
keterampilan berpikir kritis dan metakognisi SMPN 19 Palu berjumlah 34 orang
siswa yang belajar IPA biologi SMP di Kota menerapkan strategi STAD.
Palu. Profil keterampilan berpikir kritis dan Penelitian ini melibatkan guru IPA
metakognisi akan dilihat berdasarkan Biologi di masing-masing sekolah, sebagai
kemampuann akademik siswa, yang selama ini mitra dalam melakukan kegiatan pembelajaran
kurang diperhatikan oleh guru dalam selama penelitian. Guru mitra memiliki
menentukan strategi pembelajaran yang sesuai kompetensi dan pengalaman yang setara dalam

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 40


melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai Data hasil penelitian, baik keterampilan
strategi yang digunakan. berpikir kritis dan keterampilan metakognisi
Instrumen yang digunakan adalah tes berdasarkan kemampuan akademik siswa atas
pemahaman konsep yang terintegrasi dengan dan bawah, dan berdasarkan strategi
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pembelajaran dianalisis menggunakan analisis
metakognisi berbentuk essay, terdiri atas 12 deskriptif.
butir pertanyaan, dengan nilai reliabilitas
sebesar 0,760. Instrumen tes diberikan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
awal sebelum pembelajaran (pretes) dan pada Profil Keterampilan Berpikir Kritis
akhir setelah pembelajaran (postes). Instrumen Data profil keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis mengacu pada siswa dideskripsikan berdasarkan strategi
pendapat Facione (2010), meliputi 6 indikator pembelajaran yang diterapkan oleh guru IPA
yaitu keterampilan interpretation, analysis, biologi, dan kemampuan akademik siswa (atas
inference, evaluation, explanation, dan self- dan bawah). Perbandingan rerata nilai pretes,
regulation. Keterampilan metakognisi postes, dan persentase selisihnya untuk aspek
mengacu pada rubrik MAD (Corebima, 2008) keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan
meliputi (1) jawaban dalam kalimat sendiri, (2) strategi pembelajaran, divisualisasikan pada
urutan paparan jawaban runtut, sistematis dan Tabel 1.
logis, (3) gramatika atau bahasa, (4) alasan
(analisis/evaluasi/kreasi), dan (5) jawaban
(benar/kurang/tidak benar/ kosong).

Tabel 1. Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Strategi Pembelajaran
Strategi Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Keterangan
Pembelajaran Pretes Postes Peningkatan (%)
STAD 35,05 78,25 123 Meningkat
RT 35,97 76,23 116 Meningkat

Dari Tabel 1 dapat dideskripsikan bahwa siswa, sehingga dapat diterapkan dalam
kedua strategi yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran IPA biologi di SMP. Strategi
pembelajaran IPA biologi di SMP kelas VII kooperatif STAD memberikan dampak yang
dapat meningkatkan rerata nilai keterampilan lebih baik terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa. Rerata nilai postes berpikir kritis siswa dibandingkan dengan
keterampilan berpikir kritis siswa yang strategi RT.
dibelajarkan dengan strategi kooperatif STAD Potensi strategi pembelajaran kooperatif
lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai STAD dan strategi RT dalam meningkatkan
postes keterampilan berpikir kritis siswa yang keterampilan berpikir kritis siswa pada
dibelajarkan dengan strategi RT, dengan selisih pembelajaran IPA biologi SMP merupakan
nilai 2.02 atau 2,65%. Persentase peningkatan implikasi dari penerapan sintaks pembelajaran
rerata nilai keterampilan berpikir kritis siswa dari kedua strategi pembelajaran tersebut.
yang dibelajarkan melalui strategi kooperatif Strategi pembelajaran kooperatif STAD
STAD lebih tinggi dibandingkan dengan memiliki sintaks yang dapat memfasilitasi
persentase rerata nilai keterampilan berpikir siswa
kritis siswa yang dibelajarkan melalui strategi
RT. Temuan ini menunjukkan strategi belajar saling membantu, saling
kooperatif STAD dan RT memiliki potensi berdiskusi, saling bertukar gagasan untuk
memberdayakan keterampilan berpikir kritis memecahkan permasalahan yang diberikan

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 41


guru. Pada strategi pembelajaran kooperatif (Palincsar, 2002). Keunggulan dari strategi RT
STAD terdapat langkah yang mengharuskan dalam meningkatkan keterampilan berpikir
siswa melakukan diskusi bersama teman kritis siswa berkaitan dengan tahapan kegiatan
sekelompok untuk menyelesaikan tugas. yang ada pada sintaksnya. Hal ini didukung
Kegiatan ini dapat merangsang meningkatnya beberapa pendapat, antara lain; Palincsar
kemampuan berpikir kritis siswa (Pangestuti, (2002), yang menyatakan aktivitas menyusun
dkk., 2011). Dalam kegiatan belajar kelompok, pertanyaan pada sintaks strategi RT, dapat
terjadi interaksi antara siswa dengan teman melatih keterampilan berpikir kritis. Palincsar
sejawatnya dalam berdiskusi dan bertukar dan Klenk (1991) menyatakan bahwa kegiatan
gagasan tentang masalah yang dipelajari. memprediksi, dapat melatih siswa untuk
Menurut Silverman dan Smith (2002, dalam berpikir kritis dalam mengambil keputusan.
Pengestuti, 2011), interaksi diantara para Kegiatan mengklarifikasi merupakan salah satu
siswa, dalam bentuk diskusi-diskusi kelompok kegiatan berpikir kreatif dan kritis siswa dalam
yang tersusun rapi memainkan peranan utama mengidentifikasi informasi penting untuk
didalam merangsang daya berpikir kritis. memecahkan masalah yang dihadapi (Palincsar
Keunggulan strategi STAD dalam dan Klenk, 1991).
meningkatkan keterampilan berpikir kritis Keunggulan dari strategi RT dalam
siswa telah dibuktikan melalui penelitian meningkatkan keterampilan berpikir kritis
sebelumnya. Muhfahroyin (2009) dan Jufri siswa telah dibuktikan melalui beberapa hasil
(2009 melaporkan bahwa strategi kooperatif penelitian. Penelitian Warouw (2009)
STAD terbukti lebih berdampak pada membuktikan bahwa strategi pembelajaran RT
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa, berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir
dibandingkan dengan strategi konvensional. kritis, hasil belajar dan retensi.
Strategi kooperatif STAD dapat meningkatkan Berdasarkan kemampuan akademik
keterampilan berpikir kritis siswa (Winarti, siswa, profil keterampilan berpikir kritis juga
2010). ikut dianalisis. Hasil analisis tentang rerata
Berbeda dengan sintaks strategi nilai pretes, postes, dan persentase selisihnya
kooperatif STAD, sintaks dari strategi RT untuk aspek keterampilan berpikir kritis siswa
dicirikan dengan empat tahap kegiatan, yaitu berdasarkan kemampuan akademik,
meringkas bacaan, membuat pertanyaan, divisualisasikan pada Tabel 2, dan Tabel 3.
memprediksi dan mengklarifikasi jawaban

Tabel 2. Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan


Kemampuan Akademik Siswa pada Strategi STAD
Kemampuan Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Keterangan
Akademik Pretes Postes Peningkatan (%)
Akademik Atas 35,91 79,53 121 Meningkat
Akademik Bawah 34,19 76,96 125 Meningkat

Dari Tabel 2 dapat dideskripsikan bahwa siswa berkemampuan akademik atas lebih
pada pembelajaran dengan strategi STAD, tinggi dibandingkan dengan rerata nilai postes
keterampilan berpikir kritis siswa yang keterampilan berpikir kritis siswa yang
berkemampuan akademik atas dan bawah berkemampuan akademik bawah, dengan nilai
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat selisih sebesar 2,57 atau 3,34%.. Meskipun
dari peningkatan rerata nilai pretes ke postes rerata nilai postes keterampilan berpikir siswa
keterampilan berpikir siswa. Rerata nilai postes yang berkemampuan akademik bawah sedikit
keterampilan berpikir kritis yang diperoleh lebih rendah dari siswa berkemampuan

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 42


akademik atas, namun nilai persentase keberhasilan belajar siswa adalah kemampuan
peningkatannya siswa itu sendiri yang dilihat dari skor
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa intelegensi.
yang berkemampuan akademik atas. Temuan Pembelajaran dengan strategi STAD
ini mengindikasikan bahwa: (1) kelompok dapat memfasilitasi siswa belajar dari
siswa berkemampuan akademik atas lebih temannya, dan belajar dari bantuan orang lain,
menguasai keterampilan berpikir kritis dengan berdiskusi, saling bertukar ide atau
dibandingkan dengan kelompok siswa gagasan, dan saling membantu menyelesaikan
berkemampuan akademik bawah pada permasalahan yang diberikan oleh guru. Proses
pembelajaran IPA biologi di SMP; (2) Siswa belajar tersebut, memfasilitasi adanya kegiatan
berkemampuan akademik bawah akan scaffolding antara siswa berkemampuan
memiliki keterampilan berpikir kritis yang akademik atas dan siswa berkemampuan
lebih baik, jika belajar bersama dengan siswa akademik bawah. Adanya proses scaffolding
berkemampuan akademik atas melalui dalam kelompok kooperatif memberikan
pembelajaran berstrategi STAD. keuntungan baik bagi siswa berkemampuan
Fakta penelitian di atas sejalan dengan akademik bawah maupun berkemampuan
hasil penelitian Sepe (2010) dan Ramdani akademik atas, saat menyelesaikan tugas
(2012) yang menyimpulkan bahwa akademik secara bersama. Siswa
keterampilan berpikir kritis pada siswa yang berkemampuan akademik bawah akan
berkemampuan akademik atas lebih tinggi memperoleh bantuan khusus dari siswa
dibandingkan dengan keterampilan berpikir berkemampuan akademik atas melalui tutorial.
kritis siswa yang berkemampuan akademik Siswa yang berkemampuan akademik atas,
bawah. Adanya perbedaan keterampilan akan meningkat kemampuan akademiknya
berpikir kritis antara kedua kelompok siswa karena memberikan pelayanan sebagai tutor
terrsebut berkaitan dengan perbedaan kepada siswa yang berkemampuan akademik
kemampuan siswa, dalam hal ini adalah faktor bawah.
intelegensi. Hal ini didasarkan pada pendapat
Hamalik (2004), bahwa salah satu penentu

Tabel 3. Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik
pada Strategi Reciprocal Teaching
Kemampuan Rerata Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Keterangan
Akademik Pretes Postes Peningkatan (%)
Akademik Atas 36,40 78,92 117 Meningkat
Akademik Bawah 35,54 74,63 110 Meningkat

Dari Tabel 3 dapat dideskripsikan bahwa selisih sebesar 4,29 atau 5,75%. Dari aspek
pada pembelajaran dengan strategi RT, peningkatan rerata nilai keterampilan berpikir
keterampilan berpikir kritis siswa yang kritis, kelompok siswa berkemampuan
berkemampuan akademik atas dan bawah akademik atas persentase peningkatannya lebih
mengalami peningkatan. Hal ini dapat tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa
ditunjukkan dengan data peningkatan rerata berkemampuan akademik bawah.
nilai pretes ke postes keterampilan berpikir Temuan penelitian ini menunjukkan
siswa. Rerata nilai postes keterampilan berpikir bahwa pada pembelajaran dengan strategi RT,
kritis siswa berkemampuan akademik atas siswa yang berkemampuan akademik atas
lebih tinggi dari rerata nilai postes lebih menguasai keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan siswa yang berkemampuan
berkemampuan akademik bawah, dengan nilai akademik bawah. Perbedaan hasil belajar
Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 43
antara siswa berkemampuan akademik yang akademik atas dengan siswa berkemampuan
berbeda seperti dalam penelitian ini, telah akademik bawah dalam penguasaan
diungkap oleh Nasution (2006). Dinyatakan keterampilan berpikir kritis dapat diatasi
bahwa perolehan pengalaman belajar melalui kegiatan saling memprediksi dan
berpengaruh pada hasil yang diperoleh. mengklarifikasi jawaban antar siswa dalam
Apabila siswa dengan tingkat kemampuan kelompok. Kegiatan memprediksi dan
akademik berbeda diberikan pengajaran yang mengklarifikasi jawaban akan memfasilitasi
sama, maka hasil belajar yang diperolehnya dan memberikan kesempatan bagi siswa
juga berbeda sesuai dengan kemampuan berkemampuan akademik berbeda untuk dapat
akademik yang dimilikinya. Menurut melatih dan memberdayakan keterampilan
Corebima (2005), dari berbagai penelitian, berpikir kritisnya.
terungkap bahwa siswa dengan kemampuan Profil Keterampilan Metakognisi
akademik atas dapat mencapai kemampuan Profil data keterampilan berpikir kritis
akademik yang lebih tinggi dibandingkan siswa dalam pembelajaran biologi
dengan siswa berkemampuan akademik dideskripsikan berdasarkan strategi
bawah. pembelajaran yang diterapkan, dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan kemampuan akademik siswa (akademik atas
pendapat Sepe (2010), dan Ramdani (2012), dan bawah). Profil keterampilan metakognisi
yang menyimpulkan bahwa keterampilan siswa meliputi: rerata nilai pretes dan nilai
berpikir kritis pada siswa berkemampuan postes, serta persentase peningkatannya. Data
akademik atas lebih tinggi dibandingkan perbandingan rerata nilai keterampilan
keterampilan berpikir kritis siswa yang metakognisi siswa berdasarkan strategi
berkemampuan akademik bawah. Dalam pembelajaran divisualisasikan pada Tabel 4.
proses pembelajaran dengan strategi RT,
perbedaan antara siswa berkemampuan

Tabel 4. Rerata Nilai Keterampilan Metakognisi Siswa Berdasarkan Strategi Pembelajaran


Strategi Rerata Nilai Keterampilan Metakognisi
Keterangan
Pembelajaran Pretes Postes Peningkatan (%)
STAD 36,77 78,00 112 Meningkat
RT 35,29 77,08 118 Meningkat

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat persentase peningkatan rerata nilai


dideskripsikan bahwa strategi pembelajaran keterampilan metakognisi siswa yang
STAD dan RT yang diterapkan oleh guru dibelajarkan melalui strategi pembelajaran RT
dalam pembelajaran IPA biologi di SMP kelas lebih tinggi dibandingkan persentase rerata
VII dapat meningkatkan rerata nilai nilai keterampilan metakognisi siswa yang
keterampilan metakognisi siswa. Rerata nilai dibelajarkan melalui strategi pembelajaran
postes yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif STAD. Temuan ini menunjukkan
dengan kedua strategi tersebut memiliki strategi pembelajaran STAD dan RT dapat
perbedaan yang relatif kecil. Rerata nilai meningkatkan keterampilan metakognisi siswa,
postes keterampilan metakognisi siswa yang Kedua strategi memiliki potensi dalam
diperoleh melalui pembelajaran dengan strategi memberdayakan keterampilan metakognisi
STAD lebih tinggi dibandingkan dengan yang siswa, sehingga memungkinkan untuk
dibelajarkan dengan strategi RT. Namun diterapkan dalam pembelajaran IPA biologi di
demikian, SMP. Strategi pembelajaran STAD lebih
berpotensi meningkatkan keterampilan

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 44


metakognisi siswa dibandingkan dengan RT dicirikan dengan empat tahap kegiatan
strategi RT. yaitu kegiatan meringkas, membuat
Potensi yang ditunjukkan oleh strategi pertanyaan, memprediksi dan mengklarifikasi
pembelajaran STAD dan strategi RT dalam jawaban. Suratno (2009) menyatakan bahwa
pembelajaran IPA biologi di SMP tidak pada sintaks strategi RT terdapat fase
terlepas dari karakter sintaks atau skenario meringkas yang didahului kegiatan membaca,
pembelajarannya. Pembelajaran dengan membuat pertanyaan, memprediksi jawaban,
strategi STAD dapat memfasilitasi siswa dan mengklarifikasi jawaban. Kegiatan
belajar dengan cara saling membantu, saling meringkas, membuat pertanyaan, memprediksi
berdiskusi, dan saling bertukar gagasan untuk jawaban dan mengklarifikasi jawaban adalah
menyelesaikan masalah bersama. Kegiatan kegiatan yang memberdayakan keterampilan
belajar seperti itu menyebabkan siswa belajar metakognisi. Selanjutnya, Suratno (2009)
dengan cara memperbaiki kesalahannya menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan dalam
melalui pemantauan dan pengevaluasian strategi RT tersebut erat dengan pemberdayaan
terhadap hasil pikirannya. Siswa yang belajar keterampilan metakognisi, yaitu
dengan cara memperbaiki kesalahannya merencanakan, manajemen informasi,
melalui pemantauan dan pengevaluasian hasil memonitor, merevisi, dan mengevaluasi. Dari
pikirannya, merupakan perwujudan bentuk uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa. keunggulan strategi pembelajaran RT dalam
Menurut Lie (2008), strategi STAD meningkatkan keterampilan metakognisi
mendorong siswa menyadari tentang sangat berkaitan dengan komponen atau
pentingnya belajar dan saling membelajarkan. kegiatan pada sintaks pembelajarannya.
Yoong (2007) menyatakan bahwa kesadaran Keunggulan pembelajaran yang
siswa tentang pentingnya belajar dan saling menerapkan strategi RT terhadap peningkatan
membelajarkan merupakan indikasi keterampilan metakognisi dikuatkan dengan
kemampuan metakognisi telah berkembang hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
pada siswa. mengkaji strategi RT. Hasil penelitian Suratno
Strategi STAD sebagai suatu (2009), dan Warouw (2009) telah
pembelajaran kooperatif, dapat memfasilitasi membuktikan bahwa strategi RT berpotensi
siswa yang belajar dalam kelompok untuk meningkatkan keterampilan metakognisi siswa.
dapat mengevaluasi kebenaran hasil pikirannya Keefektifan strategi RT dalam meningkatkan
berdasarkan informasi, argumen, atau keterampilan metakognisi siswa lebih
penjelasan dari teman belajarnya saat diskusi. disebabkan karena dalam sintaks RT banyak
Hasil evaluasi akan menjadi acuan dalam unsur menulis dan membaca.
memperbaiki hasil pikirannya jika ada Pada strategi STAD, profil data
kesalahan dalam pemahaman. Pembelajaran keterampilan metakognisi siswa yang
yang memungkinkan siswa dapat berkemampuan akademik atas dan bawah
mengevaluasi kebenaran hasil pikirannya dapat dalam pembelajaran IPA biologi
memberdayakan keterampilan metakognisi dideskripsikan berdasarkan rerata nilai pretes,
siswa. rerata nilai postes, dan persentase
Potensi strategi RT juga tidak terlepas peningkatannya. Data tentang rerata nilai
dari karakter sintaks atau tahapan keterampilan metakognisi divisualisasikan
pembelajarannya. Menurut Palincsar & Brown pada Tabel 5.
(1986) dan Palincsar (2002), sintaks strategi

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 45


Tabel 5. Rerata Nilai Keterampilan Metakognisi Berdasarkan Kemampuan Akademik Pada
Strategi STAD
Kemampuan Rerata Nilai Keterampilan metakognisi
Keterangan
Akademik Pretes Postes Peningkatan (%)
Akademik Atas 38,60 79,66 106 Meningkat
Akademik Bawah 34,93 76,35 118 Meningkat
menurut Slavin (2005), dapat memotivasi
Deskripsi data pada Tabel 5 memberikan siswa saling mendukung dan membantu dalam
petunjuk bahwa pada pembelajaran IPA menguasai materi pelajaran. Strategi STAD
biologi dengan strategi STAD, keterampilan didasarkan pada asumsi belajar akan
metakognisi siswa yang berkemampuan bermakna, jika siswa bekerja sama dan berbagi
akademik atas dan bawah mengalami ide dengan siswa lainnya dalam memecahkan
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari masalah (Zakaria dan Ikhsan, 2007).
peningkatan rerata nilai keterampilan Pembelajaran dengan strategi STAD dapat
metakognisi siswa dari pretes ke postes. Rerata memfasilitasi siswa belajar dengan cara saling
nilai postes keterampilan metakognisi siswa membantu, saling berdiskusi, dan saling
yang berkemampuan akademik atas lebih bertukar gagasan untuk menyelesaikan
tinggi dibandingkan dengan rerata nilai postes masalah bersama. Kegiatan belajar seperti itu
keterampilan metakognisi siswa yang menyebabkan siswa belajar dengan cara
berkemampuan akademik bawah, dengan nilai memperbaiki kesalahannya melalui
sebesar 3,31 atau 4,33%. Meskipun rerata nilai pemantauan dan pengevaluasian terhadap hasil
postes keterampilan metakognisi siswa yang pikirannya. Siswa yang belajar dengan cara
berkemampuan akademik bawah sedikit lebih memperbaiki kesalahannya melalui
rendah dari siswa berkemampuan akademik pemantauan dan pengevaluasian hasil
atas, namun nilai persentase peningkatannya pikirannya, merupakan perwujudan bentuk
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa.
berkemampuan akademik atas. Temuan ini Menurut Lie (2008), strategi STAD
mengindikasikan bahwa: (1) strategi STAD mendorong siswa menyadari tentang
memiliki potensi untuk meningkatkan pentingnya belajar dan saling membelajarkan.
keterampilan metakognisi siswa Kesadaran siswa tentang pentingnya belajar
berkemampuan akademik atas dan bawah; (2) dan saling membelajarkan merupakan indikasi
kelompok siswa berkemampuan akademik atas kemampuan metakognisi telah berkembang
lebih berpotensi menguasai keterampilan pada siswa (Yoong, 2007).
metakognisi dibandingkan dengan kelompok Pada strategi RT, profil data
siswa berkemampuan akademik bawah. keterampilan metakognisi siswa
Keunggulan strategi STAD dalam berkemampuan akademik atas dan bawah
meningkatkan keterampilan metakognisi siswa dalam pembelajaran IPA biologi
yang berkemampuan akademik atas dan siswa dideskripsikan berdasarkan rerata nilai pretes,
berkemampuan akademik bawah merupakan rerata nilai postes, dan persentase
implikasi dari penerapan sintaks peningkatannya. Data tentang rerata nilai
pembelajarannya. Karakteristik strategi STAD keterampilan metakognisi divisualisasikan
pada Tabel 6.

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 46


Tabel 6. Rerata Nilai Keterampilan Metakognisi Berdasarkan Kemampuan Akademik
Pada Strategi RT
Kemampuan Rerata Nilai Keterampilan metakognisi
Keterangan
Akademik Pretes Postes Peningkatan (%)
Akademik Atas 36,52 77,94 113 Meningkat
Akademik Bawah 34,07 74,51 119 Meningkat

Dari Tabel 6 dapat dideskripsikan bahwa sering siswa membuat ringkasan, pertanyaan,
pembelajaran IPA biologi dengan strategi RT, dan jawaban dari pertanyaan secara tertulis,
dapat meningkatkan rerata nilai keterampilan siswa akan semakin terlatih untuk
metakognisi siswa baik yang berkemampuan mengembangkan kemampuan menulis, baik
akademik atas maupun siswa berkemampuan dari segi sistematika, logika, dan gramatika
akademik bawah. Rerata nilai postes tulisan yang merupakan bagian dari
keterampilan metakognisi siswa keterampilan metakognisi.
berkemampuan akademik atas lebih tinggi dari Pembelajaran yang menuntun siswa
rerata nilai postes keterampilan metakognisi untuk melaksanakan tahapan meringkas,
siswa berkemampuan akademik bawah. membuat pertanyaan, dan menjawab
Demikian juga persentase peningkatan rerata pertanyaan baik dalam bentuk prediksi maupun
nilai keterampilan metakognisi siswa klarifikasi jawaban sebagaimana yang menjadi
berkemampuan akademik atas lebih tinggi karakter sintaks dari pembelajaran berstrategi
dibandingkan siswa berkemampuan akademik RT, berpotensi untuk memberdayakan
bawah. Temuan ini menunjukkan strategi RT keterampilan metakognisi. Hal ini sejalan
memiliki potensi memberdayakan dengan pendapat Warouw (2009), bahwa
keterampilan metakognisi siswa strategi RT yang didalamnya terdapat kegiatan
berkemampuan akademik atas dan bawah. meringkas, membuat pertanyaan, memprediksi
Siswa berkemampuan akademik atas lebih dan mengklarifikasi dapat meningkatkan
menguasai keterampilan metakognisi, keterampilan metakognisi dibandingkan
dibandingkan dengan siswa berkemampuan dengan multistrategi.
akademik bawah.
Potensi strategi RT dalam SIMPULAN
memberdayakan keterampilan metakognisi Simpulan dalam tulisan ini adalah: (1)
siswa dalam pembelajaran IPA biologi strategi pembelajaran kooperatif STAD dan
berkaitan dengan karakter sintaks atau tahapan strategi RT, dapat meningkatkan nilai
kegiatannya yang keterampilan berpikir kritis maupun
meliputi kegiatan meringkas, membuat keterampilan metakognisi siswa dalam
pertanyaan, memprediksi dan mengklarifikasi pembelajaran IPA biologi di SMP; (2) strategi
jawaban. Wicaksono, dkk (2011), menyatakan pembelajaran kooperatif STAD lebih
bahwa tahap meringkas, membuat pertanyaan, berpotensi meningkatkan nilai keterampilan
memprediksi dan mengklarifikasi berpikir kritis maupun keterampilan
mengharuskan siswa untuk memahami bacaan metakognisi siswa yang berkemampuan
dan merangkaikan konsep-konsep penting akademik atas; (3) siswa yang berkemampuan
dalam bentuk tulisan, baik berupa ringkasan akademik bawah akan meningkat keterampilan
(tahap meringkas), pertanyaan (tahap membuat berpikir kritis maupun keterampilan
pertanyaan), maupun jawaban dari pertanyaan metakognisinya, jika belajar bersama dalam
(tahap prediksi dan klarifikasi) sesuai dengan kelompok dengan siswa berkemampuan
pemikiran dan kalimatnya sendiri. Semakin akademik atas.

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 47


SARAN _files/what%26why2006.pdf). Diakses
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat 28 September 2010.
disarankan bagi para pendidik untuk Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar.
menerapkan strategi kooperatif STAD dan Jakarta: Bumi Aksara.
strategi RT dalam pembelajaran IPA Biologi. Nurmaliah, C. 2009. Keterampilan Berpikir
Disamping itu, dalam proses pembelajaran Kritis, Metakognisi, dan Hasil Belajar
perlu memberdayakan siswa berkemampuan Biologi Siswa SMP Negeri di Kota
akademik bawah melalui kerjasama dengan Malang. Disertasi tidak diterbitkan.
siswa berkemampuan akademik atas dalam Malang: Universitas Negeri Malang.
kelompok yang heterogen. Perlu dikaji lebih Pangestuti, A.A., S. Zubaidah., Balqis, 2011.
lanjut penerapan kedua strategi pembelajaran Penerapan Paduan Metode Numbered
tersebut pada materi dan tingkatan kelas yang Heads Together dan Student Teams
berbeda. Achievement Divisions untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
DAFTAR PUSTAKA Kritis dan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 13 Malang.
Corebima, A.D. 1999. Proses dan Hasil Prosiding Seminar Nasional LS IV.
Pembelajaran MIPA di SD, SLTP, dan Malang: November 12
SMU: Perkembangan Siswa Tidak Palincsar, A.S., & Brown, A.L. 1986.
dikelola secara Terencana (Studi Kasus Interactive Teaching to Promote
di Malang, Yogyakarta, dan Bandung). Independent Learning From Text. The
Makalah disajikan dalam seminar sehari Reading Teacher 39 (8) 71-77,
IMSTEP Project: Meningkatkan (http://www. education. umn.edu/.
Kualitas Pendidikan MIPA untuk Diakses 12 Nopember 2010.
Menghadapi Masa Depan, IKIP Palincsar, A.S., & Klenk, L. 1991. Dialogues
Bandung, Bandung, 11 Agustus. Promoting Reading Comprehension. In
Corebima, A.D. 2005. Pelatihan PBMP B. Means, C. Chelemer, & M.S. Knapp
(Pemberdayaan Berpikir Melalui (Eds), Teaching Advanced Skill to At-
Pertanyaan) pada Pembelajaran Bagi Risk Students (pp. 112-140) San
Para Guru dan Mahasiswa Sains Francisco: Jossey-Bass.
Biologis dalam Rangka RUKK VA. 25 Palincsar, A.S. 2002. Reciprocal Teaching:
Juni. Teacher and Student Use Prior
Depdiknas, 2006. Model Silabus dan Rencana Knowledge and Dialogue to Construct a
Pelaksanaan Pembelajaran Mata Shared Meaning of The Text and
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Improve Reading Comprehension.
Jakarta: Departemen Pendidikan (Online), http://www.sdcoe.k12.ca.us/
Nasional. score/promosing/tips/rec.html, Diakses
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. 12 Nopember 2010.
Strategi Pembelajaran MIPA. Jakarta: Petters, E. 2006. Connecting Inquiry to The
PMPTK Depdiknas. Nature of Science as a Metacognitive
Eggen, P.D. & Kauchak, D.P. 1996. Strategies Resource. Science Education, 10 (5):
for Teachers: Teaching Content and 101-104.
Thinking Skill. (third edition). Boston:
Allyn and Bacon.
Facione. 2010. Critical Thinking:What It Is
and Why nIt Counts, (Online), (http://
www.insightassessment.com/pdf-

Hartono D. Mamu, Profil Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognisi ....................... 48

Anda mungkin juga menyukai