Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN IPA DAN HAKEKAT IPA

PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Ilmu pengetahuan alam atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah natural science merupakan
istilah yang digunakan untuk merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam
dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan dimana pun

IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA
mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu
dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu
pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin
ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisika) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk
physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika,
sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.

Definisi dan Pengertian IPA


Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin
yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang
berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa
indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam bahasa
indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus fowler (1951), natural science
didefinisikan sebagai: systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and
based mainly on observation and induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan
sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang
bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi). Sumber lain menyatakan
bahwa natural science didefinisikan sebagai piece of theoretical knowladge atau sejenis pengetahuan
teoritis.

IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh
dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen
dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan
diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis
dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah .

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA
mempunyai beberapa pengertian berdasarkan cara pandang ilmuwan bersangkutan mulai dari
pengertian IPA itu sendiri, cara berfikir IPA , cara penyelidikan IPA sampai objek kajian IPA. Adapun
pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau IPA merupakan representasi dari
hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama yaitu “the extant body of scientific knowledge, the
values of science and the method and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan
proses, serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman. IPA sebagai
proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk
untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan, menguji
hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.
Oleh karena itu IPA harus dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, sebagai cara untuk
melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh collete dan chiapetta (1994) “IPA harus dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam pencarian
tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry”.
Dapat disimpulkan pada hakikatnya IPA merupakan kumpulan pengetahuan atau IPA sebagai produk
ilmiah, cara atau jalan berfikir atau IPA sebagai produk ilmiah dan cara untuk penyelidikan atau ipa
sebagai proses ilmiah.

A. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari
bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya
tahu. Science terdiri dari dua yaitu social science (Ilmu Pengetahuan Sosial ) dan natural science (Ilmu
Pengetahuan Alam). Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan sebagai sains yang
berarti ilmu pengetahuan alam saja.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di
dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
dengan indera. Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan Nur dalam Trianto (2010) mengatakan bahwa IPA atau
ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Adapun menurut Wahana dalam Trianto (2010), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang
tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikapilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010:136).
IPA mempunyai beberapa pengertian , yaitu :

Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: “systematic and formulated
knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction” ( yang
diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun
dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil
pengamatan dan induksi ).

Webster’s New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan natural science knowledge concerned with the
physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang
alam dan gejala-gejalanya.

Sedangkan dalam Purnel’s : Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi tentang IPA sebagai
berikut : “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and
experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”. Artinya ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-
prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.

Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai a “piece of theoretical knowledge”
atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena
alam.

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan
tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya
dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan pemahaman
kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal
tersebut.
B. Pembagian Hakikat IPA

Menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010), IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk
ilmiah, proses ilmiah dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk ilmiah diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau
diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai
prosedur ilmiah dimaksudkan bahwa metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu pada
umumnya berupa riset yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef dalam Trianto (2010) juga menganjurkan agar IPA
dijadikan sebagai suatu kebudayaan atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai,
aspirasi maupun inspirasi. Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro dalam Trianto (2010), IPA pada
hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan
pngetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses
yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk
sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan
bagi kehidupan.

Secara umum IPA terbagi dalam tiga ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan kimia. Fisika sebagai cabang dari
IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan
teori dan konsep. Jadi dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
1. IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang
menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari
kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan
hasil kegiatan analitik.

Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :

• Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau
peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif atau bisa disebut sesuatu yang
dapat dibuktikan kebenarannya. Misal : Air membeku dalam suhu 0⁰C.

Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang
benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara
objektif.

Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau
waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.

• Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu
dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya.

• Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip
bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative
( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara,
panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.

• Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, tetapi
karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat
lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.
• Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep,
dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang
berlawanan dengan teori tersebut. Misal : teori meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami
mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.

2. IPA Sebagai Proses

IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai
hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-
peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di
lingkungan.

Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan
ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.

Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuwan.

(Moejiono dan Dimyati, 1992:16) Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan
proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: Proses Dasar (Basic Skills), dan
Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills).

Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, diantaranya :

1) Observasi/ pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra.

2) prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan
yang terdapat pada data yang telah diperoleh.

3) Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan.
4) Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperiman. Tahap- tahap penelitian:

• Menetapkan masalah penelitian.

• Menetapkan hipotesis penelitian.

• Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.

• Menetapkan langkah- langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.

5) Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen
karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri atas tiga yaitu:

• Varibel bebas/ peubah yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.

• Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.

• Variabel control yaitu variabel yangdibuat tetap.

6) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada
di alam melalui perkiraan.

7) Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.

3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah

Maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dan dalam
memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang
memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah.

Menurut Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak SD
yaitu:

a. Sikap ingin tahu

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru

c. Sikap kerja sama


d. Sikap tidak putus asa

e. Sikap tidak berprasangka

f. Sikap mawas diri

g. Sikap bertanggung jawab

h. Sikap berpikir bebas

i. Sikap kedisiplinan diri

Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan/ obsevasi:

a. Jujur

b. Teliti

c. Cermat

Dan pengertian dari para ahli lain, seperti :

a. Carin dan Sund (1989)

b. Connor (1990)

c. Mechling dan Oliver (1983)

d. Holt (1991)

Nilai-nilai IPA

Nilai-nilai IPA adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang
akan dicapai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai nonkebendaan berupa nilai praktis, intelektual,
sosial-budaya-ekonomi-politik, pendidikan dan juga nilai keagamaan (Trianto, 2008).

a. Nilai praktis

Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat
dimanfaatkan masyarakat. Teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan
baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian, sains mempunyai
nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Contoh:
penemuan listrik oleh Michael Faraday yang diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan alat-alat
listrik yang bermanfaat bagi kehidupan.

b. Nilai intelektual

Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah
baik alamiah maupun sosial, ekonomi dan sebagainya. Metode ilmiah telah melatih keterampilan,
ketekunan dan melatih mengambil keputusan dengan mempertimbangkan yang rasional dan menuntut
sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan
kepuasan intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual dan
inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual.

c. Nilai sosial-budaya-ekonomi-politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial-budaya-ekonomi-politik berarti IPA dan teknologi suatu bangsa
menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-
politik internasional. Contoh: negara-negara maju seperti USA dan Uni Eropa merasa sadar dan bangga
terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial-politik dan mengklaim diri mereka
sebagai negara adidaya. Jepang, dengan kemampuan teknologi produksi merupakan negara yang
memiliki stabilitas tinggi dalam bidang sosial masyarakat maupun ekonomi yang mampu menguasai
pangsa pasar dunia. Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara yang mampu memadukan antara
teknologi dengan budaya lokal (tradisi) sehingga budaya tradisi tersebut tetap eksis bahkan dikenal di
seluruh dunia.

d. Nilai kependidikan

Perkembangan IPA dan teknologi serta penerapan psikologi belajar pada pelajaran IPA menjadikan IPA
bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan
pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan peralatan untuk
memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

Dengan demikian, IPA memiliki nilai-nilai kependidikan karena dapat menjadi alat untuk mencapai
tujuan pendidikan.

e. Nilai keagamaan

Seorang ilmuan yang beragama akan lebih tebal keimanannya, karena selain didukung dogma-dogma
agama juga ditunjang oleh alam pikiran dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam sebagai
manifestasi kebesaran Tuhan. Charles Townes peraih nobel 1964 mengatakan bahwa banyak orang yang
merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang Mahapintar dibalik kehebatan hukum alam. Hal yang sama
dikatakan oleh John Polkinghorne, ahli fisika yang sekarang menjadi pendakwah Gereja Anglikan yang
mengatakan bahwa jika anda menyadari bahwa hukum alam telah melahirkan jagad raya yang begitu
teratur maka hal itu pastilah tidak terjadi semata-mata karena kebetulan tetapi pasti ada tujuan dibalik
itu semua.

Dengan demikian, jelas bahwa IPA mempunyai nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama
sehingga Albert Einstein mengatakan bahwa sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains
adalah lumpuh.

Anda mungkin juga menyukai