Anda di halaman 1dari 5

1.

Budaya Kalwedo

Budaya Kalwedo merupakan sebuah bukti sah dari masyarakat adat di Maluku Barat Daya. Kalwedo
sendiri begitu mengakar dalam kehidupan bahasa di adat Kepulauan Babar dan Maluku Barat Daya.

Nilai Kalwedo sendiri diterapkan ke dalam sapaan adat yakni inanara ama yali atau saudara perempuan
dan laki-laki.

2. Budaya Hawear

Budaya Hawear atau Sasi merupakan sebuah budaya yang berlaku hingga tumbuh dalam masyarakat
Kepulauan Kei. Dalam budaya Hawear ini, lagu rakyat, cerita rakyat, hingga berbagai dokumen tertulis
guna melestarikan kekayaan budaya tersebut.

Menyisipkan janur kuning di kain seloi selama perjalanan juga menjadi Budaya Hawear yang masih
dipangku hingga saat ini. Tujuannya agar tidak diganggu orang-orang tak dikenal selama perjalanan.

3. Pukul Sapu

Pukul Sapu merupakan tradisi yang kerap dilakukan penduduk Desa Mamala, Pulau Ambon. Kebiasaan
tersebut dilakukan pada waktu satu minggu setelah Idulfitri oleh kaum pria. Kaum pria yang melakukan
tradisi Pukul Sapu mengenakan celana pendek dan ikat kepala serta bertelanjang dada.

Mereka menjalankan atraksi pukul-memukul sapu lidi dari tulang daun pohon mayang atau pohon enau.

4. Makan Patita

Makan Patita biasanya dijalankan sebagai salah satu agenda hari besar. Misalnya pada HUT Kota, HUT
Indonesia, dan hari besar lainnya. Makan Patita sendiri biasanya dilakukan secara bersama-sama dengan
menu khas Maluku. Misalnya ikan asar, patatas rebus, singkong rebus, hingga kokohu.

Setiap rumah akan memasak menu tersebut dalam jumlah banyak. Kemudian hasil masakannya akan
dibawa ke lokasi dan dimakan bersama-sama.
5. Malam Badendang

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang Maluku dikenal memiliki solidaritas tinggi. Dalam
kebudayaannya pun ada Malam Badendang yang berarti malam untuk menari dan bergoyang.
Kebudayaan tersebut ditujukan untuk membangun kebersamaan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.

Para peserta di Malam Badendang akan berdansa dan menari tarian orlapei dan katreji. Acara Malam
Badendang ini dilakukan semalam suntuk dan biasanya akan dimeriahkan dengan musik karaoke serta
makanan khas Maluku.

6. Makan pisang goreng dan minum teh manis

Orang Maluku sangat gemar makan pisang goreng didampingi teh manis. Bagi mereka, kebiasaan
tersebut sudah mengakar sejak dulu. Kebiasaan tersebut dilakukan di setiap kesempatan.

Baik itu ketika bersantai, menyuguhi tamu, dll. Biasanya makan pisang goreng dengan teh manis
dilakukan pada pagi dan sore hari.

7. Tidak bisa makan tanpa ikan laut

Dari kebiasaan makan pun mereka memiliki kebiasaan khas. Kebanyakan sangat gemar makan ikan.
Bahkan selera makan orang Maluku akan hilang tanpa adanya ikan di hidangan makannya.

Selain tak bisa makan tanpa ikan laut, orang Maluku juga memiliki porsi makan lebih banyak
dibandingkan suku lainnya di Indonesia. Kegiatan fisik yang begitu menguras tenaga mungkin saja
membuat porsi makan orang Maluku lebih besar.

8. Upacara Fanglea Kidabela

Di Kepulauan Tinmbar, Maluku Tenggara Barat memiliki upacara Fangnea Kidabela yang bertujuan
memperkokoh hubungan sosial di Tanimbar. Peraturan kehidupan sosial dan persaudaraannya
ditempatkan dalam bentuk Duan Lolat dan Kidabela.
Duan Lolat mengatur hubungan sosial masyarakat secara luas. Sedangkan hubungan antar dua desa atau
lebih diwujudkan dalam bentuk Kidabela.

9. Budaya Arumbae

Arumbae merupakan kebudayaan ebrlayar yang dimiliki masyarakat Maluku. Masyarakat Maluku
memang begitu lekat dengan dunia kelautan. Dalam Budaya Arumbae disebutkan bahwa laut
merupakan medan kehidupan yang mesti dihadapi.

Tak heran melalui kebudayaan ini, masyarakat Maluku juga menjadikan laut sebagai jembatan
persaudaraan yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya.

Budaya Arumbae pun terlihat dalam karya seni. Misalnya syair kata tujuh ya nona, ditambah tujuh,
hingga sapuluh ampa ya nona dalang parao. Lagu daerah pun menyimbolkan budaya tersebut.

10. Sasahil dan Nekora

Sasahil dan Nekora merupakan tradisi masyarakat adat di Siri Sori Islam dan Siri Sori Kristen yang ada di
Pulau Saparua. Sedangkan di desa Telalora, Nekora memiliki basis nilai tolong-menolong antar
masyarakatnya.

Nilai tradisi ini terletak pada proses pelaksaannya. Budaya tersebut memiliki basis solidaritas yang
sangat kuat serta mampu menciptakan relasi saling memberi dan menerima pertolongan antar warga.

Misalnya dalam pekerjaan berat untuk mendirikan rumah, dan pekerjaan berat lainnya. Kedua tradisi ini
masih dipelihara dengan sangat baik sampai saat ini.

11. Hibua Lamo

Hibua Lamo merupakan rumah besar yang menjadi simbol adat di Halmahera Utara. Budaya tersebut
juga menjadi simbol pemerintahan yang ada di kabupaten tersebut.
Meskipun memiliki sejumlah rumah adat, namun Hibua Lamo merupakan pemersatu semua etnis.
Konstruksinya dari nilai-nilai hidup dalam masyarakat. Konsep Nanga Tau Mahirete atau rumah kita
bersama begitu kuat diembannya.

Bentuk alam Maluku yang berupa kepulauan juga menjadi simbol yang ada pada rumah adat ini.

12. Batu Pamali

Batu Pamali termasuk mikrosmos yang dimiliki masyarakat adat Maluku. Bentuknya sendiri merupakan
batu alas atau dasar yang menjadi basic berdirinya sebuah negeri adat.

Letaknya di samping rumah Baileo dan menjadi representasi kehadiran leluhur di kehidupan masyarakat.
Batu Pamali juga dikenal sebagai bentuk penyatuan soa dalam negeri adat.

Penyatuan tersebut juga termasuk negeri adat dengan pemeluk agama yang berbeda-beda.

13. Bagea

Bagea merupakan makanan khas Maluku yang memiliki tiga jenis. Yaitu Bagea Kenari, Kelapa dan Gula.
Makanan khas ini berbahan dasar berbeda-beda tergantung jenis yang akan dibuat.

Misalnya Bagea Gula terbuat dari tepung sagu yang dicampur gula merah. Bagea Kelapa terbuat dari
adonan kelapa setengah matang dan tepung sagu. Sedangkan Bagea Kenari berbahan dasar tepung sagu
dan buah kenari.

Selain sebagai kuliner khas, Bagea juga memiliki nilai historis yang sangat tinggi.

14. Sagu Tumbuh


Kuliner memang menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Maluku. Sagu Tumbuh merupakan
kuliner khas yang memiliki cita rasa unik. Sumber bahan utamanya dari paduan tepung sagu kering,
kenari dan gula merah.

Kemudian ketiganya diolah secara tradisional dan ditumbuk dalam lesung. Setelah matang, aroma Sagu
Tumbuh pun begitu harum dengan rasa manis.

Anda mungkin juga menyukai