Anda di halaman 1dari 15

PAPER

KEBUDAYAAN SUKU SASAK YANG MEMBERI MAKAN


NASI PAPAH PADA BAYI

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Rina Setiawati (6411419017)


2. Hanik Anur Maria (6411419018)
3. Nudia Ikrima A. (6411419032)
4. Meylia Anggarita K.W (6411419033)
5. Olivia Nurul Hikmah (6411419037)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya dengan beragam suku dan budaya, yaitu
sekitar 300 suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing. Diantara
suku – suku diatas, disini kita akan membahas tentang Suku Sasak yang hidup di
Pulau Lombok yang tinggal di dusun Sade, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah
suku lainnya, seperti Suku Mbojo (Bima), Dompu, Samawa (Sumbawa), Jawa dan
Hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di
antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa
Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam. Umumnya, kepala
keluarga suku ini bekerja sebagai petani, sedangkan kaum wanitanya memiliki
sambilan sebagai penenun kain. Hasil Tenunan dipajang di teras rumah atau di
gazebo yang ada di sekitar rumah. Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri
lorong kecil dari rumah ke rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah
adat suku Sasak yang disebut bale tani. Keunikan dari rumah adat suku Sasak adalah
lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi. Menurut
mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki
arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan
kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat
memerlukan kerbau untuk membajak sawah.

Budaya lain yang masih ada hingga sekarang salah satunya yaitu Nasi
Papah. Nasi papah yaitu nasi yang dilumatkan dengan mulut yang kemudian
diberikan kepada bayi dan itu sudah berlangsung secara turun temurun. Menurut
penduduk Pulau Lombok, nasi papah mempunyai pengaruh besar pada
perkembangan tubuh dan kecerdasan anak serta percaya bahwa bayi juga
memerlukan makanan pendamping selain ASI. Dari Pemaparan diatas, nampak
jelas terlihat banyak sekali hal yang perlu kita ketahui secara mendalam tentang
Suku Sasak, sehingga dapat memperluas khasanah keilmuan dan untuk lebih
memahami bahwa indonesia mempunyai berbagai suku dan adat istiadat masing-
masing sehingga kita mempunyai bekal untuk manentukan sikap dan jalan apa yang
paling tepat untuk menyikapinya. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa adat
istiadat maupun tradisi Suku Sasak yang berkaitan dengan aspek kesehatan,
diantaranya yaitu pemberian Nasi Papah, Pakpak, dan tradisi Suku Sasak saat
persalinan.
BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian nasi papah

Nasi Papah atau dalam bahasa Lombok “Nasi Papak” yaitu makanan yang
telah dipapah atau dilumatkan dengan mulut ibu yang kemudian diberikan kepada
bayi. Budaya ini masih tetap berlangsung dari turun temurun di beberapa bagian
Pulau Lombok, yaitu Kabupaten Lombok Timur, khususnya di daerah-daerah
pinggiran yang agak terisolir. Budaya nasi papah tersebut menjadi permasalah
dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif. Tetapi dalam
penyelesaiannya dan penanganannya sangat sulit karena masyarakat di Kabupaten
Lombok Timur ini sudah memegang kepercayaan akan kebudayaannnya dari turun
temurun.

2.2. Sisi Budaya

Foster dan Andersen, 1986 mengatakan bahwa makanan adalah suatu


konsep budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya mengatakan zat ini sesuai
bagi kebutuhan kita. Sedemikian kuat kepercayaan-kepercayaan kita mengenai apa
yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan sehingga terbukti
sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional
mereka demi kepentingan kesehatan dan gizi yang lebih baik.
Nasi Papah dari Sisi Budaya Praktik pemberian nasi papah tersebut
berlangsung sangat lama dan diteruskan secara turun temurun. Sebagian Ibu-ibu
percaya bahwa anak-anak memerlukan makanan untuk dapat tumbuh dan
berkembang. Untuk itu diperlukan makanan yang tersedia setiap saat dan tidak
membahayakan kesehatan baik dari segi ukuran maupun teksturnya. Indikator yang
dapat dilihat untuk dapat menentukan kekenyangan seorang bayi adalah apabila dia
terus menerus menangis walaupun sudah diberikan ASI. Untuk memenuhi
kebutuhan bayi maka ibu-ibu atau nenek akan memberikan berbagai jenis makanan
mulai dari madu, pisang, bubur dan lain sebagainya.
Namun masih ada sebagian masyarakat yang tinggal di daerah-daerah
tertentu yang masih menerapkan kebiasaan memberikan nasi papah kepada
bayinya. Nasi papah adalah nasi yang dikunyah terlebih dahulu sebelum diberikan
kepada bayinya. Bahkan ada yang sengaja menyimpan untuk beberapa kali
pemberian makanan. Kebiasaan memberikan makanan kepada bayi berupa nasi
papah didapatkan secara turun temurun, dan ini merupakan bentuk kearifan lokal
tentang hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya. Kebudayaan nasi papah
juga masih berlangsung sampai sekarang bukan hanya dengan anggapan bahwa
anak-anak memerlukan makanan untuk berkembang sehingga harus diberikan
madu, pisang, bubur dan sebagainya, dan juga dengan kepercayaan bahwa nasi
papah adalah kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang harus dijalani
secara turun temurun.
Kebudayaan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan meliputi system idea
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi, seni dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Banyak hal yang belum bisa dijelaskan secara nyata
tentang pemberian nasi papah tersebut. Ada beberapa factor yang menyebabkan
orang memilih suatu budaya terutama dalam makanan antara lain adanya nilai
makanan, pantangan agama, takhayul dan kepercayaan tentang kesehatan.
Istilah sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
lain, yang kemudian disebut superorganic. Nasi papah mungkin sudah ada ratusan
atau ribuan tahun lalu, masyarakat pulau Lombok terus berkembang dan
penduduknya terus bertambah dari tahun ketahun salah satunya karena Orang-orang
banyak yang beremigran kelombok. Begitu pula dengan budaya nasi papah yang
terus dijalani turun temurun. Budaya tersebut tidak hanya turun temurun diturunkan
dan diikuti oleh penduduk asli Lombok saja tetapi juga terhadap orang yang bukan
penduduk asli Lombok. Penduduk yang bukan asli Lombok yaitu orang-orang yang
beremigran kelombok. Orang-orang yang yang beremigran kepulau Lombok
otomatis akan bergaul dengan masyarakat disekitar, beradaptasi dengan lingkungan
dan akan mempelajari budaya setempat, salah satunya yaitu budaya nasi papah.
Mungkin pertama-tama orang akan memanggap budaya tersebut aneh dan berbeda
dari budaya lain atau budaya tempat tinggalnya dulu. tetapi, setelah lama tinggal
dan bergaul dengan masyarakat dilingkungannya lama-kelamaan orang tersebut
akan dipengaruhi dan mengikuti budaya tersebut dan secara turun temurun akan
tetap diikuti.

2.3. Sisi Agama

Sebagian masyarakat memberikan nasi papah berdasarkan keyakinan


agama bahwa Rasulullah Muhammad SAW pernah memberikan papahan kurma
kepada anak-anak atau bayi-bayi. Begitu juga dengan anjuran memberikan madu
pada bayi yang baru lahir. Dari ringkasan tersebut tentang darimana asal usul dan
adanya kepercayaan pemberian nasi papah, mungkin orang bertanya-tanya jika
memang pemberian nasi papah adalah anjuran Rasulullah Muhammad SAW
mengapa budaya nasi papah hanya ada di Pulau Lombok dan tidak di pulau-pulau
lain, dan mungkin orang-orang bertanya-tanya sejauhmana keshahihan hadist-
hadist tersebut sehingga menjadi budaya di Pulau Lombok. Masyarakat Pulau
Lombok terkenal dengan rasa kebersamaan, rasa social yang tinggi, apalagi dalam
bentuk kebudayaan. Memang di Lombok Timur masih memberikan nasi papah
pada bayinya dengan anggapan bahwa anak-anak memerlukan makanan untuk
dapat tumbuh dan berkembang. tetapi, ditempat lain para ibu-ibu memberikan nasi
papah pada anak-anaknya.

Dengan kepercayaan bahwa memberikan nasi papah adalah anjuran


Rasulullah Muhammad SAW. Dengan budaya yang berbeda anggapan dan
kepercayaan tersebut, masyarakat pulau Lombok tidak pernah saling cela dan saling
beranggapan bahwa adanya budaya nasi papah memang dari kepercayaannya dan
bukan dari anggapan orang dan mereka tidak pernah melupakan dan meninggalkan
budaya tersebut walaupun banyak orang yang menganggap budaya tersebut aneh
dan berbeda dari daerah-daerah lain.
Masyarakat Lombok khususnya Suku Sasak merupakan masyarakat yang
sangat religious, sangat kuat memegang teguh aturan-aturan yang ditetapkan oleh
agama, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Sehingga budaya mereka tidak terlepas dari pengaruh agama islam. Para ulama
yang di sana disebut “Tuan Guru” merupakan tokoh kunci dalam melakukan
penetrasi budaya pemberian nasi papah ini. Tuan guru-tuan guru yang ada biasa
dijadikan tokoh panutan untuk mengubah kebiasaan itu baik melalui ceramah-
ceramah keagamaan di masjid-masjid, surau-surau, ataupun pada acara majlis
taqlim ibu-ibu. Tuan guru dapat dijadikan penghubung yang tepat untuk
menjembatani kerancuan pemahaman masyarakat tentang alasan memberikan nasi
papah tersebut. Misalnya, shahihkah hadist-hadist yang dijadikan rujukan
pemberian nasi papah tersebut atau bagaimanakah sebenarnya perilaku yang
ditunjukkan oleh rasulullah SAW. Hal ini bisa dijelaskan secara lebih tepat oleh
para tuan guru atau kyai-kyai tersebut. Disamping dikaji secara keagamaan maka
para tuan guru perlu dibekali tentang pemahaman mengenai nasi papah dari tinjauan
kesehatan, sehingga mereka dapat menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh
para ibu-ibu tersebut.

2.4. Sisi Sosial

Para orang tua dan nenek-nenek menganggap bahwa nasi papah adalah
makanan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan tubuh dan daya
kemampuan otak. Serta menurut masyarakat yang memegang teguh budaya nasi
papah, mereka menilai bahwa budaya nasi papah mempunyai nilai-nilai dan norma
social yang harus dan tetap dipertahankan karena dengan alasan dapat menyatukan
perbedaan, contohnya yaitu dapat menyatukan perbedaan ras, keyakinan, pendapat
dan lain-lain.

Dalam hal perbedaan ras, masyarakat yang pindah dari daerah atau tempat
yang beda budaya, setelah pindah ke tempat yang berbudaya yang menganut
budaya nasi papah, otomatis dia juga akan menganut budaya tersebut, Karena nilai-
nilai social yang ada dalam masyarakat tersebut harus diikuti dan ditaati. mereka
yang tinggal bermasyarakat yang mempunyai aturan-aturan, harus dijalani dan
tidak boleh dilanggar. Dan didalam masyarakatnya tersebut semua para orang tua
dan nenek- neneknya memberikan nasi papah pada cucu dan anak-anaknya, tidak
mungkin jika seseorang tersebut tidak memberikan nasi papah pada anaknya jika
dia tinggal didalam masyarakt yang memegang budaya tersebut, karena menurut
masyarakat disekitar, seseorang yang tinggal didalam lingkup masyarakat
hendaknya harus mengikuti budayanya karena mengikuti budaya tersebut berarti
mentaati nilai-nilai sosial yang ada.

2.5 Bahaya atau Dampak jika Dilanggar

Masyarakat Lombok yang memberi nasi papah pada anak-anaknya memang


menganggap bahwa bila diberikan nasi papah anak-anaknya akan menjadi pintar,
sukses, dan sebagainya, anggapan tersebut menjelaskan bahwa pengetahuan dan
pemahamannya sangat minim baik dalam bidang kesehatan.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian


nilai social, norma social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
social, religious dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan
artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Nasi papah sudah menjadi bagian
dari kebudayaan masyarakat karena adanya anggapan itu sudah merupakan tradisi
yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan. Sekarang seandainya kita
menanyakan pada nenek-nenek kita dikampung, mereka akan mengatakan bahwa
kamu besar juga karena dulu diberikan nasi papah dan kenyataannya kamu bisa
hidup dan sukes seperti ini. Sehingga apabila tidak diberikan nasi papah maka anak-
anak mereka menjadi bodoh atau kurang pintar yang mengakibatkan hidup mereka
tidak sukses dikemudian hari.
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang besar terhadap
pemilihan bahan digunakan untuk dikonsumsi. Karena aspek sosio budaya
merupakan fungsi pangan dalam suatu masyarakat yang berkembang sesuai dengan
keadaan lingkungan, agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat tersebut.
Masyarakat menganggap pemberian nasi papah aman-aman saja dan tidak
menimbulkan permasalahan yang berarti bagi kesehatan. Dengan memberikan nasi
papah merupakan bentuk ekspresi kasih sayang orang tua kepada anaknya. Mereka
merasa menjadi lebih aman, tenang. Kontak air liur juga dipercaya akan
mempererat hubungan emosional antara orang tua dan si anak. Jadi, apabila
dilanggar atau pemberian nasi papah diberhentikan maka akan menyebabkan
hubungan ibu dengan anak-anaknya akan renggang.

2.6 Segi Kesehatan

2.6.1 Kandungan Nutrisi

Pemberian nasi papah jelas sangat kurang dari aspek pemenuhan


kebutuhan gizi tersebut, dimana biasanya yang dipapah hanya makanan sumber
Karbohdrat saja seperti beras dan sangat jarang ditambahkan makanan yang
lain baik makanan sumber protein maupun vitamin dan mineral.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Total Plate Count


(TPC) menunjukkan bahwa jumlah mikroba pada sampel 20 Nasi Papah dan 1
sampel kontrol terdapat 6 sampel yang memenuhi standar sesuai Peraturan
Kepala BPOM Republik Indonesia No. 16 Tahun 2016 dengan batas Mikroba
104 koloni/gram. Dan terdapat 15 sampel Nasi Papah yang tidak memenuhi
standar.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Nasi Papah ini tidak Layak diberikan
kepada Bayi. Jika diberikan dapat menyebabkan potensi penularan penyakit
yang akan berdampak tidak baik bagi kesehatan Anak.Karena dari hasil
penelitian pemeriksaan Bakteriologi Nasi Papah bahwa kandungan mikroba
pada nasi papah melebihi standar ketetapan BPOM dengancemaran mikroba
105 koloni/gram.

2.6.2 Porsi dan Komposisi

Porsi yang diberikan kepada bayi dalam sekali makan yaitu satu
mangkuk kecil dan bahkan jika merasa anaknya masih nangis saja maka orang
tuanya akan menambahkannya lagi.
Komposisi nasi papah yaitu hanya nasi saja tetapi terkadang juga
ditambahkan dengan pisang, madu, sayur, dan sebagainya.

2.6.3 Dampak Bagi Kesehatan

Budaya suatu daerah memang ada yang berbentuk nyata dan ada pula
yang berbentuk abstrak. Seperi halnya budaya nasi papah yang berbentuk
nyata. Makanan adalah suatu benda yang bisa dimakan yang bisa membuat
manusia kenyang. Tetapi nasi papah berbeda dari makanan yang semestinya
dimakan manusia serta yang memakannya belum waktunya untuk
memakannya. Budaya yang berbentuk nyata yang seperti ini sangat perlu
ditandatangani Karena itu menyangkut kesehatan. Orang yang melumatkan
nasi tersebut perlu diperhatikan apakah dia sehat atau malah sebaliknya Karena
pemberi nasi papah itu akan melumatkan nasi dimulutnya kemudian akan
memberikannya kepada bayi. Seandainya pemberi nasi itu berpenyakitan,
secara langsung bayi tersebut tertular melalui kontak liur.
Dampak dari pemberian nasi papah itu mungkin tidak terlihat secara
langsung tetapi, seandainya bayi telah tertular maka penyakit tersebut akan
bersarang didalam tubuhnya, hal itulah yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan serta daya pikirnya. Nasi Papah dari Pandangan Kesehatan
Sebagian besar para ahli sepakat bahwa makanan terbaik bagi bayi adalah Air
Susu Ibu karena mengandung zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi khususnya sampai berumur 6 bulan, dan setelah itu baru
diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping sesuai umunya. Air
susu ibu juga memiliki banyak kelebihan selain yang disebutkan tersebut
seperti mengandung zat antibody terutama pada ASI yang pertama keluar yang
disebut colustrum. ASI juga tidak perlu dibeli, bisa tersedia setiap saat dengan
suhu yang sesuai kebutuhan bayi dan banyak lagi manfaat lainnya. Pemberian
makanan pendamping ASI juga perlu memperhatikan tingkatan umur bayi,
dimana semakin besar umumnya maka kebutuhannya juga akan semakin
meningkat. Umumnya makanan pendamping ASI yang dibuat secara rumahan
sangat sedikit mengandung Mikronutrient yang justru sangat dibutuhkan bayi
untuk tumbuh da berkembang terutama utuk perkembangan kecerdasannya.
ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan daya tahan tubuh (sel imun) anak.
ASI mencakup semua kebutuhan bayi yang baru lahir sampai berumur 6 bulan.
Seandainya nasi papah diberikan kepada bayi dimana umurnya dibawah 6
bulan yang daya tahan tubuhnya lemah, tidak pernah terbayangkan bahwa
banyak virus yang masuk kedalam tubuhnya.
Sehingga akan sulit memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Nasi papah juga
dapat menjadi media penyebaran penyakit antara si ibu degan bayi, dimana jika
seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang
berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah
untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan
dan keamanan pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak
bisa tertular penyakit yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi
kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan si bayi, karena ibu-ibu akan
mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya.
Dan bisa juga pemberian nasi papah dapat menjadi media penyebaran penyakit
antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit
infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta
pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya misalnya
penyakit ISPA dan diare (Kruger & Gericke, 2003).
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Nasi Papah atau dalam bahasa Lombok “Nasi Papak” yaitu makanan yang
telah dipapah atau dilumatkan dengan mulut ibu yang kemudian diberikan kepada
bayi. Budaya ini masih tetap berlangsung dari turun temurun di beberapa bagian
Pulau Lombok, yaitu Kabupaten Lombok Timur, khususnya di daerah-daerah
pinggiran yang a gak terisolir.

Dengan kepercayaan bahwa nasi papah adalah kebudayaan yang diwariskan


oleh nenek moyang yang harus dijalani secara turun temurun. Tetapi ada juga
Sebagian masyarakat memberikan nasi papah berdasarkan keyakinan agama bahwa
Rasulullah Muhammad SAW pernah memberikan papahan kurma kepada anak-
anak atau bayi-bayi.
Pemberian nasi papah jelas sangat kurang dari aspek pemenuhan kebutuhan
gizi tersebut, dimana biasanya yang dipapah hanya makanan sumber Karbohdrat
saja seperti beras dan sangat jarang ditambahkan makanan yang lain baik makanan
sumber protein maupun vitamin dan mineral. Nasi papah juga dapat menjadi media
penyebaran penyakit antara si ibu degan bayi, dimana jika seorang ibu menderita
penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan
mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya.
Misalnya Tuberculosis.
Masyarakat Lombok khususnya Suku Sasak merupakan masyarakat yang
sangat religious, sangat kuat memegang teguh aturan-aturan yang ditetapkan oleh
agama, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
1. Masyarakat yang menganut kepercayaan bahwa nasi papah sangat baik
untuk bayi, maka perlu diberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai
akibat pemberian nasi papah kepada bayi karena masyarakat hanya tahu
budaya harus dipertahankan dan harus dijalani secara turun-temurun tanpa
mengetahui dampak dari budaya yang dijalani itu.
2. Perlunya kesadaran bagi orang tua dalam memperhatikan Hygine
pengolahan makanan yang akan diberikan kepada Anak guna untuk
pertembuhan dan perkembagan.
3. Perlunya Sosialisasi dari petugas kesehatan mengenai Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) sehingga pemerintah daerah seharusnya
memberikan atau mengirimkan tenaga kesehatan di Suku Sasak untuk
memberikan penyuluhan kepada mereka agar dapat mengubah mindset
Suku Sasak tentang Nasi Papak bahwa nasi tersebut sangat berbahaya bagi
bayi.
Daftar Pustaka

Angraini Sri. 1971.”Populasi dan Sampel”. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia, Jakarta.

BPOM. 2016. Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan. Diakses di


htpp://standarpangan.pom.go.id/Perka_BPOM_No_16_Tahun_2016_tent
ang_Kriteria_Mikrobiologi_dalam_Pangan_Olahan. Pada Tanggal 19
November 2019.

Eppink, Andreas. 2013. The Eppink Model And The Psychological Analysis of a
Culture.

Foster. G. M, Andersen B.G. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Graeff.J.A, Elder.J.P,Booth.E.M. 1996. Communication For Health And Behavior


Change, Gadjah Mada University Press.

H a yn i n g t y a s, A s t i .. 2015. P e r i l a ku K e s e h a t a n S u k u S a s a k. .S e m a r a n g : Universitas
Diponegoro.

Kruger R, Gericke GJ. 2003. A qualitative exploration of rural feeding and weaning
practices, knowledge and 10 attitudes on nutrition. Public Health
Nutrition.

Muzaham,Fauzi.(1995) Memperkenalkan sosiologi kesehatan. Jakarta. Universitas


Indonesia Press.

Muchina EN & Waithaka MN. 2010. Relationship between Breastfeeding Practices


and Nutritional Status of Children Aged 0—24 months in Nairobi, Kenya.
African Journal of Food.
Nurbaiti, Lina, dkk. 2014. Kebiasaan makan balita pada masyarakat Suku. Sasak:
Tinjauan 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Journal Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik Vol. 27, No. 2, tahun 2014, hal. 104-112.

Sjarkawi. G. A. 2015. Kontribusi Tradisi Nasi Papah Terhadap RisikoTerjadinya


Early Childhood Caries (ECC) di Desa Senyiur-Lombok Timur. Tesis.
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai