Disusun Oleh :
Kelompok 5
2019
BAB I
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya dengan beragam suku dan budaya, yaitu
sekitar 300 suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing. Diantara
suku – suku diatas, disini kita akan membahas tentang Suku Sasak yang hidup di
Pulau Lombok yang tinggal di dusun Sade, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah
suku lainnya, seperti Suku Mbojo (Bima), Dompu, Samawa (Sumbawa), Jawa dan
Hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di
antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa
Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam. Umumnya, kepala
keluarga suku ini bekerja sebagai petani, sedangkan kaum wanitanya memiliki
sambilan sebagai penenun kain. Hasil Tenunan dipajang di teras rumah atau di
gazebo yang ada di sekitar rumah. Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri
lorong kecil dari rumah ke rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah
adat suku Sasak yang disebut bale tani. Keunikan dari rumah adat suku Sasak adalah
lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi. Menurut
mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki
arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan
kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat
memerlukan kerbau untuk membajak sawah.
Budaya lain yang masih ada hingga sekarang salah satunya yaitu Nasi
Papah. Nasi papah yaitu nasi yang dilumatkan dengan mulut yang kemudian
diberikan kepada bayi dan itu sudah berlangsung secara turun temurun. Menurut
penduduk Pulau Lombok, nasi papah mempunyai pengaruh besar pada
perkembangan tubuh dan kecerdasan anak serta percaya bahwa bayi juga
memerlukan makanan pendamping selain ASI. Dari Pemaparan diatas, nampak
jelas terlihat banyak sekali hal yang perlu kita ketahui secara mendalam tentang
Suku Sasak, sehingga dapat memperluas khasanah keilmuan dan untuk lebih
memahami bahwa indonesia mempunyai berbagai suku dan adat istiadat masing-
masing sehingga kita mempunyai bekal untuk manentukan sikap dan jalan apa yang
paling tepat untuk menyikapinya. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa adat
istiadat maupun tradisi Suku Sasak yang berkaitan dengan aspek kesehatan,
diantaranya yaitu pemberian Nasi Papah, Pakpak, dan tradisi Suku Sasak saat
persalinan.
BAB II
Pembahasan
Nasi Papah atau dalam bahasa Lombok “Nasi Papak” yaitu makanan yang
telah dipapah atau dilumatkan dengan mulut ibu yang kemudian diberikan kepada
bayi. Budaya ini masih tetap berlangsung dari turun temurun di beberapa bagian
Pulau Lombok, yaitu Kabupaten Lombok Timur, khususnya di daerah-daerah
pinggiran yang agak terisolir. Budaya nasi papah tersebut menjadi permasalah
dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif. Tetapi dalam
penyelesaiannya dan penanganannya sangat sulit karena masyarakat di Kabupaten
Lombok Timur ini sudah memegang kepercayaan akan kebudayaannnya dari turun
temurun.
Para orang tua dan nenek-nenek menganggap bahwa nasi papah adalah
makanan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan tubuh dan daya
kemampuan otak. Serta menurut masyarakat yang memegang teguh budaya nasi
papah, mereka menilai bahwa budaya nasi papah mempunyai nilai-nilai dan norma
social yang harus dan tetap dipertahankan karena dengan alasan dapat menyatukan
perbedaan, contohnya yaitu dapat menyatukan perbedaan ras, keyakinan, pendapat
dan lain-lain.
Dalam hal perbedaan ras, masyarakat yang pindah dari daerah atau tempat
yang beda budaya, setelah pindah ke tempat yang berbudaya yang menganut
budaya nasi papah, otomatis dia juga akan menganut budaya tersebut, Karena nilai-
nilai social yang ada dalam masyarakat tersebut harus diikuti dan ditaati. mereka
yang tinggal bermasyarakat yang mempunyai aturan-aturan, harus dijalani dan
tidak boleh dilanggar. Dan didalam masyarakatnya tersebut semua para orang tua
dan nenek- neneknya memberikan nasi papah pada cucu dan anak-anaknya, tidak
mungkin jika seseorang tersebut tidak memberikan nasi papah pada anaknya jika
dia tinggal didalam masyarakt yang memegang budaya tersebut, karena menurut
masyarakat disekitar, seseorang yang tinggal didalam lingkup masyarakat
hendaknya harus mengikuti budayanya karena mengikuti budaya tersebut berarti
mentaati nilai-nilai sosial yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Nasi Papah ini tidak Layak diberikan
kepada Bayi. Jika diberikan dapat menyebabkan potensi penularan penyakit
yang akan berdampak tidak baik bagi kesehatan Anak.Karena dari hasil
penelitian pemeriksaan Bakteriologi Nasi Papah bahwa kandungan mikroba
pada nasi papah melebihi standar ketetapan BPOM dengancemaran mikroba
105 koloni/gram.
Porsi yang diberikan kepada bayi dalam sekali makan yaitu satu
mangkuk kecil dan bahkan jika merasa anaknya masih nangis saja maka orang
tuanya akan menambahkannya lagi.
Komposisi nasi papah yaitu hanya nasi saja tetapi terkadang juga
ditambahkan dengan pisang, madu, sayur, dan sebagainya.
Budaya suatu daerah memang ada yang berbentuk nyata dan ada pula
yang berbentuk abstrak. Seperi halnya budaya nasi papah yang berbentuk
nyata. Makanan adalah suatu benda yang bisa dimakan yang bisa membuat
manusia kenyang. Tetapi nasi papah berbeda dari makanan yang semestinya
dimakan manusia serta yang memakannya belum waktunya untuk
memakannya. Budaya yang berbentuk nyata yang seperti ini sangat perlu
ditandatangani Karena itu menyangkut kesehatan. Orang yang melumatkan
nasi tersebut perlu diperhatikan apakah dia sehat atau malah sebaliknya Karena
pemberi nasi papah itu akan melumatkan nasi dimulutnya kemudian akan
memberikannya kepada bayi. Seandainya pemberi nasi itu berpenyakitan,
secara langsung bayi tersebut tertular melalui kontak liur.
Dampak dari pemberian nasi papah itu mungkin tidak terlihat secara
langsung tetapi, seandainya bayi telah tertular maka penyakit tersebut akan
bersarang didalam tubuhnya, hal itulah yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan serta daya pikirnya. Nasi Papah dari Pandangan Kesehatan
Sebagian besar para ahli sepakat bahwa makanan terbaik bagi bayi adalah Air
Susu Ibu karena mengandung zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi khususnya sampai berumur 6 bulan, dan setelah itu baru
diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping sesuai umunya. Air
susu ibu juga memiliki banyak kelebihan selain yang disebutkan tersebut
seperti mengandung zat antibody terutama pada ASI yang pertama keluar yang
disebut colustrum. ASI juga tidak perlu dibeli, bisa tersedia setiap saat dengan
suhu yang sesuai kebutuhan bayi dan banyak lagi manfaat lainnya. Pemberian
makanan pendamping ASI juga perlu memperhatikan tingkatan umur bayi,
dimana semakin besar umumnya maka kebutuhannya juga akan semakin
meningkat. Umumnya makanan pendamping ASI yang dibuat secara rumahan
sangat sedikit mengandung Mikronutrient yang justru sangat dibutuhkan bayi
untuk tumbuh da berkembang terutama utuk perkembangan kecerdasannya.
ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan daya tahan tubuh (sel imun) anak.
ASI mencakup semua kebutuhan bayi yang baru lahir sampai berumur 6 bulan.
Seandainya nasi papah diberikan kepada bayi dimana umurnya dibawah 6
bulan yang daya tahan tubuhnya lemah, tidak pernah terbayangkan bahwa
banyak virus yang masuk kedalam tubuhnya.
Sehingga akan sulit memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Nasi papah juga
dapat menjadi media penyebaran penyakit antara si ibu degan bayi, dimana jika
seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang
berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah
untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan
dan keamanan pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak
bisa tertular penyakit yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi
kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan si bayi, karena ibu-ibu akan
mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya.
Dan bisa juga pemberian nasi papah dapat menjadi media penyebaran penyakit
antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit
infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta
pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya misalnya
penyakit ISPA dan diare (Kruger & Gericke, 2003).
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Nasi Papah atau dalam bahasa Lombok “Nasi Papak” yaitu makanan yang
telah dipapah atau dilumatkan dengan mulut ibu yang kemudian diberikan kepada
bayi. Budaya ini masih tetap berlangsung dari turun temurun di beberapa bagian
Pulau Lombok, yaitu Kabupaten Lombok Timur, khususnya di daerah-daerah
pinggiran yang a gak terisolir.
Eppink, Andreas. 2013. The Eppink Model And The Psychological Analysis of a
Culture.
H a yn i n g t y a s, A s t i .. 2015. P e r i l a ku K e s e h a t a n S u k u S a s a k. .S e m a r a n g : Universitas
Diponegoro.
Kruger R, Gericke GJ. 2003. A qualitative exploration of rural feeding and weaning
practices, knowledge and 10 attitudes on nutrition. Public Health
Nutrition.