Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN
KONSEP SEHAT SAKIT SUKU TORAJA

NAMA KELOMPOK :

1. ALDA AULIA M. (1810033035)


2. BAGUS HARYADI D. (18100330
3. CHUSNUL CHATIMAH (18100330
4. FITRI KHAIRUNNISA (18100330
5. GEBY AURELIA N. (18100330
6. JAMIYATUL ADAWIYAH (1810033001)
7. NADIA FERLITA (1810033031)
8. NURUL AZZAHRAH (181003302)
9. ROTUA HOTMAULI S. (1810033052)

PRODI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang berjudul
“Konsep Sehat Sakit suku Toraja”. Berkat bimbingan pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak maka Tugas ini dapat terselesaikan. Kami menyadari
keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun Makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.

Samarinda, Februari 2020

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,


perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit. Perilaku sakit merupakan perilaku orang
sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan
menginterpretasikan gejala yang dialami melakukan upaya penyembuhan;
dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang


memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah
laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang
sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan
pengakuan sosial budaya bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.

B. TUJUAN
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa mengenai antropologi kesehatan, konsep sehat sakit
menurut suku Toraja. Sehingga dengan pembahasan ini memudahkan
mahasiswa untuk mengaplikasikannya dalam kesehatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kesehatan dan Penyakit


Wolinsky menjelaskan bahwa bagi dokter simtom dan tanda penyakit
merupakan bukti gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan
penaganan medis. Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan
simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya mengemukakan beberapa
keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini.
Definisi medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup
baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas
pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut Mechanic
definisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat
dan orang sakit.
Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam
pandangan lum. Belum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas
tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial.
Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU N0. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan.
Menurut definisi parson seseorang dianggap sehat manakala ia
mempunyai kapasitas optimun untuk melaksanakan peran dan tugas yang
telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara
ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut parson pula, kesehatan sosiologis
seseoranh bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya
dalam masyarakat.
Ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi
tersebut diatas serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil
penelitian di inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi
negatif, definisi fungsional dan definisi positif.
Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang
kesinambungan sistem sosial. Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu
rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi mengganggu berfungsinyanya
sisitem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota
masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain menganggu
berfungsinya ,manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun
menganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan
morbilitas. Menurut Parson ini disebabkan karena penyakit mengganggu
berfungsinya seseorang sebagai anggota masyarakat dan penyakit apalagi
kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan
biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat.

B. Tipologi Sehat dan Perilaku Sakit


Wolinsky membedakan delapan macam keadaan sehat yaitu sehat secara
normal, pesimis, sakit secara sosial, hipokondrik, sakit secara medis, martir,
optimis dan sakit serius.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan
perilaku sakit. Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada
kaitannya dengan penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenalpula konsep
lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan. Tanggapan sesseorang
terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic
menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan
baik si penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit
seseorang. Untuk memperdalam pemahaman andamengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut! Scamble menawarkan suatu klasifikasi yang lebih
singkat, yang terdiri atas enam kategori.
C. Kesehatan dan Penyakit dari Sudut Pandang Sosial
1. Pengertian dan konsep penyakit

Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease


dan illness. Bagi Conrad dan Kern disease merupakan gejala biofisilogi
yang mempengaruhi tubuh. Menurut Field disease adalah konsep medis
mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut para ahli dapat
diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan disease
sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau
tekanan lingkungan, baginya disease bersifat objektif.

Bagi Conrad dan Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai
atau mengelilingi disease. Bagi Field illness adalah perasaan pribadi
seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Sarwono merumuskan
illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman menderita
penyakit; baginya maupun bagi Field illness bersifat subjektif.

Muzaham menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan


illness menjadi keadaan sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan
istilah disease menjadi penyakit, tetapi menerjemahkan istilah illness
menjadi sakit.

Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut


definisi Foster, sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang
usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah
maupun keterampilan anggota kelompok yang mendukung system
tersebut. Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal dalam
berbagai sistem medis tersebut.

Penyakit merupakan suatu produk budaya. Menurut Geest dalam


masyarakat berbeda penyakit dinyatakan secara berbeda, dijelaskan
secara berbeda, dan dikonstruksikan secara berbeda pula.
2. Kontruksi Sosial Mengenai Penyakit

Sejumlah pengamat masalah kesehatan mengemukakan bahwa


penyakit merupakan konstruksi sosial. Contoh mengenai penyakit
sebagai konstruksi sosial ini antara lain disajikan oleh Conrad dan Kern,
yang membahas konstruksi sosial perempuan sebagai makhluk lemah dan
tidak rasional yang terkungkung oleh faktor khas keperempuanan seperti
organ reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk
mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai
gangguan kesehatan yang memerlukan terapi khusus. Contoh berikut
disajikan oleh Diederiks, Joosten dan Viaskamp, yang mengkhususkan
pembahasan mereka pada konstruksi sosial cacat fisik dan mental.
Contoh lain disajikan oleh Brumberg, yang membahas untuk
memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut! Konstruksi sosial gejala anorexia nervosa di kalangan
perempuan Barat. Contoh terakhir bersumber pada tulisan Nijhof, yang
didasarkan pada otobiografi pengidap penyakit kronis.

D. Kesehatan dan Faktor Sosial

Hubungan Kesehatan dengan Kelas Sosial, Gaya Hidup, dan Jenis


Kelamin. Penyakit tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk .
Masalah kelompok mana yang menderita penyakit apa merupakan bidang
kajian yang dinamakan epidemiologi.

Data dari berbagai Negara memaparkan adanya hubungan antara


kesehatan dan kelas sosial. Perbedaan mortalitas antar kelas disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti penyakit jantung isemia, kanker paru-paru, penyakit
serebrovaskular, bronchitis, kecelakaan kendaraan bermotor, pneumonia dan
bunuh diri.

Meskipun antara dua Negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan


Nevada, tidak dijumpai banyak perbedaan di bidang pendapatan per kaita,
persentase penduduk yang tinggal di perkotaan, jumlah dokter per 100.000
penduduk, rata rata tingkat pendidikan formal penduduk, struktur usia
penduduk, komposisi ras, perbandingan laki-laki dan perempuan serta
lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai perbedaan mencolok di
berbagai bidang kesehatan. Penjelasannya dicari pada perbedan gaya hidup
penduduk kedua Negara bagian tersebut. Dari kasus ini disimpulkan bahwa
tersediannya sarana kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan
sendirinya menjamin kesehatan masyarakat.

Ketidaksamaan distibusi morbiditas dan mortalitas kita jumpai pula


antara laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor yang terkait dengan
perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan perbedaan perilaku, antara lain
disebabkan perbedaan sosialisasi peran.

Merokok yang mengakibatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit


tertentu merupakan kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak
dilakukan oleh kaum laki-laki daripada oleh kaum perempuan. Hal yang sama
berlaku bagi konsumsi minuman keras.

Faktor sosial lain yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan


perempuan ialah kenyataan bahwa laki-laki dan perempuan ialah kenyataan
bahwa laki-laki lebih sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang
berbahaya. Temuan menarik lain ialah adanya perbedaan mortalitas laki-laki
dan perempuan dalam angka bunuh diri. Dalam kasus tertentu faktor sosial
justru mengakitbakan mortalitas lebih tinggi di kalangan perempuan.

Hubungan kesehatan dengan usaha dan etnisitas

Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya


usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit
kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan
pelayana kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan
semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak
teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor enkonomi.
Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem
diskriminasi yang mengandung streotip yang menggambarkan orang usia
lanjut sebagai orang sakit, miskin dan kesepian.

Data dari berbagai masyarakat sering menunjukkan bahwa etnisitas atau


ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Salah satu faktor yang
menyebabkan perbedaan kesehatan antara kelompok mayoritas etnik dan ras
dengan kelompok minoritas ialah kelas sosial. kemiskinan yang gawat,dan
kelangkaan akses kepelayanan kesehatan dasar. Upaya yang disarankan ialah
pengalihan upaya pencegahan meupiun pengobatan dari rumah sakit, klinik,
dan ruang gawat darurat ke pelayanan langsung ke komunistas berisiko paling
tinggi, dan kampanye pendidikan intensif. Temuan lain yang menyangkut
perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda
kulit putih dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer karena
alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda kulit hitam.
Perbedaan ini diduga disebabkan karea orang kulit putih lebih mudah
menjalankan peran sakit daripada orang kulit hitam.

Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas etnik


yang menetap di Inggris menunjukkan lebih tingginya pravalensi morbiditas
dan mortalitas tertentu dikalangan kelompok etnis tertentu daripada di
kalangan penduduk setempat.

Perbedaan sistem medis antara kaum migran dan penduduk setempat pun
merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.

E. Petugas Kesehatan

1. Dokter dan pasien

Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi


dipelopori Henderson. Diantara berbagai tema sosiologi yang dikajinnya
kita jumpa tema konsep sistem dan sistem sosial serta tema sosiolgi
medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh
Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis
modern.

Salah satu tulisan parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi


kesehatan dimuatnya dalam buku the social system. Baginya praktik
medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi
penyakit para anggota masyarakat. Salah satu sumbangan pikiran penting
parsons bagi sosiologi ialah lima pasang variable pola. Parsons
membahas pula peran sakit. Baginya sakit merupakan suatu peran sosial,
dan seseorang yang sakit merupakan suatu peran sosial, dan seseorang
yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban sosial. Menurut
parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan ketidakberdayaan
dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan
keterlibatan emosional. Menurut parsons peran dokter berpusat pada
tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong
penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk
melaksanakan tanggung jawab nya ini dokter diharapkan untuk
menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu
kedokteran dan teknik-teknik yang didasarkan kepadanya.

Untuk kepentingan penyembuhan pasien tidak jarang hubungan


dokter-pasien melibatkan hal yang bersifat sangat pribadi. Disamping
kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat menanyakan hal sangat
pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang lain. Sumber
ketegangan lain yang dikemukakan parsons ialah adanya ketergantungan
emosional pada dokter

2. Pendekatan teoritis dan kajian empiris

Menurut pekatan interaksionisme simbolik baik dokter maupun


pasien mempunya gambaran mereka sendiri mengenai kenyataan sosial,
yang mempengaruhi interaksi diantara mereka. Kajian interaksionisme
simbolik terhadap hubungan dokter-pasien menekankan pada
kesenjangan dalam harapan dan kemungkinan terjadinya konflik.

Pandangan parsons mengenai peran sakittelah memperoleh


tanggapan sejumlah ahli sosiologi. Empat hal yang dipermasalahkan oleh
para ahlim sosiologi ialah tipe penyakit, keanekaragaman dalam
tanggapan individu dan kelompok, hubungan petugas kesehatan dengan
pasien, dan orientasi kelas menengah.

Sejalan dengan perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang


berhubungan dengan bantuan kepada dokter dalam pelaksanaan
tugasnya. Pekerjaan kesehatan non-dokter ini dalam literature sering
disebut sebagai paraprofesi. Ciri utama yang membedakan status profesi
dengan pekerjaan ialah ada-tidaknya otonomi. Oleh kerena petugas
kesehatan non-dokter tidak memiliki otonomi profesional melainkan
didominasi dan dikendalikan oleh dokter maka pekerjaan mereka di
golongkan ke dalam okupasi, bukan profesi.

Perbedaan lain antara kelompok para profesi dengan profesi dokter


ialah bahwa pekerja kesehatan non-dokter ialah bahwa pekerja kesehatan
non-dokter lebih responsive terhadap pasien dan lebih berorientasi pada
mereka daripada para dokter. Perawat merupakan para profesin yang
paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dan dibagi dalam dua periode:
zaman sebelum dan sesudah florance nightingle perawat dianggap
sebagai pengganti ibu. Setelah itu, florance nightingle mengubah citra
perawat dari pengganti ibu menjadi perawat profesional.

F. KESEHATAN dan LINGKUNGAN

1. Kesehatan dan Lingkungan fisik

Lingkungan mempunyai dampak terhadap berbagi segi kehidupan


mesyarakat. Dalam membahas dampak lingkungan terhadap kesehatan
para ahli membedakan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Dalam bencana buatan manusia umumnya masyarakat baru memulai
memikirkan langkah-langkah untuk menanggulangi dampak negative dan
mencegah terulangmya peristiwa serupa setelah dampak negative
tersebut terwujud.

Suatu masalah kesehatan lingkungan yang kini dihadapi masyarakat


yang melaksanakan industrialisasi ialah pencemaran air. Pemanfaatan air
tercemar untuk kebutuhan setiap hari mengakibatkan kematian dan
berbagai penyakit.

Penurunan kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau


debu dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan.
Pencemaran udara karena kebakaran hutan telah membawa berbagai
dampak negatif bagi kesehatan lingkungan. Penduduk daerah perkotaan
yang menghirup udara yang tercemar gas buangan kendaraan bermotor
serta kotoran dan gas yang di salurkan melalui cerobong asap pabrik
menghadapi risiko terkena berbagai penyakit. Banyak warga masyarakat
dalam jangka waktu lama berada di ruang tertutup dengan udara yang
didinginkan alat penyejuk menghirup udara tercemar sehingga
menghadapi risiko terkena berbagai gangguan kesehatan, seperti asma.

Kesehatan terancam pula oleh berbagai bentuk lain pencemaran


lingkungan fisik. Lalu lintas pun merupakan lingkungan fisik yang
mempengaruhi kesehatan manusia. Lingkungan fisik lain yang
diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan kesehatan ialah
perumahan, hidup berkerumunan dan kepadatan penduduk. Sering kali
berbagai jenis pencemaran terjadi secara bersamaan.

2. Kesehatan dan Lingkungan Sosial


Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia
sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat mereka marah,
frustasi, atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis, dan
Umberson mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya
hubungan antara hubungan sosial dan kesehatan. Antara lain di
kemukakan pada arti penting social support bagi kesehatan.
Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga
masyarakat dengan berbagai ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke
kawasan lain. Ada pula warga masyarakat yang berupaya
menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat
bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering
diikuti dengan berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap
bertanggung jawab.
Tindakan terhadap organisasi yang mencemari kesehatan lingkungan
fisik melibatkan berbagai pihak, seperti community at risk, berbagai
kelompok dan organisasi lain yang peduli terhadap komunitas berisiko,
dan pemerintahan. Sasaran tindakan komunitas berisiko beserta
pendukung mereka ini umumnya terdiri atas perusahaan milik negara
atapun swasta yang proses produksi atau distribusinya membahayakan
kesehatan karyawannya atau lingkungan sekitarnya atau yang
memproduksi atau mengedarkan produk yang dianggap membahayakan
kesehatan konsumennya. Tindakan dapat pula ditujukan pada instalasi
yang direncanakan akan dibangun karena dikhawatirkan akan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Tindakan memperjuangkan kesehatan lingkungan tersebut ada yang
berbentuk perilaku kolektif dan ada yang berbentuk gerakan sosial. Pihak
yang dituntut biasanya akan menempuh berbagai upaya hukum maupun
politik untuk mempertahankan kepentingan ekonominya atau bahkan
untuk melakukan tuntutan balik.
G. UPAYA KESEHATAN

Dalam upaya pencegahan medis dibedakan menjadi 3 jenjang intervensi


klinis, yaitu pencegahan primer,skunder,tertier. Ada pembedan antara tiga
jenjang pencegahaan, yaitu pencegahaan pada jenjang medis, pencegahaan
pada jenjang prilaku, dan pencegahaan pada jenjang struktur

Upaya Preventif : Kasus HIV/AIDS

HIV merupakan jenis virus yang ditularkan dari seseorang ke orang lain
melalui pertukaran darah atau cairan tubuh. Oleh karena mengakiatkan
defesiensi pada ketahanan tubuh manusia maka virus ini diberi nama HIV
Adanya berbagai penyakit tertentu merupakan sindrom yang menjadi indikasi
bahwa orang dengan HIV telah mengidap apa yang dinamakan penyakit
AIDS.

Mengingat bahwa infeksi HIV/AIDS cenderung terjadi dikalangan orang


yang beresiko tinggi maka dan gaya hidup ini lah yang menjadi sasaran
intervensi upaya pencegahan. Dikalangan para permehati masalah HIV/AIDS
dikenal apa yang dinamakan rumus ABC: abstinence (abstinensi), befaithful
(setialah) dan kondom (condom). Pencegahan dilakukan dengan kegiatan
yang biasanya dinamakan KIE (komunikasi, informasi, edukasi). Kegiatan
KIE bertujuan mengubah perilaku< pengerahuan, sikap, dan keyakinan warga
masyarakat.

H. SISTEM MEDIS ALTERNATIF

Makna dan Pengertian Sistem Alternatif

Dalam berbagai masyarakat kita menjumpai lebih dari satu system medis.
adalah system medis yang berkembang dalam masyarakat Barat dan yang
oleh para ahli diberi berbagai nama. Diluar itu, ada system medis masyarakat
non- Barat, tradisional, rakyat (folk medicine), pribumi, non- Untuk
memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan
berikut! ilmiah. dalam system pelayanan kesehatan kita yang dinamakan
pengobatan Tradisonal ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan.

Klien membuat kalsifikasi dengan membedakan tiga macam pelayanan


medis local (local Health care systems) yaitu system pelayanan kesehatan
popular (popular) system pelayanan kesehatan rakyat (folk) dan pelayanan
kesehatan professional yang berorientasi ke biomedis barat.

Salah satu bentuk system medis alternative, menurut Conrad dan kern,
terdiri atas berbagai bentuk kegiatan yang berpusat pada komunitas berupa
system medis yang bersifat swadaya dengan menekankan pada pertolongan
pada diri sendiri maupun perawatan diri sendiri

Aakster membedakan beberapa tipe system medis alternative, yaitu yang


memakai metode diagnosisatau perawatan yang menyimpang, yang
mempunyai,pandangan menyimpang mengenai, penyakit yang mempunyai
gambaran menimpang mengenai penyakit atau manusia dan system medis
Timur

Pemanfaatan Sistem Medis Alternatif

Para ahli menyebutkan bebagai alasan mengapa system medis alternative


tumbuh dan berkembang. Disebutkan bahwa system medis alternative dinilai
lebih baik dari pada system medis konensional ; adanya kesdaran bahwa
system medis konfensional pun menjadi keterbatasaan; biaya sitem medis
alternative lebih murah dari pada biaya system medis konvensional.

Kemungkinan lain adalah bahwa orang berpaling dari perawatan di


rumah ke ilmu kesehatan modrn, namun tidak memperoleh hasil yang
diharapkan sehingga terpaling ke upays tradisional

Pertumbuhan dan penyebarluasan system medis alternatifn dalam


masyrakat system medis alternative dalam masyarakat barat ada yang
berlangsung melalui suatu proses gerakan social untuk mengubah struktur
perwatan medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sitem
medis alternative tersebut.

I. BUDAYA SUKU TORAJA


Salah satu bentuk keyakinan budaya Toraja yaitu berdasarkan keyakinan
yang mereka anut seseorang yang baru saja melahirkan, membangun rumah,
panen harus melaksanakan upacara suku Toraja sebagai wujud syukur. Selain
itu, masyarakat Toraja yang menganut ajaran Aluk Todolo menyakini bahwa
orang meninggal belum dianggap “mati betul” tapi dianggap sebagai orang
sakit dan dinamakan to’ makula’ (to’ = orang dan makula’= sakit) sehingga
orang mati itu masih itu masih tetap saja disajikan makanan dan minuman
dengan nampan dan cangkir pada setiap kali orang makan sama seperti
sewaktu masih kecil (Said, 2004)
Kebiasaan masyarakat setempat mengonsumsi sirih pada sebagian
masyarakat Toraja tidak asing lagi. Mereka meyakini daun sirih dapat
menguatkan gigi sehingga terhindar dari kehilangan gigi. Tetapi pengaru
negatifnya dapat merusak jaringan penyangga gigi atau jaringan cariedental
yang menyebabkan gusi dan jaringan di bawahnya mengalami iritasi dan ini
berkepanjangan sangat mengganggu. Pada usia lanjut, biasanya akan terjad
goyangan gigi. Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur
kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada
masyarakat di daerah tertentu. Kuantitas, frekuensi dan usia pada saat
memulai makan sirih berubah oleh tradisi setempat. Beberapa pengkonsumsi
sirih melakukan setiap hari sementara orang lain mungkin makan sirih
sesekali.
Frekuensi kebiasaan makan sirih dimulai pada saat anak-anak dan
remaja, tetapi aktifitas makan sirih tersebut lebih banyak dan lebih sering
didapati pada orang dewasa baik pria dan wanita (Dentika, 2004).
BAB III

HASIL WAWANCARA

HASIL WAWANCARA

Responden 1 :
Menurut adat toraja Konsep sehat menurut mereka ialah bebas dari sakit,
kesusahan serta bebas dari kesalahan atau perbuatan yang pernah mereka lakukan.
Sedangkan, Konsep Sakit menurut adat Toraja ialah keadaan dimana seseorang
merasakan sakit ketika dia melakukan kesalahan dari perbuatan yanng pernah
mereka lalukan, contoh salah makan atau pulang senja serta pernah menyinggung
perasaan orang lain (guna-guna). Mereka meyakini adanya roh jahat yang
mengikuti mereka dan menyebabkan mereka sakit.
Pengobatan yang biasa mereka lakukan ketika mereka sakit demam, sakit
perut dan kejang biasanya mereka mengobatinya menggunakan daun sualang yang
dihancurkan terlebih dahulu lalu di balurkan ke bagian yang sakit. Apabila bayi
yang sakit ibu dari bayi tersebut harus mengunyah daun sualang tersebut lalu
dibalurkan ke bagian perut bayi.
Selain menggunakan daun sualang ada beberapa bahan yang biasa mereka
gunakan untuk kesembuhan seperti daun sirih dan jahe. Namun apabila mereka
tidak mendapatkan hasil dari beberapa bahan herbal tersebut mereka akan
melakukan pengobatan semacam ritual tertentu dengan cara memotong hewan,
lalu dikelilingi yang diiringi dengan tarian diikuti dengan pembacaan doa untuk
kesembuhan yang menderita sakit oleh keluarga suku toraja atau dengan cara
diberikan air oleh (orang pintar) sakit yang telah dibacakan doa-doa lalu air
tersebut diminumkan oleh yang menderita sakit.
Ada juga budaya dalam suku Toraja yaitu jika salah satu kelurga mereka
meninggal itu dianggap masih dalam kondisi sakit. Orang yang sudah meninggal
tersebut tetap diberikan makan dan minum 3x24 jam/hari selayaknya orang yang
masih hidup.
Responden 2 :

Menurut adat toraja konsep sehat adalah mereka bebas dari penyakit,
kesulitan, kesalahan dari perbuatan yang pernah mereka lakukan. Sedangkan,
konsep sakit menurut orang toraja adalah keadaan seseoang merasa sakit ketika
dia melakukan kesalahan dalam perbuatannya yang ditimbulkan oleh faktor
lingkungan, dan kejiwaan masing individu

Ada beberapa pengobatan tradisional menurut suku Toraja ketika mereka


mengalami sakit atau terdapat keluarga dari mereka yang mengalami sakit.
Pengobatan tersebut dengan cara “Disembur-sembur” yang tentunya sudah
terdapat doa-doa atau bacaan menurut suku Toraja. Ada juga dengan “di tio”.
Selain itu, suku Toraja masih menggunakan pengobatan Tradisional
menggunakan daun sirih, daun pinang yang dikunyah oleh orangtua lalu
disemburkan kepada orang yang mengalami sakit, kepercayaan yang seperti ini
masih dilakukan hingga sekarang dan telah menjadi kebiasaan suku Toraja yaitu
mengunyang “Sirih, Pinang, Kapur”.

Suku Toraja juga memiliki kepercayaan lain yang disebut dengan Suru
(Mengikuti/kebiasaan), Sara (Syarat), Siri (Rasa Malu). Terdapat juga pantangan
menurut suku Toraja sedang menderita sakit, terutama sakit seperti bisul mereka
dilarang untuk mengkonsumsi telur dan beras ketan. Mereka percaya jika
mengkonsumsi makanan tersebut akan mengakibatkan bisul yang diderita tidak
dapat sembuh. Pantangan ini dikenal dengan istilah “Makkulang”.
DAFTAR PUSTAKA

Asriwati, & Irawati. (2019). Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Guntara, F., Fatchan, A., & Ruja, I. (2016). Kajian Sosial Budaya Rambu Solo' dalam
pembentukkan karakter peserta didik. Jurnal Pendidikan, 154-158.

Marimbi, H. (2009). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: NUHA MEDIKA.

Muslimin, H. (2019). Perilaku Antropologi Sosial Budaya dan Kesehatan. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

Swasono, G. M. (1986). Medical Anthropology. jakarta : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai