BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahunya 1,3 juta pada anak khususnya balita di bawah usia 5 tahun
meninggal di karenakan infeksi saluran pernapasan akut dan menjadi satu dari
2019).
kematian keempat dari antara berbagai usia, kontribusi besar untuk jumlah
menular lainnya, merenggut nyawa lebih dari 800.000 anak balita setiap
tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Secara global, terdapat lebih dari 1.400
kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71 anak setiap tahun,
dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2.500 kasus per 100.000 anak)
dan Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak) (WHO, 2018).
Tengah (6,0%) Jawa Timur (5,5%), Maluku (5,4%), Banten (5,1%), Jawa
barat (4,9%), Jawa Tengah (4,9%). Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
dan atau gejala mencapai 21.308 kasus atau 11,69% (Riskesdas NTB, 2018).
berdasarkan riwayat diagnosis Nakes atau sebanyak 5.072 kasus atau sebesar
kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mencapai 402 kasus dan pada
tahun 2021 dari bulan Januari sampai dengan September mencapai 304 kasus.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian infeksi saluran
hunian rumah.
permanen dan tidak permanen kebanyakan kondisi fisik rumah masih kurang
balita di banding dengan penghuni yang rumah yang tidak padat (Wulandhani
ideal minimal 4 m2 untuk satu orang dewasa dan satu anak usia 5-10 tahun.
Luas rumah minimal 4 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
dewasa dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun (Kemenkes RI,
2017).
B. Identifikasi Masalah
2. Masih ada beberapa rumah di Desa Tebaban yang tidak memiliki lantai
yang menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
2. Bagi Peneliti
kerja.
4. Bagi Masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
melalui udara, akan semakin mudah dan cepat. Oleh sebab itu, kepadatan
akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain, karena seorang
dalam rumahnya.
memenuhi standar (2 orang per 8 m²) dan kepadatan tinggi (lebih 2 orang
kuman penyebab penyakit menular, seperti penyakit kulit, ISPA dan Diare.
rumah. Dimana semakin banyak jumlah maka akan semakin cepat udara
dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah akan
yang memiliki kondisi kepadatan hunian rumah yang kurang beresiko 5,95
1 orang
dari 2 orang dewasa dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
mudah menular dari satu orang ke orang lainnya. Jadi semakin besar
No Kepadatan Hunian
Jumlah Luas Tipe Jumlah
Kamar Lantai Rumah Penghuni
1 1 4 m2 Tipe 8 – 16 1 penghuni
2 2 6 – 8 m2 Tipe 16 – 35 2 penghuni
3 3 >8 – 12,5 m2 Tipe 36 – 50 3 penghuni
4 4 >12,5 – 15,5 m2 Tipe 51 – 64 4 penghuni
2
5 5 15,5 – 20,5 m Tipe > 64 5 penghuni
Sumber : Kemenkes RI (2017).
dikatakan tidak padat apabila hanya untuk dihuni oleh satu orang usia >10
seterusnya maka agar rumah tidak padat dengan penghuni, rumah harus
jauh lebih besar dari ukuran semula sesuai dengan ketetapan pemerintah
saat ini.
orang tua dengan 1-2 anak di dalamnya, memiliki wc/kamar mandi, dapur
yang merangkap ruang keluarga, kamar utama dan kamar anak serta ruang
tamu sehingga dikatakan rumah tersebut layak huni dan dapat masuk
dalam kategori rumah tidak padat atau dapat disimpulkan bahwa rumah
B. Konsep Rumah
1. Pengertian Rumah
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah
mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah
yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia,
keluarga. Jenis rumah yaitu terdiri rumah permanen dan rumah tidak
besi baja atau bahan lain yang lebih kuat dari pada kayu sedangkan rumah
untuk dihuni, dilihat atau dilihat saja, tetapi rumah atau tempat tinggal
Rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih,
jarak dari tempat pembuangan sampah lebih dari 100 meter, dekat dengan
sarana pembersihan, berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak
a. Syarat Fisiologis
(Mukono, 2015).
12
adalah:
1) Pencahayaan
rumah dapat berbentuk cahaya alami yaitu sinar matahari dan juga
2) Penghawaan
didalamnya.
3) Kebisingan
rumah.
4) Ruangan (space)
utama yaitu ruang tamu, ruang tidur, ruang makan dan sebagainya.
13
b. Syarat psikologis
1) Menjamin privasi
diluar.
keluarga.
Setidaknya harus tersedia sarana tersebut, akan terasa tidak etis bila
tetangganya.
(Mukono, 2014).
misalnya adalah:
tabung gas. Bukalah jendela agar gas segera dapat keluar dari
ruangan.
4) Garis rooi
5) Lantai yang selalu basah (kamar mandi, kamar kecil) tidak licin,
6) Bagian bangunan yang dekat api atau listrik terbuat dari bahan
tahan api
berikut:
kondisi atap, karena pada saat turun hujan, titik-titik air hujan yang
Perumahan.
18
pembuangan sampah.
1) Penilaian rumah
a) Komponen Rumah
(1) Langit-langit
(2) Dinding
(3) Lantai
(6) Ventilasi
(8) Pencahayaan
b) Sarana Sanitas
F
P= x 100
N
Keterangan :
N = Nilai tertinggi
1. Pengertian ISPA
20
beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
(Nelson, 2010).
2. Klasifikasi ISPA
a. Lokasi Anatomik
21
yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas adalah batuk pilek
b. Klasifikasi penyakit
yaitu:
sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada
dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat (Ranuh, 2014).
bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih.
dibedakan atas dua kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan
dada bagian bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan
atau adanya tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam
2014).
1) Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu
rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu
2010).
pada balita adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran
1) Pemeriksaan
sederhana.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
2012).
B. Hipotesis
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
(Notoatmodjo, 2010).
hunian rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tebaban
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
analitik korelasi (Sugiyono, 2017) dengan bentuk cross sectional yaitu setiap
subjek penelitian hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran terhadap
1. Populasi
2. Sampel
N
n=
1+ N (d 2 )
553
n=
1+ 553¿ ¿
553 553
n= = =85
1+ 5,53 6,53
30
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 85 orang.
(Notoatmodjo, 2010)
N
I=
n
553
I=
85
I=6
31
Keterangan :
I = Interval
N = Besar populasi
n = Besar sampel
didapatkan 85 sampel.
b. Instrumen Penelitian
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
2021.
32
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
2. Variabel Dependent
E. Definisi Operasional
1. Data primer
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
kuesioner.
2. Data sekunder
buku profil.
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
c. Mengurus perizinan
d. Mengamati keadaan
2. Lapangan
3. Pengolahan data
a. Analisis data
H. Analisis Data
Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Analisis Univariat
X
P= x 100 %
N
Keterangan :
P: Presentase
2. Analisis Bivariat
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Lombok Timur, 2018. Angka Kejadian ISPA Pada Balita.
Lombok Timur : NTB.
Janati, 2017. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Kebiasaan Orang
Tua Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Traji
Kabupaten Temanggung.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2018. Angka
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Mataram : NTB.
Nelson, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol Jakarta : EGC.
Purnamasari & Wulandari, 2015. Kajian Asuhan Keperawatan pada anak dengan
ISPA. Indonesian Journal On Medical Science..
Rahajoe, 2015. Pedoman Nasional Asma Anak Edisi ke-2. Jakarta: PP. Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Triana & Purwana, 2019. Factors affecting the Incidence of acute respiratory
tract infection in children under five at Betungan community health center,
Bengkulu. The 6 Th Internasional Conference on Publik Health, 01, 40–
45. https://doi.org/https://doi.org/10.26911/the6thicph-FP.01.06.
Tomczyk, 2019. Factors associated with fatal cases of acute respiratory infection
(ARI) among hospitalized patients in Guatemala. BMC Public
Health, 19(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-019-6824-z