Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Keperawatan Medikal Bedah 2


“Konsep Medis dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Konstipasi”

Dosen Pengampu : Usman B. Ohorella., S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

Disusun oleh :

Tingkat IIB ( Kelompok 1) :

1. Rahmawati Polpoke 8. Siti Hadija Ely


2. Salma Namakule 9. Sitra Ekhleklam
3. Jainur Talaohu 10. Merlin Sapulette
4. Riman Tamrin 11. Wa Siti Sania Karim
5. Abdul Wahab S. Sopalatu 12. Dhea R. S. Chaniago
6. Nur Hasma Dewi 13. Hestiyanti Tepinalan
7. Aprilia Anggita Putri P.

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLTEKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TAHUN AKADEMIK 2017-2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat
dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul ‘’Konsep Medis dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Konstipasi‘’ ini dengan tepat waktu.

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.

Masohi, 01 Maret 2018

Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II. Pembahasan

A. Konsep Medis
B. Konsep Keperawatan

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang, atau
fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut
usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih
lambat dan kemungkinan sebab lain.
Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik
dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan
kendaraan umum lainnya.
Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Lagi-lagi, kuncinya adalah
mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan
sayur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep medis pada pasien dengan konstipasi ?
2. Bagaimankah konsep keperawatan pada pasien dengan konstipasi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
2. Tujuan Khusus :
Selain sebagai pemenuhan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2, makalah ini juga kami susun agar kami dapat mengetahui dan memahami
mengenai konstipasi yang meliputi konsep medis dan konsep keperawatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Konstipasi (sembelit) adalah gejala yang umum dan subjektif yang dapat berhubungan
dengan banyak faktor , termasuk , makanan, psikologis , budaya , anatomi , dan aspek
fungsional. Konstipasi (sembelit) merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi (sembelit)
adalah penurunan frekuensi defekasi (buang air besar), yang diikuti oleh pengeluaran feses
(kotoran) yang lama atau keras dan kering (Wexner, 2007 ; Potter & Perry, 2005).
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya
kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang
disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar (NIDDK, 2000).

2. Etiologi
Penyebab umum konstipasi (sembelit) yang dikutip dari Potter dan Perry, 2005 adalah
sebagai berikut :
a) Kebiasaan defekasi (buang air besar) yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan
untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi (sembelit).
b) Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging,
produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat) sering
mengalami masalah konstipasi (sembelit), karena bergerak lebih lambat didalam saluran
cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik (pergerakan usus).
c) Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi (sembelit).
d) Pemakaian laksatif (pencahar) yang berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi
(buang air besar) normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan
sempurna, memerlukan waktu untuk diisi kembali oleh masa feses.
e) Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan dan
kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi
(sembelit). Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare
pada sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan
antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi (sembelit).
f) Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
g) Konstipasi (sembelit) juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal),
seperti obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
h) Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada
medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi (sembelit).
i) Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia dapat
menyebabkan konstipasi (sembelit).

3. Patofisiologi
Patofisiologi konstipasi masih belum dipahami. Konstipasi diyakini, berhubungan dengan
pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon :
(1) Transpor mukosa,
(2) Aktifitas mioelektrik, atau
(3) Proses defekasi
Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat
tahap kerja : rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal,
relaksasi otot sfingter external dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-
abdomen. Gangguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi.
Apabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membran mukosa rektal dan muskulatur
menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan akibatnya rangsangan yang lebih
kuat diperlukan untuk menghasilkan dorongan peristakltik tertentu agar terjadi defekasi. Efek
awal retensi fekal ini adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini
sering mengalami spasme, khususnya setelah makan, sehingga menimbulkan nyeri kolik
midabdominal atau abdomen bawah. Setelah proses ini berlangsung sampai beberapa
tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat tidak responsif terhadap rangsangan
normal, akhirnya terjadi konstipasi. Atoni usus juga terjadi pada proses penuaan, dan hal ini
dapat diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan.

4. Manifestasi Klinis
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi (sembelit) menurut
Stanley (2007) adalah :
a. Mengejan berlebihan saat BAB
b. Massa feses yang keras
c. Perasaan tidak puas saat BAB
d. Sakit pada daerah rektum saat BAB
e. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses

5. Pencegahan
a. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
b. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya
setiap hari.
c. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga
ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
d. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
e. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.

6. Penatalaksanaan Konstipasi (sembelit)


a. Pengobatan non-farmakologis
1) Latihan usus besar
Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada
penderita konstipasi (sembelit) yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan
mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus
besarnya. dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga dapat
memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat
menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan
tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
2) Diet
Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi (sembelit) terutama pada golongan
usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak
serat mengurangi angka kejadian konstipasi (sembelit) dan macam-macam penyakit
gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan
massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di usus. untuk mendukung
manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada
kontraindikasi untuk asupan cairan.
3) Olahraga
Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi
(sembelit) jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan
kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot
dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut.
b. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan
biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
1) Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl selulose,
Psilium.
2) Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan
permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak
kastor, golongan dochusate.
3) Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan,
misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol, laktulose, gliserin
4) Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini
yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai
untuk jangka panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat
dismotilitas kolon. Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Anamnesa
a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa yang dipakai
sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan,
tanggal MRS, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama : klien umumnya datang dengan keluhan perutnya keras atau
nyeri pada daerah anus.
c. Riwayat penyakit saat ini : kondisi dirasakan mengganggu akibat frekuensi BAB
yang kurang dari 2 sampai 3 kali dalam seminggu, disertai nyeri pada daerah
anus atau rektum, pengeluaran feses yang keras, sulit dikeluarkan dan
mengejan yang keras.
d. Riwayat penyakit dahulu : meliputi riwayat perawatan di rumah sakit, riwayat
pengobatan, riwayat penyakit kelainan metabolic maupun saraf, riwayat trauma
terutama cedera punggung, riwayat operasi.
e. Riwayat penyakit keluarga : dapat meliputi riwayat penyakit keturunan misalnya
DM, kanker, kelainan saraf.
2) Pengkajian berdasarkan pola fungsi kesehatan : pengkajian fisik pada masalah yang
khusus (Padila, 2013)
a. Persepsi kesehatan : persepsi klien tentang kondisinya saat ini, pemeliharaan
kesehatan dan kebersihan sehari-hari, persepsi klien tentang kesehatan yang
sesungguhnya.
b. Penatalaksanaan kesehatan : kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhannya
terutama pemenuhan ADL,tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain
dalam pemenuhan ADL.
c. Nutrisi –pola metabolism :berkaityan dengan jenis makanan dan porsinya,
makanan kesuakaan, riwayat alergi terhadap makanan, frekuensi makan, ada
atau tidaknya penurunan nafsu makan dan mual muntah yang biasanya timbul
oleh karena rasa penuh pada daerah perut
d. Pola eliminasi : frekuensi BAB maupun berkemih, warna, konsistensi BAB,
kemampuan dalam defekasi secara mandiri atau dengan bantuan, adanya
perasaan tidak puas atau nyeri dan kesulitan mengeluarkan feses dengan
tuntas.
e. Pola tidur-istirahat : gangguan pola tidur mungkin muncul akibat sering
terbangun pada malam hari.
f. Kognitif-pola perceptual : meliputi pengkajian terhadap penglihatan,
pendengaran, pengecap dan senses terhadap rasa tertentu.
g. Pola-peran hubungan : ada atau tidaknya hambatan dalam komunikasi,
kedekatan hubungan dengan anggota keluarga yang lain serta tingkat
ketergantungan terhadap keluarga.
h. Aktifitas-pola latihan : pengkajian untuk menentukan tingkat kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (0 : mandiri,1 :dengan alat bantu,2 :
dibantu orang lain,3 : dibantu orang lain dan alat ,4: bergantung total).
i. Seksualitas-pola reproduktif : ada atau tidaknya disfungsi ereksi pada laki-laki
dan penurunan libido pada laki-laki maupun wanita.
j. Koping-pola toleransi stress : upaya yang dilakukan klien dalam menangani
stress.
k. Nilai pola keyakinan usaha klien dalam menjalankan nilai-nilai kepercayaan yang
dianutnya.
3) Pengkajian fisik dengan metode Head to Toe

2. Diagnosa Keperawatan
1) Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak adekuat.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan digesti makanan.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ; akumulasi feses keras pada
abdomen.

3. Perencanaan
1) Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak adekuat.
Hasil NOC
a. Menunjukkan kontinen usus yang baik
b. Klien menunjukkan kenyamanan
c. Menunjukkan fungsi gastrointestinal yang baik
Intervensi NIC

a. Bowel managemen :
- Catat tanggal terakhir defekasi
- Catat keluhan yang dirasakan pasien dan penggunaan laksatif
- Monitor bising usus
- Monitor frekuensi, konsistensi, volume dan warna feses
- Evaluasi inkontinensia fekal
- Anjurkan pasien mengurangi konsumsi makanan mengandung gas
- Berikan minuman hangat setelah makan
b. Managemen konstipasi/impaksi:
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor tanda dan gejala impaksi
- Jelaskan etiologi dari masalah dan rasional untuk tindakan pada pasien
- Instruksikan pasien dan keluarga mengkonsumsi diet rendah serat
- Instruksikan pasien dan keluarga dalam penggunaan laksatif
- Hilangkan impaksi feses secara manual bila dibutuhkan
c. Managemen nutrisi :
- Identifikasi riwayat alergi dan intoleransi terhadap makanan tertentu
- Monitor kalori dan masukan diet
- Lakukan tindakan oral hygiene
- Instruksikan pasien untuk mendiskusikan kebutuhan energi (sesuai piramida
makanan)
- Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan untuk mendapatkan
nutrisi yang sesuai
- Instruksikan pasien tentang perlunya modifikasi diet jika dibutuhan (makanan
cair, lembut, sesuai toleransi)
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan digesti makanan.
Hasil NOC
a. Nafsu makan meningkat
b. Pemasukan makanan dan cairan adekuat
c. Klien mengetahui dengan diet yang sehat
d. Keadekuatan tingkat energi
e. Berat badan dalam batas normal
Intervensi NIC
a. Managemen nutrisi :
- Identifikasi riwayat alergi dan intoleransi terhadap makanan tertentu
- Monitor kalori dan masukan diet
- Lakukan tindakan oral hygiene
- Instruksikan pasien untuk mendiskusikan kebutuhan energi (sesuai piramida
makanan)
- Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan untuk mendapatkan
nutrisi yang sesuai
- Instruksikan pasien tentang perlunya modifikasi diet jika dibutuhan (makanan
cair, lembut, sesuai toleransi)
b. Terapi nutrisi :
- Monitoring ingesti makanan atau cairan dan kalkulasi dari masukan kalori
- Anjurkan pemasukan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Tentukan kebutuhan enteral tube feeding
- Anjurkan perawatan mulut sebelum makan
- Bantu pasien dalam posisi duduk sebelum makan
- Instruksikn pasien dan keluarga tentang diet yang disarankan
c. Konseling nutrisi :
- Tentukan pemasukan makanan dan kebiasaan makan
- Fasilitasi identifikasi kebiasaan makan yang harus diubah
- Gunakan standar nutrisi yang diterima untuk asistensi pasien dalam evaluasi
intake yang adekuat
- Evaluasi perkembangan dari tuuan modifikasi diet
d. Monitoring nutrisi :
- Monitoring berat badan pasien
- Monitoring kehilangan dan peningkatan berat badan yang drastis
- Monitor turgor kulit dan mobilitas fisik
- Monitor terhadap mual dan muntah
- Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas
3) Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
Hasil NOC:
a. Klien tidak menunjukkan kecemasan
b. Klien dapat mengontrol nyeri
c. Klien merasa nyaman
d. Klien dapat beristirahat
e. Klien dapat mengenali faktor penyebab nyeri
f. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi NIC :
a. Managemen nyeri :
- Kaji penampilan pasien meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau berat nyeri, dan faktor presipitasi.
- Observasi tanda-tanda ketidaknyamanan pada pasien.
- Tanyakan pada pasien tentang pengetahuan dan kepercayaan tentang nyeri
yang dimiliki.
- Tentukan akibat dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
aktivitas, dan perasaaan)
- Identifikasi faktor yang dapat memperberat nyeri
- Control faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan pada
pasien
- Ajarkan pasien untuk penggunaan teknik nonfarmakologi (hypnosis, rileksasi,
distraksi, massase, dan terapi aktivitas) sebelum sesudah dan jika
memungkinkan selama mengalami nyeri
- Ajarkan pasien untuk menggunakan medikasi nyeri yang adekuat
b. Monitoring tanda vital:
- Monitor tekanan darah, nadi, temperature, dan status respirasi.
- Monitor tekanan darah setelah pasien mendapatkan pengobatan, jika
memungkinkan
- Monitor warna kulit, temperature, dan kelembapan
- Identifikasi faktor yang menyebabkan perubahan vital sign

4. Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan, meninjau kembali
dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada
klien dapat mencakup : BAB lancar, tingkat nutrisi klien optimal, dan nyeri pada klien
berkurang atau hilang.

5. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka klien dengan thypus abdominalis
diharapkan sebagai berikut :
 BAB lancar
 Tingkat nutrisi klien optimal, dan
 Nyeri pada klien berkurang atau hilang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstipasi (sembelit) adalah gejala yang umum dan subjektif dengan penurunan
frekuensi defekasi (buang air besar), yang diikuti oleh pengeluaran feses (kotoran) yang
lama atau keras dan kering. Konstipasi dapat dicegah terutama dengan menerapkan pola
hidup sehat olahraga dan diet tinggi serat dan asupan cairan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan.

B. Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini akan
dapat bermanfaat bagi pembaca dalam hal penambahan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun. 2009. Sehat dan Bugar pada Usia Lanjut. Depok: Agro Media Pustaka
Marrelli. 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan ed.3. Jakarta : EGC
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC
Stanley & Patricia. 2007. Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Wexner & Duthie. 2007. Constipation Etiology, Evaluation and Management. USA : Springer
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Maas. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik : Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC,
Intervensi NIC, Alih Bahasa Ranata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC
Marrelli. 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan / Nursing Documentation Book, Alih
Bahasa Didah Rosidah. Jakarta : EGC
Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai