Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KENYAMANAN

TENTANG PENYAKIT KRONIK


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
1. Baiti Puspita Damayanti (P1337420117087)
2. Infantriago Abrian M.H (P1337420117058)
3. Julia Handayani (P1337420117073)
4. Vita Syofiana (P1337420117070)
Kelas 1 A2
Dosen Pengajar : Dra. Desak Parwati, Skep, Ners, Mkes

D III KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

1
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep
Kebutuhan Keselamatan dan Kenyamanan tentang Penyakit Kronis”.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amin

Semarang, 27 Maret 2018

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
A. Definisi Keselamatan dan Kenyamanan ................................................................. 5
B. Cara Meningkatkan Keamanan ............................................................................... 7
C. Faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan ..................................... 7
D. Definisi Penyakit Kronis ......................................................................................... 8
E. Kebutuhan Keselamatan dan Kenyamanan Penyakit Kronik ................................. 10
BAB II PENUTUP .............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia antara lain: penyakit,
hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap perkembangan.
Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow
menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs
(kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love
and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem
needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi
diri).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kenyamanan?
2. Bagaimana cara meningkatkan keamanan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan?
4. Apa yang dimaksud dengan penyakit kronis?
5. Apa kebutuhan keselamatan dan kenyamanan bagi pasien dengan penyakit kronis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari keselamatan dan kenyamanan
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan keamanan
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
4. Untuk mengetahui definisi dari penyakit kronis
5. Untuk mengetahui kebutuhan keselamtan dan kenyamanan bagi pasien dengan
penyakit kronis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keselamatan dan Kenyamanan


1. Definisi Keselamatan
Keamanan atau keselamatan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang yang bisa dalam wujud nyata atau hanya
imajinasi. Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor,
seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah,
kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta
kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya.
Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman.
(Asmadi, 2005)

Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan


a. Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi
atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Pada saat sakit,
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi, oleh karena
itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
perlindungan.Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil
prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.
b. Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seseorang harus memahami
apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan
profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa
yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang
dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman

5
keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak
dikenal. (Potter&Perry,2005).

Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan


Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien yaitu :
a. Kebutuhan Fisiologis
 Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan
yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak
mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan
karbondioksida.
 Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika
kelembaban relatif tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi
dengan lambat
 Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

2. Definisi Kenyamanan
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan atau
rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti
dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, yaitu berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, yaitu berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
c. Psikospiritual, yaitu berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

6
d. Lingkungan, yaitu berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda
pada pasien.

B. Cara Meningkatkan Keamanan atau Keselamatan


1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
3. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
4. Penghalang sisi tempat tidur
5. Bel yg mudah dijangkau
6. Meja yang mudah dijangkau
7. Kereta dorong ada penghalangnya
8. Kebersihan lantau
9. Prosedur tindakan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan


1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan

7
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan
lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punya.

D. Definisi Penyakit Kronis


Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang
menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan
cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai
macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino,

8
2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan
dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).

Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut.
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor
genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit
kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase
ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan
penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak
dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam
jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam
batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam
mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap
atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

Kategori Penyakit Kronis


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti
di bawah ini.

9
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan
individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit
dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada
risiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi
dan penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

E. Kebutuhan Keselamatan dan Kenyamanan pada Pasien dengan Penyakit


Kronik
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan
sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam
beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur
untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer &
Bare, 2008). Kebutuhan keselamatan dan kenyamanan penyakit kronis bisa ditangani
melalui :

Manajemen Diri
Manajemen diri merupakan proses dinamis, interaktif, artinya pasien terlibat aktif
dalam pengontrolan dan manajemen penyakitnya. Manajemen diri merujuk pada
kemampuan individu (pasien) untuk bekerja sama dengan keluarga, komunitas, dan
pemberi pelayanan kesehatan untuk melakukan manajemen gejala penyakit, terapi,
perubahan gaya hidup, dan konsekuensi psikososial, budaya, serta spiritual terkait
dengan kondisi penyakit (Richard & Shea, 2011). Manajemen diri pada pasien dengan
penyakit kronis mencakup perawatan diri, manajemen nutrisi, manajemen stres,
protokol terapi sesuai dengan penyakit dan dukungan sosial.

10
a. Perawatan Diri
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, di
antaranya budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap
perawatan diri, dan persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat, 2006). Perawatan
diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
untuk memepertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri
meliputi kemampuan fungsional klien, baik di lingkungan rumah mereka maupun
dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, mandi, berpakaian,
perawatan diri, dan berdandan (Potter & Perry, 2006).

Tujuan Perawatan Diri


Tujuan perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri, baik secara
sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat atau
bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan
kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan. Pasien penyakit kronis perlu merasa nyaman dan melakukan relaksasi
untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan
sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas jaringan (Hidayat, 2006).

Jenis Perawatan Diri


Menurut Hidayat (2006), perawatan diri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaannya dan perawatan diri berdasarkan
tempatnya.
1. Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaannya dibagi menjadi empat, yaitu
sebagai berikut.
 Perawatan Dini Hari
Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu bangun tidur pada
pagi hari, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam
pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses.

11
 Perawatan Pagi Hari
Perawatan pagi hari adalah perawatan yang dilakukan setelah
melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri.
 Perawatan Siang Hari
Perawatan siang hari adalah jenis perawatan diri yang dilakukan
setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan
setelah makan siang.
 Perawatan Menjelang Tidur
Perawatan diri menjelang tidur adalah perawatan yang dilakukan pada
saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dangan
tenang.
2. Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Tempat

 Perawatan Diri pada Kulit

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan
fungsinya. Perawatan diri pada kulit bertujuan untuk menghilangkan
atau membersihkan bau badan setelah melakukan aktivitas,
mengurangi kekeringan serta sel matidengan cara perawatan diri
berupa mencuci badan.

 Perawatan Diri pada Kuku

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam


mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk
ke tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku,
badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lanula.
Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5
mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda. Tujuan perawatan
kuku dan kaki adalah untuk mencegah ingrown nail (kuku tangan yang
tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada daerah tersebut),
paronychia (radang di sekitar jaringan kuku), ram’s horn nail
(gangguan pada kuku yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat

12
disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi), bau tidak sedap yang
merupakan reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap.

 Perawatan Diri pada Rambut

Rambut merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi sebagai


proteksi serta pengatur suhu. Perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi melalui rambut. Secara anatomis, rambut terdiri atas
bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, dan kelenjar
sebasea. Tujuan perawatan diri pada rambut adalah untuk mencegah
adanya kutu dan ketombe, mencegah kebotakan (alopecia), serta
mencegah terjadinya radang pada kulit rambut (seborrheic dermatitis).

 Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan


kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
Tujuan perawatan mulut dan gigi adalah untuk mencegah halitosis
(bau napas tidak sedap yang disebabkan oleh kuman atau lainnya),
ginggivitas (radang pada daerah gusi), caries (radang pada gigi),
stomatitis (radang pada daerah mukusa atau rongga mulut),
periodontal desease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak),
glostisis (radang pada lidah), dan chilosis (bibir yang pecah-pecah).

 Perawatan Diri pada Alat Kelamin

Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat
kelamin perempuan dan laki-laki, yaitu pada organ eksterna masing-
masing.

b. Manajemen Nutrisi
Manajemen nutrisi adalah intervensi pengaturan diet yang adekuat untuk
mengurangi gejala penyakit, meningkatkan kenyamanan, mencegah atau sebagai
terapi malnutrisi. Manajemen nutrisi merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kealitas hidup dengan cara mengurangi gajala penyakit sehingga
dapat memaksimalkan kesehatan individu (Aziz, 2008).

c. Manajemen Stres

13
Secara umum, manajemen stres mencakup kebiasaan promosi kesehatan yang
dapat mengurangi dampak stres pada kesehatan fisik dan mental. Teknik ini sering
menjadi pendekatan yang masuk akal yang memberi dasarkan untuk hidup dalam
situasi stres rendah. Teknik yang umum dilakukan untuk manajemen stress, antara
lain olah raga teratur, humor, diet dan nutrisi yang baik, istirahat yang cukup, dan
teknik relaksasi (Potter & Perry, 2006).

d. Protokol Terapi Sesuai Penyakit


Protokol terapi sesuai penyakit merupakan suatu petunjuk pelaksanaan yang tegas
dan suatu rencana yang didasarkan pada kriteria masalah kesehatan spesifik.
Protokol terapi yang biasanya digunakan untuk menjelaskan proses layanan
kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan utama, antara lain anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, diagnosis, pengobatan atau
intervensi yang tepat, dan penyuluhan kesehatan (Pohan, 2007).

e. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah satu di antara fungsi pertalian atau ikatan sosial, dimana
segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan
perasaan, memberikan nasihat atau informasi, dan pemberian bantuan material.
Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal,
bantuan nyata atau tindakan yang diberikan karena adanya keakraban sosial
(Nursalam & Kuniawati, 2007).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk


melindungi diri dari bahaya fisik. Kebutuhan keselamatan terdiri dari keselamatan
fisik dan keselamatan psikologis. Sedangkan kenyamanan atau rasa nyaman adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri). Keselamatan dan keamanan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : emosi, status mobilisasi, gangguan persepsi sensori, keadaan
imunitas, tingkat kesadaran, informasi atau komunikasi, gangguan tingkat
pengetahuan, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, status nutrisi, usia, jenis
kelamin, dan kebudayaan.

Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau


bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang
yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis.
Kekhawatiran itu dapat diatasi dengan manajemen diri diantaranya adalah : perawatan
diri, manajemen nutrisi, manajemen stress, protokol terapi sesuai penyakit, dan
dukungan sosial.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca memahami apa itu


keselamatan dan kenyamanan pada penyakit kronis dan dapat mengaplikasikan serta
membuat asuhan keperawatan dengan baik, benar dan tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kuswinta, Bara. Kebutuhan Rasa Aman & Nyaman.


http://barakuswinata.blogspot.co.id/2013/01/kebutuhan-rasa-aman-nyaman.html?m=1.
diakses pada tanggal 27 Maret 2018 pukul 15.15 WIB

8 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Penyakit Kronis.


https://www.google.co.id/url?q=https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/. diakses pada
tanggal 27 Maret 2018 pukul 15. 30 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai