Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH ANTROPOLOGI

KESEHATAN

Nama Kelompok :

1. Azi Surya Kurniawan (1810033030)

2. Ika Rizki Cahyani (1810033037)

3. Jonathan Maruli H.L.G (1810033045)

4. Muhammad Ibnu Balqis (1810033004)

5. Nadya Risdayani (18100330

6. Rizki Noor Fauzia (1810033051)

7. Selfiah Danianti (1810033041)

8. Selvia Handayani (1810033042)

PRODI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,karunia,serta taufik
dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sejarah Antropologi
Kesehatan“.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang sejarah antropologi
kesehatan. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa lain dapat memahami materi
sejarah antropologi kesehatan dengan baik.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walupun kami menyadari masih
banyak kekeurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran atau
kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Samarinda, 14 Februari 2020

Kelompok
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sejarah Antropologi

Seperti ilmu-ilmu yang lain, antropologi juga mempunyai sejarah sendiri. Antropologi
sebagaimana adanya sekarang, memang merupakan hasil perkembangan baru. Yang telah tua
umurnya ialah bagian dari hasil perkembangan baru. Yang telah tua umurnya ialah bagian dari
antropologi yaitu etnografi, yang telah lama di kerjakan oleh berbagai bangsa. Di dunia barat
misalnya kita ketemukan tulisan-tulisan herodotus seorang bangsa yunani yang biasanya juga di
sebut sebagai bapak ilmu sejarah dan etnografi. Tulisanya mengenai bangsa mesir misalnya
dapat kita anggap sebagai tulisan dalam bidang etnografi yang terkuno. Perlu di kemukakan di
sini, bahwa penulisan pada masa itu masih sangat subyektif dan mengandung sifat purbasangka
dan etnosentrisme.

Orang yunani misalnya menganggap orang yang bukan yunani sebagai seorang barbar,
yang semula di maksud orang yang berbicara gagap, akan tetapi kemudian mempunyai arti orang
yang stengah liar. Menurut herodotus orang mesir libia dan persia itu belumlah beradab. Dan
sebanarny dalam tiap-tiap bahsa selalu terdapat pepatah yang mengatakan bahwa yang beradab
itu hanyalah bangsa sendiri dan bangsa lain selalu di anggap kurang adab. Herodotus mencatat
adat kebiasaan orang asing tidak semata-mata di dorong oleh keadaan yang aneh dalam
pandanganya. Akan tetapi mempunyai maksud yang lebih jauh, yaitu ingin mempelajari latar
belakang dari perbenturan dunia timur dengan dunia hellena.

Pada zaman romawi terdapat juga catatan etnografi seperti yang di kerjakan oleh tacitus
dan caesar. Seperti kita ketahui caesar pernah memimpin tentara ke eropa barat sampai di
inggris. Dari perjalanan itu ia menulis tentang bangsa germania dan bangsa galia. Kalau kita baca
cara penulisan antara caesar dan tacitus tampaklaah ada perbedaanya dalam gaya bahsanya.
Caesar menulis laporan itu secara sistematis seperti laporan seorang perwira pada zaman
modern, sedang tacitus menulis dengn gaya yang lebih hidup, yang timbul dari perasaan maah
akan kelemahan yang terdapat di ibukota imperium roma adapun tulisan itu meliputi keadaan
sosial dan keadaan alam di bandingkan dengan penulisan etnografi sekarang ini yang lebih
sistematis dan obyektif maka nilai penulisan kedua perwira itu masih lemah artinya tulisan
mereka tidak menggambarkan satu susunan yang teratur sebenarnya tulisan etnografi itu tidak
hanya terdapat di yunani dan romawi saja kita ketahui, bahwa pada zaman itu bangsa tionghoa
dan bangsa india telah mengenal tulisan.

Mereka tentu menulis pula tentang bangsa-bangsa asing atau tentang keadaan di tempat
mereka sendiri bahwa dalam penyusunan sejarah etnografi itu sedikit sekali di kemukakan
tulisan bangsa india dan tiongkok. Itu di sebabkan karena bahan yang di kerjakan secara metodis
dan sitematis pada umunya terdapat di eropa. Tetapi walaupun demikian terdapat pula beberapa
catatan etnografi tentang bangsa tiongkok. Yaitu tulisan pada zaman dinasti Han mengenai
bangsa Hang Nu yang bergerak di batas tiongkok seblah barat daya.

Kemudian kita dapati pula tulisan seorang arab yang bernama ibnu batutah, yang banyak
berjalan di daerah di asia tengah. Ibnu batutah mengetahui sendiri bebrapa negri di daerah
tersebut. Ia di lahirkan di tanger pada tahun 1304 dan meninggal pada tahun 1977. Dorongan
merantau pda permulaanya di sebabkan oleh faktor ekonomi akan tetapi kemudian di sertai
perasaan ingin mengembara seperti kita keahui, pada tahun 1453, konstatinopel di dudukui oleh
bangsa turki sehingga bangsa-bangsa dari eropa barat tidak dapat berdagang lagi dengan dunia
timur melalui jalan tradisional yaitu melalui euphrat, tigris dan teluk persia. Kemudin orang-
orang eropa mencari jalan baru. Ada rombongan yang mencoba melalui kutub utara, ada yang
melalui afrika selatan dan ada pula yang berlayar ke barat dengan harapan bahwa mereka akan
sampai juga di india. Dalam usaha mencari jalan baru itu, biasanya rombongan di ikuti oleh para
padra katolilk dan dari paderi itulah kita mendapat bahan etnografi berbagai bangsa dan suku
bangsa.

Seorang pencatat adat kebiasaan bangsa asing yang sering kita dengar ialah marco polo
(pulo) nama itu terkenal karena sebuah kitab yang di susunya yang berjudul kitab tentang
kersjssn dan keajaiban di dunia timur. Dua puluh tahun lamanya kelurga polo yang terdiri daari
ayah, anak-anak mengembara ke asia. Untuk beberapa waktu lamanya mereka di istana khu bilal
khan. Di sini mereka melihat hal-hal yang aneh, misalnya uang yang di buat dari kertas dan di
beri cap dan di tandatangani yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut cerita marco
polo ketika itu. Dari peking terdpat berbagai jalan besar ke segenap propinsi. Di antara jarak
tertentu sepanjang jalan terdapat peristirahatan bagi para pembawa surat dan tempat menukar
kuda. Marco polo juga pernah singgah di indonesia hal itu kita ketahui dari tulisanya tentang
perjalanan dari satu pelabuhan yang terletak di pantai lat tiongkok selatan. Dari sana ia berlayar
mebelok melalui ujung pantai jazirah malaya yang terselatan, kemudian menyusur pantai plau
sumatera menuju ke utara. Di sini marco polo singgah di beberapa pelabuhan. Yang di sebut
ferlec dalam bahsa aceh, paureula atau perlak dalam bahsa melayu marco polo menceritakan
tentang kota ini dan mengatakan bahwa pedagang dari india yang datang kesna dan penduduk di
situ banyak yang memeluk agama islam. Terutama di kota sedang penduduk yang ada di
pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang haram.

Nasib yang kemudian di almi oleh marco polo, ialah bahwa ia kemudian di tangkap dan
di masukkan ke dalam penjara di genoa. Di tempat ini ia menulis pengalamanya yang merupakan
bahan etnografi yang baik. Marco polo di tahan dan di masukkan ke dalam penjara sewaktu ada
peperangan antara venesia dan gonoa dan di dalam penjara itu ia mendiktekan pengalamanya
kepada teman yang tinggal dalam satu sel. Tulisan-tulisanya tidaklah amat terang. Baru pada
tahun 1447 kitab itu di terbitkan seorang pembuat kopinya di forence berkata :’’ isinya menurut
saya penuh dengan hal-hal yang menakjubkan tidak semata-mata kebohongan dan keajaiban.
Semua yang di katakan itu dapat sungguh benar, akan tetapi saya tidak percaya sama sekali’’
sebelum kita melanjutkan meneliti sejarah etnografi ingin di kemukakan terlebih dahulu bahwa
penulisan etnografi maupun penulisansejarah pada waktu itu sering amat bersifat subyektif dan
interprestasi atau penilaian yang di gunakan dalam melihat kejadian atau peristiwa amat di
pengaruhi oleh pikiran dan kepercayaan yang berlaku pada zamanya. Misalnya tulisan yang kita
jumpai pada zaman pertengahan, perlu kita baca dengan kritis. Tulisa-tulisan itu harus kita lihat
pada latar belakang abad pertengahan di eropa. Bagaimanakah jiwa abad pertenghsn itu prof.
Sassen menulis mengenai jiwa abad pertengahan itu, bahwa jawaban dari pertanyaan tentang
sumber jiwa abad pertenghan pertama-tama menuju kepada kitab injil seluruh ilmu pengetahuan.

B. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas makalah Antropologi Kesehatan

2. Untuk mengetahui sejarah Antropologi Kesehatan

3. Untuk mengetahui cabang-cabang antropologi kesehatan


C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Antropologi Kesehatan ?

2. Apa saja cabang-cabang antropologi kesehatan ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan

Dalam uraian dia atas kita telah membicarakan secara ringkas, dan menyepakati, bahwa
antropologi adalah suatu ilmu pengetahuan social. Selanjutnya, meskipun penulis tidak akan
memusatkan perhatian pada pemaparan sejarah teori antropologi, paparan beberapa isu penting
mengenai sejarah pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog
sependahwa antropolog muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas batasnya pada sekitar
pertengahan abad ke-19. Tatkala perhtian orang pada evolusi manusia berkembang. Antropologi
sebagai sisiplin akademik baru dimulai tidak lama setelah itu, ketika pengangkatan pertama
antropologi professional di universitas, museum, dan kantor kantor pemerintahan (Garbarino,
1984; Koentajaraningrat, 1991). Namun, tidak ada keraguan bahwa gagasan antropologi sudah
ada jauh sebelumnya. Tapi, ihwal kapan adalah yang diperdebatkan meski tidak khusus. Setiap
antropolog dan ahli sejarah memiliki alasan sendiri-sendiri untuk menentukan kapan antropologi
dimulai. Dari sudut pandang sejarah gagasan, tulisan-tulisan filsuf, dan pezirah Yunani,
sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum,
ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya
tradisi antropologi (Koentjaraningrat, 1991)

Sebagai contoh, Alan Barnard (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah
ketika konsep”kontrak social”lahir (lihat,misalnya, Rousseau,1762), dan persepsi mengenai
hakikat manusia, masyarakat,dan keanekaragaman kebudayan tumbuh dari konsep”kontrak
social” tersebut. Selain itu, ada konsep lain yang secara esensial tidak begitu berkaitan dengan
konsep “kontrak social,” yaiut gagasan “rantai besar makhluk hidup” (great chain of being).
Yang menempatkan spesies manusia di antara tuhan dan binatang. Gagasan ini dalam beberapa
hal adalah pelopor dalam teori evolusi. Hal ini akan didiskusikan lebih lanjut bab 4, khususnya
dalam bahasaan mengenai pertautan dan anologi teori evolusi,sistem social,bilologi, dan alamiah.

Perdebatan pada abad ke 18 menegenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan antara
manusia dengan apa yang kita sebut primate abad ke 19 antara plogenesis (keyakinan bahwa
setiap ‘ras’ mempunyai asal usul terpisah) dan monogenesis (keyakinan bahwa manusia
memeliki kera).gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai ‘fakta’ sejarah,tetapi juga
karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya sendiri. Dalam
bab 4 hal ini akan diuraikan lebih lanjut secara kritis tentang persetuhan analisis evolusi biologi
dengan pembentukan stereotip antropologi menegenai ras-ras superior didunia.

Antropologi di Eropa pada abad ke 18

Ahli filsafat perancis termasyhur jean Jacques rousseau,dalam tulisan of the social
contract (1973 {1762} :183) menyatakan bahwa: “kalau kita mengikuti pandangan {Grotius}
bahwa kekuasaan itu dibangun bagi yang dikuasai, maka niscaya spesies manusia terbagi-bagi
menjadi begitu banyak kelompok seperti kelompok penggembalaan ternak,yang setiap kelompok
dengan penggembalaannya sendiri, yang menjaga ternaknya demi kepentingan sendiri “ )
1973{1762}: 183). Bagi Rousseau,pemerintah dan kontrak social adalah berbeda. Pemerintah
berasal dari keinginan pijak yang kaya untuk melindungi kekayaan yang mereka peroleh.
Sebaliknya,kontrak social didasarkan pada gagasan demokratis.kontrak social mencerminkan
idealisasi masyarakat dimana orang sepakat untuk membentuk dan mempertahankan suatu cara
hidup bersama yang berguna bagi semua orang.

Teori kontrak social berasumsi tentang pembagian logis antara keadaan alami” (state of
nature) dan “keadaan masyarakat “ (state of society), dan orang-orang yang mendukung
pandangan ini hamper selalu menganggap kontrak social ini sebagai asal mula sejumlah orang,
yang membangun suatu masyarakat. Konsep ini akhirnya hanya hipotesis yang sukar dibuktikan
karena tidak ada orang yang dapat mengetahui bahwa manusia tahap awal benar-benar
menggunakan kontrak social.

Kebanyakkan antropologi masa kini menerima pandangan bahwa kita tidak dapat
memisahkan “alam (dalam pengertian etimologi,yang terkait dengan kelahiran) dari budaya ‘
(yang berikatan dengan bercocok tanam), karena keduannya saling melekat dalam gagasan yang
sangat mendasar dari kemanusiaan.

Antropologi di eropa pada abad ke-18 di tandai oleh tiga pertanyaan penting yang di
ajukan untuk pertama kali dalam bentuk modern selama masa pencerahan eropa. Pertanyaan itu
adalah siapa yang mendefinisikan spesies manusia dalam bentuk abstrak, apa yang membedakan
manusia dari binatang, dan apa kondisi alamiah dari manusia itu. Tiga bentuk kehidupaan
menyita perhatian berkenan dengan pertanyaan-pertanyaan tadi adalah “ anak-anakn mahluk
liar” “orang utan” dan “manusia biadab “ yakni penghuni benua lain (lihat catatan Bernard
2000 :53). Anak mahluk liar di temukan sendirian dalam hutan oleh orang-orang kulit putih,
kemudian mengajarinya cara-cara “beradab” akan membawanya ke eropa. Minat antropologi
mempelajari anak mahluk liar menurun (lihat catatan Levi-Strauss 1969, Elementary structure of
kinship). Hal ini karena antropologi modern kurang tertarik pada abstraksi, perinal “human
nature” anak tersebut dan tampaknya lebih suka memerhatikan hubungan-hubungan antara
manusia sebagai anggota-anggota masyarakat mereka yang relevan

Mahluk orang utan merupakan ihwal yang lebih rumit. Pada massa pencerahan eropa
kata-kata orang utan dari Malaya sama artinya dengan “kera besar” sebagaimana di pahami kini
sementara "kera besar” (ape) sebenarnya merujuk kepada baboon). Orang utan adalah istilah
generic untuk satu mahluk yang di anggap hamper mencapai tahap menjadi manusia. Alan
Bernard (2000) misalnya, menggunakan huruf besar pada awal nama mahluk ini untuk
mereprentasikan konsep abad ke-18 tersebut. Para pejiarah pada masa itu melaporkan mahluk
hamper manusia ini sebagai mahluk yang hidup dalam gua-gua di Euthopia dan Hindia Timur.

Tentu saja, baik perziarah maupun ilmuan tidak bisa membedakan secara akurat antara
orang utan yang sesungguhnya (spesies yang kini disebut pongo pygmaeus) dan chimpanse (pan
troglodytes dan pan paniscus). Gorila (spesien Gorila gorilla) belum diketahui pada masa itu.
Konsep Orang Utan menjadi penting karena dari sinilah konsep Manusia Biadab muncul.
Analogi konsep Oorang Utan dan Manusia Biadap menonjol dalam tulisan dan sikusi-diskusi di
kalangan ahli Eropa pada masa itu. Fakta perbedaan antara kebudayaan-kebudayaan begitu besar
di seluruh dunia cukup beralasan untuk menganggap mereka sebagai spesies-spesies yang
berbeda. Secara biologi dan kebudayaan, orang Eropa lebih tinggi dari pada manusia lain di luar
Eropa, dan mereka tidak akan mampu mencapai tingkat kebudayaan orang Eropa.

Antropologi abad ke-19, terlihat abad ke-20, berkembang dalam arah yang lebih
sistematik dan menggunakan peralatan metodologi ilmiah. Persoalan paradigma menjadi
semakin penting. Paradigm pertama, sebagaimana sudah penulis singgung di atas, adalah evolusi
onisme yang dapat dikatakan indik dari semua paradigm antropologi yang lahir dan berkembang
kemudian. Percabangan kajian antropologi juga semakin kompleks sebagaimana yang akan kita
saksikan pada bagian berikut
B. Cabang -cabang Antropologi

1. Antropologi Fisik

antropologi fisik (antropologi ragawi) adalah bagian dari antropologi yang memusatkan
perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis yang berkembang dan hendak
ditentukan bagaimana dan apa sebabnya bangsa-bangsa berbeda menurut keadaan fisiknya. Salah
satu yang menjadi perhatian antropologi fisik adalah evolusi manusia (Haviland,1985 dan
Ihromi, 1994)

2. Antropologi Budaya

Antropologi budaya meliputi atnologi, linguistik, dan arkeologis. Yang ketiganya


berhubungan langsung dengan kebudayaan manusia. Berikut kan di bahas satu persatu:

a. Etnologi
Atau dikenal dengan ilmu bangsa-bangsa. Etnologi menurut Haviland (1985:17)
adalah cabang dari antropologi budaya yang memusatkan perhatian terhadap kebudayaa-
kebudayaan zaman sekarang. Sub disiplin ini lebih mengkhususkan diri kepada perilaku
manusia sebagaimana yang dapat disaksikan, dialami, dan didiskusikannya dengan
orang-orang yang kebudayaannya hendak dipahami. Sementara itu, menurut Ihromi
(1994:10) berpendapat bahwa seorang ahli etnologi berusaha memahami bagaimana
perbedaan dari cara berpikir dan cara berlaku yang sudah membaku pada orang-orang
masa sekarang dan masa lalu, serta memahami sebab-sebab dari perbedaan itu. Dengan
kata lain etnologi mempelajari pola-pola kelakukan seperti adat istiadat perkawinan.
Struktur kekerabatan. Sistem politik dan ekonomi, agama, cerita-cerita rakyat, kesian dan
musik.
Serta bagaimana perbedaan diantara pola-pola itu dalam berbagai masyarakat
masa kini. Selain itu etnologi juga mempelajari dinamika kebudayaan tersebut dan
kebudayaan lain saling mempengaruhi termasuk juga interaksi antara berbagai
kepercayaan dan cara-cara melaksanakannya di dalam suatu kebudayaan dan
pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang.
b. Lingustik
Lingustik adalah ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu tentang bahasa ini agak lebih tua dibandingkan dengan antropologi
kedua displin tersebut menjadi amat erat hubungannya, karena ketika para ahli
antropologi melakukan penelitian lapangan, mereka meminta bantuan tenaga –tenaga
ahli bahasa untuk mempelajari bahasa-bahasa primitive. Terdapat perbedaan antara ahli
linguistic lebih tertarik pada sejarah dan struktur bahasa-bahasa yang tidak tertulis. Pusat
perhatian demikian memerlukan teknik analisa dan penelitian teknik analisa dan
penelitian yang lebih las jenisnya dibandingkan dengan yang digunakan oleh para ahli
bahasa yang jelas.
Lebih jauh ahli linguistic juga tertarik untuk mempelajari timbulnya bahasa
selama masa yang lalu dan juga pada variasi bahasa pada masakiri, sehinga dapat
dikatakan bahwa ahli antropolgi linguistic mempeljari timbulnya bahasa dan bagaimana
terjadi nya variasi dalam bahasa-bahasa selama dalam jangka waktu beradap –abad.
Ketika antropologi linguistic tertarik-tertarik mengenai bagaimana terjadinya perbedaan
bahasa-bahasa sekarang. Khususnya sehubungan dengan kontruksi dan cara
pengunaannya,maka kemudian berkembang cabang ilmubahasa deskriptif secara rinci,
ilmu mengenai kontruksi bahasa disebutilmu bahasa struktual , dan ilmu yang
mempelajari bagaimana bahasa dipergunakan dalam logat sehari-hari disebut
sociallingustik atau etnolingustik.

c. Arkeologi

Arkeologi menurut Havilland (1985: 14) adalah cabang antropologi budaya yang
mempelajari benda-benda dengan maksud untuk menggambarkan dan menerangkan
perilaku manusia. Sebagian besar perhatian dipusatkan kepada masa lampau, karena apa
yang tertinggal di masa lampau seringkali hanya berupa benda dan bukan gagasan. Ahli
argeologi mempelajari alat-alat, tembikar, dan peninggala lain yang tahan lama, yang
masih ada sebagai warisan dari kebudayaan yang telah punah. Atau dengan kata lain
menurut Ihromi (1994:7) beerusaha mengkontruksikan dan menyusun kembal cara hidup
sehari-hari dan adat istiadat daribangsa-bangsa masa prasejarah, serta menelusuri
perubahan kebudayaan dan mengajukan keterangan tentang kemungkinan sebab dari
perubahan kebudayaan itu.

Pokok perhatiannya sama dengan ahli sejarah hanya saja ahli arkeologi
menelusuri masa lalu yang lebih jauh, karena para ahli sejarah hanya mempelajari
kebudayaan yang mempunyai catatan-catatan tertulis dan hanya membatasi diri pada
5.000 tahun terakhir ini.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fedyani Saifuddin, Ph.D. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma 2005 Achmad Fedyani Saifuddin Edisi pertama, Cetakan ke-2

Harsojo,1999. Pengantar Antropologi. Putra Abidin : Bandung

Anda mungkin juga menyukai