Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

“ BUDAYA BATAK ”

Dosen pengampu : Ns. Windy Freska, M. Kep

Disusun oleh : Kelompok B

1. Reffy Anyati (1711311021)


2. Weriska Oktrivani (1711311023)
3. Mukhlisin Putra (1711311025)
4. Lilian Meutia (1711311027)
5. Lara Claudya (1711311029)
6. Ovitra Mulyawati (1711311031)
7. Mutya Amal Dwi Safura (1711311033)
8. Wulandari Astagina (1711312001)
9. Fadhil Akbar (1711312003)
10. Fara Annisa (1711312005)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “ Budaya Batak ”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi
kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami
lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1.    Yang terhormat, dosen mata kuliah Keperawatan Transkultural
2.    Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian budaya .......................................................................................


2.2 pengertian kesehatan ....................................................................................
2.3 hubungan kesehatan dengan kultur budaya .................................................
2.4 budaya batak
2.5 metode sunrise pada budaya batak

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki


latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi ini
penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan
interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut
didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada
terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan klien dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dari latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Perawat harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi
warisan budaya klien. Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang
sisrematik dan komprehensif dari nilai- nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan
praktik individual, keluarga, komunitas.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat
menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan
yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia
terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan
mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing
approach ).
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan
sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang
bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku
bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba,Batak Karo, Batak
Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam.
Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut
kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah
penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang. Orang Batak adalah
penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian budaya ?
2. Apa pengertian kesehatan ?
3. Bagaimana hubungan antara kesehatan dengan kultur budaya ?
4. Apa – apa saja itu Budaya batak ?
5. Bagaimana metode pengkajian sunrise pada budaya batak ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian budaya ?
2. Untuk mengetahui Apa pengertian kesehatan ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara kesehatan dengan kultur
budaya ?
4. Untuk mengetahui Apa – apa saja itu Budaya batak ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana metode pengkajian sunrise pada budaya batak ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya


Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks,
abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni, dan bahkan dalam
kesehatan baik itu untuk penyebab sakit, penyembuhan penyakit dan lain
sebagainya.

2.2 Pengertian Kesehatan


Sehat adalah dinamis, statusnya berubah - ubah yang mempengaruhi
seseorang dalam tingkat fungsi fisiologis, psikologis dan dimensi kultur sosial.
Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau lebih dari prespektif
biologis dan klinis,psikologis ,sosiologis dan adaptif. Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial, dan ekonomis.
Definisi kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23
tahun 1992 merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan
jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang
berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial
seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
2.3 Hubungan Kesehatan dengan Kultur Budaya
Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang
fenomena medis. Menurut Fabrega Antropologi Kesehatan adalah studi yang
menjelaskan sebagai berikut :
1. Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang rnemainkan peranan
didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu - individu dan
kelompok-kelompok berespons terhadap sakit dan penyakit.
2. Mernpelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan
terhadap pola-pola tingkah laku.

Setiap Kebudayaan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan


seseorang dan meliputi system / ide /gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari – hari, kebuadayaan itu bersifat
abstrak. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan
adalah seperti budaya batak dalam menanggapi masa kehamilan, melahirkan
sampai nifas.

2.4 Budaya Batak


Suku batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Suku
bangsa yang dikategorikan batak yaitu seperti toba, karo, pakpak, simalungun,
angkola, mandailing. Batak adalah rumpun suku – suku yang mendiami sebagian
wilayah Sumatra utara.
Banyak sekali budaya batak yang masih diterapkan sebagian
masyarakat batak, dan banyak juga budaya yang tidak sesuai ataupun
mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut.
Dimana budaya batak yang memperngaruhi kesehatan sebagai
berikut :
Di wilayah batak toba sangat menghargai marga dan keturunannya atau
disebut dengan Tarombo. Berdasarkan silsilah dan marga ini lah kedudukan
seseorang pada kelompok keluarga atau masyarakat Toba sangat berkaitang
dengan Dalihan Natolu. Di batak toba banyak sekali budaya sperti upacara –
upacara pada masa kehamilan, melahirkan dan sampai nifas.
1. Upacara menjelang kelahiran
Manusia berada dikandungan selama ±9 bulan namun menurut
keyakinan suku batak khususnya ugamo malim, terjadinya manusia
menjalani rentan waktu selama dua belas bulan. Didalam kandungan ibu
hanya selama Sembilan bulan dan selama tiga bulan berada dalam
kandungan ayah.
Pada bulan 1 : benih tiga bulan dalam kandungan ayah. Pada
bulan 2 : telah bertambah debata natolu di bumi suci dimana mendapat
getaran, dan jika sudah ketemu akan terbentuk, hal ini terjadi sampai
bulan keempat. Pada bulan ke 5 : pada bulan kelima terjadilah
pembentukan otak manusia
Pada bulan ke 6 : terjadi pembentukan urat manusia dan sudah mulai
bergerak. Pada bulan ke 7 : terjadi proses pembentukan tulang. Pada
bulan ke 8 : bayi sudah ,ulai bolak – balik serta mulai terjadinya rambut.
Pada bulan ke 9 proses pemisahan air ketuban, pemisahan bungkus,
pemisahan tali – tali, pemisahan darah, dan hanya menunggu hari
lahirnya.
Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba maka sanak saudara
memanggil sanak sibaso (dukun beranak). Sibaso akan memberikan obat
agar siibu tidak susah untuk melahirkan yag sebut dengan salusu (satu
butir telur ayam kampung) yang terlebih dahulu didoakan kemudian
dihembus, kemudian dipecahkan lalu diberikan kepada siibu untuk
ditelan. Daun ubi rambat dan daun bunga raya direbus beserta air dari
pancuran disaring lalu diminumkan kepada siibu mengarah kebawah.
2. Upacara saat terjadi kelahiran
Dengan banyak persiapan dilakukan untuk menyambut bayi
yang akan lahir, maka ketika lahir, maka ayah si bayi akan membelah
kayu secara demonstrative. kegitan ini dilakukan didepan rumahnya
dengan menimbulkan suara keras dan jendela – jendela rumah dibuka
lebar dan asap dari pembakaran kayu dan dari perapian dabur. Inilah
menjadi tanda bahwa sudah ada terjadi kelahiran, sehingga warga
terpanggil untuk melihat kebahagiaan tersebut.
Setelah ibu melahirkan, sibaso ( dukun beranak) mengambil
buah ubi rambat dan sisik bambu, lalu sibaso mematok tali pusat bayi
dengan sisik bambuyang tajam dengan beralaskan buah ubi rambat yang
berukuran 3 jari – jari dari bayi. Dan apabila bayi lahir maka sibaso
memecahkan kemiri dan mengunyahnya dan kemudian memberikannya
ke bayi bertujuan untuk membersihkan kotoran yang dibawa bayi dari
kandungan dan sekaligus membersihkan dalam saluran pencernaan
makanan yang pertama yang disebut dengan Tilan (kotoran pertama).
Apabila sibayi terus menangis, maka dimandikan dengan bahan yang
digunakan untuk memotong tali pusar tadi yaitu kulit bamboo, jeruk
purut, dan ubi rambat.

3. Upacara setelah kelahiran


Upacara yang dilakuakan setelah menikah seperti :
 Mangirdak
 Pemberian ulos tondi
 Mengharoani
 Martutu aek, pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan, bayi
tersebut dibawa ke pancuran dan dimandikan dan dalam acara
inilah sekaligus pemberian nama. Dimana prosesnya bayi di bawa
ke pancuran dan bayi dalam keadaan telanjang lalu dibaringkan
dengan alas kain ulos, kemudian dipimpin oleh pimpinan agama
yaitu ulu punguan. Kemudian sibaso akan menceduk air lalu
menuangkan air ketubuh sianak yang terkejut karenanya dan
menjerit menangis tiba – tiba. Melalui ritual ini, keluarga
menaymapaikan persembahan kepada kepercayaannya untuk
menyucikan si bayi dan menjauhkan dari kuasa – kuasa jahat
sekaligus meminta agar semakin banyak bayi yang dilahirkan.
 Mengallang esek – esek
 Mengambit
 Mebat atau mengebati
 Paias rere
 Ulos parompa
 Dungu – dungu

Itu merupakan upacara suku batak pada masa kehamilan, kelahiran dan
sampai nifas.

2.5 Metode Sunrise Pada Budaya Batak


Berdasarkan metode sunrise ada tujuh komponen pada teori
transcultural sebagai berikut :
1) Faktor teknologi (technological factor)
Pada daerah batak toba masih banyak sebagian dari masyrakatnya masih
belum ke zaman yang modern atau penuh dengan teknologi – teknologi
canggih. Masih sedikit informasi, sarana seperti internet, gadged dan juga
lainnya. Sehingga pada daerah pedalaman batak toba masih tertinggal dengan
informasi – informasi kesehatan yang semakin tinggi dan canggih.

2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical Factors)


Dimana mayarakat batak toba masih percaya terhadap kepercayaan –
kepercayaan leluhur dan dewa dewi. Dimana setiap upacara mempunyai arti
dalam agamanyanya tersebut seperti :
Upacara Arti kepercayaan

Salusu (satu butir telur ayam supaya ibu tersebut dimudahkan


kampung) yang terlebih dahulu untuk menjalankan kelahiran.
didoakan kemudian dihembus yang
diberikan kepada ibu yang akan
melahirkan.

Dilakukannya pembakaran kayu mereka mempercayainya untuk


didepan rumah atau daun – daun yang dipercepat dalam pengeringan luka
dipercayai obat yang mana ini melahirkan.
diletakkan dibawah Kasur siibu
supaya asap bisa masuk kerumah.

Sibaso memecahkan kemiri dan dipercayai untuk membersihkan


mengunyahnya dan kemudian kotoran yang dibawa bayi dari
memberikannya ke bayi kandungan dan sekaligus
membersihkan dalam saluran
pencernaan makanan yang pertama

bayiberumur 7 hari dibawa ke dalam kepercayaan merekan budaya


pancuran dan dimandikan, menceduk tersebut menymapaikan persembahan
air lalu menuangkan air ketubuh kepada kepercayaannya untuk
sianak dan akan terkejut karenanya menyucikan si bayi dan menjauhkan
dan menjerit menangis tiba – tiba dari kuasa – kuasa jahat sekaligus
meminta agar semakin banyak bayi
yang dilahirkan.

3) Faktor sosial dan kekeluargaan (sosial and skinsip factor)


Budaya tersebut merupaka budaya turun temurun dari keluarga nenek moyang
mereka. Biasanya budaya ini dilakukan oleh semua masyarakat yang masih
pada kepercayaannya.

4) Faktor nilai – nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways)
Budaya batak toba yang akan menjadi sumber sikap prilaku sehari – hari
dalam kehidupannya. budaya ini sangat menghargai marga dan silsilahnya
sehingga dari marga dan silsilah ini lah yanga kan mempunyai kedudukan
dalam keluarga dan masyrakat. Budaya ini masih banyak menganut
kepercayaan – kepercayaan kepada leluhur dan dewa – dewi.

5) Faktor ekonomi (economical faktor)


Dalam budaya ini, baik ekonomi rendah atau tinggi tetap melakukan budaya
tersebut apabila ia masih memepercayainya. Pada upacara mengharoani,
mangallang esek – esek, marambit, dungu – dungu merupakan upacara seperti
jamuan kepada masyrakat lainnya karena telah lahirnya bayi tersebut.

6) Faktor pendidikan (educational factor)


Masih banyak masyarakat tidak mempunyai pendidikan.

7) Faktor kebijakan dan politik (political and legal factor)


Diamana dalam sebuah budaya akan adapimpinan agama yaitu ulu punguan
yang akan memimpin dalam upacara – upacara adat.

Diagnosa yang dapat diambil dari budaya tersebut :


1) Hambatan religiositas berhubungan dengan kebergantungan pada
keyakinan
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan budaya yang dilaksanakan
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.
Perencanaan dan implementasi keperawatan transcultural merupakan
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan suatu proses
pemilihan strategi yang tepat sedangkan implementasi yaitu melaksanakan tindakan
sesuai dengan latar belakang budaya klien. Dimana strategi yang akankami ambil
yaitu :

1) Mengakomodasi / menegosiasi budaya (cultural care accommodation atau


negotiations) karena budaya ini kurang mendukung pada kesehatan
masyarakat tersebut.
Dimana kita harus melakukan sebagai berikut ;
 Melakukan pengkajian terhadap budaya
 Melakukan observasi terhadap budaya
 Lakukan pendekatan kepada masyarakat tersebut
 Siapkan persiapan yang akan dilakukan
 Lakukan pendidikan kesehatan kepada beberapa orang terlebih dahulu
dan berikan kegiatan yang akan mengganti budaya tersebut tetapi
dengan melakukan penjelasan kerugian – kerugian pada budaya yang
dilakukannya ssat ini.

Apabila beberapa masyarakat menerima negosiasi tersebut maka dapat


dilakukan penggantian budaya tetapi hal ini tidak akan mudah karena akan berkaitan
mengubah sesuatu kebiasaan seseorang. Akan membutuhkan waktu yang lama.

2) Mengubah dan mengganti budaya saat ini (cultural care repartening


reconstruction)
 Mengkaji pengetahuan masyarakat
 Mengubah persepsi masyarakat terhadap budaya
 Menjelaskan persepsi baru dengan menjelaskan keuntungan –
keuntungan
Evaluasi akan dilakuakan apabila sudah dijalankan intervensi –
intervensi tersebut. dimana apakah budaya tersebut menerima atau menolak
datangnya persepsi baru.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Jenis
budaya terdiri atas dua yaitu pertama, etno-caring yaitu budaya yang dipelajari dari
orangtuanya. Kedua, professional caring yaitu budaya yang dipelajari dari
pendidikan formal.
Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri,
kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan
yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari.

3.2 Saran

Sebagai calon perawat hendaklah nantinya mengaplikasikan teori-teori Leininger


dalam setiap melakukan proses keperawatan, tanpa membeda-bedakan pasien, baik
itu dari segi agama, budaya, dan sebagainya sehingga pelayanan kesehatan dapat
dilakukan secara optimal. Selain itu, dengan adanya makalah ini, para mahasiswa
keperawatan dapat mengetahui konsep keperawatan transkultural sehingga mulai
sekarang mempersiapkan diri menghadapi beragam perbedaan dengan pasien yang
nantinya akan didapatkan di pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ijhulners. 2016. teori keperawatan leininger. Diambil pada


http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/transkultural-nursing.gtml?m=1

Napitupulublog. 2015. Upacara kelahiran di adat batak. Diambil pada


http://napitupulublog.blogspot.com/2015/03/upacara-kelahiran-di-adat-
batak.html?=1

Anda mungkin juga menyukai