(Tradisi Marapi Pada Ibu Nifas di Desa Manunggang Jae, Sumatera Utara)
Kelas :Chamomile
Kelompok :5
Disusun oleh :
Laporan ini memuat tentang “ Tradisi Marapi pada ibu nifas di desa Manunggang Jae,
Sumatera Utara” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu
mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan dan
kesehatan.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Siti Rofi’ah, S.ST, M.Kes, selaku
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah banyak membantu menyusun agar dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya.Semoga laporan ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kekurangan, kami
mohon untuk saran dan kritiknya agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Terimakasih.
Kelompok 5
1.1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Masa nifas merupakan periode kritis dalam keberlangsungan hidup ibu dan bayi
baru lahir. Sebagian besa kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi dalam 1 bulan pertama
setelah persalinan. Untuk itu, perawatan kesehatan selama periode ini sangat dibutuhkan
oleh ibu dan bayi baru lahir agar dapat terhindar dari risiko kesakitan dan kematian.
World Health Organization (WHO) menganjurkan agar pelayanan kesehatan masa nifas
(postnatal care) bagi ibu mulai diberikan dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, misalnya dokter, bidan atau perawat (SDKI,
2017).
Perawatan masa nifas merupakan suatu upaya yang dilakukan bidan, ibu nifas dan
keluarga dengan tujuan agar kebutuhan nutrisi pada ibu nifas tercukupi, personal hygine
terjaga, adanya perawatan payudara, istirahat dan tidur cukup, sehingga dapat mencegah
terjadinya tanda bahaya selama masa nifas yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
berdampak pada kematian (Nurjanah, 2013). Kepercayaan dan keyakinan budaya
terhadap perawatan ibu post partum, masih banyak di jumpai di lingkungan masyarakat.
Mereka meyakini budaya perawatan ibu setelah melahirkan dapat memberikan dampak
yang positif dan menguntungkan bagi mereka.Salah satunya yaitu Tradisi Marapi pada
ibu nifas di desa Manunggang Jae, Sumatera Utara
Tradisi marapi adalah tradisi mengasapkan atau memanaskan ibu yang baru
melahirkan bersama bayinya selama 40 hari yang dilakukan oleh ibu nifas di Kota
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini praktik tradisi marapi masih
banyak dilakukan oleh masyarakat. Jenis perawatan dalam tradisi ini meliputi pengasapan
(marapi) dan manjonjongi api (berdiri di atas perapian). Tradisi marapi tetap ada dan
masih bertahan di kalangan masyarakat Desa Manunggang Jae Kota Padangsidimpuan
karena tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dan praktiknya masih dianjurkan oleh
tetua kampung maupun orang tua.
Tradisi marapi sekalipun dilakukan dengan maksud mengupayakan kesehatan ibu
nifas dan bayinya, namun tradisi ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti
gangguan sistem pernapasan, luka bakar, infeksi luka perineum,dehidrasi, vasodilatasi,
penurunan tekanan darah dan iritasi kulit.Hal ini di perkuat bahwa perilaku masyarakat
dalam memelihara kesehatan dipengaruhi oleh determinan sosial yaitu budaya (tradisi).
Disarankan kepada masyarakat agar melakukan perawatan masa nifas dengan cara yang
lebih sehat, kepada tenaga kesehatan untuk mengembangkan upaya promosi dan edukasi
kesehatan tentang perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir.
II. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi praktik tradisi marapi dan
hubungannya dengan kesehatan ibu dan bayi di Desa Manunggang Jae.
Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan pemahaman bahwa
derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh determinan sosial di antaranya adalah
tradisi.
Manfaat praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk Pemerintah
Daerah dan Dinas Kesehatan dalam merumuskan rencana intervensi untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi akibat tradisi marapi. Memberikan informasi
bagi tenaga kesehatan di puskesmas maupun di desa dalam melakukan pendekatan untuk
mengedukasi masyarakat khususnya ibu nifas tentang risiko kesehatan yang terjadi pada
ibu dan bayi yang melakukan tradisi marapi.
BAB II
PEMBAHASAN