BAB 1
PENDAHULUAN
c. Selanjutnya pemeriksaan sesuai dengan standar teknis. Melihat “JOB AND” bila
ada (sesuai dengan daftar titik pelayanan kesehatan dasar).
d. Bila perlu periksa lab dan pasien diberi tahu untuk menunggu panggilan di ruang
tunggu lab.
e. Bila pemeriksaan lab bisa dilakukan langsung, maka pasien akan diberitahukan apa
yang akan diperiksa, apakah darahnya, apakah urinnya dan diberi tahu kembali ke
ruang periksa setelah mendapatkan hasil pemeriksaan lab.
f. Bila pemeriksaan lab dilakukan keesokan harinya atau dirujuk ke lab yang lebih
besar, maka pasien akan diberitahu persiapan-persiapan yang diperlukan misalnya
puasa, bila perlu membawa tinja, atau khusus untuk periksa kehamilan diambil air
seni pada saat bangun tidur dan sebagainya.
1.3.6 Apotek
Pasien sampai di Loket Apotek:
a. Pasien dipanggil oleh petugas apotek untuk menerima obat sesuai resep yang
diberikan dokter atau petugas yang selalu memberi pelayanan,
b. Pasien diterima petugas apotek dengan ramah dan penuh perhatian.
c. Petugas apotek membawa resep dan mencari obat sesuai dengan resep. Bila tulisan
resep sukar dibaca ditanyakan kepada yang menuliskan resep.
d. Obat dimasukkan ke dalam kemasan dipilih sesuai dengan bentuk obat.
e. Kemasan obat diberi nama pasien, dosis dan cara pemakaian obat. Bila obat luar
ditulis “obat luar untuk tidak dimakan” bila perlu.
f. Berikan obat sesuai resep kepada pasien dan diberikan penjelasan cara meminum
obat sesuai pemakaian.
g. Berlaku kepada pasien bila setelah meminum obat terjadi efek samping yang
menimbulkan misalnya rasa gatal, pusing, dan mual. Hentikan pemakaian obat dan
kembali ke Puskesmas.
Selanjutnya pasien diberitahukan dapat kembali pulang. Pasien pulang dengan rasa
puas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Depkes RI (1991), puskesmas merupakan suatu unit organisasi fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok.
Definisi puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksanaan Teknis
Sebagai Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan Kota Medan (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggungjawaban utama penyelenggaraan upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas
ditanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan. Namun jika di dalam suatu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan/RW).
Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
setiap upaya Puskesmas baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Asas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Asas pertanggungjawaban wilayah, berbagai kegiatan yang harus dilakukan
Puskesmas, antara lain:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan terjangkau
di wilayah kerjanya.
2. Asas pemberdayaan masyarakat, beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yaitu:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balita (BKB).
b. Upaya pengobatan: posyandu, pos obat desa (POD).
c. Upaya perbaikan gizi: Posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi
(KADARZI).
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua atau wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), pos kesehatan pesantren (Posketren).
e. Upaya kesehatan lingkungan: kelompok pemakai air (Pokmair), Desa Percontohan
Kesehatan Lingkungan (DPKL).
f. Upaya kesehatan usia lanjut: Posyandu Usila, Panti Weda.
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK).
h. Upaya kesehatan jiwa: Posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
(TPKJM).
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman obat keluarga (TOGA).
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): Dana sehat, tabungan ibu
bersalin (Tabulin), mobilitas dana keagamaan.
3. Asas keterpaduan
2. Kriteria personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan
tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas
kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
BAB III
luas tanah 410,75 m2. Luas tanah rumah dinas Dokter 357.75m2. Luas tanah rumah dinas
paramedis masing masing 178,875m2. Luas bangunan Puskesmas 350 m2 dan luas bangunan
rumah dinas masing2 100m2. Keadaan rumas dinas Dr rusak berat dan tidak ditempati.
Puskesmas Helvetia diresmikan pada tahun 1979 oleh Walikota Medan AS Rangkuti.
1. Kelurahan Helvetia
6. Kelurahan Dwikora
Pada wilayah kerja Puskesmas Helvetia terdapat 2 buah Puskesmas Pembantu (Pustu),
yaitu Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta yang terletak di jalan Gaperta Ujung kelurahan
Tanjung Gusta dan Puskesmas Pembantu Dwikora yang terletak di jalan Setia Luhur
Kelurahan Dwikora.
dicakup oleh Puskesmas Helvetia sebanyak 145.239 jiwa yang terdiri dari 31.652 kepala
keluarga.
Tabel 3.1
No Kelurahan Jlh. Pend Jlh. Pend. Jlh. Pend Jlh Ling Jlh. KK
Grafik 3.1
10000 SSK II
Tanjung Gusta
5000
Cinta Damai
0
Kelurahan
Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kelurahan Tanjung Gusta, yaitu sebanyak
29.336 dan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu kelurahan Helvetia sebanyak
11.358.
Tabel 3.2
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa : jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki, yaitu 74.065 jiwa atau 50,3 % dari total jumlah penduduk.
Tabel 3.3
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta/ pedagang,
yaitu sebanyak 51.038 (55%) dan mata pencaharian yang paling sedikit adalah petani, yaitu
Tabel 3.4
1 Islam 57.617 62
Jumlah penganut agama terbanyak diwilayah kerja Puskesmas Helvetia yaitu Agama Islam
sebanyak 57.617 (62 %) dan yang paling sedikit adalah Hindu sebanyak 419 (0,04 %).
Tabel 3.5
Data G S I
Bln Bln
1 Helvetia 227 1.204 250 238 227 1.930/ 7.609
/17.893
3 Helv. Timur 481 2.550 571 545 481 4.090/ 16.120
97.310
Sumber : KIA - Puskesmas Helvetia, 2014
3. Fasilitas alat-alat
4. Fasilitas obat-obatan
5. Fasilitas imunisasi
6. Fasilitas kendaraan.
6 Balai Pengobatan 3 1 0 0 0 4
7 Dokter 0 0 2 0 0 2
Kandungan
8 Dokter Anak 0 1 2 0 0 3
9 Dokter Bedah 0 1 1 0 0 2
10 Dokter Gigi 2 0 4 1 4 11
11 Dokter Umum 7 2 6 4 3 22
12 Bidan 10 0 0 0 12 22
Puskesmas Helvetia dan Pustunya memiliki tenaga kesehatan terdiri dari tenaga
medis, paramedis dan staf administrsi lainnya. Adapun tenaga kesehatan yang terdapat di
KTU Keuangan/
Perlengkapan
- Ruang TU : 1 Unit
- Laboratorium : 1 Unit
Tabel 3.7
Buku-buku catatan/Register
Lemari/rak kartu
Mesin tik
3 Set computer
3 Notebook
ATK
Alat-alat imunisasi
Alat-alat laboratorium
Oksigen
Infus Set
kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-obatan yang bersumber
LABORATORIUM
APOTIK
RUANG
TATA USAHA LAB RUANG RUANG
POLI DATA
GIGI DAN PASIEN
GUDANG MULUT
OBAT
TEMPAT
APOTEK PENDAFTARAN
RUANG
TUNGGU PASIEN
PASIEN
RUANG KIA
&
RUANG KB
KAMAR
PERIKSA
DOKTER
(RUANG
DOKTER)
RUANG RUANG KAPUS
IMUNISASI/ GIZI/
KESLING
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)
6. Upaya Pengobatan
Kegiatan :
a. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan lingkungan,
gizi keluarga, KB, imunisasi, Posyandu dan sebagainya.
b. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet dan brosur.
c. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan antara lain
berupa gotong royong dan olahraga.
Penyuluhan tentang penyakit yang berbasis lingkungan seperti demam berdarah
bertempat di:
- Balai kecamatan/kelurahan
- Sekolah-sekolah SD, SMP, SMA
- Rumah ibadah
- Rumah penduduk
- Puskesmas
-
Kegiatan :
kesehatan
KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, bayi dan balita serta anak pra sekolah yang menjadi tanggung jawab Puskesmas,
Sasaran
Ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita serta anak pra sekolah.
Kegiatan
Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu : timbang berat badan, mengukur
tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, serta
vitamin A.
payudara
Membina posyandu
Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak)
Pemberian Imunisasi pada bayi, balita, ibu hamil, anak sekolah dan calon pengantin.
Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak yang menderita diare
Tabel 3.15
Target
PERSEN
Keterangan 12bulan Sasaran Jumlah
No (%)
(%)
Jumlah kunjungan K1
1 95% 3192 2945 92,2%
ibu hamil
Jumlah kunjungan K4
2 95% 3192 2846 89,1%
ibu hamil
Target K1 : 95%
Target K4 : 95 %
Target DRT : 20
Target Persalinan : 90 %
638
Pengertian
Sasaran
Tujuan
Kegiatan KB
terpadu.
Menerima akseptor dan calon akseptor yang di rujuhk dari pos-pos KB dan
Tabel 3.16
2 Februari B 10 - 5 11 102 86 17
3 Maret B 12 - 6 8 123 78 23
4 April B 20 - 3 12 104 86 37
5 Mei B 23 - 11 31 131 82 27
7 Juli B 34 - 2 9 83 73 3
8 Agustus B 22 - 11 3 109 69 5
9 September B 13 - 10 10 88 72 17
10 Oktober B 7 55 11 6 81 68 11
Tabel 3.17
Data Persalinan Di Puskesmas Helvetia Medan ( Jampersal )
NO Bulan Persalinan
1 Januari -
2 Februari -
3 Maret -
4 April -
5 Mei -
6 Juni -
7 Juli -
8 Aguatus -
9 September -
10 Oktober -
11 Nopember -
12 Desember -
JUMLAH -
Tidak ada ruang rawat dan ruang tunggu khusus untuk kebidanan dan tidak ada
kamar mandi di dalam ruang bersalin serta westafel yang tidak memenuhi syarat
meskipun Puskesmas Helvetia adalah puskesmas mampu PONED.
Tidak ada Ambulance yang memenuhi syarat dan tidak ada supir khusus
pada hakekatnya dikarenakan keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan
defisiensi vitamin A dan defisiensi yodium (gondok dan kreatin). Beberapa kegiatan upaya
1. Mendata jumlah Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ada di Wilayah kerja Puskesmas.
pada Balita.
4. Memberikan tablet penambahan darah untuk mencegah dan mengobati anemia pada ibu
5. Melakukan demonstrasi menu makanan bergizi dengan harga murah dan terjangkau di
dengan menanam sayuran dan buah-buahan serta memelihara ternak terutama unggas.
9. Memberikan bantuan beras jimpitan, susu dan biskuit utk balita gizi kurang dan gizi
buruk.
Tabel 3.18
Pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi Penderita Gizi Buruk yang terdiri
dari :
7 Salwa Azalia 23 – 03 – 2011 Jl. Titi Papan Gg.1 Karipno/Juli 8,5/83,5 9/83,5
No.17
8 Rangga 30 – 11 – 2013 Jl. Kaswari Heru.S/Sriana 5/67 5/67
Pratama Gg.Sosial No.4
9 Ade 19 – 09 – 20011 Jl. Pinang Baris Ermansyah/ 6,5/79 6,8/79
Syahputra No.32 Rismawati
10 Aini Tiara 29 – 01 – 2012 Jl. Merak Gg.Famili Suhardi/asriawati 6,9/79 7,5/79
No.22
11 Dedi 30 – 11 – 2012 Jl. Binjai Gg.Balai Gito/Devi 8/83 8,8/83
Syahputra Desa
12 Santa 20 – 08 – 2012 Jl. Puskesmas Ronal Aritonang 7,8/78 8/78
Theresia Gg.Horas
13 Erina Cintia 12 – 08 – 2011 Jl. Wakaf No.63 Heri.S/Tiurma 7,6/80 7,7/80
Lk.XIV
14 Raihan 02 – 02 – 2011 Jl. Pinang Baris Sunardi 9/89 10/89
Gg.Abadi Lk.IV
15 Naila Zahra 09 – 03 – 2013 Jl. Seroja Agus Salim 7/75 7,5/75
Gg.Pribadi Lk.IV
16 Saida 30 – 06 – 2013 Jl. PAM Tirtanadi Wandi 5,5/69 5,8/69
Gg. Keluarga
17 Sakina 13 – 10 – 2013 Jl. Perjuangan Wiwin/Siti Aisyah 6,1/72 6,4/72
Amanda Gg.Makmur No.54
B
b) Tidak ada fasilitas ruang rawat inap utk menampung sekaligus balita gizi buruk
Saran – saran :
Balita –balita gizi buruk ini yang tidak mempunyai komplikasi penyakit lain dan
dirawat sejak bulan Oktober thn 2014. Satu bulan perawatan pertama yaitu bulan Oktober
telah diberikan PMT berupa Formula 75 , bubur susu, bubur olahan,dan 60 hari rawat jalan
berupa bubur susu,susu formula,biscuit . Seperti yang terlihat pada table telah terjadi
Tabel 3.19
Analisa pemantauan Pertumbuhan Balita yang datang ke Posyandu
(0 s/d 23 bln )
Analisa Tabel 3. 19
Cakupan D / S tahun 2014 sdh memenuhi target ,demikian juga N/S dan cakupan pemberian
Vitamin A disebabkan tidak semua balita yang ada berkunjung ke Posyandu sebagian ke
klinik atau RS yang ada di wilayah, tetapi tidak semua Klinik atau RS yang melaporkannya
ke Puskesmas.
Tabel 3.20
Analisa pemantauan Pertumbuhan Balita yang datang ke Posyandu
( 24 s/d 59 bln)
Analisa Tabel 3. 20
Cakupan D / S tahun 2014 sudah memenuhi target ,demikian juga N/S dan cakupan
pemberian Vitamin A disebabkan tidak semua balita yang ada berkunjung ke Posyandu
sebagian ke klinik atau RS yang ada di wilayah, tetapi tidak semua Klinik atau RS yang
melaporkannya ke Puskesmas.
Pengertian
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit
dan reservoir ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia
sehat.
Sasaran
Tujuan
Masih ada penderita penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi,
Masih ada penyakit menular yang berhubungan dengan hygiene dan sanitasi,
Masih ada angka penderiia penyakit menular yang penularannya melalui vektor,
Masih ada angka penderita penyakit menular yang ditulari secara langsung, TBC,
o Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio, DT dan TT.
berikut :
o Pemberian imunisasi
o Pendidikan kesehatan.
merupakan suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh terhadap penyakit tertentu.
Tabel 3.27
Jumlah Kunjungan Pasien Umum di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia
Periode Januari –Desember 2014
JAM Pere
KTP / Laki -
NO BULAN MS SP KES SP Askes SP PERDA TOTAL mpua
KRT laki
MAS n
1 Januari 1967 414 313 238 175 1450 795 40 4597 1797 2800
2 Februari 1839 216 280 546 163 1175 690 35 4324 2062 2262
3 Maret 1692 243 298 379 225 745 657 40 3619 1699 1920
4 April 2224 332 351 340 195 1215 778 35 4692 2246 2446
5 Mei 940 244 301 283 161 1229 694 35 3158 1479 1679
6 Juni 2585 225 264 273 176 937 621 20 4480 2130 2350
7 Juli 1701 211 296 299 190 1157 728 20 3874 1827 2047
8 Agustus 2034 202 275 223 168 948 595 30 3880 1830 2050
9 September 2823 197 270 277 197 1036 634 40 4840 2067 2773
2573 2773
10 Oktober 3112 233 301 306 204 1120 625 50
5326
1676 1895
12 Desember 1931 174 247 198 159 802 531 60
3571
25.873 2893 3576 3660 2235 12941 7979 475 51.685 23.938 27747
Jumlah
Sumber : SP2TP PuskesmasHelvetia, 2013
Poliklinik Umum
2. Jumlah kunjungan yang paling sedikit adalah di bulan Mei sebanyak 3158 orang
3. Jumlah kunjungan dalam 1 tahun sebanyak 51.685 dengan rata rata kunjungan
perhari
Tujuan
kerja
Pembagian :
1. Pencatatan
Kegiatan administrasi
Registrasi family folder
Registrasi kegiatan lain.
2. Pelaporan
o Laporan Triwulan yaitu mencatat semua kegiatan Puskesmas dan rencana kerja
selama triwulan
o Laporan tahunan yaitu mencatat semua laporan dalam satu tahun yang diambil
dari laporan bulanan.
o Laporan khusus berupa penyakit, kematian dan obat.
o Membuat rencana kerja bulanan dan membuat laporan kerja bulanan, triwulan
dan tahunan.
o Laporan Kegiatan UKS di Puskesmas Helvetia
Kegiatan UKS di Puskesmas Helvetia berjalan dengan baik dan mendapat dukungan
yang sangat baik dari Camat Medan Helvetia selaku Ketua Tim Pembina UKS. Demikian
juga dengan sekolah sehat. Dalam perlombaan sekolah sehat tingkat kecamatan yang terdiri
dari tingkat TK,SD,SMP dan SMA sederajat, Puskesmas Helvetia beserta dengan pihak
kecamatan telah memberikan apresiasi kepada para pemenang lomba agar dapat menjadi
Kesehatan Peduli Remaja yang telah dibentuk dibeberapa sekolah. Kegiatan ini bertujuan
untuk memperhatikan perkembangan remaja yang saat ini begitu banyak remaja yang
menyimpang kelakuannya oleh berbagai faktor penyebab. Untuk itu Puskesmas telah
mengadakan pelatihan dan membentuk tim konselor yang terdiri dari rekan sebaya para
remaja yang telah memenuhi kriteria untuk terpilih menjadi konselor. Diharapkan akan
terbentuk di sekolah-sekolah lainnya demikian juga dengan remaja mesjid atau remaja gereja
maupun remaja putus sekolah lainnya. Demikian juga dengan dokter kecil dan dokter remaja
Tabel 3.28
kunjungan
No
Swasta
Jumlah siswa
Negeri
Kriteria
kecil/remaja
Jumlah
UKS
SD
2 Jumlah 3 26 10567 22 599
SMP + 72
3 Jumlah 1 35 8121 14 120
SMA
telah berjalan kegiatan kesehatan olah raga pada hari Jum’at minggu pertama bersama dengan
Untuk kegiatan program unggulan tahun 2014 kami mengadakan kegiatan kesehatan
olah raga disertai dengan pengukuran kebugaran Jasmani dan berkolaborasi dengan klinik
PTM (Penyakit Tidak Menular ) sehingga masyarakat mendapat pelayanan kesehatan secara
terpadu. Kegiatan Olah Raga diadakan setiap hari Jumat pagi jam 07.00 WIB dilanjutkan
Tujuan :
keluarganya
Kesehatan kerja adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
bidang kesehatan kerja masyarakat baik dalam waktu sakit maupun sehat guna meningkatkan
Sasaran
Tujuan
seoptimal mungkin di wilayah Puskesmas Helvetia. Untuk itu perlu diadakan pendataan dan
Tabel 3.29
Data Upaya Kesehatan Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2014
Tabel 3.30
Data Rumah Ibadah di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2014
Puskesmas yang bertujuan untuk mencegah dampak pengobatan serta dapat diartikan pula
kesehatan gigi dasar paripurna yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat
Kegiatan-kegiatan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut yang dapat dilaksanakan adalah:
Tabel 3.31
Data Kasus Kelainan Gigi dan Mulut di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia
Periode Januari – Desember2014
jan
Total
Mar
Apr
Mei
Feb
Jun
Sep
nov
Agt
des
okt
Jul
No Penyakit Gigi
1 Karies 216 219 141 154 197 201 173 167 151
3 Peny gusi 72 85 54 48 73 89 87 74 48
,peridontal
4 Abses 16 30 26 25 34 25 27 61 20
5 Peristensi 38 27 45 39 60 29 39 58 44
6 Kel dentofasial 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Stomatitis 5 3 6 3 0 4 0 0 5
8 Dan lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
1. Dari tabel diatas diketahui bahwa kelainan gigi dan mulut terbanyak adalah kasus
Tabel 3.32
Pelayanan Medik Dasar Gigi Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia
No Keterangan Bulan Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
1 Tumpatan Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tetap
2 Tumpatan Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sulung
7 Pengobatan 52 86 60 70 80 78 83 53 63
Periodontal
8 Perawatan lain 80 60 69 78 63 47 51 37 83
Jumlah
1. Pelayanan Medik dasar Gigi dipuskesmas Helvetia dengan Pencabutan Gigi tetap
Tabel 3.33
Jumlah Kunjungan Gigi Puskesmas Helvetia Tahun 2014
11 Novembe
r
12 Desember
Jumlah
1. Kunjungan tertinggi di bulan Juli yaitu sebanyak orang dan menggunakan Kartu
tanda Penduduk.
Keterangan Jumlah
BATRA : - Sinshe 3
Dukun Patah 6
Sumber : Pet. Kesling-Puskesmas Helvetia, 2014
Sputum ( T Paru)
Klinik IMS/VCT
Tabel 3.34
No Pemeriksaan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt No Des
t v
1 Darah Rutin : - 1 1 - - 3 - 1 3 - - -
Hb
2 Eritrosit - - - - - - - - - - -
3 Leukosit - - - - - - - - - - -
4 Trombos - - - - - - - - - - -
5 Diff Count - - - - - - - - - - -
6 LED - - - - - - - - - - -
7 Ht - - - - - - - - - - -
8 Urin Rutin :
PH - - - - - - - - - - -
9 Warna - - - - - - - - - - -
10 Reduksi - - - - - - - - - - -
11 Protein - 1 - 1 - 2 - - - - 1 -
12 Sedimen - - - - - - - - - - -
13 Feses Rutin :
Warna - - - - - - - - - - -
14 Konsistensi - - - - - - - - - - -
15 Telor Cacing - - - - - - - - - - -
16 Amoeba - - - - - - - - - - - -
Sumber : Lab-Puskesmas Helvetia 2014
1. Darah Rutin
= 9 pemeriksaan
2. Urin Rutin
3. Feses Rutin
Tabel 3.35
Laporan laboratorium Khusus Puskesmas Helvetia
Periode Januari - Desember 2014
1. Golongan Darah
Jumlah pasien yang diperiksa rata rata golongan darah dalam 1 bulan:
136
=
12
= 11 pemeriksaan
2. KGD
763
=
12
= 63 pemeriksaan
3. Asam Urat
162
=
12
= 13 pemeriksaan
4. Plano Test
25
=
12
= 2 pemeriksaan
5. Feses khusus
782
=
12
= 65 pemeriksaan
Pengertian
IMS adalah infeksi yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual
beberapa IMS juga dapat ditularkan dari ibu yang menderita ditularkan ke janin atau bayinya
1. Bakteri:
Ureaplasma urealycum.
2. Virus:
3. Protozoa:
Trichomonas vaginalis
5. Ektoparasit:
c) Pengobatan pasien.
Tabel 3.36
7 Juli 50 51 26 25 5
8 Agustus 40 48 15 12 0
9 September 60 54 12 17 0
10 Oktober 50 60 17 12 0
11 November 60 72 42 22 0
12 Desember 40 68 20 16 0
Jumlah 560 565 388 206 18
Klinik IMS-VCT Puskesmas Helvetia 2013
Keterangan :
Satu kali Mobile = 10 Orang, yaitu :
1. Lapas Anak , dewasa, dan Wanita
2. Rutan
3. Komunitas Waria dan LSL
4. Oukup di Griya Tomang Elok di Jalan Gagak Hitam ( PSK)
BAB 6
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan rongga mulut mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan tubuh
secara menyeluruh. Gigi merupakan salah satu dari bagian tubuh yang berfungsi untuk
pengunyahan, berbicara, estetik dan mempertahankan bentuk wajah, sehingga penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam kondisi baik di
rongga mulut.
Penyakit di rongga mulut yang paling sering terjadi adalah karies. Karies merupakan
suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan sementum yang disebabkan
oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies
ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan
bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada
jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju
maupun di negara-negara berkembang. Berdasarkan data kelainan/kasus gigi dan mulut di
wilayah kerja puskesmas Polonia pada bulan Januari-Desember 2015, karies merupakan
penyakit tertinggi kedua yang terjadi.
2. Karies
2.1 Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat
terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam mikrobialdari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen
organik yang akhirnya terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus
berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigisehingga membentuk lubang yang tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi
demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada
permukaan gigi dan waktu.
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi
satudan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu
bertahun-tahunlamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama
hanyamembutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat.
Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada
gigi,dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan
suatu daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya.
Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang
berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi)
danfisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna
tua,bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan.
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab
karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi
tersebut.Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan
bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan karies gigi.
2.2 Etiologi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja, tetapi disebabkan oleh
serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang
memegang peranan, yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat
atau diet ditambah faktor waktu. Faktor ini digambarkan sebagai tiga lingkaran yang
bertumpang-tindih dan waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut
harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik,
substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
2.3 Patofisiologi
Proses terjadinya karies diawali dengan adanya proses demineralisasi pada email, bagian
terkeras dari gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada permukaan
email dan berakumulasi membentuk plak, yaitu media pertumbuhan yang menguntungkan
bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel pada permukaan tersebut akan
menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi.
Demineralisasi merupakan proses awal karies pada email, yang ditandai dengan bercak putih
(white spot). Bila proses ini sudah terjadi, maka prosgresivitas tidak akan dapat berhenti
sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada
permukaan gigi yang terkena karies atau dilakukan pencabutan bila tidak dapat ditambal lagi.
2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa macam klasifikasi karies gigi
b. Karies media. Adalah karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
c. Karies profunda. Adalah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan terkadang sudah mengenai pulpa.
Gejala paling dini karies enamel secara makroskopik adalah ‘white spot’. Bercak ini
dapat terlihat pada permukaan gigi yang kering seperti suatu lesi kecil yang berwarna
putih. Warnanya tampak berbeda dibandingkan enamel di sekitarnya yang masih
sehat. Deteksi dengan eksplorer tidak dapat dilakukan pada tahap ini karena enamel
yang mengelilinginya masih keras dan mengkilap.
b. Karies enamel
Lesi white spot dapat berlanjut menjadi kavitasi pada gigi yang disebut karies enamel/
karies superfisialis. Karies ini biasanya dapat dideteksi dengan tes sondasi yaitu
dengan melewatkan eksplorer pada permukaan gigi.
c. Karies dentin
Karies ini telah mencapai lapisan kedua pada gigi yaitu lapisan dentin. Apabila karies
enamel mencapai batas dentino-enamel, perjalanan karies gigi berjalan dengan lebih
cepat karena lapisan dentin kurang resisten terhadap aktivitas asam yang dihasilkan
oleh bakteri penyebab karies.Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan
dingin, makanan asam dan manis.
d. Karies pulpa
Karies pulpa merupakan karies yang sudah mendekati atau bahkan telah mencapai
pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Penderita biasanya terasa sakit secara
spontan tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati maka gigi akan
menjadi nonvital.
Apabila gigi disinari cahaya fibreoptic, daerah yang mengalami dekalsifikasi tidak
dapat ditembus cahaya, sehingga bagian gigi yang mengalami karies akan terlihat
lebih gelap dibanding bagian gigi lain yang sehat. Metode ini sesuai untuk
mendiagnosa karies aproksimal dan pada kasus gigi crowded.
c. Laser fluoresensi
Laser flouresensi digunakan untuk membantu deteksi karies oklusal. Alat ini akan
memancarkan sinar dengan panjang gelombang 655 nm yang ditransmisikan melalui
serat kaca ke ujung handpiecedan sinar ini akan menembusi gigi.Cahaya yang
diterima diukur dan intensitasnya mengindikasikan ukuran dan kedalaman lesi karies.
d. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi karies
gigi. Radiografi bitewing sesuai digunakan untuk mendeteksi karies oklusal dan
proksimal pada gigi posterior, sedangkan radiografi periapikal lebih sesuai untuk
mendeteksi karies gigi anterior. Radiografi ekstraoral seperti panoramik tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi karies gigi karena gambaran yang dihasilkan kurang
jelas dan akurat. Pada pemeriksaan radiografi, daerah gigi yang memiliki karies akan
kelihatan lebih radiolusen dibanding daerah gigi yang sehat.
2.7 Komplikasi
Karies gigi yang tidak dirawat dapat merusak sebagian besar struktur gigi dan menyebar
ke jaringan sebelahnya sehingga menyebabkan rasa sakit. Invasi mikroba ke pulpa gigi dapat
menyebabkan pulpitis yang dapat berlanjut menjadi nekrosis, kemudian bakteri dapat
berinvasi ke tulang alveolus dan menyebabkan abses gigi atau abses periapikal. Proses ini
dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan komplikasi sepsis serta infeksi pada daerah wajah.
Infeksi periapikal gigi susu dapat menggangu perkembangan gigi tetap penggantinya.
Beberapa komplikasi karies gigi yaitu:
a. Pulpitis, merupakan radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi, jaringan pulpa
berisi pembuluh darah dan syaraf. Jaringan pulpa bisa meradang karena lubang yang
dalam pada gigi dapat menyebabkan makanan dan minuman merangsang langsung
pembuluh syaraf yang terdapat di dalam ruang pulpa sehingga gigi terasa sakit.
2.8 Pencegahan
Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Kedokteran gigi pencegahan meliputi
seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan
difokuskan pada tahap awal sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sesudah
timbulnya penyakit (patogenesis). Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan
Clark) dari Universitas Harvard dan Columbia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan
tersebut atas 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan pencegahan
primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya
meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (specific
protection). Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya
perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan
penyakit dengan membentuk hambatan (barrier) terhadap mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen dan pemberian fluor secara topikal merupakan upaya perlindungan khusus untuk
mencegah karies.
Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan
pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang
atau kambuh lagi. Kegiatannya meliputi diagnosa dini (early diagnosis) dan pengobatan yang
tepat (prompt treatment). Sebagai contoh, penambalan pada lesi karies yang kecil dapat
mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
Pelayanan yang ditujukan pada tahap akhir patogenesis penyakit dikenal sebagai
pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian
pelayanan untuk membatasi kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan
implan termasuk dalam kategori pencegahan ini.
Pencegahan primer yang dilakukan dokter gigi meliputi aplikasi fluor secara topikal, pit
dan fisur silen, konseling diet, program kontrol plak, dan melakukan pengukuran risiko
karies. Pencegahan primer yang diberikan kepada masyarakat adalah fluoridasi air minum
dan kumur-kumur dengan larutan fluor sedangkan individu melakukan tindakan menyikat
gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan menggunakan alat pembersih gigi dan
mulut lainnya.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Ketiadaan alat penambalan karies yang dapat menyebabkan banyaknya kasus karies.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara menjaga kesehatan
rongga mulut yang baik dan benar terutama waktu menyikat gigi yaitu pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur.
3. Kurangnya tindakan promotif dan preventif dari Puskesmas sendiri juga turut
berperan dalam menaikkan angka kasus karies di Puskesmas Polonia.
7.2 Saran
1. Sebaiknya Puskesmas mengajukan proposal kepada donator untuk membantu biaya
dalam menyediakan alat penambalan karies gigi agar kasus karies gigi yang dialami oleh
masyarakat tidak berlanjut menjadi penyakit gigi dan mulut yang lebih buruk.
2. Sebaiknya Puskesmas lebih giat melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara
merata agar meningkatnya kesadaran untuk merawat karies gigi secara dini.
3. Sebaiknya Puskesmas melakukan tindakan promotif dan preventif kepada semua
pengunjung Puskesmas Polonia agar masyarakat yang awalnya tidak mau memeriksakan
giginya yang sudah karies akan bersedia untuk melakukan perawatan karies.
4. Dianjurkan bagi masyarakat di sekitar Puskesmas Polonia untuk melakukan
kunjungan berkala secara teratur ke dokter gigi yang terdapat di Puskesmas Polonia.
LAMPIRAN
Materi penyuluhan selama masa KKS di puskesmas polonia 7-10 Desember 2015