Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRILAKU ORGANISASI KESEHATAN

“ Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan


Di Rumah Sakit ”

Dosen : Dr. Wisnu Hidayat, M.Kes

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

ERNI SUSILAWATI
NIM : 190101014

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengambilan Keputusan
Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Prilaku Organisasi Kesehatan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Batasan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Manajemen Pelayanan kesehatan................................
2.2 Mutu Pelayanan kesehatan..............................................................
2.3 Perilaku Organisasi Rumah Sakit Dalam Pengambilan Keputusan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pelayanan kesehatan merupakan suatu konsep yang diberikan untuk melayani
kesehatan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. karena Kesehatan sangatlah
berarti bagi seluruh insan atau masyarakat didunia dimanapun berada, yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
sehingga dengan demikian diperlukanlah suatu pemeliharaan kesehatan, dimana kita
perlu untuk melakukan pemeriksaan, pengobatan serta persalinan. Akan tetapi jika
pemeliharaan kesehatan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik dan terlaksana
dengan maksimal akan berdampak pada kesehatan dan perekonomian masyarakat itu
sendiri.
Dalam menjamin dan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan ini, maka
juga harus didukung dengan manajemen pelayanan kesehatan. Karena Manajemen
pelayanan kesehatan menerapkan prinsip manajemen dalam pelayanan kesehatan
sehingga tercipta sistem pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan baik, sesuai dengan
prosedur, teratur, menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-bidang
pekerjaannya, efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan
konsumsi atau membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pelayanan kesehatan mencakup semua pelayanan yang bertumpu pada diagnosis suatu
penyakit dan perlakuan yang harus diberikan, atau sistem promosi, perawatan dan
restorasi kesehatan. Hal ini mencakup pelayanan kesehatan yang bersifat personal dan
non personal. Pelayanan kesehatan merupakan fungsi paling mudah nampak dari semua
sistem kesehatan, baik kepada pengguna maupun terhadap masyarakat umum.
Penyediaan layanan menunjukkan semua input yang dapat mendukung pelayanan
kesehatan seperti berbagai input dana, staf, peralatan dan obat-obatan. Peningkatan
akses, kemampuan dan kualitas pelayanan tergantung pada ketersediaan semua
pendukung tersebut, mutu dari terorganisasinya suatu sistem dan manajemen yang
berlaku, dan juga besarnya insentif yang diberikan kepada para pelaku teknis. Hal ini
tentunya pada ujungnya akan mempengaruhi besarnya dana yang harus dibayarkan oleh
konsumen. (Suyadi, 2011)
Oleh karenanya dalam pengambilan keputusan yang tepat terhadap pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan manajemen pelayanan kesehatan yang diinginkan, perlu
diperhatikan masalah-masalah dan kategori yang sesuai dengan pelayanan kesehatan
pada Rumah Sakit berdasarkan teori dan konsep dari setiap perilaku organisasi tersebut.

1.2 Batasan Masalah


Untuk mengetahui permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan suatu batasan
masalah sehingga memudahkan penganalisaan terhadap pengambilan keputusan.
Adapun batasan masalah yang akan dilakukan yaitu “Pengambilan keputusan terhadap
pelayanan kesehatan di Rumah sakit”.

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputusan terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan agar kita tahu bagaimana prilaku pengambilan keputusan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Manajemen Pelayanan kesehatan


2.1.1 Pengertian
Manajemen adalah proses memutuskan apa yang harus dilakukan dan kemudian
mendapatkan hal itu dilakukan melalui penggunaan sumber daya secara efektif
(Armstrong, 2009). Sedangkan menurut ahli manajemen James A.F Stoner dalam
bukunya “management”, Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain
manajemen menentukan tujuannya dengan pasti dengan menyatakan secara rinci apa
yang hendak dituju dan dicapainya.(Brahm U, dkk. 1995)
Untuk Pelayanan kesehatan Berdasarkan PMK No. 71 tahun 2013 tentang
pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan komprehensif berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, pelayanan
kesehatan darurat medis, dan juga termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium serta pelayanan kefarmasian sesuai dengan peraturan dan
UU. Kemudian menurut (Juanita,2002) pelayanan kesehatan dibagi dua golongan, yaitu:
a. Pelayanan kesehatan primer: Pelayanan pertama kali yang perlu dilakukan oleh
masyarakat ketika mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan,
b. Pelayanan Sekunder dan tersier: pelayanan yang memerlukan perawatan lebih
lanjut yaitu Rumah sakit.
Dengan demikian, Manajemen pelayanan kesehatan merupakan penerapan
sistem manajemen umum kedalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang
menjadi objek atau sasaran manajemen yang berlangsung (Notoatmodjo (2007)., guna
dapat mengatur dan mengelola sistem pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terjamin
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan masyarakat pada
prinsipnya mengutamakan pelayanan secara promotif dan preventif, Sebab itulah
pelayanan kesehatan tidak hanya tertuju pada pengobatan ketika sakit saja, akan tetapi
dapat dilakukan upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
Sehingga bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya saja dilakukan di Puskesmas atau
balkesma (Juanita, 2002).

2.1.2 Fungsi Manajemen pelayanan kesehatan


Pada dasarnya fungsi manajemen pelayanan kesehatan tidak jauh berbeda
dengan fungsi-fungsi manajemen yang telah disampaikan oleh beberapa ahli
manajemen George Terry, L. Gullick, H. Fayol dan Koonzt O’Donne antara lain :

George Terry L. Gullick H. Fayol Koonzt O’Donnel

Planning Planning Planning Planning

Organizing Organizing Organizing Organizing

Staffing,
Commanding, Staffing,
Actuating Directing,
Coordinating Directing
Coordinating
Controlling Reporting Controlling Controlling
Budgeting
(sumber: Materi pelatihan manajemen pelayanan kesehatan WHO, 2003)

Dengan kata lain, bahwasanya Manajemen yang diterapkan di jajaran


Departemen Kesehatan, lebih mengacu kepada konsep yang disampaikan G. Terry,
yaitu melalui fungsi-fungsi ; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).

2.1.3 Bentuk Manajemen Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan masyarakat juga memiliki banyak keterlibatan antar elemen
minimal dua lembaga/ instansi, dan di dalam masing-masing instansi terdiri banyak
komponen, baik komponen pokok maupun pendukung. jika di uraikan diantaranya
Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, polindes
(poliklinik desa) pengembangan masyarakat atau community development, perbaikan
sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income generating) dan
sebagainya. Sedangkan di rumah sakit ternyata terdiri dari komponen utama yaitu
pelayanan kesehatan/klinis yang meliputi unsur dokter, tenaga paramedis, prasarana dan
sarana pelayanan, peralatan dan laboratorium pendukung, tersedianya berbagai jenis
obat-obatan, sistem administrasi, sistem bukti asuransi, dan sistem teknologi informasi.
(Suyadi, 2011). Berikut bentuk keterkaitan lembaga lain untuk sistem pelayanan
kesehatan:

1. Manajemen Pelayanan kesehatan Rumah Sakit


Kegiatan pelayanan di rumahsakit merupakan kegiatan menambah nilai bagi
pengguna. Kegiatan tersebut dilakukan pada saat pengguna menerima pelayanan di RS,
pada proses pelayanan di RS dan pasca pelayanan di RS. Ini merupakan kegiatan inti di
rumahsakit yang disebut sebagai aktivitas pelayanan. Aktivitas pelayanan adalah
identifikasi pasar dan kebutuhannya, merencanakan kebutuhan RS untuk melayani
kebutuhan pasar, inovasi proses klinik, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas pendukung
harus merupakan kegiatan penunjang penambah nilai. Termasuk didalamnya adalah
budaya organisasi, struktur organisasi, norma perilaku, SDM, keuangan, sistem
infromasi dan teknologi. Secara lebih jelas hubungan antara aktivitas pelayanan dengan
aktivitas pendukung di RS digambarkan melalui ilustrasi rantai nilai berikut.

Proses
Aktifitas Pra pelayanan pelayanan: Pasca
pelayanan Proses pelayanan:
Pelayanan Follow-Up
klinis

Budaya organisasi asumsi bersama, nilai-nilai


Aktifitas bersama Nilai
pendukung Yang didapat
Struktur organisasi fungsi, divisi, matriks

Sumber daya strategis, keuangan, SDM,


Informasi, Teknologi
(sumber: www.manajemenrumahsakit.net)
Menurut WHO, 2003 Sesuai dengan prinsip manajemen umum, bahwa
manajemen Pelayanan kesehatan di rumah sakit berupa:
a. Perencanaan:
Merupakan suatu peranan penting dalam suatu pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak Rumah sakit. Dimana bahwa perencanaan merupakan
tugas direktur atau manajemen RS. bahkan tugas merencana diserahkan kepada
bagian perencanaan. Klinisi sebagai tenaga motor penggerak berjalannya
rumahsakit tidak dilibatkan atau tidak dimotivasi untuk terlibat penuh dalam
proses perencanaan. Disisi lain, klinisi menganggap bahwa perencanaan sebagai
bagian sistem manajemen adalah urusan direksi/pihak manajemen. Padahal,
rumahsakit bukan merupakan lembaga birokrat yang kegiatannya bertumpu pada
kegiatan yang dilakukan oleh para profesional. Oleh karena itu, sistem
manajemen di rumahsakit seharusnya mendukung kinerja para profesional,
bukan sebaliknya sehingga menjadikan rumahsakit sebagai lembaga yang
birokratis.
Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yangdilaksanakan di RS yaitu :
a) Perencanaan pengadaan obat dan logistik yang disusun berdasarkan
polakonsumsi dan pola epidemiologi
b) Perencanaan tenaga professional kesehatan, dalam menentukan
kebutuhantenaga tersebut. Misalnya tenaga perawat dan bidan,
menggunakan beberapa pendekatan antara lain : ketergantungan pasien,
beban kerja, dll.
b. Pengorganisasian:
Merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya.
c. Pelaksanaan:
Merupakan usaha untuk menciptakan kerjasama diantara pelaksana kegiatan
sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Kompleksitas
fungsi penggerakan pelaksanaan di RS sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu:
a) Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima
jasa pelayanan kesehatan (customer service)
b) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat kompleks,karena tenaga yang
bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

d. Pengawasan:
Merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus (bekesinambungan)
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
(perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi dalam organisasi rumah sakit.

2. Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas


Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran aktif masyarakat dan menggunakan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan dibiaya oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas juga
merupakan unit pelaksana teknis kesehatan Dinas Kesehatan  Kabupaten/Kota. Secara
umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Adapun penerapan manajemen pelayanan kesehatan puskesmas:

Fungsi
Kegiatan
Manajemen
Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang
dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan
meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta
Perencanaan
penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat
kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara
mengajukan usulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan
struktural Kepala Puskesmas, sedangkan lainnya
bersifat fungsional
 Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok
Pengorganisasian
Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok,
yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
 Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas
melakukan pembinaan ke desa-desa
Penggerakan  Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan
Pelaksanaan dalam rangka koordinasi lintas program dan sektor
 Adanya proses kepemimpinan
 Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
 Pelaksanaan program pokok puskesmas yang
melibatkan seluruh staf
 Melalui pemantauan laporan kegiatan
Pengawasan dan  Pemantauan wilayah setempat (PWS)
Evaluasi  Supervisi
 Rapat rutin (staff meeting)

2.2. Mutu Pelayanan kesehatan


Mutu menurut KBBI Pusat bahasa (sugono, 2008) adalah suatu ukuran baik
buruknya suatu benda, kadar, taraf atau derajat kepandaian, kecerdasan, dsb. Sedangkan
menurut Juran (V. Daniel Hunt. 1993:32), mutu produk adalah kecocokan penggunaan
produk (fitneess for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Oleh
karenanya, mutu pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan bahwa memberikan
suatu bentuk kualitas pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap individu atau
kelompok sesuai dengan taraf atau derajat kepandaian yang dimiliki untuk memenuhi
kepuasan pelanggan.
Dalam menerapkan mutu pelayanan yang baik ada empat prinsip mutu yang
harus diperhatikan (Djuhaeni, 1999) antara lain:
1. Kepuasan pelanggan: pelaksanaannya mengarah berdasarkan kepada kualitas
yang diberikan oleh bidang tertentu terhadap pelanggan guna memenuhi
kebutuhan yang dinginkannya baik berupa pelayanan, biaya, kenyamanan, dan
tepat waktu,
2. Penghargaan kepada setiap orang: kemampuan SDM yang dimiliki suatu
organisasi hendaknya diperlakuan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi didalam organisasi untuk pengambilan keputusan,
3. Manajemen berdasarkan Fakta: hendaknya setiap dalam pengambilan keputusan
didasari oleh data dan informasi sesuai keadaan. dengan menerapkan prinsip
prioritas atau variasi, sehingga dapat terbentuk suatu gambaran yang dimiliki
organisasi tersebut dalam pengambilan keputusan,
4. Perbaikan berkesinambungan: untuk terciptanya suatu pelayanan yang baik
hendaknya dilakukanlah sistem PDCA (Plan-Do-Check-Action) sehingga dapat
memiliki manajemen pelayan yang baik.
Akan tetapi, Zeithmalh, dkk (1990) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/
pelayanan, terdapat 10 ukuran kualitas jasa:
1. Tangible (Nyata): meliputi peralatan-peralatan yang fisiknya wujud,
2. Reliability (Kemampuan): kemamupan untuk menjalankan jasa yang telah
dijanjikan secara konsisten dan andal,
3. Responsiveness (cepat tanggap): kemampuan dalam memberikan pelayanan
kepada konsumen yang cepat dan tepat
4. Competence (Kompetensi): keahlian yang dimiliki sesuai dengan pelayanan
teknisnya
5. Access (Akses): akses pelayanan yang baik,sehingga jika memerlukan
perawatan lanjutan dapat diperoleh,
6. Courtesy (Keramahan): etika dari pelayanan yang dimiliki oleh SDM terhadap
konsumen,
7. Communication (komunikasi): pelayanan yang memeiliki komunikasi antar
internal dan eksternal yang baik,
8. Crediblity (Kepercayaan): pelayanan yang memeberikan kenyamanan dan
kepercayaan diri bagi pasien,
9. Security (Keamanan): pelayanan yang diberikan untuk memberikan rasa aman
terhadap pasien ketika dalam perawatan,
10. Understanding the customer (pemahaman pelanggan): pelayanan yang
menunjukkan saling menghargai dan menghormati.
Dengan demikian kualitas/mutu memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan
pelanggan. sehingga memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan pelayananan tersebut Dalam jangka panjang, oleh
karenanya ikatan seperti ini memungkinkan untuk memahami dengan seksama harapan
pelanggan serta kebutuhan mereka (Tjiptono, 2000). Akan tetapi jika dalam pelayanan
terdapat kesenjangan terhadap pelanggan akan dapat berdampak tidak baiknya
hubungan pelayanan tersebut, seperti di jelaskan oleh (Walker et.al, 1992) dimana ia
mengemukakan perbedaan (kesenjangan) antara jasa pelayanan yang dirasakan dengan
yang diharapkan terjadi karena adanya :
a. Kesenjangan dengan harapan konsumen dan pandangan manajemen
Kurangnya pemaham manajemen terhadap keinginan konsumen sehingga
mengakibatkan perbedaan pandangan. Contoh manajemen memandang bahwa
untuk meningkat kualitas rumah sakit hanya terletak pada makanannya saja,
akan tetapi konsumen tidak sama pandangannya terhadap hal demikian karena
konsumen memiliki pandangan agar sigap dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi gap ini:
1) Manajer sebagai pengambil keputusan tidak menggunakan hasil penilitian
pasar terhadap produk yg di twar,
2) Tidak adanya komunikasi yang efektif terhadap elemen internal terhadap
konsumen, maupun kepada manajer sebagai penentu kebijaksanaan,
3) Terlalu banyaknya tingkatan birokrasi yang dimiliki.

b. Kesenjangan antara pandangan manajemen dengan kualitas pelayanan


Tidak adanya ketegasan suatu manajemen dalam menjalankan ataupun
melaksanakan standar kualitas yang telah ditetapkan ataupun sama sekali belum
ditetapkan. Gap ini dapat terjadi karena:
1) Kurangnya komitmen manajer dalam kualitas pelayanan,
2) Ketidak yakinan terhadap pemenuhan target pelanggan,
3) Kurangnya sumber daya, baik berupa perlatan maupun tim medis.
c. Kesenjangan antara penyajian pelayanan dan komunikasi eksternal
Kesenjangan ini dapat terjadi apabila manajer tidak memiliki program-program
yang dapat menunjang keberhasilan Rumah sakit sehingga sumber daya yang
dimiliki tidak memiliki keterampilan dan kompetensi yang memadai sesuai
zaman masa kini. Contohnya seperti penggunaan alat-alat medis yang
terbarukan, dll. Gap ini dapat terjadi apabila:
1) SDM nya tidak mengetahui keinginan manajernya untuk memnuhi
pngharapannya tersebut,
2) Standar yang bertentangan,
3) Tidak sesuainya keahlian yang diemban,
4) Tidak sesuainya peralatan dengan kebutuhan,
5) Tidak fleksiblenya SDm yang dimiliki sesuai dengan keadaan.
Dengan kata lain manajerial dengan tim lainnya tidak solid.
d. Kesenjangan antara penyajian pelayanan dan komuniksi eksternal
Hal ini dapat terjadi apabila:
a) Tidak jalannya hubungan antar departemen,
b) Memberikan janji yang berlebihan.
e. Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dengan pelayanan yang
diharapkan
Jika salah satu kesenjangan yang empat hal diatas tidak terkendali dengan baik
oleh manajemen maka kesenjangan inilah yang kemudian akan terjadi, sehingga
dapat menimbulkan ketidak puasan pelanggan.

2.3 Perilaku Organisasi Rumah Sakit Dalam Pengambilan Keputusan


Perilaku organisasi adalah studi tentang bagaimana individu dan kelompok
tampil bersama dalam sebuah organisasi. berfokus pada cara terbaik untuk mengelola
individu, kelompok, organisasi, dan proses. Perilaku organisasi merupakan topik yang
luas dan meliputi manajemen, teori dan praktek motivasi, dan dasar-dasar struktur
organisasi dan desain.
Proses organisasi, hubungan antara orang-orang, tata kelola, manajemen dan
kepemimpinan, horizontal dan vertikal ditentukan oleh tujuan, struktur organisasi,
ukuran, dan karakteristik organisasi lainnya. selain administrator dan pemilik sebagai
pembawa fungsi kontrol manajemen dalam organisasi menciptakan, memelihara dan
mengembangkan hubungan organisasi sehingga mereka terstruktur. Fenomena ini
dikenal dalam ilmu manajemen, di bawah konsep perilaku organisasi.(ivanko, 2012)

1. Tim kesehatan dan pekerjanya


Tim kesehatan diartikan sebagai sekelompok orang yang mempunyai sasaran
dan tujuan yang sama dalam hal kesehatan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Hal ini
disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan
fungsinya. Adapun anggota tim kesehatan meliputi semua yang bekerja bersama-sama
seperti: Staff penunjang (pesuruh, pengemudi, petugas kebersihan), Staff teknis
(Pembantu medis, perawat, dan pekerja kesehatan masyarakat). Adajuga terdapat
banyak jenis tim kesehatan bergantung pada jenis pekerjaan kesehatan yang
ditanganinya.
Dengan kata lain bahwa pembentukan tim kesehatan mengacu pada kelompok
pekerja kesehatan yang melayani populasi terdiri dari banyak masyarakat dengan
prinsip-prinsip saling ketergantungan (interdependensi) kerjasama kelompok untuk
seluruh kasus, tapi penerapannya berbeda.(Brahm, dkk. 1995) bekerja bersama berarti:
a. Mengamati, mendengar, dan mempelajari,
b. Membahas dan memutuskan,
c. Mengorganisasikan dan berperan serta,
d. Member informasi.

2. Memimpin sebuah tim kesehatan


Dalam memimpin suatu organisasi terutama dibidang kesehatan haruslah
mengerti dan faham akan tugas dan tujuan dari organisasi yang dijalankan nya serta
harus didukung pula dengan tim yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah organisasi
tersebut. Menurut (Widodo, 1998) Dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan
organisasi, salah satu aspek perilaku organisasi yang penting disamping motivasi,
adalah kepemimpinan (leadership). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menjalankan atau memimpin sebuah organisasi kesehatan antara lain:
a. Menetapkan dan membagi tujuan dengan anggota tim,
b. Memotivasi anggota tim,
c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab,
Menurut widodo, (1998) Seorang pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya, secara
keseluruhan di persepsikan oleh karyawannya sebagai gaya kepemimpinan
(leadershipstyle). Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Selain itu terdapat juga gaya pemimpin:
a. Otokratik, memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya
sendiri,
b. Partisipatif, mendesentralisasikan wewenang sehingga keputusan tidak bersifat
sepihak,
c. Bebas kendali, menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian
menggantungkan kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
3. Proses pengambilan keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan pada khususnya dan dalam setiap aktivitas
organisasional pada umumnya, akan terjalin suatu hubungan interpersonal atau
komunikasi antar anggotanya. proses pengambilan keputusan dipicu oleh adanya
masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan oleh suatu organisasi. Dari adanya
masalah ini, langkah yang harus ditempuh adalah menetapkan secara tepat apa
sesungguhnya masalah yang dihadapi. (widodo, 1998). Menurut (Thompson & pozner,
2007) Dalam topik pengambilan keputusan ada tiga aliran diidentifikasi yaitu:
1). pengambilan keputusan cacat dan bias,
2). proses justifikasi dan tekanan, dan
3). efek batas organisasi.
Sedangkan menurut James stoner & Charles wankel dalam bukunya
management, menyebutkan proses pengambilan keputusan ada empat yaitu (widodo,
1998):
1. Selidiki situasi yaitu meliputi: tentukan masalah, identifikasi sasaran, diagnosis
penyebab, analisis faktor-faktor keterkaitan,
2. pengembangan alternatif, yaitu meliputi: kreatifitas analisa, dan ketenangan,
3. evaluasi atau penilaian, yaitu meliputi: evaluasi konsekuensi alternative yang
dipilih, pilih alternative yang terbaik,
4. Implementasi, laksanakan dari hasil alternatif yang dipilih dari pemantauan
pelaksanaan.
Oleh karenanya, setiap pengambilan keputusan perlu dilakukan identifikasi
masalah yang dihadapi dengan menyediakan berbagai atribut tambahan berupa data dan
informasi yang akurat, baik berupa perundang-undangan maupun informasi lainnya
sehingga system pelaksanaan penganalisaan dapat diuraikan dalam sebuah keputusan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan sangatlah penting bagi masyarakat karena dengan
terciptanya suatu pelayanan kesehatan dapat membantu setiap masyarakat dalam
menajaga kesehatannya, baik itu pelayanan kesehatan berupa primer maupun sekunder
atau tersier.
Pelayanan kesehatan juga harus memiliki manajemen karena dengan tidak
adanya manajemen maka akan timbul konflik yang akan terjadi antara lain yaitu
kesenjangan antara dokter dengan pembantu teknisnya, antara teman sejawat pembantu
teknis, serta antara komponen keseluruhan elemen yang terkait pada pelayanan
kesehatan, biaya pelaksanaan kegiatan kesehatan tinggi, serta tidak adanya kompetensi
dan keterampilan dari SDM yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan serta mutu
pelayanan kesehatan yang tidak .
Agar tidak terjadinya hal yang demikian sebagai pemimpin RS perlu dilakukan
pengambilan keputusan diantaranya:
1. Planning : menerapkan komitmen yang tegas keseluruh elemen pelayananan
kesehatan terutama pada Rumash sakit agar lebih loyal, membuat program-
program dengan meningkat kualitas SDM yang dimiliki oleh RS, melakukan
pendekatan internal atau komunikatif terhadap seluruh SDM agar menciptakan
suasana kondusif, Menjalin hubungan baik terhadap pihak ekternal terutama
terhadapa birokrasi pemerintahan yang menjamin pendanaan RS, menerapakan
dan menyesuaikan SDM sesuai dengan kebutuhan RS serta merekrut SDM
sesuai dengan kebutuhan, memberikan kesempatan kepada setiap SDM untuk
menyampaikan pendapatnya agar tidak terjadi kesenjangan internal RS.
2. Organizing: membentuk suatu struktur organisasi yang kuat dengan
menempatkan seluruh SDM yang ada sesuai dengan keahliannya, dan
kompetensi yang dimilikinya berdasarkan pengalaman, skill, serta kebutuhan
RS.
3. Actuating: Melakukan komunikasi secara aktif dengan saling koordinasi sesama
elemen, guna menciptakan keadaan yang kondusif didalam RS dengan
memberikan system promotif dan prefentif terhadap SDM RS sehingga dapat
memaksimalkan kinerja yang dimilikinya,
4. Controlling: melakukan sistem scheduling time terhadap aktifitas SDM sesuai
dengan kondisi kebutuhan RS sehingga tidak ada kecendrungan perekrutan dari
dokter terkait untuk membantu praktek pribadi.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, M. 2009. Armstrong’s handbook of management and leadership, 2nd


edition, Kogan page. London.

Djuhaeni, H. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Pelatihan manajemen


pelayanan dan teknis. Tasikmalaya.

Ivanko, S. 2012. Organizational Behavior. Collected and edited. University of


Ljubljana, faculty of public Administration. Ljubljanana.

Juanita. 2002. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarking rumah sakit dalam
menghadapi krisis ekonomi. USU digital library.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta.
Cetakan Pertama. Jakarta.

Pendit, Brahm. U & Kumala, Poppy. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Sugono, D. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Pusat Bahasa. Jakarta.

Suyadi, Ir. 2011. Manajemen pelayanan kesehatan: suatu pendekatan interdisipliner.


Seminar nasional. Malang.

WHO. 2003. Pelatihan Keterampilan manajerial SPMK: Manajemen Pelayanan


Kesehatan.

Thompson, L & Pozner,J.E. 2007. Organizational Behavior. Guilford Press. New york,
USA.

Tjiptono, F. 2000. Manajemen Jasa. Penerbit Andi. Yogyakarta.


Walker,Jr. at.al. 1992. Marketing Strategy: Planning and Implementation.
International Student Edition. D. Irwin Inc . USA.

Widodo W.U, T. 1998. Perilaku Organisasi. Bandung.

www.manajemenrumahsakit.net Diakses pada tanggal 17/07/2020

Anda mungkin juga menyukai